analisis profesionalisme kerja pegawai kabupaten …repository.utu.ac.id/385/1/bab i_v.pdf ·...
TRANSCRIPT
i
ANALISIS PROFESIONALISME KERJA PEGAWAIDALAM PELAYANAN PUBLIK
DI PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN)KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan
Memenuhi Syarat-Syarat Guna memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara
OLEH
N U R B A I T I08C20201085
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARAFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH - ACEH BARAT
2013
i
ANALISIS PROFESIONALISME KERJA PEGAWAIDALAM PELAYANAN PUBLIK
DI PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN)KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan
Memenuhi Syarat-Syarat Guna memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara
OLEH
N U R B A I T I
08C20201085
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARAFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH - ACEH BARAT
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Reformasi telah membawa bangsa Indonesia pada suatu suasana
kehidupan yang sarat dengan harapan. Pada tingkat pertama, tuntutan reformasi
tertuju pada aparatur pemerintah sebagai pelaksana pelayanan publik. Masyarakat
menginginkan adanya Good Governance dan meningkatnya pemahaman
masyarakat tentang pemerintahan yang baik itu adalah dapat terwujudnya
kebijakan desentralisasi. Masyarakat juga menginginkan adanya pegawai/aparatur
pemerintah yang profesional di bidangnya.
Di era reformasi ini, dibutuhkan penataan sumber daya aparatur yang
profesional dalam manajemen pemerintahan sehingga akan memberikan dampak
pemerintahan yang lebih berkualitas, lebih mampu mengemban fungsi-fungsi
pelayanan publik, pemberdayaan masyarakat dan pembangunan sosial ekonomi.
Pelaksanaan pembangunan di daerah tidak akan berjalan optimal jika aparatur
pemerintah/pegawai tidak profesional untuk melakukan visi misi pemerintahan.
Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian Pasal 3 ayat 1 mendefenisikan pegawai negeri sebagai aparatur
Negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara
professional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugasnya.
Komaruddin, (2001: h. 36).
Pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan bagi masyarakat dan juga
sebagai penanggung jawab dari fungsi pelayanan publik yang akan mengarahkan
2
tujuannya kepada public service, memikirkan dan mengupayakan tercapainya
sasaran pelayanan kepada seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali, menjadi
suatu kewajiban para aparatur pemerintah untuk tetap mengadakan perbaikan
berkaitan dengan kualitas pelayanan publik yang akan dihasilkan. Pelayanan yang
berkualitas adalah pelayanan yang mampu memberikan kepuasan terhadap
masyarakat yang dapat menentukan kualitas pelayanan dan masyarakat yang dapat
menyampaikan apa dan bagaimana kebutuhan masyarakat itu sendiri.
Pelayanan publik merupakan tanggung jawab pemerintah atas kegiatan
yang ditujukan untuk kepentingan publik atau masyarakat. Kegiatan tersebut
mencakup adanya unsur-unsur perhatian dan kesediaan serta kesiapan dari
pegawai pemerintah, yang membutuhkan profesionalisme pegawai sehingga dapat
menciptakan pelayanan yang akan diberikan relatif lebih baik.
Pelayanan publik hanya akan dapat diberikan oleh pelayan publik dan
dirasakan oleh masyarakat sebagai penggunanya saat pelayanan itu dikerjakan
oleh para pelayan (birokrasi) yang professional. Profesionalisme birokrasi ini
menjadi sangat penting sebab tingkat kebutuhan dan kepentingan masyarakat yang
sudah semakin kompleks. Untuk itu, dalam rangka memperbaiki kesan birokrasi
agar menjadi birokrasi yang profesional sehingga mampu memberikan pelayanan
publik yang prima. Rasa puas masyarakat dalam pelayanan publik akan terpenuhi
ketika apa yang diberikan oleh aparatur pemerintah sesuai dengan apa yang
mereka harapkan selama ini, dimana dalam pelayanan tersebut terdapat tiga unsur
pokok yaitu biaya relatif lebih murah, waktu untuk mengerjakan relatif lebih cepat
dan mutu yang diberikan relatif lebih baik. Dwiyanto dan Agus, (2011: h.81).
3
Pada kenyataannya pelayanan yang diberikan oleh aparatur pemerintah
kepada masyarakat belum sesuai dengan yang diharapkan. Adanya anggapan
bahwa di era otonomi daerah kualitas pelayanan publik justru semakin memburuk
dari sebelumnya bahwa profesionalisme pelayanan pemerintah di daerah sedang
mengalami kemunduran.
Rendahnya kualitas pelayanan publik yang diberikan oleh pegawai
menjadi citra buruk pemerintah ditengah masyarakat. Bagi masyarakat yang
pernah berurusan dengan birokrasi sering mengeluh dan kecewa terhadap tidak
layaknya pegawai dalam memberikan pelayanan. Pelayanan kepada masyarakat
tidak akan dapat terlaksana secara optimal tanpa adanya kesiapan aparatur
pemerintah yang profesional untuk melaksanakan visi dan misi pemerintahan.
Dari berbagai bidang pekerjaan yang digeluti oleh aparatur pemerintah
jelas sekali yang menjadi permasalahan adalah menyangkut ketidakprofesionalan
aparatur pemerintah dalam melaksanakan tugas-tugas penting yang dipercayakan
kepadanya sehingga mengakibatkan banyak kerugian di pihak masyarakat yang
sangat menginginkan hasil kerja yang maksimal dalam memberikan pelayanan
publik.
PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan Raya adalah
perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan pendistribusian tenaga listrik
memiliki empat sub rayon, yaitu Sub Rayon Simpang Peut, Sub Rayon Alu Bilie,
Sub Rayon Beutong dan Sub Rayon Beutong Ateuh. Pembagian ini bertujuan
untuk mempermudah PLN dalam menjangkau dan melayani pelanggan
dimanapun di daerah Nagan Raya.
4
Untuk memberikan pelayanan terbaik, PT. Perusahaan Listrik Negara
(PLN) Kabupaten Nagan Raya harus mampu memberikan mutu pelayanan yang
baik. Mutu sendiri memiliki pengertian sifat-sifat yang dimiliki suatu
benda/barang atau jasa yang secara keseluruhan memberi rasa puas kepada
penerima atau penggunaannya karena telah sesuai atau melebihi apa yang
dibutuhkan dan diharapkan para pelanggannya.
Jenis-jenis layanan yang dapat diperoleh pelanggan diantaranya pelayanan
pembayaran rekening listrik, pelayanan pasang baru dan tambah daya serta
pelayanan baca meter pelanggan. Untuk pembayaran rekening listrik pelanggan
akan mudah melakukan pembayaran dengan sistem pascabayar. Listrik
pascabayar menyajikan listrik yang dihitung lewat stand meter dan akan
ditagihkan tiap bulannya. Pembayaran rekening listrikpun dapat dilakukan di
tempat pembayaran rekening yang ditunjuk seperti POS, payment point, dan
BANK, baik melalui teller, autodebit maupun Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
Pelanggan yang ingin melakukan pasang baru dan tambah daya dapat mendatangi
kantor pelayanan PLN terdekat.
Selain pembayaran rekening listrik, terdapat pula pelayanan catat meter
dimana petugas catat meter setiap bulan mencatat stand meter dari rumah ke
rumah. Disamping itu juga terdapat pelayanan pengaduan pelanggan dimana
pelanggan dapat menyampaikan keluhan terkait rekening mereka yang tidak
wajar. Serta pelayanan pasang baru dan tambah daya dimana PT. Perusahaan
Listrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan Raya melayani pelanggan yang ingin
melakukan pemasangan listrik atau menambah daya listrik mereka. Namun pada
kenyataannya masih terdapat beberapa permasalahan yang timbul dalam
5
pelayanan. Seperti pelanggan masih kesulitan menemukan loket yang dapat
dijangkau dengan mudah. Jumlah keluhan pelanggan yang meningkat terhadap
catat meter yang keliru, dan pelanggan yang ingin melakukan pasang baru dan
tambah daya tidak diberikan cukup informasi sehingga muncul transaksi-transaksi
gelap yang merugikan pelanggan.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti merasa
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "Analisis Profesionalisme
Kerja Pegawai Dalam Pelayanan Publik di PT. Perusahaan Listrik Negara
(PLN) Kabupaten Nagan Raya.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan penulis
kaji yaitu : Bagaimana profesionalisme kerja pegawai dalam pelayanan publik di
PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan Raya.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimana profesionalisme kerja pegawai dalam pelayanan
publik di PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan Raya.
1.4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, manfaat yang ingin dicapai dengan
diadakannya penelitian ini dijabarkan dalam manfaat teoritis dan manfaat praktis.
6
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi penulis penelitian ini dapat menjadi wahana bagi penelitian dalam
penerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang dimiliki dengan
kenyataan yang ada di lapangan.
2. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan agar dapat
dijadikan bahan rujukan dan referensi dalam melakukan penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan “Profesionalisme Kerja Pegawai di
PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan Raya”.
1.4.2 Manfaat praktis
1. Penelitian ini dapat menjadi wahana bagi peneliti dalam penerapan
dan pengembangan ilmu pengetahuan yang dimiliki dengan
kenyataan yang ada di lapangan.
2. Penelitian memperluas wawasan dan pengetahuan bagi peneliti
tentang "Profesionalisme Kerja Pegawai dalam Pelayanan Publik Di
PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan Raya.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian terdahulu yang menjelaskan profesionalisme kerja
pegawai dalam pelayanan publik :
2.1.1 Penelitian Agripa Pakpahan (2009)
Penelitian yang berjudul, Peranan profesionalisme kerja pegawai dalam
pelayanan publik (Studi kasus pelayanan pengurusan Kartu Tanda Penduduk di
Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun). Penelitian mahasiswa Jurusan
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara, Medan, Tahun 2009. Berdasarkan hasil penelitiannya yaitu profesionalisme
kerja pegawai di Kecamatan Sidamanik dalam pengurusan KTP dapat dikatakan
baik. Hal ini terbukti dari tanggapan responden yang menyatakan bahwa.
Kesiapan pegawai dalam pelaksanaan pelayanan pengurusan KTP yaitu disiplin
dalam memulai dan menyelesaikan pelayanan, mampu mengerjakan pekerjaan
yang menjadi tanggung jawabnya, sikap pegawai dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Dimana pegawai dalam memahami dan melaksanakan dengan
baik peran, tugas dan tanggung jawab mereka didalam pengurusan KTP.
2.1.2 Penelitian Seridawati (2010)
Penelitian yang berjudul : Pengaruh profesionalisme kerja pegawai
terhadap kualitas pelayanan publik (Studi Kasus di Badan Kepegawaian,
Pendidikan, dan Pelatihan Kabupaten Aceh Selatan). Penelitian mahasiswa
8
Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara, Medan, Tahun 2010. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh yang positif antara profesionalisme kerja pegawai
terhadap kualitas pelayanan publik yang ada. Selain itu profesionalisme yang ada
di Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan Kabupaten Aceh Selatan sudah
dapat dikatakan cukup baik walaupun masih harus terus ditingkatkan.
2.1.3 Persamaan dan Perbedaan penelitian
Penelitian Agripa Pakpahan memiliki persamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang dilakukan penulis. Adapun perbedaannya yaitu penelitian
membahas tentang peranan kinerja pegawai dalam pelayanan pengurusan Kartu
Tanda Penduduk secara profesional, sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti
adalah profesionalisme kerja pegawai dalam pelayanan publik di PT. Perusahaan
Listrik Negara. Adapun persamaan penelitian ini adalah sama-sama membahas
tentang profesionalisme kerja pegawai.
Penelitian Seridawati memiliki persamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang dilakukan penulis. Adapun persamaannya ialah sama-sama ingin
mengetahui kualitas pelayanan publik, Perbedaannya adalah penelitian ini
membahas tentang pengaruh profesionalisme kerja pegawai dalam meningkatkan
pelayanan publik di Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan di Kabupaten
Aceh Selatan, sedangkan pada penelitian yang dilakukan peneliti adalah lebih
terfokus kepada profesionalisme kerja pegawai dalam pelayanan publik di PT.
