analisis nilai-nilai pendidikan karakter pada konsep...

144
ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP TRIKON DAN RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Kajian Pemikiran Ki Hajar Dewantara) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh : Nadhilla Cahyaning Putri Pembayun NIM : 111-14-140 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH Dan ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2018 i

Upload: others

Post on 24-Dec-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

PADA KONSEP TRIKON DAN RELEVANSINYA

TERHADAP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(Kajian Pemikiran Ki Hajar Dewantara)

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

Nadhilla Cahyaning Putri Pembayun

NIM : 111-14-140

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH Dan ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

i

Page 2: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

ii

Page 3: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

iii

Page 4: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

iv

Page 5: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

v

Page 6: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

vi

Page 7: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

MOTTO

“Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”

(Ki Hajar Dewantara)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Bapak dan ibuku tersayang, Winarno dan Siti Alfiah yang selalu membimbingku,

memberikan doa, nasihat, kasih sayang dan motivasi dalam kehidupanku.

2. Adikku, Raras Luthfi Hanif Ghania.

3. Sahabat dan teman dekatku yang selalu memberikan doa dan motivasi kepadaku

serta membantu menyelesaikan skripsi ini.

4. Sahabat-sahabat seperjuanganku angkatan 2014, khususnya jurusan PAI.

vii

Page 8: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis ucapkan kepada Allah swt

yang selalu memberikan nikmat, karunia, taufik, serta hidayah-Nya kepada penulis.

Sehingga, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Nilai-Nilai

Pendidikan Karakter Pada Konsep Trikon dan Relevansinya Terhadap

Pendidikan Agama Islam (Kajian Pemikiran Ki Hajar Dewantara) Tahun 2018.

Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang selalu setia

dan menjadikannya suri tauladan. Penulisan skripsi ini, tidak akan terselesaikan tanpa

bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan

skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Rektor IAIN Salatiga, Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.

2. Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Suwardi, M.Pd.

3. Ibu Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga, Siti Rukhayati, M.Ag.

4. Bapak Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd., selaku pembimbing akademik.

5. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd., selaku pembimbing skripsi yang telah membimbing

dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk penulis sehingga

skripsi ini terselesaikan.

6. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu

pengetahuan.

viii

Page 9: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

7. Karyawan IAIN Salatiga yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Maka, kiritk dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga

hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada

umumnya. Amin.

Salatiga, 20 Maret 2018

Nadhilla Cahyaning Putri P.

NIM. 11114140

ix

Page 10: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

ABSTRAK

Pembayun, Nadhilla Cahyaning Putri. 2018. 11114140. Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada Konsep Trikon dan Relevansinya Terhadap Pendidikan Agama Islam (Kajian Pemikiran Ki Hajar Dewantara). Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Jaka Siswanta, M.Pd.

Kata kunci: Nilai-nilai, Pendidikan Karakter, Konsep Trikon, Pendidikan Agama Islam

Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis nilai-nilai pendidikan karakter pada konsep Trikon Ki Hajar Dewantara dan melihat relevansinya terhadap Pendidikan Agama Islam (PAI). Sehingga, harapannya mampu membentuk generasi penerus bangsa yang berjiwa Indonesia (nasionalis) dan berbudi pekerti luhur.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis nilai-nilai pendidikan karakter pada konsep Trikon (2) mengetahui relevansi antara konsep Trikon terhadap Pendidikan Agama Islam (PAI). Jenis penelitian ini adalah penelitian studi pustaka (library research) dengan menggali pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara melalui data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan membaca literatur-literatur yang memiliki informasi serta relevan dengan topik penelitian ini. Adapun literatur tersebut berupa jurnal, laporan hasil penelitian, surat kabar, buku dan sebagainya. Referensi tersebut kemudian diolah dengan metode Content Analysis (analisis isi) yang menekankan pada isi atau pesan yang dibangun secara objektif, sistematis dan generalisasi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa: (1) terdapat 5 nilai pendidikan karakter dalam konsep Trikon yang ditemukan melalui hasil analisis, meliputi: kreatif, toleran, bersahabat/komunikatif, semangat kebangsaan dan cinta tanah air (2) Konsentrisitas, adanya kegiatan evaluasi dalam pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) pada tiap tahap sebelum melanjutkan pada tahap berikutnya. Konvergensi, Jika manusia menginginkan sebuah kebudayaan bangsa menjadi maju dan berkembang, maka hal pokok yang harus dilakukan adalah dengan berbaur dengan kebudayaan dari bangsa lain. Jika dikaitkan dengan pendidikan, khususnya Pendidikan Agama Islam (PAI), pengembangan dalam hal Pendidikan Agama Islam dapat dilakukan dengan mengambil berbagai sumber praktik pendidikan dari bangsa lain. Konsentrisitas, Perpaduan antar budaya yang saling menjalin kontak secara masif, tidak lantas kemudian menghilangkan ciri kepribadian budaya asli bangsa tersebut. Dalam pergaulan dengan bangsa lain tentu banyak pengaruh positif dan negatifnya untuk bangsa sendiri. Posisi Islam sebagai suatu agama yang merupakan bagian dari budaya, secara fungsional bersifat elastis yaitu memperbaiki dan mengontrol budaya-budaya yang secara prinsipil melenceng dari nilai-nilai ke-Islam-an tanpa phobia atau takut terhadap budaya-budaya yang telah berkembang sebelumnya.

x

Page 11: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i

HALAMAN BERLOGO .................................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................................................... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................... v

MOTTO dan PERSEMBAHAN ........................................................................ vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

ABSTRAKSI ........................................................................................................ ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................ x

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................. 9

C. Tujuan penelitian .................................................................................. 9

D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 9

E. Penegasan Istilah .................................................................................. 10

F. Kajian Pustaka ...................................................................................... 13

G. Metodologi Penelitian........................................................................... 18

H. Sistematika Penulisan ........................................................................... 23

BAB II BIOGRAFI KI HAJAR DEWANTARA

A. Riwayat Hidup Ki Hajar Dewantara ..................................................... 25

1. Kelahiran Ki Hajar Dewantara ...................................................... 25

2. Masa Muda Ki Hajar Dewantara ................................................... 26

3. Masa Dewasa Ki Hajar Dewantara ................................................ 29

4. Pengalaman Organisasi Ki Hajar Dewantara ................................ 36

B. Peran Sosial Ki Hajar Dewantara ......................................................... 39

xi

Page 12: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

1. Ki Hajar Dewantara Sebagai Pendidik .......................................... 39

2. Ki Hajar Dewantara Sebagai Budayawan ..................................... 40

3. Ki Hajar Dewantara Sebagai Pemimpin Rakyat ........................... 41

C. Karya-Karya Ki Hajar Dewantara ........................................................ 42

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA

A. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter pada Konsep Trikon ......................... 44

1. Pengertian Nilai ............................................................................... 44

2. Pendidikan Karakter ........................................................................ 45

a. Pengertian Pendidikan Karakter .................................................. 45

b. Tujuan Pendidikan Karakter ....................................................... 52

c. Dasar Pendidikan Karakter ......................................................... 60

d. Metode Pendidikan Karakter....................................................... 65

3. Konsep Trikon ................................................................................. 67

B. Pendidikan Agama Islam ...................................................................... 72

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI) ..................................... 72

2. Dasar Pendidikan Agama Islam (PAI) ............................................. 73

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam (PAI) ........................................... 74

4. Tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI) ........................................... 75

5. Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) .................................... 76

BAB IV PEMBAHASAN

A. Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Karakter pada Konsep Trikon ........... 92

B. Relevansi Konsep Trikon Menurut Ki Hajar Dewantara Terhadap

Pendidikan Agama Islam (PAI) ............................................................ 99

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 106

B. Saran ............................................................................................. 109

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 111

LAMPIRAN .................................................................................................. 117

xii

Page 13: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Daftar Riwayat Hidup .................................................................... 117

xiii

Page 14: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, persoalan pentingnya pendidikan karakter terdengar sudah

tidak asing lagi. Istilah “Pendidikan Karakter” muncul dan menjadi tema utama

dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2010: “Pendidikan Karakter

Untuk Membangun Peradaban Bangsa”. Kala itu, Muhammad Nuh (Menteri

Pendidikan Nasional) mengatakan bahwa pembangunan dan pendidikan karakter

menjadi keharusan karena pendidikan tidak hanya menjadikan peserta didik

cerdas, tetapi pendidikan juga untuk membangun budi pekerti dan sopan santun

dalam kehidupan (http://e-journal.upi.edu/

index.php/eduhumaniora/article/

view/2795/1824 diakses pada 28 November 2017 pukul 14:57 WIB).

