analisis pengambilalihan pt indosat tbk dari asia...
TRANSCRIPT
i
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PENGAMBILALIHAN PT INDOSAT TBK DARI ASIA MOBILE HOLDINGS PTE LTD KE QATAR TELECOM Q.S.C DITINJAU DARI PERATURAN BIDANG PERSAINGAN
USAHA DAN PASAR MODAL
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum
CELIA R 0505000546
FAKULTAS HUKUM PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
KEKHUSUSAN HUKUM TENTANG KEGIATAN EKONOMI DEPOK, JUNI 2009
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi/Tesis/Disertasi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : CELIA R NPM : 0505000546 Tanda Tangan : ............................... Tanggal : 27 Juni 2009
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh Nama : Celia R NPM : 0505000546 Program Studi : S-1 Judul Skripsi : ANALISIS PENGAMBILALIHAN PT INDOSAT
TBK DARI ASIA MOBILE HOLDINGS PTE LTD KE QATAR TELECOM Q.S.C DITINJAU DARI PERATURAN BIDANG PERSAINGAN USAHA DAN PASAR MODAL
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Program Kekhususan IV (Hukum Tentang Kegiatan Ekonomi), Fakultas Hukum, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Arman Nefi (.............................................) Pembimbing : Ditha Wiradiputra (.............................................) Penguji : Akhmad Budi Cahyono (.............................................) Penguji : Rosewitha Irawaty (.............................................) Ditetapkan di : Depok Tanggal : 27 Juni 2009
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Skripsi yang berjudul “Analisis Pengambilalihan PT Indosat Tbk dari
Asia Mobile Holdings Pte. Ltd ke Qatar Telecom Q.S.C Ditinjau Dari Peraturan
Bidang Persaingan Usaha Dan Pasar Modal” memaparkan mengenai proses
akuisisi PT Indosat, Tbk berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat serta aturan-aturan Pasar
Modal (UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan Peraturan-Peraturan
Badan Pengawas Pasar Modal). Untuk mengetahui apakah akuisisi tersebut telah
sesuai dengan peraturan-peraturan tersebut.
Tak lupa ucapan terimakasih kepada mereka semua yagn telah membantu
memberikan materi bahan skripsi ini, memberi semangat, dan doa hingga
terselesaikannya skripsi ini, yaitu:
1. Kepada Mama yang selalu mendoakan dan memberikan semangat, walau
terkadang terdengar bawel dikuping jadi sering diketusin.
2. Kepada (Alm) Papa, seorang teman diskusi yang menyenangkan, dan orang
pertama yang mengatakan bahwa ilmu hukum adalah pilihan yang sangat
baik untuk pendidikan saya setelah lulus SMA.
3. Kepada Pamela Dwirahmariany (Meme), adikku, yang jauh di Bandung.
Walau jarang menyemangati tapi dengan melihat dia, membuat saya terpacu
untuk segera menyelesaikan kuliah dengan tepat waktu (supaya tidak
disusul).
4. Kepada Bapak Arman Nefi selaku Pembimbing I dan juga dosen MPKT,
yang telah memberikan ide mengenai topik skripsi ini dan juga telah
memberikan opini-opininya.
5. Kepada Bang Ditha selaku Pembimbing II, yang telah menyediakan waktu
dan opininya sehingga memberikan saya ide untuk menulis.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
v
6. Kepada Uni Lia, Uni Upiek, Uda Angky, Hakeem dan Helmi. Maaf karena
skripsi jadi jarang muncul di Jalan Ciniru IV No. 8.
7. Kepada Prastha Radhityo Pontjowinoto, yang dengan sabar menemani dan
membantu saya, baik di saat senang ataupun susah. Memberi lasagna,
pasokan tv series, dan senyumannya untuk menghibur saya. Semoga
semakin semangat belajarnya dan cepat bekerja.
8. Kepada sahabat-sahabat yang selalu memberi semangat. Aulia Putri
Dewita, Puspa Dwi Jayanti, Hanny Softly, Shasha Disyacitta, Ade Putra,
Abdullah Husein, Abdul Hakim dan Calvin Soeleman.
9. Teman-teman seperjuangan FHUI 2005. Adisti Mayora, Dwinanda
Febriany, Bunga Fitri Wijayanti, Talita Tamara, Rizky Beta Puspitasari,
Allysthia Renty, Nadia Achmad, Niken Nindya, Alamanda Vania, Ratih
Indriastuti, Pramastuti K, Teguh Arwiko, dan Ferhat Afkar dll.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Celia R NPM : 050500546 Program Kekhususan : IV (Hukum Tentang Kegiatan Ekonomi) Fakultas : Ilmu Hukum Jenis karya : Skripsi demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : ANALISIS PENGAMBILALIHAN PT INDOSAT TBK DARI ASIA MOBILE HOLDINGS PTE LTD KE QATAR TELECOM Q.S.C DITINJAU DARI PERATURAN BIDANG PERSAINGAN USAHA DAN PASAR MODAL beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok Pada tanggal : 27 Juni 2009
Yang menyatakan
( Celia Rahmariany )
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii KATA PENGANTAR…………………………………………………............... iv HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ……………..... vi ABSTRAK .…………………………………………………………………...... vii DAFTAR ISI ………………………………………………………….............. viii DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………......... x DAFTAR TABEL .... ………………………………………………………........ xi DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xii 1. PENDAHULUAN …………………………………………..…....................... 1 1.1 Latar Belakang ……………………………………………....................... 1 1.2 Perumusan Masalah …………………………………………………....... 4 1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………………....... 4 1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………………......... 4 1.5 Batasan Penelitian ……………………………………………………...... 5 1.6 Definisi Operasional ..............………………………………………........ 5
1.7 Metode Penelitian ...................................................................................... 7 1.8. Sistimatika Penulisan ................................................................................. 9
2.KONSEP LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN
USAHA TIDAK SEHAT ……………………………………………….... 10 2.1 Sejarah dan Latar Belakang Larangan Undang-Undang Persaingan
Usaha....................................................................................................... 10 2.2 Tujuan Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat…......................................…..…………………………................ 13 2.3 Praktik Monopoli ..……………............................................................... 13 2.4 Penyalahgunaan Posisi Dominan ….………………………..................... 21 3. ASPEK HUKUM DALAM AKUISISI SAHAM DAN PENAWARAN
TENDER ………………………………..............…..................................... 26 3.1 Akuisisi ..................................................................................................... 26
3.1.1 Bentuk-Bentuk Akuisisi..................................................................... 29 3.1.2 Latar Belakang Pelaksanaan Kegiatan Akuisisi................................. 32 3.1.3 Akuisisi Menurut Hukum Persaingan Usaha .................................... 36 3.1.4 Aspek Hukum Akuisisi Dalam Peraturan Bapepam ......................... 46
3.2. Penawaran Tender ..................................................................................... 49 3.2.1 Alasan dan Tujuan Penawaran Tender ............................................... 51 3.2.2 Pengaturan Penawaran Tender............................................................ 54
3.2.2.1 Ruang Lingkup Pengaturan Penawaran Tender di Indonesia.. 54 3.2.2.2 Penawaran Tender Dengan Sukarela...................................... 55 3.2.2.3 Penawaran Tender Akibat Akuisisi........................................ 58 3.2.2.4 Pemilikan Saham Secara Bertahap......................................... 61 3.2.2.5 Peraturan Yang Berlaku Pada Penawaran Tender.................. 62
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
viii
3.2.3 Pengaturan Penawaran Tender di Amerika Serikat............................ 64 3.2.3.1 Pengaturan di Tingkat Federal................................................ 65 3.2.3.2 Pengaturan di Tingkat Negara Bagian..................................... 66
4. ANALISIS PENGAMBILALIHAN PT INDOSAT TBK .......................... 68
4.1 Pelaksanaan Akuisisi Saham PT Indosat Tbk oleh Qatar Telecom...................................................................................................... 68
4.2 Pelaksanaan Akuisisi Saham PT Indosat Tbk oleh Qatar Telecom Q.S.C Ditinjau dari Undang-Undang No. 5 tahun 1999 tentang Larangan
Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat............................... 73 4.2.1 Kaitannya dengan Kasus Kepemilikan Silang Temasek.................... 76
4.3 Akuisisi Saham PT Indosat Tbk oleh Qatar Telecom Q.S.C Ditinjau dari Peraturan Bapepam..................................................................................... 76
4.3.1 Penawaran Tender .............................................................................. 77 4.4 Pasca Pelaksanaan Penawaran Tender........................................................ 86
5. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 94
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 94 5.2 Saran ......................................................................................................... 95
DAFTAR REFERENSI ................................................................................... 96
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
ix
DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1. Struktur Kepemilikan Saham Indosat Sebelum Penyelesaian
Transaksi SPA ................................................................................ 69 Gambar 4.2. Struktur Kepemilikan Saham Indosat Setelah Penyelesaian Transaksi SPA ................................................................................. 70 Gambar 4.3 Struktur Kepemilikan Saham Indosat Pasca Penawaran Tender..... 86 Gambar 4.4. Peta Persaingan Telekomunikasi Seluler Indonesia 2007-2008...... 88 Gambar 4.5. Gambar Kinerja Per-segment.......................................................... 91 Gambar 4.6. Pertumbuhan Pelanggan dan Pendapatan Qatar Telecom................ 92
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
x
DAFTAR TABEL Tabel 4.1. Tiga Besar Pelaku Usaha GSM di Indonesia ...................................... 75 Tabel 4.2. Hasil Q3 Indosat Tahun 2008............................................................. 90
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Para Pihak Terkait dalam Transaksi Sale Purchase Agreement Lampiran 2 Persyaratan Tender Offer Indosat Lampiran 3 Pernyataan Penawaran Tender Indosat
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
vii
ABSTRAK
Nama : Celia R Program Studi : Ilmu Hukum Judul : Analisis Pengambilalihan PT Indosat Tbk dari Asia Mobile
Holdings Pte. Ltd ke Qatar Telecom Q.S.C Ditinjau Dari Peraturan Bidang Persaingan Usaha Dan Pasar Modal
Skripsi ini membahas pengambilalihan PT Indosat Tbk oleh Qatar Telecom. Dimana Qatar Telecom mengambil alih seluruh saham Indonesia Communications Limited dan Indonesia Communications Pte. Ltd dari Asia Mobile Holdings Pte. Ltd yang merupakan pemegang saham pengendali di Indosat. Pengambilalihan tersebut mengakibatkan perubahan pengendalian Indosat. Tujuan penulisan untuk mengetahui apakah akusisi ini telah sesuai dengan UU No.5 Tahun 1999 dan prosedur hukum pasar modal. Penulisan berdasarkan penelitian normatif. Hasil penelitian menyatakan tidak ada pelanggaran UU No.5 Tahun 1999 dan sesuai prosedur pengambilalihan perusahaan terbuka menurut hukum pasar modal, meskipun terdapat keterlambatan pelaksanaan Penawaran Tender dikarenakan negosiasi kesepakatan jumlah maksimal kepemilikan saham. Kata Kunci: Akuisisi, Monopoli, Posisi Dominan, Penawaran Tender, Saham.
ABSTRACT Name : Celia R Program of study : Law Title : Analysis on PT Indosat, Tbk’s Acquisition from Asia Mobile
Holdings Pte. Ltd to Qatar Telecom Q.S.C according to Competition and Capital Market Law
This normative research thesis is to analyze the acquisition of PT Indosat Tbk by Qatar Telecom through acquisition of Indonesia Communications Limited and Indonesia Communications Pte. Ltd from Asia Mobile Holdings Pte. Ltd, the controlling shareholders of PT Indosat Tbk. The purposes of this thesis are to observe whether the acquisition is in accordance with the UU No. 5 Tahun 1999 and procedure on capital market regulations. The research shows that the acquisition is not violating both of regulations. Albeit the postponed on the implementation of Tender Offer because of the negotiation on maximum amount of share ownership by foreign investor. Keywords: Acquisition, Dominant Position, Monopoly, Shares, Tender Offer.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Industri telekomunikasi termasuk salah satu industri yang cukup vital bagi
kepentingan negara. disamping fungsinya sebagai alat informasi (telekomunikasi)
juga merupakan salah satu perangkat pemersatu nusantara dan urat nadi
perekonomian. Industri telekomunikasi merupakan industri yang sedang trend
karena berkembangnya telekomunikasi menghasilkan tingginya intensitas
berkomunikasi dan berbisnis, akibatnya kemudian menjadikan industri ini sangat
besar nilai ekonominya.1
Hampir satu dekade telekomunikasi Indonesia memasuki sejarah baru.
Lewat Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, sektor ini
resmi menanggalkan privilege monopolinya untuk segera bertransisi ke era
kompetisi. Kompetitor baru pun diundang masuk menjadi operator jaringan
maupun jasa disektor ini. Banyak kalangan menyambut lahirnya Undang-Undang
Telekomunikasi tersebut. Apalagi di tahun itu lahir juga Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat.2
Dahulu sektor telekomunikasi hanya dikuasai oleh PT TELKOM dan PT
INDOSAT, sehingga kedua BUMN ini selalu digambarkan memiliki kedudukan
duopoli, yang menyelenggarakan telekomunikasi bukan berdasarkan keunggulan
kinerja usaha mereka dalam menyelenggarakan jasa telekomunikasi, tetapi
1 Yuwono Triatmodjo, “Kepemilikan Saham Industri Telekomunikasi Harus Dibatasi” Business News (14 Juli 2007). 2 BRTI, “Latar Belakang BRTI,” http://www.brti.or.id/index.php?mod=site&site=ab out, diakses tanggal 11 September 2008.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
2
didasarkan kepada hak eksklusifitas.3 Oleh karena kebijakan pemerintah terdahulu
yang mengakibatkan duopoli berlangsung di sektor telekomunikasi, maka banyak
kalangan menginginkan masuknya investor-investor baru untuk meramaikan
sektor telekomunikasi agar terjadi persaingan usaha yang sehat dan menimbulkan
efek pada tarif telepon menjadi lebih murah dan kualitas pelayanan lebih baik.4
Keinginan ini akhirnya terlaksana dengan adanya UU No. 36 Tahun 1999 tentang
Telekomunikasi, yang membuka pintu bagi investor-investor asing menanamkan
modalnya di sektor industri telekomunikasi.
Sampai saat ini terdapat beberapa investor asing yang menanamkan
modalnya di sektor telekomunikasi di Indonesia, seperti Singtel di Telkomsel
(35%)5, Etisalat di PT Excelcomindo Pratama, Tbk atau XL (16%)6, Saudi
Telecom dan Maxis Communications di Axis (51% dan 44%)7, Qatar Telecom
melalui ICL di Indosat (40,81%).8 Sedangkan investor lokal hanya PT Telkom,
Tbk di Telkomsel (65%).9
Dengan bermunculan investor-investor asing yang memasukan modalnya di
sektor telekomunikasi, kini bermunculan pula masalah dari kepemilikan saham
investor asing ini. Salah satunya yang banyak diberitakan adalah kasus
Temasek10, kasus ini sangat besar dan menarik. Berawal ketika BUMN Singapura
ini membeli Telkomsel melalui anak perusahaannya, Singapore Telecom Mobile
(Singtel), sebesar 12,7% pada April 2002. Tahun berikutnya, kepemilikan Singtel
di Telkomsel meningkat menjadi 35%. Namun kemudian di tahun yang sama, 3 Rakhmat Hadi Sucipto, “Kompetisi Bisnis Telekomunikasi, Siapa Takut?” REPUBLIKA (4 Januari 2001). 4 Ibid. 5 Telkomsel, “Shareholder”, http://www.telkomsel.com/web/shareholder, (diakses pada 13 September 2008). 6 XL, “Hubungan Investor”, http://www.xl.co.id/HubunganInvestor/ProfilXL/Peme gangSaham.aspx, (diakses pada 13 September 2008). 7 Indonesian-information.blogspot.com/2008/04/axis-nts-lippo-telecom.html (diakses pada 25 September 2008). 8 Indosat, “Major Shareholders,” http://www.Indosat.com/Investor_Relations/Inves tor_Relations/Major_Shareholders, (diakses pada 4 Maret 2009). 9 Telkomsel, “Shareholders,” http://www.telkomsel.com/web/shareholder, (diakses pada 4 Maret 2009). 10 Temasek adalah salah satu kendaraan investasi pemerintah Singapura, dimana Departemen Keuangan menjadi pemegang saham tunggal dari Temasek Holding.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
3
Singapore Technologies Telemedia (ST Telemedia) yang juga merupakan anak
perusahaan Temasek, membeli saham Indosat sebesar 41,9%.11
Proses divestasi Indosat ini disayangkan oleh banyak pihak karena tidak
memasukan pendapatan negara yang cukup signifikan dan dianggap telah
membiarkan adanya “penjajahan melalui ekonomi”.12 Bahkan banyak kalangan,
khususnya dikalangan DPR, yang berharap pemerintah Indonesia dapat
melakukan buy back pada saham STT di Indosat.13
Opini publik yang bermunculan, di satu sisi banyak yang beranggapan
untuk tidak melanjutkan kasus ini karena ditakutkan akan menimbulkan
ketidakpastian hukum yang bisa mengganggu minat investor asing di Indonesia.
Di sisi lain beranggapan bahwa dengan adanya kasus ini maka Temasek melalui
anak perusahaannya akan melepas sahamnya di salah satu perusahaan tersebut
agar tidak terjadi monopoli dan kepemilikan silang, karena pelanggaran yang
dilakukan Temasek terutama pada Pasal 27 butir a dan Pasal 17 Ayat (1) Undang-
Undang No. 5 Tahun 1999.
Namun ditengah pemeriksaan kasasi kasus kelompok usaha Temasek oleh
Mahkamah Agung, STT Communications Ltd, salah satu kelompok usaha
Temasek, melepas 75% sahamnya di Asia Mobile Holding Pte. Ltd kepada Qatar
Telecom Q.S.C. Dimana Qatar Telecom Q.S.C mengakuisisi 100% saham
Indonesia Communications Pte. Ltd dan Indonesian Communications Limited
yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Asia Mobile Holdings Pte. Ltd.14
Akibat dari pengakuisisian Indonesia Communications Pte. Ltd dan
Indonesian Communications Limited oleh Qatar Telecom Q.S.C tersebut
menyebabkan perubahan pemegang saham pengendali di PT Indosat Tbk. Hal ini
dikarenakan, Indonesia Communications Pte. Ltd dan Indonesian
Communications Limited yang sebelumnya dimiliki oleh Asia Mobile Holdings
Pte Ltd, merupakan pemegang saham pengendali di PT Indosat Tbk, dengan
11 Agus S. Riyanto. “Kemelut di Injury Time,” Trust (September 2007): 10. 12 “Menggugat Kembali Disvestasi Indosat, Divestasi yang merugikan,” SUARA PEMBARUAN (25 Maret 2006). 13 Rikando Somba, “Buy Back Indosat Tergantung STT,” http://www.sinarharapan. co.id/berita/0601/06/eko06.html, (diakses pada 4 Maret 2009). 14 Ibid: 104.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
4
memiliki 40,81% saham di PT Indosat Tbk. Sehingga dari akuisisi tersebut terjadi
perubahan pengendali perusahaan, yaitu dari Asia Mobile Holdings Pte. Ltd
kepada Qatar Telecom Q.S.C.
Hal ini memunculkan polemik karena transaksi akusisi tersebut dilakukan
pada saat kasus kepemilikan silang kelompok usaha Temasek sedang dalam
pemeriksaan di tingkat kasasi oleh Mahkamah Agung.15
Diharapkan dari penelitian ini penulis dapat menganalisis mengenai
pengaturan mengenai pengambilalihan atau akuisisi diantara pelaku usaha
menurut peraturan perundang-undangan di bidang persaingan usaha dan prosedur-
prosedur dalam akusisi menurut peraturan di bidang pasar modal, khususnya
dalam transaksi akuisisi PT Indosat ini.
1.2. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi pokok permasalah dalam penulisan skripsi ini adalah:
a. Apakah pengambilalihan yang dilakukan oleh Qatar Telecom pada PT
Indosat, Tbk tidak melanggar ketentuan hukum persaingan usaha?
b. Bagaimana proses yang harus ditempuh oleh Qatar Telecom dalam
mengambilalih PT Indosat, Tbk menurut hukum pasar modal?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui dan menganalisa apakah pengambilalihan yang dilakukan
oleh Qatar Telecom pada PT Indosat, Tbk melanggar ketentuan hukum
persaingan usaha.
b. Mengetahui proses apa saja yang harus ditempuh oleh Qatar Telecom
dalam mengambilalih PT Indosat, Tbk menurut hukum pasar modal.
1.4. Manfaat Penelitian
a. Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan sumbangan bagi
pengembangan ilmu hukum.
15 Ibid.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
5
b. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
semakin memperluas wawasan pemikiran mengenai masalah persaingan
usaha dan pasar modal, khususnya mengenai pengambilalihan saham.
1.5. Batasan Penelitian
Untuk mempermudah penelitian maka diperlukan adanya pembatasan
masalah. Adapun batasan penelitian ini adalah hanya terhadap “Pengambilalihan
saham yang dilakukan oleh Qatar Telecom terhadap saham Singapore
Techonologies Telemedia di Asia Mobile Holding yang berakibat pada akuisisi
PT Indosat, Tbk.” Dan ruang lingkup bidang yang dibahas hanya berdasarkan
pada hukum persaingan usaha dan hukum pasar modal.
1.6. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini digunakan beberapa istilah yang berkaitan dengan
objek penelitian, untuk menghindari berbagai penafsiran atas istilah-istilah yang
digunakan. Dibawah ini adalah beberapa istilah definisi operasional:
a. Konsumen adalah setiap pemakai dan atau pengguna barang dan atau jasa
baik untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk kepentingan pihak lain.
(Pasal 1 butir 15 Undang-Undang No.5 tahun 1999 tentang Larangan
Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat).
b. Monopoli adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan
atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu
kelompok pelaku usaha. (Pasal 1 butir 1 Undang-Undang No.5 tahun
1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat).
c. Penawaran Tender adalah adalah penawaran melalui Media Massa untuk
memperoleh Efek Bersifat Ekuitas dengan cara pembelian atau pertukaran
dengan Efek lainnya. (Keputusan Bapepam No. 04/PM/2002, Peraturan
IX.F.1 tentang Penawaran Tender).
d. Pengambilalihan atau Akuisisi adalah perbuatan hukum yang dilakukan
oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih saham
Perseroan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas Perseroan
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
6
tersebut. (Pasal 1 angka 11 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas)
e. Pengambilalihan Perusahaan Terbuka adalah tindakan, baik langsung
maupun tidak langsung, yang mengakibatkan perubahan Pengendali
Perusahaan Terbuka. (Keputusan Bapepam Nomor 259/BL/2008,
Peraturan IX.H.1 tentang Pengambilalihan).
f. Pengendali Perusahaan Terbuka adalah :
i. Pihak yang memiliki saham 50% (lima puluh perseratus) atau lebih,
kecuali pihak tersebut dapat membuktikan tidak mengendalikan
Perusahaan Terbuka; atau
ii. Pihak yang mempunyai kemampuan, baik langsung maupun tidak
langsung untuk mengendalikan Perusahaan Terbuka dengan cara:
menentukan diangkat dan diberhentikannya direksi atau
komisaris; atau
melakukan perubahan anggaran dasar Perusahaan
Terbuka.Perusahaan Terbuka adalah Perusahaan Publik atau
Perusahaan yang telah melakukan PenawaranUmum saham atau
Efek Bersifat Ekuitas lainnya.
(Keputusan Bapepam Nomor 259/BL/3008, Peraturan IX.H.1 tentang
Pengambilalihan).
g. Persaingan usaha Tidak Sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa
yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau
menghambat persaingan usaha. (Pasal 1 butir 6 Undang-Undang No.5
tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat).
h. Praktik monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih
pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau
pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan
persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.
(Pasal 1 butir 2 Undang-Undang No.5 tahun 1999 tentang Larangan
Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat).
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
7
i. Posisi dominan adalah keadaan dimana pelaku usaha tidak mempunyai
pesaing yang berarti di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa
pasar yang dikuasai, atau pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi di
antara pesaingnya di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan kemampuan
untuk menyesuaikan pasokan atau permintaan barang atau jasa tertentu
(Pasal 1 butir 4 Undang-Undang No.5 tahun 1999 tentang Larangan
Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat).
1.7. Metode Penelitian
1.7.1. Jenis Penelitian
Penulis melakukan penyusunan penelitian dengan menggunakan metode
pendekatan yuridis normatif,16 yakni penelitian hukum yang berbasis atau
mengacu kepada kaidah-kaidah atau norma-norma hukum yang terdapat dalam
peraturan perundang-undangan. Metode ini mempergunakan data sekunder yang
berupa hukum positif dan bahan-bahan kepustakaan seperti buku-buku, karya
ilmiah, dan makalah seminar, serta bahan-bahan terkait yang didapat Penulis
dengan membaca majalah-majalah, jurnal-jurnal, surat kabar, kamus, bahan-bahan
bacaan lepas lainnya, serta dengan mengakses beberapa situs website melalui
internet. Metode yuridis normatif ini dipergunakan untuk memahami kenyataan
yang ada dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan yang ada.
1.7.2. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi penelitian yang dipergunakan adalah deskriptif analitis, yaitu
dengan menggambarkan suatu obyek permasalahan yang berupa fakta-fakta dalam
sektor telekomunikasi, pada lingkup Hukum Anti Monopoli dan Persaingan
16 Penelitian hukum normative terdiri dari: 1. Penelitian terhadap asas-asas hukum; 2. Penelitian terhadap sistematika; 3. Penelitian terhadap taraf sinkronisasi vertikal dan horizontal; 4. Perbandingan hukum; 5. Sejarah hukum (Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normative: Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Rajawali, 1986, hal.15). sedangkan Soetandyo Wingyosubroto menggunakan istilah penelitian hukum doktrinal. Penelitian ini terdiri dari: 1. Penelitian yang berupa usaha inventarisasi hukum positif; 2. Penelitian yang berupa usaha penemuan asas-asas dan dasar falsafah (dogma atau doktrin) hukum positif; 3. Penelitian yang berupa usaha penemuan hukum in concreto yang layak diterapkan untuk menyelesaikan suatu perkara hukum tertentu. (lihat: Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawali, 1998, hal.43).
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
8
Usaha, dan Hukum Pasar Modal. Selanjutnya peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan terkait dengan obyek permasalahan yang dipergunakan untuk
menganalisis obyek permasalahan yang diteliti, kemudian dihubungkan dengan
teori-teori dan asas-asas hukum serta praktik-praktik yang terjadi dalam lingkup
Hukum Anti Monopoli dan Persaingan Usaha dan Hukum Pasar Modal.
1.7.3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data sehubungan dengan skripsi ini dilakukan oleh Penulis
dengan melalui teknik Penelitian Kepustakaan (library research), yaitu
mengumpulkan data-data sekunder hukum.17 yang terdiri dari:
a. Bahan-bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan terkait, misalnya:
Undang-undang tentang Hukum Perusahaan;
Undang-undang tentang Hukum Anti Monopoli dan
Persaingan Usaha;
Undang-undang tentang Hukum Pasar Modal;
Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal;
Peraturan Presiden
Keputusan Presiden;
Keputusan Menteri.
b. Bahan-bahan hukum sekunder berupa bahan-bahan yang erat
hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat dipergunakan untuk
menganalisis bahan hukum primer, seperti buku-buku, karya ilmiah,
tulisan para ahli hukum dan makalah hasil seminar, serta dokumen-
dokumen lainnya yang memiliki relevansi yang signifikan dengan
penelitian ini.
c. Bahan-bahan hukum tersier berupa majalah, jurnal, surat kabar, kamus
hukum, kamus bahasa Indonesia serta bahan-bahan yang didapat dengan
cara mengakses beberapa situs website melalui internet. 17 Apabila data sekunder ternyata dirasakan masih kurang, peneliti dapat mengadakan wawancara kepada narasumber atau informan untuk menambah informasi atas penelitiannya, dalam Sri Mamudji, et al. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005),hal.22.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
9
1.8. Sistimatika Penulisan
Bab satu dengan judul “Pendahuluan” akan memberikan pandangan umum
tentang penulisan skripsi ini. Dalam pendahuluan berisikan latar belakang
masalah, pokok permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan
penelitian, definisi operasional, dan sistematika penulisan.
Bab kedua dengan judul “Konsep Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.” Dalam bab ini akan dibahas mengenai sejarah,
latar belakang dan tujuan munculnya hukum yang mengatur mengenai persaingan
usaha di beberapa negara, khususnya Indonesia. Kemudian dibahas juga mengenai
Praktik Monopoli dan Penyalahgunaan Posisi Dominan.
Bab ketiga dengan judul “Aspek Hukum Dalam Akuisisi Saham Dan
Penawaran Tender.” Dibahas mengenai makna akuisisi dan latar belakang dalam
melakukan akusisi, dijelaskan juga mengenai macam dan bentuk akuisisi.
Dijelaskan pula mengenai tata cara pelaksanaan akuisisi menurut peraturan
perundang-undangan, yaitu: UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, serta peraturan di bidang pasar
modal (peraturan Bapepam). Kemudian diterangkan mengenai penawaran tender.
Mengenai makna dan latar belakang dalam melakukan akuisisi, prosesnya, serta
aturan hukumnya di Indonesia. Dengan membahas mengenai aturan penawaran
tender di Amerika Serikat.
Bab keempat ini berjudul “Analisis Pengambilalihan PT Indosat, Tbk”
membahas mengenai proses akuisisi tersebut, dengan menjabarkan terlebih dahulu
para pihak yang terkait serta hubungannya. Kemudian dibagi pembahasannya,
yaitu tinjauan hukum persaingan usaha dan tinjauan hukum pasar modal. Dalam
bab ini terdapat tabel dan gambar yang dapat mendukung penelitian ini.
Bab Kelima berjudul “Penutup”. Bab ini akan membahas mengenai
kesimpulan dan saran-saran dari hasil penulisan skripsi ini.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
10
BAB 2
KONSEP LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN
USAHA TIDAK SEHAT
2.1. Sejarah dan Latar Belakang Larangan Undang-Undang Persaingan
Usaha
Beberapa negara telah mengatur rambu-rambu persaingan usaha dalam
hukum nasionalnya. Dibandingkan dengan sejarah instrumen hukum yang lain,
sejarah instrumen hukum persaingan usaha ini relatif baru.1
Di Amerika Serikat, larangan mengenai praktik monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat diatur dalam kumpulan undang-undang yang disebut Antitrust
Law, yang terdiri dari: Sherman Act 1890, Clayton Act 1914, Federal Trade
Comission Act 1914, dan Robinson-Patman Act 1930.2
Sherman Act 1890 yang dianggap sebagai “Magna Charta of Free
Enterprise” diundangkan sehubungan dengan meluasnya kartelisasi3 dan
monopolisasi. Pasal 1 (satu) mengatur mengenai larangan menghambat kegiatan
usaha (restrain of trade), yang berbunyi:
“Every contract, combination in the form of trust or otherwise, or conspiracy, in restraint of trade or commerce among the several state, or with foreign nations, is hereby declared to be illegal. Every person who shall make any contract or
1 Munir Fuady, Hukum Antimonopoli: Menyonsong Era Persaingan Sehat, cet. 2 Sutan Remy Sjahdeini, “Latar Belakang, Sejarah, dan Tujuan UU Larangan Monopoli,” Jurnal Hukum Bisnis Vol.19 (2002): 6. 3 Beberapa contoh kartel bisnis raksasa di Amerika Serikat adalah: Standard Oil (1879), Cotton Oil Trust (1884), Linseed Oil (1885), Sugar Trust, Whiskey, Envelope, Cordage, Oil Cloth, Paving-Pitch, School Slate, Chicago Gas, St. Louis Gas, dan New York Meat (1887). Lihat Fuady, Op.Cit., hal.38.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
11
engage in any combination or conspiracy hereby declared to be illegal shall be deemed guilty of a felony.”4 [setiap perjanjian, penggabungan dari bentuk trust atau sebaliknya, atau persekongkolan, dalam menahan perdagangan dan perniagaan diantara beberapa negara, atau dengan bangsa asing, dengan ini dinyatakan illegal/tidak sah. Setiap orang yang akan membuat perjanjian atau terlibat dalam segala bentuk gabungan atau kombinasi dengan ini dinyatakan illegal/tidak sah dan dianggap sebagai kejahatan]5
Sedangkan pasal 2 (dua) mengatur mengenai larangan kegiatan monopoli dan
antikompetisi, yang berbunyi: “Every person who shall monopolize, or attempt to monopolize, or combine or conspire with any other person or persons, to monopolize any part of the trade or commerce among the several States, or with foreign nations, shall be deemed guilty of a felony.”6 [setiap orang yang memonopoli, atau percobaan memonopoli, atau bergabung atau bersekongkol dengan seseorang atau beberapa orang, untuk memonopoli suatu perdagangan atau perniagaan diantara beberapa negara, atau dengan bangsa asing, dianggap melakukan kejahatan]7
Pada tahun 1914, Kongres Amerika Serikat mengundangkan Clayton Act
untuk memperkuat Sherman Act dalam yang diatur dalam pasal 7 (tujuh)
mengenai premerger notification.8 Serta secara khusus ditujukan kepada praktik-
praktik yang bersifat ofensif (offensive practices) termasuk price discrimination,
diatur dalam pasal 2 (dua), yang kemudian diubah pada Robinson-Patman Act.9
Di Inggris kebutuhan untuk mengatur larangan mengenai praktik monopoli
dan persaingan usaha tidak sehat telah dirasakan jauh sebelum Amerika Serikat
mengundangkan Antitrust Law. Putusan pengadilan yang pertama di Inggris
mengenai larangan menghambat kegiatan usaha bahkan sudah dilahirkan pada
tahun 1414 yang dikenal dengan Dyer’s Case.10
4 Justice Marshall, United State v. Topco Associates, Inc., 405 U.S. 596, 92 S.Ct. 1126, 31 L.Ed.2d 515 (1972) 5 terjemahan bebas penulis. 6 15 U.S.C 2, Section 2 7 terjemahan bebas penulis. 8 Henry R. Cheeseman, Business Law: The Legal, Ethical, and International Environment, Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey 07632, pp.1086. 9 Sjahdeini, Op.Cit. 10 Eleanor M. Fox and Lawrence A. Sullivan, Cases and Materials on Antitrust, St. Paul Minn, West Publishing Company, 1989, p. 347.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
12
Di Jepang, pertama kali aturan persaingan hukum dituangkan dalam Shiteki
dokusen no kinshi oyobi kosei torihiki ni kansuru horitsu (Law Concerning the
Prohibiton of Private Monopoly and Preservation of Fair Trade) dengan
beberapa kali perubahan.
Di Indonesia, wacana mengenai pembentukkan undang-undang yang
mengatur mengenai larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat
telah muncul sejak tahun 1980-an.11 Namun pada masa Orde Baru, peranan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) sangatlah besar saat itu. Kompetisi sangat terbatas
dan ekonomi didominasi oleh Pemerintah dalam bidang kepemilikan dan
kebijakan intervensi. Bahkan setelah penandatanganan Asean Free Trade
Agreement (AFTA) pada 1992 dan Asia Pacific Economic Cooperation pada
1994, pemerintah masih memberikan proteksi secara khusus dan tidak transparan
kepada kelompok atau grup tertentu. Bentuk proteksi tersebut beraneka ragam,
antara lain: monopoli, penciptaan hambatan masuk ke pasar (entry barrier),
penentuan wilayah pemasaran, dan penentuan kuota. Selain proteksi dari
pemerintah, ketiadaan perangkat hukum persaingan usaha ini salah satunya juga
disebabkan dari penafsiran pasal 33 UUD 1945 pada saat itu, dimana free fight
liberalism sering dianggap bertentangan dengan tujuan nasional di bidang
demokrasi.12
Tuntutan agar Indonesia mempunyai perangkat undang-undang yang
mengatur persaingan usaha muncul pada tahun 1990, di kantor Menko Ekuin dan
Menteri Kehakiman. Kemudian tuntutan ini juga muncul dari sektor swasta
sebagai tanggapan atas semakin meningkatnya peraturan-peraturan yang
membatasi kegiatan bisnis dengan instrumen yang tidak jelas dan kaku.13 Sektor
swasta sulit untuk mengembangkan usahanya karena mitra usaha asing tidak
merasa terlindungi akibat ketiadaan peraturan perundang-undangan yang
mengatur persaingan usaha. Namun pada saat itu, tuntutan-tuntutan tersebut tidak
mendapat tanggapan. Barulah kemudian di bawah kerjasama moneter dengan 11 Didik J. Rachbini, “Antimonopoly and Fair Competition Law No.5/1999: Cartel And Merger Control In Indonesia,” Jurnal Hukum Bisnis Vol.19 (2002): 11. 12 Pande Radja Silalahi, “Undang-Undang Antimonopoli dan Perdagangan Bebas,” Jurnal Hukum Bisnis Vol.19 (2002): 14-15. 13 Ibid.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
13
International Monetary Fund (IMF), undang-undang persaingan usaha berhasil
disahkan. IMF mengajukan prasyarat pembentukan undang-undang tentang
persaingan usaha untuk pengucuran kredit saat restrukturisasi ekonomi pasca
krisis moneter 1998.
Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa munculnya peraturan perundang-
undangan larangan praktik monopoli dan pesaingan usaha di Indonesia
merupakan suatu tuntutan dari pihak luar. Tuntutan agar Indonesia membuka diri
dalam menghadapi perkembangan ekonomi dan perdagangan bebas yang
membutuhkan suatu perangkat hukum yang dapat menjamin terwujudnya
persaingan usaha yang sehat.
2.2. Tujuan Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
Tujuan yang hendak dicapai oleh Antitrust Law Amerika Serikat menurut
Gellhorn dan Kovacic adalah “The antirust laws seek to control the exercise of
profit economic power by preventing monopoly, punishing cartels and otherwise
protecting competition.”14
Menurut Pasal 3 UU No. 5 Tahun 1999, tujuan pembentukan undang-
undang tersebut adalah untuk: Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat; Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan
usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil;
Mencegah praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan oleh pelaku usaha; dan
Terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.15
Dapat dilihat bahwa tujuan yang hendak dicapai adalah efisiensi, yang
berupa efisiensi ekonomi nasional (allocative efficiency) maupun efisensi kegiatan
usaha (productive efficiency).
