analisis perbandingan perhitungan biaya · pdf fileagar lebih jelas, alur proses produksi...

17
ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN BIAYA OVERHEAD PABRIK DENGAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DALAM PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI (Studi Kasus pada PT Catur Wangsa Indah Kota Tasikmalaya) SRI MAHARANI Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi No. 24 Tasikmalaya Telp. (0265) 323537 ABSTRACT This research aims to know about: (1) cost of goods manufactured based on the calculation of factory overhead cost with conventional method undertaken by the company, (2) cost of goods manufactured which has been reconstructed based on the calculation of factory overhead cost with activity based costing method, (3) whether there are differences in the calculation of factory overhead costs with conventional method and activity based costing method in determining cost of goods manufactured. The research method used in this research is descriptive method of analysis with a case study approach. The analysis tools are quantitative approach with the measurement scale ratios and hypothesis testing using different test average. The result showed that: (1) the cost of goods manufactured by conventional methods as a whole have increased every year, (2) the cost of production which has been reconstructed also showed an overall improvement, (3) comparative analysis between the conventional method and activity based costing in PT Catur Wangsa Indah is different. Keyword: Conventional Method, Activity Based Costing Method, Cost Of Goods Manufactured, Factory Overhead Cost

Upload: trinhtu

Post on 02-Feb-2018

230 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN BIAYA · PDF fileAgar lebih jelas, alur proses produksi tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut: Gambar 1 Bagan Alur Proses Produksi . Perhitungan

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN BIAYA OVERHEAD PABRIK

DENGAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED

COSTING DALAM PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI

(Studi Kasus pada PT Catur Wangsa Indah Kota Tasikmalaya)

SRI MAHARANI

Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Siliwangi

Jl. Siliwangi No. 24 Tasikmalaya Telp. (0265) 323537

ABSTRACT

This research aims to know about: (1) cost of goods manufactured based on the

calculation of factory overhead cost with conventional method undertaken by the

company, (2) cost of goods manufactured which has been reconstructed based on the

calculation of factory overhead cost with activity based costing method, (3) whether

there are differences in the calculation of factory overhead costs with conventional

method and activity based costing method in determining cost of goods manufactured.

The research method used in this research is descriptive method of analysis with a case

study approach. The analysis tools are quantitative approach with the measurement

scale ratios and hypothesis testing using different test average. The result showed that:

(1) the cost of goods manufactured by conventional methods as a whole have increased

every year, (2) the cost of production which has been reconstructed also showed an

overall improvement, (3) comparative analysis between the conventional method and

activity based costing in PT Catur Wangsa Indah is different.

Keyword: Conventional Method, Activity Based Costing Method, Cost Of Goods

Manufactured, Factory Overhead Cost

Page 2: ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN BIAYA · PDF fileAgar lebih jelas, alur proses produksi tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut: Gambar 1 Bagan Alur Proses Produksi . Perhitungan

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) harga pokok produksi berdasarkan

perhitungan biaya overhead pabrik dengan metode konvensional yang dilakukan oleh

perusahaan, (2) harga pokok produksi yang telah direkonstruksi berdasarkan

perhitungan biaya overhead pabrik dengan metode activity based costing, (3) apakah

terdapat perbedaan perhitungan biaya overhead pabrik dengan metode konvensional dan

metode activity based costing dalam penentuan harga pokok produksi. Metode

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan

pendekatan studi kasus. Alat analisis yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif

dengan skala pengukuran rasio dan pengujian hipotesis menggunakan uji beda selisih

rata-rata. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) harga pokok produksi dengan metode

konvensional secara keseluruhan mengalami peningkatan setiap tahunnya, (2) harga

pokok produksi yang telah direkonstruksi juga menunjukkan peningkatan secara

keseluruhan, (3) analisis perbandingan antara metode konvensional dan metode activity

based costing pada PT Catur Wangsa Indah berbeda.

Kata Kunci: Metode Konvensional, Metode Activity Based Costing, Harga Pokok

Produksi, Biaya Overhead Pabrik

PENDAHULUAN

Dunia usaha saat ini berkembang dengan pesat dan mengarah pada

perekonomian global, sehingga tidak ada batasan antar negara dalam perdagangan

global tersebut. Perkembangan tersebut memberi peluang juga resiko tersendiri bagi

perusahaan. Di satu sisi perusahaan mendapat peluang untuk mengembangkan bisnis

dan meningkatkan pendapatannya. Namun di sisi lain, persaingan antar produsen

menjadi semakin ketat.

