analisis sistem pembakaran pada boiler dg metode spc
TRANSCRIPT
1
ANANALISIS EFISIENSI SISTEM PEMBAKARAN PADA BOILER DI PLTU UNIT
III PT.PJB UP GRESIK DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL
(SPC)
Intan Alifiyah Ilmi, Ya’umar
Jurusan Teknik Fisika – Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS Keputih Sukolilo, Surabaya 60111
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Statistical process control (SPC) suatu teknik yang digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap
performansi suatu proses yang memanfaatkan metode statistik untuk memonitor, menganalisa,
mengontrol dan mempengaruhi perbaikan performansi proses. Implementasi SPC digunakan untuk
menganalisa dan meningkatkan performansi pada sistem pembakaran pada boiler di PLTU unit III PT.PJB
UP Gresik. Nilai efisiensi merupakan suatu ukuran yang menunjukkan prestasi kerja(peformansi) pada
boiler. Metode pendekatan yang digunakan untuk untuk menyelesaikan masalah adalah Six Sigma yang
merupakan metode quality improvement yang terstruktur yang terdiri dari 5 tahapan antara lain: Define,
Measure, Analyze, Improvement, dan Control. Hasil penelitian ini Uji Random didapatkan hasil semua
variabel mempunyai nilai P-value >5% yang berarti bahwa semua data memenuhi uji kerandoman.Uji
Kenormalan didapatkan hasil bahwa tidak semua data berdistribusi normal. Analisa sistem pembakaran
dengan menggunakan Peta Kendali Xbar-S pada semua variabel didapatkan hasil bahwa seluruh variabel
terdapat keadaan Out Of Control . Sistem Pembakaran pada Boiler unit 3 PLTU PT.PJB UP Gresik
menunjukkan kondisi proses yang tidak cukup capable , tetapi mendekati spesifikasi. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai Cp=1.29. Setelah dilakukan Revisi Chart Nilai Cp meningkat menjadi 2,yang menunjukkan
bahwa kemampuan baik
Kata Kunci: Statistical Process Control (SPC), Six Sigma, Performansi.
I. PENDAHULUAN
Kualitas telah menjadi sesuatu yang
mutlak dimiliki oleh suatu produk, baik yang
berupa barang maupun jasa. PT.PJB yang
terhubung dalam sistem interkoneksi Jawa-Bali
merupakan salah satu produsen penghasil listrik.
Perubahan beban yang terjadi secara kontinu
akan berpengaruh terhadap frekuensi sistem. Hal
ini menyebabkan pengendali pada sistem
pembangkit mengatur kembali besaran besaran
masukan guna mencapai titik kesetimbangan
yang baru. Komponen paling utama yaitu boiler,
karena pada sistem pembangkit, untuk
menjalankan turbin yang akan menggerakkan
generator guna menghasilkan listrik, dibutuhkan
tekanan uap panas yang dihasilkan dari boiler.
Metode yang digunakan pada penelitian ini
adalah Statistical process control yang
merupakan suatu teknik yang dapat digunakan
untuk melakukan evaluasi terhadap performansi
suatu proses yang memanfaatkan metode
statistik untuk memonitor, menganalisa,
mengontrol dan mempengaruhi perbaikan
performansi sistem dan Metode pendekatan
yang digunakan untuk untuk menyelesaikan
masalah adalah Six sigma yang merupakan
metode quality improvement yang terstruktur
yang terdiri dari 5 tahapan antara lain: Define,
Measure, Analyze,Improvement,dan Control.
Analisa kestabilan pada sistem boiler
difokuskan pada efisiensi boiler, yang
merupakan prestasi kerja atau tingkat unjuk
kerja boiler yang didapatkan dari perbandingan
antara energi yang dipindahkan ke atau diserap
oleh fluida kerja didalam ketel dengan masukan
energi kimia dari bahan bakar. Semakin tinggi
prosentase efisiensinya, maka kinerja sistem
tersebut semakin bagus. Analisa terhadap
kestabilan sistem pembangkit listrik yang
diharapkan mampu membantu dalam
mengetahui tingkat kestabilan sistem
pembangkit listrik khususnya pada sistem
pembakaran PLTU unit 3 sehingga dapat
dilakukan perencanaan tindakan peningkatan
performansi sistem.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pada bagian ini akan diberikan
penjelasan mengenai beberapa teori penunjang
yang terkait dengan pencapaian tujuan dari
permasalahan yang diajukan.
2.1 Boiler
Boiler adalah sebuah vessel tertutup
yang digunakan untuk merubah air menjadi uap
bertekanan dengan cara melakukan penambahan
panas. Vessel terbuka yang menghasilkan uap
bertekanan atmosfer tidak disebut sebagai boiler.
Pada furnace boiler, energi kimia bahan bakar
diubah menjadi energi panas. Panas ini
dipindahkan ke air seefisien mungkin oleh
boiler. Dengan demikian, fungsi utama boiler
adalah untuk menghasilkan uap di atas tekanan
atmosfer melalui penyerapan panas yang
dihasilkan pada proses pembakaran.
2.2 Sistem Pembakaran
Sistem pembakaran pada PLTU unit 3
PT.PJB UP Gresik terjadi di Boiler. Boiler
adalah bejana tertutup dimana panas
pembakaran dialirkan ke air sampai terbentuk air
panas atau steam. Air panas atau steam pada
tekanan tertentu kemudian digunakan untuk
mengalirkan panas ke suatu proses. Sistem
boiler terdiri dari: sistem air umpan, sistem
steam, dan sistem bahan bakar. Air adalah media
yang dipakai pada proses bertemperatur tinggi
ataupun untuk perubahan parsial menjadi energi
mekanis didalam sebuah turbin. Seperti halnya
boiler pada PLTU unit 3 juga menggunakan
fluida kerja berupa air umpan yang berasal dari
pengolahan air laut. Gambar 1 menjelaskan
sistem pembakaran yang terjadi pada boiler
hingga terbentuknya steam yang merupakan
hasil pembakaran yang diperlukan untuk
menggerakkan turbin sehingga akan tercipta
tegangan listrik pada generator.
