analisis skenario dan komplikasi gnaps

3
Analisis Skenario Usia dan jenis kelamin pasien merupakan suatu faktor resiko dari beberapa kelainan yang menyebabkan bengkak atau edema, seperti glomerulonefritis pasca streptokokus atau sindroma nefrotik. Bengkak kemungkinan terjadi akibat keluarnya protein terutama albumin lewat urine, hal ini terjadi karena adanya gangguan pada sistem filter (penyaringan) di ginjal tepatnya di glomerulus yang mengakibatkan banyak protein yang keluar atau ‘bocor’. Akibat dari banyak protein terutama albumin yang ‘bocor’ tadi, maka kadar albumin dalam darah menjadi turun (hipoalbuminemia). Hipoalbuminemia terjadi juga karena adanya peningkatan pemecahan (katabolisme) protein di ginjal yang tidak diimbangi pembuatan albumin di hati. Edema terjadi karena penurunan tekanan onkotik dalam pembuluh darah yang menyebabkan cairan merembes ke jaringan sekitar. Penurunan tekanan onkotik disebabkan oleh turunnya kadar albumin dalam darah. Hal ini dapat terjadi pada kelainan seperti seperti glomerulonefritis pasca streptokokus atau sindroma nefrotik. Edema berpindah dengan perubahan posisi, sering tampak sebagai sembab muka pada pagi hari waktu bangun tidur, dan kemudian hilang pada siang harinya. Hal ini terjadi sebab pada malam hari posisi pasien dalam posisi terlentang sehingga, cairan akan berpindah ke kelopak mata akibat gravitasi dan pada siang hari akan berpindah ke bagian bawah tubuh karena posisi pasien berada pada posisi berdiri

Upload: lalu-gamal-arigi

Post on 13-Apr-2016

19 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

mkl

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Skenario Dan Komplikasi GNAPS

Analisis Skenario

Usia dan jenis kelamin pasien merupakan suatu faktor resiko dari beberapa kelainan

yang menyebabkan bengkak atau edema, seperti glomerulonefritis pasca streptokokus atau

sindroma nefrotik.

Bengkak kemungkinan terjadi akibat keluarnya protein terutama albumin lewat urine,

hal ini terjadi karena adanya gangguan pada sistem filter (penyaringan) di ginjal tepatnya di

glomerulus yang mengakibatkan banyak protein yang keluar atau ‘bocor’. Akibat dari banyak

protein terutama albumin yang ‘bocor’ tadi, maka kadar albumin dalam darah menjadi turun

(hipoalbuminemia). Hipoalbuminemia terjadi juga karena adanya peningkatan pemecahan

(katabolisme) protein di ginjal yang tidak diimbangi pembuatan albumin di hati. Edema

terjadi karena penurunan tekanan onkotik dalam pembuluh darah yang menyebabkan cairan

merembes ke jaringan sekitar. Penurunan tekanan onkotik disebabkan oleh turunnya kadar

albumin dalam darah. Hal ini dapat terjadi pada kelainan seperti seperti glomerulonefritis

pasca streptokokus atau sindroma nefrotik.

Edema berpindah dengan perubahan posisi, sering tampak sebagai sembab muka pada

pagi hari waktu bangun tidur, dan kemudian hilang pada siang harinya. Hal ini terjadi sebab

pada malam hari posisi pasien dalam posisi terlentang sehingga, cairan akan berpindah ke

kelopak mata akibat gravitasi dan pada siang hari akan berpindah ke bagian bawah tubuh

karena posisi pasien berada pada posisi berdiri

Riwayat batuk pilek dan sakit tenggorokan merupakan suatu faktor resiko dari

glomerulonefritis pasca streptokokus sebab, kelainan tersebut disebabkan oleh reaksi

autoimun yang diinduksi oleh bakteri streptokokus β hemolitikus grup A yang menyerang

saluran nafas terlebih dahulu.

Obat batuk yang diberikan ibu pasien tidak ada hubungannya dengan keluhan bengkak

jika pasien mengalami hipoalbuminemia, karena obat batuk merupakan obat symptom yang

digunakan hanya untuk mengurangi keluhan batuk pasien, tapi disisi lain obat-obatan tertentu

juga dapat menyebabkan bengkak pada wajah apabila pasien tersebut memiliki riwayat alergi

terhadap obat tersebut.

Pada pemeriksaan tanda vital masih dalam batas normal kecuali tekanan darah pasien

140/70 mmHg yang merupakan hipertensi grade 1 menurut JNC VII. Yang dapat terjadi pada

Page 2: Analisis Skenario Dan Komplikasi GNAPS

pasien dengan gangguan ginjal akibat hipervolemia oleh karena retensi air dan natrium

sehingga menyebabkan peningkatan curah jantung hingga terjadi hipertensi.

Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang sangat dibutuhkan untuk dapat

menegakkan diagnosis penyakit pasien.

Komplikasi

1. Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai akibat

berkurangnya filtrasi glumerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut dengan

uremia, hiperkalemia, hiperfosfatemia dan hidremia. Walau aliguria atau anuria yang

lama jarang terdapat pada anak, namun bila hal ini terjadi maka dialisis peritoneum

kadang-kadang diperlukan.

2. Ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat

gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-kejang, ini

disebabkan spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema otak.

3. Gangguan sirkulasi berupa dispneu, ortopneu, terdapatnya ronki basah, edema paru,

pembesaran jantung dan meningkatnya tekanan darah yang bukan saja disebabkan

oleh spasme pembuluh darah, melainkan juga disebabkan oleh bertambahnya volume

plasma. Jantung dapat membesar dan terjadi gagal jantung akibat hipertensi yang

menetap dan kelainan miokardium.

4. Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia di samping sintesis eritropoetik

yang menurun.