analisis skenario dan komplikasi gnaps
DESCRIPTION
mklTRANSCRIPT
![Page 1: Analisis Skenario Dan Komplikasi GNAPS](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082403/56d6bd661a28ab30168dd89c/html5/thumbnails/1.jpg)
Analisis Skenario
Usia dan jenis kelamin pasien merupakan suatu faktor resiko dari beberapa kelainan
yang menyebabkan bengkak atau edema, seperti glomerulonefritis pasca streptokokus atau
sindroma nefrotik.
Bengkak kemungkinan terjadi akibat keluarnya protein terutama albumin lewat urine,
hal ini terjadi karena adanya gangguan pada sistem filter (penyaringan) di ginjal tepatnya di
glomerulus yang mengakibatkan banyak protein yang keluar atau ‘bocor’. Akibat dari banyak
protein terutama albumin yang ‘bocor’ tadi, maka kadar albumin dalam darah menjadi turun
(hipoalbuminemia). Hipoalbuminemia terjadi juga karena adanya peningkatan pemecahan
(katabolisme) protein di ginjal yang tidak diimbangi pembuatan albumin di hati. Edema
terjadi karena penurunan tekanan onkotik dalam pembuluh darah yang menyebabkan cairan
merembes ke jaringan sekitar. Penurunan tekanan onkotik disebabkan oleh turunnya kadar
albumin dalam darah. Hal ini dapat terjadi pada kelainan seperti seperti glomerulonefritis
pasca streptokokus atau sindroma nefrotik.
Edema berpindah dengan perubahan posisi, sering tampak sebagai sembab muka pada
pagi hari waktu bangun tidur, dan kemudian hilang pada siang harinya. Hal ini terjadi sebab
pada malam hari posisi pasien dalam posisi terlentang sehingga, cairan akan berpindah ke
kelopak mata akibat gravitasi dan pada siang hari akan berpindah ke bagian bawah tubuh
karena posisi pasien berada pada posisi berdiri
Riwayat batuk pilek dan sakit tenggorokan merupakan suatu faktor resiko dari
glomerulonefritis pasca streptokokus sebab, kelainan tersebut disebabkan oleh reaksi
autoimun yang diinduksi oleh bakteri streptokokus β hemolitikus grup A yang menyerang
saluran nafas terlebih dahulu.
Obat batuk yang diberikan ibu pasien tidak ada hubungannya dengan keluhan bengkak
jika pasien mengalami hipoalbuminemia, karena obat batuk merupakan obat symptom yang
digunakan hanya untuk mengurangi keluhan batuk pasien, tapi disisi lain obat-obatan tertentu
juga dapat menyebabkan bengkak pada wajah apabila pasien tersebut memiliki riwayat alergi
terhadap obat tersebut.
Pada pemeriksaan tanda vital masih dalam batas normal kecuali tekanan darah pasien
140/70 mmHg yang merupakan hipertensi grade 1 menurut JNC VII. Yang dapat terjadi pada
![Page 2: Analisis Skenario Dan Komplikasi GNAPS](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082403/56d6bd661a28ab30168dd89c/html5/thumbnails/2.jpg)
pasien dengan gangguan ginjal akibat hipervolemia oleh karena retensi air dan natrium
sehingga menyebabkan peningkatan curah jantung hingga terjadi hipertensi.
Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang sangat dibutuhkan untuk dapat
menegakkan diagnosis penyakit pasien.
Komplikasi
1. Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai akibat
berkurangnya filtrasi glumerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut dengan
uremia, hiperkalemia, hiperfosfatemia dan hidremia. Walau aliguria atau anuria yang
lama jarang terdapat pada anak, namun bila hal ini terjadi maka dialisis peritoneum
kadang-kadang diperlukan.
2. Ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat
gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-kejang, ini
disebabkan spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema otak.
3. Gangguan sirkulasi berupa dispneu, ortopneu, terdapatnya ronki basah, edema paru,
pembesaran jantung dan meningkatnya tekanan darah yang bukan saja disebabkan
oleh spasme pembuluh darah, melainkan juga disebabkan oleh bertambahnya volume
plasma. Jantung dapat membesar dan terjadi gagal jantung akibat hipertensi yang
menetap dan kelainan miokardium.
4. Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia di samping sintesis eritropoetik
yang menurun.