analisis numerik untuk gerak osilasi bergandeng pada air...
TRANSCRIPT
1
ANALISIS NUMERIK UNTUK GERAK OSILASI BERGANDENG
PADA AIR TRACK DENGAN METODE RUNGE-KUTTA
José Da Costa1,2*
, Made Rai Suci Santi1,2
, Suryasatriya Trihandaru1,2
1Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika
2Program Studi Fisika, Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email: [email protected]
ABSTRAK
Ilmu Pengetahuan banyak memberikan landasan teori bagi perkembangan suatu teknologi, salah satunya
adalah matematika.Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sistem osilasi bergandeng pada
air track, merupakan pengembangan Iptek. Permasalahannya adalahbagaimana memodelkan dan
mensimulasikan sistem osilasi bergandeng duadengan metode numerik. Sistem dua derajat kebebasan
atausistem osilasi bergandeng dua(two degree of freedom systems) adalah suatu partikel yang dapat bergerak
secara bebas secara dua arah dalam suatu ruang tertentu.Dalam penelitian ini, dua massa yang diikatkan pada
tiga (3) buah pegas.Persamaan dari sistem dua derajat kebebasan dapat diselesaikan dengan menggunakan
mekanika Lagrange, dan diselesaikan dengan menggunakan metode runge-kutta orde empat (RK4). Simulasi
numerik dan hasil percobaan ditunjukkan saling berkorelasi dengan baik.
Kata kunci : Osilasi bergandeng, Langragian, Runge-Kutta, dan Matlab/Simulink.
Abstract
Science gives a lot of theoretical review for the progress of technology. One of the progresses is mathematics.
To develop science and the technology, coupled oscillation system on an air track is a developing science and
technology. The problem is how to model and simulate couple oscillation system with numeric method. Two
degree of freedom system or coupled oscillation system is a particle which can move freely into two ways in a
certain space. In this research, two masses are bound to tree springs. The equation of two degree of freedom
system can be solved by Lagrangian mechanics and it is solved by the fourth order Runge-Kutta Method
(RK4). Numeric system and the result of experiment correlate well.
Key words: coupled oscillation, Langrangian, Runge-Kutta, Matlab/Simulink.
1. PENDAHULUAN
Getaran merupakan salah satu bentuk
gerak benda yang cukup banyak dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
bagaimana getaran yang terjadi jika sebuah
beban dikaitkan atau digantungkan pada sebuah
pegas. Contoh yang lain adalah bandul jam
yang berayun kekanan dan kekiri, perahu kecil
yang berayun naik turun dan lain-lain.
Berdasarkan contoh tersebut di atas dapat
diketahui bahwa getaran dapat terjadi jika suatu
sistem diganggu dari posisi kesetimbangan
stabilnya. Getaran ini akan terjadi secara terus
menerus dan berulang-ulang selama sistem
mendapatkan gaya. Gerak getaran benda yang
berulang dengan waktu yang tetap biasanya
disebut sebagai gerak periodik[1].
2
Gerak getaran benda yang terjadi secara
terus menerus dan tidak terdapat faktor
hambatan atau redaman biasanya disebut
sebagai gerak harmonik sederhana.
Karakteristik gerak harmonik sederhana adalah
memiliki amplitudo dengan nilai tetap
Amplitudo merupakan simpangan maksimum
dari posisi kesetimbangan [2]
.
Untuk sistem osilasi pada air track
yang selama ini kita pelajari yaitu hanya
melalui teorinya saja serta penyelesaian
persamaannya secara matematika, tetapi kita
tidak mengetahui bagaimana bentuk gelombang
yang dihasilkan dari sistem osilasi bergandeng
tersebut. Oleh karena itu penulis ingin
memanfaatkan simulasi numerik melalui
pemrogaman matlab ini untuk mengamati dan
menganalisis bentuk pola gelombang yang
dihasilkan oleh sistem osilasi bergandeng pada
air track.
1.1 Metode Numerik
Metode numerik disebut juga sebagai
metode alternatif dari metode analitik, yang
merupakan metode penyelesaian persoalan
matematika dengan rumus-rumus aljabar yang
sudah baku atau lazim. Disebut demikian,
karena persoalan matematik sulit diselesaikan
atau bahkan tidak dapat diselesaikan secara
analitik sehingga dapat dikatakan bahwa
persoalan matematik tersebut tidak mempunyai
solusi analitik. Sehingga sebagai alternatifnya,
persoalan matematik tersebut diselesaikan
dengan metode numerik.
