analisis perbandingan kinerja keuangan...
TRANSCRIPT
1
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK MUAMALAT INDONESIA DENGAN BANK SYARIAH MANDIRI
TAHUN 2009 – 2010
PENDAHULUAN
Perbankan Islam adalah bentuk layanan keuangan beretika yang prinsip
dasarnya bersumber dari syariah. Elemen penting dari syariah adalah larangan
terhadap bunga (riba), baik nominal, sederhana atau bunga berbunga, berbunga
tetap maupun berbunga mengambang. Elemen lainnya mencakup penekanan pada
kontrak yang adil, keterkaitan antara keuangan dengan produktivitas, keinginan
untuk membagi keuntungan dan larangan terhadap judi. Prinsip syariah tidak
hanya terbatas pada konteks perbankan, melainkan juga meliputi berbagai kegiatan
ekonomi dan investasi, termasuk di pasar modal dan asuransi Hodijah, (2008).
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia tak lepas dari pengelolaan
pihak manajemennya. Masing-masing bank memiliki cara kerja yang berbeda
dalam mengembangkan usahanya sehingga prestasi atau kinerjanya pun berlainan.
Hal tersebut bisa dilihat pada laporan keuangan bank syariah. Laporan keuangan
pada bank syariah dapat menunjukkan kinerja yang telah dicapai bank syariah
pada suatu waktu. Kinerja keuangan tersebut dapat diketahui dengan menghitung
rasio-rasio keuangan sehingga dapat diukur prestasinya.
Selain itu, analisis rasio juga membantu manajemen dalam memahami apa
yang sebenarnya terjadi pada perbankan berdasarkan suatu informasi laporan
keuangan baik dengan perbandingan rasio-rasio sekarang dengan yang lalu dan
yang akan datang pada internal perbankan maupun perbandingan rasio perbankan
2
dengan perbankan yang lainnya atau dengan rata-rata industri pada saat titik yang
sama atau perbandingan eksternal.
PT Bank Muamalat Indonesia didirikan pada tahun 1991 diprakarsai oleh
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah Indonesia, dan mulai beroperasi
pada tanggal 1 Mei 1992, dengan dukungan eksponen Ikatan Cendikiawan Muslim
Se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat
juga menerima dukungan masyarakat. Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua
tahun setelah didirikan Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai
Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi perseroan sebagai Bank
Syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk
yang terus dikembangkan Budiati (2007).
Dua puluh tahun beroperasi kini Bank Muamalat telah menjadi salah satu
bank terkemuka di Indonesia. Pionir perbankan syariah di Indoensia ini kini
mencatat Aset Rp 32.48 triliun dengan pangsa pasar sebesar 22.33% terhadap
perbankan syariah nasional. Sementara Pembiayaan yang disalurkan berjumlah Rp
22.47 triliun dan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp 26.66 triliun
(http://www.muamalatbank.com/home/news/media_expose/2009).
Sebagai follower, yang merupakan salah satu Bank pemerintah yang
pertama menggunakan prinsip syariah yaitu PT Bank Syariah Mandiri. yang secara
resmi mulai beroperasi tanggal 1 November 1999. BSM yang merupakan Bank
pemerintah memiliki aset yang lebih besar dibandingkan dengan Bank Syariah
Swasta lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya aliran dana pembiayaan dari
pemerintah. Aset bank syariah berkembang pesat sepanjang 2009. Total aset bank
3
syariah tumbuh 49 persen dari Rp 79,6 triliun pada 2008 menjadi Rp 149 triliun
pada tahun 2009.
Dengan pencapaian tersebut, bank syariah nasional berhasil meraih 4
persen pangsa pasar aset perbankan nasional, atau naik 0,72 persen dari 2009.
Pembiayaan bank syariah secara nasional pun mencapai Rp 105 triliun, atau
tumbuh 50,6 persen dibanding periode yang sama. Dana pihak ketiga yang bisa
dihimpun oleh bank syariah pada 2011 juga naik 51,78 persen menjadi Rp 118
triliun.
(http://www.tempo.co/read/news/2010/01/23/087379107/Aset-Bank-Syariah-
Naik-49-Persen).
Selain lebih besar dari aset Bank Syariah Swasta lainnya, PT Bank Syariah
Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan
idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi kegiatan
operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang
menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di
perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju
Indonesia yang lebih baik (http://www.syariahmandiri.co.id/).
Penelitian ini mengacu pada penelitian Hodijah (2008). Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian Hodijah (2008) antara lain: Hodijah (2008)
menggunakan data laporan keuangan Bank Syariah tahun 2004 – 2008, rasio yang
digunakan berupa tiga rasio yaitu melalui pendekatan likuiditas, solvabilitas, dan
rentabilitas. Dalam penelitian ini menggunakan data laporan keuangan Bank
Syariah tahun 2009 – 2010, dan menggunakan lima rasio keuangan yaitu rasio
permodalan melalui CAR, Rasio kualitas aktiva produktif melalui NPL, rasio
4
rentabilitas melalui ROA dan ROE, rasio biaya / efisiensi melalui BOPO, dan rasio
likuiditas melalui LDR.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dan
informasi kepada para pengambil kebijakan dalam membuat kebijakan
sehubungan dengan perbankan syariah guna meningkatkan kinerja keuangan bank
yang bersangkutan.
