analisis pengaruh penggunaan energi terhadap output ...eprints.ums.ac.id/63313/19/naskah...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ENERGI TERHADAP OUTPUT
PRODUKSI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG DI JAWA TENGAH
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Oleh :
WAHYU DEDY SANJAYA
B 300140155
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
1
ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ENERGI TERHADAP
OUTPUT PRODUKSI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG DI JAWA
TENGAH
AbatrakEnergi merupakan suatu kebutuhan pokok yang tak terpisahkan dari semua kegitan
manusia. Terutama dalam bidang industri, energi digunakan sebagai modal yang
berbentuk sumber energi untuk membantu proses produksi. Dari mulai energi
bahan bakar untuk menjalakan mesin produksi industri, dan energi listrik untuk
membantu menjalankan mesin dan membantu penerangan pada waktu proses
produksi industri. Penelitian ini menunjukan bahwa konsumsi energi bahan bakar
serta energi listrik mempengaruhi output produksi industri Besar dan Sedang
Provinsi Jawa Tengah 2010-2014. Model analisis yang digunakan adalah panel
data dengan pendekatan Fixed Effect Model (FEM) yang mengunakan data time
series selama lima tahun (2010-2014) dan data cross section 24 sektor industri di
Jawa Tengah. Berdasarkan hasil penelitian diketahui, pada uji validitas pengaruh
(Uji T) menunjukan variabel energi bahan bakar dan energi listrik secara sendiri-
sendiri memiliki pengaruh signifikan terhadap output produksi. Sedangkan pada
uji eksitensi model (Uji F) menunjukan bahwa secara simultan variabel energi
bahan bakar dan energi listrik berpengaruh terhadap output produksi, atau
menunjukan model eksis. Koefisien determinasi R2 menunjukan bahwa variabel
bebas yang diteliti mampu menjelaskan 97,34% sisanya 2,66% sisanya dijelaskan
oleh variabel yang tidak diteliti.
Kata Kunci: Output Produksi, Energi Bahan Bakar, Energi Listrik
Abstract
Energy is an essential requirement that is inseparable from all human activities.
Especially in the field of industry, energy is used as capital in the form of energy
sources to assist the production process. From the start of fuel energy to running
industrial production machinery, and electrical energy to help run the engine and
assist lighting at the time of industrial production process. This study shows that
the consumption of fuel energy and electrical energy affects the production output
of large and medium industries of Central Java Province 2010-2014. The analysis
model used is Fixed Effect Model (FEM) data panel using time series data for five
years (2010-2014) and cross section data of 24 industry sectors in Central Java.
Based on the results of the research is known, on the validity test of influence
(Test T) shows the variable of fuel energy and electric energy individually has a
significant influence on production output. While on model existence test (F test)
shows that simultaneously variable of fuel energy and electric energy influence to
output of production, or show model exist. The coefficient of determination R2
shows that the independent variables studied are able to explain the remaining
97.34% of the remaining 2.66% is explained by the variable not examined.
Keywords: Production Output, Fuel Energy, Electrical Energy
2
1. PENDAHULUAN
Energi merupakan suatu kebutuhan pokok yang tak terpisahkan dari manusia.
Hampir semua sektor dalam kehidupan ini membutuhkan energi untuk mencukupi
kebutuhan-kebutuhan manusia. Sedangkan seiring berjalannya waktu sumber
energi konvensional seperti minyak bumi dan batubara semakin menipis, hal
tersebut dikarenakan bahwa sumber-sumber energi konvensional tersebut
merupakan sumber energi yang tidak dapat terbarukan. Artinya sumber energi
seperti ini suatu saat akan habis. Dengan kondisi seperti itu penggunakan energi
harus dilakukan dengan bijaksana, produktif, dan efisien. Selain itu menciptakan
dan menggunakan sumber energi yang dapat diperbarui, merupakan suatu tuntutan
bagi semua pihak terutama pemerintah. Namun permasalahan saat ini adalah
sumber energi pengganti masih belum membuahkan hasil optimal untuk
digunakan secara komersial. Dilain sisi harga untuk sumber energi dalam negeri
menunjukan trend yang terus meningkat, hal tersebut dikarenakan kenaikan harga
minyak dunia yang semakin meningkat dan berimbas pada kenaikan harga energi
dalam negeri, ditambah menipisnya cadangan minyak nasional (Raharjo dan
Riadi, 2016).
