analisis kerawanan kebakaran kota bukitinggi

8
Pendahuluan Kebakaran gedung dan permukiman merupakan salah satu bencana yang sering dialami masayarakat Kota Bukittinggi selain bencana alam berupa gempa bumi dan longsor, keadaan fisik lingkungan perkotaan Kota Bukittinggi yang merupakan kawasan terbangun yang cukup padat akan populasi penduduknya, merupakan salah satu faktor pendorong kerawanan bencana kebakaran, selain sector fisik wilayah. Dari rekap kejadian bencana BPBD Kota Bukittinggi, kebakaran merupakan masalah utama yang sering dialami Kota Bukittinggi, yang menimbulkan korban jiwa, harta, untuk itu perlu dilakukan penelitian kerawanan kebakaran sebagai salah satu tindakan pemantauan kawasan yang termasuk dalam zona kerawanan kebakaran tinggi, sedang ataupun rendah untuk siap siaga dalam penanggulangan nya. Indeks rawan Jurnal Penelitian Ilmiah Geografi dalam rangka kegiatan magang di BPBD Kota Bukittinggi 2014 ANALISIS KERAWANAN KEBAKARAN GEDUNG DAN PERMUKIMAN KOTA BUKITTINGGI Muhammad Hanif 1 , Ahyuni 1 , Reynaldo Seicuba 2 , Syafei 2 . Program Studi Geografi FIS Universitas Negeri Padang, Sumatera Barat, Indonesia Email: [email protected] ABSTRAK Bencana kebakaran gedung dan permukiman merupakan bencana yang sangat sering terjadi di Kota Bukittinggi. Keadaan daerah perkotaan dengan kepadatan bangunan dan penduduk tinggi akan menimbulkan kerugian yang besar baik secara materi maupun jiwa. Seringnya terjadi kebakaran gedung dan permukima yang merupakan salah satu masalah kebencanaan yang perlu ditanggapi dengan srius. Dengan kajian kebencanaan kerawanan kebakaran Kota Bukittinggi diharap mampu membantu membuka pemahaman masyarakat lebih luas akan kebencaan wilayah lokal. Kolaborasi SIG dan PJ merupakan teknologi yang berkembang untuk membahas venomena spasial, dengan pemanfaatan SIG dan PJ pemahaman data spasial lebih mempermudah kajan berbagai permasalahan berkaitan dengan spasial salah satunya terkait kebencanaan berupa kerawanan kebaran gedung dan permukiman. Berdasarkan intrepetasi citra Quickbird 2011 secara visual berupa kepadatan rumah, tata letak, jarak permukiman dari jalan, diintegrasikan dengan indikator fisik wilayah berupa, lokasi sumber air, lebar jalan masuk, jaringan istrik, hidran dan jenis bangunan, dan juga diintegrasikan dengan fenomena sosial berupa kepadatan penduduk dan historis kejadian kebakaran. Diperoleh tingkat kerawanan kebakaran Kota Bukittinggi sedang dengan skor tertinggi yaitu 44, tetapi dengan pertimbangan berdasarkan historis kejadian dan kepadatan penduduk, kerawanan ini dipecah menjadi kerawanan tinggi dan sedan yang dizonasikan disajikan dalam peta kerawanan kebakaran. Kata kunci: Kerawanan, Kebakaran, PJ Penginderaan Jauh dan SIG Sitem Informasi Geografi

Upload: muhammad-hanif

Post on 15-Aug-2015

46 views

Category:

Science


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Kerawanan Kebakaran Kota Bukitinggi