KAJIAN PUSTAKA
Bank Syariah
Berdasarkan Undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan
syariah bab 1 pasal 1, perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut
tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan
Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank
Pembiayaan Syariah.
Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan
berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan
dalam penetapan fatwa di bidang syariah. Sedangkan Bank Umum Syariah adalah
Bank Syariah yang dalam kegiatan memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran,
sebaliknya Bank Pembiayaan Syariah tidak memberikan jasa lalu lintas
pembayaran. Setiawati, (2010)
Sedangkan menurut Antonio, (2001) Bank Syariah adalah bank yang
beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank syariah juga dapat
5
diartikan sebagai lembaga keuangan atau perbankan yang operasional dan
produknya dikembangkan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadist Nabi SAW.
Antonio, (2001) membedakan menjadi dua pengertian, yaitu Bank Islam
dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam. Bank Islam adalah bank
yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam dan bank yang tata cara
beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadits.
Sedangkan Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah Islam adalah bank
yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam,
khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam.
Prinsip Dasar Perbankan Syariah
Batasan-batasan bank syariah yang harus menjalankan kegiatannya berdasar
pada syariat Islam, menyebabkan bank syariah harus menerapkan prinsip yang
sejalan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Adapun prinsip-prinsip bank
syariah adalah sebagai berikut :
1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)
Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain,
baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan
kapan saja si penitip menghendaki. Antonio, (2001).
2. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)
Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tatacara pembagian hasil usaha
antara penyedia dana dengan pengelola dana. Bentuk produk yang berdasarkan
prinsip ini adalah:
a. Al-Mudharabah
6
Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana
pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan
pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha secara
mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak,
sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu
bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian ini diakibatkan
karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus
bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
b. Al-Musyarakah
Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi
dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan. Arifin, (2009)
3. Prinsip Jual Beli (Al-Tijarah)
Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli,
dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau
mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas
nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan
harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin). Abustan, (2009)
Implikasinya berupa:
a. Al-Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan
pembeli.
7
b. Salam
Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan penangguhan
pengiriman oleh penjual dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli
sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai syarat-syarat tertentu.
c. Istishna’
Istishna’ adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen yang juga
bertindak sebagai penjual. Cara pembayarannya dapat berupa pembayaran
dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. Barang
pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi: jenis,
spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya.
4. Prinsip Sewa (Al-Ijarah)
Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan
atas barang itu sendiri. Antonio, (2001).
5. Prinsip Jasa (Fee-Based Service)
Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank.
Rindawati, (2007).
Sistem Operasional Bank Syariah
Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di
bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka mendapatkan
keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka
yang membutuhkan (misalnya modal usaha), dengan perjanjian pembagian
keuntungan sesuai kesepakatan. Sistem operasional tersebut meliputi:
8
1. Sistem Penghimpunan Dana
Metode penghimpunan dana yang ada pada bank-bank konvensional
didasari teori yang diungkapkan Keynes yang mengemukakan bahwa orang
membutuhkan uang untuk tiga kegunaan, yaitu fungsi transaksi, cadangan dan
investasi. Teori tersebut menyebabkan produk penghimpunan dana disesuaikan
dengan tiga fungsi tersebut, yaitu berupa giro, tabungan dan deposito
Rindawati, (2007)
Berbeda dengan hal tersebut, bank syariah tidak melakukan pendekatan
tunggal dalam menyediakan produk penghimpunan dana bagi nasabahnya.
Antonio, (2001) Pada dasarnya, dilihat dari sumbernya, dana bank syariah
terdiri atas:
a. Modal
Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik (owner).
b. Titipan (Wadi’ah)
Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam memobilisasi dana
adalah dengan menggunakan prinsip titipan.
c. Investasi (Mudharabah)
Akad yang sesuai dengan prinsip investasi adalah mudharabah yang
mempunyai tujuan kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dengan
pengelola dana (mudharib), dalam hal ini adalah bank.
2. Sistem Penyaluran Dana (Financing)
Rindawati, (2007). Produk penyaluran dana di bank syariah dapat
dikembangkan dengan tiga model, yaitu:
9
a. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan
dengan prinsip jual beli. Prinsip jual beli ini dikembangkan menjadi bentuk
pembiayaan pembiayaan murabahah, salam dan istishna’.
b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan
dengan prinsip sewa (Ijarah).
Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya
prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak
pada obyek transaksinya. Bila pada jual beli obyek transaksinya adalah
barang, maka pada ijarah obyek transaksinya jasa.
b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama yang
ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip
bagi hasil. Prinsip bagi hasil untuk produk pembiayaan di bank syariah
dioperasionalkan dengan pola-pola musyarakah dan mudharabah.
Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah gambaran tentang setiap hasil ekonomi yang
mampu diraih oleh perusahaan perbankan pada saat periode tertentu melalui
aktivitas-aktivitas perusahaan untuk menghasilkan keuntungan secara efesien dan
efektif, yang dapat diukur perkembangannya dengan mengadakan analisis terhadap
terhadap data-data keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan (Kasmir,
2008).
Informasi kinerja perusahaan terutama profitabilitas diperlukan untuk
menilai perubahan potensi sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan
dimasa depan. Informasi fluktuasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas
10
perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, disamping
itu informasi tersebut juga berguna dalam perumusan pertimbangan tentang
efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya.
Rasio keuangan adalah alat yang digunakan untuk menganalisis kondisi
keuangan dan kinerja perusahaan. Kita menghitung berbagai rasio karena dengan
cara ini kita bisa mendapat perbandingan yang mungkin akan berguna daripada
berbagai angka mentahnya sendiri. Antonio, (2001) beberapa rasio keuangan yang
digunakan dalam penelitian terdahulu, yaitu :
a. Rasio Permodalan (Solvabilitas)
Bank pada umumnya dan bank syariah pada khususnya adalah lembaga
yang didirikan dengan orientasi laba. Kekuatan aspek permodalan ini
memungkinkan terbangunnya kondisi bank yang dipercaya oleh masyarakat.
Pengertian modal bank berdasar ketentuan Bank Indonesia dibedakan
antara bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia dan kantor
cabang bank asing yang beroperasi di Indonesia. Modal bank yang didirikan
dan berkantor pusat di Indonesia terdiri atas modal inti atau primary capital
dan modal pelengkap atau secondary capital.
Rasio CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki
bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko,
misalnya kredit yang diberikan. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat
kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva
produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi (sesuai dengan ketentuan Bank
Indonesia sebesar 8%) berarti bahwa bank tersebut mampu membiayai operasi
bank, dan keadaan yang menguntungkan tersebut dapat memberikan kontribusi
11
yang cukup besar bagi profitabilitas bank (ROA) yang bersangkutan
(Dendawijaya, 2003).
b. Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
Pengertian aktiva produktif dalam Surat Keputusan Direksi Bank
Indonesia No. 31/147/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998 tentang Kualitas
Aktiva Produktif adalah penanaman dana bank baik dalam Rupiah maupun
valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank,
penyertaan, komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening administratif.
Rasio NPL digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Risiko kredit
yang diterima oleh bank merupakan salah satu risiko usaha bank, yang
diakibatkan dari ketidakpastian dalam pengembaliannya atau yang diakibatkan
dari tidak dilunasinya kembali kredit yang diberikan oleh pihak bank kepada
debitur, (Hasibuan, 2007).
c. Rasio Rentabilitas (Earning)
Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau
mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank
yang bersangkutan. Rindawati (2007) Rasio rentabilitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Return on Asset dan Return on Equity.
1. Return on Assets (ROA)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA
suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
12
tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan
aset.
2. Return on Equity (ROE)
ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri.
Rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank (baik
pemegang saham pendiri maupun pemegang saham baru) serta para
investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank yang
bersangkutan (jika bank tersebut telah go public).
d. Rasio Efisiensi (Rasio Biaya Operasional)
Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional
dan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.
Abustan (2009)
e. Rasio Likuiditas (Liquidity)
Suatu bank dikatakan likuid apabila bank bersangkutan dapat memenuhi
kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua depositonya,
serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi
penangguhan. Rasio likuiditas ini dilakukan untuk menganalisis kemampuan
bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban tersebut. Dalam penelitian ini,
rasio likuiditas yang digunakan adalah Loan to Deposit Ratio (LDR).
Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit
yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini
digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali
13
kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan
kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi
rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya.
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Hodijah (2008) mengenai analisis
perbandingan kinerja keuangan bank melalui pendekatan likuiditas, solvabilitas,
dan rentabilitas pada bank muamalat indonesia, bank syariah mandiri, dan bank
mega syariah Indonesia. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengukuran kinerja
keuangan dengan menggunakan rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas pada
ketiga bank syariah tersebut tidak menunjukkan adanya perbedaan.
Rahmawati, 2008 melakukan penelitian mengenai analisis komparasi
kinerja keuangan antara PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Rakyat Indonesia
periode 1999-2001. Hasil menunjukan bahwa Kinerja keuangan PT. Bank Syariah
Mandiri ditinjau dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi pada
tahun 1999 tergolong sebagai Bank umum yang kurang likuid, solvabel, kurang
profitabel, dan kurang efisien. Sementara kinerja keuangan PT. Bank Syariah
Mandiri ditinjau dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi selama
periode 2000-2001 kurang likuid, tetapi cukup solvabel, profitabel, dan efisien.
Sedangkan Kinerja keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia ditinjau dari rasio
likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi pada tahun 1999 tergolong likuid,
unsolvable, kurang profitabel dan kurang efisien. Sementara kinerja keuangan PT.
