analisis perbedaan tarif riil dengan tarif ina-cbg’s …eprints.ums.ac.id/78565/1/naskah...

16
ANALISIS PERBEDAAN TARIF RIIL DENGAN TARIF INA-CBG’S PADA KASUS STROKE RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PANTI NUGROHO YOGYAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: DHESMA ANESTY J410171045 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

Upload: others

Post on 10-Mar-2020

59 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

ANALISIS PERBEDAAN TARIF RIIL DENGAN TARIF INA-CBG’S PADA KASUS STROKE RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT

PANTI NUGROHO YOGYAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

DHESMA ANESTY

J410171045

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

i

HALAMAN PERSETUJUAN

EFEKTIVITAS MAT BUNGA MELATI (Jasminum sambac L.) SEBAGAI ANTI NYAMUK ELEKTRIK DALAM

MEMBUNUH NYAMUK Aedes aegypti

PUBLIKASI ILMIAH

oleh:

LUQMAN

J410171171

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Dosen Pembimbing I

Mitoriana Porusia, SKM.,M.Sc. NIK. 1772

Pembimbing II

Sri Darnoto, SKM.,M.PH. NIK. 1015

ii

HALAMAN PENGESAHAN

EFEKTIVITAS MAT BUNGA MELATI (Jasminum sambac L.)

SEBAGAI ANTI NYAMUK ELEKTRIK DALAM MEMBUNUH NYAMUK Aedes aegypti

OLEH

LUQMAN

J410171171

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Jum’at, 22 Oktober 2019

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji

1. Mitoriana Porusia, SKM.,M.Sc. (Ketua Dewan Penguji)

(……………………..)

2. Sri Darnoto, SKM.,M.PH. (Anggota I Dewan Penguji)

(……………………..)

3. Noor Alis Setiyadi, SKM.,M.KM. (Anggota I Dewan Penguji)

(……………………..)

Dekan, Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Dr. Mutalazimah, M.Kes NIK. 786

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang

lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya

pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, Oktober 2016

Penulis

LUQMAN

J410171171

1

ANALISIS PERBEDAAN TARIF RIIL DENGAN TARIF INA-CBG’S PADA KASUS STROKE RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PANTI NUGROHO YOGYAKARTA

Abstrak

Permasalahan dalam implementasi penerapan BPJS di rumah sakit adalah perbedaan antara tarif riil dan tarif INA-CBG’s, terutama untuk pasien rawat inap. Diagnosa rawat inap dengan jumlah terbanyak dan mempunyai biaya pengobatan yang tinggi di RS Panti Nugroho adalah stroke. Tujuan dari penelitian adalah menganalisis perbedaan tarif riil RS dengan tarif INA-CBG’s serta menghitung komponen tarif yang mempengaruhi tarif riil. Metode penelitian observasi analitik dengan desain cross-sectional. Data diambil secara retrospektif dari berkas klaim individual pasien dan rekam medis pasien. Populasi penelitian adalah kasus stroke rawat inap yang menggunakan BPJS di RS Panti Nugroho Yogyakarta selama periode Januari 2018 - Mei 2019 dengan kode diagnosis INA-CBG’s G-4-15-I; G-4-15-II; G-4-15-III. Teknik pengambilan sampel dengan kriteria eksklusi dan inklusi didapat 130 kasus stroke yang sesuai kriteria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selisih antara biaya riil dan tarif paket INA-CBGs pada pasien rawat inap BPJS adalah Rp. 71.246.727 dengan persentase 58,46 % dari 130 episode perawatan mempunyai biaya riil lebih tinggi daripada tarif INA-CBG’s. Uji statistik didapat hasil terdapat perbedaan bermakna antara biaya riil dan tarif paket INA-CBG’s (p-value = 0,0001) (uji korelasi= − 0,5742). Komponen PPK/PoliBedah/ PoliUmum, laboratorium/ pathologi/ cytho/cross/transfusi, dan ambulans dapat menerangkan perbedaan yang kuat antara tarif riil dan tarif paket INA-CBG’s. Model analisis regresi multivariat dirumuskan sebagai berikut: Y = −1741362 + 1,68PPK/PoliBedah/PoliUmum + 2,4 Laboratorium/pathologi/cytho/cross/ transfusi + 14,89Ambulans + ԑ Kata Kunci: Tarif riil, Tarif INA-CBG’s, Stroke, Kasus Rawat Inap

