analisis rasio keuangan dalam memprediksi peringkat obligasi

155
ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERINGKAT OBLIGASI Skripsi Oleh : SUSANA APRILIA NIM: 107081003275 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M

Upload: others

Post on 04-Apr-2022

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI

PERINGKAT OBLIGASI

Skripsi

Oleh :

SUSANA APRILIA

NIM: 107081003275

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M

ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI

PERINGKAT OBLIGASI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Susana Aprilia

NIM: 10708rc8275

Di Bawah Bimbingan

Prof. Dr. Ahmad Rodoni

NIP: 196902A3 200112 1 003 NIDN: 4422125902

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNTVI,RSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATIiLLAH

JAKARTA

1432Hl2011 M

LEMBAR PENGESAHAI{ UJIAN KOMPREHEI{SIF

Hari ini Senin, 25 April 20Il telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa:

1. Nama' : Susana Aprilia

2. NIM : 107081003275

3. Jurusan : Manajemen

4. Judul Skripsi : Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Peringkat

Obligasi

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yangbersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswatersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutan ke tahap

Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomipada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif FlidayatullahJakarta.

Jakarta, 25 Aprll20Il

1. Prof. Dr. Ahmad Rodoni

NIP: 19690203 200112 | 003

2. Suhendra, S. Ag., MM

NIP: 19711206 2003121 001

3. Titi Dewi Waminda SE, M.Si (

NIP: 19731221 200501 2 002

Ketua

h4?sLSekretaris

Penguji Ahli

Hari iniJumat,

l. Nama

2. NIM

3. Jurusan

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

17 Juni 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

Susana Aprilia

107081 003275

Manajemen

Analisis Rasio Keungan Dalam Memprediksi Peringkat4. Judul Skripsi

Obligasi.

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yangbersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswatersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syaratuntuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, l7 Juni 201 I

l. Indo Yama Nasaruddin, SE, MAB

NIP. I 9741127 200112 1 002

2. Suhendra, S.Ag, MM

NIP. 19711206 200312 1001

3. M. Arief Mufraini, Lc, M.si

NrP. r9770122200312 1 001

4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni

NIP. 19690203200112 r 003

5. HerniAli, HT, SE, MM

NIDN. 042212s092

Pengu.iiAhli

Pembimbing 2

Sekretaris

LEMBAR PERNYATAAN

KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Susana Aprilia

No. Induk Mahasiswa : 107081003275

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Manajemen

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan

mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli

atau tanpa ijin dari pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas

karya ini.

Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah

melalui pembuktian yang dapat dipertanggung – jawabkan, ternyata memang

ditemukan bahwa saya telah melanggar pernyatan diatas, maka saya siap untuk

dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 13 Juni 2011

Yang menyatakan,

Susana Aprilia

NIM: 107081003275

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI

Nama : Susana Aprilia

Tempat / Tanggal Lahir : Cirebon, 5 April 1988

Tinggi/Berat : 170 cm / 44 Kg

Agama : Islam

Alamat Asal : Desa Sidamulya, Rt.01/03 Kec. Astanajapura Kab.

Cirebon

Alamat : Jl. Rajawali Raya Rt.03/05 Pisangan Tangerang

Telp / Hp : 021 95988809

E-mail : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

2007-2011 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2003-2006 : SMKN 1 Lemahabang Cirebon

2000-2003 : SMPN 1 Lemahabang Cirebon

1994-2000 : SDN Sidamulya

PENDIDIKAN NON FORMAL

1. Peserta Seminar “Demokrasi Versus Kesejahteraan Rakyat” dalam Rangka

Evaluasi 10 Tahun Reformasi

2. Peserta Simposium “Trend Bisnis 2008”

3. Peserta Pelatihan Manajemen Organisasi PMII (Tahun 2008).

ii

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini ialah untuk memprediksi peringkat obligasi

perusahaan melalui rasio-rasio keuangan. Dengan menggunakan Purposive

Sampling, didapat sebanyak 107 obligasi yang dijadikan sampel. Data yang

digunakan meliputi laporan keuangan tahun 2007-2010 yang telah diaudit dan

peringkat obligasi yang dikeluarkan pada tahun 2008-2011. Uji statistik yang

digunakan ialah Mann-Whitney, Analisis Faktor dan Regresi Logistik Binari.

Hasil Mann-Whitney diketahui bahwa rasio keuangan CACL, CAICL,

LTDTE, TLTA, TLTE, SFA dan NITA secara signifikan dapat membedakan

kinerja keuangan berupa rasio keuangan pada perusahaan yang obligasinya masuk

investment grade dan non-investment grade. Dengan menggunakan analisis

faktor, 8 variabel rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini terbentuk

menjadi 2 faktor yang kemudian akan diolah dengan menggunakan regresi

logistik. Hasil analisis regresi logitik menyimpulkan bahwa kedua faktor tersebut

secara signifikan mampu memprediksi peringkat obligasi. Tingkat ketepatan

prediksi klasifikasi untuk obligasi yang masuk non-investment grade sebesar

56,7% sedangkan untuk obligasi yang masuk investment grade sebesar 94,8%.

Secara keseluruhan, tingkat ketepatan prediksi ialah sebesar 84,1%.

Kata Kunci: Rasio Keuangan, Peringkat Obligasi, Analisis Faktor.

iii

ABSTRACT

The purpose of this study is to predict bond rating firms through financial

ratios. Using purposive sampling, obtained were 107 bond sampled. Data used

include the financial year 2007-2010 which were audited and issued the bonds in

years 2008-2011. The test statistic used is the Mann-Whitney, Factor Analysis and

Logistic Regression Binary.

The result of Mann-Whitney is know that the financial ratios of CACL,

CAICL, LTDTE, TLTA, TLTE, SFA and NITA can significantly differentiate a

company that bonds into investment grade and non-investment grade. By using

factor analysis, 8 variables of financial ratios used in this study formed into 2

factors that later will be processed by using logistic regression. Results Logistic

regression analysis concluded that two factors are significantly able to predict the

bond ratings. Level of prediction accuracy for bonds that enter non-investment

grade 56,7% while for incoming investment grade bonds amounted to 94,8%.

Overall, the level of prediction accuracy is at 84,1%.

Keywords: Financial ratios, Bond Rating, Factor Analysis.

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya yang dilimpahkan kepada dapat menyelesaikan ini dengan judul

“Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Peringkat Obligasi”, sebagai salah

satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Banyak kendala dan hambatan yang dihadapi penulis dalam penyusunan

skripsi ini, hingga akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Selesainya penulisan

skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh

karenanya penulis ingin mengucapkan terimakasih yang yang sebesar-besarnya

kepada kepada:

1. Ayah dan Ibu atas segala kasih sayang, doa, kesabaran dan pengorbanan yang

begitu besar dalam setiap langkah hidup penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Unversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni. Selaku Pudek Bidang Akademik dan selaku

dosen pembimbing I, terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk

mengarahkan, membimbing serta memotivasi. Sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Herni Ali, HT. Selaku pembimbing II, terima kasih sudah meluangkan

waktunya untuk mengarahkan, membimbing serta memotivasi. Sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Suhendra, S.Ag., MM. Selaku Kepala Jurusan Prodi Manajemen

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

6. Seganap dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas ilmu atas ilmu yang

diberikan. Serta seluruh staf akademik, jurusan, kasubag keuangan dan

perpustakaan.

v

7. Adik-adikku. Maulana Wahyudi, Kiki Rizky dan Diana Sari. Tanpa katapun

kalian sudah mampu menyemangati. Syahrul (Alul) Bassam Yusuf, Si Bocah

insomnia, yang suka ngerecokin dan menghibur. Dengan celoteh-celotehnya

selalu terhibur, tertawa dan tersemangati. Dan kakakku Sayiful Arifin,

walupun nun jauh di negeri orang, tetap terus menyemangati.

8. Para liliput (asyiah, olish, aya & ajul), celoteh dan wajah kalian membuat

semua serasa tanpa beban. Para emak liliput, nenek, kakek dan uwa’. Terima

kasih atas perhatian dan nasehat-nasehatnya.

9. Semua teman-teman Manajemen D angkatan 2007. Hmm, 5 semester. Bukan

waktu yang sebentar ya. Terima kasih sudah mau menjadi temanku. Sangat

berarti melawati waktu-waktu bersama kalian. Begitu jauh dari kata menyesal

telah mengenal kalian. Semoga silaturahmi pertemanan kita tetap terus

berjalan.

10. Semua teman-teman Manajemen Keuangan B angkatan 2007. Terima kasih

atas sudah mau menjadi temaku. Walaupun hanya 2 semester, terasa lama dan

penuh kesan. Semoga silaturahmi pertemanan kita tetap terus berjalan.

11. Sahabat-sahabatku. Istianah yang penyang, Rima Indriasari yang penyabar,

Liawati yang lemah lembut, Sartika Sari yang religius dan ekspresif dan

Safitri Setyo Utami yang humble. Selalu merasa nyaman bersama kalian.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, terima kasih.

Menyadari keterbatasan penulis, maka skripsi ini juga tidak luput dari

kesalahan. Oleh karenanya, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai

pihak. Meskipun demikian, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya,

dan bagi pembaca pada umumnya.

Jakarta, 13 Juni 2011

Penulis

Susana Aprilia

vi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

BAB II. TNJAUAN PUSTAKA

A. Pasar Modal

B. Obligasi

1. Pengertian Obligasi

2. Karakteristik Obligasi

3. Klasifikasi Obligasi

4. Risiko Investasi Obligasi

C. Rating Obligasi

1. Fungsi Rating Obligasi

2. Tujuan dan Manfaat Rating Obligasi

D. Laporan Keuangan

1. Pengertian Laporan Keuangan

2. Tujuan Laporan Keuangan

3. Jenis Laporan Keuangan

i

ii

iv

vi

xiii

ix

ix

1

10

11

11

13

15

15

17

19

25

29

33

35

37

37

38

40

vii

E. Analisis Laporan keuangan

1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan

2. Tujuan dan Manfaat

3. Bentuk-bentuk dan Teknik

F. Analisis Rasio Keuangan

1. Pengertian Rasio Keuangan

2. Macam-macam Rasio Keuangan

G. Penelitian Terdahulu

H. Keterkaitan Antar Variabel

I. Kerangka Pemikiran

J. Hipotesis

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

B. Metode Penentuan Sampel

C. Metode Pengumpulan Data

D. Metode Analisis Data

E. Operasional Variabel Penelitian

BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Perkembangan Pasar Modal

B. Sejarah PT PEFINDO

C. Deskripsi Variabel Penelitian

D. Analisis Data

E. Hasil Pengujian Hipotesis

F. Interpretasi

BAB V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

B. Implikasi

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

43

43

43

45

47

47

49

58

64

66

70

71

71

73

74

86

89

92

93

95

99

116

122

123

125

129

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Arti Peringkat Obligasi Menurut PT PEFINDO

Tabel 2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu

Tabel 3.1 Proses Pemilihan Sampel

Tabel 3.2 Sampel Penelitian

Tabel 3.3 Model Fungsi Regresi Logistik.

Tabel 3.4 Kategori Peringkat Obligasi

Tabel 4.1 Deskripsi Sampel Penelitian

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Independen

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas

Tabel 4.4 Hasil Uji Mann-Whitney

Tabel 4.5 KMO and Bartlett’s Test Pengujian (1)

Tabel 4.6 Anti Image Matrices pengujian (1)

Tabel 4.7 KMO and Bartlett’s Test Pengujian (2)

Tabel 4.8 Anti Image Matrices pengujian (2)

Tabel 4.9 Component Matrix

Tabel 4.10 Rotated Component Matrix

Tabel 4.11 Pengelompokan Faktor

Tabel 4.12 Component Transformation Matrix

Tabel 4.13 Model Fit

Tabel 4.14 Tabel Klasifikasi

Tabel 4.15 Koefisien Regresi

32

62

72

73

85

86

94

96

100

101

102

103

104

105

106

109

111

111

113

114

115

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Keterkaitan Variabel

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Sampel Obligasi Beserta Peringkatnya

Lampiran 2 Data Rasio Keuangan Perusahaan yang Dijadikan Sampel

Lampiran 3 Output SPSS

64

69

130

131

133

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasar modal sebagai pasar dari berbagai instrumen keuangan

(sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, menjalankan

fungsi ekonomi dan keuangan yang dapat menunjang perkembangan

ekonomi dan keuangan dalam suatu negara. Oleh karena itu, pasar modal

juga merupakan indikator kemajuan perekonomian negara tersebut. Dalam

melaksanakan fungsinya, pasar modal menjadi penghubung bagi pihak

yang mempunyai kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan

dana (emiten) dalam tranksaksi pemindahan dana. Bagi investor, pasar

modal dapat memberikan alternatif investasi yang lebih variatif sehingga

memberikan peluang untuk meraih keuntungan yang lebih besar. Bagi

emiten, pasar modal dapat memberikan sumber pendanaan lain untuk

melakukan kegiatan operasional termasuk ekspansi usaha selain kredit

perbankan. Modal yang diperjualbelikan dalam pasar modal terbagi

menjadi dua, yaitu Debt Capital (modal hutang) dan Equity Capital

(modal ekuitas) (Linandarini, 2010).

Salah satu jenis modal hutang yang diperjual-belikan di pasar

modal ialah obligasi. Bursa Efek Indonesia (BEI) mendefinisikan obligasi

sebagai surat utang jangka menengah-panjang yang dapat

dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk

2

membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi

pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli

obligasi tersebut. Jadi surat obligasi merupakan selembar kertas yang

menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman kepada

perusahaan yang menerbitkan surat obligasi.

Obligasi adalah surat utang yang dikeluarkan oleh emiten (dapat

berupa badan hukum/perusahaan/pemerintah) yang memerlukan dana

untuk kebutuhan operasi maupun ekspansi mereka. Secara umum dapat

juga diartikan obligasi adalah surat utang jangka panjang yang diterbitkan

oleh suatu lembaga, dengan nilai nominal (nilai pari/par value) dan waktu

jatuh tempo tertentu. Penerbit obligasi bisa perusahaan swasta, BUMN

atau pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah (Huda &

Nasustion, 2008:83).

Obligasi menarik bagi investor karena obligasi memiliki beberapa

kelebihan yang berkaitan dengan keamanan dibandingkan saham, yaitu (1)

volatilitas saham lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi sehingga daya

tarik saham berkurang, dan (2) obligasi menawarkan tingkat return yang

positif dan memberikan income yang tetap. Pada investasi saham, tidak

ada jaminan adanya pembagian deviden bagi para shareholder (Faeber,

2001 dalam Kesumawati, 2003). Obligasi akan memberikan income yang

tetap kepada investor berupa pembayaran bunga pada waktu yang sudah

terjadwal dan investor akan mendapatkan pokok utang pada saat jatuh

tempo sesuai dengan umur obligasi. Dalam kepemilikan saham, tidak ada

3

jaminan shareholder akan menerima deviden setiap tahun karena

pembagian deviden tergantung pada besarnya laba yang diperoleh

perusahaan dan hasil RUPS (Purwaningsih, 2008).

Terdapat beberapa pilihan utama obligasi, diantaranya Obligasi

pemerintah federal (Treasure Bonds) obligasi yang diterbitkan oleh

pemerintah guna membiayai pembangunan ekonomi, Obligasi perusahaan

(Corporate Bonds) obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dalam

rangka memenuhi struktur permodalan perusahaan, Obligasi pemerintah

daerah (Municipal Bonds) obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah

daerah dan Obligasi luar negeri. Masing-masing obligasi memiliki

kelebihan dan kekurangannya.

Seperti halnya investasi pada saham maupun efek lainnya, obligasi

juga memiliki peluang risiko, slah satunya ialah default risk, yaitu

peluang dimana emiten akan mengalami kondisi tidak mampu memenuhi

kewajiban keuangannya (gagal bayar) atau dengan kata lain risiko tidak

terbayarnya bunga dan pokok utang . Menurut Manurung dkk. (2008),

obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah, biasanya mendapatkan

peringkat obligasi investment grade (level A), dikarenakan pemerintah

dianggap akan mampu untuk melunasi kupon dan pokok hutang saat

obligasi jatuh tempo. Namun obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan

(corporate bonds), terdapat default risk, yang bergantung pada kesehatan

keuangan perusahaan emiten. Untuk menghindari risiko tersebut, investor

4

harus memperhatikan beberapa hal, salah satunya adalah peringkat

obligasi perusahaan emiten.

Obligasi harus diperingkatkan terlebih dahulu oleh suatu lembaga

atau agen pemeringkat obligasi (Rating Agency) sebelum ditawarkan.

Agen pemeringkat obligasi tersebut adalah lembaga independen yang

memberikan informasi pemeringkatan skala risiko, dimana salah satunya

adalah sekuritas obligasi sebagai petunjuk sejauh mana keamanan suatu

obligasi bagi investor. Keamanan tersebut ditunjukkan oleh kemampuan

suatu perusahaan dalam membayar kewajiban atau pinjamannya.

Peringkat obligasi merupakan sumber legal insurance bagi investor

dalam mengurangi kemungkinan terjadinya default risk dengan cara

melakukan investasi hanya pada obligasi yang memiliki peringkat tinggi,

seperti peringkat BBB ke atas (Foster, 1986: 501) dalam Anna

Purwaningsih (2008).

Rating merupakan salah satu variabel yang diperhatikan oleh

investor ketika memutuskan untuk melakukan investasi pada suatu

perusahaan. Informasi yang terkandung dalam rating akan menunjukkan

sejauh mana kemampuan suatu perusahaan untuk membayar kewajibannya

atas dana yang diinvestasikan oleh investor. Perusahaan yang memiliki

rating yang tinggi, biasanya lebih disukai oleh investor dibandingkan

dengan perusahaan yang perusahaan yang memiliki rating yang sangat

rendah. Oleh sebab itu, agar obligasi suatu perusahaan yang memiliki

rating yang cukup rendah dapat dijual di pasar, maka biasaya investor akan

5

menentut suatu premi yang lebih tinggi, sebagai suatu kompensasi atas

resiko yang ditanggung oleh investor (Manurung dkk, 2008).

Peringkat obligasi diberikan oleh agen pemeringkat yang

independen, obyektif, dan dapat dipercaya. Investor dapat menilai tingkat

keamanan suatu obligasi dan kredibilitas obligasi berdasar informasi yang

diperoleh dari agen pemeringkat. Agen pemeringkat yang terbesar dan

terkenal di dunia adalah Moody‟s dan Standard & Poor‟s. Sedangkan di

Indonesia terdapat agen pemeringkat sekuritas hutang yaitu PT. PEFINDO

(Pemeringkat Efek Indonesia). Pemeringkatan rating tersebut dilakukan

untuk memperkirakan kemampuan dari penerbit obligasi untuk membayar

bunga dan pokok utang berdasarkan analisis keuangan dan kemampuan

membayar kredit. Semakin tinggi tingkat rating, maka hal tersebut

menunjukkan tingginya kemampuan penerbit obligasi untuk membayar

utangnya (Manurung dkk, 2008). Banyak faktor yang mempengaruhi agen

pemeringkat dalam melakukan pemeringkatan obligasi, salah satunya

adalah dengan rasio keuangan.

Namun, beberapa literatur menyatakan pemeringkatan obligasi

yang dilakukan oleh agen pemeringkatan obligasi yang dilakukan oleh

agen pemeringkat tidak selalu akurat. Menurut Chan dan Jegadeesh (1999

dalam Sari 2004: 3 dalam Amrullah 2008), salah satu alasan mengapa

pemeringkat obligasi yang dikeluarkan oleh agen pemeringkat tersebut

bias karena agen Moody‟s dan S&P‟s tidak melakukan monitor terhadap

kinerja perusahaan dari hari ke hari. Sedangkan menurut Kerwer (1999

6

dalam Sari 2003: 3 dalam Amrullah), setelah proses penetapan peringkat

yang dilakukan oleh agen dan ternyata hasilnya tersebut tidak disetujui

oleh pihak eksekutif perusahaan, maka pihak eksekutif perusahaan

tersebut menyediakan informasi tambahan untuk dapat meminta agen agar

merevisi kembali keputusan pemeringkatan semula.

Beberapa pernyataan tersebut di atas memunculkan pertanyaan

apakah pemeringkatan obligasi yang dilakukan oleh agen pemeringkatan

obligasi di Indonesia sudah tepat dan akurat. Menurut Bringham dan

Davies (2002 dalam Purnomo 2003: 2 dalam Amrullah, 2007) agen

pemeringkat dalam menentukan pemeringkat suatu obligasi dipengaruhi

oleh beberapa kriteria diantaranya berbagai rasio keuangan, mortgage

provision, sinkin fund, maturity. Agen pemeringkatan tidak menyebutkan

lebih lanjut bagaimana laporan keuangan dapat digunakan dalam

menentukan peringkat obligasi. Hal ini yang memotivasi peneliti untuk

melakukan penelitian mengenai pemeringkatan obligasi dan sukuk dengan

menggunakan rasio-rasio keuangan yang didasarkan pada laporan

keuangan perusahaan, dengan anggapan bahwa laporan keuangan

perusahaan lebih menggambarkan kondisi perusahaan. Analisis laporan

keuangan yang berupa analisa rasio keuangan dan perhitungan statistik

dapat dipergunakan untuk mendeteksi under or overvalued suatu sekuritas

(Kaplan dan Urwitz, 1979 dalam Purnomo 2003: 3 dalam Amrullah,

2007).

7

Terdapat beberapa penelitian mengenai kemampuan rasio

keuangan dalam memprediksi peringkat obligasi. Diantaranya penelitian

yang dilakukan oleh Sari (2004), Aryanindita (2005), hasilnya

menunjukkan signifikan menggunakan MDA dengan tingkat ketepatan

sebesar 80%. Amrullah (2007), hasil penelitian dengan menggunakan uji

Independent Sample t Test menunjukan dari kelima rasio keuangan, kelima

rasio keuangan tersebut berbeda secara signifikan antara perusahaan yang

peringkatnya masuk invesment grade dan non-invesment grade. MDA

(Multiple Diskriminan Analysis) secara statistik menunjukan bukti bahwa

rasio keuangan yang diajukan yaitu: leverage dengan proxy Long Term

Liabilities/ Total Asset, likuiditas (Current Asset/ Current Liabilities),

solvabilitas (Cash Flow from Operating/ Total Liabilities), profitailitas

(Operating Income/ Sales), dan produktivitas (Sales/ Total Asset). Dari

kelima rasio keuangan tersebut 4 diantaranya, yaitu leverage, solvabilitas,

profitailitas, dan produktivitas mempunyai kemampuan dalam membentuk

model prediksi peringkat obligasi. Model prediksi yang terbentuk

mempunyai tingkat ketepatan mencapai 96,2 % dalam memprediksi

peringkat obligasi.

Purwaningsih (2008) menganalisis sebanyak 9 rasio keuangan

dalam memprediksi peringakat obligasi dengan menggunakan analisis

faktor dan regresi backward. Analisis faktor digunakan untuk mencari

rasio terbaik untuk memprediksi peringkat obligasi. Sedangkan regresi

backward untuk mengetahui rasio keuangan apa saja yang dapat

8

digunakan untuk memprediksi peringakat obligasi. Hasil penelitiannya

menyimpulkan bahwa rasio CACL merupakan rasio keuangan terbaik

untuk memprediksi peringkat obligasi. Sedangkan rasio yang dapat

digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi ialah rasio LTLTA,

NWTA, CFOTL dan SFA.

Rodoni et al. (2009) menguji sebanyak 18 rasio keuangan untuk

memprediksi kemungkinan terjadinya obligasi default. Penelitiannya

menyimpulkan bahwa berdasarkan hasiluji beda Independent Sample T-

test dan Mann-Whitney, hanya 7 rasio saja yang dapat membedakan secara

signifikan antara obligasi yang default dan yang non-default. Daya

ketepatan prediksi klasifikasi secara keseluruhan sebesar 88,5%.

Dari uraian di atas, penulis bermaksud melakukan penelitian yang

sama, yaitu mengenai kemampuan rasio keuangan dalam memprediksi

peringkat obligasi. Beberapa rasio yang umum digunakan dalam penelitian

ialah rasio leverage, likuiditas, aktivitas dan profitabilitas.

Likuiditas menunjukkan sejauh mana kemempuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Burton et al (2000) dalam

Magreta & Nurmayanti (2009) menyatakan bahwa tingkat likuiditas yang

tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan sehingga

secara keuangan akan mempengaruhi prediksi peringkat obligasi.

