analisis pro-poor growth di indonesia: masa akhir orde baru dan reformasi

14
1 EXECUTIVE SUMMARY Judul : Analisis  Pro-Poor Growth di Indonesia : Masa Akhir Orde Baru dan Reformasi Penyaji : Dearista Herdayanti / 11.6600 / IV SE 3 Pembimbing : Atik Mar’atis Suhartini, S.E., M.Si. I. Pendahuluan Kemiskinan merupakan masalah multidimensional yang tidak lepas dari masalah  pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan. Tujuan yang paling penting dari suatu pembangunan adalah pengurangan tingkat kemiskinan yang dapat dicapai melalui  pertumbuhan ekonomi dan/atau melalui redistribusi pendapatan (Kakwani dan Son, 2003). Pada masa Orde Baru, pemerintahan Soeharto membuat kebijakan Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahunan) sebagai upaya untuk mencapai trilogi  pembangunan . Repelita terbukti cukup mengagumkan terhadap perekonomian Indonesia, terutama pada tingkat makro. Proses pembangunan berjalan sangat cepat dengan rata-rata laju pertumbuhan per tahun yang cukup t in ggi (Tambunan, 2014). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada awal Repelita I yaitu tahun 1969, PDB Indonesia tercatat 4,8 triliun rupiah pada harga konstan, dan pada tahun 1990 menjadi 112,4 triliun rupiah. Persentase penduduk miskin berkurang signifikan dari sekitar 41,1 persen di tahun 1976 menjadi 11,3 persen di tahun 1996 dengan rata- rata pertumbuhan ekonomi mencapai angka 7 persen. Selain itu, distribusi pendapatan  pada masa orde baru dari tahun 1965-1993 yang dihitung melalui koefisien gini tergolong rendah yaitu kurang dari 0,4. Pada masa reformasi, pengurangan persentase penduduk miskin tidak begitu signifikan, dari sekitar 19,14 persen di tahun 2000 menjadi 12,36 persen di tahun 2011 dengan laju pertumbuhan ekonomi mencapai 6 persen di tahun 2011. Ketidakefektifan  pengurangan kemiskinan tersebut diindikasikan adanya kecenderungan peningkatan koefisien gini sejak tahun 2002. Koefisien gini tertinggi terdapat pada tahun 2012-2013 yaitu sebesar 0,41, lebih tinggi dari koefisien gini pada masa orde baru. Dari hal tesebut, dapat dilihat bahwa pada masa orde baru tingkat penurunan kemiskinan lebih tinggi dibandingkan pada masa reformasi walaupun pada kedua masa tersebut tingkat

Upload: dea

Post on 06-Mar-2016

33 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

pro poor growth with ppgi

TRANSCRIPT

7/21/2019 analisis pro-poor growth di Indonesia: masa akhir orde baru dan reformasi

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-pro-poor-growth-di-indonesia-masa-akhir-orde-baru-dan-reformasi 1/14

1

EXECUTIVE SUMMARY

Judul : Analisis  Pro-Poor Growth di Indonesia : Masa Akhir Orde Baru dan

ReformasiPenyaji : Dearista Herdayanti / 11.6600 / IV SE 3

Pembimbing : Atik Mar’atis Suhartini, S.E., M.Si.

I.  Pendahuluan

Kemiskinan merupakan masalah multidimensional yang tidak lepas dari masalah

 pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan. Tujuan yang paling penting dari

suatu pembangunan adalah pengurangan tingkat kemiskinan yang dapat dicapai melalui pertumbuhan ekonomi dan/atau melalui redistribusi pendapatan (Kakwani dan Son,

2003).

Pada masa Orde Baru, pemerintahan Soeharto membuat kebijakan Repelita

(Rencana Pembangunan Lima Tahunan) sebagai upaya untuk mencapai trilogi

 pembangunan. Repelita terbukti cukup mengagumkan terhadap perekonomian

Indonesia, terutama pada tingkat makro. Proses pembangunan berjalan sangat cepat

dengan rata-rata laju pertumbuhan per tahun yang cukup tinggi (Tambunan, 2014).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada awal Repelita I yaitu tahun

1969, PDB Indonesia tercatat 4,8 triliun rupiah pada harga konstan, dan pada tahun

1990 menjadi 112,4 triliun rupiah. Persentase penduduk miskin berkurang signifikan

dari sekitar 41,1 persen di tahun 1976 menjadi 11,3 persen di tahun 1996 dengan rata-

rata pertumbuhan ekonomi mencapai angka 7 persen. Selain itu, distribusi pendapatan

 pada masa orde baru dari tahun 1965-1993 yang dihitung melalui koefisien gini

tergolong rendah yaitu kurang dari 0,4.

