analisis pengaruh perbedaan suhu pengaktifan lignin dan tekanan pengempaan panas tehadap sifat ...
TRANSCRIPT
1
LAPORAN AKHIR
PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA
ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN SUHU PENGAKTIFAN LIGNIN DAN
TEKANAN PENGEMPAAN PANAS TEHADAP SIFAT BIO-MOLDED
PRODUCT SEBAGAI PENGGANTI SYNTHETIC-MOLDED PRODUCT
BIDANG KEGIATAN : PKM Penelitian
Disusun oleh :
1. Yohanes Kelik Bekti Subagyo : 00/140322/KT/04682 2. Beny Rahmanto : 01/149891/KT/04802 3. Singgih Rudi Setiyanto : 01/149802/KT/04768 4. Henricus Bayu Dwiatmoko : 01/144854/KT/04742
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional
sesuai dengan
Surat Perjanjian Pelaksanaan Program Kreativitas
Mahasiswa (PKM)
Nomor : 302/SPK/PKM/DP3M/IV/2005 tanggal 11 April 2005
2
ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN SUHU PENGAKTIFAN LIGNIN DAN TEKANAN PENGEMPAAN PANAS TEHADAP SIFAT BIO-MOLDED PRODUCT SEBAGAI PENGGANTI SYNTHETIC-MOLDED PRODUCT
BIDANG KEGIATAN : PKM Penelitian
oleh :
Yohanes Kelik Bekti Subagyo1, Beny Rahmanto2, Singgih Rudi Setiyanto3, Henricus Bayu Dwiatmoko4, Joko Sulistyo S. Hut.5 RINGKASAN
Dalam industri pengolahan kayu, selalu dijumpai limbah yang jumlahnya relatif besar yatu 40 %-60 %. Pemanfaatan limbah bisa meningkatkan rendemen pemanfaatan kayu, menaikkan nilai kayu (terutama limbahnya), dan memenuhi kebutuhan manusia akan produk kayu yang bisa dipenuhi dengan produk turunan. Lignin merupakan perekat alami pada kayu yang dapat dibiodegradasikan oleh mikroorganisme dan tidak menimbulkan pencemaran lingkungan seperti halnya plastik dan perekat sintesis, misalnya urea formaldehida, fenol formaldehida dan perekat sintesis lainnya. Semakin tinggi suhu pengaktifan lignin dalam otoklaf yang diberikan pada lignin, maka lignin dapat teraktifasi dengan lebih sempurna. Namun, untuk memberikan suhu yang tinggi memerlukan energi yang besar pula. Semakin besar tekanan dalam pengempaan panas yang diberikan kepada produk bentukan akan menghasilkan kekuatan produk yang semakin baik. Namun, pemberian tekanan yang semakin besar akan memerlukan energi yang semakin besar pula. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan suhu pengaktifan lignin dan pengaruh perbedaan pemberian tekanan pengempaan panas terhadap sifat fisika dan mekanika produk bentukan, kemudian dipilih suhu pengaktifan lignin yang menghasilkan produk terbaik.
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap yang disusun secara faktorial dengan dua faktor, yaitu faktor variasi suhu pengaktifan lignin dalam otoklaf yang terdiri dari 3 aras yaitu suhu 150 0C, 170 0C dan 190 0C serta faktor variasi tekanan pada pengempaan panas yang terdiri dari 3 aras yaitu tekanan 20 Mpa, 25 Mpa dan 30 Mpa dengan ulangan yang dilakukan sebanyak tiga kali. Pengujian sifat fisika dan mekanika meliputi kadar air, kerapatan kering udara, pengembangan dan penyusutan, kekuatan lengkung statatik dan kekuatan tekan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara garis besar dinyatakan gagal. Produk bentukan mampu membentuk mat (cetakan) seperti pada cetakannya, namun pada saat produk bentukan tersebut dipindahkan dari cetakannya, produk bentukan tersebut langsung hancur. Modifikasi metode penelitian yang dilakukan adalah. Penghalusan serbuk hingga lolos saringan 45 mesh / tertahan 60 mesh dan lolos 60 mesh, modifikasi proses di otoklaf dengan menambah waktu masak di otoklaf hingga 150 menit, modifikasi proses di otoklaf dimana serbuk dan air dimasak dengan cara pengukusan, modifikasi proses pengempaan dengan mengurangi ketebalan produk, menambah waktu kempa hinngga 20 menit, dan menambah suhu kempa hingga 200 0C (menghasilkan produk bentukan dengan sifat yang sama dengan produk bentukan menggunakan metode awal (tidak mengalami perubahan)) serta rencana modifikasi cetakan dengan menambah lubang uap panas pada cetakan lengkap dengan alat
3
pengatur tekanan uap panas yang keluar (beberapa bengkel bubut yang telah didatangi oleh tim peneliti tidak sanggup untuk membuat alat cetakan ini).
Faktor kagagalan dalam penelitian ini adalah jarak antara laboratorium pemasakan serbuk (dalam otoklaf) dengan laboratorium pengempaan cukup jauh, metode pemasakan yang salah dimana serbuk dimasak dengan cara direbus, dan proses pengaktivan lignin dan pembentukan produk yang dilakukan secara terpisah.
Kata Kunci : Suhu Pengaktifan Lignin, Tekanan Pengempaan Panas, Sifat Fisika, Sifat Mekanika, Produk Bentukan.
1. No, Mhs. : 00/140322/KT/04682, Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan UGM.
2. No, Mhs. : 01/149891/KT/04802, Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan UGM.
3. No, Mhs. : 01/149802/KT/04768, Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan UGM.
4. No, Mhs. : 01/144854/KT/04742, Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan UGM.
5. Staf Pengajar Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan UGM.
4
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hasil hutan yang selama ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat luas
sebagian besar adalah kayu. Kayu adalah sumber bahan baku berbagai
alat/perlengkapan manusia yang paling dekat dengan peradaban manusia sejak zaman
dahulu. Kayu dianggap bahan yang paling mudah dibentuk dengan berbagai
macam/sifat karakteristik yang dimilikinya. Karena kayu dianggap paling digemari
dibanding bahan lainnya, membuat bahan ini semakin banyak dieksploitasi sehingga
menurun kualitas dan kuantitasnya. Kayu yang dahulunya memenuhi syarat untuk
dibentuk apa saja, sekarang sangat sulit untuk dilakukan. Hal inilah yang mendorong
berbagai usaha untuk menciptakan produk turunan dari kayu pejal, misalnya kayu
yang diambil dari hutan dikonversi menjadi berbagai macam bentuk untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Contoh dari konversi kayu adalah untuk dibuat menjadi kayu
gergajian (tiang, papan dan sebgainya), veneer untuk pembuatan kayu lapis, partikel
untuk pembuatan papan partikel, pulp, papan serat, kertas dan penggunaan yang
lainnya.
