analisis pergeseran struktur ekonomi dan identifikasi sektor basis untuk memaksimalkan daya saing...

146
LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA ANALISIS PERGESERAN STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI SEKTOR BASIS UNTUK MEMAKSIMALKAN DAYA SAING PEREKONOMIAN WILAYAH KOTA AMBON TIM PENELITI KETUA : SEFNAT KRISTIANTO TOMASOA, SE., M.Si NIDN : 1211067201 ANGGOTA : SAMIE LAMBERT JACOBS, SE., M.Si NIDN : 1218107201 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MANAJEMEN (STIEM) RUTU NUSA AMBON NOVEMBER 2014 DIBIAYAI OLEH : DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) DIREKTORAT PENELITIAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT NOMOR DIPA-023.04.1.673453, TANGGAL 5 DESEMBER 2013 DIPA REVISI

Upload: kris-tomasoa

Post on 16-Dec-2015

77 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

Penelitian Perekonomian Wilayah Kota Ambon

TRANSCRIPT

  • LAPORAN AKHIR

    PENELITIAN DOSEN PEMULA

    ANALISIS PERGESERAN STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI

    SEKTOR BASIS UNTUK MEMAKSIMALKAN DAYA SAING

    PEREKONOMIAN WILAYAH KOTA AMBON

    TIM PENELITI

    KETUA : SEFNAT KRISTIANTO TOMASOA, SE., M.Si

    NIDN : 1211067201

    ANGGOTA : SAMIE LAMBERT JACOBS, SE., M.Si

    NIDN : 1218107201

    SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MANAJEMEN

    (STIEM) RUTU NUSA AMBON

    NOVEMBER 2014

    DIBIAYAI OLEH :

    DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA)

    DIREKTORAT PENELITIAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

    NOMOR DIPA-023.04.1.673453, TANGGAL 5 DESEMBER 2013

    DIPA REVISI

  • iii

    ABSTRAK

    S. Kristianto Tomasoa dan Samie L. Jacobs, Analisis Pergeseran Struktur

    Ekonomi Dan Identifikasi Sektor Basis Untuk Memaksimalkan Daya Saing

    Perekonomian Wilayah Kota Ambon.

    Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik struktur dan

    pola pertumbuhan ekonomi, sektor/subsektor basis dan daya saing perekonomian

    wilayah Kota Ambon. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu

    analisis Shift Share, analisis Tipology Klassen, analisis Location Quotient (LQ)

    dan analisis Model Dong Sung Cho.

    Hasil analisis Shift Share menunjukkan bahwa sektor yang merupakan

    sektor kompetitif dan spesialisasi, yaitu: sektor angkutan dan komunikasi, sektor

    keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Hasil analisis

    Tipology Klassen menunjukkan sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat yaitu

    sektor sektor Angkutan dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan & Jasa

    Perusahaan dan Sektor Jasa-jasa. Hasil analisis LQ menunjukkan sektor listrik,

    gas dan air bersih, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan

    dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa merupakan sektor basis di Kota Ambon.

    Hasil analisis sektor/subsektor basis yang memiliki daya saing di Kota

    Ambon adalah subsektor perikanan dengan komoditi ikan. Hasil analisis Model

    Dong Sung Cho menunjukkan komoditi ikan Kota Ambon memiliki indeks daya

    saing permintaan domestik sebesar 8,66 berada pada rangking satu.

    Kata Kunci : Sektor Basis, Daya Saing, Perekonomian Wilayah.

  • iv

    PRAKATA

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

    atas berkat dan Kuasanya menuntun penulis sehingga dapat menyelesaikan

    penelitian ini dengan judul Analisis Pergeseran Struktur Ekonomi Dan

    Identifikasi Sektor Basis Untuk Memaksimalkan Daya Saing Perekonomian

    Wilayah Kota Ambon.

    Pembahasan utama dalam penelitian ini adalah mengetahui gambaran

    tentang karakteristik struktur dan pola pertumbuhan ekonomi, sektor basis dan

    daya saing perekonomian wilayah dan diharapkan hasilnya dapat dimanfaatkan

    sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam perencanaan pembangunan di

    Kota Ambon.

    Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan penulisan ini tak lepas

    dari hambatan-hambatan yang penulis temui, meski demikian penulis dapat lalui

    dan mengatasi hambatan tersebut secara baik, berkat bantuan dari berbagai pihak

    yang berkompoten. Oleh karena itu, selayaknya penulis mengucapkan terima

    kasih atas bantuan berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung kepada:

    Ditlitabmas, Kampus STIEM Rutu Nusa Ambon, Kepala Kantor Dinas Kelautan

    dan Perikanan Provinsi Maluku dan jajarannya, Kepala Kantor DKP Kota Ambon

    dan jajarannya, Kepala Kantor DKP Kabupaten Maluku Tengah dan jajarannya

    dan Kepala Kantor DKP Kabupaten Seram Bagian Barat dan jajarannya yang

    telah membantu selama proses pengumpulan data penelitian. Secara khusus

    penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga yang selama ini selalu

    mendampingi dan memberikan semangat serta perhatian dan Doa sehingga

    penulisan ini dapat diselesaikan.

    Akhirnya dengan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, semoga

    tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

    Ambon, November 2014

    Penulis

  • v

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL i

    HALAMAN PENGESAHAN ii

    ABSTRAK iii

    PRAKATA iv

    DAFTAR ISI v

    DAFTAR TABEL vi

    DAFTAR GAMBAR vii

    DAFTAR LAMPIRAN viii

    BAB I PENDAHULUAN 1

    iii 1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1

    1.2. Permasalahan ........................................................................ 2

    1.3. Tujuan Penelitian 3

    1.4. Output Penelitian .................................................................. 3

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4

    2.1. Pergeseran Struktur Ekonomi Dalam

    Proses Pembangunan ............................................................ 4

    2.2. Teori Basis Ekonomi ............................................................ 5

    2.3. Konsep Daya Saing .............................................................. 6

    2.4. Daya Saing Sektor Basis Sebagai

    Strategi Pembangunan Daerah .............................................

    6

    2.5. Penelitian Terdahulu ............................................................ 8

    2.6. Kerangka Pikir Penelitian .................................................... 8

    2.7. Hipotesis ............................................................................... 9

    BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 10

    3.1. Tujuan Penelitian ................................................................. 10

    3.2. Manfaat Penelitian ............................................................... 10

    BAB IV METODE PENELITIAN 12

    4.1. Lokasi Penelitian .................................................................. 12

    4.2. Jenis dan Sumber Data ......................................................... 12

    4.2.1. Jenis Data.. ............................................................. 12

    4.2.2. Sumber Data........................................................... 12

    4.3. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 13

  • 4.4. Teknik Analisis Data ............................................................ 14

    4.4.1. Analisis Deskriptif ................................................. 14

    4.4.2. Analisis Shift Share .............................................. 15

    4.4.3. Analisis Tipologi Klassen ................................. 20

    4.4.4. Analisis Location Quotient (LQ) ...................... 22

    4.4.5 Analisis Model Dong Sung Cho ...................... 23

    4.5. Definisi Operasional ............................................................. 24

    BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 27

    5.1. Deskriptif Wilayah Penelitian .............................................. 27

    5.1.1. Keadaan Geografis ................................................. 27

    5.1.2. Keadaan Iklim ........................................................ 28

    5.1.3. Pemerintahan.......................................................... 29

    5.1.4. Kependudukan ....................................................... 29

    5.1.4.1. Penduduk ............................................... 29

    5.1.4.2. Ketenagakerjaan .................................... 30

    5.1.4.3. Mata Pencaharian .................................. 31

    5.2. Potensi Sumber Daya Alam ................................................. 32

    5.3. Kondisi Ekonomi Wilayah Kota Ambon ............................. 33

    5.3.1. Pendapatan Perkapita ............................................. 33

    5.3.2. Pertumbuhan Ekonomi........................................... 35

    5.4. Karakteristik Struktur Dan Pola Pertumbuhan

    Perekonomian ....................................................................... 42

    5.4.1. Karakteristik Struktur Perekonomian .................... 42

    5.4.2. Pola Pertumbuhan Perekonomian .......................... 47

    5.4.2.1. Analisis Shift Share ................................

    5.4.2.2. Analisis Tipologi Klassen ....................... 64

    5.5. Penentuan Sektor/Subsektor Basis ........................................ 75

    5.6. Potensi Ekonomi Sektoral Kota Ambon ............................... 84

    . 5.6.1. Analisis Sektor Pertanian ....................................... 84

    5.6.2. Analisis Sektor Pertambangan dan Penggalian...... 86

    5.6,3. Analisis Sektor Industri Pengolahan ...................... 87

    5.6.4. Analisis Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih........... 88

    5.6.5. Analisis Sektor Bangunan dan Kontruksi .............. 89

    5.6.6. Analisis Sektor Perdagangan, Hotel dan

    Restoran ................................................................. 90

    5.6.7. Analisis Sektor Angkutan dan Komunikasi ........... 92

    5.6.8. Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan

    Jasa Perusahaan ...................................................... 93

    5.6.9. Analisis Sektor Jasa-Jasa ....................................... 95

    5.7. Daya Saing Sektor/Subsektor Basis Di Kota Ambon .......... 102

    5.8. Daya Saing Terhadap Permintaan Domestik ....................... 108

  • BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 112

    6.1. Kesimpulan .......................................................................... 112

    6.2. Saran ..................................................................................... 114

    DAFTAR PUSTAKA

    DAFTAR LAMPIRAN

  • vi

    DAFTAR TABEL

    No. Halaman

    4.1. Analisis Shift Share Esteban Marquilass ......................................... 20

    4.2. Klasifikasi Sektor PDRB menurut Tipolgi Klassen ......................... 22

    5.1. Letak dan Batas Wilayah Kota Ambon ............................................ 28

    5.2. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk di Kota Ambon ................ 29

    5.3. Jumlah Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di

    Kota Ambon Tahun 2012 ................................................................. 31

    5.4. Penduduk Usia Kerja (15 Tahun Keatas) Yang Bekerja Menurut

    Lapangan Usaha Utama dan Jenis Kelamin di Kota Ambon

    Tahun 2012 ...................................................................................... 31

    5.5. Pendapatan Perkapita Kota Ambon Tahun 2003-2012 .................... 34

    5.6. Laju Pertumbuhan PDRB Kota Ambon Atas Dasar Harga

    Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2010 .................... 37

    5.7. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha

    Atas Dasar Harga Konstan Kota Ambon dan Provinsi

    Maluku Tahun 2003 2010 ............................................................. 39

    5.8. Presentase Kontribusi PDRB Kota Ambon Atas Dasar

    Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2010.......... 44

    5.9. Rasio Pertubumhan ekonomi Kota Ambon dan Provinsi Maluku

    (Rn, Rin, Rij) .................................................................................... 49

    5.10. Komponen Pertumbuhan Ekonomi Kota Ambon

    Tahun 2003 2012 .......................................................................... 51

    5.11. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Maluku

    Terhadap Perekonomian Kota Ambon ................................. 54

    5.12. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Provinsi Maluku

    Terhadap Peningkatan PDRB Kota Ambon

    Tahun 2003 dan 2012 ....................................................................... 57

    5.13. Identifikasi Keunggulan Kompetitif Terhadap Perekonomian

    Kota Ambon Tahun 2003 2012 ..................................................... 59

  • vii

    5.14. Indentifikasi Spesialisasi Terhadap Perekonomian Kota Ambon

    Tahun 2003-2012 ............................................................................. 61

    5.15. Pengaruh Alokasi Terhadap Perekonomian Kota Ambon

    Tahun 2003-2012 ............................................................................. 63

