analisis perbandingan tata cara konstruksi pada perumahan terhdap biaya per minggu dan durasi

59
SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN TATA CARA KONSTRUKSI PADA PROYEK PERUMAHAN TERHADAP DURASI DAN BIAYA PER MINGGU HANDY PANGADI NPM : 2011410090 PEMBIMBING : Ir. ZULKIFLI B. SITOMPUL, M.SIE UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

Upload: handy-handy

Post on 29-Jan-2016

231 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

penjadwalan proyek, rab proyek, estimasi biaya, perbandingan tata cara konstruksi, metode pelaksanaan konstruksi

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

SKRIPSI

ANALISIS PERBANDINGAN TATA CARA KONSTRUKSI PADA PROYEK PERUMAHAN

TERHADAP DURASI DAN BIAYA PER MINGGU

HANDY PANGADINPM : 2011410090

PEMBIMBING : Ir. ZULKIFLI B. SITOMPUL, M.SIE

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGANFAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL(Terakreditasi Berdasarkan SK BAN-PT No.:227/SK/BAN-PT/Ak-XVI/S/XI/2013)

BANDUNGSEPTEMBER 2015

Page 2: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

SKRIPSI

ANALISIS PERBANDINGAN TATA CARA KONSTRUKSI PADA PROYEK PERUMAHAN

TERHADAP DURASI DAN BIAYA PER MINGGU

HANDY PANGADINPM : 2011410090

BANDUNG, 29 JUNI 2015

PEMBIMBING

Ir. Zulkifli B. Sitompul, M.SIE

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGANFAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL(Terakreditasi Berdasarkan SK BAN-PT No.:227/SK/BAN-PT/Ak-XVI/S/XI/2013)

BANDUNGSEPTEMBER 2015

Page 3: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

ANALISIS PERBANDINGAN TATA CARA KONSTRUKSI PADA PROYEK PERUMAHAN TERHADAP DURASI DAN

BIAYA PER MINGGU

Handy PangadiNPM : 2011410090

Pembimbing : Ir. Zulkifli B. Sitompul, M.SIE.

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGANFAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL(Terakreditasi Berdasarkan SK BAN-PT No.:227/SK/BAN-PT/Ak-XVI/S/XI/2013)

BANDUNGSEPTEMBER 2015

ABSTRAK

Kebutuhan akan tempat tinggal menyebabkan permintaan akan rumah meningkat, berawal dari permintaan tersebut banyak kawasan permukiman dikembangkan di Indonesia, salah satunya berupa perumahan. Proses konstruksi pada perumahan dilakukan dengan metode konvensional, akan tetapi yang menarik adalah perbedaan-perbedaan yang terjadi pada tata cara konstruksinya. Pemilihan tata cara konstruksi dipengaruhi oleh pihak kontraktor, pengembang, maupun konsumen. Baik pihak pengembang, kontraktor, maupun konsumen menginginkan optimalisasi dari aspek biaya, mutu, dan waktu pada pembangunan rumah-rumah tersebut. Tata cara konstruksi yang diamati di lapangan dirumuskan menjadi tiga skema, yaitu: Skema 1, membangun secara parallel (seluruh rumah bersamaan), kemudian Skema 2, pembangunan satu per satu (berfokus pada satu rumah), dan Skema 3, pembangunan rumah per kopel. Simulasi ketiga skema dilakukan dengan konstrain yaitu berdasarkan konsep dari masing-masing skema, ketergantungan antar pekerjaan, ruang kerja, dan alokasi pekerja. Analisis awal didasarkan pada konstruksi satu unit rumah, yang kemudian disusun berdasarkan skema tata cara konstruksi masing-masing. Dari hasil analisis didapatkan salah satu perbedaan dari ketiga skema yaitu dari segi durasi penggunaan pekerja, Skema 1 menggunakan pekerja selama 2.110 orang hari dan tukang selama 1.141 orang hari, Skema 2 menggunakan pekerja selama 2.143 orang hari dan tukang selama 1.102 orang hari, Skema 3 menggunakan pekerja selama 2.038 orang hari dan tukang 1.035 orang hari. Selain itu, dari segi biaya per minggu ketiga skema juga memiliki perbedaan, dengan Skema 2 memiliki biaya per minggu yang lebih stabil diantara skema lainnya dan Skema 3 memiliki biaya yang paling rendah di minggu awal proyek.

Kata Kunci : Perbandingan Metode Konstruksi, Penjadwalan Proyek, Tata Cara Konstruksi, Biaya dan Jadwal Konstruksi, Perencanaan Bangunan Rumah

i

Page 4: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

COMPARATIVE ANALYSIS OF CONSTRUCTION PROCEDURE ON HOUSING CONCERNING DURATION

AND COST PER WEEK

Handy PangadiNPM:2011410090

Advisor : Ir. Zulkifli B. Sitompul, M.SIE.

PARAHYANGAN CATHOLIC UNIVERSITYDEPARTMENT OF CIVIL ENGINEERING

(Accreditated by SK BAN-PT No.:227/SK/BAN-PT/Ak-XVI/S/XI/2013)

BANDUNGSEPTEMBER 2015

ABSTRACT

The human’s need for shelter has led to increased demand for houses, because of that a lot of residential areas are developed in Indonesia, which one is in form of housing. Contruction process on housing is done by a conventional method, what make it intersting is the difference in the construction procedure. Construction procedure is determined by contractor, developer, and even consumer. All of that parties have a same goal, which is optimilization from time, cost, and quality in contruction process of that houses. From field observation, construction procedure is divided into three schemes, which is : Scheme 1 ,parallel construction with simultaneously development, then Scheme 2, construct one by one (focusing house by house), and Scheme 3, contruction per couple. Comparison from the three scheme is done by set quantity of house and human resources into fixed variables with duration and cost per week into independent variables. Simulation of the three scheme have a constraints, which is concept from each scheme, work chain, workspace, and worker allocation. Analysis is based from contruction of one house unit. From the analysis it can be concluded that one of the differences from the three scheme is the workers usage durations, with scheme 1 used laborer for 2,110 days a person and tradesman for 1,141 days a person, scheme 2 used laborer for 2,143 days a person and tradesman for 1,102 days a person, with scheme 3 used laborer for 2,038 days a person and tradesman for 1,035 days a person. Also from there are differences from the cost per week aspect, with Scheme 2 has the most stable cost per week and with Scheme 3 has the lowest cost per week in the early weeks of the project.