Dalam dunia industri, energi sangatlah penting. terutama dalam
penggunaan energi listrik. Porsi pemakaian serta alokasi dana untuk kebutuhan
listrik dalam industri adalah yang terbesar. Menurut Wiryawan, dkk (2016) Energi
listrik saat ini adalah energi yang paling banyak digunakan pada kehidupan
sehari-hari di berbagai sektor mulai dari rumah tangga, perkantoran hingga pabrik
berskala kecil dan besar.
Menurut Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (2016),
Perkembangan zaman yang diiringi dengan pertambahan jumlah populasi dunia,
membuat penggunaan energi juga semakin bertambah. Terlebih dengan adanya
revolusi industri yang memicu pertumbuhan industri di segala sector, membuat
penggunaan energi juga semakin bertambah.
3
Tabel 1Banyaknya Perusahaan / Unit Usaha Menurut Jenis Industri di Jawa Tengah
Tahun 2006 - 2016
Tahun
Agro Industri Industri Total
Besar Kecil dan
Menengah Besar
Kecil dan
Menengah Besar
Kecil dan
Menengah
2006 268 324,568 496 319,452 764 644,020
2007 277 323,664 495 320,411 772 644,075
2008 283 323,335 498 320,590 781 643,925
2009 288 322,910 501 320,770 789 643,680
2010 269 324,415 495 319,686 764 644,101
2011 297 328,610 528 315,724 825 644,334
2012 301 328,953 534 316,052 835 645,005
2013 305 335,477 542 309,671 847 645,148
2014 268 324,568 560 320,014 828 644,582
2015 251 319,485 546 312,110 797 631,595
2016 259 317,748 548 313,140 807 630,888
Sumber: Dinas Perindustrian Provinsi Jawa Tengah dalam BPS
Dapat dilihat pada Tabel 1 menunjukan bahwa jumlah total untuk industri
besar mengalami naik turun dalam kurun waktu tahun 2006-2014, untuk industri
kecil dan menengah juga demikian. Jumlah industri besar dan industri kecil dan
menengah yang terbesar sama-sama ditahun 2013. Pertumbuhan jumlah industri
dapat dipengaruhi beberapa faktor, yaitu masuknya investor asing, pembangunan
infrastruktur yang terus berkembang, ataupun pinjaman modal usaha dari
pemerintah. Jika usaha semakin mudah untuk dilakukan oleh masyarakat, dapat
diperkirakan perkembangan industri akan berjalan dengan cepat.
4
Gambar 1Konsumsi Energi Bahan bakar dan Energi Listrik dalam proses industri Besar dan
Sedang Jawa Tengah 2006-2014
Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Tengah (diolah)
Gambar 1 merupakan konsumsi energi bahan bakar dan energi listrik
tahun 2006-2014 yang digunakan dalam proses produksi industri besar dan sedang
di Jawa Tengah. Grafik tersebut menunjukan bahwa dari konsumsi bahan bakar
dan konsumsi listrik proses produksi menunjukan tren naik. Tetapi jika dilihat
proses naik turunnya, konsumsi bahan bakar pada tahun 2009-2011 terjadi
penurunan. Dan untuk konsumsi listrik mengalami penurunan terlihat pada tahun
2007-2009. Naik turunnya konsumsi energi bahan bakar maupun energi listrik
dipengaruhi kebutuhan industri. Apabila permintaan barang naik, maka konsumsi
energi juga akan naik. Begitupun sebaliknya, apabila permintaan turun produsen
juga akan menurunkan konsumsi energinya.
0
1.000.000.000
2.000.000.000
3.000.000.000
4.000.000.000
5.000.000.000
6.000.000.000
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Energi Bahan Bakar Energi Listrik
5
2. METODE
2.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung atau
melalui perantara seperti lembaga pengumpul data yang dipublikasikan untuk
umum.
Sumber data peneliti berasal dari Badan Pusat Statistik. Data yang dipakai
dalam penelitian merupakan data jumlah bahan bakar industri besar dan sedang
per kode industri di jawa tengah 2010-2014 dalam ribuan rupiah.
