analisis perbandingan efisiensi bank ... analisis perbandingan efisiensi bank konvensional dan bank...
TRANSCRIPT
i
“ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI BANK KONVENSIONAL DAN
BANK SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE DATA
ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (PERIODE 2008-2012)”
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Arief Setiawan
NIM: 109081000133
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1434 H/2013 M
ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Arief Setiawan
2. Tempat tanggal lahir : Tangerang, 15 September 1991
3. Alamat : BSD, Blok C No. 21 Sektor 1.2
RT03 RW04 Serpong, Tangerang
4. Telepon : 089652185766
5. E-mail : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SDN Karya Bakti 1 Tahun 1997-2003
2. MTs Al-Zaytun Tahun 2003-2006
3. MA Al-Zaytun Tahun 2006-2009
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009-2013
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Tasbi
2. Ibu : Ruswati
3. Alamat : BSD, Blok C No. 21 Sektor 1.2
RT03 RW04 Serpong, Tangerang
vii
COMPARISON EFFICIENCY ANALYSIS OF CONVENTIONAL AND
ISLAMIC BANKS USING DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)
METHOD (PERIOD 2008-2012)
Arief Setiawan
Abstract
The aim of this reserch is to measure efficiency and analyze the efficiency
comparison between conventional banks with Islamic banks during the period
2008-2012. The data which is used in this reserch is a secondary data, collected
from financial statements issued by Bank Indonesia. The sampling technique that
isused in this reserch is purposive sampling with taking 10 samples of
conventional banks and 10 Islamic banks. Efficiency measurements in this
research using Data Envelopment Analysis (DEA) with the intermediation
approach. Input variables used in the study are deposits, assets, and labor costs,
while the output variable is the financing and income. To determine differences in
efficiency between conventional banks and Islamic banks, this study used a
different test parametric independent sample t-test.
The result of this reserch showed that is no significant difference between
the efficiency of conventional and Islamic banks during the period 2008-2012
with possible intervention t value (-1,548) < t table (1,99) and p value = 0,125.
Keyword: Efficiency, Data Envelopment Analysis, Deposits, Assets, Labor Costs,
Financing, Income, Conventional Banks, Islamic Banks
viii
ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI BANK KONVENSIONAL DAN
BANK SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE DATA
ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (PERIODE 2008-2012)
Arief Setiawan
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur efisiensi dan
menganalisa perbandingan efisiensi antara bank konvensional dengan bank
syariah selama periode 2008-2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang dikumpulkan dari laporan keuangan yang diterbitkan
oleh Bank Indonesia. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling dengan mengambil sampel 10 bank
konvensional dan 10 bank syariah. Pengukuran efisiensi dalam penelitian ini
menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) dengan pendekatan
intermediasi. Variabel input yang digunakan dalam penelitian adalah simpanan,
aset, dan biaya tenaga kerja, sedangkan variabel outputnya adalah pembiayaan
dan pendapatan. Untuk mengetahui perbedaan efisiensi antara bank konvensional
dan bank syariah, penelitian ini menggunakan uji beda parametrik Independent
Sample T-Test.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara efisiensi bank konvensional dan bank syariah selama periode
2008-2012 dengan melihat nilai t hitung (-1,548) < t tabel (1,99) dan nilai p =
0,125.
Kata kunci: Efisiensi, Data Envelopment Analysis, Pendekatan Intermediasi,
Simpanan, Aset, Biaya Tenaga Kerja, Pembiayaan, Pendapatan, Bank
Konvensional, Bank Syariah.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang
mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang
ini. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat
guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa
dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil. Oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Kedua orang tua, ayahanda Tasbi dan ibunda Ruswati yang telah memberikan
dukungan baik moril maupun materil serta doa yang tiada henti-hentinya
kepada penulis.
2. Segenap keluarga dan saudara-saudara yang telah menyemangati dan
membantu penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Suhendra, MM selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang
telah berkenan memberikan tambahan ilmu dan solusi pada setiap
permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini.
7. Bapak Arief Mufraini, Lc. M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang
telah bersedia memberikan banyak ilmu dan solusi pada setiap permasalahan
atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini. Bimbingan dan arahan untuk
membimbing penulis selama menyusun skripsi.
x
8. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.
9. Seluruh teman-teman Manajemen D Angkatan 2009 yang selalu menemani
dari semester 1 sampai penulisan skripsi ini.
10. Seluruh teman-teman Manajemen Angkatan 2009 dan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis.
11. Seluruh staf dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang akuntansi
manajemen.
Jakarta, 5 Juli 2013
Penulis,
(Arief Setiawan)
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .............................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ....................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... vi
ABSTRACT . .................................................................................................. vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 10
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 11
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 13
A. Landasan Teori ......................................................................... 13
1. Kinerja Perbankan ............................................................... 13
2. Konsep Efisiensi ................................................................. 15
3. Konsep Pengukuran Efisiensi .............................................. 16
a. Pengukuran Berorientasi Input ...................................... 17
b. Pengukuran Berorientasi Output .................................... 19
4. Efisiensi Perbankan ............................................................. 22
5. Pengukuran Efisiensi ........................................................... 24
6. Hubungan Input dan Output dalam Pengukuran Efisiensi .... 26
B. Penelitian Terdahulu ................................................................. 28
xii
C. Kerangka Berpikir ................................................................. 37
D. Hipotesis ……………. .............................................................40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 41
A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 41
B. Metode Penentuan Sampel ........................................................ 41
C. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 42
D. Metode Analisis Data ............................................................... 44
1. Metode Data Envelopment Analysis .................................... 44
2. Model Pengukuran Efisiensi Teknik Bank ........................... 48
3. Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov Test) ........................ 52
4. Uji Beda Independent Sample T-Test................................... 53
E. Operasional Variabel Penelitian ............................................... 53
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .............................................. 56
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitan ................................ 56
1. Perkembangan Perbankan di Indonesia ............................... 56
2. Uraian Data ......................................................................... 58
B. Analisa dan Pembahasan .......................................................... 66
1. Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Efisiensi
Teknik 10 Bank Konvensional di Indonesia 2008-2012 ....... 67
2. Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Efisiensi
Teknik 10 Bank Syariah di Indonesia 2008-2012 ................ 95
3. Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Selama
Periode 2008-2012 .............................................................. 115
4. Perbandingan Efisiensi Bank Konvensional dan Bank
Syariah di Indonesia Tahun 2008-2012 ............................... 121
a. Hasil Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov Test) ........... 121
b. Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test ...................... 122
5. Analisis dan Interpretasi ...................................................... 123
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 129
A. Kesimpulan............................................................................... 129
B. Saran ....................................................................................... 131
xiii
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 135
LAMPIRAN ................................................................................................... 139
xiv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 Jumlah Bank di Indonesia ....................................................... 5
1.2 Jumlah Aset Bank di Indonesia ............................................... 5
2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu ..................................... 33
3.1 Daftar Nama Sampel Bank Penelitian ..................................... 42
3.2 Variabel Input-Output ............................................................. 53
4.1 Jumlah Bank di Indonesia ....................................................... 58
4.2 Perkembangan Jumlah Variabel Input Simpanan ..................... 60
4.3 Perkembangan Jumlah Variabel Input Aset ............................. 61
4.4 Perkembangan Jumlah Variabel Input Tenaga Kerja ............... 62
4.5 Perkembangan Jumlah Variabel Output Pembiayaan ............... 64
4.6 Perkembangan Jumlah Variabel Output Pendapatan ................ 65
4.7 Tingkat Efisiensi Teknik 10 Bank Konvensional di Indonesia
Tahun 2008-2012 .................................................................... 67
4.8 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output
Bagi Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun 2008 ...... 71
4.9 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output
Bagi Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun 2008 ......... 75
4.10 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output
Bagi Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun 2009 ...... 77
4.11 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output
Bagi Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun 2009 ......... 80
4.12 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output
Bagi Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun 2010 ...... 81
4.13 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output
Bagi Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun 2010 ......... 85
4.14 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output
Bagi Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun 2011 ...... 86
4.15 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output
xv
Bagi Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun 2011 ......... 89
4.16 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output
Bagi Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun 2012 ...... 91
4.17 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output
Bagi Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun 2012 ......... 94
4.18 Tingkat Efisiensi Teknik 10 Bank Syariah di Indonesia
Tahun 2008-2012 .................................................................... 96
4.19 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output
Bagi Bank Syariah yang Inefisien pada Tahun 2008 ................ 98
4.20 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output
Bagi Bank Syariah yang Efisien pada Tahun 2008 .................. 99
4.21 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output
Bagi Bank Syariah yang Inefisien pada Tahun 2009 ................ 100
4.22 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output
Bagi Bank Syariah yang Efisien pada Tahun 2009 .................. 101
4.23 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output
Bagi Bank Syariah yang Inefisien pada Tahun 2010 ................ 102
4.24 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output
Bagi Bank Syariah yang Efisien pada Tahun 2010 .................. 106
4.25 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output
Bagi Bank Syariah yang Inefisien pada Tahun 2011 ................ 107
4.26 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output
Bagi Bank Syariah yang Efisien pada Tahun 2011 .................. 110
4.27 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output
Bagi Bank Syariah yang Inefisien pada Tahun 2012 ................ 111
4.28 Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output
Bagi Bank Syariah yang Efisien pada Tahun 2012 .................. 114
4.29 Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Tahun 2008 ....... 116
4.30 Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Tahun 2009 ....... 117
4.31 Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Tahun 2010 ....... 118
4.32 Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Tahun 2011 ....... 119
xvi
4.33 Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Tahun 2012 ....... 120
4.34 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ............................. 121
4.35 Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test ............................. 123
xvii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
1.1 Perkembangan Jaringan Kantor Perbankan Syariah ................. 6
2.2 Efisiensi Teknis dan Efisiensi Alokatif .................................... 18
2.3 Pengukuran Efisiensi Berorientasi Input Output serta
Return to Scale ................................................................ 20
2.4 Efisiensi Teknis dan Alokatif dari Pendekatan
Berorientasi Output ................................................................ 21
2.5 Kerangka Berpikir ................................................................ 39
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Input-Output Bank Konvensional ............................................ 140
2 Input-Output Bank Syariah ..................................................... 142
3 Output MaxDEA ................................................................ 144
5 Output SPSS ................................................................ 149
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Bank merupakan lembaga intermediasi keuangan yang paling
penting dalam sistem perekonomian suatu Negara. Bank memiliki peran
sebagai perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana (surplus)
dengan pihak yang membutuhkan dana (defisit). Bank juga merupakan
suatu lembaga yang berfungsi untuk memperlancar lalu lintas keuangan
yang berpeangaruh pada mobilitas pertumbuhan perekonomian suatu
Negara.
Berdasarkan Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998,
jenis bank di Indonesia terdiri dari dua kelompok yaitu bank umum dan
Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Dalam Undang-undang tersebut
dijelaskan bahwa bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dalam
menjalankan kegiatan usahanya, bank umum dapat memilih satu dari tiga
pilihan yaitu seluruhnya beroperasi secara konvensional, seluruhnya
beroperasi secara syariah, atau melakukan kegiatan usaha secara
konvensional sekaligus juga melakukan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah (dual banking system).
2
Perbedaan yang mendasar antara bank syariah dengan bank
konvensional adalah pada produk dan jasa perbankan yang ditawarkan
serta cara pembagian keuntungannya. Jika bank konvensional menerapkan
sistem bunga dan menghalalkan kegiatan yang diharamkan dalam Islam,
berbeda dengan bank syariah yang memiliki karakteristik antara lain tidak
menerapkan sistem bunga, menggunakan metode bagi hasil dan jual beli,
hanya memberikan pembiayaan pada kegiatan usaha yang halal, dan bank
syariah harus memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS).
Sebagian besar bank yang berkembang di Indonesia adalah bank
yang menggunakan prinsip konvensional. Hal ini tidak lepas dari sejarah
bank Indonesia dimana asal mula bank yang ada di Indonesia dibawa oleh
kolonial Belanda yang kemudian beberapa bank belanda yang
dinasionalisir oleh pemerintah Indonesia, seperti De Algeme Volk Kredit
Bank yang kemudian menjadi Bank BRI tanggal 22 Februari 1946, Bank
Timur NV menjadi Bank Gemari yang akhirnya merger dengan Bank
Central Asia tahun 1949. Dan hingga saat ini, perkembangan bank
konvensional terus meningkat. Berdasarkan statistik Bank Indonesia tahun
2012, bank konvensional yang ada di Indonesia berjumlah 109 bank
dengan 16.625 kantor cabang dan total aset yang mencapai 4.262.587
miliar rupiah.
Sedangkan sejarah perbankan syariah di Indonesia dimulai dengan
berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1991 yang
diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah
3
Indonesia. Bank Muamalat Indonesia mulai beroperasi setelah berlakunya
Undang-Undang No. 1 Tahun 1992 tentang perbankan syariah yang
membuka kesempatan bagi bank yang melaksanakan profit bagi hasil ini.
Selama periode tahun 1992 sampai 1998, hanya ada satu bank
syariah (BMI) dan 78 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang
dikembangkan. Pada tahun 1998, Indonesia mengalami reformasi politik
dan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Undang-
undang ini mengatur tentang sistem dual banking, dimana bank Islam
beroperasi secara berdampingan dengan bank konvensional. Selanjutnya,
Undang-Undang No 23 Tahun 1999 menegaskan bahwa Bank Indonesia,
selaku otoritas moneter di Indonesia harus menyediakan peraturan dan
fasilitas untuk operasional perbankan syariah.
Pada tahun 1999, bank syariah kedua di Indonesia dibuka, yaitu
Bank Syariah Mandiri (BSM), diikuti oleh beberapa bank umum yang
membuka unit syariah seperti Bank Central Asia (BCA) Syariah. Pada
tahun 2002, Bank Indonesia menerbitkan “Blueprint Pengembangan
Perbankan Syariah di Indonesia”. Hal ini dianggap sebagai perencanaan
jangka panjang dari perbankan Islam di Indonesia. Isi Blueprint tersebut
antara lain mengidentifikasi tantangan utama bank syariah di masa depan
selain menyatakan visi, misi, dan tujuan strategis dari bank syariah. Secara
singkat, Blueprint tersebut telah memberikan pedoman yang jelas bagi
para stakeholders untuk menyamakan visi dan aspirasi.
4
Perkembangan bank syariah juga tidak lepas dari kemampuannya
yang dapat bertahan disaat krisis moneter di tahun 1998. Menurut
Muharam dan Pusvitasari (2007:82), perbankan syariah tidak mengalami
negative spread seperti yang dialami oleh perbankan konvensional pada
umumnya. Hal ini dikarenakan kewajiban membayar bunga oleh bank
kepada para nasabahnya akan selalu melekat pada bank apapun
kondisinya. Padahal di sisi lain, pembayaran bunga oleh bank kepada
nasabah merupakan beban bagi bank. Hal ini berbeda dengan perbankan
syariah pada waktu itu yang tidak memiliki kewajiban membayar bunga
kepada nasabahnya karena prinsip bagi hasil yang diterapkannya tidak
mengandung kewajiban seperti demikian, melainkan keuntungan dan
kerugian selalu dibagi dengan nasabahnya sesuai dengan ketentuan nisbah
yang telah disepakati bersama oleh kedua belah pihak. Sejak saat itulah
perbankan syariah muncul sebagai kekuatan baru dalam dunia perbankan
nasional karena kemampuannya, dan dapat memenuhi keinginan
masyarakat akan perbankan yang menerapkan prinsip-prinsip syariah.
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah bank syariah
selama periode 2008-2011 terus mengalami peningkatan, meskipun jumlah
Unit Usaha Syariah sempat mengalami penurunan (2008-2010).
Sedangkan jumlah bank konvensional justru mengalami penurunan
selama periode pengamatan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
perbankan syariah mampu berkembang dan dapat diterima dengan baik
oleh masyarakat.
5
Tabel 1.1
Jumlah Bank di Indonesia
No Bentuk Bank 2008 2009 2010 2011 2012
1 Bank Konvensional 119 115 111 109 109
2 Bank Umum Syariah 5 6 11 11 11
3 Unit Usaha Syariah 27 25 23 24 24
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia 2012
Perkembangan yang cukup baik dan signifikan dari bank syariah
berdampak pada jumlah aset bank tersebut. Tabel 1.2 menunjukkan bahwa
peningkatan total aset bank syariah selama tahun 2008-2009 mencapai 293
persen, sedangkan kenaikan jumlah aset bank konvensional sebesar 84,49
persen. Hal tersebut menandakan bahwa perbankan syariah mampu
berkembang dengan cepat dan memiliki potensi untuk berkembang lebih
besar lagi.
Tabel 1.2
Jumlah Aset Bank di Indonesia (Milyar)
No Bentuk Bank 2008 2009 2010 2011 2012
1 Bank Konvensional 2.310.557 2.534.106 3.008.853 3.652.832 4.262.587
2 Bank Umum Syariah 34.036 48.014 79.186 116.930 147.581
3 Unit Usaha Syariah 15.519 18.076 18.333 28.536 47.437
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia 2012
Perkembangan aset tersebut juga diikuti dengan banyaknya jumlah
jaringan kantor bank syariah. Gambar 1.1 menunjukkan bahwa pada tahun
2008 terdapat 576 kantor Bank Umum Syariah (BUS), 214 Unit Usaha
Syariah (UUS), dan 202 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS).
Hingga tahun 2012, terjadi peningkatan jumlah kantor perbankan syariah
6
dengan persentase sebesar 201 persen untuk BUS, 130 persen untuk UUS,
dan 98,51 persen untuk BPRS. Jumlah kantor perbankan syariah diyakini
akan terus bertambah mengingat potensi yang ada di dalam bank tersebut
dan keinginan masyarakat untuk menerapkan prinsip syariah dalam
kegiatan perbankannya.
Gambar 1.1
Perkembangan Jaringan Kantor Perbankan Syariah
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (2012), data diolah
Sebagai negara dengan penduduk mayoritas muslim, sangat besar
peluang untuk Indonesia dalam mengembangkan industri perbankan
syariah. Hal ini didukung dengan peraturan yang membolehkan bank
syariah bersaing dengan bank konvensional sesuai dengan bisnis dan area
mereka (UU No 10 Tahun 1998). Selain itu, peraturan tersebut juga
membolehkan bank syariah dan bank konvensional untuk menawarkan
pelayanan secara syariah atau yang biasa disebut Islamic Windows.
2008 2009 2010 2011 2012
576711
1.2151.390
1.734
214 287 262 312493
202 223 286364 401
BUS UUS BPRS
7
Semakin berkembangnya bank syariah di Indonesia tentu akan
menjadi tantangan tersendiri bagi bank konvensional yang telah lebih dulu
ada. Dengan semakin berkembangnya bank syariah dan masih kuatnya
bank konvensional, tentu yang menjadi sorotan adalah bagaimana kinerja
bank-bank tersebut. Kinerja dan kondisi kesehatan bank merupakan hal
yang penting bagi pihak terkait, seperti pemilik atau pengelola bank,
masyarakat, maupun Bank Indonesia selaku pengawas perbankan yang ada
di Indonesia. Dengan demikian maka pihak yang terkait dapat
mengevaluasi kinerja perbankan dengan tetap menerapkan prinsip kehati-
hatian, patuh terhadap ketentuan dan menerapkan manajemen resiko.
Salah satu aspek penting dalam pengukuran kinerja perbankan adalah
efisiensi yang antara lain dapat ditingkatkan melalui penurunan biaya
(reducing cost) dalam proses produksi (Sutawijaya dan Lestari, 2009:51).
Iswardono dan Darmawan dalam buku Wilson Arafat (2006:138)
menyatakan bahwa masalah efisiensi perbankan dirasakan sangat penting
saat ini maupun di masa mendatang, karena antara lain: (1) Kompetisi
yang bertambah ketat; (2) Permasalahan yang timbul sebagai akibat
berkurangnya sumber daya; (3) meningkatkan standar kepuasan nasabah.
Oleh karena itu, analisis efisiensi perbankan di Indonesia mendesak
dilakukan untuk mengetahui dan menentukan penyebab perubahan
efisiensi serta selanjutnya mengambil tindakan korektif supaya dapat
dilaksanakan peningkatan efisiensi sebagaimana seharusnya.
8
Efisiensi dapat didefinisikan sebagai rasio antara output dengan
input. Ada tiga faktor yang menyebabkan efisiensi, yaitu apabila dengan
input yang sama menghasilkan output yang lebih besar, dengan input yang
lebih kecil menghasilkan output yang sama, dan dengan input yang besar
menghasilkan output yang besar (Kost dan Rosenwig, 1979:41 dalam
Sutawijaya dan Lestari, 2009:52). Sedangkan yang menyebabkan
inefisiensi adalah terdapat rantai birokrasi yang berkepanjangan, miss
alocation dalam penggunaan sumber daya yang ada, dan tidak terdapatnya
economics of scale (Iswardono S Permono dan Darmawan, 2000 dalam
Muharam dan Pusvitasari, 2005)
Mengukur efisiensi perbankan dapat dilakukan dengan berbagai
metode seperti melihat perbandingan indikator kinerja perbankan dan rasio
keuangan, selain itu ada juga beberapa metode lain, yaitu pendekatan
parametrik dan non parametrik (Hadad et al. , 2003:2). Pendekatan
parametrik meliputi Stochastic Frontier Approach (SFA), Distribution
Free Approach (DFA), dan Thick Frontier Approach (TFA), sedangkan
yang non parametrik adalah dengan menggunakan pendekatan Data
Envelopment Analysis (DEA).
Metode parametrik dan non parametrik memiliki beberapa
perbedaan. Salah satu perbedaannya adalah metode parametrik
memasukkan random error, sedangkan non parametrik tidak memasukkan
itu. Meskipun demikian, hasil yang ditunjukkan oleh kedua metode ini
tidak jauh berbeda. Hal ini akan terjadi jika sampel yang dianalisis
9
merupakan unit yang sama dan menggunakan proses produksi yang sama
(Hadad et al. , 2003:2).
Pengukuran efisiensi Bank Konvensional dan Bank Syariah dalam
penelitian ini akan menggunakan metode non-parametrik Data
Envelopment Analysis (DEA). Metode ini memiliki kelebihan yaitu
mampu berhadapan dengan kasus input yang beragam, seperti faktor yang
berada diluar kendali manajemen dan memudahkan perbandingan efisiensi
dengan menggunakan kriteria yang seragam, melalui penggunaan bentuk
rasio yang sederhana untuk mengetahui efisiensi setiap organisasi,
termasuk lembaga perbankan (Putri dan Lukviarman, 2008:40). Epstein
dan Henderson (1989) dalam Hadad et al. (2003:2) juga menambahkan
pendapatnya tentang keuntungan relatif penggunaan pendekatan ini lebih
besar dibandingkan parametrik, yaitu pendekatan ini dapat
mengidentifikasi unit yang digunakan sebagai referensi sehingga dapat
membantu mencari penyebab dan jalan keluar dari ketidakefisienan yang
merupakan keuntungan utama dalam aplikasi manajerial.
Model DEA telah banyak diaplikasikan untuk mengukur efisiensi
suatu bank. Golany dan Storbeck (1999) menggunakannya untuk
mengevaluasi efisiensi relatif operasional cabang sebuah bank di Amerika
dengan 14 kantor cabangnya. Zenios et al. (1999) juga menggunakan DEA
untuk menilai efisiensi relatif cabang-cabang Bank of Cyprus dan
menggunakan DEA sebagai dasar benchmarking antar-cabang. Sedangkan
Barr et al. (2002) mengaplikasikan DEA guna mengevaluasi produktivitas,
10
efisiensi dan kinerja Bank Komersil di Amerika Serikat (Wilson Arafat,
2006:141).
(Berger et al. ,1993 Sutawijaya dan Lestari, 2009) mengatakan jika
terjadi perubahan struktur keuangan yang cepat maka penting
mengidentifikasikan efisiensi biaya dan pendapatan. Mengingat
pentingnya efisiensi dalam persaingan dunia perbankan yang semakin
ketat dan untuk mengetahui bagaimana tingkat efisiensi bank konvensional
dan bank syariah, maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang
berjudul “Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah dan Bank
Konvensional dengan Menggunakan Metode Data Envelopment
Analysis (DEA) (Periode 2008-2012)”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang
hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat efisiensi bank konvensional selama periode
2008-2012.
2. Bagaimana tingkat efisiensi bank syariah selama periode 2008-
2012.
3. Apakah terdapat perbedaan efisiensi bank konvensional dan bank
syariah selama periode 2008-2012.
11
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat efisiensi bank konvensional
selama periode 2008-2012.
2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat efisiensi bank syariah selama
periode 2008-2012.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan efisiensi bank
konvensional dan bank syariah.
D. Manfaat Penelitian
Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi berbagai pihak. Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi Penulis
Penelitian yang dilakukan ini dapat memberikan tambahan
pengetahuan mengenai kinerja perbankan, khususnya tentang efisiensi
keuangan bank antara bank syariah dengan bank konvensional. Dan
dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama dibangku
perkuliahan.
2. Bagi Bank
a. Manajer
Dapat digunakan untuk mengetahui kinerja bank tertutama pada
efisiensi keuangan bank sehingga dapat dijadikan sebagai salah
12
satu pedoman bagi manajer untuk mengambil keputusan di masa
mendatang.
b. Nasabah
Dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan kinerja bank konvensional
dan bank syariah dalam menjalankan usahanya. Serta dapat
dijadikan pilihan dalam hal penitipan dana, pengelolaan dana, dan
pembiayaan yang tepat.
3. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini dapat menambah perbendaharaan kepustakaan dan
dapat digunakan sebagai bahan kajian dan pengembangan penelitia-
penelitian selanjutnya dengan permasalahan yang sejenis.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kinerja Perbankan
Untuk dapat menjamin suatu organisasi berjalan dengan baik,
maka suatu organisasi atau perusahaan perlu mengadakan evaluasi.
Evaluasi tersebut dapat dilakukan dengan cara mengukur kinerjanya,
sehingga aktivitas organisasi dapat dipantau secara periodik. Pengukuran
kinerja merupakan salah satu faktor yang penting dalam menjamin
keberhasilan strategi organisasi.
Syofyan (2003) dalam Sukarno dan Syaichu (2006:48) menyatakan
bahwa kinerja dapat diartikan sebagai penilaian bagaimana hasil ekonomi
dari kegiatan industri memberikan kontribusi terbaik guna mencapai
tujuan. Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa kinerja adalah
seberapa baik hasil yang dicapai oleh perusahaan dalam mencapai tujuan
perekonomian, dimana tujuan perekonomian adalah untuk
memaksimumkan kesejahteraan ekonomi.
Kinerja bank pada umumnya diukur dengan menggunakan
indikator tingkat kesehatan bank sebagai ukuran kinerja (Putri dan
Lukviarman, 2008:39). Dalam hal ini kinerja suatu bank diukur dengan
menggunakan lima indikator penilaian mencakup Capital, Assets,
Management, Earnings, Liquidity, dan Sensitivity to Risk Market yang
lebih dikenal sebagai analisis CAMELS. Empat dari enam aspek tersebut
yaitu Capital, Assets, Earnings, Liquidity menggunakan rasio-rasio
14
keuangan tradisional untuk mengukur kinerja dan kesehatan bank.
Penggunaan analisis CAMELS tersebut tidak lepas dari Bank Indonesia
selaku regulator yang telah mengeluarkan ketentuan tentang penilaian
tingkat kesehatan bank melalui Surat Edaran BI Nomor 26/BPPP/1993
tanggal 23 Mei 1993.
Pendekatan lain untuk mengukur kinerja bank adalah dengan
menggunakan metode Economic Value Added (EVA) dan bila bank yang
bersangkutan telah menjual sahamnya di pasar modal dapat dilengkapi
dengan Market Value Added (MVA). EVA merupakan pengukuran
pendapatan sisa (residual income) yang mengurangkan biaya modal
terhadap laba operasi. Sedangkan MVA adalah selisih antara Market Value
of Capital. Sehingga dapat dikatakan sebagai total economic surplus
perusahaan (Mardiah Dkk, 2006).
Penelitian ini tidak menggunakan analisis CAMELS dan EVA
maupun MVA sebagai alat pengukuran kinerja, sebagaimana yang telah
dijelaskan sebelumnya. Hal ini dikarenakan CAMELS menilai kinerja
perbankan dengan pendekatan kesehatan bank dan EVA maupun MVA
dengan pendekatan nilai tambah ekonomi, sementara penelitian ini
menggunakan pendekatan efisiensi dengan teknik DEA sebagai ukuran
kinerja perbankan di Indonesia.
15
2. Konsep Efisiensi
Menurut Abidin dan Endri (2009:22) efisiensi merupakan salah satu
parameter kinerja yang secara teoritis mendasari seluruh kinerja sebuah
organisasi dengan mengacu pada filosofi “kemampuan menghasilkan
output yang optimal dengan input-nya yang ada, adalah merupakan ukuran
kinerja yang diharapkan”. Ketika membicarakan mengenai pemanfaatan
secara lebih baik dari setiap sumber daya yang telah diberikan, maka hal
tersebut merupakan konsep yang sangat dasar mengenai efisiensi (Shahid,
Dkk, 2010:25).
