analisis pengolahan penyajian.docx
TRANSCRIPT
Pentingnya Keamanan Pangan
Agar makanan dapat berfungsi dengan baik, maka diperlukan berbagai syarat
agar memenuhi kriteria seperti yang diharapkan. Selain makanan harus mangandung
zat gizi (lemak, protein, karbohidrat, mineral dan vitamin), makanan harus baik dan
tidak kalah pentingnya yang untuk diperhatikan adalah bahwa makan harus aman
untuk dikonsumsi. Setelah ketiga unsur tersebut terpenuhi, maka baru dapat disebut
dengan makanan “Sehat”.
Umar Santoso 2009 mengatakan bahwa berbagai berita di media massa dari
tahun ketahun semakin menggugah kesadaran akan rapuhnya kondisi keamanan sulpy
pangan kita. Sangat sering diinformasikan bahwa beberapa macam komponen
makanan misalnya zat pewarna sintetis, bahan pengawet, pemanis buatan dan lain
sebagainya yang mengancam kesehatan kita.
Mengingat makanan harus tersedia setiap saat, sedangkan jumlah penduduk
semakin bertambah, maka keadaan ini menuntut kita untuk berusaha meningkatakan
dan mempercepat pengadaan pangan. Tetapi pengadaan pangan yang cukup belum
menjamin terbentuknya terhadap keluarga yang sehat dan sejahtera serta belum tentu
dapat menjamin masyarakat yang sehat pula. Selain jumlahnya yang cukup, makanan
yang dikonsumsi harus mempunyai nilai gizi yang tinggi, bersih, dan aman.
Sedangkan yang dimaksud dengan makanan aman adalah makanan yang bebas dari
komponen-komponen berbahaya atau organisme yang dapat menyebabkan keracunan
atau menimbulkan penyakit.
Keamanan pangan merupakan hal yang penting dari ilmu sanitasi. Banyaknya
lingkungan kita yang secara langsung maupun tidak tidak langsung berhubungan
dengan suplay makanan manusia. Hal ini disadari sejak awal sejarah kahidupan
manusia dimana usaha pengawetan makanan telah dilakukan, sepeti: penggaraman,
pengawetan dengan penambahan gula, pengasapan dan sebagainya.
Berdasarkan laporan WHO (1991), sekitar 70 % kasus diare yang terjadi di
negara-negara berkembang diakibatkan oleh makanan yang merupakan ancaman
serius terhadap anak-anak balita juga terhadap orang dewasa. Penyakit bawaan
makanan atau keracunann makana yang ditimbulkan akibat adanya kontaminasi
makanan dan minuman oleh mikroba perlu mendapat perhatian secara seksama,
karena penderita kasus ini dapat mengalami gangguan pencernaan dan gangguan
penyarapan zat-zat gizi, dan yang lebih memprihatinkan lagi kadang-kadang berakhir
dengan kematian.
Sebelum makanan disajikan pada umumnya mengalami proses pengolahan
baik pada suatu industri maupun pengolahan pada rumah tangga. Proses pengolahan
tersebut sangat menentukan kualitas makanan yang selanjutnya sampai pada
penyajian. Oleh karena itu pembicaraan mengenai sanitasi dan hygiene makanan
selama proses produksi hingga makanan siap disajikan menjadi sangat penting.
Sampai saat ini telah banyak upaya-upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan sanitasi dan hygiene makanan, khusunya melalui upaya peningkatan
kualitas kesehatan tempat pengolahan makanan. Usaha-usaha tersebut tidak mudah
untuk dilaksanakan, karena pada hakikatnya makanan yang dikonsumsi oleh manusia
mencakup jumlah dan jenis yang sangat banyak dan dihasilkan oleh tempat
pengolahan makanan yang jumlahnya semakin meningkat. Apabila kita perhatikan
masih banyak kesehatan dan keamanan pangan yang diatasi. Masalah tersebut
merupakan masalah yang semakin komplek dan merupakan tantangan yang harus
dihadapi di masa mendatang, karena di satu pihak masyarakat akan semakin peka
terhadap tuntutan untuk memperoleh makanan dengan kualitas yang baik. Keracunan
makanan di Indonesia yang biasa dilaporkan adalah kejadian yang menyerang
penduduk dalam cukup banyak, sedangkan sebagian besar keracunan makanan yang
terjadi mungkin tidak atau belum dilaporkan.
Keamanan pangan merupakan karakteristik yang sangat penting dalam
kehidupan, baik oleh produsen pangan maupun oleh konsumen. Bagi produsen harus
tanggap bahwa kesadaran konsumen semakin tinggi sehingga menuntut perhatian
yang lebih besar para aspek ini. Kebersihan suatu produk pangan untuk menembus
dunia internasional sangat ditentukan oleh faktor ini pula. Di lain pihak sebagai
konsumen sebaiknya mengetahui bagaimana cara menentukan dan mengonsumsi
makanan yang aman. Bahan-bahan atau organisme yang mungkin terdapat di dalam
makanan dan dapat menimbulkan keracunan atau penyakit menular terdiri dari bahan
kimia beracun (misalnya beberapa bahan tambahan makanan, obat-obatan, logam dan
pestisida).