    5.16. Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan perKapita Penduduk

    Provinsi Maluku dan Kota Ambon Tahun 2003-2012 ..................... 65

    5.17. Identifikasi Sektor/Subsektor Ekonomi Menurut Tipologi

    Klassen di Kota Ambon Tahun 2003-2012 ...................................... 68

    5.18. Klasifikasi Sektor/Subsektor Ekonomi Menurut Tipology

    Klassen di Kota Ambon Tahun 2003-2012 ...................................... 69

    5.19. Nilai Location Quotient Kota Ambon Dirinci

    Persektor/Subsektor Ekonomi Tahun 2003-2012 ............................ 76

    5.20. Potensi Sektor Pertanian .................................................................. 85

    5.21. Potensi Sektor Pertambangan dan Penggalian ................................. 87

    5.22. Potensi Sektor Industri Pengolahan ................................................. 87

    5.23. Potensi Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ...................................... 89

    5.24. Potensi Sektor Bangunan dan Kontruksi.......................................... 90

    5.25. Potensi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ............................ 91

    5.26. Potensi Sektor Angkutan dan Komunikasi ...................................... 93

    5.27. Potensi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan............. 95

    5.28. Potensi Sektor Jasa-Jasa ................................................................... 97

    5.29. Perkembangan Nilai Produksi dan Nilai Ekspor Subsektor

    Perikanan Kota Ambon Tahun 2003-2012 ...................................... 107

    5.30. Indeks Daya Saing Permintaan Domestik Komoditi Ikan dan

    Komoditi Udang ............................................................................... 108

  • vii

    DAFTAR GAMBAR

    No. Halaman

    2.1. Kerangka Pikir ................................................................................ 9

    5.1. Perkembangan Kontribusi Subsektor Perikanan Terhadap

    Sektor Pertanian Tahun 2003-2012 .................................................. 103

    5.2. Perkembangan Kontribusi Subsektor Perikanan Terhadap

    PDRB Kota Ambon Tahun 2003-2012 ............................................ 104

  • viii

    DAFTAR LAMPIRAN

    No. Halaman

    A. Instrumen Penelitian

    1. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas

    Dasar Harga Konstan Tahun 2003 - 2012

    2. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas

    Dasar Harga Konstan Tahun 2003 - 2012

    3. Hasil Perhitungan Shfit Share Tahun 2003 - 2012

    4. Nilai Produksi dan Nilai Ekspor Komoditi Udang dan Komoditi

    Ikan Kabupaten/Kota Tahun 2003 -2012

    B. Laporan Penggunaan Dana 100 Persen Penelitian Dosen Pemula

    Tahun Anggaran 2014

    C. Catatan Harian (Log Book)

    D. Personalia Tenaga Peneliti Beserta Kualifikasinya.

    E. Evaluasi Atas Capaian Luaran Kegiatan

    F. Poster

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Beralihnya pemerintahan Indonesia dari Orde Baru ke Orde

    Reformasi membuat perekonomian yang terkena krisis ekonomi mulai

    dibenahi kembali dengan mengubah kebijakan yang pernah ditempuh

    sebelumnya, antara lain dengan memberlakukan azas desentralisasi dalam

    pembangunan daerah dengan wujud otonomi yang luas, nyata dan

    bertanggungjawab. Daerah lebih leluasa untuk melaksanakan

    pembangunannya, ketergantungan terhadap pemerintah pusat dikurangi dan

    daerah bebas mengelola dan memanfaatkan sumberdaya yang ada. Artinya

    pembangunan yang akan dilaksanakan berpusat di daerah. Untuk itu

    perencanaan pembangunan daerah mutlak diperlukan dan identifikasi awal

    (kegiatan pre-planning) mengenai kondisi daerah atau wilayah harus

    dilaksanakan.

    Kota Ambon memiliki potensi sumberdaya yang beragam untuk

    dapat dikembangkan yang tentunya akan dikelola sesuai dengan ketersediaan

    dan faktor-faktor yang dimiliki. Berkedudukan sebagai ibu kota provinsi

    yang merupakan pusat berkembangnya industri dan perdagangan perlu

    mendapat perhatian dalam mengerakan sektor-sektor perekonomian.

    Pemanfaatan dan pengembangan sumberdaya dengan baik secara tidak

    langsung akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

    Demi pencapaian hasil pembangunan ekonomi sebagaimana yang

    disebutkan terdahulu kita perlu menganalisis sektor basis dan sektor non

    basis. Jika sektor-sektor tersebut dapat kita analisis dan diketahui,

    selanjutnya dibutuhkan langkah-langkah kebijakan dan perlu mendapat

    perhatian atau prioritas dari pemerintah untuk dikembangkan.

    Selanjutnya untuk melaksanakan kegiatan ekonomi terlebih dahulu

    membuat perencanaan secara matang, dengan menetapkan skala prioritas.

    Mengidentifikasi dan mengetahui sektor-sektor ekonomi yang merupakan

    sektor basis dan non basis sangat dibutuhkan agar dapat menentukan sektor

  • 2

    basis yang memiliki daya saing. Hal ini sangatlah penting, karena dengan

    alokasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang terarah, maka

    jumlah sektor basis yang memiliki daya saing dapat dikelola dan

    ditingkatkan sehingga akan mendorong peningkatan pendapatan daerah itu

    sendiri. Setiap perubahan yang terjadi akan menimbulkan efek ganda

    (multiplier effect) dalam perekonomian yang pada akhirnya terjadi

    penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan.

    Permasalahan pembangunan daerah tersebut dapat diatasi

    apabila didukung oleh masyarakat di daerah itu sendiri. Selain itu,

    dibutuhkan kebijakan ekonomi daerah yang diarahkan untuk mencapai

    pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan, melalui

    pengembangan kegiatan utama yang berdasarkan potensi lokal untuk

    meningkatkan kesejahteraan serta mengurangi disparitas pembangunan

    antar wilayah. Oleh karena itu, diperlukan adanya informasi akurat yang

    memberikan gambaran tentang pergeseran struktur dan laju pertumbuhan,

    sektor basis dan daya saing sektor-sektor perekonomian di Kota Ambon

    yang dapat dikembangkan sesuai dengan potensi daerahnya.

    Dari latar belakang permasalahan yang diuraikan, maka penulis

    tertarik untuk melakukan penelitian tentang Analisis Pergeseran Struktur

    dan Identifikasi Sektor Basis Untuk Memaksimalkan Daya Saing

    Perekonomian Wilayah Kota Ambon.

    1.2. Permasalahan

    Atas dasar latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan

    permasalahan penelitian sebagai berikut:

    1. Bagaimanakah karakteristik pergeseran struktur dan pola pertumbuhan

    ekonomi di Kota Ambon.

    2. Sektor/subsektor apakah yang menjadi basis untuk dikembangkan guna

    mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Kota Ambon.

    3. Seberapa besar tingkat daya saing sektor/subsektor basis di Kota

    Ambon.

  • 3

    1.3. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Menganalisis karakteristik struktur dan pola pertumbuhan ekonomi di

    Kota Ambon.

    2. Menganalisis sektor/subsektor basis untuk dikembangkan guna

    mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Kota Ambon.

    3. Menganalisis tingkat daya saing sektor/subsektor basis di Kota Ambon

    terhadap permintaan domestik.

    1.4. Output Penelitian

    1. Dapat diterbitkan pada jurnal Akreditasi Nasional di Indonesia

    2. Hasil Penelitian dapat dijadikan bahan pengembangan buku ajar.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Pergeseran Struktur Ekonomi Dalam Proses Pembangunan

    Berkaitan dengan struktur ekonomi wilayah, Todaro (2008:82)

    menyatakan bahwa proses pertumbuhan ekonomi mempunyai kaitan

    erat dengan perubahan struktural dan sektoral yang tinggi. Beberapa

    perubahan komponen utama struktural ini mencakup pergeseran secara

    perlahan-lahan dari aktivitas pertanian ke sektor non pertanian dan dari

    sektor industri ke sektor jasa. Suatu wilayah yang sedang berkembang

    proses pertumbuhan ekonominya akan tercermin dari pergeseran sektor

    ekonominya, yaitu peran sektor pertanian dalam PDB atau PDRB akan

    mengalami pertumbuhan lebih lambat atau mengalami penurunan,

    sedangkan peran sektor non pertanian pertumbuhannya lebih cepat atau

    semakin meningkat.

    Mengambil arti pembangunan menurut Meir dalam Kuncoro

    (2006:112) bahwa pembangunan adalah suatu proses di mana pendapatan

    perkapita suatu negara meningkat selama kurun waktu yang panjang,

    dengan catatan bahwa jumlah penduduk yang hidup di bawah garis

    kemiskinan absolut tidak meningkat dan distribusi pendapatan tidak

    semakin timpang.

    Proses pembangunan menghendaki adanya pertumbuhan ekonomi

    yang diikuti dengan perubahan dalam hal:

    1. Perubahan struktur ekonomi dari pertanian ke industri atau jasa.

    2. Perubahan dalam kelembagaan baik melalui regulasi maupun

    reformasi kelembagaan itu sendiri.

    Ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya perubahan dalam

    struktur ekonomi suatu negara antara lain pertama, disebabkan oleh sifat

    manusia dalam kegiatan konsumsinya, yaitu apabila pendapatan naik,

    elastisitas permintaan yang diakibatkan oleh perubahan pendapatan (income

    elasticity of demand) adalah rendah untuk konsumsi bahan makanan.

    Sedangkan permintaan terhadap bahan-bahan pakaian, perumahan, dan

  • 5

    barang-barang konsumsi hasil industri adalah sebaliknya. Sifat permintaan

    masyarakat tersebut sesuai dengan hukum Engels, di mana teori Engels

    mengatakan bahwa, makin tinggi pendapatan masyarakat maka akan

    semakin sedikit proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli bahan

    pertanian, sebaliknya proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli

    produksi barang-barang industri menjadi bertambah besar.

    Faktor kedua, yaitu perubahan struktur ekonomi disebabkan pula

    oleh perubahan teknologi yang terus-menerus berlangsung. Perubahan

    teknologi yang terjadi di dalam proses pembangunan akan menyebabkan

    perubahan pada struktur produksi yang bersifat cumpolsory dan inducive.

    2.2. Teori Basis Ekonomi

    Aktivitas perekonomian regional digolongkan dalam dua sektor

    kegiatan, yaitu aktivitas basis dan non basis. Kegiatan basis merupakan

    kegiatan yang berorientasi ekspor (barang dan jasa) keluar batas wilayah

    perekonomian yang bersangkutan, sedangkan kegiatan non basis merupakan

    kegiatan berorientasi lokal yang menyediakan barang dan jasa untuk

    kebutuhan masyarakat dalam batas wilayah perekonomian yang

    bersangkutan.

    Aktivitas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama (primer

    mover) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu

    wilayah ke wilayah lain akan semakin maju pertumbuhanan wilayah

    tersebut, dan demikian sebaliknya. Setiap perubahan yang terjadi pada

    sektor basis akan menimbulkan efek ganda (multiplier effect) dalam

    perekonomian regional (Adisasmita, 2005:28).

    Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung

    perekonomian daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif

    (Competitive Advantage) yang cukup tinggi. Sedangkan sektor non basis

    adalah sektor-sektor lainnya yang kurang potensial tetapi berfungsi sebagai

    penunjang sektor basis atau service industries (Sjafrizal, 2008:89).

  • 6

    2.3. Konsep Daya Saing

    Kajian mengenai daya saing berawal dari pemikiran Adam Smith

    mengenai konsep penting tentang spesialisasi dan perdagangan bebas

    melalui teori keunggulan absolut (absolute advantage). Teori keunggulan

    absolut menyatakan bahwa sebuah negara dapat melakukan perdagangan

    jika relatif lebih efisien (memiliki keunggulan absolut) dibanding negara

    lain, keuntungan akan diperoleh jika negara tersebut melakukan spesialisasi

    dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut tersebut.

