analisis pengaruh urbanisasi, indeks pembangunan …

21
ANALISIS PENGARUH URBANISASI, INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 2011-2015 (STUDI KASUS PADA 33 PROVINSI) JURNAL ILMIAH Disusun Oleh: Andy Yusuf Septanto 135020100111015 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENGARUH URBANISASI, INDEKS PEMBANGUNAN …

ANALISIS PENGARUH URBANISASI, INDEKS

PEMBANGUNAN MANUSIA, DAN PERTUMBUHAN

EKONOMI TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI

INDONESIA TAHUN 2011-2015

(STUDI KASUS PADA 33 PROVINSI)

JURNAL ILMIAH

Disusun Oleh:

Andy Yusuf Septanto

135020100111015

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: ANALISIS PENGARUH URBANISASI, INDEKS PEMBANGUNAN …
Page 3: ANALISIS PENGARUH URBANISASI, INDEKS PEMBANGUNAN …

Analisis Pengaruh Urbanisasi, Indeks Pembangunan Manusia, dan Pertumbuhan

Ekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 2011-2015

(Studi Kasus Pada 33 Provinsi)

Andy Yusuf Septanto

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh urbanisasi, indeks

pembangunan manusia, dan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun

2011-2015 (studi kasus pada 33 provinsi). Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Badan

Pusat Statistik (BPS). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode regresi data panel

dengan alat bantu uji, yaitu Eviews 9. Data panel adalah data yang menggabungkan antara data time

series dan cross-section. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa pengaruh urbanisasi, indeks

pembangunan manusia, dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

tingkat kemiskinan di Indonesia pada 33 provinsi.

Kata kunci : Urbanisasi, Indeks Pembangunan Manusia, Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan, Data

panel.

A. PENDAHULUAN

Jumlah penduduk di dunia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Bank Dunia (2017),

jumlah penduduk dunia mengalami pertumbuhan pesat selama 15 tahun terakhir, yakni dari 6,1 miliyar

penduduk pada tahun 2000 meningkat lebih dari satu miliyar menjadi sebesar 7,3 miliyar penduduk di

tahun 2015. Menurut Bank Dunia (2017), pada tahun 2015 Indonesia memiliki jumlah penduduk

indonesia sebesar 257,6 juta, sehingga menempatkan Indonesia menjadi negara dengan jumlah

penduduk terbesar ke-empat di dunia. Banyak potensi yang seharusnya dapat digali dari adanya

peningkatan jumlah penduduk ini. Dari potensi meningkatnya permintaan barang dan jasa, peningkatan

pendapatan negara dari pajak, semakin banyaknya tenaga kerja yang tersedia, dan akhirnya akan

berujung pada harapan pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Namun dari jumlah penduduk yang

besar, yang perlu dikhawatirkan adalah permasalahan yang timbul ketika negara tidak dapat

menfasilitasi para penduduk untuk dapat ikut berkontribusi dalam memutar roda perekonomian.

Peningkatan jumlah penduduk yang besar akhirnya hanya akan membawa permasalahan makro yang

sangat kompleks, yakni kemiskinan.

Tingkat kemiskinan yang tinggi mencerminkan kualitas sumber daya manusia yang rendah. Kualitas

sumber daya dapat diukur melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Menurut United Nations

Development Programme (1990) dalam Badan Pusat Statistik (2015), Indeks Pembangunan Manusia

menjelaskan bagaimana penduduk dapat memperoleh hasil dari pembangunan dalam memperoleh

kesehatan, pendidikan, pendapatan, dan sebagainya. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang rendah

dapat mencerminkan rendahnya produktivitas tenaga kerja. Rendahnya produktivitas tenaga kerja akan

menyebabkan rendahnya perolehan pendapatan. Rendahnya pendapatan di suatu daerah akan

mencerminkan tingkat kemiskinan yang tinggi.

Menurut Bank Dunia (2007), pertumbuhan ekonomi telah, dan akan tetap menjadi indikator utama

bagi pengentasan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi dapat membuat ketimpangan yang tajam, yang

akan mengoyak keutuhan masyarakat. Namun sebaliknya pertumbuhan ekonomi juga dapat

menciptakan pemerataan ekonomi sehingga membantu terintegrasinya masyarakat pedesaan, dan

masyarakat perkotaan.

Menurut Bank Dunia (2007) adapun dua jalan utama bagi rumah tangga, dan individu di Indonesia

untuk dapat keluar dari kemiskinan. Pertama, perbaikan produktivitas pertanian di daerah pedesaan.

Page 4: ANALISIS PENGARUH URBANISASI, INDEKS PEMBANGUNAN …

Kedua peningkatan produktivitas non pertanian, baik di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan

yang mengalami urbaniasai yang tinggi. Peningkatan produktivitas pertaniaan, dan non pertanian akan

meningkatan pendapatan yang dapat dihasilkan oleh masyarakat yang nantinya dapat digunakan untuk

mengeluarkan mereka dari kemiskinan.

Menurut Garnier (1979) dalam buku karangan Soetomo (2009), Urbanisasi adalah suatu proses

dimana perubahan sosial dari mentalitas pedesaan ke kehidupan perkotaan yang diharapkan merupakan

suatu proses kemajuan kebudayaan. Kemajuan dan perubahan ini akan membawa suatu masyarakat

menuju modernisasi. Dimana modernisasi ini akan membawa suatu negara kearah pembangunan.

Karena dari adanya urbanisasi akan membuka banyak lapangan pekerjaan, sehingga diharapkan

banyak masyarakat terserap di dalamnya.

Gejala urbanisasi di Indonesia mulai terlihat pada tahun 1970-an, disaat pembanguan ekonomi

dilakukan terutama di daerah perkotaan. Menurut Bintarto (1986) urbanisasi yang ada di Indonesia

disebabkan dari timbulnya masalah sosial, ekonomi, dan pemukiman baik di kota maupun di desa.

Beberapa faktor-faktor pendorong terjadinya urbanisasi antara lain: 1. Sebagai akibat dari pertambahan

penduduk alami di daerah perkotaan, 2. Sebagai akibat dari perpindahan penduduk dari pedesaan ke

perkotaan, 3. Sebagai akibat perkembangan daerah tepian kota. Banyak orang desa yang berangapan

jika mereka berada di kota mereka akan bisa memperbaiki kondisi ekonomi mekera, ketimbang

mereka masih berada terus di desa.

Peneliti mengambil tahun 2011 sampai dengan 2015 karena tingkat urbanisasi, indeks pembangunan

manusia, dan pertumbuhan ekonomi pada 33 Provinsi di Indonesia mengalami peningkatan secara rata-

rata, sedangkan secara rata-rata tingkat kemiskinan pada 33 Provinsi di Indonesia juga mengalami

penurunan. Sehingga peneliti tertarik untuk mengambil ketiga variabel diatas untuk dikaitkan sebagai

penjelas kemiskinan pada 33 Provinsi di Indonesia dari tahun 2011 sampai dengan 2015.

Hal yang menarik dalam penenelitian ini seperti, variabel urbanisasi belum pernah diteliti dengan

pendekatan kuantitatif. Indeks pembangunan manusia pada penelitian kali ini juga mengunakan

metode baru dalam pengambilan datanya, dimana metode baru ini lebih tepat untuk mengambarkan

perkembangan pembangunan manusia. Pertumbuhan ekonomi juga mengunakan data terbaru dalam

penelitian kali ini. Sehingga akhirnya peneliti tertarik untuk meneliti varibael urbanisasi, indeks

pembangunan manusia, dan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan.

B. KAJIAN PUSTAKA

Konsep Urbanisasi

Menurut Bintarto (1986), urbanisasi dapat dilihat melalui lima prespektif. Pertama, dari segi

demografi, urbanisasi sebagai suatu proses yang menyebabkan terjadinya perubahan penyebaran

penduduk, dan perubahan dalam jumlah penduduk dalam suatu wilayah. Kedua, dari segi ekonomi,

urbanisasi sebagai perubahan struktural dalam sektor mata pencaharian, dimana banyak penduduk desa

yang meninggalkan pekerjaan di bidang pertanian, dan lebih memilih beralih menjadi buruh atau

pekerjaan non agraris di kota. Ketiga, dari sudut pandang seorang ilmuan perilaku urbanisasi dilihat

sebagai sejauh mana manusia dapat menyesuaikan diri terhadap situasi yang berubah-ubah baik yang

disebabkan oleh kemajuan teknologi maupun dengan perkembangan yang terjadi dalam kehidupan.

Keempat, dari sudut pandang sosial, yang mengaitkan urbanisasi dengan sikap hidup penduduk dalam

lingkungan pedesaan yang mendapatkan pengaruh dari kehidupan kota. Kelima, dari sudut pandang

geografi, urbanisasi ini dilihat dari segi distribusi, difusi perubahan, dan pola menurut waktu, dan

tempat.

Dari kelima prespektif diatas dapat dilihat bahwa urbaniasasi mempunyai hubungan yang erat

terhadap pembangunan nasional. Oleh karena itu peran pemerintah dalam mengendalikan urbaniasi

perlu dilakukan, supaya dari adanya urbanisasi dapat dimanfaatkan secara efektif, dan pemerintah

dituntut dapat melayani penduduk secara keseluruhan.