Abstract

The problem usually found in the BPJS (Society Health Insurance) is the difference between the real cost and INA-CBG’s package tariff for patients using BPJS, especially in inpatient department. Stroke is a disease that requires a sizeable medical expenses. Stroke is priority cases in RS Panti Nugroho Yogyakarta. The purpose of this study was to determine differences of patient characteristic ofthe real costs; and find out components of cost, This study was analytical observation, cross-sectional design. The taken re-trospectively from the BPJS claim files and patients’ medical record. of the stroke patients using BPJS during period of January 2018-May 2019 with the diagnosis code INA-CBG’s G-4-15-I; G-4-15-II; G-4-15-III. The result of the study showed that the difference between the real cost and INA-CBGs package tarif of the stroke BPJS inpatients is Rp 71.246.727 with the real cost higher than INA-CBG’s package tariff and there was 58,46 % in 130 episodes of care with the real cost higher. Correlation test statistical analysis result was −0.5742 with p-value=0,0001 and showed that was significant difference between the real cost and INA-CBG’s package tarif. The factors that affect the real cost of treatment of patients with stroke diagnose were cost of emergency installation or outpatient, laboratory and blood cost, ambulans cost. Multivariate regression analysis model is formulated as in the following: Y =−1741362+1,68PPK/PoliBedah/PoliUmum + 2,4 Laboratorium/pathologi/cytho/cross/ transfusi + 14,89Ambulans + ԑ Keywords: Real Cost, INA-CBGs Package Tariff , Stroke, BPJS Inpatient

2

1. PENDAHULUAN

Disahkannya Undang-Undang nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

memberikan landasan hukum terhadap kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia, khususnya mengenai jaminan sosial. Penyempurna dari UU SJSN 2004 adalah

ditetapkan UU nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Telah

disahkan UU tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial maka PT Askes (Persero) dinyatakan

bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan.

Pelaksanaan program BPJS di rumah sakit menggunakan sistem Casemix INA-CBG’s

(Indonesia Case Based Groups). Sistem casemix adalah suatu pengklasifikasian dari episode

perawatan pasien yang dirancang untuk menciptakan kelas-kelas yang relatif homogen dalam hal

sumber daya yang digunakan dan berisikan pasien-pasien dengan karakteristik klinik yang sejenis

(Sari, 2014).

Rumah Sakit Panti Nugroho merupakan salah satu rumah sakit swasta tipe D di regional I

(Jawa Tengah dan DI Yogyakarta) yang melayani dan merawat pasien umum maupun peserta JKN.

Sebagai rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan sebagai fasilitas kesehatan tingkat

lanjut, RS Panti Nugroho telah memenuhi salah satu syarat kerja sama dengan BPJS yaitu

terakreditasi versi SNARS dan mempunyai layanan prioritas kasus stroke pasien rawat inap.

Stroke menjadi penyebab utama kematian dan kecacatan yang meliputi kecacatan ringan,

sedang dan berat membutuhkan biaya perawatan yang tinggi. Stroke menjadi penyebab kematian

tersering ketiga setelah penyakit jantung dan kanker dan menempati urutan pertama sebagai penyebab

kecacatan. Penderita stroke sering memerlukan perawatan lebih lanjut dan rehabilitasi jangka

panjang. Berdasarkan Riskesdas 2018, Prevalensi stroke di Indonesia sendiri naik dari 7 persen

menjadi 10,9 persen dan DIY menempati peringkat kedua pada prevelensi per wilayah di Indonesia.

Masalah yang sering ditemukan dalam penyelenggaraan BPJS adalah adanya perbedaan antara

biaya riil dengan tarif paket INA-CBG’s pasien Jamkesmas, terutama pada instalasi rawat inap.

Tujuan dari penelitian menganalisis perbedaan tarif riil dengan tarif INA-CBG’s pada kasus stroke

rawat inap di RS Panti Nugroho Yogyakarta dan enganalisis komponen tarif yang berpengaruh pada

perbedaan tarif riil dan tarif INA-CBG’s.

3

2. METODE

Metode penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan analitik menggunakan

rancangan cross-sectional dengan melakukan pengamatan retrospektif terhadap berkas rekam medis

dan berkas klaim indivisual pasien rawat inap dengan kasus stroke untuk melihat bagaimana realisasi

besaran tarif pelayanan pasien rawat inap stroke di Rumah Sakit dengan tarif INA-CBG’s untuk

pasien JKN di Rumah Sakit Panti Nugroho dan juga mengetahui komponen yang berpengaruh

terhadap terjadinya perbedaan tersebut.