Penelitian Raharja dan Sari (2008) menyatakan bahwa rasio CACL dan

CAICL secara signifikan dapat membedakan antara perusahaan yang

obligasinya masuk invetment grade dengan yang non-investment grade.

9

Rasio leverage menunjukkan proporsi penggunaan hutang untuk

membiayai investasi terhadap modal sendiri (baik itu ekuitas maupun

aktiva). Semakin rendah leverage perusahaan semakin baik peringkat

perusahaan tersebut (Burton, Adam & Hardwick, 1998) dalam Raharja &

Sari (2008). Kasmir dalam bukunya Analisis Laporan Keuangan (2009)

leverage dapat diukur dengan rasio LTDTE, TLTA, TLTE.

Rasio aktivitas merupakan rasio yang menggambarkan aktivitas

yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam

kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya. (Harahap, 2007:308).

Rasio aktivitas dalam penelitian ini diproxykan dengan rasio STA dan

SFA. Penelitian Raharja & Sari (2008) dan Rodoni et al (2009) kedua

rasio tersebut dapat membedakan secara signifikan antara perusahaan yang

termasuk dalam investment grade dan non-investment grade. Selain itu,

hasil kedua penelitian tersebut juga menyatakan bahwa rasio STA secara

signifikan mampu untuk memprediksi peringkat obligasi.

Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam mendapatkan laba. Apabila laba perusahaan tinggi,

maka akan memberikan peringkat yang naik pula Magreta dan Nurmayati

(2009). Menurut penalitian Meythi (2005) dalam Purwaningsih (2008),

rasio ROA atau NIAT merupakan rasio terbaik untuk untuk menjelaskan

pertumbuhan laba.

Penelitian ini hendak mereplikasi penelitian Purwaningsih (2008),

namun terdapat beberapa perbedaan dari penelitian tersebut. Pertama,

10

sampel dalam penelitian Purwaningsih hanya pada obligasi perusahaan

manufaktur, sedangkan penelitian ini menggunakan sample obligasi

perusahaan yang listed di BEI kecuali perusahaan sektor keuangan (bank,

finance atau asuransi). Kedua, penelitian Purwaningsih menggunakan

analisis faktor dan regresi backward, sedangkan dalam penelitian ini

menggunakan analisis faktor dan regresi logistik binary. Selain itu,

penelitian ini juga mencoba mengembangkan penelitian Purwaningsih

dengan menambahkan uji beda untuk mengetahui apakah terdapat

perbedaan rasio keuangan antara perusahaan yang obligasinya masuk

investment grade dengan yang masuk non-investment grade. Dengan

demikian judul dalam penelitian ini adalah “Analisis Faktor Dalam

Memprediksi Peringkat Obligasi”

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang dipaparkan diatas, dapat dirumuskan

permasalahan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan berupa rasio

keuangan (CACL, CAICL, CCL, LTDTE, TLTA, TLTE, SFA dan

NITA) antara perusahaan yang obligasinya masuk investment

grade (AAA, AA, A, dan BBB) dengan perusahaan yang obligasi

masuk non-investmen grade (BB, B, CCC, dan D).

11

2. Apakah variabel rasio CACL, CAICL, CCL, LTDTE, TLTA,

TLTE, SFA dan NITA mampu membentuk faktor yang dapat

memprediksi peringkat obligasi.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskin di atas, tujuan

yang ingin dicapai oleh penulis dalam melakukan penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan rasio CACL,

CAICL, CCL, LTDTE, TLTA, TLTE, SFA dan NITA perusahaan

yang obligasinya masuk investmen grade dan yang masuk non-

investment grade.

2. Untuk menganalisis apakah rasio CACL, CAICL, CCL, LTDTE,

TLTA, TLTE, SFA dan NITA mampu membentuk faktor yang

dapat memprediksi peringkat obligasi.

D. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat dari penelitian ini diantaranya:

a. Bagi Peneliti / Akademisi

Diharapkan penelitian dapat menjadi referansi dan memberikan

landasan pijak untuk penelitian selanjutnya.

b. Bagi Perusahaan

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan mengenai

faktor-faktor keuangan (khususnya rasio keuangan) yang

12

berpotensi mempengaruhi peringkat obligasi yang dijualnya di

pasar modal.

c. Bagi Investor dan calon investor

Hasil analisis ini dapat menjadi masukan untuk pengambil

keputusan dalam melakukan investasi di obligasi sehubungan

dengan peringkat dari obligasi itu sendiri dalam rangka

menghindari default risk.

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pasar Modal

Pasar modal adalah pasar keuangan untuk dana-dana jangka

panjang. Dana jangka panjang adalah dana yang jatuh temponya lebih dari

satu tahun.dalam arti sempit pasar modal adalah sutu tempat yang

terorganisir di mana efek-efek diperdagangkan yang disebut bursa efek.

Bursa efek atau stock exchange adalah suatu sistem yang terorganisisr

yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan secara

langsung maupun dengan melalui wakil-wakilnya. (Astuti, 2004:48)

Pasar modal dalam arti luas adalah keseluruhan sistem keuangan

yang terorganisasi termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di

bidang keuangan serta surat-surat berjangka panjang dan pendek

(Sjahria..l, 2006:15). Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk

berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan,

baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri. (Darmadji & Hendi,

2001:1). Pasar modal (capital market) adalah lembaga keuangan bukan

bank yang mempunyai kegiatan berupa penawaran dan perdagangan efek.

Selain itu, pasar modal juga memberikan lembaga profesi yang berkaitan

dengan transaksi jual beli efek dan perusahaan publik yang berkaitan

dengan efek. Dengan demikian, pasar modal dikenal sebagai tempat

13

14

bertemunya penjual dan pembeli modal/dana (Arthesa & Handiman,

2006:215).

Pasar modal berbeda dengan pasar uang, di mana perbedaannya

terletak pada jangka waktu atau jatuh tempo produknya. Pasar uang

dikenal sebagai pasar yang menyediakan sarana peminjaman dana dalam

jangka pendek (jatuh tempo kurang atau sama dengan satu tahun),

sedangkan pasar modal mempunyai jangka waktu panjang atau lebih dari

satu tahun (Arthesa & Handiman, 2006:215).

Pasar modal adalah pasar dalam artian abstrak yang

mempertemukan pihak yang mempunyai kelebihan dana dengan pihak

yang membutuhkan dana jangka menengah atau jangka panjang. Dengan

demikian di satu pihak merupakan salah satu alternatif sumber

pembelanjaan bagi perusahaan yang membutuhkan dana jangka panjang

atau jangka menengah, di pihak lain pasar modal sebagai alternatif

investasi smasyarakat (individu maupun lembaga) yang mempunyai

kelebihan dana. Melalui mekanisme kegiatan pasar modal dapat

diharapkan dana yang ada di masyarakat dapat disalurkan untuk

membiayai kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif yang dilaksanakan

oleh dunia usaha. (Siamat, 2001:249).

Lembaga Penunjang Pasar Modal

Lembaga penunjang pasar modal dapat dipisahkan antara

lembaga yang menyediakan jasanya pada pasar perdana / Primary

15

Market dan lembaga penunjang yang memberikan jasanya kepada

pasar sekunder / Secondary Market. (Astuti, 2004:48).

Pasar perdana atau pasar primer adalah penawaran langsung

sekuritas dari emiten atau peminta dana kepada pemodal atau

penyedia dana tanpa melalui bursa efek. Harga efek yang ditawarkan

ke pasar perdana disebut harga perdana. Masa penawaran efek pada

pasar perdana ini ada jangka waktunya. Setelah selesai masa waktu

penawaran, maka efek tersebut dicatatkan di bursa efek. Begitu efek

tersebut sudah dicatatkan di bursa efek maka efek tersebut secara terus

menerus diperdagangkan di bursa efek. Transaksi jual beli efek di

bursa efek ini disebut pasar sekunder atau secondari market dan harga

jualnya ditentukan oleh kekuatan demand and supply masing-masing

efek yang ada di pasar sekunder.

Dengan demikian, pasar modal ialah suatu tempat atau sistem

di mana orang dapat membeli maupun menjual efek (sekuritas) baik

itu dalam bentuk utang maupun modal saham. Dan juga tempat

dimana kebutuhan perusahaan akan dana dapat terpenuhi.

B. Obligasi

1. Pengertian Obligasi

Bursa Efek Indonesia (2010) mengartikan obligasi sebagai

surat utang jangka menengah-panjang yang dapat dipindahtangankan

yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar

16

imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang

pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi

tersebut. Jadi surat obligasi merupakan selembar kertas yang

menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman

kepada perusahaan yang menerbitkan surat obligasi.

Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi

kontrak antara pemberi pinjaman (investor) dengan yang di beri

pinjaman (issuer) atau pihak yang disebut emiten. Jadi surat obligasi

merupakan selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas

tersebut memberikan pinjaman kepada perusahaan yang menerbitkan

surat oblogasi (Karim Amrullah, 2007).

Bond atau obligasi adalah suatu kontrak jangka panjang, dimana

peminjam dana setuju untuk membayar bunga dan pokok pinjaman,

pada tanggal tertentu, kepada pemegang obligasi (Rodoni & Ali,

2010).

Obligasi adalah surat utang yang dikeluarkan oleh emiten

9dapat berupa badan hukum/perusahaan/pemerintah) yang

memerlukan dana untuk kebutuhan operasi maupun ekspansi

mereka.secara umum dapat juga diartikan obligasi adalah surat utang

jangka panjang yang diterbitkan oleh suatu lembaga, dengan nilai

nominal (nilai pari/par value) dan waktu jatuh tempo tertentu. Penerbit

obligasi bisa perusahaan swasta, BUMN atau pemerintah, baik

pemerintah pusat maupun daerah. Salah satu jenis obligasi yang

17

diperdagangkan di pasar modal kita saat ini adalah obligasi kupan

(coupon bond) dengan tingkat bunga tetap (fixed) selama masa berlaku

obligasi (Huda & Nasution, 2008:83).

Empat ketentuan yang menjadi daya tarik obligasi, (PT BEJ,

1996 dalam Nurkhasanah 2003: 9):

a. Emiten membayar bunga dalam jumlah tertentu yang dibayar

secara reguler

b. Emiten akan membayar kembali pinjaman tersebut dengan

tepat waktu.

c. Obligasi mempunyai jatuh tempo yang telah ditentukan ketika

obligasi habis masanya dan pinjaman harus dibayar penuh

pada nilai normal.

d. Tingkat bunga kompetitif, dapat dibandingkan dengan

keuntungan yang didapat investor dari tempat lain.

2. Karakteristik Obligasi

Rahardjo (2004:8) Adapun karakteristik umum yang tercantum

pada sebuah obligasi hampir mirip dengan karakteristik pinjaman

utang pada umumnya yaitu meliputi:

a. Nilai Penerbitan Obligasi (jumalh pinjaman dana)

Dalam penerbitan obligasi pihak emiten akan dengan jelas

menyatakan berapa jumlah dana yang dibutuhkan melalui

penjualan obligasi. Istilah yang ada yaitu dikenal dengan “jumlah

emisi obligasi”. Apabila perusahaan membutuhkan dana Rp 400

18

Milyar maka dengan jumlah yang sama akan diterbitkan obligasi

senilai dana tersebut. Penentuan besar kecilnya jumlah penerbitan

obligasi berdasarkan kemampuan aliran kas perusahaan serta

kinerja bisnisnya.

b. Jangka Waktu Obligasi

Setiap obligasi mempunyai jangka waktu jatuh tempo

(maturity). Masa jatuh tempo obligasi kebanyakan berjangka waktu

5 tahun. Untuk obligasi pemerintah bisa berjangka waktu lebih dari

5 tahun sampai 10 tahun. Semakin pendek jangka waktu obligasi

maka akan semakin diminati oleh investor karena dianggap

risikonya semakin kecil. Pada saat jatuh tempo pihak penerbit

obligasi berkewajiban melunasi pembayaran pokok obligasi

tersebut.

c. Tingkat Suku Bunga

Untuk menarik investor membeli obligasi tersebut maka

diberikan intensif berbentuk tingkat suku bunga yang menarik

misalnya 17%, 18% per tahunnya. Penentuan tingkat suku bunga

biasanya ditentukan dengan membandingkan tingkat suku bunga

perbankan pada umumnya. Istilah tingkat suku bunga obligasi

biasanya dikenal dengan nama kupon obligasi. Jenis kupon bisa

berbentuk fixed rate dan variable rate untuk alternatif pilihan bagi

investor. Ukuran terhadap tingkat suku bunga sangat dipengaruhi

oleh tingkat risikonya. Obligasi dengan tingkat risiko yang lebih

19

tinggi, tentunya akan menawarkan tentunya akan menawarkan

tingkat suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi

yang memiliki risiko yang lebih rendah. Hal ini biasanya dapat

dianalisis berdasarkan peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh

sebuah perusahaan independen yang di Indonesia dikenal dengan

nama PEFINDO (Huda & Nasution, 2008:39).

d. Jadwal Pembayaran Suku Bunga

Kegiatan pembayaran kuponn(tingkat suku bunga obligasi)

dilakukan secara periodik sesuai kesepakatan sebellumnya, bisa

dilakukan triwulanan, atau semesteran. Ketepatan waktu

pembayaran kupon merupakan aspek penting dalam menjaga

reputasi penerbit obligasi.

e. Jaminan

Obligasi yang memberikan jaminan berbentuk aset perusahaan

akan lebih mempunyai daya tarik bagi calon pembeli obligasi

tersebut. Di dalam penerbitan obligasi sendiri kewajiban

penyediaan tidak harus mutlak. Apabila memberikan jaminan

berbentuk aset perusahaan ataupun tagihan piutang perusahaan

dapat menjadi alternatif yang menarik investor.

3. Klasifikasi Obligasi

Berdasarkan penerbitnya, obligasi diklasifikasi menjadi

empat jenis utama. Menurut (Rodoni & Ali, 2010):

20

a. Obligasi pemerintah federal (Treasure Bonds)

Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah federal. Dimana

obligasi ini tidak memiliki risiko gagal bayar. Tetapi, harga

obligasi pemerintah mengalami penurunan jika tingkat suku

bunga menungkat, sehingga dapat dikatakan obligasi ini tidak

benar-benar bebasa dari segala risiko.

b. Obligasi perusahaan (Corporate Bonds)

Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, tidak seperti

obligasi pemerintah, obligasi perusahaan memiliki risiko gagal

bayar. Risiko gagal bayar disebut sebagai risiko kredit. Semakin

tinggi risiko gagal bayar atau kredit suatu obligasi semakin

tinggi pula tingkat bunga yang harus dibayar oleh perusahaan

yang menerbitkannya.

c. Obligasi pemerintah daerah (Municipal Bonds)

Obligasi yang diterbitkan olehpemerintah negara bagian

atau pemerintah lokal. Obligasi ini memiliki risiko gagal bayar.

Tetapi obligasi ini menawarkan satu keunggulan utama

dibandingkan dengan jenis-jenis obligasi lainnya, yaitu bahwa

bunga yang diperoleh atas kebanyaka obligasi pemerintah

daerah bersifat bebas pajak.

d. Obligasi luar negeri (Foreign Bonds)

Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah luar negeri atau

perusahaan asing dan memiliki risiko gagal bayar. Risiko

21

tambahan muncul jika obligasi tersebut adalah dalam mata uang

selain mata uang dari negara investor.

Obligasi Berdasarkan Masa Jatuh Temponya, terbagi

menjadi:

a. Obligasi Berjangka (Term Bond)

Obligasi berjangka yaitu obligasi yang memiliki satu

tanggal jatuh tempo yang cukup panjang.

b. Obligasi Serial (Serial Bond)

Obligasi serial yaitu obligasi yang memiliki serangkaian

tanggal jatuh tempo.

Obligasi Berdasarkan Kupon Pembayaran, terbagi menjadi:

a. Obligasi Diskon (Discount Bond)

Obligasi diskon yaitu obligasi yang diperdagangkan dengan

harga pasar lebih rendah dari nilai par dan memberi kupon yang

lebih rendah dari obligasi keluaran baru.

b. Obligasi Premium (Premium Bond)

Obligasi premium yaitu obligasi dengan harga pasar lebih

tinggi dari nilai par dan memberi kupon yang lebih tinggi dari

obligasi keluaran baru.

Obligasi Berdasarkan Call Feature, terbagi menjadi:

a. Freely Callable

Freely callable artinya penerbit obligasi dapat menariknya

tiap waktu sebelum jatuh tempo. Jenis obligasi ini memberikan

22

keuntungan kepada issuer bila dikaitkan dengan suku bunga. Jika

suku bunga obligasi jauh lebih tinggi dari suku bunga pinjaman,

maka issuer akan membeli kembali obligasi dana pinjaman. Dan

pemegang obligasi tidak dapat menolak pembelian kembali

tersebut.

b. Non Callable

Non callable artinya penerbit tidak dapat menariknya

sebelum jatuh tempo, kecuali issuer melalui mekanisme pasar.

c. Deferred Call

Deferred call artinya penerbit obligasi dapat menariknya

hanya setelah jangka waktu tertentu (umumnya 5 samapai 10

tahun). Deferred Call merupakan kombinasi antara Freely

callable bond dan Noncallable bond.

Obligasi Berdasarkan Jenis Jaminan (collateral) yang

Mendukung

a. Secured Bond

Secured bond yaitu obligasi yang sepenuhnya terjamin

karena didukung oleh tuntutan atau hak legal atas kekayaan

tertentu milik penerbit obligasi, seperti: (i) Obligasi hipotik

(mortgage bond), obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan

dengan menggunakan jaminan suatu aktiva riil, misalnya yang

dijamin oleh real estate; (ii) Sertifikat trust peralatan (equipment

trust certificate), jaminan peralatan, misal: perusahaan kereta api.

23

b. Unsecured Bond

Unsecured bond yakni obligasi yang hanya dijamin dengan

janji penerbit untuk membayar bunga dan prinsipal berdasarkan:

Tanda Hutang (debenture), yaitu tuntutan atau hak atas

penghasilan penerbit setelah hak dari obligasi lain;

Obligasi Penghasilan (income bond), yaitu hutang yang

bunganya dibayar hanya setelah penghasilan penerbit

mencapai jumlah tertentu.

Obligasi Berdasarkan Pemegangnya, terbagi menjadi:

a. Obligasi Atas Nama (Register Bond)

Obligasi ini merupakan obligasi yang dikeluarkan kepada

pemilik tertentu, dan nama dari pemegang obligasi secara formal

terdaftar pada penerbit dan bunga dibayar otomatis kepada

pemilik.

b. Obligasi Atas Unjuk (Bearer Bond)

Obligasi yang ini merupakan obligasi yang pemeganganya

dianggap sebagai pemilik obligasi tersebut, dan penerbit tidak

mendaftar nama pemilik dan bunga dibayar berdasarkan kupon.

Obligasi Berdasarkan Sistem Pembayaran Bunga, terbagi

menjadi:

a. Coupon Bond

Coupon Bond yaitu obligasi yang bunganya dibayarkan

secara periodik, ada yang setiap triwulan, semesteran, atau

24

tahunan. Pada surat berharga obligasi yang diterima oleh investor

terdapat bagian yang dapat dirobek untuk mengambil bunga dari

obligasi tersebut yang disebut kupon obligasi.

b. Zero Coupon Bond

Zero Coupon Bond merupakan obligasi yang tidak

mempunyai kupon, sehingga investor tidak menerima bunga

secara periodik. Namun bunga langsung dibayarkan sekaligus

pada saat pembelian.

Obligasi Berdasarkan Tingkat Bunga, terbagi menjadi:

a. Obligasi dengan Bunga Tetap (Fixed Rate Bond)

Obligasi dimana bunga pada obligasi tersebut ditetapkan

pada awal penjualan obligasi dan tidak berubah sampai masa

jatuh tempo.

b. Obligasi dengan Bunga Mengambang (Floating Rate Bond)

Obligasi dimana bunga pada obligasi ini ditetapkan pada

waktu pertama kali untuk kupon pertama, sedangkan pada waktu

jatuh tempo kupon pertama maka ditentukan tingkat bunga untuk

kupon berikutnya, demikian pula seterusnya.

c. Obligasi dengan Bunga Campuran (Mixed Rate Bond)

Obligasi dengan bunga campuran yaitu obligasi yang

merupakan gabungan dari obligasi dengan bunga tetap dan

dengan bunga mangambang. Bunga tetap ini ditetapkan untuk

25

periode tertentu biasanya pada periode awal dan selanjutnya

bunganya mengambang.

Obligasi berdasarkan Hak penukaran/Opsi, terbagi menjadi

(Arthesa & Handiman, 2006:227):

a. Convertible Bonds

Obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi

untuk mengkonversikan obligasi tersebut ke dalam sejumlah

saham milik penerbitnya.

b. Exchangable Bond

Obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi

untuk menukar saham perusahaan ke dalam sejumlah saham

perusahaan afiliasi milik penerbitnya.

c. Callable Bonds

Obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk

membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur

obligasi tersebut.

d. Putable Bonds

Obligasi yang memberikan hak kepada investor yang

mengharuskan emiten membeli kembali obligasipada harga

tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.

4. Risiko Investasi Obligasi

Dalam setiap investasi untuk mendapatkan keuntungan selalu

muncul potensi adanya risiko kerugian yang akan timbul apabila target

26

keuntungan investasi tersebut tidak sesuai dengan yang direncanakan

dan diinginkan. Seorang investor di pasar saham atau di pasar obligasi

menyadari sepenuhnya potensi risiko yang muncul dari tujuan

investasi yang dilakukannya (Rahardjo, 2004:47).

Berikut ini beberapa risiko yang dihadapi oleh investor dalam

investasi obligasi (Fabozzi,2000: 135) dalam Amrullah (2007), yaitu:

a. Risiko suku bunga atau Risiko tingkat bunga

Pada umumnya harga obligasi bergerak berlawanan arah

terhadap perubahan suku bunga. Apabila suku bunga naik,

harga obligasi akan turun, dan sebaliknya. Bagi investor yang

merencanakan untuk menyimpan obligasi sampai jatuh tempo,

perubahan harga obligasi sebelum maturity tidak menarik

perhatiannya akan tetapi bagi investor yang ingin menjual

obligasi sebelum tanggal jatuh tempo, suatu kenaikan suku

bunga setelah membeli obligasi berarti adanya capital loss yang

direalisasikan. Risiko tersebut disebut interest rate risk atau

disebut juga price risk. Kenaikan tingkat bunga pasar

menyebabkan menurunnya harga obligasi karena sebesar

apapun tingkat bunga pasar mengalami peningkatan, pemegang

obligasi tetap hanya akan menerima tingkat bunga yang sudah

ditetapkan.

27

b. Reinvestment risk (Risiko reinvestasi)

Pendapatan obligasi berasal dari: (a) pembayaran suku

bunga dari coupon; (b) setiap capital gain atau capital loss bila

obligasi itu dicairkan, dijual atau jatuh tempo; (c) bunga yang

diperoleh dari reinvestasi interim cash flow. Agar seorang

investor merealisasikan suatu yield sama dengan yield pada saat

obligasi dibeli, interim cash flow tersebut harus diinvestasikan

pada suku bunga sama dengan yield yang ditentukan pada saat

obligasi dibeli. Risiko bahwa interim cash flow akan

diinvestasikan dengan suku bunga yang lebih rendah dan

investor akan menerima yield yang lebih rendah daripada yield

pada saat obligasi dibeli disebut reinvestment risk.

c. Default risk (Risiko bangkrut atau Risiko kredit)

Risiko kredit, yaitu risiko bahwa emiten akan tidak

mampu memenuhi pembayaran bunga dan pokok hutang, sesuai

dengan kontrak. Obligasi perusahaan mempunyai default risk

yang lebih besar daripada obligasi pemerintah. Tidak bagi

masyarakat umum untuk melihat besar kecilnya risiko ini. Cara

terbaik untuk melihat risiko ini adalah dengan terus memonitor

peringkat yang diberikan oleh perusahaan efek. Di Indonesia

badan tersebut dikenal dengan Pemeringkat Efek Indonesia

(PEFINDO). Obligasi yang paling aman diberi peringkat AAA

28

dan yang paling tidak aman atau paling banyak risikonya diberi

peringkat D.

d. Call Risk (Risiko waktu)

Risiko ini melekat pada callable bonds, yakni obligasi

yang dapat ditarik sewaktu-waktu oleh emitennya dengan harga

yang telah ditetapkan. Risiko waktu terjadi jika: (a) pola aliran

kas emiten tidak pasti; (b) penarikan dilakukan pada saat suku

bunga rendah dan (c) potensi kenaikan harga obligasi lebih

tinggi dari harga call-nya.

e. Risiko Inflasi

Risiko inflasi disebut pula risiko terhadap daya beli.