Ditinjau dari teori ekonomi, ada dua pengertian efisiensi, yaitu
efisiensi teknik dan efisiensi ekonomi. Efisiensi ekonomi mempunyai
sudut pandang makro yang jangkauannya lebih luas dibanding efisiensi
teknik. Pengukuran efisiensi teknik cenderung terbatas pada hubungan
teknis dan operasional dalam proses konversi input menjadi output.
Akibatnya, usaha untuk meningkatkan efisiensi hanya memerlukan
kebijakan mikro yang bersifat internal, yaitu dengan pengendalian dan
alokasi sumberdaya yang optimal (Ghofur;Atmawardhana, 2006:41 dalam
Priyonggo Suseno, 2008:34).
Kumbhaker dan Lovel (2000) dalam Abidin dan Endri (2009:22)
mengatakan bahwa efisiensi teknis merupakan salah satu dari komponen
efisiensi ekonomi secara keseluruhan. Tetapi, dalam rangka mencapai
efisiensi ekonominya suatu perusahaan harus efisien secara teknis. Untuk
mencapai tingkat keuntungan maksimal, sebuah perusahaan harus dapat
16
berproduksi pada tingkat output yang optimal dengan jumlah input tertentu
(efisiensi teknis) dan menghasilkan output dengan kombinasi yang tepat
pada tingkat harga tertentu (efisiensi alokatif).
3. Konsep Pengukuran Efisiensi
Penghitungan efisiensi teknis sebelumnya telah dilakukan oleh
Farell (1957) berdasarkan paper dari Tim Coelli (1996) yang
menggambarkan sebuah ukuran sederhana mengenai efisiensi perusahaan
dengan cara menghitung berbagai macam input yang digunakan untuk
produksinya.
Farell mengusulkan efisiensi dari dua komponen yaitu: technical
efficiency yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan output maksimum dari serangkaian input yang telah
ditentukan, dan allocative efficiency yang menggambarkan kemampuan
perusahaan untuk menggunakan berbagai macam input dalam proporsi
yang optimal, di mana masing-masing inputnya sudah ditentukan tingkat
harga dan teknologi produksinya. Kedua komponen efisiensi tersebut
dikombinasikan lalu menghasilkan total economic efficiency.
Pemikiran awal mengenai pengukuran efisiensi dari Farell di mana
analisisnya berkenaan dengan ruang input, yang berfokus pada upaya
pengurangan input (an input-reducing focus). Metode ini disebut dengan
pengukuran berorientasi input (input-oriented measures).
17
a. Pengukuran Berorientasi Input (Input Oriented Measures)
Farell mengilustrasikan idenya menggunakan sebuah contoh
sederhana dengan kasus suatu perusahaan tertentu yang menggunakan dua
buah input (x1 dan x2) untuk memproduksi sebuah output tunggal (y)
dengan sebuah asumsi CRS (Constant Return to Scale). Isoquant SS’
menggambarkan kombinasi input untuk menghasilkan tingkat output yang
sama (efisien secara teknis). Garis 0P menunjukkan kombinasi input yang
digunakan oleh suatu perusahaan. Titik Q’ menunjukkan efisiensi secara
teknikal dan alokatif. Titik P menunjukkan inefisiensi karena tidak berada
pada kurva isocost dan isoquant. Titik R menunjukkan efisiensi secara
alokatif sedangkan Q efisien secara teknis. Tingkat efisiensi teknis
(technical efficiency/TE) dari perusahaan pada umumnya dapat diukur
dengan menggunakan nilai rasio:
TE = 0Q/0P..............................................................................(2.1)
Persamaan tersebut akan sama dengan persamaan 1-QP/0P, dimana
nilainya berkisar antara nol dan satu, dan karena itu akan menghasilkan
indikator dari derajat technical efficiency dari perusahaan tersebut. Nilai
satu mengimplikasikan bahwa perusaahn telah mencapai kondisi efisien
secara penuh. Sebagai contoh, titik Q telah mencapai technical efficiency
karena berada pada kurva isoquant yang efisien.
18
Gambar 2.2
Efisiensi Teknis dan Efisiensi Alokatif
Sumber: Tim Coelli (1996:4)
Dimana: x1 = input pertama, x2 = input kedua, y = output
Jika rasio harga input (dalam gambar 2.2 diwakili oleh garis AA’)
juga telah diketahui, maka titik produksi yang efisien secara alokatif juga
dapat dihitung. Tingkat efisiensi alokatif (allocative efficiency/AE) dari
suatu perusahaan yang berorientasi pada titik P dapat didefinisikan dengan
rasio:
AE = 0R/0Q..............................................................................(2.2)
Dimana jarak RQ menggambarkan pengurangan dalam biaya
produksi yang dapat diperoleh apabila tingkat produksi berada pada titik Q’
yang efisien secara alokatif dan secara teknis, berbeda dengan titik Q yang
efisien secara teknis (technically efficient), akan tetapi inefisien secara
alokatif (allocatively inefficient).
Total efisiensi ekonomis (total economic efficiency) didefinisikan
dengan rasio:
EE = 0R/0P.............................................................................(2.3)
Dimana jarak dari titik R ke titik P dapat juga diinterpretasikan
dengan istilah pengurangan biaya (cost reduction). Perhatikan bahwa
19
produk yang efisien secara teknis dan secara alokatif memberikan makna
telah tercapainya efisiensi ekonomis secara keseluruhan.
TE x AE = (0Q/0P) x (0R/0Q) = (0R/0P) = EE........................(2.4)
Dimana semua ukuran ketiganya terletak pada daerah yang bernilai
antara nol dan satu.
b. Pengukuran Berorientasi Output (Output-Oriented Measures)
Pengukuran efisiensi secara teknis yang berorientasi input, pada
dasarnya bisa ditujukan untuk menjawab pertanyaan: “Sampai seberapa
banyak kuantitas input dapat dikurangi secara proporsional tanpa
mengubah kuantitas output yang diproduksi?” atau dengan kata lain,
“Sampai seberapa banyak kuantitas dari output dapat ditambah tanpa
mengubah kuantitas input yang digunakan?”. Ini disebut pengukuran
berorientasi output (output-oriented measure), yang merupakan kebalikan
dari pengukuran berorientasi input.
Perbedaan antara pengukuran yang berorientasi pada input dan
output dapat diilustrasikan dengan menggunakan sebuah contoh sederhana
yang terdiri dari satu input dan satu output, pada Gambar 2.3 (a)
digambarkan mengenai sebuah fungsi produksi dengan teknologi yang
bersifat decreasing return to scale yang diwakili oleh f(x), dan sebuah
perusahaan yang inefisien yang beroperasi pada titik P. Farell menjelaskan
pengukuran yang berorientasi input dari efisiensi teknis (TE) sama dengan
20
rasio AB/AP, sedangkan pengukuran berorientasikan output dari efisiensi
teknis diwakili oleh rasio CP/CD.
Gambar 2.3
Pengukuran Efisiensi Berorientasi Input Output Serta Return to Scale
Sumber: Tim Coelli (1996:7)
Pengukuran yang berorientasi input dan output akan menghasilkan
nilai pengukuran yang sama dari efisiensi teknis jika berada pada dalam
kondisi Constant Return Scale (CRS), namun jika berada dalam kondisi
Decreasing Return to Scale (DRS), nilai pengukuran TE tidak akan sama
hasilnya. Dalam kasus Constant Return to Scale (CRS) bahwa AB/AP =
CP/CD, untuk titik P yang tidak efisien (Farell dan Lovell, 1978) dalam
Tim Coelli (1996:7).
Pengukuran tingkat efisiensi berorientasi output ini dapat dianalisis
lebih dalam dengan sebuah contoh kasus dimana fungsi produksi
melibatkan dua macam output (y1 dan y2) dan sebuah input tunggal (x). Jika
kita mengasumsikan dalam kondisi constant return to scale, maka dapat
dipresentasikan tingkat teknologi dengan sebuah kurva unit kemungkinan
produksi (unit production possibility curve) dalam bentuk dua dimensi.
21
Contoh ini digambarkan dalam Gambar 2.4 diman garis ZZ’ merupakan
kurva unit kemungkinan produksi (unit production possibility curve) dan
titik A dapat diumpamakan dengan sebuah perusahaan yang inefisien.
Perhatikan bahwa A sebagai titik inefisien dalam kasus ini terletak di
bawah kurva karena ZZ’ mewakili batasan atau titik tertinggi dari garis
kemungkinan produksi.
Gambar 2.4
Efisiensi Teknis dan Alokatif dari Pendekatan Berorientasi Output
Sumber: Tim Coelli (1996:7)
Farell menjelaskan pengukuran efisiensi berorientasikan output
dapat didefinisikan sebagaimana yang telah diilustrasikan dalam Gambar
2.4, dimana titik A ke B mewakili ketidakefisiensi secara teknis, yang
berarti bahwa jumlah output bisa ditingkatkan tanpa adanya penambahan
input. Pengukuran efisiensi teknis berorientasikan output dapat dinyatakan
dengan rasio:
TE = 0A/0B.........................................................................(2.5)
dengan revenue efficiency (RE):
TE = 0A/0C........................................................................(2.6)
22
Jika diperoleh informasi tentang harga, maka dapat digambarkan sebuah
kurva isorevenue yaitu garis DD’ dan mendefinisikan efisiensi alokatif
dengan:
AE = 0B/0C.........................................................................(2.7)
Dimana mempunyai interpretasi adanya peningkatan pendapatan
(increasing revenue interpretation), dimana pada contoh kasus pengukuran
efisiensi berorientasi input, serupa dengan interpretasi adanya pengurangan
biaya (cost reducing) dalam kondisi ketidakefisienan yang bersifat alokatif.
Lebih lanjut dapat didefinisikan efisiensi ekonomi secara keseluruhan
(overall economic efficiency) sebagai hasil dari dua pengukuran efisiensi
teknis dan efisiensi alokatif.
EE = (0A/0C) = (0A/0B) x (0B/0C) = TE x AE.....................(2.8)
4. Efisiensi Perbankan
Efisiensi dalam perbankan, seperti halnya perusahaan juga
merupakan tolak ukur dalam mengukur kinerja bank. Dimana efisiensi
merupakan jawaban atas kesulitan-kesulitan dalam menghitung ukuran-
ukuran kinerja seperti tingkat alokasi, teknis, maupun total efisiensi (Hadad
et al., 2003:2). Sedangkan menurut Haseeb Shahid et al. (2010:25),
efisiensi perbankan didefinisikan sebagai perbedaan antara jumlah variabel
input dan output yang diamati dengan variabel input dan output yang
optimal. Bank yang efisien dapat mencapai nilai maksimum satu dan bank
inefisien nilainya dapat berkurang sampai nol.
23
Efisiensi industri perbankan dapat ditinjau dari sudut pandang
mikro maupun makro (Berger dan Mester, 1997 dalam Zaenal Abidin dan
Endri, 2009:21). Dari perspektif mikro, dalam suasana persaingan yang
semakin ketat sebuah bank agar bisa bertahan dan berkembang harus
efisien dalam kegiatan operasionalnya. Bank-bank yang tidak efisien, besar
kemungkinan akan exit dari pasar karena tidak mampu bersaing dengan
kompetitornya, baik dari segi harga (pricing) maupun dalam hal kualitas
produk dan pelayanan. Bank yang tidak efisien juga akan kesulitan dalam
mempertahankan kesetiaan nasabahnya dan juga tidak diminati oleh calon
nasabah dalam rangka untuk memperbesar customer-basenya.
Sementara dalam perspektif makro, industri perbankan yang efisien
dapat mempengaruhi biaya intermediasi keuangan dan secara keseluruhan
stabbilitas sistem keuangan. Hal ini disebabkan peran yang sangat strategis
dari industri perbankan yakni sebagai intermediator dan produser jasa-jasa
keuangan. Dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi, kinerja perbankan
akan semakin lebih baik dalam mengalokasikan sumber daya keuangan,
dan pada akhirnya dapat meningkatkan kegiatan investasi dan pertumbuhan
ekonomi (Weill, 2003 dalam Zaenal Abidin dan Endri, 2009:22).
Muharam dan Pusvitasari (2007:86) menjelaskan bahwa secara
keseluruhan efisiensi perbankan dapat didekomposisikan dalam efisiensi
skala (scale efficiency), efisiensi cakupan (scope efficiency), efisiensi
teknik (technical efficiency), dan efisiensi alokasi (allocative efficiency).
Bank dikatakan mencapai efisiensi dalam skala ketika bank bersangkutan
24
mampu beroperasi dalam skala hasil yang konstan (constant return to
scale), sedangkan efisiensi cakupan tercapai ketika bank mampu beroperasi
pada diversifikasi lokasi. Efisiensi alokasi tercapai ketika bank mampu
menentukan berbagai output yang memaksimumkan keuntungan,
sedangkan efisiensi teknik pada dasarnya menyatakan hubungan antara
input dengan output dalam suatu proses produksi. Suatu proses produksi
dikatakan efisien apabila pada penggunaan input sejumlah tertentu dapat
dihasilkan output yang maksimum atau untuk menghasilkan output
sejumlah tertentu digunakan input yang paling minimal.
5. Pengukuran Efisiensi
Menurut Muharam dan Pusvitasari (2007:86), ada tiga jenis
pendekatan pengukuran efisiensi khususnya perbankan, yaitu:
1. Pendekatan Rasio
Pendekatan rasio dalam mengukur efisiensi dilakukan dengan cara
menghitung perbandingan output dan input yang digunakan.
Pendekatan ini akan dapat dinilai memiliki efisiensi yang tinggi
apabila dapat menghasilkan output yang semaksimal mungkin dengan
input yang seminimal mungkin.
Efficiency =Output
Input.........................................................................(2.9)
Pendekatan rasio ini memiliki kelemahan apabila terdapat banyak
input dan banyak output yang akan dihitung, karena jika
diperhitungkan serempak maka akan menghasilkan banyak hasil
25
perhitungan sehingga menghasilkan asumsi yang tidak tegas (Silkman,
1986; Ario, 2005 dalam Muharam dan Pusvitasari, 2007:87).
2. Pendekatan Regresi
Pendekatan ini dalam mengukur efisiensi menggunakan sebuah model
dari tingkat output tertentu sebagai fungsi dari berbagai tingkat input
tertentu. Fungsi regresi adalah sebagai berikut:
Y=f (X1, X2, X3, X4,...........Xn)....................................................(2.10)
Dimana:
Y = Output
X = Input
Pendekatan regresi akan menghasilkan estimasi hubungan yang dapat
digunakan untuk memproduksi tingkat output yang dihasilkan sebuah
Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) pada tingkat input tertentu. UKE dapat
dikatakan efisien apabila menghasilkan output lebih banyak dari pada
output hasil estimasi. Kelemahan dalam pendekatan ini adalah
ketidakmampuannya dalam menampung banyak output, karena dalam
sebuah persamaan regresi hanya dapat menampung satu indikator
output. Apabila dilakukan penggabungan banyak output dalam satu
indikator maka informasi yang dihasilkan menjadi tidak rinci lagi
(Silkman, 1986 dalam Muharam dan Pusvitasari, 2007:87).
3. Pendekatan Frontier
Menurut Silkman (1986) dalam Muharam dan Pusvitasari (2007:87),
pendekatan frontier dalam mengukur efisiensi dibedakan menjadi dua
26
jenis yaitu pendekatan frontier parametrik dan non parametrik. Tes
parametrik adalah tes yang modelnya menetapkan adanya syarat-syarat
tertentu tentang parameter populasi yang merupakan sumber
penelitiannya, sedangkan tes statistik non parametrik adalah tes yang
modelnya tidak menetapkan syarat-syarat mengenai parameter
populasi yang merupakan induk sampel penelitiannya. Pendekatan
frontier parametrik dapat diukur dengan tes statistik parametrik seperti
menggunakan metode Stochastic Frontier Analysis (SFA) dan
Distribution Free Analysis (DFA). Sedangkan pendekatan frontier non
parametrik dapat diukur dengan tes statistik non parametrik dengan
menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA).
6. Hubungan Input dan Output dalam Pengukuran Efisiensi
Menurut Hadad, dkk (2003:3) terdapat 3 pendekatan yang lazim
digunakan baik dalam metode parametrik Stochastic Frontier Analysis
(SFA) dan Distribution Free Analysis (DFA) maupun non parametrik
Data Envelopment Analysis (DEA) untuk mendefinisikan hubungan input
dan output dalam kegiatan finansial suatu lembaga keuangan yaitu :
1. Pendekatan Aset ( The asset Approach)
Pendekatan aset mencerminkan fungsi primer sebuah lembaga
keuangan sebagai pencipta kredit pinjaman (loans). Dalam pendekatan
ini, output didefinisikan ke dalam bentuk aset.
27
2. Pendekatan Produksi (The Production Approach)
Pendekatan ini menganggap lembaga keuangan sebagai produsen dari
akun deposito (deposit account) dan kredit pinjaman (credit accounts)
lalu mendefinisikan output sebagai jumlah tenaga kerja, pengeluaran
modal pada aset-aset tetap dan material lainya.
3. Pendekatan Intermediasi (The Intermediation Approach)
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa lembaga keuangan bertindak
sebagai perantara antara penabung dan peminjam dan menjadikan total
kredit dan sekuritas sebagai output. Sedangkan deposito dengan tenaga
kerja dan modal fisik didefinisikan sebagai input (Sufian, 2006:38).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan intermediasi. Menurut Berger dan Humphrey (1997) dalam
Muharam dan Pusvitasari (2007:89) menyatakan bahwa pendekatan
intermediasi merupakan pendekatan yang lebih tepat untuk mengevaluasi
kinerja lembaga keuangan secara umum karena karakteristik lembaga
keuangan sebagai financial intermediation yang menghimpun dana dari
surplus unit dan menyalurkan kepada deficit unit. Dengan menggunakan
pendekatan intermediasi ini juga diharapkan dapat menggambarkan fungsi
perbankan yang sesungguhnya. Ditambahkan menurut Iqbal dan
Molyneux (2005) dalam Bader et.al (2008:33) pendekatan intermediasi
lebih unggul untuk mengevaluasi frontier efficiency dalam profitabilitas
lembaga keuangan. Karena meminimisasi total biaya dan bukan hanya
biaya produksi, hal ini diperlukan untuk memaksimumkan keuntungan.
28
B. Penelitian Terdahulu
Berikut ini adalah penelitian mengenai efisiensi bank yang telah
banyak dilakukan pada bank-bank syariah maupun bank-bank
konvensional baik domestik maupun luar negeri:
1. Donsyah Yudistira (2003)
Penelitian ini menganalisis tingkat efisiensi pada bank Islam dengan
melakukan analisis empirik terhadap 18 bank berbeda yang tersebar di
seluruh dunia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Data
Envelopment Analysis (DEA) dengan variabel input berupa staff costs,
fixed assets, total deposits dan variabel output berupa total loans, other
income, liquid assets. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tingkat
inefisiensi pada bank syariah tergolong rendah yaitu sekitar 10% jika
dibandingkan bank-bank konvensional. Pada periode 1998-1999
kinerja bank Islam terkena imbas krisis global tetapi kemudian
berjalan sangat baik setelah masa sulit.
2. Muliaman D. Hadad, Wimboh Santoso, Dhaniel Ilyas, dan Eugenia
Mardanugraha (2003)
Penelitian ini berjudul “Pendekatan Parametrik Untuk Efisiensi
Perbankan Indonesia“. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
pendekatan Stochastic Frontier Analysis (SFA) dan Data Frontier
Analysis (DFA). Penentuan variabel input-output pada penelitian ini
yaitu menggunakan pendekatan cost frontier. Variabel yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain yaitu biaya tenaga kerja, price of funds
sebagai sebagai variabel input dan kredit yang diberikan
29
pihak terkait dengan bank, kredit yang diberikan pada pihak lainnya,
surat berharga yang dimiliki sebagai variabel output. Hasil dari
penelitian ini mengemukakan bahwasannya merger tidak semuanya
meningkatkan efisiensi, bank asing campuran menjadi bank yang
paling efisien dan pada periode 2002 menggunakan DFA bank swasta
nasional devisa merupakan bank yang paling efisien.
3. Fadzlan Sufian (2006)
Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi relatif antara bank Islam
asing dan bank Islam domestik di Malaysia dengan menggunakan
metode Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu total deposts, labour, fixed assets sebagai
varabel input dan total loans, income sebagai variabel output. Hasil
dari penelitian ini mengungkapkan bahwa perbankan Islam Malaysia
mengalami penurunan tingkat efisiensi pada periode 2002 dan kembali
menjadi sedilkit lebih baik pada periode 2003 dan 2004. Dan bank
Islam domestik memiliki tingkat efisiensi yang sedik lebih tinggi
dibandingkan bank Islam asing.
4. Harjum Muharam dan Pusvitasari (2007)
Penelitian ini berjudul “Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah
di Indonesia“ dengan menggunakan metode Data Envelopment
Analysis (DEA). Variabel input yang digunakan dalam penelitian ini
adalah simpanan dan biaya operasional lain, sedangkan variabel output
yang digunakan adalah pembiayaan, aktiva lancar, dan pendapatan
30
operasional lain. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
bank-bank syariah di Indonesia periode periode 2005. Hasil dari
penelitian menyatakan bahwa tidak ada perbedaan nilai efisiensi antara
BUS dan UUS, tidak ada perbedaan efisiensi antara bank syariah
BUMN dan bank syariah Non BUMN, tidak ada perbedaan nilai
efisiensi bank syariah swasta non devisa dan bank syariah devisa.
Hanya Bank BTN syariah, Bank Niaga Syariah, dan Bank Permata
Syariah selalu mencapai nilai efisien 100 persen selama periode
amatan.
5. Ascarya dan Diana Yumanita (2008)
Penelitian ini mengukur dan membandingkan tingkat efisiensi bank
Islam di Malaysia dan Indonesia selama periode 2002-2005 dengan
menggunakan metode DEA. Variabel dalam penelitian ini yaitu total
deposits, labor, assets sebagai variabel input dan loans, income
sebagai variabel output. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa
bank Islam di Indonesia mengalami peningkatan efisiensi yang jauh
lebih besar dibandingkan dengan bank Islam di Malaysia selama
periode 2002-2005.
6. Shamsher Muhamad, Taufiq Hassan, dan Muhamed Khaleq I Badar
(2008)
Mereka meneliti tentang perbandingan efisiensi biaya dan profit bank
syariah dan konvensional di 21 negara Organisation of Islamic
Converence (IOC) dengan menggunakan metode Data Envelopment
31
Analysis (DEA). Penelitian ini menggunakan labour, fixed asset, total
funds sebagai input dan total loans, other earning assets, off-balance
sheet items sebagai output. Hasil dari penelitian ini adalah tidak ada
perbedaan signifikan antara nilai efisiensi bank syariah dengan
konvensional.
7. Jill Johnes, Marwan Izzeldin, dan Vasileios Pappas (2009)
Mereka meneliti perbedaan efisiensi bank syariah dan bank
konvensional di negara anggota GCG selama periode 2004-2007
dengan menggunakan pendekatan rasio keuangan dan Data
Envelopment Analysis (DEA). Variabel input yang digunakan adalah
deposits and short term funding, fixed assets, general and
adsministrative expense, dan equity. Sedangkan variabel output yang
digunakan adalah total loans dan other earnig assets. Dengan
menggunakan rasio keuangan diketahui bahwa efisiensi biaya pada
bank syariah lebih rendah daripada bank konvensional, namun
efisiensi pendapatan dan efisiensi laba bank syariah lebih baik
ketimbang bank konvensional. Sedangkan dengan menggunakan Data
Envelopment Analysis (DEA) diketahui bahwa rata-rata efisiensi bank
syariah lebih rendah secara signifikan ketimbang bank konvensional.
8. Haseeb Shahid, Ramiz ur Rehman, Ghulam Shabbir Khan Niazi, dan
Awais Raoof (2010)
Penelitian ini menganalisis perbedaan efisiensi antara bank
konvensional dengan bank syariah di Pakistan selama periode 2005-
32
2009 menggunakan metode Data Envelopment Analysis. Variabel
input yang digunakan adalah deposits dan capital, sedangkan variable
outputnya adalah investment dan loan & advances. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan efisiensi yang signifikan
antara bank syariah dengan bank konvensional di Pakistan, kecuali
pada tahun 2008.
9. Rakhmat Purwanto (2011)
Penelitian ini menganalisis efisiensi pada 21 bank bank di Indonesia
yang terdiri dari 10 Bank Umum Konvensional (BUK) dan 11 Bank
Umum Syariah (BUS) selama periode pengamatan 2006-2010 dengan
menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel input yang
digunakan adalah jumlah simpanan, jumlah aset, dan biaya tenaga
kerja. Sedangakan variabel output yang digunakan adalah pembiayaan
dan laba operasional. Hasil analisis menggunakan metode DEA
menunjukan bahwa selama periode 2006-2010 BUK dan BUS
cenderung mengalami peningkatan efisiensi walaupun berfluktuatif
dengan rata-rata efisiensi 83,29 persen untuk BUK dan 89,3 persen
untuk BUS. Hal ini menunjukan bahwa BUS sedikit lebih baik dari
pada BUK di Indonesia dalam hal efisiensinya. Pada pengujian
hipotesis uji beda menggunakan independent sample t-test menunjukan
bahwa tidak terdapat perbedaan nilai efisiensi antara BUK dan BUS
selama periode tahun 2006-2010.
33
Tabel 2.1
Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Metode
Penelitian Hasil Penelitian
1 Donsyah
Yudhistira
(2003)
Efficiency in
Islamic Banking:
an Empirical
Analysis of 18
Banks
Data
Envelopment
Analysis (DEA),
Pendekatan
Intermediasi.
Input:
1. Staff costs
2. Fixed assets
3. Total deposits
Output:
1. Total Loans
2. Other income
3. Liquid assets
Penelitian ini
menyimpulkan bahwa
tingkat inefisiensi
pada bank syariah
tergolong rendah yaitu
sekitar 10% jika
dibandingkan bank-
bank konvensional.
Pada periode 1998-
1999 kinerja bank
Islam terkena imbas
krisis global tetapi
kemudian berjalan
sangat baik setelah
masa sulit.
2 Muliaman D.
Hadad,
Wimboh
Santoso,
Dhaniel Ilyas,
dan Eugenia
Mardanugraha
(2003)
Pendekatan
Parametrik Untuk
Efisiensi
Perbankan
Indonesia
Stochastic
Frontier Analysis
(SFA) dan Data
Frontier Analysis
(DFA),
Pendekatan Aset.
Input:
1. Biaya tenaga
kerja
2. Price of funds
Output:
1. Kredit yang
diberikan
pihak terkait
dengan bank
2. Kredit yang
diberikan pada
pihak lainnya
3. Surat berharga
yang dimiliki
Merger tidak
semuanya
meningkatkan
efisiensi, bank asing
campuran menjadi
bank yang paling
efisien dan pada
periode 2002 menggu-
nakan DFA bank
swasta nasional devisa
merupakan bank yang
paling efisien.
3 Fadzlan Sufian
(2006)
The Efficiency of
Islamic Banking
Industry in
Malaysia:
Foreign vs
Domestic Banks
Data
Envelopment
Analysis (DEA),
Pendekatan
Intermediasi.
Input:
Perbankan Islam
Malaysia mengalami
penurunan efisiensi
periode 2002 dan
kembali sedikit
membaik pada periode
34
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Metode
Penelitian Hasil Penelitian
1. Total deposits
2. Labour
3. Fixed Assets
Output:
1. Total loan
2. Income
2003 dan 2004. Bank
Islam domestik
memiliki tingkat
efisiensi yang sedikit
lebih tinggi dari bank
Islam asing.
4 Harjum
Muharam dan
Rizki
Pusvitasari
(2007)
Analisis
Perbandingan
Efisiensi
Perbankan
Syariah
Data
Envelopment
Analysis (DEA),
Pendekatan
Intermediasi.
Input:
1. Simpanan
2. Biaya
operasional
lain
Output:
1. Pembiayaan
2. Aktiva lancar
3. Pendapatan
operasional
lain
Tidak ada perbedaan
nilai efisiensi antara
Bank Umum Syariah
(BUS) dan Unit Usaha
Syariah (UUS), tidak
ada perbedaan
efisiensi antara bank
syariah BUMN dan
bank syariah Non
BUMN, tidak ada
perbedaan nilai efisien
si bank syariah swasta
non devisa dan bank
syariah devisa. Hanya
Bank BTN Syariah,
Niaga Syariah, dan
Permata Syariah
selalu mencapai nilai
efisien 100 % selama
periode amatan.
5 Ascarya dan
Diana
Yumanita
(2008)
Comparing The
Efficiency of
Islamic Banks in
Malaysia and
Indonesia
Data
Envelopment
Analysis (DEA),
Pendekatan
Intermediasi.
