analisis perbandingan tata cara konstruksi pada perumahan terhdap biaya per minggu dan durasi
DESCRIPTION
penjadwalan proyek, rab proyek, estimasi biaya, perbandingan tata cara konstruksi, metode pelaksanaan konstruksiTRANSCRIPT
SKRIPSI
ANALISIS PERBANDINGAN TATA CARA KONSTRUKSI PADA PROYEK PERUMAHAN
TERHADAP DURASI DAN BIAYA PER MINGGU
HANDY PANGADINPM : 2011410090
PEMBIMBING : Ir. ZULKIFLI B. SITOMPUL, M.SIE
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGANFAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL(Terakreditasi Berdasarkan SK BAN-PT No.:227/SK/BAN-PT/Ak-XVI/S/XI/2013)
BANDUNGSEPTEMBER 2015
SKRIPSI
ANALISIS PERBANDINGAN TATA CARA KONSTRUKSI PADA PROYEK PERUMAHAN
TERHADAP DURASI DAN BIAYA PER MINGGU
HANDY PANGADINPM : 2011410090
BANDUNG, 29 JUNI 2015
PEMBIMBING
Ir. Zulkifli B. Sitompul, M.SIE
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGANFAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL(Terakreditasi Berdasarkan SK BAN-PT No.:227/SK/BAN-PT/Ak-XVI/S/XI/2013)
BANDUNGSEPTEMBER 2015
ANALISIS PERBANDINGAN TATA CARA KONSTRUKSI PADA PROYEK PERUMAHAN TERHADAP DURASI DAN
BIAYA PER MINGGU
Handy PangadiNPM : 2011410090
Pembimbing : Ir. Zulkifli B. Sitompul, M.SIE.
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGANFAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL(Terakreditasi Berdasarkan SK BAN-PT No.:227/SK/BAN-PT/Ak-XVI/S/XI/2013)
BANDUNGSEPTEMBER 2015
ABSTRAK
Kebutuhan akan tempat tinggal menyebabkan permintaan akan rumah meningkat, berawal dari permintaan tersebut banyak kawasan permukiman dikembangkan di Indonesia, salah satunya berupa perumahan. Proses konstruksi pada perumahan dilakukan dengan metode konvensional, akan tetapi yang menarik adalah perbedaan-perbedaan yang terjadi pada tata cara konstruksinya. Pemilihan tata cara konstruksi dipengaruhi oleh pihak kontraktor, pengembang, maupun konsumen. Baik pihak pengembang, kontraktor, maupun konsumen menginginkan optimalisasi dari aspek biaya, mutu, dan waktu pada pembangunan rumah-rumah tersebut. Tata cara konstruksi yang diamati di lapangan dirumuskan menjadi tiga skema, yaitu: Skema 1, membangun secara parallel (seluruh rumah bersamaan), kemudian Skema 2, pembangunan satu per satu (berfokus pada satu rumah), dan Skema 3, pembangunan rumah per kopel. Simulasi ketiga skema dilakukan dengan konstrain yaitu berdasarkan konsep dari masing-masing skema, ketergantungan antar pekerjaan, ruang kerja, dan alokasi pekerja. Analisis awal didasarkan pada konstruksi satu unit rumah, yang kemudian disusun berdasarkan skema tata cara konstruksi masing-masing. Dari hasil analisis didapatkan salah satu perbedaan dari ketiga skema yaitu dari segi durasi penggunaan pekerja, Skema 1 menggunakan pekerja selama 2.110 orang hari dan tukang selama 1.141 orang hari, Skema 2 menggunakan pekerja selama 2.143 orang hari dan tukang selama 1.102 orang hari, Skema 3 menggunakan pekerja selama 2.038 orang hari dan tukang 1.035 orang hari. Selain itu, dari segi biaya per minggu ketiga skema juga memiliki perbedaan, dengan Skema 2 memiliki biaya per minggu yang lebih stabil diantara skema lainnya dan Skema 3 memiliki biaya yang paling rendah di minggu awal proyek.
Kata Kunci : Perbandingan Metode Konstruksi, Penjadwalan Proyek, Tata Cara Konstruksi, Biaya dan Jadwal Konstruksi, Perencanaan Bangunan Rumah
i
COMPARATIVE ANALYSIS OF CONSTRUCTION PROCEDURE ON HOUSING CONCERNING DURATION
AND COST PER WEEK
Handy PangadiNPM:2011410090
Advisor : Ir. Zulkifli B. Sitompul, M.SIE.
PARAHYANGAN CATHOLIC UNIVERSITYDEPARTMENT OF CIVIL ENGINEERING
(Accreditated by SK BAN-PT No.:227/SK/BAN-PT/Ak-XVI/S/XI/2013)
BANDUNGSEPTEMBER 2015
ABSTRACT
The human’s need for shelter has led to increased demand for houses, because of that a lot of residential areas are developed in Indonesia, which one is in form of housing. Contruction process on housing is done by a conventional method, what make it intersting is the difference in the construction procedure. Construction procedure is determined by contractor, developer, and even consumer. All of that parties have a same goal, which is optimilization from time, cost, and quality in contruction process of that houses. From field observation, construction procedure is divided into three schemes, which is : Scheme 1 ,parallel construction with simultaneously development, then Scheme 2, construct one by one (focusing house by house), and Scheme 3, contruction per couple. Comparison from the three scheme is done by set quantity of house and human resources into fixed variables with duration and cost per week into independent variables. Simulation of the three scheme have a constraints, which is concept from each scheme, work chain, workspace, and worker allocation. Analysis is based from contruction of one house unit. From the analysis it can be concluded that one of the differences from the three scheme is the workers usage durations, with scheme 1 used laborer for 2,110 days a person and tradesman for 1,141 days a person, scheme 2 used laborer for 2,143 days a person and tradesman for 1,102 days a person, with scheme 3 used laborer for 2,038 days a person and tradesman for 1,035 days a person. Also from there are differences from the cost per week aspect, with Scheme 2 has the most stable cost per week and with Scheme 3 has the lowest cost per week in the early weeks of the project.
Keywords : Construction Procedure, Project Scheduling, Construction Method Comparison, Construction Cost and Schedule, Residential Building Planning
ii
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Biaya Dan
Jadwal Berdasarkan Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan SNI Pada
Rumah Kelas Menengah. Skripsi ini merupakan salah satu syarat akademik dalam
menyelesaikan studi tingkat S-1 di Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil,
Universitas Katolik Parahyangan.
