analisis pengukuran risiko pada penyaluran … · universitas negeri surabaya (unesa), dan menjadi...

118
ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN PEMBIAYAAN ANGGOTA KOPERASI MELALUI KOPERASI KARYAWAN (KOPKAR) SEBAGAI EXECUTING AGENT (STUDI KASUS PT BANK MUAMALAT INDONESIA TBK CABANG BOGOR) Oleh RINDA SIAGA PANGESTUTI H24104027 PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Upload: vuongthuy

Post on 28-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

1

1

ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN

PEMBIAYAAN ANGGOTA KOPERASI MELALUI KOPERASI

KARYAWAN (KOPKAR) SEBAGAI EXECUTING AGENT

(STUDI KASUS PT BANK MUAMALAT INDONESIA TBK

CABANG BOGOR)

Oleh

RINDA SIAGA PANGESTUTI

H24104027

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

8

8

ABSTRACT

Rinda Siaga Pangestuti. H24104027. Risk Measurement Analysis In Financing

Product “Anggota Koperasi” Through “Koperasi Karyawan (Kopkar)” as

Executing Agent (Case Study: PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Bogor

Branch). Under the guidance of BUDI PURWANTO.

The enhancement trends of Islamic financing bank happen until the end of

September 2011. According to Dr. Rifki Ismal, growth of Islamic banking assets

at the end of Septermber 2011 reached Rp 234.4 billion, Third Party Funds (DPK)

reached Rp 97.8 billion and Rp 92.8 billion.3 One of the actor of Islamic finance

in Indonesia is Bank Muamalat Indonesia (BMI). BMI continues to expand its

financing business by making some kind of financial products that have different

target markets and procedure and policy. From those financing products, there is

one type of product that attracts lots of consumers because it does not require

collateral fixed assets, namely “Anggota Koperasi” (cooperative members

financing). Despite a lot of interest, but this financing product is very risky

because of the executing system, cessie, and unsecured fixed assets. The purposes

of the research are: 1) To identify the strategies that can be undertaken by BMI to

address and minimize losses due to the emergence of risks associated with this

type of financing. 2) To analyze the value of losses that can be expected (expected

loss) and the loss that can not be estimated (unexpected loss) on “Anggota

Koperasi” portfolio at BMI Bogor Branch. 3) To analyze the value of economic

capital to be provided by BMI Branch Bogor to cover losses that can not be

predicted (unexpected loss). 4) To analyze the suitability of CreditRisk+ method to

measure the risk of “Anggota Koperasi” financing by used the Poisson

distribution model.

The types of data that used in this research are primary data and secondary

data. The primary data obtained from interviews with account managers and

secondary data obtained from proof sheet of the “Anggota Koperasi” financing

BMI Bogor Branch, BMI annual reports, and theses.

Based on the mapping of risk, at least BMI has to do mitigate the

operational risks, liquidity risks, credit risks, legal risks, and strategic risks. Based

on the results of CreditRisk+

data processing methods is known that the value of

expected loss in 2009 is Rp 2,159,808,000 and in 2010 is Rp 563,119,000.

Expected loss value in 2009 is Rp 3.513.600.000 and in 2010 is Rp

1.054.100.000. Economic capital value in 2009 is Rp 1.353.792.000 and 2010 is

Rp 490.981.000. The CreditRisk+ validation as a mothod of this reseach will be

tested by using Longlikelihood Ratio (LR) Test. The result or LR Test is valid

because it proved that the Chi Square critical value with α = 5% was higher than

the LR Test = 0.

Key words: Risk measurement, financing, “Anggota Koperasi”, kind of risks,

expected loss, unexpected loss, economic value, CreditRisk+, LR

Test

3 http://www.ekonomisyariah.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=45%3Aoutl

ook-perbankan-syariah-nasional-2012&catid=1%3Alatest-news&Itemid=28

Page 3: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

2

2

RINGKASAN

RINDA SIAGA PANGESTUTI. H24104027. Analisis Pengukuran Risiko Pada

Penyaluran Pembiayaan Anggota Koperasi Melalui Koperasi Karyawan Sebagai

Executing Agent (Studi Kasus: PT Bank Muamalat Tbk Cabang Bogor). Dibawah

bimbingan BUDI PURWANTO

Peningkatan tren pembiayaan bank syariah semakin pesat hingga akhir

September 2011. Menurut Dr. Rifki Ismal, Pertumbuhan aset bank syariah pada

akhir Septermber 2011 mencapai Rp 234,4 triliun, Dana Pihak Ketiga (DPK)

mencapai Rp 97,8 triliun, dan pembiayaan mencapai Rp 92,8 triliun.3 Salah satu

pelaku penyaluran pembiayaan syariah di Indonesia adalah Bank Muamalat

Indonesia (BMI). BMI terus melakukan ekspansi bisnis pembiayaan dengan

membuat beberapa jenis produk pembiayaan yang memiliki perbedaan target

market dan prosedur/kebijakan pembiayaan. Dari beberapa macam produk

pembiayaan yang disalurkan, terdapat satu jenis produk yang menarik banyak

konsumen karena tidak memerlukan jaminan fix asset, yakni pembiayaan anggota

koperasi. Meski banyak diminati, namun pembiayaan anggota koperasi ini sangat

berisiko bagi BMI karena bersifat executing, cessie, dan tanpa jaminan fix asset.

Tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu: 1) Mengidentifikasi strategi-strategi

yang dapat dilakukan oleh BMI untuk mengatasi dan menimalisir kerugian akibat

munculnya risiko-risiko terkait dengan penyaluran pembiayaan. 2) Menganalisis

nilai kerugian yang dapat diperkirakan (expected loss) dan kerugian yang tidak

dapat diperkirakan (unexpected loss) pada portofolio pembiayaan anggota

koperasi BMI Cabang Bogor. 3) Menganalisis nilai economic capital yang harus

disediakan oleh BMI Cabang Bogor untuk menutup kerugian yang tidak dapat

diperkirakan (unexpected loss). 4) Menganalisis kecocokan aplikasi metode

CreditRisk+ dalam mengukur risiko pembiayaan anggota koperasi dengan

menggunakan model distribusi Poisson.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dengan account manager dan

data sekunder diperoleh dari rekap pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang

Bogor, laporan tahunan BMI, dan tesis. Pengolahan data dilakukan dengan

menggunakan metode CreditRisk+.

Berdasarkan hasil pemetaan risiko, setidaknya dapat dijabarkan dan

dilakukan mitigasi atas risiko operasional, likuiditas, kredit, hukum, dan strategik

pada penyaluran pembiayaan anggota koperasi. Berdasarkan hasil pengolahan

data dengan metode CreditRisk+ diketahui bahwa nilai expected loss pada tahun

2009 adalah Rp 2.159.808.000 dan tahun 2010 adalah Rp 563.119.000. Nilai

expected loss pada tahun 2009 adalah Rp 3.513.600.000 dan tahun 2010 adalah

Rp 1.054.100.000. Nilai economic capital pada tahun 2009 adalah Rp

1.353.792.000 dan tahun 2010 adalah Rp 490.981.000. Validasi kecocokan

penggunaan metode CreditRisk+ dilakukan dengan menggunakan Longlikelihood

Ratio Test dan hasilnya adalah valid karena terbukti nilai Chi Square critical

value dengan α = 5% ternyata lebih besar dibanding hasil Longlikelihood Ratio

Test yang bernilai 0.

3 http://www.ekonomisyariah.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=45%3Aoutl

ook-perbankan-syariah-nasional-2012&catid=1%3Alatest-news&Itemid=28

Page 4: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

3

3

ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN

PEMBIAYAAN ANGGOTA KOPERASI MELALUI KOPERASI

KARYAWAN (KOPKAR) SEBAGAI EXECUTING AGENT

(STUDI KASUS PT BANK MUAMALAT INDONESIA TBK

CABANG BOGOR)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen

Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

RINDA SIAGA PANGESTUTI

H24104027

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 5: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

4

4

Judul Skripsi : Analisis Pengukuran Risiko Pada Penyaluran Pembiayaan

Anggota Koperasi Melalui Koperasi Karyawan (KOP Sebagai

Executing

Nama : Rinda Siaga Pangestuti

NIM : H24104027

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Ir. Budi Purwanto, ME.

NIP. 19630705 199403 1 003

Mengetahui,

Ketua Departemen

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc.

NIP. 19610123 198601 1 002

Tanggal Lulus :

Analisis Pengukuran Risiko Pada Penyaluran Pembiayaan

Anggota Koperasi Melalui Koperasi Karyawan (KOPKAR)

Sebagai Executing Agent (Studi Kasus PT. Bank Muamalat

Indonesia, Tbk. Cabang Bogor)

Page 6: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

1

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kediri, 28 November 1989, dari pasangan

Bapak Agus Supriyono dan Ibu Supatmiati. Penulis merupakan

anak pertama dari dua bersaudara. Pendidikan Sekolah Dasar

penulis diselesaikan pada tahun 2001 di SD Negeri II

Langenharjo; Sekolah Menengah Pertama penulis diselesaikan

pada tahun 2004 di SMP Negeri 2 Pare; dan Sekolah Menengah

Atas diselesaikan oleh penulis pada tahun 2007, jurusan Ilmu Alam, SMA Negeri

2 Pare, Kediri. Pada tahun 2007 penulis diterima di Program Keahlian

Komunikasi, Diploma Tiga (D3), Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis melanjutkan studi pada Program

Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2010.

Semasa SMA, penulis aktif dalam organisasi unit sekolah dengan menjabat

sebagai Staf Pekerjaan Umum Majelis Permusyawaratan Kelas (MPK) periode

2004–2005 SMA Negeri 2 Pare. Penulis juga aktif dalam ekstrakurikuler teater

dengan bergabung dalam Teater Elite dan olah raga bela diri dengan bergabung

dalam keluarga besar pencak silat Perisai Diri Cabang Pare. Prestasi akademis dan

non akademis yang pernah diraih oleh penulis antara lain Juara II Try Out Akbar

Kelas XII SMA (Ilmu Alam) se Eks–Karesidenan Kediri, Juara III Pertandingan

Pencak Silat Perisai Diri antar Unit/Ranting se– Jawa Timur dalam Invitasi Piala

Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan

teater “Pemilu Presiden Negeri Impian”.

Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada beberapa mata kuliah

dengan menjadi Sekretaris “Indonesian Deluxe Jockey”, Direktur “Menara

Advertising”, Sutradara dan Penulis Naskah Film “What‟s Your Name?”, dan

menjadi Staf Kesehatan “Communication Day” Angkatan 45. Pada saat

melanjutkan studi pada Program Alih Jenis Manajemen, penulis tengah bekerja

sebagai ghost writer di PT. Penebar Plus, Depok. Adapun pelatihan yang pernah

diikuti oleh penulis seperti Brevet A&B Terpadu di IAI, Core TOEFL

Preparation di Pusat Bahasa IPB, Pelatihan Memasuki Dunia Kerja di Lembaga

Keuangan Syariah (LKS) yang diselenggarakan oleh Ci-Best IPB.

iii

Page 7: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

2

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil 'alamin

Setelah satu semester berlalu, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul Analisis Pengukuran Risiko Pada Penyaluran Pembiayaan

Anggota Koperasi Melalui Koperasi Karyawan (KOPKAR) Sebagai

Executing Agent (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang

Bogor). Penelitian ini ditulis setelah melakukan Praktik Kerja Lapang (PKL) dan

mengumpulkan data di Bank Muamalat Indonesia, Cabang Bogor. Tujuan dari

penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat kelulusan dari Program Alih

Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen,

Institut Pertanian Bogor (IPB). Selain itu, penelitian ini juga dilakukan untuk

menjawab beberapa masalah penelitian, yakni memberi masukan terkait dengan

permasalahan yang terjadi ketika proses pembiayaan berlangsung, memperkirakan

nilai expected loss, unexpected loss, economic capital, dan mengidentifikasi

kecocokan penggunaan CreditRisk+ sebagai metode pengukuran risiko.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengdentifikasi risiko apa saja yang

muncul terkait dengan penyaluran pembiayaan anggota koperasi dan cara untuk

mengantisipasi risiko tersebut. Penelitian ini juga ditujukan untuk menghitung

jumlah kerugian yang dapat diperkirakan dan kerugian yang tidak dapat

diperkirakan atas penyaluran pembiayaan yang dilakukan. Dengan demikian,

pihak bank dapat mempersiapkan perkiraan cadangan dana yang harus

diperkirakan atas kondisi terburuk (macet). Perhitungan atas perkiraan kerugian

yang dapat ditimbulkan dari penyaluran pembiayaan ini dilakukan dengan

menggunakan teori menurut metode CreditRisk+, sehingga masih ada

kemungkinan perbedaan antara perhitungan pihak BMI dengan metode ini. Akan

tetapi, untuk tujuan penelitian skripsi, metode ini masih cocok untuk digunakan

sebagai alat ukur risiko kredit. Dengan terselesaikannya tujuan dari penulisan

skripsi ini, peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat berguna bagi pembaca.

Ke depan, semoga terdapat penelitian sejenis dengan fenomena kasus kredit yang

lebih menantang dan kompleks, sehingga dapat menyempurnakan hasil penelitian

skripsi pada rumpun yang sama, yakni perhitungan risiko kredit bank.

iv

Page 8: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

3

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pengukuran Risiko Pada

Penyaluran Pembiayaan Anggota Koperasi Melalui Koperasi Karyawan

(KOPKAR) Sebagai Executing Agent (Studi Kasus PT. Bank Muamalat

Indonesia, Tbk. Cabang Bogor). Proses penyelesaian skripsi ini berlangsung

selama satu semester. Pada saat menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapatkan

dukungan dan arahan dari orang–orang yang sangat istimewa. Oleh karena itu,

penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Ibu Supatmiati dan Bapak Agus Supriyono, atas

segala dukungan dan pengorbanan jiwa raga untuk penulis.

2. Ir. Budi Purwanto, ME. selaku Dosen Pembimbing.

3. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. selaku Ketua Departemen Manajemen.

4. Yusrina Permatasari, S.Sos, ME. dan Ali Mutasowifin, SE, M.Ak. selaku

Dosen Penguji.

5. Bapak Restu E. Rohman selaku Account Manager BMI Cabang Bogor.

6. Adikku tersayang, Wahyu Purna Jatmiko, yang sangat membanggakan dan

menginspirasi.

7. Tunanganku, Noerma Pambudi, atas pengertian dan kesetiaan dalam suka

dan duka.

8. Sahabatku, Lilik Ernawati, yang selalu memberikan semangat, perhatian,

dan nasihat.

9. Teman–teman seperjuangan, Windu, Nuni, Fani, Astri, Issy, I love you all.

10. Teman–teman Program Alih Jenis Manajemen IPB angkatan 8.

Semoga hasil penelitian dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa,

praktisi di bidang risiko perbankan, dan pembaca pada umumnya.

Bogor, Januari 2013

v

Page 9: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

4

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP …………………………………………………….. iii

KATA PENGANTAR ………………………………………………… iv

UCAPAN TERIMA KASIH ………………………………………….. v

DAFTAR ISI …………………………………………………………… vi

DAFTAR TABEL ……………………………………………………... viii

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………….. ix

LAMPIRAN ……………………………………………………………. x

I. PENDAHULUAN ………………………………………………….. 1

1.1. Latar Belakang……………………………………………………..... 1

1.2. Perumusan Masalah………………………………………………...... 8

1.3. Tujuan Penelitian…………………………………………………...... 8

1.4. Manfaat Penelitian…………………………………………………... 9

1.5. Ruang Lingkup Penelitian………………………………………….... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………... 10

2.1. Pengertian Bank……………………………………………………... 10

2.2. Bank Syariah……………………………………………………….... 11

2.3 Pembiayaan Syariah………………………………………………..... 12

2.3.1 Prosedur Pembiayaan Anggota Koperasi…………………..... 15

2.3.2 Prinsip Penilaian Kelayakan Pembiayaan Anggota Koperasi.. 26

2.3.3 Kualitas Pembiayaan………………………………………..... 29

2.4 Risiko Pembiayaan…………………………………………………... 30

2.4.1 Jenis–jenis Risiko Pembiayaan……………………………….. 31

2.4.2 Risiko Pembiayaan dengan Jaminan Cessie…………………. 33

2.4.3 Manajemen Risiko Bank Muamalat Indonesia ..…………….. 34

2.5 Pengukuran Risiko Pembiayaan……………………………………... 42

2.5.1 Data Input…………………………………………………….. 43

2.5.2 Frekuensi Default……………………………………………… 43

2.5.3 Distribusi Poisson……………………………………………... 44

2.5.4 Loss Given Default……………………………………………. 45

2.5.5 Distribution of Default Losses.……………………………….. 45

2.5.6 Expected Loss…………………………………………………. 46

2.5.7 Unexpected Loss………………………………………………. 46

2.5.8 Economic Capital……………………………………………... 46

2.5.9 Validasi dengan Backtesting………………………………….. 47

2.6 Hasil Penelitian Terdahulu…………………………………………... 47

vi

Page 10: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

5

III. METODOLOGI PENELITIAN…………………………………... 49

3.1. Kerangka Pemikiran………………………………………………….. 50

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………………… 51

3.3. Metode Pengumpulan Data………………………………………….. 51

3.4. Metode Pengolahan dan Hasil Analisis Data………………………… 52

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………….. 56

4.1. Gambaran Umum PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk……………… 56

4.1.1 Visi dan Misi BMI……………………………………………… 58

4.1.2 Struktur Organisasi BMI……………………………………….. 58

4.1.3 Perkembangan Pembiayaan Anggota Koperasi 2009–2011……. 59

4.1.4 Perkembangan NPF Pembiayaan Anggota Koperasi BMI Cabang

Bogor…………………………………………………………… 61

4.2. Strategi Menanggulangi Kerugian Akibat Munculnya Risiko-risiko

Pembiayaan…………………………………………………………... 62

4.2.1 Risiko Operasional……………………………………………… 62

4.2.2 Risiko Hukum…………………………………………………... 63

4.2.3 Risiko Strategik…………………………………………………. 63

4.2.4 Risiko Kredit……………………………………………………. 64

4.2.5 Risiko Likuiditas………………………………………………... 65

4.3. Expected Loss dan Unexpected Loss………………………………… 66

4.3.1 Exposure at Default…………………………………………….. 66

4.3.2 Kelompok Band………………………………………………... 67

4.3.3 Recovery Rate…………………………………………………... 68

4.3.4 Loss Given Default……………………………………………... 71

4.3.5 Number of Default……………………………………………… 72

4.3.6 Cumulative Probability of Default……………………………… 73

4.3.7 Expected Loss…………………………………………………... 74

4.3.8 Unexpected Loss………………………………………………... 75

4.4. Economic Capital……………………………………………………. 76

4.5. Backtesting dan Validasi Model…………………………………….. 77

KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………. 79

1. Kesimpulan………………………………………………………….…. 79

2. Saran………………………………………………………………….… 80

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 81

LAMPIRAN……………………………………………………………... 85

……………………………………………………………...

……………………………………………………

………

………………………………………………………………….…

………………………..

………………………………………………………….…

……………………………………………..

…………………………………………

…………

vii

Page 11: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

6

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Penyaluran dana BUS dan UUS 2010-2011………………….……... 2

2. Kriteria diterimanya pembiayaan berdasarkan grading

koperasi karyawan (Kopkar)…………………………….……........... 22

3. Profil risiko BMI posisi 31 Desember 2011……………...............….. 34

4. Total pembiayaan anggota koperasi……………………….…………. 59

5. Perkembangan NPF pembiayaan anggota koperasi………….………. 61

6. Total credit exposure at default …………………………….……...... 66

7. Komposisi EAD per band…………………………………….…….... 68

8. Komposisi recovery rate per band………………………….……….. 69

9. Loss given default …………………………………………….…....... 71

10. Daftar debitur yang default per band……………………………..... 72

11. Probability of default dan cumulative probability of

default 2009-2011 …………………………………………….……. 73

12. Expected loss………………………………………………………... 74

13. Unexpected loss………………………………………………........... 75

14. Economic capital…………………………………………….……… 76

15. LR test……………………………………………………….……… 78

viii

Page 12: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

7

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Penyaluran dana bank syariah………………………………………… 14

2. Alur proses realisasi dan pembayaran angsuran……………………… 25

3. Analisis kelayakan pembiayaan………………………………………. 26

4. Struktur organisasi divisi manajemen risiko…………………………. 35

5. Distribution of default events…………………………………………. 44

6. Kerangka pemikiran…………………………………………………... 50

7. Struktur organisasi BMI secara umum……………………………….. 58

ix

Page 13: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

8

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Pedoman umum penggolongan kualitas kredit bank syariah…………. 86

2. Daftar pembiayaan anggota koperasi Per 31 Desember 2009………... 89

3. Daftar pembiayaan anggota koperasi Per 31 Desember 2010………... 91

4. Daftar pembiayaan anggota koperasi Per 31 Desember 2011………... 93

5. Pengelompokkan band………………………………………………... 95

6. Komposisi credit exposure at default………………………………… 96

7. Recovery at default dan loss liven default…………………………….. 97

8. Jumlah debitur yang default…………………………………………... 98

9. Probabiliyt of default dan cumulative probability of default………..... 99

10. Number of default, expected loss, uUnexpected loss, economic

capital………………………………………………………………... 101

11. Binary indicator……………………………………………………... 102

12. Tabel chi square critical value………………………………………. 102

13. NPF net pembiayaan anggota koperasi tahun 2009…………………. 103

14. NPF net pembiayaan anggota koperasi tahun 2010…………………. 104

15. NPF net pembiayaan anggota koperasi tahun 2011………………..... 105

x

Page 14: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

9

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Sudarsono (2004), awal mula dicetuskan ide pendirian bank

syariah terjadi pada tahun 1970–an. Pembicaraan mengenai bank syariah muncul

dalam sebuah seminar hubungan Indonesia–Timur Tengah pada tahun 1974 dan

tahun 1976 dalam seminar yang diselenggarakan oleh Yayasan Bhineka Tunggal

Ika dan Lembaga Studi Ilmu–Ilmu Kemasyarakatan (LSIK). Pengembangan

pemikiran tentang perlunya bank syariah mulai melanda Indonesia sejak saat itu.

Cikal bakal bank syariah di Indonesia dimulai dari berdirinya Bank Muamalat

Indonesia pada 24 1 Nopember 1991 dan mulai beroperasi sejak 1 Mei 1992.

Pada akhir tahun 1990–an, Indonesia sempat dilanda krisis moneter hingga

menyebabkan kondisi perekonomian menjadi tidak stabil. Bank Muamalat

Indonesia juga terkena dampak dari krisis tersebut karena terjadi lonjakan

persentase kredit macet. Persentase Non Performing Financing (NPF) meningkat

tajam hingga mencapai angka 60% pada tahun 1998. Bank Muamalat Indonesia

tercatat mengalami kerugian hingga Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik

terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal. Pihak

manajemen bank harus segera memperkuat permodalan dengan mencari pemodal

potensial. Hal itu ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB)

yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB

secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat.1

Indonesia kembali terimbas krisis moneter sebagai dampak dari subprime

mortgage di Amerika pada tahun 2008-2009. Tapi, krisis kali ini tidak terlalu

berdampak terhadap pertumbuhan perbankan syariah dalam negeri. Hal ini

mengingat tingkat pengembalian bank syariah tidak mengacu pada suku bunga

melainkan bagi hasil, sehingga bank syariah dapat menjalankan kegiatannya tanpa

terganggu kenaikan suku bunga.2 Menurut Dr. Rifki Ismal, peningkatan tren

pertumbuhan bank syariah justru semakin pesat hingga akhir September 2011.

Pertumbuhan aset bank syariah mencapai Rp 234,4 triliun, DPK mencapai Rp

97,8 triliun, dan pembiayaan mencapai Rp 92,8 triliun.3 Berikut disajikan tabel

penyaluran dana BUS dan UUS selama dua tahun terakhir.

1 http://www.muamalatbank.com/home/about/profile

2http://suryodesign.wordpress.com/tag/visi-misi-perbankan-syariah/

3http://www.ekonomisyariah.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=45%3Aoutl

ook-perbankan-syariah-nasional-2012&catid=1%3Alatest-news&Itemid=28

Page 15: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

2

4 http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Publikasi+Lain/Publikasi+Lainnya/Outlook+Perbankan+Sy

ariah+2012.htm

Tabel 1. Penyaluran dana BUS dan UUS 2010–2011

(Rp Triliun)

Penyaluran Dana Oktober 2010 Oktober 2011 Growth

Nominal Share

(%)

Nominal Share

(%)

Nominal (%)

Total penyaluran dana 83,81 100 122,73 100 38,92 46,43

Pembiayaan 62,99 75,16 96,62 78,72 33,62 53,38

Piutang Murabahah 34,83 41,56 52,06 42,42 17,23 49,46

Piutang Qardh 3,29 3,93 13,02 10,61 9,72 295,17

Mudharabah 8,41 10,04 10,14 8,26 1,73 20,54

Musyarakah 13,42 16,01 17,73 14,45 4,31 32,11

Lainnya 3,04 3,62 3,67 2,99 0,64 20,92

Antar Bank 3,64 4,34 3,66 2,98 0,02 0,49

Penempatan di BI 11,19 13,35 16,21 13,21 5,02 44,89

Surat Berharga 5,67 6,76 5,94 4,84 0,27 4,78

Penyertaan 0,09 0,10 0,05 0,04 (0,04) (46,59)

Tagihan Lainnya 0,24 0,28 0,26 0,21 0,02 9,32

Sumber: http://www.bi.go.id (Publikasi Outlook Perbankan Syariah 2012)

Pada Tabel 1. penyaluran dana Badan Usaha Syariah (BUS) dan Unit Usaha

Syariah (UUS), pembiayaan murabahah paling mendominasi dengan jumlah

mencapai Rp52,06 triliun atau 42,42%. Pembiayaan musyarakah menduduki

peringkat kedua terbesar yang mencapai Rp17,73 triliun (14,45%), dan

pembiayaan qardh sebesar Rp13,02 triliun (10,61%). Penyaluran dana berupa

qardh mengalami peningkatan yang sangat tinggi yaitu sebesar 295,17%.

Peningkatan pembiayaan qardh ini didisebabkan peningkatan qardh (gadai) emas.

Berdasarkan outlook perbankan syariah pada tahun 2012 yang dilakukan

oleh Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, diperkirakan pertumbuhan

perekonomian Indonesia akan tetap tinggi dan berada pada kisaran 6,3% hingga

6,7%. Pertumbuhan ekonomi ini diharapkan dapat meminimalisir dampak krisis

mengingat tidak banyak portofolio aset perbankan syariah dalam valuta asing

maupun luar negeri. Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia juga

memperkirakan adanya potensi krisis utang di negara–negara Eropa dan Amerika

Serikat pada tahun 2012. Krisis ini dapat menyebabkan lambatnya pertumbuhan

perekonomian di Indonesia. Akan tetapi, pertumbuhan bank syariah di Indonesia

secara umum justru mengalami peningkatan dalam kurun tiga tahun terakhir,

khususnya pada Oktober 2011 dengan year on year (yoy) mencapai 48,10%.4

Page 16: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

3

Perbankan ke depan masih mendominasi sistem keuangan berdasarkan total

aset lembaga keuangan di Indonesia. Ancaman dampak krisis luar negeri dapat

diatasi dengan memperbaiki infrastruktur khususnya di dalam organisasi

perbankan syariah. Selama kurun waktu tiga tahun terakhir banyak bank syariah

yang telah melakukan pembenahan dengan memperkuat aspek regulasi dan

koordinasi kebijakan dengan pihak terkait termasuk pelaku usaha sektor riil.

Penyediaan produk–produk syariah juga dapat memberi nilai tambah tersendiri.

Dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan dengan

skema keuangan yang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif

sistem perbankan yang kredibel dan dapat dinikmati oleh seluruh golongan

masyarakat Indonesia tanpa terkecuali (Pasal 3 UU Perbankan Syariah Tahun

2008).

BMI terus melakukan peningkatan portofolio penghimpunan dana dan

pembiayaan. Hal itu dilakukan untuk mendiversifikasi risiko dan meningkatkan

kontribusi terhadap pembangunan. Penghimpunan dana Bank Mumalat

mengalami peningkatan dari tahun 2008–2011. Pertumbuhan dana pihak ketiga

meningkat 14,5% pada akhir 2008 menuju 2009. Pada akhir 2009 ke 2010

peningkatan volume penghimpunan dana mencapai 17% dan pada akhir 2011

pertumbuhan dana pihak ketiga meningkat hingga 31% dibandingkan posisi akhir

2010. Laju pertumbuhan dana pihak ketiga dihasilkan dari peningkatan jumlah

rekening baru dan saldo rekening nasabah aktif.5

Seiring dengan peningkatan dana simpanan oleh para nasabah, bank syariah

dapat lebih mengusahakan dana tersebut untuk pembiayaan. Keuntungan dari

usaha dalam beberapa produk pembiayaan biasanya akan dibagi melalui nisbah

bagi hasil. Mengingat sebagian besar DPK yang diterima oleh bank syariah

nantinya akan diinvestasikan kepada mudharib, tidak salah jika risiko yang

dialami oleh pihak bank juga semakin besar. Bank juga mengalami risiko

pengurangan modal jika ternyata investasi yang dilakukan mengalami

kegagagalan atau macet. Risiko yang dapat mengakibatkan pengurangan modal

adalah munculnya unexpected loss (kerugian yang tidak diharapkan) dalam

jumlah besar. Unexpected loss nantinya akan di–backup dari modal bank syariah.

5 http://www.muamalatbank.com/home/news/siaran_pers/1864

Page 17: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

4

Menurut Risk Management Guide IFSB Tahun 2004, bank syariah memiliki

tiga risiko terkait dengan usaha pembiayaan yang dilakukan. Pertama, potensi

munculnya risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, dan risiko reputasi

seperti yang terjadi di bank konvensional. Kedua, equity investment risk yang

timbul ketika bank melakukan partnership (syirkah). Ketiga, rate of return risk

terkait dengan perubahan ekspektasi return pemilik dana investasi. Secara umum,

potensi perbedaan karakteristik risiko pada bank syariah (dibandingkan bank

konvensional) bersumber dari kewajiban memenuhi prinsip syariah maupun

dampak dari variasi akad yang digunakan.