14 Ernest Gellhorn and William Kovacic, Antitrust and Economic in a Nutshell, Fourth edition, St. Paul Minn, West Publishing Company, 1994, p.1. 15 Indonesia, Undang-Undang Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, LN No. 33 Tahun 1999, TLN No.3817, pasal 3.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
14
2.3. Praktik Monopoli
Secara etimologis kata monopoli berasal dari bahasa Yunani ‘monos’ yang
berarti sendiri dan ‘polein’ yang berarti penjual. Dari akar kata tersebut maka
pengertian sederhana monopoli adalah kondisi dimana hanya ada satu penjual
yang menawarkan suatu barang atau jasa tertentu.16 Kemudian dalam Black’s
Law Dictionary, mendefinisikan monopoli sebagai: Monopoly is a privilege or peculiar advantage vested in one or more persons or companies, consisting in the exclusive right (or power) to carry out on a particular business or trade, manufacture a particular article or control the sale of the whole supply of a particular commodity.17 [Monopoli adalah hak istimewa atau keuntungan lebih yg melimpahkan seseorang atau beberapa orang atau perusahaan suatu hak eksklusif (atau kekuatan) untuk mengatur bisnis atau perdagangan, membuat suatu aturan tertentu atau mengontrol penjualan dari seluruh penawaran dalam suatu barang]18
Sedangkan menurut Meiners, definisi monopoli adalah “as a market
structure in which the output of an industry is controlled by a single seller or a
group of sellers making joint decisions regarding production and price.”19 (“atau
suatu struktur pasar dimana pengeluaran dari suatu industri dikontrol oleh satu
penjual atau satu kelompok penjual yang membuat perikatan dalam hal produksi
dan harga”20) Seperti yang telah disebutkan di subbab II.1., di Amerika Serikat,
praktik monopoli telah dilarang melalui Sherman Act, yang melarang monopoli
atas suatu produk atau pemasaran yang menghambat perdagangan. Section 1 of
Sherman Act menegaskan: Every contract, combination in the form of trust or otherwise conspiracy in restraint of trade or commerce among the several states, or with foreign nations is declared to be illegal.21 [setiap perjanjian, penggabungan dari bentuk trust atau sebaliknya, atau persekongkolan, dalam menahan perdagangan dan perniagaan diantara
16 Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, cet. I, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hal.18. 17 Black, Henry Campbell, Black’s Law Dictionary, Sixth Edition, (St. Paul Minn: West Publishing company, 1990). 18 Terjemahan bebas penulis. 19 Roger E. Meiners, The Legal Environment of Business, (St. Paul: West Publising, 1998), p.8. 20 terjemahan bebas penulis. 21 Anthony D. Becker, “The Sherman Act,” http://www.stolaf.edu/people/becker/ antitrust/statutes/sherman.html, diakses pada 19 Maret 2009.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
15
beberapa negara, atau dengan bangsa asing, dengan ini dinyatakan illegal/tidak sah]22
Lebih lanjut dalam penjelasan section 2 diperjelas bahwa: Requirement for monopolization as prohibited by section 2 of the Sherman Act is both: (1) the possesion of monopoly power in the relevant market; and (2) the willful acquisition or maintenance of that power as distinguished from growth or development as a consequence of a superior product, business acumen, or historic accident.23 [persyaratan bentuk monopoli yang dilarang oleh pasal 2 Sherman Act adalah: (1) memiliki kontrol kekuatan monopoli di pasar barang penggantinya; dan (2) ada keinginan mengambilalih atau menjaga kekuatan monopoli tersebut seperti yang bisa dilihat dari pertumbuhan atau perkembangan yang merupakan akibat dari adanya produk yang menguasai pasar, ketajaman insting bisnis, atau sejarah]24
Sherman Antitrust Act hanya menegaskan di bidang kekuasaan atas
monopoli pemasaran serta keinginan pengambilalihan atau menjaga kekuasaan
tersebut eksis sehingga tidak adanya persaingan. Hal ini tidak terlepas dari kondisi
Amerika Serikat pada saat itu, dimana banyak perusahaan melakukan merger dan
acquisition25 yang mengarah pada persaingan usaha tidak sehat.26
Dalam perkembangannya, meskipun monopoli dipakai untuk
menggambarkan fakta yang kurang lebih sama, istilah monopoli sering dipakai
orang untuk menunjuk tiga titik berat yang berbeda, mengenai pengertian
monopoli, yaitu:27 Pertama, istilah monopoli dipakai untuk menggambarkan suatu
struktur pasar (keadaan korelatif permintaan dan penawaran). Meiners
berpendapat bahwa monopoli pun bisa dilakukan oleh lebih dari satu penjual yang
membuat keputusan bersama tentang produksi atau harga.28 Kedua, istilah
monopoli juga sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu posisi. Dimana
22 Terjemahan bebas penulis.
23 United States v. Grinnell Corp., 384 U.S. 563, 570–71 (1966). 24 Terjemahan bebas penulis dan Prastha Radhityo. 25 Merger dan akuisisi adalah hanya sebagian dari bentuk-bentuk usaha suatu perusahaan untuk memperbesar usahanya atau kekuasaannya. Masih banyak cara-cara lain yang dapat digunakan oleh suatu perusahaan untuk memperbesar perusahaanya dengan satu tujuan yaitu untuk menguasai pasar. Cara-cara lain yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang semakin modern sistem manajerialnya adalah dengan membuat suatu holding company. 26 Ade Maman Suherman, Aspek Hukum dalam Ekonomi Global, cet.III, (Bogor: Ghalia, 2005), hal.87. 27 Siswanto, Op.Cit,hal.19. 28 Ibid. Pandangan Meiners ini memiliki sedikit perbedaan dengan definisi monopoli secara etimologi.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
16
posisi penjual yang memiliki penguasaan dan kontrol eksklusif atas barang atau
jasa tertentu. Ketiga, istilah monopoli juga digunakan untuk menggambarkan
kekuatan yang dipegang oleh penjual untuk menguasai penawaran, menentukan
harga serta memanipulasi harga.29
Meskipun ada titik tolak yang berbeda-beda dalam penggunaan istilah,
monopoli secara umum menggambarkan fakta yang sama, yakni pemusatan
kekuatan penawaran eksklusif pada pihak penjual dalam suatu pasar.30
Dalam Pasal 1 angka 1 UU No. 5 Tahun 1999, pengertian monopoli secara
singkat di definisikan sebagai suatu bentuk penguasaan atas produksi dan/atau
pemasaran barang dan/atau penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku atau satu
kelompok pelaku usaha.31
Definisi ini sebenarnya merupakan bagian dari pengertian posisi dominan,
yaitu penguasaan pasar lebih dari 50% oleh pelaku usaha yang merujuk pada
Pasal 25. Hal ini dapat diartikan bahwa monopoli terdapat pada suatu psar dimana
terdapat salah satu pelaku mempunyai pangsa pasar yang lebih tinggi daripada
pelaku usaha lain pada pasar yang bersangkutan.32
Monopoli pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu, monopoli
alamiah dan monopoli yang diperoleh melalui peraturan perundang-undangan.33
Monopoli alamiah adalah monopoli yang terjadi karena pelaku usaha tersebut
memiliki kemampuan teknis tertentu, seperti:
1. Pelaku usaha memiliki kemampuan atau pengetahuan khusus yang
memungkinkan berproduksi sangat efisien.
2. Skala ekonomi, dimana skala produksi semakin besar maka biaya marjinal
semakin menurun sehingga biaya produksi perunit makin rendah.
29 Ibid. 30 Ibid. 31 Indonesia, Undang-Undang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Op.Cit., Pasal 1. 32 M. Udin Silalahi, “Kegiatan yang Dilarang dalam Hukum Persaingan Usaha,” Jurnal Hukum Persaingan Usaha Vol. 1 (Mei 2004): 19. 33 Ditha Wiradiputra, “Pengantar Hukum Persaingan Usaha Indonesia,” (Modul untuk Retooling Program Underemployment Graduates at Priority Disciplines under TPSDP, Jakarta, 14 September 2006), hal.52.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
17
3. Pelaku usaha memiliki kemampuan sumber faktor produksi.34
Alfred Kahn mendefinisikan monopoli alamiah yaitu, Natural monopoly is a situation where the potential economies of scale in an industry are so pervasive that the best way to take advantage of them is to have one firm serve the entire market. Further states that it may be that these economies of scale are not achieved efficiently; rather, they may result from imperfect regulation or a lack of incentives for the firm to operate efficiently.35 [monopoli alami adalah situasi dimana skala ekonomi industri sangat merata (umumnya tidak disukai) yang cara terbaiknya adalah dengan memiliki satu perusahaan yang mengatur seluruh pasar. Lebih lanjut bahwa monopoli dapat terjadi karena skala ekonomi tidak secara efisien tercapai; atau, dapat terjadi akibat dari peraturan yang tidak sempurna atau kurangnya insentif untuk perusahaan agar dapat beroperasi secara efisien] 36
Sedangkan monopoli yang diperoleh melalui peraturan perundang-undangan
melalui:
1. Hak kekayaan intelektual, seperti: hak cipta, paten, merek, desain produk
industri, dan rahasia dagang.
2. Hak usaha eksklusif dan perlindungan hukum dalam jangka waktu tertentu
atas hasil riset dan inovasi yang dilakukan sebagai pengembangan teknologi
yang bermanfaat bagi umat manusia.37
Kedua hal tersebut pada dasarnya merupakan bentuk lain monopoli yang diakui
dan dilindungi oleh Undang-Undang. Selain itu, Pasal 33 UUD 1945
menghendaki adanya monopoli negara untuk menguasai bumi dan air berikut
kekayaan alam yang terkandung didalamnya, serta cabang-cabang produksi yang
menguasai hajat hidup orang banyak.38
Monopoli bukanlah merupakan suatu perbuatan jahat atau terlarang apabila
kedudukan tersebut melalui kemampuan prediksi dan naluri bisnis yang
profesional.39 Sehingga menjadi suatu dilema bagi sektor hukum ketika melarang
34 Ibid. 35 Alfred Kahn, The Economics of Regulation: Principles and Institutions, (Cambridge, MA: MIT Press, 1988), Reissue Edition, Vol. II, Chapter 4. 36 Terjemahan bebas penulis. 37 Ibid. 38 Johnny Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha Filosofi, Teori, dan Implikasi Penerapannya di Indonesia, cet. II, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal.40. 39 Ibid. hal.41.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
18
monopoli. Yang menjadi pertanyaan, bahwa jika monopoli dilarang, lantas sejauh
mana harus dilarang. Namun tindakan monopoli harus tetap diatur oleh hukum,
karena praktik bisnis yang berdasarkan atas monopoli memiliki banyak
kelemahan. Kelemahan tersebut adalah sebagai berikut:40
a. Ketinggian Harga
Dengan monopoli akan terjadi suatu ketinggian harga-harga di pasar.
Tingginya harga ini diakibatkan41 oleh tidak adanya kompetisi pasar. Hal ini akan
mendorong inflasi sehingga dapat merugikan masyarakat secara luas.42 “Kekuatan
untuk menentukan harga” yang merupakan inti dari konsep ekonomi mengenai
monopoli, artinya adalah semata-mata jumlah uang yang bersedia dibayar orang
untuk suatu barang cenderung meningkat dengan semakin sedikitnya jumlah yang
ditawarkan untuk dijual.
Apabila jumlah yang tersedia untuk dijual berkurang, orang-orang yang
memberi nilai yang tinggi terhadap barang-barang tersebut akan bersedia
membayar lebih banyak untuk mendapatkan barang yang jumlahnya relatif
langka. Oleh sebab itu penjual yang mengendalikan pasokan produk tersebut
dapat menaikkan harga dengan jalan membatasi jumlah yang dijual.43 Karena
perusahaan berusaha memaksimalkan keuntungan, dan kelangkaan barang
cenderung menaikkan harga, maka seorang monopolis akan mengurangi produk
dan menaikkan harga sampai pada tingkat yang memberikan keuntungan
maksimum. Karena itu, seorang monopolis akan menetapkan harga yang tinggi
dan produksi yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang berada di
pasar persaingan sempurna.44
40 Munir Fuady, Hukum Bisnis, cet.II, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999), hal.41. 41 USAID – Government of Indonesia, Laporan Kebijakan Persaingan Indonesia (Jakarta: ELIPS, 1999), hal.6. 42 Ibid. 43 Ibid. 44 Perusahaan memaksimalkan keuntungan dengan menempatkan marginal revenue (MR) atau penerimaan marjinal, dimana perubahan dalam perimaan dari penjualan tambahan produk adalah sama dengan marginal cost (MC) atau biaya marjinal. Untuk perusahaan yang bersaing, harga adalah sama dengan penerimaan marjinal, dimana dia tidak dapat mempengaruhi pasar dengan menjual tambahan unit produk. Untuk monopoli, penerimaan marjinal adalah kurang dari harga karena monopoli harus menurunkan harga untuk menjual unit produk tambahan.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
19
b. Excess profit
Karena tidak adanya persaingan, maka dengan monopoli, suatu harga dapat
ditentukan sesuai keinginan. Sehingga monopoli tersebut sangat berpotensial
menimbulkan keuntungan yang berlebihan. Karena itu pula, suatu monopoli
dianggap sebagai suatu pranata keadilan.45
c. Eksploitasi
Eksploitasi dapat terjadi baik terhadap buruh dalam bentuk upah, dan dapat
juga terjadi terhadap konsumen. Hal ini dapat terjadi pada konsumen karena
rendahnya mutu produk serta hilangnya hak pilih dari konsumen, yang disebabkan
tidak adanya kompetisi diantara pihak produsen barang.46
d. Pemborosan
Perusahaan monopoli cenderung kepada pemborosan karena tidak
beroperasi pada minimum average cost. Hal ini menyebabkan ketidak efisienan
perusahaan, dan akhirnya biaya tersebut akan ditanggung oleh konsumen.47
e. Entry barrier
Monopoli akan menguasai pangsa pasar yang besar. Hal ini akan
mengakibatkan perusahaan lain terhambat untuk bisa masuk ke bidang-bidang
operasi perusahaan monopoli tersebut, dan gilirannya nanti akan mematikan
perusahaan kecil dan/atau perusahaan pemula.48
f. Ketidakmerataan pendapatan
Monopoli dapat mengakibatkan timbulnya unsur akumulasi modal dan
pendapatan dari usaha monopoli.49
Pengaturan mengenai kegiatan pasar yang cenderung monopoli diatur dalam
Pasal 17 UU No.5 Tahun 1999: (1) Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan pasar atas produksi dan/atau
pemasaran barang dan/atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.50
45 Fuady, Op.Cit., hal.140. 46 Ibid. 47 Ibid. 48 Ibid. 49 Ibid.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
20
(2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila: a. Barang dan/atau jasa yang bersangkutan belum ada subtitusinya; atau b. Mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan
usaha barang dan/atau jasa yang sama; atau c. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari
50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.51
Pada Pasal 17 ayat (2) huruf a, disebutkan suatu kondisi yang terjadi pada
pasar monopoli, dimana pada pasar bersangkutan belum ada produk subtitusinya.
Pengaturan mengenai pasar yang cenderung monopoli dalam Pasal 17, memiliki
keterkaitan arti dengan posisi dominan yaitu penguasaan pangsa pasar lebih dari
50% oleh satu pelaku usaha. Hal ini dapat terlihat dalam ketentuan Pasal 17 ayat
(2) huruf c dan Pasal 25 ayat (2) huruf a.
Penerapan yang termuat dalam Pasal 17 tidak hanya mencakup monopoli
dalam arti kata yang sebenarnya, yaitu struktur pasar dimana hanya terdapat satu
pemasok di suatu pasar bersangkutan. Ketentuan ini berlaku apabila tidak
terdapat oligopoli52, melainkan pada struktur pasar terdapat satu peserta yang
menguasai pasar khususnya bila memegang pangsa pasar lebih dari 50%. Hal lain
yang menjadi parameter adalah pengkajian sejauh mana tidak terdapat persaingan
subtitusi dan terdapat hambatan masuk pasar.53
Pada dasarnya yang dimaksud dengan pasar monopoli adalah suatu keadaan
pasar yang memiliki ciri:
a. Hanya ada satu produsen atau penjual;
b. Tidak ada produsen lain yang menghasilkan produk yang dapat mengganti
(subtitusi) secara baik produk yang dihasilkan pelaku usaha monopoli;
c. Jenis barang unik dan tidak ada penggantinya;
50 Indonesia, Undang-Undang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Op.Cit., Pasal 17 ayat (1). 51 Ibid., Pasal 17 ayat (2) 52 Oligopoli adalah pasar yang diatur oleh sekelompok kecil perusahaan yang memiliki ketergantungan dalam hal penetapan harga dan produk, dimana sekelompok kecil perusahaan ini cukup berpengaruh untuk membentuk suatu pasar. 53 Knudd Hansen, Undang-Undang Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, (Jakarta: Katalis, 2001), hal.288.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
21
d. Adanya suatu hambatan (baik secara alamiah ataupun buatan, dan secara
teknis atau hukum) bagi para pelaku usaha lain untuk memasuki pasar ini.54
Monopoli membuat posisi konsumen menjadi rentan di hadapan produsen.
Hal ini terlihat ketika produsen menempati posisi sebagai pihak yang lebih
dibutuhkan daripada konsumen, produsen selanjutnya dapat dengan leluasa
mengintervensi pasar melalui penetapan harga secara sepihak, menghambat proses
produksi, dan menghambat inovasi teknologi.55
2.4. Penyalahgunaan Posisi Dominan
Penyalahgunaan posisi dominan56 sesungguhnya merupakan praktik yang
memiliki cakupan luas.57 Ketika seorang pelaku usaha yang memiliki dominasi
ekonomi melalui kontrak mensyaratkan supaya customer-nya tidak berhubungan
dengan pesaingnya, atau ketika pelaku usaha yang memegang posisi dominan
dengan basis “take it or leave it” membuat penentuan harga di luar kewajaran,
hal-hal tersebut dianggap telah melakukan penyalahgunaan posisi dominan.58 Dan
juga merupakan syarat penghalang yang dapat mengakibatkan terjadinya
persaingan usaha tidak sehat.
Posisi dominan dapat dilihat melalui pangsa pasar yang dimilikinya relatif
terhadap pesaingnya, atau perilaku penjual tersebut dalam menentukan harga yang
selalu diikuti oleh pesaingnya. Ukuran yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi adanya posisi dominan dalam suatu pasar adalah melalui
pengamatan dari sisi kemampuan dalam menentukan harga. Dalam ilmu ekonomi,
54 Bambang P Adiwiyoto, Undang-Undang No.5 Tahun 1999 dan KPPU: Konsep Dasar Persaingan Usaha Tidak Sehat, Prosiding 2004, (Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum 55 Siswanto, Op.Cit., hal.21. 56 Posisi dominan adalah keadaan dimana pelaku usaha tidak mempunyai pesaing yang berarti dipasar bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa pasar yang dikuasai, atau pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi di antara pesaingnya di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan kemampuan keuangan. Kemampuan akses pada pasokan atau penjualan, serta kemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau permintaan barang atau jasa tertentu. 57 Siswanto, Op.Cit., hal.45. 58 Ibid.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
22
kekuatan penentuan harga yang dimiliki oleh pelaku usaha di dalam pasar
bersangkutan dinamakan “kekuatan monopoli”59
Tentang penyalahgunaan posisi dominan ini negara-negara memiliki
pendekatan yang berbeda-beda.60 Sebagai perbandingan, hukum antitrust Amerika
Serikat hanya berisi pengaturan yang bersifat umum, yang dinyatakan dalam
Section 2 Sherman Act, “...a felony to monopolize, to combine, or conspire to
monopolize, or to attempt to monopolize...”61
Sedangkan article 86 of the treaty of Rome mengatur lebih spesifik, dengan
menyebutkan secara rinci tindakan yang termasuk penyalahgunaan posisi
dominan: a) Pemaksaan harga pembelian atau penjualan yang tidak wajar atau
keberadaan perdagangan yang tidak wajar, langsung atau tidak langsung; b) Pembatasan produksi, pasar atau perkembangan teknis terhadap prasangka
konsumen; c) Menerapkan persyaratan yang berbeda terhadap transaksi yang sejenis,
sehingga tidak menguntungkan pihak yang tidak disukai; dan d) Membuat kesimpulan sendiri mengenai subyek kontrak untuk
mendapatkan persetujuan dari pihak lain tentang kewajiban tambahan yang karena sifatnya atau menurut pemakaian komersilnya tidak mempunyai hubungan dengan subyek kontrak seperti itu.62
European Court of Justice menjelaskan Posisi Dominan sebagai sebuah
konsep hukum yang dikembangkan oleh peradilan dan komisi:
“… a position of economic strength enjoyed by an undertaking which enables it to prevent effective competition being maintained on the relevant market by affording it the power to behave to an appreciable extent independently of its competitors, customers and ultimately of its consumers.” 63 [...Posisi dominan yang dinikmati oleh suatu perusahaan memberikan kemampuan bagi perusahaan tersebut untuk mencegah terjadinya persaingan yang sehat di dalam pasar yg relevan (pasar yg menjual komoditas produk yg dibuat oleh perusahaan tersebut ataupun produk pengganti), dengan cara
59 Kekuatan monopoli dihitung dari berapa jauh selisih harga jika dibandingkan dengan biaya marjinalnya. Seperti diketahui, dalam pasar persaingan sempurna harga sama dengan biaya marjinal, sehingga selisih keduanya adalah nol. Makin besar kekuatan monopoli seorang penjual makan semakin besar selisih harga yang ia terapkan dengan biaya marjinal yang ditanggungnya. 60 Siswanto, Op.Cit., hal.46. 61 15 USC 2, Section 2, Monopolizing trade a felony; penalty. 62 Fuady, Op.Cit., hal.87. 63 George Yarrow, “Regulating for Competition,” http://snowwhite.it.brighton .ac.uk/staff/mrd/documents/regulatingforcompetition.pdf, (Regulatory Policy Institute, Oxford), diakses pada 19 Maret 2009.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
23
memberikan kekuatan bagi perusahaan tersebut untuk melakukan suatu tindakan yg cukup signifikan (dalam rangka memperoleh keuntungan sebesar mungkin) tanpa harus mengkhawatirkan respon-respon yg mungkin akan dilakukan oleh para pesaingnya, para pelanggannya, terlebih lagi para konsumennya]64
Kekuatan untuk bertindak secara tunggal di pasar bersangkutan dalam
rangka mengatur kegiatan usaha dalam pasar tersebut. Hal ini mempunyai
kesamaan dalam konsep para ekonom mengenai kekuasaan terhadap penentuan
harga. Pelaku monopoli dapat mengurangi persaingan dan selanjutnya menikmati
keleluasaan dalam menentukan harga dan melakukan pengaturan lain serta
mengambil keputusan di dalam pasar.65 Pada beberapa kasus di Eropa ditemukan
bahwa tidak semua perusahaan yang memiliki prosentase penguasaan dipasar,
mulak mendapatkan posisi dominan. Suatu perusahaan tetap dapat menjadi
dominan pada pasar, walaupun prosentase penguasaannya dipsar dibawah 50%.
Hal ini menjadi mungkin dikarenakan apabila perusahaan tersebut memang tidak
mengalami pertumbuhan dan pasar yang bersangkutan tidak menerima subsidi
dikarenakan pelaku usaha lain tidak memiliki kemampuan untuk masuk kedalam
pasar bersangkutan tersebut.66
Pengawasan yang dilakukan terhadap pasar dari praktik penyalahgunaan
posisi dominan di Jerman, dilakukan melalui penetapan ketentuan Undang-
Undang Kartel (Cartel Act).67 Undang-Undang Kartel mengharuskan para pelaku
usaha besar untuk tunduk pada peraturan yang ditetapkan otoritas Kartel.
Pengawasan terhadap praktik-praktik penyalahgunaan posisi dominan terhadap
perusahaan-perusahaan yang mendominasi pasar ini, diatur melalui peraturan
pemerintah. Tujuan terpenting dari pengawasan yang dilakukan terhadap praktik
penyalahgunaan posisi dominan adalah:
64 Terjemahan bebas penulis. 65 Fuady, Op.Cit., hal.87. 66 Giulano Amato, Antitrust and The Bounds of Powers, The Dilemma of Liberal Democracy in The History of The Market, (Oregon-Portland: Oxford, 1997), hal.68. 67 Abdul Hakim Garuda Nusantara-Benny K. Harman, Analisa dan Perbandingan Undang-Undang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat di Indonesia), (Jakarta: Kelompok Gramedia. 1999), hal.74.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
24
1. Untuk melindungi para pesaing, penyalur, pembeli dan para konsumen dari
perusahaan-perusahaan yang sudah memiliki posisi dominan tersebut.
2. Menghentikan perusahaan-perusahaan yang mendominasi pasar agar tidak
terus-menerus memanfaatkan posisi dominan mereka di pasar.
3. Menjaga pasar agar tetap terbuka sehingga posisi yang kuat (powerful
position) yang dimiliki perusahaan-perusahaan yang menguasai atau
mendominasi pasar dapat direduksi dengan membuka peluang bagi
masuknya pesaing-pesaing baru ke dalam pasar.68
Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki pengaturan yang cukup
rinci mengai penyalahgunaan posisi dominan. Jepang memiliki pendekatan yang
agak berbeda tentang penafsiran posisi dominan. Posisi dominan tidak harus
dipegang oleh perusahaan yang memiliki posisi dominan di pasar. Posisi dominan
diartikan dalam level transaksi. Dengan demikian suatu perusahaan kecil yang
tidak memiliki dominan pasar bisa saja memegang posisi dominan, apabila
mitranya transaksi jauh lebih kecil daripada perusahaan itu. Pasal 14 dari
Designation of Unfair Business Practices, memuat tentang lima kategori tindakan
yang tergolong dalam penyalahgunaan posisi dominan, yaitu:
1. Mensyaratkan pihak lain untuk melakukan transaksi pembelian barang
atau jasa dari perusahaan yang dominan, padahal barang atau jasa itu
berbeda dari barang atau jasa yang tegas-tegas menjadi obyek transaksi.
2. mensyaratkan pihak lain untuk melakukan penawaran uang, jasa, atau
keuntungan ekonomi lain secara terus-menerus kepada perusahaan yang
dominan.
3. Membuat atau mengubah syarat-syarat transaksi yang merugikan pihak
lain.
4. Menimbulkan kerugian terhadap pihak lain dengan syarat-syarat transaksi
atau dengan cara selain yang telah disebutkan di atas.
68 Ibid., hal.7.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
25
5. Mensyaratkan supaya pihak (perusahaan lain) mengikuti petunjuk atau
memperoleh persetujuan dari suatu perusahaan dominan didalam
menunjukkan pengurus perusahaan itu.69
Penyalahgunaan posisi dominan di Indonesia diatur di dalam Pasal 25 UU
No.5 Tahun 1999:
(1) Pelaku usaha dilarang menggunakan posisi dominan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk:
a. menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan tujuan untuk mencegah dan/atau menghalangi konsumen memperoleh barang dan/atau jasa yang bersaing, baik dari segi harga maupun kualitas; atau
b. membatasi psar dan pengembangan teknologi; atau c. menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi menjadi pesaing
untuk memasuki pasar bersangkutan. (2) Pelaku usaha memiliki posisi dominan sebagaimana dimaksud ayat (1)
apabila: a. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai 50%
(lima puluh persen) atau lebih pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu; atau
b. Dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok usaha menguasai 75% (tujuh puluh lima persen) atau lebih pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.70
Di dalam Pasal 25 ayat (1) secara implisit disebutkan bahwa pelaku usaha
dapat memiliki Posisi Dominan, namun dilarang untuk digunakan. Oleh
karena itu, dalam undang-undang ini diatur mengenai pengawasan terhadap
penyalahgunaan Posisi Dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.71
Dalam Pasal 25 ayat (2), dapat diartikan bahwa jika satu pelaku usaha atau
kelompok pelaku usaha menguasai kurang dari 50% (lima puluh persen) pangsa
pasar atau jenis barang atau jasa tertentu bukan merupakan posisi dominan.
Begitu pula apabila dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha
menguasai kurang dari 75% (tujuh puluh lima persen) pangsa pasar atau jenis
barang atau jasa tertentu, juga bukan merupakan posisi dominan. Maka ada dua
69 Matsushita, Japanese International Trade and Investment Law, (Tokyo: University of Tokyo Press, 1984), pg. 145-150, 159. Fair Trade Commission of Japan (FTCJ) selaku otoritas persaingan telah menyusun suatu Designation of Unfair Business Practices. 70 Indonesia, Undang-Undang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Op.Cit., pasal 25. 71 Bambang P. Adiwiyoto, Undang-Undang No.5 Tahun 1999 dan KPPU: Konsep Dasar Persaingan Usaha Tidak Sehat, (Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum, 2005), hal.138.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
26
posisi dominan, yaitu: Pertama, yang dilakukan oleh satu pelaku usaha atau satu
kelompok usaha menguasai 50% (lima puluh persen); dan Kedua, dua atau tiga
pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai 75% (tujuh puluh lima
persen).
Dalam hal ini pengaturan mengenai penyalahgunaan posisi dominan antara
Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, dan Indonesia memilki perbedaan dalam
penetapan mengenai besaran posisi dominan yang dimiliki oleh suatu perusahaan
sebagai pelaku usaha di dalam pasar. Namun ketiganya mempunyai pandangan
yang sama mengenai kepemilikan posisi dominan dalam psar merupakan hal yang
wajar selama tidak mengganggu psar dan mengakibatkan persaingan usaha tidak
sehat. pengaturan dilakukan terhadap penyalahgunaan posisi dominan dengan
tujuan untuk menjaga berjalannya persaingan sehat dan memberikan kesempatan
bagi pesaing baru.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
26
BAB 3
ASPEK HUKUM DALAM PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM
DAN PENAWARAN TENDER
3.1. Akuisisi
Istilah akuisisi berasal dari bahasa inggris “acquisition” yang diserap dari
bahasa Latin “acquisitio(n), dari kata kerja “acquirere”. Yang dimaksud dengan
“acquisition” (atau juga biasa disebut “take over”) adalah, “one company taking
over controlling interest in another company” yang maksudnya adalah
pengambilalihan suatu kepentingan pengendalian perusahaan oleh suatu
perusahaan lain.1 Acquisition itu sendiri berasal dari kata kerja “acquire”, yang
artinya adalah “to get or gain by one’s own efforts or action,” atau mendapatkan
sesuatu dengan usaha atau perbuatannya sendiri.2
Dalam Black’s Law Dictionary, pengertian umum akuisisi adalah, “The act
of becoming the owner of certain property; the act by which one acquires or
purchases the property in anything.”3 Sedangkan dalam Encyclopedia of Banking
and Finance, akuisisi didefinisikan sebagai “a generic term for taking over of one
company by other.”4 Selanjutnya arti akuisisi dapat ditemui dalam UUPT Pasal 1
butir 11 yaitu, Perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih saham Perseroan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas Perseroan tersebut.5
1 Munir Fuady, “Hukum tentang Akuisisi, Takeover, dan LBO” (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001) hal. 3. 2 Ibid. 3 Black’s Law Dictionary, Revised Fourth Edition, (St. Paul, Minn: West Publishing Co, 1968). 4 Gunawan Widjaja, “Merger dalam Perspektif Monopoli,” (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002) hal. 50. 5 Indonesia, Undang-Undang Perseroan Terbatas. UU No.40, LN tahun 2007 No.106, TLN No.4756, Pasal 1 butir 11.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
27
Kemudian dalam Pasal 125 ayat (1) UUPT dikatakan bahwa,
Pengambilalihan dilakukan dengan cara pengambilalihan saham yang telah dikeluarkan dan/ atau dikeluarkan oleh Perseroan melalui Direksi Perseroan atau langsung dari pemegang saham.6
Definisi yang sama dapat ditemui dalam Peraturan Pemerintah No.27 tahun
1998 tentang Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas
(“PP No.27/98”) Pasal 1 ayat (3) yang menyebutkan bahwa,
“Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau perseorangan untuk mengambilalih baik seluruh ataupun sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut”7
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa akuisisi adalah
pengambilalihan sebagian atau seluruh saham suatu perusahaan tanpa melakukan
pencabutan izin dan likuidasi, dengan tujuan mengambil alih pengendalian.
Dengan kata lain, akan terjadi peralihan kekuasaan manajemen. Hal ini secara
hukum menyebabkan pihak yang mengendalikan perusahaan adalah pihak yang
mengakuisisi. Oleh karena itu, semua kebijakan di bidang keuangan dan strategis
perseroan sangat tergantung pada pengakuisisi, dalam praktik, biasanya pihak
yang mengakuisisi akan menjadi perusahaan induk.8
Walaupun sebagai salah satu komponen dalam rangkaian perbuatan hukum
dalam melakukan kegiatan penggabungan perusahaan, akuisisi berbeda dengan
merger dan konsolidasi. Istilah merger atau penggabungan, seperti yang
diungkapkan oleh Prof. Dr. Sutan Remi Sjahdeni, S.H., merupakan absorpsi suatu
perusahaan oleh perusahaan lainnya. Perusahaan yang mengambil alih (the
acquiring firm) tetap memakai nama dan identitasnya. Setelah merger terjadi,
6 Ibid., Pasal 125 ayat (1). 7 Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas. PP No.27 tahun 1998. Pasal 1 ayat (3). 8 Joni Emirzon, “Analisis Hukum Pengalihan Saham PT. Alfa Retailindo, Tbk oleh PT. Carrefour Indonesia dari Perspektif UU No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, UU Anti Monopoli, dan UU Penanaman Modal,” Jurnal Hukum Bisnis Vol.27 No.1 (2008): 14-19.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
28
maka perusahaan yang diambil alih berakhir eksistensinya sebagai suatu business
entity yang mandiri.9 Lebih lanjut dalam PP No.27/98 dikatakan bahwa, Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar.10
Sedangkan kosolidasi atau peleburan, menurut Prof. Dr. Sutan Remi
Sjahdeini S.H., merupakan proses terbentuknya perusahaan yang baru sama sekali
dari dua atau lebih perusaahan. Dalam suatu konsolidasi, baik perusahaan yang
mengambil alih maupun perusahaan yang diambil alih (the acquired firm)
berakhir eksistensi yuridisnya dan menjadi bagian dari perusahaan yang baru itu.11
Dalam PP No.27/98 dikatakan bahwa, Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara membentuk satu perseroan baru dan masing-masing perseroan yang meleburkan diri menjadi bubar.12
Untuk dapat disebut transaksi akuisisi, maka saham yang dibeli dalam
akuisisi haruslah paling sedikit 51% atau paling tidak setelah akuisisi, pihak
pengakuisisi memegang minimal 51%, sebab jika kurang dari prosentase tersebut
pihak pengakuisisi tidak dapat mengontrol, karena yang terjadi hanya jual beli
saham biasa. Hal ini secara tegas diakui dalam UUPT bahwa akuisisi atau
pengambilalihan saham mengakibatkan perpindahan kendali.13
Dari penuturan diatas maka dapat dikatakan bahwa akuisisi perusahaan
adalah tindakan pengambilalihan suatu perusahaan oleh perusahaan lain yang
dilakukan dengan cara membeli saham minimal 51% dari keseluruhan jumlah
saham perusahaan lain tersebut, yang mengakibatkan munculnya pemegang
saham mayoritas yang kemudian menyebabkan adanya pengendali baru dari
perusahaan yang diambil alih sahamnya tersebut. Proses akuisisi ini tidak
9 Sutan Remy Sjahdeini, “Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,” Jurnal Hukum Bisnis Vol.10 (2000): 18. 10 Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas, Loc.Cit., Pasal 1 ayat (2). 11 Ibid. 12 Ibid. Pasal 1 ayat (4). 13 Emirzon, Loc.Cit.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
29
melibatkan adanya proses peleburan, karena pada akuisisi ke dua perusahaan
masih tetap exist walaupun terdapat perubahan kepemilikan perusahaan.
3.1.1. Bentuk-bentuk Akuisisi
Apabila dikaitkan dengan jenis usaha atau aspek pemasaran ini perusahaan
yang mengakuisisi digolongkan menjadi beberapa bentuk yaitu:14
1. Akuisisi Horizontal, dalam akuisisi ini perusahaan yang mengakuisisi
bergerak dalam suatu industri (line business) yang sama dengan
perusahaan yang diakuisisi.
2. Akuisisi Vertikal, akuisisi ini melibatkan perusahaan-perusahaan dalam
produksi barang atau jasa yang sama, tetapi berada dalam tingkat produksi
yang berbeda, misalnya akuisisi antara perusahaan penerbangan dengan
biro perjalanan.
3. Akuisisi Konglomerasi, yaitu baik perusahaan yang mengakuisisi dan yang
diakuisisi tidak mempunyai kaitan bisnis secara langsung satu sama lain.
4. Akuisisi Konsentris, yaitu akuisisi antara perusahaan pengakuisisi dan
perusahaan target yang dihubungkan melalui pemakaian teknologi dasar,
proses produksi, atau pasar.
Untuk pengertian lebih lanjut sebagaimana dijelaskan bahwa, “Horizontal acquisition involve corporations which offer the same or similar products or services which can be subtituted for each other. Vertical acquisitions involve corporations which stand in a supplier-customer relation to each other. Conglomerate acquisitions include all those which can neither be classified as horizontal or vertical.”15 [akuisisi horizontal biasanya dilakukan oleh pelaku usaha yang menawarkan barang atau jasa yang sama atau serupa, yang dapat menggantikan satu sama lain. Akuisisi vertikal biasanya dilakukan oleh pelaku usaha terhadap pemasok, konsumen, atau distributor dari perusahaan yang mengakuisisi. Akuisisi
14 Ibid. 15 University of Pennsylvania Law Review, “Recent Case Antitrust Law – Section 7 Of The Clayton Act Applied To Vertical Acquisitioons And Held To Encompass Acquisitions Which When Made Did Not Have The Effect Of Substantially Lessening Competition,” November, 1957: 2. Tersedia di www.westlaw.com. (Diakses pada 2 Desember 2008).
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
30
konglomerat melibatkan perusahaan yang tidak diklasifikasikan sebagai perusahaan yang melakukan akuisisi horizontal atau vertikal.]16
Dalam hal ini akuisisi horizontal dilakukan oleh suatu perusahaan terhadap
kompetitornya agar dapat memperbesar pangsa pasar dengan mengurangi tingkat
kompetisi. Sedangkan akuisisi vertikal biasanya dilakukan terhadap pemasok,
konsumen, atau distributor dari perusahaan yang mengakuisisi. Akuisisi vertikal
dilakukan agar tidak kehilangan pemasok, konsumen, atau distributor yang akan
memasarkan produk yang mereka hasilkan.17
Berdasarkan lokalisasi perusahaan pengakuisisi dan perusahaan sasaran,
akuisisi dapat dikategorikan dalam bentuk:
1. Akuisisi Internal
Akuisisi yang dilakukan dalam lingkungan perusahaan yang mempunyai
keterkaitan kepemilikan saham dalam satu grup usaha dengan tujuan untuk
memperkuat atau memperbesar struktur modal perusahaan.
2. Akuisisi Eksternal
Akuisisi yang dilakukan oleh satu perusahaan terhadap perusahaan lainnya
tanpa ada keterkaitan kepemilikan saham sama sekali atau antara perusahaan
yang mengakuisisi dengan perusahaan yang diakuisisi tidak berada dalam
satu kelompok usaha yang sama.
Akuisisi Internal misalnya dilakukan oleh perusahaan induk terhadap anak
perusahaan yang masih dalam satu kelompok usaha, yang mana anak perusahaan
tersebut selalu menghasilkan laba yang besar atau karena anak perusahaan
tersebut selalu merugi sehingga perlu disubsidi oleh anggota perusahaan lainnya,
atau dilain pihak dapat juga akuisisi ini dilakukan terhadap perusahaan dalam satu
grup yang secara ekonomis sehat dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Dalam akuisisi internal ini sangat potensial atas adanya beberapa
pelanggaran, karena hal-hal sebagai berikut:
Harga saham biasanya di atas harga yang wajar, karena pemilik mayoritas
dari pengakuisisi dan perusahaan target adalah satu pemilik yang sama
16 Terjemahan bebas penulis. 17 Ahmad Yani & Gunawan Widjaja, “Anti Monopoli” (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1999) hal.49.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
31
Pihak penjual tidak banyak kehilangan sahamnya karena kedudukannya
yang juga sebagai pemegang saham pada perusahaan pengakuisisi.18
Akuisisi Eksternal misalnya dilakukan karena adanya pertimbangan
tertentu, yaitu untuk menyelamatkan suatu perusahaan yang hampir bangkrut atau
karena alasan untuk memperkecil persaingan usaha diantara sesama perusahaan.
Selain itu akuisisi dapat juga dilakukan dengan tujuan untuk memperluas kegiatan
usaha suatu perusahaan secara berkelanjutan. Dalam akuisisi akan diperhitungkan
aset aktiva dan pasiva perusahaan yang diakuisisi, agar sesuai dengan harga yang
harus dibayar kepada pemilik saham perusahaan yang diakuisisi.
Apabila dilihat dari segi obyek transaksi akuisisi dapat diklasifikasi menjadi
akuisisi saham, asset, kombinasi, bertahap, dan akuisisi kegiatan usaha.19 Akuisisi
saham merupakan salah satu bentukk akuisisi yang paling umum ditemui dalam
hampir setiap kegiatan akuisisi. Dan dalam penelitian ini akan dititikberatkan pada
akuisisi saham saja. Akuisisi saham dapat dilakukan baik dengan cara:
1. membeli seluruh saham maupun sebagian saham-saham yang telah
dikeluarkan oleh perseroan; maupun dengan atau tanpa
2. melakukan penyetoran atas sebagian maupun seluruh saham yang belum
dan akan dikeluarkan perseroan;
yang mengakibatkan penguasaan mayoritas atas saham perseroan oleh perusahaan
yang melakukan akuisisi tersebut, yang akan membawa perubahan penguasaan
manajemen dan jalannya perusahaan.20
Dalam hal ini untuk dapat disebut sebagai transaksi akuisisi, maka saham
yang dibeli tersebut haruslah paling sedikit 51% (simple majority), atau paling
tidak setelah akuisisi tersebut, pihak pengakuisisi memegang saham minimal
51%. Sebab, jika kurang dari prosentase tersebut, perusahaan target tidak bisa
dikontrol karena yang terjadi hanya jual beli saham biasa.21
18 Fuady, Op.Cit., hal.89. 19 Fuady, Loc.Cit., hal.89. 20 Gunawan Widjaja, “Merger dalam Perspektif Monopoli” (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002) hal.51. 21 Fuady, Op.Cit., hal.90.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
32
Ada juga jenis akuisisi yang dapat dibedakan berdasarkan cara yang
dilakukan dalam proses pengambilalihan perusahaan, yaitu sebagai berikut:22
3. Berdasarkan cara penjualan aktiva perseroan, yang dapat dibagi dalam:
a. Penjualan sebagian dari aktiva perusahaan; dan
b. Penjualan hampir semua (sebagian besar) aktiva perusahaan.
4. Berdasarkan cara penjualan saham-saham dalam suatu perseroan, yang
dapat dibagi dalam:
a. Penjualan sejumlah saham tidak banyak oleh sejumlah pemegang
saham terbatas, berdasarkan suatu perjanjian penjualan dibawah
tangan (share acquisition);
b. Penjualan saham yang berkuasa yang memberi penguasaan atas suatu
perseroan swasta atau perseroan publik, yang terdaftar atau tidak
terdaftar, yang dilaksanakan berdasarkan suatu penawaran tertulis
sejumlah pemegang saham (atau dikenal juga dengan istilah take
over).
Selain itu, dikenal juga pengelompokan jenis-jenis akuisisi perusahaan sebagai
berikut:23
1. Strategic acquisition, yaitu merupakan akuisisi perusahaan yang tujuannya
untuk keuntungan jangka panjang. Akuisisi ini biasanya dilakukan untuk
mendapatkan sinergi yang lebih baik, sehingga berlaku rumus 1 + 1 = 3.
2. Financial acquisition, yaitu merupakan akuisisi perusahaan yang biasanya
bertujuan untuk keuntungan finansial jangka pendek, tanpa terlalu melihat
pada peningkatan produktifitas perusahaan.