Dalam penyusunan skripsi ini banyak hambatan yang dihadapi penulis,
tetapi berkat saran, kritik, serta dorongan semangat dari berbagai pihak, skripsi ini
dapat diselesaikan. Untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada :
1.Ir. Zulkifli B. Sitompul, M.SIE. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, saran, dan bantuan yang sangat membantu dalam
proses penyusunan skripsi ini
2.Keluarga penulis yang telah memberikan banyak perhatian, dukungan
semangat, dan nasihat selama proses penyusunan skripsi ini
3.Teman-teman yang telah membantu, dan sebagai teman bertukar pikiran
dalam proses pembuatan skripsi ini
4.Seluruh staff PT.Pesona Jati Abadi yang telah memberikan masukan dan
data-data selama proses penyusunan skripsi ini
5.Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu
iii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih mempunyai kekurangan,
mengingat terbatasnya waktu penulis ketika skripsi ini disusun. Penulis berharap
skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak-pihak yang membacanya khususnya
yang berada di dalam bidang teknik sipil baik mahasiswa maupun pihak lainnya.
Bandung, 15 September 2015
Handy Pangadi
2011410090
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
ABSTRACT ii
PRAKATA iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Inti Permasalahan 2
1.3 Tujuan Penulisan 3
1.4 Pembatasan Masalah 3
1.5 Metode Penelitian 4
1.6 Sistematika Penulisan 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 Definisi Perumahan 6
2.3 Tahapan pada Proyek Konstruksi 9
2.4 Manajemen Konstruksipada Tahap Perencanaan 9
2.5 Metode Pelaksanaan Konstruksi 10
2.6 Aspek Utama pada Manajemen Konstruksi 10
2.7 Definisi Estimasi Biaya 11
v
2.8 Metode-Metode Estimasi Biaya 12
2.9 Definisi Penjadwalan Proyek Konstruksi 14
2.10 Metode-Metode dalam Penjadwalan Proyek Konstruksi 15
2.11 Hubungan Logika Ketergantungan Precedence Diagramming
Method (PDM) 17
2.12 Teknik Perhitungan Precedence Diagramming Method (PDM)20
2.13 Standar Nasional Indonesia (SNI) 22
2.14 Ruang Kerja 24
2.15 Pemerataan Sumber Daya (Resource Levelling) 24
BAB 3 METODE ANALISIS 26
3.1 Data Umum Proyek 26
3.2 Data Teknis Proyek 28
3.3 Metode Konstruksi pada Pekerjaan Rumah Tinggal 29
3.4 Skema Tata Cara Pelaksanaan Konstruksi 30
3.5 Logika pada Metode Analisis 33
3.6 Pekerjaan yang Dilaksanakan 34
3.7 Volume Satuan Pekerjaan 35
3.8 Analisis Harga Satuan Pekerjaan 36
3.9 Estimasi Biaya 36
3.10 Kebutuhan Sumber Daya Manusia 37
3.11 Estimasi Durasi Pekerjaan 38
3.12 Penjadwalan Proyek Berdasarkan Skema Metode Konstruksi 38
3.13 Biaya per Minggu yang Diperlukan 40
BAB 4 ANALISIS MASALAH 41
vi
4.1 Asumsi pada Skema Tata Cara Konstruksi 41
4.2 Perhitungan Volume Pekerjaan 41
4.3 Perhitungan pada Analisis Harga Satuan Pekerjaan 42
4.4 Analisis pada Rencana Anggaran Biaya 43
4.5 Perhitungan Estimasi Durasi Pekerjaan Per Unit Rumah 44
4.6 Konstrain Penyusunan Simulasi Skema Tata Cara Konstruksi 46
4.7 Ketergantungan Antar Pekerjaan 46
4.8 Rasio Pekerja yang Optimal pada Pekerjaan 48
4.9 Analisis Ruang Kerja pada Pekerjaan 48
4.10 Perhitungan Jumlah Pekerja yang Optimal 50
4.11 Simulasi Alokasi Pekerja pada Skema Tata Cara Konstruksi 53
4.12 Estimasi Durasi Pekerjaan pada Skema Tata Cara Konstruksi 60
4.13 Resource Levelling pada Tenaga Kerja 66
4.14 Analisis Penjadwalan Proyek Berdasarkan Precedence
Diagramming Method 70
4.15 Perhitungan Jumlah Waktu Pekerja 81
4.16 Cashflow Biaya Per Minggu dari Setiap Skema 82
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 86
5.1 Kesimpulan 86
5.2 Saran 87
DAFTAR PUSTAKA 88
vii
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN
RAB = Rencana Anggaran Biaya
PDM = Precedence Diagramming Method
SNI = Standar Nasional Indonesia
Kepala = Kepala Tukang
K.Tukang = Kepala Tukang
R1 = Rumah 1
R2 = Rumah 2
R3 = Rumah 3
R4 = Rumah 4
R5 = Rumah 5
R6 = Rumah 6
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Segitiga variable utama dalam manajemen konstruksi 11
Gambar 2.2 Konstrain Finish to Start 18
Gambar 2.3 Konstrain Start to Start 19
Gambar 2.4 Konstrain Finish to Finish 19
Gambar 2.5 Konstrain Start to Finish 20
Gambar 2.6 Konstrain Start to Finish 20
Gambar 2.7 Konstrain Start to Finish 20
Gambar 2.8 Konstrain Start to Finish 21
Gambar 3.1 Peta Lokasi Proyek Kota Bali Residence 26
Gambar 3.2 Site Plan Lokasi Proyek 27
Gambar 3.3 Site Plan Lokasi Proyek 28
Gambar 3.4 Sketsa Skema 1 bagian I 31
Gambar 3.5 Sketsa Skema 1 bagian II 31
Gambar 3.6 Sketsa Skema 2 bagian I 32
Gambar 3.7 Sketsa Skema 2 bagian II 32
Gambar 3.8 Sketsa Skema 3 bagian I 33
Gambar 3.9 Sketsa Skema 3 bagian II 33
Gambar 3.10 Diagram Logika pada Metode Analisis 34
Gambar 3.11 Gambar Diagram Alir pada Estimasi Biaya 37
Gambar 3.12 Gambar Diagram pada Penjadwalan Proyek 39
Gambar 3.13 Gambar Diagram pada Analisis Biaya per Minggu 40
ix
Gambar 4.1 Diagram Ketergantungan Antar Pekerjaan 47
Gambar 4.2 Denah Rumah beserta Area Kerja Tukang 49
Gambar 4.3 Skema 1 Hasil Resource Levelling Pekerja 66
Gambar 4.4 Skema 1 Hasil Resource Levelling Tukang 67
Gambar 4.5 Skema 2 Hasil Resource Levelling Pekerja 68
Gambar 4.6 Skema 2 Hasil Resource Levelling Tukang 68
Gambar 4.7 Skema 3 Hasil Resource Levelling Pekerja 69
Gambar 4.8 Skema 3 Hasil Resource Levelling Tukang 70
Gambar 4.9 Gantt Chart Skema 1 71
Gambar 4.10 Potongan Gantt Chart Skema 2 73
Gambar 4.11 Potongan Gantt Chart Skema 3 78
Gambar 4.12 Bar Chart Biaya per Minggu 81
Gambar 4.13 Grafik Biaya per Minggu Skema 1 83
Gambar 4.14 Grafik Biaya per Minggu Skema 2 84
