analisis pengaruh investasi dan tenaga kerja...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA
TERHADAP PERTUMBUHAN SUB SEKTOR INDUSTRI
PENGOLAHAN DI KABUPATEN BEKASI
Skripsi
Disusun oleh :
FAUZI HIDAYAT
106084003600
ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, 15 Juni 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama mahasiswa:
1. Nama : Fauzi Hidayat
2. NIM : 1060 8400 3600
3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Ekonomi
4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja
Terhadap Pertumbuhan Sub Sektor Industri
Pengolahan Di Kabupaten Bekasi
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 Juni 2011
1. Prof. Dr. Abdul Hamid,MS (___________________)Ketua
2. Zuhairan Y.Yunan, SE, MSc (___________________)Sekretaris
3. Dr. Lukman, MSi (___________________)Penguji Ahli
4. Pheni Chalid, SF. MA. Ph, D (___________________)Pembimbing I
5. Utami Baroroh, MSi (___________________)Pembimbing II
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Jumat, 20 Agustus 2010 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : Fauzi Hidayat
2. NIM : 1060 8400 3600
3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja
Terhadap Pertumbuhan Sub Sektor Industri
Pengolahan Di Kabupaten Bekasi
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasisa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 20 Agustus 2010
1. Lukman M.Si (___________________)Ketua
2. Utami Baroroh, M.Si (___________________)Sekretaris
3. Pheni Chalid, SF.MA.Ph,D (___________________)Penguji Ahli
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Fauzi Hidayat
NIM : 106084003600
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa ijin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini
Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 16 Juni 2011
Yang Menyatakan,
( Fauzi Hidayat)
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Fauzi Hidayat
Tempat/Tanggal Lahir : Cianjur, 23 Maret 1988
Alamat : Jl.Raya Simpang 1 Sindangbarang-Cianjur
No. Kontak : 085694476072
Email : [email protected]
Status Marital : Single
Pendidikan Formal
SDN Simpang 1 Sindang Barang-Cianjur
SLTPN 1 Sindang Barang-Cianjur
SMA 1 Sindang Barang-Cianjur
UIN Syarif Hidayatullah SI IESP - Jakarta
Pendidikan Nonformal
English Course (ILP), Talking English/Conversation 2010
English Course (LBI), Basic-Middle Level Tahun 2009
Kursus Komputer (Sistacom) Basic Level Tahun 2005-2006
ii
Pengalaman Organisasi Selama di Kampus
Koordiantor Pengembangan Ekonomi BEMJ IESP 2008-2009
Anggota Koperasi Mahasiswa UIN Syahid Jakarta 2006-2008
Latar Belakang Keluarga
1. Ayah : H.Hidayat
2. Tempat & Tgl Lahir : Cianjur, 04 Juni 1950
3. Alamat : Jln.Simpang 1 Sindang Barang-Cianjur
4. Telepon : 085871166283
5. Ibu : Hj.Nurhidayah
6. Tempat & Tgl Lahir : Cianjur, 18 Juli 1953
7. Alamat : Jln.Simpang 1 Sindang Barang-Cianjur
8. Telepon : 0263361721
9. Anak Ke : Lima dari Lima Bersaudara
iii
ABSTRACT
Investment and labor force are the factors that contribute to the formationof GDP that encourages economic growth of a region
The purpose of this research is to investigate the influence factor ofinvestment and labor force input to GDP growth in the manufacturing industrysub-sector in district of Bekasi. The analytical method was used multipleregression. Secondary data were used time series data from 1989 to 2009 period.Independent variables consisted of foreign investment, and domestic investment,and labor force, while the dependent variable is the GDP sub-sectormanufacturing industry.
The results of this study indicates that from regression results simultandomestic and foreign investment and labor force significant impact on GDPgrowth in the manufacturing industry sub sector in district of Bekasi with the F-statistic probability value is 0.000000. While testing the partial regression resultsfor the significant level (α = 5 percent) foreign investment have significant impactwith coefficient of 0.396108 and prob of t-statistic 0.0000, domestic investmenthave significant impact with coefficient of 0.198398 and prob of t-statistic 0.0151.While the labor factor has no significant with Prob of t-statistic 0.3298. Thereason why labor force is not significantly influence to dependent variable, amongothers: (1). Industrial district of Bekasi is more capitaly intensive industry (2).Labor productivity is lower than use machine technology (3). There is highpopulation growth rate while employment industrial sector is very limited.
Keywords: Investment, Labor force, Industry GDP.
iv
ABSTRAK
Investasi dan tenaga kerja merupakan faktor yang berkontribusi dalampembentukan PDRB sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh investasi dantenaga kerja terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan diKabupaten Bekasi. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis RegresiBerganda. Data sekunder yang digunakan adalah data time series periode tahun1989-2009. Variabel independen terdiri dari investasi PMA, dan PMDN, sertatenaga kerja, sedangkan variabel dependennya adalah PDRB sub sektor industripengolahan.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dari hasil regresi secara simultaninvestasi PMA dan PMDN, serta tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadappertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan di kabupaten bekasi dengannilai probabilitas F-statistik adalah 0,000000. Sedangkan pengujian secara parsialdari hasil regresi pada taraf nyata (α = 5 persen) investasi PMA berpengaruhsignifikan dengan koefisien 0,396108 dan prob. t-statistik 0,0000, PMDNberpengaruh signifikan dengan koefisien 0,198398 dan prob. t-statistik 0,0151.Sedangkan tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan dengan nilai Prob.t-statistik0,3298. Penyebab tidak berpengaruhnya faktor tenaga kerja antara lain: (1).Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat modal (2).Produktivitas tenaga kerja yang lebih rendah dibandingkan penggunaan teknologimesin (3). Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi sementara penyerapan tenagakerja sektor industri sangat terbatas.
Kata Kunci : Investasi, Tenaga Kerja, PDRB Industri.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-
Nya atas kekuatan dan kesabaran yang diberikan kepada penulis sehingga mampu
menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga
Kerja Terhadap Pertumbuhan Sub Sektor Industri pengolahan di Kabupaten
Bekasi”. penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
program sarjana ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini merupakan sebuah karya yang tidak mungkin terselesaikan
tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orang tuaku untuk kasih sayangnya yang tulus, Ibu Hj.Nurhidayah
dan Bapak H.Hidayat sumber motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Terimakasih atas semua doa dan dukungan yang telah diberikan
padaku sampai detik ini. Semoga suatu saat aku dapat membalas kebaikan
yang diberikan dan dapat menjadi kebanggan bagi Ibu dan Bapak. Amin.
2. My brother, K.Gun dan K.Hendra serta My sister T.Eni dan T. Ida yang telah
banyak membantu didalam tiap momen perjalanan hidupku, semoga sukses
kakak-kakak ku dengan apa yang ingin diraih kelak.
3. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah berusaha keras untuk memajukkan
FEB.
4. Drs. Lukman M.Si. selaku ketua jurusan IESP Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
5. Pheni Chalid, SF.MA.Ph.D. selaku dosen pembimbing I skripsi yang telah
memberikan ilmu, bimbingan, tuntunan, motivasi, dan pengarahan yang luar
biasa kepada penulis. Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
vi
6. Utami Baroroh, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan sekaligus dosen pembimbing
II skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan kepada penulis. Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik
7. Fahmi Wibawa, SE.MBA dan Dr.Erna Cipta Fahmi yang sudah meluangkan
waktunya untuk tempat berdiskusi dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh Dosen FEB atas ilmunya yang bermanfaat yang telah diberikan,
9. Elmi Budianti, terima kasih untuk memberikanku semangat setiap hari telah
banyak membantu didalam perjalanan hidupku, bisa dan yakin dapat
menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas pengertian, cinta, dan doamu.
10. Sahabat karibku Yoga, serta sahabat-sahabatku Andra, Fathoni, Randy,
Maulana, Indra, terimakasih untuk persahabatan yang luar biasa, 4 tahun lebih
canda dan tawa bersama kalian adalah hal yang sangat berharga dan takkan
terlupakan dalam hidupku.
11. Teman-teman seperjuangan IESP angkatan 2006, yang tidak bisa saya
sebutkan satu per satu, terima kasih atas waktu, senyum, dan canda tawanya
selama ini. Setiap langkah adalah cerita maka lakukanlah yang terbaik untuk
setiap langkahmu… semoga kita semua bisa menjadi bagian dari impian-
impian kita.
12. Kepada seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah
membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan penulis dalam
mencapai kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna dan
bermanfaaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan. Terima Kasih
Fauzi Hidayat
Penulis
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP........................................................................... i
ABSTRACT................................................................................................... .... iv
ABSTRAK.......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
DATAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ................................................... 1
1. Identifikasi Masalah ....................................................... 1
2. Batasan Masalah ............................................................. 4
B. Perumusan Masalah ............................................................ 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Industri .............................................................................. 11
1. Pengertian Industri .......................................................... 11
2. Teori Industrialisasi....................................................... 12
3. Strategi Industrialisasi ................................................... 15
4. Klasifikasi Industri ....................................................... 17
B. Investasi ............................................................................. 20
1. Pengertian Investasi ...................................................... 20
viii
2. Faktor Penentu Investasi ............................................... 21
3. Jenis Investasi .............................................................. 23
4. Peranan Investasi .......................................................... 25
5. Tujuan Penyelenggaraan Investasi................................. 26
C. Faktor yang Mempengaruhi PDRB Industri ....................... 27
1. Penanaman Modal Asing (PMA) .................................. 27
2. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) .................. 29
3. Tenaga Kerja (TK) ....................................................... 31
a. Pengertian Tenaga Kerja............................................ 31
b. Penyerapan Tenaga Kerja.......................................... 33
D. Penelitian Terdahulu ........................................................... 35
E. Kerangka Berpikir .............................................................. 40
F. Hipotesis............................................................................. 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian................................................... 43
B. Metode Penentuan Sampel .................................................. 43
C. Metode Pengumpulan Data ................................................. 44
D. Metode Analisis Data.......................................................... 45
1. Analisis Regresi Berganda .............................................. 45
2. Uji Stasioneritas Data...................................................... 47
a. Uji Akar Unit Phillips-Perron test ............................... 47
b. Uji Derajat integrasi.................................................... 47
3. Uji Asumsi Klasik........................................................... 49
a. Uji Normalitas ............................................................ 49
ix
b. Uji Multikolinearitas................................................... 49
c. Uji Heterokedastisitas ................................................. 50
d. Uji Autokorelasi ......................................................... 50
4. Pengujian Statistik ......................................................... 51
a. Uji F-statistik .............................................................. 52
b. Koefisien Determinasi (R2) ........................................ 52
c. Uji t-statistik ............................................................... 53
E. Depinisi Operasional Variabel ............................................. 54
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Deskriptif .............................................................. 56
1. Perkembangan Perekonomian Kabupaten Bekasi ............ 56
2. PDRB sub Sektor Industri Pengolahan ............................ 58
3. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) .................... 64
4. Penanaman Modal Asing (PMA) .................................... 67
5. Tenaga Kerja (TK) ......................................................... 69
B. Analisis dan Pembahasan ..................................................... 73
1. Uji Stasioneritas data ...................................................... 73
a. Uji akar unitPP Test .................................................... 73
b. Uji Derajat Integrasi ................................................... 74
2. Uji Asumsi Klasik........................................................... 76
a. Hasil Uji Normalitas ................................................... 76
b. Hasil Uji Multikolinearitas.......................................... 77
c. Hasil Uji Heterokedastisitas ........................................ 78
d. Hasil Uji Autokorelasi ................................................ 79
x
3. Hasil Uji Regresi Metode Regresi Berganda.................... 80
4. Hasil Uji Statistik............................................................ 81
a. Uji F-statistik .............................................................. 81
b. Koefisien Determinasi(R2) ......................................... 82
c. Uji Parsial (uji-t) ........................................................ 82
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................... 91
B. Implikasi .............................................................................. 92
C. Saran.................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 95
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Kontribusi PDRB Sektor Industri terbesar di Jawa Barat 4
1.2 Distribusi PDRB menurut Lapangan Usaha 6
2.1 Kelompok Komoditas Industri Pengolahan 18
2.2 Penelitian Terdahulu 35
3.1 Kriteria Pengambilan Daerah Autokorelasi 51
4.1 Persentase dan Kontribusi PDRB Berdasarkan lapangan Usaha 60
4.2 Banyaknya Perusahaan Industri besar dan sedang menurut
Kelompok Industri pengolahan 64
4.3 Hasil Uji Phillip-Perron test 73
4.4 Hasil Uji Integrasi 75
4.5 Hasil Uji Multikolinearitas 77
4.6 Hasil Uji Heterokedastisitas 78
4.7 Hasil Uji Autokorelasi 79
4.8 Hasil Olah Data dengan Metode regresi berganda 80
4.9 Hasil Uji t-statistik 82
4.10 Rata-rata Tenaga Kerja Sub Sektor Industri Pengolahan 88
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Gambaran Ketenagakerjaan 32
2.2 Kerangka Pemikiran 40
4.1 PDRB Kabupaten Bekasi Atas harga Berlaku dan Konstan 57
4.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bekasi 2001-2009 58
4.3 Perkembangan Sub Sektor Industri Pengolahan kab.Bekasi
Tahun 1989-2009 61
4.4 Perkembangan Realisasi Investasi PMDN Kabupaten Bekasi
Tahun 1989-2009 66
4.5 PerkembanganRealisasi Investasi PMA Kabupaten Bekasi
Tahun 1989-2009 69
4.6 Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja pada sub sector industri
Pengolahan tahun 1989-2009 70
4.7 Perkembangan jumlah penduduk Kab.Bekasi 2005-2009 71
4.8 Penyerapan Tenaga Kerja Menurut kelompok Industri 2009 72
4.9 Hasil Uji Normalitas 76
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Data Observasi Penelitian 99
2 Data Observasi Dalam Bentuk Logaritma 100
3 Uji Stasioneritas Data 101
4 Uji Derajat Integrasi 102
5 Uji Asumsi Klasik 103
6 Hasil Estimasi regresi 105
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Identifikasi Masalah
Pembangunan kawasan industri di Kabupaten Bekasi sangat strategis
untuk bisa lebih digali potensinya karena DKI Jakarta sebagai Ibu kota
negara sudah tidak memungkinkan lagi untuk dilakukan penambahan
kawasan industri, karena lahan terbuka di wilayah ini sudah sangat terbatas.
Bertolak pada konsep bahwa tidak ada pembangunan yang tidak
memerlukan lahan, setiap pembangunan terlebih pembangunan fisik
pastinya akan memerlukan lahan.
Wilayah Kabupaten Bekasi yang letaknya berbatasan dengan Daerah
Khusus Ibukota (DKI) Jakarta tentunya akan mengalami perkembangan
yang cukup pesat. Berdasarkan kebijakan pemerintah, wilayah yang berada
di sekitar DKI Jakarta seperti Bekasi, Tangerang, Cilegon, dikembangkan
sebagai wilayah pusat kawasan industri. Khusus untuk daerah Bekasi tidak
kurang dari 6.000 Ha diperuntukan untuk dijadikan sebagai kawasan
industri.
Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri
yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang
dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah
memiliki izin usaha kawasan industri. Perusahaan kawasan industri adalah
perusahaan-perusahaan yang terdapat pada kawasan industri dan
2
mengusahakan pengembangan maupun pengelolaan kawasan industri yang
bersangkutan. Pembangunan kawasan industri antara lain bertujuan untuk
mempercepat pertumbuhan industri di daerah, memberikan kemudahan bagi
kegiatan industri, mendorong kegiatan industri untuk berlokasi di kawasan
industri, serta untuk meningkatkan upaya pembangunan industri yang
berwawasan lingkungan (Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 41
Tahun 1996 tentang Kawasan Industri).
Dengan adanya pembangunan wilayah industri di pinggiran wilayah
ibu kota maka penduduk yang ingin masuk kota Jakarta dari berbagai
pelosok daerah lain dapat tersalurkan pada daerah sekitar Jakarta tersebut
sehingga tingkat mobilisasi urbanisasi bisa berkurang.
Pembangunan industri di Kabupaten Bekasi tidak terpisahkan dari arah
pembangunan industri wilayah yang harus mampu mengikuti sekaligus
memenuhi tuntutan pembagunan regional dan nasional tanpa mengabaikan
kebutuhan spesifik wilayah. Keragaman fisik wilayah dalam beberapa
kondisi merupakan kendala, namun di sisi lain merupakan potensi sebagai
pendorong laju pembangunan industri wilayah. Kejelian dan kecermatan
kelompok perencana dan pelaksana pembangunan industri dalam
memanfaatkan potensi dan mengatasi kendala tersebut merupakan salah satu
kunci keberhasilan pembangunan perindustrian.
Peranan sektor industri dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi
berupa output sektor industri atau PDRB sektor industri tidak terlepas dari
adanya peranan investasi dan tenaga kerja. Investasi yang dilakukan adalah
3
investasi langsung berupa investasi asing (Penanaman Modal Asing) dan
investasi domestik (Penanaman Modal Dalam Negeri). Investasi langsung
dapat menyerap banyak tenaga kerja yang berada dipasar tenaga kerja dan
investasi langsung juga diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Hal ini terjadi karena output yang dihasilkan akan semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya investasi di daerah.
Investasi dilakukan untuk membentuk faktor produksi kapital, dimana
sebagian dari investasi tersebut digunakan untuk pengadaan berbagai barang
modal yang akan digunakan untuk kegiatan proses produksi.melalui
investasi proses produksi dapat ditingkatkan yang kemudian mampu akan
meningkatkan output produksi sehingga akan menaikan pendapatan daerah.
Iklim investasi mencerminkan sejumlah faktor yang berkaitan dengan lokasi
tertentu yang membentuk kesempatan dan insentif bagi perusahaan-
perusahaan untuk melakukan investasi secara produktif dan menciptakan
lapangan pekerjaan.
