analisis nilai tambah, pendapatan usaha, dan …

150
ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN PENGEMBANGAN PRODUK OLAHAN SINGKONG SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA (Studi Kasus Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang) Larasati Hardian 1113092000037 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/1439 H

Upload: others

Post on 22-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN

PENGEMBANGAN PRODUK OLAHAN SINGKONG

SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA

(Studi Kasus Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang)

Larasati Hardian

1113092000037

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M/1439 H

Page 2: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN

PENGEMBANGAN PRODUK OLAHAN SINGKONG

SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA

(Studi Kasus Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang)

Larasati Hardian

1113092000037

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada

Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018/1439 H

Page 3: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …
Page 4: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …
Page 5: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA DIRI

Nama : Larasati Hardian

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 1 Agustus 1995

Agama : Islam

Alamat

: Komplek Harapan Sejahtera

No. A6 RT006/RW002,

Gang Kinikijan, Kelurahan Nerogtog,

Kecamatan Pinang, Kota Tangerang

No. HP : 089506185694

Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

PENGALAMAN ORGANISASI

PENGALAMAN KERJA

2016 : PT. Godong Ijo Asri (Trainer)

1. 2001 – 2007 : SDN Cengkareng Timur 01 Pagi

2. 2007 – 2010 : SMPN 45 Jakarta

3. 2010 – 2013 : SMAN 33 Jakarta

5. 2013 – 2018 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1 2013 – 2015 : Anggota Divisi Kewirausahaan POPMASEPI

Wilayah II

2

.

2015 – 2016 : Anggota Divisi Keorganisasian HMJ Agribisnis

3

.

2015 – 2016 : Bendahara Saman Agribisnis

5

.

2016 – 2017 : Bendahara HMJ Agribisnis

Page 6: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

vi

RINGKASAN

LARASATI HARDIAN. Analisis Nilai Tambah, Pendapatan Usaha, dan

Pengembangan Produk Olahan Singkong Skala Industri Rumah Tangga (Studi

Kasus Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang). Di bawah bimbingan

ENY DWININGSIH dan DEWI ROHMA WATI.

Setiap daerah mempunyai rencana dalam pembangunan jangka panjang

daerahnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kecamatan Sepatan

Timur merupakan salah satu daerah di Kabupaten Tangerang yang memiliki

rencana tata wilayah yang diperuntukan untuk kawasan agropolitan. Potensi dari

segi agroindustri yang ada di Kecamatan Sepatan Timur adalah produksi olahan

singkong yang sudah ada selama puluhan tahun. Produk yang dihasilkan yaitu

tapai singkong, opak singkong, keripik singkong, enyek-enyek, kerupuk singkong,

dan tepung tatal.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai tambah yang diperoleh

dari pengolahan singkong, menganalisis pendapatan dan efisiensi usaha yang

didapat dari hasil produksi olahan singkong, dan menganalisis pengembangan

industri olahan singkong di Kecamatan Sepatan Timur. Lokasi ditentukan secara

purposive dengan mewawancarai responden dan narasumber sebagai teknik

pengumpulan data. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Metode Hayami, pendapatan usaha dan efisiensi usaha dilihat dari R/C

rasio, dan analisis SWOT. Upah tenaga kerja menggunakan asumsi upah buruh

tani yaitu Rp 8.750/jam.

Hasil analisis nilai tambah dengan metode Hayami menunjukkan bahwa

nilai tambah tertinggi produk dengan bahan baku utama singkong di Kecamatan

Sepatan Timur yaitu opak singkong dengan besar nilai tambah Rp 3.739/kg.

Produk bahan baku sampingan dengan nilai tambah tertinggi yaitu tepung dengan

nilai tambah Rp 6.160/kg. Berdasarkan analisis pendapatan usaha, pendapatan

tertinggi produk dengan bahan baku utama singkong yaitu tapai dengan total

pendapatan Rp 7.057.860/bulan. R/C rasio yang dihasilkan yaitu 2,1 yang

menunjukkan bahwa produksi tapai efisien. Produk bahan baku sampingan

dengan pendapatan tertinggi adalah tepung sebesar Rp 3.926.700/bulan dengan

R/C rasio yaitu 2,9 yang menunjukkan bahwa produksi tepung sudah efisien.

Strategi yang perlu dilakukan untuk pengembangan produk olahan yang terpilih

dengan menggunakan matriks SWOT yaitu (a) Deferensiasi produk; (b)

Melakukan promosi dan pemasaran online; (c) Mengikuti bazar; (d) Mengadakan

pelatihan pengemasan produk dan pemasaran online; (e) Mengurus izin usaha/ P-

IRT; (f) Mengadakan kemitraan untuk penyediaan bahan baku dari Kabupaten

Tangerang; (g) Membentuk koperasi produksi; (h) Meningkatkan kuantitas dan

kualitas produksi untuk memenuhi permintaan pasar yang baru; (i) Penjualan

produk dengan menitipkan ke outlet-outlet yang ada di Tangerang dan sekitarnya;

(j) Membuat kemasaran menarik dengan branding produk, dan ; (k) Melakukan

kemitraan untuk penjualan produk.

Page 7: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

vii

Saran dari penelitian ini yaitu pengrajin sudah harus memikirkan untuk

mengembangkan usahanya, terutama untuk olahan opak singkong dengan nilai

tambah tertinggi dan tapai singkong dengan pendapatan tertinggi sebagai

pertimbangan untuk fokus pengembangan produk serta strategi yang dihasilkan

dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pengrajin dan pemerintah untuk

meningkatkan potensi dari agroindustri olahan singkong.

Kata Kunci : Nilai Tambah, Pendapatan, Pengembangan Produk

Page 8: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah

SWT, sang penguasa semesta alam, berkat rahmatnya, penulis dapat menyusun

dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Nilai Tambah, Pendapatan

Usaha, dan Pengembangan Produk Olahan Singkong Skala Industri Rumah

Tangga (Studi Kasus Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang”. Penulis

menyertakan shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW beserta

keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa dunia jahiliyah ke dunia

yang penuh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.

Selama menyelesaikan skripsi ini, penulis menerima dukungan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

kepada:

1. Kedua orang tua, Bapak Muharjaya dan Ibu Widianengsih, berkat motivasi,

dukungan materi, dan tenaga dari keduanya, penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan tugas akhir program strata I ini.

2. Ibu Eny Dwiningsih STP, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan arahan materi dan teknis kepada

penulis selama proses penulisan skripsi ini.

3. Ibu Dewi Rohma Wati SP, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah

meluangkan waktunya untuk membantu dan memberikan arahan teknis

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

4. Bapak Acep Muhib, MM selaku penguji I yang telah meluangkan waktunya

Page 9: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

ix

dan membantu memberikan saran untuk menyempurnakan skripsi ini.

5. Ibu drh. Zulmanery, MM selaku penguji II yang telah meluangkan waktunya

dan membantu memberikan saran untuk menyempurnakan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS selaku ketua program studi Agribisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Pihak Kecamatan Sepatan Timur yang telah memberikan izin penelitian

kepada penulis untuk menuntaskan tugas akhir.

9. Pihak pengrajin olahan singkong dan pengepul singkong di Kecamatan

Sepatan Timur yang telah menerima dan memberikan data kepada penulis

untuk menuntaskan tugas penelitian.

10. Pihak Kesbangpol Kabupaten Tangerang yang telah membantu dalam

memberikan izin penelitian kepada penulis untuk menuntaskan tugas akhir.

11. Ibu Lidya Sinabang dari Dinas Pertanian Kabupaten Tangerang yang telah

melayani penulis dalam memberikan data-data yang penulis butuhkan.

12. Ibu Dewiyanti dan Ibu Asma dari Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten

Tangerang yang telah melayani penulis dalam memberikan data-data yang

penulis butuhkan.

13. Ibu Syafreen Nuraeni sebagai owner ‘Keripik Dalma’ yang telah melayani

penulis dalam memberikan data-data yang penulis butuhkan.

14. Dosen-dosen Program Studi Agribisnis yang memberikan masukan-

masukan tambahan yang berguna sehingga memperlancar dan membantu

Page 10: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

x

penulis menyelesaikan skripsi.

15. Dhea Risqi Pentana yang sudah memberikan saran, semangat, kesabaran,

waktu, dan tenaga untuk membantu penulis dalam menyelesaikan tugas

akhir.

16. Sahabat-sahabat Victual (Aulia, Arum, Mike, dan Anty), berkat saran,

semangat, dan kebersamaan yang telah tercipta selama lebih dari 10 tahun

membuat penulis lepas dari rasa jenuh dalam menyelesaikan tugas akhir.

17. Teman-teman satu kosan (Mumut dan Astrid) berkat semangat, saran,

sebagai teman curhat, dan selalu menemani saat di kosan sampai penulis

dapat menyelesaikan tugas akhir

18. Teman-teman AKK (Ririn, Widya, Eka, Maw, dan Ayu) yang bersama-

sama melewati susah dan senang dari awal perkuliahan.

19. Kawan-kawan seperjuangan, agribisnis angkatan 2013 (Rara, Kika, Wulan,

Elma, Dohiyah, Molly, Aisyah, Anggi, Mutia, Iyong, Siska, Desi, Millah,

Ria, Eki, Egi, Adam, Ojan, Andika, Rizki, Kipli, Hardika, dan lainnya yang

tidak disebutkan satu persatu) yang terus saling mendukung satu sama lain.

20. Pihak lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan pada skripsi ini. Oleh

karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan agar penulis menjadi lebih baik.

Akhir kata, semoga skripsi ini memberikan manfaat untuk berbagai pihak.

Tangerang, Februari 2018

Penulis

Page 11: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

xi

DAFTAR ISI

RINGKASAN ................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Agroindustri ............................................................................ 7

2.2 Ubi Kayu ................................................................................. 9

2.3 Produk Olahan Singkong ......................................................... 12

2.4 Nilai Tambah ........................................................................... 14

2.5 Konsep Biaya .......................................................................... 17

2.6 Konsep Pendapatan.................................................................. 18

2.7 Efisiensi Usaha ........................................................................ 20

2.8 Pengembangan Produk ............................................................ 22

2.9 Penelitian Terdahulu ................................................................ 24

2.10 Kerangka Pemikiran ............................................................... 26

Page 12: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

xii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 29

3.2 Metode Penentuan Sampel ....................................................... 29

3.3 Jenis dan Sumber Data ............................................................. 31

3.4 Metode Pengumpulan Data ...................................................... 32

3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data ..................................... 33

3.5.1 Analisis Nilai Tambah..................................................... 33

3.5.2 Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha......................... 33

3.5.3 Penentuan Nilai Tengah atau Median (Me) ..................... 37

3.5.4 Analisis SWOT ............................................................... 38

3.6 Definisi Operasional ................................................................ 41

BAB IV GAMBARAN UMUM

4.1 Kondisi Umum Kecamatan Sepatan Timur .............................. 44

4.2 Sejarah IRT Olahan Singkong.................................................. 45

4.3 Produksi Olahan Singkong....................................................... 46

4.4 Pengadaan Bahan Baku ........................................................... 56

4.5 Karakteristik Sampel ............................................................... 58

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Penghitungan Data ................................................................... 60

5.2 Analisis Nilai Tambah ............................................................. 61

5.2.1 Analisis Nilai Tambah Tapai Singkong ........................... 62

5.2.2 Analisis Nilai Tambah Opak Singkong ............................ 64

5.2.3 Analisis Nilai Tambah Enyek-Enyek ............................... 67

5.2.4 Analisis Nilai Tambah Keripik Singkong ........................ 70

5.2.5 Analisis Nilai Tambah Kerupuk Singkong....................... 73

5.2.6 Analisis Nilai Tambah Tepung Gaplek ............................ 75

5.3 Analisis Pendapatan Olahan Singkong ..................................... 78

5.3.1 Analisis Pendapatan Tapai Singkong ............................... 78

5.2.2 Analisis Pendapatan Opak Singkong ............................... 80

5.2.3 Analisis Pendapatan Enyek-Enyek .................................. 81

5.2.4 Analisis Pendapatan Keripik Singkong ............................ 82

5.2.5 Analisis Pendapatan Kerupuk Singkong .......................... 83

Page 13: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

xiii

5.2.6 Analisis Pendapatan Tepung Gaplek ............................... 85

5.4 Perbandingan Hasil Penghitungan ............................................ 86

5.5 Pengembangan Produk Olahan Singkong ................................. 89

5.6 Strategi Pengembangan Produk ................................................ 90

5.6.1 Identifikasi Faktor-Faktor Internal ................................... 90

5.6.2 Identifikasi Faktor-Faktor Eksternal ................................ 95

5.6.3 Matriks SWOT ................................................................ 100

5.6.4 Implikasi Manajerial dan Strategi .................................... 107

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ............................................................................. 110

6.2 Saran ....................................................................................... 111

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 113

Page 14: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

xiv

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Sifat Fisik dan Kimia Beberapa Jenis Ubi Kayu ........................................ 11

2. Populasi Industri Olahan Singkong di Kecamatan Sepatan Timur,

Kabupaten Tangerang ............................................................................... 30

3. Data Narasumber Wawancara ................................................................... 31

4. Kerangka Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami ............................... 35

5. Matriks SWOT ......................................................................................... 42

6. Luas Wilayah Menurut Penggunaan di Kecamatan Sepatan Timur ............ 44

7. Proses Pembuatan Tapai Singkong ............................................................ 47

8. Proses Pembuatan Keripik Singkong ......................................................... 49

9. Proses Pembuatan Opak Singkong ............................................................ 50

10. Proses Pembuatan Enyek-Enyek ............................................................... 52

11. Proses Pembuatan Kerupuk Singkong ....................................................... 54

12. Proses Pembuatan Tepung Tatal ................................................................ 55

13. Data Sampel Pengrajin Olahan Singkong di Kecamatan Sepatan

Timur ........................................................................................................ 59

14. Harga Produk Olahan Singkong di Kecamatan Sepatan Timur .................. 60

15. Output Produk Olahan Singkong dalam Sekali Produksi ........................... 61

16. Analisis Nilai Tambah Tapai Singkong ..................................................... 63

17. Analisis Nilai Tambah Opak Singkong ..................................................... 65

18. Analisis Nilai Tambah Enyek-Enyek ......................................................... 69

19. Analisis Nilai Tambah Keripik Singkong .................................................. 71

20. Analisis Nilai Tambah Kerupuk Singkong ................................................ 74

21. Analisis Nilai Tambah Tepung Tatal ......................................................... 76

22. Analisis Pendapatan Tapai Singkong dalam Satu Bulan ............................ 79

23. Analisis Pendapatan Opak Singkong dalam Satu Bulan ............................. 81

24. Analisis Pendapatan Enyek-Enyek dalam Satu Bulan ................................ 82

25. Analisis Pendapatan Keripik Singkong dalam Satu Bulan ......................... 83

Page 15: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

xv

26. Analisis Pendapatan Kerupuk Singkong dalam Satu Bulan ........................ 84

27. Analisis Pendapatan Tepung Gaplek dalam Satu Bulan ............................. 85

28. Hasil Penghitungan Nilai Tambah dan Pendapatan Tanpa

Menggunakan Upah Tenaga Kerja ............................................................ 87

29. Hasil Penghitungan Nilai Tambah dan Pendapatan dengan

Memasukkan Tenaga Kerja ....................................................................... 88

30. Nilai Tengah Produk Olahan Singkong ..................................................... 89

31. Kekuatan dan Kelemahan IRT Olahan Singkong di Kecamatan

Sepatan Timur........................................................................................... 90

32. Data Penggunaan Lahan di Kecamatan Sepatan Timur .............................. 93

33. Peluang dan Ancaman IRT Olahan Singkong di Kecamatan

Sepatan Timur........................................................................................... 95

34. Luas Lahan, Produktivitas, dan Produksi Singkong Kabupaten

Tangerang ................................................................................................. 98

35. Matriks SWOT Pengembangan Produk Olahan Singkong di

Kecamatan Sepatan Timur ........................................................................ 101

36. Implikasi Manajerial dan Strategi untuk Perbaikan Kelemahan di

Tingkat Produksi ....................................................................................... 109

Page 16: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

xvi

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Pohon Industri Singkong .......................................................................... 12

2. Kerangka Pemikiran................................................................................. 28

3. Diagram Analisis SWOT ......................................................................... 39

4. Alur Proses Produksi Tapai Singkong ...................................................... 46

5. Alur Proses Produksi Opak Singkong....................................................... 51

6. Alur Proses Produksi Tepung Gaplek/Tatal .............................................. 56

7. Alur Pengiriman Bahan Baku Singkong ................................................... 57

8. Grafik Pendapatan Usaha Tapai Singkong Kec. Sepatan Timur ................ 88

Page 17: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Bukti Wawancara Dinas Pertanian Kabupaten Tangerang ........................ 117

2. Bukti Wawancara Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten

Tangerang ................................................................................................ 118

3. Bukti Wawancara Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten

Tangerang ................................................................................................ 119

4. Penyusutan Alat-Alat Produksi ................................................................ 120

5. Harga Input Lain ...................................................................................... 126

6. Penghitungan Upah Tenaga Kerja ............................................................ 128

7. Daftar Pertanyaan Nilai Tambah dan Pendapatan Pengrajin ..................... 129

8. Daftar Pertanyaan Pengembangan Produk ................................................ 131

9. Dokumentasi Produksi Olahan Singkong dan Wawancara ........................ 134

Page 18: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut arahan pembangunan pertanian dalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ke-tiga (2015-2019) dibuat Sembilan

Agenda Prioritas (Nawa Cita) yang berfokus pada peningkatan agroindustri dan

peningkatan kedaulatan pangan. Sasaran dari peningkatan agroindustri adalah

meningkatkan PDB industri pengolahan makanan dan minuman serta produksi

komoditas andalan ekspor dan komoditas prospektif, meningkatkan jumlah

sertifikasi untuk produk pertanian yang diekspor, dan berkembangnya agroindustri

terutama di pedesaan (Renstra Kementerian Pertanian, 2015:112-113). Total

agroindustri rumah tangga yang ada di Indonesia yaitu 2.437.624 rumah tangga

menurut Sensus Pertanian BPS tahun 2013.

Usaha tani masih didominasi produksi on-farm dengan belum

berkembangnya jasa pelayanan permodalan dan teknologi. Hal ini akhirnya

mengurangi minat generasi muda khususnya di pedesaan untuk bekerja dan

membuka usaha di bidang pertanian, terlebih mereka yang memiliki pendidikan

tinggi. Perlu adanya pengembangan agroindustri, di antaranya melalui

pengembangan kawasan agropolitan sehingga menumbuh kembangkan usaha

penyediaan barang dan jasa pendukung yang merupakan peluang usaha dan dapat

membuka lapangan pekerjaan. Salah satu daerah yang mempunyai rencana tata

wilayah yang berfokus untuk pengembangan kawasan agropolitan yaitu Kecamatan

Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang.

Page 19: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

2

Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan pertanian di Kabupaten

Tangerang meliputi pengembangan pertanian tanaman pangan, pengembangan

peternakan, dan pengembangan kawasan agroindustri. Sesuai dengan Rencana Tata

Wilayah Kabupaten Tangerang tahun 2011-2031 pasal 51, kawasan yang

diperuntukan untuk pengembangan agropolitan yaitu Kecamatan Sepatan Timur.

Kawasan agropolitan yang dimaksud adalah kawasan yang meliputi satu atau lebih

pusat kegiatan pada wilayah pedesaan sebagai sistem produksi pertanian dan

pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan

fungsional dan hirarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.

Menurut Rustiadi dkk (2011:330), pengembangan agropolitan ditujukan untuk

meningkatkan produksi pertanian dan penjualan hasil-hasil pertanian, mendukung

tumbuhnya agro-processing skala kecil-menengah dan mendorong keberagaman

aktivitas ekonomi dari pusat pasar.

Kecamatan Sepatan Timur masih memiliki area persawahan yang seluas

953,1 Ha (Kecamatan Sepatan Timur dalam Angka, 2016). Komoditi yang

ditanaman yaitu padi, sayur-sayuran, dan bawang merah. Tidak ada yang

membudidayakan singkong dikarenakan masa tanamnya yang cukup lama sehingga

petani tidak berminat dan tidak ada lahan kosong yang dapat digunakan. Padahal

terdapat banyak industri rumah tangga (IRT) yang membuat olahan singkong di

Kecamatan Sepatan Timur. Singkong atau ubi kayu merupakan tanaman yang

sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Singkong mempunyai keunggulan

yaitu mudah diolah menjadi berbagai macam produk. Semua bagian dari singkong

dapat dimanfaatkan dan tidak ada yang terbuang jika pengolahaanya tepat, seperti

Page 20: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

3

di Kecamatan Sepatan Timur, daging singkong dibuat menjadi berbagai macam

produk, hasil sampingan pengolahan tapai yaitu kerikan daging singkong dapat

diolah menjadi kerupuk dan ujung potongan singkong dapat diolah menjadi tepung.

sedangkan kulitnya digunakan untuk makanan ternak.

Sebagian masyarakat di Kecamatan Sepatan Timur mempunyai

keterampilan dalam mengolah singkong menjadi makanan yaitu tapai, opak,

keripik, enyek-enyek, dan kerupuk. Selain itu, masyarakat juga memanfaatkan

singkong untuk diolah menjadi bahan makanan, yaitu tepung gaplek. Keterampilan

ini didapat secara turun temurun dari keluarga dan sudah ada selama puluhan tahun,

tepatnya sudah ada dari sebelum tahun 1990. Terdapat 84 industri rumah tangga

olahan singkong dan setiap pengrajin sudah mempunyai pelanggan tetap untuk

membeli produknya dan setiap harinya produk yang dihasilkan akan habis dibeli

konsumen. Dekatnya tempat produksi dengan konsumen karena dekat dengan pasar

dan Kota Tangerang memudahkan pengrajin dalam menjual produknya.

Satu pengepul yang ada di Desa Gempol Sari, Kecamatan Sepatan Timur

yang memang khusus menurunkan singkong untuk pengrajin olahan singkong

dalam sehari dapat menurunkan singkong 1,5 ton dan di bulan Ramadhan

jumlahnya akan bertambah menjadi dua kali lipat menjadi 3 – 4 ton. Terdapat pula

pengepul singkong lain yang ada di pasar Kecamatan Sepatan Timur yang juga

menurunkan singkong 2 ton dan sebagian singkongnya dibeli pengrajin. Industri

rumah tangga pengolahan singkong tersebut membuktikan dapat membantu

perekonomian sebagian masyarat. Namun, industri rumah tangga tersebut belum

berkembang walapun sudah ada sejak lama. Tingkat pendidikan yang rendah,

Page 21: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

4

minimnya penguasaan teknologi, pengemasan yang masih sederhana, serta belum

ada pembinaan yang diberikan pengrajin menjadi beberapa kendala.

Kecamatan Sepatan Timur sebenarnya sudah mempunyai agroindustri yang

dapat dikembangkan untuk mewujudkan kawasan agropolitan, yaitu industri rumah

tangga olahan singkong. Ketersediaan sumber daya manusia yang memadai yang

telah melakukan usaha selama bertahun-tahun ditambah dengan sudah adanya pasar

untuk menjual produk merupakan keunggulan yang dapat dikembangkan lebih

lanjut dan membantu pengembangan agro-processing di Kecamatan Sepatan

Timur. Enam produk olahan singkong yang ada, yaitu tapai, opak, enyek-enyek,

keripik, kerupuk, dan tepung perlu dianalisis produk mana yang mempunyai nilai

tambah tertinggi dan yang menghasilkan pendapatan terbesar untuk dijadikan fokus

pengembangan produk di Kecamatan Sepatan Timur.

1.2 Rumusan Masalah

Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang memiliki potensi industri

rumah tangga yang memproduksi olahan singkong menjadi tapai, opak, keripik,

enyek-enyek, kerupuk, dan terpung. Skala usaha produksi olahan singkong di

Kecamatan Sepatan Timur masih tergolong industri mikro atau rumah tangga yang

masih menggunakan alat-alat sederhana (tradisional) dengan mengandalkan tenaga

manusia membuat kapasitas produksinya terbatas. Berbagai kendala yang dihadapi

pengrajin yang membuat usaha tersebut tidak berkembang, diantaranya

keterbatasan pengetahuan, modal, dan tidak adanya pembinaan untuk pengrajin.

Perlu adanya fokus produk agar pemerintah lebih mudah dalam membina pengrajin

dan meningkatkan kualitas serta kuantitas produk. Produk olahan singkong di

Page 22: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

5

Kecamatan Sepatan Timur yang dihasilkan dan dapat dipilih untuk dijadikan fokus

pengembangan produk yaitu tapai singkong, keripik singkong, kerupuk singkong,

tepung gaplek, enyek-enyek dan opak singkong. Identifikasi masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Berapa nilai tambah per produk yang diperoleh dari pengolahan singkong di

Kecamatan Sepatan Timur?

2. Berapa keuntungan yang didapat dari masing-masing jenis produk olahan

singkong di Kecamatan Sepatan Timur?

3. Bagaimana pengembangan lebih lanjut produk olahan singkong di Kecamatan

Sepatan Timur?

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Menganalisis nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan singkong di

Kecamatan Sepatan Timur.

2. Menganalisis secara financial pendapatan dari masing-masing jenis produk

olahan singkong di Kecamatan Sepatan Timur.

3. Menganalisis pengembangan produk olahan singkong di Kecamatan Sepatan

Timur yang akan dijadikan fokus produk di daerah tersebut.

1.3 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 23: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

6

1. Bagi penulis, penelitian ini dapat dijadikan tambahan pengalaman dan

pengaplikasian dari ilmu-ilmu yang sudah didapat dari bangku perkuliahan.

2. Bagi pemerintah daerah setempat, diharapkan penelitian ini dapat menjadi

bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran dalam menentukan kebijakan

terutama untuk pengembangan usaha olahan singkong di Kabupaten

Tangerang.

3. Bagi pemilik usaha, diharapkan dapat menjadi bahan refrensi dan informasi

mengenai usaha olahan singkong.

4. Bagi pembaca, diharapkan penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi

dan refrensi dalam penyusunan penelitian selanjutnya atau penelitian yang

sejenis dan sumber informasi bagi yang ingin melakukan usaha olahan

singkong.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten

Tangerang. Komoditi yang menjadi objek penelitian yaitu produk olahan singkong

(tapai, keripik, enyek-enyek, opak, kerupuk, dan tepung,). Peneliti memfokuskan

penelitian pada analisis nilai tambah, analisis pendapatan dan efisiensi usaha, serta

pengembangan produk. Informan dalam penelitian ini adalah warga Kecamatan

Sepatan Timur yang memproduksi tapai, keripik, enyek-enyek, opak, kerupuk, dan

tepung yang dipilih secara sengaja.

Page 24: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Agroindustri

Menurut UU No. 3 Tahun 2014, industri adalah kegiatan ekonomi yang

mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi

menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi penggunaannya, termasuk jasa

industri. Selanjutnya, agroindustri adalah industri yang mengolah komoditas

pertanian primer menjadi produk olahan baik produk antara (intermediate product)

maupun produk akhir (finish product), termasuk didalamnya adalah penanganan

pasca panen, industri pengolahan makanan dan minuman, industri biofarmaka,

industri bio-energy, industri pengolahan hasil ikutan (by-product) serta industri

agrowisata (Departemen Pertanian, 2002:2). Menurut Soekartawi (2001:10)

agroindustri dapat diartikan dua hal, (1) agroindustri adalah industri yang berbahan

baku utama produk pertanian, (2) agroindustri yaitu suatu tahapan pembangunan

sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian, tetapi sebelum pembangunan

tersebut mencapai tahapan pembangunan industri.

Menurut skala usahanya, agroindustri terbagi atas usaha mikro, kecil,

menengah, dan besar. Pengertian usaha mikro, kecil, menengah, dan besar sesuai

dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 yaitu :

1. Usaha mikro

Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan

usaha perorangan yang memenuhi kriteria, yaitu : (a) memiliki kekayaan bersih

Page 25: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

8

paling banyak Rp 50.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;

atau (b) memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000.

2. Usaha Kecil

Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan anak perusahaan

atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

langsung atau tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang

memenuhi kriteria, yaitu : (a) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp

50.000.000 sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000 tidak termasuk tanah

dan bangunan tempat usaha; atau (b) memiliki hasil penjualan tahunan lebih

dari Rp 300.000.000 sampai paling banyak Rp 2.500.000.000.

3. Usaha Menengah

Usaha menegah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan anak perusahaan

atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

langsung tau tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar dengan

jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang, yaitu : (a) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp

500.000.000 sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000 tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha; atau (b) memiliki hasil penjualan tahunan

lebih dari Rp 2.500.000.000 sampai paling banyak Rp 50.000.000.000.

Page 26: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

9

4. Usaha Besar

Usaha makro adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha

dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari

usaha menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha

patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.

Menurut BPS (2017), pengklasifikasian industri pengolahan berdasarkan

banyaknya tenaga kerja dibagi dalam empat golongan, yaitu :

1. Industri besar, banyak tenaga kerja 100 orang atau lebih.

2. Industri sedang, banyak tenaga kerja 20-99 orang.

3. Industri kecil, banyak tenaga kerja 5-19 orang.

4. Industri rumah tangga, banyak tenaga kerja 1-4 orang.

Menurut Astuty (2016:145), industri rumah tangga termasuk ke dalam

industri mikro. Industri mikro merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar

dalam perekonomian Indonesia. Usaha mikro atau industri rumah tangga memiliki

keunggulan padat karya sehingga bisa membantu mengurangi pengangguran.