Keywords : Construction Procedure, Project Scheduling, Construction Method Comparison, Construction Cost and Schedule, Residential Building Planning

ii

Page 5: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Biaya Dan

Jadwal Berdasarkan Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan SNI Pada

Rumah Kelas Menengah. Skripsi ini merupakan salah satu syarat akademik dalam

menyelesaikan studi tingkat S-1 di Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil,

Universitas Katolik Parahyangan.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak hambatan yang dihadapi penulis,

tetapi berkat saran, kritik, serta dorongan semangat dari berbagai pihak, skripsi ini

dapat diselesaikan. Untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada :

1.Ir. Zulkifli B. Sitompul, M.SIE. selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, saran, dan bantuan yang sangat membantu dalam

proses penyusunan skripsi ini

2.Keluarga penulis yang telah memberikan banyak perhatian, dukungan

semangat, dan nasihat selama proses penyusunan skripsi ini

3.Teman-teman yang telah membantu, dan sebagai teman bertukar pikiran

dalam proses pembuatan skripsi ini

4.Seluruh staff PT.Pesona Jati Abadi yang telah memberikan masukan dan

data-data selama proses penyusunan skripsi ini

5.Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu

iii

Page 6: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih mempunyai kekurangan,

mengingat terbatasnya waktu penulis ketika skripsi ini disusun. Penulis berharap

skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak-pihak yang membacanya khususnya

yang berada di dalam bidang teknik sipil baik mahasiswa maupun pihak lainnya.

Bandung, 15 September 2015

Handy Pangadi

2011410090

iv

Page 7: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

ABSTRACT ii

PRAKATA iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Inti Permasalahan 2

1.3 Tujuan Penulisan 3

1.4 Pembatasan Masalah 3

1.5 Metode Penelitian 4

1.6 Sistematika Penulisan 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6

2.1 Definisi Perumahan 6

2.3 Tahapan pada Proyek Konstruksi 9

2.4 Manajemen Konstruksipada Tahap Perencanaan 9

2.5 Metode Pelaksanaan Konstruksi 10

2.6 Aspek Utama pada Manajemen Konstruksi 10

2.7 Definisi Estimasi Biaya 11

v

Page 8: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

2.8 Metode-Metode Estimasi Biaya 12

2.9 Definisi Penjadwalan Proyek Konstruksi 14

2.10 Metode-Metode dalam Penjadwalan Proyek Konstruksi 15

2.11 Hubungan Logika Ketergantungan Precedence Diagramming

Method (PDM) 17

2.12 Teknik Perhitungan Precedence Diagramming Method (PDM)20

2.13 Standar Nasional Indonesia (SNI) 22

2.14 Ruang Kerja 24

2.15 Pemerataan Sumber Daya (Resource Levelling) 24

BAB 3 METODE ANALISIS 26

3.1 Data Umum Proyek 26

3.2 Data Teknis Proyek 28

3.3 Metode Konstruksi pada Pekerjaan Rumah Tinggal 29

3.4 Skema Tata Cara Pelaksanaan Konstruksi 30

3.5 Logika pada Metode Analisis 33

3.6 Pekerjaan yang Dilaksanakan 34

3.7 Volume Satuan Pekerjaan 35

3.8 Analisis Harga Satuan Pekerjaan 36

3.9 Estimasi Biaya 36

3.10 Kebutuhan Sumber Daya Manusia 37

3.11 Estimasi Durasi Pekerjaan 38

3.12 Penjadwalan Proyek Berdasarkan Skema Metode Konstruksi 38

3.13 Biaya per Minggu yang Diperlukan 40

BAB 4 ANALISIS MASALAH 41

vi

Page 9: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

4.1 Asumsi pada Skema Tata Cara Konstruksi 41

4.2 Perhitungan Volume Pekerjaan 41

4.3 Perhitungan pada Analisis Harga Satuan Pekerjaan 42

4.4 Analisis pada Rencana Anggaran Biaya 43

4.5 Perhitungan Estimasi Durasi Pekerjaan Per Unit Rumah 44

4.6 Konstrain Penyusunan Simulasi Skema Tata Cara Konstruksi 46

4.7 Ketergantungan Antar Pekerjaan 46

4.8 Rasio Pekerja yang Optimal pada Pekerjaan 48

4.9 Analisis Ruang Kerja pada Pekerjaan 48

4.10 Perhitungan Jumlah Pekerja yang Optimal 50

4.11 Simulasi Alokasi Pekerja pada Skema Tata Cara Konstruksi 53

4.12 Estimasi Durasi Pekerjaan pada Skema Tata Cara Konstruksi 60

4.13 Resource Levelling pada Tenaga Kerja 66

4.14 Analisis Penjadwalan Proyek Berdasarkan Precedence

Diagramming Method 70

4.15 Perhitungan Jumlah Waktu Pekerja 81

4.16 Cashflow Biaya Per Minggu dari Setiap Skema 82

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 86

5.1 Kesimpulan 86

5.2 Saran 87

DAFTAR PUSTAKA 88

vii

Page 10: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

RAB = Rencana Anggaran Biaya

PDM = Precedence Diagramming Method

SNI = Standar Nasional Indonesia

Kepala = Kepala Tukang

K.Tukang = Kepala Tukang

R1 = Rumah 1

R2 = Rumah 2

R3 = Rumah 3

R4 = Rumah 4

R5 = Rumah 5

R6 = Rumah 6

viii

Page 11: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Segitiga variable utama dalam manajemen konstruksi 11

Gambar 2.2 Konstrain Finish to Start 18

Gambar 2.3 Konstrain Start to Start 19

Gambar 2.4 Konstrain Finish to Finish 19

Gambar 2.5 Konstrain Start to Finish 20

Gambar 2.6 Konstrain Start to Finish 20

Gambar 2.7 Konstrain Start to Finish 20

Gambar 2.8 Konstrain Start to Finish 21

Gambar 3.1 Peta Lokasi Proyek Kota Bali Residence 26

Gambar 3.2 Site Plan Lokasi Proyek 27

Gambar 3.3 Site Plan Lokasi Proyek 28

Gambar 3.4 Sketsa Skema 1 bagian I 31

Gambar 3.5 Sketsa Skema 1 bagian II 31

Gambar 3.6 Sketsa Skema 2 bagian I 32

Gambar 3.7 Sketsa Skema 2 bagian II 32

Gambar 3.8 Sketsa Skema 3 bagian I 33

Gambar 3.9 Sketsa Skema 3 bagian II 33

Gambar 3.10 Diagram Logika pada Metode Analisis 34

Gambar 3.11 Gambar Diagram Alir pada Estimasi Biaya 37

Gambar 3.12 Gambar Diagram pada Penjadwalan Proyek 39

Gambar 3.13 Gambar Diagram pada Analisis Biaya per Minggu 40

ix

Page 12: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

Gambar 4.1 Diagram Ketergantungan Antar Pekerjaan 47

Gambar 4.2 Denah Rumah beserta Area Kerja Tukang 49

Gambar 4.3 Skema 1 Hasil Resource Levelling Pekerja 66

Gambar 4.4 Skema 1 Hasil Resource Levelling Tukang 67

Gambar 4.5 Skema 2 Hasil Resource Levelling Pekerja 68

Gambar 4.6 Skema 2 Hasil Resource Levelling Tukang 68

Gambar 4.7 Skema 3 Hasil Resource Levelling Pekerja 69

Gambar 4.8 Skema 3 Hasil Resource Levelling Tukang 70

Gambar 4.9 Gantt Chart Skema 1 71

Gambar 4.10 Potongan Gantt Chart Skema 2 73

Gambar 4.11 Potongan Gantt Chart Skema 3 78

Gambar 4.12 Bar Chart Biaya per Minggu 81

Gambar 4.13 Grafik Biaya per Minggu Skema 1 83

Gambar 4.14 Grafik Biaya per Minggu Skema 2 84

Gambar 4.15 Grafik Biaya per Minggu Skema 3 85

Gambar 4.16 Grafik Biaya per Minggu Ketiga Skema 85

x

Page 13: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 4.1 Contoh Perhitungan Analisa Harga Satuan Pekerjaan 43