Pendahuluan

Kebakaran gedung dan permukiman

merupakan salah satu bencana yang sering dialami

masayarakat Kota Bukittinggi selain bencana alam

berupa gempa bumi dan longsor, keadaan fisik

lingkungan perkotaan Kota Bukittinggi yang

merupakan kawasan terbangun yang cukup padat

akan populasi penduduknya, merupakan salah satu

faktor pendorong kerawanan bencana kebakaran,

selain sector fisik wilayah. Dari rekap kejadian

bencana BPBD Kota Bukittinggi, kebakaran

merupakan masalah utama yang sering dialami Kota

Bukittinggi, yang menimbulkan korban jiwa, harta,

untuk itu perlu dilakukan penelitian kerawanan

kebakaran sebagai salah satu tindakan pemantauan

kawasan yang termasuk dalam zona kerawanan

kebakaran tinggi, sedang ataupun rendah untuk siap

siaga dalam penanggulangan nya. Indeks rawan

Jurnal Penelitian Ilmiah Geografi dalam rangka kegiatan magang di BPBD Kota Bukittinggi 2014

ANALISIS KERAWANAN KEBAKARAN GEDUNG DAN PERMUKIMAN

KOTA BUKITTINGGI

Muhammad Hanif1, Ahyuni

1, Reynaldo Seicuba

2, Syafei

2.

Program Studi Geografi FIS Universitas Negeri Padang, Sumatera Barat, Indonesia

Email: [email protected]

ABSTRAK

Bencana kebakaran gedung dan permukiman merupakan bencana yang sangat sering terjadi di

Kota Bukittinggi. Keadaan daerah perkotaan dengan kepadatan bangunan dan penduduk tinggi akan

menimbulkan kerugian yang besar baik secara materi maupun jiwa. Seringnya terjadi kebakaran gedung

dan permukima yang merupakan salah satu masalah kebencanaan yang perlu ditanggapi dengan srius.

Dengan kajian kebencanaan kerawanan kebakaran Kota Bukittinggi diharap mampu membantu membuka

pemahaman masyarakat lebih luas akan kebencaan wilayah lokal. Kolaborasi SIG dan PJ merupakan

teknologi yang berkembang untuk membahas venomena spasial, dengan pemanfaatan SIG dan PJ

pemahaman data spasial lebih mempermudah kajan berbagai permasalahan berkaitan dengan spasial

salah satunya terkait kebencanaan berupa kerawanan kebaran gedung dan permukiman.

Berdasarkan intrepetasi citra Quickbird 2011 secara visual berupa kepadatan rumah, tata letak,

jarak permukiman dari jalan, diintegrasikan dengan indikator fisik wilayah berupa, lokasi sumber air,

lebar jalan masuk, jaringan istrik, hidran dan jenis bangunan, dan juga diintegrasikan dengan fenomena

sosial berupa kepadatan penduduk dan historis kejadian kebakaran. Diperoleh tingkat kerawanan

kebakaran Kota Bukittinggi sedang dengan skor tertinggi yaitu 44, tetapi dengan pertimbangan

berdasarkan historis kejadian dan kepadatan penduduk, kerawanan ini dipecah menjadi kerawanan tinggi

dan sedan yang dizonasikan disajikan dalam peta kerawanan kebakaran.

Kata kunci: Kerawanan, Kebakaran, PJ Penginderaan Jauh dan SIG Sitem Informasi Geografi

Page 2: Analisis Kerawanan Kebakaran Kota Bukitinggi

bencana ini juga bertujuan untuk memberikan

informasi tingkat kerawanan bencana tiap-tiap

kabupaten/kota. Berdasarkan tingkat kerawanan ini

dapat digunakan oleh berbagai pihak untuk

melakukan analisis mengenai kelembagaan,

pendanaan, perencanaan tata ruang, statistik dan

operasionalisasi penanggulangan bencana.

Tinjauan Teori

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian

peristiwa yang mengancam dan mengganggu

kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau non

alam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan

dampak psikologis.

Permukiman adalah bagian dari lingkungan

hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa

kawasan perkotaan maupun perdesaan yang

berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau

lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang

mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Kawasan permukiman adalah kawasan budidaya

yang ditetapkan dalam rencana tata ruang dengan

fungsi utama untuk permukiman (PP No.80 Tahun

1999).