Input:
1. Deposits
2. Labor
3. Fixed Assets
Output:
1. Financing
2. Income
Bank Islam di
Indonesia mengalami
peningkatan efisiensi
yang jauh lebih besar
dibandingkan de-ngan
bank Islam di
Malaysia selama
periode 2002-2005.
6 Shamsher
Mohamad,
Taufiq Hassan,
Mohamed
Khaled I.
Badar (2008)
Efficiency of
Convensional
versus Islamic
Banks:
International
Evidence using
Data
Envelopment
Anlysis (DEA),
Pendekatan
Intermediasi.
Input:
Tidak terdapat
perbedaan yang
signifikan antara
efisiensi bank
konvensional dengan
bank syariah.
35
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Metode
Penelitian Hasil Penelitian
Data
Envelopment
Analysis (DEA)
1. Labour
2. Fixed Asset
3. Total Funds
Output:
1. Total loans
2. Other earning
assset
3. Off-balance
sheet items
7 Jill Johnes,
Marwan
Izzeldin, dan
Vasileios
Pappas (2009)
Eficiency in
Islamic and
conventional
banks:
A comparison
based on
financial ratios
and
data envelopment
analysis
- Financial Ratio
Approach
- Data
Envelopment
Analysis (DEA),
Pendekatan
Intermediasi.
Input:
1. Deposits and
short term
funding
2. Fixed assets
3. General and
administration
expense
4. Equity
Output:
1. Total Loans
2. Other earnig
assets
Dengan menggunakan
rasio keuangan
diketahui bahwa
efisiensi biaya pada
bank syariah lebih
rendah daripada bank
konvensional, namun
efisiensi pendapatan
dan efisiensi laba bank
syariah lebih baik
ketimbang bank
konvensional.
Sedangkan dengan
menggunakan Data
Envelopment Analysis
(DEA) diketahui
bahwa rata-rata
efisiensi bank syariah
lebih rendah secara
signifikan ketimbang
bank konvensional.
8 Haseeb
Shahid, Ramiz
ur Rehman,
Ghulam
Shabbir Khan
Niazi, dan
Awais Raoof
(2010)
Efficiencies
Comparison of
Islamic and
Conventional
Banks of
Pakistan
Data
Envelopment
Analysis (DEA),
Pendekatan
Intermediasi.
Input:
1. Deposits
2. Capital
Output:
1. Invenstment
2. Loan &
Advance
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
tidak terdapat
perbedaan efisiensi
yang signifikan antara
bank syariah dengan
bank konvensional di
Pakistan, kecuali pada
tahun 2008.
9 Rakhmat
Purwanto
Analisis
Perbandingan
Data
Envelopment
Hasil analisis
menggunakan metode
36
Sumber: Jurnal-jurnal Penelitian dan Telaah Peneliti
Penelitian ini bertujuan tidak jauh berbeda dengan penelitian-
penelitian yang telah ada sebelumnya, yaitu menganalisis tingkat atau nilai
efisiensi suatu bank, khususnya bank konvensional dan bank syariah
dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Namun,
terdapat beberapa perbedaan seperti pada objek penelitian, variabel yang
dipakai, dan tahun pengamatan yang digunakan. Objek atau sampel dalam
penelitian ini yaitu 10 bank konvesional dan 10 bank syariah yang dipilih
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Metode
Penelitian Hasil Penelitian
(2011) Efisiensi Bank
Umum
Konvensional
(BUK) dan
Bank Umum
Syariah (BUS) di
Indonesia
Dengan Metode
Data
Envelopment
Analysis (DEA)
(Periode 2006-
2010)
Analysis (DEA),
Pendekatan
Intermediasi.
Input:
1. Jumlah
simpanan
2. Jumlah aset
3. Biaya tenaga
kerja
Output:
1. Pembiayaan
2. Laba
operasional
DEA menunjukan
bahwa selama periode
2006-2010 BUK dan
BUS cenderung
mengalami
peningkatan efisiensi
walaupun berfluktuatif
dengan rata-rata
efisiensi 83,29 persen
untuk BUK dan 89,3
persen untuk BUS.
Hal ini menunjukan
bahwa BUS sedikit
lebih baik dari pada
BUK di Indonesia
dalam hal
efisiensinya. Pada
pengujian hipotesis uji
beda menggunakan
independent sample t-
test menunjukan
bahwa tidak terdapat
perbedaan nilai
efisiensi antara BUK
dan BUS selama
periode tahun 2006-
2010.
37
secara purposive sampling. Periode tahun pengamatan pada penelitian ini
pun lebih up to date dibandingkan penelitian sebelumnya, yaitu dalam
kurun waktu lima tahun terakhir selama periode 2008-2012. Sedangkan
variabel-variabel yang digunakan dalam menganalisis perbandingan
tingkat efisiensi pada 20 bank ini mengacu kepada penelitian yang
dilakukan oleh Fadzlan Sufian (2006) dengan sedikit modifikasi dimana
input fixed assets diganti dengan input total aset. Sehingga variabel input
yang digunakan adalah simpanan, aset, dan biaya tenaga kerja, sedangkan
outputnya terdiri dari pembiayaan dan pendapatan.
C. Kerangka Berpikir
Semakin berkembangnya perbankan di Indonesia dewasa ini,
terutama bank syariah menjadikan efisiensi merupakan sesuatu yang harus
dilakukan oleh perbankan nasional. Ditengah persaingan perbankan yang
semakin ketat, bank harus terus mengoptimalkan input yang ada untuk
menghasilkan output yang maksimal dan meningkatkan teknologi serta
inovasi produk jika tidak ingin ditinggal oleh nasabahnya.
Penelitian ini akan mengukur efisiensi menggunakan metode Data
Envelopment Analysis (DEA) dengan pendekatan intermediasi, mengingat
peran vital perbankan sebagai lembaga intermediasi. Analisis ini kemudian
akan menghasilkan perumusan frontier interaksi antar input dalam
mempengaruhi jumlah output yang dihasilkan. Hubungan input dan output
tersebutlah yang kemudian akan menentukan nilai efisiensi, sehingga akan
38
dapat dilihat perbedaan antara efisiensi bank konvensional dan bank
syariah.
Selanjutnya adalah tahapan-tahapan dalam penelitian ini yaitu
penentuan populasi, populasi pada penelitian ini adalah bank konvensional
dan bank syariah yang beroperasi dan terdaftar di Bank Indonesia. setelah
sampel terpilih, selanjutnya mengumpulkan data-data yang lengkap
mengenai jumlah simpanan, jumlah aset, jumlah biaya tenaga kerja,
jumlah pembiayaan, dan jumlah pendapatan berdasarkan sampel dimulai
dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012.
Data jumlah simpanan, aset, biaya tenaga kerja, pembiayaan, dan
pendapatan bank konvensional maupun bank syariah diperoleh dari
direktori perbankan yang terdapat diperpustakaan Bank Indonesia dan dari
situs resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id). Setelah data terkumpul dan
dimasukkan dengan menggunakan Microsoft Excel maka selanjutnya
dilakukan pengukuran efisiensi teknik dengan metode Data Envelopment
Analysis (DEA). Setelah diketahui nilai efisiensi bank konvensional dan
bank syariah, kemudian melakukan uji normalitas kolmogorov-smirnov
sebagai syarat sebelum melakukan uji beda independent sample t-test. Uji
beda tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
nilai efisiensi antara bank konvensional dan bank syariah selama periode
pengamatan 2008-2012.
39
Gambar 2.5
Kerangka Berpikir
Sumber: Telaah peneliti
40
D. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya
mengenai pentingnya efisiensi perbankan di Indonesia dan terdapat hasil
penelitian yang berbeda-beda mengenai efisiensi perbankan, maka
hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. H0: Bank-bank konvensional mampu mencapai efisiensi teknik 100
persen.
H1: Bank-bank konvensional belum mampu mencapai efisiensi teknik
100 persen.
2. H0: Bank-bank syariah mampu mencapai efisiensi teknik 100
persen.
H1: Bank-bank syariah belum mampu mencapai efisiensi teknik 100
persen.
3. H0: Tidak terdapat perbedaan nilai efisiensi antara bank konvensional
dengan bank syariah periode 2008-2012
H1: Terdapat perbedaan nilai efisiensi antara bank konvensional
dengan bank syariah periode 2008-2012.
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi menganalisis efisiensi teknik
dan data yang digunakan adalah data kuantitatif, yaitu penelitian yang
menganalisa data yang berbentuk angka (numerik). Ini dilakukan dalam
jangka waktu lima tahun, dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012.
Penelitian ini dilakukan dengan melihat laporan keuangan dari Bank
Indonesia dan mengambil sampel Bank Konvensional dan Bank Syariah.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah bank konvensional dan bank
syariah yang terdaftar di Bank Indonesia selama periode 2008-2012.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive
sampling yaitu metode pemilihan sampel dipilih berdasarkan
pertimbangan (judgement sampling) yang berarti pemilihan sampel secara
tidak acak dimana informasinya diperoleh dengan pertimbangan tertentu.
Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bank konvensional dan bank syariah yang beroperasi di Indonesia
yang berskala nasional selama periode pengamatan 2008-2012, tidak
termasuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Bank Perkreditan Rakyat
Syariah (BPRS), dan Bank Pembangunan Daerah (BPD).
42
2. Sampel bank konvensional adalah bank yang konsisten berada pada 10
besar bank konvensional dengan jumlah aset terbesar selama periode
pengamatan 2008-2012. Sedangkan sampel bank syariah adalah 10
bank umum syariah dengan jumlah aset terbesar yang telah terdaftar di
Bank Indonesia selama periode pengamatan 2008-2012.
3. Menyajikan laporan keuangan selama periode pengamatan 2008-2012
dan telah dipublikasikan oleh Bank Indonesia.
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka terdapat 20
sampel penelitian yang dapat mewakili perbankan nasional yaitu 10 bank
konvensional dan 10 bank syariah. Sampel penelitian dapat dilihat pada
tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1
Daftar Nama Sampel Bank Penelitian
Bank Konvensional Bank Syariah
Bank Mandiri (Persero) Bank Syariah Mandiri (BSM)
Bank BRI (Persero) Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Bank Central Asia (BCA) Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah
Bank BNI (Persero) Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah
Bank CIMB Niaga Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI)
Bank Danamon Indonesia Bank Jabar Banten Syariah
Panin Bank Bank Bukopin Syariah
Bank Permata Bank Panin Syariah
Bank BII Bank Central Asia (BCA) Syariah
Bank BTN (Persero) Bank Victoria Syariah
Sumber: Statistik Bank Indonesia 2012
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
dengan menggunakan metode dokumentasi, yaitu metode yang
43
menghimpun informasi dan data melalui metode studi pustaka, eksplorasi
literatur-literatur dan laporan keuangan yang dipublikasikan oleh Bank
Indonesia atau bank konvensional dan bank syariah yang bersangkutan.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari
laporan keuangan bank konvensional dan bank syariah yang
dipublikasikan melalui Bank Indonesia selama periode pengamatan 2008-
2012. Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Total simpanan diperoleh dari laporan keuangan tahunan bank
konvensional dan bank syariah yang bersangkutan selama periode
pengamatan.
b. Total Aset diperoleh dari neraca dalam laporan keuangan tahunan bank
konvensional dan bank syariah yang bersangkutan selama periode
pengamatan.
c. Biaya tenaga kerja diperoleh dari laporan keuangan tahunan bank
konvensional dan bank syariah bersangkutan selama periode
pengamatan.
d. Total kredit dari neraca dalam laporan keuangan bank konvensional
dan total pembiayaan dari neraca dalam laporan keuangan bank syariah
yang bersangkutan selama periode pengamatan.
e. Total Pendapatan diperoleh dari laporan laba/rugi dalam laporan
keuangan tahunan bank konvensional dan bank syariah bersangkutan
selama periode pengamatan.
44
D. Metode Analisis Data
Mengukur efisiensi perbankan dapat menggunakan pendekatan
parametrik maupun non parametrik DEA. Perbedaan kedua pendekatan
tersebut adalah prosedur parametrik untuk melihat hubungan antara biaya
diperlukan informasi yang akurat untuk harga input dan variabel exogen
lainnya, sedang pendekatan DEA tidak menggunakan informasi, sehingga
sedikit data yang dibutuhkan, lebih sedikit asumsi yang diperlukan dan
sampel yang lebih sedikit dapat digunakan. Perbedaan untama lainnya
adalah pendekatan parametrik memasukkan random error pada frontier,
sementara pendekatan DEA tidak memasukkan random error (Muliaman
D. Hadad et al. , 2003:2).
Penggunaan metode parametrik pada umumnya menggunakan
metode Stochastic Frontier Analysis (SFA), Distribution-Free Analysis
(DFA), dan Thick Frontier Analysis (TFA). Sedangkan penggunaan
metode non-parametrik pada umumnya menggunakan metode Free
Disposal Hull Analysis (FDH) dan Data Envelopment Analysis (DEA).
1. Metode Data Envelopment Analysis (DEA)
Penelitian ini bertujuan mengukur dan menganalisis efisiensi
perbankan (khususnya pada 10 bank konvensional dan 10 bank syariah) di
Indonesia selama tahun 2008-2012 dengan metode non-parametrik
khususnya DEA. DEA merupakan pendekatan non-parametrik yang dipilih
dalam penelitian ini karena beberapa alasan, meliputi:
45
a. Menurut Coeli et al. (1997), Lan et al. (2003) dalam Lie dan Lih
(2005:597-598) menjelaskan bahwa pendekatan parametrik adalah
pendekatan yang modelnya menetapkan adanya syarat-syarat tertentu,
yaitu: tentang parameter populasi yang merupakan sumber
penelitiannya (sehingga akan lebih banyak kriteria yang harus
dipenuhi), dan membutuhkan pembentukan fungsi lebih khusus
(sehingga kemungkinan kesalahan fungsi lebih besar).
b. Di sisi lain Coeli et al. (1997) dalam Mokhtar, Abdullah and Al-
Habshi (2006:42) menyebutkan bahwa pendekatan non-paramterik
merupakan pendekatan yang modelnya tidak menetapkan syarat-syarat
tertentu, yaitu: parameter populasi yang menjadi induk sampel
penelitiannya, penggunaannya lebih sederhana, dan mudah digunakan
karena tidak membutuhkan banyak spesifikasi bentuk fungsi (sehingga
kemungkinan kesalahan pembentukan fungsi lebih kecil).
Metode DEA merupakan sebuah metode frontier non parametric
yang menggunakan model program linier untuk menghitung perbandingan
rasio output dan input untuk semua unit yang dibandingkan dalam sebuah
populasi (Abidin dan Endri, 2009:25). Perhitungan DEA ini akan dibantu
dengan paket-paket software efisiensi secara teknik, seperti Banxia
Frontier Analysis (BFA), Warwick for Data Envelopment Analysis
(WDEA), dan MaxDEA. Penelitian ini akan menggunakan bantuan
software MaxDEA. Pada intinya software-software tersebut akan
menunjukkan pada hasil yang sama.
46
Analisis DEA pada awalnya digunakan untuk mengatasi
kekurangan analisis rasio dan regresi berganda, dimana DEA dapat
mengukur efisiensi relatif suatu UKE (Unit Kegiatan Ekonomi) dengan
menggunakan input dan output lebih dari satu. Efisiensi relatif suatu UKE
adalah efisiensi suatu UKE dibanding dengan UKE lain dalam sampel
yang menggunakan jenis input dan output yang sama. DEA
memformulasikan UKE sebagai program linear fraksional untuk mencari
solusi, apabila model tersebut ditransformasikan ke dalam program linear
dengan nilai bobot dari input dan output (Sutawijaya dan Lestari,
2009:56).
Efisiensi relatif UKE dalam DEA juga didefinisikan sebagai rasio
dari total ouput tertimbang dibagi total input tertimbang (total weighted
output/total weighted input). Inti dari DEA adalah menentukan bobot
(weighted) atau timbangan untuk setiap input dan output UKE (Muharam
dan Pusvitasari, 2007:90). Setiap UKE diasumsikan bebas menentukan
bobot untuk setiap variabel-variabel input maupun output yang ada,
asalkan mampu memenuhi dua kondisi yang disyaratkan. Adapun kedua
kondisi yang disyaratkan yaitu, (Silkman, 1986; Nugroho, 1995 dalam
Huri dan Susilowati, 2004:102):
a. Bobot tidak boleh negatif;
b. Bobot harus bersifat universal. Hal ini berarti setiap UKE dalam
sampel harus dapat menggunakan seperangkat bobot yang sama untuk
mengevaluasi rasionya (total weighted output/total weighted input) dan
47
rasio tersebut tidak lebih dari 1 (total weighted output/total weighted
input ≤ 1) (Muharam dan Pusvitasari, 2007:90).
DEA berasumsi bahwa setiap UKE akan memiliki bobot yang
memaksimumkan rasio efisiensinya (maximize total weighted output/total
weighted input) (Muharam dan Pusvitasari, 2007:90). Asumsi maksimisasi
rasio efisiensi ini menjadikan penelitian DEA ini menggunakan orientasi
output dalam menghitung efisiensi teknik. Orientasi lainnya adalah
minimisasi input, namun kedua asumsi tersebut akan diperoleh hasil yang
sama (Sutawijaya dan Lestari, 2009:58). Setiap UKE menggunakan
kombinasi input yang berbeda untuk menghasilkan kombinasi output yang
berbeda, sehingga setiap UKE akan memilih seperangkat bobot yang
mencerminkan keragaman tersebut (Muharam dan Pusvitasari, 2007:90).
Suatu UKE dikatakan efisien secara relatif apabila nilai dualnya
sama dengan 1 (nilai efisiensi 100 persen). Sebaliknya apabila nilai
dualnya kurang dari 1, maka UKE bersangkutan dianggap tidak efisien
secara relatif atau mengalami inefisiensi (Silkman, 1986; Nugroho, 1995
dalam Huri dan Susilowati, 2004:102). Disamping mengukur tingkat
efisiensi relatif suatu UKE terhadap UKE dalam kelompoknya. DEA juga
dapat melihat sumber ketidakefisienan dengan ukuran peningkatan
potensial (potential improvement) dari masing-masing input dan output
(Endri, 2011:19).
48
2. Model Pengukuran Efisiensi Teknik Bank
Efisiensi teknik perbankan diukur dengan menghitung rasio antara
output dan inputnya. DEA akan menghitung bank yang menggunakan
input n untuk menghasilkan output m yang berbeda (Miller dan Noulas,
1996 dalam Sutawijaya dan Lestari, 2009:57).
Dimana:
hs = efisiensi bank s
m = output bank s yang diamati
n = input bank s yang diamati
yis = jumlah output i yang diproduksi oleh bank s
xjs = jumlah input j yang digunakan oleh bank s
ui = bobot output i yang dihasilkan oleh bank s
vj = bobot input j yang diberikan oleh bank s dan i dihitung dari 1 ke
m serta j hitung dari 1 ke n
Penggunaan satu variabel input dan satu output ditunjukkan dalam
persamaan 3.1. Rasio efisiensi (hs), kemudian dimaksimumkan dengan
kendala sebagai berikut (Sutawijaya dan Lestari, 2009:57):
Dimana ui dan vj ≥ 0.............................................................................. (3.3)
(3.1)
(3.2)
49
Persamaan 3.2 menyebutkan bahwa N mewakili jumlah bank
dalam sampel dan r merupakan jenis bank yang dijadikan sampel dalam
penelitian. Pertidaksamaan pertama menjelaskan bahwa adanya rasio
untuk UKE lain tidak lebih dari 1, sementara pertidaksamaan kedua
berbobot non-negatif (positif). Angka rasio akan bervariasi antara 0
sampai dengan 1. Bank dikatakan efisien, apabila memiliki angka rasio
mendekati 1 atau 100 persen, sebaliknya apabila mendekati 0
menunjukkan efisiensi bank yang semakin rendah. Pada DEA, setiap bank
dapat menentukan bobotnya masing-masing dan menjamin bahwa
pembobotnya yang dipilih akan menghasilkan ukuran kinerja yang terbaik
(Sutawijaya dan Lestari, 2009:57).
Metode analisis pada persamaan 3.1 dan 3.2 juga dapat dijelaskan
bahwa efisiensi sejumlah bank sebagai UKE (n). Setiap bank
menggunakan n jenis input untuk menghasilkan m jenis output, apabila xjs
merupakan jumlah input j yang digunakan oleh bank sedangkan yis > 0
merupakan jumlah output i yang dihasilkan oleh bank. Variabel keputusan
(decision variable) dari penjelasan tersebut adalah bobot yang harus
diberikan pada setiap input dan output bank. Vj merupakan bobot yang
diberikan pada input j oleh bank dan ui merupakan bobot yang diberikan
pada output i oleh bank, sehingga vj dan ui merupakan variabel keputusan.
Nilai variabel ini ditentukan melalui iterasi program linear, kemudian
diformulasikan pada sejumlah s program linear fraksional (fractional
linear programs). Satu formulasi program linear untuk setiap bank dalam
50
sampel. Fungsi tujuan dari setiap program liniear fraksional tersebut
adalah rasio dari output tertimbang di bagi rasio input tertimbang (total
weighted output/total weighted input) dari bank (Muharam dan
Pusvitasari, 2007:90-91).
Model pengukuran teknik bank berdasarkan asumsi pendekatan
frontier dibagi menjadi dua jenis, yaitu (Sutawijaya dan Lestari, 2009:58):
a. Model DEA CCR (Charnes-Cooper-Rhodes, 1978)
Asumsi yang digunakan dalam model ini adalah Constant Return to
Scale (CRS). Beberapa program linier ditransformasikan ke dalam
program ordinary liniear secara primal atau dual, sebagai berikut:
Fungsi batasan dan kendala:
Efisiensi pada masing-masing bank dihitung menggunakan programasi
linier dengan memaksimumkan jumlah output yang dibobot dari bank
s. Kendala jumlah input yang dibobot harus sama dengan satu untuk
bank s, sedangkan kendala untuk semua bank yaitu output yang
dibobot dikurangi jumlah input yang dibobot harus kurang atau sama
dengan 0. Hal ini berarti bahwa semua bank akan berada atau di bawah
Maksimisasi (3.4)
, N
(3.6)
(3.5)
51
referensi kinerja frontier yang merupakan garis lurus yang memotong
sumbu origin (Insukirdo dalam Sutawijaya dan Lestari, 2009:58).
b. Model DEA BCC (Bankers, Charnes dan Cooper, 1984)
Model BCC ini beranggapan bahwa perusahaan tidak atau belum
beroperasi pada skala yang optimal (optimum scale). Persaingan dan
kendala-kendala keuangan dapat menyebabkan perusahaan untuk tidak
beroperasi pada skala optimalnya (Endri, 2011:15). Asumsi yang
digunakan dalam model ini adalah Variable Return to Scale (VRS),
peningkatan input dan output tidak berproporsi sama. Peningkatan
proporsi dapat bersifat increasing return to scale (IRS) maupun
bersifat decreasing return to scale (DRS) (Hadinata dan Manurung,
2006). IRS adalah keadaan dimana kenaikan input akan menyebabkan
kenaikan output, tetapi skala kenaikan output lebih tinggi daripada
skala kenaikan input. Sedangkan DRS adalah kondisi dimana kenaikan
input akan menyebabkan kenaikan output, tetapi skala kenaikan input
lebih tinggi daripada skala kenaikan output.
Penelitian ini akan menggunakan model CCR. Hal ini berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Priyonggo Suseno (2008:44) tentang belum
adanya hubungan tingkat efisiensi bank-bank syariah (studi pada 10 bank
syariah) dengan skala produksinya selama tahun 1999-2004. VRS
merupakan model yang membuka kemungkinan skala produksi
mempengaruhi tingkat efisiensi melalui teknologi yang digunakan
(Muharam dan Pusvitasari, 2007:93). Teknologi yang digunakan seluruh
52
perbankan seperti internet banking, phone banking, sms banking, dan
ATM Bersama mengasumsikan bahwa seluruh bank sudah berada pada
skala ekonominya. Asumsi lain yang digunakan dalam penelitian ini
adalah maksimisasi output. Menurut Sutawijaya dan Lestari (2009:58),
terdapat dua jenis asumsi yaitu maksimisasi output dan minimisasi input,
dan maksimisasi output akan memberikan hasil yang relatif sama dengan
minimisasi input.
3. Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov Test)
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang
ada berdistribusi normal atau tidak. Uji ini juga digunakan sebagai syarat
sebelum menggunakan uji beda independent sample t-test. Uji normalitas
ini dapat dilakukan dengan analisis statistik non-parametrik Kolmogorov-
Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:
H0: Data residual berdistribusi normal
Jika hasil Uji K-S menunjukkan nilai probabilitas tidak signifikan
pada 0,05 maka hipotesis nol diterima yang berarti data residual
terdistribusi normal.
Ha: Data residual tidak berdistribusi normal.
Jika hasil Uji K-S menunjukkan nilai probabilitas signifikan pada
0,05 maka hipotesis nol ditolak yang berarti data residual tidak
terdistribusi normal.
53
4. Uji Beda Independent Sample T-Test
Teknik statistik independent sample t-test bertujuan untuk
membandingkan rata-rata dua grup yang tidak berhubungan satu dengan
yang lain, apakah kedua grup tersebut mempunyai rata-rata yang sama
ataukah tidak secara signifikan (Singgih Santoso, 2005:42).
Tujuan dari uji hipotesis berupa uji beda dua rata-rata pada
penelitian ini adalah untuk memverifikasi kebenaran atau kesalahan
hipotesis, atau dengan kata lain menentukan menerima atau menolak
hipotesis yang telah dibuat. Taraf signifikansi yang digunakan adalah 5
persen, dimana:
Jika thitung > ttabel maka hipotesis H1 diterima (H0 ditolak)
Jika thitung < ttabel maka hipotesis H1 ditolak (H0 diterima)
E. Operasional Variabel Penelitian
Penentuan input dan output dalam penelitian ini mengacu kepada
penelitian yang dilakukan oleh Fadzlan Sufian (2006) dengan sedikit
modifikasi dimana input aset tetap diganti dengan input total aset, adapun
variabel-variabel input-outputnya ditunjukkan pada Tabel 3.2
Tabel 3.2
Variabel Input-Output
Pendekatan Input Output
Intermediasi
Simpanan Pembiayaan
Aset Pendapatan
Biaya Tenaga Kerja
Sumber: Hasil Olah Data Input-Output
54
1. Variabel Input
Variabel input adalah variabel yang mempengaruhi variabel output.
Variabel output yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak tiga
variabel.
a. Total Simpanan
Simpanan (I1) adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat
kepada Bank dalam bentuk giro, deposito berjangka, sertifkat deposito
tabungan atau yang dapat dipersamakan dengan itu (Kasmir, 2003:65).
b. Aset
Aset (I2) adalah seluruh kekayaan yang dimiliki oleh bank meliputi
kas, giro pada Bank Indonesia, penempatan pada bank lain, surat berharga
yang dimiliki, pembiayaan atau kredit, dan aktiva tetap yang dimiliki.
c. Biaya Tenaga Kerja
Menurut Mulyadi (2000:343), tenaga kerja merupakan usaha fisik
atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk. Biaya
tenaga kerja (I3) adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan biaya
tenaga kerja manusia.
2. Variabel Output
Variabel output adalah variabel yang menjadi pusat perhatian,
dalam penelitian ini variabel output yang digunakan adalah total kredit
atau pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2).
55
a. Total Kredit atau Pembiayaan
Total kredit atau pembiayaan (O1) merupakan produk utama bank
sebagai lembaga intermediasi yang menghubungkan antara pihak yang
kelebihan dana (surplus) dengan pihak yang kekurangan dana (defisit).
Menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) 2001 dalam
Irham Fahmi (2010:3) mendefinisikan kredit sebagai penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam (debitur) untuk melunasi hutangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil
keuntungan.
b. Pendapatan
Pendapatan (O2) merupakan pendapatan hasil dari kegiatan
operasional maupun non operasional bank yang tergolong bank
konvensional maupun bank syariah.
56
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Perkembangan Perbankan di Indonesia
Sebagian besar bank yang berkembang di Indonesia sampai saat ini
adalah bank yang menggunakan prinsip konvensional. Hal ini tidak lepas
dari sejarah Perbankan Indonesia dimana asal mula bank yang ada di
Indonesia dibawa oleh kolonial Belanda yang kemudian beberapa bank
belanda dinasionalisir oleh pemerintah Indonesia, seperti De Algeme Volk
Kredit Bank yang kemudian menjadi Bank BRI tanggal 22 Februari 1946,
Bank Timur NV menjadi Bank Gemari yang akhirnya merger dengan
Bank Central Asia tahun 1949. Dan hingga saat ini, perkembangan bank
konvensional terus meningkat. Berdasarkan statistik Bank Indonesia tahun
2012, bank konvensional yang ada di Indonesia berjumlah 109 bank
dengan 16.625 kantor cabang dan total aset yang mencapai 4.262.587
miliar rupiah.