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Rencana Anggaran Biaya 1 unit rumah 44

Tabel 4.3 Durasi Pekerjaan per Unit Rumah 45

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Rasio Pekerja yang Optimal 48

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Kebutuhan Mandor 50

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Kebutuhan Pekerja Untuk Setiap Mandor 52

Tabel 4.7 Tabulasi pada Simulasi Skema 1 54

Tabel 4.8 Tabulasi pada Sebagian Simulasi Skema 2 56

Tabel 4.9 Tabulasi pada Sebagian Simulasi Skema 3 58

Tabel 4.10 Durasi Pekerja dan Jumlah Pekerjanya pada Skema 1 60

Tabel 4.11 Durasi Pekerja dan Jumlah Pekerjanya pada Skema 2 61

Tabel 4.12 Durasi Pekerja dan Jumlah Pekerjanya pada Skema 3 64

Tabel 4.13 Hasil Estimasi Durasi Skema 1 72

Tabel 4.14 Hasil Estimasi Durasi Skema 2 74

Tabel 4.15 Hasil Estimasi Durasi Skema 3 79

Tabel 4.16 Jumlah Biaya Yang Dibutuhkan Per Minggu 82

xi

Page 14: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 : Spesifikasi Material yang dipergunakan 90

Lampiran 2 : Perhitungan Volume Pekerja 93

Lampiran 3 : Gambar Tampak Potongan 99

Lampiran 4 : Pengambilan Data di Lapangan 101

Lampiran 5 : Volume Pekerjaan 103

Lampiran 6 : Analisa Satuan Harga Pekerjaan 107

Lampiran 7 : Rincian Rencana Anggaran Biaya 126

Lampiran 8 : Perhitungan Durasi Pekerjaan113

Lampiran 9 : Gantt Chart Schedule119

xii

Page 15: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tidak dapat dipungkiri bahwa tempat tinggal merupakan kebutuhan primer dari

manusia. Di Indonesia sendiri yang termasuk pada negara berkembang, dengan

tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dan perkonomiannya yang

sedang tumbuh, masih banyak terdapat penduduk yang belum memiliki tempat

tinggal. Pada saat ini kebutuhan akan tempat tinggal di Indonesia terus mengalami

peningkatan, karena itu banyak investor yang mulai mengembangkan kawasan

perumahan di seluruh Nusantara, salah satunya di kawasan Kota Bandung. Di

Kotamadya Bandung sedang marak-maraknya pembangunan rumah susun mewah

(apartment), karena lahan kosong yang ada di daerah perkotaan semakin sedikit.

Sebagai alternatif lain, banyak pengembang yang mengembangkan kawasan

permukiman berupa perumahan pada daerah sekitar Kotamadya Bandung.

Umumnya pengembangan pada kawasan perumahan tersebut mulai dari tingkat

menengah sampai ke perumahan murah.

Salah satu aspek utama yang diinginkan oleh pihak pengembang,

kontraktor, maupun konsumen adalah optimalisasi dari aspek biaya, mutu, dan

waktu pada pembangunan konstruksi di kawasan tersebut. Optimalisasi biaya,

mutu, dan waktu berhubungan erat dengan tahap perencanaan dan pelaksanaan

pada project life cycle. Tahap perencanaan memegang peranan yang penting

karena akan berimbas pada tahap pelaksanaan proyek. Dalam setiap pelaksanaan

13

Page 16: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

suatu proyek konstruksi ada suatu metode konstruksi yang digunakan dalam

menjalankan

pembangunan proyek tersebut. Metode konstruksi yang digunakan dalam

pembangunan perumahan umumnya menggunakan metode yang konvensional,

akan tetapi dalam tata cara pembangunan urutan pekerjaannya seringkali memiliki

perbedaan. Tata cara konstruksi pada perumahan memiliki penyusunan kegiatan

dengan berbagai macam variasi, yang pemilihannya ditentukan oleh tujuan serta

kondisi di lapangan, ada yang membangun rumah secara kopel, ada yang secara

bersamaan, ada pula yang membangun secara rumah per rumah. Masing-masing

tata cara pekerjaan tersebut memiliki keuntungan dan kesulitan masing-masing.

Dari segi bidang ilmu teknik sipil, perbandingan tata cara pekerjaan konstruksi

pada pembangunan perumahan tersebut dapat dibandingkan berdasarkan biaya,

waktu, dan mutunya. Dengan sumber daya yang seragam, maka mutu dari setiap

skema pekerjaan tersebut sama sehingga tersisa aspek biaya dan waktu. Dengan

membandingkan durasi berikut biaya per minggunya, dapat diketahui

perbedaan/persamaan biaya dan waktu dari skema metode konstruksi tersebut.

Dengan adanya studi ini, diharapkan dapat membantu pihak-pihak

pengembang dan pelaksana konstruksi dalam proses perencanaan dan aplikasinya

di lapangan. Serta terlebih lagi diharapkan studi ini dapat digunakan sebagai

pembelajaran maupun acuan untuk digunakan pada proyek-proyek lain yang

serupa.

1.2 Inti Permasalahan

14

Page 17: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas makadapat

dirumuskan pokok permasalahan, yaitu:

1. Berapa estimasi durasi dan estimasi biaya per minggu dari setiap skematata

cara konstruksi proyek tersebut?

2. Bagaimana perbandingan dari masing-masing skema tersebut?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Mendapatkan estimasi durasi dan biaya per minggu yang diperlukan dari

setiap skema tata cara konstruksi.

2. Mengetahui perbandingan durasi dan biaya per minggu dari masing-masing

skema tata cara konstruksi.

1.4 Pembatasan Masalah

Masalah yang akan dibahas di dalam skripsi ini dibatasi pada:

1. Studi dilakukan terhadap rumah 1 lantai dengan luas bangunan 60 m2.

2. Studi di lapangan dilakukan pada Januari 2015 sampai dengan Juni 2015

3. Studi dilakukan di Perumahan Kota Bali Residence, yang terletak di

Kabupaten Bandung Barat, Kecamatan Padalarang.