Gambar 2.1 Diagram alir sistem pembakaran
pada Boiler
Perhitungan Efisiensi Boiler
Uji efisiensi boiler dapat membantu
dalam menemukan penyimpangan efisiensi
boiler dari efisiensi terbaik dan target area
permasalahan untuk tindakan perbaikan. Proses
pembakaran dalam boiler dapat digambarkan
dalam bentuk diagram alir energi. Diagram ini
menggambarkan secara grafis tentang
bagaimana energi masuk dari bahan bakar
diubah menjadi aliran energi dengan berbagai
kegunaan dan menjadi aliran kehilangan panas
dan energi. Panah tebal menunjukan jumlah
energi yang dikandung dalam aliran masing-
masing.
Gambar 2.2 Diagram neraca energi boiler
Neraca panas merupakan keseimbangan
energi total yang masuk boiler terhadap yang
meninggalkan boiler dalam bentuk yang
berbeda. Gambar berikut memberikan gambaran
berbagai kehilangan yang terjadi untuk
pembangkitan steam.
Efisiensi adalah suatu tingkatan
kemampuan kerja dari suatu alat. Sedangkan
efisiensi pada boiler adalah prestasi kerja atau
tingkat unjuk kerja boiler atau ketel uap yang
didapatkan dari perbandingan antara energi yang
dipindahkan ke atau diserap oleh fluida kerja
didalam ketel dengan masukan energi kimia dari
bahan bakar. Untuk tingkat efisiensi pada boiler
atau ketel uap tingkat efisiensinya berkisar
antara 70% hingga 90%.Terdapat dua metode
pengkajian efisiensi boiler:
Metode Langsung: energi yang didapat
dari fluida kerja (air dan steam) dibandingkan
dengan energi yang terkandung dalam bahan
bakar boiler.
Metode Tidak Langsung: efisiensi
merupakan perbedaan antara kehilangan dan
energi yang masuk.
Pada Metodologi tugas akhir ini akan
menggunakan metode langsung untuk
menyelesaikan perhitungan efisiensi. Dikenal
juga sebagai ‘metode input-output’ karena
kenyataan bahwa metode ini hanya memerlukan
keluaran/output (steam) dan panas masuk/input
(bahan bakar) untuk evaluasi efisiensi. Efisiensi
ini dapat dievaluasi dengan menggunakan
rumus:
𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑜𝑖𝑙𝑒𝑟 =Energi Keluar
Energi Masuk× 100%
3
=energi total pada fluida kerja
energi masukan bahan bakar total× 100%
𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑀𝑎𝑖𝑛 𝑠𝑡𝑒𝑎𝑚
𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑅𝑂+𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝐺𝑎𝑠+𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝐹𝑒𝑒𝑑 𝑊𝑎𝑡𝑒𝑟 +𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑠𝑝𝑟𝑎𝑦
2.3 Statistical Process Control (SPC)
Istilah Pengendalian Proses Statistik
(Statistical process control – SPC) digunakan
untuk menggambarkan model berbasis penarikan
sampel yang diaplikasikan untuk mengamati
aktifitas proses yang saling berkaitan.
Pengendalian proses statistikal lebih
menekankan pada pengendalian dan peningkatan
proses berdasarkan data yang dianalisis
menggunakan alat-alat statistika, bukan sekadar
penerapan alat-alat statistika dalam proses
industri.Untuk menjamin proses produksi dalam
kondisi baik dan stabil atau produk yang
dihasilkan selalu dalam daerah standar, perlu
dilakukan pemeriksaan terhadap titik origin dan
hal-hal yang berhubungan, dalam rangka
menjaga dan memperbaiki kualitas produk
sesuai dengan harapan.
Alat bantu yang paling umum
digunakan dalam pengendalian proses statistikal
adalah peta kendali (Control Chart). Peta
pengendali adalah suatu alat yang secara grafis
digunakan untuk memonitor apakah suatu
aktivitas dapat diterima sebagai proses yang
terkendali. Fungsi peta kendali secara umum
adalah:
• Membantu mengurangi variabilitas produk.
• Memonitor kinerja proses produksi setiap saat.
• Memungkinkan proses koreksi untuk
mencegah penolakan.
• Trend dan kondisi di luar kendali dapat
diketahuisecara cepat
Gambar 2.3 control chart
[Eugene,1988]
Peta kendali (control chart) dapat
diklasifikaikan kedalam dua tipe umum. Apabila
karakteristik kualitas dapat terukur dan
dinyatakan bilangan, ini biasanya dinamakan
control chart variabel. Namun banyak
karakteristik kualitas yang tidak dapat diukur
dengan skala kualitas. Dalam keadaan ini kita
dapat menilai tiap unit produk itu memiliki atau
tidak memiliki sifat tertentu, atau kita dapat
mencacah banyak yang tidak sesuai (cacat) pada
suatu unit produk. Control chart untuk
karakteristik kualitas semacam itu dinamakan
control chart atribut. Pada penelitian ini
menggunakan peta kendali variabel untuk
menganalisa sistem pembakaran pada boiler.Peta
kendali yang digunakan dalam penelitian ini
adalah peta kendali X-bar dan S.
X-bar (𝑿 ), S Chart
Digunakan untuk mengontrol
karakteristik kritis dimana biaya yang
diakibatkan karena kesalahan pengambilan
sample sangat besar. Ukuran sample yang
digunakan hendaknya lebih besar dari 10.