    Konsep daya saing dalam perdagangan internasional sangat terkait

    dengan keunggulan yang dimiliki oleh suatu komoditi atau kemampuan

    suatu negara dalam menghasilkan suatu komoditi tersebut secara efisien

    dibanding negara lain. Daya saing atas suatu komoditi sering diukur

    dengan menggunakan pendekatan keunggulan komparatif dan kompetitif.

    Menurut Abdullah P. Dkk, (2002) yang dimuat dalam Sutikno

    (2007;7): Analisis daya saing menurut Institute of Management

    Development (IMD) dengan publikasinya Word Competitiveness

    Yearbook melihat daya saing merupakan kemampuan suatu negara dalam

    menciptakan nilai tambah dalam rangka menambah kekayaan nasional

    dengan cara mengelola aset dan proses, daya tarik dan agresivitas, globality

    dan proximity, serta dengan mengan mengintegrasikan hubungan-hubungan

    tersebut ke dalam suatu model ekonomi dan sosial.

    Dengan perkataan yang lebih sederhana, daya saing nasional adalah

    suatu konsep untuk mengukur dan membandingkan seberapa baik suatu

    negara dalam menyediakan suatu iklim tertentu yang kondusif untuk

    mempertahankan daya saing domestik maupun global kepada perusahaan-

    perusahaan yang berada di wilayahnya.

    2.4. Daya Saing Sektor Basis Sebagai Strategi Pembangunan Daerah

    Perbedaan tingkat pembangunan yang di dasarkan atas potensi

    suatu daerah, berdampak terjadinya perbedaan sektoral dalam pembentukan

    Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Secara hipotesis dapat

    dirumuskan bahwa semakin besar peranan potensi sektor ekonomi yang

  • 7

    memiliki nilai tambah terhadap pembentukan atau pertumbuhan PDRB di

    suatu daerah, maka semakin tinggi laju pertumbuhan PDRB daerah tersebut.

    Berdasarkan pengalaman negara-negara maju, pertumbuhan yang

    cepat dalam sejarah pembangunan suatu bangsa biasanya berawal dari

    pengembangan beberapa sektor primer. Pertumbuhan cepat tersebut

    menciptakan efek bola salju (snow ball effect) terhadap sektor-sektor

    lainnya, khususnya sektor sekunder.

    Pembangunan ekonomi dengan mengacu pada sektor basis yang

    berdaya saing selain berdampak pada percepatan pertumbuhan ekonomi

    juga akan berpengaruh pada perubahan mendasar dalam struktur ekonomi.

    Pengertian sektor basis pada dasarnya dikaitkan dengan suatu

    bentuk perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional,

    regional maupun nasional. Pada lingkup internasional, suatu sektor

    dikatakan basis jika sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor yang

    sama dengan negara lain. Sedangkan pada lingkup nasional, suatu sektor

    dapat di kategorikan sebagai sektor basis apabila sektor di wilayah

    tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh

    wilayah lain, baik di pasar nasional ataupun domestik.

    Penentuan sektor basis yang berdaya saing menjadi hal yang

    penting sebagai dasar perencanaan pembangunan daerah sesuai era otonomi

    daerah saat ini, di mana daerah memiliki kesempatan dan kewenangan untuk

    membuat kebijakan yang sesuai dengan potensi daerah demi mempercepat

    pembangunan ekonomi daerah untuk peningkatan kemakmuran masyarakat.

    Manfaat mengetahui daya saing sektor basis, yaitu mampu

    memberikan indikasi bagi perekonomian secara nasional dan regional.

    Sektor basis dipastikan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh lebih

    cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah terutama adanya

    faktor pendukung terhadap sektor basis tersebut yaitu akumulasi modal,

    pertumbuhan tenaga kerja yang terserap, dan kemajuan teknologi

    (technological progress). Penciptaan peluang investasi juga dapat dilakukan

    dengan memberdayakan potensi sektor basis yang dimiliki oleh daerah yang

    bersangkutan.

  • 8

    2.5. Penelitian Terdahulu

    Keseluruhan hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh

    peneliti terdahulu dalam literatur jrnal dapat dijadikan dasar dan bahan

    pertimbangan dalam mengkaji penelitian ini.

    Penelitian yang dilakukan oleh Sri Kusreni, 2009 dengan judul

    Pengaruh Perubahan Struktur Ekonomi Terhadap Spesialisasi Sektoral Dan

    Wilayah Serta Struktur Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Untuk Daerah

    Perkotaan Di Jawa Timur. Menyimpulkan bahwa pengaruh perubahan

    struktur ekonomi berpengaruh terhadap fungsi spesialisasi dan struktur

    penyerapan tenaga kerja sektoral untuk daerah perkotaan di Jawa Timur.

    Hanya saja secara keseluruhan perubahan struktur yang ada berjalan secara

    tidak sehat artinya polanya tidak mengikuti teori yang ada.

    Penelitian Amir Hidayat dan Riphat Singgih, 2005 dengan judul

    Analisis Sektor Basis untuk Evaluasi Kebijakan Pembangunan Jawa Timur

    menggunakan Tabel Input-Output 1994 dan 2000. Menyimpulkan bahwa,

    berdasarkan analisis sektor basis menggunakan angka pengganda (output,

    pendapatan dan lapangan kerja) dan keterkaitan sektoral direkomendasikan

    untuk menjadikan Jawa Timur sebagai pusat industri, pusat perdagangan,

    dan pusat pertanian.

    Penelitian Imam Asngari tahun 2008, dengan judul Analisis Sektor

    Unggulan dan Daya Saing Wilayah Komoditas di Wilayah Oku Timur.

    Penelitian ini menggunakan alat analisis analisis Location Quotient (LQ)

    dan analisis Competitive Productivity of Labour Index atau Indeks CLI.

    Menyimpulkan bahwa, hasil analisis persektor menunjukan bahwa terdapat

    sektor yang merupakan sektor basis namun tidak tergolong di dalam sektor

    yang yang memiliki daya saing.

    2.6. Kerangka Pikir Penelitian

    Berdasarkan tinjauan pustaka, penelitian sebelumnya serta

    hubungan antara variable di atas maka penulis membuat kerangka pemikiran

    penelitian sebagai berikut :

  • 9

    Kerangka Pikir

    2.7. Hipotesis

    Dari latar belakang dan rumusan masalah tersebut di atas, maka

    dapat dibuat suatu hipotesis sebagai berikut:

    1. Diduga telah terjadi perubahan karakteristik struktur perekonomian dan

    pola pertumbuhan ekonomi di Kota Ambon.

    2. Diduga sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor jasa-jasa dan

    sektor angkutan dan komunikasi merupakan sektor basis di Kota

    Ambon.

    3. Diduga sektor/subsektor basis di Kota Ambon memiliki daya saing

    terhadap permintaan domestik.

    Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Kota Ambon

    Sektor-Sektor Perekonomian

    Kota Ambon

    Daya Saing Sektor-Sektor Perekonomian

    Kota Ambon

    Sektor Basis dan Non Basis

    Kota Ambon

    Karakteristik Struktur

    dan Pola Pertumbuhan

    Ekonomi Kota Ambon

    Analisis Dong Sung Cho

    Tipologi Klassen

    LQ

    Sektor Basis

    Kota Ambon

    Relevansi Kebijakan

    Pembangunan Kota Ambon

    Shift Share

    Daya Saing Permintaan

    Domestik

  • BAB III

    TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

    3.1. Tujuan Penelitian

    Kota Ambon memiliki potensi sumberdaya yang beragam untuk

    dapat dikembangkan yang tentunya akan dikelola sesuai dengan ketersediaan

    dan faktor-faktor yang dimiliki. Berkedudukan sebagai ibu kota provinsi

    yang merupakan pusat berkembangnya industri dan perdagangan perlu

    mendapat perhatian dalam mengerakan sektor-sektor perekonomian.

    Pemanfaatan dan pengembangan sumberdaya dengan baik secara tidak

    langsung akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

    Berdasarkan pada alasan di atas maka, penelitian ini secara umum

    bertujuan untuk menganalisis sektor/subsektor basis dan non basis yang

    memiliki keunggulan dan daya saing di Kota Ambon. Secara rinci tujuan

    penelitian adalah sebagai berikut:

    1. Menganalisis karakteristik struktur dan pola pertumbuhan ekonomi di

    Kota Ambon.

    2. Menganalisis sektor/subsektor basis untuk dikembangkan guna

    mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Kota Ambon.

    3. Menganalisis tingkat daya saing sektor/subsektor basis di Kota Ambon

    terhadap permintaan domestik.

    3.2. Manfaat Penelitian

    Dalam melakukan peneletian ini suatu manfaat yang diharapkan

    dari hasil penelitian ini adalah :

    1. Sebagai bahan masukan atau informasi bagi para pejabat pengambilan

    keputusan di Kota Ambon, dan dinas-dinas terkait dengan

    permasalahan di atas, agar dapat merumuskan kebijakan pembangunan

    secara tepat dalam mengoptimalkan sumberdaya yang dimilikinya.

    Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan PDRB per sektor

    dari masing-masing daerah yang merupakan indikator keberhasilan

    pembangunan ekonomi daerah.

  • 11

    2. Sebagai bahan informasi bagi dunia usaha yang berkeinginan

    menanamkan investasi pada berbagai sektor/subsektor ekonomi di Kota

    Ambon.

    3. Sebagai bahan refrensi dan informasi bagi para peneliti selanjutnya

    yang dapat dijadikan rujukan penelitian yang berkaitan dengan

    perekonomian wilayah dan khususnya yang berhubungan dengan

    pengembangan ekonomi sektoral.

  • BAB IV

    METODE PENELITIAN

    4.1. Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Kota Ambon. Pilihan terhadap lokasi

    ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa, Kota Ambon memeliki sumber

    yang lengkap, sehingga hal ini akan memudahkan dalam pencaharian data.

    4.2. Jenis dan Sumber Data

    4.2.1. Jenis Data

    Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

    kuantitatif dan data kualitatif.

    - Data kuantitatif yaitu, data dalam bentuk angka-angka seperti data

    besaran PDRB Kota Ambon dan PDRB Provinsi Maluku.

    - Data kualitatif yaitu data yang diperoleh berupa interaksi dan regulasi

    Peraturan Daerah Kota Ambon dan sebagainya.

    4.2.2. Sumber Data

    Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini ada bentuk, yaitu

    terdiri dari data primer dan data sekunder.

    - Data primer dalam penelitian ini untuk memperoleh informasi yang

    lebih luas dari berbagai pejabat instansi yang terkait misalnya Dinas

    Perikanan Kota Ambon, Dinas Perikanan Provinsi Maluku, Pelabuhan

    Perikanan Nusantara, dan Lembaga Pembinaan dan Pengujian Mutu

    Hasil Perikanan.

    - Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari beberapa sumber

    data yang dipublikasi, yaitu dari BPS Kota Ambon, serta instansi-

    instansi terkait lainnya yang dapat mendukung kelengkapan data yang

    peneliti butuhkan. Data yang tercakup dalam penelitian ini adalah data

    berupa time series mulai pada tahun 2003 sampai dengan 2012. Data

    tersebut adalah data aspek Geografis, topografis dan administrasi

  • 13

    pemerintahan, Aspek demografis (kependudukan), Indikator Ekonomi

    (PDRB, PDRB Perkapita, Pendapatan Perkapita), Potensi dan

    perkembangan kegiatan sektoral yang menonjol dalam perekonomian

    dan pembangunan daerah, Kota Ambon Dalam Angka, Data ekonomi

    dan sosial lainnya yang terkait serta berhubungan dengan permasalahan

    yang diteliti dalam penelitian ini.

    Data sekunder dalam penelitian ini meliputi:

    1. Data nilai produksi subsektor perikanan Provinsi Maluku dari tahun

    2003 sampai dengan tahun 2012.

    2. Data nilai produksi subsektor perikanan Kota Ambon dari tahun 2003

    sampai dengan tahun 2012.