Gambar 4.15 Grafik Biaya per Minggu Skema 3 85
Gambar 4.16 Grafik Biaya per Minggu Ketiga Skema 85
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 4.1 Contoh Perhitungan Analisa Harga Satuan Pekerjaan 43
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Rencana Anggaran Biaya 1 unit rumah 44
Tabel 4.3 Durasi Pekerjaan per Unit Rumah 45
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Rasio Pekerja yang Optimal 48
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Kebutuhan Mandor 50
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Kebutuhan Pekerja Untuk Setiap Mandor 52
Tabel 4.7 Tabulasi pada Simulasi Skema 1 54
Tabel 4.8 Tabulasi pada Sebagian Simulasi Skema 2 56
Tabel 4.9 Tabulasi pada Sebagian Simulasi Skema 3 58
Tabel 4.10 Durasi Pekerja dan Jumlah Pekerjanya pada Skema 1 60
Tabel 4.11 Durasi Pekerja dan Jumlah Pekerjanya pada Skema 2 61
Tabel 4.12 Durasi Pekerja dan Jumlah Pekerjanya pada Skema 3 64
Tabel 4.13 Hasil Estimasi Durasi Skema 1 72
Tabel 4.14 Hasil Estimasi Durasi Skema 2 74
Tabel 4.15 Hasil Estimasi Durasi Skema 3 79
Tabel 4.16 Jumlah Biaya Yang Dibutuhkan Per Minggu 82
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 : Spesifikasi Material yang dipergunakan 90
Lampiran 2 : Perhitungan Volume Pekerja 93
Lampiran 3 : Gambar Tampak Potongan 99
Lampiran 4 : Pengambilan Data di Lapangan 101
Lampiran 5 : Volume Pekerjaan 103
Lampiran 6 : Analisa Satuan Harga Pekerjaan 107
Lampiran 7 : Rincian Rencana Anggaran Biaya 126
Lampiran 8 : Perhitungan Durasi Pekerjaan113
Lampiran 9 : Gantt Chart Schedule119
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tidak dapat dipungkiri bahwa tempat tinggal merupakan kebutuhan primer dari
manusia. Di Indonesia sendiri yang termasuk pada negara berkembang, dengan
tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dan perkonomiannya yang
sedang tumbuh, masih banyak terdapat penduduk yang belum memiliki tempat
tinggal. Pada saat ini kebutuhan akan tempat tinggal di Indonesia terus mengalami
peningkatan, karena itu banyak investor yang mulai mengembangkan kawasan
perumahan di seluruh Nusantara, salah satunya di kawasan Kota Bandung. Di
Kotamadya Bandung sedang marak-maraknya pembangunan rumah susun mewah
(apartment), karena lahan kosong yang ada di daerah perkotaan semakin sedikit.
Sebagai alternatif lain, banyak pengembang yang mengembangkan kawasan
permukiman berupa perumahan pada daerah sekitar Kotamadya Bandung.
Umumnya pengembangan pada kawasan perumahan tersebut mulai dari tingkat
menengah sampai ke perumahan murah.
Salah satu aspek utama yang diinginkan oleh pihak pengembang,
kontraktor, maupun konsumen adalah optimalisasi dari aspek biaya, mutu, dan
waktu pada pembangunan konstruksi di kawasan tersebut. Optimalisasi biaya,
mutu, dan waktu berhubungan erat dengan tahap perencanaan dan pelaksanaan
pada project life cycle. Tahap perencanaan memegang peranan yang penting
karena akan berimbas pada tahap pelaksanaan proyek. Dalam setiap pelaksanaan
13
suatu proyek konstruksi ada suatu metode konstruksi yang digunakan dalam
menjalankan
pembangunan proyek tersebut. Metode konstruksi yang digunakan dalam
pembangunan perumahan umumnya menggunakan metode yang konvensional,
akan tetapi dalam tata cara pembangunan urutan pekerjaannya seringkali memiliki
perbedaan. Tata cara konstruksi pada perumahan memiliki penyusunan kegiatan
dengan berbagai macam variasi, yang pemilihannya ditentukan oleh tujuan serta
kondisi di lapangan, ada yang membangun rumah secara kopel, ada yang secara
bersamaan, ada pula yang membangun secara rumah per rumah. Masing-masing
tata cara pekerjaan tersebut memiliki keuntungan dan kesulitan masing-masing.
Dari segi bidang ilmu teknik sipil, perbandingan tata cara pekerjaan konstruksi
pada pembangunan perumahan tersebut dapat dibandingkan berdasarkan biaya,
waktu, dan mutunya. Dengan sumber daya yang seragam, maka mutu dari setiap
skema pekerjaan tersebut sama sehingga tersisa aspek biaya dan waktu. Dengan
membandingkan durasi berikut biaya per minggunya, dapat diketahui
perbedaan/persamaan biaya dan waktu dari skema metode konstruksi tersebut.
Dengan adanya studi ini, diharapkan dapat membantu pihak-pihak
pengembang dan pelaksana konstruksi dalam proses perencanaan dan aplikasinya
di lapangan. Serta terlebih lagi diharapkan studi ini dapat digunakan sebagai
pembelajaran maupun acuan untuk digunakan pada proyek-proyek lain yang
serupa.
1.2 Inti Permasalahan
14
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas makadapat
dirumuskan pokok permasalahan, yaitu:
1. Berapa estimasi durasi dan estimasi biaya per minggu dari setiap skematata
cara konstruksi proyek tersebut?
2. Bagaimana perbandingan dari masing-masing skema tersebut?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan estimasi durasi dan biaya per minggu yang diperlukan dari
setiap skema tata cara konstruksi.
2. Mengetahui perbandingan durasi dan biaya per minggu dari masing-masing
skema tata cara konstruksi.
1.4 Pembatasan Masalah
Masalah yang akan dibahas di dalam skripsi ini dibatasi pada:
1. Studi dilakukan terhadap rumah 1 lantai dengan luas bangunan 60 m2.
2. Studi di lapangan dilakukan pada Januari 2015 sampai dengan Juni 2015
3. Studi dilakukan di Perumahan Kota Bali Residence, yang terletak di
Kabupaten Bandung Barat, Kecamatan Padalarang.
4. Pada penjadwalan proyek, pada lokasi proyek di lapangan diasumsikan cuaca
cerah (tidak hujan) serta jumlah pekerja hadir sesuai dengan perencanaan,
serta faktor-faktor lain yang dapat mengganggu dan atau merubah susunan
pekerjaan diabaikan.
