analisis pembangunan manusia kabupaten purworejo

25
Pembangunan Manusia. Sebuah Konsesus Baru 2

Upload: yuli-arifiana

Post on 22-Oct-2015

42 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Purworejo

Pembangunan Manusia. Sebuah Konsesus Baru

Purworejo is a place where dreams come true

Dedicated to Bapak Drs. Sas Sukarsono, Chairman of BPS Kabupaten Purworejo. Thank you for giving me a big opportunity to reach all my

dreams

Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr. Wb,

2

Page 2: Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Purworejo

Pembangunan Manusia. Sebuah Konsesus Baru

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang telah

diberikan. Terdorong keinginan memberikan sumbangan pemikiran dalam

rangka pelaksanaan otonomi daerah, penulis mencoba menyusun buku

ini. Apalagi setelah mendapatkan kesempatan tugas belajar, buku ini

merupakan wujud dedikasi penulis bagi Kabupaten Purworejo. Publikasi

Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Purworejo 2001 adalah

publikasi pertama yang dibuat penulis semenjak kuliah di Sekolah Tinggi

Ilmu Statistik.

Penulis menyadari publikasi ini masih jauh dari kesempurnaan dan

banyak kekurangan di sana sini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik

dan saran demi penyempurnaan publikasi ini di masa mendatang.

Semoga usaha kecil ini memberikan manfaat bagi kemajuan Kabupaten

Purworejo.

Jakarta, Agustus 2003

Benito Rio Avianto

Foreword

In the name of Allah, Who is Excessively Compassionate, Extremely

Merciful. This publication is intended to give contribution for the

autonomy, more over after the writer gets an opportunity to study at

Institute of Statistics.

3

Page 3: Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Purworejo

Pembangunan Manusia. Sebuah Konsesus Baru

It is my first publication in order to see the progress of Purworejo

Human Development along four years. Even there is still need to be

improve, the writer hopes it will give new paradigm of development

progress for everyone in Kabupaten Purworejo.

Fully hope this little effort will give advantage for striving

development of Kabupaten Purworejo.

Jakarta, August 2003

Benito Rio Avianto

Kata Sambutan

Menulis apalagi menulis tulisan ilmiah, memerlukan keberanian

tersendiri agar menjadi suatu tulisan yang menarik, enak dibaca, sesuai

dengan keinginan pembaca dan sesuai dengan norma-norma penulisan.

Keberanian ini selanjutnya akan menjadi modal bagi penulisan-penulisan

selanjutnya.

4

Page 4: Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Purworejo

Pembangunan Manusia. Sebuah Konsesus Baru

Saya sangat gembira bahwa Sdr. Benito Rio Avianto mempunyai

keberanian untuk memulai melakukan penulisan sebagaimana rasa

syukurnya bahwa dia dapat melampaui masa-masa sulit dalam tiga tahun

pembelajaran ilmu-ilmu di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS). Lebih

gembira pula karena saya adalah termasuk kelompok pertama Akademi

Ilmu Statistik (AIS) tahun 1964 yang menjadi mahasiswa AIS/STIS dari

SMAN Purworejo dan ikut dari awal membesarkan AIS menjadi STIS.

Sebagai tulisan pertama, materi dan isi tulisannya sendiri masih

memerlukan kritik dan saran perbaikan dari kawan-kawan yang baik.

Bahwa analisisnya dengan obyek Purworejo tentu berawal dari:

Kecintaannya pada Purworejo

Ajakan kepada eks Purworejo yang lain untuk juga menulis tentang

Purworejo dari kacamata analisis sesuai dengan bidangnya masing-

masing, sehingga pandangan selama ini bahwa di Purworejo tidak

ada kemajuan yang berarti, bisa segera berubah berkat tangan-

tangan dingin pimpinan daerah di Kabupaten Purworejo.

Selamat berjuang kepada anda semua.

Jakarta, Agustus 2003

Jopie Bambang SoenjotoB.St, M.S. (SIS), M.S. (IE & OR), Ph.D

(Lektor Kepala STIS, Eks Ketua STIS, Eks Direktur AIS/Pusdiklat BPS)

Ringkasan Eksekutif

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks komposit

(gabungan) yang mengukur tentang aspek kesehatan, pendidikan dan

kelayakan hidup. IPM di buat untuk mengetahui kemajuan pembangunan

suatu wilayah. Apalagi setelah ditetapkannya otonomi daerah, maka

perkembangan antar waktu maupun perbandingan antar daerah menjadi

ukuran penting untuk mengevalusi program-program yang telah

dilaksanakan.