Berdasarkan UU No. 21 Pasal 38 Tahun 2008 Tentang UU Perbankan

Syariah disebutkan bahwa bank syariah dan UUS wajib menerapkan manajemen

risiko, prinsip mengenal nasabah, dan perlindungan nasabah. Manajemen risiko

adalah serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan oleh perbankan

untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang

timbul dari kegiatan usaha bank. Prinsip mengenal nasabah merupakan prinsip

yang harus diterapkan perbankan sekurang–kurangnya mencakup kegiatan

penerimaan dan identifikasi nasabah serta pemantauan kegiatan transaksi nasabah,

termasuk pelaporan transaksi yang mencurigakan. Perlindungan nasabah antara

lain dilakukan dengan cara adanya mekanisme pengaduan nasabah, meningkatkan

transparansi produk, dan edukasi terhadap nasabah.

Perbankan syariah memiliki core business di bagian funding dan financing.

Kegiatan funding dan financing merupakan usaha utama bank sebagai lembaga

intermediasi antara pihak surplus dan defisit dana. Pengumpulan Dana Pihak

Ketiga (DPK) di BMI dilakukan oleh Relationship Manager (RM). RM

merupakan marketing funding yang bertanggungjawab atas pengumpulan dana

pada Bank Muamalat. Penyaluran pembiayaan di Bank Muamalat merupakan

tanggung jawab dari Account Manager (AM). AM merupakan marketing

financing yang bertugas untuk menyalurkan dana yang telah dikumpulkan oleh

RM melalui berbagai produk pembiayaan yang ada, termasuk produk pembiayaan

anggota koperasi.

Page 18: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

5

Target penyaluran pembiayaan untuk setiap AM tidak sama. Hal tersebut

disebabkan oleh pembagian level/grade Sumber Daya Insani (SDI) pembiayaan

yang berbeda–beda. Pada grade terendah atau grade 11 biasanya ditempati oleh

SDI financing yang baru masuk dengan target pembiayaan Rp 1,25 miliar per

bulan. Marketing financing yang termasuk dalam grade 12 memiliki target

pembiayaan sebesar Rp 1,5 miliar per bulan, grade 13 sebesar Rp 1,75 miliar per

bulan, dan grade 14 sebesar Rp 2,5 miliar per bulan (meningkat Rp 500 juta dari

tahun–tahun sebelumnya yang hanya Rp 2 miliar).

Target penyaluran pembiayaan untuk setiap Account Manager dapat

meningkat jika target pembiayaan yang dibebankan oleh pusat kepada Bank

Muamalat di setiap cabang meningkat. Target pembiayaan yang tersebut nantinya

akan dibagi untuk tiap–tiap Account Manager yang ada di setiap cabang. Namun,

peningkatan target pembiayaan BMI umumnya tidak disertai dengan penambahan

jumlah Account Manager di setiap cabang, seperti di BMI Cabang Bogor. Situasi

seperti ini tentunya membuat beban kerja Account Manager menjadi lebih berat

dan tidak menutup kemungkinan munculnya kesalahan dalam menganalisis

Usulan Pembiayaan (UP).

Sebagian besar proses pembiayaan masih dilakukan oleh Account Manager

Cabang Bogor sehingga membuat budget operasional dalam proses pembiayaan

sering meningkat. Faktor waktu, tenaga, dan padatnya jadwal meeting dengan

target pembiayaan yang lain juga menjadi pertimbangan dalam meranking calon

mudharib. Account Manager lebih terfokus pada calon mudharib yang

mengajukan pembiayaan dengan plafond besar, dibanding calon mudharib yang

mengajukan pembiayaan dalam jumlah kecil dengan jarak tempuh trade checking

yang cukup jauh. Hal ini mengingat faktor profitabilitas yang sekiranya akan

diterima dari setiap mudharib sebelum melakukan proses pembiayaan lebih lanjut.

Jumlah SDI marketing financing yang tidak sepadan dengan target

pembiayaan Bank Muamalat Cabang Bogor sering kali membuat para Account

Manager mengalami demotivasi. Demotivasi kinerja disebabkan oleh kebijakan

peningkatan target pembiayaan bulanan Account Manager yang biasanya

disampaikan dalam rapat bulanan.

Page 19: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

6

Account Manager juga mengalami kendala dalam melakukan tugasnya

karena muncul kebijakan baru untuk produk pembiayaan, khususnya pembiayaan

anggota koperasi. Tercatat sejak Juli 2011 plafond pembiayaan anggota koperasi

tanpa jaminan fix asset mengalami peningkatan dari Rp 50 juta menjadi Rp 100

juta. Peningkatan plafond pembiayaan ini tidak disertai dengan penambahan

jaminan atas pembiayaan yang diajukan. Calon mudharib yang mengajukan

fasilitas pembiayaan hingga Rp 100 juta masih bisa diberikan akta perjanjian

pemberian jaminan cessie. Dalam perjanjian cessie, mudharib tidak perlu

memberikan jaminan tambahan seperti cash collateral maupun fix asset. Cessie

yang dijaminkan adalah 125% dari jumlah total hutang (harga jual) seluruh

karyawan (anggota koperasi) dan harus dilakukan pengikatan secara notariel

dihadapan notaris yang ditunjuk oleh Bank Muamalat.

Tantangan kerja Account Manager kembali diuji dengan munculnya

kebijakan baru yang menyebutkan bahwa anggota koperasi yang mengajukan

pembiayaan dengan plafond Rp 100 juta harus melalui koperasi karyawan yang

telah berbadan hukum syariah. Kebijakan tersebut akan mulai efektif per Juni

2012. Faktanya, banyak koperasi karyawan yang masih belum berbadan hukum

syariah. Bentuk badan hukum syariah membuat koperasi harus merubah Anggaran

Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) juga perubahan

pembukuan/akuntansi. Setelah berbadan hukum syariah, koperasi juga berfungsi

sebagai institusi Zakat, Infaq, Sedekah, Waqaf, Fidyah (Ziswaf).

Peningkatan target pembiayaan bulanan yang disertai dengan peraturan baru

tentang badan hukum syariah koperasi membuat Account Manager harus bekerja

ekstra. Ada koperasi yang bersedia menjadi badan hukum syariah melalui bantuan

BMI. Banyak juga yang belum siap untuk berbadan hukum syariah meski

berminat mengajukan pembiayaan di BMI. Account Manager mengalami

kesulitan dalam pencapaian target pembiayaan akibat kebijakan baru tersebut. Jika

pada pertengahan 2010 pencapaian target pembiayaan sekitar Rp 18 miliar sudah

tergolong baik, pada pertengahan tahun 2011 hingga 2012 pencapaian target

pembiayaan Rp 8 miliar saja sudah bagus.

Page 20: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

7

Kendala yang dialami oleh AM dan juga risiko yang ditimbulkan dari

penyaluran produk pembiayaan anggota koperasi dengan pola executing juga

cessie membuat BMI harus lebih jeli dalam mengelola perkiraan kerugian yang

akan muncul atas produk ini. Perkiraan kerugian yang muncul atas pembiayaan

yang disalurkan dapat dihitung dengan menggunakan dua metode pengukuran

risiko pembiayaan, yakni metode Standardized Approach dan Internal Ratings

Based Approach. Pengukuran risiko pembiayaan berdasarkan metode

Standardized Approach tidak diperkenankan oleh Bank Indonesia karena metode

tersebut memberikan bobot yang sama terhadap risiko pembiayaan tanpa

mempertimbangkan kondisi makro dan mikro perekonomian, jenis pembiayaan,

kualitas pembiayaan, limit pembiayaan dan jatuh tempo pembiayaan. Bank

Indonesia mengizinkan penggunaan Internal Ratings Based Approach sebagai

metode pengukuran risiko pembiayaan karena besarnya risiko pembiayaan yang

akan dibentuk lebih mendekati kenyataan kerugian yang terjadi selama proses

pemberian pembiayaan berlangsung.

Metode pengukuran yang dikembangkan oleh Basel Committee adalah

CreditRisk+ dari Credit Suisse Financial Products (CSFP), CreditMetrics dari JP

Morgan, dan Portfolio Manager dari KMV. Berdasarkan survei yang dilakukan

oleh Crouchy, et al (2001) terhadap 1800 bond dalam 13 mata uang di Amerika

Utara, Eropa, dan Asia sampai pada suatu kesimpulan bahwa model perhitungan

kredit dengan memakai pendekatan Credit Metrics, Credit Risk+, dan KMV model

dianggap menghasilkan perhitungan VaR kredit yang tidak jauh berbeda satu

sama lain. Ketiga model tersebut ternyata cukup valid digunakan untuk

menghitung regulatory capital yang dapat menyerap risiko kredit, khususnya

untuk obligasi dan kredit-kredit tanpa option feature.

Berdasarkan pertumbuhan aset, volume penghimpunan dana, dan

penyaluran dana untuk pembiayaan anggota koperasi yang dilakukan oleh bank

syariah serta besarnya risiko yang harus ditanggung dalam penyaluran

pembiayaan tersebut, dalam skripsi yang menggunakan studi kasus PT Bank

Muamalat Indonesia Tbk Cabang Bogor ini akan dihitung besarnya risiko

pembiayaan anggota koperasi.

Page 21: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

8

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan penjabaran dalam latar belakang masalah, secara lebih spesifik

dalam skripsi ini akan dirumuskan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai

berikut:

1. Strategi apa saja yang harus ditempuh oleh BMI untuk mengatasi munculnya

risiko operasional, kredit, strategik, likuiditas, dan hukum?

2. Berapa besar kerugian yang dapat diperkirakan (expected loss) dan kerugian

yang tidak dapat diperkirakan (unexpected loss) pada portofolio pembiayaan

anggota koperasi BMI Cabang Bogor?

3. Berapa besar economic capital yang harus disediakan oleh BMI Cabang Bogor

untuk menutup kerugian yang tidak dapat diperkirakan (unexpected loss)?

4. Apakah metode CreditRisk+ cocok diaplikasikan dalam mengukur risiko

pembiayaan anggota koperasi dengan menggunakan model distribusi Poisson?

1.3. Tujuan Penelitian

Skripsi ini membahas tentang pengukuran risiko pembiayaan anggota

koperasi tanpa jaminan berupa fix asset pada BMI Cabang Bogor. Analisis risiko

pembiayaan anggota koperasi yang menggunakan satu–satunya sumber

pengembalian pembiayaan hanya berasal dari gaji karyawan ini memiliki tujuan

sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi strategi–strategi apa saja yang dapat dilakukan oleh BMI

untuk mengatasi dan meminimalisir kerugian akibat munculnya risiko

operasional, kredit, strategik, likuiditas, dan hukum?

2. Menganalisis nilai kerugian yang dapat diperkirakan (expected loss) dan

kerugian yang tidak dapat diperkirakan (unexpected loss) pada portofolio

pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang Bogor.

3. Menganalisis nilai economic capital yang harus disediakan oleh BMI Cabang

Bogor untuk menutup kerugian yang tidak dapat diperkirakan (unexpected

loss).

4. Menganalisis kecocokan aplikasi metode CreditRisk+ dalam mengukur risiko

pembiayaan anggota koperasi dengan menggunakan model distribusi Poisson.

Page 22: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

9

1.4. Manfaat Penelitian

Secara garis besar, skripsi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

positif dalam bidang manajemen risiko perbankan, khususnya perbankan syariah

di Indonesia. Dengan mengetahui jenis–jenis risiko pembiayaan, proses analisis

pembiayaan dan forecasting atas karakteristik mudharib akan dilakukan secara

lebih hati–hati agar tidak meningkatkan kolektibilitas pembiayaan. Pembahasan

penelitian dapat membantu proses perhitungan kerugian yang diharapkan

(expected loss) dan kerugian yang tidak diharapkan (unexpected loss) dalam risiko

penyaluran pembiayaan produk–produk perbankan.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Terdapat beberapa faktor yang membatasi penelitian dalam skripsi ini, yaitu:

1. Obyek penelitian adalah produk pembiayaan anggota koperasi yang

merupakan salah satu jenis produk pembiayaan konsumtif BMI.

2. Periode penelitian adalah selama tiga tahun, yakni dari tahun 2009–2011.

3. Data penelitian yang digunakan adalah data tahunan karena akses pencarian

data yang relatif mudah dari pihak BMI Cabang Bogor.

4. Pembahasan dibatasi dalam ruang lingkup pengukuran besarnya nilai kerugian

expected loss, unexpected loss, dan economic capital yang harus disediakan

oleh BMI Cabang Bogor.

5. Pengukuran risiko pembiayaan menggunakan metode CreditRisk+ karena jenis

pembiayaan yang dipilih bersifat konsumtif.

6. Pembiayaan anggota koperasi dinyatakan sebagai default jika termasuk ke

dalam kolektibilitas tiga atau kemacetan pembayaran lebih dari 90 hari.

Kondisi default juga berlaku untuk tingkat kolektibilitas empat dan lima.

7. Nilai eksposur yang digunakan antara Rp 10,5 juta hingga Rp 10,5 miliar.

Nilai pembiayaan yang default dan kurang dari Rp 10,5 juta tidak dimasukkan

dalam sampel karena tidak ada dalam data.

8. Exposure at default yang digunakan adalah plafond kolektif Kopkar, bukan

nominal pinjaman yang diajukan oleh masing–masing anggota Kopkar kepada

pengurus Kopkar. Eksposur pembiayaan merupakan jumlah dari besarnya nilai

baki debet debitur/mudharib.

Page 23: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Bank

Bank berasal dari kata Italia banco yang artinya bangku. Bangku inilah yang

dipergunakan oleh para bankir untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada

para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan populer menjadi Bank (Rivai dan

Veithzal, 2008). Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga

fungsi utama, yaitu menerima simpanan, meminjamkan uang, dan memberikan

jasa pengiriman uang (Karim, 2007).

Bank konvensional, yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik

penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya, memberikan dan

mengenakan imbalan berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam presentase

tertentu dari dana untuk suatu periode tertentu. Presentase tertentu ini biasanya

diterapkan per tahun (Triandaru dan Budisantoso, 2007).

Hasibuan (2011) menyebutkan bahwa bank memiliki beberapa definisi.

Pertama, bank adalah lembaga keuangan berarti bank adalah badan usaha yang

kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan (financial assets) serta

bermotifkan profit dan juga sosial, jadi bukan hanya mencari keuntungan saja.

Kedua, bank adalah pencipta uang dimaksudkan bahwa bank menciptakan uang

giral dan mengedarkan uang kartal. Ketiga, bank adalah pengumpul dana dan

penyalur kredit berarti bank dalam operasinya mengumpulkan dana

mengumpulkan dana kepada Surplus Spending Unit (SSU) dan menyalurkan

kredit kepada Defisit Spending Unit (DSU).

Bank secara etimologi memiliki arti tempat untuk menukarkan uang. Bank

secara lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang

keuangan dimana kegiatannya baik hanya menghimpun dan menyalurkan dana,

atau kedua-duanya, menghimpun dan menyalurkan (Kasmir, 2000).

Usaha bisnis perbankan secara garis besarnya meliputi penghimpunan dana

(dari berbagai sumber) dan penyaluran dana tersebut kepada masyarakat dalam

bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya sebagaimana dielaborasi dalam

Pasal 6 UU No. 7/1992 jo. UU No. 10/1998.

Page 24: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

11

Martono (2010) menyimpulkan bahwa pengertian bank telah mengalami

evolusi, sesuai dengan perkembangan bank itu sendiri. Fungsi bank pada

umumnya adalah (1) menerima berbagai bentuk simpanan dari masyarakat; (2)

memberikan kredit, baik bersumber dari dana yang diterima dari masyarakat

maupun berdasarkan atas kemampuannya untuk menciptakan tenaga beli baru; (3)

memberikan jasa-jasa lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

Undang-undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

yang telan diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998 menyebutkan

bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan atau bentuk-

bentuk lainnya dalam rangka meningkatakan taraf hidup rakyat banyak.

2.2. Bank Syariah

Bank syariah, yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana

maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan

atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil. Prinsip utama operasional

bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah hukum islam yang bersumber dari

Al Quran dan Al Hadist. Kegiatan operasional bank harus memperhatikan

perintah dan larangan dalam Al Quran dan Sunnah Rasul Muhammad SAW

(Triandaru dan Budisantoso, 2007).

Bank syariah merupakan manager investasi dari pemilik dana (shahibul

maal) dari dana yang dihimpun (dalam perbankan lazim disebut deposan atau

penabung), karena besar-kecilnya pendapatan (bagi hasil) yang diterima oleh

pemilik dana tersebut sangat tergantung pada pendapatan yang diterima oleh bank

syariah dalam mengelola dana mudharabah sehingga sangat tergantung pada

keahlian, kehati-hatian, dan profesionalisme dari bank syariah (Wiroso, 2005).

Rivai dan Veithzal (2008) menyebutkan bahwa Islamic Banking (iB) adalah

bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada dalam ajaran islam,

berfungsi sebagai badan usaha yang menyalurkan dana dari dan kepada

masyarakat, atau sebagai perantara keuangan. Prinsip islam yang dimaksud adalah

perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank, pihak lain untuk penyimpan

dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha.

Page 25: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

12

Arifin (2009) menyebutkan bahwa bank syariah didirikan dengan tujuan

untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip islam,

syariah dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis

lain yang terkait.

Berdasarkan Ketentuan Umum Undang-undang No. 21 Pasal 1 Tahun 2008

tentang Perbankan Syariah, bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan

usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank

Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank Umum Syariah

adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah bank syariah yang dalam

kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Bank Islam adalah lembaga keuangan atau perbankan yang operasional dan

produknya dikembangkan berlandaskan pada prinsip-prinsip hukum atau syariah

islam dengan mengacu kepada Al-Qur‟an dan Hadits Nabi Muhammad SAW.

Dengan kata lain, bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya

memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta

peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariah islam

(Siamat, 2004).

2.3. Pembiayaan Syariah

Kredit atau Credit berasal dari kata credere artinya “kepercayaan.”

Apabila kita memahami arti dasar ini maka orang akan berhati-hati dalam

menerima atau mengajukan kredit. Karena orang tidak akan sembarangan asal

ambil kredit tanpa perhitungan yang matang. Kenapa? Karena apabila si penerima

kredit (debitur) tidak dapat memenuhi kewajibannya sesuai dengan yang telah

diperjanjikan secara tertulis dengan kreditur (pemberi kredit), yang bersangkutan

berarti sudah wanprestasi (tidak memenuhi kewajiban sesuai pada waktunya).

Dengan dmikian “kepercayaan” kepada penerima kredit tersebut sudah mulai

berkurang yang tentunya akan merugikan debitur juga (Tamin, 2012).

Kedit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk

melakukan pembayaran pada waktu diminta atau pada waktu yang akan datang

karena penyerahan barang-barang sekarang (Suyatno dkk, 1990).

Page 26: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

13

Hasibuan (2011) menyebutkan bahwa kredit berasal dari kata Italia credere

yang artinya kepercayaan, yaitu kepercayaan dari kreditor bahwa debiturnya akan

mengembalikan pinjaman berserta bunganya sesuai dengan perjanjian kedua belah

pihak. Kreditor percaya bahwa kredit itu tidak akan macet. Menurut Suyatno

(1991), kredit adalah suatu kepercayaan, maksudnya adalah seseorang atau suatu

badan yang memberikan kredit percaya bahwa penerima kredit dimasa mendatang

akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan.

Pengertian kredit dalam Buku Seri Manajemen Bank No. 5 (1997: 31)

adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan

pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka

waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan.

Selain itu, kredit juga bisa berarti kemampuan untuk melaksanakan suatu

pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya

akan dilakukan atau ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati.

Pasal 1 angka 11 Undang-undang No. 10/1998 tentang Perbankan, tidak

terdapat perbedaan definisi yang signifikan antara kredit dengan pembiayaan

berdasarkan prinsip syariah. Kredit didefinisikan sebagai, “Penyediaan uang atau

tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan

pihak peminjam untuk melunasi uangnya setelah jangka waktu tertentu dengan

pemberian bunga.” Pembiayaan didefinisikan sebagai, “Penyediaan uang atau

tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk

mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan

imbalan atau bagi hasil.” Perbedaan definisi kredit dengan pembiayaan terdapat

pada kata kredit yang diganti dengan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah,

kata pinjam-meminjam dihilangkan, kata peminjam untuk melunasi utangnya

diganti dengan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan

tersebut, dan akhirnya kata bunga diganti dengan imbalan atau bagi hasil (Karim,

2007).

Page 27: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

14

Purnamasari (2011) mendefisinikan pembiayaan adalah penyediaan dana

atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, yang berupa:

1. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah atau musyarakah;

2. Transaksi sewa–menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk

Ijarah Muntahiyah bi al–Tamlik;

3. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna;

4. Transaksi pinjam–meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan

5. Transaksi sewa–menyewa jasa berbentuk ijarah untuk transaksi multijasa.

Berdasarkan persetujuan/kesepakatan antara bank syariah dan/atau Unit Usaha

Syariah dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi

fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu

dengan imbalan fee/ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil. Berikut adalah gambar

1. yang menggambarkan skema penyaluran dana (pembiayaan) dan penyediaan

layanan perbankan pada bank syariah menurut Purnamasari (2011).

Gambar 1. Penyaluran dana Bank Syariah (Purnamasari 2011)

BANK SYARIAH

Kegiatan Penyaluran Dana/Pembiayaan (Financing)

Prinsip Bagi Hasil/Kerja Sama

Fee Based Service (Service/Ujrah)

Qardh

Mudharabah

Prinsip Jual Beli

Murabahah Istishna Salam

Musyarakah

Prinsip Sewa (Ijarah)

Letter of

Credit (L/C)

Impor Syariah

Hawalah Rahn/

Gadai

Bank Garansi

Syariah dengan

Prinsip Kafalah

Page 28: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

15

2.3.1 Prosedur Pembiayaan Anggota Koperasi

Pembiayaan anggota koperasi adalah pembiayaan yang disalurkan

kepada koperasi karyawan untuk memenuhi kebutuhan anggotanya (kolektif)

yang mengajukan pembiayaan di koperasi karyawan. Koperasi karyawan

(Kopkar) adalah koperasi primer yang berada di lingkungan perusahaan swasta,

lembaga pemerintah, maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

beranggotakan pegawai tetap yang memiliki standar penggajian baku di

perusahaan tempat anggota bekerja. Pembiayaan anggota koperasi merupakan

jenis pembiayaan konsumer pola indirect, yakni pembiayaan yang diberikan

kepada perorangan (anggota koperasi) melalui Kopkar untuk keperluan

konsumsi dan bersifat non komersial, sepanjang tidak bertentangan dengan

hukum yang berlaku, kesusilaan, ketertiban umum, dan memenuhi

syarat/ketentuan syariah.

Nasabah dari pembiayaan anggota koperasi adalah koperasi karyawan

yang telah mendapat persetujuan untuk memperoleh fasilitas pembiayaan

anggota koperasi dari bank dan telah menandatangani akad dan dokumen

pembiayaan lain yang dipersyaratkan. Dalam konsep produk pembiayaan

anggota koperasi, nasabah berperan sebagai executing agent karena bank tidak

memiliki hubungan langsung dengan para anggota koperasi karyawan. Proses

pembiayaan dari nasabah (Kopkar) kepada anggotanya dilakukan dan menjadi

tanggung jawab penuh nasabah sendiri. Sebagai konsekuensi dari skim

executing, berlaku beberapa ketentuan terkait dengan tanggung jawab nasabah

(Kopkar).

Pembiayaan anggota koperasi dengan pola executing menggunakan skim

mudharabah, murabahah, dan ijarah multijasa. Skim mudharabah digunakan

oleh bank dengan pihak pengelola koperasi karyawan, sedangkan skim

murabahah digunakan oleh pengelola Kopkar dengan para anggota yang

mengajukan pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan barang anggota.

Pengelola Kopkar dan anggotanya juga dapat menggunakan akad ijarah

multijasa jika tujuan pengajuan pembiayaan adalah untuk memenuhi kebutuhan

jasa anggota, seperti dana pendidikan dan umrah.

Page 29: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

16

Tujuan pembiayaan harus dicantumkan dalam usulan pembiayaan

anggota koperasi untuk menghindari penyalahgunaan dana yang tidak sesuai

dengan prinsip syariah atau tidak sesuai tujuan semula. Penentuan keputusan

plafond pembiayaan juga dipengaruhi oleh tujuan penggunaan dana dengan

kesesuaian kebutuhan pinjaman. Jika ternyata dana yang diajukan tidak sesuai

dengan penggunaan, pihak BMI dapat menurunkan/menyesuaikan plafond

pembiayaan sesuai analisis bank.

Penentuan besarnya alokasi pembiayaan (plafond) untuk nasabah

(Kopkar) disesuaikan dengan kebutuhan pembiayaan anggota koperasi,

berdasarkan potensi gaji anggota, mengacu pada analisis pembiayaan yang

berlaku di BMI, juga skala usaha perusahaan. Limit penyaluran pembiayaan

nasabah (Kopkar) kepada anggotanya maksimal adalah Rp 100 juta per

anggota dan tidak dipersyaratkan adanya jaminan tambahan dari anggota.

Pembiayaan di atas Rp 100 juta per anggota harus disertai dengan jaminan

tambahan atas nama Kopkar yang dititipkan ke BMI.

BMI menentukan jaminan untuk produk pembiayaan anggota koperasi

berupa piutang nasabah kepada anggotanya. Nasabah bertanggungjawab atas

kelancaran pembayaran kewajiban di BMI termasuk jika anggota Kopkar

melakukan wanprestasi. Kopkar bekerjasama dengan bendahara gaji dalam hal

pendebetan atau pemotongan gaji karyawan dalam rangka pembayaran

angsuran tiap bulannya. Jika terdapat anggota yang menunggak angsurannya,

diputus hubungan kerjanya, keluar/mengundurkan diri dari perusahaan tempat

bekerja, meninggal dunia, atau hal–hal lain yang menyebabkan kewajiban

angsuran tidak terpenuhi maka Kopkar bertanggungjawab penuh dan wajib

melunasi sisa pembiayaannya di BMI. Oleh karena itu, dalam Surat

Persetujuan Prinsip Pembiayaan (SP3) dimuat persyaratan bahwa perhitungan

nisbah bagi hasil berdasarkan ekspektasi pendapatan yang diperoleh dari total

angsuran anggota koperasi setiap bulan. Jika perolehan pendapatan lebih kecil

dari ekspektasi pendapatan yang disebabkan kelalaian Kopkar dalam

memotong gaji anggotanya untuk membayar angsuran maka nasabah

bertanggungjawab untuk menambah/menutupi kekurangan pendapatan

tersebut.

Page 30: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

17

Beberapa dokumen jaminan selain Surat Perintah transfer dari karyawan ke

rekening Kopkar di BMI adalah dokumen jaminan yang berupa kesanggupan

bayar dari pihak–pihak terkait seperti dokumen pemotongan gaji, dokumen

jaminan atas kelancaran pembayaran dan pelunasan kewajiban anggota Kopkar

kepada BMI, dan dokumen penutupan asuransi.

Dokumen pemotongan gaji meliputi tunjangan–tunjangan ataupun hak–hak

yang timbul dalam bentuk apapun juga dari anggota Kopkar kepada bendahara

gaji perusahaan tempat anggota Kopkar bekerja. Selain itu, dibutuhkan juga

dokumen surat pernyataan dari bendahara gaji tempat anggota Kopkar bekerja

untuk menjamin kelancaran pemotongan gaji, tunjangan, ataupun hak yang timbul

dalam bentuk apapun dalam rangka pembayaran angsuran hutang pokok, margin,

denda, dan biaya–biaya lain yang menjadi kewajiban anggota Kopkar, serta untuk

pelunasan kewajiban anggota Kopkar jika status anggota sebagai karyawan

terputus hubungan kerjanya oleh sebab apapun juga.

Pada dokumen jaminan atas kelancaran pembayaran serta pelunasan

kewajiban anggota Kopkar kepada BMI terdapat surat pernyataan dan kuasa dari

anggota Kopkar kepada pengurus Kopkar untuk menyerahkan semua hak yang

timbul kepada pengurus Kopkar untuk selanjutnya langsung diserahkan kepada

BMI agar menerima terlebih dulu atas hak–hak anggota tersebut. Misalnya,

apabila hubungan kerjanya oleh sebab apapun termasuk tunjangan hari tua, gaji

terakhir, serta pesangon. Dokumen lainnya adalah surat pernyataan penjaminan

dan kuasa dari pengurus nasbaah kepada BMI untuk kelancaran pembayaran dan

pelunasan kewajiban anggota Kopkar kepada BMI. Jaminan dokumen yang lain

adalah dokumen penutupan asuransi, minimal berupa polis asuransi jiwa dengan

pelunasan PHK dari perusahaan asuransi yang ditetapkan BMI. Manfaat asuransi

setidaknya mencakup risiko meninggal dunia dengan minimal coverage 100%

dari jumlah kerugian dan risiko PHK dengan coverage 75% dari jumlah kerugian.

Kelengkapan dokumen jaminan merupakan salah satu syarat dilakukannya

pengikatan antara pihak BMI dengan nasabah (Kopkar). Pengikatan perjanjian

pembiayaan (notariil) antara BMI dengan Kopkar dilakukan di depan notaris yang

ditunjuk oleh pihak BMI. Fidusia piutang dilakukan secara notariil dan

didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia (KPF).

Page 31: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

18

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam produk pembiayaan anggota

koperasi adalah jangka waktu pembiayaan. Jangka waktu pembiayaan kepada

Kopkar disesuaikan dengan jangka waktu pembiayaan Kopkar kepada

anggotanya. Terkait dengan hal itu, BMI memiliki aturan tersendiri, yakni

khusus untuk Kopkar perusahaan swasta dengan aset kurang dari Rp 50 miliar

periode pembiayaan hanya berlangsung antara 1 s/d 3 tahun. Periode tersebut

dapat diperpanjang hingga 5 tahun jika pemohon pembiayaan adalah Kopkar

dari instansi PNS, BUMN, TNI/POLRI, dan perusahaan swasta dengan aset ≥

Rp 50 miliar. Pembayaran angsuran pokok pembiayaan berikut bagi hasil

dilakukan secara bulanan sesuai dengan jangka waktu dan jadwal yang telah

disepakati antara BMI dan Kopkar. BMI tidak memberikan masa tenggang

(grace period) setelah tanggal angsuran ditetapkan. Setelah mengetahui

konsep/definisi pembiayaan anggota koperasi di BMI, tahap selanjutnya adalah

penjelasan tentang prosedur pembiayaan anggota koperasi yang harus dipahami

oleh nasabah/Kopkar. Untuk mengetahui lebih jelas tentang prosedur

pembiayaan anggota koperasi di BMI, pada paragraf selanjutnya akan dibahas

tentang tahapan pembiayaan anggota koperasi secara umum.