Analisis deskriptif dilakukan untuk memaparkan besar total biaya penyakit stroke. Analisis

analitik yaitu, uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu distribusi data

tarif riil dan tarif paket INA-CBG’s kasus stroke JKN di RS Panti Nugroho. Uji normalitas yang

digunakan dalam penelitian ini adalah uji Kolmogorov Smirnov karena subyek penelitian lebih dari

50. Kriteria ujinya adalah apabila nilai signifikan>0,05, maka Ho diterima yang berarti data

berdistribusi normal.

Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini menggunakan bantuan perangkat lunak

pengolah data, dimana analisis statistik yang digunakan untuk mengetahui perbedaan tarif riil dengan

tarif paket INA-CBG’s rawat inap JKN stroke di RS Panti Nugroho adalah dengan menggunakan

analisis univariat untuk melihat karakteristik kasus stroke rawat inap, analisis bivariat untuk uji

perbedaan antara tarif riil dan tarif INA-CBG’s dilanjutkan dengan analisis multivariat untuk melihat

komponen tarif serta membuat persamaan pada hubungan antara komponen-komponen tarif dengan

selisih tarif INA-CBG’s dan tarif riil RS. Dengan tujuan meramalkan bagaimana keadaan (naik

turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor

prediator dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Karakteristik pasien stroke peserta JKN di RS Panti Nugroho

Karakteristik Frekuensi Persentase (%) 1. Usia

< 55 28 21,54 ≥ 55 102 78,46

Mean (±SD) 63,57 (±12.80) Median (min : max) 64 (27:90)

2. Jenis Kelamin Laki 70 53,85 Perempuan 60 46,15

3. Jenis Kepesertaan NPBI 120 92,31 PBI 10 7,69

4

Tabel lanjutan.. Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

4. Kelas I 34 26,15 II 28 21,54 III 68 52,31

Sumber: Data Sekunder Terolah, 2019 Dari data yang ditampilkan pada tabel 1 ditemukan karakteristik usia frekuensi pada usia lebih dari

55 tahun lebih besar dibanding dibawah tahun yaitu sebanyak 102 kasus pada usia lebih dari 55 tahun

atau 78,46 % dari jumlah kasus secara keseluruhan Stroke dapat menyerang semua umur, tetapi lebih

sering dijumpai pada populasi usia tua. Setelah berumur 55 tahun, Risikonya berlipat ganda setiap

kurun waktu sepuluh tahun (Amiman, Tumboimbela, & Kembuan, 2016).

Selain itu dari data yang ditampilkan pada tabel 3 ditemukan karakteristik jenis kelamin pada

kasus stroke rawat inap mempunyai frekuensi sebanyak 70 kasus untuk jenis kelamin laki-laki atau

53,85 % dari jumlah kasus secara keseluruhan. Angka kejadian serangan stroke lebih rendah pada

wanita daripada laki-laki, peranan estrogen sangat penting dalam melindungi wanita dari serangan

penyakit pembuluh darah peranan hormon juga berperan dalam keefektifan dalam terapi penyakit

pembuluh darah (F. Handayani, 2012).

Karakteristik episode perawatan stroke berdasarkan distribusi jenis diagnosis sekunder

(komorbid) yang dialami pasien secara umum disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Faktor Komorbid Pasien Stroke Rawat Inap Di RS Panti Nugroho

Diagnosis Sekunder Jumlah Episode Perawatan

Persentase (%)

Hipertensi 29 22% Hipertensi, Dyslipidemia 16 12% Hipertensi , DM 10 8% DM 6 5% Hipertensi; CHF, 6 5% Hipertensi, Infeksi Lain 16 12% CHF , Infeksi Lain 5 4% DM 2 2% DM, Anemia 3 2% Dislipidemia 5 4% Komorbid Lain 8 6% Tanpa Komorbid Lain 23 18%

Sumber: Data Sekunder Terolah, 2019

Usrin (2011) mengatakan penderita hipertensi memiliki risiko mengalami stroke 8 kali lebih

besar dibandingkan dengan yang tidak hipertensi.

5

Besaran dan perbedaan tarif riil rumah sakit dengan tarif INA-CBG’s pada kasus stroke rawat

inap di RS Panti Nugroho tergambar pada tabel 3.