Kontaminasi makanan mempunyai peranan yang sangat besar dalam kejadian
penyakit-penyakit bawaan makanan atau keracunan makanan. Sumber penyakit yang
mungkin mencemari makanan dapat terjadi selama proses produksi yang dimulai dari
pemeliharaan, pemanenan atau penyembelihan, pembersihan atau pencucian,
persiapan makanan atau pengolahan, penyajian serta penyimpanan. Selai hal tersebut
sekarang juga masih terdapat penggunaan bahan-bahan kimia dalam produksi
makanan, sehingga dengan sendirinya resiko kontaminasi oleh bahan-bahan kimia
juga tidak sedikit.
Sedangkan sumber-sumber kontaminasi yang potensial antara lain: penjamah
makanan, peralatan pengolahan dan peralatan makan, serta adanya kontaminasi
silang. Diperkirakan sekitar 80% penyakit bawaan makanan/ keracunan makanan
disebabkan adanya kontaminasi mikroba (Tatang Purwidjaja, 1992: 2).
Penyebab Penyakit Yang Bersumber Dari Makanan
Srikandi Fardiaz (1992: 2) menyatakan bahwa, penyakit yang ditimbulkan
melalui makanan dapat dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan sifat
penularannya, yaitu: (1) penyakit menular dan (2) keracunan makanan.
1. Mikroorganisme Patogen
Dalam sanitasi pangan mikroorganisme memegang peranan penting, terutama
mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit. Adapun mikroorganisme
yang menimbulkan jenis keracunan makanan seperti ini antara lain adalah:
Stapilokoki yang disebabkan oleh staphylococcus aureus. Bakteri ini sering
ditemukan dapa bahan makanan yang berprotein tinggi seperti produk-produk
telur dan daging. Produk makanan akan terkontaminasi staphylococcus aureus
setelah dimakan, disebabkan karena makanan tersebut kontak dengan
makanan yang tersentuh oleh tangan yang telah terinfeksi. Gejala keracunan
stapilokoki meliputi perasaan letih, muntah, diare, mual, dehidrasi, kejang-
kejang ringan atau berat, shock, pingsan, kadang-kadang menggigil dan jika
lebih parah lagi dapat menyebabkan kematian. Gejala tersebut biasanya
timbul 1 sampai 8 jam setelah menelan toksin, dengan rata-rata 2-4 jam, atau
mungkin lebih cepat lagi jika jumlah toksin yang tertelan tinggi sekali.
Beberapa makanan yang telah diketahui sebagai sumber dari keracunan
staphylococcus aureus diantaranya adalah: daging babi yang telah dimasak,
unggas dan salad unggas, produk-produk daging, pastries yang diisi krim,
susu, keju, hollandaise sauce, pudding roti, ikan, ham, juga sisa makanan
protein tinggi.
Clostridium botulinum, adalah patogen yang bertanggungjawab terhadap
botulisme. Gejala botulisme rata-rata timbul setelah 12-24 jam setelah
mengkonsumsi makanan yang mengandung racun botulin, kadang-kadang
lebih cepat yaitu setelah 6-10 jam. Ketika racun mempengaruhi sistem syaraf
badan, gejala yang timbul ditandai dengan mula-mula badan terasa lemas,
demam tinggi, pusing dan berkunang-kunang, kemudian timbul gangguan
pada mata seperti penglihatan yang kabur. Gejala selanjutnya berupa
kelumpuhan otot yang menyebabkan lidah dan leher tidak dapat digerakkan
dan tekanan darah menurun. Pada keadaan yang lebih parah, penderita
mengalami kelumpuhan pada tenggorokan sehingga menyulitkan pernafasan,
dan jika lebih parah lagi dapat menyebabkan kematian.
Salmonella, terdapat pada produk hewani (telur, daging) dengan gejala mual,
muntah, sakit perut, diare, pusing, menggigil dan masa inkubasi ±12-24 jam.
2. Bahan pangan hewani dan nabati beracun
Makanan yang berasal dari produk hewani merupakan sumber kontaminasi
penting dalam menimbulkan penyakit. Produk tersebut diantaranya adalah
daging dan unggas. Pengolahan daging mentah seperti pemotongan,
pencucian, penggilingan atau pencincangan dapat mengontaminasi tangan
pekerja, pakaian maupun permukaan peralatan yang dipakai. Kontaminasi
pada alat pemotongan terdapat bakteri Salmonella, Clostridium perfringens.
Demikian pula kontaminasi yang ada pada alat penggiling atau pemotong, alat
pemasak, talenan dan alat-alat lainnya, yang kemudian akan dapat menularkan
kontaminasi pada bahan yang menggunakan peralatan yang sama.
Contoh pencemaran lain yang berasal dari bahan makanan nabati adalah ubi
kayu yang pahit mengandung glikosida yang hasil urainya HCN yang
beracun, kentang mentah yang mengandung solanin beracun. Sejenis racun
tertentu yaitu Jenis mikotoksin atau toksin yang diproduksi oleh fungi
(kapang) diketahui dapat menimbulkan berbagai gejala keracunan dan
penyakit pada manusia. Sifat mikotoksin yang berbahaya adalah: (1) dapat
menimbulkan penyakit akut, (2) bersifat mutagenik dapat mengakibatkan
kelainan genetic dan (3) bersifat karsinogenik. Adapun yang termasuk toksin
ini adalah aflatoxin yang terdapat pada kacang tanah dan biji-bijian lain yang
jika keracunan akut akan menyerang hati dan bersifat karsinogenik (penyebab
kanker).