Risiko inflasi merupakan risiko bahwa return yang

direalisasikan dalam investasi obligasi tidak akan cukup untuk

menutupi kerugian menurunnya daya beli yang disebabkan

inflasi. Bila inflasi meningkat dan tingkat bunga obligasi tetap,

maka terjadi penurunan daya beli yang harus ditanggung

investor.

f. Risiko Kurs Valuta Asing

Orang Indonesia yang membeli obligasi perusahaan di

negara lain dapat mengalami kerugian perbedaan kurs valuta

asing (foreignexcange risk).

29

g. Marketability risk (Risiko likuiditas)

Yakni risiko yang mengacu pada seberapa mudah

investor dapat menjual obligasinya, sedekat mungkin dengan

nilai dari obligasi tersebut. Cara untuk mengukur likuiditas

adalah dengan melihat besarnya spead (selisih) antara harga

permintaan dan harga penawaranya yang dipasang oleh

perantara pedagang efek. Semakin besar spead tersebut, makin

besar risiko likuiditas yang dihadapi.

h. Event risk

Seringkali kemampuan emiten untuk membayar bunga

dan pokok hutang tanpa terduga berubah karena, bencana alam

dan pengambilalihan.

C. Rating Obligasi

Seorang pemodal yang tertarik untuk membeli obligasi tentunya

harus memperhatikan rating obligasi (credit ratings). Credit ratings

merupakan skala resiko dari semua obligasi yang diperdagangkan. Skala

ini menunjukkan seberapa aman suatu obligasi bagi pemodal. Keamanan

ini ditunjukkan dari kemampuannya dalam membayar bunga dan

pelunasan pokok pinjaman. Penentuan tingkat skala tersebut

memperhitungkan beberapa variabel yang mempengaruhi rating obligasi.

Pemodal bisa menggunakan jasa credit rating agency yang memberikan

30

jasa penilaian terhadap obligasi yang beredar untuk mendapatkan

informasi mengenai rating obligasi.

Peringkat obligasi perusahaan diharapkan dapat memberikan

informasi dan petunjuk bagi investor mengenai kualitas investasi terhadap

obligasi yang mereka minati, sehingga dapat memberikan sinyal bagi

investor untuk menentukan pilihannya dalam berinvestasi di obligasi itu

sendiri agar terhindar dari hal yang tidak diinginkan seperti default risk.

Seperti halnya Standard & Poor’s Rating Service (S&P‟s) dan

Moody’s di Amerika, di Indonesia juga ada lembaga pemeringkat obligasi.

Pemeringkatan obligasi di Indonesia dilakukan oleh dua lembaga, yaitu PT

PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia) dan PT Kasnic Credit Rating.

Namun, PT Kasnic Credit Rating Indonesia sudah tidak lagi melakukan

pemeringkatan terhadap obligasi maupun sukuk. PEFINDO mempublikasi

peringkat obligasi setiap bulan, sedangkan Kasnic tidak. Selain itu,jumlah

perusahaan yang menggunakan jasa pemeringkatan obligasi PEFINDO

jauh lebih banyak dibandingkan yang menggunakan jasa pemeringkatan

Kasnic. PT Kasnic Credit Rating Indonesia telah berganti nama menjadi

Moody‟s Indonesia pada tahun 2007. Moody's beroperasi di Indonesia

sejak Januari 2007

PEFINDO menyediakan dua jenis dasar pemberian peringkat, yaitu

peringkat perusahaan dan peringkat instrument utang. Peringkat

perusahaan, juga disebut Nilai General Obligation (GO) atau Emiten

Rating, adalah suatu penilaian kelayakan kredit secara keseluruhan dari

31

sebuah perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban keuangan. Peringkat

perusahaan tidak dapat secara otomatis diterapkan pada sekuritas utang

tertentu, karena mereka tidak memperhitungkan sifat dan ketentuan

keamanan utang, yang berada dalam proses kepailitan atau likuidasi,

preferensi perundang-undangan, atau legalitas dan enforceability

keamanan utang itu sendiri. Selain itu, peringkat perusahaan atau emiten

tinjauan tidak memperhitungkan kelayakan kredit dari penjamin, asuransi,

atau bentuk lain dari peningkatan kredit yang mendukung kualitas kredit

perusahaan. Jenis penilaian ini dapat digunakan oleh perusahaan atau

emiten untuk memberikan penilaian terlihat ukuran kelayakan kredit relatif

terhadap orang lain. Selanjutnya, peringkat perusahaan atau emiten

tinjauan dapat digunakan sebagai alat pemasaran untuk mempromosikan

perusahaan.

Peringkat instrumen utang adalah pendapat mengenai kelayakan

kredit seorang obligor terhadap kewajiban keuangan tertentu, tingkat

tertentu kewajiban keuangan, atau program keuangan tertentu. Ini

didasarkan pada pertimbangan dari penjamin kredit, asuransi, atau bentuk

lain dari peningkatan kredit pada kewajiban. Pendapat ini mengevaluasi

kemampuan dan kemauan obligor untuk memenuhi komitmen keuangan

saat mereka datang jatuh tempo. Jenis penilaian ini dapat membantu

penerbit dalam menentukan struktur utang penerbitan (tingkat bunga,

jangka waktu, peningkatan kredit). Di sisi lain, peringkat instrumen utang

berguna bagi investor untuk membandingkan berbagai penerbit dan

32

masalah utang ketika membuat keputusan investasi dan mengelola

portofolio mereka.

Simbol peringkat yang digunakan PEFINDO sama dengan yang

digunakan oleh S&P‟s, yaitu peringkat tertinggi disimbolkan dengan

AAA, yang menggambarkan risiko obligasi yang terendah. Kesamaan

tersebut ada karena PEFINDO memang berafiliasi dengan S&P‟s,

sehingga S&P‟s mendorong PEFINDO dalam hal metodologi

pemeringkatan, kriteria, maupun proses pemeringkatan. Simbol dan makna

peringkat obligasi yang digunakan PT PEFINDO dapat dilihat pada Tabel

di bawah ini.

Tabel 2.1

Arti Peringkat Obligasi menurut PT.PEFINDO

Peringkat Arti

AAA Efek hutang dengan peringkat AAA merupakan

Efek Utang dengan peringkat tertinggi dari Pefindo

yang didukung oleh kemampuan Obligor yang

superior relatif dibanding entitas Indonesia lainnya

untuk memenuhi kewajiban finansial jangka

panjang sesuai dengan yang diperjanjikan

AA Efek utang dengan peringkat AA memiliki kualitas

kredit sedikit di bawah peringkat tertinggi,

didukung oleh kemampuan Obligor yang sangat

kuat untuk memenuhi kewajibn finasial jangka

panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan relatif

dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya

A Efek utang dengan peringkat A memiliki dukungan

kemampuan Obligor yang kuat dibandingkan

dengan entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi

kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai

dengan yang diperjanjikan, namun cukup peka

terhadap perubahan yang merugikan

33

Sumber: PEFINDO

1. Fungsi Rating Obligasi

Foster (1986:501-502) dalam penelitian Purwaningsih (2008)

mengemukakan ada beberapa fungsi peringkat obligasi, yaitu sebagai:

(1) Sumber informasi atas kemampuan perusahaan, pemerintah

daerah atau pemerintah dalam menaati ketepatan waktu

pembayaran kembali pokok utang dan tingkat bunga yang

Lanjutan Tabel 2.1

Peringkat Arti

BBB Efek utang dengan BBB didukung oleh

kemampanan obligor yang memadai relatif

dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya

untuk memenuhi kewajiban finansial, namun

kemampuan tersebut dapat diperlemah oleh

perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang

merugikan

BB Efek utang dengan peringkat BB menunjukan

dukungan kemampuan Obligor yang agak lemah

relatif dibandingkan dengan entitas lainnya

untukmemenuhi kewajiban finansial jangka

panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, serta

peka terhadap keadaan bisnis dan perekonomian

yang keadaan bisnis dan perekonomian yang tidak

menentu

B Efek utang dengan peringkat B menunjukan

parameter perlindungan yang sangat lemah.

Walapun Obligor masih memiliki kemampuan

untuk memenuhi kewajiban finansial jangka

panjangnya, namun adanya perubahan keadaan

bisnis dan perekonomian yang merugikan akan

memperburuk kemampuan obligor utuk memenuhi

kewajiban finansialnya.

CCC Efek utang dengan peringkat CCC menunjukan

Efek hutang yang tidak mampu lagi memenuhi

kewajiban finansialnya, serta hanya tergantung

kepada perbaikan keadaan eksternal.

D Efek utang dengan peringkat D menandakan Efek

hutang yang macet. Perusahaan penerbit sudah

berhenti berusaha.

34

dipinjam. Superioritas ini muncul dari kemampuan untuk

menganalisis informasi umum atau mengakses informasi

rahasia.

(2) Sumber informasi dengan biaya rendah bagi keluasan informasi

kredit yang terkait dengan cross section antar perusahaan,

pemerintah daerah, dan pemerintah. Biaya yang dibutuhkan

untuk mengumpulkan informasi sejumlah perusahaan swasta,

perusahaan pemerintah daerah, dan perusahaan pemerintah,

sangat mahal. Bagi investor, akan sangat efektif jika ada agen

yang mengumpulkan, memproses, dan meringkas informasi

tersebut dalam suatu format yang dapat diinterpretasikan

dengan mudah (misalnya dalam bentuk skala peringkat).

(3) Sumber legal insurance untuk pengawas investasi. Membatasi

investasi pada sekuritas utang yang memiliki peringkat tinggi

(misalnya peringkat BBB ke atas).

(4) Sumber informasi tambahan terhadap keuangan dan

representasi manajemen lainnya. Ketika peringkat utang

perusahaan ditetapkan, hal itu merupakan reputasi perusahaan

yang berupa risiko. Peringkat merupakan insentif bagi

perusahaan yang bersangkutan, mengenai kelengkapan dan

ketepatan waktu laporan keuangan dan data lain yang

mendasari penentuan peringkat.

35

(5) Sarana pengawasan terhadap aktivitas manajemen.

(6) Sarana untuk memfasilitasi kebijakan umum yang melarang

investasi spekulatif oleh institusi seperti bank, perusahaan

asuransi, dan dana pensiun.

2. Tujuan dan Manfaat Rating Obligasi

Tujuan utama proses rating adalah memberikan informasi

akurat mengenai kinerja keuangan, posisi bisnis industri perseroan

yang menerbitkan surat utang (obligasi) dalam bentuk peringkat

kepada calon investor. (Rahardjo, 2004:100).

Selain itu, manfaat umum dari proses pemeringkatan adalah:

1) Sistem informasi keterbukaan pasar yang transparan yang

menyangkut berbagai produk obligasi akan menciptakan pasar

obligasi yang sehat dan transparan juga.

2) Efisiensi biaya. Hasil rating yang bagus biasanya memberi

keuntungan, yaitu menghindari kewajiban persyaratan keuangan

yang biasanya memberatkan perusahaan seperti penyediaan

singking fund, ataupun jaminan aset.

3) Menentukan besarnya coupon, semakin bagus rating cenderung

semakin rendah nilai kupon begitu pula sebaliknya.

4) Memberikan informasi yang obyektif dan independen

menyangkut kemampuan pembayaran utang, tingkat risiko

investasi yang mungkin timbul, serta jenis dan tingkatan utang

tersebut.

36

5) Mampu menggambarkan kondisi pasar obligasi dan kondisi

ekonomi pada umumnya.

Manfaat Rating bagi Investor, beberapa manfaat rating bagi

investor adalah sebagai berikut:

a. Informasi risiko investasi. Tujuan utama investasi adalah untuk

meminimalkan risiko serta mendapatkanckeuntungan yang

maksimal. Oleh karena itu, dengan adanya „peringkat obligasi”

diharapkan informasi risiko dapat diketahui lebih jelas

posisinya.

b. Rekomendasi investasi. Investor akan dengan mudah mengambil

keputusan investasi berdasarkan hasil peringkat kinerja emiten

obligasi tersebut. Dengan demikian investor dapat melakukan

stategi investasi akan membeli atau menjual sesuai

perencanaannya.

c. Perbandingan. Hasil rating akan dijadikan patokan dalam

membandingkan obligasi yang satu dengan yang lain, serta

membandingkan struktur yang lain seperti suku bunga dan

metode penjaminannya.

Manfaat Rating bagi Perusahaan, beberapa manfaat yang

didapat dari emiten diantaranya adalah:

a. Informasi posisi bisnis. Dengan melakukan rating, pihak

perseroan akan dapat mengetahiu posisi bisnis dan kinerja

usahanya dibandingakn dengan perusahaan sejenis lainnya.

37

b. Menentukan struktur obligasi. Setelah diketahui keunggulan dan

kelemahan, bisa ditentukan beberapa syarat atau struktur

obligasi yang meliputi tingkat suku bunga, jenis obligasi, jangka

waktu jatuh tempo, jumlah emisi obligasi serta berbagai

struktur pendukung lainnya.

c. Mendukung kinerja. Apabila manajemen mendapatkan rating

yang cukup bagus maka kewajiban menyediakan singking fund

atau jaminan kredit bisa dijadikan pilihan pilihan alternatif.

d. Alat pemasaran. Dengan mendapatkan rating yang bagus, daya

tarik perusahaan di mata investor semakin meningkat. Dengan

demikian, adanya rating bisa membantu sistem pemasaran

obligasi tersebut supaya lebih menarik.

e. Manjaga kepercayaan investor. Hasil rating yang independen

akan membuat investor merasa aman, sehingga kepercayaan

investor bisa terjaga.

D. Laporan Keuangan

1. Pengertian Laporan Keuangan

Dalam pengertian sederhana, laporan keuangan adalah laporan

yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau

dalam suatu periode tertentu (Kasmir, 2009:7).

Yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah suatu proses

dari suatu transaksi yang dimulai dari pencatatan, penggolongan dan

38

yang terakhir adalah interpretasi dari keadaan dan perkembangan

keuangan perusahaan dari waktu ke waktu yang pada dasarnya

laporan keuangan terseut berisi neraca dan laporan laba rugi yang

dilakukan pada akhir periode atau tahun buku yang bersangkutan.

(Savitri, 2010).

Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan input

(informasi) yang bisa dipakai untuk mengambil keputusan. Banyak

pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan,

mulai dari investor dan calon investor sampai dengan manajemen

perusahaan itu sendiri. Laporan keuangan akan memberikan informasi

mengenai profitabilitas, risiko, timing aliran kas, yang kesemuanya

akan mempengaruhi harapan pihak-pihak yang berkepentingan.

(Hanafi & Halim, 2009:69).

2. Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang

menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi

keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar

pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. (SAK, 2007:3)

dalam Savitri (2010).

(Kasmir, 2009:10) berikut ini beberapa tujuan pembuatan atau

penyusunan laporan keuanga, yaitu:

a. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang

dimiliki perusahaan pada saat ini;

39

b. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan

modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini;

c. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang

diperoleh pada suatu periode tertentu;

d. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang

dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu;

e. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi

terhadap aktiva, pasiva dan modal perusahaan;

f. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan

dalam suatu periode;

g. Memberikan informasitentang catatan-catatan atas laporan

keuangan;

h. Informasi keuangan lainnya.

Statement of Financial Accounting Concept No. 1 Objective of

Financial Reporting by Business Enterprises (FASB, 1978)

menjelaskan bahwa tujuan pertama laporan keuangan adalah

menyediakan informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditur dan

pemakai lainnya, baik yang sekarang maupun pemakai potensial dalam

pembuatan keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenis lainnya

secara rasional. Tujuan kedua adalah menyediakan informasi untuk

membantu investor, kreditur dan pemakai lainnya, baik pemakai saat

ini maupun pemakai potensial dalam menilai jumlah, waktu,

ketidakpastian penerimaan kas dari dividen dan bunga di masa yang

40

akan datang. Tujuan kedua ini mengandung makna bahwa investor

menginginkan informasi tentang return dan risiko atas investasi yang

dilakukan. (Meythi, 2007:1) dalam Savitri (2010).

Laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh perusahaan

pada organisasinya yang berkepentingan pada hakekatnya merupakan

alat komunikasi. Artinya laporan keuangan digunakan untuk

mengkomunikasikan informasi keuangan itu dan bagi mereka yang

berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil

keputusan (Savitri, 2010).

3. Jenis Laporan Keuangan

Kasmir (2009:28) Laporan keuangan yang dibuat oleh

perusahaan terdiri dari beberapa jenis, tergantung dari maksud dan

tujuan pembuatan laporan keuangan tersebut. Dalam prsktiknya,

secara umum ada lima macam jenis laporan keuangan yang biasa

disusun, yaitu:

a) Neraca

Neraca (balance sheet) merupakan laporan yang

menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu.

Arti dari posisi keuangan dimaksudkan adalah posisi jumlah dan

jenis aktiva (harta) dan pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu

perusahaan.

Neraca adalah dokumen dasar dari akun-akun. Secara

tradisional, neraca selalu memiliki bentuk yang terdiri dari dua

41

kolom yang masing-masing berjudul “kewajiban (liabilities)” dan

“Aktiva (asset).” Kata ekuitas (fund) seringkali digunakan secara

bersamaan dengan atau pada tempat “kewajiban”. (Walsh,

2004:12).

b) Laporan Laba rugi

Laporan laba rugi (income statement) merupakan laporan

keuangan yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam

suatu periode tertentu. Dalam laporan laba rugi ini tergambar

jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan yang

diperoleh.

Laporan laba/rugi adalah laporan yang mengikhtisarkan

pendapatan dan beban perusahaan selama periode akuntansi

tertentu, yang umumnya setiap kuartal atau setiap tahun. Jadi,

laporan laba rugi melaporkan operasi perusahaan selama periode

tertentu, dan untuk tujuan perencanaan dan pengendalian. (Astuti,

2004:17).

c) Laporan Perubahan Modal

Laporan perubahan modal merupakan laporan yang berisi

jumlah dan jenis modal yang dimiliki pada saat ini. Kemudian,

laporan ini juga menjelaskan perubahan modal dan sebab-sebab

terjadinya perubahan modal diperusahaan. Laporan perubahan

modal jarang dibuat bila tidak terjadi perubahan modal. artinya

laporan ini baru dibuat bila memang ada perubahan modal.

42

d) Laporan Arus Kas

Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan

semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik

yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas.

Laporan arus kas harus disusun berdasarkan konsep kas selama

periode laporan. Laporan kas terdiri arus kas masuk (cash in) dan

arus kkas keluar (cash out) selama periode tertentu. Kas masuk

terdiri atas uang yang masuk ke perusahaan seperti hasil

penjualan atau penerimaan lainnya, sedangkan kas keluar

merupakan sejumlah jumlah pengeluaran dan jenis-jenis

pengeluarannya, seperti pembayaran biaya operasional

perusahaan.

e) Laporan Catatan atas Laporan Keuangan

Laporan catatan atas laporan keuangan merupakan laporan

yang memberikan informasi apabila ada laporan keuangan

memerlukan penjelasan tertentu. Artinya terkadang ada

komponen atau nilai dalam laporan keuangan yang perlu diberi

penjelasan terlebih dulu sehingga jelas. Hal ini perlu dilakukan

agar pihak-pihak yang berkepentingan tidak salah dalam

menafsirkannya.

43

E. Analisis Laporan Keuangan

1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan terdiri dari dua kata yaitu analisis

dan laporan keuangan. Untuk menjelaskan pengertian kata ini, kita

dapat menjelaskannya dari arti masing-masing kata. Kata analisis

adalah memecahkan atau menguraikan sesuatu untuk menjadi berbagai

unit terkecil. Sedangkan laporan keuangan adalah Neraca, Laba/Rugi,

dan Arus Kas (Dana) jika dua pengertian tersebut digabungkan, maka

akan menjadi:

“menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi

yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat

signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang

lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif

dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam

yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang

tepat” (Harahap, 2007:190).

2. Tujuan dan Manfaat

(Kasmir, 2009:68) ada beberapa tujuan dan manfaat bagi

berbagai pihak dengan adanya analisis laporan keuangan. Secara

umum dikatakan bahwa tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan

adalah:

a. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu

periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil

usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode;

b. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi

kekurangan perusahaan;

44

c. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki;

d. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikanapa saja yang perlu

dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan

perusahaan saat ini;

e. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah

perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau

gagal;

f. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan

sejenistentang hasil yang mereka capai.

Fahmi (2011:109) manfaat yang bisa diambil dengan

dipergunakannya rasio keuangan, yaitu:

a. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan

sebagai alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan.

b. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen

sebagai rujukan untuk membuat perencanaan.

c. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk

mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari prospektif keuangan.

d. Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor dapat

digunakan untuk memperkirakan potensi risiko yang akan

dihadapi dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan

pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman.

e. Analsis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi

pihak stakeholder organisasi.

45

3. Bentuk-bentuk dan Teknik

Untuk melakukan analisis laporan keuangan diperlukan metode

dan teknik analisis yang tepat. Tujuan penentuan metode dan teknik

analisis yang tepat adalah agar laporan keuangan tersebut dapat

memberikan hasil yang maksimal. Selain itu, para pengguna hasil

analisis tersebut dapat dengan mudah untuk menginterpretasikannya

(Kasmir, 2009:68).

Kasmir (2009:69) dalam praktiknya, terdapat dua macam

metode analisis laporan keuangan yang bisa dipakai, yaitu sebagai

berikut.

a) Analisis Vertikal (Statis)

Analisis vertikal merupakan analisis yang dilakukan

terhadap hanya satu periode laporan keuangan saja. Analisis

dilakukan antara pos-pos yang ada, dalam satu periode. Informasi

yang diperoleh hanya untuk satu periode saja dan tidak diketahui

perkembangan dari periode ke periode.

b) Analisis Horizontal (Dinamis)

Analisis horizontal merupakan analisis yang dilakukan

dengan membandingkan laporan keuangan untuk beberapa

periode. Dari hasil analisis ini dapat terlihat perkembangan

perusahaan dari periodeyang satu ke periode yang lain.

Kemudian, di samping metode yang digunakan untuk

menganalisis laporan keuangan, terdapat beberapa jenis-jenis teknik

46

analisis laporan keuangan yang dapat dilakukan adalah sebagai

berikut:

a) Analisis perbandingan antara laporan keuangan

Analisis yang dilakukan dengan membandingkan laporan

keuangan lebih dari satu periode, minimal dua periode atau lebih.

Dari analisis ini akan diketahui perubahan-perubahan yang

terjadi.

b) Analisis trend

Analisis laporan keuangan yang biasanya dinyatakan dalam

persentase tertentu. Analisis ini dilakukan dari periode ke periode

sehingga akan terlihat apakah perusahaan mengalami perubahan

yaitu naik, turun, atau tetap, serta seberapa besar perubahan

tersebut yang dihitung dalam persentase.

c) Analisis persentase per komponen

Analisis yang dilakukan untuk membandingkan antara

komponen yang ada dalam suatu laporan keuangan, baik yang ada

di neraca maupun laporan laba rugi.

d) Analisis sumber dan penggunaan dana

Analisis yang dilakukan untuk mengetahui sumber-sumber

dana perusahaan dan penggunaan dana dalam satu periode.

e) Analisis sumber dan penggunaan kas

Analisis yang digunakan untuk mengetahui sumber-sumber

kas perusahaan dan penggunaan uang kas dalam satu periode.

47

f) Analisis rasio

Analisis yang digunakan untuk mengetahhui hubungan pos-

pos yang ada dalam satu laporan keuangan atau pos-pos antara

laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi.

g) Analisis kredit

Analisis yang digunakan untuk menilai layak tidaknya

suatu kredit dikucurkan oleh lembaga keuangan sperti bank.

h) Analisis laba kotor

Analisis yang digunakan untuk mengetahui jumlah laba

kotor dari periode ke satu periode.

i) Analisis titik pulang pokok atau titik impas (break event point)

Tujuan analisis ini untuk mengetahui pada kondisi berapa

penjualan produk dilakukan dan perusahaan tidak mengalami

kerugian. Kegunaan analisis ini adalah untuk menentukan jumlah

keuntungan pada berbagai tingkat penjualan.

F. Analisis Rasio Keuangan

1. Pengertian Rasio Keuangan

Rasio dalam analisa laporan keuangan adalah suatu angka yang

menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya

dalam laporan keuangan.

Pengertian rasio keuangan menurut James C Van Horne

merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan

48

diperoleh denngan membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio

keuangan digunakan untuk menngevaluasi kondisi keuangan dan

kinerja perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan terlihat kondisi

kesehatan perusahaan yang bersangkutan.