Menurut Paul Knox (1994) dalam Suetomo (2012), urbanisasi adalah proses perubahan dari

ukuran, kepadatan, dan komposisi populasi, struktur ekonomi, dan kebiasaan manusia. Selanjutanya

Page 5: ANALISIS PENGARUH URBANISASI, INDEKS PEMBANGUNAN …

proses urbanisasi dapat dirumuskan sebagai proses yang digerakkan oleh faktor-faktor manusia,

sumber daya alam, dan teknologi (sumber daya buatan). Sehingga menghasilkan keadaan ekonomi,

sosial, dan fisik serta masalah-masalah yang harus dimasakukan dalam penentuan kebijakan dalam

pembangaunan kota. Urbanisasi memotori untuk terjadinya perubahan demografi, politik, kultural,

ekonomi, sosial, teknologi, lingkungan, faktor kontingen lokal dan historis. Urabanisasi juga

menyebabkan terjadinya sistem perkotaan, pengunaan lahan, membangun lingkungan dan

pemandangan kota, ekonomi sosial, dan urbanisme.

Menurut Bintarto (1986), Berbagai sektor kehidupan akan berkembang sebagai akibat dari adanya

urbanisasi, seperti perkembangan berbagai sektor berikut ini:

1. Sektor ekonomi, struktur ekonomi menjadi bervariasi. Dimana akan bermunculan berbagai

macam usaha atau kegiatan di berbagai bidang, seperti bidang transprtasi, perdagangan, dan

jasa yang mucul dari mereka yang bermodal kecil, atau bermodal besar.

2. Wiraswasta, perkembangan di sektor wiraswasta akan meningkat, seperti di perternakan,

kerajinan tangan, perbengkelan, dan lain-lain.

3. Berkembangannya sektor pendidikan yang disebabkan meningkatnya permintaan akan

kebutuhan ini di perkotaan hingga mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

4. Meluasnya daerah kota ke pinggiran kota, sehingga mobilitas semakin lebih lancar karena

terjadinya perbaikan fasilitas transportasi.

5. Harga tanah mengalami peningkatan, baik di kota maupun pinggiran kota.

6. Industrialisasi semakin berkembang karena tenaga kerja murah, dan melimpah tersedia di pasar

tenaga kerja.

Indeks Pembangunan Manusia

Menurut Tjipthoherijanto (1997) Indeks Pembangunan Manusia dibuat untuk mengambarkan

dimensi pembangunan manusia. Indeks Pembangunan Manusia merupakan gabungan dari tiga

indikator penting, yaitu: angka harapan hidup, yang diwakili oleh lamanya hidup, dan kesehatan,

tingkat pendidikan yang diwakitli oleh pengetahuan, dan PDB rill (dalam purchasing power parity

dollar/ PPP$) merupakan taraf kehidupan. Kualitas sumber daya manusia berkaitan erat dengan

permasalahan pembangunan. Karena sumber daya manusia sangat menentukan pekembangan suatu

bangsa. Suatu negara belum tentu dapat mengembangakan teknologi dengan sumber daya manusia

yang banyak, namun juga ditentukan oleh kualitasnya. Kualitas ini dapat dilihat dari berbagai indikator

seperti berikut: mutu tenaga kerja ahli, presentase penduduk yang bersekolah, serta university

enrollment untuk penduduk kelompok usia 20-24 tahun.

Menurut United Nations Development Programme (1990) dalam Badan Pusat Statistik (2015),

Indeks Pembangunan Manusia menjelaskan bagaimana penduduk dapat memperoleh hasil dari

pembangunan dalam memperoleh kesehatan, pendidikan, pendapatan, dan sebagainya. Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) mencakup capaian pembangunan manusia bebasis komponen dasar

kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup melalui pendekatan tiga dimensi dasar yang mencakup

umur panjang, hidup sehat, pengetahuan yang dimiliki, dan standar hidup yang layak.

Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi menurut Sumitro Djojohadi Kusumo dalam Fitri (2007) adalah ketika

produksi barang atau jasa di dalam masyarakat terjadi peningkatan, tingkat ekonomi pada tahun

tertentu yang lebih besar dari tahun sebelumnya menandakan terjadinya pertumbuhan pada

perekonomian suatu negara. Saat produksi total oleh suatu perekonomian naik dapat dikatakan PDB

(Produk Domestik Bruto) rill suatu negara mengalami kenaikan. Pertumbuhan ekonomi dapat dihitung

mengunakan nilai PDB, dimana PDB yang digunakan adalah PDB harga kostan sehingga disebut

dengan PDB rill yang menghilangkan pengaruh pertumbuhan harga.

Menurut Todaro (2011), terdapat tiga faktor dalam memicu pertumbuhan ekonomi, yakni :

1. Akumulasi modal, dimana semua investasi baru akan muncul yang bertujuan untuk

memperbesar output-output yang bisa dihasilkan dimasa yang akan datang. Investasi baru

Page 6: ANALISIS PENGARUH URBANISASI, INDEKS PEMBANGUNAN …

berupa tanah, peralatan, dan sumber daya manusia akan mampu mewujudkan pertumbuhan

ekonomi. Namun investasi yang tidak kalah penting adalah investasi untuk infrastruktur, yakni

berupa jalan, sanitasi baik, listrik, air bersih, fasilitas komunikasi, dan fasilitas-fasilitas lainnya

yang menunjang aktivitas ekonomi.

2. Pertumbuhan penduduk, dan angkatan kerja, jumlah tenaga kerja yang semakin meningkat

selalu diangap sebagai faktor positif dalam merangsang terjadinya pertumbuhan ekonomi.

Artinya semakin banyak angkatan kerja maka semakin banyak jumlah barang, dan jasa yang

dapat diproduksi yang nantinya akan meningkatkan potensi pasar domesitik.

3. Kemajuan teknologi, ketika seseorang melakukan perbaikan cara dalam menyelesaikan

persoalan dengan cara baru yang lebih baik dari pada cara yang lama hal ini disebut kemjuan

teknologi. Terdapat tiga klasifikasi kemajuan teknologi. Pertama, kemajuan teknologi yang

bersifat netral. Dimana ketika tingkat output yang dapat dihasilkan oleh perusahaan lebih tinggi

dengan mengunakan kuantitas, dan kombinasi input yang sama dengan sebelumnya. Kedua,

kemajuan teknologi yang bersifat menghemat tenaga kerja atau hemat modal. Dimana ketika

kenaikan tingkat output yang dapat dihasilkan oleh perusahan dengan jumlah tenaga kerja, atau

input modal yang sama, sedangkan salah satu dari kedua input tadi harus mengalami penurunan.

Ketiga, kemajuan teknologi yang meningkatkan modal. Dimana ketika kenaikan output yang

dapat dihasilkan dengan cara memanfaatkan barang modal secara lebih produktif.

Definisi Kemiskinan

Badan Pusat Statistik (2016) menjelaskan kemiskinan disebabkan oleh 2 macam. Pertama adalah

kemiskinan kultural, yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor adat atau budaya suatu

daerah tertentu yang menyebabkan seseorang atau sekelompok masyarakat tidak dapat keluar dari

kemiskinan. Kemiskinan seperti ini dapat ditekan dengan menghilangkan faktor-faktor yang

menghalangi seseorang untuk keluar dari kemiskinan. Kedua adalah kemiskinan struktural, yaitu

kemiskinan yang disebabkan oleh ketidakberdayaan seseorang atau sekelompok masyarakat terhadap

sistem atau tatanan sosial yang tidak adil. Hal ini karena mereka tidak dapat memiliki akses untuk

mengembangkan, dan membebaskan diri mereka sendiri dari kemiskinan.

Badan Pusat Statistik (2016) menjelakan bahwa kemiskinan secara konseptual dapat dibedakan

menjadi dua macam. Yakni kemiskinan relatif dan kemiskinan absolut, dimana letak perbedaanya

adalah pada standar penilaiannya. Dalam kemiskinan relatif standar penilaian yang digunakan adalah

standar kehidupan yang ditentukan, dan ditetapkan secara subyektif oleh masyarakat setempat, dan

bersifat lokat. Mereka yang berada dibawah standar penilaian tersebut dikategorikan sebagai miskin

secara relatif. Sedangkan dalam kemiskinan absolut standar penilaian yang digunakan adalah standar

kehidupan dasar yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar, baik makanan maupun non

makanan. Kehidupan minimum untuk memenuhi kebutuhan dasar disebut sebagai garis kemiskinan.

Dimana jika seseorang hidup dibawah garis kemiskinan maka dapat dikatakan orang tersebut berada

dalam kemiksinan.

Menurut Bappenas (2004) Badan Pusat Statistik (2016), menjelaskan bahwa kemiskinan adalah

kondisi dimana seseorang, atau kelompok masyarakat tertentu yang tidak dapat memenuhi hak-hak

dasar untuk mengembangankan dan mempertahankan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar

tersebut seperti terpenuhinya kebutuhan pangan, pekerjaan, kesehatan, pendidikan, pertanahan, sumber

daya alam, lingkungan hidup, perumahan, air bersih, rasa aman, dan hak untuk berpartisipasi dalam

kegiatan sosial-politik.