Sedangkan perkembangan perbankan syariah di Indonesia dimulai
dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1991 yang
diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah
Indonesia. Bank Muamalat Indonesia mulai beroperasi setelah berlakunya
Undang-Undang No. 1 Tahun 1992 tentang perbankan syariah yang
membuka kesempatan bagi bank yang melaksanakan profit bagi hasil ini.
57
Selama periode tahun 1992 sampai 1998, hanya ada satu bank
syariah (BMI) dan 78 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang
dikembangkan. Pada tahun 1998, Indonesia mengalami reformasi politik
dan telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Undang-
undang ini mengatur tentang sistem dual banking, dimana bank Islam
dapat beroperasi secara berdampingan dengan bank konvensional.
Selanjutnya, Undang-Undang No 23 Tahun 1999 yang menegaskan bahwa
Bank Indonesia, selaku otoritas moneter di Indonesia harus menyediakan
peraturan dan fasilitas untuk operasional perbankan syariah.
Pada tahun 1999, bank syariah kedua di Indonesia dibuka, yaitu
Bank Syariah Mandiri (BSM), diikuti oleh beberapa bank umum yang
membuka unit syariah seperti Bank Central Asia Syariah (BCA Syariah).
Pada tahun 2002, Bank Indonesia menerbitkan “Blueprint Pengembangan
Perbankan Syariah di Indonesia”. Hal ini dianggap sebagai perencanaan
jangka panjang dari perbankan Islam di Indonesia. Isi Blueprint ini antara
lain mengidentifikasi tantangan utama bank syariah di masa depan selain
menyatakan visi, misi, dan tujuan strategis dari bank syariah. Secara
singkat, Blueprint tersebut telah memberikan pedoman yang jelas bagi
para stakeholders untuk menyelaraskan visi dan aspirasi (Bank Indonesia,
2002:6).
Adapun perkembangan jumlah bank konvensional bank syariah
pada tahun 2008-2012 dapat dilihat pada tabel 4.1. Data pada tabel 4.1
menunjukkan bahwa tidak seperti bank konvensional yang mengalami
58
penurunan jumlah bank, bank syariah justru mengalami kenaikan dari
tahun 2008-2012, di mana hal ini akan memperbesar peluang perbankan
syariah untuk berkembang di Indonesia. Jumlah bank syariah yang
semakin berkembang, merupakan hasil dari berbagai kebijakan yang telah
dikeluarkan oleh pemerintah dan otoritas moneter di Indonesia sebagai
pendukung perkembangannya.
Tabel 4.1
Jumlah Bank di Indonesia
No Bentuk Bank 2008 2009 2010 2011 2012
1 Bank Konvensional 119 115 111 109 109
2 Bank Umum Syariah 5 6 11 11 11
3 Unit Usaha Syariah 27 25 23 24 24
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia 2008-2012, data diolah
2. Uraian Data
Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling, tetapi sampel tersebut bersifat secara spesifik
yang berarti bahwa sampel tersebut mencerminkan Unit Kegiatan
Ekonomi (UKE) yang diteliti dan tidak mencerminkan atau mewakili
populasi secara umum. Beberapa bank konvensional dan bank syariah
merupakan objek dalam penelitian ini, di mana sampel yang diambil telah
menyediakan laporan keuangan tahunan selama tahun 2008-2012. Objek
penelitian ini dengan melakukan studi pada 10 bank konvensional dan 10
bank syariah.
59
Berdasarkan penjelasan diatas, objek penelitian yang akan
digunakan adalah 10 bank konvensional dan 10 bank syariah dengan
perincian sebagai berikut:
a. Bank Konvensional, terdiri dari: Bank Mandiri, Bank Central
Asia (BCA), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara
Indonesia (BNI), Bank CIMB Niaga, Bank Danamon, Bank
Permata, Panin Bank, Bank Internasional Indonesia (BII), dan
Bank Tabungan Negara (BTN).
b. Bank Syariah, terdiri dari: Bank Muamalat Indonesia (BMI),
Bank Syariah Indonesia (BSM), Bank Syariah Mega Indonesia
(BSMI), Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah, Bank Bukopin
Syariah, Panin Bank Syariah, Bank Victoria Syariah, Bank
Central Asia (BCA) Syariah, Bank Jabar Banten (BJB) Syariah,
dan Bank Tabungan Negara (BTN) Syariah.
Perhitungan efisiensi teknis bank konvensional dan bank syariah
(10 bank konvensional dan 10 bank syariah) dengan menggunakan metode
Data Envelopment Analysis (DEA) ini menggunakan tiga variabel input,
yaitu: Simpanan atau Dana Pihak Ketiga (DPK), Aset, dan Biaya Tenaga
Kerja. Sedangkan variabel outputnya adalah Kredit atau Pembiayaan dan
Total Pendapatan.
Variabel pertama adalah kredit atau pembiayaan, dana yang
dipercayakan oleh masyarakat kepada Bank dalam bentuk giro, deposito
60
berjangka, sertifkat deposito tabungan atau yang dapat dipersamakan
dengan itu (Kasmir, 2003:65).
Tabel 4.2
Perkembangan Jumlah Variabel Input Simpanan
(Studi 10 bank konvensional dan 10 bank syariah)
Tahun 2008-2012 (Jutaan Rupiah)
Sumber: Laporan Tahunan Bank Indonesia 2008-2012
Keterangan: *) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun 2009
**) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun 2010
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah simpanan 10 bank
konvensional dan 10 bank syariah dalam penelitian ini terus mengalami
kenaikan dari tahun 2008-2012, meskipun persentase pertumbuhannya
Nama Bank Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
Bank Mandiri 273.565.821 299.721.940 332.727.856 380.236.178 435.458.912
BRI 201.495.222 254.168.613 328.778.818 372.083.736 436.084.418
BCA 209.534.856 244.666.004 277.533.692 323.457.283 370.278.094
BNI 163.325.401 190.734.715 190.455.122 224.901.974 249.027.580
Bank CIMB Niaga 51.559.458 86.258.306 115.349.204 127.652.056 144.144.127
Bank Danamon 74.492.063 67.782.107 79.541.163 87.993.957 90.605.236
Panin Bank 46.253.664 56.307.220 75.054.982 85.536.601 101.503.070
Bank Permata 42.803.015 45.751.144 57.791.510 79.258.385 97.884.824
BII 43.712.226 47.515.274 59.507.744 70.075.044 85.469.916
BTN 31.507.440 40.216.071 45.332.650 58.649.604 75.782.530
BMI 10.073.953 13.316.898 17.442.568 29.167.560 39.420.574
BSM 14.796.479 19.168.005 28.671.278 42.133.653 46.687.969
BSMI 2.626.471 3.947.370 4.040.981 4.928.442 7.090.422
BRI Syariah 39.085 2.151.086 5.762.953 9.906.411 11.948.889
Bank Bukopin Syariah* - 1.271.855 1.621.914 2.291.738 2.850.784
Bank Panin Syariah** - - 309.763 419.771 1.223.578
Bank Victoria Syariah** - - 166.581 465.036 646.323
BCA Syariah** - - 556.774 864.135 1.261.822
BJB Syariah** - - 1.321.909 2.218.533 3.362.073
BNI Syariah** - - 5.162.728 6.756.261 890.035
Jumlah Simpanan 1.165.785.154 1.372.976.608 1.627.130.190 1.908.996.358 2.209.711.176
Pertumbuhan - 17,77% 18,51% 17,32% 15,75%
61
mengalami fluktuasi. Kenaikan jumlah simpanan tersebut menggambarkan
adanya upaya-upaya yang telah dilakukan bank-bank konvensional
maupun bank syariah dalam peningkatan penghimpunan dana dari
masyarakat. Upaya-upaya tersebut seperti perbaikan strategi marketing
bank-bank konvensional dan syariah. Perbaikan ini dilakukan dengan
target nasabah yang tidak hanya dari kalangan nasabah loyal, tetapi juga
nasabah mengambang.
Variabel input kedua adalah total aset, yaitu jumlah aset yang
dimiliki baik oleh bank konvensional maupun bank syariah. Berdasarkan
Tabel 4.3, persentase pertumbuhan aset pada 10 bank konvensional dan 10
bank syariah mengalami kenaikan setiap tahunnya dari 2008-2012
meskipun persentase kenaikannya berfluktuasi. Meningkatnya jumlah aset
tersebut menunjukkan bahwa 20 bank yang diteliti memiliki kinerja yang
baik, sehingga berdampak pada bertambahnya jumlah aset yang terjadi
pada 2008-2012.
Tabel 4.3
Perkembangan Jumlah Variabel Input Aset
(Studi 10 bank konvensional dan 10 bank syariah)
Tahun 2008-2012 (Jutaan Rupiah)
Nama Bank Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
Bank Mandiri 338.404.265 373.508.708 408.771.732 491.224.513 561.164.590
BRI 246.026.225 314.748.430 395.394.177 456.381.943 547.591.919
BCA 244.712.927 280.798.049 323.349.321 378.651.728 436.741.456
BNI 200.390.507 226.007.100 241.408.219 289.458.487 324.781.709
Bank CIMB Niaga 69.301.394 106.877.270 142.921.719 164.238.923 192.705.029
Bank Danamon 104.842.261 96.630.214 113.860.553 127.128.138 130.391.429
Panin Bank 63.231.511 76.084.862 106.507.838 118.991.272 141.788.920
Bank Permata 53.992.357 55.925.613 73.570.333 101.537.861 132.150.360
62
Nama Bank Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
BII 53.893.523 58.701.483 71.624.563 90.740.977 111.548.790
BTN 45.064.428 58.480.719 68.334.110 89.253.345 111.875.325
BMI 12.596.715 16.027.178 21.449.981 32.529.678 44.932.176
BSM 17.063.838 22.029.242 32.455.189 48.694.167 54.244.054
BSMI 3.096.201 4.381.991 4.660.762 5.582.305 8.212.763
BRI Syariah 482.898 3.178.386 6.866.528 11.265.253 14.088.914
Bank Bukopin Syariah* - 1.976.422 2.198.542 2.730.873 3.619.863
Bank Panin Syariah** - - 457.143 1.016.792 2.133.071
Bank Victoria Syariah** - - 336.941 636.421 940.160
BCA Syariah** - - 873.850 1.217.765 1.614.555
BJB Syariah** - - 1.933.567 2.849.451 4.275.080
BNI Syariah** - - 6.380.269 8.466.887 10.640.032
Jumlah Aset 1.453.099.050 1.695.355.667 2.023.355.337 2.422.596.779 2.835.440.195
Pertumbuhan - 16,67% 19,35% 19,73% 17,04%
Sumber: Laporan Tahunan Bank Indonesia 2008-2012
Keterangan: *) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun 2009
**) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun 2010
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa biaya tenaga kerja pada 20 sampel
bank yang diteliti terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini
disebabkan kebutuhan akan tenaga kerja yang terus meningkat dan
penyesuaian gaji yang telah diatur oleh pemerintah seperti UMR (Upah
Minimum Regional).
Tabel 4.4
Perkembangan Jumlah Variabel Input Tenaga Kerja
(Studi 10 bank konvensional dan 10 bank syariah)
Tahun 2008-2012 (Jutaan Rupiah)
Nama Bank Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
Bank Mandiri 4.095.822 4.205.057 4.541.164 5.097.336 6.228.024
BRI 6.317.638 6.587.462 6.811.989 7.695.139 9.348.523
BCA 3.195.721 4.048.502 4.204.951 4.820.533 5.694.720
BNI 3.220.991 3.631.842 3.862.743 4.313.755 5.055.376
Bank CIMB Niaga 928.439 1.899.727 1.849.727 2.009.404 2.572.600
63
Nama Bank Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
Bank Danamon 2.270.214 2.102.538 2.545.038 2.695.073 3.063.563
Panin Bank 375.826 456.866 550.017 726.948 935.938
Bank Permata 922.019 1.131.892 1.119.968 1.403.686 1.850.141
BII 926.468 977.340 1.137.429 1.386.973 1.662.817
BTN 616.761 704.882 728.772 911.559 1.011.747
BMI 136.813 201.067 245.419 494.942 660.746
BSM 297.805 389.292 627.225 992.864 979.926
BSMI 88.912 188.979 290.677 309.747 323.224
BRI Syariah 11.437 90.176 196.604 312.778 323.283
Bank Bukopin Syariah* - 20.478 41.391 44.443 50.471
Bank Panin Syariah** - - 8.665 14.955 18.815
Bank Victoria Syariah** - - 4.474 8.666 22.166
BCA Syariah** - - 19.010 32.755 39.036
BJB Syariah** - - 33.161 64.417 78.070
BNI Syariah** - - 77.679 183.764 280.613
Jumlah Biaya Tenaga Kerja 23.404.866 26.636.100 28.896.103 33.519.737 40.199.799
Pertumbuhan - 13,80% 8,48% 16,00% 19,93%
Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia 2008-2012
Keterangan: *) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun 2009
**) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun 2010
Selanjutnya adalah variabel output, variabel output pertama adalah
kredit atau pembiayaan. Kredit adalah penyaluran dana kepada masyarakat
baik individu atau kelompok sesuai dengan tata cara konvensional,
sedangkan pembiayaan adalah penyaluran dana kepada masyarakat baik
individu maupun kelompok dengan akad-akad syariah. Pada intinya kredit
dan pembiayaan adalah sama, namun yang membedakan adalah akad dan
aturan yang digunakan.
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah pembiayaan
yang dilakukan oleh 20 bank yang diteliti mengalami perbaikan setiap
tahunnya, bahkan persentasenya terus mengalami peningkatan.
64
Peningkatan pembiayaan ini memang sudah seharusnya dilakukan
mengingat fungsi utama bank adalah sebagai lembaga intermediasi.
Perkembangan jumlah bank sudah seharusnya berbanding lurus dengan
peran-peran bank tersebut terhadap perekonomian. Hal ini dapat
diwujudkan dengan melaksanakan fungsi intermediasi dengan baik.
Tabel 4.5
Perkembangan Jumlah Variabel Output Kredit atau Pembiayaan
(Studi 10 bank konvensional dan 10 bank syariah)
Tahun 2008-2012 (Jutaan Rupiah)
Nama Bank Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
Bank Mandiri 159.007.051 179.687.845 218.992.542 273.806.876 33.9973.690
BRI 161.061.059 205.563.569 241.064.755 283.877.226 347.953.020
BCA 112.846.628 123.596.037 154.001.943 202.268.609 256.713.553
BNI 112.061.397 120.768.825 133.222.846 158.164.744 192.656.744
Bank CIMB Niaga 50.667.223 82.970.344 102.074.749 120.194.922 133.605.301
Bank Danamon 64.983.038 60.579.191 75.090.482 86.699.835 91.532.966
Panin Bank 36.868.877 43.220.220 57.549.199 70.817.519 91.765.984
Bank Permata 34.883.337 41.244.082 50.589.480 65.859.107 86.955.200
BII 35.375.567 37.491.774 49.695.623 62.574.123 74.318.622
BTN 32.025.231 40.732.957 48.624.640 59.337.756 75.410.705
BMI 10.550.732 10.699.976 15.868.648 22.398.037 32.766.528
BSM 13.327.482 16.019.535 23.777.024 36.472.627 44.357.760
BSMI 2.094.011 3.195.253 3.154.012 4.094.797 6.213.570
BRI Syariah 47.034 2.635.647 5.496.519 9.128.752 11.417.499
Bank Bukopin Syariah* - 1.283.682 1.616.903 1.916.219 2.627.337
Bank Panin Syariah** - - 216.096 684.117 1.512.773
Bank Victoria Syariah** - - 28.650 214.280 476.814
BCA Syariah** - - 433.689 681.322 1.008.423
BJB Syariah** - - 1.417.027 1.769.445 2.960.606
BNI Syariah** - - 3.570.980 5.310.291 7.692.138
Jumlah Pembiayaan 825.798.667 968.405.255 1.186.485.807 1.466.270.604 1.801.919.233
Pertumbuhan - 17,27% 22,52% 23,56% 22,89%
Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia 2008-2012
Keterangan: *) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun 2009
**) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun 2010
65
Variabel output selanjutnya adalah total pendapatan, yaitu seluruh
pendapatan bank yang diterima baik pendapatan bunga atau bagi hasil,
pendapatan operasional, dan pendapatan non-operasional sebelum
dikurangi pajak. Pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa jumlah pendapatan
20 bank yang diteliti periode 2008-2012 terus mengalami peningkatan
setiap tahunnya, meskipun persentasenya mengalami fluktuasi.
Tabel 4.6
Perkembangan Jumlah Variabel Output Pendapatan
(Studi 10 bank konvensional dan 10 bank syariah)
Tahun 2008-2012 (Jutaan Rupiah)
Nama Bank Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
Bank Mandiri 29.599.453 35.350.256 38.831.286 44.885.941 48.535.454
BRI 30.997.465 39.152.486 43.160.319 53.195.127 69.178.558
BCA 22.903.592 27.195.614 28.998.395 32.660.092 38.541.400
BNI 19.342.076 22.945.002 22.964.053 27.152.113 29.517.085
Bank CIMB Niaga 7.174.734 13.186.705 20.818.413 23.178.882 19.644.480
Bank Danamon 14.483.577 15.883.655 40.744.621 18.009.027 18.780.212
Panin Bank 6.215.115 7.869.064 8.931.165 11.632.924 11.725.984
Bank Permata 5.712.412 6.890.972 7.070.415 8.971.378 11.534.387
BII 6.467.391 6.738.269 7.688.299 9.168.357 10.198.769
BTN 4.949.590 6.225.485 10.472.735 8.995.123 9.673.959
BMI 1.619.080 1.753.611 2.022.019 3.108.842 3.949.498
BSM 2.407.182 2.835.217 3.949.053 6.089.553 7.116.458
BSMI 404.138 826.672 1.050.416 1.078.207 1.452.941
BRI Syariah 42.168 309.955 884.233 1.354.424 1.686.474
Bank Bukopin Syariah* - 164.343 269.888 315.671 400.760
Bank Panin Syariah** - - 27.635 80.570 167.584
Bank Victoria Syariah** - - 30.300 107.114 104.121
BCA Syariah** - - 107.041 150.808 185.980
BJB Syariah** - - 159.038 273.494 383.527
BNI Syariah** - - 46.4683 1.234.078 1.573.811
Jumlah Pendapatan 152.317.973 187.327.306 238.644.007 251.641.725 284.351.442
Pertumbuhan - 22,98% 27,39% 5,44% 13,00%
Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia 2008-2012
Keterangan: *) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun 2009
66
**) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun 2010
Peningkatan jumlah pendapatan ini dikaitkan dengan semakin
banyak dan bervariasinya jasa dan produk yang ditawarkan oleh bank
konvensional maupun bank syariah kepada masyarakat sehingga
berpengaruh terhadapa jumlah pendapatan bank itu sendiri. Jasa dan
produk bank tersebut meliputi phone banking, internet banking, sms
banking, dan produk serta layanan lainnya.
B. Analisis dan Pembahasan
Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara
teoritis adalah salah satu ukuran kinerja yang mendasari seluruh kinerja
organisasi. Efisiensi dalam dunia perbankan lazim digunakan untuk
memberikan jawaban atas berbagai kesulitan dalam menghitung berbagai
ukuran kinerja (Putri dan Lukviarman, 2008:40).
Perhitungan efisiensi teknik 10 bank konvensional dan 10 bank
syariah menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) ini
menggunakan tiga variabel input, yaitu: simpanan, aset, dan biaya tenaga
kerja. Sedangkan outputnya meliputi pembiayaan dan total pendapatan.
DEA merupakan ukuran efisiensi relatif, yang mengukur inefisiensi unit-
unit yang ada dibandingkan dengan unit lain yang dianggap paling efisien
dalam set data yang ada. Sehingga dalam analisis DEA dimungkinkan
beberapa unit mempunyai tingkat efisiensi 100 persen yang artinya adalah
bahwa unit tersebut merupakan unit yang terefisien dalam set data tertentu
67
dan waktu tertentu (Hadad, 2003:14). Adapun penjelasan dan penjabaran
dengan analisis DEA ini dibagi atas dua bank, yaitu bank konvensional
dan bank syariah. Setelah diketahui tingkat efisiensi masing-masing
kelompok bank maka akan dilakukan uji normalitas data dan melakukan
uji beda independent sample t-test.
1. Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Efisiensi Teknik 10 Bank
Konvensional di Indonesia 2008-2012
Berdasarkan hasil perhitungan metode DEA berasumsikan CRS
(Constant Return to Scale) dengan menggunakan Software MaxDEA,
dapat dilihat tingkat efisiensi 10 bank konvensional di Indonesia pada
tabel 4.7. hasil yang didapat menggambarkan pencapaian nilai efisiensi
pada masing-masing bank.
Tabel 4.7
Tingkat Efisiensi Teknik 10 Bank Konvensional di Indonesia
Tahun 2008-2012 (Persen)
Nama Bank Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
Bank Mandiri 67 79 74 81 85
BRI 90 89 81 83 100
BCA 71 72 65 73 80
BNI 71 78 74 74 78
Bank CIMB Niaga 94 100 99 100 95
Bank Danamon Indonesia 100 100 100 100 100
Panin Bank 100 100 100 100 100
Bank Permata 81 95 92 88 85
BII 87 90 93 93 85
BTN 97 100 100 100 98
Pencapaian rata-rata 85,8 90,3 87,8 89,2 90.6
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
68
Statistik pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa pada tahun 2008
hanya terdapat dua bank konvensional yang mencapai tingkat efisiensi
teknik 100 persen (efisien), yaitu Bank Danamon Indonesia dan Panin
Bank. Sedangkan delapan bank lainnya belum mencapai tingkat efisiensi
teknik 100 persen (inefisien) yang meliputi Bank Mandiri (67 persen),
Bank Rakyat Indonesia (BRI) (90 persen), Bank Central Asia (BCA) (71
persen), Bank Negara Indonesia (BNI) (71 persen), Bank CIMB Niaga (71
persen), Bank Permata (81 persen), dan Bank Internasional Indonesia (BII)
(87 persen), dan Bank Tabungan Negara (BTN) (97 persen). Pada tahun
2009 Bank CIMB Niaga dan BTN mampu mencapai tingkat efisiensi
teknik 100 persen (efisien) setelah pada tahun sebelumnya termasuk bank
yang inefisien. Bank CIMB Niaga dan BTN mengikuti dua bank lain yang
tetap mempertahankan tingkat efisiensi teknik 100 persen seperti pada
tahun sebelumnya, yaitu Bank Danamon Indonesia dan Panin Bank. Bank
yang belum mencapai tingkat efisiensi 100 persen (inefisien) pada tahun
2009 adalah Bank Mandiri (79 persen), BRI (89 persen), BCA (72 persen),
BNI (78 persen), Bank Permata (95 persen), dan BII (90 persen).
Selama tahun 2010 sampai 2012, hanya terdapat dua bank
konvensional yang mampu mempertahankan tingkat efisiensi teknik 100
persen (efisien), yaitu Bank Permata dan Panin Bank. Bank Mandiri belum
mampu mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen meskipun mengalami
peningkatan nilai efisiensi setiap tahunnya dengan tingkat efisiensi 74
persen (tahun 2010), 81 persen (2011), dan 85 persen (tahun 2012). BRI
69
mampu mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen pada tahun 2012
setelah pada tahun 2010 dan 2011 berturut-turut berada pada tingkat
efisiensi 81 persen dan 83 persen. BCA mengalami peningkatan efisiensi
setiap tahunnya, yaitu sebesar 65 persen (tahun 2010), 73 persen (2011),
dan 80 persen (tahun 2012). Tahun 2010 dan 2011 BNI hanya mampu
berada pada tingkat efisiensi 74 persen, sedangkan tahun 2012 naik
menjadi 78 persen. Bank CIMB Niaga sempat mengalami peningkatan
efisiensi menjadi 100 persen di tahun 2011 setelah pada tahun sebelumnya
(2010) berada pada tingkat efisiensi 99 persen, namun kembali turun di
tahun 2012 dengan tingkat efisiensi 95 persen. Bank Permata terus
mengalami penurunan tingkat efisiensi selama tahun 2010-2012 dengan
tingkat efisiensi 92 persen (tahun 2010), 88 persen (tahun 2011), dan 85
persen (tahun 2012). BII berada pada tingkat efisiensi 93 persen pada
tahun 2010 dan 2011, namun harus turun di tahun 2012 dengan tingkat
efisiensi 85 persen. Tahun 2010 dan 2011 BTN mampu mencapai tingkat
efisiensi 100 persen, namun pada tahun 2012 mengalami penurunan
dengan tingkat efisiensi 98 persen.
Tabel 4.7 juga menjelaskan bahwa pencapaian rata-rata efisiensi
teknik 10 bank konvensional mengalami fluktuasi setiap tahunnya dari
tahun 2008-2012. Sempat mengalami kenaikan rata-rata efisiensi dari 85,8
persen pada tahun 2008 menjadi 90,3 persen pada tahun 2009, namun
mengalami penurunan pada tahun 2010 menjadi 87,8 persen. Pencapaian
rata-rata efisiensi teknik 10 bank konvensional kembali mengalami
70
peningkatan menjadi 89,2 persen pada tahun 2011 dan meningkat lagi
menjadi 90,6 persen di tahun 2012.
Bank yang belum memaksimalkan input dan output yang
dimilikinya dapat dikatakan sebagai bank yang inefisien. Hal tersebut
berarti nilai input dan output yang dicapai oleh bank yang inefisien belum
dapat meraih target yang sebenarnya (Harjum Muharam dan Pusvitasari,
2007:100).
Berdasarkan hasil penelitian tentang tingkat efisiensi bank
konvensional pada tahun 2008, terdapat delapan bank yang mengalami
inefisiensi, yaitu Bank Mandiri, BRI, BCA, BNI, Bank CIMB Niaga, Bank
Permata, BII, dan BTN. Tabel 4.8 memperlihatkan input-output yang
menyebabkan inefisiensi pada masing-masing bank konvensional. Tabel
tersebut menunjukkan nilai actual, target, dan potential improvement.
Nilai actual adalah nilai input-output yang digunakan, target adalah
pencapaian yang diharapkan untuk mencapai tingkat efisiensi relatif, dan
potential improvement adalah persentase dari kenaikan yang diharapkan.
Bank Mandiri mengalami inefisiensi pada output pembiayaan dan
pendapatan. Jumlah output pada Bank Mandiri hanya berjumlah
159.007.051 juta (pembiayaan) dan 29.599.453 juta (pendapatan), padahal
target output yang dapat dicapai adalah 278.977.828 juta (pembiayaan)
dan pendapatan 44.220.785 juta (pendapatan). Supaya efisiensinya
tercapai, maka dibutuhkan peningkatan sebesar 75,45 persen (pembiayaan)
dan 49,4 persen (pendapatan). Bank selanjutnya adalah BRI, yang
71
mengalami inefisiensi pada input biaya tenaga kerja serta dua output
pembiayaan dan pendapatan. Terjadi pemborosan pada input biaya tenaga
kerja karena target yang diharapkan hanya 4.611.376 juta dari 6.317.638
juta yang telah dikeluarkan, sehingga peningkatan efisiensi yang
dibutuhkan sebesar 37 persen. Sedangkan jumlah output BRI berjumlah
161.061.059 juta (pembiayaan) dan 30.997.465 juta (pendapatan), padahal
target output yang bisa dicapai berjumlah 179.966.700 juta (pembiayaan)
dan 34.485.746 juta (pendapatan). Sehingga dibutuhkan kenaikan 11,73
persen (pembiayaan) dan 34.485.746 persen (pendapatan) supaya efisiensi
outputnya tercapai.