4. Pada penjadwalan proyek, pada lokasi proyek di lapangan diasumsikan cuaca

cerah (tidak hujan) serta jumlah pekerja hadir sesuai dengan perencanaan,

serta faktor-faktor lain yang dapat mengganggu dan atau merubah susunan

pekerjaan diabaikan.

15

Page 18: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

5. Pedoman Analisis Harga Satuan yang dipergunakan adalah Pedoman Analisis

Harga Satuan Pekerjaan SNI 2013, untuk pekerjaan yang tidak tercantum

memakai analisis harga satuan metode kontraktor.

6. Nilai yang dipergunakan untuk konversi satuan volume pekerjaan adalah

sebagai berikut: berat jenis besi tulangan = 7850kg/m3, pasir = 1400kg/m3,

split = 1800kg/m3.

1.5 Metode Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah :

1. Melakukan studi literaturdari berbagai karya ilmiah dan buku teks yang

berhubungan dengan topik skripsi ini .

2. Melakukan studi lapangan untuk mengumpulkan data serta memahami

kondisi yang ada di lapangan.

3. Melakukan analisis mengenai volume pekerjaan, harga satuan pekerjaan,

anggaran biaya, durasi pekerjaan, jumlah pekerja, dan jadwal proyek.

4. Penyusunan laporan mengenai hasil analisis dan membuat kesimpulan

tentang hasil dari penelitian tersebut .

1.6 Sistematika Penulisan

Agar penulisan skripsi ini dapat dilakukan dengan sistematis, maka penulisan

skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab yang terdiri atas:

1. BAB 1 Pendahuluan, membahas latar belakang, inti permasalahan, tujuan

penulisan, batasan masalah, metode penelitian, serta sistematika penulisan.

2. BAB 2 Dasar Teori, membahas dasar-dasar teori yang berkaitan dengan

studi penelitian yang akan dibahas.16

Page 19: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

3. BAB 3 Metode Analisis, membahas mengenaiobjek yang diteliti,

pengolahan data, dan kerangka pikir dalam melakukan analisis.

4. BAB 4 Analisis Masalah, membahas tentang perhitungan dan hasil

perhitungan dari data yang telah dikumpulkan melalui pengujian yang telah

dilakukan.

5. BAB 5 Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan dan saran yang

berkenaan dengan materi yang telah dibahas.

17

Page 20: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Perumahan

Perumahan adalah kumpulan rumah dalam suatu lokasi yang memiliki akses jalan

dan ruang terbuka hijau tersendiri. Sehingga dalam arti umum, perumahan adalah

kumpulanbangunan yang dijadikan tempat tinggal. Dalam arti khusus, perumahan

mengacu pada konsep-konsep sosial-kemasyarakatan yang terjalin di dalam

bangunan tempat tinggal, seperti keluarga, hidup, makan, tidur, beraktivitas, dan

lain-lain. Sebagai bangunan, rumah berbentuk ruangan yang dibatasi oleh dinding

dan atap. Rumah memiliki jalan masuk berupa pintu dengan tambahan berjendela.

Lantai rumah biasanya berupa granit, kayu, keramik, atau bahan material lainnya.

Rumah bergaya modern biasanya memiliki unsur-unsur ini. Ruangan di dalam

rumah terbagi menjadi beberapa ruang yang berfungsi secara spesifik, seperti

kamar tidur, kamar mandi, WC, ruang makan, dapur, ruang keluarga, ruang tamu,

garasi, gudang, teras dan pekarangan.

Rumah memiliki berbagai model dan tipe desain yang beragam, selain

model rumah minimalis, terdapat juga beberapa model rumah lain seperti model

rumah kontemporer, rumah tradisional dan model rumah modern. Selain memiliki

beragam model rumah saat ini juga memiliki ukuran baku, seperti rumah tipe 36,

rumah tipe 45, rumah tipe 60. Kualitas bangunan dan bahan-bahan material yang

dipergunakan untuk membangun suatu rumah sangat ditentukan oleh tingkatan

rumah yang hendak dibangun.

6

Page 21: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

7

Page 22: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

2.2 Klasifikasi Rumah

Klasifikasi menurut Kementrian Pekerjaan Umum adalah sebagai berikut:

1. Rumah Sangat Sederhana (RSS) adalah rumah tidak bersusun dengan luas lantai bangunan

maksimum 36 m2 dan sekurang – kurangnya memiliki kamar mandi dengan wc, dan ruang

serba guna dengan biaya pembangunan per m2 sekitar setengah dari biaya pembangunan per

m2 tertinggi untuk rumah sederhana

2. Rumah Sederhana (RS) adalah rumah tidak bersusun dengan luas lantai bangunan tidak

lebih dari 70 m2, yang dibagun diatas tanah dengan luas kavling 54 m2 sampai dengan 200

m2 dan biaya pembangunan per m2 tertinggi untuk pembangunan rumah dinas tipe C yang

berlaku, yang meliputi rumah sederhana tipe besar, rumah sederhana tipe kecil, rumah

sangat sederhana, dan kavling siap bangun. Bangunan rumah layak huni yang bangunan

huniannya berada langsung diatas permukaan tanah, berupa rumah tunggal, rumah kopel dan

rumah deret. Harganya terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah dan sedang. Luas

lantai bangunan tidak lebih dari 70 m2, yang dibangun luas kavling 54 m2 sampai dengan

200 m2.

3. Rumah Kelas Menengah  adalah rumah tidak bersusun yang dibangun diatas tanah dengan

luas kavling 54 m2 sampai dengan 600 m2 dan biaya pembangunan per m2 antara harga

satuan per m2 tertinggi untuk pembangunan permukiman dinas tipe C sampai dengan harga

satuan per m2 tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas tipe A yang berlaku dan rumah

tidak bersusun yang dibangun di atas tanah dengan luas kavling antara 200 m2 sampai

dengan 600 m2 dan biaya pembangunan per m2 nya lebih kecil atau sama dengan harga

satuan per m2 tertinggi untuk pembangunan permukiman dinas tipe C yang berlaku, dengan

8

Page 23: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

luas lantai bangunan rumah disesuaikan dengan koefisien dasar bangunan dan koefisien

lantai bangunan yang diizinkan dalam rencana tata ruang wilayah yang berlaku.

4. Rumah Kelas Mewah adalah rumah tidak bersusun yang dibangun diatas tanah dengan luas

kavling 54 m2 sampai sampai dengan 2.000 m2 dan biaya pembangunan per m2 diatas biaya

satuan per m2 tertinggi untuk pembangunan permukiman diatas tipe A yang berlaku

5. Rumah Susun/Apartemen Sederhana, adalah Rumah Susun/Apartemen dimana setiap satuan

rumah susun/unit apartemen memiliki luas lantai tidak lebih dari 36 m2, bahan finishing di

dalam dan di luar bangunan menggunakan bahan yang sederhana. Utilitas dalam bangunan,

sarana dan prasarana umum yang tersedia terbatas dan sederhana. Terletak di lingkungan

dengan fasilitas lingkungan yang terbatas dan sederhana.