    3. Data Ekspor terdiri dari:

    a. Data nilai ekspor dan total ekspor subsektor perikanan Provinsi

    Maluku dari tahun 2003 sampai dengan 2012.

    b. Data nilai ekspor dan total ekspor subsektor perikanan Kota

    Ambon dari tahun 2003 sampai dengan 2012.

    c. Data nilai ekspor dan total ekspor subsektor perikanan Kabupaten

    Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Barat dan Kabupaten

    Maluku Tengah dari tahun 2003 sampai dengan 2012.

    4.3. Teknik Pengumpulan Data

    Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan

    adalah sebagai berikut:

    1. Pengumpulan data langsung pada Badan Pusat Statistik Kota Ambon,

    BPS Provinsi Maluku, Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ambon,

    Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku dan Pelabuhan

    Perikanan Nusantara.

    2. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan cara mengajukan

    pertanyaan secara lisan untuk mendapatkan informasi dari pihak-pihak

    yang berhubungan dengan masalah penelitian. Wawancara untuk

    mendapatkan informasi ini langsung kepada Kepala Bidang Pesisir dan

    Sumber Daya Manusia Dinas Kelautan dan Perianan Kota Ambon,

  • 14

    Manajer Pemasaran PT. PLN Wilayah Ambon dan Kepala Unit

    Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Nusantara Maluku.

    3. Dokumentasi adalah cara memperoleh data dengan melihat dokumen

    terkait.

    4.4. Teknik Analisis Data

    Untuk menjawab tujuan penelitian dan pengujian hipotesis yang

    telah dikemukakan, maka digunakan model analisis deskriptif, analisis Shift

    Share, analisis Location Quotient (LQ), analisis Tipologi Klassen dan

    analisis model Dong Sung Cho.

    4.4.1. Analisis Deskriptif

    Penelitian dengan menggunakan analisis deskriptif merupakan

    penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau

    keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar untuk

    mengungkapkan fakta (fact finding). Jadi hasil penelitian yang

    menggunakan metode deskriptif ini ditekankan pada memberikan gambaran

    secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari obyek yang di selidiki.

    Disamping itu agar mendapatkan manfaat penelitian yang lebih luas dalam

    penelitian melalui metode deskriptif, seringkali selain mengungkapkan fakta

    sebagaimana adanya juga dilakukan pemberian interpretasi-interpretasi yang

    memadai.

    Untuk mengetahui tingkat sumbangan atau kontribusi sektoral dan

    laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) secara sektoral

    yaitu dengan menggunakan teknik analisis (Widodo, 1990:36) :

    a. Analisis Kontribusi Sektoral

    Distribusi persentase sektoral dihitung berdasarkan perbandingan

    persentase antara besarnya nilai tiap-tiap sektor/subsektor dengan

    PDRB.

    PDRBit Persentase Kontribusi = ---------------- . 100% PDRBt

  • 15

    Di mana:

    PDRBit = nilai PDRB sektor i tahun bersangkutan

    PDRBt = Total jumlah PDRB tahun bersangkutan

    b. Analisis Pertumbuhan Sektoral

    Laju pertumbuhan sektoral digunakan untuk menunjukan pertumbuhan

    masing-masing sektor/subsektor dari tahun ke tahun dengan

    memperbandingkan perubahan pendapatan suatu sektor dengan

    pendapatan sektor tersebut pada sebelumnya.

    Dimana :

    PDRBit = nilai PDRB sektor i tahun bersangkutan

    PDRBit-1 = nilai PDRB sektor i tahun sebelumnya

    c. Mengukur pertumbuhan rata-rata per tahun

    Di mana:

    r = Pertumbuhan ekonomi setiap tahun

    n = Jumlah tahun (dihitung mulai dengan sampai akhir)

    tn = Tahun terakhir periode PDRB

    t0 = Tahun awal periode PDRB

    4.4.2. Analisis Shift Share (Shift Share Analysis = SSA)

    Menurut Robinson Tarigan, 2007, Analisis Shift Share juga

    membandingkan perbedaan laju pertumbuhan berbagai sektor (industri) di

    wilayah Kota Ambon dengan wilayah Provinsi Maluku. Akan tetapi metode

    ini lebih tajam dibandingkan dengan metode LQ dimana metode LQ tidak

    memberikan penjelasan atas faktor penyebab perubahan sedangkan metode

    shift share memperinci penyebab perubahan atas beberapa variabel. Analisis

    ini menggunakan metode pengisolasian berbagai faktor yang menyebabkan

    perubahan struktur industri suatu daerah dalam pertumbuhannya dari satu

    PDRBit - PDRBit-1 Laju Pertumbuhan = ---------------------------- . 100%

    PDRBit-1

    r = ----- - 1 . 100%

    n - 1

    tn t0

  • 16

    kurun waktu ke kurun waktu berikutnya. Hal ini meliputi penguraian faktor

    penyebab pertumbuhan berbagai sektor di Kota Ambon tetapi dalam

    kaitannya dengan ekonomi Provinsi Maluku. Ada juga yang menamakan

    model analisis ini sebagai indutrial mix analysis karena komposisi industri

    yang ada sangat mempengaruhi laju pertumbuhan Kota Ambon tersebut.

    Artinya apakah industri yang berlokasi di Kota Ambon termasuk ke dalam

    kelompok industri Provinsi Maluku yang memang berkembang pesat dan

    bahwa industri tersebut cocok berlokasi di Kota Ambon atau tidak.

    Teknik analisis shift share ini membagi pertumbuhan sebagai perubahan (D)

    suatu variabel wilayah, seperti kesempatan kerja, nilai tambah, pendapatan

    atau output selama kurun waktu tertentu menjadi pengaruh-pengaruh

    pertumbuhan Provinsi Maluku (N), industry mix (bauran industri) (M) dan

    keunggulan kompetitif (C). Pengaruh pertumbuhan di Provinsi Maluku

    disebut pengaruh pangsa (share), pengaruh bauran industri disebut

    proportional shift atau bauran komposisi dan akhirnya pengaruh keunggulan

    kompetitif dinamakan differential shift atau regional share.

    Data yang digunakan dalam analisis shift share ini adalah PDRB

    Kota Ambon dan Provinsi Maluku tahun 2003-2012 menurut lapangan

    usaha atas dasar harga konstan tahun 2000. Penggunaan data harga konstan

    dengan tahun dasar yang sama agar bobotnya (nilai riilnya) bisa sama dan

    perbandingan menjadi valid (Tarigan, 2007:86).

    Bentuk umum dan persamaan dari analisis Shift-Share dan

    komponen-komponennya adalah sebagai berikut:

    Dij = Nij + Mij + Cij

    Keterangan:

    i = Sektor-sektor ekonomi yang diteliti

    j = Wilayah ekonomi yang diteliti

    D = Variabel wilayah

    N = Pertumbuhan ekonomi daerah Propinsi Maluku

    M = Bauran industri (industry mix)

    C = Keunggulan kompetitif

  • 17

    Bila analisis itu diterapkan pada pendapatan (value adde) maka:

    Dij = E*ij Eij

    Nij = Eij . rn

    Mij = Eij . (rin - rn)

    Cij = Eij . (rij rin)

    Di mana:

    Dij = Perubahan variabel output i di wilayah j

    Nij = Pertumbuhan ekonomi nasional sektor i wilayah j

    Mij = Bauran industri sektor i di wilayah j

    Cij = Keunggulan kompetitif sektor i di wilayah j

    Di mana rij, rin, dan rn mewakili laju pertumbuhan wilayah Kota Ambon

    dan laju pertumbuhan daerah Propinsi Maluku yang masing-masing

    didefinisikan sebagai:

    rij = (E*ij Eij) /Eij

    rin = (E*in Ein) /Ein

    rn = (E*n En) / En

    Di mana:

    rij = Laju Pertumbuhan sektor i di wilayah j (Kota Ambon)

    rin = Laju pertumbuhan sektor i wilayah n (Propinsi Maluku)

    rn = Laju pertumbuhan PDRB di wilayah n (Propinsi Maluku)

    Eij = Nilai tambah sektor i di wilayah j (Kota Ambon)

    Ein = Nilai tambah sektor i wilayah n (Propinsi Maluku)

    * = Pendapatan (nilai tambah) pada tahun akhir analisis

    En = Nilai tambah PDRB di wilayah n (Propinsi Maluku)

    Untuk suatu daerah pertumbuhan propinsi, bauran industri, dan keunggulan

    kompetitif dapat dijumlahkan untuk semua sektor sebagai keseluruhan

    daerah, sehingga nantinya akan didapat persamaan Shift-Share untuk

    sektor i di wilayah j adalah:

    Dij = Eij (rn) + Eij (rin rn ) + Eij (rij rin)

    Persamaan Shift-Share ini membebankan tiap sektor wilayah (Kota Ambon)

    dengan laju pertumbuhan yang setara dengan laju pertumbuhan yang dicapai

  • 18

    oleh perekonomian yang menjadi acuan (Propinsi Maluku) selama kurun

    waktu analisis.

    Melalui analisis shift share, maka pertumbuhan ekonomi dan

    pergeseran struktural perekonomian wilayah Kota Ambon ditentukan oleh

    tiga komponen, yaitu:

    a. Provincial Share (PS atau Nij), yang digunakan untuk mengetahui

    pertumbuhan atau pergeseran struktur perekonomian Kota Ambon

    dengan melihat nilai PDRB Kota Ambon sebagai daerah pengamatan

    pada periode awal yang dipengaruhi oleh pergeseran pertumbuhan

    perekonomian Provinsi Maluku. Hasil perhitungan Provincial Share

    akan menggambarkan peranan wilayah Provinsi Maluku yang

    mempengaruhi pertumbuhan perekonomian Kota Ambon. Jika

    pertumbuhan Kota Ambon sama dengan pertumbuhan Provinsi

    Maluku maka peranannya terhadap provinsi tetap.

    b. Proportional Shift (P atau Mij) adalah pertumbuhan nilai tambah bruto

    suatu sektor i pada Kota Ambon dibandingkan total sektor di tingkat

    Provinsi Maluku.

    c. Differential Shift (D atau Cij) adalah perbedaan antara pertumbuhan

    ekonomi Kota Ambon dan nilai tambah bruto sektor yang sama di

    tingkat Provinsi Maluku.

    Selanjutnya untuk memecahkan masalah pengaruh-pengaruh yang

    saling terkait di atas, Esteban-Marquillas melakukan modifikasi yang

    meliputi pendefinisian kembali kedudukan atau keunggulan kompetitif

    sebagai komponen ketiga dan menciptakan komponen ke empat yaitu

    pengaruh alokasi.

    Persamaan Shift Share yang direvisi ini mengandung suatu unsur

    baru yaitu homothetic employment di sektor i di Kota Ambon j, diberi

    notasi Eij dan dirumuskan sebagai berikut :

    Eij = Ej (Ein / En)

    Eij : employment atau output atau pendapatan atau nilai tambah yang

    dicapai sektor i di Kota Ambon j bila struktur nilai output di wilayah itu

    sama dengan struktur Provinsi Maluku.

  • 19

    Dengan mengganti nilai output nyata Eij dengan homothetic employment

    Eij maka persamaannya menjadi :

    Cij = Eij (rij rin)

    Cij mengukur keunggulan atau ketidakunggulan kompetitif di sektor i di

    perekonomian Kota Ambon.

    Bagian yang belum dijelaskan dari perubahan suatu variabel wilayah

    (employment, misalnya) atau D N M C disebut allocation effect.

    Untuk sektor i di Kota Ambon j, pengaruh alokasi Aij dirumuskan sbb :

    Aij = (Eij Eij) (rij rin)

    Aij adalah bagian dari pengaruh (keunggulan) kompetitif tradisional (klasik)

    yang menunjukkan adanya tingkat spesialisasi di sektor i di Kota Ambon j.