3. Bahan kimia beracun
Bahan kimia berbahaya dapat merupakan bahan pencemaran. Bahan tersebut
dapat berupa bahan kimia yang ditambahkan sewaktu perlakuan pra panen,
misalnya terdapatnya residu pestisida, antibiotika, logam berat berbahaya dan
keracunan bahan tambahan makanan dan sebagainya.
a. Residu Pestisida
Pestisida digunakan secara sengaja untuk membunuh serangga yang
mengganggu tanaman pertanian yang bertujuan untuk meningkatkan
produksi pertanian. Pestisida yang ideal adalah senyawa yang membunuh
secara selektif, akan tetapi kebanyakan dari komponen-komponen
pestisida memiliki selektifitas rendah. Akibat negatif dari penggunaan
pestisida adalah masuknya komponen-komponen berbahaya ke dalam
rantai makanan dan air minum dan tertimbun dalam tubuh manusia.
Misalnya organokhlorin adalahsenyawa mengandung khlor yang
digunakan untuk membasmi nyamuk dan diketahui bersifat merusak
sistem syaraf.
b. Residu Obat-obatan
Sebagai contoh residu obat-obatan adalah hormon dan antibiotik. Residu
hormon yang terdapat dalam makanan berasal dari produkproduk hewan
seperti daging, susu, telur dan sebagainya. Hormon ini dapat berasal dari
hewan itu sendiri atau dapat pula berasal dari makanan ternak dan
pemeliharaan ternak.
Merkuri, keracunan merkuri dapat terjadi seseorang secara tidak sengaja
dengan makan atau minum sesuatu yang mengandung merkuri,
menghisap uap merkuri melalui pernafasan atau dapat pula penghisapan
melalui kulit. Keracunan dapat terjadi melalui kadar yang masuk kedalam
tubuh manusia melampaui batas tertentu. Merkuri ini sering
mengkontaminasi ikan, tepung dan biji-bijian. Gejala keracunan merkuri
mungkin tidak terlihat selama beberapa bulan dan biasanya merupakan
kelainan neurologis, seperti gangguan kordinasi keseimbangan dan
penerimaan syaraf perasa.
4. Bahan tambahan makanan
Bahan tambahan makanan juga sering disebut dengan Food Aditive atau
bahan tambahan kimia. Bahan tambahan kimia adalah senyawa yang
ditambahkandalam produk-produk pangan dengan tujuan untuk: (1)
memperbaiki nilai gizi, (2) menaikkan daya simpan dan (3) untuk membantu
proses pengolahan (Fransiska Zakaria 1992: 13). Menurut jenisnya bahan
tambahan makanan yang biasa digunakan dibedakan menjadi dua kelompok
yaitu: bahan tambahan makanan alami dan bahan tambahan makanan sintetis.
Zat-zat aditif buatan dicampur dalam suplay makanan untuk beberapa alasan.
Beberapa zat aditif buatan jika ditambahkan dalam produk makanan dalam
jumlah berlebihan akan menyebabkan keracunan makanan. Beberapa contoh
zat aditif yang beracun dalam jumlah yang berlebihan misalnya: nitrit dan
niacin.
Ditinjau dari penggunaannya: penggunaan bahan makanan tambahan sudah
sejak lama dilakukan oleh nenek moyang kita. Pada awalnya bahan yang
digunakan berupa bahan alami. Namun dengan perkembangan cara
pengolahan serta perkembangan ilmu dan teknologi berkembang pula
berbagai jenis bahan tambahan makanan.
Pemakaian bahan tambahan makanan sintetis memang menjanjikan banyak
keuntungan, karena penggunaannya praktis dan mudah diperoleh. Namun di
balik keuntungan tersebut karena bahan sintetis merupakan bahan kimia,
maka jika salah penggunaannya akan membahayakan. Padahal masalah yang
paling serius dalam penggunaan BTK untuk makanan adalah penggunaannya.
Sebagai contoh MSG (Monosodium Glutamat) yang digunakan sebagai
penyedap rasa untuk makanan, pada konsentrasi yang berlabihan dapat
menyebabkan gangguan yang sering disebut dengan “Chinese Restaurant
Syndrome”. Gejala tersebut ditandai dengan perasaan pusing dan berkunang-
kunang.
Pewarna
Warna merupakan faktor yang penting dalam pemerimaan suatu produk
pangan oleh konsumen. Zat-zat warna sintetis selalu dianggap lebih berbahaya
dari dapa zat warna alamiah. Keamanan zat warna alamiah dijamin oleh
penggunaannya yang telah berlangsung lama tanpa akibat keracunan. Banyak
jenis zat warna sintetis yang dilarang pengguanaannya oleh FDA, karena
keracunan khronis pada hewan-hewan percobaan. Dalam kenyataan warna-
warna tersebut masih dijumpai untuk pewarnaan makanan. Pewarna tersebut
mungkin bahan yang bernama Rhodamin B untuk pewarna merah dan Metanil
Yellow untuk pewarna kuning. Warna sintetis mempunyai kelebihan
diantaranya: macam warna banyak dan tajam, tidak mudah luntur, pemakaian
sedikit banyak menghasilakan banyak, serta harganya yang relatif murah.
Pemanis
Jenis pemanis khusus yang bersifat non nutritif yaitu sakarin dengan
kemanisan 300-400 kali gula pasir, siklamat dengan kemanisan 30-60 kali
gula pasir. Pemberian sakarin pada hewan percobaan ternyata dapat
menyebabkan pembentukan tumor, sedang siklamat dapat berfungsi sebagai
promotor terbentuknya sel kanker. Oleh karena itu penggunaan pemanis non
nitritif banyak menimbulkan perdebatan dan di beberapa negara bahkan sudah
dilarang untuk dipakai dalam makanan (Aman Wirakartakusumah 1987: 32).