Pada masa reformasi, pengurangan persentase penduduk miskin tidak begitu

signifikan, dari sekitar 19,14 persen di tahun 2000 menjadi 12,36 persen di tahun 2011

dengan laju pertumbuhan ekonomi mencapai 6 persen di tahun 2011. Ketidakefektifan

 pengurangan kemiskinan tersebut diindikasikan adanya kecenderungan peningkatan

koefisien gini sejak tahun 2002. Koefisien gini tertinggi terdapat pada tahun 2012-2013

yaitu sebesar 0,41, lebih tinggi dari koefisien gini pada masa orde baru. Dari hal tesebut,

dapat dilihat bahwa pada masa orde baru tingkat penurunan kemiskinan lebih tinggi

dibandingkan pada masa reformasi walaupun pada kedua masa tersebut tingkat

7/21/2019 analisis pro-poor growth di Indonesia: masa akhir orde baru dan reformasi

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-pro-poor-growth-di-indonesia-masa-akhir-orde-baru-dan-reformasi 2/14

2

 pertumbuhan ekonominya tinggi. Oleh karena itu, menarik untuk dianalisis mengenai

 pro-poor growth  pada masa akhir orde baru dan masa reformasi untuk mengetahui

 pertumbuhan ekonomi yang lebih berpihak kepada kesejahteraan orang miskin.

Untuk membatasi analisis, penelitian ini difokuskan pada kasus Indonesia untuk

masa akhir orde baru (1990-1996) dan reformasi (2002-2011). Tahun 1997-2001 tidak

dimasukkan dalam penelitian karena kondisi perekonomian yang tidak stabil. Analisis

dilakukan terhadap 26 provinsi yang ada di Indonesia. Adapun data-data provinsi hasil

 pemekaran digabungkan dengan data provinsi asalnya. Penelitian ini juga fokus pada

analisis pengaruh pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan terhadap

kemiskinan serta dekomposisi kemiskinannya.

Berdasarkan pada permasalahan yang ada, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai

 berikut: (1) Mengkaji dinamika pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan, dan

kemiskinan; (2) Menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap distribusi

 pendapatan dan kemiskinan di Indonesia; (3) Menganalisis dan membandingkan

keberpihakan pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan antara masa akhir orde baru

dan reformasi.; (4) Mengkaji dekomposisi perubahan kemiskinan di Indonesia.

II.  Kajian Pustaka dan Metodologi

Kajian Teori

Kuznet menyatakan bahwa pada tahap awal pertumbuhan ekonomi, distribusi

 pendapatan cenderung memburuk (ketimpangan naik), tetapi pada tahap selanjutnya

distribusi pendapatan akan membaik (ketimpangan turun) (Todaro, 2006). Woodon

(1999) mengembangkan suatu persamaan yang menggambarkan hubungan antara

 pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan, dimana elastisitas yang didapat

merupakan suatu komponen kunci untuk melihat perbedaan antara efek bruto

(ketimpangan konstan) dan efek neto (ada efek dari perubahan ketimpangan) dari

 pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan.

 Pro-poor growth terjadi bila pertumbuhan pendapatan yang miskin lebih besar

dari pada yang tidak miskin (Kakwani dan Pernia, 2000). Salah satu metode untuk

mengukur apakah suatu negara sudah  pro-poor atau tidak ialah menggunakan Pro-Poor

Growth Index (PPGI) yang dilandasi oleh dekomposisi kemiskinan. PPGI menunjukkan

7/21/2019 analisis pro-poor growth di Indonesia: masa akhir orde baru dan reformasi

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-pro-poor-growth-di-indonesia-masa-akhir-orde-baru-dan-reformasi 3/14

3

rasio elastisitas penurunan kemiskinan total dan penurunan kemiskinan pada kasus

 pertumbuhan yang terdistribusi netral.