Selain itu untuk perusahaan manufaktur, saat ini juga dihadapkan pada

kecenderungan lingkungan yang semakin berubah. Diantaranya terdapat kerumitan

produksi yang semakin meningkat, intensitas modal, jalur distribusi, standar kualitas

yang dibutuhkan, banyaknya produk dan diversifikasi produk juga meningkat. Adanya

lingkungan yang berubah tersebut mengakibatkan proses produksi juga berubah serta

membawa perubahan pula dalam penentuan harga pokok produksi.

Page 3: ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN BIAYA · PDF fileAgar lebih jelas, alur proses produksi tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut: Gambar 1 Bagan Alur Proses Produksi . Perhitungan

Menurut Daljono (2005: 194), pada lingkungan industri maju dimana proses

produksi dilakukan secara otomatis, porsi biaya tenaga kerja menjadi jauh lebih kecil

bila dibandingkan dengan biaya secara keseluruhan. Sementara itu biaya overhead

pabrik porsinya menjadi lebih besar. Jumlah biaya overhead yang besar akan

menimbulkan masalah dalam pengalokasian/pembebanan ke produk, apabila beberapa

jenis produk diproduksi dalam satu fasilitas. Jika satu fasilitas hanya digunakan untuk

memproduksi satu jenis produk maka pembebanan biaya overhead tidak manjadi

masalah. Namun, apabila satu fasilitas digunakan untuk memproses berbagai jenis

produk (multiple product setting), biaya overhead merupakan biaya bersama bagi

beberapa jenis produk tersebut. Masalah yang timbul adalah mengidentifikasikan

jumlah biaya overhead untuk masing-masing produk. Masalah ini diatasi dengan

mencari pemacu yang menyebabkan timbulnya biaya (cost driver).

Pada umumnya perusahaan masih menerapkan metode konvensional dalam

membebankan biaya overhead, yang menganggap bahwa biaya overhead yang

dikonsumsi ada hubungan dengan jumlah unit yang diproduksi. Namun pembebanan

seperti ini tidak akurat karena tidak menunjukkan biaya yang sesungguhnya dikonsumsi

oleh masing-masing produk dan dapat menyebabkan adanya distorsi. Distorsi yang

timbul akan menyesatkan pembuatan keputusan oleh pihak manajemen perusahaan, juga

dapat menyebabkan adanya kesalahan dalam penetapan harga pokok produksi.

Daljono (2005: 195), kembali memaparkan bahwa dasar penerapan biaya

overhead pabrik yang lebih representatif adalah dengan menerapkan activity-based

costing (ABC), yaitu penghitungan harga pokok produk yang mendasarkan pada

aktivitas. ABC dikenal juga dengan transaction costing atau pembebanan harga pokok

produksi berdasarkan transaksi. Aktivitas yang mengonsumsi sumber daya overhead,

diidentifikasikan dan dihubungkan dengan biaya overhead yang terjadi. Anggapan

dasar pada activity-based costing adalah biaya overhead yang disebabkan oleh aktivitas

dapat diusut ke unit produk individual berdasarkan frekuensi pemakaian atau

pengonsumsian sumber daya overhead oleh setiap produk. Pengalokasian berdasarkan

aktivitas ini memberikan informasi biaya produk masing-masing jenis produk yang

lebih tepat dan akurat.

Penelitian mengenai perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan

Metode Konvensional dan Metode Activity Based Costing telah banyak dilakukan.

Page 4: ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN BIAYA · PDF fileAgar lebih jelas, alur proses produksi tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut: Gambar 1 Bagan Alur Proses Produksi . Perhitungan

Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan di atas, pada penelitian ini juga mengambil

referensi dari beberapa penelitian terdahulu sebagai gambaran untuk mempermudah

proses penelitian, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Asep Rohmatulloh

(2009) dan Riky Martusa, dkk (2010).

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui Harga Pokok Produksi berdasarkan perhitungan Biaya Overhead

Pabrik dengan Metode Konvensional pada PT Catur Wangsa Indah Tasikmalaya.

2. Mengetahui Harga Pokok Produksi yang direkonstruksikan berdasarkan

perhitungan Biaya Overhead Pabrik dengan Metode Activity Based Costing pada

PT Catur Wangsa Indah Tasikmalaya.

3. Mengetahui analisis perbandingan antara perhitungan Biaya Overhead Pabrik

dengan Metode Konvensional dan Metode Activity Based Costing dalam

penentuan Harga Pokok Produksi pada PT Catur Wangsa Indah.

TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu keputusan penting yang harus diambil oleh pihak manajemen

perusahaan adalah penentuan harga pokok produksi dari produk yang dihasilkan.

Informasi yang detail dan akurat mengenai harga pokok produksi tersebut sangat

diperlukan untuk pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan perusahaan.

Sehubungan dengan hal tersebut, terdapat beberapa konsep yang perlu diketahui.

Menurut Blocher (2001: 575), yang dialihbahasakan oleh Susty Ambarriani,

harga pokok produksi adalah sebagai berikut:

“Harga pokok produksi merupakan total biaya bahan langsung, tenaga kerja

langsung, dan overhead pabrik yang ditransfer dari rekening produk dalam

proses ke rekening produk selesai selama periode akuntansi”.

Berdasarkan definisi di atas, diketahui bahwa harga pokok produksi terdiri dari

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Berkaitan

dengan hal tersebut, Supriyono (1999: 20), mendefinisikan istilah-istilah tersebut

sebagai berikut:

“Biaya bahan baku adalah harga perolehan dari bahan baku yang dipakai di

dalam pengolahan produk. Biaya tenaga kerja langsung adalah balas jasa yang

diberikan kepada karyawan pabrik yang manfaatnya dapat diidentifikasikan atau

Page 5: ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN BIAYA · PDF fileAgar lebih jelas, alur proses produksi tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut: Gambar 1 Bagan Alur Proses Produksi . Perhitungan

diikuti jejaknya pada produk tertentu yang dihasilkan perusahaan. Biaya

overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga

kerja langsung”.

Dalam menentukan harga pokok produksi untuk perusahaan yang multi product,

tingkat akurasi sangat erat kaitannya dengan sistem atau metode yang digunakan dalam

pengalokasian biaya overhead pabrik. Diantara metode yang digunakannya meliputi

metode konvensional atau tradisional dan metode activity based costing.

Sistem akuntansi biaya tradisional mengasumsikan bahwa semua biaya

diklasifikasikan sebagai tetap atau variabel berkaitan dengan perubahan unit atau

volume produk yang diproduksi (Hansen dan Mowen, 2000).

Sedangkan menurut Blocher (2000: 120), yang diterjemahkan oleh A. Susty

Ambarriani, Activity Based Costing (ABC) dapat didefinisikan sebagai berikut:

“Activity Based Costing adalah pendekatan penentuan biaya produk yang

membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang

disebabkan karena aktivitas”.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada PT Catur Wangsa Indah yang beralamat di Jalan

Mayor SL Tobing No. 46 Tasikmalaya. Objek penelitian yang dipilih adalah

perhitungan biaya overhead pabrik dalam penentuan harga pokok produksi yang

dilakukan oleh perusahaan dari salah satu produk dengan jenis cream detergent.

Adapun alasan pemilihan objek penelitian pada PT Catur Wangsa Indah ini yaitu

bahwa di dalam perusahaan tersebut terdapat unit observasi yang relevan dengan materi

penelitian. Di samping itu, perusahaan tersebut berproduksi secara multiple product dan

merupakan badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas. Hal tersebut relevan

dengan kriteria dari fenomena yang diteliti.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

analisis dengan pendekatan studi kasus. Dalam studi kasus ini data yang diperoleh akan

diolah, dianalisis, dan diproses lebih lanjut dengan dasar-dasar teori yang telah

dipelajari, sehingga diperoleh simpulan.

Page 6: ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN BIAYA · PDF fileAgar lebih jelas, alur proses produksi tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut: Gambar 1 Bagan Alur Proses Produksi . Perhitungan

Teknik Analisis Data

Mengingat pengumpulan data yang penulis lakukan dengan metode studi kasus,

maka analisis yang dilakukan yaitu dengan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan

metode uji beda rata-rata untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan antara

perhitungan biaya overhead pabrik dengan menggunakan metode konvensional dan

metode activity based costing.

Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis akan dimulai dengan penetapan hipotesis operasional,

penetapan tingkat signifikan, uji signifikan, kriteria dan penarikan kesimpulan.

a. Formulasikan Ho dan Ha

Ho : µ1 = µ2 : tidak terdapat perbedaan antara perhitungan biaya overhead

pabrik dengan Metode Konvensional dan Metode Activity Based Costing dalam

penentuan Harga Pokok Produksi.

