analisis pengaruh investasi dan tenaga kerja...

122
ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DI KABUPATEN BEKASI Skripsi Disusun oleh : FAUZI HIDAYAT 106084003600 ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011

Upload: buitram

Post on 28-Apr-2019

219 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA

TERHADAP PERTUMBUHAN SUB SEKTOR INDUSTRI

PENGOLAHAN DI KABUPATEN BEKASI

Skripsi

Disusun oleh :

FAUZI HIDAYAT

106084003600

ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011

Page 2: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Rabu, 15 Juni 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama mahasiswa:

1. Nama : Fauzi Hidayat

2. NIM : 1060 8400 3600

3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Ekonomi

4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja

Terhadap Pertumbuhan Sub Sektor Industri

Pengolahan Di Kabupaten Bekasi

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa

tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 15 Juni 2011

1. Prof. Dr. Abdul Hamid,MS (___________________)Ketua

2. Zuhairan Y.Yunan, SE, MSc (___________________)Sekretaris

3. Dr. Lukman, MSi (___________________)Penguji Ahli

4. Pheni Chalid, SF. MA. Ph, D (___________________)Pembimbing I

5. Utami Baroroh, MSi (___________________)Pembimbing II

Page 3: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Jumat, 20 Agustus 2010 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas

mahasiswa:

1. Nama : Fauzi Hidayat

2. NIM : 1060 8400 3600

3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja

Terhadap Pertumbuhan Sub Sektor Industri

Pengolahan Di Kabupaten Bekasi

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa

mahasisa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 20 Agustus 2010

1. Lukman M.Si (___________________)Ketua

2. Utami Baroroh, M.Si (___________________)Sekretaris

3. Pheni Chalid, SF.MA.Ph,D (___________________)Penguji Ahli

Page 4: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Fauzi Hidayat

NIM : 106084003600

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan

mempertanggungjawabkan

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau

tanpa ijin pemilik karya

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini

Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah

melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang

ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap

untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 16 Juni 2011

Yang Menyatakan,

( Fauzi Hidayat)

Page 5: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Fauzi Hidayat

Tempat/Tanggal Lahir : Cianjur, 23 Maret 1988

Alamat : Jl.Raya Simpang 1 Sindangbarang-Cianjur

No. Kontak : 085694476072

Email : [email protected]

Status Marital : Single

Pendidikan Formal

SDN Simpang 1 Sindang Barang-Cianjur

SLTPN 1 Sindang Barang-Cianjur

SMA 1 Sindang Barang-Cianjur

UIN Syarif Hidayatullah SI IESP - Jakarta

Pendidikan Nonformal

English Course (ILP), Talking English/Conversation 2010

English Course (LBI), Basic-Middle Level Tahun 2009

Kursus Komputer (Sistacom) Basic Level Tahun 2005-2006

Page 6: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

ii

Pengalaman Organisasi Selama di Kampus

Koordiantor Pengembangan Ekonomi BEMJ IESP 2008-2009

Anggota Koperasi Mahasiswa UIN Syahid Jakarta 2006-2008

Latar Belakang Keluarga

1. Ayah : H.Hidayat

2. Tempat & Tgl Lahir : Cianjur, 04 Juni 1950

3. Alamat : Jln.Simpang 1 Sindang Barang-Cianjur

4. Telepon : 085871166283

5. Ibu : Hj.Nurhidayah

6. Tempat & Tgl Lahir : Cianjur, 18 Juli 1953

7. Alamat : Jln.Simpang 1 Sindang Barang-Cianjur

8. Telepon : 0263361721

9. Anak Ke : Lima dari Lima Bersaudara

Page 7: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

iii

ABSTRACT

Investment and labor force are the factors that contribute to the formationof GDP that encourages economic growth of a region

The purpose of this research is to investigate the influence factor ofinvestment and labor force input to GDP growth in the manufacturing industrysub-sector in district of Bekasi. The analytical method was used multipleregression. Secondary data were used time series data from 1989 to 2009 period.Independent variables consisted of foreign investment, and domestic investment,and labor force, while the dependent variable is the GDP sub-sectormanufacturing industry.

The results of this study indicates that from regression results simultandomestic and foreign investment and labor force significant impact on GDPgrowth in the manufacturing industry sub sector in district of Bekasi with the F-statistic probability value is 0.000000. While testing the partial regression resultsfor the significant level (α = 5 percent) foreign investment have significant impactwith coefficient of 0.396108 and prob of t-statistic 0.0000, domestic investmenthave significant impact with coefficient of 0.198398 and prob of t-statistic 0.0151.While the labor factor has no significant with Prob of t-statistic 0.3298. Thereason why labor force is not significantly influence to dependent variable, amongothers: (1). Industrial district of Bekasi is more capitaly intensive industry (2).Labor productivity is lower than use machine technology (3). There is highpopulation growth rate while employment industrial sector is very limited.

Keywords: Investment, Labor force, Industry GDP.

Page 8: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

iv

ABSTRAK

Investasi dan tenaga kerja merupakan faktor yang berkontribusi dalampembentukan PDRB sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh investasi dantenaga kerja terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan diKabupaten Bekasi. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis RegresiBerganda. Data sekunder yang digunakan adalah data time series periode tahun1989-2009. Variabel independen terdiri dari investasi PMA, dan PMDN, sertatenaga kerja, sedangkan variabel dependennya adalah PDRB sub sektor industripengolahan.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dari hasil regresi secara simultaninvestasi PMA dan PMDN, serta tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadappertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan di kabupaten bekasi dengannilai probabilitas F-statistik adalah 0,000000. Sedangkan pengujian secara parsialdari hasil regresi pada taraf nyata (α = 5 persen) investasi PMA berpengaruhsignifikan dengan koefisien 0,396108 dan prob. t-statistik 0,0000, PMDNberpengaruh signifikan dengan koefisien 0,198398 dan prob. t-statistik 0,0151.Sedangkan tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan dengan nilai Prob.t-statistik0,3298. Penyebab tidak berpengaruhnya faktor tenaga kerja antara lain: (1).Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat modal (2).Produktivitas tenaga kerja yang lebih rendah dibandingkan penggunaan teknologimesin (3). Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi sementara penyerapan tenagakerja sektor industri sangat terbatas.

Kata Kunci : Investasi, Tenaga Kerja, PDRB Industri.

Page 9: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-

Nya atas kekuatan dan kesabaran yang diberikan kepada penulis sehingga mampu

menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga

Kerja Terhadap Pertumbuhan Sub Sektor Industri pengolahan di Kabupaten

Bekasi”. penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

program sarjana ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini merupakan sebuah karya yang tidak mungkin terselesaikan

tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tuaku untuk kasih sayangnya yang tulus, Ibu Hj.Nurhidayah

dan Bapak H.Hidayat sumber motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini. Terimakasih atas semua doa dan dukungan yang telah diberikan

padaku sampai detik ini. Semoga suatu saat aku dapat membalas kebaikan

yang diberikan dan dapat menjadi kebanggan bagi Ibu dan Bapak. Amin.

2. My brother, K.Gun dan K.Hendra serta My sister T.Eni dan T. Ida yang telah

banyak membantu didalam tiap momen perjalanan hidupku, semoga sukses

kakak-kakak ku dengan apa yang ingin diraih kelak.

3. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah berusaha keras untuk memajukkan

FEB.

4. Drs. Lukman M.Si. selaku ketua jurusan IESP Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UIN Syarif hidayatullah Jakarta

5. Pheni Chalid, SF.MA.Ph.D. selaku dosen pembimbing I skripsi yang telah

memberikan ilmu, bimbingan, tuntunan, motivasi, dan pengarahan yang luar

biasa kepada penulis. Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Page 10: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

vi

6. Utami Baroroh, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan sekaligus dosen pembimbing

II skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan

pengarahan kepada penulis. Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan

baik

7. Fahmi Wibawa, SE.MBA dan Dr.Erna Cipta Fahmi yang sudah meluangkan

waktunya untuk tempat berdiskusi dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen FEB atas ilmunya yang bermanfaat yang telah diberikan,

9. Elmi Budianti, terima kasih untuk memberikanku semangat setiap hari telah

banyak membantu didalam perjalanan hidupku, bisa dan yakin dapat

menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas pengertian, cinta, dan doamu.

10. Sahabat karibku Yoga, serta sahabat-sahabatku Andra, Fathoni, Randy,

Maulana, Indra, terimakasih untuk persahabatan yang luar biasa, 4 tahun lebih

canda dan tawa bersama kalian adalah hal yang sangat berharga dan takkan

terlupakan dalam hidupku.

11. Teman-teman seperjuangan IESP angkatan 2006, yang tidak bisa saya

sebutkan satu per satu, terima kasih atas waktu, senyum, dan canda tawanya

selama ini. Setiap langkah adalah cerita maka lakukanlah yang terbaik untuk

setiap langkahmu… semoga kita semua bisa menjadi bagian dari impian-

impian kita.

12. Kepada seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah

membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk

itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan penulis dalam

mencapai kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna dan

bermanfaaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan. Terima Kasih

Fauzi Hidayat

Penulis

Page 11: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

vii

DAFTAR ISI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP........................................................................... i

ABSTRACT................................................................................................... .... iv

ABSTRAK.......................................................................................................... v

KATA PENGANTAR......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii

DATAR TABEL ................................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian ................................................... 1

1. Identifikasi Masalah ....................................................... 1

2. Batasan Masalah ............................................................. 4

B. Perumusan Masalah ............................................................ 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................ 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Industri .............................................................................. 11

1. Pengertian Industri .......................................................... 11

2. Teori Industrialisasi....................................................... 12

3. Strategi Industrialisasi ................................................... 15

4. Klasifikasi Industri ....................................................... 17

B. Investasi ............................................................................. 20

1. Pengertian Investasi ...................................................... 20

Page 12: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

viii

2. Faktor Penentu Investasi ............................................... 21

3. Jenis Investasi .............................................................. 23

4. Peranan Investasi .......................................................... 25

5. Tujuan Penyelenggaraan Investasi................................. 26

C. Faktor yang Mempengaruhi PDRB Industri ....................... 27

1. Penanaman Modal Asing (PMA) .................................. 27

2. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) .................. 29

3. Tenaga Kerja (TK) ....................................................... 31

a. Pengertian Tenaga Kerja............................................ 31

b. Penyerapan Tenaga Kerja.......................................... 33

D. Penelitian Terdahulu ........................................................... 35

E. Kerangka Berpikir .............................................................. 40

F. Hipotesis............................................................................. 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian................................................... 43

B. Metode Penentuan Sampel .................................................. 43

C. Metode Pengumpulan Data ................................................. 44

D. Metode Analisis Data.......................................................... 45

1. Analisis Regresi Berganda .............................................. 45

2. Uji Stasioneritas Data...................................................... 47

a. Uji Akar Unit Phillips-Perron test ............................... 47

b. Uji Derajat integrasi.................................................... 47

3. Uji Asumsi Klasik........................................................... 49

a. Uji Normalitas ............................................................ 49

Page 13: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

ix

b. Uji Multikolinearitas................................................... 49

c. Uji Heterokedastisitas ................................................. 50

d. Uji Autokorelasi ......................................................... 50

4. Pengujian Statistik ......................................................... 51

a. Uji F-statistik .............................................................. 52

b. Koefisien Determinasi (R2) ........................................ 52

c. Uji t-statistik ............................................................... 53

E. Depinisi Operasional Variabel ............................................. 54

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Deskriptif .............................................................. 56

1. Perkembangan Perekonomian Kabupaten Bekasi ............ 56

2. PDRB sub Sektor Industri Pengolahan ............................ 58

3. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) .................... 64

4. Penanaman Modal Asing (PMA) .................................... 67

5. Tenaga Kerja (TK) ......................................................... 69

B. Analisis dan Pembahasan ..................................................... 73

1. Uji Stasioneritas data ...................................................... 73

a. Uji akar unitPP Test .................................................... 73

b. Uji Derajat Integrasi ................................................... 74

2. Uji Asumsi Klasik........................................................... 76

a. Hasil Uji Normalitas ................................................... 76

b. Hasil Uji Multikolinearitas.......................................... 77

c. Hasil Uji Heterokedastisitas ........................................ 78

d. Hasil Uji Autokorelasi ................................................ 79

Page 14: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

x

3. Hasil Uji Regresi Metode Regresi Berganda.................... 80

4. Hasil Uji Statistik............................................................ 81

a. Uji F-statistik .............................................................. 81

b. Koefisien Determinasi(R2) ......................................... 82

c. Uji Parsial (uji-t) ........................................................ 82

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................... 91

B. Implikasi .............................................................................. 92

C. Saran.................................................................................... 93

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 95

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 15: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Kontribusi PDRB Sektor Industri terbesar di Jawa Barat 4

1.2 Distribusi PDRB menurut Lapangan Usaha 6

2.1 Kelompok Komoditas Industri Pengolahan 18

2.2 Penelitian Terdahulu 35

3.1 Kriteria Pengambilan Daerah Autokorelasi 51

4.1 Persentase dan Kontribusi PDRB Berdasarkan lapangan Usaha 60

4.2 Banyaknya Perusahaan Industri besar dan sedang menurut

Kelompok Industri pengolahan 64

4.3 Hasil Uji Phillip-Perron test 73

4.4 Hasil Uji Integrasi 75

4.5 Hasil Uji Multikolinearitas 77

4.6 Hasil Uji Heterokedastisitas 78

4.7 Hasil Uji Autokorelasi 79

4.8 Hasil Olah Data dengan Metode regresi berganda 80

4.9 Hasil Uji t-statistik 82

4.10 Rata-rata Tenaga Kerja Sub Sektor Industri Pengolahan 88

Page 16: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Gambaran Ketenagakerjaan 32

2.2 Kerangka Pemikiran 40

4.1 PDRB Kabupaten Bekasi Atas harga Berlaku dan Konstan 57

4.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bekasi 2001-2009 58

4.3 Perkembangan Sub Sektor Industri Pengolahan kab.Bekasi

Tahun 1989-2009 61

4.4 Perkembangan Realisasi Investasi PMDN Kabupaten Bekasi

Tahun 1989-2009 66

4.5 PerkembanganRealisasi Investasi PMA Kabupaten Bekasi

Tahun 1989-2009 69

4.6 Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja pada sub sector industri

Pengolahan tahun 1989-2009 70

4.7 Perkembangan jumlah penduduk Kab.Bekasi 2005-2009 71

4.8 Penyerapan Tenaga Kerja Menurut kelompok Industri 2009 72

4.9 Hasil Uji Normalitas 76

Page 17: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Data Observasi Penelitian 99

2 Data Observasi Dalam Bentuk Logaritma 100

3 Uji Stasioneritas Data 101

4 Uji Derajat Integrasi 102

5 Uji Asumsi Klasik 103

6 Hasil Estimasi regresi 105

Page 18: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1. Identifikasi Masalah

Pembangunan kawasan industri di Kabupaten Bekasi sangat strategis

untuk bisa lebih digali potensinya karena DKI Jakarta sebagai Ibu kota

negara sudah tidak memungkinkan lagi untuk dilakukan penambahan

kawasan industri, karena lahan terbuka di wilayah ini sudah sangat terbatas.

Bertolak pada konsep bahwa tidak ada pembangunan yang tidak

memerlukan lahan, setiap pembangunan terlebih pembangunan fisik

pastinya akan memerlukan lahan.

Wilayah Kabupaten Bekasi yang letaknya berbatasan dengan Daerah

Khusus Ibukota (DKI) Jakarta tentunya akan mengalami perkembangan

yang cukup pesat. Berdasarkan kebijakan pemerintah, wilayah yang berada

di sekitar DKI Jakarta seperti Bekasi, Tangerang, Cilegon, dikembangkan

sebagai wilayah pusat kawasan industri. Khusus untuk daerah Bekasi tidak

kurang dari 6.000 Ha diperuntukan untuk dijadikan sebagai kawasan

industri.

Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri

yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang

dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah

memiliki izin usaha kawasan industri. Perusahaan kawasan industri adalah

perusahaan-perusahaan yang terdapat pada kawasan industri dan

Page 19: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

2

mengusahakan pengembangan maupun pengelolaan kawasan industri yang

bersangkutan. Pembangunan kawasan industri antara lain bertujuan untuk

mempercepat pertumbuhan industri di daerah, memberikan kemudahan bagi

kegiatan industri, mendorong kegiatan industri untuk berlokasi di kawasan

industri, serta untuk meningkatkan upaya pembangunan industri yang

berwawasan lingkungan (Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 41

Tahun 1996 tentang Kawasan Industri).

Dengan adanya pembangunan wilayah industri di pinggiran wilayah

ibu kota maka penduduk yang ingin masuk kota Jakarta dari berbagai

pelosok daerah lain dapat tersalurkan pada daerah sekitar Jakarta tersebut

sehingga tingkat mobilisasi urbanisasi bisa berkurang.

Pembangunan industri di Kabupaten Bekasi tidak terpisahkan dari arah

pembangunan industri wilayah yang harus mampu mengikuti sekaligus

memenuhi tuntutan pembagunan regional dan nasional tanpa mengabaikan

kebutuhan spesifik wilayah. Keragaman fisik wilayah dalam beberapa

kondisi merupakan kendala, namun di sisi lain merupakan potensi sebagai

pendorong laju pembangunan industri wilayah. Kejelian dan kecermatan

kelompok perencana dan pelaksana pembangunan industri dalam

memanfaatkan potensi dan mengatasi kendala tersebut merupakan salah satu

kunci keberhasilan pembangunan perindustrian.

Peranan sektor industri dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi

berupa output sektor industri atau PDRB sektor industri tidak terlepas dari

adanya peranan investasi dan tenaga kerja. Investasi yang dilakukan adalah

Page 20: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

3

investasi langsung berupa investasi asing (Penanaman Modal Asing) dan

investasi domestik (Penanaman Modal Dalam Negeri). Investasi langsung

dapat menyerap banyak tenaga kerja yang berada dipasar tenaga kerja dan

investasi langsung juga diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan

ekonomi. Hal ini terjadi karena output yang dihasilkan akan semakin

meningkat seiring dengan meningkatnya investasi di daerah.

Investasi dilakukan untuk membentuk faktor produksi kapital, dimana

sebagian dari investasi tersebut digunakan untuk pengadaan berbagai barang

modal yang akan digunakan untuk kegiatan proses produksi.melalui

investasi proses produksi dapat ditingkatkan yang kemudian mampu akan

meningkatkan output produksi sehingga akan menaikan pendapatan daerah.