2.2 Metode Analisis Data
Data Panel merupakan gabungan antara dua lintas waktu (time series) dan
data lintas individu (cross section) yang sama diikur pada waktu yang berneda.
Analisis data panel digunakan untuk mengamati hubungan antara satu variabel
terikat (dependent variable) dengan variabel bebas (indenpendent variabel).
Berikut model persamaan yang digunakan dalam penelitian ini
(Soekartawi, 2003):
Yit = β0 + β1 X1it + β2 X2it + e
logYit = β0 + β1 logX1it + β2 logX2it + e
log(OP)it = β0 + β1 log(EBB)it + β2 log(EL)it + e
di mana:
logOP = output produksi
logEBB = energi bahan bakar
logEL = energi listrik
β0 = konstanta
β1 dan β2 = koefisien regresi variabel bebas
6
i = subskrip wilayah (sektor-sektor industri besar dan sedang
di Provinsi Jawa Tengah)
t = subskrip waktu (2010-2014)
e = error term
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk mengetahui pengaruh penggunaan energi bahan bakar dan energi
listrik terhadap output produksi industri besar dan sedang di Provinsi Jawa
Tengah digunakan Analisis Regresi Data Panel dengan model ekonometrika
sebagai berikut :
log(OP)it = β0+ β1 log(EBB)it + β2 log(EL)it + e
di mana:
logOP = output produksi
logEBB = energi bahan bakar
logEL = energi listrik
β0 = konstanta
β1 dan β2 = koefisien regresi variabel bebas
i = subskrip wilayah (sektor-sektor industri besar dan sedang
di Provinsi Jawa Tengah)
t = subskrip waktu (2010-2014)
e = error term
Dalam analisis model data panel terdapat tiga macam metode yang
digunakan untuk mengestimasi model Asumsi Koefisien Tetap Antar Waktu dan
Individu (Common Effect Model), Asumsi Slope Konstan, Tetapi Intersepsi
Bervariasi (Fixed Effect Model), dan Pendekatan Efek Acak (Random Effect
Model). Model estimasi data penel dari tiga model dapat dilihat di Tabel 4.2
7
Tabel 2
Hasil Regresi Data Panel Cross Section
Variabel Koefisien Regresi
PLS FEM REM
C 9.926713 16.046220 15.095440
logEBB 0.343292 0.198512 0.224287
logEL 0.339010 0.132711 0.161519
R2
0.652403 0.973401 0.425450
Adj. R2
0.646461 0.966327 0.415628
F-statistik 109.798300 137.599200 43.318750
Prob F-statistik 0.000000 0.000000 0.000000
3.1 Pemilihan Model Estimasi Terbaik
Untuk menentukan model estimasi terbaik dari hasil estimasi PLS, FEM,
REM digunakan uji Chow dan uji Hausman. Apabila pada uji Chow terpilih PLS
dan pada Uji Hausman terpilih REM, maka harus dilakukan uji Langrange
Multiplier (LM) untuk menentukan model estimasi terbaik antara hasil estimasi
PLS dan REM.
1) Uji Chow
Uji Chow merupakan uji untuk menentukan model terbaik antara Fixed
Effect Model dengan Common Effect Model. Jika hasilnya menyatakan
menerima hipotesis nul maka model terbaik untuk digunakan adalah Common
Effect Model. Akan tetapi, jika hasilnya menyatakan menolak hipotesis nul
maka model terbaik yang digunakan adalah Fixed Effect Model, dan pengujian
akan berlanjut ke uji hausman.
Tabel 3
Hasil Uji Chow Test
Effect Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 49.321781 (23,94) 0.0000
Cross-section Chi-square 308.420855 23 0.0000
8
Dari Tabel 3 diketahui bahwa p-value(prob) dari Uji F-Statistik adalah
sebesar 0,0000 (lebih kecil dari 0,05), sehingga dengan tingkat keyakinan 95%
hasil dapat menolak H0. Ini berarti berdasarkan Uji Chow, metode FEM lebih
tepat digunakan daripada Metode Common Effect.