Bank Rakyat Indonesia ditinjau dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan
efisiensi pada tahun 2000 tergolong likuid, kurang solvabel dan profitabel, tetapi
14
cukup efisien. Sedangkan pada tahun 2001, kinerja keuangan PT. Bank Rakyat
Indonesia ditinjau dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi
tergolong likuid, unsolvable, profitabel, dan efisien.
Kusumo, 2008, dengan penelitian analisis kinerja keuangan Bank Syariah
Mandiri periode 2002 – 2007 (dengan Pendekatan PBINo. 9/1/PBI/2007). Hasil
penelitian menunjukan Dilihat dari rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
(KPMM) mencerminkan bahwa BSM memiliki modal yang sangat kuat, sehingga
jika terjadi kerugian pihak bank dapat menanggung kerugian tersebut dengan
modal yang dimilikinya. Bagi nasabah yang memiliki simpanan dana di BSM
tidak perlu takut dan khawatir, karena keamanan dananya dijamin oleh pihak bank
dengan modal sangat kuat yang dimilikinya. Dilihat dari rasio Kualitas Aktiva
Produktif (KAP) ini mencerminkan bahwa BSM belum dapat mengelola aktiva
produktif yang dimilikinya dengan baik, karena aktiva produktif BSM yang
diklasifikasikan dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan bahkan macet
selama enam periode perhitungan rata-ratanya sebesar 5%.
Sugiharto (2009), dengan penelitian analisis perbandingan kinerja
keuangan bank melalui pendekatan likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas pada
Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah
Indonesia. Hasil penelitian menunjukan rasio likuiditas memperlihatkan Quick
Ratio dari ketiga bank syariah mengalami pergerakan naik turun dengan hasil akhir
peningkatan rasio pada Bank Muamalat dan Bank Syariah Mandiri. CAR dari
ketiga bank syariah berada diatas standar minimum dari Bank Indonesia. Rasio
rentabilitas menunjukkan ROA yang baik pada Bank Muamalat dan Bank Syariah
Mandiri karena rasionya berada di atas rasio minimum yang ditetapkan Bank
15
Indonesia, sedangkan untuk Bank Mega Syariah Indonesia di akhir periode
penelitian memiliki rasio di bawah standar Bank Indonesia.
METODE PENELITIAN
Jenis Dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang berupa laporan
keuangan Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri tahun 2009-2010.
Data ini diperoleh dari sumbernya yakni melalui situs perusahaan bank sampel.
Pengukuran Konsep
a. Rasio permodalan, yang menggunakan rasio CAR, Pedoman Akuntansi
Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI, 2003).
%100xATMRModal
CAR = . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1)
Penggolongan dari Rasio (CERTIF, 2006):
- Sehat : � 8,0%
- Kurang Sehat : � 6,5 – 8,0%
- Tidak Sehat : < 6,5
b. Rasio kualitas aktiva produktif, yang menggunakan oleh NPL.
NPL = Total Kredit Bermasalah Total Seluruh Kredit . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2)
Penggolongan dari Rasio (CERTIF, 2006):
- Sehat : 0,00% - � 10,35%
- Cukup Sehat : 10,35% - � 12,60%
- Kurang Sehat : > 12,60% - � 14,85%
16
- Tidak Sehat : > 14,85%
c. Rasio rentabilitas, menggunakan rasio ROA
%100xAktivaTotalratarata
pajaksebelumlabaROA
−= . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3)
Penggolongan dari Rasio (CERTIF, 2006)::
- Sehat : > 1,215 %
- Cukup Sehat : � 0,999% - < 1,215%
- Kurang Sehat : � 0,765% - < 0,999%
- Tidak Sehat : < 0,765
d. Rasio Rentabilitas, yang menggunakan ROE
%100xsendiriModalbersihLaba
ROE = . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (4)
- Sehat : > 1,215 %
- Cukup Sehat : 0,999% - < 1,215%
- Kurang Sehat : 0,765% - < 0,999%
- Tidak Sehat : < 0,765
e. Rasio biaya/efisiensi bank, yang menggunakan rasio BOPO
%100tan
xlOperasionaPendapa
lOperasionaBiayaBOPO = . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (5)
Penggolongan dari Rasio (CERTIF, 2006):
- Sehat : < 93,52%
17
- Cukup Sehat : > 93,52% - 94,72%
- Kurang Sehat : > 94,72% - 95,92%
- Tidak Sehat : > 95,92%
f. Rasio Likuiditas, yang menggunakan rasio LDR
LDR = Total Kredit Yang Diberikan x 100% . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (6) Dana Pihak Ketiga
Penggolongan dari Rasio (CERTIF, 2006):
- Sehat : < 94,75%
- Cukup Sehat : > 94,75% - 98,50%
- Kurang Sehat : > 98,50% - 102,25%
- Tidak Sehat : > 102,25%
Teknik Analisis
Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif
berupa perbandingan kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia dan Bank
Syariah Mandiri. Langkah-langkah analisis antara lain:
1. Menganalisis dan membandingkan kinerja keuangan Bank Muamalat
Indonesia dan Bank Syariah Mandiri tahun 2009-2010 secara time
series.
