analisis risiko keselamatan kerja dengan metode … · hirarc is one way to identify potencial...

267
ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC (HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND RISK CONTROL) PADA ALAT SUSPENSION PREHEATER BAGIAN PRODUKSI DI PLANT 6 DAN 11 FIELD CITEUREUP PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, TAHUN 2013 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat SKRIPSI OLEH : MUHAMMAD FIL SOCRATES 109101000012 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434H/ 2013 M

Upload: others

Post on 22-Oct-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC (HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND RISK CONTROL)

    PADA ALAT SUSPENSION PREHEATER BAGIAN PRODUKSI DI PLANT 6 DAN 11 FIELD CITEUREUP

    PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, TAHUN 2013

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

    SKRIPSI

    OLEH :

    MUHAMMAD FIL SOCRATES

    109101000012

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1434H/ 2013 M

  • iii

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDIKESEHATAN MASYARAKAT KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA Skripsi, September 2013 Muhammad Fil Socrates, NIM: 109101000012 Analisis Risiko Keselamatan Kerja Dengan Metode HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) Pada Alat Suspension Preheater Bagian Produksi Di Plant 6 dan 11 Field Citeureup PT. Indocement Tunggal Prakarsa,Tahun 2013 xvii + 232 halaman, 24 tabel, 10 lampiran

    ABSTRAK

    HIRARC merupakan salah satu cara mengidentifikasi potensi bahaya yang terdapat pada setiap jenis pekerjaan. Langkah-langkahnya dimulai dengan cara mengidentifikasi bahaya, lalu menilai risikonya dan melakukan pengendalian. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk terletak di jalan Mayor Oking Jaya Atmaja kecamatan Citeureup, Bogor Jawa Barat. Barang hasil produksi yang dihasilkan berupa semen dengan salah satu proses produksinya adalah dengan alat pemanasan awal atau suspension preheater (SP). Untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti HIRARC yang dimiliki PT Indocement. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu observasi lapangan, telaah dokumen, dan wawancara mendalam. Analisis data dimulai dengan menghitung nilai risiko dengan bentuk skor.

    Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa terdapat 19 jenis pekerjaan di SP yang memiliki sumber bahaya berbeda-beda dan dibandingkan dengan 11 jenis pekerjaan di Indocement. Dari segi keselamatan PT Indocement masih memiliki beberapa kekurangan khususnya keselamatan pada perlengkapan APD dan menganalisis HIRARC yang telah dibuat.

    Saran dari penelitian ini adalah agar perusahaan mau meningkatkan keselamatan pada setiap pekerjaan di SP untuk mengurangi unsafe action dan unsafe condition. Untuk perlengkapan APD seharusnya dapat disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang dilakukan karena masih terdapat ketidak sesuaian dalam memakai APD atau masih belum memakainya.

    .

    Daftar bacaan : 42 (1970-2012) Kata Kunci :Suspension Preheater, HIRARC.

  • iv

    FACULTY MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PUBLIC HEALTH MAJOR OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH Thesis, September 2013 Muhammad Fil Socrates, NIM :109101000012 Safety Risk Analysis With HIRARC Methods (Hazard Identification, Risk Assessment And Risk Control) To The Suspension Preheater Tools Of Production Section In Plant 6 And 11 Case Study PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Field Citeureup, years 2013.

    ABSTRACT HIRARC is one way to identify potencial hazard that accompany any type of job. The step begin with hazard identification, risk assessement and risk control. PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk is located at Mayor Oking Jaya Atmaja, Citeureup, Bogor west java. Manufactured goods produced in the form of cement with one of the production process is the beginning of the heating appliance or suspension preheater (SP). For that researchers interested in studying HIRARC owned PT.Indocement. This study is a qualitative research. The technique used in the data collection field observation, document review, and in-depth interviews. Data analysis began by calculating the value of the risk score form. Based of the result, it is known that there are 19 types of jobs in the SP which has a different source of danger and in comparison with the 11 types of jobs in Indocement. In terms of safety, PT Indocement still has some shortcomings particularly in safety equipment and analyze HIRARC PPE that has been made. Suggestions from this study is that companies want to improve the safety of each job in SP to reduce unsafe action and unsafe condition. For PPE items should be tailored to the type of work done because there is still a discrepancy in the use of PPE or still do not wear it. References : 42 (1970-2012) Key words : suspension preheater, HIRARC

  • vii

    CURRICULUM VITAE

    PERSONAL IDENTITY

    Full Name : MUHAMMAD FIL SOCRATES

    Place/Date of Birth : BOGOR/ NOVEMBER 1991

    Sex : MALE

    Religion : MOSLEM

    Address : Puri Nirwana 1 Blok P No. 02 RT 03/16

    Pabuaran, Cibinong-Bogor

    Post Code : 16916

    Citizenship : INDONESIAN

    Height/ Weight : 170 cm/ 52 Kg

    Phone Number : 087870774764

    Email Address : [email protected]

    Hobies : Badminton, Reading history book

  • viii

    FORMAL EDUCATION

    Year Name Of Institute Location

    Faculty/

    Majoring Result

    In Out

    2009 2013

    ISLAMIC STATE

    UNIVERSITY SYARIF

    HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    CIPUTAT PUBLIC

    HEALH/

    SHE

    2006 2009 SMAN 1 CIBINONG CIBINONG - Graduated

    2003 2006 SMPN 1 CIBINONG CIBINONG - Graduated

    1997 2003 SDN CIRIUNG 2 CIBINONG - Graduated

    ORGANIZATION EXPERIENCES

    Year Organization/ Events

    2013 Apprentice in PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Citeureup, Bogor

    2013 Apprentice in PT Pertamina Prabumulih, Sumatera Selatan

    2012 Participant in occupational safety and health at PT. Pertamina Garut

    2012 Participant in analysis of environmental impacts at Bantar Gebang, Bekasi

    2012 Participant in HIV/AIDS prevention Training from UNESCO at Ciputat,

    Banten

    2011 Participant in occupational safety and health at PT. Pertamina Balongan,

    Cirebon

    2010 English languange courses in Mahesa Institute Pare, Kediri

    2010 English languange courses in Able Pare, Kediri

  • ix

    SEMINAR PARTICIPATION

    Year Organization/ Events

    2013 Training of Working of Heigh Basic Awareness Indorope, Prabumulih

    2012 Participant of Seminar K3 Tanggap Darurat Bencana Banjir

    Participant of Seminar Profesi Gizi Bongkar Kebiasaan Lama Ganti Dengan

    Diet Yang Tepat

    2012 Participant of Seminar profesi Gizi Sudah sehatkah kantin kita

    2012 Participant of Seminar Profesi K3 Lalai Listrik Waspadalah Kebakaran

    2011 Participant of Seminar Profesi K3 Angkutan Transportasi Nyaman Tanpa

    Berdesakan Sampai Tujuan Dengan Aman

    2011 Participant of Seminar Profesi K3 Sudah Amankah Anda Berkendara

    2011 Participant of Seminar Profesi Regulasi Keamanan Pangan Minuman

    Isotonik Di Indonesia

    2011 Participant of Workshop Disaster Management

    2011 Participant of Seminar Hari Bumi

    Year Organization/ Events

    2010 Participant of Seminar Peran Pesantren dalam Pembangunan Nasional

    2010 Participant of Seminar Nasional Simposium Perspektif Islam Dalam

    membangun Karakter Bangsa Pada Era Milenium Kesehatan

    2010 Participant of Seminar Esensi Shalat Dalam Perspektif keislaman

    2010 Participant of SeminarNasional Bahaya kanker serviks dan Hubungannya

    dengan Seks Anda

    2009 Participant of Seminar Pengembangan Profesi K3

    2009 Participant of Seminar Umum “Hilangnya Ayat Dalam Undang-Undang

    Anti Rokok”

    2009 Participant of Seminar Nasional Menuju Indonesia Bebas Kaki Gajah dan

    Sosialisasi Flu Burung

    2009 Participant of Seminar Gizi Status Gizi Baik, Keturunan Sehat, Keluarga

    Bahagia

  • x

    2009 Participant of Seminar Gizi Sudah Sehatkah Dan Idealkah Pola Makan

    Anda

  • xi

    Lembar Persembahan

    Kulangkahkan Kakiku Menuju Impian

    Namun Tidak Sendiri …

    Karena Tangan Ini Selalu Dirangkul

    Oleh Manusia-Manusia Luar Biasa

    Yang Selalu Memberiku Dukungan, Doa, dan Harapan

    Agar Kami Dapat Berhasil

    Namun Tidak Sendiri …

    Tapi Selalu Bersama

    Skripsi Ini ku Persembahakn Untuk Kedua Orang Tua Tercinta,

    Adikku Dan Sahabat Kembarku Yang Luar biasa, Serta Teman-

    Teman Sejawat dan Seperjuangan

  • xii

    KATA PENGANTAR

    Segala puji kehadirat Allah SWT, yang telah menciptakan dunia dan seisinya dengan

    beraneka ragam dan menjadikan perrbedaan sebagai rahmat-NYA, karena syukur tak

    pernah henti bagi penulis ucapkan ridhanya akhirnya Penelitian saya yang berjudul

    “ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE HIRARC

    (HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND RISK CONTROL)

    PADA ALAT SUSPENSION PREHEATER BAGIAN PRODUKSI DI PLANT 6

    DAN 11 FIELD CITEUREUP PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA,

    TAHUN 2013” telah penulis selesaikan. Shalawat serta salam selalu tak lupa penulis

    sampaikan kepada Rasullallah Muhammad SAW yang membawa perubahan jaman yang

    gelap gulita menjadi jaman yang terang benderang.

    Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan,

    bimbingan, petunjuk dan motivasi dari banyak orang-orang terdekat karena tanpa

    bantuannya penulis belum tentu bisa menyelesaikannya.

    Dengan kerendahan hati penulis memberikan rasa hormat dan ucapan

    terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada :

    1. Kedua Orang tua tercinta, Ibuku yang selalu memberikan dukungan berupa doa dan

    nasihatnya sehingga saya dapat termotivasi untuk terus mengerjakan penelitian ini

    hingga selesai. Kemudian ayah yang banyak memberikan masukan dan dukungan

    terlebih beliau memahami isi penelitian yang saya kerjakan.

    2. Adikku Tercinta “Layalia Qodri” yang selalu memberikan semangat agar saya dapat

    menyelesaikan penelitian ini dengan semaksimal mungkin.

    3. Saudara sanak family ku yang selalu memberikan support dan dukungan agar aku

    selalu semangat mengerjakan penelitian ini.