3.1.2. Latar Belakang Pelaksanaan Kegiatan Akuisisi
Pelaku usaha menjalankan usahanya tidak lain untuk mencapai keuntugan
tersebut dan untuk memperkuat usahanya, manajemen dari suatu perusahaan dapat
melakukan berbagai upaya sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan
22 Indah Wastukencana Wulan, “Pelaksanaan Akuisisi Menurut Hukum Indonesia Studi Kasus Pada Privatisasi PT. Indosat Tbk,” Thesis, (Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta 2004) hal.29. 23 Munir Fuady, “Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktik: Buku Kesatu,” Cet.3, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002) hal.106.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
33
perundang-undangan yang berlaku. Sebagai suatu strategi bisnis yang digunakan
untuk melebarkan usaha, memperluas pangsa pasar, dan mengurangi persaingan,
suatu perusahaan dapat melakukan ekspansi melalui prosedur akuisisi atau
pengambilalihan perusahaan. Dengan melakukan akuisisi maka suatu perusahaan
dapat mengambil alih seluruh atau sebagian kepemilikan atas suatu perusahaan
lain yang merupakan perusahaan target akuisisinya. Dalam praktik bisnis, akuisisi
paling banyak dipilih oleh sebagian besar pelaku usaha, karena lebih mudah
daripada melaksanakan merger dan konsolidasi. Hal tersebut dikarenakan dengan
melakukan metode akuisisi suatu pelaku usaha tidak perlu membesarkan suatu
perusahaan dari kecil hingga menjadi besar, tetapi cukup membeli perusahaan
yang sudah besar atau sedang berjalan.24
Dalam pelasanaannya, akuisisi mempunyai tujuan yang berbeda yang pada
dasarnya dilakukan untuk peningkatan perusahaan. Sebagian besar tujuan akuisisi
baik bagi perusahaan yang mengakuisisi ataupun perusahaan yang diakuisisi
adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh pangsa pasar (market share);
2. Memperoleh manfaat perpajakan atau keuangan atau pendapatan bahwa
pihaknya sanggup mempertinggi atau memperbesar penghasilan dan
keuntungan suatu perseroan yang diambil alih;
3. Memperbesar pasokan bahan-bahan baku;
4. Menyuntik sejumlah dana kepada perusahaan target yang sedang
mengalami kesulitan likuiditas melalui penerapan akuisisi dengan dalih
diversifikasi, sebagai wujud dari taktik “transfer profit” diantara
perusahaan dalam satu atap atau kepemilikan yang sama;
5. Untuk ekspansi usaha atau memperluas usahanya dalam bidang kegiatan
yang telah atau akan ditutup;
6. Mengusahakan agar biaya atau pengeluaran atas penilaian dan
pengembangan dapat lebih efisien, efektif, dan produktif;
7. Sebagai cara untuk menjalankan hubungan bisnis atau menjalin kerja
sama;
24 Munir Fuady, “Hukum tentang Merger,” (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999) hal.1.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
34
8. Menyehatkan kembali perusahaan yang sedang dalam kesulitan karena
kelebihan kapasitas produk yang tidak dimanfaatkan;
9. Meningkatkan daya saing perusahaan;
10. Memperbaiki sistem manajemen.25
Selain hal tersebut, akuisisi dilaksanakan agar terjadi alih teknologi
antarperusahaan. Alasan lain dari dilakukannya akuisisi yaitu untuk memelihara
kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang di dalam mencapai pertumbuhan.
Kelangsungan perusahaan dalam jangka waktu panjang tersebut tergantung
kepada kemampuan untuk mengembangkan kekuatan dalam menghadapi
saingannya. Untuk mengembangkan kekuatan tersebut, maka suatu perusahaan
melaksanakan suatu penggabungan perusahaan dengan tujuan yang telah disebut
di atas, antara lain untuk memperluas pangsa pasar dan untuk mendapatkan bahan
baku.26
Dalam suatu akuisisi apabila tujuan sebagaimana yang telah dijabarkan
diatas tercapai, maka akan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan baik yang
mengakuisisi dan yang diakuisisi. Hal tersebut merupakan suatu kelebihan dari
dilakukannya akuisisi. Dilain pihak, akuisisi juga memiliki beberapa kelemahan
atau kekurangan, antara lain:27
1. Kewajiban (liabilities)
Seluruh aset perusahaan yang diambilalih akan beralih pada perusahaan
yang mengambilalih, termasuk pasiva yang ada. Hal tersebut dikarenakan
akuisisi yang terjadi tidak akan mengubah kewajiban-kewajiban dari
perusahaan yang melakukan akuisisi.
2. Kepentingan minoritas (minority interest)
Dilihat dari sisi kepentingan pemegang saham minoritas dari perusahaan
yang diakuisisi, seringkali kepentingan pemegang saham minoritas
tersebut terabaikan. Contohnya jika pemegang saham minoritas tersebut
25 Emirzon, Loc.Cit. 26 Peter Lorange, Eugene Kotlarchuk, dan Habir Singh, “Corporate Acquisition: A Strategic Perspective,” (New York: 1987), hal.2. 27 Charles A. Scharft, Edward E. Shea, and George C. Beck, “Acquisition, Mergers, Sales, Buyouts and Takeovers: A handbook with Forms,” Ed.3 (New Jersey: Prentice Hall) hal.4.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
35
menolak untuk menjual sahamnya, maka kedudukannya akan semakin
lemah dalam perusahaan apabila telah diakuisisi.
Sekarang ini kegiatan akuisisi terjadi tidak saja dilakukan antar perusahaan-
perusahaan nasional/domestik, tetapi telah berkembang akuisisi oleh perusahaan-
perusahaan asing terhadap saham-saham perusahaan nasional. Hal tersebut adalah
dibolehkan sepanjang tidak melanggar ketentuan mengenai penanaman modal.
Akuisisi lintas batas negara yang saat ini sedang berkembang pesat bertujuan
tidak lain untuk meningkatkan kekuatan pasar (Negara lain), menutup biaya-
biaya pengembangan produk baru, mempercepat pemasukan produk ke pasar, dan
lebih besarnya diversifikasi.28
Dari penuturan diatas dapat dikatakan bahwa pelaksanaan akuisisi berkaitan
dengan berbagai aspek hukum yang tidak terbatas hanya pada bidang hukum
perusahaan. Maka dari itu pelaksanaan akuisisi harus memperhatikan dan sesuai
dengan prosedur yang ditentukan oleh peraturan-peraturan yang terkait, yaitu
peraturan dalam hukum perusahaan yaitu UUPT dan PP No.27/1998. Selain itu
sebagaimana sudah disebutkan akuisisi dilakukan dengan tujuan salah satunya
adalah untuk memperluas pangsa pasar dan memperkuat posisi suatu perusahaan
pada pangsa pasar tersebut karena akuisisi bisa saja dilakukan antara suatu
perusahaan dengan perusahaan saingannya. Dengan demikian bisa timbul motif
persaingan usaha tidak sehat, oleh karena itu akuisisi juga harus memperhatikan
Undang-Undang No.5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat (“UU Persaingan Usaha”). Akuisisi yang
dilakukan oleh perusahaan asing terhadap perusahaan nasional juga harus
menaati Undang-Undang No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (“UU
Penanaman Modal”), karena tidak semua bidang usaha diperbolehkan untuk
difasilitasi dengan penanaman modal asing dan apabila memang diperbolehkan
untuk difasilitasi dengan penanaman modal asing maka ada kewajiban-kewajiban
dalam UU Penanaman Modal yang harus dipenuhi oleh pemegang saham asing,
dan juga persoalan mengenai perubahan status perusahaan dari PMA ke PMDN
atau sebaliknya. Apabila akuisisi dilakukan oleh perusahaan publik (Tbk.) maka
28 Emirzon, Op.Cit.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
36
dengan sendirinya harus menaati peraturan dalam bidang pasar modal yang
terdapat dalam Undang-Undang No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal (“UU
Pasar Modal”) beserta peraturan pelaksanaannya. Selain itu juga ada ketentuan
mengenai akuisisi yang dilakukan oleh bank dan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN).
Selain dari ketentuan-ketentuan seperti tersebut diatas, maka dalam
melakukan akuisisi, harus pula mengikuti ketentuan lain yang terdapat dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata), khususnya dalam hal
yang menyangkut dengan perjanjian.
3.1.3. Akuisisi Menurut Hukum Persaingan Usaha (UU No.5 tahun 1999
tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat)
Pelaku usaha yang mengalami kemajuan pesat atas usahanya, tentu akan
melakukan pengembangan usaha. Dalam pengembangannya biasanya pelaku
usaha mempunyai dua cara untuk melakukan ekspansi, yaitu yang pertama tetap
melakukan pertumbuhan dari dalam perusahaan tersebut dengan mendirikan anak
perusahaan atan cabang. Hal tersebut disebut dengan pertumbuhan internal. Yang
ke dua adalah dengan melakukan penggabungan, yang salah satu bentuknya
adalah akuisisi.29 Seperti sudah disebutkan sebelumnya bahwa tindakan akuisisi
saham perusahaan tunduk pada ketentuan UUPT. Namun, akuisisi merupakan
strategi bisnis yang diantaranya bertujuan untuk memperbesar atau menguasai
pasar atau bahkan memenangkan persaingan. Dalam UUPT Pasal 126 ayat (1)
disebutkan bahwa, “Perbuatan hukum Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan wajib memperhatikan kepentingan:
a. Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan Perseroan; b. Kreditor dan mitra usaha lainnya dari Perseroan; dan c. Masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha.”30
Kemudian dalam Penjelasan Pasal 126 ayat (1) UUPT dikatakan bahwa,
“..., dalam Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan harus
29 M. Udin Silalahi, “Kegiatan yang Dilarang dalam Hukum Persaingan Usaha,” Jurnal Hukum Persaingan Usaha Vol. 1 No. Mei (2004): 18-32. 30 Indonesia, Undang-Undang Perseroan Terbatas. Loc.Cit., Pasal 126 ayat (1).
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
37
juga dicegah kemungkinan terjadinya monopoli31 atau monopsoni32 dalam
berbagai bentuk yang merugikan masyarakat.” Sehubungan dengan hal tersebut
maka akuisisi juga diatur dalam UU Persaingan Usaha. Akuisisi boleh dilakukan
apabila tidak menimbulkan praktik monopoli dan berdampak pada persaingan
usaha tidak sehat pada pasar. Hal tersebut dikarenakan persaingan usaha yang
sehat adalah syarat mutlak dalam menciptakan pasar yang sehat. Dampak negatif
dari dilakukannya akuisisi terhadap suatu persaingan pasar adalah sebagai berikut:
1. Terciptanya atau bertambahnya konsentrasi pasar yang dapat
menyebabkan harga produk semakin tinggi; dan
2. Kekuatan pasar (market power) menjadi semakin besar yang dapat
mengancam pelaku usaha kecil.33
Maka dari itu pelaksanaan akuisisi harus diawasi oleh otoritas persaingan
usaha yaitu Komisi Pengawas Persaingan Usaha (“KPPU”) agar tidak terjadi
dampak negatif seperti tersebut diatas.
Hukum Persaingan Indonesia mengacu pada bentuk akuisisi yaitu akuisisi
saham sebagaimana diatur dalam Pasal 28 ayat (2) UU Persaingan Usaha, yaitu
pelaku usaha dilarang melakukan pengambilalihan saham perusahaan lain
apabila tindakan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan
atau persaingan usaha tidak sehat.34
Hal yang sama juga dianut di Amerika Serikat, yaitu dalam hukum
persaingan Amerika (Antitrust Law), akuisisi yang diatur secara spesifik dalam
Pasal 7 Clayton Act juga mengacu pada akuisisi saham, yang berbunyi sebagai
berikut, “No person engaged in commerce or in any activity affecting commerce shall acquire, directly or indirectly, the whole or any part of stock or other share
31 Menurut Pasal 1 butir 1 UU Persaingan Usaha, Monopoli adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha. 32 Monopsoni adalah keadaan suatu pasar dimana hanya ada satu pembeli. Pasal 18 ayat (1) UU Persaingan Usaha melarang pelaku usaha menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan atau jasa dalam pasar bersangkutan yang dapat mengakibatkan Praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. 33 Fuady, “Hukum tentang Merger,” Loc.Cit., hal. 143. 34 Yakub Adi Krisanto, “Analisi Akuisisi Alfa Supermarket oleh Carrefour dalam Perspektif UU Anti Monopoli,” Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 27, No.1 (2008): 29-39.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
38
capital and no person subject to the jurisdiction of the Federal Trade Commission shall acquire the whole or any part of the assets of another person engaged also in commerce or in any activity affecting commerce, where in any line of commerce in any section of the country, the effect of such acquisition may be substantially to lessen competition, or to tend to create a monopoly,...”35 [bahwa perusahaan yang terlibat dalam bisnis tidak boleh memperoleh seluruh atau sebagian dari saham atau modal ataupun aset dari perusahaan lain yang juga terlibat dalam bisnis jika akuisisi tersebut secara substansial dapat memperkecil kompetisi atau cenderung menciptakan monopoli.36 Dengan demikian jelaslah bahwa akuisisi yang menyebabkan praktik monopoli dan menghilangkan persaingan adalah dilarang.”]
Adanya praktik monopoli itu bisa dibuktikan apabila terpenuhi 2 (dua)
unsur pokok, yaitu:
1. Adanya suatu pemusatan kekuatan ekonomi di tangan satu atau lebih
pelaku usaha; dan
2. Akibat pemusatan ekonomi tersebut dapat menyebabkan terjadinya
persaingan usaha tidak sehat atau merugikan kepentingan umum.37
Dengan demikian setiap pihak yang menyatakan bahwa suatu tindakan yang
dilakukan oleh pelaku usaha telah menyebabkan praktik monopoli harus dapat
membuktikan terpenuhinya unsur-unsur tersebut.
Apabila suatu pelaku usaha melakukan akuisisi terutama akuisisi horizontal
maka ia akan menguasai beberapa kegiatan usaha pada perusahaan sejenis. Hal
tersebut tidak selalu dibolehkan. Dalam hal ini dikatakan bahwa, “The basic tenet of antitrust law’s goals, therefore, is to create a system whereby economic power in any given industry is spread out among numerous competitors. This, in turn, ensures that no single player leverages its size to the detriment of other, less-powerful firms.”38 [Prinsip dasar dari tujuan hukum antimonopoli adalah untuk membuat suatu sistem dimana setiap pelaku ekonomi dalam setiap industri saling berkompetisi, sehingga tidak ada satu pelaku usaha yang memiliki kekuatan ekonomi yang besar sehingga merugikan pelaku usaha lain yang kekuatan ekonomi tidak terlalu besar.]39
35 Ibid. 36 Fuady, Loc.Cit., hal.143. 37 Ibid., hal.123. 38 Chicago-Kent Law Review, “The Anti-Competitive Effects And Antitrust Implications Of Category Management And Category Captains Of Consumer Products,” 2004: 4. Tersedia di www.westlaw.com, (diakses pada 15 Desember 2008) 39 terjemahan bebas penulis.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
39
Dengan melakukan akuisisi tersebut dan dengan kedudukannya menimbulkan
kerugian pada pelaku usaha lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut, Pasal 27
UU Persaingan Usaha menyatakan secara jelas mengenai batasan dalam pemilikan
saham pada beberapa perusahaan sejenis, yaitu sebagai berikut,
“Pelaku usaha dilarang memiliki saham mayoritas pada beberapa
perusahaan sejenis yang melakukan kegiatan usaha dalam bidang yang
sama pada pasar bersangkutan yang sama, atau mendirikan beberapa
perusahaan yang memiliki kegiatan usaha yang sama pada pasar
bersangkutan yang sama, apabila kepemilikan tersebut mengakibatkan: a. satu pelaku usaha atau satu kelompok usaha menguasai lebih dari 50%
(lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu; b. dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih
dari 75% (tujuh puluh lima persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.”40
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa batasan pangsa pasar hasil akuisisi
adalah tidak menguasai lebih dari 50% pangsa pasar, atau tidak menguasai lebih
dari 75% untuk akuisisi saham perusahaan.
Untuk dapat membuktikan bahwa suatu akuisisi menimbulkan dampak yang
dilarang pada pasar maka perlu dilakukan analisis pada pelaksanaan akuisisi
tersebut. Analisis yang digunakan terhadap praktik akuisisi hanya mungkin
dilakukan secara normatif dan tekstual yang mengacu pada dampak atau akibat
dari akuisisi. Dalam hal ini analisis dampak akan mengacu pada pengertian
praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Praktik monopoli adalah
pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang
mengakibatkan dikuasainya produksi dan/atau pemasaran atas barang dan/atau
jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat
merugikan kepentingan umum.41 Monopoli ada jika satu pelaku usaha atau satu
kelompok pelaku usaha menguasai suatu produksi atau pemasaran barang atau
penggunaan jasa tertentu. Dengan kata lain, monopoli ada jika hanya ada satu
40 Indonesia, Undang-Undang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Loc.Cit., Pasal 27. 41 Ibid., Pasal 1 butir 2.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
40
pelaku usaha yang memproduksi atau menjual suatu barang tertentu pada pasar
yang bersangkutan.
Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang
dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat
persaingan usaha.42 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa persaingan usaha
tidak sehat terjadi pada pasar yang bersangkutan, apabila tindakan pelaku usaha
tertentu menghambat terwujudnya persaingan usaha yang sehat.
Praktik monopoli tersebut berkorelasi dengan pemusatan kekuatan ekonomi
baik pada bidang produksi maupun pemasaran dengan mengkaji dampaknya pada
munculnya persaingan usaha tidak sehat dan terhadap kepentingan umum. Analisa
dampak dari pelaksanaan akuisisi adalah dengan menggunakan indikator
pemusatan ekonomi. Yang dimaksud pemusatan ekonomi sebagai penguasaan
yang nyata atas suatu pasar bersangkutan oleh satu atau lebih pelaku usaha
sehingga dapat menentukan harga barang dan atau jasa.43
Kekuatan pasar merupakan kekuatan untuk menaikkan harga barang di atas
tingkat harga yang kompetitif, dimana kenaikan harga tersebut sebagai dampak
monopoli.44 Kekuatan pasar secara garis besar juga dapat diartikan sebagai
kemampuan perusahaan untuk mengenakan harga di atas level bersaing dan
dengan demikian mendapatkan laba yang besar (atau laba ekonomi di atas
normal).45 Selain itu dengan adanya kekuatan pasar maka pelaku usaha memiliki
kemampuan akses pada pasokan atau penjualan, atau kemampuan menyesuaikan
pasokan atau permintaan barang dan atau jasa tertentu. Suatu penggabungan dapat
dikatakan anti persaingan apabila menghasilkan peningkatan yang signifikan pada
kekuatan pasar yang mengarah pada kenaikan harga dan penurunan kesejahteraan
konsumen.46
42 Ibid., Pasal 1 butir 6. 43 Fuady, Loc.Cit. 44 Philip Areeda dan Louis Kaplow, “Antitrust Analysis, Fourth Edition,” (Boston Toronto: Little, Brown and Company) h. 564-567. 45 OECD, “Competition Assesment Toolkit Indonesian Version,” tahun 2007: 74. 46 Ibid.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
41
Dengan melihat pada ketentuan Pasal 28 ayat (2) jo. Pasal 1 angka 2 jo.
Pasal 1 angka 6 UU Persaingan Usaha, maka akuisisi dilarang apabila
mengakibatkan hal-hal sebagai berikut:
1. Terjadinya pemusatan ekonomi pada bidang produksi dan/ atau pemasaran
barang dan/ atau jasa.
2. Menjalankan kegiatan usaha (produksi/ pemasaran barang/ jasa) dengan
tidak jujur, melawan hukum, atau menghambat persaingan usaha.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa akuisisi yang mengakibatkan
adanya pemusatan kekuatan ekonomi menyebabkan adanya kekuatan pasar yang
akan dimiliki oleh pelaku usaha. Dalam hal ini kekuatan pasar yang akan dimiliki
oleh pelaku usaha bertautan dengan posisi dominan. Dengan demikian apabila
suatu pelaku usaha memenuhi kriteria yang termasuk dalam posisi dominan, maka
ia dapat menguasai pasar.47
Menurut Pasal 1 butir 4 UU Persaingan Usaha yang dimaksud dengan posisi
dominan adalah, “keadaan dimana pelaku usaha tidak mempunyai pesaing yang berarti di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa pasar yang dikuasai, atau pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi di antara pesaingnya di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan kemampuan keuangan, kemampuan akses pada pasokan atau penjualan, serta kemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau permintaan barang atau jasa tertentu.”48
Maka dalam hal ini terdapat 3 (tiga) hal yang harus dimiliki pelaku usaha
sehingga ia dikatakan mempunyai posisi dominan, yaitu:
1. Mempunyai pangsa pasar yang cukup besar atau posisi tertinggi;
2. Memiliki kemampuan keuangan yang kuat; dan
3. Mempunyai kemampuan akses pada pasokan atau penjualan.49
UU Persaingan Usaha melarang pelaku usaha untuk melakukan
penyalahgunaan posisi dominannya. Pasal 28 ayat (2) UU Persaingan Usaha
apabila memenuhi indikasi sebagai berikut:
47 Asril Sitompul, “Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,” (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999) hal.35. 48 Indonesia, Undang-Undang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Loc.Cit., Pasal 1 butir 4. 49 Krisanto, Op.Cit.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
42
1. Pasca akuisisi pelaku usaha mempunyai kemampuan menentukan harga
barang dan/ atau jasa; dan
2. Mempunyai posisi dominan dari pasar bersangkutan.
Dalam Pasal 25 ayat (1) UU Persaingan Usaha ditentukan bahwa posisi
dominan terjadi apabila:
1. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai 50% atau
lebih pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu;
2. Dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai 75%
atau lebih pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
Dan sebagai pengejawantahan dari ketentuan Pasal 25 ayat (2) UU
Persaingan Usaha tersebut adalah perilaku pelaku usaha yang dilarang dalam
menggunakan posisi dominan dalam suatu pasar bersangkutan, yaitu:
1. Menentukan syarat-syarat perdagangan dengan tujuan untuk mencegah
dan/ atau menghalangi konsumen memperoleh barang dan/ atau jasa yang
bersaing, baik dari segi harga maupun kualitas;
2. Membatasi pasar dan pengembangan teknologi; atau
3. Menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi menjadi pesaing untuk
memasuki pasar bersangkutan.50
Namun demikian seperti sudah disebutkan sebelumnya tetap harus ada
pengkajian lebih lanjut terhadap pemenuhan unsur-unsur penyalahgunaan posisi
dominan tersebut oleh pihak yang mendalilkan bahwa pelaku usaha telah
menyalahgunakan posisi dominannya.
Selanjutnya, untuk dapat mengetahui apabila pelaksanaan akuisisi telah
menyebabkan praktik monopoli atau menimbulkan persaingan usaha tidak sehat
maka pelaku usaha yang melakukan akuisisi harus melapor kepada KPPU,
sebagaimana telah diatur dalam Pasal 29 ayat (1) UU Persaingan Usaha yaitu,
“Penggabungan atau peleburan badan usaha, atau pengambilalihan saham sebagaimana disebutkan dalam Pasal 28 yang berakibat nilai aset dan atau nilai penjualannya melebihi jumlah tertentu, wajib diberitahukan kepada komisi, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal penggabungan, peleburan, atau pengambilalihan tersebut.”51
50 Indonesia, Undang-Undang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Loc.Cit., Pasal 25 ayat (1). 51 Ibid., Pasal 29 ayat (1).
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
43
Ketentuan Pasal 29 ayat (1) tersebut menjelaskan bahwa nilai aset dan nilai
penjualan hasil akuisisi hanya didaftarkan, artinya tidak wajib mendapat izin dari
KPPU, namun hanya cukup dilaporkan saja. Itu berarti sistem pengawasan
terhadap akuisisi mengenal sistem pengawasan kemudian (post control).52
Artinya, pengawasan kemudian adalah perusahaan yang melakukan akuisisi tidak
memerlukan izin terlebih dahulu dari KPPU. Perusahaan tersebut cukup sekedar
melaporkan saja bahwa ia akan melakukan akuisisi. Konsekuensinya adalah jika
KPPU menilai bahwa dengan akuisisi tersebut timbul adaya praktik monopoli dan
atau persaingan usaha tidak sehat, maka KPPU berhak membatalkan akuisisi
tersebut, dan perusahaan hasil akuisisi harus dikembalikan kepada posisi semula,
inilah yang disebut dengan restitusi. Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 47 UU
Persaingan Usaha, yaitu
(1) Komisi berwenang menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan Undang-undang ini.
(2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa: ..., e. penetapan pembatalan atas penggabungan atau peleburan badan usaha dan
pengambilalihan saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28,...”53
Kemungkinan lain adalah KPPU tidak membatalkan akuisisi tersebut tetapi
menghilangkan (melarang) perilaku persaingan usaha tidak sehat hasil perusahaan
hasil akuisisi tersebut.54
Lain halnya dengan sistem pengawasan preventif, yaitu sebelum akuisisi
disetujui oleh KPPU, akuisisi tersebut tidak dapat dilaksanakan. Artinya jika
KPPU telah mengeluarkan izin suatu akuisisi, maka akuisisi tersebut tidak dapat
dibatalkan lagi oleh KPPU.55 Di Amerika Serikat ada sistem yang dikenal dengan
“pre-merger notification”. Sebagaimana dijelaskan bahwa, “the parties to a merger or acquisition will generally have to file notification with the Federal Trade Commision and Department of Justice under the Hart-Scott-Rodino Pre-Merger Notification law (HSR) if the deal has a value of $15
52 Silalahi, Loc.Cit. 53Indonesia, Undang-Undang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Loc.Cit., Pasal 47. 54 Silalahi, Loc.Cit. 55 Ibid.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
44
million or more and one of the companies has sales or assets of $100 million and the other has sales or assets of $10 million.”56 [para pihak merger atau akuisisi umumnya harus mengajukan pemberitahuan kepada Federal Trade Commision dan Department of Justice dengan dasar hukum yang digunakan yaitu Hart-Scott-Rodino Pre-Merger Notification, apabila nilai transaksi akuisisi tersebut adalah sebesar 15 juta US Dollar atau lebih, dimana perusahaan yang satu dalam akuisisi memiliki aset bernilai sebesar 100 juta US Dollar, dan perusahaan lainnya memiliki aset bernilai sebesar 10 juta US Dollar.]57
Hart-Scott-Rodino Pre-Merger Notification ini menyangkut beberapa tes
yang dilakukan untuk menilai dampak akuisisi pada pasar dan mengukur tingkat
kompetisi yang akan timbul, apakah akuisisi yang akan dilakukan tersebut dapat
berdampak pada pemusatan kekuatan ekonomi atau tidak.
Dalam hal ini pembatalan setelah akuisisi dilaksanakan dapat berdampak
pada kerugian besar bagi pelaku usaha dan masyarakat serta pertumbuhan
ekonomi. Hal tersebut dikarenakan pelaksanaan akuisisi dapat memakan biaya
yang mahal. Dengan demikian akan lebih baik apabila sistem keharusan pelaporan
sebelum dilaksanakannya akuisisi diterapkan, dimana pelaporan dimaksud adalah
suatu pelaporan yang formal kepada otoritas persaingan usaha dan bukan sekedar
pelaporan sebelum melaksanakan akuisisi, agar dapat dinilai dan diukur dampak
akuisisi tersebut terhadap pasar, dan tingkat persaingan.
Selain sanksi administratif, pelanggaran terhadap Pasal 28 UU Persaingan
Usaha juga diancam denda serendah-rendahnya Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh
lima miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp 100.000.000.000,00 (seratus miliar
rupiah), atau pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 6 (enam) bulan.
Selain itu dapat dijatuhkan pidana tambahan berupa pencabutan izin usaha atau
larangan untuk menjadi direktur atau komisaris minimal 2 (dua) tahun dan 5
(lima) tahun (Pasal 49 ayat (1) UU Persaingan Usaha).
Dari penuturan diatas mengenai hal-hal yang dilarang dalam suatu tindakan
akuisisi dan sanksi-sanksi terhadap pelanggaran ketentuan tersebut, dapat
dikatakan bahwa UU Persaingan Usaha hanya memberikan pengaturan secara
56 University of Miami Law Review, “Merger and Acquisition Symposium, Sponsored by a grant from the Dr. M. Lee Pearce Foundation,” April, 1997: 15-16. Tersedia di www.westlaw.com. (diakses pada 2 Desember 2008). 57 Terjemahan bebas penulis.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
45
umum dan abstrak, dan belum memberikan gambaran jelas mengenai akuisisi
yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Apabila ditetapkan akuisisi yang
bagaimana yang dibolehkan dan yang dilarang maka akuisisi yang menyebabkan
praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat tentu dapat dicegah sebelum
akhirnya akuisisi tersebut dilakukan dan menimbulkan dampak yang dilarang.
Pengaturan mengenai akuisisi yang ada hanya bersifat proseduran seperti yang
tertuang dalam UUPT, dan PP No.27/1998.
Saat ini pengaturan khusus yang menyangkut pelaksanaan akuisisi masih
berupa Rancangan Peraturan Pemerintah (“RPP”) yang disusun oleh KPPU yang
akan digunakan sebagai panduan dalam melakukan merger dan akuisisi masih
sedang dalam proses pembuatan. RPP tersebut berjudul RPP tentang
Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha serta Pengambilalihan Saham
Perusahaan Lain yang dapat Mengakibatkan Terjadinya Pengambilalihan Saham
Perusahaan Lain yang dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli atau
Persaingan Usaha Tidak Sehat.58
Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Richard A. Posner
yaitu teori “The Economic Analysis of Law” atau pendekatan ekonomi dalam
hukum dimana dikatakan bahwa hubungan antara ekonomi dan hukum termasuk
dalam salah satu ikatan yang klasik antara hukum dengan kehidupan sosial di luar
hukum.59
Peningkatan efisiensi secara terus menerus memang merupakan salah satu
perhatian sistem ekonomi. Oleh karena itu, sistem ekonomi harus senantiasa
diusahakan agar dapat menampung ide-ide baru dan disesuaikan dengan kondisi-
kondisi yang berubah agar tercapai tingkat efisiensi yang tinggi. Hal ini dapat
dilakukan dengan membuat perombakan atau mengganti lembaga-lembaga yang
lama dengan yang baru atau merevisi peraturan yang ada. Dengan demikian peran
hukum adalah memberikan penormaan-penormaan tentang tindakan-tindakan apa
58 Hukum Online, “KPPU Lansir RPP Merger dan Akuisisi.” Tersedia di http://ww w.hukumonline.com/detail.asp?id=16921&cl=Berita. Akses tanggal 4 November 2008. 59 Rahardjo, Loc.Cit., hal.143.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
46
yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh serta apa yang seharusnya
dilakukan.60
Pertimbangan-pertimbangan ekonomi tidak selalu selaras dengan pikiran-
pikiran serta sikap-sikap budaya masyarakat. Efisiensi, rasionalisasi, mekanisasi,
dan sebagainya merupakan istilah-istilah ekonomi yang sering digunakan
berkaitan dengan proses perkembangan ekonomi, mungkin dapat menimbulkan
benturan-benturan dengan tata nilai yang ada. Peran hukum disini dituntut untuk
menyesuaikan berbagai perbedaan tersebut.61 Hal tersebut menunjukkan bahwa
antara sistem hukum dan sistem ekonomi terdapat hubungan yang sangat erat dan
memiliki pengaruh timbal balik. Berkaitan dengan hal tersebut, dilakukannya
akuisisi adalah untuk mencapai efisiensi suatu perusahaan apabila dilihat dari
sudut ekonomi. Untuk mengakomodir hal tersebut maka diperlukan peraturan
hukum yang dapat menyelaraskan antara kebutuhan perusahaan untuk mencapai
efisensi dengan cara akuisisi agar tidak berbenturan dengan peraturan hukum,
yang diantaranya adalah peraturan pada hukum persaingan usaha.
RPP Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha serta Pengambilalihan
Saham Perusahaan Lain yang dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli
atau Persaingan Usaha Tidak Sehat merupakan salah satu langkah yang sesuai
dengan The Economic Analysis of Law karena merupakan suatu pembaruan
peraturan yang menghubungkan antara kebutuhan ekonomi dengan sistem hukum
agar tidak terjadi benturan. RPP tersebut sangatlah dibutuhkan sebagai haluan
dalam pelaksanaan akuisisi. Namun selama RPP tersebut belum disahkan maka
acuan mengenai pelaksanaan akuisisi untuk menghindari praktik monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat masih mengacu pada ketentuan yang ada.
3.1.4. Aspek Hukum Akuisisi Dalam Peraturan Bapepam
Dalam peraturan Bapepam, harus memperhatikan diantaranya adalah,
Keputusan Bapepam Nomor 12/PM/1997 (peraturan nomor IX.E.1) yang
60 Nurul Fajri Chikmawati, “Analisa Kritis Terhadap Konsep Pendekatan Ekonomi Terhadap Hukum dalam Beberapa Pendekatan Ekonomi dalam Hukum,” (Pusat Studi Hukum Tata Negara FH-UI, 2003), hal.79. 61 Ibid.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
47
mengatur mengenai benturan kepentingan dalam pelaksanaan akuisisi.62 Dalam
aturan ini menyatakan bahwa untuk melindungi kepentingan publik dari suatu
transaksi yang mengandung benturan kepentingan maka terhadap setiap transaksi
yang mengandung benturan kepentingan harus mendapat persetujuan dari
pemegang saham independen.63
Selain itu harus memperhatikan juga ketentuan yang terdapat dalam
Keputusan Ketua Bapepam Nomor 05/PM/2002 (peraturan nomor IX.H.1) tentang
pengambilalihan saham terbuka, dimana dalam rangka pengambilalihan saham
maka kepada perusahaan yang merupakan perusahaan terbuka wajib melakukan
penawaran tender untuk seluruh sisa saham atau efek yang bersifat ekuitas
perusahaan tersebut.64 Dalam ketentuan ini dikatakan bahwa dalam hal
pengambilalihan saham terbuka, maka yang dimaksud dengan pengambilalihan
saham disini adalah merupakan suatu tindakan, baik yang langsung maupun tidak
langsung, yang mengakibatkan perubahan pengendali perusahaan.65 Kriteria
Pengendali Perusahaan Terbuka adalah:
1. Pihak yang memiliki saham 25 % (dua puluh lima perseratus) atau lebih,
kecuali pihak tersebut dapat membuktikan tidak mengendalikan
Perusahaan Terbuka; atau
2. Pihak yang mempunyai kemampuan, baik langsung maupun tidak
langsung untuk mengendalikan Perusahaan Terbuka dengan cara:
menentukan diangkat dan diberhentikannya direksi atau komisaris; atau
melakukan perubahan anggaran dasar Perusahaan Terbuka.
Namun pada tanggal 30 Juni 2008 dengan Keputusan Bapepam No. Kep-
259/BL/2008, Kriteria Pengendali Perusahaan Terbuka diubah menjadi:
1. Pihak yang memiliki saham lebih dari 50% (lima puluh perseratus) dari
seluruh saham yang disetor penuh; atau
62 I Made Tirtayatra, “Pengaturan BAPEPAM atas Merger dan Akuisisi”, http://www.bapepam.go.id, diakses pada 2 Maret 2009. 63 Ibid. 64 http://www.bapepam.go.id, (diakses pada 2 Maret 2009). 65 Ibid.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
48
2. Pihak yang mempunyai kemampuan untuk menentukan, baik langsung
maupun tidak langsung, dengan cara apapun pengelolaan dan/atau
kebijaksanaan Perusahaan Terbuka.
Pengendali perusahaan terbuka yang baru wajib melakukan penawaran tender
untuk seluruh sisa saham perusahaan terbuka tersebut. Namun penawaran tender
tersebut dapat dikecualikan apabila:
1. Pemegang saham telah melakukan transaksi pengambilalihan perusahaan
terbuka dengan pengendali baru perusahaan terbuka.
2. Saham yang dimiliki pihak lain yang telah mendapatkan penawaran
dengan syarat dan kondisi yang sama dari pengendali perusahaan terbuka.
3. Saham yang dimiliki pihak lain yang pada saat bersamaan juga melakukan
penawaran tender atas saham perusahaan yang bersangkutan.
Pelaksanaan Penawaran Tender bagi Pengendali baru wajib dimulai paling
lambat akhir hari kerja ke-2 (kedua) setelah terjadinya Pengambilalihan
Perusahaan Terbuka dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan
Nomor IX.F.1 tentang Penawaran Tender, kecuali yang ditentukan pada angka 16
dan 20. Pelaksanaan Penawaran Tender dimulai dengan penyampaian Teks
Pengumuman Rencana Penawaran Tender tersebut kepada Bapepam.
Calon pengendali baru yang melakukan negosiasi yang dapat
mengakibatkan Pengambilalihan Perusahaan Terbuka wajib secara teratur
menginformasikan kepada Perusahaan yang akan diambilalih, Bapepam, Bursa
Efek dimana saham dari perusahaan yang akan diambilalih tercatat, dan
masyarakat semua informasi yang berkaitan dengan perkembangan negosiasi.
Penyampaian informasi tersebut dilakukan selambat-lambatnya akhir hari kerja
kedua setelah dimulainya negosiasi dan setiao adanya perubahan baru. Informasi
yang harus diberikan calon pengendali baru sekurang-kurangnya meliputi:
a. saham yang akan diambilalih;
b. jati diri Pengambilalih (meliput: nama, alamat, jenis usaha, serta tujuan
pengendalian);
c. cara selama proses negosiasi pengambilalihan; dan
d. materi selama proses negosiasi pengambilalihan.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
49
Pelaksanaan Penawaran Tender harus sudah dimulai selambat-lambatnya
180 (seratus delapan puluh) hari sejak pengumuman.
Terdapat 6 kondisi yang menentukan harga saham dalam Penawaran Tender
pada Pengambilalihan, yaitu:
a. Pengambilalihan dilakukan secara langsung atas Perusahaan Terbuka yang
tidak tercatat dan tidak diperdagangkan di Bursa, maka harga pelaksanaan
tender sekurang-kurangnya sama dengan harga Pengambilalihan Perusahaan
Terbuka yang sudah dilakukan atau sekurang-kurangnya sama dengan harga
wajar yang ditetapkan oleh Penilai Independen.
b. Pengambilalihan Perusahaan Terbuka dilakukan secara langsung atas saham
Perusahaan Terbuka yang tercatat dan diperdagangkan di Bursa namun
selama 90 (sembilan puluh) hari tidak diperdagangkan atau diberhentikan
sementara perdagangannya, maka harga pelaksanaan Penawaran Tender
adalah sekurang-kurangnya sebesar harga tertinggi dalam waktu 12 (dua
belas) bulan terakhir sebelum hari perdagangan terakhir atau hari
diberhentikan sementara perdagangannya atau harga Pengambilalihan
Perusahaan Terbuka yang sudah dilakukan.
c. Pengambilalihan Perusahaan Terbuka dilakukan secara langsung atas saham
Perusahaan Terbuka yang tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek, maka
harga pelaksanaan Penawaran Tender sekurang-kurangnya sebesar harga
tertinggi dalam jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari terakhir sebelum
pengumuman informasi sebagaimana dimaksud dalam angka 4 peraturan ini
atau harga Pengambilalihan Perusahaan Terbuka yang sudah dilakukan.
d. Pengambilalihan Perusahaan Terbuka dilakukan secara tidak langsung atas
saham Perusahaan Terbuka yang tidak tercatat dan tidak diperdagangkan di
Bursa, maka harga pelaksanaan Penawaran Tender sekurang-kurangnya sama
dengan harga wajar yang ditetapkan oleh Penilai Independen.
e. Pengambilalihan Perusahaan Terbuka dilakukan secara tidak langsung atas
saham Perusahaan Terbuka yang tercatat dan diperdagangkan di Bursa namun
selama 90 (sembilan puluh) hari tidak diperdagangkan atau diberhentikan
sementara perdagangannya, maka harga pelaksanaan Penawaran Tender
sekurang-kurangnya harga tertinggi dalam waktu 12 (dua belas) bulan
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
50
terakhir sebelum hari perdagangan terakhir atau hari diberhentikan sementara
perdagangan.
f. Pengambilalihan Perusahaan Terbuka dilakukan secara tidak langsung atas
saham Perusahaan Terbuka yang tercatat dan diperdagangkan di Bursa, maka
harga pelaksanaan Penawaran Tender sekurang-kurangnya sama dengan
harga tertinggi dalam jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari terakhir sebelum
pengumuman informasi sebagaimana dimaksud dalam angka 4 Peraturan
Bapepam IX.H.1.
3.2. Penawaran Tender
Akuisisi melalui pasar modal, merupakan transkasi saham biasa. Hanya
saja karena ada pihak, terutama pihak pemegang saham minoritas yang
mempunyai posisi penting sebagai akibat dari akuisisi tersebut, maka hukum
mengaturnya dengan ketat. Pengaturan tersebut mengedepankan prosedural
fairness, demi terciptanya substansial fairness.66 Salah satu bentuk pengaturan
tersebut adalah melalui mekanisme “penawaran tender”.