2. Menganalisis dan membandingkan kinerja keuangan Bank Muamalat
Indonesia dan Bank Syariah Mandiri tahun 2009-2010 secara cross
section.
18
ANALISIS DATA
Statistik Deskriptif
Data deskriptif digunakan untuk menunjukkan jumlah data yang digunakan
dalam penelitian ini, serta dapat menunjukkan nilai minimum, maksimum, nilai
rata-rata (mean), dan nilai standar deviasi dari masing-masing variabel penelitian
yang meliputi variabel CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, dan LDR. Hasil olah data
deskriptif dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1 Hasil Olah Data Deskriptif Bank Muamalat Indonesia 2009-2010
Rasio Minimum (%)
Maximum (%)
Mean (%)
Kriteria Bank Indonesia
CAR 13.26 13.83 13.55 Sehat NPL 0.20 0.53 0.37 Sehat ROA 4.79 13.93 9.36 Sehat ROE 16.18 18.36 17.27 Sehat BOPO 57.30 60.62 58.96 Sehat LDR 78.28 95.22 86.75 Sehat
Sumber: olahan SPSS
Berdasarkan hasil perhitungan di atas tampak bahwa rasio keuangan yang
memiliki nilai terendah (minimum) adalah rasio NPL dan nilai teringgi
(maximum) adalah rasio keuangan LDR sebesar 78,28. Hal tersebut
menidentifikasikan bahwa walau nilai terendah NPL sebesar 0,20 akan tetapi
tingkat pengembalian kredit dari nasabah mengalami kenaikan. Sehingga kinerja
bank Muamalat Indonesia selama tahun 2009-2010 dapat dikatakan baik dan
didukung dengan nilai maksimum LDR, hal ini Rasio ini digunakan untuk
mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para
19
nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah
diberikan kepada para debiturnya.
Tabel 2 Hasil Olah Data Deskriptif Bank Syariah Mandiri 2009-2010
Rasio Minimum (%)
Maximum (%)
Mean (%)
Kriteria Bank Indonesia
CAR 8.49 8.58 8.54 Sehat NPL 0.54 0.69 0.62 Sehat ROA 2.87 3.06 2.97 Sehat ROE 26.58 32.55 29.57 Sehat BOPO 70.16 74.01 72.09 Sehat LDR 60.43 69.62 65.03 Sehat Sumber: olahan SPSS
Berdasarkan hasil perhitungan di atas tampak bahwa rasio keuangan yang
memiliki nilai terendah (minimum) adalah rasio NPL dan nilai teringgi
(maximum) adalah rasio keuangan BOPO sebesar 74,01. Hal tersebut
menidentifikasikan bahwa walau nilai terendah NPL sebesar 0,54 akan tetapi
tingkat pengembalian kredit dari nasabah mengalami kenaikan. Sehingga kinerja
bank Syariah Mandiri selama tahun 2009-2010 dapat dikatakan baik dan didukung
dengan nilai maksimum BOPO Hal ini menandakan bahwa bank mampu
melakukan kegiatan operasinya dengan baik.
Kinerja Bank Muamalat Indonesia Tahun 2009-2010
Berikut akan disajikan tabel yang menjelaskan kinerja Bank Muamalat
Indonesia selama tahun 2009-2010 berdasarkan rasio CAR, NPL, ROA, ROE,
BOPO dan LDR.
20
Tabel 3 Kinerja Bank Muamalat Indonesia Tahun 2009-2010
Rasio Tahun
Kinerja (%) Keterangan 2009
(%) 2010 (%)
CAR 13.83 13.26 - 0.04 Turun NPL 0.20 0.53 0.62 Naik ROA 13.93 4.79 - 1.91 Turun ROE 16.18 18.36 0.12 Naik BOPO 57.30 60.62 0.05 Naik LDR 78.28 95.22 0.18 Naik
Sumber: Laporan Keuangan Bank Muamalat Indonesia 2009 – 2010 (IDX, 2010)
Secara umum hasil perhitungan CAR tahun 2009 dan tahun 2010 telah
mampu memenuhi standar minimal yang ditetapkan BI sebesar 8%, sehingga rasio
kecukupan modal Bank Muamalat Indonesia telah memenuhi kriteria, dan masuk
kedalam jajaran Bank yang berkinerja baik dan sehat. Meski mengalami
penurunan sebesar 0,04 % akan tetapi turunnnya CAR masih dalam batas aman
CAR minimum 8% (Rindawati, 2007), hal tersebut menunjukan bahwa kecukupan
modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau
menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan cukup baik.
NPL bank selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 mengalami
kenaikan sebesar 0,62 %. Hal tersebut dapat mengidentifikasi bahwa tingkat
pengembalian kredit dari nasabah mengalami kenaikan. Sehingga kinerja bank
Muamalat Indonesia selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 dapat
dikatakan baik. Hal tersebut menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank
dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank cukup baik.