Ha : µ1 ≠ µ2 : terdapat perbedaan antara perhitungan biaya overhead pabrik dengan

Metode Konvensional dan Metode Activity Based Costing dalam penentuan

Harga Pokok Produksi.

b. Pemilihan tes statistik dan penetapan signifikansi

Metode pengujian statistik yang digunakan adalah uji beda selisih rata-rata, yaitu

pengujian untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara dua

variabel yang diuji.

a) Menghitung rata-rata tiap sampel

= ∑

dan =

b) Menghitung simpangan baku tiap sampel

√∑( )

√∑( )

= √( )

( )

Page 7: ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN BIAYA · PDF fileAgar lebih jelas, alur proses produksi tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut: Gambar 1 Bagan Alur Proses Produksi . Perhitungan

Keterangan:

: rata-rata harga pokok produksi berdasarkan BOP Konvensional

: rata-rata harga pokok produksi berdasarkan BOP ABC

: simpangan baku harga pokok produksi BOP Konvensional

: simpangan baku harga pokok produksi BOP ABC

: simpangan baku gabungan harga pokok produksi antara BOP Konvensional

dengan BOP ABC

: ukuran atau periode yang diobservasi untuk sampel 1

: ukuran atau periode yang diobservasi untuk sampel 2

c. Menentukan degree of freedom (df) dan tingkat signifikansi

Nilai df = n1 + n2 - 2

Tingkat signifikansi yang dipakai adalah 95% (α = 0,05). Hal ini karena dianggap

sudah cukup mewakili untuk penelitian bidang ilmu sosial.

d. Menghitung nilai t

thitung =

√( )

( )

(

) (

)

(Sudjana, 2005: 239)

e. Kaidah keputusan

Hasil dari perhitungan uji t yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian

dicocokkan dengan uji t yang diperoleh dari tabel untuk mengetahui apakah

hipotesis nol diterima atau ditolak dengan kriteria sebagai berikut:

Terima Ho : -t

≤ thitung ≤ t

Tolak Ho : thitung < -t

α atau thitung > t

α

f. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian seperti tahapan di atas, maka akan

dilakukan analisis secara kuantitatif. Dari hasil analisis tersebut akan ditarik suatu

kesimpulan apakah hipotesis yang telah diterapkan itu diterima atau ditolak.

Page 8: ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN BIAYA · PDF fileAgar lebih jelas, alur proses produksi tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut: Gambar 1 Bagan Alur Proses Produksi . Perhitungan

Penakaran

Pengadukan

Pengisian

Merk

Pengepakan

Gudang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses Produksi

Untuk menentukan harga pokok produksi dengan teliti, perlu dipahami proses

pembuatan produk, yang lebih dikenal dengan istilah kegiatan atau proses produksi.

Kegiatan produksi PT Catur Wangsa Indah adalah kegiatan produksi continue dimana

bahan bakunya mengalir terus-menerus dari bahan baku menjadi barang jadi dengan

melalui beberapa tahap pengerjaan. Bahan baku diproses dari mesin satu ke mesin yang

lain berikutnya dengan urutan proses dimulai dari aktivitas penakaran semua bahan,

proses pengadukan, proses pengisian, pemasangan merek, pengepakan (packing) sampai

ke aktivitas gudang. Agar lebih jelas, alur proses produksi tersebut dapat dilihat dalam

gambar berikut:

Gambar 1

Bagan Alur Proses Produksi

Page 9: ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN BIAYA · PDF fileAgar lebih jelas, alur proses produksi tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut: Gambar 1 Bagan Alur Proses Produksi . Perhitungan

Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Konvensional

Penetapan harga pokok produksi mencakup perhitungan biaya produksi, yang

terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

Data biaya produksi PT Catur Wangsa Indah Kota Tasikmalaya, yang berupa biaya

bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan rincian biaya overhead pabrik dapat dilihat

dalam tabel di bawah ini:

Tabel 1

Data Utama Biaya Produksi

Tahun Produksi

(ton)

Biaya Bahan

Baku (Rp)

Biaya Tenaga Kerja

Langsung (Rp) Total Biaya (Rp)

2008 10.800 20.238.317.000 734.976.000 20.973.293.000

2009 11.700 21.857.382.360 786.424.000 22.643.806.360

2010 12.500 23.605.972.950 887.040.000 24.493.012.950

2011 13.100 25.494.450.790 937.728.000 26.432.178.790

Sumber: PT Catur Wangsa Indah Tasikmalaya

Tabel 2

Rincian Biaya Overhead Pabrik

No. Keterangan Total Biaya (Rp)