Tabel 4.8
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi
Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun 2008
Nama Bank
Tingkat Actual Target Potential
Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement
(Persen)
(Persen)
Bank Mandiri
Simpanan
67
273.565.821 273.565.821 0
Aset 338.404.265 338.404.265 0
Biaya Tenaga Kerja 4.095.822 4.095.822 0
Pembiayaan 159.007.051 278.977.828 75,45
Pendapatan 29.599.453 44.220.785 49,4
BRI
Simpanan
90
201.495.222 201.495.222 0
Aset 246.026.225 246.026.225 0
Biaya Tenaga Kerja 6.317.638 4.611.376 37
Pembiayaan 161.061.059 179.966.700 11,73
Pendapatan 30.997.465 34.485.746 11,25
BCA
Simpanan
71
209.534.856 201.203.813 4,14
Aset 244.712.927 244.712.927 0
Biaya Tenaga Kerja 3.195.721 3.195.721 0
Pembiayaan 112.846.628 200.352.100 77,54
72
Nama Bank
Tingkat Actual Target Potential
Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement
(Persen)
(Persen)
Pendapatan
22.903.592 32.476.530 41,8
BNI
Simpanan
71
163.325.401 163.325.401 0
Aset 200.390.507 200.390.507 0
Biaya Tenaga Kerja 3.220.991 3.035.832 6,1
Pembiayaan 112.061.397 156.882.971 40
Pendapatan 19.342.076 27.078.391 40
Bank CIMB Niaga
Simpanan
94
51.559.458 51.559.458 0
Aset 69.301.394 69.301.394 0
Biaya Tenaga Kerja 928.439 821.595 13
Pembiayaan 50.667.223 54.067.536 6,71
Pendapatan 7.174.734 8.685.980 21,06
Bank Permata
Simpanan
81
42.803.015 42.803.015 0
Aset 63.231.511 63.231.511 0
Biaya Tenaga Kerja 922.019 704.310 30,91
Pembiayaan 34.883.337 43.219.315 23,9
Pendapatan 5.712.412 7.077.492 23,9
BII
Simpanan
87
43.712.226 43.712.226 0
Aset 53.893.523 53.893.523 0
Biaya Tenaga Kerja 926.468 918.912 0,82
Pembiayaan 35.375.567 40.523.071 14,55
Pendapatan 6.467.391 7.408.462 14,55
BTN
Simpanan
97
31.507.440 31.507.440 0
Aset 45.064.428 45.064.428 0
Biaya Tenaga Kerja 616.761 570.293 8,14
Pembiayaan 32.025.231 33.078.254 0,33
Pendapatan 4.949.590 5.532.400 11,77
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
BCA mengalami inefisiensi pada input simpanan serta output
pembiayaan dan pendapatan. Ketidakefisienan input simpanan terjadi
karena penggunannya yang kurang maksimal. Target efisiensi input
73
simpanan dapat diupayakan dengan peningkatan efisiensi sebesar 4,14
persen, karena target efisiensi yang dapat dicapai hanya 201.203.813 juta
dari 209.534.856 juta yang dialokasikan. Jumlah output Bank BCA yang
mencapai 112.846.628 juta (pembiayaan) dan 22.903.592 juta
(pendapatan) juga tidak efisien, karena target output yang seharusnya
dicapai adalah 200.352.100 (pembiayaan) dan 32.476.530 juta
(pendapatan). Maka peningkatan efisiensi yang harus dilakukan adalah
sebesar 77,54 persen (pembiayaan) dan 41,8 persen (pendapatan).
Bank konvensional lainnya yang mengalami inefisiensi adalah
BNI. Input biaya tenaga kerja yang dialokasikan adalah 3.220.991,
padahal target yang dapat dicapai hanya 3.035.832. Maka peningkatan
efisiensi yang dapat dilakukan adalah sbesar 6,1 persen. sedangkan
jumlah output BNI adalah 112.061.397 juta (pembiayaan) dan 19.342.076
juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai 156.882.971 juta
(pembiayaan) dan 27.078.391 juta (pendapatan). Untuk mencapai tingkat
efisiensi 100 persen maka output pembiayaan dan pendapatan diperlukan
peningkatan sebesar masing-masing 40 persen. Bank CIMB Niaga
mengalami inefisiensi pada input biaya tenaga kerja dan kedua outputnya
(pembiayaan dan pendapatan). Input biaya tenaga kerja yang digunakan
adalah 922.019 juta, sedangkan target yang dapat dicapai hanya 821.595
juta. Maka peningkatan yang dibutuhkan sebesar 13 persen. Disisi lain
jumlah outputnya adalah 50.667.223 juta (pembiayaan) dan 7.174.734 juta
(pendapatan), padahal target yang bisa dicapai adalah 54.067.536 juta
74
(pembiayaan) dan 8.685.980 (pendapatan). Maka diperlukan peningkatan
efisiensi sebesar 6,71 persen (pembiayaan) dan 21,06 persen (pendapatan).
Bank yang mengalami inefisiensi selanjutnya adalah Bank
Permata. Ketidakefisienan input biaya tenaga kerja terjadi karena
pemborosan alokasi biaya tenaga kerja, karena target yang dibutuhkan
hanya 704.310 juta dari 922.019 juta yang dialokasikan. Sehingga
dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 30,91 persen. Output
pembiayaan dan pendapatan juga mengalami inefisiensi. Jumlah outputnya
adalah 34.883.337 juta (pembiayaan) dan 5.712.412 (pendapatan),
sedangkan target yang seharusnya dicapai sebesar 43.219.315 juta
(pembiayaan) dan 7.077.492 juta (pendapatan). Upaya peningkatan
efisiensi yang dapat dilakukan adalah sebesar 23,9 persen untuk masing-
masing output. Bank inefisien selanjutnya adalah BII dimana
ketidakefisienan terjadi pada input biaya tenaga kerja dan kedua outputnya
(pembiayaan dan pendapatan). Input biaya tenaga kerja dialokasikan
sebesar 926.468 juta, sedangkan target yang dapat diperlukan hanya
918.912 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 0,82 persen.
Pada sisi output BII, jumlahnya sebesar 35.375.567 juta (pembiayaan) dan
6.467.391 (pendapatan), sedangkan target yang dapat dicapai adalah
40.523.071 juta (pembiayaan) dan 7.408.462 juta (pendapatan). Maka
diperlukan peningkatan efisiensi sebesar 14,55 persen untuk masing-
masing output.
75
Bank konvensional terakhir yang mengalami inefisiensi pada tahun
2008 adalah BTN. Ketidakefisienan BTN terletak pada input biaya tenaga
kerja dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Input biaya
tenaga kerja yang digunakan sebesar 616.761 juta, sedangkan target
efisiensinya adalah 570.293 juta. Maka diperlukan peningkatan efisiensi
sebesar 8,14 persen. Jumlah output BTN adalah 32.025.231 juta
(pembiayaan) dan 4.949.590 juta (pendapatan), sedangkan target
outputnya mencapai 33.078.254 juta (pembiayaan) dan 5.532.400 juta
(pendapatan). Sehingga diperlukan peningkatan efisiensi sebesar 0,33
persen (pembiayaan) dan 11,77 persen (pendapatan).
Bank konvensional yang telah mencapai tingkat efisiensi teknik
100 persen pada tahun 2008 adalah Bank Danamon dan Panin Bank. Bank
yang efisien menunjukkan bahwa bank tersebut dapat memaksimalkan
input dan outputnya secara optimal. Tabel 4.9 menunjukkan nilai actual,
target, dan potential improvement kedua bank tersebut.
Tabel 4.9
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi
Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun 2008
Nama Bank
Tingkat Actual Target Potential
Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement
(Persen)
(Persen)
Bank Danamon
Simpanan
100
74.492.063 74.492.063 0
Aset 104.842.261 104.842.261 0
Biaya Tenaga Kerja 2.270.214 2.270.214 0
Pembiayaan 64.983.038 64.983.038 0
Pendapatan 14.483.577 14.483.577 0
Panin Bank
Simpanan
46.253.664 46.253.664 0
76
Nama Bank
Tingkat Actual Target Potential
Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement
(Persen)
(Persen)
Aset
63.231.511 63.231.511 0
Biaya Tenaga Kerja 100 375.826 375.826 0
Pembiayaan
36.868.877 36.868.877 0
Pendapatan
6.215.115 6.215.115 0
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
Pada tahun 2009 terjadi penurunan jumlah bank konvensional yang
inefisien menjadi enam bank, setelah pada tahun 2008 terdapat delapan
bank yang mengalami inefisiensi. Bank yang mengalami inefisiensi yaitu,
Bank Mandiri, BRI, BCA, BNI, Bank Permata, dan BII. Tabel 4.10
menunjukkan bank-bank konvensional yang mengalami inefisiensi di
tahun 2009, dimulai dari Bank Mandiri yang mengalami inefisiensi pada
input simpanan dan output pembiayaan serta pendapatan. Input simpanan
yang digunakan adalah sebesar 299.721.940 juta, sedangkan target yang
diperlukan hanya sebesar 276.640.681 juta. Maka peningkatan efisiensi
yang dapat dilakukan adalah sebesar 8,34 persen. Sedangkan jumlah
output Bank Mandiri berjumlah 179.687.845 juta (pembiayaan) dan
35.350.256 (pendapatan), padahal target yang harus dicapai berjumlah
228.125.643 (pembiayaan) dan 44.879.496 (pendapatan). Upaya yang
dapat dilakukan adalah dengan melakukan peningkatan efisiensi 29,96
persen untuk masing-masing output.
77
Tabel 4.10
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi
Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun 2009
Nama Bank
Tingkat Actual Target Potential
Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement
(Persen)
(Persen)
Bank Mandiri
Simpanan
79
299.721.940 276.640.681 8,34
Aset 373.508.708 373.508.708 0
Biaya Tenaga Kerja 4.205.057 4.205.057 0
Pembiayaan 179.687.845 228.125.643 26.96
Pendapatan 35.350.256 44.879.496 26.96
BRI
Simpanan
89
254.168.613 254.168.613 0
Aset 314.784.430 314.784.430 0
Biaya Tenaga Kerja 6.587.462 6.587.462 0
Pembiayaan 205.563.569 230.710.507 12,3
Pendapatan 39.152.486 43.942.076 12,3
BCA
Simpanan
72
244.666.004 203.791.404 20,06
Aset 280.798.049 280.798.049 0
Biaya Tenaga Kerja 4.048.502 4.048.502 0
Pembiayaan 123.596.037 171.373.402 38,65
Pendapatan 27.195.614 37.708.368 38,65
BNI
Simpanan
78
190.734.715 172.097.153 10,83
Aset 226.007.100 226.007.100 0
Biaya Tenaga Kerja 3.631.842 3.631.842 0
Pembiayaan 120.768.825 154.727.974 28,12
Pendapatan 22.945.002 29.396.938 28,12
Bank Permata
Simpanan
95
45.751.144 45.531.638 0,48
Aset 55.925.613 55.925.613 0
Biaya Tenaga Kerja 1.131.892 1.131.892 0
Pembiayaan 41.244.082 43.208.582 4,76
Pendapatan 6.890.972 7.219.196 4,76
BII
Simpanan
90
47.515.274 45.522.752 4,37
Aset 58.701.483 58.701.483 0
Biaya Tenaga Kerja 977.340 977.340 0
Pembiayaan 37.491.774 41.869.239 11,67
78
Pendapatan 6.738.269 7.525.016 11,67
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
Ketidakefisienan BRI terletak pada kedua outputnya dengan
jumlah 205.563.569 juta (pembiayaan) dan 43.942.076 juta (pendapatan),
padahal target yang dibutuhkan sebesar 230.710.507 juta (pembiayaan)
dan 43.942.076 juta (pendapatan). Maka diperlukan peningkatan efisiensi
sebesar 12,23 persen untuk masing-masing output.
Input simpanan pada BCA membutuhkan peningkatan efisiensi
sebesar 20,06 persen dikarenakan simpanan yang digunakan berjumlah
244.666.004 juta, sedangkan targetnya adalah sebesar 203.791.404 juta.
Disisi lain output BCA harus meningkatkan efisiensinya sebesar 38,65
persen baik untuk pembiayaan maupun pendapatan. Hal tersebut terjadi
karena jumlah outputnya adalah 123.596.037 juta (pembiayaan) dan
27.195.614 juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai
171.373.402 juta (pembiayaan) dan 37.708.368 juta (pendapatan).
Ketidakefisienan BNI terjadi pada input simpanan dan kedua
outputnya, yaitu pembiayaan dan pendapatan. Input simpanan BNI yang
dialokasikan adalah 190.734.715 juta, sedangkan targetnya hanya sebesar
172.097.153 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 10,83
persen. Kedua output BNI dapat meningkatkan efisiensinya sebesar 28,12
persen baik untuk pembiayaan maupun pendapatan. Hal tersebut
dikarenakan jumlah outputnya sebesar 120.768.825 juta (pembiayaan) dan
79
22.945.002 juta (pendapatan), padahal target yang dapat dicapai adalah
154.727.974 juta (pembiayaan) dan 29.396.938 juta (pendapatan).
Bank selanjutnya adalah Bank Permata yang harus meningkatkan
efisiensi input simpanannya sebesar 0,48 persen. Hal ini dikarenakan
simpanan yang digunakan mencapai 45.751.144 juta, sedangkan targetnya
hanya sebesar 45.531.638 juta. Di sisi lain jumlah output Bank Permata
adalah sebesar 41.244.082 juta (pembiayaan) dan 6.890.972 juta
(pendapatan), sedangkan target outputnya mencapai 43.208.582 juta
(pembiayaan) dan 7.219.196 juta (pendapatan). Maka untuk mencapai
efisiensi 100 persen harus melakukan peningkatan sebesar 4,76 persen
baik untuk pembiayaan maupun pendapatan.
Bank konvensional inefisien terakhir pada tahun 2009 adalah Bank
BII. Input simpanan yang digunakan adalah sebesar 47.515.274 juta,
sedangkan targetnya hanya sebesar 45.522.752 juta. Maka peningkatan
efisiensi yang harus dilakukan adalah sebesar 4,37 persen. Disisi lain
output Bank BII berjumlah 37.491.774 juta (pembiayaan) dan 6.738.269
juta (pendapatan), padahal target yang dapat dicapai adalah 41.869.239
juta (pembiayaan) dan 7.525.016 juta (pendapatan). Upaya yang dapat
dilakukan adalah dengan meningkatkan efisiensi sebesar 11,67 persen baik
untuk pembiayaan maupun untuk pendapatan.
Pada tahun 2009, terdapat empat bank konvensional yang mampu
mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen. Tabel 4.11 menunjukkan
nilai actual, target, dan potential improvement bank-bank tersebut.
80
Tabel 4.11
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi
Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun 2009
Nama Bank
Tingkat Actual Target Potential
Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement
(Persen)
(Persen)
Bank CIMB Niaga
Simpanan
100
86.258.306 86.258.306 0
Aset 106.877.270 106.877.270 0
Biaya Tenaga Kerja 1.899.727 1.899.727 0
Pembiayaan 82.970.344 82.970.344 0
Pendapatan 13.186.705 13.186.705 0
Bank Danamon
Simpanan
100
67.782.107 67.782.107 0
Aset 96.630.214 96.630.214 0
Biaya Tenaga Kerja 2.102.538 2.102.538 0
Pembiayaan 60.579.191 60.579.191 0
Pendapatan 15.883.655 15.883.655 0
Panin Bank
Simpanan
100
56.307.220 56.307.220 0
Aset 76.084.862 76.084.862 0
Biaya Tenaga Kerja 456.866 456.866 0
Pembiayaan 43.220.220 43.220.220 0
Pendapatan 7.869.064 7.869.064 0
BTN
Simpanan
100
40.216.071 40.216.071 0
Aset 58.480.719 58.480.719 0
Biaya Tenaga Kerja 704.882 704.882 0
Pembiayaan 40.732.957 40.732.957 0
Pendapatan 6.225.485 6.225.485 0
Tabel 4.12 menjabarkan bahwa pada tahun 2010, terdapat tujuh
bank konvensional yang mengalami inefisiensi, yaitu Bank Mandiri, BRI,
BCA, BNI, Bank CIMB Niaga, Bank Permata, dan BII. Di tahun ini,
inefisiensi Bank Mandiri terletak pada input simpanan dan kedua
outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Simpanan yang dialokasikan
81
berjumlah 332.727.856 juta, sedangkan target simpanannya sebesar
297.309.671 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 11,91
persen agar sesuai dengan target inputnya. Disisi lain jumlah output Bank
Mandiri sebesar 218.992.542 juta (pembiayaan) dan 38.831.286 juta
(pendapatan), padahal target output yang dapat dicapai sebesar
295.946.086 juta (pembiayaan) dan 52.476.523 juta (pendapatan). Maka
dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 35,14 untuk masing-masing
output.
Tabel 4.12
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi
Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun 2010
Nama Bank
Tingkat Actual Target Potential
Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement
(Persen)
(Persen)
Bank Mandiri
Simpanan
74
332.727.856 297.309.671 11,91
Aset 408.771.732 408.771.732 0
Biaya Tenaga Kerja 4.541.164 4.541.164 0
Pembiayaan 218.992.542 295.946.086 35,14
Pendapatan 38.831.286 52.476.523 35,14
BRI
Simpanan
81
328.778.818 297.722.969 10,43
Aset 395.394.177 395.394.177 0
Biaya Tenaga Kerja 6.811.989 6.811.989 0
Pembiayaan 241.064.755 295.910.730 22,75
Pendapatan 43.160.319 52.979.962 22,75
BCA
Simpanan
65
277.533.692 232.135.821 19,55
Aset 323.349.321 323.349.321 0
Biaya Tenaga Kerja 4.204.951 4.204.951 0
Pembiayaan 154.001.943 235.582.617 52,97
Pendapatan 28.998.395 44.359.945 52,97
BNI
Simpanan
190.455.122 183.132.629 4
82
Nama Bank
Tingkat Actual Target Potential
Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement
(Persen)
(Persen)
Aset
241.408.219 241.408.219 0
Biaya Tenaga Kerja 74 3.862.743 3.862.743 0
Pembiayaan
133.222.846 179.932.540 35,06
Pendapatan
22.964.053 31.015.554 35,06
Bank CIMB Niaga
Simpanan
115.349.204 98.881.669 16,65
Aset
142.921.719 142.921.719 0
Biaya Tenaga Kerja 99 1.849.727 1.849.727 0
Pembiayaan
102.074.749 103.460.905 1,35
Pendapatan
20.818.413 21.101.123 1,35
Bank Permata
Simpanan
92
57.791.510 57.791.510 0
Aset 73.570.333 73.570.333 0
Biaya Tenaga Kerja 1.119.968 1.119.968 0
Pembiayaan 50.589.480 54.987.965 8,7
Pendapatan 7.070.415 8.494.677 20,14
BII
Simpanan
93
59.507.744 56.465.283 5,39
Aset 71.624.563 71.624.563 0
Biaya Tenaga Kerja 1.137.429 1.137.429 0
Pembiayaan 49.695.623 53.722.271 8,1
Pendapatan 7.688.299 8.311.253 8,1
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
BRI mengalami inefisiensi yang terletak pada input simpanan dan
kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Input simpanan yang
digunakan adalah sebesar 328.778.818 juta, padahal targetnya hanya
sebesar 297.722.969 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar
10,43 persen. Sedangkan jumlah output BRI adalah 241.064.755 juta
(pembiayaan) dan 43.160.319 juta (pendapatan), padahal target yang dapat
dicapai sebesar 295.910.730 juta (pembiayaan) dan 52.979.962 juta
83
(pendapatan). Maka peningkatan efisiensi yang dapat dilakukan sebesar
22,75 persen baik untuk pembiayaan maupun pendapatan.
Ketidakefisienan pada BCA terletak pada input simpanan dan
kedua outputnya, yaitu pembiayaan dan pendapatan. Input simpanan yang
digunakan mencapai 277.533.692 juta, sedangkan target inputnya hanya
sebesar 232.135.821 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar
19,55 persen. Pada sisi lain jumlah output pembiayaannya adalah sebesar
154.001.943 juta, sedangkan jumlah output pendapatannya adalah sebesar
28.998.395. Jumlah output tersebut jauh dari target yang seharusnya dapat
dicapai, yaitu 235.582.617 juta (pembiayaan) dan 44.359.945 juta
(pendapatan). untuk mencapai efisiensi 100 persen, maka dibutuhkan
peningkatan efisiensi sebesar 52,97 persen baik untuk pembiayaan
maupun pendapatan.
BNI mengalami pemborosan pada input simpanan, dikarenakan
ada perbedaan antara nilai actual dan nilai target. Jumlah simpanan yang
digunakan adalah sebesar 190.455.122 juta, padahal target inputnya hanya
berjumlah 183.132.629 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi
sebesar 4 persen. Kedua output BNI juga tidak efisien, karena jumlah
outputnya hanya 133.222.846 juta (pembiayaan) dan 22.964.053 juta
(pendapatan). Padahal target outputnya mencapai 179.932.540 juta
(pembiayaan) dan 31.015.544 juta (pendapatan). Hal yang harus
diupayakan adalah dengan peningkatan efisiensi sebesar 35,06 persen
masing-masing untuk pembiayaan dan pendapatan.
84
Bank CIMB Niaga menjadi bank inefisien selanjutnya dengan
membutuhkan peningkatan efisiensi 16,65 persen untuk input simpanan
dikarenakan penggunaan simpanan sebesar 115.349.204 juta, padahal
targetnya hanya 98.881.669 juta. Kedua outputnya juga mengalami
inefisiensi dengan jumlah 102.074.749 juta (pembiayaan) dan 20.818.413
juta (pendapatan), padahal target yang dapat dicapai sebesar 103.460.905
juta (pembiayaan) dan 21.101.123 juta (pendapatan). Maka dibutuhkan
peningkatan efisiensi sebesar 1,35 persen masing-masing untuk
pembiayaan dan pendapatan. Bank inefisien selanjutnya adalah Bank
Permata dengan jumlah output 50.589.480 juta (pembiayaan) dan
7.070.415 juta (pendapatan), sedangkan target yang dapat dicapai sebesar
54.987.965 juta (pembiayaan) dan 8.494.677 juta (pendapatan). Maka
dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 8,7 persen untuk pembiayaan,
dan 20,14 persen untuk pendapatan.
Bank konvensional terakhir yang mengalami inefisiensi di tahun
2010 adalah BII. Input simpanan yang digunakan BNI adalah 59.507.744
juta, sedangkan target inputnya sebesar 56.465.283 juta. Maka yang harus
diupayakan adalah dengan peningkatan efisiensi input simpanan sebesar
5,39 persen. Pada output BII, jumlah outputnya adalah 49.695.623 juta
(pembiayaan) dan 7.688.299 (pendapatan). Jumlah tersebut tidak seusai
dengan target outputnya yang mencapai 53.722.271 juta (pembiayaan) dan
8.311.253 juta (pendapatan). Maka yang harus diupayakan adalah
85
peningkatan efisiensi sebesar 8,1 persen baik untuk pembiayaan maupun
pendapatan.
Tahun 2010 jumlah bank konvensional yang mampu mencapai
tingkat efisiensi 100 persen berkurang dibanding tahun sebelumnya
menjadi hanya tiga bank. Tabel 4.13 menunjukkan tiga bank konvensional
yang mampu mencapai efisiensi teknik 100 persen dengan nilai actual,
target, dan potential improvement.
Tabel 4.13
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi
Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun 2010
Nama Bank
Tingkat Actual Target Potential
Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement
(Persen)
(Persen)
Bank Danamon
Simpanan
100
79.541.163 79.541.163 0
Aset 113.860.553 113.860.553 0
Biaya Tenaga Kerja 2.545.038 2.545.038 0
Pembiayaan 75.090.482 75.090.482 0
Pendapatan 40.744.621 40.744.621 0
Panin Bank
Simpanan
100
75.054.982 75.054.982 0
Aset 106.507.838 106.507.838 0
Biaya Tenaga Kerja 550.017 550.017 0
Pembiayaan 57.549.199 57.549.199 0
Pendapatan 8.931.165 8.931.165 0
BTN
Simpanan
100
45.332.650 45.332.650 0
Aset 68.334.110 68.334.110 0
Biaya Tenaga Kerja 728.772 728.772 0
Pembiayaan 48.624.640 48.624.640 0
Pendapatan 10.472.735 10.472.735 0
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
86
Pada tahun 2011, tidak terjadi perubahan jumlah dan nama bank
yang inefisien, yaitu Bank Mandiri, BRI, BCA, BNI, Bank Permata, dan
BII. Untuk penjabaran selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.14. Bank
Mandiri tidak menggunakan input simpanannya secara maksimal, hal
tersebut terlihat dengan jumlah simpanan yang tidak sesuai target
inputnya. Jumlah input simpanan yang dialokasikan sebesar 380.236.178
juta, padahal target inputnya adalah 373.097.399 juta. Hal yang mesti
diupayakan adalah dengan peningkatan efisiensi sebesar 1,91 persen.
Disisi lain, output Bank Mandiri berjumlah 273.806.876 juta (pembiayaan)
dan 44.885.941 juta (pendapatan), padahal target yang seharusnya dicapai
adalah 339.128.660 (pembiayaan) dan 62.864.930 (pendapatan). Maka
yang harus dilakukan adalah peningkatan efisiensi sebesar 23,85 persen
(pembiayaan) dan 40,05 persen (pendapatan).
Tabel 4.14
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi
Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun 2011
Nama Bank
Tingkat Actual Target Potential
Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement
(Persen)
(Persen)
Bank Mandiri
Simpanan
81
380.236.178 373.097.399 1,91
Aset 491.224.513 491.224.513 0
Biaya Tenaga Kerja 5.097.336 5.097.336 0
Pembiayaan 273.806.876 339.128.660 23,85
Pendapatan 44.885.941 62.864.930 40,05
BRI
Simpanan
83
372.083.736 365.023.933 1,93
Aset 456.381.943 456.381.943 0
Biaya Tenaga Kerja 7.695.139 7.695.139 0
Pembiayaan 283.877.226 340.326.898 19,88
87
Nama Bank
Tingkat Actual Target Potential
Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement
(Persen)
(Persen)
Pendapatan
53.195.127 63.773.106 19,88
BCA
Simpanan
73
323.457.283 295.536.564 9,44
Aset 378.651.728 378.651.728 0
Biaya Tenaga Kerja 4.820.533 4.820.533 0
Pembiayaan 202.268.609 278.058.376 37,47
Pendapatan 32.660.092 53.185.947 62,84
BNI
Simpanan
74
224.901.974 224.901.974 0
Aset 289.458.487 289.458.487 0
Biaya Tenaga Kerja 4.313.755 4.313.755 0
Pembiayaan 158.164.744 214.770.605 35,79
Pendapatan 27.152.113 39.018.679 43,7
Bank Permata
Simpanan
88
79.258.385 79.258.385 0
Aset 101.537.861 101.537.861 0
Biaya Tenaga Kerja 1.403.686 1.403.686 0
Pembiayaan 65.859.107 74.988.831 13,86
Pendapatan 8.971.378 14.001.685 56,07
BII
Simpanan
93
70.075.044 70.075.044 0
Aset 90.740.977 90.740.977 0
Biaya Tenaga Kerja 1.386.973 1.386.973 0
Pembiayaan 62.574.123 67.379.396 7,68
Pendapatan 9.168.357 12.084.129 31,8
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
BRI mengalami inefisiensi pada input simpanan dengan jumlah
yang dialokasikan sebesar 372.083.736 juta, padahal target efisiensi
inputnya sebesar 365.023.933 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi
sebesar 1,93 persen. Kedua output BRI juga mengalami inefisiensi dengan
jumlah 283.877.226 juta (pembiayaan) dan 340.326.898 juta (pendapatan),
88
padahal target outputnya mencapai 340.326.898 juta (pembiayaan) dan
63.773.106 juta (pendapatan).
BCA merupakan bank konvensional yang tingkat efisiensinya
paling rendah di tahun 2011. Ketidakefisienan BCA terjadi pada input
simpanan dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Input
simpanan BCA berjumlah 323.457.283 juta, sedangkan target inputnya
berjumlah 295.536.564 juta. Maka upaya yang harus dilakukan adalah
dengan peningkatan efisiensi sebesar 9,44 persen. Pada sisi outputnya,
jumlahnya sebesar 202.268.609 juta (pembiayaan) dan 32.660.092 juta
(pendapatan). Jumlah tersebut tidak sesuai dengan target outputnya yang
mencapai 278.058.376 juta (pembiayaan) dan 53.185.947 juta
(pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 37,47 persen
(pembiayaan) dan 62,84 persen (pendapatan).
Bank selanjutnya adalah BNI yang mengalami inefisiensi pada
kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Jumlah output pada BNI
adalah sebesar 158.164.744 juta (pembiayaan) dan 27.152.113 juta
(pendapatan), padahal target outputnya mencapai 214.770.605 juta
(pembiayaan) dan 39.018.679 (pendapatan). Maka tindakan yang harus
dilakukan adalah dengan peningkatan efisiensi sebesar 35,79 persen untuk
pembiayaan dan 43,7 persen untuk pendapatan.
Bank Permata mengalami inefisiensi pada kedua outputnya
(pembiayaan dan pendapatan). Jumlah output adalah 65.859.107 juta
(pembiayaan) dan 14.001.685 juta (pendapatan), sedangkan target yang
89
perlu dicapai sebesar 74.988.831 juta (pembiayaan) dan 14.001.685 juta
(pendapatan)
Bank konvensional terakhir yang mengalami inefisiensi di tahun
2011 adalah BII. Ketidakefisienan BII terjadi pada kedua outputnya
(pembiayaan dan pendapatan). Output BII berjumlah 62.574.123 juta
(pembiayaan) dan 9.168.357 juta (pendapatan). jumlah tersebut tidak
sesuai dengan target outputnya yang mencapai 67.379.396 juta
(pembiayaan) dan 12.084.129 (pendapatan). Maka upaya yang harus
dilakukan adalah dengan peningkatan efisiensi sebesar 7,36 persen
(pembiayaan) dan 12.084.129 persen (pendapatan).
Pada sisi bank konvensional yang efisien, terdapat empat bank
konvensional yang mampu mencapai tingkat efisiensi 100 persen di tahun
2011. Tabel 4.15 menunjukkan bank-bank konvensional yang mampu
mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen beserta nilai actual, target,
dan potential improvement.
