analisis perbandingan perhitungan biaya · pdf fileagar lebih jelas, alur proses produksi...
TRANSCRIPT
ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN BIAYA OVERHEAD PABRIK
DENGAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED
COSTING DALAM PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI
(Studi Kasus pada PT Catur Wangsa Indah Kota Tasikmalaya)
SRI MAHARANI
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Siliwangi
Jl. Siliwangi No. 24 Tasikmalaya Telp. (0265) 323537
ABSTRACT
This research aims to know about: (1) cost of goods manufactured based on the
calculation of factory overhead cost with conventional method undertaken by the
company, (2) cost of goods manufactured which has been reconstructed based on the
calculation of factory overhead cost with activity based costing method, (3) whether
there are differences in the calculation of factory overhead costs with conventional
method and activity based costing method in determining cost of goods manufactured.
The research method used in this research is descriptive method of analysis with a case
study approach. The analysis tools are quantitative approach with the measurement
scale ratios and hypothesis testing using different test average. The result showed that:
(1) the cost of goods manufactured by conventional methods as a whole have increased
every year, (2) the cost of production which has been reconstructed also showed an
overall improvement, (3) comparative analysis between the conventional method and
activity based costing in PT Catur Wangsa Indah is different.
Keyword: Conventional Method, Activity Based Costing Method, Cost Of Goods
Manufactured, Factory Overhead Cost
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) harga pokok produksi berdasarkan
perhitungan biaya overhead pabrik dengan metode konvensional yang dilakukan oleh
perusahaan, (2) harga pokok produksi yang telah direkonstruksi berdasarkan
perhitungan biaya overhead pabrik dengan metode activity based costing, (3) apakah
terdapat perbedaan perhitungan biaya overhead pabrik dengan metode konvensional dan
metode activity based costing dalam penentuan harga pokok produksi. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan
pendekatan studi kasus. Alat analisis yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif
dengan skala pengukuran rasio dan pengujian hipotesis menggunakan uji beda selisih
rata-rata. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) harga pokok produksi dengan metode
konvensional secara keseluruhan mengalami peningkatan setiap tahunnya, (2) harga
pokok produksi yang telah direkonstruksi juga menunjukkan peningkatan secara
keseluruhan, (3) analisis perbandingan antara metode konvensional dan metode activity
based costing pada PT Catur Wangsa Indah berbeda.
Kata Kunci: Metode Konvensional, Metode Activity Based Costing, Harga Pokok
Produksi, Biaya Overhead Pabrik
PENDAHULUAN
Dunia usaha saat ini berkembang dengan pesat dan mengarah pada
perekonomian global, sehingga tidak ada batasan antar negara dalam perdagangan
global tersebut. Perkembangan tersebut memberi peluang juga resiko tersendiri bagi
perusahaan. Di satu sisi perusahaan mendapat peluang untuk mengembangkan bisnis
dan meningkatkan pendapatannya. Namun di sisi lain, persaingan antar produsen
menjadi semakin ketat.
Selain itu untuk perusahaan manufaktur, saat ini juga dihadapkan pada
kecenderungan lingkungan yang semakin berubah. Diantaranya terdapat kerumitan
produksi yang semakin meningkat, intensitas modal, jalur distribusi, standar kualitas
yang dibutuhkan, banyaknya produk dan diversifikasi produk juga meningkat. Adanya
lingkungan yang berubah tersebut mengakibatkan proses produksi juga berubah serta
membawa perubahan pula dalam penentuan harga pokok produksi.