Nasabah yang telah memahami persyaratan pengajuan pembiayaan

anggota koperasi di BMI, selanjutnya dapat langsung mengajukan permohonan

pembiayaan dan mengisi form yang telah disediakan di bank. Pada tahap ini,

nasabah (yang diwakili oleh pengurus Kopkar) menyampaikan keinginannya

untuk melakukan kerjasama dengan BMI untuk memenuhi kebutuhan

komsumtif anggota koperasi. Atas permohonan tersebut, account manager

akan menggali informasi dan melakukan wawancara secara umum kepada

pengurus koperasi tentang keperluan pembiayaan, jumlah dana yang

diperlukan, dan berbagai hal lain yang nantinya akan dituangkan dalam UP.

Jika sudah mendapatkan informasi dari pengurus koperasi tentang

pembiayaan yang akan disalurkan, AM akan mempersilakan pengurus koperasi

mengisi form permohonan dan meminta pengurus koperasi untuk melengkapi

seluruh persyaratan yang dibutuhkan. Persyaratan yang harus dipenuhi pada

awal pengajuan pembiayaan anggota koperasi ke BMI dibagi menjadi tiga,

yakni persyaratan bagi koperasi, anggota koperasi, dan badan usaha.

Page 32: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

19

Persyaratan untuk koperasi karyawan antara lain sebagai berikut:

1. Berbadan hukum (Surat pengesahan koperasi sebagai badan hukum dari

Departemen Koperasi).

2. Anggaran Dasar koperasi dan Akta Perubahan koperasi.

3. Susunan pengurus koperasi yang sudah disahkan oleh Departemen Koperasi

dan profil perusahaan Induk.

4. Mengajukan Surat permohonan pembiayaan ke BMI meliputi total

pembiayaan, kegunaan, dan jangka waktu pembiayaan.

5. Merekap daftar nominatif anggota koperasi yang sudah diseleksi oleh

Kopkar beserta plafond yang diminta oleh anggota koperasi.

6. Fotokopi rekening koran atas nama koperasi 3 (tiga) bulan terakhir.

7. Fotokopi KTP dan SK pengangkatan kepala Divisi SDM/Personnel

Department Head Perusahaan Induk.

8. Surat pernyataan dari manajemen perusahaan dan pengurus koperasi untuk

menjamin pembayaran atas fasilitas pembiayaan yang diterima oleh

koperasi sampai dengan masa pelunasan dan apabila dalam RAT susunan

pengurus berubah, kewajiban-kewajiban kepada bank tetap diteruskan oleh

pengurus baru (bermaterai Rp 6000).

9. Nasabah yang dimaksud adalah Kopkar dari beberapa lembaga pemerintah,

BUMN/BUMD, perusahaan multinasional, perusahaan besar yang telah

masuk bursa (go public), atau perusahaaan swasta yang bonafit.

10. Akte Pendirian/Anggaran Dasar Nasabah telah mendapat pengesahan dari

pejabat Kementrian Koperasi yang berwenang dan telah memiliki

perizinan usaha lainnya seperti SIUP, TDP, dan NPWP.

11. Nasabah sudah merupakan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) atau

memiliki Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS). Apabila nasabah belum

merupakan KJKS atau belum memiliki UJKS maka koperasai

dipersyaratkan sudah/sedang mengajukan permohonan KJKS/UJKS

kepada Kementrian Koperasi atau Dinas Koperasi setempat, koperasi

menempatkan orang yang memahami hukum syariah dalam struktur DPS

Koperasi, dan penyaluran piutang nasabah kepada anggotanya wajib

menggunakan Akad Syariah.

Page 33: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

20

Persyaratan untuk anggota koperasi antara lain sebagai berikut:

1. Tercatat sebagai karyawan tetap dengan masa kerja minimal dua tahun

2. Memiliki kondite yang baik

3. Mendapat rekomendasi dari atasan dan koperasi

4. Fotokopi kartu identitas (KTP suami-istri, KK, surat nikah, dan surat

persetujuan suami/istri)

5. Surat kuasa pemotongan gaji dari anggota kepada Kepala Divisi SDM/HRD

perusahaan induk

6. Besarnya angsuran/kewajiban anggota tidak melebihi 35% dari take home

pay

7. Maksimal umur dan jangka waktu pembiayaan tidak melebihi usia pensiun

8. Pembiayaan karyawan wajib di–cover dengan asuransi jiwa

9. Menyerahkan bukti perjanjian antara karyawan dengan koperasi

10. Cakap hukum, yaitu mampu melaksanakan hal dan kewajiban untuk

melakukan suatu perbuatan hukum

11. Usia minimal 21 tahun dan pada saat jatuh tempo fasilitas usia maksimal 55

tahun atau sebelum pensiun

12. Status anggota koperasi adalah minimal 2 tahun sebagai karyawan tetap,

dibuktikan dengan menyerahkan asli SK Pengangkatan pertama dan terakhir

(atau copy SK dengan menunjukkan aslinya), atau surat keterangan dari

instansi pemerintah yang berwenang (bagi PNS), atau Surat Keterangan dari

manager personalia tempat kerja anggota yang menyatakan bahwa anggota

nasabah masih tercatat sebagai karyawan tetap dan masih aktif (bagi

pegawai swasta).

13. Khusus bagi PNS dan TNI/Polri, selain menyerahkan SK Pengangkatan

(asli) pertama dan terakhir atau surat keterangan dan instansi pemerintah

yang berwenang, juga menyerahkan kartu Peserta Taspen (KPT) atau Kartu

Tanda Peserta Asabri (KTPA) dan Kartu Pegawai Negeri Sipil (Karpeg)

atau Kartu Tanda Anggota (KTA) untuk disimpan oleh bank selama masa

pembiayaan berlangsung.

14. Memperoleh rekomendasi dari pimpinan kantor/atasan yang sah

Page 34: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

21

Persyaratan badan usaha yang menaungi Kopkar antara lain:

1. Badan usaha tempat nasabah bernaung telah beroperasi minimal lima tahun.

2. Memiliki citra/reputasi badan usaha yang baik (tidak terdapat informasi

negatif) terkait badan usaha tersebut.

3. Bisnis badan usaha yang menaungi Kopkar tidak termasuk ke dalam sub

sektor ekonomi yang tidak menarik.

4. Badan usaha sedang tidak dalam proses hukum (baik dalam permasalahan

pajak maupun dengan pihak ketiga lainnya).

5. Bagi badan usaha yang berorientasi profit maka harus memiliki prospek

usaha yang menguntungkan (profitable) dan minimal dua periode terakhir

sudah menghasilkan profit, jika terjadi penurunan profit maka harus

dijelaskan penyebabnya, harus memiliki laporan kaungan (minimal dua

periode terakhir) dengan kinerja terbaik terkait analisis keuangan badan

usaha.

Apabila kriteria instansi/perusahaan swasta tempat karyawan/anggota

nasabah bekerja tersebut di atas tidak dapat dipenuhi maka account manager

wajib memberitahukan kepada Komite Pembiayaan. Namun, sebelum semua

dokumen masuk ke level komite, akan dilakukan risk assesment terlebih dulu

terhadap proposal pembiayaan yang dibuat account manager. Proposal

pembiayaan dengan limit tertentu sesuai ketentuan Risk Management Division

wajib diproses oleh bagian Financing Risk, baik oleh Financing Risk Officer

(FRO) ataupun oleh Financing Risk Staff (FRS), sesuai dengan limitasi

kewenangan pemutusan pembiayaan yang berlaku. FRO/FRS melakukan

proses asessment dan memberikan rekomendasi untuk dilakukan proses lebih

lanjut sesuai dengan prosedur yang berlaku di Risk Management Division.

Semua dokumen persyaratan pembiayaan anggota koperasi yang telah

masuk ke BMI akan diperiksa kelengkapannya oleh account manager.

Dokumen yang lengkap dan memenuhi syarat tidak langsung membuat pihak

BMI percaya begitu saja. Perlu dilakukan trade checking (pemeriksaan lapang)

untuk mengetahui situasi dan kondisi koperasi yang mengajukan pembiayaan

tersebut.

Page 35: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

22

Trade checking ditujukan untuk melakkan analisis kelayakan pembiayaan

anggota koperasi. Pemeriksaan lapang sangat penting karena hasil dari

pemeriksaan inilah yang nantinya akan dituangkan dalam Usulan Pembiayaan.

Aspek–aspek kelayakan pembiayaan yang dianalisis menggunakan format

standar Usulan Pembiayaan.

Tahap selanjutnya adalah penentuan keputusan pembiayaan berdasarkan

hasil analisis pembiayaan menurut prinsip 5C yang dituangkan dalam Usulan

Pembiayaan anggota koperasi. Hasil dari analisis pembiayaan yang dimuat

dalam Usulan Pembiayaan akan disampaikan kepada Komite Pembiayaan.

Komite Pembiayaan terdiri atas business manager, koordinator pembiayaan,

dan senior account manager yang ditunjuk oleh kantor pusat sebagai komite

pembiayaan.

Keputusan pembiayaan dapat berupa penolakan dan penerimaan. Jika

pembiayaan ditolak, semua dokumen yang ada di BMI akan dikembalikan ke

pengurus koperasi. BMI juga akan mengirim surat penolakan permohonan dan

alasan tidak disetujuinya permohonan pembiayaan anggota koperasi. Jika

pembiayaan diterima, account manager akan melakukan negosiasi ulang

dengan pengurus koperasi berkenaan dengan hasil pemeriksaan dan notifikasi

dari Komite Pembiayaan. Penentuan keputusan pemberian pembiayaan dapat

ditentukan berdasarkan grading Kopkar dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 2. Kriteria Diterimanya Pembiayaan berdasarkan Grading Kopkar

Kriteria Grading Kopkar

Grade A Grade B Grade C

Maksimum eksposur

per Kopkar

(Potensi

pembiayaaan = end

users x estimasi end

user limit facility)

80% dari potensi

pembiayaan atau

10% dari

eksposur

pembiayaan

Kopkar

70% dari potensi

pembiayaan atau

10% dari

eksposur

pembiayaan

Kopkar

60% dari potensi

pembiayaan atau

10% dari

eksposur

pembiayaan

Kopkar

Kolateral/piutang 100% O/S 100% O/S 100% O/S

Maksimum plafond

per anggota

Rp 100 juta Rp 100 juta Rp 50 juta

Anggota di–cover

asuransi jiwa

Wajib Wajib Wajib

Sumber: BMI (2012)

Page 36: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

23

Ketentuan/keputusan Komite Pembiayaan harus disetujui oleh nasabah

agar account manager dapat segera membuat Offering Letter (OL). Dengan

dibuatnya OL maka proses selanjutnya adalah pengikatan/akad. Pengikatan

merupakan sebuah pertemuan (forum) yang dihadiri oleh beberapa pengurus

koperasi, business manager, legal staff, notaris, dan saksi. Pengikatan

dilakukan dengan saling berjabat tangan antara wakil dari BMI dan pengurus

koperasi terkait dengan persetujuan atas akta–akta yang ditandangani seperti

persetujuan pembiayaan dengan akad mudharabah, akta jaminan, dan akta

pernyataan pengurus koperasi. Jika proses pengikatan sudah selesai dilakukan,

tahap selanjutnya adalah pencairan pembiayaan yang akan dilakukan setelah

nasabah memenuhi beberapa syarat pencairan fasilitas pembiayaan seeperti

berikut:

1. Akad pembiayaan telah ditandatangani secara notariil oleh para pengurus

nasabah (Kopkar) yang tercantum dan sesuai dengan RAT terakhir.

2. Pengurus Kopkar telah menyerahkan Surat Pernyataan Penjaminan dan

Kuasa serta perintah pendebetan rekening (standing instruction), guna

pembayaran angsuran pokok, nisbah biaya administrasi, biaya notaris, biaya

asuransi, serta kewajiban lainnya yang akan timbul.

3. Syarat yang harus dipenuhi oleh para anggota Kopkar yang akan dibiayai

meliputi status anggota minimal 2 tahun sebagai karyawan tetap, Cash Ratio

(CR) maksimal 35% (bagi PNS) dan 50% (bagi pegawai swasta/BUMN)

dari THP setelah dikurangi potongan–potongan yang menjdi kewajiban

anggota Kopkar yang bersangkutan, anggota yang bersangkutan telah

mendapatkan rekomendasi tertulis dari pimpinan kantor/atasannya, yang

bersangkutan telah menyerahkan surat pernyataan dan kuasa yang telah

ditandatangani di atas materai Rp 6.000, anggota yang akan mendapatkan

pembiayaan wajib menyampaikan data lengkap, anggota yang memperoleh

pembiayaan wajib membuka rekening bank (Tabungan Muamalat,

tabunganKu, atau Giro Muamalat) untuk menampung penyaluran

pembiayaan dari nasabah.

4. Pencairan fasilitas didasarkan pada permohonan pengurus Kopkar dengan

melampirkan bukti pengajuan dari para anggotanya.

Page 37: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

24

Hal–hal yang harus diperhatikan dalam penyaluran pembiayaan anggota

koperasi seperti unit bisnis yang ditekankan untuk melakukan tindakan

antisipasi dan berkewajiban melakukan monitoring terhadap nasabah secara

intensif, seperti verifikasi setiap anggota yang mengajukan pembiayaan ke

berbagai sumber yang tepat agar tidak terjadi pembiayaan fiktif (dapat

dipercaya), serta selalu memonitor kinerja nasabah dan perusahaan tempat para

anggota bekerja. Monitoring juga penting untuk mengawasi penggunaan dana

yang dipinjam dari BMI yang harus sejalan dengan prinsip–prinsip syariah.

Mengingat pembiayaan yang disalurkan adalah pembiayaan syariah, terdapat

beberapa prinsip syariah yang harus diperhatikan seperti:

1. Akad antara bank dengan nasabah harus menggunakan skim mudharabah

yang secara prinsip merupakan akad kerjasama antara bank sebagai shahibul

maal dan nasabah sebagai mudharib, dimana bank menyediakan kebutuhan

modal 100% untuk dikelola oleh nasabah untuk disalurkan sebagai

pembiayaan kepada anggotanya. Bagi hasil bank dihitung atas dasar

expected return bank dari pembayaran angsuran anggota.

2. Nasabah sebagai mudharib harus memenuhi syarat sesuai prinsip dalam

skema pembiayaan mudharabah, terutama dalam hal pengalaman

manajemen serta keahlian para pengurus dalam mengelola usaha nasabah.

3. Akad antara nasabah dengan para anggotanya harus menggunakan prinsip

murabahah/ijarah multijasa, yang pada dasarnya harus memenuhi beberapa

prinsip dasar seperti jual beli, barang/jasa yang diperjualbelikan memenuhi

syarat halal, harga/jumlah yang harus dibayar pembeli telah disepakati

bersama, cara pembayaran bisa sekaligus atau diangsur sesuai kesepakatan

kedua belah pihak, dalam hal pembayaran dilakukan dengan cicilan maka

uang muka diserahkan oleh para anggota nasabah, unit bisnis dapat

memberikan petunjuk kepada pengurus nasabah (Kopkar) yang

bersangkutan dalam menyusun akad murabahah dan ijarah multijasa.

4. Barang–barang yang diproduksi oleh perusahaan tempat para anggota

Kopkar bekerja dan barang–barang yang akan diperjualbelikan Kopkar

kepada para anggota harus memenuhi syarat halal dan tidak melanggar

prinsip syariah.

Page 38: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

25

Tahap akhir dari proses pembiayaan anggota koperasi adalah realisasi

pembiayaan dengan alur/proses realisasi sebagai berikut:

Keterangan:

Alur realisasi pembayaran angsuran secara teknis

Alur realisasi pembayaran angsuran secara garis besar

Gambar 2. Alur proses realisasi dan pembayaran angsuran (BMI 2012)

Pada Gambar 2 terdapat panah nomor 1 yang menunjukkan realisasi

pembiayaan dari BMI ke Kopkar melalui rekening giro escrow Kopkar.

Rekening giro escrow adalah rekening giro penampungan untuk realisasi

penyaluran pembiayaan dan penampungan untuk sumber pengembalian

pembiayaan. Rekening giro escrow tidak dilengkapi dengan cek dan bilyet giro

sehingga pendebetan hanya dapat dilakukan oleh BMI. Panah nomor 2

menunjukkan bahwa BMI melakukan pemindahbukuan dari rekening giro

escrow Kopkar ke rekening setiap anggota (berdasarkan daftar normatif

anggota Kopkar yang telah ditandatangani pengurus dan diverifikasi BMI).

Panah yang diberi nomor 3 menunjukkan pembayaran kewajiban

angsuran dari anggota langsung disetorkan/ditransfer ke rekening giro escrow

Kopkar oleh bagian personalia perusahaan yang berwenang melakukan

pemotongan kewajiban angsuran dari masing–masing anggota Kopkar sebesar

kewajiban Kopkar kepada BMI. Panah nomor 4 menunjukkan proses

pendebetan rekening giro escrow sebesar kewajiban dari Kopkar, sedangkan

panah nomor 5 menunjukkan kwajiban Kopkar untuk mengaktifkan mutasi

keuangan usahanya melalui BMI dengan menggunakan rekening aktif Kopkar.

1

4 4 1

5

2

3 3

2

Bank Muamalat

Koperasi Karyawan

Badan Usaha yang Menaungi Kopkar

Anggota Kopkar

Rek. Giro

Aktif Kopkar

Rekening Giro /Tabungan

Aktif Anggota

Rek. Giro

Escrow Kopkar

Page 39: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

26

2.3.2 Prinsip Penilaian Kelayakan Pembiayaan Anggota Koperasi

Hasibuan (2011) menyebutkan bahwa plafond kredit mutlak harus

ditetapkan dan disetujui oleh kedua belah pihak (bank dan nasabah) sebelum

penyaluran kredit dilakukan. Plafond kredit ditetapkan secara objektif atas hasil

analisis asas 5C, 7P, dan 3R oleh analis kredit.

Gambar 3. Analisis pembiayaan/kredit (Hasibuan 2011)

Asas 5C

1. Character (watak) calon debitur perlu diteliti oleh analis kredit apakah layak

untuk menerima kredit. Karakter pemohon kredit dapat diperoleh dengan

cara mengumpulkan informasi dari referensi nasabah dan bank–bank lain

tentang perilaku, kejujuran, pergaulan, dan ketaatannya memenuhi

pembayaran transaksi. Karakter yang baik jika ada keinginan untuk

membayang (willingness to pay) kewajibannya. Apabila karakter pemohon

baik maka dapat diberikan kredit, sebaiknya jika karakternya buruk kredit

tidak dapat diberikan.

2. Capacity (kemampuan) calon debitur perlu dianalisis apakah ia mampu

memimpin perusahaan dengan baik dan benar. Kalau ia mampu memimpin

perusahaan, ia akan dapat membayar pinjaman sesuai dengan perjanjian dan

perusahaannya tetap berdiri. Jika kemampuan calon debitur baik maka dapat

diberikan kredit, sebaiknya jika karakternya buruk kredit tidak dapat

diberikan.

1. Character

2. Capacity

3. Capital

4. Condition of

Economic

5. Collateral

1. Personality

2. Party

3. Purpose

4. Prospect

5. Payment

6. Profitability

7. Protection

1. Return

2. Repayment

3. Risk Bearing

Ability

Asas 3R Asas 7P Asas 5C

Analisis kelayakan Pembiayaan/Kredit

Page 40: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

27

3. Capital (modal) dari calon debitur harus dianalisis mengenai besar dan

struktur modalnya yang terlihat dari neraca lajur perusahaan calon debitur.

Hasil analisis neraca lajur akan memberikan gambaran dan petunjuk sehat

atau tidak sehatnya perusahaan. Demikian juga mengenai tingkat likuiditas,

rentabilitas, solvabilitas, dan struktur modal perusahaan bersangkutan. Jika

terlihat baik maka bank dapat memberikan kredit kepada pemohon

bersangkutan, tetapi jika tidak maka pemohon tidak akan mendapatkan

kredit yang diinginkannya.

4. Condition of Economic atau kondisi perekonomian pada umumnya dan

bidang usaha pemohon kredit khususnya. Jika baik dan memiliki prospek

yang baik maka permohonannya akan disetujui, sebaiknya jika jelek,

permohonan kreditnya akan ditolak.

5. Collateral (agunan) yang diberikan pemohon kredit mutlak harus dianalisis

secara yuridis dan ekonomis apakah layak dan memenuhi persyaratan yang

ditentukan bank. Jika jawabannya ya maka kredit dapat diberikan, tetapi jika

jawabannya tidak maka kredit tidak dapat diberikan.

Asas 7P

1. Personality (kepribadian) adalah sifat dan perilaku yang dimiliki calon

debitur yang mengajukan permohonan kredit bersangkutan, dipergunakan

sebagai dasar pertimbangan pemberian kredit. Jika kepribadiannya baik,

kredit dapat diberikan, sebaliknya jika kepribadiannya jelek maka kredit

tidak akan diberikan. Alasannya adalah karena kepribadian yang baik akan

berusaha membayar pinjamannya, sedangkan kepribadian yang jelek akan

sulit membayar pinjamannya. Kepribadian calon nasabah ini dapat diketahui

dengan mengumpulkan informasi tentang keturunan, pekerjaan, pendidikan,

dan pergaulannya.

2. Party adalah mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu

berdasarkan modal, karakter, dan loyalitasnya, dimana setiap klasifikasi

nasabah akan mendapatkan fasilitas berbeda.

3. Profitability adalah adalah untuk menganalisis bagaimana kemampuan

nasabah mendapatkan laba. Profitability diukur per periode, apakah konstan

atau meningkat dengan adanya kredit.

Page 41: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

28

4. Purpose (tujuan) adalah tujuan dan penggunaan kredit oleh calon debitur,

apakah untuk kegiatan konsumtif atau sebagai modal kerja. Tujuan kredit ini

menjadi hal yang menentukan apakah permohonan calon debitur

disetujui/ditolak. Apabila kredit digunakan untuk kegiatan sebagai modal

kerja (produktif) maka kredit dapat diberikan. Jadi, analisis kredit harus

mengetahui secara pasti tujuan dan penggunaan kredit yang akan diberikan

sehingga dapat mempertimbangkan apakah kredit akan diberikan atau

ditolak.

5. Prospect adalah prospek perusahaan di masa datang, apakah akan

menguntungkan (baik) atau merugikan (jelek). Jika prospek terlihat baik

maka kredit dapat diberikan, sebaliknya jika jelek maka kredit ditolak. Oleh

karena itu, analis kredit harus mampu mengestimasi masa depan perusahaan

calon debitur agar pengembalian kredit menjadi lancar.

6. Payment (pembayaran) adalah mengetahui bagaimana pembayaran kembali

kredit yang diberikan. Hal ini dapat diketahui jika analis kredit

memperhitungkan kelancaran penjualan dan pendapatan calon debitur

sehingga dapat diperkirakan kemampuannya untuk membayar kembali

kredit tersebut sesuai dengan perjanjian. Asas payment ini harus

dipergunakan sebagai bahan pertimbangan pemberian kredit agar

pengembalian kredit berjalan lancar.

7. Protection bertujuan agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan.

Perlindungan dapat berupa jaminan barang, jaminan orang, atau jaminan

asuransi.

Asas 3R

1. Return adalah penilaian atas hasil yang akan dicapai perusahaan calon

debitur setelah memperoleh kredit. Apabila hasil yang diperoleh cukup

untuk membayar pinjaman dan sekaligus membantu perkembangan usaha

calon debitur maka kredit diberikan. Jika tidak maka kredit tidak diberikan.

2. Repayment adalah memperhitungkan kemampuan, jadwal, dan jangka waktu

pembayaran kredit oleh calon debitur, tetapi perusahaannya tetap berjalan.

Page 42: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

29

3. Risk Bearing Ability adalah mempertimbangkan besarnya kemampuan

perusahaan calon debitur untuk menghadapi risiko, apakah perusahaan calon

debitur risikonya ditentukan oleh besarnya modal dan strukturnya, jenis

bidang usaha, dan manajemen perusahaan bersangkutan. Jika risk bearing

ability perusahaan besar maka kredit tidak diberikan, tetapi apabila risk

bearing ability perusahaan kecil maka kredit diberikan.

Penilain untuk kredit konsumtif hanya dilakukan pada jumlah gaji yang

diperoleh dimana angsuran ditambah dengan bagi hasil nantinya akan

ditentukan sebesar take home pay (pendapatan). Umumnya jumlah pembiayaan

konsumtif bernilai sekitar 60% dari pendapatan. Penentuan cash ratio fasilitas

pembiayaan BMI didasarkan pada tiering berikut:

1. Maksimum cash ratio 35% dari pendapatan dan/atau 70% dari disposable

income jika pendapatan ≤ Rp 5 juta.

2. Maksimum cash ratio 40% dari pendapatan dan/atau 75% dari disposable

income jika pendapatan > Rp 5 juta s/d Rp 10 juta.

3. Maksimum cash ratio 50% dari pendapatan dan/atau 80% dari disposable

income jika pendapatan ≥ Rp 10 juta.

2.3.3 Kualitas Pembiayaan

Martono (2010) menyebutkan bahwa hal yang tidak menggembirakan

bagi bank sebagai pemberi kredit adalah apabila kredit yang diberikan menjadi

bermasalah. Kredit bermasalah disebabkan sebitur dalam memenuhi

kewajibannya yaitu membayar angsuran kredit sekaligus dengan bunganya

tidak sesuai dengan kesepakatan yang telah disetujui dalam perjanjian kredit.

Beberapa pengertian mengenai kolektibilitas kredit yang dibuat menurut

ketentuan Bank Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Kredit lancar, yaitu kredit yang pembayaran pokok pinjaman dan bunganya

tepat waktu, perkembangan rekening baik dan tidak ada tunggakan serta

sesuai dengan persyaratan kredit.

2. Kredit dalam perhatian khusus, yaitu kredit yang pengembalian pokok

pinjaman atau bunganya terdapat tunggakan sampai 90 hari.

Page 43: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

30

3. Kredit kurang lancar, yaitu kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan

pembayaran bunganya terdapat tunggakan telah melampaui 90 hari sampai

180 hari waktu yang disepakati.

4. Kredit diragukan,yaitu kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan

pembayaran bunganya terdapat tunggakan telah melampaui 180 hari sampai

dengan 270 hari dari waktu yang disepakati.

5. Kredit macet, adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan

pembayaran dan bunganya terdapat tunggakan telah melampaui 270 hari.

Berdasarkan pertimbangan kuantitatif dan judgement oleh Account

Manager, serta sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/3/DPNP

tanggal 31 Januari 2005 kepada semua bank umum yang melaksanakan

kegiatan usaha secara konvensional di Indonesia perihal penilaian kualitas

aktiva bank umum, maka kualitas kredit digolongkan menjadi lancar, dalam

perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet menurut tiga kriteria,

yakni prospek usaha (perlu juga memerhatikan upaya debitur dalam rangka

memelihara lingkungan hidup), kinerja (performance) debitur, dan kemampuan

membayar. Kriteria tersebut diterapkan dengan pedoman umum yang

dicantumkan dalam lampiran 1 skripsi ini.

Kredit bermasalah timbul sebagai akibat tidak dapat dipenuhinya

kewajiban debitur untuk membayar angsuran pinjaman maupun bunga kredit

pada waktu yang sudah disepakati. Kredit bermasalah merupakan kredit yang

pembayaran angsuran pokok dan bunganya telah melewati sembilan puluh hari

atau telah melewati jatuh tempo atau pinjaman yang mengalami kesulitan

pelunasan akibat adanya faktor kesenjangan atau karena faktor ekternal diluar

kemampuan debitur yang dapat diukur dari kolektibilitasnya. Kredit

bermasalah adalah kredit yang kolektibilitasnya tergolong kredit kurang lancar,

kredit diragukan, dan kredit macet (Dendawijaya, 2005).

2.4. Risiko Pembiayaan

Hasibuan (2011) berpendapat bahwa setiap pemberian kredit oleh bank

mengandung risiko sebagai akibat ketidakpastian dalam pengembaliannya. Oleh

karena itu, bank perlu mencegah atau memperhitungkan kemungkinan timbulnya

risiko tersebut.

Page 44: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

31

Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 tentang Penerapatan

Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, menyatakan bahwa risiko kredit diartikan

sebagai risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterparty dalam

memenuhi kewajibannya. Berdasarkan counterparty, risiko kredit dibagi menjadi

tiga kelompok, yaitu:

1. Risiko kredit pemerintahan (sovereign credit risk), yaitu risiko kredit yang

berhubungan dengan pemerintah yang tidak mampu membayar pokok dan

bunga pinjaman saat jatuh tempo, terutama pinjaman bilateral antar negara.

2. Risiko kredit korporat (corporate credit risk), yaitu risiko gagal bayar dari

perusahaan yang menerbitkan surat utang, gagal bayar dari perusahaan yang

telah memperoleh kredit, serta gagal bayar dari perusahaan memperoleh

penyertaan modal. Risiko korporat lebih berisiko dan lebih sering terjadi di

bank.

3. Risiko kredit konsumen (retail customer credit risk), adalah risiko kredit yang

terkait dengan ketidakmampuan debitur perorangan dalam menyelesaikan

pembayaran kreditnya.

2.4.1 Jenis–jenis Risiko Pembiayaan

Martono (2010) menyebutkan bahwa risiko usaha bank dapat dibagi

menjadi enam, yakni:

1. Risiko kredit (default risk), merupakan suatu risiko akibat kegagalan atau

ketidakmampuan nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima

dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah

ditentukan atau dijadwalkan.

2. Risiko investasi (investment risk), berkaitan dengan kemungkinan terjadinya

kerugian akibat suatu penurunan nilai pokok portofolio surat–surat berharga,

misalnya: obligasi dan surat berharga lainnya yang dimiliki bank.

3. Risiko likuiditas (liquidity risk), adalah risiko yang dihadapi bank untuk

memenuhi kebutuhan likuiditasnya dalam rangka memenuhi permintaan

kredit dan semua penarikan dana oleh penabung pada suatu waktu.