2) Uji Hausman
Uji Hausman merupakan pengujian untuk menentukan penggunaan
metode antara Random Effect Model dengan Fixed Effect Model. Jika dari hasil
uji hausman tersebut menyatakan menerima hipotesis nul maka model yang
terbaik untuk digunakan adalah Random Effect. Akan tetapi, jika hasilnya
menyatakan menolak hipotesis nol maka terbaik yang digunakan adalah Fixed
Effect.
Tabel 4
Hasil Uji Hausman
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic
Chi-
Sq.d.f Prob.
Cross-section random 12.028942 2 0.0024
Berdasarkan Tabel 4 Uji Hausman, nilai cross-section random adalah
0,0024 yang lebih kecil dari Alpha 0,05 sehingga menolak hipotesis nul, jadi
menurut uji Hausman, model yang terbaik digunakan adalah menggunakan
metode Fixed Effect.
Dari uji pemilihan model melalui uji Chow dan uji Hausman, model
yang terbaik adalah model estimasi model FEM, yang hasilnya estimasi
lengkapnya terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5
Hasil Estimasi Fixed Effect Model
logOPi = 16.04622 + 0.198512logEBBi + 0.132711logELi
(0.0000)* (0.0028)*
R2 = 0.973401 F Statistik = 137.5992 Probabilitas = 0.000000
9
Keterangan : () menunjukan Koefisien Standar Eror ; * Signifikansi
pada level 5% ; ** Signifikansi pada level 10% ;
Tabel 6
Efek dan Konstanta Cross Section
ISIC Sektor Industri Efek Konsatanta
13 Tekstil 1.563782 17.610002
19 Produk dari Batu Bara dan Pengilangan Minyak -3.004865 13.041355
18 Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman -0.147026 15.899194
27 Peralatan Listrik -0.493811 15.552409
12 Pengolahan Tembakau 2.847013 18.893233
32 Pengolahan Lainya -0.215509 15.830711
14 Pakaian Jadi 0.895297 16.941517
11 Minuman -0.395982 15.650238
28 Mesin dan Perlengkapan -1.394716 14.651504
10 Makanan 1.464435 17.510655
24 Logam Dasar -0.270135 15.776085
15 Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki -0.817413 15.228807
26 Komputer, Barang Elektronik dan Optik -0.029396 16.016824
17 Kertas dan Barang dari Kertas -0.120661 15.925559
29 Kendaraan Bermotor Trailler dan Semi Trailer 0.084630 16.130850
16
Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak
Termasuk Furnitur), dan Barang Anyaman dari
Bambu, Rotan dan Sejenisnya
0.768215 16.814435
22 Karet, Barang dari Karet dan Plastik 0.628737 16.674957
33 Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan
Peralatan Mesin dan Peralatannya -1.584443 14.461777
31 Furnitur 0.540969 16.587189
21 Farmasi Produk Obat Kimia dan Obat Tradisional 0.238610 16.284830
25 Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya -0.727717 15.318503
23 Barang Galian Bukan Logam -0.267904 15.778316
20 Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia 0.192950 16.239170
30 Alat Angkutan Lainnya 0.244941 16.291161
10
3.2 UJI KEBAIKAN MODEL
1) Eksistensi Model
Uji eksistensi model adalah uji untuk menentukan model yang dipakai
eksis atau tidak. Model eksis apabila seluruh variabel independen secara
simultan memiliki pengaruh terhadap variabel dependen. Uji eksistensi model
adalah uji F. Dalam penelitian ini, formulasi hipotesis uji eksistensi modelnya
adalah H0 : β0 = β = β2 = 0, koefisien regresi secara simultan bernilai nol atau
model tidak eksis. Ha : β0 ≠ 0│β1 ≠ 0 │ β2 ≠ 0, koefisien regresi tidak secara
simultan bernilai nol atau model eksis. H0 akan diterima jika nilai p (p value),
probabilitas, atau signifikasi empirik statistik F > α.; H0 akan ditolak jika nilai
p (p value), probabilitas, atau signifikasi empirik statistik F ≤ α.
Dari Tabel 5, terlihat nilai p, probabilita, atau signifikansi empirik F
pada estimasi model terpilih yang memiliki nilai 0.000000, yang berarti < 0,05;
jadi Ho ditolak, dan Ha diterima, kesimpulan model yang digunakan dalam
penelitian eksis.