6. Rumah Susun/Apartemen Kelas Menengah, adalah Rumah Susun/Apartemen dimana setiap

satuan rumah susun/unit apartemen memiliki luas lantai 45 m2 atau lebih, bahan finishing di

dalam dan di luar bangunan menggunakan bahan kelas yang baik. Utilitas bangunan, sarana

dan prasarana umum yang tersedia lengkap dengan kondisi yang baik.Terletak di dalam

lingkungan dengan fasilitas lingkungan yang lengkap dengan kualitas yang baik.

7. Rumah Susun/Apartemen Mewah, adalah Rumah Susun/Apartemen dimana setiapsatuan

rumah susun/unit apartemen memiliki luaslantai 45 m2 atau lebih, bahan finishing di dalam

dan di luar bangunan menggunakan bahan pilihan dengan memperhatikan eksklusifitas.

Utilitas bangunan, sarana dan prasarana umum yang tersedia lengkap dengan kondisi yang

baik. Terletak di dalam lingkungan dengan fasilitas lingkungan yang lengkap dengan

kualitas yang baik cenderung eksklusif.

2.3 Tahapan pada Proyek Konstruksi

9

Page 24: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

Setiap proyek memiliki tahap-tahapan aktivitas yang dikenal dengan project life-cycle. Tahapan-

tahapan aktivitas proyek menurut Pinto dan Slevin adalah: conceptualization, planning,

execution, lalu termination. Pemahaman terhadap tahapan-tahapan aktivitas proyek akan sangat

bermanfaat bagi manajer proyek dalam mengalokasikan sumber daya, baik sumber daya

keuangan, peralatan, manusia, maupun sumber daya lainnya (Pinto dan Slevin, 1986).

Tahap pelaksanaan (execution) merupakan titik kritis dari keseluruhan tahapan dalam

project life-cycle karena hasil dari aktivitas dalam tahapan ini akan menentukan efektif atau

tidaknya pembangunan pada suatu proyek. Tahap pelaksanaan (execution) adalah tahap ketiga

dalam project life-cycle. Tahap ini merupakan hasil eksekusi dari perencanaan yang telah dibuat.

Salah satu hal penting yang dapat mendukung kinerja dari tahap pelaksanaan adalah dengan

perencanaan yang matang pada pelaksanaan proyek konstruksi., dengan demikiantahap

perencanaan ini akan sangat krusial dalam project life-cycle.

2.4 Manajemen Konstruksipada Tahap Perencanaan

Manajemen Konstruksi adalah ilmu yang mempelajari mengenai aspek-aspek manajerial dan

teknologi industri konstruksi. Manajemen Konstruksi berkaitan erat dengan perencanaan dari

aktivitas yang kemudian dilaksanakan di lapangan, sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh

aktivitas yang dilaksanakan di lapangan direncanakan dan diatur dalam bidang manajemen

konstruksi. Dari perencanaan aktivitas dapat dihasilkan proyeksi tahapan pengerjaan konstruksi,

atau dapat disebut juga sebagai metode pelaksanaan konstruksi.

2.5 Metode Pelaksanaan Konstruksi

10

Page 25: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

Metoda konstruksi saat ini telah dikenal sebagai suatu rangkaian kegiatan pelaksanaan konstruksi

yang mengikuti prosedur serta telah dirancang sesuai dengan pengetahuan atau standar yang

telah diujicobakan, agar kegiatan pembangunan dapat berjalan sebagaimana sesuai yang

direncanakan. Disamping itu metode konstruksi juga sangat terkait dengan upaya

mengoptimalkan sumber daya yang ada dengan tetap mempertahankan mutu pada proyek

tersebut. Pengetahuan tentang metode pelaksanaan konstruksi sangat bergantung kepada

pengalaman dan pengetahuan akan teknologi-teknologi pada bidang konstruksi.

2.6 Aspek Utama pada Manajemen Konstruksi

Manajemen konstruksimemiliki tiga aspek utama yaitu biaya, waktu, dan mutu. Segi mutu

mempunyai kaitan dengan segi biaya yang dikeluarkan, besar kecilnya biaya secara umum

menunjukkan tinggi rendahnya mutu untuk suatu pekerjaan yang sama dengan spesifikasi yang

sama pula. Demikian dengan segi waktu, tinggi rendahnya mutu secara tidak langsung berkaitan

dengan lama waktu pelaksanaan, mutu yang tinggi membutuhkan kehati-hatian dan pengawasan

mutu yang lebih intensif, sehingga jelas akan menggunakan waktu yang lebih lama daripada

waktu normal. Dari waktu yang lebih lama, maka secara otomatis akan menambah biaya

pelaksanaan. Keterkaitan antara ketiga hal tersebut mengakibatkan perlu adanya suatu

instrumen/alat untuk mengawasi dan mengendalikan proyek konstruksi tersebut. Instrumen/alat

yang paling umum digunakan dalam proyek konstruksi adalah jadwal proyek dan rencana

anggaran biaya proyek. Dalam rangka memperoleh suatu jadwal proyek maka perlu dilakukan

analisis penjadwalan proyek, demikian pula untuk memperoleh rencana anggaran biaya proyek

perlu dilakukan estimasi biaya proyek.

11

Page 26: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

Gambar 2.1 Segitiga variable utama dalam manajemen konstruksi

2.7 Definisi Estimasi Biaya

Estimasi biaya merupakan sebuah prediksi terhadap biaya yang akan dibutuhkan untuk

meyeleaikan sebuah proyek berdasarkan data dan lingkup proyek yang diberikan yang akan

dilaksanakan pada sebuah lokasi dan waktu yang telah ditetapkan. Dalam sebuah estimasi biaya

terdapat identifikasi dan pertimbangan dalam memperkirakan beberapa alternatif biaya untuk

memulai dan menyelesaikan proyek. Jumlah biaya yang akan dikeluarkan dan risiko harus dapat

dipertimbangkan, misalnya seperti membuat keputusan untuk membeli suatu barang atau hanya

menyewanya saja untuk keperluan proyek, berbagi sumber daya dalam rangka mengoptimalkan

biaya dalam proyek. Biaya yang disusun akan memperhitungkan keseluruhan sumber daya yang

dibutuhkan dalam sebuah proyek, termasuk tenaga kerja, material, peralatan, jasa, dan fasilitas

dan beberapa kategori spesial seperti faktor inflasi atau biaya contingency. Estimasi biaya

merupakan penilaian kuantitatif yang mendekati untuk kebutuhan sumber daya dalam proyek.

Tujuan dari dibuatnya suatu estimasi proyek adalah:

1. Sebagai dasar dalam pembuatan anggaran proyek.

2. Sebagai alat untuk mengontrol biaya proyek.

3. Untuk memonitor progress, dengan membandingkan anggaran biaya, biaya estimasi dengan

actual di lapangan.

12

Page 27: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

4. Untuk membuat suatu database biaya yang dapat digunakan untuk estimasi-estimasi

berikutnya.