4. Risiko penyelewengan (fraud risk), adalah risiko yang berkaitan dengan

kerugian yang terjadi akibat ketidakjujuran, penipuan atau moral dan

perilaku yang kurang baik dari pejabat, karyawan, dan nasabah.

Page 45: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

32

5. Risiko operasional (operational risk), merupakan risiko ketidakpastian

mengenai usaha bank yang bersangkutan. Risiko operasional bank dapat

berasal dari kemungkinan kerugian dari operasional bank bila terjadi

penurunan keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur biaya operasional

bank dan kemungkinan terjadinya kegagalan atas jasa/produk baru yang

diperkenalkan.

6. Risiko fidusia (fiduciary risk), akan timbul apabila bank dalam usahanya

memberikan jasa bertindak sebagai wali amanat baik untuk individu

maupun badan usaha.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang

Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2003 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4292), risiko perbankan dibagi menjadi delapan, yakni risiko

kredit, pasar, likuiditas, operasional, kepatuhan, hukum, reputasi, dan strategik.

Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain

dalam memenuhi kewajiban kepada bank. Risiko pasar adalah risiko pada

posisi neraca dan rekening administratif. Risiko likuiditas adalah risiko akibat

ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari

sumber pendanaan arus kas dan/atau dari aset liquid berkualitas tinggi yang

dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank.

Risiko operasional adalah risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak

berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau

adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Risiko

kepatuhan adalah risiko akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak

melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.

Risiko hukum adalah risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek

yuridis. Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan

stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap rank. Risiko

strategik adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau

pelaksanaan keputusan strategik.

Page 46: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

33

2.4.2 Risiko Pembiayaan dengan Jaminan Cessie

Nurhayati (2009) menyebutkan bahwa salah satu jaminan yang tercantum

dalam klausula akad pembiayaan al–mudharabah muqayyadah BMI adalah

cessie piutang. Jaminan tersebut dibuat dalam bantuk akta notariil yang disebut

Perjanjian Pemberian Jaminan Cessie. Oleh karenanya, muncul permasalahan

yaitu bagaimana hubungan hukum antara shahibul maal dan mudharib pada

pemberian jaminan cessie dalam pembiayaan mudharabah dan apakah

perjanjian pemberian jaminan cessie dapat memberikan kepastian hukum bagi

shahibul maal dalam upaya mendapatkan ganti rugi jika mudharib wanprestasi.

Perjanjian pemberian jaminan cessie merupakan perjanjian accesoir (ikutan)

dari perjanjian pembiayaan mudharabah sebagai perjanjian pokoknya.

Perjanjian pemberian jaminan cessie tidak memberikan kepastian hukum bagi

shahibul maal jika mudharib wanprestasi karena bukan perjanjian kebendaan,

bentuk pembebanan jaminannya tidak diatur dalam Undang-undang dan tidak

ada prinsip disclosure atau asas publisitas dalam perjanjian tersebut.

Menurut Setiadi (2011), cessie (tagihan piutang) sebagai jaminan , pada

pelaksanaan perjanjian kredit akan mengalami perubahan karena cessie tagihan

piutang yang ada pada debitur akan terus berkurang karena adanya pembayaran

dari pihak debitur pemilik tagihan, sedangkan seharusnya nilai jaminan yang

ada tidak boleh berubah-ubah dan harus sesuai dengan pokok pokok yang telah

di perjanjikan. Cessie tagihan piutang harus sesuai dengan yang diperjanjikan

dalam akta perjanjian pembiayaan. Risiko berkurangnya jumlah tagihan

piutang sebagai jaminan tersebut dapat terjadi karena adanya pelunasan dari

cessus (debitur) kepada cedent (koperasi), dan bukan karena cedent tidak

memenuhi prestasinya (wanprestasi) kepada cessioneries (pemberi kredit).

Perubahan nilai jaminan tersebut sangat berisiko bagi pemberi kredit dalam

memberikan kredit dengan cessie (tagihan piutang) sebagai jaminan.

Page 47: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

34

2.4.3 Manajemen Risiko Bank Muamalat Indonesia

Dalam menjalankan kegiatan usahanya, Bank Muamalat telah melakukan

pengelolaan risiko untuk 10 jenis risiko, yaitu risiko pembiayaan, risiko pasar,

risiko likuiditas, risiko operasional, risiko kepatuhan, risiko strategi, risiko

reputasi, risiko hukum, risiko imbal hasil, dan risiko investasi. Khusus untuk

risiko imbal hasil (rate of return risk) dan risiko investasi (equity of investment

risk), merupakan tambahan atas delapan jenis risiko yang telah ada

sebelumnya, sebagaimana diatur terakhir melalui Peraturan Bank Indonesia

(PBI) No. 13/23/PBI/2011 perihal Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank

Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Dalam hal ini, Bank Mumalat telah

melakukan upaya-upaya berupa identifikasi serta pengumpulan data dan

informasi secara sistematis mengenai kedua jenis risiko tersebut, namun belum

memperhitungkannya dalam penilaian profil risiko bank.

Sesuai ketentuan yang ada, sepanjang tahun 2011 Bank Muamalat telah

menyampaikan laporan Profil Risiko kepada Bank Indonesia setiap triwulan

secara tepat waktu dan sesuai format yang ditetapkan. Laporan Profil Risiko

untuk posisi 31 Desember 2011 disajikan pada Tabel 3. berikut.

Tabel 3. Profil risiko BMI posisi 31 Desember 2011

No.

Risiko

Inherent Risk (IR)

Skor IR Bobot Skor IR

Predikat IR Terbobot

1. Kredit 26,30 (Low to Moderate) 70% 18,41

2. Pasar 22,67 (Low to Moderate) 5% 1,13

3. Likuiditas 38,07 (Low to Moderate) 5% 1,90

4. Operasional 30,32 (Low to Moderate) 10% 3,03

5. Kepatuhan 0,07 (Low) 2,50% 0,002

6. Strategis 0,00 (Low) 2,50% 0,00

7. Hukum 38,83 (Low to Moderate) 2,50% 0,97

8. Reputasi 32,31 (Low to Moderate) 2,50% 0,81

9. Imbal Hasil - - -

10. Investasi - - -

Agregat 26,26 (Low to Moderate)

Sumber: Annual Report BMI per 31 Desember 2011

Page 48: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

35

Komponen dari profil risiko adalah Risiko Inheren, Sistem Pengendalian

Risiko, dan Risiko Komposit. Penilaian untuk profil Risiko Inheren Bank

Muamalat pada Triwulan IV tahun 2011 berada pada peringkat Low to

Moderate, sementara Sistem Pengendalian Risiko pada peringkat memadai

(Satisfactory). Dari hasil matriks antara Risiko Inheren dan Sistem

Pengendalian Risiko diperoleh hasil untuk Risiko Komposit yaitu di peringkat

Low to Moderate. Divisi Manajemen Risiko merupakan unit yang bertanggung

jawab untuk melakukan identifikasi, pengukuran, pemantauan dan

pengendalian atas risiko-risiko yang timbul dari kegiatan usaha BMI, melalui

pendekatan berbasis jenis risiko yang ditangani (risk handled approach).

Jenis-jenis risiko menurut PBI No. 13/23/PBI/2011 adalah risiko

pembiayaan, pasar, likuiditas, operasional, kepatuhan, strategik, reputasi,

hukum, imbal hasil, dan risiko investasi. Untuk itu, Bank Muamalat telah

melakukan penyempurnaan struktur organisasi Divisi Manajemen Risiko pada

tanggal 25 April 2011 sesuai dengan kebutuhan bisnis maupun organisasi BMI.

Gambar 4. Struktur organisasi divisi manajemen risiko (Annual report BMI

per 31 Desember 2011)

Divisi Manajemen Risiko adalah independen dari satuan kerja

operasional (risk taking unit) maupun terhadap satuan kerja yang

melaksanakan fungsi pengendalian intern. Unit-unit kerja yang ada di bawah

Divisi Manajemen Risiko adalah Financing Risk Management Department,

Market and Liquidity Risk Management Department, Operational and Other

Risk Management Department, dan Risk Profile and Monitoring Department.

Compliance & Risk Management Director

Risk Management Division

Market &

Liq. Risk

Management

Dept.

Operational and

Other Risk

Management Dept.

Financing Risk

Management

Dept. East

Financing Risk

Management

Dept. West

Risk

Profile and

Monitoring

Dept.

Page 49: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

36

Financing Risk Management Department bertugas melakukan financing

risk assessment, yaitu penilaian secara independen dan transparan atas risiko-

risiko yang mungkin akan timbul (potential risk) dalam pengajuan pembiayaan.

Atas risiko–risiko yang diidentifikasi tersebut kemudian diusulkan langkah-

langkah mitigasi risiko yang sesuai. Market and Liquidity Risk Management

Department, yang bertugas menjalankan proses identifikasi dan pemantauan

risiko pasar dan risiko likuiditas yang timbul dari aktivitas fungsional Bank

Muamalat seperti kegiatan tresuri dan investasi dalam bentuk surat berharga

dan instrumen pasar uang maupun penyertaan pada lembaga keuangan lainnya.

Departemen ini juga memberikan risk opinion atas setiap pengajuan usulan

pembelian suratsurat berharga, pemberian counter-party credit limit untuk

transaksi trade finance, valuta asing dan pasar uang antar bank.

Operational and Other Risk Management Department, yang menjalankan

proses manajemen risiko operasional dan melakukan monitoring terhadap

risiko strategik, hukum, reputasi, dan risiko kepatuhan. Departemen ini juga

memberikan rekomendasi perbaikan proses operasional, baik untuk tujuan

efisiensi operasional, mengantisipasi adanya keluhan dari nasabah,

meningkatkan pengendalian internal, mencegah kemungkinan fraud, maupun

identifikasi potensi kelemahan dalam produk-produk baru yang akan

diluncurkan. Departemen yang terakhir adalah Risk Profile and Monitoring

Department yang membuat laporan profil risiko, memonitor profil risiko dan

mereview, mengusulkan Risk Measurement Tools atau SOP Risk Management.

Selain Divisi Manajemen Risiko, perangkat manajemen risiko di Bank

Muamalat juga dilengkapi dengan struktur Komite Manajemen Risiko, Komite

Pemantau Risiko, dan Dewan Pengawas Syariah. Komite Pemantau Risiko

merupakan Komite di bawah Dewan Komisaris yang membantu Dewan

Komisaris dalam mengevaluasi kebijakan manajemen risiko, kesesuaian antara

kebijakan manajemen risiko dan pelaksanaan kebijakan tersebut, serta

efektivitas pelaksanaan tugas Komite Manajemen Risiko dan Divisi

Manajemen Risiko. Dewan Pengawas Syariah mempunyai tugas dan tanggung

jawab dalam memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi

kegiatan Bank agar senantiasa sesuai dengan prinsip–prinsip syariah.

Page 50: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

37

Komite Manajemen Risiko merupakan komite eksekutif yang

beranggotakan seluruh anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif terkait di Bank

Muamalat. Tugas, tanggung jawab dan wewenang Komite Manajemen Risiko

antara lain adalah dalam penyusunan kebijakan manajemen risiko; perbaikan

penerapan manajemen risiko secara berkala maupun yang bersifat insidentil

akibat dari perubahan kondisi eksternal maupun internal Bank; serta penetapan

(justification) atas hal–hal yang terkait dengan keputusan bisnis yang

menyimpang dari prosedur normal (irregularities).

Komite Manajemen Risiko mengadakan pertemuan berkala minimal satu

kali tiap bulan untuk mengevaluasi perkembangan manajemen risiko di

lingkungan BMI. Agenda rapat komite antara lain pembahasan laporan profil

risiko bulanan, penjelasan tindak-lanjut unit terkait terhadap isu risiko

sebagaimana telah dibahas dalam rapat komite sebelumnya, serta pembahasan

kejadian risiko operasional serta analisa dan rekomendasi pengendalian risiko.

Bank Muamalat secara berkelanjutan terus mengembangkan dan

meningkatkan kerangka manajemen risiko dan struktur pengendalian internal

yang terpadu dan komprehensif, sehingga dapat memberikan informasi sedini

mungkin akan adanya potensi risiko, dan selanjutnya mengambil langkah-

langkah yang memadai untuk meminimalkan dampak risiko. Kerangka

manajemen risiko dibuat untuk menyelaraskan antara sasaran–sasaran bisnis

dan organisasi dengan penerapannya, sehingga terbentuk tata kelola

manajemen risiko yang terarah dalam proses pelaksanaannya. Kerangka ini

kemudian dituangkan dalam bentuk kebijakan, prosedur, limit transaksi,

kewenangan dan ketentuan lain serta berbagai perangkat manajemen risiko

yang berlaku di seluruh lingkup aktivitas usaha.

Evaluasi terhadap parameter risiko dalam kerangka manajemen risiko

dilakukan secara berkala sesuai dengan perkembangan yang ada dalam bisnis

dan lingkungan usaha BMI. Mengingat adanya karakteristik khas pada

produk/jasa dan kegiatan usaha perbankan syariah, mitigasi risiko juga

senantiasa mempertimbangkan kesesuaian dengan prinsip syariah yang dianut.

Pengembangan infrastruktur pengelolaan risiko dilakukan untuk meningkatkan

keandalan peran dan fungsi manajemen risiko melalui fokus aspek berikut ini:

Page 51: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

38

1. Penyusunan kebijakan dan pedoman manajemen risiko;

2. Evaluasi metodologi pengukuran parameter profil risiko;

3. Peningkatan kompetensi SDI dan pengembangan budaya sadar risiko;

4. Peningkatan peran dari Divisi Manajemen.

Pengelolaan risiko di Bank Muamalat mencakup keseluruhan lingkup

aktivitas usaha berdasarkan kebutuhan akan keseimbangan antara fungsi

operasional bisnis dan pengelolaan risikonya. Melalui pelaksanaan fungsi

manajemen risiko yang baik, Divisi Manajemen Risiko akan menjadi mitra

strategis bagi unit bisnis dalam mendapatkan hasil optimal dari aktivitas

operasional Bank Muamalat yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Evaluasi

atas pelaksanaan manajemen risiko dilakukan secara terus-menerus, termasuk

juga penyusunan kebijakan dan pedoman atas pengelolaan risiko pembiayaan,

risiko pasar, risiko likuiditas dan risiko operasional.

1. Risiko Pembiayaan

Pengelolaan risiko pembiayaan telah dijalankan dengan pelaksanakan

financing risk assessment, yaitu penilaian atas risiko yang mungkin akan

timbul (potential risk) dari disalurkannya pembiayaan oleh Bank Muamalat

kepada nasabah. Untuk memastikan efektivitas hasil risk assessment,

dibutuhkan pihak independen yang tidak terlibat dalam pengambilan

keputusan pembiayaan. Tujuan utama dari financing risk assessment adalah:

a. Mengendalikan risiko pembiayaan dengan identifikasi risiko terkait

usulan pembiayaan dan pemberian saran mitigasi terhadap risiko;

b. Menerapkan azas pembiayaan yang sehat dengan prinsip kehati-hatian;

c. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan risiko pembiayaan;

d. Pemenuhan kebutuhan pembiayaan sesuai syariah.

Pengambilan keputusan pembiayaan dilakukan melalui mekanisme

komite pembiayaan yang berjenjang sesuai limit kewenangan anggota

komite pembiayaan yang ditunjuk, dengan mempertimbangkan kemampuan

dan pengalaman dari pejabat yang bersangkutan di bidang pembiayaan.

Bank Muamalat telah melakukan stress test terhadap skenario terburuk

khususnya untuk risiko kredit atau pembiayaan, yang selanjutnya akan

dilakukan minimal satu kali dalam setahun.

Page 52: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

39

2. Risiko Pasar dan Risiko Likuiditas

Risiko pasar merupakan risiko yang timbul karena adanya pergerakan

variabel pasar dari portofolio yang dimiliki oleh Bank, yang dapat

berpotensi merugikan (adverse movement). Risiko semacam ini antara lain

terdapat pada aktivitas tresuri dan investasi dalam surat berharga dan

instrumen pasar uang maupun penyertaan pada lembaga keuangan lainnya.

Risiko likuiditas adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh

ketidakmampuan Bank dalam memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo.

Pengelolaan likuiditas sangat penting karena kekurangan likuiditas bukan

saja dapat mengganggu Bank namun juga sistem perbankan secara

keseluruhan. Pengelolaan risiko pasar dan risiko likuiditas dilakukan pada

aspek berikut ini:

a. Pemantauan dan pengawasan atas pengelolaan portofolio surat berharga;

b. Pemantauan parameter utama risiko pasar dan risiko likuiditas seperti

Posisi Devisa Netto, Secondary Reserve, dan Financing to Deposit Ratio;

c. Pembuatan pedoman dan prosedur terkait risiko pasar dan risiko

likuiditas;

d. Memberikan risk opinion dan saran mitigasi risiko atas pengajuan

produk/layanan baru, akad, dan hal lain terkait risiko pasar dan risiko

likuiditas;

e. Mengikuti rapat Komite Aset-Liability (ALCO) yang dilaksanakan

secara bulanan.

Bank Muamalat juga telah melakukan stress test untuk skenario terburuk

terkait dengan risiko likuiditas sebagai antisipasi perkembangan krisis

keuangan di Eropa.

3. Risiko Operasional

Bank Muamalat secara konsisten melakukan pemantauan terhadap risiko

operasional (termasuk di dalamnya risiko stratejik, risiko reputasi, risiko

hukum dan risiko kepatuhan). Fokus penerapan menajemen risiko

operasional adalah pelaksanaan pengawasan internal yang melekat di dalam

setiap proses operasional, peningkatan kesadaran akan risiko, serta

penerapan pedoman dan prosedur operasional bank secara konsisten.

Page 53: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

40

Kejadian–kejadian risiko operasional yang harus selalu dipantau adalah

sebagai berikut:

a. Internal fraud, yaitu kerugian operasional yang disebabkan oleh semua

perbuatan individu–individu karyawan bank yang bermaksud untuk

menggelapkan uang bank dengan cara memanipulasi atau melanggar

ketentuan atau kebijakan yang berlaku, sekurang-kurangnya melibatkan

satu orang dalam bank;

b. Eksternal fraud, yaitu kerugian operasional yang disebabkan oleh adanya

penggelapan uang bank dengan cara manipulasi atau melanggar

ketentuan atau kebijakan bank, yang dilakukan oleh pihak-pihak di luar

bank;

c. Praktik kepegawaian dan keselamatan kerja, yaitu kerugian operasional

akibat perilaku karyawan yang menyimpang dari peraturan dan prosedur

kerja sehingga mengganggu kelancaran operasional dan kenyamanan

lingkungan kerja di bank;

d. Klien, produk dan praktik bisnis, yaitu kerugian yang timbul akibat

kelalaian atau kegagalan bank dalam memenuhi kewajiban terhadap

klien/nasabah, atau karena sifat atau desain suatu produk bank yang

melanggar ketentuan;

e. Kerusakan terhadap aset fisik bank yaitu kerugian operasional yang

timbul akibat hilang atau rusaknya aset fisik bank karena bencana alam

atau peristiwa sejenis lainnya;

f. Terganggunya bisnis dan kegagalan sistem yaitu kerugian operasional

yang timbul akibat gangguan bisnis atau kegagalan sistem;

g. Manajemen proses, pelaksanaan dan penyerahan produk dan layanan

yaitu kerugian operasional akibat dari kegagalan/ kesalahan proses

transaksi atau proses manajemen yang tidak disengaja, atau karena

hubungan disambung dengan pihak kedua atau vendor.

Khusus untuk pengendalian risiko kepatuhan yang terkait dengan

kesesuaian terhadap prinsip syariah, Dewan Pengawas Syariah Bank

Muamalat mengadakan rapat bulanan secara rutin untuk mengevaluasi

produk dan transaksi bisnis bank dari aspek syariah.

Page 54: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

41

Dalam rangka mendukung pelaksanaan manajemen risiko dalam kegiatan

usaha diperlukan Pengurus dan Pejabat Bank yang memiliki kompetensi dan

keahlian dalam bidang manajemen risiko. Bank Muamalat bekerja sama

dengan Muamalat Institute menyelenggarakan pelatihan untuk persiapan ujian

sertifikasi manajemen risiko.

Seluruh jajaran pejabat Bank Muamalat secara bertahap wajib mengikuti

Ujian Sertifikasi Manajemen Risiko (Level I, II, III, IV, dan V) yang

diselenggarakan oleh Badan Sertifikasi Manajemen Risiko (BSMR). Sampai

dengan akhir tahun 2011, jumlah pengurus dan pejabat Bank Muamalat yang

telah memperoleh sertifikasi manajemen risiko sesuai ketentuan dalam PBI No.

11/19/PBI/2009 mengenai sertifikasi manajemen risiko bagi pengurus dan

pejabat bank bmum mencapai 866 peserta.

Peningkatan kompetensi sumber daya insani di Divisi Manajemen Risiko

dilakukan secara berkelanjutan untuk mengimbangi makin banyaknya risiko

yang harus dikelola seiring dengan semakin kompleksnya kegiatan usaha Bank

Muamalat. Untuk itu, Divisi Manajemen Risiko pada tahun 2011 antara lain

menyelenggarakan Workshop Financing Analysis, serta mengikutsertakan

personilnya untuk mengikuti berbagai pelatihan dengan topik-topik seperti

Business Continuity Management, Managing Liquidity Risk and Stress Testing

Simulation, dan Understanding Credit Risks Loan Product Towards Minimum

Capital Charge Using PSAK 50/55, Power Plant, Program Cluster & Value

Chain Industri Kelapa Sawit.

Bank Muamalat juga secara bertahap dan berkesinambungan melakukan

sosialisasi mengenai manajemen risiko ke seluruh satuan kerja operasional

(risk taking unit) di lingkungan Bank Muamalat, sehingga diharapkan mampu

memberikan output bagi tercapainya efektivitas penerapan manajemen risiko

secara menyeluruh.

Ke depan, rencana pengembangan Manajemen Risiko adalah untuk

mewujudkan fungsi manajemen risiko secara terpadu dan komprehensif dalam

seluruh proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian dari

masing–masing jenis risiko. Rencana pengembangan tersebut antara lain

mencakup:

Page 55: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

42

1. Mengembangkan Risk Management Information System (RMIS);

2. Mengkaji-ulang pedoman manajemen risiko untuk disesuaikan dengan

ketentuan terbaru Bank Indonesia;

3. Melakukan stress test secara berkala untuk menilai kecukupan modal Bank

dalam menghadapi kejadian risiko yang ekstrim dan berdampak

fundamental bagi Bank;

4. Melakukan evaluasi terhadap sistem pemeringkatan internal melalui

Formulir Pemeringkatan Nasabah (FPN);

5. Berkoordinasi dengan Divisi Operasional dan Divisi Teknologi dalam

menyusun konsep Business Continuity Management (BCM) untuk

melindungi proses bisnis yang kritikal terhadap kegagalan baik akibat

bencana alam maupun yang dibuat oleh manusia, dan hilangnya modal

dalam kaitannya dengan ketidaktersediaan proses bisnis secara normal;

6. Mengkaji ulang metodologi profil risiko untuk disesuaikan dengan regulasi

terbaru BI terkait Pedoman Manajemen Risiko untuk Bank Syariah.

2.5. Pengukuran Risiko Pembiayaan

CreditRisk+ adalah suatu model pengukuran risiko portofolio pembiayaan

atau lebih dikenal dengan unexpected loss. CreditRisk+ berasumsi bahwa

probabilitas distribusi untuk sejumlah default dalam satu periode waktu yang

mengikuti distribusi Poisson. CreditRisk+ berasumsi bahwa probability of default

pembiayaan adalah independent, Dengan asumsi ini maka distribusi probability of

default pembiayaan menyerupai distribusi Poisson (Allen, et al, 2003).

Menurut Crouhy et.al. (2001), CreditRisk+

memfokuskan pada kondisi

debitur tidak mampu membayar kewajibannya yang dibutuhkan untuk

mengestimasi potensi risiko. Model ini membutuhkan data probability of default,

exposure (nilai ekonomis klaim kepada debitur pada saat debitur default), dan

recovery rate. Kelebihan metode ini adalah mudah diimplementasikan, sedangkan

keterbatasan CreditRisk+ terletak pada asumsi yang mengabaikan risiko pasar,

besar eksposur setiap debitur dianggap tetap, tidak sensitif terhadap perubahan

suku bunga, mengabaikan migration risk (eksposur setiap debitur tetap dan tidak

terpengaruh terhadap kemungkinan perubahan di masa mendatang).

Page 56: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

43

2.5.1 Data Input

Data input yang digunakan dalam Credit Suisse First Boston (CFSB,

1997) adalah sebagai berikut:

1. Credit Exposure, yang timbul dari transaksi yang dilakukan debitur. Model

CreditRisk+ dapat mengatasi semua jenis instrumen yang terkait dengan

credit exposure, termasuk bonds, loans, commitments, financial letter of

credit dan derivativeexposure. Untuk beberapa jenis transaksi ini diperlukan

pula adanya asumsi mengenai tingkat exposure pada saat terjadinya default.

2. Default Rates, merupakan persentase yang menyatakan besarnya

pembiayaan bermasalah. Pembiayaan bermasalah merupakan jumlah

outstanding pembiayaan debitur yang masuk dalam kategori kolektibilitas

kurang lancar, diragukan, dan macet.

3. Default Rates Volatility, adalah jumlah default rates dari rata-rata yang

dapat ditunjukan dengan dengan volatility (standar deviasi) dari default

rates. Nilai dari standar deviasi dari default rates dibandingkan dengan

actual default rates, hal ini menunjukan adanya perubahan dalam kondisi

ekonomi.

4. Recovery Rates, adalah kerugian yang ditanggung oleh bank pada saat

debitur tidak dapat memenuhi kewajibanya untuk melakukan pembayaran

atas pokok pinjaman dan margin keuntungan dikurangi dengan nilai

recovery. Nilai recovery merupakan jumlah yang dapat diterima oleh bank

atas pembiayaan yang telah dinyatakan default yang berupa penerimaan

pelunasan pembiayaan yang default dan penjualan atas nilai barang agunan

nasabah yang dijaminkan ke bank.

2.5.2 Frekuensi Default

Menurut Crouhy et. al. (2001), distribusi Poisson besarnya mendekati

distribusi sejumlah kejadian default. Dalam hal ini, diekspektasikan bahwa

standar deviasi tingkat default disamakan dengan square of the mean, dimana λ

adalah rata-rata tingkat default.

Page 57: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

44

Gambar 5. Distribution of default events (Crouhy 2001)

Distribusi Poisson diasumsikan standar mendekati distribusi nomor

kejadian default. Harapan deviasi standar dari tingkat kegagalan menjadi

kurang lebih sama dengan akar kuadrat dari mean atau λ, di mana λ adalah

tingkat standar rata-rata default. Gambar 5. menunjukkan apa yang terjadi

ketika kita menggabungkan asumsi ini. Distribusi default menjadi lebih miring

dan membentuk "fat tail" ke sisi kanan gambar.

Gambar 5. tersebut membandingkan default loss distribution yang

dihitung berdasarkan default rate volatility dan tanpa default rate volatility.

Titik perhatian grafik tersebut ada pada kedua default loss distribution yang

memiliki expected losses yang sama. Selain itu, perbedaan yang terjadi adalah

level of losses pada percentile yang lebih tinggi, misalnya untuk percentile 99

pada default rate yang bervariasi (volatility) akan memberikan pengaruh yang

lebih tinggi secara signifikan. Dengan demikian akan memberikan kesempatan

yang lebih memperhitungkan terjadinya extreme losses. Metode CreditRisk+

mengakomodasi default rate volatility yang dimasukan ke dalam model, yaitu

dalam prosedur perhitungan untuk loss distribution dengan variable default

rates (Hadrami, 2008).

2.5.3 Distribusi Poisson

Levin (1998) menyebutkan bahwa distribusi Poisson merupakan

distribusi yang digunakan untuk menggambarkan sejumlah proses kejadian.

CreditRisk+ tidak mengasumsikan penyebab terjadinya default.

Including default Rate Volatility

Excluding default Rate Volatility Probability

Number of Defaults

Page 58: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

45

Kejadian default dianggap sebagai peristiwa yang tidak dapat ditentukan

secara tepat kapan terjadinya dan berapa jumlahnya. Untuk mempermudah

perhitungan dapat digunakan dengan memakai program Microsoft Excel

dengan rumus: POISSON (n, λ, 0) untuk perhitungan Probability of Default

dan POISSON (n, λ, 1) untuk Cumulative Probability of Default. Dengan

menggunakan pola perhitungan seperti ini, maka nilai mean adalah nilai default

yang memiliki Probability of Default yang terbesar.

2.5.4 Loss Given Default (Severity of Loss)

Crouhy et. al. (2001) menyebutkan bahwa loss given default merupakan

tingkat kerugian yang diakibatkan dari peristiwa default.

“CreditRisk+ applies an actuarial science framework to the derivation of

the loss distribution of a bond/loan portfolio. Only default risk is

modeled; downgrade risk is ignored. Unlike the KMV approach to

modeling default, there is no attempt to relate default risk to the capital

structure of the firm. Also, no assumptions are made about the causes of

default: an obligor A is either in default with probability PA, or it is not

in default with probability 1 – PA.” “In CreditRisk+, the exposure for

each obligor is adjusted by the anticipated recovery rate in order to

calculate the "loss given default." These adjusted exposures are

exogenous to the model, and are independent of market risk and

downgrade risk.” Source: Risk Management, Crouhy et. al. (2001)

CreditRisk+ merupakan ilmu aktuaria yang menderivasi distribusi

kerugian dari portofolio obligasi/pinjaman. Hanya default risk yang

dimodelkan, sedangkan downgrade risk diabaikan. Dalam CreditRisk+, loss

given default diperoleh dari setiap ekposur pinjaman debitur yang akan

diperhitungkan dengan menilai recovery rate. Eksposur tersebut bersifat

exogenous yang independent terhadap tingkat risiko pasar dan risiko penurunan

tingkat kualitas kredit.

2.5.5 Distribution of Default Losses

Menurut Allen et. al. (2002), distribution of default losses diperoleh dari

perkalian probability of default dengan loss given default. Untuk melakukan

pengukuran risiko kredit dengan CreditRisk+ atas eksposur yang berupa

portofolio, maka portofolio kredit dibagi menjadi beberapa kelompok/band.