Teori The First City (Carter)

Menurut Carter (dalam Potter) pada buku karangan Soetomo (2009), menjelaskan bahwa kota atau

proses urbanisasi terjadi karena ada empat inisial di dunia :

Pertama, bahwa kota tercipta karena adanya kesuburan tanah suatu wilayah yang menciptakan

surplus pertanian. Perkembangan daerah yang subur akan melahirkan kelompok elite yang mengatur

masyarakat agraris. Mereka akan mengatur, memberi perlindungan, dan jasa pelayanan sosial lainnya,

Page 7: ANALISIS PENGARUH URBANISASI, INDEKS PEMBANGUNAN …

dan mereka menguasai masyarakat agraris dan hidup dari pajak para petani. Kehidupan seperti ini akan

memunculkan konsep awal kota pemerintahan, dan perkembangan pelayanan publik. Dalam kehidupan

kota ini juga berkembang kegiatan komersial non pertanian, seperti perdagangan, jasa-jasa, dan

penguasa memberi fasilitas dengan memungut pajak.

Kedua, Kota tercipta dari adanya alur perdangangan. Dimana kota-kota pertama di Indonesia

terbetuk dari adanya alur perdangangan, seperti di wilayah pantai, dan muara sungai sebagai simpul

pertukaran barang dari pedalaman dan barang dari luar pulau. Adanya urbaniasi atau perubahan suatu

wilayah menjadi perkotaan yang disebabkan oleh adanya perkembangan simpul kolektor, dan

distributor barang dari, dan menuju suatau wilayah, sehingga menjadikan suatu wilayah sebagai titik

kekuatan ekonomi yang menciptakan kesempatan tenaga kerja yang beragam, dan tempat tersebut akan

menciptakan kehidupan perkotaan. Kota akan selalu mempunyai kekuatan ekonomi basis karena

perannya sebagai kekuatan wilayah. Dan akan menciptakan migrasi ke tempat tersebut yang akan

menciptakan kegitan sosial, budaya, dan ekonomi berantai, sehingga menciptakan kekuatan domestik.

Kekuatan ini sesungguhnya akan memenuhi kebutuhan kehidupan penduduknya yang tidak hanya

menyangkut kebutuhan materi, tetapi kebutuhan immaterial yang harkat kemanusiaan.

Ketiga, kota terbentuk dari kepentingan militer. Dimana kota akan terbentuk dari kemauan

kelompok militer untuk tujuan kebutuhan pertahanan, dan strategi militer. Contohnya seperti kota-kota

militer Roma yang dikenals dengan Castrum yang tersebar di wilayah luas yang dibentuk pax Romana.

Keempat, kota terbentuk dari kekuatan agama sebagai pusat terbentuknya kota, hal ini dapat kita

lihat pada kota Mekah, dan kota-kota agama lainnya yang menjadi pusat perkembangan fasilitas agama

yang menciptakan fasilitas pendukungnya, dan permukiman dengan fasilitas yang menunjang kegiatan

seluruh masyarakat yang akan mendatanginya.

Dari teori ini dapat disimpulkan bahwa urbanisasi atau perubahan suatu daerah menjadi perkotaan,

akan berdampak baik pada kesejahteraan masyarakat sekitar. Hal ini disebabkan karena adanya

perkembangan kegitan agrais, perdangangan, kekuatan militer, dan pusat agama yang menciptakan

kesempatan kerja yang lebih beragam, menciptakan kegiatan sosial, budaya, dan ekonomi yang

berantai. Lebih banyak lagi masyarakat yang dapat meningkatkan standar hidup mereka. Karena

mereka terlibat dalam aktifitas perekonomian yang akan menurunkan kemiskinan yang ada.

Teori Migrasi Todaro

Menurut Todaro (2011) Migrasi dari desa ke kota memiliki beberapa karasteristik. Pertama,

migrasi didorong oleh pemikiran rasional seseorang dalam menentukan manfaat dan biaya ekonomi

yang ada, meski semua menyangkut masalah keuangan tetapi juga mempertimbangkan psikologis

mereka. Kedua, Keputusan seseorang untuk melakukan migrasi tergantung dari pertimbangan selisih

atau perbedaan antara upah pedesaan dan upah perkotaan yang diharapkan, bukan selisih aktual,

melainkan selisih yang diharapkan ditentukan oleh ineraksi dua variabel, selisih aktual upah kota-desa

dan probabilitas untuk dapat pekerjaan di perkotaan. Ketiga, probablitas mendapatkan pekerjaan di

perkotaan berkaitan dengan tingkat lapangan pekerjaan perkotaan, sehingga berbandingan terbalik

dengan tingkat pengangguran yang ada di perkotaan. Keempat, tingkat migrasi yang melebihi tingkat

pertumbuhan kesempatan kerja tidak hanya mungkin terjadi, tetapi rasional, dan cederung terjadi jika

selisih pendapatan perkotaan dan pedesaan semakin besar.

Teori migrasi Todaro dapat disimpulkan bahwa urbanisasi akan menurunkan kemiskinan yang ada,

ketika kesempatan untuk mendapatkan penghasilan bersih di kota lebih tinggi ketimbang penghasilan

yang mereka dapatkan sekarang di desa.

Teori Migrasi Everett S. Lee

Keputusan seseorang dalam melakukan migrasi selalu terkandung keinginan untuk memperbaiki

kondisi kehidupan mereka sekarang, sehingga migrasi dapat disebabkan oleh beragai macam faktor

demi tercapainya tujuan mereka. Teori migrasi Everett S. Lee (1970) dalam Ida Bagus Mantra (1985)

terdapat empat faktor yang menjadi perhatian dalam kasus migrasi penduduk, yaitu :

1. Faktor – faktor dari daerah asal.

Page 8: ANALISIS PENGARUH URBANISASI, INDEKS PEMBANGUNAN …

2. Faktor – faktor yang ada pada daerah tujuan migrasi.

3. Faktor rintangan yang menghambat migrasi.

4. Faktor – faktor individual

Teori migrasi Everett S. Lee menekankan bagaimana faktor indivulah yang menentukan seseorang

melakukan migrasi atau tidak, disamping faktor pendorong, penarik, dan rintangan. Sehingga pada

akhirnya migrasi dari desa ke kota bertujuan untuk memperbaiki kondisi kehidupan mereka. Ketika

perbaikan kondisi perekonomian bisa dicapai maka akan berdampak pada tingkat kemiskinan yang

akan semakin berkurang.

Teori Modal Manusia

Dalam buku karangan Simanjuntak (1985), Teori modal manusia memiliki asumsi untuk

meningkatkan penghasilan melalui investasi dibidang pendidikan, perbaikan gizi, dan kesehatan, serta

migrasi. Pada bidang pendidikan, setiap tambahan satu tahun sekolah berarti, di satu pihak akan

meningkatkan kemampuan kerja, dan tingkat penghasilan seseorang, namun dilain pihak harus rela

menunda penerimaan penghasilan yang bisa didapat selama seseorang masih sekolah. Disamping itu

orang tersebut harus membayar biaya untuk sekolah secara langsung, seperti uang sekolah, pembelian

buku, dan alat sekolah, dan lain lain.

Menurut Simanjuntak (1985), pendidikan, dan latihan yang menjadi faktor yang penting dalam

pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan, dan latihan tidak saja menambah pengetahuan

seseorang, tetapi juga keterampilan, dan dengan demikinan meningkatkan produktivitas kerja. Dengan

demikian perusahaan akan dapat meningkatkan output yang dapat diproduksi dengan memperkerjakan

tenaga kerja yang memiliki produktivitias yang tinggi, sehingga perusahaan akan memberikan gaji

yang lebih tinggi.

Pada akhirnya dari meningkatnya pendapatan seseorang akan meningkatkan tingkat konsumsi

mereka, sehingga kesejateraan akan diperoleh lebih baik lagi yang akhrinya dapat mengeluarkan

mereka dari kemiskinan. Namun untuk mendapatkan itu semua seseorang harus mengambil keputusan

investasi pendidikan, dan menjaga kondisi kesehatan mereka. Dimana kondisi kesehatan yang baik

sangat diperlukan baik untuk bekerja maupun untuk menempuh pendidikan.

Teori Pertumbuhan Ekonomi Kuznet

Simon Kuznets dalam Todaro (2011), bahwa dalam tahapan awal dari pertumbuhan perekonomian,

distribusi pendapatan akan mengalami ketidakmerataan, namun dalam tahapan berikutnya distribusi

pendapatan akan merata. Pada awalnya pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan koefisien gini yang

artinya terjadi peningkatan kemiskinan. Namun pada akhirnya pertumbuhan ekonomi akan

menurunkan koefisien gini yang artinya tingkat kemiskinan semakin menurun.

Proses pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan akan merubah negara yang dulunya

bertumpu kepada perekonomian tradisional ke perekonomian modern. Selanjutnya imbalan yang dapat

diperoleh dari investasi di sektor pendidikan mungkin akan meningkat terlebih dahulu, karena sektor

modern yang sedang tumbuh membutuhkan tenaga kerja yang terampil, namun imbalan akan menurun

seiring semakin meningkatnya penawaran tenaga kerja terdidik, dan terjadi penurunan penawaran

tenaga kerja tidak terdidik.

Hakikat Pertumbuhan Kumulatif

Lipsey dkk. (1991) mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan cara yang lebih efektif

dalam menaikan standar hidup masyarakat yang nantinya dapat mengeluarkan mereka dari

kemiskinan, daripada menekan pengangguran struktural. Hal ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi

dapat berlangsung secara terus menerus dan tanpa batas. Seperti pertumbuhan ekonomi sebesar 2

persen pertahun mungkin tidak berarti, namun jika pertumbuhan itu berlangsung selama seabad

lamanya, maka pendapatan rill nasional akan lebih besar tujuh kali.