2) Interpretasi Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi Koefisien variabel terikat
(dependen). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati
satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen. Dari Tabel 5
estimasi model terpilih menggunakan Fixed Effect Model pengaruh bahan bakar
dan energi listrik terhadap output industri besar dan sedang produksi di Provinsi
Jawa Tengah pada lampiran diperoleh R2 sebesar 0.973401. Artinya variabel
bebas menjelaskan variabel terikat yang ada dalam model sebesar 97,34%
sedangkan sisanya 2,66% sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
11
3.3 Uji Validitas Pengaruh
Uji validitas pengaruh menguji signifikansi pengaruh dari variabel
independen secara sendiri-sendiri. Uji validitas pengaruh adalah uji t. H0 uji t β1
= 0 , variabel independen i tidak memiliki pengaruh signifikan; dan HA-nya β1 =
0, variabel independen ke i memiliki pengaruh signifikan. H0 akan diterima jika p
(p value), probabilitas, atau signifikasi empirik statistik t > α; H0 akan ditolak
jika nilai p (p value), probabilitas, atau signifikasi empirik statistik t ≤ α.
Dari Tabel 5, terlihat nilai p (p value), probabilitas, atau signifikasi
empirik statistik t variabel EBB sebesar 0.0000 (< 0,05); dan p (p value),
probabilitas, atau signifikasi empirik statistik t variabel EL sebesar 0.0028 (<
0,05). Dari hasil ini dapat disimpulkan variabel energi bahan bakar dan energi
listrik secara sendiri-sendiri memiliki pengaruh signifikan.
3.4 Interpretasi Pengaruh Variabel Independen
Dari uji validitas pengaruh dimuka terlihat bahwa variabel independen
yang diuji, yaitu energi bahan bakar (EBB) dan energi listrik (EL) memiliki
pengaruh signifikan terhadap variabel dependen output produksi.
Variabel energi bahan bakar memiliki koefisien regresi sebesar 0.198512.
Pola variabel independen energi bahan bakar dan output produksi adalah
logaritma-logaritma sehingga apabila energi bahan bakar naik 1 persen maka
output produksi akan naik sebesar 0.198512 persen. Sebalinya apabila energi
bahan bakar turun 1 persen maka output produksi juga akan ikut turun sebesar
0.198512 persen.
Variabel energi listrik memiliki koefisien regresi sebesar 0.132711. Pola
variabel independen energi listrik dan output produksi adalah logaritma-logaritma
sehingga apabila energi listrik naik 1 persen maka output produksi akan naik
sebesar 0.132711 persen. Sebalinya apabila energi listrik turun 1 persen maka
output produksi juga akan ikut turun sebesar 0.132711 persen.
Pada Tabel 6 menunjukan efek dan konstanta dari setiap sektor industri.
Hasil konstanta akhir diperoleh dari penjumlahan efek ditambah konstanta dari
model regresi yang terpilih dalam penelitian. Jadi konstanta akhir merupakan nilai
12
yang akan dijelaskan. Jumlah konstanta akhir dari setiap sektor tidak akan
dijelaskan satu persatu-satu, tetapi dalam penelitian ini akan membahas dari 5
konstanta tertinggi dan 5 konstanta terkecil.
Untuk nilai konstanta tertinggi adalah sektor pengolahan tembakau,
sektor tekstil, sektor makanan, sektor pakaian jadi, dan sektor kayu, barang dari
kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur), dan barang anyaman dari bambu, rotan
dan sejenisnya. Diasumsikan bahwa setiap variabel bebas penelitian tidak
berpengaruh, maka dari sektor-sektor tersebut terpilih output produksi yang
mempunyai nilai yang tertinggi. Jika output produksi tinggi maka permintaan
barang untuk sektor-sektor industri juga tinggi, industri akan dikatakan baik
apabila permintaan akan barangnya selalu berkembang. Industri yang berkembang
dengan baik akan berimbas terhadap jumlah pertumbuhan ekonomi regional
(provinsi).