Page 59: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

46

2.5.6 Expected Loss

Menurut Jorion (2005), expected loss adalah kerugian yang dapat

diperkirakan akan terjadi. Perkiraan ini timbul berdasarkan data historis

munculnya credit events. Untuk mengatasi kejadian expected loss bank telah

melakukan pencadangan modal yang diperoleh dari pengenaan provisi kepada

debitur dan dari Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP).

2.5.7 Unexpected Loss

Unexpected loss merupakan kerugian yang mungkin terjadi pada debitur

tertentu yang diukur dengan mengambil nilai kerugian maksimum pada tingkat

keyakinan yang dipilih, misalnya 95% berarti hanya ada 5% kemungkinan

bahwa kerugian akan melebihi nilai unexpected loss dan unexpected loss ini

dianggap sebagai ukuran VaR (Saunders, 2002).

Sounders (2002) menjelaskan bahwa bila bank sudah memiliki

unexpected loss maka bank harus segera meng–cover unexpected loss dengan

modal bank. Unexpected loss dihitung dengan menggunakan nilai percentile

yang dipilih berdasarkan pilihan proyeksi yang telah ditentukan sebelumnya,

misalnya 95%. Untuk mengantisipasi unexpected loss yang mungkin timbul

dalam suatu bisnis, diperlukan economic capital.

2.5.8 Economic capital

Menurut Credit Suisse First Boston (CSFB, 1997), hasil akhir dari

CreditRisk+ dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat economic capital

required. Economic capital dapat digunakan untuk menutup risiko akibat

unexpected loss. Unexpected loss dapat terjadi dalam kondisi normal dan tidak

normal. Kondisi normal adalah keadaan dimana kerugian yang terjadi adalah di

bawah rata-rata kerugian yang telah dicadangkan oleh bank. Dalam kondisi

tidak normal jumlah kerugian yang terjadi lebih besar dari maksimum kerugian

yang telah diperkirakan pada kondisi normal.

Menurut Saunders (2002), economic capital adalah modal yang disiapkan

dalam mengantisipasi berapa besarnya kerugian yang harus di-cover oleh bank.

Page 60: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

47

2.5.9 Validasi dengan backtesting

Backtesting adalah suatu model statistik di mana data diverifikasi apakah

kondisi aktual sama dengan kondisi yang diproyeksikan. Pengukuran risiko

dengan menggunakan internal rating base approach mengharuskan dilakukan

pengujian backtesting dan validasi model secara rutin agar ketepatan

pengukuran risiko tetap dapat dipertanggungjawabkan (Jorion, 2001).

Menurut Jorion (2005), dalam pengukuran risiko dengan menggunakan

internal rating base approach, Basel Committee mengharuskan untuk

dilakukan pengujian backtesting dan validasi model harus dilaksanakan secara

rutin agar ketepatan pengukuran risiko tetap dapat dipertanggungjawabkan, hal

ini dilakukan agar dalam penggunaan metode pengukuran risiko dapat

diketahui seberapa besar keakuratan suatu model yang dipakai dengan uji

statistik. Metode Backtesting ini dilakukan dengan cara menghitung jumlah

kesalahan (failure rate) yang terjadi dibandingkan dengan jumlah data. Apabila

suatu model yang digunakan setelah dilakukan pengujian, ternyata keakuratan

untuk mengukur risiko kredit tidak bisa digunakan maka manajemen

perbankan harus menggunakan pendekatan metode yang lain untuk mengukur

risiko yang lebih akurat.

2.6. Hasil Penelitian Terdahulu

Referensi penelitian sebelumnya berasal dari tesis Rochman (2010) tentang

pengukuran risiko pembiayaan murabahah pada BNI Syariah dengan

menggunakan pendekatan metode pengukuran CreditRisk+. Berdasarkan hasil

backtesting dengan Loglikelihood Ratio Test dengan tingkat keyakinan sebesar

99%, metode CreditRisk+

ternyata cukup valid digunakan untuk mengukur risiko

pembiayaan murabahah BNI Syariah. Referensi tesis lain yang menggunakan

metode serupa adalah dari Rahardja (2009) dalam tesis yang berjudul “Analisis

Pengukuran Risiko Kredit KPR Consumer Banking Bank X dengan Metode

CreditRisk+” disimpulkan bahwa pengukuran risiko dengan CreditRisk

+ dapat

diterima dan valid dalam mengukur unexpected loss (VaR) untuk kredit KPR

Bank X.

Page 61: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

48

Perbedaan penelitian Rochman (2010) dan Rahardja (2009) terletak pada

range pembiayaan yang dianalisis. Data yang digunakan Rochman (2010) berada

pada maksimum range pembiayaan yang relatif kecil, yakni ratusan juta,

sedangkan data yang digunakan oleh Rahardja (2009) mencapai maksimum range

sekitar satu miliar. Pada penelitian skripsi ini, data yang digunakan oleh penulis

adalah data asli dari BMI dengan maksimum range pembiayaan hingga tiga miliar

rupiah.

Page 62: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

49

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Berdasarkan UU No. 21 Pasal 38 Tahun 2008 Tentang UU Perbankan

Syariah disebutkan bahwa bank syariah dan UUS wajib menerapkan manajemen

risiko, prinsip mengenal nasabah, dan perlindungan nasabah. Manajemen risiko

dilakukan untuk mengendalikan risiko yang muncul khususnya pada

kredit/pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah. Pada penelitian yang

bertujuan untuk mengukur risiko pembiayaan macet atas produk pembiayaan

anggota koperasi ini, kerangka pemikiran akan dimulai dari pemaparan kondisi riil

atas proses penyaluran pembiayaan khususnya pembiayaan anggota koperasi di

BMI dan risiko yang muncul dari beberapa kondisi tersebut.

Secara garis besar, pada saat melakukan proses penyaluran pembiayaan

anggota koperasi ditemukan beberapa masalah utama, yakni demotivasi account

manager akibat beban kerja yang tinggi, adanya ketentuan pola pembiayaan

executing, peningkatan plafond pembiayaan, dan kebijakan cessie piutang.

Masalah tersebut memunculkan beberapa jenis risiko yang jika tidak segera

diantisipasi pada akhirnya akan dapat meningkatkan NPF. Adapun risiko yang

muncul antara lain risiko kredit, risiko operasional, risiko strategik, dan risiko

hukum.

Risiko pada penyaluran pembiayaan anggota koperasi dapat diukur dengan

menggunakan metode pengukuran risiko yang dikembangkan oleh Basel

Committee yakni CreditRisk+ dari Credit Suisse Financial Products (CSFP). Data

input yang digunakan dalam metode pengukuran risiko CreditRisk+ dari Credit

Suisse First Boston (CFSB, 1997) adalah credit exposure, recovery rate, dan

kolektibilitas. Proses perhitungan risiko pembiayaan dengan metode CreditRisk+

dimulai dari data input hingga kesimpulan hasil perhitungan. Berikut akan

disajikan bagan kerangka pemikiran penelitian pembiayaan anggota koperasi pada

BMI Cabang Bogor.

Page 63: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

50

Gambar 6. Kerangka Pemikiran

Sumber: Data diolah sendiri

Peningkatan

plafond

Backtesting dan validasi

Perhitungan unexpected loss

Perhitungan Probability of Default

Perhitungan Cumulative of probability of default

Perhitungan expected number of default

Perhitungan expected loss

LR < Critical Value

Perhitungan economic capital

LR >Critical Value

Kesimpulan dan saran

Metode valid Metode tidak valid

Pola

executing Kebijakan

cessie piutang

Pengukuran Pembiayaan Anggota Koperasi Melalui Kopkar Sebagai

Executing Agent

Demotivasi

kerja AM

Risiko

Kredit

Pengukuran risiko kredit dengan metode CreditRisk+

Pengumpulan data

Pengelompokkan dan penyusunan band

Perhitungan loss given default

Perhitungan recovery rate

Penyusunan exposure at default berdasarkan band

Risiko

Operasional

Risiko

Hukum

Risiko

Strategik

Kolektibilitas Recovery rate

Pembiayaan

macet

Risiko

Likuiditas

Page 64: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

51

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang

Bogor, Jalan Raya Padjajaran No. 165 Bantar Jati, Bogor, Jawa Barat. Penelitian

dilakukan selama dua bulan yang dimulai sejak Mei 2012 hingga Juni 2012.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari dua sumber, yakni

data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengumpulan data

secara langsung dan wawancara langsung dengan account manager PT. Bank

Muamalat Indonesia, Tbk. Cabang Bogor. Data sekunder diperoleh dari studi

literatur, skripsi, tesis, buku, dan laporan tahunan BMI.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pembiayaan

konsumtif untuk koperasi (anggota koperasi) per 31 Desember 2009 hingga 31

Desember 2011. Data pembiayaan dikelompokkan menjadi dua untuk melakukan

pengukuran risiko, yakni pembiayaan yang default dan non default. Data yang

dikelompokkan dalam non default adalah data yang masuk dalam kolektibilitas

satu dan dua. Data non default masuk dalam kolektibilitas tiga, empat, dan lima.

Data yang digunakan dalam CreditRisk+ adalah data pembiayaan yang masuk

dalam kategori default. Data pembiayaan yang default kemudian disusun dalam

beberapa band untuk memudahkan pengukuran risiko. Berikut langkah–langkah

dalam penyusunan band.

a. Data yang digunakan hanya data yang termasuk dalam kategori default.

b. Data pembiayaan tahunan yang masuk dalam kategori default diurutkan sesuai

dengan eksposur terendah sampai dengan tertinggi.

c. Debitur dikelompokkan dalam band yang sesuai dengan eksposur pembiayaan

yang memiliki besaran sama, yakni Rp 10 juta, Rp 100 juta, dan Rp 1 miliar.

d. Semua eksposur pembiayaan yang default dimasukkan ke dalam kelompok

eksposur yang sesuai dengan kelipatan band-nya, dengan cara membagi nilai

eksposur pembiayaan dengan band-nya sehingga diperoleh 10 kelompok

eksposur dalam masing–masing band.

e. Pengelompokkan band pembiayaan anggota koperasi terdapat dalam lampiran

5 skripsi ini.

Page 65: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

52

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengukuran risiko pembiayaan anggota koperasi dilakukan dengan

menggunakan metode CreditRisk+ berdasarkan kerangka kerja dari Credit Suisse

First Boston (CFSB, 1997).

1. Exposure at Default

Exposure at Default (EAD) adalah besarnya nilai baki debet atas pembiayaan

anggota koperasi saat dinyatakan default. Common exposure adalah nilai

eksposur yang mewakili setiap band sebagai hasil pembulatan exposure at

default ke kelipatan satuan eksposur terdekat (Rp 10 juta, Rp 100 juta, dan Rp

1 miliar). Besarnya common exposure pada setiap kelompok band adalah

perkalian satuan eksposur dengan satuan kelompok band.

2. Default Rate

Default rates adalah banyaknya kejadian default pada setiap band untuk

periode tertentu. Default rates setiap band diperoleh dengan menghitung

jumlah kejadian yang default (expected of default event) per bulan pada setiap

band. Expected number of default atau lambda (λ) merupakan nilai exposure at

default pada setiap kelompok band dibagi dengan nilai band-nya. Dengan

menggunakan continous scale, yang merupakan pengganti dari kombinasi

credit rating dan default rates. Rumus Default Rates (Kristijadi, Emmanuel,

2003, vol 2 bulan Oktober).

Pembiayaan Bermasalah …(1)

Total Pembiayaan yang Disalurkan

Pembiayaan bermasalah merupakan jumlah outstanding pembiayaan debitur

yang masuk dalam kategori kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet.

3. Recovery Rates

Recovery rate adalah prosentasi rata–rata nilai cash yang dapat diterima

kembali oleh bank pada saat pembiayaan dinyatakan default. Nilai dari

recovery rate adalah sejumlah cash yang diterima kembali oleh bank dari

pelunasan pinjaman dan penjualan atas agunan. Nilai recovery akan

mengurangi jumlah kerugian bank ketika pembiayaan yang disalurkan ternyata

mengalami default.

Default Rates =

Page 66: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

53

4. Loss Given Default

Loss given default atau severity of loss adalah besarnya nilai pembiayaan yang

dinyatakan default setelah dikurangi dengan nilai recovery. Ini merupakan

jumlah kerugian yang harus ditanggung bank.

5. Probability of Default

Dalam jurnal CSFB (1997, hal. 35), Probability of default dari distribusi

Poisson dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Probabilitas (n default) = e – λ λ

n .... (2)

n!

dimana,

e : bilangan eksponensial, yaitu = 2,718282

λ : angka rata-rata dari default per periode (mean)

n : jumlah debitur default dimana n = 0, 1, 2, 3, …, N

! : factorial

Probability of default dihitung dengan menggunakan model distribusi Poisson

sesuai dengan rumus (2). Tingkat keyakinan yang digunakan adalah 95% dan

untuk mendapatkan nilai debitur yang mengalami default adalah dengan

memasukkan nilai n = 1,2,3,...n. Dengan demikian, besarnya nilai probability

of default dari setiap n kejadian dapat diketahui. Perhitungan probability of

default dari n kejadian dilakukan dengan program Microsoft Excel melalui

formula POISSON (n, λ, 0) dimana n = 1,2,3,…n.

Cumulative probability of default diperoleh dari penjumlahan nilai probability

of default pada n kejadian sampai dengan proyeksi nilai penjumlahan sebesar

95%. Cumulative probability of default dihitung dengan bantuan program

Microsoft Excel melalui formula POISSON (n, λ, 0) dimana n = 1,2,3,…n.

6. Default Number

Default number terjadi pada setiap kerugian dengan tingkat probability of

default tertinggi, yakni jumlah kejadian (n) = lambda (λ). Jika nilai cumulative

probability of default mencapai lebih dari 95% maka nilai unexpected default

number dapat diketahui dengan tingkat kepercayaan 95%.

Probabilitas (n default) =

Page 67: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

54

Setelah diketahui besarnya default, kemudian dapat ditentukan nilai

expected loss, unexpected loss, economic capital, serta backtesting dengan

longlikelihood ratio sebagai tahapan perhitungan selanjutnya.

7. Expected Loss

Expected loss dihitung dengan menggunakan persamaan (3). Nilai expected

loss dihitung per kelompok band dan penjumlahan dari seluruh nilai expected

loss tiap band merupakan total nilai expected loss pada periode tertentu.

Adapun rumus perhitungan lambda (mean default rate = nj) dan expected loss

adalah sebagai berikut:

Lambda (mean) = Total outstanding per golongan kelas … (3)

Band

EL = nj x Kelompok Band x Band x (1-R) .... (4)

dimana,

EL : Expected loss

nj : Expected number of default in band j = mean default rate (λ)

R : Recovery Rate

8. Unexpected Loss

Unexpected loss dihitung mengggunakan persamaan (5). Nilai unexpected loss

dihitung per kelompok band dan penjumlahan dari seluruh nilai unexpected

loss tiap band merupakan total nilai unexpected loss pada periode tertentu.

Berikut rumus perhitungan unexpected loss.

UL = n x Kelompok Band x Band x (1-R) ... (5)

dimana,

UL = Unexpected Loss

n = Unexpected default number=nilai n saat cum probability of default ≥ 95%

R = Recovery Rates

Lambda (mean) =

Page 68: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

55

9. Economic Capital

Economic capital adalah modal bank yang harus disediakan untuk meng-cover

kerugian maksimum atas unexpected loss yang disebabkan oleh kondisi default

pada portofolio pembiayaan. Economic capital dihitung dengan menggunakan

persamaan (3.10) sebagai berikut:

Economic capital= unexpected loss – expected loss … (6)

10. Validasi dengan Backtesting

Backtesting adalah suatu model statistik di mana data diverifikasi apakah

kondisi aktual sama dengan kondisi yang diproyeksikan. Menurut Muslich

(2007) salah satu model statistik back testing adalah Kupiec Test dengan

formulasi sebagai berikut:

LR (V,α) = -2ln[(1- α)T-V

αV] + 2ln {[V/T]

V [1-[V/T]

T-V} … (7)

Dimana,

α = probabilitas kesalahan dibawah null hypothesis

V = jumlah frekuensi kesalahan estimasi

T = jumlah data

Likelihood Ratio (LR) Test adalah perhitungan jumlah kerugian sebenarnya

yang melebihi nilai VaR setiap bulannya selama periode obeservasi (36 bulan).

Apabila dalam test validasi model ini ternyata jumlah kesalahan masih dibawah

batas dari jumlah kesalahan yang dapat ditoleransi, berarti model Credit Risk+

nya sudah valid dan dapat diterima sebagai alat ukur risiko kredit konsumer

BMI. Toleransi pengukuran ini dibandingkan dengan nilai kritis (critical value)

Chi Squared, jika nilai LR lebih kecil dibandingkan dengan critical value Chi

Squared, maka model pengukuran sudah akurat, demikian pula sebaliknya.

Page 69: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

56

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk.

PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H

atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan

Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412

H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan

Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank

Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen

pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta

pendirian Perseroan. Acara peringatan pendirian dilakukan di Istana Bogor dan

memperoleh tambahan modal dari masyarakat Jawa Barat senilai Rp 106 miliar.

Pada tanggal 27 Oktober 1994, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat

sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan

sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa

maupun produk yang terus dikembangkan.

Pada akhir tahun 90–an Indonesia dilanda krisis moneter. Sektor perbankan

nasional mengalami kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat pun

terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai

lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai

titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar.

Dalam upaya memperkuat permodalannya, BMI mencari pemodal yang

potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB)

yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB

secara resmi menjadi salah satu pemegang saham BMI. Kurun waktu antara tahun

1999 dan 2002 merupakan masa–masa yang penuh tantangan sekaligus

keberhasilan bagi BMI. BMI berhasil mengembalikan kondisi perusahaan menjadi

laba berkat upaya dan dedikasi setiap karyawan Muamalat, ditunjang oleh

kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan

terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.

Page 70: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

57

Bank Muamalat berhasil bangkit dari kerugian, diawali dari pengangkatan

kepengurusan baru dimana seluruh anggota direksi diangkat dari internal

Muamalat, Bank Muamalat kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan

penekanan pada (1) tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para

pemegang saham, (2) tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani

yang ada, dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak memotong hak karyawan

Muamalat sedikitpun, (3) pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri karyawan

Muamalat menjadi prioritas utama di tahun pertama kepengurusan direksi baru,

(4) peletakan landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat

menjadi agenda utama di tahun kedua, dan (5) pembangunan tonggak-tonggak

usaha dengan menciptakan serta menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran

Bank Muamalat pada tahun ketiga dan seterusnya, yang akhirnya membawa Bank

Muamalat ke era pertumbuhan baru memasuki tahun 2004 dan seterusnya.

Saat ini Bank Mumalat memberikan layanan bagi lebih dari 2,5 juta nasabah

melalui 275 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan BMI

didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos Online/SOPP di

seluruh Indonesia, 32.000 ATM, serta 95.000 merchant debet. BMI juga

merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka cabang luar negeri,

yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk meningkatkan aksesibilitas nasabah di

Malaysia, kerjasama dijalankan dengan jaringan Malaysia Electronic Payment

System (MEPS) sehingga layanan BMI dapat diakses di lebih dari 2000 ATM di

Malaysia.

Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank muamalat berkomitmen untuk

menghadirkan layanan perbankan syariah yang kompetitif dan aksesibel bagi

masyarakat hingga pelosok nusantara. Komitmen tersebut diapresiasi oleh

pemerintah, media massa, lembaga nasional dan internasional serta masyarakat

luas melalui beberapa award bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun

Terakhir. Penghargaan yang diterima antara lain Best Islamic Bank in Indonesia

2009 oleh Islamic Finance News (Kuala Lumpur), Best Islamic Financial

Institution in Indonesia 2009 oleh Global Finance (New York).

Page 71: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

58

4.1.1 Visi dan Misi BMI

BMI memiliki sebuah visi, “Menjadi bank syariah utama di Indonesia,

dominan di pasar spiritual, dan dikagumi di pasar rasional.” Misi BMI adalah

“Menjadi role model lembaga keuangan syariah dunia dengan penekanan pada

semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen, dan orientasi investasi yang

inovatif untuk memaksimalkan nilai kepada seluruh pemangku kepentingan.”

4.1.2 Struktur Organisasi BMI

Pada BMI, perusahaan dipimpin oleh seorang presiden direktur yang

membawahi lima direktur, yakni Compliance and Corporate Planning

Director, Corporate Banking Director, Retail Banking Director, Treasury and

International Banking Director, dan Finance and Operations Director.

Struktur perusahaan BMI juga dilengkapi dengan Dewan Pengawas Syariah

(DPS) yang bertugas mengawasi operasional dan produk perbankan agar sesuai

dengan ketentuan syariah. Kedudukan DPS setingkat dengan Dewan Komisaris

agar pendapat yang dikeluarkan oleh DPS untuk BMI lebih efektif. Berikut

struktur organisasi BMI.

Board of

Comissioners

President

Director

Shariah

Supervisiory

Board

Complience &

Corporate

Planning

Director

Finance &

Operation

Director

Treasury &

International

banking

Director

Retail Banking

Director Corporate

Banking

Director

Financin

g Support

Division

Complience

Division

Corporate

Secretary

Division

Corporate

Planning

Division

Remedial

Division

Product

Dev.

Division

Retail Product

Development

Division

Chanel

Management

Division

Sales

Management

& Support

Division

Finance &

Accounting

Division

IT

Management

Division

General

Admin &

Network

Division

Treasury

Division

Funding

Policy &

Service

Division

Internal

Banking &

Financing

Institution

Division

Gambar 7. Struktur organisasi BMI secara umum (BMI 2012)

Page 72: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

59

4.1.3 Perkembangan Pembiayaan Anggota Koperasi BMI Cabang Bogor

Tahun 2009–2011

Pembiayaan anggota koperasi merupakan salah satu jenis produk

penyaluran pembiayaan BMI yang ditujukan kepada Kopkar yang kekurangan

dana untuk membantu memenuhi kebutuhan anggota dengan cara

meminjamkan sejumlah dana. Produk pembiayaan ini sudah ada sejak tahun

2000–an dan terus berkembang hingga saat ini. Berbagai perbaikan terhadap

kebijakan produk, prosedur pembiayaan, dan plafond pembiayaan terus

dilakukan dari tahun ke tahun.

Jika dilihat dari aspek kebijakan produk dan prosedur pembiayaan

anggota koperasi dari tahun 2009 hingga 2011, BMI terus melakukan

pembenahan khususnya terkait dengan hal–hal yang detail. Misalnya,

meningkatkan aspek analisis pembiayaan terutama dalam hal trade checking

yang dilakukan secara lebih mendalam. Apalagi, sejak tahun 2011 sudah

direncanakan untuk menambahkan syarat bagi Kopkar yang anggotanya ingin

mengajukan plafond pembiayaan hingga Rp 100.000.000 maka Kopkar yang

menaungi harus sudah berbadan hukum syariah. Hal itu dilakukan untuk

menjaga tingkat NPF agar tetap rendah meski plafond yang ditawarkan relatif

besar.

Terkait dengan aspek peningkatan plafond pembiayaan, pihak BMI

sengaja menawarkan jumlah pinjaman yang dilipatgandakan hinga 100% dari

tahun 2009 hingga 2011. Secara umum, banyak Kopkar yang sangat tertarik

dengan penawaran BMI tersebut. Berikut tabel pembiayaan anggota koperasi

tahun 2009–2011.

Tabel 4. Total pembiayaan anggota koperasi

Keterangan 2009 2010 2011

Total Pembiayaan (Rp) 26.772.434.442 41.585.454.665 40.117.371.536

Peningkatan (%) - 55,33 -3,53

Sumber: Laporan proofsheet pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang

Bogor, diolah (BMI 2012)

Page 73: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

60

Pada tahun 2009, pembiayaan anggota koperasi tercatat mencapai Rp

26.772.434.442, sedangkan nasabah yang telah melunasi pinjaman pada

sebanyak sembilan Kopkar dengan total Rp 2.501.000. Total pembiayaan Rp

26.772.434.442 dapat dicapai ketika plafond pembiayaan maksimum yang

dapat diajukan oleh nasabah adalah Rp 25 juta. Dengan maksimum plafond

pembiayaan yang masih relatif kecil tersebut, BMI dapat mencapai angka

pembiayaan anggota koperasi tanpa jaminan fix asset hingga Rp 26 miliar saja

sudah tergolong bagus. Hal itu mengingat jumlah account manager yang

bekerja di BMI Cabang Bogor saat itu hanya sekitar lima orang saja.

Pembiayaan anggota koperasi mengalami pertumbuhan sebesar 55,33%

dari tahun 2009 ke tahun 2010, yakni dari Rp 26.772.434.442 menjadi Rp

41.585.454.665. Peningkatan total penyaluran pembiayaan ini disebabkan oleh

kebijakan baru BMI yang meningkatkan plafond pembiayaan maksimum untuk

masing–masing anggota Kopkar menjadi Rp 50 juta. Pembiayaan baru yang

masuk masing–masing berasal dari empat Kopkar/nasabah lama yang

sebelumnya memiliki pinjaman anggota koperasi tapi belum lunas dan tiga

Kopkar baru yang sebelumnya tidak memiliki pinjaman anggota koperasi di

BMI. Pada tahun 2010 ini juga tercatat ada enam pembiayaan dengan total Rp

2.056.475.000 yang sudah lunas.

Pada tahun 2011, terjadi penurunan total penyaluran pembiayaan anggota

koperasi dari tahun 2010. Total pembiayaan pada tahun 2011 mencapai Rp

40.117.371.536. Penurunan pertumbuhan pembiayaan anggota koperasi dari

tahun 2010 ke tahun 2011 adalah sebesar 3,53%. Meski di tahun 2011 tejadi

penurunan jumlah pembiayaan, namun hal itu tidak terjadi secara signifikan

karena tiga pembiayaan sudah lunas dengan total Rp 1.154.000.000 di tahun

2011. Pembiayaan anggota koperasi tidak mengalami pertumbuhan seperti

periode 2009–2010 karena memang pada tahun 2011 sedang dilakukan

evaluasi dan perumusan kembali prosedur dan kebijakan baru pembiayaan

anggota koperasi agar ke depan menjadi lebih baik.

Page 74: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

61

4.1.4 Perkembangan NPF Pembiayaan Anggota Koperasi BMI Cabang

Bogor

Perkembangan Non Performing Financing (NPF) net pembiayaan

anggota koperasi pada BMI Cabang Bogor dihitung berdasarkan rumus yang

dipergunakan oleh bank. Bentuk form perhitungan NPF net secara lengkap ada

dalam lampiran 13, 14, dan 15 skripsi ini. Berikut adalah tabel perhitungan

NPF net pembiayaan anggota koperasi periode 2009–2011.

Tabel 5. Perhitungan NPF net pembiayaan anggota koperasi

Keterangan 2009 2010 2011

Total Outstanding 306.526.780 133.616.504 133.616.504

Posisi Pembiayaan 26.772.434.442 41.585.458.665 40.117.371.536

NPF Net 1,14% 0,32% 0,33%

Sumber: Laporan proofsheet pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang

Bogor, diolah (BMI 2012)

Berdasarkan Tabel 5. diketahui bahwa NPF net pembiayaan anggota

koperasi tertinggi terjadi pada tahun 2009. Hal itu disebabkan oleh jumlah

kredit macet pada tahun 2009 mencapai Rp 306.526.780. NPF net dihitung

dengan cara membagi besarnya pembiayaan yang termasuk kolektibilitas 3, 4,

dan 5 dengan total outstanding pembiayaan anggota koperasi. NPF net pada

tahun 2010 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya dan berada diposisi

0,32%. Peningkatan NPF net sebesar 0,01% terjadi pada tahun 2011, yakni

0,33%. Meski pembiayaan yang macet pada tahun 2010 dan 2011 besarnya

adalah sama, namun jumlah outstanding pada tahun 2010 lebih kecil

dibandingkan tahun 2011. Hal itu membuat nilai NPF net tahun 2010 dan 2011

mengalami perbedaan.

Secara keseluruhan, NPF net pembiayaan anggota koperasi masih berada

di bawah angka 5%. Hal ini menunjukkan bahwa NPF net masih berada dalam

posisi yang sehat dan penyaluran pembiayaan anggota koperasi masih dapat

dilakukan. Rendahnya tingkat NPF net juga menunjukkan bahwa kinerja

account manager dalam menyalurkan dan mengelola nasabah pembiayaan

anggota koperasi terbilang baik.

Page 75: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

62

4.2. Strategi Menanggulangi Kerugian Akibat Risiko Pembiayaan

4.2.1 Risiko Operasional

Risiko operasional adalah risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak

berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau

adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Dalam hal

ini, risiko operasinal yang muncul di BMI Cabang Bogor disebabkan oleh

minimnya jumlah Account Manager (AM) dan luasnya coverage pembiayaan

yang harus ditangani oleh AM Cabang Bogor. AM Cabang Bogor periode

2009–2011 jumlahnya hanya sekitar 7 orang, namun harus mengangani proses

pengajuan pembiayaan dari beberapa kantor cabang pembantu seperti cabang

pembantu Tajur dan Cibinong. Bahkan, meski coverage area penanganan

pembiayaan yang seharusnya hanya berada di Bogor dan sekitarnya,

kenyataannya AM juga mendapatkan pengajuan pembiayaan dari daerah

Jakarta dan sekitarnya. Oleh karena itu, saat ini BMI sedang berupaya untuk

merekrut tenaga kerja baru melalui Muamalat Officer Development Program

agar dapat memenuhi kebutuhan Sumber Daya Insani (SDI).

Ketika AM harus memproses pembiayaan yang berasal dari calon

peminjam yang lokasi Kopkar dan usahanya jauh dari BMI Cabang Bogor, AM

akan mengalami kendala operasional seperti alat transportasi, menghabiskan

banyak waktu untuk melakukan trade checking, dan meningkatnya biaya

operasional. Akan tetapi, pihak BMI sudah menyediakan alat transportasi

berupa mobil yang dapat digunakan secara bersamaan oleh para AM. Meski

memiliki tujuan yang berbeda, namun para AM ini dapat menggunakan mobil

tersebut dan berhenti di titik yang terdekat dengan lokasi Kopkar yang dituju.

Tentu saja, semakin jauh lokasi Kopkar mengajukan pembiayaan maka

semakin lama pula waktu yang diperlukan untuk melakukan trade checking.