Proses Penyelenggaraan Makanan
Penyelenggaraan makanan bertujuan menyediakan makanan yang berkualitas
baik serta aman bagi kesehatan konsumen, memperkecil kemungkinan resiko
penularan penyakit serta gangguan kesehatan yang disebabkan melalui makanan serta
terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan benar dalam menangani makanan.
Tujuan tersebut dapat dicapai jika semua pihak yang terkait turut
bertanggungjawab dalam menciptakan sanitasi dan hygiene makanan mulai dari
pengadaan bahan makanan, proses penyimpanan, pengolahan hingga sampai
makanan siap untuk disantap.
Proses penyelenggaraan makanan hingga siap untuk disajikan dan disantap
biasanya ditempuh melalui tahap-tahap pengadaan bahan makanan, proses
pengolahan makanan, penyimpanan makanan jadi, pemorsian dan penyajian.
Selain hal-hal tersebut di atas, selama proses penyelenggaraan makanan
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan sanitasi dan higiene
makanan yang mencakup: sanitasi dan kebersihan peralatan, sanitasi sarana fisik,
ruangan, fasilitas yang tersedia dan keadaan kesehatan personal yang menangani
makanan. Untuk lebih dapat diketahui maka diuraikan sebagai berikut:
1) Pengadaan Bahan Makanan
Bahan baku yang akan digunakan untuk pengolahan makanan, harus
diusahakan bebas dari cemaran. Untuk itu bahan tersebut tidak boleh ditanam
atau dipanen di tempat yang mengandung cemaran yang dapat membahayakan
kesehatan manusia. Pembasmian hama yang dilakukan harus menggunakan
pestisida yang sudah disetujui oleh pemerintah dan dengan cara yang benar
sehingga tidak meninggalkan residu yang dapat membahayakan kesehatan
manusia.
Didalam pengadaan bahan makanan harus memperhatikan tentang sumber
bahan makanan dan keadaan bahan makanan itu sendiri. Disini pengawasan
mutu bahan makanan memegang peranan penting. Selesai pemanenan bahan
yang nyata-nyata tidak memenuhi syarat segera dipisahkan agar tidak
tercampur dengan bahan yang akan digunakan untuk pengolahan. Jika
dilakukan pencucian, maka air pencuci harus bebas cemaran, misalnya:
menghindarkan pemakaian pupuk kotoran manusia pada tanaman sayuran
yang dikonsumsi secara mentah.
Bahan makanan yang segar dan tidak busuk, merupakan pilihan utama untuk
dikonsumsi. Misalnya memilih singkong sebagai bahan pokok pembuatan
produk makanan tertentu. Daging, unggas, ikan maupun susu dapat
mengandung bakteri atau parasit yang dapat menimbulkan penyakit. Oleh
karena itu perlu membeli jenis-jenis makanan tersebut dari perusahaan sumber
yang berada dalam pengawasan secara resmi.
2) Proses Pengolahan Makanan
Hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengolahan makanan antara lain
adalah sanitasi tempat pengolahan, hygiene tenaga pengolah serta hygiene dan
sanitasi cara-cara pengolahan.
Tempat Pengolahan
Tempat pengolahan yang baik adalah tempat yang kebersihannya terjaga, ada
persediaan air bersih, tersedia tempat sampah, tersedia tempat pembuangan air
limbah, pertukaran udara selalu segar, penerangan cukup, tersedia bak pencuci
tangan, terhindar dari debu dan kemungkinan adanya serangga atau tikus.
Bangunan untuk pengolahan makanan harus terbuat dari bahan-bahan yang
mudah dibersihkan. Disain bangunan dibuat sedemikian rupa sehingga
bangunan mudah dibersihkan. Diusahakan agar hama seperti tikus tidak
bersarang, masuknya cemaran lingkungan seperti debu.
Ruangan diatur sedemikian rupa agar hygiene tempat pengolahan dapat
terlaksana dengan cara mengatur alur kerja mulai dari persiapan bahan baku
hingga makanan siap disajikan. Lantai, dinding dan langit-langit ruang
pengolahan tersebut dari bahan baku yang mudah dibersihkan.
Sarana pengolahan makanan harus mencapai fasilitas sanitasi yang diperlukan
untuk karyawan, misalnya air bersih, toilet dan tempat cuci tangan, sarana
saluran pembuangan air kotor, tempat pengumpulan dan pembuangan sampah
harus memenuhi syarat kesehatan sehingga tidak menjadi sarang tikus serta
kecoa dan tidak dikerumuni lalat.
Tenaga pengolah
Tenaga yang berhubungan langsung dengan pengolahan makanan harus sehat
sehingga tidak merupakan media penularan penyakit. Kepada semua tenaga
kerja harus ditanamkan tanggung jawab untuk menghindarkan tercemarnya
makanan dengan cara menjaga kebersihan diri sendiri dari kebiasaan yang
tidak baik seperti: kebiasaan memegang rambut dan hidung, bersin di tempat
pengolahan, merokok di tempat pengolahan, mengenakan perhiasan
secukupnya, mencuci tangan dengan sabun setiap akan memegang makanan
dan bahan makanan.