Selain investasi, tenaga kerja merupakan input atau faktor produksi
yang digunakan dalam proses produksi pada sektor industri. Tetapi
kontribusi industri pengolahan yang cukup besar terhadap pertumbuhan
ekonomi tidak disertai dengan tingginya penyerapan tenaga kerja disektor
industri. Angka pengangguran total di Indonesia pada tahun 2009
diproyeksikan meningkat menjadi 9 persen. Sebelumnya, angka
pengangguran sebesar 8,5 persen pada tahun 2008. Hal ini terjadi karena
4
pertumbuhan penyerapan tenaga kerja di sektor industri negatif akibat
adanya krisis keuangan global. (LIPI, 2009).
Menurut lokasi, pada tahun 2009 salah satu daerah yang kontribusi
PDRB nya paling besar terhadap PDRB Jawa Barat adalah Kabupaten
Bekasi. Industri di Kabupaten Bekasi merupakan barometer industri di Jawa
Barat karena memiliki tingkat kontribusi output terbesar.
Tabel 1.1Kontribusi PDRB Sektor Industri Terbesar di Provinsi Jawa Barat
No Daerah Kabupaten /Kota
PDRB (jutaRupiah)
KontribusiTerhadap PDRB
Jawa Barat(persen)
1 Kabupaten Bekasi 45.831.406,78 26,42
2 Kabupaten Bogor 33.404.257,88 14,97
3 Kabupaten Bandung 20.154.147,70 9,03
4 Kabupaten Karawang 19.353.619,16 8,67
5 Kota Bandung 14.167.032,24 6,35
6 Kota Bekasi 11.765.711,35 5,27
7 Kota/Kab lainnya diJawa Barat
65.394.879,19 29,30
Jawa Barat 210.071.054,31 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Bekasi 2009
Kontribusi PDRB Kabupaten Bekasi berada pada peringkat pertama
yang berkontribusi sebesar 26,42 persen dari total PDRB Jawa Barat karena
daerah bekasi merupakan daerah yang ditopang oleh banyaknya kawasan
industri dan dekat dengan perekonomian ibukota. Kedua penyumbang
terbesar yaitu Kabupaten Bogor berkontribusi sebesar 14,97 hal ini karena
5
ada dukungan dari Pemda Bogor melalui APBD dalam menggalakan iklim
usaha. Penyumbang ketiga terbesar yaitu Kabupaten Bandung dengan
Kontribusi sebesar 9,03 persen yang merupakan basis ibu kota Jawa Barat
dengan dukungan perijinan usaha yang lebih mudah dan sumber daya yang
potensial.
Menurut Badan Promosi dan Penaman Modal Daerah (BPPMD) Jawa
Barat tahun 2009, Kabupaten Bekasi merupakan daerah yang mendapatkan
investasi paling besar yaitu mencapai 43,64 persen dari keseluruhan
investasi yang berada di Jawa Barat atau senilai Rp 30,223 trilyun. Selain
itu, dari investasi yang telah dilakukan, penyerapan tenaga kerja yang terjadi
mencapai 95,110 orang dimana penyerapan tenaga kerja ini merupakan
penyerapan tenaga kerja yang berada pada peringkat pertama diantara
Kabupaten dan kota kota lainnya yang berada di Jawa Barat.
2. Batasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini, maka agar
permasalahan tidak meluas, pembahasan dalam penelitian ini dibatasi pada
perekonomian sub sektor industri pengolahan. Sektor industri yang
dimaksud adalah semua industri sub sektor pengolahan yang berada di
Kabupaten Bekasi mencakup sektor migas dan non migas. Dalam penelitian
ini data yang digunakan data time series dari tahun 1989 sampai dengan
tahun 2009. Penelitian mengenai sektor industri pengolahan sengaja
6
dilakukan karena sektor tersebut paling dominan dalam pembentukan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) total Kabupaten Bekasi.
Faktor investasi yang diteliti mencakup Peananaman Modal Asing
(PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sehingga bisa
diketahui dari mana sumber yang paling berpengaruh dan dominan terhadap
perekonomian sektor industri tersebut. Selain investasi faktor tenaga kerja
juga menjadi fokus dalam penelitian ini untuk melihat pengaruhnya terhadap
PDRB sub sektor industri di Kabupaten Bekasi.
B. Perumusan Masalah
Pembentukan PDRB Kabupaten Bekasi ditentukan oleh besarnya output
yang dihasilkan oleh masing-masing sektor ekonominya.
Tabel 1.2Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Bekasi
Menurut Lapangan Usaha
Sumber: BPS Kabupaten Bekasi
No Lapangan Usaha 2007 2008 20091 Pertanian 1,99 1,96 1,902 Pertambangan dan Penggalian 1,39 1,36 1,253 Industri Pengolahan 80,02 79,73 80,164 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,87 1,80 1,785 Bangunan 1,07 1,10 1,186 Perdagangan, Hotel, dan
Restoran8,81 9,01 9,32
7 Pengangkutan dan Komunikasi 1,38 1,44 1,498 Keuangan, Persewaan, dan
Jasa1,03 1,03 1,05
9 Jasa-Jasa 2,12 2,28 2,30PDRB TOTAL 100 100 100
7
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kontribusi diantara sektor industri
pada beberapa tahun terakhir didominasi oleh sektor industri pengolahan yang
mencapai rata-rata sekitar 80 persen dari total keseluruhan PDRB Kabupaten
Bekasi. Kedua oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang berkontribusi
rata-rata sekitar 8-9 persen, dan ketiga ditempati sektor Jasa-Jasa yang
berkontribusi rata-rata sebesar 2 persen.
Tingginya kontribusi sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi
menjadikan sektor industri ini menjadi sektor yang paling utama dan dominan
dalam pembentukan PDRB total di Kabupaten Bekasi. Namun hal ini tidak
membuat angka pengangguran Kabupaten Bekasi menurun secara signifikan,
pada tahun 2008 angka pengangguran Kabupaten Bekasi masih terbilang
cukup tinggi yaitu mencapai 15,12 persen. Menurut Badan Perencanaan dan
Pembangungan Daerah Kabupaten Bekasi tahun 2008, angka ini diperkirakan
akan tetap tinggi dalam kurun waktu 3 tahun kedepan karena Kabupaten
Bekasi sebagai daerah yang penopang utamanya industri, memilki tingkat
urbanisasi yang tinggi sehingga berdampak pada laju pertumbuhan penduduk
(LPP) yang tinggi juga.
Para pencari kerja tersebut melakukan urbanisasi ke kabupaten Bekasi
karena Kabupaten Bekasi merupakan daerah yang menarik terjadinya
urbanisasi dikarenakan daerah asal mereka tidak ada kesempatan pekerjaan.
Hal ini terlihat dari laju pertumbuhan penduduk yang mencapai 3,46 persen
pada tahun 2008. Urbanisasi dan LPP yang tinggi tersebut mengakibatkan
tidak terpenuhinya antara kesempatan kerja dengan banyaknya pencari kerja
8
termasuk angkatan kerja yang sudah terkena PHK (Pemutusan Hubungan
Kerja). Pada tahun 2008 angka pengangguran cukup tinggi mencapai sekitar
15 persen dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bekasi hanya mencapai 4,13
persen. Jika dihubungkan dengan tingkat investasi di Kabupaten Bekasi,
angka pengangguran ini bertolak belakang dengan tingkat investasi dan
penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Bekasi.
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka pengaruh investasi dan tenaga
kerja terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan tentunya
menarik untuk diteliti, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh setiap
variabel tersebut terhadap pertumbuhan sub sektor industri pengolahan. Oleh
karena itu penelitian ini akan meneliti bagaimana pengaruh dari PMA, PMDN
dan Tenaga Kerja terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan pada periode
1989-2009.
Berdasarkan uraian perumusan masalah tersebut, maka pertanyaan
penelitian yang diangkat dalam penulisan skripsi ini, diantaranya :
1. Bagaimana pengaruh penanaman Modal Asing (PMA) terhadap
pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan di Kabupaten
Bekasi ?
2. Bagaimana pengaruh penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan di
Kabupaten Bekasi ?
3. Bagaimana pengaruh Tenaga Kerja (TK) terhadap pertumbuhan
PDRB sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi ?
9
4. Bagaimana pengaruh investasi PMA, PMDN dan TK tersebut
secara bersama-sama terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor
industri pengolahan Kabupaten Bekasi?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dari latar belakang dan perumusan masalah yang telah dipaparkan
diatas, terdapat beberapa tujuan dalam penelitian ini, yaitu :
a. Untuk mengetahui pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA)
terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor Industri pengolahan di
Kabupaten Bekasi.
b. Untuk mengetahui pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri
pengolahan di Kabupaten Bekasi.
c. Untuk mengetahui pengaruh Tenaga Kerja terhadap pertumbuhan
PDRB sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi.
d. Untuk mengetahui pengaruh investasi dan tenaga kerja secara
simultan terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri
pengolahan di Kabupaten Bekasi.
10
2. Manfaat Penelitian
Penelitian skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
a. Memberikan informasi tentang keadaan sektor industri, khususnya
sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi.
b. Memberikan informasi bagi para pembaca dan sebagai bahan
referensi bagi kalangan akademis yang akan melakukan penelitian
lebih lanjut.
c. Memberikan masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah
maupun industri dalam menetapkan suatu kebijakan untuk
mendorong kemajuan sektor industri di Kabupaten Bekasi.
d. Bagi penulis, penilitian ini merupakan tambahan wawasan bidang
ekonomi, sehingga penulis dapat mengembangkan ilmu yang di
peroleh selama mengikuti perkuliahan.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Industri
1. Pengertian Industri
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) yang dimaksud dengan industri
adalah kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah barang jadi
dan barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih nilainya.
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah
atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah
untuk mendapatkan keuntungan. (www.Organisasi.Org/industri)
Menurut G. Kartasapoetra (1997:68), pengertian industri adalah
suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang
setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih
untuk penggunaannya. Dalam pengertian lain, industri adalah suatu
aktivitas yang mengubah bahan baku menjadi barang setengah jadi atau
barang jadi dengan tujuan untuk dijual.
Dalam istilah ekonomi, industri mempunyai dua pengertian yaitu
pengertian secara luas dan pengertian secara sempit. Dalam pengertian
secara luas, industri mencakup semua usaha dan kegiatan dibidang
ekonomi yang bersifat produktif. Sedangkan pengertian sempit, industri
adalah kegiatan yang mengubah barang dasar secara mekanis, kimia atau
dengan tangan sehingga menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.
12
Dari beberapa pengertian industri maka secara garis besar dapat
disimpulkan bahwa industri adalah kumpulan dari beberapa perusahaan
yang memproduksi barang-barang tertentu dan menempati areal tertentu
dengan output produksi berupa barang atau jasa. Berdasarkan pengertian
tersebut, kita dapat memahami bahwa industri merupakan salah satu
kegiatan ekonomi manusia yang sangat penting. Melalui kegiatan industri
akan dihasilkan berbagai kebutuhan manusia mulai dari peralatan
sederhana sampai pada peralatan modern. Jadi pada dasarnya kegiatan itu
lahir untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Pembagunan ekonomi disuatu negara dalam periode jangka panjang
akan membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi negara
tersebut. Dimana dimulai dari ekonomi tradisional yang dititikberatkan
pada sektor pertanian, menuju perekonomian modern yang didominasi
oleh sektor industri (Budianto.1999:67) Menurut istilah Kuznets,
perubahan struktur ekonomi umumnya disebut transformasi structural dan
dapat didefinisikan sebagai rangkaian perubahan dalam komposisi
permintaan, perdagangan luar negeri (ekspor dan impor), produksi dan
penggunaan faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal yang
diperlukan guna mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.
2. Teori Industrialisasi
Proses industrialisasi dan pembangunan industri ini sebenarnya
merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan kesejahtraan
13
masyarakat dalam dua pengertian sekaligus. Pertama yaitu tingkat hidup
yang lebih maju. Kedua, menjadikan taraf hidup yang lebih berkualitas,
atau dengan kata lain pembangunan industri itu sendiri merupakan suatu
fungsi dari tujuan pokok kesejahtraan masyarakat, bukan merupakan
kegiatan mandiri yang hanya sekedar berorientasi pada pemenuhan
kebutuhan fisik belaka (Arsyad. 2010:442).
Keberhasilan sebuah proses industrialisasi tidak terlepas dari adanya
dukungan kapasitas sumber daya manusia yang relevan dan kemampuan
“proses” tersebut dalam memanfaatkan secara optimal setiap sumber daya
alam dan sumber daya lain yang tersedia. Hal ini berarti pula bahwa
industrialisasi merupakan sebuah upaya guna menngkatkan produktivitas
tenaga manusia dengan disertai upaya untuk memperluas ruang lingkup
kegiatan manusia. Dengan demikian, Proses industrialisasi dapat
diupayakan dengan dua jalan sekaligus yaitu Secara Vertikal: yang
diindikasikan oleh semakin besarnya nilai tambah pada kegiatan ekonomi.
Secara Horizontal: yang diindikasikan oleh semakin luasnya lapangan
kerja yang produktif yang tersedia bagi penduduk.
Di sisi lain, sektor industri mempunyai peranan salah satunya
sebagai sektor pemimpin (leading sector) yang membawa perekonomian
menuju kemakmuran. Sektor industri dijadikan leading sector sebab hal
tersebut mempunyai begitu banyak kelebihan dibandingkan sektor
pertanian dan jasa. Kelebihannya antara lain, produksinya mempunyai
dasar nilai tukar (term of trade) yang tinggi, nilai tambah besar, bagi
14
pengusaha keuntungan yang besar, dan proses produksinya lebih bisa
dikendalikan oleh manusia.(Arsyad (2010: 442).
Industrialisasi disetiap negara menpunyai corak yang berbeda beda.
Satu hal yang senantiasa menjadi pertanyaan adalah apa yang
menyebabkan suatu daerah/Negara mengalami perkembangan yang lebih
pesat dibandingkan dengan daerah/Negara lainnya. Ada dua teori yang
dapat dijadikan rujukan dalam menjawab pertanyaan ini. Yaitu: (Arsyad.
2010: 448)
1. Teori Export Base (North, 1964)
Teori ini menyatakan bahwa sektor ekspor berperan penting dalam
pembangunan daerah, karena sector tersebut dapat memberikan
kontribusi yang penting bagi perekonomian daerah. Kontribusi
tersebut antara lain:
a. Ekspor dapat secara langsung meningkatkan pendapatan
atas faktor-faktor produksi dan pendapatan daerah.
b. Perkembangan ekspor akan menciptakan permintaan
terhadap produksi industri lokal (residentiary industry),
yaitu industri yang produknya digunakan untuk melayani
pasar di daerah tersebut.
2. Teori Resource-Based ( Perloff dan Wingo,1964)
Teori ini merupakan perluasan dari teori export base,karena teori
ini juga menyatakan bahwa perkembangan sector ekspor di suatu
daerah peranannya sangat besar sekali dalam pembangunan
15
ekonomi daerah. Namun ada beberapa perbedaan mendasar
diantara kedua teori tersebut, yaitu:
a. Data yang digunakan dalam teori resources base jauh lebih
lengkap dibandiingkan dengan data yang digunakan dalam
teori export base.
b. Teori resource based, analisisnya lebih mendalam serta
memberikan penekanan pada dua hal berikut: (a)
pentingnya peranan kekayaan alam suatu daerah dalam
pembangunan daerah yang bersangkutan (b) factor-faktor
yang mempengaruhi efek pengganda dari sektor ekspor
pada perekonomian daerah
3. Strategi Industrialisasi
Menurut Arsyad (2010:457) ada 2 hal strategi yang biasa dilakukan
oleh Negara maju maupun Negara sedang berkembang. Strategi tersebut
antara lain:
1. Subtitusi impor (import substitution). Strategi ini disebut strategi
orientasi kedalam atau inward looking yaitu industrialisasi yang
mengutamakan pengembangan jenis jenis industri untuk
mnenggantikan kebutuhan akan impor barang barang sejenis.
Pelaksanaannya dalam dua tahap. Pertama: terlebih dahulu
mengembangkan industri industri barang konsumsi. Kedua:
menggalakkan pengembangan industri industri hulu seperti baja
16
dan aluminium. Salah satu ciri yang menonjol dalam strategi ini
adalah pelaksanaan disertai dengan tingkat proteksi yang tinggi
baik tarif bea masuk dan pajak barang impor.
Alasan sebuah Negara /daerah melakukan subtitusi impor yaitu:
a. Untuk mengurangi atau menghemat devisa
b. Pemerintah akan melakukan proteksi dengan cara
pembatasan barang-barang impor.
c. Agar sebuah Negara mampu memenuhi kebutuhan atas
berbagai barang industry dengan kekuatan sendiri tanpa
harus mengimpor dari Negara lain
d. Untuk mengembangkan kegiatan ekonomi di dalam negeri
2. Promosi ekspor (export promotion). Strategi ini mengutamakan
pengembangan jenis industri yang menghasilkan produk produk
ekspor. Syarat utama adalah tingkat proteksi yang rendah disertai
dengan insentif dalam meningkatkan ekspor.
Ada empat faktor yang dapat menjelaskan mengapa strategi
industrialisasi promosi ekspor dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi yang lebih pesat daripada strategi subtitusi impor.
Keempat faktor tersebut antara lain:
a. Ada kaitan antara sektor pertanian dengan sektor industri
b. Skala ekonomis
c. Dampak persaingan atas prestasi perusahaan
d. Dampak kekurangan devisa terhadap pertunbuhan ekonomi
17
Dalam melaksanakan strategi industrialisasi menggunakan indikator
tersebut, antara satu tahap dengan tahap lain perubahan bersifat perlahan
dan berkesinambungan agar peranan industri dalam pembentukan PDRB
bagi suatu daerah dapat terlaksana.
4. Klasifikasi Industri
a. Jenis industri berdasarkan pengelompokan Tenaga Kerja
Menurut (Arsyad.2010:454) pengelompokan industri berdasarkan
jumlah tenaga kerja dibedakan menjadi empat kriteria, yaitu:
1. Industri Besar: industri yang menggunakan tenaga kerja 100
orang atau lebih.
2. Industri Menengah: industri yang menggunakan tenaga kerja
antara 20-99 orang
3. Industri kecil: industri yang menggunakan tenaga kerja antara
5-19 orang.