Hal ini membuat AM sering kembali ke kantor ketika jam kantor sudah akan

selesai. Sehingga waktu untuk melakukan analisis Usulan Pembiayaan (UP)

menjadi terbatas, padahal UP sangat penting dalam mempertimbangkan

pemberian pinjaman dan forecasting lancar/tidaknya proses pembayaran di

masa mendatang. Terkait dengan peningkatan biaya operasional akibat jauhnya

lokasi trade checking, BMI memberi uang pengganti transportasi.

Page 76: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

63

4.2.2 Risiko Hukum

Risiko hukum muncul akibat adanya cessie sebagai jaminan atas

pengalihan piutang dari anggota koperasi kepada koperasi karyawan. Jaminan

cessie ini ternyata lemah dimata hukum karena tidak bersifat kebendaan dan

disclousure. Untuk mengatasi risiko hukum atas adanya jaminan cessie ini,

pihak BMI bekerja sama dengan notaris setempat untuk melakukan penguatan

jaminan dimata hukum yakni dengan membuat back-up atas jaminan cessie ini

dengan jaminan fiducia yang didaftarkan di Kantor Pendaftaran Fiducia (KPF).

Notaris juga berfungsi untuk membantu menyempurnakan proses pengikatan

agar berlangsung dengan sempurna. Pengikatan harus dilakukan dengan

sempurna karena akan sangat memengaruhi perjanjian dalam proses pelunasan

pinjaman di masa mendatang.

4.2.3 Risiko Strategik

Risiko strategik muncul akibat adanya ketentuan executing dalam

pembiayaan anggota koperasi. Executing adalah pemisahan hubungan secara

langsung antara pihak BMI dengan anggota koperasi. Dalam hal ini pihak

Kopkar yang menjadi jembatan penghubung antara BMI dengan para anggota

koperasi yang mengajukan pembiayaan. Kopkar berperan sebagai executing

agent yang bertanggungjawab penuh atas proses pengajuan pembiayaan hingga

pelunasan pembiayaan. Hal ini tentu saja lebih berisiko bagi BMI, karena yang

diindikasikan dapat melakukan wanprestasi ada dua, yakni Kopkar dan anggota

koperasi. Untuk anggota koperasi, kemungkinan mereka tidak membayar

angsuran adalah sangat minim karena angsuran dipotong langsung dari gaji

karyawan. Jika anggota koperasi ini tidak membayar angsuran maka yang

bertanggungjawab penuh untuk membayar adalah Kopkar. Pada beberapa

kasus dalam penelitian ini, ternyata justru berpotensi melakukan wanprestasi

adalah Kopkar. Dana yang telah terkumpul dari para anggota koperasi ternyata

ada yang digunakan untuk keperluan lain, seperti pembiayaan proyek instansi

atau penyelewengan dana angsuran oleh oknum pengelola Kopkar.

Page 77: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

64

Pembiayaan macet yang disebabkan oleh penyalahgunaan dana untuk

keperluan proyek perusahaan dan ternyata rugi sehingga menyebabkan proses

pembayaran angsuran pembiayaan menjadi macet, dapat diatasi dengan

melakukan rescheduling, reconditioning, dan restructuring. Rescheduling atau

penjadwalan kemblii dilakukan dengan merubah jadwal pembayaran dan

memperpanjang jangka waktu pembayaran angsuran. Reconditioning atau

persyaratan kembali dilakukan dengan merubah beberapa persyaratan lain

sepanjang tidak merubah maksimum saldo kredit. Persyaratan ini misalnya

durasi penyelesaian kredit yang bisa diperpanjang akibat adanya tunggakan dan

perjanjian bahwa dana yang angsuran anggota koperasi harus langsung

disetorkan ke BMI. Selain itu, membuat perjanjian ulang atas nominal dana

angsuran yang harus disetor (jadwal angsur) karena terjadi perubahan durasi

dan jumlah angsuran pasca tunggakan. Restrukturisasi biasanya dilakukan

dengan menurunkan nisbah bagi hasil pembiayaan dengan cara melakukan

perhitungan ulang atas pokok pinjaman yang belum lunas disesuaikan dengan

durasi pinjaman.

4.2.4 Risiko Kredit

Risiko pembiayaan yang muncul pada penyaluran pinjaman anggota

koperasi ini terkait dengan peningkatan plafond pembiayaan tanpa jaminan fix

asset. Tercatat per tahun 2011 plafond pembiayaan anggota koperasi tanpa

jaminan fix asset mencapai Rp 100 juta. Hal ini tentu saja sangat

menghawatirkan mengingat tidak ada jaminan yang diserahkan kepada BMI.

Juga persyaratan yang diberikan kepada calon peminjam tidak jauh berbeda

dengan tahun–tahun sebelumnya. Akan tetapi, per Juni 2012 ini BMI telah

menambahkan satu syarat yng sangat signifikan yakni Kopkar yang ingin

mengajukan pembiayaan ke BMI harus sudah berbadan syariah. Hal ini tentu

saja membuat banyak Kopkar yang mundur. Mengetahui kondisi ini, pihak

BMI bersedia membantu Kopkar yang belum berstatus sebagai koperasi

syariah untuk menjadi koperasi syariah agar bisa mendapat pinjaman di BMI.

Meski proses ini dibantu oleh notaris, namun tentu saja semakin

memperpanjang proses pembiayaan yang ditangani oleh AM.

Page 78: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

65

4.2.5 Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas muncul akibat adanya kemacetan pembayaran angsuran

yang terjadi pada mudharib yang sama yang mengajukan beberapa kali

pinjaman dan semuanya macet. Hal ini tentu saja membuat dana likuit di BMI

menjadi berkurang. Pada kasus pembiayaan yang macet di BMI, mudharib

yang mengajukan beberapa kali pembiayaan dan semuanya macet ternyata

mendapat fasilitas pembiayaan secara berturut–turut di bulan yang berbeda.

Misalnya, mudharib A (sebelum pembayaran angsurannya macet) pada bulan

Januari telah mengajukan pinjaman dan di-approve, kemudian bulan Februari

mengajukan pinjaman dan di-approve, dan demikian dengan bulan Maret. Pada

awalnya, angsuran mudharib ini tidak mengalami kemacetan. Tapi, setelah

bulan Maret, pembayaran angsuran mulai mengalami masalah, yakni pinjaman

yang diajukan pada bulan Januari sudah mulai menunggak, kemudian pinjaman

yang cair pada bulan Februari dan Maret secara bergantian juga mengalami

tunggakan. Fenomena seperti ini tentunya harus mendapat perhatian khusus

dari pihak BMI. Karena jika tidak, akan sangat merugikan apalagi yang

mengajukan pembiayaan adalah mudharib yang sama.

Terbukti, kemacetan pembiayan yang terjadi pada tahun 2009–2011

disebabkan oleh kasus yang sama. Pada tahun 2009, kemacetan pembiayan

disebabkan oleh mudharib yang sama yang melakukan beberapa kali pinjaman

dan semuanya macet. Demikian juga dengan tahun 2010 dan 2011 yang

kemacetan pembiayaannya disebabkan oleh mudharib yang sama dengan

beberapa account pembiayaan. Kesamaan dari kedua mudharib ini (selain

sama–sama mengajukan beberapa pinjaman dan semuanya macet) adalah

sama–sama mengggunakan dana angsuran anggota untuk keperluan proyek

perusahaan/instansi dan ternyata merugi. Untuk mengatasinya, BMI dapat

mengeluarkan kebijakan untuk membatasi jumlah account pinjaman pada

mudharib yang sama. Kalaupun harus meminjamkan lagi, BMI harus

menunggu beberapa bulan untuk mengetahui stabilitas dan kedisiplinan

pembayaran angsuran atas pinjaman yang pertama pada mudharib yang sama.

Page 79: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

66

4.3. Expected Loss dan Unexpected Loss

4.3.1 Exposure at Default

Penyusunan exposure at default dilakukan dengan menyajikan data

nasabah pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang Bogor yang status

pembiayaannya dinyatakan default tiap akhir periode. Perhitungan default

dinyatakan pada saat tunggakan pembayaran kewajiban sudah melebihi 90 hari

dari tanggal jatuh tempo angsuran.

Tabel 6. Total Credit Exposure at Default BMI Cabang Bogor (2009-2011)

Hari Tunggakan Kol. 2009 2010 2011

>90 s/d 120 3 - 133.616.504 -

>120 s/d 180 4 - - -

>180 5 306.526.780 - 133.616.504

Jumlah 306.526.780 133.616.504 133.616.504

Sumber: Laporan proofsheet pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang

Bogor, diolah (BMI 2012)

Berdasarkan Tabel 6. tersebut di atas, pembiayaan anggota koperasi

untuk tahun 2009, 2010, dan 2011 dengan tunggakan pembayaran angsuran

lebih dari 90 hari sampai dengan 120 hari adalah tidak ada (nol), demikian pula

dengan tunggakan pembayaran angsuran lebih dari 120 hari hingga 180 hari

yang juga tidak ada. Akan tetapi, angsuran pembayaran pembiayaan anggota

koperasi dengan tunggakan lebih dari 180 hari untuk masing–masing tahun

2009, 2010, dan 2011 adalah sama, yakni 100%.

Kemacetan pembiayaan anggota koperasi pada tahun 2009 disebabkan

oleh wanprestasi yang dilakukan oleh pengurus Kopkar yang

menyalahgunakan dana angsuran dari para anggota koperasi untuk kepentingan

pengurus. Kopkar yang melakukan wanprestasi tersebut memang hanya satu,

tapi pembiayaan yang diajukan dan mengalami default adalah 5 (lima) kali.

Masing–masing outstanding yang masih belum terbayar dan dikategorikan

macet adalah Rp 75.949.062, Rp 34.300.940, Rp 82.875.476, Rp 20.711.200,

dan Rp 92.690.102 dengan total angsuran pembiayaan macet Rp 306.526.780.

Page 80: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

67

Pada tahun 2010 dan 2011, kemacetan pembiayaan juga terjadi pada satu

Kopkar yang mengajukan pembiayaan dengan masing–masing outstanding Rp

47.455.131, Rp 42.802.731, dan Rp 43.358.642 dengan total angsuran

pembiayaan yang macet adalah Rp 133.616.504. Kopkar ini termasuk dalam

kategori pembiayaan macet sejak akhir tahun 2010 dan akhir tahun 2011.

Kemacetan pembiayaan disebabkan oleh dana angsuran yang sudah

dipotongkan dari gaji karyawan dipergunakan untuk membiayai proyek

instansi/organisasi tersebut dan ternyata proyek yang dibiayai mengalami

kerugian. Kopkar tersebut mengalami kerugian (defisit dana) sehingga tidak

bisa mengangsur kekurangan pinjaman. Pada tahun 2012 ini, sisa pinjaman

macet sebesar Rp 133.616.642 di Kopkar tersebut sudah ditutup buku (write

off) oleh pihak BMI Cabang Bogor. Kendati demikian, meski sudah dilakukan

write off pada catatan bank, proses penagihan sisa pinjaman macet pada

Kopkar yang bersangkutan masih tetap dilakukan tanpa disertai dengan upaya

hukum. Tidak adanya upaya hukum oleh pihak BMI Cabang Bogor

dikarenakan dana yang harus dikeluarkan untuk menempuh jalur hukum

diestimasi akan lebih besar daripada sisa pinjaman yang macet.

4.3.2 Kelompok Band

Pembuatan band dilakukan dengan mengelompokan masing–masing

debitur pembiayaan anggota koperasi atas dasar eksposur pembiayaan ke

dalam masing–masing band sesuai dengan besaran eksposur pembiayaan.

Penyusunan band dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah proses

pengukuran risiko pembiayaan karena dalam pendekatan CreditRisk+ jumlah

debitur (Kopkar) yang diteliti relatif banyak dengan jumlah pembiayaan yang

bervariasi dan pengajuan pembiayaan yang umumnya lebih dari satu kali

dengan exposure/plafond pinjaman yang berbeda–beda.

Dalam skripsi ini, eksposur pembiayaan anggota koperasi yang

digunakan adalah pembiayaan yang telah default sehingga credit exposure at

default per band periode 31 Desember 2009 sampai dengan Desember 2011,

dengan unit of exposure masing-masing sebesar Rp 10 juta, Rp 100 juta, dan

Rp 1 miliar.

Page 81: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

68

Secara lengkap, pembagian band untuk tahun 2009, 2010, dan 2011

masing–masing disajikan pada Lampiran 5. Berikut akan disajikan Tabel 7.

yang merangkum nilai credit exposure at default per band periode Desember

2009 sampai dengan Desember 2011.

Tabel 7. Komposisi credit exposure at default per band BMI Cabang Bogor

(2009-2011)

Band 2009 2010 2011

10 juta 306.526.780 133.616.504 133.616.504

100 juta - - -

1 miliar - - -

Jumlah 306.526.780 133.616.504 133.616.504

Sumber: Laporan proofsheet pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang

Bogor, diolah (BMI 2012)

Berdasarkan Tabel 7. terlihat bahwa exposure at default untuk tahun

2009, 2010, dan 2011 berada dalam kelompok band Rp 10 juta, dengan nilai

persentase masing–masing 100%. Artinya, selama periode tiga tahun terakhir

jumlah pembiayaan yang mengalami default berada dalam range terendah dan

hal ini sesuai dengan sifat CreditRisk+ yang memang tepat jika diaplikasikan

dalam kasus default pembiayaan dengan nilai rendah. Komposisi pembiayaan

yang default pada Tabel 7. tersebut merupakan akumulasi dari masing–masing

default per account.

4.3.3 Recovery Rate

Recovery rate adalah jumlah pengembalian atas sisa tunggakan/angsuran

pembiayaan anggota koperasi yang dinyatakan default. Ketika debitur

dinyatakan default maka kerugian yang dialami oleh BMI adalah sejumlah

dana yang macet tersebut. Sumber dana pengembalian yang digunakan dalam

perhitungan recovery rate berasal dari cash collateral nasabah yang tersimpan

dalam tabungan di BMI. Cash collateral hanya berlaku untuk pembiayaan

anggota koperasi yang disalurkan kepada KBMT. Pembiayaan anggota

koperasi yang disalurkan kepada Kopkar tidak menggunakan jaminan cash

collateral maupun fix asset karena perjanjian jaminannya berupa cessie,

sehingga tanpa agunan.

Page 82: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

69

Untuk perhitungan recovery rate pada penyaluran pembiayaan anggota

koperasi, dapat langsung dilihat pada cash collateral yang ada dalam rekening

KBMT di BMI yang digunakan sebagai jaminan. Pihak BMI menetapkan cash

collateral senilai 20% dari plafond pembiayaan yang disalurkan ke KBMT.

Khusus untuk pembiayaan anggota koperasi pada Kopkar (dengan cessie), BMI

menetapkan kebijakan pemblokiran satu kali angsuran di awal. Hal ini

dilakukan sebagai tindakan penyehatan Kopkar jika nantinya mengalami

tunggakan untuk sekali anggsuran. Akibat pemblokiran satu kali angsuran di

awal pencairan dana pinjaman ini adalah kurangnya jumlah dana yang diterima

oleh Kopkar diantaranya karena ada biaya administrasi bank, asuransi, dan

blokir satu kali angsuran.

Pada kasus pembiayaan anggota koperasi yang diteliti, didapatkan data

berupa default pembiayaan yang terjadi hanya pada Kopkar dengan sistem

cessie (tanpa jaminan fix asset maupun cash collateral). Hal ini menyebabkan

nilai recovery rate atas pembiayaan untuk Kopkar menjadi tidak ada karena

tidak ada agunan yang dijaminkan. Akan tetapi, di awal perjanjian pembiayaan

telah disepakati bahwa akan dilakukan satu kali blokir pada angsuran pertama.

Angsuran pertama inilah yang dijadikan sebagai recovery rate pembiayaan

jika suatu hari terjadi kemacetan angsuran. Dengan demikian, diharapkan

nasabah dapat terbebas dari satu kali angsuran yang gagal bayar selama satu

bulan dan dapat mempersiapkan kembali sisa angsuran untuk bulan berikutnya.

Berikut Tabel 8. yang menunjukkan jumlah recovery rate periode tahun 2009

hingga 2011 yang telah dilakukan oleh BMI di awal pembiayaan.

Tabel 8. Komposisi recovery rate per band BMI Cabang Bogor (2009-2011)

Band 2009 2010 2011

10 juta 68.163.405 23.948.438 23.948.438

100 juta - - -

1 miliar - - -

Jumlah 68.163.405 23.948.438 23.948.438

Sumber: Laporan proofsheet pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang

Bogor, diolah (BMI 2012)

Page 83: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

70

Nilai recovery rate diambil dari pemblokiran setoran/angsuran pertama

setelah proses dropping dilakukan. Setiap pembiayaan yang disalurkan

memiliki nilai recovery rate yang berbeda–beda karena yield yang digunakan

pada awal perhitungan margin atas suatu pembiayaan juga berbeda.

Berdasarkan Tabel 8. di atas, terlihat bahwa total recovery rate pada tahun

2009 lebih besar dibandingkan dengan dua tahun sesudahnya. Hal ini

disebabkan oleh default pembiayaan pada tahun 2009 lebih besar dibandingkan

tahun 2010 dan 2011, juga persentase recovery rate pada tahun 2009 rata–rata

adalah 4% dari plafond pembiayaan dan 3% dari plafond pembiayaan pada

tahun 2010 dan 2011.

Sejak tahun 2009 hingga 2011 tidak pernah terjadi kemacetan

pembiayaan oleh KBMT, sehingga tidak terdapat perhitungan recovery rate

dari jaminan cash collateral karena angsuran pembiayaan berjalan lancar.

Akan tetapi, kemacetan angsuran pembiayaan justru berasal dari Kopkar yang

pembiayaannya tanpa jaminan karena sumber pengembalian pembiayaan

berasal dari gaji pegawai. Dalam hal ini, pihak BMI tidak dapat melakukan

tindakan hukum atau penagihan langsung kepada para anggota Kopkar karena

masalah bukan berada pada anggota Kopkar yang tidak mau melakukan

angsuran. Permasalahan ada pada pengurus Kopkar yang menyelewengkan

dana angsuran anggota Kopkar untuk kepentingan pribadi maupun mendanai

proyek instansi/organisasi yang ternyata mengalami kerugian.

Masalah kemacetan pembiayaan pada tahun 2009 hingga 2011 yang

disebabkan oleh Kopkar membuat BMI harus melakukan tutup buku terhadap

Kopkar yang bermasalah tersebut. Meski secara formal telah dilakukan tutup

buku (write off), tapi dalam kenyataannya account manager dan bagian

remedial tetap melakukan penagihan secara informal dengan cara memantau

kegiatan nasabah bermasalah tersebut dan menjalin hubungan baik. Penagihan

secara „halus‟ dilakukan secara kontinu agar nasabah yang bersangkutan mau

membayar sisa pinjaman yang belum lunas. Jika memang terpaksa tidak dapat

dikembalikan sisa angsuran pembiayaan maka BMI benar–benar telah

mengalami kerugian akibat pembiayaan yang lost tersebut.

Page 84: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

71

4.3.4 Loss Given Default

Loss Given Default atau Severity of Loss merupakan jumlah yang

digunakan sebagai ukuran kerugian pihak bank atas pembiayaan yang

diberikan pada saat debitur mengalami default. Loss Given Default diperoleh

dengan mengurangkan nilai exposure at default dengan nilai recovery. Berikut

Tabel 9. yang menunjukkan jumlah loss given default (LGD) periode tahun

2009 hingga 2011.

Tabel 9. Loss Given Default (LGD) BMI Cabang Bogor (2009–2011)

Band 2009 2010 2011

10 juta 238.363.375 109.668.066 109.668.066

100 juta - - -

1 miliar - - -

Jumlah 238.363.375 109.668.066 109.668.066

Sumber: Laporan proofsheet pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang

Bogor, diolah (BMI 2012)

Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa jumlah LGD pada tahun 2009 jauh

lebih tinggi dibanding dengan tahun 2010 dan 2011. Hal itu disebabkan oleh

jumlah default yang terjadi pada tahun 2009 lebih besar dibanding tahun 2010

dan 2011. Berdasarkan data pembiayaan tahun 2010 diketahui bahwa account

yang mengalami default per Desember 2009 telah dihapus buku. Hal itu berarti

BMI telah benar–benar mengalami kerugian sebesar Rp 238.363.375, kecuali

jika tindakan penagihan yang tetap dilakukan oleh account manager dan/atau

remedial pasca penutup–bukuan membuahkan hasil. Pada tahun 2009 juga

telah muncul kemungkinan terjadinya gagal bayar pada account yang telah

dinyatakan default pada tahun 2010 hingga 2011. Pada Desember 2011, default

yang sejak tahun 2010 tersebut sudah tidak terbayar lagi diindikasikan akan

dihapusbuku sehingga Januari 2012 sudah tidak ada lagi default dari account

yang sama. Dengan demikian, BMI Cabang Bogor tercatat mengalami

kerugian sebesar Rp 109.668.066 selama tahun 2010 hingga 2011. Menurut

salah satu account manager BMI Cabang Bogor, penagihan kepada account

yang mengalami default per Desember 2011 tersebut tetap akan dilakukan di

tahun 2012.

Page 85: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

72

4.3.5 Number of Default

Number of Default adalah jumlah peristiwa terjadinya default pada

debitur pembiayaan anggota koperasi dalam periode tertentu. Berdasarkan data

penelitian yang diperoleh, besarnya debitur pembiayaan anggota koperasi

secara keseluruhan dari tahun 2009, 2010, dan 2011 masing–masing adalah

148, 134, dan 127 nasabah. Terjadi penurunan jumlah nasabah (Kopkar)

pembiayaan anggota koperasi sejak tahun 2009 hingga 2011. Hal itu

disebabkan oleh semakin banyaknya persyaratan yang harus dipenuhi oleh

Kopkar yang akan mengajukan pembiayaan karena plafond pembiayaan yang

ditawarkan pun mengalami peningkatan. Tercatat sejak tahun 2009 terjadi

peningkatan plafond pembiayaan anggota koperasi (tanpa jaminan) dari Rp 25

juta menjadi Rp 50 juta. Berikut tabel jumlah debitur yang mengalami default

selama periode 2009 hingga 2011.

Tabel 10. Daftar debitur yang default per band di BMI Cabang Bogor

Band 2009 2010 2011

10 juta 5 3 3

100 juta - - -

1 miliar - - -

Jumlah 5 3 3

Sumber: Laporan proofsheet pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang

Bogor, diolah (BMI 2012)

Jumlah nasabah pembiayaan anggota koperasi yang default untuk tahun

2009, 2010, dan 2011 masing-masing adalah 5 nasabah, 3 nasabah, dan 3

nasabah. Banyaknya jumlah debitur pembiayaan anggota koperasi yang default

jika dibandingkan dengan total debitur secara keseluruhan adalah masing-

masing sebesar 3,4%, 2,2%, dan 2,4%. Sebenarnya, debitur yang mengalami

default pada tahun 2009, 2010, dan 2011 masing–masing hanya ada satu.

Khusus pada tahun 2010 dan 2011, debitur yang mengalami default adalah

Kopkar yang sama. Jumlah default dihitung berdasarkan jumlah pengajuan

pembiayaan yang mengalami default oleh debitur yang sama. Dengan melihat

pada Tabel 10. debitur yang masuk dalam band Rp. 10.000.000 adalah yang

paling banyak mengalami default.

Page 86: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

73

4.3.6 Cumulative Probability of Default

Cumulative probability of default merupakan penjumlahan dari setiap

probability of default atau jumlah kejadian kerugian pembiayaan (n) = lambda

(λ). Proses perhitungan cumulative probability of default dilakukan setelah

probability of default dihitung. Jika cumulative probability of default sudah

mencapai nilai ≥ 95% maka perhitungan probability of default dapat

dihentikan. Berdasarkan perhitungan ini, akan diketahui jumlah kerugian

maksimal (unexpected number of default) pada tingkat kepercayaan minimal

95%. Artinya, dalam perhitungan ini tingkat toleransi kerugian yang akan

melebihi nilai unexpected loss hanya sekitar 5% saja. Nilai unexpected loss

merupakan maksimum kerugian yang bisa terjadi pada tingkat keyakinan

sebesar 95%. Berikut tabel hasil perhitungan probability of default dan

cumulative probability of default selama periode 2009 hingga 2011.

Tabel 11. Probability of Default dan cumulative probability of default BMI

Cabang Bogor

Tahun 2009

Nj n probability of

default

cumulative

probability of default

2,07 5 0,039965095 0,980775

3,43 7 0,035892039 0,975866

7,6 12 0,0387961 0,953565985

8,29 13 0,035207 0,956430379

9,27 15 0,023109274 0,972229

Tahun 2010 dan 2011

Nj n probability of

default

cumulative

probability of default

4,75 9 0,029348137 0,976359

4,28 8 0,038659 0,969081

4,34 8 0,040697 0,966701

Sumber: Laporan proofsheet pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang

Bogor, diolah (BMI 2012)

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 11 diketahui bahwa

maksimum jumlah n pada tingkat kepercayaan ≥ 95% adalah 15 kejadian pada

cumulative probability of default 0,972229. Jumlah n minimum adalah 5

kejadian pada mean (nj) 2,07 dengan cumulative probability of default sebesar

0,980775.

Page 87: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

74

4.3.7 Expected Loss

Expected loss merupakan kerugian yang dapat diperkirakan akan terjadi

yang dihitung dengan mengalikan nilai mean default rate (nj), kelompok band,

band, dan nilai recovery rate setelah dikurangkan dengan angka satu. Berikut

adalah tabel hasil perhitungan nilai expected loss:

Tabel 12. Hasil Perhitungan Expected Loss BMI Cabang Bogor

Tahun 2009

Band Kel.

Band

nj Rec.

Rate

Expected Loss

(Rp)

Rp 10 juta 2

3

8

9

2,07

3,43

7,6

8,29

9,27

4%

4%

4%

4%

4%

39.744.000

98.784.000

583.680.000

636.672.000

800.928.000

Total 2.159.808.000

Tahun 2010 dan 2011

Band Kel.

Band

nj Rec.

Rate

Expected Loss

(Rp)

Rp 10 juta 4

5

4,28

4,34

4,75

4%

3%

3%

164.352.000

168.392.000

230.375.000

Total 563.119.000

Sumber: Laporan proofsheet pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang

Bogor, tabel 7, tabel 8, tabel 10, tabel 11, diolah (BMI 2012)

Berdasarkan hasil perhitungan expected loss pada Tabel 12 diketahui

bahwa exposure at default dengan nj 9,27 diperkirakan dapat mengalami

expected loss terbesar yakni Rp 800.928.000. Nilai expected loss terkecil

terjadi pada default terendah dengan nj 2,07. Artinya, semakin besar jumlah

pembiayaan yang mengalami default maka expected loss yang muncul juga

akan semakin besar. Dengan demikian, BMI juga harus menyediakan dana

yang tidak sedikit untuk meng–cover kerugian yang diharapkan atas

pembiayaan yang disalurkan. Apabila terdapat pembiayaan yang mengalami

default, besarnya expected loss akan di–cover dengan Penyisihan Penghapusan

Aktiva Produktif (PPAP) yang telah dibentuk BMI.

Page 88: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

75

4.3.8 Unexpected Loss

Nilai unexpected loss diperoleh dari nilai cumulative probability of

default yang dalam penyusunan karya akhir ini menggunakan significance level

sebesar 95%. Unexpected loss diperoleh setelah mengalikan n pada saat ≥ 95%

dengan kelompok band, band, dan nilai recovery rate setelah dikurangkan

dengan angka satu. Berikut adalah tabel hasil perhitungan nilai expected loss:

Tabel 13. Hasil Perhitungan Unexpected Loss BMI Cabang Bogor

Tahun 2009

Band Kel.

Band

n Rec.

Rate

Unexpected

Loss (Rp)

Rp 10 juta 2

3

8

9

5

7

12

13

15

4%

4%

4%

4%

4%

96.000.000

201.600.000

921.600.000

998.400.000

1.296.000.000

Total 3.513.600.000

Tahun 2010 dan 2011

Band Kel.

Band

n Rec.

Rate

Unexpected

Loss (Rp)

Rp 10 juta 4

5

8

8

9

4%

3%

3%

307.200.000

310.400.000

436.500.000

Total 1.054.100.000

Sumber: Laporan proofsheet pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang

Bogor, tabel 7, tabel 8, tabel 10, tabel 11, diolah (BMI 2012)

Berdasarkan hasil perhitungan nilai unexpected loss pada Tabel 13

diketahui bahwa nilai unecpected loss terbesar adalah Rp 1.296.000.000 yang

terjadi pada n = 15. Nilai unexpected loss terkecil adalah Rp 96.000.000 yang

terjadi pada n = 5. Semakin kecil default yang terjadi maka semakin kecil pula

unexpected loss yang muncul. Kerugian unexpected loss harus ditutup dengan

modal BMI. Semakin tinggi nilai unexpected loss yang default, semakin besar

modal yang harus disediakan untuk meng-cover unexpected loss. Jika modal

bank terus berkurang, potensi berkurangnya pendapatan dan keterbatasan

penyaluran kredit akan meningkat.

Page 89: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

76

4.4. Economic Capital

Economic capital merupakan modal bank yang harus disiapkan untuk

meng–cover default yang terjadi akibat unexpected loss. Besarnya nilai economic

capital diperoleh dari pengurangan jumlah unexpected loss terhadap expected

loss. Berikut adalah tabel jumlah economic capital yang harus disiapkan oleh BMI

akibat default yang terjadi pada pembiayaan anggota koperasi periode 2009–2011.

Tabel 14. Hasil Perhitungan Economic Capital BMI Cabang Bogor

Tahun 2009

Band Kel.

Band

Expected

Loss (Rp)

Unexpected

Loss (Rp)

Economic

Capital (Rp)

Rp 10 juta 2

3

8

9

39.744.000

98.784.000

583.680.000

636.672.000

800.928.000

96.000.000

201.600.000

921.600.000

998.400.000

1.296.000.000

56.256.000

102.816.000

337.920.000

361.728.000

495.072.000

Total 2.159.808.000 3.513.600.000 1.353.792.000

Tahun 2010 dan 2011

Band Kel.