    Dengan perkataan lain, Aij adalah perbedaan antara nilai output nyata di

    sektor i di Kota Ambon j dan nilai output di sektor Kota Ambon itu (rij) bila

    struktur nilai output itu sama dengan struktur nilai output Provinsi Maluku

    dan nilai perbedaan itu dikalikan dengan perbedaan antara laju pertumbuhan

    sektor di Kota Ambon (rij) dan laju pertumbuhan sektor di Provinsi Maluku

    (rin).

    (EijEij) : menunjukkan adanya spesialisasi di sektor tersebut didapat dari

    variabel nyata dengan variabel diharapkan, jika :

    1. Eij Eij < 0 maka sektor tersebut bukan spesialisasi (Not Specialize)

    2. Eij Eij > 0 maka sektor tersebut spesialisasi (Specialized).

    (rij rin) menunjukkan adanya keunggulan kompetitif di sektor tersebut

    yang didapat dari laju pertumbuhan sektor Kota Ambon dengan laju

    pertumbuhan sektor Provinsi Maluku, jika:

    rij rin < 0 maka sektor tersebut tidak mempunyai keunggulan

    kompetitif (Competitive Disadvantage).

    rij rin > 0 maka sektor tersebut mempunyai keunggulan kompetitif

    (Competitive Advantage).

    Persamaan (12) menunjukkan bahwa bila Kota Ambon mempunyai

    spesialisasi di sektor/subsektor tertentu, maka sektor/subsektor itu juga

    menikmati keunggulan kompetitif yang lebih baik. Maksudnya efek alokasi

    Aij itu dapat positif atau negatif.

  • 20

    Efek alokasi yang positif mempunyai 2 kemungkinan :

    1. Eij Eij < 0 dan rij rin < 0

    2. Eij Eij > 0 dan rij rin > 0

    Dengan sendirinya, efek alokasi yang negatif mempunyai dua kemungkinan

    yang berkebalikan dengan efek alokasi yang positif tersebut di atas.

    Modifikasi Esteban-Marquillas terhadap analisis S-S adalah :

    Dij = Eij (rn) + Eij (rij- rin) + Eij (rij- rin) + (Eij Eij ) (rij- rin)

    Menurut Olsen dan Herzog (1997, 445) dalam Sofwin Hardiati (2002:68),

    Efek Alokasi ini mempunyai 4 kemungkinan :

    Tabel 4.1. Analisis Shift Share Esteban Marquilass

    No. rij rin EijE*ij Keunggulan

    Kompetitif Spesialisasi

    1 > 0 > 0

    2 > 0 < 0 x

    3 < 0 > 0 x

    4 < 0 < 0 x x

    4.4.3. Analisis Tipologi Klassen

    Tipologi Klassen merupakan alat analisis ekonomi regional yang

    digunakan untuk mengetahui klasifikasi sektor/subsektor perekonomian

    wilayah Kota Ambon. Analisis Tipologi Klassen digunakan dengan tujuan

    mengidentifikasi posisi sektor/subsektor perekonomian Kota Ambon

    dengan memperhatikan sektor/subsektor perekonomian Provinsi Maluku

    sebagai daerah referensi.

    Analisis Tipologi Klassen menghasilkan empat klasifikasi sektor

    dengan karakteristik yang berbeda sebagai berikut (Sjafrizal, 2008:180):

    a. Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (developed sector)

    (Kuadran I). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan

    sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan laju

    pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi

    referensi (s) dan memilki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB

    (ski) yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut

  • 21

    terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini

    dilambangkan dengan si > s dan ski > sk.

    b. Sektor maju tapi tertekan (stagnant sector) (Kuadran II). Kuadran ini

    merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam

    PDRB (si) yang lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan sektor

    tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s), tetapi memilki

    nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) lebih besar dibandingkan

    kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi

    referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si < s dan ski > sk.

    c. Sektor potensial atau masih dapat berkembang (developing sector)

    (Kuadran III). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan

    sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan laju

    pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi

    referensi (s), tetapi memilki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski)

    yang lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap

    PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan

    dengan si > s dan ski < sk.

    d. Sektor relatif tertinggal (underdeveloped sector) (Kuadran IV).

    Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu

    dalam PDRB (si) yang lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan

    sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s) dan

    sekaligus memilki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang

    lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB

    daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan

    dengan si < s dan ski < sk.

    Klasifikasi sektor PDRB menurut Tipologi Klassen sebagaimana

    tercantum pada Tabel 3.2.

  • 22

    Tabel 4.2. Klasifikasi Sektor PDRB menurut Tipolgi Klassen

    Laju Pertumbuhan

    Pendapatan

    Perkapita

    Laju Pertumbuhan

    Diatas Rata-Rata

    Laju Pertumbuhan

    Dibawah Rata-Rata

    Pendapatan Perkapita

    Diatas Rata-Rata

    Kuadran I

    Sektor yang maju dan

    tumbuh dengan pesat

    (developed sector)

    si > s dan ski > sk

    Kuadran II

    Sektor maju tapi

    tertekan (stagnant

    sector)

    si < s dan ski > sk

    Pendapatan Perkapita

    Dibawah Rata-Rata

    Kuadran III

    Sektor potensial atau

    masih dapat berkembang

    (developing sector)

    si > s dan ski < sk

    Kuadran IV

    Sektor relatif tertinggal

    (underdeveloped sektor)

    si < s dan ski < sk

    Sumber: Sjafrizal, 2008:180

    4.4.4. Analisis Location Quotient (LQ)

    Untuk menentukan sektor/subsektor basis dan non basis di Kota

    Ambon digunakan metode analisis Location Quotient (LQ). Metode LQ

    merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam model

    ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan dari

    PDRB Kota Ambon yang menjadi pemacu pertumbuhan. Metode LQ

    digunakan untuk mengkaji kondisi perekonomian, mengarah pada

    identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian. Sehingga nilai LQ yang

    sering digunakan untuk penentuan sektor/subsektor basis dapat dikatakan

    sebagai sektor/subsektor yang akan mendorong tumbuhnya atau

    berkembangnya sektor/subsektor lain serta berdampak pada penciptaan

    lapangan kerja. Untuk mendapatkan nilai LQ menggunakan metode yang

    mengacu pada formula yang dikemukakan oleh (Arsyad, 2004:316)

    sebagai berikut:

    PDRBiKA / PDRBKA LQ = ---------------------------------

    PDRBiPM / PDRBPM

  • 23

    Dimana:

    PRDBiKA = PDRB sektor i di Kota Ambon pada tahun tertentu.

    PDRBKA = Total PDRB di Kota Ambon pada tahun tertentu.

    PDRBiPM = PDRB sektor i di Provinsi Maluku pada tahun tertentu.

    PDRBPM = Total PDRB di Provinsi Maluku pada tahun tertentu.

    Berdasarkan formulasi yang ditunjukkan dalam persamaan di

    atas, maka ada tiga kemungkingan nilai LQ yang dapat diperoleh

    (Tarigan, 2007:82), yaitu:

    a. Nilai LQ = 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor/subsektor i

    di daerah Kota Ambon adalah sama dengan sektor/subsektor yang sama

    dalam perekonomian Provinsi Maluku.

    b. Nilai LQ > 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor/subsektor i

    di daerah Kota Ambon lebih besar dibandingkan dengan

    sektor/subsektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Maluku.

    c. Nilai LQ < 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor/subsektor i

    di daerah Kota Ambon lebih kecil dibandingkan dengan

    sektor/subsektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Maluku.

    Apabila nilai LQ > 1, maka dapat disimpulkan bahwa

    sektor/subsektor tersebut merupakan sektor basis dan potensial untuk

    dikembangkan sebagai penggerak perekonomian Kota Ambon. Sebaliknya

    apabila nilai LQ < 1, maka sektor/subsektor tersebut bukan merupakan

    sektor basis dan kurang potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak

    perekonomian Kota Ambon.

    Data yang digunakan dalam analisis Location Quotient (LQ) adalah

    PDRB Kota Ambon dan Provinsi Maluku tahun 2003-2012 menurut

    lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2000.

    4.4.5. Analisis Model Dong Sung Cho

    Salah satu faktor penting dari model Dong Sung Cho adalah

    mengukur Daya Saing Permintaan Domestik. Tingkat permintaan domestik

    yang lebih besar mencerminkan daya saing yang lebih tinggi dari suatu

    komoditas. Untuk mengukur daya saing permintaan domestik, berdasarkan

  • 24

    konsep dan ukuran-ukuran yang dikemukakan oleh Dong sung Cho, maka

    digunakan model yang dimodifikasi dari model Euro W. Arto dan model

    Dong Sung Cho seperti yang dinotasikan oleh Junaidin (2009:12) yaitu

    sebagai berikut:

    Ij = Indeks Tingkat Permintaan Domestik = (1 - Tingkat ekspor)

    atau:

    Di mana:

    1 = angka absolut

    X = nilai ekspor

    P = nilai produksi

    N = jumlah tahun

    Fd ij = indeks tingkat permintaan domestik rata-rata sektor/subsektor i

    di daerah j

    Dalam penelitian ini, untuk mengukur tingkat daya saing dari

    sektor/subsektor basis yang ada di Kota Ambon terhadap permintaan pasar

    domestik, yaitu dengan membandingkan indeks permintaan domestik yang

    sama dari Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Barat dan

    Kabupaten Maluku Tenggara.

    Jika koefisien indeks permintaan domestik rata-rata dari

    sektor/subsektor basis suatu daerah menunjukan tingkat yang lebih tinggi

    dibandingkan dengan indeks permintaan domestik terhadap sektor/subsektor

    basis yang sama dari daerah lain maka sektor/subsektor unggulan dari

    daerah tersebut mempunyai daya saing yang lebih tinggi pada pasar

    domestik.

    4.5. Definisi Operasional Variabel

    Untuk memudahkan dan menghindari salah pengertian dalam

    penelitian ini, peneliti memberi batasan (defenisi operasional) terhadap

    /

    =

    x 100 Fd ij = n

  • 25

    istilah-istilah (judul) dalam penelitian ini sebagai berikut :

    1. Pertumbuhan ekonomi, yaitu dengan melihat Produk Domestik

    Regional Bruto (PDRB) daerah yang diteliti yang dalam penyajiannya

    dikelompokkan menjadi 9 (sembilan) kelompok lapangan usaha

    (sektor). Dalam penelitian ini PDRB dihitung berdasarkan harga tetap

    (harga konstan), yaitu harga-harga yang berlaku pada tahun dasar yang

    dipilih yakni tahun dasar 2000, perhitungan dari harga konstan dipilih

    karena dalam hal ini sudah dibersihkan dari unsur inflasi. Pengukuran

    pertumbuhan ekonomi adalah dengan menggunakan angka ratio atau

    persentase.

    PDRB dalam konteks ini adalah PDRB Kota Ambon berdasarkan

    lapangan usaha tahun 2003 sampai dengan tahun 2012 atas dasar harga

    konstan tahun 2000, dengan satuan rupiah.

    2. Sektor-sektor ekonomi yaitu, sektor pembentuk angka PDRB Tahun

    2003-2012 Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 di

    Kota Ambon yang berperan dalam menentukan laju pertumbuhan

    ekonomi, adapun sektor ekonomi ini terdiri dari sembilan sektor utama,

    yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor

    industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor

    bangunan/kontruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor

    pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa

    perusahaan, dan sektor jasa-jasa.

    3. Karakteristik struktur dan pola pertumbuhan ekonomi adalah terjadinya

    pergeseran atau perubahan baik pertumbuhan maupun penurunan

    kontribusi perekonomian wilayah Kota Ambon dari waktu ke waktu

    pada sektor-sektor ekonomi terhadap PDRB.

