analisis pemetaan kerawanan pangan di kabupaten...

25
ANALISIS PEM KABUPATEN GU PU Diajukan Sebagai Salah S Studi Geo FA UNIVERSITAS METAAN KERAWANAN PANGAN UNUNGKIDUL DAERAH ISTIME YOGYAKARTA UBLIKASI KARYA ILMIAH Satu Syarat Untuk Memperoleh Derajat S-1 P ografi dan Memperoleh Gelar Sarjana Diajukan Oleh : Kartika Adella Rahaviana NIM : E 100 120 104 AKULTAS GEOGRAFI S MUHAMMADIYAH SURAKART 2014 0 DI EWA Program TA

Upload: trannguyet

Post on 07-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

0

ANALISIS PEMETAAN KERAWANAN PANGAN DI

KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Derajat S-1 Program

Studi Geografi dan Memperoleh Gelar Sarjana

Diajukan Oleh :

Kartika Adella Rahaviana

NIM : E 100 120 104

FAKULTAS GEOGRAFI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

0

ANALISIS PEMETAAN KERAWANAN PANGAN DI

KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Derajat S-1 Program

Studi Geografi dan Memperoleh Gelar Sarjana

Diajukan Oleh :

Kartika Adella Rahaviana

NIM : E 100 120 104

FAKULTAS GEOGRAFI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

0

ANALISIS PEMETAAN KERAWANAN PANGAN DI

KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Derajat S-1 Program

Studi Geografi dan Memperoleh Gelar Sarjana

Diajukan Oleh :

Kartika Adella Rahaviana

NIM : E 100 120 104

FAKULTAS GEOGRAFI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

1

SURAT PERNYATAAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Yang bertandatangan di bawah ini, saya:

Nama : Kartika Adella Rahaviana

NIM : E 100 120 104

Fakultas/Jurusan : Geografi/Geografi

Jenis : Jurnal Publikasi Karya Ilmiah

Judul : Analisis Pemetaan Kerawanan Pangan di

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa

Yogyakarta

Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk:

1. Memberikan hak bebas royalty kepada perpustakaan UniversitasMuhammadiyah Surakarta atas penulisan karya ilmiah saya, demipengembangan ilmu pengetahuan.

2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan,mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base), mendistribusikan,serta menampilkan dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademiskepada perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta, tanpa perlumeminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagaipenulis/pencipta.

3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpamelibatkan pihak perpustakaan Universitas Muhammasiyah Surakarta, darisemua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak ciptadalam karya ilmiah ini.

Dengan pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapatdigunakan sebagaimana mestinya.

Surakarta, 17 Mei 2014

Yang menyatakan

Kartika Adella Rahaviana

2

ANALISIS KERAWANAN PANGAN DI KABUPATEN GUNUNGKIDULDAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

THE ANALYSIS OF FOOD INSECURITY MAPPING INGUNUNGKIDUL REGENCY, YOGYAKARTA SPECIAL REGION

Kartika Adella Rahaviana1, Alif Noor Ana2, Taryono2

1Mahasiswa Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta2Staf Pengajar Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRACT

Gunungkidul Regency was an examination region in this research. Thisresearch was aimed to know food insecurity (susceptible) level in GunungkidulRegency and to analyze food insecurity indicator influence used towards foodinsecurity in Gunungkidul Regency.

This was a survey method statistical a quantitative data and secondarydata required from related institutions, and its analysis used a statistical method.Secondary data obtained then was processed using an empirical formula fromFood Insecurity Atlas (FIA). After that it was conducted a scaled rating based onparameters which are regarded influenced food insecurity level potential in aregion. From the scaled rating was conducted an overlay in each food insecurityparameter using an Arc GIS 10. Overlay referred here was combining scoringcalculation result of each food insecurity indicator divided by food indicatornumber. This stage was used to obtain food insecurity potential map result inGunungkidul Regency in 2013.

The result from this research was food insecurity level in GunungkidulRegency consisted of 3 districts in rather insecurity category namely: PurwosariDistrict, Paliyan District and Girisubo District. This required a rather urgentfood insecurity handling priority. Besides, 15 other districts were in fair foodinsecurity survival category. The influence indicator i.e. normative consumption,population percentage under poverty line, population percentage which couldaccess fresh water and barren-rice field percentage affected 99.3% towards foodinsecurity level, while the rest was affected by other factors which were notindicators in this research.

Keywords: Food Insecurity, Food Insecurity Map, Food Insecurity Atlas(FIA), Gunungkidul Regency

3

ABSTRAKKabupaten Gunungkidul merupakan daerah kajian dalam penelitian ini.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat kerawanan pangan di KabupatenGunungkidul dan menganalisis pengaruh indikator kerawanan pangan yangdigunakan terhadap kerawanan pangan di Kabupaten Gunungkidul.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah statistik, dengan caramenganalisis menggunakan data kuantitatif dari data sekunder yang diperlukandari Instansi-instansi terkait, dan analisisnya menggunakan media statistik. Datasekunder yang didapat selanjutnya diolah dengan menggunakan rumus empirisdari Food Insecurity Atlas (FIA). Setelah itu melakukan pengharkatan berjenjangberdasarkan parameter-parameter yang dianggap berpengaruh pada potensi tingkatkerawanan pangan pada suatu daerah. Dari hasil pengharkatan berjenjangdilakukan overlay tiap Peta Parameter Kerawanan Pangan dengan menggunakanArc GIS 10. Overlay yang dimaksud disini adalah menggabungkan hasilperhitungan skoring masing-masing indikator kerawanan pangan dibagi jumlahindikator kerawanan pangan. Langkah ini digunakan untuk mendapatkan hasilpeta potensi kerawanan pangan Kabupaten Gunungkidul tahun 2013.

Hasil dari penelitian ini adalah tingkat kerawanan pangan di KabupatenGunungkidul terdapat 3 yang berada pada kategori agak rawan yaitu KecamatanPurwosari, Kecamatan Paliyan dan Kecamatan Girisubo. Hal ini memerlukanprioritas penanganan kerawanan pangan agak mendesak. Selain itu 15 Kecamatanlainnya termasuk dalam kategori cukup tahan pangan. Indikator pengaruh yaitukonsumsi normatif, persentase penduduk dibawah garis kemiskinan, persentasependuduk yang dapat mengakses air bersih, dan persentase padi pusomempengaruhi sebesar 99,3% terhadap tingkat kerawanan pangan, sedangkansisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak menjadi indikator pada penelitianini.

