pengantar perencanaan dan pementasan drama
TRANSCRIPT
PENGANTAR PERENCANAAN DAN PEMENTASAN DRAMA
ANITA KURNIA RACHMAN, M.Pd.
SUSANDI, M.Pd.
BERLATIH, BERIMAJINASI, BEREKSPRESI, DAN BERKAYA
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan hanya bagi Allah SWT,
yang telah memberikan nikmat kesehatan, rahmat, hidayah, kemudahan, dan
kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan Modul Mata Kuliah
Pementasan Drama
Modul Mata Kuliah Pementasan Drama ini disusun sebagai panduan
mata kuliah Perencanaan dan Pementasan Drama pada Prodi pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, IKIP Budi
Utomo Malang.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
modul ini, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca
dan pengguna modul ini sebagai bahan untuk pengembangan dan
perbaikan Modul Mata Kuliah Pementasan Drama. Penulis menyampaikan
terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penyusunan
modul ini.
Semoga modul ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan
pengguna modul ini dalam pengembangan mata kuliah perencanaan dan
pementasan drama.
Malang, Maret 2020
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
Bab I Pendahuluan
A. Pengantar Teater 3
B. Pengertian Teater 4
Bab II Naskah Drama
A. Naskah Drama 5
Bab III Sutradara
A. Sutradara dalam Pementasan 10
Bab IV Pemilihan Pemain
A. Casting 14
Bab V Pemain
A. Pemain atau Aktor 18
Bab VI Dialog
A. Dialog dalam Drama 23
DAFTAR RUJUKAN 28
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. PENGANTAR TEATER
Seni adalah salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh dan
berkembang sejajar dengan perkembangan manusia selaku penggubah
dan penikmat seni. Kebudayaan adalah hasil pemikiran, karya dan segala
aktivitas (bukan perbuatan), yang merefleksikan naluri secara murni. Seni
memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung
ide-ide yang dinyatakan dalam bentuk aktivitas atau rupa sebagai lambang.
Dengan seni kita dapat memperoleh kenikmatan sebagai akibat dari refleksi
perasaan terhadap stimulus yang kita terima. Kenikmatan seni bukanlah
kenikmatan fisik lahiriah, melainkan kenikmatan batiniah yang muncul bila
kita menangkap dan merasakan simbol-simbol estetika dari penggubah
seni. Dalam hal ini seni memiliki nilai spiritual. Kedalaman dan kompleksitas
seni menyebabkan para ahli membuat definisi seni untuk mempermudah
pendekatan kita dalam memahami dan menilai seni. Konsep yang muncul
bervariasi sesuai dengan latar belakang pemahaman, penghayatan, dan
pandangan ahli tersebut terhadap seni.
Salah satu seni yang kita perhatikan di sini adalah seni teater.
Pertunjukkan teater tidak hanya untuk hiburan masyarakat penonton. Di
balik itu, ada amanat yang ingin disampaikan kepada masyarakat tentang
sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan sosial masyarakat.
Kehidupan yang dimaksud menyangkut seluruh perilaku sosial yang
berlaku pada kelompok masyarakat tertentu. Misalnya, kehidupan moral,
agama, kehidupan ekonomi, dan kehidupan politik.
B. PENGERTIAN TEATER
Kegiatan berteater dalam kehidupan masyarakat dan budaya
Indonesia bukan merupakan sesuatu yang asing bahkan sudah menjadi
bagian yang tidak terpisahkan, kegiatan teater dapat kita lihat dalam
4
peristiwa-peristiwa Ritual keagamaan, tingkat- tingkat hidup, siklus hidup
(kelahiran, pertumbuhan dan kematian) juga hiburan. Setiap daerah
mempunyai keunikan dan kekhasan dalam tata cara penyampaiannya.
Untuk dapat mengapresiasi dengan baik mengenai seni teater terutama
teater yang ada di Indonesia sebelumnya kita harus memahami apa seni
teater itu ? bagaimana ciri khas teater yang berkembang di wilayah negara
kita.
Arti luas teater adalah segala tontonon yang dipertunjukan didepan
orang banyak, misalnya wayang golek, lenong, akrobat, debus, sulap, reog,
band dan sebagainya. Arti sempit adalah kisah hidup dan kehidupan
manusia yang diceritakan diatas pentas, disaksikan oleh orang banyak,
dengan media: percakapan, gerak dan laku dengan atau tanpa dekor,
didasarkan pada naskah tertulis denga diiringi musik, nyanyian dan tarian.
Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar
menggunakan tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya
yang diwujudkan dalam suatu karya (seni pertunjukan) yang ditunjang
dengan unsur gerak, suara, bunyi dan rupa yang dijalin dalam cerita
pergulatan tentang kehidupan manusia.
5
BAB II
NASKAH DRAMA
A. Naskah Drama
Pementasan selalu memiliki komponen. Komponen ini berfungsi
untuk melengkapi sebuah pementasan. Pementasan yang besar ataupun
pementasan yang sederhana paling tidak harus memiliki komponen ini.
Pemahaman ini diperlukan agar pemain maupun sutradara dapat dengan
maksimal melaksanakan pementasan drama.
Untuk memahami sebuah pementasan drama perlu memahami
terlebih dahulu apa itu drama. Hal ini diperlukan untuk memberikan
informasi tentang hubungan drama dan kehidupan masyarakat.
Gambar 2.1 Pengertian Drama
Setelah memahami apa itu drama, selanjutnya yang perlu dipahami
yaitu perbedaan drama naskah dan drama pentas. Hal ini diperlukan
6
untuk memberikan pemahaman kepada pembaca dan pekerja seni dalam
memahami naskar sebelum dipentaskan.
Gambar 2.2 Drama Naskah dan Drama Pentas
Pemahaman akan drama naskah dan drama pentas akan
memberikan pengetahuan tentang naskah. Naskah yang seperti apakah
yang dapat dipentaskan karena tidak semua naskah sesuai dengan kondisi
dan situasi pementasan. Oleh karena itu, pemilihan naskah perlu dilakukan
supaya pementasan menjadi lebih menarik. Naskah yang baik selalu
memiliki unsur-unsur yang sesuai dengan kondisi dan situasi pementasan.
Gambar 2.3 Unsur Pementasan Drama
7
Pemilihan naskah menjadi faktor utama sebelum melaksanakan
latihan pementasan. Hal ini karena naskah akan menjadi hal yang sangat
pokok dan akan menjadi daya tarik tersendiri untuk menarik penikmat
teater. Pemilihan naskah drama memerlukan berbagai pertimbangan yang
matang.
2.4 Pemilihan Naskah
Naskah yang baik harus memiliki kriteri yang sesuai dengan dengan
pementasan yang akan dilaksanakan. Salah satu kriteria naskah yang baik
itu memiliki tema yang universal. Tema yang universal maksudnya tema
yang dapat dipentaskan tanpa mengenal periode waktu dan zaman.
8
Gambar 2.5 Naskah Baik
Gambar 2.6 Naskah Baik
Beberapa contoh naskah drama yang memiliki tema yang universal
yang sering dipentaskan di sekolah-sekolah, di kampus, dan di beberapa
komunitas teater yang ada di Indonesia.
9
Gambar 2.7 Contoh Naskah Drama
10
BAB III
SUTRADARA
A. SUTRADARA DALAM PEMENTASAN
Pementasan drama selalu memerlukan sutradara. Sutradara
merupan unsur penting dalam pementasan. Tanpa sutrada pementasan
akan pincang. Sutradara memiliki peran dalam menentukan mengerakkan
latihan sebelum pementasan. Namun, tidak semua orang dapat menjadi
sutradara. Hal ini perlu dipahamikarena sutradara memiliki peran yang
krusial selain pemain.
3.1 Unsur pementasan Drama
Sutradara merupakan seorang pekerja seni yang memimpin sebuah
pementasan. Sutrada memiliki keahlian dalam memimpin pementasan. Jadi
pemilihan sutradara yang tepat sesuai dengan kompetensi akan
memberikan dampak yang positif dalam pementasan.
11
Gambar 3.2 pengertian Sutradara
Gambar 3.3 Kompetensi Sutradara
Sutradara memiliki tugas yang berat dalam memimpin sebuah
pementasan. Sutradara yang bagus harus memliki karakter yang unik.
Karakter ini akan berpengaruh dalam pemilihan naskah drama, pemilihan
pemain, dan pemilihan tentang model pementasan dan sistem latihan yang
harus dilakukan oleh seluruh pemain dan kru yang mendukung
pementasan.