5. Estimasi biaya dan penjadwalan merupakan 2 aktifitas yang sangat berkaitan erat.

2.8 Metode-Metode Estimasi Biaya

Terdapat beberapa metode untuk melakukan estimasi biaya. Menurut Michael D. Dell’Isola,

metode estimasi biaya dapat dibagi menjadi empat kategori utama sebagai berikut:

1. Metode harga unit satuan. Metode harga unit satuan dapat dibagi lagi menjadi empat

kategori yaitu metode akomodasi, metode meter kubik, metode meter persegi, dan metode

area fungsional.

a. Metode akomodasi merupakan metode yang memperhitungan harga satuan dengan

volumenya berdasarkan bagian utamanya saja dari fasilitas tersebut. Salah satu

contohnya seperti pada estimasi biaya untuk sebuah tempat parkir. Perhitungan tersebut

dapat didasarkan pada unit price luas parkir bagi tiap unit mobil yang kemudian

dikalikan dengan kapastias unit mobil yang tersedia pada tempat parkir tersebut.

b. Metode meter kubik umumnya tidak digunakan pada sistem estimasi biaya, kecuali

untuk konstruksi yang identik dengan volume, seperti misalnya gudang penyimpanan.

Berdasarkan sifat dari pengukurannya, metode meter kubik akan bersifat sensitif

terhadap volume dari konstruksi dan varian yang mempengaruhinya.

c. Metode meter persegimerupakan metode yang populer digunakan di Amerika. Metode

ini sangat sering digunakan baik pada proyek pemerintah maupun swasta. Meskipun

efektif, metode meter persegi sangat bergantung pada kepada kemiripan biaya per meter

persegi proyek acuan dengan proyek yang akan diestimasi. Misalnya, suatu unit rumah

13

Page 28: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

yang telah diestimasi, memiliki biaya konstruksi Rp 2.000.000,- per m2, tetapi belum

tentu suatu unit rumah lain memiliki biaya konstruksi per m2 yang sama.

d. Metode area fungsional adalah metode estimasi biaya berdasarkan luas area dengan

fungsi tertentu. Area fungsional ditentukan sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Salah satu contohnya yaitu pada sekolah, dimana area fungsionalnya antara lain ruang

kelas, kafetaria, gymnasium, dsb. Kelebihan metode ini dibandingkan dengan metode

meter persegi adalah metode area fungsional memiliki variasi nilai yang bergantung

pada ruang yang dibangun, sehingga estimasi dapat lebih sesuai.

2. Metode Cost-Modelling dan Parametrik. Metode ini mengutilisasi model yang telah

terdeterminasi dari proyek sebelumnya dan menggunakannya untuk memprediksi biaya

proyek yang akan dibangun. Pendekatan ini biasanya diaplikasikan pada proyek yang

berulang dengan tipe yang serupa atau mirip lalu mereplikasi analisis teoritis dan

expectation-nya pada proyek yang diinginkan. Pada prosesnya fasilitas statistik dapat

dimanfaatkan sebagai alat prediksi dan accesment cost terutama pada sistem konstruksi yang

rumit, seperti piping atau proses komponen. Namun pendekatan ini memiliki aplikasi yang

paling sedikit di dunia konstruksi.

3. Metode Survey Kuantitas. Metode survey kuantitas biasanya digunakan saat detail desain

secara terinci tersedia dan estimator diharuskan untuk menghitungcost keseluruhan proyek

atau paling tidak komponen utamanya. Pricing dapat terdiri dari unit price seluruh bangunan,

atau juga termasuk pekerja, material dan alat. Tingkatan dari detail estimasi adalah

individual unit pada tiap pekerjaan, agar dapat diketahui bagaimana pekerjaan akan

dilangsungkan.

2.9 Definisi Penjadwalan Proyek Konstruksi

14

Page 29: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

Definisi penjadwalan proyek konstruksi menurut Callahan (1992) adalah suatu perangkat yang

bertujuan untuk menentukan aktivitas yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek dalam

urutan serta kerangka waktu tertentu. Aspek-aspek pada penjadwalan proyek meliputi tenaga

kerja, material, peralatan, keuangan, dan waktu. Dengan penjadwalan yang tepat maka beberapa

macam kerugian dapat dihindarkan seperti keterlambatan, pembengkakan biaya, dan

perselisihan. Dalam analisis penjadwalan terdapat beberapa metode penjadwalan, yang masing-

masing mempunyai karakterisitik tersendiri.

2.10 Metode-Metode dalam Penjadwalan Proyek Konstruksi

Secara umum metode yang digunakan pada penjadwalan proyek konstruksi adalah Metode Bar

Chart, Metode Jaringan Kerja (Network Diagram), dan Metode Penjadwalan Linear. Metode

Jaringan Kerja memiliki sub metode lagi seperti Critical Path Method, Precedence

Diagramming Method, Project Evaluation and Review Technique, dsb. Sedangkan Metode

Penjadwalan Linear memiliki sub metode lagi seperti Metode Line of Balance, Time Chainage

Diagram, dsb. Berikut ini penjelasan lebih lanjut untuk karakteristik masing-masing metode

penjadwalan, sebagai berikut:

1. Metode Bar Chart bersifat visual, sederhana dan mudah untuk dimengerti, tetapi tidak dapat

menunjukkan secara spesifik hubungan logika ketergantungan antar kegiatan dan lintasan

kritis proyek, serta tidak dapat mendeteksi secara langsung kegiatan yang mengalami

gangguan dalam penjadwalan proyek. Metode ini sangat populer pada proyek konstruksi di

Indonesia, yaitu sekitar 87% (Arianto, 2010).

2. Metode Jaringan Kerja memiliki keandalan dalam menunjukkan secara spesifik hubungan

logika ketergantungan antar kegiatan dan menentukan lintasan kritis kegiatan proyek

sehingga kegiatan yang menjadi prioritas apabila terjadi keterlambatan dapat diketahui, dari

15

Page 30: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

segi penyusunan jadwal, jaringan kerja dipandang sebagai suatu langkah penyempurnaan

metode Bar Chart, karena dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang

belum terpecahkan oleh metode tersebut. Metode ini memiliki keandalan dalam menunjukan

secara spesifik hubungan logika ketergantungan antar kegiatan, sehingga kegiatan yang

menjadi prioritas mengalami keterlamabtan maka dapat diketahui, akan tetapi tidak dapat

mendeteksi secara langsung kegiatan yang mengalami gangguan dalam penjadwalan proyek.