Band

Expected

Loss (Rp)

Unexpected

Loss (Rp)

Economic

Capital (Rp)

Rp 10 juta 4

5

164.352.000

168.392.000

230.375.000

307.200.000

310.400.000

436.500.000

142.848.000

142.008.000

206.125.000

Total 563.119.000 1.054.100.000 490.981.000

Sumber: Laporan proofsheet pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang

Bogor, tabel 7, tabel 12, tabel 13, diolah (BMI 2012)

Berdasarkan hasil perhitungan economic capital pada Tabel 14 diketahui

bahwa modal bank yang harus dipersiapkan untuk meng–cover default dengan

nilai unexpected loss terbesar adalah Rp 495.072.000. Semakin besar unexpected

loss, semakin besar economic capital yang harus disediakan oleh BMI.

Page 90: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

77

4.5. Backtesting dan Validasi Model

Proses perhitungan analisis back testing dan validasi model dilakukan

dengan cara membandingkan risiko pembiayaan anggota koperasi berdasarkan

data historis dan data kerugian aktual (actual loss) yang terjadi. Actual loss

dihitung berdasarkan berapa besar outstanding kredit yang default yang

dihapusbukukan dari laporan keuangan.

Back testing dilakukan dengan membandingkan nilai unexpected loss dengan

actual loss setiap bulannya seperti tersaji pada Lampiran 11. Apabila nilai

unexpected loss > actual loss artinya nilai unexpected loss dapat mengcover

actual loss. Berdasarkan perhitungan, terlihat bahwa nilai kerugian sebenarnya

pada pembiayaan anggota koperasi di BMI Cabang Bogor selalu lebih kecil dari

nilai unexpected loss yang harus disediakan dalam bentuk modal oleh BMI

Cabang Bogor. Dengan demikian, kerugian aktual masih dapat ter–cover oleh

nilai unexpected loss. Berdasarkan hasil perhitungan binary indicator yang secara

lengkap ada pada lampiran 11 skripsi ini, diketahui bahwa failure frequency untuk

tahun 2009, 2010, dan 2011 adalah nol. Nilai nol tersebut diperoleh dari

pengurangan antara nilai unexpected loss dengan actual loss yang mana hasilnya

adalah positif.

Actual loss yang diakibatkan oleh pembiayaan anggota koperasi sebenarnya

juga masih berada di bawah nilai expected loss. Artinya, sebelum bank

menggunakan modal yang dimiliki untuk meng–cover actual loss yang terjadi,

PPAP dapat digunakan terlebih dulu untuk menutup kerugian tersebut. Dengan

demikian, kemungkinan bank akan mengalami kesulitan dalam menyediakan dana

cair untuk menyalurkan pembiayaan ataupun melakukan ekspansi bisnis

perbankan adalah sangat minim.

Tahap selanjutnya adalah melakukan Likelihood Ratio (LR) Test. LR Test

digunakan untuk mengukur tingkat akurasi model CreditRisk+ dalam

memperkirakan nilai risiko kredit yang tercermin pada nilai unexpected loss, juga

menghitung nilai kerugian sebenarnya yang melebihi unexpected loss kemudian

dibandingkan dengan maksimum kejadian kesalahan yang dapat ditoleransi

selama periode observasi. Pengujian Loglikelihood Ratio dilakukakan dengan

tingkat kenyakinan sebesar 95% seperti pada Tabel 15.

Page 91: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

78

Tabel 15. Hasil pengukuran longlikelihood ratio test pembiayaan anggota

koperasi BMI Cabang Bogor

T (Total observasi dalam bulan) 36

V (Jumlah kesalahan) 0

α (Probabilitas kesalahan) 5%

LR (Longlikelihood ratio) 0

Chi–Square critical value dengan α = 5% 3,8410

Sumber: Lampiran 9, lampiran 11, rumus 7, diolah

Total observasi (T) yang digunakan dalam perhitungan longlikelihood ratio

test pada Tabel 15 adalah data pembiayaan anggota koperasi selama tiga tahun

yang diambil dari BMI Cabang Bogor. Total observasi atau rincian data dihitung

secara bulanan sehingga jumlahnya adalah 36 bulan. Jumlah kesalahan (V)

diperoleh dari hasil perhitungan binary indicator yang semuanya bernilai nol.

Artinya, jumlah kesalahan yang terjadi karena actual loss pada periode yang

dianalisis tidak ada atau nol. Karena hasil dari jumlah kesalahan atau binary

failure yang semuanya bernilai nol, nilai LR Test adalah nol juga. Dengan

menggunakan confidence level 95%, degree of freedom (df) = 1, dan α = 5%,

diperoleh critical value of Chi Square sebesar 3,8410. Perolehan angka critical

value tersebut dapat dilihat pada tabel Chi Square yang ada pada lampiran 12

skripsi ini. Nilai Chi Square critical value dengan α = 5% ternyata lebih besar

dibanding hasil LR Test, sehingga dapat disimpulkan bahwa metode pengukuran

risiko dengan metode CreditRisk+ dapat diterima dan valid dalam mengukur

unexpected loss pembiayaan anggota koperasi.

Pada skripsi ini, penulis tidak melakukan perhitungan Chi Square dengan

menggunakan software minitab karena berdasarkan backtesting ternyata

keseluruhan perhitungan binary indicator hasilnya adalah nol. Jika penulis tetap

menggunakan asumsi kecocokan penggunaan model CreditRisk+ untuk null

hipotesis dan ketidakcocokan penggunaan model CreditRisk+ untuk asumsi tolak

null hipotesis maka hasil yang akan keluar pada perhitungan minitab ataupun

SPSS adalah error. Hal itu disebabkan oleh input data yang dimasukkan dalam

tiga variabel (difference, kecocokan, dan binary indicator) yang dianggap

identical oleh software. Keidentikan data terlihat dari difference yang semuanya

adalah positif, kecocokan yang seluruh hasilnya adalah cocok, dan binary

indicator yang semuanya bernilai nol.

Page 92: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

79

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Terdapat beberapa risiko pembiayaan atas penyaluran produk pembiayaan

anggota koperasi, yakni risiko strategik, hukum, operasional, likuiditas, dan

kredit. Risiko strategik muncul akibat adanya sifat executing yang dapat

meningkatkan potensi wanprestasi oleh Kopkar ataupun anggota Kopkar.

Risiko strategik dapat diatasi dengan memperketat pengawasan terhadap

kedisiplinan angsuran dan jika sudah terjadi wanprestasi, BMI dapat

melakukan recheduling, reconditioning, dan restructuring. Risiko hukum

muncul akibat adanya jaminan cessie yang tidak kuat dimata hukum. Risiko

hukum dapat diatasi dengan membuat back up jaminan cessie dengan

jaminan fiducia yang didaftarkan di Kantor Pendaftaran Fiducia (KPF)

melalui notaris. Risiko operasional muncul akibat minimnya jumlah

Account Manager dan luasnya coverage area pembiayaan. Risiko

operasional dapat diatasi dengan menambah armada mobil kantor dan

menambah jumlah account officer di BMI Cabang Bogor. Risiko likuiditas

muncul akibat adanya kemacetan pembayaran pinjaman yang dalam hal ini

disebabkan oleh mudharib yang sama dengan beberapa account pinjaman.

Risiko likuiditas dapat diatasi dengan membatasi jumlah account pinjaman

pada mudharib yang sama. Risiko kredit yang muncul terkait dengan

peningkatan plafond pembiayaan anggota koperasi tanpa jaminan fix asset.

Risiko kredit dapat diatasi dengan pengetatan syarat pengajuan pembiayaan

dan menggunakan jasa notaris untuk membantu menyempurnakan proses

analisis pembiayaan.

b. Berdasarkan hasil perhitungan pada Bab IV diperoleh nilai expected loss

pada tahun 2009 adalah Rp 2.159.808.000 dan tahun 2010-2011 adalah Rp

563.119.000. Nilai unexcpected loss adalah Rp 3.513.600.000 pada tahun

2009 dan Rp 1.054.100.000 pada tahun 2010-2011.

c. Nilai economic capital pada tahun 2009 adalah Rp 1.353.792.000 dan pada

tahun 2010-2011 adalah Rp 490.981.000.

Page 93: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

80

d. Berdasarkan hasil pengujian LR Test diperoleh kesimpulan bahwa

CreditRisk+ ternyata cocok untuk digunakan sebagai alat ukur pada

penelitian tentang risiko kredit bank. Hal ini terbukti dari nilai LR Test

berdasarkan perhitungan adalah nol dan nilai Chi Square critical value

dengan α = 5% ternyata lebih besar dibanding hasil LR Test, sehingga dapat

disimpulkan bahwa metode pengukuran risiko dengan metode CreditRisk+

dapat diterima dan valid dalam mengukur unexpected loss pembiayaan

anggota koperasi.

2. Saran

a. Terkait dengan munculnya risiko strategik, ada baiknya jika BMI

mengawasi secara langsung (melalui rekening anggota koperasi dan

rekening Kopkar di BMI) terhadap jadwal penggajian anggota koperasi dan

jadwal angsuran pinjaman Kopkar. Sehingga, BMI dapat memastikan bahwa

jadwal angsuran dan penggajian anggota koperasi berlangsung dihari yang

sama. BMI juga dapat melakukan minimalisasi risiko likuiditas dan kredit

dengan cara memperketat pengawasan prosedur penyaluran pembiayaan,

seperti diadakan proses review kredit yang lebih mendetail, baik dari komite

risiko kredit yang menyetujui kredit maupun dari manajemen, sehingga

setiap fasilitas yang telah dicairkan dapat dimonitor perkembangannya dan

setiap kenaikan pencairan kredit maupun kenaikan plafond pembiayaan

diharapkan tidak menambah persentase NPF yang mungkin timbul.

Selanjutnya, sebelum mendapat tambahan tenaga account officer dari pusat,

BMI Cabang Bogor dapat merekrut asisten account officer untuk membantu

kerja account officer dan account manager sehingga risiko operasional

dapat dikendalikan. Adapun cara yang bisa ditempuh untuk meminimalisir

risiko hukum adalah dengan menambah kerja sama dengan notaris setempat

untuk menyempurnakan proses analisis pembiayaan.

b. Meski besarnya actual loss ternyata masih di bawah nilai expected loss

sehingga BMI Cabang Bogor masih dapat meng-cover actual loss, namun

sebaiknya pihak risk management lebih tegas dalam membatasi pinjaman dari

account yang sama yang mengalami default. Dengan demikian, kasus actual

loss yang seluruhnya disebabkan oleh mudharib yang sama dapat dihindari.

Page 94: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

81

c. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 14, diketahui bahwa economic

capital tahun 2009 hingga 2011 mengalami penurunan. Artinya, modal yang

harus dikeluarkan untuk meng-cover unexpected loss masih dapat dijaga

dengan baik. Faktanya, nilai expected loss masih di bawah unexpected loss

sehingga actuall loss masih dapat di-cover dengan PPAP. Meski demikian,

Manajemen BMI Cabang Bogor sebaiknya lebih mengupayakan untuk

meminimalisasi actual loss hingga NPF net untuk produk pembiayaan anggota

koperasi ini adalah nol.

d. Jika memungkinkan, pihak manajemen BMI dapat melakukan komparasi model

pengukuran risiko pembiayaan CreditRisk+ dengan model yang selama ini

dipakai untuk mengetahui model yang lebih optimal. Agar pengukuran risiko

internal model CreditRisk+

tetap layak digunakan pada pembiayaan anggota

koperasi maka sebaiknya backtesting harus dilaksanakan secara rutin, minimal

per triwulan.

e. Khusus untuk kasus pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang Bogor,

berdasarkan fakta data yang ditemukan, pada penelitian berikutnya dapat

dilakukan pendalaman tentang penyebab kemacetan pembiayaan oleh satu

koperasai karyawan yang sama yang melakukan beberapa kali pembiayaan dan

semuanya macet. Terkait dengan hal tersebut, dapat dikaji lebih lanjut tentang

prosedur maupun kebijakan yang diterapkan dalam produk pembiayaan ini. Ke

depan, diharapkan tidak terjadi lagi kemacetan pembiayaan dalam kasus serupa.

Page 95: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

82

DAFTAR PUSTAKA

Allen LD, Saunders GA. 2002. Issues in The Credit Risk Modeling of Retail

Market. Working Paper, Zicklin School of Business, Baruch College.

Arifin Z. 2009. Dasar–dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta (ID): Azkia

Publisher.

Bank Muamalat Indonesia. 2009. Siaran Pers [Internet]. [diunduh 2012 Jun 27].

Tersedia pada: http://www.muamalatbank.com/home/news/siaran_pers/1864

Bank Muamalat Indonesia. 2009. Profil Muamalat [Internet]. [diunduh 2012 Jun

27]. Tersedia pada: http://www.muamalatbank.com/home/about/profile

Bank Muamalat Indonesia. 2011. Annual Report Bank Muamalat Indonesia.

Jakarta (ID): PT. BMI, Tbk.

Bina Wirausaha Seri Manajemen Bank Nomor 5. 1997. Informasi Kredit Usaha

Kecil. Jakarta (ID): PT Pustaka Binaman Presindo.

Chrouhy et al. 2001. Risk Management: Comprehensive Cahpters on Market,

Credit, and Operational Risk. New York (US): The McGraw–Hill

Companies, Inc.

Credit Suisse Fierst Boston. 1997. CreditRisk+: A Credit Risk Management

Framework. Available at http://www.csfb.com/creditrisk

Dendawijaya L. 2005. Manajemen Perbankan. Bogor (ID): Penerbit Ghalia

Indonesia.

Direktorat Perbankan Syariah. 2011. Outlook Perbankan Syariah 2012 [Internet].

[diunduh 2012 Des 30]. Tersedia pada: http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi

/Publikasi+Lain/ Publikasi+Lainnya/Outlook+Perbankan+Syariah+2012

Hadromi Y. 2008. Pengukuran Risiko Kartu Kredit dengan Model CreditRisk+

(Studi Kasus Kantor Cabang Bank Asing XYZ). Tesis pada Program

Magister Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.

Hasibuan M. 2011. Dasar–Dasar Perbankan. Jakarta (ID): Bumi Aksara.

Informasi Kredit Usaha Kecil Bina Wirausaha PPM. 1990. Seri Manajemen Bank

Nomor 5.

Jorion P. 2001. Value at risk: The New Benchmark for managing financial risk.

Second Edition. New York (US): Mc Graw Hill.

Jorion P. 2005. Financial Risk Manager Handbook. United States of America

(US): Wiley Finance.

Karim A. 2007. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta (ID): PT Raja

Grafindo Persada.

Kasmir. 2000. Manajemen Perbankan. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada.

Page 96: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

83

Laporan Proofsheet Pembiayaan Anggota Koperasi BMI Cabang Bogor Periode

Tahun 2009–2011.

Levin R. 1998. Statistics for Management, Seventh Edition. New Jersey (US):

Prentice-Hall, Inc.

Martono. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta (ID): Ekonisia.

Nurhayati I. 2009. Kepastian Hukum Perjanjian Pemberian Jaminan Cessie dalam

Pembiayaan Mudharabah (Kajian Normatif Pada Akad Pembiayaan Al-

Mudharabah Muqayyadah PT Bank Muamalat Indonesia,Tbk.). [Skripsi

pada Program Studi Hukum Perdata Bisnis]. Universitas Brawijaya,

Malang.

Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 tentang Penerapatan Manajemen

Risiko Bagi Bank Umum.

Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 13/23/PBI/2011 perihal Penerapan

Manajemen Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen

Risiko Bagi Bank Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2003 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4292).

Pranoto SM. 2009. Analisa dan Dampak Krisis Global Terhadap Perbankan

Syariah [Internet]. [diunduh 2012 Jun 28]. Tersedia pada:

http://suryodesign.wordpress.com/2009/11/10/analisa-dan-dampak-krisis-

global-terhadap-perbankan-syariah/#comments

Purnamasari ID. 2011. Panduan Lengkap Hukum Praktis Populer: Kiat–Kiat

Cerdas, Mudah, dan Bijak Memahami Masalah Hukum Jaminan Perbankan.

Bandung (ID): Penerbit Kaifa.

Rahardja SB. 2009. Analisis Pengukuran Risiko Kredit KPR Consumer Banking

Bank X dengan Metode CreditRisk+. [Tesis pada Program Magister

Manajemen]. Universitas Indonesia, Depok.

Rivai et al. 2008. Islamic Financial Management. Jakarta (ID): Raja Grafindo

Persada.

Rochman, F. 2010. Analisis Pengukuran Risiko Pembiayaan Murabahah dengan

Menggunakan CreditRisk+ (Studi Kasus BNI Syariah). [Tesis pada Program

Magister Manajemen]. Universitas Indonesia, Depok.

Saunders et al. 2002. Credit Risk Measurement: New Approaches to Value at Risk

and Other Paradigms (2nd Ed). United States of America (US): Wiley

Finance.

Page 97: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

84

Setiadi R. 2011. Risiko Hukum Atas Cessie Tagihan piutang Sebagai Jaminan

Kredit Pada Perusahaan Pembiayaan (Studi Pada PT. Permodalan Nasional

Madani (Persero) Cabang Medan). [Tesis pada Program Studi Magister

Kenotariatan]. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Siamat D. 2004. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta (ID): Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia.

Sudarsono H. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta (ID):

Ekonisia.

Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/3/DPNP tanggal 31 Januari 2005

Suyatno et al. 1991. Dasar-dasar Perkreditan. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Tamin N. 2012. Kiat Menghindari kredit Macet. Jakarta (ID): PT. Dian Rakyat.

Triandaru S, Totok B. 2007. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi 2.

Jakarta (ID): Salemba Empat.

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.

7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Wiroso. 2005. Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah.

Jakarta (ID): PT. Grasindo.

Page 98: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

85

LAMPIRAN

Page 99: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

86

PROSPEK USAHA

Komponen Lancar Dalam

Perhatian

Khusus

Kurang

Lancar

Diragukan Macet

Potensi

pertumbuh

an usaha

Kegiatan

usaha

memiliki

potensi

pertumbuhan

yang baik

Kegiatan

usaha

memiliki

potensi

pertumbuhan

yang terbatas

Kegiatan

usaha

berpotensi

tumbuh sangat

terbatas atau

tidak tumbuh

Kegiatan

usaha

menurun

Kelangsungan

sangat

diragukan dan

sulit pulih dan

kemungkinan

besar terhenti

Kondisi

pasar dan

potensi

debitur

dalam

persaingan

Pasar stabil

dan tak

terpengaruh

perekonomian

Persaingan

terbatas

(posisi kuat di

pasar)

Kapasitas

optimum

Posisi di pasar

baik (tak

banyak

dipengaruhi)

Pasar

sebanding

pesaing

Kapasitas

hampir

optimum

Pasar

dipengaruhi

perekonomian

Persaingan

sangat ketat

dan operasinal

bermasalah

Kapasitas tak

mendukung

operasional

Pasar sangat

dipengaruhi

perekonomian

Persaingan

ketat dan

operasional

bermasalah

serius

Kehilangan

pasar sejalan

perekonomian

yang menurun

Operasional

tak

berkelanjutan

Kualitas

manajemen

dan

permasalah

-an tenaga

kerja

Manajemen

sangat baik

Tenaga kerja

memadai dan

belum pernah

ada

pemogokan

atau pernah

ada tapi

ringan dan

selesai dengan

baik

Manajemen

baik

Tenaga kerja

umumnya

memadai,

pernah terjadi

perselisihan/

pemogokan

yang selesai

dengan baik

namun bisa

terulang

Manajemen

cukup baik

Tenaga kerja

berlebihan

dan ada

perselisihan/

pemogokan

dengan

dampak cukup

material

Manajemen

kurang

pengalaman

Tenaga kerja

berlebih

cukup besar,

dapat timbul

keresahan

dan ada

pemogokan

berdampak

material

Manajemen

sangat lemah

Tenaga kerja

berlebih

berjumlah

besar,

timbulkan

keresahan dan

pemogokan

yang

berdampak

material

Dukungan

dari grup/

afiliasi

Afiliasi/grup

stabil dan

mendukung

Afiliasi/grup

stabil dan tak

memberatkan

Afiliasi/grup

mulai

memberatkan

Afiliasi/grup

berdampak

memberatkan

Afiliasi sangat

merugikan

Upaya

debitur

memelihara

lingkungan

hidup

Pengelolaan

lingkungan

baik dan

dampaknya

minimum

sesuai syarat

minimum

peraturan

Pengelolaan

lingkungan

hidup kurang

baik dan

belum sesuai

syarat

minimum

peraturan

Pengelolaan

lingkungan

hidup kurang

baik dan

belum sesuai

syarat

minimum

peraturan

dengan

penyimpangan

material

Belum

mengelola

lingkungan

hidup atau

ada upaya

namun

belum sesuai

peraturan

dengan

penyimpang-

an material

Belum

mengelola

lingkungan

hidup atau

telah ada

upaya namun

belum sesuai

peraturan dan

mungkin

dituntut di

pengadilan

Lam

pira

n 1

. Ped

om

an

um

um

pen

ggolo

ngan

ku

alita

s kred

it Ban

k S

yaria

h

85

Lampiran 1. Pedoman umum penggolongan kualitas kredit Bank Syariah

Page 100: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

87

KINERJA (PERFORMANCE) DEBITUR

Komponen Lancar Dalam

Perhatian

Khusus

Kurang lancar Diragukan Macet

Perolehan

laba

Laba tinggi

dan stabil

Laba cukup

baik tetapi

berpotensi

turun

Laba rendah Laba sangat

kecil

Rugi besar,

usaha tak

dapat

dipertahankan

Struktur

permodalan

Permodalan

kuat

Modal cukup

dan mampu

tambah modal

bila perlu

Rasio utang

terhadap

modal cukup

tinggi

Rasio utang

terhadap

modal tinggi

Rasio utang

terhadap

modal sangat

tinggi

Arus kas Likuiditas dan

modal kerja

kuat

Analisis arus

kas

menunjukkan

debitur

mampu

membayar

pokok dan

bunga tanpa

sumber dana

tambahan

Likuiditas dan

modal kerja

umumnya

baik

Analisis arus

kas: mampu

membayar

pokok dan

bunga tapi

jika masalah

akan

memengaruhi

pembayaran

Likuiditas

kurang dan

modal kerja

terbatas

Analisis arus

kas

menunjukkan

bahwa debitur

hanya mampu

membayar

bunga dan

sebagian

pokok

Likuiditas

sangat

rendah

Analisis arus

kas

menunjukkan

ketidakmamp

uan untuk

membayar

pokok dan

bunga

Kesulitan

likuiditas

Analisis arus

kas: tak

mampu tutup

biaya

produksi

Sensitivitas

terhadap

risiko pasar

Portofolio

sensitif kurs

valas dan

bunga relatif

sedikit atau

di-hedging

dengan baik

Beberapa

portofolio

sensitif kurs

valas dan

bunga tapi

masih

terkendali

Kegiatan

usaha

terpengaruh

kurs valas dan

bunga

Kegiatan

usaha

terancam

kurs valas

dan bunga

Kegiatan

usaha

terancam

fluktuasi kurs

valas dan

bunga

Ketepatan

pembayaran

pokok dan

bunga

Pembayaran

tepat waktu,

perkembanga

n rekening

baik

Tunggakan

pokok/bunga

sampai 90

hari

Tunggakan

pokok/bunga

di atas 90 hari

s.d. 120 hari

Tunggakan

pokok/bunga

di atas 120

s.d. 180 hari

Tunggakan

pokok/bunga

lebih dari 180

hari

Ketersedia

-an dan

keakuratan

informasi

keuangan

debitur

Hubungan

debitur-bank

baik, debitur

selalu

memberikan

informasi

keuangan

teratur

Hubungan

debitur-bank

cukup baik,

debitur selalu

memberikan

informasi

keuangan

teratur dan

masih akurat

Hubungan

debitur-bank

memburuk,

dan informasi

keuangan tak

dapat

dipercaya/tak

ada hasil

laporan

keuangan

Hubungan

debitur dan

bank

memburuk

dan

informasi

keuangan

tak tersedia

(tak dapat

dipercaya)

Hubungan

debitur dan

bank sangat

buruk dan

informasi

keuangan tak

tersedia atau

tak dapat

dipercaya

86

87

Lanjutan lampiran 1

Page 101: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

88

KEMAMPUAN MEMBAYAR

Komponen Lancar Dalam

Perhatian

Khusus

Kurang

Lancar

Diragukan Macet

Kelengkap

-an

dokumen

kredit

Dokumentasi

kredit lengkap

Dokumentasi

kredit lengkap

Dokumentasi

kredit kurang

lengkap

Dokumentasi

kredit tidak

lengkap

Tak ada

dokumentasi

kredit

Kepatuhan

terhadap

perjanjian

kredit

Tak ada

pelanggaran

perjanjian

kredit

Pelanggaran

perjanjian

kredit yang

tidak prinsipil

Pelanggaran

syarat pokok

kredit yang

cukup

prinsipil

Pelanggaran

prinsipil

terhadap

syarat pokok

perjanjian

Pelanggaran

prinsipil

terhadap

syarat pokok

perjanjian

Kesesuaian

penggunaan

dana

Penggunaan

dana sesuai

permohonan

Jumlah dan

jenis fasilitas

sesuai

kebutuhan

Perpanjangan

kredit sesuai

analisis

kebutuhan

debitur

Penggunaan

dana kurang

sesuai dengan

permohonan,

namun

jumlahnya tak

material

Jumlah dan

fasilitas

diberikan >

kebutuhan,

namun

jumlahnya tak

material

Penggunaan

dana kurang

sesuai

permohonan

dengan

jumlah cukup

material

Jumlah dan

fasilitas >

kebutuhan

dengan

jumlah cukup

material

Perpanjangan

tak sesuai

kebutuhan

Penggunaan

dana kurang

sesuai

(jumlah

material)

Jumlah dan

fasilitas >

kebutuhan,

jumlahnya

material

Sembunyika

n kesulitan

keuangan

Sebagian

besar

penggunaan

dana tak

sesuai

permohonan

Jumlah dan

jenis fasilitas

diberikan

lebih besar

dari

kebutuhan

dengan

jumlah sangat

material

Kewajaran

sumber

pembayaran

kewajiban

Sumber

pembayaran

dapat

diidentifikasi

dengan jelas

dan disepakati

oleh bank dan

debitur

Sumber

pembayaran

sesuai jenis

pinjaman

Skema

pembayaran

yang wajar

Sumber

pembayaran

dapat

diidentifikasi

dan disepakati

oleh bank dan

debitur

Sumber

pembayaran

kurang sesuai

struktur/ jenis

pinjaman

Skema

pembayaran

yang cukup

wajar

Sumber

pembayaran

tak sesuai

kesepakatan

Sumber

pembayaran

kurang sesuai

struktur/jenis

pinjaman

secara cukup

material

Skema

pembayaran

yang kurang

wajar dan

grace period

tak sesuai

jenis kredit

Sumber

pembayaran

tak diketahui

Sumber

pembayaran

kurang

sesuai jenis

pinjaman

secara

material

Skema

pembayaran

kurang wajar

dan grace

period tak

sesuai jenis

kredit

Tak ada

sumber

pembayaran

yang mungkin

Sumber

pembayaran

tak sesuai

struktur/jenis

pinjaman

Skema

pembayarn yg

tak wajar dan

grace period

tak sesuai

jenis kredit

88

89

Sumber: Sigit Triandaru (2005)

Lanjutan lampiran 1

Page 102: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

89

Nasabah Outstanding Plafond Nasabah Outstanding Plafond

1 (1) 459.786.376 960.000.000 20 (4) 198.772.713 284.500.000

1 (2) 404.419.312 1.023.000.000 20 (5) 62.581.921 87.000.000

1 (3) 105.034.377 335.000.000 20 (6) 323.182.410 330.000.000

1 (4) 49.336.892 304.000.000 21 (1) 38.849.958 500.000.000

1 (5) 18.812.111 253.000.000 21 (1) 165.178.108 1.446.500.000

1 (6) 6.450.029 85.000.000 22 (1) - 441.000.000

2 (1) 217.972.818 250.000.000 22 (2) 107.077.247 621.000.000

2 (2) 346.516.656 375.000.000 22 (3) 69.426.394 256.000.000

2 (3) 453.781.384 488.000.000 22 (4) 27.941.958 109.000.000

2 (4) 132.360.766 140.000.000 22 (5) 90.823.889 269.500.000

2 (5) 125.902.397 131.000.000 22 (6) 58.563.454 169.000.000

2 (6) 207.500.000 207.500.000 22 (7) 57.852.188 141.000.000

3 (1) - 80.000.000 22 (8) 26.016.429 79.000.000

3 (2) 16.135.002 248.500.000 22 (9) 44.207.124 132.000.000

3 (3) 54.503.774 492.000.000 22 (10) 80.710.737 193.000.000

3 (4) 31.034.975 259.500.000 22 (11) 616.517.899 652.000.000

3 (5) 134.776.444 387.500.000 22 (12) 220.839.460 226.000.000

3 (6) 30.255.946 112.500.000 23 (1) 2.422.793 145.000.000

3 (7) 329.570.512 900.000.000 23 (2) 33.670.008 240.000.000

3 (8) 37.721.704 100.000.000 23 (3) 67.017.428 2.149.000.000

3 (9) 160.632.980 391.000.000 23 (4) 23.098.735 341.000.000

3 (10) 101.912.184 210.000.000 23 (5) 575.067.183 2.176.500.000

3 (11) 432.877.507 1.009.500.000 23 (6) 1.680.413.975 2.890.000.000

3 (12) 433.493.805 860.000.000 24 (1) 434.102.265 475.000.000

3 (13) 17.602.860 29.500.000 24 (2) 267.025.649 283.000.000

14 424.926.272 714.000.000 24 (3) 61.000.000 61.000.000

15 741.496 188.500.000 25 (1) - 155.000.000

16 (1) - 100.500.000 25 (2) 1.868.552 153.000.000

16 (2) 111.947.280 296.500.000 25 (3) 4.213.601 203.500.000

16 (3) 27.466.887 120.000.000 25 (4) 9.124.157 299.500.000

16 (4) 44.222.224 80.000.000 25 (5) 10.290.812 249.500.000

17 (1) 75.949.062 727.000.000 25 (6) 6.672.033 64.000.000

17 (2) 34.300.940 256.000.000 25 (7) 28.533.108 229.000.000

17 (3) 82.875.476 495.000.000 25 (8) 22.823.628 144.500.000

17 (4) 20.711.200 156.000.000 25 (9) 10.186.214 131.000.000

17 (5) 92.690.102 245.000.000 25 (10) 31.477.454 171.500.000

18 (1) 325.360.977 630.000.000 25 (11) 28.155.109 171.000.000

18 (2) 19.079.758 33.000.000 25 (12) 22.424.330 89.000.000

18 (3) 41.463.400 125.000.000 25 (13) 77.296.630 189.000.000

18 (4) 580.985.641 665.000.000 25 (14) 41.721.807 150.000.000

19 (1) 35.417.589 40.000.000 26 - 157.000.000

19 (2) 40.528.980 45.000.000 27 (1) - 350.000.000

20 (1) 47.994.520 337.000.000 27 (2) 162.479.708 495.000.000

20 (2) 100.083.316 344.500.000 27 (3) 88.388.269 215.000.000

Lampiran 2. Daftar pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang Bogor per 31