2008 2009 2010 2011

1 Bahan Penolong 9.716.240.300 10.350.904.700 11.319.648.540 12.112.023.940

2 Biaya Tenaga Kerja

Tidak Langsung 208.800.000 214.479.000 237.600.000 252.000.000

3 Listrik 478.000.000 501.900.000 496.881.000 516.756.200

4 Air 2.103.600 2.061.500 2.272.600 2.340.800

5 Telepon 57.000.000 56.430.000 55.301.400 58.066.500

6 Transportasi 21.000.000 21.210.000 20.785.000 21.500.000

7 Lain-Lain 27.650.000 28.480.000 31.083.000 33.570.000

Total 10.510.793.900 11.175.465.200 12.163.571.540 12.996.257.440

Sumber: PT Catur Wangsa Indah Tasikmalaya

Page 10: ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN BIAYA · PDF fileAgar lebih jelas, alur proses produksi tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut: Gambar 1 Bagan Alur Proses Produksi . Perhitungan

Menurut Sumarsid, perhitungan biaya produksi pada pengalokasian biaya bahan

baku dan biaya tenaga kerja langsung yang dikonsumsi dapat diidentifikasikan dengan

jelas, sedangkan alokasi biaya overhead pabrik yang dibebankan pada tiap unit produk

dapat dihitung dengan cara membagi biaya overhead pabrik dengan jumlah unit yang

diproduksi. Kemudian biaya overhead untuk tiap produk dihitung dengan cara

mengalikan biaya overhead per unit tadi dengan total produksinya.

Setelah itu, untuk mengetahui harga pokok produksi dari tiap produk dapat

dihitung dengan cara menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan

biaya overhead pabrik. Berikut ini adalah tabel perhitungan harga pokok produksi

dengan menggunakan metode konvensional:

Tabel 3

Harga Pokok Produksi Cream Detergent Metode Konvensional

Tahun Produksi

(ton)

Biaya Bahan

Baku (Rp)

Biaya Tenaga

Kerja

Langsung (Rp)

Biaya Overhead

Pabrik (Rp)

Harga Pokok

Produksi (Rp)

Harga Pokok

Produksi per

ton (Rp)

2008 10.800 20.238.317.000 734.976.000 10.510.793.900 31.484.086.900 2.915.193

2009 11.700 21.857.382.360 786.424.000 11.175.465.200 33.819.271.560 2.890.536

2010 12.500 23.605.972.950 887.040.000 12.163.571.540 36.656.584.490 2.932.527

2011 13.100 25.494.450.790 937.728.000 12.996.257.440 39.428.436.230 3.009.804

48.100 91.196.123.100 3.346.168.000 46.846.088.080 141.388.379.180 11.748.060

Sumber: PT Catur Wangsa Indah, diolah penulis

Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Activity Based Costing

Setelah perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode

konvensional selesai dilakukan, selanjutnya dilakukan perhitungan kembali dengan

menggunakan Metode Activity Based Costing. Metode ini mencoba mengatasi masalah

pembebanan biaya overhead pabrik. Dalam metode ini, biaya overhead akan

dibebankan kepada produk berdasarkan konsumsi aktivitasnya.

Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan untuk menetapkan harga pokok

produksi berdasarkan perhitungan biaya overhead pabrik dengan menggunakan metode

activity based costing ini adalah sebagai berikut:

1. Pembebanan sumber daya (employee resource dan expense resource) ke aktivitas:

a) Pengidentifikasian aktivitas yang dilaksanakan,

Page 11: ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN BIAYA · PDF fileAgar lebih jelas, alur proses produksi tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut: Gambar 1 Bagan Alur Proses Produksi . Perhitungan

b) Penentuan biaya untuk tiap aktivitas,

2. Pembebanan activity cost ke cost object:

a) Penentuan cost driver,

b) Klasifikasi aktivitas ke pusat biaya yang homogen,

3. Perhitungan harga pokok produksi.

Tabel 4 di bawah ini adalah penentuan akhir harga pokok produksi yang telah

melalui tahapan-tahapan perhitungan dengan menggunakan metode activity based

costing seperti yang dijelaskan di atas:

Tabel 4

Harga Pokok Produksi Cream Detergent Metode Activity Based Costing

Tahun Produksi

(unit)

Biaya Bahan

Baku (Rp)

Biaya Tenaga

Kerja

Langsung

(Rp)

Biaya Overhead

Pabrik (Rp)

Harga Pokok

Produksi (Rp)

Harga Pokok

Produksi per

Unit (Rp)