Untuk menjadi tenaga pengolah harus mendapatkan syarat-syarat tertentu,
syarat tersebut diantaranya adalah: mempunyai sertifikat kesehatan, pada saat
mengolah tidak sedang sakit, memeriksakan kesehatannya secara berkala,
serta mengetahui tentang hygiene dan sanitasi makanan. Disamping itu tenaga
pengolah harus; menjaga kebersihan tangan dan kuku, mengenakan pakaian
kerja
Cara Pengolahan
Yang terpenting dalam cara mengolah makanan adalah menghindari
pencemaran makanan yang diolah akibat pengotoran oleh tangan pengolah
maupun alat yang digunakan, serta akibat penggunaan peralatan beracun,
misalnya tembaga, timah dan sebagainya.
3) Penyimpanan Bahan Makanan
Bahan makanan memerlukan tempat penyimpanan yang khusus. Tempat
penyimpanan dibedakan menjadi dua, yaitu: a) gudang bahan makanan kering
Bahan makanan yang didatangkan atau dibeli, tidak selalu diolah untuk
menyimpan bahan makanan kering seperti biji-bijian, kacang-kacangan,
tepung, margarin, dan bumbu masakan yang bersifat tahan lama, serta b)
gudang bahan makanan segar untuk menyimpan sayur-sayuran, buah-buahan,
daging dan sebagainya
Sanitasi Pada Gudang Penyimpanan Bahan Makanan Kering
Dalam penyimpanan bahan makanan kering perlu diperhatikan beberapa
hal yakni; tempat penyimpanan harus selalu bersih, diatur secara rapi, tidak
mudah dijangkau serangga dan tikus, sirkulasi udara baik dan penerangan
cukup, jarak rak dengan lantai bawah ± 10 cm.
Sanitasi Pada Gedung Penyimpanan Bahan Makanan Segar
Bahan makanan segar disimpan dalam ruang pendingin refrigerator maupun
freezer dengan suhu tertentu. Suhu harus selalu diawasi dan disesuaikan
dengan jenis bahan makanan yang disimpan, karena penyimpanan yang tidak
tepat akan memberi kesempatan mikroba untuk berkembang biak. Bahan
makanan yang memiliki bau tajam hendaknya disimpan tersendiri atau
terpisah dengan bahan-bahan makanan yang lain. Misalnya jenis ikan, daging
dan sebagainya.
Penyimpanan Makanan Jadi
Makanan yang telah masak disimpan pada tempat khusus agar terhindar dari
serangga, debu, mempunyai pertukaran udara yang baik dan selalu terjaga
kebersihannya. Makanan yang tidak tahan lama dapat disimpan dalam almari
es atau ruang pendingin, yang letaknya tidak dicampur dengan bahan
makanan mentah.
4) Pemorsian, Penyaluran dan Penyajian Makanan
Makanan yang telah masak, ditempatkan pada tempat khusus untuk pemorsian
dan kemudian disalurkan dan siap disajikan pada konsumen. Pengawasan
hygiene dan sanitasi meliputi: kebersihan alat-alat misalnya untuk
menyajikan, alat pengangkutan serta personal yang mengerjakannya.
Agar kita terhindar dari bahaya keracunan makanan dengan berpegang pada
prinsip-prinsip sebagai berikut: Menghindari makanan terhadap pencemaran,
dengan usaha:
Menggunakan makanan yang bebas tercemar.
Proses pengolahan makanan yang baik dan cepat.
Menghindari pencemaran dari pekerja dan lingkungan.
Praktek sanitasi yang baik selama penanganan, pengolahan,
penyimpanan, dan penyajian makanan.
Membasmi penggunaan bahan tambahan kimia makanan.
Pengolahan
Pengolahan makanan adalah suatu proses yang terlibat dari mulai penanganan
bahan pangan setelah bahan pangan tersebut dipanen (nabati) atau disembelih
(hewani) atau ditangkap (ikan) sampai kepada usaha-usaha pengawetan dan
pengolahan bahan pangan menjadi produk jadi serta penyimpanannya.
Tujuan pengolahan makanan yaitu untuk mendapatkan bahan pangan yang
aman dari mikroba patogen ataupun racun yang terdapat pada bahan makanan
sebelum di olah, meningakatkan nilai gizi yang dikandung bahan pangan tersebut
agar dapat dimanfaatkan secara maksimal, agar bahan pangan tersebut dapat diterima,
khususnya diterima secara sensori, yang meliputi penampakan (aroma, rasa,
aftertaste) dan tekstur (kekerasan, kelembutan, konsistensi, kekenyalan, kerenyahan).
Namun di sisi lain pengolahan yang buruk dan tidak tepat pada bahan makanan juga
dapat menghasilkan senyawa toksik sehingga produk menjadi kurang atau tidak
aman, kehilangan zat-zat gizi dan perubahan sifat sensori ke arah yang kurang disukai
dan kurang diterima seperti perubahan warna, tekstur, bau dan rasa yang kurang atau
tidak disukai, maka dari itu perlu diketahui cara pengolahan bahan makanan yang
baik dan benar sehingga tujuan pengolahan makan dapat tercapai.
Proses pengolahan
Pada proses / cara pengolahan makanan ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian
Yaitu:
1. Tempat pengolahan makanan.
Tempat pengolahan makanan adalah suatu tempat dimana makanan diolah,
tempat pengolahan ini sering disebut dapur. Dapur mempunyai peranan yang
penting dalam proses pengolahan makanan, karena itu kebersihan dapur dan
lingkungan sekitarnya harus selalu terjaga dan diperhatikan. Dapur yang baik
harus memenuhi persyaratan sanitasi.