Kata kunci: Kerawanan Pangan, Peta Kerawanan Pangan, Food InsecurityAtlas (FIA), Kabupaten Gunungkidul

4

Pendahuluan

Pangan merupakan kebutuhan dasarmanusia yang paling esensial untukmempertahankan hidup dan kehidupan.Sebagai makhluk yang bernyawa manusiatidak dapat melangsungkan hidup dankehidupannya untuk berkembang biak danbermasyarakat. Oleh karena itu kebutuhanmanusia terhadap pangan menjadi prioritasutama yang pemenuhannya tidak dapatditunda.

Dalam Deklarasi World Food SummitTahun 1996 di Roma, negara-negara pesertasepakat untuk menurunkan kerawanan pangantingkat dunia hingga separuhnya pada tahun2015. Dari sini upaya untuk menurunkankerawanan pangan tingkat dunia sudah mulai,salah satunya dalam bentuk penentuanindikator-indikator rawan pangan.

Pelaksanaannya tidak semua indikatordapat dipenuhi oleh suatu wilayah dalammemetakan kerawanan pangan. Pemenuhansemua indikator tersebut tergantung padaketersediaan data penunjang dan karakteristikwilayah Gunungkidul. Indikator yangdigunakan untuk menyusun peta kerawananpangan Kabupaten Gunungkidul adalah 1.rasio konsumsi normatif per kapita terhadapketersediaan bersih karbohidrat padi, jagung,ubi kayu dan ubi jalar, 2. persentase pendudukdi bawah garis kemiskinan, 3. berat badanbalita di bawah standar, 4. rumah tangga tanpaakses air bersih, 5. daerah gagal panen/puso.

Kabupaten Gunungkidul merupakansalah satu kabupaten di DIY yang mempunyaikarakteristik geografis yang cukup bervariasi.Secara umum Kabupaten Gunungkidul di bagidalam tiga zona wilayah, tiga zona wilayah

tersebut adalah Zona Utara merupakan daerahperbukitan, Zona Tengah atau lebih dikenalsebagai Ledok Wonosari (basin wonosari)merupakan daerah yang relatif landai, danZona Selatan atau yang sering dikenal denganwilayah karst, merupakan daerah dengantopografi yang bervariasi, antara datar hinggaberbukit. Selain topografi yang bervariasi,penggunan lahan di Gunungkidul banyakdigunakan sebagai penggunaan lahan nonpertanian seperti pemukiman, industri danbangunan, sehingga menyebabkan munculnyaberbagai macam penggunaan lahan.

Sistem Informasi Geografi sebagaisalah satu teknologi yang berkembang saat inidapat digunakan sebagai alat untuk membantumenghasilkan data dan informasi seperti yangdimaksud. Peta merupakan salah satu saranainformasi yang paling sederhana, mudahdibaca dan sudah dikenal masyarakat. AnalisisSIG berupa overlay (tumpangsusun) denganmetode intersection secara kualitatifdigunakan untuk mendapatkan daerah yangmengalami kerawanan pangan di KabupatenGunungkidul.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat padalatar belakang, maka dapat dirumuskanpermasalahan dan pertanyaan penelitiansebagai berikut :1. Daerah mana saja yang mengalami

kerawanan pangan di wilayah KabupatenGunungkidul?

2. Seberapa besar pengaruh indikatorkerawanan pangan yang digunakanterhadap kerawaan pangan di KabupatenGunungkidul?

5

Tujuan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :1. Untuk mengetahui tingkat kerawanan

pangan di Kabupaten Gunungkidul;2. Untuk mengetahui besar pengaruh

indikator kerawanan pangan yangdigunakan terhadap kerawanan pangan diKabupaten Gunungkidul.

Kegunaan Penelitian

1. Mampu memberikan informasi tentangtingkat kerawanan pangan di KabupatenGunungkidul.

2. Dapat digunakan oleh instansi terkaitsebagai acuan dalam menanggulangimasalah kerawanan pangan di KabupatenGunungkidul.

Metode Penelitian

a) Alur PenelitianAnalisis kerawanan pangan di

Gunungkidul memerlukan data aspek indikatorkerawanan pangan yang dibagi menjadi 4,yaitu aspek kerentanan terhadap kerawananpangan transient, aspek ketersediaan pangan,aspek akses terhadap pangan dan aspekpenyerapan pangan /aspek gizi dan kesehatan.Hasil perhitungan dari aspek-aspek kerawananpangan digunakan untuk menentukankomposit masing-masing daerah. Metodeskoring di gunakan untuk mendapatkan nilaiyang relevan dan seragam dalam penilaianindikator. Setelah dilakukan skoring makaakan dicari rerata skor, kemudian dibagi nilaitertinggi dari skor yang digunakan. Untukmendapatkan Peta Kerawanan Pangan diKabupaten Gunungkidul dilakukan overlaysecara spasial, yaitu dengan melakukan

tumpang susun pada peta-peta parameter. Aluryang digunakan dalam penellitian ini adalahsebagaimana terlihat pada Gambar 1.

b) DataData sekunder yang digunakan dalam

penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.Tabel 1. Data Sekunder

Kategori Jenis DataSekunder

Sumber

KetersediaanPangan

1.Konsumsinormatif perkapitaterhadap rasioketersediaanbersih padi +jagung + ubikayu + ubijalar

BadanKetahananPanganProvinsi danKab

Akses Pangandan MataPencaharian

2 Presentasependudukhidup dibawahgariskemiskinan

Data danInformasiKemiskinan,BPS

Kesehatandan Gizi 3. Berat badan

balita dibawahstandar.

4. Penduduktanpa akses keair bersih

Data danInformasiKemiskinan,BPS

Data danInformasiKemiskinan,BPS

KerawananPanganSementara(Transien)

5. Persentasedaerah puso

BadanKetahananPanganProvinsi danKab

Sumber: Badan Ketahanan Pangan,Deptan 2011.

c) Pengolahan DataTahap ini meliputi perhitungan

parameter kerawanan pangan. Beberapa data

6

KB = Kp + Kj + Kuk + KujJumlah penduduk x 360

memerlukan perhitungan dan berbagaipendekatan agar sesuai dengan parameterpemetaan kerawanan pangan. Perlunyaperhitungan tambahan dan pendekatan karenatidak tersedianya data pada tingkat kecamatan.Data yang memerlukan perhitungan danpendekatan antara lain: (1) Data rasiokonsumsi normatif perkapita terhadapketersediaan bersih karbohidrat padi, jagung,ubi kayu dan ubi jalar, (2) Persentasependuduk yang hidup di bawah gariskemiskinan, (3) Berat badan balita di bawahstandar dan (4) Persentase Penduduk yangdapat Mengakses Air Bersih.