Iklim investasi mencerminkan sejumlah faktor yang berkaitan dengan lokasi

tertentu yang membentuk kesempatan dan insentif bagi perusahaan-

perusahaan untuk melakukan investasi secara produktif dan menciptakan

lapangan pekerjaan.

Selain investasi, tenaga kerja merupakan input atau faktor produksi

yang digunakan dalam proses produksi pada sektor industri. Tetapi

kontribusi industri pengolahan yang cukup besar terhadap pertumbuhan

ekonomi tidak disertai dengan tingginya penyerapan tenaga kerja disektor

industri. Angka pengangguran total di Indonesia pada tahun 2009

diproyeksikan meningkat menjadi 9 persen. Sebelumnya, angka

pengangguran sebesar 8,5 persen pada tahun 2008. Hal ini terjadi karena

Page 21: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

4

pertumbuhan penyerapan tenaga kerja di sektor industri negatif akibat

adanya krisis keuangan global. (LIPI, 2009).

Menurut lokasi, pada tahun 2009 salah satu daerah yang kontribusi

PDRB nya paling besar terhadap PDRB Jawa Barat adalah Kabupaten

Bekasi. Industri di Kabupaten Bekasi merupakan barometer industri di Jawa

Barat karena memiliki tingkat kontribusi output terbesar.

Tabel 1.1Kontribusi PDRB Sektor Industri Terbesar di Provinsi Jawa Barat

No Daerah Kabupaten /Kota

PDRB (jutaRupiah)

KontribusiTerhadap PDRB

Jawa Barat(persen)

1 Kabupaten Bekasi 45.831.406,78 26,42

2 Kabupaten Bogor 33.404.257,88 14,97

3 Kabupaten Bandung 20.154.147,70 9,03

4 Kabupaten Karawang 19.353.619,16 8,67

5 Kota Bandung 14.167.032,24 6,35

6 Kota Bekasi 11.765.711,35 5,27

7 Kota/Kab lainnya diJawa Barat

65.394.879,19 29,30

Jawa Barat 210.071.054,31 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Bekasi 2009

Kontribusi PDRB Kabupaten Bekasi berada pada peringkat pertama

yang berkontribusi sebesar 26,42 persen dari total PDRB Jawa Barat karena

daerah bekasi merupakan daerah yang ditopang oleh banyaknya kawasan

industri dan dekat dengan perekonomian ibukota. Kedua penyumbang

terbesar yaitu Kabupaten Bogor berkontribusi sebesar 14,97 hal ini karena

Page 22: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

5

ada dukungan dari Pemda Bogor melalui APBD dalam menggalakan iklim

usaha. Penyumbang ketiga terbesar yaitu Kabupaten Bandung dengan

Kontribusi sebesar 9,03 persen yang merupakan basis ibu kota Jawa Barat

dengan dukungan perijinan usaha yang lebih mudah dan sumber daya yang

potensial.

Menurut Badan Promosi dan Penaman Modal Daerah (BPPMD) Jawa

Barat tahun 2009, Kabupaten Bekasi merupakan daerah yang mendapatkan

investasi paling besar yaitu mencapai 43,64 persen dari keseluruhan

investasi yang berada di Jawa Barat atau senilai Rp 30,223 trilyun. Selain

itu, dari investasi yang telah dilakukan, penyerapan tenaga kerja yang terjadi

mencapai 95,110 orang dimana penyerapan tenaga kerja ini merupakan

penyerapan tenaga kerja yang berada pada peringkat pertama diantara

Kabupaten dan kota kota lainnya yang berada di Jawa Barat.

2. Batasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini, maka agar

permasalahan tidak meluas, pembahasan dalam penelitian ini dibatasi pada

perekonomian sub sektor industri pengolahan. Sektor industri yang

dimaksud adalah semua industri sub sektor pengolahan yang berada di

Kabupaten Bekasi mencakup sektor migas dan non migas. Dalam penelitian

ini data yang digunakan data time series dari tahun 1989 sampai dengan

tahun 2009. Penelitian mengenai sektor industri pengolahan sengaja

Page 23: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

6

dilakukan karena sektor tersebut paling dominan dalam pembentukan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) total Kabupaten Bekasi.

Faktor investasi yang diteliti mencakup Peananaman Modal Asing

(PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sehingga bisa

diketahui dari mana sumber yang paling berpengaruh dan dominan terhadap

perekonomian sektor industri tersebut. Selain investasi faktor tenaga kerja

juga menjadi fokus dalam penelitian ini untuk melihat pengaruhnya terhadap

PDRB sub sektor industri di Kabupaten Bekasi.

B. Perumusan Masalah

Pembentukan PDRB Kabupaten Bekasi ditentukan oleh besarnya output

yang dihasilkan oleh masing-masing sektor ekonominya.

Tabel 1.2Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Bekasi

Menurut Lapangan Usaha

Sumber: BPS Kabupaten Bekasi

No Lapangan Usaha 2007 2008 20091 Pertanian 1,99 1,96 1,902 Pertambangan dan Penggalian 1,39 1,36 1,253 Industri Pengolahan 80,02 79,73 80,164 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,87 1,80 1,785 Bangunan 1,07 1,10 1,186 Perdagangan, Hotel, dan

Restoran8,81 9,01 9,32

7 Pengangkutan dan Komunikasi 1,38 1,44 1,498 Keuangan, Persewaan, dan

Jasa1,03 1,03 1,05

9 Jasa-Jasa 2,12 2,28 2,30PDRB TOTAL 100 100 100

Page 24: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

7

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kontribusi diantara sektor industri

pada beberapa tahun terakhir didominasi oleh sektor industri pengolahan yang

mencapai rata-rata sekitar 80 persen dari total keseluruhan PDRB Kabupaten

Bekasi. Kedua oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang berkontribusi

rata-rata sekitar 8-9 persen, dan ketiga ditempati sektor Jasa-Jasa yang

berkontribusi rata-rata sebesar 2 persen.

Tingginya kontribusi sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi

menjadikan sektor industri ini menjadi sektor yang paling utama dan dominan

dalam pembentukan PDRB total di Kabupaten Bekasi. Namun hal ini tidak

membuat angka pengangguran Kabupaten Bekasi menurun secara signifikan,

pada tahun 2008 angka pengangguran Kabupaten Bekasi masih terbilang

cukup tinggi yaitu mencapai 15,12 persen. Menurut Badan Perencanaan dan

Pembangungan Daerah Kabupaten Bekasi tahun 2008, angka ini diperkirakan

akan tetap tinggi dalam kurun waktu 3 tahun kedepan karena Kabupaten

Bekasi sebagai daerah yang penopang utamanya industri, memilki tingkat

urbanisasi yang tinggi sehingga berdampak pada laju pertumbuhan penduduk

(LPP) yang tinggi juga.

Para pencari kerja tersebut melakukan urbanisasi ke kabupaten Bekasi

karena Kabupaten Bekasi merupakan daerah yang menarik terjadinya

urbanisasi dikarenakan daerah asal mereka tidak ada kesempatan pekerjaan.

Hal ini terlihat dari laju pertumbuhan penduduk yang mencapai 3,46 persen

pada tahun 2008. Urbanisasi dan LPP yang tinggi tersebut mengakibatkan

tidak terpenuhinya antara kesempatan kerja dengan banyaknya pencari kerja

Page 25: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

8

termasuk angkatan kerja yang sudah terkena PHK (Pemutusan Hubungan

Kerja). Pada tahun 2008 angka pengangguran cukup tinggi mencapai sekitar

15 persen dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bekasi hanya mencapai 4,13

persen. Jika dihubungkan dengan tingkat investasi di Kabupaten Bekasi,

angka pengangguran ini bertolak belakang dengan tingkat investasi dan

penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Bekasi.

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka pengaruh investasi dan tenaga

kerja terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan tentunya

menarik untuk diteliti, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh setiap

variabel tersebut terhadap pertumbuhan sub sektor industri pengolahan. Oleh

karena itu penelitian ini akan meneliti bagaimana pengaruh dari PMA, PMDN

dan Tenaga Kerja terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan pada periode

1989-2009.

Berdasarkan uraian perumusan masalah tersebut, maka pertanyaan

penelitian yang diangkat dalam penulisan skripsi ini, diantaranya :

1. Bagaimana pengaruh penanaman Modal Asing (PMA) terhadap

pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan di Kabupaten

Bekasi ?

2. Bagaimana pengaruh penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan di

Kabupaten Bekasi ?

3. Bagaimana pengaruh Tenaga Kerja (TK) terhadap pertumbuhan

PDRB sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi ?

Page 26: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

9

4. Bagaimana pengaruh investasi PMA, PMDN dan TK tersebut

secara bersama-sama terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor

industri pengolahan Kabupaten Bekasi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dari latar belakang dan perumusan masalah yang telah dipaparkan

diatas, terdapat beberapa tujuan dalam penelitian ini, yaitu :

a. Untuk mengetahui pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA)

terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor Industri pengolahan di

Kabupaten Bekasi.

b. Untuk mengetahui pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN) terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri

pengolahan di Kabupaten Bekasi.

c. Untuk mengetahui pengaruh Tenaga Kerja terhadap pertumbuhan

PDRB sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi.

d. Untuk mengetahui pengaruh investasi dan tenaga kerja secara

simultan terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri

pengolahan di Kabupaten Bekasi.

Page 27: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

10

2. Manfaat Penelitian

Penelitian skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

a. Memberikan informasi tentang keadaan sektor industri, khususnya

sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi.

b. Memberikan informasi bagi para pembaca dan sebagai bahan

referensi bagi kalangan akademis yang akan melakukan penelitian

lebih lanjut.

c. Memberikan masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah

maupun industri dalam menetapkan suatu kebijakan untuk

mendorong kemajuan sektor industri di Kabupaten Bekasi.

d. Bagi penulis, penilitian ini merupakan tambahan wawasan bidang

ekonomi, sehingga penulis dapat mengembangkan ilmu yang di

peroleh selama mengikuti perkuliahan.

Page 28: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Industri

1. Pengertian Industri

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) yang dimaksud dengan industri

adalah kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah barang jadi

dan barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih nilainya.

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah

atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah

untuk mendapatkan keuntungan. (www.Organisasi.Org/industri)

Menurut G. Kartasapoetra (1997:68), pengertian industri adalah

suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang

setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih

untuk penggunaannya. Dalam pengertian lain, industri adalah suatu

aktivitas yang mengubah bahan baku menjadi barang setengah jadi atau

barang jadi dengan tujuan untuk dijual.

Dalam istilah ekonomi, industri mempunyai dua pengertian yaitu

pengertian secara luas dan pengertian secara sempit. Dalam pengertian

secara luas, industri mencakup semua usaha dan kegiatan dibidang

ekonomi yang bersifat produktif. Sedangkan pengertian sempit, industri

adalah kegiatan yang mengubah barang dasar secara mekanis, kimia atau

dengan tangan sehingga menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.

Page 29: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

12

Dari beberapa pengertian industri maka secara garis besar dapat

disimpulkan bahwa industri adalah kumpulan dari beberapa perusahaan

yang memproduksi barang-barang tertentu dan menempati areal tertentu

dengan output produksi berupa barang atau jasa. Berdasarkan pengertian

tersebut, kita dapat memahami bahwa industri merupakan salah satu

kegiatan ekonomi manusia yang sangat penting. Melalui kegiatan industri

akan dihasilkan berbagai kebutuhan manusia mulai dari peralatan

sederhana sampai pada peralatan modern. Jadi pada dasarnya kegiatan itu

lahir untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Pembagunan ekonomi disuatu negara dalam periode jangka panjang

akan membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi negara

tersebut. Dimana dimulai dari ekonomi tradisional yang dititikberatkan

pada sektor pertanian, menuju perekonomian modern yang didominasi

oleh sektor industri (Budianto.1999:67) Menurut istilah Kuznets,

perubahan struktur ekonomi umumnya disebut transformasi structural dan

dapat didefinisikan sebagai rangkaian perubahan dalam komposisi

permintaan, perdagangan luar negeri (ekspor dan impor), produksi dan

penggunaan faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal yang

diperlukan guna mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.

2. Teori Industrialisasi

Proses industrialisasi dan pembangunan industri ini sebenarnya

merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan kesejahtraan

Page 30: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

13

masyarakat dalam dua pengertian sekaligus. Pertama yaitu tingkat hidup

yang lebih maju. Kedua, menjadikan taraf hidup yang lebih berkualitas,

atau dengan kata lain pembangunan industri itu sendiri merupakan suatu

fungsi dari tujuan pokok kesejahtraan masyarakat, bukan merupakan

kegiatan mandiri yang hanya sekedar berorientasi pada pemenuhan

kebutuhan fisik belaka (Arsyad. 2010:442).

Keberhasilan sebuah proses industrialisasi tidak terlepas dari adanya

dukungan kapasitas sumber daya manusia yang relevan dan kemampuan

“proses” tersebut dalam memanfaatkan secara optimal setiap sumber daya

alam dan sumber daya lain yang tersedia. Hal ini berarti pula bahwa

industrialisasi merupakan sebuah upaya guna menngkatkan produktivitas

tenaga manusia dengan disertai upaya untuk memperluas ruang lingkup

kegiatan manusia. Dengan demikian, Proses industrialisasi dapat

diupayakan dengan dua jalan sekaligus yaitu Secara Vertikal: yang

diindikasikan oleh semakin besarnya nilai tambah pada kegiatan ekonomi.

Secara Horizontal: yang diindikasikan oleh semakin luasnya lapangan

kerja yang produktif yang tersedia bagi penduduk.

Di sisi lain, sektor industri mempunyai peranan salah satunya

sebagai sektor pemimpin (leading sector) yang membawa perekonomian

menuju kemakmuran. Sektor industri dijadikan leading sector sebab hal

tersebut mempunyai begitu banyak kelebihan dibandingkan sektor

pertanian dan jasa. Kelebihannya antara lain, produksinya mempunyai

dasar nilai tukar (term of trade) yang tinggi, nilai tambah besar, bagi

Page 31: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

14

pengusaha keuntungan yang besar, dan proses produksinya lebih bisa

dikendalikan oleh manusia.(Arsyad (2010: 442).

Industrialisasi disetiap negara menpunyai corak yang berbeda beda.

Satu hal yang senantiasa menjadi pertanyaan adalah apa yang

menyebabkan suatu daerah/Negara mengalami perkembangan yang lebih

pesat dibandingkan dengan daerah/Negara lainnya. Ada dua teori yang

dapat dijadikan rujukan dalam menjawab pertanyaan ini. Yaitu: (Arsyad.

2010: 448)

1. Teori Export Base (North, 1964)

Teori ini menyatakan bahwa sektor ekspor berperan penting dalam

pembangunan daerah, karena sector tersebut dapat memberikan

kontribusi yang penting bagi perekonomian daerah. Kontribusi

tersebut antara lain:

a. Ekspor dapat secara langsung meningkatkan pendapatan

atas faktor-faktor produksi dan pendapatan daerah.

b. Perkembangan ekspor akan menciptakan permintaan

terhadap produksi industri lokal (residentiary industry),

yaitu industri yang produknya digunakan untuk melayani

pasar di daerah tersebut.

2. Teori Resource-Based ( Perloff dan Wingo,1964)

Teori ini merupakan perluasan dari teori export base,karena teori

ini juga menyatakan bahwa perkembangan sector ekspor di suatu

daerah peranannya sangat besar sekali dalam pembangunan

Page 32: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

15

ekonomi daerah. Namun ada beberapa perbedaan mendasar

diantara kedua teori tersebut, yaitu:

a. Data yang digunakan dalam teori resources base jauh lebih

lengkap dibandiingkan dengan data yang digunakan dalam

teori export base.

b. Teori resource based, analisisnya lebih mendalam serta

memberikan penekanan pada dua hal berikut: (a)

pentingnya peranan kekayaan alam suatu daerah dalam

pembangunan daerah yang bersangkutan (b) factor-faktor

yang mempengaruhi efek pengganda dari sektor ekspor

pada perekonomian daerah

3. Strategi Industrialisasi

Menurut Arsyad (2010:457) ada 2 hal strategi yang biasa dilakukan

oleh Negara maju maupun Negara sedang berkembang. Strategi tersebut

antara lain:

1. Subtitusi impor (import substitution). Strategi ini disebut strategi

orientasi kedalam atau inward looking yaitu industrialisasi yang

mengutamakan pengembangan jenis jenis industri untuk

mnenggantikan kebutuhan akan impor barang barang sejenis.

Pelaksanaannya dalam dua tahap. Pertama: terlebih dahulu

mengembangkan industri industri barang konsumsi. Kedua:

menggalakkan pengembangan industri industri hulu seperti baja

Page 33: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

16

dan aluminium. Salah satu ciri yang menonjol dalam strategi ini

adalah pelaksanaan disertai dengan tingkat proteksi yang tinggi

baik tarif bea masuk dan pajak barang impor.

Alasan sebuah Negara /daerah melakukan subtitusi impor yaitu:

a. Untuk mengurangi atau menghemat devisa

b. Pemerintah akan melakukan proteksi dengan cara

pembatasan barang-barang impor.

c. Agar sebuah Negara mampu memenuhi kebutuhan atas

berbagai barang industry dengan kekuatan sendiri tanpa

harus mengimpor dari Negara lain

d. Untuk mengembangkan kegiatan ekonomi di dalam negeri

2. Promosi ekspor (export promotion). Strategi ini mengutamakan

pengembangan jenis industri yang menghasilkan produk produk

ekspor. Syarat utama adalah tingkat proteksi yang rendah disertai

dengan insentif dalam meningkatkan ekspor.

Ada empat faktor yang dapat menjelaskan mengapa strategi

industrialisasi promosi ekspor dapat mendorong pertumbuhan

ekonomi yang lebih pesat daripada strategi subtitusi impor.

Keempat faktor tersebut antara lain:

a. Ada kaitan antara sektor pertanian dengan sektor industri

b. Skala ekonomis

c. Dampak persaingan atas prestasi perusahaan

d. Dampak kekurangan devisa terhadap pertunbuhan ekonomi

Page 34: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

17

Dalam melaksanakan strategi industrialisasi menggunakan indikator

tersebut, antara satu tahap dengan tahap lain perubahan bersifat perlahan

dan berkesinambungan agar peranan industri dalam pembentukan PDRB

bagi suatu daerah dapat terlaksana.

4. Klasifikasi Industri

a. Jenis industri berdasarkan pengelompokan Tenaga Kerja

Menurut (Arsyad.2010:454) pengelompokan industri berdasarkan

jumlah tenaga kerja dibedakan menjadi empat kriteria, yaitu:

1. Industri Besar: industri yang menggunakan tenaga kerja 100

orang atau lebih.

