analisis praktik klinik keperawatan …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-pr-aulia...

53
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA IBU SM (89 TAHUN) DENGAN MASALAH HAMBATAN KOMUNIKASI VERBAL DI WISMA CEMPAKA SASANA TRESNA WERDHA KARYA BHAKTI CIBUBUR KARYA ILMIAH AKHIR NERS AULIA LAILI NISA 0806456966 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI DEPOK JULI 2013

Upload: ngodung

Post on 30-Jan-2018

236 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN

PADA IBU SM (89 TAHUN) DENGAN MASALAH

HAMBATAN KOMUNIKASI VERBAL DI WISMA CEMPAKA

SASANA TRESNA WERDHA KARYA BHAKTI CIBUBUR

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

AULIA LAILI NISA

0806456966

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI PROFESI

DEPOK

JULI 2013

Page 2: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

i

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN

PADA IBU SM (89 TAHUN) DENGAN MASALAH

HAMBATAN KOMUNIKASI VERBAL DI WISMA CEMPAKA

SASANA TRESNA WERDHA KARYA BHAKTI CIBUBUR

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ners

Keperawatan

AULIA LAILI NISA

0806456966

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI PROFESI

DEPOK

JULI 2013

Page 3: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya ilmiah akhir ners ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Aulia Laili Nisa

NPM : 0806456966

Tanda Tangan :

Tanggal : 08 Juli 2013

Page 4: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Tugas akhir ini diajukan oleh:

Nama : Aulia Laili Nisa

NPM : 0806456966

Program Sudi : Profesi Keperawatan

Judul Penelitian : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan

Masyarakat Perkotaan pada Ibu SM (89 tahun) dengan

Masalah Hambatan Komunikasi Verbal di Wisma Cempaka

Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Cibubur

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners

Keperawatan pada Program Profesi Keperawatan, Fakultas Ilmu

Keperawatan, Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Ns. Dwi Nurviyandari K.W., S.Kep., MN

Penguji : Ns. Ibnu Abas, S.Kep

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : 8 Juli 2013

Page 5: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama : Aulia Laili Nisa

NPM : 0806456966

Program Studi : Profesi Keperawatan

Departemen : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Ilmu Keperawatan

Jenis karya : Karya Ilmiah Akhir Ners

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-

Free Right) atas karya ilmiah akhir ners saya yang berjudul :

Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Ibu

SM (89 tahun) dengan Masalah Hambatan Komunikasi Verbal di Wisma

Cempaka Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Cibubur

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih

media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,

dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada tanggal : 08 Juli 2013

Yang menyatakan

( Aulia Laili Nisa )

Page 6: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan ridho-Nya penulis dapat

menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini. Shalawat serta salam senantiasa

tercurah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai teladan bagi seluruh umat. Karya

ilmiah akhir ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah

Karya Ilmiah Akhir. Penulis menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh

karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ns. Dwi Nurviyandari K.W., S.Kep., MN selaku dosen pembimbing yang

telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis

dalam penyusunan karya ilmiah akhir ini;

2. Riri Maria, S.Kp., MANP, selaku koordinator mata ajar Karya Ilmiah

Akhir;

3. Ns. Ibnu Abas, S.Kep selaku pebimbing klinik Sasana Tresna Werdha

Karya Bhakti;

4. Lelaki baik nan sholeh suamiku tercinta, Salingga Yusrianda, terima kasih

atas semua doa dan kebaikannya

5. Umi, Abi, Mama, dan Papa yang tiada hentinya memberikan doa,

dukungan material, dan moral;

6. A Vabi, Rahman,dan Arief yang selalu memberikan semangat dan doa;

7. Teman-teman KKMP Peminatan Gerontik Wisma Cempaka yang selalu

bersama dalam suka dan duka selama praktik dan menyusun karya ilmiah

akhir ners;

8. Dian Fitriani yang telah banyak membantu mencarikan jurnal-jurnal;

Harapan penulis mudah-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan, dan doa

yang telah diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT. Semoga karya ilmiah

akhir ners ini nantinya dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu

keperawatan.

Depok, 08 Juli 2013

Penulis

Page 7: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

vi

ABSTRAK

Nama : Aulia Laili Nisa

Program Studi : Profesi Keperawatan

Judul : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat

Perkotaan pada Ibu SM (89 tahun) dengan Masalah Hambatan

Komunikasi Verbal di Wisma Cempaka Sasana Tresna Werdha

Karya Bhakti Cibubur

Hambatan komunikasi verbal merupakan salah satu masalah kesehatan yang

dialami lanjut usia (lansia). Hambatan komunikasi verbal yang terjadi pada lansia

berhubungan dengan penyakit cerebrovaskular. Karya ilmiah akhir ners ini

bertujuan menganalisis asuhan keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan pada

Ibu SM (89 tahun) dengan masalah hambatan komunikasi verbal di Wisma

Cempaka Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Cibubur. Intervensi dalam asuhan

keperawatan ini terdiri dari mendengar aktif, penurunan ansietas, peningkatan

komunikasi, yaitu melalui terapi wicara. Hasil evaluasi dari 23 implementasi

menunjukkan peningkatan kemampuan mengucapkan kata, kalimat sederhana,

dan kalimat kompleks. Mrs. SM juga terlihat percaya diri menyanyi di hadapan

orang lain. Kesimpulannya adalah terapi wicara merupakan cara meningkatkan

komunikasi pada lansia dengan hambatan komunikasi verbal.

Kata kunci: hambatan komunikasi verbal, lanjut usia, terapi wicara

Page 8: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

vii

ABSTRACT

Name : Aulia Laili Nisa

Study Program : Nursing Pofession

Title : Clinical Nursing Practice Analysis of Urban Health

on Mrs. SM (89 years) with Impaired Verbal Communication at

Wisma Cempaka Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Cibubur

Impaired verbal communication is one of health problems experienced by elderly.

Impaired verbal communication that occurs on elderly is associated with

cerebrovascular disease. The aim of this study is to analyze urban community

nursing care on Mrs. SM (89 years) with impaired verbal communication at

Wisma Cempaka Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti Cibubur. Nursing

Intervention includes active listening, decreased anxiety, improved

communication through speech therapy. The results from 23 implementations

showed an increament in the ability to say words, simple sentences, and complex

sentences. Mrs. SM also looked confident while singing in front of others. The

conclusion is speech therapy is a way to improve communication on the elderly

with impaired verbal communication.

Keywords: impaired verbal communication, elderly, speech therapy

Page 9: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………. iii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................... iv

KATA PENGANTAR…………………………………………………….. v

ABSTRAK………………………………………………………………… vi

DAFTAR ISI ……………………………………………………………… viii

1. PENDAHULUAN …………………………………………..…............. 1

1.1 Latar Belakang ……………………………………………............... 1

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………….. 3

1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………… 3

1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………………….. 4

2. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………. 5

2.1 Teori Penuaan……………………………………………………….. 5

2.2 Prinsip Komunikasi Efektif…………………………………………. 6

2.3 Hambatan Komunikasi Verbal pada Lansia Post Gangguan

Cerebrovaskular . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6

2.3.1 Definisi Hambatan Komunikasi Verbal……………………… 6

2.3.2 Patofisiologi Hambatan Komunikasi Verbal pada Lansia Post

Gangguan Cerebrovaskular ……………………………………….. 7

2.3.3 Jenis-jenis Hambatan Komunikasi Verbal…………………… 8

2.4 Terapi Wicara pada Lansia dengan Hambatan Komunikasi Verbal... 10

2.5 Konsep Long Term Care……….………………………………….... 12

3. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA………………………… 14

3.1 Pengkajian…………………………………………………………... 14

3.1.1 Identitas Diri…………………………………………............. 14

3.1.2 Riwayat Kesehatan.......…………………………………........ 14

3.1.3 Aktivitas Sehari-hari …………………………………............ 16

3.1.4 Pemeriksaan Fisik ……………………………………............ 17

3.2 Analisis Data…………………………………….………………...... 18

3.3 Perencanaan…………………………………….………………….... 19

3.3.1 Rencana Asuhan Keperawatan pada Hambatan Komunikasi

Verbal………………………………………………………............ 19

3.3.2 Rencana Asuhan Keperawatan pada Hambatan Mobilitas

Fisik………………………………………………………............... 22

3.4 Implementasi…………………………………….………………….. 22

3.4.1 Implementasi Asuhan Keperawatan pada Hambatan Komunikasi

Verbal………………………………………………………............ 22

3.4.2 Implementasi Asuhan Keperawatan pada Hambatan Mobilitas

Fisik………………………………………………………............... 27

3.5 Evaluasi…………………………………….……………………….. 28

Page 10: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

ix

3.5.1 Evaluasi Asuhan Keperawatan pada Hambatan Komunikasi

Verbal………………………………………………………............. 28

3.5.2 Evaluasi Asuhan Keperawatan pada Hambatan Mobilitas

Fisik………………………………………………………............... 31

4. ANALISIS SITUASI……………………………………………........... 33

4.1 Profil Lahan Praktik………………………………………………… 33

4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Kasus Terkait……………... 35

4.3 Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Lain... 36

4.4 Alternatif Intervensi yang dapat Dilakukan………………………… 37

5. PENUTUP…………………………………………………………….... 37

5.1 Kesimpulan…………………………………………………………. 37

5.2 Saran………………………………………………………………... 41

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………............. 42

LAMPIRAN

Page 11: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hambatan komunikasi verbal merupakan salah satu masalah kesehatan yang dialami

lanjut usia (lansia). Lansia yang mengalami hambatan komunikasi mengalami kesulitan

untuk berinteraksi dengan orang lain. Hambatan komunikasi verbal merupakan

penurunan, keterlambatan, atau tidak adanya kemampuan untuk menerima, memproses,

menghantarkan, dan menggunakan sistem simbol, yaitu segala sesuatu yang memiliki

atau menghantarkan makna (Wilkinson dan Ahern, 2012). Hambatan komunikasi

verbal dapat terjadi akibat faktor fisiologis, psikologis, maupun budaya. Wilkinson dan

Ahern (2012) menyebutkan penyebab terjadinya hambatan komunikasi verbal meliputi

perubahan pada sistem saraf pusat, perubahan konsep diri, defek anatomi seperti celah

palatum perubahan pada sistem neuromuskular, sistem pendengaran, atau pita suara.

Selain itu, tumor otak, kondisi emosi, perbedaan budaya, efek samping obat, dan

kondisi lingkungan juga merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya

hambatan komunikasi verbal.

Angka kejadian lansia yang mengalami kesulitan mengungkapkan pikiran secara

verbal, seperti afasia, di dunia mencapai 38% dari lansia yang mengalami gangguan

cerebovaskular (Nadeau, Rothi, dan Crosson, 2000). Hasil penelitian ASEAN

Neurological Association dalam Yayasan Stroke Indonesia (2012) di tujuh negara

ASEAN menunjukkan 15% dari penderita stroke mengalami gangguan neuropsikologi

ini. Selain itu, jumlah penderita stroke di tiga rumah sakit Jakarta, yaitu RSCM, RS

Fatmawati, dan RS Persahabatan rata-rata 200 orang per bulan, sekitar 12 hingga 15%

dari jumlah tersebut mengalami afasia (Said, 2011).

Data-data yang disebut di atas menunjukkan bahwa hambatan komunikasi verbal yang

terjadi pada lansia berhubungan dengan penyakit cerebrovaskular. Penyakit

cerebrovaskular ini biasanya berkaitan dengan pola hidup. Lansia di kota besar seperti

Jakarta biasanya setelah pensiun kurang memiliki aktivitas bermanfaat. Kurangnya

aktivitas ditambah pola makan yang kurang baik, seperti makan makanan cepat saji,

menyebabkan lansia di perkotaan lebih berpeluang terkena penyakit cerebrovaskular.

Serangan yang terjadi pada hemispher kiri dapat menyebabkan gangguan dalam

Page 12: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

2

Universitas Indonesia

berkomunikasi (Nadeau, Rothi, dan Crosson, 2000). Besarnya angka kejadian lansia

yang mengalami hambatan komunikasi verbal perlu mendapat perhatian khusus. Hal ini

dikarenakan hambatan komunikasi verbal menyebabkan lansia mengalami kesulitan

untuk melakukan komunikasi dan dikhawatirkan dapat menurunkan angka

kesejahteraan dan kesehatan lansia.

Upaya peningkatan kesejahteraan dan kesehatan lansia, terutama lansia yang mampu

melakukan kegiatan di kota besar seperti Jakarta, selama ini telah dilakukan oleh

Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti (STW Karya Bhakti). Berbagai program yang

ditawarkan oleh STW Karya Bhakti meliputi program peningkatan kesehatan seperti

senam, relaksasi, dan terapi musik. Program kerohanian seperti tadarus, pengajian, dan

kebaktian. Program kesenian seperti bermain angklung, menonton film, dan

mendengarkan musik. Program-program tersebut bertujuan agar lansia dapat tetap aktif

mengikuti kegiatan sesuai dengan kemampuannya. Kegiatan yang diselenggarakan

STW Karya Bhakti untuk mengakomodasi kebutuhan lansia dengan hambatan

komunikasi verbal adalah dengan berlatih pengucapan huruf vokal, a, i, u, e, o, di akhir

senam dan relaksasi.

Pengkajian yang di lakukan di Wisma Cempaka, STW Karya Bhakti menunjukkan 21%

residen mengalami hambatan komunikasi verbal. Salah satu residen yang mengalami

gangguan ini adalah Residen yang berjenis kelamin perempuan dan berusia 87 tahun.

Residen pernah menjalani operasi tumor otak pada akhir tahun 2003 dan di awal tahun

2004 Residen mulai mengalami gangguan dalam berkomunikasi. Akibatnya, Residen

sering merasa malu saat berinteraksi karena apa yang Residen ucapkan terkadang tidak

dipahami oleh orang lain.