2008 10.800 20.238.317.000 734.976.000 9.161.762.308 30.135.055.308 2.790.283

2009 11.700 21.857.382.360 786.424.000 9.750.512.485 32.394.318.845 2.768.745

2010 12.500 23.605.972.950 887.040.000 10.659.601.167 35.152.614.117 2.812.209

2011 13.100 25.494.450.790 937.728.000 11.390.687.516 37.822.866.306 2.887.242

48.100 91.196.123.100 3.346.168.000 40.962.563.476 135.504.854.576 11.258.479

Sumber: diolah penulis

Perbandingan Metode Konvensional dengan Metode Activity Based Costing

Setelah mengetahui hasil perhitungan harga pokok produksi dengan

menggunakan Metode Konvensional dan Metode Activity Based Costing, maka hal

selanjutnya adalah membandingkan hasil kedua metode tersebut untuk selanjutnya

ditarik kesimpulan.

Dari hasil perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan kedua

metode tersebut di atas, terlihat adanya perbedaan dalam pembebanan biaya overhead

pabrik.

Berikut ini adalah tabel perbandingan biaya overhead pabrik per ton produksi

antara metode konvensional dan metode activity based costing selama tahun 2008-2011:

Page 12: ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN BIAYA · PDF fileAgar lebih jelas, alur proses produksi tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut: Gambar 1 Bagan Alur Proses Produksi . Perhitungan

Tabel 5

Perbandingan Biaya Overhead Pabrik per ton Cream Detergent

Tahun Metode

Konvensional Metode ABC Selisih Distorsi Keterangan

2008 884.747 848.311 36.436 4,12 overcosting

2009 868.335 833.377 34.957 4,03 overcosting

2010 885.912 852.768 33.144 3,74 overcosting

2011 902.518 869.518 33.000 3,66 overcosting

Total 3.541.511 3.403.975 137.537 15,54 overcosting

Rata-Rata

per tahun 885.378 850.994 34.384 3,89 overcosting

Sumber: diolah penulis

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dengan menggunakan metode

konvensional, produk cream detergent yang diproduksi oleh PT Catur Wangsa Indah

Tasikmalaya selama periode 2008-2011 berturut-turut mengalami overcosting sebesar

4,12%; 4,03%; 3,74%; dan 3,66%. Hal ini diakibatkan adanya pembebanan biaya

overhead pabrik oleh perusahaan yang lebih tinggi daripada biaya overhead pabrik yang

sesungguhnya.

Perhitungan harga pokok produksi yang selama ini dilakukan oleh perusahaan

adalah menggunakan metode konvensional, yaitu menjumlahkan biaya bahan baku,

biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang dihitung berdasarkan

volume penjualan atau jumlah unit produksi. Sementara itu dalam metode activity based

costing, harga pokok produksi diperoleh dari penjumlahan konsumsi aktivitas-aktivitas

yang terjadi dalam proses produksi untuk menghasilkan satu ton produk jenis cream

detergent.

Ringkasan hasil perhitungan harga pokok produksi antara metode activity based

costing dengan metode konvensional yang digunakan perusahaan disajikan pada tabel di

bawah ini:

Page 13: ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN BIAYA · PDF fileAgar lebih jelas, alur proses produksi tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut: Gambar 1 Bagan Alur Proses Produksi . Perhitungan

Tabel 6

Perbandingan Harga Pokok Produksi per ton Cream Detergent

Tahun HPP

Konvensional HPP ABC Selisih Distorsi Keterangan

2008 2.915.193 2.790.283 124.910 4,28 overcosting

2009 2.890.536 2.768.745 121.791 4,21 overcosting

2010 2.932.527 2.812.209 120.318 4,10 overcosting

2011 3.009.804 2.887.242 122.563 4,07 overcosting

Total 11.748.060 11.258.479 489.581 16,67 overcosting

Rata-Rata

per Tahun 2.937.015 2.814.620 122.395 4,17 overcosting

Sumber: diolah penulis

Seperti pada tabel perbandingan biaya overhead pabrik yang telah dibahas

sebelumnya, perhitungan harga pokok produksi untuk produk cream detergent yang

diperoleh dengan menggunakan metode konvensional untuk periode yang sama, yaitu

2008-2011 juga mengalami overcosting atau melebihi biaya yang sebenarnya, yaitu

sebesar 4,28%; 4,21%; 4,10%; dan 4,07%.