15
5. Pedoman Analisis Harga Satuan yang dipergunakan adalah Pedoman Analisis
Harga Satuan Pekerjaan SNI 2013, untuk pekerjaan yang tidak tercantum
memakai analisis harga satuan metode kontraktor.
6. Nilai yang dipergunakan untuk konversi satuan volume pekerjaan adalah
sebagai berikut: berat jenis besi tulangan = 7850kg/m3, pasir = 1400kg/m3,
split = 1800kg/m3.
1.5 Metode Penelitian
Metodologi yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah :
1. Melakukan studi literaturdari berbagai karya ilmiah dan buku teks yang
berhubungan dengan topik skripsi ini .
2. Melakukan studi lapangan untuk mengumpulkan data serta memahami
kondisi yang ada di lapangan.
3. Melakukan analisis mengenai volume pekerjaan, harga satuan pekerjaan,
anggaran biaya, durasi pekerjaan, jumlah pekerja, dan jadwal proyek.
4. Penyusunan laporan mengenai hasil analisis dan membuat kesimpulan
tentang hasil dari penelitian tersebut .
1.6 Sistematika Penulisan
Agar penulisan skripsi ini dapat dilakukan dengan sistematis, maka penulisan
skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab yang terdiri atas:
1. BAB 1 Pendahuluan, membahas latar belakang, inti permasalahan, tujuan
penulisan, batasan masalah, metode penelitian, serta sistematika penulisan.
2. BAB 2 Dasar Teori, membahas dasar-dasar teori yang berkaitan dengan
studi penelitian yang akan dibahas.16
3. BAB 3 Metode Analisis, membahas mengenaiobjek yang diteliti,
pengolahan data, dan kerangka pikir dalam melakukan analisis.
4. BAB 4 Analisis Masalah, membahas tentang perhitungan dan hasil
perhitungan dari data yang telah dikumpulkan melalui pengujian yang telah
dilakukan.
5. BAB 5 Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan dan saran yang
berkenaan dengan materi yang telah dibahas.
17
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Perumahan
Perumahan adalah kumpulan rumah dalam suatu lokasi yang memiliki akses jalan
dan ruang terbuka hijau tersendiri. Sehingga dalam arti umum, perumahan adalah
kumpulanbangunan yang dijadikan tempat tinggal. Dalam arti khusus, perumahan
mengacu pada konsep-konsep sosial-kemasyarakatan yang terjalin di dalam
bangunan tempat tinggal, seperti keluarga, hidup, makan, tidur, beraktivitas, dan
lain-lain. Sebagai bangunan, rumah berbentuk ruangan yang dibatasi oleh dinding
dan atap. Rumah memiliki jalan masuk berupa pintu dengan tambahan berjendela.
Lantai rumah biasanya berupa granit, kayu, keramik, atau bahan material lainnya.
Rumah bergaya modern biasanya memiliki unsur-unsur ini. Ruangan di dalam
rumah terbagi menjadi beberapa ruang yang berfungsi secara spesifik, seperti
kamar tidur, kamar mandi, WC, ruang makan, dapur, ruang keluarga, ruang tamu,
garasi, gudang, teras dan pekarangan.
Rumah memiliki berbagai model dan tipe desain yang beragam, selain
model rumah minimalis, terdapat juga beberapa model rumah lain seperti model
rumah kontemporer, rumah tradisional dan model rumah modern. Selain memiliki
beragam model rumah saat ini juga memiliki ukuran baku, seperti rumah tipe 36,
rumah tipe 45, rumah tipe 60. Kualitas bangunan dan bahan-bahan material yang
dipergunakan untuk membangun suatu rumah sangat ditentukan oleh tingkatan
rumah yang hendak dibangun.
6
7
2.2 Klasifikasi Rumah
Klasifikasi menurut Kementrian Pekerjaan Umum adalah sebagai berikut:
1. Rumah Sangat Sederhana (RSS) adalah rumah tidak bersusun dengan luas lantai bangunan
maksimum 36 m2 dan sekurang – kurangnya memiliki kamar mandi dengan wc, dan ruang
serba guna dengan biaya pembangunan per m2 sekitar setengah dari biaya pembangunan per
m2 tertinggi untuk rumah sederhana
2. Rumah Sederhana (RS) adalah rumah tidak bersusun dengan luas lantai bangunan tidak
lebih dari 70 m2, yang dibagun diatas tanah dengan luas kavling 54 m2 sampai dengan 200
m2 dan biaya pembangunan per m2 tertinggi untuk pembangunan rumah dinas tipe C yang
berlaku, yang meliputi rumah sederhana tipe besar, rumah sederhana tipe kecil, rumah
sangat sederhana, dan kavling siap bangun. Bangunan rumah layak huni yang bangunan
huniannya berada langsung diatas permukaan tanah, berupa rumah tunggal, rumah kopel dan
rumah deret. Harganya terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah dan sedang. Luas
lantai bangunan tidak lebih dari 70 m2, yang dibangun luas kavling 54 m2 sampai dengan
200 m2.
3. Rumah Kelas Menengah adalah rumah tidak bersusun yang dibangun diatas tanah dengan
luas kavling 54 m2 sampai dengan 600 m2 dan biaya pembangunan per m2 antara harga
satuan per m2 tertinggi untuk pembangunan permukiman dinas tipe C sampai dengan harga
satuan per m2 tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas tipe A yang berlaku dan rumah
tidak bersusun yang dibangun di atas tanah dengan luas kavling antara 200 m2 sampai
dengan 600 m2 dan biaya pembangunan per m2 nya lebih kecil atau sama dengan harga
satuan per m2 tertinggi untuk pembangunan permukiman dinas tipe C yang berlaku, dengan
8
luas lantai bangunan rumah disesuaikan dengan koefisien dasar bangunan dan koefisien
lantai bangunan yang diizinkan dalam rencana tata ruang wilayah yang berlaku.
4. Rumah Kelas Mewah adalah rumah tidak bersusun yang dibangun diatas tanah dengan luas
kavling 54 m2 sampai sampai dengan 2.000 m2 dan biaya pembangunan per m2 diatas biaya
satuan per m2 tertinggi untuk pembangunan permukiman diatas tipe A yang berlaku
5. Rumah Susun/Apartemen Sederhana, adalah Rumah Susun/Apartemen dimana setiap satuan
rumah susun/unit apartemen memiliki luas lantai tidak lebih dari 36 m2, bahan finishing di
dalam dan di luar bangunan menggunakan bahan yang sederhana. Utilitas dalam bangunan,
sarana dan prasarana umum yang tersedia terbatas dan sederhana. Terletak di lingkungan
dengan fasilitas lingkungan yang terbatas dan sederhana.