4. Industri Mikro / Rumah Tangga: industri yang menggunakan
tenaga kerja kurang dari 5 orang ( termasuk tenaga kerja yang
tidak dibayar)
b. Jenis industri berdasarkan besar kecilnya modal
1. Industri padat modal (Capital Intensive), adalah industri yang
dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan
oprasional maupun pembangunanya.
18
2. Industri padat karya (Labor Intensive) industri yang lebih
dititikberatkan pada sejumlah besar tenaga kerja dalam
pembangunan dan pengoprasiannya. (Perpustakaan Online
Indonesia)
c. Jenis industri berdasarkan Klasifikasi atau berdasarkan SK
menteri Perindustrian No.19/M/I/1986
Berdasarkan Internsional Standart of Industrial Clasification
(ISIC), berdasarkan pendekatan kelompok komoditas industry
pengolahan terbagi atas beberapa kelompok komoditas.
Tabel 2.1Kelompok Komoditas Industri Pengolahan
Kode Kelompok Industri
31 Industri makanan, minuman, tembakau
32 Industri tekstil, pakaian jadi, dan kulit
33 Industri Kayu dan barang-barang dari kayu termasukperabotan rumah tangga
34 Industri Kertas dan barang-barang dari kertas, percetakandan penerbitan
35 Industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia, minyakbumi, batubara, karet, dan platik
36 Industri galian bukan logam, kecuali minyak bumi danbatubara
37 Industri logam dasar
38 Industri barang dari logam, mesin dan perlatan
39 Industri pengolahan lainnya.
Sumber: Kementrian Perindustrian dan Perdagangan
19
d. Jenis industri berdasarkan pemilihan lokasi
1. Industri yang yang berorientasi atau menitikberatkan pada
pasar (market oriented industri), industri yang didirikan sesuai
dengan lokasi potensi target konsumen. Industri jenis ini akan
mendekati kantong kantong dimana konsumen potensial
berada. Semakin dekat kepasar akan semakin menjadi lebih
baik.
2. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga
kerja/ labor (man power oriented industry), industri yang
berada pada lokasi dipusat pemukiman penduduk karena
biasanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak tenaga
kerja/ pegawai untuk lebih efektif dan efisien.
3. Industri yang berorientasi untuk menitikberatkan pada bahan
baku (supply oriented industry), industry yang mendekati
lokasi dimana bahan baku berada untuk memangkas atau
memotong biaya transfortasi yang besar.
e. Jenis industri berdasarkan produktifitas perorangan
1. Industri Primer, yaitu industri yang mana barang barang
produksinya bukan hasil olahan langsung atau tanpa diolah
terlebih dahulu.
2. Industri Sekunder, yaitu industri yang bahan mentahnya diolah
sehingga menghasilkan barang barang untuk diolah kembali.
20
3. Industri Tersier, industri yang produk atau barangnya berupa
layanan jasa untuk keperluan perencanaan anggaran Negara
dan analisis pembangunan.
B. Investasi
1. Pengertian Investasi
Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran penanaman modal atau
perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-
perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi
barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sukirno,
2003:121).
Investasi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh penanam modal
(investor) yang menyangkut penggunaan sumber-sumber seperti peralatan,
gedung, peralatan produksi, dan mesin-mesin baru lainnya atau persediaan
yang diharapkan akan memberikan keuntungan dari investasi. (Paul A.
Samuelson dan William D. Nordhaus, 1993:145)
Investasi merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk
meningkatkan atau mempertahankan stok barang modal yang terdiri dari
mesin, pabrik, kantor dan produk-produk tahan lama lainnya yang
digunakan dalam proses produksi (Julius A. Mulyadi, 1990: 268).
Investasi adalah kegiatan penanaman modal pada berbagai kegiatan
ekonomi (produksi) dengan harapan untuk memperoleh keuntungan
(benefit) pada masa yang akan datang. Pada dasarnya investasi dibedakan
21
menjadi investasi finansial dan investasi non financial. Investasi finansial
adalah bentuk pemilikan instrumen finansial seperti uang tunai, tabungan,
deposito, modal dan penyertaan, surat berharga, obligasi dan sejenisnya.
Sedangkan investasi non financial direalisasikan dalam bentuk investasi
fisik (investasi riil) yang berwujud capital atau barang modal, termasuk
didalamnya inventori / persediaan (BKPM.2004).
Investasi juga dapat di katakan sebagai suatu bentuk pembiayaan
pembangunan yang merupakan langkah awal dalam kegiatan produksi.
Kegiatan produksi yang produktif tersebut dapat memacu pertumbuhan
ekonomi dan dengan posisi semacam ini maka hakikatnya investasi juga
merupakan langkah awal dari kegiatan pembangunan ekonomi.
2. Faktor Penentu Investasi
Faktor-faktor penentu investasi sangat tergantung pada situasi di
masa depan yang sulit untuk diramalkan, maka investasi merupakan
komponen yang paling mudah berubah.
Sukirno (1996:76) menjelaskan bahwa faktor-faktor utama yang
menentukan tingkat investasi dalam suatu perekonomian antara lain, yaitu:
1. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh di
masa depan
Ramalan mengenai keuntungan masa depan akan
memberikan gambaran kepada para pengusaha mengenai jenis
jenis investasi yang kelihatannya mempunyai prospek yang baik
22
dan dapat dilaksanakannya, dan besarnya investasi yang harus
dilakukan untuk mewujudkan tambahan barang-barang modal yang
diperlukan. Semakin baik keadaaan masa depan, semakin besar
tingkat keuntungan yang akan diperoleh pengusaha. Oleh sebab itu,
mereka akan lebih terdorong untuk melaksanakan investasi yang
telah atau sedang dirumuskan dan direncanakan.
2. Kemajuan teknologi
Pada umumnya semakin banyak perkembangan teknologi
yang dibuat, semakin banyak pula kegiatan pembaruan yang akan
dilakukan oleh para pengusaha. Untuk melaksanakan pembaruan-
pembaruan, para pengusaha harus membeli barang-barang modal
yang baru, dan adakalanya juga harus mendirikan bangunan-
bangunan pabrik/industri yang baru. Maka semakin banyak
pembaruan yang akan dilakukan, semakin tinggi tingkat investasi
yang akan tercapai
3. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya
Dalam analisis mengenai penentuan pendapatan nasional
pada umumnya dianggap investasi yang dilakukan para pengusaha
adalah berbentuk investasi otonomi. Walau bagaimanapun,
pengaruh pendapatan nasional kepada investasi tidak boleh
diabaikan. Tingkat pendapatan nasional yang tinggi akan
memperbesar pendapatan masyarakat, dan selanjutnya pendapatan
masyarakat yang tinggi tersebut akan memperbesar permintaan
23
terhadap barang barang dan jasa-jasa. Keuntungan perusahaan akan
bertambah tinggi dan ini akan mendorong dilakukannya lebih
banyak investasi. Dengan perkataan lain, apabila pendapatan
nasional bertambah tinggi, maka investasi akan bertambah tinggi
pula
4. Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan
Ketika perusahaan mengalami peningkatan keuntungan, pada
umumnya keuntungan yang diperoleh tersebut akan disalurkan
untuk meningkatkan produksi. Dengan kata lain, akan
meningkatkan investasi perusahaan tersebut. Adanya peningkatan
keuntungan perusahaan membuat perusahaan berusaha untuk lebih
meningkatkan keuntungannya lagi di masa depan sehingga
perusahaan meningkatkan tingkat investasinya guna mencapai
tingkat keuntungan yang diharapkan lebih besar.
3. Jenis- Jenis Investasi
Berdasarkan kekhususan tertentu dari kegiatannya, investasi dibagi
dalam kelompok :
1. Investasi Baru
Invesatsi baru yaitu investasi bagi pembuatan system produksi
baru, baik sebagai bagian dari usaha baru untuk produksi baru
maupun perluasan produksi, tetapi harus menggugnakan
system produksi baru
24
2. Investasi Peremajaan
Investasi jenis umumnya hanya digunakan untuk mengganti
barang-barang capital lama dengan yang baru, tetapi masih
dengan kapasitas dan ongkos produksi yang sama dengan alat
yang digantikannya.
3. Invetasi Rasionalisasi
Pada kelompok ini peralatan yang lama digantika oleh yang
baru tetapi dengan ongkos produksi yang lebih murah,
walaupun kapasitas sama dengan yang digantikannya.
4. Investasi perluasan
Dalam kelompok investasi ini peralatannya baru sebagai
pengganti yang lama. Kapasitasnya lebih besar sedangkan
ongkos produksi masih lama.
5. Investasi Modernisasi
Investasi digunakan untuk memproduksi barang baru yang
memang proses baru, atau memproduksi lama dengan proses
yang baru.
6. Investasi diversifikasi
Investasi ini untuk memperluas program produksi untuk
perusahaan tertentu, sesuai dengan program diversifikasi
kegiatan usaha korporasi yang bersangkutan
25
4. Peranan Investasi
Penanaman modal merupakan langkah awal kegiatan pembangunan
ekonomi. Perubahan laju pertumbuhan investasi tersebut mempengaruhi
tinggi rendahnya pembangunan ekonomi diwilayah tersebut. Oleh
karenanya, setiap negara ataupun daerah tertentu berupaya menciptakan
iklim yang dapat menggairahkan investasi tersebut agar masuk ke
dalamnya.
Dilihat dari sudut pandang ekonomi makro, investasi (I) memiliki
peranan yang cukup penting dalam menentukan pertumbuhan ekonomi di
suatu Negara / Daerah disamping belanja masyarakat (C), pengeluaran
pemerintah (G), dan ekspor bersih (X-M). selain itu, investasi juga
memiliki dampak terhadap peningkatan produksi barang dan jasa serta
penciptaan lapangan pekerjaan. Besar kecilnya investasi yang dilakukan
dalam suatu kegiatan ekonomi (produksi) ditentukan oleh tingkat bunga,
tingkat pendapatan, kemajuan teknologi, ramalan kondisi ekonomi ke
depan, dan faktor-faktor lain (Sukirno, 1994:87).
Motif utama suatu negara mengundang investasi adalah untuk
menggali potensi kekayaan alam dan sumberdaya lainnya dalam upaya
mempercepat pembangunan ekonomi. Kenyataan ini disebabkan karena
investasi, baik asing maupun domestik akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, melalui proses industrialisasi, guna meningkatkan ekspor barang
manufaktur dan kebutuhan pasar domestik (subtitusi impor). Proses
industrialisasi diharapkan mampu berkembang bersama dengan proses alih
26
teknologi, alih kepemilikan, perluasan kesempatan kerja yang disertai
dengan peningkatan keahlian dan keterampilan. Namun, dalam proses
tersebut harus dihindari dominasi perekonomian nasional oleh modal
asing. (Wiranata, 2004:12).
5. Tujuan Penyelenggaraan Investasi
Tujuan penyelenggaraan penanaman modal antara lain menurut
Undang-Undang No.25 Tahun 1997:
1) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
2) Menciptakan lapangan kerja
3) Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan
4) Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha
5) Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional,
6) Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan
7) Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil
dengan menggunakan dana yang berasal baik dari dalam negeri
maupun dari luar negeri, dan
8) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
27
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PDRB sub Sektor Industri
Pengolahan
1. Penanaman Modal Asing (PMA)
Investasi asing atau biasa disebut Penanam Modal Asing (PMA)
adalah satu upaya untuk meningkatkan jumlah modal untuk pembangunan
ekonomi yang bersumber dari luar negri. (Suryatno, 2003:72).
menjelaskan bahwa PMA terdiri atas :
1. Investasi portopolio (portopolio investment), yakni investasi yang
melibatkan hanya aset-aset finansial saja, seperti obligasi dan
saham, yang didenominasikan atau ternilai dari mata uang
nasional. Kegiatan investasi portopolio atau financial ini biasanya
berlangsung melalui lembaga lembaga keuangan seperti bank,
perusahaan dana investasi, yayasan pensiunan, dan sebagainya.
2. Investasi asing langsung (Foreign Direct Investment), merupakan
PMA yang meliputi investasi ke dalam aset-aset secara nyata
berupa pembangunan pabrik-pabrik, pengadaan berbagai macam
barang modal, pembelian tanah untuk keperluan produksi, dan
sebagainya.
Wiranata (2004) berpendapat bahwa investasi dapat dianggap
sebagai salah satu sumber modal pembangunan ekonomi yang penting.
Semua Negara yang menganut sistem ekonomi terbuka, pada umunya
memerlukan investasi asing, terutama perusahaan yang menghasilkan
barang dan jasa untuk kepentiingan ekspor.
28
Investasi asing langsung sangat penting peranannya bagi
perekonomian Indonesia. Selain sebagai salah satu sumber untuk
peningkatan devisa negara, investasi asing langsung juga berfungsi sebagai
transfer teknologi, keterampilan manajemen dan lapangan kerja baru.
Investasi asing langsung juga memberikan beberapa kelebihan, antara lain
yaitu
investasi asing lebih memberikan rasa aman bagi negera yang menjadi
tuan rumah dari resiko-resiko yang terjadi akibat perkembangan
perekonomian kotemporer yang seringkali dramatis, terutama akibat
perubahan apresiasi mata uang. (Kuncoro, 2001:128).
Penanaman modal asing (PMA) memiliki peran mikro maupun
makro dalam suatu perekonomian. Secara makro, PMA berperan penting
dalam upaya meningkatkan kegiatan investasi nasional dan pertumbuhan
ekonomi. Secara mikro, PMA berpengaruh terhadap ketenagakerjaan,
penguasaan dan pendalaman teknologi, dan terhadap pengembangan
keterkaitan antar industri di dalam negeri (domestic linkages) termasuk
akses industri dalam negeri terhadap jaringan produksi, perdagangan, dan
investasi regional/global
Pada saat ini banyak negara yang sedang berkembang maupun
negara maju telah menyadari dan melaksanakan atau mengusahakan
kerjasama antara pemerintah dengan swasta. Hal ini ditujukan untuk
meningkatkan penanaman modal dari negara maju ke negara sedang
berkembang. Bagi negara maju, motif mencari untung dari kegiatan
29
penanaman modal akan selalu diutamakan, sedangkan bagi negara sedang
berkembang menganggap kegiatan penanaman modal asing tersebut
sebagai suatu perluasan untuk mendapatlkan perkembangan perdagangan
dalam negeri
Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat membutuhkan
peranan penting dari arus modal asing, baik yang berbentuk pinjaman,
bantuan, dan investasi. Hal ini disebabkan karena sumber dana yang
tersedia dalam negeri sangat terbatas, sehingga peranan asing diperlukan.
Selain untuk meningkatan sumber dana, kegiatan investasi asing juga akan
membawa pengaruh positif di berbagai sektor. Pada sektor moneter
dengan meningkatnya invetasi maka akan mendorong peningkatan
cadangan devisa negara, dengan cadangan devisa yang cukup maka nilai
kurs rupiah akan dapat dijaga pada posisi yang stabil. Sedangkan pada
sektor makroekonomi kegiatan investasi akan mendorong kegiatan ekspor,
menciptakan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan akan
mendorong pada peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
2. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Investasi dalam negri biasa di kenal dengan istilah Penanaman
Modal Dalam negri (PMDN) adalah bentuk upaya menambah modal untuk
pembangunan melalui investor dalam negri. Modal dari dalam negri ini
bisa didapat baik itu dari pihak swasta ataupun dari pemerintah.
30
Keberadaan penanaman modal dalam negeri diatur dalam Undang-
undang No. 6 tahun 1968 tentang penanaman modal dalam negeri
kemudian disempurnakan dengan diberlakukannya UU No. 12 tahun 1970.
Menurut ketentuan penanaman modal tersebut, penanaman modal dalam
negeri adalah penggunaaan modal dalam negeri yang merupakan bagian
dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda
baik yang dimiliki oleh negara maupun swasta nasional atau swasta asing
yang berdomisili di Indonesia yang disediakan/disisihkan guna
menjalankan usaha yang mendorong pembangunan ekonomi pada
umumnya ( Harjono, 2007:178).
Menurut Wiranata (2004:18) dasar pertimbangan dikeluarkannya UU
No. 6 tahun 1970 tentang PMDN adalah sebagai berikut:
1. Modal meupakan faktor penting dalam penyelenggaraan
pembangunan ekkonomi nasional yang berdasarkan kemampuan
dan kesanggupan bangsa Indonesia itu sendiri.
2. Perlunya dilakukan pemupukan modal dan pemanfaatan modal
dalam negeri dan membuka kesempatan bagi pengusaha swasta
seluas-luasnya.
3. Perlunya memanfaatkan modal dalam negeri yang dimiliki pihak
asing dan menetapkan batas waktu usaha bagi perusahaan asing
di Indonesia yang menggunakan modal dalam negeri.
Pengembangan investasi-investasi daerah dalam memacu
pertumbuhan PMDN, sangat penting untuk di tingkatkan. Sebab PMDN
31
merupakan bentuk arus modal yang berasal dari dalam negeri sehingga
dengan meningkatnya PMDN di harapkan investor-investor dalam negeri
dapat bersaing dengan investor asing dalam kontribusinya meningkatkan
perekonomian.
3. Tenaga Kerja
a. Pengertian Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah penduduk yang berumur pada batas usia kerja,
dimana batas usia kerja setiap negara berbeda-beda.Usia kerja adalah
penduduk berumur 15 tahun keatas yang telah dianggap mampu
melaksanakan pekerjaan, mencari kerja, bersekolah, mengurus rumah
tangga, dan kelompok lainnya seperti pensiunan (Disnaker, 2008).
Angkatan kerja (Labor Force ) didefinisikan sebagai bagian dari
jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan atau sedang mencari
kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang produktif atau bisa juga
disebut sumber daya manusia.
Banyak sedikitnya jumlah angkatan kerja tergantung komposisi
jumlah penduduknya. Kenaikan jumlah penduduk terutama yang
termasuk golongan usia kerja akan menghasilkan angkatan kerja yang
banyak pula. Angkatan kerja yang banyak tersebut diharapkan akan
mampu memacu peningkatan kegiatan ekonomi yang pada akhirnya
akan meningkatkan kesejahtraan masyarakat. Pada kenyataannya,
32
jumlah penduduk yang banyak tidak selalu memberikan dampak yang
positif terhadap kesejahtraan.