1. Data rasio konsumsi normatif perkapitaterhadap ketersediaan bersih karbohidratpadi, jagung, ubi kayu dan ubi jalar.

Data rasio konsumsi normatif perkapitaterhadap ketersediaan bersih karbohidrat padi,jagung, ubi kayu dan ubi jalar adalahmembandingkan konsumsi normatif perkapitaterhadap ketersediaan bersih bahan panganperkapita. Ketersediaan bersih bahan panganper kapita dihitung dengan membagi totalketersediaan bahan pangan kecamatan denganjumlah populasinya. Agar mendapatkan satuanyang sama dengan konsumsi normatif harian,maka data ketersediaan bersih tersebutdikonversi menjadi gram dan per hari.

1)

Sumber: Food Insecurity Atlas (FIA), 2009

Keterangan:KB: Ketersediaan Bersih Bahan PanganGram per HariKp: Ketersediaan PadiKj: Ketersediaan JagungKuk: Ketersediaan Ubi KayuKuj: Ketersediaan Ubi JalarJumlah Penduduk: Jumlah Pendudukpada Setiap Kecamatan

Konsumsi normatif bahanpangan/hari/kapita adalah 300gram/orang/hari, kemudian dihitung rasiokonsumsi normatif perkapita terhadapketersediaan bersih bahan pangan perkapita.Berikut adalah rumus perhitungan data rasiokonsumsi normatif perkapita terhadapketersediaan bersih karbohidrat padi, jagung,ubi kayu dan ubi jalar:

Rasio = / / 2)

Sumber: Food Insecurity Atlas (FIA), 2009

2. Persentase penduduk yang hidup di bawahgaris kemiskinan

Perhitungan terhadap akses pangan danmata pencaharian diasumsikan untuk dapatmengukur tingkat akses dan mata pencaharianpenduduk dalam mendukung kemampuanpangan pada suatu daerah. Dalam analisisakses pangan dan mata pencaharian inidigunakan indikator jumlah penduduk yanghidup di bawah garis kemiskinan.

Data yang diperoleh dalampenghitungan persentase tingkat kemiskinanini adalah :

7

Jumlah rumah tanggax 100 % = Z %

Jumlah rumah tangga miskin 3)

Keterangan :Z % = Persentase penduduk yanghidup di bawah garis kemiskinan

3. Berat Badan Bayi Lahir Rendah

Berat badan bayi lahir rendah sumberdata yang diperoleh berasal dari dinaskesehatan kabupaten Gunungkidul. Untukmengetahui parameter persentase berat badanbayi di bawah standar adalah denganmengetahui jumlah bayi yang lahir pada tahuntertentu di suatu wilayah dibandingkan denganjumlah berat badan bayi yang di bawahstandar.

4. Persentase Penduduk yang dapatMengakses Air Bersih

Dalam melakukan analisis pendudukyang dapat mengakses air bersih, data yangdibutuhkan adalah data dropping air bersihkepada penduduk di wilayah Gunungkidulyang telah dilakukan oleh Dinas Sosial.

d) Overlay (tumpangsusun)Proses tumpangsusun (overlay) dalam

penelitian ini dilakukan secara spasial. hampirsemua data dapat dispasialkan yaitu denganmengkaitkan data sesuai dengankeberadaannya di muka bumi. Data-datastatistik yang sesuai dengan parameterberpengaruh dispasialkan dengan mengkaitkandata tersebut dengan peta administrasi, karena

data yang ada terkait dengan suatu batasanadministrasi (kecamatan). Pengkaitan ini perludilakukan karena data statistik ini akandilakukan analisis data berupa overlay secaraspasial dengan metode skoring.

Data-data statistik tersebut antara lain,(1) rasio konsumsi normatif per kapitaterhadap ketersediaan bersih karbohidrat padi,jagung, ubi kayu dan ubi jalar. Akses pangandan penghidupan: (2) persentase penduduk dibawah garis kemiskinan. Pemanfaatan pangan:(3) berat badan balita di bawah standar(underweight), dan (4) rumah tangga tanpaakses air bersih. Kerentanan terhadapkerawanan pangan transient: (5) daerah gagalpanen/puso.

e) Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif dilakukan untukmenganalisis indikator kerawanan panganyang digunakan terhadap kerawanan pangan diKabupaten Gunungkidul. Analisis regresilinier berganda digunakan untuk mengetahuifaktor-faktor yang mempengaruhi (indepencevariable) terhadap tingkat kerawanan pangan(dependence variable).

Sebelum melakukan analisis regresilinier berganda. Hal yang pertama yang harusdi lakukan adalah uji korelasi. Uji korelasi dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besarpengaruh indikator kerawanan pangan yangdigunakan terhadap kerawanan pangan diKabupaten Gunungkidul.

8

Hasil dan PembahasanHasil dari penelitian ini adalah peta

kerawanan pangan Kabupaten GunungkidulTahun 2013 dan menganalisis indikatorkerawanan pangan yang digunakan terhadapkerawanan pangan di KabupatenGunungkidul.

a) Tingkat Kerawanan Pangan diKabupaten Gunungkidul Tahun 2013

Untuk mengetahui tingkat kerawananpangan di Kabupaten Gunungkidul, data yangdibutuhkan adalah 1. ketersediaan padi 2.ketersediaan jagung 3. ketersediaan ubi kayudan 4. ketersediaan ubi jalar

Tabel 2. Konsumsi Normatif per kecamatan

NO KecamatanJumlah

pendudukTotal ProduksiSerealia (Ton)

Ketersediaanserealia

(kap/gram/hari)

