analisis pola penyebaran investasi dan faktor yang ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf ·...

64
ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI JAWA TENGAH SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang Oleh Ibnu Rizky Briwantara NIM 7111413046 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Upload: others

Post on 14-Oct-2019

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

DI JAWA TENGAH

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Ibnu Rizky Briwantara

NIM 7111413046

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

Page 2: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

ii

Page 3: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

iii

Page 4: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

iv

Page 5: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

Turning your passion into your job is easier than finding a job that matches your

passion – Seth Godin

We are here for a reason, part of something larger than ourselves – Thoros of Myr

Persembahan

Untuk Ayah Ibuku

Guruku

Adik - adiku

Dan Sahabatku

Page 6: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

vi

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis

Pola Penyebaran Investasi dan Faktor yang Mempengaruhinya di Jawa Tengah”.

Karena itu dengan tulus penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga

kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang

2. Dr. Wahyono.M.M, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang

3. Lesta Karolina Br. Sebayang, S.E. M.Si, Ketua Jurusan Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang

4. Fafurida, S.E., M.Sc selaku Dosen Wali yang telah membimbing dan

memberikan arahan selama menjadi mahasiswa di Jurusan Ekonomi

Pembangunan

5. Prof. Dr. P. Eko Prasetyo, S.E, M.Si, Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan pengaruh dalam penyusunan skripsi ini

6. Prof. Dr. Rusdarti, M.Si, Dosen Penguji 1 yang telah memberikan saran dan

kritikan dalam penulisan skripsi ini

7. Prasetyo Ari Bowo, SE, M.Si, Dosen Penguji 2 yang telah memberikan

saran dan kritikan dalam penulisan skripsi ini

8. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah

memberikan bekal ilmu kepada penulis selama penulis menempuh

Page 7: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

vii

Page 8: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

viii

SARI

Briwantara, Ibnu Rizky. 2017. “Analisis Pola Penyebaran Investasi dan Faktor

yang Mempengaruhinya di Jawa Tengah”. Skripsi. Jurusan Ekonomi

Pembangunan. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing

Prof. Dr. P. Eko Prasetyo, SE., M.Si.

Kata Kunci: Pola Penyebaran, Investasi, PMA, PMDN, Indeks Entropy Theil,

Determinan, Tipologi Klassen

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pola penyebaran investasi yang

terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015, mengklasifikasikan daerah yang masih

kekurangan investasi di Jawa Tengah pada tahun 2015, dan faktor-faktor yang

mempengaruhi penyebaran investasi di Jawa Tengah. Variabel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Investasi PMA dan PMDN, Tenaga Kerja, Indeks Harga

Konsumen, Upah Minimum Regional, Pajak dan Pengeluaran Pemerintah. Data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross section dan time series dari

tahun 2011-2015 yang bersumber dari DPMPTSP Jawa Tengah, Bappenas dan

Badan Pusat Statistik (BPS). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Entrophy Theil Indeks, Tipologi Klassen dan Regresi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Pola penyebaran investasi PMDN

dan PMA di Provinsi Jawa Tengah menunjukkan pola yang cenderung menyebar.

(2) Klasifikasi daerah kekurangan investasi ada 25 Kabupaten/Kota dalam kondisi

kekurangan investasi PMA dan 27 Kabupaten/Kota kekurangan investasi PMDN.

(3) Faktor yang mempengaruhi investasi pada model PMA yaitu variabel IHK dan

UMR berpengaruh signifikan terhadap investasi PMA, secara parsial maupun

secara bersama-sama. Kemudian pada model PMDN, PDRB yang berpengaruh

positif dan pajak yang berpengaruh negatif terhadap investasi PMDN.

Pola penyebaran yang terjadi di Jawa Tengah berpola cenderung menyebar

pada beberapa daerah. Pemerintah harus melakukan kebijakan-kebijakan yang pro

investasi dan penguatan spesialisasi tiap-tiap daerah. Rekomendasi peneliti

selanjutnya diharapkan dapat menambahkan pada bagian sektor investasi dan

menggunakan metode pendekatan secara komprehensif.

Page 9: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

ix

ABSTRACT

Briwantara, Ibnu Rizky. 2017. “Analysis of Spreading Investment Pattern and

The Factor that Affect it in Central Java”. Final Project. Department of

Development Economics. Faculty of Economics. Universitas Negeri Semarang.

Advisor Prof. Dr. P. Eko Prasetyo, SE., M.Si.

Keyword: Spreading Pattern, Investment, PMA, PMDN, Entropy Theil Index,

Determinant, Klassen Typology

The purpose of this research is analyse the shifting pattern of spreading

investment that occurs in Central Java from 2011-2015. This will also classificate

which area that still low on investment in Central Java in 2015. Furthermore, the

research will reveal the factors that affect the spreading investment in Central Java.

The variables that used in this research are PMA and PMDN investment, work

force, Consumer Price Index, Regional Minimum Wage, Tax and Government

Expense. This research uses data cross section and time series from 2011 to 2015

that coming from DPMPTSP Central Java, Bappenas and BPS. The method for this

research is Entrophy Theil Index, Klassen Typology and Regression.

The conclusion shows that: (1) the pattern of spreading investment of PMDN

and PMA occurs within some of the regional cooperation in Central Java shows a

spread pattern. (2) the classification of the region with lack of investment is 25

District/City are in lack of PMA investation and 27 District/City are in lack of

PMDN investation. (3) the factor that affect investment of PMA model is CPI and

RMW variables. Then, on the PMDN model, there are 2 independent variables that

significantly affecting towards PMDN investment whether partially or

simultaneously. Those independent variables are PDRB which has positive effect

and Tax that has negative effect.

The spreading pattern that occurs in Central Java is spread patterned in some

area of cooperation. The government is expected to intensify the equity of

investment through policies that supports investment and enhance the specialization

in each district. For further researcher, it is expected to add investment sector and

use comprehensively method.

Page 10: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

x

DAFTAR ISI

Halaman :

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................................... iii

PERNYATAAN .................................................................................................. iv

MOTTO DAN PERSEBAHAN .......................................................................... v

PRAKATA .......................................................................................................... vi

SARI .................................................................................................................... viii

ABSTRACT ........................................................................................................ ix

DAFTAR ISI ....................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 13

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 14

1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................. 14

1.5. Orisinalitas Penelitian ......................................................................... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 17

2.1. Konsep Pertumbuhan Ekonomi .......................................................... 17

2.1.1. Teori Pertumbuhan Harrod-Domar ........................................ 17

2.2. Konsep Ketimpangan Wilayah ........................................................... 18

2.3. Teori Ketimpangan Wilayah .............................................................. 20

2.4. Teori Lokasi ........................................................................................ 21

2.5. Investasi .............................................................................................. 22

2.6. Indeks Harga Konsumen .................................................................... 23

2.7. Tenaga Kerja....................................................................................... 25

2.8. Indeks Pembangunan Manusia ........................................................... 26

Page 11: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

xi

2.9. Upah Minimum Regional ................................................................... 27

2.10. Pajak...... ............................................................................................. 28

2.11. Pengeluaran Pemerintah ..................................................................... 29

2.12. Peneltitian Terdahulu .......................................................................... 30

2.13. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 36

2.14. Hipotesis ............................................................................................. 38

BAB III METODE PENELITIAN...................................................................... 39

3.1. Jenis dan Desain Penelitian ................................................................ 39

3.2. Populasi dan Sampel ........................................................................... 39

3.3. Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 40

3.4. Operasional Variabel Penelitian ......................................................... 41

3.5. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 43

3.6. Metode Analisis Data ......................................................................... 43

3.6.1. Entropy Theil Indeks .............................................................. 43

3.6.2. Tipologi Klassen ..................................................................... 45

3.6.3. Analisis Regresi ...................................................................... 46

3.6.4. Pengujian Asumsi Klasik ........................................................ 48

3.6.5. Uji Kesesuaian (Test Goodness of Fit) ................................... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 54

4.1. Deskriptif Profil Objek Penelitian ...................................................... 54

4.1.1. Perekonomian Provinsi Jawa Tengah ..................................... 54

4.1.2. Kependudukan Provinsi Jawa Tengah .................................... 55

4.2. Gambaran Umum Variabel Penelitian ................................................ 57

4.2.1. Perkembangan Investasi di Jawa Tengah ............................... 57

4.2.2. Perkembangan PDRB di Jawa Tengah ................................... 59

4.2.3. Perkembangan Tenaga Kerja di Jawa Tengah ........................ 61

4.2.4. Perkembangan IPM di Jawa Tengah ...................................... 62

4.2.5. Perkembangan UMR di Jawa Tengah .................................... 64

4.2.6. Perkembangan IHK di Jawa Tengah ...................................... 65

4.2.7. Perkembangan Belanja Modal di Jawa Tengah ...................... 66

4.2.8. Perkembangan Pajak Daerah di Jawa Tengah ........................ 68

4.3. Pola Penyebaran Investasi di Provinsi Jawa Tengah .......................... 70

Page 12: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

xii

4.3.1. Pola Penyebaran Investasi PMDN Antar Kabupaten/Kota

di Provinsi Jawa Tengah ......................................................... 70

4.3.2. Pola Penyebaran Investasi PMA Antar Kabupaten/Kota di

Provinsi Jawa Tengah ............................................................. 72

4.4. Klasifikasi Daerah Rendah Investasi di Provinsi Jawa Tengah ......... 73

4.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi di Jawa Tengah .......... 79

4.5.1. Uji Asumsi Klasik ................................................................... 79

4.5.2. Hasil Regresi Model PMA ...................................................... 84

4.5.3. Uji Kesesuaian Model PMA ................................................... 85

4.5.4. Hasil Regresi Model PMDN ................................................... 87

4.5.5. Uji Kesesuaian Model PMDN ................................................ 88

4.6. Pembahasan ........................................................................................ 90

4.6.1. Pembahasan Pola Penyebaran Investasi di Provinsi

Jawa Tengah ........................................................................... 91

4.6.2. Pembahasan Klasifikasi Daerah Rendah Investasi di

Provinsi Jawa Tengah ............................................................. 92

4.6.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi di Provinsi

Jawa Tengah ........................................................................... 92

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 96

5.1. Simpulan ............................................................................................. 96

5.2. Saran....... ............................................................................................ 97

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 99

LAMPIRAN........ ................................................................................................ 103

Page 13: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel : Halaman :

2.1. Kelompok dan Sub Kelompok Indeks Harga Konsumen ............. 24

2.2. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 30

3.1. Data dan Sumber Data................................................................... 41

3.2. Variabel Penelitian ........................................................................ 42

4.1. PDRB per kapita ADHK 2010 Tertinggi dan Terendah

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015 ............................................... 53

4.2. Jumlah Penduduk Tertinggi dan Terendah Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2015 ....................................................................... 57

4.3. PDRB ADHK 2010 Tertinggi dan Terendah Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2015 .............................................................. 60