Penawaran tender merupakan istilah yang dikenal dalam peraturan
perundang-undangan khususnya tentang pasar modal di Indonesia. namun
Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (“UUPM”)tidak
mendefinisikan secara jelas tentang penawaran tender, setidaknya alinea pertama
penjelasan pasal 83 UUPM menyatakan, Yang dimaksud dengan penawaran tender dalam pasal ini adalah penawaran melalui media massa untuk memperoleh efek bersifat ekuitas dengan cara pembelian atau pertukaran dengan efek lainnya.
Selanjutnya, alinea kedua menjelaskan, Yang dimaksud dengan “efek bersifat ekuitas” dalam penjelasan pasal ini adalah saham atau efek yang dapat ditukar dengan saham atau efek yang mengandung hak untuk memperoleh saham
Padanan kata penawaran tender dalam bahasa Inggris adalah tender offer, yang
secara konvensional diidentifikasi sebagai,
66 Munir Fuady, Pasar Modal Moderen, Citra Aditya Bakti, Bandung 2001, hal. 205
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
51
Suatu penawaran tender yang dipublikasikan untuk membeli saham dengan harga pasar tertinggi, yang ditujukan secara langsung kepada para pemegang saham perusahaan sasaran, dengan ketentuan tertentu yang berlaku, seperti jangka waktu penawaran, syarat pendanaan (financing contigencies), total jumlah saham yang diinginkan oleh penawar (bidder).67
Pengertian tender offer juga didapatkan dalam situs resmi milik The Securities
Exchange Commition (SEC) Amerika Serikat, yang menyatakan, A tender offer is a broad of solicitation by a company or a third party to purchase a substantial percentage of a company’s shares or units for a limited period of time. The offer is at a fixed price, usually at a premium over the current market price, and is customarily contingent on shareholders tendering a fixed number of their shares or units.68 Dari berbagai pengertian yang diberikan kepada “penawaran tender”, dapat
disimpulkan bahwa penawaran tender adalah suatu tindakan yang diatur oleh
ketentuan perundang-undangan untuk dilakukan oleh pihak pengambilalih atau
pihak yang mengambilalih suatu perusahaan terbuka (perusahaan sasaran), dalam
rangka memberikan kesempatan kepada para pemegang saham minoritas, atau
para pemegang saham lain di perusahaan sasaran, untuk mendapatkan kompensasi
yang wajar. Oleh karena itu, dalam prosesnya dilakukan secara transparan, dalam
arti adanya penyebaran informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan tindakan
akuisisi dan penawaran tender yang dilakukan.
3.2.1. Alasan dan Tujuan Penawaran Tender
Untuk melihat alasan dan tujuan penawaran tender, tampaknya berkaitan
erat dengan motivasi dari para pihak yang terlibat dalam tindakan akuisisi.
Dari sisi perseroan, dikatakan dalam rangka melakukan penyebaran aset-
aset perseroan (redeployment of corporate assets), pihak manajemen perseroan
dapat melakukannya dengan berbagai cara, seperti merjer, penawaran tender
sebagai bagian dari proses akuisisi, joint ventures, atau juga pemecahan usaha
(spin off)69
67 Diterjemahkan bebas oleh Penulis dari pendapat Marc L. Steinberg dalam Understanding Securities Law, Mattew&Bender, 1996, hal. 307. 68 “Tender Offer”, http://www.sec.gov/answers/tender.htm, (diakses pada 8 Juni 2009). 69 Weston, Chung, and Hoag, Mergers, Restructuring, and Corporate Control, Prentice-Hall, New Jersey, 1990, hal. 190.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
52
Pemegang saham minoritas, merupakan pemegang saham dengan hak-hak
lebih sedikit, serta kewenangan yang lebih kecil dalam mempengaruhi kebijakan
perseroan dibandingkan dengan pemegang saham mayoritas berdasarkan anggaran
dasar. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), yang ditentukan oleh
kuorum, pemegang saham minoritas yang tidak setuju atas aksi korporasi yang
mungkin dilakukan oleh dan atau terhadap perseroan, mengingat jumlah nominal
saham yang dikuasainya lebih sedikit, hanya dapat menggunakan haknya agar
saham yang dimilikinya dibeli oleh perseroan dengan harga yang wajar.70
Dalam mewujudkan hak pemegang saham minoritas, yaitu agar sahamnya
dibeli dengan harga yang wajar tersebut, terdapat proses yang diperlukan, bahkan
juga suatu negosiasi, yang jelas pihak pemegang saham yang tidak setuju dengan
aksi perseroan tersebut, harus hadir dan mengikuti proses RUPS sesuai ketentuan
yang berlaku dalam anggaran dasar perseroan, dan ketentuan perundang-
undangan.
Perusahaan terbuka, yang mana pemegang sahamnya tersebar dan dapat
berdomisili dimana saja, menyebabkan pada praktiknya, proses RUPS yang
diharapkan guna memenuhi tuntutan setiap pemegang saham yang tidak setuju
dengan aksi korporasi terhadap perseroan, khususnya pemegang saham publik
minoritas, namun biasanya pemegang saham publik adalah pemegang saham
independen yang termasuk dalam kategori minoritas, akan sulit dilakukan.
Untuk itulah diperlukan pengaturan tentang penawaran tender, yang
menyatakan bahwa dalam rangka pengambilalihan perusahaan terbuka, pengendali
perusahaan baru wajib melakukan penawaran tender untuk seluruh sisa saham
perusahaan terbuka tersebut, dengan mekanisme tertentu, yang mencerminkan
keterbukaan, sehingga memungkinkan para pemegang saham publik yang tidak
setuju, dapat dibeli sahamnya dengan harga yang wajar. Seluruhnya dimaksudkan
agar dapat terwujud keadilan bagi semua pihak, dengan suatu mekanisme yang
efisien.
70 Indonesia, Undang-Undang Perseroan Terbatas, Loc.Cit., Pasal 55
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
53
Berkaitan dengan akuisisi perusahaan terbuka, kepentingan para pemegang
saham publik, telah menjadi perhatian khusus dalam UUPM, hal ini terlihat dalam
alinea ketiga penjelasan pasal 83: Mengingat penawaran tender melibatkan penawaran untuk membeli Efek dari pemegang saham publik yang dapat berakibat berkurangnya jumlah pemegang saham publik yang dapat berakibat berkurangnya jumlah pemegang saham secara signifikan dan ada kemungkina perusahaan yang bersangkutan tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai Perusahaan Publik, pemegang saham publik tersebut perlu memperoleh perlindungan. Perlindungan kepada pemegang saham publik tersebtu dilakukan terutama agar transaksi penawaran tender dapat dilakukan dengan wajar. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa suatu penawaran tender
di pasar modal haruslah mematuhi syarat tentang kewajaran, sementara dua prinsip
yang lain yang tidak dijelaskan secara eksplisit adalah, pelaporan, dan
keterbukaan.
Sebagai referensi, dapat dilihat prinsip keterbukaan menurut aturan pasar
modal di Amerika Serikat khususnya mengenai penawaran tender. Keterbukaan
tersebut setidak-tidaknya meliputi:
a. latar belakang dan identitas dari penawar (offeror/bidder);
b. sumber dan jumlah dana yang digunakan;
c. tujuan dari dilakukannya pembelian saham-saham perseroan target,
jumlah saham yang telah dimiliki melalui akuisisi;
d. informasi lain seputar kesepakatan khusus sehubungan denga tawaran
yang dilakukan;
e. serta informasi lain yang ditentukan oleh SEC.
Prinsip keterbukaan ini dinyatakan dalam ketentuan Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) yang menyatakan bahwa pihak
yang bermaksud melakukan penawaran tender wajib mengumumkan sekurang-
kurangnya di dalam 2 (dua) surat kabar harian berbahasa Indonesia salah satu
diantaranya mempunyai peredaran nasional, mengenai rencana penawaran tender,
persyaratan dan kondisi khusus dari penawaran tender yang direncanakan, jumlah
efek bersifat ekuitas dari perusahaan sasaran yang dimiliki oleh pihak yang
melakukan penawaran tender, pernyataan akuntan, bank, atau penjamin emisi efek
yang menerangkan bahwa pihak yang melakukan penawaran tender telah
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
54
mempunyai dana yang mencukupi untuk membiayai penawaran tender
dimaksud.71
Sedangkan prinsip pelaporan, dinyatakan dalam salah satu syarat
dilakukannya penawaran tender adalah bahwa pihak yang melakukan penawaran
tender wajib melaporkan atau menyampaikan Pernyataan Penawaran Tender
kepada Bapepam.
Alasan penawaran tender harus dilakukan dengan prinsip atau syarat-syarat
tersebut, dapat diartikan karena penawaran tender dilakukan manakala suatu pihak
akan melakukan tindakan tertentu di pasar modal, dimana pihak tersebut ingin
mendapatkan efek dalam jumlah, persentase yang besar, atau dengan perolehan
efek tersebut peranannya dalam perusahaan tersebut menjadi penting, sehingga
terhadap perusahaan sasaran dapat terjadi hal-hal seperti:
a. pengendali perusahaan akan berubah, yang mungkin diikuti dengan
perubahan policy lainnya dalam perusahaan yang bersangkutan;
b. dapat menyebabkan berkurangnya jumlah pemegang saham secara
signifikan;
c. bahkan dapat saja dengan berkurangnya jumlah pemegang saham dapat
menyebabkan perusahaan yang bersangkutan tidak lagi memenuhi
syarat sebagai perusahaan publik (going private).72
Di Amerika Serikat, wacana tender offer seperti yang dipaparkan dalam
debat kongres, dan dengar pendapat tentang Williams Act73, adalah penawaran
yang bersifat umum dan dipublikasikan oleh seseorang atau kelompok dalam
rangka membeli/memiliki saham-saham dari suatu perusahaan publik, yang mana
saham-sahamnya diperdagangkan di pasar modal nasional. Penawaran tersebut
dikatakan, biasanya dilakukan dengan publikasi melalui surat kabar, atau media
massa lain, dengan batas waktu untuk para pemegang saham merespon penawaran
tersebut, dan ketentuan total jumlah saham perusahaan sasaran yang akan dibeli.74
71 Angka 4 Peraturan Bapepam IX.F.1 72 Munir Fuady, Op.Cit, hal. 190. 73 Aturan pasar modal Amerika Serikat yang dikeluarkan tahun 1968 yang memperbaharui Securities Exchange Act (SEA) tahun 1934. 74 Richard W Jeannings dan Harold Marsh, Jr, Securities Regulation Cases and Materials, The Foundation Press Inc., Mineola, New York 1987, hal. 671.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
55
Dari riwayat tersebut, disimpulkan bahwa pengaturan tender offer dalam
Williams Act, adalah untuk melindungi para pemegang saham publik dari dilema,
dengan menjamin bahwa para pemegang saham publik yang saham-sahamnya
dijadikan target atau sasaran penawaran tender, tidak harus merespon hal tersebut
tanpa adanya suatu informasi yang cukup.75
3.2.3. Pengaturan Penawaran Tender
3.2.2.1 Ruang Lingkup Pengaturan Penawaran Tender di Indonesia
Hal-hal yang berkaitan dengan penawaran tender, diatur dengan Keputusan
Ketua Bapepam Nomor Kep-85/PM/1996 tanggal 24 Januari 1996, yang diubah
dengan Kep-10/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000, dan terakhir diubah lagi dengan
Kep-04/PM/2002, tanggal 3 April 2002, dimana di dalamnya berisi lampiran
Peraturan No. IX.F.1. Sementara itu mengenai penawaran tender yang berkaitan
dengan pengambilalihan perusahaan terbuka, diatur dalam Keputusan Ketua
Bapepam Nomor Kep-04/PM/2000, tanggal 13 Maret 2000 yang diubah dengan
Kep-05/PM/2002 tanggal 3 April 2002 yang berisi lampiran Peraturan No. IX.H.1.
Berdasarkan pemahaman atas ketentuan Bapepam diatas, penawaran tender
terbagi menjadi:
a. penawaran tender sukarela atau voluntary yang dilakukan siapa saja,
baik pihak tersebut sudah memiliki saham dalam perusahaan sasaran
maupun belum;
b. mandatory tender offer, yaitu penawaran tender yang wajib dilakukan
sebagai akibat dari adanya suatu pengambilalihan saham yang dapat
menyebabkan berubahnya pengendali dari perusahaan sasaran76
adanya pembedaan jenis penawaran tender menurut pengaturannya sebagaimana
diatas, tidak menutup kemungkinan, salah satu transaksi penawaran tender harus
tunduk dan memenuhi ketentuan kedua peraturan tersebut, selain itu hal-hal yang
berkaitan dengan penawaran tender juga harus memperhatikan peraturan-peraturan
75 Ibid. 76 Sri Indrastuti Hadiputranto dan Pramudya Azhar Oktavinanda, Penawaran Tender dan Beberapa Permasalahannya dalam Jurnal Hukum Pasar Modal, volume III, April-Juli 2006, Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal, Jakarta 2006, hal. 40.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
56
lain yang relevan dengan tindakan atau masalah yang terjadi, diantaranya
Peraturan Bapepam No. IX.D.1, dan IX.D.4, sehubungan dengan perolehan saham,
Peraturan Bapepam No. IX.F.2, sehubungan dengan informasi tentang rencana
dari tindakan pengambilalihan, Peraturan IX.C.1., sehubungan dengan transaksi
efek yang tidak dilarang bagi orang dalam, Peraturan IX.M.1 sehubungan dengan
pemilikan saham secara bertahap (creeping up rule), Peratura IX.E.1 tentang
benturan kepentingan. Selain itu dengan tidak mengenyampingkan aturan-aturan
yang bersifat lex generalis seperti UUPM, UUPT, dan Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUH Perdata) khususnya yang berkaitan dengan perikatan dan
perjanjian, jual-beli dan pengalihan saham.77
3.2.2.2. Penawaran Tender Dengan Sukarela (voluntary tender offer)
a. Tentang Jumlah Minimum Saham
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya voluntary tender offer, dapat
dilakukan siapa saja, baik pihak tersebut sudah memiliki saham dalam perusahaan
sasaran maupun belum. Karena sifat sukarela dari penawaran tender ini, maka
peraturan Bapepam pun tidak memberikan suatu kewajiban mengenai jumlah
minimum saham yang wajib dibeli dalam suatu voluntary tender offer, bahkan
suatu pihak diperbolehkan untuk melakukan voluntary tender offer dengan
ketentuan tertentu. Misalnya penawaran tender diasumsikan untuk minimum 40%
(empat puluh persen) saham perusahaan sasaran, maka berlaku ketentuan sebagai
berikut:78
1. Apabila ternyata pemegang saham perusahaan sasaran yang bersedia
menjual saham mereka pada periode pena waran tender (dengan harga
penawaran tender) kurang dari empat puluh persen, maka penawaran
tender tidak jadi dilaksanakan;
2. Bila pemegang saham perusahaan sasaran yang bersedia menjual
saham mereka pada periode penawaran tender (dengan harga
77 Dengan adanya konsep kepemilikan saham yang telah berkembang sedemikian rupa, jual beli saham membutuhkan pemahaman hukum yang berkembang, yang dituangkan dalam perjanjian jual beli saham ,dengan tetap menganut asas-asas dalam perikatan jual beli, ketentuan perundang-undangan, dan anggaran dasasr, seperti (1) Menurut Pasal 1457 78 Sri Indrastuti Hadiputranto dan Pramudya Azhar Oktavinanda, Op.Cit., hal. 54.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
57
penawaran tender), ternyata lebih dari empat puluh persen, maka
penawaran tender dilaksanakan dan harus dilakukan penjatahan secara
proporsional, sebanding dengan partisipasi setiap pihak yang
melakukan penjualan dalam penawaran tender tersebut dengan
memperhatikan satuan perdagangan yang berlaku di Bursa Efek tanpa
pecahan.79
b. Tentang Irrevocable Undertaking
Salah satu hal yang harus diperhatikan juga, adalah mengenai suatu
persetujuan untuk menjual efek yang tidak dapat ditarik kembali (irrevocable
undertaking) dari pemegang saham perusahaan sasaran, yang menyatakan bahwa
mereka bersedia menjual sebagian atau seluruh atau sebagian dari sahamnya
dalam perusahaan sasaran pada periode penawaran tender dengan harga
penawaran tender kepada pihak yang akan melakukan penawaran tender.
Hal tersebut dimungkinkan dilakukan oleh pihak yang akan melakukan
penawaran tender, guna memastikan jumlah saham perusahaan sasaran yang ingin
diperoleh, dapat tercapai (karena belum tentu seluruh pemegang saham publik
bersedia menjual sahamnya). Karena itu tindakan seperti ini, biasanya dilakukan
sebelum rencana penawaran tender diumumkan, dan sifatnya secara langsung,
dimana pihak yang akan melakukan penawaran tender, menghubungi salah satu
pemegang saham perusahaan sasaran yang penyertaan sahamnya cukup signifikan
jumlahnya dibandingkan dengan pemegang saham publik lainnya.
Sehubungan dengan tindakan tersebut, ada tiga hal yang harus
diperhatikan, yaitu:
1. selama belum ada ketentuan di bidang pasar modal yang mengatur hal
ini, maka selama kesepakatan yang terjadi diantara kedua belah pihak
memenuhi asas kebebasan berkontrak, dan memenuhi syarat perjanjian
yang sah, maka masing-masing pihak harus melaksanakan ketentuan
tersebut dengan beritikad baik. 79 Pihak yang melakukan penawaran tender wajib menunjuk akuntan yang terdaftar di Bapepam untuk melakukan pemeriksaan khusus mengenai kewajaran pelaksanaan penjatahan dan wajib menyampaikan laporannya kepada Bapepam dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal penjatahan berakhir. (angka 16 Peraturan Bapepam No. IX.F.1).
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
58
2. Tentang jumlah saham perusahaan sasaran yagn dimiliki oleh pihak
yang akan menjual dengan kesepakatan ini, apakah jumlahnya
memenuhi kategori untuk terjadinya perubahan pengendali atau tidak.
Apabila jumlahnya tidak mencukupi untuk terjadinya perubahan
pengendali, tidak menjadi persoalan, namun apabila jumlahnya cukup
besar sehingga dapat dianggap menyebabkan pihak yang membeli
saham tersebut menjadi pengendali baru sehingga harus tunduk terhadap
ketentuan tentang kewajiban memberikan informasi seputar negosiasi
yang dilakukan sehubungan dengan rencana pengambilalihan kepada
pihak-pihak tertentu. Mengenai hal ini ada pendapat yang mengatakan,
bahawa penyampaian informasi seputar negosiasi irrevocable
undertaking tersebut tidak perlu, karena tujuan dari dilakukannya
irrevocable undertaking bukanlah untuk melakukan take over tetapi
semata-mata agar perusahaan yang akan melakukan penawaran tender
dapat memenuhi harapannya untuk mendapatkan saham perusahaan
target sejumlah yang diinginkan.
3. Namun mengenai irrevocable undertaking tersebut tetap harus
diungkapkan dalam pernyataan penawaran tender yang akan dibuat,
karena hal tersebut merupakan hal penting yang dapat mempengaruhi
pemegang saham perusahaan sasaran yang lain untuk menentukan
apakah menjual saham yang dimilikinya atau tetap menjadi pemegang
saham perusahaan dengan perubahan pengendali.
4. Pihak-pihak yang melakukan irrevocable undertaking wajib
merahasiakan hal ini, sebelum diumumkannya rencana penawaran
tender.80 Untuk itu tampaknya perlu disepakati suatu “perjanjian
kerahasiaan (confidentiality agreement)” diantara para pihak.
5. Pihak pemegang saham perusahaan sasaran yang telah menyepakati
irrevocable undertaking tetap dilarang untuk membeli saham 80 Pihak yang melakukan penawaran tender dan afiliasinya yang mengetahui rencana penawaran tender wajib merahasiakna rencana penawaran tender dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari sebelum pengumuman. Ketentuan ini tidak berlaku bagi pihak yang melakukan penawaran tender sebagai pemenuhan kewajiban dalam kaitan pengambilalihan perusahaan terbuka sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Nomor IX.H.1 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka. (angka 24 Peraturan Bapepam No. IX.F.1).
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
59
perusahaan sasarsan, setelah disepakatinya hal tersebut, sebelum
diumumkannya penawaran tender. Apabila hal tersebut dilakukan,
tentunya pihak tersebut dapat dikenakan hukuman pidana.81
3.2.2.3 Penawaran Tender Akibat Akuisisi (mandatory tender offer)
a. Konsep Tentang Pengendali Perusahaan
Yang dimaksud dengan pengendali perusahaan terbuka adalah pihak yang
memiliki saham atau efek bersifat ekuitas 25% (dua puluh lima persen) atau lebih
kecuali pihak tersebut dapat membuktikan tidak mengendalikan perusahaan
terbuka atau mempunyai kemampuan, baik langsung maupun tidak langsung untuk
mengendalikan perusahaan dengan cara:
1. menentukan diangkat atau diberhentikannya direktur atau komisaris;
atau
2. melakukan perubahan anggaran dasar perusahaan terbuka.82
Adapun unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam suatu akuisisi adalah:
1. adanya suatu tindakan;
2. tindakan tersebut dapat bersifat langsung maupun tidak langsung;
3. tindakan tersebut mengakibatkan perubahan pengendali.
b. Hubungan Akuisisi dan Penawaran Tender
Dalam akuisisi atau pengambilalihan perusahan terbuka, pengendali baru
atau afiliasinya wajib melakukan penawaran tender atas sisa saham yang
diumumkannya penawaran tender, kecuali:
1. saham yang dimiliki pemegang saham yang telah melakukan transaksi
pengambilalihan perusahaan terbuka;
2. saham yang dimiliki pihak lain yang telah mendapatkan penawaran
dengan syarat dan kondisi yang sama dari pengendali baru perusahaan
terbuka;
81 Indonesia, Undang-Undang Pasar Modal, LN No. 64 Tahun 1995, TLN No.3608, pasal 83. 82 Angka 1 (e) Peraturan Bapepam No. IX.H.1.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
60
3. saham yang dimiliki pihak lain yang pada saat yang bersamaan juga
melakukan penawaran tender atas saham perusahaan terbuka yang
sama;
4. saham yang dimiliki pemegang saham utama atau pihak pengendali
lain perusahaan terbuka.
Namun tidak seluruh tindakan akuisisi menimbulkan kewajiban untuk
melakukan penawaran tender. Beberapa tindakan akuisisi dikecualikan dari
kewajiban tersebut, yaitu akuisisi sebagai akibat dari tindakan-tindakan berikut:
1. perkawinan atau pewarisan;
2. pembelian atau perolehan saham Perusahaan Terbuka dalam jangka
waktu setiap 12 (dua belas) bulan, dalam jumlah sampai dengan 5%
(lima persen) dari jumlah saham yang beredar dengan hak suara yang
sah;
3. pelaksanaan tugas dan wewenang dari badan atau lembaga pemerintah
atau negara berdasarkan undang-undang;
4. pembelian langsung saham yang dimiliki dan/atau dikuasai badan atau
lembaga pemerinta atau negara sebagai pelaksanaan ketentuan angka
(3) di atas;
5. penetapan atau putusan Pengadilan yang telah mempunyai ketentuan
hukum tetap;
6. pelaksanaan hak untuk memperoleh saham Perusahaan Terbuka dimana
hak tersebut timbul dari Efek yang diterbitkan oleh Pihak selain
Perusahaan Terbuka sebelum tanggal 13 Maret 2000;
7. penggabungan usaha atau pelaksanaan likuidasi pemegang saham;
8. hibah yang merupakan penyerahan saham tanpa perjanjian untuk
memperoleh imbalan dalam bentuk apapun;
9. jaminan utang tertentu yang telah ditetapkan dalam perjanjian utang-
piutang, serta jaminan utang dalam rangka restrukturisasi Perusahaan
yang ditetapkan oleh badan atau lembaga Pemerintah atau negara
berdasarkan undang-undang; dan
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
61
10. perolehan saham sebagai pelaksanaan Peraturan Bapepam No. IX.D.1
dan Peraturan Bapepam No. IX.D.4.83
Salah satu contoh konkret sehubungan dengan pengecualian ini adalah,
penjualan saham milik negara (Pemerintah Indonesia) kepada investor tertentu,
meskipun jumlah saham perusahaan terbuka yang ambilalih lebih dari 25% (dua
puluh lima persen).84
Bagaimana apabila penawaran tender yang dilakukan terhadap perusahaan
terbuka sehubungan dengan akuisisi yang dilakukan secara tidak langsung yang
menyebabkan perubahan pengendali di suatu perusahaan terbuka, dapat melanggar
ketentuan tentang larangan penyertaan pihak asing di perusahaan terbuka tersebut
(seperti perusahaan telekomunikasi).
c. Pelaporan Proses Negosiasi dan Pelaksanaan Penawaran Tender
Sejak ada proses negosiasi yang dilakukan sehubungan dengan
pengambilalihan perusahaan terbuka, para pihak harus mengikuti prosedur tentang
penawaran tender.
Pada saat itu, calon pengendali baru yang melakan negosiasi sehubungan
dengan pengambilalihan perusahaan terbuka wajib secara teratur
menginformasikan semua informasi yang berkaitan dengan perkembangan
negosiasi, sekurang-kurangnya meliputi: saham yang akan diambil alih, jati diri
pengambilalih (nama, alamat, jenis usaha, serta tujuan pengendalian, cara selama
proses negosiasi pengambilalihan, dan materi selama proses negosiasi
pengambilalihan), kepada perusahaan yang akan diambil alih, Bapepam, bursa
efek dimana saham dari perusahaan yang akan diambil alih tercatat, dan
masyarakat85
Penawaran tender itu sendiri wajib dimulai pada akhir hari kerja kedua
setelah terjadinya pengambilalihan perusahaan terbuka. Diawali dengan
penyampaian teks pengumuman rencana penawaran tender kepada Bapepam.
83 Angka 11 Peraturan Bapepam No. IX.H.1. 84 Sri Indrastuti Hadiputranto dan Pramudya Azhar Oktavinanda, Op.Cit., hal. 45. 85 Angka 4 dan angka 5 Peraturan Bapepam No. IX.H.1.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
62
Pelaksanaannya sendiri harus sudah dimulai selambat-lambatnya 180 (seratus
delapan puluh) hari sejak dilakukannya pengumuman.86
3.2.2.4 Pemilikan Saham Secara Bertahap (creeping up rule)
Pembelian atau perolehan saham suatu perusahaan terbuka dalam jangka
waktu setiap 12 (dua belas) bulan dalam jumlah sampai dengan 5% (lima persen)
dari jumlah saham beredar dengan hak suara yang sah, dikecualikan dari
pengertian sebagai mandatory tender offer. Dasar pemikiran dari hal ini adalah
bahwa pemilikan yang dilakukan secara bertahap, setiap kali dalam waktu dua
belas bulan hanya sebesar 5% (lima persen), telah memberikan waktu yang cukup
bagi investor publik untuk mengetahui pembelian saham tersebut serta “maksud”
dari pihak yang melakukan pembelian saham tersebut.
Adanya anggapan bahwa investor publik telah diberikan waktu yang
cukup untuk mengetahui pembelian saham tersebut adalah karena berdasarkan
peraturan Bapepam yang berlaku87, setiap pemegang saham 5% (lima persen) atau
lebih atas saham-saham suatu perusahaan terbuka diwajibkan melakukan
keterbukaan dimana dalam keterbukaan tersebut diharuskan pula menyebutkan
“maksud dari pembelian saham”.
Hal-hal diatas dirasakan sampai sekarang sering kali kurang dimengerti
oleh para investor publik sehingga sering menimbulkan kesan bahwa ada suatu
pihak yang tiba-tiba menjadi pemegang saham pengendali tanpa melakukan
kewajiban penawaran tender.88
3.2.2.5. Peraturan Yang Berlaku Bentuk Penawaran Tender
a. Perlindungan Pemegang Saham Publik Dalam Mengambil Keputusan
Pemegang saham publik suatu perseroan yang menjadi sasaran akuisisi
mempunyai pilihan untuk mengalihkan sahamnya kepada pihak yang melakukan
penawaran tender atau tidak.
86 Angka 3 dan angka 7 Peraturan Bapepam No. IX.H.1. 87 Peraturan Bapepam No. X.M.1, lampiran Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-082/PM/1996, tanggal 17 Januari 1996 tentang Keterbukaan Informasi Pemegang Saham Tertentu. 88 Sri Indrastuti Hadiputranto dan Pramudya Azhar Oktavinanda, Op.Cit., hal. 53.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
63
Dalam hal pemegang saham publik di perusahaan sasaran tidak
mengalihkan sahamnya kepada pihak yang melakukan penawaran tender, maka
pemegang saham publik tersebut akan tetap menjadi pemegang saham dari
perusahaan sasaran. Namun pemegang saham publik tetap berhak meinta
perusahaan sasaran untuk membeli saham mereka dengan harja yang wajar,
apabila mereka tidak menyetujui tindakan akuisisi terhadap perusahaan sasaran.89
Pemegang saham publik yang setuju mau mengalihkan sahamnya kepada
pihak yang melakukan penawaran tenderpun mempunyai pilihan untuk diberikan
pembayaran dengan harga yang wajar, atau ditukar dengan efek yang bersifat
ekuitas yang dimiliki pihak yang melakukan penawaran tender di perusahaan
lain.
Dalam hal penawaran tender dilaksanakan melalui penukaran efek
perusahaan sasaran dengan efek lain, maka pihak yang melakukan penawaran
tender wajib memberikan pilihan untuk menerima efek lain tersebut atau uang
dalam jumlah sebagaimana diatur diatas.90
Pada dasarnya yang harus diperhatikan oleh pemegang saham publik
ketika diumumkannya penawaran tender adalah adanya kemungkinan besar
bahwa dalam perusahaan sasaran yang mana sebagian sahamnya dimiliki oleh
pemegang saham publik tersebut akan terjadi perubahan pengendali perusahaan.
Pengendali perusahaan baru belum tentu mampu menunjukkan kinerja yang lebih
baik sehingga ada risiko dalam hal return of investment yang diharapkan.91
Dalam rangka melindungi pemegang saham publik, diwajibkan pihak yang
melakukan penawaran tender untuk membuat pernyataan dalam PPT mengenai
rencana dari pihak yang melakukan penawaran tender, sehubungan rencana
terhadap perusahaan sasaran setelah penawaran tender dilakukan, antara lain:
1. apakah pengendali baru akan melikuidasi perusahaan sasaran atau tidak;
2. apakah akan ada perubahan struktur modal atau kebijakan dividen atau
tidak;
89 Indonesia, Undang-Undang Perseroan Terbatas, Loc.Cit., Pasal 104 ayat (2). 90 Angka peraturan Bapepam No. IX.F.1. 91 Sri Indrastuti Hadiputranto dan Pramudya Azhar Oktavinanda, Op.Cit., hal. 50.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
64
3. apakah pengendali baru memiliki rencana untuk melakukan delisting atau
tidak.92
Ketentuan diatas sejalan dengan ketentuan yang mengatakan bahwa pihak
yang melakukan penawaran tender dapat membuat rencana mengenai
kelangsungan atau perubahan manajemen perusahaan dan karyawan setelah
penawaran tender sepanjang hal tersebut tidak merupakan persyaratan penawaran
tender dan diungkapkan seluruhnya dalam UUPT.93
Dalam hal pengambilalihan perusahaan terbuka yang mengandung unsur
transaksi dengan benturan kepentingan, berlaku peraturan Bapepam tentang hal
tersebut yang menyatakan dalam pelaksanaannya memerlukan persetujuan
mayoritas pemegang saham publik.94 Benturan kepentingan itu sendiri diartikan
sebagai adanya perbedaan antara kepentingan ekonomis pribadi direktur,
komisaris, atau pemegang saham utama (pengendali) perusahaan.95
Benturan kepentingan merupakan hal yang harus diperhatikan dalam hal
dilakukan penawaran tender baik mandatory tender offer maupun voluntary
tender offer. Hal ini karena benturan kepentingan dapat pula terjadi akibat
voluntary tender offer yang akhirnya dapat menimbulkan perubahan pengendali
baru di perusahaan terbuka yang menjadi sasaran penawaran tender.
b. Penawaran Tender yang Menyebabkan Going Private
Going private atau delisting adalah istilah untuk proses suatu perusahaan
terbuka sehingga tidak memenuhi syarat lagi sebagaimana ditentukan oleh
undang-undang sebagai perusahaan terbuka.96
Penawaran tender dapat menyebabkan terjadinya going private, yaitu
keadaan dimana jumlah pemegang sahamnya menjadi tidak memenuhi
persyaratan sebagai perusahaan publik. Jika penawaran tender dapat
mengakibatkan efek tersebut tidak lagi memenuhi persyaratan pencatatan di bursa
efek dimana efek tersebut tercatat, maka pihak yang melakukan penawaran tender
92 Angka 6 Peraturan Bapepam No. IX.F.2. 93 Angka 26 Peraturan Bapepam No. IX.F.1. 94 Angka 6 Peraturan Bapepam No. IX.H.1. 95 Angka 1 (d) peraturan Bapepam No. IX.E.1. 96 Munir Fuady, Op.Cit., hal. 195.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
65
wajib membeli seluruh efek tersebut yang ditawarkan oleh semua pihak kecuali
pemegang saham utama.97
Namun dalam praktik saat ini, ketentuan delisting tidak dikaitkan lagi
dengan jumlah minimal pemegang saham dari suatu perusahaan terbuka. Hal ini
dikarenakan delisting hanya dimungkinkan dengan adanya:
1. persetujuan RUPS dari suatu perusahaan terbuka;
2. atas dasar keputusan Bursa; atau
3. atas dasar permintaan Bapepam.98
Dengan demikian ketentuan Bapepam sebagaimana dikatakan dalam butir
18 Peraturan No. IX.F.1 sebenarnya sudah tidak sesuai lagi dengan ketentuan
delisting dari Bursa Efek Indonesia.
3.2.3. Pengaturan Penawaran Tender di Amerika Serikat
Pada prinsipnya pengaturan tentang penawaran tender di Amerika Serikat
juga menganut asas-asas keterbukaan, kewajaran, dan pelaporan. Hal ini bertujuan
untuk melindungi pemegang saham publik dengan menekankan pentingnya
informasi material sehubungan dengan dilakukannya penawaran tender. Hal ini
dapat dilihat dari uraian singkat sebagai berikut:
3.2.3.1. Pengaturan di Tingkat Federal
The Williams Act yang merupakan penambahan aturan dari Securities
Exchange Act (SEA) tahun 1934, mengandung sejumlah aturan menganai take
over bids/tender offer, seperti Section 13 (d) yang mengatur tentang keharusan
pihak baik perseorangan, ataupun grup perusahaan yang mendapatkan sedikitnya
5 (lima) persen saham suatu perseroan (perseroan sasaran), yang terdaftar, harus
melaporkan kepada SEC. Dan ketika pihak tersebut bermaksud mendapatkan
lebih banyak lagi saham tersebut melalui suatu tender offer, maka harus membuat
pernyataan terhadap pihak perusahaan (issuer) dan pihak komisi/SEC dalam 10
(sepuluh) hari. Pernyataannya sedikitnya berisi mengenai latar belakang pihak 97 Angka 18 Peraturan Bapepam No. IX.H.1. 98 Sri Indrastuti Hadiputranto dan Pramudya Azhar Oktavinanda, Op.Cit., hal.58.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
66
tersebut, sumber dana yang akan digunakan untuk akuisisi, tujuan akuisisi, jumlah
saham yang telah dimiliki, dan setiap kontrak, kesepatan dan arrangements yang
relevan dengan rencana tersebut.
Section 14 (d) mengatur tidak diperbolehkannya pihak manapun untuk
melakukan tender offer tidak diperbolehkan pihak manapun untuk melakukan
tender offer sebagai hasil dari pemilikannya atas minimal 5% (lima persen),
kecuali dia mengajukan pernyataan pendaftaran kepada komisi atau SEC dan
menyediakan kepada seluruh pihak yang ditawar sahamnya (offeree) suatu
pernyataan yang berisi informasi materil yang jelas berdasarkan Section 13 (d), 14
(d), dan (e), dan aturan lain yang berlaku (adopt by SEC under them) juga
dibebankan setiap larangan yang menjadi tender offer.99
Berdasarkan aturan ini setiap tender offer harus terbuka untuk sekurang-
kurangnya 20 (dua puluh) hari.100 Hal ini diartikan bahwa SEA tahun 1934 ini
adalah awal pengaturan dan perlindungan terhadap pemegang saham dari
kemungkinan terjadinya perubahan kepemilikan saham atas suatu perusahaan
yang telah go public secara tiba-tiba atau rahasia, akibat adanya suatu tindakan
akuisisi yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu.
Tujuan dari ketentuan Section 14 (d) SEA tahun 1934 juga diatur
mengenai pengecualian kewajiban untuk melakukan tender offer bagi pihak-pihak
yang mengakuisisi suatu perusahaan terbuka. Dimana sebelumnya telah memiliki
saham di dalam perusahaan sasaran sedikitnya sebesar 5% (lima persen) yaitu
dalam pasal 8 (d) ayat C yang mengecualikan kewajiban untuk melakukan tender
offer apabila dikecualikan oleh komisi/SEC. Berdasarkan ketentuan (order) dan
peraturan (rules) yang mengatakan bahwa dengan dilakukannya akuisisi tidak
akan menyebabkan hal-hal sebagaimana diatur dalam pasal 8 Section 14 SEA
tahun 1934 serta tidak menyebabkan atau mempengaruhi pengendalian
perusahaan sasaran.101
99 David L. Retner, Securities Regulation in Nutshell, West Publishing Co, 1992, hal. 111-112. 100 Ibid., hal. 112. 101 University of Cincinnati College of Law Securities Lawyer’s Deskbook, http://www.law.uc.edu/CCL/34Act/sec14.html (diakses pada 18 Juni 2009)
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
67
Sebelumnya berdasarkan SEA tahun 1933, tender offer juga telah diatur
dalam Section 5 yang melarang dilakukannya penawaran umum atau penjualan
efek tanpa dilakukannya pernyataan pendaftaran. Section 8 (a) menyatakan
dimungkinkan suatu pernyataan pendaftaran yang telah melewati masa 20 (dua
puluh) hari sejak tanggal didaftarkannya di SEC dengan sendirinya berlaku
efektif.102
Section 8 (b) dan 8 (d) memberikan kewenangan terhadap SEC untuk
meminta informasi tambahan yang diperlukan atau menerbitkan surat perintah
untuk menghentikan surat pendaftaran (stop order), yang berakibat menunda
waktu 20 (dua puluh) hari sebagaimanayang dimaksud section 8 (a).
3.2.3.2. Pengaturan di Tingkat Negara Bagian
Negara bagian memiliki wewenang untuk mengatur hal-hal yang berkaitan
dengan hukum perseroan dan akuisisi perusahaan. Dalam rentang tahun 1960
sampai dengan 1970an, lebih dari 30 (tiga puluh) negara bagian di Amerika
Serikat memberlakukan undang-undang yang mengatur tentang take over,
penggabungan perusahaan, dan tentang berbisnis di negara merdeka.
Pengaturan tersebut terutama ditujukan untuk kepentingan pihak
manajemen lama dari perusahaan. Aturan-aturan tersebut berkenaan dengan
keharusan disclosure yang lebih panjang jangka waktunya daripada jangka waktu
yang ditentukan hukum federal, seperti dalam tender offer, didaftarkannya saham-
saham yang diperjualbelikan di suatu badan administratif khusus tingkat negara
bagian.103
Dengan melihat paparan diatas, sesungguhnya kebijakan penawaran tender
selain ditujukan untuk memberikan kesempatan pihak manjemen atau perusahaan
sasaran untuk bersiap dalam menghadapi tindakan take over, juga untuk
mempersempit peluang dilakukannya hostile take over melalui pasar modal, yaitu
dengan adanya kewajiban keterbukaan informasi.
102 Ibid. 103 David L. Retner, Op.Cit., hal. 116.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
68
BAB 4
ANALISIS PENGAMBILALIHAN PT. INDOSAT TBK
4.1. Pelaksanaan Pengambilalihan (Akuisisi) Saham PT Indosat Tbk oleh
Qatar Telecom
Pada 6 Juni 2008, Qtel menandatangani Stock Purchase Agreement
(“SPA”) dengan STT Communications Ltd. (“STT”)1, anak perusahaan Singapore
Technologies Telemedia Pte, Ltd. (“ST Telemedia”), sebuah perusahaan yang
didirikan berdasarkan hukum Singapura.
Dimana dalam transaksi tersebut, Qtel melalui anak perusahaannya, Qatar
South East Asia Holding S.P.C mengakuisisi 100% saham Indonesia
Communications Limited (“ICLM”)2 dan Indonesia Communications Pte. Ltd
(“ICLS”)3. Seluruh saham ICLM dan ICLS yang diterbitkan sebelumnya dimiliki
seluruhnya oleh Asia Mobile Holdings Pte. Ltd (“AMH”) yang 75% sahamnya
dimiliki secara tidak langsung oleh STT dan 25% dimiliki secara tidak langsung
oleh Qtel.4
Dalam struktur kepemilikan saham Indosat, ICLS mewakili 0,85% saham,
dan ICLM mewakili 39,96%. Sehingga setelah mengakuisisi ICLS dan ICLM,
Qtel memiliki 40,81% dari total Saham Seri B atau 2.217.590.000 saham yang
diterbitkan oleh Indosat. Transaksi SPA yang dirampungkan pada 22 Juni 2008
ini mengakibatkan perubahan pengendali Indosat, dari AMH menjadi Qtel.5
1 STT adalah anak perusahaan Singapore Technologies Telemedia, Pte. Ltd, yang merupakan anak perusahaan Temasek. 2 ICLM adalah sebuah perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum Mauritius. 3 ICLS adalah sebuah perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum Singapura. 4 STT memiliki AMH melalui Asia Mobile Holdings Company Pte. Ltd, sedangkan Qtel memiliki AMH melalui Qatar Investment Holdings B.S.C 5 Qtel Press Release, “Qtel Tender Offer Statement.”