Untuk merealisasikan wacana tersebut, pemerintah mengeluarkan

kebijakan melalui Kementerian Pendidikan Nasional untuk meluncurkan

program pendidikan karakter (http://edukasi.kompas.com/read/2011/04/

29/16413291/Hardiknas.dan.Gaung.Pendidikan.Karakter diakses pada 28

November 2017 pukul 14:23 WIB). Lebih lanjut menteri pendidikan nasional

mengemukakan bahwa pendidikan karakter akan diterapkan pada semua jenjang

pendidikan (mulai Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi). Menurut

Muhammad Nuh, pendidikan karakter bukan hanya penting tetapi mutlak

dilakukan oleh setiap bangsa jika ingin menjadi bangsa yang beradab.

1

Page 15: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Landasan pendidikan karakter sendiri termaktub dalam UU No. 20 tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang menyatakan bahwa

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang

demokratis serta bertanggung jawab (Wiyani, 2013: 32).

Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian

Pendidikan Nasional dalam publikasinya berjudul Pedoman Pelaksanaan

Pendidikan Karakter (2011) menyatakan bahwa inti pendidikan karakter yaitu

bertujuan untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia,

bermoral, toleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis,

berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman

dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Namun, dalam

mewujudkan pendidikan karakter, Azra seperti yang dikutip Musclih (2015: 77)

menyampaikan bahwa hal itu tidak dapat dilakukan tanpa penanaman nilai-nilai.

Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan karakter dan penting untuk

ditanamkan, antara lain religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,

mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta

tanah air,

menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca,

2

Page 16: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab (Salahudin dan

Alkrienciehie, 2013: 54-55).

Oleh karena itu, Islam sangat memuji budi pekerti (karakter) yang baik,

sehingga menyerukan kaum muslimin untuk membina dan mengembangkannya

di hati dan jiwa mereka. Islam menegaskan bahwa bukti ke-Islam-an adalah

dengan adanya budi pekerti yang baik. Selain itu, puncak derajat kemanusiaan

seseorang dinilai dari kualitas budi pekertinya. Seluas apapun kadar keilmuan

seseorang tentang Islam, sehebat apapun dirinya ketika melakukan ibadah, semua

itu tidak bisa menjamin. Tetap saja, alat ukur yang paling akurat untuk menilai

kemuliaan seseorang adalah kualitas budi pekertinya. Sebagaimana firman Allah

swt:

Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Q.S. Al-Qalam, 68: 4)

Oleh karena itu pendidikan karakter perlu ditanamkan kepada anak

bahkan sejak anak masih usia dini, Allah swt juga telah berfirman:

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Q.S. Ar-Ra’du, 13: 11)

Dalam ayat tersebut, ada dua perubahan. Pertama, perubahan pada

individu. Kedua, perubahan pada kelompok. Hikmah Allah swt telah mengatakan

bahwa perubahan yang kedua tergantung pada masing-masing individu. Tetapi

3

Page 17: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

keduanya saling berkaitan, perubahan pertama merupakan penyebab perubahan

kedua, sedangkan perubahan kedua merupakan hasil dari perubahan pertama.

Allah swt menghendaki agar perubahan yang pertama dilakukan oleh semua

manusia, sampai mereka benar-benar dapat mengadakan perubahan pada diri

sendiri.

Sebelumnya, wacana pendidikan karakter sudah pernah disampaikan oleh

Ki Hajar Dewantara. Ia menciptakan sistem pendidikan baru sebagai penolakan

terhadap sistem pendidikan kolonial yaitu dengan konsep kembali pada budaya

bangsa sendiri. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan merupakan proses

pembudayaan yaitu suatu usaha memberikan nilai-nilai luhur kepada generasi

baru dalam masyarakat yang tidak hanya bersifat pemeliharaan tetapi juga

dengan maksud memajukan serta mengembangkan kebudayaan menuju ke arah

keluhuran budaya manusia (Nafisah, 2016: 453).

Dalam proses pendidikan, Ki Hajar Dewantara merumuskan sebuah

upaya yaitu melestarikan kebudayaan Indonesia secara terus menerus dan

berkesinambungan agar kebudayaan di Indonesia tidak hilang karena masuknya

kebudayaan barat yang dapat menggeser kebudayaan bangsa Indonesia atau yang

disebut dengan kontinuitas (http://wakhidah87.blogspot.co.id/2016/07/konsep-

Trikon-filsafat-pendidikan.html diakses pada 24 November 2017 pukul 11:01

WIB). Pendidikan di negeri ini juga tidak lepas dari faktor bawaan dan

lingkungan yang disebut dengan konvergensi. Kemudian dengan prinsip tiga N

(Nonton, Niteni, Nirokake) seperti yang dikutip oleh Suparlan (2015: 59), Ki

4

Page 18: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Hajar Dewantara mengembangkan konsep konvergensi dengan ciri ke-Indonesia-

annya. Konsep ini memberikan alternatif pandangan terkait polemik pendidikan

berupa nilai-nilai apa saja yang mampu diserap oleh unsur-unsur pendidikan.

Diantara nilai-nilai tersebut yaitu nilai pendidikan umum, agama dan kebudayaan

(Saputra, 2017: 3). Ki Hajar Dewantara juga mempraktekkan konsentrisitas

sebelum melansir konsep Trikon yaitu menyaring ilmu dari Barat dan melahirkan

konsep yang membumi. Meskipun Ki Hajar Dewantara dididik secara Barat

namun konsepnya tidak kebarat-baratan. Ajarannya disesuaikan dengan budaya

lokal misalnya sistem among, tut wuri handayani dan lainnya (http://pendidikan-

tepat-guna.blogspot.co.id/ 2013/11/tamansiswa_8187.html diakses pada 24

November 2017 pukul 11:01 WIB).

Dari sini dapat diketahui bahwa 18 nilai-nilai pendidikan karakter yang

dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) erat

kaitannya dengan konsep Trikon Ki Hajar Dewantara. Karena nilai-nilai tersebut

dibuat dengan tetap mempertahankan nilai-nilai budaya luhur bangsa Indonesia

melalui upaya pendidikan. Adapun sumber-sumber yang mendasari pembuatan

18 nilai pendidikan karakter adalah agama, Pancasila, budaya dan tujuan

pendidikan nasional (https://guruppkn. com/nilai-nilai-pendidikan-karakter

diakses pada 16 November 2017 pukul 11.29 WIB).

Konsep Trikon ini juga berimplikasi pada Pendidikan Agama Islam (PAI)

di lingkungan sekolah. Karena tujuan dari konsep Trikon dan PAI sama-sama

menuju terbentuknya keluhuran budi (akhlaqul karimah) dengan tetap berpijak

5

Page 19: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

pada budaya bangsa (Muthoifin dan Jinan, 2015: 172-173). Konsep Trikon

merupakan filter (penyaring) terhadap datangnya budaya barat. Konsep ini

bersifat selektif dan preventif. Selektif dalam menyaring budaya barat yang akan

masuk dan preventif terhadap dampak yang tidak sesuai dengan nilai-nilai

budaya bangsa Indonesia (Supriyoko dalam Surat kabar harian “Kedaulatan

Rakyat edisi 1985” yang dimuat dalam web http: //journal.amikom.ac.id/

index.php/Koma/article/view/3842/pdf diakses pada tanggal 11 November 2017

pukul 13:58).

Dalam penelitian ini, maksud dari Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah

sebagai mata pelajaran yang proses pembelajarannya dilakukan di sekolah.

Dalam aplikasinya, pemanfaatan konsep Trikon dalam Pendidikan Agama Islam

(PAI) disebut muatan lokal dan dapat dilihat mulai dari desain pengembangan

kurikulum sampai implementasi dalam pembelajaran (http://aris140284.blogspot.

co.id/2009/12/konsep-pendidikan-indonesia-menurutki. html diakses pada 02

November 2017 pukul 12.53 WIB). Jika konsep Trikon dihubungkan dengan

Pendidikan Agama Islam, maka dapat disusun program pembelajaran dengan

menggunakan dua pendekatan, yaitu integrasi dan ekologis (Sudjana, 2005: 177-

178). Pendekatan integrasi yaitu pendekatan yang mengintegrasikan

pembelajaran muatan lokal dengan mata pelajaran lain. Sehingga, muatan lokal

menjadi suplemen dalam pelajaran tersebut. Sedangkan pendekatan ekologis

merupakan suatu upaya melaksanakan pembelajaran materi muatan lokal dengan

6

Page 20: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

menggunakan lingkungan alam maupun sosial budaya setempat (Rofik, t.t.: 130-

131).

Dalam praktiknya, terdapat contoh pengintegrasian budaya lokal Sekaten

dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Sekaten merupakan

budaya lokal yang diintegrasikan dalam materi kelahiran Nabi Muhammad

SAW. Karena budaya sekaten merupakan upaya Sultan Agung dalam

memeringati kelahiran (maulid) Nabi Muhammad SAW (baca lebih lanjut dalam

jurnal penelitian Khuluq, 1998: 118-138).

