analisis rencana kemitraan antara petani kacang … · faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi...

131
1 ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG TANAH DENGAN CV MITRA PRIANGAN (Kasus pada Petani Kacang Tanah di Kecamatan Sindangbarang, Kabupaten Cianjur) SKRIPSI TIARA ASRI SATRIA H34052169 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Upload: dangbao

Post on 05-Mar-2019

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

1

ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI

KACANG TANAH DENGAN CV MITRA PRIANGAN

(Kasus pada Petani Kacang Tanah di Kecamatan

Sindangbarang, Kabupaten Cianjur)

SKRIPSI

TIARA ASRI SATRIA

H34052169

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Page 2: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

2

RINGKASAN

TIARA ASRI SATRIA. Analisis Rencana Kemitraan Antara Petani Kacang Tanah Dengan CV Mitra Priangan (Kasus pada Petani Kacang Tanah di

Kecamatan Sindangbarang, Kabupaten Cianjur). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan JOKO PURWONO).

Pembangunan sektor pertanian, khususnya sub sektor tanaman pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian di Indonesia. Salah satu tanaman pangan yang telah lama dikenal oleh petani Indonesia adalah kacang tanah. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang mempunyai arti penting bagi masyarakat, baik dilihat dari nilai ekonomisnya yang tinggi maupun kandungan gizinya. Saat ini terjadi ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi kacang tanah di Indonesia, selain itu volume impor kacang tanah dari berbagai negara terus meningkat. Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut maka diperlukan upaya untuk mengembangkan usahatani kacang tanah di Indonesia. Salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah dengan melaksanakan kemitraan. Kemitraan merupakan bentuk kerjasama yang tepat antara petani dengan perusahaan agar tercapainya prinsip win-win solution.

CV. Mitra Priangan sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam usaha pengolahan kacang tanah berencana untuk melakukan kemitraan dengan petani kacang tanah di wilayah Cianjur, tepatnya di Kecamatan Sindangbarang sebagai upaya untuk meningkatkan produksi kacang tanah dan memenuhi kebutuhan bahan bakunya. Sebelum melaksanakan kegiatan kemitraan, CV. Mitra Priangan dan petani mitra merasa perlu untuk menentukan pola kemitraan yang paling sesuai dengan kondisi kedua pihak mitra agar tujuan kedua pihak dapat tercapai. Sehingga diperlukan adanya suatu analisis kemitraan agar kegagalan dalam bermitra dapat diperkecil. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi dan menganalisis kondisi masing-masing pelaku kemitraan, dalam hal ini kondisi CV.Mitra Priangan dan petani kacang tanah, (2) Mengidentifikasi dan menganalisis tujuan serta faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembentukan kemitraan menurut CV. Mitra Priangan dan petani mitra, (3) Menentukan pola kemitraan yang paling sesuai bagi CV. Mitra Priangan dengan petani mitra.

Penelitian dilaksanakan di CV. Mitra Priangan yang terletak di Gg. Duren No. 1/D RT 03 RW 01, Kelurahan Solokpandan, Cianjur. Petani kacang tanah mitra terdiri dari dua kelompok tani di Desa Muara Cikadu, Kecamatan Sindangbarang, Cianjur, yaitu Kelompok Tani KTH Mekar Mukti dan Kelompok Tani Cikawung. Waktu penelitian dilaksanakan selama bulan Februari hingga Mei 2009. Responden penelitian sebanyak empat orang yang terdiri dari Direktur dan Wakil Direktur CV. Mitra Priangan dan masing-masing ketua kelompok tani, serta responden dari pihak luar kemitraan yaitu penyuluh pertanian lapang (PPL) Kecamatan Sindangbarang, Cianjur. Penelitian ini menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) yang diolah menggunakan software Expert Choice 2000.

Kondisi perusahaan secara keseluruhan lebih memiliki banyak faktor kekuatan (0,708) dibandingkan faktor kelemahan (0,292). CV Mitra Priangan

Page 3: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

3

memberikan prioritas perhatian pada pemasaran (0,510), keuangan (0,213) dan sumberdaya manusia (0,116) yang menjadi kekuatan perusahaan. Pada pengolahan AHP terlihat bahwa perusahaan memiliki kekuatan pada semua subfaktor dari masing-masing faktor kekuatan. Sedangkan kelemahan perusahaan terlihat pada faktor produksi dan operasi (0,110) serta faktor penelitian dan pengembangan (0,051) pada semua subfaktor masing-masing. Kondisi petani kacang tanah secara keseluruhan lebih banyak memiliki faktor kekuatan (0,596) dibandingkan faktor kelemahan (0,404). Petani memberi prioritas perhatian berturut-turut pada produksi (0,451), modal (0,271) dan teknologi (0,136) yang menjadi kekuatan bagi petani. Subfaktor yang teridentifikasi sebagai kekuatan petani adalah kualitas produk (0,032), kuantitas produk (0,293), kontinuitas produksi (0,126), penerimaan usaha (0,044) dan fasilitas fisik (0,128). Sedangkan kelemahan petani terlihat dari faktor pemasaran (0,098) pada elemen informasi pasar (0,078), serta faktor manajemen pada elemen pengorganisasian (0,003) dan penggerakan (0,013).

Pengembangan usaha merupakan faktor utama yang mempengaruhi pembentukan kemitraan menurut CV Mitra Priangan dan petani dengan bobot 0,367. Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas pasar (0,105) dan terakhir manajemen (0,074). Pada pengolahan AHP secara keseluruhan terhadap tujuan yang hendak dicapai kedua pelaku dalam rencana pembentukan kemitraan, dihasilkan tujuan pemberdayaan dan pembinaan (0,258) sebagai prioritas utama. Selanjutnya berturut-turut adalah kelangsungan usaha (0,255), kontinuitas produk (0,221), efisiensi usaha (0,145) dan peluang pasar (0,121). Dari hasil pengolahan horisontal dalam melihat relevansi tujuan kemitraan terhadap CV. Mitra Priangan, tujuan kontinuitas produk (0,420) menjadi prioritas utama. Sedangkan bagi petani kacang tanah pemberdayaan dan pembinaan (0,360) merupakan prioritas utama. Pola KOA (0,409) merupakan pola kemitraan terpilih yang paling sesuai dengan kondisi CV. Mitra Priangan dan petani kacang tanah. Pada umumnya petani telah memiliki lahan sendiri dan sarana usahatani, sehingga yang dibutuhkan adalah bimbingan serta modal dari perusahaan. Sedangkan bagi perusahaan, pola KOA diharapkan dapat meningkatkan efisiensi usaha dengan modal yang tidak terlalu besar dan menjamin kontinuitas bahan baku.

Oleh karena itu, agar kemitraan dapat terlaksana dan kerjasama CV. Mitra Priangan dengan petani mitra dapat berlangsung dalam jangka waktu yang panjang, CV. Mitra Priangan perlu memikirkan kepentingan mitra usahanya. Upaya yang dapat dilakukan CV Mitra Priangan adalah berusaha mengeliminasi kelemahan-kelemahan petani dan memperhatikan tujuan yang hendak dicapai oleh petani, seperti memberikan modal dan menyediakan tenaga pembina dan penyuluh agar dapat memberikan tambahan pengetahuan baik dalam hal teknologi maupun manajemen. Selain itu, perlu dibuat peraturan kerjasama secara tertulis untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Perjanjian hendaknya dilakukan dengan kesepakatan kedua pihak dan ditandatangani secara legal untuk menjamin realisasi kemitraan. Kemudian, CV. Mitra Priangan dan petani perlu memberikan kontribusi yang saling menguntungkan dan dapat meningkatkan serta mengembangkan skala usaha ekonomi agar tujuan kemitraan yaitu win-win solution dapat tercapai.

Page 4: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

4

ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI

KACANG TANAH DENGAN CV MITRA PRIANGAN

(Kasus pada Petani Kacang Tanah di Kecamatan

Sindangbarang, Kabupaten Cianjur)

TIARA ASRI SATRIA

H34052169

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Page 5: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

5

Judul Skripsi : Analisis Rencana Kemitraan antara Petani Kacang Tanah

dengan CV Mitra Priangan (Kasus pada Petani Kacang Tanah di

Kecamatan Sindangbarang, Kabupaten Cianjur)

Nama : Tiara Asri Satria

NIM : H34052169

Disetujui, Pembimbing

Ir. Joko Purwono, MS

NIP. 19600606 198601 1 002

Diketahui Ketua Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus :

Page 6: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

6

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Rencana

Kemitraan antara Petani Kacang Tanah dengan CV Mitra Priangan (Kasus pada

Petani Kacang Tanah di Kecamatan Sindangbarang, Kabupaten Cianjur)” adalah

karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi

manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2009

Tiara Asri Satria H34052169

Page 7: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

7

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 26 Juli 1987. Penulis adalah

anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Pandji Satria dan Ibu Prihati

Marali. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 6 Tangerang pada

tahun 1999 dan pendidikan mengeah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di

SLTP Negeri 1 Cianjur. Kemudian pendidikan lanjutan menengah atas

diselesaikan pada tahun 2005 di SMU Negeri 1 Cianjur.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi

Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2005. Kemudian pada tahun

2006, penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen sebagai mayor serta pada jurusan komunikasi, Departemen

Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (KPM), Fakultas Ekologi Manusia

sebagai minor.

Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif pada kegiatan organisasi di

lingkungan kampus. Penulis menjadi anggota keluarga mahasiswa Cianjur

(KEMACI) (2005-sekarang), anggota International Association of Agriculture

and Related Science Student (IAAS) periode tahun 2006, anggota Himpunan

Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA) (2007-2008), dan penulis juga

aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan yang bersifat sementara.

Page 8: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

8

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunianya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Rencana Kemitraan

antara Petani Kacang Tanah dengan CV Mitra Priangan (Kasus pada Petani

Kacang Tanah di Kecamatan Sindangbarang, Kabupaten Cianjur)” dengan lancar

dan tanpa suatu halangan yang berarti.

Penelitian ini merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk dapat meraih

gelar sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis. Dalam penelitian ini penulis

mencoba mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama mengikuti kegiatan

perkuliahan di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,

Institut Pertanian Bogor. Penulis mengharapkan penelitian ini dapat bermanfaat

bagi banyak pihak dan menjadi acuan untuk melaksanakan penelitian selanjutnya.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena

keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran

dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga

dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juli 2009

Tiara Asri Satria

Page 9: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

9

UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya sehingga memberikan kekuatan, kemudahan serta

kesehatan dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini juga tidak

terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah

SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan,

waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan

skripsi ini.

2. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen penguji utama yang telah

memberikan banyak masukan dan saran yang membangun kepada penulis.

3. Ir. Harmini, MSi selaku dosen penguji wakil departemen yang juga telah

memberikan masukan dan saran kepada penulis.

4. Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi, Msi selaku dosen pembimbing akademik yang

dengan sabar memberikan arahan selama penulis menjalankan kegiatan

perkuliahan.

5. Seluruh dosen pengajar dan staf Departemen Agribisnis yang telah

memberikan ilmunya kepada penulis selama kegiatan perkuliahan.

6. Kedua orang tua tercinta, Bapak, Ibu, Mbah serta kakakku Bulan dan Abah

yang selalu memberikan doa, kasih sayang, semangat, dukungan baik moral

maupun materi, serta menjadi motivasi penulis untuk meyelesaikan skripsi ini

dengan sebaik mungkin.

7. Bunda, Ayah, Mamah, Baping dan seluruh keluarga besar yang selalu

memberikan doa, semangat serta dukungan baik moral maupun materi.

8. Fajar Harisma yang selalu menemani disaat suka maupun duka, serta

memberikan dukungan, semangat, ketentraman dan segala kesabaran yang

diberikan sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Bintang Javier Harisma yang menjadi motivasi utama penulis untuk segera

menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik mungkin.

10. Neina Ayu Kurniasari yang telah menjadi pembahas pada seminar penulis dan

memberikan masukan-masukan terhadap penyelesaian skripsi.

Page 10: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

10

11. Bapak Radianto Suwito dan Ibu Solihati Nurzanah selaku direktur dan wakil

direktur CV. Mitra Priangan atas kesempatan dan informasi serta pengalaman

yang diberikan kepada penulis dalam rangka penyusunan skripsi.

12. Bapak Ucum Suherman dan Bapak Ucok Gunawan selaku ketua Kelompok

Tani KTH Mekar Mukti dan Kelompok Tani Cikawung yang bersedia

membagi pengalaman dan informasi mengenai budidaya kacang tanah di

Cianjur kepada penulis.

13. Bapak Edi K selaku Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) Kecamatan

Sindangbarang atas informasi dan ilmu yang diberikan kepada penulis dalam

rangka penyusunan skripsi.

14. Sahabat-sahabat penulis, Anis, Lisda, Neina, Meno dan Nurul yang selalu

berbagi suka dan duka, serta memberikan motivasi dan dukungan baik moral

maupun materi selama penulis menempuh pendidikan di Institut Pertanian

Bogor. Semoga semua cita-cita kita di dunia dan akhirat dapat tercapai dan

persahabatan kita selalu abadi sampai kakek-nenek.

15. Semua teman-teman AGB 42 yang bersama-sama berbagi ilmu, pengalaman,

serta suka dan duka selama menempuh pendidikan di Departemen Agribisnis.

Kenangan kebersamaan kita menjadi ‘Agebers’ akan selalu teringat hingga

kita tua nanti.

16. Teman-teman Gladikarya di Desa Cintaasih, Kecamatan Samarang, Garut,

Anis, Lysti, Cicin dan Mada yang memberikan banyak pelajaran dan

pengalaman berharga bagi penulis.

17. Teman-teman satu bimbingan penulis, Uchi dan Ria yang bersama-sama

berjuang dan saling membantu memberikan semangat terhadap penyelesaian

skripsi.

Page 11: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

11

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xvi

I PENDAHULUAN .................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ........................................................... 6 1.3. Tujuan ................................................................................ 10 1.4. Manfaat .............................................................................. 10 1.5. Ruang Lingkup ................................................................... 11

II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 12 2.1. Gambaran Umum Kacang Tanah (Arachis hypogaea L) ... 12

2.1.1. Botani Kacang Tanah .............................................. 12 2.1.2. Syarat Tumbuh Kacang Tanah ................................ 13 2.1.3. Varietas Kacang Tanah ............................................ 14 2.1.4. Kandungan Gizi Kacang Tanah ............................... 15 2.1.5. Manfaat Kacang Tanah ............................................ 16

2.2. Gambaran Umum Kacang Sangrai .................................... 17 2.3. Gambaran Umum Kemitraan ............................................. 18

2.3.1. Proses Pembentukan Kemitraan .............................. 19 2.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemitraan ........ 20 2.3.3. Tujuan Kemitraan .................................................... 21 2.3.4. Bentuk-bentuk Pola Kemitraan ............................... 21 2.3.5. Perusahaan Kemitraan ............................................. 25

2.4. Penelitian Terdahulu .......................................................... 25

III KERANGKA PEMIKIRAN .................................................. 29 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................. 29 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ...................................... 31

IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................ 35

4.1. Lokasi dan Waktu .............................................................. 35 4.2. Metode Penentuan Sampel ................................................. 35 4.3. Desain Penelitian ............................................................... 36 4.4. Data dan Instrumentasi ....................................................... 36 4.5. Metode Pengumpulan Data ................................................ 38 4.6. Metode Pengolahan Data ................................................... 38

V DESKRIPSI CV. MITRA PRIANGAN ................................ 49 5.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ............................. 49 5.2. Lokasi Perusahaan ............................................................. 50 5.3. Visi dan Misi Perusahaan ................................................... 50 5.4. Struktur Organisasi ............................................................ 51 5.5. Aktivitas Perusahaan .......................................................... 52

Page 12: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

12

5.6. Fasilitas Perusahaan ........................................................... 55

VI KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ...................... 57 6.1. Keadaan Wilayah ............................................................... 57 6.2. Potensi Lahan ..................................................................... 57 6.3. Keadaan Topografi dan Klimatologi ................................. 57 6.4. Keadaan Penduduk ............................................................. 58 6.5. Potensi Lahan Usahatani .................................................... 58 6.6. Deskripsi Kelompok Tani .................................................. 59 6.7. Rantai Pemasaran dan Harga Kacang Tanah pada Berbagai

Level ................................................................................... 61 VII HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 62

7.1. Kondisi CV. Mitra Priangan .............................................. 62 7.1.1. Identifikasi Kondisi CV. Mitra Priangan ................. 62 7.1.2. Analisis Kondisi CV. Mitra Priangan ...................... 63 7.1.3. Identifikasi Model Hirarki Keputusan ..................... 64 7.1.4. Analisis Pengolahan Vertikal .................................. 64

7.2. Kondisi Petani Kacang Tanah ............................................ 71 7.2.1. Identifikasi Karakteristik Umum Petani Kacang

Tanah ....................................................................... 71 7.2.2. Analisis Kondisi Petani Kacang Tanah ................... 73 7.2.3. Identifikasi Model Hirarki Keputusan ..................... 73 7.2.4. Analisis Pengolahan Vertikal .................................. 74

7.3. Analisis Penentuan Pola Kemitraan yang Sesuai antara CV. Mitra Priangan dengan Petani ......................... 81 7.3.1. Identifikasi Model Hirarki Keputusan ..................... 81 7.3.2. Analisis Pengolahan Horisontal ................................ 81 7.3.3. Analisis Pengolahan Vertikal .................................. 88

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 95 8.1. Kesimpulan ........................................................................ 95 8.2. Saran .................................................................................. 96

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 99

LAMPIRAN ......................................................................................... 101

Page 13: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

13

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kacang Tanah di Indonesia Tahun 2001-2006 ....................................................... 2

2 Konsumsi Kacang Tanah di Indonesia Tahun 2001-2006 ......... 3

3 Neraca Ekspor-Impor Kacang Tanah Tahun 1998-2005 (Juta Ton dan Juta US$) ...................................................................... 4

4 Volume Permintaan, Penjualan dan Selisih Pemenuhan Permintaan Kacang Sangrai CV Mitra Priangan, Mei 2009 ...... 7

5 Kandungan Gizi Kacang Tanah dalam Setiap 100 Gram Bahan ........................................................................................... 16

6 Komponen Kacang Tanah dan Pemanfaatannya ........................ 17

7 Skala Banding Berpasangan ....................................................... 41

8 Matriks Pendapat Individu (MPI) ............................................... 41

9 Matriks Pendapat Gabungan (MPG) .......................................... 42

10 Ilustrasi Pengolahan MPB pada Langkah Pertama .................... 43

11 Ilustrasi MPB yang Telah Dinormalisasi ................................... 44

12 Ilustrasi Pengolahan Matriks Normalisasi pada Langkah Berikutnya .................................................................................. 44

13 Ilustrasi Penentuan Eigen Value pada Dua Langkah Pertama ... 45

14 Nama Desa dan Klasifikasi Umur Penduduk di Kecamatan Sindangbarang Tahun Anggaran 2008 ........................................ 58

15 Nama Desa dan Luas Lahan Usahatani di Kecamatan Sindangbarang dalam Tahun Anggaran 2008 ............................ 59

16 Hasil Pengolahan Vertikal pada Faktor Kunci Perusahaan ........ 65

17 Hasil Pengolahan Vertikal pada Subfaktor Kunci Perusahaan .................................................................................. 67

18 Hasil Pengolahan Vertikal untuk Mengetahui Kondisi Perusahaan .................................................................................. 68

19 Hasil Pengolahan Vertikal pada Faktor Kunci Petani ................. 74

20 Hasil Pengolahan Vertikal pada Subfaktor Kunci Petani ............ 77

21 Hasil Pengolahan Vertikal untuk Mengetahui Kondisi Petani .......................................................................................... 79

22 Susunan Bobot Hasil Pengolahan Horisontal antar Elemen pada Tingkat 2 (Elemen Faktor Kemitraan) ................................ 82

Page 14: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

14

23 Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horisontal antar Elemen pada Tingkat 3 (Elemen Pelaku Kemitraan) ......... 84

24 Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horisontal antar Elemen pada Tingkat 4 (Elemen Tujuan Kemitraan) ......... 85

25 Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horisontal antar Elemen pada Tingkat 5 (Elemen Pola Kemitraan) ............. 86

26 Hasil Pengolahan Vertikal pada Pelaku Kemitraan ..................... 89

27 Hasil Pengolahan Vertikal pada Tujuan Kemitraan .................... 90

28 Hasil Pengolahan Vertikal pada Pola Kemitraan ........................ 92

Page 15: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

15

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Kacang Tanah (Arachis hypogaea L) ......................................... 13

2 Kacang Sangrai “Ratih” ............................................................. 17

3 Pola Kemitraan Inti Plasma ........................................................ 22

4 Pola Kemitraan Sub Kontrak ...................................................... 22

5 Pola Kemitraan Dagang Umum .................................................. 23

6 Pola Kemitraan Keagenan .......................................................... 23

7 Pola Kemitraan Waralaba ........................................................... 24

8 Pola Kemitraan Kerjasama Operasional Agribisnis ................... 24

9 Kerangka Pemikiran Operasional ................................................ 34

10 Abstraksi Hirarki Keputusan Tipe Fungsional ........................... 48

11 Struktur Organisasi CV. Mitra Priangan .................................... 51

12 Tahapan Proses Pengolahan Kacang Tanah Menjadi Kacang Sangrai ........................................................................... 54

13 Rantai Pemasaran Kacang Tanah dan Harga Kacang Tanah Sindangbarang, Cianjur .............................................................. 61

14 Hasil Pengolahan Vertikal Model Hirarki Keputusan Kondisi Perusahaan .................................................................................. 70

15 Hasil Pengolahan Vertikal Model Hirarki Keputusan Kondisi Petani .......................................................................................... 80

16 Hasil Pengolahan Vertikal Model Hirarki Keputusan bagi Penentuan Pola Kemitraan yang Ideal.......................................... 94

Page 16: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

16

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Perbandingan Tanaman Kacang Tanah di Kabupaten Cianjur Tahun 2007 dan Tahun 2008 ....................................................... 102

2 Kuesioner Analisis Kondisi Perusahaan ..................................... 104

3 Kuesioner Analisis Kondisi Petani ............................................. 109

4 Kuesioner Analisis Penentuan Pola Kemitraan yang Paling Tepat antara CV. Mitra Priangan dengan Petani Kacang Tanah ...................................................................................................... 114

5 Hasil Pengolahan Expert Choice 2000 ....................................... 120

6 Dokumentasi ............................................................................... 127

Page 17: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

17

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan sektor pertanian, khususnya sub sektor tanaman pangan

mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian di Indonesia.

Pentingnya sub sektor tanaman pangan ditunjukkan dengan bukti empiris bahwa

selama terjadi krisis ekonomi dan moneter kontribusi sub sektor tanaman pangan

terhadap PDB menunjukkan angka peningkatan. Hal ini ditunjukkan oleh data

Badan Pusat Statistik bahwa sub sektor tanaman pangan memberikan kontribusi

terhadap PDB atas harga berlaku sebesar 9,56% pada tahun 1998 dan kemudian

meningkat sebesar 10,57% pada tahun 1999 (BPS 1999).

Tanaman palawija merupakan bagian dari sub sektor tanaman pangan,

salah satu tanaman palawija yang telah lama dikenal oleh petani Indonesia adalah

kacang tanah (Arachis hypogaea). Kacang tanah merupakan salah satu komoditas

tanaman pangan yang mempunyai arti penting bagi masyarakat, baik dilihat dari

nilai ekonomisnya yang tinggi maupun kandungan gizinya. Kacang tanah

merupakan salah satu sumber protein nabati yang cukup penting dalam pola menu

makanan masyarakat. Selain itu kacang tanah juga dapat dimanfaatkan sebagai

bahan baku industri pengolahan pangan.

Produksi kacang tanah di Indonesia dalam selang tahun 2001-2006 secara

umum mengalami peningkatan yaitu dari 709.770 ton pada tahun 2001 menjadi

838.096 ton pada tahun 2006. Selama kurun waktu 2001-2006 rata-rata

pertumbuhan luas panen dan produktivitas kacang tanah mengalami kenaikan

sebesar 1,46 persen per tahun, dan 1,14 persen per tahun. Peningkatan yang terjadi

pada luas panen dan produktivitas kacang tanah mempengaruhi peningkatan

produksi kacang tanah, dengan rata-rata pertumbuhan yang meningkat sebesar

3,20 persen per tahun (Tabel 1).

Terlihat pada Tabel 1 bahwa produksi kacang tanah mengalami

peningkatan setiap tahunnya selama periode tahun 2001 hingga 2006. Sedangkan

luas panen kacang tanah pada tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 1,95

persen dari luas panen tahun 2005. Akan tetapi peningkatan produktivitas kacang

tanah pada tahun 2006 lebih tinggi daripada penurunan luas panen yaitu

meningkat sebesar 2,11 persen dibandingkan tahun 2005, sehingga produksi

Page 18: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

18

kacang tanah di Indonesia tahun 2006 mengalami kenaikan sebesar 0,21 persen

dibandingkan produksi tahun 2005.

Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kacang Tanah di Indonesia Tahun 2001-2006

Indikator Tahun

Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha)

2001 654.838,00 709.770,00 1,08

2002 646.953,00 718.025,00 1,11

2003 683.537,00 785.526,00 1,15

2004 723.434,00 837.495,00 1,16

2005 720.526,00 836.295,00 1,16

2006 706.753,00 838.096,00 1,19

Rata-rata Pertumbuhan

(%/Thn)

3,20 1,46 1,14

Sumber : Badan Pusat Statistik diolah oleh Pusdatin (2007)

Peningkatan produksi kacang tanah ini dipengaruhi oleh adanya

peningkatan jumlah permintaan kacang tanah. Tingginya permintaan akan kacang

tanah disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah konsumsi kacang tanah di

Indonesia. Pesatnya pertumbuhan konsumsi kacang tanah ini terjadi seiring

dengan pertambahan populasi penduduk, dan semakin beragamnya produk olahan

yang menggunakan kacang tanah sebagai bahan baku. Besarnya konsumsi kacang

tanah di Indonesia pada periode tahun 2001-2006 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 menunjukkan bahwa total konsumsi kacang tanah pada tahun 2006

mengalami peningkatan sebesar 5,16 persen dibandingkan tahun 2005. Dari rata-

rata konsumsi kacang tanah di Indonesia pada tahun 2001-2006, konsumsi

kacang tanah terbesar digunakan sebagai bahan baku industri, yaitu sebesar 50,70

persen. Selanjutnya sebesar 33,81 persen adalah konsumsi kacang tanah oleh

rumah tangga, dan lainnya yaitu sebesar 11,94 persen dan 4,01 persen merupakan

rata-rata konsumsi kacang tanah yang tercecer dan digunakan sebagai bibit.

Page 19: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

19

Sedangkan rata-rata pertumbuhan konsumsi kacang tanah untuk bibit mengalami

peningkatan sebesar 0,70 persen per tahun, untuk industri sebesar 4,60 persen per

tahun, untuk konsumsi rumah tangga sebesar 4,13 persen per tahun, dan kacang

tanah yang tercecer sebesar 3,05 persen per tahun. Sehingga secara keseluruhan

rata-rata pertumbuhan dari konsumsi kacang tanah tahun 2001-2006 mengalami

peningkatan sebesar 4,27 persen per tahun.

Tabel 2. Konsumsi Kacang Tanah di Indonesia Tahun 2001-2006

Konsumsi (Ton)

Tahun Bibit Industri Rumah

Tangga Tercecer

Total

(Ton)

2001

2002

2003

2004

2005

2006

28.000

44.000

39.000

41.000

30.000

34.000

410.500

419.400

425.400

463.800

492.800

520.400

269.785

276.400

292.613

329.697

318.007

335.287

98.000

94.000

96.000

104.000

112.000

115.000

806.285

833.800

853.013

938.497

952.807

1.004.687

Rata-rata Pertumbuhan

(%/Thn)

0,70 4,60 4,13 3,05 4,27

Sumber : BPS diolah oleh Pusdatin (2007)

Dengan memperhatikan data pada Tabel 1 dan Tabel 2 nampak adanya

ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi kacang tanah, yaitu permintaan

selalu lebih tinggi dibandingkan produksi sehingga terjadi defisit. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa produksi kacang tanah di Indonesia belum mampu

mencukupi kebutuhan permintaan dalam negeri baik untuk memenuhi kebutuhan

konsumsi langsung maupun untuk memenuhi kebutuhan pasokan bahan baku

industri hilirnya, antara lain untuk industri kacang kering dan industri produk

olahan lain yang siap dikonsumsi baik dalam bentuk asal olahan kacang maupun

dalam campuran makanan dan dalam bentuk pasta1. Sehingga untuk memenuhi

kebutuhan konsumsi kacang tanah, Indonesia harus mengimpor kacang tanah dari 1 Sihotang T. 2008. Budidaya Kacang Tanah. http://www.pakkatnews.com/htm.