Rasiokonsumsinormative

KategoriIndikator

1 Panggang 29.803 49.059 593 0,505902 Tahan

2 Purwosari 21.708 16.588 275,0912 1,090547 Agak Rawan

3 Paliyan 33.529 50.589 543,1728 0,552313 Tahan

4 Saptosari 38.140 95.068 897,3382 0,334321 Sangat Tahan

5 Tepus 38.300 36.398 342,1222 0,87688 Agak Tahan

6 Tanjungsari 28.898 44.649 556,2198 0,539355 Tahan

7 Rongkop 32.282 41.964 467,971 0,641067 Tahan

8 Girisubo 22.074 44.611 727,551 0,412343 Sangat Tahan

9 Semanu 56.009 78.938 507,377 0,591273 Tahan

10 Ponjong 55.726 93.648 604,983 0,495882 Sangat Tahan

11 Karangmojo 50.443 63.273 451,5647 0,664364 Tahan

12 Wonosari 83.165 59.798 258,8502 1,158972 Agak Rawan

13 Playen 56.704 44.051 279,6692 1,072696 Agak Rawan

14 Patuk 33.938 37.235 394,9732 0,759545 Agak Tahan

15 Gedangsari 42.709 34.236 288,5799 1,039573 Agak Rawan

16 Nglipar 8.991 62.719 2511,271 0,119461 Sangat Tahan

17 Ngawen 36.413 28.380 280,5811 0,759417 Agak Rawan

9

Lanjutan Tabel 2

NO KecamatanJumlah

pendudukTotal ProduksiSerealia (Ton)

Ketersediaanserealia

(kap/gram/hari)

Rasiokonsumsinormative

KategoriIndikator

18 Semin 49.026 73.245 537,9072 1,06921 Tahan

Sumber : Hasil analisis, 2013

a. Ketersediaan Pangan (Padi, Jagung, Ubikayu dan Ubi Jalar)

Hasil analisis konsumsi normativemenunjukkan bahwa ketahanan pangan rata-rata tiap kecamatan di Gunungkidul tergolongkategori tahan (20). Apabila melihat analisiskonsumsi normative tingkat kecamatan (Tabel2), terlihat bahwa terdapat 5 kecamatan yangberada pada kategori agak rawan pangan yaitu,Kecamatan Purwosari, Kecamatan Wonosari,Kecamatan Playen, Kecamatan Gedangsaridan Kecamatan Ngawen. Kondisi ini dapatdisebabkan karena desa tersebut jumlahproduksi serealia rendah serta jumlahpenduduk yang besar.

b. Akses Pangan dan Mata Pencaharian

Perhitungan terhadap akses pangan dan matapencaharian diasumsikan untuk dapatmengukur tingkat akses dan mata pencaharianpenduduk dalam mendukung kemampuanpangan pada suatu daerah. Dalam analisisakses pangan dan mata pencaharian ini

digunakan indikator jumlah penduduk yanghidup di bawah garis kemiskinan.

Hasil analisis rumah tangga yang hidupdi bawah garis kemiskinan menunjukkanbahwa rata-rata tiap kecamatan diGunungkidul tergolong kategori sangat rawan.Apabila melihat analisis tingkat kecamatan(Tabel 3), terlihat bahwa terdapat kecamatanyang berada pada kategori agak rawan pangandan kategori sangat rawan pangan.Gunungkidul tergolong kategori sangat rawankarena sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani, dengan kondisitopografi yang berbukit-bukit. Di identikkansulit untuk pertanian lahan basah. Pada musimkemarau, hampir sebagian petani mengalirisawahnya dengan air yang diambil dari daerahlain. Biaya yang dikeluarkan pada saat musimtanam hingga panen besarnya hampir samadengan harga jual hasil panen. Hasil bekerjasebagai petani tidak cukup untuk kebutuhansehari-hari. Analisis Persentase RumahTangga yang Hidup di Bawah GarisKemiskinan Kabupaten Gunungkidul Tahun2012 seperti ditunjukkan pada Tabel 3.

10

Tabel 3. Persentase Rumah Tangga yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan

NO KecamatanJumlah

RT

Jumlah RTmiskin

Persentase

%Kategori Indikator

1 Panggang 7.280 3.943 54 Sangat rawan

2 Purwosari 5.319 2.761 52 Sangat rawan

3 Paliyan 8.406 3.851 46 Sangat rawan

4 Saptosari 11.699 6.683 57 Sangat rawan

5 Tepus 9.238 3.893 42 Sangat rawan

6 Tanjungsari 7.820 3.687 47 Sangat rawan

7 Rongkop 8.449 1.966 23 Agak rawan

8 Girisubo 6.828 3.484 51 Sangat rawan

9 Semanu 17.634 4.311 24 Agak rawan

10 Ponjong 14.022 6.666 48 Sangat rawan

11 Karangmojo 15.806 3.795 24 Agak rawan

12 Wonosari 20.751 5.065 24 Agak rawan

13 Playen 16.573 4.053 24 Agak rawan

14 Patuk 9.082 4.664 51 Sangat rawan

15 Gedangsari 12.311 7.761 63 Sangat rawan

16 Nglipar 8.991 5.040 56 Sangat rawan

17 Ngawen 9.691 5.749 59 Sangat rawan

18 Semin 14.665 3.566 24 Agak rawan

Sumber : Hasil analisis, 2013

Kabupaten Gunungkidul memilikijumlah penduduk miskin yang tersebar padalevel agak rawan dan sangat rawan.Kecamatan seperti Rongkop, Semanu,Karangmojo, Wonosari, Playen, dan Seminmerupakan kecamatan yang memiliki tingkatpersentase kemiskinan antara 23 sampaidengan 24 persen atau dalam tingkat potensi

kerawanan pangan dimasukkan dalam kelasagak rawan. Kecamatan lainnya sepertiPanggang, Purwosari, Paliyan, Saptosari,Tepus, Tanjungsari, Girisubo, Ponjong,Patuk, Gedangsari, Nglipar dan Ngawentermasuk dalam kelas yang memiliki potensisangat rawan terhadap kerawanan pangan.

11

c. Kesehatan dan Gizi/PenyerapanPangan

1. Berat Badan Bayi Lahir RendahBerat badan bayi lahir rendah sumber

data yang diperoleh berasal dari dinaskesehatan kabupaten Gunungkidul. Untukmengetahui persentase berat badan bayi dibawah standar adalah dengan mengetahuijumlah bayi yang lahir pada tahun tertentu disuatu wilayah dibandingkan dengan jumlah

berat badan bayi yang di bawah standar.