Nilai-nilai pendidikan karakter sendiri sesungguhnya sudah

terinternalisasi dalam Pendidikan Agama Islam (PAI). Kedelapan belas nilai

sebagaimana kita ketahui sudah berkaitan dengan PAI. Namun, meskipun

pelajaran PAI menjadi roh dari pendidikan karakter, ia tidak dapat berdiri sendiri

untuk mengimplementasikan nilai-nilai yang ada. Pelajaran PAI harus

terintegrasi dengan pelajaran-pelajaran lainnya. Selain mata pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam (SKI), terdapat contoh mata pelajaran lain yang sesuai dengan

PAI yaitu pelajaran ke-Muhammadiyah-an dan ke-NU-an. Keduanya merupakan

muatan lokal yang merepresentasikan ajaran Muhammadiyah dan Nahdhatul

Ulama (NU).

Sejalan dengan tujuan pendidikan, pembentukan karakter juga harus

dijalankan oleh semua pihak yang bersangkutan dalam pembelajaran, khususnya

di lingkungan sekolah. Di lingkungan sekolah merupakan tugas guru atau

pendidik yang selalu harus siap untuk mencontohkan dan mengajarkan sikap-

7

Page 21: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

sikap yang bisa menimbulkan karakter luhur di dalam diri peserta didik. Di

lingkungan keluarga, sepenuhnya merupakan tanggung jawab orang tua untuk

selalu membentuk kepribadian anak. Di lingkungan masyarakat, masyarakat

sendirilah yang harus memberikan contoh yang luhur terhadap anak-anak di

lingkungannya.

Melihat sasaran pendidikan karakter adalah kepada seluruh peserta didik,

peneliti pun tertarik untuk menganalisis nilai-nilai pendidikan karakter yang

terkandung dalam konsep Trikon. Konsep Trikon sendiri merupakan sebuah

konsep yang pernah disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara mengenai pendidikan

dan kebudayaan (Trikon) dalam ruang lingkup pendidikan nasional. Dari hal itu

juga, penulis mencoba melihat relevansinya terhadap Pendidikan Agama Islam

(PAI).

Dengan melakukan analisis nilai-nilai pendidikan karakter yang

termaktub dalam konsep Trikon, diharapkan mampu memberi pemahaman

bahwa pada dasarnya nilai-nilai pendidikan karakter itu tidak lepas dari

kebudayaan bangsa Indonesia. Dalam hal ini juga berimplikasi pada

pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Ketiga varibel tersebut (nilai-nilai

pendidikan karakter, konsep Trikon dan Pendidikan Agama Islam) saling

berkaitan dan mendukung untuk menciptakan out put generasi yang berkualitas,

yaitu generasi yang berkarakter, berbudaya dan beriman.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian

dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

8

Page 22: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Pada Konsep Trikon dan Relevansinya Terhadap Pendidikan Agama Islam

(Kajian Pemikiran Ki Hajar Dewantara)”.

9

Page 23: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, berikut rumusan masalah dalam

penelitian ini:

1. Apa sajakah nilai-nilai pendidikan karakter pada konsep Trikon?

2. Bagaimana relevansi konsep Trikon menurut Ki Hajar Dewantara terhadap

Pendidikan Agama Islam (PAI)?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter pada konsep Trikon

2. Untuk mengetahui relevansi antara konsep Trikon menurut Ki Hajar

Dewantara terhadap Pendidikan Agama Islam (PAI)

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Penelitian ini secara teoritis bermanfaat untuk memperkaya wacana

keilmuan khususnya kajian pendidikan karakter bagi perpustakaan IAIN

Salatiga, sehingga dapat digunakan sebagai bahan acuan di bidang penelitian

sejenis.

2. Praktik

a. Guru dan Orang Tua

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang

pendidikan yang syarat akan nilai-nilai pendidikan karakter.

b. Sekolah

10

Page 24: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai wacana untuk lebih

meningkatkan pembinaan terhadap guru, kepala sekolah maupun pengawas

agar pendidikan karakter pada anak dapat terwujud sesuai dengan tujuan

pendidikan nasional.

c. Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan

khazanah keilmuan dalam penelitian terkait pendidikan karakter.

E. Penegasan Istilah

Penegasan istilah dalam penelitian ini dirasa sangat perlu agar tidak

terjadi salah tafsir dengan maksud peneliti. Maka, peneliti akan menjelaskan

istilah-istilah yang ada dalam judul penelitian ini. Istilah yang perlu peneliti

jelaskan yaitu:

1. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada Konsep Trikon

a. Nilai-nilai

Nilai adalah suatu prinsip sosial, tujuan atau standar yang dipakai

atau diterima oleh individu, masyarakat dan lain-lain. Nilai dapat

dirumuskan sebagai suatu penetapan atau suatu kualitas objek yang

menyangkut jenis apresiasi atau minat (Fitri, 2012: 87-88).

Nilai yang dimaksud oleh peneliti dalam penelitian ini mengacu

pada nilai-nilai pendidikan karakter yang berpedoman pada bukunya Zainal

Aqib (2012: 42) yang berjudul Pendidikan Karakter di Sekolah

Membangun Karakter dan Kepribadian Anak yaitu nilai-nilai karakter

11

Page 25: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

yang dikembangkan oleh Kemendikbud, meliputi: religius, jujur, toleransi,

disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahhu,

semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat,

cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan

tanggung jawab.

b. Pendidikan Karakter

Menurut Megawangi (2004: 95) pendidikan karakter adalah sebuah

usaha untuk mendidik anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak

dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka

dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.

Sedangkan menurut Azzel (2011: 10) pendidikan karakter adalah

pendidikan yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan

(feeling) dan tindakan (action).

Artinya, pendidikan karakter adalah usaha yang bertujuan untuk

menciptakan generasi yang memiliki kepribadian unggul, baik dalam

pengetahuan, perasaan dan tindakan.

c. Konsep Trikon

Menurut Ki Hajar Dewantara upaya kebudayaan (pendidikan) dapat

ditempuh dengan sikap (laku) yang dikenal dengan teori Trikon, yaitu:

1) Kontinuitas: garis hidup kita di zaman sekarang harus merupakan

“lanjutan atau terusan” dari hidup kita di zaman lampau, jangan

ulangan atau tiruan hidup bangsa lain.

12

Page 26: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

2) Konvergensi: keharusan untuk menghindari hidup menyendiri (isolasi)

karena untuk menuju ke arah pertemuan hidup dengan bangsa-bangsa

lain.

3) Konsentrisitas: sesudah bersatu dengan bangsa-bangsa lain sedunia,

janganlah kita kehilangan kepribadian sendiri (Dewantara, t.t.: 228).

Dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan karakter pada konsep

Trikon adalah nilai-nilai karakter yang merupakan hasil dari analisis terhadap

konsep Trikon yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara. Nilai-nilai

tersebut meliputi religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,

mandiri, demokratis, rasa ingin tahhu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,

menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli

lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab.

2. Pendidikan Agama Islam (PAI)

Sebelumnya, peneliti akan mulai menegaskan dari istilah pendidikan.

Pendidikan berasal dari bahasa Inggris yaitu Education. Dalam Oxford

Learner’s Pocket Dictionary (2011: 143) education artinya “process of

teaching, training and learning” (proses mengajar, melatih dan

pembelajaran). Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara (1994: 20)

pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak

agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai

keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Muchtar (2008: 14)

juga menambahkan bahwa pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan

13

Page 27: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

untuk mendidik manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang serta

memiliki potensi atau kemampuan sebagaimana mestinya.

Ahmad Marimba (1986: 19) mendefinisikan Pendidikan Agama Islam

(PAI) merupakan bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap

perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya

kepribadian yang utama. Sedangkan menurut Ramayulis (2005: 21)

pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan

peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa,

berakhlak mulia, mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya kitab suci

Al-Qur’an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta

pengalaman.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama

Islam (PAI) adalah bimbingan secara sadar yang dilakukan oleh pendidik

untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik lahir maupun batin

menuju pribadi yang utama (insan kamil) dengan mengacu pada pokok ajaran

Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadits.

F. Kajian Pustaka

Setelah mengadakan kajian pustaka, peneliti menemukan ada beberapa

peneliti yang sebelumnya telah membahas tentang pendidikan karakter. Maka,

kajian ini dimaksudkan untuk melengkapi kajian-kajian yang telah dilakukan

oleh beberapa peneliti sebelumnya. Berikut akan dipaparkan beberapa penelitian

yang telah dilakukan sebelumnya, antara lain:

14

Page 28: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

1. Tesis Nursida A. Romeon, dengan judul “Relevansi Konsep Pendidikan Ki

Hajar Dewantara Dengan Konsep Pendidikan Islam (2011)” Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil penelitian ini

menujukkan bahwa konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara relevan dengan

konsep pendidikan Islam. Kedua konsep tersebut sama-sama memiliki dasar

kemanusiaan (fitrah), yang bermaksud melahirkan generasi yang merdeka

lahir dan batin.