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
69
Oleh dari hal tersebut maka struktur kepemilikan saham Indosat adalah
adalah sebagai berikut:
Gambar 4.1. Struktur Kepemilikan Saham Indosat Sebelum Penyelesaian Transaksi SPA
Sumber: “Qtel Tender Offer Statement”, Qtel Press Release.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
70
Gambar 4.2.
Struktur Kepemilikan Saham Indosat Setelah Penyelesaian Transaksi SPA
Sumber: “Qtel Tender Offer Statement”, Qtel Press Release.
Setelah menyampaikan teks pengumuman Rencana Penawaran Tender
kepada Bapepam-LK dan Indosat pada 24 Juni 2008 serta telah mengumumkan
Rencana Penawaran Tender tersebut dalam dua surat kabar harian (Bisnis
Indonesia dan Investor Daily) pada 26 Juni 2008, Qtel tidak serta merta
melaksanakan penawaran tender. Hal ini dikarenakan Qtel ingin meningkatkan
kepemilikan sahamnya menjadi 65% namun bermasalah dengan Daftar Negatif
Investasi.6
6 Ibid.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
71
Kemudian berdasarkan surat No. S-9186/BL/2008 tanggal 23 Desember
2008 yang dikeluarkan Bapepam-LK, menyatakan bahwa Qtel diperbolehkan
memiliki hingga 65% dari total saham Indosat tanpa harus melakukan spin off
sesuai dengan Peraturan Presiden No. 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang
Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di
Bidang Penanaman Modal jo. Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2007 tentang
Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang
Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di
Bidang Penanaman Modal. Berdasarkan Surat Menteri Negara Badan Usaha
Milik Negara No. S-234/MBU.6/2008 tanggal 3 September 2008, bahwa
Pemerintah Republik Indonesia tidak memiliki rencana untuk melepaskan bagian
dari 14,29% sahamnya di Indosat, maka Pemerintah Republik Indonesia tidak
mengikuti Penawaran Tender. Sehingga saham yang ditawarkan untuk dibeli oleh
Qtel pada Penawaran Tender adalah 1.314.466.775 saham yang mewakili 24,19%
dari total saham Seri B.7
Dari penuturan dan gambar diatas, dapat diketahui bahwa transaksi SPA
yang dilakukan oleh Qtel dengan STT adalah akuisisi internal, dimana akuisisi
dilakukan oleh suatu perusahaan terhadap perusahaan lainnya didalam satu grup
atau afiliasinya yang memiliki dampak kepada perusahaan lainnya yang memiliki
keterkaitan kepemilikan saham. Akuisisi ini juga merupakan akuisisi horizontal
yang melibatkan perusahaan yang memiliki produk atau jasa yang sama atau
mirip, dimana Qtel dan Indosat sama-sama bergerak dalam bidang usaha
telekomunikasi.
Dari segi objek transaksi akuisisi Indosat oleh Qtel merupakan akuisisi
saham dengan cara membeli sebagian saham-saham yang telah dikeluarkan oleh
Indosat sehingga menyebabkan adanya penguasaan mayoritas atas saham Indosat
oleh Qtel, yang akan membawa perubahan penguasaan manajemen dan jalannya
perusahaan. Akuisisi saham ini dilakukan dengan cara pengambilalihan tidak
langsung dari pemegang saham Indosat, sehingga perlu didahului dengan
membuat rencana pengambilalihan.
7 Ibid.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
72
Dari segi regulasi yang berlaku, transaksi akuisisi ini dirampungkan pada
22 Juni 2008, maka akuisisi ini tidak menggunakan Keputusan Bapepam Nomor
259/BL/20088, melainkan menggunakan Keputusan Ketua Bapepam Nomor
05/PM/2002, Peraturan IX.H.1 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka
yang ditetapkan pada 3 April 2002. Hal ini dikarenakan Keputusan Bapepam
Nomor 259/BL/2008 tersebut baru ditetapkan pada 30 Juni 2008. Berdasarkan
Keputusan Ketua Bapepam Nomor 05/PM/2002, maka Qtel yang memiliki
40,81% saham (dan ingin meningkatkan menjadi 65%) merupakan pengendali
baru dari Indosat, sehingga Qtel wajib melaksanakan Penawaran Tender untuk
sisa saham Indosat.
Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan cara penjualan saham-saham dalam
suatu perseroan, akuisisi Indosat dilakukan dengan cara penjualan saham yang
berkuasa milik AMH (yang mengendalikan ICLM dan ICLS) yang kemudian
memberi penguasaan atas suatu perusahaan swasta, yaitu Qtel, yang dilaksanakan
berdasarkan suatu penawaran tertulis sejumlah pemegang saham, dan kemudian
dilanjutkan dengan penandatanganan SPA.
Indosat yang merupakan perusahaan terbuka dan tercatat di Indonesia
Stock Exchange (ISE) dan New York Stock Exchange (NYSE) merupakan
perusahaan telekomunikasi yang menyelenggarakan jasa telepon selular GSM9,
jasa telekomunikasi tetap10, dan jasa MIDI11 di seluruh Indonesia. Sedangkan Qtel
adalah kelompok usaha telekomunikasi tunggal di Qatar yang bergerak dalam tiga
sektor bisnis, yaitu: layanan telepon, layanan pita-lebar (broadband)12, dan
8 Pada Keputusan Bapepam No.259/BL/2008; Pengendali Perusahaan Terbuka adalah Pihak yang memiliki saham lebih dari 50% (lima puluh perseratus) dari seluruh saham yang disetor. Merubah ketentuan yang lama, dimana memiliki 25% saham atau lebih sudah dapat disebut sebagai Pengendali Perusahaan Terbuka. 9 Jasa telepon selular: menyelenggarakan jasa telepon selular GSM 900 dan 1800 kepada 35,5 juta pelanggan di seluruh Indonesia 10 Jasa telekomunikasi tetap (telepon): menyelenggarakan jasa sambungan internasional pada tahun 1969, sambungan jarak jauh pada tahun 2003, dan jasa telepon lokal tetap pada tahun 2002. 11 Jasa MIDI: menyelenggarakan jasa broadband dan narrowband MIDI. 12 Press Release Qtel, “Qatar Telecom (Qtel) Menyambut Baik Keputusan Atas Persyaratan Tender Offer Indosat”
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
73
pengelolaan layanan korporat dengan 16,35 juta pelanggan di 15 negara di
dunia.13
Dengan melakukan akuisisi Indosat, maka Qtel memperkuat posisinya
dalam berkompetisi di pasar telekomunikasi dunia. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Direktur Utama Qtel, Nasser Marafih bahwa Indonesia adalah pasar
telekomunikasi dengan pertumbuhan yang tinggi dan Indosat ada di posisi yang
tepat untuk berkompetisi di pasar.14 Dalam hal ini maka Qtel melakukan ekspansi
atau perluasan usaha. Ekspansi usaha yang dilakukan oleh Qtel dengan
mengakuisisi Indosat ini tidak merubah fokus usaha dari Indosat.
Sebagai tujuan dari dilakukannya akuisisi maka beberapa dari tujuan
tersebut terpenuhi yaitu: akuisisi ini dilakukan Qtel untuk memperoleh pangsa
pasar. Sebelum melakukan akuisisi Qtel telah memiliki pangsa pasar di 16 negara
di dunia, namun jumlah pelanggannya masih kurang untuk mencapai targetnya
sebagai “20 besar provider telekomunikasi dunia” pada 2020. Dengan adanya
akuisisi ini, maka Qtel mendapatkan jumlah pelanggan Indosat untuk mencapai
targetnya.
Dilakukannya akuisisi ini dengan berbagai latar belakang dan tujuan baik
dari Qtel maupun Indosat, diharapkan Qtel sebagai pihak pengakuisisi, yang
merupakan perusahaan besar dan memiliki kekuatan pasar yang kuat tidak
melakukan akuisisi ini dengan tujuan untuk menyingkirkan pesaingnya dan
mematikan persaingan. Dengan adanya Qtel diharapkan dapat meningkatkan
penetrasi telekomunikasi di Indonesia
4.2. Pelaksanaan Akuisisi Saham PT Indosat Tbk oleh Qatar Telecom Q.S.C
Ditinjau dari Undang-Undang No. 5 tahun 1999 tentang Larangan
Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
Sebagaimana telah disebutkan pada bab sebelumnya bahwa perbuatan
akuisisi harus memperhatikan kepentingan masyarakat dan persaingan usaha yang
13 Jumlah pelanggan sebelum pengakuisisian Indosat. 15 Negara tersebut antara lain: Qatar, Oman, Kuwait, Algeria, Tunisia, Iraq, dll. 14 Abdul Salam Taba, “Questioning Acquisition of Indosat,” http://www.kppu.go.id/ web/node/718 (diakses pada 30 April 2009).
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
74
sehat. Sehubungan dengan hal tersebut akibat dari akusisi Indosat oleh Qtel harus
dikaji agar tidak menyebabkan adanya persaingan usaha tidak sehat. Hal yang
dinilai paling penting sekali yang berpotensi menimbulkan persaingan usaha tidak
sehat antara lain adalah apabila ternyata setelah mengakuisisi Indosat, Qtel
memiliki posisi dominan pada pasar telekomunikasi melalui Indosat. Salah satu
bentuk dari penyalahgunaan posisi dominan tersebut terkait dengan penetapan
syarat-syarat perdagangan dengan tujuan untuk mencegah dan/atau menghalangi
konsumen memperoleh barang dan/atau jasa yang bersaing, baik dari segi tarif
maupun kualitas, pembatasan pasar dan pengembangan teknologi, atau
menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi menjadi pesaing untuk memasuki
pasar bersangkutan.15 Dengan demikian dalam hal akuisisi Qtel terhadap Indosat
yang perlu diperhatikan pasca akuisisi ini adalah perilaku Qtel dan Indosat dalam
menjalankan kegiatan usahanya, khususnya mengenai pembatasan pasar dan
pengembangan teknologi, serta usaha menghambat pelaku usaha lain yang
berpotensi menjadi pesaing untuk memasuki pasar bersangkutan.
Pasca akuisisi saham Indosat oleh Qtel, maka Qtel dan Indosat menjadi
satu entitas ekonomi, walaupun badan hukumnya berbeda. Qtel akan mengatur
manajemen Indosat sesuai dengan aturan main yang ditetapkan oleh Qtel. Setelah
Qtel merubah manajemen Indosat, maka perilaku Qtel dengan Indosat pasca
akuisisi akan menjadi sama. Tarif telepon Indosat merupakan kebijaksanaan yang
ditetapkan oleh Qtel. Sehingga walaupun terdapat kesepakatan tarif, hal tersebut
tidak melanggar UU Persaingan Usaha karena Qtel dan Indosat sekarang
merupakan satu entitas dan bukan merupakan pesaing. Yang akan menyalahi
aturan berdasarkan Pasal 5 UU Persaingan Usaha adalah apabila Qtel membuat
perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya (misalkan: Singtel di Telkomsel)
untuk menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh
konsumen pada pasar bersangkutan yang sama.
Qtel dengan mengakuisisi Indosat akan meningkatkan daya saingnya
melalui suntikan finansial dan manajemen baru. Bagi Indosat, dengan masuknya
Qtel ke dalam Indosat, maka Indosat akan memiliki standar yang sama dengan
15 Indonesia, Undang-Undang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Loc.Cit., Pasal 25.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
75
Qtel. Sebaliknya, Qtel juga diuntungkan dengan mengambilalih saham Indosat
karena Qtel menjadi perusahaan asing yang memiliki aset berupa 11.667
pemancar16 di seluruh Indonesia melalui anak perusahaannya yaitu Indosat.
Sebelum dilakukannya akuisisi, Indosat pada triwulan pertama 2008
memiliki 26,4 juta pelanggan dengan laba Rp 613,9 Miliar. Indosat menempati
urutan kedua setelah PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel), dengan 51,3 juta
pelanggan serta laba Rp 3,61 Triliun pada triwulan pertama 2008. Untuk lebih
rinci, daftar perusahaan telekomunikasi yang mempunyai omzet tinggi dapat
dilihat pada tabel 4.1. berikut:
Tabel 4.1. Tiga Besar Pelaku Usaha GSM di Indonesia
Sumber: “Setelah Temasek Pergi” Tempo, 22 Juni 2008.
Berdasarkan tabel diatas, apabila pasca akuisisi berakibat adanya sinergi
antara Qtel dan Indosat, maka akuisisi ini meningkatkan laba Qtel serta jumlah
pelanggannya. Namun sebagai anak perusahaan Indosat akuisisi ini tidak merubah
peta persaingannya dalam pasar telekomunikasi Indonesia. Dampak yang
16 “Setelah Temasek Pergi,” Tempo (22 Juni 2008)
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
76
diperoleh bagi Indosat adalah adanya suatu peningkatan finansial dan
pengembangan teknologi yang dapat meningkatkan daya saingnya pada pasar.
4.2.1. Kaitannya Dengan Kasus Kepemilikan Silang Temasek
Transaksi SPA ini menuai kecaman, khususnya dari KPPU dan DPR. Hal
ini dikarenakan SPA yang dilakukan Qtel dengan STT tersebut dilaksanakan pada
saat kasus kepemilikan silang Temasek di Telkomsel (Singtel) dan Indosat (STT)
masih berjalan. Pada saat itu masih berjalan proses kasasi di Mahkamah Agung.
Banyak yang berpendapat bahwa transaksi itu tidak sah dan telah
‘melangkahi’ pengadilan tertinggi. Seperti menurut Drajad Wibowo, anggota
Komisi Keuangan DPR, seharusnya transaksi tersebut menunggu keputusan
Mahkamah Agung.17 Lalu Syamsul Maarif, ketua KPPU, meminta Bapepam
untuk tidak menyetujui dan membatalkan transaksi tersebut. Menurutnya,
transaksi tersebut bertentangan dengan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
karena Qtel merupakan pihak terafiliasi dari STT. Marwan Batubara, Anggota
DPD, juga mengemukakan bahwa penjualan Indosat kepada Qtel menimbulkan
oligopoli, karena kelompok usaha Temasek menguasai 89% pangsa pasar
telekomunikasi di Indonesia.18
Namun menurut saya transaksi SPA tersebut tidaklah melanggar hukum,
karena yang dibeli oleh Qtel adalah saham AMH, jadi bukan saham Indosat secara
langsung. Lagipula transaksi ini tentu telah memperhatikan segala aspek hukum
termasuk kasus kepemilikan silang tersebut, Qtel sebagai afiliasi dari STT juga
telah memahami hal tersebut dan bersedia tunduk pada hasil putusan Mahkamah
Agung.
4.3. Akuisisi Saham PT Indosat Tbk oleh Qatar Telecom Q.S.C Ditinjau dari
Peraturan Bapepam
17 Muchamad Nafi dan Sapto Pradityo, “Langkah Gelap Temasek,” Tempo (16-22 Juni 2008): 104. 18 “KPPU Meminta Bapepam Batalkan Transaksi Indosat,” http://kompas.co.id/rea d/xml/2008/06/25/04280663/kppu.minta.bapepam.batalkan.transaksi.indosat. (diakses pada 1 Mei 2009)
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
77
Karena transaksi SPA yang dilakukan oleh Qtel dengan STT merupakan
akuisisi internal, maka akuisisi ini tergolong dalam transaksi afiliasi. Namun
karena Qtel dan STT merupakan perusahaan terbuka yang terdaftar di luar negri,
sehingga transaksi ini tidak terikat dengan aturan pasar modal Indonesia,
khususnya keputusan ketua Bapepam-LK No. Kep-521/BL/2008 tanggal 12
Desember 2008, Peraturan IX.E.1 tentang Transaksi Afiliasi dan Benturan
Kepentingan Transaksi Tertentu.
Namun karena hasil dari SPA tersebut menyebabkan terjadinya pengendali
baru di Indosat, maka menurut keputusan ketua Bapepam Kep 05/PM/2002,
peraturan IX.H.1 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka, Qtel wajib untuk:
Melakukan keterbukaan informasi kepada Bapepam-LK
Mengumumkan kepada masyarakat
Melaksanakan Penawaran Tender
Keterbukaan informasi tersebut meliputi:
(1) uraian mengenai Transaksi Afiliasi tersebut;
(2) ringkasan laporan Penilai;
(3) penjelasan pertimbangan dan alasan dilakukannya Transaksi tersebut;
(4) rencana dan data Qtel;
(5) pernyataan dewan komisaris dan direksi yang menyatakan bahwa semua
informasi material telah diungkapkan dan tidak menyesatkan; dan
(6) ringkasan laporan tenaga ahli atau konsultan independen jika dianggap
perlu.19
Keterbukaan informasi mengenai transaksi SPA tersebut telah dilakukan
oleh Qtel, dimana penandatanganan transaksi jual beli saham yang dilakukan pada
6 Juni 2008 telah diumumkan dan dimuat dalam surat kabar harian Koran Tempo
pada 8 Juni 2008. Serta telah disampaikan kepada Bapepam-LK.20
4.3.1. Penawaran Tender
Pasca mengakuisisi Indosat, Qtel melaksanakan Penawaran Tender
terhadap sisa Saham Seri B Indosat yang terdaftar pada ISE dan NYSE. 19 Angka 2 Peraturan Bapepam No. IX.E.1. 20 Qtel Press Release, “Qtel Tender Offer Statement”
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
78
Saham Seri B yang dibeli dalam Penawaran Tender oleh Qtel akan
didaftarkan atas nama ICLS. Untuk itu, Saham Seri B yang dibeli dalam
Penawaran Tender akan secara langsung ditransfer ke rekening efek ICLS.
Berdasarkan angka 4 peraturan IX.F.1 tentang Penawaran Tender, Pihak
yang bermaksud melakukan Penawaran Tender wajib mengumumkan dalam
sekurang-kurangnya 2 (dua) surat kabar harian berbahasa Indonesia, yang salah
satunya mempunyai peredaran nasional. Dimana pengumuman tersebut memuat:
a. identitas dari Pihak yang melakukan Penawaran Tender;
b. persyaratan dan kondisi khusus dari Penawaran Tender yang direncanakan;
c. jumlah Efek Bersifat Ekuitas dari Perusahaan Sasaran yang dimiliki oleh
Pihak yang melakukan Penawaran Tender;
d. pernyataan Akuntan, bank, atau Penjamin Emisi Efek yang menerangkan
bahwa Pihak yang melakukan Penawaran Tender telah mempunyai dana
yang mencukupi untuk membiayai Penawaran Tender dimaksud.21
Hal-hal tersebut telah dipenuhi, pada 8 Januari 2008 Qtel telah menyampaikan
Pernyataan Penawaran Tender kepada Bapepam-LK sesuai dengan peraturan
IX.F.1 dan IX.F.2 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor Kep-
85/PM/1996 tanggal 24 Januari 1996 tentang Pedoman tentang Bentuk dan Isi
Pernyataan Penawaran Tender.
Qtel telah menyatakan bahwa ia akan berkomitmen untuk menyediakan
dan yang cukup untuk melaksanakan Penawaran Tender. Pernyataan ini didukung
oleh surat keterangan yang diterbitkan oleh PT Danareksa Sekuritas tertanggal 24
Juni 2008, yang menyatakan bahwa PT Danareksa Sekuritas yakin Qtel akan
memiliki dana yang cukup untuk membiayai Penawaran Tender ini. Hal tersebut
penting bagi para pemegang saham yang menawarkan sahamnya pada Penawaran
Tender mendapat kepastian bahwa Qtel akan melunasi pembayaran pembelian
saham Penawaran Tender.
Penawaran Tender Indosat dinyatakan efektif pada 16 Januari 2009.
Dilaksanakan pada 20 Januari 2009 sampai dengan 18 Februari 2009, dengan
21 angka 4 Peraturan Bapepam No. IX.F.1.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
79
proses pengembalian pada 23 Februari 2009. Penawaran Tender Indosat memiliki
ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut:
1. Harga Penawaran Tender Qtel atas setiap Saham Seri B adalah sebesar Rp
7.388 (tujuh ribu tiga ratus delapan puluh delapan Rupiah).22
2. Pelaksanaan Penawaran Tender Qtel, Pemegang Saham Seri B yang sah
memiliki jangka waktu 30 hari (“Periode Penawaran Tender”) untuk
menawarkan Saham Seri B mereka untuk dibeli oleh Qtel dalam
Penawaran Tender ini. Periode Penawaran Tender akan dimulai pada
pukul 13.00 WIB tanggal 20 Januari 2009, dan akan berakhir pada pukul
15.00 WIB tanggal 18 Februari 2009.23
3. Penawaran Tender ini dilaksanakan di ISE dan juga di NYSE (yang
merupakan jurisdiksi dan kewenangan Amerika Serikat, berdasarkan
hukum pasar modal federal Amerika Serikat, U.S Securities and Exchange
Commision atau SEC).24
4. Dalam Penawaran Tender Qtel, saham yang akan dibeli oleh Qtel adalah
saham milik Pemegang yang sah atas Saham Seri B yang ingin
berpartisipasi dalam Penawaran Tender. Dimana Pemegang saham Seri B
tersebut wajib untuk melengkapi, menandatangani dan menyerahkan
formulir penawaran tender sesuai dengan prosedur dan persyaratan
sebagaimana diatur dalam Pernyataan Penawaran Tender dan Formulir
Penawaran Tender, paling lambat pada pukul 15.00 WIB tanggal 18
Februari 2009.25
22 Qtel Press Release, “Qtel Tender Offer Statement”
23 Ibid. 24 Ibid. 25 Ibid.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
80
5. Penjatahan akan dilaksanakan pada 20 Februari 2009 (”Tanggal
Penjatahan”). Saham Seri B yang tidak dibeli dalam Penawaran Tender ini
sebagai hasil dari penjatahan akan dikembalikan dan ditransfer ke
rekening efek pemegang saham pada 23 Februari 2009 (”Tanggal
Pengembalian”).26
6. Warga negara atau badan hukum yang berada di Amerika Serikat, wilayah
yang berada di bawah yurisdiksi dan kewenangan Amerika Serikat, negara
bagian Amerika Serikat atau District of Columbia yang memiliki Saham
Seri B (“Pemegang Saham Amerika Serikat”) dapat:
a. mengikuti Penawaran Tender ini dengan memenuhi prosedur
penawaran tender sebagaimana diatur dalam Pernyataan Penawaran
Tender dan Formulir Penawaran Tender; atau
b. mengikuti Penawaran Amerika Serikat dengan terlebih dahulu
mengkonversi Saham Seri B kedalam bentuk American Depository
Shares (ADS) melalui Bank of New York Mellon, penyimpan
(depository) ADS Indosat, kemudian mengikutsertakan ADS tersebut
dalam Penawaran Amerika Serikat sesuai dengan ketentuan dan
prosedur yang terdapat dalam pernyataan Penawaran Amerika Serikat
dan dokumen terkait. Proses konversi Saham Seri B menjadi ADS dan
penawaran ADS dalam Penawaran Amerika Serikat diatur dalam
Pernyataan Penawaran Tender, sebagaimana ditambahkan oleh
keterbukaan informasi yang diwajibkan berdasarkan hukum pasar
modal federal Amerika Serikat, yang didistribusikan kepada Pemegang
Saham Amerika Serikat. Biaya yang dikenakan oleh Penyimpan ADS
untuk melakukan konversi Saham Seri B yang dimiliki oleh Pemegang
Saham Amerika Serikat menjadi ADS untuk ditawarkan pada
Penawaran Amerika Serikat akan dibayarkan oleh Qtel. Permohonan
konversi Saham Seri B menjadi ADS wajib diajukan paling lambat
pada akhir Periode Penawaran Tender.27
26 Ibid. 27 Ibid.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
81
7. Pembayaran Harga Penawaran Tender wajib dilaksanakan pada 5 Maret
2009 (“Tanggal Pembayaran”) kepada pemegang Saham Seri B yang sah
yang telah menawarkan Saham Seri B miliknya pada Qtel dan telah
memenuhi prosedur dan persyaratan Penawaran Tender sebagaimana
diatur dalam Pernyataan Penawaran Tender ini dan Formulir Penawaran
Tender. Pembayaran atas Harga Penawaran Tender untuk Saham Seri B
akan dilakukan dalam mata uang Rupiah. Sedangkan Pembayaran untuk
ADS yang ditawarkan di Amerika Serikat berdasarkan Penawaran
Amerika Serikat akan dilakukan dalam Dollar A.S., yang nilainya akan
dihitung berdasarkan Harga Penawaran Tender dan Kurs Konversi Matau
Uang Yang Berlaku adalah rata-rata kurs jual harian untuk transaksi
USD/IDR (Dollar A.S/Rupiah) yang dilaporkan oleh Bank Indonesia pada
pukul 16.00 WIB setiap hari dalam 5 (lima) hari kerja terakhir Periode
Penawaran Tender (tidak termasuk hari terakhir Periode Penawaran
Tender) yang terdapat pada situs resmi Bank Indonesia.28
8. Penawaran Tender akan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia, khususnya Peraturan Bapepam-LK
IX.H.1 dan Peraturan Bapepam-LK IX.F.1. Penawaran Tender akan
dimulai setelah Pernyataan Penawaran Tender dinyatakan efektif oleh
Ketua Bapepam-LK atau jika tidak adanya pernyataan tersebut, maka pada
hari ke-15 setelah penerimaan Pernyataan Penawaran Tender secara
lengkap oleh Bapepam-LK.29
Sehingga dari Prosedur Pelaksanaan Penawaran Tender Indosat tersebut
dapat dilihat bahwa:
a. Tujuan Penawaran Tender
Berdasarkan angka 2 peraturan Bapepam IX.H.1 tentang Pengambilalihan
Perusahaan Terbuka, Pengendali Perusahaan Terbuka baru wajib melakukan 28 Ibid. 29 Ibid.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
82
Penawaran Tender untuk seluruh sisa saham Perusahaan Terbuka tersebut.30
Sehingga Qtel yang merupakan Pengendali Baru dari Indosat, yang merupakan
Perusahaan Terbuka yang terdaftar dalam ISE dan NYSE, wajib untuk
melaksanakan Penawaran Tender. Tujuannya adalah untuk memberikan
kesempatan yang sama ke semua pemegang saham.
b. Pelaksanaan Penawaran Tender Indosat
Berdasarkan angka 3, peraturan Bapepam IX.H.1, bahwa Pelaksanaan
Penawaran Tender wajib dimulai paling lambat akhir hari kerja ke-2 (kedua)
setelah terjadinya Akuisisi Perusahaan Terbuka dan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan dalam Peraturan Nomor IX.F.1 tentang Penawaran Tender31.
Namun dalam pelaksanaannya Penawaran Tender Indosat baru dimulai
222 (dua ratus dua puluh dua) hari setelah terjadinya akuisisi Indosat. Hal ini
dikarenakan keinginan Qtel untuk memiliki saham Indosat lebih dari 49%,
sehingga sempat terkena permasalahan pada Daftar Negatif Investasi.
c. Tempat Transaksi Penawaran Tender dan Aturan Hukum Yang Berlaku
Berdasarkan angka 3 peraturan IX.F.1, transaksi Penawaran Tender dapat
dilakukan baik di dalam maupun di luar Bursa Efek. Namun dalam pelaksanaan
Penawaran Tender ini Qtel hanya akan membeli Saham Seri B melalui transaksi
di dalam bursa dimana Indosat di-listing, yaitu ISE dan NYSE. Di NYSE saham
yang ditawarkan adalah dalam bentuk American Depository Shares (ADS) yang
ditawarkan di Penawaran Amerika Serikat (melalui agen penawaran).
Walaupun Penawaran Amerika Serikat yang merupakan jurisdiksi dan
kewenangan Amerika Serikat, sehingga tunduk pada hukum pasar modal federal
Amerika Serikat, SEC. Namun pada Penawaran Tender Indosat ini, Qtel telah 30 Ketentuan ini dikecuali terhadap: a) Saham yang dimiliki Pemegang Saham yang telah melakukan transaksi Pengambilalihan Perusahaan Terbuka dengan Pengendali baru Perusahaan Terbuka; b) Saham yang dimiliki Pihak lain yang telah mendapatkan penawaran dengan syarat dan kondisi yang sama dari Pengendali baru Perusahaan Terbuka; c) Saham yang dimiliki Pihak lain yang pada saat yang bersamaan juga melakukan Penawaran Tender atas saham Perusahaan Terbuka yang sama; d) Saham yang dimiliki Pemegang Saham Utama atau Pihak Pengendali lain Perusahaan Terbuka tersebut. 31 kecuali mengenai pelaksanaan penjatahan dan larangan melakukan perdagangan Efek Bersifat Ekuitas pada 15 (lima belas) hari sebelum penerbitan Pengumuman Penawaran Tender.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
83
diberikan pengecualian oleh SEC. Sehingga Qtel dapat melaksanakan Penawaran
Tender ini sesusai dengan ketentuan Bapepam-LK. Oleh dari hal tersebut maka
dalam hal tempat transaksi pelaksanaan Penawaran Tender serta aturan hukum
yang berlaku, tidak terdapat suatu permasalahan hukum.
d. Harga Saham
Berdasarkan angka 8 huruf f peraturan IX.H.1, tentang Pengambilalihan
Perusahaan Terbuka. Pengambilalihan Perusahaan Terbuka dilakukan secara tidak
langsung atas saham Perusahaan Terbuka yang tercatat dan diperdagangkan di
Bursa, maka harga pelaksanaan Penawaran Tender sekurang-kurangnya sama
dengan harga tertinggi dalam jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari terakhir
sebelum pengumuman informasi perkembangan baru atau negosiasi (dimana
pengumumannya disampaikan selambat-lambatnya dua hari kerja setelah
dimulainya negosiasi dan setiap ada perkembangan baru).
Harga Penawaran Tender tersebut lebih tinggi dari rata-rata harga
perdagangan harian tertinggi atas Saham Seri B di ISE dalam jangka waktu 90
hari sebelum 8 Juni 2008, yaitu senilai Rp 6.416 (enam ribu empat ratus enam
belas Rupiah) untuk setiap Saham Seri B. Harga Rp 7.388 (tujuh ribu tiga ratus
delapan puluh delapan Rupiah) ini dapat meningkatkan penawaran dalam
Penawaran Tender, karena perdagangan saham Indosat pada waktu dilaksanakan
Penawaran Tender ini cenderung menurun. Sehingga Qtel dapat mencapai target
untuk membeli 24,19% saham Indosat.
e. Jangka Waktu Pelaksanaan Penawaran Tender
Berdasarkan angka 13, peraturan IX.F.1 tentang Penawaran Tender, yaitu
Transaksi Penawaran Tender akibat Akuisisi Perusahaan Terbuka wajib
diselesaikan paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah diumumkannya Pernyataan
Penawaran Tender Efektif, kecuali disetujui lain oleh Bapepam.
Pernyataan Penawaran Tender Efektif didapat pada 16 Januari 2009, dan
pelaksanaan Penawaran Tender di mulai 4 (empat) hari kemudian, yaitu 20
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
84
Januari 2009 sampai dengan 18 Februari 2009. Dari jangka waktu pelaksanaan
dan periode Penawaran Tender tersebut maka tidak terdapat permasalahan hukum.
f. Saham Yang Wajib Dibeli Dalam Penawaran Tender
Berdasarkan angka 2 peraturan IX.H.1, saham yang wajib dibeli
pengendali baru adalah saham yang dimiliki pemegang saham yang diperoleh
pemegang saham tersebut sebelum Tanggal Pengumuman Rencana Penawaran
Tender.
Dalam pelaksanaan Penawaran Tender Indosat ini, saham yang akan dibeli
oleh Qtel adalah saham yang dimiliki oleh Pemegang Saham yang sah atas Saham
Seri B yang ingin berpartisipasi dalam Penawaran Tender. Dimana Pemegang
saham Seri B tersebut wajib terlebih dahulu untuk melengkapi, menandatangani
dan menyerahkan formulir penawaran tender sesuai dengan prosedur dan
persyaratan sebagaimana diatur dalam Pernyataan Penawaran Tender dan
Formulir Penawaran Tender, paling lambat pada pukul 15.00 WIB tanggal 18
Februari 2009.
Walaupun dalam peraturan Bapepam hanya mewajibkan Qtel untuk
membeli saham yang dimiliki pemegang saham yang memperoleh saham Indosat
sebelum Tanggal Pengumuman Rencana Penawaran Tender, namun aturan
tersebut tidak menutup kemungkinan apabila Qtel juga ingin membeli saham dari
pemegang saham yang memperoleh saham Indosat setelah Tanggal Pengumuman
Rencana Penawaran Tender. Yang terpenting adalah pemegang saham tersebut
harus terlebih dahulu melengkapi, menandatangani, dan menyerahkan formulir
Penawaran Tender sesuai dengan prosedur dan persyaratan yang berlaku.
Sehingga hal saham yang dibeli oleh Qtel tidak terdapat permasalahan hukum.
g. Proses Penjatahan
Berdasarkan angka 15 peraturan IX.F.1, apabila jumlah saham yang
ditawarkan untuk dijual melebihi jumlah saham yang ditetapkan dalam Penawaran
Tender, maka pelaksana Penawaran Tender wajib melakukan pejatahan secara
proporsional sebanding dengan partisipasi setiap Pihak yang melakukan penjualan
dalam Penawaran Tender dengan memperhatikan satuan perdagangan yang
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
85
berlaku di Bursa Efek tanpa pecahan. Dikarenakan Qtel hanya akan membeli
Saham Seri B terbatas hanya sebanyak 1.314.466.775 Saham Seri B (termasuk
dalam bentuk ADS). Maka apabila terdapat kelebihan penawaran saham pada
Penawaran Tender, Qtel akan membeli Saham Seri B sebanyak 1.314.466.775
atau 24,19% saham Indosat secara proporsional sesuai dengan penjatahan.
Pada penutupan Penawaran Tender pada 18 Februari 2009 lalu,
2.324.910.450 saham Seri B Indosat (termasuk ADS) telah ditawarkan secara sah
dan tidak ditarik kembali. Karena Qtel hanya dapat membeli 24,19% saham atau
1.314.466.775 Saham Seri B, maka dilaksanakan proses penjatahan secara
proporsional pada 20 Februari 2009.
Penjatahan Saham Seri B dan ADS akan dilakukan berdasarkan faktor
penjatahan, yang merupakan hasil bagi dari total 1.314.466.775 Saham Seri B
dibagi dengan “Jumlah Total Penawaran”32 Jika sebagai hasil dari penerapan
faktor penjatahan:
a. jumlah saham yang telah dijatahkan menjadi kurang dari 1 lot, maka
saham tersebut akan dibulatkan ke atas menjadi 1 lot;
b. jumlah saham yang telah dijatahkan menjadi lebih dari 1 lot dan memiliki
komponen odd lot sejumlah sama dengan atau lebih besar dari 250 Saham
Seri B, maka saham tersebut akan dibulatkan ke atas mendekati satuan lot
terdekat;
c. jumlah saham yang telah dijatahkan menjadi lebih dari 1 lot dan memiliki
komponen odd lot sejumlah kurang dari 250 Saham Seri B, maka jumlah
saham tersebut akan dibulatkan ke bawah mendekati satuan lot terdekat;
dan
d. penjatahan Saham Seri B akan dilakukan dengan memperhatikan satuan
perdagangan yang berlaku di bursa efek tanpa pecahan.
Dari hal tersebut maka faktor penjatahan merupakan hasil dari total
1.314.466.775 Saham Seri B dibagi dengan Jumlah Total Penawaran
(2.324.910.450 saham Seri B). Rasio Penjatahan ditetapkan sebesar 56,54%; yang
32 “Jumlah Total Penawaran” adalah keseluruhan jumlah Saham Seri B yang ditawarkan dalam Penawaran Tender ini dan Saham Seri B yang diwakili oleh ADS yang ditawarkan dalam Penawaran Amerika Serikat
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
86
dapat diartikan apabila seorang investor memiliki 100 saham Indosat, maka
jumlah yang terjual hanya sebanyak 56 saham. Saham yang tidak dibeli dalam
Penawaran Tender ini akan dikembalikan ke rekening efek Pemohon oleh KSEI
pada 23 Februari 2009. Sehingga hal penjatahan dan pengembalian tidak terdapat
permasalahan hukum.
4.4. Pasca Pelaksanaan Penawaran Tender
Pasca pelaksanaan Penawaran Tender, 24,19% saham Seri B yang
diperoleh Qtel dari penawaran tender didaftarkan atas nama ICLS, sehingga
struktur kepemilikan saham Indosat pasca penawaran tender adalah sebagai
berikut:
Gambar 4.3. Struktur Kepemilikan Saham Indosat Pasca Penawaran Tender
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
87
Sumber: “Qtel Tender Offer Statement”, Qtel Press Release.
Mengenai kepemilikan saham Qtel yang mencapai 65%, diatur
ketentuannya dalam Pasal 27 UU No.5/1999 mengenai pemilikan saham
mayoritas, yaitu Pelaku usaha dilarang memiliki saham mayoritas pada beberapa perusahaan sejenis yang melakukan kegiatan usaha dalam bidang yang sama pada pasar bersangkutan yang sama, atau mendirikan beberapa perusahaan yang memiliki kegiatan usaha yang sama pada pasar bersangkutan yang sama, apabila kepemilikan tersebut mengakibatkan:
a. satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu;
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
88
b. dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 75% (tujuh puluh lima persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu
Apabila merujuk pada doktrin, jelas bahwa Qtel adalah pemilik saham mayoritas
karena memiliki saham lebih dari separuh saham Indosat. Namun akuisisi tersebut
tidak mengakibatkan Qtel menguasai lebih dari 50% pangsa pasar ataupun
menguasai lebih dari 75%. Hal ini dapat dilihat dari peta persaingan
telekomunikasi seluler Indonesia:
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
89
Gambar 4.3.
Peta Persaingan Telekomunikasi Seluler Indonesia 2007-2008
Sumber: Presentasi 9 bulanan PT Indosat, Tbk Periode Tahun 2008
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
90
Dari peta persaingan pelaku usaha GSM di Indonesia tersebut, dapat dilihat bahwa
dalam pangsa pasar telekomunikasi seluler, Indosat memiliki 29-30% pelanggan
GSM dan 4,4% pelanggan CDMA dari pangsa pasar telekomunikasi seluler.
Kekuatan Indosat dalam pasar telekomunikasi seluler masih jauh lebih kecil
dibanding dengan Telkomsel. Sehingga walaupun Qtel mengakuisisi Indosat,
untuk saat ini tidak terdapat suatu pemusatan kekuatan ekonomi.
Untuk suatu pelaku usaha dapat disebut menyalahgunakan posisi dominan
menurut Pasal 25 ayat (1) apabila:
1. Menentukan syarat-syarat perdagangan dengan tujuan untuk mencegah
dan/atau menghalangi konsumen memperoleh barang dan/atau jasa yang
bersaing, baik dari segi harga maupun kuantitas;
2. Membatasi pasar dan pengembangan teknologi; atau
3. Menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi menjadi pesaing untuk
memasuki pasar bersangkutan.
Sampai saat ini tidak ada data yang menyatakan bahwa Indosat yang dikendalikan
oleh Qtel, menentukan suatu syarat perdagangan serta membatasi pasar dan
pengembangan teknologi. Bahkan tidak terbukti bahwa Indosat menghambat
pelaku usaha lain yang berpotensi menjadi pesaing untuk memasuki pasar. Hal ini
dapat dilihat pada gambar 4.3., bahwa terdapat 2 (dua) pelaku usaha operator
GSM baru yang memasuki pasar, yaitu: PT Natrindo Telepon Seluler (Axis), dan
PT Hutchinson CP Telecommunication (3).
Untuk memenangi kompetisi sektor telekomunikasi diperlukan suatu
peningkatan pelayanan, sedangkan akuisisi yang dilakukan Qtel baru sebatas
dukungan sektor finansial. Sehingga untuk sampai saat ini kepemilikan saham
mayoritas Qtel di Indosat tidak mengakibatkan suatu pemusatan kekuatan
ekonomi dan penyalahgunaan posisi dominan.
Kepemilikan saham mayoritas Indosat oleh Qtel memiliki dua motif, yaitu
motif ekonomi dan motif nonekonomi. Untuk motif ekonomi, Qtel bertujuan
untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas manajemen melalui peningkatan
sinergi; antara lain dalam bidang operasional, finansial, manajerial, teknologi, dan
pemasaran. Hal ini ditunjukan dari pernyataan Nasser Marafih, Direktur Utama
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
91
Qtel, bahwa Indonesia adalah pasar telekomunikasi dengan pertumbuhan yang
tinggi dan Indosat ada di posisi yang tepat untuk berkompetisi di pasar.33
Dengan pencapaian Operating Revenues34 Indosat sebesar Rp 13,648.8
miliar dan EBITDA35 sebesar Rp 6,718.9 miliar, merefleksikan pertumbuhan year
on year36 sebesar 14.9% dan 7.4%. Net income37 tumbuh mendekati 1.9%,
mencapai Rp 1,473.1 miliar pada 9 bulan pertama tahun 2008. Selengkapnya
dapat dilihat pada tabel.