Perbedaan utama antara metode numerik
dengan metode analitik terletak pada dua hal,
yaitu:
(a) Solusi dengan metode numerik selalu
berbentuk angka, sedangkan dengan
metode analitik biasanya menghasilkan
solusi dalam bentuk fungsi matematik
yang selanjutnya fungsi matematik tersebut
dapat dievaluasi untuk menghasilkan nilai
dalam bentuk angka.
(b) Dengan metode numerik hanya diperoleh
solusi yang menghampiri atau mendekati
solusi sejati sehingga solusi numerik
dinamakan juga solusi hampiran
(approximation) atau solusi pendekatan.
Akan tetapi, solusi hampiran tersebut dapat
dibuat seteliti yang diinginkan. Solusi
hampiran tentu tidak tepat sama dengan
solusi sejati, sehingga ada selisih antara
keduanya, dan selisih tersebut dinamakan
sebagai galat (error). Sedangkan dengan
solusi analitik sudah pasti dihasilkan solusi
sejati yang sesuai dengan kenyataannya
(Munir, 2006:5).
1.2 Gerak Getaran Pegas
Getaran dapat didefinisikan sebagai
gerak bolak balik suatu benda yang terjadi
secara periodik atau berkala yaitu gerak benda
tersebut berulang pada selang waktu yang tetap [3]
. Gerak benda yang terjadi secara periodik
biasanya disebut sebagai gerak harmonik[4]
.
Salah satu contoh gerak harmonik yang sering
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah
gerak getaran pada pegas. Gerak getaran pada
pegas akan terjadi jika terdapat gaya yang
bekerja pada pegas tersebut, yaitu gaya luar
(Dafik, 1999).
Untuk mengilustrasikan pentingnya
konsep yang berhubungan dengan fenomena
osilasi, perhatikan sebuah obyek pada Gambar
1 dibawah ini di tunjukkan bahwa ada dua buah
massa m1 dan m2 yang dihubungkan dengan tiga
buah pegas yaitu k1, k2, dan k3 yang bergerak
secara bebas pada sumbu horizontal, di mana
X1 dan X2 akan digerakan oleh massa m1 dan m2
secara berturut-turut [5]
.
Gambar1.Sistem pegas dengan 2 derajat
kebebasan[6]
.
Perhatikan sistem dua derajat
kebebasan, ditunjukan oleh model pada Gambar
1 di atas, dan diagram free-bodynya yang
ditunjukan oleh model pada Gambar 2 dan 3 di
bawah. Pada diagram free-body, x2 diasumsikan
lebih besar dari x1 sehingga pegas k2 mengalami
tarikan, seperti pada gambar 3, dan gaya
tariknya sebesar ( ). Dengan
perkataan lain, jika x1 diberi nilai lebih besar
3
dari x2, pegas k2 akan mengalami gaya tekanan,
dengan gaya tekan pegas ditulis sebagai
( ) seperti pada gambar 2.
Obyek bergerak meluncur tanpa
gesekan pada bidang datar seperti pada gambar
1. Pegas mempunyai panjang alami ketika pada
keadaan itu pegas tidak memberikan gaya pada
kedua massa, dan posisi kedua massa pada titik
ini disebut posisi setimbang. Jika salah satu
massa dipindahkan kekanan ataupun kekiri
yang berarti merentangkan pegas, jika massa
tersebut di lepaskan maka pegas akan
memberikan gaya pada kedua massa untuk
berosilasi dan lama kelamaan kedua massa itu
akan kembali pada posisi setimbangnya. Gaya
ini disebut gaya pemulih[7]
.
Untuk mendeskripsikan gerak osilator
dari kedua massa dalam sistem ini digunakan
metoda Lagrangian yang merupakan selisih dari
energi kinetik dan energi potensialnya[8]
.
Energi kinetik T sistem adalah
(1)
Energi potensial V [9]
adalah
( )
(2)
1.3 Lagrange
Persamaan Lagrange adalah sebagai
selisih antara energi kinetik (T) dan energi
potensial (V), persamaan Lagrange merupakan
persamaan gerak partikel sebagai fungsi dari
koordinat umum, kecepatan umum, dan
waktu[10]
. Dengan persamaannya adalah sebagai
berikut :
(3)
Dari persamaan (1) dan (2) didapat
persamaan Lagrange yaitu:
(
) (
( )
) (4)
Untuk persamaan Lagrange ini, masih
diturungkan terhadap x1 dan x2 yaitu sebagai
berikut:
Persamaan Lagrangian jika diturungkan
terhadap x1, maka:
( )
⏟
( )
⏟
(5)
Persamaan Lagrangian jika diturungkan
terhadap x2, maka:
( )
⏟
⏟
( )
( ) (6)
1.4 Euler-Lagrange
Persamaan Euler-Lagrange untuk
sistem osilasi di turunkan terhada pmassa m1
dan massa m2[11]
yaitu sebagai berikut:
Gambar2. Diagram kebebasan untuk m1.