𝑥 = 𝑥
𝑛
𝑆 = 𝑥2 − 𝑥2 /𝑛
(𝑛 − 1)
𝑥 = 𝑥
𝑚
𝑆 = 𝑆
𝑚
𝑈𝐶𝐿 𝑥 = 𝑥 + 𝐴3𝑆 𝐿𝐶𝐿 𝑥 = 𝑥 − 𝐴3𝑆 𝑈𝐶𝐿𝑆 = 𝐵4𝑆 𝐿𝐶𝐿𝑆 = 𝐵3𝑆
Dimana:
𝑥 : nilai dari variabel yang diukur
𝑥 : rata- rata setiap sample group
S : standard deviasi dari subgroup
𝑥 : mean dari rata-rata subgroup atau titik
tengah dari control chart x-bar
𝑆 : rata-rata dari satndar deviasi subgroup
atau titik tengan dari control chart R
𝑛 : ukuran sample group
𝑚 : jumlah dari subgroup
𝑈𝐶𝐿 𝑥 : upper control limit 𝑥 chart
𝐿𝐶𝐿 𝑥 : Lower control limit 𝑥 chart
𝑈𝐶𝐿𝑆 : upper control limit 𝑆 chart
𝐿𝐶𝐿𝑆 : Lower control limit 𝑆 chart
𝐴3 : ukuran sample
𝐵3 , 𝐵4 : berbagai nilai n
Aturan umum dalam menentukan suatu
proses berada diluar control adalah:
Gambar 2.4 Pembagian area pada peta
pengendali
0.002.00
0 50 100
Ran
ge d
ata
Periode Pengambilan Data
Chart Control Variabel
DATA
UCL
CL
4
1. Terdapat 1 point diluar batas atas maupun
batas bawah.
2. Terdapat 9 point pada zona C ataupun
diluarnya (pada bagian control limit yang sama).
3. Memiliki 6 point yang memiliki pala
meningkat atau menurun secara berurutan.
4. Terdapat 14 point yang memiliki pola naik.
5. Terdapat 2 ata3 point dalam zona A atau
diluarnya (pada bagian control limit yang sama).
6. Terdapat 4 atau 5 point dalam zona B atau
diluarnya.
7. Terdapat 15 point pada zona C (pada kedua
bagian control limit).
8. Terdapat 8 point diluar zona C (pada bagian
kedua control limit).
2.4 Six Sigma
Six Sigma merupakan pendekatan
menyeluruh untuk menyelesaikan masalah
dengan berfokus kepada pengendalian
produk/proses sehingga sepanjang waktu dapat
memenuhi persyaratan dari produk/ proses
tersebut. Metode ini diterapkan melalui
beberapa tahapan, yaitu: define, measure,
analyze, improve serta control (DMAIC).
1. Define: pada tahap ini team pelaksana
mengidentifikasikan permasalahan,
mendefiniskan spesifikasi pelanggan, dan
menentukan tujuan (pengurangan cacat/biaya
dan target waktu).
2. Measure: tahap untuk memvalidasi
permasalahan, mengukur/menganalisis
permasalahan dari data yang ada.
3. Analyze: menentukan faktor-faktor yang
paling mempengaruhi proses; artinya
mencari satu atau dua faktor yang kalau itu
diperbaiki akan memperbaiki proses kita
secara dramatis.
4. Improve: nah, di tahap ini kita
mendiskusikan ide-ide untuk memperbaiki
sistem kita berdasarkan hasil analisa
terdahulu, melakukan percobaan untuk
melihat hasilnya, jika bagus lalu dibuatkan
prosedur bakunya (standard operating
procedure-SOP).
5. Control: di tahap ini kita harus membuat
rencana dan desain pengukuran agar hasil
yang sudah bagus dari perbaikan team kita
bisa berkesinambungan. Dalam tahap ini kita
membuat semacam metrics untuk selalu
dimonitor dan dikoreksi bila sudah mulai
menurun ataupun untuk melakukan
perbaikan lagi.
Indeks Kapabilitas Proses (Cp) Digunakan untuk mengukur pada
tingkat mana output proses pada nilai spesifikasi
target kualitas(T) yang diinginkan oleh
pelanggan [gasperz,2002: Andreansyah, 2009].
Semakin tinggi nilai Cpk menunjukkan bahwa
output prose situ semakin mendekati nilai
spesifikasi target kualitas (T) yang diinginkan
pelanggan, yang berarto pula bahwa tingkat
kegagalan dari proses semakin berkurang
menuju target tingkat kegagalan nol (zero defect
oriented). Dalam program peningkatan kualitas
six sigma, biasanya dipergunkan criteria (rule of
thumb) sebagai berikut [ Vincent:2000]:
Cp ≥ 2,00
Proses dianggap mampu dan kompetitif
(perusahaan berkelas dunia).
1,00 ≤ Cp ≤ 1,99
Proses dianggap cukup mampu, namun perlu
upaya-upaya giat untuk peningkatan kualitas
menuju target perusahaan berkelas dunia
yang memiliki tingkat kegagalan sangat kecil
menuju nol (zero defect oriented).
Perusahaan yang memiliki nilai Cpm yang
berada di kisaran ini memiliki kesempatan
terbaik dalam melakukan program
peningkatan kualitas Six Sigma.
Cp < 1,00
Proses dianggap tidak mampu dan tidak
kompetitif untuk bersaing di pasar global.
𝐶𝑝 =(𝑈𝑆𝐿−𝐿𝐶𝐿)
6𝜎
𝐶𝑝𝑘 = 𝑚𝑖𝑛 𝑈𝑆𝐿−𝜇
3𝜎𝑑𝑎𝑛
𝜇−𝐿𝑆𝐿
3𝜎
𝐶𝑝𝑚 =𝑈𝑆𝐿−𝐿𝑆𝐿
6 𝜎2+(𝜇−𝑇)2
III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dari data log
sheet Boiler Turbine Board (BTB) PLTU unit III
PT.PJB Unit Pembangkitan Gresik bulan
Januari, Februari, dan Maret 2010. Data yang
diambil adalah data yang menjadi variabel
masukan yang mempengaruhi nilai efisiensi
pada boiler unit III. Data yang akan dipakai
untuk menganalisa efisiensi pada sistem
pembakaran adalah flow, temperature, dan
pressure main steam , flow residual oil, flow gas,
flow, temperature, dan pressure feed water, flow
SH spray, temperature dan pressure deaerator.
Variabel data tersebut di ukur setiap 2 jam
dimana data dalam sehari ada 13 data yaitu dari
jam 00.00 – 24.00. Data diambil selama 3 bulan,
sehingga data yang digunakan untuk tiap
variabel adalah 1157 data yang akan dibagi
kedalam 89 subgroup data yang ditentukan dari
jumlah hari pengambilan data. Dalam analisa
data 89 subgroup tersebut dibagi menjadi 2
pengamatan, yaitu tanggal 2 Januari-24 Februari
2010 dan 15 Februari-31 Maret 2010.