[26 Januari 2009].

Page 20: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

20

berbagai negara, seperti Cina, Thailand, Singapura, Malaysia, India, Spanyol,

Brazil dan lain-lain (Pusdatin Pertanian 2006).

Besarnya impor kacang tanah untuk memenuhi permintaan kacang tanah

yang terus meningkat tiap tahunnya disebabkan oleh semakin beragamnya produk

olahan yang menggunakan kacang tanah sebagai bahan baku. Hal tersebut juga

dipengaruhi oleh semakin sadarnya masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi

kacang, baik dalam bentuk kacang tanah maupun produk olahannya. Kacang

merupakan hasil tanaman yang banyak mengandung protein, yaitu komponen

pangan yang penting bagi pertumbuhan (Costa WY 2008). Sehingga hal ini

mengakibatkan semakin bertambahnya industri makanan baik dalam skala kecil,

menengah ataupun besar, khususnya industri kacang olahan. Hal tersebut dapat

terlihat pada Tabel 2 dimana dapat diketahui bahwa konsumsi kacang tanah

terbesar adalah industri.

Tabel 3. Neraca Ekspor-Impor Kacang Tanah di Indonesia Tahun 1998-2005 (Juta Ton dan Juta US$)

Volume (juta ton) Nilai (juta US$) Tahun

Ekspor Impor Neraca Ekspor Impor Neraca

1998 0,009 0,072 -0,063 4,107 28,992 -24,885

1999 0,007 0,118 -0,111 5,388 39,987 -34,599

2000 0,009 0,133 -0,124 6,242 44,582 -38,340

2001 0,010 0,120 -0,110 7,897 36,905 -29,008

2002 0,009 0,178 -0,169 6,020 51,240 -45,220

2003 0,015 0,127 -0,112 8,332 42,670 -34,338

2004 0,008 0,090 -0,082 5,260 28,800 -23,540

2005 0,008 0,146 -0,138 0,006 0,048 -0,042

Sumber : BPS (2006)

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa selama periode tahun 1998 hingga 2005

neraca perdagangan kacang tanah di Indonesia terus mengalami deficit. Hal

tersebut menunjukkan bahwa impor kacang tanah lebih besar daripada ekspor

kacang tanah. Impor kacang tanah yang dilakukan Indonesia mulai terjadi sejak

Page 21: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

21

tahun 1979. Sejumlah negara yang menjadi pemasok kacang tanah antara lain

Vietnam (58 persen), China (28 persen), Thailand (1 persen), dan sisanya dari

berbagai negara2. Saat ini besarnya impor kacang tanah ke Indonesia mencapai

sekitar 800.000 ton setiap tahunnya3.

Dengan adanya ketidakseimbangan antara produksi dengan permintaan

kacang tanah dan volume impor yang terus meningkat, maka diperlukan upaya

untuk mengembangkan usahatani kacang tanah di Indonesia yang dapat

membantu petani kacang tanah baik dalam meningkatkan produksi kacang tanah,

kualitas produk dan pemasaran. Selain itu, permasalahan mendasar yang ada pada

petani adalah kurangnya kemampuan manajemen dan profesionalisme serta

terbatasnya akses terhadap permodalan, teknologi terutama jaringan pemasaran

(Hafsah 2000). Salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk mengembangkan

usahatani kacang tanah di Indonesia adalah dengan melaksanakan pola kemitraan.

Melalui kemitraan antara usaha besar dan menengah dengan usaha kecil (petani)

dapat meningkatkan produktifitas, pangsa pasar dan keuntungan, sama-sama

menanggung resiko, menjamin pasokan bahan baku serta menjamin distribusi

pemasaran (Hafsah 2000).

CV. Mitra Priangan sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam

usaha pengolahan kacang tanah berencana untuk melakukan kemitraan dengan

petani kacang tanah di wilayah Cianjur, tepatnya di Kecamatan Sindangbarang

sebagai upaya untuk meningkatkan produksi kacang tanah dan memenuhi

kebutuhan bahan bakunya. Wilayah Sindangbarang merupakan salah satu daerah

penghasil kacang tanah terbesar di Kabupaten Cianjur. Sebelum melaksanakan

kegiatan kemitraan, CV. Mitra Priangan dan petani mitra merasa perlu untuk

menentukan pola kemitraan yang paling sesuai dengan kondisi kedua pihak mitra

agar tujuan kedua pihak dapat tercapai. Sehingga diperlukan adanya suatu analisis

kemitraan antara petani sebagai produsen kacang tanah dan perusahaan sebagai

pembimbing, pengolah serta pemasaran hasil produksi, dalam mengembangkan

usahatani kacang tanah.

2 Kasno A. 2008. Produksi Tidak Optimal, Impor Kacang Tanah Tinggi.

http://www.situshijau.co.id/htm. [26 Januari 2009]. 3 Muhammad F. 2008. Menyehatkan Pertanian Kita.

http://cetak.kompas.com/read/xml. [26 Januari 2009].

Page 22: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

22

1.2. Perumusan Masalah

Kacang tanah merupakan salah satu tanaman pangan yang dibudidayakan

di hampir seluruh propinsi di Indonesia. Terdapat enam propinsi yang menjadi

sentra produksi kacang tanah di Indonesia, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa

Barat. DI Yogyakarta, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat. Jawa Barat

merupakan sentra produksi kacang tanah ketiga terbesar di Indonesia (Pusdatin

Pertanian, 2007). Kabupaten Cianjur merupakan salah satu daerah penghasil

kacang tanah di Jawa Barat. Kacang tanah banyak dibudidayakan di daerah

Cianjur Selatan, antara lain di Kecamatan Sindangbarang.

Wilayah Kecamatan Sindangbarang merupakan salah satu daerah

penghasil kacang tanah terbesar di Kabupaten Cianjur (Dinas Pertanian Kab.

Cianjur 2009). Pada pemasaran kacang tanahnya, sebagian besar petani di daerah

Sindangbarang menjual kepada pengumpul dan tengkulak sebelum dibeli oleh

pedagang perantara atau perusahaan pengolah. Harga jual kacang tanah di tingkat

petani sebesar Rp. 5500, kemudian di tingkat pengumpul Rp. 6000 dan di

tengkulak Rp. 8000. Sedangkan harga di tingkat konsumen akhir atau pasar

sebesar Rp. 10.000-13.000. Dapat dilihat bahwa harga jual kacang tanah di tingkat

petani masih tergolong rendah jika dibandingkan harga di tingkat tengkulak

maupun konsumen akhir. Hal ini terjadi karena kurangnya informasi pasar yang

dimiliki petani, keterbatasan pengetahuan petani, serta masih berperannya

tengkulak pada rantai pemasaran kacang tanah di Sindangbarang. Kondisi ini

menyebabkan kesejahteraan petani kacang tanah masih tergolong rendah.

Salah satu perusahaan pengolah kacang tanah yang berlokasi di Kabupaten

Cianjur ialah CV. Mitra Priangan. Komoditas utama yang diperdagangkan oleh

CV. Mitra Priangan adalah kacang sangrai yang merupakan produk olahan siap

untuk dikonsumsi. Produk kacang sangrai tersebut diperdagangkan dengan merek

Ratih Kacang Sangrai. Usaha Ratih Kacang Sangrai ini didirikan pemilik sejak

tahun 2005. Saat ini CV. Mitra Priangan mempunyai satu buah pabrik berukuran

72m² dengan skala industri rumah tangga di Kabupaten Cianjur.

Permintaan kacang sangrai datang dari wilayah Jabodetabek yang

disalurkan ke instansi-instansi swasta, pemerintah maupun perorangan. Untuk

memenuhi permintaan tersebut CV. Mitra Priangan harus membeli bahan baku

Page 23: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

23

berupa kacang tanah dari beberapa bandar kacang tanah atau membeli kacang

tanah impor jika produksi kacang tanah di Indonesia sedang menurun. Menurut

pemilik hal ini dirasakan kurang menguntungkan bagi perusahaan dikarenakan

harga kacang tanah yang fluktuatif dan tidak jarang jumlah kacang tanah yang

terdapat di bandar tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Saat ini CV. Mitra Priangan masih mengalami kendala dalam menjalankan

usahanya, terutama yang berkaitan dengan produksinya. Kendala ini dapat dilihat

dari penjualan kacang sangrai CV. Mitra Priangan yang tidak sesuai dengan

permintaannya (Tabel 4). Pada Tabel 4 dapat dilihat volume penjualan,

permintaan dan selisih pemenuhan permintaan kacang sangrai dengan mengambil

contoh 9 instansi atau pelanggan yang melakukan permintaan kacang sangrai

Ratih setiap bulannya. Dapat dilihat bahwa CV. Mitra Priangan memproduksi

kacang sangrai rata-rata 5-20 kg per bulan untuk memenuhi pelanggannya, serta

ditambah produksi kacang sangrai untuk pameran yang selalu diikuti CV. Mitra

Priangan minimal satu kali dalam sebulan. Secara keseluruhan selisih pemenuhan

permintaan kacang sangrai Ratih selalu negatif, hal ini menunjukkan bahwa

permintaan kacang sangrai Ratih lebih besar daripada penjualannya.

Tabel 4. Volume Permintaan, Penjualan dan Selisih Pemenuhan Permintaan Kacang Sangrai CV Mitra Priangan, Mei 2009

Nama Instansi Permintaan

(kg)

Penjualan

(kg)

Selisih

(kg)

Selisih

(%)

Madani Mart 31,25 12,5 -18,75 -150

Koperasi Depkeu 24,5 10 -14,5 -145

Koperasi Depag 20 10,5 -9,5 -90,48

Koperasi Kantor Pos 20 7,25 -12,75 -175,86

Koperasi Pertamina 12,5 5,7 -6,8 -119,30

Koperasi Depkel 25 10 -15 -150

Koperasi Dep. Perindustrian

50 18,45 -31,55 -171

Koperasi PLN 25 10 -15 -150

Toko Sayur Organik Bintaro Sektor 9

58,5 20,5 -38 -185,37

Sumber : CV Mitra Priangan, diolah

Page 24: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

24

Saat ini jumlah instansi yang sedang bekerja sama dengan CV. Mitra

Priangan sebanyak 750 pelanggan. Jika dihitung dari seluruh pelanggan yang ada

tersebut, total produksi kacang sangrainya berkisar antara 7-10 ton per bulan.

Sedangkan selisih permintaan kacang sangrai per bulannya berkisar antara 100%

hingga 200% dari jumlah produksi CV. Mitra Priangan. Dengan permintaan yang

lebih tinggi daripada produksi tersebut mengindikasikan adanya gap antara

permintaan dan produksi Ratih Kacang Sangrai. Gap ini terjadi dikarenakan

terbatasnya modal yang dimiliki perusahaan dan bahan baku yang ada di pasaran.

Kondisi ini memperlihatkan potensi yang cukup besar pada CV. Mitra Priangan

untuk terus berkembang, mengingat tingginya permintaan produk kacang sangrai

Ratih.

Memasuki tahun 2009, jumlah permintaan Ratih Kacang Sangrai semakin

meningkat. Lonjakan permintaan ini terjadi karena gencarnya kegiatan promosi

yang dilakukan perusahaan dengan mengikuti berbagai pameran-pameran produk

UKM setiap bulannya. Selain itu, banyaknya tawaran kerjasama dari beberapa

swalayan besar untuk memasarkan produk Ratih Kacang Sangrai, antara lain

Alfamart, Indomart, Giant, Carrefour, Kemchicks, Superindo dan Madani Mart.

Tingginya permintaan Ratih Kacang Sangrai ini merupakan potensi pasar yang

sangat menjanjikan yang belum bisa dipenuhi oleh CV. Mitra Priangan. Menurut

pemilik, CV. Mitra Priangan akan memperoleh bantuan dana hibah yang

diberikan oleh Departemen Pertanian berkaitan dengan program LM3. Dana

tersebut akan dipergunakan perusahaan untuk mengatasi permasalahan produksi

pada produk kacang sangrainya.

Dilihat dari kondisi yang telah diuraikan diatas, maka CV. Mitra Priangan

berencana untuk melakukan kemitraan dengan petani kacang tanah di wilayah

Cianjur, tepatnya di Kecamatan Sindangbarang. Kemitraan ini dilakukan sebagai

upaya mengatasi permasalahan produksi kacang sangrai CV. Mitra Priangan serta

untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan produksi kacang tanah di Cianjur

serta untuk meminimalisir peranan tengkulak di Kecamatan Sindangbarang.

Adapun petani kacang tanah yang akan bermitra dengan perusahaan terdiri dari

dua kelompok tani di Desa Muara Cikadu, Kecamatan Sindangbarang, Kabupaten

Cianjur, yaitu kelompok tani KTH Mekar Mukti dan kelompok tani Cikawung.

Page 25: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

25

Kemitraan merupakan bentuk kerjasama yang tepat antara petani dengan

perusahaan agar tercapainya prinsip win-win solution. Kemitraan adalah suatu

proses yang dimulai dengan perencanaan, kemudian rencana tersebut

diimplementasikan dan selanjutnya dimonitor serta dievaluasi terus-menerus oleh

pihak yang bermitra. Namun begitu, dalam prakteknya banyak dijumpai kasus-

kasus ketidakberhasilan dalam kemitraan usaha agribisnis akibat berbagai

permasalahan, baik yang bersifat internal maupun eksternal dari sistem itu sendiri.

Kendala-kendala yang ditemui dalam pelaksanaan kerjasama tersebut dapat

berasal dari perusahaan maupun mitra usahanya. Untuk mengatasi hal tersebut,

maka perusahaan harus menerapkan pola kerjasama yang sesuai dengan kondisi

perusahaan itu sendiri maupun kondisi mitra usahanya sehingga akan

memperkecil kemungkinan terjadinya kegagalan. Sehingga dalam proses

pembentukan kemitraannya, CV. Mitra Priangan dan petani merasa perlu untuk

menentukan pola kemitraan yang paling sesuai dengan kondisi kedua pihak mitra

agar tujuan kedua pihak dapat tercapai dan kemungkinan terjadinya kegagalan

dapat diperkecil.

Pembentukan pola kemitraan dapat dipengaruhi oleh tujuan masing-

masing pelaku sebagai pendorong internal dan faktor-faktor yang berasal dari

eksternal yang dihadapi kedua pelaku. Sedangkan pola kemitraan akan

menjelaskan hubungan kerjasama dan posisi kedua pelaku dalam pelaksanaan

kemitraan. Pola kemitraan yang ideal dan efektif dapat menjadi solusi terbaik

untuk pengembangan usaha kedua pelaku.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan yang

hendak diteliti sebagai berikut :

1) Bagaimana kondisi perusahaan mitra serta mitra usahanya?

2) Apakah tujuan serta faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembentukan

kemitraan menurut CV. Mitra Priangan dan petani mitra?

3) Apakah pola kemitraan yang paling sesuai bagi CV. Mitra Priangan dan petani

mitra?

Page 26: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

26

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1) Mengidentifikasi dan menganalisis kondisi masing-masing pelaku kemitraan,

dalam hal ini kondisi CV.Mitra Priangan dan petani kacang tanah.

2) Mengidentifikasi dan menganalisis tujuan serta faktor-faktor yang

mempengaruhi dalam pembentukan kemitraan menurut CV. Mitra Priangan

dan petani mitra.

3) Menentukan pola kemitraan yang paling sesuai bagi CV. Mitra Priangan

dengan petani mitra.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi

pihak yang berkepentingan, yaitu :

1) Perusahaan

Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan pola

kemitraan yang tepat dalam upaya pengembangan usahanya.

2) Kelompok Tani Mitra

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi kelompok tani

mitra tentang kemitraan dan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan

pola kemitraan yang sesuai.

3) Penulis

Penelitian ini berguna untuk memperluas wawasan pengetahuan peneliti dan

melatih kemampuan dalam menganalisis masalah berdasarkan fakta-fakta dan

data yang ada, yang terkait dengan kemitraan.

4) Penelitian ini berguna untuk memperluas wawasan pengetahuan peneliti dan

melatih kemampuan dalam menganalisis masalah berdasarkan fakta-fakta dan

data yang ada, yang terkait dengan kemitraan.

5) Masyarakat pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi atau bahan

rujukan bagi penelitian selanjutnya mengenai analisis penentuan pola

kemitraan.

Page 27: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

27

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berbentuk studi kasus yang hanya mengamati kasus rencana

kemitraan CV. Mitra Priangan, selaku perusahaan yang bergerak di bidang

pengolahan kacang tanah dengan petani mitranya. Pencarian data dan informasi

serta survei lapangan mengenai petani mitra dalam penelitian ini dibatasi untuk

kelompok tani yang akan bermitra dengan CV. Mitra Priangan dalam hal ini

terdiri dari dua kelompok tani di Desa Muara Cikadu, Kecamatan Sindangbarang,

Kabupaten Cianjur, yaitu kelompok tani KTH Mekar Mukti dan kelompok tani

Cikawung. Adapun alasan pemilihan kedua kelompok tani tersebut dikarenakan

wilayah Sindangbarang merupakan salah satu daerah penghasil kacang tanah

terbesar di Kabupaten Cianjur.

Page 28: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

28

II. TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Gambaran Umum Kacang Tanah (Arachis hypogaea L)

1.1.1. Botani Kacang Tanah

Kacang tanah berasal dari Brazil dan ditanam oleh bangsa Indian. Ketika

Benua Amerika ditemukan, tradisi menanam kacang telah ada. Kacang tanah pun

menyebar ke berbagai tempat karena dibawa oleh kaum pendatang termasuk

Indonesia. Di Indonesia, kacang tanah mulai dikenal sekitar 1521-1529 oleh

pedagang Spanyol melalui Maluku4. Saat ini kacang tanah telah berkembang

sejalan dengan meningkatnya industri makanan berbahan baku kacang tanah.

Menurut Sumarno (1993) produktivitas kacang tanah di Negara tropis termasuk

Indonesia adalah antara 0,7 ton hingga 1,3 ton biji kering per hektar. Sedangkan

potensi hasil kacang tanah adalah 1,2-3,37 ton/hektar (Pusat Penelitian Tanaman

Pangan 2008).

Menurut Pitojo (2005) sistematika taksonomi tanaman kacang tanah ialah

sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Rosales

Famili : Papilionaceae

Genus : Arachis

Spesies : Arachis hypogaea

Subspesies : fastigata, hypogaea

Menurut Suprapto (2004) berdasarkan tipe pertumbuhannya kacang tanah

dibedakan menjadi dua yaitu kacang tanah dengan tipe tegak (bunch type) dan

kacang tanah tipe menjalar (runner type). Kacang tanah tipe menjalar memiliki

percabangan yang tumbuh ke samping, tetapi ujung-ujungnya mengarah ke atas.

Panjang batang utamanya antara 33-36 cm. Tipe ini umumnya berumur panajang

kira-kira 180-210 hari. Sedangkan kacang tanah tipe tegak memiliki percabangan

yang lurus atau sedikit miring ke atas. Umumnya petani lebih suka yang bertipe

4 Melati 107,7 FM. 2008. Manfaat Kacang Tanah.

http://www.melati.co.id/manfaat-kacang-tanah.html. [5 Maret 2009].

Page 29: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

29

tegak sebab umurnya pendek yaitu sekitar 100-120 hari sehingga lebih cepat

panen. Sebagian besar kacang tanah yang ditanam di Indonesia adalah tipe tegak

(Trustinah 1993).

Gambar 1. Kacang Tanah (Arachis hypogaea L) Sumber : http://www.r3gina.files.wordpress.com

2.1.2 Syarat Tumbuh Kacang Tanah

Tanaman kacang tanah memiliki sifat-sifat fisiologi yang unik, yang tidak

terdapat pada tanaman kacang-kacangan yang lain diantaranya adalah sebagai

berikut (Sumarno & Slamet 1993) :

1) Bunga kacang tanah yang terbentuk pada bagian tanaman yang berada di atas

permukaan tanah namun, polong masuk dan berkembang di dalam tanah.

2) Periode berbunga cukup lama (75% dari periode hidup tanaman).

3) Pertumbuhan generatif memerlukan radiasi surya yang cukup tinggi.

4) Kacang tanah menyerap cukup banyak hara sehingga disebut tanaman

penguras tanah.

5) Perbandingan benih yang ditanam dengan biji yang dihasilkan tergolong kecil,

yaitu antara 1 : 10 hingga 1 : 25.

Kacang tanah tumbuh hampir di 90 negara di dunia. Penyebaran tanaman

kacang tanah di seluruh dunia meliputi wilayah berlintang 40ºLU-40ºLS yang

diyakini sebagai wilayah tropik, subtropik atau suhu hangat. Wilayah ini memiliki

tanah yang ringan, netral atau alkalin, dan curah hujannya atau pengairan

menyediakan paling sedikit 450 mm air per musim tumbuh. Secara spesifik

tanaman ini sangat cocok ditanam pada jenis tanah lempung berpasir, liat berpasir

atau lempung liat. Kemasaman (pH) tanah yang cocok untuk kacang tanah adalah

6,5-7,0. Tanah yang baik system drainasenya akan menciptakan aerase yang lebih

baik, sehingga akar tanaman akan lebih mudah menyerap air, hara nitrogen, dan

O2. Drainase yang kurang baik akan berpengaruh buruk terhadap respirasi akar

tanaman, karena persediaan dalam O2 tanah rendah (Kasno et al. 1993).

Page 30: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

30

Faktor iklim yang sangat berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan

tanaman kacang tanah adalah suhu, curah hujan dan cahaya. Suhu udara

berpengaruh pada perkecambahan awal. Untuk pertumbuhan optimum suhu yang

sesuai adalah berkisar 27ºC sampai 30ºC, tergantung varietas. Curah hujan sangat

berpengaruh pada pencapaian hasil kacang tanah. Total curah hujan optimum

selama 3-3,5 bulan atau sepanjang periode tumbuh sampai panen adalah 300-500

mm. Sangat ideal jika curah hujan tersebut terbagi merata selama pertumbuhan

tanaman. Kacang tanah merupakan tanaman C3, cahaya mempengaruhi

fotosintesis dan respirasi. Intensitas cahaya yang rendah saat pembentukan ginofor

akan mempengaruhi jumlah ginofor, sedangkan rendahnya intensitas cahaya saat

pengisian polong akan menurunkan jumlah dan berat polong serta menambah

jumlah polong hampa (Adisarwanto 2005).

2.1.3 Varietas Kacang Tanah

Kacang tanah berkembang sejalan dengan meningkatnya industri makanan

dengan menggunakan bahan baku kacang tanah. Beberapa varietas kacang tanah

yang banyak ditanam adalah gajah, anoa, kelinci, garuda dua, garuda biga, tapir,

kidang dan pelanduk (Suprapto 1993). Karakteristik dari varietas-varietas tersebut

adalah sebagai berikut :

1) Gajah

Berumur panen 100-110 hari, berbentuk bulat lonjong, warna kulit ari merah

muda, produktivitas mencapai 1,2-1,8 ton/ha, tahan terhadap penyakit layu,

peka terhadap penyakit karat dan bercak daun.

2) Anoa

Berumur panen 100-110 hari, berbentuk bulat lonjong, warna kuit ari merah

muda, produktivitas mencapai 1,8 ton/ha, tahan terhadap penyakit layu, karat

daun, dan bercak cokelat daun.

3) Kelinci

Berumur panen 100-110 hari, berbentuk pipih, warna kulit ari ungu,

produktivitas 1,2-1,8 ton/ha, toleran terhadap penyakit layu, dan agak tahan

penyakit karat dan bercak daun.

Page 31: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

31

4) Garuda dua

Berumur panen sekitar 85-90 hari, berbentuk bulat, warna kulit ari merah

muda, produktivitas mencapai 2,3 ton/ha, dan toleran terhadap penyakit layu,

peka penyakit karat dan bercak daun.

5) Garuda biga

Berumur panen sekitar 85-90 hari, berbentuk bulat, warna kulit ari merah

muda, produktivitas mencapai 2,25 ton/ha, dan toleran terhadap penyakit layu.

6) Tapir

Berumur panen sekitar 95-100 hari, berbentuk bulat, warna kulit ari merah

muda, produktivitas mencapai 1,8-2 ton/ha, tahan penyakit layu.

7) Kidang

Berumur panen sekitar 100-110 hari, berbentuk bulat, warna kulit ari merah,

produktivitas 1,2-1,8 ton/ha, tahan penyakit layu.

8) Pelanduk

Berumur panen sekitar 95-100 hari, berbentuk bulat, warna kulit ari merah,

produktivitas 1,9-2 ton/ha, tahan penyakit layu.

2.1.4 Kandungan Gizi Kacang Tanah

Kacang merupakan hasil tanaman yang banyak mengandung protein, yaitu

komponen pangan yang penting bagi pertumbuhan. Nilai gizi yang terkandung

dalam kacang tanah untuk dikonsumsi tidak berkurang setelah melewati proses

pengolahan. Kacang olahan tersebut pun tetap bebas kolesterol meskipun telah

dilakukan proses pengolahan. Pemenuhan kalori dan protein masyarakat dapat

diperoleh dari kacang tanah, karena kandungan kedua zat tersebut tergolong besar

dalam tanaman kacang tanah. Kalori merupakan sumber energi bagi tubuh.

Sementara itu, protein berfungsi sebagai zat pembangun dan sumber energi

setelah kalori. Selain sebagai sumber kalori dan protein, kacang tanah

mengandung zat gizi lainnya (Tabel 5).

Kandungan lemak dalam kacang tanah termasuk tinggi kadarnya

dibandingkan zat gizi lain. Lemak yang terkandung dalam kacang tanah tidak

mengandung kolesterol. Adapun asam amino esensial yang terkandung dalam

kacang tanah yang dikenal sebagai fitosterol dan tokoferol. Zat fitosterol memiliki

Page 32: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

32

peran sebagai penghambat pembentukan kolesterol darah, sedangkan tokosferol

sebagai antioksigen dan antipenuaan dini. Sedangkan kandungan karbohidrat yang

terdiri dari sejumlah pati dan gula jenis sukrosa selain memberikan rasa manis,

juga berperan sebagai penyuplai kalori dan energi.

Tabel 5. Kandungan Gizi Kacang Tanah dalam Setiap 100 Gram Bahan

Kandungan Gizi Satuan Kandungan

Kalori kal 452,0

Protein gram 25,3

Lemak gram 42,8

Karbohidrat gram 21,1

Kalsium mg 58,0

Fosfor mg 335,0

Zat besi mg 1,3

Vitamin B1 mg 0,3

Vitamin C mg 3,0

Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1981) 2.1.5. Manfaat Kacang Tanah

Kacang tanah dapat dikonsumsi dalam berbagai bentuk, antara lain sebagai

bahan sayur, saus dan digoreng atau direbus. Sebagai bahan industri dapat dibuat

keju, mentega, sabun dan minyak. Daun dan batang kacang tanah dapat

dipergunakan untuk pakan ternak dan pupuk. Hasil sampingan dari pembuatan

minyak, berupa bungkil dapat dijadikan oncom dengan bantuan fermentasi jamur

(Suprapto 1998).

Pengembangan olahan produksi kacang tanah telah berkembang dalam

industri obat-obatan maupun industri kosmetika. Hal ini dikarenakan kacang tanah

memiliki kandungan protein, vitamin dan lemak yang tinggi, yang sangat

dibutuhkan oleh kulit. Industri kosmetika memanfaatkan kacang tanah dalam

produk-produk kecantikan khususnya untuk kulit, seperti pelembap, sabun, hand

body, dan sebagainya. Sedangkan dalam industri obat-obatan, kacang tanah sering

digunakan pada cream pengobat luka dan campuran obat untuk penyakit kulit

Page 33: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

33

lainnya5. Pemanfaatan bagian-bagian kacang tanah serta produk olahannya dapat

dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Komponen Kacang Tanah dan Pemanfaatannya

Komponen Produk Olahan Gambar

Kacang olahan & campuran makanan Selai Kacang (Peanut

Butter)

Mentega, Sabun, Minyak

Biji / Polong

Industri Kosmetika & Obat-obatan Pakan Ternak Daun & Batang

Pupuk

Kulit Bahan bakar & Briket kulit kacang tanah

Daun kacang

Batang kacang Biji / Polong

Kulit kacang

Sumber : Costa WY (2008)

2.2 Gambaran Umum Kacang Sangrai

Kacang sangrai merupakan makanan olahan tradisional yang biasa dikenal

masyarakat umum sebagai kacang pasir atau kacang panggang pasir. Produk ini

secara tradisional dibuat dengan cara menggoreng kacang yang telah dibuka

kulitnya didalam pasir yang panas hingga matang6.

Gambar 2. Kacang Sangrai “Ratih”

5 Costa WY. 2008. Manfaat dan Olahan Kacang Tanah.

http://www.deptan.go.id/bpsdm/bbpp-kupang/produksi/olah-kacang.pdf. [4

Juni 2009].