    4. Bapak Prof. Dr. (hc). Dr. M.K Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran

    dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

  • xiii

    5. Ibu Febriyanti, M.Si. selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    6. Bapak Muhammad Farid Hamzen, M.Si. selaku pembimbing Fakultas yang selalu

    memberikan masukan positif dan membimbing saya hingga skripsi saya dapat

    berjalan dengan baik dan hasil yang memuaskan.

    7. Ibu Dewi Utami Iriani M.Kes Phd selaku pembimbing Fakultas yang memberikan

    nasihatnya dengan sangat baik.

    8. Ibu Fase Badriyah, Ph.D selaku dosen penguji yang memberikan motivasi dengan

    baik agar saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lebih baik.

    9. Bapak dr.Yuli Prapanca Satar, MARS selaku dosen penguji yang banyak sekali

    memberikan masukan dan nasihat agar revisian skripsi saya lebih baik lagi.

    10. Ibu Nurul Wandasari S.,M.Epid selaku dosen penguji yang banyak sekali

    memberikan masukan dan nasihat agar revisian skripsi saya lebih baik lagi.

    11. Ibu Iting Shofwati ST, MKKK selalu penanggung jawab peminatan K3.

    12. Bapak Widi Wibisono selaku pembimbing penelitian di Perusahaan yang tiada

    hentinya memberikan ilmu-ilmu mengenai safety dengan cukup baik.

    13. Ibu Tika selaku pembimbing penelitian di perusahaan yang selalu memberikan

    masukan positif terutama mengenai perundangan keselamatan kerja.

    14. Teman-teman kantor PT Indocement Tunggal Prakarsa atas bantuannya selama ini.

    15. Sahabat-sahabat Benkyu (Nia, Denis, VJ, Ubay, Ana, Heni) yang selalu mensupport

    hingga saat ini dan selalu mendoakan agar kami dapat lulus dengan hasil yang

    memuaskan.

    16. Teman-teman K3 2009 seperjuangan yang selalu kompak dalam menjarkom,

    menghabiskan waktu luang,berdiskusi kelompok, maupun dalam hal lainnya.

    17. Anak-anak pengajian Himatul Ulya atas doa dan dukungannya selama ini.

    18. Dan semua rekan yang telah membantu dalam tahap menyusun laporan skripsi saya.

    Akhir kata dengan mengucapkan rasa syukur dengan memanjatkan doa kepada

    Allah SWT, semoga semua amal kebaikan dari semua pihak dibals oleh Allah SWT

  • xiv

    amin dan semoga laporan magang ini dapat menambah keilmuan pengetahuan penulis

    khususnya dan pembaca umumnya.

    Jakarta, 22 Agustus 2013

    Penulis

  • xv

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ i

    LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii

    ABSTRAK ........................................................................................................ iii

    ABSTRACT ...................................................................................................... iv

    PERNYATAAN PERSETUJUAN .................................................................. v

    LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. vi

    CURRICULUM VITAE .................................................................................. vii

    LEMBAR PERSEMBAHAN .......................................................................... xi

    KATA PENGANTAR ...................................................................................... xii

    DAFTAR ISI .................................................................................................... xv

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ xix

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xxi

    DAFTAR BAGAN ........................................................................................... xxii

    BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1

    1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................... 5

    1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 5

    1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6

    1.4.1 Tujuan Umum ..................................................................................... 6

    1.4.2 Tujuan Khusus .................................................................................... 6

    1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7

    1.5.1 Bagi Peneliti ........................................................................................ 7

    1.5.2 Bagi Institusi ....................................................................................... 7

  • xvi

    1.5.3 Bagi Perusahaan .................................................................................. 7

    1.6 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 7

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja ............................................................ 9

    2.2 Kecelakaan Akibat Kerja ........................................................................... 11

    2.2.1 Penyebab Kecelakaan Akibat Kerja .................................................. 12

    2.3 Bahaya ....................................................................................................... 16

    2.3.1 Jenis Bahaya ..................................................................................... 17

    2.4 Analisis Risiko ........................................................................................... 18

    2.4.1 Pengertian Risiko ............................................................................. 18

    2.5 Manajemen Risiko .................................................................................... 19

    2.5.1 Tujuan Manajemen Risiko ................................................................ 19

    2.5.2 Manfaat Manajemen Risiko ............................................................... 20

    2.6 Perangkat Manajemen Risiko .................................................................... 21

    2.7 HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) ......... 25

    2.7.1 Identifikasi Bahaya ............................................................................ 25

    2.7.2 Penilaian Risiko ............................................................................... 27

    2.7.3 Pengendalian Risiko ......................................................................... 29

    2.8 Definisi Suspension Preheater .................................................................. 33

    2.9 Kerangka Teori .......................................................................................... 41

    BAB 3 KERANGKA BERFIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

    3.1 Kerangka Berfikir ..................................................................................... 43

    3.2 Definisi Istilah .......................................................................................... 45

  • xvii

    BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

    4.1 Jenis Penelitian ......................................................................................... 48

    4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................................... 48

    4.3 Informan Penelitian ................................................................................... 48

    4.4 Instrumen Penelitian ................................................................................. 50

    4.5 Sumber Data ............................................................................................. 51

    4.6 Pengumpulan Data ..................................................................................... 51

    4.7 Keabsahan Data ........................................................................................ 53

    4.8 Pengolahan Data ....................................................................................... 54

    4.9 Analisis Data ............................................................................................. 55

    4.10 Penyajian Data ........................................................................................ 55

    BAB 5 HASIL

    5.1 Gambaran Umum PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk .......................... 56

    5.1.1 Sejarah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk .................................. 56

    5.1.2 Perkembangan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ...................... 58

    5.1.3 Visi, Misi, Motto dan Logo PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ... 59

    5.1.4 Lokasi PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk .................................. 60

    5.1.5 Struktur Organisasi ........................................................................... 62

    5.1.6 Manajemen Perusahaan .................................................................... 64

    5.1.7 Produk Semen .................................................................................. 66

    5.1.8 Proses Produksi ................................................................................ 68

    5.2 Alur Kerja Suspension Preheater .............................................................. 76

    5.3 SOP Suspension Preheater ........................................................................ 78

    5.4 Hasil Identifikasi Bahaya Suspension Preheater ........................................ 82

    5.4.1 Hasil Identifikasi Bahaya SP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk . 83

  • xviii

    5.4.2 Hasil Identifikasi Bahaya SP dari hasil observasi peneliti ................. 94

    5.5 Hasil Analisis Penilaian Risiko SP ............................................................ 110

    5.5.1 Penilaian Risiko PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ..................... 114

    5.5.2 Penilaian Risiko dari hasil observasi peneliti .................................... 117

    5.6 Hasil Pengendalian Risiko SP ................................................................... 125

    5.6.1 Pengendalian Risiko PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ............. 126

    5.6.2 Pengendalian Risiko dari hasil observasi peneliti .............................. 129

    5.7 Rekomendasi Pengendalian Risiko ............................................................ 152

    BAB 6 PEMBAHASAN

    6.1 Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 161

    6.2 Pembahasan Hasil Analisis Risiko Keselamatan Kerja Dengan Metode HIRARC

    Pada Pekerjaan Di Suspension Preheater .................................................. 162

    6.3 Analisis Perbandingan Milik PT Indocement Dengan Peneliti ................... 211

    6.3.1 HIRARC Perusahaan Dengan Peneliti .............................................. 211

    6.4 Peraturan Perundang-Undangan dan Standarisasi dari Pemerintah ............. 216

    BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

    7.1 Kesimpulan ............................................................................................... 228

    7.2 Saran ......................................................................................................... 231

    DAFTAR PUSTAKA

    LEMBAR OBSERVASI

    PEDOMAN WAWANCARA

  • xix

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Penilaian Tingkat Kemungkinan (Occurance / O) .............................. 26

    Tabel 2.2 Penentuan Tingkat Konsekuensi/ Keparahan (Severity / S) .................. 28

    Tabel 2.3 Penentuan Tingkat Risiko ................................................................... 28

    Tabel 2.4 Klasifikasi Risiko ............................................................................... 28

    Tabel 2.5 Penentuan Tingkat Keberhasilan (Detection / D) ................................. 33

    Tabel 4.1 Informan Penelitian ............................................................................ 51

    Tabel 5.1 Jam Kerja Normal Untuk Mining dan Packing Departement .............. 65

    Tabel 5.2 Jam Kerja Normal Untuk Mining dan Packing Departement ............... 66

    Tabel 5.3 Jam Kerja Shift Untuk Bagian Produksi, Pengendalian Mutu, Elektrik

    Dan Power station dan Paper Bag ....................................................... 66

    Tabel 5.4 Jam Kerja untuk Departement Paperbag ............................................. 66

    Tabel 5.5 HIRARC PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ................................ 86

    Tabel 5.6 Identifikasi Bahaya Pekerjaan Di Alat Suspension Preheater ............. 103

    Tabel 5.7 Lembar Observasi Identifikasi Risiko Pada Suspension Preheater ....... 108

    Tabel 5.8 Penilaian Tingkat Kemungkinan Dilakukannya Kegiatan ................... 112

    Tabel 5.9 Penentuan Tingkat Konsentrasi/Keparahan ......................................... 112

    Tabel 5.10 Matriks Risiko WRAC ..................................................................... 113

    Tabel 5.11 Penentuan Tingkat Risiko ................................................................. 114

    Tabel 5.12 Penilaian Risiko Pada Pekerjaan di SP PT ITP Tbk ........................... 116

    Tabel 5.13 Hasil Observasi Penilaian Risiko ...................................................... 119

    Tabel 5.14 Lembar Observasi Penilaian Risiko .................................................. 125

  • xx

    Tabel 5.15 Pengendalian Risiko PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ............. 128

    Tabel 5.16 Hasil Pengendalian Risiko SP ........................................................... 131

    Tabel 5.17 Lembar Observasi Pengendalian Bahaya ........................................... 140

    Tabel 5.18 Rekomendasi pengendalian Risiko ................................................... 143

  • xxi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Suspension Preheater ..................................................................... 37

    Gambar 2.2 Proses Suspension Preheater .......................................................... 38

  • xxii

    DAFTAR BAGAN

    Bagan 2.1 Kerangka Teori ................................................................................. 42

    Bagan 3.1 Kerangka Berfikir ............................................................................. 44

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

    risiko yang terjadi tergantung dari jenis industri, teknologi serta upaya pengendalian

    risiko yang dilakukan. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang terjadi

    dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan pada

    perusahaan. Secara garis besar kejadian kecelakaan kerja disebabkan oleh dua faktor,

    yaitu tindakan manusia yang tidak memenuhi keselamatan kerja (unsafe act) dan

    keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition) (Suma’mur, 1984).

    Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1970 tentang

    keselamatan kerja dituliskan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan

    perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan kesejahteraan hidup

    dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. Begitu juga dengan setiap

    orang lain yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Oleh

    karena itu, sesuai dengan peraturan yang berlaku setiap perusahaan yang didalamnya

    terdapat pekerja dan resiko terjadinya bahaya wajib untuk memberikan perlindungan

    Keselamatan.

    Seperti yang terjadi bahwa sistem keselamatan kesehatan kerja dapat

    dikatakan baru akan dilaksanakan setelah proses pendirian suatu pabrik/ unit usaha

    berjalan, padahal menurut aturan hukum seharusnya dilakukan pada saat

  • 2

    perencanaan pabrik/ perusahaan tersebut (Pabiban, 2007). Dari data ILO

    menunjukkan bahwa sebanyak 1.2 juta pekerja meninggal dunia akibat kecelakaan

    kerja tiap tahun, penyakit akibat kerja (PAK) menimpa 160 juta tenaga kerja

    pertahun. Kerugian pun mencapai tingkat yang tinggi sebesar 2.4 % dari Gross

    domestic product (GDP).

    Data angka kecelakaan di Indonesia pada tahun 2012, terjadi kasus

    kecelakaan kerja sebesar 4.130 yang mengalami cacat fungsi, 2.722 orang

    mengalami cacat sebagian, 34 orang harus mengalami cacat total tetap dan 2.218

    jiwa meninggal dunia (Jamsostek, 2012). Upaya pencegahan kecelakaan akibat kerja

    dapat direncanakan, dilakukan dan dipantau dengan melakukan studi karakteristik

    tentang kecelakaan agar upaya pencegahan dan penananggulanganya dapat dipilih

    melalui pendekatan yang paling tepat. Analisa tentang kecelakaan dan resikonya

    dilakukan atas dasar pengenalan atau identifikasi bahaya di lingkungan kerja dan

    pengukuran bahaya di tempat kerja. Secara garis besar ada empat faktor utama yang

    mempengaruhi kecelakaan yaitu faktor manusia, alat atau mesin, material dan

    lingkungan (Suma’mur, 1986).

    Proses identifikasi bahaya merupakan salah satu bagian dari manajemen

    resiko. Penilaian resiko merupakan proses untuk menentukan prioritas pengendalian

    terhadap tingkat resiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Proses identifikasi

    bahaya bisa dimulai berdasarkan kelompok, seperti: kegiatan, lokasi, aturan-aturan,

    dan fungsi atau proses produksi. Ada berbagai cara yang dapat dilakukan guna

    mengidentifikasi bahaya di lingkungan kerja, misalnya melalui inspeksi, informasi

    mengenai data kecelakaan kerja, penyakit dan absensi, laporan dari tim K3, P2K3,

  • 3

    supervisor dan keluhan pekerja, pengetahuan tentang industri, lembar data

    keselamatan bahan dan lain-lain (Depnaker, 1991).

    Salah satu sistem manajemen K3 yang berlaku global atau Internasional

    adalah OHSAS 18001;2007. Menurut OHSAS 18001, manajemen K3 adalah upaya

    terpadu untuk mengelola risiko yang ada dalam aktivitas perusahaan yang dapat

    mengakibatkan cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan terhadap bisnis

    perusahaan. Manajemen risiko terbagi atas tiga bagian yaitu Hazard Identification,

    Risk Assessment dan Risk Control. Biasanya dikenal dengan singkatan HIRARC.

    Metode ini merupakan bagian dari manajemen risiko dan yang menentukan arah

    penerapan K3 dalam perusahaan (Ramli, 2010).

    PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (PT.ITP) adalah perusahaan semen

    swasta terbesar di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1975 dan memiliki 12 pabrik

    yang tersebar di 3 kota yakni Bogor, Cirebon dan Kotabaru. PT Indocement Tunggal

    Prakarsa Tbk memiliki 6316 jumlah karyawan yang bekerja yang tidak dipungkiri

    bahwa terdapat bermacam-macam jenis bahaya yang bisa saja terjadi mulai dari

    proses awal hingga produksi akhir (www.Indocement.co.id).

    Dilihat dari proses produksinya, PT Indocement Tunggal Prakarsa tidak akan

    terlepas dari risiko timbulnya kecelakaan akibat kerja. Dengan jumlah karyawan

    mencapai angka 3000 karyawan, risiko terjadinya kecelakaan kerja dapat terjadi

    sewaktu-waktu ketika pekerja melakukan pekerjaannya. Data angka kecelakaan kerja

    pada tahun 2010 hingga tahun 2012 di pabrik PT Indocement Tunggal Prakarsa

    Citeureup adalah berjumlah 86 orang pada tahun 2010 dengan jumlah karyawan

    3145 orang, kemudian mengalami penurunan di tahun 2011 yakni 76 orang dengan

  • 4

    jumlah karyawan 3074orang. Namun kembali mengalami kenaikan di tahun 2012

    adalah 86 orang dengan jumlah karyawan 3090 orang (HSE Indocement, 2013).

    Dari data angka kecelakaan yang terjadi dari tahun 2010-2012 menunjukkan

    masih adanya kecelakaan kerja yang terjadi di areal pabrik tersebut dengan 20 divisi

    yang tersebar di area pabrik terdapat angka yang paling besar mengalami kecelakaan

    yakni pada plant 6/11 berjumlah 15 orang. Riwayat kejadian kecelakaan di Plant 6

    dan 11 menunjukkan fluktuasi jumlah kecelakaan kerja yang tertinggi dari divisi

    lainnya. Kemudian setelah melihat temuan data pada plant 6 dan 11 dalam produksi

    semen, kegiatan proses kerja yang mempunyai risiko paling tinggi atau high risk di

    bagian suspension preheater. Hasil ini didapatkan dari hasil temuan investigasi di

    plant 6/11 dalam kurun waktu 3 tahun terakhir yang didapatkan dari data HSE pusat.

    Pada proses ini mesin akan mengeluarkan panas yang cukup tinggi dan pada proses

    ini semen mengalami pemanasan awal dengan suhu diatas 3000 derajat celcius. Hal

    itu mengindikasikan adanya risiko keselamatan kerja yang lebih tinggi dibandingkan

    dengan plant atau divisi lainnya. Untuk itu diperlukan analisis risiko keselamatan

    kerja untuk mengetahui tingkat risiko keselamatan kerja pada alat suspension

    preheater bagian produksi di plant 6 dan 11 dengan metode HIRARC (Hazard

    Identification, Risk Assessment and Risk Control) di PT Indocement Tunggal

    Prakarsa, field Citeureup tahun 2013.

  • 5

    1.2 Perumusan Masalah

    Perusahaan atau industri memerlukan proses yang baik di semua kegiatan

    dalam mencapai tujuan yang efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan

    produktivitas kerja dan menekan angka kecelakaan kerja. Walaupun telah

    dibuatkannya sistem HIRARC dalam mengidentifikasi bahaya dan risiko sebagai

    acuan dalam mengevaluasi permasalahan kecelakaan yang ada, kemudian peraturan

    dan prosedur kerja yang baik serta penyediaan alat pelindung diri (APD), akan tetatpi

    kecelakaan kerja masih terjadi lebih tinggi dibandingkan plant atau divisi lainnya

    yakni di plant 6/11 PT Indocement Tunggal Prakarsa tahun 2013. Hal ini merupakan

    alasan bagi peneliti untuk menjadikan masalah kecelakaan kerja bagi pekerja untuk

    di analisis melalui suatu penelitian dengan menggunakan metode HIRARC (Hazard

    Identification Risk Assessment and Risk Control)

    1.3 Pertanyaan penelitian

    1. Bagaimana risiko keselamatan kerja pada alat suspension preheater bagian

    produksi plant 6/11 field Citeureup PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

    pada tahun 2013 ?

    2. Bagaimana pelaksanaan identifikasi bahaya pada alat suspension preheater

    preheater bagian produksi plant 6/11 field Citeureup PT.Indocement

    Tunggal Prakarsa Tbk pada tahun 2013 ?

    3. Bagaimana pelaksanaan menganalisis risiko pada alat suspension preheater

    preheater bagian produksi plant 6/11 field Citeureup PT.Indocement

    Tunggal Prakarsa Tbk pada tahun 2013 ?

  • 6

    4. Bagaimana pelaksanaan pengendalian risiko pada alat suspension preheater

    preheater bagian produksi plant 6/11 field Citeureup PT.Indocement

    Tunggal Prakarsa Tbk pada tahun 2013 ?

    1.4 Tujuan Penelitian

    1.4.1 Tujuan Umum

    Diketahuinya tingkat risiko keselamatan kerja pada alat suspension

    preheater bagian produksi di plant 6 dan 11 dengan metode HIRARC

    (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) di PT Indocement

    Tunggal Prakarsa, Citeureup tahun 2013.

    1.4.2 Tujuan Khusus

    1. Diketahuinya risiko keselamatan kerja pada alat suspension preheater

    bagian produksi plant 6/11 field Citeureup PT.Indocement Tunggal

    Prakarsa Tbk pada tahun

    2. Diketahuinya pelaksanaan identifikasi bahaya pada alat suspension

    preheater bagian produksi plant 6/11 field Citeureup PT.Indocement

    Tunggal Prakarsa Tbk pada tahun 2013.

    3. Diketahuinya pelaksanaan analisis risiko pada alat suspension

    preheater bagian produksi plant 6/11 field Citeureup PT.Indocement

    Tunggal Prakarsa Tbk pada tahun 2013.

    4. Diketahuinya pelaksanaan pengendalian risiko pada alat suspension

    preheater bagian produksi plant 6/11 field Citeureup PT.Indocement

    Tunggal Prakarsa Tbk pada tahun 2013.

  • 7

    1.5 Manfaat Penelitian

    1.5.1 Bagi Peneliti

    Memberikan manfaat bagi peneliti untuk memperdalam pengetahuan,

    wawasan serta kemampuan untuk mengaplikasikan ilmu tentang keselamatan

    kerja. Terutama mengenai analisis risiko keselamatan kerja pada alat

    suspension preheater dengan metode HIRARC (Hazard Identification, Risk

    Assessment and Risk Control)

    1.5.2 Bagi Institusi

    Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi

    tambahan bagi civitas akademik prodi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif

    Hidayatullah jakarta. Terutama mengenai analisis risiko keselamatan kerja

    pada alat suspension preheater preheater dengan metode HIRARC ( Hazard

    Identification, Risk Assessment and Risk Control)

    1.5.3 Bagi Perusahaan

    Hasil dari penelitian ini dapat menjadi informasi dan rekomendasi

    kepada perusahaan dan mitra kerja sebagai bahan pertimbangan atau masukan

    tentang potensi bahaya yang terdapat di pekerjaan bagian produksi pada alat

    suspension preheater.