5
3.2 Flowchart Penelitian
Dalam mencapai tujuan penelitian yang
diinginkan diperlukan langkah analisis yang
tepat. Pada flowchart dibawah ini adalah secara
umum menggambarkan diagram proses analisa
untuk penelitian Tugas akhir ini :
1. Melakukan uji random menggunakan Run Test
untuk mengetahui apakah data diambil secara
acak. Jika data tidak random, maka data
ditambah dan diuji random kembali sampai
akhirnya data menunjukkan diambil secara
acak.
2. Pengujian kenormalan data mengunakan uji one
sample kolmogorov smirnov. Apabila data yang
di uji tidak normal maka dilakukan uji bloxplot
untuk mengetahui data outliers yang
menyebabkan data-data tersebut menjadi tidak
normal.
3. Menghitung batas atas (UCL) dan batas bawah
(LCL), kemudian membuat peta kendali Xbar-S
dengan batas atas dan batas bawah untuk
mengetahui apakah data dalam keadaan
terkendali (in control).
4. Menentukan indeks kapabilitas proses dari setiap
variabel data, untuk mengetahui apakah proses
yang diteliti sudah cukup mampu.
5. Meningkatkan proses dengan cara
menghilangkan sebab-sebab timbulnya cacat.
Setelah sumber-sumber penyebab masalah
kualitas dapat diidentifikasi melalui analisa
keadaan pada control chart dan nilai Cp dan
Cpk, maka dapat dilakukan rencana tindakan
untuk melaksanakan peningkatan proses.
Mulai
Pengambilan
Data
Uji Random
Uji Normal
Perhitungan UCL
dan LCL
In Control (dalam
batas UCL dan LCL)
Tambah Data
Uji BoxPlot
Cari Penyebab
Penentuan
Stabilitas dan
Kapabilitas proses
(Cp,Cpk)
Kesimpulan dan
Saran
Strategi dalam
peningkatan
proses
identifikasi
penyebab
variabilitas
Selesai
Gambar 3.1 Flowchart pelaksanaan penelitian
Mulai
Pembuatan Peta
Kendali
(Control Chart)
Perhitungan
indeks kapabilitas
proses
(Cp dan Cpk)
Peta
terkendali?
Mendeteksi
penyebab terjadi
keadaan yant tidak
terkendali
Menghilangkan
titik yang tidak
terkendaliRekomendasi
Selesai
Melakukan
revisi chart
Gambar 3.2 Flowchart pelaksanaan Tahap
Improve
IV ANALISA DATA DAN
PEMBAHASAN
4.1 Tahap Define
Data yang akan dipakai untuk
menganalisa efisiensi pada sistem pembakaran
antara lain: Main Steam Flow [Ton/H], Main
Steam Temperature [C], Main Steam Pressure
[kg/cm2], Residual Oil Flow [Ton/H],
Combustion Gas Flow [Knm3], Feed Water
Flow [Ton/H], Feed Water Temperature [C],
Feed Water Pressure [kg/cm2], SH Spray Flow
[Ton/H], Deaerator Temperatur [C], Deaerator
Pressure [kg/cm2].Data-data tersebut akan
digunakan untuk menentukan besarnya energi
main steam, energi RO, energi Combustion Gas,
energi Feed water, dan energi SH spray.
4.2 Tahap Measure
Variabel data di ukur setiap 2 jam,
sehingga dalam sehari terdapat 13 data yaitu dari
jam 00.00 – 24.00. Data diambil selama 3 bulan
yaitu tanggal 02 Januari 2010 sampai dengan 31
Maret 2010 (lampiran A dan lampiran B) ,
sehingga data yang digunakan untuk tiap
variabel adalah 1157 data yang akan dibagi
kedalam 89 subgroup data yang ditentukan dari
jumlah hari pengambilan data. Dalam analisa
data 89 subgroup tersebut dibagi menjadi 2
pengamatan, yaitu tanggal 02 Januari-24
Februari 2010 dan 15 Februari-31 Maret 2010.
Hal ini dikarenakan dalam proses uji random
dan uji normal, data yang diinputkan tidak bisa
melebihi 55 data. Apabila diinputkan data
melampaui jumlah tersebut maka p-value akan
menunjukkan nilai 0.000, sehingga tidak dapat
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
6
menentukan data yang digunakan telah
memenuhi uji hipotesis yang mensyaratkan p-
value> 5%.
Uji Random
Tabel 4.1 Uji Kerandoman data
Main Steam Flow
Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan hasil
uji Runs Test data Main Steam Flow untuk
tanggal 2 Januari - 24 Februari menunjukkan P-
value=0.457 > α=5% maka terima H0 yang
berarti bahwa data tersebut diambil secara
random. Pada tabel dibawah ini merupakan hasil
uji random untuk seluruh variabel yang akan
dianalisa.
Tabel 4.2 Hasil Uji Random
Didapatkan hasil semua variabel
mempunyai nilai P-value >5%. Yang berarti
bahwa semua data memenui uji kerandoman.
Uji Normal
Gambar 4.1 Uji kenormalan
Data Main Steam Flow
Tanggal 02 Januari – 24 Februari 2010
Berdasarkan gambar 4.1 didapatkan
hasil Normality Test Data Main Steam Flow
tanggal 2 Januari – 24 Februari menunjukkan
bahwa P-value = 0.108 > α=5% maka terima H0
yang berarti bahwa data tersebut sudah
berdistribusi normal. Pada tabel dibawah ini
merupakan hasil normal untuk seluruh variabel
yang akan dianalisa.
Tabel 4.3 Hasil Uji Normal
Semua data telah dilakukan uji normal,
namun hanya sebagian dari semua variabel yang
berdistribusi normal. Hal ini dikarenakan proses
yang terjadi di boiler sangat bergantung pada
beban (load), perubahan beban yang terjadi
secara kontinu akan berpengaruh terhadap
frekuensi sistem. Hal ini menyebabkan
pengendali pada sistem pembangkit mengatur
kembali besaran besaran masukan guna
mencapai titik kesetimbangan yang baru.
Sehingga data-data yang dihasilkan dalam
proses bervariasi bergantung pada perubahan
beban.