Perusahaan Listrik Negara Kabupaten Nagan Raya.
9
2.2 Analisis
Menurut Sugiyono, (2007: h.26) salah satu bentuk analisis adalah
merangkum sejumlah data besar data yang masih mentah menjadi informasi
yang dapat diinterpretasikan. Kategorisasi atau pemisahan dari komponen-
komponen atau bagian-bagian yang relevan dari seperangkat data juga
merupakan bentuk analisis untuk membuat data-data tersebut mudah diatur.
Semua bentuk analisis berusaha menggambarkan pola-pola secara konsisten
dalam data sehingga hasilnya dapat dipelajari dan diterjemahkan dengan cara
yang singkat dan penuh arti.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI, (2002: h.43) analisis
adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagian dan penelaahan atas
bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian
yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
Menurut Komaruddin, (2001: h.53) analisis adalah kegiatan berfikir untuk
menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga dapat mengenal
tanda-tanda komponen, hubungan satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam
satu keseluruhan terpadu.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis adalah
penguraian suatu masalah untuk dapat diungkapkan secara lebih jelas dan
terperinci dalam pencapaian tujuan dan menguraikan masalah.
10
2.3 Pengertian Profesional
Menurut Kurniawan, (2005: h.67) Profesional adalah Pekerja yang
menjalankan profesi. Setiap profesional berpegang pada nilai moral yang
mengarahkan dan mendasari perbuatan luhur. Dalam melakukan tugas profesi,
para profesional harus bertindak objektif, artinya bebas dari rasa malu, sentimen,
benci, sikap malas dan enggan bertindak.
Dengan demikian seorang professional jelas harus memiliki profesi
tertentu yang diperoleh melalui sebuah proses pendidikan maupun pelatihan yang
khusus, dan disamping itu pula ada unsur semangat pengabdian (panggilan
profesi) didalam melaksanakan suatu kegiatan kerja. Hal ini perlu ditekankan
benar untuk membedakannya dengan kerja biasa (occupation) yang semata
bertujuan untuk mencari nafkah dan/ atau kekayaan materiil duniawi.
a. Tiga watak kerja seorang Profesional
1) Kerja seorang profesional itu beritikad untuk merealisasikan kebajikan
demi tegaknya kehormatan profesi yang digeluti, dan oleh karenanya
tidak terlalu mementingkan atau mengharapkan imbalan upah materiil.
2) Kerja seorang profesional itu harus dilandasi oleh kemahiran teknis yang
berkualitas tinggi yang dicapai melalui proses pendidikan dan/atau
pelatihan yang panjang, ekslusif dan berat.
3) Kerja seorang profesional diukur dengan kualitas teknis dan kualitas
moral harus menundukkan diri pada sebuah mekanisme kontrol berupa
kode etik yang dikembangkan dan disepakati bersama didalam sebuah
organisasi profesi.
11
b. Sifat – sifat pelaku profesi
1) Menguasai ilmu secara mendalam dalam bidangnya
2) Mampu mengonversikan ilmu menjadi keterampilan
3) Selalu menjunjung tinggi etika dan integritas profesi. Kurniawan,
(2005: h.67-68).
2.4 Pengertian Profesionalisme
Menurut Siagian, (2009: h.63) profesionalisme adalah, "Keandalan
dan keahlian dalam pelaksanaan tugas sehingga terlaksana dengan mutu tinggi,
waktu yang tepat, cermat, dan dengan prosedur yang mudah dipahami dan
diikuti oleh pelanggan."
Selanjutnya Sedarmayanti, (2004: h.57) mengungkapkan bahwa
"Profesionalisme adalah suatu sikap atau keadaan dalam melaksanakan pekerjaan
dengan memerlukan keahlian melalui pendidikan dan pelatihan tertentu
dan dilakukan sebagai suatu pekerjaan yang menjadi sumber penghasilan."
Sedangkan Atmosoeprapto dalam Kurniawan, (2005: h.74),
menyatakan bahwa "Profesionalisme merupakan cermin dari kemampuan
(competensi), yaitu memiliki pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), bisa
melakukan (ability) ditunjang dengan pengalaman (experience) yang tidak
mungkin muncul tiba-tiba tanpa melalui perjalanan waktu."
Profesionalisme aparatur dalam hubungannya dengan organisasi publik
menurut Kurniawan, (2005: h.79) digambarkan sebagai, "Bentuk kemampuan
untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda, memprioritaskan
pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan sesuai dengan
21
kebutuhan dan aspirasi masyarakat atau disebut dengan istilah resposivitas,"
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa profesionalisme adalah
kemampuan aparatur dalam menyelenggarakan tugas dan memberikan pelayanan
kepada masyarakat secara efektif serta mampu secara cepat dan tepat
menanggapi aspirasi masyarakat dan perubahan lainnya sehingga dapat
memuaskan masyarakat.
2.4.1 Indikator Profesionalisme Kerja
Menurut Martin Jr, (dalam Thoha, 2001: h.75) karakteristik
profesionalisme aparatur yang menjadi indikator profesionalisme kerja pegawai,
mencakup :
1. Kemahiran dalam mempergunakan peralatan
Kemahiran merupakan salah satu unsur kematangan yang berkaitan dengan
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pendidikan dan pelatihan
serta pengalaman. Profesionalisme pegawai sangat ditentukan oleh tingkat
kemampuan atau kemahiran pegawai yang tercermin dalam perilaku sehari-
hari. Istilah tersebut mengacu kepada potensi pegawai dalam mengerjakan
tugas dan bagiannya.
Adapun aspek-aspek profesionalisme dapat menambah pemahaman terhadap
profesionalisme yaitu :
a) Aspek potensial
Setiap tenaga kerja tentunya memiliki potensi-potensi yang bersifat
dinamis, yang dapat dikembangkan dan terus berkembang
b) Aspek profesionalisme
Setiap pegawai memiliki keahlian yang berbeda dari orang lain tergantung
21
bidangnya masing-masing. Hal ini menyebabkan seseorang terus
meningkatkan keahliannya agar bisa bekerja lebih handal.
c) Aspek fungsional
Para pegawai melaksanakan pekerjaannya yang didasarkan pada hasil
tepat guna, artinya bekerja sesuai tugas dan fungsinya.
d) Aspek operasional
Setiap pegawai dapat mendayagunakan kemampuan dan keterampilannya
dalam proses dan prosedur pelaksanaan kerja yang ditekuninya.
e) Aspek personal
Setiap pegawai harus memiliki sifat kepribadian yang menunjang
pekerjaannya.
f) Aspek produktifitas
Setiap pegawai harus memiliki motof kerja dan prestasi baik kualitas
maupun kuantitas.
2. Kesiapan
Kesiapan para pegawai untuk memberikan pelayanan yang dibutuhkan publik.
Kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat (responsif)
dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas.
3. Tanggung Jawab Dalam Pelayanan
Tuntutan pertanggungjawaban atas setiap kegiatan yang dilakukan untuk
kepentingan publik menjadi penting bagi berlangsungnya sistem pemerintahan
yang baik berdasarkan kepercayaan. Tanggung jawab dari para petugas
pelayaanan, yang meliputi pelayanan sesuai dengan urutan waktunya,
menghubungi publik secepatnya apabila terjadi sesuatu yang perlu segera
21
diberitahukan. Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang
ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian
keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.
4. Disiplin
Secara teoritis loyalitas berhubungan dengan tingkat kedisiplinan, terutama dalam
hal ketaatan terhadap peraturan yang berlaku. Kedisiplinan akan terwujud dengan
baik jika pegawai mampu menaati peraturan-peraturan yang ada. Loyalitas juga
berkaitan erat dengan kemampuan pertanggungjawaban tugas pekerjaan dan daya
tanggap. Selain itu loyalitas tidak membeda-bedakan pemberian pelayanan atas
dasar golongan tertentu.
5. Sikap pegawai
Setiap orang dalam suatu perusahaan memiliki keterampilan, sikap dan
pengatahuan yang dibutuhkan agar dapat memberikan pelayanan tertentu.
Sikap sopan santun, respek, perhatian, keramahan serta dalam komunikasi
dengan baik dalam arti memberikan informasi kepada publik dalam bahasa
yang mereka pahami, serta selalu mendengarkan saran dan keluhan publik.
2.4.2 Ciri-Ciri Profesionalisme
Menurut Kurniawan, (2005: h.74), ada 4 ciri-ciri profesionalisme, yaitu:
1. Memiliki keterampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran
dalam menggunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam
pelaksanaan tugas yang bersangkutan dengan bidang tadi.
2. Memiliki ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis
suatu masalah dan peka di dalam membaca situasi cepat dan tepat serta
cermat dalam mengambil keputusan terbaik atas dasar kepekaan.
21
3. Memiliki sikap berorientasi ke depan sehingga punya kemampuan
mengantisipasi perkembangan lingkungan yang terbentang di hadapannya.
4. Memiliki sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi
serta terbuka menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun
cermat dalam memilih yang terbaik bagi diri dan perkembangan
pribadinya.
2.5 Pengertian Pegawai
Di dalam masyarakat yang selalu berkembang, manusia senantiasa
mempunyai kedudukan yang makin penting, meskipun negara Indonesia menuju
kepada masyarakat yang berorientasi kerja, yang memandang kerja adalah sesuatu
yang mulia, tidaklah berarti mengabaikan manusia yang melaksanakan kerja
tersebut. Demikian juga halnya dalam suatu organisasi, unsur manusia sangat
menentukan sekali karena berjalan tidaknya suatu organisasi kearah pencapaian
tujuan yang ditetapkan tergantung kepada kemampuan manusia untuk
menggerakkan organisasi tersebut ke arah yang telah ditetapkan. Manusia yang
terlibat dalam organisasi ini juga pegawai.
Pegawai yang telah memberikan tenaga maupun pikirannya dalam
melaksanakan tugas ataupun pekerjaan, baik itu organisasi pemerintah maupun
organisasi swasta akan mendapat imbalan sebagai balas jasa atas pekerjaan yang
telah dikerjakan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Musanef, (2000: h.5) yang mengatakan
bahwa, “Pegawai adalah orang-orang yang melakukan pekerjaan dengan
mendapat imbalan jasa berupa gaji dan tunjangan dari pemerintah atau badan
21
swasta”. Selanjutnya Musanef memberikan definisi pegawai sebagai pekerja atau
worker adalah, “Mereka yang secara langsung digerakkan oleh seorang manajer
untuk bertindak sebagai pelaksana yang akan menyelenggarakan pekerjaan
sehingga menghasilkan karya-karya yang diharapkan dalam usaha pencapaian
tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.
Widjaja, (2006: h.15) mengatakan bahwa, “Pegawai adalah orang-orang
yang dikerjakan dalam suatu badan tertentu, baik di lembaga-lembaga pemerintah
maupun dalam badan-badan usaha”.
Selanjutnya Widjaja, (2006: h.113) berpendapat bahwa, “Pegawai adalah
merupakan tenaga kerja manusia jasmaniah maupun rohaniah (mental dan pikiran)
yang senantiasa dibutuhkan dan oleh karena itu menjadi salah satu modal pokok
dalam usaha kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu (organisasi)”.
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa pegawai adalah orang-orang
yang melakukan pekerjaan baik diorganisasi swasta maupun organisasi
pemerintahan dan mendapat imbalan balas jasa berupa gaji dan tunjangan.
Pegawai merupakan modal pokok dalam suatu organisasi baik organisasi
pemerintahan maupun swasta karena berhasil tidaknya suatu organisasi dalam
mencapai tujuannya tergantung pada pegawai yang memimpin dalam
melaksanakan tugas-tugas yang ada dalam organisasi tersebut.
Pegawai sebagai tenaga kerja atau yang menyelenggarakan pekerjaan
perlu digerakkan sehingga mereka mempunyai keterampilan dan kemampuan
dalam bekerja yang pada akhirnya akan dapat menghasilkan karya-karya yang
bermanfaat untuk tercapainya tujuan organisasi. Karena tanpa kemampuan dan
keterampilan pegawai sebagai pelaksana pekerjaan maka alat-alat dalam
21
organisasi tersebut akan merupakan benda mati dan waktu yang dipergunakan
akan terbuang dengan percuma sehingga pekerjaan tidak efektif.