    Karakteristik struktur dan pola pertumbuhan ekonomi menunjukkan

    suatu pola dan posisi relatif suatu wilayah atau sektor dan subsektor

    ekonomi berdasarkan struktur dan pertumbuhannya jika dibandingkan

    dengan wilayah lainnya atau sektor dan subsektor ekonomi di wilayah

    lainnya. Biasanya untuk melihat karakteristik struktur atau pergeseran

    struktur digunakan kontribusi dari sektor-sektor ekonomi. Sedangkan

  • 26

    pola pertumbuhan ekonomi baik regional maupun sektoral digunakan

    klasifikasi dari klassen (Tipologi Klassen).

    4. Penentuan Sektor/subsektor Ekonomi Basis, dalam penelitian ini

    diartikan sebagai sektor/subsektor yang menjadi prioritas utama untuk

    terus ditingkatkan dalam memacu pertumbuhan ekonomi daerah guna

    meningkatkan PDRB Kota Ambon secara umum.

    5. Pendekatan Model Basis Ekonomi merupakan suatu pendekatan yang

    membagi perekonomian wilayah Kota Ambon menjadi dua sektor yaitu

    kegiatan-kegiatan basis dan kegiatan bukan basis. Kegiatan basis (basic

    activities) adalah kegiatan-kegiatan yang mengekspor barang-barang dan

    jasa-jasa ke tempat-tempat di luar batas perekonomian masyarakat

    bersangkutan, atau yang memasarkan barang-barang dan jasa-jasa

    mereka kepada orang-orang yang datang dari luar perbatasan

    perekonomian masyarakat. Kegiatan-kegiatan bukan basis (non basis

    activities) adalah kegiatan-kegiatan yang menyediakan barang-barang

    yang dibutuhkan oleh orang-orang yang bertempat tinggal di dalam

    batas-batas perekonomian masyarakat bersangkutan. Kegiatan-kegiatan

    ini tidak mengekspor barang-barang, jadi luas lingkup produksi mereka

    dan daerah pasar mereka yang terutama adalah bersifat lokal.

    6. Daya saing dalam penelitian ini adalah dalam hal meningkatkan

    efektivitas dan efisiensi pengelolaan sektor/subsektor ekonomi unggulan

    Kota Ambon, termasuk dalam hal tataran kebijakan yang terkait

    investasi, pemasaran maupun promosi daerah. Pada gilirannya,

    sektor/subsektor ekonomi basis tersebut memiliki daya saing dan

    diharapkan mampu memenuhi permintaan di tingkat domestik maupun

    global.

  • BAB V

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1. Deskripsi Wilayah Penelitian

    5.1.1. Keadaan Geografis

    Ambon ibukota Provinsi Maluku, terletak dalam Teluk Ambon

    yang indah permai. Sering disebut juga dengan Amboina. Kota ini terletak

    di pulau yang sama namanya yang dalam bahasa daerah disebut Nusa

    Yapono yang artinya Pulau Embun.

    Kota Ambon terletak di jasirah Leitimur dan memanjang melalui

    pesisir pada teluk dalam bagian luar. Di belakang pulau ini menjulang

    pegunungan soya dengan uncak seperti gunung Nona dan gunung Sirimau

    yang ditutupi oleh hutan dan padang rumput yang hijau subur. Dari puncak

    tersebut ke arah utara dan timur laut menantang pegunungan jasirah leihitu

    dengan puncak gunung salahutu dan gunung kerbau dan dilatar belakangi

    pula oleh puncak tertinggi di pulau ibu yaitu pulau Seram. Kearah selatan

    dan barat daya terhampar laut banda dan laut buru laksana permadani biru

    yang berkilau-kilauan. Sungguh suatu pemandangan alam yang

    mengasyikan.

    Kota Ambon secara astronomis terletak antara 3 - 4 LS dan 128

    - 129 BT (Kota Ambon Dalam Angka 2012). Total luas kawasan laut dan

    darat Kota Ambon adalah 786 Km2, terbagi atas luas daratan 377 Km

    2 (48

    persen) sedangkan luas perairan 4 mil laut sebesar 409,0 Km2 (52 persen),

    dengan garis pantai sepanjang 102,7 Km. Kawasan pesisir dan perairan

    Kota Ambon dihadapkan kepada dinamika laut Banda, terdapat dalam

    bentuk teluk yang relatif tertutup (Teluk Ambon) dan yang lebih terbuka

    (Teluk Baguala) serta perairan terbuka (Pantai Selatan Kota Ambon).

    Adapun letak Kota Ambon secara geografis menurut Badan Pusat

    Statistik Kota Ambon (2013) dibatasi, antara lain :

  • 28

    Tabel 5.1. Letak dan Batas Wilayah Kota Ambon

    Kota Letak Posisi Batas Wilayah

    A

    M

    B

    O

    N

    3 - 4 Lintang Selatan

    128 - 129 Bujur Timur

    Sebelah Utara dengan:

    Desa Hitu, Hila, Kaitetu

    Kecamatan Leihitu

    Kabupaten Maluku Tengah

    Sebelah Selatan dengan:

    Laut Banda

    Sebelah Timur dengan:

    Desa Suli

    Kecamatan Salahutu

    Kabupaten Maluku tengah

    Sebelah Barat dengan:

    Desa Hatu

    Kecamatan Leihitu

    Kabupaten Maluku Tengah

    Sumber : Kota Ambon Dalam Angka 2013

    Total luasan wilayah Kecamatan adalah sekitar 35.944,62 km2,

    Wilayah Kota Ambon sebagian besar terdiri dari daerah berbukit yang

    berlereng terjal seluas 186,9 km2

    atau 73 persen dan daerah daratan

    dengan kemiringan sekitar 10 persen seluas 55 km2

    atau 17 persen dari

    total luas wilayah daratan.

    5.1.2. Keadaan Iklim

    Iklim di Kota Ambon adalah iklim laut tropis dan iklim musim,

    karena letak pulau Ambon dikelilingi oleh laut. Oleh karena itu iklim di sini

    sangat dipengaruhi oleh lautan dan berlangsung bersamaan dengan iklim

    musim, yaitu musim Barat atau Utara dan musim Timur atau Tenggara.

    Pergantian musim selalu diselingi oleh musim Pancaroba yang merupakan

    transisi dari kedua musim tersebut.

    Musim Barat umumnya berlangsung dari bulan Desember sampai

    dengan bulan Maret, sedangkan pada bulan April merupakan masa transisi

    ke Musim Timur yang berlangsung dari bulan Mei sampai dengan bulan

  • 29

    Oktober disusul oeh masa pancaroba pada bulan Nopember yang merupakan

    transisi ke musim Barat.

    5.1.3. Pemerintahan

    Wilayah Kota Ambon secara administratif pemerintahan terbagi

    menjadi lima kecamatan dengan 50 desa/kelurahan berklasifikasi

    swasembada. Dari jumlah tersebut sesuai dengan perkembangan Lembaga

    Ketahanan Masyarakat Desa, seluruhnya telah berkategori maju.

    5.1.4. Kependudukan

    5.1.4.1. Penduduk

    Kota Ambon terdiri dari 30 Desa dengan total jumlah

    penduduk sesuai hasil sensus penduduk Tahun 2012 adalah sekitar

    354.464 jiwa. Secara keseluruhan Kota Ambon berbatasan dengan

    Kabupaten Maluku Tengah. Sesuai Perda Nomor 2 Tahun 2006,

    Kota Ambon memiliki lima kecamatan yaitu Kecamatan Nusaniwe,

    Kecamatan Sirimau, Kecamatan Teluk Ambon, Kecamatan

    Baguala, dan Kecamatan Leitimur Selatan.

    Jumlah penduduk Kota Ambon pada tahun 2012 adalah

    sebesar 354.464 jiwa (Tabel 5.2.). Laju pertumbuhan penduduk

    Kota Ambon rata-rata per tahun dalam kurun waktu lima tahun

    terakhir (2008-2012) adalah sebesar 5,65 persen.

    Tabel 5.2.

    Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk di Kota Ambon

    Kecamatan

    Luas Area

    Jumlah Penduduk Rasio Jenis

    Kelamin

    Kepadatan

    Jiwa Tiap

    Km2 Km2 %

    Laki-Laki Perempuan L + P

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

    Teluk Ambon 93,68 26,06 21 174 19 971 41 145 106,02 439,21

    T. A. Baguala 40,11 11,16 29 365 27 854 57 219 105,42 1 426,55

    Leitimur Selatan 5.050 14,05 5 042 5 017 10 059 100,50 199,19

    Sirimau 86,81 24,15 75 447 74 431 149 878 101,37 1 726,51

    Nusaniwe 88,35 24,58 47 850 48 313 96 163 99,04 1 088,43

    Kota Ambon 359,45 100 178 878 175 586 354 464 101,87 986,13

    Sumber : Kota Ambon Dalam Angka 2013 * Hasil Tabulasi

  • 30

    Dari hasil tersebut, diperoleh rasio jenis kelamin (Sex

    Ratio) penduduk Kota Ambon adalah 101,87. Hal ini

    menggambarkan bahwa jumlah penduduk perempuan dan jumlah

    penduduk laki-laki berimbang. Seiring dengan kenaikan penduduk

    maka kepadatan penduduk dalam kurun waktu lima tahun (2008-

    2012) cenderung mengalami kenaikan, pada tahun 2012 tercatat

    sebesar 986,13 orang/km2. Kecamatan terpadat penduduknya

    adalah kecamatan Sirimau dengan 1.726,51 orang/km2, dan yang

    terjarang penduduknya adalah Kecamatan Leitimur Selatan, yaitu

    sebanyak 199,19 orang/km2.

    Jumlah penduduk yang terus bertambah setiap tahun tidak

    diimbangi dengan pemerataan penyebaran penduduk. Kepadatan

    penduduk di Kecamatan yang wilayahnya sebagian besar dekat

    dengan pusat kota mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi

    dibandingkan dengan kecamatan yang wilayahnya masih

    merupakan daerah pedesaan. Berdasarkan data BPMP dan KB Kota

    Ambon, jumlah penduduk miskin Kota Ambon pada tahun 2012

    mencapai 45.071 jiwa atau 10.523 KK. Kondisi tersebut

    mengakibatkan terjadinya kesenjangan di berbagai bidang

    kehidupan antara perdesaan dan perkotaan, baik di bidang sosial,

    ekonomi, budaya, sarana dan prasarana, serta berbagai bidang

    lainnya. Perkembangan kota sebagai pusat pertumbuhan seringkali

    justru menimbulkan efek pengurasan sumber daya dari wilayah

    sekitarnya (backwash effect).

    5.1.4.2. Ketenagakerjaan

    Tenaga kerja merupakan salah satu modal dalam

    perkembangan roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga

    kerja terus mengalami perubahan seiring dengan proses

    berlangsungnya demografi.