6. Rumah Susun/Apartemen Kelas Menengah, adalah Rumah Susun/Apartemen dimana setiap
satuan rumah susun/unit apartemen memiliki luas lantai 45 m2 atau lebih, bahan finishing di
dalam dan di luar bangunan menggunakan bahan kelas yang baik. Utilitas bangunan, sarana
dan prasarana umum yang tersedia lengkap dengan kondisi yang baik.Terletak di dalam
lingkungan dengan fasilitas lingkungan yang lengkap dengan kualitas yang baik.
7. Rumah Susun/Apartemen Mewah, adalah Rumah Susun/Apartemen dimana setiapsatuan
rumah susun/unit apartemen memiliki luaslantai 45 m2 atau lebih, bahan finishing di dalam
dan di luar bangunan menggunakan bahan pilihan dengan memperhatikan eksklusifitas.
Utilitas bangunan, sarana dan prasarana umum yang tersedia lengkap dengan kondisi yang
baik. Terletak di dalam lingkungan dengan fasilitas lingkungan yang lengkap dengan
kualitas yang baik cenderung eksklusif.
2.3 Tahapan pada Proyek Konstruksi
9
Setiap proyek memiliki tahap-tahapan aktivitas yang dikenal dengan project life-cycle. Tahapan-
tahapan aktivitas proyek menurut Pinto dan Slevin adalah: conceptualization, planning,
execution, lalu termination. Pemahaman terhadap tahapan-tahapan aktivitas proyek akan sangat
bermanfaat bagi manajer proyek dalam mengalokasikan sumber daya, baik sumber daya
keuangan, peralatan, manusia, maupun sumber daya lainnya (Pinto dan Slevin, 1986).
Tahap pelaksanaan (execution) merupakan titik kritis dari keseluruhan tahapan dalam
project life-cycle karena hasil dari aktivitas dalam tahapan ini akan menentukan efektif atau
tidaknya pembangunan pada suatu proyek. Tahap pelaksanaan (execution) adalah tahap ketiga
dalam project life-cycle. Tahap ini merupakan hasil eksekusi dari perencanaan yang telah dibuat.
Salah satu hal penting yang dapat mendukung kinerja dari tahap pelaksanaan adalah dengan
perencanaan yang matang pada pelaksanaan proyek konstruksi., dengan demikiantahap
perencanaan ini akan sangat krusial dalam project life-cycle.
2.4 Manajemen Konstruksipada Tahap Perencanaan
Manajemen Konstruksi adalah ilmu yang mempelajari mengenai aspek-aspek manajerial dan
teknologi industri konstruksi. Manajemen Konstruksi berkaitan erat dengan perencanaan dari
aktivitas yang kemudian dilaksanakan di lapangan, sehingga dapat dikatakan bahwa seluruh
aktivitas yang dilaksanakan di lapangan direncanakan dan diatur dalam bidang manajemen
konstruksi. Dari perencanaan aktivitas dapat dihasilkan proyeksi tahapan pengerjaan konstruksi,
atau dapat disebut juga sebagai metode pelaksanaan konstruksi.
2.5 Metode Pelaksanaan Konstruksi
10
Metoda konstruksi saat ini telah dikenal sebagai suatu rangkaian kegiatan pelaksanaan konstruksi
yang mengikuti prosedur serta telah dirancang sesuai dengan pengetahuan atau standar yang
telah diujicobakan, agar kegiatan pembangunan dapat berjalan sebagaimana sesuai yang
direncanakan. Disamping itu metode konstruksi juga sangat terkait dengan upaya
mengoptimalkan sumber daya yang ada dengan tetap mempertahankan mutu pada proyek
tersebut. Pengetahuan tentang metode pelaksanaan konstruksi sangat bergantung kepada
pengalaman dan pengetahuan akan teknologi-teknologi pada bidang konstruksi.
2.6 Aspek Utama pada Manajemen Konstruksi
Manajemen konstruksimemiliki tiga aspek utama yaitu biaya, waktu, dan mutu. Segi mutu
mempunyai kaitan dengan segi biaya yang dikeluarkan, besar kecilnya biaya secara umum
menunjukkan tinggi rendahnya mutu untuk suatu pekerjaan yang sama dengan spesifikasi yang
sama pula. Demikian dengan segi waktu, tinggi rendahnya mutu secara tidak langsung berkaitan
dengan lama waktu pelaksanaan, mutu yang tinggi membutuhkan kehati-hatian dan pengawasan
mutu yang lebih intensif, sehingga jelas akan menggunakan waktu yang lebih lama daripada
waktu normal. Dari waktu yang lebih lama, maka secara otomatis akan menambah biaya
pelaksanaan. Keterkaitan antara ketiga hal tersebut mengakibatkan perlu adanya suatu
instrumen/alat untuk mengawasi dan mengendalikan proyek konstruksi tersebut. Instrumen/alat
yang paling umum digunakan dalam proyek konstruksi adalah jadwal proyek dan rencana
anggaran biaya proyek. Dalam rangka memperoleh suatu jadwal proyek maka perlu dilakukan
analisis penjadwalan proyek, demikian pula untuk memperoleh rencana anggaran biaya proyek
perlu dilakukan estimasi biaya proyek.
11
Gambar 2.1 Segitiga variable utama dalam manajemen konstruksi
2.7 Definisi Estimasi Biaya
Estimasi biaya merupakan sebuah prediksi terhadap biaya yang akan dibutuhkan untuk
meyeleaikan sebuah proyek berdasarkan data dan lingkup proyek yang diberikan yang akan
dilaksanakan pada sebuah lokasi dan waktu yang telah ditetapkan. Dalam sebuah estimasi biaya
terdapat identifikasi dan pertimbangan dalam memperkirakan beberapa alternatif biaya untuk
memulai dan menyelesaikan proyek. Jumlah biaya yang akan dikeluarkan dan risiko harus dapat
dipertimbangkan, misalnya seperti membuat keputusan untuk membeli suatu barang atau hanya
menyewanya saja untuk keperluan proyek, berbagi sumber daya dalam rangka mengoptimalkan
biaya dalam proyek. Biaya yang disusun akan memperhitungkan keseluruhan sumber daya yang
dibutuhkan dalam sebuah proyek, termasuk tenaga kerja, material, peralatan, jasa, dan fasilitas
dan beberapa kategori spesial seperti faktor inflasi atau biaya contingency. Estimasi biaya
merupakan penilaian kuantitatif yang mendekati untuk kebutuhan sumber daya dalam proyek.
Tujuan dari dibuatnya suatu estimasi proyek adalah:
1. Sebagai dasar dalam pembuatan anggaran proyek.
2. Sebagai alat untuk mengontrol biaya proyek.
3. Untuk memonitor progress, dengan membandingkan anggaran biaya, biaya estimasi dengan
actual di lapangan.
12
4. Untuk membuat suatu database biaya yang dapat digunakan untuk estimasi-estimasi
berikutnya.