Menurut Daljono (2005: 194), pada lingkungan industri maju dimana proses
produksi dilakukan secara otomatis, porsi biaya tenaga kerja menjadi jauh lebih kecil
bila dibandingkan dengan biaya secara keseluruhan. Sementara itu biaya overhead
pabrik porsinya menjadi lebih besar. Jumlah biaya overhead yang besar akan
menimbulkan masalah dalam pengalokasian/pembebanan ke produk, apabila beberapa
jenis produk diproduksi dalam satu fasilitas. Jika satu fasilitas hanya digunakan untuk
memproduksi satu jenis produk maka pembebanan biaya overhead tidak manjadi
masalah. Namun, apabila satu fasilitas digunakan untuk memproses berbagai jenis
produk (multiple product setting), biaya overhead merupakan biaya bersama bagi
beberapa jenis produk tersebut. Masalah yang timbul adalah mengidentifikasikan
jumlah biaya overhead untuk masing-masing produk. Masalah ini diatasi dengan
mencari pemacu yang menyebabkan timbulnya biaya (cost driver).
Pada umumnya perusahaan masih menerapkan metode konvensional dalam
membebankan biaya overhead, yang menganggap bahwa biaya overhead yang
dikonsumsi ada hubungan dengan jumlah unit yang diproduksi. Namun pembebanan
seperti ini tidak akurat karena tidak menunjukkan biaya yang sesungguhnya dikonsumsi
oleh masing-masing produk dan dapat menyebabkan adanya distorsi. Distorsi yang
timbul akan menyesatkan pembuatan keputusan oleh pihak manajemen perusahaan, juga
dapat menyebabkan adanya kesalahan dalam penetapan harga pokok produksi.
Daljono (2005: 195), kembali memaparkan bahwa dasar penerapan biaya
overhead pabrik yang lebih representatif adalah dengan menerapkan activity-based
costing (ABC), yaitu penghitungan harga pokok produk yang mendasarkan pada
aktivitas. ABC dikenal juga dengan transaction costing atau pembebanan harga pokok
produksi berdasarkan transaksi. Aktivitas yang mengonsumsi sumber daya overhead,
diidentifikasikan dan dihubungkan dengan biaya overhead yang terjadi. Anggapan
dasar pada activity-based costing adalah biaya overhead yang disebabkan oleh aktivitas
dapat diusut ke unit produk individual berdasarkan frekuensi pemakaian atau
pengonsumsian sumber daya overhead oleh setiap produk. Pengalokasian berdasarkan
aktivitas ini memberikan informasi biaya produk masing-masing jenis produk yang
lebih tepat dan akurat.
Penelitian mengenai perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan
Metode Konvensional dan Metode Activity Based Costing telah banyak dilakukan.
Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan di atas, pada penelitian ini juga mengambil
referensi dari beberapa penelitian terdahulu sebagai gambaran untuk mempermudah
proses penelitian, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Asep Rohmatulloh
(2009) dan Riky Martusa, dkk (2010).
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui Harga Pokok Produksi berdasarkan perhitungan Biaya Overhead
Pabrik dengan Metode Konvensional pada PT Catur Wangsa Indah Tasikmalaya.
2. Mengetahui Harga Pokok Produksi yang direkonstruksikan berdasarkan
perhitungan Biaya Overhead Pabrik dengan Metode Activity Based Costing pada
PT Catur Wangsa Indah Tasikmalaya.
3. Mengetahui analisis perbandingan antara perhitungan Biaya Overhead Pabrik
dengan Metode Konvensional dan Metode Activity Based Costing dalam
penentuan Harga Pokok Produksi pada PT Catur Wangsa Indah.
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu keputusan penting yang harus diambil oleh pihak manajemen
perusahaan adalah penentuan harga pokok produksi dari produk yang dihasilkan.
Informasi yang detail dan akurat mengenai harga pokok produksi tersebut sangat
diperlukan untuk pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan perusahaan.
Sehubungan dengan hal tersebut, terdapat beberapa konsep yang perlu diketahui.
Menurut Blocher (2001: 575), yang dialihbahasakan oleh Susty Ambarriani,
harga pokok produksi adalah sebagai berikut:
“Harga pokok produksi merupakan total biaya bahan langsung, tenaga kerja
langsung, dan overhead pabrik yang ditransfer dari rekening produk dalam
proses ke rekening produk selesai selama periode akuntansi”.