6 Alvian. 2008. Panggang Pasir Lebih Nikmat. http://www.indorating.com/kacang-

sangrai.htm. [3 Maret 2009].

Page 34: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

34

Sumber : CV Mitra priangan (2009) Proses pengolahan kacang tanah menjadi kacang sangrai terdiri dari

beberapa tahapan yang meliputi; 1) proses penyortiran I yaitu memilih kacang

tanah dengan kualitas baik dan kemudian dikupas kulitnya, 2) proses

pengayakan, 3) proses pembumbuan dengan garam dan bawang putih, 4) proses

perendaman selama 24 jam, 5) proses pengeringan dibawah panas matahari, 6)

proses penyangraian dengan pasir laut, 7) proses penyortiran II yaitu memisahkan

kacang yang telah disangrai dengan pasir laut, dan terakhir 8) proses pengemasan

ke dalam plastik.

2.3 Gambaran Umum Kemitraan

Kemitraan usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling

menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah/besar

(perusahaan mitra) disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha

besar, sehingga saling memerlukan, menguntungkan dan memperkuat (Pustaka

Deptan 2000).

Istilah kemitraan menurut Undang-Undang Usaha Kecil No.9 tahun 1995

yaitu kerjasama antara usaha kecil dan usaha menengah atau dengan usaha besar

disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau besar dengan

memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling

menguntungkan.

Menurut Kartasasmita (1995), asas kebersamaan dan kekeluargaan dalam

perekonomian nasional diwujudkan lewat kemitraan usaha. Kemitraan dalam

dunia usaha didefinisikan sebagai hubungan yang didasarkan pada ikatan usaha

yang saling menguntungkan dalam hubungan kerja yang sinergis yang hasilnya

bukanlah suatu zero-sum game, tapi win-win game atau positive game.

Definisi kemitraan menurut Hardjono (1996), diacu dalam Sulaksana

(2005) adalah semacam persetujuan antara dua pihak yang mempunyai kebutuhan

saling mengisi dan bekerjasama demi kepentingan kedua pihak atas prinsip saling

memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Kemitraan

diciptakan karena pihak pertama memerlukan sumber-sumber yang dimiliki oleh

pihak lain atau pihak kedua dalam memajukan usahanya. Sumber-sumber tersebut

Page 35: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

35

antara lain meliputi modal, tanah, tenaga kerja, akses teknologi, kapasitas

pengolahan dan outlet untuk pemasaran hasil produksi.

Menurut Hafsah (2000), kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang

dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih

keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling

membesarkan. Dalam pengertian yang lebih luas, keberadaan kemitraan akan

selalu memberikan nilai tambah bagi pihak yang bermitra dari berbagai aspek

seperti; manajemen, pemasaran, teknologi, permodalan, dan keuntungan.

2.3.1. Proses Pembentukan Kemitraan

Menurut John L Mariotti (1993), diacu dalam Hafsah (2000), kemitraan

merupakan suatu rangkaian proses yang ditapaki secara beraturan dan bertahap

untuk mendapatkan hasil yang optimal, yang dimulai dengan mengenal calon

mitranya, mengetahui posisi keunggulan dan kelemahan usahanya, memulai

membangun strategi, melaksanakan dan terus memonitor dan mengevaluasi

sampai target sasaran tercapai. Adapun rangkaian proses pembentukan kemitraan

adalah sebagai berikut:

1) Memulai membangun hubungan dengan calon mitra

Langkah awal dalam proses kemitraan adalah mengenal calon mitra.

Pengenalan calon mitra ini merupakan awal keberhasilan dalam proses

membangun kemitraan selanjutnya. Memilih mitra yang tepat memerlukan

waktu karena harus benar-benar diyakini, maka informasi yang dikumpulkan

harus lengkap.

2) Mengerti kondisi bisnis pihak yang bermitra

Kondisi bisnis calon mitra harus benar-benar diperhatikan terutama

kemampuan dalam manajemen, penguasaan pasar, teknologi, permodalan, dan

sumberdaya manusianya. Pemahaman akan keunggulan yang ada akan

menghasilkan sinergi yang berdampak pada efisiensi, turunnya biaya produksi

dan sebagainya.

3) Mengembangkan strategi dan menilai detail bisnis

Strategi yang direncanakan bersama meliputi strategi dalam pemasaran,

distribusi, operasional dan informasi. Strategi disusun berdasarkan keunggulan

dan kelemahan bisnis dari pihak yang bermitra.

Page 36: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

36

4) Mengembangkan program

Setelah informasi dikumpulkan kemudian dikembangkan menjadi suatu

rencana yang taktis dan strategis yang akan diimplementasikan. Termasuk

didalamnya menentukan atau membatasi nilai tambah yang ingin dicapai.

5) Memulai pelaksanaan

Memulai pelaksanaan kemitraan berdasarkan ketentuan yang disepakati.

Pada tahap awal yang perlu dilakukan adalah mengecek kemajuan-kemajuan

yang dialami.

6) Memonitor dan mengevaluasi perkembangan

Perkembangan pelaksanaan perlu dimonitor terus-menerus agar target

yang ingin dicapai benar-benar dapat menjadi kenyataan. Di samping itu perlu

terus dievaluasi pelaksanaannya untuk perbaikan pada pelaksanaan

berikutnya.

2.3.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemitraan

Berdasarkan alur pemikiran Soedjono, diacu dalam Shinta (1998)

mengenai unsur-unsur penting yang berkaitan dengan kemitraan, dapat

diidentifikasi faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk terlaksananya suatu

kerjasama antar badan usaha yang sehat dan bermanfaat, yaitu :

1) Bargaining power suatu badan usaha, yang dicerminkan oleh kemampuan

internal badan usaha dan kekuatan yang berasal dari luar. Kemampuan

internal tampak pada kemampuan badan usaha di bidang manajemen,

permodalan, aksesibilitas terhadap pasar dan penguasaan teknologi usaha

tersebut. Sedangkan kekuatan yang diperoleh dari luar dapat berupa kebijakan

pemerintah yang berkaitan dengan bidang usaha tertentu yang menguntungkan

posisi suatu badan usaha.

2) Kebutuhan/kepentingan masing-masing pihak yang bekerjasama sehingga

kerjasama berjalan efektif.

Sedangkan menurut James (1994), secara internal, kemampuan masing-

masing badan usaha/usaha kecil menengah dicerminkan oleh faktor-faktor sebagai

berikut :

Page 37: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

37

1) Manajemen, yaitu kemampuan pengelolaan dan profesionalisme yang

diterapkan pada suatu badan usaha.

2) Permodalan, yaitu kemampuan badan usaha dalam menyediakan modal

termasuk aksesibilitas badan usaha terhadap sumber-sumber permodalan.

3) Pasar, yaitu aksesibilitas badan usaha terhadap produk yang dihasilkan.

4) Teknologi, yaitu penguasaan badan usaha terhadap teknologi yang berkaitan

dengan bidang usaha dan kemampuannya dalam penerapan.

2.3.2. Tujuan Kemitraan

Tujuan kemitraan menurut Khaerul (1994), dibedakan menurut pendekatan

struktural dan kultural. Berdasarkan pendekatan struktural, kemitraan bertujuan :

1) Saling mendukung, saling membutuhkan, saling mempererat dan saling

menguntungkan antara usaha kecil dan usaha besar melalui ikatan kerjasama

ke depan dan ke belakang.

2) Memperoleh nilai tambah, meningkatkan efisiensi dan produktivitas usaha

bagi kedua belah pihak.

3) Menciptakan dan meningkatkan alih pengetahuan, keterampilan, manajemen

dan teknologi sehingga menjadi bekal masyarakat untuk turut berperan di

pasar global.

4) Mengatasi kesenjangan sosial.

Berdasarkan pendekatan kultural, tujuan kemitraan adalah agar mitra

usaha dapat menerima dan mengadaptasi nilai-nilai baru dalam berusaha seperti

perluasan wawasan, produktivitas dan kreatifitas, berani mengambil resiko, etos

kerja, kemampuan aspek-aspek manajerial, bekerja atas dasar perencanaan dan

berwawasan ke depan.

2.3.3. Bentuk-bentuk Pola Kemitraan

Menurut Sumardjo et al. (2004), kemitraan usaha pertanian dapat

dilaksanakan dengan lima pola antara lain :

1) Pola Inti Plasma

Pola inti plasma merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra

(petani-nelayan, kelompok tani-kelompok nelayan, gabungan kelompok

tani/kelompok nelayan, koperasi dan usaha kecil) dengan perusahaan mitra

Page 38: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

38

(perusahaan besar dan perusahaan menengah) yang didalamnya perusahaan

mitra bertindak sebagai inti (penyediaan sarana produksi pertanian,

penyediaan prasarana pertanian, pembinaan manajemen, pembinaan teknologi,

permodalan dan pemasaran hasil) dan kelompok mitra sebagai plasma

(menjual seluruh hasil produksinya kepada inti, mematuhi peraturan / petunjuk

yang diberikan inti). Perusahaan mitra sebagai inti akan mengolah produk

dengan input atau bahan baku yang didapat dari plasma yaitu petani mitra.

Pola inti plasma dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 3. Pola Kemitraan Inti Plasma

Sumber : Sumardjo, Sulaksana J, Aris W (2004)

2) Pola Sub Kontrak

Pola sub kontrak merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra

dengan perusahaan mitra yang didalamnya kelompok mitra memproduksi

komponen yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya.

Pada umumnya pola sub kontrak merupakan hubungan kerjasama yang

bersifat jangka pendek. Pola sub kontrak dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 4. Pola Kemitraan Sub Kontrak

PERUSAHAAN INTI

PLASMA

PLASMA PLASMA

PLASMA

PERUSAHAAN MITRA

Kelompok Mitra

Kelompok Mitra

Kelompok Mitra

Kelompok Mitra

Page 39: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

39

Sumber : Sumardjo, Sulaksana J, Aris W (2004)

3) Pola Dagang Umum

Pola dagang umum merupakan hubungan kemitraan antara kelompok

mitra dengan perusahaan mitra yang didalamnya perusahaan mitra

memasarkan hasil produksi kelompok mitra atau kelompok mitra memasok

kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra. Pola kemitraan dagang umum

dapat dilihat pada Gambar 3.

Memasok

Memasarkan produksi Kelompok mitra

Gambar 5. Pola Kemitraan Dagang Umum Sumber : Sumardjo, Sulaksana J, Aris W (2004)

4) Pola Keagenan

Pola keagenan merupakan hubungan kemitraan yang didalamnya

kelompok mitra diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa dari

peerusahaan mitra. Pola kemitraan keagenan dapat dilihat pada Gambar 4.

Pemberian hak khusus

Memasarkan

Gambar 6. Pola Kemitraan Keagenan

Sumber : Sumardjo, Sulaksana J, Aris W (2004)

Kelompok Mitra

Perusahaan Mitra

Konsumen/Industri

Kelompok Mitra

Perusahaan Mitra

Konsumen/Masyarakat

Page 40: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

40

5) Pola Waralaba

Pola waralaba merupakan pola kemitraan antara kelompok mitra usaha

yang memberikan hak lisensi, merk dagang dan saluran distribusinya kepada

kelompok mitra usaha sebagai penerima waralaba yang disertai bantuan

manajemen. Salah satu contoh kemitraan pola waralaba ini adalah kemitraan

Es Teler 77. Pola waralaba ini dapat dilihat pada Gambar 5.

Kemitraan

• Hak lisensi • Merek dagang • Bantuan manajemen • Saluran distribusi

Gambar 7. Pola Kemitraan Waralaba

Sumber : Sumardjo, Sulaksana J, Aris W (2004)

6) Pola Kerjasama Operasional (KOA)

Pola KOA merupakan hubungan kemitraan yang didalamnya kelompok

mitra menyediakan lahan, sarana, dan tenaga, sedangkan perusahaan mitra

menyediakan biaya atau modal dan atau sarana untuk mengusahakan atau

membudidayakan suatu komoditi pertanian. Pola kemitraan ini dapat dilihat

pada Gambar 6.

Pembagian hasil sesuai kesepakatan

Es Teler 77 Pemilik Waralaba

Es Teler 77 Penerima Waralaba

Kelompok Mitra

Perusahaan Mitra

-Lahan -Sarana -Tenaga

-Biaya -Modal -Teknologi

Page 41: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

41

Gambar 8. Pola Kemitraan Kerjasama Operasional Agribisnis Sumber : Sumardjo, Sulaksana J, Aris W (2004)

2.3.4. Perusahaan Kemitraan

Kemitraan antara pengusaha dan plasma (petani) berdasarkan tata

hubungan antara keduanya telah ditetapkan oleh Badan Agribisnis Departemen

Pertanian (Sumardjo et al. 2004) menjadi tiga pola umum kemitraan perusahaan

pembimbing, yaitu :

1) Perusahaan Inti Rakyat (PIR), yaitu perusahaan yang melakukan fungsi

perencanaan, bimbingan dan pelayanan sarana produksi, kredit, pengolahan

hasil dan pemasaran hasil antara usahatani yang dimilikinya sambil

menjalankan usahatani yang dimiliki dan dikelolanya sendiri.

2) Perusahaan pengelola, yaitu perusahaan yang melakukan fungsi perencanaan,

bimbingan dan pelayanan sarana produksi, kredit, pengolahan dan pemasaran

hasil bagi usahatani yang dibimbingnya, tetapi tidak menyelenggarakan

usahatani sendiri.

3) Perusahaan penghela, yaitu perusahaan yang melakukan fungsi perencanaan,

bimbingan dan pemasaran hasil tanpa pelayanan kredit, sarana produksi dan

juga tidak mengusahakan usahataninya sendiri.

2.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dimaksudkan untuk mengkaji penelitian-penelitian

yang telah dilakukan dengan mengangkat topik, komoditas, produk maupun alat

analisis yang sama sehingga dapat diketahui kekurangan dan kelebihan penelitian

yang telah dilakukan agar dapat dijadikan bahan pembelajaran. Penelitian

mengenai kajian pola kemitraan telah dilakukan oleh banyak peneliti dengan jenis

produk yang berbeda. Akan tetapi penelitian mengenai analisis penentuan pola

kemitraan dalam rangka mendukung pembentukan kemitraan belum pernah

dilakukan. Di samping kajian pola kemitraan, penelitian mengenai produk kacang

olahan juga telah dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan kajian yang berbeda.

Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti berkaitan dengan analisis

penentuan pola kemitraan antara perusahaan agribisnis dengan kelompok tani

mitra. Penelitian ini dilakukan dengan studi kasus pada CV. Mitra Priangan

Page 42: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

42

sebagai perusahaan yang bergerak dalam usaha pengolahan kacang tanah menjadi

kacang sangrai dengan kelompok tani di wilayah Cianjur. Alat analisis yang

digunakan tidak jauh berbeda dengan alat analisis yang digunakan pada penelitian

terdahulu yaitu dengan menggunakan PHA (Proses Hierarki Analitik). Perbedaan

dengan penelitian terdahulu adalah antara perusahaan dengan petani mitra dalam

penelitian ini belum melaksanakan kemitraan, melainkan bermaksud untuk

membentuk suatu pola kemitraan yang paling tepat, sesuai dengan kondisi dan

tujuan masing-masing. Sehingga peneliti mencoba menganalisis dengan melihat

tujuan serta mengidentifikasi faktor kunci pembentuk kemitraan. Kemudian

dianalisis pola kemitraan yang paling tepat dan sesuai bagi kedua belah pihak.

Dengan menentukan pola kemitraan yang sesuai di awal proses pembentukan

kemitraan, diharapkan kemitraan yang akan terjalin dapat saling menguntungkan

dan bertahan lama.

Penelitian Sembodo (2003) meneliti tentang evaluasi strategi

pengembangan kemitraan Bank Bukopin dengan koperasi. Dalam analisis PHA

diperoleh faktor kunci yang diprioritaskan Bank Bukopin berturut-turut adalah

sumber daya manusia, manajemen, keuangan, pemasaran dan teknologi

informatika. Faktor internal memiliki beberapa elemen yang menjadi kekuatan

bagi Bank Bukopin, yakni kuantitas dan kualitas SDM, informasi pasar, suku

bunga tabungan, pengorganisasian, fasilitas serta kualitas teknologi operasional.

Faktor kunci yang diprioritaskan oleh koperasi sama dengan Bank Bukopin.

Tujuan kemitraan adalah permodalan, solvabilitas usaha, penumbuhan USP (Unit

Simpan Pinjam), alih pengetahuan, nilai tambah usaha dan jaringan Swamitra.

Bagi Bank Bukopin yang terpenting adalah efisiensi ekonomi, pelayanan,

manajemen, kredibilitas, mobilitas dana dan informasi usaha. Bagi koperasi yang

terpenting adalah mobilitas dana, kredibilitas, manajemen, pelayanan, informasi

usaha, dan efisiensi ekonomi.

Penelitian Tampubolon (2004) mengenai kemitraan antara perusahaan PT.

XYZ dengan nelayan atau pemilik kapal di kawasan Muara Angke, Jakarta Utara

menelaah tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan para

nelayan atau pemilik kapal untuk memilih PT. XYZ sebagai mitra usahanya dan

mengevaluasi serta menentukan bentuk pola kemitraan yang seharusnya

Page 43: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

43

diterapkan para nelayan dalam rangka pengembangan usahanya. Dari penelitian

tersebut diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan nelayan

untuk melanjutkan kemitraan adalah faktor umur nelayan, pengalaman, tingkat

pendidikan, status kepemilikan kapal, produksi yang dihasilkan nelayan dan

keikutsertaan dalam kelompok. Sedangkan dari analisis pemilihan pola kemitraan

antara kedua pelaku didapatkan pola kemitraan inti plasma yang dirasakan paling

efektif oleh kedua pelaku, mengingat kondisi nelayan yang masih membutuhkan

bantuan dari perusahaan dalam hal sarana produksi, serta bimbingan teknis dan

non teknis.

Dalam penelitian Sulaksana (2005), mengkaji implementasi kemitraan

antara koperasi usaha berbasis terigu dengan perusahaan besar swasta, yaitu PT.

ISM Bogasari Flour Mills dan Koperasi Pedagang Mi Bakso Jakarta Utara

(KPMB-JU). Menurut hasil penelitian urutan prioritas berdasarkan bobot faktor

yang mendorong kemitraan menurut perusahaan adalah jaminan kualitas yang

bias dinikmati konsumen akhir (0,544), perluasan pasar (0,200), pengembangan

usaha (0,157), transfer teknologi (0,053) dan transfer manajemen (0,046).

Sedangkan menurut KPMB-JU adalah jaminan kualitas yang bisa dinikmati

konsumen akhir (0,322), transfer manajemen (0,280), perluasan pasar (0,220),

pengembangan usaha (0,131), dan transfer teknologi (0,047). Dalam evaluasi

bentuk kemitraan yang ideal menurut kedua pelaku, bentuk pola keagenan

merupakan bentuk yang paling ideal dalam menjelaskan hubungan kemitraan

antara kedua pelaku.

Aryani (2009) meneliti mengenai analisis pengaruh kemitraan dengan

judul Analisis Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Usahatani Kacang

Tanah (Kasus Kemitraan PT Garudafood dengan Petani Kacang Tanah di Desa

Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur). Penelitian ini

diarahkan untuk mengevaluasi pelaksanaan kemitraan antara PT Garudafood

dengan petani mitra di Desa Palangan dan menganalisis pengaruh kemitraan

terhadap peningkatan pendapatan usahatani kacang tanah di Desa Palangan.

Berdasarkan evaluasi pelaksanaan kemitraan, masih terdapat beberapa hal yang

tidak sesuai dengan perjanjian. Seperti masih ada petani yang mengggunakan

pupuk tidak sesuai dosis anjuran, menjual hasil produksi ke perusahaan lain, dan

Page 44: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

44

waktu tanam yang tidak sesuai dengan perjanjian. Meskipun demikian,

pelaksanaan kemitraan tersebut memberikan manfaat kepada petani, yaitu adanya

jaminan pasar, kepastian harga, meningkatkan pendapatan dan menambah

pengetahuan mengenai budidaya kacang tanah. Sehingga pelaksanaan kemitraan

dapat diteruskan. Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani, petani mitra

memperoleh pendapatan usahatani lebih besar dari pada petani non mitra, baik

untuk pendapatan atas biaya tunai maupun pendapatan atas biaya total. Hasil

imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio), dapat diketahui R/C rasio atas biaya

tunai dan R/C rasio atas biaya total petani mitra yaitu 2,77 dan 1,47. Sedangkan

R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total patani non mitra adalah

1,92 dan 0,96. Dari nilai R/C rasio atas biaya tunai dan R/C atas biaya total dapat

disimpulkan bahwa pelaksanaan kemitraan antara PT Garudafood dengan petani

mitra di Desa Palangan memberikan keuntungan bagi petani mitra. Sehingga

pelaksanaan kemitraan dapat diteruskan.

Sedangkan untuk penelitian mengenai produk kacang olahan, Barus

(2009) meneliti mengenai analisis ekuitas merek dengan judul Analisis Ekuitas

Merek Kacang Olahan dalam Kemasan di Kota Bogor. Penelitian ini diarahkan

untuk menganalisis perbandingan elemen-elemen ekuitas merek produk kacang

olahan dalam kemasan (KODK), merek KODK yang memiliki ekuitas merek

terkuat, dan bagaimana implikasinya terhadap strategi bauran pemasaran KODK.

Dengan analisis menggunakan pendekatan sikap menunjukkan bahwa loyalitas

konsumen yang baik dimiliki oleh merek Garuda dan Dua Kelinci. Akan tetapi

konsumen Dua Kelinci lebih loyal daripada konsumen Garuda. Hal ini terlihat

bahwa Dua Kelinci memiliki presentase jumlah responden yang lebih banyak

pada tahap/tingkat satisfied buyer, liking the brand dan committed buyer. Strategi

bauran pemasaran yang disarankan kepada para produsen KODK adalah strategi

produk dilakukan dengan meningkatkan kualitas produk dan memperbaiki

bentuk/tampilan kemasan pada merek Garuda. PT. Dua Kelinci disarankan untuk

memperbaiki komposisi produk terutama dalam kandungan gizi kacang, PT.

Mitrastrya Prakasautama sebaiknya memperbaiki kemasan Mr.P dan PT.

Manohara Asri juga sebaiknya memperbaiki kemasan Mayasi, baik desain juga

ukurannya.

Page 45: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

45

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process)

Menurut Saaty (1991) ada dua pendekatan untuk memecahkan masalah,

yaitu pendekatan deduktif dan pendekatan sistem. Pada dasarnya, pendekatan

deduktif memfokuskan pada bagian-bagian, sedang pendekatan sistem

memusatkan pada bekerjanya sistem secara keseluruhan. Proses Hierarki Analitik

menggabungkan kedua pendekatan ini dalam suatu kerangka yang logis dan

terpadu. Proses Hierarki Analitik pertama kali dikembangkan oleh Thomas

L.Saaty, seorang ahli matematik dari University of Pittsburg-USA, pada awal

tahun 1970-an.

Proses Hierarki Analitik atau AHP (Analytical Hierarchi Process) adalah

suatu alat atau metode analisis yang dapat dipakai oleh pengambil keputusan

untuk bisa memahami kondisi suatu sistem dan membantu di dalam melakukan

prediksi dan pengambilan keputusan (Anomhan 1992). Metode ini

memungkinkan pemakainya untuk mengambil keputusan yang efektif atas

persoalan yang kompleks dengan jalan menyederhanakan dan mempercepat

proses pengambilan keputusan yang alami (Saaty 1993).

Proses Hierarki Analitik dapat diterapkan untuk memecahkan problema-

problema terukur (kuantitatif) maupun yang memerlukan pendapat (judgement).

Penggunaan pendapat dalam memecahkan problema dilakukan dengan

membandingkan masukan-masukan (input) secara berpasangan (pairwise

comparison). Untuk itu dibutuhkan skala ukur yang dapat membedakan setiap

pendapat serta mempunyai keteraturan, sehingga memudahkan transformasi

pendapat dalam bentuk angka (nilai skala). Tingkat kesahihan (validitas) pendapat

tergantung pada konsistensi dan akurasi pendapat.

Pada dasarnya metode ini memecah-mecah situasi yang kompleks, tak

terstruktur, ke dalam bagian-bagian komponennya, menata bagian atau variabel

ini kedalam suatu hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subyektif

Page 46: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

46

tentang relatif pentingnya suatu variabel mana yang memiliki prioritas penting

fungsi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.

Menurut Saaty (1991) terdapat tiga prinsip dasar proses hirarki analitik :

1) Menggambarkan dan menguraikan secara hirarki yang disebut menyusun

secara hirarki yaitu memecah-mecah persoalan menjadi elemen yang terpisah-

pisah.

2) Perbedaan prioritas dan sintesis, yang disebut penetapan prioritas yaitu

menentukan peringkat elemen menurut relatif pentingnya.

3) Konsistensi logis yang menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan secara

logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan kriteria yang logis.

Keunggulan metode PHA yang dapat dimanfaatkan oleh penggunanya

dijelaskan oleh Saaty (1991) sebagai berikut :

1) Kesatuan. PHA memberikan suatu model tunggal yang mudah dimengerti,

luwes untuk aneka ragam persoalan tak terstruktur.

2) Kompleksitas. PHA memadukan ancangan deduktif dan ancangan

berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks.

3) Saling ketergantungan. PHA dapat menangani saling ketergantungan

elemen-elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier.

4) Penyusunan hirarki. PHA mencerminkan kecenderungan alami pikiran

untuk memilah elemen pada suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan

mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat.

5) Konsistensi. PHA melacak konsistensi logis dari pertimbangan yang

digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.

6) Pengukuran. PHA memberikan suatu model untuk mengukur hal-hal yang

tak berwujud dan metode menetapkan prioritas.

7) Sintesis. PHA menuntun kepada suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan

dari setiap alternatif.

8) Tawar-menawar. PHA mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari

berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang untuk memilih alternatif

terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka.

Page 47: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

47

9) Penilaian dan konsensus. PHA tidak memaksakan konsensus tetapi

mensintesis suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang

berbeda-beda.

10) Pengulangan proses. PHA memungkinkan orang untuk memperhalus definisi

mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan serta pengertian

mereka melalui proses pengulangan.

PHA merupakan metode pengambilan keputusan yang tergolong Expert

System, karena PHA menggunakan persepsi manusia yang dianggap expert

sebagai input utamanya. Kriteria expert bukan berarti orang tersebut harus jenius,

pintar, atau bergelar doktor, tetapi lebih mengacu pada orang yang mengerti benar

permasalahan yang diajukan, merasakan akibat suatu masalah atau memiliki

kepentingan terhadap masalah tersebut. Menurut Mumpower, diacu dalam

Sulaksana (2005), ada 14 karakteristik psikologis yang harus ada pada seorang

pengambil keputusan yang berkategori expert :

1) Harus dapat melihat apa yang tidak dapat dilihat orang lain dalam

permasalahan.

2) Mengetahui bagaimana berkonsentrasi pada apa yang dianggap penting.

3) Dapat memisahkan perasaan dari suatu persoalan (make sense of chaos).

4) Mengetahui bagaimana meyakinkan pihak lain akan kemauannya.

5) Mengetahui boleh tidaknya mengikuti aturan-aturan yang telah diputuskan.

6) Tidak takut untuk bertanggung jawab atas keputusannya.

7) Mengetahui putusan yang bagaimana yang harus dibuat dan mana yang tidak.

8) Percaya kepada dirinya dan kemampuannya.

9) Menghindari kekakuan dalam strategi yang telah diputuskan.

10) Sangat mengetahui dan selalu memperhatikan perkembangan terakhir.

11) Dapat berbuat lebih sigap terhadap suatu persoalan dibandingkan yang

lainnya.

12) Mampu mencari solusi-solusi baru terhadap persoalan-persoalan yang ada.

13) Membuat keputusan berdasarkan pengalaman.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Page 48: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

48

Alur kerangka pemikiran disusun mulai dari timbulnya permasalahan

sampai adanya rekomendasi terhadap penyelesaian masalah. Alur kerangka

pemikiran disusun sebagai pedoman pelaksanaan dan analisa penelitian.

Permasalahan yang ditemukan berada di dalam kerangka pemikiran sebagai

bagian dari suatu sistematika pemikiran yang bisa ditelusuri awal, proses dan

hasilnya.

Wilayah Kecamatan Sindangbarang merupakan salah satu daerah

penghasil kacang tanah terbesar di Cianjur. Petani kacang tanah di di daerah

tersebut umumnya tidak memiliki posisi tawar yang kuat, sehingga harga jual

kacang tanah ditetapkan oleh bandar. Selain itu, sumber daya manusia,

manajemen, teknologi juga masih tergolong rendah. Kondisi ini meyebabkan

rendahnya kesejahteraan petani kacang tanah di wilayah tersebut.