5. Estimasi biaya dan penjadwalan merupakan 2 aktifitas yang sangat berkaitan erat.
2.8 Metode-Metode Estimasi Biaya
Terdapat beberapa metode untuk melakukan estimasi biaya. Menurut Michael D. Dell’Isola,
metode estimasi biaya dapat dibagi menjadi empat kategori utama sebagai berikut:
1. Metode harga unit satuan. Metode harga unit satuan dapat dibagi lagi menjadi empat
kategori yaitu metode akomodasi, metode meter kubik, metode meter persegi, dan metode
area fungsional.
a. Metode akomodasi merupakan metode yang memperhitungan harga satuan dengan
volumenya berdasarkan bagian utamanya saja dari fasilitas tersebut. Salah satu
contohnya seperti pada estimasi biaya untuk sebuah tempat parkir. Perhitungan tersebut
dapat didasarkan pada unit price luas parkir bagi tiap unit mobil yang kemudian
dikalikan dengan kapastias unit mobil yang tersedia pada tempat parkir tersebut.
b. Metode meter kubik umumnya tidak digunakan pada sistem estimasi biaya, kecuali
untuk konstruksi yang identik dengan volume, seperti misalnya gudang penyimpanan.
Berdasarkan sifat dari pengukurannya, metode meter kubik akan bersifat sensitif
terhadap volume dari konstruksi dan varian yang mempengaruhinya.
c. Metode meter persegimerupakan metode yang populer digunakan di Amerika. Metode
ini sangat sering digunakan baik pada proyek pemerintah maupun swasta. Meskipun
efektif, metode meter persegi sangat bergantung pada kepada kemiripan biaya per meter
persegi proyek acuan dengan proyek yang akan diestimasi. Misalnya, suatu unit rumah
13
yang telah diestimasi, memiliki biaya konstruksi Rp 2.000.000,- per m2, tetapi belum
tentu suatu unit rumah lain memiliki biaya konstruksi per m2 yang sama.
d. Metode area fungsional adalah metode estimasi biaya berdasarkan luas area dengan
fungsi tertentu. Area fungsional ditentukan sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Salah satu contohnya yaitu pada sekolah, dimana area fungsionalnya antara lain ruang
kelas, kafetaria, gymnasium, dsb. Kelebihan metode ini dibandingkan dengan metode
meter persegi adalah metode area fungsional memiliki variasi nilai yang bergantung
pada ruang yang dibangun, sehingga estimasi dapat lebih sesuai.
2. Metode Cost-Modelling dan Parametrik. Metode ini mengutilisasi model yang telah
terdeterminasi dari proyek sebelumnya dan menggunakannya untuk memprediksi biaya
proyek yang akan dibangun. Pendekatan ini biasanya diaplikasikan pada proyek yang
berulang dengan tipe yang serupa atau mirip lalu mereplikasi analisis teoritis dan
expectation-nya pada proyek yang diinginkan. Pada prosesnya fasilitas statistik dapat
dimanfaatkan sebagai alat prediksi dan accesment cost terutama pada sistem konstruksi yang
rumit, seperti piping atau proses komponen. Namun pendekatan ini memiliki aplikasi yang
paling sedikit di dunia konstruksi.
3. Metode Survey Kuantitas. Metode survey kuantitas biasanya digunakan saat detail desain
secara terinci tersedia dan estimator diharuskan untuk menghitungcost keseluruhan proyek
atau paling tidak komponen utamanya. Pricing dapat terdiri dari unit price seluruh bangunan,
atau juga termasuk pekerja, material dan alat. Tingkatan dari detail estimasi adalah
individual unit pada tiap pekerjaan, agar dapat diketahui bagaimana pekerjaan akan
dilangsungkan.
2.9 Definisi Penjadwalan Proyek Konstruksi
14
Definisi penjadwalan proyek konstruksi menurut Callahan (1992) adalah suatu perangkat yang
bertujuan untuk menentukan aktivitas yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek dalam
urutan serta kerangka waktu tertentu. Aspek-aspek pada penjadwalan proyek meliputi tenaga
kerja, material, peralatan, keuangan, dan waktu. Dengan penjadwalan yang tepat maka beberapa
macam kerugian dapat dihindarkan seperti keterlambatan, pembengkakan biaya, dan
perselisihan. Dalam analisis penjadwalan terdapat beberapa metode penjadwalan, yang masing-
masing mempunyai karakterisitik tersendiri.
2.10 Metode-Metode dalam Penjadwalan Proyek Konstruksi
Secara umum metode yang digunakan pada penjadwalan proyek konstruksi adalah Metode Bar
Chart, Metode Jaringan Kerja (Network Diagram), dan Metode Penjadwalan Linear. Metode
Jaringan Kerja memiliki sub metode lagi seperti Critical Path Method, Precedence
Diagramming Method, Project Evaluation and Review Technique, dsb. Sedangkan Metode
Penjadwalan Linear memiliki sub metode lagi seperti Metode Line of Balance, Time Chainage
Diagram, dsb. Berikut ini penjelasan lebih lanjut untuk karakteristik masing-masing metode
penjadwalan, sebagai berikut:
1. Metode Bar Chart bersifat visual, sederhana dan mudah untuk dimengerti, tetapi tidak dapat
menunjukkan secara spesifik hubungan logika ketergantungan antar kegiatan dan lintasan
kritis proyek, serta tidak dapat mendeteksi secara langsung kegiatan yang mengalami
gangguan dalam penjadwalan proyek. Metode ini sangat populer pada proyek konstruksi di
Indonesia, yaitu sekitar 87% (Arianto, 2010).
2. Metode Jaringan Kerja memiliki keandalan dalam menunjukkan secara spesifik hubungan
logika ketergantungan antar kegiatan dan menentukan lintasan kritis kegiatan proyek
sehingga kegiatan yang menjadi prioritas apabila terjadi keterlambatan dapat diketahui, dari
15
segi penyusunan jadwal, jaringan kerja dipandang sebagai suatu langkah penyempurnaan
metode Bar Chart, karena dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang
belum terpecahkan oleh metode tersebut. Metode ini memiliki keandalan dalam menunjukan
secara spesifik hubungan logika ketergantungan antar kegiatan, sehingga kegiatan yang
menjadi prioritas mengalami keterlamabtan maka dapat diketahui, akan tetapi tidak dapat
mendeteksi secara langsung kegiatan yang mengalami gangguan dalam penjadwalan proyek.