Tabel 3. Komparasi Tarif Riil dan Tarif INA-CBG’s

Sumber: Data Sekunder Terolah, 2019

Dari tabel 3. dapat dilihat bahwa selisih antara tarif riil dan tarif INA-CBG’S kasus stroke di RS

Panti Nugroho untuk semua kelas dan semua tingkat keparahan mempunyai perbedaan dan perbedaan

bernilai positif yang berarti tarif riil RS lebih besar dari tarif INA-CBG’s. Dilanjutkan dengan analisis

univariat untuk melihat besaran sebaran kasus pada tarif riil dan tarif INA-CBG’s.

Tabel 4. Perbedaan Tarif Riil Rumah Sakit Dengan Tarif INA-CBG’s

Sumber: Data Sekunder Terolah, 2019

Dilakukan uji normalitas menggunakan kolmogorov smirnoff dengan hasil distribusi data tidak

normal, dilanjutkan dengan uji bivariat uji beda menggunakan uji wilcoxon didapat nilai z sebesar

Kode INA-CBG's Frekuensi Total Biaya Riil Total Tarif

INA-CBG's Komparasi

Kelas 1 -G-4-15-I 56 Rp 194,614,389 Rp 153,059,200 Rp 41,555,189 -G-4-15-II 12 Rp 46,712,357 Rp 39,144,000 Rp 7,568,357 -G-4-15-III 0

Kelas 2 -G-4-15-I 28 Rp 93,326,936 Rp 91,837,200 Rp 1,489,736 -G-4-15-II 5 Rp 29,258,432 Rp 19,572,000 Rp 9,686,432 - G-4-15-III 0

Kelas 3 -G-4-15-I 23 Rp 89,795,110 Rp 88,009,500 Rp1,785,610 -G-4-15-II 5 Rp 27,672,474 Rp 22,834,000 Rp 4,838,474 - G-4-15-III 1 Rp 10,768,529 Rp 6,445,600 Rp 4,322,929

Total Kasus G-4-15-I; G-4-15-II; G-4-15-III

130 Rp 492,148,227 Rp 420,901,500 Rp71,246,727

Karakteristik Frekuensi Persentase (%) 95%CI Tarif Riil RS 3,49 – 4,07

Mean (±SD) 3785448 (±1660232) Median (min : max) 3432999 (1626999 : 11869936)

Tarif INA-CBG’s -Ringan 107 82,3 -Sedang dan berat 23 17,7

Selisih Tarif -Tinggi 76 58,46 4,97 – 6,67 -Rendah 54 41,54 3,33 – 5,03

6

8.410 dengan p value (Prob > |z|) sebesar 0,0001 di mana kurang dari batas kritis penelitian dan hasil

uji korelasi sebesar -0.5742. sehingga keputusan hipotesis adalah menerima hipotesis atau yang

berarti terdapat perbedaan bermakna antara kelompok tarif riil RS dan tarif INA-CBG’s. Adapun

besaran komparasi antara tarif riil RS dan tarif INA-CBG’s terpapar pada tabel yang mempunyai

selisih tarif tinggi atau tarif riil RS lebih tinggi dari tarif INA-CBG’s sebesar 76 kasus atau 58,46 %.

Dilanjutkan dengan uji bivariat menggunakan regresi linier untuk menguji pengaruh komponen yang

berhubungan dengan selisih tarif riil RS dengan tarif INA-CBG’s.

Tabel 5. Komponen Tarif Riil Yang Berpengaruh Pada Selisih Tarif Riil

Komponen Frekuensi 95%CI P-value TARIF RIIL

Biaya Perawatan 130 1,44 - 2,67 < 0,001 PPPK/Poli Bedah/PU 130 1,23 - 2,72 < 0,001 Laboratorium /pathologi/cytho/cross transfusi 130 1,58 - 3,07 < 0,001

Radiologi/elektromedis 130 0,80 - 2,06 < 0,001 obat & Resep 130 2,46 – 3,01 < 0,001 Physio/UKG/Ultras/Ultrax/ 130 -2,95 -4,48 < 0,001 Tindakan Alat Keperawatan 130 2,67 - 3,33 < 0,001 Diet, TKTP 130 5,95 – 9,06 < 0,001

Administrasi 130 -43,29 -27,14 0,651 Ambulans 130 6,16 – 21,0 0,0004 Pelayanan Medis dokter 130 7,80 - 12,41 < 0,001

Sumber: Data Sekunder Terolah, 2019

Dari hasil analisis ditemukan bahwa komponen biaya perawatan, PPPK/Poli Bedah/Poli

Umum, Laboratorium /pathologi/cytho/cross transfusi, Radiologi/elektromedis, Obat & Resep,

Physio/UKG/Ultras/Ultrax/Soflux, Tindakan & Alat Keperawatan, Diet, TKTP, Ambulans,

pelayanan medis dokter mempunyai p value < 0,001 yang bermakna mempunyai pengaruh pada

perbedaan tarif riil dan tarif INA-CBG’s.