4.3 Tahap Analyze
Tahap Analyze merupakan fase
mencari dan menentukan akar permasalahan.
Pada penilitian ini tahap analyze akan dilakukan
dengan menggunakan peta kendali. peta kendali
merupakan suatu alat yang secara grafis
digunakan untuk memonitor apakah suatu
aktivitas dapat diterima sebagai proses yang
terkendali atau tidak. Setiap variabel akan
dianalisa dengan menggunakan peta kendali
(control chart).
650600550500450400
99
95
90
80
70
60
50
40
30
20
10
5
1
MS Flow
Pe
rce
nt
Mean 535.8
StDev 50.01
N 43
KS 0.122
P-Value 0.106
Probability Plot of MS FlowNormal
54
7
Perubahan Beban (Load) Pada PLTU
Unit III
Gambar 4.2 Peta Kendali I Chat Perubahan
Beban pada PLTU Unit III tanggal 02 Januari –
24 Februari 2010
Gambar 4.3 Peta Kendali I Chat Perubahan
Beban pada PLTU Unit III tanggal 15 Februari
– 31 Maret 2010
Proses yang terjadi pada PLTU unit III
PT.PJB Unit Pembangkitan Gresik bergantung
pada beban (Load). Beban ini merupakan
Kebutuhan listrik yang harus disediakan oleh
PT.PJB untuk memenuhi permintaan listrik
wilayah pulau Jawa. perubahan beban yang
terjadi secara kontinu sehingga akan
menyebabkan pengendali pada sistem
pembangkit mengatur kembali besaran besaran
masukan guna mencapai titik kesetimbangan
yang baru. Jadi semua besaran proses yang
diperoleh bergantung pada nilai load yang
membebani sistem tersebut. Pada Gambar 4.11
memperlihatkan perubahan beban pada tanggal
02 Januari hingga tanggal 24 Februari 2010.
Terdapat beberapa titik yang yang berada pada
dibawah batas kendali bawah, hal ini berarti
kebutuhan listrik yang harus disediakan oleh
PLTU unit III tidak tinggi. Perubahan yang
terjadi pada tanggal 15 Februari – 31 Maret
2010 juga mengalami keadaan yang berbeda-
beda pada setiap titiknya. Hal ini
memperlihatkan bahwa setiap harinya sistem
yang beroperasi pada PLTU unit III secara
kontinu menjaga kestabilan proses pada sistem
tersebut.
Main Steam Flow
Gambar 4.4 Peta Kendali Xbar-S data Main
Steam Flow tanggal 02 Januari – 24
Februari 2010
Berdasarkan gambar peta kendali Xbar-
S untuk data Main Steam Flow tanggal 02
Januari – 24 Februari 2010 diatas dapat
diketahui bahwa untuk peta kendali Xbar nilai
batas kendali atas (UCL) 621.0, batas kendali
bawah (LCL) 428.4 dengan garis tengah yang
merupakan rata-rata dari data subgroup
keseluruhan adalah 524.7. Pada peta kendali S
diketahui nilai batas kendali atas 183.4 dan batas
kendali bawah 43.2 dengan nilai garis tengah
yang merupakan nilai rata-rata range dari data
subgroup adalah 113.3. Dari kedua peta kendali
tersebut diperoleh hasil yang sama yaitu terdapat
beberapa data yang berada di luar batas kendali
(out of control). Sehingga proses dapat dikatan
tidak terkendali. Keadaan di luar batas kendali
didapatkan dari hasil test yang dilakukan dengan
menggunakan program MINITAB 15.
Gambar 4.5 Hasil test MINITAB 15pada peta
kendali peta kendali Xbar data main steam flow
tanggal 02 Januari – 24 Februari 2010
Untuk mengetahui apakah proses pembakaran
tersebut telah mampu (capable), maka dilakukan
pencarian nilai capability pada data main steam
flow untuk peta kendali Xbar seperti pada
gambar dibawah ini.
51464136312621161161
200
190
180
170
160
150
140
130
120
110
Observation
Ind
ivid
ua
l Va
lue
_X=158.79
UCL=192.92
LCL=124.66
22
2
1
6
6
5
5
I Chart of Load tgl 02 jan-24 Feb 2010
454137332925211713951
190
180
170
160
150
140
130
120
110
100
Observation
Ind
ivid
ua
l V
alu
e
_X=146.74
UCL=185.70
LCL=107.77
6
I Chart of Load 15Feb-31Maret
51464136312621161161
600
500
400
Sample
Sa
mp
le M
ea
n __X=524.7
UC L=621.0
LC L=428.4
51464136312621161161
200
150
100
50
0
Sample
Sa
mp
le S
tDe
v
_S=113.3
UC L=183.4
LC L=43.2
22
2
1
5
15
1
55
1
5
11
Xbar-S Chart of Ms Flow tgl 2Jan-24Feb (T/H)
8
Gambar 4.6 Process capability pada peta
kendali Xbar data main steam flow tanggal 02
Januari – 24 Februari 2010
Pada gambar 4.14 nilai Cp mempunyai
nilai < 1. Hal ini menunjukkan bahwa proses
pada sistem tersebut tidak capable, sehingga
perlu adanya tindakan dari pihak perusahaan
untuk melakukan tindakan perbaikan dengan
segera untuk menghilangkan penyebab
kerusakan untuk meningkatkan nilai nilai Cp
menjadi > 1. Nilai Cpk pada gambar tersebut
juga menunjukkan keadaan yang sama yaitu < 1,
hal ini menunjukkan bahwa keadaan data pada
peta kendali Xbar mempunyai akurasi dan
presisi yang kurang baik.
Seluruh variabel akan diproses seperti
data main steam flow, dan diperoleh hasil pada
tabel dibawah ini.
Tabel 4.4 Analisa kestabilan variabel pada
sistem pembakaran
tanggal 02 Januari – 24 Februari 2010
Tabel 4.5 Analisa kestabilan variabel pada
sistem pembakaran
tanggal 15 Februari – 31 Maret 2010
Berdasarkan analisa kestabilan terhadap
sistem pembakaran pada boiler PLTU unit 3
yang telah dilakukan didapatkan informasi
bahwa semua variabel proses menunjukkan
keadaan yang kurang mampu (capable) hal ini
ditunjukkan dengan nilai Cp<1 dan pada peta
kendali data-data variabel proses juga
menunjukkan keadaan yang tidak terkendali.
