analisis risiko keselamatan kerja dengan metode hirarc...

267
ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC (HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND RISK CONTROL) PADA ALAT SUSPENSION PREHEATER BAGIAN PRODUKSI DI PLANT 6 DAN 11 FIELD CITEUREUP PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, TAHUN 2013 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat SKRIPSI OLEH : MUHAMMAD FIL SOCRATES 109101000012 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434H/ 2013 M

Upload: vankiet

Post on 06-Feb-2018

279 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC (HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND RISK CONTROL)

PADA ALAT SUSPENSION PREHEATER BAGIAN PRODUKSI DI PLANT 6 DAN 11 FIELD CITEUREUP

PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, TAHUN 2013

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

SKRIPSI

OLEH :

MUHAMMAD FIL SOCRATES

109101000012

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434H/ 2013 M

Page 2: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that
Page 3: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

iii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDIKESEHATAN MASYARAKAT KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA Skripsi, September 2013 Muhammad Fil Socrates, NIM: 109101000012 Analisis Risiko Keselamatan Kerja Dengan Metode HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) Pada Alat Suspension Preheater Bagian Produksi Di Plant 6 dan 11 Field Citeureup PT. Indocement Tunggal Prakarsa,Tahun 2013 xvii + 232 halaman, 24 tabel, 10 lampiran

ABSTRAK

HIRARC merupakan salah satu cara mengidentifikasi potensi bahaya yang terdapat pada setiap jenis pekerjaan. Langkah-langkahnya dimulai dengan cara mengidentifikasi bahaya, lalu menilai risikonya dan melakukan pengendalian. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk terletak di jalan Mayor Oking Jaya Atmaja kecamatan Citeureup, Bogor Jawa Barat. Barang hasil produksi yang dihasilkan berupa semen dengan salah satu proses produksinya adalah dengan alat pemanasan awal atau suspension preheater (SP). Untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti HIRARC yang dimiliki PT Indocement. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu observasi lapangan, telaah dokumen, dan wawancara mendalam. Analisis data dimulai dengan menghitung nilai risiko dengan bentuk skor.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa terdapat 19 jenis pekerjaan di SP yang memiliki sumber bahaya berbeda-beda dan dibandingkan dengan 11 jenis pekerjaan di Indocement. Dari segi keselamatan PT Indocement masih memiliki beberapa kekurangan khususnya keselamatan pada perlengkapan APD dan menganalisis HIRARC yang telah dibuat.

Saran dari penelitian ini adalah agar perusahaan mau meningkatkan keselamatan pada setiap pekerjaan di SP untuk mengurangi unsafe action dan unsafe condition. Untuk perlengkapan APD seharusnya dapat disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang dilakukan karena masih terdapat ketidak sesuaian dalam memakai APD atau masih belum memakainya.

.

Daftar bacaan : 42 (1970-2012) Kata Kunci :Suspension Preheater, HIRARC.

Page 4: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

iv

FACULTY MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PUBLIC HEALTH MAJOR OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH Thesis, September 2013 Muhammad Fil Socrates, NIM :109101000012 Safety Risk Analysis With HIRARC Methods (Hazard Identification, Risk Assessment And Risk Control) To The Suspension Preheater Tools Of Production Section In Plant 6 And 11 Case Study PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Field Citeureup, years 2013.

ABSTRACT HIRARC is one way to identify potencial hazard that accompany any type of job. The step begin with hazard identification, risk assessement and risk control. PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk is located at Mayor Oking Jaya Atmaja, Citeureup, Bogor west java. Manufactured goods produced in the form of cement with one of the production process is the beginning of the heating appliance or suspension preheater (SP). For that researchers interested in studying HIRARC owned PT.Indocement. This study is a qualitative research. The technique used in the data collection field observation, document review, and in-depth interviews. Data analysis began by calculating the value of the risk score form. Based of the result, it is known that there are 19 types of jobs in the SP which has a different source of danger and in comparison with the 11 types of jobs in Indocement. In terms of safety, PT Indocement still has some shortcomings particularly in safety equipment and analyze HIRARC PPE that has been made. Suggestions from this study is that companies want to improve the safety of each job in SP to reduce unsafe action and unsafe condition. For PPE items should be tailored to the type of work done because there is still a discrepancy in the use of PPE or still do not wear it. References : 42 (1970-2012) Key words : suspension preheater, HIRARC

Page 5: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that
Page 6: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that
Page 7: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

vii

CURRICULUM VITAE

PERSONAL IDENTITY

Full Name : MUHAMMAD FIL SOCRATES

Place/Date of Birth : BOGOR/ NOVEMBER 1991

Sex : MALE

Religion : MOSLEM

Address : Puri Nirwana 1 Blok P No. 02 RT 03/16

Pabuaran, Cibinong-Bogor

Post Code : 16916

Citizenship : INDONESIAN

Height/ Weight : 170 cm/ 52 Kg

Phone Number : 087870774764

Email Address : [email protected]

Hobies : Badminton, Reading history book

Page 8: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

viii

FORMAL EDUCATION

Year Name Of Institute Location

Faculty/

Majoring Result

In Out

2009 2013

ISLAMIC STATE

UNIVERSITY SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

CIPUTAT PUBLIC

HEALH/

SHE

2006 2009 SMAN 1 CIBINONG CIBINONG - Graduated

2003 2006 SMPN 1 CIBINONG CIBINONG - Graduated

1997 2003 SDN CIRIUNG 2 CIBINONG - Graduated

ORGANIZATION EXPERIENCES

Year Organization/ Events

2013 Apprentice in PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Citeureup, Bogor

2013 Apprentice in PT Pertamina Prabumulih, Sumatera Selatan

2012 Participant in occupational safety and health at PT. Pertamina Garut

2012 Participant in analysis of environmental impacts at Bantar Gebang, Bekasi

2012 Participant in HIV/AIDS prevention Training from UNESCO at Ciputat,

Banten

2011 Participant in occupational safety and health at PT. Pertamina Balongan,

Cirebon

2010 English languange courses in Mahesa Institute Pare, Kediri

2010 English languange courses in Able Pare, Kediri

Page 9: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

ix

SEMINAR PARTICIPATION

Year Organization/ Events

2013 Training of Working of Heigh Basic Awareness Indorope, Prabumulih

2012 Participant of Seminar K3 Tanggap Darurat Bencana Banjir

Participant of Seminar Profesi Gizi Bongkar Kebiasaan Lama Ganti Dengan

Diet Yang Tepat

2012 Participant of Seminar profesi Gizi Sudah sehatkah kantin kita

2012 Participant of Seminar Profesi K3 Lalai Listrik Waspadalah Kebakaran

2011 Participant of Seminar Profesi K3 Angkutan Transportasi Nyaman Tanpa

Berdesakan Sampai Tujuan Dengan Aman

2011 Participant of Seminar Profesi K3 Sudah Amankah Anda Berkendara

2011 Participant of Seminar Profesi Regulasi Keamanan Pangan Minuman

Isotonik Di Indonesia

2011 Participant of Workshop Disaster Management

2011 Participant of Seminar Hari Bumi

Year Organization/ Events

2010 Participant of Seminar Peran Pesantren dalam Pembangunan Nasional

2010 Participant of Seminar Nasional Simposium Perspektif Islam Dalam

membangun Karakter Bangsa Pada Era Milenium Kesehatan

2010 Participant of Seminar Esensi Shalat Dalam Perspektif keislaman

2010 Participant of SeminarNasional Bahaya kanker serviks dan Hubungannya

dengan Seks Anda

2009 Participant of Seminar Pengembangan Profesi K3

2009 Participant of Seminar Umum “Hilangnya Ayat Dalam Undang-Undang

Anti Rokok”

2009 Participant of Seminar Nasional Menuju Indonesia Bebas Kaki Gajah dan

Sosialisasi Flu Burung

2009 Participant of Seminar Gizi Status Gizi Baik, Keturunan Sehat, Keluarga

Bahagia

Page 10: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

x

2009 Participant of Seminar Gizi Sudah Sehatkah Dan Idealkah Pola Makan

Anda

Page 11: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

xi

Lembar Persembahan

Kulangkahkan Kakiku Menuju Impian

Namun Tidak Sendiri …

Karena Tangan Ini Selalu Dirangkul

Oleh Manusia-Manusia Luar Biasa

Yang Selalu Memberiku Dukungan, Doa, dan Harapan

Agar Kami Dapat Berhasil

Namun Tidak Sendiri …

Tapi Selalu Bersama

Skripsi Ini ku Persembahakn Untuk Kedua Orang Tua Tercinta,

Adikku Dan Sahabat Kembarku Yang Luar biasa, Serta Teman-

Teman Sejawat dan Seperjuangan

Page 12: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

xii

KATA PENGANTAR

Segala puji kehadirat Allah SWT, yang telah menciptakan dunia dan seisinya dengan

beraneka ragam dan menjadikan perrbedaan sebagai rahmat-NYA, karena syukur tak

pernah henti bagi penulis ucapkan ridhanya akhirnya Penelitian saya yang berjudul

“ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC

(HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND RISK CONTROL)

PADA ALAT SUSPENSION PREHEATER BAGIAN PRODUKSI DI PLANT 6

DAN 11 FIELD CITEUREUP PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA,

TAHUN 2013” telah penulis selesaikan. Shalawat serta salam selalu tak lupa penulis

sampaikan kepada Rasullallah Muhammad SAW yang membawa perubahan jaman yang

gelap gulita menjadi jaman yang terang benderang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan,

bimbingan, petunjuk dan motivasi dari banyak orang-orang terdekat karena tanpa

bantuannya penulis belum tentu bisa menyelesaikannya.

Dengan kerendahan hati penulis memberikan rasa hormat dan ucapan

terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada :

1. Kedua Orang tua tercinta, Ibuku yang selalu memberikan dukungan berupa doa dan

nasihatnya sehingga saya dapat termotivasi untuk terus mengerjakan penelitian ini

hingga selesai. Kemudian ayah yang banyak memberikan masukan dan dukungan

terlebih beliau memahami isi penelitian yang saya kerjakan.

2. Adikku Tercinta “Layalia Qodri” yang selalu memberikan semangat agar saya dapat

menyelesaikan penelitian ini dengan semaksimal mungkin.

3. Saudara sanak family ku yang selalu memberikan support dan dukungan agar aku

selalu semangat mengerjakan penelitian ini.

4. Bapak Prof. Dr. (hc). Dr. M.K Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 13: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

xiii

5. Ibu Febriyanti, M.Si. selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

6. Bapak Muhammad Farid Hamzen, M.Si. selaku pembimbing Fakultas yang selalu

memberikan masukan positif dan membimbing saya hingga skripsi saya dapat

berjalan dengan baik dan hasil yang memuaskan.

7. Ibu Dewi Utami Iriani M.Kes Phd selaku pembimbing Fakultas yang memberikan

nasihatnya dengan sangat baik.

8. Ibu Fase Badriyah, Ph.D selaku dosen penguji yang memberikan motivasi dengan

baik agar saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lebih baik.

9. Bapak dr.Yuli Prapanca Satar, MARS selaku dosen penguji yang banyak sekali

memberikan masukan dan nasihat agar revisian skripsi saya lebih baik lagi.

10. Ibu Nurul Wandasari S.,M.Epid selaku dosen penguji yang banyak sekali

memberikan masukan dan nasihat agar revisian skripsi saya lebih baik lagi.

11. Ibu Iting Shofwati ST, MKKK selalu penanggung jawab peminatan K3.

12. Bapak Widi Wibisono selaku pembimbing penelitian di Perusahaan yang tiada

hentinya memberikan ilmu-ilmu mengenai safety dengan cukup baik.

13. Ibu Tika selaku pembimbing penelitian di perusahaan yang selalu memberikan

masukan positif terutama mengenai perundangan keselamatan kerja.

14. Teman-teman kantor PT Indocement Tunggal Prakarsa atas bantuannya selama ini.

15. Sahabat-sahabat Benkyu (Nia, Denis, VJ, Ubay, Ana, Heni) yang selalu mensupport

hingga saat ini dan selalu mendoakan agar kami dapat lulus dengan hasil yang

memuaskan.

16. Teman-teman K3 2009 seperjuangan yang selalu kompak dalam menjarkom,

menghabiskan waktu luang,berdiskusi kelompok, maupun dalam hal lainnya.

17. Anak-anak pengajian Himatul Ulya atas doa dan dukungannya selama ini.

18. Dan semua rekan yang telah membantu dalam tahap menyusun laporan skripsi saya.

Akhir kata dengan mengucapkan rasa syukur dengan memanjatkan doa kepada

Allah SWT, semoga semua amal kebaikan dari semua pihak dibals oleh Allah SWT

Page 14: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

xiv

amin dan semoga laporan magang ini dapat menambah keilmuan pengetahuan penulis

khususnya dan pembaca umumnya.

Jakarta, 22 Agustus 2013

Penulis

Page 15: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

xv

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii

ABSTRAK ........................................................................................................ iii

ABSTRACT ...................................................................................................... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN .................................................................. v

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. vi

CURRICULUM VITAE .................................................................................. vii

LEMBAR PERSEMBAHAN .......................................................................... xi

KATA PENGANTAR ...................................................................................... xii

DAFTAR ISI .................................................................................................... xv

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xxi

DAFTAR BAGAN ........................................................................................... xxii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................... 5

1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 5

1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6

1.4.1 Tujuan Umum ..................................................................................... 6

1.4.2 Tujuan Khusus .................................................................................... 6

1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7

1.5.1 Bagi Peneliti ........................................................................................ 7

1.5.2 Bagi Institusi ....................................................................................... 7

Page 16: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

xvi

1.5.3 Bagi Perusahaan .................................................................................. 7

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja ............................................................ 9

2.2 Kecelakaan Akibat Kerja ........................................................................... 11

2.2.1 Penyebab Kecelakaan Akibat Kerja .................................................. 12

2.3 Bahaya ....................................................................................................... 16

2.3.1 Jenis Bahaya ..................................................................................... 17

2.4 Analisis Risiko ........................................................................................... 18

2.4.1 Pengertian Risiko ............................................................................. 18

2.5 Manajemen Risiko .................................................................................... 19

2.5.1 Tujuan Manajemen Risiko ................................................................ 19

2.5.2 Manfaat Manajemen Risiko ............................................................... 20

2.6 Perangkat Manajemen Risiko .................................................................... 21

2.7 HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) ......... 25

2.7.1 Identifikasi Bahaya ............................................................................ 25

2.7.2 Penilaian Risiko ............................................................................... 27

2.7.3 Pengendalian Risiko ......................................................................... 29

2.8 Definisi Suspension Preheater .................................................................. 33

2.9 Kerangka Teori .......................................................................................... 41

BAB 3 KERANGKA BERFIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Berfikir ..................................................................................... 43

3.2 Definisi Istilah .......................................................................................... 45

Page 17: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

xvii

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian ......................................................................................... 48

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................................... 48

4.3 Informan Penelitian ................................................................................... 48

4.4 Instrumen Penelitian ................................................................................. 50

4.5 Sumber Data ............................................................................................. 51

4.6 Pengumpulan Data ..................................................................................... 51

4.7 Keabsahan Data ........................................................................................ 53

4.8 Pengolahan Data ....................................................................................... 54

4.9 Analisis Data ............................................................................................. 55

4.10 Penyajian Data ........................................................................................ 55

BAB 5 HASIL

5.1 Gambaran Umum PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk .......................... 56

5.1.1 Sejarah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk .................................. 56

5.1.2 Perkembangan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ...................... 58

5.1.3 Visi, Misi, Motto dan Logo PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ... 59

5.1.4 Lokasi PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk .................................. 60

5.1.5 Struktur Organisasi ........................................................................... 62

5.1.6 Manajemen Perusahaan .................................................................... 64

5.1.7 Produk Semen .................................................................................. 66

5.1.8 Proses Produksi ................................................................................ 68

5.2 Alur Kerja Suspension Preheater .............................................................. 76

5.3 SOP Suspension Preheater ........................................................................ 78

5.4 Hasil Identifikasi Bahaya Suspension Preheater ........................................ 82

5.4.1 Hasil Identifikasi Bahaya SP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk . 83

Page 18: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

xviii

5.4.2 Hasil Identifikasi Bahaya SP dari hasil observasi peneliti ................. 94

5.5 Hasil Analisis Penilaian Risiko SP ............................................................ 110

5.5.1 Penilaian Risiko PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ..................... 114

5.5.2 Penilaian Risiko dari hasil observasi peneliti .................................... 117

5.6 Hasil Pengendalian Risiko SP ................................................................... 125

5.6.1 Pengendalian Risiko PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ............. 126

5.6.2 Pengendalian Risiko dari hasil observasi peneliti .............................. 129

5.7 Rekomendasi Pengendalian Risiko ............................................................ 152

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 161

6.2 Pembahasan Hasil Analisis Risiko Keselamatan Kerja Dengan Metode HIRARC

Pada Pekerjaan Di Suspension Preheater .................................................. 162

6.3 Analisis Perbandingan Milik PT Indocement Dengan Peneliti ................... 211

6.3.1 HIRARC Perusahaan Dengan Peneliti .............................................. 211

6.4 Peraturan Perundang-Undangan dan Standarisasi dari Pemerintah ............. 216

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan ............................................................................................... 228

7.2 Saran ......................................................................................................... 231

DAFTAR PUSTAKA

LEMBAR OBSERVASI

PEDOMAN WAWANCARA

Page 19: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

xix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penilaian Tingkat Kemungkinan (Occurance / O) .............................. 26

Tabel 2.2 Penentuan Tingkat Konsekuensi/ Keparahan (Severity / S) .................. 28

Tabel 2.3 Penentuan Tingkat Risiko ................................................................... 28

Tabel 2.4 Klasifikasi Risiko ............................................................................... 28

Tabel 2.5 Penentuan Tingkat Keberhasilan (Detection / D) ................................. 33

Tabel 4.1 Informan Penelitian ............................................................................ 51

Tabel 5.1 Jam Kerja Normal Untuk Mining dan Packing Departement .............. 65

Tabel 5.2 Jam Kerja Normal Untuk Mining dan Packing Departement ............... 66

Tabel 5.3 Jam Kerja Shift Untuk Bagian Produksi, Pengendalian Mutu, Elektrik

Dan Power station dan Paper Bag ....................................................... 66

Tabel 5.4 Jam Kerja untuk Departement Paperbag ............................................. 66

Tabel 5.5 HIRARC PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ................................ 86

Tabel 5.6 Identifikasi Bahaya Pekerjaan Di Alat Suspension Preheater ............. 103

Tabel 5.7 Lembar Observasi Identifikasi Risiko Pada Suspension Preheater ....... 108

Tabel 5.8 Penilaian Tingkat Kemungkinan Dilakukannya Kegiatan ................... 112

Tabel 5.9 Penentuan Tingkat Konsentrasi/Keparahan ......................................... 112

Tabel 5.10 Matriks Risiko WRAC ..................................................................... 113

Tabel 5.11 Penentuan Tingkat Risiko ................................................................. 114

Tabel 5.12 Penilaian Risiko Pada Pekerjaan di SP PT ITP Tbk ........................... 116

Tabel 5.13 Hasil Observasi Penilaian Risiko ...................................................... 119

Tabel 5.14 Lembar Observasi Penilaian Risiko .................................................. 125

Page 20: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

xx

Tabel 5.15 Pengendalian Risiko PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ............. 128

Tabel 5.16 Hasil Pengendalian Risiko SP ........................................................... 131

Tabel 5.17 Lembar Observasi Pengendalian Bahaya ........................................... 140

Tabel 5.18 Rekomendasi pengendalian Risiko ................................................... 143

Page 21: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

xxi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Suspension Preheater ..................................................................... 37

Gambar 2.2 Proses Suspension Preheater .......................................................... 38

Page 22: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

xxii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori ................................................................................. 42

Bagan 3.1 Kerangka Berfikir ............................................................................. 44

Page 23: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

risiko yang terjadi tergantung dari jenis industri, teknologi serta upaya pengendalian

risiko yang dilakukan. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang terjadi

dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan pada

perusahaan. Secara garis besar kejadian kecelakaan kerja disebabkan oleh dua faktor,

yaitu tindakan manusia yang tidak memenuhi keselamatan kerja (unsafe act) dan

keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition) (Suma’mur, 1984).

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1970 tentang

keselamatan kerja dituliskan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan

perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan kesejahteraan hidup

dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. Begitu juga dengan setiap

orang lain yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Oleh

karena itu, sesuai dengan peraturan yang berlaku setiap perusahaan yang didalamnya

terdapat pekerja dan resiko terjadinya bahaya wajib untuk memberikan perlindungan

Keselamatan.

Seperti yang terjadi bahwa sistem keselamatan kesehatan kerja dapat

dikatakan baru akan dilaksanakan setelah proses pendirian suatu pabrik/ unit usaha

berjalan, padahal menurut aturan hukum seharusnya dilakukan pada saat

Page 24: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

2

perencanaan pabrik/ perusahaan tersebut (Pabiban, 2007). Dari data ILO

menunjukkan bahwa sebanyak 1.2 juta pekerja meninggal dunia akibat kecelakaan

kerja tiap tahun, penyakit akibat kerja (PAK) menimpa 160 juta tenaga kerja

pertahun. Kerugian pun mencapai tingkat yang tinggi sebesar 2.4 % dari Gross

domestic product (GDP).

Data angka kecelakaan di Indonesia pada tahun 2012, terjadi kasus

kecelakaan kerja sebesar 4.130 yang mengalami cacat fungsi, 2.722 orang

mengalami cacat sebagian, 34 orang harus mengalami cacat total tetap dan 2.218

jiwa meninggal dunia (Jamsostek, 2012). Upaya pencegahan kecelakaan akibat kerja

dapat direncanakan, dilakukan dan dipantau dengan melakukan studi karakteristik

tentang kecelakaan agar upaya pencegahan dan penananggulanganya dapat dipilih

melalui pendekatan yang paling tepat. Analisa tentang kecelakaan dan resikonya

dilakukan atas dasar pengenalan atau identifikasi bahaya di lingkungan kerja dan

pengukuran bahaya di tempat kerja. Secara garis besar ada empat faktor utama yang

mempengaruhi kecelakaan yaitu faktor manusia, alat atau mesin, material dan

lingkungan (Suma’mur, 1986).

Proses identifikasi bahaya merupakan salah satu bagian dari manajemen

resiko. Penilaian resiko merupakan proses untuk menentukan prioritas pengendalian

terhadap tingkat resiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Proses identifikasi

bahaya bisa dimulai berdasarkan kelompok, seperti: kegiatan, lokasi, aturan-aturan,

dan fungsi atau proses produksi. Ada berbagai cara yang dapat dilakukan guna

mengidentifikasi bahaya di lingkungan kerja, misalnya melalui inspeksi, informasi

mengenai data kecelakaan kerja, penyakit dan absensi, laporan dari tim K3, P2K3,

Page 25: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

3

supervisor dan keluhan pekerja, pengetahuan tentang industri, lembar data

keselamatan bahan dan lain-lain (Depnaker, 1991).

Salah satu sistem manajemen K3 yang berlaku global atau Internasional

adalah OHSAS 18001;2007. Menurut OHSAS 18001, manajemen K3 adalah upaya

terpadu untuk mengelola risiko yang ada dalam aktivitas perusahaan yang dapat

mengakibatkan cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan terhadap bisnis

perusahaan. Manajemen risiko terbagi atas tiga bagian yaitu Hazard Identification,

Risk Assessment dan Risk Control. Biasanya dikenal dengan singkatan HIRARC.

Metode ini merupakan bagian dari manajemen risiko dan yang menentukan arah

penerapan K3 dalam perusahaan (Ramli, 2010).

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (PT.ITP) adalah perusahaan semen

swasta terbesar di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1975 dan memiliki 12 pabrik

yang tersebar di 3 kota yakni Bogor, Cirebon dan Kotabaru. PT Indocement Tunggal

Prakarsa Tbk memiliki 6316 jumlah karyawan yang bekerja yang tidak dipungkiri

bahwa terdapat bermacam-macam jenis bahaya yang bisa saja terjadi mulai dari

proses awal hingga produksi akhir (www.Indocement.co.id).

Dilihat dari proses produksinya, PT Indocement Tunggal Prakarsa tidak akan

terlepas dari risiko timbulnya kecelakaan akibat kerja. Dengan jumlah karyawan

mencapai angka 3000 karyawan, risiko terjadinya kecelakaan kerja dapat terjadi

sewaktu-waktu ketika pekerja melakukan pekerjaannya. Data angka kecelakaan kerja

pada tahun 2010 hingga tahun 2012 di pabrik PT Indocement Tunggal Prakarsa

Citeureup adalah berjumlah 86 orang pada tahun 2010 dengan jumlah karyawan

3145 orang, kemudian mengalami penurunan di tahun 2011 yakni 76 orang dengan

Page 26: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

4

jumlah karyawan 3074orang. Namun kembali mengalami kenaikan di tahun 2012

adalah 86 orang dengan jumlah karyawan 3090 orang (HSE Indocement, 2013).

Dari data angka kecelakaan yang terjadi dari tahun 2010-2012 menunjukkan

masih adanya kecelakaan kerja yang terjadi di areal pabrik tersebut dengan 20 divisi

yang tersebar di area pabrik terdapat angka yang paling besar mengalami kecelakaan

yakni pada plant 6/11 berjumlah 15 orang. Riwayat kejadian kecelakaan di Plant 6

dan 11 menunjukkan fluktuasi jumlah kecelakaan kerja yang tertinggi dari divisi

lainnya. Kemudian setelah melihat temuan data pada plant 6 dan 11 dalam produksi

semen, kegiatan proses kerja yang mempunyai risiko paling tinggi atau high risk di

bagian suspension preheater. Hasil ini didapatkan dari hasil temuan investigasi di

plant 6/11 dalam kurun waktu 3 tahun terakhir yang didapatkan dari data HSE pusat.

Pada proses ini mesin akan mengeluarkan panas yang cukup tinggi dan pada proses

ini semen mengalami pemanasan awal dengan suhu diatas 3000 derajat celcius. Hal

itu mengindikasikan adanya risiko keselamatan kerja yang lebih tinggi dibandingkan

dengan plant atau divisi lainnya. Untuk itu diperlukan analisis risiko keselamatan

kerja untuk mengetahui tingkat risiko keselamatan kerja pada alat suspension

preheater bagian produksi di plant 6 dan 11 dengan metode HIRARC (Hazard

Identification, Risk Assessment and Risk Control) di PT Indocement Tunggal

Prakarsa, field Citeureup tahun 2013.

Page 27: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

5

1.2 Perumusan Masalah

Perusahaan atau industri memerlukan proses yang baik di semua kegiatan

dalam mencapai tujuan yang efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan

produktivitas kerja dan menekan angka kecelakaan kerja. Walaupun telah

dibuatkannya sistem HIRARC dalam mengidentifikasi bahaya dan risiko sebagai

acuan dalam mengevaluasi permasalahan kecelakaan yang ada, kemudian peraturan

dan prosedur kerja yang baik serta penyediaan alat pelindung diri (APD), akan tetatpi

kecelakaan kerja masih terjadi lebih tinggi dibandingkan plant atau divisi lainnya

yakni di plant 6/11 PT Indocement Tunggal Prakarsa tahun 2013. Hal ini merupakan

alasan bagi peneliti untuk menjadikan masalah kecelakaan kerja bagi pekerja untuk

di analisis melalui suatu penelitian dengan menggunakan metode HIRARC (Hazard

Identification Risk Assessment and Risk Control)

1.3 Pertanyaan penelitian

1. Bagaimana risiko keselamatan kerja pada alat suspension preheater bagian

produksi plant 6/11 field Citeureup PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

pada tahun 2013 ?

2. Bagaimana pelaksanaan identifikasi bahaya pada alat suspension preheater

preheater bagian produksi plant 6/11 field Citeureup PT.Indocement

Tunggal Prakarsa Tbk pada tahun 2013 ?

3. Bagaimana pelaksanaan menganalisis risiko pada alat suspension preheater

preheater bagian produksi plant 6/11 field Citeureup PT.Indocement

Tunggal Prakarsa Tbk pada tahun 2013 ?

Page 28: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

6

4. Bagaimana pelaksanaan pengendalian risiko pada alat suspension preheater

preheater bagian produksi plant 6/11 field Citeureup PT.Indocement

Tunggal Prakarsa Tbk pada tahun 2013 ?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya tingkat risiko keselamatan kerja pada alat suspension

preheater bagian produksi di plant 6 dan 11 dengan metode HIRARC

(Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) di PT Indocement

Tunggal Prakarsa, Citeureup tahun 2013.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya risiko keselamatan kerja pada alat suspension preheater

bagian produksi plant 6/11 field Citeureup PT.Indocement Tunggal

Prakarsa Tbk pada tahun

2. Diketahuinya pelaksanaan identifikasi bahaya pada alat suspension

preheater bagian produksi plant 6/11 field Citeureup PT.Indocement

Tunggal Prakarsa Tbk pada tahun 2013.

3. Diketahuinya pelaksanaan analisis risiko pada alat suspension

preheater bagian produksi plant 6/11 field Citeureup PT.Indocement

Tunggal Prakarsa Tbk pada tahun 2013.

4. Diketahuinya pelaksanaan pengendalian risiko pada alat suspension

preheater bagian produksi plant 6/11 field Citeureup PT.Indocement

Tunggal Prakarsa Tbk pada tahun 2013.

Page 29: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

7

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

Memberikan manfaat bagi peneliti untuk memperdalam pengetahuan,

wawasan serta kemampuan untuk mengaplikasikan ilmu tentang keselamatan

kerja. Terutama mengenai analisis risiko keselamatan kerja pada alat

suspension preheater dengan metode HIRARC (Hazard Identification, Risk

Assessment and Risk Control)

1.5.2 Bagi Institusi

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi

tambahan bagi civitas akademik prodi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif

Hidayatullah jakarta. Terutama mengenai analisis risiko keselamatan kerja

pada alat suspension preheater preheater dengan metode HIRARC ( Hazard

Identification, Risk Assessment and Risk Control)

1.5.3 Bagi Perusahaan

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi informasi dan rekomendasi

kepada perusahaan dan mitra kerja sebagai bahan pertimbangan atau masukan

tentang potensi bahaya yang terdapat di pekerjaan bagian produksi pada alat

suspension preheater.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa program studi Kesehatan

Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta karena ingin

menganalisis risiko yang ada di plant 6/11 bagian produksi pada alat suspension

Page 30: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

8

preheater. Penelitian ini dilakukan di PT Indocement Tunggal Prakarsa Citeureup,

Jawa Barat pada bulan Mei-Juli tahun 2013 karena dari data kecelakaan

menunjukkan adanya risiko yang berbahaya pada pekerjaan di bagian tersebut.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan sasaran pekerja yang

melakukan produksi menggunakan alat suspension preheater di PT Indocement

Tunggal Prakarsa Tbk Citeureup. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data primer dan sekunder, data sekunder dengan telaah dokumen yang terdapat di

bagian SHE (Safety Health and Environment) dari pusat dan data dari plant 6/11.

Data primer dilakukan dengan cara wawancara kepada pekerja, pekerja maintenance

dan pekerja SHE plant 6/11.

Page 31: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

9

Page 32: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut ILO/WHO (1998) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah

suatu promosi, perlindungan dan peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya mencakup aspek fisik, mental, dan sosial untuk kesejahteraan seluruh

pekerja di semua tempat kerja. Pelaksanaan K3 merupakan salah satu bentuk upaya

untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran

lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat nmeningkatkan efisiensi dan

produktivitas kerja. Sedangkan menurut Suma’mur (1988) keselamatan kerja adalah

keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses

pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan

pekerjaan. Tujuan dari keselamatan itu sendiri adalah sebagai berikut : (Suma’mur,

1981)

1. Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatannya dalam melakukan

pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta

produktivitas nasional.

2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

Page 33: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

10

3. Menjamin agar sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman

dan efisien.

Kecelakaan kerja dapat menimbulkan kerugian langsung dan juga dapat

menimbulkan kerugian tidak langsung yaitu kerusakan mesin dan peralatan kerja,

terhentinya proses produksi, kerusakan pada lingkungan kerja. Keselamatan kerja

adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat, dan kematian sebagai

akibat kecelakaan kerja.

Adapun syarat-syarat keselamatan kerja yang di atur dalam Undang-Undang

keselamatan dan kesehatan kerja yang dibuat untuk (Undang-Undang K3 pasal 3 ayat

1, tahun 1970) :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;

c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran

atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;

e. Memberi pertolongan pada kecelakaan;

f. Member alat-alat perlindungan diri kepada pekerja;

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,

kelembapan, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,sinar atau

radiasi, suara dan getaran;

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physic

maupun psikis. Peracunan, infeksi dan penularan;

i. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;

Page 34: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

11

j. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;

k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;

l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;

m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan

proses kerjanya;

n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman

dan barang;

o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;

p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan

penyimpanan barang;

q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;

r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang

bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

2.2 Kecelakaan Akibat Kerja

Menurut Suma’mur (1995), definisi kecelakaan adalah kejadian tidak terduga

dan tidak diharapkan. Dikatakan tidak terduga karena dibelakang peristiwa yang

terjadi tidak terdapat unsur kesengajaan atau unsur perencanaan, sedangkan tidak

diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian materil ataupun

menimbulkan penderitaan dari skala paling ringan sampai skala paling berat.

Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja atau

sedang melakukan pekerjaan di suatu t empat kerja. Ruang lingkup kecelakaan akibat

kerja terkadang diperluas meliputi kecelakaan tenaga kerja yang terjadi saat

perjalanan ke dan dari tempat kerja.

Page 35: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

12

Menurut Bird and Germain (1990) kecelakaan kerja adalah kejadian tidak

diharapkan yang mengakibatkan kesakitan (cedera atau korban jiwa) pada orang,

kerusakan pada properti dan kerugian dalam proses yang terjadi saat pekerjaan

dilakukan. Kecelakaan kerja biasanya terjadi karena adanya kontak dengan bahan

atau sumber energi (bahan kimia, suhu tinggi, kebisingan, mesin, listrik, dan lain-

lain) di atas nilai ambang batas kemampuan tubuh manusia untuk.dapat

menerimanya, yang kemungkinan dapat menyebabkan terpotong, terbakar, luka

lecet, patah tulang, dan terjadi ganguan fungsi fisiologis alat tubuh.

2.2.1 Penyebab Kecelakaan Akibat Kerja

Kecelakaan akibat kerja terjadi tanpa disangka-sangka dalam waktu sekejap

mata. Bennett (1991) mengemukakan bahwa di dalam setiap kejadian kecelakaan

kerja, empat faktor bergerak dalam satu kesatuan berantai, yakni a) faktor

lingkungan, b) faktor bahaya, c) faktor peralatan dan perlengkapan, dan d) faktor

manusia. Cara penggolongan sebab-sebab kecelakaan di berbagai negara tidak sama.

Namun ada kesamaan umum, yaitu kecelakaan disebabkan oleh dua golongan

penyebab, antara lain (Suma’mur, 1981) :

1. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe

human acts)

2. Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe conditions)

A. Faktor Manusia

-Umur

Umur mempunyai pengaruh yang penting terhadap kejadian kecelakaan

akibat kerja. Golongan umur tua mempunyai kecenderungan yang lebih tinggi untuk

Page 36: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

13

mengalami kecelakaan akibat kerja dibandingkan dengan golongan umur muda

karena umur muda mempunyai reaksi dan kegesitan yang lebih tinggi (Menurut

Hunter dalam Hernawati, 2008). Namun umur muda pun sering pula mengalami

kasus kecelakaan akibat kerja, hal ini mungkin karena kecerobohan dan sikap suka

tergea-gesa (Tresnaningsih, 1991).

Dari hasil penelitian di Amerika Serikat diungkapkan bahwa pekerja muda

usia lebih banyak mengalami kecelakaan dibandingkan dengan pekerja yang lebih

tua. Pekerja muda usia biasanya kurang berpengalaman dalam pekerjaanya (ILO,

1989).

-Jenis Kelamin

Tingkat kecelakaan akibat kerja pada perempuan akan lebih tinggi daripada

pada laki-laki. Perbedaan kekuatan fisik antara perempuan dengan kekuatan fisik

laki-laki adalah 65%. Secara umum, kapasitas kerja perempuan rata-rata sekitar 30%

lebih rendah daripada laki-laki. Tugas yang berkaitan dengan gerak berpindah, laki

laki mempunyai waktu reaksi lebih cepat daripada perempuan, baik pergerakan kaki,

tangan, dan lengan (www.depkes.go.id).

-Pengalaman kerja

Semakin banyak pengalaman kerja dari seseorang, maka semakin kecil

kemungkinan terjadinya kecelakaan akibat kerja. Pengalaman untuk kewaspadaan

terhadap kecelakaan kerja bertambah baik sesuai dengan usia, masa kerja atau

lamanya bekerja di tempat yang bersangkutan. Pengalaman kerja merupakan faktor

yang dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat kerja. Berdasarkan berbagai

penelitian dengan meningginya pengalaman dan keterampilan akan disertai dengan

Page 37: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

14

penurunan angka kecelakaan akibat kerja. Kewaspadaan terhadap kecelakaan akibat

kerja bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja di tempat

kerja yang bersangkutan (Suma’mur 1989). Tenaga kerja baru biasanya belum

mengetahui secara mendalam seluk-beluk pekerjaannya. Penelitian dengan studi

restropektif di Hongkong dengan 383 kasus membuktikan bahwa kecelakaan akibat

kerja karena mesin terutama terjadi pada buruh yang mempunyai pengalaman kerja

di bawah 1 tahun (Menurut Ong, Sg, dalam Agusliadi 1982).

-Tingkat pendidikan

Pendidikan sesorang berpengaruh dalam pola pikir sesorang dalam

menghadapi pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, selain itu pendidikan juga

akan mempengaruhi tingkat penyerapan terhadap pelatihan yang diberikan dalam

rangka melaksanakan pekerjaan dan keselamatan kerja. Hubungan tingkat

pendidikan dengan lapangan yang tersedia bahwa pekerja dengan itngkat pendidikan

rendah, seperti Sekolah Dasar atau bahkan tidak pernah bersekolah akan bekerja di

lapangan yang mengandalkan fisik. Hal ini dapat mempengaruhi terjadinya

kecelakaan kerja karena beban fisik yang berat dapat mengakibatkan kelelahan yang

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat kerja.

Pendidikan adalah pendidikan formal yang diperoleh disekolah dan ini sangat

berpengaruh terhadap perilaku pekerja. Namun disamping pendidikan formal,

pendidikan non formal seperti penyuluhan dan pelatihan juga dapat berpengaruh

terhadap pekerja dalam pekerjaannya (Menurut Achmadi dalam Agusliadi 1990).

Page 38: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

15

-Kelelahan

Kelelahan dapat menimbulkan kecelakaan kerja pada suatu industri.

Kelelahan merupakan suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup lagi untuk

melakukan aktivitasnya. Kelelahan ini ditandai dengan adanya penurunan fungsi-

fungsi kesadaran otak dan perubahan pada organ di luar kesadaran. Kelelahan

disebabkan oleh berbagai hal, antara lain kurang istirahat, terlalu lama bekerja,

pekerjaan rutin tanpa variasi, lingkungan kerja yang buruk, serta adanya konflik

(Silalahi, 1991).