Sedangkan untuk nilai konstanta terendah adalah sektor produk dari batu
bara dan pengilangan minyak, sektor jasa reparasi dan pemasangan mesin dan
peralatan mesin dan peralatannya, sektor mesin dan perlengkapan, sektor kulit,
barang dari kulit dan alas kaki, dan sektor peralatan listrik. Diasumsikan bahwa
setiap variabel bebas penelitian tidak berpengaruh, maka dari sektor-sektor
tersebut terpilih output produksi yang mempunyai nilai yang terendah. Jika output
produksi rendah maka permintaan barang untuk sektor-sektor industri juga
rendah, maka sektor industri mempunyai dampak yang kecil terhadap
pertumbuhan ekonomi regional (provinsi).
4 PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a) Energi bahan bakar (EBB) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
output produksi industri di Provinsi Jawa Tengah. Nilai koefisien regresi
sebesar 0.198512. Pola variabel independen energi bahan bakar dan output
produksi adalah logaritma-logaritma sehingga apabila energi bahan bakar
naik 1 persen maka output produksi akan naik sebesar 0.198512 persen.
13
Sebalinya apabila energi bahan bakar turun 1 persen maka output produksi
juga akan ikut turun sebesar 0.198512 persen.
b) Energi listrik (EL) berpengaruh positif dan signifikan output produksi
industri di Provinsi Jawa Tengah. Nilai koefisien regresi sebesar 0.132711.
Pola variabel independen energi listrik dan output produksi adalah
logaritma-logaritma sehingga apabila energi listrik naik 1 persen maka
output produksi akan naik sebesar 0.132711 persen. Sebalinya apabila
energi listrik turun 1 persen maka output produksi juga akan ikut turun
sebesar 0.132711 persen.
c) Berdasarkan hasil pengolahan data, secara bersama-sama (simultan)
variabel energi bahan bakar dan energi listrik berpengaruh terhadap output
produksi industri besar dan sedang di Provinsi Jawa Tengah. Dari hasil
tersebut juga menunjukan bahwa model yang digunakan eksis.
d) Dari hasil pembahasan penelitian ditemukan bahwa untuk nilai konstanta
tertinggi adalah sektor pengolahan tembakau, yang diasumsikan bahwa
setiap variabel bebas penelitian tidak berpengaruh, maka dari sektor-sektor
tersebut terpilih output produksi yang mempunyai nilai yang tertinggi. Jika
output produksi tinggi maka permintaan barang untuk sektor-sektor
industri juga tinggi, industri akan dikatakan baik apabila permintaan akan
barangnya selalu berkembang. Industri yang berkembang dengan baik
akan berimbas terhadap jumlah pertumbuhan ekonomi regional (provinsi).
Sedangkan untuk nilai konstanta terendah adalah sektor produk dari batu
bara dan pengilangan minyak, yang diasumsikan bahwa setiap variabel
bebas penelitian tidak berpengaruh, maka dari sektor-sektor tersebut
terpilih output produksi yang mempunyai nilai yang terendah. Jika output
produksi rendah maka permintaan barang untuk sektor-sektor industri juga
rendah, maka sektor industri mempunyai dampak yang kecil terhadap
pertumbuhan ekonomi regional (provinsi).
14
4.2 Saran
a) Penggunaaan energi digunakan sebagai bahan modal proses produksi perlu
adanya keseimbangan yang efisien, antara modal energi sebagai input dan
hasil output produksi. Penggunaan energi yang boros dan apabila hasilnya
tidak maksimal akan menimbulkan kerugian bagi produsen ataupun
lingkungan sekitar industri. Perkembangan teknologi yang pesat
menyediakan mesin-mesin produksi yang ramah lingkungan, tetapi apabila
produsen acuh terhadap permasalahan tersebut, dengan alasan biaya
membeli mesin membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dipastikan
pemborosan penggunaan energi tetap akan terjadi yang menyebabkan tidak
maksimalnya produksi industri dan semakin cepat rusaknya lingkungan
sekitar industri.
b) Pemerintah merupakan ujung tombak untuk segala hal dalam menentukan
suatu kebijakan dalam kesejahteraan masyarakat. Peraturan tentang energi
menyebutkan bahwa penggunaan energi harus mengutamakan energi
terbarukan. Yang termasuk dalam energi terbarukan adalah gas bumi dan
batubara. Untuk itu pemerintah selaku pemegang kebijakan seharusnya
mendorong atau memberi sosialisasi terhadap produsen industri untuk
memperbaharui mesin-mesin produksinya agar diganti dengan mesin-
mesin yang menggunakan energi gas bumi dan batubara sebagai peraturan
yang berlaku. Hal ini dapat mengurangi penggunaan energi fosil yang kian
hari semakin melonjak jumlah penggunaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang No.30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan (2009).