Metode ini cocok untuk proyek yang bersifat kompleks karena dapat menunjukkan secara
spesifik hubungan logika ketergantungan antar kegiatan dan memiliki teknik hitungan
matematis (Arianto, 2010).
a. Critical Path Method (CPM) dapat menunjukkan dengan spesifik jalur pekerjaan kritis
pada pekerjaan proyek, sehingga sangat berguna bagi proyek yang memiliki
kompleksitas yang tinggi. Akan tetapi CPM tidak mengidikasikan tingkat produksi
pada proyek sehingga tidak cocok untuk aktivitas yang berulang.
b. Precedence Diagramming Method (PDM) pada dasarnya adalah pengembangan dari
bar chart. PDM memiliki dasar perhitungan yang sama seperti CPM, tetapi memiliki
tampilan yang relatif lebih sederhana bila dibandingkan dengan CPM sehingga lebih
cocok digunakan untuk proyek yang berulang daripada CPM.
c. Project Evaluation and Review Technique (PERT) memiliki metode tersendiri
dibandingkan metode lain, dimana metode PERT memperkirakan kemungkinan waktu
penyelesaian proyek dengan menggunakan 3 durasi macam waktu. Metode ini cocok
untuk proyek yang memiliki resiko tinggi.
3. Metoda Penjadwalan Linear merupakan salah satu metode penjadwalan waktu pelaksanaan
proyek yang biasanya diterapkan pada proyek yang jumlah kegiatannya terbatas serta
16
berulang. Keunggulan paling berarti dari metode ini adalah kesederhanaannya, metode ini
dapat mendeteksi secara langsung kegiatan yang mengalami gangguan berdasarkan ada
tidaknya perpotongan pada diagram batang, akan tetapi tidak dapat menunjukkan secara
spesifik hubungan logika ketergantungan antar kegiatan (Arianto, 2010).
a. Line of Balance (LoB) ditunjukkan dalam berbagai literatur internasional sebagai alat
penjadwalan yang hanya cocok untuk proyek-proyek yang tersusun atas kegiatan
berulang,dan tidak cocok untuk proyek non-repetitive.
b. Time Chainage Diagram sering juga disebut Space Time Diagram maupun Time
Distance Chart. Penjadwalan ini cocok digunakan pada proyek berulang yang dimana
jarak (distance) juga merupakan salah satu parameter penting, seperti pada pekerjaan
piping.
Berdasarkan penelitian, Arianto (2010) mengemukakan bahwa setiap metode memiliki
kekurangan dan kelebihan masing-masing, maka dari itu penyedia jasa konstruksi dan owner
sebaiknya minimal dapat mengetahui dan menerapkan metode Bar Chart dan PDM sehingga
dapat mengetahui lintasan kritis kegiatan proyek. Akan lebih baik lagi pada proyek yang
beresiko tinggi ditambahkan dengan PERT sehingga probabilitas waktu penyelesaian proyek
dapat diketahui.
2.11 Hubungan Logika Ketergantungan Precedence Diagramming Method (PDM)
Pada PDM juga dikenal adanya konstrain. Satu konstrain hanya dapat menghubungkan dua node,
karena setiap node memiliki dua ujung yaitu ujung awal atau mulai = (S) dan ujung akhir atau
selesai = (F). Berikut langkah-langkah dalam perhitungan konstrain (Arianto 2010):
17
1. Konstrain selesai ke mulai – Finish to Start (FS) Konstrain ini memberikan penjelasan
hubungan antara mulainya suatu kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu. Dirumuskan
sebagai FS (i-j) = a yang berarti kegiatan (j) mulai a hari, setelah kegiatan yang
mendahuluinya (i) selesai.
Gambar 2.2 Konstrain Finish to Start
2. Konstrain mulai ke mulai – Start to Start (SS). Memberikan penjelasan hubungan antara
mulainya suatu kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu. Atau SS (i-j) = b yang berarti
suatu kegiatan (j) mulai setelah b hari kegiatan terdahulu (i) mulai. Konstrain semacam ini
terjadi bila sebelum kegiatan terdahulu selesai 100 % maka kegiatan (j) boleh mulai setelah
bagian tertentu dari kegiatan (i) selesai. Besar angka b tidak boleh melebihi angka waktu
kegiatan terdahulu. Karena per definisi b adalah sebagian kurun waktu kegiatan terdahulu.
Jadi disini terjadi kegiatan tumpang tindih, misalnya : pelaksanaan kegiatan pasangan
pondasi batu kali dapat segera dimulai setelah pekerjaan galian pondasi cukup, misalnya
setelah satu hari.
Gambar 2.3 Konstrain Start to Start
18
3. Konstrain selesai ke selesai – Finish to Finish (FF). Memberikan penjelasan hubungan
antara selesainya suatu kegiatan dengan selesainya kegiatan terdahulu. Atau FF (i-j) = c
yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah c hari kegiatan terdahulu (i) selesai. Konstrain
semacam ini mencegah selesainya suatu kegiatan mencapai 100% sebelum kegiatan yang
terdahulu telah sekian (=c) hari selesai. Angka c tidak boleh melebihi angka kurun waktu
kegiatan yang bersangkutan (j), misalnya: pekerjaan perataan tanah tidak dapat dilakukan
sebelum pekerjaan pengangkutan tanah selesai.
Gambar 2.4 Konstrain Finish to Finish
4. Konstrain mulai ke selesai – Start to Finish (SF). Menjelaskan hubungan antara selesainya
kegiatan dengan mulainya kegiatan terdahulu. Dituliskan dengan SF (i-j) = d, yang berarti
suatu kegiatan (j) selesai setelah d hari kegiatan (i) terdahulu mulai. Jadi dalam hal ini
sebagian dari porsi kegiatan terdahulu harus selesai sebelum bagian akhir kegiatan yang
dimaksud boleh diselesaikan, misalnya: pekerjaan instalasi lift harus sudah selesai setelah
beberapa hari dimulainya pekerjaan sistem elektrikal.
Gambar 2.5 Konstrain Start to Finish
19
2.12 Teknik Perhitungan Precedence Diagramming Method (PDM)
Metode PDM termasuk kedalam metode jaringan kerja, yang salah satu cirinya adalah adanya
Activity On Node (AON). Di sini kegiatan dituliskan dalam node yang umumnya berbentuk segi
empat, sedangkan anak panah sebagai penunjuk hubungan antara kegiatan-kegiatan yang
bersangkutan (Soeharto, 1999).
Gambar 2.6 Konstrain Start to Finish
Jika kegiatan awal terdiri dari sejumlah kegiatan dan diakhiri oleh sejumlah kegiatan pula
maka dapat ditambahkan kegiatan awal dan kegiatan akhir yang keduanya merupakan kegiatan
fiktif/dummy.
Gambar 2.7 Konstrain Start to Finish
Adapun untuk menentukan kegiatan yang bersifat kritis dan lintasan kritis dapat dilakukan
melalui perhitungan maju (Forward Analysis) dan perhitungan mundur (Backward Analysis)
sebagai berikut (Ervianto, 2005).
20
Gambar 2.8 Konstrain Start to Finish
Perhitungan maju dilakukan untuk mendapatkan Earliest Start (ES) dan Earliest Finish
(EF), jika lebih dari satu anak panah yang masuk dalam kegiatan maka diambil yang terbesar.