    1.6 Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa program studi Kesehatan

    Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta karena ingin

    menganalisis risiko yang ada di plant 6/11 bagian produksi pada alat suspension

  • 8

    preheater. Penelitian ini dilakukan di PT Indocement Tunggal Prakarsa Citeureup,

    Jawa Barat pada bulan Mei-Juli tahun 2013 karena dari data kecelakaan

    menunjukkan adanya risiko yang berbahaya pada pekerjaan di bagian tersebut.

    Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan sasaran pekerja yang

    melakukan produksi menggunakan alat suspension preheater di PT Indocement

    Tunggal Prakarsa Tbk Citeureup. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    data primer dan sekunder, data sekunder dengan telaah dokumen yang terdapat di

    bagian SHE (Safety Health and Environment) dari pusat dan data dari plant 6/11.

    Data primer dilakukan dengan cara wawancara kepada pekerja, pekerja maintenance

    dan pekerja SHE plant 6/11.

  • 9

  • 9

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

    Menurut ILO/WHO (1998) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah

    suatu promosi, perlindungan dan peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-

    tingginya mencakup aspek fisik, mental, dan sosial untuk kesejahteraan seluruh

    pekerja di semua tempat kerja. Pelaksanaan K3 merupakan salah satu bentuk upaya

    untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran

    lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan

    penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat nmeningkatkan efisiensi dan

    produktivitas kerja. Sedangkan menurut Suma’mur (1988) keselamatan kerja adalah

    keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses

    pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan

    pekerjaan. Tujuan dari keselamatan itu sendiri adalah sebagai berikut : (Suma’mur,

    1981)

    1. Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatannya dalam melakukan

    pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta

    produktivitas nasional.

    2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

  • 10

    3. Menjamin agar sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman

    dan efisien.

    Kecelakaan kerja dapat menimbulkan kerugian langsung dan juga dapat

    menimbulkan kerugian tidak langsung yaitu kerusakan mesin dan peralatan kerja,

    terhentinya proses produksi, kerusakan pada lingkungan kerja. Keselamatan kerja

    adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat, dan kematian sebagai

    akibat kecelakaan kerja.

    Adapun syarat-syarat keselamatan kerja yang di atur dalam Undang-Undang

    keselamatan dan kesehatan kerja yang dibuat untuk (Undang-Undang K3 pasal 3 ayat

    1, tahun 1970) :

    a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;

    b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;

    c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;

    d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran

    atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;

    e. Memberi pertolongan pada kecelakaan;

    f. Member alat-alat perlindungan diri kepada pekerja;

    g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,

    kelembapan, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,sinar atau

    radiasi, suara dan getaran;

    h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physic

    maupun psikis. Peracunan, infeksi dan penularan;

    i. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;

  • 11

    j. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;

    k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;

    l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;

    m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan

    proses kerjanya;

    n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman

    dan barang;

    o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;

    p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan

    penyimpanan barang;

    q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;

    r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang

    bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

    2.2 Kecelakaan Akibat Kerja

    Menurut Suma’mur (1995), definisi kecelakaan adalah kejadian tidak terduga

    dan tidak diharapkan. Dikatakan tidak terduga karena dibelakang peristiwa yang

    terjadi tidak terdapat unsur kesengajaan atau unsur perencanaan, sedangkan tidak

    diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian materil ataupun

    menimbulkan penderitaan dari skala paling ringan sampai skala paling berat.

    Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja atau

    sedang melakukan pekerjaan di suatu t empat kerja. Ruang lingkup kecelakaan akibat

    kerja terkadang diperluas meliputi kecelakaan tenaga kerja yang terjadi saat

    perjalanan ke dan dari tempat kerja.

  • 12

    Menurut Bird and Germain (1990) kecelakaan kerja adalah kejadian tidak

    diharapkan yang mengakibatkan kesakitan (cedera atau korban jiwa) pada orang,

    kerusakan pada properti dan kerugian dalam proses yang terjadi saat pekerjaan

    dilakukan. Kecelakaan kerja biasanya terjadi karena adanya kontak dengan bahan

    atau sumber energi (bahan kimia, suhu tinggi, kebisingan, mesin, listrik, dan lain-

    lain) di atas nilai ambang batas kemampuan tubuh manusia untuk.dapat

    menerimanya, yang kemungkinan dapat menyebabkan terpotong, terbakar, luka

    lecet, patah tulang, dan terjadi ganguan fungsi fisiologis alat tubuh.

    2.2.1 Penyebab Kecelakaan Akibat Kerja

    Kecelakaan akibat kerja terjadi tanpa disangka-sangka dalam waktu sekejap

    mata. Bennett (1991) mengemukakan bahwa di dalam setiap kejadian kecelakaan

    kerja, empat faktor bergerak dalam satu kesatuan berantai, yakni a) faktor

    lingkungan, b) faktor bahaya, c) faktor peralatan dan perlengkapan, dan d) faktor

    manusia. Cara penggolongan sebab-sebab kecelakaan di berbagai negara tidak sama.

    Namun ada kesamaan umum, yaitu kecelakaan disebabkan oleh dua golongan

    penyebab, antara lain (Suma’mur, 1981) :

    1. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe

    human acts)

    2. Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe conditions)

    A. Faktor Manusia

    -Umur

    Umur mempunyai pengaruh yang penting terhadap kejadian kecelakaan

    akibat kerja. Golongan umur tua mempunyai kecenderungan yang lebih tinggi untuk

  • 13

    mengalami kecelakaan akibat kerja dibandingkan dengan golongan umur muda

    karena umur muda mempunyai reaksi dan kegesitan yang lebih tinggi (Menurut

    Hunter dalam Hernawati, 2008). Namun umur muda pun sering pula mengalami

    kasus kecelakaan akibat kerja, hal ini mungkin karena kecerobohan dan sikap suka

    tergea-gesa (Tresnaningsih, 1991).

    Dari hasil penelitian di Amerika Serikat diungkapkan bahwa pekerja muda

    usia lebih banyak mengalami kecelakaan dibandingkan dengan pekerja yang lebih

    tua. Pekerja muda usia biasanya kurang berpengalaman dalam pekerjaanya (ILO,

    1989).

    -Jenis Kelamin

    Tingkat kecelakaan akibat kerja pada perempuan akan lebih tinggi daripada

    pada laki-laki. Perbedaan kekuatan fisik antara perempuan dengan kekuatan fisik

    laki-laki adalah 65%. Secara umum, kapasitas kerja perempuan rata-rata sekitar 30%

    lebih rendah daripada laki-laki. Tugas yang berkaitan dengan gerak berpindah, laki

    laki mempunyai waktu reaksi lebih cepat daripada perempuan, baik pergerakan kaki,

    tangan, dan lengan (www.depkes.go.id).

    -Pengalaman kerja

    Semakin banyak pengalaman kerja dari seseorang, maka semakin kecil

    kemungkinan terjadinya kecelakaan akibat kerja. Pengalaman untuk kewaspadaan

    terhadap kecelakaan kerja bertambah baik sesuai dengan usia, masa kerja atau

    lamanya bekerja di tempat yang bersangkutan. Pengalaman kerja merupakan faktor

    yang dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat kerja. Berdasarkan berbagai

    penelitian dengan meningginya pengalaman dan keterampilan akan disertai dengan

  • 14

    penurunan angka kecelakaan akibat kerja. Kewaspadaan terhadap kecelakaan akibat

    kerja bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja di tempat

    kerja yang bersangkutan (Suma’mur 1989). Tenaga kerja baru biasanya belum

    mengetahui secara mendalam seluk-beluk pekerjaannya. Penelitian dengan studi

    restropektif di Hongkong dengan 383 kasus membuktikan bahwa kecelakaan akibat

    kerja karena mesin terutama terjadi pada buruh yang mempunyai pengalaman kerja

    di bawah 1 tahun (Menurut Ong, Sg, dalam Agusliadi 1982).

    -Tingkat pendidikan

    Pendidikan sesorang berpengaruh dalam pola pikir sesorang dalam

    menghadapi pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, selain itu pendidikan juga

    akan mempengaruhi tingkat penyerapan terhadap pelatihan yang diberikan dalam

    rangka melaksanakan pekerjaan dan keselamatan kerja. Hubungan tingkat

    pendidikan dengan lapangan yang tersedia bahwa pekerja dengan itngkat pendidikan

    rendah, seperti Sekolah Dasar atau bahkan tidak pernah bersekolah akan bekerja di

    lapangan yang mengandalkan fisik. Hal ini dapat mempengaruhi terjadinya

    kecelakaan kerja karena beban fisik yang berat dapat mengakibatkan kelelahan yang

    merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat kerja.

    Pendidikan adalah pendidikan formal yang diperoleh disekolah dan ini sangat

    berpengaruh terhadap perilaku pekerja. Namun disamping pendidikan formal,

    pendidikan non formal seperti penyuluhan dan pelatihan juga dapat berpengaruh

    terhadap pekerja dalam pekerjaannya (Menurut Achmadi dalam Agusliadi 1990).

  • 15

    -Kelelahan

    Kelelahan dapat menimbulkan kecelakaan kerja pada suatu industri.

    Kelelahan merupakan suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup lagi untuk

    melakukan aktivitasnya. Kelelahan ini ditandai dengan adanya penurunan fungsi-

    fungsi kesadaran otak dan perubahan pada organ di luar kesadaran. Kelelahan

    disebabkan oleh berbagai hal, antara lain kurang istirahat, terlalu lama bekerja,

    pekerjaan rutin tanpa variasi, lingkungan kerja yang buruk, serta adanya konflik

    (Silalahi, 1991).

    B. Faktor Lingkungan

    -Lokasi/Tempat kerja

    Tempat kerja adalah tempat dilakukannya pekerjaan bagi suatu usaha, dimana

    terdapat tenaga kerja yang bekerja, dan kemungkinan adanya bahaya kerja di tempat

    itu (Silalahi, 1991). Disain dari lokasi kerja yang tidak ergonomis dapat

    menimbulkan kecelakaan kerja. Tempat kerja yang baik apabila lingkungan kerja

    aman dan sehat.