Mahasiswa telah memberikan asuhan keperawatan kepada Residen selama tujuh

minggu berpraktik di Wisma Cempaka, STW Karya Bhakti. Asuhan keperawatan yang

dilakukan berupa terapi wicara. STW Karya Bhakti sendiri sebenarnya telah

memfasilitasi latihan bicara dalam kegiatan senam dan relaksasi. Akan tetapi, latihan

yang diajarkan hanya terbatas pada pengucapan huruf vokal a, i, u, e, o. Cara

pengucapan suatu kata ataupun kalimat belum diajarkan. Oleh karena itu, mahasiswa

memberikan inovasi dalam asuhan keperawatan kepada Residen yaitu terapi wicara

yang meliputi senam lidah yaitu menggerakan lidah ke depan, ke atas, ke bawah, dan

kesamping, latihan pengucapan penggabungan huruf vokal dan huruf konsonan seperti

Page 13: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

3

Universitas Indonesia

ba bi bu be bo, latihan pengucapan kata-kata seperti word finders dan everyday objects,

latihan pengucapan kalimat seperti objects and action, everyday activities, sentence

builders, dan phrase builders (Berthier, 2005). Selain itu, di minggu terakhir terapi

wicara dimodifikasi dengan menyanyikan lagu-lagu kesukaan residen. Salah satu target

terapi wicara yang berhasil dicapai adalah residen percaya diri dalam menyanyikan lagu

Halo-halo Bandung dan Kebunku di depan residen lainnya.

1.2 Rumusan Masalah

Angka kejadian hambatan komunikasi verbal pada lansia di Jakarta mencapai 12 hingga

15% dari jumlah penderita stroke di tiga rumah sakit (Said, 2009). Besarnya angka

kejadian lansia yang mengalami hambatan komunikasi verbal perlu mendapat perhatian

khusus. Hal ini dikarenakan hambatan komunikasi verbal menyebabkan lansia

mengalami kesulitan untuk melakukan komunikasi dan dikhawatirkan dapat

menurunkan angka kesejahteraan dan kesehatan lansia.

Terkait masalah keperawatan yang terjadi pada lansia, hambatan komunikasi verbal

merupakan salah satu masalah yang perlu mendapatkan asuhan keperawatan. Perawat

profesional yang memandang residen secara holistik tentunya memahami bahwa

hambatan komunikasi verbal dapat menganggu interkasi lansia dengan orang lain. Oleh

karena itu, asuhan keperawatan pada lansia dengan hambatan komunikasi verbal perlu

dilaksanakan agar dapat dilihat kefektifan dari terapi yang telah diberikan.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis asuhan keperawatan

kesehatan masyarakat perkotaan pada Ibu SM (87 tahun) dengan hambatan komunikasi

verbal di Wisma Cempaka, Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi:

1. Memberikan gambaran pelayanan lansia di Sasana Tresna Werdha Karya

Bhakti.

2. Memaparkan hasil pengkajian Residen dengan masalah keperawatan utama

hambatan komunikasi verbal.

Page 14: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

4

Universitas Indonesia

3. Memaparkan rencana asuhan keperawatan kepada Residen dengan masalah

keperawatan utama hambatan komunikasi verbal.

4. Memaparkan pengaruh intervensi terapi wicara pada Residen dengan

hambatan komunikasi verbal.

5. Menggambarkan evaluasi asuhan keperawatan pada Residen dengan masalah

keperawatan utama hambatan komunikasi verbal.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Manfaat bagi Instansi Pendidikan Keperawatan

Hasil penulisan karya ilmiah ini dapat dijadikan bahan pengetahuan mengenai asuhan

keperawatan pada lansia dengan hambatan komunikasi verbal . Hai ini agar institusi

pendidikan keperawatan dapat mempersiapkan peserta didiknya untuk menjadi perawat

profesional.

1.4.2 Manfaat bagi Instansi Pelayanan Keperawatan Kesehatan Lansia

Hasil penulisan karya ilmiah ini dapat dijadikan bahan pengetahuan dalam memberikan

asuhan keperawatan pada lansia dengan hambatan komunikasi verbal. Hal ini agar

perawat dapat memberikan asuhan keperawatan secara holistik dan meningkatkan

kualitas asuhan keperawatan.

1.4.3 Manfaat bagi Karya Ilmiah Akhir Ners Selanjutnya

Hasil penulisan ini dapat digunakan dalam karya ilmiah terkait hambatan komunikasi

verbal pada lansia dan asuhan keperawatan yang dapat diberikan.

Page 15: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

Universitas Indonesia

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Penuaan

Proses penuaan merupakan proses alamiah yang terjadi pada setiap individu.

Proses penuaan menyebabkan fungsi organ tubuh dapat mengalami penurunan

bahkan kerusakan. Teori wear and tear dan teori radikal bebas menjelaskan

bagaimana proses menua dapat mempengaruhi fungsi atau kerja sistem

kardiovaskular. Teori wear and tear mengansumsikan tubuh manusia seperti

mesin yang akan usang setelah dipakai terus-menerus selama bertahun-tahun

(Miller, 2012). Perubahan pada sistem kardiovaskular salah satunya, yaitu

pembuluh darah mengalami penyempitan dan menjadi kurang elastis akibat

penumpukan plak atau yang disebut aterosklerosis (Miller, 2012). Plak pada satu

atau lebih pembuluh darah otak dapat mengakibatkan penyumbatan total atau

parsial aliran darah sehingga sirkulasi serebral menurun (Smeltzer dan Bare,

2005). Penurunan sirkulasi serebral ini dapat menyebabkan stroke dan

mengakibatkan terjadinya hemiplegia, afasia, disfagia, hemianopia, penurunan

kesadaran, disfungsi usus dan kandung kemih, hal ini bergantung pada bagian

otak yang terkena.

Teori radikal bebas menjelaskan penurunan fungsi kerja tubuh merupakan akibat

dari akumulasi radikal bebas dalam tubuh (Miller, 2012). Radikal bebas

merupakan zat yang terbentuk dalam tubuh manusia sebagai hasil metabolisme

(Stanley dan Beare, 2007). Bertambahnya umur seseorang menyebabkan

terakumulasinya kolestrol jahat berbentuk plak yang menutupi pembuluh darah

atau yang biasa disebut aterosklerosis. Plak yang menutupi pembuluh darah secara

total akan menghambat, bahkan menghentikan aliran darah ke otak. Sementara

itu, plak yang menghambat sebagian lumen pembuluh darah, sewaktu-waktu

dapat terlepas dan terbawa aliran darah. Plak yang sampai pada pembuluh darah

yang kecil seperti kapiler, disebut tromboemboli, akan menghambat total aliran

darah ke otak sehingga menyebabkan stroke (Price dan Wilson, 2003). Selain itu,

akumulasi dari zat karsiogenik dapat menyebabkan terjadinya tumor atau kanker

pada tubuh (Smeltzer dan Bare, 2005).

Page 16: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

6

Universitas Indonesia

2.2 Prinsip Komunikasi Efektif

Komunikasi efektif diperlukan dalam berinteraksi dengan orang lain. Komunikasi

efektif terjadi jika pesan, ide, atau gagasan dari komunikator tersampaikan dalam

sebuah kontak sosial (Potter dan Perry, 2005). Kegagalan dalam berkomunikasi

akan menyebabkan tidak tersampaikannya pesan dengan baik. Komunikasi efektif

terdiri dari lima prinsip, yaitu respect, empathy, audible, clarity, dan humble.

Respect merupakan sikap menghormati dan menghargai lawan bicara. Empathy

merupakan kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi yang dihadapi orang

lain. Empati dapat melatih kemampuan mendengar dan menerima umpan balik

dengan sikap positif. Audible merupakan kemampuan mendengarkan pesan dari

pemberi pesan dengan baik. Clarity berarti pesan yang disampaikan harus jelas

dan tidak menyebabkan ambiguitas. Humble merupakan sikap rendah hati yang

diperlukan untuk menumbuhkan respect dan empathy kepada orang lain (Potter

dan Perry, 2005).

2.3 Hambatan Komunikasi Verbal pada Lansia Post Gangguan

Cerebrovaskular

2.3.1 Definisi Hambatan Komunikasi Verbal

Hambatan komunikasi verbal merupakan penurunan, keterlambatan, atau tidak

adanya kemampuan untuk menerima, memproses, menghantarkan, dan

menggunakan sistem simbol, yaitu segala sesuatu yang memiliki atau

menghantarkan makna (Wilkinson dan Ahern, 2012). Penyebab terjadinya

hambatan komunikasi verbal meliputi perubahan pada sistem saraf pusat,

perubahan konsep diri, defek anatomi seperti celah palatum perubahan pada

sistem neuromuskular, sistem pendengaran, atau pita suara. Selain itu, tumor otak,

kondisi emosi, perbedaan budaya, efek samping obat, dan kondisi lingkungan juga

merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya hambatan

komunikasi verbal (Wilkinson dan Ahern, 2012). Batasan karakteristik residen

dengan hambatan komunikasi verbal meliputi tidak adanya kontak mata ketika

berinteraksi, kesulitan dalam mengolah kata-kata atau kalimat, kesulitan

mengungkapkan pikiran secara verbal, gangguan penglihatan, bicara pelo, bicara

gagap, dan kesulitan dalam mempertahankan pola komunikasi yang sebelumnya

dapat dilakukan (Wilkinson dan Ahern, 2012).

Page 17: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

7

Universitas Indonesia

2.3.2 Patofisiologis Hambatan Komunikasi Verbal pada Lansia Post

Gangguan Cerebrovaskular

Residen yang pengalami gagguan cerebrovaskular dapat mengalami gangguan

berbicara atau berkomunikasi. Hal ini dapat terjadi karena gangguan

cerebrovaskular mempengaruhi sistem neurologi. Penelitian Nadeau, Rothi, dan

Crosson(2000) menunjukkan hambatan komunikasi verbal dapat terjadi mengikuti

stroke dan traumatic brain injury, dapat pula dihubungkan dengan penyakit yang

mempengaruhi unsur dan fungsi otak.

Bertambahnya umur seseorang menyebabkan terakumulasinya kolestrol jahat

berbentuk plak yang menutupi pembuluh darah atau yang biasa disebut

aterosklerosis. Plak yang menutupi pembuluh darah secara total akan

menghambat, bahkan menghentikan aliran darah ke otak. Sumbatan tersebut

mengakibatkan pembuluh darah ruptur sehingga aliran darah mengalami

gangguan dan mengakibatkan sel kekurangan oksigen sehingga terjadi infark

(Price dan Wilson, 2003). Selain itu, akumulasi dari zat karsiogenik dapat

menyebabkan terjadinya tumor atau kanker pada tubuh (Smeltzer dan Bare, 2005).

Lesi yang terdapat pada hemisfer dominan tepatnya lobus frontalis, pada lobus ini

terdapat area broca, kerusakan yang ditimbulkan tidak akan menghalangi

seseorang mengeluarkan suara. Akan tetapi mengakibatkan seseorang tidak

mampu menggucapkan seluruh kata-kata atau hanya memahami kata-kata

sederhana dan kemampuan mengekspresikan kata-kata bermakna dalam bentuk

tulisan atau lisan akan terganggu, hal ini disebut disfasia ekspresif (Smeltzer dan

Bare, 2005).

Residen yang mengalami lesi pada lobus temporalis kiri masih mampu

mengekspresikan bahasa secara utuh, tetapi pemahaman terhadap kata-kata yang

diucapkan atau tertulis terganggu hal ini disebut disfasia reseptif (Smeltzer dan

Bare, 2005). Hal ini terjadi karena pada lobus temporalis superior di hemisfer

dominan yang dinamakan area wernicke berfungsi untuk pendengaran dan

penglihatan. Informasi dari area wernicke tersebut akan disampaikan ke area

broca melalui fasikulus arkuatus, kemudia diproses menjadi gambaran yang

Page 18: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

8

Universitas Indonesia

mendetail dan tersusun untuk bicara, kemudian berproyeksi ke kortek motorik

yang menimbulkan gerakan lidah, bibir dan larinx yang sesuai untuk

menghasilkan suara. Girus angularis dibelakang area wernicke akan memproses

informasi dari kata-kata yang dibaca sehingga menjadi kata-kata bentuk auditorik

pada area wernicke (Smeltzer dan Bare, 2005).

2.3.3 Jenis-jenis Hambatan Komunikasi Verbal

Penelitian Ninds (2006) menyebutkan satu dari empat residen post stroke di

United Kingdom menggalami gangguan berbicara, menulis, dan membaca. Cigna

(2005) menyebutkan gangguan yang mungkin terjadi meliputi gangguan

artikulasi, gangguan kelancaran berbicara, dan gangguan suara. Sedangkan

menurut Touhy dan Jett (2010) gangguan komunikasi post stroke meliputi

dysatria, afasia, dan apraxia.

Gangguan artikulasi merupakan ketidakmampuan individu menghasilkan suara

yang jelas. Cigna (2005) menyebutkan gangguan artikulasi merupakan gangguan

phonologikal yang memunculkan ketidaksesuaian antara bunyi suara dan kata-

kata sehingga kalimat kurang dapat dipahami. Gangguan ini dapat diklasifikasikan

menjadi dua, yaitu gangguan artikulasi motorik dan gangguan artikulasi

fungsional. Gangguan artikulasi motorik melibatkan kerusakan di susunan otak

pusat atau perifer, sedangkan gangguan artikulasi fungsional belum diketahui

penyebabnya.

Gangguan kelancaran berbicara dapat terjadi akibat ketidakmampuan individu

mengontrol bunyi suara. Cigna (2005) menyebutkan gangguan kelancaran

berbicara terjadi akibat adanya perpanjangan atau pengulangan dalam

memproduksi bunyi suara. Gangguan kelancaran berbicara termasuk dalam

abnormalitas kelancaran aliran suara yang keluar, misalnya gagap.