Dari beberapa defenisi pegawai yang telah dikemukakan para ahli tersebut
di atas, dapat disimpulkan bahwa istilah pegawai mengandung pengertian sebagai
berikut:
1. Menjadi anggota suatu usaha kerja sama (organisasi) dengan maksud
memperoleh balas jasa atau imbalan kompensasi atas jasa yang telah
diberikan.
2. Pegawai di dalam sistem kerja sama yang sifatnya pamrih.
3. Berkedudukan sebagai penerima kerja dan berhadapan dengan pemberi kerja
(majikan).
4. Kedudukan sebagai penerima kerja itu diperoleh setelah melakukan proses
penerimaan.
5. Akan mendapat saat pemberhentian (pemutusan hubungan kerja antara
pemberi kerja dengan penerima kerja). hanya dijelaskan mengenai perincian
Pegawai Negeri Sipil.
2.6 Pengertian Pelayanan
Pada perusahaan jasa, pelayanan yang diberikan adalah "produk" nya,
oleh karena itu kegiatan merancang pelayanan lebih abstrak (kabur)
dibandingkan dengan kegiatan merancang produk. Yamit, (2002: h .95)
mengemukakan bahwa : "Pelayanan bukanlah sesuatu yang dapat diraba, selain
itu pelayanan tidak dapat disimpan dan ditambahkan untuk memberikan
pelayanan di masa yang akan datang.
21
Menurut Aritonang, (2005: h.26) pelayanan adalah kemampuan
perusahaan untuk memberikan pelayanan secara akurat, andal dapat dipercaya,
bertanggungjawab atas apa yang dijanjikan, tidak pernah memberikan janji yang
berlebihan dan selalu memberikan janjinya."
Menurut Barata, (2004 : h.9) bahwa suatu pelayanan akan terbentuk
karena adanya proses pemberian layanan tertentu dari pihak penyedia layanan
kepada pihak yang dilayani.
Sedangkan menurut Kotler, (2003: h.73) pelayanan adalah setiap
tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak
lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan
apapun.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan
merupakan suatu proses pemenuhan kebutuhan yang didapatkan melalui
suatu aktifitas atau kegiatan yang dilakukan oleh satu pihak kepada pihak yang
membutuhkan pelayanan.
2.7 Pengertian Publik
Pengertian publik menurut Syafi’ie, (2001: h.18) yaitu : Sejumlah
manusia yang memiliki kebersamaan berfikir, perasaan, harapan, sikap dan
tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki”.
Kata “publik” secara umum dan garis besar dapat digolongkan dalam dua
bentuk:
a) Publik yang berada di wilayah ekstern, yaitu publik di luar lembaga,
organisasi, instansi, perusahaan yang memiliki kepentingan dengan
21
lembaga tersebut.
b) Publik yang berada di wilayah intern, yaitu publik yang berada
dalam lingkungan suatu lembaga, organisasi, instansi atau perusahaan.
Misalnya seluruh karyawan dalam lembaga tersebut adalah
merupakan publik intern dari lembaga tersebut.
Menurut Sayogyo, (2005: h. 27) Publik adalah berupa kelompok yang
tidak merupakan kesatuan, dengan interaksi yang terjadi secara tidak
langsung melalui media komunikasi massa seperti: pers, radio, tevisi, film dan
sebagainya.
Menurut pendapat Yamit, (2002: h.83) publik adalah sejumlah orang
yang mempunyai minat sama terhadap suatu kegemaran atau persoalan tertentu.
Sedangkan Suyanto, (2003: h.75) berpendapat bahwa publik adalah
sejumlah orang dengan sesuatu cara mempunyai pandangan yang sama terhadap
sesuatu masalah atau setidaknya mempunyai kepentingan bersama dalam
suatu masalah tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa publik adalah
suatu kelompok yang tidak merupakan kesatuan (kelompok tidak teratur), tetapi
mempunyai tujuan yang sama atau relatif hampir sama yang di dalamnya
terjadi interaksi secara tidak langsung.
2.8 Pengertian Pelayanan Publik
Boediono (1999) dalam Hutasoit, (2003: h.13) pelayanan publik adalah
pelayanan yang dilakukan oleh birokrasi pemerintah atau lembaga lain yang tidak
termasuk badan usaha swasta, yang tidak berorientasi pada laba (profit).
21
Pelayanan ini lazim pula disebut sebagai pelayanan umum yang harus
dilaksanakan dalam suatu rangkaian kegiatan terpadu yang bersifat: sederhana,
terbuka, lancar, tepat, lengkap, wajar, dan terjangkau.
Pelayanan publik menurut Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara No: 63IKeplM.PANI712003 adalah segala kegiatan pelayanan
yang dilaksanakan oleh penyelenggara layanan publik sebagai upaya pemenuhan
kebutuhan penerima layanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Sementara itu di dalam UU No 25 tahun 2009 pelayanan
publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutunan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap
warga negara dan penduduk atas barang, jasa,dan/atau pelayanan administratif
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Hutasoit, (2003 : h.14)
Menurut Dwiyanto, (2007 : h.63) ada beberapa kriteria dalam pelayanan,
di antaranya:
1. Kriteria pertama yang biasanya digunakan adalah sifat dari barang dan jasa
itu sendiri. Barang dan jasa yang termasuk dalam kategori barang publik
atau barang yang memiliki eksternalitas tinggi biasanya tidak dapat
diselenggarakan oleh korporasi atau diserahkan kepada pasar karena mereka
tidak dapat mengontrol siapa yang mengkonsumsi barang dan jasa tersebut.
Sementara barang dan jasa tersebut sangat penting bagi kehidupan warga dan
masyarakat luas. Misalnya, pendidikan dasar, pelayanan kesehatan preventif
dan dasar, pertahanan negara, pembersihan pencemaran udara, dan
pembangunan jalan umum. Semua pelayanan tersebut adalah pelayanan
yang sangat penting dan harus disediakan oleh negara, sehingga pelayanan
27
tersebut seharusnya menjadi bagian dari pelayanan publik.
2. Kriteria kedua yang dapat digunakan untuk mendefinisikan pelayanan publik
adalah tujuan dari penyediaan barang dan jasa. Penyediaan barang dan jasa
yang dilakukan untuk mencapai tujuan dan misi negara, walaupun barang
dan jasa itu bersifat privat, dapat dikatakan sebagai pelayanan publik. Tujuan
dan misi negara biasanya diatur dalam konstitusi atau peraturan perundangan
lainnya. Contoh pelayanan untuk memenuhi tujuan dan misi negara adalah
pelayanan pendidikan, kesehatan, dan jaminan sosial.
Kepuasan masyarakat atau pengguna layanan publik akan berkorelasi
positif dengan derajat pelayanan yang mereka peroleh. Suatu layanan akan
dianggap bernilai jika konsumen merasakan kepuasan. Fitzsimmons dan
Fitzsimmons, (2006: h.41).
Menurut Parasuraman, (2006 : h.71), pada dimensi kualitas pelayanan
persepsi konsumen terhadap pelayanan terkait dengan lima aspek yang spesifik
yaitu:
1) Reliability adalah kemampuan dan keandalan dalam menyediakan
layanan publik;
2) Responsiveness adalah kesanggupan untuk membantu dan menyediakan
layanan yang cepat, tepat serta tanggap terhadap keinginan masyarakat/
pelanggan/ konsumen;
3) Assurance adalah kemampuan, keramahan, dan sopan santun dalam
meyakinkan kepercayaan masyarakat/ konsumen/ pelanggan;
4) Empathy adalah sikap tegas tetapi ramah dalam memberikan pelayanan;
27
5) Tangible adalah kualitas pelayanan yang terukur secara fisik berupa
sarana perkantoran, komputerisasi administrasi, ruang tunggu, tempat
informasi, dan lain-lain.
2.8.1 Asas Pelayanan Publik
Pelayanan Publik dilaksanakan dalam suatu rangkaian kegiatan
terpadu yang bersifat sederhana, terbuka, lancar, tepat, lengkap, wajar dan
terjangkau. Karena itu harus mengandung unsur- unsur dasar sebagai berikut:
1. Hak dan kewajiban bagi pemberi maupun penerima pelayanan publik
harus jelas dan diketahui secara pasti oleh masing-masing pihak.
2. Pengaturan setiap bentuk pelayanan publik harus disesuaikan dengan
kondisi kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk membayar
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dengan tetap berpegang pada prinsip efektif dan efisiens.
3. Mutu proses penyelenggaraan dan hasil pelayanan publik harus
diupayakan agar dapat memberi keamanan, kenyamanan,
kelancaran dan kepastian hukum yang dapat dipertanggung
jawabkan.
Praktek pelayanan publik tidak terlepas dari praktek administrasi publik
yang diaplikasi di banyak negara. Pelayanan publik merupakan salah satu isu
atau tujuan penting dari administrasi publik yang meliputi: penyelenggaraan
publik service (pelayanan publik), publik affair (publik interest and publik needs)
atau membina hubungan baik dengan semua publik perusahaan, baik internal
maupun eksternal, and distribution of publik service equally (pengembangan
27
dalam memperbaiki kualitas pelayanan publik).
Konsepsi pelayanan publik berkembang seiring dengan perkembangan
masyarakat dan ilmu pengetahuan, dan dalam hal ini setidaknya ada 3 perspektif
administrasi publik yang bisa kita gunakan untuk mengkaji pelayanan publik,
Denhardt, (2007: h.113) yakni:
1. Old Publik Administrasi. adalah pelayanan di bidang administrasi bagi
masyarakat, misalnya pelayanan pemasangan Amper (Listrik) baru;
pembayaran iuran listrik dan lainnya;
2. New Publik Management. Adalah bagaimana kita dalam mengelola
pelayanan tersebut sehingga tidak tumpang tindih ataupun untuk mencapai
hasil yang maksimal.
3. New Publik Service. Memberikan warna atau suasana baru dalam
pelayanan kepada masyarakat sehingga memberikan kepuasan bagi yang
dilayani.
Dari perkembangan teori tersebut, konsep pelayanan publik sudah
bergeser dan berkembang sedemikian rupa, sehingga esensi perubahannya sangat
signifikan baik dalam tataran substansi maupun teknis.
Sesungguhnya pelayanan publik sebagai bagian dari upaya-upaya
mewujudkan good governance, dapat dilihat melalui 3 langkah strategis,
sebagai berikut:
1) Interaksi antara Negara (yang diwakili pemerintah) dengan warganya,
termasuk berbagai kelompok atau lembaga di luar pemerintah dalam
pelayanan publik. Idealnya, interaksi tersebut memaksa pemerintah sebagai
27
penyedia layanan untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi warganya.
Perubahan kualitas pelayanan, menjadi lebih baik atau lebih buruk, akan
berdampak secara langsung kepada masyarakat dimana kehidupannya sehari-
hari tergantung dari apa yang diberikan oleh pemerintah kepada warganya.
2) Pelayanan publik merupakan ranah dimana prinsip-prinsip good governance
dapat diartikulasikan dengan lebih baik. Sebagai contoh, aspek
kelembagaan kualitas pelayanan publik dari prinsip-prinsip good governance
adalah bagaimana interaksi antara pemerintah dengan warga negara atau
dengan pasar, yaitu bagaimana keterlibatan aktor di luar pemerintah dapat
memberi masukan, kritik atau respon terhadap bentuk pelayanan yang
diberikan. Sementara, nilai-nilai good governance seperti efektifitas,
efisiensi, non-diskriminatif, berkeadilan, berdaya tanggap tinggi dan
akuntabilitas yang tinggi dapat direalisasikan dalam penyelenggaraaan
pelayanan publik. Nilai-nilai tersebut menjadi mudah terlihat dan
teraplikasikan pada pelayanan publik dalam kerangka good governance.