2. Nur Anisah, dengan judul “Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar

Dewantara (2015)” Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Salatiga.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan karakter merupakan

proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia

seutuhnya yang berkarakter dalam hati, cipta, rasa dan karsa.

3. Riska Hidayati, dengan judul “Konsep Trikon Ki Hajar Dewantara Dalam

Perspektif Pendidikan Islam (2016)” Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

IAIN Surakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tujuan konsep

Trikon sesuai dengan tujuan pendidikan Islam yaitu menciptakan warga

negara yang baik, berbudi luhur, dan berpegang teguh dengan ajaran agama

serta kebudayaan bangsa.

4. Khairil Anam, dengan judul“Analisis Konsep Trikon Ki Hajar Dewantara

Terhadap Budaya Penggunaan Teknologi Informasi (Studi Kasus Masyarakat

Panamping (Baduy Luar) Desa Kanekes, Kec. Leuwidamar, Kab. Lebak,

Provinsi Banten (2017)” Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif

15

Page 29: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Hidayatullah Jakarta. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa konsep Trikon

yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara sebagai strategi untuk meneguhkan

kebudayaan masih terlihat relevan untuk digunakan sebagai rujukan dalam

kajian ilmiah baik bersifat teoritis maupun praktis. Hal ini ditunjukkan dengan

adanya bukti bahwa secara eksplisit apa yang terjadi di masyarakat Baduy luar

merupakan wujud dari upaya implementasi konsep Trikon.

Dalam tesisnya, Nursida A. Romeon mengatakan bahwa konsep

pendidikan Ki Hajar Dewantara relevan dengan konsep pendidikan Islam. Secara

prinsip, kedua konsep tersebut sama-sama memiliki dasar kemanusiaan yang

dalam dunia pendidikan Islam atau ajaran Islam disebut dengan fitrah. Kedua

konsep tersebut bermaksud melahirkan generasi yang merdeka lahir dan batin,

berwawasan, berakhlak dan bertakwa kepada penciptanya. Oleh karena itu, baik

tujuan dan metode pendidikannya pun juga memiliki kesamaan.

Hasil penelitian Nursida diperkuat oleh Nur Anisah yang menyatakan

bahwa dalam konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara itu juga ada maksud

pendidikan karakter. Pendidikan karakter yang merupakan proses pemberian

tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang

berkarakter dalam hati, cipta, rasa dan karsa. Mengenai konsep pendidikan

karakter, Nur Anisah menjelaskan lebih rinci lagi bahwa dalam sistem

pendidikan yang diterapkan oleh Ki Hajar Dewantara itu ada beberapa poin

penting: Pertama, memiliki lima asas pokok yang disebut dengan “Pancadharma

Taman Siswa” yang meliputi, kemerdekaan, kodrat alam, kebudayaan,

16

Page 30: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

kebangsaan dan kemanusiaan. Kedua, tujuan pendidikannya adalah mendidik

rakyat agar berjiwa kebangsaan dan berjiwa merdeka, serta menjadi kader-kader

yang sanggup dan mampu mengangkat derajat nusa dan bangsanya sejajar

dengan bangsa lain dan membantu memperluas jangkauan pendidikan dan

pengajaran. Ketiga, pendidikan karakter tidak hanya melibatkan aspek moral

knowing, tetapi juga moral feeling dan moral action. Ki Hajar Dewantara

menerjemahkan langkah tersebut dengan konsep cipta, rasa dan karsa. Keempat,

ada tiga pusat pendidikan (trisentra pendidikan) yang memiliki peranan besar,

yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Lain halnya dengan Riska Hidayati, dalam skripsinya ia lebih memilih

mengambil satu poin dalam beberapa konsep pendidikan yang digaungkan oleh

Ki Hajar Dewantara. Ia meneliti tentang konsep Trikon Ki Hajar Dewantara

dalam perspektif Islam. Dari hasil penelitiannya ditemukan bahwa konsep Trikon

sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan Islam. Karena untuk mengamalkan

Trikon Ki Hajar Dewantara diperlukan pembelajaran melalui proses pendidikan

dengan cara pendidik menyajikan materi disertai metode pembelajaran yang

sesuai dengan tujuan materi yang diajarkan, agar peserta didik mudah menerima

dan memahami materi yang disampaikan oleh pendidik tersebut.

Khairil Anam nampaknya memilih jalur yang berbeda dari para peneliti

lainnya. Ia memilih menganalisis konsep Trikon Ki Hajar Dewantara terhadap

budaya penggunaan teknologi informasi. Dalam hasil penelitiannya ditemukan

bahwa secara eksplisit apa yang terjadi di masyarakat Baduy luar merupakan

17

Page 31: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

wujud dari upaya implementasi konsep Trikon. Pertama, adanya unsur budaya

baru yang diterima oleh masyarakat Baduy luar dalam penggunaan teknologi

informasi modern dari yang sebelumnya masih menggunakan peralatan

tradisional (kontinuitas atau perkembangan ke arah lanjutan dari budaya lama ke

budaya baru). Kedua, proses konvergensi terjadi akibat faktor geografis yang

memungkinkan terjadinya interaksi secara intensif dengan masyarakat luar

Baduy sehingga memengaruhi kebutuhan pada peralatan teknologi informasi

modern sampai terjadinya akulturasi dan asimilasi budaya. Ketiga, konsentris

terjadi setelah terjadinya konvergensi budaya masyarakat Baduy luar dengan

masyarakat luar Baduy, namun tidak sekaligus memengaruhi hilangnya nilai-

nilai kepribadian mayarakat setempat karena lekatnya aturan pikukuh masyarakat

Baduy luar. Sehingga kehadiran peralatan teknologi informasi modern diawasi

tingkat penggunaannya sebatas pada media komunikasi dan informasi saja.

Secara umum, keempat literatur di atas memiliki kesamaan dengan topik

penelitian ini yaitu sama-sama membahas pemikiran Ki Hajar Dewantara, baik

dari segi pendidikan karakter dan konsep kebudayaan (Trikon). Namun, berbeda

dengan hasil penelitian dari Khairul Anam. Penelitiannya memang membahas

analisis konsep Trikon tetapi, lebih spesifik dalam ranah kebudayaan daerah

Baduy Luar.

Dari beberapa literatur tersebut belum ada yang membahas sepenuhnya

tentang nilai-nilai pendidikan karakter pada konsep Trikon dan relevansinya

terhadap Pendidikan Agama Islam (PAI). Dengan begitu, jelas nampak

18

Page 32: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

perbedaan antara literatur penelitian terdahulu dengan tema penelitian yang akan

dibahas ini. Karena masing-masing literatur memiliki perbedaan dalam

pembahasan, pendekatan dan cara pandang. Sehingga semua kajian pustaka di

atas dan penelitian yang disampaikan ini diharapkan dapat menambah khazanah

keilmuan bagi pendidikan di Indonesia.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kualitatif dengan

menggunakan pendekatan studi pustaka (library research). Menurut Moleong

(2009: 6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan sebagainya secara holistik

dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata.

Sedangkan penelitian dengan pendekatan studi pustaka adalah suatu

jenis karangan ilmiah yang mencakup berbagai macam pendapat atau

pandangan para pakar seputar masalah penelitian, penelaahan dan

perbandingan pendapat hingga penarikan kesimpulan dari berbagai literatur

(Haryanto, 2000: 78). Sumber lain mengatakan bahwa penelitian jenis studi

pustaka adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode

pengumpulan data pustaka, membaca, mencatat dan mengolah data penelitian

(Zed, 2008: 3). Jadi, penelitian ini difokuskan untuk mengkaji secara ilmiah

literatur-literatur yang relevan dengan tema penelitian tentang nilai-nilai

19

Page 33: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

pendidikan karakter. Adapun literatur yang dijadikan sumber adalah buku-

buku yang relevan, jurnal, laporan hasil penelitian, artikel ilmiah dan

sebagainya terkait dengan topik penelitian ini.

Alasan dipilihnya jenis penelitian kepustakaan dengan pendekatan

kualitatif karena topik penelitian ini merupakan kajian pemikiran seorang

tokoh pendidikan yang telah banyak memberikan sumbangan gagasan-

gagasan monumental yang berkaitan dengan pendidikan nasional. Penelitian

ini akan membahas pemikiran seorang tokoh pendidikan tentang nilai-nilai

pendidikan karakter pada konsep Trikon dan relevansinya terhadap

Pendidikan Agama Islam (PAI).