Tabel 4.15
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi
Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun 2011
Nama Bank
Tingkat Actual Target Potential
Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement
(Persen)
(Persen)
Bank CIMB Niaga
Simpanan
100
127.652.056 127.652.056 0
Aset 164.238.923 164.238.923 0
Biaya Tenaga Kerja 2.009.404 2.009.404 0
Pembiayaan 120.194.922 120.194.922 0
Pendapatan 23.178.882 23.178.882 0
Bank Danamon
Simpanan
87.993.957 87.993.957 0
90
Nama Bank
Tingkat Actual Target Potential
Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement
(Persen)
(Persen)
Aset
127.128.138 127.128.138 0
Biaya Tenaga Kerja 100 2.695.073 2.695.073 0
Pembiayaan
86.699.835 86.699.835 0
Pendapatan
18.009.027 18.009.027 0
Panin Bank
Simpanan
100
85.536.601 85.536.601 0
Aset 118.991.272 118.991.272 0
Biaya Tenaga Kerja 726.948 726.948 0
Pembiayaan 70.817.519 70.817.519 0
Pendapatan 11.632.924 11.632.924 0
BTN
Simpanan
100
58.649.604 58.649.604 0
Aset 89.253.345 89.253.345 0
Biaya Tenaga Kerja 911.559 911.559 0
Pembiayaan 59.337.756 59.337.756 0
Pendapatan 8.995.123 8.995.123 0
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
Pada tahun 2012, bank konvensional yang mengalami inefisiensi
adalah Bank Mandiri, BCA, BNI, Bank CIMB Niaga, Bank Permata, BII
dan BTN sesuai dengan Tabel 4.16. Input simpanan Bank Mandiri
mengalami inefisiensi karena input simpanannya berjumlah 435.458.912
juta, padahal target inputnya hanya 433.606.868 juta. Maka perbaikan
efisiensi yang harus dilakukan adalah sebesar 0,42 persen. Sedangkan
output Bank Mandiri berjumlah 339.973.690 juta (pembiayaan) dan
48.535.454 juta (pendapatan), padahal target seharusnya mencapai
400.731.101 juta (pembiayaan) dan 57.084.103 juta (pendapatan). Maka
upaya yang harus dilakukan adalah dengan peningkatan efisiensi sebesar
91
17,87 persen untuk output pembiayaan dan 17,61 persen untuk output
pendapatan.
Ketidakefisienan BCA terjadi pada input simpanan dan kedua
outputnya, yakni pembiayaan dan pendapatan. Jumlah simpanan yang
dialokasikan berjumlah 370.278.094 juta, padahal target inputnya hanya
348.173.878. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 6,35 persen.
sedangkan jumlah outputnya adalah sebesar 256.713.553 juta
(pembiayaan) dan 38.541.400 juta (pendapatan), sedangkan target
outputnya mencapai 324.488.653 juta (pembiayaan) dan 48.012.516 juta
(pendapatan). Maka upaya perbaikan yang harus dilakukan adalah dengan
peningkatan efisiensi masing-masing sebesar 26,4 persen untuk output
pembiayaan dan 24,57 persen untuk output pandapatan.
Tabel 4.16
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi
Bank Konvensional yang Inefisien pada Tahun 2012
Nama Bank
Tingkat Actual Target Potential
Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement
(Persen)
(Persen)
Bank Mandiri
Simpanan
85
435.458.912 433.606.868 0,42
Aset 561.164.590 491.224.513 0
Biaya Tenaga Kerja 6.228.024 6.228.024 0
Pembiayaan 339.973.690 400.731.101 17,87
Pendapatan 48.535.454 57.084.103 17,61
BCA
Simpanan
80
370.278.094 348.173.878 6,35
Aset 436.741.456 436.741.456 0
Biaya Tenaga Kerja 5.694.720 5.694.720 0
Pembiayaan 256.713.553 324.488.653 26,4
Pendapatan 38.541.400 48.012.516 24,57
92
Nama Bank
Tingkat Actual Target Potential
Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement
(Persen)
(Persen)
BNI
Simpanan
78
249.027.580 249.027.580 0
Aset 324.781.709 324.781.709 0
Biaya Tenaga Kerja 5.055.376 5.055.376 0
Pembiayaan 192.656.744 247.426.692 28,42
Pendapatan 29.517.085 37.908.430 28,42
Bank CIMB Niaga
Simpanan
95
144.144.127 144.144.127 0
Aset 192.705.029 192.705.029 0
Biaya Tenaga Kerja 2.572.600 2.572.600 0
Pembiayaan 133.605.301 141.359.657 5,8
Pendapatan 19.644.480 20.784.631 5,8
Bank Permata
Simpanan
85
97.884.824 97.060.718 0,85
Aset 132.150.360 132.150.360 0
Biaya Tenaga Kerja 1.850.141 1.850.141 0
Pembiayaan 86.955.200 101.757.967 17,02
Pendapatan 11.534.387 14.279.142 23,8
BII
Simpanan
85
85.469.916 85.069.117 0,47
Aset 111.548.790 111.548.790 0
Biaya Tenaga Kerja 1.662.817 1.662.817 0
Pembiayaan 74.318.622 87.081.526 17,17
Pendapatan 10.198.769 12.628.675 23,82
BTN
Simpanan
98
75.782.530 75.782.530 0
Aset 111.875.325 111.875.325 0
Biaya Tenaga Kerja 1.011.747 1.011.747 0
Pembiayaan 75.410.705 76.649.222 1,64
Pendapatan 9.673.959 9.832.840 1,64
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
Tabel 4.16 menunjukkan bahwa BNI belum mampu menghasilkan
output secara maksimal. Jumlah outputnya sebesar 192.656.744 juta
(pembiayaan) dan 29.517.085 juta (pendapatan), padahal target yang harus
93
dicapai sebesar 247.426.692 juta (pembiayaan) dan 37.908.430 juta
(pendapatan). Maka perbaikan efisiensinya adalah sebesar 28,42 persen
baik untuk pembiayaan maupun pendapatan.
Bank konvensional yang inefisien di tahun 2012 selanjutnya adalah
Bank CIMB Niaga dengan jumlah output sebesar 133.605.301 juta
(pembiayaan) dan 19.644.480 juta (pendapatan), padahal target yang dapat
dicapai sebesar 141.359.657 juta (pembiayaan) dan 20.784.631 juta
(pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 5,8 persen
untuk output pembiayaan dan pendapatan.
Bank Permata mengalami inefisiensi pada input simpanan dan
kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Input simpanan yang
digunakan adalah sebesar 97.884.824 juta, padahal target inputnya hanya
97.060.718 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 0,85
persen. Pada sisi output, jumlahnya adalah 86.955.200 juta (pembiayaan)
dan 11.534.387 juta (pendapatan), padahal target outputnya sebesar
101.757.967 juta (pembiayaan) dan 14.279.142 juta (pendapatan). Maka
dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 17,02 persen untuk output
pembiayaan dan 23,8 persen untuk output pendapatan.
Bank konvensional inefisien selanjutnya adalah BII dengan
inefisiensi yang terjadi pada input simpanan dan kedua outputnya
(pembiayaan dan pendapatan). Input simpanan yang digunakan adalah
sebesar 85.469.916 juta, padahal target yang dibutuhkan hanya 85.069.117
juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 0,47 persen.
94
sedangkan output BII berjumlah 74.318.622 juta (pembiayaan) dan
10.198.769 juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai
87.081.526 juta (pembiayaan) dan 12.628.675 juta (pendapatan). Maka
upaya yang harus dilakukan adalah dengan peningkatan efisiensi sebesar
17,17 persen (pembiayaan) dan 23,82 persen (pendapatan).
Bank inefisien terakhir di tahun 2012 adalah BTN yang
membutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 1,64 persen untuk kedua
outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Hal tersebut dikarenakan jumlah
outputnya sebesar 75.410.705 juta (pembiayaan) dan 9.673.959 juta
(pendapatan), berbeda dengan target outputnya sebesar 76.649.222 juta
(pembiayaan) dan 9.832.840 juta (pendapatan).
Sedangkan bank konvensional yang mampu mencapai tingkat
efisiensi teknik 100 persen di tahun 2012 adalah BRI, Bank Danamon, dan
Panin Bank. Tabel 4.17 menunjukkan nilai actual, target, dan potential
improvement.
Tabel 4.17
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi
Bank Konvensional yang Efisien pada Tahun 2012
Nama Bank
Tingkat Actual Target Potential
Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement
(Persen)
(Persen)
BRI
Simpanan
100
436.084.418 436.084.418 0
Aset 547.591.919 547.591.919 0
Biaya Tenaga Kerja 9.348.523 9.348.523 0
Pembiayaan 347.953.020 347.953.020 0
Pendapatan 69.178.558 69.178.558 0
95
Nama Bank
Tingkat Actual Target Potential
Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement
(Persen)
(Persen)
Bank Danamon
Simpanan
100
90.605.236 90.605.236 0
Aset 130.391.429 130.391.429 0
Biaya Tenaga Kerja 3.063.563 3.063.563 0
Pembiayaan 91.532.966 91.532.966 0
Pendapatan 18.780.212 18.780.212 0
Panin Bank
Simpanan
100
101.503.070 101.503.070 0
Aset 141.788.920 141.788.920 0
Biaya Tenaga Kerja 935.938 935.938 0
Pembiayaan 91.765.984 91.765.984 0
Pendapatan 11.725.984 11.725.984 0
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
2. Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Efisiensi Teknik 10 Bank
Syariah di Indonesia 2008-2012
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode DEA,
tingkat efisiensi teknik 10 bank syariah tahun 2008-2012 dapat dilihat
pada Tabel 4.18. Data statistik tersebut menunjukkan bahwa di tahun 2008
hanya terdapat empat bank syariah yang dianalisis, yaitu Bank Muamalat
Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Syariah Mega
Indonesia (BSMI), dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah. Sedangkan
bank syariah yang belum menyediakan laporan keuangannya pada tahun
2008 adalah Bank Bukopin Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Victoria
Syariah, Bank Central Asia (BCA) Syariah, Bank Jabar Banten (BJB)
Syariah, dan Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah. Pada tahun 2008
terdapat satu bank syariah yang belum mencapai tingkat efisiensi teknik
96
100 persen (inefisien), yaitu BSMI (93 persen). Sedangkan bank yang
mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen (efisien) adalah BMI, BSM,
dan BRI Syariah.
Tabel 4.18
Tingkat Efisiensi Teknik 10 Bank Syariah di Indonesia
Tahun 2008-2012 (Persen)
Nama Bank Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
BMI 100 97 100 92 94
BSM 100 99 96 97 100
BSMI 93 100 93 100 100
BRI Syariah 100 100 100 100 100
Bank Bukopin Syariah* - 100 98 93 98
Bank Panin Syariah** - - 65 100 100
Bank Victoria Syariah** - - 42 100 78
BCA Syariah** - - 74 83 82
BJB Syariah** - - 100 81 88
BNI Syariah** - - 75 93 99
Pencapaian rata-rata 98,25 99,20 84,30 93,90 93,90
Sumber: Data diolah (MaxDEA 5.2)
Keterangan: *) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun 2009
**) Baru menyediakan laporan keuangan pada tahun 2010
Di tahun 2009, bank syariah yang mampu mencapai tingkat
efisiensi teknik 100 persen adalah BSMI, BRI Syariah, dan Bank Bukopin
Syariah. Sedangkan bank syariah yang belum mampu mencapai tingkat
efisiensi 100 persen adalah BMI (97 persen) dan BSM (99 persen).
Pada tahun 2010, lima bank syariah masuk setelah memberikan
laporan keuangannya. Bank syariah tersebut ialah Bank Panin Syariah,
Bank Victoria Syariah, BCA Syariah, BJB Syariah, dan BNI Syariah.
Bank syariah yang mengalami inefisiensi pada tahun tersebut adalah BSM
97
(96 persen), BSMI (93 persen), Bank Bukopin Syariah (98 persen), Bank
Panin Syariah (65 persen), Bank Victoria Syariah (42 peren), BCA Syariah
(74 persen), dan BNI Syariah (75 persen). Adapun bank syariah yang telah
efisien adalah BMI, BRI Syariah, dan BJB Syariah.
Jumlah bank syariah yang mengalami inefisiensi di tahun 2011
berkurang satu setelah terdapat empat bank syariah yang mampu mencapai
tingkat efisiensi teknik 100 persen, yaitu BSMI, BRI Syariah, Bank Panin
Syariah, dan Bank Victoria Syariah. Sedangkan bank syariah yang
inefisien adalah BMI, BSM, Bank Bukopin Syariah, BCA Syariah, BJB
Syariah, dan BNI Syariah.
Pada tahun 2012 BSMI, BRI Syariah, dan Bank Panin Syariah
mampu mempertahankan efisiensi teknik 100 persen. Sedangkan BSM
mampu mencapai tingkat efisiensi teknnik 100 persen setelah pada tahun
sebelumnya berada pada tingkat efisiensi 97 persen. BMI (94 persen),
Bank Bukopin Syariah (98 persen), Bank Victoria Syariah (78 persen),
BCA Syariah (82 persen), BJB Syariah (88 persen), dan BNI Syariah (99
persen) adalah bank-bank syariah yang inefisen di tahun 2012.
Berdasarkan Tabel 4.18, bahwa pencapaian rata-rata bank syariah
pada periode 2008-2012 mengalami fluktuasi. Sempat mengalami
kenaikan efisiensi dari 98,25 persen (2008) menjadi 99,20 persen (2009),
lalu mengalami penurunan menjadi 84,30 persen (2010). Dan pada tahun
2011 mengalami kenaikan efisiensi menjadi 93,90 persen dan tidak ada
98
perubahan pencapaian rata-rata efisiensi setelah pada tahun 2012 kembali
berada pada 93,90 persen.
Tabel 4.19
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi
Bank Syariah yang Inefisien pada Tahun 2008
Nama Bank
Tingkat Actual Target Potential
Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement
(Persen)
(Persen)
BSMI
Simpanan
80
2.626.471 2.626.471 0
Aset 3.096.201 3.096.201 0
Biaya Tenaga Kerja 88.912 88.912 0
Pembiayaan 2.094.011 2.358.207 12,61
Pendapatan 404.138 435.690 7,8
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
Berdasarkan Tabel 4.19, ketidakefisienan BSMI di tahun 2008
terjadi pada kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Jumlah output
BSMI adalah 2.094.011 juta (pembiayaan) dan 404.138 juta (pendapatan),
padahal target outputnya mencapai 2.358.207 juta (pembiayaan) dan
435.690 juta (pendapatan). Maka peningkatan efisiensi yang harus
dilakukan adalah sebesar 12,61 persen (pembiayaan) dan 7,8 persen
(pendapatan).
Bank-bank syariah yang mampu mencapai tingkat efisiensi teknik
100 persen di tahun 2008 adalah BMI, BSM, dan BRI Syariah. Tabel 4.20
menunjukkan nilai actual, target, dan potential improvement bagi bank
syariah yang telah efisien.
99
Tabel 4.20
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi
Bank Syariah yang Efisien pada Tahun 2008
Nama Bank
Tingkat Actual Target Potential
Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement
(Persen)
(Persen)
BMI
Simpanan
100
10.073.953 10.073.953 0
Aset 12.596.715 12.596.715 0
Biaya Tenaga Kerja 136.813 136.813 0
Pembiayaan 10.550.732 10.550.732 0
Pendapatan 1.619.080 1.619.080 0
BSM
Simpanan
100
14.796.479 14.796.479 0
Aset 17.063.838 17.063.838 0
Biaya Tenaga Kerja 297.805 297.805 0
Pembiayaan 13.327.482 13.327.482 0
Pendapatan 2.407.182 2.407.182 0
BRI Syariah
Simpanan
100
39.085 39.085 0
Aset 482.898 482.898 0
Biaya Tenaga Kerja 11.437 11.437 0
Pembiayaan 47.034 47.034 0
Pendapatan 42.168 42.168 0
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
Terdapat dua bank syariah yang belum mampu mencapai tingkat
efisiensi teknik 100 persen, yaitu BMI dan BSM. Tabel 4.21 menunjukkan
bahwa letak ketidakefisienan BMI terletak pada input simpanan dan kedua
outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Input simpanan yang digunakan
adalah sebesar 13.316.898 juta, sedangkan target inputnya adalah
12.140.552 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 9,69
persen. Pada sisi outputnya, jumlahnya adalah 10.699.976 juta
(pembiayaan) dan 1.753.611 juta (pendapatan), padahal target yang harus
100
dicapai sebesar 11.037.520 juta (pembiayaan) dan 1.808.931 juta
(pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 3,15 persen
untuk masing-masing output.
Tabel 4.21
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi
Bank Syariah yang Inefisien pada Tahun 2009
Nama Bank
Tingkat Actual Target Potential
Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement
(Persen)
(Persen)
BMI
Simpanan
97
13.316.898 12.140.552 9,69
Aset 16.027.178 16.027.178 0
Biaya Tenaga Kerja 201.067 201.067 0
Pembiayaan 10.699.976 11.037.520 3,15
Pendapatan 1.753.611 1.808.931 3,15
BSM
Simpanan
99
19.168.005 17.230.648 11,24
Aset 22.029.242 22.029.242 0
Biaya Tenaga Kerja 389.292 389.292 0
Pembiayaan 16.019.535 16.143.256 0,77
Pendapatan 2.835.217 2.857.114 0,77
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
Bank inefisien selanjutnya adalah BSM dengan input simpanan
yang mencapai 19.168.005 juta, padahal targetnya hanya sebesar
17.230.648 juta. Maka peningkatan efisiensi yang harus dilakukan adalah
sebesar 11,24 persen. Di sisi outputnya, jumlahnya sebesar 16.019.535 juta
(pembiayaan) dan 2.835.217 juta (pendapatan). Jumlah tersebut tidak
sesuai dengan target outputnya yang mencapai 16.143.256 juta
(pembiayaan) dan 2.857.114 juta (pembiayaan). Maka upaya perbaikan
101
efisiensi yang dapat dilakukan adalah sebesar 0,77 persen baik untuk
pembiayaan maupun pendapatan.
Bank syariah yang mampu mencapai efisiensi teknik 100 persen di
tahun 2009 adalah BSMI, BRI Syariah, dan Bank Bukopin Syariah. Nilai
actual, target, dan potential improvement dapat dilihat pada Tabel 4.22.
Tabel 4.22
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi
Bank Syariah yang Efisien pada Tahun 2009
Nama Bank
Tingkat Actual Target Potential
Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement
(Persen)
(Persen)
BSMI
Simpanan
100
3.947.370 3.947.370 0
Aset 4.381.991 4.381.991 0
Biaya Tenaga Kerja 188.979 188.979 0
Pembiayaan 3.195.253 3.195.253 0
Pendapatan 826.672 826.672 0
BRI Syariah
Simpanan
100
2.151.086 2.151.086 0
Aset 3.178.386 3.178.386 0
Biaya Tenaga Kerja 90.176 90.176 0
Pembiayaan 2.635.647 2.635.647 0
Pendapatan 309.955 309.955 0
Bukopin Syariah
Simpanan
100
1.271.855 1.271.855 0
Aset 1.976.422 1.976.422 0
Biaya Tenaga Kerja 20.478 20.478 0
Pembiayaan 1.283.682 1.283.682 0
Pendapatan 164.343 164.343 0
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
Berdasarkan Tabel 4.23, BSM mengalami inefisiensi pada input
simpanan dan kedua outputnya di tahun 2010. Input simpanan yang
digunakan adalah sebesar 28.671.278 juta, padahal target inputnya hanya
102
25.485.011 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 12,5
persen. Sedangkan pada sisi output, target output yang seharusnya dicapai
adalah 24.691.405 juta (pembiayaan) dan 4.100.920 juta (pendapatan),
sedangkan jumlah outputnya sebesar 23.777.024 juta (pembiayaan) dan
3.949.053 juta (pendapatan). Upaya perbaikan efisiensi yang dapat
dilakukan adalah sebesar 3,84 persen baik untuk pembiayaan maupun
pendapatan.
Tabel 4.23
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi
Bank Syariah yang Inefisien pada Tahun 2010
Nama Bank
Tingkat Actual Target Potential
Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement
(Persen)
(Persen)
BSM
Simpanan
96
28.671.278 25.485.011 12,5
Aset 32.455.189 32.455.189 0
Biaya Tenaga Kerja 627.225 627.225 0
Pembiayaan 23.777.024 24.691.405 3,84
Pendapatan 3.949.053 4.100.920 3,84
BSMI
Simpanan
93
4.040.981 3.584.276 12,74
Aset 4.660.762 4.660.762 0
Biaya Tenaga Kerja 290.677 118.834 144
Pembiayaan 3.154.012 3.402.762 7,88
Pendapatan 1.050.416 1.133.260 7,88
Bukopin Syariah
Simpanan
98
1.621.914 1.621.914 0
Aset 2.198.542 2.198.542 0
Biaya Tenaga Kerja 41.391 41.391 0
Pembiayaan 1.616.903 1.650.150 2,05
Pendapatan 269.888 294.875 9,26
Panin Syariah
Simpanan
65
309.763 309.763 0
Aset 457.143 457.143 0
Biaya Tenaga Kerja 8.665 6.954 24,6
103
Nama Bank
Tingkat Actual Target Potential
Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement
(Persen)
(Persen)
Pembiayaan
216.096 332.112 53,68
Pendapatan
27.635 47.302 71,16
Victoria Syariah
Simpanan
42
166.581 166.581 0
Aset 336.941 238.025 41,55
Biaya Tenaga Kerja 4.474 4.474 0
Pembiayaan 28.650 151.108 427
Pendapatan 30.300 71.684 136
BCA Syariah
Simpanan
74
556.774 556.774 0
Aset 873.850 834.723 4,69
Biaya Tenaga Kerja 19.010 9.906 91,9
Pembiayaan 433.689 589.493 35,92
Pendapatan 107.041 145.496 35,92
BNI Syariah
Simpanan
75
5.162.728 5.162.728 0
Aset 6.380.269 6.380.269 0
Biaya Tenaga Kerja 77.679 77.679 0
Pembiayaan 3.570.980 4.731.028 32,48
Pendapatan 464.683 624.143 34,31
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
Bank syariah inefisien selanjutnya adalah BSMI dengan
ketidakefisienan terjadi pada dua input (simpanan dan biaya tenaga kerja)
dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Jumlah input
simpanan BSMI adalah 4.040.981 juta (simpanan) dan 290.677 juta (biaya
tenaga kerja), padahal target inputnya hanya 3.584.276 juta (simpanan)
dan 118.834 juta (pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi
sebesar 12,74 persen (simpanan) dan 144 persen (biaya tenaga kerja).
Sedangkan jumlah output BSMI adalah 3.154.012 juta (pembiayaan) dan
1.050.416 juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai 3.402.762
104
juta (pembiayaan) dan 1.133.260 juta (pendapatan). Maka dibutuhkan
peningkatan efisiensi sebesar 7,88 persen baik untuk output pembiayaan
maupun pendapatan.
Bank Bukopin Syariah mengalami inefisiensi pada kedua
outputnya yaitu pembiayaan dan pendapatan. Jumlah output Bank
Bukopin Syariah adalah sebesar 1.616.903 juta (pembiayaan) dan 269.888
juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai 1.650.150 juta
(pembiayaan) dan 294.875 juta (pendapatan). Maka dibutuhkan
peningkatan efisiensi sebesar 2,05 persen (pembiayaan) dan 9,26 persen
(pendapatan).
Bank syariah inefisien selanjutnya adalah Bank Panin Syariah,
ketidakefisienan terjadi pada input biaya tenaga kerja, serta kedua
outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Input biaya tenaga kerjanya
berjumlah 8.665 juta, padahal target yang dibutuhkan adalah 6.954 juta.
Maka diperlukan upaya peningkatan efisiensi sebesar 24,6 persen. Kedua
outputnya juga mengalami inefisiensi dengan jumlah 216.096 juta
(pembiayaan) dan 27.635 juta (pendapatan), padahal target outputnya
mencapai 332.112 juta (pembiayaan) dan 47.302 (pendapatan). Hal
tersebut mengharuskan adanya perbaikan efisiensi sebesar 53,68 persen
untuk output pembiayaan dan 71,16 persen untuk output pendapatan.
Bank Victoria Syariah belum mampu menggunakan total asetnya
secara optimal, hal tersebut dapat dilihat dari jumlah aset sebesar 336.941
juta, sedangkan target inputnya sebesar 238.025 juta. Maka diperlukan
105
peningkatan efisiensi sebesar 41,55 persen. Output yang dihasilkan juga
tidak optimal dengan jumlah 28.650 juta (pembiayaan) dan 30.300 juta
(pendapatan), padahal target outputnya mencapai 151.108 juta
(pembiayaan) dan 71.684 juta (pendapatan). Maka dibutuhkan
peningkatan efisiensi sebesar 427 persen (pembiayaan) dan 136 persen
(pendapatan).
BCA Syariah mengalami inefisiensi pada input (aset dan biaya
tenaga kerja) dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). jumlah
aset BCA Syariah adalah 873.850 juta, padahal targetnya sebesar 4,69
persen. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 4,69 persen. Input
biaya tenaga kerja juga terjadi pemborosan dengan penggunaan sebesar
19.010 juta, padahal target yang dibutuhkan hanya 9.906 juta. Maka
dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 91,9 persen. Pada sisi output,
jumlahnya adalah sebesar 433.689 juta (pembiayaan) dan 107.041 juta
(pendapatan), padahal target outputnya mencapai 589.493 juta
(pembiayaan) dan 145.496 juta (pendapatan). Maka dibutuhkan
peningkatan efisiensi sebesar 35,92 persen masing-masing untuk
pembiayaan dan pendapatan.
Bank syariah terakhir di tahun 2010 yang mengalami inefisiensi
adalah BNI Syariah. Jumlah outputnya sebesar 3.570.980 juta
(pembiayaan) dan 464.683 juta (pendapatan), padahal target outputnya
mencapai 4.731.028 juta (pembiayaan) dan 624.143 juta (pendapatan).
106
Maka yang harus dilakukan adalah peningkatan efisiensi sebesar 32,48
persen (pembiayaan) dan 34,31 persen (pembiayaan).
Bank syariah yang berhasil mencapai tingkat efisiensi teknik 100
persen adalah BMI, BRI Syariah, dan BJB Syariah. Tabel 4.24
menunjukkan nilai actual, target, dan potential improvement bank-bank
syariah tersebut.
Tabel 4.24
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi
Bank Syariah yang Efisien pada Tahun 2010
Nama Bank
Tingkat Actual Target Potential
Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement
(Persen)
(Persen)
BMI
Simpanan
100
17.442.568 17.442.568 0
Aset 21.449.981 21.449.981 0
Biaya Tenaga Kerja 245.419 245.419 0
Pembiayaan 15.868.648 15.868.648 0
Pendapatan 2.022.019 2.022.019 0
BRI Syariah
Simpanan
100
5.762.953 5.762.953 0
Aset 6.866.528 6.866.528 0
Biaya Tenaga Kerja 196.604 196.604 0
Pembiayaan 5.496.519 5.496.519 0
Pendapatan 884.233 884.233 0
BJB Syariah
Simpanan
100
1.321.909 1.321.909 0
Aset 1.933.567 1.933.567 0
Biaya Tenaga Kerja 33.161 33.161 0
Pembiayaan 1.417.027 1.417.027 0
Pendapatan 159.038 159.038 0
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
Berdasarkan Tabel 4.25, terdapat enam bank syariah yang inefisien
di tahun 2011, yaitu BMI, BSM, Bank Bukopin Syariah, BCA Syariah,
107
BJB Syariah, dan BNI Syariah. BMI mengalami inefisiensi pada input
simpanan dan kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Jumlah
simpanan BMI adalah 29.167.560 juta, padahal target inputnya hanya
25.920.838 juta. Maka diperlukan peningkatan efisiensi sebesar 12,52
persen. Sedangkan jumlah output BMI sebesar 22.398.037 juta
(pembiayaan) dan 3.108.842 juta (pendapatan), padahal target outputnya
mencapai 24.296.352 juta (pembiayaan) dan 4.460.414 juta (pendapatan).
Maka peningkatan efisiensi yang dibutuhkan adalah sebesar 8,47 persen
(pembiayaan) dan 43,47 persen (pendapatan).