2.2 Ubi Kayu

Tanaman ubi kayu merupakan tanaman semak dengan ketinggian beragam

mulai dari 1 m hingga 3 m, tergantung varietas dan kondisi lingkungan (Islami,

2015:9). Daun ubi kayu termasuk daun majemuk menjari dengan anak daun

berbentuk elips yang berujung runcing. Dalam perkembangannya, beberapa buah

akar digunakan untuk menyimpan bahan makanan (karbohidrat), dan akibatnya

ukuran akar akan membesar mengalahkan ukuran akar lainnya. Akar yang

membesar inilah yang disebut sebagai ubi kayu. Umbi ini memiliki kulit ari

Page 27: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

10

berwarna coklat, sedangkan kulit dalamnya ada yang berwarna kemerahan atau

putih dengan warna daging kuning atau putih (Djaafar dan Siti, 2003:13).

Tanaman ubi kayu termasuk ke dalam Ordo Malpighiales, Famili

Euphorbiaceae, Genus Manihot dan spesies Manihot utilissima Pohl. Di Indonesia,

ubi kayu atau biasa disebut singkong menjadi bahan pokok setelah beras dan

jagung. Di beberapa tempat, tanaman ubi kayu dianggap sebagai cadangan

makanan atau lumbung hidup (Purwono dan Purnamawati, 2011:63).

Ubi kayu atau singkong terbagi atas dua jenis, yaitu singkong pahit dan tidak

pahit. Singkong pahit mengandung hidrosianida (HCN) lebih dari 100 ppm (mg/kg

berat bahan basah) dan mengandung karbohidrat yang tinggi sehingga baik

dijadikan tepung tapioka. Sedangkan singkong tidak pahit mengandung

hidrosianida (HCN) kurang dari 50 ppm sehingga aman untuk dikonsumsi dan

dijadikan aneka makanan (Murtiningsih dan Suyanti, 2011:9).

Menurut Antarlina dalam Djaafar dan Siti (2003:14), kandungan HCN

dalam ubi kayu akan mempengaruhi rasa. Terlihat pada Tabel 1, ubi kayu dengan

kandungan HCN kurang dari 50 ppm umumnya memiliki rasa yang enak

(cenderung agak manis), sedangkan ubi kayu dengan kandungan HCN lebih dari 50

ppm memiliki rasa pahit. Ubi kayu setelah dikukus matang, yang mempunyai

tekstur lunak dikategorikan ke dalam ubi kayu bertekstur remah, sedangkan ubi

kayu yang keras dikategorikan kedalam ubi kayu bertekstur padat.

Ubi kayu adalah tanaman yang memiliki adaptasi sangat luas sehingga

sering disebut sebagai tanaman pioner (Purwono dan Purnamawati, 2010:64).

Tanaman ubi kayu dapat tumbuh dengan baik pada kondisi tanah masam, sampai

Page 28: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

11

basa, kandungan Al dan berbagai hara mikro relatif tinggi (dimana untuk tanaman

lain mungkin dapat keracunan), kandungan hara makro (kecuali N dan K) rendah,

hara P yang rendah karena tanaman ubi kayu mempunyai michoriza yang sangat

efektif dalam menyediakan hara P, dan sifat fisik tanah yang kurang baik (Islami,

2015:35). Tanaman ubi kayu dapat tumbuh dengan baik di suhu yang relatif panas

(25-29oC) dengan suhu minimal sekitar 10oC, jika di bawah itu pertumbuhan

tanaman ubi kayu akan terhambat (Purwono dan Purnamawati, 2010:61).

Tabel 1. Sifat Fisik dan Kimia Beberapa Jenis Ubi Kayu

No. Jenis

Chip Warna Rasa Tekstur

Kadar

Air (%)

Protein

(%)

Pati

(%)

HCN

(ppm)

Rendemen

(KA 6%)

1 Faroka Putih Enak Remah 62,86 1,33 51,51 40,80 39,77

2 Ketan Kuning Enak Remah 58,84 1,46 52,43 - 53,36

3 Mentega Kuning Enak Remah 65,13 0,95 61,22 17,34 41,77

4 Sawi Putih Enak Remah 61,66 1,13 53,95 25,43 49,65

5 Gandum Putih Enak Remah 62,87 1,33 53,75 33,32 40,71

6 Trigu Putih Enak Remah 63,30 1,22 60,70 21,08 36,97

7 Petruk Putih Enak Remah 59,75 1,39 51,11 24,61 41,97

8 Karet Putih Enak Remah 65,81 3,61 50,22 33,54 37,36

9 Randu Putih Enak Remah 61,87 2,85 61,09 21,77 32,90

10 Pandemir Putih Pahit Remah 65,66 1,19 56,14 72,16 27,01

11 Adira 1 Kuning Enak Remah 63,59 4,69 56,28 26,06 40,67

12 Klenteng Putih Enak Remah 58,46 0,80 52,65 5,21 43,57

13 Bandung Kuning Enak Remah 70,89 0,67 54,72 15,92 33,15

14 Bisini Putih Agak

pahit Remah 71,13 2,54 68,32 50,76 34,15

15 Genjah

sawo Putih Pahit Padat 72,02 1,31 59,31 108, 44 24,93

16 Kepyur Putih Enak Remah 61,26 1,32 53,76 8,51 38,36

17 Kowi Putih Enak Padat 57,44 1,08 52,97 7,85 47,35

Sumber : Atarlina dalam Djafaar dan Siti (2003)

Page 29: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

12

2.3 Produk Olahan Singkong

Ubi kayu atau singkong merupakan salah satu bahan pangan yang mudah

didapat di Indonesia. Hampir semua bagian singkong dapat dimanfaatkan, mulai

dari daun, batang, hingga dagingnya. Produk turunan dari singkong dapat dilihat

pada Gambar 1.

Gambar 1. Pohon Industri Singkong

Singkong oleh masyarakat Indonesia sering diolah menjadi makanan

tradisional dan bahan makanan. Makanan tradisional dari olahan singkong

diantaranya tapai, opak, enyek-enyek, keripik, dan kerupuk. Bahan makanan yang

dihasilkan dari singkong yaitu tepung gaplek dan tepung tapioka.

1. Tapai Singkong

Tapai singkong adalah makanan yang berasal dari hasil proses fermentasi

singkong menggunakan ragi. Melalui proses fermentasi zat pati yang terdapat pada

singkong diubah menjadi gula, sehingga rasa asli singkong yang cenderung tawar

Page 30: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

13

berubah menjadi manis keasam-asaman dan tekstur yang semula keras menjadi

lebih lunak (Agromedia, 2007:166). Hasil penelitian ilmiah kerjasama antara

Universitas Brawijaya, Universitas Gajah Mada, dan Universitas Wageningen di

Belanda menemukan bahwa ragi tapai yang terbuat dari sejenis jamur tertentu untuk

fermentasi singkong menjadi tapai hanya bisa ditemui di Indonesia, dan hanya bisa

bekerja di suhu hangat pada pada daerah beriklim tropis seperti Indonesia

(Handoko, 2009:71). Bisa dikatakan tapai singkong merupakan makanan khas asli

Indonesia.

Tapai singkong bisa dimakan langsung tanpa campuran apapun dan juga

dapat dicampurkan ke dalam aneka jenis minuman seperti es dawet dan es doger

serta digunakan untuk campuran makanan seperti roti dan bolu untuk menambah

rasa manis dan cita rasa yang khas.

2. Keripik Singkong

Keripik singkong merupakan salah satu makanan ringan tradisional yang

cukup digemari. Keunggulan keripik singkong adalah selain rasanya yang gurih,

renyah juga karena harganya yang terjangkau dan mudah didapatkan. Di pasaran

saat ini banyak beredar jenis keripik singkong dalam bungkus yang menarik

menggunakan plastik atau aluminium (Alamsyah, 2010:15). Keripik singkong biasa

dijadikan sebagai cemilan saat bersantai.

3. Opak Singkong

Opak singkong merupakan salah satu makanan asli Indonesia yang

berbahan dasar singkong yang ditumbuk kemudian diberi bumbu rasa. Opak

Page 31: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

14

singkong mempunyai rasa yang gurih sehingga cocok disajikan sebagai cemilan

saat bersantai.

4. Enyek-enyek

Enyek-enyek adalah olahan kering tradisional dengan bahan baku ubi kayu

dan penambahan bumbu seperti cabai dan daun bawang. Prinsip dasar pembuatan

enyek-enyek yaitu pengukusan, penjemuran, dan penggorengan.

5. Kerupuk Singkong

Kerupuk singkong dibuat dari singkong yang diparut kemudian parutan

tersebut dibuat adonan dengan mencampur berbagai bumbu rasa dan sedikit tepung

tapioka. Adonan tersebut kemudian direbus hingga matang lalu didinginkan.

Adonan yang telah dingin diiris tipis lalu dijemur hingga kering sebelum digoreng.

6. Tepung Gaplek

Tepung tatal atau biasa disebut tepung gaplek (gaplek powder/cassava

powder) dibuat dari singkong yang telah dikupas, dicuci, lalu di belah menjadi

beberapa irisan. Irisan singkong tersebut dijemur hingga kering. Singkong yang

kering inilah disebut gaplek atau tatal. Gaplek tersebut kemudian digiling hingga

menjadi tepung (Djuwardi, 2011:49). Tepung gaplek sering dimanfaatkan untuk

bahan baku pembuatan kue, seperti tiwul dan gethuk.

2.4 Nilai Tambah

Menurut Marimin dan Maghfiroh (2010:129) konsep nilai tambah adalah

suatu perubahan nilai yang terjadi karena adanya perlakuan terhadap suatu input

pada suatu proses produksi. Sedangkan menurut Badan Pusat Statistis (BPS, 2017)

nilai tambah adalah besarnya output dikurangi besarnya nilai input. Agroindustri

Page 32: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

15

menjadi pusat rantai pertanian yang berperan penting dalam meningkatkan nilai

tambah produk pertanian di pasar (Austin dalam Marimin dan Slamet, 2010:172).

Suatu perusahaan dikatakan menguntungkan bila nilai produk yang diberikan

perusahaan kepada produk atau jasanya melebihi keseluruhan biaya yang

dikeluarkan dalam membuat produk tersebut (Kuncoro, 2005:46).

Nilai tambah pada sektor hilir melibatkan industri pengolahan. Diperlukan

perlakuan untuk komoditas pertanian yang mudah rusak dan kamba, yaitu

pengolahan, pengemasan, pengawetan, dan manajemen mutu untuk menambah

kegunaan atau menambah nilai tambah sehingga harga produk komoditas pertanian

menjadi tinggi (Marimin dan Maghfiroh, 2010:129). Besarnya nilai tambah karena

proses pengolahan didapat dari pengurangan biaya bahan baku dan input lainnya

terhadap nilai produk yang dihasilkan, tidak termasuk tenaga kerja (Sudiyono

dalam Marimin dan Maghfiroh, 2010:130). Dengan kata lain, nilai tambah

menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal, dan manajemen yang dapat

dinyatakan secara matematika sebagai berikut :

Nilai Tambah = f {K, B, T, U, H, h, L} dimana,

K = Kapasitas produksi

B = Bahan baku yang digunakan

T = Tenaga kerja yang digunakan

U = Upah tenaga kerja

H = Harga output

h = Harga bahan baku

Page 33: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

16

L = Nilai input lain (nilai dan semua korbanan yang terjadi selama proses perlakuan

untuk menambah nilai)

Terdapat tiga cara dalam menganalisis nilai tambah, yaitu analisis nilai

tambah bruto, analisis nilai tambah neto, dan analisis nilai tambah metode hayami.

Menurut BPS (2017) terdapat dua jenis nilai tambah, yaitu Nilai Tambah Bruto

(NTB) dan Nilai Tambah Neto (NTN). NTB dari suatu unit produksi dihitung dari

nilai output bruto atas harga jual produsen dikurangi nilai input-antara atas dasar

harga pasar. Karena itu NTB juga disebut sebagai nilai tambah atas harga pasar.

Sedangkan NTN adalah NTB dikurangi pajak tak langsung dan penyusutan.

Namun, karena data pajak tak langsung dan penyusutan pada umumnya terbatas,

maka konsep nilai tambah yang digunakan pada umumnya adalah NTB. Dalam

perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB), NTB juga digunakan sebagai dasar.

Sedangkan dalam analisis nilai tambah metode hayami, terdapat tiga

komponen pendukung, yaitu faktor konversi yang menunjukkan banyak output

yang dihasilkan dari satu-satuan input, faktor koefisien tenaga kerja yang

menunjukkan banyaknya tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk mengolah

satu-satuan input, dan nilai produk yang menunjukkan nilai output yang dihasilkan

dari satu-satuan input. Kelebihan dari analisis nilai tambah oleh Hayami adalah:

1. Lebih tepat digunakan untuk proses pengolahan produk-produk pertanian.

2. Dapat diketahui produktivitas produksinya (rendemen dan efisiensi tenaga

kerjanya).

3. Dapat diketahui balas jasa bagi pemilik-pemilik faktor produksi.

4. Dapat dimodifikasi untuk nilai tambah selain subsistem pengolahan.

Page 34: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

17

2.5 Konsep Biaya

Menurut Hadisapoetro (dalam Suratiyah, 2015:83) biaya mengusahakan

(biaya usahatani) adalah semua biaya yang dikeluarkan. Dilengkapi oleh

Soekartawi (2010:54) yang mengatakan bahwa biaya usahatani adalah semua

pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani dengan klasifikasi biaya

usaha yaitu biaya tetap, biaya tidak tetap, biaya tunai, dan biaya tidak tunai (biaya

diperhitungkan).

a. Biaya tetap tidak akan berubah pada tingkat di mana dalam jangka pendek

produksi berubah tetapi akan berubah dalam jangka panjang sebagaimana

jumlah dari biaya tetap berubah. Sepanjang tidak dibutuhkan suatu input tetap

dalam jangka panjang, biaya tetap hanya akan berharga untuk jangka pendek

dan bernilai nol dalam jangka panjang.

b. Biaya Tidak Tetap (variable cost) yaitu biaya yang besar kecilnya dipengaruhi

oleh produksi yang diperoleh. Biaya tidak tetap berubah-ubah sesuai dengan

kebutuhan ouput. Contoh biaya tidak tetap yaitu biaya untuk sarana produksi

maupun untuk pembelian bahan baku.

c. Biaya Tunai didefinisikan sebagai jumlah uang yang dibayarkan untuk

pembelian barang dan jasa bagi keperluan usaha. Contoh biaya tunai dari biaya

tetap dapat berupa pajak tanah dan pajak air. Biaya tunai yang sifatnya variabel

antara lain berupa biaya untuk pemakaian input, sewa mesin, dan tenaga kerja

luar keluarga atau tenaga kerja upahan.

d. Biaya Tidak Tunai (diperhitungkan) didefinisikan sebagai nilai barang dan jasa

yang dibayar dengan benda atau berdasarkan kredit. Biaya diperhitungkan yang

Page 35: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

18

termasuk biaya tetap antara lain sewa lahan, penyusutan alat-alat pertanian,

bunga kredit, dan lain-lain, sedangkan yang diperhitungkan dari biaya variabel

antara lain biaya untuk tenaga kerja, biaya pengupasan dan pengolahan tepung

dari keluarga.

2.6 Konsep Pendapatan

Menurut Soekartawi (2016:54) pendapatan usahatani adalah selisih antara

penerimaan dan pengeluaran dengan beberapa ukuran pendapatan usaha antara lain:

a. Pendapatan kotor usaha didefinisikan sebagai nilai produk total usaha dalam

jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual atau ukuran

hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usaha. Jangka waktu

pembukuan umumnya setahun dan mencakup semua produk yang dijual,

dikonsumsi rumah tangga pengusaha, digunakan dalam usaha, digunakan untuk

pembayaran, dan disimpan atau ada di gudang pada akhir tahun. Menghindari

penghitungan ganda, semua produk yang dihasilkan sebelum tahun pembukuan

tetapi dijual atau digunakan pada saat pembukuan, tidak dimasukkan ke dalam

pendapatan kotor. Istilah lain dari pendapatan kotor ialah nilai produksi (value

of production) atau penerimaan kotor usaha (gross return). Semua komponen

produk yang tidak dijual harus dinilai berdasarkan harga pasar.

b. Pengeluaran total usaha adalah didefinisikan sebagai nilai semua masukan yang

habis terpakai atau dikeluarkan dalam produksi tetapi tidak termasuk tenaga

kerja keluarga. Apabila data tersedia, maka cara yang dapat dilakukan ialah

memisahkan pengeluaran total usaha menjadi pengeluaran tetap dan

pengeluaran tidak tetap.

Page 36: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

19

c. Apabila dalam suatu usaha digunakan mesin-mesin atau peralatan, harus

dihitung penyusutan yang dianggap sebagai pengeluaran tidak tunai.

d. Pendapatan bersih usaha adalah selisih antara pendapatan kotor usaha dengan

pengeluaran total usaha. Pendapatan bersih (net income) mengukur imbalan

yang diperoleh keluarga pengusaha dari penggunaan faktor-faktor produksi

kerja, pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang

diinvestasikan.

e. Penghasilan bersih usaha (net earnings) adalah pendapatan bersih dikurangi

bunga yang dibayarkan atas modal pinjaman. Ukuran ini menggambarkan

penghasilan yang diperoleh dari usaha untuk keperluan keluarga dan merupakan

imbalan terhadap semua sumberdaya milik keluarga yang dipakai dalam usaha.

Sedangkan menurut Hadisapoetro (dalam Suratiyah, 2015:83) pendapatan

dalam usahatani diperlukan beberapa hal yaitu :

a. Pendapatan kotor atau penerimaan, yaitu diperhitungkan dari hasil penjualan

atau penaksiran kembali dengan mengkalikan jumlah produksi dan harga per

kesatuan.

b. Biaya alat-alat luar, merupakan semua biaya yang dipergunakan untuk

menghasilkan pendapatan kotor kecuali upah tenaga kerja, bunga seluruh aktiva

yang dipergunakan, dan biaya untuk kegiatan usaha.

c. Biaya mengusahakan, merupakan alat-alat luar ditambah upah tenaga keluarga,

diperhitungkan berdasarkan upah pada umumnya.

d. Biaya menghasilkan, yaitu biaya mengusahakan ditambah bunga dari aktiva

yang dipergunakan dalam usahatani.

Page 37: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

20

e. Pendapatan bersih, adalah selisih dari pendapatan kotor dengan biaya

mengusahakan.

f. Pendapatan petani, yaitu pendapatan kotor dikurangi biaya alat-alat luar dan

bunga modal luar.

g. Pendapatan tenaga keluarga, merupakan selisih tdari pendapatan petani

dikurangi dengan bunga modal sendiri.

h. Keuntungan dan kerugian, yaitu selisih dari pendapatan petani dikurangi

dengan upah keluarga dan bunga modal sendiri.

2.7 Efisiensi Usaha

Efisiensi menurut Sukirno (dalam Shinta, 2011:97) didefinisikan sebagai

kombinasi antara faktor produksi yang digunakan dalam kegiatan produksi untuk

menghasilkan output yang optimal. Tersedianya faktor produksi atau input belum

tentu membuat produktifitas yang diperoleh menjadi tinggi, tetapi harus ada upaya

pelaku usaha untuk melakukan usahanya secara efisien (Shinta, 2011:97).

Khususnya dalam usahatani dimana kegiatan tersebut harus dianggap suatu

perusahaan, agar biaya dan hasil yang didapatkan harus diadakan perhitungan untuk

mengetahui pendapatan dan efisiensi serta tingkat resiko dari usahatani tersebut

(Shinta, 2011:76).

Menurut Soekartawi (2001:46) dalam terminologi ilmu ekonomi,

pengertian efisien digolongkan menjadi 3 macam, yaitu :

1. Efisiensi teknis jika faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi yang

optimum.

Page 38: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

21

2. Efisiensi alokatif (efisiensi harga) jika nilai produk marginal sama dengan harga

faktor produksi yang bersangkutan.

3. Efisiensi ekonomi jika usaha pertanian mencapai efisiensi teknis sekaligus

mencapai efisiensi harga.

Menurut Hanafi dalam Valentina (2009:31) efisiensi ekonomis menyangkut

perbandingan antara output dengan input. Dengan demikian, perusahaan dikatakan

efisien jika mampu menghasilkan output yang lebih besar dengan menggunakan

input tertentu. Efisiensi dalam pekerjaan dapat dilihat dari hasil yang diperoleh dari

pekerjaan tersebut dilihat dari dua segi, yaitu :

1. Segi hasil, suatu pekerjaan dapat dikatakan efisien bila dengan usaha tertentu

dapat diperoleh hasil yang maksimal, baik dalam kualitas maupun kuantitas

2. Segi usaha, suatu pekerjaan dikatakan efisien jika hasil tertentu dapat dicapai

dengan usaha minimal (Maulidah, 2012:5).

Efisien tidaknya suatu usaha ditentukan oleh besar kecilnya hasil yang

diperoleh serta besar kecilnya biaya yang diperlukan untuk memperoleh hasil

tersebut (Maulidah, 2012:6). Didukung oleh Suratiyah (2009:34), efisiensi usaha

dapat diukur dari besarnya nilai produksi yang dapat dicapai atas nilai produksi

tertentu sehingga dapat dilihat tambahan yang diperoleh dari setiap Rp 1 yang

dikeluarkan. Dengan demikian, efisiensi usaha dapat dilihat dari besarnya

perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya atau R/C ratio. Semakin

besar R/C ratio maka akan semakin besar pula keuntungan yang diperoleh sehingga

dapat dikatakan pengalokasian faktor produksi sudah efisien (Soekartawi,

2013:58).

Page 39: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

22

2.8 Pengembangan Produk

Menurut Kotler dan Armstrong (1997:320), pengembangan produk adalah

strategi untuk pertumbuhan perusahaan dengan menawarkan produk baru atau yang

dimodifikasi ke segmen pasar yang sekarang. Menurut Soekartawi (2001:26) untuk

pengembangan produk berbasis pertanian perlu diperhatikan :

1. Ketersediaan Bahan Baku

Ketersediaan bahan baku untuk usaha agroindustri harus tersedia tepat waktu

dari segi kuantitas dan kualitas serta tersedia secara berkelanjutan (kontinuitas).

Secara kuantitas, bahan baku tersedia secara cukup setiap diperlukan. Hal ini

tidak mudah karena produk pertanian yang dipakai menjadi bahan baku

biasanya bersifat musiman. Dari sisi kualitas, bahan baku harus tersedia secara

tepat karana akan berpengaruh terhadap kualitas hasil produksi. Kontinuitas

bahan baku akan mempengaruhi proses produksi, untuk itu ketersediaan bahan

baku harus diperhatikan dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka

panjang.

2. Perubahan prefrensi konsumen

Perusahaan harus menyesuaikan dengan perkembangan dinamika pasar.

Produk, baik kuantitas dan kualitas perlu disesuaikan dengan berkembangnya

permintaan konsumen. Perubahan preferensi konsumen akan mempengaruhi

proses produksi, seperti perbaikan kualitas bahan baku, perubahan peralatan

yang digunakan, atau pergantian mekanisme prosesing yang perlu diganti.

Perubahan dan permintaan pasar akan menuntun pula peningkatan tersedianya

Page 40: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

23

bahan baku. Untuk itu perlu dikembangkan program kemitraan antra industri

hulu dan hilir yang saling menguntungkan.

3. Kemampuan berkompetisi

Pelaku usaha harus memperhatikan dan memahami para pesaingnya untuk

memudahkan melakukan penyesuaian sehingga dapat bersaing secara

kompetitif. Kekuatan, kelemahan, dan strategi yang diterapkan oleh pesaing

perlu diketahui agar dapat menentukan strategi yang harus diterapkan pelaku

usaha.

4. Kualitas sumber daya manusia

Kualitas sumber daya manusia harus dapat menyesuaikan diri dengan

perubahan dinamika pasar dan pesaing sehingga mampu menghasilkan produk

yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen.

Tujuan perusahaan melakukan pengembangan produk menurut Tjiptono

(2008:118) yaitu:

1. Untuk memenuhi kebutuhan baru dan memperkuat reputasi perusahaan, yaitu

dengan menawarkan produk yang lebih baru dari pada produk sebelumnya.

2. Untuk mempertahankan daya saing terhadap produk yang sudah ada, yaitu

dengan menawarkan produk yang dapat memberikan kepuasan yang baru.

Bentuknya bisa bertambah terhadap lini yang sudah ada maupun revisi

terhadap produk yang telah ada.

Keberhasilan produk yang dikembangkan maka hal yang perlu dilakukan

adalah (Kotler dan Keller, 2002:283) :

a. Produk yang diciptakan unik

Page 41: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

24

b. Konsep produk didefinisikan dengan baik

c. Mempunyai daya tarik lebih

d. Kualitas produk baik

2.9 Penelitian Terdahulu

Penelitian terkait nilai tambah dan pendapatan dari produk olahan sudah

banyak dilakukan, baik menggunakan metode yang sama maupun berbeda. Salah

satunya dilakukan oleh Asfia (2013). Dalam penelitiannya dianalisis mengenai

pendapatap[;’\/n, nilai tambah, dan prospek pengembangan industri kecil tapioka di

Jawa Barat (studi kasus Desa Pasir Jambu, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat profitabilitas dan nilai

tambah yang diberikan dari industri kecil tapioka, serta mengetahui prospek

pengembangannya dilihat dari adanya ketersediaan input dan peluang pasar. Alat

analisis yang digunakan yaitu R/C ratio, analisis titik impas, analisis nilai tambah

dengan menggunakan Metode Hayami dan analisis desktiptif. Hasil analisis

menunjukkan bahwa rataan rendemen bahan baku menjadi tapioka yaitu sebesar

21,67% dan ampas sebesar 6,04% sehingga industri kecil tapioka masih

memberikan keuntungan kepada pengrajin tapioka dengan R/C rasio lebih dari 1.

Nilai tambah yang diberikan oleh industri kecil tapioka yaitu 17,09%. Potensi dan

prospek pasar tepung tapioka bagi industri kecil akan sangat cerah melihat semakin

berkembang industri olahan makanan di Jawa Barat dan Indonesia, serta tidak

menutup kemungkinan adanya perluasan ekspor.

Menggunakan metode yang sama, Praptiwi dkk (2015) menganalisis

mengenai pendapatan dan nilai tambah agroindustri tapai singkong di Kota

Page 42: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

25

Pekanbaru. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui besarnya biaya,

penerimaan, keuntungan, dan profitabilitas dari agroindustri tapai singkong di Kota

Pekanbaru serta mengetahui tingkat efisiensi dan besarnya nilai tambah produk dari

agroindustri tapai singkong di Kota Pekanbaru. Metode yang digunakan yaitu

analisis pendapatan untuk mengetahui keuntungan. Analisis efisiensi usaha dengan

R/C rasio, analisis pendapatan usaha, dan analisis nilai tambah dengan metode

hayami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total biaya yang dikeluarkan oleh

pengusaha tapai singkong rata-rata sebesar Rp 11.351.600,33 per bulan,

penerimaan yang diperoleh pengusaha rata-rata Rp 18.116.343,99 per bulan,

keuntungan yang diperoleh pengusaha rata-rata sebesar Rp 6.764.743,66 per bulan

dan nilai profitabilitas usaha agroindustri tapai singkong sebesar 57,85 persen.

Usaha agroindustri tapai singkong sudah efisien karena nilai R/C rasio lebih dari

satu yaitu sebesar 1,59 berarti bahwa setiap Rp 1.00 biaya yang dikeluarkan dalam

usaha agroindustri tapai singkong memberikan penerimaan sebesar 1,59 kali dari

biaya yang telah dikeluarkan. Nilai tambah yang diperoleh dari tapai singkong

adalah sebesar Rp 2.079,13/kg dengan pembagian margin tertinggi untuk

pendapatan tenaga kerja sebesar 65,06%.

Menggunakan metode yang berbeda, Sari dkk (2015) yang melakukan

penelitian mengenai analisis nilai tambah pengolahan ubi kayu menjadi tapai ubi

(studi kasus: Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota

Medan). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pengolahan ubi kayu

menjadi tapai ubi, menghitung dan menganalisis besarnya nilai tambah yang

dihasilkan dari proses pengolahan ubi kayu menjadi tapai ubi, serta menghitung dan

Page 43: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

26

menganalisis besarnya pendapatan usaha tapai ubi di Kelurahan Baru Ladang

Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Untuk menganalisis nilai

tambah digunakan metode nilai tambah netto. Nilai tambah yang dihasilkan dari

pengolahan ubi kayu menjadi tapai ubi pada skala industri rumah tangga di daerah

penelitian tergolong tinggi dengan rasio 58,82%. Rata-rata pendapatan pengusaha

tapai ubi di daerah penelitian sebesar Rp3.548.018,78 per bulan atau lebih besar

dari upah minimum Kota Medan (UMK).

Imani (2016) melakukan penelitian mengenai analisis keuntungan dan nilai

tambah pengolahan ubi kayu menjadi tela-tela (studi kasus usaha tela steak di

Kelurahan Mandonga, Kecamatan Mandonga, Kota Kediri). Metode yang

digunakan untuk menghitung keuntungan atau pendapatan bersih usaha pengolahan

ubi kayu menjadi tela-tela dengan perhitungan laba-rugi untuk satu bulan,

sedangkan untuk menghitung nilai tambahnya digunakan metode hayami. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa usaha pengolahan ubi kayu menjadi memberikan

keuntungan sebesar Rp 30.828.000 per dua puluh tiga kali proses produksi selama

satu bulan dan menciptakan nilai tambah sebesar Rp 15.488/kg bahan baku.