3) Pelayanan publik melibatkan semua kepentingan yang berada di dalam
Negara. Pemerintah, masyarakat, dan mekanisme pasar memiliki
kepentingan terhadap pelayanan publik yang lebih baik. Nasib sebuah
pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah, tergantung dari pelayanan
publik yang dibangun. Kepercayaan dan legitimasi kekuasaan mereka
berasal dari pengguna layanan publik, yaitu masyarakat. Dalam iklim
keterbukaan politik dan sistem pemilihan pemimpin secara langsung saat ini,
masyarakat dapat menentukan pilihan dan dukungan kepada rezim yang
27
mampu atau tidak mampu dalam memberikan pelayanan yang terbaik
kepada masyarakat. Legitimasi kekuasaan saat ini ditentukan pada
keberpihakan pemerintah kepada rakyatnya secara langsung. Bentuk
pelayanan yang buruk menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat atas
sebuah rezim pemerintahan.
2.9 Analisis Profesionalisme Kerja Pegawai Dalam Pelayanan Publik
Profesionalisme merupakan professional terhadap profesinya. Komitmen
tersebut ditunjukkan dengan kebanggaan dirinya sebagai tenaga professional,
usaha terus menerus untuk mengembangkan kemampuan professional. Boediono,
(2003: h.2)
Dalam mewujudkan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa,
prioritas dalam bidang penyelenggaraan negara diarahkan pada upaya peningkatan
kinerja pejabat publik agar mampu menciptakan kondisi yang kondusif bagi
terpenuhinya kebutuhan masyarakat; meningkatkan kualitas pelayanan kepada
publik; dan menekan tingkat penyalahgunaan kewenangan di lingkungan
pemerintahan.
Menurut Boediono, (2003: h.74), kebijakan untuk meningkatkan kinerja
yang “netral” dalam penyelenggaraan administrasi dan pemerintahan, ternyata
dalam praktik banyak mengalami penyimpangan. Dimana publik sangat
mengharapkan adanya pelayanan publik yang baik, yang proporsional dengan
kepentingan publik, yaitu birokrasi yang berorientasi kepada pengadaan
keseimbangan antara kekuasaan (power) yang dimiliki dengan tanggung jawab
27
yang seharusnya diberikan kepada publik yang dilayani. Penyalahgunaan
kekuasaan tersebut dapat mengakibatkan kegagalan dalam memberikan pelayanan
kepada publik, dan kegagalan dalam merealisasikan program-program yang telah
diputuskan.
Masalah tersebut terjadi karena paradigma pemerintahan yang masih
belum mengalami perubahan mendasar. Paradigma lama tersebut ditandai dengan
perilaku aparatur negara di lingkungan pemerintahan yang masih menempatkan
dirinya untuk dilayani bukannya untuk melayani, padahal seharusnya pemerintah
melayani publik bukan dilayani oleh publik.
Seharusnya dalam era demokrasi dan desentralisasi saat ini, seluruh
perangkat pejabat publik menyadari bahwa pelayanan berarti semangat
pengabdian yang mengutamakan efisiensi dan keberhasilan bangsa dalam
pembangunan, yang dimanifestasikan ke dalam perilaku “melayani, bukan
dilayani”, “mendorong, bukan menghambat”, “mempermudah, bukan
mempersulit”, “sederhana, bukan berbelit-belit”, “terbuka untuk setiap orang,
bukan hanya untuk segelintir orang”.
Dalam mewujudkan visi dan misi tersebut menurut Yamit, (2002: h.112)
profesionalisme pejabat publik sangat diperlukan, karena dengan kondisi kualitas
layanan yang prima, maka secara otomatis tujuan organisasi akan mudah tercapai.
Profesionalisme menunjuk pada kemampuan pejabat publik yang bekerja secara
maksimal sesuai dengan kemampuannya dan mampu mengatasi bidang
pekerjaannya secara efektif dan efisien. Profesionalisme diukur melalui keahlian
yang dimiliki oleh seseorang, yang sesuai dengan kebutuhan tugas yang
27
dibebankan oleh organisasi kepada seseorang. Ini berarti aparat yang bertugas
harus menguasai secara tepat semua mekanisme kerja dan metode kerja yang ada,
sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai melalui peningkatan kualitas
pelayanan.
Bagi para penyelenggara pemerintah negara yang berkehendak
menyatukan tindakan dan kebijaksanaan dengan tatanan nilai yang hidup dan
berkembang di masyarakat, maka pejabat publik haruslah sensitif, responsif dan
akuntabel. Sensivitas dan responsibilitas pada dasarnya merupakan wujud sikap
tanggungjawab aparat pejabat publik terhadap kepentingan masyarakat. Kualitas
pelayanan publik dari pemerintah sebenarnya tidak hanya ditentukan oleh faktor
intern, seperti perilaku pegawai, kepemimpinan, birokrasi, rangsangan yang
memadai, kejelasan tugas dan prosedur kerja, kejelasan peran dan perlengkapan
sarana dan prasarana kerja dan sejenisnya.
Akan tetapi juga karena faktor ekstern, yang antara lain berupa norma
sosial dan sistem budaya, seperti persepsi, sikap, nilai-nilai organisasi dan
sentimen masyarakat terhadap kinerja aparat birokrasi. Dengan demikian, masalah
tanggung jawab publik dan pelayanan pejabat publik sebenarnya bukan semata-
mata masalah pejabat publik, tetapi menjadi masalah dari semua pihak yang
terlibat dalam urusan pemerintahan, sehingga perlu perhatian dari setiap
komponen penyelenggara negara.
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu berdasarkan rumusan
masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif. Sugiyono, (2011: h.3).
Sugiyono, (2011: h.15) mendefinisikan metode penelitian kualitatif adalah
“metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan
sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik
pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
pada generalisasi.
Dalam penggunaan data kualitatif terutama dalam penelitian yang
digunakan untuk permintaan informasi yang bersifat menerangkan dalam bentuk
uraian, maka data tersebut tidak dapat diwujudkan dalam bentuk angka-angka
melainkan berbentuk suatu penjelasan yang menggambarkan keadaan atau
peristiwa tertentu. Milles, (2001: h.94).
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka penelitian ini bermaksud untuk
meneliti lebih dalam dan diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai
30
Profesionalisme Kerja Pegawai dalam Pelayanan Publik Di PT. Perusahaan
Listrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan Raya.
3.2 Sumber Dan Teknik Pengumpulan Data
3.2.1 Sumber Data
Yang dimaksud sumber data adalah subyek darimana data dapat diperoleh.
Jadi sumber data menunjukkan asal informasi. Arikunto, (2010: h.25). Data ini
harus diperoleh dari sumber data yang tepat, supaya data yang terkumpul menjadi
relevan dengan masalah yang diselidiki. Adapun sumber data yang diambil dalam
penelitian ini adalah :
a. Data Primer
Untuk pengumpulan data primer dilakukan dengan mewawancarai masyarakat
yang mendatangi ke PT Perusahaan Listrik Negara Kabupaten Nagan Raya
pada bagian pelayanan publik untuk memperoleh data primer. Penggunaan
data primer tersebut dilakukan untuk mengetahui persepsi masyarakat
terhadap profesionalisme kerja pegawai di dalam pelayanan publik.
Daftar pertanyaan disusun berdasarkan indikator-indikator yang
berkemungkinan mempengaruhi profesionalisme kerja pegawai yakni
kemahiran pegawai dalam mempergunakan peralatan, kesiapan pegawai
dalam pelayanan, tanggung jawab pegawai dalam pelayanan, disiplin dan
sikap pegawai dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
31
b. Data Sekunder
Sedangkan data sekunder adalah data yang peneliti peroleh dari sumber-
sumber yang telah ada. Misalnya, data sekunder dapat diperoleh dari
PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan Raya. Selain itu,
juga dapat diperoleh dari beberapa Jurnal harian, laporan Ilmiah dan
informasi dari pegawai PT Perusahaan Listrik Negara Kabupaten Nagan
Raya.
3.2.1.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN)
Kabupaten Nagan Raya. Hasil pertimbangan penulis memilih PT Perusahaan
Listrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan Raya ini dikarenakan sarana publik yang
sangat strategis dalam berbagai aktifitas yang dilakukan masyarakat.
3.2.1.2 Teknik Penentuan Informan
Menurut Moleong, (2006: h.132), informan adalah orang yang
dimanfaatkan untuk memberi informasi tentang suatu siatuasi dan kondisi latar
penelitian. Seorang informan adalah sumber data yang dibutuhkan oleh penulis
dalam sebuah penelitian. Sedangkan menurut Bungin, (2007: h.108), informan
adalah : “Orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi
ataupun fakta dari suatu objek penelitian”.
Untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan permasalahan
penelitian, dimana terlebih dahulu penulis menetapkan siapa saja informannya dan
kemudian mendelegasikan tugas dibidangnya yang sesuai dengan tema penelitian.
32
Dalam penelitian ini pihak yang dijadikan informan adalah yang dianggap
mempunyai informasi (key-informan) yang dibutuhkan di wilayah penelitian. Cara
yang digunakan untuk menentukan informasi dari :
1) Pegawai PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan Raya objek
penelitian ini dengan menggunakan teknik “purposive sampling” yaitu teknik
sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-
pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya. Arikunto, (2002:
h.128).
Alasan pemilihan imforman tersebut di karenakan subjek yang telah
ditetapkan ini di anggap mengetahui dan memahami masalah penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dan penentuan informan ini juga sesuai penulis ambil
dari metode “Purposive sampling” yaitu teknik penarikan dengan cara
sengaja atau menunjuk langsung kepada orang yang di anggap dapat
mewakili populasi, oleh karena itu teknik ini didasarkan atas kriteria atau
pertimbangan-pertimbangan tertentu.
2) Sedangkan untuk masyarakat Kabupaten Nagan Raya dengan menggunakan
Sampling Acciddental, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,
yakni dengan masyarakat yang berada di sekitar kantor PT. Perusahaan Listrik
Negara (PLN) Kabupaten Nagan Raya.
Adapun jumlah keseluruhan informan yang akan diwawancara untuk
mendapatkan informasi secara langsung adalah :
33
a. Supervisor Administrasi 1 orang
b. Supervisor Teknik 1 orang
c. Assistant Analyst 1 orang
d. Masyarakat 11 orang
Jumlah Keseluruhan 14 orang
3.2.1.3 Jadwal Penelitian
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian
No Rencana KegiatanTahun 2013
Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Menyusun proposal Skripsi
2 Seminar Proposal
3 Perbaikan hasil seminar proposal
4 Konsul skripsi 5 Penelitian
6 Pengolahan data
7 Bimbingan tahap akhir dan penulisan hasilkoreksi
8 Sidang skripsi
9 Perbaikan Skripsi
34
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data mengenai objek penelitian, digunakan metode
pengumpulan data sebagai berikut :
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu peninjauan langsung ke perusahaan yang akan diteliti untuk
memperoleh data primer. Data ini dapat meliputi :
a. Observasi
Observasi adalah cara menghimpun data yang dilakukan dengan
mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang dijadikan objek penelitian. Muhammad, (2003:
h.35).
Hal ini peneliti melakukan penelitian tentang profesionalisme kerja
pegawai dalam pelayanan publik di PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN)
Kabupaten Nagan Raya Peneliti ingin mengetahui kebenaran pandangan
teoritis tentang masalah yang diselidiki dalam hubungannya dengan dunia
nyata. Observasi juga untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai
masalah dan mungkin petunjuk-petunjuk tentang cara memecahkannya.
Data yang diperolah antara lain, cara kerja, cara melayani dan tingkah laku
pegawai yang menangani pelayanan publik di PT. Perusahaan Listrik
Negara (PLN) Kabupaten Nagan Raya.