Penelitian ini fokus pada masalah  pro-poor growth. Dimana untuk membangun

indeksnya diperlukan analisis regresi data panel. Variabel terikat pada penelitian ini

adalah persentase penduduk miskin (P0). Adapun definisi operasional yang digunakan

terdapat pada Lampiran 1.

Kerangka Pikir

Penelitian ini diawali dari masalah ketimpangan pendapatan dan jumlah

 penduduk miskin di Indonesia yang belum dapat diturunkan secara signifikan. Padahal

 pertumbuhan ekonomi Indonesia tergolong cukup tinggi. Di lain pihak, saat ini orientasi

 pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di negara sedang berkembang (NSB)

diarahkan pada konsep  pro-poor growth. Pertumbuhan ekonomi dan pengurangan

 jumlah kemiskinan ini tidak lepas dari kebijakan yang diterapkan baik pada masa orde

 baru maupun reformasi. Berdasarkan pemikiran tersebut, penelitian ini akan

menganalisis apakah pertumbuhan ekonomi Indonesia telah berpihak pada kemiskinan

( pro-poor ) atau tidak, dilihat dari rezim yang berkuasa. (Lampiran 2 dan 3).

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan yang telah dirumuskan, maka hipotesis dari

 penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan berpengaruh

terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia baik pada masa orde baru maupun reformasi,

dimana pengaruh pertumbuhan ekonomi bernilai negatif ( gross impact ).

Metode Pengumpulan Data dan Analisis

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari BPS. Adapun

rinciannya sebagai berikut:

Variabel Ukuran Jenis Data Sumber

Kemiskinan Head Count Index

(P0)Sekunder

Publikasi BPS (Data dan Informasi

Kemiskinan)

Distribusi

PendapatanGini Ratio Sekunder

Publikasi BPS (Data dan InformasiKemiskinan; Statistik Indonesia)

dan data mikro SUSENAS.

Pertumbuhan

Ekonomi

PDRB ADHK

Provinsi per kapitaSekunder

Publikasi BPS (Statistik Indonesia;Produk Domestik Regional Bruto

Provinsi-Provinsi di IndonesiaMenurut Lapangan Usaha)

Tabel 1. Variabel dan Sumber Data Penelitian

7/21/2019 analisis pro-poor growth di Indonesia: masa akhir orde baru dan reformasi

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-pro-poor-growth-di-indonesia-masa-akhir-orde-baru-dan-reformasi 4/14

4

Pada penelitian ini, metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif

dan inferensia. Analisis inferensia, penelitian ini menggunakan regresi data panel untuk

menghitung nilai elastisitas yang akan digunakan untuk membuat  Pro-Poor Growth

 Index (PPGI).

III.  Hasil dan Pembahasan

Gambaran Umum Kemiskinan di Indonesia

Berdasarkan ukuran statistik pada Lampiran 4, secara rata-rata persentase

 penduduk miskin (P0) dan jumlah penduduk miskin baik pada masa akhir orde baru

(1990-1996) maupun pada masa reformasi (2002-2011) mengalami penurunan. Hal ini

 berarti pada masa akhir orde baru maupun reformasi seluruh provinsi secara konsistenmengalami penurunan tingkat kemiskinan. Demikian juga dengan nilai standar

deviasinya yang menunjukkan kecenderungan yang menurun baik pada masa akhir orde

 baru maupun pada masa reformasi. Artinya, baik pada masa akhir orde baru maupun

masa reformasi tingkat kemiskinan di setiap provinsi cenderung merata di setiap

tahunnya.

Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi

Pada masa akhir orde baru (1990-1996), penurunan rata-rata laju pertumbuhan

ekonomi secara keseluruhan terjadi antara tahun 1990-1993. Kondisi ini mengalami

 perbaikan pada tahun 1996, yang mengindikasikan peningkatan laju pertumbuhan di

seluruh provinsi dibanding tahun sebelumnya. Namun, dilihat dari nilai standar deviasi

yang terus meningkat mengindikasikan ketimpangan laju pertumbuhan ekonomi antar

 provinsi semakin besar (Lampiran 5).