Dari data Laporan Departemen Kehutanan tahun 1993, di ketahui bahwa dari
kapasitas industri yang ada pada tahun 1992, diperlukan kayu bulat sebesar 54,5 juta
m3. Keperluan kayu sebanyak ini terutama ditujukan bagi 225 unit industri
Dewasa ini berbagai produk bentukan
(molded) seperti panel interior mobil, produk
rumah tangga misal piring, gelas mankok dan
lain-lain, diproduksi dalam jumlah yang besar
dari tahun ke tahun. Produk tersebut umumnya
terbuat dari plastik yang merupakan turunan
dari minyak bumi yang termasuk sumber daya
alam yang tidak dapat diperbarui (unrenewable
resources).
Gambar 1. Piring plastik sebagai
contoh produk bentukan.
5
penggergajian yang kapasitas totalnya mencapai 16 juta m3 kayu gergajian/tahun, dan
dengan keperluan bahan baku 32 juta m3. Sementara kapasitas 117 industri kayu
lapisnya adalah 8 juta m3/tahun dengan keperluan bahan baku sebanyak 16,2 juta m3.
Kollman et.al (1975, halaman 313) menyebutkan bahwa pabrik yang mengetam kayu
menghasilkan 10 % limbah kayu, tetapi bahannya berasal dari penggergajian yang
menghasilkan 30 % kayu limbah. Dalam industri pengolahan kayu, selalu dijumpai
limbah yang jumlahnya relatif besar yatu 40 %-60 %. Limbah ini dapat berupa
potongan log, potongan kayu gergajian, serbuk amplas, potongan veneer kayu,
potongan pinggir plywood dan masih banyak lagi lainnya.
Semua bahan-bahan limbah diatas bisa dimanfaatkan untuk membuat berbagai
produk turunan, terutama produk bentukan. Pemanfaatan limbah ini mungkin tidak
bisa secara langsung mengurangi jumlah pohon yang dibutuhkan dan ditebang di
hutan, tetapi paling tidak bisa meningkatkan rendemen pemanfaatan kayu, menaikkan
nilai kayu (terutama limbahnya), dan memenuhi kebutuhan manusia akan produk
kayu yang bisa dipenuhi dengan produk turunan.
Limbah kayu yang bisa digunakan untuk pembuatan produk turunan yang
ukurannya relatif kecil, jumlahnya relatif banyak dan bisa menampung dari beberapa
tingkat proses kayu diatasnya adalah serbuk kayu (tepung kayu). Tepung kayu adalah
partikel kecil yang sangat lembut yang dihasilkan dari kayu yang dikecilkan dengan
ball mill atau alat sejenis sampai menyerupai tepung gandum, biasannya lolos
kehalusan 40 mesh (Prayitno, 1995). Tepung kayu digunakan secara luas pada
pembuatan linoleum, bom nitro gliserin, pembuatan kertas, kardus, dan bermacam-
macam produk plastik serta produk bentukan lainnya. Bahan yang digunakan untuk
pembuatan produk bentukan berupa serbuk (tepung) kayu karena kelimpahannya yang
relatif dan lebih fleksibel penggunaannya.
Produk turunan yang dipilih dalam penelitian ini adalah produk bentukan.
Maloney (1977) menyebutkan bahwa produk bentukan merupakan produk campuran
tepung kayu yang lebih dari 25 % perekat yang dapat terdiri dari bermacam-macam
bentuk. Dipilih produk bentukan karena produk bentukan memiliki bentuk permukaan
datar tiga dimensi dan memiliki bentuk luar yang berbeda pada bagian depan dan
belakangnya. Produk bentukan mempunyai variasi bentuk dari hampir datar sampai
bentuk gambar yang agak rumit dan cekung karena dilakukan dengan membentuk
bahan (serbuk kayu dan perekat) pada cetakan kemudian diberi tekanan.
Dibandingkan dengan papan partikel, produk bentukan mempunyai kerapatan yang
6
lebih tinggi, uap air yang terbentuk pada saat pengempaan lebih besar karena uap air
tidak dapat keluar dengan mudah seperti pada pengempaan terbuka. Produk bentukan
dibandingkan dengan kayu pejal mempunyai kemampuan penyambungan lebih besar,
keindahan serat dan kekuatan lebih kecil, ketahanan terhadap cairan lebih besar.
Dewasa ini, serbuk kayu yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan
produk bentukan mendapat saingan dari bahan plastik. Dibandingkan dengan kayu,
bahan plastik mempunyai sifat mudah dibentuk dan dicairkan kembali, sifat alir yang
baik, kestabilan bentuk yang tinggi dan bisa dibuat bentuk yang rumit.
Bahan dari kayu untuk membuat produk bentukan masih di pertahankan
karena plastik tidak mampu mengganti sifat dari kayu. Ketersediaan dari bahan plastik
sedikit, sehingga biaya pembuatannya mahal, dan tidak biodegradable. Dibandingkan
dengan plastik, kayu mempunyai sifat modulus elastisitas (MOE) dan modulus patah
(MOR) yang lebih besar, daya isolasi dan kenampakan yang lebih bagus, konsistensi
lebih rendah, proses pembentukan lebih mudah dan murah biayanya, kekakuan lebih
rendah, penyerapan air tinggi, ketahanan serangga dan jamur lebih rendah.
Dalam penelitian ini, digunakan bahan serbuk kayu sebagai bahan produk
bentukan dengan alasan utama untuk sebisa mungkin menggantikan produk bentukan
sintesis misalnya plastik. Produk plastik mulai akan ditinggalkan penggunaannya
karena produk tersebut merupakan produk yang tidak dapat didegradasi oleh
mikroorganisme, selain itu juga menimbulkan emisi dan pencemaran lingkungan.
Sedangkan produk dari kayu karena produk tersebut merupakan produk yang dapat
didegradasi oleh mikroorganisme sehingga keberadaannya dapat dikembalikan ke
alam dan dirotasi oleh alam serta tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.
Suatu produk Bio-molded product dapat dibuat dari tepung kayu dari berbagai
jenis spesies kayu. Semua kayu dari berbagai spesies memiliki komponen yang
dinamakan lignin, karena lignin ini merupakan pengikat antar sel penyusun kayu.