Tingginya permintaan produk Ratih Kacang Sangrai, menyebabkan CV.

Mitra Priangan merasa kesulitan bila harus mengandalkan pasokan kacang tanah

dari membeli ke beberapa bandar dan impor. Tidak terjaminnya kontinuitas

pasokan menyebabkan CV. Mitra Priangan tidak dapat memenuhi seluruh

permintaan yang datang. Selain itu terbatasnya modal juga merupakan salah satu

penyebab CV. Mitra Priangan tidak dapat berproduksi secara optimal sehingga

tidak dapat memenuhi seluruh permintaan yang ada. Pada tahun 2009 ini, CV.

Mitra Priangan telah mendapatkan bantuan dana hibah dalam program LM3 dari

Departemen Pertanian. Untuk mengatasi permasalahan produksinya serta untuk

meningkatkan kesejahteraan petani dan produksi kacang tanah di Cianjur, CV.

Mitra Priangan berencana untuk melakukan kemitraan dengan petani kacang

tanah di wilayah Sindangbarang, Cianjur. Dalam proses pembentukan

kemitraannya, CV. Mitra Priangan dan petani merasa perlu untuk menentukan

pola kemitraan yang paling sesuai dengan kondisi kedua pihak mitra agar tujuan

kedua pihak dapat tercapai dan resiko kegagalan dalam bermitra dapat diperkecil.

Pembentukan pola kemitraan dapat dipengaruhi oleh tujuan masing-

masing pelaku sebagai pendorong internal dan faktor-faktor yang berasal dari

eksternal yang dihadapi kedua pelaku. Oleh karena itu, perlu diidentifikasi tujuan

serta faktor-faktor yang mempengaruhi masing-masing pelaku untuk bermitra

agar dapat menentukan pola kemitraan yang paling ideal. Kemudian, setelah

Page 49: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

49

menganalisis kondisi, faktor-faktor dan tujuan yang mempengaruhi masing-

masing pelaku, dilanjutkan dengan analisis penentuan pola kemitraan antara

CV.Mitra Priangan dan kelompok tani mitra. Pola kemitraan akan menjelaskan

hubungan kerjasama dan posisi kedua pelaku dalam pelaksanaan kemitraan. Pola

kemitraan yang ideal dan efektif dapat menjadi solusi terbaik untuk

pengembangan usaha kedua pelaku.

Metode analisis yang digunakan untuk memecahkan masalah adalah

Proses Hierarki Analitik dengan menyusun beberapa hirarki yang sesuai dengan

fokus permasalahan. Pada akhir penelitian akan didapat suatu pola kemitraan yang

paling ideal untuk diterapkan dan diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam

pengambilan keputusan mengenai pembentukan kemitraan. Adapun alur kerangka

pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 9.

Page 50: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

50

Kemitraan merupakan solusi untuk pengembangan dan

peningkatan produksi kacang tanah

CV. Mitra Priangan

Pengembangan Usaha : Peningkatan produksi kacang

sangrai melalui kemitraan usaha

Permasalahan : 1. Kontinuitas pasokan bahan

baku tidak terjamin 2. Permintaan kacang sangrai

belum bisa terpenuhi seluruhnya

Potensi : 1. Tingginya permintaan Ratih

Kacang Sangrai sebagai makanan cemilan (snack)

2. Adanya dana investasi dari program LM3 Deptan

Permasalahan : 1. Harga jual rendah 2. Manajemen, SDM dan

teknologi yang rendah 3. Permodalan 4. Peningkatan produksi dan

kualitas kacang tanah

Potensi : 1. Pertambahan penduduk di

Indonesia 2. Permintaan kacang tanah

semakin meningkat 3. Konsumsi kacang tanah

terbesar adalah industri

Petani Kacang Tanah

Analisis Penentuan Pola Kemitraan :

AHP (Analytical Hierarchi Process)

Rencana Kerjasama Kemitraan

Analisis Kondisi Pelaku Kemitraan

Identifikasi Tujuan Kemitraan dan Faktor-

faktor Pembentuk Kemitraan

Penentuan Pola Kemitraan yang Ideal

Pola Kemitraan Ideal

Page 51: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

51

Gambar 9. Kerangka Pemikiran Operasional

1V. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan berdasarkan studi kasus pada perencanaan

kemitraan antara CV. Mitra Priangan dengan petani mitra di Kabupaten Cianjur,

Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive)

berdasarkan pertimbangan bahwa CV. Mitra Priangan merupakan perusahaan

agribisnis yang belum lama berdiri dan memiliki potensi untuk berkembang. CV.

Mitra Priangan berlokasi di Gg. Duren No. 1/D RT 03 RW 01, Kelurahan

Solokpandan, Cianjur. Sedangkan pemilihan petani mitra di Kabupaten Cianjur

berdasarkan pertimbangan bahwa Kabupaten Cianjur, khususnya di daerah

Cianjur Selatan memiliki potensi sebagai salah satu sentra produksi kacang tanah

di Jawa Barat. Petani kacang tanah mitra terdiri dari dua kelompok tani di Desa

Muara Cikadu, Kecamatan Sindangbarang, Cianjur, yaitu Kelompok Tani KTH

Mekar Mukti dan Kelompok Tani Cikawung. Penelitian ini dilaksanakan pada

bulan Februari hingga Mei 2009.

4.2 Metode Penentuan Sampel

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kasus sehingga

besarnya sampel tidak perlu ditentukan, namun pada umumnya masih

memerlukan narasumber atau responden dalam pengumpulan datanya. Penentuan

responden dilakukan secara sengaja terhadap CV. Mitra Priangan dan kelompok

tani kacang tanah di Desa Muara Cikadu, karena responden yang dibutuhkan

adalah seseorang yang memahami masalah dan mempunyai peranan dalam

pengambilan keputusan. Responden CV. Mitra Priangan adalah Bapak Radianto

Suwinto selaku Direktur CV. Mitra Priangan dan Ibu Solihati Nurzanah selaku

Wakil Direktur CV. Mitra Priangan. Sedangkan responden pada kelompok tani

kacang tanah di Desa Muara Cikadu adalah masing-masing ketua kelompok tani

yang akan bermitra dengan CV. Mitra Priangan yang terkait langsung dalam

Implementasi Kemitraan

Page 52: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

52

rencana pembentukan kemitraan dengan perusahaan dan mempunyai peranan

dalam pengambilan keputusan. Untuk responden eksternal dipilih penyuluh

pertanian yang memahami masalah dan dapat memberikan rekomendasi bagi

kedua belah pihak.

4.3 Desain Penelitian

Penelitian ini didesain dengan menggunakan Metode Kasus (Case Study).

Metode kasus merupakan prosedur dan teknik penelitian tentang subjek yang

diteliti berupa individu, lembaga, kelompok atau masyarakat, dengan tujuan untuk

memperoleh gambaran secara rinci tentang latar belakang, sifat-sifat, serta

karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu yang

kemudian akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.

4.4 Data dan Instrumentasi

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder yang akan

dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data primer merupakan data utama

yang diperoleh melalui wawancara langsung dan pengisian kuesioner secara

terbuka kepada responden. Selain itu dapat diperoleh melalui pengamatan

langsung atau observasi lapangan guna memperoleh informasi tambahan yang

dapat mendukung data yang diperoleh.

Data sekunder dapat diperoleh dari informasi tertulis baik dari perusahaan

maupun luar perusahaan, serta tulisan atau literatur seperti majalah, buku, koran

dan internet yang relevan dengan masalah yang diteliti. Selain itu juga diperoleh

melalui berbagai instansi terkait dalam penelitian seperti Badan Pusat Statistik

(BPS), perpustakaan LSI-IPB, Dinas Pertanian Kab. Cianjur, serta sumber pustaka

lain yang bisa menjadi acuan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang mengacu

pada usaha budidaya kacang tanah dan pengolahan kacang tanah. Data primer

yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data yang terkait dengan analisis

kondisi perusahaan, data analisis kondisi petani mitra, serta data yang terkait

dalam analisis penentuan pola kemitraan. Jenis data yang dikumpulkan dalam

analisis kondisi perusahaan (CV. Mitra Priangan) adalah :

1) Keuangan (finance)

Page 53: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

53

a) Sumber dana

b) Penerimaan usaha

c) Pengeluaran usaha

2) Sumberdaya Manusia (human resources)

a) Kualitas sumberdaya manusia

b) Kuantitas sumberdaya manusia

3) Penelitian dan Pengembangan (research & development)

a) Fasilitas fisik R&D

b) Staf / tim R&D

4) Produksi dan operasi (production & operation)

a) Fasilitas produksi dan operasi

b) Kontinuitas produksi dan operasi

5) Pemasaran (marketing)

a) Informasi pasar

b) Kontinuitas pemasaran

Jenis data yang dikumpulkan dalam analisis kondisi petani kacang tanah adalah

1) Modal

a) Sumber dana

b) Penerimaan usaha

c) Pengeluaran usaha

d) Fasilitas fisik

2) Produksi

a) Kualitas produk

b) Kuantitas produk

c) Kontinuitas produksi

3) Teknologi

4) Manajemen

a) Perencanaan

b) Pengorganisasian

c) Penggerakan

d) Pengendalian

5) Pemasaran

Page 54: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

54

a) Informasi pasar

b) Kontinuitas pemasaran

Data yang dikumpulkan dalam analisis penentuan pola kemitraan adalah :

1) Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kemitraan

a) Pengembangan usaha

b) Aksesibilitas pasar

c) Permodalan

d) Penguasaan teknologi

e) Manajemen

2) Tujuan yang hendak dicapai melalui pembentukan kemitraan

a) Peluang pasar

b) Kontinuitas produk

c) Efisiensi usaha

d) Kelangsungan usaha

e) Pemberdayaan dan pembinaan

Data sekunder yang diperlukan adalah :

1) PDB sub sektor tanaman pangan tahun 1999

2) Luas panen, produksi dan produktivitas kacang tanah di Indonesia pada tahun

2001-2006

3) Konsumsi kacang tanah di Indonesia pada tahun 2001-2006

4) Neraca ekspor-impor kacang tanah pada tahun 1998-2005

4.5 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan di Kabupaten Cianjur selama 2 bulan

yaitu dari bulan Maret 2009 hingga bulan Mei 2009. Data primer diperoleh

melalui wawancara langsung dan pengisian kuesioner secara terbuka kepada

responden. Responden dari pihak perusahaan mengisi kuesioner mengenai analisis

kondisi perusahaan dan analisis pola kemitraan yang paling tepat antara CV. Mitra

Priangan dengan petani kacang tanah. Sedangkan responden dari pihak petani

kacang tanah mengisi kuesioner mengenai analisis kondisi petani dan analisis pola

Page 55: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

55

kemitraan yang paling tepat antara CV. Mitra Priangan dengan petani kacang

tanah. Kemudian untuk data yang mendukung penelitian berasal dari berbagai

dinas dan instansi terkait seperti, Badan Pusat Statistik (BPS), perpustakaan LSI-

IPB, Dinas Pertanian Kab. Cianjur, BAPEDA Kab. Cianjur, serta sumber pustaka

lain yang bisa menjadi acuan.

4.6 Metode Pengolahan Data

Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah Proses Hierarki

Analitik. Berdasarkan kerangka kerja PHA, penelitian diawali dengan

pengumpulan data dan informasi melalui wawancara untuk menyusun struktur

hirarki. Struktur hirarki yang telah disusun menjadi dasar untuk pembuatan

kuesioner yang diberikan pada responden. Kuesioner diberikan untuk mengetahui

pembobotan setiap elemen pada seluruh tingkat struktur hirarki. Sebuah hirarki

yang telah disusun dengan elemen-elemennya menjadi tidak akan berarti apabila

tidak disertai dengan nilai atau bobot. Oleh karena itu metode PHA diperlukan

untuk penentuan bobot bagi elemen di satu level yang berpengaruh terhadap bobot

elemen level di bawahnya dan pada akhirnya metode PHA dapat digunakan untuk

menghitung bobot pada setiap level untuk penilaian tujuan seluruhnya.

Dalam menerapkan metode PHA yang diutamakan adalah kualitas

responden. Data yang diperoleh melalui kuesioner responden diproses dengan

menggunakan program komputer “Expert Choice”. Program ini merupakan

program yang disusun oleh Asian Institute of Technology dan Microsoft Co.

Sedangkan total bobot dalam pengolahan vertikal hirarki keputusan diperoleh

dengan menggunakan program Microsoft Office Excel 2007. Hasil pengolahan ini

kemudian dianalisis dan disajikan dalam bentuk uraian, gambar dan tabel.

Kerangka kerja PHA terdiri dari 8 langkah utama (Saaty 1991). Adapun

penjelasan dari setiap langkah adalah sebagai berikut :

1) Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan yang diinginkan. Hal yang

perlu diperhatikan dalam langkah ini adalah penguasaan masalah secara

mendalam, karena yang menjadi perhatian adalah pemilihan tujuan, kriteria,

dan aktivitas-aktivitas yang akan dilibatkan dalam suatu sistem hirarki.

Page 56: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

56

Komponen suatu sistem dapat diidentifikasi berdasarkan kemampuan pada

analisa untuk menemukan unsur-unsur yang dapat dilibatkan dalam sistem.

2) Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajemen secara keseluruhan.

Hirarki adalah struktur suatu sistem yang mempelajari fungsi interaksi antar

komponen dan dampaknya terhadap sistem. Penyusunan model hirarki ini

terdiri dari beberapa tingkat. Tingkat puncak hanya terdiri dari suatu variabel

atau fokus.

3) Menyusun matriks banding berpasangan. Matriks banding berpasangan

dimulai dari puncak hirarki untuk fokus G yang merupakan dasar untuk

melakukan perbandingan berpasangan antar variabel yang terkait yang ada di

bawahnya. Perbandingan berpasangan, pertama dilakukan pada variabel level

kedua (F1,F2,F3,Fn) terhadap fokus G yang ada di puncak hirarki, begitu pula

seterusnya sampai hirarki tingkat terakhir.

4) Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan dari hasil yang

diperoleh pada langkah 3. Pada langkah ini dilakukan perbandingan

berpasangan antara setiap variabel pada kolom ke-i dengan setiap variabel

pada baris ke-j yang berhubungan dengan fokus G. Perbandingan berpasangan

antar variabel tersebut dapat dilakukan dengan pertanyaan “Seberapa kuat

variabel baris ke-i didominasi oleh fokus G, dibandingkan kolom ke-j?”.

Untuk mengisi nilai-nilai dalam matriks banding berpasangan tersebut

digunakan angka-angka tertentu sebagai skala banding, seperti tertera pada

Tabel 7. Pengisian matriks hanya dilakukan untuk bagian di atas garis

diagonal dari kiri atas ke kanan bawah.

5) Memasukkan nilai-nilai kebalikkannya beserta bilangan 1 sepanjang diagonal

utama. Pengisian matriks banding berpasangan hanya dilakukan pada bagian

di atas garis diagonal dari kiri atas ke kanan bawah. Sedangkan bagian di

bawah diagonal diisi dengan nilai-nilai kebalikan dari bagian di atas garis

diagonal, contohnya bila variabel F11 memiliki nilai 8 maka nilai variabel F21

adalah 1/8.

Page 57: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

57

Tabel 7. Skala Banding Berpasangan

Nilai Definisi Penjelasan

1 Kedua variabel sama pentingnya

Dua variabel menyumbangkan sama besarnya pada sifat itu

3 Variabel yang satu sedikit lebih penting ketimbang yang lainnya

Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong suatu variabel atas yang lainnya

5 Variabel yang satu lebih penting dari variabel lainnya

Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong suatu variabel atas yang lainnya

7 Satu variabel sangat lebih penting dari variabel lainnya

Satu variabel dengan kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek

9

Satu variabel mutlak lebih penting dari variabel lainnya

Bukti yang meyokong variabel yang satu atas variabel lainnya memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan

2,4,6,8 Nilai-nilai diantara dua pertimbangan yang berdekatan

Kompromi diperlukan antara dua pertimbangan

Nilai-nilai kebalikan

Jika untuk aktifitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktifitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i

Sumber : Saaty (1991)

Tabel 8. Matriks Pendapat Individu (MPI)

G A1 A2 A3 …… An

A1 a11 a12 a13 …… a1n

A2 a21 a22 a23 …… a2n

A3 a31 a32 a33 …… a3n

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

An an1 an2 an3 …… ann

Sumber : Saaty (1991)

Page 58: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

58

Sedangkan MPG adalah susunan matriks baru yang berasal dari rata-rata

geometrik pendapat-pendapat individu yang rasio inkonsistensinya lebih kecil

atau sama dengan 10%. Disimbolkan sebagai gij (Tabel 9).

Rumus matematika untuk rata-rata geometrik adalah : m

gij = √ m ∏(aij)k k=1 Keterangan : m

∏ = perkalian dari elemen k = 1 sampai k = m k=1 m √ = akar pangkat m

gij = elemen MPG baris ke-i kolom ke-j

(aij)k = elemen baris ke-i kolom ke-j dari MPI ke-k

m = jumlah MPI yang memenuhi persyaratan

Tabel 9. Matriks Pendapat Gabungan (MPG)

G G1 G2 G3 …… Gn

G1 g11 g12 g13 …… g1n

G2 g21 g22 g23 …… g2n

G3 g31 g32 g33 …… g3n

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Gn gn1 gn2 gn3 …… gnn

Sumber : Saaty (1991)

6) Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan prioritas vektor-vektor

prioritas. Pengolahan matriks pendapat terdiri dari dua tahap, yaitu

pengolahan horizontal dan pengolahan vertikal. Kedua-duanya dapat

digunakan untuk MPI maupun MPG.

a) Pengolahan horizontal, yaitu terdiri dari penentuan vektor prioritas, uji

konsistensi dan revisi pendapat bila diperlukan. Tahapan perhitungan

dalam melakukan pengolahan horizontal adalah :

Page 59: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

59

• Penentuan Vektor Prioritas

Vektor prioritas dapat dicari dengan metode berikut ini :

1) Jumlahkan setiap elemen dalam masing-masing kolom matriks pembandingan

berpasangan (MPB) yang telah terisi, dan dapatkan vektor baris Cj.

Cj = [Cj] dan Cj = Σ aij

Dimana : Cj = elemen vektor baris Cj pada kolom j.

aij = elemen MPB yang diolah pada baris ke-i dan kolom ke-j.

2) MPB yang ada dinormalisasi dengan cara membagi setiap elemen matriks

pada setiap kolom dengan elemen vektor baris CI pada kolom tersebut yang

telah didapat pada pengolahan pada langkah sebelumnya. Diperoleh matriks

normalisasi dij dengan

dij = aij cj Dimana dij = elemen MPB setelah dinormalisasi pada baris ke-i ke kolom ke-

j.

Tabel 10. Ilustrasi Pengolahan MPB pada Langkah Pertama

G A1 A2 A3 …… An

A1 a11 a12 a13 …… a1n

A2 a21 a22 a23 …… a2n

A3 a31 a32 a33 …… a3n

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

An an1 an2 an3 …… ann

Cj C1 C2 C3 …… Cn

Sumber : Saaty (1991)

3) Elemen-elemen matriks normalisasi yang berada dalam satu baris dijumlahkan

dan didapat vektor kolom Ei dengan ei sebagai elemennya.

Dengan fi = ei dari Fi = (fi) n

Page 60: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

60

Dimana Fi = vektor prioritas dalam bentuk kolom dengan fi sebagai elemen

vektor pada baris ke i.

ei = elemen baris ke-i dari vektor kolom Ei.

n = jumlah baris atau kolom MPB.

Tabel 11. Ilustrasi MPB yang Telah Dinormalisasi

G A1 A2 A3 …… An

A1 d11 d12 d13 …… d1n

A2 d21 d22 d23 …… d2n

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

An dn1 dn2 dn3 …… dnn

Sumber : Saaty (1991)

Pengolahan MPB hingga langkah ini memberikan hasil bahwa prioritas

bagi A1 adalah fi dan seterusnya hingga bagi An adalah fn.

Tabel 12. Ilustrasi Pengolahan Matriks Normalisasi pada Langkah Berikutnya

G A1 A2 A3 …… An Ei Fi

A1 d11 d12 d13 …… d1n e1 f1

A2 d21 d22 d23 …… d2n e2 f2

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

An dn1 dn2 dn3 …… dnn en fn

Sumber : Saaty (1991)

• Uji Konsistensi

Rasio inkonsistensi dari suatu MPB dapat dicari dengan terlebih dahulu

mencari nilai eigen, serta menentukan indeks rasio inkonsistensinya.

- Penentuan Nilai Eigen

Page 61: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

61

Lihat kembali MPB dengan aij sebagai elemen-elemennya dan

vektor kolom Fi (vektor prioritas) dengan fi sebagai elemen-elemennya

pada setiap baris. Lakukan perkalian antara elemen faktor kolom Fi pada

baris tertentu dengan elemen MPB pada kolom tertentu yang nomor

kolomnya sama dengan nomor baris fi (j pada aij harus sama dengan i pada

fi). Didapat gij sebagai elemen dari suatu matriks baru Gj dengan gij = fi aij,

dimana :

gij = elemen baris ke-i dan kolom ke-j dari matriks baru.

aij = elemen baris ke-i dan kolom ke-j dari MPB awal

fi = elemen vektor kolom pada baris ke-i

Tabel 13. Ilustrasi Penentuan Eigen Value pada Dua Langkah Pertama

G A1 A2 A3 …… An Hn

A1 g11 g12 g13 …… G1n h1n

A2 g21 g22 g23 …… G2n h2n

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

An gn1 gn2 gn3 …… gnn hn

Sumber : Saaty (1991)

4) Menjumlahkan elemen-elemen dalam matriks eigen pada baris yang sama,

kemudian diperoleh vektor kolom Hi dengan hi sebagai elemen pada baris

ke-i dengan hi = Σ gij.

dimana hi = elemen baris ke-i dari vektor kolom Hi.

5) Membagi elemen baris ke-i dari vektor kolom Hi dengan elemen ke-i dari

vektor prioritas (eigen vektor) Fi, dan diperoleh vektor kolom ii.

6) Menjumlahkan semua elemen vektor kolom ii dan menari rata-ratanya

kemudian

ii didapat eigen value dengan λmax = Σ n Dimana λ max = eigen value dan n = jumlah elemen matriks kolom ii.

Page 62: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

62

- Penentuan Indeks Konsistensi

Dengan nilai eigen yang telah didapatkan, maka indeks konsistensi

(CI) didapat dengan formulasi : CI = λmax – n, dengan CI = Indeks

Konsistensi, serta λmax = nilai eigen

n - 1

dan n = jumlah baris kolom dari MPB.

- Penentuan Rasio Konsistensi

Rasio Konsistensi (CR) diperoleh dengan membagi CI dengan

suatu indeks random (IR) tertentu. Indeks ini menyatakan rata-rata

konsistensi dari suatu matriks perbandingan acak berukuran n (n=ordo

matriks) yang didapatkan dari suatu eksperimen. Hasil eksperimen

menunjukkan bahwa semakin besar ordo matriks perbandingan maka

semakin tinggi pula tingkat inkonsistensinya yang ditunjukkan melalui

nilai RI yang semakin besar.

CR ditentukan dengan CR = CI

RI

Batasan diterima tidaknya suatu konsistensi suatu matriks

sebenarnya tidak ada yang baku, hanya saja menurut beberapa eksperimen

dan pengalaman, tingkat inkonsistensi (CR) sebesar 10 persen ke bawah

adalah tingkat yang masih dapat diterima. Revisi pendapat dilakukan bila

diperlukan (nilai CR lebih dari 10 persen).

b) Pengolahan Vertikal, merupakan tahap lanjutan setelah MPI dan MPG

diolah secara horizontal. Pengolahan ini bertujuan untuk mendapatkan

suatu prioritas pengaruh setiap elemen pada level tertentu dalam suatu

hirarki terhadap fokus atau tujuan utamanya. Hasil akhir pengolahan

vertikal adalah mendapatkan suatu bobot prioritas setiap elemen pada level

terakhir dalam suatu hirarki sasarannya. Prioritas yang diperoleh dalam

pengolahan sebelumnya disebut prioritas lokal, karena hanya berkenaan

dengan sebuah kriteria pembanding yang merupakan anggota elemen-

Page 63: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

63

elemen level di atasnya. Apabila Xij merupakan nilai prioritas pengaruh

elemen ke-j pada level ke-i dari suatu hirarki keputusan terhadap

fokusnya, maka diformulasikan :

Xij = Σ {yij (i-1) Zt (i-1)}

Untuk i = 1,2,…,p

j = 1,2,…,r

t = 1,2,…,s

Yij = nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada level ke-i berkenaan

dengan elemen ke-t pada level di atasnya (i-1) yang menjadi sifat

pembanding (sama dengan prioritas lokal elemen ke-j pada level ke-

i).

Zt = nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada level ke-i-1 terhadap

sasaran utama (fokus), didapat dari hasil pengolahan vertikal.

p = jumlah level keputusan dalam hirarki

r = jumlah elemen pada level ke-i

s = jumlah elemen pada level ke-i-1

7) Mengevaluasi konsistensi untuk seluruh hirarki. Pengevaluasian dimulai dari

penjumlahan hasil perkalian setiap indeks konsistensi (CI) dengan prioritas

kriteria yang bersangkutan. Kemudian hasil penjumlahan tersebut dibagi

dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak, yang

sesuai dengan masing-masing matriks. Selain itu, indeks inkonsistensi acak,

yang sesuai dengan masing-masing matriks. Selain itu, indeks inkonsistensi

acak juga dinilai berdasarkan prioritas kerja yang bersangkutan dan hasilnya

dijumlahkan. Hasil dari pengevaluasian ini dikatakan baik apabila rasio

inkonsistensi lebih kecil atau sama dengan 10 persen. Jika nilainya di atas 10

persen, maka mutu informasi harus ditinjau lagi dan diperbaiki. Antara lain

dengan memperbaiki cara menggunakan pertanyaan ketika melakukan

pengisian kuesioner dengan lebih mengarahkan responden yang mengisi

kuesioner.

Page 64: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

64

Tingkat 1

Tingkat 2

Tingkat 3

Tingkat 4

Tingkat 5

Keterangan : F 1,2,3,…,n = Factor (elemen faktor) P 1,2,3,…,n = People (pelaku) O 1,2,3,…,n = Object (tujuan) S 1,2,3,…,n = Strategy (skenario / tindakan) Gambar 10. Abstraksi Hirarki Keputusan Tipe Fungsional

Sumber : Saaty (1991)

Bentuk struktur hirarki dari PHA tidak memiliki bentuk yang baku. Hal ini

disesuaikan dengan kebutuhan penelitian dan kemampuan dalam mendapatkan

faktor-faktor atau unsur-unsur yang terkait dengan analisis yang dilakukan.

Bentuk umum sistem hirarki keputusan bentuk fungsional terdiri dari lima

tingkatan, dimana tingkat satu adalah elemen fokus, tingkat dua adalah elemen

faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian fokus atau sasaran, tingkat tiga

adalah pelaku, tingkat empat adalah elemen tujuan dari pelaku, dan tingkat lima

adalah skenario atau tindakan. Abstraksi dari sistem hirarki keputusan yang

memiliki lima tingkat diilustrasikan pada Gambar 10.

GOAL

Fn F1 F3 F2

P1 P3

O2 O1

P2 Pn

On O3

Sn S3 S1 S2

Page 65: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

65

V. DESKRIPSI PERUSAHAAN CV. MITRA PRIANGAN

5.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

CV Mitra Priangan merupakan perusahaan swasta nasional di bidang

agribisnis yang memproduksi dan memasarkan produk-produk makanan

tradisional, khususnya kacang sangrai. Perusahaan ini mulai dirintis sejak tahun

2000 oleh pasangan suami istri Bapak Radianto Suwito dan Ibu Solihati

Nurzanah. Tujuan pemilik mendirikan perusahaan ini yaitu agar produk “Ratih

Kacang Sangrai” dapat diterima dan berkembang luas di Indonesia, sehingga

mampu membuka lapangan kerja bagi masyarakat luas serta membantu

pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan.

Berdirinya perusahaan diawali dengan keinginan pemilik perusahaan yang

kuat bahwa suatu saat kelak usaha ini dapat menjadi sebuah usaha yang mandiri

dan mampu membuka lapangan kerja bagi masyarakat luas. Pada awal

beroperasinya perusahaan hanya memproduksi kacang sangrai dalam skala kecil

yang dikemas dalam plastik sederhana. Kemudian hasil produksinya tersebut

dijajakan di Taman Kanak-kanak (TK) dekat rumah pemilik. Hasil olahan kacang

tersebut rupanya diminati konsumen sehingga setiap hari produk kacang sangrai

yang dijual laris dan keuntungannya dapat menutupi kebutuhan sehari-hari

keluarga pemilik.