5

Page 5: Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Purworejo

Pembangunan Manusia. Sebuah Konsesus Baru

Dalam perbandingan IPM skala regional di Eks Wilayah

Karesidenan Kedu, posisi Purworejo tidak berubah pada tahun 1996 dan

1999 yaitu posisi ketiga dari enam kabupaten/kota. Sedangkan

perbandingan antar kabupaten/kota se-Jawa Tengah, IPM Purworejo

berada di posisi ke 10 pada tahun 1996 dan peringkat ke 12 pada tahun

1999. Walaupun berada disekitar rata-rata jawa Tengah, tetapi penurunan

IPM Kabupaten Purworejo antara tahun 1999 dan 1996 termasuk yang

terbesar di Jawa Tengah. Hal ini kiranya menjadi perhatian pihak-pihak

yang berkompeten di Kabupaten Purworejo.

Secara rata-rata posisi IPM Purworejo tidak berbeda jauh baik pada

tingkat Propinsi Jawa Tengah maupun nasional yaitu disekitar skor rata-

rata. Untuk memiliki sumber daya manusia yang lebih unggul, maka

Pemerintah Daerah Kabupaten Purworejo harus lebih meningkatkan

pembangunan manusianya agar siap menghadapi persaingan yang makin

kompetitif.

Executive Summary

Human Development Index (HDI) is a composite index that

measured from some aspects such as lovengenity, knowledge and decent

standart living. HDI is calculated to know the progress of human

development in one area. More over after the implementation of

autonomy, it is important to know the progress from year to year and the

comparisons within others. By knowing those, the evaluation of

development program can be done.

6

Page 6: Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Purworejo

Pembangunan Manusia. Sebuah Konsesus Baru

In comparing within regional area, called Ex Karesidenan Kedu,

Purworejo Regency still at third in 1996 and 1999. In province level,

among 35 regencies, Purworejo placed at tenth in 1996 and twelveth in

1999. Even the Purworejo’s HDI score ranked around the average of

Central Java Province, Purworejo’s HDI shortfall reduction involves the

biggest decreasing in Central Java. So the elite should give more attention

on this.

At national level, Purworejo’s HDI score is not much different with

province rank. It means at average, Purworejo’s Human Development is

just an ordinary. To make Purworejo’s Human Development better than

province and national average, the local government should increase

development in order to improve Purworejo’s Human Development

resources competitively.

7

Page 7: Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Purworejo

Pembangunan Manusia. Sebuah Konsesus Baru

Kabupaten Daerah Tk II Purworejo

S

U

TT

Kec. Bruno

Kec. PituruhKec. Kemiri

Kec. Grabag

Kec. Ngombol

Kec. Purwodadi

Kec. Kaligesing

Kec. Purworejo

Kec. Banyuurip

Kec. BayanKec. Kutoarjo

Kec. Butuh

Kec. Gebang

Kec. Loano

Kec. Bener

Kec. Bagelen#

#

#

#

#

## #

#

#

##

##

Kab. Magelang

Prop. D.I. Yogyakarta

Samudera Indonesia

Kab. Kebumen

Kab. Wonosobo

%

#

B

#

Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Purworejo

8

Skala: 1 : 335.000

Keterangan: : Ibu Kota Kabupaten : Ibu Kota Kecamatan

Page 8: Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Purworejo

Pembangunan Manusia. Sebuah Konsesus Baru

Mempersiapkan Sumber Daya Manusia Berkualitas Dalam Tatanan Ekonomi Global

Oleh:

Benito Rio AviantoKaryawan BPS Kab. Purworejo Tugas Belajar

Pada Sekolah Tinggi Ilmu Statistik Jakarta

Human development is the process of enabling people to have wider choices. Income is one of those choices, but is not the sum total of human life. Health, education, a good physical environment and freedom of action and expression are just as important.