12
3.4 Tugas Sutradara
3.5 Karakter Sutradara
Menjadi sutrada harus memiliki trik dalam melaksanakan
pementasan. Hal ini bertujuan supaya pemain dan kru menjadi nyaman
dalam melakukan peltihan untuk pementasan. Tugas pertama yang harus
dilakukan sutradara sebelum memimpin latihan, yaitu melakukan
interpretasi terhadap naskah yang telah dipilih. Interpretasi ini bertujuan
untuk mengembangkan naskah dan mengembangkan pemain.
13
Gambar 3.6 Tahap Penyutradaraan
Gambar 3.7 Interpretasi Naskah
14
BAB IV
PEMILIHAN PEMAIN/CASTING
A. CASTING
Pementasan memiliki unsur yang tidak kalah penting, yaitu pemilihan
pemain/ casting. Tanpa pemain pementasan tidak dapat dilaksanakan.
Pemilihan pemain ini dilakukan oleh sutradara. Sutradaralah yang berhak
mengcasting setiap pemainnya untuk menentukan peran apa yang akan
dimainkan.
Gambar 4.1 Pemilihan Peran
Sutradara yang baik harus mampu menentukan pemain yang sesuai
dengan kebutuhan naskah. Bukan naskah yang menyesuaikan pemain.
Pemelihan ini memerlukan tahapan-tahapan casting yang harus dilakukan
sutradara supaya mendapatkan pemain yangnsesuai dengan naskah yang
telah dipilih. Penentuan pemain ini memiliki standar
15
tersendiri yang harus dipahami oelh sutradara. Standar ini memiliki teknik
danstrategi yang sesuai dengan standar pemilihan pemain.
Gambar 4.2 Tahap penentuan Tingkatan peran
Gambar 4.3 Tahap Casting
16
Sutadara perlu melakukan jadwal untuk kegiatan pelatihan sebelum
pelaksanaan pementasan drama. Jadwal inilah yang akan menentuka
progres latihan dan pemain. Hal ini penting karena menyesuaikan dengan
waktu pementasana.
Gambar 4.4 Penyusunan Rencana Latihan
Sutradara setelah mendapatkan pemain melalui casting pemaon
perlu melakkun latihan pembacaan naskah. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui kemampuan vokal dan warna suara untuk mengembangkan
karakter yang telah diperankan.
17
Gambar 4.5 Tahap Pembacaan Naskah
Pekerja seni mulai dari sutradara, pemain, dan kru harus memahami
hubungan antara sutradara, naskah, dan penonton. Hal ini bertujuan
supaya pengarapan naskah drama harus benar-benar sesuai dengan
kebutuhan penonton.
Gambar 4.6 Segitiga Sutradara, Naskah, Penonton
18
BAB V
PEMAIN
A. PEMAIN ATAU AKTOR
Pemainlah yang pada akhirnya menjadi ujung tombak pementasan.
Pemainlah yang mampu menghidupkan sebauh naskah dan yang mampu
menjabarkan setiap intruksi sutradara. Menjadi pemain tidak hanya harus
menguasai naskah dan menguasai dialog. Pemain harus mampu
menguasai panggung pementasan dan memberikan pementasan yang
memberikan manfaat bagi penonton. Pemainlah yang mengidupkan setiap
karakter yang ada di dalam naskah, mengembangkannya, dan
membuatkan menjadi karakter yang benar-benar nyata.
Gambar 5.1 Pemain dan Posisi
Pemain memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah
pemntasan drama. Pemunculan pemain dalam pementasan memerlukan
teknik yang tepat supaya memberikan kejutan kepada penonton, apalagi
jika itu pemain yang muncul pertama kali. Kemunculan pemain akan
memberikan gambaran pementasan apa yang akan dilaksanakan.
Pemunculan ini perlu latihan dan mengembangkan ide-ide yang “liar:
supaya pemunculan pemain ini menjadi berbeda
19
Gambar 5.1 Teknik Muncul
Pemain selain harus menguasai teknik muncul di panggung juga
harus menguasai teknik memberi isi. Teknik ini sangat diperlukan pemain
supaya apa yang dibawakan memberikan kesan yang baik. Isi ini meliputi
hal-hal yang berhubungan dengan emosi pemain. Bagaimana pemain
mengenbangkan karakter yang diperankan? Bagaimana pemain
mengembangkan dan menata vokal supaya sesuai dengan karakter yang
diperankan? Teknik pemberian isi ini akan memberikan kesan serta
mengajak penonton untuk berfikir tentang tujuan pementasan ini.