Gambar 4.7 Peta Kendali I-MR Chat Data Nilai
efisiensi Pembakaran pada Boiler tanggal 02
Januari – 24 Februari 2010
Pada peta kendali tersebut
memperlihatkan bahwa nilai efisiensi
pembakaran pada boiler terdapat beberapa titik
pengamatan yang berada di bawah batas bawah
kendali (LCL) yang memiliki nilai 76.05, titik
pengamatan tersebuat adalah titik ke-30 dan titik
ke-44. Hal ini menjelaskan bahwa pada kedua
titik tersebut mengalami kondisi yang tidak
normal karena memiliki nilai dibawah nilai
normal.
800720640560480400320240
LSL USL
LSL 428.4
Target *
USL 621
Sample Mean 524.698
Sample N 702
StDev (Within) 115.695
StDev (O v erall) 123.414
Process Data
C p 0.55
C PL 0.55
C PU 0.55
C pk 0.55
Pp 0.52
PPL 0.52
PPU 0.52
Ppk 0.52
C pm *
O v erall C apability
Potential (Within) C apability
PPM < LSL 311965.81
PPM > USL 329059.83
PPM Total 641025.64
O bserv ed Performance
PPM < LSL 202607.06
PPM > USL 202596.64
PPM Total 405203.70
Exp. Within Performance
PPM < LSL 217611.44
PPM > USL 217601.25
PPM Total 435212.70
Exp. O v erall Performance
Within
Overall
Process Capability of Ms Flow tgl 2Jan-24Feb (T/H)
51464136312621161161
100
90
80
70
60
Observation
In
div
idu
al
Va
lue _
X=87.75
UC L=99.45
LC L=76.05
51464136312621161161
30
20
10
0
Observation
Mo
vin
g R
an
ge
__MR=4.40
UC L=14.37
LC L=0
1
1
77
1111
2222
222
I-MR Chart of Effisiensi tgl 2Jan-24Feb(%)
9
Gambar 4.8 Process capability pada peta
kendali Xbar data efisiensi sistem pembakaran
pada boiler
tanggal 02 Januari – 24 Februari 2010
Nilai Cp Untuk data efisiensi sistem
pembakaran pada boiler tanggal 02 Januari – 24
Februari 2010 mempunyai nilai = 1,29, hal ini
menunjukkan bahwa proses pada sistem tersebut
tidak cukup capable tetapi mendekati
spesifikasi, sehingga perlu adanya tindakan
pengawasan yang lebih ketat , karena ada
kemungkinan terjadi kerusakan pada sistem
untuk meningkatkan nilai Cp menjadi lebih
besar sehingga kemampuan pada sistem tersebut
menjadi lebih capable. Nilai Cpk pada gambar
tersebut juga menunjukkan keadaan yang sama
yaitu > 1, hal ini menunjukkan bahwa keadaan
data pada peta kendali Xbar mempunyai akurasi
dan presisi yang cukup baik.
Gambar 4.9 Peta Kendali I-MR Chat Data Nilai
efisiensi Pembakaran pada Boiler tanggal 15
Februari – 31 Maret 2010
Nilai Cp Untuk data efisiensi sistem
pembakaran pada boiler tanggal 15 Februari –
31 Maret 2010 mempunyai nilai = 2, hal ini
menunjukkan bahwa proses pada sistem tersebut
capable. Walaupun telah memiliki nilai Cp
yang bagus, bukan berarti tidak ada lg tindakan
yang perlu dilakukan lagi, Perusahaan perlu
mempertimbangkan penyederhanaan
pengawasan dan penghematan biaya produksi
untuk meningkatkan nilai Cp menjadi lebih
besar sehingga kemampuan pada sistem tersebut
menjadi lebih capable.
Gambar 4.10 Process capability pada peta
kendali Xbar data efisiensi sistem pembakaran
pada boiler
tanggal 15 Februari – 31 Maret 2010
4.4 Tahap Improve
Pada tahap Analyze telah diketahui
keadaan setiap variabel proses pada sistem
pembakaran di boiler. Setelah itu akan dilakukan
tahapan selanjutnya yaitu melakukan
peningkatan performansi sistem dengan
melakukan revisi pengontrolan pada peta
kendali. Untuk melakukan revisi chart pada titik
yang tidak terkendali, harus diketahui penyebab
dari kondisi tersebut.
Efisiensi sistem pembakaran tanggal 02
Januari – 24 Februari 2010
Gambar 4.9 merupakan peta kendali
nilai efisiensi Pembakaran pada Boiler tanggal
02 Januari – 24 Februari 2010 yang
memberikan informasi bahwa pada titik
pengamatan ke-30 yang mewakili pengambilan
data pada tanggal 31 Januari 2010 dan titik
pengamatan ke-44 yang mewakili pengambilan
data pada tanggal 14 Februari 2010 mengalami
keadaan tidak terkendali (out of control), hal ini
menjelaskan bahwa pada titik-titik tersebut telah
terjadi suatu kondisi yang memiliki penyebab
khusus yang mengakibatkan kondisi yang tidak
efisien pada sistem pembakaran tersebut.
Pertama akan dibahas penyebab
masalah pada kondisi dititik pengamatan ke- 30.
Pada incident log sheet PLTU tanggal 31
Januari 2010 disebutkan bahwa pada Membran
piston RO main burner A4 di boiler unit 3
(Boiler #3 Fl.2.5) bocor. Hal ini mengakibatkan
udara instrumen di SV Atomizer A4 ngowos,
Piston RO main burner A4 tidak bisa retract
sempurna(macet) saat main burner mati dan saat
Ro main burner dinyalakan gun burner tidak
mau insert yang akan berakibat gagal penyalaan.
Tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasi
permasalahan ini adalah Blok vakve udara
instrumen A4 Atomizer di close.