2.10 Kerangka Pemikiran

Kecamatan Sepatan Timur adalah salah satu wilayah yang memproduksi

olahan singkong. Sebagian masyarakatnya mengolah singkong menjadi tapai, opak,

keripik, enyek-enyek, kerupuk, dan tepung. Pengrajin dapat memanfaatkan semua

bagian singkong dengan baik sehingga tidak ada yang terbuang. Kulit singkong

dijadikan pakan ternak, hasil kerikan dari pembuatan tapai diolah menjadi kerupuk,

dan hasil potongan ujung singkong dari pembuatan tapai dikeringkan lalu digiling

Page 44: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

27

menjadi tepung. Keahlian mengolah singkong didapat secara turun temurun dari

keluarga dan hasilnya dapat membantu perekonomian keluarga.

Menurut tata wilayah Kabupaten Tangerang, Kecamatan Sepatan Timur

diperuntukkan sebagai kawasan agropolitan. Selain pertanian, industri pengolahan

berbasis pertanian yang ada di daerah tersebut harus dikembangkan untuk

mewujudkan kawasan agropolitan. Pengolahan singkong di Kecamatan Sepatan

Timur masih dalam skala rumah tangga dengan proses pengolahan masih

menggunakan cara dan alat-alat sederhana (tradisional), namun sudah mempunyai

pasarnya sendiri. Kendala yang dihadapi diantaranya yaitu belum adanya

pemanfaatan teknologi informasi, pengemasan yang sangat sederhana, dan belum

adanya pembinaan untuk pengrajin. Oleh karena itu, penting untuk mengkaji berapa

besar nilai tambah olahan singkong, berapa keuntungan yang didapat pengrajin, dan

bagaimana pengembangan produk singkong yang dipilih agar menjadi fokus

pengemabangan agro-processing di Kecamatan Sepatan Timur.

Menentukan usulan produk yang menjadi fokus pengembangan perlu

dilakukan dengan analisis nilai tambah dan finansial usaha. Analisis nilai tambah

dengan metode Hayami akan memberikan informasi mengenai faktor-faktor

produksi yang menghasilkan, seperti nilai tambah dan rasio nilai tambah yang

didapatkan. Pendapatan usaha dilakukan untuk mengetahui keuntungan atau

kerugian yang diperoleh pengrajin olahan singkong. R/C rasio untuk melihat

apakah usaha olahan singkong tersebut efisiensi atau tidak. Hasil analisis akan

diketahui produk yang memiliki nilai tambah dan pendapatan tertinggi. Produk

dengan nilai tambah dan pendapatan tertinggi akan dianalisis lebih lanjut

Page 45: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

28

menggunakan matriks SWOT untuk mengetahui pengembangan produk tersebut di

Kecamatan Sepatan Timur. Kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat dilihat

pada Gambar 1.

Keterangan :

Input pengumpulan data Alur Proses

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Analisis

SWOT

Analisis Nilai Tambah :

Metode Hayami

Produk dengan Nilai Tambah Tertinggi

dan Pendapatan Tertinggi

P

Analisis Finansial Usaha :

Pendapatan dan Efisiensi

Pengembangan Produk Olahan Singkong

di Kecamatan Sepatan Timur

Produk Bahan Baku

Utama Singkong Utuh

Kerupuk

Singkong

Tepung

Tatal

Tapai

Singkong

Keripik

Singkong

Opak

Singkong

Enyek-

Enyek

Produk Bahan Baku

Sampingan

IRT Pengolahan Singkong di

Kecamatan Sepatan Timur

Page 46: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

29

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang.

Penelitian dilakukan pada bulan April - Desember 2017. Penentuan daerah

penelitian dilakukan secara purposive, yaitu pemilihan lokasi dilakukan secara

sengaja (Supranto, 1974:56) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Sepatan

Timur ditetapkan sebagai kawasan agropolitan sesuai dengan Tata Wilayah

Kabupaten Tangerang tahun 2011-2031. Daerah tersebut memiliki agro-processing

olahan singkong yang sudah ada selama bertahun-tahun dengan kemampuan

mengolah singkong yang diwariskan secara turun menurun.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Berdasarkan kondisi di lapangan diketahui bahwa di daerah Kecamatan

Sepatan Timur terdapat 84 industri rumah tangga (IRT) olahan singkong. Data ini

diperoleh dari hasil wawancara dengan ketua RT, pengepul singkong, dan IRT

olahan singkong yang ditemui. Jumlah tersebut merupakan gabungan IRT yang

konsisten dan tidak konsisten berproduksi setiap minggu karena terdapat pengrajin

yang hanya berproduksi jika ada pesanan dan di bulan Ramadhan.

Besarnya nilai tambah dipengaruhi oleh kapasitas produksi, jumlah bahan

baku yang digunakan, jumlah tenaga kerja, upah tenaga kerja, harga output, harga

bahan baku, dan nilai output lain. Tenaga kerja, harga output, dan harga bahan baku

adalah homogen karena bernilai sama. Jumlah input singkong yang digunakan

Page 47: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

30

sesuai dengan kapasitas produksi dari pengrajin sehingga kriteria untuk total sampel

yang diambil dilihat dari jumlah input dari setiap pengrajin.

Tabel 2. Populasi Industri Olahan Singkong di Kecamatan Sepatan Timur,

Kabupaten Tangerang

No. Produk Olahan

Singkong

Variasi Input

Singkong

Jumlah

Pengrajin

(IRT)

Jumlah

Sampel

(IRT)

1 Tapai Singkong 50 kg, 70 kg, 100 kg,

150 kg, 200 kg, 300 kg 30 6

2 Opak 8 kg, 10 kg 19 2

3 Enyek-enyek 15 kg, 30 kg, 60 kg 5 3

4 Keripik 10 kg 11 1

5 Kerupuk 5 kg, 10 kg 9 2

6 Tepung 50 kg 10 1

Total IRT Olahan Singkong 84 15

Sumber : Data Primer (2017)

Populasi yang ada diklasifikasikan sesuai dengan jenis produk dan jumlah

input singkong yang digunakan, kemudian diambil sampel dari masing-masing

variasi input singkong. Total sampel ditentukan secara purposive karena populasi

cukup homogen, sehingga didapatkan total sampel yang diambil berdasarkan

variasi input berjumlah 15 IRT sesuai dengan Tabel 2. Menurut Eriyanto

(2007:279) untuk populasi yang anggotanya cukup seragam tidak diperlukan

jumlah sampel yang besar, bahkan cukup mengambil satu sampel sehingga peneliti

mengambil satu sampel dari setiap variasi input singkong yang digunakan.

Penarikan sampel ditentukan dengan cara snowball sampling, yaitu teknik

penarikan sampel dengan cara sampel yang dipilih pertama akan diminta untuk

memilih sampel berikutnya dan seterusnya sampai data dirasa cukup memadai

untuk menjawab permasalahan penelitian (Narbuko dan Achamdi, 2010:116).

Page 48: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

31

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan

data kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang mengandung angka-angka atau

numerik tertentu (Juliandi dkk, 2014:85), dalam penelitian ini berupa data untuk

menghitung nilai tambah produk (jumlah output per produksi, jumlah bahan baku

yang digunakan per produksi, jumlah tenaga kerja, harga produk, biaya bahan baku,

biaya bahan penunjang), data untuk menghitung pendapatan produk (biaya

produksi, biaya pemasaran, dan biaya penyusutan alat), serta data untuk

pengembangan (data produksi singkong dan data lahan Kecamatan Sepatan Timur

dan Kabupaten Tangerang). Data untuk menghitung nilai tambah dan pendapatan

didapat dari hasil wawancara dengan pengrajin olahan singkong. Data produksi

singkong dan lahan Kecamatan Sepatan Timur didapat dari Dinas Pertanian

Kabupaten Tangerang.

Tabel 3. Data Narasumber Wawancara

No. Nama Jabatan Instansi

1 Lidia Sinabang Staf Bagian Produksi

Tanaman Pangan

Dinas Pertanian

Kabupaten Tangerang

2 Dewiyanti

Kepala Bagian Fasilitas

dan Kelembagaan

Usaha Mikro

Dinas Koperasi dan

UMKM Kabupaten

Tangerang

3 Asmati

Kepala Bagian Aneka

Usaha dan

Kewirausahaan

Dinas Koperasi dan

UMKM Kabupaten

Tangerang

4 Syafreen Nuraeni Owner Usaha ‘Keripik Dalma’

Page 49: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

32

Data kualitatif adalah data bukan angka (Juliandi dkk, 2014:85). Data

kualitatif digunakan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan

ancaman yang ada untuk pengembangan produk olahan singkong di Kecamatan

Sepatan Timur. Data kualitatif dalam penelitian ini didapat dari hasil wawancara

secara lisan dengan narasumber dari pengrajin olahan singkong, Dinas Pertanian

Kabupaten Tangerang serta Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Tangerang

sesuai dengan Tabel 3.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara adalah tanya jawab antara peneliti dengan responden (Supranto,

1974:57). Wawancara dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang

sudah disiapkan sebelumnya serta wawancara mendalam sesuai dengan tujuan dan

kebutuhan penelitian. Daftar pertanyaan dibuat agar wawancara lebih terarah dan

hasilnya sesuai dengan tujuan peneliti. Hasil wawancara dengan pengrajin

menghasilkan data kuantitatif (data nilai tambah dan data pendapatan) serta data

kualitatif untuk analisis SWOT. Hasil wawancara dengan Dinas Pertanian

Kabupaten Tangerang, Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Tangerang, dan

pengusaha olahan singkong menghasilkan data kualitatif untuk analisis SWOT.

2. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang tidak

hanya sebatas pada orang tetapi juga objek-objek yang lain. Dalam penelitian ini,

Page 50: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

33

peneliti melakukan observasi partisipan, yaitu pengamatan dengan terjun langsung

dan berinteraksi serta mengumpulkan data dalam lingkungan yang diobservasi

(Nasution dalam Sugiyono, 2009:310). Peneliti melakukan observasi langsung

yang berkenaan dengan aktivitas produksi olahan singkong dengan mengamati

proses produksi mulai dari cara pembuatan, penggunaan bahan, dan penggunaan

alat-alat yang bertujuan untuk mencocokkan jawaban dari hasil wawancara kepada

pengrajin dengan realita di lapangan.

3. Studi Pustaka

Mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan topik penelitian,

antara lain buku, hasil-hasil penelitian, artikel, BPS, Kementerian Perindustrian,

dan bahan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data kuantitatif yang diperoleh ditabulasi terlebih dahulu kemudian diolah

menggunakan Microsoft Excel sehingga diketahui nilai tambah, pendapatan, dan

efisiensi pengolahan singkong, kemudian hasil perhitungan dideskripsikan.

Analisis data dilakukan dibagi menjadi dua, yaitu analisis kuantitatif dan analisis

kualitatif. Analisis kuantitatif berupa analisis nilai tambah, analisis pendapatan

usaha, dan analisis efisiensi usaha, sedangkan analisis kualtitatif berupa analisis

SWOT mengenai pengembangan produk olahan singkong di Kecamatan Sepatan

Timur.

3.5.1 Analisis Nilai Tambah

Metode analisis data yang digunakan untuk menghitung nilai tambah adalah

Page 51: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

34

metode Hayami seperti pada Tabel 4 karena dengan metode Hayami, informasi

yang akan didapatkan lebih banyak. Analisis nilai tambah metode Hayami

menghasilkan output atau informasi yang terdiri dari:

1. Nilai tambah dalam rupiah (Rp)

2. Rasio nilai tambah terhadap jumlah produk yang dihasilkan dengan persen

(%), menunjukkan persentase nilai tambah dari produk.

3. Imbalan tenaga kerja dalam rupiah (Rp), menunjukkan upah yang diterima

tenaga kerja langsung.

4. Bagian tenaga kerja dalam persen (%), persentase imbalan tenaga kerja dari

nilai tambah.

5. Keuntungan perusahaan dalam rupiah (Rp), menunjukkan bagian yang

diterima pemilik.

6. Tingkat keuntungan dalam persen (%), menunjukkan persentase keuntungan

terhadap nilai tambah.

7. Marjin dalam rupiah (Rp), menunjukkan kontribusi pemilik faktor produksi

selain bahan baku yang digunakan dalam proses produksi.

Menurut Hubeis dalam Nabilah, dkk (2015:14) terdapat tiga indikator rasio

nilai tambah yaitu :

1. Jika besarnya rasio nilai tambah kurang dari 15%, maka nilai tambahnya

rendah.

2. Jika besarnya rasio nilai tambah 15% - 40%, maka nilai tambahnya sedang.

3. Jika besarnya rasio nilai tambah lebih dari 40%, maka nilai tambahnya tinggi.

Page 52: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

35

Tabel 4. Kerangka Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami

Variabel

Nilai

Output, Input, dan Harga

1. Output (Kg/hari)

2.

A

2. Bahan Baku (Kg/hari) B

3. Tenaga Kerja (jam/hari) C

4. Faktor Konversi D = A/B

5. Koefisien Tenaga Kerja (jam/kg) E = C/B

6. Harga Output (Rp/Kg) F

7. Upah Rata-rata Tenaga Kerja (Rp/jam) G

Pendapatan dan Keuntungan

8. Harga Bahan Baku (Rp/Kg) H

9. Harga Input Lain (Rp/Kg) I

10. Nilai Output (Rp/Kg) J = D×F

11. a. Nilai Tambah (Rp/Kg) K = J-H-I

b. Rasio Nilai Tambah (%) L% = ((K/J)×100%)

12. a. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/Kg) M = E×G

b. Pangsa Tenaga Kerja (%) N% = ((M/K)×100%)

13. a. Keuntungan (Rp/Kg) O = K-M

b. Tingkat Keuntungan (%) P% = ((O/J)×100%)

Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

14. Marjin (Rp/Kg) Q = J-H

a. Imbalan tenaga kerja (%) R% = M/Q×100%

b. Sumbangan Input Lain (%) S% = I/Q×100%

c. Keuntungan Perusahaan (%) T% = O/Q×100%

Sumber: Marimin dan Maghfiroh (2010)

3.5.2 Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha

Analisis data yang digunakan untuk mengetahui pendapatan dan efisiensi

usaha digunakan analisis sebagai berikut:

Page 53: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

36

1. Struktur Penerimaan

Penerimaan menurut Soekartawi (2016:54) adalah perkalian antara produksi

yang diperoleh dengan harga jual, dituliskan secara matematis sebagai berikut:

TR = Y. Py

Keterangan :

TR = Total penerimaan

Y = Jumlah produksi (kg)

Py = Harga output (Rp/kg)

2. Struktur Biaya Usaha

Biaya usaha adalah total dari biaya tetap dan biaya tidak tetap (Soekartawi,

2016:57). Secara matematis dituliskan sebagai berikut :

TC = FC + VC

Keterangan :

TC = Total cost

FC = Fixed cost (biaya tetap)

VC = Variable cost (biaya tidak tetap)

3. Penyusutan Alat

Biaya penyusutan alat dihitung dengan metode garis lurus dengan rumus :

D = 𝑁𝑏−𝑁𝑠

𝑁

Keterangan :

D = Decrease / Penyusutan (Rp/hari)

Nb = Nilai baru

Ns = Nilai sisa

Page 54: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

37

N = Usia ekonomis

4. Pendapatan Usaha

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan total biaya usaha (Soekartawi,

2016:58), yang dituliskan :

Pd = TR –TC

Keterangan :

Pd = Pendapatan usaha

TR = Total penerimaan

TC = Total biaya

5. Analisis Efisiensi Usaha

Perhitungan efisiensi usaha digunakan Revenue Cost Ratio (R/C Ratio). R/C

rasio adalah perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya. Secara

matematis dapat dituliskan sebagai berikut (Soekartawi, 2016:85) :

R/C rasio = TR/TC

Keterangan :

Jika R/C > 1 maka usaha olahan singkong efisien.

Jika R/C < 1 maka usaha olahan singkong tidak efisien.

Jika R/C = 1 maka usaha olahan singkong impas, yaitu usaha memberikan

jumlah penerimaan yang sama dengan jumlah yang dikeluarkan.

3.5.3 Penentuan Nilai Tengah atau Median (Me)

Nilai tengah adalah nilai yang tepat berada di tengah susunan bilangan.

Sebagai contoh, jika kita mempunyai hasil observasi yang terdiri dari nilai 7, 3, 6,

Page 55: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

38

11, 5, kemudian menyusunnya kembali mulai dari yang terendah hingga tertinggi,

diperoleh 3, 5, 6, 7, 11. Nilai tengah dari hasil observasi adalah 6 (Gujarati,

2006:95).

Dalam penelitian ini, nilai tengah ditentukan dari hasil analisis nilai tambah

per produk dan analisis pendapatan per produk. Hasil nilai tengah dari setiap produk

akan dibandingkan dan dilihat nilai yang tertinggi sehingga mendapatkan produk

dengan nilai tambah tertinggi dan pendapatan tertinggi. Produk dengan nilai tambah

tertinggi dan pendapatan tertinggi akan diusulkan untuk fokus pengembangan

industri.

3.5.4 Analisis SWOT

SWOT adalah akronim untuk kekuatan (Strenghts), kelemahan (Weakness),

peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats) dari lingkungan eksternal

perusahaan. Menurut Rangkuti (2008:47), SWOT digunakan untuk menilai

kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan serta peluang dan ancaman yang

dihadapi di lingkungan eksternal perusahaan.

1. Kekuatan (Strenghts)

Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keungulan-keungulan lain

yang berhubungan dengan para pesaing dan kebutuhan pasar yang diharapkan

dapat dilayani oleh perusahaan dan memberikan keunggulan kompetitif bagi

perusahaan di pasar.

2. Kelemahan (Weakness),

Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan perusahaan yang secara efektif

menghambat kinerja. Keterbatasan tersebut dapat berupa fasilitas, sumber daya

Page 56: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

39

keuangan, kemampuan manajemen dan keterampilan pemasaran dapat

merupakan sumber dari kelemahan perusahaan.

3. Peluang (Opportunities)

Peluang adalah situasi penting yang mengguntungkan dalam lingkungan

perusahaan, seperti perubahaan teknologi dan meningkatnya hubungan antara

perusahaan dengan pembeli atau pemasokk merupakan gambaran peluang bagi

perusahaan.

4. Ancaman (Threats)

Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungan dalam lingkungan

perusahaan. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang atau

yang diinginkan perusahaan. Adanya peraturan-peraturan pemerintah yang baru

atau yang direvisi dapat menjadi ancaman bagi kesuksesan perusahaan.

Gambar 3. Diagram Analisis SWOT (Rangkuti, 2008)

Ancaman

Peluang

Kekuatan

Internal

Kelemahan

Internal

3. Mendukung strategi turn

around

1. Mendukung strategi agresif

4. Mendukung strategi defensif

2. Mendukung strategi

diversifikasi

Page 57: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

40

Hasil analisis kekuatan (Strenghts) kelemahan (Weakness), peluang

(Opportunities), dan ancaman (Threats) dapat dirumuskan strategi yang dapat

digunakan perusahaan. Akan terbentuk empat kuadran yang dapat dipilih

perusahaan, yaitu (Rangkuti, 2008:19-20) :

1. Kuadran 1 : Merupakan situasi yang sangan menguntungkan. Perusahaan

memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang

ada. Strategi yang harus diterapkan mendukung kebijikan pertumbuhan yang

agresif (Growth oriented strategy).

2. Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan masih

memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan

cara strategi diversifikasi (produk/pasar).

3. Kuadran 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi

menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan

adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat

merebut peluang pasar lebih baik dengan melakukan permbenahan/perbaikan

terhadap kondisi perusahaan saat ini.

4. Kuadran 4 : Merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan. Perusahaan

tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Perusahaan

harus membuat strategi untuk dapat tetap bertahan.

Strategi pengembangan awal menggunakan matriks SWOT yang berguna

untuk merumuskan alternatif strategi pengembangan produk olahan singkong di

Kecamatan Sepatan Timur. Menurut Rangkuti (2008:31), Matriks SWOT dapat

Page 58: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

41

menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang

dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang

dimiliki sehingga menghasilkan empat set kemungkinan altenatif strategis, sesuai

pada Tabel 5.

Tabel 5. Matriks SWOT

Internal

Eksternal

Kekuatan

(Strenghts – S)

Daftar kekuatan internal

Kelemahan

(Weakness – W)

Daftar kelemahan internal

Peluang

(Oppurtunities – O)

Daftar peluang

eksteral

Strategi SO

Menggunakan kekuatan

untuk memanfaatkan

peluang

Strategi WO

Mengatasi kelemahan

dengan memanfaatkan

peluang

Ancaman

(Threats – T)

Daftar ancaman

eksternal

Strategi ST

Menggunakan kekuatan

untuk menghindari ancaman

Strategi WT

Meminimalkan kelemahan

dan menghindari ancaman

Sumber : Rangkuti, 2008

3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah pengertian, batasan, dan ruang lingkup

penelitian guna memudahkan pemahaman dalam menganalisis data yang

berhubungan dengan penelitian. Definisi operasional dalam penelitian ini yaitu:

1. Produk olahan singkong yaitu berupa tapai singkong, opak, enyek-enyek,

keripik, kerupuk, dan tepung gaplek yang dihasilkan dari proses produksi

dengan bahan singkong mentah menjadi bahan konsumsi yang dihitung dalam

satuan kg.

Page 59: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

42

2. Industri rumah tangga adalah industri yang menggunakan tenaga kerja

maksimal empat orang.

3. Nilai tambah adalah perubahan nilai yang terjadi karena adanya perlakuan

terhadap suatu input pada proses produksi.

4. Input adalah bahan baku utama yang digunakan dalam satu kali proses produksi

dihitung dalam satuan kg.

5. Output adalah produk olahan singkong yang dihasilkan dalam satu kali proses

produksi dihitung dalam satuan kg.

6. Tenaga kerja adalah jumlah pekerja yang telibat dan waktu yang diperlukan

dalam produksi olahan singkong satu kali produksi, dinyatakan dalam HOK.

7. Koefisien tenaga kerja adalah hasil bagi dari tenaga kerja dengan bahan baku.

8. Upah rata-rata tenaga kerja adalah perbandingan jumlah upah yang dibar

dengan jumlah tenaga kerja dalam satu kali proses produksi (Rp/HOK). Upah

tenaga kerja menggunakan asumsi sama dengan upah minumum buruh tani di

Kecamatan Sepatan Timur, yaitu Rp 70.000 per 8 jam atau Rp8.750/jam.

9. Faktor konversi adalah besarnya produk olahan singkong yang dihasilkan dari

mengolah satu kilogram singkong (jumlah output dibagi jumlah input).

10. Harga output adalah harga jual produk olahan singkong per kilogram di daerah

penelitian.

11. Harga bahan baku adalah harga beli bahan baku singkong per kilogram di

daerah penelitian.

12. Harga input lain adalah biaya selain bahan baku dan tenaga kerja yang

dikeluarkan untuk memproduksi produk olahan singkong per kilogram.

Page 60: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

43

13. Nilai output adalah nilai yang produk olahan singkong yang dihasilkan dari

penggunaan satu kilogram singkong.

14. Nilai tambah adalah hasil selisih nilai output dengan bahan baku singkong dan

input lain. Nilai ini merupakan keuntungan kotor yang diperoleh dari

pengolahan produk olahan singkong.

15. Rasio nilai tambah menunjukkan persentase nilai tambah dari nilai produk.

16. Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh kuantitas produksi.

17. Biaya variabel adalah biaya yang akan berubah mengikuti kuantitas produksi.

18. Pendapatan adalah penerimaan dari penjualan olahan singkong yang dikurangi

dengan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi, dinyatakan

dalam satuan rupiah (Rp).

19. Efisiensi usaha adalah besarnya perbandingan antara total penerimaan dengan

total biaya atau R/C ratio. Perusahaan dikatakan efisien jika mampu

menghasilkan output yang lebih besar dengan menggunakan input tertentu.

20. Agroindustri adalah industri pengolahan yang berbahan baku utama produk

pertanian.

21. Pengembangan produk yaitu strategi pertumbuhan usaha dengan menawarkan

produk baru atau yang dimodifikasi untuk segmen pasar sekarang dan segmen

pasar yang baru.

Page 61: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

44

BAB IV

GAMBARAN UMUM

4.1 Kondisi Umum Kecamatan Sepatan Timur

Secara umum kondisi topografi wilayah Kecamatan Sepatan Timur

merupakan dataran rendah dengan ketinggian 24-25 meter di atas permukaan laut.

Total jumlah penduduk pada tahun 2015 yaitu 90.852 orang. Kecamatan Sepatan

Timur secara admnistratif terdiri dari 8 Desa yaitu Lebak Wangi, Kedaung Barat,

Jati Mulya, Tanah Merah, Sangiang, Gempol Sari, Pondok Kelor, dan Kampung

Kelor dengan luas wilayah keseluruhan 19,06 km2.

Tabel 6. Luas Wilayah Menurut Penggunaan di Kecamatan Sepatan Timur

Desa/Kelurahan Luas Lahan (Ha)

Sawah Darat Jumlah

Lebak Wangi 256,1 223,9 480,0

Kedaung Barat 101,7 85,5 187,2

Jati Mulya 77,5 66,3 143,8

Tanah Merah 98,5 115,7 214,2

Sangiang 138,3 85,7 224,0

Gempol Sari 133,2 163,6 296,8

Pondok Kelor 65,2 107,8 173,0

Kampung Kelor 82,6 104,7 187,3

Jumlah 953,1 953,2 1906,3

Sumber : Kecamatan Sepatan Timur dalam Angka, 2016

Lahan pertanian di Kecamatan Sepatan Timur memiliki sekitar 953,1 Ha

sawah. Desa yang memiliki lahan sawah terluas yaitu Desa Lebak Wangi, Desa

Sangiang, dan Desa Gempol Sari. Luas wilayah menurut penggunaan dapat dilihat

pada Tabel 6. Komodi yang ditanam yaitu padi, sayuran daun (bayam, kangkong,

Page 62: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

45

dan caisim), pare, terong, dan bawang merah. Industri pengolahan terbanyak di

daerah tersebut adalah industri rumah tangga (IRT) pengolahan singkong menjadi

tapai, opak, enyek-enyek, keripik, kerupuk, dan tepung.

Sesuai dengan data dari Statistik Daerah Kecamatan Sepatan Timur Tahun

2016, batas wilayah Kecamatan Sepatan Timur yaitu :

Sebelah Utara : Kecamatan Pakuhaji

Sebelah Barat : Kota Tangerang

Sebelah Barat : Kecamatan Sepatan

Sebelah Selatan : Kota Tangerang

4.2 Sejarah IRT Olahan Singkong

Industri rumah tangga olahan singkong di Kecamatan Sepatan Timur sudah

berkembang secara turun temurun. Tidak diketahui secara pasti kapan dan siapa

yang memulai memproduksi olahan singkong di Kecamatan Sepatan Timur.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara langsung dengan pelaku

usaha olahan singkong dan pengepul singkong di daerah tersebut, dari sebelum

adanya pengepul singkong tahun 1990, sudah terdapat industri olahan singkong

walaupun jumlahnya tidak banyak. Seiiring berjalannya waktu, pengrajin

pengolahan singkong di daerah tersebut semakin banyak. Dari yang awalnya hanya

mengolah tapai singkong lalu berkembang dengan adanya pengolahan keripik

singkong dan opak singkong. Kemudian masyarakat juga memanfaatkan sisa yang

dihasilkan dari pengolahan tapai, yaitu kerikan dari singkong diolah menjadi

kerupuk dan potongan ujung singkong diolah menjadi tepung.

Page 63: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

46

Alasan beberapa masyarakat memilih usaha olahan singkong karena hanya

itu keahlian yang dikuasai dan diajarkan turun temurun. Menurut pengrajin, hasil

yang diperoleh dapat memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Tidak semua desa

di daerah Kecamatan Sepatan Timur terdapat industri olahan singkong. Saat ini,

desa yang terdapat industri olahan singkong yaitu Desa Kampung Kelor, Desa

Pondok Kelor, Desa Jati Mulya, dan Desa Gempol Sari.

4.3 Produksi Olahan Singkong

Proses olahan singkong di Kecamatan Sepatan Timur menggunakan

teknologi tradisional dengan mengandalkan alat-alat sederhana dan bantuan sinar

matahari untuk pengeringan. Jangkauan pemasarannya masih di Kecamatan

Sepatan Timur dan sekitarnya dengan harga produk yang sangat terjangkau untuk

semua segmen. Berikut produksi olahan singkong di Kecamatan Sepatan Timur dari

hasil pengamatan selama penelitian.

a. Tapai Singkong

Tapai singkong yang dijual dari hasil pemeraman singkong dengan ragi

selama 2 hari. Berikut adalah proses pembuatan tapai singkong sesuai dengan Tabel

7 dan Gambar 4:

1. Pengupasan : bertujuan untuk memisahkan daging singkong dari kulitnya. Kulit

singkong yang dihasilkan digunakan untuk pakan ternak.

2. Pemotongan ujung singkong : setiap ujung singkong dipotong agar bersih dari

tulang singkong. Pemotongan dilakukan agar tapai yang dihasilkan bagus.