(
)
4
(
) (
) (7)
(
) (
) (
)
( ) (8)
Persamaan untuk m2 adalah
Gambar3. Diagram kebebasan untuk m2.
(
)
(
) (
) (9)
(
) (
)
( )
( ) (10)
1.5 Persamaan Diferensial dengan Orde
dua
Persaaan diferensial dengan orde dua
dapat diubah menjadi sistem persamaan
diferensial orde satu dan dapat diselesaikan
dengan beberapa metode penyelesaian secara
numerik seperti metode Runge-Kutta order
empat (RK4). Pada Persamaan (7) dan (9)
masih berupa persamaan diferensial biasa orde
2, sedangkan metoda numerik yang dipakai
(yaitu Runge Kutta) memerlukan persamaan
diferensial orde 1, maka untuk mendapatkan
sistem persamaan diferensial orde pertama
didefenisikan sebegai berikut:
(11)
(12)
(13)
(14)
Dalam persamaan (11), (12), (13) dan
(14) digunakan sistem persamaan diferensial
biasa dan diringkas dengan menggunakan
notasi vektor sebagai berikut :
[ ] (15)
Sehingga diperoleh persamaan :
( ) (16)
[ ] (17)
Skema numerik untuk menyelesaikan
persamaan (16) dengan menggunakan metode
Runge Kutta orde4, diperoleh dari persamaan
(15).
1.6 Metode Runge Kutta Orde 4
Metode runge Kutta Orde 4 merupakan
metode yang sangat handal untuk
menyelesaikan persamaan diferensial (Koonin
1990). Metode runge kutta orde 4 adalah suatu
metode yang digunakan untuk menyelesaikan
persamaan diferensial secara numerik atau
pendekatan sehingga mendapatkan
penyelesaian yang lebih signifikan atau handal
dari pada penyelesaian secara eksat atau
analitik[12]
.
Dengan menggunakan metode Runge
Kutta orde 4 maka persamaannya yaitu sebagai
berikut[13]
.
( )
(
( )
)
(
( )
)
(
( ) )
( ) ( ) ( )
(18)
Dengan h adalah interval waktu.
5
Dalam persamaan gerak (17) terdapat
parameter-parameter yang dicari, yaitu keadaan
awal x1(0), v1(0), x2(0), v2(0), k1, k2, k3, m1, m2,
A1(0), A2(0). Dimana, A1(0) dan A2(0)
digunakan untuk menggeser semua gelombang
berada dalam satu garis koordinat X (sumbu
waktu). Parameter-parameter ini dapat dicari
dengan optimasi Nelder-Mead[14]
.
Nelder-Mead adalah metode simplex
untuk menemukan fungsi minimum dari fungsi
ralat yang didefinisikan sebagai:
√∑ ( )
(19)
Dengan:
E adalah Nelder-Mead
xti adalah teori percocokan data (numerik).
xdi adalah data percobaan yang diambil.
N adalah banyaknya data percobaan.
2. BAHAN DAN METODE
Dalam penelitian ini, bahan yang
digunakan adalah seperti pada susunan gambar
dibawah ini:
Gambar4. Susunan perancangan alat
Dengan menghidupkan tabung udara,
udara mengalir ke rel udara kemudian memberi
sedikit gaya pada salah massa dari kedua massa
tersebut, dengan cara menarik massa ke kiri
atau pun ke kanan dan kemudian dilepaskan.
Tujuan memberikan gaya kepada kedua massa
agar kedua massa berosilasi dengan maksimal.
Kemudian merekam kedua massa yang saling
berosilasi pada air track dengan menggunakan
Camera Digital. Waktu yang dibutuhkan dalam
rekaman hanya 9-10 detik saja.Setelah selesai
merekam makahasil rekaman atau video
tersebut di importke dalam Macromedia Flash
MX 2004, seperti pada diagram di bawah ini :
Diagram 1. Prosedurimport video to
Macromedia flash MX 2004.