Berdasarkan definisi di atas, diketahui bahwa harga pokok produksi terdiri dari
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Berkaitan
dengan hal tersebut, Supriyono (1999: 20), mendefinisikan istilah-istilah tersebut
sebagai berikut:
“Biaya bahan baku adalah harga perolehan dari bahan baku yang dipakai di
dalam pengolahan produk. Biaya tenaga kerja langsung adalah balas jasa yang
diberikan kepada karyawan pabrik yang manfaatnya dapat diidentifikasikan atau
diikuti jejaknya pada produk tertentu yang dihasilkan perusahaan. Biaya
overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung”.
Dalam menentukan harga pokok produksi untuk perusahaan yang multi product,
tingkat akurasi sangat erat kaitannya dengan sistem atau metode yang digunakan dalam
pengalokasian biaya overhead pabrik. Diantara metode yang digunakannya meliputi
metode konvensional atau tradisional dan metode activity based costing.
Sistem akuntansi biaya tradisional mengasumsikan bahwa semua biaya
diklasifikasikan sebagai tetap atau variabel berkaitan dengan perubahan unit atau
volume produk yang diproduksi (Hansen dan Mowen, 2000).
Sedangkan menurut Blocher (2000: 120), yang diterjemahkan oleh A. Susty
Ambarriani, Activity Based Costing (ABC) dapat didefinisikan sebagai berikut:
“Activity Based Costing adalah pendekatan penentuan biaya produk yang
membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang
disebabkan karena aktivitas”.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada PT Catur Wangsa Indah yang beralamat di Jalan
Mayor SL Tobing No. 46 Tasikmalaya. Objek penelitian yang dipilih adalah
perhitungan biaya overhead pabrik dalam penentuan harga pokok produksi yang
dilakukan oleh perusahaan dari salah satu produk dengan jenis cream detergent.
Adapun alasan pemilihan objek penelitian pada PT Catur Wangsa Indah ini yaitu
bahwa di dalam perusahaan tersebut terdapat unit observasi yang relevan dengan materi
penelitian. Di samping itu, perusahaan tersebut berproduksi secara multiple product dan
merupakan badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas. Hal tersebut relevan
dengan kriteria dari fenomena yang diteliti.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analisis dengan pendekatan studi kasus. Dalam studi kasus ini data yang diperoleh akan
diolah, dianalisis, dan diproses lebih lanjut dengan dasar-dasar teori yang telah
dipelajari, sehingga diperoleh simpulan.
Teknik Analisis Data
Mengingat pengumpulan data yang penulis lakukan dengan metode studi kasus,
maka analisis yang dilakukan yaitu dengan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan
metode uji beda rata-rata untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan antara
perhitungan biaya overhead pabrik dengan menggunakan metode konvensional dan
metode activity based costing.
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis akan dimulai dengan penetapan hipotesis operasional,
penetapan tingkat signifikan, uji signifikan, kriteria dan penarikan kesimpulan.
a. Formulasikan Ho dan Ha
Ho : µ1 = µ2 : tidak terdapat perbedaan antara perhitungan biaya overhead
pabrik dengan Metode Konvensional dan Metode Activity Based Costing dalam
penentuan Harga Pokok Produksi.
Ha : µ1 ≠ µ2 : terdapat perbedaan antara perhitungan biaya overhead pabrik dengan
Metode Konvensional dan Metode Activity Based Costing dalam penentuan
Harga Pokok Produksi.
b. Pemilihan tes statistik dan penetapan signifikansi
Metode pengujian statistik yang digunakan adalah uji beda selisih rata-rata, yaitu
pengujian untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara dua
variabel yang diuji.