Pada masa reformasi (2002-2011), penurunan laju pertumbuhan ekonomi secara

keseluruhan terjadi antara tahun 2005-2008 dimana nilai rata-rata laju pertumbuhannyalebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, diikuti dengan penurunan standar

deviasi, yang berarti ketimpangan antar provinsinya kecil. Kondisi ini mengalami

 perbaikan pada tahun 2011, yang mengindikasikan peningkatan laju pertumbuhan di

seluruh provinsi dibanding tahun sebelumnya. Selain itu, standar deviasinya mengalami

 penurunan yang berarti laju pertumbuhan ekonomi cenderung homogen dibanding

sebelumnya dan menunjukkan ketimpangan antar provinsi yang semakin kecil.

(Lampiran 6).

7/21/2019 analisis pro-poor growth di Indonesia: masa akhir orde baru dan reformasi

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-pro-poor-growth-di-indonesia-masa-akhir-orde-baru-dan-reformasi 5/14

7/21/2019 analisis pro-poor growth di Indonesia: masa akhir orde baru dan reformasi

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-pro-poor-growth-di-indonesia-masa-akhir-orde-baru-dan-reformasi 6/14

6

sehingga, pada masa reformasi kemiskinan turun sebesar 0,4814 persen. Jika dilihat dari

nilai total efeknya, masa akhir orde baru memiliki efek yang lebih besar dibandingkan

masa reformasi dalam menurunkan kemiskinan. Artinya pertumbuahn ekonomi dan

distribusi pendapatan pada masa reformasi lebih efektif dalam pengentasaan

kemiskinan. (Lampiran 10)

Kondisi pada kedua masa pemerintahan tersebut, sesuai dengan kondisi ideal

 pengentasan kemiskinan yang dikemukakan oleh Bourguignon (2004). Secara grafis

dapat dilihat pada Lampiran 11, peningkatan pendapatan dan perbaikan distribusi

 pendapatan masyarakat secara bersama-sama akan menggeser distribusi pendapatan ke

kanan dan mempersempit kesenjangan antar individu. Hal ini akan mengurangi

kemiskinan sebesar daerah hijau ditambah dengan daerah biru, sehingga semakin efektif

dalam mengentaskan kemiskinan. Pada kondisi ini maka jumlah orang miskin hanya

akan sebesar daerah yang berwarna merah.

Analisis Pro-Poor Growth dengan Pro-Poor Growth Index  (PPGI)

Berdasarkan kriteria Kakwani dan Pernia (2000), kedua nilai PPGI pada Lampiran

12 menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada masa akhir orde baru

dan reformasi sangat  pro poor (pro poor growth). Artinya, baik pada masa akhir orde

 baru maupun reformasi pertumbuhan ekonomi yang terjadi bukan hanya meningkatkan

 pendapatan saja tetapi juga banyak dinikmati oleh kelompok penduduk miskin sehingga

mengurangi tingkat kemiskinan. Dilihat dari nilai PPGI, masa reformasi lebih  pro poor  

dibandingkan pada masa akhir orde baru. Lebih tingginya nilai PPGI masa reformasi

dibanding masa akhir orde baru menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang

terjadi semakin pro pada kemiskinan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Laksani (2010) bahwa nilai PPGI pada periode sesudah krisis (1999-2008) lebih pro-

 poor  dibandingkan pada periode sebelum krisis (1980-1996).

Menurut Klasen (2007), kebijakan  pro-poor   bergantung pada isu-isu ekonomi

 politik. Studi kasus mengenai pro-poor growth menemukan bahwa komitmen yang kuat

dari pimpinan politik dalam keadilan dan pengentasan kemiskinan sangat penting untuk

melaksanakan agenda kebijakan  pro-poor   secara konsisten. Indonesia merupakan

contoh yang baik untuk komitmen kuat pemerintah dalam pengentasan kemiskinan dan

 pembangunan perdesaan selama beberapa dekade. Hal tersebut merupakan poin penting

 bagi keberhasilan kebijakan pertumbuhan pro-poor. 

7/21/2019 analisis pro-poor growth di Indonesia: masa akhir orde baru dan reformasi

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-pro-poor-growth-di-indonesia-masa-akhir-orde-baru-dan-reformasi 7/14

7

IV.  Kesimpulan dan Saran

Hasil analisis yang telah dilakukan tersebut menghasilkan beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

1. 