    Jumlah pencari kerja menurut jenis kelamin dan tingkat

    pendidikan di Kota Ambon pada tahun 2012 dapat dilihat pada

    tabel berikut ini:

  • 31

    Tabel 5.3. Jumlah Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

    di Kota Ambon Tahun 2012

    Tingkat

    Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah

    (1) (2) (3) (4)

    SD ke bawah 2 1 3

    SLTP 21 9 30

    SLTA 3.680 3.763 7.443

    Sarjana Muda 433 622 1.055

    Sarjana 1.190 1.795 2.985

    Total 5.326 6.190 11.516

    Sumber : Kota Ambon Dalam Angka 2013

    5.1.4.3. Mata Pencaharian

    Mata pencaharian penduduk di Kota Ambon terbesar pada

    sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran kemudian

    sektor angkutan dan komunikasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

    pada tabel dibawah ini:

    Tabel 5.4. Penduduk Usia Kerja (15 Tahun Keatas) Yang Bekerja Menurut

    Lapangan Usaha Utama dan Jenis Kelamin

    di Kota Ambon Tahun 2012

    No. Lapangan Usaha Utama

    (Sektor)

    Tenaga Kerja Jumlah

    Laki-Laki Perempuan (1) (2) (3) (4) (5)

    1 Pertanian 3.063 1.684 4.927

    2 Pertambangan & Penggalian 1.146 389 1.535

    3 Industri Pengolahan 7.119 3.785 10.904

    4 Listrik, Gas & Air Bersih 1.925 695 2.620

    5 Bangunan/ Kontruksi 7.549 0 7.549

    6 Perdagangan, Hotel & Restoran 15.110 18.431 33.541

    7 Angkutan & Komunikasi 13.798 417 14.215

    8 Keua, Persewaan & Jasa Perusahaan 2.687 1.084 3.771

    9 Jasa-jasa 18.828 17.453 36.281

    T o t a l 71.225 44.118 115.343

    Sumber : Kota Ambon Dalam Angka 2013

    Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk

    paling banyak masih bekerja di sektor jasa-jasa sebesar 36.281

    jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari laki-laki sebesar 18.828 jiwa dan

    perempuan sebesar 17.453 jiwa. Sektor Perdagangan, Hotel &

    Restoran menempati urutan kedua dengan jumlah pekerja sebesar

    33.541 jiwa.

  • 32

    5.2. Potensi Sumber Daya Alam

    Kota Ambon yang terletak di kawasan timur Indonesia adalah

    Ibukota Provinsi Maluku, yang lebih dikenal dengan sebutan "Daerah

    Seribu Pulau", karena terdiri dari 1.027 buah pulau besar dan kecil. Letak

    daerah ini sangat strategis karena terletak di titik pertemuan sirkum Pasifik

    dan sirkum Mediterranean, sehingga bentangan alam flora dan faunanya

    sangat unik. Potensi utama kawasan ini adalah taman lautnya yang diakui

    sebagai salah satu yang terindah di dunia, keunikan budayanya dan sumber

    daya alam lainnya.

    Dengan ditetapkannya daerah Maluku sebagai Daerah Tujuan

    Wisata ke-16, menjadikan kota Ambon sebagai pintu masuk ke daerah ini

    mulai berbenah diri, baik dari segi obyek wisata, sarana maupun

    prasarananya yang merupakan faktor utama dalam dunia pariwisata.

    Sampai dengan Tahun 2012 di Kota Ambon terdapat 39 objek

    wisata, berupa objek wisata alam 24 dan budaya 15 dengan penyebarannya

    yaitu untuk Kecamatan Nusaniwe 12 objek wisata alam (Laut 10, Darat 2)

    dan 2 objek wisata sejarah serta budaya. Kecamatan Sirimau, 3 objek wisata

    alam (darat) serta 8 objek budaya dan sejarah. Kecamatan Baguala objek

    wisata alam laut 6, Darat 1 dan Budaya serta sejarah 4. Sejumlah objek

    wisata di dua Kecamatan yaitu di Kecamatan Teluk Ambon dan Kecamatan

    Leitimur Selatan, belum dikembangkan.

    Upaya memperkenalkan obyek wisata di kota ini adalah untuk

    menarik wisatawan datang berkunjung dan untuk meningkatkan devisa bagi

    pemerintah daerah. Karena aset wisata yang ada cukup potensial dan

    mampu mendukung kemajuan kepariwisataan daerah ini, sehingga tujuan

    untuk mewujudkan Kota Ambon sebagai pintu gerbang Daerah Tujuan

    Wisata di Maluku dapat tercapai. Pengembangan pariwisata saat ini makin

    penting, tidak semata-mata hanya peningkatan penerimaan devisa, tetapi

    juga memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, sehingga

    mampu mendorong kegiatan sektor ekonomi lainnya seperti sektor

    angkutan, industri kecil/rumah tangga termasuk juga perhotelan/akomodasi.

  • 33

    Hal ini jelas terlihat dengan berkembangnya pembangunan hotel-hotel

    berbintang yang telah dibangun maupun dalam tahap proses pembangunan.

    Berkedudukan sebagai ibu kota provinsi yang sedang menggiatkan

    pembangunan di segala bidang, Kota Ambon merupakan daya tarik bagi

    penduduk daerah lain yang ingin mencari pekerjaan. Dengan banyaknya

    pendatang, maka pemukiman-pemukiman baru terus dibuka. Hal inipun

    dapat dibuktikan dengan perkembangan sektor Bangunan/ Kontruksi yang

    dari tahun ke tahun terus meningkat.

    Kota Ambon bukan seperti daerah lainnya yang memiliki sumber

    daya alam yang melimpah. Kota ini adalah pusat transit perdagangan, bisnis

    dan jasa. Minimnya jenis sumber daya alam di Kota Ambon, membuat

    Pemerintah Kota Ambon hanya mengandalkan penerimaan dari sektor jasa.

    Kota Ambon seperti umumnya kota-kota pantai lainnya di

    Indonesia memiliki potensi wilayah pesisir dengan garis pantai yang

    panjang dan indah. Pesisir Kota Ambon saat ini kurang mendapat perhatian

    pemerintah dan investor dalam pembangunan. Pesisir Kota Ambon masih

    dianggap sebagai wilayah belakang kota, belum dilihat sebagai beranda

    depan kota. Sejarah Kota Ambon memperlihatkan bahwa terbentuknya

    pesisir Kota Ambon adalah sama tuanya dengan keberadaan kota itu sendiri.

    Lokasi pesisir pantai saat ini telah tumbuh dan berkembang dengan berbagai

    kegiatan untuk memenuhi kehidupan dan penghidupan masyarakat Ambon

    atau masyarakat Maluku secara umum, memiliki pencapaian yang baik dan

    kondisi tempat yang menarik.

    5.3. Kondisi Ekonomi Wilayah Kota Ambon

    5.3.1. Pendapatan Perkapita

    Untuk melihat laju pertumbuhan pembangunan dan tingkat

    kesejahteraan masyarakat di suatu daerah, maka indikator yang digunakan

    adalah dengan melihat angka perkembangan PDRB perkapita. Angka ini

    diperoleh dengan cara membagi jumlah PDRB dengan jumlah penduduk di

    suatu daerah pada tahun yang sama.

  • 34

    Prestasi pembangunan dapat dinilai dengan berbagai macam cara

    dan tolak ukur, baik dengan pendekatan ekonomi maupun pendekatan non

    ekonomi. Penilaian dengan pendekatan ekonomi dapat dilakukan

    berdasarkan tinjauan aspek pendapatan maupun non pendapatan.

    Berdasarkan aspek pendapatan, perekonomian biasanya diukur dengan tolak

    ukur pendapatan per kapita/PDRB perkapita (Dumairy, 2004:28).

    Pendapatan perkapita merupakan bagian terpenting dalam

    mengukur kesejahteraan penduduk suatu daerah. Secara riil PDRB perkapita

    menunjukkan kemampuan daya beli penduduk. Pada tahun 2003 PDRB

    perkapita Kota Ambon Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000 senilai

    4.559.295 rupiah pada tahun 2004 menjadi 4.706.732 rupiah dengan

    pertumbuhan sebesar 3,23 persen. Pada tahun 2005 pendapatan perkapita

    mengalami peningkatan menjadi 4.892.984 rupiah atau meningkat sebesar

    3,96 persen. Selanjutnya pada tahun 2006 hingga tahun 2008 pendapatan

    perkapita terus mengalami meningkat. Pada tahun 2009 pendapatan

    perkapita Kota Ambon mengalami penurunan menjadi 5.168.861 rupiah.

    Dimana pendapatan sebelumnya pada tahun 2008 sebesar 5.493.099 rupiah

    atau pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar -5,90 persen. Untuk

    selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

    Tabel 5.5. Pendapatan Perkapita Kota Ambon

    Tahun 2003-2012

    No. Tahun Pendapatan Perkapita Kota Ambon

    (Rp) Persentase

    1 2003 4.559.295 -

    2 2004 4.706.732 3,23

    3 2005 4.892.984 3,96

    4 2006 5.088.611 4,00

    5 2007 5.241.531 3,01

    6 2008 5.493.099 4,80

    7 2009 5.168.861 -5,90

    8 2010 4.913.427 -4,94

    9 2011 5.098.825 3,77

    10 2012 5.287.018 3,69

    Rata-rata 5.045.038 1,74

    Sumber : Kota Ambon dalam angka diolah penulis

  • 35

    Hal ini mengindikasikan terjadinya perbaikan tingkat kesejahteraan

    masyarakat secara relatif selama tahun 2003 hingga 2008. Namun pada

    tahun 2009 hingga 2010 terjadi penurunan. Hal ini disebabkan karena pada

    tahun tersebut kontribusi sektor-sektor ekonomi terhadap PDRB Kota

    Ambon mengalami penurunan. Walaupun demikian nilai PDRB perkapita

    tidak menggambarkan tingkat pemerataan dalam distribusinya di

    masyarakat. Pada tahun 2011 hingga 2012 pendapatan perkapita terus

    mengalami peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata pertahun sebesar

    5.045.038. Namun dilihat dari persentase pertumbuhan pada tahun 2011

    pertumbuhannya sebesar 3,77 persen. Sedangkan pada tahun 2012

    persentase pertumbuhannya mengalami penurunan yaitu sebesar 3,69

    dengan persentase rata-rata pertumbuhan pertahun sebesar 1,74 persen.

    5.3.2. Pertumbuhan Ekonomi

    Perekonomian di suatu daerah diperoleh dari adanya berbagai

    aktivitas ekonomi dengan tolak ukurnya adalah PDRB yang berupa arus

    barang dan jasa. Hal ini menggambarkan adanya kemampuan suatu daerah

    di dalam mengelola sumber daya yang ada yang tercermin dalam

    perkembangan sektor-sektor ekonomi tersebut dalam kurun waktu tertentu.

    Secara umum PDRB Kota Ambon tahun 2003-2012 berdasarkan harga

    konstan Tahun 2000 cenderung mengalami fluktuasi. Nilai PDRB Kota

    Ambon dari tahun 2003 terus mengalami pertumbuhan hingga tahun 2012.

    Namun kita lihat periode tersebut, nilai PDRB sektor pertanian mengalami

    pertubuhan bernilai positif dari tahun ke tahun. Apabila kita lihat pada

    subsektor tanaman perkebunan pada tahun 2012 pertumbuhannya bernilai

    negatif sebesar -19,86 persen. Sehingga dilihat dari pertumbuhan rata-rata

    selama periode penelitian pertumbuhannya mengalami minus sebesar -0,79

    persen.

    Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih pada tahun 2009 mengalami

    pertumbuhan negatif sebesar -16,88 persen. Pertumbuhan bernilai negatif ini

    disebabkan oleh Subsektor Listrik yang mengalami pertumbuhan negatif

    sebesar -18,04 persen. Hal ini disebabkan oleh laju peningkatan kapasistas

  • 36

    pembangkit tidak secepat dari laju permintaan sehingga margin cadangan

    cenderung rendah. Di samping itu kapasitas infrastuktur transmisi distribusi

    pada saat itu sudah tua dan sudah mencapai daya yang maksimal sehingga

    kapasitas pembangkit yang ada menjadi tidak efektif.

    Selama periode tahun penelitian sektor bangunan/kontrusi, sektor

    angkutan dan komunikasi serta sektor pertambangan dan penggalian

    merupakan sektor yang memiliki laju pertumbuhan rata-rata teringgi yaitu

    masing 13,93 persen, 9,22 persen dan 8,25 persen.