a) Menghitung rata-rata tiap sampel
= ∑
dan =
∑
b) Menghitung simpangan baku tiap sampel
√∑( )
√∑( )
= √( )
( )
Keterangan:
: rata-rata harga pokok produksi berdasarkan BOP Konvensional
: rata-rata harga pokok produksi berdasarkan BOP ABC
: simpangan baku harga pokok produksi BOP Konvensional
: simpangan baku harga pokok produksi BOP ABC
: simpangan baku gabungan harga pokok produksi antara BOP Konvensional
dengan BOP ABC
: ukuran atau periode yang diobservasi untuk sampel 1
: ukuran atau periode yang diobservasi untuk sampel 2
c. Menentukan degree of freedom (df) dan tingkat signifikansi
Nilai df = n1 + n2 - 2
Tingkat signifikansi yang dipakai adalah 95% (α = 0,05). Hal ini karena dianggap
sudah cukup mewakili untuk penelitian bidang ilmu sosial.
d. Menghitung nilai t
thitung =
√( )
( )
(
) (
)
(Sudjana, 2005: 239)
e. Kaidah keputusan
Hasil dari perhitungan uji t yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian
dicocokkan dengan uji t yang diperoleh dari tabel untuk mengetahui apakah
hipotesis nol diterima atau ditolak dengan kriteria sebagai berikut:
Terima Ho : -t
≤ thitung ≤ t
Tolak Ho : thitung < -t
α atau thitung > t
α
f. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian seperti tahapan di atas, maka akan
dilakukan analisis secara kuantitatif. Dari hasil analisis tersebut akan ditarik suatu
kesimpulan apakah hipotesis yang telah diterapkan itu diterima atau ditolak.
Penakaran
Pengadukan
Pengisian
Merk
Pengepakan
Gudang
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses Produksi
Untuk menentukan harga pokok produksi dengan teliti, perlu dipahami proses
pembuatan produk, yang lebih dikenal dengan istilah kegiatan atau proses produksi.
Kegiatan produksi PT Catur Wangsa Indah adalah kegiatan produksi continue dimana
bahan bakunya mengalir terus-menerus dari bahan baku menjadi barang jadi dengan
melalui beberapa tahap pengerjaan. Bahan baku diproses dari mesin satu ke mesin yang
lain berikutnya dengan urutan proses dimulai dari aktivitas penakaran semua bahan,
proses pengadukan, proses pengisian, pemasangan merek, pengepakan (packing) sampai
ke aktivitas gudang. Agar lebih jelas, alur proses produksi tersebut dapat dilihat dalam
gambar berikut:
Gambar 1
Bagan Alur Proses Produksi
Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Konvensional
Penetapan harga pokok produksi mencakup perhitungan biaya produksi, yang
terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
Data biaya produksi PT Catur Wangsa Indah Kota Tasikmalaya, yang berupa biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan rincian biaya overhead pabrik dapat dilihat
dalam tabel di bawah ini:
Tabel 1
Data Utama Biaya Produksi
Tahun Produksi
(ton)
Biaya Bahan
Baku (Rp)
Biaya Tenaga Kerja
Langsung (Rp) Total Biaya (Rp)
2008 10.800 20.238.317.000 734.976.000 20.973.293.000
2009 11.700 21.857.382.360 786.424.000 22.643.806.360
2010 12.500 23.605.972.950 887.040.000 24.493.012.950
2011 13.100 25.494.450.790 937.728.000 26.432.178.790
Sumber: PT Catur Wangsa Indah Tasikmalaya
Tabel 2
Rincian Biaya Overhead Pabrik
No. Keterangan Total Biaya (Rp)
2008 2009 2010 2011
1 Bahan Penolong 9.716.240.300 10.350.904.700 11.319.648.540 12.112.023.940
2 Biaya Tenaga Kerja
Tidak Langsung 208.800.000 214.479.000 237.600.000 252.000.000
3 Listrik 478.000.000 501.900.000 496.881.000 516.756.200
4 Air 2.103.600 2.061.500 2.272.600 2.340.800
5 Telepon 57.000.000 56.430.000 55.301.400 58.066.500
6 Transportasi 21.000.000 21.210.000 20.785.000 21.500.000
7 Lain-Lain 27.650.000 28.480.000 31.083.000 33.570.000
Total 10.510.793.900 11.175.465.200 12.163.571.540 12.996.257.440
Sumber: PT Catur Wangsa Indah Tasikmalaya
Menurut Sumarsid, perhitungan biaya produksi pada pengalokasian biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja langsung yang dikonsumsi dapat diidentifikasikan dengan
jelas, sedangkan alokasi biaya overhead pabrik yang dibebankan pada tiap unit produk
dapat dihitung dengan cara membagi biaya overhead pabrik dengan jumlah unit yang
diproduksi. Kemudian biaya overhead untuk tiap produk dihitung dengan cara
mengalikan biaya overhead per unit tadi dengan total produksinya.