2. Industri Menengah: industri yang menggunakan tenaga kerja

antara 20-99 orang

3. Industri kecil: industri yang menggunakan tenaga kerja antara

5-19 orang.

4. Industri Mikro / Rumah Tangga: industri yang menggunakan

tenaga kerja kurang dari 5 orang ( termasuk tenaga kerja yang

tidak dibayar)

b. Jenis industri berdasarkan besar kecilnya modal

1. Industri padat modal (Capital Intensive), adalah industri yang

dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan

oprasional maupun pembangunanya.

Page 35: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

18

2. Industri padat karya (Labor Intensive) industri yang lebih

dititikberatkan pada sejumlah besar tenaga kerja dalam

pembangunan dan pengoprasiannya. (Perpustakaan Online

Indonesia)

c. Jenis industri berdasarkan Klasifikasi atau berdasarkan SK

menteri Perindustrian No.19/M/I/1986

Berdasarkan Internsional Standart of Industrial Clasification

(ISIC), berdasarkan pendekatan kelompok komoditas industry

pengolahan terbagi atas beberapa kelompok komoditas.

Tabel 2.1Kelompok Komoditas Industri Pengolahan

Kode Kelompok Industri

31 Industri makanan, minuman, tembakau

32 Industri tekstil, pakaian jadi, dan kulit

33 Industri Kayu dan barang-barang dari kayu termasukperabotan rumah tangga

34 Industri Kertas dan barang-barang dari kertas, percetakandan penerbitan

35 Industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia, minyakbumi, batubara, karet, dan platik

36 Industri galian bukan logam, kecuali minyak bumi danbatubara

37 Industri logam dasar

38 Industri barang dari logam, mesin dan perlatan

39 Industri pengolahan lainnya.

Sumber: Kementrian Perindustrian dan Perdagangan

Page 36: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

19

d. Jenis industri berdasarkan pemilihan lokasi

1. Industri yang yang berorientasi atau menitikberatkan pada

pasar (market oriented industri), industri yang didirikan sesuai

dengan lokasi potensi target konsumen. Industri jenis ini akan

mendekati kantong kantong dimana konsumen potensial

berada. Semakin dekat kepasar akan semakin menjadi lebih

baik.

2. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga

kerja/ labor (man power oriented industry), industri yang

berada pada lokasi dipusat pemukiman penduduk karena

biasanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak tenaga

kerja/ pegawai untuk lebih efektif dan efisien.

3. Industri yang berorientasi untuk menitikberatkan pada bahan

baku (supply oriented industry), industry yang mendekati

lokasi dimana bahan baku berada untuk memangkas atau

memotong biaya transfortasi yang besar.

e. Jenis industri berdasarkan produktifitas perorangan

1. Industri Primer, yaitu industri yang mana barang barang

produksinya bukan hasil olahan langsung atau tanpa diolah

terlebih dahulu.

2. Industri Sekunder, yaitu industri yang bahan mentahnya diolah

sehingga menghasilkan barang barang untuk diolah kembali.

Page 37: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

20

3. Industri Tersier, industri yang produk atau barangnya berupa

layanan jasa untuk keperluan perencanaan anggaran Negara

dan analisis pembangunan.

B. Investasi

1. Pengertian Investasi

Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran penanaman modal atau

perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-

perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi

barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sukirno,

2003:121).

Investasi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh penanam modal

(investor) yang menyangkut penggunaan sumber-sumber seperti peralatan,

gedung, peralatan produksi, dan mesin-mesin baru lainnya atau persediaan

yang diharapkan akan memberikan keuntungan dari investasi. (Paul A.

Samuelson dan William D. Nordhaus, 1993:145)

Investasi merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk

meningkatkan atau mempertahankan stok barang modal yang terdiri dari

mesin, pabrik, kantor dan produk-produk tahan lama lainnya yang

digunakan dalam proses produksi (Julius A. Mulyadi, 1990: 268).

Investasi adalah kegiatan penanaman modal pada berbagai kegiatan

ekonomi (produksi) dengan harapan untuk memperoleh keuntungan

(benefit) pada masa yang akan datang. Pada dasarnya investasi dibedakan

Page 38: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

21

menjadi investasi finansial dan investasi non financial. Investasi finansial

adalah bentuk pemilikan instrumen finansial seperti uang tunai, tabungan,

deposito, modal dan penyertaan, surat berharga, obligasi dan sejenisnya.

Sedangkan investasi non financial direalisasikan dalam bentuk investasi

fisik (investasi riil) yang berwujud capital atau barang modal, termasuk

didalamnya inventori / persediaan (BKPM.2004).

Investasi juga dapat di katakan sebagai suatu bentuk pembiayaan

pembangunan yang merupakan langkah awal dalam kegiatan produksi.

Kegiatan produksi yang produktif tersebut dapat memacu pertumbuhan

ekonomi dan dengan posisi semacam ini maka hakikatnya investasi juga

merupakan langkah awal dari kegiatan pembangunan ekonomi.

2. Faktor Penentu Investasi

Faktor-faktor penentu investasi sangat tergantung pada situasi di

masa depan yang sulit untuk diramalkan, maka investasi merupakan

komponen yang paling mudah berubah.

Sukirno (1996:76) menjelaskan bahwa faktor-faktor utama yang

menentukan tingkat investasi dalam suatu perekonomian antara lain, yaitu:

1. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh di

masa depan

Ramalan mengenai keuntungan masa depan akan

memberikan gambaran kepada para pengusaha mengenai jenis

jenis investasi yang kelihatannya mempunyai prospek yang baik

Page 39: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

22

dan dapat dilaksanakannya, dan besarnya investasi yang harus

dilakukan untuk mewujudkan tambahan barang-barang modal yang

diperlukan. Semakin baik keadaaan masa depan, semakin besar

tingkat keuntungan yang akan diperoleh pengusaha. Oleh sebab itu,

mereka akan lebih terdorong untuk melaksanakan investasi yang

telah atau sedang dirumuskan dan direncanakan.

2. Kemajuan teknologi

Pada umumnya semakin banyak perkembangan teknologi

yang dibuat, semakin banyak pula kegiatan pembaruan yang akan

dilakukan oleh para pengusaha. Untuk melaksanakan pembaruan-

pembaruan, para pengusaha harus membeli barang-barang modal

yang baru, dan adakalanya juga harus mendirikan bangunan-

bangunan pabrik/industri yang baru. Maka semakin banyak

pembaruan yang akan dilakukan, semakin tinggi tingkat investasi

yang akan tercapai

3. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya

Dalam analisis mengenai penentuan pendapatan nasional

pada umumnya dianggap investasi yang dilakukan para pengusaha

adalah berbentuk investasi otonomi. Walau bagaimanapun,

pengaruh pendapatan nasional kepada investasi tidak boleh

diabaikan. Tingkat pendapatan nasional yang tinggi akan

memperbesar pendapatan masyarakat, dan selanjutnya pendapatan

masyarakat yang tinggi tersebut akan memperbesar permintaan

Page 40: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

23

terhadap barang barang dan jasa-jasa. Keuntungan perusahaan akan

bertambah tinggi dan ini akan mendorong dilakukannya lebih

banyak investasi. Dengan perkataan lain, apabila pendapatan

nasional bertambah tinggi, maka investasi akan bertambah tinggi

pula

4. Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan

Ketika perusahaan mengalami peningkatan keuntungan, pada

umumnya keuntungan yang diperoleh tersebut akan disalurkan

untuk meningkatkan produksi. Dengan kata lain, akan

meningkatkan investasi perusahaan tersebut. Adanya peningkatan

keuntungan perusahaan membuat perusahaan berusaha untuk lebih

meningkatkan keuntungannya lagi di masa depan sehingga

perusahaan meningkatkan tingkat investasinya guna mencapai

tingkat keuntungan yang diharapkan lebih besar.

3. Jenis- Jenis Investasi

Berdasarkan kekhususan tertentu dari kegiatannya, investasi dibagi

dalam kelompok :

1. Investasi Baru

Invesatsi baru yaitu investasi bagi pembuatan system produksi

baru, baik sebagai bagian dari usaha baru untuk produksi baru

maupun perluasan produksi, tetapi harus menggugnakan

system produksi baru

Page 41: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

24

2. Investasi Peremajaan

Investasi jenis umumnya hanya digunakan untuk mengganti

barang-barang capital lama dengan yang baru, tetapi masih

dengan kapasitas dan ongkos produksi yang sama dengan alat

yang digantikannya.

3. Invetasi Rasionalisasi

Pada kelompok ini peralatan yang lama digantika oleh yang

baru tetapi dengan ongkos produksi yang lebih murah,

walaupun kapasitas sama dengan yang digantikannya.

4. Investasi perluasan

Dalam kelompok investasi ini peralatannya baru sebagai

pengganti yang lama. Kapasitasnya lebih besar sedangkan

ongkos produksi masih lama.

5. Investasi Modernisasi

Investasi digunakan untuk memproduksi barang baru yang

memang proses baru, atau memproduksi lama dengan proses

yang baru.

6. Investasi diversifikasi

Investasi ini untuk memperluas program produksi untuk

perusahaan tertentu, sesuai dengan program diversifikasi

kegiatan usaha korporasi yang bersangkutan

Page 42: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

25

4. Peranan Investasi

Penanaman modal merupakan langkah awal kegiatan pembangunan

ekonomi. Perubahan laju pertumbuhan investasi tersebut mempengaruhi

tinggi rendahnya pembangunan ekonomi diwilayah tersebut. Oleh

karenanya, setiap negara ataupun daerah tertentu berupaya menciptakan

iklim yang dapat menggairahkan investasi tersebut agar masuk ke

dalamnya.

Dilihat dari sudut pandang ekonomi makro, investasi (I) memiliki

peranan yang cukup penting dalam menentukan pertumbuhan ekonomi di

suatu Negara / Daerah disamping belanja masyarakat (C), pengeluaran

pemerintah (G), dan ekspor bersih (X-M). selain itu, investasi juga

memiliki dampak terhadap peningkatan produksi barang dan jasa serta

penciptaan lapangan pekerjaan. Besar kecilnya investasi yang dilakukan

dalam suatu kegiatan ekonomi (produksi) ditentukan oleh tingkat bunga,

tingkat pendapatan, kemajuan teknologi, ramalan kondisi ekonomi ke

depan, dan faktor-faktor lain (Sukirno, 1994:87).

Motif utama suatu negara mengundang investasi adalah untuk

menggali potensi kekayaan alam dan sumberdaya lainnya dalam upaya

mempercepat pembangunan ekonomi. Kenyataan ini disebabkan karena

investasi, baik asing maupun domestik akan meningkatkan pertumbuhan

ekonomi, melalui proses industrialisasi, guna meningkatkan ekspor barang

manufaktur dan kebutuhan pasar domestik (subtitusi impor). Proses

industrialisasi diharapkan mampu berkembang bersama dengan proses alih

Page 43: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

26

teknologi, alih kepemilikan, perluasan kesempatan kerja yang disertai

dengan peningkatan keahlian dan keterampilan. Namun, dalam proses

tersebut harus dihindari dominasi perekonomian nasional oleh modal

asing. (Wiranata, 2004:12).

5. Tujuan Penyelenggaraan Investasi

Tujuan penyelenggaraan penanaman modal antara lain menurut

Undang-Undang No.25 Tahun 1997:

1) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi

2) Menciptakan lapangan kerja

3) Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan

4) Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha

5) Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional,

6) Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan

7) Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil

dengan menggunakan dana yang berasal baik dari dalam negeri

maupun dari luar negeri, dan

8) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Page 44: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

27

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PDRB sub Sektor Industri

Pengolahan

1. Penanaman Modal Asing (PMA)

Investasi asing atau biasa disebut Penanam Modal Asing (PMA)

adalah satu upaya untuk meningkatkan jumlah modal untuk pembangunan

ekonomi yang bersumber dari luar negri. (Suryatno, 2003:72).

menjelaskan bahwa PMA terdiri atas :

1. Investasi portopolio (portopolio investment), yakni investasi yang

melibatkan hanya aset-aset finansial saja, seperti obligasi dan

saham, yang didenominasikan atau ternilai dari mata uang

nasional. Kegiatan investasi portopolio atau financial ini biasanya

berlangsung melalui lembaga lembaga keuangan seperti bank,

perusahaan dana investasi, yayasan pensiunan, dan sebagainya.

2. Investasi asing langsung (Foreign Direct Investment), merupakan

PMA yang meliputi investasi ke dalam aset-aset secara nyata

berupa pembangunan pabrik-pabrik, pengadaan berbagai macam

barang modal, pembelian tanah untuk keperluan produksi, dan

sebagainya.

Wiranata (2004) berpendapat bahwa investasi dapat dianggap

sebagai salah satu sumber modal pembangunan ekonomi yang penting.

Semua Negara yang menganut sistem ekonomi terbuka, pada umunya

memerlukan investasi asing, terutama perusahaan yang menghasilkan

barang dan jasa untuk kepentiingan ekspor.

Page 45: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

28

Investasi asing langsung sangat penting peranannya bagi

perekonomian Indonesia. Selain sebagai salah satu sumber untuk

peningkatan devisa negara, investasi asing langsung juga berfungsi sebagai

transfer teknologi, keterampilan manajemen dan lapangan kerja baru.

Investasi asing langsung juga memberikan beberapa kelebihan, antara lain

yaitu

investasi asing lebih memberikan rasa aman bagi negera yang menjadi

tuan rumah dari resiko-resiko yang terjadi akibat perkembangan

perekonomian kotemporer yang seringkali dramatis, terutama akibat

perubahan apresiasi mata uang. (Kuncoro, 2001:128).

Penanaman modal asing (PMA) memiliki peran mikro maupun

makro dalam suatu perekonomian. Secara makro, PMA berperan penting

dalam upaya meningkatkan kegiatan investasi nasional dan pertumbuhan

ekonomi. Secara mikro, PMA berpengaruh terhadap ketenagakerjaan,

penguasaan dan pendalaman teknologi, dan terhadap pengembangan

keterkaitan antar industri di dalam negeri (domestic linkages) termasuk

akses industri dalam negeri terhadap jaringan produksi, perdagangan, dan

investasi regional/global

Pada saat ini banyak negara yang sedang berkembang maupun

negara maju telah menyadari dan melaksanakan atau mengusahakan

kerjasama antara pemerintah dengan swasta. Hal ini ditujukan untuk

meningkatkan penanaman modal dari negara maju ke negara sedang

berkembang. Bagi negara maju, motif mencari untung dari kegiatan

Page 46: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

29

penanaman modal akan selalu diutamakan, sedangkan bagi negara sedang

berkembang menganggap kegiatan penanaman modal asing tersebut

sebagai suatu perluasan untuk mendapatlkan perkembangan perdagangan

dalam negeri

Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat membutuhkan

peranan penting dari arus modal asing, baik yang berbentuk pinjaman,

bantuan, dan investasi. Hal ini disebabkan karena sumber dana yang

tersedia dalam negeri sangat terbatas, sehingga peranan asing diperlukan.

Selain untuk meningkatan sumber dana, kegiatan investasi asing juga akan

membawa pengaruh positif di berbagai sektor. Pada sektor moneter

dengan meningkatnya invetasi maka akan mendorong peningkatan

cadangan devisa negara, dengan cadangan devisa yang cukup maka nilai

kurs rupiah akan dapat dijaga pada posisi yang stabil. Sedangkan pada

sektor makroekonomi kegiatan investasi akan mendorong kegiatan ekspor,

menciptakan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan akan

mendorong pada peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

2. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Investasi dalam negri biasa di kenal dengan istilah Penanaman

Modal Dalam negri (PMDN) adalah bentuk upaya menambah modal untuk

pembangunan melalui investor dalam negri. Modal dari dalam negri ini

bisa didapat baik itu dari pihak swasta ataupun dari pemerintah.

Page 47: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

30

Keberadaan penanaman modal dalam negeri diatur dalam Undang-

undang No. 6 tahun 1968 tentang penanaman modal dalam negeri

kemudian disempurnakan dengan diberlakukannya UU No. 12 tahun 1970.

Menurut ketentuan penanaman modal tersebut, penanaman modal dalam

negeri adalah penggunaaan modal dalam negeri yang merupakan bagian

dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda

baik yang dimiliki oleh negara maupun swasta nasional atau swasta asing

yang berdomisili di Indonesia yang disediakan/disisihkan guna

menjalankan usaha yang mendorong pembangunan ekonomi pada

umumnya ( Harjono, 2007:178).

Menurut Wiranata (2004:18) dasar pertimbangan dikeluarkannya UU

No. 6 tahun 1970 tentang PMDN adalah sebagai berikut:

1. Modal meupakan faktor penting dalam penyelenggaraan

pembangunan ekkonomi nasional yang berdasarkan kemampuan

dan kesanggupan bangsa Indonesia itu sendiri.

2. Perlunya dilakukan pemupukan modal dan pemanfaatan modal

dalam negeri dan membuka kesempatan bagi pengusaha swasta

seluas-luasnya.

3. Perlunya memanfaatkan modal dalam negeri yang dimiliki pihak

asing dan menetapkan batas waktu usaha bagi perusahaan asing

di Indonesia yang menggunakan modal dalam negeri.

Pengembangan investasi-investasi daerah dalam memacu

pertumbuhan PMDN, sangat penting untuk di tingkatkan. Sebab PMDN

Page 48: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

31

merupakan bentuk arus modal yang berasal dari dalam negeri sehingga

dengan meningkatnya PMDN di harapkan investor-investor dalam negeri

dapat bersaing dengan investor asing dalam kontribusinya meningkatkan

perekonomian.

3. Tenaga Kerja

a. Pengertian Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah penduduk yang berumur pada batas usia kerja,

dimana batas usia kerja setiap negara berbeda-beda.Usia kerja adalah

penduduk berumur 15 tahun keatas yang telah dianggap mampu

melaksanakan pekerjaan, mencari kerja, bersekolah, mengurus rumah

tangga, dan kelompok lainnya seperti pensiunan (Disnaker, 2008).

Angkatan kerja (Labor Force ) didefinisikan sebagai bagian dari

jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan atau sedang mencari

kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang produktif atau bisa juga

disebut sumber daya manusia.