Kemudian proses legalitas perusahaanpun dilakukan, yaitu dengan

melakukan pendaftaran perusahaan sesuai dengan SK Menteri Kehakiman RI

tanggal 25 Januari 1994 No. C HT 03/01/1994. CV Mitra Priangan diresmikan di

depan notaris Ny. Yayah Kurnariah, SH yang berkedudukan di Garut dengan akte

pendirian Nomor 16/2001, dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) :

02.024.853.0-425.000. Selain itu perusahaan pun telah melengkapi perizinannya

melalui Dinas Kesehatan dengan diterbitkannya Sertifikat Produksi Pangan

Industri Rumah Tangga Nomor : P-IRT No.815320501220.

Page 66: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

66

Berbekal semangat dan kerja keras pengelola perusahaan, perusahaan ini

mengalami kemajuan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2001 perusahaan mulai

memproduksi dan memasarkan produk kacang sangrainya di wilayah Cianjur,

Jawa Barat hingga tahun 2004. Kemudian awal tahun 2005 pemasaran mulai

diperluas ke kota Jakarta dan sekitarnya untuk memperluas market share “Ratih

Kacang Sangrai”.

5.2. Lokasi Perusahaan

Penentuan lokasi perusahaan CV. Mitra Priangan dipengaruhi oleh

beberapa faktor, diantaranya ketersediaan bahan baku, upah tenaga kerja yang

rendah, serta daerah pemasaran. CV. Mitra Priangan berlokasi di Jalan Slamet

Gang Duren No. 1 D RT 03/01, Kelurahan Solok Pandan, Kecamatan Cianjur,

Propinsi Jawa Barat. Lokasi perusahaan ini dianggap strategis oleh pemilik karena

Kabupaten Cianjur khususnya daerah Cianjur Selatan merupakan salah satu

daerah penghasil kacang tanah di Jawa Barat sehingga lokasi usaha dekat dengan

bahan baku. Selain itu, upah tenaga kerja (UMR) di Kabupaten Cianjur tergolong

rendah dibandingkan kota atau kabupaten lain di Jawa Barat. Letak usaha yang

strategis ini juga memudahkan dalam pemasaran produk, karena dekat dengan

pasar potensial perusahaan yaitu Jakarta, Bogor, Bandung dan Sukabumi.

5.3. Visi dan Misi Perusahaan

Visi CV. Mitra Priangan adalah “Menjadi Produsen Kacang yang Berdaya

Saing Global”. Dalam mencapai visi tersebut, misi yang diemban CV. Mitra

Priangan adalah :

1) Memproduksi, memasarkan dan mendistribusikan produk olahan kacang yang

berkualitas internasional untuk kebutuhan pemerintah, swasta nasional dan

internasional.

2) Mengubah mindset masyarakat mengenai kacang tanah, bahwa kacang tanah

merupakan salah satu bahan pangan alternatif dengan berbagai produk

turunannya.

3) Mengembangkan inovasi penghasil olahan kacang tanah sesuai dengan

kebutuhan pasar.

Page 67: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

67

4) Mengelola perusahaan untuk tumbuh dan berkembang dengan menerapkan

good corporate governance.

5) Meningkatkan kesejahteraan karyawan dan pemegang saham dengan tetap

memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya.

5.4. Struktur Organisasi

Bentuk perusahaan Mitra Priangan adalah perusahaan komanditer (CV) di

bidang pengolahan kacang tanah, dimana perusahaan ini masih beroperasi dalam

skala yang relatif kecil. CV. Mitra Priangan dipimpin oleh seorang direktur yang

merupakan pemilik perusahaan dan bertanggung jawab penuh pada perusahaan.

Struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Struktur Organisasi CV. Mitra Priangan

Sumber : CV. Mitra Priangan, diolah

Dalam menjalankan operasionalisasi perusahaan, pemilik menerapkan

pendekatan top down dimana seluruh komando dilakukan langsung oleh pemilik

kemudian unit-unit dibawahnya hanya melaksanakan hal-hal yang telah

direncanakan. Direktur dibantu oleh wakil direktur dan langsung membawahi

bagian produksi, bagian administrasi dan keuangan serta bagian pemasaran.

Pemilik sekaligus pimpinan CV. Mitra Priangan mengambil keputusan dalam

Direktur

Bagian Produksi

-Pengolahan bahan baku

-Pengolahan bahan jadi

-Pengemasan -Quality control

Wakil Direktur

Bagian Pemasaran

-Analisis pasar -Pemasaran swalayan -Pemasaran retail -Promosi

Bagian Administrasi & Keuangan

-Pembelian dan penjualan

-Analisa biaya -Anggaran -Akuntansi -Pengawasan intern

Page 68: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

68

segala bidang aktivitas perusahaan dan menetapkan garis umum kebijakan

perusahaan.

5.5. Aktivitas Perusahaan

Saat ini aktivitas utama perusahaan terdiri dari pengadaan bahan baku,

pengolahan kacang tanah menjadi kacang sangrai serta penjualan atau pemasaran

produk. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing aktivitas yang ada di CV.

Mitra Priangan.

1) Pengadaan bahan baku

Saat ini bahan baku “Ratih Kacang Sangrai” yaitu kacang tanah diperoleh

dari berbagai pihak yaitu bandar dan pemasok (supplier) yang berasal dari

berbagai daerah, seperti Garut, Cianjur, Sumedang, Tasik, Banjar, Ciamis, dan

lain-lain. Hal ini ditujukan untuk memperoleh bahan baku dengan kualitas dan

kuantitas yang baik. Semua kacang tanah yang masuk disimpan dalam gudang

penyimpanan bahan baku. Gudang penyimpanan CV Mitra Priangan sudah

memenuhi persyaratan kelayakan yaitu tidak lembab dan terdapat sirkulasi

udara yang lancar. Selanjutnya kacang tanah tersebut disortir untuk

mendapatkan kacang yang baik, yaitu tidak muda, dan pecah sehingga mudah

dikupas kulitnya.

2) Pengolahan

Pengolahan kacang tanah menjadi kacang sangrai dilakukan CV Mitra

Priangan secara sederhana. Sarana dan prasarana yang dipergunakan adalah

tungku kayu, wajan besar, saringan pasir, alat sealer dan lain sebagainya.

Proses pengolahan tersebut dilakukan dengan melalui beberapa tahapan.

Proses pengolahan yang disajikan secara sistematis pada Gambar 12, meliputi

tahapan berikut :

a) Penyortiran I

Bahan baku yang digunakan adalah kacang tanah yang diperoleh dari

beberapa bandar di Indonesia dan mengimpor dari India. Kacang tanah

tersebut sebelum diolah harus disortir terlebih dahulu. Kacang tanah yang

memiliki mutu yang baik, yaitu tidak busuk, tidak pecah dan tidak muda,

Page 69: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

69

adalah kacang tanah yang akan dipergunakan dalam produsi. Penyortiran

ini dilakukan agar kacang dapat dengan mudah dikupas kulitnya.

b) Pengayakan

Kacang tanah yang telah disortir kemudian dikupas kulitnya. Setelah

dikupas kulitnya, kacang tanah diayak dengan menggunakan ayakan

tampah. Tujuan dari pengayakan ini adalah untuk membersihkan kacang

tanah dari sisa-sisa kulit atau tanah.

c) Pembumbuan

Kacang tanah yang telah bersih tersebut lalu masuk dalam proses

pembumbuan, yaitu dengan membumbui kacang tanah dengan bumbu

racikan yang terdiri dari bawang putih dan garam.

d) Perendaman

Kacang tanah yang telah dibumbui tersebut kemudian masuk dalam proses

perendaman. Proses ini memerlukan waktu sekitar 24 jam. Selama sehari

semalam kacang tanah tersebut direndam dalam bumbu racikan yang

terdiri dari bawang putih dan garam. Tujuan dari perendaman ini adalah

untuk memberikan rasa asin dan gurih pada kacang tanah.

e) Pengeringan

Pengeringan kacang tanah ini dilakukan setelah proses penggaraman

selesai. Kacang tanah tersebut dikeringkan secara tradisional dengan

menjemurnya dibawah panas matahari.

f) Penyangraian

Tahap selanjutnya dari pengolahan kacang tanah ini adalah proses

penyangraian. Kacang tanah disangrai dengan pasir laut agar kacang

sangrai yang dihasilkan tidak mengandung kolesterol seperti produk

lainnya yang digoreng dengan minyak. Proses penyangraian dilakukan

dengan menggunakan tungku dan wajan atau kuali besar.

g) Penyortiran II

Kacang tanah yang telah disangrai tersebut kemudian didinginkan atau

diangin-anginkan beberapa saat agar uap panasnya hilang. Kacang tanah

Page 70: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

70

sangrai yang telah dingin kemudian disortir kembali atau disaring dengan

memisahkan kacang dengan pasir lautnya.

h) Pengemasan

Kacang sangrai yang telah disortir dari pasir lautnya kemudian dikemas

dalam plastik. Kacang sangrai tersebut dikemas dalam beberapa ukuran

dan siap untuk dipasarkan.

Gambar 12. Tahapan Proses Pengolahan Kacang Tanah Menjadi Kacang Sangrai

3) Penjualan / pemasaran produk

Pemasaran produk “Ratih Kacang Sangrai” oleh CV Mitra Priangan telah

merambah ke daerah Jakarta, Bogor, Cianjur, Sukabumi dan Bandung.

Strategi promosi yang selama ini dilakukan CV Mitra Priangan ialah dengan

mengkuti berbagai ajang pameran produk. Terbukti strategi promosi tersebut

berhasil meningkatkan animo masyarakat terhadap produk “Ratih Kacang

Sangrai” dengan banyaknya permintaan baik perorangan maupun badan

usaha. Adapun penetrasi pasar dilakukan dengan melakukan kerja sama

dengan para distributor lokal, koperasi perusahaan, toko makanan, dan lain-

lain.

Saat ini pasar yang belum bisa dipenuhi oleh CV Mitra Priangan yaitu

berasal dari instansi swasta/pemerintah dan swalayan-swalayan besar yang

tertarik bekerjasama untuk memasarkan produk “Ratih Kacang Sangrai”,

Penyortiran I

Pengayakan Pembumbuan

Perendaman Pengeringan

Penyangraian Penyortiran II

Pengemasan

Page 71: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

71

antara lain Alfamart, Indomart, Giant, Carrefour, Kemchicks, Superindo,

Madani Mart, dan Maskapai Garuda.

5.6. Fasilitas Perusahaan

Fasilitas yang dimiliki CV. Mitra Priangan meliputi fasilitas yang bersifat

skill dan non skill. Fasilitas yang bersifat skill merupakan sumber daya manusia

atau tenaga kerja yang dimiliki perusahaan. Sedangkan fasilitas yang bersifat non

skill meliputi seluruh peralatan dan perlengkapan yang terdapat dalam perusahaan

untuk memperlancar dan menunjang kelangsungan kegiatan perusahaan. Fasilitas

tersebut adalah sebagai berikut:

1) Sumber Daya Manusia

Sumberdaya manusia merupakan salah satu faktor yang harus dimiliki

perusahaan. Sumberdaya disini adalah tenaga kerja yang digunakan

perusahaan dalam melaksanakan usahanya. Tenaga kerja yang ada pada CV.

Mitra Priangan terdiri dari dua macam, yaitu tenaga kerja produksi dan tenaga

kerja non produksi. Tenaga kerja produksi adalah tenaga kerja yang

melakukan proses produksi kacang sangrai, sedangkan tenaga non produksi

adalah tenaga kerja yang menangani masalah administrasi, keuangan dan

pemasaran.

Tenaga kerja pada CV. Mitra Priangan merupakan tenaga kerja yang

berasal dari keluarga atau lingkungan sekitar perusahaan, sehingga dapat

mengurangi pengangguran di daerah sekitar perusahaan. Saat ini tenaga kerja

pada CV. Mitra Priangan berjumlah 27 orang yang dibagi dalam tiga bagian,

yaitu bagian produksi terdiri dari 8 orang lulusan SD dan 6 orang lulusan

SMP. Bagian pemasaran terdiri dari 12 orang dengan pendidikan minimal

lulusan SMA, dan untuk bagian administrasi dan keuangan terdiri dari 1 orang

lulusan S1.

Menurut pernyataan direktur jumlah tenaga kerja pada CV Mitra

Priangan bersifat fleksibel, artinya dapat berubah sewaktu-waktu khususnya

untuk bagian pemasaran. Hal ini dikarenakan perusahaan sering mengikuti

Page 72: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

72

kegiatan pameran dalam rangka meningkatkan penjualan produknya. Ketika

mengikuti pameran, perusahaan akan menambah tenaga kerja bagian

pemasaran sebagai Sales Promotion Girl (SPG).

2) Fasilitas penyimpanan

Perusahaan memiliki gudang penyimpanan di Cianjur yang berfungsi

untuk menampung bahan baku berupa kacang tanah yang didapat dari

beberapa bandar atau dari impor. Selain itu, perusahaanpun telah memiliki

gudang penyimpanan produk kacang sangrai yang telah siap untuk dipasarkan.

3) Fasilitas produksi

Fasilitas produksi berkaitan dengan fasilitas atau alat-alat yang

mendukung produksi perusahaan. Fasilitas yang dimiliki perusahaan terdiri

dari bangunan pabrik seluas ± 72 m² dengan tipe bangunan 36. Bangunan

pabrik terdiri dari beberapa bagian yang dipergunakan untuk proses produksi

kacang sangrai yaitu, gudang penyimpanan, area produksi dan tempat

penjemuran. Sedangkan alat-alat yang digunakan dalam proses produksi

kacang sangrai terdiri dari tungku, wajan ukuran besar, alat sealer untuk

pengemasan produk, dan lain sebagainya.

4) Fasilitas transportasi

Fasilitas ini berkaitan dengan kemudahan pengangkutan hasil produksi,

pengiriman pesanan ke konsumen serta hal-hal yang berkaitan dengan

kegiatan perusahaan. Fasilitas yang dimiliki perusahaan antara lain 1 buah

mobil untuk distribusi dan promosi produk melalui pameran, serta 5 buah

motor.

Page 73: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

73

VI. KEADAAN UMUM LOKASI PETANI KACANG TANAH

6.1. Keadaan Wilayah

Wilayah Sindangbarang terletak di daerah pantai selatan Kabupaten

Cianjur, dengan jarak 110 km dari Kabupaten Cianjur. Luas wilayah Kecamatan

Sindangbarang sebesar 17.013,39 Ha, yang terdiri dari 933,86 Ha sawah serta

16.079,53 Ha lahan darat. Jumlah curah hujan dalam setahun rata-rata diatas 2500

mm. Luas wilayah Sindangbarang mencakup sembilan desa, antara lain : Desa

Saganten, Sirnagalih, Talagasari, Kertasari, Jatisari, Desa Hegarsari, Jayagiri,

Muaracikadu dan Girimukti. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan

Sindangbarang yaitu :

1) Utara : berbatasan dengan Kecamatan Cibinong

2) Selatan : berbatasan dengan Laut Indonesia

3) Barat : berbatasan dengan Kecamatan Agrabinta

4) Timur : berbatasan dengan Kecamatan Cidaun

6.2. Potensi Lahan

1) Lahan Sawah

a) Pengairan teknis : 0 Ha

b) Pengairan ½ teknis : 0 Ha

c) Pengairan pedesaan : 88,0 Ha

d) Tadah hujan : 844,0 Ha

2) Lahan Darat

a) Tegalan pertanian : 9.707,81 Ha

b) Pekarangan : 886,18 Ha

c) Perkebunan rakyat : 2.769,67 Ha

d) Hutan / Perum : 2.453,36 Ha

e) Kolam : 8,51 Ha

Page 74: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

74

6.3. Keadaan Topografi dan Klimatologi

Jenis tanah di wilayah Kecamatan Sindangbarang sebagian besar adalah

assosiasi regosol, dengan tingkat keasaman tanah (PH 4 s/d 6,5). Suhu udara

antara 20° C sampai dengan 32° C. Ketinggian tempat antara 0 m hingga 225 m

diatas permukaan laut, serta topografi 50% datar, 26% bergelombang dan 24%

berbukit. Curah hujan di wilayah Kecamatan Sindangbarang rata-rata 2.708 mm

tahun 2008, dengan jumlah hari hujan 87 hari.

6.4. Keadaan Penduduk

Kecamatan Sindangbarang memiliki jumlah penduduk 48.085 jiwa, yang

tersebar di sembilan desa. Keadaan penduduk di Kecamatan Sindangbarang dalam

tahun anggaran 2008 menurut klasifikasi umur dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Nama Desa dan Klasifikasi Umur Penduduk di Kecamatan Sindangbarang Tahun Anggaran 2008

Klasifikasi Umur (Tahun)

No Nama Desa 0 s/d

6

7 s/d

15

16 s/d

23

24 s/d

54

60 ke

atas

Jumlah

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Saganten

Sirnagalih

Talagasari

Muaracikadu

Girimukti

Jayagiri

Jatisari

Kertasari

Hegarsari

1.257

903

377

1.522

730

500

547

826

387

1.091

851

242

1.580

708

252

731

1.075

524

793

770

413

836

578

540

416

1.182

275

4.072

4.478

2.990

2.371

3.837

2.461

3.457

1.469

1.835

849

368

383

356

456

129

203

336

126

8.062

5.370

4.405

6.666

6.309

3.884

5.354

4.888

3.147

Jumlah 7.049 7.054 5.805 24.970 3.260 42.085

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur (2008)

6.5. Potensi Lahan Usaha Tani

Komoditas unggulan di Kecamatan Sindangbarang diantaranya untuk

lahan sawah meliputi padi sawah, kedelai dan jagung manis, sedangkan untuk

Page 75: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

75

lahan darat yaitu kacang tanah, jagung, padi gogo, kacang hijau serta buah-

buahan. Potensi lahan usahatani diperinci berdasarkan jumlah desa dapat dilihat

pada Tabel 15.

Tabel 15. Nama Desa dan Luas Lahan Usahatani di Kecamatan Sindangbarang dalam Tahun Anggaran 2008

Luas Lahan Usahatani (Ha) No Nama Desa

Sawah Darat Jumlah

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Saganten

Sirnagalih

Talagasari

Muaracikadu

Girimukti

Jayagiri

Jatisari

Kertasari

Hegarsari

196,7

97,75

61,75

158,00

135,00

105,00

45,31

84,30

50,00

1.843,37

1.318,02

1.551,30

2.715,00

1.208,00

2.579,00

1.466,65

1.704,59

1.514,60

2.040,28

1.415,77

1.393,25

2.675,00

1.343,00

2.874,00

1.511,96

1.788,89

1.564,60

Jumlah 933,86 16.079,53 17.013,39

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur (2008)

6.6. Deskripsi Kelompok Tani

Kelompok tani yang akan melakukan kemitraan dengan CV. Mitra

Priangan berjumlah dua kelompok, yang terdiri dari kelompok tani KTH Mekar

Mukti dan kelompok tani Cikawung. Adapun rincian mengenai kelompok tani

tersebut ialah sebagai berikut :

1) Kelompok Tani KTH Mekar Mukti

a) Ketua kelompok : Ucum Suherman

b) Alamat : Dusun Ciose Rt 02/05, Desa

Muaracikadu, Kec. Sindangbarang

c) Tanggal berdiri : 10 Nopember 2003

d) Jumlah anggota : 125 orang

e) Luas areal usahatani : Lahan sawah = 25 Ha

Lahan darat = 325 Ha

Page 76: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

76

f) Komoditas yang diusahakan : padi sawah, padi gogo, kacang tanah,

kedelai

g) Keadaan pola tanam :

• Pola tanam lahan sawah :

padi sawah – padi sawah – kedelai

padi sawah – kacang tanah - kedelai

• Pola tanam lahan darat :

Kacang tanah – kacang tanah - kedelai

Padi gogo – kacang tanah – kedelai

Padi gogo – kacang tanah – kacang tanah

h) Inventaris yang dimiliki : hand sprayer, linggis, balincong

i) Jumlah produksi permusim :

• Padi sawah : 404,42 ton / musim

• Padi gogo : 220,53 ton / musim

• Kacang tanah : 375,00 ton / musim

• Kedelai : 50,00 ton / musim

2) Kelompok Tani Cikawung

a) Ketua kelompok : Ucok Gunawan

b) Alamat : Kampung Cikaroya, Desa

Muaracikadu, Kec. Sindangbarang

c) Tanggal berdiri : 14 September 2005

d) Jumlah anggota : 30 orang

e) Luas areal usahatani : Lahan sawah = 35 Ha

Lahan darat = 50 Ha

f) Komoditas yang diusahakan : padi sawah, padi gogo, kacang tanah,

kedelai

g) Keadaan pola tanam :

• Pola tanam lahan sawah :

padi sawah – padi sawah – kedelai

Page 77: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

77

padi sawah – kacang tanah - kedelai

• Pola tanam lahan darat :

Kacang tanah – kacang tanah - kedelai

Padi gogo – kacang tanah – kedelai

Padi gogo – kacang tanah – kacang tanah

h) Inventaris yang dimiliki : hand sprayer, linggis, balincong

j) Jumlah produksi permusim :

• Padi sawah : 128,75 ton / musim

• Padi gogo : 54,75 ton / musim

• Kacang tanah : 75,00 ton / musim

• Kedelai : 10,55 ton / musim

6.7. Rantai Pemasaran dan Harga Kacang Tanah pada Berbagai Level

Rantai pemasaran kacang tanah di tiap daerah berbeda-beda, namun

sebagian besar petani menjual kepada pengumpul atau tengkulak sebelum dibeli

oleh agen atau pedagang perantara dan perusahaan pengolah. Dari hasil

wawancara terhadap petani, diketahui bahwa sebagian besar hasil produksi kacang

tanah di Kecamatan Sindangbarang dipasok kepada agen atau pedagang perantara

dan perusahaan pengolah yang berada di luar Cianjur. Hanya sebesar 10 % dari

total hasil produksi kacang tanah yang ditujukan untuk pasar lokal di Kabupaten

Cianjur. Rantai pemasaran kacang tanah di daerah Sindangbarang Cianjur dapat

dilihat pada Gambar 13.

Rp. 5500

Rp. 6000

Rp. 10.000-

Rp. 8000 Rp. 8000 13.000

Petani Kacang Tanah

Pengumpul

Tengkulak/Bandar

Perusahaan Pengolah Agen/Pedagang Perantara

Pasar Lokal

Page 78: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

78

Gambar 13. Rantai Pemasaran dan Harga Kacang Tanah Sindangbarang, Cianjur Sumber : wawancara dari beberapa sumber (2009)

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN

7.1. Kondisi CV. Mitra Priangan

Kondisi perusahaan dilakukan dengan melihat kondisi lingkuangan

internal CV. Mitra Priangan, yaitu dengan mengamati faktor-faktor fungsional

perusahaan. Faktor-faktor yang akan diamati adalah faktor keuangan, sumberdaya

manusia, produksi dan operasi, penelitian dan pengembangan (R&D) serta

pemasaran.

7.1.1. Identifikasi Kondisi CV. Mitra Priangan

Variabel keuangan merupakan faktor yang berkenaan dengan cara

perusahaan dalam memperoleh modal usaha, menginvestasikannya dalam usaha,

menggunakannya untuk tujuan-tujuan tertentu dalam memperoleh keuntungan

tertentu, serta berkaitan pula dengan masalah perimbangan biaya dan keuntungan

yang ingin diraih. Hingga saat ini, modal usaha CV. Mitra Priangan diperoleh dari

pemilik perusahaan dan pemupukan laba hasil pemasaran produknya. Untuk

kedepannya perusahaan akan mendapatkan bantuan dana dari pemerintah dan

perusahaan juga membuka peluang bagi para investor yang ingin menanamkan

modalnya dalam usaha “Ratih Kacang sangrai”. Modal yang ada digunakan

perusahaan untuk membiayai kegiatan-kegiatan operasional, seperti pengadaan

bahan baku, pengolahan, pemasaran, serta pembayaran upah tenaga kerja harian

(tetap/tidak tetap).

Penelitian dan pengembangan atau research and development (R&D)

merupakan faktor yang berkaitan erat dengan sifat dan cara perusahaan

mengembangkan produk dan jasa yang dikelolanya, keberadaan fasilitas-fasilitas

pengembangan produk dan kemungkinan pemanfaatan jasa eksternal. Pada

struktur organisasi CV. Mitra Priangan belum terdapat bagian yang menangani

R&D. Berdasarkan wawancara dengan pemilik sekaligus direktur, kegiatan

Page 79: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

79

penelitian dan pengembangan merupakan hal yang penting bagi perusahaan,

namun untuk saat ini kegiatan tersebut belum dapat dilakukan karena biaya

kegiatan R&D yang cukup besar.

Produksi dan operasi merupakan faktor yang berkenaan dengan upaya

perusahaan dalam menghasilkan produk dan jasa seoptimal mungkin, penggunaan

dan pemeliharaan alat, serta aset fisik lainnya hingga masalah penempatannya.

Saat ini, sarana fisik yang dimiliki perusahaan sudah cukup memadai, seperti

adanya gudang penyimpanan bahan baku dan gudang penyimpanan produk jadi

yang memadai, serta kendaraan operasional.

Sumberdaya manusia merupakan faktor yang berkenaan dengan struktur

manajemen, pendelegasian, kompensasi, pelatihan dan pengembangan,

pemotivasian dan budaya perusahaan. Secara garis besar, faktor ini telah

disinggung pada bab deskripsi perusahaan. Struktur organisasi pada CV. Mitra

Priangan berbentuk fungsional, dimana orang dikelompokkan berdasarkan fungsi

yang mereka lakukan dalam kehidupan profesional atau menurut fungsi yang

dilakukan dalam organisasi. Hal tersebut ditunjukkan dengan pembagian yang

dilakukan perusahaan kedalam bagian administrasi dan keuangan, pemasaran

serta produksi. Hubungan interpersonal dalam perusahaan terjalin dengan baik

karena tenaga kerja dan staf dalam perusahaan berasal dari keluarga atau

lingkungan sekitar perusahaan, sehingga tercipta suasana kerja yang

menyenangkan dan kekeluargaan.

Pemasaran merupakan faktor yang berkaitan dengan penetapan harga

produk, penentuan performance produksi yang siap dipasarkan, penempatan dan

promosi. Perusahaan menetapkan harga produk berdasarkan perhitungan biaya

dan laba, serta informasi harga pasar kacang tanah yang sedang berlaku.

Pemasaran CV. Mitra Priangan meliputi daerah Jakarta, Bogor, Cianjur,

Sukabumi dan Bandung. Performance produk kacang sangrai yang dipasarkan

perusahaan cukup baik dilihat dari segi kualitas produk, rasa maupun

pengemasannya. Promosi yang dilakukan perusahaan sudah cukup baik, yaitu

dengan mengikuti berbagai kegiatan pameran di beberapa daerah khususnya

Jakarta.

Page 80: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

80

7.1.2. Analisis Kondisi CV. Mitra Priangan

Analisis kondisi perusahaan dilakukan untuk melihat kinerja manajemen

dalam perusahaan yang berkaitan dengan faktor kunci keuangan, sumberdaya

manusia, penelitian dan pengembangan (R&D), produksi dan operasi, serta

pemasaran, sehingga akan terlihat kondisi perusahaan secara keseluruhan.

Analisis dilakukan pada hirarki keputusan kondisi perusahaan yang telah diolah

dalam expert choice 2000. Dengan demikian perusahaan akan lebih mudah

menyusun rencana, ketentuan dan strategi yang akan diimplementasikan dalam

kemitraan sesuai dengan kondisi saat ini.

7.1.3. Identifikasi Model Hirarki Keputusan

Untuk mengetahui kondisi perusahaan perlu disusun suatu model hirarki

terlebih dahulu dalam suatu sistem analisis. Model hirarki keputusan tersusun dari

atas ke bawah dan terdiri dari empat tingkat, yaitu fokus, faktor kunci, sub faktor

dan kondisi perusahaan. Tingkat 1 merupakan fokus hirarki, yaitu untuk

mengetahui kondisi perusahaan. Tingkat 2 adalah faktor-faktor kunci yang

digunakan sebagai parameter dalam penilaian kondisi perusahaan, yaitu keuangan,

sumberdaya manusia, penelitian dan pengembangan, produksi dan operasi serta

pemasaran. Tingkat 3 merupakan subfaktor atau elemen dari masing-masing

faktor kunci yang menjadi perhatian perusahaan. Faktor kunci keuangan terdiri

dari elemen sumber dana, penerimaan usaha dan pengeluaran usaha. Faktor kunci

penelitian dan pengembangan terdiri dari keberadaan staf/tim R&D dan fasilitas

fisik. Faktor kunci sumberdaya manusia terdiri dari kualitas dan kuantitas

sumberdaya manusia. Faktor kunci produksi dan operasi terdiri dari elemen

fasilitas serta kontinuitas produksi. Sedangkan faktor kunci pemasaran terdiri dari

elemen informasi pasar dan kontinuitas pemasaran. Semua elemen tersebut akan

dianalisis sehingga akan diketahui kondisi perusahaan pada saat ini. Kondisi

perusahaan tersebut dapat dilihat dari kekuatan dan kelemahan perusahaan, yang

tercantum pada tingkat 4 hirarki keputusan.