(UNDP, 1996)

1. Latar Belakang Masalah

Pembangunan secara luas dapat didefinisikan sebagai suatu

perbaikan yang berkesinambungan atas suatu masyarakat atau sistem

sosial secara keseluruhan menuju kehidupan lebih baik atau manusiawi

(Todaro, 2000 dalam Sudiro, 2002). Pembangunan ekonomi sebagai alat

meningkatkan kesejahteraan rakyat dijabarkan dengan menciptakan

pertumbuhan ekonomi yang setinggi-tingginya. Pertumbuhan ekonomi

yang tinggi diyakini akan meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan

indikator naiknya angka Produk Domestik Bruto (PDB) riil perkapita.

Tetapi pada kenyataannya, laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi

tidak dapat mengatasi masalah sosial ekonomi seperti pengangguran,

ketimpangan pendapatan dan kemiskinan. Berpijak dari hal tersebut,

konsep pembangunan ekonomi perlu didefinisikan kembali (redefined).

Tujuan pembangunan ekonomi bukan lagi menciptakan pertumbuhan

ekonomi yang setinggi-tingginya, melainkan bertujuan menghapus atau

mengurangi penduduk miskin, menanggulangi ketimpangan pendapatan

dan penyediaan lapangan kerja (Todaro 2000).

Dalam teori ekonomi klasik disebutkan bahwa manusia adalah

bagian dari faktor-faktor produksi selain tanah, modal dan keahlian.

9

Page 9: Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Purworejo

Pembangunan Manusia. Sebuah Konsesus Baru

Dengan memasukan manusia sebagai faktor produksi berarti telah terjadi

eksploitasi besar-besaran terhadap manusia seperti halnya faktor

produksi yang lain. Hal ini berarti manusia diperalat untuk meningkatkan

output yang tinggi tetapi tidak terlalu menikmati output tersebut apalagi

mewarisinya.

Upaya dalam pembangunan untuk meningkatkan harkat dan

martabat manusia telah memunculkan berbagai model pembangunan

seperti pembangunan sumber daya manusia, pemenuhan kebutuhan dasar

dan kesejahteraan manusia. Namun ketiga model tersebut tetap memiliki

kelemahan dan masih bersifat parsial. Menurut Rustan (2002),

pembangunan sumber daya manusia hanya menempatkan manusia

sebagai faktor produksi, pembangunan kebutuhan dasar hanya

berorientasi pada kebutuhan dasar agar manusia keluar dari kemelut

kemiskinan sehingga menyebabkan manusia tidak terlalu banyak berfikir

atau berusaha untuk melakukan pilihan yang mungkin lebih baik.

Sedangkan model pembangunan kesejahteraan manusia menempatkan

manusia sebagai penerima dan bukan ikut berpartisipasi dalam

pembangunan.

United Nation Development Program (UNDP) dalam Indonesia

Human Development Report 2001 mendefinisikan pembangunan manusia

sebagai suatu proses memperluas pilihan penduduk (enlarging people’s

choices). Dari sekian banyak pilihan, ada tiga dimensi yang dianggap

paling penting yaitu panjang umur dan sehat (longevity), mendapatkan

pengetahuan (knowledge) dan standar hidup layak (decent living

standards). Pilihan yang dianggap layak mendukung ketiga pilihan di atas

adalah kebebasan politik, hak asasi manusia dan penghormatan hak

pribadi (personal self-respect). Dalam konsep tersebut penduduk

ditempatkan sebagai tujuan akhir (the ultimate end), sedangkan upaya

pembangunan dipandang sebagai sarana (principal end) untuk mencapai

tujuan tersebut (UNDP, 1996 dalam Muhammad Iin Musbihin 2002). Ada

10

Page 10: Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Purworejo

Pembangunan Manusia. Sebuah Konsesus Baru

empat hal pokok yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan tersebut

yakni produktivitas, pemerataan, kesinambungan dan pemberdayaan.

Konsep pembangunan manusia sebenarnya merupakan konsep

ekonomi, dimana salah satu strategi pembangunan ekonomi adalah

peningkatan mutu modal manusia yang dicapai melalui pendidikan,

kesehatan dan rasa aman. Ketiga faktor ini diletakkan dalam arti luas

dalam pembangunan ekonomi, jadi pembangunan ekonomi juga bertujuan

untuk meningkatkan pembangunan manusia dengan cara tersendiri.

Dengan demikian pembangunan ekonomi yang bercirikan pertumbuhan

ekonomi merupakan prasyarat mutlak tercapainya pembangunan

manusia. Melalui pembangunan ekonomi, peningkatan pendapatan dan

produktivitas akan terjamin seiring dengan penciptaan kesempatan kerja.