Dari hasil analisis berat badan bayi dibawah standar di bawah terlihat bahwa seluruhkecamatan di Kabupaten Gunungkidul masukdalam kategori sangat tahan. Hal inimenunjukkan bahwa kondisi gizi ibu dan bayimencukupi, sehingga tidak ada bayi lahirrendah. Keadaan ini dapat dikatakan bahwapenyerapan gizi pangan untuk ibu dan bayi diGunungkidul sudah terpenuhi dengan baik

Tabel 4. Persentase Berat Badan Bayi di bawah Standar

No. KecamatanJumlahBalita

Jml Balita dgnBerat Badan dibawah Standar

Persentase(%)

Kategori Indikator

1 Panggang 1.535 101 6,58 Sangat tahan

2 Purwosari 1.184 89 7,52 Sangat tahan

3 Paliyan 1.508 181 12,00 Sangat tahan

4 Saptosari 2.023 276 13,64 Sangat tahan

5 Tepus 1.485 157 10,57 Sangat tahan

6 Tanjungsari 1.330 230 17,29 Sangat tahan

7 Rongkop 1.180 103 8,73 Sangat tahan

8 Girisubo 1.102 140 12,70 Sangat tahan

9 Semanu 3.000 361 12,03 Sangat tahan

10 Ponjong 2.585 255 9,86 Sangat tahan

11 Karangmojo 2.475 271 10,95 Sangat tahan

12 Wonosari 4.276 748 17,49 Sangat tahan

13 Playen 2.067 76 3,68 Sangat tahan

14 Patuk 1.524 141 9,25 Sangat tahan

15 Gedangsari 2.148 356 16,57 Sangat tahan

16 Nglipar 1.725 74 4,29 Sangat tahan

12

Lanjutan Tabel 4

No. KecamatanJumlahBalita

Jml Balita dgnBerat Badan dibawah Standar

Persentase(%)

Kategori Indikator

17 Ngawen 1.553 226 14,55 Sangat tahan

18 Semin 2.658 252 9,48 Sangat tahan

Sumber : Hasil analisis, 2013.

2. Persentase Penduduk yang DapatMengakses Air Bersih

Dari analisis di bawah terlihat bahwakecamatan Girisubo berada pada kategorisangat rawan, sedangkan KecamatanPurwosari dan Kecamatan Paliyan berada pada

kategori agak rawan. Hal ini dikarenakankondisi topografis Kabupaten Gunungkidulyang berbukit-bukit, sehingga memerlukanpembangunan sarana air bersih. Ditambahcurah hujan yang rendah tidak sebandingdengan luas wilayah Gunungkidulmenyebabkan keberadaan sumber air tidakmerata di semua kecamatan.

Tabel 5. Persentase Penduduk yang Dapat Mengakses Air Bersih

No. KecamatanJumlah Rumah

Tangga/KKMinim Akses

Air BersihPersentase

(%)KategoriIndikator

1 Panggang 7.020 2.525 35,97 Tahan

2 Purwosari 5.319 3.067 57,66 Agak rawan

3 Paliyan 8.406 4.844 57,63 Agak rawan

4 Saptosari 11.699 1.855 15,86 Sangat tahan

5 Tepus 9.238 1.321 14,30 Sangat tahan

6 Tanjungsari 7.820 2.092 26,75 Sangat tahan

7 Rongkop 8.449 2.256 26,70 Sangat tahan

8 Girisubo 6.828 5.261 77,05 Sangat rawan

9 Semanu 17.634 863 4,89 Sangat tahan

13

Lanjutan Tabel 5

No. KecamatanJumlah Rumah

Tangga/KKMinim Akses

Air BersihPersentase

(%)KategoriIndikator

10 Ponjong 14.022 0 0,00 Sangat tahan

11 Karangmojo 15.806 0 0,00 Sangat tahan

12 Wonosari 20.751 0 0,00 Sangat tahan

13 Playen 16.573 334 2,02 Sangat tahan

14 Patuk 9.082 1.192 13,12 Sangat tahan

15 Gedangsari 12.311 2.927 23,78 Sangat tahan

16 Nglipar 8.991 2.048 22,78 Sangat tahan

17 Ngawen 9.691 0 0,00 Sangat tahan

18 Semin 14.665 1.000 6,82 Sangat tahan

Sumber: Hasil analisis, 2013

d. Dimensi Kerawanan Pangan TransientPada analisis dimensi kerawanan

pangan transien, indikator yang digunakanadalah persentase daerah rawan puso. Daerahpuso didefinisikan sebagai suatu daerahproduksi pangan yang rusak karena bencanaalam (banjir, kekeringan, longsor) danpenularan hama oleh organisme penggangutanaman (OPT). Produksi dan produktivitastanaman pangan sangat dipengaruhi olehkondisi iklim dan cuaca.

Kegiatan budidaya tanaman sebaiknyamempertimbangkan kondisi tersebut denganmenggunakan informasi perubahan musim,iklim dan cuaca. Kawasan Gunungkidulmerupakan kawasan kars dengan potensi yangkaya dan beragam, tetapi kawasan karsttermasuk kawasan yang tidak (kurang) suburdan bahaya bencana alam mudah terjadi

seperti lahannya mudah tergerus erosi atautanah longsor, dan juga angin ribut. Beberapakecamatan di Kabupaten Gunungkidulmemiliki persentase puso yang cukup besar.Kecamatan tersebut adalah Wonosari, Paliyandan Playen. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6.

Derah yang berpotensi mengalamipuso yang sangat parah biasanya memilikipersentase lebih dari 15%, daerah yangberpotensi mengalami puso parah memilikipersentase antara 10-15%, daerah yangberpotensi mengalami puso agak parahmemiliki persentase 5-10%, daerah yangberpotensi cukup tahan puso memilikipersentase 3-5%, sedangkan daerah yangberpotensi tahan puso memiliki persentase 1-3% dan daerah yang sangat tahan pusomemiliki persentase 1%.