7.1.4. Analisis Pengolahan Vertikal

Page 81: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

81

Dalam analisis vertikal semua elemen dari tiap tingkat penyusun hirarki

keputusan dibobot secara langsung terhadap fokus hirarki. Bobot dari masing-

masing elemen penyusun hirarki secara lengkap diperlihatkan pada Gambar 11.

7.1.4.1. Analisis Faktor Kunci Perusahaan (Tingkat 2)

Pengolahan dilakukan dengan melihat perhatian perusahaan pada faktor

kunci keuangan, penelitian dan pengembangan, produksi dan operasi, sumberdaya

manusia serta pemasaran, terkait dengan fokus hirarki yaitu untuk melihat kondisi

perusahaan. Hasil pengolahan dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Hasil Pengolahan Vertikal pada Faktor Kunci Perusahaan

Faktor Kunci Bobot Prioritas

Keuangan 0,213 2

Penelitian dan pengembangan 0,051 5

Produksi dan operasi 0,110 4

Sumberdaya manusia 0,116 3

Pemasaran 0,510 1

Rasio Inkonsistensi (RI) = 0,07

Pemasaran merupakan faktor yang menjadi prioritas utama manajemen

perusahaan dengan bobot 0,510. Hal ini disebabkan pentingnya kepastian

pemasaran bagi setiap usaha agribisnis. Selain itu, kemampuan dalam

memperoleh informasi pasar seperti harga jual, permintaan produk di pasar,

penempatan produk siap jual serta kekontinuan pemasaran juga mempengaruhi

kelancaran usaha agribisnis. CV. Mitra Priangan merupakan perusahaan yang

bergerak di bidang pengolahan kacang tanah menjadi kacang sangrai. Meskipun

belum lama beroperasi, perusahaan telah memiliki informasi pasar yang cukup

baik, seperti harga jual, permintaan produk di pasar, dan sebagainya. Selain itu

Page 82: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

82

perusahaan juga memantau informasi pasar di luar negeri karena saat ini CV.

Mitra Priangan sedang menjajaki pasar ekspor.

Faktor keuangan menjadi prioritas kedua bagi manajemen dengan bobot

0,213. Hal ini dikarenakan bahwa dalam pengembangan seluruh aspek usaha,

keuangan merupakan salah satu penggerak utama dalam suatu perusahaan.

Perusahaan harus memiliki ketersediaan dana yang cukup besar untuk bertahan

sebelum memperoleh keuntungan. Dalam hal ini, dana perusahaan yang tersedia

berasal dari pemilik perusahaan. Perusahaan juga mengusahakan bantuan dana

dari berbagai instansi atau badan usaha, seperti bantuan dana hibah LM3 dari

Departemen Pertanian. Selain itu, untuk mengantisipasi masalah keuangan

tersebut perusahaan memberi kesempatan para investor untuk menanamkan

modalnya di usaha pengolahan kacang ini.

Faktor sumberdaya manusia menjadi prioritas ketiga bagi manajemen

dengan bobot 0,116. Hal ini dikarenakan berbagai aktivitas akan berjalan dengan

baik dan lancar apabila didukung oleh para pelaksananya. Saat ini sumberdaya

manusia yang dimiliki perusahaan telah mencukupi dan mempunyai kualitas

memadai. Selanjutnya faktor produksi dan operasi mendapat prioritas keempat

dengan bobot 0,110. Hal ini dikarenakan perusahaan belum mampu menghasilkan

kuantitas produksi kacang sangrai sesuai dengan permintaan pasar. Produksi

kacang sangrai CV. Mitra priangan rata-rata lebih rendah dibandingkan

permintaannya. Namun jika dilihat dari segi fasilitas serta penggunaan aset-aset

fisik perusahaan telah optimal.

Faktor penelitian dan pengembangan (R&D) mendapat prioritas terakhir

yaitu kelima dengan bobot 0,051. Hal ini dikarenakan untuk saat ini perusahaan

belum terlalu menganggap penting faktor tersebut karena umur perusahaan yang

belum terlalu lama dan keterbatasan dana perusahaan. Namun perusahaan

mungkin akan melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan di masa yang

akan datang.

7.1.4.2. Analisis Subfaktor Kunci Perusahaan (Tingkat 3)

Page 83: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

83

Pada pengolahan tingkat 3 ini, faktor-faktor kunci di atas dianalisis secara

lebih mendalam dengan melihat perhatian perusahaan terhadap subfaktor atau

elemen-elemen kuncinya. Hasil pengolahan vertikal dapat dilihat pada Tabel 17.

Pada faktor kunci keuangan, perusahaan memberi perhatian utama pada

elemen penerimaan usaha dengan bobot 0,154. Hal ini berdasarkan pertimbangan

bahwa penerimaan dari hasil pemasaran produksi dapat dijadikan sumber modal

mandiri bagi perusahaan dan untuk kelangsungan usaha. Oleh karena itu, sumber

dana menjadi fokus perhatian kedua bagi perusahaan dengan bobot 0,034. Hal ini

disebabkan perusahaan hingga saat ini masih membutuhkan tambahan dana untuk

kelangsungan usahanya. Sedangkan pengeluaran usaha menjadi prioritas terakhir

perusahaan dengan bobot 0,026.

Dalam faktor kunci penelitian dan pengembangan (R&D), keberadaan staf

R&D dengan bobot 0,043 mendapatkan perhatian lebih besar dibandingkan

dengan keberadaan fasilitas R&D (0,009). Hal ini didasarkan pertimbangan

bahwa dalam mewujudkan keinginan perusahaan untuk melakukan kegiatan

penelitian dan pengembangan (R&D), diutamakan adanya tenaga staf ahli yang

menangani bidang tersebut. Kemudian selanjutnya akan diusahakan fasilitas-

fasilitas fisik yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan tersebut.

Tabel 17. Hasil Pengolahan Vertikal pada Subfaktor Kunci Perusahaan

Faktor Kunci Subfaktor Kunci Bobot Prioritas

Keuangan Sumber dana Penerimaan usaha Pengeluaran usaha

0,034 0,154 0,026

2 1 3

Penelitian dan pengembangan Staf/tim R&D Fasilitas R&D

0,043 0,009

1 2

Produksi dan operasi Fasilitas P&O Kontinuitas P&O

0,016 0,094

2 1

Sumberdaya manusia Kualitas SDM Kuantitas SDM

0,102 0,015

1 2

Pemasaran Informasi pasar Kontinuitas pemasaran

0,074 0,436

2 1

Page 84: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

84

Dalam faktor kunci produksi dan operasi, perusahaan memberikan

perhatian pada kontinuitas produksi dan operasi (0,094) dibandingkan dengan

fasilitas produksi dan operasi (0,016). Hal ini disebabkan saat ini perusahaan

kurang memiliki kontinuitas produksi yang lancar, sehingga perhatian perusahaan

terfokus pada elemen ini untuk lebih meningkatkan kemampuannya dalam hal

tersebut. Kontinuitas produksi yang lancar akan berpengaruh pada kepercayaan

pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam memenuhi permintaan konsumen.

Saat ini fasilitas fisik yang dimiliki perusahaan telah cukup memadai dan

menunjang kegiatan operasional perusahaan.

Pada faktor kunci sumberdaya manusia, kualitas sumberdaya manusia

(0,102) mendapatkan perhatian lebih besar dibandingkan dengan kuantitas

sumberdaya manusia (0,015). Hal ini didasarkan pertimbangan bahwa kualitas

sumberdaya manusia dianggap lebih berpengaruh oleh perusahaan bagi

kelangsungan usahanya. Kuantitas sumberdaya manusia dengan jumlah banyak

tidak akan berpengaruh bagi performance perusahaan, jika tidak ditunjang dengan

sumberdaya manusia yang berkualitas dengan kecakapan dan keahlian yang

memadai. Dilihat dari kondisi perusahaan saat ini, sumberdaya manusia yang

dimiliki telah cukup memadai dengan jumlah pekerja sesuai dengan kebutuhan.

Dalam faktor kunci pemasaran, kontinuitas pemasaran (0,436)

mendapatkan perhatian lebih besar dibandingkan dengan informasi pasar (0,074).

Hal ini disebabkan elemen kontinuitas pemasaran merupakan hal yang sangat

penting bagi perusahaan. Kontinuitas pemasaran berpengaruh bagi kelangsungan

usaha karena menyangkut penjualan produk yang berkelanjutan. Saat ini

perusahaan telah mengalami kontinuitas pemasaran dengan jaringan pemasaran

yang tetap dan terjamin. Sedangkan dalam elemen informasi pasar, perusahaan

telah memiliki informasi pasar yang baik dan tidak pernah ketinggalan informasi.

7.1.4.3. Analisis Kondisi Perusahaan (Tingkat 4)

Hasil pengolahan vertikal pada tingkat 4 untuk melihat kondisi perusahaan

dapat dilihat pada Tabel 18. Hasil pengolahan menunjukkan bahwa secara

keseluruhan kondisi perusahaan didominasi oleh berbagai kekuatan (0,708)

dibandingkan kelemahan (0,292).

Page 85: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

85

Tabel 18. Hasil Pengolahan Vertikal untuk Mengetahui Kondisi Perusahaan

Kondisi Bobot

Kekuatan 0,708

Kelemahan 0,292

Rasio Inkonsistensi (RI) = 0,02

Dari pengolahan dengan menggunakan Expert Choice, diketahui bahwa

kondisi perusahaan yang kuat terlihat dari segi pemasaran, keuangan dan

sumberdaya manusia. Sedangkan segi produksi dan operasi serta pengembangan

dan penelitian merupakan kelemahan bagi perusahaan (data terlampir). Hal diatas,

sejalan dengan kondisi CV. Mitra Priangan yang masih sanggup bertahan dalam

pasar dengan jumlah permintaan terhadap produk kacang sangrainya yang

meningkat dari tahun ke tahun. Rasio inkonsistensi secara keseluruhan sebesar

0,02, hal ini menunjukkan bahwa hasil penilaian perusahaan dapat diterima dan

memiliki tingkat kepercayaan yang cukup tinggi.

Page 86: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

86

Tingkat 1 :

Fokus

Tingkat 2 :

Faktor

Tingkat 3 :

Sub Faktor

Tingkat 4 :

Kondisi

Keterangan : * = kekuatan

Fasilitas

Fisik

0,009

Staf/Tim

R&D

0,043

Kontinuitas

Pemasaran

0,436

Informasi

Pasar

0,074

Kontinuitas

0,094

Fasilitas

0,016

Kekuatan

0,708

Kelemahan

0,292

Penerimaan

0,154

Pengeluaran

0,026

Kondisi Perusahaan

Keuangan

0,213*

Produksi dan

Operasi

0,110**

Penelitian &

Pengembangan

0,051**

Pemasaran

0,510*

Sumberdaya

Manusia

0,116*

Kuantitas

0,015

Kualitas

0,102

Sumber

Dana

0,034

Page 87: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

87

** = kelemahan

Rasio Inkonsistensi (RI) keseluruhan = 0,02

Gambar 14. Hasil Pengolahan Vertikal Model Hirarki Keputusan Kondisi Perusahaan

7.2. Kondisi Petani Kacang Tanah

Kondisi petani kacang tanah di daerah Cianjur dilakukan dengan

mengamati faktor kunci yang berkaitan erat dengan aspek-aspek yang dimiliki

petani secara umum. Faktor-faktor tersebut adalah modal, produksi, teknologi,

manajemen dan pemasaran.

7.2.1. Identifikasi Karakteristik Umum Petani Kacang Tanah

Permodalan merupakan faktor yang berkaitan dengan kemampuan petani

dalam meyediakan modal dan pemupukan modal, termasuk aksesibilitas petani

terhadap sumber-sumber perolehan modal. Modal yang dimaksud terdiri dari

modal berupa uang maupun yang berupa fasilitas fisik atau sarana produksi yang

dimiliki petani. Modal berupa uang berasal dari modal yang dimiliki petani

sendiri. Modal tersebut digunakan petani untuk membiayai pengelolaan

usahataninya maupun untuk membeli sarana produksi. Sedangkan modal berupa

fasilitas fisik atau sarana produksi seperti hand sprayer, cangkul, linggis,

balincong dan lain-lain, pada umumnya dimiliki oleh petani sendiri.

Produksi merupakan faktor yang berkenaan dengan kemampuan petani

untuk menghasilkan produksi secara optimal, baik dari segi kualitas, kuantitas

maupun kontinuitas. Kualitas produksi kacang tanah yang dihasilkan petani di

daerah Sindangbarang, Cianjur masih ditentukan oleh permintaan pasar. Hal

tersebut dikarenakan petani melakukan panen sesuai dengan permintaan pembeli,

dimana saat itu jumlah kacang tanah masih tergolong sedikit dan harganya cukup

tinggi. Sehingga walaupun belum masuk waktu panen raya, petani tetap memanen

kacang tanahnya. Sebenarnya kualitas kacang tanah di daerah Cianjur tersebut

Page 88: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

88

cukup baik jika dipanen sesuai waktunya. Akan tetapi persaingan pasar menuntut

para pembeli untuk sesegera mungkin melakukan pembelian agar tidak didahului

oleh pembeli lainnya. Dilihat dari segi kuantitas, daerah Sindangbarang termasuk

salah satu daerah penghasil kacang tanah terbanyak di Cianjur. Produksi kacang

tanah di Sindangbarang tidak dapat selalu dipastikan jumlahnya pada setiap

musim panen, karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah kacang

tanah yang dihasilkan. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah kondisi cuaca,

angin, curah hujan yang tidak stabil, serta serangan hama penyakit. Rata-rata

produksi kacang tanah tiap musim panennya antara 1,7 ton hingga 2,8 ton kacang

tanah.

Teknologi merupakan faktor yang berkaitan dengan kemampuan petani

dalam menerapkan dan menguasai teknik usahatani kacang tanah, seperti teknik

pembibitan, budidaya, pemanenan, penggunaan alat-alat produksi, pemakaian

obat-obatan serta pemupukan. Pada umumnya petani kacang tanah di daerah

Sindangbarang, Cianjur telah memiliki keterampilan yang cukup dalam

penguasaan teknologi. Kemampuan tersebut diperoleh berdasarkan kebiasaan atau

pengalaman sebelumnya baik dari petani sendiri, pengalaman rekan sesama petani

maupun informasi dari penyuluh pertanian Kabupaten Cianjur.

Manajemen merupakan faktor yang berkenaan dengan kemampuan petani

dalam mengelola dan mengatur usahataninya secara professional, baik berupa

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan maupun pengendalian usaha.

Perencanaan usahatani berkaitan dengan kemampuan petani memilih sasaran,

kebijakan, prosedur dan program yang diperlukan dalam usahataninya, seperti

merencanakan waktu tanam, masa panen dan jumlah pekerja yang diperlukan.

Pengorganisasian usahatani berkaitan dengan kemampuan petani dalam

menentukan pekerjaan yang harus dilakukan dalam usahataninya,

mengelompokkan tugas-tugas usahatani dan melakukan pembagian kerja terhadap

setiap tenaga kerjanya. Penggerakan kegiatan usahatani berkaitan dengan

kemampuan petani dalam membimbing dan mengarahkan tenaga kerjanya dalam

melakukan tugas-tugasnya, serta mengatur semua kegiatan usahataninya.

Sedangkan pengendalian usahatani berkaitan dengan kemampuan petani dalam

mengawasi pelaksanaan kegiatan usahataninya. Kemampuan manajemen secara

Page 89: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

89

keseluruhan telah dimiliki oleh petani kacang tanah di daerah Sindangbarang,

Cianjur meskipun dengan cara yang masih sangat sederhana.

Pemasaran merupakan faktor yang berkaitan dengan kemampuan petani

dalam memperoleh informasi pasar, seperti harga jual dan permintaan produk di

pasar serta kontinuitas pemasaran. Pada umumnya pemasaran hasil panen petani

dilakukan oleh bandar atau tengkulak dengan pembelian pra panen atau sistem

tebas. Posisi tawar menawar petani pada umumnya kurang kuat, sehingga harga

jual kacang tanah biasanya ditetapkan oleh bandar atau tengkulak. Hal ini

disebabkan oleh kurangnya informasi petani mengenai harga kacang tanah di

pasar, biasanya petani mengetahui informasi pasar melalui bandar atau tengkulak

itu sendiri.

7.2.2. Analisis Kondisi Petani Kacang Tanah

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kondisi petani kacang

tanah di daerah Sindangbarang, Kabupaten Cianjur. Analisis ini dilakukan dengan

meninjau beberapa aspek yakni permodalan, produksi, teknologi, manajemen dan

pemasaran. Analisis dilakukan pada hirarki keputusan kondisi petani yang telah

diolah dalam expert choice 2000. Dari hasil analisis tersebut akan diketahui

kondisi petani pada saat ini, sehingga perusahaan akan lebih mudah dalam

menentukan pola kerjasama yang sesuai antara petani kacang tanah dengan

perusahaan.

7.2.3. Identifikasi Model Hirarki Keputusan

Untuk mengetahui kondisi perusahaan perlu disusun suatu model hirarki

terlebih dahulu dalam suatu sistem analisis. Sistem analisis dalam hirarki

keputusan yang akan dibentuk, dibuat dalam upaya melihat kondisi petani kacang

tanah di daerah Sindangbarang, Cianjur. Model ini dibentuk berdasarkan hasil

rangkuman dari berbagai sumber yang mengemukakan karakteristik petani secara

umum. Model hirarki keputusan tersusun dari atas ke bawah dan terdiri dari empat

tingkat, yaitu fokus, faktor kunci, sub faktor dan kondisi petani.

Tingkat 1 merupakan fokus hirarki, yaitu untuk mengetahui kondisi petani

kacang tanah. Tingkat 2 adalah faktor-faktor kunci yang menggambarkan unsur-

Page 90: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

90

unsur yang melekat pada individu petani dalam melakukan usahataninya, yaitu

modal, produksi, teknologi, manajemen dan pemasaran. Tingkat 3 merupakan

subfaktor atau elemen-elemen kunci yang merupakan penjabaran dari faktor-

faktor kunci pada level diatasnya. Faktor kunci permodalan terdiri dari elemen

sumber dana, penerimaan usaha, pengeluaran usaha serta fasilitas fisik. Faktor

kunci produksi terdiri dari elemen kualitas, kuantitas dan kontinuitas produksi.

Faktor kunci teknologi tidak dijabarkan ke dalam elemen-elemen kunci. Faktor

kunci manajemen terdiri dari elemen kunci perencanaan, pengorganisasian,

penggerakan dan pengendalian usaha. Sedangkan faktor kunci pemasaran terdiri

dari elemen informasi pasar dan kontinuitas pemasaran. Semua elemen tersebut

akan dianalisis sehingga akan diketahui kondisi petani kacang tanah pada saat ini.

Kondisi petani tersebut dapat dilihat dari kekuatan dan kelemahan petani, yang

tercantum pada tingkat 4 hirarki keputusan.

7.2.4. Analisis Pengolahan Vertikal

Dalam analisis vertikal semua elemen dari tiap tingkat penyusun hirarki

keputusan dibobot secara langsung terhadap fokus hirarki. Bobot dari masing-

masing elemen penyusun hirarki secara lengkap diperlihatkan pada Gambar 12.

7.2.4.1. Analisis Faktor Kunci Petani (Tingkat 2)

Pengolahan dilakukan dengan melihat perhatian petani kacang tanah pada

faktor-faktor kunci kondisi petani pada umumnya. Hasil pengolahan vertikal dapat

dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Hasil Pengolahan Vertikal pada Faktor Kunci Petani

Faktor Kunci Bobot Prioritas

Modal 0,271 2

Produksi 0,451 1

Teknologi 0,136 3

Manajemen 0,045 5

Pemasaran 0,098 4

Page 91: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

91

Rasio Inkonsistensi (RI) = 0,06

Hasil pengolahan menunjukkan bahwa petani menempatkan faktor

produksi sebagai prioritas utama dengan bobot 0,451. Hal ini disebabkan produksi

sangat berpengaruh terhadap kelangsungan usahatani. Produksi kacang tanah di

Cianjur secara umum cukup bagus, hal ini selain dipengaruhi pengelolaan

usahatani yang baik juga didukung oleh unsur-unsur alam, seperti ketinggian

tempat yang sesuai, suhu, curah hujan dan kecepatan angin yang mendukung.

Dilihat dari kondisi petani saat ini, pada umumnya petani memiliki kemampuan

yang cukup dalam hal kuantitas dan kontinuitas produksi. Sedangkan dalam hal

kualitas produksi, diakui petani kualitas kacang tanah dipengaruhi oleh

permintaan pasar dimana petani terkadang memanen kacang tanahnya sebelum

masa panen. Hal tersebut disebabkan adanya persaingan diantara pembeli,

sehingga mendesak para pembeli untuk segera melakukan pembelian walaupun

belum masuk waktu panen raya.

Faktor modal menjadi prioritas kedua petani dengan bobot sebesar 0,271.

Hal ini disebabkan modal sangat berpengaruh terhadap kelangsungan usahatani

kacang tanah. Pada umumnya para petani sangat mengharapkan bantuan berupa

modal untuk memajukan usahataninya, terutama modal untuk membiayai kegiatan

usahatani sehari-hari. Biasanya pada waktu pemupukan, petani sangat

membutuhkan dana dengan jumlah yang cukup besar untuk membeli pupuk.

Sehingga pada masa pemupukan sebagian besar petani meminjam dana pada

pemilik modal perorangan dan bank keliling, atau bahkan terkadang petani

terpaksa mengijonkan tanamannya kepada tengkulak agar dapat meneruskan

usahataninya. Sedangkan modal usaha pada awal musim tanam atau untuk

membuka kebun dapat diusahakan sendiri oleh petani, sebagian petani juga telah

memproduksi bibit kacang tanah untuk dijual kembali dan dipergunakan dalam

usahataninya.

Faktor teknologi menjadi prioritas ketiga dengan bobot sebesar 0,136.

Pada umumnya kemampuan petani dalam menerapkan dan menguasai teknik

budidaya kacang tanah telah cukup baik, karena kacang tanah telah cukup lama

dibudidayakan di daerah Sindangbarang, Cianjur. Kemampuan petani tersebut

Page 92: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

92

diperoleh dari pengalaman rekan sesama petani, pengalaman sendiri pada

budidaya sebelumnya maupun informasi dari penyuluh pertanian Kabupaten

Cianjur.

Faktor pemasaran mendapat prioritas keempat dengan bobot 0,098. Dilihat

dari kondisi saat ini, petani telah memiliki jaringan pemasaran yang pasti,

terutama bila hasil panen melimpah. Namun dalam hal pemasaran ini,

kemampuan petani dalam memperoleh informasi pasar belum cukup baik. Petani

pada umumnya mengetahui harga yang berlaku di pasaran dari para bandar atau

tengkulak, sehingga posisi tawar petani kurang kuat dalam penentuan harga jual.

Oleh karena itu, perlu dilakukan kemitraan dengan perusahaan guna

mengantisipasi masalah tersebut, sehingga petani dapat memperoleh harga yang

sesuai dan tidak merugikan petani.

Faktor manajemen menjadi prioritas terakhir yaitu keempat dengan bobot

0,045. Manajemen merupakan hal yang penting untuk dilakukan dalam kegiatan

usahatani. Tanpa manajemen yang baik, usahatani tidak akan berjalan dengan

baik. Kegiatan manajemen usahatani tersebut dapat meliputi pengaturan waktu

tanam, waktu panen, pembagian tugas dan sebagainya. Petani pada umumnya

kurang memperhatikan faktor ini karena melakukan usahataninya atas faktor

kebiasaan dan pengalaman sebelumnya. Namun begitu, kemampuan petani

kacang tanah dalam mengelola usahataninya telah cukup baik. Pengelolaan

budidaya kacang tanah ditangani sendiri oleh petani dengan dibantu para

pekerjanya.

7.2.4.2. Analisis Subfaktor Kunci Petani (Tingkat 3)

Pada tingkat ini akan dianalisis elemen-elemen dari tiap faktor kunci pada

petani kacang tanah. Hasil pengolahan vertikal dapat dilihat pada Tabel 20. Hasil

pengolahan menunjukkan dalam faktor kunci modal, petani memberikan perhatian

utama pada elemen fasilitas fisik (0,128), kemudian dilanjutkan elemen sumber

dana (0,081), elemen penerimaan usaha (0,017), dan terakhir pada elemen

pengeluaran usaha (0,017). Fasilitas fisik seperti cangkul, linggis, balincong dan

alat-alat produksi lainnya sangat berpengaruh pada kegiatan usahatani kacang

tanah. Tanpa fasilitas fisik yang cukup dan memadai akan menghambat aktivitas

Page 93: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

93

produksi petani, sehingga pada akhirnya akan berpengaruh pada kualitas dan

kuantitas kacang tanah yang dihasilkan. Hal ini membuat petani menjadikan

elemen fasilitas fisik sebagai prioritas utama. Sumber dana menjadi prioritas

kedua bagi petani. Sumber dana yang dimiliki petani berasal dari modal sendiri

maupun modal pinjaman. Dalam perolehan sumber dana petani tidak begitu

mengalami kesulitan. Modal pinjaman diperoleh petani dari pemilik modal

perorangan tanpa adanya jaminan, peminjaman berdasarkan pada kepercayaan

antar kedua pihak. Pengeluaran usaha selama ini dilakukan untuk biaya kegiatan

usahataninya. Pada umumnya pengeluaran usaha lebih besar pada masa

pemupukan. Petani biasanya harus meminjam pada pemilik modal perorangan dan

“bank keliling”, atau bahkan terkadang petani terpaksa mengijonkan

usahataninya.

Tabel 20. Hasil Pengolahan Vertikal pada Subfaktor Kunci Petani

Faktor Kunci Subfaktor Kunci Bobot Prioritas

Modal Sumber dana Penerimaan usaha Pengeluaran usaha Fasilitas fisik

0,081 0,044 0,017 0,128

2 3 4 1

Produksi Kualitas produk Kuantitas produk Kontinuitas produk

0,032 0,293 0,126

3 1 2

Manajemen Perencanaan Pengorganisasian Penggerakan Pengendalian

0,006 0,003 0,013 0,022

3 4 2 1

Pemasaran Informasi pasar Kontinuitas pemasaran

0,078 0,020

1 2

Pada faktor kunci produksi, petani memberikan perhatian utama pada

kuantitas produksi dengan bobot 0,293. Menurut petani, produksi kacang tanah

dalam jumlah yang banyak pada setiap kali panen akan memberikan pemasukan

yang tinggi. Kontinuitas produksi mendapat prioritas kedua bagi petani dengan

bobot 0,126. Hal ini didasarkan pertimbangan bahwa kontinuitas produksi yang

Page 94: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

94

lancar akan berpengaruh pada kepercayaan pasar terhadap kemampuan petani

dalam memenuhi permintaan pembeli. Dari wawancara diketahui bahwa

kontinuitas produksi kacang tanah cukup kontinu walaupun masih ada satu

periode tanam yang belum terpenuhi. Ini terlihat dari panen yang dihasilkan

maksimal 2 kali dalam setahun, sedangkan umur tanam ± 4 bulan. Dari

wawancara hal tersebut dikarenakan rata-rata petani di daerah Sindangbarang

masih mengusahakan dua jenis tanaman yaitu padi dan kacang tanah, sehingga

ketika musim hujan petani akan menanam padi dan sedikit sekali petani yang

menanam kacang tanah. Selanjutnya elemen yang mendapat prioritas terakhir

adalah kualitas produksi dengan bobot 0,032. Kualitas kacang tanah yang bagus

akan memberikan penerimaan usaha yang besar pula, karena harga jualnya tinggi.

Akan tetapi, saat ini petani kurang memperhatikan faktor kualitas produksi,

karena petani lebih mengutamakan kuantitas yang banyak sehingga penerimaan

usaha lebih tinggi.

Pada faktor kunci manajemen, petani memberikan prioritas utama pada

elemen pengendalian (0,022), kemudian dilanjutkan dengan penggerakan (0,013),

perencanaan (0,006) dan pengorganisasian usahatani (0,003). Pengendalian

usahatani berkaitan dengan hal pengawasan kegiatan usahatani. Pengendalian

usahatani penting dilakukan agar mendapat hasil yang maksimal dan memuaskan.