Setelah itu, untuk mengetahui harga pokok produksi dari tiap produk dapat
dihitung dengan cara menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik. Berikut ini adalah tabel perhitungan harga pokok produksi
dengan menggunakan metode konvensional:
Tabel 3
Harga Pokok Produksi Cream Detergent Metode Konvensional
Tahun Produksi
(ton)
Biaya Bahan
Baku (Rp)
Biaya Tenaga
Kerja
Langsung (Rp)
Biaya Overhead
Pabrik (Rp)
Harga Pokok
Produksi (Rp)
Harga Pokok
Produksi per
ton (Rp)
2008 10.800 20.238.317.000 734.976.000 10.510.793.900 31.484.086.900 2.915.193
2009 11.700 21.857.382.360 786.424.000 11.175.465.200 33.819.271.560 2.890.536
2010 12.500 23.605.972.950 887.040.000 12.163.571.540 36.656.584.490 2.932.527
2011 13.100 25.494.450.790 937.728.000 12.996.257.440 39.428.436.230 3.009.804
48.100 91.196.123.100 3.346.168.000 46.846.088.080 141.388.379.180 11.748.060
Sumber: PT Catur Wangsa Indah, diolah penulis
Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Activity Based Costing
Setelah perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode
konvensional selesai dilakukan, selanjutnya dilakukan perhitungan kembali dengan
menggunakan Metode Activity Based Costing. Metode ini mencoba mengatasi masalah
pembebanan biaya overhead pabrik. Dalam metode ini, biaya overhead akan
dibebankan kepada produk berdasarkan konsumsi aktivitasnya.
Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan untuk menetapkan harga pokok
produksi berdasarkan perhitungan biaya overhead pabrik dengan menggunakan metode
activity based costing ini adalah sebagai berikut:
1. Pembebanan sumber daya (employee resource dan expense resource) ke aktivitas:
a) Pengidentifikasian aktivitas yang dilaksanakan,
b) Penentuan biaya untuk tiap aktivitas,
2. Pembebanan activity cost ke cost object:
a) Penentuan cost driver,
b) Klasifikasi aktivitas ke pusat biaya yang homogen,
3. Perhitungan harga pokok produksi.
Tabel 4 di bawah ini adalah penentuan akhir harga pokok produksi yang telah
melalui tahapan-tahapan perhitungan dengan menggunakan metode activity based
costing seperti yang dijelaskan di atas:
Tabel 4
Harga Pokok Produksi Cream Detergent Metode Activity Based Costing
Tahun Produksi
(unit)
Biaya Bahan
Baku (Rp)
Biaya Tenaga
Kerja
Langsung
(Rp)
Biaya Overhead
Pabrik (Rp)
Harga Pokok
Produksi (Rp)
Harga Pokok
Produksi per
Unit (Rp)
2008 10.800 20.238.317.000 734.976.000 9.161.762.308 30.135.055.308 2.790.283
2009 11.700 21.857.382.360 786.424.000 9.750.512.485 32.394.318.845 2.768.745
2010 12.500 23.605.972.950 887.040.000 10.659.601.167 35.152.614.117 2.812.209
2011 13.100 25.494.450.790 937.728.000 11.390.687.516 37.822.866.306 2.887.242
48.100 91.196.123.100 3.346.168.000 40.962.563.476 135.504.854.576 11.258.479
Sumber: diolah penulis
Perbandingan Metode Konvensional dengan Metode Activity Based Costing
Setelah mengetahui hasil perhitungan harga pokok produksi dengan
menggunakan Metode Konvensional dan Metode Activity Based Costing, maka hal
selanjutnya adalah membandingkan hasil kedua metode tersebut untuk selanjutnya
ditarik kesimpulan.