    -Peralatan/perlengkapan

    Proses produksi adalah bagian dari perencanaan produksi. Langkah penting

    dalam perencanaan adalah memilih peralatan dan perlengkapan yang efektif sesuai

    dengan apa yang diproduksinya. Pada dasarnya peralatan/perlengkapan mempunyai

    bagian-bagian kritis yang dapat menimbulkan keadaan bahaya, yaitu (Silalahi, 1991):

    1. bagian-bagian fungsional

    2. bagian-bagian operasional

  • 16

    Bagian-bagian mesin yang berbahaya harus ditiadakan dengan jalan

    mengubah konstruksi, memberi alat perlindungan. Peralatan dan perlengkapan yang

    dominan menyebabkan kecelakaan kerja, antara lain :

    1. peralatan/perlengkapan yang menimbulkan kebisingan

    2. peralatan/perlengkapan dengan penerangan yang tidak efektif

    3. peralatan/perlengkapan dengan temperatur tinggi ataupun terlalu rendah

    4. peralatan/perlengkapan yang mengandung bahan-bahan kimia berbahaya

    5. peralatan/perlengkapan dengan efek radiasi yang tinggi

    6. peralatan/perlengkapan yang tidak dilengkapi dengan pelindung, dll.

    -Shift Kerja

    Menurut National Occupational Health and Safety Commitee, shift kerja

    adalah bekerja diluar jam kerja normal, dari Senin sampai Jumat termasuk hari libur

    dan bekerja dimulai dari jam 07.00 sampai dengan jam 19.00 atau lebih. Shif kerja

    malam biasanya lebih banyak menimbulkan kecelakaan kerja dibandingkan dengan

    shift kerja siang, tetapi shif kerja pagi-siang tidak menutup kemungkinan dalam

    menimbulkan kecelakaan akibat kerja.

    2.3 Bahaya

    Bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang berpotesi

    menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan

    lainnya. Karena hadirnya bahaya maka diperlukan upaya pengendalian agar bahaya

    tersebut tidak menimbulkan akibat yang merugikan (Ramli, 2010).

    Bahaya merupakan sifat yang melekat dan menjadi bagian dari suatu zat,

    sistem, kondisi atau peralatan. Misalkan api, secara alamiah mengandung sifat panas

  • 17

    yang bila mengenai benda atau tubuh manusia dapat menimbulkan kerusakan atau

    cidera.

    2.3.1 Jenis Bahaya

    Ditempat umum banyak terdapat sumber bahaya seperti perkantoran,

    tempat rekreasi, mal, jalan raya, sarana olahraga dan lain-lain. Di tempat

    kerja juga banyak jenis bahaya seperti di pertambangan, pabrik kimia, kilang

    minyak, pengecoran logam dan lainnya.

    Kita tidak dapat mencegah kecelakaan jika tidak dapat mengenal

    bahaya dengan baik dan seksama. Jenis bahaya dapat diklasifikasiakan antara

    lain (Ramli, 2010) :

    a) Bahaya Mekanis

    Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak

    dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun

    dengan penggerak. Misalnya mesin gerinda, bubut, potong, press, tempa,

    pengaduk dan lain-lain.

    b) Bahaya Listrik

    Adalah sumber bahaya yang berasal dari energi listrik. Energi listrik dapat

    mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, dan

    hubungan arus pendek. Dilingkungan kerja banyak ditemukan bahaya

    listrik, baik dari jaringan listrik, maupun peralatan kerja atau mesin yang

    menggunakan energi listrik.

  • 18

    c) Bahaya Kimiawi

    Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan

    kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahan kimiawi.

    d) Bahaya Fisik.

    Bahaya yang berasal dari faktor fisik diantaranya : karena getaran,

    tekanan, gas, kebisingan, suhu panas atau dingin, cahaya penerangan,

    radiasi dari bahan radioaktif

    2.4 Analisis Risiko

    2.4.1 Pengertian Risiko

    Menurut OHSAS 18001, risiko adalah kombinasi dari kemungkinan

    terjadinya kejadian berbahaya atau paparan dengan keparahan dari cidera atau

    gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kejadian atau paparan tersebut.

    Sedangkan manajemen risiko adalah suatu proses untuk mengelola risiko yang ada

    dalam setiap kegiatan (Ramli, 2010).

    Risiko adalah manifestasi atau perwujudan potensi bahaya (hazard event)

    yang mengakibatkan kemungkinan kerugian menjadi lebih besar. Tergantung dari

    cara pengelolaannya, tingkat risiko mungkin berbeda dari yang paling ringan atau

    rendah sampai ke tahap yang paling berat atau tinggi. Melalui analisis dan evaluasi

    semua potensi bahaya dan risiko, diupayakan tindakan minimalisasi atau

    pengendalian agar tidak terjadi bencana atau kerugian lainnya ( Sugandi, 2003).

    Risiko diukur dalam kaitannya dengan kecenderungan terjadinya suatu

    kejadian dan konsekkuensi atau akibat yang dapat ditimbulkannya. Dari definisi

  • 19

    tersebut maka diperoleh pengertian bahwa suatu risiko diperhitungkan menurut

    kemungkinan terjadinya suatu kejadian serta konsekuensi yang ditimbulkan. Tidak

    selamanya risiko diartikan sebagai sesuatu yang negatif. Contohnya adalah seseorang

    harus berani mengambil risiko untuk melakukan suatu perubahan.

    2.5 Manajemen Risiko

    Manajemen risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko K3 untuk

    mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif,

    terencana dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik (Ramli, 2010).

    Namun sebagaimana dikemukakan Webb (1994) manajemen risiko adalah

    “suatu kegiatan yang dilakukan untuk menanggapi risiko yang telah diketahui

    (melalui rencana analisa risiko atau bentuk observasi lain) untuk meminimalisasi

    konsekuensi buruk yang mungkin muncul”. Untuk itu risiko harus didefinisikan

    dalam bentuk suatu rencana atau prosedur yang reaktif. Kerzner (2001)

    mengemukakan pengertian manajemen risiko sebagai semua rangkaian kegiatan

    yang berhubungan dengan risiko, dimana didalamnya termasuk perencanaan

    (planning), penilaian (assesment) (identifikasi dan dianalisa), penanganan

    (handling), dan pemantauan (monitoring) risiko.

    2.5.1 Tujuan Manajemen Risiko

    Tujuan manajemen risiko menurut Australian Standard / New Zealand

    Standard 4360 (1999), yaitu :

    1. Membantu meminimalisasi meluasnya efek yang tidak diinginkan terjadi.

    2. Memaksimalkan pencapaian tujuan organisasi dengan meminimalkan

    kerugian.

  • 20

    3. Melaksanakan program manajemen secara efisien sehingga memberikan

    keuntungan bukan kerugian.

    4. Melakukan peningkatan pengambilan keputusan pada semua level.

    5. Menyusun program yang tepat untuk meminimalisasi kerugian pada saat

    terjadi kegagalan.

    6. Menciptakan manajemen yang bersifat proaktif bukan bersifat reaktif.

    2.5.2 Manfaat Manajemen Risiko

    Manajemen risiko sangat penting bagi keberlangsungan suatu usaha atau

    kegiatan dan merupakan alat untuk melindungi perusahaan dari setiap kemungkinan

    yang merugikan.Manajemen tidak cukup melakukan langkah-langkah pengamanan

    yang memadai sehingga peluang terjadinya bencana semakin besar. Dengan

    melaksanakan manajemen risiko diperoleh berbagai manfaat antara lain

    (Ramli,2010) :

    • Menjamin kelangsungan usaha dengan mengurangi risiko dari setiap kegiatan

    yang mengandung bahaya.

    • Menekan biaya untuk penanggualangan kejadian yang tidak diinginkan.

    • Menimbulkan rasa aman dikalangan pemegang saham mengenai

    kelangsungan dan keamanan investasinya.

    • Meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai risiko operasi bagi setiap

    unsur dalam organisasi/ perusahaan.

    • Memenuhi persyaratan perundangan yang berlaku.

  • 21

    2.6 Perangkat Manajemen Risiko

    Untuk membantu pelaksanaan manajemen risiko khususnya untuk melakukan

    identifikasi bahaya, penilaian dan pengendaliannya diperlukan metoda atau

    perangkat. Khusus untuk risiko K3, ada beberapa metoda yang dapat dipakai untuk

    mengidentifikasi bahaya diantaranya :

    1. Preliminary Hazard Analysis (PHA)

    Preliminary Hazard Analysis adalah suatu metode yang dilakukan sebagai

    analisis awal (Budiono, 2003). Preliminary Hazard Analysis dilakukan jika tidak ada

    suatu informasi mengenai sistem (Colling, 1990). PHA dilakukan pada kegiatan

    identifikasi bahaya pada tahap awal (pra desain) untuk memberikan rekomendasi

    tahapan pekerjaan desain final. Hasil PHA adalah berupa daftar sumber bahaya dan

    risiko yang berhubungan dengan detail desain lengkap dengan rekomendasi kepada

    perencanaan dalam upaya menghindari dan mengendalikan sumber bahaya dan risiko

    yang akan terjadi Data yang diperlukan dalam PHA kriteria desain tempat kerja

    spesifikasi peralatan dan instalasi dan spesifikasi bahan maupun produk

    2. Hazard and Operability Study (HAZOPS)

    Merupakan suatu Identifikasi penyimpangan/deviasi yang terjadi pada

    pengoperasian suatu instalasi industri dan kegagalan operasinya yang menimbulkan

    keadaan tidak terkendali. Metode ini dilakukan oleh kelompok para ahli dari multi

    disiplin ilmu dan dipimpin oleh spesials keselamatan kerja yang berpengalaman atau

    oleh konsultan pelatihan khusus.

    HAZOPS bertujuan untuk meninjau suatu proses atau operasi pada suatu

    sistem secara seistematis, untuk menentukan apakah proses penyimpangan dapat

  • 22

    mendorong kearah kejadian atau kecelakaan yang tidak diinginkan. Biasanya metode

    ini dipakai pada insudtri proses seperti industri kimia, petrokimia dan kilang minyak

    (Ramli,2010).

    3. Failure Modes and Effect Analysis (FMEA)

    Menurut Cooling (1990) FMEA adalah suatu metode yang digunakan untuk

    menganalisis sistem yang berhubungan dengan engineering yang mungkin

    mengalami kegagalan dan efek yang ditimbulkan dari kegagalan. FMEA secara

    sistematis menilai komponen dari suatu sistem tentang bagaimana sistem dapat

    gagal, lalu mengevaluasi efek dari kegagalan tersebut, tingkat bahaya yang

    dihasilkan dari kegagalan, dan bagaimana kegagalan tersebut dicegah atau

    dikurangi.FMEA merupakan kajian bahaya yang sistematis, terstruktur dan

    komprehensif. Proses dasar dari FMEA adalah dengan membeuat daftar semua

    bagian dari sistem dan kemudian analisa apa saja dampak jika sistem tersebut gagal

    berfungsi. Kemudian dilakukan evaluasi dengan menetapkan konsekuensinya.