Tabel 4.25
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi
Bank Syariah yang Inefisien pada Tahun 2011
Nama Bank
Tingkat Actual Target Potential
Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement
(Persen)
(Persen)
BMI
Simpanan
92
29.167.560 25.920.838 12,52
Aset 32.529.678 32.529.678 0
Biaya Tenaga Kerja 494.942 494.942 0
Pembiayaan 22.398.037 24.296.352 8,47
Pendapatan 3.108.842 4.460.414 43,47
BSM
Simpanan
97
42.133.653 40.458.578 4,14
Aset 48.694.167 48.694.167 0
Biaya Tenaga Kerja 992.864 992.864 0
Pembiayaan 36.472.627 37.643.503 3,21
Pendapatan 6.089.553 6.337.777 4,07
Bukopin Syariah
Simpanan
93
2.291.738 2.195.084 4,4
Aset 2.730.873 2.730.873 0
Biaya Tenaga Kerja 44.443 44.443 0
Pembiayaan 1.916.219 2.054.307 7,2
Pendapatan 315.671 370.560 17,38
108
Nama Bank
Tingkat Actual Target Potential
Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement
(Persen)
(Persen)
BCA Syariah
Simpanan
83
864.135 864.135 0
Aset 1.217.765 1.217.765 0
Biaya Tenaga Kerja 32.755 32.755 0
Pembiayaan 681.322 816.318 19,81
Pendapatan 150.808 180.689 19,81
BJB Syariah
Simpanan
81
2.218.533 2.218.533 0
Aset 2.849.451 2.849.451 0
Biaya Tenaga Kerja 64.417 64.417 0
Pembiayaan 1.769.445 2.191.403 23,84
Pendapatan 273.494 338.714 23,84
BNI Syariah
Simpanan
93
6.756.261 6.713.040 0,64
Aset 8.466.887 8.466.887 0
Biaya Tenaga Kerja 183.764 183.764 0
Pembiayaan 5.310.291 5.696.469 7,27
Pendapatan 1.234.078 1.323.823 7,27
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
BSM juga mengalami inefisiensi pada input simpanan dan kedua
outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Jumlah simpanan yang
dialokasikan sebesar 42.133.653 juta, sedangkan targetnya sebesar
40.458.578 juta. Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 4,14
persen. Pada sisi output, jumlahnya adalah sebesar 36.472.627 juta
(pembiayaan) dan 6.089.553 juta (pendapatan). Maka dibutuhkan
peningkatan efisiensi sebesar 3,21 persen (pembiayaan) dan 4,07 persen
(pendapatan).
Bank Bukopin Syariah membutuhkan peningkatan efisiensi sebesar
4,4 persen dikarenakan jumlah actual simpanan (2.291.738 juta) lebih
109
besar dari targetnya (2.195.084 juta). Sedangkan jumlah outputnya adalah
1.916.219 juta (pembiayaan) dan 315.671 juta (pendapatan), padahal target
outputnya mencapai 2.054.307 juta (pembiayaan) dan 370.560 juta
(pendapatan). maka membutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 7,2
persen (pembiayaan) dan 370.560 juta (pendapatan).
Bank selanjutnya adalah BCA Syariah yang mengalami inefisiensi
pada kedua outputnya dengan jumlah 681.322 juta (pembiayaan) dan
150.808 juta (pendapatan), padahal target outputnya mencapai 816.318
juta (pembiayaan) dan 180.689 juta (pendapatan). Maka perbaikan
efisiensi yang harus dilakukan adalah masing-masing sebesar 19,81 persen
untuk pembiayaan dan pendapatan.
BJB Syariah juga mengalami inefisiensi pada kedua outputnya
sebesar 1.769.445 juta (pembiayaan) dan 273.494 juta (pendapatan),
padahal target outputnya mencapai 2.191.403 juta (pembiayaan) dan
338.714 juta (pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar
23,84 persen untuk masing-masing output. Dan bank syariah terakhir yang
mengalami inefisiensi pada tahun 2011 adalah BNI Syariah, dimana
ketidakefisienan terjadi pada input simpanan dan kedua outputnya
(pembiayaan dan pendapatan). Jumlah simpanan BNI Syariah adalah
6.756.261 juta, sedangkan targetnya sebesar 6.713.040 juta. Maka
dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 0,64 persen. Pada sisi outputnya,
jumlahnya sebesar 5.310.291 juta (pembiayaan) dan 1.234.078 juta
(pendapatan), padahal target outputnya mencapai 5.696.469 juta
110
(pembiayaan) dan 1.323.823 juta (pendapatan). Maka dibutuhkan
peningkatan efisiensi masing-masing sebesar 7,27 persen.
Terdapat empat bank syariah yang mampu mencapai tingkat
efisiensi 100 persen di tahun 2011, yaitu BSMI, BRI Syariah, Bank Panin
Syariah, dan Bank Victoria Syariah. Nilai actual, target, dan potential
improvement Bank syariah tersebut ditunjukkan pada Tabel 4.26.
Tabel 4.26
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi
Bank Syariah yang Efisien pada Tahun 2010
Nama Bank
Tingkat Actual Target Potential
Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement
(Persen)
(Persen)
BSMI
Simpanan
100
4.928.442 4.928.442 0
Aset 5.582.305 5.582.305 0
Biaya Tenaga Kerja 309.747 309.747 0
Pembiayaan 4.094.797 4.094.797 0
Pendapatan 1.078.207 1.078.207 0
BRI Syariah
Simpanan
100
9.906.411 9.906.411 0
Aset 11.265.253 11.265.253 0
Biaya Tenaga Kerja 312.778 312.778 0
Pembiayaan 9.128.752 9.128.752 0
Pendapatan 1.354.424 1.354.424 0
Panin Syariah
Simpanan
100
419.771 419.771 0
Aset 1.016.792 1.016.792 0
Biaya Tenaga Kerja 14.955 14.955 0
Pembiayaan 684.117 684.117 0
Pendapatan 80.570 80.570 0
Victoria Syariah
Simpanan
100
465.036 465.036 0
Aset 636.421 636.421 0
Biaya Tenaga Kerja 8.666 8.666 0
Pembiayaan 214.280 214.280 0
Pendapatan 107.114 107.114 0
111
Tabel 4.27 menunjukkan bahwa pada tahun 2012, terdapat enam
bank yang mengalami inefisiensi, yaitu BMI, Bank Bukopin Syariah, Bank
Victoria Syariah, BCA Syariah, BJB Syariah, dan BNI Syariah.
Tabel 4.27
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi
Bank Syariah yang Inefisien pada Tahun 2012
Nama Bank
Tingkat Actual Target Potential
Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement
(Persen)
(Persen)
BMI
Simpanan
94
39.420.574 33.985.312 15,99
Aset 44.932.176 44.932.176 0
Biaya Tenaga Kerja 660.746 660.746 0
Pembiayaan 32.766.528 34.970.530 6,72
Pendapatan 3.949.498 5.035.394 23,49
Bukopin Syariah
Simpanan
98
2.850.784 2.850.784 0
Aset 3.619.863 3.619.863 0
Biaya Tenaga Kerja 50.471 50.471 0
Pembiayaan 2.627.337 2.677.237 1,89
Pendapatan 400.760 408.371 1,89
Victoria Syariah
Simpanan
78
646.323 646.323 0
Aset 940.160 930.134 1,07
Biaya Tenaga Kerja 22.166 21.854 1,42
Pembiayaan 476.814 652.941 36,93
Pendapatan 104.121 133.967 28,66
BCA Syariah
Simpanan
82
1.261.822 1.261.822 0
Aset 1.614.555 1.614.555 0
Biaya Tenaga Kerja 39.036 35.332 10,48
Pembiayaan 1.008.423 1.225.229 21,5
Pendapatan 185.980 225.965 21,5
BJB Syariah
Simpanan
88
3.362.073 3.362.073 0
Aset 4.275.080 4.275.080 0
Biaya Tenaga Kerja 78.070 67.006 16,51
Pembiayaan 2.960.606 3.375.876 14,02
112
Nama Bank
Tingkat Actual Target Potential
Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement
(Persen)
(Persen)
Pendapatan
383.527 502.657 31,06
BNI Syariah
Simpanan
99
8.980.035 8.073.850 11,22
Aset 10.640.032 10.640.032 0
Biaya Tenaga Kerja 280.613 280.613 0
Pembiayaan 7.692.138 7.788.170 1,24
Pendapatan 1.573.811 1.593.459 1,24
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
BMI mengalami inefisiensi pada input simpanan dan kedua
outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Jumlah simpanan BMI adalah
39.420.574 juta, padahal target simpanannya adalah 33,985.312 juta. Maka
diperlukan peningkatan efisiensi sebesar 15,99 persen. Sedangkan jumlah
output BMI sebesar 32.766.528 juta (pembiayaan) dan 3.949.498 juta
(pendapatan), padahal target outputnya mencapai 34.970.530 juta
(pembiayaan) dan 5.035.394 juta (pendapatan). Maka dibutuhkan
peningkatan efisiensi sebesar 6,72 persen (pembiayaan) dan 23,49 persen
(pendapatan).
Bank selanjutnya adalah Bank Bukopin Syariah yang mengalami
inefisiensi pada kedua outputnya (pembiayaan dan pendapatan). Jumlah
outputnya adalah 2.627.337 juta (pembiayaan) dan 400.760 juta
(pendapatan), padahal target yang harus dicapai sebesar 2.677.237 juta
(pembiayaan) dan 408.371 (pendapatan). Hal tersebut mengharuskan
adanya peningkatan efisiensi sebesar 1,89 persen baik untuk pembiayaan
maupun pendapatan.
113
Bank Victoria Syariah belum mampu menggunakan asetnya secara
optimal dikarenakan masih membutuhkan peningkatan efisiensi sebesar
1,07 persen. Input biaya tenaga kerja juga mengalami pemborosan dengan
membutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 1,42 persen. Sedangkan pada
sisi outputnya berjumlah 476.814 juta (pembiayaan) dan 104.121 juta
(pendapatan), padahal targetnya mencapai 652.941 juta (pembiayaan) dan
133.967 juta (pendapatan). Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan
upaya peningkatan efisiensi sebesar 36,93 persen (pembiayaan) dan 28,66
persen (pendapatan).
Bank syariah inefisien selanjutnya adalah BJB Syariah dengan
input biaya tenaga kerja dan output (pembiayaan dan pendapatan) yang
mengalami inefisiensi. Target input biaya tenaga kerja adalah sebesar
67.006 juta, namun yang digunakan adalah 78.070 juta. Maka perbaikan
efisiensi yang mesti dilakukan adalah sebesar 16,51 persen. Di sisi lain,
outputnya berjumlah 2.960.606 juta (pembiayaan) dan 383.527 juta
(pendapatan), padahal target outputnya mencapai 3.375.876 juta
(pembiayaan) dan 502.657 juta (pendapatan). Maka peningkatan efisiensi
output yang harus dilakukan adalah sebesar 14,02 persen untuk
pembiayaan dan 31,06 persen untuk pendapatan.
Bank syariah inefisien terkahir di tahun 2012 adalah BNI Syariah
dengan input simpanan dan kedua outputnya (pembiayaan dan
pendapatan) yang mengalami inefisiensi. Jumlah simpanannya adalah
sebesar 8.980.035 juta, padahal targetnya hanya 8.073.850 juta. Maka
114
dibutuhkan peningkatan efisiensi sebesar 11,22 persen. Sedangkan jumlah
outputnya adalah 7.692.138 (pembiayaan) dan 1.573,811 juta
(pendapatan), padahal targetnya mencapai 7.788.170 juta (pembiayaan)
dan 1.593.459 juta (pendapatan). Maka dibutuhkan peningkatan efisiensi
masing-masing sebesar 1,24 persen.
Di tahun 2012 terdapat empat bank syariah yang mampu mencapai
tingkat efisiensi 100 persen, yaitu BSM, BSMI, BRI Syariah, dan Bank
Panin Syariah. Nilai actual, target, dan potential improvement bagi bank-
bank efisien tersebut ditunjukkan pada Tabel 4.28.
Tabel 4.28
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output Bagi
Bank Syariah yang Efisien pada Tahun 2012
Nama Bank
Tingkat Actual Target Potential
Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement
(Persen)
(Persen)
BSM
Simpanan
100
46.687.969 46.687.969 0
Aset 54.244.054 54.244.054 0
Biaya Tenaga Kerja 979.926 979.926 0
Pembiayaan 44.357.760 44.357.760 0
Pendapatan 7.116.458 7.116.458 0
BSMI
Simpanan
100
7.090.422 7.090.422 0
Aset 8.212.763 8.212.763 0
Biaya Tenaga Kerja 323.224 323.224 0
Pembiayaan 6.213.570 6.213.570 0
Pendapatan 1.452.941 1.452.941 0
BRIS
Simpanan
100
11.948.889 11.948.889 0
Aset 14.088.914 14.088.914 0
Biaya Tenaga Kerja 323.283 323.283 0
Pembiayaan 11.417.499 11.417.499 0
Pendapatan 1.686.474 1.686.474 0
115
Nama Bank
Tingkat Actual Target Potential
Efisiensi (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) Improvement
(Persen)
(Persen)
BPS
Simpanan
100
1.223.578 1.223.578 0
Aset 2.133.071 2.133.071 0
Biaya Tenaga Kerja 18.815 18.815 0
Pembiayaan 1.512.773 1.512.773 0
Pendapatan 167.584 167.584 0
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
3. Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Selama Periode 2008-
2012
Perhitungan dengan metode DEA tidak hanya mengukur efisiensi
dari masing-masing sampel bank yang diteliti, tetapi juga memberikan
referensi atau acuan bagi bank yang berada dalam kondisi inefisien
menjadi efisien (Muharam dan Pusvitasari, 2007). Bank–bank yang
inefisien diharapkan mengacu kepada bank yang telah efisien dengan
menggunakan bobot input-output yang telah ditetapkan. Hasil output dari
perhitungan DEA dengan bantuan software MaxDEA telah memberikan
referensi atau acuan bagi bank-bank inefisien setiap tahunnya selama
periode 2008-2012.
Tabel 4.29 menunjukkan bank-bank yang belum efisien pada tahun
2008 diharapkan mengacu kepada bank-bank yang telah efisien
berdasarkan benchmark dan lambda yang telah ditentukan. Benchmark
adalah bank yang dijadikan acuan bagi bank yang inefisien, sedangkan
116
lambda adalah bobot input-output yang hendaknya digunakan untuk
mencapai tingkat efisiensi 100 persen.
Tabel 4.29
Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Tahun 2008
Kode Bank Benchmark (Lambda)
BM BDI (0,0652106); BMI (22,1470532); BSM (3,0817991)
BRI BDI (0,7211188); BSM (9,9873487)
BCA BMI (12,9484333); BSM (4,7823475)
BNI BDI (0,2733730); BMI (7,0080180); BSM (4,8905445)
BCN BMI (5,0749182); BRIS (11,1288432)
BDI -
PB -
BP BDI (0,0755971); BMI (3,2673074); BSM (0,2876989)
BII BDI (0,1337630); BMI (0,9704657); BSM (1,6200825)
BTN BMI (3,0769584); BRIS (13,0562967)
BMI -
BSM -
BSMI BDI (0,0035520); BSM (0,1596239)
BRIS -
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
Untuk mencapai tingkat efisiensi 100 persen disarankan bank-bank
yan inefisien mengacu kepada benchmark dan lambda yang telah
ditetapkan. Bank Mandiri (BM) hendaknya menggunakan 0,0652106
input-output Bank Danamon Indonesia (BDI), 22,1470532 input-output
Bank Muamalat Indonesia (BMI), dan 3,0817991 input-output Bank
Syariah Mandiri (BSM). Sedangkan Bank Rakyat Indonesia (BRI)
hendaknya menggunakan 0,7211188 input-output BDI dan 9,9873487
input-output BSM. Bank Central Asia (BCA) mengacu kepada BMI dan
BSM dengan menggunakan 12,9484333 input-output BMI dan 4,7823475
117
input-output BSM. Bank Negara Indonesia (BNI) hendaknya mengacu
pada BDI, BMI, dan BSM dan menggunakan input-output yang telah
ditetapkan. Bank CIMB Niaga (BCN) mengacu kepada BMI dan Bank
Rakyat Indonesia Syariah (BRIS). Bank Permata (BP) dan Bank
Internasional Indonesia (BII) hendaknya mengacu pada BDI, BMI, dan
BSM dan dengan menggunakan input-output yang telah ditetapkan. Bank
Tabungan Negara (BTN) mengacu kepada BMI dan BRIS, sedangkan
BSMI mengacu kepada BDI dan BSM.
Tabel 4.30 menunjukkan bahwa di tahun 2009 terdapat tujuh bank
yang menjadi acuan bagi bank-bank yang inefisien, yaitu BCN, BDI, PB,
BTN, BSMI, BRIS, dan Bank Bukopin Syariah (BBS).
Tabel 4.30
Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Tahun 2009
Kode Bank Benchmark (Lambda)
BM BCN (0,4909990); BDI (0,8832634); PB (3,0976221)
BRI BCN (1,9238457); BDI (0,8590922); BSMI (5,9604841)
BCA BCN (0,1730336); BDN (1,4088696); PB (1,6582185)
BNI BCN (1,0163105); BDI (0,6544419); PB (0,7116756)
BCN -
BDI -
PB -
BP BCN (0,4687299); BSMI (1,1763047); BRI S (0,2122109)
BII BCN (0,3524835); BDI (0,1191910); PB (0,1250125)
BTN -
BMI BCN (0,0657542); PB (0,0702336); BTN (0,0625135)
BSM BCN (0,1520188); BDI (0,0432104); PB (0,0211140)
BSMI -
BRIS -
BBS -
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
118
Bank-bank inefisien di tahun 2009 hendaknya mengacu kepada
benchmark dan lambda yang telah ditentukan untuk mencapai tingkat
efisiensi 100 persen.
Di tahun 2010 terdapat enam bank yang menjadi acuan bagi bank
inefisien yaitu BDI, PB, BTN, BMI, BRIS, dan Bank Jabar Banten Syariah
(BJBS). Tabel 4.31 menunjukkan bahwa bank-bank yang inefisien agar
mengacu kepada benchmark dan lambda yang telah ditentukan
Tabel 4.31
Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Tahun 2010
Kode Bank Benchmark (Lambda)
BM BTN (3,4356639); BMI (7,9855944); BRIS (0,3943549)
BRI BTN (2,6861877); BMI (3,2840440); BRIS (20,5916655)
BCA BTN (3,1091292); BMI (3,3517109); BRIS (5,6790866)
BNI BTN (1,4620334); BMI (3,4014275); BRIS (9,9818877)
BCN BTN (1,7395941); BMI (0,2890677); BRIS (2,5992190)
BDI -
PB -
BP BTN (0,2419185); BMI (1,8698466); BRIS (2,4657114)
BII BTN (0,2226463); BMI (1,7355773); BRIS (2,7935695)
BTN -
BMI -
BSM BTN (0,1275651); BMI (0,3943594); BRIS (2,2251625)
BSMI BDI (0,0204381); BRIS (0,3398612)
BRIS -
BBS BTN (0,0149085); BRIS (0,1305475); BJBS (0,1465566)
BPS BTN (0,0019994); BJBS (0,1657637)
BVS BDI (0,0016580); PB (0,0004623)
BCAS BDI (0,0007542); BTN (0,0109587)
BJBS -
BNIS BTN (0,0032152); BMI (0,2740529); BRIS (0,0410880)
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
119
Pada tahun 2011 jumlah bank yang menjadi acuan bertambah
menjadi delapan bank yang terdiri dari BCN, BDI, PB, BTN, BSMI,
BRIS, Bank Panin Syariah (BPS), dan Bank Victoria Syariah (BVS).
Benchmark beserta lambda-nya bagi bank-bank inefisien ditunjukkan pada
Tabel 4.32.
Tabel 4.32
Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Tahun 2010
Kode Bank Benchmark (Lambda)
BM BCN (2,0837623); PB (1,2521055)
BRI BCN (2,1684574); BSMI (3,5848360); BRIS (7,1214721)
BCA BCN (2,2318396); BRIS (1,0738144)
BNI BCN (1,3903076); BRIS (4,2231190); BPS (13,3177249)
BCN -
BDI -
PB -
BP BCN (0,5452449); BRIS (0,8957700); BPS (1,8650323)
BII BCN (0,4134188); BRIS (1,4976982); BPS (5,8709799)
BTN -
BMI BCN (0,1600522); BRIS (0,5541708)
BSM BCN (0,1407955); BRIS (2,2698176)
BSMI -
BRIS -
BBS BCN (0,0123024); BRIS (0,0630560)
BPS -
BVS -
BCAS BDI (0,0063805); BSMI (0,0424308); BPS (0,0942878); BVS (0,1160976)
BJBS BCN (0,0037452); BSMI (0,0073595); BRIS (0,1519718); BPS (0,4733064)
BNIS BCS (0,0327639); BSMI (0,3247697); BVS (1,9999694)
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
Di tahun 2012 jumlah bank yang menjadi acuan tidak mengalami
perubahan yaitu enam bank, namun dengan komposisi yang berbeda,
120
terdiri dari BRI, BDI, PB, BSM, BSMI, dan BPS. Tabel 4.33 menunjukkan
benchmark (lambda) bagi bank-bank inefisien dan bank-bank inefisien
diharapkan mengacu pada bank-bank yang telah ditetapkan sebagai
referensinya.
Tabel 4.33
Bank Acuan Bagi Bank-Bank yang Inefisien Tahun 2012
Kode Bank Benchmark (Lambda)
BM PB (2,4051026); BSM (4,0584667)
BRI -
BCA PB (1,3504001); BSM (4,5215957)
BNI BDI (0,3091821); PB (0,2732453); BSM (3,3601896); BPS (29,7475114)
BCN BDI (0,1443152); PB (0,4272432); BSM (1,4580448); BPS (16,0421071)
BDI -
PB -
BP BSM (1,3650010); BPS (27,2410875)
BII BSM (1,3538227); BPS (17,8671781)
BTN BDI (0,0370435); PB (0,4157643); BSM (0,1693259); BPS (18,2410594)
BMI BSM (0,5272933); BPS (7,6554638)
BSM -
BSMI -
BRIS BSM (0,2483356); BPS (0,2898101)
BBS BDI (0,0023968); PB (0,0101218); BSM (0,0341825); BPS (0,0084321)
BPS -
BVS BDI (0,0071334)
BCAS BDI (0,0059230); BSM (0,0138203); BSMI (0,0112720)
BJBS BSM (0,0584234); BPS (0,5184807)
BNIS BDI (0,0504363); BSM (0,0292912); BSMI (0,3013239)
Sumber: Data diolah (Output MaxDEA 5.2)
121
4. Perbandingan Efisiensi Bank Konvensional dan Bank Syariah di
Indonesia Tahun 2008-2012
a) Hasil Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov Test)
Sebelum menguji perbedaan tingkat efisiensi antara bank
konvensional dan bank syariah, maka dilakukan uji normalitas dahulu
sebagai syarat uji beda independent sample t-test. Uji normalitas dalam
penelitian ini akan menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov.
Tabel 4.34
Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Tahun2008 Tahun2009 Tahun2010 Tahun2011 Tahun2012
N 14 15 20 20 20
Normal Parametersa,b
Mean 89.3571 93.2667 86.0500 91.5500 92.2500
Std.
Deviation 12.11869 9.58024 16.41397 9.29332 8.52164
Most Extreme
Differences
Absolute .190 .259 .242 .218 .250
Positive .190 .241 .198 .182 .182
Negative -.190 -.259 -.242 -.218 -.250
Kolmogorov-Smirnov Z .711 1.001 1.080 .977 1.118
Asymp. Sig. (2-tailed) .694 .268 .194 .296 .164
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data diolah (Output SPSS. 20)
Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan
IBM SPSS Statistics 20 (lihat Tabel 4.34) menunjukkan bahwa nilai K-S
untuk variabel I (efisiensi tahun 2008) sebesar 0,711 dengan probabilitas
signifikasi 0,694 dan nilainya jauh diatas α = 0,05, hal ini berarti bahwa H0
diterima atau data berdistribusi normal. Variabel II (efisiensi tahun 2009)
122
mempunyai nilai K-S = 1,001 dengan probabilitas signifikasi 0,268 dan
nilainya diatas α = 0,05, hal ini berarti bahwa H0 diterima atau data
berdistribusi normal. Variabel III (efisiensi tahun 2010) memiliki nilai K-S
= 1,080 dengan probabilitas signifikasi 0,194 dan nilainya diatas α = 0,05,
hal ini berarti bahwa H0 diterima atau data berdistribusi normal.
Selanjutnya adalah variabel IV (efisiensi tahun 2011) memiliki nilai K-S =
0,977 dengan probabilitas signifikasi 0,296 dan nilainya jauh diatas α =
0,05, hal ini berarti bahwa H0 diterima atau data berdistribusi normal. Dan
yang terakhir adalah variabel V (efisiensi tahun 2012) yang memiliki nilai
K-S = 1,118 dengan probabilitas signifikasi 0,164 dan nilainya berada
diatas α = 0,05, hal ini berarti bahwa H0 diterima atau data berdistribusi
normal. Berdasarkan Tabel 4.34, data nilai efisiensi yang dihasilkan dari
metode DEA pada masing-masing bank di tahun 2008-2012 seluruhnya
berdistribusi normal.
b) Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test
Dari hasil pengujian Levene’s test untuk kesamaan ragam, diperoleh
nilai sig F sebesar 0,453 (sig > α 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa
kedua populasi berasal dari ragam yang sama. Karena kedua ragam sama,
maka menggunakan uji t pada baris pertama (equal variance assumed)
(Nurjannah, 2008: 14).
Besar t hitung yang diperoleh adalah -1,548 sedangkan nilai t tabel
dengan α = 0,05 dan Df = 87 didapat angka 1,99 maka dapat disimpulkan
123
bahwa t hitung < t tabel sehingga H0 diterima. Berdasarkan nilai
probabilitasnya diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,125. Karena
probabilitas α > = 0,05 maka H0 diterima. Dengan melihat perbandingan
nilai t dan probabilitas yang didapat, maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat perbedaan efisiensi antara bank konvensional dengan bank
syariah selama periode 2008-2012.
Tabel 4.35
Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test
Sumber: Data diolah (SPSS 20)
5. Analisis dan Interpretasi
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa jumlah input dan output
baik untuk bank konvensional maupun bank syariah mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Sedangkan pencapaian rata-rata efisiensi
teknik bank konvensional dan bank syariah mengalami fluktuasi selama
periode pengamatan. Di sisi lain, ada beberapa bank konvensional maupun
bank syariah yang mengalami inefisiensi. Ketidakefisienan tersebut
disebabkan kurang maksimalnya penggunaan input dan outputnya baik
oleh bank konvensional maupun bank syariah. Inefisiensi terjadi pada
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Efisiensi Equal variances assumed .567 .453 -1.548 87 .125
Equal variances not assumed -1.529 77.351 .130
124
variabel input (simpanan, aset, dan biaya tenaga kerja) dan variabel
outputnya (pembiayaan dan pendapatan).
Sutawijaya dan Lestari (2009:53) menyatakan bahwa pengukuran
efisiensi teknik cenderung terbatas hanya pada hubungan teknik dan
operasional dalam proses konversi input menjadi output. Hal tersebut
berarti bahwa untuk meningkatkan efisiensi teknik hanya perlu
menggunakan kebijakan mikro yang bersifat intenal, yaitu dengan cara
pengendalian dan mengalokasikan sumber daya secara optimal.
Pertama, ketidakefisienan penggunaan input simpanan oleh bank
konvensional dan bank syariah terlihat dengan jumlah input simpanan
yang masih lebih besar dibandingkan targetnya. Hal ini menandakan
bahwa perannya sebagai input tidak maksimal untuk menghasilkan output.
Upaya yang bisa dilakukan adalah dengan mengalokasikan input simpanan
yang berlebih ke bagian total aset khususnya aset yang bersifat produktif.
Cara ini dapat dilakukan dengan peningkatan jumlah pemberian kredit
atau pembiayaan seperti kredit produktif dan kredit perdagangan untuk
bank konvensional, serta pembiayaan mudharabah, istishna, dan ijarah
untuk bank syariah. Salah satu cara lainnya adalah dengan menaikkan
biaya administrasi pada dana simpanan seperti tabungan, sehingga
pendapatan bank dapat lebih baik lagi. Kenaikan biaya administrasi juga
harus diikuti dengan peningkatan kualitas pelayanan bank agar bank
tersebut tetap dapat mampu bersaing.
125
Kedua, ketidakefisienan input aset terjadi karena penggunaan
jumlah aset melebihi target yang dibutuhkan. Aset adalah seluruh
kekayaan yang dimiliki oleh bank meliputi kas, giro pada Bank Indonesia,
penempatan pada bank lain, surat berharga yang dimiliki, pembiayaan atau
kredit, dan aktiva tetap yang dimiliki. Solusi yang dapat dilakukan adalah
dengan menambah porsi pembiayaan yang merupakan bagian dari aset
total itu sendiri. Meningkatnya jumlah pembiayaan akan memperlancar
proses intermediasi baik bank konvensional maupun bank syariah dan
menambah pendapatan operasional terutama yang berasal dari penyaluran
dana. Sedangkan aset tetap yang telah dimiliki oleh bank tidak perlu
dikurangi, hanya saja harus digunakan secara maksimal agar tidak terjadi
inefisiensi. Pembelian aset tetap seyogyanya harus sejalan dengan
penggunaannya secara maksimal sehingga berpengaruh positif terhadap
pendapatan bank.