Rasio keuangan merupakan kegiatan membagikan angka-angka

yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka

dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu

komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau

antarkomponen yang ada di antara laporan keuangan. Kemudian

anngka yang dibandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu

periode maupun beberapa periode (Kasmir, 2009:104).

Analisis rasio sangat bermanfaat untuk perencanaan dan

pengevaluasian prestasi atau kinerja (performance) bagi perusahannya

bila dibandingkan dengan rata-rata industri, sedangkan bagi para

kreditor analisis rasio dapat digunakan untuk memperkirakan potensi

resiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan adanya jaminan

kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok

pinjamannya. Analisis rasio juga bermanfaat bagi para investor dalam

mengevaluasi nilai saham dan adanya jaminan atas keamanan dana

yang akan ditanamkan pada suatu perusahaan. Dengan demikian

analisis laporan keuangan dapat diterapkan dalam setiap model

analisis, baik yang dipergunakan oleh manajemen untuk pengambilan

keputusan jangka pendek maupun jangka panjang, peningkatan

49

efisiensi dan efektivitas operasi, serta untuk mengevaluasi dan

meningkatkan kinerja. Selain itu juga dapat diterapkan bagi model

analisis yang digunakan oleh para bankir dalam membuat keputusan

memberi atau menolak kredit, maupun model yang dipergunakan oleh

para investor dalam rangka pengambilan keputusan investasi pada

sekuritas (Amrullah, 2007).

(Brigham & Houston, 2009: 119) Analisis rasio digunakan

oleh tiga kelompok utama:

1. Manajer, yang menerapkan rasio untuk membantu menganalisis,

mengendalikan dan kemudian mengendalikan operasi perusahaan

2. Analis kredit, termasuk petugas pinjaman bank dan analis

peringkat obligasi yang menganalisis rasio-rasio untuk membantu

memutuskan kemampuan perusahaan untuk membayar utang-

utangnya.

3. Analis saham, yang tertarik pada efisiensi, risiko dan prospek

pertumbuhan perusahaan.

2. Macam-Macam Rasio Keuangan

a. Rasio Likuiditas

Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajibannya terhadap utang jangka pendek. Makin

tinggi tingkat rasio perusahaan tersebut, maka makin tinggi tingkat

likuiditas perusahaan tersebut.

50

Rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah kemampuan suatu

perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat

waktu. (Fahmi, 2011:121).

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan

hubungan antara kas dan aktiva lancar lainnya dari sebuah dengan

kewajiban lancarnya. (Brigham & Houston, 2009:95).

Fred Weston dalam (Kasmir, 2009:129) menyebutkan

bahwa rasio likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang

menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban (uatang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan

ditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut

terutama utang yang sudah jatuh tempo.

Dengan kata lain, rasio likuiditas berfungsi menunjukkan

atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak

luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam

perusahaan (likuiditas perusahaan). Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa kegunaan rasio ini adalah untuk mengetahui

kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi

kewajiban (utang) pada saat ditagih (Kasmir, 2009:130).

Likuiditas ditekankan pada kemampuan membayar, bukan

kekuatan membayar. Perusahaan yang likuid adalah perusahaan

yang mempunyai kekuatan besar untuk membayar, sehingga

51

mampu memenuhi kewajiban finansialnya yang segera jatuh

tempo. Meskipun perusahaanmempunyai kekuatan membayar yang

besar, namun jika pada saat harus memenuhi kewajibanyang segera

jatuh tempo ternyata tidak mampu memenuhinya, maka perusahaan

tersebut dikatakan tidak likuid (illikuid). Likuiditas bisa

dihubungkan dengan kemampuan membayar kepada pihak luar

(kreditor) atau disebut likuiditas badan usaha. Sedangkan jika

kemampuan membayar tersebut dihubungkan dengan kewajiban

finansial untuk menyelenggarakan proses produksi, disebut

likuiditas perusahaan (Moeljadi, 2006:68).

Hanafi & Halim (2009:77) rasio likuiditas dapat diukur

dengan rasio lancar dan rasio quick.

a) Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar (current ratio) merupakan rasio untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar

kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo

pada saaat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain,

seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk memenuhi

kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. (Kasmir,

2009: 134).

Rumus untuk mencari rasio lancar atau current ratio adalah

sebagai berikut (Kasmir, 2009: 135).

𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 (𝑪𝑨𝑪𝑳) =Aktiva Lancar 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠

Utang Lancar 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠

52

b) Rasio Cepat (Quick Ratio )

Rasio cepat (quick ratio) atau rasio sangat lancar atau atau

acid test ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi tau membayar kewajiban atau

utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa

memperhitungkan nilai sediaan (inventory). Artinya nilai

sediaan diabaikan, dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva

lancar. Hal ini dilakukan karena sediaan dianggap memerlukan

waktu relatif lebih lama untuk diuangkan, apabila perusahaan

membutuhkan dana cepat untuk membayar kewajibannya

dibanding aktiva lancar lainnya. (kasmir, 2009: 136).

Alasan untuk mengeluarkan angka persediaan adalah

karena tingkat likuiditasnya dapat menimbulkan masalah.

Anda akan ingat kembali bahwa istilah “likuiditas” digunakan

untuk mengekspresikan seberapa cepat, dan seberapa

persentase dari nilai bukunya, suatu aktiva dapat dikonversi

menjadi kas saat dibutuhkan (Walsh, 2004:106).

Menurut Kamir (2009:137) Quick ratio dapat diukur dengan:

𝑸𝒖𝒊𝒄𝒌 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 (𝑪𝑨𝑰𝑪𝑳) =Aktiva Lancar 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 − 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦

Utang Lancar 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠

c) Rasio Kas (Cash Ratio)

Rasio kas atau cash ratio merupakan alat yang digunakan

untuk mengukur seberapa pas uang kas yang tersedia untuk

membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan

53

dari tersedianya dana kas atau setara dengan kas seperti

rekening giro atau tabungan di bank. (yang dapat ditarik setiap

saat). Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan

sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang

jangka pendeknya. (Kasmir, 2009:139)

Kasmir (2009:139) rumus untuk mencari rasio kas atau

cash ratio:

𝑪𝒂𝒔𝒉𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 (𝑪𝑪𝑳) =𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑜𝑟 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑝𝑚𝑒𝑛𝑡

𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜

b. Rasio Solvabilitas (Leverage)

Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio

yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan

dibiayai dengan utang. Artinya. Berapa besar beban utang yang

ditanggung perusahaan dibandingakan dengan aktivanya (Kasmir‟

2009:151)

Rasio-rasio leverage mengukur sebatas mana total aktiva

dibiayai oleh pemilik dibandingakan dengan pembiayaan yang

disediakan oleh para kreditur. (Weston & Copeland, 1995:252)

Dalam hal ini, rasio leverage (rasio solvabilitas) merupaka

rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva

perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya besarnya jumlah utang

yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya

jika dibandingakan dengan menggunakan modala sendiri. (Kasmir,

2009:112).

54

Rasio-rasio leverage memiliki sejumlah implikasi (weston

& Copeland, 1995:252):

1. Para kreditur memandang ekuitas, atau dana yang dipasok

pemilik, sebagai suatu pelindung atau basis penggunaan

hutang. Jika pemilik hanya menyediakan sebagian kecil dari

pembiayaan total, risiko perusahaan sebagian besar ditanggung

oleh kreditur.

2. Dengan mengumpulkan dana melalui hutang, pemilik

memperoleh manfaat dari memegang kendali atas perusahaan

dengan komitmen yang terbatas.

3. Penggunaan hutang dengan tingkat bunga yang tetap

memperbesar baik keuntungan maupun kerugian bagi pemilik.

4. Penggunaan hutang dengan biaya bunga yang tetap dan dengan

saat jatuh tempo yang tertentu memperbesar risiko bahwa

perusahaan mungkin tidak dapat memenuhi kewajiban-

kewajibannya.

Kasmir (2009) Rasio leverage dapat diukur dengan:

a) Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)

Rasio ini merupakan rasio utang yang digunakan untuk

mengukur perbandingan antara total utang dengan dengan total

aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan

dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan

berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. (Kasmir, 2009:156).

55

Dari hasil pengukuran, apabila rasionya tinggi, artinya

pendanaan dengan utang semakin banyak, maka semakin sulit

bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena

dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-

utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. (Kasmir, 2009:156).

Rumusan untuk mencarai debt ratio adalah:

𝑫𝒆𝒃𝒕 𝒕𝒐 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 𝑻𝑳𝑻𝑨 =Total Utang (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠)

Total Aktiva (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 )

b) Debt to Equity Ratio

Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk

menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk

mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor)

dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini

berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang

dijadikan untuk jaminan utang. (Kasmir, 2009:157).

Bagi kreditor, semakin besar rasio ini, akan semakin tidak

menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang

ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di

perusahaan. Rasio ini juga memberikan petunjuk umum

tentang kelayakan dan risiko keuangan perusahaan (Kasmir,

2009:158).

Rumus yang dapat digunakan untuk mencari debt to equity

ratio adalah:

56

𝑫𝒆𝒃𝒕 𝒕𝒐 𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 𝑻𝑳𝑻𝑬 =Total Utang (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠)

Total Ekuitas (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 )

c) Long Term Debt to Equity Ratio (LTDE)

LTDtER merupakan rasio antara utang jangka panjang

dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur

berapa bagian dari setiap rupiah modal yang dijadikan

jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingakan

antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang

disediakan oleh perusahaan (Kasmir, 2009:159).

Kasmir (2009:159) untuk mengukur rasio ini, dapat

menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑳𝑻𝑫𝒕𝑬𝑹 𝑻𝑳𝑫𝑬 =𝐿𝑜𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑚 𝐷𝑒𝑏𝑡

Total Ekuitas (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 )

c. Rasio Aktivitas (Turnover)

Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan

perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan

penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya. (Harahap, 2007:308)

Rasio aktivitas (activity ratio) merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam

menggunakan aktiva yang dimilikinya. Penggunaan rasio aktivitas

adalah dengan cara membandingkan antara tingkat penjualan

dengan investasi dalam aktiva untuk satu periode. Kemampuan

manajemen untuk menggunakan dan mengoptimalkan aktiva yang

dimiliki merupakan tujuan utama rasio ini. (Kasmir, 2009:173)

57

Rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

fixed assets turn over.

a) Fixed Assets Turn Over

Fixed assets turn over merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam

aktiva tetap berputar dalam satu periode. Atau dengan kata lain,

untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan

kapasitas aktiva tetap sepenuhnya atau belum. (Kasmir,

2009:184).

Rasio ini menunjukkan berapa kali nilai aktiva berputar bila

diukur dari volume penjualan. Semakin tinggi rasio ini

semakin baik. Artinya kemampuan aktiva tetap menciptakan

penjualan tinggi. (Harahap, 2007:309).

Kasmir (2009:184) Untuk menghitung Fixed assets turn

over, rumus yang dapat digunakan adalah:

𝑭𝒊𝒙𝒆𝒅 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕𝒔 𝑻𝒖𝒓𝒏 𝑶𝒗𝒆𝒓 𝑺𝑭𝑨 =Penjualan (𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠)

Total Aktiva Tetap (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠)

d. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan keuantungan atau laba. Profitabilitas

diekspektasikan secara signifikan barkaitan dengan rating obligasi.

Profitabilitas memberikan indikasi kemampuan perusahaan untuk

going concern. Profitabilitas menggambarkan kemampuan

manajemen untuk mengontrol efektifitas pengelauaran.

58

Meythi (2005) dalam Purwaningsih (2008) rasio ROA

merupakan rasio terbaik untuk menjelaskan pertumbuhan laba

(unsur utama rasio profitabilitas).

Rasio ROA atau NIAT merupakan rasio yang

menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila

diukur dari nilai aktiva. ROA dapat dihitung dengan rumus:

𝑹𝒆𝒕𝒖𝒓𝒏 𝑶𝒏 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕 𝑵𝑰𝑻𝑨 =𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒

Total Aktiva (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠)

G. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian mengenai kemampuan rasio keuangan dalam

memprediksi peringkat obligasi ditemukan, diantaranya:

Pinches dan Mingo (1973) dalam Linandarini (2010) menggunakan

48 sampel dari 132 obligasi yang diestimasi pada tahun 1967-1968.

Kategori yang dipilih adalah peringkat AA hingga B dari sampel peingkat

obligasi Moody‟s. Ada tujuh faktor yang diidentifikasi, yaitu size,

leverage, long-term and short-term capital intensity, return on investment,

earning stability, dan debt coverage. Dengan menggunakan MDA untuk

menguji hipotesis, peneliti menemukan bahwa ada dua faktor yang tidak

penting dalam memprediksi peringkat obligasi, yaitu, long-term capital

intensity dan short-term capital intensity. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa 70% prediksi mendekati peringkat Moody‟s. Pada tahun 1975,

Pinches dan Mingo melakukan penelitian yang sama dengan menambah

satu tahun observasi, yaitu tahun 1969. Mereka mengembangkan model

59

baru dengan memisahkan subordinated dan non-subordinated. Dalam

penelitian ini, ketepatan prediksi dapat meningkat 60-75% mendekati

peringkat Moody‟s.

Aryanindita (2005) dalam Linandarini (2010) melakukan penelitian

dengan menggunakan data sampel sebanyak 270 emisi dari 26 emiten.

Rasio keuangan yang digunakan adalah sebanyak 41 rasio keuangan,

kemudian dengan menggunakan analisis faktor untuk memperoleh

kejelasan mengenai proses yang tepat dan rasio yang memberikan

kontribusi, didapat 21 rasio keuangan. Hasil yang menunjukkan signifikan

menggunakan MDA adalah sebanyak 112 sampel dari PEFINDO

diperoleh CACL, COIN, CATA, SLTA, NWTA, NWTL; dan 95 sampel

dari Kasnic diperoleh CACL, COIN, SLAR, CLIN, SLCL, NITL. Tingkat

ketepatan klasifikasi adalah sebesar 80% untuk agen PEFINDO dan 95%

untuk agen Kasnic.

Manurung, Silitonga & Tobing (2008) dengan judul “Hubungan

Rasio-rasio Keuangan dengan Rating Obligasi”. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui rasio keuangan apa saja yang mempengaruhi rating

obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat obligasi. Variabel

independen yang digunakan tentunya ialah rasio keuangan yang meliputi

Current Ratio (CR), Total Aset Turn Over (TAT), Return On Asset (ROA),

Net Profit Margin (NPM), Debt to Equity Ratio (DER) dan Risiko

Sistematis (Beta). Sedangkan variabel dependennya ialah rating obligasi.

Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 108 perusahaan dan

60

menyimpulkan bahwa rasio-rasio yang secara signifikan berpengaruh

terhadap rating obligasi ialah Current Ratio (CR), Total Asset Turn Over

(TAT) dan Return On Asset (ROA).

Purwaningsih (2008) dengan judul “Pemilihan Rasio Keuangan

Terbaik Untuk Memprediksi Peringkat Obligasi: Studi Pada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di BEJ”. Penelitian ini menggunakan sampel

sebanyak 95 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ, dan

menggunakan sebanyak 9 rasio keuangan. Penelitian ini menggunakan 2

teknik analisis, analisis pertama yaitu regresi backward digunakan untuk

megetahui rasio-rasio apa saja yang dapat digunakan untuk memprediksi

peringkat obligasi, sedangkan analisis faktor digunakan untuk mengetahui

rasio keuangan terbaik untuk memprediksi peringkat obligasi. Hasil

penelitiannya menyebutkan bahwa rasio yang dapat digunakan untuk

memprediksi peringkat obligasi adalah rasio LTLTA, NWTA, CFOTL dan

SFA. Sedangkan rasio terbaik untuk memprediksi peringkat obligasi yaitu

rasio CACL.

Raharja & Sari (2008) dengan judul “Perbandingan Alat Analisis

(Diskriminan & Regresi Logistik) Terhadap Peringkat Obligasi”

melakukan penelitian mengenai kemampuan rasio keuangan (leverage,

likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas) untuk memprediksi

peringkat obligasi dengan menggunakan 160 observasi yang dihasilkan

dari 38 sampel penerbitan obligasi perusahaan manufaktur periode 1999-

2004. Penelitian ini menghasilkan bukti empiris bahwa dari 22 rasio

61

keuangan yang digunakan, terdapat 20 rasio keungan yang berbeda secara

signifikan antara perusahaan yang peringkat obligasinya masuk investment

grade dan non-investment grade. Sedangkan 2 lainnya tidak. Selain itu,

penelitian ini juga menggunakan analisis diskriminan dan regresi logistik

untuk mengetahui ketepatan prediksinya. Dengan menggunakan analisis

diskriminan diperoleh tingkat kebenaran sebesar 96,9%, sedangkan

dengan menggunakan regresi logistik tingkat kebenarannya sebesar

91,3%.

Rodoni, Warninda & Sumiati (2009) malakukan penelitian dengan

judul “Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kemungkinan

Terjadinya Obligasi Default”. Penelitian ini menggunakan sampel

sebanyak 26 sampel, 13 diantaranya adalah obligasi yang mengalami

default, 13 lainnya yang tidak mengalami default. Menggunakan analisis

uji beda dan regresi logistik. Penelitian ini menyimpulkan, dari 18 rasio

keuangan, hanya 7 rasio saja yang dapat membedakan secara signifikan

rata-rata rasio keuangan perusahaan penerbit obligasi yang dinyatakan

default dan yang tidak default. Daya ketepatan prediksi secara keseluruhan

sebesar 88,5%.

62

Tabel 2.2

Ringkasan Penelitian Terdahulu

Peneliti Metode

Analisis

Kesimpulan

1. Pinces and Mingo

(1973)

Multiple

Discriminant

Analysis

(MDA)

Penelitian ini menggunakan sampel

peringkat obligasi Moody‟s. Ada 7

faktor yang diidentifikasi, yaitu size,

leverage, long-term and short-term

capital intensity, return on investment,

earning stability dan debt coverage.

Hasil penelitian ini membuktikan

bahwa 2 dari 7 faktor tersebut yang

tidak dalam memprediksi peringkat

obligasi, yaitu long-term capital

intensity dan short-term capital

intensity. 70% prediksi mendekati

peringkat Moody‟s.

2. Aryanindita

(2005)

MDA Penelitian ini menggunkana sebanyak

41 rasio keuangan. Hasil yang

menunjukkan signifikan menggunakan

MDA adalah sebanyak 112 sampel dari

PEFINDO diperoleh CACL, COIN,

CATA, SLTA, NWTA, NWTL; dan 95

sampel dari Kasnic diperoleh CACL,

COIN, SLAR, CLIN, SLCL, NITL.

Tingkat ketepatan klasifikasi adalah

sebesar 80% untuk agen PEFINDO dan

95% untuk agen Kasnic.

3. Manurung,

Silitonga &

Tobing (2008)

Regression Variabel independen yang digunakan

tentunya ialah rasio keuangan yang

meliputi Current Ratio (CR), Total Aset

Turn Over (TAT), Return On Asset

(ROA), Net Profit Margin (NPM), Debt

to Equity Ratio (DER) dan Risiko

Sistematis (Beta). Penelitian ini

menggunakan sampel sebanyak 108

perusahaan dan menyimpulkan bahwa

rasio-rasio yang secara signifikan

berpengaruh terhadap rating obligasi

ialah Current Ratio (CR), Total Asset

Turn Over (TAT) dan Return On Asset

(ROA).

63

Lanjutan Tabel 2.2

Peneliti Metode

Analisis

Kesimpulan

4. Purwaningsih

(2008)

Analisis

Faktor dan

Regresi

Backward

Penelitian ini menggunakan sampel

sebanyak 95 perusahaan manufaktur

yang terdaftar di BEJ, dan

menggunakan sebanyak 9 rasio

keuangan. Hasil penelitiannya

menyebutkan bahwa rasio yang dapat

digunakan untuk memprediksi

peringkat obligasi adalah rasio LTLTA,

NWTA, CFOTL dan SFA. Sedangkan

rasio terbaik untuk memprediksi

peringkat obligasi yaitu rasio CACL.

5. Raharja & Sari

(2008)

MDA dan

Logistic

Regression

Penelitian ini menghasilkan bukti

empiris bahwa dari 22 rasio keuangan

yang digunakan, terdapat 20 rasio

keungan yang berbeda secara

signifikan antara perusahaan yang

peringkat obligasinya masuk

investment grade dan non-investment

grade. Dengan menggunakan analisis

diskriminan diperoleh tingkat

kebenaran sebesar 96,9%, sedangkan

dengan menggunakan regresi logistik

tingkat kebenarannya sebesar 91,3%.

6. Rodoni,

Warninda &

Sumiati

Logistic

Regression

Menggunakan analisis uji beda dan

regresi logistik. Penelitian ini

menyimpulkan, dari 18 rasio keuangan,

hanya 7 rasio saja yang dapat

membedakan secara signifikan rata-rata

rasio keuangan perusahaan penerbit

obligasi yang dinyatakan default dan

yang tidak default. Daya ketepatan

prediksi secara keseluruhan sebesar

88,5%.

64

H. Keterkaitan Antar Variabel

Gambar 2.1

Keterkaitan Antar Variabel

Rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan dalam membayar utang jangka pendeknya. Tingkat likuiditas

dapat menjadi faktor penting dalam peringkat obligasi. Penelitian Carson

dan Scott (1997); Bouzoita & Young (1998); Burton, Adam & Hardwick

(1998) dalam Raharja & Sari (2008) menemukan hubungan antara

likuiditas dengan kredit rating. Sehingga semakin tinggi likuiditas

perusahaan semakin baik kemungkinan peringkat perusahaan tersebut.

Sehingga dapat dikatakan bahwa apabila perusahaan memiliki rasio

likuiditas yang tinggi, maka kemungkinan peringkat obligasinya akan

Likuiditas

CACL

CAICL

CCL

Leverage

LTDTE

TLTA

TLTE

Aktivitas

SFA

Profitabilitas

NITA

Peringkat Obligasi

65

masuk dalam investment grade. Rasio likuiditas dalam penelitian ini

menggunakan proxy CACL, CAICL dan CCL.

Leverage merupakan rasio yang menunjukkan proporsi utang

dalam mendanai aktiva perusahaan. Tingginya rasio ini mengandung arti

bahwa sebaian besar aset didanai dengan hutang, dan ini menyebabkan

perusahaan dihadapkan pada default risk atau peringkat rating yang kurang

baik. Semakin besar rasio leverage perusahaan, semakin besar risiko

kegagalan perusahaan. Sehingga semakin rendah leverage perusahaan,

semakin besar peringkat yang diberikan terhadap perusahaan (Burton,

Adam & Hardwick, 1998) dalam Nurhasanah dalam Savany (2008). Maka,

semakin tinggi rasio ini, peringkat obligasinya akan semakin turun atau

masuk dalam non-investment grade. Rasio leverage dalam penelitian ini

menggunakan proxy rasio LTDTE, TLTA dan TLTE.

Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

efektifitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya.

Penggunaan rasio aktivitas adalah dengan cara membandingkan antara

tingkat penjualan dengan investasi dalam aktiva untuk satu periode. Proxy

yang digunakan adalah rasio SFA. Dalam penelitian Purwaningsih (2008),

SFA mampu membentuk signifikan dapat memprediksi peringkat

obligasi.

Rasio profitabilitas, rasio yang mengukur kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba. Menurut Brotman (1989) dalam Nurhasanah

(2003) dalam semakin tinggi tingkat profitabilitas, semakin rendah risiko

66

ketidakmampuan membayar atau default, dan semakin baik peringkat yang

diberikan terhadap perusahaan tersebut Savandy (2008). Proxy yang

digunakan dalam penilitian ini adalah rasio ROA atau NITA. karena

menurut Meythi (2005) dalam Purwaningsih (2008) rasio ini merupakan

rasio terbaik untuk menjelaskan pertumbuhan laba.

I. Kerangka Pemikiran

Obligasi merupakan salah satu jenis modal hutang yang

diperjualbelikan di pasar modal. Seorang investor yang hendak membeli

obligasi hendaknya tetap memperhatikan risiko yang mungkin terjadi,

salah satunya ialah default risk, yaitu peluang dimana emiten akan

mengalami kondisi tidak mampu memenuhi kewajiban keuangannya

(gagal bayar) atau dengan kata lain risiko tidak terbayarnya bunga dan

pokok utang .