Algifari. (2002). Ekonomi Mikro Teori dan Kasus (Edisi Ke-2 ed.). Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Algifari. (2003). Ekonomi Mikro dan Kasus. STIE.Yayasan Keluarga Pahlawan
Negara.
15
Ansud, A. (2016, Jumat 19 Februari). Klasifikasi Industri Berdasarkan SK
Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986. Dipetik Maret 17 Sabtu, 10.00
WIB, 2018, dari Bahan Ajar:
http://materiku86.blogspot.co.id/2016/03/klasifikasi-industri-berdasarkan-
surat-Keputusan-menteri-perindustrian.html?m=1
Asril, S. (2014, Senin 17 November). Jokowi Tetapkan Harga Premium Rp 8.500
dan Solar Rp 7.500. Dipetik April 15 Minggu, 2018, dari Kompas.com:
https://nasional.kompas.com/read/2014/11/17/21225431/Jokowi.Tetapkan.
Harga.Premium.Rp.8.500.dan.Solar.Rp.7.500
Assasuri, A. (2008). Pengertian dan Pengawasan Proses Produksi. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. (2010-2014). Biaya Input Industri Besar dan Sedang di
Jawa Tengah. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah.
Badan Pusat Statistik. (2010-2014). Nilai Output Industri Besar dan Sedang di
Jawa Tengah. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah.
Badan Pusat Statistik. (2016). Banyaknya Perusahaan/Unit Usaha Menurut Jenis
Industri di Jawa Tengah Tahun 2009 - 2013. Provinsi Jawa Tengah.
Butarbutar, G. R. (2017). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pandapatan Usaha Industri Makanan Khas di Kota Tebing Tinggi.
Universitas Pekanbaru.
Cahya, C. (2018, Selasa 18 Januari). Pertumbuhan Ekonomi Jateng Lebih Cepat
Dibanding Nasional. Dipetik 13 April Jumat, 2018, dari Suara Merdeka:
http://www.suaramerdeka.com/news/detail/13207/Selama-Lima-Tahun-
Pertumbuhan-Ekonomi-Jateng-Lebih-Cepat-Dibanding-Nasional
DetikFinance. (2013, Jumat 21 Juni). Kenaikan Harga BBM ke-4 Kali Era SBY.
Dipetik April 15 Minggu, 2018, dari detikFinance:
https://m.detik.com/finance/energi/d-2280812/kenaikan-harga-bbm-ke-4-
kali-era-sby
16
Faisol, E. (2017, 2 Rabu Agustus). BPS: Industri Manufaktur Besar dan Sedang
di Jawa Tengah. Dipetik April 14 Sabtu, 2018, dari Tempo.co:
https://bisnis.tempo.co/read/896439/bps-industri-manufaktur-besar-dan-
sedang-di-jateng-meningkat
Febriyanto, S. (2014). Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tambah
Industri Besar dan Sedang di Provinsi Jawa Tengah tahun 2006-2010.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Gujarati, Damodar. (2003). Ekonometri Dasa, Terjemahan: Sumarmo Zain.
Jakarta: Erlangga.
Hapsari, A. (2015). Pengaruh Nilai Bahan Baku, Bahan Bakar, dan Jumlah
Tenaga Kerja terhadap Output Industri Tekstil di Indonesia. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kadir, A. (2010). Energi: Sumber daya, Inovasi, Tenaga Listrik dan Potensi
Ekonomi.
Kartiasih, F., Syaukat, Y., & Anggraeni, L. (2012). Determinan Intensitas Energi
Indonesia. Subdirektorat Statistik Pertambangan dan Energi, Badan Pusat
Statistik, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Bogor.
Kusumadewi, A. (2014, 28 Kamis Agustus). Pasang Surut Harga BBM Setiap
Rezim. Dipetik April 15 Minggu, 2018, dari CNN Indonesia:
https://m.cnnindonesia.com/nasional/20140828162430-12-1997/pasang-
surut-harga-bbm-setiap-rezim
M.Th. Kristiati. (2011). Sumber Energi Penghasil Listrik.