3. Pencucian : daging singkong dicuci bersih dengan air untuk menghilangkan

kotoran yang menempel pada daging singkong.

Page 64: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

47

Tabel 7. Proses Pembuatan Tapai Singkong

Input

Utama

Input

Lainnya Proses Alat Output

Output

Sampingan

Singkong

- Pengupasan

Kulit Pisau Kulit -

-

Pemotongan

ujung

singkong

Pisau -

Potongan

ujung

singkong

Air Pencucian Ember,

spons - -

- Pengerikan Pisau,

ember -

Kerikan

singkong

Air Pencucian Ember - -

Air, Kayu

Bakar Perebusan

Kuali,

Saringan - -

- Pendinginan - - -

Ragi Peragian - - -

Koran, kertas

nasi/daun

pisang

Penyimpanan Bakul,

Keranjang

Tapai

Singkong -

4. Pengerikan : dilakukan dengan alat kerik yang dibuat dari bambu, dilakukan di

dalam rendaman air di baskom agar hasil kerikan tidak berceceran. Pengerikan

bertujuan untuk menghilangkan kulit bagian dalam dari singkong.

5. Pencucian : dicuci kembali agar benar-benar bersih dari kotoran dan kerikan.

6. Perebusan : singkong kemudian direbus dengan air sekitar 10 menit agar

menjadi empuk. Proses perebusan menggunakan kayu bakar.

7. Pendinginan : singkong yang selesai direbus kemudian didinginkan di udara

terbuka sebelum dilakukan peragian agar

8. Peragian : ragi dibungkus di dalam kain kemudian dipukul pukulkan ke seluruh

daging singkong satu per satu. Cara ini dilakukan agar ragi dapat menempel

merata ke seluruh badan singkong.

Page 65: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

48

9. Penyimpanan : singkong yang sudah diberi ragi dipotong-potong menjadi

beberapa bagian lalu disimpan di dalam keranjang yang telah dilapisi koran dan

kertas nasi, ditutup rapat dengan kertas nasi dan koran. Singkong tersebut

disimpan selama 2 hari sampai masak menjadi tapai sebelum dijual ke pasar.

Gambar 4. Alur Proses Produksi Tapai Singkong

Tapai singkong biasanya di jual ke pasar terdekat, seperti pasar anyar, pasar

baru, pasar malabar, cikokol, dan daerah sekitar Kecamatan Sepatan Timur. Tapai

singkong dijual dengan harga Rp 8.000/kg dan tapai yang sudah jadi dalam sekali

Page 66: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

49

produksi akan habis terjual dalam sehari. Pembeli biasanya adalah pedagang es,

pedagang gorengan, pedagang kue, pengunjung pasar, dan pedagang tapai keliling.

b. Keripik Singkong

Keripik singkong yang dijual adalah keripik singkong setengah matang

yang nantinya harus digoreng terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Keripik yang

dihasilkan tidak memakai bumbu sehingga pembeli dapat memberikan bumbu rasa

sesuai selera. Cara pembuatannya yaitu :

Tabel 8. Proses Pembuatan Keripik Singkong

Input

Utama

Input

Lainnya Proses Alat Output

Output

Sampingan

Singkong

- Pengupasan

Kulit Pisau - -

Air Pencucian Ember - -

Air, Kayu

Bakar Perebusan

Kuali,

Serokan - -

- Pendinginan Ember - -

- Pengirisan Pisau - -

- Penjemuran Sasak Keripik

Singkong -

1. Pengupasan kulit : dilakukan menggunakan pisau sampai semua kulit singkong

terpisah dengan daging.

2. Pencucian : singkong yang telah dikuliti kemudian dicuci bersih dengan air

sampai tidak ada lagi kotoran yang menempel.

3. Perebusan : singkong direbus sekitar 10-15 menit hingga singkong menjadi

empuk.

4. Pengirisan : singkong yang sudah empuk diiris tipis memanjang dengan

menggunakan pisau dan disusun satu persatu diatas tampah.

Page 67: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

50

5. Penjemuran : Irisan singkong dijemur hingga kering dibawah sinar matahari

sekitar 3-4 jam. Setelah kering, keripik singkong dapat langsung dijual.

Keripik singkong dijual ke tengkulak yang setiap harinya datang ke setiap

rumah pengrajin. Keripik singkong dijual dengan harga Rp 2.500/liter. Tengkulak

tersebut akan menjual keripik yang dibeli ke pasar-pasar sekitar Kecamatan Sepatan

Timur.

c. Opak Singkong

Opak yang dijual adalah opak yang belum matang yang harus digoreng

terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Cara pembuatannya sesuai Tabel 9 dan

Gambar 5, yaitu :

Tabel 9. Proses Pembuatan Opak Singkong

Input

Utama Input Lainnya Proses Alat Output

Output

Sampingan

Singkong

Pengupasan

Kulit Pisau - -

Air Pencucian Ember - -

Air, Kayu Bakar Perebusan Kuali,

Saringan - -

Penumbukan Tumbukan - -

Garam, bawang putih, ketumbar

yang dihaluskan

dan potongan

daun kucai

Pemberian Bumbu

Ember,

cobek, papan

kayu

- -

Minyak goreng Pencetakan

Papan kayu,

gilingan,

mangkok

- -

Penjemuran Geribik Opak

Singkong -

1. Pengupasan kulit : dilakukan dengan pisau hingga badan singkong bersih dari

kulit luar.

2. Pencucian : daging singkong kemudian dicuci bersih dengan air sampai tidak

ada lagi kotoran yang menempel.

Page 68: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

51

3. Perebusan : singkong kemudian direbus sekitar 15 menit hingga singkong

menjadi empuk.

4. Penumbukan : singkong yang sudah empuk ditumbuk hingga halus agar mudah

dicetak.

5. Pemberian Bumbu : tumbukan singkong lalu diberi bumbu yaitu garam, bawang

putih dan ketumbar yang sudah dihaluskan untuk menambah cita rasa, serta

potongan daun kucai untuk menambah warna.

6. Pencetakan : adonan dicetak dengan cara dipipihkan dengan digiling

menggunakan gilingan kayu hingga tipis kemudian dicetak dengan mangkok

sehingga berbentuk bulat.

7. Penjemuran : hasil cetakan opak dijemur dibawah sinar matahari hingga kering,

3-4 jam. Opak yang sudah kering siap untuk dijual.

Gambar 5. Alus Proses Pembuatan Opak Singkong

Page 69: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

52

Opak yang dihasilkan pengrajin dijual ke tengkulak yang tiap harinya

datang ke setiap rumah yang memproduksi opak. Opak dijual pe ikat (10 lembar

opak) dengan harga Rp 2.000/ikat. Opak yang dibeli tengkulak akan dijual kembali

ke pasar-pasar yang ada di Kecamatan Sepatan Timur dan sekitarnya.

d. Enyek-enyek

Enyek-enyek yang dijual adalah enyek-enyek yang belum matang yang

harus digoreng terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Cara pembuatannya yaitu :

Tabel 10. Proses Pembuatan Enyek-Enyek

Input

Utama Input Lainnya Proses Alat Output

Output

Sampingan

Singkong

- Pengupasan

Kulit Pisau - -

Air Pencucian Ember - -

Bahan bakar Pemarutan Mesin Parut - -

Garam, penyedap rasa,

bawang putih,

ketumbar yang dihaluskan serta

irisan cabai dan

daun kucai

Pemberian

Bumbu

Ember, cobek,

pisau,

papan kayu

- -

Air, gas Pengukusan Kukusan, Kompor

- -

Minyak goreng Pencetakan

Papan kayu,

gilingan, mangkok

- -

- Penjemuran Sasak Enyek-

enyek -

[[

1. Pengupasan kulit : singkong dikupas dari kulitnya menggunakan pisau hingga

bersih.

2. Pencucian : singkong yang telah dikuliti kemudian dicuci bersih dengan air

sampai tidak ada lagi kotoran yang menempel.

3. Pemarutan : singkong diparut dengan mesin parut yang dibuat oleh

pengrajinPemberian bumbu : hasil parutan singkong lalu diberi bumbu yaitu

Page 70: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

53

garam, penyedap rasa, bawang putih dan ketumbar yang sudah dihaluskan

untuk menambah cita rasa enyek-enyek. Potongan cabai dan daun kucai untuk

menambah warna enyek-enyek.

4. Pengukusan : adonan kemudian digulung dalam plastik lalu dikukus selama 10-

20 menit agar matang.

5. Pencetakan : adonan dicetak dengan cara dipipihkan dengan digiling

menggunakan gilingan bambu hingga tipis kemudian dicetak dengan mangkok

sehingga berbentuk bulat.

6. Penjemuran : hasil cetakan opak dijemur dibawah sinar matahari hingga kering,

sekitar 3-4 jam. Enyek-enyek yang sudah kering siap untuk dijual.

Sama seperti opak, enyek-enyek dijual ke tengkulak yang datang dengan

harga Rp 2.000 per ikat atau 10 lembar enyek-enyek. Tengkulak setiap hari rutin

mendatangi tiap pengrajin untuk membeli enyek-enyek. Enyek-enyek tersebut juga

akan dijual kembali ke pasar-pasar atau daerah Kecamatan Sepatan Timur dan

sekitarnya.

e. Kerupuk

Kerupuk singkong dibuat dari output sampingan dari pembuatan tapai yaitu

dari hasil kerikan singkong. Kerupuk dijual dalam keadaan mentah. Cara

pembuatannya yaitu :

1. Pendiaman kerikan selama satu malam : kerikan didiamkan selama semalam

untuk menghilangkan rasa asam pada kerikan.

2. Pemberian bumbu dan warna : kerikan singkong dibuat adonan dengan

menambahkan garam, penyedap rasa, dan aci yang dihasilkan dari endapan air

Page 71: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

54

kerikan singkong. Semua bumbu diaduk rata hingga menjadi adonan. Ambil

sebagian adonan kemudian tambahkan pewarna makan, setelah itu gabungkan

dengan yang tidak diberi pewarna kemudian dibungkus dengan plastik.

Tabel 11. Proses Pembuatan Kerupuk Singkong

Input

Utama Input Lainnya Proses Alat Output

Output

Sampingan

Kerikan Singkong

- Pediaman

semalam Plastik - -

Garam,

ketumbar,

penyedap rasa, bawang putih,

aci, dan

pewarna

makanan

Pemberian bumbu dan

warna

Ember,

cobek - -

Air, kayu bakar Pengukusan

Plastik

bening,

kukusan

- -

- Pendinginan - - -

Minyak goreng Pencetakan

Papan kayu,

gilingan,

mangkok

- -

- Penjemuran Sasak Kerupuk Singkong

-

3. Pengukusan : adonan lalu dikukus sekitar 25 menit.

4. Pendinginan : adonan yang sudah dikukus dibiarkan hingga suhunya kembali

normal untuk memudahkan proses pencetakan.

5. Pencetakan : adonan lalu dicetak dengan menggiling sedikit demi sedikit

adonan dengan gilingan bambu hingga tipis.

6. Penjemuran : hasil cetakan kerupuk tersebut dijemur sampai kering, sekitar 3-

4 jam sebelum dijual.

Sama seperti keripik, kerupuk hasil kerikan singkong dijual per liter dengan

harga Rp 2.000 kepada tengkulak. Tengkulak setiap hari rutin mendatangi pengrajin

Page 72: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

55

untuk membeli kerupuk. Kerupuk tersebut juga akan dijual kembali ke pasar-pasar

atau daerah Kecamatan Sepatan Timur dan sekitarnya.

f. Tepung Gaplek

Tepung gaplek atau yang biasa disebut oleh pengrajin tepung tatal berasal

dari output sampingan dari pembuatan tapai yaitu potongan ujung singkong. Cara

pengolahannya pun cukup mudah, yaitu :

Tabel 12. Proses Pembuatan Tepung Gaplek/Tatal

Input Utama Input

Lainnya Proses Alat Output

Output

Sampingan

Potongan ujung singkong

Air Pencucian Ember - -

- Penjemuran Karung

untuk alas -

-

- Penggilingan

Mesin

penggiling,

karung

Tepung

Singkong

-

1. Pencucian : potongan ujung singkong dicuci sampai bersih.

2. Penjemuran : potongan ujung singkong dikeringkan dengan cara dijemur

selama sekitar 2 hari di bawah sinar matahi. Penjemuran dilakukan oleh

pengrajin tapai. Pengrajin tepung biasanya berkeliling ke tempat pengrajin tapai

untuk membeli gaplek/tatal yang sudah kering. Tatal/gaplek dijual per bakul.

Untuk satu karung ukuran 50 kg dibutuhkan empat bakul tatal.

3. Penggilingan : pengrajin tepung kemudian membawa hasil tatal/gaplek yang

sudah dikumpulkan dalam satu karung. Tempat penggilingan mematok harga

perkarung sehingga setiap pengrajin tepung menggiling jika potongan ujung

singkong kering sudah terkumpul satu karung ukuran 50 kg.

Tepung dijual per liter dengan harga Rp 4.000. Pengrajin sendirilah yang

menjual tepung ke pasar-pasar tradisional. Pembeli tepung tatal adalah pedagang

Page 73: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

56

kue atau pengunjung pasar tradisional. Penggilingan biasanya hanya dilakukan dua

kali dalam seminggu karena butuh waktu untuk mengumpulkan tatal atau ujung

singkong dari setiap pengrajin tapai.

Gambar 6. Alur Proses Pembuatan Tepung Gaplek/Tatal

4.4 Pengadaan Bahan Baku

Singkong yang digunakan untuk bahan baku utama yaitu jenis singkong

mentega. Menurut Atarlina dalan Djafaar dan Siti (2003:14) singkong mentega

memang memiliki tektur remah dan rasa yang enak sehingga dianggap paling cocok

untuk diolah menjadi berbagai macam makanan. Selain singkong mentega,

singkong yang kadang juga dipakai oleh pengrajin yaitu singkong putih.

Penggunaan jenis singkong tergantung pada pengepul yang menurunkan singkong.

Singkong yang digunakan berasal dari daerah Bogor yang hampir setiap hari

dikirim ke Kecamatan Sepatan Timur. Biasanya singkong sampai pada siang hari

dan langsung habis dibeli oleh pengrajin hari itu juga. Terdapat dua pengepul

singkong yang ada di Kecamatan Sepatan Timur, yaitu di Desa Gempol Sari dan

Page 74: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

57

Pasar Sepatan Timur. Pengepul singkong di Desa Gempol Sari khusus menurunkan

singkong untuk dibeli pengrajin olahan singkong, sedangkan pengepul singkong di

pasar dibeli pengrajin singkong dan masyarakat lain yang bukan pengrajin.

Pengepul singkong konsisten mendatangkan singkong 1,5 – 3 ton tiap harinya dan

di bulan Ramadhan penurunan singkong bertambah dua kali lipat. Singkong

tersebut dibeli dari pengepul singkong yang ada di Bogor.

Gambar 7. Alur Pengiriman Bahan Baku Singkong

Segi kontinuitas dan kuantitas bahan baku, pengepul hampir setiap hari

menurunkan singkong sehingga pengrajin tidak merasa kesulitan mendapatkan

singkong. Namun, pada tahun 2013 terjadi kesulitan untuk mendapatkan bahan

baku karena kekeringan sehingga pengepul dari Bogor hanya membawa singkong

dengan jumlah yang sedikit atau bahkan tidak mengirimkan singkong. Pengrajin

tetap berproduksi namun disesuaikan dengan singkong yang ada, bahkan beberapa

pengrajin saat itu beralih profesi karena sulitnya mendapatkan bahan baku. Setelah

tahun 2013 sampai sekarang, ketersediaan singkong mulai stabil kembali dan

Page 75: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

58

singkong diturunkan hampir setiap hari dengan jumlah yang cukup untuk

memenuhi kebutuhan pengrajin. Singkong dijual oleh pengepul dengan harga Rp

2.600/kg.

4.5 Karakteristik Sampel

Pada Tabel 13, pendidikan pengrajin paling tinggi adalah Sekolah Dasar

(SD) dengan usia rata-rata diatas 30 tahun. Pengrajin mengaku belum pernah

mengikuti pembinaan untuk mengembangkan usahanya. Selama ini, pengrajin

berproduksi hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga. Penguasaan

pengrajin dengan teknologi informasi seperti smartphone sangat minim karena

sejak dulu tidak terbiasa menggunakan handphone.

Pengrajin Kecamatan Sepatan Timur memiliki kelebihan dari segi sumber

daya manusia yang mempunyai keahlian dan kuantitas produksi yang cukup tinggi

bila digabungkan. Sumber daya manusia (SDM) untuk mengolah singkong yang

memadai merupakan potensi daerah yang bisa dikembangkan. Namun, pendidikan

yang rendah dan belum adanya pembinaan membuat usaha warga tidak

berkembang walaupun industri rumah tangga (IRT) olahan singkong sudah ada

selama puluhan tahun. Jika tidak didukung oleh pemerintah, nantinya IRT olahan

singkong di Kecamatan Sepatan Timur bisa hilang karena sebagian besar pengrajin

adalah orangtua dan kurangnya minat remaja daerah tersebut untuk melanjutkan

usaha orang tuanya. Orangtua lebih mengharapkan anaknya untuk bekerja di bidang

lain.

Page 76: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

59

Tabel 13. Data Sampel Pengrajin Olahan Singkong di Kecamatan Sepatan Timur

No. Nama Jenis

Kelamin Umur Desa

Pendidikan

Terakhir

Jenis

Usaha

Lamanya

Usaha

1 Bpk Ahmad LK 37 thn Kampung

Kelor SD

Tapai

Singkong 15 tahun

2 Bpk Sadin LK 55 thn Kampung

Kelor -

Tapai

Singkong 12 tahun

3 Bpk Asdawi LK 35 thn Jatimulya - Tapai

Singkong 3 tahun

4 Bpk Armin LK 36 thn Pondok

Kelor -

Tapai

Singkong 8 tahun

5 Bpk Syamsuri LK 35 thn Pondok Kelor

SD Tapai

Singkong 11 tahun

6 Ibu Rahmi PR 38 thn Kampung

Kelor SD

Tapai

Singkong 16 tahun

7 Ibu Eneng PR 30 thn Jatimulya SD Opak

Singkong 10 tahun

8 Ibu Asa PR 60 thn Jatimulya - Opak

Singkong 20 tahun

9 Ibu Aam PR 45 thn Jatimulya SD Keripik

Singkong 12 tahun

10 Bpk Asmadi LK 65 thn Gempol Sari - Tepung

Tatal 20 tahun

11 Ibu Misni PR 35 thn Kampung

Kelor SD

Enyek-

enyek 17 tahun

12 Ibu Misna PR 37 thn Kampung

Kelor SD

Enyek-

enyek 17 tahun

13 Ibu Munaya PR 33 thn Kampung

Kelor SD

Enyek-

enyek 17 tahun

14 Ibu Annisa PR 30 thn Jatimulya SD Kerupuk 10 tahun

15 Ibu Nur PR 32 thn Kampung

Kelor SD Kerupuk 11 tahun

Keterangan : LK = Laki-laki, PR = Perempuan

Page 77: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

60

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Penghitungan Data

Data yang diperoleh per produk tidak dirata-rata, namun dilakukan analisis

sesuai input singkong yang digunakan agar terlihat hasil analisis antara input

terkecil sampai terbesar. Setelah diketahui nilai tambah dan pendapatan dari

masing-masing input, lalu dicari nilai tengah dari setiap produk. Upah tenaga kerja

menggunakan asumsi sama dengan upah buruh tani yaitu Rp 8.750/jam dikarenakan

sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga yang tidak diberikan upah. Harga

singkong yang digunakan adalah sama, yaitu Rp 2.600/kg karena sumber bahan

baku semua didatangkan dari pengepul Bogor.

Tabel 14. Harga Produk Olahan Singkong di Kecamatan Sepatan Timur

No. Produk Satuan Dalam Kg Harga

(Rp) 1 Kg

Harga

(Rp/kg)

1 Tapai 1 kg 1 8.000 1 kg 8.000

2 Opak 1 ikat (10 pcs) 0,14 2.000 7 ikat 14.000

3 Enyek-enyek 1 ikat (10 pcs) 0,14 2.000 7 ikat 14.000

4 Keripik 1 liter 0,20 2.500 5 liter 12.500

5 Kerupuk 1 liter 0,31 2.000 3 liter 6.000

6 Tepung 1 liter 0,44 4.000 2 liter 8.000

Sumber : Data Primer (2017)

Produk keripik, kerupuk, dan tepung yang dijual per liter dikonversi

menjadi per kilogram, kemudian opak dan enyek-enyek yang dijual per ikat (10

opak/enyek-enyek) pun dikonversi menjadi per kilogram sesuai Tabel 14. Peneliti

menimbang setiap produk dengan menggunakan timbangan digital untuk

mengetahui berat produk dalam kilogram. Sedangkan pada Tabel 15, terlihat input

Page 78: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

61

dan output opak, keripik, enyek-enyek, kerupuk, dan tepung yang dihasilkan sudah

dikonversikan dalam kilogram. Perubahan output menjadi kilogram dilakukan

untuk mempermudah dalam analisis nilai tambah dan analisis pendapatan.

Tabel 15. Output Produk Olahan Singkong Dalam Sekali Produksi

No. Produk Input Singkong Output

Sebelum Sesudah (kg)

1 Tapai 50 kg 25 kg 25,0

70 kg 35 kg 35,0

100 kg 60 kg 60,0

150 kg 90 kg 90,0

200 kg 120 kg 120,0

300 kg 180 kg 180,0

2 Opak 8 kg 35 ikat 5,0

10 kg 28 ikat 4,0

3 Enyek-enyek 15 kg 40 ikat 5,7

30 kg 80 ikat 11,4

60 kg 180 ikat 25,7

4 Keripik 10 kg 23 liter 4,6

5 Kerupuk 5 kg 15 liter 5,0

10 kg 32 liter 10

6 Tepung 25 kg 50 liter 25 Sumber : Data Primer, 2017 (Diolah)

5.2 Analisis Nilai Tambah

Pengolahan hasil pertanian dapat memberikan value added, termasuk dalam

pengolahan singkong. Analisis nilai tambah dilakukan untuk mengetahui seberapa

besar nilai tambah yang diberikan dari hasil mengolah singkong menjadi tapai,

keripik, opak, dan enyek-enyek serta pengolahan output sampingan dari hasil

pengolahan tapai yaitu kerikan singkong menjadi kerupuk dan potongan ujung

singkong yang dikeringkan menjadi tepung. Data yang digunakan adalah dalam

satuan kilogram.

Page 79: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

62

5.2.1 Analisis Nilai Tambah Tapai Singkong

Variasi input yang terdapat di Kecamatan Sepatan Timur untuk pengolahan

tapai singkong yaitu 50 kg, 70 kg, 100 kg, 150 kg, 200 kg, dan 300 kg. Setelah

diproses, berat input akan berkurang 40% - 50% dari berat semula. Dapat dilihat

pada Tabel 16, pengolahan tapai singkong dengan input 50 kg dan 70 kg mengalami

penyusutan berat sebesar 50%, sedangkan sisanya mengalami penyusutan berat

sebesar 40%.

Sesuai Tabel 16, hasil analisis dari masing-masing input tidak memiliki

perbedaan yang cukup besar. Faktor konversi didapatkan dari hasil pembagian

jumlah output dengan jumlah input. Median dari faktor konversi yaitu 0,6. Artinya

setiap satu kilogram singkong yang digunakan akan menghasilkan 0,6 kg tapai.

Penurunan berat yang cukup banyak dari singkong menjadi tapai dikarenakan

adanya proses pembuangan kulit, pemotongan ujung singkong, dan pengerikan

daging singkong. Koefisien tenaga kerja adalah hasil bagi antara tenaga kerja dan

jumlah bahan baku yang digunakan dalam sekali produksi. Nilai tengah koefisien

tenaga kerja pada industri olahan tapai yaitu 0,02 yang artinya setiap tenaga kerja

dalam 1 hari kerja mampu mengolah bahan baku sebanyak 0,02 kg.

Penetapan harga output tapai didapatkan dari hasil pertimbangan dari

pengeluaran dan dirundingkan dengan pedagang tapai lainnya, yaitu Rp 8.000/kg.

Harga input lain didapatkan dari penjumlahan semua biaya kecuali biaya bahan

baku, dibagi dengan jumlah bahan baku yang digunakan dalam satu kali proses

produksi. Biaya input lain terdiri dari biaya pembelian ragi, kayu bakar, koran, dan

kertas nasi.

Page 80: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

63

Tabel 16. Analisis Nilai Tambah Tapai Singkong

No. Variabel Nilai

50 kg 70 kg 100 kg 150 kg 200 kg 300 kg Me

Output, Inptut, dan Harga

1 Output (Kg) 25 35 60 90 120 180

2 Bahan Baku (Kg) 50 70 100 150 200 300

3 Tenaga Kerja Langsung (HOK)

0,5 1 1,3 2,3 3 3,5

4 Faktor Konversi 0,5 0,5 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6

5 Koefisien Tenaga Kerja (HOK/Kg)

0,01 0,01 0,01 0,02 0,02 0,01 0,02

6 Harga Output (Rp/Kg) 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000

7 Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK)

70.000 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000

Penerimaan dan Keuntungan

8 Harga Bahan Baku (Rp/Kg)

2.600 2.600 2.600 2.600 2.600 2.600 2.600

9 Harga Input Lain (Rp/Kg)

103 102 147 174 185 194 161

10 Nilai Output (Rp/Kg) 4.000 4.000 4.800 4.800 4.800 4.800 4.800

11 a. Nilai Tambah (Rp/Kg) 1.298 1.298 2.053 2.026 2.015 2.006 2.011

b. Rasio Nilai Tambah

(%) 32,4 32,4 42,8 42,2 42,0 41,8 41,9

12 a. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/Kg)

700 1.000 875 1.050 1.050 816,7 1.050

b. Pangsa Tenaga Kerja (%)

54 77,1 42,6 51,8 52,1 40,7 52

13 a. Keuntungan (Rp/Kg) 597 298 1.178 976 965 1.189 971

b. Tingkat Keuntungan (%)

14,9 7,4 24,5 20,3 20,1 24,8 20,2

Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

14 Marjin (Rp/Kg) 1.400 1.400 2.200 2.200 2.200 2.200 2.200

a. Pendapatan Tenaga Kerja (%)

50 71,4 39,8 47,7 47,7 37,1 47,7

b. Sumbangan Input Lain (%)

7,4 7,3 6,7 7,9 8,4 8,8 7,7

c. Keuntungan

Perusahaan (%) 42,6 21,3 53,5 44,3 43,9 54,1 44,1

Sumber : Data Primer, 2017 (Diolah)

Keterangan : Me = Median / Nilai Tengah

Nilai output didapat dari perkalian antara faktor konversi dan harga output.

Nilai output sama dengan penerimaan kotor pengrajin untuk setiap 1 kg input yang

digunakan. Nilai output yang dihasilkan yaitu Rp 4.800/kg, yang berarti setiap 1 kg

Page 81: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

64

produksi tapai akan menghasilkan Rp 4.800. Nilai output diambil dari hasil nilai

tengah atau median sesuai Tabel 17.

Nilai tambah tapai singkong adalah Rp 2.011/kg dalam satu kali produksi.

Nilai tambah yang dihasilkan berdasarkan median dari hasil perhitungan per input.

Rasio nilai tambah yang dihasilkan yaitu 41,9%. Rasio nilai tambah ini sama

dengan tingkat keuntungan, yang berarti bahwa Rp 4.800 dari nilai output

mengandung 41,9 % untuk keuntungan. Hasil rasio nilai tambah yang dihasilkan

dari produksi tapai termasuk tinggi, karena menurut Hubeis dalam Nabilah, dkk

(2015:14), jika besarnya rasio nilai tambah lebih dari 40% maka nilai tambahnya

tinggi. Pendapatan tenaga kerja yang dihasilkan yaitu Rp 1.050/kg bahan baku

dengan pangsa tenaga kerja 52%. Keuntungan yang diperoleh dari proses

pengolahan ubikayu menjadi tapai sebesar Rp 971/kg bahan baku dengan tingkat

keuntungan 20,2%.

Margin didapatkan dari nilai output dikurangi dengan harga bahan baku,

kemudian didistribusikan ke faktor produksi. Balas jasa terbesar dilihat dari

distribusi margin berasal dari pendapatan tenaga kerja, yaitu sebesar 47,7%. Artinya

pendapatan tenaga kerja menyumbang Rp 47,7 dari setiap Rp 100 margin

perusahaan. Distribusi marjin selanjutnya yaitu keuntungan perusahaan 44,1% dan

sumbangan input lain 7,7%.

5.2.2 Analisis Nilai Tambah Opak Singkong

Variasi input yang terdapat di Kecamatan Sepatan Timur untuk pengolahan

opak singkong yaitu 8 kg dan 10 kg. Hasil perhitungan antara input 8 kg dengan 10

kg perbedaannya tidak cukup besar karena selisih input juga tidak jauh berbeda.

Page 82: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

65

Produksi opak tidak dalam jumlah besar karena pengrajin adalah ibu rumah tangga

yang dari segi tenaga terbatas karena dalam pembuatan opak masih dilakukan

dengan cara tradisional sehingga banyak menggunakan tenaga manusia seperti saat

proses menumbuk singkong dan pencetakan.