2. Objek atau Sasaran yang Diteliti

Sesuai dengan pokok masalah yang akan dibahas, maka objek atau

sasaran yang akan diteliti adalah:

a. Nilai-nilai pendidikan karakter pada konsep Trikon

b. Relevansi konsep Trikon menurut Ki Hajar Dewantara terhadap Pendidikan

Agama Islam (PAI)

3. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan jenis metode pengumpulan data berupa

dokumentasi, yaitu menghimpun literatur yang berkaitan dengan topik

penelitian ini. Menurut Arikunto (2010: 274) metode dokumentasi yaitu

menelusuri variabel-variabel yang terdapat dalam laporan hasil penelitian,

20

Page 34: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

jurnal, majalah, hasil seminar, surat kabar, buku dan sebagainya. Adapun

sumber data yang digunakan meliputi:

a. Data Primer

Data primer adalah hasil-hasil penelitian atau hasil karya konseptis

yang orisinil (Hajar, 1996: 83). Dalam hal ini, buku karya Ki Hajar

Dewantara Bagian I Pendidikan dan Bagian II Kebudayaan, 1994,

Yogyakarta: Majelis Luhur Taman Siswa.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber-sumber yang diambil dari sumber lain

yang tidak diperoleh dari sumber primer (Nasution, 2001: 143). Dengan

kata lain, data sekunder secara tidak langsung membahas konsep-konsep

utama dalam penelitian, hanya bersifat pelengkap. Adapun data sekunder

tersebut berupa buku-buku yang relevan, artikel ilmiah, jurnal, arsip dan

dokumen resmi lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Dalam hal ini,

buku-buku yang relevan dengan permasalahan di atas, antara lain:

1) Dharma Kesuma dkk,. 2012. Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan

Praktik di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

2) H. A. R. Tilaar. 2000. Paradigma baru Pendidikan Nasional. Jakarta:

Rineka Cipta.

3) Ramayulis. 2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta:

Kalam Mulia.

21

Page 35: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

4) Marimba, Ahmad D. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam.

Bandung: PT. Al-Ma’arif.

5) Salahudin, Anas dan Irwanto Alkrienciehie. 2013. Pendidikan

Karakter (Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya Bangsa).

Bandung: CV Pustaka Setia.

4. Metode Analisis Data

Setelah data-data terkumpul, tahap selanjutnya adalah menganalisis

data. Sugiyono (2008: 89) menyampaian bahwa analisis data adalah proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan

yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang mudah dipahami diri

sendiri maupun orang lain. Selain itu, Flick dalam bukunya The SAGE

Handbook of Qualitative Data Analysis (2013: 5) menyampaikan bahwa

“Qualitative data analysis is the classification and interpretation of linguistic

(or visual) material to make statements about implicit and explicit dimensions

and structures of meaning-making in the material and what is represented in

it.” Analisis data kualitatif adalah klasifikasi dan interpretasi materi linguistik

(atau visual) untuk membuat pernyataan tentang dimensi dan struktur implisit

dan eksplisit dalam pembuatan makna dalam materi dan apa yang terwakili di

dalamnya.

22

Page 36: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Dalam tahap ini, peneliti menggunakan metode analisis isi (content

analysis). Denzin (2011: 785) dalam bukunya Handbook of Qualitative

Research menyebutnya dengan classical content analysis:

“Classical conten analysis comprises techniques for reducing texts to a unit-by-variable matrix and analyzing that matrix quantitatively to test hypotheses.” Analisis isi menggabungkan teknik untuk mengurangi tes ke matriks satuan per variabel dan menganalisis matriks tersebut secara kuantitatif untuk menguji hipotesis. Artinya, peneliti melakukan pengkodean terhadap paparan data hasil

temuan yang mengandung unsur nilai-nilai pendidikan karakter. Kemudian,

peneliti menganalisis dan setelah itu menarik kesimpulan dari data tersebut.

Namun dalam penelitian ini, peneliti cenderung menggunakan pendapat dari

Flick.

Berdasarkan definisi di atas, kegunaan analisis data adalah untuk

keperluan mendeskripsikan secara obyektif, kritis dan sistematis tentang

analisis nilai-nilai pendidikan karakter pada konsep Trikon yang merupakan

manifestasi pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan karakter.

Dalam buku karyanya, Bagian I Pendidikan dan Bagian II Kebudayaan

mengungkapkan bahwa antara pendidikan dan kebudayaan adalah satu

kesatuan yang tidak dapat terpisahkan, sedangkan dalam pendidikan Islam Ki

Hajar Dewantara memang tidak menyatakan secara eksplisit dalam karya-

karyanya. Tetapi secara implisit dalam bentuk indikasi-indikasi yang

diperoleh dari media massa, penelitian-penelitian atau internet. Sehingga

23

Page 37: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

untuk dapat memahaminya, perlu dilakukan analisis isi atas pesan yang

terkandung dalam indikasi-indikasi tersebut.

5. Tahap-Tahap Analisis Data

Upaya untuk menelaah dan mengartikan ide atau gagasan mengenai

“Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada Konsep Trikon” dari sosok Ki Hajar

Dewantara yaitu dengan melakukan analisis secara mendalam untuk

memperoleh hasil yang maksimal dan mencapai kriteria metode content

analysis. Maka, tahap-tahap analisis data akan dilakukan dengan tiga langkah,

yaitu:

a. Reduksi data (data reduction) meliputi proses pemilihan data, pemusatan

pada penyederhanaan data, abstraksi dan transformasi data. Maksudnya

adalah menelaah ide konsep Trikon dalam pendidikan menurut Ki Hajar

Dewantara. Selanjutnya, melakukan pemahaman secara mendalam apa saja

nilai-nilai pendidikan karakter pada konsep Trikon dan bagaimana

relevansinya terhadap Pendidikan Agama Islam.

b. Penyajian data (data display) : deskripsi kumpulan informasi tersusun yang

memungkinkan untuk melakukan penarikan kesimpulan yang sesuai

dengan tujuan penelitian.

c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and verification)

: dari hasil pengumpulan data, peneliti mencari makna dari setiap data yang

diperoleh dari catatan dan melakukan verifikasi atas data tersebut (Salim,

2006: 22-23).

24

Page 38: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

H. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dalam memahami isi dari penelitian

ini, maka disusunlah sistematika penulisan sebagai berikut:

1. Bagian Awal

Bagian awal meliputi: sampul, halaman judul, lembar berlogo,

pernyataan keaslian tulisan dan publikasi, nota pembimbing skripsi,

pengesahan kelulusan, motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, dan

daftar isi.

2. Bagian Inti

BAB I: PENDAHULUAN, memuat latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, kajian

pustaka, penegasan istilah dan sistematika penulisan.

BAB II: BIOGRAFI, memuat riwayat hidup Ki Hajar Dewantara, peran

sosial Ki Hajar Dewantara, karya-karya Ki Hajar Dewantara.

BAB III: DESKRIPSI PEMIKIRAN, dalam bab ini akan membahas dua poin

penting untuk menjawab rumusan masalah, yaitu:

A. Nilai-nilai pendidikan karakter pada konsep Trikon

B. Pendidikan Agama Islam (PAI)

BAB IV: PEMBAHASAN, memuat hasil analisis kritis terhadap dua poin

penting dalam tema penelitian ini, meliputi:

A. Analisis nilai-nilai pendidikan karakter pada konsep Trikon

25

Page 39: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

B. Relevansi konsep Trikon menurut Ki Hajar Dewantara terhadap

Pendidikan Agama Islam (PAI)

BAB V: PENUTUP, berisi kesimpulan dari pembahasan hasil penelitian dan

saran-saran dari penulis sebagai sumbangan pemikiran berdasarkan

konsep dan hasil penelitian yang telah diperoleh.

3. Bagian Akhir

Bagian akhir memuat: daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar

riwayat hidup peneliti.

26

Page 40: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

BAB II

BIOGRAFI KI HAJAR DEWANTARA

Sosok Ki Hajar Dewantara sudah tidak asing lagi bagi bangsa Indonesia. Ki

Hajar Dewantara adalah tokoh pejuang yang pantang menyerah, seorang pemimpin

yang memimpin anak buahnya, seorang yang peduli terhadap dunia pendidikan dan

telah menghasilkan berbagai gagasan yang meliputi masalah politik, sosial dan

budaya. Sehingga Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai seorang pejuang yang

tangguh, pendidik sejati sekaligus menjadi budayawan Indonesia.

Ki Hajar Dewantara juga sangat disegani oleh masyarakat luas karena

kesederhanaannya. Meski beliau adalah seorang keturunan berdarah biru, tetapi

beliau tidak segan bergaul dengan masyarakat awam di luar lingkungan tempat

tinggalnya termasuk dengan hamba sahayanya.