Sebelum di tawarkan, obligasi harus diperingkatkan oleh suatu

lembaga atau agen pemeringkat obligasi (Rating Agency). Agen

pemeringkat obligasi adalah lembaga independen yang memberikan

informasi pemeringkatan skala risiko , dimana salah satunya adalah

sekuritas obligasi sebagai petunjuk sejauh mana keamanan suatu obligasi

bagi investor. Keamanan tersebut ditunjukkan oleh kemampuan suatu

perusahaan dalam membayar bunga dan melunasi pokok pinjaman.

Sehingga pemodal bisa menggunakan jasa agen pemeringkat obligasi

tersebut untuk mendapatkan informasi mengenai peringkat obligasi. Proses

67

peringkatan ini dilakukan untuk menilai kinerja perusahaan, sehingga

rating agency dapat menyatakan layak atau tidaknya obligasi tersebut

diinvestasikan.

Salah satu alat yang dapat digunakan untuk melakukan prediksi

terhadap peringkat obligasi ialah rasio-rasio keuangan yang terdapat dalam

laporan keuangan.

Penelitian ini hendak menganalisis apakah rasio-rasio yang

digunakan (CACL, CAICL, CCL, LTDTE, TLTA, TLTE, STA, SFA dan

NITA) dapat membedakan kinerja keuangan perusahaan yang masuk

investmen grade dan non-investment grade, dan apakah rasio-rasio

tersebut mampu untuk membentuk faktor yang secara signifikan dapat

digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi atau tidak.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

beda yang sebelumnya dilakukan pengujian normalitas dengan uji One

Sample Kolmogorov-Smirnov, uji ini dilakukan untuk untuk kemudian

dilakukan uji beda statistik para metrik atau non parametrik. Apabila data

berdistribusi normal, maka dilakukan uji beda parametrik dengan

menggunakan Independent Sample Test. Sebaliknya, apabila data tidak

terdistribusi dengan normal, maka dilakukan uji non parametrik dengan

menggunakan Mann-Whitney Test.

Selain melakukan uji beda, penelitian ini juga menggunakan

analisis faktor dan regresi logistik. Analisis faktor digunakan untuk

mendapatkan faktor yang kemudian akan dianalisis lebih lanjut.

68

Sedangkan regresi logistik digunakan untuk mengetahui apakah faktor-

faktor yang terbentuk melalui analisis faktor tadi mampu untuk

membentuk model dan dapat digunakan untuk memprediksi peringkat

obligasi.

69

Gambar 2.2

Kerangka Berpikir

BEI

Laporan Keuangan

Profitabilitas

NITA

Aktivitas

STA

SFA

Leverage

LTDTE

TLTE

TLTA

Likuiditas

CACL

CAICL

Rasio Keuangan

Analisis Regresi Logistik

Analisis Faktor

Kesimpulan

Independent Sample Test

Uji Normalitas

Kolmogorov Smirnov

Mann-Whitney Test

Interpretasi Interpretasi

70

J. Hipotesis

Dari kerangka di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Hipotesis Pertama:

H0 = Tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan berupa rasio keuangan

(CACL, CAICL, CCL, LTDTE, TLTA, TLTE, SFA dan SFA) antara

perusahaan yang obligasinya masuk investment grade dan non-

investment grade.

Ha = Terdapat perbedaan yang signifikan rasio keuangan (CACL, CAICL,

LTDTE, TLTA, TLTE, SFA dan NITA) antara perusahaan yang

obligasinya masuk investment grade dan non-investmen grade.

Hipotesis Kedua:

H0 = Seperangkat rasio keuangan (CACL, CAICL, LTDTE, TLTA, TLTE,

SFA dan NITA) tidak mampu membentuk faktor yang dapat

memprediksi peringkat obligasi.

Ha = Seperangkat rasio keuangan (CACL, CAICL, CCL, LTDTE, TLTA,

TLTE, SFA dan NITA) mampu membentuk faktor yang dapat

memprediksi peringkat obligasi.

71

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah menganalisis rasio-rasio

keuangan dalam memprediksi peringkat obligasi perusahaan yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam kurun waktu tahun 2007-2009

dengan menggunakan uji beda, analisis faktor, dan regresi logistik.

Rasio yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 8 rasio, yaitu

CACL, CAICL, CCL, LTDTE, TLTA, TLTE, SFA dan NITA. Sampel

obligasinya sebanyak 107. Periode penelitian ini yaitu selama 4 tahun,

tahun 2007 hingga 2010.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan non-

keuangan yang obligasinya terdaftar pada agen pemeringkat PT PEFINDO

dan perusahaan tersebut terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun

2007-2009. Data yang digunakan berupa rasio keuangan dari neraca,

laporan laba rugi dan laporan arus kas. Sedangkan sampel dalam

penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode penyampelan

berdasarkan (purposive sampling) sehingga diperoleh sampel yang

representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan.

71

72

Adapun kriteria yang digunakan ádalah sebagai berikut:

1. Obligasi yang diterbitkan dan beredar selama periode pengamatan

(2007-2010) dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan yang tidak termasuk dalam

industri perbankan, keuangan dan asuransi.

3. Obligasi yang perusahaannya terdaftar di PT PEFINDO selama kurun

waktu periode pengamatan

4. Memiliki laporan keuangan pada periode 1 Januari 2007 sampai 31

Desember 2010 dan semua data yang diperlukan.

Tabel 3.1

Proses Pemilihan Sampel

Sumber: data diolah

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 479 obligasi yang terdaftar

di Indonesia Bond Market Directory yang diterbitkan oleh Bursa Efek

Indonesia (BEI) tahun 2007-2010, namun hanya terdapat 107 yang

memenuhi karakteristik penyampelan yang telah ditentukan. Daftar nama

Keterangan Jumlah

Sampel

1. Obligasi yang diterbitkan dan beredar selama periode

pengamatan (2007-2010) dan terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI).

479

2. Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan yang

termasuk dalam industri perbankan, keuangan dan

asuransi.

138

3. Obligasi yang perusahaannya tidak terdaftar di PT

PEFINDO selama kurun waktu periode pengamatan

6

4. Tidak memiliki laporan keuangan pada periode 1

Januari 2007 sampai 31 Desember 2010 dan semua data

yang diperlukan.

138

Sampel Final 107

73

perusahaan beserta banyaknya sampel obligasi dapat dilihat pada tabel 3.2.

berikut ini:

Tabel 3.2

Sampel Penelitian

No. Nama Perusahaan Kode

Jumlah Obligasi yang

terbit dan beredar

2007-2010

1. Arpeni Pratama Ocean Line Tbk APOL 6

2. Ciliandra Perkasa CLPK 4

3. Excelcomindo Pratama Tbk EXCL 4

4. Mobile-8 Telecom Tbk FREN 4

5. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk INKP 8

6. Indosat ISAT 26

7. Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 6

8. Japfa Comfeed Indonesia Tbk JPFA 4

9. Lautan Luas Tbk LTLS 3

10. Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry LPPI 8

11. Malindo Feedmill Tbk MAIN 3

12. Matahari Putra Prima Tbk MPPA 4

13. Mayora Indah Tbk MYOR 3

14. Pembangunan Jaya Ancol Tbk PJAA 4

15. PAM Lyonnaise Jaya PLJA 4

16. Pindo Deli Pulp & Paper Mills PIDL 8

17. Bentoel Internasional Investama Tbk RMBA 4

18. Surya Citra Televisi SCTV 4

Jumlah Sampel 107

Sumber: data diolah

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam variabel ini merupakan data sekunder.

Data sekunder merupakan data yang telah diolah sebelumnya. Dalam

proses pengumpulannya, data yang digunakan didapat dari berbagai

sumber, seperti:

74

Pengumunan peringkat obligasi yang diterbitkan oleh PT.

PEFINDO

Indonesia Bond Market Directory (IBMD)

Financial Data Ratio yang diterbitkan oleh BEI

www.idx.co.id

Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA)

Google Finance

Dan lain sebagainya.

D. Metode Analisis Data

1) Deskriptif

Statistik dengan analisis deskriptif, sebenarnya hampir sama

dengan dengan statistik menggunakan prosedur frekuensi, yaitu

menghasilkan analisis dispersi (standard deviasi, minimum,

maksimum) (Wahyono, 2009:17).

Prosedur Deskriptives juga memiliki kegunaan pokok untuk

melakukan pengecekan terhadap input data, mengingat bahwa analisis

ini akan menghasilkan resume data secara umum. Seperti berapa

jumlah responden laki-laki, berapa jumlah responden perempuan dan

sebagainya. Disamping itu, analisis ini juga memiliki kegunaan untuk

menyediakan informasi deskripsi data dan demografic sample yang

diambil. (Wahyono, 2009:18).

Standard Deviasi, menunjukkan dispersi rata-rata dari sampel.

75

Maximum, menunjukkan nilai tertinggi dari suatu deretan data.

Minimum, menunjukkan nilai terendah dari suatu deretan data.

Mean, menunjukkan nilai rata-rata dari dari sampel.

2) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data model

variabel bebas (independen) mempunyai distribusi normal atau tidak.

Uji ini dilakukan dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov

Smirnov Test. Data yang berdistribusi normal ditandai dengan Asymp.

Sig. (2 –tailed) > 0,05. Hasil dari uji normalitas dengan menggunakan

one-sample Kolmogorov Smirnov dapat dijadikan pedoman untuk

melakukan pengujian hipotesis pertama..

Ghazali & Kastelan (2002) dalam Rodoni et al (2009).

Data yang berdistribusi normal akan diuji dengan

menggunakan uji Independent sample t Test (uji beda

parametrik), dan

menggunakan uji Mann Whitney Test (uji beda non

parametrik) apabila datanya memiliki distribusi tidak normal.

3) Analisis Faktor

Salah satu metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini

ialah analisis faktor. Analisis faktor adalah suatu teknik untuk

menganalisis tentang saling ketergantungan (interdependence) dari

beberapa variabel secara simultan dengan tujuan untuk

menyederhanakan dari bentuk hubungan antara beberapa variabel yang

76

diteliti menjadi sejumlah faktor yang lebih sedikit daripada variabel

yang diteliti, yang berarti dapat juga menggambarkan tentang struktur

data dari suatu penelitian. Jadi, pada prinsipnya analisis faktor

digunakan untuk mengelompokkan beberapa variabel yang memiliki

kemiripan untuk dijadikan satu faktor, sehingga dimungkinkan dari

beberapa atribut yang mempengaruhi suatu komponen variabel dapat

diringkas menjadi beberapa faktor utama yang jumlahnya lebih sedikit

(Suliyanto, 2005:114).

Proses analisis faktor mencoba menemukan hubungan

(interrelationship) antara sejumlah variabel-variabel yang saling

independen satu dengan yang lain, sehingga bisa dibuat satu atau

beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel

awal. Sebagai contoh, jika ada 10 variabel yang independen satu

dengan yang lain, dengan analisis faktor mungkin bisa diringkas hanya

menjadi 3 kumpulan variabel baru (new set of variables). Kumpulan

variabel tersebut disebut faktor, di mana faktor tersebut tetap

mencerminkan variabel-variabel aslinya. (Santoso, 2010:57).

Perbedaan analisis faktor dengan analisis regresi berganda dan

analisis diskriminan adalah dalam analisis regresi berganda dan

analisis diskriminan, salah satu variabel menjadi menjadi variabel

tergantung dan lainnya menjadi variabel bebas. Sedangkan dalam

analisis faktor tidak ada pembagian variabel menjadi variabel bebas

77

dan variabel tergantung. Dengan demikian, analisis faktor termasuk

dalam analisis interdependence technique (Suliyanto, 2005:114) .

Tujuan analisis faktor, Singgih Santoso (2010:58) pada

dasarnya tujuan analisis faktor adalah:

a. Data summarization, yakni mengidentifikasi adanya hubungan

antar variabel dengan menggunakan uji korelasi. Jika korelasi

dilakukan antar variabel (dalam pengertian SPSS adalah „kolom‟),

analisis tersebut dinamakan R Factor Analysis. Namun, jika

korelasi dilakukan antar responden atau sampel (dalam pengertian

SPSS adalah „baris‟), analisis disebut Q Factor Analysis, yang

juga populer disebut CLUSTER ANALYSIS.

b. Data reduction, yakni setelah melakukan korelasi, dilakukan

proses membuat sebuah variabel set baru yang dinamakan faktor

untuk menggantikan sejumlah variabel tertentu.

Dalam analisis faktor juga dihasilkan factor score. Factor

score tersebut dapat digunakan untuk kegunaan analisis lanjutan.

Santoso (2010:58) SPSS membuat satu atau beberapa factor score

sebagai hasil analisis faktor, di mana variabel factor score tersebut

bisa digunakan untuk analisis lanjutan, seperti t test, ANOVA dan

sebagainya.

Prosedur analisis faktor, widarjono (2010:240) prosedur

analisis faktor meliputi langkah-langkah menghitung korelasi antara

indikator yang diobservasi, ekstraksi faktor dan rotasi faktor.

78

a. Menghitung Korelasi Indikator

Metode yang pertama adalah memeriksa korelasi matriks.

Tingginya korelasi antara indikator mengindikasikan bahwa

indikator-indikator tersebut dapat dikelompokkan ke dalam

sebuah indikator yang homogen sehingga setiap indikator mampu

mampu membentuk faktor umum atau faktor konstruk. Metode

kedua memeriksa korelsi parsial yaitu mencari korelasi satu

indikator dengan indikator lain (Widarjono, 2010:241). Korelasi

parsial ini disebut dengan negative anti-image correlation. Dalam

tahap ini juga ditentukan indikator mana saja yang layak untuk

dianalisis lebih lanjut. Untuk menguji apakah suatu suatu variabel

layak untuk dianalisis lebih lanjut dapat menggunakan metode

Kaiser-Meyer Olkin (KMO).

Singgih Santoso (2010:66) Alat uji KMO and Barlett’s test

of sphericity dan Anti-Image digunakan untuk uji awal apakah

data yang ada dapat di‟urai‟ menjadi sejumlah faktor.

Hipotesis untuk signifikansi adalah:

Ho = sampel (variabel) belum memadai untuk dianalisis lebih

lanjut.

Hi = sampel (variabel) sudah memadai untuk dianalisis lebih

lanjut.

79

Kriteria dengan melihat probabililitas (signifikan):

- Angka Sig. > 0,05 maka Ho diterima

- Angka Sig. > 0,05 maka Hi ditolak

Angka MSA (Measure of Smpling Adequacy) berkisar 0 sampai 1,

dengan kriteria:

- MSA = 1, variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan

oleh variabel yang lain.

- MSA > 0,5, variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis

lebih lanjut.

- MSA < 0,5, variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa

dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya.

b. Ekstraksi Faktor

Langkah kedua di dalam analisis faktor adalah ektraksi

faktor (extraction). Ekstraksi faktor adalah suatu metode yang

digunakan untuk mereduksi data dari beberapa indikator untuk

menghasilkan faktor lebih sedikit yang mampu menjelaskan

korelasi antara indikator yang diobservasi.

Menurut Darmawan Wibisono (2008:245) dalam penelitian

Savitri (2010) Untuk mengekstraksi faktor dikenal dua metode

rotasi, yaitu:

a) Orthogonal factors: ekstraksi faktor dengan cara merotasikan

sumbu faktor yang kedudukannya saling tegak lurus satu

sama lainnya. Dengan melakukan rotasi ini maka setiap

80

faktor bersifat independen terhadap faktor lain karena

sumbunya saling tegak lurus. Orthogonal factors solution

digunakan bila analisis bertujuan untuk mereduksi jumlah

variabel tanpa mempertimbangkan seberapa berartinya faktor

yang diekstraksi.

b) Oblique factors: ekstraksi faktor dilakukan dengan

merotasikan sumbu faktor yang kedudukannya saling

membentuk sudut dengan besar sudut tertentu. Dengan rotasi

ini maka korelasi antar setiap faktor masih diperhitungkan

karena sumbu faktor tidak saling tegak lurus satu dengan

lainnya. Oblique factor solution digunakan untuk

memperoleh jumlah faktor yang ssecara teoritis cukup

berarti.

Ekstraksi faktor digunakan untuk menentukan jenis-jenis

faktor yang akan dipakai. Estimasi faktor dapat menggunakan

metode Principal Component Analysis (selain itu terdapat metode

common factor analysis) (Savitri, 2010). Analisis komponen

utama (principal components Analysis) merupakan metode paling

sederhana di dalam melakukan rotasi faktor. Metode ini

membentuk kombinasi linier dari indikator yang diobservasi.

Komponen utama yang pertama adalah kombinasi yang

menjelaskan varian paling besar dari sampel. Selanjutnya,

komponnen utama yang kedua adalah menjelaskan jumlah varian

81

yang paling besar kedua dan tidak berhubungan dengan

komponen utama yang pertama. Komponen utama berikutnya

menjelaskan porsi yang lebih kesil dari varian sampel total dan

tidak berhubungan dengan yang lainnya (Widarjono, 2010:243).

c. Rotasi Faktor

Rotasi faktor ini diperlukan jika metode ekstraksi faktor

belum menghasilkan komponen faktor utama yang jelas. Tujuan

dari rotasi faktor ini agar dapat memperoleh struktur faktor yang

lebih sederhana agar mudah diinterpretasikan. Ada beberapa

metode rotasi faktor yang bisa digunakan, yaitu:

Varimax Method, metode rotasi orthogonal untuk

meminimalisisi jumlah indikator yang mempunyai factor

loading tinggi pada tiap faktor.

Quartimax Method, metode rotasi untuk meminimalisasi

jumlah faktor yang digunakan untuk menjelaskan indikator.

Equamax Method, metode gabungan antara varimax method

yang meminimalkan indikator dan quartimax method yang

meminimalkan faktor.

Selain ketiga langkah tersebut, masih terdapat langkah lain

yang dapat dilakukan, yaitu membuat factor score.

d. (Membuat Factor Scores)

Factor Scores pada dasarnya adalah upaya untuk membuat

satu atau beberapa variabel yang lebih sedikit dan berfungsi

82

menggantikan variabel asli yang sudah ada. Pembuatan akan

berguna jika akan dilakukan analisis lanjutan, seperti analisis

regresi atau analisis diskriminan (Santoso, 2010:105).

4) Regresi Logistik

Analisis regresi logistik digunakan untuk melihat pengaruh

sejumlah variabel independen X1, X1,...Xk terhadap variabel

dependen y yang berupa variabel kategorikn(binominal, multinominal

atau ordinal) atau juga untuk memprediksi nilai suatu variabel

dependen y (yang berupa variabel kategorik) berdasarkan nilai

variabel-variabel independen X1, X2,....Xk.

Stanislaus (2006:225) SPSS menyediakan tiga prosedur regresi

logistik yaitu:

a) Regresi Logistik Biner (binary logistic regression), adalah

regresi logistik dimana variabel dependennya berupa variabel

dikotomi atau variabel biner. Contoh variabel dikotomi atau

variabel biner adalah: sukses-gagal, ya-tidak, benar-salah,

hudup-mati, hadir-bolos, pria-perempuan dan seterusnya.

b) Regresi Logistik Multinominal (miltinominal logistic

regression), adalah regresi logistik dimana variabel

dependennya berupa variabel kategorik yang terdiri lebih dari

dua nilai seperti: merah, biru, kuning, hitam atau Islam,

Kristen, Hindu, Budha, dan seterusnya.

83

c) Regresi Logistik Ordinal (ordinal logistic regression), adalah

regresi logistik di mana variabel dependennya berupa variabel

dengan skala ordinal seperti: sangat setuju, setuju, netral, tak

setuju, sangat tidak setuju atau halus, sedang, kasar.

Penelitian ini menggunakan menggunakan regresi logistik biner

karena variabel dependennya yaitu peringkat obligasi berupa variabel

dikotomi yang terbagi menjadi kategori investment grade dan non-

investmnet grade.

Ghazali (2009) menyatakan bahwa analisis ini tidak

memerlukan asumsi normalitas pada variabel bebasnya.

Tahapan dalam melakukan analisis regresi logistik:

a. Menilai Model Fit

-2 Log likehood

Menilai angka -2 log likelihood pada awal (blok

number = 0) dan angka -2 log likelihood pada blok number = 1,

jika terjadi penurunan angka -2 log likelihood maka

menunjukkan model regresi yang baik. Log likelihood pada

regresi logistik mirip dengan pengertian “sum of squared

error” pada model regresi, sehingga penurunan log likelihood

menunjukkan model regresi yang baik.

Nagel Karke (R²)

Nagel Karke R Square pada tabel Model Summary

merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell’s R Square

84

agar nilai maksimumnya bisa mencapai satu dan mempunyai

kisaran nilai antara 0 sampai 1, sama seperti koefisien

determinasi R2 pad regresi linear berganda. Nilai Nagel Karke

R Square umumnya lebih besar dari nilai Cox dan Snell’s R

Square tapi cenderung lebih kecil dibandingkan dengan nilai

determinasi R2

pada regresi linear berganda.

Hosmer dan Lemeshow

Model fit dapat juga diuji dengan Hosmer and

Lemeshow‟s Goodness of Fit dengan hipotesis:

Ho : Model yang dihipotesiskan fit dengan data

Ha : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data

Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

Nilai goodness of fit test yang diukur dengan nilai chi-

square pada bagian bawah uji Hosmer dan Lemeshow.

- Jika probabilitas >0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak

- Jika Probabilitas <0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima

b. Menilai Ketepatan Prediksi

Salah satu cara untuk menilai ketepatan prediksi adalah

dengan melihat tabel tabel Calssification 2 x 2 yang

menghitung nilai estimasi yang benar (correct) dan salah

(incorrect). Classification table, menunjukkan tabel 2x2 dengan

kolom berupa predict values dari variabel dependen dan baris

berupa nilai data aktual yang diamati (Stanislaus, 2006:234).

85

c. Menguji Koefisien Regresi

Uji Wald pad tabel Variables In The Equation digunakan

untuk menguji apakah masing-masing koefisien regresi logistik

signifikan (Stanislaus, 2006:235).

Singgih Santoso (2010:213), hipotesis dan pengambilan

keputusan:

Hipotesis

Ho = Koefisien regresi tidak signifikan

Ha = Koefisien regresi signifikan

Pengambilan Keputusan

Berdasarkan probabilitas.

o Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima

o Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak

Raharja & Sari (2008) adapun model prediksi yang

dibentuk dari regresi logistik disajikan pada tabel 3.3 berikut

ini.

Tabel 3.3

Model Fungsi Regresi Logistik

Model Persamaan Regresi Logistik:

Y= α0 +β1X1+β2X2+β3X3+…+βnXn+ε Notasi: Y = 0 jika non investmen grade; 1 jika investment grade α0 = Konstanta ε βn

= Error Term = Koefisien regresi 1,2,3,n

X1,X2,X3,...Xn = Rasio-rasio keuangan

86

E. Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen

Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini ialah

peringkat obligasi dan rasio-rasio keuangan. Skala peringkat mulai dari

AAA sampai dengan D yang secara umum terbagi menjadi dua

kategori, yaitu investment grade (AAA, AA, A, BB) dan non-

investment grade (BB, B, CCC, D). Pengukuran variabel dilakukan

dengan memberi nilai pada masing-masing peringkat sesuai dengan

peringkat yang dikeluarkan oleh PEFINDO. Pemberian nilai peringkat

obligasi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Kategori Peringkat Obligasi

Nilai Peringkat Peringkat Kategori

0 D Non- Investment Grade

0 CCC Non- Investment Grade

0 B Non- Investment Grade

0 BB Non- Investment Grade

1 BBB Investment Grade

1 A Investment Grade

1 AA Investment Grade

1 AAA Investment Grade

2. Variabel Independen

Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini ialah rasio-

rasio keuangan, meliputi rasio CACL, CAICL, CCL, LTDTE, TLTA,

TLTE, STA, SFA dan NITA.

CACL : Rasio lancar (current ratio) merupakan rasio untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban

87

jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saaat

ditagih secara keseluruhan.

𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 (𝑪𝑨𝑪𝑳) =Aktiva Lancar 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠

Utang Lancar 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠

CAICL : Rasio cepat (quick ratio) atau rasio sangat lancar atau

atau acid test ratio merupakan rasio yang menunjukkan

kemampuan perusahaan dalam memenuhi tau membayar kewajiban

atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa

memperhitungkan nilai sediaan (inventory).

𝑸𝒖𝒊𝒄𝒌 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 (𝑪𝑨𝑰𝑪𝑳) =Aktiva Lancar 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 − 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦

Utang Lancar 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠

CCL : Rasio kas atau cash ratio merupakan alat yang digunakan

untuk mengukur seberapa pas uang kas yang tersedia untuk

membayar utang.