Gambar 2.1Gambaran Ketenagakerjaan
Sumber: Badan Pusat Statistik
Dari bagan diatas terlihat bahwa angkatan kerja merupakan bagian
dari penduduk yang termasuk kedalam usia kerja.usia kerja adalah
suatu tingkat umur seseorang yang diharapkan sudah dapat bekerja dan
menghasilkan pendapatannya sendiri. Usia kerja ini berkisar antara 14-
25 tahun. Selain penduduk dalam usia kerja, ada juga penduduk diluar
usia kerja, yaitu dibawah usia kerja dan diatas usia kerja.penduduk
yang dimaksud yaitu anak-anak usia sekolah dan yang sudah
pensiunan atau usia lanjut.
Bagian lain penduduk dalam usia kerja adalah bukan angkatan
kerja. Yang termasuk didalamnya adalah para remaja yang sudah
termasuk usia kerja tetapi belum bekerja atau belum mencaripekerjaan
Penduduk
Bukan Usia Kerja Usia Kerja
Bukan Angkatan Kerja Angkatan KerjaKerja
Sekolah Rumah Tangga Lain-lain Bekerja Mencari Kerja
33
karena masih sekolah, ibu rumah tangga pun termasuk kedalam
kelompok bukan angkatan kerja.
Penduduk dalam usia kerja yang termasuk angkatan kerja,
dikelompokan menjadi tenaga kerja (bekerja) dan bukan kerja
(mencari kerja atau menganggur). Tenaga kerja (Man Power) adalah
bagian dari angkatan kerja yang berfungsi dan ikut serta dalam proses
produksi serta menghasilkan barang atau jasa.
b. Penyerapan Tenaga Kerja
Pada Negara yang sedang berkembang umumnya masalah
pengangguran merupakan problema yang sulit dipecahkan hingga kini.
Karena masalah pengangguran menyebabkan tingkat pendapatan
nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi
yang maksimal. Seperti halnya dinegara Indonesia, pemerintah
mengupayakan berbagai jalan keluar untuk dapat mengatasi
pengangguran secara lambat laun baik diperkotaan dan di pedesaaan.
Proses dari usaha-usaha kesempatan kerja yang merupakan topik
dalam penelitian ini dapat diwujudkan apabila pembinaan dan
pengembangan industri-industri kecil, sedang dan besar dapat berjalan
semestinya. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk dapat
mendorong perekonomian rakyat.
Pengertian dari penyerapan itu sendiri diartikan cukup luas,
menyerap tenaga kerja dalam maknanya menghimpun orang atau
34
tenaga kerja disuatu lapangan usaha untuk dapat sesuai dengan usaha
itu sendiri.
Dalam ilmu ekonomi seperti yang kita ketahui faktor-faktor
produksi adalah tanah, modal, tenaga kerja, skill (keahlian). Salah satu
faktor tersebut tenaga kerja yang benar sesuai kebutuhan dengan
keahlian dan ketrampilan yang dimiliki agar tenaga kerja yang dimiliki
dalam sector industri. Modal utama yang dibutuhkan adalah sumber
daya manusia (SDM).
Tenaga kerja yang ada atau lapangan usaha yang ada, tidak mampu
menyerap tenaga kerja kondisi yang tidak siap pakai. Disinilah
perlunya peranan pemerintah upaya mengatasi melalui pembinaan dan
pengembangan industry kecil diharapkan dapat memberikan hasil yang
diaharapkan.
Selanjutnya dari uraian diatas dijelaskan melalui peningkatan
bantuan lunak dan peningkatan bantuan keras dapat dapat
meningkatkan motivasi, pengetahuan, keterampilan, dan
wawasan/pandangan yang luas sehingga lebih mempermudah proses
penyerapan tenaga kerja yang dibutuhkan. Masalah penyerapan tenaga
kerja ini juga tidak terlepas dari kesempatan yang tersedia di tengah
tengah masyarakat.
35
D. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu akan di uraikan secara ringkas, meskipun
terdapat kemiripan dalam ruang lingkup penelitian tetapi terdapat perbedaan
dengan penelitian ini, baik dalam obyek atau periode waktu yang digunakan.
Sehingga penelitian terdahulu tersebut dapat dijadikan sebagai referensi untuk
saling melengkapi. Beberapa Penelitian terdahulu tersebut akan dijelaskan
pada tabel berikut:
Tabel 2.2Penelitian Terdahulu
N
o
Peneliti,
Tahun
Judul Penelitian Variabel Alat
Analisis
Hasil
1. Octivinang
sih (2006)
“Analisis
Pengaruh Nilai
Upah Minimum
Kabupaten
terhadap
Investasi,
Penyerapan
Tenaga kerja, dan
PDRB di
Kabupaten
Bogor”
- UMP
- PMA
- PMDN
- Tenaga
Kerja
- Ordinary
Least
Square
(OLS)
- Software
SASV8
1.Investasi(PMA
dan PMDN)
berpengaruh
positif terhadap
PDRB Kota
Bogor
2.UMP
berpengaruh
positif
terhadappenyera
pan Tenaga
Kerja.
2. Kawengian
(2002)
“Analisis
Pengaruh
Investasi dan
- PDRB
- Total
- Ordinary
Least
Square
1. kegiatan
investasi
memberikan
36
Tenaga Kerja
dalam Sektor
Pertanian dan
Sektor Industri
Guna
Menentukan
Strategi
Pembangunan
Ekonomi Irian
Jaya”.
Investasi
- Tenaga
Kerja
(OLS)
- kuantita
tif dan
deksript
if.
pengaruh
terhadap PDRB
Irian Jaya tetapi
investasi tidak
mampu
menimbulkan
efek
pertumbuhan
yang kuat
apabila tidak
diikuti dengan
peningkatan
kualitas tenaga
kerja
3. Tejasari
(2008)
“Peranan Sektor
Usaha Kecil dan
Menengah dalam
penyerapan
Tenaga Kerja dan
Pertumbuhan
Ekonomi di
Indonesia”
- Investasi
- Tenaga
Kerja
- PDRB
- Ordinary
Least
Square
(OLS)
- Software
Eviews
4.1
1.Hasil
penelitiannya
membuktikan
bahwa tenaga
kerja dan
investasi secara
signifikan
berpengaruh
positif terhadap
pertumbuhan
ekonomi
4. Novita
Linda
Sitompul
(2008)
Analisis
Pengaruh
Investasi dan
Tenaga Kerja
terhadap PDRB
- PDRB
Industri,
Pertanian,
danPerda
gangan
- Ordinary
Least
Square
(OLS).
1.PDRB Sumatera
Utara
dipengaruhi oleh
tiga sector
ekonomi utama,
37
Sumatera Utara” - Investasi
- Tenaga
Kerja
yaitu sektor
pertanian, sektor
industri, dan
sektor
perdagangan,
2.Investasi
(PMDN) serta
tenaga kerja
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
PDRB Sumatera
Utara
3.Kondisi
Perekonomian
(Dummy Krisis)
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap PDRB
Sumut.
5. Ferdiyan
(2006)
Analisis
Pengaruh
Otonomi Daerah
Terhadap
Pertumbuhan
Investasi di
Provinsi Jawa
Barat”
- Inflasi
- PMA
- PMDN
- PDRB
- Dummy
(Otonomi
- analisis
Shift
Share
- Ordinary
Least
Square
(OLS)
1.Terdapat
perbedaan antara
periode sebelum
dan sesudah
Otda. Sebelum
otda
pertumbuhan
investasi
38
Daerah) negative,
sedangkan
sesudah Otda
pertumbuhan
investasi positif
terhadap
perekonomian
2.PMDN dan
Inflasi
berpengaruh
negatif terhadap
PDRB
3.PMA
berpengaruh
Positif terhadap
PDRB Jawa
Barat.
6 Morris M.
Kleiner
(2007)
Do IndustrialRelationsInstitutionsInfluenceForeign DirectInvestment.Evidence fromOECD Nations
(1985-2000)
- FDI
- TenagaKerja
- Industri
- Pajak
- PDRB
- Panel
data
Negara-
negara
anggota
OECD.
1. Rendahnya
tingkat FDI akan
sangat
mempengaruhi
tingkat produksi
industri.
2. Ada trade-off
antara
peningkatan
ekonomi
39
terhadap
penyerapan
tenaga kerja
7 Linda Fung
Yee, &
Chyau
Tuan
(1997)
EvolvingOutwardInvestment,IndustrialConcentration,and TechnologyChange:Implications forHong Kong
- Industri
Manufakt
ur
- FDI
- Produktiv
itas
Tenaga
Kerja
- Error
Correcti
on
Model
(ECM)
- Kebijakan
Perdagangan
terbuka
membuka
peluang
pengekploitasian
tenaga kerja dan
menyebabkan
outward looking
- FDI berdampak
langsung
menrestrukturisa
si industri
manufaktur di
Hongkong
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi PDRB sub
sektor industri pengolahan di kabupaten Bekasi.
Setelah mengidenentifikasi kemudian menganalisis sumber modal
mana dari investasi yang ada (PMA dan PMDN) yang berpengaruh
terhadap sektor industri serta untuk mengatahui pengaruh tenaga kerja
pada sektor industri tersebut.
40
VariabelIndependen
E. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2Gambar Kerangka Pemikiran
Pengaruh Investasi (PMA dan PMDN) dan Tenaga Kerja terhadapPDRB sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi
Industri Pengolahan
1. Makanan, Minuman, dan Tembakau2. Tekstil, Pakaian jadi, dan Kulit3. Kayu dan barang dari kayu4. Kertas, Percetakan, dan Penerbitan5. Bahan Kimia, Minyak bumi, Batubara, Karet, dan Bahan dari
Plastik6. Barang galian bukan Logam7. Logam Dasar8. Barang-barang dari logam, Mesin9. Industri pengolahan lainnya
PendekatanFaktor Input
Investasi
Tenaga Kerja(X3)
PMA(X1)
PMDN(X2)
Variabel Dependen
PDRB sub SektorIndustri Pengolahan
(Y)
Metode Analisis:Model Analisis Regresi Berganda (OLS)
Hasil
Kesimpulan dan Implikasi
41
F. Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan awal yang masih bersifat sementara
yang akan dibuktikan setelah data empiris diperoleh.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh beberapa
peneliti, diantaranya:
1. Octavianingsih (2006) skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh
Nilai Upah Minimum Kabupaten Terhadap Investasi ,
penyerapan Tenaga kerja, dan PDRB di Kabupaten Bogor”
menyimpulkan bahwa investasi PMA dan PMDN berpengaruh
positf terhadap PDRB Kota Bogor.
2. Ferdiyan (2006) dengan judul “Analisis Pengarug Otonomi
Daerah Terhadap Pertumbuhan Investasi Di Provinsi Jawa Barat”
menyimpulkan bahwa Investasi PMA berpengaruh positif
sedangkan PMDN berpengaruh negatif terhadap PDRB Jawa
Barat.
3. Novita linda Sitompul dalam Skripsinya yang berjudul “ Analisis
Pengaruh investasi dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Sumatera
Utara “ menyimpulkan bahwa PMDN dan tenaga kerja
berpengaruh terhadap PDRB di Sumatera Utara
42
Beradasarkan uraian diatas, maka penulis mengajukan hipotesis
untuk dilakukan pengujian ada tidaknya pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan untuk menjelaskan
tujuan dari penelitian adalah:
a. Diduga Penanaman Modal Asing (PMA) berpengaruh signifikan
terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan.
b. Diduga Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berpengaruh
signifikan terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan.
c. Diduga Tenaga kerja (TK) berpengaruh signifikan terhadap PDRB
sub sektor industri pengolahan.
d. Diduga bahwa PMA, PMDN, dan TK berpengaruh secara
simultan terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan.
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, data runtut waktu
(Time Series) dengan menggunakan metode analisis berganda. Variabel
yang digunakan yaitu PDRB sub sektor industri pengolahan, Investasi
mencakup Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN),dan Tenaga Kerja (TK).
Pembahasan dalam penelitian ini menitikberatkan pada
perekonomian sub sektor industri pengolahan. Sektor industri yang
dimaksud adalah semua industri sub sektor pengolahan yang berada di
Kabupaten Bekasi mencakup sektor migas dan non migas. Dalam
penelitian ini data yang digunakan data time series dari tahun 1989 sampai
dengan tahun 2009. Penelitian mengenai sektor industri pengolahan
sengaja dilakukan karena sektor tersebut berkontribusi besar dalam
pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) total Kabupaten
Bekasi.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB sub
sektor industri pengolahan, Investasi PMA dan PMDN, serta jumlah
44
tenaga kerja yang terserap dalam sektor industri pengolahan dengan data
tahunan selama periode 1989-2009.
C. Metode Pengumpulan Data
Sebagai tahap awal penelitian ini adalah dengan mempelajari teori-
teori yang berhubungan dengan penelitian. Kemudian menganalisis
hubungan antar variabel dari teori-teori tersebut dengan permasalahan
aktual yang ada pada saat ini. Tahap selanjutnya adalah mengumpulkan
data yaitu berupa data sekunder yang diperoleh dari studi kepustakaan atau
lembaga pengumpul data yang mana dalam penelitian ini antara lain
diperoleh dari:
1. Badan Pusat Stastistik Daerah Kabupaten Bekasi
2. Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat
3. Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD)
Kabupaten Bekasi
4. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Pusat
5. Literatur-literatur serta informasi-informasi tertulis baik yang
berasal dari instansi terkait maupun internet, yang berhubungan
dengan topik penelitian untuk memperoleh data tersebut
45
D. Metode Analisis Data
1. Analisis Regresi Berganda
Untuk mencapai tujuan penelitian dan pengujian hipotesis, Dalam
penelitian ini dilakukan analisis regresi berganda untuk melihat faktor
faktor yang mempengaruhi PDRB sub sektor industri pengolahan di
Kabupaten Bekasi.
Penelitian ini menggunakan model regresi berganda (multiple
regression) dengan rumusan model penelitian sebagai berikut :
INDSTR = β0 +1PMA +2PMDN + 3TK + …………….. (3.1)
Namun didalam penelitian ini akan digunakan persamaan regresi
berganda yang telah di transformasikan dalam bentuk logaritma
dengan menggunakan kuadrat terkecil, dengan formulasi sebagai
berikut :
LnINDSTR = β0 + β1LnPMA + β2LnPMDN + β3LnTK + …. (3.2)
Keterangan:
INDSTR = PDRB Sub Sektor industri pengolahan (milyar rupiah)
PMA = Penanaman Modal Asing (milyar rupiah)
PMDN = Penanaman Modal Dalam Negeri (milyar rupiah)
TK = Tenaga Kerja ( /Ribu Orang)
β = Intercept
Β1- β3 = koefisien regresi masing-masing variable independen.
e = error term (variable diluar model tetapi tidak ikut
berpengaruh terhadap variable dependen)
46
Metode analisis regresi berganda akan menghasilkan estimator
yang mempunyai sifat tidak bias, linier dan mempunyai varian yang
minimum atau BLUE, yaitu:
a. Best adalah yang terbaik.
b. Linier adalah kombinasi linier dari data sampel. Jika ukuran
sampel ditambah maka hasil nilai estimasi akan mendekati
parameter populasi yang sebenarnya.
c. Unbiased adalah rata-rata atau nilai harapan atau estimasi
sesuai dengan nilai yang sebenarnya.
d. Efficient estimator adalah memiliki varians yang minimum
diantara pemerkira lain yang tidak bias.
Sebelum melakukan interprestasi terhadap hasil regresi dari model
penelitian yang akan digunakan, maka terlebih dahulu dilakukan
pengujian terhadap data penelitian tersebut. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui apakah model tersebut dapat dianggap relevan atau tidak.
Pengujian yang dilakukan melalui uji stasioneritas data setelah itu
dilakukan pengujian uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas,
autokorelasi, heterokedastisitas, dan multikolinearitas, kemudian
dilakukan uji statistik yang meiliputi uji signifikansi parameter
individu (uji t statistik), dan uji sinifikan simultan (uji F statistik), dan
uji koefisien determinasi (R2).
47
2. Uji Stasioneritas Data
a. Uji Akar Unit Phillips-Perron (PP) test
Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau
tidak dengan cara membandingkan nilai statistik PP dengan nilai
kritisnya yaitu distribusi statistik MacKinnon. Jika nilai absolute
statistik PP lebih besar dari nilai kritisnya, maka data yang diamati
menunjukan stasioner dan jika sebaliknya nilai absolute statistik
PP lebih kecil dari nilai kritisnya maka data tidak stasioner.
Langkah-langkah pengujian stasioner sebagai berikut
Hipotesis:
Ho : Data tersebut tidak stasioner pada derajat Nol
H1 : Data tersebut stasioner pada derajat Nol
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
- Jika PP test statistik > PP tabel (critical value α = …%
maka, menolak H0 dan menerima H1
- Jika PP test statistik < PP tabekl (critical value α = …%)
maka H0 diterima, dan menolak H1.
b. Uji Derajat Integrasi
Data time series pada umumnya adalah data yang tidak
stasioner. Untuk menghindari regresi lancung maka harus
ditransformasikan data tersebut menjadi data stasioner.
48
Dalam uji akar unit PP bila menghasilkan kesimpulan
bahwa data tidak stasioner, maka diperlukan proses differensi data
uji stasioner data melalui proses differensi ini disebut uji derajat
integrasi
Seperti uji akar unit PP, keputusan sampai pada derjat
keberapa suatu data akan stasioner. Hal ini dapat dilihat dengan
membandingkan antara nilai statistik PP yang diperoleh dari
koefisien y dengan nilai kritis distribusi statistik MacKinnon. Jika
nilai absolut dari statistik PP lebih besar dari nilai kritisnya pada
differensi tingkat pertama, maka data dikatakan stasioner pada
derajat kesatu. Akan tetapi, jika nilainya masih lebih kecil maka uji
integrasi perlu dilanjutkan pada differensi yang lebih tinggi
sehingga diperoleh data yang stasioner.