Pengawasan semua kegiatan usahatani dilakukan oleh petani, termasuk

mengawasi pekerjaan para pekerjanya setiap hari. Penggerakan merupakan

prioritas kedua bagi petani dalam hal manajemen. Pekerjaan-pekerjaan dalam

kegiatan usahatani kacang tanah dilakukan oleh pekerja dengan bimbingan,

pengarahan dan pengawasan dari petani. Bagi petani kegiatan penggerakan sangat

penting, karena apabila bimbingan pada buruh tani tidak dilakukan dengan baik

maka akan dapat menurunkan kinerja petani sehingga akan mempengaruhi hasil

panen. Perencanaan menjadi prioritas ketiga bagi petani. Dalam kegiatan

usahataninya petani melakukan perencanaan berdasarkan pengalamannya dalam

berusahatani. Perencanaan tersebut pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi di

lapang. Selanjutnya elemen pengorganisasian menjadi prioritas terakhir bagi

petani. Dalam mempekerjakan pekerjanya, petani belum membuat

Page 95: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

95

pengelompokkan tugas kerja dan melakukan pembagian tugas-tugas tersebut

kepada tenaga kerjanya.

Pada faktor kunci pemasaran, petani memberi prioritas lebih besar pada

elemen informasi pasar (0,078) dibandingkan dengan kontinuitas pemasaran

(0,020). Informasi pasar menjadi prioritas utama dikarenakan elemen ini sangat

penting dalam penentuan harga jual kacang tanah kepada para bandar atau

tengkulak. Pada umumnya petani cenderung kurang mengetahui harga pasar yang

berlaku. Selama ini informasi pasar didapatkan petani dari bandar atau tengkulak

yang membeli hasil produksi kacang tanahnya.

7.2.4.3. Analisis Kondisi Petani (Tingkat 4)

Hasil pengolahan vertikal pada tingkat 4 untuk mengetahui kondisi petani

kacang tanah dari berbagai aspek dapat dilihat pada Tabel 21. Hasil pengolahan

menunjukkan bahwa secara keseluruhan kondisi petani cenderung menunjukkan

kekuatan (0,596) pada berbagai aspek dibandingkan kelemahan (0,404). Hal ini

dikarenakan petani telah menjalani profesinya dalam waktu yang cukup lama,

sehingga telah memiliki pengalaman yang cukup banyak dalam mengelola

usahataninya dengan baik.

Tabel 21. Hasil Pengolahan Vertikal untuk Mengetahui Kondisi Petani

Kondisi Bobot

Kekuatan 0,596

Kelemahan 0,404

Rasio Inkonsistensi (RI) = 0,08

Dari pengolahan dengan menggunakan Expert Choice, diketahui bahwa

kondisi petani kacang tanah yang kuat terlihat dari segi produksi, teknologi dan

modal. Sedangkan segi pemasaran serta manajemen merupakan kelemahan bagi

petani (data terlampir). Rasio inkonsistensi secara keseluruhan sebesar 0,08, hal

ini menunjukkan bahwa hasil penilaian petani dapat diterima dan dipercaya.

Page 96: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

96

Tingkat 1 :

Fokus

Tingkat 2 :

Faktor

Tingkat 3 :

Sub Faktor

Tingkat 4 :

Kondisi

Kondisi Petani

Manajemen

0,045**

Teknologi

0,136*

Produksi

0,451*

Modal

0,271*

Pemasaran

0,098**

Kuantitas

0,293*

Kualitas

0,032

Kontinuitas

0,126*

Penerimaan

0,044*

Sumber

Dana

0,081

Fasilitas fisik

0,128*

Pengeluaran

0,017

Pengorganisasian

0,003**

Pengendalian

0,022

Penggerakan

0,013**

Perencanaan

0,006

Kontinuitas

0,020

Info Pasar

0,078**

Kekuatan

0,596

Kelemahan

0,404

Page 97: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

97

Keterangan : * = kekuatan ** = kelemahan

Rasio Inkonsistensi (RI) secara keseluruhan = 0,08

Gambar 15. Hasil Pengolahan Vertikal Model Hirarki Keputusan Kondisi Petani

7.3. Analisis Penentuan Pola Kemitraan yang Sesuai antara CV. Mitra

Priangan dengan petani

Analisis ini dilakukan untuk menentukan pola kemitraan yang paling sesuai

untuk diterapkan dalam rencana pembentukan kemitraan antara CV. Mitra

Priangan dan petani kacang tanah yang berkaitan dengan faktor yang mendorong

terbentuknya kemitraan, pelaku kemitraan dan tujuan yang diharapkan dalam

kemitraan. Diharapkan penentuan pola kemitraan di awal proses pembentukan

kemitraan ini dapat memperkecil kemungkinan terjadinya kegagalan dan

kemitraan yang akan terbentuk dapat berjalan dengan baik dan efisien.

7.3.1. Identifikasi Model Hirarki Keputusan

Model hirarki keputusan tersusun dari atas ke bawah dan terdiri atas lima

tingkat, yaitu faktor yang mendorong kemitraan, pelaku, tujuan kemitraan dan

alternatif pola kemitraan. Model hirarki ini merupakan gabungan pendapat antara

kedua pelaku kemitraan dalam fokus menentukan pola kemitraan yang paling

ideal. Tingkat 1 merupakan fokus hirarki, yaitu penentuan pola kemitraan yang

paling sesuai antara CV. Mitra Priangan dengan petani kacang tanah. Pada

Tingkat 2 dicantumkan faktor-faktor yang mendorong terbentuknya kemitraan.

Faktor-faktor tersebut adalah pengembangan usaha, aksesibilitas pasar,

permodalan, transfer teknologi dan transfer manajemen. Kemudian tingkat 3

merupakan pelaku kemitraan, yaitu CV. Mitra Priangan dan petani kacang tanah.

Pada tingkat 4 dijabarkan tujuan kemitraan antara lain kontinuitas produk,

peluang pasar, kelangsungan usaha, efisiensi usaha serta pemberdayaan dan

Page 98: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

98

pembinaan. Pada tingkat terakhir yaitu tingkat 5 terdapat alternatif pola kemitraan

yang ada, yaitu pola inti plasma, pola subkontrak, pola dagang umum, pola

keagenan dan pola Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA).

7.3.2. Analisis Pengolahan Horisontal

Dalam analisis horisontal, semua elemen dari tiap tingkat penyusun hirarki

keputusan dibobot secara relatif terhadap elemen satu tingkat diatasnya. Analisis

horisontal bertujuan untuk melihat prioritas alternatif keputusan dari elemen-

elemen pada satu tingkat terhadap elemen diatasnya.

7.3.2.1. Analisis Faktor Kemitraan (Tingkat 2)

Pengolahan pada tingkat kedua ini memperlihatkan perhatian terhadap

faktor-faktor yang mendorong terbentuknya kemitraan antara kedua pelaku

kemitraan. Analisis faktor kemitraan ini dihubungkan dengan tingkat diatasnya,

yaitu fokus penentuan pola kemitraan menurut kedua pihak diukur secara

bersama. Hasil pengolahan horisontal dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Susunan Bobot Hasil Pengolahan Horisontal antar Elemen pada Tingkat 2 (Elemen Faktor Kemitraan)

Faktor Kemitraan Bobot Prioritas

Pengembangan usaha 0,367 1

Aksesibilitas pasar 0,105 4

Permodalan 0,329 2

Penguasaan teknologi 0,125 3

Manajemen 0,074 5

Rasio Inkonsistensi (RI) = 0,04

Dari hasil pengolahan menunjukkan faktor pengembangan usaha sebagai

prioritas pertama menurut kedua pelaku kemitraan dengan bobot 0,367.

Pembentukan kemitraan diharapkan dapat membawa dampak yang baik bagi

kemampuan kedua pihak kemitraan yaitu CV. Mitra Priangan dan petani untuk

mengembangkan usahanya. Sehingga dapat diperoleh hasil output yang maksimal

dan keuntungan yang lebih besar dari sebelumnya.

Page 99: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

99

Faktor permodalan menjadi prioritas kedua dengan bobot 0,329. Faktor

permodalan merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan baik sebelum dan

sesudah badan usaha didirikan. Modal merupakan salah satu faktor produksi

selain sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan keterampilan (skill), yang

harus dipenuhi perusahaan untuk mampu menciptakan hasil produksi dan

kemudian meraih keuntungan yang memuaskan. Usaha kemitraan yang akan

dilakukan oleh CV. Mitra Priangan dengan petani kacang tanah merupakan suatu

langkah untuk memadukan modal masing-masing pelaku yang berbeda-beda.

Permodalan merupakan faktor yang mempunyai pengaruh besar dalam

menjalankan usaha, karena kendala dalam faktor ini akan menyebabkan

terhentinya kegiatan usaha di tengah jalan.

Faktor penguasaan teknologi menjadi prioritas ketiga dengan bobot 0,125.

Faktor penguasaan teknologi berhubungan dengan penguasaan dan penerapan

teknologi yang berkaitan dengan bidang usaha. Bagi kedua pihak, kekuatan

inovasi teknologi sangat penting untuk mendukung kesiapan keduanya dalam

menghadapi perubahan pasar yang cepat dan untuk menjadikan kedua pihak

berdaya saing tinggi di pasar.

Faktor aksesibilitas pasar menjadi prioritas keempat bagi kedua pihak

dengan bobot 0,105. Aksesibilitas pasar adalah kemudahan memasuki pasar bagi

produk yang dihasilkan. Dengan terbentuknya kemitraan petani tidak mengalami

kesulitan dalam memasarkan produknya. Sedangkan perusahaan mendapatkan

kelancaran dalam hal pasokan bahan baku, sehingga pemasaran produk kacang

sangrainya dapat memenuhi permintaan pasar.

Faktor manajemen dengan bobot 0,074 menjadi prioritas kelima.

Manajemen merupakan kemampuan pengelolaan atau pengaturan profesionalisme

yang diterapkan pada suatu badan usaha. Biasanya pihak yang harus memperoleh

perhatian dalam hal ini adalah petani yang belum terlalu memperhatikan bidang

manajemen dan belum memiliki banyak sumberdaya manusia yang berkualitas.

Biasanya petani mengandalkan tradisi atau kebiasaan generasi sebelumnya dalam

pengelolaan usahanya.

7.3.2.2. Analisis Pelaku Kemitraan (Tingkat 3)

Page 100: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

100

Pada pengolahan ini akan membahas sejauhmana kepentingan pelaku

terhadap faktor-faktor yang mendorong terbentuknya kemitraan. Dari hasil

pengolahan, terlihat bahwa petani memiliki tingkat kepentingan relatif lebih

tinggi dibandingkan perusahaan dalam pembentukan kemitraan ini. Hal ini

terbukti dengan nilai bobot petani yang lebih besar pada beberapa elemen faktor.

Hasil pengolahan horisontal pada pelaku kemitraan dapat dilihat pada Tabel 23.

Dalam hubungannya dengan faktor pengembangan usaha, terlihat bahwa

kedua pelaku memiliki tingkat kepentingan yang sama. CV. Mitra Priangan dan

petani sama-sama mengharapkan dengan adanya pembentukan kemitraan dapat

membawa dampak yang baik bagi kemampuan kedua pihak untuk

mengembangkan usahanya. Sehingga kedepannya kedua pihak dapat

mengembangkan seluruh potensi yang ada serta dapat memperoleh keuntungan

yang maksimal.

Tabel 23. Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horisontal antar Elemen pada Tingkat 3 (Elemen Pelaku Kemitraan)

Pelaku Faktor Kemitraan

CV. Mitra Priangan Petani

Rasio

Inkonsistensi

Pengembangan usaha 0,500 (1) 0,500 (1) 0,0

Aksesibilitas pasar 0,845 (1) 0,155 (2) 0,0

Permodalan 0,167 (2) 0,833 (1) 0,0

Penguasaan teknologi 0,227 (2) 0,773 (1) 0,0

Manajemen 0,227 (2) 0,773 (1) 0,0

Ket : ( ) = Urutan prioritas

Dalam hubungannya dengan faktor aksesibilitas pasar, CV. Mitra Priangan

menjadi prioritas pertama dengan bobot 0,845. Prioritas kedua adalah petani

dengan bobot 0,155. CV. Mitra Priangan memiliki tingkat kepentingan yang

tinggi pada faktor aksesibilitas pasar. Hal ini didasarkan pertimbangan bahwa

dengan adanya pembentukan kemitraan antara perusahaan dengan petani kacang

tanah maka perusahaan mendapatkan kelancaran dalam hal pasokan bahan baku,

Page 101: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

101

sehingga perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam memasarkan produknya

sesuai dengan permintaan pasar.

Kemudian relevan dengan faktor permodalan, penguasaan teknologi dan

manajemen, terlihat bahwa petani memiliki tingkat kepentingan yang lebih tinggi

dibandingkan CV. Mitra Priangan. Hal ini didasarkan pertimbangan bahwa petani

masih membutuhkan bantuan perusahaan di bidang-bidang tersebut. Dari

wawancara didapatkan bahwa pada umumnya petani kurang memperhatikan

faktor manajemen, karena petani melakukan usahataninya atas faktor kebiasaan

dan pengalaman sebelumnya. Sedangkan dalam kaitannya dengan penguasaan

teknologi, petani telah memiliki keterampilan yang cukup dalam budidaya kacang

tanah. Namun diakui petani, mereka masih tetap memerlukan bimbingan teknik

usahatani kacang tanah, seperti teknik pembibitan, pemakaian obat-obatan,

pemupukan, dan sebagainya, agar dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas

kacang tanah yang dihasilkan. Dalam faktor permodalan, petani sangat

mengharapkan bantuan modal dari perusahaan untuk memajukan usahataninya,

terutama modal untuk membiayai kegiatan pemupukan.

7.3.2.3. Analisis Tujuan Kemitraan (Tingkat 4)

Dari pelaku kemitraan, menurunkan tujuan kemitraan menurut kedua

belah pihak. Tujuan kemitraan harus mendapatkan perhatian, karena tujuan dalam

pembentukan kemitraan ini menjadi pendorong dari dalam bagi setiap pelaku.

Pada akhirnya dengan pola kemitraan yang ideal, maka akan mampu

mengakomodasi kepentingan dari masing-masing pelaku. Pengolahan horisontal

pada tujuan kemitraan ini hanya bertujuan untuk melihat pengaruh elemen

terhadap level diatasnya. Hasil pengolahan horisontal dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horisontal antar Elemen pada Tingkat 4 (Elemen Tujuan Kemitraan)

Tujuan Kemitraan

Pelaku Peluang Pasar

Kontinuitas Produk

Efisiensi Usaha

Kelangsungan Usaha

Pemberdayaan &

Pembinaan

RI

CV. MP 0,093 (4)

0,420 (1)

0,201 (2)

0,199 (3)

0,087 (5)

0,02

Page 102: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

102

Petani 0,137 (3)

0,103 (5)

0,111 (4)

0,289 (2)

0,360 (1)

0,02

Ket : ( ) = Prioritas, CV. MP = CV. Mitra Priangan, RI = Rasio Inkonsistensi

Dari hasil pengolahan horisontal dalam melihat relevansi tujuan kemitraan

terhadap CV. Mitra Priangan, terlihat bahwa prioritas pertama perusahaan adalah

kontinuitas produk dengan bobot 0,420. Prioritas kedua adalah efisiensi usaha

dengan bobot 0,201. Prioritas ketiga adalah kelangsungan usaha dengan bobot

0,199. Prioritas keempat adalah peluang pasar dengan bobot 0,093. Dan prioritas

terakhir adalah pemberdayaan dan pembinaan dengan bobot 0,087.

Kemudian dalam melihat relevansi tujuan kemitraan terhadap petani,

terlihat bahwa pemberdayaan dan pembinaan menjadi prioritas utama bagi petani

dengan bobot 0,360. Prioritas kedua adalah kelangsungan usaha dengan bobot

0,289. Prioritas ketiga adalah peluang pasar dengan bobot 0,137. Prioritas

keempat adalah efisiensi usaha dengan bobot 0,111. Dan prioritas terakhir adalah

kontinuitas produk dengan bobot 0,103.

7.3.2.4. Analisis Pola Kemitraan (Tingkat 5)

Tingkat kelima yang merupakan level terakhir merupakan alternatif pola

kemitraan yang ideal. Pada pengolahan horisontal elemen pola kemitraan

diturunkan dari elemen setingkat di atasnya, yaitu elemen tujuan kemitraan. Hasil

pengolahan horisontal pada pola kemitraan dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horisontal antar Elemen pada Tingkat 5 (Elemen Pola Kemitraan)

Pola Kemitraan Tujuan

Kemitraan Inti Plasma

Sub kontrak

Dagang Umum Keagenan KOA

RI

Peluang pasar 0,339 (2)

0,133 (3)

0,078 (4)

0,043 (5)

0,407 (1)

0,02

Kontinuitas produk

0,269 (2)

0,156 (3)

0,076 (4)

0,041 (5)

0,457 (1)

0,03

Efisiensi usaha 0,290 (2)

0,153 (3)

0,078 (4)

0,038 (5)

0,441 (1) 0,04

Page 103: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

103

Kelangsungan usaha

0,350 (2)

0,162 (3)

0,082 (4)

0,036 (5)

0,370 (1)

0,05

Pemberdayaan dan pembinaan

0,361 (2)

0,157 (3)

0,057 (4)

0,036 (5)

0,390 (1) 0,04

Ket : ( ) = Prioritas, KOA = Kerjasama Operasionalisasi Agribisnis, RI = Rasio Inkonsistensi

Dari hasil pengolahan horisontal pada pola kemitraan relevan dengan

tujuan kemitraan, terlihat bahwa seluruh tujuan kemitraan menghasilkan urutan

prioritas yang sama yaitu pola KOA, pola inti plasma, pola subkontrak, pola

dagang umum dan yang terakhir pola keagenan. Dalam tujuan memperolah

peluang pasar menghasilkan prioritas utama yaitu pola KOA (Kerjasama

Operasional Agribisnis). Dengan pola KOA, petani berharap bisa memperoleh

jaminan pemasaran yang pasti dengan harga jual yang wajar dan tidak merugikan

petani.

Dalam tujuan memperoleh kontinuitas produk, pola KOA menjadi

prioritas utama. Dengan pola KOA ini, CV. Mitra Priangan akan memperoleh

jaminan ketersediaan kacang tanah dari petani, baik dari segi kuantitas maupun

kualitas. Sehingga perusahaan dapat menyelesaikan permasalahan kurangnya

bahan baku untuk memproduksi produk kacang sangrainya. Kemudian dalam

tujuan efisiensi usaha, menghasilkan prioritas utama yaitu pola KOA. CV. Mitra

Priangan dan petani merasa bahwa bentuk paling ideal untuk tujuan efisiensi

usaha ini adalah pola KOA. Dengan pola KOA petani dapat lebih berkonsentrasi

pada kegiatan usahataninya, karena kegiatan pengolahan dan pemasaran akan

ditangani oleh perusahaan. Sedangkan CV. Mitra Priangan akan lebih efisien

karena sektor budidaya ditangani oleh petani dengan baik sesuai bimbingan dari

perusahaan.

Dalam tujuan kelangsungan usaha menghasilkan prioritas utama yaitu pola

KOA. Pola KOA paling ideal menurut CV. Mitra Priangan dan petani dalam

mencapai tujuan kelangsungan usaha. Bagi petani dengan memasarkan kacang

tanah secara kontinu kepada CV. Mitra Priangan dengan harga jual yang

menguntungkan serta adanya bantuan modal dari CV. Mitra Priangan, maka

kelangsungan usahataninya lebih terjamin. Sedangkan bagi CV. Mitra Priangan

Page 104: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

104

pola KOA ini dapat mengatasi permasalahan pasokan bahan baku dengan biaya

pembentukan kemitraan yang tidak terlalu besar, sehingga kelangsungan usaha

pengolahan kacang tanahnya akan lebih terjamin dan perusahaan dapat memenuhi

seluruh permintaan pasar.

Dalam tujuan pemberdayaan dan pembinaan, menghasilkan prioritas

utama yaitu pola KOA. Dengan pola KOA, diharapkan CV. Mitra Priangan dapat

melakukan pemberdayaan dan pembinaan terhadap petani, baik dalam hal

teknologi, manajemen ataupun modal. Sehingga petani dapat meningkatkan taraf

hidup dan memajukan usahataninya. Dengan melakukan pemberdayaan dan

pembinaan terhadap petani, perusahaan dapat memperoleh hasil produk yang

terjamin kualitas serta mutunya.

7.3.3. Analisis Pengolahan Vertikal

Dalam analisis vertikal semua elemen dari tiap tingkat penyusun hirarki

keputusan dibobot secara langsung terhadap fokus hirarki. Bobot dari masing-

masing elemen penyusun hirarki secara lengkap diperlihatkan pada Gambar 11.

7.3.3.1. Analisis Faktor Kemitraan (Tingkat 2)

Hasil pengolahan vertikal pada tingkat dua yaitu faktor-faktor kemitraan,

tidak berbeda hasilnya dengan pengolahan horisontal pada tingkat yang sama. Hal

ini disebabkan elemen faktor-faktor kemitraan pada tingkat dua berada tepat

dibawah fokus hirarki. Sehingga untuk analisis pada tingkat dua tidak perlu

dibahas lebih lanjut.

7.3.3.2. Analisis Pelaku Kemitraan (Tingkat 3)

Dalam suatu kemitraan, pelaku akan saling bekerja sama dalam

menciptakan suatu sinergi yang menguntungkan. Pada pengolahan ini akan

membahas sejauhmana kepentingan pelaku terhadap faktor-faktor yang

mendorong terbentuknya kemitraan. Hasil pengolahan vertikal pada pelaku

kemitraan dapat dilihat pada Tabel 26. Berdasarkan kepentingan pelaku terhadap

faktor yang mendorong terbentuknya kemitraan dapat dilihat bahwa petani

merupakan pihak yang kepentingannya dalam kemitraan ini lebih tinggi, dengan

Page 105: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

105

bobot 0,628. Adapun perincian masing-masing faktor adalah; 0,183 terhadap

pengembangan usaha, 0,017 terhadap aksesibilitas pasar, 0,274 terhadap

permodalan, 0,097 terhadap penguasaan teknologi dan 0,057 terhadap

manajemen. Sedangkan CV. Mitra Priangan mempunyai bobot sebesar 0,372

dengan perincian sebagai berikut; 0,183 terhadap pengembangan usaha, 0,089

terhadap aksesibilitas pasar, 0,055 terhadap permodalan, 0,028 terhadap

penguasaan teknologi dan 0,017 terhadap manajemen.

Hasil pengolahan vertikal menunjukkan bahwa petani memiliki tingkat

kepentingan yang lebih besar terhadap pembentukan kemitraan. Hal ini dianggap

wajar, karena petani masih membutuhkan bantuan dari bidang-bidang tersebut.

Faktor permodalan memberikan bobot yang paling besar, hal ini dikarenakan

pembentukan kemitraan diharapkan dapat mengatasi permasalahan petani dalam

permodalan. Dari wawancara didapatkan bahwa petani membutuhkan bantuan

dana untuk membiayai kegiatan pemupukannya. Diakui petani harga pupuk yang

tidak terjangkau membuat petani tak jarang harus meminjam dana atau terpaksa

mengijonkan tanamannya.

Tabel 26. Hasil Pengolahan Vertikal pada Pelaku Kemitraan Pelaku

Faktor Kemitraan CV Mitra Priangan Petani

Pengembangan usaha 0,183 0,183

Aksesibilitas pasar 0,089 0,017

Permodalan 0,055 0,274

Penguasaan teknologi 0,028 0,097

Manajemen 0,017 0,057

Bobot 0,372 0,628

Prioritas 2 1

Selanjutnya untuk perusahaan sendiri memiliki tingkat kepentingan yang

lebih rendah dalam pembentukan kemitraan. Hal ini dikarenakan CV. Mitra

Priangan memiliki kemampuan yang lebih besar dalam mengelola manajemen,

permodalan, teknologi dan aksesibilitas pasar. Faktor aksesibilitas pasar

Page 106: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

106

memberikan bobot terbesar bagi perusahaan. CV. Mitra Priangan mengharapkan

dengan adanya pembentukan kemitraan ini, maka petani memperoleh jaringan

pemasaran yang pasti yaitu perusahaan sendiri, sehingga perusahaan mendapatkan

kelancaran dalam hal pasokan bahan baku dan dapat memasarkan produk kacang

sangrainya sesuai permintaan pasar. Pada faktor pengembangan usaha, CV. Mitra

priangan dan petani memiliki tingkat kepentingan yang sama. CV. Mitra Priangan

dan petani menyadari bahwa kekuatan dan kelemahan masing-masing akan saling

melengkapi dalam menciptakan sinergi, sehingga pembentukan kemitraan

diharapkan dapat membawa dampak yang baik bagi kemampuan kedua pihak

kemitraan untuk mengembangkan usahanya.

7.3.3.3. Analisis Tujuan Kemitraan (Tingkat 4)

Pengolahan pada tingkat empat akan membahas mengenai tujuan

pembentukan kemitraan terhadap masing-masing pelaku. Hasil pengolahan

vertikal pada tujuan kemitraan dapat dilihat pada Tabel 27. Hasil pengolahan

menunjukkan bahwa tujuan pemberdayaan dan pembinaan merupakan prioritas

utama dengan bobot sebesar 0,258, dengan perincian bobot 0,032 berasal dari CV.

Mitra Priangan dan 0,226 dari petani. Dari hal ini dapat dilihat bahwa petani

memiliki kepentingan lebih terhadap tujuan pemberdayaan dan pembinaan. Hal

ini disebabkan dengan adanya pembentukan kemitraan diharapkan perusahaan

dapat melakukan pemberdayaan dan pembinaan kepada petani, baik dalam hal

teknologi, manajemen ataupun modal, sehingga petani dapat meningkatkan taraf

hidup dan memajukan usahataninya.

Tabel 27. Hasil Pengolahan Vertikal pada Tujuan Kemitraan

Peluang pasar

Kontinuitas produk

Efisiensi usaha

Kelangsungan usaha

Pemberdayaan & pembinaan

CV. MP 0,035 0,156 0,075 0,074 0,032

Petani 0,086 0,065 0,070 0,181 0,226

Bobot 0,121 0,221 0,145 0,255 0,258

Prioritas 5 3 4 2 1

Keterangan : CV. MP = CV. Mitra Priangan

Page 107: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

107

Tujuan kelangsungan usaha menjadi prioritas kedua dengan bobot sebesar

0,255, yang terdiri dari 0,074 dari CV. Mitra Priangan dan 0,181 dari petani.

Kelangsungan usaha tergantung dari profitabilitas dan kemampuan

mempertahankan asetnya. Dengan adanya pembentukan kemitraan yang saling

mengisi dan membutuhkan, maka kedua faktor diatas kemungkinan besar dapat

dicapai. Dalam tujuan pencapaian kelangsungan usaha petani memiliki tingkat

kepentingan yang lebih besar, hal ini didasarkan pertimbangan bahwa dengan

melakukan kemitraan dengan perusahaan, maka kelangsungan usahatani lebih

terjamin. Bagi petani dengan memasarkan kacang tanah secara kontinu kepada

CV. Mitra Priangan dengan harga jual yang menguntungkan petani, maka

kelangsungan usahataninya lebih terjamin. Sedangkan bagi CV. Mitra Priangan

sendiri dengan adanya pembentukan kemitraan, maka ketersediaan bahan baku

akan terjamin sehingga kelangsungan usaha “Ratih Kacang Sangrai” dapat terus

berlangsung.

Tujuan yang mendapat prioritas ketiga adalah kontinuitas produk dengan

bobot sebesar 0,221, dengan perincian bobot 0,156 berasal dari CV. Mitra

Priangan dan 0,065 dari petani. Dalam hal ini diketahui bahwa CV. Mitra

Priangan memiliki kepentingan yang lebih terhadap tujuan kontinuitas produk.

Hal ini disebabkan dengan adanya pembentukan kemitraan, perusahaan

memperoleh jaminan ketersediaan produk berupa kacang tanah dari petani.

Dengan ketersediaan kacang tanah yang kontinu baik dari segi kualitas dan

kuantitas, maka CV. Mitra Priangan dapat memasarkan produk kacang sangrainya

sesuai dengan kebutuhan dan permintaan konsumen.

Tujuan meningkatkan efisiensi usaha menjadi prioritas keempat dengan

bobot sebesar 0,145, dengan perincian bobot 0,075 berasal dari CV. Mitra

Priangan dan 0,070 dari petani. Dengan adanya pembentukan kemitraan dengan

petani, CV. Mitra Priangan tidak perlu melakukan budidaya kacang tanah sendiri

untuk memenuhi kebutuhannya. Perusahaan dapat lebih efisien karena sektor

budidaya lebih efisien jika dilakukan oleh petani kacang tanah. Selain itu, dengan

adanya pembentukan kemitraan para petani akan meyerahkan seluruh kegiatan

pemasaran hasil panen pada pihak perusahaan, sehingga petani dapat lebih

Page 108: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

108

berkonsentrasi pada kegiatan usahataninya. Dalam hal ini, bidang pengolahan dan

pemasaran akan lebih baik bila ditangani oleh perusahaan.