𝑪𝒂𝒔𝒉𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 (𝑪𝑪𝑳) =𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑜𝑟 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑝𝑚𝑒𝑛𝑡

𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜

LTDTE : LTDtER merupakan rasio antara utang jangka panjang

dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa

bagian dari setiap rupiah modal yang dijadikan jaminan utang

jangka panjang dengan cara membandingakan antara utang jangka

panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan

𝑳𝑻𝑫𝒕𝑬𝑹 𝑻𝑳𝑫𝑬 =𝐿𝑜𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑚 𝐷𝑒𝑏𝑡

Total Ekuitas (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 )

TLTA : Rasio ini merupakan rasio utang yang digunakan untuk

mengukur perbandingan antara total utang dengan dengan total

88

aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai

oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh

terhadap pengelolaan aktiva.

𝑫𝒆𝒃𝒕 𝒕𝒐 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 𝑻𝑳𝑻𝑨 =Total Utang (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠)

Total Aktiva (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 )

TLTE : Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk

menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui

jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik

perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui

setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.

𝑫𝒆𝒃𝒕 𝒕𝒐 𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 𝑻𝑳𝑻𝑬 =Total Utang (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠)

Total Ekuitas (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 )

SFA : Fixed assets turn over merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva

tetap berputar dalam satu periode.

𝑭𝒊𝒙𝒆𝒅 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕𝒔 𝑻𝒖𝒓𝒏 𝑶𝒗𝒆𝒓 𝑺𝑭𝑨 =Penjualan (𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠)

Total Aktiva Tetap (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠)

NITA : Rasio ROA atau NIAT merupakan rasio yang

menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila

diukur dari nilai aktiva. ROA dapat dihitung dengan rumus:

𝑹𝒆𝒕𝒖𝒓𝒏 𝑶𝒏 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕 𝑵𝑰𝑻𝑨 =𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒

Total Aktiva (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠)

89

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Perkembangan Pasar Modal

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia

merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial

Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu

didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah

kolonial atau VOC. (BEI,2011).

Dalam perjalanannya, pasar modal Indonesia mengalami pasang

surut. Bahkan pemerintah indonesia sempat membekukan kegiatan pasar

modal, karena perang dunia I dan II, kebijakan nasionalisasi Pemerintah

Indonesia pada tahun 1956.pasar modal baru dibuka kembali pada tahun

1977 setelah pencanangan orde pembangunan. Seiring dengan kian

gencarnya pemerintah melakukan pembangunan, keberadaan pasar modal

kian dirasakan sebagai suatu kebutuhan. Pertumbuhan yang diperkirakan

akan terus meningkat dianggap sebagai momentum yang tepat untuk

mengaktifkan kembali pasar modal. dengan mengaktifkan kembali pasar

modal diharapkan mampu menggerakkan potensi masyarakat untuk

berpartisipasi dalam pembangunan sekaligus menciptakan pemerataan

pendapatan dan demokratisasi ekonomi. Pasar modal mencapai

perkembangan puncaknya pada tahun awal 1990-an, tingkat pertumbuhan

ekonomi yang tinggi membuka peluang bagi perusahaan untuk

89

90

mendapatkan dana selain melalui kredit perbankan (Nasarudin et al,

2008:2).

Bursa Efek Indonesia (BEI) terus berkembang seiring

bertambahnya usia, dan keadaan pun semakin menunjukkan bahwa efek/

saham semakin banyak peminatnya, dilihat dari kapitalisasinya yang terus

bertambah dari tahun-tahun sebelumnya. Investasi di pasar modal

diharapkan bisa menjadi alternatif penghimpunan dana selain sistem

perbankan. Pasar modal memungkinkan perusahaan menerbitkan sekuritas

yang berupa surat tanda hutang (obligasi) ataupun surat tanda kepemilikan

(saham). Dengan menjual saham kepada publik, perusahaan dapat

memperoleh dana dari pasar modal, adapun tujuan penggunaan dananya

yaitu untuk: ekspansi, memperbaiki struktur permodalan, pengalihan

pemegang saham (divestasi) dan lain-lainnya. Investasi di pasar modal

memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai pilihan investasi yang

sesuai dengan preferensi risiko mereka. Seandainya tidak ada pasar modal,

maka para pemodal mungkin hanya bisa menginvestasikan dana mereka

dalam sistem perbankan (selain alternatif investasi pada real assets seperti

properti dan emas). Di samping itu, investasi pada sekuritas/saham

mempunyai daya tarik lain yaitu pada likuiditasnya. Sehubungan dengan

itu maka pasar modal memungkinkan terjadinya alokasi dana yang efisien.

Hanya kesempatan-kesempatan investasi yang menjanjikan keuntungan

yang tertinggi (sesuai dengan risikonya) yang mungkin memperoleh

dana.(wordpress.com).

91

Dalam rangka pengembangan pasar, Bursa Efek Indonesia (BEI)

melakukan pendekatan langsung kepada calon pelaku pasar melalui

beberapa jalur. Salah satunya adalah dengan pendirian Pusat Informasi

Pasar Modal (PIPM) di daerah-daerah yang potensial.

Pada awalnya pendirian PIPM dimaksudkan sebagai perintis /

pembuka jalan bagi Anggota Bursa untuk beroperasi di suatu daerah yang

potensial. PIPM dapat pula didirikan pada kota-kota yang telah terdapat

perusahaan sekuritas, namun dipandang masih memiliki potensi besar

untuk lebih dikembangkan lagi. Kegiatan-kegiatan di PIPM meliputi

berbagai usaha untuk meningkatkan jumlah pemodal lokal dan perusahaan

tercatat dari daerah dimana PIPM berada dan sekitarnya. Jangkauan

kegiatan sosialisasi dan edukasi PIPM tidak hanya di kota tempat PIPM

berada, namun juga di daerah-daerah sekitarnya.

Pendirian PIPM di suatu daerah sifatnya tidak permanen karena

jika perkembangan pasar modal di daerah tersebut sudah baik maka Bursa

Efek Indonesia akan merelokasi PIPM tersebut ke daerah potensial yang

baru. PIPM yang pernah direlokasi adalah PIPM Denpasar, PIPM Medan,

PIPM Semarang dan PIPM Palembang.

Saat ini Bursa Efek Indonesia memiliki 13 PIPM yaitu di

Balikpapan, Makassar, Manado, Pekalongan, Pekanbaru, Padang, Jember,

Pontianak, Yogyakarta, Cirebon, Lampung, Surabaya, dan Banjarmasin.

(Blog Komunitas Pasar Modal Gunadarma).

92

B. Sejarah dan Perkembangan PT PEFINDO

PT PEFINDO didirikan pada 1993 melalui usulan dari BAPEPAM,

Bank Indonesia dan pada 1994 mendapatkan lisensi No.39/PM/-PI/1994

dari BAPEPAM sebagai institusiresmi di bidang pemeringkatan efek

Indonesia. Pemegang sahamnya terdiri dari 104 lembaga keuangan,

sekuritas, asuransi dan dana pensiun. Pefindo mempunyai afiliasi dengan

lembaga pemeringkat internasional, yaitu S&P (Standard & Poor) serta

aktif dalam kegiatan ASEAN Forum of Credit Rating Agencies (AFCRA)

untuk meningkatkan jaringan dan kualitas produk pemeringkatan.

(Rahardjo, 2004:104)

PT PEFINDO menawarkan pelayanan pemeringkatan pada seluruh

efek utang baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang yang

dikeluarkan suatu perusahaan bank dan perusahaan non bank., perusahaan

asuransi dan proyek pembayaran. Fungsi utama PT PEFINDO adalah

memberikan rating yang obyektif, independen dan dapat dipercaya

terhadap risiko kredit (credit risk) sekuritas utang (debt securities) secara

publik. Badan ini juga menghasilkan dan mempublikasikan informasi

kredit berkaitan dengan pasar modal pinjaman. Publikasi ini meliputi opini

kredit terhadap emiten obligasi dan sektor-sektor yang berkaitan.

Menurut Nurfauziah & Adistin Fatma Setyarini (2004) dalam

Trisnawati (2010) menyatakan bahwa PT PEFINDO memiliki persyaratan

umum dalam pemeringkatan obligasi. Beberapa persyaratan umum

peringkat obligasi PT PEFINDO diantaranya:

93

1. Secara umum, perusahaan beroperasi lebih dari 5 tahun, meskipun

PT PEFINDO juga memberikan peringkat kinerja terhadap

peusahaan yang beroperasi kurang dari 5 tahun.

2. Laporan keuangan telah diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di

BAPEPAM dengan pendapat wajar tanpa syarat atau unqualified

opinion.

3. Laporan keuangan yang telah diaudit terakhir tidak melampaui 180

hari dari tanggal penutupan pelaporan keuangan. Jika melebihi batas,

maka harus disertai dengan pernyataan direktur, komisaris dan

akuntan publik bahwa laporan terseut benar-benar merefleksikan

kondisi keuangan perusahaan.

4. Memberi informasi dasar dan data pendukung lainnya yang

dibutuhkan oleh PT PEFINDO untuk melengkapi penetapan rating.

5. Membayar atas biaya rating

C. Deskripsi Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode

purposive sampling yang mensyaratkan kriteria-kriterian tertentu, berapa

diantaranya ialah obligasi yang terbit dan masih beredar dari tahun 2007

hingga 2010, memiliki laporan keuangan per 1 Januari 2007 hingga 31

Desember 2010 dan menyediakan data-data lain yang diperlukan dalam

penelitian ini.

94

Dari beberapa kriteria tersebut, didapat sebanyak 107 sample

obligasi yang dapat digunakan. Daftar obligasi tersebut dapat dilihat dalam

tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1

Deskripsi Sampel Penelitian

Emiten Obligasi Banyaknya

Sampel Tgl. Terbit Tgl. Jatuh

Tempo

Arpeni Pratama Ocean Line Tbk (APOL)

II Tahun 2008 Seri A 3 19-Mar-08 18-Mar-13

II Tahun 2008 Seri B 3 19-Mar-08 18-Mar-15

Ciliandra Perkasa (CLPK) II Tahun 2007 4 28-Nov-07 27-Nov-12

Excelcomindo Pratama Tbk (EXCL) II Tahun 2007 4 27-Apr-07 26-Apr-12

Mobile-8 Telecom Tbk (FREN) I Tahun 2007 4 16-Mar-07 15-Jun-17

Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) IV Tahun 2007 4 16-May-07 15-May-12

V Tahun 2009 2 19-Jun-09 18-Jun-14

Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) I Tahun 1999 Seri A 4 01-Oct-04 01-Oct-14

I Tahun 1999 Seri B 4 01-Oct-04 01-Oct-17

Indosat (ISAT) II Tahun 2002 Seri B 4 08-Nov-02 06-Nov-32

IV Tahun 2005 4 22-Jun-05 21-Jun-11

V Tahun 2007 Seri A 4 30-May-07 29-May-14

V Tahun 2007 Seri B 4 30-May-07 29-May-17

VI Tahun 2008 Seri A 3 10-Apr-08 09-Apr-13

VI Tahun 2008 Seri B 3 10-Apr-08 09-Apr-15

VII Tahun 2009 Seri A 2 09-Dec-09 08-Dec-14

VII Tahun 2009 Seri B 2 09-Dec-09 08-Dec-16

Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) I Tahun 2007 4 12-Jul-07 11-Jul-12

Lautan Luas Tbk (LTLS) III Tahun 2008 3 27-Mar-08 26-Mar-13

Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry (LPPI) I Tahun 2000 Seri A 4 01-Oct-04 01-Oct-14

I Tahun 2000 Seri B 4 01-Oct-04 01-Oct-17

Malindo Feedmill Tbk (MAIN) I Tahun 2008 3 10-Mar-08 06-Mar-13

95

Lanjutan Tabel 4.1

Emiten Obligasi Banyaknya

Sampel Tgl. Terbit Tgl. Jatuh

Tempo

Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) III Tahun 2009 Seri A 2 15-Apr-09 14-Apr-12

III Tahun 2009 Seri B 2 15-Apr-09 14-Apr-14

Mayora Indah Tbk (MYOR) III Tahun 2008 3 06-Jun-08 05-Jun-13

Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) I Tahun 2007 Seri B 4 28-Jun-07 27-Jun-12

Pindo Deli Pulp & Paper Mills (PIDL) I Tahun 1997 Seri A 4 25-Oct-04 01-Oct-14

I Tahun 1997 Seri B 4 25-Oct-04 01-Oct-17

PAM Lyonnaise Jaya (PLJA) I Tahun 2005 Seri D 4 12-Jul-05 12-Jul-12

Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) I Tahun 2007 4 28-Nov-07 27-Nov-12

Surya Citra Televisi (SCTV) II Tahun 2007 4 11-Jul-07 10-Jul-12

Sumber: data diolah

D. Analisis Data

1. Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif dimaksudkan untuk mengetahui gambaran

dari masing-masing variabel dalam penelitian. Dari analisis tersebut,

dapat diketahui nilai minimum, maksimum, mean dan standar deviasi

atau tingkat penyimpangan dari masing-masing variabel.

Dalam melakukan pengolahan data, penelitian ini

menggunakan fasilitas elektronik yaitu dengan program Ms.Excel dan

SPSS 17.0 untuk mempermudah perolehan data sehingga dapat

menjelaskan variabel-variabel yang diteliti. Sebelumnya, penelitian ini

melakukan penentuan sampel dengan metode purposive sampling atau

penentuan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Dengan menggunakan

96

metode tersebut, didapat sebanyak 107 sampel yang memenuhi kriteria

yang ditentukan.

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif Variabel Independen

Sumber: Output SPSS, 2011

Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan

menggunakan SPSS 17.0, output SPSS ini menunjukkan bahwa

CACL dari 107 observasi atas sampel memiliki nilai terendah dari

sebesar 0,0802 dan nilai tertingginya sebesar 4.2684. Mean atau rata-

rata variabel CACL menunjukkan nilai 1,25882. Standar Deviation

atau standar deviasi yang digunakan untuk mengukur tingkat

penyimpangan suatu data, pada variabel CACL menunjukkan nilai

sebesar 0,9399117. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat

penyimpangan dari variabel CACL sebesar 0,9399117 di atas rata-rata

hitungnya.

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

CACL 107 .0802 4.2684 1.258822 .9399117

CAICL 107 -3.0832 4.2192 .772760 1.1309441

CCL 107 .0028 2.4680 .400886 .4834823

LTDTE 107 .1628 7.6641 1.515264 1.1571374

TLTA 107 .3358 1.1528 .657305 .1429880

TLTE 107 .4743 7.6566 2.494440 1.6509655

SFA 107 .1053 7.9249 2.075097 2.1411474

NITA 107 -.2228 .5079 .055265 .1005009

Valid N (listwise) 107

97

Hasil analisis dengan statistik deskriptif terhadap rasio CAICL

menunjukkan nilai terendah sebesar -3,0832 dan nilai tertingginya

sebesar 4,2192. Mean atau rata-rata variabel CAICL menunjukkan

nilai 0,772760. Standar Deviation atau standar deviasi yang

digunakan untuk mengukur tingkat penyimpangan suatu data, pada

variabel CAICL menunjukkan nilai sebesar 1,1309441. Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat penyimpangan dari variabel CAICL

sebesar 1,1309441 di atas rata-rata hitungnya.

Hasil analisis dengan statistik deskriptif terhadap rasio CCL

menunjukkan nilai terendah sebesar 0,0028 dan nilai tertingginya

sebesar 2,4680. Mean atau rata-rata variabel CCL menunjukkan nilai

0,400886. Standar Deviation atau standar deviasi yang digunakan

untuk mengukur tingkat penyimpangan suatu data, pada variabel CCL

menunjukkan nilai sebesar 0,4834823. Hal ini menunjukkan bahwa

terdapat penyimpangan dari variabel CCL sebesar 0,4834823 di atas

rata-rata hitungnya.

Hasil analisis dengan statistik deskriptif terhadap rasio LTDTE

menunjukkan nilai terendah sebesar 0,1628 dan nilai tertingginya

sebesar 7,6641. Mean atau rata-rata variabel LTDTE menunjukkan

nilai 1,515264. Standar Deviation atau standar deviasi yang

digunakan untuk mengukur tingkat penyimpangan suatu data, pada

variabel LTDTE menunjukkan nilai sebesar 1,1571374. Hal ini

98

menunjukkan bahwa terdapat penyimpangan dari variabel LTDTE

sebesar 1,1571374 di atas rata-rata hitungnya.

Hasil analisis dengan statistik deskriptif terhadap rasio TLTA

menunjukkan nilai terendah sebesar 0,3358 dan nilai tertingginya

sebesar 1,1528. Mean atau rata-rata variabel TLTA menunjukkan nilai

0,657305. Standar Deviation atau standar deviasi yang digunakan

untuk mengukur tingkat penyimpangan suatu data, pada variabel

TLTA menunjukkan nilai sebesar 0,1429880. Hal ini menunjukkan

bahwa terdapat penyimpangan dari variabel TLTA sebesar 0,1429880

di atas rata-rata hitungnya.

Hasil analisis dengan statistik deskriptif terhadap rasio TLTE

menunjukkan nilai terendah sebesar 0,4743 dan nilai tertingginya

sebesar 7,6566. Mean atau rata-rata variabel TLTE menunjukkan nilai

2,494440. Standar Deviation atau standar deviasi yang digunakan

untuk mengukur tingkat penyimpangan suatu data, pada variabel

TLTE menunjukkan nilai sebesar 1,6509655. Hal ini menunjukkan

bahwa terdapat penyimpangan dari variabel TLTE sebesar 1,6509655

di atas rata-rata hitungnya.

Hasil analisis dengan statistik deskriptif terhadap rasio SFA

menunjukkan nilai terendah sebesar 0,1053 dan nilai tertingginya

sebesar 7,9249. Mean atau rata-rata variabel SFA menunjukkan nilai

2,075097. Standar Deviation atau standar deviasi yang digunakan

untuk mengukur tingkat penyimpangan suatu data, pada variabel SFA

99

menunjukkan nilai sebesar 2,1411474. Hal ini menunjukkan bahwa

terdapat penyimpangan dari variabel SFA sebesar 2,1411474 di atas

rata-rata hitungnya.

Hasil analisis dengan statistik deskriptif terhadap rasio NITA

menunjukkan nilai terendah sebesar -0,2228 dan nilai tertingginya

sebesar 0,5079. Mean atau rata-rata variabel NITA menunjukkan

nilai 0,055265. Standar Deviation atau standar deviasi yang

digunakan untuk mengukur tingkat penyimpangan suatu data, pada

variabel NITA menunjukkan nilai sebesar 0,1005009. Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat penyimpangan dari variabel NITA

sebesar 0,1005009 di atas rata-rata hitungnya.

E. Hasil Pengujian Hipotesis

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data model

variabel bebas (independen) mempunyai distribusi normal atau tidak.

Uji ini dilakukan dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov

Smirnov Test.

100

Tabel 4.3

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Sumber: Output SPSS, 2011

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa semua variabel baik

itu CACL, CAICL, CCL, LTDTE, TLTA, TLTE, SFA dan NITA

tidak terdistribusi dengan normal. Hal tersebut didasarkan pada nilai

Aasymp. Sig. (2-tailed), jika nilainya >0,05 maka data variabel

tersebut dapat dinyatakan berdistribusi normal. Sebaliknya apabila

nilainya <0,05 maka dikatakan tidak berdistribusi normal. Pengujian

berikutnya adalah untuk menguji hipotesis pertama. Karena semua

data tidak terdistribusi dengan normal, maka akan hipotesis pertama

dilakukan dengan uji beda non parametrik Mann-Whitney Test.

2. Uji Perbedaan

a) Uji Mann-Whitney

Setelah dilakukan uji normalitas dengan menggunakan

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test, diketahui bahwa semua

variabel tidak berdistribusi normal. Sehingga kesemua variabel

Variabel Nilai

Asymp. Sig. (2-tailed)

CACL 0,002

CAICL 0,000

CCL 0,000

LTDTE 0,000

TLTA 0,007

TLTE 0,000

SFA 0,000

NITA 0,000

101

akan diuji beda dengan menggunakan uji beda non-parametrik,

yaitu dengan uji Mann-Whitney.

Tabel 4.4

Ringkasan Hasil Uji Mann-Whitney

S

Sumber: Data diolah

Hasil uji Mann Whitney menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan pada rasio keuangan CACL, CAICL,

CCL, LTDTE, TLTA, TLTE, SFA dan NITA antara perusahaan

yang obligasinya masuk dalam investmen grade dengan

perusahaan yang obligasinya masuk dalam non-investment grade.

Pengambilan keputusan didasarkan dengan melihat nilai asymp.

Sig (2- tailed). Jika nilai asymp. Sig (2-tailed) < 0,05 berarti

terdapat perbedaan.

Dari hasil uji perbedaan yang dilakukan, dengan

menggunakan 8 rasio, semua rasio tersebut secara signifikan

berbeda antara perusahaan yang obligasinya masuk investment

Rasio Proksi Asymp. Sig

(2-tailed)

Keterangan Kesimpulan

(H0)

Likuiditas CACL 0,000 Berbeda Ditolak

CAICL 0,000 Berbeda Ditolak

CCL 0,000 Berbeda Ditolak

Leverage LTDTE 0,004 Berbeda Ditolak

TLTA 0,000 Berbeda Ditolak

TLTE 0,000 Berbeda Ditolak

Aktivitas SFA 0,000 Berbeda Ditolak

Profitabilitas NITA 0,000 Berbeda Ditolak

102

grade dan non-investment grade. Dengan melihat hasil

pengujian secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa

Hipotesis Pertama (H0) ditolak.

3. Analisis Faktor

a) Menghitung Korelasi Indikator

Analisis korelasi matrik antar indikator yang ada untuk

mengetahui apakah indikator –indikator tersebut layak dianalisis

dengan analisis faktor. Syarat kecukupan yang pertama adalah dari

KMO MSA (Kaiser-Meyer-Olkin Measure Of Sampling

adequacy) dan Barlett‟s Test. jika KMO MSA lebih besar dari 0,5

maka memenuhi syarat kecukupan untuk analisisi faktor.

Pengujian (1)

Tabel 4.5

Sumber: Output SPSS, 2011

Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai KMO and Barlett’s

adalah 0,747 dengan signifikansi 0,000. Oleh karena angka

tersebut sudah di atas 0,5 dan memiliki nilai signifikansi jauh di

bawah 0,05 (0,000 < 0,05), maka variabel dan sampel sudah bisa

dianalisis lebih lanjut.

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .747

Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 544.933

df 28

Sig. .000

103

Tabel 4.6

Sumber: Output SPSS, 2011

Angka MSA yang terdapat dalam tabel Anti-Image Matrice

pada Anti-Image Correlation, pada angka korelasi yang bertanda

“a” (dari arah kiri atas ke kanan bawah). Nilai MSA yang didapat

dari masing-masing variabel ialah:

1) MSA rasio CACL sebesar 0,740 > 0,5

2) MSA rasio CAICL sebesar 0,853 > 0,5

3) MSA rasio CCL sebesar 0,749 > 0,5

Anti-image Matrices

CACL CAICL CCL LTDTE TLTA TLTE SFA NITA

Anti-image Covariance CACL .317 -.143 -.141 -.029 .010 .026 -.210 .021

CAICL -.143 .426 -.116 .034 .013 -.024 .013 -.001

CCL -.141 -.116 .361 -.010 .091 -.012 .163 -.136

LTDTE -.029 .034 -.010 .159 -.038 -.118 .027 .063

TLTA .010 .013 .091 -.038 .274 -.068 .086 -.057

TLTE .026 -.024 -.012 -.118 -.068 .148 -.066 -.022

SFA -.210 .013 .163 .027 .086 -.066 .585 -.191

NITA .021 -.001 -.136 .063 -.057 -.022 -.191 .749

Anti-image Correlation CACL .740a -.391 -.416 -.129 .035 .122 -.489 .044

CAICL -.391 .853a -.297 .130 .038 -.094 .025 -.002

CCL -.416 -.297 .749a -.040 .289 -.053 .355 -.261

LTDTE -.129 .130 -.040 .725a -.182 -.766 .089 .183

TLTA .035 .038 .289 -.182 .874a -.338 .216 -.126

TLTE .122 -.094 -.053 -.766 -.338 .696a -.225 -.065

SFA -.489 .025 .355 .089 .216 -.225 .475a -.288

NITA .044 -.002 -.261 .183 -.126 -.065 -.288 .736a

a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)

104

4) MSA rasio LTDTE sebesar 0,725 > 0,5

5) MSA rasio TLTA sebesar 0,874 > 0,5

6) MSA rasio TLTE sebesar 0,696 > 0,5

7) MSA rasio SFA sebesar 0, 475< 0,5

8) MSA rasio NITA sebesar 0,735 > 0,5

Dari 8 variabel, 7 variabel memiliki MSA di atas 0,5. Namun

masih terdapat variabel yang memiliki nilai MSA di bawah 0,5 yaitu

SFA, sehingga variabel tersebut harus dihilangkan karena tidak dapat

dianalisis lebih lanjut.