Prosedur export video to file, seperti
berikut :
Diagram2.Prosedurexport video to file
Setelah itu muncul Exporting Image
Sequence, ini artinya video akan tersimpang
sebagai *png di data video tersebut dan
disimpang dalam bentuk folder. Program
matlab R2009a, untuk mencari koordinat dari
6
hasil data yang di ekstrak, sesuai dengan
program functioncarikoordinat2.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini akan dipaparkan
penyelesaian secara numerik model getaran
pegas (sistem oasilasi bergandeng dua). Pada
awalnya, model getaran tersebut yang termasuk
persamaan deferensial linear orde dua diubah
menjadi sistem persamaan diferensial linear
orde satu. Kemudian sistem persamaan
diferensial linear orde satu tersebut diselesaikan
dengan menggunakan metode Runge-Kutta
orde empat (RK4). Pada bagian ini diambil
beberapa asumsi untuk sebagai parameter yaitu
k1, k2, dan k3(konstanta pegas), m1 dan m2
(massa beban), maka hasil pendekatan numerik
terhadap sistem osilasi bergandeng secara
lengkapmaka grafik hasil komputasi numerik
adalahHasil dari input (grafik biru), data
kemudian di dekati dengan solusi analitik yang
ditulis dalam bentuk rungge-Kutta (grafik
merah), yang sesuai dengan gambar 5 di bawah
ini:
Hasil grafik dan nilai parameter dari
run program.
Gambar 5.Hasil grafik pada sistem osilasi
bergandeng pada air track
Dari pencocokan grafikpada (gambar 5)
di atas didapat nilai parameter-parameter yang
dicari yaitu dalam tabel 1 di bawah ini:
Parameter-parameter
yang di cari
Nilai-nilai
parameter
( ) 0,0152
( ) 0,3367
( ) -0,0096
( ) 0,4145
3,2796
3,2669
3,4102
0,3631
0,3650
( ) 1,4131
( ) 0,9244
Tabel 1.Nilai parameter-parameter yang di cari.
4. KESIMPULAN
Dari hasil simulasi osilator atau
osilasi bergandeng pada air track, diperoleh
kesimpulan yaitu: Dengan memasukan nilai
berupa konstanta pegas maka bentuk pola
gelombang yang dihasilkan oleh sistem osilasi
bergandeng pada air track adalah saling
berkorelasi yang berupa grafik waktu terhadap
posisi m1 dan posisi m2 seperti pada gambar 5 di
atas.
Untuk mencari parameter-parameter
fisika yang sulit dihitung, bisa digunakan
pendekatan grafik dari perhitungan numerik
dengan menggunakan metode Runge Kutta
orde-4. Dan untuk ketelitian hasil pengukuran
digunakan optimasi Nelder-Mead Simplex
Algorithm. Dengan metode numerik ini maka
sistem osilasi bergandeng pada air track dapat
disimulasikan dengan cepat dan akurat. Dan
dengan metode pemodelan ini, kita dapat
mengetahui bahwa ternyata semua benda yang
berosilasi juga mempunyai bentuk pola
gelombang yang dihasilkan.
7
5. SARAN
1. Perlu diadakan pengkajian yang lebih
mendalam mengenai penggunaan
metode RK4 untuk menentukan solusi
persamaan pada sistem osilasi
bergandeng dua pada khususnya dan
persamaan diferensial nonlinier pada
umumnya.
2. Perlu diadakan pengkajian lebih lanjut
apakah metode RK4 bisa berlaku
untuk semua persamaan diferensial
nonlinier.
3. Perlu diadakan pengkajian lebih lanjut
mengenai metode-metode numerik
lain selain metode RK4.
DAFTAR PUSTAKA
1) P. A. Tipler, Fisika untuk Sains dan Teknik
Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1998.
2) D. C. Giancoli, Ilmu-ilmu Murni Cetakan
ke 4, Edisi 1, Penerbit Erlangga, Jakarta,
1997.
3) P. Soedojo, ”Fisika Dasar”, Penerbit
Yogyakarta, Indonesia, 1999.
4) D. Halliday, ”Fisika”, Penerbit Erlangga,
Jakarta, 1985.
5) Jazar, R.N., 2013 “Advanced Vibration A
Modern Approach”, Springer.
6) Pratt. William W. “Introduction to
classical mechanics”.
7) Giancoli. D., 1998, “Fisika” (terjemahan),
Penerbit Erlangga, Jakarta.
8) Gregory, Douglas R. 2006. “Classical
Mechanics”, Cambridge University Press.
9) Webster, Mary, “Essentials of higher
physics”. 1987., London.
10) Y. Yamamoto, Nxtway-gs model-Based
design – control of self-balancing two-
wheeled robot built with Lego mind
storms next University of Rhode Island,
Amerika Serikat, 2009.
11) Fox, Charles (1987), “An introduction to
the calculus of variations”. Courier Dover
Publications
12) Mathews, John H. & Fink, Kurds D. 1999,
“Numerical Methods Using Matlab” Third
Edition.
13) A. Klein and A. Godunov, “Introductory
Computational Physics”.
14) http://math.fullerton.edu/mathews/n2003/N
elderMeadMod.html