Banyak sedikitnya jumlah angkatan kerja tergantung komposisi

jumlah penduduknya. Kenaikan jumlah penduduk terutama yang

termasuk golongan usia kerja akan menghasilkan angkatan kerja yang

banyak pula. Angkatan kerja yang banyak tersebut diharapkan akan

mampu memacu peningkatan kegiatan ekonomi yang pada akhirnya

akan meningkatkan kesejahtraan masyarakat. Pada kenyataannya,

Page 49: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

32

jumlah penduduk yang banyak tidak selalu memberikan dampak yang

positif terhadap kesejahtraan.

Gambar 2.1Gambaran Ketenagakerjaan

Sumber: Badan Pusat Statistik

Dari bagan diatas terlihat bahwa angkatan kerja merupakan bagian

dari penduduk yang termasuk kedalam usia kerja.usia kerja adalah

suatu tingkat umur seseorang yang diharapkan sudah dapat bekerja dan

menghasilkan pendapatannya sendiri. Usia kerja ini berkisar antara 14-

25 tahun. Selain penduduk dalam usia kerja, ada juga penduduk diluar

usia kerja, yaitu dibawah usia kerja dan diatas usia kerja.penduduk

yang dimaksud yaitu anak-anak usia sekolah dan yang sudah

pensiunan atau usia lanjut.

Bagian lain penduduk dalam usia kerja adalah bukan angkatan

kerja. Yang termasuk didalamnya adalah para remaja yang sudah

termasuk usia kerja tetapi belum bekerja atau belum mencaripekerjaan

Penduduk

Bukan Usia Kerja Usia Kerja

Bukan Angkatan Kerja Angkatan KerjaKerja

Sekolah Rumah Tangga Lain-lain Bekerja Mencari Kerja

Page 50: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

33

karena masih sekolah, ibu rumah tangga pun termasuk kedalam

kelompok bukan angkatan kerja.

Penduduk dalam usia kerja yang termasuk angkatan kerja,

dikelompokan menjadi tenaga kerja (bekerja) dan bukan kerja

(mencari kerja atau menganggur). Tenaga kerja (Man Power) adalah

bagian dari angkatan kerja yang berfungsi dan ikut serta dalam proses

produksi serta menghasilkan barang atau jasa.

b. Penyerapan Tenaga Kerja

Pada Negara yang sedang berkembang umumnya masalah

pengangguran merupakan problema yang sulit dipecahkan hingga kini.

Karena masalah pengangguran menyebabkan tingkat pendapatan

nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi

yang maksimal. Seperti halnya dinegara Indonesia, pemerintah

mengupayakan berbagai jalan keluar untuk dapat mengatasi

pengangguran secara lambat laun baik diperkotaan dan di pedesaaan.

Proses dari usaha-usaha kesempatan kerja yang merupakan topik

dalam penelitian ini dapat diwujudkan apabila pembinaan dan

pengembangan industri-industri kecil, sedang dan besar dapat berjalan

semestinya. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk dapat

mendorong perekonomian rakyat.

Pengertian dari penyerapan itu sendiri diartikan cukup luas,

menyerap tenaga kerja dalam maknanya menghimpun orang atau

Page 51: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

34

tenaga kerja disuatu lapangan usaha untuk dapat sesuai dengan usaha

itu sendiri.

Dalam ilmu ekonomi seperti yang kita ketahui faktor-faktor

produksi adalah tanah, modal, tenaga kerja, skill (keahlian). Salah satu

faktor tersebut tenaga kerja yang benar sesuai kebutuhan dengan

keahlian dan ketrampilan yang dimiliki agar tenaga kerja yang dimiliki

dalam sector industri. Modal utama yang dibutuhkan adalah sumber

daya manusia (SDM).

Tenaga kerja yang ada atau lapangan usaha yang ada, tidak mampu

menyerap tenaga kerja kondisi yang tidak siap pakai. Disinilah

perlunya peranan pemerintah upaya mengatasi melalui pembinaan dan

pengembangan industry kecil diharapkan dapat memberikan hasil yang

diaharapkan.

Selanjutnya dari uraian diatas dijelaskan melalui peningkatan

bantuan lunak dan peningkatan bantuan keras dapat dapat

meningkatkan motivasi, pengetahuan, keterampilan, dan

wawasan/pandangan yang luas sehingga lebih mempermudah proses

penyerapan tenaga kerja yang dibutuhkan. Masalah penyerapan tenaga

kerja ini juga tidak terlepas dari kesempatan yang tersedia di tengah

tengah masyarakat.

Page 52: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

35

D. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu akan di uraikan secara ringkas, meskipun

terdapat kemiripan dalam ruang lingkup penelitian tetapi terdapat perbedaan

dengan penelitian ini, baik dalam obyek atau periode waktu yang digunakan.

Sehingga penelitian terdahulu tersebut dapat dijadikan sebagai referensi untuk

saling melengkapi. Beberapa Penelitian terdahulu tersebut akan dijelaskan

pada tabel berikut:

Tabel 2.2Penelitian Terdahulu

N

o

Peneliti,

Tahun

Judul Penelitian Variabel Alat

Analisis

Hasil

1. Octivinang

sih (2006)

“Analisis

Pengaruh Nilai

Upah Minimum

Kabupaten

terhadap

Investasi,

Penyerapan

Tenaga kerja, dan

PDRB di

Kabupaten

Bogor”

- UMP

- PMA

- PMDN

- Tenaga

Kerja

- Ordinary

Least

Square

(OLS)

- Software

SASV8

1.Investasi(PMA

dan PMDN)

berpengaruh

positif terhadap

PDRB Kota

Bogor

2.UMP

berpengaruh

positif

terhadappenyera

pan Tenaga

Kerja.

2. Kawengian

(2002)

“Analisis

Pengaruh

Investasi dan

- PDRB

- Total

- Ordinary

Least

Square

1. kegiatan

investasi

memberikan

Page 53: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

36

Tenaga Kerja

dalam Sektor

Pertanian dan

Sektor Industri

Guna

Menentukan

Strategi

Pembangunan

Ekonomi Irian

Jaya”.

Investasi

- Tenaga

Kerja

(OLS)

- kuantita

tif dan

deksript

if.

pengaruh

terhadap PDRB

Irian Jaya tetapi

investasi tidak

mampu

menimbulkan

efek

pertumbuhan

yang kuat

apabila tidak

diikuti dengan

peningkatan

kualitas tenaga

kerja

3. Tejasari

(2008)

“Peranan Sektor

Usaha Kecil dan

Menengah dalam

penyerapan

Tenaga Kerja dan

Pertumbuhan

Ekonomi di

Indonesia”

- Investasi

- Tenaga

Kerja

- PDRB

- Ordinary

Least

Square

(OLS)

- Software

Eviews

4.1

1.Hasil

penelitiannya

membuktikan

bahwa tenaga

kerja dan

investasi secara

signifikan

berpengaruh

positif terhadap

pertumbuhan

ekonomi

4. Novita

Linda

Sitompul

(2008)

Analisis

Pengaruh

Investasi dan

Tenaga Kerja

terhadap PDRB

- PDRB

Industri,

Pertanian,

danPerda

gangan

- Ordinary

Least

Square

(OLS).

1.PDRB Sumatera

Utara

dipengaruhi oleh

tiga sector

ekonomi utama,

Page 54: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

37

Sumatera Utara” - Investasi

- Tenaga

Kerja

yaitu sektor

pertanian, sektor

industri, dan

sektor

perdagangan,

2.Investasi

(PMDN) serta

tenaga kerja

berpengaruh

terhadap

pertumbuhan

PDRB Sumatera

Utara

3.Kondisi

Perekonomian

(Dummy Krisis)

tidak

berpengaruh

signifikan

terhadap PDRB

Sumut.

5. Ferdiyan

(2006)

Analisis

Pengaruh

Otonomi Daerah

Terhadap

Pertumbuhan

Investasi di

Provinsi Jawa

Barat”

- Inflasi

- PMA

- PMDN

- PDRB

- Dummy

(Otonomi

- analisis

Shift

Share

- Ordinary

Least

Square

(OLS)

1.Terdapat

perbedaan antara

periode sebelum

dan sesudah

Otda. Sebelum

otda

pertumbuhan

investasi

Page 55: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

38

Daerah) negative,

sedangkan

sesudah Otda

pertumbuhan

investasi positif

terhadap

perekonomian

2.PMDN dan

Inflasi

berpengaruh

negatif terhadap

PDRB

3.PMA

berpengaruh

Positif terhadap

PDRB Jawa

Barat.

6 Morris M.

Kleiner

(2007)

Do IndustrialRelationsInstitutionsInfluenceForeign DirectInvestment.Evidence fromOECD Nations

(1985-2000)

- FDI

- TenagaKerja

- Industri

- Pajak

- PDRB

- Panel

data

Negara-

negara

anggota

OECD.

1. Rendahnya

tingkat FDI akan

sangat

mempengaruhi

tingkat produksi

industri.

2. Ada trade-off

antara

peningkatan

ekonomi

Page 56: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

39

terhadap

penyerapan

tenaga kerja

7 Linda Fung

Yee, &

Chyau

Tuan

(1997)

EvolvingOutwardInvestment,IndustrialConcentration,and TechnologyChange:Implications forHong Kong

- Industri

Manufakt

ur

- FDI

- Produktiv

itas

Tenaga

Kerja

- Error

Correcti

on

Model

(ECM)

- Kebijakan

Perdagangan

terbuka

membuka

peluang

pengekploitasian

tenaga kerja dan

menyebabkan

outward looking

- FDI berdampak

langsung

menrestrukturisa

si industri

manufaktur di

Hongkong

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah

penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi PDRB sub

sektor industri pengolahan di kabupaten Bekasi.

Setelah mengidenentifikasi kemudian menganalisis sumber modal

mana dari investasi yang ada (PMA dan PMDN) yang berpengaruh

terhadap sektor industri serta untuk mengatahui pengaruh tenaga kerja

pada sektor industri tersebut.

Page 57: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

40

VariabelIndependen

E. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.2Gambar Kerangka Pemikiran

Pengaruh Investasi (PMA dan PMDN) dan Tenaga Kerja terhadapPDRB sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi

Industri Pengolahan

1. Makanan, Minuman, dan Tembakau2. Tekstil, Pakaian jadi, dan Kulit3. Kayu dan barang dari kayu4. Kertas, Percetakan, dan Penerbitan5. Bahan Kimia, Minyak bumi, Batubara, Karet, dan Bahan dari

Plastik6. Barang galian bukan Logam7. Logam Dasar8. Barang-barang dari logam, Mesin9. Industri pengolahan lainnya

PendekatanFaktor Input

Investasi

Tenaga Kerja(X3)

PMA(X1)

PMDN(X2)

Variabel Dependen

PDRB sub SektorIndustri Pengolahan

(Y)

Metode Analisis:Model Analisis Regresi Berganda (OLS)

Hasil

Kesimpulan dan Implikasi

Page 58: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

41

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan awal yang masih bersifat sementara

yang akan dibuktikan setelah data empiris diperoleh.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh beberapa

peneliti, diantaranya:

1. Octavianingsih (2006) skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh

Nilai Upah Minimum Kabupaten Terhadap Investasi ,

penyerapan Tenaga kerja, dan PDRB di Kabupaten Bogor”

menyimpulkan bahwa investasi PMA dan PMDN berpengaruh

positf terhadap PDRB Kota Bogor.

2. Ferdiyan (2006) dengan judul “Analisis Pengarug Otonomi

Daerah Terhadap Pertumbuhan Investasi Di Provinsi Jawa Barat”

menyimpulkan bahwa Investasi PMA berpengaruh positif

sedangkan PMDN berpengaruh negatif terhadap PDRB Jawa

Barat.

3. Novita linda Sitompul dalam Skripsinya yang berjudul “ Analisis

Pengaruh investasi dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Sumatera

Utara “ menyimpulkan bahwa PMDN dan tenaga kerja

berpengaruh terhadap PDRB di Sumatera Utara

Page 59: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

42

Beradasarkan uraian diatas, maka penulis mengajukan hipotesis

untuk dilakukan pengujian ada tidaknya pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan untuk menjelaskan

tujuan dari penelitian adalah:

a. Diduga Penanaman Modal Asing (PMA) berpengaruh signifikan

terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan.

b. Diduga Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berpengaruh

signifikan terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan.

c. Diduga Tenaga kerja (TK) berpengaruh signifikan terhadap PDRB

sub sektor industri pengolahan.

d. Diduga bahwa PMA, PMDN, dan TK berpengaruh secara

simultan terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan.

Page 60: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

43

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, data runtut waktu

(Time Series) dengan menggunakan metode analisis berganda. Variabel

yang digunakan yaitu PDRB sub sektor industri pengolahan, Investasi

mencakup Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam

Negeri (PMDN),dan Tenaga Kerja (TK).

Pembahasan dalam penelitian ini menitikberatkan pada

perekonomian sub sektor industri pengolahan. Sektor industri yang

dimaksud adalah semua industri sub sektor pengolahan yang berada di

Kabupaten Bekasi mencakup sektor migas dan non migas. Dalam

penelitian ini data yang digunakan data time series dari tahun 1989 sampai

dengan tahun 2009. Penelitian mengenai sektor industri pengolahan

sengaja dilakukan karena sektor tersebut berkontribusi besar dalam

pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) total Kabupaten

Bekasi.

B. Metode Penentuan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB sub

sektor industri pengolahan, Investasi PMA dan PMDN, serta jumlah

Page 61: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

44

tenaga kerja yang terserap dalam sektor industri pengolahan dengan data

tahunan selama periode 1989-2009.

C. Metode Pengumpulan Data

Sebagai tahap awal penelitian ini adalah dengan mempelajari teori-

teori yang berhubungan dengan penelitian. Kemudian menganalisis

hubungan antar variabel dari teori-teori tersebut dengan permasalahan

aktual yang ada pada saat ini. Tahap selanjutnya adalah mengumpulkan

data yaitu berupa data sekunder yang diperoleh dari studi kepustakaan atau

lembaga pengumpul data yang mana dalam penelitian ini antara lain

diperoleh dari:

1. Badan Pusat Stastistik Daerah Kabupaten Bekasi

2. Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat

3. Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD)

Kabupaten Bekasi

4. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Pusat

5. Literatur-literatur serta informasi-informasi tertulis baik yang

berasal dari instansi terkait maupun internet, yang berhubungan

dengan topik penelitian untuk memperoleh data tersebut

Page 62: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

45

D. Metode Analisis Data

1. Analisis Regresi Berganda

Untuk mencapai tujuan penelitian dan pengujian hipotesis, Dalam

penelitian ini dilakukan analisis regresi berganda untuk melihat faktor

faktor yang mempengaruhi PDRB sub sektor industri pengolahan di

Kabupaten Bekasi.

Penelitian ini menggunakan model regresi berganda (multiple

regression) dengan rumusan model penelitian sebagai berikut :

INDSTR = β0 +1PMA +2PMDN + 3TK + …………….. (3.1)

Namun didalam penelitian ini akan digunakan persamaan regresi

berganda yang telah di transformasikan dalam bentuk logaritma

dengan menggunakan kuadrat terkecil, dengan formulasi sebagai

berikut :

LnINDSTR = β0 + β1LnPMA + β2LnPMDN + β3LnTK + …. (3.2)

Keterangan:

INDSTR = PDRB Sub Sektor industri pengolahan (milyar rupiah)

PMA = Penanaman Modal Asing (milyar rupiah)

PMDN = Penanaman Modal Dalam Negeri (milyar rupiah)

TK = Tenaga Kerja ( /Ribu Orang)

β = Intercept

Β1- β3 = koefisien regresi masing-masing variable independen.

e = error term (variable diluar model tetapi tidak ikut

berpengaruh terhadap variable dependen)

Page 63: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

46

Metode analisis regresi berganda akan menghasilkan estimator

yang mempunyai sifat tidak bias, linier dan mempunyai varian yang

minimum atau BLUE, yaitu:

a. Best adalah yang terbaik.

b. Linier adalah kombinasi linier dari data sampel. Jika ukuran

sampel ditambah maka hasil nilai estimasi akan mendekati

parameter populasi yang sebenarnya.

c. Unbiased adalah rata-rata atau nilai harapan atau estimasi

sesuai dengan nilai yang sebenarnya.

d. Efficient estimator adalah memiliki varians yang minimum

diantara pemerkira lain yang tidak bias.

Sebelum melakukan interprestasi terhadap hasil regresi dari model

penelitian yang akan digunakan, maka terlebih dahulu dilakukan

pengujian terhadap data penelitian tersebut. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui apakah model tersebut dapat dianggap relevan atau tidak.

Pengujian yang dilakukan melalui uji stasioneritas data setelah itu

dilakukan pengujian uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas,

autokorelasi, heterokedastisitas, dan multikolinearitas, kemudian

dilakukan uji statistik yang meiliputi uji signifikansi parameter

individu (uji t statistik), dan uji sinifikan simultan (uji F statistik), dan

uji koefisien determinasi (R2).

Page 64: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

47

2. Uji Stasioneritas Data

a. Uji Akar Unit Phillips-Perron (PP) test

Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau

tidak dengan cara membandingkan nilai statistik PP dengan nilai

kritisnya yaitu distribusi statistik MacKinnon. Jika nilai absolute

statistik PP lebih besar dari nilai kritisnya, maka data yang diamati

menunjukan stasioner dan jika sebaliknya nilai absolute statistik

PP lebih kecil dari nilai kritisnya maka data tidak stasioner.

Langkah-langkah pengujian stasioner sebagai berikut

Hipotesis:

Ho : Data tersebut tidak stasioner pada derajat Nol

H1 : Data tersebut stasioner pada derajat Nol

Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:

- Jika PP test statistik > PP tabel (critical value α = …%

maka, menolak H0 dan menerima H1

- Jika PP test statistik < PP tabekl (critical value α = …%)

maka H0 diterima, dan menolak H1.

b. Uji Derajat Integrasi

Data time series pada umumnya adalah data yang tidak

stasioner. Untuk menghindari regresi lancung maka harus

ditransformasikan data tersebut menjadi data stasioner.

Page 65: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

48

Dalam uji akar unit PP bila menghasilkan kesimpulan

bahwa data tidak stasioner, maka diperlukan proses differensi data

uji stasioner data melalui proses differensi ini disebut uji derajat

integrasi

Seperti uji akar unit PP, keputusan sampai pada derjat

keberapa suatu data akan stasioner. Hal ini dapat dilihat dengan

membandingkan antara nilai statistik PP yang diperoleh dari

koefisien y dengan nilai kritis distribusi statistik MacKinnon. Jika

nilai absolut dari statistik PP lebih besar dari nilai kritisnya pada

differensi tingkat pertama, maka data dikatakan stasioner pada

derajat kesatu. Akan tetapi, jika nilainya masih lebih kecil maka uji

integrasi perlu dilanjutkan pada differensi yang lebih tinggi

sehingga diperoleh data yang stasioner.