Namun untuk masing-masing spesies memiliki kandungan yang berbeda-beda. Dalam
penelitian ini digunakan serbuk kayu jati dengan alasan kayu jati sudah banyak
dikenal masyarakat pada umumnya, merupakan spesies yang banyak diminati
masyarakat sehingga banyak berdiri pabrik pengolahan kayu jati dimana limbah
serbuknya dapat dimanfaatkan lebih efisien. Selain peningkatan nilai guna dari limbah
serbuk jati, alasan pemakaian serbuk jati adalah karena masyarakat juga lebih mudah
mendapatkan serbuk kayu jati dan serbuk jati memiliki kandungan lignin yang relatif
tinggi.
7
Dalam pembuatan molded product dari kayu, untuk dapat menggabungkan
antar partikel kayu diperlukan suatu perekat. Dalam penelitian ini, perekat yang
digunakan adalah perekat berupa lignin yang menempel pada tiap partikel serbuk
kayu tersebut. Lignin adalah suatu polimer yang kompleks dengan berat molekul
tinggi, tersusun atas unit-unit fenil propan (Haygreen dan Bowyer, 1982). Penggunaan
perekat ini didasarkan pada pemikiran bahwa lignin merupakan perekat alami yang
dapat dibiodegradasikan oleh mikroorganisme dan tidak menimbulkan pencemaran
lingkungan seperti halnya perekat sintesis, misalnya urea formaldehida, fenol
formaldehida dan perekat sintesis lainnya. Selain itu, penggunaan perekat lignin juga
dikarenakan kemudahannya untuk didapatkan dari alam karena perekat ini secara
alamiah sudah ada dan terikat pada komponen selular penyusun kayu.
Variasi dalam penelitian ini adalah perbedaan suhu pengaktifan lignin dalam
otoklaf yaitu dan perbedaan tekanan kempa panas. Variasi pertama, yaitu perbedaan
suhu pengaktifan lignin dilakukan dengan cara pemberian panas pada otoklaf dengan
suhu 130 0C, 150 0C dan 170 0C. Penggunaan variasi ini digunakan karena
berdasarkan kenyataan bahwa semakin tinggi suhu yang diberikan pada lignin, maka
lignin dapat teraktifasi dengan lebih sempurna. Namun, untuk memberikan suhu yang
tinggi memerlukan energi yang besar pula. Oleh karena itu, akan dicari berapa suhu
minimal yang diperlukan untuk mendapatkan kekuatan produk yang sudah cukup
untuk persyaratan penggunaan yang disesuaikan dengan pemanfaatannya.
Variasi kedua dalam penelitian ini adalah perbedaan tekanan dalam
pengempaan panas. Variasi ini dilakukan dengan cara pemberian tekanan sebesar 20
Mpa, 25 MPa dan 30 MPa pada matt atau cetakan yang telah dibuat. Alasan
penngunaan variasi ini karena semakin besar tekanan yang diberikan kepada produk
bentukan akan menghasilkan kekuatan produk yang semakin baik. Hal ini disebabkan
karena semakin besar tekanan yang diberikan dalam pengempaan panas, pemadatan
material partikel akan semakin padat sehingga semakin kuat. Namun, pemberian
tekanan yang semakin besar akan memerlukan energi yang semakin besar pula. Oleh
karena itu, akan dicari berapa tekanan minimal yang diperlukan untuk mendapatkan
kekuatan produk yang sudah cukup untuk persyaratan penggunaan yang disesuaikan
dengan pemanfaatannya..
Setelah diketahui perlakuan pemberian panas pada pengaktifan lignin dan
tekanan pengempaan panas yang menghasilkan sifat contoh uji terbaik dari percobaan
yang akan dilakukan, selanjutnya akan diaplikasikan ke dalam salah satu produk bio-
8
molded. Produk bio-molded dapat dibuat dengan bentuk apa saja misalnya piring,
gelas, bemper mobil, interior mobil, dan lain sebagainnya, dimana hal ini didukung
oleh sifat dari produk bentukan yang dapat dibuat dengan bentuk yang paling rumit
sekalipun. Namun, dalam penelitian ini akan dibuat produk bentukan berbentuk panel
dashboard mobil dengan orientasi teknologi dan tren yang sedang berkembang dan
kemudahan pelaksanaannya. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa pembuatan
bio-molded product ini mudah untuk dilakukan dan bisa dilaksanakan oleh
masyarakat pada umumnya. Hal ini dikarenakan masyarakat dapat dengan mudah
mendapatkan serbuk kayu apa saja untuk membuat produk ini, selain itu juga metode
yang digunakan sangatlah sederhana sehingga dapat dilaksanakan oleh masyarakat
awam.
B. Identifikasi Masalah
Kayu merupakan hasil hutan yang paling digemari oleh sebagian besar
masyarakat dibandingkan dengan bahan lainnya, sehingga membuat bahan ini
semakin banyak dieksploitasi dan menyebabkan kualitas dan kuantitas bahan ini
menjadi menurun. Dalam industri pengolahan kayu, selalu dijumpai limbah yang
jumlahnya relatif besar yatu 40 %-60 %. Semua bahan-bahan limbah diatas bisa
dimanfaatkan untuk membuat berbagai produk turunan, terutama produk bentukan.
Pemanfaatan limbah bisa meningkatkan rendemen pemanfaatan kayu, menaikkan
nilai kayu (terutama limbahnya), dan memenuhi kebutuhan manusia akan produk
kayu yang bisa dipenuhi dengan produk turunan.
Serbuk kayu yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan produk bentukan
mendapat saingan dari bahan plastik. Produk plastik merupakan produk yang tidak
dapat didegradasi oleh mikroorganisme, selain itu juga menimbulkan emisi dan
pencemaran lingkungan. Sedangkan produk dari kayu merupakan produk yang dapat
didegradasi oleh mikroorganisme sehingga keberadaannya dapat dikembalikan ke
alam dan dirotasi oleh alam serta tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.
Semua kayu dari berbagai spesies memiliki komponen yang dinamakan lignin.
Lignin merupakan perekat alami yang dapat dibiodegradasikan oleh mikroorganisme
dan tidak menimbulkan pencemaran lingkungan seperti halnya perekat sintesis,
misalnya urea formaldehida, fenol formaldehida dan perekat sintesis lainnya.
9
Kayu jati merupakan kayu yang sudah banyak dikenal masyarakat pada
umumnya, merupakan spesies yang banyak diminati masyarakat sehingga banyak
berdiri pabrik pengolahan kayu jati dimana limbah serbuknya dapat dimanfaatkan
lebih efisien. Serbuk jati memiliki kandungan lignin yang relatif tinggi.