Gambar 5.2 Teknik Memberi Isi
20
Gambar 5.3 Teknik Memberikan Isi
Teknik timing merupakn teknik yang juga harus dikuasi oleh pemain.
Timing ini diperlukan untuk ketepatan gerak dan vokal pemain. Ketepatan
ini diperlukan untuk penguatan karakter yang diperankan oleh pemain.
Pengambilan timing yang tepat akan membuat akting yang dilakukan
menjadi natural, sebaliknya jika timing inin diambil dengan tidak tepat maka
akan merusak permainan.
Gambar 5.4 Teknik Timing
21
Gambar 5.5 Teknik Timing
Latihan pertama yang harus dilakukan pemain, yaitu pemanasan.
Pemanasan ini dilakukan untuk memberiakn kelenturan tubuh. Pemanas ini
meliputi pemanas tubuh, otot, dan wajah. Selain pemanasan ada latihan
vokal dan latihan konsentrasi.
Gambar 5.6 Latihan Pemanasan
22
Gambar 5.7 Pemain yang Bagus
23
BAB VI
DIALOG
A. DIALOG DALAM DRAMA
Pemain dalam berdialog memerlukan teknik yang sesuai supaya
hasilnya pun juga bagus. Dialog dan gerak dalam sebuah pementasan
drama juga harus tepat. Hal ini akan mempengaruhi perkembangan
karakter pemain. Pemain perlu memiliki kompetensi yang baik dalam
mengembangan dialog dan gerak.
Gambar 6.1 Kompetensi Dialog dan Gerak
Pemain dalam mengucapkan dialog naskah drama memerlukan
teknik yang tepat. Teknik ini akan mempengaruhi nada, volume, dan tempo
ketika para pemain sedang berdialog. Hal ini juga akan memberikam kesan
yang berbeda bagi mnonton. Teknik ini juga mengambarkan karakter yang
diperankan.
24
Gambar 6.2 Teknik Pengucapan
Pemain selain mampu menggunakan vokal untuk berkomunikasi
dengan lawan main di atas pentas juga harus mampu menggunakan
bahasa tubuh atau gestur dalam berkomunikasi. Bahasa tubuh ini
diperlukan pemain ketika harus beradekan tanpa ada dialog. Bahasa tubuh
akan memberikan pemahaman kepada penonton apa yang sebenarnya
ingin disampaiakan pemain.
Gambar 6.3 Bahasa Tubuh
25
Pemanasan yang dilakuakn oleh pemain sebelum malakukan latihan
memberikan banyak manfaat. Senam wajah merupakan salah satu latihan
yang wajib dilakukan oleh setiap pemain. Hal ini untuk memberikan latihan
terhadap ekspresi yang diberikan pemain ketika melakukan pementasan.
Ekspresi ini pun akan mewakili karakter yang dubawakan oleh pemain.
Ekspresi juga akan menunjukkan tingkat emosi yang berbeda pada pemain
.
Gambar 6.4 Ekspresi
Pemain di atas panggung harus menguasai panggung. Pemain
harus mampu mengusai prinsip garis lurus yang harus tetap diperhatikan
ketika di atas panggung. Garis lurus ini akan membuat penonton
memberikan perhatian yang sama kepada para pemain. Garis lurus juga
akan membuat pemain tidak saling menutupi.
26
Gambar 6.5 Prinsip garis Lurus
Prinsip penggunaan level yang harus dikuasai pemain berkaitan
dengan properti yang digunakan. Peletakan properti tidak boleh
menganggu gerak pemain, serta tidak boleh mnutup[i posisi pemain di atas
panggung. Posisi pemain juga menunjukkan karakter dan posisi di dalam
naskah.
Gambar 6.6 Prinsip Penggunaan Level
27
Gambar 6.7 Mimik dan Bloking
Gambar 6.8 Movement dan Guide
28
DAFTAR PUSTAKA
Harymawan. 1986. Dramaturgi. Yogyakarta. Rosda.
Tambajong, Yapi. 2000. Seni Akting. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Waluyo, Herman J. 2001. Teori dan Pengajaran Drama. Yogyakarta: PT
Prasetya Widya pratama.