Tujuan yang mendapat prioritas terakhir adalah peluang pasar yang

memiliki bobot 0,121, dengan perincian 0,035 dari CV. Mitra Priangan dan 0,086

dari petani. Dalam hal ini diketahui bahwa petani memiliki kepentingan yang

lebih terhadap tujuan peluang pasar. Petani membutuhkan jaminan pemasaran

dengan harga jual yang sesuai dan tidak merugikan petani.

7.3.3.4. Analisis Pola Kemitraan (Tingkat 5)

Analisis terakhir pada hirarki keputusan kelima adalah pengolahan vertikal

pada penentuan pola kemitraan ideal sesuai dengan penilaian kedua pelaku

kemitraan. Prioritas alternatif keputusan dihasilkan berdasarkan interaksi

penilaian menurut CV. Mitra Priangan dan petani dengan pengolahan komputer

menggunakan program Expert Choice. Adapun prioritas hasil pengolahan vertikal

disusun berdasarkan bobot yaitu; Pola KOA (0,409), Pola Inti Plasma (0,325),

Pola Subkontrak (0,155), Pola Dagang Umum (0,073) dan prioritas terakhir Pola

Keagenan (0,038). Hasil pengolahan vertikal pada pola kemitraan dapat dilihat

pada Tabel 28.

Tabel 28. Hasil Pengolahan Vertikal pada Pola Kemitraan

Tujuan Inti

Plasma Subkontrak

Dagang Umum

Keagenan KOA

Peluang Pasar 0,041 0,016 0,009 0,005 0,049

Kontinuitas Produk 0,060 0,035 0,017 0,009 0,101

Efisiensi usaha 0,042 0,022 0,011 0,006 0,064

Kelangsungan usaha 0,089 0,041 0,021 0,009 0,094

Pemberdayaan & pembinaan

0,093 0,041 0,015 0,009 0,101

Bobot 0,325 0,155 0,073 0,038 0,409

Prioritas 2 3 4 5 1

Rasio Inkonsistensi (RI) = 0,02

Page 109: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

109

Pola Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA) menjadi prioritas pertama

dengan bobot sebesar 0,409. Pola KOA merupakan hubungan kemitraan yang

didalamnya petani menyediakan lahan, sarana dan tenaga, sedangkan perusahaan

menyediakan biaya atau modal serta teknologi dalam pembudidayaan kacang

tanah. Dalam pola ini petani telah memiliki sarana dan prasarana usahatani kacang

tanah sebelum melakukan kemitraan dengan perusahaan. Pola ini terpilih sebagai

prioritas utama karena sesuai dengan kondisi perusahaan dan petani pada saat ini.

Petani pada umumnya telah memiliki lahan sendiri serta beberapa sarana

usahatani, sehingga yang dibutuhkan oleh petani adalah bimbingan berupa nasehat

dan teknis dari perusahaan, serta bantuan dana untuk pembelian pupuk.

Sedangkan bagi perusahaan, pola kemitraan KOA ini dapat menjamin kontinuitas

produk dan meningkatkan efisiensi usaha dengan modal yang tidak terlalu besar.

Selain itu, diharapkan dengan adanya kemitraan ini peranan tengkulak dapat

diminimalisir, sehingga petani dapat memperoleh harga jual yang lebih tinggi dan

menguntungkan agar petani dapat meningkatkan taraf hidupnya. Kemudian di sisi

lain, perusahaan pun dapat memperoleh harga yang lebih rendah dibandingkan

jika membeli kacang tanah pada tengkulak.

Pola inti plasma terpilih menjadi prioritas kedua dengan bobot sebesar

0,325. Pola inti plasma merupakan hubungan kemitraan yang didalamnya

perusahaan bertindak sebagai inti dan petani mitra sebagai plasma. Dalam pola ini

petani bertugas untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitas produksi serta

menyediakan produk secara kontinu. Sedangkan perusahaan melakukan fungsi

perencanaan bimbingan, pelayanan, sarana produksi, kredit, pengolahan dan

pemasaran hasil, disamping tetap mengusahakan usahatani yang dimilikinya

sendiri. Pola ini menjadi alternatif kedua karena petani mitra pada umumnya telah

memiliki lahan dan sarana sendiri, sedangkan perusahaan pun tidak memiliki dana

yang besar dalam pembentukan kemitraan ini, sehingga pola kemitraan inti

plasma dianggap kurang sesuai untuk kondisi kedua pihak saat ini. Namun diakui

CV. Mitra Priangan, pola ini mungkin akan dilakukan di masa yang akan datang

sejalan dengan perkembangan usaha perusahaan.

Pola selanjutnya yang menjadi pilihan ketiga adalah pola subkontrak

dengan bobot sebesar 0,155. Pola subkontrak merupakan hubungan kemitraan

Page 110: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

110

antara petani dengan perusahaan yang didalamnya petani memproduksi komponen

yang dibutuhkan perusahaan sebagai bagian dari produksinya. Kedua pelaku

kurang menginginkan pola subkontrak dikarenakan bersifat jangka pendek.

Kemudian, pola yang menjadi prioritas keempat adalah pola dagang umum

dengan bobot sebesar 0,073. Dan pola yang menjadi prioritas terakhir adalah pola

keagenan dengan bobot sebesar 0,038.

Tingkat 1 :

Fokus

Tingkat 2 :

Faktor

Tingkat 3 :

Pelaku

Tingkat 4 :

Tujuan

Tingkat 5 :

Pola

Penentuan pola kemitraan yang ideal antara CV Mitra

Priangan dan Petani

Petani

0,628

CV Mitra

Priangan

0,372

Pemberdayaan

dan Pembinaan

0,258

Kelangsungan

Usaha

0,255

Efisiensi

Usaha

0,145

Kontinuitas

Produk

0,221

Peluang

Pasar

0,121

Penguasaan

Teknologi

0,125

Permodalan

0,329

Aksesibilitas

Pasar

0,105

Pengembangan

Usaha

0,367

Manajemen

0,074

Pola

Keagenan

0,038

Pola Dagang

Umum

0,073

Pola Sub

Kontrak

0,155

Pola Inti

Plasma

0,325

Pola

KOA

0,409

Page 111: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

111

Rasio Inkonsistensi (RI) keseluruhan = 0,02

Gambar 16. Hasil Pengolahan Vertikal Model Hirarki Keputusan bagi Penentuan Pola

Kemitraan yang Ideal

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan

Hasil analisis kuantitatif dengan metode AHP terhadap kondisi perusahaan

menunjukkan bahwa kondisi perusahaan secara keseluruhan lebih memiliki

banyak faktor kekuatan (0,708) dibandingkan faktor kelemahan (0,292). Faktor

kekuatan dari CV. Mitra Priangan terdapat pada faktor pemasaran (0,510),

keuangan (0,213) dan sumberdaya manusia (0,116). Pada pengolahan AHP

terlihat bahwa perusahaan memiliki kekuatan pada semua subfaktor atau elemen

kunci dari masing-masing faktor kekuatan. Sedangkan kelemahan perusahaan

terlihat pada faktor produksi dan operasi (0,110) serta faktor penelitian dan

pengembangan (0,051) pada semua elemen kunci masing-masing. Kemudian,

kondisi petani kacang tanah secara keseluruhan lebih banyak memiliki faktor

kekuatan (0,596) dibandingkan faktor kelemahan (0,404). Petani kacang tanah

memberi prioritas perhatian berturut-turut pada produksi (0,451), modal (0,271)

dan teknologi (0,136) yang menjadi kekuatan bagi petani. Subfaktor atau elemen

faktor yang teridentifikasi sebagai kekuatan petani adalah kualitas produk (0,032),

kuantitas produk (0,293), kontinuitas produksi (0,126), penerimaan usaha (0,044)

dan fasilitas fisik (0,128). Sedangkan kelemahan petani terlihat dari faktor

pemasaran (0,098) pada elemen informasi pasar (0,078), serta faktor manajemen

pada elemen pengorganisasian (0,003) dan penggerakan (0,013).

CV. Mitra Priangan dan petani memberi prioritas perhatian terhadap faktor

–faktor yang mempengaruhi pembentukan kemitraan, berturut-turut pada

pengembangan usaha (0,367), permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125),

aksesibilitas pasar (0,105) dan terakhir manajemen (0,074). Pengembangan usaha

Page 112: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

112

menjadi prioritas utama bagi kedua pelaku kemitraan. Pembentukan kemitraan

diharapkan dapat membawa dampak yang baik bagi kemampuan kedua pihak

untuk mengembangkan usahanya. Sehingga dapat diperoleh hasil output yang

maksimal dan keuntungan yang lebih besar dari sebelumnya. Kemudian, pada

pengolahan vertikal terhadap tujuan yang hendak dicapai kedua pelaku dalam

rencana pembentukan kemitraan, dihasilkan peringkat prioritas yaitu

pemberdayaan dan pembinaan (0,258), kelangsungan usaha (0,255), kontinuitas

produk (0,221), efisiensi usaha (0,145) dan peluang pasar (0,121). Dari hasil

pengolahan horisontal dalam melihat relevansi tujuan kemitraan terhadap CV.

Mitra Priangan, terlihat bahwa prioritas pertama perusahaan adalah kontinuitas

produk dengan bobot 0,420. Sedangkan dari hasil pengolahan horisontal dalam

melihat relevansi tujuan kemitraan terhadap petani, terlihat bahwa pemberdayaan

dan pembinaan menjadi prioritas utama bagi petani dengan bobot 0,360.

Dari hasil pengolahan kuantitatif dengan metode Analytical Hierarchy

Process (AHP), pola KOA (0,409) merupakan pola kemitraan terpilih yang paling

sesuai dengan kondisi CV. Mitra Priangan dan petani kacang tanah. Pada

umumnya petani telah memiliki lahan sendiri dan sarana usahatani, sehingga yang

dibutuhkan adalah bimbingan serta modal dari perusahaan. Hal tersebut

merupakan ciri penting yang mengarah pada pola kemitraan KOA. Sedangkan

bagi perusahaan, pola kemitraan KOA ini diharapkan dapat menjamin kontinuitas

produk dan meningkatkan efisiensi usaha dengan modal yang tidak terlalu besar.

Selain itu, diharapkan dengan adanya kemitraan ini peranan tengkulak dapat

diminimalisir, sehingga petani dapat memperoleh harga jual yang lebih tinggi dan

menguntungkan agar petani dapat meningkatkan taraf hidupnya. Kemudian di sisi

lain, perusahaan pun dapat memperoleh harga yang lebih rendah dibandingkan

jika membeli kacang tanah pada tengkulak.

8.2. Saran

Agar kemitraan dapat terlaksana dan kerjasama CV. Mitra Priangan

dengan petani mitra dapat berlangsung dalam jangka waktu yang panjang, CV.

Mitra Priangan perlu memikirkan kepentingan mitra usahanya. Sehingga tidak

terjadi kerjasama dimana perusahaan berusaha memanfaatkan kelebihan-

Page 113: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

113

kelebihan yang dimiliki petani, sedangkan petani tidak memperoleh manfaat dari

adanya kemitraan tersebut. Upaya yang dapat dilakukan oleh CV. Mitra Priangan

adalah berusaha mengeliminasi atau meniadakan kelemahan-kelemahan petani,

misalnya dengan memberikan informasi pasar seperti harga jual kacang tanah,

jumlah permintaan pasar dan sebagainya, secara rutin kepada petani mitra.

Perusahaan perlu meningkatkan kemampuan petani dalam hal merencanakan

usaha, melaksanakan dan mentaati perjanjian kemitraan, memupuk modal dan

memanfaatkan pendapatan secara rasional, serta mencari dan mencapai skala

usaha ekonomi.

Dalam rencana pembentukan kemitraan ini, CV. Mitra Priangan dan petani

mitra perlu selalu memperhatikan faktor-faktor yang mendorong terbentuknya

kemitraan, seperti pengembangan usaha, aksesibilitas pasar, permodalan,

penguasaan teknologi dan manajemen. Kedepannya faktor-faktor kemitraan

tersebut harus diarahkan menuju peningkatan dalam menjaga mutu produk, daya

saing, serta pemenuhan permintaan pasar. Selain itu, tujuan kemitraan yang

berbeda menuntut CV. Mitra Priangan agar selalu memperhatikan tujuan yang

hendak dicapai oleh petani yaitu pemberdayaan dan pembinaan. Perusahaan perlu

melakukan pemberdayaan dan pembinaan terhadap petani mitra, seperti

memberikan modal yang dibutuhkan petani dan menyediakan tenaga pembina dan

penyuluh agar dapat memberikan tambahan pengetahuan baik dalam hal teknologi

maupun manajemen, sehingga kemitraan yang akan terbentuk dapat berlangsung

lama.

Tujuan dalam pembentukan kemitraan adalah agar terbentuknya prinsip

win-win solution diantara kedua pihak, yaitu perusahaan dan petani. Oleh karena

itu perusahaan dan petani perlu memberikan kontribusi yang saling

menguntungkan dan dapat meningkatkan serta mengembangkan skala usaha

ekonomi. Dalam pelaksanaan kemitraan pola KOA yang akan dilakukan, CV.

Mitra Priangan memiliki tanggung jawab memberikan pembinaan kepada petani

berupa pemberian bibit, pupuk dan obat-obatan, bimbingan teknis budidaya dan

manajemen agribisnis, meningkatkan pengetahuan dan kewirausahaan petani

mitra, menampung, mengolah dan memasarkan hasil panen, mengadakan

penelitian, pengembangan dan pengaturan teknologi tepat guna, melakukan

Page 114: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

114

konsultasi dan temu usaha, serta hasil produksi petani dibeli oleh perusahaan

dengan harga, jumlah dan kualitas yang sesuai dengan kesepakatan bersama.

Sedangkan petani berkewajiban untuk memberikan bahan baku berupa kacang

tanah yang mutu dan kualitasnya telah terjamin dan berkesinambungan, serta

melaksanakan dan mentaati perjanjian kemitraan yang telah disepakati. Sehingga

perusahaan dapat menghasilkan produk kacang sangrai yang mempunyai

keunggulan dan lebih mampu bersaing pada pasar yang lebih luas.

Dalam menindaklanjuti terpilihnya pola KOA sebagai pola kemitraan yang

paling ideal antara CV. Mitra Priangan dengan petani kacang tanah, perlu dibuat

peraturan kerjasama secara tertulis. Perjanjian kerjasama ini dibuat untuk

menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, seperti tidak terlaksananya

kewajiban petani dalam menjaga standar mutu kacang tanah atau adanya

keterlambatan pembayaran dari perusahaan kepada petani mitra, yang dapat

menghilangkan kepercayaan petani mitra kepada perusahaan ataupun sebaliknya.

Perjanjian tertulis selain berisi hak dan kewajiban serta tugas masing-masing

pelaku hendaknya juga mencakup pengaturan kerjasama yang meliputi jenis

produk petani yang dijual kepada perusahaan, standar mutu, jumlah dan periode

penjualan, tata cara pengumpulan dan pengangkutan, cara penentuan harga, cara

pembayaran dan sanksi atau denda terhadap pelanggaran yang terjadi. Perjanjian

tertulis tersebut hendaknya dilakukan dengan kesepakatan kedua pihak dan

ditandatangani secara legal untuk menjamin realisasi kemitraan.

CV. Mitra Priangan dapat menambahkan bagian kemitraan dalam struktur

organisasinya. Bagian kemitraan ini bertugas sebagai pelaksana dan penanggung

jawab dalam kegiatan kemitraan yang akan dilakukan, serta mengontrol,

memonitor, menghindarkan terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan

kemitraan dan mengevaluasi perkembangan pelaksanaan kemitraan kedepannya.

Perkembangan pelaksanaan kemitraan perlu dimonitor terus-menerus agar tujuan

yang ingin dicapai benar-benar dapat menjadi kenyataan. Di samping itu,

pelaksanaan kemitraan perlu terus dievaluasi untuk perbaikan pada pelaksanaan

berikutnya.

Page 115: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

115

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto T. 2005. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawah dan Lahan Kering. Jakarta: Penebar Swadaya.

Aryani L. 2009. Analisis pengaruh kemitraan terhadap pendapatan usahatani kacang tanah (kasus kemitraan PT Garudafood dengan petani kacang tanah di desa Palangan, kecamatan Jangkar, kabupaten Situbondo, Jawa Timur) [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2007. Luas Panen, Produksi, Produktivitas dan Konsumsi Kacang Tanah di Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2006. Neraca Ekspor-Impor Kacang Tanah. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 1999. Kontribusi Sub Sektor Tanaman Pangan terhadap PDB Nasional. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Barus. 2009. Analisis ekuitas merek kacang olahan dalam kemasan di kota Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Costa WY. 2008. Manfaat dan Olahan Kacang Tanah. http://www.deptan.go.id/bpsdm/bbpp-kupang/produksi/olah-kacang.pdf. [4 Juni 2009].

Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur. 2009. Perbandingan Tanaman Kacang Tanah Tahun 2007 dan Tahun 2008. Cianjur: Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur.

Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1981. Kandungan Gizi Kacang Tanah. Jakarta: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Hafsah MJ. 2000. Kemitraan Usaha: Konsepsi dan Strategi. Jakarta: PT Penebar Swadaya.

James K, Akrasanee N. 1994. Aspek-aspek Finansial Usaha Kecil Menengah Studi Kasus ASEAN. LP3S (Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial). Jakarta.

Page 116: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

116

Kartasasmita G. 1995. Peran Birokrasi dalam Pengembangan Kemitraan Usaha. Jakarta: Gramedia.

Kasno A, Winarto A, Sunardi. 1993. Kacang Tanah. Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Malang: Balai Penelitian Tanaman Pangan.

Khaerul F. 1994. Kemitraan dalam Perkembangan Agribisnis di Indonesia. Di dalam Makalah Magister Manajemen Agribisnis. Bogor: IPB Press.

Pitojo S. 2005. Benih Kacang Tanah. Yogyakarta: Penerbit Kanisisus.

Pusat Data dan Informasi Pertanian. 2006. Produksi Tidak Optimal, Impor Kacang Tanah Tinggi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Pertanian.

Saaty TL. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin: Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan Dalam Situasi yang Kompleks. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo.

Shinta R. 1998. Kajian implementasi kemitraan antara koperasi dengan perusahaan besar swasta dengan metode proses hirarki analitik (studi kasus: PT Goro Yudhistira Utama dengan koperasi pegawai Bumiputera) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Sulaksana M. 2005. Kajian implementasi kemitraan antara koperasi usaha berbasis terigu dengan perusahaan swasta (studi kasus PT ISM Bogasari Flour Mills dan Koperasi Pedagang Mi Bakso Jakarta Utara (KPMB-JU) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Sumardjo. Sulaksana J, Aris W. 2004. Teori dan Praktik Kemitraan Agribisnis. Jakarta: PT Penebar Swadaya.

Sumarno. 1993. Status kacang tanah di Indonesia. Di dalam Kasno A, Winarto A, Sunardi, editor. Kacang Tanah. Malang: Balai Penelitian Tanaman Pangan. Hlm 3-5.

Sumarno, Slamet P. 1993. Fisiologi dan pertumbuhan kacang tanah. Di dalam Kasno A, Winarto A, Sunardi, editor. Kacang Tanah. Malang: Balai Penelitian Tanaman Pangan. Hlm 24-30.

Suprapto HS. 2004. Bertanam Kacang Tanah. Jakarta: Penebar swadaya.

Trustinah. 1993. Biologi kacang tanah. Di dalam Kasno A, Winarto A, Sunardi, editor. Kacang Tanah. Malang: Balai Penelitian Tanaman Pangan. Hal 9-23.

Page 117: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

117

LAMPIRAN

Page 118: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

118

Page 119: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

119

Lampiran 1. Perbandingan Tanaman Kacang Tanah di Kabupaten Cianjur Tahun 2007 dan Tahun 2008

Luas Tanam (Ha) Luas Panen (Ha) Produktivitas

(Ku/Ha)

Produksi Bruto

(Ton)

Sisa Tan. Akhir

Desember No KECAMATAN

2007 2008 2007 2008 2007 2008 2007 2008 2007 2008

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

Cianjur

Cilaku

Warungkondang

Cibeber

Ciranjang

Sukaluyu

Bojongpicung

Karangtengah

Mande

Pacet

Sukaresmi

Cugenang

Cikalongkulon

Sukanagara

Takokak

21

40

0

0

14

35

2

6

78

0

58

0

31

40

29

20

28

0

23

18

83

11

1

68

0

123

5

0

12

8

21

50

0

18

29

35

3

5

106

0

45

12

117

37

47

22

23

0

12

2

65

7

2

66

0

84

5

0

0

20

14,76

12,

0

13,89

12,07

12,57

10

12

12,36

0

12,67

11,67

12,31

12,16

11,49

10,53

12,25

0

11,67

10

12,33

11,43

11,50

11,73

0

12,27

12

0

0

10,90

31

60

0

25

35

44

3

6

131

0

57

14

144

45

54

23

28

0

14

2

80

8

2

77

0

103

6

0

0

22

5

15

0

0

2

10

0

1

33

0

28

0

0

0

12

3

20

0

11

18

28

4

0

35

0

67

0

0

12

0

Page 120: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

120

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

Campaka

Pagelaran

Tanggeung

Kadupandak

Sindangbarang

Agrabinta

Cibinong

Cidaun

Naringgul

Campaka Mulya

Cikadu

Cipanas

Gekbrong

Cijati

Leles

72

39

228

65

2.923

806

275

2.969

1.598

28

15

3

18

108

550

79

37

808

71

2.328

2.298

200

3.828

2.005

20

22

0

18

233

548

97

33

539

40

2.625

440

230

4.268

1.302

47

40

0

12

114

583

94

60

605

52

2.334

2.375

281

2.433

1.901

24

6

0

20

83

531

11,86

11,52

11,84

11,75

12,92

12,55

12,48

12,11

12,41

11,70

11,50

0

12,50

12,28

11,58

12,09

11,94

12,29

12,92

12,57

12,09

12,42

12,48

12,50

11,43

11,67

0

11,06

11,85

12,06

115

38

638

47

3.391

552

287

5.170

1.616

55

46

0

15

140

675

114

72

744

67

2.933

2.871

349

3.037

2.375

27

7

0

22

98

640

37

39

35

40

1.638

366

243

1.214

1.136

6

0

0

9

47

235

22

16

238

59

1.632

289

162

2.609

1.240

1

16

0

7

197

252

JUMLAH 10.051 12.895 10.895 11.107 12,33 12,36 13.434 13.723 5.151 6.938

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur (2009)

Page 121: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

121

Lampiran 2. Kuesioner Analisis Kondisi Perusahaan

KUESIONER

ANALISIS KONDISI PERUSAHAAN

Nomor : /1/2009

Tanggal :

Nama :

Jabatan :

Lampiran 3. Kuesioner Analisis Kondisi Petani

Page 122: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

122

KUESIONER

ANALISIS KONDISI PETANI

Nomor : /2/2009

Tanggal :

Nama :

Kel. Tani :

Jabatan :

Lampiran 4. Kuesioner Analisis Penentuan Pola Kemitraan yang Paling ideal

antara CV. Mitra Priangan dengan Petani

Page 123: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

123

KUESIONER

ANALISIS PENENTUAN POLA KEMITRAAN YANG PALING

IDEAL ANTARA CV MITRA PRIANGAN DENGAN

PETANI KACANG TANAH

Nomor : /3/2009

Tanggal :

Nama :

Jabatan :

Page 124: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

124

Lampiran 5

Hasil Pengolahan Expert Choice 2000

Page 125: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

125

Page 1 of 1 6/16/2009 7:22:40 AM

Page 126: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

126

Performance Sensitivity for nodes below: Goal: Kondisi

Perusahaan

.00

.10

.20

.30

.40

.50

.60

.70

.80

.90

.00

.10

.20

.30

.40

.50

.60

.70

.80

.90 Crit% Alt%

Kelemahan

Kekuatan

Keuangan Sumberdaya m

Penelitian dProduksi dan

PemasaranOVERALL

Objectives Names

Keuangan Keuangan

Sumberdaya m Sumberdaya manusia

Penelitian d Penelitian dan pengembangan

Produksi dan Produksi dan operasi

Pemasaran Pemasaran

Alternatives Names

Kekuatan Kekuatan

Kelemahan Kelemahan

Page 1 of 1 7/15/2009 1:20:20 PM

Page 127: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

127

Model Name: Kondisi Petani

Treeview

Goal: Kondisi Petani

Modal (L: .271 G: .271)

Sumber dana (L: .298 G: .081)

Penerimaan usaha (L: .163 G: .044)

Pengeluaran usaha (L: .064 G: .017)

Fasilitas fisik (L: .475 G: .128)

Produksi (L: .451 G: .451)

Kualitas produk (L: .072 G: .032)

Kuantitas produk (L: .649 G: .293)

Kontinuitas produksi (L: .279 G: .126)

Teknologi (L: .136 G: .136)

Manajemen (L: .045 G: .045)

Perencanaan (L: .135 G: .006)

Pengorganisasian (L: .077 G: .003)

Penggerakan (L: .292 G: .013)

Pengendalian (L: .496 G: .022)

Pemasaran (L: .098 G: .098)

Informasi pasar (L: .795 G: .078)

Kontinuitas pemasaran (L: .205 G: .020)

Page 1 of 16/16/2009 7:27:20 AM

Page 128: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

128

Performance Sensitivity for nodes below: Goal: Kondisi Petani

.00

.10

.20

.30

.40

.50

.60

.70

.80

.90

.00

.10

.20

.30

.40

.50

.60

.70

.80 Crit% Alt%

Kelemahan

Kekuatan

Modal Produksi

Teknologi Manajemen

Pemasaran OVERALL

Objectives Names

Modal Modal

Produksi Produksi

Teknologi Teknologi

Manajemen Manajemen

Pemasaran Pemasaran

Alternatives Names

Kekuatan Kekuatan

Kelemahan Kelemahan

Page 1 of 1 7/5/2009 6:45:19 PM

Page 129: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

129

Model Name: Pola Kemitraan

Treeview

Goal: Penentuan pola kemitraan yang sesuai antara CV Mitra Priangan dan

petani

Pengembangan usaha (L: .367 G: .367)

CV Mitra Priangan (L: .500 G: .184)

Peluang pasar (L: .093 G: .017)

Pola Inti Plasma (L: .339 G: .006)

Pola Subkontrak (L: .133 G: .002)

Pola Dagang Umum (L: .078 G: .001)

Pola Keagenan (L: .043 G: .001)

Pola KOA (L: .407 G: .007)

Kontinuitas produk (L: .420 G: .077)

Pola Inti Plasma (L: .269 G: .021)

Pola Subkontrak (L: .156 G: .012)

Pola Dagang Umum (L: .076 G: .006)

Pola Keagenan (L: .041 G: .003)

Pola KOA (L: .457 G: .035)

Efisiensi usaha (L: .201 G: .037)

Pola Inti Plasma (L: .290 G: .011)

Pola Subkontrak (L: .153 G: .006)

Pola Dagang Umum (L: .078 G: .003)

Pola Keagenan (L: .038 G: .001)

Page 1 of 2 6/16/2009 7:32:44 AM

Page 130: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

130

Pola Dagang Umum (L: .057 G: .001)

Pola Keagenan (L: .036 G: .001)

Pola KOA (L: .390 G: .006)

Petani (L: .500 G: .184)

Peluang pasar (L: .137 G: .025)

Kontinuitas produk (L: .103 G: .019)

Efisiensi usaha (L: .111 G: .020)

Pengembangan usaha (L: .289 G: .053)

Pemberdayaan & pembinaan (L: .360 G: .066)

Aksesibilitas pasar (L: .105 G: .105)

CV Mitra Priangan (L: .845 G: .089)

Petani (L: .155 G: .016)

Permodalan (L: .329 G: .329)

CV Mitra Priangan (L: .167 G: .055)

Petani (L: .833 G: .275)

Penguasaan teknologi (L: .125 G: .125)

CV Mitra Priangan (L: .227 G: .028)

Petani (L: .773 G: .096)

Manajemen (L: .074 G: .074)

CV Mitra Priangan (L: .227 G: .017)

Petani (L: .773 G: .057)

Page 2 of 2 6/16/2009 7:32:44 AM

Page 131: ANALISIS RENCANA KEMITRAAN ANTARA PETANI KACANG … · Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pembentukan kemitraan adalah permodalan (0,329), penguasaan teknologi (0,125), aksesibilitas

131

Lampiran 6. Dokumentasi 1. Produk Ratih Kacang Sangrai

2. Suasana Kegiatan Promosi pada Pameran-pameran Besar