B. Faktor Lingkungan

-Lokasi/Tempat kerja

Tempat kerja adalah tempat dilakukannya pekerjaan bagi suatu usaha, dimana

terdapat tenaga kerja yang bekerja, dan kemungkinan adanya bahaya kerja di tempat

itu (Silalahi, 1991). Disain dari lokasi kerja yang tidak ergonomis dapat

menimbulkan kecelakaan kerja. Tempat kerja yang baik apabila lingkungan kerja

aman dan sehat.

-Peralatan/perlengkapan

Proses produksi adalah bagian dari perencanaan produksi. Langkah penting

dalam perencanaan adalah memilih peralatan dan perlengkapan yang efektif sesuai

dengan apa yang diproduksinya. Pada dasarnya peralatan/perlengkapan mempunyai

bagian-bagian kritis yang dapat menimbulkan keadaan bahaya, yaitu (Silalahi, 1991):

1. bagian-bagian fungsional

2. bagian-bagian operasional

Page 39: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

16

Bagian-bagian mesin yang berbahaya harus ditiadakan dengan jalan

mengubah konstruksi, memberi alat perlindungan. Peralatan dan perlengkapan yang

dominan menyebabkan kecelakaan kerja, antara lain :

1. peralatan/perlengkapan yang menimbulkan kebisingan

2. peralatan/perlengkapan dengan penerangan yang tidak efektif

3. peralatan/perlengkapan dengan temperatur tinggi ataupun terlalu rendah

4. peralatan/perlengkapan yang mengandung bahan-bahan kimia berbahaya

5. peralatan/perlengkapan dengan efek radiasi yang tinggi

6. peralatan/perlengkapan yang tidak dilengkapi dengan pelindung, dll.

-Shift Kerja

Menurut National Occupational Health and Safety Commitee, shift kerja

adalah bekerja diluar jam kerja normal, dari Senin sampai Jumat termasuk hari libur

dan bekerja dimulai dari jam 07.00 sampai dengan jam 19.00 atau lebih. Shif kerja

malam biasanya lebih banyak menimbulkan kecelakaan kerja dibandingkan dengan

shift kerja siang, tetapi shif kerja pagi-siang tidak menutup kemungkinan dalam

menimbulkan kecelakaan akibat kerja.

2.3 Bahaya

Bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang berpotesi

menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan

lainnya. Karena hadirnya bahaya maka diperlukan upaya pengendalian agar bahaya

tersebut tidak menimbulkan akibat yang merugikan (Ramli, 2010).

Bahaya merupakan sifat yang melekat dan menjadi bagian dari suatu zat,

sistem, kondisi atau peralatan. Misalkan api, secara alamiah mengandung sifat panas

Page 40: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

17

yang bila mengenai benda atau tubuh manusia dapat menimbulkan kerusakan atau

cidera.

2.3.1 Jenis Bahaya

Ditempat umum banyak terdapat sumber bahaya seperti perkantoran,

tempat rekreasi, mal, jalan raya, sarana olahraga dan lain-lain. Di tempat

kerja juga banyak jenis bahaya seperti di pertambangan, pabrik kimia, kilang

minyak, pengecoran logam dan lainnya.

Kita tidak dapat mencegah kecelakaan jika tidak dapat mengenal

bahaya dengan baik dan seksama. Jenis bahaya dapat diklasifikasiakan antara

lain (Ramli, 2010) :

a) Bahaya Mekanis

Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak

dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun

dengan penggerak. Misalnya mesin gerinda, bubut, potong, press, tempa,

pengaduk dan lain-lain.

b) Bahaya Listrik

Adalah sumber bahaya yang berasal dari energi listrik. Energi listrik dapat

mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, dan

hubungan arus pendek. Dilingkungan kerja banyak ditemukan bahaya

listrik, baik dari jaringan listrik, maupun peralatan kerja atau mesin yang

menggunakan energi listrik.

Page 41: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

18

c) Bahaya Kimiawi

Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan

kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahan kimiawi.

d) Bahaya Fisik.

Bahaya yang berasal dari faktor fisik diantaranya : karena getaran,

tekanan, gas, kebisingan, suhu panas atau dingin, cahaya penerangan,

radiasi dari bahan radioaktif

2.4 Analisis Risiko

2.4.1 Pengertian Risiko

Menurut OHSAS 18001, risiko adalah kombinasi dari kemungkinan

terjadinya kejadian berbahaya atau paparan dengan keparahan dari cidera atau

gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kejadian atau paparan tersebut.

Sedangkan manajemen risiko adalah suatu proses untuk mengelola risiko yang ada

dalam setiap kegiatan (Ramli, 2010).

Risiko adalah manifestasi atau perwujudan potensi bahaya (hazard event)

yang mengakibatkan kemungkinan kerugian menjadi lebih besar. Tergantung dari

cara pengelolaannya, tingkat risiko mungkin berbeda dari yang paling ringan atau

rendah sampai ke tahap yang paling berat atau tinggi. Melalui analisis dan evaluasi

semua potensi bahaya dan risiko, diupayakan tindakan minimalisasi atau

pengendalian agar tidak terjadi bencana atau kerugian lainnya ( Sugandi, 2003).

Risiko diukur dalam kaitannya dengan kecenderungan terjadinya suatu

kejadian dan konsekkuensi atau akibat yang dapat ditimbulkannya. Dari definisi

Page 42: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

19

tersebut maka diperoleh pengertian bahwa suatu risiko diperhitungkan menurut

kemungkinan terjadinya suatu kejadian serta konsekuensi yang ditimbulkan. Tidak

selamanya risiko diartikan sebagai sesuatu yang negatif. Contohnya adalah seseorang

harus berani mengambil risiko untuk melakukan suatu perubahan.

2.5 Manajemen Risiko

Manajemen risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko K3 untuk

mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif,

terencana dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik (Ramli, 2010).

Namun sebagaimana dikemukakan Webb (1994) manajemen risiko adalah

“suatu kegiatan yang dilakukan untuk menanggapi risiko yang telah diketahui

(melalui rencana analisa risiko atau bentuk observasi lain) untuk meminimalisasi

konsekuensi buruk yang mungkin muncul”. Untuk itu risiko harus didefinisikan

dalam bentuk suatu rencana atau prosedur yang reaktif. Kerzner (2001)

mengemukakan pengertian manajemen risiko sebagai semua rangkaian kegiatan

yang berhubungan dengan risiko, dimana didalamnya termasuk perencanaan

(planning), penilaian (assesment) (identifikasi dan dianalisa), penanganan

(handling), dan pemantauan (monitoring) risiko.

2.5.1 Tujuan Manajemen Risiko

Tujuan manajemen risiko menurut Australian Standard / New Zealand

Standard 4360 (1999), yaitu :

1. Membantu meminimalisasi meluasnya efek yang tidak diinginkan terjadi.

2. Memaksimalkan pencapaian tujuan organisasi dengan meminimalkan

kerugian.

Page 43: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

20

3. Melaksanakan program manajemen secara efisien sehingga memberikan

keuntungan bukan kerugian.

4. Melakukan peningkatan pengambilan keputusan pada semua level.

5. Menyusun program yang tepat untuk meminimalisasi kerugian pada saat

terjadi kegagalan.

6. Menciptakan manajemen yang bersifat proaktif bukan bersifat reaktif.

2.5.2 Manfaat Manajemen Risiko

Manajemen risiko sangat penting bagi keberlangsungan suatu usaha atau

kegiatan dan merupakan alat untuk melindungi perusahaan dari setiap kemungkinan

yang merugikan.Manajemen tidak cukup melakukan langkah-langkah pengamanan

yang memadai sehingga peluang terjadinya bencana semakin besar. Dengan

melaksanakan manajemen risiko diperoleh berbagai manfaat antara lain

(Ramli,2010) :

• Menjamin kelangsungan usaha dengan mengurangi risiko dari setiap kegiatan

yang mengandung bahaya.

• Menekan biaya untuk penanggualangan kejadian yang tidak diinginkan.

• Menimbulkan rasa aman dikalangan pemegang saham mengenai

kelangsungan dan keamanan investasinya.

• Meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai risiko operasi bagi setiap

unsur dalam organisasi/ perusahaan.

• Memenuhi persyaratan perundangan yang berlaku.

Page 44: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

21

2.6 Perangkat Manajemen Risiko

Untuk membantu pelaksanaan manajemen risiko khususnya untuk melakukan

identifikasi bahaya, penilaian dan pengendaliannya diperlukan metoda atau

perangkat. Khusus untuk risiko K3, ada beberapa metoda yang dapat dipakai untuk

mengidentifikasi bahaya diantaranya :

1. Preliminary Hazard Analysis (PHA)

Preliminary Hazard Analysis adalah suatu metode yang dilakukan sebagai

analisis awal (Budiono, 2003). Preliminary Hazard Analysis dilakukan jika tidak ada

suatu informasi mengenai sistem (Colling, 1990). PHA dilakukan pada kegiatan

identifikasi bahaya pada tahap awal (pra desain) untuk memberikan rekomendasi

tahapan pekerjaan desain final. Hasil PHA adalah berupa daftar sumber bahaya dan

risiko yang berhubungan dengan detail desain lengkap dengan rekomendasi kepada

perencanaan dalam upaya menghindari dan mengendalikan sumber bahaya dan risiko

yang akan terjadi Data yang diperlukan dalam PHA kriteria desain tempat kerja

spesifikasi peralatan dan instalasi dan spesifikasi bahan maupun produk

2. Hazard and Operability Study (HAZOPS)

Merupakan suatu Identifikasi penyimpangan/deviasi yang terjadi pada

pengoperasian suatu instalasi industri dan kegagalan operasinya yang menimbulkan

keadaan tidak terkendali. Metode ini dilakukan oleh kelompok para ahli dari multi

disiplin ilmu dan dipimpin oleh spesials keselamatan kerja yang berpengalaman atau

oleh konsultan pelatihan khusus.

HAZOPS bertujuan untuk meninjau suatu proses atau operasi pada suatu

sistem secara seistematis, untuk menentukan apakah proses penyimpangan dapat

Page 45: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

22

mendorong kearah kejadian atau kecelakaan yang tidak diinginkan. Biasanya metode

ini dipakai pada insudtri proses seperti industri kimia, petrokimia dan kilang minyak

(Ramli,2010).

3. Failure Modes and Effect Analysis (FMEA)

Menurut Cooling (1990) FMEA adalah suatu metode yang digunakan untuk

menganalisis sistem yang berhubungan dengan engineering yang mungkin

mengalami kegagalan dan efek yang ditimbulkan dari kegagalan. FMEA secara

sistematis menilai komponen dari suatu sistem tentang bagaimana sistem dapat

gagal, lalu mengevaluasi efek dari kegagalan tersebut, tingkat bahaya yang

dihasilkan dari kegagalan, dan bagaimana kegagalan tersebut dicegah atau

dikurangi.FMEA merupakan kajian bahaya yang sistematis, terstruktur dan

komprehensif. Proses dasar dari FMEA adalah dengan membeuat daftar semua

bagian dari sistem dan kemudian analisa apa saja dampak jika sistem tersebut gagal

berfungsi. Kemudian dilakukan evaluasi dengan menetapkan konsekuensinya.

FMEA adalah tabulasi dari sistem, peralatan pabrik, dan pola kegagalannya serta

efeknya terhadap operasi. FMEA adalah uraian mengenai bagaimana suatu peralatan

dapat mengalami kegagalan. Kegagalan suatu peralatan dapat beragam, misalnya

membuka yang seharusnya tertutup, mati, bocor dan lainnya. Dampak dari kegagalan

peralatan ini dapat berupa respon dari sistem atau kecelakaan.

4. Job Safety Analysis (JSA)

Merupakan teknik analisis untuk mengkaji langkah-langkah suatu kegiatan

dan mengidentifikasikan sumber bahaya yang ada dari tiap langkah-langkah tersebut

serta merencanakan tindakan pencegahan untuk mengurangi risiko.

Page 46: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

23

Identifikasi bahaya dengan menggunakan JSA menurut Diberardinis (1999) dapat

menghasilkan analisa yang baik.

5. What if

Pemeriksaan yang dilakukan dari proses atau operasi yang dilakukan oleh

sekelompok individu yang berpengalaman sehingga dapat mengajukan pertanyaan

atau menyumbang suara tentang peristiwa-peristiwa yang tidak diinginkan (proses

brainstorming). Analisis what-if mendorong pemeriksa untuk memikirkan

pertanyaan yang dimulai dengan "bagaimana jika" (“what if”) untuk mengidentifikasi

kejadian kecelakaan yang mungkin terjadi, konsekuensinya, dan tingkat keselamatan

yang ada, sehingga dapat menyarankan alternatif untuk pengurangan risiko. Teknik

ini memberikan kebebasan yang luas kepada peserta dalam berpikir dan memberikan

pendapatnya, sehingga terkesan kurang terstruktur. Karena itu, pihak yang

mengkritik teknik ini menilai teknik ini terlalu luas dan tidak fokus sehingga sulit

mendapatkan hasil yang lebih rinci lagi. Namun teknik ini lebih baik digunakan

kepada mereka yang kurang memahami teknik identifikasi bahaya, namun memiliki

spectrum pangalaman, bidang spesialisasi dan pengetahuan yang luas.

6. Brainstorming

Sumber informasi tentang bahaya dapat diperoleh dari semua pihak. Semakin

banyak sumber informasi yang digunakan akan semakin luas, dalam dan rinci

informasi yang diperoleh. Karena itu, salah satu teknik sederhana untuk

mengidentifikasi bahaya adalah dengan teknik “brainstorming”. Melalui diskusi dan

pertemuan berbagai pihak dan individu yang berbeda dapat dilakukan

Page 47: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

24

“brainstorming” untuk menggali potensi bahaya yang ada, atau diketahui oleh

masing-masing anggota kelompok.

7. Fault Tree Analysis

FTA atau pohon kegagalan dikembangkan pertama kali pada tahun 1961 oleh

US Army ketika merancang peluru kendali. FTA menggunakan metoda analisis yang

bersifat deduktif. Dimulai dengan menetapkan kejadian puncak (top event) yang

mungkin terjadi dalam sistem atau proses, misalnya kebakaran atau ledakan.

Selanjutnya semua kejadia yang dapat menimbulkan akibat dari kejadian puncak

tersebut diidentifikasi dalam bentuk pohon logika ke bawah.

8. Task Risk Assessment

Sebelum suatu kegiatan dimulai perlu dilakukan kajian analisa risiko untuk

mengetahui apa saja dan besarnya potensi bahaya yang timbul selama kegiatan

berlangsung. Untuk itu dilakukan Task Risk Assessment (TRA).

9. Check list / Daftar Periksa

Metoda lain untuk mengidentifikasi bahaya adalah menggunakan daftar

periksa. Metoda ini sangat mudah dan sederhana yaitu dengan membuat daftar

periksa pemeriksaan di tempat kerja. Pemeriksaan bahaya dilakukan oleh mereka

yang mengenal dengan baik kondisi lingkungan kerjanya. Semakin dalam

pemahamannya, semakin rinci identifikasi bahaya yang dapat dilakukan.Karena itu

pengembangan daftar periksa perlu melibatkan para pekerja setempat.

10. HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control)

HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control)

merupakan serangkaian proses mengidentifikasi bahaya yang dapat terjadi dalam

Page 48: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

25

aktifitas rutin ataupun non rutin diperusahaan, kemudian melakukan penilaian risiko

dari bahaya tersebut lalu membuat program pengendalian bahaya tersebut agar dapat

dimini malisir tingkat risikonya ke yang lebih rendah dengan tujuan mencegah terjadi

kecelakaan. Implementasi K3 dimulai dengan perencanaan yang baik diantaranya,

identifikasi bahaya, peniliaian dan pengendalian risiko yang merupakan bagian dari

manajemen risiko. HIRARC inilah yang menentukan arah penerapan K3 dalam

perusahaan.

2.7 HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control)

HIRARC dimulai dari menentukan jenis kegiatan kerja yang kemudian

diidentifikasikan sumber bahaya nya sehingga didapatkan risikonya. Kemudian akan

dilakukan penilaian risiko dan pengendalian risiko untuk mengurangi paparan bahaya

yang terdapat pada setiap jenis pekerjaan.

2.7.1 Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam mengembangkan

manajemen risiko K3. Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui

adanya bahaya dalam aktivitas organisasi. Identifikasi risiko merupakan landasan

dari manajemen risiko.tanpa melakukan identifikasi bahaya tidak mungkin

melakukan pengelolaan risiko dengan baik. Menurut Stuart Hawthron cara sederhana

adalah dengan melakukan pengamatan. Melalui pengamatan maka kita sebenarnya

telah melakukan suatu identifkasi bahaya.

Identifikasi bahaya merupakan landasan dari program pencegahan kecelakaan

atau pengendalian risiko. Tanpa mengenal bahaya, maka risiko tidak dapat

Page 49: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

26

ditentukan sehingga upaya pencegahan dan pengendalian risiko tidak dapat

dijalankan (Ramli, 2010).

Identifikasi bahaya memberikan berbagai manfaat antara lain:

a) Mengurangi Peluang Kecelakaan.

Identifikasi bahaya dapat mengurangi peluang terjadinya kecelakaan, karena

identifikasi bahaya berkaitan dengan faktor penyebab kecelakaan.

b) Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak mengenai potensi bahaya

dari aktivitas perusahaan sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dalam

menjalankan operasi perusahaan.

c) Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi pencegahan

dan pengamanan yang tepat dan efektif. Dengan mengenal bahaya yang ada,

manajemen dapat menentukan skala prioritas penanganannya sesuai dengan

tingkat risikonya sehingga diharapkan hasilnya akan lebih efektif.

d) Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahaya dalam

perusahaan kepada semua pihak khususnya pemangku kepentingan. Dengan

demikian mereka dapat memperoleh gambaran mengenai risiko suatu usaha

yang akan dilakukan.

Tabel 2.1 Penilaian Tingkat Kemungkinan (Occurance / O)

Sumber : SHE PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

Page 50: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

27

Tahap awal proses HIRARC pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

adalah dengan Mengidentifikasi semua kegiatan baik yang rutin maupun tidak rutin

(abnormal) di unit kerja, atau kegiatan yang dapat menyebabkan keadaan darurat.

kemudian mengidentifikasi sumber bahaya yang berhubungan dengan kergiatan yang

diidentifikasi.

2.7.2 Penilaian Risiko

Setelah semua risiko dapat teridentifikasi, dilakukan penilaian risiko melalui

analisa dan evaluasi risiko.Analisa risiko dimaksudkan untuk menentukan besarnya

suatu risiko dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya dan besar akibat

yang ditimbulkannya. Berdasarkan hasil analisa dapat ditentukan peringkat risiko

sehingga dapat dilakuakan pemilahan risiko yang memiliki dampak besar terhadap

perusahaan dan risiko yang ringan atau dapat diabaikan.

Hasil analisa risiko dievaluasi dan dibandingkan dengan kriteria yang telah

ditetapkan atau standard dan norma yang berlaku untuk menentukan apakah risiko

tersebut dapat diterima atau tidak. Jika risiko dinilai tidak dapat diterima, harus

dikelola atau ditangani dengan baik. Penilaian risiko (Risk Assessment) mencakup

dua tahapan proses yaitu menganalisa risiko (Risk Analysis) dan mengevaluasi risiko

(Risk Evaluation). Kedua tahapan ini sangat penting karena akan menentukan

langkah dan strategi pengendalian risiko.

Page 51: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

28

Tabel 2.2 Penentuan Tingkat Konsekuensi/ Keparahan (Severity / S)

Sumber : SHE PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

Tabel 2.3 Penentuan Tingkat Risiko

Sumber : SHE PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

Menilai tingkat risiko dari kegiatan yang diidentifikasi dalam hubungannya

dengan tingkat kemungkinan dan tingkat keparahan pada Tabel risiko WRAC

(WRAC = workplace risk assessment and control atau kontrol dan penilaian risiko

tempat kerja).

Tabel 2.4 Klasifikasi Risiko

Sumber : SHE PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

Page 52: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

29

Setelah menentukan tingkat risiko suatu pekerjaan, tahap selanjutnya adalah

dengan mengklasifikasikan risiko yang ada mulai dari tingkatan paling rendah

hingga ke tingkat yang tinggi dimana tingkat pengendalian pekerjaannya dapat

disesuaikan dengan pengendalian risiko yang ada.

2.7.3 Pengendalian Risiko

Kendali (kontrol) terhadap bahaya dilingkungan kerja adalah tindakan-

tindakan yang diambil untuk meminimalisir atau mengeliminasi risiko kecelakaan

kerja melalui eliminasi, subsitusi, engineering control, warning system,administrative

control, alat pelindung diri.

1. Eliminasi

Hirarki teratas adalah eliminasi dimana bahaya yang ada harus dihilangkan

pada saat proses pembuatan/ desain dibuat. Tujuannya adalah untuk

menghilangkan kemungkinan kesalahan manusia dalam menjalankan suatu

sistem karena adanya kekurangan pada desain.Penghilangan bahaya

merupakan metode yang paling efektif sehingga tidak hanya mengandalkan

perilaku pekerja dalam menghindari risiko, namun demikian penghapusan

benar-benar terhadap bahaya tidak selalu praktis dan ekonomis.Missal :

bahaya jatuh, bahaya ergonomi, bahaya confined space, bahaya bising,

bahaya kimia. Semua ini harus dieliminasikan jika berpotensi berbahaya

2. Subsitusi

Metode pengendalian ini bertujuan untuk mengganti bahan, proses, operasi

ataupun peralatan dari yang berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya.

Dengan pengendalian ini akan menurunkan bahaya dan risiko melalui sistem

Page 53: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

30

ulang maupun desain ulang. Missal : sistem otomatisasi pada mesin untuk

mengurangi interaksi mesin-mesin berbahaya dengan operator, menggunakan

bahan pembersih kimia yang kurang berbahaya, mengurangi kecepatan,

kekuatan serta arus listrik, mengganti bahan baku padat yang menimbulkan

debu menjadi bahan yang cair atau basah.

3. Engineering control

Pengendalian ini dilakukan bertujuan untuk memisahkan bahaya dengan

pekerja serta untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia. Pengendalian

ini terpasang dalam suatu unit sistem mesin atau peralatan.

4. Warning System

Pengendalian bahaya yang dilakukan dengan memberikan peringatan,

intruksi, tanda, label yang akan membuat orang waspada akan adanya bahaya

dilokasi tersebut. Sangatlah penting bagi semua orang mengetahui dan

memperhatikan tanda-tanda peringatan yang ada dilokasi kerja sehingga

mereka dapat mengantisipasi adanya bahaya yang akan memberikan dampak

kepadanya. Aplikasi didunia industry untuk pengendalian jenis ini antara lain

berupa alrm system , detektor asap, tanda peringatan.

5. Administrative control

Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada interaksi pekerja

dengan lingkungan kerja, seperti rotasi kerja, pelatihan, pengembangan standar

kerja (SOP), shift kerja, dan housekeeping.

6. Alat Pelindung Diri

Page 54: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

31

Alat pelindung diri dirancang untuk melindungi diri dari bahaya dilingkungan

kerja serta zat pencemar, agar tetap selalu aman dan sehat. Adapun langkah-

langkah keselamtan APD :

a. Selalu Gunakan APD

b. Bicarakanlah, apabila peralatan pelindung pribadi yang digunakan

tidak tepat untuk pekerjaan, atau tidak nyaman atau tidak sesuai

sebagaimana mestinya dengan mengatakan kepada rekan-rekan kerja

atau kepada supervisior.

c. Tetap selalu diberitahukan.pastikanlingkungan kerja selalu

terinformasi tentang sifat dari bahaya atau risiko yang mungkin

dijumpai.

d. Perhatikan APD yang digunakan. Dengan tidak merusak atau

merubah kemapuan APD menjadi berkurang kegunaannya. Karena

kondisi APD menentukan manfaat perlindungan yang diberikannya.

e. Lindungi Keluarga. Jangan membawa kontaminasi bahaya dari tempat

kerja ke keluarga atau teman-teman anda di rumah, tinggalkan APD

di tempat kerja.

Berbagai jenis APD yang tersedia diklasifikasikan berdasarkan

anggota tubuh yang dilindungi, yaitu sebagai berikut :

• Perlindungan terhadap kepala

• Perlindungan terhadap wajah dan mata

• Perlindungan terhadap telinga

Page 55: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

32

• Perlindungan terhadap tangan dan lengan

• Perlindungan terhadap tungkai kaki dan badan

• Perlindungan terhadap kaki bagian bawah

• Perlindungan dari potensi jatuh

• Perlindungan terhadap pernapasan

Pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, prinsip semua risiko harus

dikendalikan dengan cara menghilangkan, mengurangi, mengendalikan atau

memindahkan bahaya yang bisa saja terjadi. Dan pengendalian risiko di unit kerja

Indocement ini adalah :

a. Jika risiko dapat dihilangkan atau dikurangi dapat menggunakan alat

pelindung diri atau pengaman;

b. Jika terdapat potensi bahaya yang berdampak ke lingkungan

masyarakat harus diupayakan memenuhi peraturan perundangan dan

atau standar yang berlaku,

c. Apabila belum dapat mengendalikan risiko, dapat dialihkan kepada

pihak yang kompeten.

Menentukan upaya pengendalian risiko berdasarkan tingkatan pengendalian

risiko dan tingkatan pengendalian limbah. Menentukan ukuran tingkat keberhasilan

upaya pengendalian risiko melalui antara lain:

a. Pemantauan pemenuhan peraturan perundangan dan standar:

1. Pemantauan atau pengukuran faktor lingkungan: fisika, kimia, biologi,

ergonomi dan psikologis.

Page 56: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

33

2. Pemantauan lingkungan kerja: kondisi berbahaya dan tindakan berbahaya.

b. Pengukuran kinerja K3:

1. Pengukuran tingkat kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

2. Pengukuran tingkat kerugian terhadap asset, produksi, lingkungan.

Tabel 2.5 Penentuan Tingkat Keberhasilan (Detection / D)

Sumber : SHE PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

2.8 Definisi Suspension preheater

Preheater adalah alat dalam unit produksi semen yang berfungsi untuk

melepaskan material sebelum dibakar didalam rotary kiln. Tujuan pemanasan ini

adalah untuk memanaskan material secara perlahan-lahan sesempurna mungkin

sehingga umpan kiln nantinya sudah siap untuk mengalami proses selanjutnya

sehingga akan didapatkan terak dengan hasil yang baik. Adapun jenis-jenis preheater

adalah sebagai berikut : (Hikmah, 2009)

Page 57: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

34

1. Polysius Dopol Preheater

Preheater jenis ini dalam pemanasan awal terhadap raw mix dilakukan dalam

dua aliran suspention preheater. Stage tingkat I,III,IV (dihitung dari bawah

ke puncak) tersusun atas double cyclone yang dipasang parallel. Stage II

yang merupakan single unit merupakan counter current HE. Pemisahan aliran

gas di dalam dua aliran pada stage tingkat I, III, dan IV menyebabkan

penggunaan siklon yang lebih kecil untuk volumetric gas yang sama dengan

tingkat pemisahan yang lebih tinggi. Dopol preheater kiln tersedia sampai

kapasitas 43000 bbl/hari.

2. The Bihler Miag Raw Mix Preheater

Terdiri atas 3 tingkat yang tersusun atas double cyclone yang bekerja dengan

aliran parallel dan terdiri atas satu preheater shaft berbentuk kerucut sebagai

siklon IV dengan aliran counter current.

3. The Zap Raw Mix Suspension preheater

Ciri khusus dari jenis preheater ini adalah dalam hal tingkat keamanan

operasinya yang tinggi. ZAP ini tersedia dalam dua jenis, yaitu twin

constraction dan single tower yang memiliki kapasitas 2000 ton klinker/hari.

4. The Krupp Counter Suspension preheater

Stage paling atas di dalam Preheater jenis ini tersusun atas double cyclone

yang berfungsi untuk pemisahan debu. Konsumsi panas preheater ini antara

530000 dan 595000 Btu/bbl klinker dengan kapasitas operasi 9000 bbl/hari.

5. The Counter Current Suspension preheater of The Prerov Engineering Work

Prerov, Czechoslovakia

Page 58: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

35

Dua siklon paling atas sebagai penangkap debu sedangkan dua siklon yang

lebih rendah berfungsi untuk resirkulasi dan pemanasan awal raw mix.

Kontruksi dan metode pengoperasian preheater ini cukup sederhana . tidak

ada expansion joint sehingga diharapkan dapat mengurangi false air masuk.

Suspension preheater memamfaatkan gas panas dari rotary kiln sebagai

pemanas. Karena hisapan SP fan maka gas panas tersebut akan naik ke

preheater dan dimanfaatkan untuk proses kalsinasi dan penguapan air. Jenis

preheater yang digunakan adalah suspension preheater dengan dua line

(string), masing-masing terdiri 4 stage.

Di suspension preheater terdapat sebuah saluran yang menghubungkan tiap

tingkat siklon dengan siklon berikutnya yang disebut dengan connection duct. Setiap

siklon dan connection duct membentuk satu tingkat preheater. Preheater stage diberi

nomor I sampai IV, dari top ke bottom. Perpindahan panas bila di tinjau dalam setiap

stage berlangsung secara counter current flow. Di dalam connection duct terjadi

perpindahan panas antara gas panas dari kiln dengan material selama perjalanan ke

siklon berikutnya. Gas panas mengalir dari bagian bawah preheater sedangkan raw

mix (kiln feed) dialirkan dari bagian atas preheater. Perpindahan panas dari gas

kepadatan menjadi dalam duct (80%) dan sisanya terjadi dalam siklon, sekaligus

proses pemisahan. Hal ini dikemukakan oleh peneliti dari Soviet Cement Plant yang

bernama Mr.Spassky (Duda, 1975). Jadi duct berfungsi sebagai tempat pemindahan

panas sedangkan siklon berfungsi sebagai tempat pemisahan material. Panas yang

terkandung dalam gas keluar preheater dimanfaatkan untuk pengeringan pada unit

raw mill dan coal mill.

Page 59: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

36

Suspension preheater merupakan salah satu peralatan produksi untuk

memanaskan awal bahan baku sebelum masuk ke dalam rotary kiln. Suspension

preheater terdiri dari siklon untuk memisahkan bahan baku dari gas pembawanya,

riser duct yang lebih berfungsi sebagai tempat terjadinya pemanasan bahan baku

(karena hampir 80% -90% pemanasan debu berlangsung di sini), dan kalsiner untuk

sistem-sistem dengan proses prekalsinasi yang diawali di SP ini. Pada awalnya

proses pemanasan bahan baku terjadi dengan mengalirkan gas hasil sisa proses

pembakaran di kiln melalui suspension preheater ini. Namun dengan berkembangnya

teknologi, di dalam suspension preheater proses pemanasan ini dapat dilanjutkan

dengan proses kalsinasi sebagian dari bahan baku, asal peralatan suspension

preheater ditambah dengan kalsiner yang memungkinkan ditambahkannya bahan

bakar (dan udara) untuk memenuhi kebutuhan energi yang diperlukan untuk proses

kalsinasi tersebut. Peralatan terakhir ini sudah banyak ditemui untuk pabrik baru

dengan kapasitas produksi yang cukup besar, dan disebut dengan suspension

preheater dengan kalsiner.

Pada suspension preheater tanpa kalsiner, prosentase proses kalsinasi lebih

kecil dibandingkan dengan yang terjadi di dalam preheater dengan kalsiner. Pada

suspension preheater dengan kalsiner ini derajat kalsinasi raw mix (artinya

prosentase bahan baku yang telah mengalami proses kalsinasi) pada saat masuk ke

kiln dapat mencapai 90 – 95 %.

Page 60: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

37

Gambar 2.1 Suspension preheater

Sedangkan pada suspension preheater tanpa kalsiner, menurut hasil

penelitian selama ini, tidak akan melebihi 40%. Sebagai konsekuensi dari pemakaian

kedua jenis preheater ini, proses yang terjadi di dalam kiln akan sedikit berbeda,

demikian pula energi yang dibutuhkannya. Pada prinsipnya dengan adanya kalsiner

sebagian besar proses kalsinasi dipindahkan dari kiln ke kalsiner sehingga proses

kalsinasi yang terjadi di kiln tinggal sedikit. Dengan demikian pada suspension

preheater dengan kalsiner ini, di dalam kiln tinggal terjadi sedikit proses kalsinasi,

klinkerisasi dan sintering, serta awal pendinginan klinker saja. Untuk itu biasanya

kiln dirancang dengan demensi yang lebih pendek.

Page 61: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

38

Gambar 2.2 Proses Suspension preheater

Pada proses kalsinasi, energi yang dibutuhkan merupakan energi laten reaksi

sehingga tidak untuk meningkatkan temperatur bahan baku dan sebagian atau seluruh

udara pembakaran diambil dari udara pendinginan klinker di cooler yang telah

merekuperasi panas pendinginan klinker. Udara pembakaran dari cooler ini disebut

dengan udara tertier. Oleh karena itu di dalam kalsiner ini beda temperatur antara gas

dan material paling rendah. Dengan penggunaan kalsiner ini pembakaran klinker

(klinkerisasi dan sintering) dapat dilakukan pada rotary kiln yang lebih kecil dengan

waktu tinggal yang tepat. Dasar pemikiran penggunaan kalsiner ini adalah bahwa

rotary kiln, sebagai alat penukar panas, perpindahan panas yang efektif terjadi pada

zona pembakaran (burning zone) di mana perpindahan panasnya hampir seluruhnya

secara radiasi. Sedang pada tempat yang bertemperatur lebih rendah seperti zona

kalsinasi perpindahan panas yang terjadi lebih didominasi oleh mekanisme konveksi

tidak cukup ekonomis dilakukan di dalam kiln karena kecepatan aliran gas cukup

rendah. Berdasarkan konsep pemikiran inilah, akan diperoleh penghematan energi

Page 62: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

39

pembakaran klinker bila proses kalsinasi dilakukan sebagian besar di luar kiln.

Penggunaan kalsiner mempunyai keuntungan sebagai berikut :

1. Diameter kiln dan thermal load-nya lebih rendah terutama untuk kiln dengan

kapasitas besar. Pada sistem suspension preheater tanpa kalsiner, 100%

bahan bakar dibakar di kiln. Dengan kalsiner ini, dibandingkan dengan kiln

yang hanya menggunakan SP saja, maka suplai panas yang dibutuhkan di kiln

hanya 35% – 50%. Biasanya sekitar 40 % bahan bakar yang dibakar di dalam

kiln, sementara sisanya dibakar di dalam kalsiner. Sebagai konsekuensinya

untuk suatu ukuran kiln tertentu, dengan adanya kalsiner ini, kapasitas

produksinya dapat mencapai hampir dua kali atau dua setengah kali lipat

dibanding apabila kiln tersebut dipergunakan pada sistem suspension

preheater tanpa kalsiner. Kapasitas kiln spesifik, dengan penggunaan kalsiner

ini, bisa mencapai 4,8 TPD/m3.

2. Di dalam kalsiner dapat digunakan bahan bakar dengan kualitas rendah

karena temperatur yang diinginkan di kalsiner relatif rendah (850 – 900 oC),

sehingga peluang pemanfaatan bahan bakar dengan harga yang lebih murah,

yang berarti dalam pengurangan ongkos produksi, dapat diperoleh.

3. Dapat mengurangi konsumsi refraktori kiln khususnya di zona pembakaran

karena thermal load-nya relatif rendah dan beban pembakaran sebagian

dialihkan ke kalsiner.

4. Emisi NOx-nya rendah karena pembakaran bahan bakarnya terjadi pada

temperatur yang relatif rendah.

Page 63: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

40

5. Operasi kiln lebih stabil sehingga bisa memperpanjang umur refraktori.

6. Masalah senyawa yang menjalani sirkulasi (seperti alkali misalnya) relatif

lebih mudah diatasi.

Selain beberapa keuntungan di atas, penggunaan kalsiner ini juga memiliki

beberapa hal yang kurang meguntungkan, di antaranya adalah:

1. Temperatur gas buang keluar dari top cyclone relatif lebih tinggi. Untuk

mengatasi hal ini dirancang siklon dengan penurunan tekanan yang rendah

sehingga dapat ditambah dengan siklon ke-lima sehingga secara keseluruhan

suspension preheater memiliki lima tingkat siklon.

2. Temperatur klinker yang keluar dari kiln relatif lebih tinggi karena

berkurangnya jumlah udara sekunder yang diperlukan di kiln. Untuk

mengatasi hal ini biasanya digunakan pendingin klinker yang efektif yaitu

grate cooler.

3. Penurunan tekanan total di suspension preheater lebih tinggi dibanding

sistem tanpa kalsiner sehingga dapat mengakibatkan meningkatnya konsumsi

daya listrik pada motor ID fan. Namun hal ini biasanya dikompensasi dengan

desain siklon yang hemat energi.

4. Lokasi kalsiner, ducting, tambahan alat pembakaran, duct udara tersier akan

menambah kompleksnya konstruksi peralatan.

Dari uraian di atas banyak orang membedakan konfigurasi sistem kiln (SP,

kiln dan cooler) menjadi dua kelompok besar yaitu :

1. Sistem kiln tanpa udara tertier

Page 64: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

41

2. Sistem kiln dengan udara tertier

Di dalam membahas proses yang terjadi di dalam suspension preheater,

terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain ukuran partikel bahan baku,

proses pemisahan oleh siklon dan proses pemanasan bahan baku oleh gas panas. Satu

dan lainnya dari beberapa parameter tersebut saling berkaitan. Agar lebih rinci,

berikut ini akan diuraikan secara singkat kaitan antara satu parameter dengan

parameter lainnya.

2.9 Kerangka Teori

Standarisasi OHSAS 18001 tahun 2007 mengenai sistem keselamatan dan

kesehatan kerja – persyaratan diperuntukan sebagai landasan perusahaan sebagai

pedoman khususnya bagi negara berkembang untuk dapat meningkatkan

keselamatan dan kesehatan bagi pekerja. Dalam OHSAS terdapat manajemen risiko

yang dirancang menjadi satu komponen untuk meminimalir risiko dan dinamakan

HIRARC (Hazard identification, risk assessment and risk control). HIRARC disusun

mulai dari identifikasi bahaya, penilaian risiko, hingga pengendalian bahayanya.

Untuk dapat meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja berikut dapat

dilihat melalui bagan kerangka teori.