Gangguan suara dapat terjadi karena abnormalitas fungsi laring dan saluran

pernafasan. Cigna (2005) menyebutkan gangguan suara terjadi karena

ketidakmampuan memproduksi suara (fonasi) secara akurat. Individu yang

mengalami gangguan suara tidak mampu menghasilkan suara yang berkualitas,

nada, resonan, dan durasi yang efektif.

Page 19: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

9

Universitas Indonesia

Disatria merupakan kesulitan dalam berbicara.Touhy dan Jett (2010) menyatakan

disatria dapat terjadi akibat kasus neurologik seperti paralisis otot yang

bertanggung jawab menghasilkan bicara. Disatria menyebabkan ketidakjelasan

dan kesalahan dalam pengucapan suatu kata. Individu yang mengalami disatria

dapat mengalami kesulitan dalam berbicara sehingga pembicaraannya sulit untuk

dipahami.

Disfasia atau afasia merupakan hilangnya kemampuan individu mengekspresikan

diri sendiri atau mengerti bahasa. Touhy dan Jett (2010) mengemukakan

kerusakan yang terjadi di area lobus frontal menyebabkan hilangnya kemampuan

ekspresif, yaitu ketidakmampuan untuk mengekspresikan diri, sedangkan

kerusakan pada lobus temporal kiri mengakibatkan hilangnya kemampuan

reseptif, yaitu ketidakmampuan mengerti apa yang dikatakan orang lain. Afasia

terbagi dalam enam jenis, meliputi aculcullia, agnosia, agraphia, dyslexia,

anomia, paraphasia, dan perseveration (Touhy dan Jett, 2010). Aculcullia

merupakan ketidakmampuan mengerjakan matematika atau simbol-simbol angka

umum. Agnosia merupakan ketidakmampuan mengenali benda-benda yang sudah

dikenal sebelumnya dengan merasakannya melalui panca indera. Agraphia

merupakan ketidakmampuan menulis kata-kata. Dyslexia merupakan kesulitan

dalam membaca. Anomia merupakan kesuitan dalam memilih kata-kata yang tepat

terutama kata benda. Paraphasia merupakan kesalahan penggunaan kata-kata.

Perseveration merupakan pengulangan terus- menerus pada satu aktivitas atau

kata atau kalimat yang tidak tepat.

Apraxia merupakan kelainan bicara yang disebabkan kelainan motorik. Apraxia

menghambat kemampuan seseorang untuk menggerakkan lidah dan biir secara

benar (Touhy dan Jett, 2010). Apraxia juga dapat diartikan sebagai kesukaran

dalam pembentukan dan menghubungkan katakata yang dimengerti walaupun

susunan otot-otot utuh. Apraxia juga dapat mempengaruhi proses mengunyah dan

menelan.

Page 20: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

10

Universitas Indonesia

2.4 Terapi Wicara pada Residen dengan Hambatan Komunikasi Verbal

Asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada residen dengan hambatan

komunikasi verbal, yaitu melalui terapi wicara. Terapi wicara merupakan

treatment yang dilakukan pada residen hambatan komunikasi verbal agar

memperoleh kembali bahasanya (Siguroardottir dan Sighvatsson, 2006). Target

terapi wicara adalah untuk meningkatkan harapan hidup sehari-hari. selain itu,

terapi yang diberikan pada lansia dengan hambatan komunikasi verbal bertujuan

meningkatkan komunikasi lansia secara verbal, tulisan, atau isyarat (Bakheit et al.,

2007). Tujuan terapi wicara secara spesifik meliputi meningkatnya kejelasan

dalam ucapan, kemampuan untuk mengerti kata-kata sederhana, dan kemampuan

mengeluarkan kata-kata yang jelas dan dapat dimengerti (Nadeau, Rothi, dan

Crosson, 2000). Tugas-tugas dalam terapi wicara meliputi word finders, everyday

objects, objects and action, everyday activities, sentence builders, dan phrase

builders, (Berthier, 2005).

Senam lidah dapat dilakukan sebelum terapi wicara. Hal ini bertujuan untuk

merilekskan otot-otot lidah. Senam lidah terdiri dari sembilan gerakan. Gerakan

pertama adalah menjulurkan lidah ke depan. Gerakan kedua adalah sentuhkan

lidah dengan rahang atas. Gerakan ketiga adalah sentuhkan lidah dengan rahang

bawah. Gerakan keempat adalah sentuhkan lidah dengan sudut bibir kanan.

Gerakan kelima adalah sentuhkan lidah dengan sudut bibir kiri. Gerakan keenam

adalah tersenyum. Gerakan ketujuh adalah memonyongkan bibir. Gerakan

kedelapan adalah membuka bibir hingga selebar-lebarnya. Gerakan terakhir

adalah merapatkan bibir (Nadeau, Rothi, dan Crosson, 2000).

Latihan pengucapan huruf vokal dan penggabungan huruf vokal dengan huruf

konsonan juga perlu dilakukan sebelum terapi wicara. Hal ini bertujuan agar

residen mengetahui cara pengucapan huruf sebelum belajar mengucapkan kata

atau kalimat (Nadeau, Rothi, dan Crosson, 2000). Tahapan ini mengajarkan cara

pengucapan huruf vokal a, i, u, e, o. Selain itu, penggabungan huruf vokal dengan

huruf konsonan juga dilatih seperti pengucapan ba bi bu be bo, pa pi pu pe po, ma

mi mu me mo, ta ti tu te to, ya yi yu ye yo, dan za zi zu ze zo.

Page 21: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

11

Universitas Indonesia

Word finders atau mencari kata-kata merupakan tugas pertama dalam terapi

wicara. Residen diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana mengenai

kehidupan sehari-hari (Berthier, 2005). Contoh pertannyaannya yaitu, “Mencuci

tangan menggunakan sabun dan?” jawabnya, “Air”. “Setelah mandi kita memakai

baju dan?” jawabnya, “Celana”. “Seorang anak mempunyai orang tua yang terdiri

dari ayah dan?” jawabannya, “Ibu”.

Everyday objects atau benda sehari-hari merupakan tugas kedua dari terapi

wicara. Residen pada tahap ini akan ditunjukkan beberapa benda yang biasa

digunakan untuk aktivitas sehari- hari. Residen kemuadian dilatih untuk

mengucapkan nama benda-benda tersebut (Berthier, 2005). Contoh nama benda

yang dilatih seperti kursi, pulpen, lemari, bantal, buku, cermin, sepatu, tempat

tidur, tempat sampah, dan kain pel.

Objects and action atau benda dan aksi merupakan tugas ketiga dari terapi wicara.

Residen pada tahap ini ditunjukkan beberapa benda yang biasa digunakan sehari-

hari. Setelah itu, residen diminta untuk membuat kalimat berisi aktivitas

menggunakan benda tersebut (Berthier, 2005). Contohnya residen ditunjukkan

sebuah gelas, kemudian residen dapat membuat kalimat seperti, “Saya minum teh

menggunakan gelas.” Selanjutnya residen ditunjukkan sebuah pulpen, kalimat

yang dapat dibuat seperti, “Saya menulis menggunakan pulpen.” Terakhir residen

ditunjukkan sebuah sepatu, kalimat yang dapat dibuat seperti, “Saya pergi

memakai sepatu.”

Everyday activities atau aktivitas sehari-hari merupakan tugas keempat dari terapi

wicara. Residen pada tahap diminta membuat sebuah kalimat dari kata kerja yang

telah ditentukan (Berthier, 2005). Kata kerja berupa yang dipilih berupa aktivitas

sehari-hari. Contohnya residen diberi kata kerja membaca, kemudian residen

dapat membuat kalimat seperti, “Mahasiswa membaca buku.” Contoh lainnya

residen diberi kata kerja menyetir, maka kalimat yang dapat dibuat, “Ayah

menyetir mobil.” Contoh terakhir residen diberi kata kerja mencuci, maka kalimat

yang dapt dibentuk, “Ibu mencuci baju.”

Page 22: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

12

Universitas Indonesia

Sentence builders atau membuat kalimat merupakan tugas keempat dalam terapi

wicara. Sentence buiders terdiri dari dua tahapan. Tahap pertama, residen diminta

untuk menjawab pertanyaan berupa fakta pada kehidupan sehari-hari (Berthier,

2005). Contoh pertanyaannya yaitu, “Apakah lampu merah tanda kendaraan boleh

melaju?” jawabannya, “Salah, lampu merah tanda kendaraan harus berhenti.”

Contoh pertanyaan selanjutnya yaitu, “Apakah matahari terbit di barat?”

jawabannya, “Bukan, matahari terbit di timur.” Tahap kedua adalah menjawab

pertanyaan membandingkan (Berthier, 2005). Contoh pertanyaannya yaitu, “

Apakah bulu lebih lembut dari batu?” jawabannya, “Benar, bulu lebih lembut dari

batu.” Contoh pertanyaan lainnya yaitu, “Apakah musim hujan lebih panas dari

musim kemarau?” jawabannya, “Tidak, musim hujan lebih dingin dari musim

kemarau.”

Phrase builders atau membuat frase merupakan tugas kelima dari terapi wicara.

Residen pada tahap ini diberikan sebuah frase dan diminta membuat kalimat dari

frase tersebut (Berthier, 2005). Susunan kalimat yang dibuat pada tahap pertama

bepola subjek predikat object, misalnya frase raja hutan, kalimat yang dapat

dibuat “Singa adalah raja hutan.” Contoh lainnya frase kue coklat, maka kalimat

yang dapat dibuat “Laki-laki itu membuat kue coklat.” Susunan kalimat yang

dibuat pada tahap kedua berpola subjek predikat objek keterangan. Contohnya

frase kue coklat, maka kalimat yang dapat dibentuk seperti “Laki-laki itu

membuat kue coklat di dapur.” Contoh lainnya frase hari ibu, maka kalimat yang

dapat dibuat “Dia mengirim bunga untuk hari ibu.”

2.5 Konsep Long Term Care

Konsep keperawatan masyarakat perkotaan meliputi konsep keperawatan

gerontik. Hal ini dikarenakan lansia merupakan bagian dari masyarakat perkotaan.

Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 28,8 juta

orang atau sekitar 11 persen dari total penduduk Indonesia (Kementerian Sosial

Republik Indonesia, 2008). Prinsip keperawatan gerontik salah satunya adalah

mengusahakan lansia lebih sejahtera, berguna, dan bahagia sehingga tidak

menjadi beban di keluarga maupun masyarakat. Berbagai upaya telah

dilaksanakan oleh instansi pemerintah, para profesional kesehatan, serta bekerja

Page 23: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

13

Universitas Indonesia

sama dengan pihak swasta dan masyarakat untuk mengurangi angka kesakitan

(morbiditas) dan kematian (mortalitas) lansia. Pelayanan kesehatan, sosial, dan

ketenagakerjaan telah dibentuk pada berbagai tingkatan, yaitu tingkat individual,

kelompok lansia, keluarga, Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW), Sasana Tresna

Werdha (STW), sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer), sarana

pelayanan kesehatan rujukan (sekunder), dan sarana pelayanan kesehatan tingkat

lanjutan (tersier) untuk mengatasi permasalahan pada lansia (Kementerian Sosial

Republik Indonesia, 2008).

Pelayanan yang diselengarakan oleh panti werdha merupakan pelayanan holistik.

Pelayanan holistik ini mencakup social residence, nursing home, hospice, dan day

care. Social residence merupakan pelayanan untuk mengatasi permasalahan atas

kebutuhan tempat tinggal dan makan bagi lansia (Scourfield, 2007). Pelayanan ini

diperuntukan bagi lansia dengan tingkat kemampuan fungsional potensial atau

yang masih mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Fasilitas-fasilitas yang

disediakan antara lain fasilitas hunian, fasilitas klinik, dan pelayanan 24 jam.

Nursing home merupakan pelayanan yang ditujukan bagi lansia yang mengalami

penurunan fisiologis tubuh sehingga memerlukan bantuan orang lain untuk

memenuhi kebutuhannya (Miller, 2012). Lansia dengan tingkat kemandirian

partial care memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi sebagian

kebutuhannya. Lansia dengan tingkat kemandirian total care memerlukan

bantuan orang lain untuk memenuhi semua kebutuhannya. Salah satu fasilitas

yang tersedia adalah adanya caregiver untuk membantu lansia memenuhi

kebutuhannya. Fasilitas yang disediakan meliputi konsultasi dokter, fisioterapi,

farmasi, rawat jalan, rawat inap, rujukan RS dan kegawatdaruratan, pemeriksaan

tanda-tanda vital secara rutin, senam, relaksasi, dan terapi musik.

Hospice merupakan pelayanan yang ditujukan bagi lansia yang membutuhkan

perawatan paliatif. Perawatan paliatif ini dibutuhkan akibat penyakit terminal atau

kondisi menjelang kematian. Prinsip pelayanan bertujuan agar lansia bisa kembali

menghadap Tuhan tanpa rasa sakit atau dapat meninggal dengan damai dan

Page 24: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

14

Universitas Indonesia

bermartabat (Miller, 2012). Fasilitas yang disediakan meliputi konsultasi dokter,

asuhan keperawatan paliatif, dan bimbingan rohani.

Panti werdha juga menyediakan program day care atau yang dikenal dengan

istilah pelayanan harian lanjut usia (PHLU). Program ini ditunjukkan bagi lansia

yang tinggal bersama keluarga, tetapi memerlukan kegiatan bermanfaat bersama

lain di siang hari (Miller, 2012). Setelah kegiatan di panti selesai, lansia yang

mengikuti program ini dipersilahkan untuk kembali ke rumah. Program-program

yang disediakan meliputi program kerohanian seperti tadarus, pengajian, dan

kebaktian. Program kesenian seperti bermain angklung, merajut, menyulam,

menjahit, berkebun, menonton film, dan mendengarkan musik. Program-program

tersebut bertujuan agar lansia dapat tetap aktif mengikuti kegiatan sesuai dengan

kemampuannya.

Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti merupakan model long term care yang

mengkombinasikan antara social residence, nursing home, dan day care. Aspek

social residence pada STW meliputi pelayanan untuk mengatasi permasalahan

atas kebutuhan tempat tinggal dan makan bagi lansia. Lansiadi STW mendapat

fasilitas kamar pribadi, makan 3x sehari, yaitu sarapan, makan siang, dan makan

malam, serta snack 2x sehari di pagi dan sore hari. Aspek nursing home

merupakan pelayanan yang ditujukan bagi lansia dengan tingkat kemandirian

partial care dan total care sehingga memerlukan bantuan orang lain untuk

memenuhi semua kebutuhannya. Salah satu fasilitas yang tersedia adalah adanya

caregiver untuk membantu lansia memenuhi kebutuhannya. STW juga

menyediakan program day care atau yang dikenal dengan istilah pelayanan harian

lanjut usia (PHLU). Program ini ditunjukkan bagi lansia yang tinggal bersama

keluarga, tetapi memerlukan kegiatan bermanfaat bersama lain di siang hari.

Program yang dapat diikuti seperti senam, relaksasi, pengajian, angklung, merajut,

dan menyulam.

Page 25: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

Universitas Indonesia

15

BAB 3

LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas Diri

Ibu S menjadi residen kelolaan utama selama tujuh pekan praktik di Wisma

Cempaka Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti (STW Karya Bhakti). Residen

merupakan seorang janda yang sebelumnya bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Pendidikan terakhir residen adalah sekolah rakyat. Residen telah tinggal di Wisma

Cempaka sejak 28 November 2011, sebelumnya tinggal dengan anaknya di

Manggarai Selatan I/5 RT 12 RW 01. Residen memilih untuk tinggal di STW

STW Karya Bhakti karena ingin menikmati masa tua dengan kegiatan yang

bermanfaat. Selama di rumah, residen menghabiskan waktu dengan menonton

televisi dan tidur, tidak ada kegiatan lainnya.

3.1.2 Riwayat Kesehatan

Residen memiliki riwayat kesehatan pernah mengalami tumor otak. Residen telah

menjalani operasi tumor otak pada akhir tahun 2003 di Rumah Sakit Mount

Elizabeth Singapura. Pasca operasi tersebut, residen mengalami gangguan bicara

(bicara kurang jelas) sejak awal tahun 2004. Akibat dari gangguan bicara ini

residen merasa malu karena perkataannya terkadang tidak dimengerti oleh lawan

bicara. Selain mengalami gangguan bicara, residen juga mengalami pendengaran,

yaitu tuli sensorineural sehingga dalam berkomunikasi mahasiswa perlu berbicara

lebih keras, jelas, dan perlahan-lahan. Residen juga mengalami gangguan

penglihatan karena katarak, tetapi belum dioperasi karena keluarga tidak setuju

dengan alasan sudah tua. Residen pernah menjalani operasi tumor usus pada tahun

2009 di RSCM.

Kedua orangtua Residen telah lama meninggal. Menurut residen kedua

orangtuanya meninggal karena memang sudah tua. Residen mengatakan tidak

mengetahui apakah keluarganya memiliki penyakit keturunan karena zaman

Page 26: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

16

Universitas Indonesia

dahulu peralatan medis belum canggih. Residen juga menyangkal keluarganya

memiliki riwayat penyakit diabetes melitus, dan asma.

3.1.3 Aktivitas Sehari-hari

Hasil interpretasi Indeks Katz menunjukkan gangguan fungsional sebagian atau

kemandirian sebagian sehingga aktifitas sehari-hari residen dibantu oleh

caregiver. Residen makan 3x sehari, ditambah snack cracker 2x sehari dan segelas

susu tinggi kalsium di pagi hari. Residen menghindari makanan yang

mengandung kolestrol seperti udang dan cumi. Residen minum air putih 1,5-2

liter sehari yang dibagi dalam 5 gelas ± 300-350 cc ditambah segelas teh manis,

menggunakan gula jagung, sebanyak 250 cc. Awalnya sekali minum bisa sampai

600 cc, tetapi karena sering BAK akhirnya jumlah sekali minum dikurangi yang

penting kebutuhannya terpenuhi. Residen tidak mengalami kesulitan untuk

memulai tidur, tidur dengan nyenyak, dan selalu merasa segar saat banyak tidur.

Residen tidak mengalami inkontinesia, BAK 3-4x sehari,dan BAB 1x sehari

setiap pagi. Residen selalu mengikuti kegiatan yang ada di STW seperti senam,

main angklung, kebaktian, mendengarkan musik, dan menonton film. Rekreasi

yang dilakukan Residen berupa mendengarkan musik, menonton televisi, dan

bermain angklung

Residen menerima dukungan dari anak, cucu, dan cicitnya termasuk keputusan

residen tinggal di STW. Akan tetapi, residen sebenarnya kecewa karena dari 7

orang anaknya tidak ada yang bersedia tinggal dengannya. Hubungan residen

dengan keluarganya baik. Selama tujuh pekan mahasiswa berpraktik, terlihat tiga

kali Residen dikunjungi keluarganya, yaitu saat hari paskah, saat berobat ke

Rumah Sakit Pasar Rebo, dan saat menubus obat. Residen terlihat senang dengan

kunjungan di hari paskah. Akan tetapi, terlihat sedikit kecewa dengan kunjungan

saat ke rumah sakit dan menubus ini. Hal ini karena anak dan menantunya terlihat

terpaksa, biaya berobatpun menggunakan uang residen, bahkan harus membelikan

makan siang dan mengganti uang bensin. Hal inilah yang membuat residen

terkadang menanggis ketika menceritakan keluarganya.

Page 27: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

17

Universitas Indonesia

Residen berinteraksi dengan residen lainnya misalnya dengan tetangga kamarnya,

yaitu Eyang S. Akan tetapi, residen lebih sering mendengarkan saja daripada

banyak berbicara. Hal ini dikarenakan perkataan residen terkadang tidak jelas

sehingga sulit dipahami orang lain. Hal ini membuat residen terkadang merasa

malu. Jika ada masalah dengan residen lain, residen akan mengalah karena tidak

ingin ribut. Selain itu, kontak mata resinden juga kurang saat berbicara dengan

orang lain. Residen juga berinteraksi dengan petugas STW dan rajin mengikuti

acara binjang antar kita (BAKI). Saat BAKI biasanya Residen meminta caregiver

untuk ikut hadir. Hal ini karena penurunan pendengaran membuat residen tidak

menangkap dengan jelas semua informasi yang disampaikan pihak STW.

Biasanya setelah BAKI residen meminta caregiver menggulangi informasi yang

disampaikan pihak STW.

Residen beragama Kristen Protestan. Residenrajin mengikuti kebaktian dari STW

2x seminggu, yaitu hari kamis dan minggu. Residen meyakini bahwa kesehatan

merupakan anugerah dari Tuhan. Jika sekarang merasa banyak penurunan itu

karena sudah tua. Residen juga merasa sudah ingin dipanggil Tuhan. Hal ini

karena residen merasa sudah mengalami banyak penurunan dan tidak ingin

merepotkan keluarganya. Residen juga pernah bermimpi didatangi oleh suami dan

kedua orangtuanya yang sudah meninggal, tetapi residen merasa kecewa karena

tidak ikut diajak menghadap Tuhan.

3.1.4 Pemeriksaan Fisik

Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum Residen baik, kesadaran

compos mentis, suhu tubuh 36,8 C, frekuensi nadi 79x per menit, frekuensi

pernafasan 20x per menit, tinggi badan 152 cm, berat badan 60 kg, indeks massa

tubuh 25,9, dan lingkar lengan atas 28 cm. Rambut berwarna putih, rontok, dan

terdapat ketombe. Residen mengalami gangguan penglihatan parsial, yaitu mata

katarak yang ditandai dengan noda putih pada lensa mata kanan, konjungtiva tidak

anemis, sklera tidak ikterik, dan penggunaan alat bantu penglihatan yaitu

kacamata. Tidak ada pengeluaran sekret dan lesi pada hidung. Residen

menggunakan gigi palsu dan dibersihkan satu kali setiap hari, mukosa bibir

lembab, dan tidak terdapat lesi pada mulut, residen kesulitan berbicara atau

Page 28: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

18

Universitas Indonesia

mengungkapkan kata-kata seperti air, bung, dan putih. Residen juga terkadang

berbicara gagap seperti saat mengucapkan kata lemari yang diucapakan adalah

“Eeellemarii”. Tidak ada pengeluaran serumen pada telinga, tidak terjadi

penumpukan kotoran pada telinga, terjadi penurunan pendengaran. Tidak terdapat

pembesaran kelenjar getah bening, peningkatan JVP, atau pun nyeri pada leher.

Suara paru bronko vesikuler, tidak terdapat suara tambahan seperti wheezing atau

ronkhi. Bunyi jantung I dan II normal, tidak terdapat bunyi tambahan seperti

murmur dan gallop. Abdomen supel, teraba benjolan pada abdomen sinistra, nyeri

tekan terkadang muncul terkadang tidak, sudah dilaporakan ke dr. Nia dan dirujuk

pemeriksaan USG di RS Pasar Rebo dan hasilnya terlihat massa. Menurut dokter

kandungan di RS Pasar Rebo seharuanya dirujuk ke dokter spesialis penyakit

dalam RSCM, tempat dimana Residen pernah menjalani operasi tumor usus. Hasil

pengkajian Fall Morse Scall dan Berg Balance Test menunjukkan Residen

berisiko jatuh rendah, sedangkan hasil Mini Mental State Examination

menunjukan hasil yang normal, yaitu tidak ada gangguan kognitif. Kuku kaki

Residen juga terlihat panjang. Hal ini dikarenakan Residen tidak mampu

menjangkau kuku kakinya untuk dipotong. Kekuatan otot pada ektremitas atas

sama, yaitu mampu melakukan tahanan terhadap tekanan kuat dan gravitasi,

sedangkan pada ekstremitas bawah sendi lutut masih mampu melawan gravitasi

dan tekanan lemah hingga sedang.

3.2 Analisis Data

Data-data subjektif menunjukkan bahwa residen memiliki riwayat post operasi

tumor otak pada tahun 2003 dan mengalami gangguan bicara atau bicara tidak

jelas sejak tahun 2004. Residen lebih sering mendengarkan saja daripada banyak

berbicara saat berinteraksi dengan residen lain karena perkataan residen terkadang

tidak jelas sehingga sulit dipahami orang lain. Residen terkadang merasa malu

karena berbicara tidak jelas. Jika ada kegiatan, seperti bincang antar kita (BAKI)

residen meminta caregivernya untuk hadir. Hal ini karena penurunan pendengaran

membuat residen tidak menangkap dengan jelas semua informasi yang

disampaikan pihak STW. Setelah BAKI residen meminta caregiver menggulangi

informasi yang disampaikan pihak STW.

Page 29: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

19

Universitas Indonesia

Data-data objektif yang diperoleh melalui pengkajian fisik menunjukkan residen

mengalami gangguan penglihatan parsial, yaitu mata katarak yang ditandai

dengan noda putih pada lensa mata kanan dan penggunaan alat bantu penglihatan

yaitu kacamata. Residen kesulitan berbicara atau mengungkapkan kata-kata

seperti air, bung, dan putih. Residen juga terkadang berbicara gagap seperti saat

mengucapkan kata lemari yang diucapakan adalah “Eeellemarii”. Tidak ada

pengeluaran serumen pada telinga, tidak terjadi penumpukan kotoran pada telinga,

tetapi terjadi penurunan pendengaran yang dapat diakibatkan dari proses penuaan,

yaitu tuli sensorineural. Masalah keperawatan yang dapat disimpulkan dari data-

data tersebut, yaitu hambatan komunikasi verbal (Wilkinson dan Ahern, 2012).

Data-data subjektif menunjukkan residen kesulitan melakukan aktivitas

memotong kuku kaki. Hal ini karena ketidakmampuan menjangkau kuku kaki.

Data-data objektif menunjukkan residen mengalami gangguan penglihatan parsial,

yaitu mata katarak yang ditandai dengan noda putih pada lensa mata kanan dan

penggunaan alat bantu penglihatan yaitu kacamata. Kuku kaki Residen juga

terlihat panjang. Selain itu, kekuatan otot pada ektremitas atas sama, yaitu mampu

melakukan tahanan terhadap tekanan kuat dan gravitasi, sedangkan pada

ekstremitas bawah sendi lutut hanya mampu melawan gravitasi dan tekanan lemah

hingga sedang. Masalah keperawatan yang dapat disimpulkan dari data-data

tersebut, yaitu hambatan mobilitas fisik (Wilkinson dan Ahern, 2012).

3.3 Perencanaan

3.3.1 Rencana Asuhan Keperawatan pada Hambatan Komunikasi Verbal

Analisis data-data pengkajian pada Residen menghasilkan masalah keperawatan

utama yaitu hambatan komunikasi verbal. Selanjutnya untuk menyelesaikan

masalah tersebut disusunlah rencana asuhan keperawatan. Rencana asuhan

keperawatan yang dibuat terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan

umum atau tujuan jangka panjang dari rencana asuhan keperawatan. Tujuan

umum dari rencana asuhan keperawatan yang diberikan, yaitu setelah dilakukan

intervensi keperawatan Residen dapat menunjukkan peningkatan komunikasi

(Wilkinson dan Ahern, 2012). Tujuan umum ini dijelaskan secara spesifik dalam

Page 30: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

20

Universitas Indonesia

tujuan khusus, yaitu meningkatnya kejelasan dalam ucapan, kemampuan untuk

mengerti kata-kata sederhana, kemampuan mengeluarkan kata-kata yang jelas dan

dapat dimengerti, serta dapat bertukar pesan secara akurat dengan orang lain.