Tabel 17. Analisis Nilai Tambah Opak Singkong

No. Variabel Penghitungan Nilai

8 kg 10 kg Me/Nilai

Positif

Output, Inptut, dan Harga

1 Output (Kg) A 4 5

2 Bahan Baku (Kg) B 8 10

3 Tenaga Kerja Langsung (HOK) C 0,5 0,5

4 Faktor Konversi D = A/B 0,5 0,5 0,5

5 Koefisien Tenaga Kerja

(HOK/Kg) E = C/B 0,1 0,1 0,1

6 Harga Output (Rp/Kg) F 14.000 14.000 14.000

7 Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) G 70.000 70.000 70.000

Penerimaan dan Keuntungan

8 Harga Bahan Baku (Rp/Kg) H 2.600 2.600 2.600

9 Harga Input Lain (Rp/Kg) I 729 593 661

10 Nilai Output (Rp/Kg) J = D x F 7.000 7.000 7.000

11 a. Nilai Tambah (Rp/Kg) K = J-H-I 3.671 3.807 3.739

b. Rasio Nilai Tambah (%) L% = K/J

x100% 52,4 54,4 53,4

12 a. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/Kg)

M = E x G 4.375 3.500 3.938

b. Pangsa Tenaga Kerja (%) N% = M/K

x100% 119,2 91,9 105,5

13 a. Keuntungan (Rp/Kg) O = K – M -704 307 307

b. Tingkat Keuntungan (%) P% = O/J x

100% -10,1 4,4 4,4

Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

14 Marjin (Rp/Kg) Q = J-H 4.400 4.400 4.400

a. Pendapatan Tenaga Kerja (%) R% = M/Q x

100% 99,4 79,5 89,5

b. Sumbangan Input Lain (%) S% = I/Q x

100% 16,6 13,5 15

c. Keuntungan Perusahaan (%) T% = O/Q x

100% -16,0 7,0 7,0

Sumber : Data Primer, 2017 (Diolah)

Keterangan : Me = Median / Nilai Tengah

Page 83: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

66

Data yang dijelaskan merupakan hasil dari nilai tengah atau median dari

setiap input opak yang dihitung, sesuai Tabel 17. Faktor konversi didapatkan dari

hasil pembagian jumlah output dengan jumlah input. Median faktor konversi yaitu

0,5 yang artinya setiap satu kilogram singkong yang digunakan akan menghasilkan

0,5 kg opak. Penurunan berat yang cukup banyak dari singkong menjadi opak

dikarenakan adanya proses pembuangan kulit. Koefisien tenaga kerja pada industri

olahan opak yaitu 0,1 yang artinya setiap tenaga kerja dalam 1 hari kerja mampu

mengolah bahan baku sebanyak 0,1 kg.

Penetapan harga opak didapatkan dari hasil kesepakatan antara pengrajin

dan pengepul opak yang datang sehingga harga opak di desa tersebut adalah sama.

Harga input lain didapatkan dari penjumlahan semua biaya kecuali biaya bahan

baku, dibagi dengan jumlah bahan baku yang digunakan dalam satu kali proses

produksi. Biaya input lain terdiri dari biaya pembelian kayu bakar, minyak goreng,

bawang putih, ketumbar, garam, dan daun kucai.

Nilai output didapat dari perkalian antara faktor konversi dan harga output.

Nilai output sama dengan penerimaan kotor pengrajin untuk setiap 1 kg input yang

digunakan. Median dari nilai output yang dihasilkan yaitu Rp 7.000/kg, yang berarti

setiap 1 kg produksi tapai akan menghasilkan Rp 7.000.

Nilai tambah opak adalah Rp 3.739/kg per sekali produksi yang didapat dari

hasil median. Rasio nilai tambah yang dihasilkan yaitu 53,4%. Rasio nilai tambah

ini sama dengan tingkat keuntungan, yang berarti bahwa Rp 7.000 dari nilai output

mengandung 53,4% untuk keuntungan. Hasil rasio nilai tambah yang dihasilkan

dari produksi opak termasuk tinggi, karena menurut Hubeis dalam Nabilah, dkk

Page 84: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

67

(2015:14), jika besarnya rasio nilai tambah lebih dari 40% maka nilai tambahnya

tinggi. Pendapatan tenaga kerja yang dihasilkan yaitu Rp 3.739/kg bahan baku

dengan pangsa tenaga kerja 53,4%. Keuntungan yang diperoleh dari proses

pengolahan ubikayu menjadi opak tergantung besarnya input. Pengolahan opak

dengan input 8 kg mengalami kerugian Rp. 704/kg bahan baku dengan tingkat

kerugian 10,1%. Pengolahan opak dengan input 10 kg mendapat keuntungan

sebesar Rp 307/kg bahan baku dengan tingkat keuntungan 4,4%. Agar usaha opak

tidak mengalami kerugian jika memasukkan upah tenaga kerja, minimal

penggunaan bahan baku yaitu 10 kg.

Margin didapatkan dari nilai output dikurangi dengan harga bahan baku,

kemudian didistribusikan ke faktor produksi. Balas jasa terbesar dilihat dari

distribusi margin berasal dari pendapatan tenaga kerja, yaitu sebesar 89,5%. Artinya

pendapatan tenaga kerja menyumbang Rp 89,5 dari setiap Rp 100 margin

perusahaan. Distribusi marjin selanjutnya yaitu berasal dari sumbangan input lain

dan terendah adalah keuntungan perusahaan.

5.2.3 Analisis Nilai Tambah Enyek-Enyek

Variasi input yang terdapat di Kecamatan Sepatan Timur untuk pengolahan

enyek-enyek yaitu 15 kg, 30 kg, dan 60 kg. Singkong untuk pembuatan enyek-

enyek diparut terlebih dahulu, diberi bumbu, kemudian dikukus. Produksi enyek-

enyek dapat lebih besar dari produksi opak karena terdapat alat yang memudahkan

pengrajin dalam menghancurkan atau memarut singkong.

Data yang dijelaskan dari hasil metode hayami enyek-enyek yaitu data

median atau nilai tengah dari hasil perhitungan setiap input, dimana nilai tengah

Page 85: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

68

berada di input 30 kg sesuai Tabel 18. Faktor konversi didapatkan dari hasil

pembagian jumlah output dengan jumlah input. Faktor konversi yaitu 0,4 yang

artinya setiap satu kilogram singkong yang digunakan akan menghasilkan 0,4 kg

enyek-enyek. Penurunan berat yang cukup banyak dari singkong menjadi enyek-

enyek dikarenakan adanya proses pembuangan kulit dan pengeringan. Nilai tengah

koefisien tenaga kerja pada industri olahan enyek-enyek yaitu 0,03 yang artinya

setiap tenaga kerja dalam 1 hari kerja mampu mengolah bahan baku 0,03 kg.

Sama seperti pengrajin opak, penetapan harga enyek-enyek didapatkan dari

hasil kesepakatan antara pengrajin dan pengepul enyek-enyek yang datang sehingga

harga enyek-enyek di desa tersebut adalah sama. Harga input lain didapatkan dari

penjumlahan semua biaya kecuali biaya bahan baku, dibagi dengan jumlah bahan

baku yang digunakan dalam satu kali proses produksi. Biaya input lain terdiri dari

biaya pembelian gas, minyak goreng, bawang putih, ketumbar, sasa, garam, cabai

merah, dan daun kucai.

Nilai output didapat dari perkalian antara faktor konversi dan harga output.

Nilai output sama dengan penerimaan kotor pengrajin untuk setiap 1 kg input yang

digunakan. Nilai output yang dihasilkan yaitu Rp 5.320/kg, yang berarti setiap 1 kg

produksi enyek-enyek akan menghasilkan Rp 5.320.

Nilai tambah enyek-enyek dengan input 30 kg adalah Rp 1.503 /kg. Rasio

nilai tambah yang dihasilkan yaitu 28,3%. Rasio nilai tambah ini sama dengan

tingkat keuntungan, yang berarti bahwa Rp 5.320 dari nilai output mengandung

28,3% untuk keuntungan. Hasil rasio nilai tambah yang dihasilkan dari produksi

enyek-enyek termasuk sedang, karena menurut Hubeis dalam Nabilah, dkk

Page 86: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

69

(2015:14), jika besarnya rasio nilai tambah 15% - 40% maka nilai tambahnya

sedang.

Tabel 18. Analisis Nilai Tambah Enyek-Enyek

No Variabel Penghitungan

Nilai

15 kg 30 kg 60 kg Me/Nilai

Positif

Output, Inptut, dan Harga

1 Output (Kg) A 5,7 11,4 25,7

2 Bahan Baku (Kg) B 15 30 60

3 Tenaga Kerja Langsung

(HOK) C 0,5 1,0 1,8

4 Faktor Konversi D = A/B 0,4 0,4 0,4 0,4

5 Koefisien Tenaga Kerja

(HOK/Kg) E = C/B 0,03 0,03 0,03 0,03

6 Harga Output (Rp/Kg) F 14.000 14.000 14.000 14.000

7 Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK)

G 70.000 70.000 70.000 70.000

Penerimaan dan Keuntungan

8 Harga Bahan Baku (Rp/Kg) H 2.600 2.600 2.600 2.600

9 Harga Input Lain (Rp/Kg) I 1.361 1.217 1.283 1.217

10 Nilai Output (Rp/Kg) J = D x F 5.320 5.320 5.997 5.320

11 a. Nilai Tambah (Rp/Kg) K = J-H-I 1.359 1.503 2.113 1.503

b. Rasio Nilai Tambah

(Rp/Kg) L% = K/J x100% 25,5 28,3 35,2 28,3

12 a. Pendapatan Tenaga Kerja

(Rp/Kg) M = E x G 2.333 2.333 2.041 2.333

b. Pangsa Tenaga Kerja

(%)

N% = M/K

x100% 172 155 97 155

13 a. Keuntungan (Rp/Kg) O = K - M -974 -830 72 72

b. Tingkat Keuntungan (%) P% = O/J x 100% -18,3 -15,6 1,2 1,2

Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

14 Marjin (Rp/Kg) Q = J-H 2.720 2.720 3.397 2.720

a. Pendapatan Tenaga Kerja (%)

R% = M/Q x 100%

85,8 85,8 60,1 85,8

b. Sumbangan Input Lain

(%) S% = I/Q x 100% 50 44,7 37,8 44,7

c. Keuntungan Perusahaan

(%)

T% = O/Q x

100% -35,8 -30,5 2,1 2,1

Sumber : Data Primer, 2017 (Diolah)

Keterangan : Me = Median / Nilai Tengah

Page 87: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

70

Pendapatan tenaga kerja yang dihasilkan yaitu Rp 2.333/kg bahan baku

dengan pangsa tenaga kerja 155%. Keuntungan usaha yang diperoleh dari proses

pengolahan ubikayu menjadi enyek-enyek tergantung besarnya input. Pengolahan

enyek-enyek dengan input 15 kg dan 30 kg mengalami kerugian. Pengolahan

enyek-enyek dengan input 60 kg mendapat keuntungan sebesar Rp 72/kg bahan

baku dengan tingkat keuntungan 2,1%. Agar usaha enyek-enyek tidak mengalami

kerugian jika memasukkan upah tenaga kerja, batas minimal penggunaan bahan

baku yaitu 60 kg.

Margin didapatkan dari nilai output dikurangi dengan harga bahan baku,

kemudian didistribusikan ke faktor produksi. Balas jasa terbesar dilihat dari

distribusi margin tertinggi yaitu pendapatan tenaga kerja sebesar 85,8%. Artinya

pendapatan tenaga kerja menyumbang Rp 85,8 dari setiap Rp 100 margin

perusahaan. Distribusi marjin selanjutnya berasal dari sumbangan input lain 44,7%

dan terendah berasal dari keuntungan perusahaan.

5.2.4 Analisis Nilai Tambah Keripik Singkong

Input yang terdapat di Kecamatan Sepatan Timur untuk pengolahan keripik

yaitu 10 kg. Faktor konversi didapatkan dari hasil pembagian jumlah output dengan

jumlah input. Faktor konversi yang dihasilkan yaitu 0,5 yang artinya setiap satu

kilogram singkong yang digunakan akan menghasilkan 0,5 kg keripik singkong.

Penurunan berat yang cukup banyak dari singkong menjadi opak dikarenakan

adanya proses pembuangan kulit dan pencetakan opak menjadi lembaran tipis yang

dikeringkan. Koefisien tenaga kerja pada industri olahan keripik yaitu 0,04 yang

Page 88: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

71

artinya setiap tenaga kerja dalam 1 hari kerja mampu mengolah bahan baku

sebanyak 0,04 kg.

Tabel 19. Analisis Nilai Tambah Keripik Singkong

No Variabel Penghitungan Nilai

Output, Inptut, dan Harga

1 Output (Kg) A 5

2 Bahan Baku (Kg) B 10

3 Tenaga Kerja Langsung (HOK) C 0,4

4 Faktor Konversi D = A/B 0,5

5 Koefisien Tenaga Kerja (HOK/Kg) E = C/B 0,04

6 Harga Output (Rp/Kg) F 12.500

7 Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) G 70.000

Penerimaan dan Keuntungan

8 Harga Bahan Baku (Rp/Kg) H 2.600

9 Harga Input Lain (Rp/Kg) I 1.667

10 Nilai Output (Rp/Kg) J = D x F 5.750

11 a. Nilai Tambah (Rp/Kg) K = J-H-I 1.483

b. Rasio Nilai Tambah (Rp/Kg) L% = K/J x100% 25,8

12 a. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/Kg) M = E x G 2.625

b. Pangsa Tenaga Kerja (%) N% = M/K x100% 177

13 a. Keuntungan (Rp/Kg) O = K – M -1.142

b. Tingkat Keuntungan (%) P% = O/J x 100% -19,9

Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

14 Marjin (Rp/Kg) Q = J-H 3.150

a. Pendapatan Tenaga Kerja (%) R% = M/Q x 100% 83.3

b. Sumbangan Input Lain (%) S% = I/Q x 100% 52.9

c. Keuntungan Perusahaan (%) T% = O/Q x 100% -36.2

Sumber : Data Primer, 2017 (Diolah)

Penetapan harga keripik didapatkan dari hasil kesepakatan antara pengrajin

dan pengepul keripik yang datang. Pengepul keripik biasanya sama dengan

pengepul opak atau enyek-enyek. Harga input lain didapatkan dari total biaya selain

biaya bahan baku dibagi dengan bahan baku yang digunakan. Biaya input lain

keripik paling kecil dibandingkan produk lainnya karena biaya yang dikeluarkan

Page 89: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

72

hanya untuk membeli kayu bakar. Tidak ada tambahan bumbu lain karena sesuai

permintaan pengepul keripik.

Nilai output didapat dari perkalian antara faktor konversi dan harga output.

Nilai output sama dengan penerimaan kotor pengrajin untuk setiap 1 kg input yang

digunakan. Nilai output yang dihasilkan yaitu Rp 5.750/kg, yang berarti setiap 1 kg

produksi keripik akan menghasilkan Rp 5.750. Nilai tambah keripik singkong

adalah Rp 1.483/kg. Rasio nilai tambah yang dihasilkan yaitu 25,8 %. Rasio nilai

tambah ini sama dengan tingkat keuntungan, yang berarti bahwa Rp 5.750 dari nilai

output mengandung 25,8 % untuk keuntungan. Hasil rasio nilai tambah yang

dihasilkan dari produksi keripik termasuk sedang, karena menurut Hubeis dalam

Nabilah, dkk (2015:14), jika besarnya rasio nilai tambah 15%-40% maka nilai

tambahnya sedang.

Pendapatan tenaga kerja yang dihasilkan yaitu Rp 2.333/kg bahan baku

dengan pangsa tenaga kerja 155%. Terlihat bahwa pengolahan keripik dengan

input 10 kg mengalami kerugian Rp 1.142/kg bahan baku dengan tingkat kerugian

19,9%. Agar usaha keripik tidak mengalami kerugian jika memasukkan upah

tenaga kerja, maka pengrajin harus meningkatkan produksinya.

Margin didapatkan dari nilai output dikurangi dengan harga bahan baku,

kemudian didistribusikan ke faktor produksi. Balas jasa terbesar berasal dari

distribusi pendapatan tenaga kerja sebesar 83,3%. Artinya keuntungan sumbangan

input lain menyumbang Rp 83,3 dari setiap Rp 100 margin. Distribusi selanjutnya

yaitu sumbangan input lain sebesar 52,9 % dan terendah adalah keuntungan

perusahaan.

Page 90: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

73

5.2.5 Analisis Nilai Tambah Kerupuk Singkong

Input yang terdapat di Kecamatan Sepatan Timur untuk pengolahan kerupuk

yaitu 5 kg dan 10 kg. Bahan baku yang digunakan berasal dari hasil kerikan

singkong pembuatan tapai. Pengrajin kerupuk biasanya membantu pengrajin tapai

untuk mengupas kulit singkong dan mengerik daging singkong. Hasil kerikannya

diberikan secara gratis sebagai imbalan sehingga tidak ada biaya untuk membeli

bahan baku.

Data yang dijelaskan dari hasil metode hayami kerupuk yaitu data median

atau nilai tengah dari hasil perhitungan setiap input, sesuai Tabel 20. Faktor

konversi didapatkan dari hasil pembagian jumlah output dengan jumlah input.

Faktor konversi yang dihasilkan yaitu 1 yang artinya setiap satu kilogram singkong

yang digunakan akan menghasilkan 1 kg keripik singkong. Koefisien tenaga kerja

pada industri olahan kerupuk yaitu 0,07 yang artinya setiap tenaga kerja dalam 1

hari kerja mampu mengolah bahan baku sebanyak 0,07 kg.

Harga bahan baku nol karena bahan baku berupa kerikan singkong tidak

diberi patokan harga oleh pengrajin tapai. Biasanya pengrajin kerupuk akan

membantu pengrajin tapai untuk mengupas kulit dan mengerik singkong, setelah

itu kerikan singkong akan diberikan kepada pengrajin kerupuk. Pengrajin kerupuk

dapat mengambil kerikan singkong sesuai yang dibutuhkan.

Harga output didapat dari kesepakatan antara pengrajin kerupuk dan

pengepul. Harga input lain didapatkan dari penjumlahan semua biaya kecuali biaya

bahan baku, dibagi dengan jumlah bahan baku yang digunakan dalam satu kali

proses produksi. Biaya input lain yang digunakan dalam produksi kerupuk yaitu

Page 91: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

74

pembelian kayu bakar, sasa, bawang putih, ketumbar, garam, kayu bakar, pewarna

makanan, dan minyak goreng.

Tabel 20. Analisis Nilai Tambah Kerupuk Singkong

No. Variabel Penghitungan Nilai

5 kg 10 kg Me/Nilai

Positif

Output, Inptut, dan Harga

1 Output (Kg) A 5 10

2 Bahan Baku (Kg) B 5 10

3 Tenaga Kerja Langsung (HOK) C 0,4 0,5

4 Faktor Konversi D = A/B 1 1 1

5 Koefisien Tenaga Kerja

(HOK/Kg) E = C/B 0,1 0,1 0,1

6 Harga Output (Rp/Kg) F 6.000 6.000 6.000

7 Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) G 65.625 70.000 67.813

Penerimaan dan Keuntungan

8 Harga Bahan Baku (Rp/Kg) H 500 500 500

9 Harga Input Lain (Rp/Kg) I 1.475 1.322 1.398

10 Nilai Output (Rp/Kg) J = D x F 6.000 6.000 6.000

11 a. Nilai Tambah (Rp/Kg) K = J-H-I 4.025 4.178 4.102

b. Rasio Nilai Tambah (Rp/Kg) L% = K/J x100% 67,1 69,6 68,4

12 a. Pendapatan Tenaga Kerja

(Rp/Kg) M = E x G 4.922 3.500 4.211

b. Pangsa Tenaga Kerja (%) N% = M/K x100% 122,3 83,8 103

13 a. Keuntungan (Rp/Kg) O = K – M -897 678 678

b. Tingkat Keuntungan (%) P% = O/J x 100% -14,9 11,3 11,3

Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

14 Marjin (Rp/Kg) Q = J-H 5.500 5.500 5.500

a. Pendapatan Tenaga Kerja (%) R% = M/Q x 100% 89,5 63,6 76,6

b. Sumbangan Input Lain (%) S% = I/Q x 100% 26,8 24,0 25,4

c. Keuntungan Perusahaan (%) T% = O/Q x 100% -16,3 12,3 12,3

Sumber : Data Primer, 2017 (Diolah)

Keterangan : Me = Median / Nilai Tengah

Nilai output didapat dari perkalian antara faktor konversi dan harga output.

Nilai output sama dengan penerimaan kotor pengrajin untuk setiap 1 kg input yang

digunakan. Rata-rata nilai output yang dihasilkan yaitu Rp 6.000/kg, yang berarti

Page 92: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

75

setiap 1 kg produksi kerupuk akan menghasilkan Rp 6.000. Nilai tambah kerupuk

singkong adalah Rp 4.102/kg. Rasio nilai tambah yang dihasilkan yaitu 68,4%.

Rasio nilai tambah ini sama dengan tingkat keuntungan, yang berarti bahwa Rp

6.000 dari nilai output mengandung 68,4% untuk keuntungan. Hasil rasio nilai

tambah yang dihasilkan dari produksi kerupuk termasuk tinggi, karena menurut

Hubeis dalam Nabilah, dkk (2015:14), jika besarnya rasio nilai tambah lebih dari

40% maka nilai tambahnya tinggi. Pendapatan tenaga kerja yang dihasilkan yaitu

Rp 4.211/kg bahan baku dengan pangsa tenaga kerja 103%. Keuntungan usaha yang

diperoleh dari proses pengolahan ubikayu menjadi kerupuk tergantung besarnya

input. Pengolahan kerupuk dengan input 5 kg mengalami kerugian, sedangkan

pengolahan kerupuk dengan input 10 kg mendapat keuntungan sebesar Rp 678/kg

bahan baku dengan tingkat keuntungan 11,3%. Agar usaha kerupuk tidak

mengalami kerugian jika memasukkan upah tenaga kerja, batas minimal

penggunaan bahan baku yaitu 10 kg.

Margin didapatkan dari nilai output dikurangi dengan harga bahan baku,

kemudian didistribusikan ke faktor produksi. Balas jasa terbesar dari distribusi

marjin berasal dari pendapatan tenaga kerja sebesar 76,%. Artinya keuntungan

perusahaan menyumbang Rp 76,6 dari setiap Rp 100 margin perusahaan. Distribusi

selanjutnya yaitu sumbangan input lain sebesar 25,4 % dan terendah adalah

keuntungan perusahaan.

5.2.6 Analisis Nilai Tambah Tepung Gaplek

Input yang terdapat di Kecamatan Sepatan Timur untuk pengolahan tepung

yaitu 25 kg potongan ujung singkong yang dikeringkan (gaplek/tatal). Bahan baku

Page 93: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

76

yang digunakan berasal dari hasil potongan ujung singkong pembuatan tapai yang

telah dikeringkan. Hasil potongan ujung singkong akan dikeringkan oleh pengrajin

tapai sebelum dijual ke pengrajin tepung.

Tabel 21. Analisis Nilai Tambah Tepung Gaplek

No. Variabel Penghitungan Nilai

Output, Inptut, dan Harga

1 Output (Kg) A 25

2 Bahan Baku (Kg) B 25

3 Tenaga Kerja Langsung (HOK) C 0,3

4 Faktor Konversi D = A/B 1

5 Koefisien Tenaga Kerja (HOK/Kg) E = C/B 0,01

6 Harga Output (Rp/Kg) F 8.000

7 Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) G 70.000

Penerimaan dan Keuntungan

8 Harga Bahan Baku (Rp/Kg) H 1.040

9 Harga Input Lain (Rp/Kg) I 800

10 Nilai Output (Rp/Kg) J = D x F 8.000

11 a. Nilai Tambah (Rp/Kg) K = J-H-I 6.160

b. Rasio Nilai Tambah (Rp/Kg) L% = K/J x100% 77

12 a. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/Kg) M = E x G 700

b. Pangsa Tenaga Kerja (%) N% = M/K x100% 0,1

13 a. Keuntungan (Rp/Kg) O = K – M 5.460

b. Tingkat Keuntungan (%) P% = O/J x 100% 68,3

Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

14 Marjin (Rp/Kg) Q = J-H 6.960

a. Pendapatan Tenaga Kerja (%) R% = M/Q x 100% 10,1

b. Sumbangan Input Lain (%) S% = I/Q x 100% 11,5

c. Keuntungan Perusahaan (%) T% = O/Q x 100% 78,4

Sumber : Data Diolah (2017)

Input untuk pengolahan tepung gaplek hanya satu input yaitu 25 kg sehingga

tidak terdapat nilai tengah, sesuai Tabel 21. Faktor konversi didapatkan dari hasil

pembagian jumlah output dengan jumlah input. Faktor konversi yang dihasilkan

yaitu 1 yang artinya setiap satu kilogram singkong yang digunakan akan

menghasilkan 1 kg tepung. Koefisien tenaga kerja pada industri olahan tepung

Page 94: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

77

gaplek yaitu 0,01 yang artinya setiap tenaga kerja dalam 1 hari kerja mampu

mengolah bahan baku sebanyak 0,01 kg. Harga output ditentukan oleh pengrajin

dengan pertimbangan biaya transportasi dan biaya penggilingan.

Harga input lain didapatkan dari total biaya selain biaya bahan baku dibagi

dengan bahan baku yang digunakan. Biaya input lain yang digunakan dalam

produksi tepung berasal dari biaya pembelian potongan singkong kering seharga

Rp 13.000/bakul dan penggilingan sebesar Rp 20.000 untuk satu karung beras

ukuran 50 kg. Nilai output didapat dari perkalian antara faktor konversi dan harga

output. Nilai output sama dengan penerimaan kotor pengrajin untuk setiap 1 kg

input yang digunakan. Nilai output yang dihasilkan dari produksi tepung yaitu Rp

8.000/kg, yang berarti setiap 1 kg produksi tapai akan menghasilkan Rp 8.000.

Nilai tambah tepung gaplek adalah Rp 6.160/kg. Rasio nilai tambah yang

dihasilkan yaitu 77%. Rasio nilai tambah ini sama dengan tingkat keuntungan, yang

berarti bahwa Rp 6.160 dari nilai output mengandung 77% untuk keuntungan.

Dilihat dari hasil rasio nilai tambah yang dihasilkan dari produksi tepung termasuk

tinggi, karena menurut Hubeis dalam Nabilah, dkk (2015:14), jika besarnya rasio

nilai tambah lebih dari 40% maka nilai tambahnya tinggi. Pendapatan tenaga kerja

yang dihasilkan yaitu Rp 700/kg bahan baku dengan pangsa tenaga kerja 11,4%.

Keuntungan usaha yang diperoleh dari proses pengolahan ubi kayu menjadi

kerupuk sebesar Rp 5.460/kg bahan baku dengan pangsa pasar 11,4%.

Margin didapatkan dari nilai output dikurangi dengan harga bahan baku,

kemudian didistribusikan ke faktor produksi. Balas jasa terbesar dari distribusi

marjin berasal dari keuntungan perusahaan sebesar 78,4%. Artinya keuntungan

Page 95: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

78

perusahaan menyumbang Rp 78,4 dari setiap Rp 100 margin perusahaan. Distribusi

selanjutnya yaitu sumbangan input lain 11,5 % dan terendah adalah keuntungan

perusahaan 10,1%.

5.3 Analisis Pendapatan Olahan Singkong

Penghitungan pendapatan berdasarkan proses produksi selama satu bulan.

Analisis pendapatan untuk mengetahui produk olahan yang menghasilkan

pendapatan tertinggi. Hasil penerimaan pengrajin akan dikurangi dengan biaya

agroindustri yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari

biaya penyusutan alat, sedangkan biaya variabel terdiri dari biaya bahan baku, biaya

bahan penunjang, dan biaya pemasaran. Terakhir dilakukan perhitungan R/C rasio

untung mengetahui efisien atau tidaknya usaha yang dilakukan pengrajin.

5.3.1 Analisis Pendapatan Tapai Singkong

Terlihat pada Tabel 22, besarnya input berbanding lurus dengan besarnya

pendapatan yang diperoleh oleh pengrajin tapai. Nilai tengah untuk pendapatan

tapai singkong tiap bulan yaitu input 100 kg dengan pendapatan Rp 3.115.868 dan

input 150 kg dengan pendapatan Rp 3.852.990. Untuk menghasilkan nilai tengah

maka hasil pendapatan kedua input dirata-rata.

Selain dari hasil penjualan tapai singkong, penerimaan pengrajin tapai juga

berasal dari penjualan potongan ujung singkong kering (gaplek) dan aci yang

berasal dari hasil pengendapan air kerikan singkong. Pengrajin menjual gaplek ke

pengepul dengan harga Rp 13.000 per bakul, sedangkan untuk aci dijual dengan

harga Rp 5.000/liter ke pedagang kue. Menghasilkan satu bakul gaplek dan satu

Page 96: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

79

liter aci diperlukan beberapa kali proses produksi tapai. Kerikan singkong

sebenarnya diberikan gratis kepada pengrajin kerupuk, namun peneliti

menggunakan asumsi harga kerikan Rp 500/kg sesuai hasil wawancara ke pengrajin

tapai mengenai penetapan harga jika kerikan dijual.