Page 65: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

42

Bagan 2.1 Kerangka Teori

HIRARC

(Hazard identification, Risk Assessment and Risk Control)

Menentukan jenis kegiatan pekerjaan

Identifikasi Bahaya dan risiko

Menentukan sumber bahaya, jenis bahaya dan menentukan risiko

Penilaian Risiko

Tingkat keparahan dan Klasifikasi risiko

Pengendalian Risiko

-Eliminasi, subsitusi, pengendalian tehnik, pengendalian administrasi, APD

-Kewajiban perundangan yang relevan -Monitoring pengendalian

Page 66: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

43

BAB 3

KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Berpikir

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif untuk mengetahui analisis risiko

keselamatan pekerja yang bekerja pada alat suspension preheater bagian produksi di

plant 6 dan 11 PT.Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Dalam penelitian ini peneliti

memakai metode HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment and Risk

Control) yang dimulai dari cara mengidentifikasi risiko, cara menganalisis risikonya

hingga pengendalian risiko. Penelitian ini dimulai dengan mengambil data angka

kecelakaan selama kurun waktu 3 tahun terakhir (2010, 2011 dan 2012), jumlah

angka pekerja di pabrik Indocement Field Citeureup dan didapatkan bahwa dari 20

divisi, plant 6 dan 11 layak untuk dianalisis tingkat risiko pekerjaannya. Kemudian

setelah melihat data investigasi dari sumber HSE pusat didapatkan bahwa

departemen bagian produksi memiliki potensi bahaya yang lebih besar dari

departemen lainnya. Maka langkah selanjutnya adalah dengan melakukan

wawancara dengan informan yang bersangkutan untuk menemukan batasan ruang

lingkup dan tahapan proses kerja departemen produksi yang ada di plant 6 dan 11.

Page 67: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

44

Bagan 3.1

Kerangka Berpikir

PT Indocement Peneliti

Dibandingkan

Dibandingkan

Dibandingkan

Analisis Risiko keselamatan kerja alat suspension preheater

proses produksi plant 6/11 PT ITP Tbk

Identifikasi Bahaya

11 Jenis pekerjaan

Identifikasi Bahaya

19 Jenis Pekerjaan

Penilaian Risiko Penilaian Risiko

Pengendalian Risiko Pengendalian Risiko

Analisis Perbandingan

Page 68: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

45

3.2 DEFINISI ISTILAH

1.Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam mengembangkan

manajemen risiko K3. Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui

adanya bahaya dalam aktivitas organisasi. Identifikasi risiko merupakan landasan

dari manajemen risiko.tanpa melakukan identifikasi bahaya tidak mungkin

melakukan pengelolaan risiko dengan baik. Menurut Stuart Hawthron cara sederhana

adalah dengan melakukan pengamatan. Melalui pengamatan maka kita sebenarnya

telah melakukan suatu identifkasi bahaya.

Cara Ukur : Wawancara dan observasi

Alat Ukur : Tabel HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment And Risk

Control) , alat recording, kamera.

Hasil Ukur : Diketahuinya potensi-potensi bahaya apa saja yang dapat terjadi

pada pekerja yang bekerja pada alat suspension preheater bagian

produksi di plant 6 dan 11 PT.Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk.

2. Penilaian Risiko

Setelah semua risiko dapat teridentifikasi, dilakukan penilaian risiko melalui

analisa dan evaluasi risiko.Analisa risiko dimaksudkan untuk menentukan besarnya

suatu risiko dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya dan besar akibat

yang ditimbulkannya. Berdasarkan hasil analisa dapat ditentukan peringkat risiko

sehingga dapat dilakuakan pemilahan risiko yang memiliki dampak besar terhadap

perusahaan dan risiko yang ringan atau dapat diabaikan.

Cara Ukur : Observasi

Page 69: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

46

Alat Ukur : Tabel HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment And Risk

Control) dan tabel kategori penilaian risiko.

Hasil Ukur : Diketahuinya besar suatu risiko dengan mempertimbangkan

kemungkinan terjadinya dan besar akibat yang ditimbulkannya

pada yang bekerja pada alat suspension preheater bagian produksi

di plant 6 dan 11 PT.Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk

3. Pengendalian Risiko

Kendali (kontrol) terhadap bahaya dilingkungan kerja adalah tindakan-

tindakan yang diambil untuk meminimalisir atau mengeliminasi risiko kecelakaan

kerja melalui eliminasi, subsitusi, engineering control, warning system,administrative

control, alat pelindung diri.

Pengendalan risiko di unit kerja:

a. Jika risiko tidak dapat dihilangkan atau dikurangi dapat menggunakan alat

pelindung diri atau pengaman;

b. Jika terdapat potensi bahaya yang berdampak ke lingkungan masyarakat harus

diupayakan memenuhi peraturan perundangan dan atau standar yang berlaku,

c. Apabila belum dapat mengendalikan risiko, dapat dialihkan kepada pihak yang

kompeten.

Cara Ukur : Wawancara

Alat Ukur : Tabel HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment And Risk

Control) dan tabel penentuan prioritas upaya pengendalian risiko.

Page 70: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

47

Hasil Ukur : Diketahuinya cara mengendalikan potensi bahaya yang ada di

pekerjaan alat suspension preheater bagian produksi di plant 6 dan

11 PT.Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk.

Alat Ukur : Tabel HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment And Risk

Control) , alat recording, kamera.

Hasil Ukur : Diketahuinya potensi-potensi bahaya apa saja yang dapat terjadi

pada pekerja yang bekerja pada alat suspension preheater bagian

produksi di plant 6 dan 11 PT.Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk.

Page 71: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

48

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan studi evaluasi dengan menggunakan pendekatan

kualitatif yang ditujukan untuk mendapatkan informasi menganai risiko keselamatan

pekerja yang bekerja pada alat suspension preheater bagian produksi di plant 6 dan

11 PT.Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk kemudian dibandingkan dengan hasil

observasi yang telah di observasi oleh peneliti untuk menentukan tingkat risiko

keselamatan kerja, digunakan metode HIRARC (Hazard Identification Risk

Assessment and Risk Control) yang dimulai dengan mengidentifikasi risiko, cara

menilai risikonya hingga pengendalian risiko.

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juli tahun 2013 di

PT.Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Field Citeureup

4.3 Informan Penelitian

Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek

penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahaminya. Fungsi informan

dalam penelitian adalah sebagai sumber untuk mencari informasi mengenai penyebab

perilaku pekerja sehingga terjadinya risiko kecelakaan dalam bekerja pada alat

suspension preheater bagian produksi di plant 6 dan 11 PT.Indocement Tunggal

Prakarsa, Tbk. Pengambilan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik

Page 72: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

49

purposive sampling, yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat

oleh peneliti berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat informan yang sudah diketahui

sebelumnya. (Neldi, 2011)

Pada penelitian ini informan akan dibagi menjadi tiga bagian yakni :

a. Informan Utama

Informan utama dalam penelitian ini adalah pekerja yang memang bekerja

di alat proses pembuatan semen yakni suspension preheater bagian produksi di plant

6 dan 11.

b. Informan Kunci

Informan kunci adalah informan yang tidak terkait dengan pelaksanaan, akan

tetapi informan adalah orang yang berpengalaman dan ahli dalam hal tersebut.

Informan kunci dalam penelitian ini adalah seorang pekerja di bagian SHE (safety

health environment) yang tugasnya selalu mengawasi tiap-tiap pekerja yang

melakukan pekerjaan di bagian alat suspension preheater, mengoreksi atau

mengevaluasi setiap masalah yang berkaitan dengan keselamatan pekerja.

c. Informan Pendukung

Informan pendukung adalah rekan kerja yang bekerja di bagian mekanik

dan elektrik (maintenance) di plant 6/11. Pekerja di bagian ini bertugas

memperbaiki suspension preheater jika terjadi kerusakan alat atau kegiatan

merawat secara rutin. Jadi pekerja ini tahu betul risiko yang mengancam pekerja

utama di bagian suspension preheater.

Page 73: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

50

Tabel 4.1 Informan Penelitian

NO Jenis Informan Jumlah Informan Jenis pekerjaan 1 Informan Utama 3 Pekerja bagian alat Suspension

preheater (SP) 2 Informan kunci 2 Pekerja SHE (safety healt and

environment 3 Informan pendukung 2 Rekan kerja (mekanik dan

elektrik)

4.4 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Tabel HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control)

untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya yang ada di produksi semen bagian

pemanasan awal dengan alat suspension preheater PT ITP,Tbk Citeureup.

b. Pedoman wawancara dan lembar observasi untuk menganalisis bahaya yang

terdapat di produksi semen bagian pemanasan awal dengan alat suspension

preheater PT ITP,Tbk Citeureup.

c. Dokumen standar operasional prosedur ( yang telah ditetapkan oleh PT ITP,

Tbk Citeureup.

d. Alat perekam

e. Kertas catatan

f. Alat tulis

g. Kamera

h. Laptop

Page 74: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

51

4.5 Sumber Data

1. Data Primer

a. Data primer didapatkan dengan wawancara kepada pekerja, pekerja

SHE plant 6/11 dan pekerja maintenance.

2. Data Sekunder

Didapatkan dari telaah dokumen HSE PT ITP (data angka kecelakaan

kurun waktu 2010-2012, SOP (Standar operasional Prosedur) suspension

preheater, tabel HIRARC)

4.6 Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

pengamatan lapangan, wawancara mendalam, dan analisis dokumen standar

operasional prosedur.

A. Pengamatan

Teknik pengamatan yang dilakukan peneliti adalah pengamatan

terbuka, yaitu pengamatan yang mana keberadaan pengamat diketahui oleh

subjek yang diteliti dan subjek memberikan kesempatan kepada pengamat

untuk mengamati peristiwa yang terjadi dan subjek menyadari adanya orang

yang mengamati apa yang subjek kerjakan (Prastowo, 2010).

Pengamatan dilakukan oleh peneliti untuk melihat risiko bahaya

secara langsung di lokasi tempat kerja. Dan hasil pengamatan lapangan

menjadi informasi yang penting bagi peneliti serta dapat mendukung

keabsahan data.

Page 75: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

52

B. Wawancara

Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data yang berupa

pertemuan antara dua orang atau lebih secara langsung berbicara untuk

bertukar informasi yang ada dan ide dengan Tanya jawab secara lisan

sehingga dapat dibangun makna dalam suatu topik tertentu (Prastowo, 2010).

Dalam penelitian ini, teknik wawancara akan digunakan yang berguna untuk

mencari penyebab risiko-risiko apa saja yang terdapat di plant dan 11 bagian

produksi di alat suspension preheater. Wawancara akan dilakukan pada

informan utama, informan kunci dan informan pendukung.

C. Analisis dokumen

Dokumen yang akan diamati dalam penelitian ini adalah dokumen

resmi milik PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Citeureup berupa

prosedur identifikasi potensi bahaya dan risiko, data rekam HIRARC plant 6

dan 11, SOP (standar operasional prosedur) pada alat suspension preheater

dan dokumen lainnya. Dokumen seperti ini dapat memberikan petunjuk

tentang cara kerja di lokasi (Prastowo, 2010). Bahkan pengaruh dokumen

cukup besar manfaatnya dalam penelitian ini. Dokumen resmi yang akan

ditelaah dalam penelitian ini merupakan data-data sekunder yang didapatkan

di kantor SHE pusat maupun kantor SHE plant 6 dan 11.

Page 76: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

53

4.7 Keabsahan Data

Peneliti menggunakan teknik triangulasi sebagai teknik untuk mengecek

keabsahan data yang ada. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara

terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004).

Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda

(Nasution, 2003) yaitu wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini selain

digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data.

Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki

vaiditas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif.

Menurut Moloeng, ada empat macam untuk membedakan triangulasi

diantaranya adalah dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan

teori. Namun sebagai teknik pengumpulan data ada dua jenis triangulasi yaitu

triangulasi teknik dan triangulasi sumber.

Triangulasi teknik yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti

menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data

yang sama. Triangulasi sumber adalah penggunaan teknik yang sama oleh peneliti

untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda. Adapun untuk mencapai

kepercayaan itu, maka ditempuh langkah sebagai berikut :

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang

dikatakan secara pribadi.

Page 77: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

54

3. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

4.8 Pengolahan Data

a. Pengolahan dan analisis data yang dilakukan untuk menganalisis risiko

keselamatan kepada pekerja di plant 6/11 bagian produksi pada alat

Suspension Preheater PT. ITP, Tbk field Citeureup dengan menggunakan

HIRARC perusahaan yang sudah ada dan membandingkan keadaan lapangan

dengan literatur-literatur mengenai HIRARC (Studi kepustakaan).

b. Pengolahan dan analisis data yang dilakukan adalah untuk mencari faktor

penyebab masalah kecelakaan tertinggi di bagian produksi pada alat

suspension preheater adalah sebagai berikut :

• Mengumpulkan semua data yang diperoleh dari wawancara,

pengamatan lapangan, serta dokumen yang didapatkan.

• Data yang telah terkumpul kemudian dibuat dan disusun dalam

bentuk transkip data yaitu membuat catatan hasil wawancara seperti

apa adanya, termasuk mencatat kembali hasil wawancara dan data

rekaman.

• Data yang telah disusun dalam bentuk transkip data selanjutnya

dibandingkan dengan metode HIRARC perusahaan dan dilihat

apakah sudah sesuai dengan prosedur yang telah dibuat.

• Selanjutnya adalah dilakukan analisis data dan interpretasi data.

Page 78: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

55

4.9 Analisis Data

Analisa data dimulai dengan menghitung nilai risiko yang diperoleh dari hasil

rating konsekuensi, paparan dan kemungkinan, sehingga diperoleh nilai risiko untuk

pembanding dalam tahap penilaian tingkat risiko dalam bentuk skor. Selanjutnya

skor yang di peroleh di bandingkan dengan standar yang ada untuk melihat apakah

nilai tersebut masih bisa di terima atau tidak dan apakah perlu penanganan lain untuk

mengurangi risiko tersebut sampai pada batas yang bisa di terima pekerja.

4.10 Penyajian Data

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk narasi dan dilengkapi dengan

matriks hasil wawancara. Penyajian data akan didukung dengan hasil pengamatan

lapangan dan analisis dokumen

Page 79: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

56

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk

5.1.1 Sejarah PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk

PT Indocement Tunggal Prakarsa didirikan melalui penggabungan usaha

enam perusahaan yang memiliki delapan pabrik semen pada tanggal 16 Januari

1985. pabrik-pabrik yang telah bergabung ini sebelumnya dimiliki oleh PT

Distinct Indonesia Cement Enterprise (DICE) di daerah Citeureup pada tanggal 1

Juni 1973 mulai membangun tanur putar pertama dengan kapasitas 500.000 ton

semen pertahun. Pembangunan tanur ini selesai pada tahun 1975 dan diresmikan

pada tanggal 4 Agustus 1975 yang kemudian tanggal ini diresmikan sebagai hari

jadi perseroan.

pada tanggal 4 Agustus 1976, pabrik yang ke dua dari DICE dengan

kapasitas produksi sebesar 500.000 ton semen pertahun diresmikan dan menjadi

pabrik kedua milik perseroan. Pabrik ketiga adalah milik PT Perkasa Indonesia

Cement Enterprise (PICE) yang dibangun oleh kontraktor Kawasaki Heavy

Industries Inc. dengan kapasitas 1.000.000 ton semen pertahun yang diresmikan

pada tanggal 26 Desember 1981. PICE meresmikan pabrik keduanya pada

tanggal 17 November 1980 yang merupakan pabrik keempat perseroan. pabrik

keempat ini memiliki kapasitas yang sama dengan pabrik ketiga dan dibangun

oleh kontraktor yang sama. pada tahun 1981 juga, tepatnya tanggal 11 maret

Page 80: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

57

1981, Indocement Group mengembangkan produksi semen putih yaitu dengan

mendirikan PT Perkasa Indah Indonesia Cement Putih Enterprise (PIICPE)

dengan kapasitas produksi terpasang 150.000 ton semen putih per tahun dan

50.000 ton semen minyak (oil well cement) pertahun dengan kontraktor

Kawasaki Heavy Industries Inc./Nihon cement. produksi pabrik ini dimulai pada

awal tahun 1982.

PT Perkasa Agung Utama Indonesia Cement Enterprise (PAUICE) yang

didirikan oleh Indocement Group meresmikan pabrik semennya pada tanggal 5

September 1983 dengan kapasitas produksi terpasang 1.500.000 ton semen

pertahun. pabrik ini menjadi pabrik ke enam PT Indocemen Tunggal Prakarsa,

Tbk. peresmian pabrik ke delapan perseroan dilakukan pada tanggal 26 Juli 1985

oleh Indocement Group dengan pengelola PT Perkasa Inti Abadi Indonesia

Cement Enterprice (PIACE) dan PT Perkasa Abadi Mulia Indonesia Cement

Enterprise (PAMICE).

Tanggal 5 Desember 1989 status perseroan menjadi perusahaan publik,

dimana perseroan mencatatkan sebagian sahamnya kepada Bursa Efek Jakarta

(BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES). Pada tahun 1991 PT. Indocement

Tunggal Prakarsa mengakuisisi pabrik ke-9 di Palimanan daerah Cirebon, Jawa

Barat yang sebelumnya telah memiliki 8 plant yang tersebar di Citeureup, Jawa

barat. Kapasitas produksi pada pabrik ke-9 ini mencapai 1.3 juta ton semen

pertahun. Indocement Dengan status sebagai perusahaan publik, maka nama

Perseroan ditambah dengan “Tbk.” (yang berarti Terbuka) menjadi PT

Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Selanjutnya, pada tanggal 26 September

Page 81: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

58

1994 Perseroan mencatatkan seluruh sahamnya di BEJ dan BES yang akan

semakin meningkatkan produksi besarnya sehingga pada tahun 1996 mendirikan

kembali pabrik ke-10 nya di Cirebon dengan kapasitas produksi 1.3 juta ton

semen pertahun. Pada 18 April 2001, Kimmeridge Enterprise Pte. Ltd. (anak

perusahaan Heidelberg Cement Group) telah membeli seluruh saham Perseroan

milik Badan Penyehatan Perbankan Nasional dan PT Holdiko Perkasa. Dengan

demikian, pada tanggal tersebut Heidelberg Cement Group telah resmi menjadi

pemegang saham Perseroan yang kemudian memiliki 12 pabrik yang sebelumnya

pada tahun 1997 pabrik ke-11 selesai dibangun. Dan pabrik ke-12 di bangun di

Tarjun,Kota baru, Kalimantan Selatan pada tahun 1998.

Sejak tahun 2005, Perseroan telah melakukan diversifikasi produk dengan

meluncurkan Semen Komposit Portland (Portland Composite Cement/PCC).

Perseroan juga memproduksi berbagai jenis semen lainnya, yaitu Semen

Ordinary Portland Tipe I, Tipe II dan Tipe V, serta Semen Sumur Minyak (Oil

Well Cement) dan Semen Putih. Sampai saat ini, Indocement merupakan satu-

satunya produsen Semen Putih di Indonesia. Produk-produk Perseroan tersebut

dipasarkan dengan merek dagang “Tiga Roda”.

5.1.2 Perkembangan PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

Pada tanggal 1 januari 1985 memiliki hukum tanggal 17 mei 1985 dengan

pengesahan dari Departemen Kehakiman melalui surat keputusan No. C2-3641.

HT.01. tahun 1985. dengan pengesahan dari Departemen Kehakiman melalui

surat izin yang diperoleh dari menteri keuangan Republik Indonesia No. SI-

062/SHM/MK-10/89 tertanggal 16 Oktober 1989, PT. Indocement Tunggal

Page 82: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

59

Prakarsa, Tbk melakukan go public. setelah mengalami beberapa perubahan,

maka susunan pemegang saham adalah (sesuai data tahun 2009) :

1. Heidel Berg Cement : 65.5 %

2. PT.Mekar Perkasa dan K.I.U : 13 %

3. Publik atau Masyarakat : 21.5 %

Pada tanggal 27 November 1991 PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

berusaha meningkatkan kapasitas produksinya dengan membeli plant milik

PT.Tridaya Manunggal Perkasa Cement Enterprise yang berlokasi di Palimanan,

Cirebon. Pabrik ini dinamakan plant 9 dengan kapasitas produksi 1.2 juta

ton/tahun. Selanjutnya pada tahun 1997 dibangun plant 10 disebelah plant 9

dengan kapasitas produksi yang sama. selanjutnya pada tahun 1999 di Citeureup

dibangun plant 11 dengan kapasitas produksi 2.5 juta/ton pertahun.

pada tahun 1994 didirikan pabrik dibawah PT.Indo Kodeco Cement

dengan sistem joint venture (Indocement : 51%, Korea Devt. Co.: 46%, Marubeni

Corp.: 3%) didaerah Tarjun, Kalimantan dengan kapasitas produksi 2.4 juta

ton/tahun. pada tanggal 20 Oktober 2000, berdasarkan RUPS luar biasa,

diputuskan bahwa anak perusahaan PT.IKC langsung berada dibawah

operasional PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dan dinamakan plant 12.

5.1.3 Visi, Misi, Motto dan Logo PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

Visi : Pemain utama dalam bisnis semen domestic dan pemimpin pasar di bidang

beton siap pakai, agregat dan bisnis pasir di Jawa.

Page 83: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

60

Misi : Kami berkecimpung dalam bisnis penyediaan semen dan bahan bangunan

berkualitas dengan harga kompetitif dan tetap memperhatikam

pembangunan berkelanjutan.

Motto Perseroan : Turut membangun kehidupan bermutu.

Logo :

Gambar 5.1 Logo PT.Indocement Tunggal Prakarsa, TBk

5.1.4 Lokasi PT.Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk

a. Plant Citeureup, Bogor

Indocement memiliki 11 pabrik yang tersebar luas mulai dari pabrik 1

hingga 8 dan pabrik 11 yang berada di Citeureup, Bogor. Dimana asal muasal

PT. Indocement berdiri pada tahun 1975. Di kawasan Citeureup memiliki

kapasitas produksi sebesar 11.9 juta ton per tahun dengan cadangan bahan

bakunya dapat memuat hingga lebih dari 80 tahun dengan tegangan listrik

sebesar 376 MW.

Gambar 5.2 : Komplek pabrik Citeureup, Bogor

Page 84: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

61

b. Plant Palimanan, Cirebon

Komplek pabrik di Palimanan memiliki dua pabrik yakni pabrik ke-9 dan

ke-10 dengan kapasitas produksinya 3.9 juta ton semen pertahun dan mampu

bertahan selama lebih dari 65 tahun beroperasi.

Gambar 5.3 Komplek Pabrik Palimanan, Cirebon

c. Plant Tarjun, Kotabaru

Komplek pabrik di Tarjun, Kalimantan Selatan hanya memiliki satu pabrik

dengan kapasitas produksi 2.8 juta ton pertahun dengan cadangan bahan bakunya

mampu hingga lebih dari 100 tahun lamanya.

Gambar 5.4 Komplek Pabrik Tarjun, Kalimantan Selatan

Page 85: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

62

5.1.5 Struktur Organisasi

Sebagai suatu badan usaha yang bergerak dibidang industri dan

perdagangan, perusahaan membagi unit-unit dalam organisasi secara

fungsional, kekuasaan tertinggi dalam perusahaan membagi unit-unit dalam

organisasi secara fungsional, kekuasaan tertinggi dalam perusahaan terletak

pada rapat umum pemegang saham (RUPS), untuk melaksanakan kegiatan

operasional perusahaan dibentuk 7 dewan, 1 wakil dan 1 orang direktur

utama. Untuk mewakili para pemegang saham dalam melaksanakan

pengawasan, maka disusun dewan komisaris yang terdiri dari 5 orang

termasuk komisaris utama.

Suatu anggaran dasar yang menyangkut dalam pengaturan tata kerja

dalam perseorangan telah disusun dan telah mendapatkan persetujuan dari

departemen kehakiman pada tanggal 19 Juni 1987. Untuk melaksanakan

kegiatan eksekutif diangkat 2 orang plant coordinator, untuk selengkapnya

struktur organisasi PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah sebagai

berikut :

A. Tugas dan wewenang susunan hirarki PT Indocement Tunggal

Prakarsa Tbk diantaranya :

1. Rapat Umum Pemegang Saham

- Membubarkan perusahaan dan mengembangkan usaha.

- Mengangkat dan menghentikan pengurus.

2. Dewan Komisaris

Page 86: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

63

- Mengangkat dan menghentikan direksi perusahaan.

- Mengesahkan anggaran dan belanja perusahaan.

- Mengawasi jalannya perusahaan.

3. Dewan Rideksi

- Menyusun dan melaksanakan anggaran belanja

perusahaan.

- Mengelola dan mengembangkan jalannya perusahaan.

4. Plant Coordinator

- Menyusun dan melaksanakan anggaran belanja

perusahaan.

- Mengkoordinir pengelola plant dan divisi penunjang.

5. Plant/ divisi manager

- Mengkoordinir pengelola operasional departemen head

dibawahnya.

- Menyusun dan melaksanakan anggaran belanja plant/

divisi.

6. Departement Head

7. Planner /Inspektor

8. Superintendent

9. Foreman

10. Pelaksana

11. Pembantu Pelaksana

Page 87: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

64

B. Divisi Penunjang

1. TSD (Techinal Service Division)

2. HED (Heavy Equitment Division)

3. PBD (Paper Bag Division)

4. GEDC (General Engineering and Contarction Division)

5.1.6 Manajemen Perusahaan

Agar pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik, maka fungsi

manajemen harus berjalan dengan baik pula, dimana setiap pekerjaan diatur

jam kerjanya agar tidak melanggar Undang-undang jam kerja. pembagian

waktu kerja yang teratur dan pasti akan membuat karyawan dapat

menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Pembagian kerja yang diberikan

kepada karyawan di PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dibagi dalam dua

waktu kerja, yaitu:

a. Waktu Kerja Normal :

Terdapat dua macam kerja normal yakni Mining Departemen dan

Packing Departement :

Tabel 5.1 Jam Kerja Normal untuk Mining dan Packing Departement Hari Waktu Keterangan

Senin-Kamis 07.00 - 11.30 Jam Kerja 11.30 – 13.00 Istirahat 13.00 – 16.30 Jam Kerja

Jum’at 07.00 - 11.00 Jam Kerja 11.00 – 13.00 Istirahat 13.00 – 16.30 Jam Kerja

Page 88: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

65

Tabel 5.2 Jam Kerja Normal untuk Non Mining dan Packing Departement

Hari Waktu Keterangan

Senin-Kamis 08.00-12.15 Jam Kerja 12.15-13.00 Istirahat 13.00-17.00 Jam Kerja

Jum’at 08.00-11.00 Jam Kerja 11.00-13.00 Istirahat 13.00-17.00 Jam Kerja

Sumber : Bagian Personalia PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

b. Waktu Kerja Shift :

Waktu kerja shift ada dua macam, yaitu untuk bagian produksi,

pengendalian mutu, elektrik dan power station serta untuk departemen

paperbag.

Tabel 5.3 Jam Kerja Shift untuk bagian produksi, pengendalian mutu, elektrik ,power station dan paperbag.

Shift Jam Kerja A 07.00-15.00 B 15.00-23.00 C 23.00-07.00

Karyawan yang terkena sistem shift ini bekerja selama 6 hari dan libur

2 hari. pembagian jam kerja pada 6 hari ini adalah 2 hari kerja pada shift A,

2 hari kerja pada hari shift B, dan 2 hari pada shift C. Apabila waktu kerja

pada sistem shift ini berkenaan dengan hari besar maka jam kerjanya

dihitung dengan lembur.

Tabel 5.4 Jam kerja untuk Departemen Paperbag Shift Jam Kerja Keterangan

A 07.00-12.15 Jam Kerja 12.15-13.00 Istirahat 13.00-16.00 Jam Kerja

B 12.00-15.15 Jam Kerja 15.15-16.00 Istirahat 16.00-21.00 Jam Kerja

Page 89: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

66

5.1.7 Produk Semen

Berdasarkan kebutuhan pemakaian semen yang disebabkan karena

kondisi lokasi atau kondisi tertentu yang diperlukan untuk melaksanakan

konstruksi serta tujuan-tujuan ekonomisnya. Maka semen diklarifikasikan

sesuai dengan peruntukannya. Klarifikasi dan jenis-jenis semen adalah

sebagai berikut :

1. Semen Portland

Semen Portland adalah Hidraulid binder (material yang mempunyai

sifat-sifat adhesive dan cohesive) yang dihasilkan dengan cara

menghaluskan tanah semen (klinker) yang terutama terdiri dari silikat-

silikat kalsium hydrat yang bersifat hidraulis dan digiling bersama-sama

bahan tambahan. Klinker adalah penamaan untuk gabungan komponen

produk semen yang belum diberikan tambahan bahan lain untuk

memperbaiki dari semen. semen portland dibagi 5 tipe diantaranya:

a. Tipe I : Ordinary Portland Cement

b. Tipe II : Moderat Heat Portland Cement

c. Tipe III : High Early Portland Cement

d. Tipe IV : Low Heat Portland Cement

e. Tipe V : Sulfate Resistance Portland Cement

2. Semen Putih (White cement)

Semen putih adalah semen yang dibuat dengan bahan baku batu kapur

yang mengandung oksida besi dan oksida magnesia yang sangat rendah

Page 90: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

67

(kurangdari 1 %). Semen putih digunakan untuk tujuan dekoratif, bukan

konstruktif, olahan traso, bangunan aksitektur dan dekorasi.

3. Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement)

Semen sumur minyak adalah semen portland yang dicampur dengan

bahan retarder khusus. fungsi retarder adalah untuk mengurangi

kecepatan pengerasan semen, sehingga adukan dapat dipompakan

kedalam sumur minyak atau gas. Semen sumur Minyak digunakan antara

lain untuk melindungi ruangan antara rangka sumur minyak dengan

karang atau tanah disekelilingnya, sebagai pelindung rangka sumur

minyak dari pengaruh air yang korosif, untuk menyangga rangka sumur

minyak sehingga mengurangi tegangan dalam pipa baja.

4. Super PPC (Portland Pozzoland Cement)

Semen Portland Pozzoland merupakan suatu bahan pengikat hidraulis

yang dibuat dengan menggiling bersama-sama terak semen portland dan

bahan yang bersifat Pozzoland, atau mencampur secara merata bubuk

semen Pozzoland dan bubuk bahan lain yang mempunyai sifat Pozzoland

yang ditambahkan besarnya antara 15-40%.

5. Clean Set Cement (CSC)

Semen ini digunakan untuk stabilisasi tanah seperti endapan lumpur,

limbah industri, tanah gambut, dan tanah rawa yang tidak bisa dilakukan

dengan metode konvensional seperti semen biasa.

Page 91: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

68

6. Fly ash Cement

Semen ini terbuat dari campuran semen portland tipe I dengan bahan

abu terbang berupa abu hasil pembakaran batubara. Semen jenis ini

menambah ketahanan beton terhadap pengelupasan karena pembentukkan

dan pencairan yang silih berganti.

7. Portland Composite Cement (PCC)

PCC adalah semen yang dipakai untuk segala macam konstruksi

apabila jika tidak diperlukan sifat-sifat khusus, misalnya ketahanan terhadap

sulfat, panas hidrasi, dan sebagainya.

5.1.8 Proses Produksi

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memiliki sumber bahan baku

yang cukup banyak berupa daerah perbukitan disekitar lokasi pabrik yang

mengandung batu kapur, tanah liat dan silica. Ketiga komponen ini

merupakan bahan baku utama yang digunakan dalam proses pembuatan

semen. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku tersebut, perusahaan sudah

melakukan penambangan pada beberapa lokasi antara lain Quarry D dan

didaerah Hambalang. Selain ketiga bahan tersebut dalam pembuatan semen

digunakan juga pasir besi dan gypsum sebagai bahan baku tambahan.

a. Penambangan batu kapur

Kegiatan penambangan batu kapur melalui beberapa tahap antara lain :

Page 92: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

69

-Cleaning (Pembersih) : Upaya pembersihan dilakukan untuk menghilangkan

lapisan tanah kurang lebih 30 cm dengan menggunakan alat berat yaitu

bulldozer. Alat ini mengeruk tanah yang bergelombang hingga rata untuk

dibuat akses jalan, peledakan dan pendistribusian material.

- Drilling (Pengeboran) : Maksud pengeboran dilakukan untuk membuat

lubang tembak. Dimana lubang tersebut kedalamannya 9-13 m yang

berfungsi sebagai tempat menyimpan bahan peledak. Bahan peledak

ditempatkan pada lubang dan kemudian di netralisirkan dari seluruh

karyawan di lapangan untuk menjauhi lubang dengan radius jarak aman. -

Balsting (Peledakan) : Tujuan peledakan adalah untuk membongkar batuan

kapur yang memiliki kekerasan yang tinggi. Batuan kapur di bor 9-13 meter

(zona aman) Ketika semua aman bahan peledak diledakkan atas perintah

operator minning atau penambangan sesuai dengan SOP yang berlaku pada

pukul 12.00 hingga 13.00 WIB dengan ketentuan tidak ada karyawan atau

warga yang berada di zona peledakan.

- Loading (Pemuatan) dan hauling (Pengakuan) : Memuat batu kapur hasil ke

atas alat angkut. Alat yang digunakandi quarry D sebagian besar adalah

whell loader dengan kapasitas 5-10 . Loader mengangkut batuan dan

memindahkan dalam dump truck yang berkapasitas 30-60 ton. Buldozer

mengeruk bahan material untuk dimasukkan ke dalam whell loader dan

dibawa ke crusher untuk diolah dengan hasil ukuran standar.

Page 93: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

70

- Crushing (Penghancuran) : Mereduksi ukuran batu menjadi suatu produk

yang dapat diterima oleh raw mill. Alat crushing memecahkan bahan

material lime stone untuk dikirim ke gudang lime stone dengan alat

conveyor sepanjang 5 KM di Quarry D ke gudang lime stone raw mill.

- Conveying (Penerimaan) : pengiriman batu kapur dari Quarry D

menggunakan belt conveyor dengan kapasitas 2500 ton/jam langsung

dikirim ke plant namun sebagian disimpan terlebih dahulu dalam storage

Quarry D. Alat ini juga membantu mengatur dan menginspeksi kualitas

batu kapur agar fluktuasinya tidak tajam.

b. Penyimpanan Bahan Baku Untuk Limestone

-Timbunan Memanjang (Longitudinal Stockpile) : Dengan menggunakan

metode memanjang dimana material ditimbun dengan cara menjatuhkan dari

atas, penimbun bergerak secara kontinyu sepanjang garis pusat arah

memanjang timbunan. Dengan cara ini akan terjadi berlapis-lapis material

yang berbentuk atap sepanjang timbunan. Ini dimaksudkan untuk

meniadakan variasi sehingga diharapka disemua penampang lintang

timbunan mempunyai komposisi yang sama. Pada penimbunan cara ini,

material yang jatuh dari atas akan sliding dan bergulir turun sehingga akan

terjadi segregasi yang kadarnya tergantung dari sifat material dimana

material yang kasar akan cenderung terkempul dibagian bawah timbunan.

Page 94: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

71

- Timbunan Melingkar (Circular Blending Bed) kontinyu : Secara umum

menggunakan metode melingkar, hal ini dimaksudkan agar dapat

memberikan homogenitas material yang baik pada material dengan jumlah

yang besar untuk diameter blending yang sama. Penimbunan dilakukan

secara kontinyu tanpa harus menunggu pembukaan seksi yang baru dan

mampu menyimpan dalam jumlah yang besar dan operasinya lebih mudah.

c. Penambangan Tanah Liat

- Penambangan sandy clay dilakukan di Hambalang, dengan cara diangkut

dengan dump truck yang memiliki kapasitas 30 ton dan untuk menaikannya

digunakan wheel loader kemudian dibawa ke tempat penghancuran. Hal ini

bertujuan untuk memudahkan pengangkutan dengan belt conveyor menuju

plant dan untuk mempersiapkan bahan baku agar memenuhi standar ukuran

yang diinginkan sebelum dihancurkan kembali di dalam raw mill.

d. Penyediaan Pasir Besi, Bijih Besi, Pasir Silika dan gypsum

Dalam pembuatan semen, pasir besi digunakan sebagai bahan korektif yang

ditambahkan ke dalam bahan baku apabila komposisinya belum memenuhi

syarat. Kebutuhan pasir besi dan biji besi dipenuhi oleh PT Aneka Tambang

di Cilacap, sedangkan kebutuhan gypsum dipenuhi dengan mengimpor

Thailand, Jepang Australia atau dari PT.Petrokimia Gresik. Pasir silika dibeli

dari pulau Belitung dan daerah Cibadak, Sukabumi.

Page 95: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

72

e. Unit Pengeringan dan Penggilingan Bahan Baku (Raw Mill Unit)

Sebelum bahan baku dimasukkan ke dalam kiln, bahan baku tersebut

mengalami tahap pengeringan dan penggilingan. Proses pengeringan sandy

clay berlangsung pada rotary dryer dan untuk lime stone berlangsung pada

impact dryer dengan memanfaatkan panas yang diambil dari exhaust gas

suspension preheater. Berikut langkah-langkah pengeringan yang dilakukan

terhadap raw material adalah :

- Batu kapur dari tempat penyimpanan diambil oleh reclaimer ke belt

conveyor dan diteruskan ke impact dryer untuk memperkecil ukurannya

hingga 30 mm dengan kadar air dijaga 1%. Batu kapur yang telah

dihancurkan dan dikeringkan dalam impact dryer kemudian masuk ke

dalam hopper limestone.

- Tanah liat dan pasir silica dari tempat penyimpanan diangkut dengan belt

conveyor untuk dimasukkan ke dalam rotary dryer. Di sini terjadi

pengeringan oleh gas panas yang keluar dari SP. Setelah keluar dari SP

rotary dryer, tanah liat dimasukkan ke dalam storage sementara oleh belt

conveyor lalu dialirkan menuju hopper dengan menggunakan bucket

elevator.

- Pyrite cinder atau besi oksida langsung dimasukkan ke dalam hopper

dengan menggunakan belt conveyor dan bucket conveyor.

- Dari masing-masing hopper, material di timbang dengan menggunakan

weighing feeder dan dialirkan ke dalam air separator. Di air separator ini

terjadi pemisahan partikel halus dan kasar, dimana partikel yang sudah halus

Page 96: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

73

dan telah memenuhi syarat akan terbawa oleh udara panas ke cyclone dan di

cyclone akan terjadi pemisahan partikel halus dengan udara panas sedangkan

partikel kasar yang masuk air separator akan jatuh keluar separator dan

masuk kedalam raw grinding mill untuk dihancurkan menjadi partikel-

partikel yang lebih halus. Partikel-partikel yang telah halus dimasukkan

kembali ke dalam air separator untuk diproses kembali. Output dari cyclone

yang berupa partikel halus dialirkan ke air blending silo dan diteruskan lagi

ke storage silo. Output udara panas dari raw mill yang masih membawa

partikel yang halus terkandung dalam udara panas.

f. Unit Pembakaran Tepung Baku dan Pendinginan Clinker (Burning

Unit)

Tahapan proses ini dimaksudkan untuk mereaksikan bahan baku sehingga

membentuk klinker dan proses ini terdiri atas 3 tahap :

1. Tahap homogenisasi

Di dalam air blending silo, tepung baku mengalami proses

homogenisasi secara pneumatik dengan udara bertekanan yang dialirkan dari

bagian bawah silo untuk mencegah terjadinya pemampatan material. Proses

ini memiliki beberapa keunggulan antara lain :

• Mutu klinker lebih baik dan seragam serta mudah digiling.

• Pemakaian bahan bakar lebih hemat.

• Proses pembakaran lebih stabil dalam jangka waktu yang lama.

Page 97: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

74

• Bata tahan api lebih tahan lama karena operasi kiln lebih stabil dengan

adanya coating yang stabil.