    FMEA adalah tabulasi dari sistem, peralatan pabrik, dan pola kegagalannya serta

    efeknya terhadap operasi. FMEA adalah uraian mengenai bagaimana suatu peralatan

    dapat mengalami kegagalan. Kegagalan suatu peralatan dapat beragam, misalnya

    membuka yang seharusnya tertutup, mati, bocor dan lainnya. Dampak dari kegagalan

    peralatan ini dapat berupa respon dari sistem atau kecelakaan.

    4. Job Safety Analysis (JSA)

    Merupakan teknik analisis untuk mengkaji langkah-langkah suatu kegiatan

    dan mengidentifikasikan sumber bahaya yang ada dari tiap langkah-langkah tersebut

    serta merencanakan tindakan pencegahan untuk mengurangi risiko.

  • 23

    Identifikasi bahaya dengan menggunakan JSA menurut Diberardinis (1999) dapat

    menghasilkan analisa yang baik.

    5. What if

    Pemeriksaan yang dilakukan dari proses atau operasi yang dilakukan oleh

    sekelompok individu yang berpengalaman sehingga dapat mengajukan pertanyaan

    atau menyumbang suara tentang peristiwa-peristiwa yang tidak diinginkan (proses

    brainstorming). Analisis what-if mendorong pemeriksa untuk memikirkan

    pertanyaan yang dimulai dengan "bagaimana jika" (“what if”) untuk mengidentifikasi

    kejadian kecelakaan yang mungkin terjadi, konsekuensinya, dan tingkat keselamatan

    yang ada, sehingga dapat menyarankan alternatif untuk pengurangan risiko. Teknik

    ini memberikan kebebasan yang luas kepada peserta dalam berpikir dan memberikan

    pendapatnya, sehingga terkesan kurang terstruktur. Karena itu, pihak yang

    mengkritik teknik ini menilai teknik ini terlalu luas dan tidak fokus sehingga sulit

    mendapatkan hasil yang lebih rinci lagi. Namun teknik ini lebih baik digunakan

    kepada mereka yang kurang memahami teknik identifikasi bahaya, namun memiliki

    spectrum pangalaman, bidang spesialisasi dan pengetahuan yang luas.

    6. Brainstorming

    Sumber informasi tentang bahaya dapat diperoleh dari semua pihak. Semakin

    banyak sumber informasi yang digunakan akan semakin luas, dalam dan rinci

    informasi yang diperoleh. Karena itu, salah satu teknik sederhana untuk

    mengidentifikasi bahaya adalah dengan teknik “brainstorming”. Melalui diskusi dan

    pertemuan berbagai pihak dan individu yang berbeda dapat dilakukan

  • 24

    “brainstorming” untuk menggali potensi bahaya yang ada, atau diketahui oleh

    masing-masing anggota kelompok.

    7. Fault Tree Analysis

    FTA atau pohon kegagalan dikembangkan pertama kali pada tahun 1961 oleh

    US Army ketika merancang peluru kendali. FTA menggunakan metoda analisis yang

    bersifat deduktif. Dimulai dengan menetapkan kejadian puncak (top event) yang

    mungkin terjadi dalam sistem atau proses, misalnya kebakaran atau ledakan.

    Selanjutnya semua kejadia yang dapat menimbulkan akibat dari kejadian puncak

    tersebut diidentifikasi dalam bentuk pohon logika ke bawah.

    8. Task Risk Assessment

    Sebelum suatu kegiatan dimulai perlu dilakukan kajian analisa risiko untuk

    mengetahui apa saja dan besarnya potensi bahaya yang timbul selama kegiatan

    berlangsung. Untuk itu dilakukan Task Risk Assessment (TRA).

    9. Check list / Daftar Periksa

    Metoda lain untuk mengidentifikasi bahaya adalah menggunakan daftar

    periksa. Metoda ini sangat mudah dan sederhana yaitu dengan membuat daftar

    periksa pemeriksaan di tempat kerja. Pemeriksaan bahaya dilakukan oleh mereka

    yang mengenal dengan baik kondisi lingkungan kerjanya. Semakin dalam

    pemahamannya, semakin rinci identifikasi bahaya yang dapat dilakukan.Karena itu

    pengembangan daftar periksa perlu melibatkan para pekerja setempat.

    10. HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control)

    HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control)

    merupakan serangkaian proses mengidentifikasi bahaya yang dapat terjadi dalam

  • 25

    aktifitas rutin ataupun non rutin diperusahaan, kemudian melakukan penilaian risiko

    dari bahaya tersebut lalu membuat program pengendalian bahaya tersebut agar dapat

    dimini malisir tingkat risikonya ke yang lebih rendah dengan tujuan mencegah terjadi

    kecelakaan. Implementasi K3 dimulai dengan perencanaan yang baik diantaranya,

    identifikasi bahaya, peniliaian dan pengendalian risiko yang merupakan bagian dari

    manajemen risiko. HIRARC inilah yang menentukan arah penerapan K3 dalam

    perusahaan.

    2.7 HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control)

    HIRARC dimulai dari menentukan jenis kegiatan kerja yang kemudian

    diidentifikasikan sumber bahaya nya sehingga didapatkan risikonya. Kemudian akan

    dilakukan penilaian risiko dan pengendalian risiko untuk mengurangi paparan bahaya

    yang terdapat pada setiap jenis pekerjaan.

    2.7.1 Identifikasi Bahaya

    Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam mengembangkan

    manajemen risiko K3. Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui

    adanya bahaya dalam aktivitas organisasi. Identifikasi risiko merupakan landasan

    dari manajemen risiko.tanpa melakukan identifikasi bahaya tidak mungkin

    melakukan pengelolaan risiko dengan baik. Menurut Stuart Hawthron cara sederhana

    adalah dengan melakukan pengamatan. Melalui pengamatan maka kita sebenarnya

    telah melakukan suatu identifkasi bahaya.

    Identifikasi bahaya merupakan landasan dari program pencegahan kecelakaan

    atau pengendalian risiko. Tanpa mengenal bahaya, maka risiko tidak dapat

  • 26

    ditentukan sehingga upaya pencegahan dan pengendalian risiko tidak dapat

    dijalankan (Ramli, 2010).

    Identifikasi bahaya memberikan berbagai manfaat antara lain:

    a) Mengurangi Peluang Kecelakaan.

    Identifikasi bahaya dapat mengurangi peluang terjadinya kecelakaan, karena

    identifikasi bahaya berkaitan dengan faktor penyebab kecelakaan.

    b) Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak mengenai potensi bahaya

    dari aktivitas perusahaan sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dalam

    menjalankan operasi perusahaan.

    c) Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi pencegahan

    dan pengamanan yang tepat dan efektif. Dengan mengenal bahaya yang ada,

    manajemen dapat menentukan skala prioritas penanganannya sesuai dengan

    tingkat risikonya sehingga diharapkan hasilnya akan lebih efektif.

    d) Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahaya dalam

    perusahaan kepada semua pihak khususnya pemangku kepentingan. Dengan

    demikian mereka dapat memperoleh gambaran mengenai risiko suatu usaha

    yang akan dilakukan.

    Tabel 2.1 Penilaian Tingkat Kemungkinan (Occurance / O)

    Sumber : SHE PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

  • 27

    Tahap awal proses HIRARC pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

    adalah dengan Mengidentifikasi semua kegiatan baik yang rutin maupun tidak rutin

    (abnormal) di unit kerja, atau kegiatan yang dapat menyebabkan keadaan darurat.

    kemudian mengidentifikasi sumber bahaya yang berhubungan dengan kergiatan yang

    diidentifikasi.

    2.7.2 Penilaian Risiko

    Setelah semua risiko dapat teridentifikasi, dilakukan penilaian risiko melalui

    analisa dan evaluasi risiko.Analisa risiko dimaksudkan untuk menentukan besarnya

    suatu risiko dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya dan besar akibat

    yang ditimbulkannya. Berdasarkan hasil analisa dapat ditentukan peringkat risiko

    sehingga dapat dilakuakan pemilahan risiko yang memiliki dampak besar terhadap

    perusahaan dan risiko yang ringan atau dapat diabaikan.

    Hasil analisa risiko dievaluasi dan dibandingkan dengan kriteria yang telah

    ditetapkan atau standard dan norma yang berlaku untuk menentukan apakah risiko

    tersebut dapat diterima atau tidak. Jika risiko dinilai tidak dapat diterima, harus

    dikelola atau ditangani dengan baik. Penilaian risiko (Risk Assessment) mencakup

    dua tahapan proses yaitu menganalisa risiko (Risk Analysis) dan mengevaluasi risiko

    (Risk Evaluation). Kedua tahapan ini sangat penting karena akan menentukan

    langkah dan strategi pengendalian risiko.

  • 28

    Tabel 2.2 Penentuan Tingkat Konsekuensi/ Keparahan (Severity / S)

    Sumber : SHE PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

    Tabel 2.3 Penentuan Tingkat Risiko

    Sumber : SHE PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

    Menilai tingkat risiko dari kegiatan yang diidentifikasi dalam hubungannya

    dengan tingkat kemungkinan dan tingkat keparahan pada Tabel risiko WRAC

    (WRAC = workplace risk assessment and control atau kontrol dan penilaian risiko

    tempat kerja).

    Tabel 2.4 Klasifikasi Risiko

    Sumber : SHE PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

  • 29

    Setelah menentukan tingkat risiko suatu pekerjaan, tahap selanjutnya adalah

    dengan mengklasifikasikan risiko yang ada mulai dari tingkatan paling rendah

    hingga ke tingkat yang tinggi dimana tingkat pengendalian pekerjaannya dapat

    disesuaikan dengan pengendalian risiko yang ada.

    2.7.3 Pengendalian Risiko

    Kendali (kontrol) terhadap bahaya dilingkungan kerja adalah tindakan-

    tindakan yang diambil untuk meminimalisir atau mengeliminasi risiko kecelakaan

    kerja melalui eliminasi, subsitusi, engineering control, warning system,administrative

    control, alat pelindung diri.

    1. Eliminasi

    Hirarki teratas adalah eliminasi dimana bahaya yang ada harus dihilangkan

    pada saat proses pembuatan/ desain dibuat. Tujuannya adalah untuk

    menghilangkan kemungkinan kesalahan manusia dalam menjalankan suatu

    sistem karena adanya kekurangan pada desain.Penghilangan bahaya

    merupakan metode yang paling efektif sehingga tidak hanya mengandalkan

    perilaku pekerja dalam menghindari risiko, namun demikian penghapusan

    benar-benar terhadap bahaya tidak selalu praktis dan ekonomis.Missal :

    bahaya jatuh, bahaya ergonomi, bahaya confined space, bahaya bising,

    bahaya kimia. Semua ini harus dieliminasikan jika berpotensi berbahaya

    2. Subsitusi

    Metode pengendalian ini bertujuan untuk mengganti bahan, proses, operasi

    ataupun peralatan dari yang berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya.