UNDP (1996) berkesimpulan bahwa terdapat hubungan timbal balik

antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia artinya

pembangunan ekonomi mempengaruhi pembangunan manusia dan

pembangunan manusia mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Berbagai indikator telah dikembangkan dan direkomendasikan

UNDP untuk melihat seberapa jauh pembangunan manusia (human

development) telah dicapai pemerintah. Indikator-indikator tersebut

berbentuk indikator komposit, artinya indikator tersebut mengukur

berbagai aspek dan bersifat agregatif. Indikator yang direkomendasikan

adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Kemiskinan Manusia

(IKM) dan Indeks Pembangunan Jender (IPJ). Dalam tulisan ini yang akan

dibahas adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Walaupun memiliki

beberapa kelemahan, IPM dipilih karena indeks ini mudah dilihat secara

kuantitatif dan mempunyai kepekaan yang cukup baik untuk

menggambarkan keberhasilan pembangunan manusia dan

keterbandingan suatu wilayah.

2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

11

Page 11: Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Purworejo

Pembangunan Manusia. Sebuah Konsesus Baru

IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata

sederhana dari indeks harapan hidup (eo), indeks pendidikan (melek

huruf dan rata-rata lama bersekolah) dan indeks standar hidup layak

(PDRB perkapita atas dasar harga konstan). Ukuran ini sangat penting

bagi para perencana pembangunan dan pengambil kebijakan daerah

untuk mengetahui sejauh mana kualitas pembangunan manusia telah

dicapai. Apalagi sejak pelaksanaan otonomi daerah tahun 2000, dimana

kabupaten/kota memiliki kebijakan dan kewenangan yang lebih besar

untuk menjalankan roda pembangunan, sehingga daerah mempunyai

peran sangat penting dalam menyiapkan dan meningkatkan sumber daya

manusia yang dimilikinya.

IPM memberikan jawaban untuk menilai tingkat kinerja

pembangunan manusia secara keseluruhan dan tingkat pencapaian

pembangunan manusia di suatu wilayah. Indikator ini secara mudah juga

dapat memberikan posisi kinerja pembangunan yang dicapai

kabupaten/kota. Melalui IPM juga dapat diukur kinerja pembangunan

suatu daerah dengan memberikan gambaran perbandingan antar waktu

dan antar wilayah. Variasi besarnya IPM masing-masing daerah

menunjukkan variasi tingkat kemajuan antar kabupaten/kota. Makin

tinggi nilai IPM suatu daerah, berarti semakin tinggi pula kinerja

pembangunan yang dicapai wilayah tersebut dengan cara

membandingkannya dengan skor IPM daerah lain.

Kabupaten Purworejo sebagai salah satu kabupaten di Jawa Tengah

yang bercirikan daerah agraris tengah giat melakukan pembangunan di

berbagai bidang. Dengan jumlah penduduk 767.381 jiwa dan ekonomi

yang tumbuh sebesar 3,41% (Purworejo Dalam Angka 2001), Kabupaten

Purworejo bertekad menyiapkan sumber daya manusia yang unggul

sesuai rekomendasi UNDP. Dalam artikel ini akan dibahas sejauh mana

kinerja pembangunan di Kabupaten Purworejo berikut perbandingannya

12

Page 12: Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Purworejo

Pembangunan Manusia. Sebuah Konsesus Baru

baik dalam skala regional maupun nasional beserta perkembangan IPM

yang dicapai antar waktu.

3. Posisi Kabupaten Purworejo Di Antara Eks Karesidenan Kedu,

Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah dan Nasional

3.1. Posisi Kabupaten Purworejo Di Antara Eks Wilayah

Karesidenan Kedu

Wilayah Eks Karesidenan Kedu merupakan bekas wilayah

bentukan Pemerintahan Hindia Belanda yang berisi enam wilayah

kabupaten/kota. Keenam wilayah tersebut adalah: Kabupaten

Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten

Temanggung, Kabupaten Magelang, dan Kota Magelang.