2. Tahap pembentukkan klinker

Proses pembentukkan klinker terdiri atas beberapa tahap sebagai

berikut :

• Proses pemanasan dan penguapan air yang terjadi di suspension

preheater.

• Proses kalsinasi awal yang terjadi di suspension preheater.

• Proses kalsinasi lanjutan yang terjadi di rotary kiln.

• Proses safety yang terjadi di rotary kiln.

• Proses transisi yang terjadi di rotary kiln.

• Proses sintering atau klinkerisasi yang terjadi di rotary kiln.

• Proses pendinginan yang terjadi di air quenching cooler.

Tepung baku yang terdapat dalam raw meal silo yang lebih dikenal

dengan nama kiln feed dialirkan oleh air sliding conveyor ke tangki

pengumpan. Dengan bantuan rotary feeder, tepung baku tersebut dijatuhkan

ke weighing feeder yang terdapat dibawahnya. Umpan kiln kini dialirkan ke

suspension preheater dengan bucket elevator.

3. Tahap pendinginan klinker

Klinker yang keluar dari rotary kiln mengalami pendinginan awal

dalam kiln yaitu pada cooling zone dari menjadi

pada proses pendinginan dalam kiln, fasa cair mengkristal kembali.

Page 98: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

75

Klinker harus didinginkan secara cepat sebelum masuk ke unit penggilingan

akhir.

g. Unit Penggilingan Akhir (Cement Mill Unit)

Dari klinker silo, klinker keluar melalui apron conveyor dibawa

dengan bucket elevator menuju ke hopper clinker, proporsinya ditentukan

dengan weighting feeder. Kemudian klinker dibawa ke penggilingan akhir.

Produk yang keluar dari cement mill akan terbagi atas dua arah. Produk

semen yang halus akan dihisap oleh EP (electrostatic precipitator) melewati

grit separator sedangkan produk semen yang relatif kasar akan jatuh ke air

slide dan dibawa ke bucket elevator dan selanjutnya diteruskan ke dynamic

separator. Didalam alat ini, partikel yang halus akan terbawa menuju enam

buah cyclone lalu terbawa pada bucket elevator. Kemudian ditiup dengan

menggunakan blower. Produk akhir tersebut dimasukkan kedalam cement

silo, sedangkan partikel kasar akan masuk kembali kedalam cement mill

melalui air slide.

h. Unit Pengantongan Semen (Packing Unit)

Didalam in line packer terdiri dari enam buah corong pengisian yang

mengumpankan semen kedalam kantong dengan kapasitas masing-masing

50kg. Pada unit packing terdapat juga pengemasan dalam ukuran besar yaitu

jumbo bag dengan kapasitas 1 ton dan 1.5 ton dan semen curah 19-20 ton.

Untuk semen curah, semen yang berasal dari bin langsung didistribusikan ke

Page 99: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

76

loading truck. Untuk mencegah polusi udara maka pada unit pengantongan

ini dilengkapi dengan dust collector jenis bag filter.

5.2 Alur Kerja Suspension Preheater

Suspension Preheater (SP) hanya digunakan pada proses kering dimana meal

(tepung baku) hasil pengeringan dan penggilingan di raw mill ditumpahkan ke aliran

exhaust gas dari kiln. Tahapan proses di SP ini diawali dengan pengumpanan raw

meal ke dalam saluran gas yang berada di stage 1 (paling atas). Raw meal tersebut

akan mengalami pemanasan oleh gas yag berasal dari siklon yang berada di bawah.

Setelah mengalami pemanasan, raw meal dipisahkan oleh siklon dengan gaya

sentrifugal. Gaya ini menyebabkan raw meal akan terlempar ke dinding siklon

karena memiliki massa yang lebih besar dibandingkan gas dan selanjutnya raw meal

jatuh dan masuk ke siklon berikutnya.

Raw meal akan tersuspensi dalam aliran gas panas sehingga terjadi

perpindahan panas yang efektif. Ditinjau dari prinsip perpindahan panasnya dikenal

dua jenis SP, yaitu SP counter current dan SP co-current. Pada SP counter current

material masuk dari samping atas dan gas panas dari bawah. Suspensi ini akan keluar

lewat atas preheater. Sistem ini ada kelemahannya yaitu waktu kontaknya rendah

sekali sehingga perpindahan panasnya kurang efisien. SP co-current biasanya

menggunakan siklon, kemudian pada siklon langsung dapat dipisahkan kembali

antara gas panas bebas dengan materialnya. Untuk menambah efektifitas

perpindahan panasnya biasanya digunakan lebih dari satu siklon. SP co-current

banyak digunakan oleh pabrik-pabrik semen di Indonesia.

Page 100: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

77

Dalam proses kerja alat SP, kiln feed masuk bagian atas (connection duct

antara siklon stage I dan II), saat itu juga umpan terbawa aliran gas panas dari stage

II sehingga masuk ke siklon stage I. Bersamaan dengan itu terjadi transfer panas dari

gas panas ke kiln feed. Panas ini kemudian digunakan untuk menaikkan suhu kiln

feed sekaligus untuk menguapkan air yang ada didalam kin feed. Adanya gas

sentrifugal menyebabkan bagian umpan yang lebih halus akan terbawa aliran gas

menuju ke siklon atasnya sedangkan bagian yang lebih kasar/berat akan jatuh pada

bagian bawah siklon. Umpan tanur yang jatuh ke bawah, keluar dari pipa umpan

tersebut terbawa lairan gas panas dari siklon III menuju siklon II lewat connection

duct. Di siklon II tersebut umpan menjalani proses seperti di siklon I. karena gaya

sentrifugal, bagian umpan yang lebih berat jatuh kebawah siklon II da keluarkan

lewat pipa material.

Keluar dari pipa material siklon II, bersama-sama gas panas dari siklon IV

umpan terbawa ke atas lewat connection duct menuju ke siklon III. Umpan

mengalami pemanasan oleh gas dari siklon IV sampai mencapai suhu kalsinasi yaitu

sekitar suhu 600 derajat. Di connection duct siklon III inilah proses kalsinasi mulai

terjadi. Proses kalsinasi di siklon III ini terjadi sampai derajat kalsinasi 75%. Secara

total pengamatan maka terlihat bahwa proses pemanasan kiln feed adalah berlawanan

arah dimana gas panas berjalan dari bagian bawah menuju puncak SP berjalan

menuju ke bagian bawah. Tetapi bila diamati secara bagian per bagian tiap stage

maka akan tampak bahwa aliran gas panas dari kiln feed berjalan searah.

Page 101: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

78

5.3 SOP (Standar Operasional Prosedur) Suspension Preheater

A. Mengatasi Masalah Cyclone Clogging

Tujuan :-Membersihkan penyumbatan oleh material di dalam cyclone.

-Mengembalikan kondisi operasi menjadi normal

Persiapan : - Alat-alat lampu spotlight, slang angin, tang, kunci inggris, pipa

rojokan dan peralatan las harus tersedia.

- Personil minimal 4 orang.

Prosedur : - Amankan daerah-daerah yang berbahaya dengan rambu-rambu

bahaya.

- Atur draught kiln hood dengan mengatur bukaan damper

EP Cooler (hingga isapan cenderung ke arah cooler).

- Gantung/ angkat damper cyclone, periksa chute dibawah

cyclone apakah macet atau tidak.

- Mulailah membersihkan material di atas damper dan terus

menuju ke atas, bila di perlukan bisa membuat lubang baru

untuk memudahkan pekerjaan.

- Sebelum pindah ke posisi yang lebih atas, tutup dahulu

lubang-lubang yang ada di bawahnya untuk sementara.

- Bila pekerjaan sudah mencapai daerah cone, usahakan pekerja

selalu pada posisi yang lebih tinggi dari posisi material yang

dirojok.

- Apabila pekerjaan di daerah cone sudah mencapai sepertiga

bagian, pasang pipa dan slang angin.

Page 102: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

79

- Rojok material dari bagian atas lewat pocking hole atau lewat

man hole cyclone dengan hati-hati.

- Bila yang macet K-1 atau C-1, setelah chute terbebas dari

macet, cyclone cukup di ketok-ketok dengan palu besar.

B. Inspeksi Oksigen Pada outlet ILC Calciner dan SLC Calciner

Tujuan : Untuk mengetahui proses pembakaran di dalam SP yaitu dengan

mengukur kadar oksigen dalam gas Outlet ILC Calciner dan

SLC Calciner.

Persiapan : - Kondisi operasi berlangsung normal.

- Instrumen memberitahukan ke CCP operator dan

memperiapkan alat pengukur.

- Kondisi man hole atau pocking hole tertutup.

Prosedur : - Pengambilan sampel di cegah agar tidak terjadi kebocoran.

- Periksa dan CO.

- Beritahukan hasil pengukuran ke CCP Operator.

- CCP Operator akan menindak lanjuti hasil pengukuran (jika di

luar standard).

- Jika di perlukan ulangi pengukuran.

Periode : Minimal 1 x per bulan (sesuai kebutuhan).

C. Inspeksi Decarbonation

Tujuan : - Mengetahui proses kalsinasi di SP.

- Untuk mengoptimumkan operasi di SP.

Persiapan : - Kondisi operasi berlangsung normal.

Page 103: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

80

- Kondisi man hole atau pocking hole di inlet kiln & SP tertutup

- CCP Operator memberitahu Process Control & Monitoring

bahwa.

- Siapkan alat pengambil sample dan tempat sample tertutup.

Prosedur : - Pengambilan sample pada chute cyclone K-5 atau C-5.

- Segera periksa decarbonation.

- Beritahukan hasil pengukuran ke CCP Operator.

- CCP Operator akan menindak lanjuti hasil pengukuran (jika di

luar standar).

- Jika di perlukan ulangi pengukuran.

Periode : minimal 1 x per minggu (sesuai kebutuhan).

D. Pengaturan Temperatur di SP

Tujuan : -Menjaga kondisi tetap aman.

-Mengoptimalkan perpindahan panas dan kalsinasi

material.

Tindakan pencegahan :

- Jaga operasi dalam keadaan stabil (sesuai parameter operasi).

- Jaga supply dan kualitas material feed/coal stabil.

- Jaga bentuk flame burner dan ratio kiln speed stabil.

- Jaga pressure Grate I dan temperature udara sekunder stabil.

Tindakan Koreksi :

1. Jika temperatur naik :

- Kurangi coal dan sesuaikan feeding, atau

Page 104: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

81

- Kurangi speed SP Fan.

Pilih salah satu tindakan diatas, jika belum teratasi lanjutkan langkah

berikutnya sampai masalah teratasi.

2. Jika temperatur turun :

- Tambahkan coal dan sesuaikan dengan feeding, atau

- Tambahkan speed SP Fan.

Pilih salah satu tindakan diatas, jika belum teratasi lanjutkan langkah

berikutnya sampai masalah teratasi.

E. Pengaturan Draught di SP

Tujuan : -Menjaga kondisi tetap aman

-Mengoptimalkan perpindahan panas dan

kalsinasi material

Tindakan pencegahan :

- Jaga operasi dalam keadaan stabil (sesuai parameter operasi).

- Jaga supply dan kualitas material feed/coal stabil.

- Jaga bentuk flame burner dan ratio kiln speed stabil.

- Jaga pressure Grate I dan temperatur udara sekunder stabil.

Tindakan koreksi :

1. Jika Draught cenderung naik :

- Kurangi speed SP Fan.

- Periksa dan atasi penyumbatan/coating yang terjadi.

2. Jika Draught cenderung turun :

- Tambahkan speed SP Fan.

Page 105: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

82

- Periksa dan atasi kebocoran pada duct & casing.

Catatan : Jika kenaikan draught secara tiba-tiba dan naik drastis, stop

feeding dan periksa cyclone kemungkinan terjadi clogging.

F. Pengaturan O2 Di Outlet C-1 (ILC & SLC)

Tujuan : - Menjaga O2 di Outlet C-1 : 1.5 ~ 3.0%

- Menjaga pembakaran di Rising duct

sempurna.

Tindakan pencegahan :

- Jaga operasi dalam keadaan stabil (sesuai parameter operasi).

- Jaga supply dan kualitas material feed/coal stabil.

- Jaga bentuk flame burner dan ratio kiln speed stabil.

- Jaga pressure Grate I dan temperatur udara sekunder stabil.

Tindakan koreksi :

- Ukur O2 di outlet C-1.

- Tambahkan coal apabila O2 di cyclone lebih tinggi dari standar.

- Kurangkan coal apabila O2 di cyclone lebih tinggi dari standar.

- Sesuaikan feeding apabila terjadi perubahan coal di SP.

Catatan : Jika kenaikan draught secara tiba-tiba dan naik drastis, stop

feeding dan periksa cyclone kemungkinan terjadi clogging.

5.4 Hasil Identifikasi Bahaya Suspension Preheater

Menurut OHSAS 18001 : 2007, setiap Organisasi harus membuat,

menerapkan dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi bahaya yang ada,

penilaian risiko, dan penetapan pengendalian yang diperlukan. Prosedur untuk

mengidentifikasi bahaya dan menilai risiko harus memperhatikan:

Page 106: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

83

a) aktivitas rutin dan tidak rutin;

b) aktivitas seluruh personel yang mempunyai akses ke tempat kerja

(termasuk kontraktor dan tamu);

c) perilaku manusia, kemampuan dan faktor-faktor manusia lainnya;

d) bahaya-bahaya yang timbul dari luar tempat kerja yang berdampak pada

kesehatan dan keselamatan personel di dalam kendali organsisasi di

lingkungan tempat kerja;

e) bahaya-bahaya yang terjadi di sekitar tempat kerja hasil aktivitas kerja

yang terkait di dalam kendali organisasi.

Peneliti membuat perbandingan antara HIRARC yang dimiliki oleh

PT.Indocement Tunggal Prakarsa dengan HIRARC yang dibuat oleh peneliti.

Tujuannya adalah untuk melihat perbandingan hasil analisis risiko pada alat

suspension preheater.

5.4.1 Hasil Identifikasi Bahaya SP PT.Indocement Tunggal Prakarsa

PT Indocement telah membuat HIRARC (Hazard Identification, Risk

Assessment and Risk Control) dengan section burning pada kegiatan alat

suspension preheater. Section burning dibagi atas dua kegiatan proses yaitu

proses kegiatan material di suspension preheater dan proses material di

dalam kiln. Didapatkan 11 jenis kegiatan pada bagian kerja di area

suspension preheater dari 39 jenis kegiatan kerja di area burning section

diantaranya adalah : Mengatasi clogging, pembersihan coating riser duct,

pembersihan BE, pembersihan chute, pembersihan dumper cyclone di SP,

Page 107: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

84

pembersihan material di SP, pengoperasian alat angkat/angkut, mengatasi

kebakaran dengan APAR, aktivitas gunning/ casting castable saat

bricklining, dan aktivitas pembersihan coating/ bata saat bricklining

menggunakan stripping machine. Berikut adalah lembar HIRARC milik

PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk :

Page 108: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

85

Tabel 5.5 HIRARC PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

Page 109: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

86

Page 110: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

87

Page 111: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

88

Page 112: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

89

Page 113: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

90

Page 114: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

91

Page 115: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

92

Page 116: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

93

Page 117: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

94

5.4.2 Hasil Identifikasi Bahaya suspension preheater dari hasil observasi dan

wawancara

Hasil identifikasi risiko keselamatan kerja pada bagian produksi

semen alat suspension preheater dilakukan dengan menggunakan metode

HIRARC (Hazard Identification, risk assessment and risk control). Dari hasil

identifikasi bahaya pada pekerjaan di bagian alat suspension preheater

terdapat beberapa pekerjaan yang termasuk dalam kategori high risk atau

risiko tinggi. Penggolongan jenis risikonya berdasarkan jenis bahaya

keselamatan kerja yaitu bahaya mekanis, bahaya listrik, bahaya kimiawi dan

bahaya fisik. Proses kerja melingkupi beberapa pekerjaan di SP yang

diantaranya : mengatasi masalah Cyclone Clogging, menginspeksi oksigen

pada outlet ILC calciner dan SLC calciner, menginspeksi Decarbonation,

melakukan pengaturan temperatur di SP, melakukan pengaturan Draught di

SP, pengaturan O2 Di Outlet C-1 (ILC & SLC).

• Sumber Bahaya di Suspension preheater

Dari hasil observasi peneliti yang dilakukan di lapangan, diketahui

bahwa sumber bahaya yang terdapat di area suspension preheater adalah

berasal dari material panas baik dari mesin cyclone maupun semburan akibat

clogging. Berikut kutipan hasil wawancara dengan pekerja di SP, karyawan

HSE dan rekan kerja.

“…Kita kan ngecek cooting, kalau kita gak hati-hati bisa kesembur

material panas… (Pekerja A)

Page 118: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

95

“…kebisingan dari alat sama suhu panas, karena kita kalau diluar

aja kan kerasa panas dari cyclonenya… Apalagi suhu dalamnya tuh bisa

habis kalo sampe kena material panasnya…” (Pekerja B)

“…Banyak sumber bahaya yang ada di SP sana, salah satunya ya

panas yang dihasilkan… (Pekerja C)

“…Pertama, kena benda panas atau terpapar oleh benda panas

contohnya dari cyclone, cube itu panas semua sekitar 200 derajat. Semua

sistim ada di SP dan radiasi nya kena panas aja. Nah kalau tersentuh bisa

cidera. Terus tersembur material panas kondisi normal bisa terkena karena

pressure… (HSE A)

“…Kalau kita bicara SP, itu paling panas, kebisingan, debu ya itu

aja…” (HSE B)

“…Di area suspension preheater ya itu panas yang dihasilkan dari

mesinnya, debu yang berterbangan karena memang kita di pabrik semen.

Kemudian …kebisingan dari mesin-mesinnya…” (HSE C)

“…Yang jelas panas, panas langsung di cassing dan panas dari

material panas kalo glogging biasanya produksi yang ngerjain kan nyembur

gitu. Di wilayah-wilayah cyclone pak. Mungkin ada bahan pengerasan trus

kesumbat bisa nyembur pas dibuka tutupnya. Kadang kan semburan-

semburan api tapi bukan api murni…” (Informan Tehnik A)

“…Yang utama panas, rata-rata panas kan bisa melepuh tuh jika

terpapar panas…” (Informan Tehnik B)

Page 119: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

96

“…Sumber panas atau kebocoran panas biasanya yang ada di SP…

(Informan Tehnik C)

Selain material panas, sumber bahaya lainnya berperan penting dalam

mengakibatkan kecelakaan bagi pekerja SP diantaranya adalah bahaya dari

ketinggian di SP karena tinggi lantai suspension preheater di plant 6/11

adalah 8 lantai. Jadi kemungkinan pekerja untuk terjatuh selalu ada.

Kemudian kebisingan dari alat, ruangan terbatas, pencahayaan yang kurang,

kondisi lingkungan yang berdebu, kebocoran gas, konsleting lift, konduksi

panas, serta radiasi panas merupakan sumber bahaya yang terdapat di SP.

Beberapa sumber bahaya di sebutkan dalam hal wawancara dengan informan,

namun belum menyebutkan semua sumber bahaya yang telah peneliti

lakukan. Berikut hasil wawancara dengan informan :

“… alat di kiln itu cukup tinggi paparan suaranya ya bisa juga

kebisingan, …” (Karyawan A)

“…Bekerja diketinggian bisa juga terjatuh dari ketinggian tapi

sampai saat ini yang saya tau sih nggak ada temen saya yang terjatuh dari

ketinggian gitu…”(Karyawan B)

“…Kejatuhan dari ketinggian juga bisa, bising, kemudian berdebu di

area kerjanya..”(HSE A)

“…debu yang ada cukup tinggi membuat semua pekerja wajib

memakai maske…”(HSE B)

Page 120: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

97

“…Ketinggian cukup berbahaya jika bekerja tidak hati-hati, juga

alat-alat dari mesin yang berputar…”(Informan tehnik A)

“…debu yang ada di SP sangat memungkinkan membuat lingkungan

serta pekerja terpapar…”(Informan tehnik B)

• Jenis Bahaya di Suspension Preheater

Pada lingkungan kerja suspension preheater terdapat 3 jenis bahaya

diantaranya adalah bahaya fisik, bahaya mekanis, dan bahaya listrik. Bahaya

fisik terdapat pada pekerjaan yang efek bahayanya berdampak kepada pekerja

baik secara langsung (misal : tersembur material panas) atau berdaya jangka

waktu (misal : gangguan pendengaran akibat kebisingan). Bahaya mekanis

bersumber dari peralatan mekanis atau benda-benda yang dikerjakan oleh

pekerja (misal : tangan terjepit blower). Dan bahaya listrik yang dapat

megakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik dan

hubungan arus pendek.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama bahwa jenis

bahaya yang ada di SP adalah bahaya Fisik, dan listrik namun belum

menyebutkan adanya bahaya listrik. Berikut hasil wawancara dengan pekerja

di SP.

“…Ya kalo kita melihat jenis bahaya kan beda ya sama yang tadi tu

sumber bahaya, menurut saya ya jenis bahaya di SP itu bahaya dari material

panas itu fisik ya karena kalo terjadi nanti kena ke tubuh langsung. Terus

ada lagi bahaya dari mesin SP nya…” (Pekerja A)

Page 121: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

98

“…Mesin yang bekerja terus dek selama 24 jam bisa berakibat

bahaya karena tidak pernah berhenti kecuali pas maintenance….nah dari

mesin itu bisa jadi bahaya…” (Pekerja B)

Berdasarkan hasil wawancara dengan karyawan HSE plant 6/11

jenis bahaya beberapa karyawan HSE menyebutkan dengan baik dan jelas.

Berikut hasil wawancara dengan karyawan HSE plant 6/11.

“…Jenis bahaya di SP itu mulai dari bahaya fisik yang terdapat dari

clogging, coating karena semua itu ada hubungannya dengan material

panas. Kemudian dari bahaya listrik yang disebabkan konsleting, karena

pekerja juga bisa kesetrum jika ada konsleting malah dapat terjadi

kebakaran. Sama itu dek bahaya dari alat-alatnya ya dari mesin SP nya juga

berakibat berbahaya…” (HSE A)

“…Ya paling bahaya listrik, mekanik itu dari mesin-mesin yang

bekerja sama yang langsung efek ke pekerjanya langsung dek…”(HSE B)

Kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan informan pendukung

lebih menuju ke arah profesinya sebagai pekerja tehnik maintenance. Berikut

hasil wawancara dengan pekerja tehnik mekanik dan elektrik.

“…Saya kan bukan di bagian produksi ya karena kami baru ke SP

jika ada panggilan kerusakan atau memang jadwalnya untuk maintenance

jadi kurang begitu spesifik ya kalo bicara jenis bahaya di SP….Gak papa ya

ini yang saya tahu aja, menurut saya itu jenis bahaya dari mesin SP nya ya,

terus ya kalo di bagian kami ya pasti di jenis bahaya listrik karena pekerja

Page 122: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

99

juga ngelakuin pekerjaan instalasi listrik di area kerja SP… itu aja sih…”(

Pekerja Tehnik A)

“…Waduh ini tingkatannya lebih tinggi lagi ya..hehehe mungkin ini

aja sih bahaya kecelakaan kerja dari panas udara sekitarnya kan panas

pak…(kemudian peneliti menjelaskanpengertian mengenai jenis bahaya)…

bahaya listrik ya pas kita betulin instalasi listrik, terus jenis lainnya itu fisik

ya yang langsung ke tubuh pekerjanya…” (Pekerja Tehnik B)

“…Oh jenis bahaya ya macem-macem …kesetrum itu ya dari

listrik…terjepit ya dari mesin… (Pekerja Tenik C)

• Risiko Kerja di Suspension Preheater

Risiko merupakan perwujudan profesi yang mengakibatkan

kemungkinan kerugian menjadi lebih besar. Dalam pekerjaan di suspension

preheater, terdapat beberapa potensi bahaya yang berakibat risiko.

Bermacam-macam risiko yang terdapat di lingkungan kerja SP diantaranya

adalah, bahaya terjepit, luka bakar, tertimpa, gangguan pendengaran,

kebisingan, iritasi dan lain-lain.

Berdasarkan hasil wawancara kepada pekerja di SP, bahwa risiko

kerja di lingkungan kerja SP sangatlah beragam dengan tingkat bahayanya

bermacam-macam. Berikut wawancara dengan pekerja di SP.

“…Biasanya yang paling banyak terjadi itu semburan material panas

pak dari pekerjaan clogging tu…bisa luka bakar karena kan materialnya

nyembur kalo gak hati-hati saat clogging ya bisa terluka bakar…suara dari

kiln nya jga kan masih kerasa sampe ke pekerja di SP berakibat kebisingan

Page 123: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

100

jga, ya kalo mau dijelasin semua banyak banget tar kita bisa langsung liat

langsung ke lapangan pak kalo mau bisa saya antarkan kita naik ke

SP…”(Pekerja A)

“…Wah kalau disebutin satu-satu ya banyak…debu di sana kan

numpuk banget kalo diinjek ya langsung ngangkat semua debunya itu bisa

mengganggu paru-paru, terus semburan api pas kita melakukan clogging,

terus apa tu yang kena kulit?...hmm iritasi ya…” (Pekerja B)

“…Setahu saya ya ada tersetrum listrik…karena kan rata-rata bahan

alatnya dari besi jadi kalo nyetrum ya bisa juga kena ke pekerjanya,

semburan api juga bisa, panas api dari cyclonennya ya masih banyak

lagi…”(Pekerja C)

Berdasarkan hasil wawancara dengan pekerja HSE dan pekerja tehnik

hampir sama dengan pekerja utama di SP. Berikut wawancara dengan pekerja

HSE dan pekerja tehnik.

“…Jenis-jenis bahaya dalam pekerjaan di SP seperti yang ada di

HIRARC adalah bermacam-macam mulai dari bahaya terjepit,tertimpa

material maupun alat,… kemudian kebakaran dan ledakan juga sewaktu-

waktu terjadi…kemudian adanya penurunan pendengaran atau bisa tuli

karena kebisingan alat kerja…”(HSE A)

“…luka bakar juga bisa karena pernah juga adanya kecelakaan

karena material panas yang menyebabkan luka bakar …”(HSE B)

Page 124: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

101

“…secara umum dan kebanyakan sih karena panas sama api, karena

semua pekerja yang ke SP pasti terpapar suhu panas SP…” (Pekerja Tehnik

A)

“…karena saya di elektrik mungkin pekerjaannya bahaya kesetrum

sama paparan panas …” (Pekerja Tehnik B)

“...Mulai dari material panasnya itu bisa kebakaran di tempat SP,

kalo pekerja nggak hati-hati ya bisa terbakar juga, terus pas lewat bawah

kiln tu bising t…” (Pekerja Tehnik C)

Berdasarkan hasil wawancara kepada 3 jenis informan dapat

disimpulkan bahwa seluruh apa yang disebutkan masuk dalam kategori

HIRARC yang dimiliki oleh PT.Indocement namun belum seluruhnya di

sebutkan, maka dari itu peneliti membuat HIRARC ulang yang didapatkan

dari hasil observasi, wawancara dan data perusahaan. Berikut tabel HIRARC

yang dibuat oleh peneliti dengan 19 jenis kegiatan pekerjaan di area SP.

Page 125: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

102

Tabel 5.6 Identifikasi bahaya pekerjaan di alat suspension preheater

NO Nama Kegiatan Kondisi Sumber Bahaya Jenis bahaya Risiko/ dampak

1 Mengatasi Clogging Tidak Normal

-Material panas -Kerja di ketinggian -Berdebu -Udara panas

F F F

F

-Luka bakar,meninggal -Cidera ringan/berat, meninggal -Iritasi Kulit atau mata, gangguan pernapasan -Dehidrasi

2 Pembersihan coating riser duct Normal

-Material panas -Kerja diketinggian -Berdebu -Udara panas -Alat kerja

F F F

F M

-Luka Bakar,meninggal - Cidera ringan/berat, meninggal - Iritasi Kulit atau mata, gangguan pernapasan -Dehidrasi -Terbentur, terjepit, tertimpa

3 Pembersihan BE Normal -Material panas -Mesin berputar

F M

-Luka Bakar,meninggal -Terbentur, terjepit, tertimpa

4 Pembersihan Chute Normal -Confined spaced -Pencahayaan yang kurang -Oksigen terbatas

F F F

-Terbentur, terjepit -Terbentur, terjepit -Kekurangan Oksigen

5 Pemeriksaan damper cyclone di SP

Tidak Normal

-Material panas -Kerja di ketinggian -Berdebu -Udara panas

F F F

F

-Luka bakar,meninggal -Cidera ringan/berat, meninggal -Iritasi Kulit atau mata, gangguan pernapasan -Dehidrasi

6 Mengelas dinding cyclone Tidak Normal

-Percikan api las -Listrik dari alat las -Berdebu -udara panas dinding cyclone

M F F

F

-Luka bakar, iritasi mata - Tersengat listrik - Iritasi Kulit atau mata, gangguan pernapasan - dehidrasi dan luka bakar

Page 126: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

103

NO Nama Kegiatan Kondisi Sumber Bahaya Jenis Bahaya Risiko/ dampak

7

Aktivitas pembersihan coating/ bata saat bricklining

menggunakan stripping machine

Normal

-Material dari coating -Gas panas yang keluar -Berdebu -Udara Panas -stripping machine

F F F

F M

-Luka bakar,meninggal -Cidera ringan/berat, meninggal -Iritasi Kulit atau mata, gangguan pernapasan -Dehidrasi - Menabrak, kejatuhan material

8 Pembersihan material di SP Normal

-Berdebu -Lokasi panas -Area sempit

F

F F

-Iritasi Kulit atau mata, gangguan pernapasan -Dehidrasi -Kejatuhan material,terpeleset

9 Pengoperasian Alat angkat/angkut Normal -Alat angkat/angkut material

yang diangkat M -Menabrak, kejatuhan material

10 Mengatasi kebakaran kecil/APAR

Emergency

-Tabung bertekanan, api M Ledakan, terbakar, kejatuhan alat atau material, Iritasi

11 Kerja di area SP dan spray tower Normal

-Material panas -Lokasi diketinggian -Berdebu -Udara Panas

F F F

F

-Luka bakar,meninggal,iritasi -Kejatuhan benda terjatuh -Iritasi Kulit atau mata, gangguan pernapasan -Dehidrasi

12 Kerja di ruang blower fine coal Sp calciner Normal -Suara blower M -Terjepit, getaran, gangguan

pendengaran.

13 Pembersihan coating Normal

-Material panas -Lokasi diketinggian -Berdebu -Udara Panas -Stripping machine

F F F

F M

-Luka bakar,meninggal,iritasi -Kejatuhan benda terjatuh -Iritasi Kulit atau mata, gangguan pernapasan -Dehidrasi -Menabrak, kejatuhan material

Page 127: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

104

NO Nama Kegiatan Kondisi Sumber Bahaya Jenis Bahaya Risiko/ dampak

14

Pembersihan sisa bata/ castable saat shutdown dan

tumpahan material saat clogging

Tidak normal

-Material panas dinding SP -Lokasi diketinggian -Berdebu -Udara Panas -Material clogging

F F F

F F

-Luka bakar,meninggal,iritasi -Kejatuhan benda terjatuh -Iritasi Kulit atau mata, gangguan pernapasan -Dehidrasi -Kebakaran/ ledakan

15 Melakukan Inspeksi Oksigen Pada outlet ILC Calciner dan

SLC Calciner Normal

-Material panas -Lokasi diketinggian -Berdebu -Udara Panas -Kebocoran gas

F F F

F F

-Luka bakar,meninggal,iritasi -Kejatuhan benda terjatuh -Iritasi Kulit atau mata, gangguan pernapasan -Dehidrasi -Gangguan pernapasan,keracunan.

16 Melakukan inspeksi Decarbonation Normal

-Material panas -Lokasi diketinggian -Berdebu -Udara Panas

F F F

F

-Luka bakar,meninggal,iritasi -Kejatuhan benda terjatuh -Iritasi Kulit atau mata, gangguan pernapasan -Dehidrasi

17 Pengaturan temperatur di SP Normal

-Material panas -Kondisi alat -Berdebu -Udara Panas

F M F

F

-Luka bakar,meninggal,iritasi -Kebakaran/ ledakan alat -Iritasi Kulit atau mata, gangguan pernapasan -Dehidrasi

18 Menaiki dan menuruni tangga SP Normal

-Radiasi panas suhu luar -Konduksi dari panas besi tangga -Terpeleset di tangga -Paparan debu lantai tangga

F F

F F

-Dehidrasi, Luka bakar -Lebam/memar, luka bakar -Lebam/Memar, cidera ringan-berat -Gangguan pernapasan, iritasi

Page 128: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

105

NO Nama Kegiatan Kondisi Sumber Bahaya Jenis Bahaya Risiko/ dampak

19 Menaiki dan menuruni Lift Normal -Lift Konsleting -Tali baja lift putus

M F

-Lift Mati -Cidera parah, meninggal

Page 129: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

106

Dari hasil wawancara dan tabel identifikasi yang ada, peneliti menemukan 19

aktivitas pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja di SP. Dan dapat disimpulkan bahwa

pekerja SP belum sepenuhnya mengetahui bahaya yang ada di lingkungan SP,

mereka hanya mengutarakan bahaya-bahaya yang terpapar oleh panas, kebisingan

dan listrik yang dapat dikatakan mempunyai risiko tinggi. Namun belum mengetahui

secara keseluruhan sumber bahaya yang terdapat di lingkungan area kerja suspension

preheater. Secara keseluruhan pekerja selalu menyebutkan sumber bahaya

didapatkan dari suhu panas atau material panas yang terdapat di area kerja SP.

Memang secara umum bahaya yang tinggi/ high risk didapatkan dari material panas

dan pekerjaan clogging namun bahaya lain secara bersamaan bisa saja terjadi.

Dalam penelitian di area suspension preheater, peneliti telah membuat

lembar observasi yang bertujuan untuk mendapatkan data yang akurat dan mengukur

tingkat keberhasilan atau ketercapaian tujuan penelitian. Berikut lembar observasi

yang dibuat oleh peneliti :

Page 130: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

107

Tabel 5.7 Lembar Observasi Identifikasi Risiko pada suspension preheater milik PT Indocement Tunggal Prakarsa

NO Identifikasi Risiko Sasaran observasi Ada Tidak Keterangan

1 Tahapan pekerjaan/ jenis pekerjaan dan rincian pekerjaan

-Mengatasi Clogging -Pembersihan coating riser duct -Pembersihan BE -Pembersihan Chute -Pemeriksaan damper cyclone di SP -Mengelas dinding cyclone -Aktivitas pembersihan coating/ bata saat bricklining menggunakan stripping machine -Pembersihan material di SP -Pengoperasian Alat angkat/angkut -Mengatasi kebakaran kecil/APAR -Kerja di area SP dan spray tower -Kerja di ruang blower fine coal Sp calciner -Pembersihan coating -Pembersihan sisa bata/ castable saat shutdown dan tumpahan material saat clogging -Melakukan Inspeksi Oksigen Pada outlet ILC Calciner dan SLC Calciner -Melakukan inspeksi Decarbonation -Pengaturan temperatur di SP -Menaiki dan menuruni tangga SP -Menaiki dan menuruni menggunakan Lift

Page 131: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

108

2 Sumber Bahaya di SP

-Material Panas -Tersengat arus listrik -Berdebu -Bekerja di ketinggian -Confined spaced -Pencahayaan yang kurang baik -Alat angkat/angkut material yang diangkat. -Lempengan mesin rusak -Area sempit -Udara Panas -Suara blower -Material clogging -Kebocoran gas -Radiasi panas suhu luar -Konduksi dari panas besi tangga -Paparan debu lantai tangga -Lift Konsleting -Tali baja lift putus -Percikan api las

3 Jenis Bahaya di SP

-Bahaya Fisik -Bahaya Mekanis -Bahaya Kimia -Bahaya Listrik -Bahaya Psikologis -Bahaya Biologi

Page 132: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

109

4 Risiko/ dampak di SP

-Luka Bakar -Kebisingan -Cidera ringan/berat -Iritasi kulit atau mata -Gangguan pernapasan -Tersengat arus listrik -Dehidrasi -Terbentur -Terjepit -Tertimpa -Kejatuhan benda terjatuh -Menabrak -Kejatuhan material -Lift Mati -Meninggal

Page 133: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

110

5.5 Hasil Analisis Penilaian Risiko Suspension Preheater

Analisa risiko dimaksudkan untuk menentukkan besarnya suatu risiko dengan

mempertimbangkan kemungkinan terjadinya dan besar akibat yang ditimbulkannya.

Berdasarkan hasil analisa dapat ditentukan peringkat risiko sehingga dapat dilakukan

pemilahan risiko yang memiliki dampak besar terhadap perusahaan dan risiko yang

ringan atau dapat diabaikan. Hasil analisa risiko dievaluasi dan dibandingkan dengan

kriteria yang telah ditetapkan atau standar dan norma yang berlaku untuk

menentukkan apakah risiko tersebut dapat diterima ataupun ditolak. Jika risiko

dinilai tidak dapat diterima harus dikelola atau ditangani dengan baik.

Setelah dilakukan identifikasi risiko, tahap selanjutnya adalah melakukan

analisis risiko dari setiap tahapan pekerjaan proses produksi di suspension preheater.

Analisis risiko dalam penelitian ini menggunakan metode HIRARC berdasarkan

OHSAS 18001 : 2007. Berdasarkan data yang didapatkan berupa observasi,

wawancara dengan informan dan data dokumen didapatkan hasil penilaian risiko

berupa ketentuan work risk assessment control (WRAC) merupakan hasil dari tabel

kemungkinan (O) dikalikan dengan tabel konsekuensi (S).

Page 134: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

111

Tabel 5.8 Penilaian tingkat kemungkinan dilakukannya kegiatan (Occurrence/O)

Tingkat penilaian kemungkinan adalah dimana suatu kegiatan/ pekerjaan

dilakukan seberapa sering terpapar bahaya yang ada di lingkungan SP. Tingkatan ini

dimulai dari score 1 yang merupakan suatu pekerjaan dapat berbahaya sewaktu-

waktu tanpa diketahui kapan akan terjadi hingga dapat dikatakan sering sekali

terkena paparan diberikan dengan score 5 (sering sekali terpapar/setiap hari).

Tabel 5.9 Penentuan tingkat konsekuensi/ keparahan (severity/S)

Tingkat konsekuensi/ keparahan adalah tingkatan yang menggambarkan

kondisi seberapa parahnya risiko yang ada pada suatu kegiatan terhadap manusia,

lingkungan/aset, dan alat/produksi. Jika suatu pekerjaan yang berbahaya rendah tidak

Page 135: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

112

menimbulkan cidera sama sekali/ near miss, dan tidak merusak lingkungan serta

merusak alat maka score yang akan diberikan adalah 1. Namun jika menimbulkan

kerugian untuk ketiganya maka score yang diberikan akan meningkat hingga level

tertinggi yakni 5.