Tujuan umum dan tujuan khusus dapat tercapai dengan diberikannya intervensi

keperawatan. Intervensi dalam rencana asuhan keperawatan ini terdiri dari

mendengar aktif, penurunan ansietas, peningkatan komunikasi dengan gangguan

pendegaran dan penglihatan (Wilkinson dan Ahern, 2012). Intervensi pertama,

yaitu menjadi pendegar aktif dengan hadir di dekat residen, berbicara berhadapan

dan mempertahankan kontak mata, berusaha menangkap pesan verbal dan non

verbal yang residen berikan. Penurunan ansietas dilakukan dengan meningkatkan

kepercayaan diri residen, yaitu memotivasi residen untuk mengikuti kegiatan yang

diadakan STW serta menjelaskan manfaat dan waktu yang dibutuhkan untuk

terapi wicara. Intervensi keperawatan yang akan diberikan untuk peningkatan

komunikasi dengan gangguan pendengar meliputi berbicara jelas, singkat,

perlahan, dan diulang bila perlu. Intervensi keperawatan yang akan diberikan

untuk peningkatan komunikasi dengan gangguan bicara meliputi senam lidah,

latihan pengucapan huruf vokal dan penggabungan huruf vokal dengan huruf

konsonan, latihan pengucapan kata-kata dengan metode word finders dan

everyday objects, latihan pengucapan kalimat sederhana dengan metode objects

and action dan everyday activities, latihan pengucapan kalimat lebih kompleks

dengan metode latihan sentence builders dan phrase builders, serta latihan

bernyanyi.

Senam lidah yang akan dilakukan terdiri dari sembilan gerakan. Gerakan-gerakan

ini bertujuan untuk merilekskan otot-otot lidah. Gerakan pertama adalah

menjulurkan lidah ke depan. Gerakan kedua adalah sentuhkan lidah dengan

rahang atas. Gerakan ketiga adalah sentuhkan lidah dengan rahang bawah.

Gerakan keempat adalah sentuhkan lidah dengan sudut bibir kanan. Gerakan

kelima adalah sentuhkan lidah dengan sudut bibir kiri. Gerakan keenam adalah

tersenyum. Gerakan ketujuh adalah memonyongkan bibir. Gerakan kedelapan

adalah membuka bibir hingga selebar-lebarnya. Gerakan terakhir adalah

merapatkan bibir.

Page 31: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

21

Universitas Indonesia

Latihan pengucapan huruf vokal dan penggabungan huruf vokal dengan huruf

konsonan juga perlu dilakukan dalam terapi wicara. Hal ini bertujuan agar residen

mengetahui cara pengucapan huruf sebelum belajar mengucapkan kata atau

kalimat. Tahapan ini residen akan diajarkan cara pengucapan huruf vokal a, i, u, e,

o. Selain itu, penggabungan huruf vokal dengan huruf konsonan juga dilatih

seperti pengucapan ba bi bu be bo, pa pi pu pe po, ma mi mu me mo, ta ti tu te to,

ya yi yu ye yo, dan za zi zu ze zo.

Intervensi keperawatan selanjutnya, yaitu latihan pengucapan kata-kata dengan

metode word finders dan everyday objects. Metode word finders melatih residen

menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana mengenai kehidupan sehari-hari.

Contoh pertannyaannya yaitu, “Mencuci tangan menggunakan sabun dan?”

jawabnya, “Air”. “Setelah mandi kita memakai baju dan?” jawabnya, “Celana”.

Metode everyday objects melatih residen mengucapakan nama benda yang

ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Residen pada tahap ini akan ditunjukkan

beberapa benda yang biasa digunakan untuk aktivitas sehari- hari. Residen

kemudian dilatih untuk mengucapkan nama benda-benda tersebut. Contoh nama

benda yang dilatih seperti kursi, pulpen, lemari, bantal, buku, cermin, sepatu,

tempat tidur, tempat sampah, dan kain pel.

Intervensi keperawatan selanjutnya, yaitu melatih pengucapan kalimat sederhana

dengan metode objects and action dan everyday activities. Residen pada tahap

objects and action ditunjukkan beberapa benda yang biasa digunakan sehari-hari.

Setelah itu, residen diminta untuk membuat kalimat berisi aktivitas menggunakan

benda tersebut. Contohnya residen ditunjukkan sebuah gelas. Residen pada tahap

everyday activities diminta membuat sebuah kalimat dari kata kerja yang telah

ditentukan. Kata kerja berupa yang dipilih berupa aktivitas sehari-hari. Contohnya

residen diberi kata kerja membaca, kemudian residen dapat membuat kalimat

seperti, “Mahasiswa membaca buku.”

Intervensi keperawatan selanjutnya yaitu, melatih pengucapan kalimat yang lebih

kompleks yaitu dengan metode sentence builders dan phrase builders. Sentence

buiders terdiri dari dua tahapan. Tahap pertama, residen diminta untuk menjawab

Page 32: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

22

Universitas Indonesia

pertanyaan berupa fakta pada kehidupan sehari-hari. Contoh pertanyaannya yaitu,

“Apakah lampu merah tanda kendaraan boleh melaju?” jawabannya, “Salah,

lampu merah tanda kendaraan harus berhenti.” Tahap kedua adalah menjawab

pertanyaan membandingkan. Contoh pertanyaannya yaitu, “ Apakah bulu lebih

lembut dari batu?” jawabannya, “Benar, bulu lebih lembut dari batu.”

Residen pada tahap phrase builders tidak hanya dilatih membuat kalimat berpola

subjek predikat objek, tetapi juga dilatih untuk menambahkan kata keterangan

dalam setiap kalimat yang dibuat. Residen pada tahap ini diberikan sebuah frase

dan diminta membuat kalimat dari frase tersebut. Susunan kalimat yang dibuat

pada tahap pertama bepola subjek predikat objek, misalnya frase kue coklat, maka

kalimat yang dapat dibuat “Laki-laki itu membuat kue coklat.” Susunan kalimat

yang dibuat pada tahap kedua berpola subjek predikat objek keterangan., maka

kalimat yang dapat dibentuk seperti “Laki-laki itu membuat kue coklat di dapur.”

Intervesi keperawatan selanjutnya, yaitu latihan bernyanyi. Lagu-lagu yang dipilih

dalam latihan ini adalah lagu-lagu kesukaan residen dan lagu-lagu yang

sebelumnya telah residen hafal.

3.3.2 Rencana Asuhan Keperawatan pada Hambatan Mobilitas Fisik

Masalah Keperawatan kedua pada Residen adalah hambatan mobilitas fisik.

Rencana asuhan keperawatan dibuat dengan tujuan meningkatkan atau

mengoptimalkan kekuatan otot sehingga masalah mobilitas fisik residen dapat

berkurang (Wilkinson dan Ahern, 2002). Rencana intervensi perawatan yang

dibuat meliputi, latihan rentang pergerakan sendi (RPS), latihan perubahan posisi

dari jongkok ke berdiri, latihan perubahan posisi dari tidur ke duduk lalu berdiri,

dan membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti memotong kuku kaki.

3.4 Implementasi

3.4.1 Implementasi Asuhan Keperawatan pada Hambatan Komunikasi

Verbal

Pelaksanaan rencana keperawatan hambatan komunikasi verbal dilakukan selama

23 kali pertemuan, dimana per pekannya menggunakan lima hingga enam hari.

Residen dan perawat duduk berhadapan. Perawat memotivasi residen untuk

Page 33: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

23

Universitas Indonesia

mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi. Residen juga dijelaskan

manfaat dari terapi wicara, yaitu meningkatnya kejelasan dalam ucapan,

kemampuan untuk mengerti kata-kata sederhana, kemampuan mengeluarkan kata-

kata yang jelas dan dapat dimengerti, serta dapat bertukar pesan secara akurat

dengan orang lain. Selain itu, perawat membuat kontrak waktu untuk terapi

wicara, yaitu enam kali pertemuan setiap pekannya dan dilakukan selama empat

pekan.

Implementasi selanjutnya dilakukan dengan melatih senam lidah dan latihan

pengucapan huruf vokal dan penggabungan huruf vokal dan konsonan. Pertama

residen dijelaskan manfaat dari senam lidah, yaitu untuk merilekskan otot-otot

lidah. Selanjutnya residen diajarkan sembilan gerakan senam lidah, yaitu

menjulurkan lidah ke depan, sentuhkan lidah dengan rahang atas, sentuhkan lidah

dengan rahang bawah, sentuhkan lidah dengan sudut bibir kanan, sentuhkan lidah

dengan sudut bibir kiri, tersenyum, memonyongkan bibir, membuka bibir hingga

selebar-lebarnya, dan merapatkan bibir. Setelah senam lidah, residen dilatih untuk

mengucapkan huruf vokal a i u e o. Selanjutnya Residen dilatih untuk

mengucapkan penggabungan huruf vokal dan huruf konsonan dari ba bi bu be bo

hingga za zi zu ze zo yang terdiri dari 21 penggabungan huruf. Waktu tiga hari

diperlukan untuk melatih residen mengucapkan penggabungan huruf vokal dan

huruf konsonan dan satu hari untuk mengeveluasi latihan pengucapan semua

huruf. Setiap harinya residen dilatih mengucapkan tujuh penggabungan huruf

vokal dan konsonan.

Pertemuan pertama melatih pengucapan ba bi bu be bo, ca ci cu ce co, da di du de

do, fa fi fu fe fo, ga gi gu ge go, ha hi hu he ho, dan ja ji ju je jo. Pertemuan kedua

setelah senam lidah dan mengevalusi pengucapan huruf hari sebelumnya, Residen

dilatih mengucapkan ka ki ku ke ko, la li lu le lo, ma mi mu me mo, na ni nu ne

no, pa pi pu pe po, qa qi qu qe qo, dan ra ri ru re ro. Pertemuan ketiga setelah

senam lidah dan mengevalusi pengucapan huruf hari sebelumnya, residen dilatih

mengucapkan sa si su se so, ta ti tu te to, va vi vu ve vo, wa wi wu we wo, xa xi

xu xe xo, ya yi yu ye yo, dan za zi zu ze zo. Pertemuan keempat melakukan

Page 34: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

24

Universitas Indonesia

evaluasi terhadap latihan yang telah diberikan dan membuat rencana tindak lanjut

untuk melatih mengucapkan kata-kata.

Pertemuan kelima dan keenam setelah senam lidah Residen dilatih untuk

mengucapkan kata-kata. Metode pertama yang digunakan adalah word finders.

Perawat memberikan tujuh pertanyaan sederhana mengenai kehidupan sehari-hari,

kemudian Residen diminta untuk menjawabnya. Pertannyaan yang diberikan

yaitu, “Mencuci tangan menggunakan sabun dan?” “Setelah mandi kita memakai

baju dan?” “Seorang anak mempunyai orang tua yang terdiri dari ayah dan?”

“Warna bendera Indonesia adalah merah dan?” “Semut itu kecil, kalau gajah itu?”

“Di Wisma Cempaka suasananya tenang, kalau di pasar?” “Kopi rasanya pahit,

kalau gula rasanya?” Selanjutnya perawat membuat rencana tindak lanjut untuk

kembali melatih pengucapan kata-kata sederhana dengan metode everyday

objects.

Pertemuan ketujuh dan kedelapan setelah senam lidah dan mengvaluasi kegiatan

hari sebelumnya, Residen kembali dilatih mengucapkan kata-kata. Perbedaannya

metode yang digunakan adalah everyday objects. Kata-kata yang dilatih

dikhususkan pada benda-benda yang biasa residen temui dalam kehidupan sehari-

hari. Residen pada tahap ini akan ditunjukkan beberapa benda yang biasa

digunakan untuk aktivitas sehari- hari. Residen kemuadian dilatih untuk

mengucapkan nama benda-benda tersebut. Nama benda yang dilatih pada hari

ketujuh merupakan benda yang terdiri dari satu kata, yaitu kursi, pulpen, lemari,

bantal, buku, cermin, dan sepatu. Nama benda yang dilatih dihari kedelapan

merupakan benda yang terdiri dari dua kata, yaitu tempat tidur, tempat sampah,

buku tulis, baju merah, sendal coklat dan kain pel. Selanjutnya perawat membuat

rencana tindak lanjut untuk melatih pengucapan kalimat sederhana dengan metode

objects and action.

Pertemuan kesembilan dan kesepuluh setelah senam lidah dan mengvaluasi

kegiatan hari sebelumnya, Residen dilatih mengucapkan kalimat sederhana

menggunakan metode objects and action. Residen pada tahap ini ditunjukkan

beberapa benda yang biasa digunakan sehari-hari. Setelah itu, residen diminta

Page 35: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

25

Universitas Indonesia

untuk membuat kalimat berisi aktivitas menggunakan benda tersebut. Pertemuan

kesembilan residen ditunjukkan sebuah gelas, kemudian residen diminta membuat

kalimat. Selanjutnya benda-benda yang ditunjukkan meliputi pulpen, sepatu,

cermin, dan kursi. Pertemuan kesepuluh residen ditunjukkan benda yang terdiri

dari dua kata, kemudian residen diminta membuat kalimat menggunakan nama

benda tersebut. Benda-benda yang ditunjukkan meliputi tempat sampah, buku

tulis, tempat tidur, sikat gigi, dan gunting kuku. Selanjutnya perawat membuat

rencana tindak lanjut untuk melatih kembali pengucapan kalimat sederhana

dengan metode everyday activities.

Pertemuan kesebelas dan keduabelas setelah senam lidah dan mengevaluasi

kegiatan hari sebelumnya, Residen dilatih mengucapkan kalimat sederhana

menggunakan metode everyday activities. Residen pada tahap diminta membuat

sebuah kalimat dari kata kerja yang telah ditentukan. Kata kerja berupa yang

dipilih berupa aktivitas sehari-hari. Kata kerja yang digunakan seperti membaca,

menyetir, mencuci, menyiram, menyetrika, dan memasak. Selanjutnya perawat

membuat rencana tindak lanjut untuk mengevaluasi latihan membuat kalimat

sederhana meliputi objects and action dan everyday activities.