4.4. Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin di Jawa Tengah

Tahun 2014-2015 .......................................................................... 62

4.5. IPM Tertinggi dan Terendah di Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2015 .................................................................................... 63

4.6. UMR Tertinggi dan Terendah di Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2015 .................................................................................... 65

4.7. IHK Tertinggi dan Terendah di Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2015 ................................................................................... 65

4.8. Belanja Modal Tertinggi dan Terendah Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2015 ....................................................................... 67

4.9. Penerimaan Pajak Daerah Tertinggi dan Terendah Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2015 .............................................................. 69

4.10. Hasil Analisis Penyebaran Investasi PMDN di Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2011-2015 .................................................... 70

4.11. Hasil Analisis Penyebaran Investasi PMA Menurut Wilayah

Kerjasama Antardaerah di Provinsi Jawa Tengah 2011-2015 ...... 72

4.12. Hasil Tipologi Klassen Investasi PMDN Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2015 .................................................................................... 75

4.13. Hasil Tipologi Klassen Investasi PMA Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2015 .................................................................................... 77

4.14. Hasil Uji Multikolinearitas ............................................................ 80

4.15. Hasil Uji Autokorelasi ................................................................... 81

Page 14: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

xiv

4.16. Hasil Uji Autokorelasi dengan Penambahan AR(1) ..................... 82

4.17. Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................................ 83

4.18. Tabel Uji Normalitas ..................................................................... 83

4.19. Hasil Regresi Model PMA ............................................................ 84

4.20. Koefisien Determinasi 𝑅2 ............................................................. 85

4.21. Hasil Uji F ..................................................................................... 86

4.22. Hasil Pengujian Model Regresi Secara Parsial ............................ 87

4.23. Hasil Regresi Model PMDN ......................................................... 88

4.24. Koefisien Determinasi 𝑅2 ............................................................. 89

4.25. Hasil Uji F ..................................................................................... 89

4.26. Hasil Pengujian Model Regresi Secara Parsial ............................. 90

Page 15: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar : Halaman :

1.1. Laju Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 dan Indeks

Williamson Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015.............. 2

1.2. PDRB Perkapita ADHK 2010 Menurut Kabupaten Kota di

Provinsi Jawa Tengah ............................................................... 3

1.3. PDRB Perkapita ADHK 2010, Realisasi PMA dan PMDN

Jawa Tengah Tahun 2011-2015 ................................................ 6

1.4. Investasi PMDN Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2015 ......................................................... 7

1.5. Investasi PMA Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2015......................................................... 8

1.6. Angkatan Kerja dan Indeks Pembangunan Manusia

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015 ................................. 9

1.7. Upah Minimum Provinsi dan Indeks Harga Konsumen

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015 ................................. 10

1.8. Pengeluaran Daerah dan Pajak Daerah Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2011-2015 ................................................ 11

2.1. Kerangka Berpikir Penelitian ................................................... 37

4.1. Perkembangan PDRB per kapita ADHK 2010 Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2011-2015 ................................................ 54

4.2. Perkembangan Jumlah Penduduk Jawa Tengah Tahun

2011-2015 ................................................................................. 56

4.3. Perkembangan Realisasi PMA di Jawa Tengah Tahun

2011-2015 ................................................................................ 58

4.4. Perkembangan Realisasi PMDN di Jawa Tengah Tahun

2011-2015 ................................................................................. 59

4.5. Perkembangan PDRB ADHK 2010 Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2011-2015...................................................................... 60

4.6. Perkembangan Angkatan Kerja Jawa Tengah Tahun

2011-2015 ................................................................................. 61

4.7. Perkembangan IPM Provinsi Jawa Tengah Tahun

2011-2015 ................................................................................. 63

4.8. Perkembangan UMP Provinsi Jawa Tengah Tahun

2011-2015 ................................................................................. 64

Page 16: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

xvi

4.9. Perkembangan IHK Provinsi Jawa Tengah Tahun

2011-2015 ................................................................................. 66

4.10. Perkembangan Belanja Modal Jawa Tengah Tahun

2011-2015 ................................................................................. 67

4.11. Perkembangan Pajak Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun

2011-2015 ................................................................................. 69

4.12. Pola Indeks Entropy Theil Investasi PMDN Antar

Kabupaten/Kota di Jawa Tengah .............................................. 71

4.13. Pola Indeks Entropy Theil Investasi PMA Antar

Kabupaten/Kota di Jawa Tengah .............................................. 76

Page 17: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran : Halaman :

1. Data Realisasi PMA, Tenaga Kerja, UMR, IPM, IHK,

Belanja Daerah, PDRB dan Pajak Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2015 ............................................................................... 104

2. Data Realisasi PMDN, Tenaga Kerja, UMR, IPM, IHK,

Belanja Modal, PDRB dan Pajak Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2015 ............................................................................... 106

4. Output Hasil Indeks Entropy Theil Investasi PMA .................. 107

5. Output Hasil Indeks Entropy Theil Investasi PMDN ............... 108

6. Output Hasil Tipologi Klassen Provinsi Jawa Tengah ............. 109

7. Output Hasil Olahan Regresi .................................................... 111

8. Output Uji Asumsi Klasik ........................................................ 113

Page 18: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan ekonomi yang

dilakukan negara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat seluruh wilayah

Indonesia. Tahun 1970-an, pembangunan ekonomi mengalami redifinisi

pengahapusan atau pengurangan tingkat kemiskinan, penanggulangan ketimpangan

pendapatan, dan penyediaan lapangan kerja dalam konteks perekonomian yang

terus berkembang (Todaro, 2006). Indonesia yang masih tergolong negara

berkembang beberapa tahun belakangan terus melakukan upaya pembangunan,

dengan wilayah geografis yang cukup besar dan berbagai permasalahan daerah,

memunculkan masalah tidak meratanya pembangunan antardaerah atau yang biasa

kita kenal dengan istilah ketimpangan. Menurut para ahli tidak heran masalah

ketimpangan pasti akan selalu ada pada semua negara, baik itu negara maju maupun

negara berkembang. Pemerintah selaku pengambil kebijakan diharapkan bisa

menekan nilai ketimpangan serendah mungkin.

Menurut Sjafrizal (2008:107), Indeks Williamson adalah alat analisis yang

cukup lazim digunakan untuk mengukur ketimpangan pembangunan antarwilayah.

Berbeda dengan gini rasio yang lazim digunakan dalam mengukur distribusi

pendapatan, alasannya karena pada Indeks Williamson menggunakan PDRB

perkapita untuk melihat tingkat pembangunan antarwilayah.

Page 19: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

2

Gambar 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 dan Indeks Williamson

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015

Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Tengah 2015, diolah

Berdasarkan data gambar 1.1 perkembangan pertumbuhan ekonomi Jawa

Tengah yang meningkat dalam tiga tahun terakhir tidak disertai dengan adanya

pemerataan atau penurunan Indeks Williamson. Perubahan Indeks Williamson

yang seharusnya berlawanan arah mengikuti perubahan pertumbuhan ekonomi

hanya terjadi ketika pertumbuhan mengalami peningkatan pada tahun 2012,

sedangkan ketika mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014

nilai Indeks Williamson stagnan hingga tahun 2015. Fenomena ini terjadi karena

peningkatan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah belum merata pada

setiap daerah sehingga tidak turut serta menurunkan Indeks Williamson. Hal ini

tentu saja belum sesuai dengan tujuan pembangunan ekonomi untuk mencapati

kesejahteraan masyarakat yang merata.

2011 2012 2013 2014 2015

Growth 5,3 5,34 5,11 5,28 5,44

Williamson 0,68 0,67 0,66 0,66 0,66

4,9

5

5,1

5,2

5,3

5,4

5,5

0,65

0,655

0,66

0,665

0,67

0,675

0,68

0,685

Page 20: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

3

Sejak diberlakukannya otonomi daerah, peran pemerintah daerah untuk

membangun daerahnya lebih baik dengan harapan seluruh masyarakat memperoleh

kesejahteraan dan kemakmuran. Akan tetapi kemampuan pemerintah daerah dalam

membangun masing-masing daerah tentunya berbeda-beda, hal ini dikarenakan

perbedaan potensi yang dimiliki oleh suatu daerah. Ketersediaan sumber daya alam,

sumber daya manusia, kualitas sumber daya manusia, dan infrastruktur menjadikan

perbedaan proses pembangunan antardaerah. Karena itu, tidaklah mengherankan

bila setiap daerah biasanya terdapat wilayah maju (developed region) dan wilayah

terbelakang (underdeveloped region) (Sjafrizal, 2008:104). PDRB per kapita yang

semakin besar mendiskripsikan tingkat kesejahteraan masyarakat yang semakin

baik dan bila PDRB per kapita semakin kecil maka bisa diartikan semakin buruk

kesejahteraan di daerah tersebut (Wahyuntari, 2016).

Gambar 1.2. PDRB Per kapita Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Kabupaten

Kota di Provinsi Jawa Tengah

Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Tengah 2015, diolah

0100000002000000030000000400000005000000060000000700000008000000090000000

PD

RB

Per

kap

ita

AD

HK

20

10

(R

p

Rib

u)

2011 2012 2013 2014 2015

Page 21: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

4

Berdasarkan data gambar 1.2 dapat dilihat perkembangan PDRB per kapita

Provinsi Jawa Tengah Atas Dasar Harga Konstan 2010 pada tahun 2011-2015

menunjukkan perubahan yang terus meningkat. Kabupaten kudus, Kota Semarang

dan Kota Surakarta memiliki PDRB per kapita tertinggi. Kabupaten Pemalang,

Kabupaten Brebes dan Kabupaten Grobogan menjadi kabupaten yang memiliki

PDRB terendah di Provinsi Jawa Tengah. Ketidakmerataan dapat dipengaruhi

adanya perbedaan pertumbuhan ekonomi daerah maju dan daerah tertinggal

(Wahyuntari, 2016). Tujuan diadakannya otonomi daerah adalah terciptanya

pertumbuhan ekonomi, stabilitas nasional dan pemerataan pendapatan. Kebijakan

otonomi daerah dicanangkan untuk mendorong pemerintah daerah agar

meningkatkan kemandirian sehingga mampu menyelesaikan berbagai

permasalahan yang dihadapi daerah karena mereka lebih mengetahui kebutuhan

daerahnya (Anggraeni, 2012).

Investasi terbukti secara empiris sebagai faktor pendorong pertumbuhan

ekonomi di Indonesia (Maryaningsih, 2014). Sebagaimana dijelaskan dalam UU

No. 25/2007 tentang penanaman modal, tujuan penyelenggaraan penanaman modal

meliputi: (a) meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional; (b) menciptakan

lapangan pekerjaan; (c) meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan; (d)

meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional; (e) meningkatkan

kapasitas kemampuan teknologi nasional; (f) mendorong pengembangan ekonomi

kerakyatan; (g) mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan

Page 22: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

5

menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun luar negeri; dan

(h) meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebagaimana ditulis Basri dalam

Soekarni (2010) kalau investasi dikatan sebagai “makanan bergizi”, tentu sumber-

sumber petumbuhan lain tidaklah sebaik investasi. Konsumsi, belanja pemerintah

dan ekspor juga merupakan sumber pertumbuhan ekonomi, tidak hanya investasi.