    Dengan pengendalian ini akan menurunkan bahaya dan risiko melalui sistem

  • 30

    ulang maupun desain ulang. Missal : sistem otomatisasi pada mesin untuk

    mengurangi interaksi mesin-mesin berbahaya dengan operator, menggunakan

    bahan pembersih kimia yang kurang berbahaya, mengurangi kecepatan,

    kekuatan serta arus listrik, mengganti bahan baku padat yang menimbulkan

    debu menjadi bahan yang cair atau basah.

    3. Engineering control

    Pengendalian ini dilakukan bertujuan untuk memisahkan bahaya dengan

    pekerja serta untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia. Pengendalian

    ini terpasang dalam suatu unit sistem mesin atau peralatan.

    4. Warning System

    Pengendalian bahaya yang dilakukan dengan memberikan peringatan,

    intruksi, tanda, label yang akan membuat orang waspada akan adanya bahaya

    dilokasi tersebut. Sangatlah penting bagi semua orang mengetahui dan

    memperhatikan tanda-tanda peringatan yang ada dilokasi kerja sehingga

    mereka dapat mengantisipasi adanya bahaya yang akan memberikan dampak

    kepadanya. Aplikasi didunia industry untuk pengendalian jenis ini antara lain

    berupa alrm system , detektor asap, tanda peringatan.

    5. Administrative control

    Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada interaksi pekerja

    dengan lingkungan kerja, seperti rotasi kerja, pelatihan, pengembangan standar

    kerja (SOP), shift kerja, dan housekeeping.

    6. Alat Pelindung Diri

  • 31

    Alat pelindung diri dirancang untuk melindungi diri dari bahaya dilingkungan

    kerja serta zat pencemar, agar tetap selalu aman dan sehat. Adapun langkah-

    langkah keselamtan APD :

    a. Selalu Gunakan APD

    b. Bicarakanlah, apabila peralatan pelindung pribadi yang digunakan

    tidak tepat untuk pekerjaan, atau tidak nyaman atau tidak sesuai

    sebagaimana mestinya dengan mengatakan kepada rekan-rekan kerja

    atau kepada supervisior.

    c. Tetap selalu diberitahukan.pastikanlingkungan kerja selalu

    terinformasi tentang sifat dari bahaya atau risiko yang mungkin

    dijumpai.

    d. Perhatikan APD yang digunakan. Dengan tidak merusak atau

    merubah kemapuan APD menjadi berkurang kegunaannya. Karena

    kondisi APD menentukan manfaat perlindungan yang diberikannya.

    e. Lindungi Keluarga. Jangan membawa kontaminasi bahaya dari tempat

    kerja ke keluarga atau teman-teman anda di rumah, tinggalkan APD

    di tempat kerja.

    Berbagai jenis APD yang tersedia diklasifikasikan berdasarkan

    anggota tubuh yang dilindungi, yaitu sebagai berikut :

    • Perlindungan terhadap kepala

    • Perlindungan terhadap wajah dan mata

    • Perlindungan terhadap telinga

  • 32

    • Perlindungan terhadap tangan dan lengan

    • Perlindungan terhadap tungkai kaki dan badan

    • Perlindungan terhadap kaki bagian bawah

    • Perlindungan dari potensi jatuh

    • Perlindungan terhadap pernapasan

    Pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, prinsip semua risiko harus

    dikendalikan dengan cara menghilangkan, mengurangi, mengendalikan atau

    memindahkan bahaya yang bisa saja terjadi. Dan pengendalian risiko di unit kerja

    Indocement ini adalah :

    a. Jika risiko dapat dihilangkan atau dikurangi dapat menggunakan alat

    pelindung diri atau pengaman;

    b. Jika terdapat potensi bahaya yang berdampak ke lingkungan

    masyarakat harus diupayakan memenuhi peraturan perundangan dan

    atau standar yang berlaku,

    c. Apabila belum dapat mengendalikan risiko, dapat dialihkan kepada

    pihak yang kompeten.

    Menentukan upaya pengendalian risiko berdasarkan tingkatan pengendalian

    risiko dan tingkatan pengendalian limbah. Menentukan ukuran tingkat keberhasilan

    upaya pengendalian risiko melalui antara lain:

    a. Pemantauan pemenuhan peraturan perundangan dan standar:

    1. Pemantauan atau pengukuran faktor lingkungan: fisika, kimia, biologi,

    ergonomi dan psikologis.

  • 33

    2. Pemantauan lingkungan kerja: kondisi berbahaya dan tindakan berbahaya.

    b. Pengukuran kinerja K3:

    1. Pengukuran tingkat kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

    2. Pengukuran tingkat kerugian terhadap asset, produksi, lingkungan.

    Tabel 2.5 Penentuan Tingkat Keberhasilan (Detection / D)

    Sumber : SHE PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

    2.8 Definisi Suspension preheater

    Preheater adalah alat dalam unit produksi semen yang berfungsi untuk

    melepaskan material sebelum dibakar didalam rotary kiln. Tujuan pemanasan ini

    adalah untuk memanaskan material secara perlahan-lahan sesempurna mungkin

    sehingga umpan kiln nantinya sudah siap untuk mengalami proses selanjutnya

    sehingga akan didapatkan terak dengan hasil yang baik. Adapun jenis-jenis preheater

    adalah sebagai berikut : (Hikmah, 2009)

  • 34

    1. Polysius Dopol Preheater

    Preheater jenis ini dalam pemanasan awal terhadap raw mix dilakukan dalam

    dua aliran suspention preheater. Stage tingkat I,III,IV (dihitung dari bawah

    ke puncak) tersusun atas double cyclone yang dipasang parallel. Stage II

    yang merupakan single unit merupakan counter current HE. Pemisahan aliran

    gas di dalam dua aliran pada stage tingkat I, III, dan IV menyebabkan

    penggunaan siklon yang lebih kecil untuk volumetric gas yang sama dengan

    tingkat pemisahan yang lebih tinggi. Dopol preheater kiln tersedia sampai

    kapasitas 43000 bbl/hari.

    2. The Bihler Miag Raw Mix Preheater

    Terdiri atas 3 tingkat yang tersusun atas double cyclone yang bekerja dengan

    aliran parallel dan terdiri atas satu preheater shaft berbentuk kerucut sebagai

    siklon IV dengan aliran counter current.

    3. The Zap Raw Mix Suspension preheater

    Ciri khusus dari jenis preheater ini adalah dalam hal tingkat keamanan

    operasinya yang tinggi. ZAP ini tersedia dalam dua jenis, yaitu twin

    constraction dan single tower yang memiliki kapasitas 2000 ton klinker/hari.

    4. The Krupp Counter Suspension preheater

    Stage paling atas di dalam Preheater jenis ini tersusun atas double cyclone

    yang berfungsi untuk pemisahan debu. Konsumsi panas preheater ini antara

    530000 dan 595000 Btu/bbl klinker dengan kapasitas operasi 9000 bbl/hari.

    5. The Counter Current Suspension preheater of The Prerov Engineering Work

    Prerov, Czechoslovakia

  • 35

    Dua siklon paling atas sebagai penangkap debu sedangkan dua siklon yang

    lebih rendah berfungsi untuk resirkulasi dan pemanasan awal raw mix.

    Kontruksi dan metode pengoperasian preheater ini cukup sederhana . tidak

    ada expansion joint sehingga diharapkan dapat mengurangi false air masuk.

    Suspension preheater memamfaatkan gas panas dari rotary kiln sebagai

    pemanas. Karena hisapan SP fan maka gas panas tersebut akan naik ke

    preheater dan dimanfaatkan untuk proses kalsinasi dan penguapan air. Jenis

    preheater yang digunakan adalah suspension preheater dengan dua line

    (string), masing-masing terdiri 4 stage.

    Di suspension preheater terdapat sebuah saluran yang menghubungkan tiap

    tingkat siklon dengan siklon berikutnya yang disebut dengan connection duct. Setiap

    siklon dan connection duct membentuk satu tingkat preheater. Preheater stage diberi

    nomor I sampai IV, dari top ke bottom. Perpindahan panas bila di tinjau dalam setiap

    stage berlangsung secara counter current flow. Di dalam connection duct terjadi

    perpindahan panas antara gas panas dari kiln dengan material selama perjalanan ke

    siklon berikutnya. Gas panas mengalir dari bagian bawah preheater sedangkan raw

    mix (kiln feed) dialirkan dari bagian atas preheater. Perpindahan panas dari gas

    kepadatan menjadi dalam duct (80%) dan sisanya terjadi dalam siklon, sekaligus

    proses pemisahan. Hal ini dikemukakan oleh peneliti dari Soviet Cement Plant yang

    bernama Mr.Spassky (Duda, 1975). Jadi duct berfungsi sebagai tempat pemindahan

    panas sedangkan siklon berfungsi sebagai tempat pemisahan material. Panas yang

    terkandung dalam gas keluar preheater dimanfaatkan untuk pengeringan pada unit

    raw mill dan coal mill.

  • 36

    Suspension preheater merupakan salah satu peralatan produksi untuk

    memanaskan awal bahan baku sebelum masuk ke dalam rotary kiln. Suspension

    preheater terdiri dari siklon untuk memisahkan bahan baku dari gas pembawanya,

    riser duct yang lebih berfungsi sebagai tempat terjadinya pemanasan bahan baku

    (karena hampir 80% -90% pemanasan debu berlangsung di sini), dan kalsiner untuk

    sistem-sistem dengan proses prekalsinasi yang diawali di SP ini. Pada awalnya

    proses pemanasan bahan baku terjadi dengan mengalirkan gas hasil sisa proses

    pembakaran di kiln melalui suspension preheater ini. Namun dengan berkembangnya

    teknologi, di dalam suspension preheater proses pemanasan ini dapat dilanjutkan

    dengan proses kalsinasi sebagian dari bahan baku, asal peralatan suspension

    preheater ditambah dengan kalsiner yang memungkinkan ditambahkannya bahan

    bakar (dan udara) untuk memenuhi kebutuhan energi yang diperlukan untuk proses

    kalsinasi tersebut. Peralatan terakhir ini sudah banyak ditemui untuk pabrik baru

    dengan kapasitas produksi yang cukup besar, dan disebut dengan suspension

    preheater dengan kalsiner.

    Pada suspension preheater tanpa kalsiner, prosentase proses kalsinasi lebih

    kecil dibandingkan dengan yang terjadi di dalam preheater dengan kalsiner. Pada

    suspension preheater dengan kalsiner ini derajat kalsinasi raw mix (artinya

    prosentase bahan baku yang telah mengalami proses kalsinasi) pada saat masuk ke

    kiln dapat mencapai 90 – 95 %.