Langkah-langkah pengujian stasioner sebagai berikut

Hipotesis:

Ho : Data tersebut tidak stasioner pada derajat Nol

H1 : Data tersebut stasioner pada derajat Nol

Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:

- Jika PP test statistik > PP tabel (critical value α = …% maka

menolak H0 dan menerima H1

- Jika PP test statistik < PP tabekl (critical value α = …%)

maka H0 diterima, dan menolak H1.

Page 66: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

49

3. Uji Asumsi Klasik

Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini, maka

peneliti melakukan uji normalitas, multikolinieritas, uji

heteroskedasitsitas, dan uji autokorelasi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah residual

variabel dependen dan independen berdistribusi normal atau tidak.

Pengujian normalitas ini menggunakan normality histogram

(Insukindro, 2003:61).

Uji normalitas melalui uji Jarque-Bera (J-B). Metode ini

menggunakan perhitungan skewness dan kurtosis. Nilai statistik JB

didasarkan pada distribusi Chi Squares dengan derajat kebebasan

(df) 2. Jika nilai probabilitas statistik JB lebih kecil dari α = 5

persen maka terjadi permasalahan normalitas atau residual tidak

didistribusikan secara normal dan sebaliknya (Widarjono,

2007:54).

b. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah hubungan antara variabel independen

dan dependennya. Pengujian multikolinieritas dilakukan dengan

melihat Correlation Matrix, jika nilai korelasi yang dihasilkan

sangat tinggi (umumnya > 0,8) maka model regresi dikatakan

memiliki permasalahan multikolinieritas (Widarjono, 2007:114).

Page 67: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

50

Multikolinieritas juga dapat diuji dengan metode deteksi Klien,

yaitu dengan membandingkan koefisien determinasi auxiliary

dengan koefisien determinasi model regresi aslinya. Jika koefisien

determinasi auxiliary lebih besar dari koefisien determinasi model

regresi aslinya, maka terjadi permasalahan multikolinieritas antara

variabel independen yang digunakan dalam model penelitian

(Widarjono, 2007:117).

c. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah variansi data yang digunakan untuk

membuat model menjadi tidak konstan. Pengujian terhadap ada

tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam suatu model empiris

yang sedang diamati juga merupakan langkah penting sehingga

dapat terhindar dari masalah regresi lancung. Metode untuk dapat

mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam model

empiris dengan menggunakan uji White Hetedoskedasticity, jika X2

(Obs* R-Squared) > X2 tabel atau nilai probability Obs*R-

Sqauared < 0,05 atau α=5 persen (Insukindro, 2003:62).

d. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah terjadinya korelasi antara variabel itu

sendiri pada pengamatan yang berbeda. Pengujian autokorelasi

dilakukan dengan uji Breusch-Godfrey Serial Correlation

Lagrange Multiplier Test (uji-LM). Uji ini sangat berguna untuk

mengidentifikasi masalah autokorelasi tidak hanya pada derajat

Page 68: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

51

pertama tetapi bisa juga digunakan pada tingkat derajat. Dikatakan

terjadi autokorelasi jika nilai X2 (Obs*R-Squared) hitung > X2

tabel atau nilai probability < 0,05 atau α=5 persen (Insukindro,

2003:60).

Selain itu pengujian terhadap gejala auotokorelasi dapat

dilakukan dengan uji Durbin Watson (DW). Uji Durbin Watson

(DW) dapat dilakukan dengan cara melihat nilai DW pada hasil

regresi yang mana daerah bebas autokorelasi idealnya nilai DW

tersebut nilainya berada antara (1,54 – 2,46)

Tabel 3.1Kriteria Pengambilan Keputusan Daerah Autokorelasi

Tolak Ho,berarti ada

autokorelasipositif

Tidakdapat

diputuskan

Tidak menolakHo, berartitidak ada

autokorelasipositif

Tidakdapat

diputuskan

Tolak Ho,berarti adaautokorelasi negatif

0 dL du 2 4-du

4-dL 1,10 1,54 2,46 2,90

Sumber: (Winarno, 2007:5.25)

4. Pengujian Statistik

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen

secara individu dan bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen. Uji statistik ini meliputi Uji F, Uji-t dan Koefisien

Determinasi (R2).

Page 69: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

52

a. Uji Simultan (Uji F-Stastik)

Uji F-statistik menunjukkan apakah semua variabel independen

dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel dependennya. Untuk melakukan uji-F dengan cara Quick

Look, yaitu: melihat nilai probability dan derajat kepercayaan yang

ditentukan dalam penelitian atau melihat nilai F-tabel dengan F-

hitungnya. Jika nilai probability < 0,05 atau α=5 persen dan jika

nilai F-hitung lebih tinggi dari t-tabel maka maka suatu variabel

independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel

dependennya (Kuncoro, 2003:219)

b. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien detrminasi mengukur seberapa besar kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependennya. Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol dan satu, nilai R2 yang kecil

berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas dan nilai

yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependennya (Kuncoro, 2003:220).

Page 70: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

53

c. Uji Parsial (Uji t-Statistik)

Uji ini digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh

variabel independen secara individu terhadap variabel dependen

dengan variabel yang lain konstan. Untuk menguji pengaruh setiap

variabel independen tersebut, maka nilai t hitung harus di

bandingkan dengan nilai t tabel

Untuk nilai t tabel dapat diperoleh dengan melihat tabel

distribusi untuk α = 0,05 dan derajat n – k. Maka dalam pengujian

ini dilakukan hipotesis sebagai berikut :

H0: β1 = 0 (variabel independen tidak berpengaruh terhadap

variabel dependen)

H1: βi ≠ 0 (variabel independen berpengaruh terhadap variabel

dependen)

Selain dengan menngunakan cara diatas, uji-t juga dapat

dilakukan dengan cara Quick Look, yaitu: melihat nilai probability

dan derajat kepercayaan yang ditentukan dalam penelitian atau

melihat nilai t-tabel dengan t-hitungnya. Jika nilai probability <

0,05 atau α=5 persen dan jika nilai t-hitung lebih tinggi dari t-tabel

yang berarti menolak Ho dan menerima H1 dan sebaliknya. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel independen secara individual

mempengaruhi variabel dependennya dan sebaliknya (Kuncoro,

2003:219).

Page 71: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

54

E. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data tahunan (time

series) Dengan menggunakan satu variable terikat (dependen) yaitu PDRB

sub sektor industri pengolahan dan tiga variabel bebas (Independen) yaitu

PMA dan PMDN, serta Tenaga Kerja yang dianggap mempunyai

pengaruh nyata terhadap sektor industri. Penjelasan variabel-variabel

tersebut sebagai berikut:

1. Variabel Dependen

Variabel dependen ialah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh

variabel bebas (Lukman, 2007:5).

a. Output / PDRB Industri

Data PDRB Industri yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data PDRB sub sektor industri pengolahan, data tahunan dari 1989

sampai dengan 2009 yang diperoleh dari Statistik Industri Besar

dan Sedang terbitan BPS Pusat dan Daerah. PDRB industri ini

dalam bentuk Milyar rupiah

2. Variabel Independen

Variabel independen ialah variabel yang nilainya mempengaruhi

perilaku dari variabel terikat (Lukman, 2007: 5).

a. Penanaman Modal Asing

Data PMA adalah data relisasi Penanaman Modal Asing (PMA)

yang disetujui pemerintah daerah menurut sektor ekonomi, dengan

periode tahunan selama kurun waktu 1989 sampai dengan 2009.

Page 72: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

55

Data tersebut diperoleh dari Badan Promosi dan Penanaman Modal

Daerah berbagai edisi, dan Kabupaten Bekasi Dalam Angka serta

Indikator Ekonomi berbagai edisi terbitan BPS. PMA dalam

bentuk Miliar Rupiah.

b. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Data PMDN adalah data relisasi Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN) yang disetujui pemerintah menurut sektor ekonomi,

dengan periode tahunan selama kurun waktu 1989 sampai dengan

2009. Data tersebut diperoleh dari Badan Promosi dan Penanaman

Modal Daerah berbagai edisi, dan Kabupaten Bekasi Dalam

Angka serta Indikator Ekonomi berbagai edisi terbitan BPS.

PMDN dalam bentuk Miliar Rupiah.

c. Tenaga Kerja

Data Tenaga Kerja yang digunakan adalah data tenga kerja yang

terserap pada sektor industri. Data tersebut diperoleh dari publikasi

Statistik Penduduk dan Bekasi Dalam Angka terbitan BPS Pusat

dan Daerah. TK ini dalam bentuk Ribu orang.

Page 73: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

56

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Deskriptif

1. Perkembangan Perekonomian Kabupaten Bekasi

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi

suatu wilayah atau daerah dalam suatu periode tertentu adalah melalui

PDRB. Pada dasarnya PDRB merupakan jumlah nilai tambah (value

added) yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam daerah tertentu, atau

merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit

ekonomi.

Perhitungan PDRB menggunakan dua macam harga, yaitu PDRB

atas Dasar Harga Berlaku dan PDRB atas Dasar Harga Konstan. PDRB

atas Dasar Harga Berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa

yang dihitung atas dasar harga berlaku setiap tahun, sedangkan PDRB atas

Dasar Harga Konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut

yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu waktu tertentu

sebagai tahun dasar

Berdasarkan gambar 4.1 PDRB Kabupaten Bekasi tahun 2009 atas

dasar harga berlaku adalah sebesar 72.762.968,82 juta rupiah.Sedangkan atas

dasar harga konstan sebesar 57.175.916,78 juta rupiah. PDRB mengalami

kenaikan dibandingkan dengan tahun 2008 dimana PDRB atas dasar harga

berlaku sebesar 65.346.675,62 dan PDRB atas harga konstannya sebesar

43.793.374,45 juta rupiah dari tahun sebelumnya.

Page 74: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

57

180000018500001900000195000020000002050000210000021500002200000

2005 2006 2007 2008 2009

Jumlah…

Gambar 4.1PDRB Kabupaten Bekasi Berdasarkan atas Harga Berlaku dan Konstan

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bekasi

Perthitungan PDRB atas harga konstan berdasarkan tahun 2000,

sedangkan perhitungan PDRB atas dasar harga berlaku disesuaikan dengan

setiap tahunnya. Selama tahun 2009 perekonomian Kabupaten Bekasi

mengalami perlambatan sebagai dampak dari krisis keuangan global yang

terjadi sejak tahun 2008. Perlambatan perekonomian Kabupaten Bekasi ini

terlihat apabila dibandingkan dengan tahun 2007 dimana laju pertumbuhan

ekonomi sebesar 6,44 persen, dan pada tahun 2009 mencapai 5,94 persen jauh

lebih baik bila dibandingkan dengan tahun 2008 dimana LPE nya sebesar

4,13 persen.

Pada gambar 4.2 memperlihatkan bahwa perlambatan perekonomian

Kabupaten Bekasi ini disebabkan oleh dampak krisis keuangan global.

Sebagai penyangga ibukota, perekonomian Kabupaten Bekasi akan sangat

dipengaruhi oleh kondisi perekonomian nasional

Krisis keuangan global yang terasa dampaknya sejak tahun 2008

memang sedikit banyak mempengaruhi perekonomian Kabupaten Bekasi

Page 75: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

58

di tahun 2009. Tetapi pada saat yang sama juga pemerintah Kabupaten

Bekasi berusaha untuk melakukan perbaikan ekonomi. Dalam upaya

meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, skala prioritas pembangunan

daerah Repelita VI yang ditetapkan bahwa pembangunan sektor industri

sebagai prioritas yang utama, dan tetap menjalankan sektor-sektor lainnya

secara berimbang hal ini disesuaikan dengan titik berat pembangunan

daerah bidang ekonomi sesuai dengan prioritas sektor industri.

Gambar 4.2

Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Bekasi 2001-2009

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bekasi

2. PDRB Sub Sektor Industri Pengolahan

Sektor ekonomi adalah kesatuan dari unit-unit produksi yang dihasilkan

oleh suatu wilayah tertentu. Sektor-sektor ekonomi yang berkontribusi

terhadap PDRB di Kabupaten Bekasi, antara lain: (1) sektor pertanian, (2)

sektor pertambangan, (3) sektor industri pengolahan, (4) sektor listrik, gas dan

air, (5) sektor bangunan, (6) sektor perdagangan, (7) sektor pengangkutan dan

komunikasi, (8) sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan (9)

5.09 5.12 5.25 5.38 5.656.07

6.44

4.135.19

0

1

2

3

4

5

6

7

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Page 76: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

59

sektor jasa. Tetapi dalam penelitian ini akan lebih memfokuskan untuk

meneliti sub sektor industri pengolahan.

Industri pengolahan adalah suatu proses atau kegiatan ekonomi yang

merupakan bagian dari cabang industri yang menggunakan sejumlah

peralatan dan manajemen yang teratur dimana didalamnya terdapat

kegiatan produktif yang mentransformasi atau mengolah bahan mentah

menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa distribusi persentase

PDRB menurut sektor yang menunjukkan kontribusi masing-masing

sektor dalam pembentukan PDRB total Kabupaten Bekasi. Pada beberapa

tahun terkahir, sektor industri khususnya industri pengolahan memegang

peranan paling penting dalam pembangunan perekonomian di Kabupaten

Bekasi. Sub Sektor industri pengolahan ini adalah sektor yang paling

dominan dalam pembentukan PDRB di Kabupaten Bekasi dibandingkan

dengan sub sektor lainnya.

Persentase perbandingan antar sub sektor PDRB tersebut dapat kita

lihat bahwa pada beberapa tahun terakhir sektor industri pengolahan

menyumbang rata-rata tiap tahun sekitar 80 persen dari total PDRB

Kabupaten Bekasi. Posisi kedua disumbang oleh sektor perdagangan, hotel

dan restoran yang memberikan kontribusi rata-rata tiap tahun sekitar 9

persen dari total PDRB. Ketiga ditempati oleh sektor jasa-jasa yang

berkontribusi sekitar 2 persen dari total PDRB dan disusul oleh sector

Page 77: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

60

pertanian yang menyumbang rata-rata tiap tahun sekitar 1,5 persen, dan

sektor-sektor lainnya menyumbang sisanya sekitar 1 persen.

Tabel 4.1Persentase dan Konstribusi PDRB

Berdasarkan Lapangan Usaha Kabupaten Bekasi 2007-2009

Sumber: Badan Pusat Statistik BPS. Kabupaten Bekasi

No

LapanganUsaha

PDRB Atas Harga Konstan 20002007 (%) 2008 (%) 2009 (%)

1 Pertanian 881.001,98

1,96 859,058,70

1,90 1.195.392,29

2,09

2 Pertambangan 596.695,49

1,39 580.274,39

1,25 936.096,18

1,64

3 IndustriPengolahan

37.060.103,02

80,02 35.043.950,48

79,73

45.831.406,78

80,16

4 Listrik,Gas,Air Bersih

827.175.77

1,80 786.106,69

1,78 1.461.784,65

2,56

5 Konstruksi 547.239,41

1.18 482.599.00

1,10 598.770,60

1,05

6 Perdagangan,Hotel, danRestoran

4.334.092,28

9,01 3.947.358,93

8,32 4.758.799,26

9,32

7 PengangkutanKomunikasi 692.403

,761,44 629.069,4

81,37 781.905,

661,49

8 Keuangan,persewaan,dan JasaPerusahaan

489.177,18

1,03 451.850,22

1,02 585.808,82

1.05

9 Jasa-Jasa 1.068.823,53

2,28 996.685,66

1,79 1.025.953,07

2,30

PDRB denganMigas

46.480.291,05

100 43.793.374,65

100 57.175.916.78

100

PDRB tanpaMigas

45.905.994,41

100 43.202.971,05

100 56.250.213,34

100

Page 78: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

61

Perkembangan sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi

selama periode penelitian tahun 1989 – 2009 dapat dilihat pada tabel

berikut:

Gambar 4.3Perkembangan Sub Sektor Industri Pengolahan

Kabupaten Bekasi Tahun 1989-2009 (Milyar Rupiah)

Sumber: Statistik Industri Besar dan sedang, BPS Kabupaten Bekasi

Pada gambar 4.3 terlihat bahwa nilai PDRB sub sektor industri

pengolahan secara umum terus mengalami pertumbuhan yang positif.

Perkembangan industri pengolahan dari tahun 1989-1997 menunjukan

kenaikan yang cukup signifikan, kontribusinya sebesar 3.243.756 pada

tahun 1989 dan terus meningkat pesat menjadi 28.799.724 pada tahun

1997. Hal ini sebagai akibat dari usaha pemerintah daerah yang terus

berusaha menciptakan keadaan perekonomian regional yang stabil dan

kondusif. Pada tahun 1998 pertumbuhan sektor industri ini terkoreksi

turun tajam hingga mencapai nilai 16.623.714 hal ini diakibatkan karena

dampak terjadinya krisis ekonomi nasional yang sangat mempengaruhi

05000000

100000001500000020000000250000003000000035000000400000004500000050000000

1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009

PDRB Industri Pengolahan

Page 79: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

62

perekonomian regional Kabupaten Bekasi. Pasca dampak krisis ekonomi

sektor industri ini perlahan mulai membaik hal ini terbukti dari PDRB

yang menunjukan arah yang meningkat sampai tahun 2004, namun pada

tahun 2005 sempat kembali menurun sebagai akibat dari kenaikan harga

BBM yang banyak mempengaruhi kegiatan produksi sektor industri

pengolahan tersebut. Pada tahun 2008 pertumbuhannya terkoreksi kembali

hingga mencapai 35.043.950 atau lebih kecil nilainya dibandingkan

dengan tahun 2007 yang mencapai nilai 37.060.103 atau pertumbuhan

tersebut mengalami penurunan -2,75 persen hal ini diakibatkan pengaruh

krisis keuangan global yang mempengaruhi pera investor mengurangi

modal berinvestasinya di Kabupaten Bekasi.

Pada tahun 2009 perekonomian sektor industri Kabupaten Bekasi

memang meningkat menjadi 45.831.406 juta rupiah atau mengalami

pertumbuhan 5,75 persen, hal tersebut terjadi karena adanya usaha recovery

dari pemerintah Kabupaten dalam menjaga kestabilan ekonomi dengan cara

mengendalikan inflasi dan menjaga pasokan bahan bakar untuk industri.

Namun hal itu tidak terlepas dari perlambatan pertumbuhan perekonomian

sebagai dampak dari krisis keuangan global yang terjadi sejak tahun 2008.