Akan tetapi, pengaruh investasi lebih besar dan lebih kuat terhadap perkembangan

ekonomi dibandingkan sumber pertumbuhan lain (Soekarni, 2010). Hal ini

didukung oleh penelitian Prasetyo (2010) mengenai pengaruh investasi terhadap

pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah.

Akumulasi kapital atau investasi dinyatakan sebagai faktor utama

pendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini ditegaskan sejak dari teori ekonomi

pembangunan Neoklasik hingga teori-teori ekonomi pembangunan kontemporer

(Sarungu, 2008). Sudah banyak penelitian yang meneliti bahwa akumulasi kapital

atau investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Dalam tesis Rustiono (2008) yang berjudul analisis pengaruh investasi, tenaga

kerja, dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah

menyatakan bahwa investasi berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan

ekonomi. Penelitian Sutawijaya yang berjudul pengaruh ekspor dan investasi

terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 1980-2006 juga menjelaskan

adanya pengaruh positif baik PMA ataupun PMDN terhadap pertumbuhan ekonomi

Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Sjafii yang berjudul pengaruh investasi

Page 23: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

6

fisik dan investasi pembangunan manusia terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa

Timur 1990-2004 juga memberikan hasil yang positif dan signifikan bahwa

investasi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Data gambar 1.3 menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah

mempunyai hubungan yang searah dengan pertumbuhan akumulasi stok kapital

atau investasi. Penambahan investasi baik PMA atau PMDN yang bertambah setiap

tahun diikuti dengan penambahan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah.

Menunjukkan begitu pentingnya investasi untuk mempercepat pertumbuhan

perekonomian di Provinsi Jawa Tengah, perkembanganya dapat dilihat pada data

berikut :

Gambar 1.3. PDRB Per kapita Atas Dasar Harga Konstan 2010, Realisasi PMA

dan PMDN Jawa Tengah Tahun 2011-2015

Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Tengah 2015, diolah

2011 2012 2013 2014 2015

PDRB 20053,8 20950,62 21844,87 22820,16 23882,47

PMDN 2737,83 5797,11 12593,65 13601,58 15410,7

PMA 174,96 241,51 464,3 463,36 850,4

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

PM

DN

(R

p M

ilyar

) /

PM

A (

US$

Ju

ta)

PD

RB

Per

Kap

ita

AD

HK

20

10

(R

p R

ibu

)

Page 24: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

7

Masuknya investasi akan sangat memberikan dampak yang baik bagi

pembangunan suatu daerah, maka diperlukan peran pemerintah dalam upaya

menarik investor-investor untuk datang. Menurut Harrod-Domar menjelaskan

bahwa investasi mempunyai korelasi positif dengan laju pertumbuhan ekonomi.

Jika investasi suatu daerah tidak berkembang, maka pertumbuhan ekonomi

didaerah tersebut kemungkinan besar akan tertinggal dibandingkan dengan daerah

lain yang mampu menarik investor (Soekarni, 2010).

Gambar 1.4. Investasi PMDN menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2015

Sumber : BPMD Provinsi Jawa Tengah 2016, diolah

Melihat dari data gambar 1.4 persebaran investasi PMDN yang ada di

Provinsi Jawa Tengah tampak tidak merata, Kab. Cilacap menjadi kawasan paling

26,82%

3,24%

3,10%

15,72%17,55%

8,21%

3,38%

10,97%

10,73%

Kab. Cilacap Kab. Boyolali Kab. Sukoharjo

Kab. Grobogan Kab. Rembang Kab. Kudus

Kab. Demak Kab. Semarang Kabupaten/Kota lainnya

Page 25: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

8

tinggi menerima akumulasi modal sebesar 26,82% dari total investasi PMDN di

Jawa Tengah, kemudian Kab. Rembang dengan 17,55% dan Kab. Grobogan dengan

15,72%. Sementara 10,73% investasi PMDN untuk kabupaten/kota lainnya di

Provinsi Jawa Tengah, kondisi ini menggambarkan bahwa adanya kekurangan

alokasi investasi PMDN di Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan untuk kondisi

persebaran investasi PMA di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat dari data berikut.

Gambar 1.5. Investasi PMA menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2015

Sumber : BPMD Provinsi Jawa Tengah 2016, diolah

Persebaran investasi PMA yang ada di Provinsi Jawa Tengah tampak juga

tidak begitu merata, Kota Semarang menjadi daerah paling tinggi menerima

4,08%

27,20%

4,08%

4,61%

4,53%4,76%

36,87%

13,67%

Kab. Boyolali Kab. Sukoharjo Kab. Jepara

Kab. Demak Kab. Semarang Kab. Kendal

Kota Semarang Kabupaten/Kota lainnya

Page 26: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

9

akumulasi modal sebesar 36,87% dari total investasi PMA yang ada di Jawa

Tengah. Kemudian Kab. Sukoharjo sebesar 13,67%, sementara Kabupaten/Kota

lainnya masih sangat kekurangan alokasi investasi PMA. Keterkaitan wilayah yang

memiliki investasi yang tinggi dengan wilayah yang memiliki sedikit investasi akan

menimbulkan suatu kesenjangan sosial ekonomi yang dapat menimbulkan berbagai

masalah.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi masuknya investasi ke suatu

daerah, salah satunya melihat perkembangan ketersidaan sumber daya manusia dan

kualitas sumber daya manusia sebagai man power atau motor penggerak roda

perekonomian di Provinsi Jawa Tengah dari Tahun 2011-2015 sebagai berikut.

Gambar 1.6. Angkatan Kerja dan Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2011-2015

Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Tengah 2015, diolah

2011 2012 2013 2014 2015

Angkatan Kerja 16918797 17095031 16986776 17547026 17298925

IPM 66,64 67,21 68,02 68,78 69,49

16600000

16700000

16800000

16900000

17000000

17100000

17200000

17300000

17400000

17500000

17600000

65

65,5

66

66,5

67

67,5

68

68,5

69

69,5

70

An

gkat

an K

erja

(Ji

wa)

Ind

eks

Pem

ban

gun

an M

anu

sia

Page 27: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

10

Data gambar 1.6 menunjukkan ketersediaan angkatan kerja di Provinsi Jawa

Tengah pada tahun 2015 mengalami penurunan, meskipun pada tahun 2014

mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Perkembangan Indeks Pembangunan

Manusia atau IPM di Provinsi Jawa Tengah setiap tahunnya terus mengalami

peningkatan, hal tersebut dapat dimaknai bahwa kualitas sumber daya manusia

yang ada di Provinsi Jawa Tengah terus mengalami perbaikan. Ketersediaan tenaga

kerja dan kualitas tenaga kerja yang baik dapat mempengaruhi masuknya investasi,

karena seorang investor akan membutuhkan tenaga kerja lokal atau asli daerah

dengan kualitas yang baik dalam menjalankan perusahaannya.

Selain itu investor juga mempertimbangkan beban gaji yang akan

dikeluarkannya untuk memperoleh tenaga kerja. Dengan adanya kebijakan UMR

yang di atur dalam PP No. 78 menyatakan bahwa besarnya UMR tidak boleh

dibawah UMP, menjadi faktor yang mempengaruhi seorang investor dalam

memilih daerah. Apabila dengan daerah menetapkan UMR yang tinggi tentu akan

menurunkan keuntungannya. Tidak hanya beban gaji investor juga dapat melihat

dari kemampuan beli masyarakat di suatu daerah. Daya beli masyarakat di suatu

daerah dapat diukur dengan Indeks Harga Konsumen, berikut perkembangan UMP

dan IHK di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015.

Page 28: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

11

Gambar 1.7. Upah Minimum Provinsi dan Indeks Harga Konsumen Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2011-2015

Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Tengah 2015, diolah

Pada data gambar 1.7 menunjukkan perkembangan upah minimum provinsi

terus mengalami peningkatan nyebabkan peningkatan pula pada standar upah

minimum regional seperti pada peraturan PP No. 78. Sedangkan perkembangan

Indeks Harga Konsumen meskipun pada tahun 2013 mengalami penurunan,

kemampuan beli masyarakat kembali mengalami peningkatan pada tahun 2015.

Selain dari ketersediaan tenaga kerja, kualitas tenaga kerja, upah minimum dan

kemampuan daya beli. Pengeluaran daerah dan penerimaan pajak daerah diduga

juga dapat mempengaruhi investasi di Provinsi Jawa Tengah. Pengeluaran daerah

yang diprosikan pada realisasi belanja modal yang memiliki fungsi untuk perbaikan

sektor pendidikan, kesehatan, transportasi dapat memberikan pengaruh kepada

2011 2012 2013 2014 2015

UMP 675000 765000 830000 910000 910000

IHK 126,76 132,13 142,68 118,6 121,84

0

100000

200000

300000

400000

500000

600000

700000

800000

900000

1000000

0

20

40

60

80

100

120

140

160U

MP

(R

up

iah

)

Ind

eks

Har

ga K

on

sum

en

Page 29: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

12

seorang investor untuk melakuakan investasi pada daerah tersebut. Penerimaan

pajak daerah yang tinggi juga dapat memberikan pengaruh terhadap keputusan

investasi, karena pajak yang tinggi akan memberikan beban kepada investor.

Berikut perkembangan pengeluaran daerah dan pajak daerah di Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2011-2015.

Gambar 1.8. Pengeluaran Daerah dan Pajak Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun

2011-2015

Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Tengah 2015, diolah

Data gambar 1.8 menunjukkan perkembangan pengeluaran daerah Provinsi

Jawa Tengah terus mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Peningkatan

terbesar terjadi pada tahun 2015 hingga mencapai 2.677.093 Juta Rupiah.

Sedangkan perkembangan pajak daerah di Provinsi Jawa Tengah juga mengalami

peningkatan setiap tahunnya, peningkatan terbesar juga terjadi pada tahun 2015.

Faktor-faktor tersebut diduga dapat mempengaruhi investasi di Provinsi Jawa

2011 2012 2013 2014 2015

Pengeluaran Daerah 464327 611274 994740 1441976 2677093

Pajak Daerah 4599 5590 6716 7097 10266

0

500000

1000000

1500000

2000000

2500000

3000000

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

Pen

gelu

aran

Dae

rah

(Ju

ta R

up

iah

)

Paj

ak D

aera

h (

Juta

Ru

pia

h)

Page 30: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

13

Tengah, perlu adanya untuk mengetahui faktor mana yang berpengaruh secara

signifikan terhadap investasi PMA dan PMDN di Provinsi Jawa Tengah untuk

mengurangi ketimpangan investasi antardaerah.