  • 37

    Gambar 2.1 Suspension preheater

    Sedangkan pada suspension preheater tanpa kalsiner, menurut hasil

    penelitian selama ini, tidak akan melebihi 40%. Sebagai konsekuensi dari pemakaian

    kedua jenis preheater ini, proses yang terjadi di dalam kiln akan sedikit berbeda,

    demikian pula energi yang dibutuhkannya. Pada prinsipnya dengan adanya kalsiner

    sebagian besar proses kalsinasi dipindahkan dari kiln ke kalsiner sehingga proses

    kalsinasi yang terjadi di kiln tinggal sedikit. Dengan demikian pada suspension

    preheater dengan kalsiner ini, di dalam kiln tinggal terjadi sedikit proses kalsinasi,

    klinkerisasi dan sintering, serta awal pendinginan klinker saja. Untuk itu biasanya

    kiln dirancang dengan demensi yang lebih pendek.

  • 38

    Gambar 2.2 Proses Suspension preheater

    Pada proses kalsinasi, energi yang dibutuhkan merupakan energi laten reaksi

    sehingga tidak untuk meningkatkan temperatur bahan baku dan sebagian atau seluruh

    udara pembakaran diambil dari udara pendinginan klinker di cooler yang telah

    merekuperasi panas pendinginan klinker. Udara pembakaran dari cooler ini disebut

    dengan udara tertier. Oleh karena itu di dalam kalsiner ini beda temperatur antara gas

    dan material paling rendah. Dengan penggunaan kalsiner ini pembakaran klinker

    (klinkerisasi dan sintering) dapat dilakukan pada rotary kiln yang lebih kecil dengan

    waktu tinggal yang tepat. Dasar pemikiran penggunaan kalsiner ini adalah bahwa

    rotary kiln, sebagai alat penukar panas, perpindahan panas yang efektif terjadi pada

    zona pembakaran (burning zone) di mana perpindahan panasnya hampir seluruhnya

    secara radiasi. Sedang pada tempat yang bertemperatur lebih rendah seperti zona

    kalsinasi perpindahan panas yang terjadi lebih didominasi oleh mekanisme konveksi

    tidak cukup ekonomis dilakukan di dalam kiln karena kecepatan aliran gas cukup

    rendah. Berdasarkan konsep pemikiran inilah, akan diperoleh penghematan energi

    http://maulhidayat.files.wordpress.com/2013/02/untitledam.png�

  • 39

    pembakaran klinker bila proses kalsinasi dilakukan sebagian besar di luar kiln.

    Penggunaan kalsiner mempunyai keuntungan sebagai berikut :

    1. Diameter kiln dan thermal load-nya lebih rendah terutama untuk kiln dengan

    kapasitas besar. Pada sistem suspension preheater tanpa kalsiner, 100%

    bahan bakar dibakar di kiln. Dengan kalsiner ini, dibandingkan dengan kiln

    yang hanya menggunakan SP saja, maka suplai panas yang dibutuhkan di kiln

    hanya 35% – 50%. Biasanya sekitar 40 % bahan bakar yang dibakar di dalam

    kiln, sementara sisanya dibakar di dalam kalsiner. Sebagai konsekuensinya

    untuk suatu ukuran kiln tertentu, dengan adanya kalsiner ini, kapasitas

    produksinya dapat mencapai hampir dua kali atau dua setengah kali lipat

    dibanding apabila kiln tersebut dipergunakan pada sistem suspension

    preheater tanpa kalsiner. Kapasitas kiln spesifik, dengan penggunaan kalsiner

    ini, bisa mencapai 4,8 TPD/m3.

    2. Di dalam kalsiner dapat digunakan bahan bakar dengan kualitas rendah

    karena temperatur yang diinginkan di kalsiner relatif rendah (850 – 900 oC),

    sehingga peluang pemanfaatan bahan bakar dengan harga yang lebih murah,

    yang berarti dalam pengurangan ongkos produksi, dapat diperoleh.

    3. Dapat mengurangi konsumsi refraktori kiln khususnya di zona pembakaran

    karena thermal load-nya relatif rendah dan beban pembakaran sebagian

    dialihkan ke kalsiner.

    4. Emisi NOx-nya rendah karena pembakaran bahan bakarnya terjadi pada

    temperatur yang relatif rendah.

  • 40

    5. Operasi kiln lebih stabil sehingga bisa memperpanjang umur refraktori.

    6. Masalah senyawa yang menjalani sirkulasi (seperti alkali misalnya) relatif

    lebih mudah diatasi.

    Selain beberapa keuntungan di atas, penggunaan kalsiner ini juga memiliki

    beberapa hal yang kurang meguntungkan, di antaranya adalah:

    1. Temperatur gas buang keluar dari top cyclone relatif lebih tinggi. Untuk

    mengatasi hal ini dirancang siklon dengan penurunan tekanan yang rendah

    sehingga dapat ditambah dengan siklon ke-lima sehingga secara keseluruhan

    suspension preheater memiliki lima tingkat siklon.

    2. Temperatur klinker yang keluar dari kiln relatif lebih tinggi karena

    berkurangnya jumlah udara sekunder yang diperlukan di kiln. Untuk

    mengatasi hal ini biasanya digunakan pendingin klinker yang efektif yaitu

    grate cooler.

    3. Penurunan tekanan total di suspension preheater lebih tinggi dibanding

    sistem tanpa kalsiner sehingga dapat mengakibatkan meningkatnya konsumsi

    daya listrik pada motor ID fan. Namun hal ini biasanya dikompensasi dengan

    desain siklon yang hemat energi.

    4. Lokasi kalsiner, ducting, tambahan alat pembakaran, duct udara tersier akan

    menambah kompleksnya konstruksi peralatan.

    Dari uraian di atas banyak orang membedakan konfigurasi sistem kiln (SP,

    kiln dan cooler) menjadi dua kelompok besar yaitu :

    1. Sistem kiln tanpa udara tertier

  • 41

    2. Sistem kiln dengan udara tertier

    Di dalam membahas proses yang terjadi di dalam suspension preheater,

    terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain ukuran partikel bahan baku,

    proses pemisahan oleh siklon dan proses pemanasan bahan baku oleh gas panas. Satu

    dan lainnya dari beberapa parameter tersebut saling berkaitan. Agar lebih rinci,

    berikut ini akan diuraikan secara singkat kaitan antara satu parameter dengan

    parameter lainnya.

    2.9 Kerangka Teori

    Standarisasi OHSAS 18001 tahun 2007 mengenai sistem keselamatan dan

    kesehatan kerja – persyaratan diperuntukan sebagai landasan perusahaan sebagai

    pedoman khususnya bagi negara berkembang untuk dapat meningkatkan

    keselamatan dan kesehatan bagi pekerja. Dalam OHSAS terdapat manajemen risiko

    yang dirancang menjadi satu komponen untuk meminimalir risiko dan dinamakan

    HIRARC (Hazard identification, risk assessment and risk control). HIRARC disusun

    mulai dari identifikasi bahaya, penilaian risiko, hingga pengendalian bahayanya.

    Untuk dapat meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja berikut dapat

    dilihat melalui bagan kerangka teori.

  • 42

    Bagan 2.1 Kerangka Teori

    HIRARC

    (Hazard identification, Risk Assessment and Risk Control)

    Menentukan jenis kegiatan pekerjaan

    Identifikasi Bahaya dan risiko

    Menentukan sumber bahaya, jenis bahaya dan menentukan risiko

    Penilaian Risiko

    Tingkat keparahan dan Klasifikasi risiko

    Pengendalian Risiko

    -Eliminasi, subsitusi, pengendalian tehnik, pengendalian administrasi, APD

    -Kewajiban perundangan yang relevan -Monitoring pengendalian

  • 43

    BAB 3

    KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

    3.1 Kerangka Berpikir

    Penelitian ini adalah penelitian kualitatif untuk mengetahui analisis risiko

    keselamatan pekerja yang bekerja pada alat suspension preheater bagian produksi di

    plant 6 dan 11 PT.Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Dalam penelitian ini peneliti

    memakai metode HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment and Risk

    Control) yang dimulai dari cara mengidentifikasi risiko, cara menganalisis risikonya

    hingga pengendalian risiko. Penelitian ini dimulai dengan mengambil data angka

    kecelakaan selama kurun waktu 3 tahun terakhir (2010, 2011 dan 2012), jumlah

    angka pekerja di pabrik Indocement Field Citeureup dan didapatkan bahwa dari 20

    divisi, plant 6 dan 11 layak untuk dianalisis tingkat risiko pekerjaannya. Kemudian

    setelah melihat data investigasi dari sumber HSE pusat didapatkan bahwa

    departemen bagian produksi memiliki potensi bahaya yang lebih besar dari

    departemen lainnya. Maka langkah selanjutnya adalah dengan melakukan

    wawancara dengan informan yang bersangkutan untuk menemukan batasan ruang

    lingkup dan tahapan proses kerja departemen produksi yang ada di plant 6 dan 11.

  • 44

    Bagan 3.1

    Kerangka Berpikir

    PT Indocement Peneliti

    Dibandingkan

    Dibandingkan

    Dibandingkan

    Analisis Risiko keselamatan kerja alat suspension preheater

    proses produksi plant 6/11 PT ITP Tbk

    Identifikasi Bahaya

    11 Jenis pekerjaan

    Identifikasi Bahaya

    19 Jenis Pekerjaan

    Penilaian Risiko Penilaian Risiko

    Pengendalian Risiko Pengendalian Risiko

    Analisis Perbandingan

  • 45

    3.2 DEFINISI ISTILAH

    1.Identifikasi Bahaya

    Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam mengembangkan

    manajemen risiko K3. Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui

    adanya bahaya dalam aktivitas organisasi. Identifikasi risiko merupakan landasan

    dari manajemen risiko.tanpa melakukan identifikasi bahaya tidak mungkin

    melakukan pengelolaan risiko dengan baik. Menurut Stuart Hawthron cara sederhana

    adalah dengan melakukan pengamatan. Melalui pengamatan maka kita sebenarnya

    telah melakukan suatu identifkasi bahaya.

    Cara Ukur : Wawancara dan observasi

    Alat Ukur : Tabel HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment And Risk

    Control) , alat recording, kamera.

    Hasil Ukur : Diketahuinya potensi-potensi bahaya apa saja yang dapat terjadi

    pada pekerja yang bekerja pada alat suspension preheater bagian

    produksi di plant 6 dan 11 PT.Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk.

    2. Penilaian Risiko

    Setelah semua risiko dapat teridentifikasi, dilakukan penilaian risiko melalui

    an