2. Tenaga pengolah makanan / Penjamah Makanan. Pengolah makanan adalah
orang yang secara langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan
mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan pengangkutan sampai
penyajian. Dalam proses pengolahan makanan, peran dari penjamah makanan
sangatlah besar peranannya. Penjamah makanan ini mempunyai peluang
untuk menularkan penyakit. Oleh sebab itu penjamah makanan harus selalu
dalam keadan sehat dan terampil. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh para
pekerja di lingkungan pengolahan pangan:
1. Selama berada di lingkungan pabrik pengolahan pangan, khususnya
selama melakukan pekrjaan pengolahan pangan maka pekerja tidak
diperkenankan merokok, makan atau minum.
2. kebiasaan buruk seperti mengorek hidung dengan tangan, mencicipi dan
atau mencium pangan yang sedang diolah perlu ditinggalkan.
3. pekerja melapor kepada pengawasnya jika menderita sakit dan segera ke
dokter untuk diobati. Pekerja yang sakit menjadi sumber kontaminan
potensial untuk menularkan penyakitnya pada makanan yang ia sajikan.
4. pekerja tidak diperkenankan untuk duduk, menginjak, ataupun tidur di
atas bahan baku
5. pekerja di bagian lain harus membersihkan dan mencuci tangannya jika
memasuki ruang pengolahan.
3. Cara pengolahan makanan. Cara pengolahan yang baik adalah tidak terjadinya
kerusakan-kerusakan makanan sebagai akibat cara pengolahan yang salah dan
mengikui kaidah atau prinsip-prinsip higiene dan sanitasi yang baik
Prinsip pengolahan makanan yang baik :
Air untuk pengolahan makanan. Air yang digunakan sebaiknya memenuhi
persyaratan air minum.
Mencuci bahan makanan sebelum digunakan atau dimasak dengan
menggunakan air yang bersih tanpa mengurangi nilai gizi dari bahan makanan
tersebut. Pencucian di lakukan dengan menggunakan air yang mengalir, untuk
menghilangkan kotoran tanah, residu pestisisda dan mengurangi mikroba
patogen pada bahan makanan mentah. Penghilangan tanah amat penting
karena tanah mengandung berbagai jenis mikroba khususnya dalam bentuk
spora.
Garam dimasukkan di akhir pada proses pengolahan makanan. memasukkan
garam pada saat masakan sedang mendidih, akan mengakibatkan hilangnya
Iodium yang ada pada garam tersebut. memasukkan garam pada saat
menghaluskan bumbu masakan atau sambal dengan cara diulek ataupun
menggunakan blender, karena hal ini juga akan menghilangkan kandungan
Iodium yang ada pada garam.
Pisahkan Pangan Mentah dan Matang. Pangan mentah, terutama daging sapi
dan unggas, pangan hasil laut beserta cairan yang ditimbulkannya dapat
mengandung mikroba patogen. Mikroba tersebut yang dapat mencemari
pangan lainnya selama pengolahan dan penyimpanan.
Pemisahan peralatan. Pada saat proses pengolahan makanan, gunakanlah alat
masak yang berbeda setiap kali mempersiapkan bahan mentah. Seperti halnya
alat potong dan papan alas. Pemisahan juga dilakukan pada bahan makanan
daging dan sayur. Hal ini dimaksutkan agar tidak terjadi kontaminasi silang
dari makanan satu ke makan lain.
Pemanasan yang cukup, yaitu lebih dari 70° C dapat mencegah penyakit
bawaan makanan (PBM). PBM dapat digolongkan menjadi 5: Disebabkan
virus (hepatitis A, gastroenteristis) Disebabkan bakteri: infeksi makanan
(tifus, kolera, disentri, dll); keracunan makanan (misalnya karena
staphylococcus, Clostridium, vibrio, dll) Disebabkan amuba/protozoa (mis
amuba hystolitica, bisa disebabkan oleh air yang tercemar atau penjamah
makanan) Disebabkan parasit (misalnya karena Trichinella spiralis, larvanya
terdapat pada daging babi & binatang liar). Penyebabnya bukan kuman
(aflatoksin pada kacang-kacangan, racun sianida pada singkong, zat kimia
dalam bahan makanan, dll). Jika harus memanaskan daging atau memasak
daging, suhu pemanasan harus mencapai 70° C pada bagian dalam daging,
minimal selama 2 menit, untuk mematikan kuman patogen. Daging atau
masakan dari daging yang telah dimasak, kemudian disimpan untuk
dikonsumsi pada waktu berikutnya dapat menimbulkan pembentukan toksis
staphylococcus, meningkatkan risiko terjangkitnya penyakit bawaan makanan.
Penyimpanan makanan yang baik & benar setelah pemasakan dapat mencegah
terjadinya pencemaran ulang Makanan jadi/matang yang berkuah dan
berprotein tinggi bila disimpan pada suhu kamar (25° C) hanya bisa bertahan
selama 4-6 jam, setelah itu dapat dianggap telah rusak. Pengaturan waktu
memasak disesuaikan dengan tingkat bahaya makanan. Pemasakan yang
sempurna membunuh semua bakteri pathogen yang berada dalam makanan.