Ketimpangan investasi yang tinggi tentu tidak sehat bagi pemerataan

pertumbuhan ekonomi antardaerah. Pola penyebaran investasi pada tahap awal

industrialisasi, kegiatan ekonomi masyarakat akan terkonsentrasi di pusat wilayah,

biasanya di daerah metropolitan. Kemudian mencapai tahap “maturity” maka

polarisasi akan mulai terjadi dimana pusat-pusat wilayah sekunder (secondary core

rigion) mulai bermunculan di daerah pinggiran (in the hinterlands). Pola ini sering

disebut “the Core-Periphery Model atau Theory of Polarized Growth. Pola kedua

menyatakan bahwa pada tahap awal industrialisasi, kegiatan ekonomi akan

terkonsentrasi pada suatu pusat wilayah kemudian pada tahap selanjutnya justru

semakin terkonsentrasi di pusat wilayah tersebut. Jadi sekali terkonsentrasi maka

akan terus menerus semakin terkonsentrasi di pusat wilayah. Pola ini sering disebut

“The Circular and Cummulative Causation Model (Sarungu, 2008). Dilihat dari

sudut pandang pembangunan regional wilayah dalam kaitannya dengan disparitas

pertumbuhan ekonomi wilayah maka penyebaran dan mengetahui faktor yang

mempengaruhi investasi menjadi masalah yang menarik untuk dikaji. Dengan

uraian tersebut maka judul penelitian ini adalah analisis pola penyebaran investasi

dan faktor yang mempengaruhinya di Jawa Tengah.

Page 31: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

14

1.2. Rumusan Masalah

Provinsi Jawa Tengah memiliki ketimpangan pembangunan yang tergolong

tinggi pada tahun 2015 dihitung menggunakan Indeks Williamson dengan nilai

0,66. Salah satu cara untuk mengurangi ketimpangan adalah dengan mendorong

pertumbuhan ekonomi pada daerah-daerah yang tertinggal agar jarak ketimpangan

tidak begitu tinggi antardaerah. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi. Beberapa ahli telah melakukan penelitian bahwa investasi

atau akumulasi modal secara signifikan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi

suatu daerah.

Jumlah investasi yang masuk di Jawa Tengah tergolong cukup tinggi dan

terus meningkat setiap tahunnya. Investor cenderung menginvestasikan dananya ke

daerah yang kaya karena lebih aman dan memberikan keuntungan yang besar dalam

hal ini daerah miskin akan semakin sulit untuk berkembang menjadi daerah kaya

dan ketimpangan semakin melebar. Ketimpangan investasi menjadi masalah yang

perlu dikaji karena dapat menghambat pembangunan daerah. Mengetahui pola

penyebaran investasi yang terbentuk di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang masih

kekurangan investasi serta faktor-faktor yang mempengaruhi investasi di Provinsi

Jawa Tengah.

Berdasarkan uraian latar belakang maka permasalahan yang dapat

dikemukakan dalam penelitian ini adalah :

Page 32: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

15

a. Bagaimana pola penyebaran investasi di Jawa Tengah tahun 2011-

2015 ?

b. Daerah mana sajakah yang masih kekurangan investasi di Jawa Tengah

pada tahun 2015 ?

c. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi investasi di Jawa Tengah ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas maka tujuan

penelitian ini adalah :

a. Untuk menganalisis perubahan pola penyebaran investasi yang terjadi

di Jawa Tengah pada tahun 2011-2015.

b. Untuk mengklasifikasikan daerah mana saja yang masih kekurangan

investasi di Jawa Tengah pada tahun 2015.

c. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi investasi di Jawa

Tengah.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan khususnya mengenai analisis pola penyebaran dan faktor

yang mempengaruhi penyebaran investasi di Jawa Tengah dengan

menggunakan Indeks Entropi Theil sebagai alat hitung penyebaran

investasi di Jawa Tengah, dan regresi untuk mengetahui pengaruh

Page 33: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

16

tenaga kerja, indeks harga konsumen, indeks pembangunan manusia,

upah minimum regional, pajak dan pengeluaran pemerintah terhadap

investasi di Jawa Tengah.

b. Secara praktisi, hasil penelitian ini harapannya dapat memberikan

manfaat bagi praktisi khususnya pihak-pihak yang berhubungan dengan

investasi seperti pemerintah, masyarakat dan perguruan tinggi. Bagi

pemerintah penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

pemerintah dalam penentuan kebijakan khususnya menyangkut

investasi. Bagi masyarakat informasi dalam penelitian ini dapat

menjadi bahan pertimbangan khususnya kegiatan yang berhubungan

dengan investasi dan sebagai informasi untuk investor asing yang akan

menanamkan modalnya di Indonesia khususnya Provinsi Jawa Tengah.

Untuk perguruan tinggi, hasil penelitian ini diharapkan dapat

menambah referensi bagi perguruan tinggi sehingga dapat memberikan

informasi yang lebih lengkap untuk penelitian selanjutnya.

1.5. Orisinalitas Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian sebelumnya

mengenai pola penyebaran investasi khususnya di Provinsi Jawa Tengah antara lain

seperti: (a) pola penyebaran investasi di Provinsi Jawa Tengah, (b) penambahan

analisis tipologi klassen dan (c) faktor-faktor yang mempengaruhi investasi di

Provinsi Jawa Tengah.

Page 34: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

17

Sarungu (2008) mengenai pola penyebaran spasial investasi di Indonesia,

dengan pembagian wilayah antarprovinsi, antarprovinsi dalam wilayah pulau dan

kepulauan, antarprovinsi dalam wilayah kawasan, dan antarprovinsi dalam wilayah

kepemilikan SDA. Data yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah data time

series tahunan dari 1985-1995 dengan teknik analisis yang digunakan adalah

analisis Koefisien Entropy Theil dan Koefisien Deviasi Logaritmik rata-rata.

Page 35: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi paling sederhana dapat diartikan sebagai

pertambahan output atau pertambahan pendapatan nasional agregatif dalam kurun

waktu tertentu (Prasetyo, 2009). Tingkat pertumbuhan ekonomi harus

membandingkan pendapatan yang dihitung berdasarkan nilai riil, pertumbuhan

baru tercapai apabila jumlah barang dan jasa yang dihasilkan bertambah besar pada

tahun berikutnya. Dengan membedakan atau selisih antara PDRB riil tahun tertentu

dengan PDRB rill tahun sebelumnya. Perhitungan pertumbuhan ekonomi sering

kali menggunakan nilai rill dimaksudkan untuk menghilangkan adanya inflasi

dalam harga barang dan jasa yang diproduksi sehingga menggambarkan perubahan

kuantitas produksi.

2.1.1. Teori Pertumbuhan Harrod – Domar

Harrod –Dommar berpendapat bahwa setiap perekonomian pada dasarnya

harus mencadangkan atau menabung sebagian dari pendapatan nasional untuk

menambah atau menggantikan barang-barang modal. Investasi dibutuhkan untuk

memacu pertumbuhan ekonomi, investasi baru yang merupakan tambahan terhadap

cadangan modal. Teori ini melengkapi teori Keynes, dimana Keynes melihatnya

dalam jangka pendek sedangkan Harrod-Domar melihatnya dalam jangka panjang.

Teori Harrod-Domar didasarkan pada asumsi (Tarigan, 2005:49) :

Page 36: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

17

1. Perekonomian bersifat tertutup,

2. Hasrat menabung (MPS=s) adalah konstan,

3. Proses produksi memiliki koefisien yang tetap (constant return to

scale),

4. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja (n) adalah konstan dan sama

dengan tingkat pertumbuhan penduduk.

g = k = n

Keterangan :

g : Growth (tingkat pertumbuhan output)

k : Capital (tingkat pertumbuhan modal)

n : Tingkat pertumbuhan angkatan kerja

Atas dasar asumsi-asumsi khusus tersebut, Harrod-Domar membuat analisis

dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang hanya bisa tercapai apabila

terpenuhi syarat-syarat keseimbangan tersebut (Tarigan, 2005:49).

2.2. Konsep Ketimpangan Wilayah

Ketimpangan merupakan ketidakmerataan pendapatan pada masyarakat

suatu wilayah tertentu dengan wilayah lain. Ketidakmerataan pendapatan tersebut

dapat disebabkan adanya perbedaan faktor yang terdapat dalam wilayah tersebut.

Salah satunya adalah alokasi investasi yang tidak merata diseluruh wilayah karena

investor cenderung memilih wilayah yang memiliki fasilitas yang baik seperti

sarana transportasi, jaringan listrik, jaringan telekomunikasi, asuransi dan sumber

daya manusia. Sedangkan daerah yang tidak memiliki fasilitas yang belum baik

Page 37: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

18

akan semakin tertinggal demikian akan menghasilkan ketimpangan antar wilayah

yang semakin besar.

Sjafrizal (2008:119) dalam bukunya membahas ada beberapa faktor utama

yang menyebabkan terjadinya ketimpangan pembangunan wilayah, antara lain :

1. Perbedaan Kondisi Demografis

Kondisi demografis yang dimaksudkan disini meliputi perbedaan

tingkat pertumbuhan dan struktur kependudukan, perbedaan tingkat

pendidikan dan kesehatan, perbedaan kondisi ketenagakerjaan dan

perbedaan etos kerja yang dimiliki daerah bersangkutan. Hal ini akan

berpengaruh terhadap produktivitas kerja masyarakat pada daerah tersebut.

2. Alokasi Investasi

Investasi merupakan salah satu yang menentukan pertumbuhan

ekonomi suatu daerah hal itu tidak dapat kita sangkal lagi. Oleh karenanya

suatu daerah yang mendapat alokasi investasi yang besar dari pemerintah

atau yang dapat menarik lebih banyak investasi swasta cenderung tingkat

pertumbuhan daerahnya lebih cepat.

3. Kurang Lancarnya Mobilitas Barang dan Jasa

Terhambatnya mobilitas barang dan jasa juga akan mendorong

ketimpangan pembangunan wilayah, alasannya karena bila mobilitas

tersebut kurang lancar maka kelebihan produksi suatu daerah tidak dapat

dijual kedaerah lain yang membutuhkan demikian juga dengan tenaga kerja.

Page 38: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

19

4. Konsentrasi Kegiatan Ekonomi

Terjadinya konsentrasi tentu akan menimbulkan ketimpangan

pembangunan antar wilayah. Pertumbuhan ekonomi daerah akan cenderung lebih

cepat pada daerah yang terdapat konsentrasi kegiatan ekonomi, begitu juga

sebaliknya. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagai contoh, adanya

ketersediaan sumber daya alam yang melimpah pada daerah tertentu kemudian

didukung dengan fasilitas yang memadahi dan kondisi sumber daya manusia yang

berkualitas.

2.3. Teori Ketimpangan Wilayah

Ketimpangan antarwilayah merupakan hal yang umum terjadi dalam

kegiatan ekonomi. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan potensi sumber daya

alam, sumber daya manusia dan sosial budaya antar wilayah. Mydal dalam

Rahmawaty (2014) berpendapat bahwa pembangunan ekonomi menghasilkan suatu

proses sirkuler yang membuat si kaya mendapat keuntungan semakin banyak, dan

mereka yang tertinggal di belakang menjadi semakin terhambat. Sebab utama

ketimpangan regional menurut Mydral kuatnya dampak balik dan lemahnya

dampak sebar.