35
b. Wawancara
Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tersebut. Sugiyono, (2011: h.317)
Hal ini peneliti akan melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang
mengetahui, memahami lebih jauh dan berhubungan profesionalisme kerja
pegawai dalam pelayanan publik di PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN)
Kabupaten Nagan Raya.
c. Studi Dokumentasi
Menurut Sugiyono, (2011: h.329) Metode dokumentasi merupakan
catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dalam penelitian ini, studi dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti
adalah dengan mengumpulkan data melalui sumber-sumber tertulis
misalnya dokumen-dokumen resmi, makalah-makalah penelitian dan
buku-buku yang relevan dengan penelitian ini. Studi dokumen resmi yang
dilakukan peneliti adalah mengumpulkan data melalui pencatatan atau
data-data tertulis mengenai keadaan PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN)
Kabupaten Nagan Raya.
2. Studi Kepustakaan
Yaitu untuk memperoleh bahan teori yang merupakan landasan pembahasan
penelitian ini, maka diambil literatur-literatur yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti penulis untuk memperoleh data sekunder. Dalam studi
36
kepustakaan ini penulis memperolehnya dari berbagai sumber, yaitu: buku,
catatan, artikel dan laporan.
3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat pengumpulan data. Moleong, (2006:
h.145). Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah instrumen itu sendiri
atau anggota tim peneliti. Sugiyono, (2005: h.307). Peneliti sebagai instrumen
memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan dengan instrumen yang telah dibuat.
Instrumen konvensional yang a priori dan disiapkan terlebih dahulu oleh
peneliti atau pesanan tidak akan sanggup beradaptasi secara fleksibel dengan
realitas yang bermacam ragam itu. Hanya manusialah yang akan sanggup
menyesuaikan diri dan berinteraksi secara tuntas dengan fenomena yang sedang
dipelajari.
Dalam penelitian ini, peneliti akan membuat terlebih dahulu panduan
wawancara untuk memudahkan pelaksanaan penelitian di lapangan. alat bantu
yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu dokumen, laporan-laporan, dan
kamera.
3.4 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah mengubah data mentah menjadi data yang bermakna
yang mengarah kepada kesimpulan. Arikunto, (2010 : h.53).
37
Menurut Bogdan (1982) dalam Sugiyono, (2011: h.334), analisis data
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah
dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Menurut Miles dan Huberman (1982) dalam Sugiyono, (2011: h.337),
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga data
sudah jenuh.
Setelah diperoleh data yang dibutuhkan, selanjutnya diolah menggunakan
teknik analisa data kualitatif dengan jalan mengabstraksikan secara cermat setiap
informasi yang diperoleh. Analisa ini diharapkan mampu memberikan
pemahaman yang utuh dan mendalam terhadap interaksi atau konsep-konsep yang
diteliti.
Sehubungan penelitian ini akan menjawab permasalahan yang berkenaan
dengan profesionalisme kerja pegawai di PT. Perusahaan Listrik Negara di
Kabupaten Nagan Raya, faktor-faktor yang melatarbelakangi dan memetakan
realitas problematis yang ada, maka dengan analisis yang bersifat deskriptif
kualitatif segera dilakukan setelah melakukan wawancara, menghimpun data
sekunder maupun literatur, sumber-sumber yang telah diterbitkan terkumpul
secara lengkap.
Studi lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer dan sekunder.
Data primer diperoleh melalui metode wawancara, observasi atau pengamatan.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen yang dapat
38
memperjelas data primer. Dalam kaitan ini, peneliti juga melakukan studi
dokumen yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan
kebijakan pelayanan publik dengan demikian dari studi dokumen tersebut akan
diperoleh gambaran jelas mengenai isi dan substansi profesionalisme kerja
pegawai.
Pokok dari penelitian ini membahas profesionalisme kerja pegawai dalam
pelayanan publik yang dilakukan oleh pegawai PT PLN Kabupaten Nagan Raya.
Berdasarkan pokok penelitian tersebut maka pendekatan analisis penelitian yang
dilakukan adalah bagaimana profesionalnya kerja pegawai PT PLN Nagan Raya
terhadap pelayanan publik yang diberikan.
Pendekatan penelitian dapat dilakukan melalui beberapa tahapan penelitian.
Tahapan pendekatan penelitian ini antara lain :
1) Melakukan kajian pustaka, yang meliputi pengumpulan teori yang berkaitan
dengan topik penelitian seperti teori profesionalisme pegawai, teori
pelayanan publik, serta teori lain yang mempengaruhi dalam analisis
penelitian.
2) Melakukan pengumpulan data dan informasi, yang meliputi pengumpulan
data primer yakni wawancara dengan informan maupun data sekunder
sebagai pendukung dan dasar bagi kajian pustaka, serta penyusunan
pedoman wawancara.
3) Mengidentifikasi karakteristik pengguna pelayanan publik. Karakteristik
pengguna pelayanan publik dapat dikaji dari jenis kelamin, usia, pendidikan,
dan pekerjaan.
39
4) Menentukan indikator yang berkemungkinan untuk mempengaruhi
profesionalisme pegawai. Penentuan indikator dilakukan pada tinjauan
pustaka dan berdasarkan berbagai pertimbangan tertentu.
5) Mengetahui persepsi pengguna pelayanan publik terhadap profesionalisme
kerja pegawai PT PLN Kabupaten Nagan Raya yang menangani pelayanan
publik.
6) Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan
penelitian sebagai dasar dalam menentukan saran yang terkait dengan
penelitian ini.
3.5 Kredibilitas Data
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan
ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, dan
member check. Digunakannya uji ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang
lebih mendalam mengenai subyek penelitian. Sugiono, (2005: h.268).
Adapun pengujian kredibilitas data adalah sebagai berikut :
1. Perpanjangan pengamatan
Perpanjangan pengamatan perlu dilakukan karena berdasarkan pengamatan
yang telah dilakukan, dirasakan data yang diperoleh masih kurang memadai.
Menurut Moleong, (2006: h.327) perpanjangan pengamatan berarti peneliti
tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai.
40
2. Peningkatan ketekunan
Peningkatan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih mendalam
untuk memperoleh kepastian data. Meningkatkan ketekunan dilakukan dengan
membaca berbagai referensi baik buku maupun dokumen yang terkait dengan
temuan yang diteliti sehingga berguna untuk memeriksa data apakah benar
dan bisa dipercaya atau tidak.
3. Triangulasi
Triangulasi dimaksudkan untuk mendapatkan keterangan dari beberapa pihak
secara terpisah namun dengan karakteristik yang sama, kemudian hasilnya di
cross check antara jawaban yang satu dengan yang lain. Triangulasi dalam
penelitian ini dilakukan terhadap profesionalisme kerja pegawai. Dari hasil
jawaban dari beberapa pihak tersebut kemudian dilihat kesamaan dan
perbedaannya, sehingga dapat dilihat penerimaan diri berdasarkan pengalaman
psikologis obesitas dari orang yang satu dengan orang yang lain.
4. Pemeriksaan teman sejawat
Pemeriksaan teman sejawat dilakukan dengan mendiskusikan data hasil
temuan dengan rekan-rekan sesama mahasiswa maupun teman yang bukan
mahasiswa. Melalui diskusi ini diharapkan akan ada saran atau masukan yang
berguna untuk proses penelitian.
5. Analisis kasus negatif
Menurut Sugiyono, (2005: h.275) melakukan analis kasus negatif berarti
peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data
yang telah ditemukan.
41
6. Member Check
Member check atau pengujian anggota dilakukan dengan cara mendiskusikan
hasil penelitian kepada sumber-sumber yang telah memberikan data untuk
mengecek kebenaran data dan interprestasinya.
Menurut Moleong, (2006: h.336) pengecekan dilakukan dengan jalan:
a) Penilaian dilakukan oleh responden
b) Mengkoreksi kekeliruan
c) Menyediakan tambahan informasi secara sukarela.
Memasukan responden dalam kancah penelitian, menciptakan kesempatan
untuk mengikhtisarkan sebagai langkah awal analis data.
d) Menilai kecukupan menyeluruh data yang dikumpulkan.
Pengujian kredibilitas (credibility) bertujuan untuk menilai kebenaran dari
temuan penelitian kualitatif. Kredibilitas ditunjukkan ketika partisipan
mengungkapkan bahwa transkrip penelitian memang benar-benar sebagai
pengalaman dirinya sendiri.
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan dan Profil Perusahaan
4.1.1 Sejarah Singkat PT. PLN (Persero) Nagan Raya
Sebelum Indonesia Merdeka, pada tahun 1929 sebuah perusahaan swasta
Belanda yang berpusat di Rotterdam yang bernama ” NV. NIGEM (Netherland
Indische Gas en Electreceteit Maatschappiji)” yang mengadakan investasi usaha
kelistrikan di Aceh memiliki 3 sentral pembangkit, yaitu :
1. Sentral Banda Aceh (1929) dengan daya terpasang 300 kW, dengan merek
Man.
2. Sentral Sigli (1929) dengan daya terpasang 200 kW yang terdiri dari 2 unit
mesin dengan merek Man.
3. Sentral Langsa (1930) dengan daya terpasang 300 kW yang juga terdiri dari
2 unit mesin dengan merek Man.
Pada tahun 1942 NV. NIGEM dikuasai oleh Jepang tidak ada penambahan
dan perbaikan jaringan atau mesin. Bahkan banyak terjadi kerusakan operasi tanpa
ada perbaikan.
Setelah Indonesia Merdeka, pada tahun 17 Agustus 1945, dengan sendirinya
perusahaan listrik dikuasai oleh pemerintah Indonesia dengan nama ”Jawatan
kelistrikan dan Gas RI”. Tahun 1953 berganti nama menjadi ” Jawatan Tenaga
Kelistrikan RI ”. Tahun 1965 diadakan pembagian wilayah kerja daerah Aceh
menjadi perusahaan umum Listrik Negara Eksploitasi XIII. Pada tahun 1973
namanya berganti menjadi perusahaan umum Listrik Negara eksploitasi daerah
43
istimewa Aceh. Pada tahun 1982, menjadi PLN wilayah 1 daerah Istimewa Aceh
dan pada tahun 1989 menjadi PLN Kitlur Sumbagut Sektor Lueng Bata Banda
Aceh.
Pada tahun 1997 dimulailah pembangunan GI Konvensional di Banda Aceh.
Tetapi mengalami hambatan karena diakibatkan terjadinya konflik. Baru pada
tanggal 22 Juni 2004, GI Banda Aceh baru dapat dioperasikan. Pada tanggal 21
September 2005 P3B Sumatera dan UPT Banda Aceh terbentuk di NAD. UPT
membawahi 7 GI yang ada di Aceh termasuk GI Banda Aceh.
Kabupaten Nagan Raya merupakan salah satu kabupaten yang sedang
tumbuh dan berkembang di provinsi Aceh. Kabupaten yang terletak di pesisir
pantai-barat selatan ini merupakan hasil pemekaran wilayah dari kabupaten Aceh
Barat dan terbentuk secara definitive berdasarkan UU Nomor 4 tahun 2002 dan
telah di tetapkan pula Suka Makmue sebagai Ibukota Kabupaten Nagan Raya.
Pelayanan listrik di Kabupaten Nagan Raya dikelola PT. PLN (Persero)
Wilayah I-Cabang Meulaboh. Selain berasal dari system kelistrikan tertutup yang
berasal dari PLTD, pasokan listrik diwilayah barat dan selatan, termasuk
Kabupaten Nagan Raya mendapatkan bantuan pasokan dari pembangkit listrik
tenaga uap milik Media Group dengan kapasitas 15 MW. Pasokan listrik dari
PLTU tersebut selama kurun waktu dua tahun terakhir berjalan normal.
Untuk pelayanan pendistribusian tenaga listrik memiliki empat sub rayon,
yaitu Sub Rayon Simpang Peut, Sub Rayon Alu Bilie, Sub Rayon Beutong dan
Sub Rayon Beutong Ateuh. Pembagian ini bertujuan untuk mempermudah PLN
dalam menjangkau dan melayani pelanggan dimanapun di daerah Nagan Raya.
44
Untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan listrik dari tahun ke tahun kian
meningkat, Pemerintah dalam hal ini PT. PLN Persero telah selesai membangun
OLTU 2 x 110 Mega Watt (MW) di Suak Puntong, Kecamatan Kuala, Kabupaten
Nagan Raya dan telah mulai beroprasi sejak Januari 2013 yang lalu.