14

Tabel 6 Persentase Padi PusoKecamatan Presentase Puso

(%)Kategori Indikator

Panggang 0,51 Sangat TahanPurwosari 1,36 TahanPaliyan 1,36 TahanSaptosari 0,21 Sangat TahanTepus 0,12 Sangat TahanTanjungsari 0,81 Sangat TahanRongkop 0,75 Sangat TahanGirisubo 0,59 Sangat TahanSemanu 0 Sangat TahanPonjong 0 Sangat TahanKarangmojo 0 Sangat TahanWonosari 6,73 Agak RawanPlayen 2,21 TahanPatuk 0 Sangat TahanGedangsari 0 Sangat TahanNgelipar 0 Sangat TahanNgawen 0 Sangat TahanSemin 0 Sangat Tahan

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Gunungkidul, 2013

Puso ini sebagian besar diakibatkan,petani menanam padi pada saat musimkemarau, karena kurangnya pasokan airmengakibatkan tanaman padi menjadikering. Untuk itu perlu usaha keras daripemerintah dan masyarakat untukmembuat sumber air bersih atau memasokair bersih lebih banyak ke Gunungkidulbukan hanya untuk pemenuhan kebutuhansehari-hari, tetapi juga kegiatan pertanian.

e. Potensi Kerawanan Pangan Kronisdan Transient

Peta komposit menjelaskan kepadakita bahwa kondisi kerentanan terhadapkerawanan pangan suatu kecamatandisebabkan oleh kombinasi dari berbagaidimensi kerawanan pangan. Denganmelihat seluruh peta indikator kerawanan

pangan, maka kita dapat mengidentifikasipenyebab utama kondisi kerawanan dankerentanan pangan di suatu kecamatan.Harus disebutkan bahwa penyebabkerawanan dan kerentanan pangan antarsatu wilayah dengan wilayah lainnyabervariasi, dengan demikian carapenyelesaiannya juga berbeda.

Dengan overlay peta kerentananterhadap kerawanan pangan kronis danpeta kerentanan terhadap kerawananpangan sementara, dapat digunakan untukmenentukan daerah yang mengalami rawanpangan dan juga daerah yang tahan akanpangan. Dari hasi perhitungan komposit(tabel komposit) tiap indikator diperolehhasil rincian diantaranya adalah dari 18kecamatan, tidak ada kecamatan yangberada pada kategori rawan pangan,

15

bahkan sangat rawan pangan, sehinggatidak terdapat kecamatan yangmembutuhkan prioritas penanganankerawanan pangan yang sangat mendesak.Hal ini disebabkan karena kecamatan yangada di Kabupaten Gunungkidul telahmampu menghasilkan hasil pangan sendiriuntuk memenuhi kebutuhan panganmasing-masing.

Rincian kategori tingkat kerawananpangan di Kabupaten Gunungkidul yaitusebanyak 15 kecamatan berada padakategori cukup tahan pangan yaitu diKecamatan Panggang, KecamatanSaptosari, Kecamtan Tepus, KecamatanTanjungsari, Kecamatan Rongkop,Kecamatan Semanu, Kecamatan Ponjong,Kecamatan Karangmojo, KecamatanWonosari, Kecamatan Playen, KecamatanPatuk, Kecamatan Gedangsari, KecamatanNglipar, Kecamatan Ngawen danKecamatan Semin dengan prioritaspenanganan agak tidak mendesak.

Beberapa kecamatan yangmembutuhkan perhatian lebih adalahKecamatan yang berada pada kategori agakrawan pangan yang berjumlah 3kecamatan. Kecamatan yang berada padakategori agak rawan pangan tersebut yaituterdapat di Kecamatan Purwosari,Kecamatan Paliyan dan KecamatanGirisubo. Kecamatan-kecamatan yangberada pada kategori agak rawan pangantersebut di atas membutuhkan prioritaspenanganan dengan tingkat prioritas 3 ataumembutuhkan penanganan kerawananpangan yang agak mendesak untukdilakukan agar tidak terjadi kerawananpangan yang berkepanjangan. Kecamatanyang masuk dalam kategori agak rawandidapatkan dari hasil rereta skor tiapkecamatan dan perhitungan kompositsehingga menunjukkan potensi kerawananpangan di Gunungkidul.

Tabel 7. Potensi Kerawanan Pangan Kronis dan TransientKabupaten Gunungkidul Tahun 2013

No. KecamatanRerataSkor

KompositPotensi Kerawanan

Pangan1 Panggang 24 0,4 cukup tahan pangan2 Purwosari 34 0,5 agak rawan pangan3 Paliyan 30 0,5 agak rawan pangan4 Saptosari 20 0,3 cukup tahan pangan5 Tepus 24 0,4 cukup tahan pangan6 Tanjungsari 22 0,3 cukup tahan pangan7 Rongkop 18 0,3 cukup tahan pangan8 Girisubo 30 0,5 agak rawan pangan9 Semanu 18 0,3 cukup tahan pangan10 Ponjong 20 0,3 cukup tahan pangan11 Karangmojo 18 0,3 cukup tahan pangan12 Wonosari 28 0,4 cukup tahan pangan

16

Lanjutan Tabel 7

No. KecamatanRerata

SkorKomposit

Potensi Kerawanan

Pangan

13 Playen 24 0,4 cukup tahan pangan14 Patuk 24 0,4 cukup tahan pangan15 Gedangsari 26 0,4 cukup tahan pangan16 Ngelipar 20 0,3 cukup tahan pangan17

Ngawen 26 0,4 cukup tahan pangan18

Semin 18 0,3 cukup tahan pangan

Sumber: Hasil pengolahan data indikator potensi kerawanan kronis dan transient, 2013

b) Pengaruh Indikator KerawananPangan Yang DigunakanTerhadap Kerawanan Pangan DiKabupaten Gunungkidul

1. Analisis faktor-faktor yangberpengaruh terhadap tingkatkerawanan pangan

Cara untuk menganalisis pengaruhindikator kerawanan pangan terhadapkerawanan pangan di Kabupaten

Gunungkidul, adalah uji korelasi. Ujikorelasi digunakan untuk menguji signifikasihubungan variabel-variabel indikator.Adapun variabel-variabel tersebut adalahkonsumsi normatif (X1), persentase KKmiskin (X2), persentase penduduk yangdapat mengakses air bersih (X3), daerah puso(X4), dan berat badan bayi lahir rendah (X5)dengan kelas komposit tingkat kerawananpangan (Y).

17

1. Uji korelasi

Tabel 8. Analisis uji korelasi multivariate kendall dan spearman

Correlations

Konsumsinormatif KKmiskin airbersih puso

komposit BBBLR

dall's tau_b Konsumsinormatif

CorrelationCoefficient

1.000 -.171 -.086 .474* .411* .

Sig. (2-tailed) . .434 .695 .033 .040 .

N 18 18 18 18 18 18

KKmiskin CorrelationCoefficient

-.171 1.000 .344 -.189 .451* .

Sig. (2-tailed) .434 . .129 .410 .029 .

N 18 18 18 18 18 18

airbersih CorrelationCoefficient

-.086 .344 1.000 .300 .549** .

Sig. (2-tailed) .695 .129 . .192 .008 .

N 18 18 18 18 18 18

Puso CorrelationCoefficient

.474* -.189 .300 1.000 .447* .