Hirschman dalam Sjafrizal (2008:127) juga membagi perbedaan antara

daerah miskin dan kaya sebagai berikut :

a. Trickling down effect yaitu proses penetesan ke bawah sebagai dampak

yang baik karena perbedaan antara daerah kaya dan miskin semakin

menyempit;

Page 39: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

20

b. Polarization effect yaitu proses pengkutuban sebagai dampak yang buruk

karena perbedaan antara daerah kaya dan miskin semakin jauh.

2.4. Teori Lokasi

Teori lokasi merupakan konsep ilmu dengan cakupan analisa yang cukup

luas meliputi analisa menyangkut lokasi kegiatan ekonomi. Walter Christaller

menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan distribusinya

di dalam suatu wilayah, dalam modelnya ini Chirstaller menggunakan suatu sistem

geometri angka 3 yang ditetapkan secara arbiter memiliki peran yang sangat berarti

inilah yang disebut sistem K = 3 dari Christaller (Tarigan, 2005:124).

Sehubungan dengan hal ini, dalam buku (Sjafrizal, 2008) teori lokasi

dikelompokan atas 3 (tiga) bagian besar yaitu :

1. Bid Rent Theories dipelopori oleh Von Thunen mendasarkan analisa

pemilihan lokasi kegiatan ekonomi pada kemampuan membayar harga

tanah (bid-rent) yang berbeda dengan harga pasar tanah (land-rent).

Berdasarkan hal ini lokasi kegiatan ekonomi ditentukan oleh nilai bid-

rent yang tertinggi.

2. Least Cost Theories yaitu kelompok teori lokasi yang mendasarkan

analisa pemilihan lokasi kegiatan ekonomi pada prinsip biaya minimum

(Least Cost). Lokasi yang optimal adalah lokasi dimana jumlah biaya

produksi dan ongkos angkut yang paling kecil. Bila hal ini terpenuhi

maka tingkat keuntungan perusahaan akan menjadi maksimum. Teori

lokasi ini dipelopori oleh Alfred Weber.

Page 40: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

21

3. Market Area Theories yaitu teori lokasi yang dipelopori oleh August

Losch. Mendasarkan analisa pemilihan lokasi pada kegiatan ekonomi

dengan prinsip pasar (Market Area) terbesar yang dapat dikuasai

perusahaan. Luas pasar tersebut adalah mulai dari lokasi pabrik sampai

ke lokasi konsumen yang membeli produk perusahaan yang

bersangkutan. Bila pasar yang dikuasai besar maka keuntungan

perusahaan akan menjadi maksimum.

Keputusan pemilihan lokasi merupakan keputusan dimana aktivitas

ekonomi seperti produksi atau pemberian jasa dapat berjalan dengan optimal.

Secara horizontal pengambilan keputusan dalam pemilihan lokasi untuk

memperoleh keunggulan dalam market seeking. Sementara itu, secara vertikal

perusahaan juga berupaya untuk dapat memperoleh keunggulan biaya produksi

dengan cara mengakses sumber daya yang lebih murah resource seeking (Uttama,

2005).

2.5. Investasi

Menurut Sadono, dalam Hermayeni (2014) investasi adalah pengeluaran

atau pembelanjaan penanaman modal perusahaan untuk membeli barang modal dan

perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan produksi

barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Investasi berbeda

dengan menabung, dalam buku (Prasetyo, 2009:89) dikatakan bahwa menyimpan

uang dalam bank seperti tabanas, deposito dan sebagainya masih tergolong

menabung, sedangkan tabungan baru dapat dikatakan menjadi investasi jika

dipinjamkan oleh bank kepada perusahaan untuk pembuatan pabrik atau

Page 41: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

22

menciptakan produksi. Ditinjau dari pelakunya kegiatan investasi dapat dibagi

menjadi dua kategori, yakni penanaman modal dalam negeri (investasi domestik)

yaitu investasi yang dilakukan oleh penduduk negara itu sendiri dan penenaman

modal asing (investasi asing) yaitu penanaman modal yang dilakukan dari

penduduk diluar negara itu atau penduduk negara lain.

Sebagaimana di jelaskan dalam UU No. 25/2007 tentang penanaman modal,

tujuan penyelenggaraan penanaman modal meliputi: (a) meningkatkan

pertumbuhan ekonomi nasional; (b) menciptakan lapangan pekerjaan; (c)

meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan; (d) meningkatkan

kemampuan daya saing dunia usaha nasional; (e) meningkatkan kapasitas

kemampuan teknologi nasional; (f) mendorong pengembangan ekonomi

kerakyatan; (g) mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan

menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun luar negeri; dan

(h) meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Investasi memiliki peran penting

dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dengan penambahan persediaan barang

modal, yang secara langsung akan meningkatkan kapasitas produksi. Kapasitas

produksi yang meningkat akan mempercepat pertumbuhan tingkat produksi suatu

wilayah yang sedang berkembang.

2.6. Indeks Harga Konsumen

Harga adalah tingkat dimana uang yang dipertukarkan untuk mendapatkan

barang atau jasa (Mankiw, 2003). Ketika harga-harga barang atau jasa pada suatu

komoditi mengalami kenaikan dapat dikatan telah terjadi inflasi pada suatu

Page 42: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

23

kelompok tersebut. IHK dapat dijadikan sebagai ukuran inflasi dan juga merupakan

indikator stabilitas ekonomi dalam arti bahwa stabilnya perekonomian.

Indeks harga konsumen (IHK) adalah indeks dari harga yang dibayar

konsumen atau masyarakat Indonesia untuk mendapatkan barang dan jasa

(komoditas). Ada 7 kelompok komoditi yang termasuk dalam Indeks Harga

Konsumen terlihat pada Tabel 2.1. Kelompok dan Sub Kelompok Indeks Harga

Konsumen sebagai berikut :

Tabel 2.1. Kelompok dan Sub Kelompok Indeks Harga Konsumen

No Kelompok Sub Kelompok

1 Bahan Makanan Padi-padian, umbi-umbian dan hasil-hasilnya,

daging dan hasil-hasilnya, ikan segar, ikan

diawetkan, telur, susu dan hasilnya, sayur-

sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, bumbu-

bumbuan, lemak dan minyak, bahan makanan

lainya

2 Makanan jadi,

minuman, rokok dan

tembakau

Makanan jadi, minuman non alkohol, tembakau

dan minuman beralkohol

3 Perumahan Biaya tempat tinggal, bahan bakar, penerangan,

air, perlengkapan rumah tangga, penyelenggaraan

rumah

4 Sandang Sandang laki-laki, sandang wanita, sandang anak-

anak, barang pribadi dan sandang lainya

5 Kesehatan Jasa kesehatan, obat-obatan, jasa perawatan

jasmani dan kosmetik

6 Pendidikan rekreasi

dan olahraga

Jasa pendidikan, kursus-kursus/pelatihan,

perlengkapan/peralatan pendidikan, rekreasi,

olahraga

Page 43: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

24

7 Transportasi,

komunikasi dan jasa

keuangan

Transportasi, komunikasi, pengiriman, sarana dan

penunjang transportasi, jasa keuangan

Sumber : Badan Pusat Statistik

Menurut Bank Indonesia (2016) IHK adalah salah satu indikator ekonomi

yang memberikan informasi mengenai harga barang dan jasa yang dibayarkan oleh

konsumen. Perhitungan IHK dilakukan untuk merekam perubahan harga beli di

tingkat konsumen (purchasing cost) dari sekelompok tetap barang dan jasa (fixed

basket) pada umumnya dikonsumsi masyarakat. IHK diduga dapat mendorong

investasi karena tingginya kemampuan membeli konsumen berdampak langsung

pada pendapatan yang akan diperoleh suatu perusahaan.

2.7. Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah bagian dari penduduk yang dapat diikutsertakan dalam

proses ekonomi. Banyak sedikitnya tenaga kerja tergantung komposisi penduduk

dalam suatu wilayah. Kenaikan jumlah penduduk terutama penduduk golongan usia

kerja akan menghasilkan angkatan kerja yang banyak pula. Angkatan kerja yang

banyak diharapkan dapat memacu pertumbuhan ekonomi (man power) yang pada

akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam model sederhana

pertumbuhan ekonomi jumlah tenaga kerja yang besar dapat berarti menambah

jumlah produktif. Dengan meningkatnya produktivitas tenaga kerja diharapkan

akan meningkatkan produksi. Produktivias tenaga kerja akan sangat berperan

penting dalam perkembangan investasi, semakin tinggi produktivitas akan semakin

baik perkembangan investasi. Begitu juga sebaliknya tenaga kerja yang tidak

Page 44: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

25

produktif akan mengakibatkan biaya produksi menjadi tinggi yang akan merugikan

perusahaan itu sendiri.

Menurut Sitompul (2008) kecenderungan peningkatan upah minimum yang

tinggi serta ketidakpastian hubungan antara perusahaan kedua masalah ini

mengakibatkan biaya yang berkaitan dengan produksi menjadi tinggi. Hal ini juga

di dukung oleh penelitian Makmun (2004) dalam Sitompul (2008) yang

berpendapat ketersediaan tenaga kerja menjadi salah satu pertimbangan bagi

investor untuk menanamkan modalnya. Tenaga kerja menjadi faktor yang cukup

penting dalam usaha meningkatkan investasi. Hal ini karena tenaga kerja dipandang

sebagai faktor produksi yang mampu meningkatkan daya guna faktor produksi

lainnya.

2.8. Indeks Pembangunan Manusia

Indeks pembangunan manusia, secara khusus mengukur capaian

pembangunan manusia menggunakan beberapa komponen dasar kualitas hidup.

Perhitungan IPM bedasarkan data yang dapat menggambarkan empat komponen

indikator pembangunan yaitu capaian umur panjang dan sehat yang mewakili

bidang kesehatan, angka melek huruf, partisipasi sekolah dan rata-rata lamanya

bersekolah mengukur kinerja pembangunan bidang pendidikan dan kemampuan

daya beli masyarakat terhadap kebutuhan pokok. IPM dibangun melalui tiga

pendekatan dimensi dasar, dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat,

pengetahuan dan kehidupan yang layak. Ketiga dimensi tersebut memiliki

pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor didalamnya. Indeks

pembangunan manusia memiliki cakupan secara spesifik, seperti mengukur

Page 45: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

26

keadaan perkembangan manusia secara lebih terperinci sehingga memberikan

gambaran spesifik tentang keadaan pada kurun waktu tertentu untuk memudahkan

pemerintah dalam melalukan pengalokasian dana untuk pembangunan di daerah-

daerah (UNDP, 2004).