Selanjutnya dilakukan analisis multivariat dengan menggunakan multiple linear regresi dengan

memasukkan semua komponen biaya dilanjutkan dengan menggunakan model asumsi dengan

menggunakan backward elimination. Dari pemodelan regresi multivariat diperoleh model terbaik.

Final model yang merupakan hasil dari analisis multivariat regresi linier dapat dilihat pada tabel 6.

7

Tabel 6. Komponen yang Mempengaruhi Tarif Riil dan Tarif INA-CBG’s

Komponen Frekuensi 95%CI p-value PPPK/Poli Bedah/Poli Umum 130 1,09 - 2,29 < 0,001 Laboratorium /pathologi/cytho/cross transfusi 130 1,79 - 3,03 < 0,001

Ambulans 130 9,19 - 20,59 < 0,001 Sumber: Data Sekunder Terolah, 2019

Sedangkan dari hasil akhir analisi multivariat model terbaik didapat persamaan yang didapat

pada tabel 7.

Tabel 7. Hasil Perhitungan Regresi Linier Berganda

Sumber: Data Sekunder Terolah, 2019

Dari hasil analisis multivariat diperoleh persamaan sebagai berikut:

y = −1741362 + 1,68PPK/PoliBedah/PoliUmum + 2,4Laboratorium/pathologi/cytho/cross/transfusi

+ 14,89Ambulans + ԑ

Berdasarkan hasil persamaan diatas maka dapat diartikan sebagai berikut:

1. Nilai konstanta = −1741362 merupakan besaran konstanta regresi.

2. Nilai β1 yaitu 1,68 berarti jika X1 (PPK/PoliBedah/PoliUmum) berubah 1 persen maka selisih

tarif riil RS dan tarif INA-CBG’s akan mengalami perubahan sebesar 1,68 %

3. Nilai β2 yaitu 2,4 berarti jika X2 (Laboratorium/pathologi/cytho/cross/transfusi) berubah 1

persen maka selisih tarif riil RS dan tarif INA-CBG’s akan mengalami perubahan sebesar 2,4 %

4. Nilai β3 yaitu 14,89 berarti jika X3 (Ambulans) berubah 1 persen maka selisih tarif riil RS dan

tarif INA-CBG’s akan mengalami perubahan sebesar 14,89 %

5. Nilai e adalah nilai eror

Koefisien determinasi (R2) berguna untuk mengukur kemampuan model dalam menerangkan

variabel dependen pada tabel 11 nilai R2 adalah, hal ini berarti 48,8 persen besaran perbedaan selisih

tarif riil dan tarif INA-CBG’s dijelaskan oleh komponen pada persamaan yaitu

PPK/PoliBedah/PoliUmum, Laboratorium /pathologi /cytho/cross/transfusi, dan Ambulans. Dan

sisanya sebesar 51,2% dapat dijelaskan oleh komponen lain yang tidak dimasukkan dalam model ini.

Variabel Penjelas B t.stat Konstanta -1741362 -7,01 PPPKPoliBedahPoliUmum (X1) 1,68 5,59 Laboratoriumpathologicytho (X2) 2,4 7,68 Ambulans (X3) R2

14,89 0.4884

5,17

F-stat 40.10 Sig.F 0,0000

8

Komponen PPK/Poli bedah/poli umum merupakan komponen yang berisi tarif pelayanan di klinik

rawat jalan sebelum pasien mendapat layanan rawat inap, termasuk didalamnya obat, penunjang,

tindakan di klinik rawat jalan baik di klinik bedah, klinik umum, maupun instalasi gawat darurat.