Pertemuan ketigabelas perawat dan residen melakukan evaluasi latihan membuat

kalimat sederhana. Evaluasi pertama ditujukkan untuk melatih mengucapkan

kalimat sederhana menggunakan metode objects and action. Evaluasi kedua

ditunjukkan untuk melatih membuat kalimat sederhana menggunakan metode

everyday activities. Selanjutnya perawat membuat rencana tindak lanjut untuk

melatih membuat kalimat tentang fakta dan perbandingan.

Pertemuan keempatbelas dan kelimabelas setelah senam lidah, Residen dilatih

membuat kalimat sederhana menggunakan metode sentence builders. Sentence

buiders terdiri dari dua tahapan. Tahap pertama, residen diminta untuk menjawab

pertanyaan berupa fakta pada kehidupan sehari-hari. Tahap pertama ini dilatih

pada Pertemuan keempatbelas. Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan yaitu,

“Apakah lampu merah tanda kendaraan boleh melaju?” “Apakah matahari terbit

di barat?” “Apakah darah berwarna putih?” Tahap kedua adalah menjawab

Page 36: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

26

Universitas Indonesia

pertanyaan membandingkan. Tahap kedua ini dilatih pada Pertemuan kelimabelas.

Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan yaitu, “Apakah bulu lebih lembut dari

batu?” “Apakah musim hujan lebih panas dari musim kemarau?” “Apakah

Residen lebih muda dari perawat?” Selanjutnya perawat membuat rencana tindak

lanjut untuk melatih membuat kalimat menggunakan frase dan kalimat berpola

subjek predikat objek keterangan.

Pertemuan keenambelas dan ketujuhbelas setelah senam lidah dan mengevaluasi

kegiatan hari sebelumnya, Residen dilatih mengucapkan kalimat menggunakan

metode phrase builders. Residen di tahap sebelumnya telah berlatih mengucapkan

kalimat sederhana berpola subjek predikat objek (SPO). Residen di tahap ini tidak

hanya dilatih membuat kalimat berpola SPO, tetapi juga dilatih untuk

menambahkan kata keterangan dalam setiap kalimta yang dibuat. Residen pada

tahap ini diberikan sebuah frase dan diminta membuat kalimat dari frase tersebut.

Susunan kalimat yang dibuat pada hari keenambelas bepola subjek predikat objek.

Frase-frase yang digunakan seperti raja hutan, kue coklat, dan hari libur. Susunan

kalimat yang dibuat pada pertemuan berikutnya berpola subjek predikat objek

keterangan. Frase-frase yang digunakan seperti kue coklat, hari ibu, dan anak

pintar. Selanjutnya perawat membuat rencana tindak lanjut untuk mengevaluasi

latihan membuat kalimat meliputi sentence builders dan phrase builders.

Pertemuan kedelapanbelas perawat dan residen melakukan evaluasi latihan

membuat kalimat. Evaluasi pertama ditujukkan untuk melatih mengucapkan

kalimat menggunakan metode sentence builders. Evaluasi kedua ditunjukkan

untuk melatih membuat kalimat sederhana menggunakan metode phrase builders.

Selanjutnya perawat membuat rencana tindak lanjut untuk melatih pengucapan

kalimat dalam lagu-lagu kesukaan Residen.

Empat pertemuan selanjutnya setelah senam lidah, perawat dan Residen berlatih

pengucapan kalimat dalam lagu-lagu. Lagu yang dipilih Residen untuk dilatih

pada pertemuan kesembilanbelas adalah lagu Halo-halo Bandung. Lagu yang

dipilih Residen untuk dilatih pada pertemuan keduapuluh adalah lagu Kebunku.

Lagu dari daerah batak dipilih Residen untuk dilatih pada ertemuan keduapuluh

Page 37: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

27

Universitas Indonesia

satu, yaitu lagu Rambadia. Lagu terakhir yang dipilih Residen adalah lagu

Indonesia Raya. Selanjutnya perawat membuat rencana tindak lanjut untuk

melakukan evaluasi sumatif terhadap rangkaian implementasi untuk mengatasi

masalah hambatan komunikasi verbal pada Residen.

Pertemuan terakhir, yaitu hari keduapuluh tiga perawat melakukan evaluasi

sumatif. Evaluasi ini meliputi senam lidah, pengucapaan huruf vokal dan

penggabungan huruf vokal dan konsonan, word finders, everyday objects, objects

and action, everyday activities, sentence buiders, phrase builders, dan latihan

menyanyi.

3.4.2 Implementasi Asuhan Keperawatan pada Hambatan Mobilitas Fisik

Implementasi pertama yang dilakukan adalah menjelaskan manfaat dari rentang

pergerakan sendi, yaitu mempertahankan dan meningkatan kekuatan otot.

Selanjutnya melatih rentang pergerakkan sendi (RPS). Latihan rentang

pergerakan sendi yang dilakukan meliputi sendi kepala, ekstremitas atas, pinggul,

dan ekstremitas bawah. Awalnya perawat memberi kesempatan untuk melakukan

RPS aktif sesuai kemampuan residen. Hal ini karena sebelumnya residen sudah

rajin mengikuti kegiatan senam di STW. Selanjutnya digerakan-gerakan yang

residen lupa, perawat memberi contoh lalu meminta residen untuk

meredemonstrasikannya. Contoh gerakannya meliputi supinasi dan fleksi lengan.

Selanjutnya untuk gerakan-gerakan pada sendi yang mengalami penurunan

kekuatan otot, perawat meberikan bantuan, misalnya fleksi dan ekstensi sendi

lutut.

Pertemuan kedua dan ketiga perawat melatih cara perubahan posisi. Pertemuan

kedua melatih perubahan posisi dari jongkok ke berdiri. Residen awalnya

mengalami kesulitan untuk melakukan perubahan posisi ini. Akhirnya dengan

menggunakan alat bantu, yaitu berpegangan pada kursi, residen mampu

meredemonstrasikan cara perubahan posisi ini. Pertemuan ketiga perawat melatih

residen untuk melakukan perubahan posisi dari tidur ke duduk lalu berdiri.

Residen tidak mengalami kesulitan untuk meredemonstrasikan perubahan posisi

Page 38: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

28

Universitas Indonesia

ini. Pertemuan keempat perawat melakukan evaluasi mengenai perubahan posisi

dari jongkok ke berdiri dan perubahan posisi dari tidur ke duduk lalu berdiri.

Pertemuan kelima perawat membantu pemenuhan kebutuhan sehari-hari residen,

yaitu memotong kuku kaki. Sebelum dipotong kuku kaki residen direndam dalam

air hangat selama 10 menit. Sambil memotong kuku kaki, perawat mengajarkan

cara-cara memotong kuku kaki lansia pada caregiver Residen. Hal ini

dimaksudkan agar caregiver dapat membantu Residen dalam memotong kuku

kaki.

Pertemuan terakhir perawat melakukakn evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif ini

bertujuan untuk mengetahui keefektifan asuhan keperawatan yang diberikan

dalam menyelesaikan masalah mobilitas fisik pada Residen. Evaluasi yang

dilakukan meliputi evaluasi latihan RPS, evaluasi latihan perubahan posisi dari

jongkok ke berdiri, dan evaluasi latihan perubahan posisi dari tidur ke duduk lalu

berdiri. Selain itu perawat juga mengevaluasi cara mengunting kuku kaki.

3.5 Evaluasi

3.5.1 Evaluasi Asuhan Keperawatan pada Hamabatan Komunikasi Verbal

Evaluasi asuhan keperawatan meliputi evaluasi subjektif, objektif, analisis, dan

perencanaan. Evaluasi implementasi pertama residen menyatakan senang setelah

dilakukan senam lidah dan latihan pengucapan penggabungan huruf vokal dan

huruf konsonan. Residen juga menyatakan bersedia melakukan terapi wicara

enam kali pertemuan per pekan dan dilakukan selama empat pekan. Residen

mengetahui manfaat terapi wicara yaitu untuk memperlancar bicara dan

perkataannya dapat dimengerti oleh orang lain. Residen juga dapat melakukan

senam lidah dengan sembilan gerakan yaitu menjulurkan lidah ke depan,

sentuhkan lidah dengan rahang atas, sentuhkan lidah dengan rahang bawah,

sentuhkan lidah dengan sudut bibir kanan, sentuhkan lidah dengan sudut bibir kiri,

tersenyum, memonyongkan bibir, membuka bibir hingga selebar-lebarnya, dan

merapatkan bibir. Residen juga mampu mengucapkan huruf vokal a i u e o.

Selanjutnya Residen juga mampu mengucapkan penggabungan huruf vokal dan

huruf konsonan seperti ba bi bu be bo, ma mi mu me mo, pa pi pu pe po, sa si su

Page 39: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

29

Universitas Indonesia

se so, dan ta ti tu te to. Akan tetapi, di hari pertama dan kedua masih mengalami

kesulitan dalam pengucapan ca ci cu ce co, ra ri ru re ro, fa fi fu fe fo, dan va vi vu

ve vo dan di hari ketiga menunjukkan perbaikan dalam pengucapan. Hal ini

menunjukkan bahwa residen mampu mengetahui manfaat terapi wicara dan

meredemontrasikan latihan senam lidah dan pengucapan penggabungan huruf

vokal dan konsonan.

Evaluasi pada implementasi pengucapan kata-kata menunjukkan residen mampu

menjawab pertannyaan-pertanyaan yang diberikan yaitu “Setelah mandi kita

memakai baju dan?” jawabannya “Celana” “Seorang anak mempunyai orang tua

yang terdiri dari ayah dan?” jawabannya “Ibu” “Kopi rasanya pahit, kalau gula

rasanya?” jawabannya “Manis” “Warna bendera Indonesia adalah merah dan?”

jawabannya “Putih” “Semut itu kecil, kalau gajah itu?” jawabannya “Besar”.

Akan tetapi, saat menjawab pertanyaan, “Mencuci tangan menggunakan sabun

dan?” “Di Wisma Cempaka suasananya tenang, kalau di pasar?” residen tampak

masih kurang jelas saat mengucapkan kata air dan ramai. Selain itu residen juga

mampu menyebutkan nama benda yang dilatih seperti kursi, pulpen, lemari,

bantal, buku, cermin, sepatu, tempat tidur, tempat sampah, dan kain pel. Residen

mengatakan senang setelah berlatih kata-kata dan tidak menyangka masih

memiliki banyak kata-kata yang dapat diucapkan dengan jelas. Hal ini

menunjukkan bahwa residen mampu berlatih mengucapkan kata-kata.

Evaluasi tahap pengucapan kalimat sederhana menunjukkan saat diperlihatkan

sebuah benda, residen kesulitan dalam membuat kalimat sendiri, tetapi mampu

meredemonstrasikan pengucapan kalimat yang dicontohkan. Contohnya residen

ditunjukkan sebuah gelas, kemudian residen dapat meredemonstrasikan

pengucapan kalimat, “Saya minum teh pakai gelas.” Selanjutnya residen

ditunjukkan sebuah pulpen, dan meredemonstrasikan pengucapan kalimat, “Saya

menulis pakai pulpen.” Terakhir residen ditunjukkan sebuah sepatu, dan

meredemonstrasikan pengucapan kalimat, “Saya pergi memakai sepatu.” Selain

itu residen juga kesulitan membuat sebuah kalimat dari kata kerja yang telah

ditentukan, tetapi bisa meredemonstrasikan pengucapan setelah mendengar

pengucapan kalimat tersebut sebanyak dua kali. Contohnya residen diberi kata

Page 40: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

30

Universitas Indonesia

kerja membaca, kemudian meredemonstrasikan pengucapan kalimat, “Mahasiswa

membaca buku.” Contoh lainnya residen diberi kata kerja menyetir, maka

meredemonstrasikan pengucapan kalimat, “Ayah menyetir mobil.” Contoh

terakhir residen diberi kata kerja mencuci, maka meredemonstrasikan pengucapan

kalimat, “Ibu mencuci baju.” Residen juga mengatakan senang setelah berlatih

membuat kalimat sederhana sambil berjoget. Hal ini menunjukkan residen mampu

meredemonstrasikan pengucapan kalimat sederhana. Perencanaan selanjutnya,

yaitu melatih pengucapan kalimat yang lebih kompleks.

Evaluasi pada tahap pengucapan kalimat yang lebih komplek menunjukkan

residen dapat masih kesulitan dalam membuat kalimat, tetapi mampu

meredemonstrasikan pengucapan kalimat seperti saat ditanya “Apakah lampu

merah tanda kendaraan boleh melaju?” residen mampu meredemonstrasikan

pengucapan kalimat, “Salah, lampu merah tanda kendaraan harus berhenti.”

Contoh pertanyaan selanjutnya yaitu, “Apakah matahari terbit di barat?” residen

mampu meredemonstrasikan pengucapan kalimat, “Bukan, matahari terbit di

timur.” Tahap kedua adalah menjawab pertanyaan membandingkan. Contoh

pertanyaannya yaitu, “ Apakah bulu lebih lembut dari batu?” residen mampu

meredemonstrasikan pengucapan kalimat, “Benar, bulu lebih lembut dari batu.”

Contoh pertanyaan lainnya yaitu, “Apakah musim hujan lebih panas dari musim

kemarau?” residen mampu meredemonstrasikan pengucapan kalimat, “Tidak,

musim hujan lebih dingin dari musim kemarau.”

Contoh lainnya berlatih mengucapkan frase kue coklat, maka residen mampu

meredemonstrasikan pengucapan kalimat “Laki-laki itu membuat kue coklat.”