Dari hasil perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa ROA Bank Muamalat
Indonesia selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 mengalami penurunan
21
sebesar 1,91 %. Penurunan tersebut menandakan bahwa Bank Muamalat Indonesia
kurang baik dalam kinerjanya, terutama dalam hal meningkatkan perolehan laba.
Hal ini menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank dalam memperoleh
keuntungan (laba) secara keseluruhan dapat dikatakan baik selama periode
penelitian.
ROE tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 yang meningkat sebesar 0,12
%, dapat dilihat bahwa Bank Muamalat Indonesia mampu meningkatkan tingkat
ROE nya setiap tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa bank mampu meningkatkan
tingkat laba bersihnya dengan mengandalkan Modal Sendiri (Ekuitas) yang
dimiliki Bank Muamalat Indonesia, yang berarti bahwa mampu memperbaiki
kinerja keuangannya dalam hal perolehan laba. Jika dilihat dari tingkat kesehatan
Bank, dan berdasarkan Batasan nilai minimum Bank Indonesia, nilai ROE Bank
Muamalat Indonesia tahun 2009 dan tahun 2010 tergolong sehat, karena berada
diatas 1,215 % (Rindawati, 2007)
Rasio BOPO Bank Muamalat Indonesia tahun 2009 sampai dengan tahun
2010, meningkat sebesar 0.05 %. Hal ini menandakan bahwa bank mampu
melakukan kegiatan operasinya dengan baik.
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh LDR tahun 2009 sampai dengan
tahun 2010 terdapat kenaikan sebesar 0.18 %. Akan tetapi berdasarkan ketentuan
Bank Indonesia yang telah menetapkan tingkat kesehatannya seharusnya sama
dengan 94,75% atau kurang, maka LDR Bank Muamalat Indonesia hanya berada
dalam tahap yang cukup baik. Hal tersebut menunjukan bahwa kemampuan bank
dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan
22
dananya dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya cukup
baik selama periode penelitian.
Kinerja Bank Mandiri Syariah Tahun 2009-2010
Berikut akan disajikan tabel yang menjelaskan kinerja Bank Syariah
Mandiri selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 berdasarkan rasio CAR,
NPL, ROA, ROE, BOPO dan LDR.
Tabel 4 Kinerja Bank Mandiri Syariah Tahun 2009-2010
Kinerja Tahun
Kinerja (%) Keterangan 2009
(%) 2010 (%)
CAR 8.58 8.49 -1.06 Turun NPL 0.54 0.69 21.74 Naik ROA 2.87 3.06 6.21 Naik ROE 26.58 32.55 18.34 Naik BOPO 74.01 70.16 -5.49 Turun LDR 60.43 69.62 13.20 Naik
Sumber: Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri 2009 – 2010 (IDX, 2010)
Secara umum hasil perhitungan CAR di atas telah mampu memenuhi
standar minimal yang ditetapkan BI sebesar 8% meski mengalami penurunan
sebesar 1,06 %, sehingga rasio kecukupan modal Bank Syariah Mandiri telah
memenuhi kriteria, dan masuk ke dalam jajaran Bank yang berkinerja baik dan
sehat. Hal tersebut menunjukan bahwa kecukupan modal yang dimiliki bank untuk
menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang
diberikan cukup baik.
23
NPL bank selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 mengalami
kenaikan sebesar 21,74 %. Hal tersebut dapat mengidentifikasi bahwa tingkat
pengembalian kredit dari nasabah mengalami kenaikan. Sehingga kinerja Bank
Syariah Mandiri selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 dapat dikatakan
baik. Hal tersebut menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank dalam
mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank cukup baik.
Dari hasil perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa ROA bank mengalami
peningkatan dari tahun 2009 ke tahun 2010 sebesar 6,21 %. Meskipun dalam
gambaran umum kemampuan bank untuk menghasilkan laba dengan
mengandalkan aktivanya masih terlalu kecil, akan tetapi kecenderungan naiknya
ROA dari tahun 2009 ke tahun 2010 menandakan bahwa Bank Syariah Mandiri
berusaha untuk memperbaiki kinerjanya, terutama dalam hal meningkatkan
perolehan laba. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank dalam
memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan dapat dikatakan baik selama
periode penelitian.
Berdasarkan hasil perhitungan, Bank Syariah Mandiri mampu
meningkatkan ROE nya sebesar 18,34 %. Hal ini mengindikasikan bahwa bank
mampu memperbaiki kinerja keuangannya dalam hal perolehan laba dari tahun ke
tahun.
Berdasarkan hasil perhitungan rasio BOPO Bank Syariah Mandiri tahun
2009 sampai dengan tahun 2010, menunjukan adanya penurunan sebesar 5,49 %.
Bank Syariah Mandiri harus lebih memperbaiki kondisi rasio Beban Operasional
dengan cara meningkatkan efisiensi dalam melakukan kegiatan operasinya.