IGD adalah salah satu unit yang mempunyai tingkat utilisasi tinggi dan peluang peningkatan

penerimaan maupun pengeluaran biaya (Tjahjadi, 2004), Sehingga biaya operasional di IGD tidak

dapat dipastikan rata-rata pengeluarannya karena terpengaruh pada bagaimana keadaan pasien saat

sampai di IGD yang mempengaruhi jenis pelayanan, sumber daya manusia, persyaratan sarana, dan

fasilitas kerja (Sandy, Wijaya, & Risdiana, 2012).

Komponen Laboratorium/pathologi/cytho/cross transfusi. Komponen Laboratorium/patho-

logi/cytho/cross transfusi berisi total dari biaya pemeriksaan penunjang seperti tes laboratorium,

patologi, transfusi darah. faktor komorbid dari stroke terbanyak yaitu DM dislipidemia dan penyakit

lain seperti anemia yang merupakan faktor komorbid terbanyak dari penyakit stroke memerlukan

pemeriksaan dengan frekuensi yang rutin baik untuk penegakan diagnosa maupun untuk monitoring

pasien selama rawat inap, hal ini sesuai dengan penelitian dari (Indriani, Kusnanto, Mukti, &

Kuntoro, 2013) yang menyatakan bahwa pemeriksaan laboratorium tertinggi adalah pada jenis

pemeriksaan kimia klinik untuk diagnosis penunjang selain diagnosis utama.

Biaya Ambulans merupakan biaya pelayanan ambulan. Pada kasus stroke rawat inap di RS Panti

Nugroho yang mengeksklusikan pasien yang dirujuk maka biaya ambulan yang dimaksud adalah

biaya untuk pasien yang dijemput dari selain fasilitas kesehatan seperti rumah pasien atau tempat

kejadian pasien terkena serangan stroke maupun biaya pelayanan untuk antar jemput pasien yang

membutuhkan pemeriksaan penunjang yang tidak tersedia di RS Panti Nugroho, baik pemeriksaan

Laboratorium/pathologi/cytho/cross maupun Radiologi/elektromedis. Sesuai dengan buku panduan

praktis pelayanan ambulan yang dikeluarkan oleh BPJS, kondisi pelayanan ambulan tersebut

merupakan pelayanan yang tidak sesuai ketentuan untuk penagihan klaim terpisah dari paket INA-

CBG’s atau sudah termasuk dalam tarif paket INA-CBG’s. Terdapat beberapa faktor yang tidak pasti

mempengaruhi biaya ambulan di RS Panti Nugroho antara lain jarak tempuh antar jemput pasien,

kondisi pasien, biaya perawat yang mendampingi, biaya lembur perawat dan supir ambulans yang

mendampingi jika diluar jam kerja, biaya konsumsi untuk perawat dan supir ambulans, dan biaya

bahan bakar. Karena banyaknya faktor yang mempengaruhi biaya ambulan di RS Panti Nugroho

maka total biaya pelayanan ambulan tidak ada biaya paket atau berubah-ubah sesuai dengan faktor-

faktor yang mempengaruhinya.

Pada hasil analisis didapat hasil bahwa tarif riil RS lebih tinggi dati tarif INA-CBG’s maka RS

mengalami kerugian. Kerugian RS tidak boleh dibiarkan terus menerus, perlu adanya langkah

9

evaluasi dan pengendalian tarif dari pihak manajemen RS untuk meminimalisir kerugian RS.

Pengendalian tarif sangat esensial bagi penyedia pelayanan kesehatan dalam mempertahankan

kelangsungan finansial dalam persaingan secara ekonomis. Selain tarif, peningkatan kualitas

pelayanan kesehatan juga menjadi hal yang harus diperhatikan oleh penyedia pelayanan kesehatan

dan pembuat kebijakan. Apabila klaim terlalu rendah, maka tidak dapat membiayai treatment cost

yang telah dikeluarkaan, maka penyedia pelayanan kesehatan akan berupata mengurangi pengeluaran

dengan menurunkan kualitas. (Rahayuningrum et al., 2017).

Pengendalian tarif dengan peningkatan efisiensi yang dimaksud dapat dilakukan dengan

evaluasi pada clinical pathway penyakit stroke. Rumah Sakit sebagai pemberi layanan kesehatan saat

ini dituntut untuk melakukan kendali mutu dan biaya, namun tetap berkualitas. Clinical pathway yang

menjadi dasar pengendalian mutu dan biaya. (Rejeki & Nurwahyuni, 2017). Pengawasan pada terapi

dan perawatan penunjang pada kasus stroke yang memiliki komorbid lain agar tetap pada clinical

pathway stroke disesuaikan dengan keadaan pasien. Pada pengendalian ini diperlukan fungsi

manajemen dan tim medis dalam teknis pelaksanaannya. Peran dan fungsi manajemen dan tim BPJS

diharapkan dapat tergambar dari awal pasien masuk sampai dengan proses klaim.