Sig. (2-tailed) .033 .410 .192 . .033 .

N 18 18 18 18 18 18

komposit CorrelationCoefficient

.411* .451* .549** .447* 1.000 .

Sig. (2-tailed) .040 .029 .008 .033 . .

N 18 18 18 18 18 18

BBBLR CorrelationCoefficient

. . . . . .

Sig. (2-tailed) . . . . . .

N 18 18 18 18 18 18

18

Lanjutan Tabel 4.1

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil Analisis ujikorelasi multivariate kendall danspearman menurut Tabel 8 di atas,masing-masing indikator tingkatkerawanan pangan memiliki nilaisignifikansi yang berbeda-beda. Nilaikoefisien korelasi antara tingkatkerawanan pangan dengan indikatorkonsumsi normatif sebesar 0,411 nilaitersebut termasuk dalam kategori rendah.Konsumsi normatif memiliki korelasirendah terhadap kerawan pangan, akantetapi konsumsi normatif benar-benarberpengaruh terhadap kerawanan pangan.Dengan koefisien korelasi bernilai positif,sehingga menunjukkan hubungan korelasiyang searah. Artinya semakin tinggikonsumsi normatif maka kerawananpangan juga semakin tinggi. Hal itudibuktikan oleh nilai sigifikansi konsumsinormatif sebesar 0,04 (< 0,05). Nilaisignifikansi tersebut menunjukkan bahwaHo ditolak yang berarti terdapathubungan antara tingkat kerawananpangan dengan indikator konsumsinormatif.

Persentase penduduk dibawah gariskemiskinan memiliki korelasi yang samadengan konsumsi normatif yaitu sama-sama memiliki korelasi positif terhadapkerawanan pangan. Hal ini ditunjukkandengan nilai koefisien korelasi sebesar0,451. Semakin banyak jumlah persentasependuduk dibawah garis kemiskinan,

maka semakin rawan pangan. Nilaikoefisien korelasi persentase pendudukdibawah garis kemiskinan termasukdalam kategori rendah, akan tetapipersentase penduduk dibawah gariskemiskinan benar-benar berpengaruhterhadap kerawanan pangan, kondisitersebut digambarkan dengan nilaisignifikansi sebesar 0.029<0.05.

Indikator persentase penduduk yangdapat mengakses air bersih bernilaisignifikansi sebesar 0.008<0.05 maka Hoditolak, berarti terdapat hubungan antaraindikator persentase penduduk yang dapatmengakses air bersih dengan tingkatkerawanan pangan. Nilai koefisienkorelasi antara tingkat kerawanan pangandengan indikator persentase pendudukyang dapat mengakses air bersih sebesar0,008 (mendekati 0,000) menunjukkanbahwa indikator tersebut memilikihubungan positif dengan kerawananpangan. Koefisien korelasi bernilai positifsehingga menunjukkan hubungan korelasiyang searah, artinya semakin banyakmasyarakat yang dapat mengakses airbersih maka daerah tersebut relatif rendahrawan pangan dan dapat dikategorikantahan pangan.

Indikator persentase padi puso nilaisignifikansi sebesar 0.033<0.05 maka Hoditolak, berarti terdapat hubungan antaraindikator persentase padi puso dengan

19

tingkat kerawanan pangan. Nilaikoefisien korelasi antara indikatorpersentase padi puso dengan tingkatkerawanan pangan sebesar 0,0447menunjukkan bahwa indikator tersebutbenar-benar berpengaruh terhadapkerawanan pangan. Kerawanan pangan disuatu daerah akan semakin tinggi apabilapersentase padi puso atau gagal panen didaerah tersebut tinggi.

Indikator persentase berat badan bayilahir rendah tidak memiliki nilaisignifikansi, yang berarti tidak terdapathubungan antara indikator persentaseberat badan bayi lahir rendah dengantingkat kerawanan pangan. Indikatorpersentase berat badan lahir rendah tidak

masuk dalam perhitungan analisis regresilinier berganda.

2. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier bergandadigunakan untuk mengetahui sejauh manavariabel independent berpengaruhterhadap variabel dependent. Variabeldependent dalam penelitian ini adalahtingkat kerawanan pangan sedangkanvariabel independentnya meliputiindikator konsumsi normatif (X1),persentase penduduk dibawah garismiskin (X2), persentase penduduk yangdapat mengakses air bersih (X3) dandaerah puso (X4). Analisis regresi dapatdilihat pada Tabel 9 di bawah ini.

Tabel 9. Anova Model Regresi linier Berganda Variabel Terpengaruh (Y)

dengan Variable Pengaruh (X)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 355.775 4 88.944 433.091 .000a

Residual 2.670 13 .205

Total 358.444 17

a. Predictors: (Constant), puso, airbersih, KKmiskin, Konsumsinormatifb. Dependent Variable: komposit

Hasil analisis Anova yangditunjukkan pada tabel 4.3 menunjukkanmodel regresi mempunyai tingkatsignifikansi 0,000 (< 0,05) atau F hitung(433.091) lebih besar dari dari F table(2.93) (lihat tabel uji f) pada taraf 5% .Hal ini menandakan bahwa terdapathubungan antara variabel terpengaruh (Y)

tingkat kerawanan pangan denganindikator-indikator pengaruh (X1,X2,X3,dan X4).

20

Tabel 10 Koefisiensi regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized CoefficientsStandardizedCoefficients

T Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.421 .864 2.802 .015

Konsumsinormatif .215 .012 .536 18.549 .000

KKmiskin .206 .015 .384 13.928 .000

airbersih .214 .008 .679 25.339 .000

Puso .081 .019 .136 4.380 .001

a. Dependent Variable: komposit

Berdasarkan hasil output olah datamenggunakan SPSS diketahui bahwamodel regresi kerawanan pangan diKabupaten Gunungkidul pada tahun 2013adalah sebagai berikut :

Hasil menunjukkan bahwa variabelakses terhadap air bersih merupakanvariabel yang mempunyai nilai betapaling besar yaitu sebesar 0,679. Hal inibearti bahwa variabel akses terhadap airbersih merupakan variabel yang palingberpengaruh terhadap kerawanan pangandi Kabupaten Gunungkidul tahun 2013.Setiap kenaikan satu nilai variabel aksesterhadap air bersih akan meningkatkankerawanan pangan sebesar 0,679. Hasilyang diperoleh ini membuktikan bahwa

hipotesis penelitian yang menyatakanvariabel lingkungan merupakan variabelyang paling berpengaruh telah terbukti.Hal ini dapat terlihat dari tingkat

Berdasarkan model regresi di atasdiketahui bahwa variabel akses air bersih,konsumsi normatif, persentase pendudukmiskin dan daerah puso memberikanpengaruh yang berbeda terhadapkerawanan pangan. Setiap kenaikan satunilai variabel konsumsi normatif akanmeningkatkan kerawanan pangan sebesar0,536. Sementara itu setiap kenaikan satunilai variabel persentase penduduk miskinakan meningkatkan kerawanan pangansebesar 0,384 dan kenaikan satu nilaivariabel akses terhadap air bersih akanmeningkatkan kerawanan pangan dikabupaten Gunungkidul sebesar 0,679.Kerawanan pangan akan meningkat 0,136apabila terjadi kenaikan satu nilaivariabel puso.