Perbandingan antar wilayah dalam kelompok (cluster area) yang kecil

dimaksudkan untuk melihat keunggulan wilayah tersebut dengan

wilayah lainnya dengan asumsi wilayah lain memiliki karakteristik

yang relatif sama (homogen). Wilayah Eks Karesidenan Kedu terletak

di selatan Jawa Tengah yang berbatasan dengan Samudera Indonesia

pada arah selatan, dengan Propinsi DI Yogyakarta pada sisi timur,

dengan Eks Karesidenan Semarang pada arah utara dan Eks

Karesidenan Banyumas pada sisi barat. Wilayah ini berkarakteristik

sebagai wilayah agraris. Lebih dari separoh penduduknya bekerja pada

sektor pertanian, sehingga menjadikan wilayah ini sebagai salah

lumbung pangan Jawa Tengah bahkan nasional. Selanjutnya kita akan

melihat kinerja Kabupaten Purworejo di antara kelima daerah lainnya

di wilayah Eks Karesidenan Kedu dan perkembangannya antar waktu.

13

Page 13: Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Purworejo

Pembangunan Manusia. Sebuah Konsesus Baru

Tampak pada gambar 1 di atas terjadi penurunan skor IPM tahun

1999 dibanding tahun 1996 di seluruh kabupaten/kota se-Jawa Tengah.

Hal ini terjadi disebabkan oleh krisis ekonomi yang melanda Indonesia

pada pertengahan 1998 yang imbasnya melanda sampai wilayah Eks

Karesidenan Kedu. Dibandingkan daerah lainnya, Kabupaten

Purworejo mengalami penurunan IPM terbesar yakni –2,0 sedangkan

penurunan IPM di Kabupaten Wonosobo merupakan yang terkecil.

Penurunan IPM Purworejo yang termasuk tinggi ini disebabkan oleh

menurunnya pendapatan perkapita riil, walaupun indikator lain seperti

angka harapan hidup, melek huruf dan lama bersekolah mengalami

kenaikan.

Ranking IPM di wilayah Eks Karesidenan Kedu juga tidak

mengalami perubahan pada tahun 1996 dan 1999. Kabupaten

Purworejo tetap berada di posisi ketiga dengan skor IPM 67.8 pada

tahun 1996 dan 65.3 di tahun 1999. Ranking pertama tahun 1996 dan

1999 diraih oleh Kota Magelang sedangkan Kabupaten Wonosobo

berada di posisi terakhir. Dengan skor IPM tertinggi, Kota Magelang

14

Purworejo

Page 14: Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Purworejo

Pembangunan Manusia. Sebuah Konsesus Baru

bisa menjadi tolak ukur (benchmark) dalam hal pembangunan manusia

bagi wilayah lainnya di Wilayah Eks Karesidenan Kedu.

3.2. Kabupaten Purworejo Di Antara Kabupaten/Kota di Jawa

Tengah

Setelah membandingkannya dengan daerah-daerah sekitar

Kabupaten Purworejo, berikut ini akan disajikan posisi Kabupaten

Purworejo di antara 35 kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah.

3.2.1. Angka Harapan Hidup

Angka harapan hidup penduduk Purworejo mengalami

kenaikan dari rata-rata 64.1 pada tahun 1996 menjadi 67.7 pada

tahun 1999. Peningkatan angka harapan hidup ini menggambarkan

kualitas kesehatan masyarakat yang diukur dengan peningkatan

rata-rata anak lahir hidup dan anak-anak yang masih hidup. Kedua

variabel tersebut berkorelasi cukup kuat dengan lama hidup dan

hidup sehat. Daerah-daerah lain di sekitar Kabupaten Purworejo

(Eks Karesidenan Kedu) mempunyai angka harapan hidup yang

tidak berbeda jauh. Angka harapan hidup tertinggi tahun 1996

dicapai Kabupaten Wonogiri, sedangkan tahun 1999 berada di

Kabupaten Pati seperti tampak pada tabel 1.