Semakin tinggi suhu pengaktifan lignin dalam otoklaf yang diberikan pada
lignin, maka lignin dapat teraktifasi dengan lebih sempurna. Namun, untuk
memberikan suhu yang tinggi memerlukan energi yang besar pula. Semakin besar
tekanan dalam pengempaan panas yang diberikan kepada produk bentukan akan
menghasilkan kekuatan produk yang semakin baik. Namun, pemberian tekanan yang
semakin besar akan memerlukan energi yang semakin besar pula.
C. Perumusan Masalah
Dalam percobaan ini, akan diteliti berapa pemberian panas pada pengaktifan
lignin dan tekanan pengempaan panas yang tepat terhadap sifat bio-molded product
sebagai pengganti produk molded sintetis. Untuk mendapatkan hasil ini, digunakan
pendekatan dengan bereksperimen memberikan suhu yang berbeda terhadap
pemasakan serbuk untuk pengaktifan lignin dalam otoklaf dan pemberian tekanan
yang berbeda terhadap pengempaan panas, kemudian dipilih mana pemberian panas
pada pengaktifan lignin dan tekanan pada pengempaan panas yang menghasilkan
kualitas sifat bio-molded product terbaik. Dugaan sementara dari percobaan ini
menunjukkan bahwa pemberian panas pada pengaktifan lignin dan tekanan pada
pengempaan panas yang semakin besar akan menghasilkan produk yang semakin baik
kualitasnya karena lignin dapat teraktifasi dengan lebih sempurna dan dapat ditekan
dan dibentuk dengan sempurna.
Bio-molded product ini berasal dari serbuk kayu, yang dapat memanfaatkan limbah
industri penggergajian kayu. Sehingga pemanfaatan limbah industri yang berupa
serbuk kayu ini dapat memberikan nilai tambah ekonomis khususnya pengrajin
souvenir. Selain itu, serbuk kayu yang dihasilkan dari pohon merupakan sumber daya
alam yang dapat diperbarui.
10
D. Tujuan Program
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengaruh perbedaan suhu pengaktifan lignin terhadap sifat fisika dan
mekanika produk bentukan, kemudian dipilih suhu pengaktifan lignin yang
menghasilkan produk terbaik.
2. Mengetahui pengaruh perbedaan pemberian tekanan pengempaan panas terhadap
sifat fisika dan mekanika produk bentukan, kemudian dipilih pemberian tekanan
pengempaan panas yang menghasilkan produk terbaik.
3. Memperoleh suatu teknologi tepat guna yang mudah, murah dan ramah
lingkungan dalam proses pembuatan bio-molded product dari serbuk kayu yang
berguna bagi masyarakat untuk melestarikan lingkungan dan meningkatkan
pendapatan masyarakat.
4. Mengevaluasi sifat fisik dan mekanik bio-molded product dari serbuk kayu yang
dibuat, yang kemudian diaplikasikan untuk membuat produk bio-molded berupa
panel dashboard mobil.
E. Kegunaan
Kegunaan program ini adalah diketahuinya pemberian suhu pada pengaktifan
lignin dan tekanan dalam pengempaan panas yang paling tepat untuk menghasilkan
bio-molded product yang terbaik. Mahasiswa lebih mengetahui faktor penyebab
variasi kualitas oleh adanya perbedaan suhu pengaktifan lignin dan tekanan pada
pengempaan panas dalam pembuatan bio-molded product. Dari langkah ini,
selanjutnya oleh tim peneliti dikembangkan pada tahap teknologi pembuatan produk
bio-molded bentuk panel dashboard mobil sehingga dapat dialihkan teknologi
laboratoris menjadi teknologi aplikasi di masyarakat. Sehingga terbina kreativitas dari
tim, kerjasama untuk saling mengisi dan bertukar pikiran serta peka terhadap
fenomena lingkungan yang terjadi. Setelah diketahui pemberian suhu pada
pengaktifan lignin dan tekanan dalam pengempaan panas terbaik, maka akan
diperoleh suatu teknologi tepat guna yang mudah, murah dan ramah lingkungan
dalam proses pembuatan bio-molded product dari serbuk kayu yang berguna bagi
masyarakat untuk melestarikan lingkungan dan meningkatkan pendapatan masyarakat
dari sektor industri bio-molded.
11
METODE PENDEKATAN
A. Bahan dan Alat Penelitian
B Prosedur Penelitian
Pembuatan Produk Bentukan
1. Persiapan serbuk/tepung Jati : limbah serbuk kayu gergajian dibersihkan dari
kotoran seperti tanah, batu.
2. Serbuk kemudian di timbang, dimasukkan kedalam oven, dan dikeringkan hingga
kering tanur untuk menghitung kadar air serbuk.
Kadar air = (berat awal-berat kering tanur) : berat awal
3. Menambahkan air pada serbuk dengan perbandingan serbuk dengan air 1 : 4.
4. Memasukkan seluruh serbuk di dalam otoklaf dan menutup otoklaf dengan
penutupnya. Selanjutnya memastikan tutupnya telah tertutup rapat dan jangan
Alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pisau, Otoklaf,
Circularsaw, Refiner, alat penyaring,
Oven, Timbangan, Desikator, Kempa
panas dan cetakan, , Botol timbang,
Gergaji, Penggaris, spidol, ballpoint,
buku, Gelas ukur, Caliper, Mesin uji
united testing system, Kantong
plastik. Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah . Limbah serbuk
kayu Jati diperoleh dari pabrik
penggergajian kayu di daerah sekitar
Jalan Kaliurang, Sleman Yogyakarta,
aquadest.
Gambar : Alat uji mekanik.
12
sampai ada kebocoran sehingga tidak ada udara yang keluar selama proses
pemanasan .
5. Memanasi otoklaf dengan kompor minyak, pemanasan dilakukan dengan
mengatur suhu sehingga didapatkan 3 variasi suhu pemanasan yaitu 150 0C, 170 0C dan 190 0C. Tepat pada saat awal pencapaian kondisi konstan, klep otoklaf
dibuka selama 10 detik. Pembukaan ini berfungsi untuk melepaskan tekanan palsu
dalam otoklaf. Kondisi ini dipertahankan selama 2 jam.
6. Melepaskan tekanan dalam otoklaf secara perlahan-lahan dengan jalan membuka
klep secara perlahan.
7. Menuang isi otoklaf pada ember dan pindah lagi ke dalam penyaring yang
diletakkan diatas drum untuk membuang air.