Rawan bencana adalah kondisi atau

karakteristik geologis, biologis, hidrologis,

klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik,

ekonomi, dan teknologi pada suatu kawasan untuk

jangka waktu tertentu yang mengurangi

kemampuan mencegah, meredam, mencapai

kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk

menanggapi dampak buruk bahaya tertentu

(PERKA BNPB No.2 Tahun 2012).

Metode Analisa

Penelitian inimenggunakan analisis data

meliputi metode analisis deskriptif yang digunakan

untuk menguraikan dari data yang diperoleh di

lapangan dan menjelaskan data yang diolah

sehingga dengan mudah dipahami dalam

mendeskriptifkan daerah penelitian juga

menggunakan citra satelit quidbird beresolusi tinggi.

Penelitian ini juga menggunakan metode

pengharkatan (scoring) yang merupakan suatu cara

menilai dengan memberikan nilai atau harkat pada

masing-masing karakteristik suatu variabel sehingga

dapat dihitung nilainya. Pada setiap variabel juga

diberi nilai sebagai pembobot. Alasan digunakan

faktor pembobot karena tiap parameter memiliki

pengaruh berbeda dalam menciptakan kondisi

rawan kebakaran. Hasil faktor pembobotan di

timbang dengan faktor-faktor yang juga berperan

dlam penyajian kerawanan kebakaran berupa

historis kejadian, kepadatan penduduk, sebaran

pemukiman, kontruksi bangunan Salah satu prinsip

atau teknik analisa GIS yang penting adalah teknik

overlay (tumpang susun lapisan). Dalam teknik

inidata input yang berupa informasi spasial tematik

Jurnal Geografi FIS UNP dalam rangka Penelitian kegiatan Magang di BPBD Kota Bukittinggi 2014

Page 3: Analisis Kerawanan Kebakaran Kota Bukitinggi

dimanipulasi dengan teknik tumpang susun untuk

menghasilkan satu peta tematik untama sabagai

output (Muta’ali.326.2013).

Tabel: Indikator Kerawanan kebakaran

Sumber: Sumber: Suharyadi (2000) didalam

Fiska Yanuar 2012 .

Klasifikasi kerawanan kebakaran diten-

tukan dari jumlah skor total pada setiap blok

permukiman. Skor total adalah harkat dari

viariabel di setiap poligon atau blok

permukiman yang sudah dikalikan dengan

faktor pembobot kemudian dijumlahkan. Skor

total terendah penilaian parameter kebakaran

adalah 22 sedangkan skor total tertinggi adalah

66. Selisih nilai tertinggi dengan terendah

kemudian dibagi dengan jumlah kelas yang

diinginkan untuk mendapat nilai interval dan

digunakan untuk klasifikasi kelas kerawa-

nannya.

Keterangan:

R= Range

K= Kelas yang diinginkan

Interval Kelas= 15

Setelah diperhitungkan harkat dan dikalikan

bobotnya maka dihasilkan harkat total dengan

klasifikasi sebagai berikut ini:

Tabel: Klasifikasi kerawanan kebakaran

20-33 Kerawanan rendah

34-47 Kerawanan sedang

48-60 Kerawanan tinggi

Kemudian hasil pembobotan kerawanan

kebakaran gendung dan permukiman dilakukan

penimbangan kerawanan dengan acuan sebagai

berikut.

Parameter Bobot Harkat Tiap Variabel

Bobot x harkat

Terendah Tertinggi Terendah Tertinggi

Kepadatan rumah 3 1 3 3 9

Tata Letak 2 1 3 2 6

Jarak permukiman dari jalan

3 1 3 3 9

Lokasi sumber air 3 1 3 3 9

Lokasi Pemadam

Kebakaran

2 1 3 2 6

Lebar Jalan Masuk 3 1 3 3 9

Jaringan istrik 3 1 3 3 9

Hidran 1 1 3 1 3

Bahan Bangunan 2 1 3 2 6

Skor Total 22 66

Jurnal Geografi FIS UNP dalam rangka Penelitian kegiatan Magang di BPBD Kota Bukittinggi 2014

Page 4: Analisis Kerawanan Kebakaran Kota Bukitinggi

Sumber: Keputusan Mentri pekerjaan Umum

No.11/KPTS/ 2000, Perka BNPB 2012.