Langkah-langkah pengujian stasioner sebagai berikut
Hipotesis:
Ho : Data tersebut tidak stasioner pada derajat Nol
H1 : Data tersebut stasioner pada derajat Nol
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
- Jika PP test statistik > PP tabel (critical value α = …% maka
menolak H0 dan menerima H1
- Jika PP test statistik < PP tabekl (critical value α = …%)
maka H0 diterima, dan menolak H1.
49
3. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini, maka
peneliti melakukan uji normalitas, multikolinieritas, uji
heteroskedasitsitas, dan uji autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah residual
variabel dependen dan independen berdistribusi normal atau tidak.
Pengujian normalitas ini menggunakan normality histogram
(Insukindro, 2003:61).
Uji normalitas melalui uji Jarque-Bera (J-B). Metode ini
menggunakan perhitungan skewness dan kurtosis. Nilai statistik JB
didasarkan pada distribusi Chi Squares dengan derajat kebebasan
(df) 2. Jika nilai probabilitas statistik JB lebih kecil dari α = 5
persen maka terjadi permasalahan normalitas atau residual tidak
didistribusikan secara normal dan sebaliknya (Widarjono,
2007:54).
b. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah hubungan antara variabel independen
dan dependennya. Pengujian multikolinieritas dilakukan dengan
melihat Correlation Matrix, jika nilai korelasi yang dihasilkan
sangat tinggi (umumnya > 0,8) maka model regresi dikatakan
memiliki permasalahan multikolinieritas (Widarjono, 2007:114).
50
Multikolinieritas juga dapat diuji dengan metode deteksi Klien,
yaitu dengan membandingkan koefisien determinasi auxiliary
dengan koefisien determinasi model regresi aslinya. Jika koefisien
determinasi auxiliary lebih besar dari koefisien determinasi model
regresi aslinya, maka terjadi permasalahan multikolinieritas antara
variabel independen yang digunakan dalam model penelitian
(Widarjono, 2007:117).
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah variansi data yang digunakan untuk
membuat model menjadi tidak konstan. Pengujian terhadap ada
tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam suatu model empiris
yang sedang diamati juga merupakan langkah penting sehingga
dapat terhindar dari masalah regresi lancung. Metode untuk dapat
mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam model
empiris dengan menggunakan uji White Hetedoskedasticity, jika X2
(Obs* R-Squared) > X2 tabel atau nilai probability Obs*R-
Sqauared < 0,05 atau α=5 persen (Insukindro, 2003:62).
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah terjadinya korelasi antara variabel itu
sendiri pada pengamatan yang berbeda. Pengujian autokorelasi
dilakukan dengan uji Breusch-Godfrey Serial Correlation
Lagrange Multiplier Test (uji-LM). Uji ini sangat berguna untuk
mengidentifikasi masalah autokorelasi tidak hanya pada derajat
51
pertama tetapi bisa juga digunakan pada tingkat derajat. Dikatakan
terjadi autokorelasi jika nilai X2 (Obs*R-Squared) hitung > X2
tabel atau nilai probability < 0,05 atau α=5 persen (Insukindro,
2003:60).
Selain itu pengujian terhadap gejala auotokorelasi dapat
dilakukan dengan uji Durbin Watson (DW). Uji Durbin Watson
(DW) dapat dilakukan dengan cara melihat nilai DW pada hasil
regresi yang mana daerah bebas autokorelasi idealnya nilai DW
tersebut nilainya berada antara (1,54 – 2,46)
Tabel 3.1Kriteria Pengambilan Keputusan Daerah Autokorelasi
Tolak Ho,berarti ada
autokorelasipositif
Tidakdapat
diputuskan
Tidak menolakHo, berartitidak ada
autokorelasipositif
Tidakdapat
diputuskan
Tolak Ho,berarti adaautokorelasi negatif
0 dL du 2 4-du
4-dL 1,10 1,54 2,46 2,90
Sumber: (Winarno, 2007:5.25)
4. Pengujian Statistik
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
secara individu dan bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen. Uji statistik ini meliputi Uji F, Uji-t dan Koefisien
Determinasi (R2).
52
a. Uji Simultan (Uji F-Stastik)
Uji F-statistik menunjukkan apakah semua variabel independen
dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependennya. Untuk melakukan uji-F dengan cara Quick
Look, yaitu: melihat nilai probability dan derajat kepercayaan yang
ditentukan dalam penelitian atau melihat nilai F-tabel dengan F-
hitungnya. Jika nilai probability < 0,05 atau α=5 persen dan jika
nilai F-hitung lebih tinggi dari t-tabel maka maka suatu variabel
independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel
dependennya (Kuncoro, 2003:219)
b. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien detrminasi mengukur seberapa besar kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependennya. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu, nilai R2 yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas dan nilai
yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependennya (Kuncoro, 2003:220).
53
c. Uji Parsial (Uji t-Statistik)
Uji ini digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh
variabel independen secara individu terhadap variabel dependen
dengan variabel yang lain konstan. Untuk menguji pengaruh setiap
variabel independen tersebut, maka nilai t hitung harus di
bandingkan dengan nilai t tabel
Untuk nilai t tabel dapat diperoleh dengan melihat tabel
distribusi untuk α = 0,05 dan derajat n – k. Maka dalam pengujian
ini dilakukan hipotesis sebagai berikut :
H0: β1 = 0 (variabel independen tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen)
H1: βi ≠ 0 (variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen)
Selain dengan menngunakan cara diatas, uji-t juga dapat
dilakukan dengan cara Quick Look, yaitu: melihat nilai probability
dan derajat kepercayaan yang ditentukan dalam penelitian atau
melihat nilai t-tabel dengan t-hitungnya. Jika nilai probability <
0,05 atau α=5 persen dan jika nilai t-hitung lebih tinggi dari t-tabel
yang berarti menolak Ho dan menerima H1 dan sebaliknya. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel independen secara individual
mempengaruhi variabel dependennya dan sebaliknya (Kuncoro,
2003:219).
54
E. Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data tahunan (time
series) Dengan menggunakan satu variable terikat (dependen) yaitu PDRB
sub sektor industri pengolahan dan tiga variabel bebas (Independen) yaitu
PMA dan PMDN, serta Tenaga Kerja yang dianggap mempunyai
pengaruh nyata terhadap sektor industri. Penjelasan variabel-variabel
tersebut sebagai berikut:
1. Variabel Dependen
Variabel dependen ialah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh
variabel bebas (Lukman, 2007:5).
a. Output / PDRB Industri
Data PDRB Industri yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data PDRB sub sektor industri pengolahan, data tahunan dari 1989
sampai dengan 2009 yang diperoleh dari Statistik Industri Besar
dan Sedang terbitan BPS Pusat dan Daerah. PDRB industri ini
dalam bentuk Milyar rupiah
2. Variabel Independen
Variabel independen ialah variabel yang nilainya mempengaruhi
perilaku dari variabel terikat (Lukman, 2007: 5).
a. Penanaman Modal Asing
Data PMA adalah data relisasi Penanaman Modal Asing (PMA)
yang disetujui pemerintah daerah menurut sektor ekonomi, dengan
periode tahunan selama kurun waktu 1989 sampai dengan 2009.
55
Data tersebut diperoleh dari Badan Promosi dan Penanaman Modal
Daerah berbagai edisi, dan Kabupaten Bekasi Dalam Angka serta
Indikator Ekonomi berbagai edisi terbitan BPS. PMA dalam
bentuk Miliar Rupiah.
b. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Data PMDN adalah data relisasi Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) yang disetujui pemerintah menurut sektor ekonomi,
dengan periode tahunan selama kurun waktu 1989 sampai dengan
2009. Data tersebut diperoleh dari Badan Promosi dan Penanaman
Modal Daerah berbagai edisi, dan Kabupaten Bekasi Dalam
Angka serta Indikator Ekonomi berbagai edisi terbitan BPS.
PMDN dalam bentuk Miliar Rupiah.
c. Tenaga Kerja
Data Tenaga Kerja yang digunakan adalah data tenga kerja yang
terserap pada sektor industri. Data tersebut diperoleh dari publikasi
Statistik Penduduk dan Bekasi Dalam Angka terbitan BPS Pusat
dan Daerah. TK ini dalam bentuk Ribu orang.
56
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Deskriptif
1. Perkembangan Perekonomian Kabupaten Bekasi
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi
suatu wilayah atau daerah dalam suatu periode tertentu adalah melalui
PDRB. Pada dasarnya PDRB merupakan jumlah nilai tambah (value
added) yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam daerah tertentu, atau
merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit
ekonomi.
Perhitungan PDRB menggunakan dua macam harga, yaitu PDRB
atas Dasar Harga Berlaku dan PDRB atas Dasar Harga Konstan. PDRB
atas Dasar Harga Berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa
yang dihitung atas dasar harga berlaku setiap tahun, sedangkan PDRB atas
Dasar Harga Konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut
yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu waktu tertentu
sebagai tahun dasar
Berdasarkan gambar 4.1 PDRB Kabupaten Bekasi tahun 2009 atas
dasar harga berlaku adalah sebesar 72.762.968,82 juta rupiah.Sedangkan atas
dasar harga konstan sebesar 57.175.916,78 juta rupiah. PDRB mengalami
kenaikan dibandingkan dengan tahun 2008 dimana PDRB atas dasar harga
berlaku sebesar 65.346.675,62 dan PDRB atas harga konstannya sebesar
43.793.374,45 juta rupiah dari tahun sebelumnya.
57
180000018500001900000195000020000002050000210000021500002200000
2005 2006 2007 2008 2009
Jumlah…
Gambar 4.1PDRB Kabupaten Bekasi Berdasarkan atas Harga Berlaku dan Konstan
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bekasi
Perthitungan PDRB atas harga konstan berdasarkan tahun 2000,
sedangkan perhitungan PDRB atas dasar harga berlaku disesuaikan dengan
setiap tahunnya. Selama tahun 2009 perekonomian Kabupaten Bekasi
mengalami perlambatan sebagai dampak dari krisis keuangan global yang
terjadi sejak tahun 2008. Perlambatan perekonomian Kabupaten Bekasi ini
terlihat apabila dibandingkan dengan tahun 2007 dimana laju pertumbuhan
ekonomi sebesar 6,44 persen, dan pada tahun 2009 mencapai 5,94 persen jauh
lebih baik bila dibandingkan dengan tahun 2008 dimana LPE nya sebesar
4,13 persen.
Pada gambar 4.2 memperlihatkan bahwa perlambatan perekonomian
Kabupaten Bekasi ini disebabkan oleh dampak krisis keuangan global.
Sebagai penyangga ibukota, perekonomian Kabupaten Bekasi akan sangat
dipengaruhi oleh kondisi perekonomian nasional
Krisis keuangan global yang terasa dampaknya sejak tahun 2008
memang sedikit banyak mempengaruhi perekonomian Kabupaten Bekasi
58
di tahun 2009. Tetapi pada saat yang sama juga pemerintah Kabupaten
Bekasi berusaha untuk melakukan perbaikan ekonomi. Dalam upaya
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, skala prioritas pembangunan
daerah Repelita VI yang ditetapkan bahwa pembangunan sektor industri
sebagai prioritas yang utama, dan tetap menjalankan sektor-sektor lainnya
secara berimbang hal ini disesuaikan dengan titik berat pembangunan
daerah bidang ekonomi sesuai dengan prioritas sektor industri.
Gambar 4.2
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Bekasi 2001-2009
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bekasi
2. PDRB Sub Sektor Industri Pengolahan
Sektor ekonomi adalah kesatuan dari unit-unit produksi yang dihasilkan
oleh suatu wilayah tertentu. Sektor-sektor ekonomi yang berkontribusi
terhadap PDRB di Kabupaten Bekasi, antara lain: (1) sektor pertanian, (2)
sektor pertambangan, (3) sektor industri pengolahan, (4) sektor listrik, gas dan
air, (5) sektor bangunan, (6) sektor perdagangan, (7) sektor pengangkutan dan
komunikasi, (8) sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan (9)
5.09 5.12 5.25 5.38 5.656.07
6.44
4.135.19
0
1
2
3
4
5
6
7
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
59
sektor jasa. Tetapi dalam penelitian ini akan lebih memfokuskan untuk
meneliti sub sektor industri pengolahan.
Industri pengolahan adalah suatu proses atau kegiatan ekonomi yang
merupakan bagian dari cabang industri yang menggunakan sejumlah
peralatan dan manajemen yang teratur dimana didalamnya terdapat
kegiatan produktif yang mentransformasi atau mengolah bahan mentah
menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa distribusi persentase
PDRB menurut sektor yang menunjukkan kontribusi masing-masing
sektor dalam pembentukan PDRB total Kabupaten Bekasi. Pada beberapa
tahun terkahir, sektor industri khususnya industri pengolahan memegang
peranan paling penting dalam pembangunan perekonomian di Kabupaten
Bekasi. Sub Sektor industri pengolahan ini adalah sektor yang paling
dominan dalam pembentukan PDRB di Kabupaten Bekasi dibandingkan
dengan sub sektor lainnya.
Persentase perbandingan antar sub sektor PDRB tersebut dapat kita
lihat bahwa pada beberapa tahun terakhir sektor industri pengolahan
menyumbang rata-rata tiap tahun sekitar 80 persen dari total PDRB
Kabupaten Bekasi. Posisi kedua disumbang oleh sektor perdagangan, hotel
dan restoran yang memberikan kontribusi rata-rata tiap tahun sekitar 9
persen dari total PDRB. Ketiga ditempati oleh sektor jasa-jasa yang
berkontribusi sekitar 2 persen dari total PDRB dan disusul oleh sector
60
pertanian yang menyumbang rata-rata tiap tahun sekitar 1,5 persen, dan
sektor-sektor lainnya menyumbang sisanya sekitar 1 persen.
Tabel 4.1Persentase dan Konstribusi PDRB
Berdasarkan Lapangan Usaha Kabupaten Bekasi 2007-2009
Sumber: Badan Pusat Statistik BPS. Kabupaten Bekasi
No
LapanganUsaha
PDRB Atas Harga Konstan 20002007 (%) 2008 (%) 2009 (%)
1 Pertanian 881.001,98
1,96 859,058,70
1,90 1.195.392,29
2,09
2 Pertambangan 596.695,49
1,39 580.274,39
1,25 936.096,18
1,64
3 IndustriPengolahan
37.060.103,02
80,02 35.043.950,48
79,73
45.831.406,78
80,16
4 Listrik,Gas,Air Bersih
827.175.77
1,80 786.106,69
1,78 1.461.784,65
2,56
5 Konstruksi 547.239,41
1.18 482.599.00
1,10 598.770,60
1,05
6 Perdagangan,Hotel, danRestoran
4.334.092,28
9,01 3.947.358,93
8,32 4.758.799,26
9,32
7 PengangkutanKomunikasi 692.403
,761,44 629.069,4
81,37 781.905,
661,49
8 Keuangan,persewaan,dan JasaPerusahaan
489.177,18
1,03 451.850,22
1,02 585.808,82
1.05
9 Jasa-Jasa 1.068.823,53
2,28 996.685,66
1,79 1.025.953,07
2,30
PDRB denganMigas
46.480.291,05
100 43.793.374,65
100 57.175.916.78
100
PDRB tanpaMigas
45.905.994,41
100 43.202.971,05
100 56.250.213,34
100
61
Perkembangan sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi
selama periode penelitian tahun 1989 – 2009 dapat dilihat pada tabel
berikut:
Gambar 4.3Perkembangan Sub Sektor Industri Pengolahan
Kabupaten Bekasi Tahun 1989-2009 (Milyar Rupiah)
Sumber: Statistik Industri Besar dan sedang, BPS Kabupaten Bekasi
Pada gambar 4.3 terlihat bahwa nilai PDRB sub sektor industri
pengolahan secara umum terus mengalami pertumbuhan yang positif.
Perkembangan industri pengolahan dari tahun 1989-1997 menunjukan
kenaikan yang cukup signifikan, kontribusinya sebesar 3.243.756 pada
tahun 1989 dan terus meningkat pesat menjadi 28.799.724 pada tahun
1997. Hal ini sebagai akibat dari usaha pemerintah daerah yang terus
berusaha menciptakan keadaan perekonomian regional yang stabil dan
kondusif. Pada tahun 1998 pertumbuhan sektor industri ini terkoreksi
turun tajam hingga mencapai nilai 16.623.714 hal ini diakibatkan karena
dampak terjadinya krisis ekonomi nasional yang sangat mempengaruhi
05000000
100000001500000020000000250000003000000035000000400000004500000050000000
1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009
PDRB Industri Pengolahan
62
perekonomian regional Kabupaten Bekasi. Pasca dampak krisis ekonomi
sektor industri ini perlahan mulai membaik hal ini terbukti dari PDRB
yang menunjukan arah yang meningkat sampai tahun 2004, namun pada
tahun 2005 sempat kembali menurun sebagai akibat dari kenaikan harga
BBM yang banyak mempengaruhi kegiatan produksi sektor industri
pengolahan tersebut. Pada tahun 2008 pertumbuhannya terkoreksi kembali
hingga mencapai 35.043.950 atau lebih kecil nilainya dibandingkan
dengan tahun 2007 yang mencapai nilai 37.060.103 atau pertumbuhan
tersebut mengalami penurunan -2,75 persen hal ini diakibatkan pengaruh
krisis keuangan global yang mempengaruhi pera investor mengurangi
modal berinvestasinya di Kabupaten Bekasi.
Pada tahun 2009 perekonomian sektor industri Kabupaten Bekasi
memang meningkat menjadi 45.831.406 juta rupiah atau mengalami
pertumbuhan 5,75 persen, hal tersebut terjadi karena adanya usaha recovery
dari pemerintah Kabupaten dalam menjaga kestabilan ekonomi dengan cara
mengendalikan inflasi dan menjaga pasokan bahan bakar untuk industri.
Namun hal itu tidak terlepas dari perlambatan pertumbuhan perekonomian
sebagai dampak dari krisis keuangan global yang terjadi sejak tahun 2008.
Meskipun demikian,output sector industri yang meningkat terjadi karena
produktivitas dari input yang digunakan tinggi. Jadi, meskipun input yang
digunakan sedikit, output yang dihasilkan dapat tetap tinggi. Secara sektoral,
krisis keuangan global dirasakan oleh masing-masing sektor melalui tranmisi
yang berbeda-beda. Berikut adalah pengaruh krisis keuangan global terhadap
penciptaan nilai tambah dimasing-masing sektor.