Metode ini cocok untuk proyek yang bersifat kompleks karena dapat menunjukkan secara

spesifik hubungan logika ketergantungan antar kegiatan dan memiliki teknik hitungan

matematis (Arianto, 2010).

a. Critical Path Method (CPM) dapat menunjukkan dengan spesifik jalur pekerjaan kritis

pada pekerjaan proyek, sehingga sangat berguna bagi proyek yang memiliki

kompleksitas yang tinggi. Akan tetapi CPM tidak mengidikasikan tingkat produksi

pada proyek sehingga tidak cocok untuk aktivitas yang berulang.

b. Precedence Diagramming Method (PDM) pada dasarnya adalah pengembangan dari

bar chart. PDM memiliki dasar perhitungan yang sama seperti CPM, tetapi memiliki

tampilan yang relatif lebih sederhana bila dibandingkan dengan CPM sehingga lebih

cocok digunakan untuk proyek yang berulang daripada CPM.

c. Project Evaluation and Review Technique (PERT) memiliki metode tersendiri

dibandingkan metode lain, dimana metode PERT memperkirakan kemungkinan waktu

penyelesaian proyek dengan menggunakan 3 durasi macam waktu. Metode ini cocok

untuk proyek yang memiliki resiko tinggi.

3. Metoda Penjadwalan Linear merupakan salah satu metode penjadwalan waktu pelaksanaan

proyek yang biasanya diterapkan pada proyek yang jumlah kegiatannya terbatas serta

16

Page 31: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

berulang. Keunggulan paling berarti dari metode ini adalah kesederhanaannya, metode ini

dapat mendeteksi secara langsung kegiatan yang mengalami gangguan berdasarkan ada

tidaknya perpotongan pada diagram batang, akan tetapi tidak dapat menunjukkan secara

spesifik hubungan logika ketergantungan antar kegiatan (Arianto, 2010).

a. Line of Balance (LoB) ditunjukkan dalam berbagai literatur internasional sebagai alat

penjadwalan yang hanya cocok untuk proyek-proyek yang tersusun atas kegiatan

berulang,dan tidak cocok untuk proyek non-repetitive.

b. Time Chainage Diagram sering juga disebut Space Time Diagram maupun Time

Distance Chart. Penjadwalan ini cocok digunakan pada proyek berulang yang dimana

jarak (distance) juga merupakan salah satu parameter penting, seperti pada pekerjaan

piping.

Berdasarkan penelitian, Arianto (2010) mengemukakan bahwa setiap metode memiliki

kekurangan dan kelebihan masing-masing, maka dari itu penyedia jasa konstruksi dan owner

sebaiknya minimal dapat mengetahui dan menerapkan metode Bar Chart dan PDM sehingga

dapat mengetahui lintasan kritis kegiatan proyek. Akan lebih baik lagi pada proyek yang

beresiko tinggi ditambahkan dengan PERT sehingga probabilitas waktu penyelesaian proyek

dapat diketahui.

2.11 Hubungan Logika Ketergantungan Precedence Diagramming Method (PDM)

Pada PDM juga dikenal adanya konstrain. Satu konstrain hanya dapat menghubungkan dua node,

karena setiap node memiliki dua ujung yaitu ujung awal atau mulai = (S) dan ujung akhir atau

selesai = (F). Berikut langkah-langkah dalam perhitungan konstrain (Arianto 2010):

17

Page 32: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

1. Konstrain selesai ke mulai – Finish to Start (FS) Konstrain ini memberikan penjelasan

hubungan antara mulainya suatu kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu. Dirumuskan

sebagai FS (i-j) = a yang berarti kegiatan (j) mulai a hari, setelah kegiatan yang

mendahuluinya (i) selesai.

Gambar 2.2 Konstrain Finish to Start

2. Konstrain mulai ke mulai – Start to Start (SS). Memberikan penjelasan hubungan antara

mulainya suatu kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu. Atau SS (i-j) = b yang berarti

suatu kegiatan (j) mulai setelah b hari kegiatan terdahulu (i) mulai. Konstrain semacam ini

terjadi bila sebelum kegiatan terdahulu selesai 100 % maka kegiatan (j) boleh mulai setelah

bagian tertentu dari kegiatan (i) selesai. Besar angka b tidak boleh melebihi angka waktu

kegiatan terdahulu. Karena per definisi b adalah sebagian kurun waktu kegiatan terdahulu.

Jadi disini terjadi kegiatan tumpang tindih, misalnya : pelaksanaan kegiatan pasangan

pondasi batu kali dapat segera dimulai setelah pekerjaan galian pondasi cukup, misalnya

setelah satu hari.

Gambar 2.3 Konstrain Start to Start

18

Page 33: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

3. Konstrain selesai ke selesai – Finish to Finish (FF). Memberikan penjelasan hubungan

antara selesainya suatu kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu. Atau FF (i-j) = c

yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah c hari kegiatan terdahulu (i) selesai. Konstrain

semacam ini mencegah selesainya suatu kegiatan mencapai 100% sebelum kegiatan yang

terdahulu telah sekian (=c) hari selesai. Angka c tidak boleh melebihi angka kurun waktu

kegiatan yang bersangkutan (j), misalnya: pekerjaan perataan tanah tidak dapat dilakukan

sebelum pekerjaan pengangkutan tanah selesai.

Gambar 2.4 Konstrain Finish to Finish

4. Konstrain mulai ke selesai – Start to Finish (SF). Menjelaskan hubungan antara selesainya

kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu. Dituliskan dengan SF (i-j) = d, yang berarti

suatu kegiatan (j) selesai setelah d hari kegiatan (i) terdahulu mulai. Jadi dalam hal ini

sebagian dari porsi kegiatan terdahulu harus selesai sebelum bagian akhir kegiatan yang

dimaksud boleh diselesaikan, misalnya: pekerjaan instalasi lift harus sudah selesai setelah

beberapa hari dimulainya pekerjaan sistem elektrikal.

Gambar 2.5 Konstrain Start to Finish

19

Page 34: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

2.12 Teknik Perhitungan Precedence Diagramming Method (PDM)

Metode PDM termasuk kedalam metode jaringan kerja, yang salah satu cirinya adalah adanya

Activity On Node (AON). Di sini kegiatan dituliskan dalam node yang umumnya berbentuk segi

empat, sedangkan anak panah sebagai penunjuk hubungan antara kegiatan-kegiatan yang

bersangkutan (Soeharto, 1999).

Gambar 2.6 Konstrain Start to Finish

Jika kegiatan awal terdiri dari sejumlah kegiatan dan diakhiri oleh sejumlah kegiatan pula

maka dapat ditambahkan kegiatan awal dan kegiatan akhir yang keduanya merupakan kegiatan

fiktif/dummy.

Gambar 2.7 Konstrain Start to Finish

Adapun untuk menentukan kegiatan yang bersifat kritis dan lintasan kritis dapat dilakukan

melalui perhitungan maju (Forward Analysis) dan perhitungan mundur (Backward Analysis)

sebagai berikut (Ervianto, 2005).

20

Page 35: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

Gambar 2.8 Konstrain Start to Finish

Perhitungan maju dilakukan untuk mendapatkan Earliest Start (ES) dan Earliest Finish

(EF), jika lebih dari satu anak panah yang masuk dalam kegiatan maka diambil yang terbesar.