Page 9: ANALISIS PENGARUH URBANISASI, INDEKS PEMBANGUNAN …

C. METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Pada penelitian kali ini mengunakan penelitian kuantitatif, yakni penelitian yang dilakukan dengan

mengalisis data-data numerik (berupa angka) yang diolah dengan metode statistik tertentu. Menurut

Sugiyono (2015), Metode penelitian kuantitatif diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan

filsafat positivisme, digunakan pada populasi atau sampel, pengumpulan data dengan mengunakan

instrumen penelitian, analisis data yang bersifat kuantitatif atau statistik, yang bertujuan untuk menguji

kebenaran hipotesis yang sudah dibuat.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada bidang ekonomi makro, dengan fokus tentang bagaimana urbanisasi,

indeks pembangunan manusia, dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap kemiskinan. Penulis

meneliti dari data yang diperoleh pada 33 Provinsi di Indonesia pada tahun 2011 s/d 2015 (data panel).

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada bidang ekonomi makro, dengan fokus tentang bagaimana urbanisasi,

indeks pembangunan manusia, dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap kemiskinan. Penulis

meneliti dari data yang diperoleh pada 33 Provinsi di Indonesia pada tahun 2011 s/d 2015 (data panel).

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian mengunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang

diperoleh dari instansi-instansi atau lembaga-lembaga yang berkaitan dengan penelitian ini. Data yang

digunakan pada penelitian kali ini bersumber dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) 33 Provinsi di

Indonesia pada tahun 2011 s/d 2015. .

Metode Pengumpulan dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumbulan data yang digunakan penulis pada penelitian kali ini dengan mengunakan

metode pengumpulan data sekunder yang didapatkan dari instansi-instansi yang membantu dalam

menyelesaikan permasalahan yang sudah dibuat, dan data yang diperoleh dari publikasi resmi yang

memiliki hubungan dengan penelitian kali ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan

pencatatan, dan penggandaan data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Medel Analisis Data

Pada penelitian ini menggunakan metode analisis regresi data panel, alat pengolahan data yang

digunakan adalah Eviews 9. Data panel adalah kombinasi antara deret waktu (time series), dan juga

kerat lintang (cross section). Menurut Widarjono (2016) ada beberapa keuntungan yang diperoleh

ketika mengunakan data panel. Pertama, data panel dapat menyediakan data yang lebih banyak

sehingga menghasilkan degree of freedom yang lebih besar. Kedua, menggabungkan informasi dari

data time series, dan cross section dapat mengatasi masalah yang timbul ketika ada masalah

penghilangan variabel. Karena mengunakan data panel, model data panel dapat ditulis sebagai berikut:

Yit = α + β1 X1 it + β2 X2 it + β3 X3 it + e it

Dimana :

T = banyaknya waktu atau tahun

N = banyaknya wilayah atau provisi

Page 10: ANALISIS PENGARUH URBANISASI, INDEKS PEMBANGUNAN …

T x N = banyaknya data panel

Y = Tingkat Kemiskinan

X1 = Urbanisasi

X2 = Indeks Pembangunan Manusia

X3 = Pertumbuhan Ekonomi

α = bilangan konstanta

β 1.. β 3 = koefisien regresi masing-masing variabel

e = error

Estimasi Regresi Data Panel

Analisis data panel dikenal dengan tiga pendekatan yang terdiri dari pendekatan biasa (common

effect), pendekatan efek tetap (fixed effect), dan pendekatan efek acak (random effect). Ketiga

pendekatan ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Pendekatan biasa (common effect) menurut Widarjono (2016), adalah pendekatan yang hanya

mengkombinasikan data time series, dan cross section. Dengan mengabungkan kedua data

tersebut maka dapat digunakan metode OLS untuk mengestimasi model data panel. Namun

pendekatan tidak memperhatikan dimensi waktu maupun individu, atau dapat dikatakan

perilaku antara perusahaan sama dalam berbagai rentang waktu. Asumsi seperti ini jika

dibandingkan dengan realita pastinya sangat jauh.

2. Pendekatan efek tetap (fixed effect) menurut Widarjono (2016), melihat salah satu kesulitan dari

data panel adalah asumsi intersep, dan slope yang konsisten sulit terpenuhi. Untuk itu dalam

data panel perlu memasukan variabel boneka (dummy variable) untuk dapat menciptakan

perbedaan nilai parameter yang berbeda-beda baik dari time series dan cross section. Metode

ini mengasumsikan bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar perusahaan dan antar waktu,

namun intersepnya berbeda antar perusahaan namun sama antar waktu (time invariant). Namun

metode ini membawa kelemahan yaitu berkurangnya derajat kebebasan (degree of freedom)

yang pada akhirnya mengu rangi efisiensi parameter.

3. Pendekatan efek random (random effect) menurut Widarjono (2016), melihat dari adanya fixed

effect yang menambahkan variabel dummy dalah model akan mengurangi degree of freedom

yang akan mengurangi efisiensi model maka muncul metode random effect. Dengan

menambahkan variabel gangguan (error terms) yang mungkin saja akan muncul pada hubungan

antar waktu, dan antar kabupaten/kota. Teknik metode OLS tidak dapat digunakan untuk

mendapatkan estimator yang efisien, sehingga lebih tepat untuk menggunakan Metode

Generalized Least Square (GLS).

Uji Regresi Panel

Selanjutnya untuk menentukan pendekatan yang tepat mengunkan beberapa uji dibawah ini:

1. Uji Chow-test, uji ini digunakan untuk membandingkan apakah teknik regresi data panel

dengan fixed effect model lebih baik dari common effect model. Pengujian ini mengunakan

rendundant fixed effect digunakan untuk memilih model terbaik antara model common effect

model dan fixed effect model dengan megunakan uji Likelihood Ratio. Ketika nilai probabilitas

Cross-section ChiSquare dari uji Likelihood Ration kurang dari aplha 5 persen maka fixed effect

model dapat dipilih, namun jika lebih dari alpha 5 persen maka common effect model yang

dipilih.

2. Uji Hausman, Menurut Gujarati (2012), pengujian ini digunakan untuk model terbaik antara

fixed effect model dengan random effect model. Ketika nilai probabilitas Cross-section random

lebih besar dari alpha 5 persen, maka random effect model lebih baik dipilih dari pada fixed

effect model. Namun apabila nilai probabilitas Cross-section random kurang dari alpha 5

persen, maka fixed effect model lebih baik dipilih dari pada random effect model.

Page 11: ANALISIS PENGARUH URBANISASI, INDEKS PEMBANGUNAN …

3. Uji Lagrange Multiplier, Menurut Gujarati (2012) uji ini digunakan untuk mengetahui apakah

random effect model lebih baik dari common effect model. Uji signifikansi random effect ini

dikembangkan oleh Breusch-Pagan. Pengujian didasarkan pada nilai residual dari metode

common effect. Dimana ketika p-value pada kolom both di baris Breusch-Pagar kurang dari

0,05 maka random effect model diterima, dan common effect model ditolak. Namun sebaliknya

jika lebih dari 0,05 maka model random effect ditolak, dan common effect diterima.

Uji Hipotesis

a. Uji F

Uji F digunakan untuk melihat pengaruh variabel independent secara bersama-sama terhadap

variabel dependen dari suatu persamaan regresi dengan menggunakan hipotesis statistik. Dengan nilai

prob F-stat, jika probability < α maka H0 ditolak dan H1 diterima, jika probability > α maka H0

diterima dan H1 ditolak.

b. Uji T

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel

dependen, yaitu pengaruh masing-masing variabel independen yang terdiri atas urbanisasi (X1),

indeks pembangunan manusia (X2), dan pertumbuhan ekonomi (X3) terhadap tingkat kemiskinan (Y)

yang merupakan variabel dependennya. Dengan melihat nilai probability setiap variabel independent,

jika probability < α maka H0 ditolak dan H1 diterima, jika probability > α maka H0 diterima dan H1

ditolak.

c. Koefisien Determinasi (Adjusted R square)

Koefisien determinasi dipergunakan untuk melihat bagaimana variabel bebas dalam model regresi

mampu menjelaskan varibael terikat. Atau lebih tepatnya berapa tepat kita memilih varibel bebas

sebagai penjelas variabel terikat dalam suatu model regresi.

Koefisien determinasi berganda (R2) pada intinya mengukur seberapa kemampuan model dalam

menerapkan variasi variabel terikat. Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol sampai satu. Nilai

R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat sangat

terbatas.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Objek Penelitian

Indonesia adalah negara berkembang dengan jumlah penduduk terbesar ke-empat di dunia. Posisi

Indonesia yang terletak pada koordinat 6°LU - 11°´LS dan dari 95°BT-141°45´BT dimana dilintasi

garis katulistiwa yang menjadikan Indonesia memiliki sektor pertanian yang besar. Indonesia juga

merupakan negara kepulauan yang diapit oleh Samudra Hindia, dan Samudra Pasifik yang menjadikan

indonesia juga memiliki potensi hasil laut yang besar pula.