Pengujian (2)

Tabel 4.7

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .797

Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 491.603

Df 21

Sig. .000

Sumber: Output SPSS, 2011

Seperti halnya pada pengujian pertama, tabel di atas

menunjukkan bahwa nilai KMO and Barlett’s adalah 0,797 dengan

signifikansi 0,000. Oleh karena angka tersebut sudah di atas 0,5

dan memiliki nilai signifikansi jauh di bawah 0,05 (0,000 < 0,05),

maka variabel dan sampel sudah bisa dianalisis lebih lanjut.

105

Tabel 4.8

Anti-image Matrices

CACL CAICL CCL LTDTE TLTA TLTE NITA

Anti-image Covariance CACL .416 -.183 -.124 -.025 .057 .004 -.068

CAICL -.183 .426 -.137 .033 .012 -.023 .003

CCL -.124 -.137 .413 -.020 .080 .008 -.103

LTDTE -.025 .033 -.020 .160 -.044 -.122 .079

TLTA .057 .012 .080 -.044 .288 -.065 -.033

TLTE .004 -.023 .008 -.122 -.065 .156 -.050

NITA -.068 .003 -.103 .079 -.033 -.050 .817

Anti-image Correlation CACL .817a -.434 -.298 -.098 .165 .014 -.116

CAICL -.434 .822a -.327 .128 .034 -.091 .005

CCL -.298 -.327 .848a -.077 .233 .030 -.178

LTDTE -.098 .128 -.077 .719a -.207 -.769 .219

TLTA .165 .034 .233 -.207 .900a -.305 -.069

TLTE .014 -.091 .030 -.769 -.305 .715a -.139

NITA -.116 .005 -.178 .219 -.069 -.139 .799a

a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)

Sumber: Output SPSS, 2011

Angka MSA yang terdapat dalam tabel Anti-Image Matrice

pada Anti-Image Correlation, pada angka korelasi yang bertanda

“a” (dari arah kiri atas ke kanan bawah). Nilai MSA yang didapat

dari masing-masing variabel ialah:

1) MSA rasio CACL sebesar 0,817 > 0,5

2) MSA rasio CAICL sebesar 0,822 > 0,5

3) MSA rasio CCL sebesar 0,848 > 0,5

4) MSA rasio LTDTE sebesar 0,719 > 0,5

5) MSA rasio TLTA sebesar 0,900 > 0,5

106

6) MSA rasio TLTE sebesar 0,715 > 0,5

7) MSA rasio NITA sebesar 0,799 > 0,5

Karena sudah tidak terdapat variabel yang memiliki nilai MSA

dibawah 0,5, maka semua variabel sudah bisa dianalisis lebih lanjut.

b) Ekstraksi Faktor

Tabel 4.9

Sumber: Output SPSS, 2011

Pada tampilan component matrix menyediakan informasi

indikator mana yang masuk pada faktor pertama atau faktor kedua dan

seterusnya. Dari component matrix di atas, dapat diketahui bahwa

dari 7 variabel, terbentuk sebanyak 2 faktor. Tabel tersebut dapat

menunjukkan distribusi kedelapan variabel tersebut pada tiga faktor

yang terbentuk. Proses penentuan variabel mana akan masuk ke faktor

Component Matrixa

Component

1 2

CACL .728 .493

CAICL .740 .444

CCL .774 .400

LTDTE -.790 .539

TLTA -.859 .304

TLTE -.777 .573

NITA .444 .306

Extraction Method: Principal

Component Analysis.

a. 2 components extracted.

107

yang mana akan dilakukan dengan melakukan perbandingan besar

korelasi pada setiap baris.

1. Variabel CACL

Korelasi antara variabel CACL dengan faktor 1 adalah

+0,728 (kuat karena di atas 0,5)

Korelasi antara variabel CACL dengan faktor 2 adalah

+0,493 (lemah karena di bawah 0,5)

Karena angka factor loading terbesar ada pada component

nomor 1, maka variabel CACL bisa dimasukkan sebagai

komponen faktor 1.

2. Variabel CAICL

Korelasi antara variabel CAICL dengan faktor 1 adalah

+0,740 (kuat karena di atas 0,5)

Korelasi antara variabel CAICL dengan faktor 2 adalah

+0,444 (lemah karena di bawah 0,5)

3. Variabel CCL

Korelasi antara variabel CCL dengan faktor 1 adalah -0,774

(kuat karena di atas dari 0,5)

Korelasi antara variabel CCL dengan faktor 2 adalah +0,400

(lemah karena di atas 0,5)

4. Variabel LTDTE

Korelasi antara variabel LTDTE dengan faktor 1 adalah

-0,790 (kuat karena di atas 0,5)

108

Korelasi antara variabel LTDTE dengan faktor 2 adalah

+0,539 (kuat karena di atas 0,5)

5. Variabel TLTA

Korelasi antara variabel TLTA dengan faktor 1 adalah -0,859

(kuat karena di atas 0,5).

Korelasi antara variabel TLTA dengan faktor 2 adalah

+0,304 (lemah karena di bawah 0,5).

Karena angka factor loading terbesar ada pada component

nomor 1, maka variabel TLTA bisa dimasukkan sebagai

komponen faktor 1.

6. Variabel TLTE

Korelasi antara variabel TLTE dengan faktor 1 adalah -

0,777(kuat karena di atas 0,5)

Korelasi antara variabel TLTE dengan faktor 2 adalah +0,573

(kuat karena diatas 0,5)

7. Variabel NITA

Korelasi antara variabel NITA dengan faktor 1 adalah +0,444

(lemah karena di bawah 0,5)

Korelasi antara variabel NITA dengan faktor 2 adalah +0,309

(lemah karena di bawah 0,5)

Pada variabel LTDTE, korelasi antara variabel tersebut dengan

faktor 1 adalah 0,790 (cukup kuat), sedangkan korelasinya dengan

faktor 2 juga cukup kuat (0,539). Begitu juga dengan variabel TLTE,

109

dan NITA. Karena tidak ada korelasi yang berbeda dengan jelas,

seperti pada variabel LTDTE, TLTE, dan NITA, maka sulit untuk

memutuskan akan dimasukkan ke faktor mana variabel-variabel

terebut. Oleh karena itu, diperlukan proses rotasi, agar variabel dapat

terdistribusi lebih jelas.

c) Rotasi Faktor

Sumber: Output SPSS, 2011

Component Matrix hasil proses rotasi (Rotated Component

Matrix) memperlihatkan distribusi variabel yang lebih jelas dan nyata.

Tabel 4.10

Rotated Component Matrixa

Component

1 2

CACL -.169 .863

CAICL -.212 .837

CCL -.266 .829

LTDTE .941 -.175

TLTA .823 -.390

TLTE .955 -.142

NITA -.099 .530

Extraction Method: Principal

Component Analysis.

Rotation Method: Varimax with

Kaiser Normalization.

a. Rotation converged in 3

iterations.

110

Terlihat bahwa sekarang factor loading yang dulunya kecil semakin

diperkecil, dan faktor yang besar semakin diperbesar.

1. Variabel CACL : variabel ini masuk faktor 2, karena factor

loading dengan faktor 2 paling besar (0,863)

2. Variabel CAICL : variabel ini masuk faktor 2, karena factor

loading dengan faktor 2 terbesar (0,837)

3. Variabel CCL : variabel ini masuk faktor 2, karena factor

loading dengan faktor 2 terbesar (0,7829)

4. Variabel LTDTE : variabel ini masuk faktor 1, karena factor

loading dengan faktor 1 terbesar (0,941)

5. Variabel TLTA : variabel ini masuk faktor 1, karena factor

loading dengan faktor 1 terbesar (0,823)

6. Variabel TLTE : variabel ini masuk faktor 1, karena factor

loading dengan faktor 1 terbesar (0,955)

7. Variabel NITA : variabel ini masuk faktor 2, karena factor

loading dengan faktor 2 terbesar (0,530)

Dengan demikian, ketujuh variabel telah direduksi menjadi

hanya terdiri atas dua faktor. Dari tabel 4.10 juga dapat diketahui

bahwa rasio TLTE memiliki factor loading tertinggi

111

Tabel 4.11

Pengelompokan Faktor

Sumber: Data diolah

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa:

1) Faktor 1 (F1) atau Kelompok 1, terdiri dari rasio LTDTE,

TLTA dan TLTE. Kelompok ini merupakan cerminan dari

rasio utang atau leverage

2) Faktor 2 (F2) kelompok 2, terdiri dari rasio CACL, CAICL,

CCL dan NITA. kelompok ini mencerminkan rasio likuiditas

dan profitabilitas.

Pada tabel Component Transformation Matrix di atas,

angka-angka yang ada pada diagonal antara Component 1 dengan

Faktor 1 LTDTE

TLTA

TLTE

Faktor 2 CACL

CAICL

CCL

NITA

Tabel 4.12

Component Transformation Matrix

Componen

t 1 2

1 -.709 .705

2 .705 .709

Extraction Method: Principal

Component Analysis.

Rotation Method: Varimax with Kaiser

Normalization.

112

1, Component 2 dengan 2. Terlihat bahwa angka keduanya berada

di atas 0,5. Tanda “-“ hanya menunjukkan arah korelasi. Hal

tersebut cukup membuktikan bahwa kedua faktor yang terbentuk

cukup tepat, karena memiliki korelasi yang cukup tinggi.

4. Analisis Regresi Logistik

Analisis regresi logistik dilakukan karena setelah dilakukan

pengujian normalitas dengan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test,

diketahui bahwa semua data tidak terdistribusi dengan normal

sehingga penulis lebih memilih untuk menggunakan regresi logistik

daripada diskriminan. Proses analisis regresi logistik dalam penelitian

ini ialah dengan melanjutkan proses analisis faktor yang telah

dilakukan. Variabel independen yang digunakan ialah variabel yang

telah dihasilkan pada analisis sebelumnya, yaitu F1 (Kelompok Rasio

Leverage) dan F2 (Kelompok Rasio Likuiditas dan Profitabilitas).

Dengan metode regresi logistik, akan diuji apakah kedua faktor

tersebut mampu membentuk model dan dapat digunakan untuk

memprediksi obligasi atau tidak.

a) Menilai Model Fit

Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan nilai kecocokan

model (model fit):

113

Tabel 4.13

Model Fit

-2 LL Block Number -2 LogL block 0 126.967

-2 LogL block 1 66.240

Pseudo R-Square Cox & Snell R Square .432

Nagelkerke R Square .622

Hosmer and Lemeshow

Test

Chi-Square 5.311

Sig. 0.622

Sumber: Output SPSS, 2011

Untuk menilai model fit atau ketepatan prediksi dapat

dilihat dari nilai -2 LogL, nialainya yang semula sebesar 126,967

mengalami penurunan menjadi 66,420. dari hasil ini, dapat

disimpulkan bahwa model regresi kedua lebih baik untuk

memprediksi peringkat obligasi.

Nilai Cox & Snell R Square sebesar 0,432 dan nilai

Nagelkerke R Square sebesar 0,622 mengartikan bahwa

variabilitas yang terjadi pada variabel terikat, yaitu peringkat

obligasi baik itu yang masuk dalam investment grade maupun

non-investmen grade dapat dijelaskan oleh variabel bebasnya

yaitu Kelompok 1 dan Kelompok 2 sebesar 62,2%. Sisanya,

yaitu sebesar 37,8% dijelaskan oleh variasi variabel lain.

Model fit dapat juga diuji dengan Hosmer and Lemeshow

Test. Nilai Ch-squre sebesar 5,311 dan signifikansi pada 0,622.

Oleh karena nilai ini di atas 0,05 maka model dikatakan fit dan

dapat diterima atau hal ini berarti model regresi binary layak

dipakai untuk analisis selanjutnya, karena tidak ada perbedaan

114

yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klsifikasi

yang diamati.

b) Menilai Ketepatan Prediksi

a

b

e

l

4

.

1

3

Sumber: Output SPSS, 2011

Tabel klasifikasi diatas digunakan untuk menghitung nilai

estimasi yang benar (correct) dan yang salah (incorrect). Menurut

prediksi, obligasi yang peringkat masuk dalam kategori non-

investment grade adalah sebanyak 30. Namun dalam hasil

observasi hanya terdapat 17 obligasi saja, sehingga ketepatan

klasifikasinya ialah sebesar 56,7% (17/30). Sedangkan prediksi

obligasi yang peringkat masuk dalam investment grade adalah

sebanyak 77 obligasi. Namun hasil observasi menunjukkan bahwa

hanya terdapat 73 obligasi saja, jadi ketepatan klasifikasinya

Tabel 4.14

Classification Tablea

Observed

Predicted

Peringkat

Percentage

Correct

Non-Investment

Grade

Investment

Grade

Step 1 Peringkat Non-Investment Grade 17 13 56.7

Investment Grade 4 73 94.8

Overall Percentage 84.1

a. The cut value is ,500

115

sebesar 94,8% (73/77). Secara keseluruhan, ketepatan klasifikasi

ialah sebesar 84,1%.

c) Menguji Koefisien Regresi

Tabel 4.15

Hasil Uji Koefisien Regresi

Sumber: Output SPSS, 2011

Dari tabel diatas, dapat diketahui koefisien yang signifikan

untuk memprediksi peringkat obligasi. Diketahui bahwa baik itu

F1 maupun F2 mampu memprediksi peringkat obligasi karena

memiliki nilai signifikansi di bawah 0,05 (5%). Dengan demikian,

model regresi layak digunakan untuk memprediksi peringkat

obligasi.

Model Persamaan Regresi Logistik yang didapat ialah:

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for

EXP(B)

Lower Upper

Step 1a FAC1_1 -1.422 .404 12.362 1 .000 .241 .109 .533

FAC2_1 4.559 1.085 17.652 1 .000 95.499 11.385 801.07

4

Constant 3.076 .693 19.699 1 .000 21.670

a. Variable(s) entered on step 1: FAC1_1, FAC2_1.

Rating = 3,076 – 1,422 Faktor 1 + 4,559 Faktor 2

116

Dengan melihat tabel klasifikasi, uji koefisien dan model

regresi logistik yang didapat, dapat dinyatakan bahwa kedua

faktor tersebut dapat digunakan untuk memprediksi peringkat

obligasi.

Dengan demikian, berdasarkan hasil analisi faktor dan

regresi logistik, yang menunjukkan bahwa rasio CACL, CAICL,

CCL, LTDTE, TLTA, TLTE, dan NITA yang mempu

membentuk sebanyak 2 faktor, dan keduanya dapat memprediksi

peringkat obligasi, maka dapat dinyatakan bahwa Hipotesis

Kedua (H0) ditolak.

F. Interpretasi

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang

dilakukan dalam penelitian ini, melalui uji normalitas dengan

menggunakan One-Sampel Kolmogorov-Smirnov Test diketahui bahwa

kesemua variabel independen yaitu rasio CACL, CAICL, CCL, LTDTE,

TLTA, TLTE, SFA dan NITA tidak berdistribusi normal sehingga uji beda

yang dilakukan adalah dengan menggunakan uji beda non parametrik

melalui uji Mann-Whitney Test. Berdasarkan uji tersebut, dihasilkan bahwa

rasio CACL, CAICL, CCL, LTDTE, TLTA, TLTE, SFA dan NITA

kesemuanya secara signifikan berbeda antara perusahaan yang peringkat

obligasinya masuk kategori investment grade dan non-investment grade.

117

Rasio CACL, CAICL, CCL, LTDTE, TLTE, SFA dan NITA

menunjukkan terdapat perbedaan antara perusahaan yang peringakat

obligasinya masuk kategori invetment grade dan non-investment grade.

Hasil ini konsisten dengan penelitian Raharja & Sari (2008) yang

menyatakan bahwa terdapat perbedaan rasio CACL, CAICL, TLTE, SFA

dan NITA pada perusahaan yang obligasinya masuk kategori invetment

grade dengan yang non-investment grade. Rasio CCL dan LTDTE juga

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan, hasil ini sesuai dengan penelitian

Rodoni et al. (2009).

CACL, CAICL dan CCL merupakan jenis-jenis rasio likuiditas.

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek.

Burton et al (2000 dalam Magreta & Nurmayati 2009) menyatakan

bahwa tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi

keuangan perusahaan sehingga seccara keuangan akan mempengaruhi

prediksi peringkat obligasi.

Penelitian Carson & Scott (1997) dan Bouzoita & Young (1998)

dalam Burton, Adam & Hardwick (1998) dalam Raharja dan Sari (2006)

menemukan hubungan antara likuiditas dengan peringkat utang. Semakin

tinggi likuiditas perusahaan semakin baik kemungkinan peringkat

perusahaan tersebut. Hal tersebut mengindikasikan bahwa apabila suatu

perusahaan memiliki rasio likuiditas yang tinggi, kemungkinan peringkat

obligasi perusahaan tersebut akan masuk investment grade. Begitupula

118

sebaliknya, apabila rasio likuiditasnya tinggi, maka peringkatnya akan

masuk non investment grade.

Hal yang sama juga ditunjukkan oleh hasil uji koefisien dalam

analisis regresi logistik. Faktor 2 (kelompok rasio likuiditas dan

profitabilitas) yang merupakan cerminan dari rasio likuiditas dan

profitabilitas menunjukkan nilai koefisien yang positif (4,559) dan

signifikan (0,000) antara rasio ini dengan peringkat obligasi.

LTDTE, TLTA dan TLTE merupakan jenis-jenis rasio leverag.

Rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh

mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang (Kamir, 2009:151).

Dalam praktiknya, apabila dari hasil perhitungan, perusahaan

ternyata memiliki rasio solvabilitas yang tinggi, hal ini akan berdampak

timbulnya risiko kerugian yang besar. Sebaliknya, apabila perusahaan

memiliki rasio solvabilitas lebih rendah tentu mempunyai risiko yang lebih

kecil pula (Kamir, 2009:151).

Untuk obligasi perusahaan, peringkat yang lebih baik biasanya

terkait dengan financial leverage (rasio total utang terhadap aset) yang

lebih rendah. Contohnya, memiliki lebih rendah debt-to-total-assets (atau

debt-to-equity) ratio dan lebih tinggi current (quick) ratio (Sharpe et al.,

2005:360).

Hal tersebut mengindikasikan bahwa apabila suatu perusahaan

memiliki rasio solvabilitas yang tinggi, maka peringkat obligasinya akan

rendah atau masuk dalam kategori non-investment grade. Begitupula

119

sebaliknya, apabila rasio ini rendah, maka peringkatnya akan masuk

investment grade.

Hal yang sama juga ditunjukkan oleh hasil uji koefisien regresi

dalam analisis regresi logistik. Faktor 1 (kelompok rasio leverage) yang

merupakan cerminan dari rasio leverage menunjukkan nilai koefisien yang

negatif (-1,442) dan signifikan (0,000) antara rasio ini dengan peringkat

obligasi.

SFA, merupakan jenis rasio aktivitas. Rasio aktivitas merupakan

rasio yang digunakan untuk efektivitas perusahaan dalam menggunakan

aktiva yang dimilikinya.

Menurut Horrigen (1966 dalam Purnomo 2005:29 dalam Magerta

& Nurmayati 2009) rasio aktivitas secara signifikan berpengaruh positif

terhadap credit rating. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik

peringkat obligasi.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa apabila suatu perusahaan

memiliki rasio aktivitas yang tinggi, maka obligasinya akan masuk dalam

kategori investment grade, begitupula sebaliknya.

NITA, rasio likuiditas. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang

menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau

keuntungan. Menurut Brotman (1989) dalam Raharja Sari (2008)

semakin tinggi tingkat profitabilitas, semakin rendah risiko

ketidakmampuan membayar atau default, dan semakin baik peringkat yang

diberikan terhadap perusahaan tersebut.

120

Hal tersebut berarti bahwa apabila suatu perusahaan memiliki rasio

profitabilitas yang tinggi, maka peringkat obligasinya akan masuk

investment grade, begitupula sebaliknya.

Hal yang sama juga ditunjukkan oleh hasil uji koefisien dalam

analisis regresi logistik. Faktor 2 yang merupakan cerminan dari rasio

likuiditas dan profitabilitas menunjukkan nilai koefisien yang positif

(4,559) dan signifikan (0,000) antara rasio ini dengan peringkat obligasi.

Melalui analisis faktor diperoleh bahwa , dari 8 rasio yang

digunakan dalam penelitian ini, hanya 7 rasio saja yang mampu

membentuk faktor. Rasio SFA memiliki nilai MSA dibawah 0,5 (0,475)

sehingga variabel tersebut tidak dapat dianalisis lebih lanjut dan harus

hilangkan atau direduksi. Hasil ini berbeda dengan Purwaningsih (2008)

yang menyatakan bahwa rasio ini mampu membentuk faktor dan dapat

memprediksi peringkat obligasi. Hal ini mungkin karena perbedaan sektor

dan periode penelitian. Periode penelitian purwaningsih pada tahun 1999-

2005 dan hanya pada perusahaan sektor manufaktur saja. Sedangkan

periode penelitian ini tahun 2007-2010 dan tidak hanya pada perusahaan

manufaktur saja. Dari 7 variabel rasio, terbentuk sebanyak 2 faktor. Faktor

1, mencerminkan rasio leverage yang terdiri dari LTDTE, TLTA dan

TLTE. Faktor 2 (Kelompok Rasio Likuiditas dan Profitabilitas),

mencerminkan likuiditas dan profitabilitas yang terdiri dari CACL,

CAICL,CCL dan NITA. Kedua faktor tersebut kemudian akan dianalisis

lebih lanjut dengan menggunakan regresi logistik.

121

Melalui regresi logistik, kedua faktor tersebut secara signifikan

mampu membentuk model yang dapat digunakan untuk memprediksi

peringkat obligasi.

Tingkat ketepatan prediksi klasifikasi untuk peringkat obligasi

yang masuk non-investment grade sebesar 56,7% sedangkan untuk

peringkat obligasi yang masuk investment grade sebesar 94,8%. Secara

keseluruhan, tingkat ketepatan prediksi ialah sebesar 84,1%.

Berdasarkan tabel 4.10 (Rotated Component Matrix), rasio TLTE

(leverage) memiliki factor loading tertinggi (0,955). Sehingga dapat

dinyatakan bahwa rasio tersebut merupakan rasio keuangan terbaik untuk

memprediksi peringkat obligasi. Hasil ini berbeda dengan penelitian

Purwaningsih yang menyatakan bahwa rasio terbaik untuk memprediksi

peringkat obligasi ialah CACL (likuiditas).

Sesuai dengan penelitian Beaver dalam (Sutanti, 2008) yang

menyebutkan bahwa rasio leverage dianggap rasio yang dengan baik

memprediksi kegagalan, yang berarti dapat pula memprediksi peringkat

obligasi.

122

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKAS

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis mengenai kemampuan rasio keuangan

dalam memprediksi peringkat obligasi perusahaan yang terdaftar di BEI

tahun 2007-2010 dengan menggunakan uji beda, analisis faktor dan regresi

logistik, maka dapat disimpulkan:

1. Hasil pengujian beda independen dengan menggunakan uji Mann-

Whitney menunjukkan bahwa secara statistik terbukti terdapat

perbedaan anatara rasio keuangan perusahaan yang peringkat obligasi

termasuk ke dalam investment grade dan non-investment grade selama

empat tahun pengamatan (2007-2010). Kesemua rasio yang digunakan

dalam penelitian ini (CACL, CAICL, CCL, LTDTE, TLTE, TLTA,

SFA dan NITA) secara signifikan dapat membedakan antara

perusahaan yang peringkat obligasinya masuk ke dlam investment

grade dan non-investment grade.

2. Dari 8 rasio yang digunakan dalam penelitian ini, hanya 7 rasio yang

mampu membentuk faktor. Terbentuk sebanyak 2 faktor. Faktor 1

mencerminkan rasio leverage yang terbentuk dari rasio LTDTE,

TLTA dan TLTE. Faktor 2 mencerminkan rasio likuiditas dan

profitabilitas yang terdiri dari rasio CACL,CAICL, CCL dan NITA.

Kedua faktor tersebut mampu untuk membentuk model regresi yang

dapat digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi.