63
a. Sektor Pertanian
Dampak krisis keuangan global terhadap perkembangan usaha
dirasakan melalui transmisi jalur jalur perdagangan domestic dengan
didasari atas adanya indikasi serapan permintaan domestic yang
menurun.
b. Sektor Industri Pengolahan
Krisis keuangan global dirasakan melalui tranmisi nilai tukar dan
perdagangan internasional. Pelemahan nilai tukar rupiah
mengakibatkan bahan baku impor menjadi lebih mahal.
c. Sektor perdagangan, hotel, restoran, angkutan, komunikasi dan jasa
merasakan krisis global melalui tranmisi aspek pembiayaan.
Pada tahun 2009 terdapat 842 industri besar dan sedang yang ada di
Kabupaten Bekasi, jumlah tersebut mengalami peningkatan dibandingkan den
gan tahun 2008 yang berjumlah sekitar 752 atau mengalami peningkatan
sebanyak 8,07 persen.
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa diantara berbagai industri pengolahan
yang ada, kelompok industri yang paling besar kontribusinya disumbang oleh
industri barang-barang dari logam dan mesin yang menyumbang sekitar
25.023.178,44 juta rupiah. Hal tersebut dikarenakan di Kabupaten Bekasi
banyak terdapat Kawasan Industri seperti Kawan Industri Jababeka, MM
2100, Industri Cikarang, Gobel, dan Delta Mas yang mana industri tersebut
memproduksi industri berat seperti produksi logam,bahan-bahan otomotif dan
mesin-mesin pabrik. Penyumbang industri kedua disumbang oleh industri
64
Kimia, bahan karet, dan barang dari plastic yang berkontribusi sebesar
8.501.291,09 juta rupiah disusul industri tekstil, pakaian jadi dan kulit
sebesar 3.682.3299,35 juta rupiah dan lain sisanya disumbang oleh sector
industri pengolahan lainnya yang berkontribusi sebesar 2.449.884,97 juta
rupiah.
Tabel 4.2Banyaknya Perusahaan Industri Besar dan Sedang
Menurut Kelompok Industri Pengolahan
Kode Kelompok Industri JumlahIndustri
PDRB Industri(milyar rupiah)
2008 200931 Makanan,Minuman, dan
Tembakau54 55 1.573.523,69
32 Tekstil, Pakaian jadi,dan Kulit
63 67 3.682.329,35
33 Kayu dan Barang-barang dari kayu
26 28 84.161,09
34 Kertas dan Percetakan/Penerbitan
35 37 278.244,55
35 Kimia, Bahan Kimia,Karet, dan Plastik
165 176 8.501.291,09
36 Barang-barang galianbukan logam
23 69 248.294,23
37 Logam Dasar 28 23 3.301.847,2538 Barang-barang dari
logam, Mesin346 370 25.023.178,44
39 Industri PengolahanLainnya
12 17 2.449.884,97
Jumlah 752 842 45.831.406,78Sumber : BPS Kabupaten Bekasi
65
3. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Investasi dalam negeri biasa di kenal dengan istilah Penanaman
Modal Dalam negeri (PMDN) adalah bentuk upaya menambah modal
untuk pembangunan melalui investor dalam negri. Modal dari dalam negri
ini bisa didapat baik itu dari pihak swasta ataupun dari pemerintah.
Peningkatan investasi di daerah dalam memacu pertumbuhan
PMDN, sangat penting untuk di tingkatkan. Sebab PMDN merupakan
bentuk arus modal yang berasal dari dalam negeri sehingga dengan
meningkatnya PMDN di harapkan investor-investor dalam negeri dapat
bersaing dengan investor asing dalam memajukan perekonomian.
Pada gambar 4.4 terlihat bahwa realisasi PMDN terus mengalami
tingkat pertumbuhan yang positif dan meningkat pesat dari tahun 1989-
1995, hal ini didudukung oleh keadaan ekonomi yang yang relatif stabil
membaik. Perkembangan investasi yang positif tidak terlepas dari peranan
pemerintah yang terus mendukung perkembangan investasi di Kabupaten
Bekasi.
Kebijakan pemerintah Kabupaten antara lain dengan mempermudah
proses peminjaman kredit investasi perbankan kepada pihak swasta untuk
modal berinvestasi, sehingga kebijakan tersebut ikut mendorong
meningkatnya investasi di Kabupaten Bekasi. Namun hal itu tidak
berlangsung lama karena dari tahun 1998-2001 terjadi kelesuan ekonomi
sebagai akibat dampak krisis moneter nasional yang sangat mengganggu
66
135357129454
144871
520368
786696973214
925547
683397579192
231507
174238178617194691
620321 622379
785224
553286
747566
907257
510501
826368
198
919
90
199
119
92
199
319
94
199
519
96
199
719
98
199
920
00
200
120
02
200
320
04
200
520
06
200
720
08
200
9
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
kinerja perekonomian daerah dan kinerja perbankan sehingga berdampak
pada investor domestik.
Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pertama, dunia
usaha dihadapkan pada beban yang cukup berat untuk mengatasi kenaikan
harga bahan baku yang tinggi karena tingginya tingkat inflasi, kedua
tingginya suku bunga kredit yang menghambat penyaluran kredit
perbankan sehngga para investor kesulitan untuk memperoleh sumber
pendanaan, dan ketiga situasi soail politik dan keamanan yang tidak stabil
telah meningkatkan resiko dalam melakukan investasi. Pemerintah daerah
terus berupaya untuk memperbaiki perekonomiannya, hal tersebut dapat
dilihat bahwa perkembangan investasi mulai terapresiasi kembali setelah
usaha recovery sejak tahun 2002-2007. perkembangan investasi sempat
terkoreksi menurun pada tahun 2008 akibat krisis keuangan global, dan
kembali meningkat pada tahun 2009.
Gambar 4.4Perkembangan Realisasi Investasi PMDN Kabupaten Bekasi 1989-2009
Sumber: BPPMD, Kabupaten Bekasi
67
4. Penanaman Modal Asing (PMA)
Investasi asing atau biasa disebut Penanam Modal Asing (PMA)
adalah satu upaya untuk meningkatkan jumlah modal untuk pembangunan
ekonomi yang bersumber dari luar negri.
Penanaman modal asing (PMA) memiliki peran mikro maupun
makro dalam suatu perekonomian. Secara makro, PMA berperan penting
dalam upaya meningkatkan kegiatan investasi nasional dan pertumbuhan
ekonomi. Secara mikro, PMA berpengaruh terhadap ketenagakerjaan,
penguasaan dan pendalaman teknologi, dan terhadap pengembangan
keterkaitan antar industri di dalam negeri (domestic linkages) termasuk
akses industri dalam negeri terhadap jaringan produksi, perdagangan, dan
investasi regional/global.
Kabupaten Bekasi merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang
membutuhkan peranan penting dari penanaman modal asing, baik yang
berbentuk pinjaman, bantuan, dan investasi. Hal ini disebabkan karena
sumber dana yang tersedia sangat terbatas, sehingga peranan asing
diperlukan. Selain untuk meningkatan sumber dana, kegiatan investasi
asing juga akan membawa pengaruh positif di berbagai sektor, khususnya
sektor industri. Selain itu akan mendorong kegiatan ekspor, menciptakan
lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan akan mendorong
pada peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah
Pada gambar 4.5 terlihat bahwa, dari tahun 1989 sampai dengan
tahun 1993 investasi PMA relatif masih kecil realisasinya bila
68
dibandingkan dengan PMDN, investasi PMDN lebih mendominasi
kegiatan investasi di Kabupaten Bekasi. Dari tahun 1993-1997 realisasi
PMA naik seiring dengan peningkatan PMDN. Hal ini karena didudukung
oleh keadaan ekonomi yang yang relatif stabil membaik. Perkembangan
investasi yang positif tidak terlepas dari peranan pemerintah yang terus
mendukung perkembangan investasi di daerah. Keadaan ini menunjukkan
bahwa Kabupaten Bekasi merupakan salah satu daerah yang diminati oleh
pihak investor asing karena daerah Bekasi mempunyai potensi wilayah
yang cukup potensial untuk dijadikan tempat industri karena letaknya yang
berbatasan dengan ibukota.
Pada tahun berikutnya yaitu tahun 1998, PMA mengalami penurunan
menjadi 1.977.966. Hal ini sebagai dampak dari krisis ekonomi yang
melanda perekonomian nasional yang berdampak terhadap perekonomian
daerah yang menyebabkan pihak investor mengurangi investasinya untuk
menghindari kerugian akibat ketidakpastian perekonomian. Berikutnya
sejak tahun 2000-2009 PMA mengalami mengalami kenaikan yang cukup
positif meskipun menunjukan perkembangan yang berfluktuatif. Karena
secara keseluruhan realisasi PMA di Kabupaten bekasi ini tiap tahunnya
terus mengalami perkembangan, terkecuali pada tahun 2008 yang
terkoreksi akibat krisis keuangan global, yang nilainya sebesar 3.329.910
menurun dibandingkan tahun 2007 yang mencapai 5.330.561. Pada tahun
2009, karena pemerintah Kabupaten menyadari pentingnya kestabilan dan
pemulihan ekonomi maka Pemerintah menerapkan berbagai kebijakan
69
salah satunya insentif berupa kemudahan proses perijzinan investasi yang
dipermudah lewat pelayanan usaha terpadu satu pintu. Sehingga investasi
asing di tahun 2009 kembali naik sebesar 5.438.821 hal ini juga ditandai
dengan meningkatnya ekspor dan impor bahan baku dan barang modal
pada tahun tersebut sehingga kelesuan ekonomi tidak berdampak panjang
bagi perekonomian Bekasi.
Gambar 4.5Perkembangan Realisasi Investasi PMA
Kabupaten Bekasi 1989-2009
Sumber: BPPMD Kabupaten Bekasi
5. Tenaga Kerja (TK)
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam suatu proses
industri. Tenaga kerja juga merupakan input dalam suatu proses produksi
barang dan jasa serta mengatur sarana produksi untuk menghasilkan barang
dan jasa tersebut. Tenaga kerja merupakan bagian penting dari penduduk
dimana pertumbuhan tenaga kerja sejalan dengan pertumbuhan penduduk.
0500000
100000015000002000000250000030000003500000400000045000005000000
198
919
90
199
119
92
199
319
94
199
519
96
199
719
98
199
920
00
200
120
02
200
320
04
200
520
06
200
720
08
200
9
70
Gambar 4.6Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja
Pada Sub Sektor Industri Pengolahan di Kab.Bekasi 1989-2009
S
S
Sumber: BPS Kabupaten Bekasi
Dari gambar 4.6 diatas merupakan data tenaga kerja yang terserap
pada sub sektor industri pengolahan. Jumlah tenaga kerja yang terserap
sudah mencakup secara keseluruhan dari masing-masing industry
pengolahan yang ada di Kabupaten Bekasi. Tampak terlihat bahwa
penyerapan tenaga kerja periode 1989 sampai dengan 1998 penyerapan
tenaga kerja masih relatif sedikit tenaga yang terserap sekitar 132.000
tenaga kerja. Tetapi setelah keadaan perekonomian pasca krisis dan
kestabilan perekonomian terjaga jumlah tenaga kerja terjadi peningkatan,
meskipun terjadi fluktuatif tetapi secara keseluruhan penyerapan tenaga
kerja yang terjadi terus mengalami peningkatan yang positif searah dengan
kenaikan jumlah penduduk di kabupaten bekasi.
0
50000
100000
150000
200000
250000
198
9
199
1
199
3
199
5
199
7
199
9
200
1
200
3
200
5
200
7
200
9
Tenaga Kerja (TK)
71
Gambar 4.7Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Bekasi 2005-2009
Sumber: BPS Kabupaten Bekasi, berbagai edisi
Menurut data BPS Kabupaten Bekasi, pada tahun 2009 penduduk
Kabupaten Bekasi mencapai 2.193.776 jiwa, yang terdiri dari 1.122.855
laki-laki dan 1.070.921 perempuan. Dari tahun 2005 hingga 2009,
Kabupaten Bekasi terus mengalami pertambahan jumlah penduduk, dari
1.950.209 jiwa pada tahun 2005, 2.027.902 jiwa pada tahun 2006, 2.054.795
jiwa pada tahun 2007, 2.125.960 jiwa pada tahun 2008, hingga mencapai
2.193.776 jiwa pada tahun 2009. Banyak tenaga kerja industri yang datang
dari luar Kabupaten Bekasi hal ini dikarenakan perkembangan jumlah
sektor industri yang pesat sehingga menjadi pemicu terjadinya pertambahan
penduduk di Kabupaten Bekasi dari tahun ke tahun, banyaknya migran dari
luar daerah karena dalam sektor industri tersebut memerlukan tenaga kerja
yang professional dan berkualitas sehingga banyak mendatangkan tenaga
ahli dari luar daerah. Tidak hanya penduduk asli daerah saja, melainkan
180000018500001900000195000020000002050000210000021500002200000
2005 2006 2007 2008 2009
Jumlah…
72
pertambahan dari luar daerah juga menjadi penyebab tingginya laju
pertumbuhan penduduk.
Pada tahun 2009 terjadi penyerapan tenaga kerja sebanyak 220.991
pada 842 industri besar dan sedang. Tenaga kerja ini mengalami
peningkatan dibandingkan dengan tahun 2008 yang hanya mampu menyerap
tenaga kerja sebanyak 213.838 atau tenaga kerja mengalami kenaikan
sebesar 8,07 persen. Diantara industry besar dan sedang yang ada, kelompok
industri yang mampu menyerap tenaga kerja paling banyak adalah industri
barang dari logam yang menyerap tenaga kerja sebanyak 112,078 hal ini
dikarenakan kebanyakan sector industri pengolahan yang ada di kabupaten
bekasi yang berada di kawasan industri yang tersebar di daerah Bekasi
memproduksi barang-barang otomotif, elektronik, dan mesin pabrik.
Industri pakaian, tekstil, dan karet menyerap tenaga kerja kedua terbesar
sebanyak 34.793, dan ketiga oleh industri kimia, bahan kimia, dan plastik
yang menyerap tenaga kerja sebanyak 33.658.
Gambar 4.8Penyerapan Tenaga Kerja Industri Besar dan Sedang
Menurut Kelompok Industri Tahun 2009
Sumber: Badan Pusar Statistik (BPS) Kabupaten Bekasi
41675146615456406477
122283365834791
112078
kayu, Bahan…Logam dasar
Industri…Kertas dan…
Makanan,minu…Barang galian…
Tekstil,Pakaian …Kimia, Karet,…
Barang dari…
Tenaga…
73
B. Analisis dan Pembahasan
1. Uji Stasioneritas Data
a. Uji Akar Unit PP test
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsof
Excel 2007 dan Eviews 3 untuk mempercepat perolehan hasil yang
dapat menjelaskan variabel - variabel yang diteliti.
Tahap awal dalam proses pengujian yang dilakukan adalah uji
stasioneritas terhadap seluruh variabel yang diuji. Dalam penelitian
ini data yang digunakan adalah data natural log (ln) dari variabel-
variabel tersebut, dimana ln merupakan log dengan bilangan dasar
bilangan alami yang yang berguna untuk memecahkan persamaan
yang tidak diketahuinya merupakan pangkat dari variabel lain.
Dimana log sendiri adalah fungsi matematika yang dengan bilangan
dasar 10 yang kegunaannya untuk menyederhanakan suatu bilangan.
Uji akar unit dipandang sebagai uji stasioneritas karena pengujian ini
pada prinsipnya bertujuan untuk mengamati apakah koefisien
tertentu dari model otoregresif yang ditaksir mempunyai nilai satu
atau tidak (yahya Hamja, 2008).
74
Tabel 4.3Hasil Uji Phillip-Perrons test
Sumber: Hasil olah data eviews
Dari hasil yang diuji dapat dilihat bahwa semua data kecuali
TK menunjukan ketidakstasioneran pada tingkat level. Hal ini dapat
dibuktikan dengan nilai Philips-Perron test lebih kecil dari
Mac.kinnon Critical Value 5% (Pptest < CV 5%). Kesimpulan dari
hasil data yang diolah adalah Ho diterima yaitu semua data kecuali
TK tidak stasioner pada tingkat level sehingga harus dilanjutkan
pada tingkat berikut sampai data menjadi stasioner yaitu dengan
menggunakan Uji derajat Integrasi.
b. Uji Derajat Integrasi
Dalam uji akar unit Philips Perron bila menghasilkan
kesimpulan bahwa data tidak stasioner, maka diperlukan proses
diferensi data. Uji stasioner data melalui proses diferensi ini disebut
uji derajat integrasi.
No Variabel
Level Ho= tidak stasioner
Ha = stasionerPptest CV 5%
1 LnIndstr -2.039824 -3.0199 Terima Ho
2 LnPMA -1.649546 -3.0199 Terima Ho
3 LnPMDN -2.103341 -3.0199 Terima Ho
4 LnTK -3.315262 -3.0199 Tolak Ho
75
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pada derajat atau
order diferensi ke berapa (langkah pertama diatas), jika ternyata data
tersebut tidak stasioner pada tingkat level dilanjutkan ke difference
pertama atau kedua (Insukindro, 2003).
Tabel 4.4Hasil Uji Integrasi
Sumber: Hasil Olah Data (Lampiran
Dari data yang diuji dapat dilihat bahwa semua variabel
stasioner pada First difference. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai
Philips-Perron test lebih besar dari Mac.Kinnon critical Value 5 %
(Pptest > CV 5 %).