Pembahasan:

Ukuran lebar dan jenis jaringan jalan:

Dengan panduan peta struktur ruang Kota

Bukittinggi dan Pengamatan dengan citra

satelit quidbird beresolusi tinggi, Kota

Bukittinggi memiliki klasifikasi beberapa

jenis jaringan jalan untuk ukuran jaringan

jalan dilakukan pengamatan citra satelit dan

mengacu PP RI No.34 Tahun 2006 tentang

jalan, penjelasan lebar jaringan jalan sebagai

berikut ini:

1. Jalan arteri primer didesain berdasarkan

kecepatan rencana paling rendah 60 (enam

puluh) kilometer per jam dengan lebar badan

jalan paling sedikit 11 (sebelas) meter.

2. Jalan arteri sekunder didesain berdasarkan

kecepatan rencana paling rendah 30 (tiga

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

puluh) kilometer per jam dengan lebar badan

jalan paling sedikit 11 (sebelas) meter.

3. Jalan kolektor primer didesain berdasarkan

kecepatan rencana paling rendah 40 (empat

puluh) kilometer per jam dengan lebar badan

jalan paling sedikit 9 (sembilan) meter.

4. Jalan kolektor sekunder didesain berdasarkan

kecepatan rencana paling rendah 20 (dua

puluh) kilometer per jam dengan lebar badan

jalan paling sedikit 9 (sembilan) meter.

5. Jalan lokal primer didesain berdasarkan

kecepatan rencana paling rendah 20 (dua

puluh) kilometer per jam dengan lebar badan

jalan paling sedikit 7,5 (tujuh koma lima)

meter.

6. Jalan lokal sekunder didesain berdasarkan

kecepatan rencana paling rendah 10 (sepuluh)

kilometer per jam dengan lebar badan jalan

paling sedikit 7,5 (tujuh koma lima) meter.

7. Jalan lingkungan primer didesain berdasarkan

kecepatan rencana paling rendah 15 (lima

Jurnal Geografi FIS UNP dalam rangka Penelitian kegiatan Magang di BPBD Kota Bukittinggi 2014

Page 5: Analisis Kerawanan Kebakaran Kota Bukitinggi

belas) kilometer per jam dengan lebar badan

jalan paling sedikit 6,5 (enam koma lima)

meter.

8. Jalan lingkungan sekunder didesain

berdasarkan kecepatan rencana paling rendah

10 (sepuluh) kilometer per jam dengan lebar

badan jalan paling sedikit 6,5 (enam koma

lima) meter.

9. Jalan lingkungan primer yang tidak

diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda

tiga atau lebih harus mempunyai lebar badan

jalan paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter.

10. Jalan lingkungan sekunder yang tidak

diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda

3 (tiga) atau lebih harus lebar badan jalan

paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter.

Klasifikasi ukuran jalan secara visual dapat dilihat

pada peta jaringan jalan, sebagai salah satu

reverensi.

a) Kontruksi bangunan gedung dan

permukiman Karena keterbatasan data yang

tidak mencukupi pada fariabel ini, setelah

didiskusikan dengan pihak BPBD, dengan

kondisi Kota Bukittinggi yang merupakan

kawasan yang sudah terbangun dan

semakin padat, di asumsikan 8,5% bagunan

permanen dan semi permanen pada kelas

III dan IV, 15 % bangunan semi permanen

II, 10% bangunan non permanen.

Kepadatan penduduk

Kepadatan penduduk diuraikan berdasarkan

kepadatan penduduk setiap kelurahan,

Tabel: Kepadatan Penduduk Kota Bukittinggi.