Dari hasil perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan kedua
metode tersebut di atas, terlihat adanya perbedaan dalam pembebanan biaya overhead
pabrik.
Berikut ini adalah tabel perbandingan biaya overhead pabrik per ton produksi
antara metode konvensional dan metode activity based costing selama tahun 2008-2011:
Tabel 5
Perbandingan Biaya Overhead Pabrik per ton Cream Detergent
Tahun Metode
Konvensional Metode ABC Selisih Distorsi Keterangan
2008 884.747 848.311 36.436 4,12 overcosting
2009 868.335 833.377 34.957 4,03 overcosting
2010 885.912 852.768 33.144 3,74 overcosting
2011 902.518 869.518 33.000 3,66 overcosting
Total 3.541.511 3.403.975 137.537 15,54 overcosting
Rata-Rata
per tahun 885.378 850.994 34.384 3,89 overcosting
Sumber: diolah penulis
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dengan menggunakan metode
konvensional, produk cream detergent yang diproduksi oleh PT Catur Wangsa Indah
Tasikmalaya selama periode 2008-2011 berturut-turut mengalami overcosting sebesar
4,12%; 4,03%; 3,74%; dan 3,66%. Hal ini diakibatkan adanya pembebanan biaya
overhead pabrik oleh perusahaan yang lebih tinggi daripada biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya.
Perhitungan harga pokok produksi yang selama ini dilakukan oleh perusahaan
adalah menggunakan metode konvensional, yaitu menjumlahkan biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang dihitung berdasarkan
volume penjualan atau jumlah unit produksi. Sementara itu dalam metode activity based
costing, harga pokok produksi diperoleh dari penjumlahan konsumsi aktivitas-aktivitas
yang terjadi dalam proses produksi untuk menghasilkan satu ton produk jenis cream
detergent.
Ringkasan hasil perhitungan harga pokok produksi antara metode activity based
costing dengan metode konvensional yang digunakan perusahaan disajikan pada tabel di
bawah ini:
Tabel 6
Perbandingan Harga Pokok Produksi per ton Cream Detergent
Tahun HPP
Konvensional HPP ABC Selisih Distorsi Keterangan
2008 2.915.193 2.790.283 124.910 4,28 overcosting
2009 2.890.536 2.768.745 121.791 4,21 overcosting
2010 2.932.527 2.812.209 120.318 4,10 overcosting
2011 3.009.804 2.887.242 122.563 4,07 overcosting
Total 11.748.060 11.258.479 489.581 16,67 overcosting
Rata-Rata
per Tahun 2.937.015 2.814.620 122.395 4,17 overcosting
Sumber: diolah penulis
Seperti pada tabel perbandingan biaya overhead pabrik yang telah dibahas
sebelumnya, perhitungan harga pokok produksi untuk produk cream detergent yang
diperoleh dengan menggunakan metode konvensional untuk periode yang sama, yaitu
2008-2011 juga mengalami overcosting atau melebihi biaya yang sebenarnya, yaitu
sebesar 4,28%; 4,21%; 4,10%; dan 4,07%.
Perbedaan yang terjadi antara harga pokok produksi per ton dengan
menggunakana metode konvensional dan metode activity based costing ini disebabkan
karena pembebanan biaya overhead pabrik pada masing-masing produk. Pada metode
konvensional, biaya overhead pabrik pada masing-masing produk hanya dibebankan
pada satu cost driver saja. Akibatnya, cenderung terjadi distorsi pada pembebanan biaya
overhead pabrik tersebut. Sedangkan pada metode activity based costing, biaya
overhead pabrik pada masing-masing produk dibebankan pada banyak cost driver.