Kesimpulan dari data yang diolah adalah Ho ditolak yaitu
semua Variabel sudah stasioner pada tingkat First Difference,
sehingga tidak perlu dilanjutkan pada tingkat berikutnya (Second
Difference). Dan pengujian dapat dilakukan dengan uji berikutnya
yaitu Uji asumsi Klasik
No Variabel
Level Ho= tidakstasioner
Ha = stasionerPptest CV 5%
1 LnIndstr -3.851732 -3.0294 Tolak Ho
2 LnPMA -4.673887 -3.0294 Tolak Ho
3 LnPMDN -3.747937 -3.0294 Tolak Ho
4 LnTK -6.447221 -3.0294 Tolak Ho
76
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam
sebuah model peneltian, variabel dependen dan independen atau
keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang baik
adalah berdistribusi normal atau mendekati normal. Identifikasi ada
atau tidaknya permasalahan normalitas dilakukan dengan melihat
histogram-normality test. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas
dari Jarque-Bera yang nilainya lebih besar dari 5 persen.
Gambar 4.9Hasil Uji Normalitas
S
Sumber: Data sekunder yang diolah
Gambar 4.9 menunjukkan bahwa uji statistik JB, nilai
statistiknya sebesar 3,59299 < 27.58711 (nilai X2 Chi square) atau
dengan probabilitas lebih besar dari α=5 persen yaitu: 0,165879.
0
2
4
6
8
-0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4
Series: ResidualsSample 1989 2009Observations 21
Mean -5.33E-15Median -0.031696Maximum 0.493675Minimum -0.537679Std. Dev. 0.199831Skewness -0.151207Kurtosis 5.003701
Jarque-Bera 3.592990Probability 0.165879
77
Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat permasalahan
normalitas.
b. Hasil Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
hubungan linear antar beberapa atau semua variabel independen
dalam model regresi.
Untuk menguji asumsi Multikolinearitas dapat digunakan uji
Correlation Matrix. Jika antar variabel independen ada korelasi yang
cukup tinggi (umumnya diatas 0.80), maka hal ini merupakan
indikasi bahwa adanya Multikolinearitas. Uji Correlation Matrix
dapat dilihat seperti pada tabel 4.3 dibawah ini:
Tabel 4.5Hasil Uji Multikolinearitas
Correlation Matrix
Pada hasil uji Multikolinearitas dengan menggunakan uji
Correlation Matrix diatas, dapat dilihat bahwa antara variable PMA,
TK, dan PMDN memiliki nilai masing-masing sebesar 0,46, 0,22,
dan 0,43 nilai dari masing-masing variabel tersebut semuanya lebih
kecil dari 0,80. Jadi, dapat dikatakan bahwa hasil yang diperoleh
LNPMA LNTK LNPMDN
LNPMA 1.000000 0.461522 0.429454LNTK 0.461522 1.000000 0.226360
LNPMDN 0.429454 0.226360 1.000000
78
ternyata tidak ada hubungan linear atau korelasi antara semua
variabel independen tersebut.
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
Homoskedatisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas,
Model yang baik adalah Homoskedastisitas dan tidak terjadi
Heteroskedastisitas.
Cara untuk mendeteksi ada tidaknya Heteroskedastisitas antara
lain dengan melakukan uji White dengan melihat probabilitas dari
Obs*R-squared. Jika probabilitasnya lebih besar dari 5 persen, maka
dapat dikatakan tidak terjadi Heteroskedastisitas dan sebaliknya.
Tabel 4.6Hasil Uji Heteroskedastisitas
Tabel 4.6 menujukkan bahwa nilai probabilitas Obs*R-squared
adalah 0,820145. Nilai ini lebih besar dari derajat kesalahan (α) = 5
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic 0.398147 Probability 0.911279Obs*R-squared 5.159987 Probability 0.820145
79
persen (0,05), maka dapat dikatakan bahwa dalam model penelitian ini
tidak terdapat permasalahan heteroskedastisitas.
d. Hasil Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam
sebuah terdapat hubungan antara residual antar waktu pada model
penelitian yang digunakan, sehingga estimasi menjadi bias. Identifikasi
ada tidaknya permaslahan autokorelasi dilakukan menggunakan uji
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test.
Tabel 4.7Hasil Uji Autokorelasi
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai probabilitas Obs*R-squared
adalah 0,398935, Nilai ini lebih besar dari derajat kesalahan (α)=5
persen atau 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat permasalahan autokorelasi.
Selain itu uji pengujian terhadap gejala auotokorelasi dapat
dilakukan dengan uji Durbin Watson (DW). Dari hasil regresi dapat
dilihat bahwa nilai DW sebesar 2,04 nilai tersebut berkisar antara
(1,54-2,46) yang berarti bahwa tidak terjadi autokorelasi.
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.719356 Probability 0.503125Obs*R-squared 1.837914 Probability 0.398935
80
Kriteria pengambilan keputusan daerah autokorelasi: (Winarno,
2007:5.25).
Tolak Ho,berarti ada
autokorelasipositif
Tidakdapat
diputuskan
Tidak menolakHo, berartitidak ada
autokorelasipositif
Tidakdapat
diputuskan
Tolak Ho,berarti ada
autokorelasinegatif
0 dL du 2 4-du 4-dL
1,10 1,54 2,46 2,90
3. Hasil Uji Regresi Metode Regresi Berganda
Hasil pengolahan data menggunakan regresi linier berganda untuk
model persamaan LnINDSTR= β0 + β1LnPMA + β2LnPMDN + β3LnTK
+ adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8Hasil Olah Data Dengan Metode OLS
Dependent Variable: LNINDSTRMethod: Least Squares
Sample: 1989 2009Included observations: 21
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LNPMA 0.396108 0.034714 11.41072 0.0000LNPMDN 0.198398 0.073423 2.702121 0.0151
LNTK 0.086908 0.086627 1.003249 0.3298C 7.534992 1.170104 6.439593 0.0000
R-squared 0.937426 Mean dependent var 16.66904Adjusted R-squared 0.926383 S.D. dependent var 0.798850S.E. of regression 0.216748 Akaike info criterion -0.050523Sum squared resid 0.798652 Schwarz criterion 0.148434Log likelihood 4.530492 F-statistic 84.89212Durbin-Watson stat 2.044503 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Data sekunder yang diolah
81
Persamaan regresi linear berganda untuk tabel 4.8 diatas adalah:
LNINDSTR=7.534991674+0.3961076971*LNPMA+0.1983984212*LNPM
DN+ 0.08690810641*LNTK
4. Hasil Uji Statistik
Setelah dilakukan pengujian analisis uji asumsi klasik dimana semua
kriteria uji asumsi klasik tersebut terpenuhi, serta hasil olah data regresi
melalui analisi regresi berganda maka selanjutnya akan dilakukan
analisis uji statistik yang meliputi uji F-statistik, koefisien determinasi
R2, dan uji t-statistik. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai uji
statistik tersebut.
a. Uji F-statistik
Uji F-statistik digunakan untuk menguji signifikansi seluruh
variabel independen secara bersama-sama dalam mempengaruhi
variabel dependen,
Dari hasil regresi diperoleh nilai F-statistik 84.89212 > F-tabel
3,196777 selain itu nilai Prob. F-statistik adalah 0,000000. Nilai ini
lebih kecil dari tingkat kesalahan (α=5 persen atau 0,05) yang
berarti bahwa variabel independen (PMA, PMDN dan TK) secara
bersama–sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen (PDRB Sub sektor industri pengolahan).
82
b. Koefisien Determinasi (R2)
Perhitungan yang dilakukan untuk mengukur proporsi atau
prosentase dari variasi total variabel dependen yang mampu
dijelaskan oleh model regresi R2 dalam regresi.
Hasil olah data regresi menunjukkan bahwa R2 yang diperoleh
dari hasil estimasi regresi sebesar 0.937426. Hal ini berarti bahwa
93,7426 persen dari variasi variabel PDRB sub sektor industri
pengolahan mampu dijelaskan oleh variabel PMA, PMDN, dan
TK, sedangkan 0,62574 atau 6,2574 persen dijelaskan oleh
variabel lain di luar model.
c. Uji Parsial (Uji-t)
Berdasarkan hasil estimasi pada hasil regresi, didapat bahwa
dari semua variabel independen yang digunakan yaitu PMA,
PMDN, dan Tenaga Kerja (TK) hanya ada dua variabel yang
berpengaruh signifikan terhadap PDRB sub sektor industri
pengolahan di Kabupaten Bekasi
Tabel 4.9Hasil Uji t-statistik
Variabel Koefisien t-hitung t-tabel Prob PengaruhPMA 0.396108 11,4107 1,7396 0.0000 Siginifikan
PMDN 0.198398 2,7021 1,7396 0.0151 SignifikanTK 0.086908 1,0032 1,7396 0.3298 Tidak
Signifikan
83
1. Pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA) Terhadap PDRB sub
sektor industri pengolahan
Hipotesis:
H0: β1 = 0, maka variabel Independen tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
H1: β1 ≠0, maka variabel Independen berpengaruh terhadap
variabel dependen.
Nilai Prob. t-statistik PMA adalah 0,0000. Nilai ini lebih
kecil dari α = 5 persen atau 0,05 yang berarti menolak Ho dan
menerima H1. Hal ini menunjukkan bahwa variabel PMA secara
individual berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan
sub sektor industri pengolahan.
Hasil regresi menunjukkan bahwa koefisien Penanaman
Modal Asing (PMA) memiliki pengaruh yang posistif. Dapat
diartikan bahwa jika terjadi peningkatan PMA sebesar satu
milyar rupiah maka akan meningkatkan PDRB sub sektor
industri pengolahan di Kabupaten Bekasi sebesar 0,396108
milyar rupiah (cateris paribus).
Hubungan positif yang terjadi antara PMA dengan sub
sektor industri pengolahan disebabkan oleh sebagian besar
investasi PMA yang dilakukan investor asing hampir mencapai
60 persennya berada di sektor industri, sehingga modal asing
tersebut lebih banyak dialokasikan untuk sektor industri
84
(BKPM, 2009). Sub sektor industri yang paling diminati oleh
para investor diantaranya sub industri logam, Mesin, Elektronik,
dan tekstil. Sehingga dari adanya modal investasi asing yang
dialokasikan cukup besar ke sektor industri, menjadikan sektor
industri menjadi sektor yang utama dan paling dominan
kontribusnya terhadap PDRB total Kabupaten Bekasi.
Besarnya modal investasi PMA yang masuk ke Kabupaten
Bekasi khususnya sub sektor industri pengolahan tidak terlepas
dari peranan pemerintah yang berupaya untuk menarik minat
investor asing. Salah satu kebijakan yang dilakukan pemerintah
Kabupaten yaitu para investor asing diberikan kelonggaran
dalam melakukan investasinya, kelonggaran tersebut berupa
perubahan Daftar Skala Prioritas (DSP) yang semula tertutup
untuk PMA, sekarang fasilitas itu bisa dimasuki PMA sehingga
dapat memperluas investasinya di bidang ekspor impor.
Kebijakan ini dilakukan karena di Kabupaten Bekasi
terdapat kawasan berikat dimana kawasan berikat ini merupakan
kawasan dengan batasan-batas tertentu yang didalamnya
diberlakukan ketentuan khusus dibidang pabean terhadap barang
yang dimasukan dari luar daerah maupun dalam daerah pabean
lainnya tanpa terlebih dahulu dikenakan pungutan bea,cukai,
atau pungutan lainnya sampai barang tersebut dikeluarkan untuk
tujuan ekspor impor. Dengan adanya fasilitas tersebut hal ini
85
merupakan insentif yang secara langsung berpengaruh terhadap
kegiatan ekspor nonmigas karena produsen eksportir dapat
melakukan kegiatan produksi secara lebih murah, mudah dan
efisien.
2. Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Terhadap
PDRB industri pengolahan.
Hipotesis:
H0: β2 = 0, maka variabel Independen tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
H1: β2 ≠ 0, maka variabel Independen berpengaruh terhadap
variabel dependen.
Nilai Prob. t-statistik PMDN adalah 0,0151. Nilai ini lebih
kecil dari α=5 persen atau 0,05 yang berarti menolak H0 dan
menerima H1. Hal ini menunjukkan bahwa variabel PMDN
secara individual berpengaruh secara signifikan terhadap
pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan.
Hasil regresi menunjukkan bahwa koefisien Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) memiliki pengaruh yang posistif.
Dapat diartikan bahwa jika terjadi peningkatan PMDN sebesar
satu milyar rupiah maka akan meningkatkan PDRB sub sektor
industri pengolahan di Kabupaten Bekasi sebesar 0,198398
milyar rupiah (cateris paribus).
86
Hubungan positif yang terjadi antara PMDN dengan sub
sektor industri pengolahan dilihat dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan ke arah yang positif, meningkat dalam
arti bahwa tren yang ditunjukan oleh fluktuasi PMDN itu sendiri
cenderung baik sehingga bagi investor lokal hal ini dapat
menjadi alasan untuk menanamkan modalnya.Jika suatu tren itu
baik, dapat diartikan bahwa keadaan itu mendukung untuk
melakukan investasi, sehingga para investor tidak terlalu
khawatir untuk menanamkan modalnya. Walaupun dalam
beberapa kasus hal tersebut tidak selalu baik dikarenakan
pegaruh keadaan fluktuasi ekonomi dan iklim investasi yang
kurang kondusif.
Dilihat dari kontribusi realisasi PMDN yang masuk ke
Kabupaten Bekasi, Jika dibandingkan dengan PMA nilai
investasi PMDN kontribusi sumbangannya relatif lebih kecil,
tercatat bahwa realisasi investasi asing mencapai Rp. 5,3 trilyun
sedangkan investasi dalam negeri hanya sekitar 1 trilyun
(BPPMD Jawa Barat,2009). Hal ini terjadi karena investasi yang
berada di Kabupaten Bekasi memang sebagian besar didominasi
oleh para investor asing.
Meskipun kontribusi realisasi PMDN bisa dibilang cukup
kecil dibandingkan PMA, namun PMDN juga berpengaruh
terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan.
87
Faktor-faktor yang mempengaruhi selain fasilitas dukungan dari
pemerintah daerah yang sudah lama didapatkan oleh Investor
lokal seperti Daftar Skala Prioritas (DSP), kondisi keamanan
dan ketertiban yang kondusif, serta koordinasi investor lokal
dengan Pemda juga cukup mempengaruhi terhadap
pertumbuhan investor dalam negeri.
3. Pengaruh Tenaga Kerja (TK) Terhadap PDRB industri
pengolahan.
Hipotesis:.
H0: β3 = 0, maka variabel Independen tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
H1: β3 ≠ 0, maka variabel Independen berpengaruh
terhadap variabel dependen
Nilai Prob. t-statistik Tenaga Kerja (TK) adalah 0,3298.
Nilai ini lebih besar dari α = 5 persen atau 0,05 yang berarti
menerima Ho dan menolak H1. Hal ini menunjukkan bahwa
variabel TK secara individual tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri
pengolahan.
Hasil regresi menunjukkan bahwa koefisien Tenaga Kerja
(TK) tidak memiliki pengaruh terhadap PDRB sub sektor
industri pengolahan. Tenaga kerja yang tidak signifikan
88
pengaruhnya terhadap PDRB industri dikarenakan sebagian
besar industri di Kabupaten Bekasi merupakan industri yang
padat modal. Hal ini terlihat dari rata-rata penggunaan tenaga
kerja.
Tabel 4.10
Rata-rata Tenaga Kerja Sub Sektor Industri Pengolahan
Kelompok Industri JumlahIndustri
2009
Rata-RataTenaga Kerja
Makanan,Minuman, danTembakau
55 117,76
Tekstil, Pakaian jadi,dan Kulit
67 519,30
Kayu dan Barang-barang dari kayu
28 172,04
Kertas dan Percetakan/Penerbitan
37 152,43
Kimia, Bahan Kimia,Karet, dan Plastik
176 191,24
Barang-barang galianbukan logam
69 177,22
Logam Dasar 23 223,74Barang-barang darilogam, Mesin
370 302,91
Industri PengolahanLainnya
17 362,00
Sumber: BPS Kabupaten Bekasi
Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa hampir sebagian besar
sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi termasuk
jenis industri yang padat modal. Hal ini dapat dilihat dari
industri kimia, karet dan barang dari plastik yang jumlah
89
industrinya sebanyak 176 indsutri, sedangkan jumlah tenaga
kerjanya rata-rata sebanyak 191 pekerja per satu industri.
Begitupun dengan industri logam, mesin dan elektronika,
jumlah industri sebanyak 370 industri tetapi rata-rata
penggunaan tenaga kerja hanya 302 orang setiap industri.
Berbeda halnya pada industri yang memang tergolong labor
intensive, misalnya industri tekstil, pakaian jadi dan kulit
dimana industri ini jumlahnya berkisar hanya 67 lebih sedikit
djumlah industrinya dibandingkan industri lainnya tetapi rata-
rata penggunaan tenaga kerja mencapai 519 orang per unit
industri, jadi iindustri ini menyerap tenaga kerja paling besar
daiantara sub sektor industri lainnya (BPS Kabupaten Bekasi).
Selain itu tidak signifikannya faktor tenaga kerja
dimungkinkan karena produktifitas tenaga kerja tersebut lebih
rendah daripada produktifitas penggunaan dari teknologi mesin
yang digunakan oleh jenis industri yang padat modal. Jadi bisa
disimpulkan bahwa sektor industri di Kabupaten Bekasi ini
cenderung lebih dipengaruhi oleh tingkat modal sehingga
penggunaan tenaga kerja untuk industri kurang dikarenakan
faktor produksi modal lebih besar daripada faktor tenaga kerja.
Tenaga kerja merupakan input atau faktor produksi yang
digunakan dalam proses produksi pada sektor industri. Tetapi
kontribusi industri pengolahan yang cukup besar terhadap
90
pertumbuhan ekonomi tidak disertai dengan tingginya
penyerapan tenaga kerja disektor industri.
Tingginya kontribusi sektor industri pengolahan di
Kabupaten Bekasi, tidak membuat angka pengangguran
Kabupaten Bekasi menurun secara signifikan. Pada tahun 2008,
angka pengangguran Kabupaten Bekasi masih terbilang cukup
tinggi yaitu mencapai 15,12 persen, angka ini diperkirakan akan
tetap tinggi dalam kurun waktu 3 tahun kedepan karena
Kabupaten Bekasi sebagai daerah yang penopang utamanya
industri, memilki tingkat urbanisasi yang tinggi sehingga
berdampak pada laju pertumbuhan penduduk (LPP) yang tinggi
juga. (Bappeda, Kabupaten Bekasi 2009).