    Berdasarkan tabel 4.6, laju pertumbuhan sektor/subsektor ekonomi

    periode 2003-2012 dapat kita analisis sebagai berikut:

    Bila dilihat secara subsektor maka subsektor angkutan udara

    memiliki rata-rata laju pertumbuhan tertinggi sebesar 17,19 persen

    kemudian subsektor hotel sebesar 10,68 persen dan subsektor komunikasi

    sebesar 10,54 persen. Jika diamati secara teliti dapat kita lihat laju

    pertumbuhan rata-rata tertinggi dan pertumbuhan rata-rata tertinggi ketiga

    ini merupakan sumbangan dari sektor angkutan dan komunikasi. Subsektor

    yang memiliki laju pertumbuhan stabil setiap tahunnya adalah subsektor

    perikanan dan subsektor angkutan jalan raya. Kedua subsektor ini memiliki

    laju pertumbuhan yang cenderung meningkat, walaupun ada penurunan

    namun tidak mempengaruhi penurunan yang dratis. Jika diamati rata-rata

    laju pertumbuhan kedua subsektor ini, subsektor perikanan memiliki rata-

    rata laju pertumbuhan lebih baik karena mampu meningkat lebih tinggi dari

    rata-rata laju pertumbuhan sektor pertanian.

    Laju pertumbuhan PDRB Kota Ambon sebagaimana dapat dilihat

    dalam grafik pada tabel sebagai berikut :

  • Tabel 5.6. Laju Pertumbuhan PDRB Kota Ambon Atas Dasar Harga Konstan

    Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003 - 2012 Lapangan Usaha 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-Rata

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

    1 Pertanian 3,09 3,82 3,80 4,31 4,00 4,86 8,50 2,18 9,00 4,84

    a. Tanaman Bahan Makanan - 2,12 2,26 2,40 2,38 0,26 0,19 1,86 1,87 6,71 2,23

    b. Tanaman Perkebunan - 1,43 1,45 1,51 1,35 1,28 1,21 0,71 3,81 -19,86 -0,79

    c. Peternakan dan Hasil-hasilnya - 2,61 2,15 2,29 3,24 2,93 3,05 4,04 7,91 7,86 4,01

    d. Kehutanan - 0,03 1,77 1,32 1,14 0,96 0,78 0,07 0,07 0,06 0,69

    e. Perikanan - 3,24 4,07 4,03 4,59 4,45 5,41 9,34 2,04 9,68 5,21

    2 Pertambangan & Penggalian - 5,14 5,67 5,91 5,10 5,12 5,19 13,84 13,77 14,50 8,25

    a. Pertambangan - - - - - - - - - - -

    b. Penggalian - 5,14 5,67 5,91 5,10 5,12 5,19 13,84 13,77 14,50 8,25

    Primer - 3,10 3,83 3,81 4,31 4,01 4,86 8,53 2,26 9,04 4,86

    3 Industri Pengolahan - 7,25 2,94 5,71 9,06 8,49 7,55 4,36 14,75 10,38 7,83

    a. Industri Tanpa Migas - 7,25 2,94 5,71 9,06 8,49 7,55 4,36 14,75 10,38 7,83

    4 Listrik, Gas & Air Bersih - 8,09 6,65 7,23 6,98 1,42 -16,88 7,66 7,79 7,65 4,07

    a. Listrik - 8,51 7,03 7,49 7,23 1,37 -18,04 7,95 7,69 7,65 4,10

    b. Air Bersih - 2,61 1,35 3,47 3,22 2,23 1,30 3,94 9,09 7,62 3,87

    5 Bangunan/ Kontruksi - 6,31 6,75 7,81 7,61 7,80 8,72 56,74 15,91 7,74 13,93

    Sekunder - 7,25 4,44 6,32 8,33 6,85 2,84 15,70 14,01 9,24 8,33

    6 Perdagangan, Hotel & Restoran - 5,48 6,38 6,94 6,88 6,59 6,22 5,91 6,05 9,88 6,70

    a. Perdagangan Besar Eceran - 5,36 6,37 6,95 6,95 6,61 6,34 4,62 6,24 9,87 6,59

    b. Hotel - 7,74 6,93 7,36 7,74 7,99 4,81 36,14 5,58 11,80 10,68

    c. Restoran - 5,94 6,08 6,43 5,02 5,12 5,23 5,59 3,12 8,09 5,62

    7 Angkutan & Komunikasi - 14,57 12,50 11,28 8,65 6,44 4,87 10,25 6,54 7,86 9,22

    A. Angkutan - 14,70 12,26 10,45 8,28 6,27 4,84 10,97 6,77 7,83 9,15

    a. Angkutan Jalan Raya - 3,66 3,52 3,75 3,73 3,71 5,27 8,94 7,17 5,41 5,02

    b. Angkutan Laut - 3,20 2,80 4,65 8,05 5,79 3,56 5,54 0,72 7,41 4,64

    c. Angkutan Penyeberangan - 10,71 12,83 13,41 13,33 7,66 2,27 8,84 3,13 9,83 9,11

    d. Angkutan Udara - 44,47 29,77 19,42 10,81 8,11 6,35 16,19 10,08 9,54 17,19

    e. Jasa Penunjang Angkutan - 9,97 10,03 10,67 9,86 6,49 1,08 6,81 5,04 6,10 7,34

    B. Komunikasi - 12,18 16,84 25,79 14,25 8,80 5,34 0,21 3,01 8,44 10,54

    8 Keua, Persewaan & Jasa Perus. - 3,74 3,99 4,88 5,16 5,44 5,61 2,15 2,80 4,70 4,27

    a. Bank - 4,61 4,71 5,01 5,23 5,77 5,99 1,06 1,73 7,24 4,59

    b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank - 2,60 3,10 4,63 5,62 5,75 6,01 0,33 3,07 4,29 3,93

    c. Sewa Bangunan - 3,47 3,73 4,82 4,93 5,04 5,15 3,92 3,51 2,83 4,16

    d. Jasa Perusahaan - 7,34 6,98 7,03 3,95 4,69 4,13 2,26 3,67 5,52 5,06

    9 Jasa-jasa - 3,21 4,71 5,00 5,56 6,18 6,36 3,71 10,09 9,36 6,02

    i. Pemerintahan Umum & Pertahanan - 3,17 4,75 5,06 5,67 6,38 6,67 3,75 10,57 9,75 6,20

    ii. Swasta - 3,91 4,09 4,14 3,90 3,12 1,29 2,97 1,81 2,11 3,04

    a. Jasa Sosial Kemasyarakatan - 2,68 2,84 3,04 2,72 1,76 0,71 3,94 2,58 0,02 2,25

    b. Hiburan & Rekreasi - 6,45 7,47 7,54 6,89 6,07 5,95 2,17 2,90 3,26 5,41

    c. Perorangan dan Rumah Tangga - 4,58 4,52 4,38 4,28 3,65 0,54 2,27 0,73 3,87 3,20

    Tersier - 6,33 6,88 7,06 6,68 6,29 5,87 5,84 7,20 8,69 6,76

    PDRB - 5,73 6,22 6,43 6,31 5,91 5,58 6,65 6,58 8,77 6,46

    Sumber: BPS Kota Ambon, Kota Ambon Dalam Angka

    diolah penulis

    37

  • 38

    Tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata pertahun Kota Ambon dan

    Provinsi Maluku selama periode penelitian mengalami kenaikan dan

    penurunan baik sektor maupun subsektor menurut lapangan usaha. Untuk

    pertumbuhan ekonomi Kota Ambon selama periode penelitian mengalami

    pertumbuhan yang positif dan negatif, sedangkan pertumbuhan ekonomi

    Provinsi Maluku juga mengalami pertumbuhan baik positif maupun negatif.

    Secara lengkap tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata pertahun Kota

    Ambon dan Provinsi Maluku menurut lapangan usaha tahun 2003-2012

    seperti terlihat pada tabel 5.7.

  • 39

    Berdasarkan tabel di atas, dapat kita lihat bahwa tingkat

    pertumbuhan ekonomi wilayah Kota Ambon periode 2003-2012 mengalami

    peningkatan dengan laju pertumbuhan rata-rata 6,46 persen lebih tinggi

    dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku

    sebesar 5,63 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi rata-rata pertahun

    Tabel 5.7. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi

    Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan

    Kota Ambon dan Provinsi Maluku Tahun 2003 - 2012 (jutaan rupiah)

    Lapangan Usaha

    Kota Ambon Provinsi Maluku

    2003 2012 Rata-

    rata 2003 2012

    Rata-

    rata

    1 Pertanian 230.930,76 352.601,30 4,81 1.029.450,16 1.458.218,14 3,94

    a. Tanaman Bahan Makanan 20.846,53 25.384,61 2,21 264.691,02 342.100,68 2,89

    b. Tanaman Perkebunan 3.983,56 3.622,18 (1,05) 214.495,22 288.994,67 3,37

    c. Peternakan & Hasil-hasilnya 5.676,94 8.085,23 4,01 36.711,87 51.895,12 3,92

    d. Kehutanan 364,45 387,60 0,69 54.694,94 51.618,27 (0,64)

    e. Perikanan 200.059,28 315.121,68 5,18 458.857,11 723.609,40 5,19

    2 Pertambangan & Penggalian 1.391,44 2.830,17 8,21 25.260,22 38.200,78 4,70

    a. Pertambangan 0,00 0,00 0,00 14.298,34 17.357,39 2,18

    b. Penggalian 1.391,44 2.830,17 8,21 10.961,88 20.843,39 7,40

    3 Industri Pengolahan 24.775,08 48.641,22 7,78 142.165,09 234.164,31 5,70

    a. Industri Tanpa Migas 24.775,08 48.641,22 7,78 142.165,09 234.164,31 5,70

    4 Listrik, Gas & Air Bersih 8.547,62 11.904,64 3,75 15.946,09 23.222,39 4,27

    a. Listrik 7.942,24 11.054,91 3,74 14.181,07 20.795,92 4,35

    b. Air Bersih 605,38 849,73 3,84 1.765,02 2.426,47 3,60

    5 Bangunan/ Kontruksi 7.842,79 23.550,52 12,99 37.369,87 93.285,97 10,70

    6 Perdagangan, Hotel & Restoran 284.730,46 510.255,86 6,70 719.658,30 1.282.675,22 6,63

    a. Perdagangan Besar Eceran 259.003,25 459.679,31 6,58 687.894,41 1.222.148,74 6,60

    b. Hotel 10.782,62 26.135,78 10,34 11.663,01 27.610,12 10,05

    c. Restoran 14.944,59 24.440,77 5,62 20.100,88 32.916,36 5,63

    7 Angkutan & Komunikasi 189.940,34 418.638,27 9,18 257.266,28 527.268,12 8,30

    A. Angkutan 179.768,72 394.057,00 9,11 244.985,49 498.456,43 8,21

    a. Angkutan Jalan Raya 65.793,85 102.093,37 5,10 97.978,77 152.003,85 5,00

    b. Angkutan Laut 47.053,40 70.606,13 4,61 69.493,55 103.203,96 4,50

    c. Angkutan Penyeberangan 9.714,89 21.170,73 9,04 15.872,19 34.483,97 9,00

    d. Angkutan Udara 42.093,93 171.694,79 16,91 44.212,58 176.517,67 16,63

    e. Jasa Penunjang Angkutan 15.112,65 28.491,98 7,30 17.428,40 32.246,98 7,08

    B. Komunikasi 10.171,62 24.581,27 10,30 12.280,79 28.811,69 9,94

    8 Keua, Persewaan & Jasa Perus. 104.194,34 151.766,80 4,27 168.612,35 243.013,48 4,14

    a. Bank 36.413,25 54.474,45 4,58 43.036,31 63.965,67 4,50

    b. Lemb. Keuangan Tanpa Bank 21.353,83 30.179,20 3,92 25.674,66 36.014,02 3,83

    c. Sewa Bangunan 45.107,83 65.057,45 4,15 98.342,61 140.638,89 4,05

    d. Jasa Perusahaan 1.319,43 2.055,70 5,05 1.558,77 2.394,90 4,89

    9 Jasa-jasa 337.302