3.2.2. Tingkat Melek Huruf

Salah satu komponen penguasaan ilmu pengetahuan adalah

tingkat melek huruf. Indikator angka melek huruf adalah variabel

kemampuan membaca dan menulis baik huruf latin maupun huruf

lainnya. Persentase tingkat melek huruf Kabupaten Purworejo

mengalami sedikit kenaikan sebesar 0.1 pada tahun 1999

dibandingkan tahun 1996. Pada tahun 1999 sekitar 86.3%

penduduk berumur 10 tahun keatas di Kabupaten Purworejo dapat

membaca dan menulis. Apabila dibandingkan persentase melek

huruf Propinsi Jawa Tengah, tampak pencapaian tingkat melek

15

Page 15: Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Purworejo

Pembangunan Manusia. Sebuah Konsesus Baru

huruf Kabupaten Purworejo lebih tinggi. Hal ini berarti usaha

pemberantasan buta huruf di Purworejo lebih berhasil

dibandingkan secara rata-rata usaha kabupaten/kota lain di Jawa

Tengah seperti yang diperlihatkan pada tabel 1.

3.2.3. Rata-rata Lama Bersekolah

Komponen ilmu pengetahuan lainnya adalah rata-rata lama

bersekolah. Rata-rata lama bersekolah didekati dengan

ijazah/STTB yang dimiliki dengan bobot yang berbeda. Mc Connell

and Brue (1992) dalam teori human capital menyatakan bahwa

peningkatan lama bersekolah dapat meningkatkan kemampuan

kerja dan pendapatan. Rata-rata lama bersekolah penduduk

Kabupaten Purworejo menurut Indonesia Human Development

Report 2001, masih berkisar 6 tahun. Walaupun tergolong diatas

angka rata-rata Propinsi Jawa Tengah, tetapi angka tersebut

masih tergolong rendah bila dibandingkan program pendidikan

dasar 9 tahun. Untuk itu Pemerintah Daerah dan masyarakat

Kabupaten Purworejo perlu memberikan perhatian yang lebih

besar terhadap pendidikan.

3.2.4. PDRB Perkapita yang Disesuaikan

Komponen standar hidup layak yang digunakan dalam

penghitungan Indeks Pembangunan manusia adalah Produk

Domestik Regional (PDRB) atas dasar harga konstan (riil) yang

disesuaikan. PDRB riil yang disesuaikan menggambarkan

kemampuan daya beli masyarakat dengan asumsi bahwa PDRB

daerah dapat dinikmati sebagian besar masyarakat.

Secara absolut pendapatan riil masyarakat Purworejo

mengalami penurunan pada tahun 1999 dibandingkan tahun 1996.

Walaupun secara riil pendapatan masyarakat hanya turun Rp 400

perkapita dari Rp 590.900 menjadi Rp 590.400 tetapi dengan

16

Page 16: Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Purworejo

Pembangunan Manusia. Sebuah Konsesus Baru

adanya krisis ekonomi 1998 yang mengakibatkan tinginya inflasi

sebesar 72,04% dan konstraksi pertumbuhan ekonomi sebesar –

3.4% di Kabupaten Purworejo (Purworejo Dalam Angka 1998),

kedua hal tersebut mengakibatkan turunnya daya beli riil

masyarakat Purworejo secara signifikan.

3.2.5. Indeks Pembangunan Manusia Propinsi Jawa Tengah

Gambar 2 menunjukkan pencapaian skor IPM baik tahun 1996

maupun 1999 sangat bervariasi antar kabupaten/kota di Jawa

Tengah. Skor IPM tertinggi dicapai oleh Kota Surakarta,

sedangkan IPM terendah ada di Kabupaten Brebes. Krisis ekonomi

1998 tampaknya mempengaruhi IPM di Jawa Tengah seperti yang

ditunjukkan gambar di atas. Demikian halnya pada Kabupaten

Purworejo yang mengalami penurunan IPM antara tahun 1999

dan 1996 sebesar –2.0. Seiring dengan turunnya IPM Purworejo

dari 67.8 di tahun 1996 menjadi 65,3 pada tahun 1998, usaha

pembangunan manusia di Purworejo relatif lebih lambat dibanding

wilayah lainnya. Hal ini terbukti dengan turunnya posisi

Purworejo dari peringkat 10 menjadi 12. Hal yang perlu

diperhatikan adalah penurunan IPM (reduction shortfall)

17

Purworejo

Brebes

Surakarta

Page 17: Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Purworejo

Pembangunan Manusia. Sebuah Konsesus Baru

Kabupaten Purworejo antara tahun 1999 dan tahun 1996 relatif

tergolong besar di Jawa Tengah (-2.0), bahkan penurunan tersebut

berada di atas rata-rata angka Propinsi Jawa Tengah (-1.9).

Keterangan tentang hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1.