Sejak tahun 1999, United Nations Development Program (UNDP)

mengenalkan konsep pengukuran mutu modal manusia yang diberi nama Human

Development Indeks. Dengan adanya peningkatan IPM dapat memungkinkan

meningkatnya output dan pendapatan yang akan meningkatkan pertumbuhan

ekonomi. Para investor akan melihat dan sangat mempertimbangkan kualitas dari

sumber daya manusia di suatu wilayah, pemilihan tenaga kerja yang berkualitas

akan sangat mempengaruhi output kegiatan ekonomi. Oleh karena itu IPM

dipandang menjadi faktor yang cukup menentukan dalam mempengaruhi investasi.

2.9. Upah Minimum Regional

Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada

karyawan untuk suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada

karyawan untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan. Menurut Sitompul

(2008) dalam karya tesisnya mengatakan bahwa adanya pandangan ekonomi

kapitalis terhadap tenaga kerja tidak terlepas dari faktor produksi, kecenderungan

tenaga kerja dianggap sebagai suatu faktor produksi ketika yang lain memberikan

kontribusi relatif tetap terhadap produksi. Pandangan ini yang menghasilkan sistem

pengupahan tetap terhadap tenaga kerja sebagaimana input tanah mendapatkan

sewa tetap dan modal mendapatkan bunga.

Page 46: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

27

Upah minimum adalah upah yang ditetapkan secara minimum regional,

sektoral regional. Dari definisi diatas, maka terlihat dua unsur penting, yaitu :

1. Upah permulaan merupakan upah terendah yang harus diterima oleh

pekerja pada waktu pertama kali dia diterima bekerja;

2. Jumlah upah minimum haruslah dapat memenuhi kebutuhan hidup

pekerja secara minimum, yaitu kebutuhan untuk sandang, pangan dan

keperluan rumah tangga dan kebutuhan dasar lainnya.

Upah seringkali dianggap sebagai beban produksi oleh perusahaan, sebisa

mungkin menekan biaya beban upah tenaga kerja agar dapat menghasilkan

keuntungan yang maksimal .Upah minimum dianggap sebagai beban biaya oleh

para pengusaha, semakin tinggi upah minimum suatu wilayah menjadikan

pertimbangan bagi pengusaha maupun investor untuk menanamkan investasinya.

Dalam hal ini peran pemerintah daerah sangatlah penting dalam memberikan

stimulus kebijakan untuk menarik investor.

2.10. Pajak

Pajak mengambil peran penting dalam ekonomi, jika suatu negara

menurunkan tarif pajak maka akan secara positif menarik para investor sehingga

proses pertumbuhan dan perkembangan akan meningkat (Gedik dalam Dewi,

2015). Kebijakan mengenai insentif pajak sebenarnya adalah salah satu hal yang

sangat di nantikan oleh para investor. Kebijakan mengenai kemudahan dan

penurunan nilai pajak diharapkan dapat menurunkan biaya produksi, modal dan

mendorong daya saing. Industri akan dapat berkembang melakukan penyerapan

tenaga kerja dan daya beli masyarakat. Pada negara-negara berkembang pentingnya

Page 47: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

28

berhati-hati dalam menetapkan kebijakan perpajakan, koordinasi antar daerah dan

pusat dalam hal membuat regulasi.

Investasi akhirnya bertumpu pada kepercayaan investor kepada pemerintah

daerah. Investasi dapat memberikan keuntungan yang besar dalam perekonomian

daerah dan nasional, menghasilkan alih teknologi dan meningkatkan ekspor. Pajak

dalam penelitian ini diproksikan kepada penerimaan pajak daerah, karena

kemampuan pemerintah daerah dalam mengatur dan meregulasi pajak akan

berbeda. Perbedaan tersebut yang akan berdampak pada penyebaran investasi antar

daerah satu dengan daerah yang lain kepercayaan investor kepada pemerintah

daerah dalam mengatur sistem keuangannya khususnya pajak.

2.11. Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah dalam penelitian ini diproksikan kepada belanja

modal. Belanja modal memiliki karakteristik spesifik yang menunjukkan berbagai

pertimbangan dalam pengalokasianya. Perolehan aset tetap juga memiliki

konsekuensi pada beban operasional dan pemeliharaan di masa yang akan datang

(Bati, 2009). Belanja modal bersumber dari bantuan pusat dan pendapatan asli

daerah, mempunyai peranan strategis karena penggunaannya untuk membiayai

pembangunan sarana dan prasarana yang dapat menunjang kelancaran usaha swasta

dan pemenuhan pelayanan masyarakat. Apabila suatu daerah memiliki sarana

prasarana yang memadahi dapat membuat investor untuk melakukan investasi dan

masyarakat dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari dengan nyaman sehingga

meningkatkan produktivitas (Jaya, 2014).

Page 48: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

29

Belanja modal diklasifikasikan dalam dua kelompok, pertama adalah

belanja modal publik yaitu belanja yang manfaatnya dapat langsung dinikmati atau

dirasakan masyarakat misalnya: pembangunan jembatan, pembelian mobil ambulan

untuk umum dan sebagainya. Kedua adalah belanja modal aparatur yaitu belanja

yang manfaatnya tidak dinikmati langsung oleh masyarakat tetapi dapat dirasakan

langsung oleh aparatur misalnya: pembangunan gedung dewan, pembelian mobil

dinas dan sebagainya (Sularso, 2011). Tersedianya struktur yang baik diharapkan

dapat menciptakan efisiensi dan efektivitas di berbagai sektor, produktivitas

masyarakat diharapkan menjadi semakin tinggi serta menstimulus masuknya

investasi yang pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

2.12. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu memuat berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti lain dalam bentuk jurnal. Penelitian tersebut telah mendasari pemikiran

peneliti dan menjadi referensi dalam pengambilan variabel penelitian dan metode

yang digunakan dalam penelitian. Adapun berbagai sumber penelitiannya adalah

sebagai berikut.

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No Judul Peneliti Metode Hasil Rekomendasi

1. Pola

Penyebaran

Spasial

Investasi di

Indonesia:

Sebuah

Pelajaran

J.J.

Sarungu

(2008)

Menggunakan

teknik analisis

Koefisien

Entropy Theil

dan Koefisien

Deviasi

Penyebaran

investasi perkapita

antarprovinsi di

Indonesia

cenderung semakin

menyebar dengan

pola penyebaran

Oleh karena

investasi

merupakan salah

satu faktor

utama yang

menentukan

proses

Page 49: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

30

Dari Masa

Lalu

Logaritmik rata-

rata.

yang berbentuk U

terbalik,

Penyebaran

investasi perkapita

antarprovinsi dalam

wilayah Pulau dan

kepulauan di

Indonesia

menunjukkan

perbedaan antar

pulau dan

kepulauan.

pembangunan

dan hasilnya

secara spasial

sangat

ditentukan pula

oleh pola

penyebaran

investasi secara

spasial. Dengan

kata lain

semakin

seimbang pola

penyebaran

investasi secara

spasial semakin

cenderung

merata kegiatan

pembangunan

dan hasilnya.

2. Analisis

Ketimpanga

n Investasi

antar

Provinsi di

Pulau

Sumatera

dan

Kalimantan

Sisca

Hermaye

ni (2014)

Indeks

Williamson

untuk

menentukan

besarnya

ketimpangan

investasi.

Menggunakan

indeks Entropi

Theil untuk

menghitung

besarnya

ketimpangan

investasi antar

wilayah.

Menunjukkan

bahwa ketimpangan

investasi antar

provinsi di pulau

Sumatera dan

Kalimantan

tergolong rendah.

Hasil analisis

Indeks Entropi

Theil menunjukkan

bahwa ketimpangan

investasi PMDN

antarpulau

Kalimantan lebih

timpangan

dibandingkan

Sumatra sedangkan

investasi PMA

lebih besar Sumatra

ketimbang

Kalimantan.

Untuk

mengurangi

ketimpangan

investasi antar

provinsi di

upayakan untuk

memprioritaska

n investasi pada

masing-masing

provinsi yang

kurang memiliki

investasi seperti

Provinsi

Bengkulu.

Pemerintah

provinsi

diharapkan lebih

meningkatkan

pembangunan

dan

Page 50: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

31

pertumbuhan

yang

berorientasi

pada pemerataan

sehingga

ketimpangan

yang menjadi

masalah

pembangunan

dapat dikurangi.

3. Analisis

faktor-

faktor yang

mempengar

uhi minat

investasi di

daerah:

Study Kasus

di

Kabupaten

Jember

Jawa Timur

Anifatul

Hanim

dan

Raginum

(2010)

Menggunakan

faktor analisis

(EFA) dimana

seluruh variabel

yang ada akan

dilihat

hubungannya

sehingga

menghasilkan

pengelompokka

n dari banyak

variabel menjadi

beberapa

variabel.

Faktor-faktor yang

dominan penentu

minat investasi

adalah (1) faktor

pertumbuhan

ekonomi, (2) biaya

pelayanan birokrasi

(3) kebijakan

pemerintah (4)

kelembagaan dan

(5) gangguan

keamanan

Pemerintah

daerah

memperhatikan

kelima faktor

dominan sebagai

penentu minat

investor untuk

menanamkan

modalnya di

daerah. Dapat

dilakukan

melalui

peningkatan

kinerja ekonomi

daerah agar

dapat

meningkatkan

pertumbuhan

ekonomi.

4. Foreign

Direct

Investment

in China : A

Spatial

Econometri

c Study

Cletus C.

Coughlin

and Eran

Segev

(2000)

Menggunakan

analisis spasial

ekonometrik-

background

model.

Dalam

penelitiannya

mengenai

determinan lokasi

dari FDI di provinsi

China,

menunjukkan hasil

bahwa Economic

Size, Average

Productivity dan

Coastal Location

berpengaruh positif

dengan determinan

Selanjutnya

kebijakan dapat

beracuan

terahadap hasil

penelitian ini.

Pertama provinsi

dengan ekonomi

yang besar lebih

attraktif menarik

FDI.

Page 51: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

32

FDI, dan Average

Wage, illiteracy

rate berpengaruh

Negative. Serta dua

transportasi

infrastruktur tidak

berpengaruh

signifikan secara

statistik.

5. Determinant

s of Foreign

direct

investment

at the

regional

level ini

china

Lv Na

and W.S

Lighfoot

(2006)

Menggunakan

model regresi

berganda untuk

mengidentifikasi

faktor pengaruh

yang signifikan

secara statistik

terhadap FDI di

region China

Hasil penelitian

menemukan tiga

variabel yang

signifikan terhadap

FDI pada 30

wilayah di China.

Market size,

Quality of labor dan

Wage berpengaruh

negatif terhadap

FDI.

Pada tahap

pertama

pemerintah

China harus

memberikan

kebijakan yang

meringankan

biaya produksi.

Yang kedua

persaingan

intelektual dan

keahlian adalah

faktor yang

krusial dalam

menarik FDI.