122

123

B. Implikasi

Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis rasio keuangan

dalam memprediksi peringkat obligasi. Sampel obligasi dalam penelitian

ini sebanyak 107 obligasi, diantaranya ada yang termasuk dalam

investment grade dan non-investment grade. Data yang digunakan ialah

laporan keuangan 2007-2010 dan peringkat obligasi tahun 2008-2011.

Berdasarkan analisis yang dilakukan, didapat bahwa rasio-rasio

keuangan yang digunakan dalam penelitian ini (CACL, CAICL,CCL,

LTDTE, TLTA, TLTE, SFA dann NITA) secara signifikan mampu

membedakan perusahaan yang termasuk dalam investment grade dan non

investment grade. Selain itu, rasio-rasio tersebut mampu membentuk

faktor yang dapat memprediksi peringkat obligasi.

Tingkat ketepatan prediksi klasifikasi secara keseluruhan sebesar

84,1% dengan ketepatan prediksi untuk kelompok perusahaan yang

peringkat obligasinya masuk investment grade sebesar 94,8% sedangkan

untuk kelompok yang non-investment grade sebesar 56,7%.

Bagi pihak manajemen perusahaan, tidak dapat dipungkiri lagi

bahwa rasio keuangan merupakan faktor penting dalam menentukan

peringkat obligasi. oleh karena itu, pihak manajemen harus senantiasa

mampu mengontrol kinerja keuangan perusahaannya dengan baik,

terutama dalam menentukan proporsi utang. Karena utang erat kaitannya

dengan risiko kegagalan yang berarti juga sangat berkaitan peringkat

obligasi.

124

Bagi peneliti lain yang berminat untuk melakukan atau mengkaji

ulang penelitian ini dapat malakukan beberapa perbedaan seperti dengan

memilih objek penelitian yang lebih luas dan menambahkan indikator,

baik itu faktor keuangan maupun non keuangan seperti maturity, reputasi

auditor jaminan dan lainnya dengan menggunakan nalisis yang berbeda

pula seperti Multiple Discriminant Analysis (MDA) atau model Probit.

125

DAFTAR PUSTAKA

Almilia, Luciana Spica dan Vieka, Devi. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Prediksi Peringkat Obligasi pada Perusahaan Manufaktur yang

Terdaftar Bursa Efek Jakarta”. Jurnal: STIE Perbanas Surabaya. 2007.

Amrullah, Karim. “Kemampuan Rasio Keuangan Sebagai Alat Untuk

Memprediksi Peringkat Obligasi Perusahaan Manufaktur. Skripsi:

Universitas Negeri Semarang (UNNES). 2007.

Arthesa, Ade & Handiman, Edia. Bank & Lembaga Keuangan Bukan Bank. PT

INDEKS Kelompok Gramedia.2006.

Astuti, Dewi. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2004

Brigham, Eugene F & Houston, Joel F. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi

10. Jakarta: Salemba Empat. 2009.

Chaveesuk. R, Chat Srivaree-ratana and Smith Alice E. “Alternative Neural

Network Approaches to Corporate Bond Rating”. University of

Pittsburgh.1997.

Darmadji , Tjiptono & Fakhruddin, Hendy M. Pasar Modal di Indonesia:

Pendekatan Tanya Jawab. 2001. Jakarta; Salemba Empat.

Fahmi, Irham. Analisis Lporan Keuangan. Bandung; Alfabeta.2011.

Fred, J Weston & Eugene F Brigham. Manajemen Keuangan. Jakarta: Erlangga.

1993.

Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang:

Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2009.

Halim, Abdul. Analisis Investasi. Salemba Empat. Jakarta. 2005

Harahap, Sofyan Syafri. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT.

Grafindo Persada. 2007

126

Huda, Nurul & Nasution, Mustafa Edwin. Investasi pada Pasar Modal Syariah.

Jakarta: Kencana. 2008.

Husnan, Suad dan Pudjiastuti, Enny. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.

Yogyakarta: Unit Penerbit & Percetakan Akademi Manajemen

Perusahaan YKPN. 2002

Linandarini, Ermi. “Kemampuan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Peringkat

Obligasi Perusahaan di Indonesia”. Skripsi: Universitas Diponegoro.

Semarang. 2010

Magreta & Nurmayanti. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prediksi Peringkat

Obligasi Ditinjau Dari Faktor Akuntansi dan Non Akuntansi. Jurnal

Bisnis dan Akuntansi Vol.11 No.3 Desember 2009 Hal.143-154.

Manurung, Silitonga & Tobing. “Hubungan Rasio-rasio Keuangan Dengan

Rating Obligasi”. Jurnal. 2008

Moeljadi. Manajemen Keuangan: Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Jilid 1.

Bayumedia Publishing. Malang. 2006

Nasarudin, Irsan. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Kencana. 2008

Palumbo G, Shick R, Zaporowski M. “Factors Affecting A Municipality‟s Bond

Rating: An Empirical Study”. Canisius College. Journal of Business &

Economics Research – November 2006 Volume 4, Number 11

Purwaningsih, Anna. “Pemilihan Rasio keuangan Terbaik Untuk Memprediksi

Peringkat Obligasi: Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

di BEJ”. Jurnal: KINERJA, Volume 12, No.1, Th. 2008: Hal. 85-99

Raharja & Sari. “Perbandingan Alat Analisis (Diskriminan & Regresi Logistik)

Terhadap Peringkat Obligasi (PT PEFINDO). Jurnal MAKSI hal 87-

103. 2008

Rodoni, Ahmad & Herni Ali. Manajemen Keuangan. Jakarta: Mitra Wacana

Media.2010

127

Rodoni, Warninda & Sumiati. “Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi

Peringkat Kemungkinan Terjadinya Obligasi Default”. Jurnal

ETIKONOMI hal 237-251. 2009.

Santoso, Singgih. Statistik Multivariat. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

2010.

Savandy, Rachmat. “Analisis Peranan Kinerja Keuangan Dalam Memprediksi

Peringkat Obligasi Korporasi”. Skripsi UIN Syarifhidayatullah

Jakarta.2008.

Savitri, Dhania. “Analisis Faktor Dalam Memprediksi Peringkat Obligasi”.

Skripsi: UIN Syarifhidayatullah Jakarta.2010.

Sharpe, William et al. Investasi. Jakarta: Indeks, 2005

Suharli, Michell. Pengaruh Rasio Keuangan dan Konservatisme Akuntansi

Terhadap Pemeringkatan Obligasi. Vol. 13 No.2, November 2008.

Suliyanto. Analisis Data Dalam Aplikasi Pemasaran. Purwokerto: Ghalia

Indonesia. 2005.

Suharli, Michell. “Pengaruh Rasio Keuangan dan Konservatisme Akuntansi

Terhadap Pemeringkatan Obligasi”. Jurnal Vol.13 No.2, November 2008.

Sutanti, Wanda. Pengaruh Faktor Akuntansi dan Faktor Non Akuntansi Terhadap

Prediksi Peringkat Obligasi. Skripsi. Universitas Indonesia. 2008

Uyanto, Stanislaus . Pedoman Analisis Data Dengan SPSS. Yogyakarta: Garaha

Ilmu.2006

Wahyono, Teguh. 25 Model Analisis Statistik dengan SPSS 17. Jakarta: Elex

Media Komputindo, 2009.

Walsh, Ciaran. Key Management Ratios. Edisi 3. Jakarta: Erlangga. 2004

Widarjono, Agus.. Analisis Statistik Multivariat Terapan. Yogyakarta: UPP STIM

YKPN. 2010

128

Weston, J Fred & Copeland, Thomas E. Manajamen Keuangan. Jakarta: Binarupa

Aksara, 1995

129

LAMPIRAN

130

Lampiran 1

Daftar Sampel Obligasi Beserta Peringkatnya

No. Emiten Kode Obligasi Rating

2008 2009 2010 2011

1. Arpeni Pratama Ocean Line Tbk APOL II Tahun 2008 Seri A - A CCC CCC

II Tahun 2008 Seri B - A CCC CCC

2. Ciliandra Perkasa CLPK II Tahun 2007 A- A- A A+

3. Excelcomindo Pratama Tbk EXCL II Tahun 2007 AA- AA- A- AA+

4. Mobile-8 Telecom Tbk FREN I Tahun 2007 BBB+ BBB+ D D

5. Indofood Sukses Makmur Tbk INDF IV Tahun 2007 AA+ AA AA AA-

V Tahun 2009 - - AA AA-

6. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk INKP I Tahun 1999 Seri A D D D D

I Tahun 1999 Seri B D D D D

7. Indosat Tbk ISAT

II Tahun 2002 Seri B AA+ AA+ AA+ AA+

IV Tahun 2005 AA+ AA+ AA+ AA+

V Tahun 2007 Seri A AA+ AA+ AA+ AA+

V Tahun 2007 Seri B AA+ AA+ AA+ AA+

VI Tahun 2008 Seri A - AA+ AA+ AA+

VI Tahun 2008 Seri B - AA+ AA+ AA+

VII Tahun 2009 Seri A - - AA+ AA+

VII Tahun 2009 Seri B - - AA+ AA+

8. Japfa Comfeed Indonesia Tbk JPFA I Tahun 2007 BBB+ BBB+ BBB+ BB+

9. Lautan Luas Tbk TLTS III Tahun 2008 - A- A- A-

10. Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry LPPI I Tahun 2000 Seri A D D D D

I Tahun 2000 Seri B D D D D

11. Malindo Feedmill Tbk MAIN I Tahun 2008 - A+ A+ AA+

12. Matahari Putra Prima Tbk MPPA III Tahun 2009 Seri A - - A+ A+

III Tahun 2009 Seri B - - A+ A+

13. Mayora Indah Tbk MYOR III Tahun 2008 - A+ A+ AA-

14. Pembangunan Jaya Ancol Tbk PJAA I Tahun 2007 Seri B A+ A+ A+ A+

15. Pindo Deli Pulp & Paper Mills PIDL I Tahun 1997 Seri A D D D D

I Tahun 1997 Seri B D D D D

16. PAM Lyonnaise Jaya PLJA I Tahun 2005 Seri D A- A- A- A

17. Bentoel Internasional Investama Tbk RMBA I Tahun 2007 A- A- AAA AA

18. Surya Citra Televisi SCTV II Tahun 2007 A A A A+

131

Lampiran 2

Data Rasio Keuangan Perusahaan yang Dijadikan Sampel

No. Emiten Tahun CACL CAICL CCL LTDTE TLT TLTE SFA NITA

1.

APOL 2007 1,73 1,67 0,48 1,68 0,69 2,28 0,63 0,05

2008 1,28 1,26 0,28 2,20 0,78 3,52 0,78 0,00

2009 0,62 0,61 0,05 4,54 0,88 7,70 0,45 -0,10

2010 0,20 0,19 0,03 3,27 1,15 7,20 0,31 0,30

2.

CLPK 2007 2,73 2,37 1,79 2,32 0,66 2,76 1,42 0,09

2008 1,90 1,47 1,23 0,17 0,61 2,39 1,50 0,10

2009 1,97 1,55 1,38 1,13 0,50 1,37 1,10 0,13

2010 2,30 1,97 1,65 0,78 0,44 1,02 1,39 0,13

3.

EXCL 2007 0,23 0,22 0,11 1,56 0,76 3,22 0,51 0,01

2008 0,60 0,58 0,19 4,27 0,85 5,71 0,52 0,00

2009 4,22 4,22 0,12 1,43 0,68 2,11 0,58 0,06

2010 0,08 0,07 0,08 0,94 0,57 1,33 0,76 0,11

4.

FREN 2007 4,27 3,77 2,47 1,33 0,60 1,53 0,33 0,01

2008 0,66 0,59 0,02 4,05 0,85 5,60 0,20 -0,22

2009 0,42 0,40 0,02 3,40 0,83 5,00 0,11 -0,15

2010 0,22 0,11 0,01 3,40 1,03 5,99 0,11 0,31

5.

ISAT 2007 0,93 0,91 0,69 1,02 0,63 1,72 0,54 0,05

2008 0,91 0,88 0,54 1,34 0,66 1,95 0,49 0,04

2009 0,55 0,54 0,22 1,32 0,67 2,05 0,41 0,03

2010 0,52 0,51 0,17 1,94 0,65 1,94 3,05 0,01

6.

INDF 2007 0,92 0,59 0,36 0,83 0,63 2,62 3,45 0,03

2008 0,90 0,52 0,26 1,20 0,67 3,11 4,05 0,03

2009 1,16 0,70 0,40 1,35 0,62 2,45 3,44 0,05

2010 2,04 1,46 1,06 0,27 0,47 0,47 3,27 0,06

7.

JPFA 2007 2,45 1,08 0,25 2,61 0,76 3,90 5,64 0,04

2008 1,73 0,73 0,19 2,10 0,77 4,00 7,23 0,05

2009 2,21 1,03 0,29 0,90 0,61 1,76 7,92 0,13

2010 2,63 1,33 0,45 0,59 0,50 1,14 6,27 0,14

8.

LTLS 2007 0,83 0,54 0,08 0,14 0,68 2,42 4,04 0,03

2008 1,12 0,57 0,09 0,83 0,73 3,18 4,81 0,04

2009 1,12 0,78 0,23 1,06 0,69 2,78 3,95 0,03

2010 1,10 0,73 0,14 1,11 0,72 3,14 3,81 0,02

9.

MAIN 2007 0,98 0,65 0,03 0,12 0,63 1,69 5,56 0,06

2008 1,17 0,83 0,04 7,66 0,95 7,66 6,53 0,00

2009 1,32 1,03 0,17 2,91 0,87 6,35 6,40 0,09

2010 1,42 1,10 0,33 2,75 0,74 2,75 4,85 0,19

132

Lanjutan Lampiran 2

No. Emiten Tahun CACL CAICL CCL LTDTE TLT TLTE SFA NITA

10.

MPPA 2007 2,25 1,79 1,40 0,96 0,61 1,57 5,76 0,06

2008 1,12 0,90 0,38 0,66 0,68 2,12 6,29 0,00

2009 1,61 1,24 0,72 1,11 0,66 2,02 6,33 0,03

2010 1,76 1,44 0,84 0,16 0,37 0,60 5,68 0,51

11.

MYOR 2007 0,29 0,22 0,03 0,40 0,42 0,73 3,65 0,07

2008 2,19 1,49 0,41 0,70 0,56 1,32 3,79 0,07

2009 2,29 1,69 0,46 0,54 0,50 1,03 3,72 0,11

2010 2,58 2,10 0,45 0,66 0,54 1,18 4,85 0,11

12.

PJAA 2007 2,65 2,60 1,32 0,31 0,36 0,57 2,06 0,11

2008 3,17 3,12 1,62 0,29 0,34 0,51 2,13 0,10

2009 1,97 1,94 1,27 0,23 0,37 0,58 2,14 0,09

2010 2,46 2,37 1,58 0,19 0,41 0,71 1,22 0,08

13.

RMBA 2007 3,72 1,22 0,70 0,96 0,60 1,50 7,43 0,06

2008 2,48 0,33 0,06 0,86 0,61 1,58 5,74 0,05

2009 2,66 0,37 0,08 0,85 0,59 1,45 5,01 0,01

2010 2,50 0,47 0,07 0,73 0,57 1,30 5,20 0,04

14.

SCTV 2007 1,92 1,64 0,93 1,22 0,73 2,71 0,41 0,09

2008 2,96 2,48 0,81 0,90 0,60 1,48 4,40 0,16

2009 3,28 2,72 1,14 0,82 0,57 1,32 4,40 0,20

2010 3,34 2,87 1,44 0,74 0,56 1,25 5,93 0,31

15.

PLJA 2007 0,90 0,88 0,26 0,58 0,54 1,19 1,12 0,09

2008 1,38 1,32 0,29 0,64 0,48 0,93 1,13 0,10

2009 0,90 0,86 0,36 0,30 0,44 0,77 1,17 0,14

2010 2,46 2,37 1,21 0,50 0,41 0,71 1,22 0,13

16.

INKP 2007 1,32 0,60 0,04 1,52 0,65 1,82 0,47 0,02

2008 1,20 0,59 0,05 1,42 0,64 1,78 0,51 0,03

2009 0,88 0,46 0,04 1,42 0,56 1,92 0,42 -0,02

2010 1,01 0,48 0,04 1,41 0,57 1,95 0,60 0,00

17.

PIDL 2007 0,63 -2,86 0,02 3,30 0,81 4,84 0,29 0,02

2008 0,60 -3,08 0,02 2,85 0,80 4,49 0,30 0,02

2009 0,71 -1,60 0,03 2,35 0,79 3,86 0,62 0,01

2010 0,80 0,55 0,05 2,07 0,79 3,77 0,78 0,03

18.

LPPI 2007 0,24 0,11 0,01 0,52 0,64 1,75 0,53 0,00

2008 0,26 0,12 0,00 0,41 0,65 1,85 0,49 0,02

2009 0,19 0,06 0,00 0,53 0,69 2,28 0,46 -0,08

2010 0,26 0,12 0,05 0,59 0,73 2,70 0,65 -0,01

133

Lampiran 3

Output SPSS

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

CACL 107 .0802 4.2684 1.258822 .9399117

CAICL 107 -3.0832 4.2192 .772760 1.1309441

CCL 107 .0028 2.4680 .400886 .4834823

LTDTE 107 .1628 7.6641 1.515264 1.1571374

TLTA 107 .3358 1.1528 .657305 .1429880

TLTE 107 .4743 7.6566 2.494440 1.6509655

SFA 107 .1053 7.9249 2.075097 2.1411474

NITA 107 -.2228 .5079 .055265 .1005009

Valid N (listwise) 107

134

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

CACL CAICL CCL LTDTE TLTA TLTE SFA NITA

N 107 107 107 107 107 107 107 107

Normal Parametersa,,b

Mean 1.258822 .772760 .400886 1.515264 .657305 2.588016 2.075097 .055265

Std. Deviation .9399117 1.1309441 .4834823 1.1571374 .1429880 2.1530133 2.1411474 .1005009

Most Extreme Differences Absolute .180 .209 .216 .203 .163 .235 .260 .199

Positive .180 .143 .216 .203 .163 .235 .260 .199

Negative -.119 -.209 -.205 -.121 -.092 -.163 -.179 -.196

Kolmogorov-Smirnov Z 1.867 2.162 2.234 2.100 1.681 2.429 2.691 2.053

Asymp. Sig. (2-tailed) .002 .000 .000 .000 .007 .000 .000 .000

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Mann-Whitney Test

Test Statisticsa

CACL CAICL CCL LTDTE TLTA TLTE SFA NITA

Mann-Whitney U 485.000 227.000 26.000 742.000 646.000 648.000 400.000 482.000

Wilcoxon W 950.000 692.000 491.000 3745.000 3649.000 3651.000 865.000 947.000

Z -4.649 -6.440 -7.835 -2.866 -3.532 -3.518 -5.239 -4.670

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .004 .000 .000 .000 .000

a. Grouping Variable: Peringkat

135

Factor Analysis

Pengujian (1)

Anti-image Matrices

CACL CAICL CCL LTDTE TLTA TLTE SFA NITA

Anti-image Covariance CACL .317 -.143 -.141 -.029 .010 .026 -.210 .021

CAICL -.143 .426 -.116 .034 .013 -.024 .013 -.001

CCL -.141 -.116 .361 -.010 .091 -.012 .163 -.136

LTDTE -.029 .034 -.010 .159 -.038 -.118 .027 .063

TLTA .010 .013 .091 -.038 .274 -.068 .086 -.057

TLTE .026 -.024 -.012 -.118 -.068 .148 -.066 -.022

SFA -.210 .013 .163 .027 .086 -.066 .585 -.191

NITA .021 -.001 -.136 .063 -.057 -.022 -.191 .749

Anti-image Correlation CACL .740a -.391 -.416 -.129 .035 .122 -.489 .044

CAICL -.391 .853a -.297 .130 .038 -.094 .025 -.002

CCL -.416 -.297 .749a -.040 .289 -.053 .355 -.261

LTDTE -.129 .130 -.040 .725a -.182 -.766 .089 .183

TLTA .035 .038 .289 -.182 .874a -.338 .216 -.126

TLTE .122 -.094 -.053 -.766 -.338 .696a -.225 -.065

SFA -.489 .025 .355 .089 .216 -.225 .475a -.288

NITA .044 -.002 -.261 .183 -.126 -.065 -.288 .736a

a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .747

Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 544.933

df 28

Sig. .000

136

Pengujian (2)

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .797

Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 491.603

df 21

Sig. .000

Anti-image Matrices

CACL CAICL CCL LTDTE TLTA TLTE NITA

Anti-image Covariance CACL .416 -.183 -.124 -.025 .057 .004 -.068

CAICL -.183 .426 -.137 .033 .012 -.023 .003

CCL -.124 -.137 .413 -.020 .080 .008 -.103

LTDTE -.025 .033 -.020 .160 -.044 -.122 .079

TLTA .057 .012 .080 -.044 .288 -.065 -.033

TLTE .004 -.023 .008 -.122 -.065 .156 -.050

NITA -.068 .003 -.103 .079 -.033 -.050 .817

Anti-image Correlation CACL .817a -.434 -.298 -.098 .165 .014 -.116

CAICL -.434 .822a -.327 .128 .034 -.091 .005

CCL -.298 -.327 .848a -.077 .233 .030 -.178

LTDTE -.098 .128 -.077 .719a -.207 -.769 .219

TLTA .165 .034 .233 -.207 .900a -.305 -.069

TLTE .014 -.091 .030 -.769 -.305 .715a -.139

NITA -.116 .005 -.178 .219 -.069 -.139 .799a

a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)

137

Total Variance Explained

Component

Initial Eigenvalues

Extraction Sums of Squared

Loadings

Rotation Sums of Squared

Loadings

Total

% of

Variance

Cumulative

% Total

% of

Variance

Cumulati

ve % Total

% of

Variance

Cumulative

%

1 3.840 54.852 54.852 3.840 54.852 54.852 2.629 37.553 37.553

2 1.405 20.068 74.920 1.405 20.068 74.920 2.616 37.367 74.920

3 .815 11.641 86.560

4 .338 4.824 91.384

5 .304 4.350 95.734

6 .210 3.005 98.739

7 .088 1.261 100.000

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Component Matrixa

Component

1 2

CACL .728 .493

CAICL .740 .444

CCL .774 .400

LTDTE -.790 .539

TLTA -.859 .304

TLTE -.777 .573

NITA .444 .306

Extraction Method: Principal

Component Analysis.

a. 2 components extracted.

138

Rotated Component Matrixa

Component

1 2

CACL -.169 .863

CAICL -.212 .837

CCL -.266 .829

LTDTE .941 -.175

TLTA .823 -.390

TLTE .955 -.142

NITA -.099 .530

Extraction Method: Principal

Component Analysis.

Rotation Method: Varimax with

Kaiser Normalization.

a. Rotation converged in 3

iterations.

Component Transformation

Matrix

Compo

nent 1 2

1 -.709 .705

2 .705 .709

Extraction Method: Principal

Component Analysis.

Rotation Method: Varimax with

Kaiser Normalization.

139

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 107 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 107 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 107 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of

cases.

Block 0: Beginning Block

Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant

Step 0 1 127.057 .879

2 126.968 .942

3 126.967 .943

a. Constant is included in the model.

b. Initial -2 Log Likelihood: 126,967

c. Estimation terminated at iteration number 3

because parameter estimates changed by less than

,001.

140

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 60.547 2 .000

Block 60.547 2 .000

Model 60.547 2 .000

Iteration Historya,b,c,d

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant FAC1_1 FAC2_1

Step 1 1 93.232 .879 -.387 .918

2 76.713 1.467 -.630 1.925

3 68.728 2.200 -.973 3.130

4 66.610 2.802 -1.279 4.111

5 66.422 3.047 -1.407 4.512

6 66.420 3.076 -1.422 4.559

7 66.420 3.076 -1.422 4.559

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model.

c. Initial -2 Log Likelihood: 126,967

d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter

estimates changed by less than ,001.

141

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 66.420a .432 .622

a. Estimation terminated at iteration number 7 because

parameter estimates changed by less than ,001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 5.311 7 .622

Classification Tablea

Observed

Predicted

Peringkat

Percentage

Correct

Non-Investment

Grade

Investment

Grade

Step 1 Peringkat Non-Investment Grade 17 13 56.7

Investment Grade 4 73 94.8

Overall Percentage 84.1

a. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a FAC1_1 -1.422 .404 12.362 1 .000 .241 .109 .533

FAC2_1 4.559 1.085 17.652 1 .000 95.499 11.385 801.074

Constant 3.076 .693 19.699 1 .000 21.670

a. Variable(s) entered on step 1: FAC1_1, FAC2_1.