Luas daratan Indonesia sebebsar 1.922.570 km2, dan luas perairan 3.257.483 km2. Indonesia terdiri

dari lima pulau besar, yang terbesar Kalimantan dengan luas 539.460 km2, Sumatera dengan luas

473.606 km2, Papua dengan luas 421.981 km2, Sulawesi dengan luas 189.216 km2, dan Jawa dengan

luas 132.107 km2. Meski pulau Jawa masuk urutan ke-lima namun di pulau ini lebih dari setengah

penduduk Indonesia bermukim. Sedangkan batas wilayah Indonesia diukur dari kepulauan dengan

menggunakan teritorial laut sebesar 12 mil laut serta zona ekonomi eksklusif sebsar 200 mil laut.

Indoensia dalam pemerintahanya menganut sistem disentralisasi. Dimana saat ini terdapat 34

Provinsi yang sah dalam pemerintahan. Dalam Provinsi dibagi menjadi 403 kabupaten, dan 98 kota

Page 12: ANALISIS PENGARUH URBANISASI, INDEKS PEMBANGUNAN …

yang dibagi lagi menjadi kecamatan, dan dibagi lagi menjadi kelurahan, desa, dan sebagainya. Dimana

ditiap Provinsi, Kabupaten, Kota, Kecamatan, dan Desa ada pemimpin masing-masing, namun semua

akan tunduk pada Presiden yang memerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Gambaran Kondisi dan Perkembangan Kemiskinan di Indonesia

Perkembangan tingkat kemiskinan di tiap Provinsi dapat mengambarkan secara umum kemiskinan

di Indonesia. Tercatat dari tahun 2011 sampai 2015 dari lebih dari separu Provinsi yang ada di

Indonesia kemiskinan mengalami penurunan. Lebih dalam lagi tingkat kemiskinan di seluruh Provinsi

yang ada di Pulau Jawa, Kalimantan, dan Papua mengalami penurunan dari tahun 2011 sampai 2015.

Pada rentan tahun yang sama di Pulau Sumatera hanya Provinsi Riau, dan Provinsi Jambi yang

kemiskinan mengalami peningkatan, sisanya mengalami penurunan, di Pulau Sulawesi hanya Provinsi

Sulawesi Utara yang mengalami peningkatan kemiskinan, sisanya mengalami penurunan, dan di Pulau

Nusa Tenggara hanya Provinsi Bali yang mengalami peningkatan kemiskinan, sisanya mengalami

penurunan.

Gambaran Kondisi dan Perkembangan Urbanisasi di Indonesia

Perkembangan tingkat urbanisasi di tiap Provinsi dapat mengambarkan secara umum urbanisasi

yang ada di Indonesia. Tercatat tingkat urbanisasi dari tahun 2011 sampai 2015 hampir seluruh

Provinsi yang ada di Indonesia mengalami peningkatan. Lebih dalam lagi tingkat urbanisasi di seluruh

Provinsi yang ada di Pulau Jawa, Nusa Tenggara, dan Papua mengalami peningkatan dari tahun 2011

sampai 2015.

Pada rentan tahun yang sama di Pulau Sumatera hanya Provinsi Jambi, yang mengalami

penurunan, sisanya mengalami peningkatan, di Pulau Sulawesi hanya Provinsi Sulawesi Barat yang

mengalami penurunan tingkat urbanisasi, sisanya mengalami peningkatan, dan di Pulau Kalimantan

hanya Provinsi Kalimantan Timur yang mengalami penurunan tingkat urbanisasi, sisanya mengalami

peningkatan.

Gambaran Kondisi dan Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia

Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di Indonsia dari tahun 2011 sampai 2015 seluruh

Provinsi mengalami kenaikan. Hal ini berarti Indikator kesehatan, pendidikan, dan standar hidup

masyarakat disetiap Provinsi mengalami peningkatan. Untuk Indeks Pembangunan Manusia paling

tinggi pada tahun 2015 ditempati oleh Provinsi DKI Jakarta dimana hanya sebesar 78,99 persen.

Selanjutnya pada tahun yang sama posisi kedua, dan ketiga untuk Indeks Pembangunan Manusia

paling tinggi di tempati oleh Provinsi DI Yogyakarta sebesar 77,59 persen, dan Provinsi Kalimantan

Timur sebesar 74,17 persen.

Untuk Indeks Pembangunan Manusia paling rendah pada tahun 2015 ditempati oleh Provinsi Papua

sebesar 57,25 persen. Selanjutnya pada tahun yang sama posisi kedua, dan ketiga Indeks

Pembangunan Manusia paling rendah di tempati oleh Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 62,67

persen, dan Provinsi Sulawesi Barat sebesar 62,96 persen.

Gambaran Kondisi dan Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Pertumbuhan ekonomi dari tahun 2011 sampai 2015 hampir setengah Provinsi yang ada di

Indonesia mengalami peningkatan. Untuk pertumbuhan ekonomi paling tinggi pada tahun 2015

ditempati oleh Provinsi Nusa Tenggara Barat dimana sebesar 21,24 persen. Hal ini dapat dijelakan

karena pada tahun 2015 di Provinsi Nusa Tenggara Barat terdapat aktifitas perushaan pertambangan

biji logan yang mendorong pertumbuhan ekonomi secara pesat. Selanjutnya pada tahun yang sama

posisi kedua, dan ketiga di tempati oleh Provinsi Sulawesi dan Provinsi Papua.

Page 13: ANALISIS PENGARUH URBANISASI, INDEKS PEMBANGUNAN …

Untuk pertumbuhan ekonomi paling rendah pada tahun 2015 ditempati oleh Provinsi Kalimantan

Timur sebesar negatif 1,28 persen. Selanjutnya pada tahun yang sama posisi kedua, dan ketiga untuk

pertumbuhan ekonomi terendah di tempati oleh Provinsi Aceh sebesar negatif 0,72 persen, dan

Provinsi Riau sebesar 0,22 persen.

Analisis Regresi

Tabel 4.5: Output Regresi data Panel

Sumber: Hasil Eviews 9

1. Redundant Fixed effect – Likelihood Ratio

Pengujian ini digunakan untuk memilih model terbaik antara common effect model dengan fixed

effect model adalah dengan uji Likelihood Ratio. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan diperoleh

nilai probabilitas Cross-section ChiSquare sebesar 0,0000 dan signifikan terhadap alpha 5 persen

sehingga kesimpulanya fixed effect model dapat dipilih.

Tabel 4.6 : Uji Likelihood Ratio

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 202,951412 (32,129) 0,0000

Cross-section Chi-square 649,862157 32 0,0000

No Dependent Variabel:

Tingkat Kemiskinan (Y)

Model

Common Fixed effect Random effect

1 Konstanta

Standar Error

Probabilitas

81,97302

8,154309

0,0000

54,01281

4,805237

0,0000

54,43535

4,591260

0,0000

2 Urbanisasi (X1)

Standar Error

Probabilitas

-0,003076

0,031623

0,9226

-0,140714

0,045635

0,0025

-0,109104

0,034233

0,0017

3 IPM (X2)

Standar Error

Probabilitas

-0,983989

0,134373

0,0000

-0,523233

0,072314

0,0000

-0,548617

0,070531

0,0000

4 Pertum Eko (X3)

Standar Error

Probabilitas

-0,549376

0,180788

0,0028

-0,078929

0,043681

0,0731

-0,090003

0,043397

0,0397

5 R2

0,465291 0,989586 0,383928

6 Adj R2

0,455327 0,986760 0,372449

7 F

Prob F

46,69942

0,000000

350,2287

0,000000

33,44441

0,000000

8 Durbin Watson 0,079347 1,709530 1,356292

Page 14: ANALISIS PENGARUH URBANISASI, INDEKS PEMBANGUNAN …

Sumber : Hasil Eveiws 9

2. Correlated Fixed effect – Hausman Test

Pengujian ini digunakan untuk model terbaik antara fixed effect model dengan random effect model.

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan diketahui bahwa probabilitas Cross-section random

sebesar 0,1678 dan tidak signifikan dengan alpha 5 persen. Sehingga dapat disimpulkan model yang

digunakan adalah random effect model.

Tabel 4.7: Hausman Test

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 5,055130 3 0,1678

Sumber : Hasil Eveiws 9

3. Lagrange Multiplier

Pengujian ini digunakan ketika hausman test menyimpulkan random effect adalah model yang

tepat. Pengujian ini membandingkan random effect model dengan common effect model. Berdasarkan

hasil p-value pada kolom both di baris Breusch-Pagar sebesar 0,0000 kurang dari 0,05 maka random

effect model diterima dan common effect model ditolak. Sehingga dari ketiga pengujian ini dapat

ditarik kesimpulan bahwa random effect model adalah model yang paling tepat.