Tabel 22. Analisis Pendapatan Tapai Singkong dalam Satu Bulan

No Keterangan Harga (Rp)

1.500 kg 2.100 kg 3000 kg 4.500 kg 6.000 kg 9.000 kg Me

Output (kg) 750 1.050 1.800 2.700 3.600 5.400

1 Penerimaan (TR)

Output x Rp

8.000/kg 6.000.000 8.400.000 14.400.000 21.600.000 28.800.000 43.200.000

Gaplek 78.000 97.500 97.500 130.000 195.000 390.000

Aci 30.000 30.000 37.500 50.000 75.000 150.000

Kerikan 45.000 75.000 90.000 150.000 195.000 300.000

Total

Penerimaan 6.153.000 8.602.500 14.625.000 21.930.000 29.265.000 44.040.000

2 Biaya Agroindustri (TC)

Biaya Tetap

Biaya

penyusutan 94.417 106.333 163.417 147.000 182.000 227.833

Biaya Variabel

Biaya bahan

baku 3.900.000 5.460.000 7.800.000 11.700.000 15.600.000 23.400.000

Biaya bahan

penunjang 155.010 215.010 440.715 785.010 1.110.000 1.770.000

Biaya

pemasaran 540.000 750.000 480.000 720.000 750.000 1.260.000

Upah tenaga

kerja 1.050.000 2.100.000 2.625.000 4.725.000 6.300.000 7.350.000

Total Biaya 5.739.427 8.631.343 11.509.132 18.077.010 23.942.000 34.007.833

3 Pendapatan

(TR-TC) 413.573 -28.843 3.115.868 3.852.990 5.323.000 10.032.167 3.484.429

4 R/C Ratio 1,1 1,0 1,3 1,2 1,2 1,3 1,2

Sumber : Data Primer, 2017 (Diolah)

Keterangan : Me = Median / Nilai Tengah

Pada Tabel 22, terlihat bahwa komponen biaya tertinggi yang dikeluarkan

pengrajin tapai yaitu biaya bahan baku, sedangkan komponen biaya terendah yaitu

biaya penyusutan alat. Pendapatan dan R/C rasio tapai singkong yang dijelaskan

Page 97: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

80

berasal dari nilai tengah atau median hasil perhitungan setiap input. Pendapatan

yang diterima pengrajin tapai yaitu Rp 3.484.429 per bulan sesuai Tabel 25. Hasil

pendapatan diperoleh dari total penerimaan dikurangi total biaya. Hasil R/C rasio

1,2 yang artinya pengorbanan tiap satu rupiah dari pengeluaran total dapat

memberikan penerimaan sebesar 1,2 kali dari biaya yang telah dikeluarkan. Dari

hasil R/C rasio terlihat bahwa usaha opak sudah efisien sesuai dengan pendapat

Soekartawi (2016:85) yang mengatakan bahwa jika R/C lebih dari 1 maka usaha

tergolong efisien. Nilai minus pada hasil perhitungan pendapatan dengan input

2.100 kg dikarenakan jumlah tenaga kerja yang kurang sesuai sehingga usaha

mengalami kerugian.

5.3.2 Analisis Pendapatan Opak Singkong

Pada Tabel 23, terlihat bahwa nilai tengah penerimaan opak yaitu Rp

1.890.000/bulan yang dihasilkan dari perkalian output dengan harga ouput/kg.

Biaya bahan baku merupakan komponen biaya tertinggi, dilanjutkan biaya bahan

penunjang, biaya penyusutan alat, dan biaya pemasaran. Biaya pemasaran

merupakan biaya terendah yang dikelurakan dalam produksi opak. Hal tersebut

karena biaya pemasaran hanya untuk pembelian tali rapia yang digunakan untuk

mengikat opak, sedangkan penjualannya mengandalkan pengepul yang datang

setiap harinya.

Pendapatan dan R/C rasio opak singkong yang dijabarkan berasal dari nilai

tengah atau median hasil perhitungan setiap input. Pendapatan kedua usaha tersebut

mengalami kerugian jika memperhitungkan upah tenaga kerja. Hasil R/C rasio juga

Page 98: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

81

memperlihatkan bahwa usaha opak menjadi tidak efisien karena nilai R/C rasio

kurang dari 1.

Tabel 23. Analisis Pendapatan Opak Singkong dalam Satu Bulan

No. Keterangan Harga (Rp)

240 kg 300 kg Me

Output (kg) 120 150

1 Penerimaan (TR)

Output x 14.000 1.680.000 2.100.000

2 Biaya Agroindustri (TC)

Biaya Tetap

Biaya penyusutan 78.833 94.000

Biaya Variabel

Biaya bahan baku 624.000 780.000

Biaya bahan penunjang 192.000 195.000

Biaya pemasaran 8.571 8.571

Upah tenaga kerja 1.050.000 1.050.000

Total Biaya 1.953.405 2.127.571

3 Pendapatan (TR-TC) -273.405 -27.571 -150.488

4 R/C Ratio 0,9 1,0 0,95

Sumber : Data Primer, 2017 (Diolah)

Keterangan : Me = Median / Nilai Tengah

5.3.3 Analisis Pendapatan Enyek-Enyek

Komponen biaya yang dikeluarkan untuk produksi enyek-enyek terdiri dari

biaya tetap dan biaya variabel. Biaya terbesar yang dikeluarkan berasal dari biaya

pembelian bahan baku, dilanjutkan dengan biaya bahan penunjang. Biaya terkecil

yaitu biaya pemasaran hanya untuk membeli tali rapia yang berfungsi mengikat

enyek-enyek per 10 lembar, sedangkan sistem penjualan menunggu pengepul yang

datang membeli ke rumah pengrajin.

Page 99: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

82

Pendapatan yang diterima pengrajin enyek-enyek dengan input 450 kg dan

900 kg mengalami kerugian jika memperhitungkan upah tenaga kerja, sedangkan

pendapatan enyek-enyek untuk input 1.800 kg masih mengalami keuntungan

walaupun masih tergolong rendah sehingga dapat dijadikan patokan minimal

produksi. Hasil R/C rasio terlihat bahwa usaha opak belum efisien karena R/C rasio

kurang dari 1.

Tabel 24. Analisis Pendapatan Enyek-Enyek dalam Satu Bulan

No. Keterangan Harga (Rp)

450 kg 900 kg 1.800 kg Nilai Positif

Output (kg) 171 342 771

1 Penerimaan (TR)

Output x 14.000 2.394.000 4.788.00 10.794.000

2 Biaya Agroindustri (TC)

Biaya Tetap

Biaya penyusutan 35.583 40.833 53.333

Biaya Variabel

Biaya bahan baku 1.170.000 2.340.000 4.680.000

Biaya bahan penunjang 612.501 1.095.000 2.310.000

Biaya pemasaran 4.333 6.500 13.000

Upah tenaga kerja 1.050.000 2.100.000 3.675.000

Total Biaya 2.872.418 5.582.333 10.731.333

3 Pendapatan (TR-TC) -478.418 -794.333 62.667 62.667

4 R/C Ratio 0,8 0,9 1,0 1,0

Sumber : Data Diolah (2017)

5.3.4 Analisis Pendapatan Keripik Singkong

Komponen biaya tertinggi yang dikeluarkan berasal dari biaya pembelian

bahan baku, sedangkan biaya terendah yang dikelurkan adalah biaya pemasaran

yaitu nol rupiah. Biaya pemasaran nol rupiah karena tidak ada biaya yang

Page 100: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

83

dikeluarkan untuk penjualan keripik singkong. Tidak ada biaya pengemasan karena

pengepul sendiri yang membawa plastik untuk menampung keripik yang dibeli.

Tabel 25. Analisis Pendapatan Keripik Singkong dalam Satu Bulan

No. Keterangan Harga (Rp)

1 Penerimaan (TR)

138 kg x 12.500 1.725.000

2 Biaya Agroindustri (TC)

Biaya Tetap

Biaya penyusutan 31.500

Biaya Variabel

Biaya bahan baku 780.000

Biaya bahan penunjang 60.000

Biaya pemasaran 0

Upah tenaga kerja 787.500

Total Biaya 1.659.000

3 Pendapatan (TR-TC) 66.000

4 R/C Ratio 1,0

Sumber : Data Diolah (2017)

Pendapatan yang diterima pengrajin keripik singkong yaitu Rp

66.000/bulan. Pendapatan ini masih tergolong sangat rendah untuk pendapatan

sertiap bulan. R/C rasio sebesar 1,0 yang artinya pengorbanan tiap satu rupiah dari

pengeluaran total dapat memberikan penerimaan sebesar 1,0 kali dari biaya yang

telah dikeluarkan. Hasil R/C rasio sama dengan 1, maka usaha keripik dengan input

300 kg per bulan (10 kg/hari) tidak mengalami kerugian maupun keuntungan.

5.3.5 Analisis Pendapatan Kerupuk Singkong

Komponen biaya tertinggi yang dikeluarkan berasal dari biaya pembelian

bahan penunjang, dilanjutkan biaya pembelian bahan baku dan biaya pemasaran.

Biaya pembelian bahan baku menggunakan asumsi Rp 500/kg sesuai dengan hasil

Page 101: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

84

wawancara dengan pengrajin jika menjual hasil kerikannya. Biaya pemasaran nol

rupiah karena tidak ada pengemasan untuk menjual kerupuk yang dihasilkan. Sama

seperti keripik, kerupuk langsung dibawa oleh pengepul yang datang.

Tabel 26. Analisis Pendapatan Kerupuk Singkong dalam Satu Produksi

No. Keterangan Harga (Rp)

150 kg 300 kg Me/Nilai Positif

Output (kg) 150 300

1 Penerimaan (TR)

Output x 6.000 900.000 1.800.000

2 Biaya Agroindustri (TC)

Biaya Tetap

Biaya penyusutan 8.917 11.208

Biaya Variabel

Biaya bahan baku 75.000 150.000

Biaya bahan penunjang 221.250 396.501

Biaya pemasaran 0 0

Upah tenaga kerja 787.500 1.050.000

Total Biaya 1.092.667 1.607.709

3 Pendapatan (TR-TC) -192.667 192.291 192.291

4 R/C Ratio 0,8 1,1 1,1

Sumber : Data Diolah (2017)

Keterangan : Me = Median / Nilai Tengah

Pendapatan per bulan yang diterima pengrajin kerupuk singkong dengan

input 150 kg/bulan (5 kg/hari) jika memasukkan upah tenaga kerja mengalami

kerugian Rp 192.667 dengan R/C rasio dibawah 1. Pendapatan dengan input 300

kg/bulan (10 kg/hari) masih mengalami keuntungan sebesar Rp 192.291 sehingga

pengrajin lebih baik berproduksi dengan input 300 kg/bulan agar tidak mengalami

kerugian. R/C rasio input 300 kg/bulan sebesar 1,1 yang artinya pengorbanan tiap

satu rupiah dari pengeluaran total dapat memberikan penerimaan sebesar 1,1 kali

dari biaya yang telah dikeluarkan. Hasil R/C rasio dengan input 300 kg terlihat

Page 102: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

85

bahwa usaha opak sudah efisien sesuai dengan pendapat Soekartawi (2016:85) yang

mengatakan bahwa jika R/C lebih dari 1 maka usaha tergolong efisien. Jadi,

pengrajin harus berproduksi diatas 10 kg/hari jika tidak ingin mengalami kerugian.

5.3.6 Analisis Pendapatan Tepung Gaplek

Pada Tabel 27, dapat dilihat bahwa komponen biaya tertinggi yang

dikeluarkan berasal dari biaya pembelian bahan baku, sedangkan biaya terendah

yang dikelurkan adalah biaya pembelian bahan baku dan biaya penunjang. Biaya

bahan baku untuk pembelian gaplek seharga Rp 13.000/bakul. Satu karung

dibutuhkan dua bakul penuh gaplek sehingga total biaya untuk pembelian bahan

baku adalah Rp 26.000, dilanjutkan biaya penunjang yaitu biaya untuk

penggilingan gaplek, biaya pemasaran untuk bensin, kantong plastik, dan biaya

penyusutan alat.

Tabel 27. Analisis Pendapatan Tepung Gaplek dalam Satu Bulan

No. Keterangan Harga (Rp)

1 Penerimaan (TR)

250 kg x 8.000 2.000.000

2 Biaya Agroindustri (TC)

Biaya Tetap

Biaya penyusutan 94.583

Biaya Variabel

Biaya bahan baku 260.000

Biaya penunjang 200.000

Biaya pemasaran 200.000

Upah tenaga kerja 175.000

Total Biaya 929.583

3 Pendapatan (TR-TC) 1.070.417

4 R/C Ratio 2,2

Sumber : Data Diolah (2017)

Page 103: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

86

Pengrajin melakukan penggilingan 3 hari sekali karena pengrajin

membutuhkan waktu untuk mengumpulkan gaplek sehingga dalam satu bulan

hanya terdapat sepuluh kali proses produksi. Penerimaan yang dihasilkan yaitu Rp

2.000.000/bulan dan pendapatan yang diterima pengrajin tepung yaitu Rp

1.070.417/bulan. Hasil R/C rasio sebesar 2,2 yang artinya pengorbanan tiap satu

rupiah dari pengeluaran total dapat memberikan penerimaan sebesar 2,2 kali dari

biaya yang telah dikeluarkan. Hasil R/C rasio terlihat bahwa usaha opak sudah

efisien.

5.4 Perbandingan Hasil Penghitungan

Upah tenaga kerja akan mempengaruhi hasil penghitungan keuntungan

pengrajin. Sesuai kondisi di Kecamatan Sepatan Timur, pemilik usaha merangkap

sebagai pekerja dan pekerja lain yang membantu dalam memproduksi olahan

singkong masih anggota keluarga sehingga tidak ada upah yang diberikan. Selain

itu, kerikan singkong untuk bahan baku pembuatan kerupuk didapatkan gratis dari

pengrajin tapai sehingga tidak ada biaya untuk pembelian bahan baku. Jika

penghitungan disesuaikan dengan kondisi tersebut, maka hasilnya sesuai dengan

Tabel 28.

Hasil nilai tambah tidak mengalami perubahan karena dalam penghitungan

nilai tambah tidak dipengaruhi oleh tenaga kerja kecuali nilai tambah kerupuk

karena dalam penghitungan Tabel 28, tidak diperhitungkan biaya bahan baku

sehingga hasil nilai tambahnya berbeda dengan Tabel 20. Sebagian besar distribusi

marjin lebih banyak untuk keuntungan perusahaan karena pemilik usaha merangkap

sebagai tenaga kerja.

Page 104: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

87

Tabel 28. Hasil Penghitungan Nilai Tambah dan Pendapatan Tanpa Memasukkan

Upah Tenaga Kerja

Produk Input

(Kg)

Nilai

Tambah

(Rp/kg)

Distribusi Marjin Pendapatan Usaha

(Rp/bulan) Pendapatan TK

Sumbangan Input Lain

Keuntungan Perusahaan

Tapai

50 1.298 - 7,4% 92,6% 1.435.948

70 1.298 - 7,3% 92,7% 2.014.871

100 2.053 - 6,7% 93,3% 5.669.862

150 2.026 - 7,9% 92,1% 8.445.864

200 2.015 - 8,4% 91,6% 11.446.344

300 2.006 - 8,8% 91,2% 17.147.145

Opak 8 3.671 - 16,6% 83,4% 795.114

10 3.807 - 13,5% 86,5% 1.040.956

Eyek-

Enyek

15 1.359 - 50,0% 50,0% 572.220

30 1.503 - 45,0% 55,0% 1.306.273

60 2.113 - 38,0% 62,0% 3.738.405

Keripik 10 1.483 - 53,0% 47,0% 872.014

Kerupuk 5 4.525 - 24,6% 75,4% 669.949

10 4.678 - 22,0% 78,0% 1.392.408

Tepung 25 6.160 - 11,5% 88,5% 1.308.904

Sumber : Data Diolah (2017)

Berbeda dengan hasil pengitungan Tabel 28, distribusi marjin tertinggi jika

memperhitungkan upah tenaga kerja lebih banyak untuk pendapatan tenaga kerja

sesuai Tabel 29. Namun, beberapa usaha yang mengalami kerugian dilihat dari

pendapatan yang diterima, yaitu industri tapai dengan input 70 kg, industri opak

dengan input 8 kg dan 10 kg, industri enyek-enyek dengan input 15 kg dan 30 kg,

dan industri kerupuk dengan input 5 kg. Penghitungan Tabel 29 menandakan bahwa

penggunaan upah tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja sangat mempengaruhi

pendapatan yang diterima pengrajin. Agar lebih jelas antara pengaruh upah tenaga

kerja terhadap pendapatan pengrajin, disajikan grafik pendapatan tapai pada

Gambar 8.

Page 105: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

88

Tabel 29. Hasil Penghitungan Nilai Tambah dan Pendapatan dengan Memasukkan

Upah Tenaga Kerja

Produk Input

(Kg)

Nilai Tambah

(Rp/kg)

Distribusi Marjin Pendapatan

Usaha

(Rp/bulan) Pendapatan

TK Sumbangan Input Lain

Keuntungan Perusahaan

Tapai

50 1.298 50,0% 7,4% 42,6% 413.573

70 1.298 71,4% 7,3% 21,3% -28.843

100 2.053 39,8% 6,7% 53,6% 3.115.868

150 2.026 47,7% 7,9% 44,3% 3.852.990

200 2.015 47,7% 8,4% 43,9% 5.323.000

300 2.006 37,1% 8,8% 54,1% 10.032.167

Opak 8 3.671 99,4% 16,6% -16,0% -273.405

10 3.807 79,5% 13,5% 7,0% -27.571

Eyek-

Enyek

15 1.359 85,8% 50,0% -35,8% -478.418

30 1.503 85,8% 44,7% -30,5% -794.333

60 2.113 60,1% 37,8% 2,1% 62.667

Keripik 10 1.483 83,0% 53,0% -36,0% 66.000

Kerupuk 5 4.025 82,0% 24,6% -6.6% -192.667

10 4.178 58,3% 22,0% 19,6% 192.291

Tepung 25 6.160 10,1% 11,5% 78,4% 1.070.417

Sumber : Data Diolah (2017)

Gambar 8. Grafik Pendapatan Usaha Tapai Singkong Kec. Sepatan Timur

Page 106: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

89

5.5 Pengembangan Produk Olahan Singkong

Hasil analisis nilai tambah dan analisis finansial usaha menghasilkan nilai

tengah dari nilai tambah dan pendapatan. Pada Tabel 30, nilai tambah tertinggi

untuk produk berbahan baku singkong adalah opak sebesar Rp 3.739 dengan rasio

nilai tambah tergolong tinggi yaitu 53,4%. Nilai tambah tertinggi untuk produk

berbahan baku sampingan adalah tepung sebesar Rp 6.160 dengan rasio nilai

tambah tergolong tinggi yaitu 77%. Pendapatan tertinggi, baik dengan

penghitungan upah tenaga kerja maupun tidak yaitu produk berbahan baku

singkongadalah tapai, sedangkan untuk produk berbahan baku sampingan adalah

tepung.

Tabel 30. Nilai Tengah Produk Olahan Singkong

No. Produk

Nilai Tengah

Nilai

Tambah

(Rp/kg)

Pendapatan

dengan Upah

TK (Rp/Bulan)

R/C

Rasio

Pendapatan

Tanpa Upah TK

(Rp/Bulan)

R/C

Rasio

Bahan Baku Singkong

1 Tapai 2.011 3.484.429 1,2 7.057.860 2,1

2 Opak 3.739 -150.488 0,95 918.030 2,0

3 Keripik 1.483 62.667 1,0 872.010 2,0

4 Enyek-Enyek 1.503 66.000 1,0 1.306.260 1,4

Bahan Baku Sampingan

5 Kerupuk 4.602 192.291 1,1 1.091.190 4,2

6 Tepung 6.160 1.070.417 2,2 3.926.700 2,9

Sumber : Data Primer (2017)

Mendukung tata wilayah kawasan agropolitan dari segi pengolahan yang

sudah dikuasai oleh masyarakat, usulan produk berbahan baku utama singkong

yang dapat dikembangkan adalah opak singkong dan tapai singkong berdasarkan

nilai tambah tertinggi dan pendapatan tertinggi. Olahan sampingan yang dihasilkan,

Page 107: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

90

hasil analasis memperlihatkan bahwa tepung memiliki nilai tambah dan pendapatan

tertinggi dibandingkan kerupuk. Jadi, usulan untuk produk sampingan yang dapat

dijalankan adalah tepung gaplek. Produk sampingan ini dapat dikembangkan

bersamaan dengan adanya produksi tapai agar tidak ada bahan yang terbuang dari

pengolahan singkong menjadi tapai karena kerikan singkong dapat dikeringkan

bersamaan dengan ujung singkong dan digiling menjadi tepung. Usulan produk ini

dimaksudkan untuk bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah Kecamatan

Sepatan Timur agar lebih fokus untuk mengembangkan produk yang diusulkan.

5.6 Strategi Pengembangan Produk

5.6.1 Identifikasi Faktor-Faktor Strategi Internal

Berdasarkan identifikasi kondisi internal produk olahan singkong yaitu

opak dan tapai di Kecamatan Sepatan Timur, dapat diketahui informasi mengenai

kekuatan dan kelemahan yang dapat dilihat pada Tabel 31 berikut:

Tabel 31. Kekuatan dan Kelemahan IRT Tapai dan Opak di Kecamatan Sepatan

Timur

Faktor-Faktor Internal

Kekuatan Kelemahan

1. Menghasilkan nilai tambah

tertinggi (opak) dan

pendapatan tertinggi (tapai)

2. Jumlah pengrajin 84 rumah

tangga

3. Kontinuitas produksi

4. IRT olahan tapai dan opak

sudah bertahan puluhan tahun

5. Peluang pasar masih terbuka

lebar

1. Bahan baku dari Bogor dan tidak ada

kerjasama yang jelas menyulitkan

mengontrol kualitas singkong

2. Minimnya penguasaan teknologi

3. Belum ada pengemasan yang baik

4. Belum ada izin usaha / P-IRT

5. Pengrajin opak tidak bebas menentukan

harga karena tengkulak

6. Kelembagaan usaha belum terbentuk

Page 108: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

91

a. Kekuatan

Kekuatan dari industri rumah tangga tapai singkong dan opak singkong di

Kecamatan Sepatan Timur meliputi :

1. Menghasilkan nilai tambah tertinggi (opak) dan pendapatan tertinggi (tapai)

Hasil analisis nilai tambah dengan metode Hayami didapatkan produk opak

memiliki nilai tambah tertinggi dibandingkan produk lain, yaitu sebesar Rp

3.739. Untuk hasil dari analisis pendapatan didapatkan produk yang

menghasilkan pendapatan tertinggi yaitu tapai dengan pendapatan Rp

235.262 dengan R/C rasio 2,1. Kedua produk tersebut dapat dijadikan fokus

untuk pemerintah dalam mengembangkan produk olahan di Kecamatan

Sepatan Timur.

2. Jumlah pengrajin 84 rumah tangga

Total pengrajin olahan singkong di Kecamatan Sepatan Timur yaitu 84

rumah tangga, dengan jumlah pengolah tapai sebanyak 30 pengrajin, opak

berjumlah 19 pengrajin, enyek-enyek berjumlah 5 pengrajin, keripik

berjumlah 11 pengrajin, kerupuk berjumlah 9 pengrajin, dan tepung

berjumlah 10 pengrajin. Terlihat bahwa jumlah pengrajin tapai dan opak

lebih banyak dibandingkan yang lain. Beberapa pengrajin sebenarnya

mempunyai keahlian mengolah singkong menjadi lebih dari satu produk,

Namun pengrajin fokus mengerjakan satu produk dikarenakan keterbatasan

tenaga dan mengikuti permintaan pelanggan. Tersedianya SDM yang cukup

banyak dan berpengalaman dalam mengolah singkong akan memudahkan

untuk produksi dalam skala besar.

Page 109: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

92

3. Kontinuitas produksi

Produksi tapai singkong dan opak singkong di Kecamatan Sepatan Timur

hampir dilakukan setiap hari. Hal ini dikarenakan beberapa pengrajin sangat

mengandalkan hasil penjualan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

4. IRT olahan tapai dan opak sudah bertahan puluhan tahun

Keahlian mengolah singkong diajarkan turun temurun dari keluarga.

Biasanya anak-anak, terutama perempuan akan membantu orangtuanya

berproduksi sampai mereka ahli dalam mengolah singkong. Beberapa anak

yang sudah menikah pada akhirnya juga memulai usaha mengolah singkong

untuk membantu perekonomian keluarga. Rata-rata lamanya mereka

melakukan usaha olahan singkong sudah lebih dari sepuluh tahun.

Bertahannya pengolahan singkong selama puluhan tahun membuktikan

bahwa usaha pengolahan singkong dapat memenuhi kebutuhan ekonomi

beberapa keluarga.

5. Peluang pasar masih terbuka lebar

Sampai saat ini, industri olahan tapai dan opak masih mempunyai peluang

pasar yang cukup menjanjikan. Telihat di Kecamatan Sepatan Timur, hasil

produksi tapai dan opak yang dihasilkan setiap pengrajin pasti habis dibeli

konsumen setiap harinya. Penggunaan tapai yang dapat diolah kembali atau

menjadi tambahan makanan lain, serta opak yang sudah dikenal dari dulu

oleh masyarakat sebagai makanan ringan membuat kedua produk ini masih

tetap bertahan dan dicari konsumen.

Page 110: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

93

b. Kelemahan

Kelemahan dari industri rumah tangga tapai singkong dan opak singkong di

Kecamatan Sepatan Timur meliputi :

1. Bahan baku dari Bogor dan tidak ada kerjasama yang jelas menyulitkan

mengontrol kualitas singkong

Bahan baku untuk pengolahan singkong di Kecamatan Sepatan Timur

berasal dari Bogor karena di Kecamatan Sepatan Timur tidak ada yang

membudidayakan singkong dan tidak ada lahan yang tersedia.

Tabel 32. Data Penggunaan Lahan di Kecamatan Sepatan Timur

Jumlah Luas Penggunaan Lahan (Ha)

Lahan Pertanian Lahan Bukan

Pertanian

Sementara Tidak

Diusahakan Total

Lahan Sawah Lahan Bukan Sawah

935 222 670 - 1,827

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Tangerang (2016)

Hasil output tapai sangat ditentukan oleh singkong yang digunakan.

Penggunaan singkong tua menghasilkan output tapai lebih besar

dibandingkan singkong muda, seperti input singkong 200 kg menggunakan

singkong tua menghasilkan output 120 kg sedangkan singkong muda

menghasilkan output 100 kg. Singkong yang diturunkan ditentukan oleh

pengepul di Bogor sesuai stok yang ada.

2. Minimnya penguasaan teknologi

Pengrajin sebagian besar adalah orangtua yang memang tidak bisa

menggunakan smartphone dan belum mengenal teknologi untuk

pengemasan modern. Hal ini dikarenakan belum ada pelatihan yang

mengenalkan teknologi sepeti pengemasan dan penjualan online yang dapat

membantu usaha para pengrajin agar lebih maju.

Page 111: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

94

3. Belum ada pengemasan yang baik

Pengemasan untuk menjual produk tapai dan opak dengan packaging yang

rapih dan sesuai standar belum dilakukan. Pengemasan untuk tapai

singkong masih menggunakan kantong plastik biasa dan pengemasan opak

dengan cara diikat dengan tali rapia yang terlihat kurang menarik.

Pengemasan yang menarik dengan informasi yang lengkap tentang produk

akan menarik konsumen untuk membeli dan jangkuan penjualan akan lebih

luas. Sesuai dengan hasil penelitian Syaputri (2015), kemasan, merek, dan

harga berpengaruh terhadapat loyalitas konsumen pada UKM keripik

singkong SULIS di Samarinda. Ketiga variabel yaitu kemasan, merek, dan

harga, dihasilkan bahwa kemasan merupakan variabel yang mempunyai

pengaruh besar terhadapat loyalitas pembelian. Semakin menarik kemasan

maka semakin konsumen tertarik untuk membeli produk.

4. Belum ada izin usaha / P-IRT

PIRT merupakan izin usaha khusus untuk usaha skala kecil. Para pengrajin

belum memikirkan untuk mengurus perizinan usaha karena bagi pengrajin

yang terpenting adalah jualan mereka habis dibeli dan keuntungannya dapat

digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Selain itu, pengrajin belum

mengetahui pentingnya mengurus izin usaha karena selama ini produksi

masih dapat berlanjut walaupun tanpa adanya izin usaha.

5. Pengrajin opak tidak bebas menentukan harga

Penjualan opak masih mengandalkan tengkulak yang setiap harinya datang

membeli opak ke setiap pengrajin. Harga jual ditentukan dari hasil

Page 112: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

95

kesepakatan antara tengkulak dan pengrajin. Hal ini menyebabkan harga

jual dari pengrajin lebih rendah dan pengrajin tidak bisa menentukan secara

sepihak harga jual opak walaupun harga bahan baku naik.

6. Kelembagaan usaha belum terbentuk

Selama ini, pengrajin masih menjalankan usahanya sendiri-sendiri, mulai

dari produksi sampai penjualan. Belum ada yang mengkoordinir para

pengrajin serta minimnya pendidikan pengrajin membuat usaha tidak

terorganisir dengan baik dan tidak berkembang. Pembentukan kelembagaan

dengan tujuan, pengorganisasian yang baik (produksi, keuangan, SDM, dan

pemasaran), pengarahan, dan pengawasan usaha dapat membuat usaha lebih

berkembang.