Tabel 5.10 Matriks risiko WRAC (Work Risk Assessment Control) PT.ITP Tbk

Untuk memberikan makna terhadap suatu bahaya perlu dilakukan penilaian

risiko sehingga seseorang mengetahui besarnya risiko yang dapat terjadi. Untuk itu

setelah risiko atau bahaya diidentifikasi dilakukan penilaian risiko untuk mengetahui

seberapa besar risiko tersebut. Penilaian risiko ini sangat penting karena dapat

membentu opini atau persepsi terhadap suatu risiko.

Dari tabel diatas, selanjutnya dikembangkan tabel matriks atau peringkat

risiko yang mengkombinasikan antara kemungkinan dan konsekuensinya. Peringkat

risiko sebaiknya dikembangkan oleh masing-masing organisasi sesuai dengan

kondisi masing-masing. Perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa membuat matriks

peringkat risiko dengan ketentuan nilai kemungkinan dan konsekuensi mulai dari

score 1-5. Ditemukan satu sama lain sehingga mendapatkan angka yang menjadi

prioritas risiko. Dalam matriks ini, tingkat konsekuensi ditinjau dari berbagai aspek

Page 136: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

113

yaitu dampak terhadap manusia, lingkungan dan alat/proses kerja. Selanjutnya jika

dikombinasikan dengan kemungkinan atau likelihood akan diperoleh peringkat risiko

yang dikategorikan atas risiko Tinggi, ketat, bersyarat dan rendah.

Tabel 5.11 Penentuan tingkat risiko

Suatu kejadian akan dinilai sebagai disaster atau bencana jika memenuhi

kriteria sebagai berikut :

o Mengakibatkan fasilitas atau korban tewas lebih dari satu orang.

o Mengakibatkan kerugian finansial lebih dari 500 ribu dollar

Amerika atau menimbulkan dampak terhadap perusahaan secara

menyeluruh. Kerugian sangat besar dan sulit untuk dipulihkan

kembali.

o Dari sisi kelangsungan bisnis, kejadian akan mengakibatkan

kerugian total bagi perusahaan (misalnya kebakaran di SP dan

menyebabkan ledakan) atau dampak parah lainnya.

o Menimbulkan dampak lingkungan yang luas dan berskala rasional

atau global.

o Mendapatkan tekanan dan pemberitaan skala luas atau global.

Page 137: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

114

5.5.1 Penilaian Risiko PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

Pada penilaian risiko milik PT ITP, terdapat 12 jenis pekerjaan yang

akan di nilai tingkatan bahaya mulai dari terendah hingga yang paling tinggi.

Pada tabel penilaian risiko milik PT ITP hanya satu yang dinilai pada tiap-

tiap jenis pekerjaan. Hasil dari WRAC (Work Risk Assessment Control)

diambil dari perkalian antara skala kemungkinan (O) dengan skala

konsekuensi (S) dengan tingkatan risiko mulai dari rendah hingga tingkatan

yang tinggi. Hasil dari penilaian ini dinamakan tingkat keparahan. Namun

dari hasil perhitungan tabel di bawah terdapat kesalah gabungan antara

penilaian pada “kemungkinan (O) dengan penilaian konsekuensi (S) di tabel

baris pertama yakni “mengatasi clogging” dan baris kedua yakni

“pembersihan coating riser duct” Berikut adalah tabel yang dibuat oleh PT

ITP Tbk :

Page 138: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

115

Tabel 5.12 Penilaian Risiko pada pekerjaan di alat suspension preheater PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

NO Nama Kegiatan Sumber Bahaya Risiko/dampak Kemungkinan

(O)

Konsekuensi

(S) WRAC*

Tingkat

Risiko

1 Mengatasi Clogging

Material panas

Gangguan pernapasan 3 4 23 Tinggi Kerja di

ketiggian

Berdebu Udara Panas

2 Pembersihan coating riser duct

Material panas

Iritasi

3 4 23 Tinggi

Kerja diketinggian

Berdebu

Udara panas Alat kerja

3 Pembersihan BE Material panas

Kontak Material 4 4 21 Ketat Mesin berputar

4 Pembersihan Chute

Tempat sempit

Terbentur 5 4 23 Tinggi Tempat agak

gelap

Page 139: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

116

NO Nama Kegiatan Sumber Bahaya Risiko/dampak Kemungkinan

(O)

Konsekuensi

(S) WRAC*

Tingkat

Risiko

5 Pemeriksaan

damper cyclone di SP

Material panas Iritasi 5 3 20 Ketat

Berdebu Udara panas

6

Aktivitas pembersihan

coating/ bata saat bricklining

menggunakan stripping machine

Material coating

Kejatuhan Material 2 4 14 Bersyarat Gas Panas

Stripping machine

7 Pembersihan material di SP

Berdebu Iritasi 5 3 20 Ketat Lokasi Panas

Area Sempit

8 Pengoperasian Alat angkat/angkut

Alat angkat/angkut material yang

diangkat

Menabrak 5 2 16 Bersyarat

9 Mengatasi kebakaran

kecil/APAR

Tabung bertekanan, api Ledakan 3 4 18 Ketat

10 Kerja di area SP dan spray tower

Material panas Kontak material panas 5 3 20 Ketat Lokasi

diketinggian

11 Kerja di ruang

blower fine coal Sp calciner

Suara blower Gangguan

pendengaran 3 3 13 Bersyarat

Ruangan blower

Page 140: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

117

5.5.2 Penilaian Risiko Hasil Observasi Dari Area Suspension Preheater

Penilaian risiko yang dilakukan peneliti berbeda dengan apa yang di

buat oleh PT ITP. Perbedaannya adalah ketika mengkategorikan penentuan

tingkat risiko. PT ITP membuat tabel penilaian risiko dengan menentukan

satu jenis bahaya yang paling tinggi namun peneliti membuat tabel penilaian

risiko dengan mengkategorikan semua sumber bahaya tanpa membedakan

mana yang menjadi prioritas utama.

Berikut adalah tabel penilaian risiko yang peneliti buat berdasarkan

observasi, wawancara, dan data dokumentasi milik pribadi serta PT ITP tbk :

Page 141: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

118

Tabel 5.13 Hasil Observasi Penilaian Risiko Pekerjaan Di Area Suspension Preheater

NO Nama Kegiatan Sumber Bahaya Risiko/dampak Kemungkinan

(O)

Konsekuensi

(S) WRAC*

Tingkat

Risiko

1 Mengatasi Clogging

Material panas Luka bakar,meninggal 4 5 24 Tinggi

Kerja di ketiggian

Cidera ringan/berat, meninggal

4 5 24 Tinggi

Berdebu Iritasi Kulit atau mata, gangguan pernapasan

5 3 20 Ketat

Udara Panas Dehidrasi 3 2 8 Rendah

2 Pembersihan coating riser duct

Material panas Luka Bakar,meninggal 4 5 24 Tinggi

Kerja diketinggian

Cidera ringan/berat, meninggal

4 5 24 Tinggi

Berdebu

Iritasi Kulit atau mata, gangguan pernapasan

5 3 20 Ketat

Udara panas Dehidrasi

3 2 8 Rendah

Alat kerja Terbentur, terjepit,

tertimpa

3 4 18 Ketat

3 Pembersihan BE

Material panas Luka Bakar,meninggal

4 5 24 Tinggi

Mesin berputar Terbentur, terjepit,

tertimpa

3 4 18 Ketat

Page 142: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

119

NO Nama Kegiatan Sumber Bahaya Risiko/dampak Kemungkinan

(O)

Konsekuensi

(S) WRAC*

Tingkat

Risiko

4 Pembersihan Chute

Confined spaced

Terbentur, terjepit

5 4 23 Tinggi

Pencahayaan yang kurang Terbentur, terjepit 5 4 23 Tinggi

Oksigen terbatas Kekurangan oksigen

5 4 23 Tinggi

5 Pemeriksaan

damper cyclone di SP

Material panas Luka Bakar,meninggal 4 5 24 Tinggi

Kerja diketinggian

Cidera ringan/berat, meninggal

4 5 24 Tinggi

Berdebu Iritasi Kulit atau mata, gangguan pernapasan

5 3 20 Ketat

Udara panas Dehidrasi 3 2 8 Rendah

6 Mengelas dinding cyclone

Sinar api las Luka bakar,meninggal

3 5 22 Tinggi

Listrik dari las Tersengat arus listrik 3 5 22 Tinggi

Berdebu Iritasi Kulit atau mata, gangguan pernapasan

5 3 20 Ketat

Udara Panas Dehidrasi, Luka bakar 3 4 18 Ketat

Page 143: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

120

NO Nama Kegiatan Sumber Bahaya Risiko/dampak Kemungkinan

(O)

Konsekuensi

(S) WRAC*

Tingkat

Risiko

7

Aktivitas pembersihan

coating/ bata saat bricklining

menggunakan stripping machine

Material dari coating

Luka bakar/ meninggal

2 5 19 Ketat

Gas panas yang keluar

Cidera ringan/ berat, meninggal

2 5 19 Ketat

Berdebu Iritasi Kulit atau mata, gangguan pernapasan

5 3 20 Ketat

Udara panas Dehidrasi 2 2 5 Rendah

Stripping machine

Menabrak, kejatuhan material

2 4 14 Bersyarat

8 Pembersihan material di SP

Berdebu Iritasi Kulit atau mata, gangguan pernapasan

5 3 20 Ketat

Lokasi Panas Dehidrasi 4 2 12 Bersyarat

Area Sempit Kejatuah material,

terpeleset

4 3 17 Bersyarat

9 Pengoperasian Alat angkat/angkut

Alat angkat/angkut material yang

diangkat

Menabrak, kejatuhan material

2 4 14 Bersyarat

10 Mengatasi kebakaran

kecil/APAR

Tabung bertekanan api

Ledakan, terbakar, kejatuhan alat atau

material, Iritasi

1 5 15 Bersyarat

Page 144: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

121

NO Nama Kegiatan Sumber Bahaya Risiko/dampak Kemungkinan

(O)

Konsekuensi

(S) WRAC*

Tingkat

Risiko

11 Kerja di area SP dan spray tower

Material panas Luka bakar,meninggal,iritasi

4 5 24 Tinggi

Kerja diketinggian Jatuh dari ketinggian 4 5 24 Tinggi

Berdebu Iritasi Kulit atau mata, gangguan pernapasan

5 3 20 Ketat

Udara panas

Dehidrasi

3 2 8 Rendah

12 Kerja di ruang

blower fine coal Sp calciner

Suara blower

Terjepit, getaran, gangguan

pendengaran. 4 3 17 Bersyarat

13 Pembersihan coating

Material panas Luka bakar,meninggal,iritasi

4 5 24 Tinggi

Kerja diketinggian Jatuh dari ketinggian 4 5 24 Tinggi

Berdebu Iritasi Kulit atau mata, gangguan pernapasan

5 3 20 Ketat

Udara panas

Dehidrasi

3 2 8 Rendah

Stripping machine

Menabrak, kejatuhan material

3 3 13 Bersyarat

Page 145: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

122

NO Nama Kegiatan Sumber Bahaya Risiko/dampak Kemungkinan

(O)

Konsekuensi

(S) WRAC*

Tingkat

Risiko

14

Pembersihan sisa bata/ castable saat

shutdown dan tumpahan material

saat clogging

Material panas dinding SP

Luka bakar,meninggal,iritasi

4 5 24 Tinggi

Lokasi ketinggian Jatuh dari ketinggian 4 5 24 Tinggi

Berdebu Iritasi Kulit atau mata, gangguan pernapasan

5 3 20 Ketat

Udara panas Dehidrasi 3 2 8 Rendah

Material clogging Kebakaran/ledakan 5 5 25 Tinggi

15

Melakukan Inspeksi Oksigen Pada outlet ILC

Calciner dan SLC Calciner

Material panas Luka bakar,meninggal,iritasi

4 5 24 Tinggi

Kerja diketinggian Jatuh dari ketinggian 4 5 24 Tinggi

Berdebu Iritasi Kulit atau mata, gangguan pernapasan

5 3 20 Ketat

Udara panas Dehidrasi 3 2 8 Rendah

Kebocoran gas Gangguan pernapasan, keracunan

1 5 15 Bersyarat

16 Melakukan

inspeksi Decarbonation

Material panas Luka bakar,meninggal,iritasi

4 5 24 Tinggi

Kerja diketinggian Jatuh dari ketinggian 4 5 24 Tinggi

Berdebu Iritasi Kulit atau mata, gangguan pernapasan

5 3 20 Ketat

Udara panas Dehidrasi 3 2 8 Rendah

Page 146: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

123

NO Nama Kegiatan Sumber Bahaya Risiko/dampak Kemungkinan

(O)

Konsekuensi

(S) WRAC*

Tingkat

Risiko

17 Pengaturan temperatur di SP

Material panas Luka bakar,meninggal,iritasi

4 5 24 Tinggi

Kerja diketinggian Jatuh dari ketinggian 4 5 24 Tinggi

Berdebu Iritasi Kulit atau mata, gangguan pernapasan

5 3 20 Ketat

Udara panas Dehidrasi 3 2 8 Rendah

18 Menaiki dan

menuruni tangga SP

Radiasi panas suhu luar

Dehidrasi, Luka bakar 5 3 20 Ketat

Konduksi dari panas besi

tangga

Lebam/memar, luka bakar

5 3 20 Ketat

Paparan debu lantai tangga

Gangguan pernapasan, iritasi

5 3 20 Ketat

Terpeleset di tangga

Lebam/Memar, cidera ringan-berat

1 4 10 Bersyarat

19 Menaiki dan menuruni Lift

Lift Konsleting Lift Mati 1 1 1 Rendah

Tali baja lift

putus

Cidera parah,

meninggal 5 5 25 Tinggi

WRAC : Work Risk Assessment Control

Page 147: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

124

Tabel 5.14 Lembar Observasi Penilaian Risiko

NO Penilaian Risiko Ada Tidak Keterangan

1 Penilaian Tingkat Kemungkinan dilakukannya kegiatan (Occurrence / O)

2

Penentuan Tingkat Konsekuensi /Keparahan (Severity / S)

- Konsekuensi terhadap manusia - Konsekuensi terhadap lingkungan

-Konsekuensi terhadap alat - Konsekuensi citra Perusahaan

3 WRAC (Work Risk Assessment Control)

4 Tingkat Risiko

Lembar observasi pada tahap penilaian risiko dibuat untuk melihat

kelengkapan pada tata cara pembuatan HIRARC di bagian analisis tingkat keparahan

dan konsekuensi yang ada pada pekerjaan di SP. Dan PT Indocement membuat

tatanan pada penilaian risiko cukup baik walau ada satu yang belum memenuhi

syarat yaitu citra perusahaan. Citra perusahaan merupakan kegiatan suatu perusahaan

di mata khalayak publik yang berdasarkan pengetahuan, tanggapan serta

pengalaman-pengalaman yang telah diterimanya. Penilaian tertentu terhadap citra

perusahaan oleh publiknya bisa berbentuk citra baik, sedang maupun buruk.

Page 148: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

125

5.6 Hasil Pengendalian Risiko Suspension Preheater

Pengedalian risiko merupakan langkah penting dan menentukkan dalam

keseluruhan manajemen risiko. Jika pada tahapan sebelumnya lebih banyak bersifat

konsep dan perencanaan, maka pada tahap ini sudah merupakan realisasi dari upaya

pengelolaan risiko dalam perusahaan. Dalam OHSAS 18001 memberikan pedoman

pengendalian risiko yang lebih spesifik untuk bahaya K3 dengan pendekatan yang

diantaranya:

a. Eliminasi

b. Subsitusi

c. Engineering control

d. Pengendalian administratif

e. Alat pelindung diri (APD)

Pengendalian risiko secara hirarki dilakukan dengan pendekatan sebagai

berikut :

• Hindarkan risiko dengan mengambil keputusan untuk menghentikan

kegiatan atau pengguanaan proses, bahan, alat yang berbahaya.

• Mengurangi kemungkinan terjadi (reduce likelihood)

• Mengurangi konsekuensi kejadian (reduce consequences)

• Pengalihan risiko ke pihak lain (risk transfer)

• Menanggung risiko yang tersisa. Penanganan risiko tidak mungkin

menjamin risiko atau bahaya hilang seratus persen, sehingga masih ada

sisa risiko (residual risk) yang harus ditanggung perusahaan.

Page 149: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

126

Peneliti telah melakukan observasi, wawancara dan telaah dokumen yang

kemudian peneliti membuat tabel HIRARC pengendalian bahaya pada alat

produksi suspension preheater di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Berikut

tabel yang telah dibuat:

5.6.1 Pengendalian Risiko PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

Terdapat beberapa ketentuan dalam mengendalikan risiko yang

dilakukan PT Indocement Tunggal Prakarsa, karena pada prinsipnya semua

risiko harus dikendalikan; pengendalian risiko dapat dilakukan dengan

menghilangkan, mengurangi, mengendalikan, atau memindahkan.

Pengendalan risiko di unit kerja:

a.Jika risiko tidak dapat dihilangkan atau dikurangi dapat menggunakan alat

pelindung diri atau pengaman;

b. Jika terdapat potensi bahaya yang berdampak ke lingkungan masyarakat

harus diupayakan memenuhi peraturan perundangan dan atau standar yang

berlaku,

c. Apabila belum dapat mengendalikan risiko, dapat dialihkan kepada pihak

yang kompeten. Menentukan upaya pengendalian risiko berdasarkan

tingkatan pengendalian risiko dan tingkatan pengendalian limbah.

Beikut adalah pengendalian risiko yang dilakukan oleh PT

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk :

Page 150: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

127

Tabel 5.15 Pengendalian Risiko PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

NO Nama Kegiatan Sumber Bahaya Jenis Bahaya Pengendalian Risiko

1 Mengatasi Clogging

-Material panas -Kerja di ketinggian -Berdebu -Alat Kerja -Udara panas

Gangguan Pernapasan ,kontak material, kontak gas

panas

Superintendent, SOP, Safety Talks, Safety shoes, Safety helm, Masker,

Safety Gloves, Google

2 Pembersihan coating riser duct

-Material panas -Kerja diketinggian -Berdebu -Udara panas -Alat kerja

Iritasi, Gangguan Pernapasan, terjatuh, kontak

material panas, terjepit

Ahli K3, SOP, Safety Talks, Safety shoes, Safety helm, Masker, Safety

Gloves, Google

3 Pembersihan BE -Material panas -Mesin berputar Kontak Material, Terjepit,

Iritasi

Superintendent, Safety Talks, Safety shoes, Safety helm, Masker, Safety

Gloves, Google

4 Pembersihan Chute -Tempat sempit -Tempat agak gelap Iritasi, Terbentur, terjepit

Foreman, SOP, Safety Talks, Safety shoes, Safety helm, Masker, Safety

Gloves, Google

5 Pemeriksaan

damper cyclone di SP

-Material panas -Berdebu -Udara panas

Iritasi, Gangguan pernapasan, Kontak Panas

Foreman, Safety Talks, Safety shoes, Safety helm, Masker, Safety Gloves,

Google

6 Aktivitas gunning/ casting castable saat bricklining

-gunning machine -Kerja di ketinggian -Berdebu -Lokasi sempit/terbatas

Membentur, jatuh dari ketinggian, kejatuhan

material, iritasi

Foreman, SIK, SIKB, Safety Talks, Safety shoes, Safety helm, Masker,

Safety Gloves, Google

Page 151: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

128

NO Nama Kegiatan Sumber Bahaya Jenis Bahaya Pengendalian Risiko

7

Aktivitas pembersihan

coating/ bata saat bricklining

menggunakan stripping machine

-Material dari coating -Gas panas yang keluar -stripping machine

Kejatuhan Material, Terpapar material/ gas

panas, membentur, tertabrak, iritasi

Foreman, maintenance strip, ping machine

8 Pembersihan material di SP

-Berdebu -Lokasi panas -Area sempit

Iritasi, Kejatuhan material, terpeleset, kontak panas,

terjatuh

Superintendent, Safety Talks, Safety shoes, Safety helm, Masker, Safety Gloves, Google, inspeksi

9 Pengoperasian Alat angkat/angkut

-Alat angkat/angkut material yang diangkat Menabrak, kejatuhan

material

Foreman, Safety Talks, Safety shoes, Safety helm, Masker, Safety Gloves,

Google

10 Mengatasi kebakaran

kecil/APAR

-Tabung bertekanan, api Ledakan, terbakar,

kejatuhan material, iritasi

Foreman,SOP, Penanggulangan keadaan darurat, Safety Talks, Safety shoes, Safety helm, Masker, Safety

Gloves, Google, Inspeksi

11 Kerja di area SP dan spray tower

-Material panas -Lokasi diketinggian

Kontak material panas, Kejatuhan benda, terjatuh,

iritasi

Superintendent, Safety Talks, Safety shoes, Safety helm, Masker, Safety Gloves, Google

12 Kerja di ruang

blower fine coal Sp calciner

-Suara blower Gangguan pendengaran, getaran, terjepit

Foreman, Rambu K3, pembatasan ijin masuk, safety shoes, safety helm,

safety gloves, ear muff/plug, google

Page 152: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

129

5.6.2 Pengendalian Risiko dari hasil observasi peneliti pada pekerjaan di

Area Suspension Preheater

Dari hasil observasi peneliti didapatkan 19 pekerjaan yang memiliki

tingkatan bahaya mulai dari rendah hingga tinggi. Maka dari itu peneliti

membuat tabel pengendalian risiko pada formulir HIRARC yang bertujuan

untuk mengurangi bahaya yang terdapat di area kerja suspension preheater.

Perbandingan dengan yang dimiliki oleh PT.Indocement Tunggal Prakarsa

adalah dari segi kelengkapan dalam menangani risiko yang terjadi. Upaya

pengendalian yang dimiliki PT ITP Tbk hanya sebatas APD namun dalam

upaya pengendalian secara Hirarki belum memenuhinya. Ada beberapa SOP

yang dimiliki oleh PT ITP Tbk namun pada jenis pekerjaan lainnya belum di

sebutkan dalam formulir HIRARC. Perawatan alat/mesin, training secara

menyeluruh atau spesifikasi belum disebutkan dalam form HIRARC milik

Indocement. Maka dari itu peneliti membuat formulir pengendalian risiko

pada area kerja SP, berikut adalah tabel yang telah dibuat peneliti :

Page 153: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

130

Tabel 5.16 Hasil Pengendalian Risiko Suspension Preheater

NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Work Risk Assessment

Control (WRAC)

Tingkat Risiko Pengendalian Risiko

1 Mengatasi Clogging

Material Panas Luka bakar,meninggal 24 Tinggi

Penangungg jawab dari Superintendent, adanya SOP,

membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD

(Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized

clothing, safety shoes)

Kerja Diketinggian Cidera ringan/berat, meninggal 24 Tinggi

Penangungg jawab dari Superintendent, adanya SOP,

membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD

(Safety glass, safety helm,harness, safety gloves, masker,ear plug,

aluminized clothing, safety shoes)

Berdebu Iritasi Kulit atau mata, gangguan pernapasan 20 Ketat

Penangkapan debu memakai dust collector dan Elektrostatic

precipitator(EP), penangungg jawab dari Superintendent, adanya SOP,

membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD

(Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized

clothing, safety shoes)

Page 154: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

131

NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Work Risk Assessment

Control (WRAC)

Tingkat Risiko Pengendalian Risiko

1 Mengatasi Clogging Udara Panas Dehidrasi 8 Rendah

Penangungg jawab dari Superintendent, adanya SOP,

membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD

(Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized

clothing, safety shoes)

2 Pembersihan coating riser

duct

Material panas Luka Bakar,meninggal 24 Tinggi

Adanya SOP, membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On

job training), APD (Safety glass, safety helm, safety gloves, masker, ear

plug, aluminized clothing,

Kerja diketinggian Cidera ringan/berat, meninggal 24 Tinggi

Adanya SOP, membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On

job training), APD (Safety glass, safety helm,harness, safety gloves,

masker, ear plug, aluminized clothing

Berdebu Iritasi Kulit atau mata, gangguan pernapasan 20 Ketat

Penangkapan debu memakai dust collector dan Elektrostatic

precipitator(EP), maintenance alat secara rutin, adanya SOP, membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job

training), APD (Safety glass, safety helm, safety gloves, masker, ear plug,

aluminized clothing, safety shoes)

Page 155: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

132

NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Work Risk Assessment

Control (WRAC)

Tingkat Risiko Pengendalian Risiko

2 Pembersihan coating riser

duct

Udara panas Dehidrasi 8 Rendah

Adanya SOP, membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On

job training), APD (Safety glass, safety helm,harness, safety gloves,

masker, ear plug, aluminized clothing

Alat kerja

Terbentur, terjepit,

tertimpa

18 Ketat

Maintenance alat secara rutin, adanya SOP, membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training),

APD (Safety glass, safety helm,harness, safety gloves, masker,

ear plug, aluminized clothing

3 Pembersihan BE

(Bucket elevator)

Material panas Luka Bakar,meninggal 24 Tinggi

Penangungg jawab dari Superintendent, adanya SOP,

membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD

(Safety glass, safety helm, safety gloves, masker, ear plug, aluminized

clothing, safety shoes)

Mesin berputar Terbentur, terjepit, tertimpa 18 Ketat

Inspeksi peralatan kerja, maintenance alat kerja, penangungg jawab dari

Superintendent, adanya SOP, membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD (Safety

glass, safety helm, safety gloves, masker, ear plug, aluminized clothing, safety

shoes)

Page 156: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

133

NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Work Risk Assessment

Control (WRAC)

Tingkat Risiko Pengendalian Risiko

4 Pembersihan Chute

Confined spaced Terbentur, terjepit

23 Tinggi

Penangungg jawab dari Superintendent, adanya SOP,

membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD

(Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug aluminized

clothing, safety shoes)

Pencahayaan yang kurang

Terbentur, terjepit

23 Tinggi

Penangungg jawab dari Superintendent, adanya SOP,

membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD

(Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug aluminized

clothing, safety shoes)

Oksigen Terbatas Kekurangan oksigen 23 Tinggi

Penangkapan debu memakai dust collector dan Elektrostatic

precipitator(EP), penangungg jawab dari Superintendent, adanya SOP,

membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD

(Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug aluminized

clothing, safety shoes)

Page 157: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

134

NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Work Risk Assessment

Control (WRAC)

Tingkat Risiko Pengendalian Risiko

5 Pemeriksaan

damper cyclone di SP

Material panas Luka Bakar,meninggal 24 Tinggi

Inspeksi untuk pemeriksaan rutin, maintenance alat secara rutin,

penangungg jawab dari Superintendent, adanya SOP,

membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD

(Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug aluminized

clothing, safety shoes)

Kerja diketinggian Cidera ringan/berat,

meninggal

24 Tinggi

Adanya SOP, membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On

job training), APD (Safety glass, safety helm, safety gloves,harness,

masker,ear plug aluminized clothing, safety shoes)

Berdebu Iritasi Kulit atau mata, gangguan pernapasan 20 Ketat

Penangkapan debu memakai dust collector dan Elektrostatic precipitator (EP), Inspeksi untuk pemeriksaan rutin,

maintenance alat secara rutin, penangungg jawab dari Superintendent, adanya SOP, membuat SIKA dan JSA,

safety talks, training (OJT: On job training), APD (Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug aluminized

clothing, safety shoes)

Page 158: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

135

NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Work Risk Assessment

Control (WRAC)

Tingkat Risiko Pengendalian Risiko

5 Pemeriksaan

damper cyclone di SP

Udara panas Dehidrasi 8 Rendah

Adanya SOP, membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On

job training), APD (Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug aluminized clothing, safety shoes)

6 Mengelas dinding cyclone

Sinar api las Luka bakar, meninggal 22 Tinggi

Adanya signal sign, Inspeksi untuk pemeriksaan rutin, penangungg jawab dari Superintendent, Foreman, adanya SOP, membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD (Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized

clothing, safety shoes)

Listrik dari las Tersengat arus listrik 22 Tinggi

Adanya signal sign, Inspeksi untuk pemeriksaan rutin, maintenance alat secara rutin, penangungg jawab dari Superintendent, Foreman, adanya

SOP, membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD (Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized

clothing, safety shoes)

Page 159: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

136

NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Work Risk Assessment

Control (WRAC)

Tingkat Risiko Pengendalian Risiko

6 Mengelas dinding cyclone

Berdebu Iritasi kulit atau mata, gangguan pernapasan 20 Ketat

Penangkapan debu memakai dust collector dan Elektrostatic precipitator (EP), adanya signal sign, Inspeksi untuk

pemeriksaan rutin, maintenance alat secara rutin, penangungg jawab dari

Superintendent, Foreman, adanya SOP, membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD

(Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing,

safety shoes)

Udara panas Dehidrasi, luka bakar 18 Ketat

Adanya signal sign, Inspeksi untuk pemeriksaan rutin, maintenance alat secara rutin, penangungg jawab dari

Superintendent, Foreman, adanya SOP, membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD

(Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing,

safety shoes)

7

Aktivitas pembersihan coating/ bata

saat bricklining menggunakan

stripping machine

Material dari coating

Luka bakar, meninggal 19 Ketat

Inspeksi untuk pemeriksaan rutin, maintenance alat secara rutin, penangungg jawab dari Superintendent, Foreman,ping

machine, adanya SOP, membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job

training), APD (Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized

clothing, safety shoes)

Page 160: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

137

NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Work Risk Assessment

Control (WRAC)

Tingkat Risiko Pengendalian Risiko

7

Aktivitas pembersihan coating/ bata

saat bricklining menggunakan

stripping machine

Gas panas yang keluar

Cidera ringan/berat, meninggal 19 Ketat

Adanya signal sign, Inspeksi untuk pemeriksaan rutin, penangungg jawab

dari Superintendent, Foreman,ping machine, adanya SOP, membuat SIKA

dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD (Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug,

aluminized clothing, safety shoes)

Berdebu Iritasi kulit atau mata, gangguan pernapasan 20 Ketat

Penangkapan debu memakai dust collector dan Elektrostatic precipitator (EP), adanya signal sign, Inspeksi untuk pemeriksaan rutin, penangungg jawab

dari Superintendent, Foreman,ping machine, adanya SOP, membuat SIKA

dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD (Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug,

aluminized clothing, safety shoes)

Udara Panas Dehidrasi 5 Rendah

Adanya signal sign, Inspeksi untuk pemeriksaan rutin, penangungg jawab

dari Superintendent, Foreman,ping machine, adanya SOP, membuat

SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD (Safety

glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing,

safety shoes)

Page 161: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

138

NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Work Risk Assessment

Control (WRAC)

Tingkat Risiko Pengendalian Risiko

7

Aktivitas pembersihan coating/ bata

saat bricklining menggunakan

stripping machine

Stripping Machine Menabrak, kejatuhan material 14 Bersyarat

Adanya signal sign, Inspeksi untuk pemeriksaan rutin, penangungg jawab

dari Superintendent, Foreman,ping machine, adanya SOP, membuat SIKA

dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD (Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug,

aluminized clothing, safety shoes)

8 Pembersihan material di SP

Berdebu Iritasi Kulit atau mata, gangguan pernapasan 20 Ketat

Penangkapan debu memakai dust collector dan Elektrostatic precipitator (EP, Inspeksi untuk pemeriksaan rutin,

maintenance alat secara rutin, penangungg jawab dari Superintendent, adanya SOP, membuat SIKA dan JSA,

safety talks, training (OJT: On job training), APD (Safety glass, safety helm,

safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes)

Lokasi Panas Dehidrasi 12 Bersyarat

Penangkapan debu memakai dust collector dan Elektrostatic precipitator (EP, Inspeksi untuk pemeriksaan rutin,

maintenance alat secara rutin, penangungg jawab dari Superintendent, adanya SOP, membuat SIKA dan JSA,

safety talks, training (OJT: On job training), APD (Safety glass, safety helm,

safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes)

Page 162: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

139

NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Work Risk Assessment

Control (WRAC)

Tingkat Risiko Pengendalian Risiko

8 Pembersihan material di SP Area Sempit Kejatuah material,

terpeleset 17 Bersyarat

Penangkapan debu memakai dust collector dan Elektrostatic

precipitator (EP, Inspeksi untuk pemeriksaan rutin, maintenance alat secara rutin, penangungg jawab dari

Superintendent, adanya SOP, membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD

(Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized

clothing, safety shoes)

9 Pengoperasian

Alat angkat/angkut

Alat angkat/angkut material yang

diangkat

Menabrak, kejatuhan material 14 Bersyarat

maintenance alat secara rutin, penangungg jawab dari

Superintendent, adanya SOP, membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD

(Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized

clothing, safety shoes)

10 Mengatasi kebakaran

kecil/APAR

Tabung bertekanan, api

Ledakan, terbakar, kejatuhan alat atau

material, Iritasi 15 Bersyarat

Adanya tim pemadam kebakaran(Fireman), maintenance alat

secara rutin, adanya SOP, training (OJT: On job training menganai tata cara

pemakaian APAR), APD (Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear

plug, aluminized clothing, safety shoes)

Page 163: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

140

NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Work Risk Assessment

Control (WRAC)

Tingkat Risiko Pengendalian Risiko

11 Kerja di area SP dan spray tower

Material panas Luka bakar,meninggal,iritasi 24 Tinggi

Inspeksi untuk pemeriksaan rutin, penangungg jawab dari

Superintendent, adanya SOP, membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD

(Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized

clothing, safety shoes)

Kerja diketinggian Jatuh dari ketinggian 24 Tinggi

Inspeksi untuk pemeriksaan rutin, penangungg jawab dari

Superintendent, adanya SOP, membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD

(Safety glass, safety helm,harness, safety gloves, masker,ear plug,

aluminized clothing, safety shoes)

Berdebu Iritasi Kulit atau mata, gangguan pernapasan 20 Ketat

Penangkapan debu memakai dust collector dan Elektrostatic precipitator (EP), Inspeksi untuk pemeriksaan rutin,

maintenance alat secara rutin, penangungg jawab dari Superintendent, adanya SOP, membuat SIKA dan JSA,

safety talks, training (OJT: On job training), APD (Safety glass, safety helm,

safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes)

Page 164: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

141

NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Work Risk Assessment

Control (WRAC)

Tingkat Risiko Pengendalian Risiko

11 Kerja di area SP dan spray tower Udara panas

Dehidrasi

8 Rendah

Inspeksi untuk pemeriksaan rutin, penangungg jawab dari

Superintendent, adanya SOP, membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD

(Safety glass, safety helm,harness, safety gloves, masker,ear plug,

aluminized clothing, safety shoes)

12 Kerja di ruang

blower fine coal Sp calciner

Suara blower

Terjepit, getaran, gangguan

pendengaran.