Tabel 4.8: Lagrange Multiplier

Cross-section Test Hypothesis Time Both

Breusch-

Pagan

298,6400

(0,0000)

1,913929

(0,1665)

300,5539

(0,0000) Sumber : Hasil Eveiws 9

Pengujian Statistik Analisis Regresi

a. Uji t

Nilai probabilitas dari urbanisasi (X1) sebesar 0,0017, indeks pembangunan manusia (X2) sebesar

0,0000, dan pertumbuhan ekonomi (X3) sebesar 0,0397 kurang dari alpha 5 persen. Berdasarkan

kriteria probabilitas < alpha 5 persen. Sehingga ketiga variabel bebas tersebut berpengaruh signifikan

secara parsial terhadap variabel terikat.

b. Uji F

Berdasarkan tabel 4.5 random effect model nilai probablitias (F-statistik) sebesar 0,000000 kurang

dari alpha 5 persen. Berdasarkan kriteria probabilitas (F-statistik) < alpha 5 persen, maka dapat

disimpulkan bahwa variabel urbanisasi, indeks pembangunan manusia, dan pertumbuhan ekonomi

secara bersama signifikan terhadap variabek terikat yakni tingkat kemiskinan.

c. Koefisien Determinasi (adjusted R²)

Berdasarkan hasil dari tabel 4.5 pada random effect model diperoleh nilai koefisien determinasi

(Adjusted R-squared) sebesar 0,3724 atau sebesar 37,24 persen. Hal ini berarti bahwa variabel

urbanisasi, indeks pembangunan manusia, dan pertumbuhan ekonomi dapat menjelaskan tingkat

kemiskinan sebesar 37,24 persen. Meskipun koefisien determinasi pada random effect model ini

Page 15: ANALISIS PENGARUH URBANISASI, INDEKS PEMBANGUNAN …

terbilang kecil jika dibandingkan dengan koefisien determinasi pada fixed effect model yang hampir

mendekati 1. Namun hal ini harus diwaspadai ketika nilai Adjusted R-squared yang besar apalagi

sangat mendekati 1. Hal ini dapat disebabkan karena fixed effect model mengunakan variabel dummy

yang bisa saja menangkap variabel-variabel yang belum kita gunakan pada model kita. Sehingga

degree of freedom yang ada dalam fixed effect model akan berkurang, yang berimplikasi pada presisi

model kita menjadi kurang efisien.

Menurut Widarjono (2016), Berbeda dengan fixed effect model yang menambahkan variabel

dummy namun mengurangi degree of freedom, random effect model mambahkan variabel gangguan

(error terms) yang mungkin saja akan muncul pada hubungan antar waktu, dan antar kabupaten/kota.

Teknik metode OLS (common effect model dan fixed effect model) tidak dapat digunakan untuk

mendapatkan estimator yang efisien, sehingga lebih tepat untuk menggunakan Metode Generalized

Least Square (GLS) yang dinterpretasikan pada random effect model.

Menurut Baltagi (2006), ketika random effect model terpenuhi asumsinya, sesungguhnya random

effect model lebih efisien dari fixed effect model meskipun dalam kondisi tersebut Adjusted R-squared

hasil dari model random ini lebih kecil dibandingkan dari Adjusted R-squared yang dihasilkan fixed

effect model.

Hasil Analisis Random effect model

Adapun persamaan regresi yang didapatkan adalah sebagai berikut.

Y = 55,43535 – 0,109104 (X1) – 0,548617 (X2) – 0,090003 (X3) + e

Dari persamaan di atas, dapat dijabarkan atau diinterpretasikan hubungan antara variable bebas dan

variable terikat sebagai berikut:

a. Konstanta sebesar 55,43535 artinya jika tidak ada variabel bebas urbanisasi (X1), indeks

pembangunan manusia (X2), dan pertumbuhan ekonomi (X3), maka tingkat kemiskinan akan

meningkat sebesar 55,43535

b. Variabel urbanisasi (X1) bernilai negatif, dan berpengaruh secara signifikan atau secara nyata

terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2011-2015. Dimana ketika terjadi peningkatan

urbanisasi sebesar 1 persen maka tingkat kemiskinan akan berkurang sebesar 0,109104 persen

dengan asumsi variabel yang lainnya dianggap konstan.

c. Variabel indeks pembangunan manusia (X2) menujukan nilai yang negatif dan berpengaruh

secara signifikan atau secara nyata terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2011-2015.

Dimana ketika terjadi peningkatan indeks pembangunan manusia sebesar 1 persen maka tingkat

kemiskinan akan berkurang sebesar 0,548617 persen ketika mengangap variabel lain konstan.

d. Variabel pertumbuhan ekonomi (X3) menunjukan nilai yang negatif dan berpengaruh secara

signifikan atau secara nyata terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2011-2015.

Dimana ketika terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 1 persen maka tingkat

kemiskinan akan berkurang sebesar 0,090003 persen ketika menganggap variabel lain konstan.

Pembahasan

a. Urbanisasi dan Kemiskinan

Menurut Bintarto (1986), adanya urbanisasi atau perubahan suatu daerah menjadi perkotaan dapat

menciptakan perkembangan diberbagai sektor yang berakibat semakin banyak lapangan pekerjaan

yang terbuka. Sektor ekonomi yang ada akan mulai bervariasi. Sehingga urbanisasi atau perubahan

suatu daerah menjadi perkotaan, akan menciptakan kesempatan kerja yang lebih beragam. Jumlah

Page 16: ANALISIS PENGARUH URBANISASI, INDEKS PEMBANGUNAN …

tenaga kerja pada berbagai sektor lapangan pekerjaan utama dari tahun ke tahun terus mengalami

peningkatan. Hal ini dapat menjadi indikasi bahwa urbanisasi memiliki peran di dalamnya. Tercatat

dalam kurun waktu 27 tahun, lebih dari 50 juta orang mendapatkan kesempatan untuk bekerja di

berbagai sektor pada lapangan pekerjaan utama, karena semakin banyak lapangan pekerjaan yang

muncul. Sehingga semakin banyak masyarakat yang dapat meningkatkan standar hidup mereka yang

berimplikasi pada menurunnya tingkat kemiskinan yang ada.

Namun jika dilihat nilai koefisien yang kecil, ini menandakan pengaruh urbanisasi kecil

peranannya dalam menurunkan tingkat kemiskinan. Di Indonesia proses urbanisasi memang

menciptakan lapangan pekerjaan yang beragam, terutama urbanisasi yang disebabkan karena adanya

alur pedangangan. Daerah-daerah seperti Surabaya, Jakarta, Bali, Medan, Makasar, dan lain-lain akan

menciptakan berbagai lapangan pekerjaan baik disektor formal, dan informal. Namun masalahnya jika

adanya urbanisasi hanya menguntungkan berapa orang yang memiliki sumber daya yang melimpah,

maka hanya sedikit orang yang dapat meningkatkan standar hidup mereka, sehingga urbanisasi ini

malah hanya menciptakan ketimpangan distribusi pendapatan yang semakin parah.

Tidak semua masyarakat di Indonesia dapat merasakan manfaat dari urbanisasi. Urbanisasi hanya

dapat dirasakan masyarakat yang tinggal di kota, dan di daerah sekitar perkotaan. Sedangkan Indonesia

adalah negara dengan setengah dari jumlah penduduk tinggal di pedesaan, dan tingkat kemiskinan

paling besar dari tahun ke tahun selalu disumbang oleh daerah pedesaan. Disini Urbanisasi tidak dapat

berbuat banyak untuk menurunkan kemiskinan di daerah pedesaan.

Urbanisasi juga dapat diartikan sebagai perpindahan penduduk dari desa ke kota. Proses urbanisasi

ini akan membawa tenaga kerja yang terdidik, dan tidak. Tenaga kerja yang terdidik akan

mendapatkan pekerjaan yang layak, dan tenaga kerja yang tidak terdidik mungkin hanya bekerja

disektor informal, atau malah menganggur. Namun jika hal ini terus menerus berlangsung lapangan

pekerjaan di perkotaan akan penuh yang mengakibatkan banyak orang kesulitan untuk mendapatkan

pekerjaan. Sehingga dengan terpaksa mereka akan menjadi pengangguran terdidik maupun tidak.

Tentunya hal ini hanya akan menjadi beban perkotaan, sehingga proses urbanisasi malah memperparah

tingkat kemiskinan yang ada.

b. Indeks Pembangunan Manusia dan Kemiskinan

Investasi di bidang pendidikan, kesehatan, dan perbaikan standar hidup masyarakat yang

merupakan komponen pembentuk indeks pembangunan akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja.

Tercatat menurut Badan Pusat Statistik (2017) dari tahun 2010 sampai tahun 2013 terjadi peningkatan

jumlah produktivitas tenaga kerja di berbagai subsektor. Produktivitas yang meningkat ini disebabkan

karena banyak masyarakat yang sudah dilatih atau diberi pengetahuian tentang bagaimana

memproduksi barang lebih banyak lagi. Kesehatan masyarakat yang lebih terjamin menjadikan lebih

banyak waktu yang dapat digunakan untuk belajar atau bekerja. Sehingga dari adanya peningkatan

produktivitas maka akan dapat meningkatkan pendapatan yang nantinya akan digunakan untuk

memperbaiki kondisi perekonomian mereka, dan akhirnya mengeluarkan mereka dari kemiskinan.

Ketika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi maka penghasilan yang akan didapatkan

semakin besar, hal ini sesuai dengan data yang ada di lapangan. Tercatat menurut Badan Pusat Statistik

(2017) penghasilan pada tahun 2016 seseorang dengan tingkat pendidikan terakhir sekolah dasar hanya

sebesar 1,38 juta, pendapatan seseorang akan terus meningkat seiring peningakatan jenjang pendidikan

terakhir yang ditamatkan. Ketika seseorang melajutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi seperti

univesitas maka penghasilan yang bisa didapat jauh lebih besar dari lulusan sekolah dasar, yakni

sebesar 3,63 juta. Hal ini disebabkan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak

pengetahuan, ketrampilan, dan pola pikir seseorang dengan pendidikan yang tinggi akan lebih

sistematis, dan rapi jika dihadapkan pada persoalan di dunia kerja. Sehingga hal ini yang dibayar lebih

oleh perusahaan-perusahaan, karena seseorang dengan pendidikan yang lebih tinggi akan lebih bisa

dipercaya untuk menjabat pada posisi-posisi penting yang penuh dengan resiko.