Perbedaan yang terjadi antara harga pokok produksi per ton dengan

menggunakana metode konvensional dan metode activity based costing ini disebabkan

karena pembebanan biaya overhead pabrik pada masing-masing produk. Pada metode

konvensional, biaya overhead pabrik pada masing-masing produk hanya dibebankan

pada satu cost driver saja. Akibatnya, cenderung terjadi distorsi pada pembebanan biaya

overhead pabrik tersebut. Sedangkan pada metode activity based costing, biaya

overhead pabrik pada masing-masing produk dibebankan pada banyak cost driver.

Sehingga dalam metode activity based costing, biaya aktivitas telah mampu

dialokasikan ke setiap produk secara tepat berdasarkan konsumsi aktivitas masing-

masing.

Kesalahan dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi akan

memberikan dampak negatif bagi perusahaan. Untuk produk yang mengalami

undercosting, perusahaan akan merugi karena harga pokok produksinya lebih rendah

dari harga pokok produksi yang sebenarnya. Hal ini akan mengurangi laba yang akan

Page 14: ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN BIAYA · PDF fileAgar lebih jelas, alur proses produksi tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut: Gambar 1 Bagan Alur Proses Produksi . Perhitungan

diperoleh dari produk tersebut. Sedangkan untuk produk yang mengalami overcosting

seperti yang terjadi pada produk cream detergent di atas, harga pokok produksi yang

lebih tinggi dari harga pokok produksi yang sebenarnya akan menyebabkan produk

kalah bersaing dalam masalah harga di pasaran dengan produk yang sejenis dari

perusahaan lain. Hal ini akan menyebabkan permintaan semakin kecil dan susah untuk

mendapatkan keuntungan yang besar.

Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa penetapan harga pokok produksi

dengan menggunakan metode activity based costing pada kenyataannya lebih

mencerminkan konsumsi sumber daya secara lengkap dan akurat dalam proses

produksinya daripada metode konvensional.

Pembuktian Hipotesis

Setelah harga pokok produksi dengan menggunakan metode konvensional dan

metode activity based costing diketahui, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis

untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan diantara kedua metode

tersebut. Metode pengujian statistik yang dipakai adalah uji beda selisih rata-rata.

Adapun langkah-langkah uji statistik tersebut adalah sebagai berikut:

1. Formulasikan Ho dan Ha

Ho : µ1 ≠ µ2s : tidak terdapat perbedaan antara perhitungan Biaya Overhead Pabrik

dengan Metode Konvensional dan Metode Activity Based Costing dalam

penentuan Harga Pokok Produksi.

Ha : µ1 ≠ µ2 : terdapat perbedaan antara perhitungan Biaya Overhead Pabrik

dengan Metode Konvensional dan Metode Activity Based Costing dalam

penentuan Harga Pokok Produksi.

2. Pemilihan tes statistik

Pemilihan tes statistik ini digunakan untuk melihat apakah terdapat perbedaan

antara dua variabel yang diuji, yang berarti bahwa populasi dari sampel-sample

yang diambil mempunyai rata-rata yang tidak sama. Dengan menggunakan SPSS

16.0 dan rumus seperti yang telah dicantumkan pada pembahasan sebelumnya di

atas, maka diperoleh rata-rata tiap sampel dan simpangan baku tiap sampel sebagai

berikut:

Page 15: ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN BIAYA · PDF fileAgar lebih jelas, alur proses produksi tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut: Gambar 1 Bagan Alur Proses Produksi . Perhitungan

Untuk rata-rata harga pokok produksi dengan metode konvensional adalah sebesar

2.937.015 dengan jumlah data empat tahun, simpangan baku sebesar 51.493,94071

dengan standard error mean sebesar 25.746,970. Sementara itu, untuk rata-rata

harga pokok produksi dengan metode activity based costing adalah sebesar

2.814.620 dengan jumlah data empat tahun, simpangan baku sebesar 51.564,11219

dan standard error mean sebesar 25.782,056. Selanjutnya output korelasi yang

didapat adalah sebesar 0.999 dengan signifikansi 0,001. Hal ini menunjukkan

terjadi hubungan yang cukup kuat dan signifikan antara harga pokok produksi

dengan menggunakan metode konvensional dan metode activity based costing.

3. Menentukan nilai t

Berdasarkan hasil pengujian dua arah terhadap hipotesis yang diajukan dengan

menggunakan uji beda selisih rata-rata, diperoleh nilai thitung harga pokok produksi

sebesar 3,359. Selanjutnya, hasil thitung tersebut dibandingkan dengan nilai ttabel.