24
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh LDR tahun 2009 sampai dengan
tahun 2010 meningkat sebesar 13,20 %. Meningkatnya presentase LDR ini
menunjukkan makin baiknya kemampuan bank dalam membayar kembali
kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit-
kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya cukup baik.
Kinerja Keuangan Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri Tahun 2009
Berikut grafik mengenai kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia dan
Bank Syariah Mandiri Tahun 2009 melalui CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO dan
LDR.
Grafik 1 Kinerja Keuangan Bank Muamalat Indonesia
dan Bank Syariah Mandiri Tahun 2009
Pada Grafik di atas, terlihat bahwa Bank Muamalat Indonesia memiliki
rata-rata (mean) rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 13,83 %, lebih tinggi
25
bila dibandingkan dengan Bank Syariah Mandiri yaitu sebesar 8,58%. Hal tersebut
mengidentifikasi bahwa semakin tinggi nilai CAR dengan perhitungan risiko
pembiayaan dan risiko pasar, maka semakin baik kinerja bank tersebut. Hal itu
menjelaskan bahwa selama periode 2009 sampai dengan 2010 Bank Muamalat
Indonesia memiliki nilai CAR terhadap risiko pembiayaan dan risiko pasar yang
lebih baik bila dibandingkan dengan Bank Syariah Mandiri.
Bank Muamalat Indonesia memiliki NPL lebih rendah bila dibandingkan
dengan nilai mean Bank Syariah Mandiri, yaitu sebesar 0,54%. Hal tersebut
mengidentifikasikan bahwa kinerja Bank Syariah Mandiri selama tahun 2009
dalam tingkat pengembalian kredit dari nasabah lebih baik di bandingkan Bank
Muamalat.
Bank Syariah Mandiri memiliki rasio Return On Assets (ROA) sebesar
2,87 %, lebih rendah bila dibandingkan dengan nilai mean Bank Muamalat
Indonesia, yaitu sebesar 13,93 %. Hal itu menjelaskan bahwa selama tahun 2009,
Bank Muamalat Indonesia memiliki nilai ROA yang lebih baik bila dibandingkan
dengan Bank Syariah Mandiri.Hal tersebut mengidentifikasi bahwa semakin tinggi
nilai Return On Assets (ROA), maka semakin baik kinerja bank tersebut.
ROE Bank Syariah Mandiri pada tahun 2009 sebesar 26,58 % yang lebih
tinggi dari Bank Muamalat Indonesia sebesar 16,18 %. Hal tersebut
mengidentifikasi bahwa selama tahun 2009 kinerja Bank Syariah Mandiri dalam
meningkatkan tingkat laba bersihnya dengan mengandalkan Modal Sendiri
(Ekuitas) lebih baik dari Bank Muamalat Indonesia.
Bank Syariah Mandiri memiliki rasio Beban Operasional berbanding
Pendapatan Operasional (BO/PO) sebesar 74,01 %, lebih tinggi bila dibandingkan
26
dengan Bank Muamalat Indonesia, yaitu sebesar 57,30 %. Hal tersebut
mengidentifikasi bahwa Bank Syariah Mandiri memiliki nilai BOPO yang lebih
baik bila dibandingkan dengan Bank Muamalat Indonesia.
LDR Bank Muamalat Indonesia pada tahun 2009 sebesar 78,28 % yang
lebih tinggi dari Bank Syariah Mandiri sebesar 60,43 %. Hal tersebut menandakan
bahwa selama tahun 2009 kinerja Bank Muamalat Indonesia dalam kemampuan
likuiditasnya lebih baik dari Bank Syariah Mandiri.
Kinerja Keuangan Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri Tahun 2010
Berikut grafik mengenai kinerja keuangan Bank Muamalat dan Bank
Syariah Mandiri Tahun 2010 melalui CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO dan LDR.
Grafik 2 Kinerja Keuangan Bank Muamalat Indonesia
dan Bank Syariah Mandiri Tahun 2010
27
Pada Grafik di atas, terlihat bahwa Bank Muamalat Indonesia memiliki
rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan memperhitungkan risiko pembiayaan
dan risiko pasar sebesar 13,26 %, lebih tinggi bila dibandingkan dengan Bank
Syariah Mandiri yaitu sebesar 8,49 %. Hal tersebut mengidentifikasi bahwa pada
tahun 2010 Bank Muamalat Indonesia memiliki nilai CAR terhadap risiko
pembiayaan dan risiko pasar yang lebih baik bila dibandingkan dengan Bank
Syariah Mandiri.
Bank Muamalat memiliki NPL sebesar 0,53 % yang lebih rendah bila
dibandingkan dengan nilai mean Bank Syariah Mandiri, yaitu sebesar 0,69%. Hal
tersebut menandakan bahwa kinerja Bank Syariah Mandiri selama tahun 2010
dalam tingkat pengembalian kredit dari nasabah lebih baik di bandingkan Bank
Muamalat Indonesia.