Meskipun demikian,output sector industri yang meningkat terjadi karena

produktivitas dari input yang digunakan tinggi. Jadi, meskipun input yang

digunakan sedikit, output yang dihasilkan dapat tetap tinggi. Secara sektoral,

krisis keuangan global dirasakan oleh masing-masing sektor melalui tranmisi

yang berbeda-beda. Berikut adalah pengaruh krisis keuangan global terhadap

penciptaan nilai tambah dimasing-masing sektor.

Page 80: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

63

a. Sektor Pertanian

Dampak krisis keuangan global terhadap perkembangan usaha

dirasakan melalui transmisi jalur jalur perdagangan domestic dengan

didasari atas adanya indikasi serapan permintaan domestic yang

menurun.

b. Sektor Industri Pengolahan

Krisis keuangan global dirasakan melalui tranmisi nilai tukar dan

perdagangan internasional. Pelemahan nilai tukar rupiah

mengakibatkan bahan baku impor menjadi lebih mahal.

c. Sektor perdagangan, hotel, restoran, angkutan, komunikasi dan jasa

merasakan krisis global melalui tranmisi aspek pembiayaan.

Pada tahun 2009 terdapat 842 industri besar dan sedang yang ada di

Kabupaten Bekasi, jumlah tersebut mengalami peningkatan dibandingkan den

gan tahun 2008 yang berjumlah sekitar 752 atau mengalami peningkatan

sebanyak 8,07 persen.

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa diantara berbagai industri pengolahan

yang ada, kelompok industri yang paling besar kontribusinya disumbang oleh

industri barang-barang dari logam dan mesin yang menyumbang sekitar

25.023.178,44 juta rupiah. Hal tersebut dikarenakan di Kabupaten Bekasi

banyak terdapat Kawasan Industri seperti Kawan Industri Jababeka, MM

2100, Industri Cikarang, Gobel, dan Delta Mas yang mana industri tersebut

memproduksi industri berat seperti produksi logam,bahan-bahan otomotif dan

mesin-mesin pabrik. Penyumbang industri kedua disumbang oleh industri

Page 81: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

64

Kimia, bahan karet, dan barang dari plastic yang berkontribusi sebesar

8.501.291,09 juta rupiah disusul industri tekstil, pakaian jadi dan kulit

sebesar 3.682.3299,35 juta rupiah dan lain sisanya disumbang oleh sector

industri pengolahan lainnya yang berkontribusi sebesar 2.449.884,97 juta

rupiah.

Tabel 4.2Banyaknya Perusahaan Industri Besar dan Sedang

Menurut Kelompok Industri Pengolahan

Kode Kelompok Industri JumlahIndustri

PDRB Industri(milyar rupiah)

2008 200931 Makanan,Minuman, dan

Tembakau54 55 1.573.523,69

32 Tekstil, Pakaian jadi,dan Kulit

63 67 3.682.329,35

33 Kayu dan Barang-barang dari kayu

26 28 84.161,09

34 Kertas dan Percetakan/Penerbitan

35 37 278.244,55

35 Kimia, Bahan Kimia,Karet, dan Plastik

165 176 8.501.291,09

36 Barang-barang galianbukan logam

23 69 248.294,23

37 Logam Dasar 28 23 3.301.847,2538 Barang-barang dari

logam, Mesin346 370 25.023.178,44

39 Industri PengolahanLainnya

12 17 2.449.884,97

Jumlah 752 842 45.831.406,78Sumber : BPS Kabupaten Bekasi

Page 82: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

65

3. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Investasi dalam negeri biasa di kenal dengan istilah Penanaman

Modal Dalam negeri (PMDN) adalah bentuk upaya menambah modal

untuk pembangunan melalui investor dalam negri. Modal dari dalam negri

ini bisa didapat baik itu dari pihak swasta ataupun dari pemerintah.

Peningkatan investasi di daerah dalam memacu pertumbuhan

PMDN, sangat penting untuk di tingkatkan. Sebab PMDN merupakan

bentuk arus modal yang berasal dari dalam negeri sehingga dengan

meningkatnya PMDN di harapkan investor-investor dalam negeri dapat

bersaing dengan investor asing dalam memajukan perekonomian.

Pada gambar 4.4 terlihat bahwa realisasi PMDN terus mengalami

tingkat pertumbuhan yang positif dan meningkat pesat dari tahun 1989-

1995, hal ini didudukung oleh keadaan ekonomi yang yang relatif stabil

membaik. Perkembangan investasi yang positif tidak terlepas dari peranan

pemerintah yang terus mendukung perkembangan investasi di Kabupaten

Bekasi.

Kebijakan pemerintah Kabupaten antara lain dengan mempermudah

proses peminjaman kredit investasi perbankan kepada pihak swasta untuk

modal berinvestasi, sehingga kebijakan tersebut ikut mendorong

meningkatnya investasi di Kabupaten Bekasi. Namun hal itu tidak

berlangsung lama karena dari tahun 1998-2001 terjadi kelesuan ekonomi

sebagai akibat dampak krisis moneter nasional yang sangat mengganggu

Page 83: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

66

135357129454

144871

520368

786696973214

925547

683397579192

231507

174238178617194691

620321 622379

785224

553286

747566

907257

510501

826368

198

919

90

199

119

92

199

319

94

199

519

96

199

719

98

199

920

00

200

120

02

200

320

04

200

520

06

200

720

08

200

9

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

kinerja perekonomian daerah dan kinerja perbankan sehingga berdampak

pada investor domestik.

Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pertama, dunia

usaha dihadapkan pada beban yang cukup berat untuk mengatasi kenaikan

harga bahan baku yang tinggi karena tingginya tingkat inflasi, kedua

tingginya suku bunga kredit yang menghambat penyaluran kredit

perbankan sehngga para investor kesulitan untuk memperoleh sumber

pendanaan, dan ketiga situasi soail politik dan keamanan yang tidak stabil

telah meningkatkan resiko dalam melakukan investasi. Pemerintah daerah

terus berupaya untuk memperbaiki perekonomiannya, hal tersebut dapat

dilihat bahwa perkembangan investasi mulai terapresiasi kembali setelah

usaha recovery sejak tahun 2002-2007. perkembangan investasi sempat

terkoreksi menurun pada tahun 2008 akibat krisis keuangan global, dan

kembali meningkat pada tahun 2009.

Gambar 4.4Perkembangan Realisasi Investasi PMDN Kabupaten Bekasi 1989-2009

Sumber: BPPMD, Kabupaten Bekasi

Page 84: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

67

4. Penanaman Modal Asing (PMA)

Investasi asing atau biasa disebut Penanam Modal Asing (PMA)

adalah satu upaya untuk meningkatkan jumlah modal untuk pembangunan

ekonomi yang bersumber dari luar negri.

Penanaman modal asing (PMA) memiliki peran mikro maupun

makro dalam suatu perekonomian. Secara makro, PMA berperan penting

dalam upaya meningkatkan kegiatan investasi nasional dan pertumbuhan

ekonomi. Secara mikro, PMA berpengaruh terhadap ketenagakerjaan,

penguasaan dan pendalaman teknologi, dan terhadap pengembangan

keterkaitan antar industri di dalam negeri (domestic linkages) termasuk

akses industri dalam negeri terhadap jaringan produksi, perdagangan, dan

investasi regional/global.

Kabupaten Bekasi merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang

membutuhkan peranan penting dari penanaman modal asing, baik yang

berbentuk pinjaman, bantuan, dan investasi. Hal ini disebabkan karena

sumber dana yang tersedia sangat terbatas, sehingga peranan asing

diperlukan. Selain untuk meningkatan sumber dana, kegiatan investasi

asing juga akan membawa pengaruh positif di berbagai sektor, khususnya

sektor industri. Selain itu akan mendorong kegiatan ekspor, menciptakan

lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan akan mendorong

pada peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah

Pada gambar 4.5 terlihat bahwa, dari tahun 1989 sampai dengan

tahun 1993 investasi PMA relatif masih kecil realisasinya bila

Page 85: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

68

dibandingkan dengan PMDN, investasi PMDN lebih mendominasi

kegiatan investasi di Kabupaten Bekasi. Dari tahun 1993-1997 realisasi

PMA naik seiring dengan peningkatan PMDN. Hal ini karena didudukung

oleh keadaan ekonomi yang yang relatif stabil membaik. Perkembangan

investasi yang positif tidak terlepas dari peranan pemerintah yang terus

mendukung perkembangan investasi di daerah. Keadaan ini menunjukkan

bahwa Kabupaten Bekasi merupakan salah satu daerah yang diminati oleh

pihak investor asing karena daerah Bekasi mempunyai potensi wilayah

yang cukup potensial untuk dijadikan tempat industri karena letaknya yang

berbatasan dengan ibukota.

Pada tahun berikutnya yaitu tahun 1998, PMA mengalami penurunan

menjadi 1.977.966. Hal ini sebagai dampak dari krisis ekonomi yang

melanda perekonomian nasional yang berdampak terhadap perekonomian

daerah yang menyebabkan pihak investor mengurangi investasinya untuk

menghindari kerugian akibat ketidakpastian perekonomian. Berikutnya

sejak tahun 2000-2009 PMA mengalami mengalami kenaikan yang cukup

positif meskipun menunjukan perkembangan yang berfluktuatif. Karena

secara keseluruhan realisasi PMA di Kabupaten bekasi ini tiap tahunnya

terus mengalami perkembangan, terkecuali pada tahun 2008 yang

terkoreksi akibat krisis keuangan global, yang nilainya sebesar 3.329.910

menurun dibandingkan tahun 2007 yang mencapai 5.330.561. Pada tahun

2009, karena pemerintah Kabupaten menyadari pentingnya kestabilan dan

pemulihan ekonomi maka Pemerintah menerapkan berbagai kebijakan

Page 86: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

69

salah satunya insentif berupa kemudahan proses perijzinan investasi yang

dipermudah lewat pelayanan usaha terpadu satu pintu. Sehingga investasi

asing di tahun 2009 kembali naik sebesar 5.438.821 hal ini juga ditandai

dengan meningkatnya ekspor dan impor bahan baku dan barang modal

pada tahun tersebut sehingga kelesuan ekonomi tidak berdampak panjang

bagi perekonomian Bekasi.

Gambar 4.5Perkembangan Realisasi Investasi PMA

Kabupaten Bekasi 1989-2009

Sumber: BPPMD Kabupaten Bekasi

5. Tenaga Kerja (TK)

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam suatu proses

industri. Tenaga kerja juga merupakan input dalam suatu proses produksi

barang dan jasa serta mengatur sarana produksi untuk menghasilkan barang

dan jasa tersebut. Tenaga kerja merupakan bagian penting dari penduduk

dimana pertumbuhan tenaga kerja sejalan dengan pertumbuhan penduduk.

0500000

100000015000002000000250000030000003500000400000045000005000000

198

919

90

199

119

92

199

319

94

199

519

96

199

719

98

199

920

00

200

120

02

200

320

04

200

520

06

200

720

08

200

9

Page 87: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

70

Gambar 4.6Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja

Pada Sub Sektor Industri Pengolahan di Kab.Bekasi 1989-2009

S

S

Sumber: BPS Kabupaten Bekasi

Dari gambar 4.6 diatas merupakan data tenaga kerja yang terserap

pada sub sektor industri pengolahan. Jumlah tenaga kerja yang terserap

sudah mencakup secara keseluruhan dari masing-masing industry

pengolahan yang ada di Kabupaten Bekasi. Tampak terlihat bahwa

penyerapan tenaga kerja periode 1989 sampai dengan 1998 penyerapan

tenaga kerja masih relatif sedikit tenaga yang terserap sekitar 132.000

tenaga kerja. Tetapi setelah keadaan perekonomian pasca krisis dan

kestabilan perekonomian terjaga jumlah tenaga kerja terjadi peningkatan,

meskipun terjadi fluktuatif tetapi secara keseluruhan penyerapan tenaga

kerja yang terjadi terus mengalami peningkatan yang positif searah dengan

kenaikan jumlah penduduk di kabupaten bekasi.

0

50000

100000

150000

200000

250000

198

9

199

1

199

3

199

5

199

7

199

9

200

1

200

3

200

5

200

7

200

9

Tenaga Kerja (TK)

Page 88: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

71

Gambar 4.7Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Bekasi 2005-2009

Sumber: BPS Kabupaten Bekasi, berbagai edisi

Menurut data BPS Kabupaten Bekasi, pada tahun 2009 penduduk

Kabupaten Bekasi mencapai 2.193.776 jiwa, yang terdiri dari 1.122.855

laki-laki dan 1.070.921 perempuan. Dari tahun 2005 hingga 2009,

Kabupaten Bekasi terus mengalami pertambahan jumlah penduduk, dari

1.950.209 jiwa pada tahun 2005, 2.027.902 jiwa pada tahun 2006, 2.054.795

jiwa pada tahun 2007, 2.125.960 jiwa pada tahun 2008, hingga mencapai

2.193.776 jiwa pada tahun 2009. Banyak tenaga kerja industri yang datang

dari luar Kabupaten Bekasi hal ini dikarenakan perkembangan jumlah

sektor industri yang pesat sehingga menjadi pemicu terjadinya pertambahan

penduduk di Kabupaten Bekasi dari tahun ke tahun, banyaknya migran dari

luar daerah karena dalam sektor industri tersebut memerlukan tenaga kerja

yang professional dan berkualitas sehingga banyak mendatangkan tenaga

ahli dari luar daerah. Tidak hanya penduduk asli daerah saja, melainkan

180000018500001900000195000020000002050000210000021500002200000

2005 2006 2007 2008 2009

Jumlah…

Page 89: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

72

pertambahan dari luar daerah juga menjadi penyebab tingginya laju

pertumbuhan penduduk.

Pada tahun 2009 terjadi penyerapan tenaga kerja sebanyak 220.991

pada 842 industri besar dan sedang. Tenaga kerja ini mengalami

peningkatan dibandingkan dengan tahun 2008 yang hanya mampu menyerap

tenaga kerja sebanyak 213.838 atau tenaga kerja mengalami kenaikan

sebesar 8,07 persen. Diantara industry besar dan sedang yang ada, kelompok

industri yang mampu menyerap tenaga kerja paling banyak adalah industri

barang dari logam yang menyerap tenaga kerja sebanyak 112,078 hal ini

dikarenakan kebanyakan sector industri pengolahan yang ada di kabupaten

bekasi yang berada di kawasan industri yang tersebar di daerah Bekasi

memproduksi barang-barang otomotif, elektronik, dan mesin pabrik.

Industri pakaian, tekstil, dan karet menyerap tenaga kerja kedua terbesar

sebanyak 34.793, dan ketiga oleh industri kimia, bahan kimia, dan plastik

yang menyerap tenaga kerja sebanyak 33.658.

Gambar 4.8Penyerapan Tenaga Kerja Industri Besar dan Sedang

Menurut Kelompok Industri Tahun 2009

Sumber: Badan Pusar Statistik (BPS) Kabupaten Bekasi

41675146615456406477

122283365834791

112078

kayu, Bahan…Logam dasar

Industri…Kertas dan…

Makanan,minu…Barang galian…

Tekstil,Pakaian …Kimia, Karet,…

Barang dari…

Tenaga…

Page 90: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

73

B. Analisis dan Pembahasan

1. Uji Stasioneritas Data

a. Uji Akar Unit PP test

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsof

Excel 2007 dan Eviews 3 untuk mempercepat perolehan hasil yang

dapat menjelaskan variabel - variabel yang diteliti.

Tahap awal dalam proses pengujian yang dilakukan adalah uji

stasioneritas terhadap seluruh variabel yang diuji. Dalam penelitian

ini data yang digunakan adalah data natural log (ln) dari variabel-

variabel tersebut, dimana ln merupakan log dengan bilangan dasar

bilangan alami yang yang berguna untuk memecahkan persamaan

yang tidak diketahuinya merupakan pangkat dari variabel lain.

Dimana log sendiri adalah fungsi matematika yang dengan bilangan

dasar 10 yang kegunaannya untuk menyederhanakan suatu bilangan.

Uji akar unit dipandang sebagai uji stasioneritas karena pengujian ini

pada prinsipnya bertujuan untuk mengamati apakah koefisien

tertentu dari model otoregresif yang ditaksir mempunyai nilai satu

atau tidak (yahya Hamja, 2008).

Page 91: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

74

Tabel 4.3Hasil Uji Phillip-Perrons test

Sumber: Hasil olah data eviews

Dari hasil yang diuji dapat dilihat bahwa semua data kecuali

TK menunjukan ketidakstasioneran pada tingkat level. Hal ini dapat

dibuktikan dengan nilai Philips-Perron test lebih kecil dari

Mac.kinnon Critical Value 5% (Pptest < CV 5%). Kesimpulan dari

hasil data yang diolah adalah Ho diterima yaitu semua data kecuali

TK tidak stasioner pada tingkat level sehingga harus dilanjutkan

pada tingkat berikut sampai data menjadi stasioner yaitu dengan

menggunakan Uji derajat Integrasi.

b. Uji Derajat Integrasi

Dalam uji akar unit Philips Perron bila menghasilkan

kesimpulan bahwa data tidak stasioner, maka diperlukan proses

diferensi data. Uji stasioner data melalui proses diferensi ini disebut

uji derajat integrasi.

No Variabel

Level Ho= tidak stasioner

Ha = stasionerPptest CV 5%

1 LnIndstr -2.039824 -3.0199 Terima Ho

2 LnPMA -1.649546 -3.0199 Terima Ho

3 LnPMDN -2.103341 -3.0199 Terima Ho

4 LnTK -3.315262 -3.0199 Tolak Ho

Page 92: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

75

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pada derajat atau

order diferensi ke berapa (langkah pertama diatas), jika ternyata data

tersebut tidak stasioner pada tingkat level dilanjutkan ke difference

pertama atau kedua (Insukindro, 2003).

Tabel 4.4Hasil Uji Integrasi

Sumber: Hasil Olah Data (Lampiran

Dari data yang diuji dapat dilihat bahwa semua variabel

stasioner pada First difference. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai

Philips-Perron test lebih besar dari Mac.Kinnon critical Value 5 %

(Pptest > CV 5 %).