Kegiatan I adalah kegiatan predecessor, sedangkan kegiatan J adalah kegiatan yang dianalisis.

Besarnya ESj dan EFj adalah sebagai berikut :

ESj = ESi + SSij atau ESj = EFi + FSij

EFj = ESi + SFij atau EFj = EFi + FFij atau ESj + Dj

Jika tidak ada FSij atau SSij dan kegiatan non-splitable maka ESj = EFj - Dj.

Perhitungan mundur dilakukan untuk mendapatkan Latest Start (LS) dan Latest Finish

(LF), jika lebih dari satu anak panah yang keluar dari kegiatan maka diambil yang terkecil.

Kegiatan J adalah kegiatan successor, sedangkan kegiatan I adalah kegiatan yang dianalisis.

Besarnya LSi dan LFi adalah sebagai berikut :

LSi = LSj - SSij atau LSi = LFj - SFij atau LFi – Di

LFi = LFj - FFij atau LFi = LSj - FSij

Jika tidak ada FFij atau FSij dan kegiatan non-splitable maka LFi = LSi + Di.

Adapun lintasan kritis ditandai oleh beberapa keadaan sebagai berikut :

ES = LS atau EF = LF atau LF – ES = Durasi kegiatan

21

Page 36: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

Float adalah sejumlah waktu yang tersedia dalam suatu kegiatan sehingga kegiatan

tersebut dapat ditunda atau diperlambat dengan sengaja atau tidak, tanpa

menyebabkan keterlambatan penyelesaian proyek. Terdapat dua jenis float, yaitu :

1. Total float adalah sejumlah waktu yang tersedia untuk penundaan suatu kegiatan tanpa

memengaruhi penyelesaian proyek secara keseluruhan.

Total Float (TF)i = Minimum (LSj - EFi)

2. Free float : sejumlah waktu yang tersedia untuk penundaan suatu kegiatan

tanpa memengaruhi dimulainya kegiatan yang langsung mengikutinya

Free Float (FF)i = Minimum (ESj - EFi)

2.13 Standar Nasional Indonesia (SNI)

Berlandaskan hukum pada PP 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional , Standar Nasional

Indonesia (SNI) memang adalah satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di Indonesia.

SNI merupakan subsistem dari Sistem Standardisasi Nasional (SSN) yang pada dasarnya

merupakan akumulasi dari pengetahuan, teknologi dan pengalaman dari para pemangku

kepentingan (stakeholder) yang terlibat pada proses pencapaian  kesepakatan.

Pengembangan suatu standar melalui 2 (dua) pendekatan berbeda, yaitu berbasis konsensus

(kesepakatan terhadap suatu rancangan standar di kalangan para pemangku kepentingan) dan

berbasis scientific evidence (kesepakatan terhadap suatu rancangan standar yang berlandaskan

pada pembuktian secara ilmiah) (Badan Standarisasi Nasional, 2000).

SNI dirumuskan oleh Panitia Teknis dan ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional

(BSN). Agar SNI memperoleh keberterimaan yang luas antara para stakeholder, maka SNI

dirumuskan dengan memenuhi WTO Code of good practice, yaitu :

22

Page 37: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

1. Openess (keterbukaan): Terbuka bagi agar semua stakeholder yang berkepentingan dapat

berpartisipasi dalam pengembangan Standar Nasional Indonesia.

2. Transparency (transparansi): Transparan agar semua stakeholder yang berkepentingan dapat

mengikuti perkembangan SNI mulai dari tahap pemrograman dan perumusan sampai ke

tahap penetapannya . Dan dapat dengan mudah memperoleh semua informsi yang berkaitan

dengan pengembangan SNI.

3. Consensus and impartiality (konsensus dan tidak memihak): Tidak memihak dan konsensus

agar semua stakeholder dapat menyalurkan kepentingannya dan diperlakukan secara adil.

4. Effectiveness and relevance: Efektif dan relevan agar dapat memfasilitasi perdagangan

karena memperhatikan kebutuhan pasar dan tidak bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

5. Coherence: Koheren dengan pengembangan standar internasional agar perkembangan pasar

negara kita tidak terisolasi dari perkembangan pasar global dan memperlancar perdagangan

internasional.

6. Development dimension (berdimensi pembangunan): Berdimensi pembangunan agar

memperhatikan kepentingan publik dan kepentingan nasional dalam meningkatkan daya

saing perekonomian nasional.

2.14 Ruang Kerja

Berdasarkan Workplace Amenities and Work Environment (Worksafe Organization) area kerja

yang cukup harus dapat mengakomodasi kebutuhan pekerja untuk bergerak dan melakukan

tugasnya tanpa mendapatkan rintangan atau bahkan cedera. Area yang dialokasikan untuk

pekerja juga harus layak dan sesuai dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan. Perencanaan

ruang kerja sedapat mungkin didasarkan pada keamanan, salah satunya adalah dengan

23

Page 38: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

membuktikan bahwa tempat bekerja memiliki area yang cukup. Penilaian dari area kerja yang

dibutuhkan perlu mengevaluasi hal-hal berikut :

1. Pekerjaan yang dilaksanakan

2. Kegiatan fisik yang dilakukan dalam melaksankan pekerjaan

3. Pergerakan pada saat bekerja

4. Posisi dalam melaksanakan pekerjaan

5. Akses untuk masuk ke tempat kerja

6. Peralatan yang digunakan

2.15 Pemerataan Sumber Daya (Resource Levelling)

Definisi Resource Levelling menurut Project Management Body of Knowledge adalah rekayasa

yang berkaitan dengan mulai dan selesainya suatu kegiatan berdasarkan sumber dayanya,

bertujuan untuk menyeimbangkan permintaan sumber daya dengan ketersediaan sumber daya.

Dalam melakukan aktivitas penjadwalan proyek, beberapa aktivitas yang dapat dilakukan

bersama-sama dapat tergeser akibat dari keterbatasan sumber dayanya. Pemerataan sumber daya

merupakan proses rekayasa untuk mengatasi permasalahan tersebut. Sebuah proyek konstruksi

membutuhkan berbagai macam sumber daya, sumber daya tersebut antara lain : pekerja,

peralatan, material, uang yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan. Sumber daya tersebut

memiliki batas sehingga dalam sebuah proyek perlu di “level” penggunaan dari sumber dayanya.

Manajemen pada proyek yang baik mengalokasikan sumber dayanya dengan optimal sehingga

dapat menyelesaikan proyek dengan efektif dan efisien. Terdapat kriteria dalam melakukan

pemerataan sumber daya, yaitu : pembatasan waktu dan prioritas pada aktivitas. Pembuatan

jadwal proyek harus mengacu pada ketersediaan sumber dayanya, sehingga ketersediaan sumber

daya akan mempengaruhi jalur kritis dari jadwal tersebut.

24

Page 39: Analisis Perbandingan Tata Cara Konstruksi pada Perumahan terhdap Biaya per minggu dan Durasi

25