3.2.5. Posisi Purworejo Dalam Skala Regional dan Nasional

Tabel 2. Perbandingan Skor IPM Purworejo

dengan Wilayah Lainnya, 1996 & 1999

Wilayah IPM 96 IPM 99(1) (2) (3)

Purworejo 67.80 65.30

Kota Semarang 72.90 70.20

Jakarta Selatan* 77.20 75.10

Jawa Tengah 67.00 64.60

DKI Jakarta 76.10 72.50

Nasional 68.00 64.00*IPM Tertinggi di Indonesia tahun 1996 & 1999Sumber: Indonesia Human Development Report 2001, Toward A New Consesus, BPS, BAPPENAS & UNDP

Tabel 2 menunjukkan skor IPM Purworejo lebih tinggi bila

dibandingkan rata-rata Jawa Tengah tahun 1996 dan 1998. Dalam

skala nasional pada tahun 1999 secara relatif peringkat Purworejo

berada di atas angka rata-rata, tetapi pada tahun 1996 IPM

Purworejo berada di bawah rata-rata nasional. Hal ini menjadi

kewaspadaan bagi para elit untuk mengejar ketertinggalan bahwa

saat kondisi ekonomi stabil tahun 1996 ternyata pencapaian IPM

Purworejo berada di bawah rata-rata IPM kabupaten/kota se-

Indonesia. Untuk melihat posisi Purworejo dalam skala regional

maupun nasional, kita dapat melihatnya pada tabel 2 di atas.

Dalam perbandingan pada tabel 2, tampak skor IPM Purworejo

masih perlu ditingkatkan. Bila dibandingkan terhadap kota

Semarang sebagai tolak ukur kabupaten/kota Jawa Tengah

18

Page 18: Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Purworejo

Pembangunan Manusia. Sebuah Konsesus Baru

tampak perbedaan yang cukup signifikan terhadap Kabupaten

Purworejo. Apalagi bila kita bandingkan dengan IPM DKI Jakarta

dan Jakarta Selatan, maka perbedaan tersebut tampak semakin

mencolok. Hal ini berarti bahwa pembangunan manusia di

Purworejo harus terus dipacu untuk dapat mendekati bahkan

menyamai kedua wilayah tersebut. Untuk itu diperlukan kebijakan

dan program-program pembangunan yang terarah dan terencana

agar hasil-hasil pembangunan dapat meningkatkan kualitas

penduduk Purworejo.

4. Kesimpulan dan Saran

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) telah direkomendasikan UNDP

untuk mengukur sejauh mana kinerja pembangunan di suatu wilayah

sehingga dapat dibandingkan antar tahun maupun antar wilayah. IPM

Kabupaten Purworejo tahun 1996 dan 1999 menunjukkan perlunya

peningkatan terhadap empat aspek yang menjadi indikator dalam

pengukuran IPM. Keempat aspek tersebut adalah angka harapan hidup,

tingkat melek huruf, lama bersekolah, dan PDRB riil yang disesuaikan.

Apalagi memasuki tahun 2003, Indonesia ikut dalam perdagangan bebas

ASEAN. Hal ini berarti kabupaten Purworejo juga harus menyiapkan

sumber daya manusianya untuk berkompetisi dalam dunia yang makin

global. Hal-hal yang dapat penulis sarankan kepada Pemerintah Daerah

maupun masyarakat Kabupaten Purworejo adalah:

1. Mengurangi angka kematian bayi dan mempermudah terhadap

akses kesehatan sebagai upaya meningkatkan angka harapan

hidup;

2. Membangun sarana kesehatan dan menyediakan tarif yang murah

untuk mengakses fasilitas tersebut;

3. Meningkatkan pengadaan air bersih untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat;

19

Page 19: Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Purworejo

Pembangunan Manusia. Sebuah Konsesus Baru

4. Memperbesar anggaran pendidikan misalnya dengan pemberian

beasiswa dan pembangunan fasilitas pendidikan sebagai upaya

meningkatkan aspek pengetahuan;

5. Bersungguh-sungguh melaksanakan pendidikan dasar 9 tahun

untuk meningkatkan tingkat pendidikan masyarakat;

6. Melakukan kebijakan pro rakyat miskin yaitu kebijakan yang

utamanya pada sektor pertanian mengingat mayoritas Purworejo

hidup dari sektor pertanian;

7. Konsisten memakai ukuran IPM sebagai tolak ukur untuk

meningkatkan kualitas penduduk Kabupaten Purworejo.