Sehingga dalam metode activity based costing, biaya aktivitas telah mampu
dialokasikan ke setiap produk secara tepat berdasarkan konsumsi aktivitas masing-
masing.
Kesalahan dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi akan
memberikan dampak negatif bagi perusahaan. Untuk produk yang mengalami
undercosting, perusahaan akan merugi karena harga pokok produksinya lebih rendah
dari harga pokok produksi yang sebenarnya. Hal ini akan mengurangi laba yang akan
diperoleh dari produk tersebut. Sedangkan untuk produk yang mengalami overcosting
seperti yang terjadi pada produk cream detergent di atas, harga pokok produksi yang
lebih tinggi dari harga pokok produksi yang sebenarnya akan menyebabkan produk
kalah bersaing dalam masalah harga di pasaran dengan produk yang sejenis dari
perusahaan lain. Hal ini akan menyebabkan permintaan semakin kecil dan susah untuk
mendapatkan keuntungan yang besar.
Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa penetapan harga pokok produksi
dengan menggunakan metode activity based costing pada kenyataannya lebih
mencerminkan konsumsi sumber daya secara lengkap dan akurat dalam proses
produksinya daripada metode konvensional.
Pembuktian Hipotesis
Setelah harga pokok produksi dengan menggunakan metode konvensional dan
metode activity based costing diketahui, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis
untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan diantara kedua metode
tersebut. Metode pengujian statistik yang dipakai adalah uji beda selisih rata-rata.
Adapun langkah-langkah uji statistik tersebut adalah sebagai berikut:
1. Formulasikan Ho dan Ha
Ho : µ1 ≠ µ2s : tidak terdapat perbedaan antara perhitungan Biaya Overhead Pabrik
dengan Metode Konvensional dan Metode Activity Based Costing dalam
penentuan Harga Pokok Produksi.
Ha : µ1 ≠ µ2 : terdapat perbedaan antara perhitungan Biaya Overhead Pabrik
dengan Metode Konvensional dan Metode Activity Based Costing dalam
penentuan Harga Pokok Produksi.
2. Pemilihan tes statistik
Pemilihan tes statistik ini digunakan untuk melihat apakah terdapat perbedaan
antara dua variabel yang diuji, yang berarti bahwa populasi dari sampel-sample
yang diambil mempunyai rata-rata yang tidak sama. Dengan menggunakan SPSS
16.0 dan rumus seperti yang telah dicantumkan pada pembahasan sebelumnya di
atas, maka diperoleh rata-rata tiap sampel dan simpangan baku tiap sampel sebagai
berikut:
Untuk rata-rata harga pokok produksi dengan metode konvensional adalah sebesar
2.937.015 dengan jumlah data empat tahun, simpangan baku sebesar 51.493,94071
dengan standard error mean sebesar 25.746,970. Sementara itu, untuk rata-rata
harga pokok produksi dengan metode activity based costing adalah sebesar
2.814.620 dengan jumlah data empat tahun, simpangan baku sebesar 51.564,11219
dan standard error mean sebesar 25.782,056. Selanjutnya output korelasi yang
didapat adalah sebesar 0.999 dengan signifikansi 0,001. Hal ini menunjukkan
terjadi hubungan yang cukup kuat dan signifikan antara harga pokok produksi
dengan menggunakan metode konvensional dan metode activity based costing.
3. Menentukan nilai t
Berdasarkan hasil pengujian dua arah terhadap hipotesis yang diajukan dengan
menggunakan uji beda selisih rata-rata, diperoleh nilai thitung harga pokok produksi
sebesar 3,359. Selanjutnya, hasil thitung tersebut dibandingkan dengan nilai ttabel.
Untuk tingkat signifikansi 5%, uji dua pihak dengan derajat kebebasan (df) = ( n1 +
n2 – 2 ) atau 4+4-2 = 6, maka berdasarkan data-data pada tabel distribusi, diperoleh
nilai ttabel adalah sebesar 2,447.