Mangari, E. S. (2017). Pengaruh Pendapatan Nasional terhadap Pola Konsumsi
Energi Sektoral Indonesia. Departemen ilmu Ekonomi, Universitas
Hasanuddin Makasar.
Menteri ESDM. (2016). Program Strategi EBTKE dan Ketenagalistrikan. Dalam
Jurnal Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral.
17
Mudakir, B. (2007). Permintaan Energi Listrik di Jawa Tengah. Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.
Outlook Energi Indonesia. (2016). Pengembangan Energi untuk Mendukung
Program Subtitusi BBM. Dalam A. Sugiyono, Anindhita, M. S. Boedoyo,
& Adiarso (Penyunt.). www.bppt.go.id.
Pambudi, H. G. (2009). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensitas
Energi Industri Menengah-Besar Indonesia. Departemen Ilmu Ekonomi,
Institut Pertanian Bogor.
Permatasari, P. E. (2015). Analisis Pengaruh Modal, Bahan Baku, Bahan Bakar,
dan Tenaga Kerja pada Usaha Tahu di Kota Semarang tahun 2015.
Universitas Diponegoro Semarang.
Pindyck, R. S., & Rubinfeld, L. D. (2007). Mikroekonomi. PT. Media Global
Edukasi, Jakarta.
Rahardja, P., & Manurung, M. (2010). Teori Ekonomi Mikro Suatu Pengantar.
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Raharjo, M. A., & Riadi, S. (2016). Audit Konsumsi ENergi Untuk Mengetahui
Peluang Penghematan Energi pada Gedung PT Indonesia Caps and
Closures. Program Studi Teknik Industri, Universitas Mercu Buana,
Jakarta.
Rahmadeni, & Yonesta, E. (2016). Analisis Regresi Data Panel pada Pemodelan
Produksi Panen Kelapa Sawit di Kebun Sawit Plasma Kampung Buatan
Baru. UIN Sultan Syarif Kasim Riau.
Reksoprayitno, S. (2000). Pengantar Ekonomi Mikro. BPFE Yogyakarta.
Rubinfeld, D. L., & Pindyck, R. S. (2007). Mikro Ekonomi (Edisi Keenam ed.).
Samuelson, P. A., & Nordhaus, W. D. (2003). Ilmu Mkiroekonomi. P.T. Media
Global Edukasi Jakarta.
18
Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional. (2015). Ketahanan Energi
Indonesia.
Soekartawi. (1994). Teori Ekonomi Produksi (Analisis Fungsi Cobb-Douglas ed.).
Sofjan Assauri. (1993). Manajemen Produksi dan Operasi (Edisi Empat ed.).
Sri Adiningsih. (1991). Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE.
Sukirno, S. (2009). Mikro Ekonomi: Teori Pengantar. (E. Ketiga, Penyunt.) PT.
RajaGrafindo Persada.
Sumolang, Z. V., Rotinsulu, T. O., & Engka, D. S. (t.thn.). Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Produksi Industri Kecil Olahan Ikan di Kota
Manado. Universitas Sam Ratulangsi.
Suparmoko, M. (2011). Teori Ekonomi Mikro (Edisi Pertama ed.). Yogyakarta.
Suparmoko, M. (2011). Teori Ekonomi Mikro. BPFE.Yogyakarta.Fakultas
Ekonomika dan Bisnis.UGM.
Suroyah, I. A. (2016). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Produksi
Industri Kecil Tenin Ikat di Kabupaten Jepara Jawa Tengah. Universitas
Negeri Yogyakarta.
William, Hanes, Joosten, & Prima, A. (2015). Pengembangan Sistem Informasi
Produksi pada Nikko Bakery. STMIK Mikroskil, Medan.
Wiryawan, I. A., Ta, I., & Sambara, K. M. (2016). Analisis Penggunaan Energi
Listrik pada Proses Produksi di PT Bali Mei Sho. Jurusan Teknik Elektro,
Politeknik Negeri Bali, Bukit Jimbaran, Tuban Badung, Bali.
Yusgiantoro, P. (2000). Ekonomi Energi Teori dan Praktik. Jakarta: LP3ES.