Tabel 4.2. Hasil Q3 Indosat Tahun 2008
Sumber: Presentation Q3 Indosat
33 Abdul Salam Taba, “Questioning Acquisition of Indosat,” http://www.kppu.go.id/ web/node/718 (diakses pada 30 April 2009) 34 Operating Revenues atau Pendapatan Operasional adalah derivasi pemasukan dari penggunaan suatu kepemilikan dan dana Fidusia. Operating revenues menyebabkan peningkatan aset dan dana dari modal yang disetor. 35 EBITDA atau Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization. 36 Pertumbuhan year on year adalah data yang menggambarkan perubahan pada periode yang masih berjalan (bulanan atau perkuartal tahun dari frekuensi data) dengan tahun sebelumnya. 37 Net income sama dengan pemasukan yang diterima setelah mengenyampingkan biaya-biaya dan pengeluaran-pengeluaran dari total pendapatan.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
92
Indosat memiliki tiga segment bisnis, yaitu: layanan seluler, fixed line, dan
fixed voice. Kinerja bisnis ini menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, pada
tahun 2008 peningkatan pelanggannya mencapai 61% sampai 73%. Dan
pendapatan per-segment-nya meningkat antara 11.7% untuk fixed voice, 11.8%
untuk seluler, dan 35.3% untuk fixed data.38
Gambar 4.4.
Kinerja Bisnis Per-segment
Sumber: Indosat Presentation 9M2008
Dengan penetrasi telekomunikasi Indonesia yang relatif masih rendah namun
menunjukan pertumbuhan yang cepat39, maka Indonesia melalui provider Indosat
merupakan pasar yang berpotensi besar untuk berkompetisi bagi Qtel.
Hal tersebut sangat sesuai dengan motif nonekonomi Qtel mengakuisisi
Indosat. Motif tersebut adalah ambisi Qtel untuk membangun business kingdom
industri telekomunikasi. Perusahaan ini perlu Indosat untuk mewujudkan visi
2020-nya sebagai “20 besar provider telekomunikasi dunia”40
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa jumlah pelanggan Qtel
per Desember 2007 masih lebih kecil dibanding Indosat. Ekspansi ke-16 negara
hingga saat itu hanya mencapai 16,3 juta pelanggan. Dengan membeli Indosat,
38 “Indosat Presentation 9M2008,” (diakses pada 1 Mei 2009) 39 Penetrasi telekomunikasi Indonesia pada awal 2008, 7,5% untuk fixed line dan 30% untuk seluler. (“Penetrasi Telekomunikasi 2008 Ditargetkan 10%,” http://techno.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/01/08/54/73757/penetrasi-telekom unikasi-2008-ditargetkan-10 (diakses pada 5 Mei 2009)). 40 Yosep Suprayogi, Vennie Melyani, dan Bambang Harymurti, “Pisah Ranjang, Terbang Tinggi,” Tempo (16-22 Juni 2008): 108.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
93
jumlah pelanggannya langsung berlipat sampai 2,75 kali.41 Dan jumlah pelanggan
tersebut akan terus bertambah apabila melihat jumlah pelanggan telepon seluler
Indonesia yang baru mencapai 96.410.000 pada akhir tahun 2007, dengan jumlah
penduduk Indonesia yang saat ini mencapai 225 juta jiwa.42
Dengan pembelian ini, pendapatan Qtel ikut meningkat, dari US$ 1,2
miliar menjadi US$ 2,9 miliar. Pendapatan pro-forma meningkat menjadi US$ 4,6
miliar.43
Gambar 4.5. Pertumbuhan Pelanggan dan Pendapatan* Qatar Telecom
(*pro-forma tahun 2007)
Pertumbuhan Pelanggan
2005 : 1,17 juta 2006 : 1,72 juta 2007 : 16,35 juta 2008 : 44 juta (termasuk Indosat) Pro-forma Pendapatan Qtel Tahun 2007
Sumber: Qtel Overview
41 Loc.cit. 42 “Persaingan Telepon Seluler Dalam Upaya Meningkatkan Penggunaan Kartu Prabayar,” http://balitbang.depkominfo.go.id/2009/03/25/persaingan-telepon-seluler-dala m-upaya-meningkatkan-penggunaan-kartu-prabayar/ (diakses pada 30 April 2009) 43 Yosep Suprayogi, loc.cit.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
94
Dampak dari pengakuisisian Indosat oleh Qtel tidak merubah peta
persaingan telekomunikasi seluler di Indonesia. Seperti yang telah disebutkan di
subbab sebelumnya, Telkomsel tetap menguasai separuh pangsa pasar
telekomunikasi nirkabel, baik produk CDMA maupun GSM.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
95
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1. Kesimpulan
a. Pengambilalihan PT Indosat Tbk oleh Qatar Telecom tidak melanggar
aturan-aturan dalam UU No. 5 Tahun 1999. Tidak terdapat suatu
permasalahan persaingan usaha tidak sehat dalam transaksinya. Dimana
kepemilikan saham Qtel di Indosat menyalahgunakan posisi dominan dan
menghambat persaingan usaha sehat tidak terbukti. Hal ini dikarenakan
kepemilikan saham mayoritas Qtel di Indosat tidak mempengaruhi pangsa
pasar telekomunikasi di Indonesia, pangsa pasar Indosat hanyalah 30%.
b. Proses yang harus ditempuh oleh Qatar Telecom Q.S.C. Mengumumkan
transaksi Sale Purchase Agreement dengan STT tersebut kepada pihak
yang terkait dengan akuisisi tersebut (Indosat sebagai afiliasi dan Bapepam
sebagai regulator pasar modal) dan surat kabar harian (Koran Tempo).
Setelah rampungnya transaksi SPA tersebut, maka Qatar Telecom wajib
mengumumkan teks pengumuman Rencana Penawaran Tender kepada
Bapepam-LK, dan dua surat kabar harian (Bisnis Indonesia dan Investor
Daily). Dan sesuai angka 3 peraturan Bapepam IX.H.1, Qtel wajib
memulai Pelaksanakan Penawaran Tender paling lambat akhir hari kerja
ke-2 (dua) setelah terjadinya pengambilalihan PT Indosat Tbk. Namun
Pelaksanaan Penawaran Tender tidak dimulai sesuai peraturan tersebut.
Hal ini dikarenakan Qtel merupakan penanam modal asing sehingga
terdapat batasan kepemilikan saham asing disektor telekomunikasi, terjadi
negosiasi mengenai jumlah saham maksimal yang dapat dimiliki oleh Qtel
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Universitas Indonesia
96
dalam Penawaran Tender. Setelah ditetapkan maksimal 65% saham
Indosat, maka segera Qatar Telecom melakukan Pelaksanaan Penawaran
Tender pada 20 Januari 2009 sampai dengan 18 Februari 2009. Dengan
dilakukan proses penjatahan pada 20 Februari 2009, tanggal pengembalian
saham pada 23 Februari 2009, serta tanggal pembayaran pada 5 Maret
2009.
1.2. Saran
a. Kepada Pemerintah, dari UU No. 5 Tahun 1999 diperjelas subtansinya,
agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda yang dapat menimbulkan
ketidakpastian hukum. Seperti “saham mayoritas” sebagaimana dimaksud
pada Pasal 27 UU No. 5 Tahun 1999. Selain itu segera diundangkanlah
Peraturan Pemerintah yang diperlukan untuk mendukung UU No. 5 Tahun
1999 ini, seperti untuk pra-notifikasi Penggabungan, Peleburan dan
Pengambilalihan. Sehingga hal-hal seperti transaksi pengambilalihan yang
mengindikasikan pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999 dapat dilakukan
penegakan hukumnya.
b. Kepada Bapepam untuk melakukan sinkronisasi regulasi, khususnya
tentang kepemilikan saham oleh pihak asing di sektor telekomunikasi
(seperti Qatar Telecom di PT Indosat, Tbk). Sehingga tidak terdapat lagi
penundaan pelaksanaan Penawaran Tender akibat terbentur masalah batas
maksimal jumlah kepemilikan saham akibat statusnya sebagai perusahaan
asing.
c. Agar Qtel dapat menggunakan kepemilikan sahamnya untuk
meningkatkan penetrasi telekomunikasi di Indonesia. Serta memberikan
pelayanan telekomunikasi yang lebih bersaing. Sehingga tidak hanya Qtel
saja yang diuntungkan dengan membeli Indosat, tetapi Indosat serta
bangsa Indonesia juga mendapatkan manfaat dari akuisisi ini.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
DAFTAR REFERENSI
I. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Indonesia. Undang-Undang Perseroan Terbatas. UU No. 40 Tahun 2007. LN No.
25 Tahun 2007, TLN No. 4756. ________. Undang-Undang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat. UU No. 5 Tahun 1999. LN No. 33 Tahun 1999, TLN No. 3817.
________. Undang-Undang Pasar Modal. UU No. 8 Tahun 1995. LN No. 64 Tahun 1995, TLN No. 3608.
________, Peraturan Pemerintah tentang Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas. PP No.27 tahun 1998.
Departemen Keuangan. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor 521/BL/2008. Peraturan No. IX.E.1 tentang Transaksi Afiliasi dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu
Depatermen Keuangan. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor 04/PM/2002. Peraturan No. IX.F.1 tentang Penawaran Tender.
Departemen Keuangan. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor 05/PM/2002. Peraturan No. IX.H.1 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor 529/BL/2008 pada 30 Juni 2008.
II. BUKU Adiwiyoto, Bambang P. Undang-Undang No.5 Tahun 1999 dan KPPU: Konsep
Dasar Persaingan Usaha Tidak Sehat. Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum, 2005.
Amato, Giulano Amato. Antitrust and The Bounds of Powers, The Dilemma of Liberal Democracy in The History of The Market. Oregon-Portland: Oxford, 1997.
Areeda, Philip and Louis Kaplow. “Antitrust Analysis, Fourth Edition.” Boston Toronto: Little, Brown and Company.
Black, Henry Campbell. Black Law Dictionary, Sixth Edition. St. Paul Minn: West Publishing company, 1990.
Cheeseman, Henry R. Business Law: The Legal, Ethical, and International Environment. New Jersey :Prentice Hall, Englewood Cliffs.
Chikmawati, Nurul Fajri. Analisa Kritis Terhadap Konsep Pendekatan Ekonomi Terhadap Hukum dalam Beberapa Pendekatan Ekonomi dalam Hukum.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Pusat Studi Hukum Tata Negara FH-UI, 2003.
Fox, Eleanor M. and Lawrence A. Sullivan. Cases and Materials on Antitrust. St. Paul Minn: West Publishing Company, 1989.
Fuady, Munir. “Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktik: Buku Kesatu,” Cet.3. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002.
___________. “Hukum tentang Akuisisi, Takeover, dan LBO.” Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001.
___________. “Hukum tentang Merger.” Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999. ___________. Hukum Bisnis, cet.II. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999.
Gellhorn, Ernest and William Kovacic. Antitrust and Economic in a Nutshell, Fourth edition. St. Paul Minn: West Publishing Company, 1994.
Hansen, Knudd. Undang-Undang Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Jakarta: Katalis, 2001.
Ibrahim, Johnny. Hukum Persaingan Usaha Filosofi, Teori, dan Implikasi Penerapannya di Indonesia, cet. II. Malang: Bayumedia Publishing, 2007.
Kahn, Alfred. The Economics of Regulation: Principles and Institutions. Reissue Edition, Vol. II, Chapter 4. Cambridge, MA: MIT Press, 1988.
Lorange, Peter, Eugene Kotlarchuk, and Habir Singh. “Corporate Acquisition: A Strategic Perspective.” New York, 1987.
Mamudji, Sri. et al. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.
Matsushita. Japanese International Trade and Investment Law. Tokyo: University of Tokyo Press, 1984.
Meiners, Roger E. The Legal Environment of Business. St. Paul: West Publising, 1998.
Nusantara, Abdul Hakim Garuda dan Benny K. Harman. Analisa dan Perbandingan Undang-Undang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat di Indonesia. Jakarta: Kelompok Gramedia, 1999.
Scharft, Charles A., Edward E. Shea, and George C. Beck. “Acquisition, Mergers, Sales, Buyouts and Takeovers: A handbook with Forms,” Ed.3. New Jersey: Prentice Hall.
Siswanto. Arie. Hukum Persaingan Usaha, cet. I, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002.
Sitompul, Asril Sitompul. “Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.” Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normative: Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: Rajawali, 1986.
Suherman, Ade Maman. Aspek Hukum dalam Ekonomi Global, cet.III. Bogor: Ghalia, 2005.
Sunggono, Bambang Sunggono. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Rajawali,
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
1998.
USAID – Government of Indonesia. Laporan Kebijakan Persaingan Indonesia. Jakarta: ELIPS, 1999.
Widjaja, Gunawan. “Merger dalam Perspektif Monopoli.” Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.
Yani, Ahmad dan Gunawan Widjaja. “Anti Monopoli.” Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1999.
III. ARTIKEL Majalah
Emirzon, Joni, “Analisis Hukum Pengalihan Saham PT. Alfa Retailindo, Tbk oleh PT. Carrefour Indonesia dari Perspektif UU No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, UU Anti Monopoli, dan UU Penanaman Modal,” Jurnal Hukum Bisnis Vol.27 No.1 (2008).
Krisanto, Yakub Adi, “Analisi Akuisisi Alfa Supermarket oleh Carrefour dalam Perspektif UU Anti Monopoli,” Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 27, No.1 (2008).
Nafi, Muchamad dan Sapto Pradityo, “Langkah Gelap Temasek,” Tempo (16-22 Juni 2008).
Rachbini, Didik J, “Antimonopoly and Fair Competition Law No.5/1999: Cartel And Merger Control In Indonesia,” Jurnal Hukum Bisnis Vol.19 (2002).
Riyanto, Agus S. “Kemelut di Injury Time,” Trust (September 2007).
Silalahi, M. Udin, “Kegiatan yang Dilarang dalam Hukum Persaingan Usaha,” Jurnal Hukum Persaingan Usaha Vol. 1 (Mei 2004).
Silalahi, Pande Radja, “Undang-Undang Antimonopoli dan Perdagangan Bebas,” Jurnal Hukum Bisnis Vol.19 (2002).
Sjahdeini, Sutan Remy, “Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,” Jurnal Hukum Bisnis Vol.10 (2000).
__________________, “Latar Belakang, Sejarah, dan Tujuan UU Larangan Monopoli,” Jurnal Hukum Bisnis Vol.19 (2002).
Suprayogi, Yosep, Vennie Melyani, dan Bambang Harymurti, “Pisah Ranjang, Terbang Tinggi,” Tempo (16-22 Juni 2008).
Harian
Sucipto, Rakhmat Hadi. “Kompetisi Bisnis Telekomunikasi, Siapa Takut?” REPUBLIKA (4 Januari 2001).
Triatmodjo. Yuwono. “Kepemilikan Saham Industri Telekomunikasi Harus Dibatasi,”Business News (14 Juli 2007).
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
“Menggugat Kembali Disvestasi Indosat, Divestasi yang merugikan,” SUARA PEMBARUAN (25 Maret 2006).
IV. MAKALAH Iskandar, Basuki Yusuf. “Perkembangan Telekomunikasi Indonesia,”
http://www.te.ugm.ac.id/~lilik/seminar/5_DirjenPosTel_BasukYusufIskandar.pdf (diakses pada 30 April 2009).
V. INTERNET “Asia Mobile Holdings.” <http://www.sttelemedia.com/content.asp?ContentId=
1571>. 15 April 2009. “Indosat Presentation 9M2008,” (diakses pada 1 Mei 2009) “Karyawan Indosat: Usir Orang-Orang STT!.” <http://www.detikinet.com/read
/200 8/08/25/160545/994243/328/karyawan-indosat-usir-orang-orang-stt!> 2 Mei 2009.
“KPPU Meminta Bapepam Batalkan Transaksi Indosat.” <http://kompas.co.id/r
ead/xml/2008/06/25/04280663/kppu.minta.bapepam.batalkan.transaksi.indosat>. 1 Mei 2009.
“Penetrasi Telekomunikasi 2008 Ditargetkan 10%.” <http://techno.okezone.com
/index.php/ReadStory/2008/01/08/54/73757/penetrasi-telekomunikasi-200 8-ditargetkan-10>. 5 Mei 2009.
“Persaingan Telepon Seluler Dalam Upaya Meningkatkan Penggunaan Kartu
Prabayar.” <http://balitbang.depkominfo.go.id/2009/03/25/persaingan-tele pon-seluler-dalam-upaya-meningkatkan-penggunaan-kartu-prabayar/>. 30 April 2009.
<Indonesian-information.blogspot.com/2008/04/axis-nts-lippo-telecom.html>.
25 September 2008. Ade. “Rasio Penjatahan Tender Offer Qtel 56,54%.” <http://economy.okezone.
com/index.php/ReadStory/2009/02/23/278/195357/rasio-penjatahan-tender -offer-qtel5654/rasio-penjatahan-tender-offer-qtel-56-54>. 6 Mei 2009.
Becker, Anthony D. “The Sherman Act.” http://www.stolaf.edu/people/becker/
antitrust/statutes/sherman.html (diakses pada 19 Maret 2009) BRTI. “Latar Belakang BRTI.” <http://www.brti.or.id/index.php?mod=site&site
=about>. 11 September 2008
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Caturini, Rizki dan Khomarul Hidayat. “Qtel Harus Bayar Tender Offer ISAT Rp 9 Triliun.” <http://www.kontan.co.id/index.php/Nasional/news/8789/ Qtel_Harus_Bayar_Tender_Offer_ISAT_Rp_9_Triliun> 5 Mei 2009.
Chicago-Kent Law Review. “The Anti-Competitive Effects And Antitrust
Implications Of Category Management And Category Captains Of Consumer Products.” 2004: 4. <www.westlaw.com>. 15 Desember 2008.
Hendrowijono, Moch. “Kasus STT-Qtel Hanya Memperlihatkan Kebodohan.”
<http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/07/16/01282394/kasus.stt-qtel.ha nya.perlihatkan.kebodohan>. 16 April 2009.
Hukum Online. “KPPU Lansir RPP Merger dan Akuisisi.” <http://www.hukum
online.com/detail.asp?id=16921&cl=Berita>. 4 November 2008. Indosat. “Major Shareholders.” <http://www.Indosat.com/Investor_Relations/In
vestor_Relations/Major_Shareholders>. 4 Maret 2009. REI/RYO/GUN. “Penjualan Saham Indosat Tak Ubah Peta Kompetisi.”
<http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/06/11/01474664/penjualan.saham.indosat.tak.ubah.peta.kompetisi>. 1 Mei 2009.
Ritonga, Ucok. “Singapore Telemedia Tak Memiliki Langsung Saham ICL.”
<http://www.tempointeractive.com/hg/ekbis/2002/12/24/brk,20021224-24. id.html>. 18 April 2009.
Somba, Rikando. “Buy Back Indosat Tergantung STT.” <http://www.sinarhara
pan.co.id/berita/0601/06/eko06.html>. 4 Maret 2009. Taba, Abdul Salam. “Questioning Acquisition of Indosat.” <http://www.kppu.go
.id/web/node/718>. 30 April 2009. Telkomsel. “Shareholder”. <http://www.telkomsel.com/web/shareholder> 13
September 2008. Tirtayatra, I Made. “Pengaturan BAPEPAM atas Merger dan Akuisisi.”
<http://www.bapepam.go.id>. 2 Maret 2009. University of Miami Law Review. “Merger and Acquisition Symposium,
Sponsored by a grant from the Dr. M. Lee Pearce Foundation.” April, 1997: 15-16. <www.westlaw.com>. 2 Desember 2008.
University of Pennsylvania Law Review. “Recent Case Antitrust Law – Section
7 Of The Clayton Act Applied To Vertical Acquisitions And Held To Encompass Acquisitions Which When Made Did Not Have The Effect Of Substantially Lessening Competition.” November, 1957. <www.westlaw.com>. 2 Desember 2008.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Wibowo, Sigit. ”Qtel Akan Patuhi Hukum Indonesia,” <http://www.sinarharapan .co.id/berita/0806/11/sh04.html>. 3 Mei 2009.
XL, “Hubungan Investor”, <http://www.xl.co.id/HubunganInvestor/ProfilXL/Pe
megangSaham.aspx>. 13 September 2008. Yarrow, George. “Regulating for Competition.” <http://snowwhite.it.brighton
.ac.uk/staff/mrd/documents/regulatingforcompetition.pdf>, (Regulatory Policy Institute, Oxford). 19 Maret 2009.
Yubiantoro, Rohan. “Penjualan Saham ISAT dari STT ke Qtel Sah.”
<http://www.kontan.co.id/index.php/Nasional/news/410/JK_Penjualan_saham_Isat_dari_STT_ke_Qtel_Sah>. 3 Mei 2009.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
1
PIHAK YANG TERKAIT TRANSAKSI SALE PURCHASE
AGREEMENT QATAR TELECOM DAN STT
COMMUNICATIONS LTD
a) Temasek Holdings Pte. Ltd. (“Temasek”)
Temasek adalah sebuah badan usaha milik negara yang didirikan
pada tahun 1975, berdasarkan hukum Singapura, dimana Departemen
Keuangan Singapura sebagai pemegang saham tunggal. Temasek
berkedudukan di Singapura dengan alamat 60B Orchard Road #06-18
Tower 2 The Atrium@Orchard, Singapore 238891. Temasek memiliki
beberapa anak perusahaan, salah satunya Singapore Technologies
Telemedia
b) Singapore Technologies Telemedia (“ST Telemedia”)
ST Telemedia, merupakan anak perusahaan dari Temasek, adalah
sebuah badan usaha yang didirikan pada tahun 1994 berdasarkan hukum
Singapura dan berkedudukan di Singapura dengan alamat 51 Cuppage
Road #10-11/17, StarHub Centre Singapura 229469. ST Telemedia
merupakan penyelenggara jasa telekomunikasi dan informatika yang
beroperasi di wilayah Asia-Pasifik, Amerika, dan Eropa. Anak perusahaan
ST Telemedia yaitu: Asia Mobile Holdings, Global Crossing, dan
TeleChoice.
c) STT Communications Ltd (“STT”)
STT adalah anak perusahaan dari ST Telemedia, merupakan
sebuah badan usaha berdasarkan hukum Singapura. Beralamat di 51
Cuppage Road #10-11/17, StarHub Centre Singapura 229469. STT
memiliki saham di Asia Mobile Holding Company Pte. Ltd
d) Asia Mobile Holding Company Pte. Ltd (“AMHC”)
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
2
AMHC adalah anak perusahaan dari STT, merupakan badan usaha
berdasarkan hukum Singapura dan berkedudukan di Singapura. Beralamat
di 51 Cuppage Road #10-11/17, StarHub Centre Singapura 229469.
e) Qatar Telecom (“Qtel”)
Qtel didirikan pada 29 Juni 1987, berdasarkan Undang-Undang
No. 13 tahun 1987 dengan nama Qatar Public Telecommunications
Corporation, yang selanjutnya berubah menjadi Qatari Shareholding
Company dengan nama Qatar Telecom (Qtel) Q.S.C berdasarkan Undang-
Undang No. 21 tahun 1998. Anggaran Dasar Qtel telah diubah beberapa
kali, dengan perubahan terakhir pada bulan Maret 2008. Qtel terdaftar
pada Commercial Registration dengan nomor pendaftaran: 21183 pada
tahun 1987. Berkedudukan di Doha, Qatar dan memiliki kantor pusat di
Qtel Building, 100 West Bay Center, The Corniche, P.O. Box 217 Doha,
Qatar.
Qtel adalah penyelenggara jasa telekomunikasi tunggal dan
merupakan salah satu perusahaan publik terbesar di Qatar. Qtel
menyediakan berbagai macam produk telekomunikasi, antara lain jasa
seluler GSM, internet, dan televisi kabel nasional dan internasional.
f) Asia Mobile Holding (“AMH”)
AMH didirikan pada Maret 2007, berkedudukan di Singapura
dengan alamat 51 Cuppage Road #10-11/17, StarHub Centre, Singapura
229469. AMH merupakan usaha gabungan antara Qtel (melalui Qtel
Investment Holdings B.S.C) dan STT (melalui AMHC) dengan struktur
kepemilikan adalah STT (75% saham) dan Qtel (25% saham).1
AMH merupakan perusahaan investasi telekomunikasi seluler yang
dibentuk untuk mengeksplorasi dan menginvestasi peluang telekomunikasi
seluler di wilayah Asia-Pasifik. AMH memiliki anak perusahaan, yaitu:
1 Asia Mobile Holdings, http://www.sttelemedia.com/content.asp?ContentId=157 1, (diakses pada 15 April 2009).
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
3
StarHub (Singapura), Mfone (Kamboja), dan LTC (Laos). AMH adalah
pemilik seluruh saham ICLS dan ICLM, sehingga secara tidak langsung
AMH merupakan pemegang 40,81% saham Indosat.
g) Indonesia Communications Pte. Ltd, Singapore (“ICLS”)
ICLS adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan hukum
Singapura dan berkedudukan di Singapura. ICLS adalah wahana usaha
atau kendaraan (special purpose vehicle) Temasek cq. STT untuk membeli
Indosat.2 Saham ICLS seluruhnya dimiliki oleh AMH. Di Indosat, ICLS
memiliki 0,85% saham secara langsung.
h) Indonesia Communications Limited, Mauritius (“ICLM”)
ICLM adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan hukum
Mauritius dan berkedudukan di Mauritius dengan alamat Deutsche
International Trust Corporation (Mauritius) Limited 4th floor, Barkly
Warhf East, Le Caudian Waterfront, Port Louis Mauritius. Sama dengan
ICLS, saham ICLM seluruhnya dimiliki oleh AMH. Di Indosat, ICLM
memiliki 39,96% saham secara langsung.
i) PT. Indonesian Satellite Corporation, Tbk (Indosat)
Indosat didirikan secara sah berdasarkan hukum Republik
Indonesia dengan akta nomor 55 pada tanggal 10 November 1967. Kantor
pusat Indosat berkedudukan di Jalan Medan Merdeka Barat No. 21,
Jakarta 10110. Indosat memulai kegiatan usaha operasionalnya pada tahun
1969 untuk mendirikan, mentransfer, dan mengoperasikan stasiun bumi
International Telecommunications Satellite Organization (Intelsat) di
Indonesia untuk mengakses satelit-satelit milik Intelsat di wilayah
Samudra Hindia untuk jangka waktu 20 tahun.
2 Ucok Ritonga, “Singapore Telemedia Tak Memiliki Langsung Saham ICL,” http://www.tempointeractive.com/hg/ekbis/2002/12/24/brk,20021224-24,id.html (diakses pada 18 April 2009)
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
4
Pada tahun 1980 Pemerintah Indonesia mengambil alih
keseluruhan pemilikan saham Indosat dan sejak itu Indosat beroperasi
sebagai BUMN. Tahun 1994, Indosat melakukan go public dan
mendaftarkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya (sekarang
digabung menjadi Bursa Efek Indonesia), serta di New York Stock
Exchange. Pada tahun 2002, Pemerintah Indonesia mendivestasi
kepemilikan sahamnya di Indosat sebesar 41,94% kepada ST Telemedia
melalui anak perusahaannya, yakni Indonesia Communication Ltd.
Indosat adalah operator selular kedua terbesar di Indonesia
sebagaimana dinilai dari jumlah konsumen telepon selular dan merupakan
salah satu penyelenggara jasa sambungan jarak jauh terkemuka di
Indonesia. Produk dan jasa Indosat, antara lain:3
a. Jasa telepon selular: menyelenggarakan jasa telepon selular GSM
900 dan 1800 kepada 35,5 juta pelanggan di seluruh Indonesia;
b. Jasa telekomunikasi tetap (telepon): menyelenggarakan jasa
sambungan sambungan internasional pada tahun 1969, sambungan
jarak jauh pada tahun 2003 dan jasa telepon lokal tetap pada tahun
2002; dan
c. Jasa MIDI: menyelenggarakan jasa broadband dan narrowband
MIDI.
Indosat menjalankan usahanya di bidang penyelenggaraan jaringan
dan/atau jasa telekomunikasi dan usaha informatika. Untuk menjalankan
kegiatan usahanya, Indosat dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan berikut:
a. Menjalankan usaha dan/atau kegiatan penyediaan dan pelayanan
jaringan dan/atau jasa telekomunikasi serta informatika;
b. Menjalankan usaha dan/atau kegiatan perencanaan, pembangunan
sarana, pengadaan fasilitas telekomunikasi serta informatika
termasuk pengadaan sumber daya yang mendukung;
c. Melaksanakan usaha dan kegiatan pengoperasian (yang juga
meliputi pemasaran serta penjualan jaringan dan/atau jasa
3 berdasarkan data hingga 30 Desember 2008.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
5
telekomunikasi serta informatika yang diselenggarakan oleh
Indosat), melakukan pemeliharaan, penelitian, pengembangan
sarana dan/atau fasilitas telekomunikasi serta informatika,
penyelenggaraan pendidikan dan latihan, baik di dalam maupun di
luar negeri; dan
Menjalankan jasa yang berhubungan dengan pengembangan jaringan
dan/atau jasa telekomunikasi serta informatika.
Saham Indosat yang diterbitkan terdiri atas 1 (satu) Saham Seri A,
yang merupakan saham khusus yang dimiliki oleh Pemerintah Republik
Indonesia dan memberikan hak suara khusus kepada pemegangnya, dan
5.433.933.499 Saham Seri B (termasuk Saham Seri B yang dimiliki
sebagai ADS), dengan nilai nominal masing-masing saham sebesar Rp
100 (seratus Rupiah) per saham.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
PagePagePagePage 1111 of of of of 2222
QATAR TELECOM (QTEL) MENYAMBUT BAIK
KEPUTUSAN ATAS
PERSYARATAN TENDER OFFER INDOSAT
Doha & Jakarta, Desember 24, 2008 – Qatar Telecom Q.S.C. (“Qtel”)
gembira atas klarifikasi yang diberikan oleh pemerintah Indoensia terkait
persyaratan tender offer untuk PT Indosat Tbk (“Indosat”).
Pihak-pihak berwenang telah sepakat memperbolehkan Qtel memiliki hingga
65% saham di Indosat, serta menghilangkan persyaratan sebelumnya yang
mengharuskan Indosat memisahkan unit usaha jaringan tetapnya ke suatu
perusahaan terpisah.
Ketua Qtel Group dan Presiden Komisaris Indosat H.E. Sheikh Abdullah Bin
Mohammed Bin Saud Al Thani mengatakan: "Kami gembira dapat
melangsungkan tender offer dengan keutuhan unit usaha terintegrasi Indosat
terjaga. Ini menempatkan Indosat dalam posisi yang bagus untuk bersaing
secara agresif di masa yang akan datang. Sekarang kami merasa lebih yakin
dan nyaman untuk membayarkan harga tender offer Rp7,388 per lembar yang
telah disetujui.
Qtel memperkirakan segala persiapan untuk tender offer dengan pihak
regulator pasar akan rampung pada awal Januari 2009. Tender offer
terkoordinasi di pasar Indonesia dan New York akan terlaksana tak lama
setelah itu dengan harga penawaran untuk setiap Saham Seri B ditetapkan
pada Rp 7,388.
Qtel juga menyakini bahwa perkembangan terakhir ini merupakan cerminan
positif atas iklim investasi Indonesia, terutama dalam keaadaan pasar dunia
yang sulit saat ini. Sheikh Abdullah mengatakan: “Ini akan meningkatkan
tingkat kepercayaan investor kepada sistem dan iklim usaha di Indonesia.
Kami tidak meragukan bahwa hal ini akan membantu menarik lebih banyak
investasi ke Indonesia, yang pada akhirnya akan menumbuhkan dan
membawa manfaat untuk ekonomi dan bangsa Indonesia.”
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
PagePagePagePage 2222 of of of of 2222
Tentang Qtel
Qatar Telecom (Qtel) adalah kelompok usaha telekomunikasi yang bergerak dalam tiga sektor bisnis yaitu
layanan telefon, layanan pita-lebar (broadband) dan pengelolaan layanan korporat, serta memiliki komitmen
untuk berekspansi sejalan dengan visi strategis Qtel untuk menjadi penyedia jasa diantara 20 provider
telekomunikasi global teratas. Qtel adalah penyedia jasa telekomunikasi layanan penuh di Qatar. Selain
itu, dalam kurun waktu 2 tahun Qtel telah memperluas jejak-jejaringnya dari 2 negara ke 16 negara di
Timur Tengah dan Asia. Dalam akuisisi terakhir, yaitu 40,8% di PT Indosat, Qtel basis pelanggan Qtel telah
betambah menjadi 51.3 juta.
Forward-looking Statements
Pernyataan-pernyataan di dalam siaran pers ini yang bukan fakta sejarah dapat dikategorikan sebagai
pernyataakn proyeksi kedepan. Pernyataan-pernyataan tersebut dapat dilihat dari penggunaan kata-kata
yang menunjukkan sesuatu yang akan datang atau perkiraan. Pernyataan-pernyataan semacam ini
didasarkan atas harapan-harapan saat ini sehingga kenyataannya tentu dapat dipengaruhi oleh berbagai
hal. Kita mengingatkan pembaca untuk tidak menjadikan pernyataan proyeksi sebagai tumpuan, dan kami
tidak bertanggung-jawab untuk memperbaharui pernyataan-pernyataan ini.
Press Contacts
For Qtel International PR Indonesia PR
Nick Swierzy Diana Footitt Dian Safitri
+974 559 9686 +852 9183 0667 +62 811 852 004
[email protected] [email protected] [email protected]
Laurel Teo Armand Maris
+65 8228 1061 +62 812 825 0440
[email protected] [email protected]
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
Tanggal Efektif : 16 Januari 2009 Periode Penawaran Tender : 20 Januari 2009-18 Februari 2009 Tanggal Penjatahan : 20 Februari 2009 Tanggal Pengembalian Saham : 23 Februari 2009 Tanggal Pembayaran : 5 Maret 2009 PENAWARAN TENDER INI TUNDUK PADA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU DI INDONESIA MENGENAI KETERBUKAAN INFORMASI, YANG DAPAT BERBEDA DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN SERUPA YANG BERLAKU DI NEGARA LAIN. OLEH KARENA ITU, DENGAN BERPARTISIPASI DALAM PENAWARAN TENDER INI, ANDA DIANGGAP TELAH MENYETUJUI BAHWA PARTISIPASI ANDA DALAM PENAWARAN TENDER INI AKAN DIATUR OLEH DAN TUNDUK PADA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU DI REPUBLIK INDONESIA. QATAR TELECOM (QTEL) Q.S.C. (“QTEL”) TELAH MEMBUKA SELURUH INFORMASI MATERIAL YANG WAJIB DIBUKA KEPADA PUBLIK BERKAITAN DENGAN PENAWARAN TENDER INI, DAN TIDAK ADA FAKTA MATERIAL LAIN YANG TIDAK DIBUKA, YANG DAPAT MENYEBABKAN INFORMASI YANG TELAH DIBUKA DALAM PERNYATAAN PENAWARAN TENDER INI MENJADI TIDAK BENAR ATAU MENYESATKAN. QTEL BERTANGGUNG JAWAB SEPENUHNYA ATAS KEBENARAN SEMUA FAKTA MATERIAL, INFORMASI, DAN/ATAU LAPORAN YANG TERCANTUM DALAM PERNYATAAN PENAWARAN TENDER INI. PERNYATAAN PENAWARAN TENDER DIBUAT DALAM RANGKA MEMENUHI KETENTUAN YANG TERCANTUM DALAM PERATURAN BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN (”BAPEPAM-LK”) NO. IX.H.1, PERATURAN BAPEPAM-LK NO. IX.F.1 DAN PERATURAN BAPEPAM-LK NO. IX.F.2.
PERNYATAAN PENAWARAN TENDER Oleh:
Qatar Telecom (Qtel) Q.S.C.
Bidang Usaha: Industri telekomunikasi
Berkedudukan di Doha, Qatar
Kantor Pusat:
Qtel Building, 100 West Bay Center The Corniche P.O. Box 217 Doha, Qatar
Telp.: +974 440 4767 – Fax : +974 412 8879 Penawaran tender ini (“Penawaran Tender”) dilakukan oleh Qatar Telecom (Qtel) Q.S.C. (“Qtel” atau “Pihak Yang Melakukan Penawaran Tender”), melalui anak perusahaan yang dimiliki seluruhnya, Indonesia Communications Pte. Ltd., perseroan yang didirikan berdasarkan hukum Singapura (“ICLS”) untuk membeli sejumlah Saham Seri B dengan nilai nominal masing-masing Rp 100 (“Saham Seri B”) PT Indosat Tbk. (“Indosat”) dengan harga penawaran Rp 7.388 (tujuh ribu tiga ratus delapan puluh delapan Rupiah) untuk setiap Saham Seri B, selain (i) Saham Seri B yang dimiliki oleh Qtel atau afiliasinya, dan (ii) Saham Seri B yang diwakili oleh American Depository Shares (“ADS”) (yang tunduk pada penawaran terpisah oleh Qtel, melalui ICLS, di Amerika Serikat (“Penawaran Amerika Serikat”)). Saham Seri B dan ADS yang dibeli dalam Penawaran Tender ini akan didaftarkan atas nama ICLS. Penawaran Tender ini dan Penawaran Amerika Serikat adalah untuk membeli Saham Seri B (termasuk Saham Seri B yang dimiliki sebagai ADS) dalam jumlah sebanyak-banyaknya 1.314.466.775 Saham Seri B yang mewakili kurang lebih 24,19% dari total Saham Seri B (termasuk Saham Seri B yang dimiliki sebagai ADS) pada 30 September 2008, tergantung kepada hasil penjatahan, yang diterbitkan oleh:
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
2
PT INDOSAT Tbk. Bidang Usaha:
Penyedia Jaringan dan/atau Jasa Telekomunikasi Berkedudukan di Jakarta, Indonesia
Kantor Pusat: Jl. Medan Merdeka Barat No.21
Jakarta 10110 Indonesia Telp.: +62 21 3000 3001 - Fax: +62 21 3000 1339
Saham Seri B ini telah dicatatkan dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia dan ADS telah dicatatkan dan diperdagangkan di
New York Stock Exchange.
Perusahaan Sekuritas Yang Ditunjuk untuk membantu Qtel dalam melakukan Penawaran Tender ini adalah:
PT DANAREKSA SEKURITAS Gedung Danareksa, lt.2
Jl. Medan Merdeka Selatan No.14 Jakarta 10110, Indonesia
Telp.: +62 21 350 9888 - Fax: +62 21 350 1377
PENAWARAN TENDER INI AKAN MENJADI EFEKTIF SETELAH DIKELUARKANNYA SEBUAH PERNYATAAN EFEKTIF BAPEPAM-LK ATAU, JIKA TIDAK ADANYA PERNYATAAN TERSEBUT, PADA HARI KE-15 SETELAH PENERIMAAN PERNYATAAN PENAWARAN TENDER INI SECARA LENGKAP OLEH BAPEPAM-LK. QTEL TIDAK MEMBERIKAN KUASA KEPADA SIAPAPUN UNTUK MEMBERIKAN REKOMENDASI ATAS NAMA QTEL MENGENAI APAKAH PEMOHON HARUS MENAWARKAN ATAU TIDAK MENAWARKAN SAHAM SERI B ATAU ADS DALAM PENAWARAN TENDER INI. PEMOHON HANYA DAPAT PERCAYA KEPADA INFORMASI YANG TERDAPAT DALAM PERNYATAAN PENAWARAN TENDER INI ATAU DOKUMEN LAIN YANG DISEBUTKAN OLEH QTEL DALAM PERNYATAAN PENAWARAN TENDER INI. QTEL TIDAK PERNAH MEMBERIKAN KUASA KEPADA SIAPAPUN UNTUK MEMBERIKAN INFORMASI ATAU PERNYATAAN SEHUBUNGAN DENGAN PENAWARAN TENDER INI KECUALI ATAS INFORMASI YANG TERDAPAT DALAM PERNYATAAN PENAWARAN TENDER. JIKA TERDAPAT PIHAK YANG MEMBERIKAN REKOMENDASI ATAU PERNYATAAN ATAU INFORMASI APAPUN, PEMOHON TIDAK BOLEH MEMPERCAYAI BAHWA REKOMENDASI, PERNYATAAN, ATAU INFORMASI TERSEBUT DIKELUARKAN OLEH QTEL ATAU AGEN YANG BEKERJA UNTUK QTEL.