4. Penerimaan dan penolakan hipotesis
Setelah thitung dan ttabel diketahui, selanjutnya kedua nilai tersebut dibandingkan
dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
- Jika –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel, maka Ho diterima,
- Jika –thitung < -ttabel atau thitung > ttabel, maka Ho ditolak.
Berdasarkan signifikansi:
- Jika signifikansi > 0,05, maka Ho diterima,
- Jika signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak.
Dari perhitungan t test di atas, diperoleh thitung sebesar 3,359 dan ttabel sebesar
2,447. Hal ini berarti bahwa thitung > ttabel (3,359 > 2,477) dan signifikansi < 0,05 (0,000
< 0,05). Dengan demikian, thitung berada di daerah penolakan Ho. Jadi, dengan
ditolaknya Ho dan diterimanya Ha, berarti dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara perhitungan metode konvensional dengan metode activity based
costing dalam penentuan harga pokok produksi.
Hasil penelitian ini konsisten dan memperkuat penelitian terdahalu,
diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Asep Rohmatulloh (2009) yang
melakukan penelitian di salah satu perusahaan penghasil alat-alat kesehatan dan
penelitian yang dilakukan oleh Riky Martusa (2010) di salah satu perusahaan tekstil
yang beroperasi di kota Bandung, yang menunjukkan bahwa perhitungan harga pokok
produksi dengan metode Activity Based Costing berbeda dengan perhitungan dengan
metode tradisional.
Hasil penelitian ini juga telah membuktikan kebenaran teori yang diungkapkan
oleh Garrison (2006: 463) yang menyatakan bahwa biaya produk dengan menggunakan
activity based costing sangat berbeda dengan biaya produk sistem tradisional.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis pada PT Catur Wangsa
Indah Tasikmalaya, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Harga pokok produksi pada PT Catur Wangsa Indah masih menggunakan metode
konvensional, dimana alokasi biaya overhead pabrik dibebankan pada jumlah
produk yang diproduksi. Secara keseluruhan mengalami peningkatan setiap
tahunnya.
2. Harga pokok produksi yang direkonstruksi berdasarkan metode activity based
costing dilakukan dengan cara mengklasifikasikan biaya berdasarkan unit level
activities, batch level activities, product level activities dan facility level activities,
kemudian akumulasi biaya pada tiap cost pool tersebut dialokasikan dengan
menggunakan cost drivers-nya. Hasil perhitungan ini juga menunjukkan
peningkatan secara keseluruhan.
3. Analisis perbandingan antara metode konvensional dan metode activity based
costing dalam penentuan harga pokok produksi pada PT Catur Wangsa Indah
berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Blocher, Edward., Kung Chen, and Thomas Lin. 2000. Manajemen Biaya, jilid 1. A.
Susty Ambarriani. Jakarta: Salemba Empat.
. 2001. Manajemen Biaya, jilid 2. A. Susty Ambarriani. Jakarta: Salemba
Empat.
Daljono. 2005. Akuntansi Biaya: Penentuan Harga Pokok & Pengendalian, edisi 2.
Semarang: Badan Penerbit Undip.
Garrison, Ray H., et al. 2006. Managerial Accounting, edisi 11. Jakarta: Salemba
Empat.
Hansen, Don dan Maryanne M. Mowen. 2000. Manajemen Biaya: Akuntansi dan
Pengendalian. Jakarta: Salemba Empat.
Mulyadi. 2003. Activity Based Cost System, edisi 6. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika, edisi 6. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung: Alfabeta.
Sumarsid. 2011. Pendekatan Metode Activity Based Costing pada Perencanaan Harga
Pokok Produksi untuk Memperoleh Keunggulan Bersaing. Jurnal Ilmiah
Ekonomi Manajemen dan Kewirausahaan “Optimal”, 71-90.
Supriyono. 1999. Akuntansi Biaya: Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok,
edisi 2. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.