Ketiga, inefisiensi input biaya tenaga kerja terjadi karena jumlah
biaya tenaga kerja yang harus dikeluarkan lebih besar dari yang
dibutuhkan. Besarnya biaya tenaga kerja bisa diakibatkan karena
banyaknya jumlah tenaga kerja yang digunakan. Bank konvensional dan
bank syariah memiliki masalah yang sama, yaitu peningkatan jumlah
tenaga kerja tidak diimbangi dengan skill yang memadai sehingga
menyebabkan bank mengalami penurunan produktivitas (Sutawijaya dan
Lestari, 2009:61). Kondisi tersebut sesuai dengan teori law of diminishing
marginal return, dimana penambahan tenaga kerja justru akan
126
menyebabkan penurunan marjinal tenaga kerja. Rekomendasi kebijakan
yang disarankan adalah dengan adanya aturan internal bank untuk
menggunakan sistem kontrak untuk pegawainya (Sutawijaya dan Lestari,
2009:66). Dengan demikian bank dapat mengefisienkan penggunaan
tenaga kerjanya karena jika bank merasa karyawan tidak memiliki skill
yang cukup maka bank dapat menghentikan atau mem PHK (Putus
Hubungan Kerja) karyawan. Cara lainnya yang dapat ditempuh adalah
dengan bekerjasama dengan lembaga pendidikan atau Universitas-
universitas dalam hal penyediaan SDM yang berkualitas dan kompeten.
Khusus untuk bank syariah, kerjasama dengan Universitas-universitas ini
hendaknya dapat dilakukan secara optimal mengingat kebutuhan akan
tenaga kerja syariah yang meningkat, namun tidak diimbangi dengan
jumlah SDM yang mengerti dengan baik perbankan syariah.
Ketidakefisienan output terjadi pada pembiayaan dan pendapatan.
pertama, jumlah pembiayaan lebih kecil dari target yang telah ditentukan.
Hal tersebut dapat terjadi karena adanya prinsip kehati-hatian oleh bank
sebelum memberikan kredit. Namun hendaknya kehati-hatian yang
dilakukan oleh bank tidak menghambat target yang telah ditentukan.
Solusi yang dapat ditempuh adalah dengan tetap melaksanakan prinsip
kehati-hatian dan tidak menghambat target yang telah ditentukan serta
melakukan pengawasan secara ketat setelah memberikan kredit. Cara
lainnya adalah dengan menurunkan tingkat suku bunga kredit untuk kredit
produktif. Hal ini dilakukan agar banyak masyarakat baik perorangan atau
127
perseroan mengajukan pembiayaan, imbasnya adalah target pembiayaan
dapat tecapai serta turut andil dalam pembangunan ekonomi.
Kedua, jumlah pendapatan masih belum sesuai dengan apa yang
diharapkan. Perbaikan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama,
peningkatan pembiayaan dengan cara inovasi produk dan biaya-biaya
pelayanan jasa terkait dengan input simpanan (safe deposit box, biaya
administrasi dan lainnya). Langkah tersebut akan meningkatkan
pendapatan bunga/bagi hasil dan pendapatan operasional. Kedua,
penggunaan atau pengalokasian total aset hendaknya digunakan secara
optimal sehingga diharapkan pendapatan operasional bank juga akan
meningkat. Ketiga, perbaikan kualitas SDM harus dilakukan untuk
meningkatkan pendapatan operasional dan pendapatan operasional
lainnya, karena hal ini berhubungan dengan produktivitas kerja dan
kreativitas karyawan (inovasi produk) untuk menghasilkan output yang
maksimal.
Bank konvensional masih terlalu dominan dibandingkan dengan
bank syariah, terbukti dengan jumlah simpanan, aset, dan biaya tenaga
kerja yang lebih tinggi dibandingkan bank syariah. Kinerja bank syariah
yang semakin baik akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat, dan
nantinya akan diikuti dengan meningkatnya jumlah simpanan dan aset
yang dimiliki. Sehingga kedepannya bank syariah diharapkan mampu
bersaing dengan bank konvensional yang telah ada terlebih dahulu.
128
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan nilai efisiensi antara
bank konvensional dengan bank syariah, maka dilakukan uji beda
independent sample t-test. Berdasarkan hasil uji beda tersebut diketahui
besar t hitung yang diperoleh adalah -1,548 sedangkan nilai t tabel dengan
α = 0,05 dan Df = 87 didapat angka 1,99 maka dapat disimpulkan bahwa t
hitung < t tabel sehingga H0 diterima. Berdasarkan nilai probabilitasnya
diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,125. Karena probabilitas α > = 0,05
maka H0 diterima. Dengan melihat perbandingan nilai t dan probabilitas
yang didapat, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan
efisiensi antara bank konvensional dengan bank syariah selama periode
2008-2012.
Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Bader et al. (2008), Shahid et al. (2010), dan Purwanto
(2011) bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata efisiensi yang signifikan
antara bank konvensional dan bank syariah dengan menggunakan metode
Data Envelopment Analysis (DEA).
129
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya,
maka kesimpulan yang dapat diambil adalah:
1. Dari 20 bank yang menjadi sampel penelitian (10 bank konvensional
dan 10 bank syariah), hanya terdapat tiga bank yang selalu mencapai
tingkat efisiensi teknik 100 persen selama periode 2008-2012, terdiri
dari dua bank konvensional dan satu bank syariah, yaitu Bank
Danamon Indonesia dan Panin Bank untuk bank konvensional, dan
Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah untuk bank syariah. Sedangkan
11 bank lainnya mengalami kondisi efisiensi yang fluktuatif, yaitu
Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Central Asia
(BCA), Bank Negara Indonesia, Bank Permata, Bank Internasional
Indonesia (BII), Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri,
dan Bank Syariah Mega Indonesia. Bank pendatang baru di tahun
2009 yang mampu mencapai tingkat efisiensi 100 persen adalah Bank
Bukopin Syariah. Selanjutnya bank pendatang baru di tahun 2010
adalah Bank Panin Syariah, Bank Victoria Syariah, BCA Syariah, BJB
Syariah, dan BNI Syariah. Seluruh bank tersebut mengalami tingkat
efisiensi yang fluktuatif setiap tahunnya. Rata-rata pencapaian
efisiensi baik bank konvensional maupun bank syariah mengalami
fluktuasi selama periode 2008-2012 dengan rata-rata efisiensi bank
130
konvensional sebesar 88,74 persen dan bank syariah sebesar 92,56
persen.
2. Ketidakefisienan 15 bank tersebut terjadi pada semua variabel input
(simpanan, aset, dan biaya tenaga kerja) dan variabel outputnya
(pembiayaan dan pendapatan). Ketidakefisienan input simpanan hampir
dialami oleh setiap bank. Sedangkan input aset dan biaya tenaga kerja
hanya dialami oleh beberapa bank. Hal ini menandakan penggunaan input
yang berlebihan dan tidak sesuai target. Pada sisi output, ketidakefisienan
pembiayaan dan pendapatan terjadi pada semua bank yang mengalami
inefisiensi setiap tahunnya. Hal tersebut menandakan bahwa output yang
dihasilkan masih belum maksimal dan belum mencapai target yang
ditentukan.
3. Berdasarkan hasil uji beda dengan menggunakan metode parametrik
independent sample t-test dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat
perbedaan nilai efisiensi antara bank konvensional dan bank syariah
selama periode 2008-2012 dengan melihat nilai signifikasi 2-sisi (H1
ditolak). Dengan tidak ditemukannya perbedaan efisiensi antara bank
konvensional dan bank syariah, maka hal ini mengindikasikan bahwa 20
bank yang diteliti telah menjalankan fungsi intermediasinya dengan baik
meskipun kedua kelompok bank belum berada pada tingkat efisiensi 100
persen.
131
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuaraikan diatas, terdapat
beberapa saran yang dapat disampaikan:
1. Bank konvensional dan bank syariah yang belum mampu mencapai
efisiensi teknik 100 persen, dapat melakukan upaya kebijakan internal
dengan cara:
a. Ketidakefisienan penggunaan input simpanan oleh bank
konvensional dan bank syariah terlihat dengan jumlah input
simpanan yang masih lebih besar dibandingkan targetnya. Hal ini
menandakan bahwa perannya sebagai input tidak maksimal untuk
menghasilkan output. Upaya yang bisa dilakukan adalah dengan
mengalokasikan input simpanan yang berlebih ke bagian total aset
khususnya aset yang bersifat produktif. Cara ini dapat dilakukan
dengan peningkatan jumlah pemberian kredit/pembiayaan seperti
kredit produktif dan kredit perdagangan untuk bank konvensional,
serta pembiayaan mudharabah, istishna, dan ijarah untuk bank
syariah. Salah satu cara lainnya adalah dengan menaikkan biaya
administrasi pada dana simpanan seperti tabungan, sehingga
pendapatan bank dapat lebih baik lagi. Kenaikan biaya administrasi
juga harus diikuti dengan peningkatan kualitas pelayanan bank agar
bank tersebut tetap dapat mampu bersaing.
b. Ketidakefisienan input aset terjadi karena penggunaan jumlah aset
melebihi target yang dibutuhkan. Aset adalah seluruh kekayaan yang
132
dimiliki oleh bank meliputi kas, giro pada Bank Indonesia,
penempatan pada bank lain, surat berharga yang dimiliki,
pembiayaan atau kredit, dan aktiva tetap yang dimiliki. Solusi yang
dapat dilakukan adalah dengan menambah porsi pembiayaan yang
merupakan bagian dari aset total itu sendiri. Meningkatnya jumlah
pembiayaan akan memperlancar proses intermediasi baik bank
konvensional maupun bank syariah dan menambah pendapatan
operasional terutama yang berasal dari penyaluran dana. Sedangkan
aset tetap yang telah dimiliki oleh bank tidak perlu dikurangi, hanya
saja harus digunakan secara maksimal agar tidak terjadi inefisiensi.
Pembelian aset tetap seyogyanya harus sejalan dengan
penggunaannya secara maksimal sehingga berpengaruh positif
terhadap pendapatan bank.
c. Kebijakan mengenai inefisiensi input biaya tenaga kerja dapat
dilakukan adalah dengan adanya aturan internal bank untuk
menggunakan sistem kontrak untuk pegawainya dan yang
bekerjasama dengan lembaga pendidikan atau Universitas-
universitas dalam hal penyediaan SDM yang berkualitas. Dengan
melakukan cara diatas, diharapkan dapat memperkecil biaya tenaga
kerja dan meningkatkan produktivitas bank karena memiliki SDM
yang berkualitas.
d. Kebijakan yang berkaitan dengan output pembiayaan adalah dengan
cara tetap melaksanakan prinsip kehati-hatian dalam pembiayaannya
133
dengan tidak menghambat target yang telah ditentukan dan
melakukan pengawasan secara ketat setelah memberikan kredit. Cara
lainnya adalah dengan menurunkan tingkat suku bunga kredit untuk
kredit produktif. Hal ini dilakukan agar banyak masyarakat baik
perorangan atau perseroan mengajukan pembiayaan, imbasnya
adalah target pembiayaan dapat tecapai serta ikut turut andil dalam
pembangunan ekonomi.
e. Perbaikan inefisiensi output pendapatan dapat dilakukan dengan
beberapa cara. Pertama, peningkatan pembiayaan dengan cara
inovasi produk dan biaya-biaya pelayanan jasa terkait dengan input
simpanan (safe deposit box, biaya administrasi dan lainnya).
Langkah tersebut akan meningkatkan pendapatan bunga/bagi hasil
dan pendapatan operasional. Kedua, total aset hendaknya digunakan
dan dialokasikan secara optimal sehingga diharapkan berpengaruh
positif terhadap pendapatan bank. Ketiga, perbaikan kualitas SDM
harus dilakukan untuk meningkatkan pendapatan operasional dan
pendapatan operasional lainnya, karena hal ini berhubungan dengan
produktivitas kerja dan kreativitas karyawan (inovasi produk) untuk
menghasilkan output yang maksimal.
f. Bank yang belum mencapai tingkat efisiensi 100 persen hendaknya
mengacu kepada bank-bank yang telah efisien dengan menggunakan
bobot input-output yang telah ditentukan.
134
2. Efisiensi perbankan merupakan indikator penting untuk melihat
bagaimana kinerja bank. Semakin efisien suatu bank, maka akan
semakin baik bank tersebut dalam mengelola input secara optimal dan
menghasilkan output dengan maksimal. Diharapkan pihak-pihak yang
terkait dengan bank konvensional dan bank syariah terus meningkatkan
efisiensinya agar mampu bersaing dalam dunia perbankan nasional
yang berkembang semakin pesat.
3. Dengan tidak ditemukannya perbedaan nilai efisiensi antara bank
konvensional dan bank syariah berdasarkan hasil uji hipotesis diatas,
maka baik nasabah maupun calon nasabah dapat menjadikan seluruh
bank yang diteliti sebagai referensi sebagai tempat untuk menitipkan
dananya. Namun jika ingin terhindar dari riba, maka bank syariah
merupakan pilihan yang tepat.
4. Bagi peneliti yang hendak mengadakan penelitian sejenis, hendaknya
mencoba menggunakan analisis efisiensi DEA dengan dengan asumsi
VRS (Variable Return to Scale) sehingga seluruh unit yang diukur akan
menghasilkan perubahan pada berbagai tingkat output, bahwa suatu
teknologi dan skala produksi akan mempengaruhi tingkat efisiensi.
Selain itu, menggunakan variabel input biaya-biaya lainnya selain biaya
tenaga kerja, sehingga dapat diketahui biaya lain selain biaya tenaga
kerja yang mempengaruhi efisiensi suatu bank. Disarankan juga
menggunakan sampel lebih banyak dan tahun pengamatan lebih
panjang, sehingga diharapkan mendapat hasil yang lebih komprehensif.
135
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zaenal dan Endri. 2009. “Kinerja Efisiensi Teknis Bank Pembangunan
Daerah: Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)”. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan. Vol. 11 No. 1 Hal 21-29.
Afiatun, Pipit dan Sudarso Kaderi Wiryono. 2010. “Efficiency and Productivity of
Indonesian Islamic Banking”. Jurnal Manajemen Teknologi. Vol 9 No.3.
Hal 264-274.
Afif Amrillah, Muhammad. “Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia Tahun
2005-2009”. Tesis S2 Fakultas Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Universitas Diponegoro. 2010.
Arafat, Wilson. 2006. Manajemen Perbankan di Indonesia (Teori dan
Implementasi). Jakarta: Pustaka LP3ES.
Ascarya, Diana Yumanita. 2008. “Comparing The Efficiency of Islamic Banks in
Malaysia and Indonesia”. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Tim
IAEI. Hal 95-119.
Bank Indonesia. 2012. Statistik Perbankan Indonesia. http://www.bi.go.id.
Diakses tanggal 4 Mei 2013.
Bank Indonesia. 2012. Statistik Perbankan Syariah. http://www.bi.go.id. Diakses
tanggal 4 Mei 2013.
Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia. 2000
Coelli T.J, A Guide to DEAP Version 2.1: A Data Envelopment Analysis
(Computer) Program, No 8/96. Centre For Efficiency and Productivity
Analysis Department of Econometric University of New England
Armidale, NSW, 2351. Australia. 1996.
Endri. 2011. “Evaluasi Efisiensi Teknis Perbankan Syariah di Indonesia: Aplikasi
two-stage data envelopment analysis”. STEI Tazkia.
Fahmi, Irham dan Yovi Lavianti. 2010. Pengantar Manajemen Perkreditan.
Bandung: Alfabeta.
Hadad, Muliaman D., dkk. 2003. Pendekatan Parametrik Efisiensi Perbankan
Indonesia. www.bi.go.id. Diakses tanggal 7 Mei 2013.
136
Hadinata, Ivan dan A. H Manurung. 2006. “Penerapan Data Envelopment
Analysis Untuk Mengukur Efisiensi Kinerja Reksa Dana Saham”.
Huri, M. D. dan Indah Susilowati. 2004. “Pengukuran Efisiensi Relatif Emiten
Perbankan Dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi
Kasus: Bank-bank yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002)”.
Jurnal Dinamika Pembangunan, Vol. 1 No 2 Hal 95-110.
Johnes, Jill ., dkk. 2009. “Eficiency in Islamic and conventional banks: A
comparison based on financial ratios and data envelopment analysis”.
Journal Department of Economics Lancaster University. Hal. 1-45.
Kasmir. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Lie, C. L. and Lih A. T. 2005. “Application of DEA and SFA on the Measurement
of Operating Efficiencies for 27 International Container Ports”. Paper
dalam Proceedings of the Eastern Asia Society for Transporation
Studies, Vol. 5, Hal. 592-607. Taiwan.
Maflachatun. 2010. “Analisis Efisiensi Teknik Perbankan Syariah di Indonesia
dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)”. Semarang.
Majid, A.M, dkk. 2009.”Efficiency in Islamic and Conventional Banking: an
International Comparison”. J Prod Anal 34:25-43.
Mardiah, Siti, Dkk. 2006. “Analisis Kinerja Bank Pemerintah dan Swasta Dengan
Metode EVA dan MVA Terhadap Return Saham”. Akuntabilitas, Hal 97-
104. Jakarta
Mokhtar, Hamim. S A, et al. 2006. “Efficiency of Islamic Banking in Malaysia: A
Stochastic Frontier Approach”. Journal of Economic Cooperation, Vol.
27 , No.2, Hal 37-70. Malaysia.
Mokhtar, Hamim. S A, et al. 2008. “Efficiency and Competition Of Islamic
Banking in Malaysia”. Humanomics, Vol 24 No 1 hal 28-48 : Emerald
Group Publishing Limited.
Muhamad, Shamsher, dkk. 2007. “Efficiency of Conventional versus Islamic
Banks: International Evidence using the Stochastic Frontier Approach
(SFA)”. Journal of Islamic Economics, Banking and Finance, Hal. 107-
130.
Muhamad, Shamsher, dkk. 2008. “Efficiency of Conventional versus Islamic
Banks: International Evidence using the Data Envelopment Analysis
137
(DEA)”. Journal of Islamic Economics, Banking and Finance, Hal. 23-
65.
Muharam, H dan Rizki Pusvitasari. 2007. “Analisis Perbandingan Efisiensi Bank
Syariah dengan Metode Data Envelopment Analysis (Periode tahun
2005)”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol.2 No.3.
Mulyadi. 2000. Akuntansi Biaya, Edisi 5. Yogyakarta: Aditya Media.
Nisfiannoor, Muhammad. 2009. “Pendekatan Statistika Modern untuk Ilmu
Sosial”. Salemba Humanika: Jakarta
Nurjannah. 2008. “Model Pelatihan SPSS”. Melbourne
Purwanto, Rakhmat dan Endang Tri Widyarti. 2011. “Analisis Perbandingan
Efisiensi Bank Umum Konvensional (BUK) dan Bank Umum Syariah
(BUS) di Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)
(Periode 2006-2010). Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro. Hal 1-30.
Putri, Vicky Rahma dan Niki Lukviarman. 2008. “Pengukuran Kinerja Bank
Komersial Dengan Pendekatan Efisiensi: Studi Terhadap Perbankan Go-
Public di Indonesia. JAAI. Vol 12 No.1. Hal 37-52
Qureshi, Muhammad Azeem. 2012. “Efficiency of Islamic and Conventional
Banks in Pakistan: A Non-parametric Approach”. International Journal
of Bussiness and Mangement. Vol 7 No.7. Hal 40-50.
Riyadi, Selamet. 2006. “Banking Assets and Liability Management, Edisi 3.
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Santoso, Singgih. 2005.” Seri Solusi Bisnis Berbasis TI: Menggunakan SPSS
untuk Statistik Parametrik”. Elex Media Komputindo: Jakarta.
Shafitranata. 2011. “Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) Menggunakan
Metode Data Envelopment Analysis (DEA)”.
Shahid, Haseeb, dkk. 2010. “Efficiencies Comparison of Islamic and
Conventional Banks of Pakistan”. International Research Journal of
Finance and Economics. Vol. Issue 49: EuroJournals Publishing, Inc.
Sufian, Fadzlan. 2007. “The Efficiency Of Islamic Banking Industry In Malaysia:
Foreign vs Domestic Bank”. Humanomics, Vol. 23 No. 3 hal 174-192 :
Emerald Group Publishing Limited.
138
Sukarno, Kartika Wahyu dan Muhammad Syaichu. 2006. “Analisis Faktor yang
Mempengaruhi Kinerja Bank Umum di Indonesia”. Jurnal Studi
Manajemen & Organisasi, Vol. 3 No. 2 Hal 46-58. Semarang: Fakultas
Ekonomika dan Bisnis UNDIP.
Suseno, Priyonggo. 2008. “Analisis Efisiensi dan Skala Ekonomi pada Indsutri
Perbankan Syariah di Indonesia”. Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 2. No. 1.
Yogyakarta: Pusat pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI)
Fakultas Ekonomi UII.
Susilo, Y. S., Sigit Triandaru, dan A. Totok Budi Santoso. 2000. Bank dan
Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat.
Sutawijaya, A. dan Lestari, E. P. 2009. “Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia
Pasca Krisis Ekonomi: Sebuah Studi Empiris Penerapan Model DEA”.
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10 No.1.
Suyatno, Thomas. 1996. Kelembagaan Perbankan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Yudhistira, D. 2003. “Efficiency In Islamic Banking: An Empirical Analysis of 18
Banks”. United Kingdom: Departement of Economic, Loughborough
University, Leicestershire.
139
140
LAMPIRAN 1
INPUT-OUTPUT BANK KONVENSIONAL
1. Tahun 2008
I1 I2 I3 O1 O2
Mandiri 273565821 8542498 4095822 159007051 29599453
BRI 201495222 4631974 6317638 161061059 30997465
BCA 209534856 5124620 3195721 112846628 22903592
BNI 163325401 7177359 3220991 112061397 19342076
CIMB 51559458 699121 928439 50667223 7174734
Danamon 74492063 2835331 2270214 64983038 14483577
Panin 46253664 2491287 375826 36868877 6215115
Permata 42803015 1646718 922019 34883337 5712412
BII 43712226 1188916 926468 35375567 6467391
BTN 31507440 1732960 616761 32025231 4949590
2. Tahun 2009
I1 I2 I3 O1 O2
Mandiri 299721940 9213385 4205057 179687845 35350256
BRI 254168613 4849153 6587462 205563569 39152486
BCA 244666004 5830022 4048502 123596037 27195614
BNI 190734715 7276781 3631842 120768825 22945002
CIMB 86258306 2657825 1899727 82970344 13186705
Danamon 67782107 3053078 2102538 60579191 15883655
Panin 56307220 2790578 456866 43220220 7869064
Permata 45751144 1671601 1131892 41244082 6890972
BII 47515274 1240976 977340 37491774 6738269
BTN 40216071 1998874 704882 40732957 6225485
3. Tahun 2010
I1 I2 I3 O1 O2
Mandiri 332727856 8631790 4541164 218992542 38831286
BRI 328778818 5134176 6811989 241064755 43160319
BCA 277533692 6728964 4204951 154001943 28998395
BNI 190455122 7135890 3862743 133222846 22964053
141
CIMB 115349204 2548296 1849727 102074749 20818413
Danamon 79541163 2599309 2545038 75090482 40744621
Panin 75054982 3056824 550017 57549199 8931165
Permata 57791510 1192631 1119968 50589480 7070415
BII 59507744 1301106 1137429 49695623 7688299
BTN 45332650 2037957 728772 48624640 10472735
4. Tahun 2011
I1 I2 I3 O1 O2
Mandiri 380236178 9258876 5097336 273806876 44885941
BRI 372083736 5674281 7695139 283877226 53195127
BCA 323457283 7708758 4820533 202268609 32660092
BNI 224901974 7702804 4313755 158164744 27152113
CIMB 127652056 2849963 2009404 120194922 23178882
Danamon 87993957 2872699 2695073 86699835 18009027
Panin 85536601 3284362 726948 70817519 11632924
Permata 79258385 1219442 1403686 65859107 8971378
BII 70075044 1418679 1386973 62574123 9168357
BTN 58649604 2278166 911559 59337756 8995123
5. Tahun 2012
I1 I2 I3 O1 O2
Mandiri 435458912 10513387 6228024 339973690 48535454
BRI 436084418 6881022 9348523 347953020 69178558
BCA 370278094 10454233 5694720 256713553 38541400
BNI 249027580 9134749 5055376 192656744 29517085
CIMB 144144127 3232975 2572600 133605301 19644480
Danamon 90605236 3197904 3063563 91532966 18780212
Bank 101503070 3533034 935938 91765984 11725984
Permata 97884824 1278352 1850141 86955200 11534387
BII 85469916 1634012 1662817 74318622 10198769
BTN 75782530 2626540 1011747 75410705 9673959
142
LAMPIRAN 2
INPUT-OUTPUT BANK SYARIAH
1. Tahun 2008
I1 I2 I3 O1 O2
BMI 10073953 12596715 136813 10550732 1619080
BSM 14796479 17063838 297805 13327482 2407182
BSMI 2626471 3096201 88912 2094011 404138
BRIS 39085 482898 11437 47034 42168
2. Tahun 2009
I1 I2 I3 O1 O2
BMI 13316898 16027178 201067 10699976 1753611
BSM 19168005 22029242 389292 16019535 2835217
BSMI 3947370 4381991 188979 3195253 826672
BRIS 2151086 3178386 90176 2635647 309955
BBS 1271855 1976422 20478 1283682 164343
3. Tahun 2010
I1 I2 I3 O1 O2
BMI 17442568 21449981 245419 15868648 2022019
BSM 28671278 32455189 627225 23777024 3949053
BSMI 4040981 4660762 290677 3154012 1050416
BRIS 5762953 6866528 196604 5496519 884233
BBS 1621914 2198542 41391 1616903 269888
BPS 309763 457143 8665 216096 27635
BVS 166581 336941 4474 28650 30300
BCAS 556774 873850 19010 433689 107041
BJBS 1321909 1933567 33161 1417027 159038
BNIS 5162728 6380269 77679 3570980 464683
143
4. Tahun 2011
I1 I2 I3 O1 O2
BMI 29167560 527950 494942 22398037 3108842
BSM 42133653 749746 992864 36472627 6089553
BSMI 4928442 131497 309747 4094797 1078207
BRIS 9906411 218670 312778 9128752 1354424
BBS 2291738 80837 44443 1916219 315671
BPS 419771 36442 14955 684117 80570
BVS 465036 16503 8666 214280 107114
BCAS 864135 21406 32755 681322 150808
JBS 2218533 9518 64417 1769445 273494
BNIS 6756261 88098 183764 5310291 1234078
5. Tahun 2012
I1 I2 I3 O1 O2
BMI 39420574 693411 660746 32766528 3949498
BSM 46687969 1189651 979926 44357760 7116458
BSMI 7090422 136314 323224 6213570 1452941
BRIS 11948889 267368 323283 11417499 1686474
BBS 2850784 86224 50471 2627337 400760
BPS 1223578 39463 18815 1512773 167584
BVS 646323 19704 22166 476814 104121
BCAS 1261822 19799 39036 1008423 185980
BJBS 3362073 143705 78070 2960606 383527
BNIS 8980035 153169 280613 7692138 1573811
144
LAMPIRAN 3
OUTPUT MAXDEA
1. Tahun 2008
145
2. Tahun 2009
146
3. Tahun 2010
147
4. Tahun 2011
148
5. Tahun 2012
149
LAMPIRAN 4
OUTPUT SPSS
1. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Tahun2008 14 89.3571 12.11869 67.00 100.00
Tahun2009 15 93.2667 9.58024 72.00 100.00
Tahun2010 20 86.0500 16.41397 42.00 100.00
Tahun2011 20 91.5500 9.29332 73.00 100.00
Tahun2012 20 92.2500 8.52164 78.00 100.00
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Tahun2008 Tahun2009 Tahun2010 Tahun2011 Tahun2012
N 14 15 20 20 20
Normal
Parametersa,b
Mean 89.3571 93.2667 86.0500 91.5500 92.2500
Std.
Deviation 12.11869 9.58024 16.41397 9.29332 8.52164
Most Extreme
Differences
Absolute .190 .259 .242 .218 .250
Positive .190 .241 .198 .182 .182
Negative -.190 -.259 -.242 -.218 -.250
Kolmogorov-Smirnov Z .711 1.001 1.080 .977 1.118
Asymp. Sig. (2-tailed) .694 .268 .194 .296 .164
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
150
2. Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test
Group Statistics
Jenis Bank N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Efisiensi Bank Konvensional 50 88.7400 11.01911 1.55834
Bank Syariah 39 92.5641 12.22120 1.95696
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig.
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std.
Error
Differen
ce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Efisiensi
Equal
variances
assumed
.567 .453 -1.548 87 .125 -3.82410 2.46955 -8.73261 1.08440
Equal
variances
not
assumed
-1.529 77.351 .130 -3.82410 2.50162 -8.80510 1.15690