A. Riwayat Hidup Ki Hajar Dewantara

1. Kelahiran Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889

(Ensiklopedia Nasional Indonesia Jilid 4, 1989: 330). Ki Hajar Dewantara

adalah putra ke-5 Pangeran Soeryaningrat putra dari Sri Paku Alam III. Pada

waktu dilahirkan ia diberi nama Soewardi Soeryaningrat, karena ia masih

keturunan bangsawan maka mendapat gelar Raden Mas (RM) kemudian nama

lengkapnya menjadi Raden Mas Soewardi Soeryaningrat (Soeratman, 1984: 8-

9). Menurut silsilah, Ki Hajar Dewantara masih memiliki garis keturunan

27

Page 41: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

dengan Sunan Kalijaga. Maka, sebagai keturunan Keraton Yogyakarta

sekaligus ulama’, Ki Hajar Dewantara dibesarkan dan dididik dalam

lingkungan keluarga yang religius dan budaya Jawa yang kental (Desmon,

2007: 219).

2. Masa Muda Ki Hajar Dewantara

Masa muda Ki Hajar Dewantara diisi dengan kegiatan untuk

menambah pengetahuan dan wawasannya, karena ia termasuk anak yang sangat

haus akan pengetahuan. Pada tanggal 4 November 1907 dilangsungkan “Nikah

Gantung” antara R.M. Soewardi Soeryaningrat dengan R.A. Soetartinah.

Keduanya adalah cucu dari Sri Paku Alam III. Dengan demikian, Ki Hajar

Dewantara dan Nyi Hajar Dewantara adalah saudara sepupu (Samho dan

Yasunari, 2010: 12). Pada akhir Agustus 1913 beberapa hari sebelum berangkat

ke tempat pengasingan di Belanda, pernikahannya diresmikan secara adat dan

sederhana di Puri Suryaningratan Yogyakarta (Harahap dan Sukowati, 1980:

12). Jadi, Ki Hajar Dewantara dan Nyi Hajar Dewantara sama-sama cucu dari

Paku Alam III atau satu garis keturunan.

Wawasan beliau sangat luas, kreatif, dinamis, jujur, sederhana,

konsisten, konsekuen dan berani. Tidak heran jika Ki Hajar Dewantara disegani

dan dihormati baik oleh kawan maupun lawan. Semua itu didapat Ki Hajar

Dewantara dari kerajinan menuntut ilmu di sekolah dan juga pengalaman yang

beraneka ragam dari lingkungan sekitar. Selain mendapat pendidikan formal di

28

Page 42: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

lingkungan keraton, Ki Hajar Dewantara juga mendapat pendidikan formal,

antara lain:

a. ELS (Europeesche Legere School)

Sekolah dasar pada zaman kolonial Belanda di Indonesia. ELS

menggunakan Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar dalam

pembelajaran. ELS merupakan Sekolah Rendah Eropa yang diperuntukkan

bagi keturunan Eropa, keturunan timur asing atau pribumi dari tokoh

terkemuka (Desmon, 2007: 211).

Tahun 1896, Suwardi masuk sekolah Belanda yaitu Europeesche

Legere School (ELS). Sekolah ini adalah sekolah dasar untuk anak-anak

keturunan Eropa, keturunan timur asing atau pribumi dari tokoh terkemuka

saja. Karena Suwardi adalah cucu Paku Alam III, maka beliau dapat masuk

di ELS (Sagimun, 1974: 7). Pada saat berada di kelas lima, ternyata Suwardi

sudah pandai mendeklamasikan syair-syair berbahasa Belanda. Gurunya

sangat memuji dan mengagumi kepandaian Suwardi. Meskipun demikian,

Suwardi tidak pernah lupa daratan dan menjadi “kebarat-baratan”. Di rumah,

Suwardi tetap ikut bermain bersama anak-anak kampung, ikut belajar menari

dan menabuh gamelan. Suwardi kecil juga sudah menampakkan watak

peduli sosial dengan gemar membagi kepandaiannya dengan teman-

temannya.

Seiring waktu berjalan, minat Suwardi terhadap pendidikan semakin

mendalam. Akhirnya, pada tahun 1904, Ki Hajar Dewantara berhasil

29

Page 43: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

menamatkan pendidikannya di ELS. Ia pun melanjutkan pendidikan di

Kweek School (Sekolah Guru) di Yogyakarta.

b. Kweek School (Sekolah Guru) di Yogyakarta

Kweek School merupakan salah satu jenjang pendidikan resmi untuk

guru pada zaman kolonial belanda dengan pengantar Bahasa Belanda

(Desmon, 2007: 211).

Setelah menamatkan pendidikan di ELS, Ki Hajar Dewantara

melanjutkan pendidikan di Kweek School (Sekolah Guru) di Yogyakarta.

Namun, Ki Hajar Dewantara hanya sempat belajar selama satu tahun. Sebab,

pada tahun 1905, Ki Hajar Dewantara menerima beasiswa dari pemerintah

Belanda untuk belajar di Sekolah Dokter (STOVIA) di Batavia (Jakarta)

(Bambang, 1981: 24).

c. STOVIA (School Tot Opvoeding Van Indische Artsen)

STOVIA adalah sekolah kedokteran yang berada di Jakarta. Selama

masa pendidikan di STOVIA, Ki Hajar Dewantara sangat tekun belajar.

Pergaulannya di STOVIA dengan pelajar-pelajar dari berbagai daerah yang

berbeda bahasa, membuat rasa kebangsaannya semakin dalam dan semangat

perjuangan untuk memperbaiki nasib bangsanya juga semakin meningkat. Di

Jakartalah, Ki Hajar Dewantara mulai merasakan suasana Bhineka Tunggal

Ika (Sagimun, 1974: 7).

30

Page 44: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Selama tahun 1905-1909, Ki Hajar Dewantara menjadi murid

STOVIA. Beasiswanya kemudian dicabut karena ia tidak naik kelas karena

sakit sakit selama empat bulan (Gunawan, 1992: 302-303). Terpaksa Ki

Hajar Dewantara harus meninggalkan sekolah karena tidak dapat

membiayainya. Namun, direktur STOVIA memberikan surat keterangan

istimewa kepadanya atas kepandaiannya berbahasa Belanda. Walaupun Ki

Hajar Dewantara tidak dapat menyelesaikan pendidikannya di STOVIA, Ki

Hajar Dewantara memperoleh banyak pengalaman baru. Sebagai pelajar di

STOVIA, Ki Hajar Dewantara harus masuk asrama yang telah disediakan.

Di asrama pelajar STOVIA juga berlaku peraturan-peraturan yang harus

ditaati oleh penghuninya (Sagimun, 1974: 8).

Ki Hajar Dewantara meninggalkan STOVIA pada tahun 1909, karena

biaya untuk meneruskan pendidikan tidak mencukupi, Ki Hajar Dewantara

lalu bekerja di pabrik gula di Banyumas. Kemudian, pada tahun 1919 Ki

Hajar Dewantara kembali ke Yogyakarta dan bekerja sebagai asisten

apoteker di apotik Rathkap. Pekerjaan rutin rupanya tidak cocok baginya

(Harahap dan Dewantara, 1980: 6). Kemudian, ia bekerja sebagai wartawan

di beberapa surat kabar, antara lain De Express milik Douwes Dekker

(1913), Utusan Hindia dan Kaum Muda (Sukowati, 1981: 48). Sebagai

penulis yang handal, tulisannya mampu membangkitkan semangat

antikolonialisme pada rakyat Indonesia. Semangat juangnya dalam sosial

31

Page 45: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

dan politik mulai berkobar-kobar dan bakat jurnalistiknya berkembang

dengan pesat (Harahap dan Dewantara, 1980: 6).

3. Masa Dewasa Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara sering bergaul dengan masyarakat dari kalangan

menengah ke bawah, sehingga pada usia 40 tahun ia mengubah nama dari

Raden Mas Soewardi Soeryaningrat menjadi Ki Hajar Dewantara. Dengan

demikian, Ki Hajar Dewantara dapat leluasa bergaul dengan rakyat dan lebih

dekat dengan lingkungannya yang mayoritas adalah orang biasa (baca:

menengah ke bawah).

Maksud Ki Hajar Dewantara mengubah namanya itu karena ingin

menunjukkan perubahan sikapnya dalam melaksanakan pendidikan yaitu dari

satria pinandita ke pinandita satria yang berarti dari pahlawan yang berwatak

guru spiritual ke guru spiritual yang berjiwa ksatria, yang mempersiapkan diri

dan peserta didik untuk melindungi bangsa dan negara (Djumhur, 1974: 169).

Wawasan beliau sangat luas dan tidak berhenti berjuang untuk bangsanya

hingga akhir hayat. Perjuangan beliau dilandasi dengan rasa ikhlas yang

mendalam, disertai rasa pengabdian dan pengorbanan yang tinggi dalam

mengantar bangsanya ke alam merdeka (Hariyadi, 1989: 39).