Untuk tingkat signifikansi 5%, uji dua pihak dengan derajat kebebasan (df) = ( n1 +

n2 – 2 ) atau 4+4-2 = 6, maka berdasarkan data-data pada tabel distribusi, diperoleh

nilai ttabel adalah sebesar 2,447.

4. Penerimaan dan penolakan hipotesis

Setelah thitung dan ttabel diketahui, selanjutnya kedua nilai tersebut dibandingkan

dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

- Jika –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel, maka Ho diterima,

- Jika –thitung < -ttabel atau thitung > ttabel, maka Ho ditolak.

Berdasarkan signifikansi:

- Jika signifikansi > 0,05, maka Ho diterima,

- Jika signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak.

Dari perhitungan t test di atas, diperoleh thitung sebesar 3,359 dan ttabel sebesar

2,447. Hal ini berarti bahwa thitung > ttabel (3,359 > 2,477) dan signifikansi < 0,05 (0,000

< 0,05). Dengan demikian, thitung berada di daerah penolakan Ho. Jadi, dengan

ditolaknya Ho dan diterimanya Ha, berarti dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara perhitungan metode konvensional dengan metode activity based

costing dalam penentuan harga pokok produksi.

Page 16: ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN BIAYA · PDF fileAgar lebih jelas, alur proses produksi tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut: Gambar 1 Bagan Alur Proses Produksi . Perhitungan

Hasil penelitian ini konsisten dan memperkuat penelitian terdahalu,

diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Asep Rohmatulloh (2009) yang

melakukan penelitian di salah satu perusahaan penghasil alat-alat kesehatan dan

penelitian yang dilakukan oleh Riky Martusa (2010) di salah satu perusahaan tekstil

yang beroperasi di kota Bandung, yang menunjukkan bahwa perhitungan harga pokok

produksi dengan metode Activity Based Costing berbeda dengan perhitungan dengan

metode tradisional.

Hasil penelitian ini juga telah membuktikan kebenaran teori yang diungkapkan

oleh Garrison (2006: 463) yang menyatakan bahwa biaya produk dengan menggunakan

activity based costing sangat berbeda dengan biaya produk sistem tradisional.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis pada PT Catur Wangsa

Indah Tasikmalaya, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Harga pokok produksi pada PT Catur Wangsa Indah masih menggunakan metode

konvensional, dimana alokasi biaya overhead pabrik dibebankan pada jumlah

produk yang diproduksi. Secara keseluruhan mengalami peningkatan setiap

tahunnya.

2. Harga pokok produksi yang direkonstruksi berdasarkan metode activity based

costing dilakukan dengan cara mengklasifikasikan biaya berdasarkan unit level

activities, batch level activities, product level activities dan facility level activities,

kemudian akumulasi biaya pada tiap cost pool tersebut dialokasikan dengan

menggunakan cost drivers-nya. Hasil perhitungan ini juga menunjukkan

peningkatan secara keseluruhan.

3. Analisis perbandingan antara metode konvensional dan metode activity based

costing dalam penentuan harga pokok produksi pada PT Catur Wangsa Indah

berbeda.

Page 17: ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN BIAYA · PDF fileAgar lebih jelas, alur proses produksi tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut: Gambar 1 Bagan Alur Proses Produksi . Perhitungan

DAFTAR PUSTAKA

Blocher, Edward., Kung Chen, and Thomas Lin. 2000. Manajemen Biaya, jilid 1. A.

Susty Ambarriani. Jakarta: Salemba Empat.

. 2001. Manajemen Biaya, jilid 2. A. Susty Ambarriani. Jakarta: Salemba

Empat.

Daljono. 2005. Akuntansi Biaya: Penentuan Harga Pokok & Pengendalian, edisi 2.

Semarang: Badan Penerbit Undip.

Garrison, Ray H., et al. 2006. Managerial Accounting, edisi 11. Jakarta: Salemba

Empat.

Hansen, Don dan Maryanne M. Mowen. 2000. Manajemen Biaya: Akuntansi dan

Pengendalian. Jakarta: Salemba Empat.

Mulyadi. 2003. Activity Based Cost System, edisi 6. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika, edisi 6. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D). Bandung: Alfabeta.

Sumarsid. 2011. Pendekatan Metode Activity Based Costing pada Perencanaan Harga

Pokok Produksi untuk Memperoleh Keunggulan Bersaing. Jurnal Ilmiah

Ekonomi Manajemen dan Kewirausahaan “Optimal”, 71-90.

Supriyono. 1999. Akuntansi Biaya: Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok,

edisi 2. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.