91
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan olah data dan hasil analisis pengujian data secara deskriptif
dan statistik, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengujian secara simultan, menunjukan bahwa PMA, PMDN, dan
Tenaga Kerja berpengaruh signifikan terhadap PDRB sub sektor industri
pengolahan di Kabupaten Bekasi. Hal tersebut dibuktikan dari hasil regresi
dimana Nilai Prob. F-statistik adalah 0,000000.
2. Penanaman Modal Asing (PMA) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan. Hasil regresi dengan nilai
koefisien 0,396108. Sehingga dapat diartikan setiap terjadi peningkatan
investasi PMA 1 milyar, maka akan meningkatkan PDRB sub sektor
industri pengolahan sebesar 0,396108 milyar rupiah dengan asumsi
Cateris Paribus.
3. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan. Hasil regresi
dengan nilai koefisien adalah 0,198398. Sehingga dapat diartikan jika
terjadi peningkatan PMDN 1 milyar maka akan terjadi peningkatan PDRB
sub sektor industri pengolahan sebesar 0,198398 milyar rupiah dengan
asumsi Cateris Paribus.
4. Variabel Tenaga Kerja (TK) dari hasil pengolahan data tidak berpengaruh
terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi. Nilai
92
Prob. t-statistik 0,3298. Tidak berpengaruhnya faktor tenaga kerja
disebabkan antara lain: (1) Industri di kabupaten Bekasi lebih cenderung
kearah industri yang padat modal (2) Produktivitas tenaga kerja yang lebih
rendah dibandingkan dengan pengunaan teknologi mesin (3) Penyerapan
Tenaga Kerja cenderung dari luar daerah, sehingga menyebabkan tingkat
urbanisasi dari luar daerah yang tinggi sehingga laju pertumbuhan
penduduk juga tinggi sementara penyerapan tenaga kerja sektor industri
cukup terbatas.
B. Implikasi
Implikasi kebijakan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian
tentang pengaruh Investasi dan Tenaga kerja terhadap pertumbuhan PDRB sub
sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi adalah:
1. Pemerintah Kabupaten Bekasi dapat meningkatkan lagi pertumbuhan
PDRB sektor industrinya dengan cara meningkatkan investasi baik dari
luar (PMA) maupun domestik (PMDN) serta mempertahankan investasi
yang sudah ada. Karena bagaimanapun peranan investasi ini menjadi
faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan sektor industri. Cara yang
dapat ditempuh untuk meningkatkan dan mempertahankan investasi
diantaranya dengan melakukan promosi investasi, penyediaan sarana
penunjang investasi seperti infrastruktur fisik jalan, insentif pemerintah,
eliminasi hambatan structural misalnya rantai birokrasi investasi yang
tidak terlalu panjang.
93
2. Kontribusi industri pengolahan yang cukup besar terhadap pertumbuhan
ekonomi tidak disertai dengan tingginya penyerapan tenaga kerja disektor
industri. Maka sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan tingkat
urbanisasi pertumbuhan penduduk dan peningkatan kualitas tenaga kerja
agar produktivitasnya juga meningkat. Karena Kabupaten Bekasi sebagai
daerah yang penopang utamanya industri, memilki tingkat urbanisasi yang
tinggi sehingga berdampak pada laju pertumbuhan penduduk (LPP) yang
tinggi.
C. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh maka dapat diajukan beberapa saran
yang bisa dijadikan sebagai pertimbangan bagi pengambilan kebijakan, saran
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Dari hasil penelitian bahwa peningkatan investasi akan meningkatkan
pertumbuhan PDRB industri, maka dengan adanya investasi baik berupa
modal dan sumber daya manusia, misalnya dengan mengadakan pelatihan
atau training soft skill sebelum bekerja pada bidang industri yang lebih
spesifik maka diharapkan dapat meningkatkan produktifitas yang
dihasilkan tenaga kerja. Selain itu, dengan adanya investasi khususnya
sumber daya manusia diharapkan dapat menurunkan angka pengangguran
dan terjadi penyerapan tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi
sehingga meningkatkan modal dalam sektor industri yang nantinya juga
dapat meningkatkan PDRB total di Kabupaten Bekasi
94
2. Pertumbuhan sektor industri sangat dipengaruhi oleh keadaan fluktuasi
ekonomi, karena kegiatan produksinya tergantung pada keadaan
perekonomian. Jadi, diharapkan pemerintah kabupaten dapat menjaga
kestabilan perekonomian daerah agar tercipta iklim ekonomi dan investasi
yang kondusif sehingga kegiatan perekonomian dapat terus berkembang.
3. Kabupaten Bekasi merupakan daerah yang dijadikan sebagai kawasan
industri, tidak kurang dari 6.000 Ha lahan untuk dijadikan sebagai lahan
kawasan industri tersebut, sehingga hal yang harus diperhatikan mengenai
pencemaran limbah industri terhadap lingkungan. Pemerintah diharapkan
dapat lebih tegas memberikan ijin usaha dengan memperhatikan AMDAL
(analisis dampak lingkungan) dari perusahaan industri yang ada.
4. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya perlu
ditangani dengan serius mengingat pertumbuhan penduduk sebagai akibat
dari urbanisasi dari luar daerah menyebabkan angka pengangguran di
kabupaten bekasi cukup besar sehingga menyebabkan penyerapan tenaga
kerja pada sektor industri pun cukup terbatas. Untuk penelitian selanjutnya,
maka diharapkan untuk meneliti perbandingan pertumbuhan sektor industri
pengolahan dari sub sektor tekstil, karet, dan plastik dengan industri logam,
dan mesin, karena kedua sub sektor ini mempunyai perbedaan dimana sub
sektor tekstil lebih cenderung ke padat karya sedangkan sub sektor logam,
mesin lebih dominan ke sektor industri yang padat modal. Hal inilah yang
menjadi corak industri di Kabupaten Bekasi.
95
DAFTAR PUSTAKA
Anonim______Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 41 Tahun 1996“Pembentukan Kawasan Industri Kabupaten Bekasi” Jawa Barat
Arsyad, Lincolin. 2010. “Ekonomi Pembangunan.” Edisi Kelima.UPP STIMYKPN Yogyakarta
Badan Koordinasi Penanaman Modal “Realisasi Investasi”1989-2009.BKPM,Jakarta
Badan Koordinasi Penanaman Modal 2004 “Penelitian Penyebab RendahnyaRealisasi Investasi Di Berbagai Daerah dan Sektor yang Potensial”. BKPM,Jakarta.
Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Bekasi “Realisasi PMAdan PMDN”. BPPMD, Kabupaten Bekasi
Badan Pusat Statistik “Kabupaten Bekasi Dalam Angka”. Berbagai edisi. BPSBekasi.
Badan Pusat Statistik. “Jawa Barat Dalam Angka”. Berbagai edisi. BPS, Jakarta
Badan Pusat Statistik. “Statistik Industri Besar dan Sedang”. Berbagai edisi.Jakarta
Budianto, Eka. 1999 “Moral Industri, Laporan dan Renungan.Jakarta”. Pustaka
Sinar. Jakarta
Djakaria M. Nur. 2003. “Dampak Pembangunan Kawasan Industri di KabupatenBekasi Terhadap Alih Fungsi Lahan”. Jurnal Ekonomi Kependudukan[vol.iv].Jakarta
Ferdiyan, A. 2006 “Analisis Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap PertumbuhanInvestasi di Provinsi Jawa Barat [Skripsi]. Fakultas Ekonomi danManajemen. IPB. Bogor
Hamid, Abdul. 2007. “Panduan Penulisan Skripsi”, Jakarta: FEIS UIN Press
Hamja,Yahya. 2008 “Modul II Ekonometrika” Fakultas Ekonomi dan IlmuSosial,UIN Syahid Jakarta.
96
Harjono, D. K. 2007 “Hukum Penanaman Modal” PT Raja Grafindo Persada:Jakarta
http//www.Organisasi.Org/Industri.10 Maret 2011 (Perpustaakaan OnlineIndonesia).
Insukindro. 2003 “Modul Pelatihan Ekonometrika”. UGM: Yogyakarta
Kartasapoetra.G 1997 “Pembentukan Perusahaan Industri”: Grafindo Persada:Jakarta
Kuncoro, Mudrajad. 2003 “Metode Untuk Bisnis dan Ekonomi”. Erlangga: Jakarta
Kuncoro, Mudrajat. 2001 “Ekonomi Pembangunan : Teori Masalah danKebijakan. UPP AMP YKPN : Yogyakarta
Kawengian, R.V.2002. “Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja DalamSektor Pertanian dan Sektor Industri Guna Menentukan StrategiPembangunan Irian Jaya [Makalah Falsafah Sains] UII.Yogyakarta.
Kleiner, Morris M dan Ham, Hwikwon. 2007 “Do Industrial RelationsInstitutions Influence Foreign Direct Investment.Evidence from OECDNations” Blackwell Publishing Vol.46. University of California. Unitedkingdom
Lukman.. 2007 “Modul I Praktikum Statistik Lab. Alat Analisis Kuantitatif.Semester Ganjil Tahun Akademik 2007/2008. UIN. Jakarta
Mulyadi, Julius A.1990. “Makro Ekonom”, Edisi Kedua, Erlangga.Jakarta
Octavianingsih A.R. 2006 “Analisis Pengaruh Upah Minimum KabupatenTerhadap Investasi, Penyerapan Tenaga Kerja, dan PDRB di KabupatenBogor” [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB. Bogor
Samuelson, Paul A. dan William D. Nordhaus (terj.).1993. “Pengantar Ekonomi”,Edisi Kedua belas, Erlangga.Jakarta
Sitompul, L.Novita. 2008 “Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga KerjaTerhadap PDRB Sumatera Utara” [skripsi]. Fakultas Ekonomi.UniversitasSumatera Utara
Sukirno, S. 1996 “Ekonomi Pembangunan”. Fakultas Ekonomi.UniversitasIndonesia (UI). Bina Cipta. Jakarta
97
Sukirno, S. 2003 “Pengantar Teori Eonomi Makro”. Grafindo Persada, Jakarta
Suryatno.2003.“Hutang Luar Negeri, Penanaman Modal Asing (PMA), Ekspordan Peranan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahun 1975-2000”. JurnalEkonomi Pembangunan. Vol. 4, No.1.
Tejasari,M. 2008 “ Peranan Sektor Usaha Kecil dan Menengah DalamPenyerapan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi”. [Skripsi]Universitas Trisakti Jakarta
Teguh, Muhammad. 2000 “Metodologi Penelitian Ekonomi, Teori dan Aplikasi”.PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta
Widarjono, Agus.. 2007 “Ekonometrika: Teori Dan Aplikasi Untuk Ekonomi DanBisnis. Edisi Kedua”. Yogyakarta
Winarno, Wing Wahyu. 2007. “Analisis Ekonometrika dan Statistika denganEviews”, Yogyakarta
Wiranata, S.2004 “Pengembangan Investasi Di Era Globalisasi dan OtonomiDaerah”. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, Vol. XII (1)
Yee, F Linda dan Tuan, Chyau. 1997 “Evolving Outward Investment, IndustrialConcentration, and Technology Change: Implications for Hong Kong”Journal of Asian Economics Vol.8. JAI Press. Hongkong
98
LAMPIRAN
Lampiran Meliputi:
1. Data Observasi Penelitian
2. Data Observasi Dalam Bentuk Logaritma
3. Uji Stasioneritas Data
4. Uji Derajat Integrasi
5. Uji Asumsi Klasik
6. Hasil Olah Data Regresi OLS
99
LAMPIRAN 1
DATA MENTAH OBSERVASI PENELITIAN
Tahun
PDRB Industri
Pengolahan
(Milyar Rp)
PMA
(Milyar Rp)
PMDN
(Milyar Rp)
TK
(Ribu Orang)
1989 3.243.756,48 56.407,27 135.357,21 92.642
1990 4.085.122,79 64.855,47 129.454,02 125.974
1991 4.547.232,37 57.585,99 144.871,29 143.621
1992 5.581.926,32 75.798,37 520.368,86 111.343
1993 7.033.686,66 123.916,07 786.696,30 153.710
1994 15.861.620,33 329.283,73 1.073.214,05 149.402
1995 19.709.599,21 394.261,10 925.247,41 193.311
1996 22.711.532,66 2.073.412,28 683.397,99 132.353
1997 28.799.724,73 2.395.944,41 579.192,71 126.884
1998 16.623.714,32 1.977.966,42 231.507,59 100.665
1999 18.724.309,20 2.773.759,31 174.208,86 125.197
2000 22.088.501,39 5.384.610,75 194.691,72 118.038
2001 25.503.822,09 1.465.630.27 178.617,94 112.349
2002 27.092.769,10 2.507.871,42 620.321,73 117.772
2003 25.988.561,57 3.074.357,05 622.379,49 118.975
2004 28.554.447,65 3.300.133,52 785.224,35 176.557
2005 31.412.017,61 3.681.989,56 553.286,88 198.376
2006 33.198.553,20 4.074.821,49 747.566,61 217.113
2007 37.060.103,48 5.330.561,64 907.257,58 216.738
2008 35.043.950,21 3.329.910,41 510.501,24 213.838
2009 45.831.406,78 5.438.821,87 826.368,79 220.991
100
LAMPIRAN 2
DATA OBSERVASI DALAM BENTUK LOGARITMA
Tahun LnINDSTR LnPMA LnPMDN LnTK
1989 14.99224 10.94035 11.81567 11.43650
1990 15.22286 11.07991 11.77108 11.74383
1991 15.33003 10.96102 11.88360 11.87493
1992 15.53504 11.23583 13.16229 11.62037
1993 15.76622 11.72736 13.57560 9.640238
1994 16.57941 12.70467 13.88617 11.91440
1995 16.79662 15.18735 13.73814 12.17206
1996 16.93838 14.54471 13.43483 12.33426
1997 17.17588 14.68929 13.26939 12.84492
1998 16.62634 14.49758 12.35237 11.51945
1999 16.74533 14.83571 12.06818 11.73764
2000 16.91057 15.49906 12.17917 11.30267
2001 17.05434 14.19780 12.09300 11.53614
2002 17.11478 14.73494 13.33799 11.67651
2003 17.07317 14.93861 13.33799 11.68667
2004 17.16732 15.00947 13.57372 12.08140
2005 17.26270 15.11896 13.22363 12.19792
2006 17.31802 15.22034 13.52458 12.28817
2007 17.42805 15.48897 13.71818 12.28644
2008 17.37211 15.01846 13.14315 12.27297
2009 17.64048 15.50907 13.62480 12.30588
101
LAMPIRAN 3
UJI STASIONERITAS DATA
Uji Stasioneritas Pada Tingkat Level
1. LniNDSTR
PP Test Statistic -2.039824 1% CriticalValue*
-3.8067
5% Critical Value -3.019910% Critical Value -2.6502
*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.
2. LnPMA
PP Test Statistic -1.649546 1% CriticalValue*
-3.8067
5% Critical Value -3.019910% Critical Value -2.6502
*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.
3. LnPMDN
PP Test Statistic -2.103341 1% Critical Value* -3.80675% Critical Value -3.019910% Critical Value -2.6502
*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.
4. LnTK
PP Test Statistic -3.315216 1% Critical Value* -3.80675% Critical Value -3.019910% Critical Value -2.6502
*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.
102
LAMPIRAN 4
UJI DERAJAT INTEGRASI
Uji Stasioneritas Pada tingkat First Difference
1. LnIndstr
2. LnPMA
PP Test Statistic -4.673887 1% CriticalValue*
-3.8304
5% Critical Value -3.029410% Critical Value -2.6552
*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.
3. LnPMDN
PP Test Statistic -3.747937 1% CriticalValue*
-3.8304
5% Critical Value -3.029410% Critical Value -2.6552
*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.
4. LnTK
PP Test Statistic -6.447221 1% CriticalValue*
-3.8304
5% Critical Value -3.029410% Critical Value -2.6552
*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.
PP Test Statistic -3.851732 1% CriticalValue*
-3.8304
5% CriticalValue
-3.0294
10% CriticalValue
-2.6552
*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.
103
LAMPIRAN 5
Uji Asumsi Klasik
1. Hasil Uji Normalitas, Jarque-Bera Test
2. Hasil Uji Multikolinearitas, Correlation Matrix Test
LNPMA LNTK LNPMDN
LNPMA 1.000000 0.461522 0.429454LNTK 0.461522 1.000000 0.226360
LNPMDN 0.429454 0.226360 1.000000
0
2
4
6
8
-0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4
Series: ResidualsSample 1989 2009Observations 21
Mean -5.33E-15Median -0.031696Maximum 0.493675Minimum -0.537679Std. Dev. 0.199831Skewness -0.151207Kurtosis 5.003701
Jarque-Bera 3.592990Probability 0.165879
104
3. Uji Heterokedastisitas, White Heteroskedastisitas Test
.
4. Uji Autokorelasi, Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic 0.398147 Probability 0.911279
Obs*R-squared 5.159987 Probability 0.820145
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.719356 Probability 0.503125
Obs*R-squared 1.837914 Probability 0.398935
105
LAMPIRAN 6
HASIL ESTIMASI REGRESI
Sumber: Data Sekunder yang diolah
Substituted Coefficients:
=====================
LNINDSTR = 0.3961076971*LNPMA + 0.1983984212*LNPMDN +
0.08690810641*LNTK + 7.534991674
Dependent Variable: LNINDSTR
Method: Least Squares
Sample: 1989 2009
Included observations: 21
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LNPMA 0.396108 0.034714 11.41072 0.0000
LNPMDN 0.198398 0.073423 2.702121 0.0151
LNTK 0.086908 0.086627 1.003249 0.3298
C 7.534992 1.170104 6.439593 0.0000
R-squared 0.937426 Mean dependent var 16.66904
Adjusted R-squared 0.926383 S.D. dependent var 0.798850
S.E. of regression 0.216748 Akaike info criterion -0.050523
Sum squared resid 0.798652 Schwarz criterion 0.148434
Log likelihood 4.530492 F-statistic 84.89212
Durbin-Watson stat 2.044503 Prob(F-statistic) 0.000000