8. Serbuk kemudian di haluskan lagi dalam refiner. Kemudian air dihilangkan sebisa
mungkin dengan menuangkan serbuk tersebut dalam penyaring kemudian diperas.
9. Serbuk kemudian dimasukkan ke cetakan ukuran diameter 5,5 cm dengan
ketebalan 63 mm untuk membentuk contoh uji dan dilakukan pengempaan awal.
Pengempaan panas dilakukan pada suhu 190 0C, tekanan yang bervariasi yaitu 20
Mpa, 25 Mpa dan 30 MPa selama 10 menit.
10. Pengkondisian: hasil cetakan yang telah dikempa dikondisikan untuk
menyeragamkan kadar air dan melepaskan tegangan sisa akibat pengempaan
panas, selama 14 hari pada suhu kamar sebelum dilakukan pengujian.
11. Setelah didapatkan pemberian panas pada pengaktifan lignin dan tekanan pada
pengempaan yang menghasilkan produk terbaik, selanjutnya dicoba untuk
membuat molded product berupa panel dashboard mobil.
Contoh uji
Berdasarkan ASTM D 5524-93 (Anonim 1993, hal. 413), cetakan untuk contoh uji
bahan plastik produk bentukan yang berbentuk disk adalag diameter 51 mm
dengan kedalaman 3,175 60,076 mm. Oleh karena ukuran contoh uji yang kecil,
maka 3 ulangan untuk tiap kombinasi faktor masing-masing di buat 3 contoh uji,
yang terdiri 1 contoh uji untuk uji mekanik tekan dan lengkung, 1 contoh uji untuk
penyerapan air dan pengembangan tebal, dan 1 contoh uji untuk pengukuran kadar
air dan kerapatan. Produk bentukan dibuat 81 contoh uji, yang terdiri 3 faktor
keseragaman ukuran serbuk dan keseragaman BJ kayu yang digunakan, masing-
masing dibuat 3 ulangan.
13
Pola pemotongan contoh uji produk bentukan dilihat pada gambar sebagai berikut
:
1. Contoh uji MOE (50 x 12,7 mm)
2. Contoh uji MOR (35,2 x 12,7 mm)
3. Contoh uji kadar air dan kerapatan (40 x 40 mm)
Gambar : Cara Pemotongan Contoh Uji
Pengujian Sifat Fisika dan Mekanika Produk Bentukan
Pengujian sifat fisika dan mekanika produk bentukan ini meliputi kadar air,
kerapatan, penyerapan air, pengembangan tebal, kekuatan tekan dan keteguhan
lengkung.
1. Kadar air
Kadar air adalah gambaran banyaknya air yang terkandung dalam produk
bentukan yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanur. Penentuan
kadar air ini dilakukan dengan cara mengeringkan sample pada oven dengan suhu
103 62 0C, dan diketahui berat basah dan berat kering tanurnya.
Berat basah – berat kering tanur
KA = ----------------------------------------- x 100 %
Berat kering tanur
1
2
3
14
2. Kerapatan
Kerapatan adalah menyatakan banyaknya zat kayu per satuan volume. Cara
penentuan kerapatan kayu yaitu dengan menimbang berat kering tanur, dan
sekaligus mengkur volume produk bentukan pada kondisi kering udara.
Berat kering tanur
Kerapatan = ----------------------------
Volume kering udara
3. Penyerapan air
Penyerapan air produk bentukan dihitung berdasarkan berat sebelum (B1) dan
sesudah perendaman (B2) dalam air selama 24 jam.
B1
Penyerapan air = ------- x 100
B2
4. Pengembangan tebal
Pengembangan tebal berdasar atas tebal sebelum (T1) dan sesudah perendaman
(T2) dalam air selama 24 jam.
T1-T2
Pengembangan tebal = ---------- x 100
T1
5. Keteguhan lengkung
Pengujian keteguhan lengkung terdiri dari MOE dan MOR. Pengujian dilakukan
dengan menggunakan mesin uji united testing system dengan menggunakan jarak
bentangan bebas 40 mm.
3pl 3pl3
MOE = ---------- MOR = ------------
2bd 2 4�bd3
15
p : beban b : lebar � : defleksi
l : bentangan bebas d : tebal
6. Keteguhan tekan
Keteguhan tekan ini bertujuan untuk menguju kekuatan tekan produk bentukan.
Pengujuian ini dilakukan dengan menggunakan mesin uji united testing system.
P
keteguhan tekan = -----
A
C. Rancangan penelitian
Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap yang disusun secara
faktorial. Faktor yang digunakan adalah :
1. Faktor variasi suhu pengaktifan lignin dalam otoklaf (A)
a. 150 0C (A1)
b. 170 0C (A2)
c. 190 0C (A3)
2. Faktor variasi Tekanan pada pengempaan panas (B)
a. 20 MPa (B1)
b. 25 MPa (B2)
c. 30 MPa (B3)
Dari kedua faktor itu akan diperoleh sembilan kombinasi perlakuan dengan
ulangan yang dilakukan sebanyak tiga kali.
16
Tabel : Rancangan acak lengkap dengan percobaan factorial 3x3
Variasi suhu pengaktifan
lignin dalam otoklaf (A)
variasi Tekanan
pada pengempaan
panas (B)
Ulangan
150 0C 20 Mpa A1B11 A1B12 A1B13
25 Mpa A1B21 A1B22 A1B23
30 MPa A1B31 A1B32 A1B33
170 0C 20 Mpa A2B11 A2B12 A2B13
25 Mpa A2B21 A2B23 A2B23
30 MPa A2B21 A2B22 A2B23
190 0C 20 Mpa A3B11 A3B12 A3B13
25 Mpa A3B21 A3B22 A3B23
30 MPa A3B31 A3B32 A3B33
Adapun parameter produk bentukan yang diuji meliputi kadar air, kerapatan kering
udara, pengembangan dan penyusutan, kekuatan lengkung statatik dan kekuatan
tekan.