17 Bersyarat

Penangkapan debu memakai dust collector dan Elektrostatic precipitator

(EP), Melaksanakan pemeriksaan audiometri , maintenance alat secara

rutin, penangungg jawab dari Superintendent, adanya SOP, membuat

SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD (Safety

glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing,

safety shoes)

13 Pembersihan coating Material panas Luka

bakar,meninggal,iritasi 24 Tinggi

Penangungg jawab dari Superintendent, adanya SOP,

membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD

(Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized

clothing, safety shoes)

Page 165: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

142

NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Work Risk Assessment

Control (WRAC)

Tingkat Risiko Pengendalian Risiko

13 Pembersihan coating

Kerja diketinggian Jatuh dari ketinggian 24 Tinggi

Penangungg jawab dari Superintendent, adanya SOP,

membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD

(Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized

clothing, safety shoes)

Berdebu Iritasi Kulit atau mata, gangguan pernapasan 20 Ketat

Penangkapan debu memakai dust collector dan Elektrostatic precipitator (EP), pembersihan debu secara manual dengan di sapu, disekop dan dibuang ke penampungan, maintenance alat secara

rutin, penangungg jawab dari Superintendent, adanya SOP, membuat

SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD (Safety

glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing,

safety shoes)

Udara panas Dehidrasi 8 Rendah

Penangungg jawab dari Superintendent, adanya SOP,

membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD

(Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized

clothing, safety shoes)

Page 166: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

143

NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Work Risk Assessment

Control (WRAC)

Tingkat Risiko Pengendalian Risiko

13 Pembersihan Coating Stripping machine Menabrak, kejatuhan

material 13 Bersyarat

Penangungg jawab dari Superintendent, adanya SOP,

membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD

(Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized

clothing, safety shoes)

14

Pembersihan sisa bata/

castable saat shutdown dan

tumpahan material saat

clogging

Material panas dinding SP

Luka bakar,meninggal,iritasi 24 Tinggi

Penangungg jawab dari Superintendent, adanya SOP,

membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD

(Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized

clothing, safety shoes)

Lokasi ketinggian Jatuh dari ketinggian 24 Tinggi

Penangungg jawab dari Superintendent, adanya SOP,

membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD

(Safety glass, safety helm,harness, safety gloves, masker,ear plug,

aluminized clothing, safety shoes)

Page 167: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

144

NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Work Risk Assessment

Control (WRAC)

Tingkat Risiko Pengendalian Risiko

14

Pembersihan sisa bata/

castable saat shutdown dan

tumpahan material saat

clogging

Berdebu Iritasi Kulit atau mata, gangguan pernapasan 20 Ketat

Penangkapan debu memakai dust collector dan Elektrostatic

precipitator (EP), maintenance alat secara rutin, penangungg jawab dari

Superintendent, adanya SOP, membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD

(Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized

clothing, safety shoes)

Udara panas Dehidrasi 8 Rendah

Penangkapan debu memakai dust collector dan Elektrostatic

precipitator (EP), maintenance alat secara rutin, penangungg jawab dari

Superintendent, adanya SOP, membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD

(Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized

clothing, safety shoes)

Page 168: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

145

NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Work Risk Assessment

Control (WRAC)

Tingkat Risiko Pengendalian Risiko

14

Pembersihan sisa bata/

castable saat shutdown dan

tumpahan material saat

clogging

Material clogging Kebakaran/ledakan 25 Tinggi

Penangkapan debu memakai dust collector dan Elektrostatic

precipitator (EP), maintenance alat secara rutin, penangungg jawab dari

Superintendent, adanya SOP, membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD

(Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized

clothing, safety shoes)

15

Melakukan Inspeksi

Oksigen Pada outlet ILC

Calciner dan SLC Calciner

Material panas Luka bakar,meninggal,iritasi 24 Tinggi

Penangungg jawab dari Superintendent, adanya SOP,

membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD

(Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized

clothing, safety shoes)

Kerja diketinggian Jatuh dari ketinggian 24 Tinggi

Penangungg jawab dari Superintendent, adanya SOP,

membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD

(Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug,harness, aluminized clothing, safety shoes)

Page 169: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

146

NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Work Risk Assessment

Control (WRAC)

Tingkat Risiko Pengendalian Risiko

15

Melakukan Inspeksi

Oksigen Pada outlet ILC

Calciner dan SLC Calciner

Berdebu Iritasi Kulit atau mata, gangguan pernapasan 20 Ketat

Penangkapan debu memakai dust collector dan Elektrostatic

precipitator (EP), maintenance alat secara rutin, melakukan inspeksi

secara rutin dan berskala, penangungg jawab dari Superintendent, adanya

SOP, membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD (Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized

clothing, safety shoes)

Udara panas Dehidrasi 8 Rendah

Penangungg jawab dari Superintendent, adanya SOP,

membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD

(Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug,harness, aluminized clothing, safety shoes)

Kebocoran gas Gangguan pernapasan, keracunan 15 Bersyarat

Penangungg jawab dari Superintendent, adanya SOP,

membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD

(Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug,harness, aluminized clothing, safety shoes)

Page 170: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

147

NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Work Risk Assessment

Control (WRAC)

Tingkat Risiko Pengendalian Risiko

16 Melakukan

inspeksi Decarbonation

Material panas Luka bakar,meninggal,iritasi 24 Tinggi

Melakukan inspeksi secara rutin dan berskala, penangungg jawab dari

Superintendent, adanya SOP, membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD

(Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized

clothing, safety shoes)

Kerja diketinggian Jatuh dari ketinggian 24 Tinggi

Melakukan inspeksi secara rutin dan berskala, penangungg jawab dari

Superintendent, adanya SOP, membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD (Safety

glass, safety helm,harness, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing,

safety shoes)

Berdebu Iritasi Kulit atau mata, gangguan pernapasan 20 Ketat

Penangkapan debu memakai dust collector dan Elektrostatic precipitator

(EP), maintenance alat secara rutin, melakukan inspeksi secara rutin dan

berskala, penangungg jawab dari Superintendent, adanya SOP, membuat

SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD (Safety

glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing,

safety shoes)

Page 171: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

148

NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Work Risk Assessment

Control (WRAC)

Tingkat Risiko Pengendalian Risiko

16 Melakukan

inspeksi Decarbonation

Udara panas

Dehidrasi

8 Rendah

Maintenance alat secara rutin, melakukan inspeksi secara rutin dan

berskala, penangungg jawab dari Superintendent, adanya SOP,

membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD

(Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized

clothing, safety shoes)

17 Pengaturan temperatur di SP

Material panas Luka bakar,meninggal,iritasi 24 Tinggi

Penangungg jawab dari Superintendent, adanya SOP,

membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD

(Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized

clothing, safety shoes)

Kerja diketinggian Jatuh dari ketinggian 24 Tinggi

Melakukan inspeksi secara rutin dan berskala, penangungg jawab dari

Superintendent, adanya SOP, membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD

(Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized

clothing, safety shoes)

Page 172: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

149

NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Work Risk Assessment

Control (WRAC)

Tingkat Risiko Pengendalian Risiko

17 Pengaturan temperatur di SP

Berdebu Iritasi Kulit atau mata, gangguan pernapasan 20 Ketat

Penangkapan debu memakai dust collector dan Elektrostatic

precipitator (EP), maintenance alat secara rutin, melakukan inspeksi

secara rutin dan berskala, penangungg jawab dari Superintendent, adanya

SOP, membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD (Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized

clothing, safety shoes)

Udara panas Dehidrasi 8 Rendah

Melakukan inspeksi secara rutin dan berskala, penangungg jawab dari

Superintendent, adanya SOP, membuat SIKA dan JSA, safety talks, training (OJT: On job training), APD

(Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized

clothing, safety shoes)

18 Menaiki dan

menuruni tangga SP

Radiasi panas suhu luar

Dehidrasi, Luka bakar 20 Ketat

Penangungg jawab dari Superintendent, adanya SOP, safety

talks, training (OJT: On job training), APD (Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized

clothing, safety shoes)

Page 173: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

150

NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Work Risk Assessment

Control (WRAC)

Tingkat Risiko Pengendalian Risiko

18 Menaiki dan

menuruni tangga SP

Konduksi dari panas besi tangga

Lebam/memar, luka bakar

20 Ketat

Penangungg jawab dari Superintendent, adanya SOP, safety

talks, training (OJT: On job training), APD (Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized

clothing, safety shoes)

Paparan debu lantai tangga

Gangguan pernapasan, iritasi 20 Ketat

Penangkapan debu memakai dust collector dan Elektrostatic

precipitator (EP), penangungg jawab dari Superintendent, adanya SOP, safety talks, training (OJT: On job training), APD (Safety glass, safety

helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes)

Terpeleset di tangga

Lebam/Memar, cidera ringan-berat

10 Bersyarat

Penangungg jawab dari Superintendent, adanya SOP, safety

talks, training (OJT: On job training), APD (Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized

clothing, safety shoes)

19 Menaiki dan menuruni Lift Lift Konsleting Lift Mati 1 Rendah

Maintenance lift secara rutin dan berskala, safety talks, training (OJT: On

job training), safety sign, adanya prosedur menaiki lift, APD (Safety glass,

safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes)

Page 174: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

151

NO Nama Kegiatan Sumber bahaya Risiko/ dampak Work Risk Assessment

Control (WRAC)

Tingkat Risiko Pengendalian Risiko

19 Menaiki dan menuruni Lift Tali Baja lift putus Cidera parah,

meninggal 25 Tinggi

Maintenance lift secara rutin dan berskala, safety talks, training (OJT: On job training), safety sign, adanya prosedur menaiki lift, APD (Safety glass, safety helm, safety gloves,

masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes)

Page 175: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

152

Tabel 5.17 Lembar Observasi Pengendalian Bahaya

NO Jenis Pengendalian Bahaya Ada Tidak Keterangan

1 Eliminasi 2 Subsitusi 3 Engineering control 4 Administrative control 5 Alat Pelindung diri

Dalam pengendalian bahaya terdapat 5 cara secara hirarki mulai dari

eiminasi, subsitusi, engineering control, administrative control, dan alat pelindung

diri (APD). Namun dalam hasil observasi hanya tiga pengendalian yang dapat

dipakai dalam area kerja suspension preheater. Hasilnya adalah Engineering control,

administrative control dan APD.

5.7 Rekomendasi Pengendalian Risiko

PT Indocement menentukan prioritas upaya pengendalian risiko berdasarkan

keterkaitan kegiatan, potensi bahaya, dan tingkat keberhasilan pengendalian risiko,

yaitu dengan menentukan Risk Priority Number (RPN):

RPN = O X S X D

RPN = Angka Prioritas Risiko (Risk Priority Number).

O = Tingkat kemungkinan (Occurrence).

S = Tingkat keparahan (Severity).

D = Tingkat keberhasilan (Detection).

Risiko yang dapat diterima (acceptable risk) adalah jika nilai RPN < 64,

tetapi bila nilai > 64 ; atau belum terpenuhinya peraturan perundangan atau standar

Page 176: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

153

maka kegiatan tersebut diprioritaskan untuk dibuatkan tindakan perbaikan /

peningkatan :

Action plan yang dapat dilakukan melalui, yaitu :

a. program

o Menentukan program pengendalian K4LM/daftar program (lampiran 2)

o Menyusun rincian untuk setiap program dengan format one sheet project (

o Memantau kemajuan untuk setiap program minimal 3 bulan sekali dengan

format Progress Report

o Mengevaluasi keefektifan pencapaian tujuan, minimal 3 bulan sekali (daftar

action plan, pada daftar program)

b. Menentukan pengendalian operasi (Perbaikan berlanjut):

Merupakan peningkatan atau perbaikan pengendalian operasi dan/atau

manajemen darurat :

o Menentukan perbaikan berlanjut dengan RPN > 64

o Menyusun rencana kerja untuk setiap perbaikan berlanjut dapat

menggunakan: Practical Quality Improvement (PQI), Perbaikan Sistem

Saran (PSS), Tujuh langkah, tujuh alat (TULTA), dll

o Mengevaluasi keefektifan pencapaian tujuan pada setiap minimal 3 bulan

sekali (daftar action plan, pada daftar pengendalian operasi atau daftar

manajemen darurat).

Namun HIRARC yang dimiliki oleh PT.ITP belum membuat kegiatan action

plan dikarenakan semua jenis kegiatannya dibawah range <64. Seperti dari

sumbernya bahwa setiap sumber bahaya yang dibawah point 64 dari hasil perkalian

Page 177: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

154

RPN tidak dilakukannya program action plan. Selain itu, kendala dana/ cost yang

harus diberikan untuk melaksanakan program action plan membuat perusahaan tidak

mudah untuk mengeluarkan dana yang jumlahnya besar. Akan tetapi, peneliti tetap

memberikan tindakan monitoring/ action plan demi mengoreksi atau memperbaiki

pengendalian yang sudah dilakukan. Berikut adalah tabel rekomendasi pengendalian

risiko:

Page 178: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

155

Tabel 5.18 Rekomendasi pengendalian risiko

NO Nama Kegiatan Kerja

Peraturan perundang-undangan keselamatan kerja dan standar kerja mesin Tindakan Monitoring pengendalian

1 Mengatasi Clogging

- UU K3 No 1 tahun 1970 -SOP dalam melakukan antisipasi clogging -Peraturan menteri negara kerja RI No.Per-01/MEN/1982 tentang bejana Tekan -Keputusan presiden RI.No 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja -Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI.No.Per-08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri.

Pembersihan debu secara manual dengan di sapu, disekop dan dibuang ke penampungan, penyediaan air minum agar terhindar dari dehidrasi, adanya signal sign, shock absorben, penyediaan APD secara lengkap sesuai dengan kebutuhan pekerja, sosialisasi mengenai APD dengan tindakan tegas kepada pekerja

2 Pembersihan coating riser

duct

-UU K3 No 1 tahun 1970 -Peraturan menteri negara kerja RI No.Per-04/MEN/1985 tentang pesawat tenaga dan produksi -Peraturan menteri negara kerja RI No.Per-01/MEN/1988 tentang kwalifikasi dan syarat-syarat operator pesawat uap -Keputusan presiden RI.No 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja -Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI.No.Per-08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri.

Pembersihan debu secara manual dengan di sapu, disekop dan dibuang ke penampungan, penyediaan air minum agar terhindar dari dehidrasi ,adanya signal sign,Inspeksi secara rutin dan berskala, shock absorben, penyediaan APD secara lengkap sesuai dengan kebutuhan pekerja, sosialisasi mengenai APD dengan tindakan tegas kepada pekerja

3 Pembersihan BE

-UU K3 No 1 tahun 1970 -Keputusan presiden RI.No 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja -Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI.No.Per-08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri.

Maintenance Bucket Elevator secara berskala, Adanya signal sign, Inspeksi secara rutin dan berskala, penyediaan APD secara lengkap sesuai dengan kebutuhan pekerja, sosialisasi mengenai APD dengan tindakan tegas kepada pekerja

Page 179: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

156

NO Nama Kegiatan Kerja

Peraturan perundang-undangan keselamatan kerja dan standar kerja mesin Tindakan Monitoring pengendalian

4 Pembersihan Chute

-UU K3 No 1 tahun 1970 -Keputusan presiden RI.No 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja -Peraturan Menteri perburuhan No.7 tahun 1964 tentang syarat kesehatan, kebersihan serta penerangan di tempat kerja -Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI.No.Per-08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri.

Adanya pengawas agar dapat diawasi ketika pekerja masuk ke area confined spaced, Adanya signal sign, lampu darurat untuk penerangan, Inspeksi secara rutin dan berskala, penyediaan APD secara lengkap sesuai dengan kebutuhan pekerja khususnya bantuan alat pernapasan , sosialisasi mengenai APD dengan tindakan tegas kepada pekerja

5 Pemeriksaan

damper cyclone di SP

-UU K3 No 1 tahun 1970 -Peraturan menteri negara kerja RI No.Per-01/MEN/1982 tentang bejana Tekan -Keputusan presiden RI.No 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja -Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI.No.Per-08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri.

Pembersihan debu secara manual dengan di sapu, disekop dan dibuang ke penampungan, penyediaan air minum agar terhindar dari dehidrasi, Adanya signal sign,lampu untuk penerangan, Inspeksi secara rutin dan berskala, shock absorben, penyediaan APD secara lengkap sesuai dengan kebutuhan pekerja, sosialisasi mengenai APD dengan tindakan tegas kepada pekerja

6 Mengelas dinding las

-UU K3 No 1 tahun 1970 -Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi No:Per 02/MEN/1982 Tentang kwalifikasi juru las -Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI.No.Per-08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri.

Adanya signal sign, Inspeksi secara rutin dan berskala, , penyediaan APD secara lengkap sesuai dengan kebutuhan pekerja, pemeriksaan kesehatan, sosialisasi mengenai APD dengan tindakan tegas kepada pekerja

7

Aktivitas pembersihan

coating/ bata saat bricklining

menggunakan stripping machine

-UU K3 No 1 tahun 1970 -Peraturan menteri negara kerja RI No.Per-01/MEN/1982 tentang bejana Tekan -Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI.No.Per-08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri.

Penyediaan air minum agar terhindar dari dehidrasi, Adanya signal sign, Inspeksi secara rutin dan berskala, penyediaan APD secara lengkap sesuai dengan kebutuhan pekerja, sosialisasi mengenai APD dengan tindakan tegas kepada pekerja

Page 180: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

157

NO Nama Kegiatan Kerja

Peraturan perundang-undangan keselamatan kerja dan standar kerja mesin Tindakan Monitoring pengendalian

8 Pembersihan material di SP

-UU K3 No 1 tahun 1970 -Peraturan menteri negara kerja RI No.Per-01/MEN/1982 tentang bejana Tekan -Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI.No.Per-08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri.

Pembersihan debu secara manual dengan di sapu, disekop dan dibuang ke penampungan, penyediaan air minum agar terhindar dari dehidrasi, Inspeksi secara rutin dan berskala, Adanya signal sign, penyediaan APD secara lengkap sesuai dengan kebutuhan pekerja, sosialisasi mengenai APD dengan tindakan tegas kepada pekerja

9 Pengoperasian

Alat angkat/angkut

-UU K3 No 1 tahun 1970 -Peraturan menteri negara kerja RI No.Per-05/MEN/1985 tentang pesawat angkat dan angkut -Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI No.Per-09/MEN/VII/2010 tentang operator dan petugas pesawat angkat dan angkut -Keputusan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI.No.: Kep-75/ MEN/2002 tentang pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. SNI-04-0225-2000 Mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2000) di tempat kerja. -Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI.No.Per-08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri.

Adanya signal sign, Inspeksi secara rutin dan berskala, penyediaan APD secara lengkap sesuai dengan kebutuhan pekerja, sosialisasi mengenai APD dengan tindakan tegas kepada pekerja

10 Mengatasi kebakaran

kecil/APAR

-UU K3 No 1 tahun 1970 -Peraturan menteri negara kerja RI No.Per-04/MEN/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan -Keputusan menteri tenaga kerja RI No.Kep-186/MEN/1999 tentang penanggulangan kebakaran di tempat kerja -Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI.No.Per-08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri.

Adanya signal sign, Inspeksi secara rutin dan berskala, penyediaan APD secara lengkap sesuai dengan kebutuhan pekerja, sosialisasi mengenai APD dengan tindakan tegas kepada pekerja

Page 181: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

158

NO Nama Kegiatan Kerja

Peraturan perundang-undangan keselamatan kerja dan standar kerja mesin Tindakan Monitoring pengendalian

11 Kerja di area SP dan spray tower

-UU K3 No 1 tahun 1970 -Peraturan menteri negara kerja RI No.Per-02/MEN/1982 Tentang kwalitas Juru las -Peraturan menteri negara kerja RI No.Per-01/MEN/1982 tentang bejana Tekan

Pembersihan debu secara manual dengan di sapu, disekop dan dibuang ke penampungan, penyediaan air minum agar terhindar dari dehidrasi, adanya signal sign, Inspeksi secara rutin dan berskala, shock absorben,penyediaan APD secara lengkap sesuai dengan kebutuhan pekerja, sosialisasi mengenai APD dengan tindakan tegas kepada pekerja

12 Kerja di ruang

blower fine coal Sp calciner

-UU K3 No 1 tahun 1970 -Peraturan menteri negara kerja RI No.Per-01/MEN/1982 tentang bejana Tekan -Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI.No.Per-08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri.

Pembersihan debu secara manual dengan di sapu, disekop dan dibuang ke penampungan, Adanya signal sign, Inspeksi secara rutin dan berskala, penyediaan APD secara lengkap sesuai dengan kebutuhan pekerja, sosialisasi mengenai APD dengan tindakan tegas kepada pekerja

13 Pembersihan coating

-UU K3 No 1 tahun 1970 -Peraturan menteri negara kerja RI No.Per-01/MEN/1982 tentang bejana Tekan -Keputusan presiden RI.No 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja -Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI.No.Per-08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri.

Penyediaan air minum agar terhindar dari dehidrasi, Adanya signal sign, Inspeksi secara rutin dan berskala, shock absorben, penyediaan APD secara lengkap sesuai dengan kebutuhan pekerja, sosialisasi mengenai APD dengan tindakan tegas kepada pekerja

14

Pembersihan sisa bata/

castable saat shutdown dan

tumpahan material saat

clogging

-UU K3 No 1 tahun 1970 -Keputusan presiden RI.No 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja -Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI.No.Per-08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri.

Pembersihan debu secara manual dengan di sapu, disekop dan dibuang ke penampungan, penyediaan air minum agar terhindar dari dehidrasi, Adanya signal sign, Inspeksi secara rutin dan berskala, shock absorben,penyediaan APD secara lengkap sesuai dengan kebutuhan pekerja, sosialisasi mengenai APD dengan tindakan tegas kepada pekerja

Page 182: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

159

NO Nama Kegiatan Kerja

Peraturan perundang-undangan keselamatan kerja dan standar kerja mesin Tindakan Monitoring pengendalian

15

Melakukan Inspeksi

Oksigen Pada outlet ILC

Calciner dan SLC Calciner

-UU K3 No 1 tahun 1970 -Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI.No.Per-08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri.

Penyediaan air minum agar terhindar dari dehidrasi, Adanya signal sign, Inspeksi secara rutin dan berskala, shock absorben,penyediaan APD secara lengkap sesuai dengan kebutuhan pekerja, sosialisasi mengenai APD dengan tindakan tegas kepada pekerja

16 Melakukan

inspeksi Decarbonation

-UU K3 No 1 tahun 1970 -Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI.No.Per-08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri.

Penyediaan air minum agar terhindar dari dehidrasi, adanya signal sign, Inspeksi secara rutin dan berskala, shock absorben, penyediaan APD secara lengkap sesuai dengan kebutuhan pekerja, sosialisasi mengenai APD dengan tindakan tegas kepada pekerja

17 Pengaturan

temperatur di SP

-UU K3 No 1 tahun 1970 -Peraturan menteri negara kerja RI No.Per-01/MEN/1982 tentang bejana Tekan -Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI.No.Per-08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri.

Pembersihan debu secara manual dengan di sapu, disekop dan dibuang ke penampungan, penyediaan air minum agar terhindar dari dehidrasi, adanya signal sign, Inspeksi secara rutin dan berskala, shock absorben ,penyediaan APD secara lengkap sesuai dengan kebutuhan pekerja, sosialisasi mengenai APD dengan tindakan tegas kepada pekerja

18 Menaiki dan

menuruni tangga SP

-UU K3 No 1 tahun 1970 -Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI.No.Per-08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri.

Pembersihan debu secara manual dengan di sapu, disekop dan dibuang ke penampungan, Adanya signal sign, penyediaan APD secara lengkap sesuai dengan kebutuhan pekerja, sosialisasi mengenai APD dengan tindakan tegas kepada pekerja

Page 183: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

160

NO Nama Kegiatan Kerja

Peraturan perundang-undangan keselamatan kerja dan standar kerja mesin Tindakan Monitoring pengendalian

19 Menaiki dan menuruni Lift

-UU K3 No 1 tahun 1970 -Peraturan menteri negara kerja RI No.Per-03/MEN/1999 tentang syarat-syarat Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Lift Untuk Pengangkutan Orang dan Barang. -Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan pengawasan Ketenagakerjaan No.Kep-407/BW/1999 tentang persyaratan, penunjukkan Hak dan Kewajiban Teknisi Lift. -Keputusan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI.No.: Kep-75/ MEN/2002 tentang pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. SNI-04-0225-2000 Mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2000) di tempat kerja. -Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI.No.Per-08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri.

Adanya signal sign, tersedianya nomor darurat jika lift mengalami kerusakan atau keadaan darurat, penyediaan APD secara lengkap sesuai dengan kebutuhan pekerja, sosialisasi mengenai APD dengan tindakan tegas kepada pekerja

Page 184: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

161

BAB 6

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut :

1. Pada penelitian ini, penulis melakukan observasi dan wawancara pada proses

produksi pada pekerjaan di bagian suspension preheater. Proses observasi yang

dilakukan hanya dengan melakukan pengamatan terhadap setiap tahapan yang

ada pada proses pekerjaan di Suspension Preheater (SP). Identifikasi dan analisis

yang dilakukan pada proses pekerjaan di SP hanya terbatas pada risiko

keselamatan kerja saja, hal ini karena keterbatasan waktu penelitian.

2. Peneliti tidak dapat menampilkan gambar atau dokumentasi proses kerja secara

keseluruhan karena area tempat penelitian yang memiliki temperatur ekstrim

dan tidak memungkinkan untuk mengambil seluruh gambar rangkaian proses

kerja SP.

3. Peneliti tidak melampirkan beberapa data seperti data invertigasi kecelakaan, dan

master data perusahaan dikarenakan data-data tersebut bersifat rahasia.

Page 185: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

162

6.2 Pembahasan Hasil Analisis Risiko Keselamatan Kerja Dengan Metode

HIRARC Pada Pekerjaan Di Suspension Preheater

Ditempat kerja terdapat sumber bahaya yang beraneka ragam mulai dari

kapasitas bahaya yang rendah hingga bahaya tinggi. Kita tidak dapat mencegah

kecelakaan jika tidak dapat mengenal bahaya dengan baik dan seksama. Jenis

Bahaya diklasifikasikan menjadi beberapa macam yakni bahaya mekanis, listrik,

kimiawi, dan fisik. Dari risiko keselamatan yang telah diidentifikasikan, risiko

keselamatan kerja yang terdapat pada proses kerja di suspension preheater

berdasarkan jenis bahaya keselamatan ditemukan tiga jenis bahaya diantaranya :

1. Bahaya Fisik, yaitu jatuh dari ketinggian, tersembur material panas,

mengalami gangguan pernapasan, iritasi mata yang disebabkan debu,

iritasi kulit dari paparan debu dan semen langsung, dehidrasi ringan

hingga akut karena situasi lingkungan kerja yang panas, terpapar sinar api

burner dapat mengakibatkan kebutaan jika tidak memakai APD dengan

tepat, kejatuhan material, terpeleset di tempat kerja, menabrak,terjepit,

getaran, lebam/ memar, mengalami cidera ringgan-hingga berat, dan hal

yang paling besar adalah kehilangan nyawa atau meninggal dunia.

2. Bahaya Mekanik (mechanical hazard) yaitu, terbentur, terjepit dan

tertimpa alat dari alat riser duct, bucket elevator dan blower fine coal sp

calciner, mengalami gangguan pendengaran dari suara alat kipas/fan,

menabrak dan kejatuhan material dari alat angkut dan stripping machine,

terjadi kebakaran dan ledakan dari tabung bertekanan api dan pekerjaan

Page 186: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

163

saat pengecekan temperatur SP, lift mengalami konsleting dan

mengakibatkan lift mati. Bahaya-bahaya ini diakibatkan oleh benda-

benda atau mesin serta proses yang bergerak.

3. Bahaya listrik (electrical hazard) yaitu, terkena aliran listrik (kesetrum).

Kemudian dapat mengalami luka bakar hingga meninggal dunia,

Hasil identifikasi bahaya, penilaian risiko, pengendalian bahaya dan

rekomendasi pengendalian keselamatan dilakukan dengan menggunakan data

primer berupa wawancara dan observasi kepada pekerja di SP, karyawan HSE, dan

rekan kerja pekerja. Didapatkan hasil identifikasi berupa sembilan belas jenis

pekerjaan di proses kerja SP.

1. Mengatasi clogging

1a.Identifikasi bahaya

Clogging adalah sumbatan-sumbatan material yang terjadi di

dalam suspension preheater yang terjadi karena sirkulasi kandungan

senyawa-senyawa volatile yang membuat mampat di sistem preheater itu

sendiri. Hal ini terjadi karena senyawa-senyawa sulfur, dan kloin yang

dapat berasal dari raw meal ataupun bahan bakar alternatif, menguap di

zona burning kiln dan terbawa dalam bentuk gas kembali ke preheater,

karena suhu yang rendah maka gas-gas tersebut kembali kedalam bentuk

padat, bercampur dengan raw mix lalu kembali masuk ke burning zone

kiln, menguap kembali dan bersirkulasi seperti itu terus sehingga

meningkatkan konsentrasi senyawa-senyawa tersebut didalam sitem

Page 187: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

164

pembakaran. Dalam pekerjaan mengatasi problem clogging, terdapat

sumber bahaya berupa material panas yang berkisar 700 derajat celcius

yang dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh pekerja hingga

meninggal dunia (Wibisono, 2012). Kemudian dengan struktur Sp yang

cukup tinggi dengan wilayah kerja berlantai-lantai pekerja tidak luput

dari bahaya ketinggian yang dapat berakibat cidera ringan,ringan, berat

hingga meninggal dunia. Kemudian area kerja cukup berdebu karena

memang lingkungan kerja di SP masih belum cukup untuk dibersihkan

secara otomatis karena hanya memakai tenaga manual manusia dalam

membersihkan material-material debu semen. Bahaya ini dapat

mengakibatkan iritasi kulit, iritasi mata hingga gangguan pernapasan.

Dalam suhu luar SP berada pada suhu >40 derajat celcius dalam radius 1

meter dengan dinding cyclone dapat menyebabkan dehidrasi yang

berakibat kekurangan cairan bagi pekerja.

1b. Penialian Risiko dan pengendaliannya

Dari pekerjaan ini terdapat 4 macam risiko yang dapat merugikan

karyawan dan perusahaan diantaranya adalah :

a. Material Panas

Material panas masuk dalam kategori jenis bahaya Fisik karena

memiliki potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-gangguan

kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar (Rosalia, 2011). Material

panas dari alat cyclone preheater dapat berakibat luka bakar ringan

Page 188: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

165

hingga berat serta jika tidak ditanggulangi pertolongan pertama dapat

mengakibatkan kehilangan nyawa atau meninggal dunia. Risiko ini

digolongkan pada tingkatan “tinggi” karena tingkat kemungkinan (O)

berada pada angka 4 dan konsekuensi (S) berada pada angka 5 dengan

hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya yang dapat

dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya

SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis)

memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan clogging, dan

pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear

plug, aluminized clothing, safety shoes)

b.Kerja di ketinggian

Bekerja pada ketinggian merupakan pekerjaan dengan risiko

yang tinggi karena dapat mengakibatkan jatuh dari ketinggian dengan

risiko cidera ringan,berat hingga meninggal dunia. Seseorang yang

bekerja di ketinggian atau lebih termasuk aktivitas bekerja di ketinggian

(Indorope, 2011). Tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 4 dan

konsekuensi (S) berada pada angka 5 dengan hasil work risk assessment

24. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara

bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman)

dan formulir JSA (Job safety analysis) memberikan training yang

berhubungan dengan pekerjaan clogging, scafolding, dan pemakaian

Page 189: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

166

APD (Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug,

aluminized clothing, safety shoes)

c.Berdebu

Lingkungan di area suspension preheater merupakan area yang

seluruh lantainya di lapisi oleh debu yang memiliki risiko berupa

gangguan pernapasan, iritasi kulit atau mata. Debu adalah salah satu

bahan yang sering disebut sebagai partikel melayang di udara

(Suspended Particulate Matter /SPM) dengan ukuran 1 mikron sampai

dengan 500 mikron. Untuk itu bahaya yang ditimbulkan cukup besar

walaupun masih dapat dilakukan pengendalian bahayanya (Rais, 2009).

Paparan yang diterima setiap hari memiliki tingkat kemungkinan (O)

berada pada angka 5 dan konsekuensi (S) berada pada angka 3 dengan

hasil work risk assessment 20 yang berada pada tingkatan risiko “ketat”.

Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara

penangkapan debu memakai dust collector dan electrostatic

precipitator, bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA (surat ijin

kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis) dan pemakaian APD

(Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized

clothing, safety shoes)

d.Udara Panas

Udara atau suhu panas merupakan jenis bahaya yang masuk

dalam kategori jenis bahaya fisik (Ramli, 2010). Suhu panas di area SP

berkisar kurang lebih 40-50 derajat celcius pada suhu luar dan lebih dari

Page 190: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

167

suhu 800 derajat celcius pada suhu dalam SP . Risiko dehidrasi dapat

dialami oleh pekerja yang sedang melakukan pekerjaan mengatasi

clogging. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “rendah” karena tingkat

kemungkinan (O) berada pada angka 3 dan konsekuensi (S) berada pada

angka 2 dengan hasil work risk assessment 8. Pengendalian yang sudah

dilakukan perusahaan adalah pemakaian APD.

2. Pembersihan coating riser duct

2a. Identifikasi bahaya

Pengendapan gas-gas biasanya terjadi di preheater, karena suhu di

preheater berkisar 800 derajat celcius lebih rendah dari burning kiln zone

yang rata-rata 900-1000 derajat celcius sehingga gas-gas tersebut

kembali ke dalam bentuk yang tidak terlalu padat atau sticky dan

bercampur kembali dengan raw mix yang berada di preheater menjadi

lebih lengket dan berpotensi menimbulkan blocking pada saluran/duct

yang dilewatinya, terutama yang berada di bottom cyclone atau cyclone

yang paling bawah (Ilham, 2009). Terdapat sumber bahaya dari

pekerjaan tersebut diantaranya material panas yang berkisar 800 derajat

celcius yang dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh pekerja hingga

meninggal dunia. Kemudian dengan struktur Sp yang cukup tinggi

dengan wilayah kerja berlantai-lantai pekerja tidak luput dari bahaya

ketinggian yang dapat berakibat cidera ringan,ringan, berat hingga

meninggal dunia. Kemudian area kerja cukup berdebu karena memang

Page 191: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

168

lingkungan kerja di SP masih belum cukup untuk dibersihkan secara

otomatis karena hanya memakai tenaga manual manusia dalam

membersihkan material-material debu semen. Bahaya ini dapat

mengakibatkan iritasi kulit, iritasi mata hingga gangguan pernapasan.

Dalam suhu luar SP berada pada suhu >40 derajat celcius dalam radius 1

meter dengan dinding cyclone dapat menyebabkan dehidrasi yang

berakibat kekurangan cairan bagi pekerja.

2b.Penialian Risiko dan pengendaliannya

Dari pekerjaan ini terdapat 5 macam risiko yang dapat merugikan

karyawan dan perusahaan diantaranya adalah :

a. Material Panas

Material panas pada saat membersihkan riser duct dari alat

cyclone preheater dapat berakibat luka bakar ringan hingga berat serta

jika tidak ditanggulangi pertolongan pertama dapat mengakibatkan

kehilangan nyawa atau meninggal dunia. Risiko ini digolongkan pada

tingkatan “tinggi” karena tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 4

dan konsekuensi (S) berada pada angka 5 dengan hasil work risk

assessment 24. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah

dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA (surat ijin

kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis) memberikan training

yang berhubungan dengan pekerjaan membersihkan coating riser duct,

Page 192: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

169

dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety gloves,

masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes)

b.Kerja di ketinggian

Bekerja pada ketinggian merupakan pekerjaan dengan risiko

yang tinggi karena dapat mengakibatkan jatuh dari ketinggian dengan

risiko cidera ringan,berat hingga meninggal dunia. Tingkat kemungkinan

(O) berada pada angka 4 dan konsekuensi (S) berada pada angka 5

dengan hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya yang dapat

dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya

SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis), dan

pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear

plug, aluminized clothing, safety shoes)

c.Berdebu

Lingkungan di area suspension preheater merupakan area yang

seluruh lantainya di lapisi oleh debu yang memiliki risiko berupa

gangguan pernapasan, iritasi kulit atau mata. Paparan yang diterima

setiap hari memiliki tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 5 dan

konsekuensi (S) berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment

20 yang berada pada tingkatan risiko “ketat”. Pengendalian bahaya yang

dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan penangkapan debu

memakai dust collector dan electrostatic precipitator, SOP yang

berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job

safety analysis) memberikan training yang berhubungan dengan

Page 193: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

170

pekerjaan ketinggian, dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm,

safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes)

d.Udara Panas

Suhu panas di area SP berkisar kurang lebih 40-50 derajat celcius

pada suhu luar dan lebih dari suhu 800 derajat celcius pada suhu dalam

SP. Risiko dehidrasi dapat dialami oleh pekerja yang sedang melakukan

pekerjaan membersihkan riser duct. Risiko ini digolongkan pada

tingkatan “rendah” karena tingkat kemungkinan (O) berada pada angka

3 dan konsekuensi (S) berada pada angka 2 dengan hasil work risk

assessment 8. Pengendalian yang sudah dilakukan perusahaan adalah

pemakaian APD yang dikhususkan untuk menangani debu terutama

masker.

e.Alat KerjaS

Dalam membersihkan riser duct terdapat alat untuk

membersihkannya. Potensi bahaya dari alat tersebut dapat menyebabkan

terbentur, terjepit dan tertimpa dari alat. Menurut Miner (1994) hal

tersebut tergolong dalam unsafe behavior dimana hal tersebut

merupakan tipe prilaku yang mengarah pada kecelakaan. Paparan yang

diterima setiap hari memiliki tingkat kemungkinan (O) berada pada

angka 3 dan konsekuensi (S) berada pada angka 4 dengan hasil work risk

assessment 18 yang berada pada tingkatan risiko “ketat”. Pengendalian

yang dapat dilakukan guna meminimalisir bahaya dengan cara training

Page 194: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

171

pada penggunaan alat kerja, SOP, memiliki SIKA, JSA dan pemakaian

APD.

3. Pembersihan BE (Bucket elevator)

3a. Identifikasi Bahaya

Bucket Elevator merupakan salah satu alat transport material yang

terdapat di pabrik Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, yang berguna

untuk memindahkan material (raw mix) secara ertikal dan secara

berkesinambungan dengan menggunakan bucket. Bucket elevator dibagi

menurut sistem transmisinya ada yang menggunakan rantai dan belt.

Sifat material yang dipindahkan berupa serbuk, granular dan pasir yang

kering. Material raw mix merupakan hasil proses dari raw mill yang

selanjutnya ditransport ke separator dengan menggunakan BE untuk

proses pembuatan semen selanjutnya. Dalam pekerjaan ini terdapat

sumber bahaya berupa material panas dari area kerja yang dapat berisiko

luka bakar hingga meninggal dunia. BE tidak cocok digunakan untuk

memindahkan material yang bergumpal besar dan lengket. Mesin BE

beroperasi secara dinamis atau berjalan maka terdapat sumber bahaya

dari mesin berputar yang dapat menciderai pekerja seperti terbentur,

terjepit dan terpapar material panas.

Page 195: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

172

3b. Penilaian risiko dan pengendaliannya

Dari pekerjaan ini terdapat 2 macam risiko yang dapat merugikan

karyawan dan perusahaan diantaranya adalah :

a. Material panas

Material panas pada saat membersihkan bucket elevator dari

rangkaian alat cyclone preheater dapat berakibat luka bakar ringan

hingga berat serta jika tidak ditanggulangi pertolongan pertama dapat

mengakibatkan kehilangan nyawa atau meninggal dunia. Risiko ini

digolongkan pada tingkatan “tinggi” karena tingkat kemungkinan (O)

berada pada angka 4 dan konsekuensi (S) berada pada angka 5 dengan

hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya yang dapat

dilakukan adalah dengan cara menginspeksi peralatan kerja dan

maintenance alat kerjanya, bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya

SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis)

memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan yang

berhubungan denga pekerjaan bucket elevator, dan pemakaian APD

(Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized

clothing, safety shoes)

b. Mesin berputar

Pada alat BE, mesin akan berputar ke atas dengan membawa

material yang siap dimasukkan kedalam cyclone preheater. Potensi

bahaya dari alat tersebut dapat menyebabkan terbentur, terjepit dan

Page 196: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

173

tertimpa dari alat. Menurut Miner (1994) hal tersebut tergolong dalam

unsafe behavior dimana hal tersebut merupakan tipe prilaku yang

mengarah pada kecelakaan. Paparan yang diterima setiap hari memiliki

tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 3 dan konsekuensi (S)

berada pada angka 4 dengan hasil work risk assessment 18 yang berada

pada tingkatan risiko “ketat”. Pengendalian yang dapat dilakukan guna

meminimalisir bahaya dengan cara training pada penggunaan alat kerja,

SOP, memiliki SIKA, JSA dan pemakaian APD.

4. Pembersihan chute

4a.Identifikasi bahaya

Pembersihan chute dilakukan secara rutin demi menjaga keutuhan

produksi. Fungsi dari chute adalah untuk mendistribusikan material dari

satu alat ke alat lainnya melalui alat ini yang berupa corong yang

berisikan material. Dengan kondisi ruangan yang terbatas/ confined

space dikarenakan sempit, oksigen yang terdapat didalam chute

sangatlah terbatas dan pencahayaan yang kurang maka menimbulkan

bahaya bagi pekerja. Risiko pekerja ketika membersihan chute adalah

terjepit, kekurangan oksigen dan terbentur.

4b.Penilaian risiko dan pengendaliannya

Dari pekerjaan ini terdapat 3 macam risiko yang dapat

mengancam keselamatan kerja diantaranya adalah :

Page 197: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

174

a. Confined spaced

Ketika membersihkan chute, pekerja dihadapkan dengan ruangan

yang terbatas/ confined spaced karena ukuran ruangan tidak begitu luas.

Dalam Peraturan menteri perburuhan No 7 tahun 1964 mengenai syarat

kesehatan pekerja ditetapkan bahwa pekerja harus dibuat ukuran ruang

kerja yang cukup sehingga memiliki ruang udara yang cukup yang

sedikitnya 10-15 m. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “tinggi”

karena tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 5 dan konsekuensi

(S) berada pada angka 4 dengan hasil work risk assessment 23.

Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja

dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan

formulir JSA (Job safety analysis) memberikan training yang

berhubungan dengan pekerjaan yang berhubungan denga pekerjaan

bucket elevator, dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety

gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes)

b. Pencahayaan yang kurang

Kemungkinan cahaya dalam ruangan chute sangat terbatas dan

dapat menimbukan kerugian risiko pada pekerja. Dalam Peraturan

menteri perburuhan No 7 tahun 1964 mengenai syarat kesehatan, dan

pencahayaan bahwa ketika ruangan kerja tidak di fasilitasi dengan

penerangan secara permanen maka harus dibuatkan penerangan darurat

dengan kekuatan paling sedikit 5 lux (0.5 ft candles). Kemungkinan

terjadinya kecelakaan dapat berakibat membentur dinding chute, dan

Page 198: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

175

terjepit dari sela-sela chute. Risiko ini digolongkan pada tingkatan

“tinggi” karena tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 5 dan

konsekuensi (S) berada pada angka 4 dengan hasil work risk assessment

23. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara

bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman)

dan formulir JSA (Job safety analysis) memberikan training yang

berhubungan dengan pekerjaan yang berhubungan denga pekerjaan

bucket elevator, dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety

gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes)

c. Kekurangan oksigen

Selain bahaya dari ruangan terbatas dan pencahayaan yang

kurang, suplai oksigen yang terdapat pada ruangan ini cukup terbatas.