Baik pada masa akhir orde baru maupun reformasi rata-rata kemiskinan di Indonesia

mengalami penurunan. Namun rata-rata laju pertumbuhan ekonomi pada masa akhir

orde baru lebih tinggi dan distribusi pendapatannya lebih merata.

2. 

Pada masa akhir orde baru, pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan

terhadap distribusi pendapatan. Sedangkan pada masa reformasi kenaikan

 pertumbuhan ekonomi secara siginifikan menyebabkan distribusi pendapatan semakin

timpang.

3. 

Baik pada masa akhir orde baru maupun reformasi pertumbuhan ekonomi dan

distribusi pendapatan berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan. Namun, nilai

elastisitasnya memiliki nilai yang berbeda pada kedua masa pemerintahan tersebut,

 pada masa akhir orde baru bernilai positif sedangkan pada masa reformasi negatif.

4. 

Pertumbuhan ekonomi yang dicapai Indonesia selama masa akhir orde baru dan

reformasi telah bersifat sangat pro kepada penduduk miskin ( pro-poor growth).

Perubahan kemiskinan nasional baik pada masa akhir orde baru maupun reformasi

memiliki total efek yang menurunkan kemiskinan.

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang dipaparkan sebelumnya, maka

saran yang dapat diberikan, antara lain:

1.  Kebijakan pada masa reformasi sudah terbukti  pro-poor, maka perlu ditingkatkan

lagi agar lebih optimal dan efektif dalam pengentasan kemiskinan atau minimal

dipertahankan.

2.  Pertumbuhan ekonomi merupakan faktor penentu dalam mengurangi tingkat

kemiskinan, tetapi elastisitas kemiskinan terhadap pertumbuhan ekonomi masihtergolong rendah. Hal ini berimplikasi pada masih rendahnya pengurangan

kemiskinan dari adanya pertumbuhan ekonomi, maka pemerintah perlu memacu

 pertumbuhan ekonomi tanpa mengesampingkan upaya perbaikan distribusi

 pendapatan.

3.  Untuk menekan kesenjangan pendapatan harus dilakukan redistribusi pendapatan.

Pemerintah bisa berpesan melalui instrumen kebijakan fiskal, melalui pajak

 progresif, untuk ditransfer pada akses pendidikan.

7/21/2019 analisis pro-poor growth di Indonesia: masa akhir orde baru dan reformasi

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-pro-poor-growth-di-indonesia-masa-akhir-orde-baru-dan-reformasi 8/14

8

DAFTAR PUSTAKA

Bourguignon, F. (2004). The Poverty-Growth-Inequality Triangle. Washington, DC:

World Bank.

Indonesia. BPS. Statistik Sosial dan Ekonomi. Jakarta: BPS, 2014. 10 Januari 2015.

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&

id_subyek=23&notab=7

Indonesia. BPS. Garis Kemiskinan. Jakarta: BPS, 2015. 28 Mei 2015.

http://sirusa.bps.go.id/index.php?r=indikator/view&id=50

Kakwani dan Pernia. (2000). What is Pro-Poor Growth?. Asian Development Review,

vol 18, No.1. Asian Development Bank.

Kakwani, N. dan Son, H. (2003).  Pro-Poor Growth: Concepts and Measurement with

Country Case Studies. The Pakistan Development Review 42:4 Part 1, 417 – 444.

Klasen, Stephan. (2007). Determinants of Pro-poor Growth. 2020 Focus Brief on the

World’s Poor and Hungry People. Washington, DC: IFPRI.

Laksani, Chichi Shintia. (2010).  Analisis Pro-Poor Growth di Indonesia melalui

 Identifikasi Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Ketimpangan

 Pendapatan dan Kemiskinan [Tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia.

Tambunan, Tulus. (2014).  Perekonomian Indonesia: Teori dan Temuan Empiris.

Jakarta: Ghalia Indonesia.

Todaro, Michael P. dan Smith, Stephen C. (2003).  Economic Development . Eight

Edition. Eidenburg Gate, Harlow, Essex, England: Pearson Education Limited.