Namun jika dilihat nilai koefisien yang kecil, ini menandakan pengaruh indeks pembangunan

manusia kecil peranannya dalam menurunkan tingkat kemiskinan. Meningkatnya indeks pembangunan

manusia adalah cerminan semakin membaiknya kualitas sumber daya manusia yang ada. Namun jika

Page 17: ANALISIS PENGARUH URBANISASI, INDEKS PEMBANGUNAN …

perbaikan sumber daya manusia tidak di imbangi dengan peningkatan lapangan pekerjaan yang ada,

maka pengangguran terdidik maupun tidak terdidik malah akan semakin meningkat. Hal ini akan

mengindikasikan bahwa indeks pembangunan manusia yang tinggi saja tidak cukup untuk menurunkan

tingkat kemiskinan yang ada, karena tidak ada lapangan pekerjaan yang dapat digunakan masyarakat

sebagai sarana untuk meningkatkan standar hidup mereka.

Tercatat menurut Badan Pusat Statistik (2017) pada tahun 2013 lebih dari 600 ribu orang yang

memiliki pendidikan akhir SMA ke atas masih menganggur, dan pada tahun 2017 jumlah

pengangguran dari lulusan SMA ke atas malah mengalami peningkatan hampir mendekati 1 juta orang.

Sebenarnya harapan seseorang ketika memiliki pendidikan yang tinggi adalah demi untuk

mendapatkan pekerjaan strategis, dengan upah yang tinggi, sehingga standar kehidupan mereka akan

meningkat. Namun pada kenyataannya tingginya tingkat pendidikan seseorang tidak menjamin

nantinya seseorang bisa mendapatkan pekerjaan dengan upah yang diingikan. Hal ini disebabkan

lapangan pekerjaan yang tersedia semakin lama semakin sempit, padalah jumlah lulusan SMA ke atas

ini semakin tahun semakin meningkat, sehingga tidak semua tenaga kerja yang berpendidikan tinggi

dapat diserap oleh pasar tenaga kerja. Malahan demi untuk memenuhi kebutuhan hidup yang

mendesak para lulusan SMA ke atas ini akan rela untuk bekerja pada lapangan pekerjaan yang

seharusnya diperuntukan oleh lulusan SMA ke bawah, sehingga akan memperparah persaingan di

pasar tenaga kerja.

c. Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan

Pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat akan menurunkan tingkat kemiskinan. Hal ini

disebabkan karena pertumbuhan ekonomi yang meningkat akan merubah negara yang dahulunya

bertumpu pada perekonomian tradisional menjadi negara yang bertumpu pada perekonomian modern.

Sehingga lapangan pekerjaan banyak tersedia dari adanya perubahan perekonomian ini. Salah satu

tanda negara mulai menuju ke perekonomian modern adalah dari adanya industrialisasi yang akan

membuka lebih banyak lapangan pekerjaan. Dari adanya peningkatan lapangan perkerjaan akan dapat

membantu banyak masyarakat untuk memperbaiki kondisi perekonomian mereka, dan akhirnya

mengeluarkan mereka dari kemiskinan.

Namun jika dilihat nilai koefisien yang kecil, ini menandakan pengaruh pertumbuhan ekonomi

kecil peranannya dalam menurunkan tingkat kemiskinan. Di Indonesia pertumbuhan ekonomi merubah

negara kita ke arah dengan perekonomian modern yang menciptakan industrialiasai. Menurut Bintarto

(1986), Industrialisasi akan menyerap tenaga kerja di daerah sekitar tempat industri tadi berdiri.

Namun jika dilihat perkembangannya Industri di Indonesia tidak dapat menyerap penawaran tenaga

kerja yang terus bertambah dari tahun ke tahun. Sehingga masih banyak tenaga kerja yang terpaksa

menganggur, dan hidup dalam kemiskinan.

Menurut Badan Pusat Statisik (2017) lebih dari tiga perempat industri Indonesia ada di Pulau Jawa

sedangkan sisanya berada di luar Jawa. Jumlah industri yang hampir tiga perempat berada di Pulau

Jawa ini hanya memberikan kesempatan keja yang lebih baik bagi para penduduk pulau Jawa,

sedangkan Pulau besar seperti Kalimatan, Sumatera, Sulawesi, Papua, dan Pulau-Pulau Kecil di luar

Jawa hanya merasakan manfaat adanya industri ini yang tidak begitu besar. Padahal jumlah penduduk

luar Jawa lebih dari 100 juta penduduk, dengan jumlah industri yang terbilang sangat jauh jumlahnya

ketimbang industri yang berada di Pulau Jawa, menjadikan tidak banyak penduduk luar Jawa dapat

menikmati manfaat dari adanya industrialisasi ini.

Menurut Badan Pusat Statistik (2017) pada tahun 2008 jumlah industri hampir mencapai angka 26

ribu, namun pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi tak lebih dari 24 ribu, dan pada tahun

2014 mengalami peningkatan mencapai 24,5 ribu. Namun jumlah industri di Indonesia pada tahun

2014 jauh lebih kecil daripada tahun 2008. Penurunan jumlah industri ini dapat menyebabkan tingkat

pengangguran semakin meningkat, karena jumlah lapangan pekerjaan semakin berkurang. Sehingga

adanya industrialiasi ini tidak maksimal dalam menurunkan tingkat kemiskinan.

E. PENUTUP

Page 18: ANALISIS PENGARUH URBANISASI, INDEKS PEMBANGUNAN …

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dalam penelitian ini dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Urbanisasi memiliki pengaruh secara nyata terhadap penurunan tingkat kemiskinan. Namun

pengaruhnya dalam menurunkan tingkat kemiskinan tebilang kecil. Di Indonesia proses

urbanisasi atau perubahan suatu daerah menjadi perkotaan memang menciptakan lapangan

pekerjaan yang beragam, terutama urbanisasi yang disebabkan karena adanya alur

pedangangan. Disini urbanisasi hanya menguntukan beberapa orang yang memiliki sumber

daya, sehingga hanya sedikit orang yang dapat meningkatkan standar hidup mereka. Kemudian

tidak semua masyarakat di Indonesia dapat merasakan manfaat dari urbanisasi. Urbanisasi

hanya dapat dirasakan masyarakat yang tinggal di kota, dan di daerah sekitar perkotaan.

Sedangkan Indonesia adalah negara dengan setengah dari jumlah penduduknya tinggal di

pedesaan, dan tingkat kemiskinan paling besar dari tahun ke tahun selalu disumbang oleh

daerah pedesaan. Disini Urbanisasi tidak dapat berbuat banyak untuk menurunkan kemiskinan

di daerah pedesaan. Urbanisasi disini juga dapat diartikan sebagai perpindahan penduduk dari

desa ke kota. Proses urbanisasi ini akan membawa tenaga kerja yang terdidik, dan tidak. Namun

jika hal ini terus menerus berlangsung lapangan pekerjaan di perkotaan akan penuh yang

mengakibatkan banyak orang kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan, dan terpakasa menjadi

pengangguran. Tentunya hal ini hanya akan menjadi beban perkotaan, sehingga proses

urbanisasi malah memperparah tingkat kemiskinan yang ada.

2. Indeks Pembangunan Manusia memiliki pengaruh secara nyata terhadap penurunan tingkat

kemiskinan. Namun pengaruhnya dalam menurunkan tingkat kemiskinan tebilang kecil.

Meningkatnya indeks pembangunan manusia adalah cerminan membaiknya kualitas sumber

daya manusia. jika perbaikan sumber daya manusia tidak diimbangi dengan peningkatan

lapangan pekerjaan, maka tingkat pengangguran akan semakin meningkat. Hal ini

mengindikasikan bahwa indeks pembangunan manusia yang tinggi saja tidak cukup untuk

menurunkan tingkat kemiskinan yang ada, karena tidak ada lapangan pekerjaan yang dapat

digunakan masyarakat sebagai sarana untuk meningkatkan kondisi perekonomian mereka.

3. Pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh secara nyata terhadap penurunan tingkat kemiskinan.

Namun pengaruhnya dalam menurunkan tingkat kemiskinan tebilang kecil. Pertumbuhan

ekonomi akan merubah negara dengan perekonomian tradisional ke arah perekonomian

modern, yang salah satunya dapat dilihat dari adanya industrialisasi. Dimana dari adanya

industrialisasi akan membuka lapangan perkerjaan bagi masyarakat. Namun jika dilihat

perkembangannya Industri di Indonesia tidak dapat menyerap penawaran tenaga kerja yang

terus bertambah dari tahun ke tahun. Maka hal ini akan menyebabkan semakin banyak tenaga

kerja yang menganggur, dan hidup dalam kemiskinan.

Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat memberikan saran sebagai

berikut:

1. Pemerintah sebaiknya menciptakan proses urbanisasi yang mendorong proses yang sinergik

dari keberagaman sosial, ekonomi, dan budaya. Bukan dimotori oleh proses ekspansi dan

suksesi (pengusuran kampung, dan lain-lain) yang menciptakan ketamakan akan sumber daya

yang ada, namun suatu proses kebersamaan menuju pembangunan kota yang penuh solidaritas,

toleransi, kerjasama antar strata sosial, dan tentunya manusiawi. Sehingga dari adanya

urbanisasi akan menciptakan pemerataan ekonomi, yang akan berpengaruh positif bagi seluruh

penduduk di suatu negara. Seperti kesempatan untuk meningkatkan standar hidup, mendapatkan

pekerjaan yang layak, mendapatakan pendidikan dan kesehatan yang lebih baik, dan lain-lain.