Susunan kalimat yang dibuat pada tahap kedua berpola subjek predikat objek

keterangan. Contohnya frase kue coklat, maka residen mampu

meredemonstrasikan pengucapan kalimat “Laki-laki itu membuat kue coklat di

dapur.” Contoh lainnya frase hari ibu, residen mampu meredemonstrasikan

pengucapan kalimat “Dia mengirim bunga di hari ibu.” Evaluasi dalam

menyanyikan lagu-lagu, residen mampu menyanyikan lagu-lagu lagu Halo-halo

Bandung, Kebunku dari awal hingga akhir, tetapi sedikit kesulitan mengucapkan

kata pariyangan, bung, dan merah. Sedangkan untuk lagu Rambadia dan

Page 41: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

31

Universitas Indonesia

Indonesia Raya residen sedikit lupa kata-kata di akhir lagu sehingga perlu

diberikan bantuan atau stimulus. Residen menyatakan senang bernyanyi sambil

berjoget-joget. Residen juga percaya diri saat bernyanyi di depan residen lain.

Latihan-latihan yang telah dilakukan residen menunjukkan adanya peningkatan

kemampuan residen dalam berkomunikasi. Hal ini ditandai dengan meningkatnya

kejelasan dalam ucapan, kemampuan untuk mengerti kata-kata sederhana, serta

kemampuan mengeluarkan kata-kata yang jelas dan dapat dimengerti. Analisis

kesimpulan yang dapat ditarik adalah residen mampu menerima dan mempelajari

metode alternatif untuk hidup dengan gangguan bicara sehingga hambatan

komunikasi verbal dapat teratasi.

3.5.2 Evaluasi Asuhan Keperawatan pada Hambatan Mobilitas Fisik

Kegiatan Evaluasi dilakukan setelah implementasi dilakukan. Evaluasi dilakukan

untuk melihat tingkat keberhasilan dari implementasi yang dilakukan. Residen

mengatakan senang setelah berlatih RPS dan berterima kasih kepada perawat

karena telah mengajarkan. Selain itu, residen terlihat mampu meredomnstrasikan

RPS aktif pada sendi kepala dan ekstremitas atas, ektremitas bawah, yaitu sendi

pergelangan dan jari-jari kaki, RPS aktif asistif pada sendi panggul dan sendi

lutut. Selain itu residen mengetahui manfaat dari latiha RPS yaitu agar sendi dan

otot tidak kaku. Residen juga mampu melakukan latihan perubahan posisi dari

jongkok ke berdiri dengan menggunakan alat bantu, yaitu berpegangan pada kursi.

residen juga mengetahui manfaat latihan ini, yaitu untuk memudahkan residen

saat mengambil barang di lantai tanpa harus membungkuk. Selain itu, menurut

residen latihan ini berguna agar residen tidak jatuh saat mengambil barang.

Residen juga mampu melakukan latihan perubahan posisi dari tidur ke duduk lalu

berdiri. Residen mengetahui tujuan latihan ini, yaitu agar jika bangun tidur tidak

langsung berdiri karena bisa pusing. Residen merasa senang dan mengucapakan

terima kasih setelah kuku kakinya dipotong. Residen dan caregiver juga

mengetahui sebelum kuku kaki dipotong perlu direndam pada air hangat agar

kuku tidak keras dan mudah dipotong. Caregiver juga mengetahui memotong

kuku harus dengan cara mendatar agar tidak lancip sehingga tidak melukai residen

Page 42: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

32

Universitas Indonesia

saat menggaruk. Pertemuan keenam mengevaluasi sumatif seluruh implementasi

yang telah dilakukan dan menunjukkan bahwa Residen mampu

meredemonstrasikan dan mengingat asuhan keperawatan yang diberikan.

Latihan-latihan yang telah dilakukan residen menunjukkan adanya peningkatan

kemampuan residen untuk melakukan latihan mempertahankan dan meningkatan

kekuatan otot. Hal ini ditandai dengan kemampuan residen untuk melakukan

rentang pergerakan sendi, latihan perubahan posisi, dan motivasi yang kuat untuk

tetap mengikuti kegiatan senam dan relaksasi yang diselenggarakan STW.

Analisis kesimpulan yang dapat ditarik adalah residen mampu menerima dan

mempelajari metode alternatif sehingga masalah hambatan mobilitas fisik dapat

teratasi.

Page 43: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

Universitas Indonesia

33

BAB 4

ANALISIS SITUASI

4.1 Profil LahanPraktik

Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti (STW Karya Bhakti) berdiri sejak tanggal

14 Maret 1984. Pendirian STW Karya Bhakti diprakasai oleh mantan ibu negara,

Ibu Hj. Siti Hartinah Soeharto, dan selanjutnya kepemilikan dan pengelolaannya

diatur oleh Yayasan Ria Pembangunan. Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti

merupakan salah satu bentuk pelayanan holistik untuk meningkatkan angka

kesehatan dan kesejahteraan lansia di Indonesia, khususnya di wilayah DKI

Jakarta. Visi STW Karya Bhakti yaitu pengabdian pada sesama dengan

memberikan pelayanan secara terpadu dan menyeluruh baik fisik, mental, sosial,

maupun spiritual pada lanjut usia. Visi tersebut direalisasikan dalam misi

membantu pemerintah dan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan sosial

pada lansia. Misi tersebut tertuang dalam agenda kegiatan yang telah dibentuk

oleh STW antara lain meningkatkan kualitas sumber daya manusia, peningkatan

kualitas pelayanan sesuai kebutuhan, melengkapi sarana dan prasarana seiring

dengan perkembangan kebutuhan masyarakat, bermitra dengan dunia pendidikan

dan pemerintah, menjadi tempat keterpaduan fasilitas dan pemberian pelayanan

kepada masyarakat khusus usa lanjut, bekerja sama dengan institusi terkait

regional maupun global, dan berperan aktif di dalam gerakan “peduli lansia” dan

“lansia peduli”.

Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti merupakan model long term care yang

mengkombinasikan antara social residence, nursing home, dan day care. Aspek

social residence pada STW meliputi pelayanan untuk mengatasi permasalahan

atas kebutuhan tempat tinggal dan makan bagi lansia. Fasilitas-fasilitas yang

disediakan antara lain fasilitas hunian, yaitu wisma Aster kapasitas 18 kamar VIP,

Wisma Bungur kapasitas 25 kamar, Wisma Cempaka kapasitas 26 kamar, dan

Wisma Dahlia kapasitas 8 kamar. Sealin itu disediakan pula fasilitas klinik

werdha antara lain Wisma Wijaya Kusuma kapasitas 3 kamar VIP, 15 tempat

tidur bangsal rawat inap, dan pelayanan 24 jam. Fasilitas penunjang pelayanan

lansia antara lain Wisma Soka, Wisma Mawar, Wisma Kamboja, dan Wisma

Page 44: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

34

Universitas Indonesia

Kenanga. Selain itu, fasilitas dapur, ruang cuci, ruang serba guna, perpustakaan,

pendopo, taman, dan kolam ikan juga disediakan. Lansia mendapat makanan tiga

kali sehari, yaitu di pagi, siang, dan sore hari. Selain itu, residen juga mendapat

snack dua kali sehari, yaitu di pagi dan sore hari. Lansia yang ingin tinggal di

STW YKBRP memiliki beberapa persyaratan, yaitu berusia di atas 60 tahun, sehat

jasmani dan rohani, mandiri, memilih tinggal di STW atas keinginan sendiri

bukan karena paksaan, dan memiliki penanggung jawab keluarga.

Aspek nursing home merupakan pelayanan yang ditujukan bagi lansia dengan

tingkat kemandirian partial care dan total care sehingga memerlukan bantuan

orang lain untuk memenuhi semua kebutuhannya. Salah satu fasilitas yang

tersedia adalah adanya caregiver untuk membantu lansia memenuhi

kebutuhannya. Program pelayanan lain yang ditawarkan oleh STW Karya Bhakti

meliputi program peningkatan kesehatan seperti konsultasi dokter, fisioterapi,

farmasi, rawat jalan, rawat inap, rujukan RS dan kegawatdaruratan, pemeriksaan

tanda-tanda vital secara rutin, senam, relaksasi, dan terapi musik.

Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti juga menyediakan program day care atau

yang dikenal dengan istilah pelayanan harian lanjut usia (PHLU). Program ini

ditunjukkan bagi lansia yang tinggal bersama keluarga, tetapi memerlukan

kegiatan bermanfaat bersama lain di siang hari. Program-program yang disediakan

meliputi program kerohanian seperti tadarus, pengajian, dan kebaktian. Program

kesenian seperti bermain angklung, merajut, menyulam, menjahit, berkebun,

menonton film, dan mendengarkan musik. Program-program tersebut bertujuan

agar lansia dapat tetap aktif mengikuti kegiatan sesuai dengan kemampuannya.

Wisma Cempaka merupakan salah satu ruangan di STW Karya Bhakti. Wisma

Cempaka terdiri dari 26 kamar tidur. Wisma Cempaka dipimpin oleh seorang

pekerja sosial yang bertanggung jawab pada seluruh residen. Setiap reiden

menempati satu kamar pribadi. Residen di Wisma Cempaka saat ini berjumlah 19

orang yang terbagi dalam 15 orang dengan tingkat kemandirian minimal care dan

empat orang dengan tingkat kemandirian partial care. Pemenuhan kebutuhan

sehari-hari residen dengan tingkat kemandirian partial care dibantu oleh

Page 45: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

35

Universitas Indonesia

caregiver. Caregiver yang berada di Wisma Cempaka berjumlah empat orang di

pagi hari dan satu orang di malam hari. Residen yang memerlukan pelayanan

kesehatan diarahkan ke klinik yang terletak di wisma Wijaya Kusuma yang

memiliki tenaga perawat 24 jam.

Asuhan keperawatan yang dilakukan pada residen tampak belum optimal. Hal ini

karena keterbatasan jumlah tenaga perawat dan ketersediaan alat di STW Karya

Bhakti. Residen di wisma Cempaka memiliki kondisi kesehatan yang beragam.

Perawat diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan secara holistik dan

mengenali karakteristik lansia agar mutu pelayanan tetap terjaga.

4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Kasus Terkait

Masalah keperawatan utama pada Ibu S adalah Hambatan komunikasi verbal.

Residen memiliki riwayat kesehatan pernah mengalami tumor otak. Residen telah

menjalani operasi tumor otak pada akhir tahun 2003 di Rumah Sakit Mount

Elizabeth Singapura. Pasca operasi tersebut, Residen mengalami gangguan bicara

(bicara kurang jelas) sejak awal tahun 2004. Akibat dari gangguan bicara ini

Residen merasa malu karena perkataannya terkadang tidak dimengerti oleh lawan

bicara. Selain mengalami gangguan bicara, Residen juga mengalami pendengaran,

yaitu tuli sensorineural sehingga dalam berkomunikasi mahasiswa perlu berbicara

lebih keras, jelas, dan perlahan-lahan.

Residen merupakan bagian dari masyarakat perkotaan. Tingginya beban hidup di

perkotaan membuat meningkatnya aktivitas masyarakat perkotaan. Tingkat

aktivitas masyarakat perkotaan dapat mecapai 24 jam setiap harinya. Tingginya

tingkat aktivitas berdampak pada pola hidup yang kurang sehat. Pola hidup yang

kurang sehat ini mencakup kurang olah raga, sering mengonsumsi makanan cepat

saji dan makanan berpengawet, serta jarang mengonsumsi sayur dan buah.

Pola hidup yang kurang sehat ini akan berdampak pada kesehatan seseorang.

Bertambahnya umur seseorang menyebabkan terakumulasinya zat karsiogenik

dalam tubuh. Zat karsiogenik yang terakumulasi di otak dapat menyebabkan

terjadinya tumor otak (Smeltzer dan Bare, 2005). Lesi yang terdapat pada

hemisfer dominan tepatnya lobus frontalis, pada lobus ini terdapat area broca,

Page 46: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

36

Universitas Indonesia

kerusakan yang ditimbulkan tidak akan menghalangi seseorang mengeluarkan

suara. Akan tetapi mengakibatkan seseorang tidak mampu menggucapkan seluruh

kata-kata atau hanya memahami kata-kata sederhana dan kemampuan

mengekspresikan kata-kata bermakna dalam bentuk tulisan atau lisan akan

terganggu, hal ini disebut disfasia ekspresif (Smeltzer dan Bare, 2005).

4.3 Analisis salah satu intervensi dengan konsep dan penelitian lain

Implementasi unggulan dalam asuhan keperawatan pada Residen adalah melatih

terapi wicara. Terapi wicara merupakan treatment yang dilakukan pada residen

hambatan komunikasi verbal agar memperoleh kembali bahasanya (Siguroardottir

dan Sighvatsson, 2006). Tujuan terapi wicara secara spesifik meliputi

meningkatnya kejelasan dalam ucapan, kemampuan untuk mengerti kata-kata

sederhana, dan kemampuan mengeluarkan kata-kata yang jelas dan dapat

dimengerti (Nadeau, Rothi, dan Crosson, 2000).

Terapi wicara yang dilakukan pada Residen terdiri dari lima hingga enam

pertemuan setiap minggunya. Terapi wicara ini dilakukan sebanyak 23 kali

pertemuan. Intensitas pertemuan ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas

terapi. Hal ini sesuai penelitian Greener, Enderby, dan Whurr (2001) yang

menyatakan treatment yang dilakukan pada pasien penderita afasia di rumah sakit

United Kingdom terdiri dari dua sesi setiap minggu masing-masing satu jam yang

dinamai terapi standar, sedangkan terapi intensif adalah terapi yang diberikan

dalam lima jam tiap sesi per minggu.

Terapi wicara yang dilakukan meliputi menyanyikan lagu-lagu kesukaan residen.