6. Tipologi

Daerah

Berdasarkan

Investasi,

Penyaluran

Kredit,

Pengeluaran

Pemerintah

dan Tenaga

Kerja (Studi

Kasus

Kabupaten/

Kota di

Jawa Barat

Susi

Mayanti

(2015)

Menggunakan

analisis Tipologi

Klassen untuk

mengetahui

gambaran

tentang pola dan

struktur

pertumbuhan

ekonomi

masing-masing

daerah dan

analisis regresi

untuk

mengetahui

pengaruh

Tipologi daerah

bagi 25

Kota/Kabupaten di

Jawa Barat Tahun

2004-2010 yang

dikembangkan dari

analisis Tipologi

Klassen

disimpulkan bahwa

Kab. Karawang,

Kab. Bekasi dan

Kota Bandung

tergolong pada

wilayah maju dan

tumbuh pesat. Kab.

Berdasarkan

analisis regresi

dan Tipologi

Klassen wilayah

yang telah

dilakukan dari

ketujuh variabel

bebas yang

dominan

mempengaruhi

pertumbuhan

ekonomi

regional Jawa

Barat adalah

variabel tenaga

Page 52: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

33

Tahun

2004-2010

investasi,

penyaluran

kredit,

pengeluaran

pemerintah dan

tenaga kerja

terhadap

pertumbuhan

regional.

Purwakarta, Kota

Cirebon, Kota

Cimahi dan Kab.

Bogor tergolong

pada wilayah jenuh.

Kota Bogor, Kota

Sukabumi dan Kota

Depok sebagai

wilayah

berkembang

potensial,

sedangkan

kabupaten lainnya

tergolong

tertinggal.

kerja.

Pemerintah

dapat

mengoptimalkan

sektor tenaga

kerja dan

melakukan

pengembangan

tenaga kerja

yang ada di

Provinsi Jawa

Barat.

7. Pengaruh

Pertumbuha

n Ekonomi,

Suku Bunga

dan Pajak

Terhadap

Investasi

Asing

Langsung

Putu

Kartika

Dewi dan

Nyoman

Triaryant

i (2015)

Metode

pengumpulan

data yang

digunakan

dalam penelitian

ini adalah

metode

observasi non-

participant,

merupakan

metode

pengumpulan

data dengan cara

melakukan

pengamatan,

dimana peneliti

tidak terlibat

langsung dalam

aktivitas tetapi

hanya sebagai

pengamat

independen.

Pertumbuhan

ekonomi

berpengaruh positif

dan signifikan

terhadap investasi

asing langsung,

Suku bunga

berpengaruh negatif

dan signifikan

terhadap investasi

asing langsung, dan

Pajak berpengaruh

negatif signifikan

terhadap investasi

asing langsung.

Investor untuk

memperhatikan

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

teradap FDI,

seperti

pertumbuhan

ekonomi, suku

bunga dan pajak

untuk dasar

keputusan

investasi

langsung. Bagi

pemerintah agar

mengembangka

n kebijakan yang

berlaku sehingga

dapat

mendorong FDI

yang nantinya

dapat

memajukan

Page 53: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

34

perekonomian

Indonesia.

8. Analisis

Faktor-

Faktor yang

Mempengar

uhi

Investasi

dalam

Negeri di

Jawa

Tengah

Tahun

1980-2002

Eni

Setyowat

i dan Siti

Fatimah

NH

(2007)

Dalam

penelitian ini

dimaksudkan

untuk mengkaji

pengaruh

variabel

sukubunga,

inflasi, PDRB

dan tenaga kerja

terhadap

investasi dalam

negeri. Model

yang dipakai

dalam penelitian

ini adalah model

koreksi

kesalahan

Engle-Granger

(EG-ECM).

Hasil estimasi OLS

dengan model

koreksi kesalahan

E-G menunjukkan

bahwa variabel

yang berpengaruh

dan signifikan

secara statistik

dalam jangka

pendek adalah

investasi dalam

negeri tahun

sebelumnya

mempunyai

pengaruh yang

negatif terhadap

investasi dalam

negeri. Hasil

estimasi jangka

panjang

menunjukkan

bahwa variabel

yang berpengaruh

dan signifikan

secara statistik

adalah variabel

suku bunga

mempunyai

pengaruh yang

negatif terhadap

investasi dalam

negeri.

Pemerintah

hendaknya

mampu

mendorong

investor dalam

negeri untuk

melaksanakan

investasi serta

menciptakan

iklim yang

kondusif bagi

penanaman

modal dalam

negeri karena

bearnya

investasi tahun

sekarang sangat

berpengaruh

untuk masa-

masa yang akan

datang. Variabel

suku bunga

mempunyai

pengaruh yang

signifikan dalam

jangka panjang,

oleh karena itu

pemerintah

harus bisa

menjaga

kestabilan

tingkat suku

bunga supaya

tidak terjadi

pelarian modal.

Page 54: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

35

9. Daya Tarik

Investasi

dan Pungli

di DIY

Mudraja

d

Kuncoro

dan

Anggi

Rahajeng

(2005)

Alat analisis

yang digunakan

adalah AHP

(Analytical

Hierarchy

Proccess). AHP

memecah suatu

permasalahan

investasi secara

hirarki.

Berdasarkan hasil

temuan bahwa

menurut persepsi

pelaku usaha di

DIY, faktor

Kelembagaan

memiliki bobot

terbesar dalam

menentukan daya

tarik investasi/

kegiatan berusaha

di DIY. Kemudian

diikuti oleh faktor

Infrastruktur Fisik,

yang ketiga adalah

faktor Sosial

Politik. Berikutnya

adalah faktor

Ekonomi Daerah

dan yang terakhir

adalah faktor

Tenaga Kerja.

Untuk

meningkatkan

daya tarik

investasi, tiga

hal utama yang

diinginkan

investor dan

pengusaha :

penyederhanaan

sistem dan

perijinan,

penurunan

berbagai

pungutan, dan

transparansi

biaya perijinan.

10. Kesenjanga

n Investasi

dan

Evaluasi

Kebijakan

Pemekaran

Wilayah di

Indonesia

Imamudi

n Yuliadi

(2012)

Metode analisis

data dalam

penelitian

dilakukan

dengan

menggunakan

beberapa

metode analisis

yaitu analisis

kesenjangan

investasi,

analisis regresi

dan analisis

kesenjangan

fiskal.

Kesenjangan

investasi di

Provinsi Gorontalo

investasi PMDN

relatif tinggi pada

tahun 2001

kemudian turun

pada tahun 2002

kemudian

meningkat sampai

dengan tahun 2006

dengan nilai

1.170.419,

sedangkan

kesenjangan

investasi PMA

Kesenjangan

investasi juga

berbeda antara

satu tahun

dengan tahun

berikutnya baik

PMA maupun

PMDN,

sehingga

diperlukan

peningkatan

kinerja dan

koordinasi

antarlembaga

untuk

meningkatkan

Page 55: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

36

berfluktuasi dari

tahun ke tahun.

Pada tahun 2001

besarnya gap -81,1

kemudian

meningkat menjadi

-6.208,7 pada tahun

2007.

iklim investasi

di provinsi

Sulawesi Utara.

Sumber : Penulis, 2017

2.13. Kerangka Pemikiran

Provinsi Jawa Tengah memiliki ketimpangan pembangunan yang tergolong

tinggi pada tahun 2015 dihitung menggunakan Indeks Williamson dengan nilai

0,66. Salah satu cara untuk mengurangi ketimpangan adalah dengan mendorong

pertumbuhan ekonomi pada daerah-daerah yang tertinggal agar jarak ketimpangan

tidak begitu tinggi antardaerah. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi. Beberapa ahli telah melakukan penelitian bahwa investasi

atau akumulasi modal secara signifikan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi

suatu daerah. Investor cenderung menginvestasikan dananya ke daerah yang kaya

karena lebih aman dan memberikan keuntungan yang besar dalam hal ini daerah

miskin akan semakin sulit untuk berkembang dan menimbulkan ketimpangan

investasi antardaerah semakin melebar. Faktor ketersediaan tenaga kerja, kualitas

tenaga kerja, beban upah, daya beli konsumen, beban pajak, dan peran pemerintah

dianggap dapat mempengaruhi investasi di Provinsi Jawa Tengah. Ketimpangan

investasi menjadi masalah yang perlu dikaji karena dapat menghambat

pembangunan daerah. Mengetahui pola penyebaran investasi yang terbentuk di

Page 56: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

37

Provinsi Jawa Tengah, daerah yang masih kekurangan investasi serta faktor-faktor

yang mempengaruhi investasi di Provinsi Jawa Tengah.

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian

Keterangan :

: Disebabkan

: Alat Analisis

: Dipengaruhi

Ketimpangan Pembangunan

antar Kab/Kota Jawa Tengah

Indeks Enteropy Theil

Ketimpangan Investasi

Antardaerah

Faktor yang Mempengaruhi

Investasi

Pola Penyebaran Investasi

Antardaerah

Tenaga

Kerja IPM UMR IHK Pajak

Pengeluaran

pemerintah

Page 57: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

38

2.14. Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan sementara peneliti mengenai hubungan

antara variabel yang memperngaruhi dengan variabel yang dipengaruhi di dalam

penelitian. Maka dalam penelitian ini dikemukakan hipotesis sebagai berikut :

1. H1 = Ada pola penyebaran investasi yang cenderung memusat di Jawa

Tengah selama periode penelitian.

2. H1 = Ada pengaruh signifikan variabel tenaga kerja terhadap investasi

di Jawa Tengah.

3. H1 = Ada pengaruh signifikan variabel indeks pembangunan manusia

terhadap investasi di Jawa Tengah.

4. H1 = Ada pengaruh signifikan variabel upah minimum regional terhadap

investasi di Jawa Tengah.

5. H1 = Ada pengaruh signifikan variabel indeks harga konsumen terhadap

investasi di Jawa Tengah.

6. H1 = Ada pengaruh signifikan variabel pajak terhadap investasi di Jawa

Tengah.

7. H1 = Ada pengaruh signifikan variabel pengeluaran pemerintah terhadap

investasi di Jawa Tengah.

Page 58: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

153

BAB V

PENUTUP

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pola penyebaran investasi dan faktor

yang mempengaruhinya di Jawa Tengah pada periode penelitian dari tahun 2011-

2015, terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan kesimpulan sebagai berikut :

1. Pola penyebaran investasi PMDN antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa

Tengah cenderung menyebar, dengan rata-rata nilai koefisien Indeks

Entrophy Theil sebesar 0,1127 yang termasuk dalam kategori ketimpangan

rendah. Sedangkan pola penyebaran investasi PMA antar kabupaten/kota di

Provinsi Jawa Tengah cenderung menyebar, dengan rata-rata nilai koefisien

Indeks Entrophy Theil sebesar 0,4179 yang termasuk dalam kategori

ketimpangan sedang.