Pembangunan PLTU Nagan Raya diwujudkan untuk mendukung stabilitasi
distribusi antara wilyah pantai Timur, Tengah, dan Pantai Barat, serta wilayah
Selatan Aceh.
4.1.2 Visi dan Misi PT PLN (Persero)
Visi
“ Diakui menjadi perusahaan kelas dunia yang tumbuh berkembang,
unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani”.
Misi
1. Melakukan bisnis kelistrikan dan bidang usaha terkait yang
berorientasi kepada kepuasan pelanggan, karyawan dan pemegang
saham.
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan manusia.
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi.
4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
Penerapan Nilai-nilai
1. Saling Percaya
2. Integritas
3. Peduli
45
4. Pembelajar.
4.2 Hasil Penelitian
Profesionalisme kerja pegawai sebagai bentuk dari kemampuan seorang
aparat dalam menjalankan tugas dan fungsinya secara efektif serta mampu
merespon dinamika lingkungan nasional maupun global termasuk perkembangan
kebutuhan dan tuntutan masyarakat dengan menciptakan inovasi-inovasi baru
guna tercapainya penyelenggaraan pelayanan publik yang profesional namun tetap
menjadikan tujuan organisasi sebagai acuan dalam menjalankan tugas dan
fungsinya.
Profesionalisme kerja pegawai dalam melayani publik di PT PLN Nagan
Raya harus berdasarkan pada prinsip-prinsip penyelenggaraan pelayanan yakni
prinsip Kemahiran pegawai dalam mempergunakan peralatan, kesiapan pegawai
dalam pelayanan, tanggung jawab pegawai dalam pelayanan, disiplin dan sikap
pegawai dalam memberi pelayanan kepada masyarakat.
4.2.1 Kemahiran Pegawai Dalam Mempergunakan Peralatan
Menurut Ferdian Masri sebagai Supervisor Administrasi yang memberikan
penjelasan tentang kemahiran pegawai dalam mempergunakan peralatan yang
mendukung pekerjaannya, adalah :
“Sebagian besar pegawai sudah mampu dalam mempergunakanperalatan dalam hal pelayanan publik. Alat yang digunakan adalah,computer, foto digital, alat-alat perkakas mekanik (seperti obeng, tangbesar dan kecil, taspen) , tangga pembantu, tali tambang dan lain-lain,karena kami menerima pegawai yang ahli pada bidang-bidang yangdibutuhkan oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) KabupatenNagan Raya” (wawancara tanggal 10/6/2013. Pukul: 10.30 WIB).
46
Dari pernyataan Supervisor Administrasi tersebut, memberikan keterangan
bahwa pegawai PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan Raya
sudah mampu mempergunakan peralatan yang mendukung pekerjaannya menurut
bidangnya masing-masing.
Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Muhammad Jauhari selaku warga,
menyatakan bahwa :
“Pegawai PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan Rayadalam menggunakan peralatan yang ada dapat dilakukan dengan baik,karena dalam hal ini alat yang digunakan adalah computer, alat-alatperkakas mekanik (seperti obeng, tang besar dan kecil, taspen) , tanggapembantu, tali tambang dan lain-lain. Jadi sudah mahirmenggunakannya menurut bidang-bidang mereka. PT. PerusahaanListrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan Raya sudah tentumemperkerjakan pegawai yang siap pakai dan mahir dan dibidangnya”(wawancara tanggal 10/6/2013. Pukul: 10.45 WIB).
Jawaban Nuriana Kamal dari masyarakat yang lainnya di PT. PLN Nagan
Raya terhadap profesionalisme pegawai mengenai pegawai berkompeten terhadap
tugas dan fungsinya, didapatkan bahwa :
“Pengguna pelayanan berpendapat bahwa pegawai-pegawai padaBagian Administrasi umumnya berkompeten terhadap tugas danfungsinya. Mereka berpendapat kalau pegawai sudah mengetahui apaperan, tugas, dan fungsinya masing-masing serta petugas dapatmembantu pengguna apabila ada yang rancu dalam proses pelayanan”(wawancara tanggal 10/6/2013. Pukul: 11.15 WIB).
Didalam menjalani tugasnya di tengah-tengah masyarakat pegawai harus
memperlihatkan bukti nyata bahwa mereka adalah pegawai dari PT. Perusahaan
Listrik Negara (PLN) dengan menunjukkan identitas pegawai mereka. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Ferdian Masri sebagai Supervisor Administrasi bahwa :
“Pegawai dalam menjalani pekerjaannya di lapangan, kami harusmembawa tanda pengenal yang jelas, agar masyarakat yakin danpercaya bahwa kami dari pegawai PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN)Kabupaten Nagan Raya” (wawancara tanggal 10/6/2013. Pukul: 11.30WIB).
47
.Berdasarkan hasil wawancara tersebut diatas maka dapat disimpulkan
bahwa, pegawai PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan Raya
sudah baik dalam mengerjakan pekerjaannya. Pegawai mahir dan berkompeten
terhadap tugas dan fungsinya dalam hal melayani publik.
4.2.2 Kesiapan Pegawai Dalam Pelayanan
Dalam hal ini sesuai dengan petikan wawancara dengan Ilyas sebagai
Supervisor Teknik di PT PLN Nagan Raya, yaitu:
“Berdasarkan pada prosedur yang telah ditetapkan, kami berusahasemaksimal mungkin agar pelanggan dapat menerima pelayanandengan waktu yang telah ditentukan dalam pengurusan pelayananpublik, dengan cepat mengurusnya yaitu mengisi data-data permohonanpemasangan baru, pembayaran rekening penunggakan dan lainsebagainya” (wawancara tanggal 11/6/2013. Pukul: 9.15 WIB).
Hasil petikan wawancara diatas maka dapat disimpulkan pegawai PT.
Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan Raya cukup baik, pegawai di
sini siap dan tepat waktu dalam melayani publik di Kabupaten Nagan Raya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Syarbaini dari masyarakat tentang
kesiapan pegawai dalam melaksanakan pelayanan adalah:
“Sebenarnya prosedurnya sudah jelas dan dapat dimengerti, akan tetapiada kesan bahwa pegawai yang bertugas agak mempersulit prosedurseperti pemasangan Ampere meteran yang baru dengan menambahsyarat administrasi yang ada seperti harus ada surat pengantar dan surattanda pengenal” (wawancara tanggal 11/6/2013. Pukul: 9.25 WIB).
Sementara hasil wawancara dengan Cut Rizki Amalia dari masyarakat
didapatkan bahwa:
“Kesiapan pegawai dalam pelayanan publik masih kurang jelas, sepertidalam hal memberi informasi persyaratan teknis dan administratif yangakan dibutuhkan. Pegawai selalu saja meminta berbagai surat ataupunpetujuk lain agar proses selanjutnya dapat dilaksanakan misalnya Kartu
48
Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK)” (wawancara tanggal11/6/2013. Pukul: 10.00 WIB).
Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kesiapan pegawai PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan Raya
dalam melayani publik belum maksimal karena masih kurang baiknya prosedur
yang harus dipenuhi oleh pelanggan PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN)
Kabupaten Nagan Raya.
Namun kemudahan masyarakat dalam menemui pegawai PT. Perusahaan
Listrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan Raya adalah cukup baik, Andi
Darmawan dari masyarakat berpendapat :
“Pada saat saya membutuhkan tenaga ahli disini, mereka mudahditemui ditempat ataupun kalau tidak ada dapat dihubungi melaluitelepon, dikarenakan pegawai biasanya selalu memberikan contactperson-nya. Akan tetapi, adakalanya kalau sudah melewati jam makansiang biasanya pegawai yang berada di kantor biasanya sudah banyakyang tidak ada di tempat lagi, jadi saya biasanya sudah tahu kalau adakeperluan di kantor ini biasanya harus pada pagi hari sampai menjelangsiang. Kalau sudah sore pegawai sudah susah untuk ditemui”(wawancara tanggal 11/6/2013. Pukul: 10.15 WIB).
Adapun profesionalisme pegawai dalam menjalankan tugasnya dapat
dilihat dari kemauan atau antusias pegawai untuk membantu pelanggan yang
mengalami kendala dalam hal pelayanan dan langsung merespon setiap pelanggan
yang datang di Perusahaan Listrik Negara (PLN). Seperti yang dikemukakan Ilyas
sebagai Supervisor Teknik adalah :
“Sebagian besar pegawai mau membantu pelanggan disini sepertidalam hal permohonan atau ada kendala (gangguan listrik) akansegera diproses lebih lanjut agar masyarakat puas akan pelayananyang diberikan oleh kami sebagai pegawai di PT. Perusahaan ListrikNegara (PLN)” (wawancara tanggal 11/6/2013. Pukul: 10.30 WIB).
49
Hal ini sesuai dengan penuturan dari Cut Rizki Amalia dari masyarakat
menyatakan bahwa :
“Pegawai disini cepat merespon dan menanyakan langsung kepadasaya, ketika saya baru tiba di kantor tersebut, mereka langsungmenanyakan “ada keperluan apa ibu?” dan pada saat sayamengkomplain mengenai tagihan listrik saya yang membengkak tidaksewajarnya, mereka segera merespon dan menyelesaikan hal inidengan waktu yang dijanjikan” (wawancara tanggal 11/6/2013. Pukul:10.05 WIB).
Kemampuan pegawai dalam menjawab pertanyaan dari publik di PT.
Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan Raya cukup baik, hal ini
sesuai dengan pernyataan Andi Darmawan dari masyarakat, yaitu:
“Pegawai pada Bagian Administrasi umumnya berkompeten terhadaptugas dan fungsinya. Mereka selalu siap dan baik dalam menjawabpertanyaan dari saya dan mengarahkan saya serta membantu sayajikalau ada yang rancu dalam proses pelayanan” (wawancara tanggal11/6/2013. Pukul: 10.25 WIB).
Berdasarkan hasil wawancara ini dapat disimpulkan bahwa kesiapan
pegawai PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan Raya dalam
melayani publik belum cukup baik dikarenakan kurangnya informasi dari petugas
kepada masyarakat dalam hal perlengkapan administrasi di waktu permohonan
pemasangan meteran baru dan ketidak hadiran pegawai di kantor pada saat adanya
pelanggan yang memerlukan bantuan dalam pelayanan.
4.2.3 Tanggung Jawab Pegawai Dalam Pelayanan
Profesionalisme pegawai dalam pelayanan publik di PT. PLN Nagan Raya
harus memenuhi prinsip tanggung jawab. Tanggung jawab diartikan dengan
pegawai bertanggung jawab terhadap penyelesaian urusan dan penyelesaian
keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.
50
Hasil wawancara dengan Adiyatma dari masyarakat mengenai ketekunan
dan rajin mengerjakan pekerjaan pegawai yang menjadi tanggung adalah :
“Mereka bertanggung jawab dan tekun dalam menyelesaikanpekerjaannya, seperti di saat saya menyampaikan keluhan saya tentangadanya gangguan listrik dirumah saya, Pegawai PT. Perusahaan ListrikNegara (PLN) Kabupaten Nagan Raya segera menyelesaikannyasampai tuntas dan beres” (wawancara tanggal 17/6/2013. Pukul: 10.40WIB).
Hal ini senada dengan penuturan Deny Pratama dari masyarakat tentang
tanggung jawab pegawai PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan
Raya terhadap keluhan-keluhan dari masyarakat adalah :
“Pegawai disini cepat merespon tentang keluhan dan diproses lebihlanjut bagaimana penyelesaiannya. Pengalaman saya, diwaktu sayamemprotes mengenai tagihan rekening saya yang membengkak, akibatdari kesalahan teknis pencatatan meteran listrik, pegawai disinimenerima keluhan dan berusaha untuk memperbaikinya sehingga tidakakan ada persoalan lebih lanjut di waktu yang akan datang” (wawancaratanggal 17/6/2013. Pukul: 11.00 WIB).