Pernyataan Penawaran Tender ini diterbitkan pada 20 Januari 2009
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
3
I. PENDAHULUAN
Qatar Telecom (Qtel) Q.S.C. (“Qtel” atau “Pihak Yang Melakukan Penawaran Tender”), perseroan yang didirikan berdasarkan hukum Qatar, berkedudukan di Qtel Building, 100 West Bay Center, The Corniche, P.O. Box 217 Doha, Qatar, adalah sebuah perusahaan publik yang sahamnya terdaftar dan diperdagangkan di Pasar Modal Doha (Doha Securities Market), Pasar Modal Abu Dhabi (Abu Dhabi Securities Market) dan Bursa Saham Bahrain (Bahrain Stock Exchange). Global Depository Receipts (“GDR”) Qtel diperdagangkan di Bursa Saham London (London Stock Exchange). Qtel adalah penyelenggara jasa telekomunikasi tunggal dan merupakan salah satu perusahaan publik terbesar di Qatar. Qtel menyediakan berbagai macam produk telekomunikasi, antara lain jasa seluler GSM, internet, dan televisi kabel nasional dan internasional. PT Indosat Tbk. (“Indosat” atau “Perusahaan Sasaran”) adalah sebuah perusahaan terbuka yang berkedudukan di Jakarta dan didirikan secara sah berdasarkan hukum Republik Indonesia. Pada 30 September 2008, modal ditempatkan dan modal disetor penuh milik Perusahaan Sasaran terbagi atas satu Saham Seri A dan 5.433.933.499 Saham Seri B (termasuk Saham-saham Seri B yang dimiliki sebagai ADS), dengan nilai nominal masing-masing saham sebesar Rp 100 (seratus Rupiah). Saham-saham Seri B tersebut telah tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia dan ADS dicatatkan dan diperdagangkan di Bursa Saham New York (New York Stock Exchange). Setiap ADS mewakili 50 (lima puluh) Saham Seri B. Indosat bergerak di bidang industri telekomunikasi sebagai penyelenggara jaringan dan/atau jasa telekomunikasi serta informatika di Indonesia. Pada 6 Juni 2008, Qtel menandatangani Perjanjian Jual Beli Saham (“PJB”) dengan STT Communications Ltd. (”STT”), anak perusahaan Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd. (“ST Telemedia”), sebuah perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum Singapura, dimana Qtel melalui anak perusahaannya, Qatar South East Asia Holding S.P.C., mengakuisisi 100% saham Indonesia Communications Limited, sebuah perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum Mauritius (”ICLM”), dan ICLS. Seluruh saham ICLM dan ICLS yang diterbitkan sebelumnya dimiliki oleh Asia Mobile Holdings Pte. Ltd., sebuah perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum Singapura (“AMH”), yang 75% sahamnya dimiliki secara tidak langsung oleh STT dan 25% dimiliki secara tidak langsung oleh Qtel. ICLM maupun ICLS secara bersama-sama memiliki 2.217.590.000 saham yang mewakili kurang lebih 40,81% dari total Saham Seri B yang diterbitkan oleh Indosat. Pengambilalihan ICLM dan ICLS sebagaimana diatur dalam PJB dirampungkan pada 22 Juni 2008. Saat ini, Qtel secara tidak langsung memiliki 2.217.590.000 Saham Seri B yang mewakili kurang lebih 40,81% dari seluruh Saham Seri B yang diterbitkan oleh Indosat dan menjadi pemegang saham pengendali tidak langsung baru di Indosat. Berdasarkan Peraturan BAPEPAM-LK Nomor IX.H.1 Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM-LK Nomor Kep-259/BL/2008 tanggal 30 Juni 2008 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka (“Peraturan BAPEPAM-LK IX.H.1”) dan sebagai akibat perampungan pengambilalihan ICLM dan ICLS sebagaimana diatur dalam PJB, Qtel diwajibkan untuk melaksanakan
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
4
Penawaran Tender sesuai dengan Peraturan BAPEPAM-LK Nomor IX.F.1 Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM-LK Nomor Kep-04/PM/2002 tanggal 3 April 2002 tentang Penawaran Tender (“Peraturan BAPEPAM-LK IX.F.1”).
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
5
II. PENAWARAN TENDER
Sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku di Indonesia, Pihak Yang Melakukan Penawaran Tender dengan ini menawarkan untuk membeli sejumlah Saham Seri B, selain (i) Saham Seri B yang dimiliki oleh Qtel atau afiliasinya, dan (ii) Saham Seri B yang diwakili oleh ADS (yang tunduk kepada Penawaran Amerika Serikat). Penawaran Tender ini dan Penawaran Amerika Serikat adalah untuk membeli Saham Seri B (termasuk Saham Seri B yang dimiliki sebagai ADS) dalam jumlah sebanyak-banyaknya 1.314.466.775 saham yang mewakili 24,19% dari total Saham Seri B (termasuk Saham Seri B yang dimiliki sebagai ADS) sejak 30 September 2008 yang diterbitkan oleh Indosat, tergantung kepada hasil penjatahan. Berdasarkan Surat Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. S-238/MBU.6/2008 tanggal 3 September 2008, saat ini Pemerintah Republik Indonesia tidak memiliki rencana untuk melepaskan bagian dari 14,29% sahamnya di Indosat. Dengan demikian, Pemerintah Republik Indonesia tidak memiliki rencana untuk mengikuti Penawaran Tender. Saham Seri B yang dibeli dalam Penawaran Tender ini oleh Pihak Yang Melakukan Penawaran Tender akan didaftarkan atas nama ICLS. Untuk itu, Saham Seri B yang dibeli dalam Penawaran Tender ini akan secara langsung ditransfer ke rekening efek ICLS. Penawaran Tender dan Penawaran Amerika Serikat dilaksanakan sesuai dengan dan berdasarkan pada surat No. S-9186/BL/2008 tanggal 23 Desember 2008 yang dikeluarkan oleh BAPEPAM-LK yang menyatakan bahwa Qtel diperbolehkan memiliki hingga 65% dari total saham Indosat sesuai dengan Peraturan Presiden No. 77 Tahun 2007 jo. Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2007 (“Surat BAPEPAM-LK”). Namun, pelaksanaan Penawaran Tender oleh Qtel atas sebanyak-banyaknya 24,19% Saham Seri B sesuai dengan dan berdasarkan pada Surat BAPEPAM-LK tersebut tidak dapat dianggap sebagai penerimaan atau pengakuan Qtel atau afiliasinya bahwa pembatasan penanaman modal asing yang dimuat dalam daftar negatif investasi sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan penanaman modal berlaku terhadap perusahaan yang sahamnya terdaftar dan diperdagangkan di bursa efek. Selanjutnya, Penawaran Tender akan dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat berikut:
1. Harga penawaran tender atas setiap Saham Seri B adalah sebesar Rp 7.388 (tujuh ribu
tiga ratus delapan puluh delapan Rupiah) (“Harga Penawaran Tender”). Harga Penawaran Tender tersebut adalah harga atas setiap Saham Seri B yang dibayar oleh Qtel kepada AMH berdasarkan PJB. Harga Penawaran Tender adalah lebih tinggi dari rata-rata harga perdagangan harian tertinggi atas Saham Seri B di Bursa Efek Indonesia dalam jangka waktu 90 hari sebelum 8 Juni 2008 (tanggal pemberitahuan sehubungan dengan penandatanganan PJB, yaitu senilai Rp 6.416 (enam ribu empat ratus enam belas Rupiah) untuk setiap Saham Seri B).
2. Pemegang Saham Seri B yang sah memiliki jangka waktu 30 hari (”Periode Penawaran
Tender”) untuk menawarkan Saham Seri B mereka untuk dibeli oleh Pihak Yang Melakukan Penawaran Tender dalam Penawaran Tender ini. Periode Penawaran Tender
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
6
akan dimulai pada pukul 13.00 WIB tanggal 20 Januari 2009 dan akan berakhir pada pukul 15.00 WIB tanggal 18 Februari 2009.
Berdasarkan hukum pasar modal federal Amerika Serikat, U.S. Securities and Exchange Commission (”SEC”) memiliki hak untuk mewajibkan pihak yang melakukan penawaran tender di Amerika Serikat untuk memperpanjang periode penawaran tender jika terdapat keadaan tertentu, antara lain, perkembangan material atau perubahan material atas ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat penawaran tender. Berdasarkan Peraturan BAPEPAM-LK IX.F.1, perpanjangan Periode Penawaran Tender wajib terlebih dahulu disetujui oleh Ketua BAPEPAM-LK. Jika SEC mewajibkan Pihak Yang Melakukan Penawaran Tender untuk memperpanjang periode Penawaran Amerika Serikat sehingga periode Penawaran Amerika Serikat menjadi lebih lama daripada Periode Penawaran Tender, maka Pihak Yang Melakukan Penawaran Tender akan menyampaikan hal tersebut kepada dan meminta persetujuan Ketua BAPEPAM-LK atas perpanjangan Periode Penawaran Tender.
3. Pemegang yang sah atas Saham Seri B yang ingin berpartisipasi dalam Penawaran Tender ini wajib melengkapi, menandatangani dan menyerahkan formulir penawaran tender (“Formulir Penawaran Tender”) sesuai dengan prosedur dan persyaratan sebagaimana diatur dalam Pernyataan Penawaran Tender ini dan Formulir Penawaran Tender, paling lambat pada pukul 15.00 WIB tanggal 18 Februari 2009.
Prosedur penawaran Saham Seri B pada Penawaran Tender ini akan diatur lebih lanjut pada Bab VI Pernyataan Penawaran Tender ini.
4. Warga negara atau badan hukum yang berada di Amerika Serikat, wilayah yang berada di
bawah yurisdiksi dan kewenangan Amerika Serikat, negara bagian Amerika Serikat atau District of Columbia yang memiliki Saham Seri B (”Pemegang Saham Amerika Serikat”) dapat:
a. mengikuti Penawaran Tender ini dengan memenuhi prosedur penawaran tender
sebagaimana diatur dalam Pernyataan Penawaran Tender ini dan Formulir Penawaran Tender; atau
b. mengikuti Penawaran Amerika Serikat dengan terlebih dahulu mengkonversi
Saham Seri B kedalam bentuk ADS melalui Bank of New York Mellon, penyimpan (depositary) ADS Indosat (“Penyimpan ADS”), kemudian mengikutsertakan ADS tersebut dalam Penawaran Amerika Serikat sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang terdapat dalam pernyataan Penawaran Amerika Serikat dan dokumen terkait. Proses konversi Saham Seri B menjadi ADS dan penawaran ADS dalam Penawaran Amerika Serikat diatur dalam Pernyataan Penawaran Tender, sebagaimana ditambahkan oleh keterbukaan informasi yang diwajibkan berdasarkan hukum pasar modal federal Amerika Serikat, yang didistribusikan kepada Pemegang Saham Amerika Serikat. Biaya yang dikenakan
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
7
oleh Penyimpan ADS untuk melakukan konversi Saham Seri B yang dimiliki oleh Pemegang Saham Amerika Serikat menjadi ADS untuk ditawarkan pada Penawaran Amerika Serikat akan dibayar oleh Pihak Yang Melakukan Penawaran Tender. Permohonan konversi Saham Seri B menjadi ADS wajib diajukan paling lambat pada akhir Periode Penawaran Tender.
Pemegang Saham Amerika Serikat yang ingin mengkonversi Saham Seri B ke
dalam bentuk ADS dan mengikuti Penawaran Amerika Serikat wajib menghubungi Penyimpan ADS selaku agen penawaran tender ADS atau agen informasi dalam Penawaran Amerika Serikat pada:
Agen Penawaran Tender ADS:
THE BANK OF NEW YORK MELLON
Melalui Surat:
BNY Mellon Shareowner Services Attn: Corporate Action Dept.
P.O. Box 3301 South Hackensack, New Jersey 07606 U.S.A.
Melalui Overnight Delivery atau Hand Delivery:
BNY Mellon Shareowner Services Attn: Corporate Action Dept., 27th Floor
480 Washington Boulevard Jersey City, New Jersey 07310 U.S.A.
Agen Informasi Penawaran Amerika Serikat:
BNY MELLON SHAREOWNER SERVICES 480 Washington Boulevard
Jersey City, New Jersey 07310 U.S.A.
Nomer Telepon: Di Amerika Serikat: 1-877-289-0143 (Toll-Free)
Di luar Amerika Serikat: +1-201-680-5235 Bank dan broker: +1-201-680-5235
Saham Seri B yang diserahkan kepada Penyimpan ADS untuk dikonversi menjadi ADS dan ditawarkan dalam Penawaran Amerika Serikat yang tidak dibeli dalam Penawaran Amerika Serikat sebagai akibat dari penjatahan yang berlaku di Penawaran Amerika Serikat atau sebagai akibat dari keputusan Pemegang Saham Amerika Serikat untuk menarik kembali efek yang ditawarkan dari Penawaran Amerika Serikat sebelum akhir Periode Penawaran Tender, akan dikembalikan kepada Pemegang Saham Amerika Serikat. Jika Pemegang Saham Amerika Serikat memiliki Saham Seri B dalam jumlah kurang dari 50 Saham Seri B (odd lot), namun ingin mengkonversi saham tersebut menjadi ADS untuk ditawarkan dalam Penawaran Amerika Serikat, Penyimpan ADS akan menjumlahkan odd lot Saham Seri B tersebut dengan odd lot Saham Seri B lain untuk menghasilkan sebanyak mungkin ADS dalam satu lot penuh (round lot) untuk ditawarkan dalam Penawaran Amerika Serikat. Pemegang Saham Amerika Serikat yang memiliki Saham Seri B yang ingin berpartisipasi dalam Penawaran Amerika Serikat wajib berkonsultasi dengan perusahaan efek/bank kustodian yang ditunjuk olehnya atau memegang Saham Seri B dan memastikan bahwa perusahaan efek/bank kustodian tersebut dapat
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
8
memenuhi mekanisme atau prosedur yang diperlukan untuk mengkonversi Saham Seri B menjadi bentuk ADS.
5. Pembayaran Harga Penawaran Tender wajib dilaksanakan pada 5 Maret 2009 (“Tanggal
Pembayaran”) kepada pemegang Saham Seri B yang sah yang telah menawarkan Saham Seri B miliknya pada Penawaran Tender ini dan telah memenuhi prosedur dan persyaratan Penawaran Tender sebagaimana diatur dalam Pernyataan Penawaran Tender ini dan Formulir Penawaran Tender. Pembayaran atas Harga Penawaran Tender untuk Saham Seri B akan dilakukan dalam mata uang Rupiah.
Pembayaran untuk ADS yang ditawarkan di Amerika Serikat berdasarkan Penawaran Amerika Serikat akan dilakukan dalam Dollar A.S. yang nilainya akan dihitung berdasarkan Harga Penawaran Tender dan Kurs Konversi Mata Uang Yang Berlaku. Kurs Konversi Mata Uang Yang Berlaku adalah rata-rata kurs jual harian untuk transaksi USD/IDR (Dollar A.S/Rupiah) yang dilaporkan oleh Bank Indonesia pada pukul 16.00 WIB setiap hari dalam 5 hari kerja terakhir Periode Penawaran Tender (tidak termasuk hari terakhir Periode Penawaran Tender) yang terdapat pada situs resmi Bank Indonesia dengan alamat situs sebagai berikut: http://www.bi.go.id/web/en/Moneter/Kurs+Bank+Indonesia/Kurs+Transaksi/
6. Saham Seri B yang ditawarkan di Indonesia dalam Penawaran Tender ini akan dibeli oleh
Pihak Yang Melakukan Penawaran Tender melalui transaksi di Bursa Efek Indonesia, dan ADS yang ditawarkan di Amerika Serikat dalam Penawaran Amerika Serikat pada Penawaran Amerika Serikat akan dibeli melalui agen penawaran (tender agent(s)) yang ditunjuk dalam pernyataan penawaran tender Amerika Serikat serta dokumen terkait lainnya yang diserahkan kepada SEC.
7. Apabila secara keseluruhan jumlah Saham Seri B (termasuk Saham Seri B yang dimiliki
dalam bentuk ADS) yang ditawarkan dalam Penawaran Tender ini dan Penawaran Amerika Serikat melebihi 1.314.466.775 Saham Seri B (termasuk Saham Seri B yang dimiliki dalam bentuk ADS), maka Pihak Yang Melakukan Penawaran Tender hanya akan membeli Saham Seri B (termasuk Saham Seri B yang dimiliki dalam bentuk ADS) dalam jumlah sebanyak-banyaknya 1.314.466.775 Saham Seri B (termasuk Saham Seri B yang dimiliki dalam bentuk ADS) secara proporsional, tergantung kepada hasil penjatahan sebagaimana dijelaskan lebih lanjut pada Bab VI Pernyataan Penawaran Tender ini. Penjatahan akan dilaksanakan pada 20 Februari 2009 (”Tanggal Penjatahan”). Saham Seri B yang tidak dibeli dalam Penawaran Tender ini sebagai hasil dari penjatahan akan dikembalikan dan ditransfer ke rekening efek pemegang saham yang bersangkutan pada 23 Februari 2009 (”Tanggal Pengembalian”).
8. Penawaran Tender ini akan dilakukan secara bersamaan dengan Penawaran Amerika
Serikat. Sehubungan dengan Penawaran Amerika Serikat dan Penawaran Tender ini, Qtel telah diberikan pengecualian oleh SEC sehubungan dengan ketentuan-ketentuan tertentu dari hukum pasar modal federal Amerika Serikat yang berlaku terhadap Penawaran Amerika Serikat.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
9
9. Penawaran Tender ini akan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia, khususnya Peraturan BAPEPAM-LK IX.H.1 dan Peraturan BAPEPAM-LK IX.F.1. Penawaran Tender akan dimulai setelah Pernyataan Penawaran Tender dinyatakan efektif oleh Ketua BAPEPAM-LK atau, jika tidak adanya pernyataan tersebut, pada hari ke-15 setelah penerimaan Pernyataan Penawaran Tender secara lengkap oleh BAPEPAM-LK.
10. Penawaran Tender ini beserta ketentuan-ketentuan dan persyaratan yang termuat di
dalamnya tidak dapat dibatalkan kecuali dengan persetujuan terlebih dahulu dari Ketua BAPEPAM-LK.
Teks pengumuman Rencana Penawaran Tender telah disampaikan kepada BAPEPAM-LK dan Indosat sesuai dengan Peraturan BAPEPAM-LK IX.F.1 pada 24 Juni 2008. Qtel mengumumkan Rencana Penawaran Tender tersebut dalam dua surat kabar harian yaitu Bisnis Indonesia dan Investor Daily pada 26 Juni 2008 sesuai dengan Peraturan BAPEPAM-LK IX.H.1. Pengumuman mengenai ditandatanganinya PJB telah dilakukan oleh Qtel pada 8 Juni 2008 sebagaimana dimuat dalam surat kabar harian Koran Tempo sesuai dengan Peraturan BAPEPAM-LK IX.H.1. Pada 1 Juli 2008, Qtel menyampaikan Pernyataan Penawaran Tender kepada BAPEPAM-LK sesuai dengan Peraturan BAPEPAM-LK IX.F.1 dan Peraturan BAPEPAM-LK Nomor IX.F.2 Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM-LK Nomor Kep-85/PM/1996 tanggal 24 Januari 1996 tentang Pedoman tentang Bentuk dan Isi Pernyataan Penawaran Tender (“Peraturan BAPEPAM-LK IX. F.2”). Berdasarkan surat pernyataan Qtel tanggal 1 Juli 2008, Qtel menyatakan bahwa ia akan berkomitmen untuk menyediakan dana yang cukup untuk melaksanakan Penawaran Tender. Pernyataan ini didukung oleh surat keterangan yang diterbitkan oleh PT Danareksa Sekuritas tertanggal 24 Juni 2008 yang menyatakan bahwa PT Danareksa Sekuritas yakin Qtel akan memiliki dana yang cukup untuk membiayai Penawaran Tender ini. Selanjutnya, sepanjang pengetahuan Qtel, tidak ada tuntutan atau gugatan apapun terkait dengan Penawaran Tender ini, dan tidak ada pihak manapun yang mengajukan keberatan atas Penawaran Tender ini sampai dengan tanggal Pernyataan Penawaran Tender ini, kecuali sebagaimana diuraikan di bawah ini:
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
10
Kasus KPPU vs Kelompok Usaha Temasek A. Putusan KPPU No. 07/KPPU-L/2007 Pada 19 November 2007, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (“KPPU”) menjatuhkan putusannya terhadap Kelompok Usaha Temasek (“Temasek”) yang antara lain menentukan sebagai berikut: 1. Menyatakan Temasek Holdings Pte. Ltd., secara bersama-sama dengan ST Telemedia, STT,
Asia Mobile Holding Company Pte. Ltd. (“AMHC”), AMH, ICLS, ICLM, Singapore Telecommunications Ltd., dan Singapore Telecommunication Mobile Pte. Ltd. telah secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 27 huruf (a) Undang-Undang No.5 tahun 1999;
2. Memerintahkan Temasek Holdings Pte. Ltd., secara bersama-sama dengan ST Telemedia,
STT, AMHC, AMH, ICLS, ICLM, Singapore Telecommunications Ltd., dan Singapore Telecom Mobile Pte. Ltd. untuk menghapuskan kepemilikan silang atas saham di PT Telekomunikasi Selular dan Indosat dengan melepaskan kepemilikan sahamnya pada PT Telekomunikasi Selular atau Indosat tidak lebih dari 2 (dua) tahun sejak putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap; dan
3. Menentukan bahwa pelepasan saham tersebut di atas akan dibatasi oleh ketentuan berikut:
a. Setiap pembeli tidak dapat membeli lebih dari 5% dari total saham yang dimiliki oleh ICLM dan ICLS;
b. Pembeli tidak terasosiasi dengan Temasek. Sehubungan dengan Putusan KPPU di atas, Temasek kemudian mengajukan keberatannya ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. B. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor 02/KPPU/2007/PN.Jkt.Pst Atas keberatan yang diajukan oleh Temasek, pada 9 Mei 2008, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mengeluarkan Putusan Nomor 02/KPPU/2007/PN.Jkt.Pst yang menolak keberatan tersebut dan menguatkan Putusan KPPU. Selanjutnya, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat kemudian mengadili dan memperbaiki Putusan KPPU No.07/KPPU-L/2007 tertanggal 19 November 2007 menjadi sebagai berikut, antara lain: 1. Menyatakan Temasek Holdings Pte. Ltd., secara bersama-sama dengan ST Telemedia, STT,
AMHC, AMH, ICLS, ICLM, Singapore Telecommunications Ltd., dan Singapore Telecom Mobile Pte. Ltd. telah secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 27 huruf (a) Undang-Undang No.5 tahun 1999;
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
11
2. Memerintahkan Temasek Holdings Pte. Ltd., secara bersama-sama dengan ST Telemedia, STT, AMHC, AMH, ICLS, ICLM, Singapore Telecommunications Ltd., dan Singapore Telecom Mobile Pte. Ltd. untuk mengakhiri kepemilikan silang atas saham di PT Telekomunikasi Selular dan Indosat dengan mengalihkan kepemilikan sahamnya pada PT Telekomunikasi Selular atau Indosat dalam tidak lebih dari 12 (dua belas) bulan sejak putusan memiliki kekuatan hukum tetap atau memerintahkan para pihak tersebut untuk melepaskan 50% kepemilikan saham mereka di PT Telekomunikasi Selular atau Indosat dalam tidak lebih dari 12 bulan sejak Putusan Pengadilan Negeri ini mempunyai kekuatan hukum tetap;
3. Menentukan bahwa pengalihan saham tersebut di atas akan dibatasi oleh ketentuan berikut:
a. Setiap pembeli tidak dapat membeli lebih dari 10% dari total saham yang dimiliki oleh ICLM dan ICLS;
b. Pembeli tidak terasosiasi dengan Temasek. Atas Putusan Pengadilan Negeri di atas, Temasek kemudian mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung melalui Memori Kasasinya yang disampaikan pada 22 Mei 2008. C. Putusan Mahkamah Agung Nomor 496 K/Pdt.Sus/2008 Atas kasasi yang diajukan oleh Temasek, pada 10 September 2008, Mahkamah Agung mengeluarkan Putusan Nomor 496 K/Pdt.Sus/2008 yang menolak permohonan kasasi serta memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor 02/KPPU/2007/PN.Jkt.Pst., dengan putusan sebagai berikut, antara lain: 1. Menyatakan Temasek Holdings Pte. Ltd., secara bersama-sama dengan ST Telemedia, STT,
AMHC, AMH, ICLS, ICLM, Singapore Telecommunications Ltd., dan Singapore Telecom Mobile Pte. Ltd. telah secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 27 huruf (a) Undang-Undang No.5 tahun 1999;
2. Memerintahkan Temasek Holdings Pte. Ltd., secara bersama-sama dengan ST Telemedia,
STT, AMHC, AMH, ICLS, ICLM, Singapore Telecommunications Ltd., dan Singapore Telecom Mobile Pte. Ltd. untuk mengakhiri tindakan kepemilikan saham di PT Telekomunikasi Selular dan Indosat dengan cara melepas seluruh kepemilikan sahamnya di salah satu perusahaan yaitu PT Telekomunikasi Selular atau Indosat dalam waktu paling lama 12 (dua belas) bulan terhitung sejak putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap;
ATAU
mengurangi kepemilikan saham masing-masing 50% di PT Telekomunikasi Selular dan Indosat dalam waktu paling lama 12 (dua belas) bulan terhitung sejak putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap;
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
12
3. Memerintahkan kepada Temasek Holdings, Pte. Ltd., bersama-sama ST Telemedia, STT, AMHC, AMH, ICLS, ICLM, Singapore Telecommunications Ltd., dan Singapore Telecom Mobile Pte. Ltd. untuk memutuskan perusahaan yang akan dilepas kepemilikan sahamnya serta melepaskan hak suara dan hak untuk mengangkat direksi dan komisaris pada salah satu perusahaan yang akan dilepas yaitu PT Telekomunikasi Selular atau Indosat sampai dengan dilepasnya saham secara keseluruhan atau mengurangi kepemilikan saham masing-masing 50% di PT Telekomunikasi selular dan Indosat sebagaimana diperintahkan pada angka 2 diatas.
Sejak 22 Juni 2008, setelah penyelesaian transaksi berdasarkan PJB, Qtel menjadi pemegang saham pengendali tidak langsung baru di Indosat, menggantikan STT dan AMH. Dengan demikian, STT dan AMH tidak lagi memiliki kendali apapun, baik langsung maupun tidak langsung, di Indosat. Kasus Gugatan Perwakilan Kelompok
Pada awalnya, terdapat tiga gugatan perwakilan kelompok atas isu yang sama sehubungan dengan kerugian konsumen akibat harga eksesif yang ditetapkan oleh Para Tergugat (sebagaimana didefinisikan di bawah ini), yaitu (i) Gugatan Perwakilan Kelompok No. 480/G/2007/PN.TNG pada Pengadilan Negeri Tangerang; (ii) Gugatan Perwakilan Kelompok No. 111/Pdt.G/2008/PNJKT.PST pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat; dan (iii) Gugatan Perwakilan Kelompok No. 326/Pdt.G/2007/PN.BKS pada Pengadilan Negeri Bekasi. Para penggugat dalam Gugatan Perwakilan Kelompok No. 326/Pdt.G/2007/PN.BKS membatalkan gugatan perwakilan kelompok tersebut. A. Gugatan Perwakilan Kelompok No. 480/G/2007/PN.TNG Beberapa pihak yang merupakan wakil kelompok konsumen telepon seluler di Indonesia, mengajukan gugatan perwakilan kelompok kepada Pengadilan Negeri Tangerang pada 19 Desember 2007 (“Gugatan Perwakilan Kelompok No. 480/G/2007/PN.TNG”). Para Penggugat dibagi menjadi sembilan sub-kelompok berdasarkan pilihan produk telepon seluler mereka. Gugatan perwakilan kelompok tersebut diajukan terhadap 12 tergugat, yaitu (i) Temasek Holdings Pte. Ltd.; (ii) ST Telemedia; (iii) STT; (iv) AMHC; (v) AMH; (vi) ICLM; (vii) ICLS; (viii) Singapore Telecommunications Ltd.; (ix) Singapore Telecom Mobile Pte. Ltd.; (x) Indosat; (xi) PT Telekomunikasi Selular; dan (xii) PT Telekomunikasi Indonesia Tbk cq. Kantor Daerah Telekomunikasi Tangerang, dan satu turut tergugat, yaitu Pemerintah Republik Indonesia cq. Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara (secara bersama-sama disebut sebagai “Para Tergugat”). Butir utama dari gugatan para penggugat adalah kerugian yang dialami sebagai akibat dari harga eksesif yang ditetapkan oleh Para Tergugat selama tahun 2003-2006. Para penggugat menyatakan dalam gugatannya bahwa kepemilikan silang Para Tergugat mengakibatkan penguasaan pasar telepon seluler. Lebih lanjut, para penggugat menyatakan bahwa kekuatan para tergugat untuk menguasai pasar adalah dasar yang digunakan oleh Para Tergugat untuk
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
13
menetapkan harga eksesif dan untuk menghalangi hak para penggugat untuk memiliki kebebasan dalam memilih produk telekomunikasi seluler. Para penggugat mengajukan gugatan berdasarkan, antara lain, Pasal 4 huruf (b), huruf (e) dan huruf (h) dan Pasal 7 huruf (a) Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang No. 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi jo. Pasal 68 Peraturan Pemerintah No. 52 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi dan Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Para penggugat memohon kepada Majelis Hakim, antara lain, untuk menghukum Para Tergugat untuk membayar kompensasi dengan jumlah maksimum sebesar Rp. 30.808.720.000.000. Para penggugat juga memohonkan atas peletakan sita jaminan, yaitu atas (i) saham ICLM di Indosat dengan jumlah total 2.171.250.000 saham; (ii) saham ICLS di PT Telekomunikasi Selular dengan jumlah total 63.893 saham; dan (iii) aset lain dari Temasek Holdings Pte. Ltd., ST Telemedia, STT, AMHC, AMH, ICLM, ICLS, Singapore Telecommunications Ltd., Singapore Telecommunication Mobile Pte. Ltd., Indosat dan PT Telekomunikasi Selular, yang dapat diminta lebih lanjut oleh para penggugat. Pada 25 Februari 2008, Majelis Hakim mengeluarkan Penetapan No. 480/PEN.PDT.G/2007/PN.TNG yang menerima Gugatan Perwakilan Kelompok No. 480/G/2007/PN.TNG sebagai gugatan perwakilan kelompok. Penetapan tersebut bersifat sementara hingga dikeluarkannya putusan sela dan eksepsi dari Para Tergugat. B. Gugatan Perwakilan Kelompok No. 111/Pdt.G/2008/PNJKT.PST Gugatan Perwakilan Kelompok No. 111/Pdt.G/2008/PNJKT.PST diajukan terhadap Para Tergugat di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 04 April 2008 (“Gugatan Perwakilan Kelompok No. 111/Pdt.G/2008/PNJKT.PST”). Para penggugat Gugatan Perwakilan Kelompok No. 111/Pdt.G/2008/PNJKT.PST dibagi menjadi sembilan sub-kelompok berdasarkan pilihan produk telepon seluler. Para penggugat menyatakan bahwa kekuatan Para Tergugat untuk menguasai pasar adalah dasar yang digunakan oleh Para Tergugat untuk menetapkan harga eksesif dan untuk menghalangi hak para penggugat untuk memiliki kebebasan dalam memilih produk telekomunikasi seluler. Para penggugat mengajukan gugatan berdasarkan, antara lain, Pasal 4 huruf (b), huruf (e) dan huruf (h) dan Pasal 7 huruf (a) Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang No. 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi jo. Pasal 68 Peraturan Pemerintah No. 52 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi dan Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Para penggugat menggugat, antara lain, kompensasi dalam jumlah maksimum sebesar Rp. 30.808.720.000.000. Para penggugat juga memohon peletakan sita jaminan, yaitu atas (i) saham ICLM di Indosat dengan jumlah total 2.171.250.000 saham; (ii) saham ICLS di PT Telekomunikasi Selular dalam jumlah total 63.893 saham; dan (iii) aset lain milik Temasek Holdings Pte. Ltd., ST Telemedia, STT, AMHC, AMH, ICLM, ICLS, Singapore
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
14
Telecommunications Ltd., Singapore Telecom Mobile Pte. Ltd., dan PT Telekomunikasi Selular, yang dapat diminta lebih lanjut oleh para penggugat. Pada 14 Agustus 2008, Majelis Hakim Gugatan Perwakilan Kelompok No. 111/Pdt.G/2008/PNJKT.PST mengeluarkan penetapan konsolidasi Gugatan Perwakilan Kelompok No. 111/Pdt.G/2008/PNJKT.PST dengan Gugatan Perwakilan Kelompok No. 480/G/2007/PN.TNG dengan pertimbangan bahwa kedua gugatan perwakilan kelompok tersebut memiliki gugatan yang sama. Sehubungan dengan status diterimanya Gugatan Perwakilan Kelompok No. 480/G/2007/PN.TNG sebagai gugatan perwakilan kelompok oleh Penetapan No. 480/PEN.PDT.G/2007/PN.TNG, Majelis Hakim Gugatan Perwakilan Kelompok No. 111/Pdt.G/2008/PNJKT.PST memutuskan untuk mengkonsolidasi Gugatan Perwakilan Kelompok No. 111/Pdt.G/2008/PNJKT.PST dengan Gugatan Perwakilan Kelompok No. 480/G/2007/PN.TNG untuk menghindari adanya beberapa gugatan yang memiliki fakta dan dasar hukum yang sama yang diajukan secara terpisah. Namun, terhadap penetapan konsolidasi tertanggal 14 Agustus 2008 tersebut diajukan memori kasasi oleh sebagian besar penggugat Gugatan Perwakilan Kelompok No. 111/Pdt.G/2008/PNJKT.PST pada 8 September 2008. Sehubungan dengan memori kasasi yang diajukan di Jakarta Pusat tersebut, perkara Gugatan Perwakilan Kelompok No. 480/G/2007/PN.TNG dinyatakan ditunda sementara, hal ini berdasarkan pernyataan Majelis Hakim pada 24 November 2008. Lebih lanjut, pada 11 Desember 2008, Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, atas nama Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, menyerahkan memori kasasi kepada Panitera Mahkamah Agung. Dengan demikian, status perkara-perkara gugatan perwakilan kelompok di atas masih menunggu keputusan Mahkamah Agung. Pada 17 Desember 2008, kuasa hukum ICLS mengajukan Kontra Memori Kasasi kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Berdasarkan hal-hal tersebut, status kedua gugatan perwakilan kelompok di atas adalah ditunda sementara, menunggu keputusan Mahkamah Agung mengenai konsolidasi. Mahkamah Agung Republik Indonesia belum mengeluarkan putusannya mengenai upaya hukum kasasi yang dilakukan terhadap penetapan konsolidasi tertanggal 14 Agustus 2008.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
15
III. TUJUAN PENAWARAN TENDER DAN RENCANA ATAS PERUSAHAAN SASARAN
A. TUJUAN PENAWARAN TENDER Sebagai penyedia jasa telekomunikasi dengan reputasi internasional yang memiliki lisensi resmi dari Supreme Council of Information and Communication Technology (“ictQATAR”) di negara Qatar, Grup Qtel telah mengembangkan jejak geografisnya dari 2 negara menjadi 16 negara di kawasan Timur Tengah, sub benua India dan wilayah Asia Pasifik, dan berkomitmen untuk berkembang sejalan dengan visi strategis perusahaan untuk menjadi salah satu dari 20 besar perusahaan penyedia telekomunikasi pada tahun 2020. Sesuai dengan visinya tersebut, Qtel ingin mengembangkan usahanya di Indonesia dengan mengakuisisi secara tidak langsung mayoritas saham di Indosat. Penawaran Tender ini dan Penawaran Amerika Serikat dilaksanakan sebagai akibat dari pengambilalihan tidak langsung atas saham di Perusahaan Sasaran oleh Qtel melalui anak perusahaannya, Qatar South East Asia Holding S.P.C., pada 22 Juni 2008, dimana Qtel membeli 100% saham ICLM dan ICLS. ICLM dan ICLS secara bersama-sama memiliki 2.217.590.000 Saham Seri B yang mewakili kurang lebih 40,81% dari seluruh Saham Seri B yang diterbitkan oleh Indosat. Sehubungan dengan perampungan pengambilalihan, Qtel secara tidak langsung memiliki 2.217.590.000 Saham Seri B yang mewakili kurang lebih 40,81% dari total Saham Seri B yang diterbitkan oleh Indosat pada 30 September 2008. Penawaran Tender ini dan Penawaran Amerika Serikat dilakukan oleh Qtel sesuai dengan Pernyataan Penawaran Tender ini dan dokumen Penawaran Amerika Serikat dan sesuai dengan ketentuan Peraturan BAPEPAM-LK IX.H.1, Peraturan BAPEPAM-LK IX.F.1, Peraturan BAPEPAM-LK IX.F.2 dan Surat BAPEPAM-LK, untuk melakukan tender atas seluruh sisa Saham Seri B (termasuk Saham Seri B yang dimiliki sebagai ADS) Indosat selain Saham Seri B yang dimiliki oleh Qtel dan afiliasinya. Penawaran Tender ini dan Penawaran Amerika Serikat adalah untuk mengakuisisi Saham Seri B (termasuk Saham Seri B yang dimiliki sebagai ADS) dalam jumlah sebanyak-banyaknya 1.314.466.775 Saham Seri B (termasuk Saham Seri B yang dimiliki sebagai ADS) yang mewakili kurang lebih 24,19% dari total Saham Seri B (termasuk Saham Seri B yang dimiliki sebagai ADS) pada 30 September 2008 yang diterbitkan oleh Indosat, tergantung kepada hasil penjatahan. B. RENCANA ATAS PERUSAHAAN SASARAN Kecuali dinyatakan sebaliknya dalam Pernyataan Penawaran Tender, saat ini Qtel tidak memiliki rencana resmi (formal plan) yang telah ada, usulan yang telah diberikan kepada Perusahaan Sasaran, atau negosiasi dengan Perusahaan Sasaran yang, segera setelah Penawaran Tender ini, dapat mengakibatkan (i) likuidasi yang melibatkan Indosat, (ii) perubahan struktur permodalan Indosat, (iii) perubahan material atas kebijakan pembagian dividen Indosat, (iv) perubahan material pada struktur manajemen Indosat, atau (v) penghapusan pencatatan Saham Seri B dari Bursa Efek Indonesia atau penghapusan pencatatan ADS dari New York Stock Exchange.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
16
Setelah Tender Offer ini selesai dilakukan, Saham Seri B yang dibeli akan didaftarkan atas nama ICLS. ICLS memiliki hak untuk mengalihkan sebagian atau seluruh Saham Seri B yang dimilikinya kepada Qtel atau anak perusahaannya.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
17
IV. INFORMASI TENTANG QTEL
1. Riwayat Singkat
Qtel didirikan pada 29 Juni 1987, berdasarkan Undang-Undang No. 13 tahun 1987 dengan nama Qatar Public Telecommunications Corporation. Selanjutnya Qtel berubah menjadi Qatari Shareholding Company dengan nama Qatar Telecom (Qtel) Q.S.C. pada 25 November 1998 berdasarkan Undang-Undang No. 21 tahun 1998. Anggaran dasar Qtel telah diubah beberapa kali, dengan perubahan terakhir pada bulan Maret 2008. Qtel terdaftar pada Commercial Registration dengan nomor pendaftaran: 21183 pada tahun 1987. Qtel berkedudukan di Doha, Qatar dan memiliki kantor pusat di Qtel Building, 100 West Bay Center, The Corniche, P.O. Box 217 Doha, Qatar.
2. Kegiatan Usaha
Qtel adalah penyelenggara jasa telekomunikasi berdasarkan izin yang diberikan oleh ictQATAR untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi tetap dan bergerak di Negara Qatar. Dalam 24 bulan terakhir, Qtel dan anak perusahaannya secara geografis telah memperluas usaha mereka dari 2 hingga 16 negara di Timur Tengah, India, dan wilayah Asia Pasifik, dan memiliki komitmen untuk terus melakukan perluasan sesuai dengan strategi perusahaan untuk masuk dalam peringkat 20 besar dunia sebagai penyelenggara jasa telekomunikasi pada tahun 2020.