Tabel : Analisis varians (Anova)
Sumber
variasi
Derajad
bebas
Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah
F hitung
Ukuran (A) a-1 JK A JK A/db KTA/KTE
Jenis kayu (B) b-1 JK B JK B/db KTB/KTE
AxB (a-1)(b-1) JK P JK P/db KTP/KTE
Error (r-1)(ab-1) JK E JK E/db
Total rab-1 JK T
17
Jika hasil analisis variasi berbeda nyata maka diuji lanjut dengan menggunakan
metode Honestly Significant Difference (HSD) atau uji Tuckey untuk mengetahui
pada taraf-taraf mana faktor tersebut menunjukkan perbedaan dengan rumus
sebagai berikut :
HSD A : Q α (a,db,error) Sy A
HSD B : Q α (b,db,error) Sy B
HSD AxB : Q α (k,db,error) Sy (AxB)
Sy A : (√ KTE / rb )
Sy B : (√ KTE / ra )
Sy (AxB) : (√ KTE / r )
Keterangan
R : banyaknya ulangan
A : jumlah perlakuan / taraf faktor A
B : jumlah perlakuan / taraf faktor B
K : jumlah perlakuan / interaksi faktor A dan faktor B (AxB)
Sy : error baku rata-rata umum
KTE : kuadrat tengah error
Q α (k,db,error) : nilai baku q pada taraf uji α, dengan db error dengan jumlah
perlakuan k (table q)
18
PROSEDUR PENELITIAN
Persiapan bahan baku pengumpulan serbuk jati
menambahkan air hingga perbandingan
serbuk : air = 1 : 4
pengaktifan lignin dengan pemasakan dalam otoklaf dengan suhu 150 0C, 170 0C dan 190 0C
Penghalusan serbuk dalam refiner
Pengempaan: 1. pre press
2. press panas suhu 190 0C, (20 Mpa, 25 Mpa dan 30 Mpa), 10 menit
Pengkondisian produk bentukan
Pemotongan contoh uji
Pengujian contoh uji
Pembuatan produk bio-molded berbentuk panel dashboard mobil
Gambar : Bagan prosedur Penelitian
19
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian Program Kreativitas Mahasiswa dengan judul: “ANALISIS
PENGARUH PERBEDAAN SUHU PENGAKTIFAN LIGNIN DAN TEKANAN
PENGEMPAAN PANAS TEHADAP SIFAT BIO-MOLDED PRODUCT SEBAGAI
PENGGANTI SYNTHETIC-MOLDED PRODUCT”. dilaksanakan pada tanggal
15 April 2005 sampai dengan 27 Juli 2005 yang bertempat di Laboratorium
Pengolahan Hasil Hutan Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan,
Universitas Gadjah Mada dan Laborarorium Perekatan Kayu Jurusan Teknologi Hasil
Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada.
B. Tahapan Pelaksanaan
Tabel : Tahapan Pelaksanaan Penelitian Program Kreativitas Mahasiswa.
No. Kegiatan Tanggal
1 Membeli serbuk dari Sragen, Jawa Tengah. 15 April 2005
2 Mengajukan permohonan penggunaan Laboratorium
Pengolahan Hasil Hutan dan Laborarorium Perekatan
Kayu Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas
Kehutanan, Universitas Gadjah Mada
18 April 2005
3 1. Pemesanan/pembelian cetakan Molded Product
berbentuk silinder.
2. Pengayakan serbuk jati.
3. Mengukur kadar air serbuk.
18 April 2005 s.d.
28 Mei 2005.
4 1. Mengaktifkan lignin dengan cara memasak dalam
otoklaf.
2. Pengempaan.
(sesuai metode awal)
1 Juni 2005 s.d
14 Juni 2005.
20
5 Menyaring serbuk hingga kehalusan lolos saringan 45
mesh / tertahan 60 mesh dan lolos 60 mesh, kemudian
keduanya di lakuan proses yang sama dengan metode
awal, yaitu :
a. Mengaktifkan lignin dengan cara memasak
dalam otoklaf.
b. Pengempaan.
(Modifikasi metode penelitian yang pertama)
20 Juni 2005 s.d.
25 Juni 2005.
6 1. Mengaktifkan lignin dengan cara memasak serbuk
dengan kehalusan lolos saringan 45 mesh / tertahan
60 mesh dan lolos 60 mesh dalam otoklaf dengan
menambah waktu masak hingga 150 menit.
2. Pengempaan.
(Modifikasi metode penelitian yang kedua)
27 Juni 2005 s.d.
2 Juli 2005.
7 1. Mengaktifkan lignin dengan cara memasak serbuk
dengan kehalusan lolos saringan 45 mesh / tertahan
60 mesh dan lolos 60 mesh dalam otoklaf dengan
menambah waktu masak hingga 150 menit dimana
serbuk dan air dimasak dengan cara pengukusan
yaitu serbuk dipisahkan dari air dengan saringan
yang terbuat dari kain.
2. Pengempaan.
(Modifikasi metode penelitian yang ketiga)
4 Juli 2005 s.d.
9 Juli 2005
8 1. Mengaktifkan lignin dengan cara memasak serbuk
dengan kehalusan lolos saringan 45 mesh / tertahan
60 mesh dan lolos 60 mesh dalam otoklaf dengan
menambah waktu masak hingga 150 menit (cara
modifikasi kedua).
2. Pengempaan dengan mengurangi ketebalan produk,
menambah waktu kempa hinngga 20 menit, dan
menambah suhu kempa hingga 200 0C..
(Modifikasi metode penelitian yang keempat)
11 Juli 2005 s.d.
16 Juli 2005.
21
9 Mencari bengkel pembuat cetakan dengan rancangan
alat yaitu dengan menambah lubang uap panas pada
cetakan lengkap dengan alat pengatur tekanan uap
panas yang keluar, sehingga uap panas dan alat kempa
tidak lagi menjadi bagian yang terpisah.
(Modifikasi metode penelitian yang kelima)
18 Juli 2005 s.d.
27 Juli 2005.
22
HASIL PROGRAM DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Program
Dalam penelitian ini secara garis besar dinyatakan gagal. Hal ini disimpulkan
dari produk bentukan yang dihasilkan. Produk bentukan yang dihasilkan memang
sudah bisa membentuk mat (cetakan) seperti pada cetakannya, namun pada saat
produk bentukan tersebut dipindahkan dari cetakannya, produk bentukan tersebut
langsung hancur. Tim peneliti sudah mencoba berbagai alternatif metode lain dengan
prinsip kerja dasar yang serupa, namun masih menemui banyak kendala, yang
menyebabkan penelitin ini tidak bisa dilanjutkan lagi hingga pada batas pernyataan
bahwa penelitian ini gagal.