Pekerjaan ini menimbulkan risiko berupa kekurangan oksigen. Risiko ini

digolongkan pada tingkatan “tinggi” karena tingkat kemungkinan (O)

berada pada angka 5 dan konsekuensi (S) berada pada angka 4 dengan

hasil work risk assessment 23. Pengendalian bahaya yang dapat

dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya

SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis)

memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan yang

berhubungan denga pekerjaan bucket elevator, dan pemakaian APD

(Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized

clothing, safety shoes)

Page 199: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

176

5. Pemeriksaan damper cyclone di SP

5a.Identifikasi bahaya

Damper adalah alat pengatur udara yang berfungsi untuk merubah

jumlah udara pembakaran. Alat ini dapat mempengaruhi kinerja proses

(pertukaran panas yang ada) dari instalasi dan hidup dari internal

perusahaan seperti pabrik semen (Magotteaux, 2012). Dalam pekerjaan

ini terdapat sumber bahaya berupa material panas dari area kerja yang

dapat berisiko luka bakar hingga meninggal dunia ruangan yang

berdebu, dan suhu udara yang panas.

5b.Penilaian risiko dan pengendaliaanya

Dalam pekerjaan ini terdapat 4 sumber bahaya diantaranya

adalah :

a.Material Panas

Material panas pada memeriksa damper dari alat cyclone

preheater dapat berakibat luka bakar ringan hingga berat serta jika tidak

ditanggulangi pertolongan pertama dapat mengakibatkan kehilangan

nyawa atau meninggal dunia. Risiko ini digolongkan pada tingkatan

“tinggi” karena tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 4 dan

konsekuensi (S) berada pada angka 5 dengan hasil work risk assessment

24. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara

bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman)

dan formulir JSA (Job safety analysis) memberikan training yang

Page 200: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

177

berhubungan dengan pekerjaan pemeriksaan damper cyclone dan

pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear

plug, aluminized clothing, safety shoes)

b. Kerja di ketinggian

Bekerja pada ketinggian merupakan pekerjaan dengan risiko

yang tinggi karena dapat mengakibatkan jatuh dari ketinggian dengan

risiko cidera ringan,berat hingga meninggal dunia. Tingkat kemungkinan

(O) berada pada angka 4 dan konsekuensi (S) berada pada angka 5

dengan hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya yang dapat

dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya

SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis)

memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan pemeriksaan

damper cyclone, dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety

gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes)

c.Berdebu

Lingkungan di area suspension preheater merupakan area yang

seluruh lantainya di lapisi oleh debu yang memiliki risiko berupa

gangguan pernapasan, iritasi kulit atau mata. Paparan yang diterima

setiap hari memiliki tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 5 dan

konsekuensi (S) berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment

20 yang berada pada tingkatan risiko “ketat”. Pengendalian bahaya yang

dapat dilakukan adalah dengan cara penangkapan debu memakai dust

collector dan electrostatic precipitator, bekerja dengan SOP yang

Page 201: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

178

berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job

safety analysis), dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety

gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes)

d.Udara Panas

Suhu panas di area SP berkisar kurang lebih 40-50 derajat celcius

pada suhu luar dan lebih dari suhu 800 derajat celcius pada suhu dalam

SP. Risiko dehidrasi dapat dialami oleh pekerja yang sedang melakukan

pekerjaan mengatasi clogging. Risiko ini digolongkan pada tingkatan

“rendah” karena tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 3 dan

konsekuensi (S) berada pada angka 2 dengan hasil work risk assessment

control. Pengendalian yang sudah dilakukan perusahaan adalah

pemakaian APD.

6. Mengelas dinding cyclone

6a.Identifikasi bahaya

Mengelas dinding cyclone dilakukan apabila bata didalam

cyclone sudah mengalami pengeroposan dan berakibat rusaknya dinding

cyclone akibat panas dari pembakaran cyclone yang kemudian

mengeroposkan dinding-dinding cyclone. Maka perlu dilakukan

pengelasan atau penambalan apabila bagian dalam cyclone telah di

pasangangi bata anti api. Terdapat sumber bahaya dari pekerjaan

Page 202: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

179

tersebut diantaranya adalah sinar api las, tersengat arus listrik, berdebu,

dan udara panas dari dinding cyclone.

6b.Penilaian risiko dan pencegahannya

a.Percikan api las

Dalam melakukan proses pengelasan terdapat pilar Undang-

undang yang melindiungi pekerja dari bahaya pengelasan yakni tertuang

dalam Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi No:Per

02/MEN/1982 Tentang kwalifikasi juru las (PPUK3). Akibat pekerjaan

ini pekerja dapat berisiko luka bakar dari percikan las dan iritasi mata

dari asap pembuangan pembakaran las. Risiko ini digolongkan pada

tingkatan “tinggi” karena tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 3

dan konsekuensi (S) berada pada angka 5 dengan hasil work risk

assessment 22. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah

dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA (surat ijin

kerja aman), formulir JSA (Job safety analysis) memberikan training

yang berhubungan dengan pekerjaan yang berhubungan denga pekerjaan

mengelas, adanya scafolding dan pemakaian APD (Safety glass, safety

helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes)

b.Listrik dari alat las

Bahaya pekerjaan mengelas selain dari percikan api dapat pula

memiliki sumber dari listrik instalasi las. Hal ini dapat mengakibatkan

pekerja tersengat listrik 220 volt dari alat las. Risiko ini digolongkan

pada tingkatan “tinggi” karena tingkat kemungkinan (O) berada pada

Page 203: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

180

angka 3 dan konsekuensi (S) berada pada angka 5 dengan hasil work risk

assessment 22. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah

dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA (surat ijin

kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis) memberikan training

yang berhubungan dengan pekerjaan yang berhubungan denga pekerjaan

mengelas dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety gloves,

masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes)

c.Berdebu

Lingkungan di area suspension preheater merupakan area yang

seluruh lantainya di lapisi oleh debu yang memiliki risiko berupa

gangguan pernapasan, iritasi kulit atau mata. Paparan yang diterima

setiap hari memiliki tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 5 dan

konsekuensi (S) berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment

20 yang berada pada tingkatan risiko “ketat”. Pengendalian bahaya yang

dapat dilakukan adalah dengan cara penangkapan debu memakai dust

collector dan electrostatic precipitator, bekerja dengan SOP yang

berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job

safety analysis), dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety

gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes)

d.Udara panas

Suhu panas di area SP berkisar kurang lebih 40-50 derajat celcius

pada suhu luar dan lebih dari suhu 800 derajat celcius bahkan mencapai

939 derajat ketika sampai di riser duct. Risiko dehidrasi dapat dialami

Page 204: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

181

oleh pekerja yang sedang melakukan pekerjaan mengelas dinding

cyclone. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “ketat” karena tingkat

kemungkinan (O) berada pada angka 3 dan konsekuensi (S) berada pada

angka 4 dengan hasil work risk assessment 18. Pengendalian yang sudah

dilakukan perusahaan adalah pemakaian APD yang dikhususkan untuk

melindungi tangan dari paparan panas dinding cyclone juga baju tahan

panas.

7. Aktivitas pembersihan coating/ bata saat bricklining menggunakan

stripping machine

7a. Identifikasi bahaya

Aktivitas pembersihan coating adalah melakukan suatu

penyemprotan yang berisikan adukan semen untuk membersihkan

coating yang terdapat di dalam riser duct. Terdapat sumber bahaya

ketika melakukan pekerjaan tersebut diantarannya adalah material dari

coating, gas panas yang keluar dari riser duct, berdebu area SP, udara

panas dan Stripping machine.

7b. Penilaian risiko dan pencegahannya

a. Material dari coating

Material dari coating saat di semprotkan stripping machine dapat

memicu material coating tersembur keluar dinding dan dapat berisiko

Page 205: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

182

luka bakar dan meninggal dunia. Suhu panas di area SP berkisar kurang

lebih 40-50 derajat celcius pada suhu luar dan lebih dari suhu 800

derajat celcius pada suhu dalam SP. Risiko dehidrasi dapat dialami oleh

pekerja yang sedang melakukan pekerjaan membersihkan riser duct.

Risiko ini digolongkan pada tingkatan “ketat” karena tingkat

kemungkinan (O) berada pada angka 2 dan konsekuensi (S) berada pada

angka 5 dengan hasil work risk assessment 19. Pengendalian yang sudah

dilakukan perusahaan adalah pemakaian APD yang dikhususkan untuk

menangani material yang menyembur terutama baju tahan api.

b. Gas panas

Ketika alat stripping machine diaktifkan maka akan ada gas panas

yang keluar dari dinding cyclone dan gas dapat terhirup oleh pekerja.

Dari sumber bahaya tersebut risiko yang terjadi dapat mengakibatkan

cidera ringan/berat hingga meninggal dunia akibat terhirup gas panas.

Paparan yang diterima setiap hari memiliki tingkat kemungkinan (O)

berada pada angka 2 dan konsekuensi (S) berada pada angka 5 dengan

hasil work risk assessment 19 yang berada pada tingkatan risiko “ketat”.

Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara

penangkapan debu memakai dust collector dan electrostatic

precipitator, bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA (surat ijin

kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis), dan pemakaian APD

(Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized

clothing, safety shoes)

Page 206: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

183

c. Berdebu

Lingkungan di area suspension preheater merupakan area yang

seluruh lantainya di lapisi oleh debu yang memiliki risiko berupa

gangguan pernapasan, iritasi kulit atau mata Paparan yang diterima

setiap hari memiliki tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 5 dan

konsekuensi (S) berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment

20 yang berada pada tingkatan risiko “ketat”. Pengendalian bahaya yang

dapat dilakukan adalah dengan cara penangkapan debu memakai dust

collector dan electrostatic precipitator, bekerja dengan SOP yang

berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job

safety analysis), dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety

gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes)

d. Udara panas

Suhu panas di area SP berkisar kurang lebih 40-50 derajat celcius

pada suhu luar dan lebih dari suhu 800 derajat celcius pada suhu dalam

SP. Risiko dehidrasi dapat dialami oleh pekerja yang sedang melakukan

pekerjaan membersihkan coating dengan stripping machine. Risiko ini

digolongkan pada tingkatan “rendah” karena tingkat kemungkinan (O)

berada pada angka 2 dan konsekuensi (S) berada pada angka 2 dengan

hasil work risk assessment 5. Pengendalian yang sudah dilakukan

perusahaan adalah pemakaian APD yang dikhususkan untuk menangani

panas yakni baju tahan api.

Page 207: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

184

e.Stripping Machine

Stripping machine menimbulkan risiko menabrak dan kejatuhan

material. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “bersyarat” karena

tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 2 dan konsekuensi (S)

berada pada angka 4 dengan hasil work risk assessment 14.

Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja

dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan

formulir JSA (Job safety analysis) memberikan training yang

berhubungan dengan pekerjaan alat stripping machine, dan pemakaian

APD (Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug,

aluminized clothing, safety shoes)

8. Pembersihan material di SP

8a. Identifikasi bahaya

Membersihkan material di SP dilakukan secara manual oleh

pekerja/ karyawan dengan membentuk tim atau perorangan. Dalam

pekerjaan ini dibutuhkan tehnik yang terampil agar lingkungan area

kerja tetap optimal. Terdapat tiga sumber bahaya dari pekerjaan ini

diantaranya adalah kondisi lingkungan yang berdebu, lokasi panas, dan

area yang sempit.

Page 208: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

185

8b. Penilaian risiko dan pencegahannya

a.Berdebu

Lingkungan di area suspension preheater merupakan area yang

seluruh lantainya di lapisi oleh debu yang memiliki risiko berupa

gangguan pernapasan, iritasi kulit atau mata. Paparan yang diterima

setiap hari memiliki tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 5 dan

konsekuensi (S) berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment

20 yang berada pada tingkatan risiko “ketat”. Pengendalian bahaya yang

dapat dilakukan adalah dengan cara penangkapan debu memakai dust

collector dan electrostatic precipitator, bekerja dengan SOP yang

berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job

safety analysis) dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety

gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes)

b. Lokasi panas

Suhu panas di area SP berkisar kurang lebih 40-50 derajat celcius

pada suhu luar dan lebih dari suhu 800 derajat celcius pada suhu dalam

SP. Risiko dehidrasi dapat dialami oleh pekerja yang sedang melakukan

pekerjaan membersihkan material di SP. Risiko ini digolongkan pada

tingkatan “rendah” karena tingkat kemungkinan (O) berada pada angka

3 dan konsekuensi (S) berada pada angka 2 dengan hasil work risk

Page 209: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

186

assessment 8. Pengendalian yang sudah dilakukan perusahaan adalah

pemakaian APD.

9. Pengoperasian alat angkat/angkut

9a. Identifikasi bahaya

Alat angkat atau alat angkut di area SP memakai alat hoist crane.

Hoist adalah bagian dari crane yang berfungsi sebagai alat pemindah

barang dengan pergerakan vertical (hoisting) dan horizontal

(tranversing). Hoist merupakan peralatan yang sangat vital dan harus

hati-hati dalam proses pekerjaan karena beresiko tinggi yang

memerlukan tingkat safety tertentu. Pekerjaan dengan alat ini memiliki

tingkatan bahaya cukup tinggi dengan sumber bahaya berupa kejatuhan

dari alat dan benda yang bergerak yang dapat berisiko menabrak kepada

pekerja dan kejatuhan material dari alat angkut yang digunakan.

9b. Penilaian risiko dan pengendaliannya

Dalam pekerjaan ini hanya ada satu risiko dari pekerjaan

pengoperasian alat angkat dan angkut yakni:

a.Alat angkat/angkut material yang diangkat

Risiko ini digolongkan pada tingkatan “bersyarat” karena tingkat

kemungkinan (O) berada pada angka 2 dan konsekuensi (S) berada pada

angka 4 dengan hasil work risk assessment control. Pengendalian yang

Page 210: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

187

sudah dilakukan perusahaan adalah maintenance alat secara rutin,

adanya penanggung jawab dari superitendent,adanya SOP, SIKA, JSA,

dan pemakaian APD.

10. Mengatasi Kebakaran kecil/APAR

10a.Identifikasi bahaya

Menurut Hargianto (2003), APAR (alat pemadam api ringan)

adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk

memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran. Tabung APAR harus

diisi ulang sesuai dengan jenis dan kontruksinya. Dalam bekerja di area

SP wajib alat ini di letakkan di dinding-dinding tiap lantai agar jika

terjadi keadaan kegawatan darurat dapat dipakai sebagaimana mestinya.

Ketika memakai pemakaian APAR terdapat beberapa sumber bahaya

yang diantaranya adalah dari tabung bertekanan api.

10b. Penilaian risiko dan pengendaliannya

Dalam pekerjaan ini hanya ada satu risiko dari mengatasi APAR

yakni:

a.Tabung bertekanan api

Ketika pekerja memakai APAR untuk keadaan darurat/

emergency terdapat risiko yang dapat membahayakan yakni dapat

mengalami kebakaran dari sumber api, ledakan kejatuhan alat atau

Page 211: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

188

material dan iritasi dari paparan zat yang terkandung dalam APAR.

Risiko ini digolongkan pada tingkatan “bersyarat” karena tingkat

kemungkinan (O) berada pada angka 1 dan konsekuensi (S) berada pada

angka 5 dengan hasil work risk assessment control adalah 15.

Pengendalian yang sudah dilakukan perusahaan adalah adana tim

pemadam kebakaran, maintenance alat secara rutin, adanya penanggung

jawab dari superitendent,adanya SOP, SIKA, JSA, dan pemakaian APD.

11. Kerja di area SP dan spray tower

11a. Identifikasi bahaya

Bekerja pada area suspension preheater memiliki risiko yang

tinggi. Tower yang berada pada puncak SP menyebabkan sumber

bahaya diantaranya material panas, bekerja di ketinggian, ruangan yang

berdebu, udara panas.

11b.Penilaian risiko dan pencegahannya

a. Material Panas

Material panas ketika bekerja di area SP dapat berakibat luka

bakar ringan hingga berat serta jika tidak ditanggulangi pertolongan

pertama dapat mengakibatkan kehilangan nyawa atau meninggal dunia.

Risiko ini digolongkan pada tingkatan “tinggi” karena tingkat

Page 212: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

189

kemungkinan (O) berada pada angka 4 dan konsekuensi (S) berada pada

angka 5 dengan hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya

yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang

berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job

safety analysis) memberikan training yang berhubungan dengan

pekerjaan clogging, dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm,

safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes)

b. Kerja di ketinggian

Bekerja pada ketinggian merupakan pekerjaan dengan risiko

yang tinggi karena dapat mengakibatkan jatuh dari ketinggian dengan

risiko cidera ringan,berat hingga meninggal dunia. Tingkat kemungkinan

(O) berada pada angka 4 dan konsekuensi (S) berada pada angka 5

dengan hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya yang dapat

dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya

SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis)

memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan clogging, dan

pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear

plug, aluminized clothing, safety shoes)

c.Berdebu

Lingkungan di area suspension preheater merupakan area yang

seluruh lantainya di lapisi oleh debu yang memiliki risiko berupa

gangguan pernapasan, iritasi kulit atau mata. Paparan yang diterima

setiap hari memiliki tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 5 dan

Page 213: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

190

konsekuensi (S) berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment

20 yang berada pada tingkatan risiko “ketat”. Pengendalian bahaya yang

dapat dilakukan adalah dengan cara penangkapan debu memakai dust

collector dan electrostatic precipitator, bekerja dengan SOP yang

berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job

safety analysis) dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety

gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes)

d.Udara Panas

Suhu panas di area SP berkisar kurang lebih 40-50 derajat celcius

pada suhu luar dan lebih dari suhu 800 derajat celcius pada suhu dalam

SP. Risiko dehidrasi dapat dialami oleh pekerja yang sedang melakukan

pekerjaan mengatasi clogging. Risiko ini digolongkan pada tingkatan

“rendah” karena tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 3 dan

konsekuensi (S) berada pada angka 2 dengan hasil work risk assessment

8. Pengendalian yang sudah dilakukan perusahaan adalah pemakaian

APD.

12. Kerja di ruang blower fine coal SP calciner

12a. Identifikasi bahaya

Bekerja di ruangan blower sangat rentan akan bahaya yang dapat

terjadi dari bisingnya alat blower. Kegunaan blower adalah untuk

mendorong material yang akan masuk ke cyclone. Sumber bahaya yang

Page 214: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

191

terdapat di pekerjaan ini adalah kebisingan dari suara blower yang

melebihi NAB (Nilai ambang batas).

12b. Penilaian risiko dan pencegahannya

a. Suara blower

Suara blower merupakan dampak risiko tertinggi kepada pekerja

yang dapat mengakibatkan gangguan pendengaran. Alat ini juga dapat

mengakibatkan pekerja mengalami terjepit dari alat blower dan getaran/

vibration. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “bersyarat” karena

tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 4 dan konsekuensi (S)

berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment 17.

Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara

penangkapan debu memakai dust collector dan elektrostatic precipitator

(EP), bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja

aman) dan formulir JSA (Job safety analysis) memberikan training yang

berhubungan dengan pekerjaan clogging, dan pemakaian APD (Safety

glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing,

safety shoes)

Page 215: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

192

13. Pembersihan coating

13a. Identifikasi bahaya

Pembersihan coating dilakukan pada area riser duct dengan suhu

939 derajat celcius dan merupakan suhu tertinggi di rangkaian SP.

Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk membersihkan penyumbatan

material di dalam riser duct dan mengembalikan kondisi seperti semula.

Sumber bahaya yang terdapat pada saat membersihkan coating adalah

Material panas, kerja di ketinggian, berdebu, udara panas, dan stripping

machine.

13b. Penilaian risiko dan pencegahannya

a. Material Panas

Material panas dari alat riser duct dapat berakibat luka bakar

ringan hingga berat serta jika tidak ditanggulangi pertolongan pertama

dapat mengakibatkan kehilangan nyawa atau meninggal dunia. Risiko

ini digolongkan pada tingkatan “tinggi” karena tingkat kemungkinan (O)

berada pada angka 4 dan konsekuensi (S) berada pada angka 5 dengan

hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya yang dapat

dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya

SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis)

memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan

Page 216: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

193

membersihkan coating, dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm,

safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes)

b.Kerja di ketinggian

Bekerja pada ketinggian merupakan pekerjaan dengan risiko

yang tinggi karena dapat mengakibatkan jatuh dari ketinggian dengan

risiko cidera ringan,berat hingga meninggal dunia. Tingkat kemungkinan

(O) berada pada angka 4 dan konsekuensi (S) berada pada angka 5

dengan hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya yang dapat

dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya

SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis)

memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan pembersihan

coating, dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety gloves,

masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes)

c.Berdebu

Lingkungan di area suspension preheater merupakan area yang

seluruh lantainya di lapisi oleh debu yang memiliki risiko berupa

gangguan pernapasan, iritasi kulit atau mata. Paparan yang diterima

setiap hari memiliki tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 5 dan

konsekuensi (S) berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment

20 yang berada pada tingkatan risiko “ketat”. Pengendalian bahaya yang

dapat dilakukan adalah dengan cara penangkapan debu memakai dust

collector dan electrostatic precipitator, bekerja dengan SOP yang

berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job

Page 217: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

194

safety analysis) dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety

gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes)

d.Udara Panas

Suhu panas di area SP berkisar kurang lebih 40-50 derajat celcius

pada suhu luar dan lebih dari suhu 800 derajat celcius pada suhu dalam

SP. Risiko dehidrasi dapat dialami oleh pekerja yang sedang melakukan

pekerjaan mengatasi clogging. Risiko ini digolongkan pada tingkatan

“rendah” karena tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 3 dan

konsekuensi (S) berada pada angka 2 dengan hasil work risk assessment

8. Pengendalian yang sudah dilakukan perusahaan adalah pemakaian

APD.

e.Stripping Machine

Sumber bahaya dari alat stripping machine menimbulkan risiko

menabrak dan kejatuhan material. Risiko ini digolongkan pada tingkatan

“bersyarat” karena tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 2 dan

konsekuensi (S) berada pada angka 4 dengan hasil work risk assessment

14. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara

bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman)

dan formulir JSA (Job safety analysis) memberikan training yang

berhubungan dengan pekerjaan membersihkan coating, dan pemakaian

APD (Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug,

aluminized clothing, safety shoes)

Page 218: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

195

14. Pembersihan sisa bata/ castable saat shutdown dan tumpahan

material saat clogging

14a.Identifikasi bahaya

Pembersihan sisa bata dilakukan pada saat mesin SP mati total

atau dalam keadaan shut down. Pekerja akan masuk kedalam cyclone

dan melakukan pembersihan. Dalam pekerjaan ini memiliki sumber

bahaya ruangan terbatas confined sapced, lokasi ketinggian , berdebu,

udara panas, material clogging.

14b. Penilaian risiko dan pencegahannya

a.Confined spaced

Ketika membersihkan sisa bata pekerja dihadapkan dengan

ruangan yang terbatas/ confined spaced karena ukuran ruangan tidak

begitu luas. Dalam Peraturan menteri perburuhan No 7 tahun 1964

mengenai syarat kesehatan pekerja ditetapkan bahwa pekerja harus

dibuat ukuran ruang kerja yang cukup sehingga memiliki ruang udara

yang cukup yang sedikitnya 10-15 m. Risiko ini digolongkan pada

tingkatan “tinggi” karena tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 5

dan konsekuensi (S) berada pada angka 4 dengan hasil work risk

assessment 23. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah

dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA (surat ijin

kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis) memberikan training

Page 219: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

196

yang berhubungan dengan pekerjaan yang berhubungan denga pekerjaan

bucket elevator, dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety

gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes)

b.Kerja di ketinggian

Bekerja pada ketinggian merupakan pekerjaan dengan risiko

yang tinggi karena dapat mengakibatkan jatuh dari ketinggian dengan

risiko cidera ringan,berat hingga meninggal dunia. Tingkat kemungkinan

(O) berada pada angka 4 dan konsekuensi (S) berada pada angka 5

dengan hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya yang dapat

dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya

SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis)

memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan

membersihkan sisa bata di dalam cyclone, dan pemakaian APD (Safety

glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing,

safety shoes)

c.Berdebu

Lingkungan di area suspension preheater merupakan area yang

seluruh lantainya di lapisi oleh debu yang memiliki risiko berupa

gangguan pernapasan, iritasi kulit atau mata. Paparan yang diterima

setiap hari memiliki tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 5 dan

konsekuensi (S) berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment

20 yang berada pada tingkatan risiko “ketat”. Pengendalian bahaya yang

dapat dilakukan adalah dengan cara penangkapan debu memakai dust

Page 220: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

197

collector dan electrostatic precipitator, bekerja dengan SOP yang

berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job

safety analysis) dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety

gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes)

d.Udara Panas

Suhu panas di area SP berkisar kurang lebih 40-50 derajat celcius

pada suhu luar dan lebih dari suhu 800 derajat celcius pada suhu dalam

SP. Risiko dehidrasi dapat dialami oleh pekerja yang sedang melakukan

pekerjaan mengatasi clogging. Risiko ini digolongkan pada tingkatan

“rendah” karena tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 3 dan

konsekuensi (S) berada pada angka 2 dengan hasil work risk assessment

8. Pengendalian yang sudah dilakukan perusahaan adalah pemakaian

APD.

e.Material Clogging

Material clogging berbahaya ketika didekatkan dengan sumber panas

atau api karena akan ada proses tekanan mengeluarkan api yang dapat

mengakibatkan kebakaran dan ledakan. Risiko ini sangat tinggi karena

memiliki nilai paling besar yakni 25. Angka ini didapatkan dari

kemungkinan yang terjadi sangat sering dengan nilai 5 dan konsekuensi

yang diterima juga tinggi sebesar 5. Pengendalian yang baik adalah

dengan cara adanya foreman yang mengamankan pekerjanya untuk

melakukan aktivitas pekerjaan, adanya SOP, dan surat izin kerja aman,

serta pemakaian APD lengkap.

Page 221: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

198

15. Melakukan inspeksi oksigen pada outlet ILC calciner dan SLC

Calciner

15a. Identifikasi bahaya

Pekerjaan ini membutuhkan tingkat keamanan yang tinggi karena

fungsi kerja pekerjaan ILC dan SLC oksigen bertujuan untuk

mengetahui proses pembakaran di dalam SP yaitu dengan mengukur

kadar oksigen dalam gas Outlet ILC Calciner dan SLC Calciner.

Terdapat sumber bahaya diantaranya material panas dari cyclone dan

riser duct, bekerja pada ketinggian, keadaan lingkungan yang berdebu,

udara panas SP dan kebocoran gas.

15b. Penilaian risiko dan pencegahannya

a. Material Panas

Material panas dari alat cyclone preheater dapat berakibat luka

bakar ringan hingga berat serta jika tidak ditanggulangi pertolongan

pertama dapat mengakibatkan kehilangan nyawa atau meninggal dunia.

Risiko ini digolongkan pada tingkatan “tinggi” karena tingkat

kemungkinan (O) berada pada angka 4 dan konsekuensi (S) berada pada

angka 5 dengan hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya

yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang

Page 222: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

199

berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job

safety analysis) memberikan training yang berhubungan dengan

pekerjaan inspeksi Oksigen pada outlet ILC dan SLC, dan pemakaian

APD (Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug,

aluminized clothing, safety shoes)

b.Kerja di ketinggian

Bekerja pada ketinggian merupakan pekerjaan dengan risiko

yang tinggi karena dapat mengakibatkan jatuh dari ketinggian dengan

risiko cidera ringan,berat hingga meninggal dunia. Tingkat kemungkinan

(O) berada pada angka 4 dan konsekuensi (S) berada pada angka 5

dengan hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya yang dapat

dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya

SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis)

memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan inspeksi

inspeksi Oksigen pada outlet ILC dan SLC, dan pemakaian APD (Safety

glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing,

safety shoes)

c.Berdebu

Lingkungan di area suspension preheater merupakan area yang

seluruh lantainya di lapisi oleh debu yang memiliki risiko berupa

gangguan pernapasan, iritasi kulit atau mata. Paparan yang diterima

setiap hari memiliki tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 5 dan

konsekuensi (S) berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment

Page 223: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

200

20 yang berada pada tingkatan risiko “ketat”. Pengendalian bahaya yang

dapat dilakukan adalah dengan cara penangkapan debu memakai dust

collector dan electrostatic precipitator, bekerja dengan SOP yang

berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job

safety analysis) dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety

gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes)

d.Udara Panas

Suhu panas di area SP berkisar kurang lebih 40-50 derajat celcius

pada suhu luar dan lebih dari suhu 800 derajat celcius pada suhu dalam

SP. Risiko dehidrasi dapat dialami oleh pekerja yang sedang melakukan

pekerjaan mengatasi clogging. Risiko ini digolongkan pada tingkatan

“rendah” karena tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 3 dan

konsekuensi (S) berada pada angka 2 dengan hasil work risk assessment

8. Pengendalian yang sudah dilakukan perusahaan adalah pemakaian

APD.

e.Kebocoran gas

Kebocoran gas dari pekerjaan inspeksi oksigen ILC dan SLC

dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan keracuran jika terhirup

atau tertelan. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “bersyarat” karena

tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 1 dan konsekuensi (S)

berada pada angka 5 dengan hasil work risk assessment 15.

Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja

dengan SOP yang berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan

Page 224: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

201

formulir JSA (Job safety analysis) memberikan training yang

berhubungan dengan pekerjaan inspeksi Oksigen pada outlet ILC dan

SLC, dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety gloves,

masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes)

16. Melakukan inspeksi Decarbonation

16a. Identifikasi bahaya

Tujuan dari pekerjaan ini adalah mengetahui proses kalsinasi

atau pembakaran di SP, dan mengoptimalkan proses kerja. Terdapat

sumber bahaya ketika melakukan inspeksi karena pekerjaan ini terfokus

pada area panas langsung diantaranya adalah material panas dari cyclone

dan riser duct, bekerja pada ketinggian, keadaan lingkungan yang

berdebu, dan udara panas SP.

16b. Penilaian risiko dan pencegahannya

a.Material Panas

Material panas dari alat cyclone preheater dapat berakibat luka

bakar ringan hingga berat serta jika tidak ditanggulangi pertolongan

pertama dapat mengakibatkan kehilangan nyawa atau meninggal dunia.

Risiko ini digolongkan pada tingkatan “tinggi” karena tingkat

kemungkinan (O) berada pada angka 4 dan konsekuensi (S) berada pada

angka 5 dengan hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya

Page 225: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

202

yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang

berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job

safety analysis) memberikan training yang berhubungan dengan

pekerjaan inspeksi decarbonation, dan pemakaian APD (Safety glass,

safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety

shoes)

b.Kerja di ketinggian

Bekerja pada ketinggian merupakan pekerjaan dengan risiko

yang tinggi karena dapat mengakibatkan jatuh dari ketinggian dengan

risiko cidera ringan,berat hingga meninggal dunia. Tingkat kemungkinan

(O) berada pada angka 4 dan konsekuensi (S) berada pada angka 5

dengan hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya yang dapat

dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya

SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis)

memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan inspeksi

decarbonation, dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety

gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes)

c.Berdebu

Lingkungan di area suspension preheater merupakan area yang

seluruh lantainya di lapisi oleh debu yang memiliki risiko berupa

gangguan pernapasan, iritasi kulit atau mata. Paparan yang diterima

setiap hari memiliki tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 5 dan

konsekuensi (S) berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment

Page 226: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

203

20 yang berada pada tingkatan risiko “ketat”. Pengendalian bahaya yang

dapat dilakukan adalah dengan cara penangkapan debu memakai dust

collector dan electrostatic precipitator, bekerja dengan SOP yang

berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job

safety analysis) dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety

gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes)

d.Udara Panas

Suhu panas di area SP berkisar kurang lebih 40-50 derajat celcius

pada suhu luar dan lebih dari suhu 800 derajat celcius pada suhu dalam

SP. Risiko dehidrasi dapat dialami oleh pekerja yang sedang melakukan

pekerjaan mengatasi clogging. Risiko ini digolongkan pada tingkatan

“rendah” karena tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 3 dan

konsekuensi (S) berada pada angka 2 dengan hasil work risk assessment

8. Pengendalian yang sudah dilakukan perusahaan adalah pemakaian

APD.

17. Pengaturan temperatur di SP

17a. Identifikasi bahaya

Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk menjaga kondisi suhu dan

keadaan SP tetap aman serta mengoptimalkan perpindahan panas dan

kalsinasi material. Terdapat sumber bahaya dari pekerjaan tersebut

Page 227: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

204

diantaranya adalah material panas, bekerja di ketinggian, berdebu, dan

udara panas.

17b. Penilaian risiko dan pencegahannya

a. Material Panas

Material panas dari alat cyclone preheater dapat berakibat luka

bakar ringan hingga berat serta jika tidak ditanggulangi pertolongan

pertama dapat mengakibatkan kehilangan nyawa atau meninggal dunia.

Risiko ini digolongkan pada tingkatan “tinggi” karena tingkat

kemungkinan (O) berada pada angka 4 dan konsekuensi (S) berada pada

angka 5 dengan hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya

yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang

berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job

safety analysis) memberikan training yang berhubungan dengan

pekerjaan mengatur temperatur di SP , dan pemakaian APD (Safety

glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing,

safety shoes)

b.Kerja di ketinggian

Bekerja pada ketinggian merupakan pekerjaan dengan risiko

yang tinggi karena dapat mengakibatkan jatuh dari ketinggian dengan

risiko cidera ringan,berat hingga meninggal dunia. Tingkat kemungkinan

(O) berada pada angka 4 dan konsekuensi (S) berada pada angka 5

Page 228: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

205

dengan hasil work risk assessment 24. Pengendalian bahaya yang dapat

dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, adanya

SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis)

memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan pengaturan

temperatur SP, dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety

gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes)

c.Berdebu

Lingkungan di area suspension preheater merupakan area yang

seluruh lantainya di lapisi oleh debu yang memiliki risiko berupa

gangguan pernapasan, iritasi kulit atau mata. Paparan yang diterima

setiap hari memiliki tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 5 dan

konsekuensi (S) berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment

20 yang berada pada tingkatan risiko “ketat”. Pengendalian bahaya yang

dapat dilakukan adalah dengan cara penangkapan debu memakai dust

collector dan electrostatic precipitator, bekerja dengan SOP yang

berlaku, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job

safety analysis) dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety

gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes)

d.Udara Panas

Suhu panas di area SP berkisar kurang lebih 40-50 derajat celcius

pada suhu luar dan lebih dari suhu 800 derajat celcius pada suhu dalam

SP. Risiko dehidrasi dapat dialami oleh pekerja yang sedang melakukan

pekerjaan mengatasi clogging. Risiko ini digolongkan pada tingkatan

Page 229: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

206

“rendah” karena tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 3 dan

konsekuensi (S) berada pada angka 2 dengan hasil work risk assessment

8. Pengendalian yang sudah dilakukan perusahaan adalah pemakaian

APD.

18. Menaiki dan menuruni tangga SP

18a. Identifikasi bahaya

Area kerja di suspension preheater dilakukan mulai dari lantai

dasar hingga ketinggian 8 lantai. Salah satu alternatif dalam menaiki

atau menuruni setiap lantainya adalah dengan menaiki tangga. Material

tangga dibuat dari bahan besi dimana besi merupakan salah satu bahan

yang terbuat dari konduktor (penghantar listrik dan panas). Terdapat

beberapa sumber bahaya ketika menaiki atau menuruni tangga

diantaranya adalah radiasi suhu panas luar dari cyclone preheater ketika

mesin bekerja yang berisiko menjadi dehidrasi atau kekurangan cairan

tubuh, dan luka bakar. konduks i dari material tangga dapat

menyebabkan lebam atau memar dan luka bakar jika suhu luar cyclone

tinggi. Kemudian dapat terjadi accident terpeleset yang dapat

menyebabkan lebam, memar atau cidera. Paparan debu yang menumpuk

di setiap lantai dan pegangan tangga pun dapat menyebabkan gangguan

pernapasan dan iritasi pada mata dan kulit jika bersentuhan langsung.

Page 230: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

207

18b. Penilaian risiko dan pengendaliannya

Dalam pekerjaan ini hanya ada dua risiko dari pekerjaan menaiki

dan menuruni tangga yakni:

a.Radiasi panas suhu luar

SP memikiki delapan lantai dan di tiap lantai nya terdapat radiasi

panas dari cyclone. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “tinggi”

karena tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 5 dan konsekuensi

(S) berada pada angka 3 dengan hasil work risk assessment 20.

Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara bekerja

dengan SOP yang berlaku, penanggung jawab dari superitendent,

adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job safety

analysis) memberikan training yang berhubungan dengan pekerjaan

menaiki dan menuruni tangga, dan pemakaian APD (Safety glass, safety

helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes)

b.Konduksi dari panas besi tangga

Dari hasil observasi peneliti, material atau bahan tangga di SP

terbuat dari besi yang merupakan suatu bahan yang dapat

menghantarkan panas (konduktor) . ketika suhu panas dari cyclone

menyebarkan radiasi panasnya besi pada tangga akan ikut memanas dan

dapat menimbulkan risiko lebam/ memar dan luka bakar. Risiko ini

digolongkan pada tingkatan “tinggi” karena tingkat kemungkinan (O)

berada pada angka 5 dan konsekuensi (S) berada pada angka 3 dengan

hasil work risk assessment 20. Pengendalian bahaya yang dapat

Page 231: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

208

dilakukan adalah dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku,

penanggung jawab dari superitendent, adanya SIKA (surat ijin kerja

aman) dan formulir JSA (Job safety analysis) memberikan training yang

berhubungan dengan pekerjaan menaiki dan menuruni tangga, dan

pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear

plug, aluminized clothing, safety shoes)

c.Paparan debu lantai tangga

Ketinggian dari debu di SP mencapai ketebalan hingga 4cm dan

ketika terinjak oleh pekerja, material debu semen akan menyebar

menyebabkan iritasi pada kulit terutama leher jika tercampur dengan

keringat. Kemudian gangguan pernapasan dari debu semen yang terhirup

dapat menyebabkan penyakit akibat debu. Risiko ini digolongkan pada

tingkatan “tinggi” karena tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 5

dan konsekuensi (S) berada pada angka 3 dengan hasil work risk

assessment 20. Pengendalian bahaya yang dapat dilakukan adalah

penangkapan debu memakai dust collector dan electrostatic precipitator

(EP), dengan cara bekerja dengan SOP yang berlaku, penanggung jawab

dari superitendent, adanya SIKA (surat ijin kerja aman) dan formulir

JSA (Job safety analysis) memberikan training yang berhubungan

dengan pekerjaan menaiki dan menuruni tangga, dan pemakaian APD

(Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear plug, aluminized

clothing, safety shoes)

Page 232: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

209

d.Terpeleset di tangga

Dengan keadaan debu semen yang berada di semua area SP

termasuk pada tangga tiap lantai mengakibatkan risiko terpeleset di

tangga dan dapat menyebabkan lebam/memar, cidera ringan hingga

berat. Risiko ini digolongkan pada tingkatan “bersyarat” karena tingkat

kemungkinan (O) berada pada angka 1 dan konsekuensi (S) berada pada

angka 4 dengan hasil work risk assessment 10. Pengendalian bahaya

yang dapat dilakukan adalah penangkapan debu memakai dust collector

dan electrostatic precipitator (EP), dengan cara bekerja dengan SOP

yang berlaku, penanggung jawab dari superitendent, adanya SIKA (surat

ijin kerja aman) dan formulir JSA (Job safety analysis) memberikan

training yang berhubungan dengan pekerjaan menaiki dan menuruni

tangga, dan pemakaian APD (Safety glass, safety helm, safety gloves,

masker,ear plug, aluminized clothing, safety shoes)

19. Menaiki dan menuruni lift

19a. Identifikasi bahaya

Indocement memiliki SP dengan 8 lantai di setiap plant nya.