Kegiatan I adalah kegiatan predecessor, sedangkan kegiatan J adalah kegiatan yang dianalisis.
Besarnya ESj dan EFj adalah sebagai berikut :
ESj = ESi + SSij atau ESj = EFi + FSij
EFj = ESi + SFij atau EFj = EFi + FFij atau ESj + Dj
Jika tidak ada FSij atau SSij dan kegiatan non-splitable maka ESj = EFj - Dj.
Perhitungan mundur dilakukan untuk mendapatkan Latest Start (LS) dan Latest Finish
(LF), jika lebih dari satu anak panah yang keluar dari kegiatan maka diambil yang terkecil.
Kegiatan J adalah kegiatan successor, sedangkan kegiatan I adalah kegiatan yang dianalisis.
Besarnya LSi dan LFi adalah sebagai berikut :
LSi = LSj - SSij atau LSi = LFj - SFij atau LFi – Di
LFi = LFj - FFij atau LFi = LSj - FSij
Jika tidak ada FFij atau FSij dan kegiatan non-splitable maka LFi = LSi + Di.
Adapun lintasan kritis ditandai oleh beberapa keadaan sebagai berikut :
ES = LS atau EF = LF atau LF – ES = Durasi kegiatan
21
Float adalah sejumlah waktu yang tersedia dalam suatu kegiatan sehingga kegiatan
tersebut dapat ditunda atau diperlambat dengan sengaja atau tidak, tanpa
menyebabkan keterlambatan penyelesaian proyek. Terdapat dua jenis float, yaitu :
1. Total float adalah sejumlah waktu yang tersedia untuk penundaan suatu kegiatan tanpa
memengaruhi penyelesaian proyek secara keseluruhan.
Total Float (TF)i = Minimum (LSj - EFi)
2. Free float : sejumlah waktu yang tersedia untuk penundaan suatu kegiatan
tanpa memengaruhi dimulainya kegiatan yang langsung mengikutinya
Free Float (FF)i = Minimum (ESj - EFi)
2.13 Standar Nasional Indonesia (SNI)
Berlandaskan hukum pada PP 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional , Standar Nasional
Indonesia (SNI) memang adalah satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di Indonesia.
SNI merupakan subsistem dari Sistem Standardisasi Nasional (SSN) yang pada dasarnya
merupakan akumulasi dari pengetahuan, teknologi dan pengalaman dari para pemangku
kepentingan (stakeholder) yang terlibat pada proses pencapaian kesepakatan.
Pengembangan suatu standar melalui 2 (dua) pendekatan berbeda, yaitu berbasis konsensus
(kesepakatan terhadap suatu rancangan standar di kalangan para pemangku kepentingan) dan
berbasis scientific evidence (kesepakatan terhadap suatu rancangan standar yang berlandaskan
pada pembuktian secara ilmiah) (Badan Standarisasi Nasional, 2000).
SNI dirumuskan oleh Panitia Teknis dan ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional
(BSN). Agar SNI memperoleh keberterimaan yang luas antara para stakeholder, maka SNI
dirumuskan dengan memenuhi WTO Code of good practice, yaitu :
22
1. Openess (keterbukaan): Terbuka bagi agar semua stakeholder yang berkepentingan dapat
berpartisipasi dalam pengembangan Standar Nasional Indonesia.
2. Transparency (transparansi): Transparan agar semua stakeholder yang berkepentingan dapat
mengikuti perkembangan SNI mulai dari tahap pemrograman dan perumusan sampai ke
tahap penetapannya . Dan dapat dengan mudah memperoleh semua informsi yang berkaitan
dengan pengembangan SNI.
3. Consensus and impartiality (konsensus dan tidak memihak): Tidak memihak dan konsensus
agar semua stakeholder dapat menyalurkan kepentingannya dan diperlakukan secara adil.
4. Effectiveness and relevance: Efektif dan relevan agar dapat memfasilitasi perdagangan
karena memperhatikan kebutuhan pasar dan tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
5. Coherence: Koheren dengan pengembangan standar internasional agar perkembangan pasar
negara kita tidak terisolasi dari perkembangan pasar global dan memperlancar perdagangan
internasional.
6. Development dimension (berdimensi pembangunan): Berdimensi pembangunan agar
memperhatikan kepentingan publik dan kepentingan nasional dalam meningkatkan daya
saing perekonomian nasional.
2.14 Ruang Kerja
Berdasarkan Workplace Amenities and Work Environment (Worksafe Organization) area kerja
yang cukup harus dapat mengakomodasi kebutuhan pekerja untuk bergerak dan melakukan
tugasnya tanpa mendapatkan rintangan atau bahkan cedera. Area yang dialokasikan untuk
pekerja juga harus layak dan sesuai dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan. Perencanaan
ruang kerja sedapat mungkin didasarkan pada keamanan, salah satunya adalah dengan
23
membuktikan bahwa tempat bekerja memiliki area yang cukup. Penilaian dari area kerja yang
dibutuhkan perlu mengevaluasi hal-hal berikut :
1. Pekerjaan yang dilaksanakan
2. Kegiatan fisik yang dilakukan dalam melaksankan pekerjaan
3. Pergerakan pada saat bekerja
4. Posisi dalam melaksanakan pekerjaan
5. Akses untuk masuk ke tempat kerja
6. Peralatan yang digunakan
2.15 Pemerataan Sumber Daya (Resource Levelling)
Definisi Resource Levelling menurut Project Management Body of Knowledge adalah rekayasa
yang berkaitan dengan mulai dan selesainya suatu kegiatan berdasarkan sumber dayanya,
bertujuan untuk menyeimbangkan permintaan sumber daya dengan ketersediaan sumber daya.
Dalam melakukan aktivitas penjadwalan proyek, beberapa aktivitas yang dapat dilakukan
bersama-sama dapat tergeser akibat dari keterbatasan sumber dayanya. Pemerataan sumber daya
merupakan proses rekayasa untuk mengatasi permasalahan tersebut. Sebuah proyek konstruksi
membutuhkan berbagai macam sumber daya, sumber daya tersebut antara lain : pekerja,
peralatan, material, uang yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan. Sumber daya tersebut
memiliki batas sehingga dalam sebuah proyek perlu di “level” penggunaan dari sumber dayanya.
Manajemen pada proyek yang baik mengalokasikan sumber dayanya dengan optimal sehingga
dapat menyelesaikan proyek dengan efektif dan efisien. Terdapat kriteria dalam melakukan
pemerataan sumber daya, yaitu : pembatasan waktu dan prioritas pada aktivitas. Pembuatan
jadwal proyek harus mengacu pada ketersediaan sumber dayanya, sehingga ketersediaan sumber
daya akan mempengaruhi jalur kritis dari jadwal tersebut.
24
25