Woodon, QT. (1999). Growth, Poverty, and Inequality: A Regional Panel for

 Bangladesh. World Bank.

7/21/2019 analisis pro-poor growth di Indonesia: masa akhir orde baru dan reformasi

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-pro-poor-growth-di-indonesia-masa-akhir-orde-baru-dan-reformasi 9/14

9

LAMPIRAN

Lampiran 1. Definisi Operasional

1.  Garis Kemiskinan (GK) adalah nilai pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan dasar

minimum makanan dan nonmakanan. 

2.  Gini Ratio adalah salah satu ukuran yang paling sering digunakan untuk mengukur

ketimpangan pendapatan secara menyeluruh yang nilainya antara nol dan satu. 

3.  Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita

 perbulan di bawah garis kemiskinan. 

4. 

Persentase penduduk miskin adalah persentase penduduk yang berada di bawah garis

kemiskinan. 

5. 

Pertumbuhan Ekonomi adalah perkembangan produksi barang dan jasa di suatu

wilayah perekonomian pada tahun tertentu terhadap nilai tahun sebelumnya yan

dihitung berdasarkan PDB/PDRB per kapita atas dasar harga konstan. 

6.  Produk Domestik Bruto (PDB) / Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per

kapita atas dasar harga konstan adalah jumlah nilai tambah semua barang dan jasa

yang diproduksi pada suatu negara/regional/wilayah tertentu dihitung menggunakan

harga yang berlaku pada satu waktu tertentu yang digunakan sebagai tahun dasar

kemudian dibagi dengan seluruh jumlah penduduk pada wilayah tersebut. 

7.  Pro-Poor Growth Index (PPGI) adalah suatu metode pengukuran relatif  pro-poor

 growth  melalui suatu indeks yang diperoleh dari rasio elastisitas pengaruh neto

 pertumbuhan ekonomi (nett impact ) dan pengaruh bruto pertumbuhan ekonomi

( gross impact ). 

7/21/2019 analisis pro-poor growth di Indonesia: masa akhir orde baru dan reformasi

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-pro-poor-growth-di-indonesia-masa-akhir-orde-baru-dan-reformasi 10/14

10

INDONESIA

Masalah Kemiskinan

Ketimpangan

Pendapatam 

Penurunan

kemiskinan

Belum

Signifikan

Kasus di Tingkat Regional:

terdapat provinsi yang tingkat

kemiskinannya tinggi meskipun

 pertumbuhan ekonominya

tinggi 

Pertumbuhan

Ekonomi

Cukup Tinggi

Orientasi Pembangunan

dan Pertumbuhan

Ekonomi di NSB

 Pro-Poor Growth

Pertumbuhan

Ekonomi

Mengurangi

Ketimpangan

Pendapatan

Pertumbuhan

Ekonomi

Mengurangi

Kemiskinan

Strategi Penanggulangan Kemiskinan

(Baik Pada Orde Baru maupun Reformasi) 

Lampiran 2. Pemikiran Awal

Lampiran 3. Kerangka Pikir

7/21/2019 analisis pro-poor growth di Indonesia: masa akhir orde baru dan reformasi

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-pro-poor-growth-di-indonesia-masa-akhir-orde-baru-dan-reformasi 11/14

11

Lampiran 4. Ukuran statistik deskriptif P0 dan jumlah penduduk miskin di

indonesia pada masa akhir orde baru dan reformasi

Masa Akhir Orde Baru Masa Reformasi

1990 1993 1996 2002 2005 2008 2011

Persentase Penduduk

Miskin (P0)

Persentase Penduduk Miskin

(P0) 

Mean 17,49 14,65 11,61 19,12 17,65 15,98 13,02

Standar

Deviasi5,52 4,97 4,84 8,39 8,00 7,23 6,20

Jumlah Penduduk Miskin

(000)

Jumlah Penduduk Miskin

(000) 

Mean 1058,68 980,41 841,65 1476,69 1415,47 1344,73 750,59

Standar

Deviasi1384,24 1317,48 1189,58 2039,30 1913,80 1846,73 1072,21

Sumber: BPS, data diolah

Lampiran 5. Rata-rata pertumbuhan ekonomi dan standar deviasinya tahun 1990-

1996 (masa akhir orde baru)