Titik pengamatan kedua yang akan
dianalisa penyebabnya adalah titik ke-44. Pada
incident log sheet tanggal 14 Februari 2010
10090807060
LSL USL
LSL 76.05
Target *
USL 99.45
Sample Mean 87.7471
Sample N 54
StDev (Within) 6.04421
StDev (O v erall) 5.85703
Process Data
C p 1.29
C PL 1.29
C PU 1.29
C pk 1.29
Pp 1.33
PPL 1.33
PPU 1.33
Ppk 1.33
C pm *
O v erall C apability
Potential (Within) C apability
PPM < LSL 37037.04
PPM > USL 0.00
PPM Total 37037.04
O bserv ed Performance
PPM < LSL 26479.39
PPM > USL 26420.76
PPM Total 52900.16
Exp. Within Performance
PPM < LSL 22906.92
PPM > USL 22853.35
PPM Total 45760.27
Exp. O v erall Performance
Within
Overall
Process Capability of Effisiensi tgl 2Jan-24Feb(%)
454137332925211713951
100
95
90
85
Observation
In
div
idu
al
Va
lue
_X=88.66
UC L=93.19
LC L=84.14
454137332925211713951
8
6
4
2
0
Observation
Mo
vin
g R
an
ge
__MR=1.702
UC L=5.560
LC L=0
5
1
1
1
1
1
I-MR Chart of Effisiensi tgl 15 Feb-31 Maret(%)
9896949290888684
LSL USL
LSL 84.14
Target *
USL 93.19
Sample Mean 88.6606
Sample N 45
StDev (Within) 1.50852
StDev (O v erall) 2.12707
Process Data
C p 2.00
C PL 2.00
C PU 2.00
C pk 2.00
Pp 1.42
PPL 1.42
PPU 1.42
Ppk 1.42
C pm *
O v erall C apability
Potential (Within) C apability
PPM < LSL 0.00
PPM > USL 44444.44
PPM Total 44444.44
O bserv ed Performance
PPM < LSL 1364.65
PPM > USL 1338.64
PPM Total 2703.29
Exp. Within Performance
PPM < LSL 16782.46
PPM > USL 16609.81
PPM Total 33392.28
Exp. O v erall Performance
Within
Overall
Process Capability of Effisiensi tgl 5Feb-31Maret(%)
10
terjadi beberapa incident anatara lain V13-240
(Valve main steam to sampling rack), gland
bocor akibatnya banyak steam yang terbuang.
Cara mengatasinya adalah meperbaiki gland
agar tidak bocor supaya proses berjalan normal.
Selanjutnya terdapat sensor pada panel UMC #
3 untuk Feed water (FW), Super heater temp
(SHT) dan Reheater temp (RHT ) abnormal.
Lokasi : BTG board # 3 CCR 3.4. Akibatnya
bila muncul alarm dalam unsur diatas tak
terdeteksi. Cara mengatasinya adalah dengan
mereset panel. Akibat kerusakan sensor ini
akibatnya terlihat pada peta kendali Main steam
flow, Feed water flow, Feed Water
Temperature, Feed water Pressure, Superheater
spray flow, Deaerator temperature, dan
deaerator pressure, pada titik pengamatan ke-44
pada semua peta kendali variabel tersebut
memperlihatkan kondisi diluar batas kendali
bawah, sehingga berpengaruh pada proses
pengambilan data untuk perhitungan nilai
effisiensi.
Setelah mengetahui penyebab
permasalahan, maka dapat dilakukan
penghilangan kedua titik pengamatan tersebut
pada peta kendali efisiensi sistem pembakaran.
Dibawah ini disajikan revisi pengontrolan pada
gambar 4.25 berdasarkan formasi baru yang
diperoleh dari pembuangan titik pengamatan ke-
30 dan ke-44 tersaji dalam peta kendali pada
gambar 4.28.
Gambar 4.11 Peta Kendali I-MR Chat Data
Nilai efisiensi Pembakaran pada Boiler tanggal
02 Januari – 24 Februari 2010 setelah titik
pengamatan ke-30 dan 44 dihilangkan
Nilai Cp Untuk data tersebut = 2, hal
ini menunjukkan bahwa proses pada sistem
tersebut capable dan telah mengalami
peningkatan nilai efisiensi setelah dilakukan
revisi chart. Nilai Cpk pada gambar tersebut
juga menunjukkan keadaan yang sama yaitu
meningkatnya nilai Cpk menjadi 1.83, hal ini
menunjukkan bahwa keadaan data pada peta
kendali Xbar mempunyai akurasi dan presisi
lebih baik dari sebelumnya.
Gambar 4.12 Process capability pada peta
kendali Xbar hasil revisi chart
Efisiensi sistem pembakaran tanggal 15
Februari – 31 Maret 2010
Gambar 4.27 merupakan peta kendali
nilai efisiensi Pembakaran pada Boiler tanggal
15 Februari – 31 Maret 2010, gambar tersebut
memberikan informasi bahwa pada titik
pengamatan ke-7 yang mewakili pengambilan
data pada tanggal 22 Februari 2010 dan titik
pengamatan ke-18 yang mewakili pengambilan
data pada tanggal 28 Februari 2010 mengalami
keadaan tidak terkendali (out of control), namun
berbeda dengan analisa kestabilan nilai efisiensi
sebelunya, yang megalami keadaan tak
terkendali melewati batas kendali bawah yang
menjelaskan bahwa pada titik-titik tersebut telah
terjadi suatu kondisi yang memiliki penyebab
khusus yang mengakibatkan kondisi yang tidak
efisien pada sistem pembakaran tersebut, pada
analisa kestabilan tersebut titik-titik yang
terkendali melewati batas kendali atas yang
berarti pada kedua titik tersebut memiliki nilai
efisiensi yang tinggi sehingga tidak dilakukan
revisi chart pada kedua titik tersebut, karena
pada tugas akhir ini bertujuan untuk
meningkatkan performansi dengan nilai
efisiensi sebagai parameter peningkatannya.
4.5 Tahap Control
Control (C) merupakan langkah
operasional terakhir dalam proyek peningkatan
kualitas Six Sigma. Pada tahap ini hasil-hasil
peningkatan kualitas didokumentasikan dan
disebarluaskan, praktek-praktek terbaik yang
sukses dalam meningkatkan proses
distandarisasikan, prosedur-prosedur tersebut
akan dijadikan pedoman kerja standar (SOP).