Di usia dewasa, kesadaran politik Ki Hajar Dewantara semakin

matang. Pada masa itu, tanah air Indonesia sedang dilanda suasana kebangkitan

nasional. Gagasan dan pikiran Dr. Wahidin Sudiro Husodo untuk memajukan

dan meningkatkan derajat bangsa Indonesia diterima dengan baik dikalangan

32

Page 46: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

kaum muda. Kemudian, pada tanggal 20 Mei 1908 atas usaha-usaha pelajar

STOVIA yang dipelopori oleh R. Sutomo dan Gunawan Mangunkusumo maka

berdirilah Budi Utomo. Dengan berdirinya Budi Utomo, maka mulai timbul

pergerakan nasional di tanah air Indonesia. Budi Utomo merupakan organisasi

pergerakan rakyat pertama yang mempunyai pengurus dan anggota yang tetap

serta mempunyai tujuan dan rencana keerja yang disusun dengan baik dan rapi

(Sagimun, 1974: 8).

Pada tanggal 05 Oktober 1908, Budi Utomo mengadakan kongres yang

pertama di Yogyakarta. Ki Hajar Dewantara ikut serta dalam persiapan kongres

tersebut. Dalam kongres tersebut, kaum muda dan kaum tua berunding untuk

membentuk kepengurusan. Akhirnya, terbentuklah pengurus besar Budi Utomo

dengan Bupati Tirtokusumo sebagai ketuanya. Namun, dalam kongres tersebut

terjadi pertentangan paham antara golongan “Revolusioner Nasionalis” dengan

golongan “konservatif”. Tahun itu juga, Ki Hajar Dewantara meninggalkan

Budi Utomo. Ki Hajar Dewantara pindah ke Syarekat Islam. Awalnya Ki Hajar

Dewantara hanya sebagai anggota kemudian menjadi pimpinan cabang

Syarekat Islam cabang Bandung bersama Abdul Muis dan St. Muhammad Zain.

Tahun 1912, akhirnya Ki Hajar Dewantara menggabungkan diri pada Dokter

Douwes Dekker dan Dokter Cipto Mangunkusumo yang bergerak dalam

Indische Partij (Soeratman, 1982: 35).

Kalau Budi Utomo dan Sarikat Islam membatasi keanggotaannya pada

pribumi Indonesia saja, Indische Partij meluaskan keanggotaannya tidak hanya

33

Page 47: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

pribumi Indonesia saja tetapi menerima siapa saja yang lahir di Indonesia dan

mencintai Indonesia sebagai tanah airnya. Indische Partij sendiri berdiri pada

06 September 1912 dengan Douwes Dekker sebagai ketua, dr. Cipto

Mangunkusumo sebagai wakil ketua dan Ki Hajar Dewantara sebagai sekretaris

(tiga serangkat) (Soeratman, 1982: 36). Indische Partij menjadi partai politik

yang pertama kali dikenal oleh orang Hindia Belanda.

Tujuan dari Indische Partij adalah:

a. Mempersatukan bangsa Hindia Belanda dalam satu kesatuan

kebangsaan Hindia (Indonesia)

b. Memperjuangkan kemerdekaan Hindia (Indonesia) yang bebas dari

penjajahan Belanda (Bambang, 1989: 58)

Tujuan yang diperjuangkan oleh Indische Partij jelas sangat berbahaya

dan merupakan ancaman yang besar bagi Kolonial Belanda. Karena, tujuan

yang hendak diwujudkan Indische Partij bertentangan dengan tujuan Kolonial

Belanda. Itulah sebabnya pemerintah Hindia Belanda tidak mau mengakui

Indische Partij sebagai badan hukum. Jadi, sebagai partai, Indische Partij tidak

dilarang akan tetapi permohonan untuk diakui sebagai badan hukum ditolak

oleh pemerintah Hindia Belanda (Sagimun, 1974: 10).

Tiga serangkai itu menjelajahi Pulau Jawa untuk mengenalkan

Indische Partij. Penjelajahan itu mencapai sukses besar karena banyak pribumi

dan non pribumi (Cina, Arab dan Belanda) yang ikut bergabung menjadi

anggota Indische Partij. Melalui surat kabar De Expres dan penyebaran buletin,

34

Page 48: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

gerakan nasional Indische Partij ternyata menggemparkan masyarakat dan

menggoyahkan sendi-sendi pemerintahan Kolonial Belanda (Harahap dan

Dewantara, 1980: 4).

Di Bandung pada bulan Juli 1913, dr. Cipto Mangunkusumo sebagai

ketua dan Ki Hajar Dewantara (Suwardi Suryoningrat) sebagai sekretaris

mendirikan sebuah komite Bumi Putra. Tujuan pendirian komite ini adalah

untuk menampung isi hati rakyat yang memprotes pengadaan perayaan

memperingati kemerdekaan Kerajaan Belanda (Soeratman, 1982: 40). Komite

Bumi Putra melalui Ki Hajar Dewantara meluncurkan serangan yang pedas

dengan menulis sebuah artikel yang berjudul “Als ik eens een Nederlander was”

(jikalau seandainya saya seorang Belanda). Artikel itu berisi kecaman terhadap

orang-orang Belanda yang hendak merayakan kemerdekaan Kerajaan Belanda

di tengah bangsa Indonesia yang terjajah. Pemerintah Hindia Belanda sangat

gelisah dan tersindir dengan tulisan Ki Hajar Dewantara (Soeratman, 1982: 41).

Dr. Cipto Mangunkusumo juga menulis dalam surat kabar “De

Expresi” dengan judul tulisan “Kekuatan atau Ketakutan?”. Tulisan tersebut

menerangkan bahwa tindakan pemerintah Hindia Belanda itu lebih

menunjukkan adanya ketakutan. Kemudian, Ki Hajar Dewantara kembali

menulis artikel dengan judul “Satu untuk semua tapi juga semua untuk satu”

dalam surat kabar yang sama. Dr. Douwes Dekker juga mengikuti sepak terjang

kedua kawannya dengan menulis artikel dengan judul “Pahlawan kita Cipto

Mangunkusumo dan R.M. Suwardi Suryaningrat” (Soeratman, 1982: 40).

35

Page 49: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Akibat dari tulisan-tulisan itu, ketiga pemimpin Indische Partij itu

akhirnya ditangkap dan ditahan. Pada tanggal 18 Agustus 1913, keluarlah surat

keputusan dari wali negara untuk tiga orang pemimpin tersebut. Ketiganya

dikenakan hukuman pembuangan, yaitu:

a. R.M. Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewanntara) dibuang ke Pulau

Bangka

b. Dr. Cipto Mangunkusumo dibuang ke Banda Neira

c. Dr. E.F.E. Douwes Dekker dibuang ke Kupang

Setelah putusan pemerintah dijatuhkan, ketiga pemimpin tersebut

diberikan kesempatan untuk mengganti hukuman dengan memilih daerah

pengasingan sesuai kehendak mereka sendiri. Ketiga pemimpin tersebut

memilih Negara Belanda sebagai pengganti tempat pengasingan. Pada 06

September 1913, tepat hari ulang tahun pertama Indische Partij, ketiga

pemimpinnya pergi meninggalkan tanah air menuju tempat pengasingan

(Soeratman, 1982: 45-46).

Kegiatan politik Ki Hajar Dewantara tetap diteruskan di Negeri

Belanda. Ki Hajar Dewantara tetap berjuang untuk menjadi kemerdekaan

Indonesia. Ki Hajar Dewantara kemudian aktif dalam Indiche Vereniging

sebuah organisasi pelajar Indonesia di Negeri Belanda. Kemudian berubah

nama menjadi Perhimpunan Indonesia (P.I.). Indiche Vereniging atau

Perhimpunan Indonesia ini menerbitkan sebuah majalah yang bernama “Hindia

Putra”. Ki Hajar Dewantara banyak menulis di majalah tersebut. Meski

36

Page 50: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

diasingkan, Ki Hajar Dewantara terus bergerak memperjuangkan cita-cita

bangsanya untuk menjadi Indonesia yang merdeka. Bahkan selama di Negeri

Belanda, Ki Hajar Dewantara berhasil memperoleh akte guru Eropa

(Europeesche akte). Di tempat pembuangan, Ki Hajar Dewantara mengenal

pula aliran-aliran pendidikan yang terkenal, antara lain: Jan Lighthart, Maria

Montessori, Rudolf Rabbinranath Tagore (Sagimun, 1974: 18-19).