2. Klasifikasi daerah kekurangan investasi di Provinsi Jawa Tengah 25

Kabupaten/Kota dalam kondisi kekurangan investasi PMA dan 27

Kabupaten/Kota dalam kondisi kekurangan investasi PMDN. Kab.

Banjarnegara, Kab. Purworejo, Kab. Blora dan Kota Tegal menjadi daerah

yang paling kekurangan investasi PMA dan PMDN. Banyak daerah-daerah

potensial berkembang yang masih kekurangan investasi di Provinsi Jawa

Tengah, seperti Kab. Rembang, Kab. Brebes, dan Kab. Pemalang.

3. Faktor yang signifikan mempengaruhi penyebaran investasi pada model

PMA terdapat 2 variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap

Page 59: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

154

investasi PMA sebagai variabel dependen. Secara parsial maupun secara

bersama-sama, variabel independen tersebut adalah IHK dan UMR

keduanya memiliki pengaruh positif. Kemudian pada model PMDN

terdapat 2 variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap

investasi PMDN sebagai variabel dependen. Baik secara parsial maupun

secara bersama-sama, variabel independen tersebut adalah PDRB yang

berpengaruh positif dan pajak yang berpengaruh negatif.

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka terdapat beberapa saran

maupun rekomendasi sebagai berikut :

1. Untuk pemerintah daerah dapat meningkatkan penyebaran investasi melalui

kebijakan-kebijakan yang memudahkan dan pro investasi. Meskipun

kecenderungan pola penyebaran investasi sudah mulai menyebar akan tetapi

masih banyak daerah yang kekurangan investasi di Provinsi Jawa Tengah.

Pemerintah dapat meningkatkan sektor unggulan daerah dan penguatan

spesialisasi tiap-tiap daerah.

2. Untuk para investor, masih banyak daerah-daerah yang memiliki potensi

untuk berkembang namun masih rendah akan investasi. Peluang ini dapat

dilihat para investor dengan menanamkan investasinya ke daerah yang

memiliki potensi berkembang namun masih belum banyak investasi yang

masuk.

3. Untuk penelitian lebih lanjut, harapannya dapat melihat dalam ruang

lingkup sektoral sehingga hasil yang didapatkan lebih rinci sektor mana

Page 60: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

155

yang harus di kembangkan dan untuk melihat faktor yang mempengaruhi

penyebaran investasi peneliti merekomendasikan penambahan metode

secara komprehensif.

Page 61: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

113

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Puspa Ratih. (2012). Kondisi Kesenjangan Ekonomi Antar Wilayah dan

Impilikasi Kebijakannya Terhadap Kebijakan Pembangunan di Provinsi

Jawa Tengah. Skripsi. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Ariefianto, Moch. Doddy. (2012). Ekonometrika : esensi dan aplikasi dengan

menggunakan Eviews. Jakarta: Erlangga

Ariani, Kurnia Rina. (2010). Pengaruh Belanja Modal dan Dana Alokasi Umum

Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah dan Tax Effort (Studi

Kasus pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Wilayah Eks Karesidenan

Surakarta). Skripsi. Fakultasi Ekonomi UMS.

Bank Indonesia. (2016). Metadata Indeks Harga Konsumen.

http://www.bi.go.id/id/statistik/metadata/seki/Documents/12.%20Inflasi-

Indeks%20Harga%20Konsumen%20(IHK-IND)%202016.pdf. (diunduh

tanggal 5 April 2017).

Bati. (2009). Pengaruh Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Studi pada Kabupaten dan Kota di

Sumatera Utara). Tesisi. Sekolah Pascasarjana USU.

BPS Jawa Tengah. (2017). Kebutuhan Hidup Layak dan Upah Minimum

Kabupaten/Kota di Jawa Tengah.

https://jateng.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1454. (diunduh tanggal 5

Maret 2017).

_______. (2017). Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Jawa Tengah.

https://jateng.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/41. (diunduh tanggal 5

Maret 2017).

Coughlin, Cletus C dan Eran Segev. (2000). Foreign Direct Investment in China :

A Spatial Econometric Study. Blackweell Publisher.

Dewi, Putu Kartika dan Nyoman Triaryati. (2015). Pengaruh Pertumbuhan

Ekonomi, Suku Bunga dan Pajak Terhadap Investasi Asing Langsung. E-

Jurnal Manajemen Unud. Volume 4 No. 4. Halaman 866 – 878.

Fathurahman, M. (2012). Metode Cochrane-Orcutt untuk Mengatasi Autokorelasi

pada Regresi Ordinary Least Square. Jurnal Eksponensial. Volume 3 No.

1 Hal 33-38.

Page 62: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

114

Frederica dan Ratna Juwita. (2014). Pengaruh UMP, Ekspor dan Kurs Dollar

Terhadap Investasi Asing Langsung di Indonesia Periode 2007-2012.

MDP Business School. Hal. 1-8

Hayati, Naila. (2015). Pemilihan Metode yang Tepat dalam Penelitian (Metode

Kuantitatif dan Metode Kualitatif). Jurnal Tarbiyah al-Awlad. Volume 4

No. 1. Halaman 345 – 357.

Hermayeni, Sisca. (2014). Analisis Ketimpangan Investasi Antar Provinsi di Pulau

Sumatra dan Kalimantan Tahun 2005 – 2013. Jom FEKON. Volume 2 No.

1. Hal. 1 – 10.

Jaya, I Putu Ngurah Panji Kartika dan A.A.N.B Dwirandra. (2014). Pengaruh

Pendapatan Asli Daerah pada Belanja Modal dengan Pertumbuhan

Ekonomi sebagai Variabel Pemoderasi. E-Jurnal Akuntansi Universitas

Udayana. Halaman 79 – 92.

Kuncoro, Mudrajad dan Anggi Rahajeng. (2005). Daya Tarik Investasi dan Pungli

di DIY. Jurnal ekonomi Pembangunan. Volume 10 No. 2. Hal 171 – 184.

Kuncoro, Mudrajad. (2013). Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi.

Jakarta:Erlangga.

Kusumaningrum, Adhitya. (2007). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Investasi di Provinsi DKI Jakarta. Skripsi. Bogor: Fakultas Ekonomi dan

Manajemen IPB.

Lubis, Rizky P. Dkk. (2015). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi Asing

Langsung pada Sektor Perkebunan di Indonesia. Jurnal Bisnis dan

Manajemen. Volume 16 No. 2

Mankiw, N. Gregory. (2003). Teori Makroekonomi. Terjemahan Imam

Nurmawam. Jakarta: Erlangga.

Maryaningsih, Novi dkk. (2014). Pengaruh Infrasturktur terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. Volume 17

No. 1. Hal 62 – 98.

Mayanti, Susi. (2015). Tipologi Daerah Berdasarkan Investasi, Penyaluran Kredit,

Pengeluaran Pemerintah dan Tenaga Kerja. Jurnal Eko-Regional.

Volume 10 No. 1. Hal 32 – 40.

Muana, Nanga. (2001). Makro Ekonomi, Masalah dan Kebijakan.Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Page 63: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

115

Na, Lv dan W.S. Lightfoot. (2006). Determinants of Foreign direct investment at

the regional level in China. Journal of Technology Management. Volume

1 No. 3. Hal 262 – 278.

Prasetyo, P. Eko dan Suryo Darmono. (2010). Investment On The Community

Income and The Economic Growth in Central Java. Journal of Economics,

Business and Accountancy Ventura. Volume 13 No. 3 Hal 195-212.

Prasetyo, P. Eko. (2009). Fundamental Marko Ekonomi. Yogyakarta : Beta Offset.

Rahmawaty, Diniar. (2014). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Ketimpangan

Spasial Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun 2001 – 2013. Skripsi.

Semarang: Fakultas Ekonomika dan Bisnis UNDIP.

Restiatun. (2009). Identifikasi Sektor Unggulan dan Ketimpangan Antar

Kabupaten/Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal

Ekonomi dan Studi Pembangunan. Volume 10 No. 1. Hal 77 – 98.

Rustiono, Deddy. (2008). Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, dan

Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi

Jawa Tengah. Tesis. Semarang: Magister Ilmu Ekonomi dan Studi

Pembangunan UNDIP.

Sadono, Sukirno, (1981). Pengantar Teori Ekonomi Makro. Jakarta: Raja Grafindo.

Sarungu, J.J. (2008). Pola Penyebaran Spasial Investasi di Indonesia : Sebuah

Pelajaran dari Masa Lalu. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Volume 9

No.1. Hal 61 – 71.

Setyowati, Eni dan Siti Fatimah. (2007). Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Investasi Dalam Negeri di Jawa Tengah Tahun 1980-

2002. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Volume 08 No. 1. Hal 62-84.

Simreg. (2017). Sistem Informasi dan Manajemen Data Dasar Regional.

http://simreg.bappenas.go.id/view/data/table/. (diunduh tanggal 5 Maret

2017).

Sitompul, Novita Linda. (2008). Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja

Terhadap PDRB Sumatera Utara. Tesis. Sekolah Pascasarjana USU.

Sjafii, Achmad. (2009). Pengaruh Investasi Fisik dan Investasi Pembangunan

Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur 1990 – 2004.

Journal of Indonesian Applied Economics. Volume 3 No. 1. Hal. 59 – 76.

Sjafrizal. (2008). Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi. Jakarta : Niaga Swadaya

Page 64: ANALISIS POLA PENYEBARAN INVESTASI DAN FAKTOR YANG ...lib.unnes.ac.id/29730/1/7111413046.pdf · menganalisis pola penyebaran investasi yang terjadi di Jawa Tengah tahun 2011-2015,

116

Soekarni, M. Agus Syarip Hidayat dan Joko Suryanto. (2010). Peta Penanaman

Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di

Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Volume 18 No.1. Hal 1 – 20.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Sularso, Havid dan Yanuar E. Restianto. (2011). Pengaruh Kinerja Keuangan

Terhadap Alokasi Belanja Modal dan Pertumbuhan Ekonomi

Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Media Riset Akuntansi. Vol. 1 No.2.

Halaman 109 – 124.

Sutawijaya, Adrian. (2010). Pengaruh Ekspor dan Investasi Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1980 – 2006. Jurnal Organisasi

dan Manajemen. Volume 6 No. 1. Hal 14 – 27.

Tarigan, Robinson. (2005). Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi Edisi Revisi.

Jakarta: PT Bumi Aksara.

Todaro, M.P dan Stephen C. Smith. (2006). Pembangunan Ekonomi. Terjemahan

Haris Munandar dan Puji A.L. Jakarta: Erlangga

UNDP. (2004). Indonesia Human Development Report 2004.

http://hdr.undp.org/sites/default/files/indonesia_2004_en.pdf. (diunduh

tanggal 5 April 2017).

Uttama, Nathapornpan. (2005). Foreign Direct Investment in ASEAN Countries :

An Empirical Investigation. Hal 1 – 18.

Wahyuntari, Linda Ika dan Amin Pujiati. (2016). Disparitas Pembangunan

Wilayah Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah. Economics

Development Analysis Journal. Hal 304 – 313.