DAFTAR PUSTAKA

BPS-Statistics Indonesia, BAPPENAS, UNDP (2001), Toward A New Consensus: Democracy And Human Development In Indonesia, Indonesia Human Development Report 2001, Jakarta.

20

Page 20: Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Purworejo

Pembangunan Manusia. Sebuah Konsesus Baru

Badan Pusat Statistik Kabupaten Purworejo (2002), Purworejo Dalam Angka 1999 - 2001, Purworejo.

------------------------------------------------------------- (2002), Produk Domestik Regional Bruto Purworejo (PDRB) 1999 - 2001, Purworejo.

Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Selatan (2002), Kareba Statistik Edisi 2 dan 4, Ujung Pandang.

Dajan, Anto (1986), Pengantar Metode Statistik Jilid II, LP3ES, Jakarta

Herdianto (2002), Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Indeks Pembangunan Jender Terhadap Persentase Jumlah Orang Miskin di Indonesia Tahun 1999, Skripsi, STIS, Jakarta.

Musbihin, Mohamad Iin (2000), Analisis Kualitas Sumber Daya Manusia Propinsi Jawa Barat Tahun 2000, Skripsi, STIS, Jakarta.

Sudiro (2002), Analisis Kinerja Kabupaten dan Kota di Propinsi Riau Melalui Indeks Kemiskinan Manusia Tahun 2001, Skripsi, STIS, Jakarta.

The World Bank (1999), Indonesia From Crisis to Opportunity, The World Bank Institute, New York.

Tjiptoherijanto, Prijono (1994), Pengembangan Kualitas Sumber Daya manusia Dalam PJPT II, Majalah Analisis CSIS, XXI. No. 4, 2000, Jakarta.

Todaro, Michael P. (2000), Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga, Jakarta: Erlangga.

Tentang Penulis

Benito Rio Avianto lahir di Jakarta, 14 Januari 1973. Mulai bekerja di BPS

Kabupaten tahun 1992 sebagai staf dan mantri statistik. Pada bulan

Agustus 2000 mendapat kesempatan tugas belajar pada Sekolah Tinggi

Ilmu Statistik (STIS) Jakarta dengan bidang konsentrasi Statistik

Ekonomi. Selama kuliah aktif dalam organisasi kemahasiswaan di

21

Page 21: Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Purworejo

Pembangunan Manusia. Sebuah Konsesus Baru

antaranya: Ketua Forum Kajian Statistik STIS (2002), Ketua Perkumpulan

Mahasiswa Jakarta dan Sekitarnya di STIS/MAVIA’S (2002), Ketua Paduan

Suara STIS (2003) dan Humas Statistician English Society (SES) STIS

(2003). Selain kuliah di STIS, penulis juga terlibat dalam beberapa proyek

penelitian yang dilakukan Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

(UPPM) STIS, BPS, BAPPENAS dan Japan International Coorporation

Agency (JICA) seperti: Survey Model Penghitungan PDRB, Survey Model

Pembinaan Koperasi, Survey Anak Jalanan, Survey Kajian Efektifitas

Rumah Singgah, dan Survey Transportasi JABOTABEK. Beberapa prestasi

yang pernah diraih adalah Juara Pertama English Debating Contest

Tingkat III STIS (2003) dan Juara Ketiga Lomba Karya Tulis Ilmiah STIS

(2003). Artikel dan karya tulis yang pernah dihasilkan antara lain:

Transformasi Ekonomi Kecamatan Purwodadi Dengan Sektor

Perdagangan Sebagai Alternatif (1996), Survey Garam Iodium Sebuah

Pengalaman Menarik (1999), Statistik Sebagai Alat Bantu Bidang

Makroekonomi dan Politik (2001), Fenomena Anak Jalanan di DKI Jakarta

(2002), SPSS 10.0 for Inference Statistics (2002), Ekonomi Islam Solusi

Persoalan Ekonomi (2002), Menuju Profesionalisme Mantri Statistik

(2003), dan Sistem Informasi Geografi Statistik Membangun Kemandirian

Otonomi Daerah (2003).

Contact person at:

Benito Rio Avianto [email protected] 886 1573, (021) 8578452

22