Apabila terjadi kesalahan pencatatan rekening listrik pegawai secepatnya
akan mengecek ulang dan meregistrasi pelanggan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan setelah lunas membayar persyaratan. Hal ini sesuai dengan penuturan
Faisal dari masyarakat yang menyatakan :
“Ketika saya menyelesaikan penunggakan pembayaran rekening listrik,dan saya mengajukan kembali permohonan pemasangan listrik kembali,pegawai disini siap menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan hasilkesepakatan bersama. Sebagian besar permohonan yang diberikan akandiproses lebih lanjut dan diselesaikan segera, walaupun waktu untukpelaksanaan pekerjaannya kurang bisa untuk dipastikan waktunya. Adabeberapa permintaan bantuan yang tidak bisa dipenuhi oleh bagian inidikarenakan beberapa hal yang disampaikan oleh pegawai yangbersangkutan seperti adanya masalah besarnya dana penunggakan yangbelum dilunaskan pelanggan” (wawancara tanggal 17/6/2013. Pukul:10.45 WIB).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
51
pegawai PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan Raya sudah
cukup baik, pegawai tekun dan rajin dalam menyelesaikan pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya terhadap keluhan-keluhan dari masyarakat.
4.2.4 Disiplin
Kinerja yang dicapai oleh suatu organisasi atau instansi pada dasarnya
adalah prestasi para anggota organisasi itu sendiri mulai dari tingkat eksekutif
dalam hal ini pimpinan sampai pada pegawai atau staf. Sumber daya manusia
merupakan aset vital pada hampir semua jenis organisasi, oleh karena itu, upaya
memperbaiki kinerja organisasi tidak mungkin dapat berhasil jika perilaku para
pegawai tidak diarahkan dengan baik.
Disiplin merupakan sikap mental dan pengendalian diri seseorang atau
kelompok yang tercermin dalam pembeuatan atau tingkah laku berupa ketaatan
terhadap peraturan-peraturan atau ketentuan yang ditetapkan oleh suatu organisasi
atau instansi. Disiplin merupakan salah satu faktor untuk mengukur baik atau
buruknya kinerja suatu instansi baik itu instansi pemerintahan, maupun instansi
swasta.
Dikatakan bapak Ferdian Masri, sebagai Supervisor Administrasi kepada
peneliti beliau mengatakan apabila datang ke kantor pada waktu pagi, maka masih
ada pegawai yang belum datang, hanya ada beberapa orang yang tiba ditempat
tepat pada waktunya. Berikut petikan wawancaranya:
“Pegawai PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan Rayabelum dapat dikatakan baik karena masih ada pegawai yang datangterlambat. Bagaimana mungkin dapat melakukan pelayanan yang terbaikkepada masyarakat apabila datang terlambat ” (wawancara tanggal17/6/2013. Pukul: 10.15 WIB).
52
Pernyataan Supervisor Administrasi tersebut, juga diperkuat oleh
pernyataan Deny Pratama dari masyarakat yang mengatakan bahwa:
“Saya kira masalah disiplin juga sangat perlu ditingkatkan, kalaupegawai seharusnya jam 8 sudah harus ada ditempat, tapi ini tidak,banyak pegawai yang masih diluar atau belum datang, dan itu sangatmengganggu pelayanan disini, ketika saya selaku masyarakat perlu,saya harus perlu menunggu dan itu menghambat saya” (wawancaratanggal 17/6/2013. Pukul: 10.45 WIB).
Pernyataan dari masyarakat tersebut juga diperkuat oleh pelanggan yang
lain, Abdul Kadir mengatakan bahwa:
“Ya… memang disiplin pegawai di PT. Perusahaan Listrik Negara(PLN) Kabupaten Nagan Raya perlu diperbaiki, kalau saya agak siangdatang kekantor, jam 2 atau jam 3, pegawai disini itu sudah banyakyang pulang, hanya ada beberapa pegawai yang masih standby ditempat, apabila saya membutuhkan pelayanan dibidang administrasimisalnya, pegawai tersebut sudah tidak ada di kantor dan saya terpaksaharus kembali lagi besok paginya..” (wawancara tanggal 18/6/2013.Pukul: 11.15 WIB).
Dari pernyataan-pernyataan tersebut pegawai PT. Perusahaan Listrik
Negara (PLN) Kabupaten Nagan Raya dalam kedisiplinan masih kurang baik, hal
ini dapat dilihat dari perilaku tidak disiplin yang dilakukan oleh pegawai PT.
Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan Raya, bahwa memang
pegawai tersebut perlu ditingkatkan lagi kedisiplinan agar kualitas pelayanan di
PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan Raya lebih baik.
4.2.5 Sikap Pegawai Dalam Pelayanan
Profesionalisme pegawai dalam pelayanan publik di PT. Perusahaan
Listrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan Raya harus memenuhi prinsip kesopanan
dan keramahan. Sikap aparatur dalan memberikan pelayanan kepada masyarakat
haruslah berperilaku rapih, bersih, ramah dan sopan.
53
Hasil wawancara peneliti dengan Abdul Rahmat sebagai Assistant Analyst
di PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan Raya, adalah :
“Sikap yang harus dilakukan adalah dengan menerima dan ramahterhadap masyarakat. Kami sudah melaksanakan dengan baik dengansenang hati melayani masyarakat. Berbicara mengenai sikap pegawaidalam pelayana publik, berkaitan dengan tugas pemerintah sebagai abdimasyarakat dengan sikap ramah dan sopan, pembicaraan yang wajardalam arti tidak dibuat-buat, cukup jelas, tidak menimbulkan keraguan,disampaikan dengan terbuka. Dengan sikap pegawai yang seperti itumaka akan memperlancar proses pekerjaannya, dan sikap inimasyarakat akan merasa puas dan dihargai” (wawancara tanggal18/6/2013. Pukul: 11.00 WIB).
Menurut hasil wawancara diatas bahwa sikap pegawai di PT. Perusahaan
Listrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan Raya dalam melayani pelayanan publik
sudah cukup baik.
Hal ini sesuai dengan jawaban Siti Suharni dari masyarakat di PT.
Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan Raya terhadap
profesionalisme pegawai sikap pegawai dalam memberikan pelayanan, yaitu:
“Penampilan pegawai kantor bersih dan rapih, hal ini dikarenakanpegawai kantor merupakan pegawai negeri sipil yang sudah adaseragam dinasnya dan pegawai menjaga kebersihan pakaiannya dalammelakukan pelayanan di kantor” (wawancara tanggal 18/6/2013. Pukul:11.00 WIB).
Tetapi pada salah satu pelanggan yang lain, Riyanto mengatakan :
“Perilaku pegawai ramah dan sopan, walaupun ada dari beberapapengguna pelayanan yang beranggapan ada oknum pegawai yangkurang bersikap ramah jikalau ditanya mengenai prosedur dankelengkapan administrasi” (wawancara tanggal 18/6/2013. Pukul: 11.00WIB).
Profesionalisme pegawai dalam pelayanan publik di PT. PLN Nagan Raya
harus mampu menanamkan kepercayaan kepada pelanggannya. Kenyamanan
pelanggan merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan oleh pegawai.
Seperti yang diungkapkan oleh Siti Suharni dari masyarakat :
54
“Saya percaya dengan pegawai disini, karena apabila saya mempunyaipermasalahan tentang pembayaran tagihan rekening, saya menerimatanda bukti pembayaran yang sah dari pegawai PT. Perusahaan ListrikNegara (PLN) Kabupaten Nagan Raya. Bukti tanda terima inilah yangmemberikan jaminan keamanan terhadap hukum, bukti ini biasanyaberupa kwitansi penerimaan” (wawancara tanggal 18/6/2013. Pukul:11.15 WIB).
Dalam hal mengutamakan kepentingan masyarakat pegawai di PT.
Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan Raya masih kurang baik, hal
ini sesuai dengan Riyanto dari masyarakat menyatakan bahwa :
“Pegawai PT. PLN Nagan Raya bertanggung jawab terhadappenyelesaiaan urusan. Pengguna pelayanan menyatakan kalau urusanpasti selesai, akan tetapi waktu untuk penyelesaiaan urusan biasanyamelewati waktu yang disepakati pegawai dengan pengguna pelayanan”(wawancara tanggal 18/6/2013. Pukul: 11.30 WIB).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
sikap aparatur dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sudah baik
walaupun masih ada salah satu oknum pegawai yang bersikap kurang ramah
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
4.3 Pembahasan
Profesionalisme kerja pegawai sangat ditentukan oleh tingkat kemampuan
pegawai yang tercermin melalui perilaku sehari-hari dalam organisasi. Tingkat
kemampuan pegawai yang tinggi akan lebih cepat mengarah kepada pencapaian
tujuan organisasi yang telah direncanakan sebelumnya, sebaliknya apabila tingkat
kemampuan pegawai rendah kecendrungan tujuan organisasi yang akan dicapai
akan lambat bahkan menyimpang dari rencana semula. Istilah kemampuan
menunjukkan potensi untuk melaksanakan tugas yang mungkin dan tidak
55
mungkin dilakukan. Kalau disebut potensi, maka kemampuan dapat juga
dipergunakan untuk menunjukkan apa yang akan dapat dikerjakan oleh seseorang,
bukan apa yang telah dikerjakan oleh seseorang.
Menurut Islami dalam Agung Kurniawan, (2005: h.79) menyebut bahwa
setiap pegawai harus responsible atas pelaksanaan tugas-tugasnya secara efektif,
yaitu dengan menjaga tetap berlangsungnya tugas-tugas dengan baik dan lancar,
mengelolanya dengan profesional dan pelaksanaan berbagai peran yang dapat
dipercaya.
Pegawai sebagai unsur pelaksana proses pelayanan memegang peranan
penting terhadap keberlangsungan organisasi yang bergerak di bidang pelayanan.
Untuk mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas, pemerintah dituntut lebih
tanggap dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Kemampuan yang dimiliki
oleh pegawai dalam melaksanakan tugas tersebut harus sesuai dengan tuntutan
masyarakat saat ini. Dalam hal ini minat dan ketertarikan terhadap tugas, tingkat
kemauan memahami uraian tugas, pekerjaan yang diberikan harus sesuai dengan
jadwal yang ditentukan.
Dalam hal ini kemampuan dalam mempergunakan peralatan yang ada
dalam mendukung pekerjaannya, kesiapan dalam pelaksanaan pelayanan yaitu
disiplin dalam memulai dan menyelesaikan peleyanan, tekun dan rajin
mengerjakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, mentaati segala
peraturan yang melandasi bidang pekerjaannya, sikap aparatur dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
56
4.3.1 Kemahiran Pegawai Dalam Mempergunakan Peralatan
Berdasarkan hasil temuan di lapangan menggambarkan bahwa pegawai
pada umumnya telah menguasai pekerjaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
yang telah dibebankan kepada mereka. Hal ini mencerminkan bahwa secara
personal aparat pelaksana telah mampu menjalankan tugasnya sesuai dengan
harapan.
Kemahiran pegawai dalam mempergunakan peralatan memberikan
pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan oleh Unit
Pelayanan Pelanggan di PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kabupetan Nagan
Raya. Hal ini berarti perusahaan memberikan jasanya secara tepat semenjak saat
pertama.
Kemahiran disini merupakan sejauh mana para karyawan bisa
mempergunakan peralatan dengan baik, benar dan dengan ahli mengatasi
permasalahan yang dihadapi oleh para pelanggan. Semakin mahir hasil
diperlihatkan oleh para pegawai maka permasalahan yang dihadapi oleh para
pelanggan akan cepat terselesaikan.