Pemerintah sebaiknya membantu masyarakat yang ingin melakukan perpindahan dari desa ke

kota dengan cara seperti: mempermudah akses transportasi, mempersiapkan keterampian para

penduduk desa, dan membantu memberdayakan para penduduk desa ketika sudah berada di

Page 19: ANALISIS PENGARUH URBANISASI, INDEKS PEMBANGUNAN …

perkotaan. Masyarakat sendiri dalam melaukan urbanisasi lebih baik sadar akan kemampuanya

terlebih dahulu, memastikan kebutuhan pokok (sandang, pangan, dan papan) terpenuhi ketika

mereka berada di perkotaan, Sehingga ketika mereka melakukan perpindahan tidak menjadi

beban bagi daerah perkotaan.

2. Pemerintah sebaiknya meningkatkan indeks pembangunan manusia dengan dibarengi

penciptaan lapangan pekerjaan sebesar mungkin. Hal ini disebakan karena indeks pembangunan

manusia yang tinggi tanpa adanya peningkatan lapangan pekerjaan maka tidak ada tempat

untuk masyarakat keluar dari kemiskinan. Pemerintah juga sebaiknya memasukan materi

kewirausahaan sejak duduk dibangku sekolah dasar, sehingga nantinya akan muncul banyak

kegiatan kewirausahaan yang nantinya dapat membuka banyak lapangan pekerjaan. Pemerintah

diharapkan juga dapat meningkatkan kualitas kesehatan, pendidikan, dan standar hidup dengan

cara seperti: mempermudah akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, mengratiskan biaya

kesehatan bagi masyarakat, meningkatkan kualitas guru agar para murid dapat lebih mudah

memahami materi yang ada, menekan biaya pendidikan agar lebih murah sehingga masyarakat

dapat meraih pendidikan setinggi-tingginya, menjaga kondisi harga barang (terutama kebutuhan

pokok) agar standar hidup masyarakat tidak semakin sulit di capai. Masyarakat sendiri juga

diharapkan untuk tidak berpangku tangan dengan lapangan pekerjaan formal (terutama bagi

seseorang dengan pendidikan akhir SMA ke atas), lebih baik seseorang melakukan kegiatan

kewirausahaan untuk nantinya dapat membuka lapangan pekerjaan yang akan menyerap banyak

tenaga kerja, sehingga semakin banyak masyarakat yang dapat meningkatkan standar hidup

mereka.

3. Pemerintah sebaiknya meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara merata, salah satu yang

dapat dilakukan adalah mempermudah munculnya industri besar, sedang, kecil, dan mikro baik

di daerah perkotaan, dan pedesaan. Sehingga semakin banyak lapangan pekerjaan yang terbuka,

maka tingkat pengangguran akan berkurang, pendapatan seseorang dapat ditingkatkan, dan

kondisi ekonomi mereka juga akan ikut meningkat. Pemerintah dapat meningkatkan belanja

negara untuk menciptakan effect multiplier. Namun disini pemerintah juga harus lebih berhati-

hati dalam membelanjakan anggaranya. Lebih baik memilih produsen yang mengunakan bahan

baku dari dalam negeri lebih banyak, daripada pada produsen yang mengunakan bahan baku

luar negeri. Hal ini untuk mencegah larinya manfaat dari belanja negara ke luar negeri,

sehingga produsen dalam negeri dapat terus bersaing, dan tetap memperkerjakan tenaga kerja

mereka. Pemerintah juga harus mengawasi tingkat upah yang para perusahaan, terutama para

buruh. Dimana disini pemerintah diharapkan untuk bisa menetapkan upah minimal diatas biaya

hidup. Sehingga upah tadi bisa digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan para pekerja.

Pemerintah disini juga perlu untuk menjaga pertumbuhan ekonomi kearah yang lebih baik lagi,

dengan mempermudah masyarakat yang ingin melakukan investasi, menjaga inflasi agar

konsumsi masyarakat tidak berkurang, dan meningkatkan ekspor, dan menekan impor sebisa

mungkin. Masyarakat sendiri ketika bekerja harus lebih produktif, terutama mereka yang

bekerja sebagai buruh. Hal ini untuk menjaga kondisi perusahaan tempat mereka bekerja, agar

tidak bangkrut, dan nantinya tetap memperkerjakan mereka. Masyarakat disini juga diharapkan

meningkatkan konsumsi barang dan jasa yang di produksi oleh industri dalam negeri. Hal ini

untuk menjaga agar industri dalam negeri tatap bisa bertahan dan tetap memperkerjakan para

pekerja yang umumnya orang-orang lokal.

F. DAFTAR PUSTAKA

Arouri Dkk. 2016. Does Urbanization Reduce Rural Poverty? Evidence From Vietnam. Economic

Modelling. Vol. 60 pp. 253–270.

Badan Pusat Statistik. 2015. Indeks Pembangunan Manusia 2014 Metode Baru. Jakarta: Badan

Pusat Statistik.

Page 20: ANALISIS PENGARUH URBANISASI, INDEKS PEMBANGUNAN …

Badan Pusat Statistik. 2016. Perhitungan, dan Analisis Kemiskinan Makro Indonesia 2016. Jakarta:

Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. 2017. Indeks Pembangunan Manusia menurut Provinsi.

(https://www.bps.go.id. diakses pada tanggal pada 5 Januari 2017.)

Badan Pusat Statistik. 2017. Jumlah Penduduk Kota menurut Provinsi. (https://www.bps.go.id.

diakses pada tanggal pada 5 Januari 2017.)

Badan Pusat Statistik. 2017. Jumlah Penduduk Provinsi. (https://www.bps.go.id. diakses pada

tanggal pada 5 Januari 2017.)

Badan Pusat Statistik. 2017. Laju Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan

menurut Provinsi. (https://www.bps.go.id. diakses pada tanggal 5 Januari 2017.)

Badan Pusat Statistik. 2017. Tingkat Kemiskinan Provinsi. (https://www.bps.go.id. diakses pada

tanggal pada 5 Januari 2017.)

Baltagi. B. H. 2006. Panel Data Econometrics. Amsterdam: Elsevier

Bank Dunia. 2007. Era Baru Dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia. Jakarta.

Bank Dunia. 2017. Populasi Dunia. (http://wdi.worldbank.org/table/2.1. dikases pada tanggal 5

Januari 2017.)

Bintarto. 1986. Urbanisasi Dan Permasalahannya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Calì M. and Menon C. 2009. Does Urbanisation Affect Rural Poverty? Evidence From Indian.

London : Spatial Economics Research Centre (SERC).

Fitri. E. L. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Pasaman.

Sumatera Utara :Universitas Sumatera Utara.

Guharati dan Porter. 2012. Dasar-Dasar Ekonometrika Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.

Hutabarat. E. 2016. Pengaruh Desentralisasi Fiskal, Pengeluaran Pemerintah, dan Pertumbuhan

Ekonomi Terhadap Kemiskinan (Studi Kasus Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Timur Tahun

2002-2013. Yogyakarta :Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Kementerian Sosial RI, dan Badan Pusat Statistik. 2012. Analisis Data Kemiskinan Berdasarkan

Data Pendataan Program Perlindungan Sosial (Ppls) 2011. Jakarta.

Lipsey dkk. 1991. Pengantar Makro Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Pananrangi. 2012. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan. Jurnal Plano

Madani. Vol. 1 No. 1.

Pratama. Y. C. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan di Indonesia. Jurnal

Bisnis dan Manajemen. Vol. 4 No.2.

Puspita. D. W. 2015. Analisis Determinan Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal of

Economics and Policy. Vol. 8 No. 1.

Page 21: ANALISIS PENGARUH URBANISASI, INDEKS PEMBANGUNAN …

Putri. A. M. P. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jawa

Timur Tahun 2008-2012. Yogyakarta :Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Ravallion dkk. 2007. New Evidence On The Urbanization Of Global Poverty. World Bank Policy

Research Working Paper 4199.

Simanjuntak. P. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.

Soetomo. S. 2012. Urbanisasi dan Morfologi Proses Perkembangan Peradapan dan Wadah Ruang

Fisiknya : Menuju Ruang Kehidupan yang Manusiawi. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suliswanto. 2010. Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) dan Indeks Pemabagunan Manusia

(IPM) Terhadap Angka Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Universitas

Brawijaya Malang. Vol.8 No. 2.

Tambunan. T. 2003. Perekonomian Indonesia: Beberapa Masalah Penting. Jakarta : Galia

Indonesia.

Tjipthoherijanto P. 1997. Migrasi Urbanisasi Pasar Kerja di Indonesia. Jakarta : Universitas

Indonesia.

Todaro dan Smith. 2011. Pembangunan Ekonomi. Alih Bahasa: Agus Dharma. Jakarta: Erlangga.

Widarjono. A. 2016. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Wulandari. F. H. 2016. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, Pengangguran, Dan Pendidikan

Terhadap Kemiskinan Provinsi di Indonesia Tahun 2008-2012. Yogyakarta :Universitas Atma Jaya

Yogyakarta.