Kesimpulan dari data yang diolah adalah Ho ditolak yaitu

semua Variabel sudah stasioner pada tingkat First Difference,

sehingga tidak perlu dilanjutkan pada tingkat berikutnya (Second

Difference). Dan pengujian dapat dilakukan dengan uji berikutnya

yaitu Uji asumsi Klasik

No Variabel

Level Ho= tidakstasioner

Ha = stasionerPptest CV 5%

1 LnIndstr -3.851732 -3.0294 Tolak Ho

2 LnPMA -4.673887 -3.0294 Tolak Ho

3 LnPMDN -3.747937 -3.0294 Tolak Ho

4 LnTK -6.447221 -3.0294 Tolak Ho

Page 93: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

76

2. Hasil Uji Asumsi Klasik

a. Hasil Uji Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam

sebuah model peneltian, variabel dependen dan independen atau

keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang baik

adalah berdistribusi normal atau mendekati normal. Identifikasi ada

atau tidaknya permasalahan normalitas dilakukan dengan melihat

histogram-normality test. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas

dari Jarque-Bera yang nilainya lebih besar dari 5 persen.

Gambar 4.9Hasil Uji Normalitas

S

Sumber: Data sekunder yang diolah

Gambar 4.9 menunjukkan bahwa uji statistik JB, nilai

statistiknya sebesar 3,59299 < 27.58711 (nilai X2 Chi square) atau

dengan probabilitas lebih besar dari α=5 persen yaitu: 0,165879.

0

2

4

6

8

-0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4

Series: ResidualsSample 1989 2009Observations 21

Mean -5.33E-15Median -0.031696Maximum 0.493675Minimum -0.537679Std. Dev. 0.199831Skewness -0.151207Kurtosis 5.003701

Jarque-Bera 3.592990Probability 0.165879

Page 94: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

77

Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat permasalahan

normalitas.

b. Hasil Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya

hubungan linear antar beberapa atau semua variabel independen

dalam model regresi.

Untuk menguji asumsi Multikolinearitas dapat digunakan uji

Correlation Matrix. Jika antar variabel independen ada korelasi yang

cukup tinggi (umumnya diatas 0.80), maka hal ini merupakan

indikasi bahwa adanya Multikolinearitas. Uji Correlation Matrix

dapat dilihat seperti pada tabel 4.3 dibawah ini:

Tabel 4.5Hasil Uji Multikolinearitas

Correlation Matrix

Pada hasil uji Multikolinearitas dengan menggunakan uji

Correlation Matrix diatas, dapat dilihat bahwa antara variable PMA,

TK, dan PMDN memiliki nilai masing-masing sebesar 0,46, 0,22,

dan 0,43 nilai dari masing-masing variabel tersebut semuanya lebih

kecil dari 0,80. Jadi, dapat dikatakan bahwa hasil yang diperoleh

LNPMA LNTK LNPMDN

LNPMA 1.000000 0.461522 0.429454LNTK 0.461522 1.000000 0.226360

LNPMDN 0.429454 0.226360 1.000000

Page 95: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

78

ternyata tidak ada hubungan linear atau korelasi antara semua

variabel independen tersebut.

c. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut

Homoskedatisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas,

Model yang baik adalah Homoskedastisitas dan tidak terjadi

Heteroskedastisitas.

Cara untuk mendeteksi ada tidaknya Heteroskedastisitas antara

lain dengan melakukan uji White dengan melihat probabilitas dari

Obs*R-squared. Jika probabilitasnya lebih besar dari 5 persen, maka

dapat dikatakan tidak terjadi Heteroskedastisitas dan sebaliknya.

Tabel 4.6Hasil Uji Heteroskedastisitas

Tabel 4.6 menujukkan bahwa nilai probabilitas Obs*R-squared

adalah 0,820145. Nilai ini lebih besar dari derajat kesalahan (α) = 5

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 0.398147 Probability 0.911279Obs*R-squared 5.159987 Probability 0.820145

Page 96: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

79

persen (0,05), maka dapat dikatakan bahwa dalam model penelitian ini

tidak terdapat permasalahan heteroskedastisitas.

d. Hasil Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam

sebuah terdapat hubungan antara residual antar waktu pada model

penelitian yang digunakan, sehingga estimasi menjadi bias. Identifikasi

ada tidaknya permaslahan autokorelasi dilakukan menggunakan uji

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test.

Tabel 4.7Hasil Uji Autokorelasi

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai probabilitas Obs*R-squared

adalah 0,398935, Nilai ini lebih besar dari derajat kesalahan (α)=5

persen atau 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat permasalahan autokorelasi.

Selain itu uji pengujian terhadap gejala auotokorelasi dapat

dilakukan dengan uji Durbin Watson (DW). Dari hasil regresi dapat

dilihat bahwa nilai DW sebesar 2,04 nilai tersebut berkisar antara

(1,54-2,46) yang berarti bahwa tidak terjadi autokorelasi.

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.719356 Probability 0.503125Obs*R-squared 1.837914 Probability 0.398935

Page 97: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

80

Kriteria pengambilan keputusan daerah autokorelasi: (Winarno,

2007:5.25).

Tolak Ho,berarti ada

autokorelasipositif

Tidakdapat

diputuskan

Tidak menolakHo, berartitidak ada

autokorelasipositif

Tidakdapat

diputuskan

Tolak Ho,berarti ada

autokorelasinegatif

0 dL du 2 4-du 4-dL

1,10 1,54 2,46 2,90

3. Hasil Uji Regresi Metode Regresi Berganda

Hasil pengolahan data menggunakan regresi linier berganda untuk

model persamaan LnINDSTR= β0 + β1LnPMA + β2LnPMDN + β3LnTK

+ adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8Hasil Olah Data Dengan Metode OLS

Dependent Variable: LNINDSTRMethod: Least Squares

Sample: 1989 2009Included observations: 21

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LNPMA 0.396108 0.034714 11.41072 0.0000LNPMDN 0.198398 0.073423 2.702121 0.0151

LNTK 0.086908 0.086627 1.003249 0.3298C 7.534992 1.170104 6.439593 0.0000

R-squared 0.937426 Mean dependent var 16.66904Adjusted R-squared 0.926383 S.D. dependent var 0.798850S.E. of regression 0.216748 Akaike info criterion -0.050523Sum squared resid 0.798652 Schwarz criterion 0.148434Log likelihood 4.530492 F-statistic 84.89212Durbin-Watson stat 2.044503 Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Data sekunder yang diolah

Page 98: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

81

Persamaan regresi linear berganda untuk tabel 4.8 diatas adalah:

LNINDSTR=7.534991674+0.3961076971*LNPMA+0.1983984212*LNPM

DN+ 0.08690810641*LNTK

4. Hasil Uji Statistik

Setelah dilakukan pengujian analisis uji asumsi klasik dimana semua

kriteria uji asumsi klasik tersebut terpenuhi, serta hasil olah data regresi

melalui analisi regresi berganda maka selanjutnya akan dilakukan

analisis uji statistik yang meliputi uji F-statistik, koefisien determinasi

R2, dan uji t-statistik. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai uji

statistik tersebut.

a. Uji F-statistik

Uji F-statistik digunakan untuk menguji signifikansi seluruh

variabel independen secara bersama-sama dalam mempengaruhi

variabel dependen,

Dari hasil regresi diperoleh nilai F-statistik 84.89212 > F-tabel

3,196777 selain itu nilai Prob. F-statistik adalah 0,000000. Nilai ini

lebih kecil dari tingkat kesalahan (α=5 persen atau 0,05) yang

berarti bahwa variabel independen (PMA, PMDN dan TK) secara

bersama–sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependen (PDRB Sub sektor industri pengolahan).

Page 99: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

82

b. Koefisien Determinasi (R2)

Perhitungan yang dilakukan untuk mengukur proporsi atau

prosentase dari variasi total variabel dependen yang mampu

dijelaskan oleh model regresi R2 dalam regresi.

Hasil olah data regresi menunjukkan bahwa R2 yang diperoleh

dari hasil estimasi regresi sebesar 0.937426. Hal ini berarti bahwa

93,7426 persen dari variasi variabel PDRB sub sektor industri

pengolahan mampu dijelaskan oleh variabel PMA, PMDN, dan

TK, sedangkan 0,62574 atau 6,2574 persen dijelaskan oleh

variabel lain di luar model.

c. Uji Parsial (Uji-t)

Berdasarkan hasil estimasi pada hasil regresi, didapat bahwa

dari semua variabel independen yang digunakan yaitu PMA,

PMDN, dan Tenaga Kerja (TK) hanya ada dua variabel yang

berpengaruh signifikan terhadap PDRB sub sektor industri

pengolahan di Kabupaten Bekasi

Tabel 4.9Hasil Uji t-statistik

Variabel Koefisien t-hitung t-tabel Prob PengaruhPMA 0.396108 11,4107 1,7396 0.0000 Siginifikan

PMDN 0.198398 2,7021 1,7396 0.0151 SignifikanTK 0.086908 1,0032 1,7396 0.3298 Tidak

Signifikan

Page 100: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

83

1. Pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA) Terhadap PDRB sub

sektor industri pengolahan

Hipotesis:

H0: β1 = 0, maka variabel Independen tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen.

H1: β1 ≠0, maka variabel Independen berpengaruh terhadap

variabel dependen.

Nilai Prob. t-statistik PMA adalah 0,0000. Nilai ini lebih

kecil dari α = 5 persen atau 0,05 yang berarti menolak Ho dan

menerima H1. Hal ini menunjukkan bahwa variabel PMA secara

individual berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan

sub sektor industri pengolahan.

Hasil regresi menunjukkan bahwa koefisien Penanaman

Modal Asing (PMA) memiliki pengaruh yang posistif. Dapat

diartikan bahwa jika terjadi peningkatan PMA sebesar satu

milyar rupiah maka akan meningkatkan PDRB sub sektor

industri pengolahan di Kabupaten Bekasi sebesar 0,396108

milyar rupiah (cateris paribus).

Hubungan positif yang terjadi antara PMA dengan sub

sektor industri pengolahan disebabkan oleh sebagian besar

investasi PMA yang dilakukan investor asing hampir mencapai

60 persennya berada di sektor industri, sehingga modal asing

tersebut lebih banyak dialokasikan untuk sektor industri

Page 101: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

84

(BKPM, 2009). Sub sektor industri yang paling diminati oleh

para investor diantaranya sub industri logam, Mesin, Elektronik,

dan tekstil. Sehingga dari adanya modal investasi asing yang

dialokasikan cukup besar ke sektor industri, menjadikan sektor

industri menjadi sektor yang utama dan paling dominan

kontribusnya terhadap PDRB total Kabupaten Bekasi.

Besarnya modal investasi PMA yang masuk ke Kabupaten

Bekasi khususnya sub sektor industri pengolahan tidak terlepas

dari peranan pemerintah yang berupaya untuk menarik minat

investor asing. Salah satu kebijakan yang dilakukan pemerintah

Kabupaten yaitu para investor asing diberikan kelonggaran

dalam melakukan investasinya, kelonggaran tersebut berupa

perubahan Daftar Skala Prioritas (DSP) yang semula tertutup

untuk PMA, sekarang fasilitas itu bisa dimasuki PMA sehingga

dapat memperluas investasinya di bidang ekspor impor.

Kebijakan ini dilakukan karena di Kabupaten Bekasi

terdapat kawasan berikat dimana kawasan berikat ini merupakan

kawasan dengan batasan-batas tertentu yang didalamnya

diberlakukan ketentuan khusus dibidang pabean terhadap barang

yang dimasukan dari luar daerah maupun dalam daerah pabean

lainnya tanpa terlebih dahulu dikenakan pungutan bea,cukai,

atau pungutan lainnya sampai barang tersebut dikeluarkan untuk

tujuan ekspor impor. Dengan adanya fasilitas tersebut hal ini

Page 102: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

85

merupakan insentif yang secara langsung berpengaruh terhadap

kegiatan ekspor nonmigas karena produsen eksportir dapat

melakukan kegiatan produksi secara lebih murah, mudah dan

efisien.

2. Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Terhadap

PDRB industri pengolahan.

Hipotesis:

H0: β2 = 0, maka variabel Independen tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen.

H1: β2 ≠ 0, maka variabel Independen berpengaruh terhadap

variabel dependen.

Nilai Prob. t-statistik PMDN adalah 0,0151. Nilai ini lebih

kecil dari α=5 persen atau 0,05 yang berarti menolak H0 dan

menerima H1. Hal ini menunjukkan bahwa variabel PMDN

secara individual berpengaruh secara signifikan terhadap

pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan.

Hasil regresi menunjukkan bahwa koefisien Penanaman

Modal Dalam Negeri (PMDN) memiliki pengaruh yang posistif.

Dapat diartikan bahwa jika terjadi peningkatan PMDN sebesar

satu milyar rupiah maka akan meningkatkan PDRB sub sektor

industri pengolahan di Kabupaten Bekasi sebesar 0,198398

milyar rupiah (cateris paribus).

Page 103: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

86

Hubungan positif yang terjadi antara PMDN dengan sub

sektor industri pengolahan dilihat dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan ke arah yang positif, meningkat dalam

arti bahwa tren yang ditunjukan oleh fluktuasi PMDN itu sendiri

cenderung baik sehingga bagi investor lokal hal ini dapat

menjadi alasan untuk menanamkan modalnya.Jika suatu tren itu

baik, dapat diartikan bahwa keadaan itu mendukung untuk

melakukan investasi, sehingga para investor tidak terlalu

khawatir untuk menanamkan modalnya. Walaupun dalam

beberapa kasus hal tersebut tidak selalu baik dikarenakan

pegaruh keadaan fluktuasi ekonomi dan iklim investasi yang

kurang kondusif.

Dilihat dari kontribusi realisasi PMDN yang masuk ke

Kabupaten Bekasi, Jika dibandingkan dengan PMA nilai

investasi PMDN kontribusi sumbangannya relatif lebih kecil,

tercatat bahwa realisasi investasi asing mencapai Rp. 5,3 trilyun

sedangkan investasi dalam negeri hanya sekitar 1 trilyun

(BPPMD Jawa Barat,2009). Hal ini terjadi karena investasi yang

berada di Kabupaten Bekasi memang sebagian besar didominasi

oleh para investor asing.

Meskipun kontribusi realisasi PMDN bisa dibilang cukup

kecil dibandingkan PMA, namun PMDN juga berpengaruh

terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan.

Page 104: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

87

Faktor-faktor yang mempengaruhi selain fasilitas dukungan dari

pemerintah daerah yang sudah lama didapatkan oleh Investor

lokal seperti Daftar Skala Prioritas (DSP), kondisi keamanan

dan ketertiban yang kondusif, serta koordinasi investor lokal

dengan Pemda juga cukup mempengaruhi terhadap

pertumbuhan investor dalam negeri.

3. Pengaruh Tenaga Kerja (TK) Terhadap PDRB industri

pengolahan.

Hipotesis:.

H0: β3 = 0, maka variabel Independen tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen.

H1: β3 ≠ 0, maka variabel Independen berpengaruh

terhadap variabel dependen

Nilai Prob. t-statistik Tenaga Kerja (TK) adalah 0,3298.

Nilai ini lebih besar dari α = 5 persen atau 0,05 yang berarti

menerima Ho dan menolak H1. Hal ini menunjukkan bahwa

variabel TK secara individual tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri

pengolahan.

Hasil regresi menunjukkan bahwa koefisien Tenaga Kerja

(TK) tidak memiliki pengaruh terhadap PDRB sub sektor

industri pengolahan. Tenaga kerja yang tidak signifikan

Page 105: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

88

pengaruhnya terhadap PDRB industri dikarenakan sebagian

besar industri di Kabupaten Bekasi merupakan industri yang

padat modal. Hal ini terlihat dari rata-rata penggunaan tenaga

kerja.

Tabel 4.10

Rata-rata Tenaga Kerja Sub Sektor Industri Pengolahan

Kelompok Industri JumlahIndustri

2009

Rata-RataTenaga Kerja

Makanan,Minuman, danTembakau

55 117,76

Tekstil, Pakaian jadi,dan Kulit

67 519,30

Kayu dan Barang-barang dari kayu

28 172,04

Kertas dan Percetakan/Penerbitan

37 152,43

Kimia, Bahan Kimia,Karet, dan Plastik

176 191,24

Barang-barang galianbukan logam

69 177,22

Logam Dasar 23 223,74Barang-barang darilogam, Mesin

370 302,91

Industri PengolahanLainnya

17 362,00

Sumber: BPS Kabupaten Bekasi

Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa hampir sebagian besar

sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi termasuk

jenis industri yang padat modal. Hal ini dapat dilihat dari

industri kimia, karet dan barang dari plastik yang jumlah

Page 106: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

89

industrinya sebanyak 176 indsutri, sedangkan jumlah tenaga

kerjanya rata-rata sebanyak 191 pekerja per satu industri.

Begitupun dengan industri logam, mesin dan elektronika,

jumlah industri sebanyak 370 industri tetapi rata-rata

penggunaan tenaga kerja hanya 302 orang setiap industri.

Berbeda halnya pada industri yang memang tergolong labor

intensive, misalnya industri tekstil, pakaian jadi dan kulit

dimana industri ini jumlahnya berkisar hanya 67 lebih sedikit

djumlah industrinya dibandingkan industri lainnya tetapi rata-

rata penggunaan tenaga kerja mencapai 519 orang per unit

industri, jadi iindustri ini menyerap tenaga kerja paling besar

daiantara sub sektor industri lainnya (BPS Kabupaten Bekasi).

Selain itu tidak signifikannya faktor tenaga kerja

dimungkinkan karena produktifitas tenaga kerja tersebut lebih

rendah daripada produktifitas penggunaan dari teknologi mesin

yang digunakan oleh jenis industri yang padat modal. Jadi bisa

disimpulkan bahwa sektor industri di Kabupaten Bekasi ini

cenderung lebih dipengaruhi oleh tingkat modal sehingga

penggunaan tenaga kerja untuk industri kurang dikarenakan

faktor produksi modal lebih besar daripada faktor tenaga kerja.

Tenaga kerja merupakan input atau faktor produksi yang

digunakan dalam proses produksi pada sektor industri. Tetapi

kontribusi industri pengolahan yang cukup besar terhadap

Page 107: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

90

pertumbuhan ekonomi tidak disertai dengan tingginya

penyerapan tenaga kerja disektor industri.

Tingginya kontribusi sektor industri pengolahan di

Kabupaten Bekasi, tidak membuat angka pengangguran

Kabupaten Bekasi menurun secara signifikan. Pada tahun 2008,

angka pengangguran Kabupaten Bekasi masih terbilang cukup

tinggi yaitu mencapai 15,12 persen, angka ini diperkirakan akan

tetap tinggi dalam kurun waktu 3 tahun kedepan karena

Kabupaten Bekasi sebagai daerah yang penopang utamanya

industri, memilki tingkat urbanisasi yang tinggi sehingga

berdampak pada laju pertumbuhan penduduk (LPP) yang tinggi

juga. (Bappeda, Kabupaten Bekasi 2009).