Lama pemasakan dan suhu pemasakan harus sesuai dengan jenis bahan
makanan yang di masak, pada daging ayam pemasakan harus sampai matang,
untuk menghindari bakteri Salmonella. Pemasakan pada daging juga tidak
boleh terlalu lama karena akan mengurangi kanduungan gizi pada daging.
Sedangkan pada sayuran sebaiknya juga tidak di masak terlalu lama, karena
akan menghilangkan kandungan vitamin dalam sayur.
Proses pengolahan mi ayam goreng Mas No dari bahan mentah sampai siap
disajikan sudah cukup baik, hal tersebut dapat terlihat dari proses pengolahan yang
dilakukan. Misalnya, sebelum semua bahan mentah digunakan dicuci terlebih dahulu.
Namun pencucian yang dilakukan terhadap bahan mentah tidak menggunakan air
yang mengalir sehingga dikhawatirkan dalam pencucian sayuran (sawi) bakteri atau
residu pestisida yang ada pada sayuran tidak hilang. Selain itu resiko terjadinya
kontaminasi silang pada mi ayam Mas No sangat kecil karena pisau dan peralatan
lainnya seperti talenan, dan baskom sudah dipisahkan sesuai dengan fungsinya untuk
mengolah daging atau sayur.
Pengolahan bahan mentah dan pengolahan mi ayam goreng yang dilakukan
pada warung makan mi ayam Mas No tidak menggunakan standar waktu atau pun
suhu khusus, jadi tingkat kematangan hanya berdasarkan perkiraan saja. Bahan
mentah yang akan digunakan pada olahan mi ayam goreng Mas No telah diolah
terlebih dahulu seperti ayam yang akan digunakan direbus dahulu sampai matang, hal
ini dapat meminimalkan kontaminasi bakteri yang ada pada ayam seperti E.Colli dan
Salmonella. Proses pengolahan mi ayam goreng Mas No dengan cara memasukkan
bumbu jadi, ayam , sawi yang sudah di potong-potong dan mi menjadi satu kemudian
dimasak sampai matang. Proses pengolahan sayuran yang langsung dimasak
bersamaan dan dalam waktu yang cukup lama akan menyebabkan proses pemanasan
berlanjut dan dapat mengurangi kandungan gizi dalam sayuran tersebut.
Dalam pengolahan mi ayam goreng Mas No terdapat Bahan Tambahan
Makanan (BTM) yang ditambahkan baik alami maupun buatan misalnya garam, gula,
cengkeh dan bumbu penyedap makanan seperti masako dan “moto” yang termasuk
dalam kategori Monosodium Glutamat (MSG) yang berfungsi sebagai pembangkit
cita rasa. Penggunaan bahan tambahan makanan khususnya bahan tambahan makanan
buatan akan dapat mengganggu kesehatan apabila digunakan dalam waktu yang lama
dan dengan takaran yang berlebih.
Penyajian
Penyajian makanan merupakan suatu cara untuk menyuguhkan makanan
kepada orang/para tamu untuk di santap secara keseluruhan yang berisikan komposisi
yang di atur dan telah disesuaikan dengan permainan warna yang di susun secara
menarik agar dapat menambah nafsu makan.
Penyajian makanan merupakan salah satu prinsip dari sanitasi dan hygiene
makanan. Penyajian makanan yang tidak baik dan etis bukan saja dapat mengurangi
selera makan seseorang tetapi dapat juga menjadi penyebab kontaminasi terhadap
bakteri.
Hal-hal yang Diperhatikan dalam Penyajian Makanan
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyajian makanan sesuai
dengan prinsip sanitasi dan hygiene makanan adalah sebagai berikut :
1. Prinsip wadah artinya setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah
terpisah dan diusahakan tertutup, yang bertujuan agar :
a. Makanan tidak terkontaminasi silang.
b. Bila satu tercemar yang lain dapat diamankan.
c. Memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat
kerawanan makanan.
2. Prinsip kadar air artinya penempatan makanan yang mengandung kadar air
tinggi (kuah, susu) baru dicampur pada saat menjelang dihidangkan untuk
mencegah makanan cepat rusak karena makanan yang disiapkan dalam
kadar air tinggi (dalam kuah) lebih mudah menjadi rusak (basi).
3. Prinsip edible part artinya setiap bahan yang disajikan dalam penyajian
adalah merupakan bahan makanan yang dapat dimakan. Sebaiknya hindari
pemakaian bahan yang membahayakan kesehatan seperti steples besi, tusuk
gigi atau bunga plastik.
4. Prinsip pemisahan artinya makanan yang tidak ditempatkan dalam wadah
seperti makanan dalam kotak (dus) atau rantang harus dipisahkan setiap
jenis makanan agar tidak saling bercampur. Tujuannya agar tidak terjadi
kontaminasi silang.
5. Prinsip panas yaitu setiap penyajian yang disajikan panas, diusahakan tetap
dalam keadaan panas seperti sup dan gulai. Untuk mengatur suhu perlu
diperhatikan suhu makanan sebelum ditempatkan dalam food warmer harus
masih berada diatas 600 C. Alat terbaik untuk mempertahankan suhu
penyajian adalah dengan bean merry (bak penyaji panas)
6. Prinsip alat bersih artinya setiap peralatan yang digunakan sepeti wadah
dan tutupnya, dus, pring, gelas, mangkuk harus bersih dan dalam kondisi
baik. Bersih artinya sudah dicuci dengan cara yang hygienis. Baik artinya
utuh, tidak rusak atau cacat dan bekas pakai. Tujuannya untuk mencegah
penularan penyakit dan memberikan penampilan yang estetis.