4. PENUTUP Terdapat perbedaan yang bermakna antara tarif riil dan tarif paket INA-CBG’s pada kasus stroke

rawat inap di RS Panti Nugroho (p value = 0,0001). Dari analisis univariat didapat hasil bahwa 58,46

% mempunyai selisih yang tinggi atau positif yang berarti tarif riil RS lebih tinggi dari tarif INA-

CBG’s dan RS mengalami kerugian.

Komponen PPK/PoliBedah/PoliUmum, Laboratorium/pathologi/ cytho/cross/transfusi, dan

Ambulans dapat menerangkan perbedaan yang kuat antara tarif riil dan tarif paket INA-CBG’s pada

kasus stroke rawat inap di RS Panti Nugroho dengan besar persentase 48,8 % sedangkan sisanya

dijelaskan oleh komponen lain yang tidak dimasukkan dalam model ini. Model persamaan adalah

sebagai berikut:

y = −1741362 + 1,68PPK/PoliBedah/PoliUmum + 2,4Laboratorium/pathologi/cytho/cross/transfusi

+ 14,89Ambulans + ԑ

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Rina et al. 2019. “Universal Health Coverage in Indonesia: Concept, Progress, and

Challenges.” The Lancet 393(10166): 75–102.

Arifianto, Moechammad Sarosa, Onny Setyawati. 2014. “Klasifikasi Stroke Berdasarkan Kelainan

Patologis Dengan Learning Vector Quantiation.” Eeccis 8(2): 117–22.

10

Amiman, Reunita C., Melke J. Tumboimbela, and Mieke A.H.N. Kembuan. 2016. “Gambaran Length

of Stay Pada Pasien Stroke Rawat Inap Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Juli

2015-Juni 2016.” e-CliniC 4(2).

Ansyori, Anis et al. 2009. “Peran Pengetahuan Dan Sikap Dokter Dalam Ketepatan Koding Diagnosis

Berdasar ICD 10 Role of Knowledge and Physician Attitudes in the Diagnosis Coding Accuracy

Based on ICD 10.” 28(1): 65–67.

Bahrudin, Mochamad. 2012. “Model Diagnostik Stroke Berdasarkan Gejala Klinis.” Saintika Medika

6(2).

BPJS. 2014. “Petunjuk Teknis Verifikasi Klaim.” : 1–11.

Darmawansyah, Darmawansyah et al. 2018. “Penetapan Tarif Rasional Pelayanan Kesehatan RSUD

Tenriawaru Kabupaten Bone.” Media Kesehatan Masyarakat Indonesia 14(2): 165.

Difa, Nurulia Savitri, Wahyu Hidayat, Reni Shinta Dewi. 2015. “PENGARUH KUALITAS

PELAYANAN, LOKASI, DAN TARIF TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP

RUMAH SAKIT LESTARI RAHARJA KOTA MAGELANG (Studi Kasus Pada Pasien Rawat

Inap Non Asuransi).” UNS-F.Ekonomi Jur Manajemen-F. 12065382010.

Dokter, Perhimpunan, and Spesialis Kardiovaskular. 2013. “Pedoman Tatalaksana Dislipidemia.”

Dumaris, Hotma. 2015. “Analisis Perbedaan Tarif Rumah Sakit Dan Tarif INA-CBG ’ s Pelayanan

Rawat Jalan Di RSUD Budhi Asih Jakarta Tahun 2015.” Jurnal Administrasi Rumah Sakit 3(1):

20–28.

Handayani, Fitria. 2012. “Angka Kejadian Serangan Stroke Pada Wanita Lebih Rendah Daripada

Laki-Laki.” Keperawatan Medikal Bedah 1(1): 75–79.

Handayani, Lestari, and Niniek Lely Pratiwi. 2018. “Unit Cost Rumah Sakit Dan Tarif Ina-Cbgs :

Sudahkah Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Dibayar Dengan Layak?” Buletin

Penelitian Sistem Kesehatan 21(4): 219–27.