5.6.2 Identifikasi Faktor-Faktor Eksternal

Informasi mengenai peluang dan ancaman yang dihadapi IRT tapai dan

opak singkong di Kecamatan Sepatan Timur sesuai pada Tabel 33 yaitu:

Tabel 33. Peluang dan Ancaman Agroindustri Olahan Singkong di Kecamatan

Sepatan Timur

Faktor-Faktor Eksternal

Peluang Ancaman

1. Tata wilayah Kecamatan Sepatan Timur

sebagai kawasan agropolitan

2. Pekembangan teknologi informasi

3. Terdapat program pelatihan dan pembinaan

UMKM dari Dinas Koperasi dan UMKM

Kabupaten Tangerang

4. Potensi lahan budidaya singkong di

Kabupaten Tangerang

5. Banyaknya penyelenggaraan pameran atau

bazaar yang mengenalkan produk UMKM

1. Persaingan tapai dan opak

dengan produk sejenis dari

luar Kecamatan Sepatan

Timur

2. Produk tapai dengan

kemasan modern dan

bermerek

3. Terdapat tengkulak opak

Page 113: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

96

a. Peluang

Peluang dari industri rumah tangga tapai singkong dan opak singkong di

Kecamatan Sepatan Timur meliputi :

1. Tata wilayah Kecamatan Sepatan Timur sebagai kawasan agropolitan

Kecamatan Sepatan Timur merupakan daerah yang diperuntukkan untuk

menjadi kawasan agropolitan, sesuai dengan rencana tata wilayah

Kabupaten Tangerang tahun 2011-2031 pasal 51. Agropolitan ditujukan

untuk meningkatkan produksi pertanian dan penjualan hasil-hasil pertanian,

mendukung tumbuhnya agro-processing skala kecil-menengah dan

mendorong keberagaman aktivitas ekonomi dari pusat pasar.

2. Perkembangan teknologi informasi

Saat ini teknologi informasi semakin berkembang dengan banyaknya

berbagai macam fitur yang memudahkan penggunanya. Internet, media

sosial, dan situs jual beli online sangat memudahkan produsen untuk

menjual produknya serta memudahkan konsumen untuk membeli produk.

Jika menjual secara online, jangkauan pemasaran akan semakin luas. Hal

ini merupakan peluang yang sangat baik untuk memasarkan produk tapai

dan opak Kecamatan Sepatan Timur lebih luas.

3. Terdapat program pelatihan dan pembinaan UMKM dari Dinas Koperasi

dan UMKM Kabupaten Tangerang

Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Tangerang dapat melakukan

pelatihan dan pembinaan untuk UMKM yang tersebar di Kabupaten

Tangerang. Pelatihan yang dapat diberikan diantaranya mengenai

Page 114: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

97

pengemasan produk dan pemasaran online. Pengrajin dapat melakukan

pengajuan pelatihan dan pembinaan kepada Dinkop Kabupaten Tangerang

sesuai kebutuhan pengrajin saat ini untuk meningkatkan kualitas SDM.

4. Potensi lahan budidaya singkong di Kabupaten Tangerang

Kecamatan Sepatan Timur sudah tidak mempunyai lahan yang dapat

dimanfaatkan untuk budidaya singkong karena lahan sudah didominasi

persawahan dan bangunan. Namun, beberapa Kecamatan di Kabupaten

Tangerang masih memproduksi singkong. Terdapat 14 Kecamatan di

Kabupaten Tangerang yang masih memproduksi singkong sesuai Tabel 34.

Kecamatan Tigaraksa mempunyai lahan terbanyak untuk budidaya

singkong dengan produksi tertinggi yaitu 353 ton/tahun. Selanjutnya,

terdapat Kecamatan Solear dengan produksi 224 ton/tahun, Kecamatan

Pagedangan dengan produksi 182 ton/tahum, dan kecamatan lainnya. Data

tersebut belum temasuk lahan yang dibawah satu hektar milik warga.

Menurut Djuwardi (2011:17), jika budidaya dilakukan intensif dengan bibit

varietas yang tepat pada lahan yang sesuai produksi bisa mencapai 20-30

ton/ha, sehingga jika lahan singkong yang sudah ada di Kabupaten

Tangerang dibudidayakan dengan tepat maka seharusnya produksi tahun

2016 bisa mencapai 2.420 – 3.630 ton/ha. Kecamatan Sepatan Timur dapat

mengambil bahan baku dari Kecamatan terdekat di Kabupaten Tangerang

yang masih memproduksi singkong, seperti Kecamatan Tigarakasa

sehingga harga bahan baku bisa lebih rendah dan memanfaatkan hasil

pertanian dari satu Kabupaten.

Page 115: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

98

Tabel 34. Luas Lahan, Produktivitas, dan Produksi Singkong Kabupaten

Tangerang Tahun 2016

No. Kecamatan Luas Lahan

(Ha)

Produktivitas

(ku/ha)

Produksi

(ton/tahun)

1 Cisoka - - -

2 Solear 17 131.5 224

3 Tigaraksa 27 130.9 353

4 Jambe 5 130.4 65

5 Cikupa 10 131.3 131

6 Panongan 8 131.4 105

7 Curug 4 131.6 53

8 Kelapa Dua 2 130.2 26

9 Legok 12 128.9 155

10 Pagedangan 14 130.2 182

11 Cisauk 9 129.2 116

12 Pasar kemis - - -

13 Sindang Jaya - - -

14 Balaraja 2 128.9 26

15 Jayanti - - -

16 Sukamulya - - -

17 Kresek 1 129.2 13

18 Gunung Kaler - - -

19 Kronjo - - -

20 Mekar Baru - - -

21 Mauk - - -

22 Kemiri 1 128.6 13

23 Sukadiri - - -

24 Rajeg 9 129.6 117

25 Sepatan - - -

26 Sepatan Timur - - -

27 Pakuhaji - - -

28 Teluknaga - - -

29 Kosambi - - -

Jumlah / Total 121 130,5 1.579

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Tangerang (2016)

5. Banyaknya penyelenggaraan pameran atau bazaar yang mengenalkan

produk UMKM

Saat ini, berbagai institusi banyak menggelar pameran atau bazaar yang

memperkenalkan berbagai macam produk dari UMKM seluruh Indonesia.

Page 116: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

99

Pameran tersebut dapat membantu peserta untuk mengenalkan produk

unggulannya sehingga masyarakat akan lebih mengenal produk yang

ditawarkan dan sangat efektif untuk memperluas pemasaran dan jaringan

usaha. Beberapa pameran atau bazar yang tiap tahun diselenggarakan yaitu

Jakarta IKM Expo, Agrinex Expo, serta Koperasi dan UMKM Expo.

b. Ancaman

Ancaman dari agroindustri tapai singkong dan opak singkong di Kecamatan

Sepatan Timur meliputi :

1. Persaingan tapai dan opak dengan produk sejenis dari luar Kecamatan

Sepatan Timur

Produk tapai singkong dan opak singkong adalah makanan tradisional yang

mudah dijumpai di beberapa tempat. Banyaknya penjual olahan singkong,

terutama tapai singkong dan opak singkong membuat persaingan di dalam

daerah menjadi ketat, seperti tapai dari Bogor yang sudah masuk ke pasar-

pasar di daerah Tangerang dan sekitarnya.

2. Produk tapai dengan kemasan modern dan bermerek

Sudah banyaknya produk olahan singkong yang dijual di pasaran menjadi

salah satu ancaman bagi pelaku usaha. Terlebih jika kompetitor sudah lebih

dulu berkembang dengan brand dan kemasan yang baik sehingga menarik

konsumen, seperti produk tapai yang sudah mulai masuk ke pasar dan

swalayan dengan kemasan yang memiliki branding product.

3. Terdapat tengkulak opak

Tengkulak sangat berperan dalam penentuan harga opak di Kecamatan

Page 117: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

100

Sepatan Timur. Tengkulak tidak akan membeli jika harga opak terlalu tinggi

walaupun harga bahan baku naik. Hal ini membuat pengrajin harus pintar

mensiasati agar harga tidak naik dengan mengurangi penggunaan bahan

input lain.

5.6.3 Matriks SWOT

Strategi pengembangan produk olahan tapai dan opak singkong di

Kecamatan Sepatan Timur ditentukan dengan analisis SWOT menggunakan

matriks SWOT. Beberapa kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dijelaskan

kemudian dianalisis sehingga menciptakan strategi S-O, strategi W-O, strategi S-T,

dan strategi W-T, sebagaimana dijelaskan pada Tabel 35. Matriks ini didapat dari

hasil pengamatan di lapangan, wawancara dengan pengrajin, serta wawancara

dengan narasumber dari Dinas Pertanian, Dinas Koperasi dan UMKM, dan

pengusaha keripik singkong ‘keripik dalma’.

Berdasarkan analisis yang menghasilkan lima kekuatan, enam kelemahan,

lima peluang, dan dua ancaman yang ada dalam IRT tapai singkong dan opak

singkong di Kecamatan Sepatan Timur maka dapat dirumuskan strategi alternatif

sesuai dengan Tabel 35 untuk pengembangan produk lebih lanjud. Terdapat tiga

strategi S-O, dua strategi S-T, empat strategi W-O, dan dua strategi W-T yang

dihasilkan. Strategi yang telah terbentuk dapat dipilih dan disesuaikan dengan

kondisi yang ada pada IRT tapai singkong dan opak singkong di Kecamatan

Sepatan Timur saat ini serta strategi tersebut memungkinkan dan mudah untuk

diaplikasikan lebih dahulu.

Page 118: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

101

Tabel 35. Matriks SWOT Pengembangan Produk Tapai dan Opak Singkong di

Kecamatan Sepatan Timur Kekuatan (S)

1. Menghasilkan nilai tambah

tertinggi (opak) dan

pendapatan tertinggi

(tapai)

2. Jumlah pengrajin 84

rumah tangga

3. Kontinuitas produksi

4. IRT olahan tapai dan opak

sudah bertahan puluhan

tahun

5. Peluang pasar masih

terbuka lebar

Kelemahan (W)

1. Bahan baku dari Bogor

dan tidak ada kerjasama

yang jelas menyulitkan

mengontrol kualitas

singkong

2. Minimnya penguasaan

teknologi

3. Belum ada pengemasan

yang baik

4. Belum ada izin usaha /

P-IRT

5. Pengrajin opak tidak

bebas menentukan

harga karena tengkulak

6. Kelembagaan usaha

belum terbentuk

Peluang (O)

1. Tata wilayah Kecamatan

Sepatan Timur sebagai

kawasan agropolitan

2. Perkembangan teknologi

informasi

3. Terdapat program pelatihan

dan pembinaan UMKM dari

Dinas Koperasi dan UMKM

Kabupaten Tangerang

4. Banyaknya penyelenggaraan

pameran atau bazar yang

mengenalkan produk UMKM

5. Potensi lahan budidaya

singkong di Kabupaten

Tangerang

Strategi S-O

1. Deferensiasi produk (S2,

S3, O2, O3, O4, O5)

2. Melakukan promosi dan

pemasaran online (S1, S2,

S3, O1, O2, O4)

3. Mengikuti bazar (S1, S3,

S4, S5, O1, O2, O4)

Strategi W-O

1. Mengadakan pelatihan

pengemasan produk dan

pemasaran online (W2,

W3, O2, O3)

2. Mengurus P-IRT (W4,

O2, O3)

3. Melakukan kemitraan

untuk penyediaan bahan

baku dari Kabupaten

Tangerang (W1, W6,

O5)

4. Membentuk koperasi

produksi (W1, W2, W3,

W5, W6, O2, O3)

Ancaman (T)

1. Persaingan tapai dan opak

dengan produk sejenis dari

luar Kecamatan Sepatan

Timur

2. Produk tapai dengan

kemasan modern dan

bermerek

3. Tedapat tengkulak opak

Strategi S-T

1. Meningkatkan kuantitas

dan kualitas produksi

untuk memenuhi

permintaan pasar yang

baru (T1, S2, S3, S5)

2. Penjualan produk dengan

menitipkan ke outlet-

outlet yang ada di

Tangerang dan sekitarnya

(T1, T3, S4, S5)

Strategi W-T

1. Melakukan kemitraan

untuk penjualan hasil

produksi (W6, T1, T2,

T3)

2. Membuat kemasan

menarik dengan

branding produk (W3,

T1, T2)

Sumber : Data Primer (2017)

Page 119: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

102

a. Startegi S-O

1. Deferensiasi produk

Deferensiasi produk dapat dilakukan oleh pengrajin selain pengemasan yang

menarik, pengrajin dapat melakukan eksperimen agar produk tapai singkong

dan opak dapat lebih diterima oleh masyarakat. Produk opak yang dihasilkan

dapat dibuat menjadi beberapa ukuran. Ukuran besar yang biasa diproduksi

untuk konsumen saat ini serta ukuran kecil yang nantinya akan dikemas.

Ukuran kecil dapat dibuat sedikit lebih tebal agar tidak mudah hancur saat

dikemas. Produk tapai singkong dan opak singkong juga dapat ditambahkan

varian rasa agar konsumen memiliki banyak pilihan sehingga tidak kalah

dengan produk jajanan lain di pasaran. Tapai dapat ditambahkan rasa seperti

pandan, coklat, dan stroberi serta opak ditambahkan varian rasa seperti keju

dan pedas.

2. Melakukan promosi dan pemasaran online

Pengrajin harus menjual produknya sendiri tanpa melalui tengkulak. Selama

ini pengrajin hanya menjual produknya langsung ke tempat biasa mereka

berjualan. Promosi dan penjualan melalui online akan memudahkan pengrajin

untuk menjual produk dan bebas menetapkan harga jualnya. Promosi dan

penjualan dapat dilakukan melalui media sosial dan webiste agar dapat

dijangkau konsumen yang ada di luar daerah.

3. Mengikuti bazar

Produk tapai dan opak dapat diikut sertakan ke pameran-pameran makanan

hasil industri rumah tangga yang biasa diadakan oleh institusi tertentu atau

Page 120: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

103

DinKop dan UMKM Kabupaten Tangerang. pengenalan bahwa di Kecamatan

Sepatan Timur memiliki industri rumah tangga olahan singkong.

b. Strategi W-O

1. Mengadakan pelatihan pengemasan produk dan pemasaran online

Kelemahan yang dimiliki pengrajin olahan tapai dan opak singkong

diantaranya minim penguasaan teknologi seperti pengemasan modern dan

penjualan online. Strategi alternatif yang dirumuskan yaitu melalui pelatihan

dari Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Tangerang. Pengrajin dapat

mengajukan pelatihan mengenai pengemasan produk yang baik dan pelatihan

pemasaran online. Setelah adanya pengajuan dari pengrajin, pihak Dinas

Koperasi dan UMKM Kabupaten Tangerang akan mengatur jadwal dan

menganggarkan untuk melakukan pelatihan dan pembinaan untuk pengrajin.

Diharapkan setelah mendapat pelatihan dan pembinaan, kemampuan

pengrajin dalam berproduksi menjadi lebih baik dan penjualan meningkat.

Jika proses produksi dan produk sudah baik dan memenuhi standar, maka

pengurusan izin usaha akan lebih mudah.

2. Mengurus izin usaha atau P-IRT

Adanya izin usaha menerangkan bahwa produk layak dan aman untuk

dikonsumsi. Izin usaha atau P-IRT akan menambah keyakinan konsumen

untuk membeli produk tersebut sehingga dapat bersaing dengan produk

sejenis. Izin PIRT dapat diperoleh dari Dinas Kesehatan di Tigaraksa, khusus

untuk wilayah Kabupaten Tangerang. Berikut adalah persyaratan pengajuan

Page 121: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

104

SPP-PIRT (Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga) Kabupaten

Tangerang :

a) Fotocopy KTP pemohon yang masih berlaku

b) Akta pendirian perusahaan

c) Surat yang menyatakan status bangunan (hak milik/sewa/kontrak)

d) Fotocopi izin mendirikan bangunan

e) Data perusahaan makanan dan data produk makanan

f) Peta lokasi dan gambar denah bangunan

g) Surat keterangan domisili usaha

h) Pas foto 4x6 (2 lembar)

i) Surat pernyataan membuat label yang memenuhi syarat

j) Fotocopi sertifikat penyuluhan keamanan pangan

k) Sertifikat hasil uji laboratorium produk makanan

3. Melakukan kemitraan untuk penyediaan bahan baku dari Kabupaten

Tangerang

Pengadaan bahan baku akan lebih baik jika berasal dari daerah tersebut

karena harga bahan baku menjadi lebih rendah. Namun, ketersediaan lahan di

Kecamatan Sepatan Timur tidak memungkinkan untuk budidaya singkong.

Pemerintah daerah dapat melakukan pengadaan singkong dari beberapa

kawasan di Kabupaten Tangerang. Beberapa daerah di Kabupaten Tangerang

masih membudidayakan singkong sehingga dari segi jarak terdekat,

kerjasama pengadaan singkong dapat dilakukan dengan petani singkong yang

ada di Kecamatan Rajeg, Kecamatan Cikupa, dan Kecamatan Tigaraksa.

Page 122: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

105

Menurut Soekartawi (2001:54), agar ketersediaan bahan baku terjamin,

pemerintah daerah dapat melakukan pembelian bahan baku dengan beberapa

cara :

a) Melakukan kontrak pembelian dengan petani atau pihak lain.

b) Melakukan kerja sama pengadaan bahan baku melalu prinsip-prinsip

partnership

c) Melakukan pembelian langsung.

4. Membentuk koperasi produksi

Koperasi produksi bertujuan untuk membantu usaha anggotanya, seperti

menyediakan bahan baku yang dibutuhkan dan menampung serta membantu

menjual barang yang dihasilkan oleh anggotanya. Para pelaku usaha yang

bergabung dapat berdiskusi bersama untuk menyelesaikan masalah yang

dihadapi selama menjalankan usahanya.

c. Strategi S-T

1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi untuk memenuhi permintaan

pasar yang baru

Jika ingin menjangkau pasar yang lebih luas, peningkatan kuantitas dan

kualitas produksi sangat diperlukan. Mengikuti pameran dan bazar serta

pemasaran online tentunya akan membuat produksi meningkat karena akan

mendatangkan konsumen baru serta perbaikan kualitas perlu dilakukan agar

produk dapat diterima pasar baru. Peningkatan kapasitas produksi bertujuan

agar permintaan konsumen lama dan konsumen baru dapat terpenuhi

sehingga tidak berpindah ke produk lain. Peningkatan kualitas dilakukan

Page 123: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

106

dengan memperbaiki kualitas dari segi kehigienisan produk, peningkatan

rasa, bentuk kemasan yang aman dan menarik, dan perbaikan bentuk produk

agar mudah untuk pengemasan. Peningkatan kualitas dilakukan agar produk

layak untuk mengikuti bazar atau pameran serta layak dimasukkan ke outlet

dan supermarket.

2. Penjualan produk dengan menitipkan ke outlet-outlet yang ada di Tangerang

dan sekitarnya

Pemerintah daerah dapat membuat outlet kecil yang menjual produk-produk

olahan Kecamatan Sepatan Timur atau menitipkan tapai dan opak singkong

ke outlet-outlet di daerah Tangerang dan sekitarnya yang menjual makanan

khas daerah. Beberapa outlet-outlet di Kota Tangerang memang dibuka untuk

menjual makanan-makanan dari berbagai daerah dan beberapa toko juga

bersedia untuk dititipkan produk dari produsen lain.

d. Strategi W-T

1. Membuat kemasan menarik dengan branding produk

Konsumen saat ini sangat memperhatikan kemasan sebelum membeli produk.

Kemasan yang menarik akan manarik minat beli konsumen. Minimal,

kemasan memiliki merk, nomor telepon, dan alamat produksi sebagai

informasi tertulis yang dapat dibaca oleh konsumen sehingga konsumen dapat

dengan mudah mengenali dan mencari jika ingin melakukan repeat order.

Selain itu, penambahan branding produk akan memudahkan dalam penjualan

karena dengan branding produk yang unik dan mempunyai ciri khas,

konsumen akan lebih mudah untuk mengingat produk yang dijual.

Page 124: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

107

Penggunaan alat untuk pengemasan, seperti hand sealer sangat diperlukan

agar pengemasan lebih rapih dan pengerjaan lebih cepat jika ingin

menggunakan kemasan plastik biasa. Pengemasan juga dapat menggunakan

keranjang untuk tapai dan plastik bentuk tabung untuk mini opak.

2. Melakukan kemitraan untuk penjualan produk

Kemitraan adalah komitmen atau kerjasama jangka panjang antara dua atau

lebih organisasi untuk mencapai tujuan bisnis tertentu dengan

memaksimalkan sumber daya dari setiap partisipan. Kemitraan dapat

dilakukan dengan koperasi, Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten

Tangerang, perusahaan, dan supermarket. Contohnya pengrajin dapat

memasok produk tapai atau opak ke supermarket dengan pengemasan atas

nama supermarket tersebut.

5.6.4 Implikasi Manajerial dan Startegi

Strategi yang terbentuk diharapkan dapat mengatasi kelemahan yang ada

dalam produksi tapai dan opak di Kecamatan Sepatan Timur. Implikasi manajerial

yang terbentuk lebih mengarah untuk perbaikan di tingkat produksi dari aspek

bahan baku, produk, penjualan, dan perizinan usaha agar produk yang dihasilkan

lebih baik dari sebelumnya dan lebih diterima masyarakat luas.

Sesuai dengan Tabel 36, masalah untuk kualitas bahan baku dapat diatasi

dengan bantuan Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang melakukan kerjasama

dengan petani atau pengepul di salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten

Tangerang memenuhi kebutuhan bahan baku singkong di daerahnya sehingga dapat

mengontrol kualitas singkong yang diturunkan setiap harinya. Harga bahan baku

Page 125: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

108

yang berasal dari daerah yang lebih dekat dengan tempat produksi diharapkan akan

lebih murah sehingga dapat menekan biaya produksi. Bahan baku juga dapat

didatangkan lebih cepat sehingga pengrajin dapat melakukan produksi lebih awal.

Masalah dalam aspek produk yang belum dikemas dengan baik, minimnya

penguasaan teknologi, dan pengrajin opak tidak bebas menentukan harga dapat

diatasi dengan mengadakan pelatihan pengemasan produk oleh Dinas Koperasi dan

UMKM Kabupaten Tangerang, membuat kemasan menarik dengan branding

produk, dan meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi untuk memenuhi pasar

baru. Pelatihan dari Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Tangerang dapat

dimanfaatkan untuk menambah keahlian pengrajin dalam mengemas produk yang

baik dan sesuai standar dengan desain menarik dan memiliki branding produk.

Kelemahan untuk pengrajin opak dalam menentukan harga dapat teratasi

jika melakukan kemitraan sehingga terbentuk kesepakatan harga yang disesuaikan

dengan biaya produksi dan tidak merugikan pengrajin. Kemitraan juga dapat

membantu mengatasi kelemahan dalam hal kelembagaan usaha yang belum

terbentuk. Belum adanya kelembagaan dan penguasaan teknologi yang minim

dapat diatasi dengan pengadaan koperasi produksi. Koperasi dapat membantu

dalam hal penyediaan bahan baku, manajemen usaha, produksi, dan pemasaran.

Koperasi juga dapat berperan untuk meningkatkan kualitas pengrajin dari segi

keterampilan dan menyediakan modal untuk pengembangan usaha. Mengurus izin

usaha atau P-IRT juga perlu dilakukan agar produk yang dihasilkan terjamin

keamanannya sehingga mendapat kepercayaan konsumen.

Page 126: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

109

Tabel 36. Implikasi Manajerial dan Strategi untuk Perbaikan Kelemahan di Tingkat

Produksi No. Kelemahan Alternatif Strategi Hasil

1

Bahan baku dari

Bogor dan tidak

ada kerjasama

yang jelas

menyulitkan

mengontrol

kualitas singkong

Melakukan kemitraan untuk

pengadaan bahan baku dari

Kabupaten Tangerang

1. Bahan baku singkong dapat

didatangkan dari Kabupaten

Tangerang

2. Harga bisa lebih murah

3. Lebih mudah mengontrol kualitas

singkong karena didatangkan dari

daerah terdekat dan sudah menjalin

kerjasama atau kemitraan

2

Minimnya

penguasaan

teknologi

Mengadakan pelatihan

pengemasan produk dan

pemasaran online

Menambah keterampilan pengrajin

dalam pengemasan produk yang sesuai

standar dan modern (terdapat nama

produk, komposisi, tanggal produksi

dan kadaluarsa, dan call center) serta

menambah pengetahuan untuk

memasarkan online

3

Belum ada

pengemasan yang

baik

Membuat kemasan menarik

dengan branding produk

Tapai dan opak mempunyai kemasan

yang lebih modern, menarik, dan

mempunyai brand

3

Pengrajin opak

tidak bebas

menentukan

harga karena

tengkulak

1. Melakukan promosi dan

pemasaran online

2. Mengikuti bazar

3. Penjualan produk dengan

menitipkan ke outlet-

outlet yang ada di

Tangerang dan

sekitarnya

4. Melakukan kemitraan

untuk penjualan hasil

produksi

5. Maningkatkan kuantitas

dan kualitas produksi

untuk memenuhi

permintaan pasar baru

6. Deferensiasi produk

1. Produk lebih dikenal masyarakat luas

2. Memudahkan dalam menjual tapai

dan opak

3. Meningkatkan penjualan

4. Pengrajin bebas menentukan harga

disesuaikan dengan biaya yang

dikeluarkan

5. Mendapat konsumen baru dari dalam

dan luar Kecamatan Sepatan Timur

6. Produk yang dihasilkan lebih

bervariasi sehingga mendatangkan

kosumen baru karena mempunyai

banyak pilihan

3 Belum ada izin

usaha Mengurus P-IRT

Mendapat izin usaha untuk menambah

kepercayaan konsumen membeli produk

4

Kelembagaan

usaha belum

terbentuk

Membentuk koperasi

produksi

IRT tapai dan opak lebih terarah dari

segi manajemen usaha, bahan baku,

produksi, sampai pemasaran.

Sumber : Data Primer (2017)

Page 127: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

110

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dikemukakan sebelumnya, dapat

disimpulkan bahwa :

1. Nilai tambah tertinggi tanpa menghitung upah tenaga kerja yaitu produk

berbahan baku singkong utuh opak singkong dengan nilai tambah Rp 3.739/kg

dengan distribusi marjin tertinggi keuntungan perusahaan sebesar 84,9% dan

produk berbahan baku sampingan tepung gaplek dengan nilai tambah Rp

6.160/kg dengan distribusi marjin tertinggi keuntungan perusahaan sebesar

88,5%. Jika menghitung upah tenaga kerja, hasil nilai tambah tetap sama namun

distribusi marjin tertinggi untuk opak adalah pendapatan tenaga kerja sebesar

89,5% dan distribusi marjin tertinggi untuk tepung gaplek adalah keuntungan

perusahaan sebesar 78,4%.

2. Keuntungan tertinggi tanpa menghitung upah tenaga kerja yaitu produk

berbahan baku singkong utuh yaitu tapai singkong dengan pendapatan Rp

7.057.860/bulan dengan R/C rasio 2,1 dan pendapatan produk berbahan baku

sampingan yaitu tepung gaplek dengan pendapatan Rp 3.926.700/bulan dengan

R/C rasio 2,9. Jika menghitung upah tenaga kerja, keuntungan tapai singkong

menjadi Rp 3.484.429/bulan dengan R/C rasio 1,2 dan keuntungan tepung

gaplek menjadi Rp 1.070.417/bulan dengan R/C rasio 2,2.

3. Usulan produk yang akan dikembangkan yaitu opak singkong dengan nilai

tambah tertinggi, tapai singkong dengan pendapatan tertinggi, dan produk

Page 128: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

111

sampingan tepung gaplek dengan nilai tambah dan pendapatan tertinggi.

Berdasarkan analisis matriks SWOT, didapatkan sebelas strategi untuk

mengembangkan produk tapai dan opak singkong di Kecamatan Sepatan Timur.

yaitu: (a) Deferensiasi produk; (b) Melakukan promosi dan pemasaran online;

(c) Mengikuti bazar; (d) Mengadakan pelatihan pengemasan produk dan

pemasaran online; (e) Mengurus izin usaha/ P-IRT; (f) Mengadakan kemitraan

untuk penyediaan bahan baku dari Kabupaten Tangerang; (g) Membentuk

koperasi produksi; (h) Meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi untuk

memenuhi permintaan pasar yang baru; (i) Penjualan produk dengan

menitipkan ke outlet-outlet yang ada di Tangerang dan sekitarnya; (j) Membuat

kemasaran menarik dengan branding produk, dan ; (k) Melakukan kemitraan

untuk penjualan produk.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat peneliti kemukakan

adalah sebagai berikut :

a. Saran untuk pengrajin olahan singkong

Pengrajin harus memikirkan untuk mengembangkan usahanya, terutama untuk

olahan opak singkong dengan nilai tambah tertinggi dan tapai singkong dengan

pendapatan tertinggi, kemudian usaha tepung gaplek sebagai produk

sampingan.

b. Saran untuk pemerintah

Pemerintah Kecamatan Sepatan Timur mempertimbangkan produk untuk

difokuskan pengembangan yaitu tapai dan opak serta menjalankan strategi

Page 129: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

112

alternatif yang sesuai agar pengembangan produk olahan singkong yang terpilih

dapat terwujud.

c. Saran untuk peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian dengan menghitung kembali

tenaga kerja dan upah yang benar-benar sesuai pekerjaan yang dilakukan agar

hasil perhitungan lebih akurat dan tidak bernilai negatif.