Metode pertama pembuatan produk bentukan adalah sebagai berikut:
Persiapan bahan baku pengumpulan serbuk jati
menambahkan air hingga perbandingan serbuk : air = 1 : 4
pengaktifan lignin dengan pemasakan dalam otoklaf dengan suhu 150 0C, 170 0C dan 190 0C
Penghalusan serbuk dalam refiner
Pengempaan: 1. pre press
2. press panas suhu 190 0C, (20 Mpa, 25 Mpa dan 30 Mpa), 10 menit
Pengkondisian produk bentukan
23
Hasil dari proses tesebut menunjukkan kondisi bahwa produk bentukan yang
dihasilkan sudah bisa membentuk mat (cetakan) seperti pada cetakannya, namun pada
saat produk bentukan tersebut dipindahkan dari cetakannya, produk bentukan tersebut
langsung hancur. Kemudian tim peneliti mengambil beberapa modifikasi metode
penelitian.
1. Serbuk yang sudah ada dihaluskan lagi dan disaring hingga kehalusan lolos
saringan 45 mesh / tertahan 60 mesh dan lolos 60 mesh, kemudian keduanya
di lakuan proses yang sama dengan metode awal. Hasil penelitian
menghasilkan produk bentukan dengan sifat yang sama dengan produk
bentukan menggunakan metode awal (tidak mengalami perubahan).
2. Modifikasi proses di otoklaf (1). Modifikasi ini dilakukan dengan menambah
waktu masak di otoklaf hingga 150 menit. Hasil dari metode ini tidak berbeda
dengan hasil sebelumnya.
3. Modifikasi proses di otoklaf (2). Serbuk dan air dimasak dengan cara
pengukusan, dimana serbuk dipisahkan dari air dengan saringan yang terbuat
dari kain, kemudian dilakukan pengempaan. Hasil dari metode ini tetap tidak
mengalami perubahan.
4. Modifikasi proses pengempaan. Modifikasi ini dilakukan dengan mengurangi
ketebalan produk, menambah waktu kempa hinngga 20 menit, dan menambah
suhu kempa hingga 200 0C. Hasil dari metode masih menunjukkan kegagalan.
5. Rencana modifikasi cetakan. Rancangan alat ini adalah dengan menambah
lubang uap panas pada cetakan lengkap dengan alat pengatur tekanan uap
panas yang keluar, sehingga uap panas dan alat kempa tidak lagi menjadi
bagian yang terpisah. Namun rencana ini gagal karena beberapa bengkel bubut
yang telah didatangi oleh tim peneliti tidak sanggup untuk membuat alat
cetakan ini.
Dengan adanya fakta bahwa produk bentukan yang dihasilkan gagal, maka
segala uji sifat mekanika dan sifat fisika contoh uji produk bentukan tidak bisa
dilakukan.
24
B. PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, produk bentukan yang dihasilkan dinyatakan gagal. Hal
ini disebabkan oleh beberapa hal. Adapun faktor-faktor penyebab kegagalan tersebut
akan diterangkan sebagai berikut.
Faktor kagagalan penelitian yang pertama adalah jarak antara laboratorium
pemasakan serbuk (dalam otoklaf) dengan laboratorium pengempaan cukup jauh,
dimana laboratorium pemasakan serbuk (dalam otoklaf) berlokasi di Klebengan,
sedangkan laboratorium pengempaan berlokasi di Fakultas Kehutanan UGM. Dengan
jarak lokasi antar laboratorium yang cukup, maka untuk mencapai laboratorium
pemasakan serbuk (dalam otoklaf) menuju laboratorium pengempaan memerlukan
waktu yang cukup lama, sehingga menyebabkan lignin aktif serbuk yang sudah
dimasak akan kehilangan sifat aktifnya saat dikempa. Hal ini disebabkan karena sifat
dari lignin adalah termoplastis, yaitu sifat dimana lignin akan melunak (dan aktif) jika
dipanaskan dan akan mengeras jika didinginkan. Pemecahan masalah dari faktor
penyebab kegagalan ini adalah dengan menempatkan kedua alat ini (otoklaf dan alat
kempa) dalam satu ruang untuk memperpendek waktu yang bisa mendinginkan
serbuk kayu yang sudah dimasak. Pemecahan masalah ini tidak dapat dilaksanakan
karena kedua alat ini dikoordinasi oleh dua laboratorium yang berbeda, sehingga tidak
mungkin kedua alat ini ditempatkan dalam satu ruang.
Faktor kegagalan penelitian yang kedua adalah metode pemasakan yang salah
dimana serbuk dimasak dengan cara direbus. Dengan cara perebusan, pemasakan ini
menyebabkan lignin yang telah aktif dan meleleh akan terlarut dalam air. Syarat untuk
melakukan pengempaan panas adalah bahan yang akan dikempa harus memiliki kadar
air yang serendah mungkin. Oleh karena itu, sebelum dilakukan pengempaan, serbuk
yang telah dimasak harus diperas terlebih dahulu. Pemerasan ini menyebabkan lignin
yang telah aktif banyak terbuang bersamaan dengan air yang terbuang saat pemerasan
serbuk yang telah dimasak. Hal ini juga menyebabkan suhu serbuk yang telah
dimasak turun secara cepat, sehingga menyebabkan sifat aktif lignin menurun secara
cepat. Pemecahan masalah yang dicoba oleh tim peneliti untuk menghilangkan faktor
penyebab kegagalan ini adalah dengan cara memisahkan serbuk dan air pada waktu
pemasakan, yaitu dengan cara pengukusan. Hal ini dilakukan dengan cara
menempatkan serbuk didalam kain dan di pasang diatas air pada saat pemasakan.
25
Cara ini memberikan hasil yang tidak jauh berbeda dengan metode sebelumnya. Hal
ini dikarenakan lignin yang telah aktif dan meleleh pada akhirnya akan banyak
menempel pada kain dan sebagian lignin menembus kain dan jatuh ke air. Kehilangan
serbuk juga terjadi karena pada saat tekanan otoklaf dilepaskan, banyak serbuk kayu
yang ikut menyembur keluar bersama dengan uap air.
Faktor kegagalan penelitian yang ketiga adalah faktor yang berperan paling
besar dalam kegagalan penelitian ini. Faktor kegagalan ini adalah proses pengaktivan
lignin dan pembentukan produk yang dilakukan secara terpisah. Metode yang
dilakukan oleh tim peneliti adalah pemasakan serbuk untk mengaktifkan lignin,
kemudian dilakukan pembentukan produk dalam pengempaan panas. Hal ini
menyebabkan lignin yang telah aktif kemudian menjadi dingin yang disebabkan oleh
proses pemindahan dari otoklaf ke dalam mesin kempa, sehingga lignin kehilangan
kemempuannya untuk mengikat material yang ada menjadi produk bentukan. Hal ini
juga di dukung oleh banyaknya lignin yang hilang bersama air pada saat pemasakan
serbuk di dalam otoklaf. Disamping itu, pemanasan di dalam mesin kempa hanya
mampu beraksi di permukaan produk (material yang berhimpit dengan pelat kempa)
dan tidak mampu menembus sampai ke tengah produk, walaupun tim peneliti sudah
mengurangi ketebalan produk bentukan yang akan dibuat. Pemecahan masalah dari
faktor penyebab kegagalan ini adalah dengan merancang alat dimana lignin dapat
diaktifkan dengan menggunakan uap panas bersamaan dengan pembentukan produk
bentukan.