Berdasarkan tahapan analyze dan
improve yang telah dilakukan, didapatkan
beberapa prosedur atau pedoman yaitu:
1. Melakukan pengecekan dan pemeliharaan
rutin terhadap Piston Residual Oil main
burner pada boiler sehingga tidak terjadi
gangguan pada proses pembakaran, karena
51464136312621161161
100
95
90
85
80
Observation
In
div
idu
al
Va
lue
_X=88.78
UC L=95.58
LC L=81.98
51464136312621161161
8
6
4
2
0
Observation
Mo
vin
g R
an
ge
__MR=2.557
UC L=8.354
LC L=0
1
11
I-MR Revisi Chart of Effisiensi tgl 2Jan-24Feb(%)
9693908784
LSL USL
LSL 81.98
Target *
USL 95.58
Sample Mean 88.7812
Sample N 52
StDev (Within) 2.26665
StDev (O v erall) 2.4758
Process Data
C p 2.00
C PL 2.00
C PU 2.00
C pk 2.00
Pp 1.83
PPL 1.83
PPU 1.83
Ppk 1.83
C pm *
O v erall C apability
Potential (Within) C apability
PPM < LSL 0.00
PPM > USL 19230.77
PPM Total 19230.77
O bserv ed Performance
PPM < LSL 1347.54
PPM > USL 1352.06
PPM Total 2699.61
Exp. Within Performance
PPM < LSL 3006.68
PPM > USL 3015.25
PPM Total 6021.94
Exp. O v erall Performance
Within
Overall
Process Capability of revisi chart Effisiensi tgl 2Jan-24Feb(%)
11
apabila piston tersebut terdapat gangguan
akan mengakibatkan turunnya nilai efisiensi.
2. Melakukan pengecekan secara rutin terhadap
sensor pada panel UMC # 3 untuk Feed
water (FW), Super heater temp. (SHT) dan
Reheater temp (RHT). Apabila sensor
mengalami kerusakan maka akan berdampak
pada sistem monitoring proses di boiler
tersebut karena data proses yang didapatkan
tidak valid sehingga operator tidak dapat
melakukan tindakan yang semestinya.
Pedoman diatas termasuk kedalam
Preventive Maintenance (PM). Tindakan
tersebut merupakan pemeliharaan rutin yang
dilakukan untuk mengurangi kemungkinan dari
suatu item peralatan mengalami kondisi yang
tidak diinginkan, karena apabila terjadi
gangguan maka akan mempengaruhi peralatan-
peralatan yang lain, sehingga proses tidak dapat
berjalan optimal.
Berdasarkan analisa kestabilan
terhadap sistem pembakaran pada boiler PLTU
unit 3 yang telah dilakukan didapatkan
informasi bahwa semua variabel proses
menunjukkan keadaan yang kurang mampu
(capable) hal ini ditunjukkan dengan nilai Cp<1
dan pada peta kendali data-data variabel proses
juga menunjukkan keadaan yang tidak
terkendali. Dengan adanya informasi tersebut,
dapat disimpulkan boiler unit 3 memerlukan
tindakan perbaikan menyeluruh sehingga perlu
dilakukan overhaul . Overhaul merupakan
pemeliharaan menyeluruh terhadap semua
peralatan sistem untuk mengembalikannya pada
kondisi semula.Perawatan dilakukan untuk
membersihkan, memperbaiki komponen dan
mengembalikan efisiensi unit agar sesuai
dengan standar spesifikasi. Sehingga setelah
seluruh peralatan pada sistem pembakaran di
boiler telah diperiksa keadaannya dan diperbaiki
apabila terdapat gangguan atau memerlukan
pergantian komponen apabila terdapat gangguan
yang serius, maka performansi sistem
pembakaran akan kembali optimal.
V KESIMPULAN
Beberapa hal yang dapat disimpulankan
berdasarkan hasil yang diperoleh melalui analisa
data yang telah dilakukan dalam peneletian ini
adalah:
1. Uji Random dilakukan dengan
menggunakan Uji RunTest. Didapatkan
hasil semua variabel mempunyai nilai P-
value >5%. Yang berarti bahwa semua data
memenui uji kerandoman.
2. Uji Kenormalan dilakukan dengan
menggunakan uji one sample Kolmogorof
Smirnov . Didapatkan hasil bahwa tidak
semua data berdistribusi normal.
3. Analisa sistem pembakaran dengan
menggunakan Peta Kendali Xbar-S pada
semua variabel didapatkan hasil bahwa
seluruh variabel terdapat keadaan Out Of
Control .
4. Sistem Pembakaran pada Boiler unit 3
PLTU PT.PJB UP Gresik menunjukkan
kondisi proses yang tidak cukup capable ,
tetapi mendekati spesifikasi. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai Cp=1.29. Setelah
dilakukan Revisi Chart Nilai Cp meningkat
menjadi 2,yang menunjukkan bahwa
kemampuan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Bachri.Syaiful,2008, Penerapan Metode
Statistical Process Control Sebagai
Upaya Implementasi Metode Six Sigma
(Studi Kasus: PT. INDONESIAN
MARINE Divisi Boiler).
Frank P. Incropera ,David P.DeWitt
“Fundamental of Heat and mass
transfer’’ ,Fourth Edition,John Wiley
and Sons,inc,Canada,1996
Gaspersz, V., Pedoman Implementasi Program
Six Sigma Terintegrasi Dengan ISO
9001:2000, MBNQA, dan HACCP,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2002.
Manggala,D.2005,”Mengenal Six Sigma
Secara Sederhana”,
Supriadi.Gatut,Analisa Efisiensi Overall Boiler
Pada Unit III dan IV PLTU Gresik.
2004
BIODATA PENULIS
Nama : Intan Alifiyah Ilmi
TTL : Bogor, 20 desember 1987
Alamat : Jl. Cinde Baru VIII No.6
Mojokerto – Jawa Timur
E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan: Tek. Fisika ITS Surabaya 2006 – skrg
SMAN Sooko Mojokerto 2003 – 2006
SMPN 1 Mojokerto 2000 – 2003
SDN Miji II Mojokerto 1994 – 2000