Page 130: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

113

DAFTAR PUSTAKA

Agromedia, Redaksi. 2007. 22 Peluang Bisnis Makanan Untuk Home Industry. PT

Agro Media Pustaka. Jakarta.

Agbarevo, et al., 2014. The Effect Of Adoption Of Cassava Value Added

Technologies On Farmer Production In Abia State, Nigeria. European

Journal of Pure and Applied Chemistry. Vol 1 No.1; pages 17-22.

Alamsyah, Yuyun. 2010. 30 Resep & Peluang Usaha Snack Kering Dalam

Kemasan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Asfia, Nora. 2013. Analisis Pendapatan, Nilai Tambah, dan Prospek

Pengembangan Industri Kecil Tapioka di Jawa Barat (Studi Kasus Desa

Pasir Jambu, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor). [Skripsi].

Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB. Bogor.

Astuty, Tri. 2016. Pengaruh Desain Kemasan, Cita Rasa, dan Variasi Produk

Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Bumi Anugrah. PERFORMA :

Jurnal Manajemen dan Star-Up Bisnis. Vol.1 No.4; hal 455-463.

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI. 2016. Roadmap Diversifikasi

Pangan 2011-2015. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2017. Industri Mikro dan Kecil.

https://bps.go.id/subject/170/industri-mikro-dan-kecil.html, 24 Oktober

2017, pk.09:00 WIB.

Departemen Pertanian. 2002. Grand Strategi Pengembangan Agroindustri

(Industri Pengolahan Hasil Pertanian). Direktorat Bina Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

Djafaar, Titiek F dan Siti Rahayu. 2003. Ubi Kayu dan Olahannya. Kanisius.

Yogyakarta.

Djumanta, Wahyudi. 2006. MATEMATIKA. PT. Grafindo Media Pratama. Jakarta.

Djuwardi, Anton. 2011. Cassava: Solusi Pemberagaman Kemandirian Pangan. PT

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

DPRD dan Bupati Tangerang. 2011. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Tangerang Tahun 2011-2031. https://banten.bpk.go.id/?p=3095/, 24 Oktober

2017, pk.08:52 WIB.

Gubernur Banten. 2003. Pola Dasar Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Provinsi Banten Tahun 2002 - 2022.

https://jdih.setjen.kemendagri.go.id/files/P_BANTEN_11_2003.pdf/, 24

Oktober 2017, pk.09:04 WIB.

Page 131: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

114

Gujarati, Damonar R. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika Jilid 1. Penerbit Erlangga.

Jakarta.

Handoko, Haryo Bagus. 2009. Tempat Makanan dan Oleh-Oleh Khas Malang. PT

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Hartoko, Alfa. 2010. 40 Tool Dahsyat untuk Mengelola Bisnis UKM. PT Elex

Media Komputindo. Jakarta.

Imani, Israwan. 2016. Analisis Keuntungan dan Nilai Tambah Pengolahan Ubi

Kayu Menjadi Tela-Tela (Studi Kasus Usaha Tela Steak di Kelurahan

Mandonga Kecamatan Mandonga Kota Kediri). [Skripsi]. Program Studi

Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo. Kendari.

Islami, Titiek. 2015. Ubi Kayu. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Izekor, et al., 2016. Analysis Of Market Integration And Price Variation In Garri

Marketing In Edo State, Nigeria. NJAFE. Vol.12 No. 4; pages 123-130.

James, et al., 2011. Expanding The Aplplication Of Cassava Value Chain

Technologies Through Upoca Project. AJRTC. Vol. 9 No. 1; pages 36-49.

Juliandi dkk. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis Konsep & Aplikasi. UMSU Press.

Medan.

Kecamatan Sepatan Timur dalam Angka. 2017. Kecamatan Sepatan Timur dalam

Angka 2017. BPS. Tangerang.

Kementerian Koperasi dan UKM. 2013. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil,

Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB). http://www.depkop.go.id/berita-

informasi/data-informasi/data-umkm/, 27 April 2017, pk.20:50 WIB.

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2002. Manajemen Pemasaran Jilid 2.

Erlangga. Jakarta

Kuncoro, Mudrajat. 2005. Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif.

Erlangga. Jakarta.

Lestari, Suci Rizqi. 2017. Tumbuh Positif Sektor Pertanian Sumbang PDB

Terbesar Kedua. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/, 10

Agustus 2017, pk.13:01 WIB.

LIPI. 2007. Inovasi Menebar Ilmu dan Teknologi Membangun Kemandirian. LIPI

Press. Subang.

Marimin dan Nurul Maghfiroh. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan

dalam Manajemen Rantai Pasok. IPB Press. Bogor.

Page 132: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

115

Marimin dan Alim Setiawan Slamet. 2010. Analisis Pengambilan Keputusan

Manajemen Rantai Pasok Bisnis Komoditi dan Produk Pertanian. Pangan.

Vol. 19 No. 2; hal 169-188.

Maulidah Silvana. 2012. Pengantar Usahatani: Kelayakan Usahatani. [Modul].

Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Malang.

Miftahudin, Husen. 2016. Kontribusi Sektor Pertanian ke PDB Tertinggi Kedua.

http://ekonomi.metrotvnews.com, 10 Agustus 2017, pk.12:58 WIB.

Murtiningsih dan Suryanti. 2011. Membuat Tepung Umbi dan Variasi Olahannya.

PT Agro Media Pustaka. Jakarta.

Nabilah, Sharfina dkk. 2015. Analisis Finansial Usahatani Kedelai dan Nilai

Tambah Tahu di Kabupaten Lombok Tengah. SEPA. Vol. 12 No.1; hal 11-

18.

Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. Metodologi Penelitian. 2010. PT Bumi

Aksara. Jakarta.

Purwono dan Heni Purnamawati. 2010. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan

Unggul. Swadaya. Depok.

Pratiwi dkk. 2015. Analisis Pendapatan dan Nilai Tambah Agroindustri Tape

Singkong di Kota Pekanbaru. Jom Faperta. Vol 2 No.1; hal 1-11.

Rangkuti, Freddy. 2008. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT

Gramedia. Jakarta.

Renstra (Rencana Strategis) Kementerian Pertanian. 2015. Rencana Strategis

Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019. Kementerian Pertanian RI.

Jakarta.

Rukmana, Rahmat dan Yuyun Yuniarsih. 2001. Aneka Olahan Ubi Kayu. Kanisius.

Yogyakarta.

Rustiadi, Ernan dkk. 2011. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Yayasan

Pustaka Obor. Jakarta.

Sari, Ade Silvana dkk. 2015. Analisis Nilai Tambah Pengolahan Ubi Kayu Menjadi

Tape Ubi (Studi Kasus: Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan

Tuntungan, Kota Medan). [Skripsi]. Program Studi Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sensus Pertanian BPS. 2013. Laporan Hasil Sensus Pertanian 2013 (Pencacahan

Lengkap). http://st2013.bps.go.id/dev/st2013/index.php/site/index, 28 April

2017, pk.12:34 WIB.

Setiawan, Iwan. Agribisnis Kreatif. 2012. Penebar Swadaya. Jakarta.

Page 133: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

116

Shinta, Agustina. 2011. Ilmu Usahatani. UB Press. Malang.

Soekartawi. 2001. Pengantar Agroindustri. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Soekartawi. 2016. Analisis Usahatani. UI Press. Jakarta.

Suratiyah, Ken. 2015. Ilmu Usahatani Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Syaputri, Ria. 2015. Pengaruh Kemasan, Merek, dan Harga Terhadap Loyalitas

Konsumen Pada UKM Keripik Singkong Sulis di Samarinda. e-Jurnal Ilmu

Administrasi Bisnis. Vol.3 No.1; hal 27-39.

Tjiptono, Frandy. 2008. Strategi Pemasaran. Andi. Yogyakarta.

Todaro, Michael P dan Stephen C Smith. 2006. Economic Development. Penerbit

Erlangga. Jakarta.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah.

Valentina, Oxy. 2009. Analisis Nilai Tambah Ubi Kayu Sebagai Bahan Baku

Keripik Singkong di Kabupaten Karanganyar (Kasus pada KUB Wanita Tani

Makmur). [Skripsi]. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret. Surakarta.

Page 134: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

117

Lampiran 4. Penyusutan Alat-Alat Produksi

Penyusutan Alat-Alat Produksi Tape Singkong Input 50 Kg

No. Alat Jumlah Harga

(Rp)

Jumlah

Biaya

Umur Ekonomis

(Hari)

Nilai

Sisa

Penyusutan

(Rp/hari)

1 Pisau 2 10.000 20.000 365 0 54,8

2 Ember 3 20.000 60.000 365 0 164,4

3 Keranjang plastik 4 10.000 40.000 365 0 109,6

4 Kuali 1 190.000 190.000 3.650 0 52,1

5 Keranjang bambu 0 0 0 365 0 0

6 Blonjong 0 0 0 365 0 0

7 Motor 1 3.000.000 3.000.000 1460 0 2.054,8

8 Serokan 1 5.000 5.000 365 0 13,7

9 Spons 1 2.500 2.500 21 0 119,1

Jumlah 3.315.000 2.568,4

Penyusutan Alat-Alat Produksi Tape Singkong Input 70 Kg

No Alat Jumlah Harga

(Rp)

Jumlah

Biaya

Umur Ekonomis

(Hari)

Nilai

Sisa

Penyusutan

(Rp/hari)

1 Pisau 3 10.000 30.000 365 0 82,2

2 Ember 3 20.000 60.000 365 0 164,4

3 Keranjang plastik 4 7.500 30.000 365 0 82,2

4 Kuali 1 200.000 200.000 3.650 60.000 38,4

5 Keranjang bambu 0 0 0 365 0 0

6 Blonjong 0 0 0 365 0 0

7 Motor 1 3.500.000 3.500.000 1.460 0 2.397,3

8 Saringan plastik 1 5.000 5.000 365 0 13,7

9 Spons 1 3.000 3.000 21 0 142,9

Jumlah 3.825.000

2.920,9

Page 135: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

118

Penyusutan Alat-Alat Produksi Tape Singkong Input 100 Kg

No. Alat Jumlah Harga (Rp)

Jumlah Biaya

Umur Ekonomis (Hari)

Nilai Sisa

Penyusutan (Rp/hari)

1 Pisau 4 5.000 20.000 365 0 54,8

2 Ember 4 15.000 60.000 365 0 164,4

3 Keranjang plastik 1 10.000 10.000 365 0 27,4

4 Kuali 1 200.000 200.000 3.650 0 54,8

5 Keranjang bambu 2 50.000 100.000 365 0 274

6 Blonjong 1 230000 230.000 365 0 630,1

7 Motor 1 5.000.000 5.000.000 1.460 0 3.424,7

8 Serokan 1 15.000 15.000 365 0 41,1

9 Spons 1 3.000 3.000 21 0 142,9

Jumlah 5.635.000 4.814,1

Penyusutan Alat-Alat Produksi Tape Singkong Input 150 Kg

No. Alat Jumlah Harga

(Rp)

Jumlah

Biaya

Umur Ekonomis

(hari)

Nilai

sisa

Penyusutan

(Rp/hari)

1 Pisau 5 5.000 25.000 365 0 68.5

2 Ember 5 15.000 75.000 365 0 205,5

3 Keranjang plastik 2 10.000 20.000 365 0 54,8

4 Kuali 1 190.000 190.000 3.650 0 52,1

5 Keranjang bambu 5 50.000 250.000 365 0 684,9

6 Blonjong 1 250.000 250.000 365 0 684,9

7 Motor 1 3.500.000 3.500.000 1.460 0 2.397,3

8 Saringan bambu 1 5.000 5.000 365 0 13,7

9 Spons 1 3.000 3.000 21 0 142,9

Jumlah 4.318.000 4.304,5

Page 136: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

119

Penyusutan Alat-Alat Produksi Tape Singkong Input 200 Kg

No. Alat Jumlah Harga

(Rp)

Jumlah

Biaya

Umur Ekonomis

(Hari)

Nilai

sisa

Penyusutan

(Rp/hari)

1 Pisau 5 5.000 25.000 365 0 68,5

2 Ember 8 20.000 160.000 365 0 438,4

3 Bakul 6 25.000 150.000 365 0 411

4 Kuali 1 190.000 190.000 3.650 0 52,1

5 Keranjang bambu 6 50.000 300.000 365 0 821,9

6 Blonjong 1 270.000 270.000 365 0 739,7

7 Motor 1 4.000.000 4.000.000 1.460 0 2.739,7

8 Saringan 1 15.000 15.000 365 0 41,1

9 Spons 1 3.000 3.000 21 0 142,9

Jumlah 5.110.000

5.455,2

Penyusutan Alat-Alat Produksi Tape Singkong Input 300 Kg

No. Alat Jumlah Harga

(Rp)

Jumlah

Biaya

Umur Ekonomis

(Hari)

Nilai

Sisa

Penyusutan

(Rp/hari)

1 Pisau 6 10.000 60.000 365 0 164,4

2 Ember 10 20.000 200.000 365 0 548

3 Keranjang plastik 5 15.000 75.000 365 0 205,5

4 Kuali 2 210.000 420.000 3.650 0 115,1

5 Keranjang bambu 9 50.000 450.000 365 0 1.232,9

6 Blonjong 1 280.000 280.000 365 0 767,1

7 Motor 1 4.500.000 4.500.000 1.460 0 3.082,2

8 Serokan 1 10.000 10.000 365 0 27,4

9 Spons 1 2.500 2.500 21 0 119,1

Jumlah 5.995.000 6.261,5

Page 137: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

120

Penyusutan Alat-Alat Produksi Opak Singkong Input 8 Kg

No. Alat Jumlah Harga

(Rp)

Jumlah

Biaya

Umur Ekonomis

(Hari)

Nilai

sisa

Penyusutan

(Rp/hari)

1 Pisau 1 10.000 10.000 365 0 27,4

2 Mangkok 1 5.000 5.000 365 0 13,7

3 Kuali 1 200.000 200.000 3.650 0 54,8

4 Papan kayu 1 5.000 5.000 365 0 13,7

5 Geribik 6 7.500 45.000 30 0 1.500

6 Saringan Plastik 1 2.000 2.000 30 0 66,7

7 Ember 4 18.000 72.000 365 0 197,3

8 Cobek 1 50.000 50.000 365 0 137

Jumlah 389.000 2.010,5

Penyusutan Alat-Alat Produksi Opak Singkong Input 10 Kg

No. Alat Jumlah Harga

(Rp)

Jumlah

Biaya

Umur Ekonomis

(hari)

Nilai

sisa

Penyusutan

(Rp/hari)

1 Pisau 1 10.000 10.000 365 0 27,4

2 Mangkok 1 5.000 5.000 365 0 13,7

3 Kuali 1 200.000 200.000 3.650 0 54,8

4 Papan kayu 1 5.000 5.000 365 0 13,7

5 Geribik 8 7.500 60.000 30 0 2.000

6 Saringan Plastik 1 1.500 1.500 30 0 50

7 Ember 1 15.000 60.000 365 0 164,4

8 Cobek 1 70.000 70.000 365 0 191,8

Jumlah 411.500

2.515,8

Penyusutan Alat-Alat Produksi Enyek-Enyek Input 15 Kg

No. Alat Jumlah Harga

(Rp)

Jumlah

Biaya

Umur Ekonomis

(Hari)

Nilai

Sisa

Penyusutan

(Rp/hari)

1 Mesin Kerik 1 300.000 300.000 1.825 0 164,4

2 Sasak 10 2.500 25.000 180 0 138,9

3 Pisau 2 10.000 20.000 365 0 54,8

4 Kukusan 1 120.000 120.000 730 0 164,4

5 Papan kayu 1 5.000 5.000 365 0 13,7

6 Kompor 1 300.000 300.000 1.905 0 157,5

7 Ember 4 18.000 72.000 365 0 197,3

8 Cobek 1 100.000 100.000 365 0 274

Jumlah 942.000 1.164,9

Page 138: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

121

Penyusutan Alat-Alat Produksi Enyek-Enyek Input 30 Kg

No. Alat Jumlah Harga

(Rp)

Jumlah

Biaya

Umur Ekonomis

(Hari)

Nilai

Sisa

Penyusutan

(Rp/hari)

1 Mesin Kerik 1 300.000 300.000 1.825 0 164,4

2 Sasak 22 2.500 55.000 180 0 305,6

3 Pisau 2 10.000 20.000 365 0 54,8

4 Kukusan 1 150.000 150.000 730 0 205,5

5 Papan kayu 1 5.000 5.000 365 0 13,7

6 Kompor 1 250.000 250.000 1.905 0 131,2

7 Ember 5 18.000 90.000 365 0 246,6

8 Cobek 1 80.000 80.000 365 0 219,2

Jumlah 950.000 1.340,9

Penyusutan Alat-Alat Produksi Enyek-Enyek Input 60 Kg

No. Alat Jumlah Harga

(Rp)

Jumlah

Biaya

Umur Ekonomis

(Hari)

Nilai

Sisa

Penyusutan

(Rp/hari)

1 Mesin Kerik 1 300.000 300.000 1.825 0 164,4

2 Sasak 35 2.500 87.500 180 0 486,1

3 Pisau 4 10.000 40.000 365 0 109,6

4 Kukusan 1 150.000 150.000 730 0 205,5

5 Papan kayu 2 10.000 10.000 365 0 27,4

6 Kompor 1 300.000 300.000 1.905 0 157,5

7 Ember 7 20.000 14.0000 365 0 383,6

8 Cobek 1 80.000 80.000 365 0 219,2

Jumlah 1.107.500

1.753,2

Penyusutan Alat-Alat Produksi Keripik

No. Alat Jumlah Harga (Rp)

Jumlah Biaya

Umur Ekonomis (Hari)

Nilai Sisa

Penyusutan (Rp/hari)

1 Sasak 5 1.000 5.000 365 0 13,7

2 Pisau 1 10.000 10.000 365 0 27,4

3 Kuali 1 200.000 200.000 3.650 0 54,8

4 Serokan 1 2.000 2.000 365 0 5,5

5 Tampah bambu 2 10.000 20.000 365 0 54,8

6 Ember 3 17.000 51.000 365 0 139,7

7 Cobek 1 50.000 50.000 365 0 137

Jumlah 338.000

432,9

Page 139: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

122

Penyusutan Alat-Alat Produksi Kerupuk Input 5 Kg

No. Alat Jumlah Harga (Rp) Jumlah Biaya Umur Ekonomis

(Hari)

Nilai

Sisa

Penyusutan

(Rp/hari)

1 Sasak 3 1.000 3.000 180 0 16,7

2 Kukusan 1 130.000 130.000 1.825 0 71,2

3 Bak ember 1 20.000 20.000 365 0 54,8

4 Papan kayu 1 10.000 10.000 730 0 13,7

5 Cobek 1 50.000 50.000 365 0 137

Jumlah 213.000 293,4

Penyusutan Alat-Alat Produksi Kerupuk Input 10 Kg

No Alat Jumlah Harga (Rp) Jumlah Biaya Umur Ekonomis

(Hari)

Nilai

Sisa

Penyusutan

(Rp/hari)

1 Sasak 8 2.000 16.000 180 0 88,9

2 Kukusan 1 100.000 100.000 1.825 0 54,8

3 Bak ember 1 15.000 15.000 365 0 41,1

4 Papan kayu 1 5.000 5.000 730 0 6,8

5 Cobek 1 65.000 65.000 365 0 178,1

Jumlah 201.000 369,7

Penyusutan Alat-Alat Produksi Tepung Tatal

No. Alat Jumlah Harga (Rp) Jumlah Biaya Umur Ekonomis

(Hari)

Nilai

Sisa

Penyusutan

(Rp/hari)

1 Bakul 1 10.000 10.000 365 0 27,4

2 Motor 1 4.500.000 4.500.000 1.460 0 3.082,2

Jumlah 4.510.000 1.825 0 3.109,6

Page 140: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

123

Lampiran 5. Harga Input Lain

Harga Input Lain Tape Singkong

Input Lain Harga (Rp)

50 kg 70 kg 100 kg 150 kg 200 kg 300 kg

Ragi 1.666,7 2.500 3.333,3 7.500 10.000 15.000

Kayu Bakar 2.500 3.333,3 5.000 10.000 15.000 22.500

Koran 1.000 1.333,3 3.500 4.666,7 7.000 14.000

Kertas Nasi - - 2.857,1 4.000 5.000 6.667

Total 5.166,7 7.166,7 14.690,5 26.166,7 37.000 58.167

Harga Input Lain Opak Singkong

Input Lain Harga

8 kg 10 kg

Daun kucai 1.000 1.000

Bawang putih 1.000 1.000

Ketumbar 1.000 1.000

Garam 400 500

Kayu bakar 1.428.6 1.428.6

Minyak goreng 1.000 1.000

Total 5.828,6 5.928,6

Harga Input Lain Enyek-Enyek

Input Lain Harga (Rp)

15 kg 30 kg 60 kg

Sasa 1.500 3.000 5.000

Bawang putih 2.000 3.000 12.000

Ketumbar 3.000 6.000 10.000

Garam 1.000 2.000 5.000

Kayu bakar 6.666,7 10.000 20.000

Cabe merah 2.000 4.000 8.000

Minyak goreng 1.750 3.500 7.000

Kucai 2.500 5.000 10.000

Total 20.416,7 36.500 77.000

Page 141: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

124

Harga Input Lain Keripik Singkong

Input Lain Harga (Rp)

Kayu bakar 1.666,7

Total 1.666,7

Harga Input Lain Tepung Gaplek

Input Lain Harga (Rp)

Penggilingan 20.000

Total 20.000

Harga Input Lain Kerupuk Singkong

Input Lain Harga (Rp)

8 kg 10 kg

Sasa 1.000 2.000

Bawang putih 2.000 4.000

Ketumbar 1.000 2.000

Garam 500 1.000

Kayu bakar 1.428,6 1.666,7

Pewarna 571,4 800

Minyak goreng 875 1.750

Total 7.375 13.216,7

Page 142: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

125

Lampiran 6. Penghitungan Upah Tenaga Kerja

No. Produk Input Upah/Jam Waktu

Kerja

Upah Per

Pekerja

Jumlah

TK

Total

Upah HOK

Upah

Rata-Rata

1 Tapai

50 8.750 4 35.000 1 35.000 0,5 70.000

70 8.750 4 35.000 2 70.000 1 70.000

100 8.750 5 43.750 2 87.500 1,3 70.000

150 8.750 6 52.500 3 157.500 2,3 70.000

200 8.750 6 52.500 4 210.000 3 70.000

300 8.750 7 61.250 4 245.000 3,5 70.000

2 Enyek-

Enyek

15 8.750 4 35.000 1 35.000 0,5 70.000

30 8.750 4 35.000 2 70.000 1 70.000

60 8.750 7 61.250 2 122.500 1,8 70.000

3 Opak 8 8.750 4 35.000 1 35.000 0,5 70.000

10 8.750 4 35.000 1 35.000 0,5 70.000

4 Keripik 10 8.750 3 26.250 1 26.250 0,4 70.000

5 Kerupuk 5 8.750 3 26.250 1 26.250 0,4 65.625

10 8.750 4 35.000 1 35.000 0,5 70.000

6 Tepung 10 8.750 2 17.500 1 17.500 0,25 70.000

HOK = Jumlah Tenaga Kerja x Waktu Kerja

8

Page 143: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

126

Lampiran 7. Daftar Pertanyaan Nilai Tambah dan Pendapatan Pengrajin

ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN PENGEMBANGAN

AGROINDUSTRI OLAHAN SINGKONG SKALA INDUSTRI RUMAH TANGGA

(STUDI KASUS KECAMATAN SEPATAN TIMUR, KABUPATEN TANGERANG)

Tanggal :

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN

1. Nama :

2. Umur :

3. Pendidikan :

4. Jenis Usaha :

5. Desa :

B. PELAKSANAAN USAHA

Nilai Tambah

1. Output produk sekali produksi (kg) :

2. Harga jual produk (Rp/kg) :

3. Volume input singkong/produksi (kg) :

4. Harga bahan baku singkong (Rp/kg) :

5. Jumlah tenaga kerja (org) :

6. Upah tenaga kerja (Rp/jam) :

7. Harga input lain :

No. Input lain Kg Harga (Rp)

Page 144: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

127

Pendapatan Usaha

1. Pembelian alat-alat produksi :

No. Jenis Alat Jumlah

(Unit)

Harga Satuan

(Rp)

Jumlah Biaya

(Rp)

Umur Pakai

(thn)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

2. Biaya pemasaran dalam sekali memasarkan (Rp) :

a. Bensin

b. Kantong plastik

c. Lainnya

Page 145: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

128

Lampiran 8. Daftar Pertanyaan Pengembangan Produk

No. Variabel Definisi

Operasional

Indikator Narasumber Pertanyaan

1 Ketersediaan

bahan baku

Ketersediaan

bahan baku adalah

tersedianya bahan

baku yang

digunakan dalam

proses produksi

Sumber bahan

baku singkong

Pengadaan

bahan baku

singkong

Stok bahan

baku singkong

Dinas

Pertanian

1. Bagaimana

ketersediaan singkong

di Kabupaten

Tangerang ?

2. Apakah komoditi

singkong di

Kabupaten Tangerang

akan menjadi fokus

untuk ditingkatkan

produksinya?

3. Apakah

memungkinkan untuk

memasok singkong ke

Kecamatan Sepatan

Timur dari daerah

pengahasil singkong

di Kabupaten

Tangerang?

4. Apakah

memungkinkan untuk

membudidayakan

singkong di

Kecamatan Sepatan

Timur?

5. Apa yang harus

dilakukan jika

pengrajin kekurangan

bahan baku?

Pengrajin 1. Kemana bapak/ibu

membeli singkong?

2. Apa yang dilakukan

jika tempat penjualan

singkong tersebut

tidak sedang

menurunkan

singkong?

3. Apakah pernah terjadi

bahan baku singkong

sulit didapatkan?

4. Apakah kualitas

bahan baku singkong

yang dibeli selalu

sama? dan apakah

mempengaruhi rasa?

Page 146: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

129

2 Preferensi

konsumen

Preferensi

konsumen adalah

pilihan suka atau

tidaknya seseorang

terhadap produk

yang dikonsumsi

Permintaan

konsumen

Dinas

Koperasi dan

UMKM,

pengusaha

olahan

singkong

1. Bagaimana minat

konsumen untuk

produk olahan

singkong saat ini ?

2. Apa yang harus

diperhatikan pengrajin

agar konsumen

tertarik untuk

membeli produk?

Pengrajin 1. Siapa yang membeli

produk anda?

2. Apa yang disukai

konsumen dari

produk yang dijual?

3. Apakah pembeli

pernah merasa kurang

puas dengan produk

yang dijual dan apa

yang dikeluhkan?

4. Apakah pembeli

pernah memberikan

masukan mengenai

produk yang dijual?

3 Kemampuan

berkompertisi

Kemampuan

berkompetisi

adalah

kemampuan untuk

dapat bersaing

secara kompetitif

Strategi

penjualan

Dinas

Koperasi dan

UMKM,

pengusaha

olahan

singkong

1. Apa yang harus

dilakukan pengrajin

agar produk dapat

dipasarkan lebih luas

dan dapat bersaing

dengan produk

sejenis?

Pengrajin 1. Siapa yang menjadi

pesaing untuk produk

yang anda jual?

2. Apa keunggulan dari

produk yang anda jual

dibanding produk

pesaing?

4 Kualitas

Sumber Daya

Manusia

(SDM)

Kualitas SDM

adalah kualitas

yang menyangkut

mutu SDM

mengenai

kemampuan, yaitu

kemampuan fisik

(kesehatan) dan

Keterampilan Dinas

Koperasi dan

UMKM,

pengusaha

olahan

singkong

1. Apakah pernah

mengadakan pelatihan

di Kecamatan Sepatan

Timur?

2. Apa saja pelatihan

yang dapat diadakan

oleh Bagian UMKM

dan bagaimana cara

Page 147: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

130

non fisik

(kemampuan

bekerja,

pendidikan,

keterampilan, dsb)

pengrajin

mengajukan

pelatihan?

3. Kemampuan apa yang

sebaiknya dikuasai

pengrajin untuk

mengembangkan

produknya?

Pengrajin 1. Apa saja keahlian

yang dimiliki oleh

pengrajin?

2. Darimana pengrajin

mendapatkan keahlian

mengolah singkong?

3. Apakah pengrajin

pernah mengikuti

pelatihan dari institusi

tertentu?

Page 148: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

131

Lampiran 9. Dokumentasi Produksi Olahan Singkong dan Wawancara

Pengolahan Tape Singkong

Pengupasan kulit Pencucian Pengerikan Perebusan

Pemberian ragi Pemotongan Pemeraman

Pengolahan Opak

Pemipihan Pencetakan Penjemuran

Opak Alat tumbuk

Page 149: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

132

Keripik Singkong Enyek-enyek

Pengolahan Kerupuk

Kerikan singkong Pencampuran bumbu Pembungkusan plastik

Pengukusan Pencetakan Penjemuran

Pengolahan Tepung

Penjemuran ujung singkong Penggilingan Tepung Tatal

Mesin pemarut singkong Enyek-enyek

Page 150: ANALISIS NILAI TAMBAH, PENDAPATAN USAHA, DAN …

133

Wawancara

Bersama Bu Lidya Bersama Bu Asma dan Bu Dewi

(Dinas Pertanian) (Dinas Koperasi dan UMKM)