Lagu-lagu yang dipilih meliputi lagu Halo-halo Bandung, Kebunku, Rambadia,

dan Indonesia Raya. Peningkatan pengucapan kata-kata yang cukup jelas terlihat

saat Residen menyanyikan lagu-lagu tersebut. Hal ini juga terlihat pada penelitian

Hebert, Racette, Gagnon, dan Peretz (2003) yang menyatakan bernyanyi yang

dikaitkan dengan koor menunjukkan makna yang efektif dalam terapi wicara pada

orang-orang Prancis. Selain itu penelitian Racette, Bard, & Peretz (2004) juga

menunjukkan bahwa pasien afasia lebih mengingat dan mengulangi kata-kata

ketika bernyanyi dibandingkan ketika berbicara. Hasil penelitian menunjukkan

Page 47: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

37

Universitas Indonesia

bahwa bernyanyi akan membuat sinkronisasi dengan indera pendengaran sehingga

bernyanyi akan lebih efektif daripada berbicara biasa.

Latihan-latihan yang telah dilakukan residen menunjukkan adanya peningkatan

kemampuan residen dalam berkomunikasi. Hal ini ditandai dengan meningkatnya

kejelasan dalam ucapan, kemampuan untuk mengerti kata-kata sederhana, serta

kemampuan mengeluarkan kata-kata yang jelas dan dapat dimengerti. Analisis

kesimpulan yang dapat ditarik adalah residen mampu menerima dan mempelajari

metode alternatif untuk hidup dengan gangguan bicara sehingga hambatan

komunikasi verbal dapat teratasi.

4.4 Alternatif Intervensi yang dapat Dilakukan

Intervensi utama yang dilakukan pada Residen dengan masalah keperawatan

hambatan komunikasi verbal adalah terapi wicara. Terapi wicara merupakan

treatment yang dilakukan pada residen hambatan komunikasi verbal agar

memperoleh kembali bahasanya (Siguroardottir dan Sighvatsson, 2006). Cara-

cara yang telah dilakukan dalam terapi wicara pada residen meliputi senam lidah,

latihan pengucapan penggabungan huruf vokal dan konsonan seperti ba bi bu be

bo, latihan pengucapan kata-kata melalui metode word finders dan everyday

objects, latihan pengucapan kalimat sederhana melalui metode objects and action

dan everyday activities, serta latihan pengucapan kalimat yang lebih kompleks

dengan metode sentence builders dan phrase builders, (Berthier, 2005).

Alternatif cara lain yang dapat dikembangkan dalam melatih residen dengan

hambatan komunikasi verbal adalah melalui terapi wicara melalui kata-kata yang

sebelumnya sudah dikenal. Kata-kata yang digunakan dapat berupa kata-kata yang

terdapat pada doa dan pepatah. Racette, Bard, & Peretz (2004) mengatakan latihan

pengucapan kata-kata dalam doa akan terasa lebih efektif karena kata-kata

tersebut telah dikenal sebelumnya.

Selain itu, untuk mengatasi hambatan komunikasi verbal akibat gangguan

pendengaran dapat dilakukan teknik komunikasi menggunakan lip reading.

Teknik lip reading merupakan cara mengerti perkataan orang lain dengan melihat

gerak bibir seseorang ketika bericara kata yang normalnya dapat didengar (Ortiz,

Page 48: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

38

Universitas Indonesia

2008). Teknik ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam

mendengar apa yang dibicarakan orang lain melalui membaca gerak bibir (Miller,

2012).

Petugas kesehatan juga diharapkan memiliki kemampuan berkomunikasi pada

lansia dengan hambatan komunikasi verbal. Hal ini diperlukan agar pesan dari

petugas kesehatan kepada lansia ataupun sebaliknya dapat tersampaikan dengan

baik dan tidak terjadi ambiguitas. Selain itu, dengan berkomunikasi dengan

petugas, kontak sosial lansia diharapkan dapat meningkat sehingga lansia dengan

hambatan komunikasi verbal tidak merasa rendah diri.

Page 49: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

Universitas Indonesia

39

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti merupakan model long term care yang

mengkombinasikan antara social residence, nursing home, dan day care. Aspek

social residence pada STW meliputi pelayanan untuk mengatasi permasalahan

atas kebutuhan tempat tinggal dan makan bagi lansia. Aspek nursing home

merupakan pelayanan yang ditujukan bagi lansia dengan tingkat kemandirian

partial care dan total care sehingga memerlukan bantuan orang lain untuk

memenuhi semua kebutuhannya. Salah satu fasilitas yang tersedia adalah adanya

caregiver untuk membantu lansia memenuhi kebutuhannya. STW juga

menyediakan program day care atau yang dikenal dengan istilah pelayanan harian

lanjut usia (PHLU). Program ini ditunjukkan bagi lansia yang tinggal bersama

keluarga, tetapi memerlukan kegiatan bermanfaat bersama lain di siang hari.

Ibu S (87 tahun) memiliki riwayat post operasi tumor otak pada tahun 2003 dan

mengalami gangguan bicara atau bicara tidak jelas sejak tahun 2004. Residen

lebih sering mendengarkan saja daripada banyak berbicara saat berinteraksi

dengan residen lain karena perkataan residen terkadang tidak jelas sehingga sulit

dipahami orang lain. Residen terkadang merasa malu karena berbicara tidak jelas.

Jika ada kegiatan, seperti bincang antar kita (BAKI) residen meminta

caregivernya untuk hadir. Hal ini karena penurunan pendengaran membuat

residen tidak menangkap dengan jelas semua informasi yang disampaikan pihak

STW. Setelah BAKI residen meminta caregiver menggulangi informasi yang

disampaikan pihak STW.

Data-data objektif yang diperoleh melalui pengkajian fisik menunjukkan residen

mengalami gangguan penglihatan parsial, yaitu mata katarak yang ditandai

dengan noda putih pada lensa mata kanan dan penggunaan alat bantu penglihatan

yaitu kacamata. Residen kesulitan berbicara atau mengungkapkan kata-kata

seperti air, bung, dan putih. Residen juga terkadang berbicara gagap seperti saat

Page 50: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

40

Universitas Indonesia

mengucapkan kata lemari yang diucapakan adalah “Eeellemarii”. Tidak ada

pengeluaran serumen pada telinga, tidak terjadi penumpukan kotoran pada telinga,

tetapi terjadi penurunan pendengaran yang dapat diakibatkan dari proses penuaan,

yaitu tuli sensorineural.

Analisis data-data pengkajian pada Residen menghasilkan masalah keperawatan

utama yaitu hambatan komunikasi verbal. Tujuan umum dari rencana asuhan

keperawatan yang diberikan, yaitu setelah dilakukan intervensi keperawatan

Residen dapat menunjukkan peningkatan komunikasi (Wilkinson dan Ahern,

2012). Tujuan umum ini dijelaskan secara spesifik dalam tujuan khusus, yaitu

meningkatnya kejelasan dalam ucapan, kemampuan untuk mengerti kata-kata

sederhana, kemampuan mengeluarkan kata-kata yang jelas dan dapat dimengerti,

serta dapat bertukar pesan secara akurat dengan orang lain. Intervensi dalam

rencana asuhan keperawatan ini terdiri dari mendengar aktif, penurunan ansietas,

peningkatan komunikasi dengan gangguan pendegaran dan penglihatan

(Wilkinson dan Ahern, 2012). Intervensi keperawatan yang akan diberikan untuk

peningkatan komunikasi dengan gangguan bicara meliputi senam lidah, latihan

pengucapan huruf vokal dan penggabungan huruf vokal dengan huruf konsonan,

latihan pengucapan kata-kata dengan metode word finders dan everyday objects,

latihan pengucapan kalimat sederhana dengan metode objects and action dan

everyday activities, latihan pengucapan kalimat lebih kompleks dengan metode

latihan sentence builders dan phrase builders, serta latihan bernyanyi.

Terapi wicara yang dilakukan pada Residen selama 23 pertemuan menunjukkan

peningkatan bermakna pada pola komunikasi Residen. Residen dapat

mengucapkan kata-kata yang sebelumnya sulit diucapkan, seperti air, pariyangan,

dan merdeka. Residen juga mampu mengucapkan kalimat sederhana seperti “Saya

minum teh pakai gelas”, “Saya menulis pakai pulpen”, dan “Saya pergi memakai

sepatu”. Selain itu Residen juga dapat mengucapkan kalimat yang lebih kompleks

seperti “Tidak, musim hujan lebih dingin dari musim kemarau”, “Benar, bulu

lebih lembut dari batu”, dan “Laki-laki itu membuat kue coklat di dapur.” Residen

juga terlihat percaya diri saat menyanyikan lagu Halo-halo Bandung di depan

residen lain.

Page 51: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

41

Universitas Indonesia

Latihan-latihan yang telah dilakukan residen menunjukkan adanya peningkatan

kemampuan residen dalam berkomunikasi. Hal ini ditandai dengan meningkatnya

kejelasan dalam ucapan, kemampuan untuk mengerti kata-kata sederhana, serta

kemampuan mengeluarkan kata-kata yang jelas dan dapat dimengerti. Analisis

kesimpulan yang dapat ditarik adalah residen mampu menerima dan mempelajari

metode alternatif untuk hidup dengan gangguan bicara sehingga hambatan

komunikasi verbal dapat teratasi.

5.2 Saran

Mahasiswa atau perawat perlu mengetahui teknik berkomunikasi dengan lansia

hambatan komunikasi verbal. Teknik yang dapat digunakan, yaitu berbicara lebih

keras, jelas, perlahan-lahan, dan diulang jika perlu. Kontak mata dan jarak saat

berkomunikasi juga perlu diperhatikan. Kontak mata harus ada saat

berkomunikasi dan jarak antara mahasiswa dan residen juga tidak boleh terlalu

jauh.

Mahasiswa atau perawat juga perlu mengetahui teknik mengajarkan terapi wicara

kepada lansia dengan hambatan komunikasi verbal. Lansia sebaiknya diberi

kesempatan terlebih dahulu untuk mengucapkan kata atau kalimat menurut

kemampuannya. Ketika lansia terlihat kesulitan, barulah membantu

mendemonstrasikan. Setelah itu, lansia dapat diminta kembali untuk

meredemonstrasikan cara pengucapan kata atau kalimat tersebut. Kesabaran juga

dibutuhkan dalam melatih terapi wicara pada lansia. Penurunan kognitif dan

pendengaran merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi. Mahasiswa

atau perawat terkadang perlu melakukan demonstrasi pengucapan kata atau

kalimat secara berulang-ulang. Selain itu, intensitas pertemuan juga cukup sering,

yaitu lima hingga enam kali per pekan.

Page 52: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

Universitas Indonesia

42

DAFTAR PUSTAKA

Bakheit, A. M. O., Shaw, S., Barret, L., Wood, J., Griffiths, S., Carrington, S.,

Searle, K., & Kautsi, F. (2007). A prospective, randomized, parallel group,

controlled study of the effect of intensity of speech and language therapy

on early recovery from poststroke aphasia. Clinical Rehabilitation, 21,

885‐894

Berthier, M. L. (2005). Post stroke aphasia: epidemiology, pathophysiology, and

treatment. Drugs and Aging, vol 22 (2), p163-82

Cigna (2005, Februari). Speech Therapy. 12 Juni 2013. http://www.cigna.com

Greener, J., Enderby, P., & Whurr, R. (2001). Speech and language therapy for

aphasia following stroke. Cochrane Review. Oxford: The Cochrane

Library.

Hebert, S., Racette, A., Gagnon, L., & Peretz, I. (2003). Revisiting the

dissociation between singing and speaking in expressive aphasia, Brain,

126, 1838-1850

Kementerian Sosial Republik Indonesia. (2008, September). Lanjut usia. 12 Juni

2013. http://www.kemsos.go.id

Miller, Carol. (2012). Nursing for wellnes in older adults. 6th ed. Ohlo: Lippincott

Williams &Wilkins

Ninds. (2006, Maret). Aphasia. 12 Juni 2013. http://www.ninds.nih.gov

Nadeau, S., Rothi, L. J. G., & Crosson, B. (2000). Aphasia and language: Theory

to practice. New York: Guilford Press.

Ortiz, Rodriguez. (2008). Lipreadin in thr prengually deaf: what makes a skilled

speechreader?. The Spanish Journal of Psychology, vol 11, no 2, p488-502

Potter, P.A., & Perry, G.A. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep,

proses, dan praktik (Edisi 4) (Yasmin Asih et al., Penerjemah.). Jakarta:

EGC.

Price, S.A., dan Wilson, L.M. (2003). Patofisiologi. Jakarta: EGC

Racette, A., Bard, C., & Peretz, I. (2006). Making non‐fluent aphasics speak:

Sing along! Brain, 129, 2571-2584

Page 53: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351598-PR-Aulia Laili.pdf · jurnal; Harapan . pen. ulis. muda. h-mudahan segala bantuan, bimbingan, dorongan,

43

Universitas Indonesia

Said, Ikhwan M. (2011). Kompetensi pembentukan kalimat penderita afasia tidak

lancar yang disebabkan oleh stroke iskemik. Makalah Kolita, vol 8, p640

Scourfield, Peter. (2007). Helping older people in residential care remain for

citizens. British Journal of Social Work, vol 37, p1135-1152

Siguröardóttir, G. Z., & Sighvatsson, B. M. (2006). Operant conditioning and

errorless learning procedures in the treatment of chronic aphasia.

International Journal of Psychology, 41(6), 527–540

Smeltzer, Suzanne., & Bare, Brenda. (2005). Brunner & suddarth’s texsbook of

medical surgical nursing. Lippincott-Reven Publishers : Philadelphia

Stanley, Mickey dan Beare, P.G. (2007). Buku ajar keperawatan gerontik (Edisi

2). Jakarta: EGC

Touhy dan Jett. (2010). Ebersole & Hess’gerontological nursing & healthy aging.

Missouri: Mosby

Wilkinson, JM., dan Ahern, NR. (2012). Buku saku diagnosis keperawatan:

diagnosis nanda, intervensi nic, kriteria hasil noc. Ed 9. Jakarta: EGC

Yayasan Stroke Indonesia (2012, Januari). Afasia, gangguan berbahasa pasca

stroke. 12 Juni 2013 http://www.yastroki.or.id/read.php?id=49