4.3.2 Kesiapan Pegawai dalam palayanan
Hasil catatan dilapangan bahwa pegawai PT. Perusahaan Listrik Negara
(PLN) Kabupaten Nagan Raya belum maksimal karena komunikasi dari pegawai
dengan masyarakat tentang prosedural yang berlaku di PLN tidak semua
masyarakat mengetahuinya. Masih kurang baiknya prosedur yang diminta oleh
pegawai, yang membuat kesan ketidaksiapan pegawai dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
57
Kesiapan pegawai PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan
Raya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dari segi kemudahan
menjumpai pegawai di kantor memberi kesan positif dari masyarakat. Masyarakat
sudah mengetahui jadwal kerja di PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN)
Kabupaten Nagan Raya dan sebahagian masyarakat mempunyai kontak person
dengan pegawai untuk memudahkan mereka dalam menyampaikan keluhan
gangguan listrik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pegawai dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat antara lain:
1) Dalam penyelenggaraan pelayanan perlu menjaga konsistensi
pelaksanaan jadwal waktu pemberian pelayanan. Untuk itu dalam
menyusun jadwal waktu pelaksanaan pelayanan publik, hendaknya
benar-benar diperhitungkan beban kerjanya secara realistis. Dihitung
beban atau volume kerja rata-rata dan masing-masing meja/petugas, dan
perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pelayanan,
kemudian disesuaikan tata urutan kerjanya, sehingga dapat diperkirakan
jumlah keseluruhan jam/hari kerja yang diperlukan untuk memproses
/menangani pelayanan tersebut. Sehingga dapat disusun perkiraan jadwal
keseluruhan rangkaian kerja penyelesaian pelaksanaan pelayanan publik.
Agar dalam pelaksanaannya tidak meleset dari jadwal yang ditetapkan,
maka dalam perkiraan waktu/jadwal dapat dibuat perkiraan waktunya sedikit
mundur, sehingga jadwal kerja harus dapat dilaksanakan secara
konsisten.
58
2) Mengefektifkan pelaksanaan pengawasan dan pengendalian oleh
pimpinan/atasan Langsung. Untuk mendukung fungsi pengawasan ini dapat
dioptimalkan penggunaan sarana pengawasan fungsional, misalnya
penerapan sistem monitoring terhadap kegiatan/pekerjaan, melalui:
a) Pencatatan atas setiap kegiatan yang dilakukan bawahan pada
buku monitoring, blangko, formulir, kuitansi, bukti penerimaan/setoran.
b) Forum pertemuan, rapat sebagai sarana untuk menyusun perencanaan,
memberikan informasi perkembangan kegiatan, laporan/evaluasi
pelaksanaan pekerjaan. Komaruddin, (2001: h.34).
4.3.3 Tanggung Jawab Pegawai Dalam Pelayanan
Hasil temuan di lapangan menggambarkan bahwa tingginya tingkat
pertanggungjawaban aparat pelaksana terhadap program kerja pegawai PT.
Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan Raya, tercermin pula dari
kesungguhan mereka dalam melaksanakan tugasnya. Kemampuan seorang
pegawai dalam menyelesaikan setiap pekerjaannya dengan cara-cara atau inisiatif
sendiri dan bertanggung jawab dianggap efektif dan efisien serta mampu
menciptakan perubahan-perubahan guna untuk melakukan perbaikan demi
kemajuan perusahaan.
Menurut Komaruddin, (2011: h.43) mengemukakan ada 6 (enam)
karakteristik dari pegawai yang memiliki motif berprestasi tinggi, yaitu:
1. Memiliki tanggung jawab terhadap pekerjaan yang tinggi.
2. Berani mengambil resiko.
3. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan bertujuan untuk
merealisasikan tujuannya.
59
4. Memanfaatkan umpan balik yang kongkrit dalam seluruh kegiatan
kerja yang dilakukannya.
5. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah di
programkan.
Karakteristik bertanggungjawab terhadap pekerjaan telah memberikan
kontribusi terhadap profesionalisme yang kemudian ikut pula mempengaruhi
terhadap kinerja pegawai PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan
Raya.
4.3.4 Kedisiplinan
Hasil temuan di lapangan menggambarkan bahwa masih kurangnya sikap
profesional dari pegawai di lingkungan PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN)
Kabupaten Nagan Raya tercermin dari tingkat disiplin mereka dalam menjalankan
tugasnya masih kurang.
Kondisi faktual memperlihatkan bahwa sebahagian pegawai PT.
Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan Raya menunjukan sikap
kurang disiplin dalam melaksanakan program kerja yang menjadi tanggung
jawabnya. Apabila pegawainya saja tidak disiplin, dalam arti masuk sering
terlambat lewat dari jam masuk kantor, ataupun pulang lebih awal dari jam pulang
kantor, bagaimana bisa pegawai itu bekerja dengan baik, dan hal itu membuat
kinerja pegawai menjadi buruk.
4.3.5 Sikap Pegawai Dalam Memberikan Pelayanan
Keramahan petugas pemberi layanan serta kemampuan mereka untuk
menginspirasi kepercayaan dan kenyamanan bagi pengguna layanan. Petugas
60
yang ramah akan menjadi salah satu faktor determinan bagi pengguna layanan
untuk memberikan penilaian yang baik atas pelayanan yang disajikan. Hal yang
penting lainnya adalah cara penyampaian penjelasan atau penjelasan pelayanan
maka akan semakin baik pula penerima pengguna layanan yang disajikan.
Sikap santun seorang pegawai dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat menentukan kenyamanan bagi pengguna layanan itu sendiri. Karena
jika pegawainya bersikap santun masyarakat pun tidak canggung dan merasa tidak
terbebani dengan perasaan takut merepotkan, takut menganggu dan sebagainya.
Walaupun sudah kewajiban penyelenggara pelayanan publik melayani
masyarakat dan hak masyarakat adalah mendapatkan pelayanan yang baik.
Sehingga ke depannya lagi diharapkan sikap santun, ramah dan disiplin ini harus
dipupuk serta ditingkatkan lagi karena ini menyangkut kepentingan umum dan
sikap itu tentunya harus berdasarkan keikhlasan dari hati nurani yang paling
dalam pada setiap pegawai palayanan publik di PT PLN Nagan Raya sehingga
tidak ada paksaan atas kewajiban yang membebaninya dalam melayani
masyarakat dengan setulus hati.
61
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Profesionalisme kerja pegawai adalah keandalan dan keahlian dalam
pelaksanaan tugas sehingga terlaksana dengan mutu tinggi, waktu yang tepat,
cermat, dan dengan prosedur yang mudah dipahami dan diikuti oleh pelanggan.
Profesional kerja pegawai PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kabupaten
Nagan Raya dalam kemahiran menggunakan peralatan dan tanggung jawab
pegawai dalam pelayanan dapat dikatakan baik atau cukup memuaskan. Hal ini
terbukti kemahiran pegawai dalam mempergunakan peralatan kerjanya dan
tanggung jawab pegawai dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan.
Namun dari kesiapan, kedisplinan dan sikap pegawai dalam pelaksanaan
pelayanan publik di PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan Raya
dinilai masih kurang baik, karena masih ada pegawai yang belum menjalankan
tugas dan tanggung jawabnya secara profesional. Hal ini dapat menganggu
kualitas kerja dan kepercayaan masyarakat terhadap profesionalisme kerja
pegawai di PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan Raya.
5.2 Saran
Setelah penulis menyampaikan kesimpulan dan berdasarkan hasil penelitian,
maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
62
1. Pagawai PT. PLN Nagan Raya, hendaknya dapat meningkatkan kemampuan
dan keahlian yang dimiliki dengan cara mengikuti pendidikan dan pelatihan
yang diadakan oleh pemerintah daerah agar terbentuk pegawai yang
professional, mampu merespon dan menjawab setiap keluhan dan
permasalahan dari masyarakat.
2. Hendaknya kesiapan, kedisplinan dan sikap pegawai di PT. Perusahaan Listrik
Negara (PLN) Kabupaten Nagan Raya dalam menjalankan tugas dan
tanggungjawab dapat diperbaiki agar kualitas pelayanan publik di sini akan
lebih baik dan masyarakat merasa nyaman dalam memerlukan pelayanan di
PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kabupaten Nagan Raya.
63
DAFTAR PUSTAKA
Agripa Pakpahan 2009. Peranan profesionalisme kerja pegawai dalam pelayananpublik (Studi kasus pelayanan pengurusan Kartu Tanda Penduduk diKecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun). Medan. JurusanAdministrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UniversitasSumatera Utara.
Arikunto. S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi2010. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Aritonang, Lerbin R. 2005. Kepuasan Pelanggan. Edisi Pertama, CetakanPertama. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
A.W.Widjaja, 2006. Administraasi Kepegawaian. Jakarta : PT. Rajawali.
Barata, Atep Adya, 2004, Dasar-dasar Pelayanan Prima, CetakanKedua.Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Boediono, B. 2003. Pelayanan Prima Perpajakan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Bungin, Burhan, 2007 : Metodologi Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi,dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, Kencana, Jakarta
Dehardt Janet and Robert Denhardt. 2007. The New Publilc Service. Serving NotSteering, ME Sharpe.
Dwiyanto, Agus, 2011, Mengembalikan Kepercayaan Publik Melalui ReformasiBirokrasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Fitzsimmons, J.A.and Fitzsimmons, MJ. 2006. Service Management :Operation, Strategy, and Information Technology. 5th ed.McGraw-Hill, New Jersey.
Hutasoit, C.S. 2003. Pelayanan Publik Teori dan Aplikasinya. Jakarta : PT.Rineka Cipta
Jeremy, Pope. 2008. Strategi Memberantas Korupsi. Jakarta: BadanTansparansi Internasional dan Transparansi Intemasional Indonesia.Keputusan Menteri PAN Nomor: 63IKEPIM.PANI7/2003. KeputusanMenteri PAN Nomor 251KEPIM.PANI712003
Komaruddin. 200l. Asas-asas Manajemen Perkantoran. Kappa Sigma: Bandung.
Kotler P. 2003. Manajemen Pemasaran. N.ew Jersey: 11th Editon/Intemational.
64
Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta:Pembaruan.
Milles, B Matthew, Michael Huberman, 2001. Analisis Data Kualitatif, BukuSumber Tentang Metode-Metode Baru, UI Press, Jakarta
Moleong. 2006. Metodologi Penelitiann Kualitati/ Edisi Revisi Cetaka KeduaPuluh Dua. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Musanef. 2000. Manajemen Kepegawaian di Indonesia, Jakarta : PT. GunungAgung.
Nazir, Muhammad. 2000. Metode Penelitian. Rineka Cipta : Jakarta
Parasuraman, A. Valerie, 2006. (Diterjemahkan oleh Sutanto) DeliveringQualityService. New York: The Free Press.
Sayogyo. 2005. Sosiologi Perdesaan. Penerbit Pustaka, Jakarta.
Sedarmayanti. 2004. Good Governance (Kepemerintahan yang Baik) BagianKedua: Membamgun Manajemen Sistem Kinerja Guna MeningkatkanProduktivitas Menuju Good Governance (Kepemerintahan yang Baik).Bandung: Mandar Maju.
Seridawati. 2010. Pengaruh profesionalisme kerja pegawai terhadap kualitaspelayanan publik (Studi Kasus di Badan Kepegawaian, Pendidikan, danPelatihan Kabupaten Aceh Selatan). Medan. Jurusan Administrasi NegaraFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Siagian, Sondang P., 2009, Administrasi Pembangunan. Jakarta: Bumi Aksara.Subroto, Budiarto, Diah Natalisa. 2004. Conunitment toService QUality to Increase Customer Satisfaction. Value Marketing; Paradigma Baru Pemasaran. Jakarta: PT Mizan Publika.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatifdan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suyanto, Bagong. 2003. Penataan Birokrasi dan Peningkatan KualitasPelayananan Publik di Kabupaten Blitar. Pemerintah Kab. Blitar KerjaSarna Dengan Partnership for Governance Reform in Indonesia
Syafi’ie, Innu Kencana. 2001. Ilmu Administrasi Publik. Jakarta: PT. Adi MahaSatya
Thoha, Miftah. 2001. Perilaku Organisasi: Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
W J.S. Poerwadarminta. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PN.
65
Balai Pustaka
Yamit, Zulian, 2002, Manajemen Kualitas Produk dan Jasa., Edisi Pertama,Cetakan Kedua. Yogyakarta : Ekonisia .
Peraturan perundang-udangan:
Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga No. P254/45/17 tanggal23 September 1958.
Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No:63IKeplM.PANI712003
Undang-Undang No 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik.Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.