Sumber: BPS, data diolah

7,40

6,57

8,91

1,922,57

3,29

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

1990 1993 1996

mean standar deviasi

7/21/2019 analisis pro-poor growth di Indonesia: masa akhir orde baru dan reformasi

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-pro-poor-growth-di-indonesia-masa-akhir-orde-baru-dan-reformasi 12/14

12

Lampiran 6. Rata-rata pertumbuhan ekonomi dan standar deviasinya tahun 2002-

2011 (masa reformasi)

Sumber: BPS, data diolah

Lampiran 7. Selisih koefisien gini masa akhir orde baru (1990-1993) dan

reformasi (2002-2011)

Sumber: BPS, data diolah

4,995,29

3,56

4,58

3,21

4,56

2,902,29

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

2002 2005 2008 2011

mean standar deviasi

-0,10

-0,05

0,00

0,05

0,10

0,15

0,20

     N

     T     B

     N

     T     T

     S    u

     l     T    e    n    g    g    a

    r    a

     L    a    m    p    u

    n    g

     S    u    m     b

    a    r

     J    a    t    e

    n    g

     J    a    t

     i    m

     B

    a     l     i

     S    u     l    s    e

     l

     B    e    n    g     k    u

     l    u

     K    a

     l    t    e

    n    g

     Y    o    g    y    a

     k    a    r    t    a

     S    u

     l    t    e

    n    g

     A    c

    e     h

     J    a    m

     b     i

     M    a     l    u

     k    u

     K    a     l     b

    a    r

     S    u    m    s    e

     l

     K    a     l    s    e

     l

     J    a     b

    a    r

     R     i    a    u

     P    a    p    u    a

     J    a     k    a    r    t    a

     K    a     l    t

     i    m

     S    u    m

    u    t

     S    u     l    u    t

Orde Baru Reformasi

7/21/2019 analisis pro-poor growth di Indonesia: masa akhir orde baru dan reformasi

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-pro-poor-growth-di-indonesia-masa-akhir-orde-baru-dan-reformasi 13/14

13

Lampiran 8. Rekapitulasi Hasil Estimasi Model Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi

terhadap Ketimpangan Pendapatan

Periode Orde Baru Akhir Reformasi

R-Squared 0,0249 0,0601

Prob F-Statistic 0,1671 0,0121

Prob t-Statistic 0,1647 0,0015

β (Elastisitas ketimpangan terhadap

pertumbuhan ekonomi)-0,0180 0,0748

Lampiran 9. Rekapitulasi Hasil Estimasi Model Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi

kemiskinan dimana ketimpangan pendapatan dianggap konstan(Gross Impacts )

Periode Orde Baru Akhir Reformasi

R-Squared 0,4674 0,5631

Prob F-Statistic 0,0000 0,0000

Prob t-Statistic (LnPDRB) 0,0000 0,0000

Prob t-Statistic (LnGini) 0,0114 0,0000

  (Elastisitas bruto kemiskinanterhadap pertumbuhan ekonomi)

-0,2185 -0,4330

 (Elastisitas kemiskinan terhadap

tingkat ketimpangan)0,7023 -0,6468

Lampiran 10. Dekomposisi Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Netto terhadap

Kemiskinan

Periode Masa Akhir Orde Baru Masa Reformasi

Efek pertumbuhan

ekonomi (γ) -0,2185 -0,4330

Efek ketimpangan

pendapatan (βδ) -0,0126 -0,0484

Elastisitas neto

kemiskinan terhadap

pertumbuhan (λ) -0,2311 -0,4814

7/21/2019 analisis pro-poor growth di Indonesia: masa akhir orde baru dan reformasi

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-pro-poor-growth-di-indonesia-masa-akhir-orde-baru-dan-reformasi 14/14

14

Lampiran 11. Perubahan Kemiskinan karena Efek Pertumbuhan dan Efek

Distribusi pada masa akhir orde baru dan reformasi

Sumber: Bourguignon (2004)

Lampiran 12. Pro-Poor Growth Index (PPGI) pada masa akhir orde baru dan

reformasi 

Net Impacts  ( )

Gross Impacts()

PPGI()

Akhir Orde Baru -0,2311 -0,2185 1,0577

Reformasi -0,4814 -0,4330 1,1118