Setiap pekerja atau karyawan lain yang bekerja di area tersebut dapat

memanfaatkaan lift yang masih bekerja di setiap plant. Namun setiap

mesin yang bekerja dapat berisiko membahayakan pekerja. Dan di dalam

lift bisa saja keadaan konsleting mendadak yang dapat menyebabkan lift

akan mati. Kemudian tali labrang lift juga bisa putus sewaktu-waktu jika

Page 233: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

210

tidak adanya upaya maintenance rutin yang dapat berakibat cidera

hingga meninggal dunia bagi pekerja.

19b. Penilaian risiko dan penanganannya

Dalam pekerjaan ini hanya ada dua risiko dari pekerjaan menaiki

dan menuruni lift yakni:

a.Lift Konsleting

Keadaan lift tidak akan selalu dalam kondisi baik, kadangkali lift

akan mengalami konsleting yang mengakibatkan lift akan mati. Risiko

ini memiliki risiko yang digolongkan pada tingkatan “bersyarat” karena

tingkat kemungkinan (O) berada pada angka 1 dan konsekuensi (S)

berada pada angka 5 dengan hasil work risk assessment control adalah

15. Pengendalian yang sudah dilakukan perusahaan adalah memeriksa

keadaan lift secara rutin, safety talks, adanya rambu darurat jika lift tiba-

tiba mati dan pemakaian APD secara tepat guna.

b.Tali Baja lift putus

Risiko ini sangat tinggi karena memungkinkan pekerja akan

mengalami cidera atau bahkan meninggal dunia. Risiko ini memiliki

risiko yang digolongkan pada tingkatan “bersyarat” karena tingkat

kemungkinan (O) berada pada angka 5 dan konsekuensi (S) berada pada

angka 5 dengan hasil work risk assessment control adalah 25.

Pengendalian yang sudah dilakukan perusahaan adalah memeriksa

Page 234: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

211

keadaan lift secara rutin, safety talks, adanya rambu darurat jika lift tiba-

tiba mati dan pemakaian APD secara tepat guna.

6.3 Analisis Perbandingan milik PT ITP Tbk dengan peneliti

6.3.1 HIRARC perusahaan dengan peneliti

Dari hasil Identifikasi bahaya milik PT Indocement Tunggal Prakarsa

dengan peneliti dapat ditemukan perbandingan pada tabel HIRARC dimana pada

jenis pekerjaan yang dimiliki Perusahaan terdapat 12 jenis pekerjaan sedangkan

peneliti melakukan hasil observasi, wawancara, dan data dokumen ditemukan 19

jenis pekerjaan. 8 pekerjaan yang peneliti dapatkan dari hasil observasi,

wawancara dan data dari dokumen adalah :

1. Melakukan Inspeksi oksigen pada outlet ILC Calciner dan SLC Calciner

2. Melakukan inspeksi decarbonation

3. pengaturan temperatur di SP

4. Pembersihan coating

5. Menaiki dan menuruni lift

6. Menaiki dan menuruni tangga

7. Mengelas dinding cyclone

Page 235: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

212

8. Pembersihan sisa bata/ castable saat shutdown dan tumpahan material saat

clogging

Klasifikasi penilaian risiko pada tabel HIRARC milik perusahaan

Indocement memfokuskan hanya satu disetiap jenis pekerjaan dengan tujuan

adalah dapat menghemat biaya pengeluaran ketika melakukan pengendalian

risikonya. Namun peneliti membuat tabel HIRARC dengan tidak sama sekali

menjadikan salah satu sumber bahaya menjadi yang paling penting. Karena

disetiap pekerjaan dan sumber bahaya memiliki risikonya sendiri dan butuh di

lakukan pengendalian risiko masing-masing dari sumber bahaya yang telah ada.

Pada hal terpenting yakni pengendalian risiko, perusahaan hanya

memfokuskan kepada alat pelindung diri (APD) tanpa melihat aspek-aspek

keselamatan lainnya. Beberapa jenis pekerjaan memang sudah di awasi oleh

superitendent namun ketika tabel HIRARC mengarah kepada jenis pekerjaan yang

ada hubungannya dengan alat kerja atau mesin yang dipakai pada saat pengerjaan

oleh karyawan sistem pemeriksaan atau maintenance alat tidak diberlakukan dalam

tabel HIRARC. Berikut adalah tindakan pengendalian lebih lanjut yang telah

seharusnya dilakukan oleh perusahaan :

a. Pembersihan debu secara manual dengan cara di sapu, disekop dan

dibuang ke penampungan.

Pengendalian secara ini dimaksudkan untuk mengurangi dampak

lingkungan dari paparan debu semen. Fakta dilapangan bahwa terdapat

Page 236: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

213

debu semen dengan tinggi 1-4cm pada permukaan lantai. Ketika

karyawan atau pekerja menginjaknya maka debu akan berterbangan

mengakibatkan bahaya dan dapat menimbulkan risiko gangguan

pernapasan, iritasi kulit dan mata. Maka dari itu debu yang ada akan di

sekop dan di sapu kemudian dikumpulkan dalam satu tempat yang akan

di buang ke penampungan material dan dapat diproses kembali menjadi

semen baru. Peranan dust collector dan Elektrostatic Precipitator EP

sangat berperan penting dalam pengendalian risiko akibat debu semen

(Syaid, 2009). Perusahaan Indocement telah menerapkan alat ini sejak

berdiri pertama kali di tahun 1975 dan memakai EP sejak tahun 1991.

b. Penyediaan air minum

Suhu udara di dalam cyclone berkisar 394.5 derajat pada pemanasan

awal, meningkat pada suhu 571,807,847,hingga di suhu akhir pada riser

duct mencapai 939 derajat celcius dan suhu luar cyclone berkisar 40-50

derajat celcius (SOP Burning). Dengan adanya stasiun penempatan air

minum yang strategis memudahkan pekerja untuk menghilangkan risiko

dehidrasi karena asupan kebutuhan air tetap terjaga. Di dalam tubuh, sel-

sel yang mempunyai konsentrasi airpaling tinggi antara lain adalahsel-sel

otot dan organ-organ pada rongga badan, seperti paru-paru atau jantung,

sedangkan sel-sel yang mempunyai konsentrasi airpaling rendah adalah

sel-sel jaringan seperti tulang atau gigi. Konsumsi cairan yang ideal untuk

memenuhi kebutuhan harian bagi tubuh manusia Adalah mengkonsumsi

Page 237: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

214

1 ml air untuk setiap 1 kkal konsumsi energi tubuh atau dapat juga

diketahui berdasarkan estimasi total jumlah air yang keluar dari dalam

tubuh. Secara ratarata tubuh orang dewasa akan kehilangan 2.5 L cairan

per harinya. Sekitar 1.5 L cairan tubuh keluar melalui urin, 500 ml

melalui keluarnya keringat, 400 ml keluar dalam bentuk uap air melalui

proses respirasi (pernafasan) dan 100 ml keluar bersama dengan feces

(tinja). Sehingga berdasarkan estimasi ini, konsumsi antara 8-10 gelas

biasanya dijadikan sebagai pedoman dalam pemenuhan kebutuhan cairan

per- harinya (Irawan, 2007). Maka dari itu setiap pekerja yang bekerja di

area suhu yang panas diharuskan minum agar terhindar dari dehidrasi.

c. Signal sign

Rambu-rambu keselamatan adalah peralatan yang bermanfaat untuk

membantu melindungi kesehatan dan keselamatan karyawan dan

pengunjung yang sedang berada di tempat kerja. Penempatan signal sign

yang ada di area SP tidak begitu maksimal. Dalam hasil observasi tidak

terlihat adanya rambu-rambu mengenai suhu panas atau area berbahaya

panas dengan kapasitas tinggi. Kemudian pada plant 6 tidak ditemukan

rambu-rambu pada daerah kebisingan saat pekerjaan di area blower.

Maka dari itu pemberian signal sign atau rambu keselamatan sangat

berpengaruh agar pekerja atau orang lain yang masuk ke area tersebut

dapat mengetahui sumber bahaya apa saja yang ada di area SP.

Page 238: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

215

d. Maintenance alat

Kegunaan maintenance alat kerja atau mesin diperuntukkan agar mesin

dapat tetap bekerja optimal. Karena rangkaian SP selalu bekerja

sepanjang hari selama 24 jam nonstop sampai adanya pemeriksaan rutin

pada saat shut down.

e. Penyediaan APD

Alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang digunakan oleh pekerja

untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan

adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja. Alat pelindung diri dipakai

sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi pekerja apabila

engineering dan administrative tidak dapat dilakukan dengan baik.

Namun pemakaian alat pelindung diri bukanlah pengganti dari kedua

usaha tersebut, namun sebagai usaha akhir. Alat pelindung diri haruslah

nyaman dipakai, tidak mengganggu kerja dan memberikan perlindungan

yang efektif terhadap bahaya (HIPERKES, 2008). Alat pelindung diri

(APD) harus tersedia dari perusahaan agar dapat digunakan pekerja demi

melindungi diri dari bahaya dan risiko. Namun dari hasil observasi, APD

pelindung badan atau pakaian tahan api (aluminized clothing) tidak di

gunakan oleh pekerja. Bahkan orang lain yang berkunjung ke area SP

tidak diberikan APD baju tahan api dan panas dengan alasan tidak

tersedianya APD tersebut. Alat pelindung diri lainnya yang belum

tersedia adalah harness yakni APD untuk menahan seseorang yang

Page 239: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

216

bekerja di ketinggian agar tidak terjatuh ke bawah. Alat ini digunakan di

segala situasi dimana pekerja bekerja di ketinggian lebih dari 2 meter atau

di segala situasi dimana prosedur kerja menyatakan bahwa harness harus

digunakan.

f. Sosialisasi pemakaian APD dan perilaku aman saat bekerja

Pemberlakuan tindakan tegas dari foreman atau HSE agar pekerja mau

menggunakan APD dengan benar dan tepat guna. Ketika ditemui di

lapangan, masih banyak pekerja yang tidak menggunakan masker atau

alat pelindung diri untuk pernapasan.

Pada tahap akhir yakni rekomendasi monitoring, PT Indocement

membuat kebijakan pemberlakuan monitoring akan dilakukan jika hasil RPN (Risk

Priority Number) lebih dari 64. Hal ini dimaksudkan supaya dapat meminimalisir

dana perusahaan. Namun peneliti tetap membuat tindakan monitoring

pengendalian dengan tujuan dapat mengevaluasi sumber bahaya yang terdapat

pada jenis pekerjaan. Pemberlakuan UU K3 juga dicantumkan sebagai pilar hukum

dan standarisasi bagi pekerja agar mempunyai payung keselamatan.

6.4 Peraturan perundang-Undangan dan standarisasi dari pemerintah

a. Undang-Undang no 1 tahun 1970

Mesin-mesin, alat-alat, pesawat-pesawat baru dan sebagainya yang

serba pelik banyak dipakai sekarang ini, bahan-bahan tehnis baru banyak

Page 240: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

217

diolah dan dipergunakan, sedangkan mekanisasi dan elektrifikasi diperluas

dimana-mana. Dengan majunya industrialisasi, mekanisasi, elektrifikasi dan

modernisasi, maka dalam kebanyakan hal berlangsung pulalah peningkatan

intensif kerja operasionil dan tempo kerja para pekerja. Hal-hal ini

memerlukan pengerahan tenaga secara intensif pula dari para pekerja.

Kelelahan, kurang perhatian akan hal-hal lain, kehilangan keseimbangan dan

lain-lain merupakan akibat dari padanya dan menjadi sebab terjadinya

kecelakaan.

Bahan-bahan yang mengandung racun, mesin-mesin, alat-alat,

pesawat-pesawat dan sebagainya yang serba pelik serta cara-cara kerja yang

buruk, kekurangan ketrampilan dan latihan kerja, tidak adanya pengetahuan

tentang sumber bahaya yang baru, senantiasa merupakan sumber-sumber

bahaya dan penyakit-penyakit akibat kerja. Maka dapatlah dipahami perlu

adanya pengetahuan keselamatan kerja dan kesehatan kerja yang maju dan

tepat. Selanjutnya dengan peraturan yang maju akan dicapai keamanan yang

baik dan realistis yang merupakan faktor sangat penting dalam memberikan

rasa tentram, kegiatan dan kegairahan bekerja pada tenaga-kerja yang

bersangkutan dan hal ini dapat mempertinggi mutu pekerjaan, meningkatkan

produksi dan produktivitas kerja.

b. Peraturan Menteri Negara Kerja RI No.Per-01/MEN/1982 Tentang Bejana

Tekan

Page 241: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

218

Bejana tekan adalah selain pesawat uap didalamnya terdapat tekanan

yang melebihi dari tekanan udara luar, dan dipakai untuk menampung gas

atau campuran gas termasuk udara, baik dikempa menjadi cair dalam

keadaan larut atau beku. Dalam peraturan ini berlaku untuk perencanaan,

pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemakaian, penggunaan,

pemeliharaan, dan penyimpanan bejana bertekanan.

c. Keputusan Presiden RI.No 22 Tahun 1993 Tentang Penyakit Yang Timbul

Karena Hubungan Kerja

Penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang

disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Terdapat 31 jenis penyakit

yang ditimbulkan karena hubungan kerja :

1.Pnemokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut

(silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yang

silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian.

2.Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan

oleh debu logam keras.

3.Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan

oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).

4.Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat

perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.

5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat

penghirupan debu organik.

Page 242: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

219

6.Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang

beracun.

7. Penyakit yang disebabkan kadmium atau persenyawaannya yang beracun.

8. Penyakit yang disebabkan fosfor atau persenyawaannya yang beracun.

9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.

10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang

beracun.

11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang

beracun.

12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang

beracun.

13. Penyakit yang disebabkan oleh timbul atau persenyawaannya yang

beracun.

14. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaannya yang

beracun.

15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.

16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan

hidrokarbon alifatik atu aromatik yang beracun.

17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.

18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau

homolognya yang beracun.

19.Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.

20.Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.

Page 243: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

220

21.Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau

keracunan seperti karbon monoksida, hidrogensianida, hidrogen sulfida,

atau derivatnya yang beracun, amoniak seng, braso dan nikel.

22.Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.

23.Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot,

urat, tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).

24.Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan

lebih.

25.Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetik dan radiasi yang

mengion.

26.Penyakit kulit (dermatoses) yang disebabkan oleh penyebab fisik,

kimiawi atau biologik.

27.Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen,

minyak mineral, antrasena atau persenyawaan, produk atau residu dari zat

tersebut.

28.Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.

29.Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang

didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki risiko kontaminasi khusus.

30.Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi

atau kelembaban udara tinggi.

31.Penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan obat

Didalam 31 penyakit akibat hubungan kerja, bekerja di pabrik semen

memiliki risiko penyakit paru, penyakit saluran pernapasan

Page 244: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

221

(bronkhopulmoner), Alveolitis allergika, kelainan pendengaran yang

disebabkan oleh kebisingan, getaran, Penyakit kulit (dermatoses), penyakit

yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau

kelembaban udara tinggi dan penyakit lainnya.

d. Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI.No.Per-

08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri.

Alat pelindung diri (APD) adalah suatu alat yang mempunyai

kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi

sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. APD wajib

digunakan ditempat kerja sesuai dengan pekerjaannya.

APD secara umum yang tercantum dalam undang-undang

keselamatan kerja meliputi :

a. Pelindung kepala

b. Pelindung mata dan muka

c. Pelindung telinga

d. Pelindung pernapasan berserta perlengkapannya

e. Pelindung tangan, dan atau

f. Pelindung kaki

g. Pakaian pelindung

h. Alat pelindung jatuh perorangan dan atau

i. Pelampung

APD harus dilakukan maintenance secara rutin, dan pelaporan

dilakukan oleh seluruh pegawai atau hasil dari inspeksi atau audit. APD yang

Page 245: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

222

rusak , retak atau tidak dapat berfungsi dengan baik harus dibuang atau

dimusnahkan. Kemudian pemusnahan APD yang mengandung bahan

berbahaya harus dilengkapi dengan berita acara pemusnahan.

e. Peraturan menteri negara kerja RI No.Per-04/MEN/1985 tentang pesawat

tenaga dan produksi

Pasal ini mengatur atas ketentuan umum teknis keselamatan kerja

pada pesawat tenaga dan pesawat produksi, ketentuan mengenai alat

perlindungan, pengujian bagi bejana tekan sebagai penggerak mula motor

diesel, keselamatan perlengkapan transmisi mekanik, keselamatan mesin

perkakas dll. Juga diatur mengenai pemeriksaan, pengujian, dan pengesahan

pesawat tenaga dan pesawat produksi.

f. Peraturan menteri negara kerja RI No.Per-01/MEN/1988 tentang kwalifikasi

dan syarat-syarat operator pesawat uap

Peraturan ini mengatur persyaratan pendidikan, pengalaman, umur,

kesehatan, administrasi, mengikuti kursus operator dan lulus ujian sesuai

kualifikasinya. Operator diberi kewenangan sesuai dengan kualifikasinya.

Jumlah dan kualifikasi operator untuk ketel uap serat kurikulum operator

sesuai kualifikasinya dicantumkan dalam peraturan.

g. Peraturan Menteri perburuhan No.7 tahun 1964 tentang syarat kesehatan,

kebersihan serta penerangan di tempat kerja

Page 246: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

223

Setiap tempat kerja harus dibuat ukuran ruang kerja yang cukup

sehingga memiliki ruang udara yang cukup yang sedikitnya 10m – 15m

untuk ruangan minimal. Suhu kerja harus sesuai dengan keberadaan suhu

tubuh pekerja, jika tidak memadai haruslah memakai APD hingga memasuki

NAB yang cukup. Kadar penerangan diukur dengan alat-alat pengukur

cahaya yang baik setinggi tempat kerja yang sebenarnya atau setinggi perut

untuk penerangan umum (kurang lebih 1 meter). Penerangan darurat harus

mempunyai kekuatan paling sedikit 5 lux (0,5 ft candles).

h. Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi ri no.per-09/men/vii/2010

tentang operator dan petugas pesawat angkat dan angkut.

Pesawat angkat dan angkut ialah suatu pesawat atau alat yang

digunakan untuk memindahkan, mengangkat muatan baik bahan atau barang

atau orang secara vertikal dan atau horizontal dalam jarak yang ditentukan.

Peraturan ini mengatur kualifikasi, syarat-syarat, wewenang,

kewajiban,operator dan petugas pesawat angkat dan angkut dan operator

harus memiliki lisensi K3 dan buku kerja. Jumlah operator harus memenuhi

kualifikasi dan jumlah sesuai dengan jenis dan kapasitas pesawat angkat dan

angkut tercantum dalam lampiran peraturan menteri ini.

i. Keputusan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI.No.: Kep-75/ MEN/2002

tentang pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. SNI-04-0225-

Page 247: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

224

2000 Mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2000) di tempat

kerja.

Perencanaan, pemasangan, penggunaan, pemeriksaan dan pengujian

instalasi listrik di tempat kerja harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang

ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) No. SNI 04-0225-2000

mengenai persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) di tempat

kerja. Pengawasan terhadap pelaksanaan SNI 04-0225-2000 mengenai

persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) di tempat kerja

dilakukan oleh pegawai atau ahli keselamatan kerja spesialis bidang listrik.

j. Peraturan Menteri Negara Kerja Ri No.Per-04/MEN/1980 Tentang Syarat-

Syarat Pemasangan Dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan

Alat pemadam api ringan ialah alat yang ringan serta mudah dilayani

oleh satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran.

Pemasangan alat pemadaman api ringan harus sedemikian rupa sehingga

bagian paling atas berada pada ketinggian 1.2 m dari permukaan lantai

kecuali jenis CO2 dan tepung kering dapat ditempatkan lebih rendah dengan

syarat, jarak antara dasar alat pemadam api ringan tidak kurang 15 cm dari

permukaan lantai. APAR harus dilengkapi masa berlaku, tata cara

penggunaan agar dapat dipakai oleh orang awam/baru memakainya sekalipun

serta harus dilakukan maintenance dengan rutin jika masa berlaku telah

habis.

Page 248: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

225

k. Keputusan menteri tenaga kerja RI No.Kep-186/MEN/1999 tentang

penanggulangan kebakaran di tempat kerja

Penanggulangan kebakaran ialah segala upaya untuk mencegah

timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengendalian setiap perwujudan

energi, pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta

pembentukkan organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran.

Unti pemadam dibuat menjadi tim yang meliputi kegiatan administrasi,

identifikasi sumber-sumber bahaya, pemeriksaan, pemeliharaan dan

perbaikan sistem proteksi kebakaran. Pengurus atau pengusaha yang telah

membentuk unit penanggulangan kebakaran sebelum keputusan ini

ditetapkan, selambat-lambatnya dalam waktu satu tahun harus menyesuaikan

dengan ketentuan-ketentuan dalam keputusan menteri ini.

l. Peraturan menteri negara kerja RI No.Per-02/MEN/1982 Tentang kwalitas

Juru las

Juru las dianggap terampil apabila telah menempuh ujian las dengan

hasil yang memuaskan dan mempunyai sertifikasi juru las. Juru las

digolongkan atas :

1. Juru las kelas Satu

2. Juru las kelas dua

3. Juru las kelas tiga

Page 249: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

226

m. Peraturan menteri negara kerja RI No.Per-03/MEN/1999 tentang syarat-

syarat Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Lift Untuk Pengangkutan Orang

dan Barang.

Peraturan ini berlaku bagi perencanaan, pembuatan, pemasangan,

pemakaian, dan perawatan lift yang digunakan secara tetap maupun

sementara untuk melayani pengangkutan orang dan barang atau khusus

barang di dalam suatu bangunan. Kapasitas angkutan lift harus dicantumkan

dan dipasang dalam kereta serta dinyatakan dalam jumlah orang atau jumlah

bobot muatan yang diangkut dalam kilogram. Penetapan jumlah orang yang

dapat diangkut harus sesuai dengan SNI. Kerangka lift, tali baja, teromol dan

kapasitas muatan juga diperhatikan dan disesuaikan dengan SNI.

Setiap lift sebelum dipakai harus diperiksa dan diuji terlebih dahulu

sesuai dengan standar uji, yang telah di tentukan. Pemeriksaan dan pengujia

sebagaimana dimaksud dilakukan oleh pegawai pengawas dan atau ahli K3

dan dilaksanakan sekurang-kurangnya satu tahun sekali.

n. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan

pengawasan Ketenagakerjaan No.Kep-407/BW/1999 tentang persyaratan,

penunjukkan Hak dan Kewajiban Teknisi Lift.

Teknisi lift adalah orang yang mempunyai keahlian dan

keterampilan untuk mengerjakan, memperbaiki dan atau merawat lift. Setiap

pekerjaan pemasangan, perawatan dan atau perbaikan serta pengoperasian lift

harus dikerjakan oleh teknisi lift. Setiap pemasangan, perawatan dan

Page 250: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

227

perbaikan lift harus dilaksanakan oleh perusahaan jasa K3 pemasangan,

perawatan dan perbaikan lift yang telah mendapat penunjukkan Menteri

tenaga kerja.

Page 251: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

228

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

1. Hasil identifikasi risiko keselamatan kerja yang terdapat pada alat suspension

preheater bagian produksi di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yaitu : Luka

bakar, cidera ringan hingga berat, iritasi kulit atau mata, gangguan pernapasan,

kekurangan oksigen, dehidrasi, terbentur, terjepit, tertabrak, tertimpa alat-alat

atau mesin, kejatuhan material, terpeleset, lift mati, hingga yang paling parah

yaitu meninggal dunia.

2. Dari hasil observasi penelitian dan data berupa dokumen serta hasil wawancara

dengan informan didapatkan 19 jenis pekerjaan pada lingkungan kerja di area

suspension preheater bagian produksi di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

yaitu :

-Mengatasi Clogging

-Pembersihan coating riser duct

-Pembersihan BE

-Pembersihan Chute

-Pemeriksaan damper cyclone di SP

-Mengelas dinding cyclone

-Aktivitas pembersihan coating/ bata saat bricklining menggunakan stripping machine

-Pembersihan material di SP

-Pengoperasian Alat angkat/angkut

Page 252: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

229

-Mengatasi kebakaran kecil/APAR

-Kerja di area SP dan spray tower

-Kerja di ruang blower fine coal Sp calciner

-Pembersihan coating

-Pembersihan sisa bata/ castable saat shutdown dan tumpahan material saat clogging

-Melakukan Inspeksi Oksigen Pada outlet ILC Calciner dan SLC Calciner

-Melakukan inspeksi Decarbonation

-Pengaturan temperatur di SP

-Menaiki dan menuruni tangga SP

-Menaiki dan menuruni menggunakan Lift

Dari 19 jenis pekerjaan yang memiliki sumber bahaya diantaranya adalah:

Material Panas, tersengat arus listrik, berdebu ,bekerja di ketinggian, confined

spaced, pencahayaan yang kurang baik, alat angkat/angkut material yang

diangkat, lempengan mesin rusak, area sempit, udara Panas, suara blower,

material clogging, kebocoran gas, radiasi panas suhu luar, konduksi dari panas

besi tangga, paparan debu lantai tangga, lift konsleting, dan tali baja lift putus.

3. Penilaian Risiko keselamatan kerja dari alat suspension preheater bagian

produksi di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memiliki tingkatan risiko

mulai dari skor terendah hingga tertinggi. Berikut adalah tingkatan risiko dari

sumber bahaya yang telah diobsevasi oleh peneliti:

Tinggi : skor 23-25

Ketat : skor 18-22

Page 253: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

230

Bersyarat : skor 10-17

Rendah : skor 1-9

A. Tingkatan risiko tertinggi dalam range 23-25 pada pekerjaan di suspension

preheater diantaranya adalah : sumber bahaya dari material panas, bekerja

pada ketinggian, ruangan terbatas (confined spaced), sinar api dari

pengelasan, tersengat arus listrik dari pengelasan, pencahayaan yang kurang,

dan oksigen yang minim atau terbatas.

B. Tingkatan risiko “ketat” terdapat pada range 18-22 pada pada pekerjaan di

suspension preheater diantaranya adalah : sumber bahaya dari debu

lingkungan, penggunaan alat-alat kerja atau mesin yang bekerja, kegiatan

gunning machine, material dari coating yang terpapar ke pekerja, lokasi

sempit, gas panas yang keluar dari cyclone, radiasi panas suhu luar

lingkungan, dan konduksi dari panas besi tangga.

C. Tingkatan risiko “bersyarat” terdapat pada range 10-17 pada pada pekerjaan

di suspension preheater diantaranya adalah : sumber bahaya dari lokasi field

yang panas, area yang sempit, alat angkat/angkut material yang diangkat,

tabung bertekanan api, suara dari blower, kegiatan stripping machine,

kebocoran gas, terpeleset di tangga, dan tali baja yang putus.

D. Tingkatan risiko “rendah” terdapat pada range 1-9 pada pada pekerjaan di

suspension preheater diantaranya adalah : sumber bahaya dari udara panas

pada saat mengatasi clogging, uadara panas ketika membersihkan riser duct

dan damper cyclone.

Page 254: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

231

4. Pengendalian risiko yang sudah dilakukan oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa

Tbk pada alat suspension preheater bagian produksi adalah penangkapan debu

memakai dust collector dan Elektrostatic precipitator(EP), adanya tim pemadam

kebakaran (fireman), foreman, ping machine, inspeksi peralatan kerja, telah

adanya penanggung jawab dari superitendent, maintenance alat secara rutin,

beberapa pekerjaan yang telah memiliki SOP, meaksanakan pemeriksaan

audiometri, membuat SIKA (surat ijin kerja aman), JSA (Job safety analysis),

afety talks, training , APD (Safety glass, safety helm, safety gloves, masker,ear

plug, aluminized clothing, safety shoes)

7.2 Saran

A. Perusahaan seharusnya memiliki APD dengan lengkap karena ketika tamu atau

karyawan lain datang ke area SP tidak diberikan APD dengan sesuai standar.

B. Pengawasan dari foreman dan karyawan HSE harus dilakukan dengan rutin dan

berskala karena ditemukan pekerja yang melanggar keselamatan kerja seperti

tiduran di tempat kerja dengan mendirikan ayunan gantung, membuang material

dengan sembarangan, tidak membereskan peralatan kerja dan lain-lain.

C. Meningkatkan safety performance dalam perusahaan untuk mengurangi unsafe

behavior yang terjadi pada pekerja di rasa lebih baik di bandingkan dengan fokus

terhadap angak kecelakaan. Karena kecelakaan merupakan hasil akhir dari

rentetan unsafe behavior dan perusahaan hanya memperhatikan safety ketika

kecelakaan meningkat, sebaliknya behavioral safety lebih proaktif yang

Page 255: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

232

cenderung mengidentifikasi setiap unsafe behavior yang muncul sehingga bisa

langsung di tanggulangi.

D. Pemberian isi Undang-Undang keselamatan kerja dengan jelas agar pekerja

mempunyai pilar hukum dengan kuat dan dapat mematuhi peraturan yang

berlaku.

E. Untuk meminimalisir risiko pada masing-masing tahapan proses kerja perlu

dilakukan upaya pengendalian lebih lanjut/ monitoring, yaitu dengan cara :

• Pembersihan debu secara manual dengan di sapu, disekop dan dibuang ke

penampungan yang berguna untuk membersihkan debu lingkungan agar

karyawan terhidar dari penyakit yang terdapat dari debu semen.

• Maintenance Bucket Elevator secara berskala dan mesin-mesin lainnya.

• Penyediaan air minum agar terhindar dari dehidrasi karena suhu

lingkungan kerja cukup tinggi.

• adanya signal sign atau rambu-rambu peringatan yang dapat dipasangkan

pada dinding cyclone, tangga, lift, dan area sekitarnya.

• APD berupa shock absorben yang berguna untuk menahan pekerja dari

bahaya ketinggian.

• penyediaan APD secara lengkap sesuai dengan kebutuhan pekerja, serta

sosialisasi mengenai APD dengan tindakan tegas kepada pekerja.

Page 256: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that
Page 257: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that
Page 258: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that
Page 259: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that
Page 260: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

NO Dasar Pemikiran Sasaran Observasi Ada Tidak Jumlah Keterangan

1 Data angka

kecelakaan dan jumlah Karyawan

Jumlah Angka Kecelakaan secara keseluruhan pabrik

Jumlah angka Karyawan PT ITP Tbk

Jumlah angka kecelakaan terbesar dari seuruh divisi plant

2 Menentukan Ruang Lingkup

Bagan Struktur organisasi PT ITP Tbk

Bagan Struktur organisasi departemen produksi Suspension Preheater di plant 6/11

Bagan Alur Kerja Produksi Semen PT ITP Tbk

Bagan Alur Kerja Suspension Preheater

3 Metode HIRARC awal (Identifikasi

Risiko)

A.Tahapan Pekerjaan/ jenis pekerjaan dan rincian Pekerjaan

- Menaiki tangga 1 hingga 7 - Membersihkan material di dalam SP

- Membersihkan debu lingkungan kerja

- Instalasi listrik SP B.Sumber Bahaya di suspension Preheater

- Suhu Panas dalam SP - Suhu Panas luar SP - Kebisingan - Kebakaran - Ledakan - PAK (Debu, asap) C.Jenis Bahaya yang ada di Suspension Preheater

- Bahaya Mekanis - Bahaya Listrik - Bahaya Kimiawi - Bahaya Fisik D.Risiko yang ada di Suspension Preheater

- Terjepit - Luka Bakar 1,2,dan 3 - Terjatuh dari ketinggian - Gangguan Pendengaran - Tertimpa benda - Terpeleset

Page 261: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

- Penyakit paru-paru.

4 Penilaian Risiko

Tingkat Keparahan pada bahaya yang ada

Klasifikasi risiko pada bahaya yang ada

5 Pengendalian Bahaya

A.Pengendalian Yang Telah dilakukan Secara Hirarki

1. Eliminasi 2. Subsitusi 3. Engineering control 4. Administrative control 5. Alat Pelindung Diri B.Pemenuhan Perundang-Undangan

C.Penyakit akibat Kerja dari pekerjaan Suspension Preheater

D.Action Plan (Peningkatan program, Pengendalian operasi, dan manajemen darurat)

6

Kejadian Kecelakaan Kerja di

Suspension Preheater

Informasi pernah terjadi kecelakaan kerja di bagian

produksi pada alat Suspension Preheater plant 6/11

Informasi Rincian Kejadian Kecelakaan

Pengendalian/penanganan yang telah dilakukan oleh Perusahaan

Page 262: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

Pedoman Wawancara

ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC

(HAZARDIDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND RISK CONTROL)

PADA ALAT SUSPENSION PREHEATER BAGIAN PRODUKSI DI PLANT 6 DAN 11

FIELD CITEUREUP PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA,

TAHUN 2013

Identitas Informan

No Informan :

Nama Lengkap :

Usia :

Jenis Kelamin : Laki-laki/ perempuan

Pendidikan Terakhir : SD/SMP/SMA/Perguruan Tinggi

Alamat Lengkap :

Pertanyaan untuk Informan Utama (Pekerja)

1. Berapa lama anda bekerja di bagian produksi pada alat suspension preheater?

2. Bagaimana proses kerja alat suspension preheater?

3. Apakah bekerja di bagian alat suspension preheater sangat berbahaya?

4. Sumber bahaya dari mana saja yang terdapat pada alat suspension preheater?

5. Jenis bahaya apa saja yang terdapat pada alat suspension preheater?

6. Risiko kerja apa saja yang terdapat pada alat suspension preheater?

Page 263: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

7. Apa Pernah anda mengalami Kecelakaan kerja di bagian alat suspension preheater ?

8. Kapan kecelakaan tersebut terjadi?

9. Ceritakan lah kronologis kecelakaan yang anda alami dan bagaimana itu bisa terjadi?

10. Apa dampak kecelakaan kerja tersebut?

11. Apa yang anda langsung lakukan setelah terjadi kecelakaan pada diri anda?

12. Upaya Apa saja yang perusahaan lakukan setelah anda mengalami kecelakaan kerja?

(pengendalian kerja pada perusahaan)

13. Apakah anda memakai alat pelindung diri ?

14. Apakah anda telah dilatih atau mengetahui SOP pada pekerjaan anda?

15. Berapa lama anda harus meninggalkan pekerjaan anda atau loss time demi mengobati

luka dan memulihkan keadaan anda?

16. Menurut anda seberapa sering kejadian kecelakaan serupa tersebut terjadi?

17. Selain peristiwa pertama, apakah ada peristiwa lainnya yang anda alami di bagian alat

suspension preheater ?

Page 264: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

Pedoman Wawancara

ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC

(HAZARDIDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND RISK CONTROL)

PADA ALAT SUSPENSION PREHEATER BAGIAN PRODUKSI DI PLANT 6 DAN 11

FIELD CITEUREUP PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA,

TAHUN 2013

Identitas Informan

No Informan :

Nama Lengkap :

Usia :

Jenis Kelamin : Laki-laki/ perempuan

Pendidikan Terakhir : SD/SMP/SMA/Perguruan Tinggi

Alamat Lengkap :

Pertanyaan untuk Informan kunci (pekerja SHE)

1. Berapa lama anda bekerja sebagai SHE di plant 6/11 pada bagian produksi di alat

suspension Preheater?

2. Bagaimana proses kerja alat suspension preheater?

3. Sumber bahaya dari mana saja yang terdapat pada alat suspension preheater?

4. Jenis bahaya apa saja yang terdapat pada alat suspension preheater?

Page 265: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

5. Risiko kerja apa saja yang terdapat pada alat suspension preheater?

6. Mengapa masih ada angka kecelakaan kerja di bagian suspension Preheater?

7. Kecelakaan kerja apa saja yang pernah terjadi di plant 6/11 pada bagian produksi di alat

suspension Preheater?

8. Apa yang menyebabkan pekerja sehingga menimbulkan kecelakaan kerja?

9. Upaya apa yang langsung dilakukan oleh perusahaan untuk mengatasi kecelakaan yang

terjadi kepada pekerja?

10. Apakah mesin suspension preheater rutin dilakukan maintenance atau perawatan rutin?

11. Apakah pekerja telah dilakukan training / pelatihan terkait pekerjaannya?

12. Apakah pekerja diberikan atau difasilitasi Alat pelindung diri (APD) yang sesuai dengan

pekerjaanya?

13. Apakah HIRARC di perusahaan sudah dijalankan dengan baik dan benar?

14. Apakah dari tim SHE memiliki rekaman dokumen terkait kejadian kecelakaan kerja di

alat suspension Preheater?

15. Apakah ada upaya tindakan lebih lanjut (action plan) terhadap kecelakaan yang terjadi?

Page 266: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

Pedoman Wawancara

ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC

(HAZARDIDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND RISK CONTROL)

PADA ALAT SUSPENSION PREHEATER BAGIAN PRODUKSI DI PLANT 6 DAN 11

FIELD CITEUREUP PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA,

TAHUN 2013

Identitas Informan

No Informan :

Nama Lengkap :

Usia :

Jenis Kelamin : Laki-laki/ perempuan

Pendidikan Terakhir : SD/SMP/SMA/Perguruan Tinggi

Alamat Lengkap :

Pertanyaan untuk Informan pendukung (Rekan kerja : Mekanik dan elektric)

1. Berapa lama anda bekerja sebagai maintenance alat di plant 6/11 pada bagian produksi di

alat suspension Preheater?

2. Bagaimana proses kerja alat suspension preheater?

3. Bagaimana proses kerja pada bagian pekerjaan anda anda?

4. Sumber bahaya dari mana saja yang terdapat pada alat suspension preheater?

5. Jenis bahaya apa saja yang terdapat pada alat suspension preheater?

Page 267: ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26507/1/MUHAMM… · HIRARC is one way to identify potencial hazard that

6. Risiko kerja apa saja yang terdapat pada alat suspension preheater?

7. Apakah anda pernah melihat kecelakaan kerja yang terjadi kepada rekan kerja anda di

bagian suspension preheater atau anda pernah mengalami kecelakaan kerja di bagian

yang sama?

8. Kapan kejadian kecelakaan tersebut?

9. Apakah dampak yang telah terjadi setelah kecelakaan kerja tersebut?

10. Apakah anda mengetahui apa saja yang dilakukan perusahaan setelah anda atau rekan

kerja anda mengalami kecelakaan kerja?