Kerawanan pangan : 2,421 + 0,536 (konsumsinormatif) + 0,384 (persentase penduduk miskin)+ 0,679 (akses terhadap air bersih) + 0,136(daerah puso)

21

Tabel 11 R square dan Durbin-Watson Analisis Regresi Linier Berganda VariabelTerpengaruh Tingkat kerawanan pangan di Kabupaten Gunungkidul

Model Summaryb

Model R R SquareAdjusted R

SquareStd. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .996a .993 .990 .4531773 2.408

a. Predictors: (Constant), puso, airbersih, KKmiskin, Konsumsinormatif

b. Dependent Variable: komposit

Pada Tabel 11 di atas hasil analisisregresi menunjukkan nilai koefisiendeterminasi (R2) yaitu 0,993. Jika didesimalkan hal ini mempunyai arti bahwaindikator pengaruh konsumsi normatif,persentase penduduk dibawah gariskemiskinan, persentase penduduk yangdapat mengakses air bersih, danpersentase padi puso mempengaruhisebesar 99,3% terhadap tingkatkerawanan pangan. Adapun lainnyadipengaruhi oleh faktor lain yang tidakmenjadi indikator pada penelitian ini,seperti perempuan buta huruf, angkakematian bayi, persentase daerahberhutan dan penyimpangan curah hujan.Nilai Durbin-Watson sebesar 2,408menunjukkan tidak ada autokorelasi antarindikator, sehingga dapat disimpulkanmodel persamaan regresi linier bergandayang dihasilkan baik.

Kesimpulan

1. Hasil perhitungan komposit tiapindikator diperoleh hasil bahwa dari 18Kecamatan di Gunungkidul ada 15Kecamatan masuk dalam kategori cukup

tahan pangan dan 3 Kecamatan yanglain berada pada kategori agak rawanyaitu Kecamatan Paliyan, KecamatanPurwosari dan Kecamatan Girisubo.

2. Indikator pengaruh yaitu konsumsinormatif, persentase penduduk dibawahgaris kemiskinan, persentase pendudukyang dapat mengakses air bersih, danpersentase padi puso mempengaruhisebesar 99,3% terhadap tingkatkerawanan pangan, sedangkan sisanyadipengaruhi oleh faktor lain yang tidakmenjadi indikator pada penelitian ini,seperti perempuan buta huruf, angkakematian bayi, persentase daerahberhutan dan penyimpangan curahhujan.

Saran

1. Dalam mengantisipasi gejala-gejala yangdapat mengganggu ketahanan pangan diKabupaten Gunungkidul agar tidakmenimbulkan terjadinya kerawananpangan, perlu dilakukan kegiatankewaspadaan pangan. Dengan

22

kewaspadaan pangan diharapkan masalahkerawanan pangan dapat ditanggulangisecara dini serta dapat mencegahterjadinya kondisi yang lebih parahseperti kelaparan, gizi buruk, gangguankesehatan, hambatan-hambatanpertumbuhan fisik yang nantinya dapatmelahirkan rendahnya kualitas sumberdaya manusia.

2. Perlu dikembangan sentra produksikomoditas pangan yang prospektif dandiversifikasi pangan dalam rangkamenanggulangi kerawanan pangan dimasa mendatang.

3. Penanggulangan daerah rawan pangan diKabupaten Gunungkidul secaraberkesinambungan perlu terus menerusdilakukan dengan cara pemetaan,sehingga dari setiap hasil pemetaantersebut dapat digunakan sebagai bahanperumusan kebijakan untuk upayapenanggulangan daerah rawan pangan.

DAFTAR PUSTAKA

Aronoff, S. 1989. Geographic InformationSystem : A ManagementPerspective. Ottawa. Canada : WDLPublications.

Azis, Muhammad. 2006. Sistem InformasiGeografis Berbasis Dekstop danWeb. Yogyakarta: Gava Media.

Badan Pusat Statistik. 2012. KabupatenGunungkidul Dalam Angka 2012.Yogyakarta : Badan Pusat StatistikKabupaten Gunungkidul.

FAO, 2000. Proceedings.Measurementand Assessment of Food

Devrivation and Undernutrion.International Scientific Symposium.Rome, 26-28 Juni1996.

Munir, Akhmad, M. 2006. Model SpasialUntuk Potensi Tingkat KerawananPangan Studi Kasus di KabupatenKulon Progo. Tugas Akhir D3.Fakultas Geografi, UGM,Yogyakarta.

Prahasta, Eddy. 2001. Konsep-konsepDasar Sistem Informasi Geografis.Bandung : Informatika

Sugiono, Dr. 2006. Statistik UntukPenenlitian. Bandung. CV Alfabeta

Trihendradi. C. 2011. Langkah MudahMelakukan Analisis StatistikMenggunakan SPSS 19. Yogyakarta :Andi.

Yuliandarmaji, Adha. 2011. Aplikasi SIGUntuk Kajian Potensi TingkatKerawanan Pangan Perkecamatandengan Visualisasi WEBGIS StudiKasus di Kabupaten Kulon ProgoTahun 2009. Tugas Akhir D3.Fakultas Geografi, UGM,Yogyakarta.

Yunus, Sabari, Hadi. 2010. MetodologiPenelitian Wilayah Kontemporer.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Sumber Internet :

http://www.foodsecurityatlas.org/idn/country/fsva-2009-peta-ketahanan-dan-kerentanan-pangan-indonesia/ Di akses tanggal 25April 2013.

23

Gambar 1 Peta Potensi Kerawanan Pangan Di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013