7. Prinsip handling artinya setiap penanganan makanan maupun alat makan
tidak kontak langsung dengan anggota tubuh terutama tangan dan bibir.
Tujuannya adalah mencegah pencemaran dari tubuh dan memberi
penampilan yang sopan, baik, dan rapih.
Fungsi Penyajian Makanan
Penyajian makanan dalam suatu jamuan memiliki fungsi sebagai berikut :
Memberi keindahan pada menu atau makanan yang akan disajikan, sebagai
contoh : menu ikan bakar/goreng akan sangat indah bila disajikan dalam
piring/piranti saji lainnya yang cocok bila dibandingkan dengan menu yang
dibiarkan dalam alat memasak.
Menambah selera makan keluarga/para tamu yang akan menyantap hidangan
yang disajikan.
Memberi informasi jenis makanan/menu yang dipesan,sehingga keluarga/atau
tamu tahu makanan yang menjadi menu pilihannya atau favoritnya.
Menghormati tamu dengan menyajikan dan menyuguhkan makananan berarti
kita sangat memperhatikan keberadaan mereka agar mau menyantap sajian
makanan yang disuguhkan.
Menjadikan makanan yang kita masak menjadi lebih berarti dan lebih
berkesan ketika kita sajikan dengan tepat kepada para tamu.
Memberi kesan yang baik secara keseluruhan untuk makanan yang telah
diolah dan sebagai bentuk penghargaan terhadap orang yang
mengolah/memasaknya.
Dalam penyajian mi ayam goreng Mas No peralatan makan yang digunakan
terbuat dari bahan melamin untuk piring, dan bahan kaca untuk gelas. Penggunaaan
bahan melamin untuk penyajian makanan pada mi ayam goreng Mas No bertujuan
sebagai identitas warung makan Mas No. Namun, penggunaan peralatan makan yang
terbuat dari bahan melamin akan dapat membahayakan kesehatan bagi konsumen.
Karena senyawa melamin rentan terhadap panas dan gesekan yang berpotensi
menyebabkan terlepasnya senyawa formaldehida yang dapat menyebabkan timbulnya
masalah kesehatan seperti iritasi dan alergi serta bersifat karsinogenik.
Untuk pengemasan mi ayam goreng Mas No bagi konsumen yang ingin
membawa pulang produk mi ayam goreng Mas No pengemasan dilakukan dengan
kertas pembungkus makanan berwarna coklat sebanyak dua lapis (double) hal ini
dilakukan sebagai identitas warung makan Mas No dan pemilihan penggunaan kertas
pembungkus makanan sebagai pembungkus adalah karena kertas pembungkus
makanan murah dan relatif aman bagi kesehatan.
Saran
Cara lain agar aman mengkonsumsi sayuran mentah adalah dengan teknik
blansir, yaitu pencucian sayuran dengan cara mencelupkan beberapa saat (sekitar 5
menit) ke dalam air mendidih, yang kemudian segera disiram dengan air dingin yang
matang agar proses pemanasan tidak terus berlanjut. Cara ini baik untuk pemasakan
pada bayam, kubis, sawi, kacang panjang, labu siam, pare dan wortel. Waktu blansir
sangat ditentukan oleh tekstur bahan segarnya. Karena itu blansir sebaiknya
dilakukan untuk masing-masing sayuran, tidak dicampur satu sama lain. Sayuran
sebaiknya diblansir dalam keadaan utuh dan pemotongan dilakukan segera setelah
proses blansir selesai.
Referensi :
Anonim. 2011. Cara mencuci sayuran yang benar. http://gayahidupsehat.org/cara-
mencuci-sayuran-yang-benar/#ixzz2mfZLqpze (di akses 7 Desember 2013)
Astawan, Made. 2012. Mana lebih baik lalapan atau sayuran dimasak?
http://health.kompas.com/read/2012/04/11/1400399/mana.lebih.baik.lalapan.a
tau.sayuran.dimasak . (di akses 7 Desember 2013)
Anonim. Bahan tambahan makanan (Food Additive).
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/19581014198601
2-F._MARIA_TITIN_SUPRIYANTI/Titin_file_4,aditif.pdf (di akses 7
Desember 2013)
Anonim. 2013. Bahaya alat makan melamin. http://doktersehat.com/bahaya-alat-
makan-melamin/(di akses 7 Desember 2013)
Marwanti. 2010. KEAMANAN PANGAN DAN PENYELENGGARAAN
MAKANAN. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Keamanan
%20Pangan.pdf. (di akses 8 Desember 2013)
Susiwi. 2009. Cara Pengolahan Pangan Yang Baik.
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/19510919198003
2-SUSIWI/SUSIWI-29)._GMP.pdf. (di akses 8 Desember 2013)
Fanny. 2011. Food Quality & Safety.
http://vibizmanagement.com/journal/index/category/quality_management/
113(di akses 8 Desember 2013)
Anonim. PB 7 Pengolahan bahan makanan.
http://pdpt.unesa.ac.id/portofolio/handout/867/3046/pb-7-pengolahan-bahan-
makanan. (di akses 8 Desember 2013)
Indri. 2012. Definisi penyajian makanan.
http://allboutcook.blogspot.com/2012/11/definisi-penyajian-makanan.html. (di
akses 8 Desember 2013)