26
W. Ernest Hsu, (1993) menggambarkan seperangkat alat kempa produk bentukan dengan cara aktivasi lignin seperti gambar di bawah ini.
Dengan menggunakakan metode pengempaan dan alat seperti gambar diatas, maka
lignin dapat di-aktivasi tanpa kehilangan jumlah lignin karena air, dan dapat langung
di bentuk dalam kempa tanpa kehilangan sifat aktif lignin. Prinsip kerja dasar alat ini
adalah:
1. Serbuk dimasukkan ke dalam cetakan.
2. Uap panas masuk ke dalam cetakan melalui lubang/chanel yang tersebar di
permukaan pelat kempa untuk mengaktifkan lignin yang ada pada serbuk
kayu. Di dalam alat itu juga dilengkapi lubang/chanel pembuangan uap yang
telah melewati cetakan.
3. Bersamaan dengan proses pengaktifan lignin, kempa membentuk mat menjadi
produk bentukan.
Dengan menggunakan alat ini, diharapkan mampu memberikan hasil produk bentukan
dengan sifat-sifat produk bentukan yang semaksimal mungkin. Namun rencana dalam
pembuatan alat ini mengalami kendala, yaitu di dalam pembuatan alat cetakan ini
Hydraulic cylinder
Upper Bolster
Insulation
press
Platen Mat
Hot Oil Steam In / Steam Out (vacuum)
Steam Chanels
Lowe Bolster
Screen
Oil Heating Chanels
Periphecal Wall
27
peneliti belum bisa menemukan cara yang tepat untuk mengalirkan uap panas ke
dalam cetakan dengan tekanan serendah mungkin supaya serbuk dalam cetakan tidak
berhamburan keluar cetakan. Selan dari pada itu, penelitian ini gagal karena beberapa
bengkel bubut yang telah didatangi oleh tim peneliti tidak sanggup untuk membuat
alat cetakan seperti yang diminta oleh tim peneliti.
28
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Dalam penelitian ini secara garis besar dinyatakan gagal karena produk
bentukan yang telah dihasilkan. sudah bisa membentuk mat (cetakan) seperti
pada cetakannya, namun pada saat produk bentukan tersebut dipindahkan dari
cetakannya, produk bentukan tersebut langsung hancur.
2. Tim peneliti sudah mencoba berbagai alternatif metode lain dengan prinsip
kerja dasar yang serupa, yaitu:
• Serbuk yang sudah ada dihaluskan lagi dan disaring hingga kehalusan
lolos saringan 45 mesh / tertahan 60 mesh dan lolos 60 mesh,
kemudian keduanya di lakuan proses yang sama dengan metode awal.
• Modifikasi proses di otoklaf (1). Modifikasi ini dilakukan dengan
menambah waktu masak di otoklaf hingga 150 menit.
• Modifikasi proses di otoklaf (2). Serbuk dan air dimasak dengan cara
pengukusan, dimana serbuk dipisahkan dari air dengan saringan yang
terbuat dari kain, kemudian dilakukan pengempaan.
• Modifikasi proses pengempaan. Modifikasi ini dilakukan dengan
mengurangi ketebalan produk, menambah waktu kempa hinngga 20
menit, dan menambah suhu kempa hingga 200 0C.
Namun masih menemui banyak kendala, yang menyebabkan penelitin ini
masih mengalami kegagalan.
• Rencana modifikasi cetakan. Rancangan alat ini adalah dengan
menambah lubang uap panas pada cetakan lengkap dengan alat
pengatur tekanan uap panas yang keluar, sehingga uap panas dan alat
kempa tidak lagi menjadi bagian yang terpisah.
Rencana ini gagal karena beberapa bengkel bubut yang telah didatangi oleh tim
peneliti tidak sanggup untuk membuat alat cetakan ini.
29
3. Kegagalan penelitian ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
• Jarak antara laboratorium pemasakan serbuk (dalam otoklaf) dengan
laboratorium pengempaan cukup jauh, memerlukan waktu lama untuk
mencapai satu laboratorium ke leboratorium yang lainnya, sehingga
menyebabkan lignin aktif serbuk yang sudah dimasak akan kehilangan
sifat aktifnya saat dikempa.
• Pemasakan yang salah dimana serbuk dimasak dengan cara direbus
yang menyebabkan lignin yang telah aktif dan meleleh akan terlarut
dalam air.
• Proses pengaktifan lignin dan pembentukan produk yang dilakukan
secara terpisah sehingga lignin yang telah aktif kemudian menjadi
dingin disebabkan oleh proses pemindahan dari otoklaf ke dalam
mesin kempa yang mengakibatkan lignin kehilangan kemampuannya
untuk mengikat material yang ada menjadi produk bentukan.
SARAN
1. Perlu dilakukan modifikasi cetakan dimana cetakan tersebut memiliki lubang
uap panas pada cetakan lengkap dengan alat pengatur tekanan uap panas yang
keluar, sehingga uap panas dan alat kempa tidak lagi menjadi bagian yang
terpisah.
2. Perlu ditinjau/dipelajari lebih dalam lagi tentang metode yang digunakan,
sehingga faktor-faktor penyebab kegagalan dalam penelitian ini dapat
diketahui secara detail dan jelas dan dapat diketahui cara mengatasi faktor-
faktor penyebab kegagalan penelitian tersebut.
30
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 1993, Standard Practise for Compression Molding Test Speciments of
Thermosetting Molding Compounds, ASTM volume 08.01 Designation
5948-96, American Society for Testing Materials, Philadelphia, USA.
Haygreen, J.G. dan J.L. Bowyer, 1982, Forest Product and Wood Science. An
Introduction. Ames : The Lowa State University Press.
Maloney, 1977, Modern Particleboard and Dry Process Fiberboard manufacturing,
Miller Freeman Publication. Inc., California, USA.
Prayitno, 1995, Teknologi Papan Majemuk, Bagian penerbitan Fakultas Kehutanan
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Prayitno, 1995, Teknologi Papan Mineral, Bagian penerbitan Fakultas Kehutanan
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.