Desember 2009

Page 103: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

90

27 (4) 23.032.415 50.000.000 41 (6) 81.772.191 202.000.000

27 (5) 1.745.000.000 1.745.000.000 42 (1) 221.674.716 400.000.000

28 48.588.871 898.500.000 42 (2) 244.054.470 420.000.000

29 90.734.201 281.475.000 42 (3) 352.910.227 575.000.000

30 (1) - 831.500.000 42 (4) 53.527.980 85.000.000

30 (2) 7.453.003 105.000.000 42 (5) 191.775.268 290.000.000

31 (1) - 177.000.000 42 (6) 134.445.986 190.000.000

31 (2) 623.739 248.000.000 43 (1) 250.411.659 280.800.000

31 (3) 843.172 207.000.000 43 (2) 149.910.835 164.000.000

31 (4) 1.847.137 179.000.000 43 (3) 54.041.510 55.200.000

31 (5) 9.893.386 504.500.000 44 (1) 260.399.290 292.000.000

32 (1) 5.757.135 290.000.000 44 (2) 190.130.830 208.000.000

32 (2) 11.279.292 171.000.000 TOTAL 26.772.434.442 59.354.575.000

33 43.652.833 128.500.000

34 134.694.137 283.500.000

35 1.214.479 70.000.000

36 37.474.716 115.000.000

37 (1) 1.498.941.376 3.315.000.000

37 (2) 304.440.899 685.000.000

37 (3) 2.168.523.113 3.524.000.000

37 (4) 263.409.948 475.500.000

37 (5) 291.689.833 369.000.000

37 (6) 480.646.319 589.000.000

37 (7) 2.169.955.880 2.306.500.000

37 (8) 657.112.821 676.000.000

38 (1) 273.686.588 280.000.000

38 (2) 102.919.062 105.000.000

38 (3) 113.024.300 115.000.000

39 (1) - 209.000.000

39 (2) 95.188.727 254.000.000

39 (3) 77.549.786 246.000.000

39 (4) 185.541.102 332.000.000

39 (5) 47.795.307 150.100.000

39 (6) 127.436.737 242.000.000

40 (1) 46.158.254 121.000.000

40 (2) 86.931.602 242.000.000

40 (3) 61.613.047 137.000.000

40 (4) 119.593.757 167.000.000

40 (5) 249.366.909 277.000.000

40 (6) 185.442.359 204.000.000

40 (7) 9.885.580 12.000.000

41 (1) 83.472.658 268.500.000

41 (2) 71.635.291 231.500.000

41 (3) 60.129.183 164.500.000

41 (4) 21.742.203 64.000.000

41 (5) 18.535.358 125.000.000

Sumber: Laporan proofsheet pembiayaan

BMI Cabang Bogor (2012)

Lanjutan lampiran 2

Page 104: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

91

Nasabah Outstanding Plafond Nasabah Outstanding Plafond

1 (1) 182.520.051 960.000.000 8 (7) 377.000.000 377.000.000

1 (2) 200.499.376 1.023.000.000 9 (1) 1.024.598.321 2.890.000.000

1 (3) 59.101.571 335.000.000 9 (2) 3.042.817.200 3.172.000.000

1 (4) 15.319.200 304.000.000 10 (1) 339.070.179 475.000.000

2 (1) 132.853.197 250.000.000 10 (2) 212.247.696 283.000.000

2 (2) 257.006.475 375.000.000 10 (3) 49.948.175 61.000.000

2 (3) 322.159.703 488.000.000 10 (4) 12.529.900 15.000.000

2 (4) 67.965.014 140.000.000 11 (1) 1.343.864 131.000.000

2 (5) 90.375.257 131.000.000 11 (2) 8.491.019 171.500.000

2 (6) 164.774.541 207.500.000 11 (3) 0 171.000.000

2 (7) 135.226.083 196.000.000 11 (4) 8.563.266 89.000.000

2 (8) 289.187.324 321.000.000 11 (5) 42.750.416 189.000.000

2 (9) 686.046.754 750.000.000 11 (6) 18.735.336 150.000.000

2 (10) 605.751.310 612.000.000 12 (1) 0 495.000.000

2 (11) 48.758.206 135.000.000 12 (2) 7.493.536 215.000.000

3 (1) 0 900.000.000 12 (3) 18.015.521 202.000.000

3 (2) 0 100.000.000 12 (4) 1.266.284.547 1.745.000.000

3 (3) 35.190.371 391.000.000 12 (5) 191.377.018 255.000.000

3 (4) 22.326.263 210.000.000 12 (6) 479.241.918 525.000.000

3 (5) 118.511.206 1.009.500.000 13 325.000.000 325.000.000

3 (6) 139.590.438 860.000.000 14 0 281.475.000

3 (7) 7.096.949 29.500.000 15 10.974.073 128.500.000

4 174.423.656 714.000.000 16 9.655.643 283.500.000

5 (1) 61.262.451 296.500.000 17 (1) 523.934.195 623.000.000

5 (2) 11.855.560 80.000.000 17 (2) 18.218.878 20.000.000

6 (1) 124.930.477 630.000.000 17 (3) 216.661.555 272.000.000

6 (2) 11.688.685 33.000.000 17 (4) 197.190.375 221.500.000

6 (3) 24.915.551 125.000.000 18 17.073.300 115.000.000

6 (4) 403.461.812 665.000.000 19 (1) 657.017.214 3.315.000.000

7 (1) 27.233.601 40.000.000 19 (2) 113.452.821 685.000.000

7 (2) 31.480.327 45.000.000 19 (3) 1.248.622.651 3.524.000.000

7 (3) 394.298.797 445.000.000 19 (4) 130.091.864 475.500.000

7 (4) 323.165.834 375.000.000 19 (5) 194.227.800 369.000.000

7 (5) 43.003.048 50.000.000 19 (6) 310.154.221 589.000.000

7 (6) 105.252.506 125.000.000 19 (7) 1.677.768.080 2.306.500.000

7 (7) 1.153.258.922 1.500.000.000 19 (8) 504.291.923 676.000.000

7 (8) 423.532.010 509.500.000 19 (9) 749.335.518 832.000.000

8 (1) 0 109.000.000 20 (1) 238.810.454 280.000.000

8 (2) 7.884.632 269.500.000 20 (2) 90.158.763 105.000.000

8 (3) 4.426.518 169.000.000 20 (3) 89.030.958 115.000.000

8 (4) 4.675.990 141.000.000 20 (4) 249.554.460 275.000.000

8 (5) 2.132.312 79.000.000 20 (5) 71.470.802 79.000.000

8 (6) 2.788.567 132.000.000 20 (6) 34.693.314 40.000.000

Lampiran 3. Daftar pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang Bogor per 31

Desember 2010

Page 105: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

92

20 (7) 6.457.202 193.000.000

20 (8) 379.976.722 652.000.000

20 (9) 151.635.634 226.000.000

21 (1) 429.357.441 471.000.000

21 (2) 394.734.100 409.500.000

22 (1) 22.305.432 121.000.000

22 (2) 42.992.005 242.000.000

22 (3) 25.218.480 137.000.000

22 (4) 82.036.773 167.000.000

22 (5) 172.043.804 277.000.000

22 (6) 142.078.852 204.000.000

22 (7) 4.016.764 12.000.000

22 (8) 112.650.720 142.000.000

22 (9) 142.742.693 158.000.000

23 (1) 47.455.131 268.500.000

23 (2) 42.802.731 231.500.000

23 (3) 43.358.642 164.500.000

24 (1) 19.637.028 400.000.000

24 (2) 39.276.115 420.000.000

24 (3) 41.062.640 575.000.000

24 (4) 67.663.258 290.000.000

24 (5) 25.743.849 190.000.000

24 (6) 3.112.187.755 3.358.000.000

24 (7) 818.530.124 870.000.000

24 (8) 324.558.365 340.000.000

25 (1) 167.254.715 280.800.000

25 (2) 102.080.570 164.000.000

25 (3) 38.664.680 55.200.000

26 (1) 173.925.271 292.000.000

26 (2) 129.468.107 208.000.000

26 (3) 287.559.471 375.000.000

27 (1) 1.430.287.963 1.656.000.000

27 (2) 243.966.814 275.000.000

28 (1) 279.526.623 305.000.000

28 (2) 117.486.466 123.000.000

28 (3) 68.451.894 70.000.000

28 (4) 65.346.998 68.000.000

28 (5) 20.000.000 20.000.000

29 1.828.177.728 2.000.000.000

30 (1) 1.268.662.984 1.325.000.000

30 (2) 653.636.041 675.000.000

31 2.000.000.000 2.000.000.000

32 838.000.000 838.000.000

33 3.000.000.000 3.000.000.000

TOTAL 41.585.454.665 69.269.475.000

Sumber: Laporan proofsheet pembiayaan

BMI Cabang Bogor (2012)

Lanjutan lampiran 3

Page 106: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

93

Nasabah Outstanding Plafond Nasabah Outstanding Plafond

1 (1) - 335.000.000 12 (1) 324.938.254 525.000.000

1 (2) 2.419.844 304.000.000 12 (2) 234.853.129 325.000.000

2(1) 52.552.010 250.000.000 12 (3) 500.161.740 646.000.000

2 (2) 167.465.605 375.000.000 13 (1) 322.163.814 623.000.000

2 (3) 198.102.621 488.000.000 13 (2) 12.272.671 20.000.000

2 (4) 45.827.398 140.000.000 14 (1) 130.715.559 272.000.000

2 (5) 49.203.177 131.000.000 14 (2) 131.138.311 221.500.000

2 (6) 109.786.144 207.500.000 15 5.645.657 115.000.000

2 (7) 71.193.611 196.000.000 16 (1) 180.974.431 3.315.000.000

2 (8) 214.345.321 321.000.000 16 (2) 32.858.357 685.000.000

2 (9) 500.115.757 750.000.000 16 (3) 529.598.142 3.524.000.000

2 (10) 519.558.267 612.000.000 16 (4) 32.212.019 475.500.000

2 (11) 770.451.624 833.000.000 16 (5) 110.501.828 369.000.000

2 (12) 658.355.259 696.500.000 16 (6) 162.096.501 589.000.000

3 (1) 454.073.816 551.000.000 16 (7) 1.111.820.763 2.306.500.000

3 (1) 820.614.423 960.000.000 16 (8) 297.645.030 676.000.000

3 (2) 973.981.894 1.103.500.000 16 (9) 602.325.418 832.000.000

3 (3) 1.191.241.216 1.322.000.000 17 (1) 197.389.207 280.000.000

3 (4) 953.406.029 1.054.000.000 17 (2) 76.363.240 105.000.000

4 (1) 29.397.671 296.500.000 17 (3) 64.893.697 115.000.000

4 (2) 3.900.008 80.000.000 17 (4) 205.847.668 275.000.000

5 (1) - 630.000.000 17 (5) 61.588.360 79.000.000

5 (2) 2.587.025 33.000.000 17 (6) 25.816.783 40.000.000

5 (3) 5.363.288 125.000.000 18 (1) 14.168.567 254.000.000

5 (4) 254.487.380 665.000.000 18 (2) 39.649.095 332.000.000

6 (1) 17.155.516 40.000.000 19 (1) 236.418.793 385.000.000

6 (2) 20.337.459 45.000.000 19 (2) 291.086.235 471.000.000

6 (3) 323.249.519 445.000.000 19 (3) 296.180.073 409.500.000

6 (4) 243.149.327 375.000.000 19 (4) 198.506.144 234.500.000

6 (5) 32.183.204 50.000.000 19 (5) 6.254.540 121.000.000

6 (6) 66.681.679 125.000.000 19 (6) 12.586.387 242.000.000

7 (1) 502.413.823 1.500.000.000 19 (7) 8.196.398 137.000.000

7 (2) 217.359.868 509.500.000 19 (8) 46.398.441 167.000.000

8 (1) 135.503.132 652.000.000 19 (9) 95.618.965 277.000.000

8 (2) 63.566.697 226.000.000 19 (10) 88.812.030 204.000.000

8 (3) 256.455.067 377.000.000 19 (11) 73.673.028 142.000.000

8 (4) 455.332.168 623.000.000 19 (12) 111.908.465 158.000.000

8 (5) 495.000.000 495.000.000 20 (1) 47.455.131 268.500.000

9 (1) 507.974.284 2.890.000.000 20 (2) 42.802.731 231.500.000

9 (2) 2.076.441.952 3.172.000.000 20 (3) 43.358.642 164.500.000

10 (1) 223.188.900 475.000.000 21 (1) 2.575.773.877 3.358.000.000

10 (2) 145.451.952 283.000.000 21 (2) 680.651.943 870.000.000

11 36.471.679 61.000.000 21 (3) 273.179.356 340.000.000

Lampiran 4. Daftar pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang Bogor per 31

Desember 2011

Page 107: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

94

21 (4) 9.270.254 15.000.000

22 (5) - 189.000.000

22 (6) 1.520.455 150.000.000

22 (7) 691.097.768 1.745.000.000

22 (8) 97.952.313 255.000.000

23 (1) 923.215.544 1.656.000.000

23 (2) 160.834.705 275.000.000

24 (1) 211.172.698 305.000.000

24 (2) 99.079.756 123.000.000

24 (3) 58.250.429 70.000.000

24 (4) 47.896.748 68.000.000

24 (5) 14.329.859 20.000.000

24 (6) 152.386.780 175.000.000

24 (7) 43.282.830 49.000.000

24 (8) 44.166.133 50.000.000

24 (9) 89.569.798 100.000.000

25 1.244.881.741 2.000.000.000

26 (1) 1.078.048.137 1.325.000.000

26 (2) 557.965.462 675.000.000

27 1.521.851.743 2.000.000.000

28 (1) 707.717.255 838.000.000

28 (2) 45.588.381 52.000.000

28 (3) 97.764.316 110.000.000

29 2.245.587.204 3.000.000.000

30 (1) 114.855.644 138.000.000

30 (2) 26.019.973 30.000.000

30 (3) 54.770.504 60.000.000

30 (4) 120.588.507 126.000.000

30 (5) 59.337.202 62.000.000

30 (6) 56.763.513 58.000.000

30 (7) 26.000.000 26.000.000

31 (1) 935.253.599 1.000.000.000

31 (2) 525.612.508 562.000.000

31 (3) 2.291.371.338 2.450.000.000

31 (4) 935.092.885 988.000.000

32 (1) 67.339.880 280.800.000

32 (2) 44.611.490 164.000.000

32 (3) 20.189.086 55.200.000

32 (4) 70.024.901 292.000.000

32 (5) 56.580.557 208.000.000

TOTAL 40.117.371.536 72.102.500.000

Sumber: Laporan proofsheet pembiayaan

BMI Cabang Bogor (2012)

Lanjutan lampiran 4

Page 108: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

95

Lampiran 5. Pengelompokkan band

Band Kelas

(Kelompok)

Range (Exposure)

Rp 10 juta 1 Rp 10.500.000 – Rp 14.999.999

2 Rp 15.000.000 – Rp 24.999.999

3 Rp 25.000.000 – Rp 34.999.999

4 Rp 35.000.000 – Rp 44.999.999

5 Rp 45.000.000 – Rp 54.999.999

6 Rp 55.000.000 – Rp 64.999.999

7 Rp 65.000.000 – Rp 74.999.999

8 Rp 75.000.000 – Rp 84.999.999

9 Rp 85.000.000 – Rp 94.999.999

10 Rp 95.000.000 – Rp 104.999.999

Rp 100 juta 1 Rp 105.000.000 – Rp 149.999.999

2 Rp 150.000.000 – Rp 249.999.999

3 Rp 250.000.000 – Rp 349.999.999

4 Rp 350.000.000 – Rp 449.999.999

5 Rp 450.000.000 – Rp 549.999.999

6 Rp 550.000.000 – Rp 649.999.999

7 Rp 650.000.000 – Rp 749.999.999

8 Rp 750.000.000 – Rp 849.999.999

9 Rp 850.000.000 – Rp 949.999.999

10 Rp 950.000.000 – Rp 1.049.999.999

Rp 1 miliar 1 Rp 1.050.000.000 – Rp 1.499.999.999

2 Rp 1.500.000.000 – Rp 2.499.999.999

3 Rp 2.500.000.000 – Rp 3.499.999.999

4 Rp 3.500.000.000 – Rp 4.499.999.999

5 Rp 4.500.000.000 – Rp 5.499.999.999

6 Rp 5.500.000.000 – Rp 6.499.999.999

7 Rp 6.500.000.000 – Rp 7.499.999.999

8 Rp 7.500.000.000 – Rp 8.499.999.999

9 Rp 8.500.000.000 – Rp 9.499.999.999

10 Rp 9.500.000.000 – Rp 10.499.999.999

Page 109: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

96

Lampiran 6. Komposisi credit exposure at default (outstanding) per band

Band

(jutaan Rp)

Kelompok Range

(jutaan Rp)

Tahun

2009 (Rp) 2010 (Rp) 2011 (Rp)

10 1 10,5–14,9 - - -

2 15–24,9 20.711.200 - -

3 25–34,9 34.300.940 - -

4 35–44,9 - 86.161.373 86.161.373

5 45–54,9 - 47.455.131 47.455.131

6 55–64,9 - - -

7 65–74,9 - - -

8 75 –84,9 158.824.538 - -

9 85–94,9 92.690.102 - -

10 95–104,9 - - -

100 1 105–149,9 - - -

2 150–249,9 - - -

3 250–349,9 - - -

4 350–449,9 - - -

5 450–549,9 - - -

6 550–649,9 - - -

7 650–749,9 - - -

8 750–849,9 - - -

9 850–949,9 - - -

10 950–1049,9 - - -

1000 1 1050–1499,9 - - -

2 1500–2499,9 - - -

3 2500–3499,9 - - -

4 3500–4499,9 - - -

5 4500–5499,9 - - -

6 5500–6499,9 - - -

7 6500–7499,9 - - -

8 7500–8499,9 - - -

9 8500–9499,9 - - -

10 9500–10499,9 - - -

Page 110: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

97

Lampiran 7. Recovery rate dan loss given default

Recovery rate

Band

(juta Rp)

2009 2010 2011

Outstanding Recovery Outstanding Recovery Outstanding Recovery

10 20.711.200 6.472.040 47.455.131 8.971.555 47.455.131 8.971.555

34.300.940 9.314.184 42.802.731 8.174.682 42.802.731 8.174.682

75.949.062 26.830.644 43.358.642 6.802.201 43.358.642 6.802.201

82.875.476 17.540.143 - - - -

92.690.102 8.006.394 - - - -

100 - - - - -

1000 - - - - -

Total 306.526.780 68.163.405 133.616.504 23.948.438 133.616.504 23.948.438

Loss Given Default (LGD) per tahun 2009, 2010, dan 2011

Band

(juta Rp)

2009 2010 2011

Outstanding LGD Outstanding LGD Outstanding LGD

10 20.711.200 14.239.160 47.455.131 38.483.576 47.455.131 38.483.576

34.300.940 24.986.756 42.802.731 34.628.049 42.802.731 34.628.049

75.949.062 49.118.418 43.358.642 36.556.441 43.358.642 36.556.441

82.875.476 65.335.333 - - - -

92.690.102 84.683.708 - - - -

100 - - - - - -

1000 - - - - - -

Total 306.526.780 238.363.375 133.616.504 109.668.066 133.616.504 109.668.066

Page 111: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

98

Lampiran 8. Jumlah debitur yang default

Band (dalam

jutaan Rp)

Kel. Range (dalam

jutaan Rp)

Tahun

2009 2010 2011

10 1 10,5–14,9 - - -

2 15–24,9 1 - -

3 25–34,9 1 - -

4 35–44,9 - 2 2

5 45–54,9 - 1 1

6 55–64,9 - - -

7 65–74,9 - - -

8 75 –84,9 2 - -

9 85–94,9 1 - -

10 95–104,9 - - -

100 1 105–149,9 - - -

2 150–249,9 - - -

3 250–349,9 - - -

4 350–449,9 - - -

5 450–549,9 - - -

6 550–649,9 - - -

7 650–749,9 - - -

8 750–849,9 - - -

9 850–949,9 - - -

10 950–1049,9 - - -

1000 1 1050–1499,9 - - -

2 1500–2499,9 - - -

3 2500–3499,9 - - -

4 3500–4499,9 - - -

5 4500–5499,9 - - -

6 5500–6499,9 - - -

7 6500–7499,9 - - -

8 7500–8499,9 - - -

9 8500–9499,9 - - -

10 9500–10499,9 - - -

Page 112: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

99

Tahun 2009

nj n probability of default Cum. probability of default

2,07 0

1

2

3

4

5

0,126185765

0,261204534

0,270346693

0,186539218

0,096534045

0,039965095

0,126186

0,38739

0,657737

0,844276

0,94081

0,980775

3,43 0

1

2

3

4

5

6

7

0,032386934

0,111087183

0,190514519

0,217821599

0,186782022

0,128132467

0,07324906

0,035892039

0,032387

0,143474

0,333989

0,55181

0,738592

0,866725

0,939974

0,975866

7,6 0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

0,00050045

0,00380343

0,01445304

0,03661436

0,06956729

0,10574228

0,13394022

0,14542081

0,13814977

0,1166598

0,08866145

0,061257

0,0387961

0,000500451

0,004303882

0,01875692

0,055371281

0,124938568

0,230680844

0,364621059

0,510041865

0,648191631

0,764851433

0,853512883

0,914769884

0,953565985

8,29 0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

0,000251

0,002081

0,008625

0,023835

0,049398

0,081901

0,11316

0,134014

0,138872

0,127916

0,106043

0,079918

0,05521

0,035207

0,000251014

0,002331924

0,010957296

0,034792073

0,084189647

0,166090826

0,279250954

0,413264878

0,552136806

0,680053282

0,786096041

0,86601372

0,921223517

0,956430379

Lampiran 9. Perhitungan probability of default dan cumulative probability of

default

Page 113: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

100

nj n probability of default Cum. probability of default

9,27 0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

9,42085E-05

0,000873312

0,004047803

0,012507711

0,028986621

0,053741196

0,083030147

0,109955638

0,127411095

0,131233428

0,121653388

0,102520628

0,079197185

0,056473685

0,037393647

0,023109274

9,42E-05

0,000968

0,005015

0,017523

0,04651

0,100251

0,183281

0,293237

0,420648

0,551881

0,673535

0,776055

0,855252

0,911726

0,94912

0,972229

Tahun 2010 dan 2011

nj n Probability of default Cum. probability of default

4,75 0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

0,008651693

0,04109554

0,097601907

0,154536353

0,183511919

0,174336323

0,138016256

0,093653888

0,055606996

0,029348137

0,008652

0,049747

0,147349

0,301885

0,485397

0,659734

0,79775

0,891404

0,947011

0,976359

4,28 0

1

2

3

4

5

6

7

8

0,013843

0,059247

0,126788

0,180884

0,193546

0,165675

0,118182

0,07226

0,038659

0,013843

0,073089

0,199877

0,380761

0,574306

0,739981

0,858163

0,930422

0,969081

4,34 0

1

2

3

4

5

6

7

8

0,013037

0,056579

0,122775

0,177615

0,192712

0,167274

0,120995

0,075017

0,040697

0,013037

0,069615

0,19239

0,370005

0,562718

0,729992

0,850987

0,926004

0,966701

Lanjutan lampiran 9

Page 114: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

101

Tahun 2009

Band Rp 10.000.000

Band

j

nj n pada

95%

Prob. Rec.

Rate

Expected Loss Unexpected

Loss

Economic

Capital

1 - - - - - - -

2 2,07 5 0,98 4% 39.744.000 96.000.000 56.256.000

3 3,43 7 0,97 4% 98.784.000 201.600.000 102.816.000

4 - - - - - - -

5 - - - - - - -

6 - - - - - - -

7 - - - - - - -

8 7,6 12 0,95 4% 583.680.000 921.600.000 337.920.000

8,29 13 0,95 4% 636.672.000 998.400.000 361.728.000

9 9,27 15 0,97 4% 800.928.000 1.296.000.000 495.072.000

10 - - - - - - -

Total 2.159.808.000 3.513.600.000 1.353.792.000

Tahun 2010 dan 2011

Band Rp 10.000.000

Band j nj n pada

95%

Prob. Rec.

Rate

Expected Loss Unexpected

Loss

Economic

Capital

1 - - - - - - -

2 - - - - - - -

3 - - - - - - -

4 4,28 8 0,96 4% 164.352.000 307.200.000 142.848.000

4,34 8 0,96 3% 168.392.000 310.400.000 142.008.000

5 4,75 9 0,97 3% 230.375.000 436.500.000 206.125.000

6 - - - - - - -

7 - - - - - - -

8 - - - - - - -

9 - - - - - - -

10 - - - - - - -

Total 563.119.000 1.054.100.000 490.981.000

Lampiran 10. Number of default, expected loss, unexpected loss, economic capital

Page 115: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

102

Lampiran 11. Binary indicator dan chi square critical value

Binary indicator

Tahun 2009

Band j Actual Loss Unexpected

Loss

Difference Binary

Indicator

2 20.711.200 96.000.000 75.288.800 0

3 34.300.940 201.600.000 167.299.040 0

8 75.949.062 583.680.000 507.730.938 0

82.875.476 636.672.000 553.796.524 0

9 92.690.102 800.928.000 708.237.898 0

Total 306.526.780 3.513.600.000 3.207.073.220 0

Failure Frequency 0

Tahun 2010 dan 2011

Band j Actual Loss Unexpected

Loss

Difference Binary

Indicator

4 47.455.131 307.200.000 259.744.869 0

42.802.731 310.400.000 267.597.269 0

5 43.358.642 436.500.000 393.141.358 0

Total 133.616.504 1.054.100.000 920.483.496 0

Failure Frequency 0

Chi square critical value

df P = 0,05 P = 0,01 P = 0,001

1 3,84 6,64 10,83

2 5,99 9,21 13,82

3 7,82 11,35 16,27

4 9,49 13,28 18,47

5 11,07 15,09 20,52

6 12,59 16,81 22,46

7 14,07 18,48 24,32

8 15,51 20,09 26,13

9 16,92 21,67 27,88

10 18,31 23,21 29,59

Page 116: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

103

Lampiran 13. Perhitungan NPF net pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang

Bogor tahun 2009

NO KOLEKTIBILITAS

JML.

NASABAH OUTSTANDING %

BDR

BERMASALAH KET.

1

DALAM

PERHATIAN

KHUSUS (2) 0 - 25

-

2

KURANG

LANCAR (3) 0 - 50

-

3 DIRAGUKAN (4) 0 - 75

-

4 MACET (5) 5

306.526.780 100

306.526.780

TOTAL 5 306.526.780,00 306.526.780,00

Posisi Pembiayaan Rp.

26.772.434.442,00 1,14% =NPL

BAD DEBT

306.526.780,00 x 100 % = 1,14

26.772.434.442,00

BDR Pembiayaan ( 15,5 - Bad Debt ) / 0,155 =

92,61 Sehat

Klasifikasi Pembiayaan SK.BI No.301/11/KEP/DIR, tgl 30

April 1997

0 s.d < 51 = Tidak Sehat

51 s.d < 66 = Kurang Sehat

66 s.d < 81 = Cukup Sehat

81 s.d < 100 = Sehat

Page 117: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

104

Lampiran 14. Perhitungan NPF net pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang

Bogor tahun 2010

NO KOLEKTIBILITAS

JML.

NASABAH OUTSTANDING %

BDR

BERMASALAH KET.

1

DALAM

PERHATIAN

KHUSUS (2) 0 - 25

-

2

KURANG

LANCAR (3) 0 - 50

-

3 DIRAGUKAN (4) 0 - 75

-

4 MACET (5) 8

133.616.504 100

133.616.504

TOTAL 8 133.616.504,00 133.616.504,00

Posisi Pembiayaan Rp.

41.585.458.665,00 0,32% =NPL

BAD DEBT

133.616.504,00 x 100 % = 0,32

41.585.458.665,00

BDR Pembiayaan ( 15,5 - Bad Debt ) / 0,155 =

97,93 Sehat

Klasifikasi Pembiayaan SK.BI No.301/11/KEP/DIR, tgl 30

April 1997

0 s.d < 51 = Tidak Sehat

51 s.d < 66 = Kurang Sehat

66 s.d < 81 = Cukup Sehat

81 s.d < 100 = Sehat

Page 118: ANALISIS PENGUKURAN RISIKO PADA PENYALURAN … · Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dan menjadi pemeran utama pementasan ... Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi pada

105

Lampiran 15. Perhitungan NPF net pembiayaan anggota koperasi BMI Cabang

Bogor tahun 2011

NO KOLEKTIBILITAS JML. NASABAH OUTSTANDING %

BDR

BERMASALAH KET.

1

DALAM

PERHATIAN

KHUSUS (2) 0 - 25

-

2

KURANG

LANCAR (3) 0 - 50

-

3 DIRAGUKAN (4) 0 - 75

-

4 MACET (5) 8

133.616.504 100

133.616.504

TOTAL 8 133.616.504,00 133.616.504,00

Posisi Pembiayaan Rp.

40.117.371.536,00 0,33% =NPL

BAD DEBT

133.616.504,00 x 100 % = 0,33

40.117.371.536,00

BDR Pembiayaan ( 15,5 - Bad Debt ) / 0,155 =

97,85 Sehat

Klasifikasi Pembiayaan SK.BI No.301/11/KEP/DIR, tgl 30

April 1997

0 s.d < 51 =

Tidak Sehat

51 s.d < 66 =

Kurang Sehat

66 s.d < 81 =

Cukup Sehat

81 s.d < 100 =

Sehat