Bank Syariah Mandiri memiliki rasio Return On Assets (ROA) sebesar
3,06 %, lebih rendah bila dibandingkan dengan nilai mean Bank Muamalat
Indonesia, yaitu sebesar 4,79 %. Hal tersebut mengidentifikasi bahwa semakin
tinggi nilai ROA maka semakin baik kinerja bank tersebut. Hal itu menjelaskan
bahwa selama tahun 2010, Bank Muamalat Indonesia memiliki nilai ROA yang
lebih baik bila dibandingkan dengan Bank Syariah Mandiri.
ROE Bank Syariah Mandiri pada tahun 2010 sebesar 32,55 % yang lebih
tinggi dari Bank Muamalat sebesar 18,36 %. Hal tersebut mengidentifikasi bahwa
selama tahun 2010 kinerja Bank Syariah mandiri dalam meningkatkan tingkat laba
bersihnya dengan mengandalkan Modal Sendiri (Ekuitas) lebih baik dari Bank
Muamalat Indonesia.
28
Bank Syariah Mandiri memiliki rasio Beban Operasional berbanding
Pendapatan Operasional (BO/PO) sebesar 70,16 %, lebih tinggi bila dibandingkan
dengan nilai mean Bank Muamalat Indonesia, yaitu sebesar 60,62 %. Bank
Syariah Mandiri memiliki nilai BO/PO yang lebih baik bila dibandingkan dengan
Muamalat Indonesia.
LDR Bank Muamalat Indonesia pada tahun 2010 sebesar 95,22 % yang
lebih tinggi dari Bank Syariah Mandiri sebesar 69,62 %. Hal tersebut
mengidentifikasi bahwa selama tahun 2010 kinerja Bank Muamalat Indonesia
dalam kemampuan likuiditasnya lebih baik dari Bank Syariah Mandiri.
KESIMPULAN
Hasil analisis rasio keuangan tahun 2009-2010 Bank Muamalat Indonesia
melalui CAR, ROA, dan LDR lebih baik dibanding dengan Bank Syariah Mandiri.
Akan tetapi melalui NPL, ROE, dan BOPO Bank Syariah Mandiri lebih baik
dibanding Bank Muamalat Indonesia.
Secara keseluruhan analisis rasio keuangan Bank Muamalat Indonesia dan
Bank Syariah Mandiri tahun 2009-2010 melalui CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO,
dan LDR menunjukkan bahwa berada diatas batas standar minimum dari Bank
Indonesia, dan tidak ada perbedaan yang signifikan sehingga dapat dikatakan
kinerja Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri tahun 2009-2010
baik.
29
Keterbatasan dan Saran
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan obyek penelitian
bank yang di publikasikan dan dari kelengkapan laporan keuangannya, sehingga
penulis hanya meneliti Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri.
Berdasarkan keterbatasan tersebut, maka peneliti menyarankan agar penelitian
yang akan datang, menambah obyek penelitian Bank Syariah.
30
DAFTAR PUSTAKA Abustan, 2009 “Analisa Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah
dengan Perbankan Konvensional”, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma (tidak dipublikasikan).
Arifin Zainul, 2003, “Dasar-dasar Bank Syari’ah“, Azkia Publisher, Jakarta. Budiati Andika, 2007 “Pengaruh Tingkat . . . ”, Fakultas Ekonomi, Universitas
Indonesia. Dendawijaya, Lukman, 2005, Manajemen Perbankan”, Penerbit Ghalia Indonesia,
Jakarta. Hakim, R. 2006. “Perbandingan Kinerja Keuangan dengan Metode EVA, ROA dan
Pengaruhnya Terhadap Retun Saham Pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek Jakarta.” Skripsi. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.
Hodijah, “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank melalui pendekatan
likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas pada bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah Indonesia”, Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma, (tidak dipublikasikan).
Iman Hilman, et al., “Perbankan Syari’ah Masa Depan”, Senayan Abadi
Publishing, Jakarta, 2003. Kasmir. 2008. “Manajemen Perbankan”, Edisi Revisi. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta. Rahmawati Isna, 2008, “Analisis Komparasi Kinerja Keuangan antara PT. Bank
Syariah Mandiri dan PT. Bank Rakyat Indonesia”, Fakultas Ekonomi Islam, STAIN Surakarta-SEM Institute, Yogyakarta (tidak dipublikasikan)
Rindawati Ema, 2007, “Analisa Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan
Syariah dengan Perbankan Konvensional”, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta (tidak dipublikasikan) .
Setiawati Koosrini, 2010, “Pengaruh Rasio Camel Terhadap Praktik Manajemen
Laba di Bank Umum Syariah”, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang (tidak dipublikasikan).
Syafi’I Antonio, 2001, “Bank Syariah Dari Teori ke Praktik”, Gema Insani Press,
Jakarta.
31
Bank Indonesia http://www.bi.go.id/
Bank Muamalat
http://www.muamalatbank.com/ http://www.muamalatbank.com/home/news/media_expose/2029
Bank Syariah Mandiri
http://www.syariahmandiri.co.id/