Page 108: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

91

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan olah data dan hasil analisis pengujian data secara deskriptif

dan statistik, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil pengujian secara simultan, menunjukan bahwa PMA, PMDN, dan

Tenaga Kerja berpengaruh signifikan terhadap PDRB sub sektor industri

pengolahan di Kabupaten Bekasi. Hal tersebut dibuktikan dari hasil regresi

dimana Nilai Prob. F-statistik adalah 0,000000.

2. Penanaman Modal Asing (PMA) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan. Hasil regresi dengan nilai

koefisien 0,396108. Sehingga dapat diartikan setiap terjadi peningkatan

investasi PMA 1 milyar, maka akan meningkatkan PDRB sub sektor

industri pengolahan sebesar 0,396108 milyar rupiah dengan asumsi

Cateris Paribus.

3. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan. Hasil regresi

dengan nilai koefisien adalah 0,198398. Sehingga dapat diartikan jika

terjadi peningkatan PMDN 1 milyar maka akan terjadi peningkatan PDRB

sub sektor industri pengolahan sebesar 0,198398 milyar rupiah dengan

asumsi Cateris Paribus.

4. Variabel Tenaga Kerja (TK) dari hasil pengolahan data tidak berpengaruh

terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi. Nilai

Page 109: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

92

Prob. t-statistik 0,3298. Tidak berpengaruhnya faktor tenaga kerja

disebabkan antara lain: (1) Industri di kabupaten Bekasi lebih cenderung

kearah industri yang padat modal (2) Produktivitas tenaga kerja yang lebih

rendah dibandingkan dengan pengunaan teknologi mesin (3) Penyerapan

Tenaga Kerja cenderung dari luar daerah, sehingga menyebabkan tingkat

urbanisasi dari luar daerah yang tinggi sehingga laju pertumbuhan

penduduk juga tinggi sementara penyerapan tenaga kerja sektor industri

cukup terbatas.

B. Implikasi

Implikasi kebijakan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian

tentang pengaruh Investasi dan Tenaga kerja terhadap pertumbuhan PDRB sub

sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi adalah:

1. Pemerintah Kabupaten Bekasi dapat meningkatkan lagi pertumbuhan

PDRB sektor industrinya dengan cara meningkatkan investasi baik dari

luar (PMA) maupun domestik (PMDN) serta mempertahankan investasi

yang sudah ada. Karena bagaimanapun peranan investasi ini menjadi

faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan sektor industri. Cara yang

dapat ditempuh untuk meningkatkan dan mempertahankan investasi

diantaranya dengan melakukan promosi investasi, penyediaan sarana

penunjang investasi seperti infrastruktur fisik jalan, insentif pemerintah,

eliminasi hambatan structural misalnya rantai birokrasi investasi yang

tidak terlalu panjang.

Page 110: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

93

2. Kontribusi industri pengolahan yang cukup besar terhadap pertumbuhan

ekonomi tidak disertai dengan tingginya penyerapan tenaga kerja disektor

industri. Maka sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan tingkat

urbanisasi pertumbuhan penduduk dan peningkatan kualitas tenaga kerja

agar produktivitasnya juga meningkat. Karena Kabupaten Bekasi sebagai

daerah yang penopang utamanya industri, memilki tingkat urbanisasi yang

tinggi sehingga berdampak pada laju pertumbuhan penduduk (LPP) yang

tinggi.

C. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh maka dapat diajukan beberapa saran

yang bisa dijadikan sebagai pertimbangan bagi pengambilan kebijakan, saran

tersebut adalah sebagai berikut :

1. Dari hasil penelitian bahwa peningkatan investasi akan meningkatkan

pertumbuhan PDRB industri, maka dengan adanya investasi baik berupa

modal dan sumber daya manusia, misalnya dengan mengadakan pelatihan

atau training soft skill sebelum bekerja pada bidang industri yang lebih

spesifik maka diharapkan dapat meningkatkan produktifitas yang

dihasilkan tenaga kerja. Selain itu, dengan adanya investasi khususnya

sumber daya manusia diharapkan dapat menurunkan angka pengangguran

dan terjadi penyerapan tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi

sehingga meningkatkan modal dalam sektor industri yang nantinya juga

dapat meningkatkan PDRB total di Kabupaten Bekasi

Page 111: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

94

2. Pertumbuhan sektor industri sangat dipengaruhi oleh keadaan fluktuasi

ekonomi, karena kegiatan produksinya tergantung pada keadaan

perekonomian. Jadi, diharapkan pemerintah kabupaten dapat menjaga

kestabilan perekonomian daerah agar tercipta iklim ekonomi dan investasi

yang kondusif sehingga kegiatan perekonomian dapat terus berkembang.

3. Kabupaten Bekasi merupakan daerah yang dijadikan sebagai kawasan

industri, tidak kurang dari 6.000 Ha lahan untuk dijadikan sebagai lahan

kawasan industri tersebut, sehingga hal yang harus diperhatikan mengenai

pencemaran limbah industri terhadap lingkungan. Pemerintah diharapkan

dapat lebih tegas memberikan ijin usaha dengan memperhatikan AMDAL

(analisis dampak lingkungan) dari perusahaan industri yang ada.

4. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya perlu

ditangani dengan serius mengingat pertumbuhan penduduk sebagai akibat

dari urbanisasi dari luar daerah menyebabkan angka pengangguran di

kabupaten bekasi cukup besar sehingga menyebabkan penyerapan tenaga

kerja pada sektor industri pun cukup terbatas. Untuk penelitian selanjutnya,

maka diharapkan untuk meneliti perbandingan pertumbuhan sektor industri

pengolahan dari sub sektor tekstil, karet, dan plastik dengan industri logam,

dan mesin, karena kedua sub sektor ini mempunyai perbedaan dimana sub

sektor tekstil lebih cenderung ke padat karya sedangkan sub sektor logam,

mesin lebih dominan ke sektor industri yang padat modal. Hal inilah yang

menjadi corak industri di Kabupaten Bekasi.

Page 112: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

95

DAFTAR PUSTAKA

Anonim______Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 41 Tahun 1996“Pembentukan Kawasan Industri Kabupaten Bekasi” Jawa Barat

Arsyad, Lincolin. 2010. “Ekonomi Pembangunan.” Edisi Kelima.UPP STIMYKPN Yogyakarta

Badan Koordinasi Penanaman Modal “Realisasi Investasi”1989-2009.BKPM,Jakarta

Badan Koordinasi Penanaman Modal 2004 “Penelitian Penyebab RendahnyaRealisasi Investasi Di Berbagai Daerah dan Sektor yang Potensial”. BKPM,Jakarta.

Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Bekasi “Realisasi PMAdan PMDN”. BPPMD, Kabupaten Bekasi

Badan Pusat Statistik “Kabupaten Bekasi Dalam Angka”. Berbagai edisi. BPSBekasi.

Badan Pusat Statistik. “Jawa Barat Dalam Angka”. Berbagai edisi. BPS, Jakarta

Badan Pusat Statistik. “Statistik Industri Besar dan Sedang”. Berbagai edisi.Jakarta

Budianto, Eka. 1999 “Moral Industri, Laporan dan Renungan.Jakarta”. Pustaka

Sinar. Jakarta

Djakaria M. Nur. 2003. “Dampak Pembangunan Kawasan Industri di KabupatenBekasi Terhadap Alih Fungsi Lahan”. Jurnal Ekonomi Kependudukan[vol.iv].Jakarta

Ferdiyan, A. 2006 “Analisis Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap PertumbuhanInvestasi di Provinsi Jawa Barat [Skripsi]. Fakultas Ekonomi danManajemen. IPB. Bogor

Hamid, Abdul. 2007. “Panduan Penulisan Skripsi”, Jakarta: FEIS UIN Press

Hamja,Yahya. 2008 “Modul II Ekonometrika” Fakultas Ekonomi dan IlmuSosial,UIN Syahid Jakarta.

Page 113: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

96

Harjono, D. K. 2007 “Hukum Penanaman Modal” PT Raja Grafindo Persada:Jakarta

http//www.Organisasi.Org/Industri.10 Maret 2011 (Perpustaakaan OnlineIndonesia).

Insukindro. 2003 “Modul Pelatihan Ekonometrika”. UGM: Yogyakarta

Kartasapoetra.G 1997 “Pembentukan Perusahaan Industri”: Grafindo Persada:Jakarta

Kuncoro, Mudrajad. 2003 “Metode Untuk Bisnis dan Ekonomi”. Erlangga: Jakarta

Kuncoro, Mudrajat. 2001 “Ekonomi Pembangunan : Teori Masalah danKebijakan. UPP AMP YKPN : Yogyakarta

Kawengian, R.V.2002. “Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja DalamSektor Pertanian dan Sektor Industri Guna Menentukan StrategiPembangunan Irian Jaya [Makalah Falsafah Sains] UII.Yogyakarta.

Kleiner, Morris M dan Ham, Hwikwon. 2007 “Do Industrial RelationsInstitutions Influence Foreign Direct Investment.Evidence from OECDNations” Blackwell Publishing Vol.46. University of California. Unitedkingdom

Lukman.. 2007 “Modul I Praktikum Statistik Lab. Alat Analisis Kuantitatif.Semester Ganjil Tahun Akademik 2007/2008. UIN. Jakarta

Mulyadi, Julius A.1990. “Makro Ekonom”, Edisi Kedua, Erlangga.Jakarta

Octavianingsih A.R. 2006 “Analisis Pengaruh Upah Minimum KabupatenTerhadap Investasi, Penyerapan Tenaga Kerja, dan PDRB di KabupatenBogor” [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB. Bogor

Samuelson, Paul A. dan William D. Nordhaus (terj.).1993. “Pengantar Ekonomi”,Edisi Kedua belas, Erlangga.Jakarta

Sitompul, L.Novita. 2008 “Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga KerjaTerhadap PDRB Sumatera Utara” [skripsi]. Fakultas Ekonomi.UniversitasSumatera Utara

Sukirno, S. 1996 “Ekonomi Pembangunan”. Fakultas Ekonomi.UniversitasIndonesia (UI). Bina Cipta. Jakarta

Page 114: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

97

Sukirno, S. 2003 “Pengantar Teori Eonomi Makro”. Grafindo Persada, Jakarta

Suryatno.2003.“Hutang Luar Negeri, Penanaman Modal Asing (PMA), Ekspordan Peranan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahun 1975-2000”. JurnalEkonomi Pembangunan. Vol. 4, No.1.

Tejasari,M. 2008 “ Peranan Sektor Usaha Kecil dan Menengah DalamPenyerapan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi”. [Skripsi]Universitas Trisakti Jakarta

Teguh, Muhammad. 2000 “Metodologi Penelitian Ekonomi, Teori dan Aplikasi”.PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta

Widarjono, Agus.. 2007 “Ekonometrika: Teori Dan Aplikasi Untuk Ekonomi DanBisnis. Edisi Kedua”. Yogyakarta

Winarno, Wing Wahyu. 2007. “Analisis Ekonometrika dan Statistika denganEviews”, Yogyakarta

Wiranata, S.2004 “Pengembangan Investasi Di Era Globalisasi dan OtonomiDaerah”. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, Vol. XII (1)

Yee, F Linda dan Tuan, Chyau. 1997 “Evolving Outward Investment, IndustrialConcentration, and Technology Change: Implications for Hong Kong”Journal of Asian Economics Vol.8. JAI Press. Hongkong

Page 115: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

98

LAMPIRAN

Lampiran Meliputi:

1. Data Observasi Penelitian

2. Data Observasi Dalam Bentuk Logaritma

3. Uji Stasioneritas Data

4. Uji Derajat Integrasi

5. Uji Asumsi Klasik

6. Hasil Olah Data Regresi OLS

Page 116: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

99

LAMPIRAN 1

DATA MENTAH OBSERVASI PENELITIAN

Tahun

PDRB Industri

Pengolahan

(Milyar Rp)

PMA

(Milyar Rp)

PMDN

(Milyar Rp)

TK

(Ribu Orang)

1989 3.243.756,48 56.407,27 135.357,21 92.642

1990 4.085.122,79 64.855,47 129.454,02 125.974

1991 4.547.232,37 57.585,99 144.871,29 143.621

1992 5.581.926,32 75.798,37 520.368,86 111.343

1993 7.033.686,66 123.916,07 786.696,30 153.710

1994 15.861.620,33 329.283,73 1.073.214,05 149.402

1995 19.709.599,21 394.261,10 925.247,41 193.311

1996 22.711.532,66 2.073.412,28 683.397,99 132.353

1997 28.799.724,73 2.395.944,41 579.192,71 126.884

1998 16.623.714,32 1.977.966,42 231.507,59 100.665

1999 18.724.309,20 2.773.759,31 174.208,86 125.197

2000 22.088.501,39 5.384.610,75 194.691,72 118.038

2001 25.503.822,09 1.465.630.27 178.617,94 112.349

2002 27.092.769,10 2.507.871,42 620.321,73 117.772

2003 25.988.561,57 3.074.357,05 622.379,49 118.975

2004 28.554.447,65 3.300.133,52 785.224,35 176.557

2005 31.412.017,61 3.681.989,56 553.286,88 198.376

2006 33.198.553,20 4.074.821,49 747.566,61 217.113

2007 37.060.103,48 5.330.561,64 907.257,58 216.738

2008 35.043.950,21 3.329.910,41 510.501,24 213.838

2009 45.831.406,78 5.438.821,87 826.368,79 220.991

Page 117: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

100

LAMPIRAN 2

DATA OBSERVASI DALAM BENTUK LOGARITMA

Tahun LnINDSTR LnPMA LnPMDN LnTK

1989 14.99224 10.94035 11.81567 11.43650

1990 15.22286 11.07991 11.77108 11.74383

1991 15.33003 10.96102 11.88360 11.87493

1992 15.53504 11.23583 13.16229 11.62037

1993 15.76622 11.72736 13.57560 9.640238

1994 16.57941 12.70467 13.88617 11.91440

1995 16.79662 15.18735 13.73814 12.17206

1996 16.93838 14.54471 13.43483 12.33426

1997 17.17588 14.68929 13.26939 12.84492

1998 16.62634 14.49758 12.35237 11.51945

1999 16.74533 14.83571 12.06818 11.73764

2000 16.91057 15.49906 12.17917 11.30267

2001 17.05434 14.19780 12.09300 11.53614

2002 17.11478 14.73494 13.33799 11.67651

2003 17.07317 14.93861 13.33799 11.68667

2004 17.16732 15.00947 13.57372 12.08140

2005 17.26270 15.11896 13.22363 12.19792

2006 17.31802 15.22034 13.52458 12.28817

2007 17.42805 15.48897 13.71818 12.28644

2008 17.37211 15.01846 13.14315 12.27297

2009 17.64048 15.50907 13.62480 12.30588

Page 118: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

101

LAMPIRAN 3

UJI STASIONERITAS DATA

Uji Stasioneritas Pada Tingkat Level

1. LniNDSTR

PP Test Statistic -2.039824 1% CriticalValue*

-3.8067

5% Critical Value -3.019910% Critical Value -2.6502

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

2. LnPMA

PP Test Statistic -1.649546 1% CriticalValue*

-3.8067

5% Critical Value -3.019910% Critical Value -2.6502

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

3. LnPMDN

PP Test Statistic -2.103341 1% Critical Value* -3.80675% Critical Value -3.019910% Critical Value -2.6502

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

4. LnTK

PP Test Statistic -3.315216 1% Critical Value* -3.80675% Critical Value -3.019910% Critical Value -2.6502

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Page 119: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

102

LAMPIRAN 4

UJI DERAJAT INTEGRASI

Uji Stasioneritas Pada tingkat First Difference

1. LnIndstr

2. LnPMA

PP Test Statistic -4.673887 1% CriticalValue*

-3.8304

5% Critical Value -3.029410% Critical Value -2.6552

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

3. LnPMDN

PP Test Statistic -3.747937 1% CriticalValue*

-3.8304

5% Critical Value -3.029410% Critical Value -2.6552

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

4. LnTK

PP Test Statistic -6.447221 1% CriticalValue*

-3.8304

5% Critical Value -3.029410% Critical Value -2.6552

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

PP Test Statistic -3.851732 1% CriticalValue*

-3.8304

5% CriticalValue

-3.0294

10% CriticalValue

-2.6552

*MacKinnon critical values for rejection of hypothesis of a unit root.

Page 120: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

103

LAMPIRAN 5

Uji Asumsi Klasik

1. Hasil Uji Normalitas, Jarque-Bera Test

2. Hasil Uji Multikolinearitas, Correlation Matrix Test

LNPMA LNTK LNPMDN

LNPMA 1.000000 0.461522 0.429454LNTK 0.461522 1.000000 0.226360

LNPMDN 0.429454 0.226360 1.000000

0

2

4

6

8

-0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4

Series: ResidualsSample 1989 2009Observations 21

Mean -5.33E-15Median -0.031696Maximum 0.493675Minimum -0.537679Std. Dev. 0.199831Skewness -0.151207Kurtosis 5.003701

Jarque-Bera 3.592990Probability 0.165879

Page 121: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

104

3. Uji Heterokedastisitas, White Heteroskedastisitas Test

.

4. Uji Autokorelasi, Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 0.398147 Probability 0.911279

Obs*R-squared 5.159987 Probability 0.820145

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.719356 Probability 0.503125

Obs*R-squared 1.837914 Probability 0.398935

Page 122: ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19522/1/FAUZI... · Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat

105

LAMPIRAN 6

HASIL ESTIMASI REGRESI

Sumber: Data Sekunder yang diolah

Substituted Coefficients:

=====================

LNINDSTR = 0.3961076971*LNPMA + 0.1983984212*LNPMDN +

0.08690810641*LNTK + 7.534991674

Dependent Variable: LNINDSTR

Method: Least Squares

Sample: 1989 2009

Included observations: 21

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LNPMA 0.396108 0.034714 11.41072 0.0000

LNPMDN 0.198398 0.073423 2.702121 0.0151

LNTK 0.086908 0.086627 1.003249 0.3298

C 7.534992 1.170104 6.439593 0.0000

R-squared 0.937426 Mean dependent var 16.66904

Adjusted R-squared 0.926383 S.D. dependent var 0.798850

S.E. of regression 0.216748 Akaike info criterion -0.050523

Sum squared resid 0.798652 Schwarz criterion 0.148434

Log likelihood 4.530492 F-statistic 84.89212

Durbin-Watson stat 2.044503 Prob(F-statistic) 0.000000