Hukum, Fakultas, and Universitas Diponegoro. 2018. “Klaim Rs Pd Bpjs Terkait Ina Cbgs.” 1(2007):

79–92.

Indriani, Diah, Hari Kusnanto, Ali Ghufron Mukti, and Kuntoro Kuntoro. 2013. “Dampak Biaya

Laboratorium Terhadap Kesenjangan Tarif INA-CBGs Dan Biaya Riil Diagnosis Leukemia.”

Kesmas: National Public Health Journal 7(10): 440.

JohanaTomasoa. 2018. “GLOBAL HEALTH SCIENCE http://Jurnal.Csdforum.Com/Index.Php/Ghs

11

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 3 No . 4 , Desember 2018 ISSN 2503-5088 ( p ) 2622-

1055 ( e ) GLOBAL HEALTH SCIENCE http://Jurnal.Csdforum.Com/Index.Php/Ghs.” Global

Health Science 3(4): 339–45.

Kabi, Glen Y. C. R., Rizal Tumewah, and Mieke A. H. N. Kembuan. 2015. “Gambaran Faktor Risiko

Pada Penderita Stroke Iskemik Yang File:///C:/Users/Dhesma/Downloads/Document

(3).PdfDirawat Inap Neurologi Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Juli 2012 - Juni

2013.” e-CliniC 3(1): 1–6.

Kemenkes RI. 2013. “Buku Paegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Dalam Sitem

Jaminan Nasional.” : 1–30.

Kementerian Republik Indonesia. 2016. “Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

72 Tahun 2016 Tentang.” Permenkes No 72 2016. https://www.bertelsmann-

stiftung.de/fileadmin/files/BSt/Publikationen/GrauePublikationen/MT_Globalization_Report_

2018.pdf%250Ahttp://eprints.lse.ac.uk/43447/1/India_globalisation%252C society and

inequalities%2528lsero%2529.pdf%250Ahttps://www.quora.com/What-is-the.

Nurul Arofah, Annisa. 2012. “Penatalaksanaan Stroke Trombotik: Peluang Peningkatan Prognosis

Pasien.” Saintika Medika 7(1).

Pencegahan, Pengelolaan D A N, and D I Indonesia. 2015. Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes

Melitus Tipe 2 Di Indonesia 2015.

Rahayuningrum, Indriyati Oktaviano, Didik Gunawan Tamtomo, and Arief Suryono. 2017. “Analisis

Tarif Rumah Sakit Dibandingkan Dengan Tarif Indonesian Case Based Groups Pada Pasien

Rawat Inap Peserta Jaminan Kesehatan Nasional Di Rumah Sakit.” Prosiding Seminar Nasional

& Internasional 1(1): 214–23. http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/

2300/2276.

Rejeki, Vera Marietha Meinar, and Atik Nurwahyuni. 2017. “Cost of Treatment Demam Berdarah

Dengue (DBD) Di Rawat Inap Berdasarkan Clinical Pathway Di RS X Jakarta.” Jurnal Ekonomi

Kesehatan Indonesia 2(2): 66–74.

Republik Indonesia. 2013. “Peraturan Badan Penyelengara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 1

Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan.” Journal of Chemical Information

and Modeling 53(9): 1689–99.

Sandy, Julia, Aris Suparman Wijaya, and Irma Risdiana. 2012. “Analysis Assessment Installation

Standard in Health Service.” : 1–19.

12

Sari, R.P. 2014. “Perbandingan Biaya Riil Dengan Tarif Paket INA CBGs Dan Analisis Faktor Yang

Mempengaruhi Biaya Riil Pada Pasien Diabetes Melitus Rawat Inap Jamkesmas Di RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta.” Journal Spread 4(April): 61–70.

Sofyan, Aisyah Muhrini, Ika Yulieta Sihombing, and Yusuf Hamra. 2012. “Hubungan Umur, Jenis

Kelamin, Dan Hipertensi Dengan.” Medula 1(1): 24–30.

Susilawati, Fepi, and Nurhayati SK. 2018. “Faktor Resiko Kejadian Stroke.” Jurnal Ilmiah

Keperawatan Sai Betik 14(1): 41.

Wijayanti, Agustin ika, and Sri Sugiarsi. 2010. “Analisis Perbedaan Tarif Riil Dengan Tarif Paket

Ina- Cbg Pada Pembayaran Klaim Jamkesmas Pasien Rawat Inap Di Rsud Kabupaten

Sukoharjo.” Tesis: 1–10.