3. Struktur Permodalan dan Komposisi Kepemilikan Saham
Struktur permodalan dan komposisi kepemilikan saham Qtel pada 31 Desember 2008 adalah sebagai berikut:
KETERANGAN Nilai Nominal 10 QR per saham Jumlah Saham Nilai Nominal Persentase (QR) (%)
Modal Dasar 200.000.000 2.000.000.000 Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 1. Negara Qatar 22.000.000 220,000,000 15,0 2. Qatar Holding Inc. 58.666.666 586.666.660 40,0 2. Dana Pensiun Qatar 14.443.993 144.439.930 9,8 3. Otorita Investasi Abu Dhabi 14.666.667 146.666.670 10,0 4. Publik 36.889.341 368.893.410 25,2 Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 146.666.667 1.446.666.670 100,0
Catatan: Kurs Qatari Real (QR) per 5 Januari 2009 adalah Rp3.013,55/QR (sumber: Bloomberg)
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
18
4. Kepengurusan
Komposisi kepengurusan Qtel yang terakhir adalah sebagai berikut: Direksi Ketua Direksi : H.E Sheikh Abdullah Bin Mohammed Bin Saud Al
Thani Deputi Direksi : H.E Sheikh Mohammed Bin Suhaim Al Thani Anggota Direksi : H.E Mohammed Bin Eisa Al Muhannadi Anggota Direksi : H.E Saad Mohammed Al Rumaihi Anggota Direksi : H.E Dr. Abdullah Hussein Al Kubaissi Anggota Direksi : Abdullah Zaid Al Talib Anggota Direksi : Hamad Abdullah Al Shamsi Anggota Direksi : Ali Sharif Al Imadi Anggota Direksi : Hareb Masoud Al Darmaki Anggota Direksi : Hamad Saeid Mohammad Al Badi Direktur Eksekutif Chief Executive Officer : Dr. Nasser Marafih Chief Operating Officer : Nick Dent Chief Financial Officer : Ajay Bahri Grup Komunikasi : Adel Al Mutawa Grup Strategi : Mazen Issa Dauleh Solusi Bisnis : Khalid Abdulla Al Mansouri Layanan Internasional : Ahmed Yousef Al-Derbasti Layanan Konsumen : Waleed Al Sayed Layanan Umum : Sheikh Saud Bin Nasser Al Thani (Acting) Jaringan : Khalil Ibrahim Al-Emadi Grup Sumber Daya Manusia : Sheikh Saud Bin Nasser Al Thani Grup Hukum : Izzeldin Hamed Mohamed Salih Hussein Bisnis Konsumen : Ian Charles Dench
5. Ringkasan Informasi Keuangan Material
Tabel berikut menggambarkan ringkasan informasi keuangan material Qtel yang diambil dari Laporan Keuangan Terkonsolidasi, yang diaudit oleh Ernst & Young, akuntan publik di Doha, Qatar, untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2007 dengan pendapat dengan satu kualifikasi, dan untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2006 dan 31 Desember 2005 dengan pendapat wajar tanpa kualifikasi, dan laporan keuangan sembilan bulan yang berakhir pada 31 September 2008 yang tidak diaudit.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
19
Neraca Konsolidasi (dalam QR’000)
URAIAN
30 September 2008 31 Desember 2007
31 Desember 2006
31 Desember 2005
Aktiva Jumlah Aktiva Lancar 11.311.902 5.872.532 2.405.490 2.201.961 Jumlah Aktiva Tidak Lancar
64.329.445 41.391.060 5.396.462 4.165.345
Jumlah Aktiva 75.641.347 47.263.592 7.801.952 6.367.206 Kewajiban dan Ekuitas Jumlah Kewajiban Lancar 14.069.110 9.596.430 1.965.613 1.386.695 Jumlah Kewajiban Tidak Lancar 30.943.424 21.161.560 791.869 702.464
Jumlah Ekuitas 30.628.813 16.505.602 5.044.470 4.287.147 Jumlah Kewajiban dan Ekuitas 75.641.347 47.263.592 7.801.952 6.376.306
Laporan Laba Rugi Konsolidasi (dalam QR’000) URAIAN Sembilan bulan
yang berakhir pada 30 September 2008
Tahun yang berakhir pada 31 Desember 2007
Tahun yang berakhir pada 31
Desember 2006
Tahun yang berakhir pada 31 Desember 2005
Pendapatan 14.274.371 10.373.430 4.420.437 2.982.400 Pendapatan lain 267.756 222.231 144.246 77.078 Pengeluaran umum dan administratif (6.448.058) (4.542.514) (1.570.325) (1.111.633)
Pengeluaran operasional lain (3.874.914) (2.757.931) (732.871) (444.908)
Biaya keuangan (1.188.937) (993.791) (19.740) (4.497)
Saham berdasarkan asosiasi (32.260) 92.237 (1.520) -
Pendapatan pajak yang ditangguhkan - 91.968 3.698 -
Royalti (658.036) (607.637) (597.509) (404.968)
Laba tahun berjalan 2.339.922 1.877.993 1.646.716 1.093.472
Catatan: Kurs Qatari Real (QR) per 5 Januari 2009 adalah Rp3.013,55/QR (sumber: Bloomberg) 6. Hubungan dengan Perusahaan Sasaran
Sejak tanggal Penawaran Tender ini, Qtel secara tidak langsung memiliki 2.217.590.000 Saham Seri B yang mewakili kurang lebih 40,81% dari seluruh Saham Seri B yang diterbitkan oleh Indosat melalui ICLM dan ICLS, anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Qtel.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
20
Berdasarkan Surat Pernyataan Qtel tanggal 1 Juli 2008 dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Indosat tanggal 25 Agustus 2008, Qtel dan anak perusahaannya memiliki hubungan dengan Perusahaan Sasaran, sebagai berikut: a. Sebelum penyelesaian transaksi berdasarkan PJB, Qtel memiliki 25% saham di AMH
yang merupakan kepemilikan tidak langsung atas Perusahaan Sasaran sebagaimana dijelaskan di bawah, dan
b. Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Indosat tanggal 25 Agustus
2008, dua perwakilan Qtel, yaitu H.E Sheikh Abdullah Bin Mohammed Bin Saud Al Thani dan Dr. Nasser Marafih telah dipilih dan diangkat sebagai anggota Dewan Komisaris Perusahaan Sasaran dengan masa jabatan sejak 25 Agustus 2008 sampai penutupan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan yang diselenggarakan tahun 2012. H.E Sheikh Abdullah Bin Mohammed Bin Saud Al Thani menjabat sebagai Komisaris Utama dan Dr. Nasser Marafih menjabat sebagai anggota Dewan Komisaris Indosat. H.E Sheikh Mohammed Bin Suhaim Al Thani telah menjadi anggota Dewan Komisaris Indosat sejak Juni 2007.
Selanjutnya, Qtel dan anak perusahaannya tidak pernah menandatangani hubungan, kontrak atau transaksi material apapun, dengan Perusahaan Sasaran dan anak perusahaannya, meliputi, antara lain, kontrak penjualan atau pembelian, hubungan keagenan, hubungan manajemen dalam periode tiga tahun terakhir sebelum tanggal Pernyataan Penawaran Tender ini, kecuali:
a. Pada 12 Januari 2007, Qtel dan anak perusahaannya yang dimiliki secara penuh, Qtel
Investment Holdings B.S.C., perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum Bahrain (“QIH”), mengadakan perjanjian pembelian saham dengan STT, AMH dan AMHC (“Perjanjian Pembelian Saham”) dimana Qtel, melalui QIH, telah membeli 25% kepemilikan saham di AMH dengan harga US$635 juta. Transaksi tersebut telah dirampungkan pada 1 Maret 2007.
Pada saat transaksi, AMH, melalui anak-anak perusahaannya yang dimiliki secara penuh, ICLM dan ICLS, memiliki kurang lebih 40,81% dari sisa Saham Seri B. Sementara itu, STT, melalui AMHC, memiliki 75% saham di AMH.
b. Pada 12 Januari 2007, Qtel dan STT menandatangani perjanjian kerja sama patungan
(joint venture), dimana para pihak menanamkan modal mereka di AMH, sebagai dasar penanaman modal mereka di sektor telekomunikasi di kawasan Asia Pasifik (meliputi pula kepemilikan saham tidak langsung AMH sebesar kurang lebih 40,81% di Perusahaan Sasaran). Sehubungan dengan perjanjian kerjasama patungan tersebut, AMH, AMHC dan QIH menandatangani perjanjian pemegang saham tanggal 1 Maret 2007 sehubungan dengan kepemilikan tidak langsung oleh AMH di Perusahaan Sasaran.
c. Pada 6 Juni 2008, Qtel menandatangani PJB dengan STT, untuk memperoleh 100% kepemilikan saham di ICLM dan ICLS dari AMH, melalui anak perusahaanya, Qatar
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
21
South East Asia Holding S.P.C. sejumlah S$2.400.000.000 (kurang lebih US$1.761.796.347), yang terdiri dari harga pembelian sebesar S$1.538.934.272 (kurang lebih US$1.126.190.592) untuk saham ICLM dan ICLS yang dimiliki STT dan dengan asumsi jumlah hutang ICLM dan ICLS kepada AMH adalah sebesar S$861.065.728 (kurang lebih US$627.761.820). Transaksi ini dirampungkan pada tanggal 22 Juni 2008, dan Qtel secara tidak langsung menjadi pemilik atas 2.217.590.000 Saham Seri B, mewakili sejumlah kurang lebih 40,81% jumlah total Saham Seri B yang diterbitkan.
d. Perjanjian inter-operator dalam kerangka praktek bisnis pada umumnya. 7. Pernyataan
Sebagaimana telah dinyatakan oleh Qtel dalam surat tertanggal 1 Juli 2008, sejak tanggal surat tersebut, Qtel atau setiap afiliasinya tidak pernah: • dinyatakan pailit; • menjabat sebagai Direktur atau Komisaris yang terbukti bersalah dan menyebabkan
perusahaan pailit; • diputus melakukan tindak pidana di bidang perbankan atau keuangan; atau • diperintahkan pengadilan atau pihak yang berwenang untuk menghentikan kegiatan
usahanya yang terkait dengan Efek. 8. Kepemilikan Saham pada Perusahaan Sasaran
Sejak tanggal Pernyataan Penawaran Tender ini, Qtel secara tidak langsung, termasuk melalui ICLS, memiliki 2.217.590.000 Saham Seri B yang mewakili kurang lebih 40,81% dari total Saham Seri B yang diterbitkan oleh Perusahaan Sasaran.
Qtel tidak memiliki (i) opsi apapun untuk membeli Saham Seri B, (ii) hak untuk memperoleh dividen atau manfaat lain yang melekat pada setiap Saham Seri B, atau (iii) kuasa untuk menghadiri dan menggunakan suara dalam rapat umum pemegang saham Perusahaan Sasaran, kecuali (a) hak atas 2.217.590.000 Saham Seri B atau kurang lebih 40,81% dari seluruh Saham Seri B yang diterbitkan oleh Perusahaan Sasaran, yang dimiliki secara tidak langsung oleh Pihak Yang Melakukan Penawaran Tender pada tanggal Pernyataan Penawaran Tender ini, dan (b) hak lain yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
9. Hubungan Manajemen
Sebelum penyelesaian transaksi terkait dengan PJB, tidak terdapat hubungan manajemen antara Qtel dan Indosat, kecuali bahwa Deputi Direksi Qtel, yaitu H.E Sheikh Mohamed Bin Suhaim Al Thani, ditunjuk sebagai anggota Dewan Komisaris Indosat. Setelah selesainya transaksi berdasarkan PJB, dan pada Juni 2008 dengan dilakukannya akuisisi tidak langsung atas 2.217.590.000 Saham Seri B, yang mewakili kurang lebih 40,81% dari Saham Seri B yang diterbitkan, Qtel menjadi pemegang saham pengendali tidak langsung di Indosat berdasarkan Peraturan BAPEPAM IX.H.1.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
22
Sebuah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa diselenggarakan pada 25 Agustus 2008 untuk mempertimbangkan perubahan komposisi Dewan Komisaris Indosat. Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa tersebut, (i) H.E Sheikh Abdullah Bin Mohammed Bin Saud Al Thani, Ketua Direksi Qtel, ditunjuk sebagai Komisaris Utama Indosat, dan (ii) Dr. Nasser Marafih, Chief Executive Officer dari Qtel, ditunjuk sebagai anggota Dewan Komisaris Indosat. Periode jabatan atas seluruh anggota Dewan Komisaris Indosat yang baru ditunjuk pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa tersebut adalah sejak tanggal penunjukan hingga penutupan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan yang diselenggarakan pada tahun 2012.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
23
V. INFORMASI MENGENAI INDOSAT SEBAGAI PERUSAHAAN SASARAN
1. Riwayat Singkat
Indosat didirikan secara sah berdasarkan hukum Republik Indonesia dengan akta nomor 55 tanggal pada 10 November 1967 yang dibuat di hadapan Notaris Mohamad Said Tadjoedin, SH sesuai dengan Undang-Undang Penanaman Modal Asing No. 1 tahun 1967. Akta pendirian tersebut diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.26 tanggal 29 Maret 1968 dan Tambahan Berita Negara No. 24. Kantor pusat Indosat berkedudukan di Jalan Medan Merdeka Barat No.21, Jakarta 10110 Indonesia. Indosat memulai kegiatan usaha operasionalnya pada tahun 1969 untuk mendirikan, mentransfer, dan mengoperasikan stasiun bumi International Telecommunications Satellite Organization atau Intelsat di Indonesia untuk mengakses satelit-satelit milik Intelsat di wilayah Samudra Hindia untuk jangka waktu 20 tahun. Pada tahun 1980, Indosat dijual oleh American Cable and Radio Corporation, anak perusahaan dari International Telephone & Telegraph, kepada Pemerintah Republik Indonesia dan memiliki status menjadi perusahaan Persero. Pada 7 Februari 2003, Indosat mendapatkan izin dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sebagaimana terdapat dalam surat keputusan No. 14/V/PMA/2003 untuk mengubah status hukumnya dari perusahaan non-fasilitas/non-penanaman modal asing menjadi perusahaan penanaman modal asing (PT PMA). Pada 21 Maret 2003, Indosat mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia atas perubahan Anggaran Dasarnya sehubungan dengan perubahan status hukum perusahaan. Anggaran Dasarnya telah diubah beberapa kali. Perubahan Anggaran Dasar Terakhir termuat dalam akta No. 109 tanggal 14 Juli 2008 dibuat dihadapan Sutjipto, S.H., notaris di Jakarta, mengenai perubahan seluruh Anggaran Dasar Indosat untuk Menyesuaikan dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Perubahan Anggaran Dasar terakhir tersebut telah diberitahukan dan disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia dalam surat No. AHU-48398.AH.01.02 tanggal 6 Agustus 2008. Indosat adalah operator seluler kedua terbesar di Indonesia sebagaimana dinilai dari jumlah konsumen telepon selular dan merupakan salah satu penyelenggara jasa sambungan jarak jauh terkemuka di Indonesia. Indosat sedang memfokuskan diri untuk memperluas jaringan dan meningkatkan kapasitas jaringan seluler serta kualitas jasa teleponnya. Produk dan jasa Indosat antara lain:
a. Jasa telepon seluler: Indosat menyelenggarakan jasa telepon seluler GSM 900 dan
1800 kepada 35,5 juta pelanggan di seluruh Indonesia (berdasarkan data hingga 30 September 2008);
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
24
b. Jasa telekomunikasi tetap (telepon): Indosat telah menyelenggarakan jasa sambungan internasional pada tahun 1969, sambungan jarak jauh pada tahun 2003 dan jasa telepon lokal tetap pada tahun 2002; dan
c. Jasa MIDI: Indosat menyelenggarakan jasa broadband dan narrowband MIDI.
2. Kegiatan Usaha
Indosat menjalankan usahanya di bidang penyelenggaraan jaringan dan/atau jasa telekomunikasi dan usaha informatika. Untuk menjalankan kegiatan usahanya, Indosat dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan berikut: a. Menjalankan usaha dan/atau kegiatan penyediaan dan pelayanan jaringan dan/atau
jasa telekomunikasi serta informatika; b. Menjalankan usaha dan/atau kegiatan perencanaan, pembangunan sarana, pengadaan
fasilitas telekomunikasi serta informatika termasuk pengadaan sumber daya yang mendukung;
c. Melaksanakan usaha dan kegiatan pengoperasian (yang meliputi juga pemasaran serta penjualan jaringan dan/atau jasa telekomunikasi serta informatika yang diselenggarakan oleh Indosat), melakukan pemeliharaan, penelitian, pengembangan sarana dan/atau fasilitas telekomunikasi serta informatika, penyelenggaraan pendidikan dan latihan, baik di dalam maupun di luar negeri; dan
d. Menjalankan jasa yang berhubungan dengan pengembangan jaringan dan/atau jasa telekomunikasi serta informatika.
3. Struktur Permodalan dan Struktur Kepemilikan Saham
Struktur permodalan dan struktur kepemilikan saham Indosat berdasarkan Daftar Pemegang Saham Indosat pada 30 September 2008 adalah sebagai berikut:
KETERANGAN Nilai Nominal Rp 100.00 per saham Jumlah Saham Nilai Nominal Persentase
(dalam jutaan Rupiah)
(%)
Modal Dasar 20.000.000.000 2.000.000 Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
1. Saham Seri A Pemerintah Republik Indonesia 1 - -
2. Saham Seri B Indonesia Communications Limited, Mauritius
2.171.250.000 217.125 40,0
3. Pemerintah Republik Indonesia 776.624.999 77.662 14,3 4. Fidelity Entities 638.561.050 638.856 11,8 5. Goldman Sachs & Co. 469.653.300 46,965 8,6 6. Noonday (Farallon Entities) 432.226.800 43,223 8,0 7. SKAGEN AS 327.666.190 32.767 6,0
8 Indonesia Communications Pte. Ltd., Singapore 46.340.000 4.634 0,9
9 Lain-lain di bawah 5% 571.121.160 57.112 10,5 10. Direktur
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
25
- Raymond Tan Kim Meng 222.500 22 0,0 - Wahyu Wijayadi 152.500 15 0,0 - Wong Heang Tuck 75.000 8 0,0 - Johnny Swandi Sjam 30.000 3 0,0 - Fadzri Sentosa 10.000 1 0,0 Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 5.433.933.500 543.393 100,0
Struktur kepemilikan saham Perusahaan Sasaran sebelum penyelesaian transaksi berdasarkan PJB adalah sebagai berikut:
STTQATAR
TELECOM (QTEL)Q.S.C.
ASIA MOBILEHOLDINGS
COMPANY Pte. Ltd.
QTEL INVESTMENTHOLDINGS B.S.C.
ASIA MOBILEHOLDINGS Pte.
Ltd.
PEMERINTAHREPUBLIKINDONESIA
INDONESIACOMMUNICATIONS Pte.
Ltd.
PEMEGANGSAHAM PUBLIK
INDONESIACOMMUNICATIONS
LIMITED
PT INDOSATTbk.
100% 100%
75% 25%
100% 100%
44,9% 14,29% 0,85% 39,96%
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
26
Setelah penyelesaian transaksi berdasarkan PJB, komposisi kepemilikan saham Perusahaan Sasaran adalah sebagai berikut:
QATAR SOUTHEAST ASIA
HOLDINGS S.P.C.
PEMERINTAHREPUBLIKINDONESIA
INDONESIACOMMUNICATIONS Pte.
Ltd.
PEMEGANGSAHAM PUBLIK
INDONESIACOMMUNICATIONS
LIMITED
PT INDOSATTbk.
100% 100%
44,9% 14,29% 0,85% 39,96%
QATAR TELECOM(QTEL) Q.S.C.
100%
Saham Indosat yang diterbitkan terdiri atas 1 (satu) Saham Seri A, yang merupakan saham khusus yang dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia dan memberikan hak suara khusus kepada pemegangnya, dan 5.433.933.499 Saham Seri B (termasuk Saham Seri B yang dimiliki sebagai ADS), dengan nilai nominal masing-masing saham sebesar Rp 100 (seratus Rupiah) per saham. Hak material dan pembatasan atas Saham Seri B yaitu, antara lain:
a. Hak terlebih dahulu (pre-emptive right) untuk membeli saham dan/atau convertible bond dan/atau waran dan/atau efek lainnya yang dapat dipertukarkan dengan saham yang diterbitkan oleh Perusahaan Sasaran;
b. Menerima dividen, saham bonus atau hak lainnya sebagai pemegang saham; c. Hak memberikan suara secara umum sehubungan dengan Perusahaan Sasaran,
antara lain: pengangkatan dan/atau pemecatan anggota Direksi dan/atau Dewan Komisaris, penerimaan atau penolakanlaporan keuangan, tindakan merger, akuisisi dan konsolidasi oleh Perusahaan Sasaran, penentuan jumlah dana cadangan, perubahan Anggaran Dasar serta pembubaran dan likuidasi Perusahaan Sasaran.
Hak material dan larangan yang berlaku terhadap Saham Seri B tersebut juga berlaku terhadap Saham Seri A, kecuali bahwa Pemerintah Republik Indonesia tidak dapat mengalihkan Saham Seri A, dan ia memiliki hak veto terhadap (i) perubahan tujuan dari
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
27
Perusahaan Sasaran, (ii) peningkatan modal tanpa hak mendahului (preemptive rights); (iii) merger, konsolidasi dan akuisisi; (iv) perubahan ketentuan mengenai Saham Seri A sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar; dan (v) pembubaran atau likuidasi Perusahaan Sasaran. Pemilik Saham Seri A juga memiliki hak untuk menunjuk satu direktur dan satu komisaris Perusahaan Sasaran.
4. Dewan Kepengurusan dan Pengawasan
Komposisi Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan Sasaran pada tanggal Pernyataan Penawaran Tender ini adalah sebagai berikut: Dewan Komisaris Komisaris Utama : H.E Sheikh Abdullah Bin Mohammed Bin Saud Al
Thani Komisaris : Dr. Nasser Marafih Komisaris : Rachmat Gobel Komisaris : H.E Sheikh Mohamed Bin Suhaim Hamad Al-Thani Komisaris : Rionald Silaban Komisaris : Jarman Komisaris Independen : Setyanto P. Santosa Komisaris Independen : George Thia Peng Heok Komisaris Independen : Soeprapto Komisaris Independen : Michael Latimer Direksi Direktur Utama : Johnny Swandi Sjam Wakil Direktur Utama : Kaizad Bomi Heerjee Direktur Jabotabek & Corporate Sales : Fadzri Sentosa Direktur Marketing : Guntur S. Siboro Direktur Regional Sales : Syakieb Ahmad Sungkar Direktur Network : Raymond Tan Kim Meng Direktur Information Technology : Roy Kannan Direktur Finance : Wong Heang Tuck Direktur Corporate Services : Wahyu Wijayadi
5. Perkembangan Harga Saham Indosat di Bursa Efek Indonesia
Tabel berikut menggambarkan perkembangan harga Saham Seri B Indosat yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia setiap kuartal dalam 2 tahun terakhir.
No. Transaksi Terendah (Rp) Tertinggi (Rp) Penutupan (Rp)
1. Kuartal Pertama tahun 2007 5.600 6.750 6.250 2. Kuartal Kedua tahun 2007 6.250 7.050 6.500 3. Kuartal Ketiga tahun 2007 6.550 7.700 7.700 4. Kuartal Keempat tahun 2007 7.600 9.900 8.650
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
28
6. Kuartal Kedua tahun 2008 5.300 7.300 6.750 7. Kuartal Ketiga tahun 2008 5.400 6.800 6.100 8. Kuartal Keempat tahun 2008 3.575 6.000 5.750 Sumber: Laporan Tahunan tahun 2007 dan Bloomberg 6. Ringkasan Data Keuangan Material
Tabel berikut menggambarkan ringkasan data keuangan material Indosat sejak dan untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2007, 31 Desember 2006 dan 31 Desember 2005, dengan pernyataan wajar tanpa pengecualian yang diaudit oleh Purwantono, Sarwoko & Sandjaja, anggota Ernst & Young Global, kantor akuntan publik di Jakarta, Indonesia, dan laporan keuangan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2008 yang tidak diaudit.
Neraca Konsolidasi (dalam jutaan Rupiah)
Laporan Laba Rugi Konsolidasi
URAIAN 30 September 2008
31 Desember 2007
31 Desember 2006
31 Desember 2005
Aktiva Jumlah Aktiva Lancar 9.814.722 10.794.127 5.665.432 7.526.992 Jumlah Aktiva Tidak Lancar 38.785.870 34.510.959 28.563.226 25.260.141 Jumlah Aktiva 48.600.592 45.305.086 34.228.658 32.787.133 Kewajiban dan Ekuitas Jumlah Kewajiban Lancar 12.378.094 11.658.581 6.803.205 5.431.380 Jumlah Kewajiban Tidak Lancar 18.918.357 16.804.405 12.023.088 12.864.736 Hak Minoritas 308.230 297.370 200.620 175.689 Jumlah Ekuitas 16.995.911 16.544.730 15.201.745 14.315.328 Jumlah Kewajiban dan Ekuitas 48.600.592 45.305.086 34.228.658 32.787.133
(dalam jutaan Rupiah)
URAIAN
Sembilan bulan yang
berakhir pada 30 September
2008
Tahun yang berakhir pada 31 Desember
2007
Tahun yang berakhir pada 31 Desember
2006
Tahun yang berakhir pada 31 Desember
2005
Neraca Laba rugi Jumlah Pendapatan Usaha 13.648.821 16.488.495 12.239.407 11.589.791 Laba Usaha 3.333.074 4.519.604 3.398.659 3.651.917 Laba Sebelum Pajak Penghasilan 2.070.716 2.929.616 2.022.667 2.352.795 Laba Bersih 1.473.115 2.042.043 1.410.093 1.623.481
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
29
VI. PROSEDUR PENAWARAN TENDER ATAS SAHAM SERI B
1. Pemohon yang Berhak
Pihak yang dapat berpartisipasi dalam Penawaran Tender ini adalah pemilik sah Saham Seri B (selain pemilik ADS) yang secara sah memiliki Saham Seri B dalam bentuk tanpa warkat (scripless), dan memiliki rekening efek pada perusahaan sekuritas/bank kustodian pada tanggal penyerahan Formulir Penawaran Tender sampai dengan tanggal berakhirnya Periode Penawaran Tender, dan perusahaan sekuritas/bank kustodian tersebut telah membuka rekening efek pada PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (“KSEI”) (selanjutnya setiap pemohon yang berhak akan disebut sebagai “Pemohon”). Untuk dapat mengikuti Penawaran Tender, para pemegang saham publik dalam bentuk warkat (scrip) yang terdaftar dalam Daftar Pemegang Saham Perusahaan Sasaran harus mengkonversikan sertifikat saham mereka ke dalam saham dalam bentuk tanpa warkat (scripless), dan wajib membuka rekening efek dengan perusahaan sekuritas/bank kustodian yang memiliki rekening tersebut di KSEI. Permohonan konversi saham menjadi saham tanpa warkat harus diserahkan kepada biro administrasi efek yang ditunjuk, yaitu PT EDI Indonesia, selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sebelum berakhirnya Periode Penawaran Tender. Biaya konversi saham menjadi saham tanpa warkat sehubungan dengan Penawaran Tender ini akan ditanggung oleh Pemohon yang memiliki saham tanpa warkat. Permohonan wajib dilakukan dengan jumlah minimum saham sebesar 500 saham (1 lot) atau kelipatan 500 Saham Seri B.
2. Formulir Penawaran Tender
Untuk dapat berpartisipasi dalam Penawaran Tender ini sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang terdapat dalam Pernyataan Penawaran Tender ini dan Formulir Penawaran Tender, Pemohon wajib melengkapi dan menandatangani Formulir Penawaran Tender. Dengan menandatangani Formulir Penawaran Tender, Pemohon dianggap telah membaca dan mengerti seluruh isi termasuk ketentuan yang terdapat dalam Pernyataan Penawaran Tender ini dan Formulir Penawaran Tender. Formulir Penawaran Tender dapat diperoleh Pemohon di PT Danareksa Sekuritas atau PT EDI Indonesia pada alamat berikut:
PT Danareksa Sekuritas
U.P.: Agus Purwanto/ Nishfa Nuzula Gedung Danareksa, Lt. 2
Jl. Medan Merdeka Selatan No.14 Jakarta 10110, Indonesia
Tel: (6221) 350 9888 ext: 4039/ 4034 Fax: (6221) 350 1377
PT EDI Indonesia Divisi Biro Administrasi Efek
U.P.: Benny / Firdaus Wisma SMR, lt. 10
Jl. Yos Sudarso Kav. 89 Jakarta 14350, Indonesia
Tel: (6221) 650 5829 ext:105 / 509 Fax: (6221) 651 5131
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
30
Setiap Formulir Penawaran Tender yang tidak dilengkapi dan ditandatangani sesuai dengan Pernyataan Penawaran Tender ini dan Formulir Penawaran Tender akan dianggap batal demi hukum dan karenanya tidak dapat diterima. Setiap Pemohon hanya dapat mengajukan satu Formulir Penawaran Tender untuk setiap sub-rekeningnya di KSEI.
3. Prosedur Penawaran Tender
a. Permohonan Penawaran Tender
Permohonan Penawaran Tender oleh Pemohon dilakukan dengan melengkapi, menandatangani, dan menyerahkan dokumen-dokumen berikut kepada PT EDI Indonesia pada alamat sebagaimana disebut di atas sebelum akhir Periode Penawaran Tender: i. Formulir Penawaran Tender dalam 5 (lima) rangkap, yang masing-masing
telah dilengkapi dan ditandatangani oleh Pemohon atau kuasanya, dengan ketentuan bahwa penerima kuasa tersebut wajib menunjukkan bukti yang dapat diterima oleh PT EDI Indonesia, mengenai kuasa yang telah diberikan kepadanya untuk bertindak untuk dan atas nama Pemohon; dan
ii. Satu salinan tanda pengenal Pemohon, yaitu kartu tanda penduduk atau paspor
atau anggaran dasar (jika Pemohon adalah perusahaan/badan hukum), dan surat kuasa asli dari Pemohon kepada penerima kuasa (jika pihak yang menandatangani Formulir Penawaran Tender adalah kuasa Pemohon) yang ditandatangani dan dalam bentuk yang dapat diterima oleh PT EDI Indonesia.
b. Bukti Tanda Terima
Pada saat penyerahan Formulir Penawaran Tender dan dokumen identitas kepada PT EDI Indonesia, Pemohon akan menerima bukti penerimaan atas partisipasinya dalam Penawaran Tender, yaitu salinan keempat dan kelima dari Formulir Penawaran Tender, yang telah diberi tanggal dan ditandatangani oleh pihak yang berwenang dari PT EDI Indonesia dan dibubuhi cap resmi dari PT EDI Indonesia (“Tanda Terima”). Pemohon wajib menyerahkan satu salinan Tanda Terima kepada perusahaan sekuritas/bank kustodian sebagai bukti keikutsertaannya dalam Penawaran Tender. Perusahaan sekuritas/bank kustodian kemudian akan memberikan instruksi kepada KSEI untuk memindahkan Saham Seri B yang bersangkutan yang dipegang oleh perusahaan sekuritas/bank kustodian yang terdaftar atas nama Pemohon ke dalam Rekening Penampungan Sementara KSEI, yaitu KSEI 1-1092-001-96 (“Rekening Penampungan”). Pemindahan Saham Seri B tersebut ke dalam Rekening Penampungan akan dilakukan oleh perusahaan sekuritas/bank kustodian dengan memberikan instruksi pemindahan sekuritas (SECTRS) melalui Central Depository and Book Entry Settlement Systems (“C-BEST”).
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
31
Dalam hal perusahaan sekuritas/bank kustodian tidak memberikan instruksi kepada KSEI untuk memindahkan Saham Seri B tersebut ke dalam Rekening Penampungan sampai akhir Periode Penawaran Tender, maka permohonan Penawaran Tender oleh Pemohon yang bersangkutan akan dianggap batal demi hukum. Saham Seri B yang telah dipindahkan ke dalam Rekening Penampungan tidak dapat dipindahkan sampai akhir dari Periode Penawaran Tender, kecuali apabila permohonan tersebut dibatalkan oleh perusahaan sekuritas/bank kustodian atas nama Pemohon atau permohonan tersebut ditolak karena Pemohon tidak memenuhi ketentuan dalam Pernyataan Penawaran Tender dan Formulir Penawaran Tender sesuai dengan Bab VI.3.c di bawah.
c. Pembatalan Permohonan
Sebelum berakhirnya Periode Penawaran Tender, Pemohon dapat, melalui perusahaan sekuritas/bank kustodian, membatalkan keikutsertaannya dalam Penawaran Tender atas sebagian atau seluruh Saham Seri B dalam Rekening Penampungan dengan memberikan pemberitahuan tertulis mengenai pembatalan tersebut kepada PT EDI Indonesia dengan tembusan kepada KSEI. Pemberitahuan tertulis tersebut wajib diberikan paling lambat pada akhir Periode Penawaran Tender. Pemberitahuan tertulis tersebut harus ditandatangani oleh Pemohon atau kuasanya, dengan ketentuan bahwa penerima kuasa tersebut wajib menunjukkan bukti yang dapat diterima oleh PT EDI Indonesia, mengenai kuasa yang telah diberikan kepadanya untuk bertindak untuk dan atas nama Pemohon. Atas konfirmasi dari PT EDI Indonesia bahwa pemberitahuan tertulis Pemohon atas pembatalan tersebut telah diterima oleh PT EDI Indonesia, KSEI akan mengembalikan Saham Seri B tersebut dari Rekening Penampungan ke dalam rekening Pemohon yang dikelola oleh perusahaan sekuritas/bank kustodian yang bersangkutan sebagaimana tercantum dalam Formulir Penawaran Tender, paling lambat 2 (dua) hari kerja sejak diterimanya konfirmasi tersebut oleh KSEI.
d. Verifikasi
KSEI wajib memberikan kepada PT Danareksa Sekuritas dan PT EDI Indonesia daftar Pemohon/pemegang rekening yang telah mentransfer Saham Seri B miliknya ke dalam Rekening Penampungan untuk mengikuti Penawaran Tender, untuk dilakukan verifikasi lebih lanjut oleh PT Danareksa Sekuritas dan PT EDI Indonesia sesuai dengan ketentuan dan persyaratan Pernyataan Penawaran Tender ini. Sebelum Tanggal Pembayaran, PT Danareksa Sekuritas akan mengkonfirmasi daftar Pemohon yang telah disetujui kepada KSEI.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
32
e. Pembayaran
Pada Tanggal Pembayaran, KSEI akan memindahkan Saham Seri B milik Pemohon yang disetujui dari Rekening Penampungan ke rekening PT Danareksa Sekuritas yang terdapat di KSEI atas nama ICLS. Pada Tanggal Pembayaran, pembayaran Harga Penawaran Tender kepada Pemohon yang permohonannya disetujui akan dilakukan melalui KSEI. KSEI akan memindahkan dana melalui C-BEST dengan cara book entry untuk masing-masing rekening Pemohon yang dikelola oleh perusahaan sekuritas/bank kustodian yang bersangkutan. Pembayaran akan dilakukan dalam mata uang Rupiah dikurangi biaya transaksi yang dikenakan oleh PT Danareksa Sekuritas. Biaya transaksi termasuk komisi dan biaya transaksi bursa efek yang berlaku, serta pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Biaya transaksi adalah sebesar 0,35% dari total nilai transaksi (didefinisikan sebagai jumlah Saham Seri B yang dibeli oleh Qtel sesuai dengan Penawaran Tender ini dikalikan dengan Harga Penawaran Tender) dan akan ditanggung oleh Pemohon.
4. Prosedur Penjatahan
Apabila secara keseluruhan jumlah Saham Seri B yang ditawarkan dalam Penawaran Tender ini dan Saham Seri B yang diwakili oleh ADS yang ditawarkan dalam Penawaran Amerika Serikat (keseluruhan jumlah tersebut untuk selanjutnya disebut sebagai “Jumlah Total Penawaran”) melebihi 1.314.466.775 Saham Seri B (termasuk Saham Seri B yang dimiliki sebagai ADS), maka Pihak Yang Melakukan Penawaran Tender hanya akan membeli sebanyak-banyaknya 1.314.466.775 Saham Seri B (termasuk Saham Seri B yang dimiliki sebagai ADS) dalam Penawaran Tender ini dan Penawaran Amerika Serikat dari pemegang saham dan pemegang ADS, secara proporsional dan tergantung kepada hasil penjatahan. Penjatahan Saham Seri B dan ADS akan dilakukan berdasarkan faktor penjatahan, yang merupakan hasil bagi dari 1.314.466.775 dibagi dengan Jumlah Total Penawaran. Jika sebagai hasil dari penerapan faktor penjatahan: a) jumlah saham yang telah dijatahkan menjadi kurang dari 1 lot, maka saham tersebut akan dibulatkan ke atas menjadi 1 lot; b) jumlah saham yang telah dijatahkan menjadi lebih dari 1 lot dan memiliki komponen odd lot sejumlah sama dengan atau lebih besar dari 250 Saham Seri B, maka saham tersebut akan dibulatkan ke atas mendekati satuan lot terdekat; c) jumlah saham yang telah dijatahkan menjadi lebih dari 1 lot dan memiliki komponen odd lot sejumlah kurang dari 250 Saham Seri B, maka jumlah saham tersebut akan dibulatkan ke bawah mendekati satuan lot terdekat; dan d) penjatahan Saham Seri B akan dilakukan dengan memperhatikan satuan perdagangan yang berlaku di bursa efek tanpa pecahan. Penjatahan akan dilakukan pada Tanggal Penjatahan dan konfirmasi tertulis penjatahan dapat diperoleh pada PT EDI Indonesia pada 23 Februari 2009.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
33
Jumlah akhir Saham Seri B (termasuk Saham Seri B yang dimiliki sebagai ADS) yang dibeli oleh Pihak Yang Melakukan Penawaran Tender tergantung kepada hasil penjatahan.
5. Pengembalian
Setelah dilakukannya penjatahan sebagaimana dimaksud di atas, Saham Seri B yang tidak dibeli dalam Penawaran Tender ini akan dikembalikan ke rekening efek Pemohon oleh KSEI sebagaimana tercantum dalam Formulir Penawaran Tender pada 23 Februari 2009 (”Tanggal Pengembalian Saham”).
6. Lain-lain
Setiap Pemohon wajib untuk membaca seluruh Pernyataan Penawaran Tender ini dan mengikuti seluruh ketentuan, persyaratan dan prosedur sebagaimana diatur dalam Penawaran Tender ini dan Formulir Penawaran Tender. Apabila terdapat kesalahan pengisian dan/atau ketidaksesuaian antara jumlah saham yang tertera pada Formulir Penawaran Tender dengan jumlah saham yang dipindahkan ke Rekening Penampungan di KSEI atau tidak terpenuhinya persyaratan, ketentuan dan prosedur yang ditetapkan dalam Pernyataan Penawaran Tender ini atau Formulir Penawaran Tender, maka permohonan dapat ditolak.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
34
VII. PARA PIHAK YANG TERKAIT DALAM PENAWARAN TENDER
a. Perusahaan Efek yang Ditunjuk
PT DANAREKSA SEKURITAS Gedung Danareksa, lt.2
Jl. Medan Merdeka Selatan No.14 Jakarta 10110, Indonesia
Tel: +62 21 350 9888 Fax: +62 21 350 1377
Tugas utama dari PT Danareksa Sekuritas dalam Penawaran Tender ini adalah untuk melaksanakan pekerjaan administratif sehubungan dengan pelaksanaan dan pembayaran Penawaran Tender atas nama Pihak Yang Melakukan Penawaran Tender, termasuk (i) melakukan verifikasi bersama PT EDI Indonesia dan memberikan konfirmasi kepada KSEI terkait dengan Pemohon yang disetujui, (ii) menerima Saham Seri B yang ditransfer oleh KSEI, dan (iii) menyerahkan dana pembayaran Saham Seri B kepada KSEI.
b. KSEI
PT KUSTODIAN SENTRAL EFEK INDONESIA The Indonesia Stock Exchange Building, Tower I, 5th floor
Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53 Jakarta 12190 Indonesia
Tel: +62 21 5299 1099 – Fax: +62 21 5299 1199 Tugas utama KSEI adalah (i) menerima pemindahan Saham Seri B ke dalam Rekening Penampungan, (ii) menerbitkan Daftar Pemohon/pemegang rekening yang telah memindahkan Saham Seri B miliknya ke dalam Rekening Penampungan, (iii) memindahkan Saham Seri B melalui C-BEST dengan melakukan book entry dari Rekening Penampungan ke dalam rekening Pihak Yang Melakukan Penawaran Tender yang dikelola oleh PT Danareksa Sekuritas dan (iv) melakukan pembayaran melalui C-BEST dengan melakukan book entry ke dalam masing-masing rekening perusahaan sekuritas/bank kustodian atas nama masing-masing Pemohon yang disetujui. c. Konsultan Hukum
BAHAR & PARTNERS
Menara Prima, 18th Floor Jl. Lingkar Mega Kuningan Block 6.2
Jakarta Selatan 12950 Indonesia Tel: +62 21 5794 7880 – Fax: +62 21 5794 7881
Tugas utama konsultan hukum sehubungan dengan Penawaran Tender adalah untuk membantu Pihak Yang Melakukan Penawaran Tender dalam memenuhi kewajiban-kewajiban berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia sehubungan dengan Penawaran Tender ini.
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009
35
d. Biro Administrasi Efek yang Ditunjuk
PT EDI INDONESIA
Wisma SMR, lt. 10 Jl. Yos Sudarso Kav. 89 Jakarta 14350, Indonesia
Tel: +62 21 650 5829 ext:105 / 509 Fax: +62 21 651 5131
Tugas utama PT EDI Indonesia dalam Penawaran Tender ini adalah (i) menyebarluaskan dan menyediakan Formulir Penawaran Tender dan salinan Pernyataan Penawaran Tender, (ii) menerima Formulir Penawaran Tender dari Pemohon setelah dikonfirmasi oleh perusahaan efek/bank kustodian, (iii) mengeluarkan tanda terima, memeriksa kebenaran data yang diterima oleh Pemohon dan memberikan laporan harian selama Periode Penawaran Tender kepada Perusahaan Efek yang Ditunjuk, (iv) melakukan rekonsiliasi harian bersama KSEI, dan (v) bersama Perusahaan Efek yang Ditunjuk, melakukan verifikasi atas keabsahan kepemilikan saham Pemohon sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat dalam Pernyataan Penawaran Tender ini.
Jakarta, 15 Januari 2009 Pihak Yang Melakukan Penawaran Tender
Qatar Telecom (Qtel) Q.S.C.
Scott Weenink Authorized Signatory
Analisis pengambilalihan..., Celia R, FHUI, 2009