Lokasi Pemadam

Jurnal Geografi FIS UNP dalam rangka Penelitian kegiatan Magang di BPBD Kota Bukittinggi 2014

Page 6: Analisis Kerawanan Kebakaran Kota Bukitinggi

Lokasi Sumber Air (Resevoar)

Dari hasil pengamatan citra Quickbird

perekaman 2011 dengan resolusi pemotretan 8

meter, bahawasanya sebaran bangunan gedung

dan permukiman tertata dengan rapi dan tidak

terlihatnya permukiman yang semberaut, hal ini

terlihat dari susunan atap rumah yang sejajar

dan membentuk blok-blok permukiman dan

bangunan gedung yang cukup rapi.

Hasil Skoring dari pengamatan indikator bangunan

gedung dan permukiman Untuk mempermudah

pengamatan dan analisis, dilakukan pengelompokan

zona bangunan gedung dan permukiman dengan

mendelinidasi blok permukiman yang memiiki

kesamaan tajuk dan kerapatan dan menganalisis

kerawanan kebakaranya berdasarkan variabel yang

telah disediakan.

Delinidasi Blok permukiman berdasarkan kesamaan

tajuk

Hasil skoring berkisar dari 38 hingga 44, kerawanan

kebakaran termasuk kedalam kategori sedang,

kemudian dilakukan penimbangan hasil analisis

peta kerawanan hasil skoringvdengan historistitik

api kebakaran gedung dan permukiman.

Penimbangan Kerawanan Kebakaran dengan

Historis Kejadian Kebakaran

Dari pengamatan peta historis kejadian

kebakaran yang disajikan, bahwasanya kasus

kebakaran gedung dan permukiman banyak terjadi

pada wilayah pusat aktifitas penduduk dan wilayah

Jurnal Geografi FIS UNP dalam rangka Penelitian kegiatan Magang di BPBD Kota Bukittinggi 2014

Page 7: Analisis Kerawanan Kebakaran Kota Bukitinggi

yang memiliki kepadatan penduduk melebihi 9.000

jiwa/km. yang berada pada Kelurahan Aur Birugo,

Guguak Panjang, Mandiangin Koto Selayan, Bukik

Cangang. Hasil penimbangan kerawanan kebakaran

dari peta hasil skoring kerawanan dengan historis

kebakaran, memaparkan adanya dua jenis

kerawanan kebakaran gedung dan permukiman Kota

Bukittinggi, yaitu kerawanan tinggi dan sedang.

Kesimpulan dan Saran

Dari hasil analisis intrepetasi citra dan pembobotan

berbasis SIG serta indikator fisik dan sosial maka

diperoleh kerawanan kebakaran Kota Bukittinggi

termasuk kerawanan Tinggi dan Sedang,

Didalam penelitian ini hanya menggunakan data

sekunder, disarankan untuk peneliti selanjutnya

dalam aplikasi analisis kerawanan kebakaran

dikolaborasikan dengan data primer lapangan untuk

memperoleh hasil yang lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Kepala BNPB No.14 tahun 2010, tentang

Pembentukan Pos Komando Tanggap

Darurat Bencana.

Peraturan Kepala BNPB No.02 tahun 2012, tentang

Pedoman Umum Pengkajian Resiko

Bencana

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.21

Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan

Penanggulangan Bencana

Keputusan Mentri Pekerjaan Umum

No.11/KPTS/2000 tentang ketentuan Teknis

Manajemen Penanggulangan Kebakaran di

Lingkungan Perkotaan

Edwards Janet EU and International Affairs

Department. Handbook for Vulnerability

Mapping Disaster Reduction through

Awareness.2007. Swedish Rescue Services

Agency.

Yanuar Fiska. 2012. Pemantauan Teknik

Pengindraan Jauh Untuk Pemetaan Tingkat

Kerawanan Kebakaran Permukiman.

Universitas Negeri Semarang.Journal.

Lampiran

Peta kerawanan keakaran Kota Bukittinggi

Jurnal Geografi FIS UNP dalam rangka Penelitian kegiatan Magang di BPBD Kota Bukittinggi 2014

Page 8: Analisis Kerawanan Kebakaran Kota Bukitinggi