Kemudian, setelah selesai masa hukuman, pada tahun 1919 tiga

serangkai tesebut kembali ke tanah air. Begitu sampai di tanah air, Ki Hajar

Dewantara kembali memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Berkali-kali Ki

Hajar Dewantara harus berhadapan dengan polisi Kolonial Belanda. Pidato-

pidato dan tulisannya dianggap berbahaya oleh pemerintah Belanda. Akhirnya,

Ki Hajar Dewantara dimasukkan ke dalam penjara (Sagimun, 1974: 20).

Setelah keluar dari penjara, Ki Hajar Dewantara tinggal di Yogyakarta.

Pemerintah Belanda menjadi semakin keras terhadap pergerakan rakyat

Indonesia, maka Ki Hajar Dewantara meninggalkan dunia politk dan memasuki

dunia pendidikan yaitu sekolah “Adidarma” milik kakaknya R.M.

Suryopranoto. Setelah mempunyai pengalaman mengajar selama satu tahun dan

sudah mengenal perihal pendidikan dan pengajaran. Muncul sebuah gagasan

baru. Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa mewujudkan kemerdekaan nusa

dan bangsa tidak hanya dicapai melalui jalan politik tetapi juga bisa melalui

pendidikan. Oleh sebab itu, Ki Hajar Dewantara berpikir untuk

37

Page 51: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

menyelenggarakan sekolah sendiri yang akan dibina sesuai dengan cita-citanya

(Soeratman, 1982: 56).

Pada tahun 1921, Ki Hajar Dewantara terjun ke dunia pendidikan

nasional. Ki Hajar Dewantara berusaha mencapai kemerdekaan Indonesia

melalui pendidikan nasional. Ternyata, Ki Hajar Dewantara lebih berbakat dan

berhail dibidang pendidikan

Karena pengabdiannya terhadap bangsa dan negara, pada tanggal 28

November 1959, Ki Hajar Dewantara ditetapkan sebagai “Pahlawan Nasional’.

Kemudian, pada tanggal 16 Desember 1959 pemerintah menetapkan tanggal

lahir Ki Hajar yaitu 2 Mei sebagai “Hari Pendidikan Nasional” berdasarkan

keputusan Presiden RI Nomor 316 Tahun 1959 (Dewantara, 1962: 13).

Ki Hajar Dewantara mangkat pada tanggal 26 April 1959 di rumahnya

Mujamuju Yogyakarta (Dewantara, 1962: 137). Jenazah Ki Hajar Dewantara

dipindahkan ke pendopo Taman Siswa. Dari pendopo Taman Siswa, diserahkan

kepada Majlis Luhur Taman Siswa. Jenazahnya kemudian dimakamkan di

Wijaya Brata, Yogyakarta (Desmon, 2007: 219).

4. Pengalaman Organisasi Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara memiliki riwayat organsisasi sebagai berikut:

a. Budi Utomo 1908 (Soeratman, 1982: 35)

Pada tanggal 05 Oktober 1908, Budi Utomo mengadakan kongres yang

pertama di Yogyakarta. Ki Hajar Dewantara ikut serta dalam persiapan

kongres tersebut. Dalam kongres tersebut, kaum muda dan kaum tua

38

Page 52: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

berunding untuk membentuk kepengurusan. Akhirnya, terbentuklah

pengurus besar Budi Utomo dengan Bupati Tirtokusumo sebagai ketuanya.

b. Syarekat Islam cabang Bandung 1912 (Soeratman, 1982: 35)

Ki Hajar Dewantara pindah dari Budi Utomo ke Syarekat Islam karena

dalam kongres yang diselenggarakan oleh Budi Utamo terjadi pertentangan

antara dua golonga, revolusioner nasionalis dan konservatif. Awalnya Ki

Hajar Dewantara hanya sebagai anggota kemudian menjadi pimpinan cabang

Syarekat Islam cabang Bandung bersama Abdul Muis dan St. Muhammad

Zain.

c. Pendiri Indische Partij, 06 September 1912 bersama Douwes Dekker dan

Cipto Mangunkusumo (Ensiklopedia Nasional Indonesia Jilid 4, 1989: 330)

Indische Partij adalah partai politik pertama yang beraliran

nasionalisme Indonesia. Indische Partij didirikan oleh Douwes Dekker

sebagai ketua, dr. Cipto Mangunkusumo sebagai wakil ketua dan Ki Hajar

Dewantara sebagai sekretaris (tiga serangkat) (Soeratman, 1982: 36).

d. Pendiri Komite Bumi Putra

Di Bandung pada bulan Juli 1913, dr. Cipto Mangunkusumo sebagai

ketua dan Ki Hajar Dewantara (Suwardi Suryoningrat) sebagai sekretaris

mendirikan sebuah komite Bumi Putra. Tujuan pendirian komite ini adalah

untuk menampung isi hati rakyat yang memprotes pengadaan perayaan

memperingati kemerdekaan Kerajaan Belanda (Soeratman, 1982: 40).

39

Page 53: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

e. Pendiri National Onderwijis Instituut Taman Siswa (Perguruan Nasional

Taman Siswa) pada 3 Juli 1922 (Kumalasari, 2000: 49)

Setelah mengalami hukuman berulang kali, Ki Hajar Dewantara

meninggalkan dunia politik dan berkhidmat pada dunia pendidikan. Ki Hajar

Dewantara mendirikan perguruan Taman Siswa pada 3 Juli 1922. Perguruan

Taman Siswa menekankan rasa kebangsaan atau cinta tanah air pada setiap

peserta didiknya (Musyafa, 2015: 266).

Penghargaan-penghargaan yang pernah diraih oleh Ki Hajar

Dewantara, antara lain:

a. Bapak Pendidikan Nasional, hari kelahirannya yaitu 2 Mei dijadikan sebagai

hari Pendidikan Nasional

b. Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama

c. Pahlawan pergerakan Pendidikan Nasional (Surat Keputusan Presiden RI

No. 316 Tahun 1959 tanggal 28 November 1959)

d. 19 Desember 1956 mendapat gelar Doctor Honoris Causa dalam ilmu

kebudayaan dari Universitas Gajah Mada

e. 20 Mei 1961 menerima tanda kehormatan Satya Lantjana Kemerdekaan

(Irna dan Soewito, 1985: 132)

f. Tanggal 8 Mei 1959, Ki Hajar ditetapkan pemerintah sebagai perintis

Kemerdekaan Nasional Indonesia

g. Tahun 1944 diangkat menjadi anggota Naimo Bun Kyiok Yoku Sanyo

(Kantor Urusan Pengajaran dan Pendidikan) (Sukowati, 1989: 76)

40

Page 54: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

B. Peran Sosial Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara adalah pelopor pendidikan bagi kaum pribumi

Indonesia pada zaman penjajahan Belanda. Ki Hajar Dewantara mendirikan

perguruan Taman Siswa yang memberikan kesempatan bagi para pribumi untuk

bisa memperoleh pendidikan seperti para priyayi maupun orang-orang Belanda.

Pada tanggal 28 November 1959, Ki Hajar Dewantara ditetapkan sebagai

“Pahlawan Nasional” karena pengabdian dan perjuangannya bagi bangsa dan

negara Indonesia dalam meraih kemerdekaan. Kemudian, pada tanggal 16

Desember 1959, pemerintah menetapkan tanggal lahir Ki Hajar Dewantara yaitu

tanggal 02 Mei sebagai “Hari Pendidikan Nasional” berdasarkan keputusan

Presiden RI No. 316 tahun 1959 (Taman Siswa, 1977: 13).

1. Ki Hajar Dewantara Sebagai Pendidik

Sebagai tokoh pendidikan, Ki Hajar Dewantara berpandangan bahwa

melalui pendidikan akan terbentuk kader yang berpikir, berperasaan dan

berjiwa merdeka serta percaya akan kemampuan sendiri. Pergerakan Ki Hajar

Dewantara ini dalam mencerdaskan kehidupan bangsa yang tetap berpijak pada

budaya bangsa sendiri diakui oleh bangsa Indonesia. Perannya untuk

mendobrak tatanan pendidikan kolonial untuk diganti dengan sistem pendidikan

nasional, dari yang semula menggunakan paksaan dan ancaman diganti dengan

jalan kemerdekaan yang seluas-luasnya kepada anak didik dengan tetap

41

Page 55: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

memperhatikan tertib damainya hidup bersama (Hariyadi, 1989: 42). Untuk

merealisasikan gagasannya, Ki Hajar Dewantara mendirikan sekolah sendiri

yang diberi nama “Perguruan Taman Siswa”. Atas perjuangannya ini akhirnya

menempatkan Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Nasional.

2. Ki Hajar Dewantara Sebagai Budayawan

Teori pendidikan di Taman Siswa yang dikembangkan oleh Ki Hajar

Dewantara sangat memperhatikan dimensi-dimensi kebudayaan serta nilai-nilai

yang terkandung dan digali dari masyarakat di lingkungannya. Dalam dimensi

kebudayaan ini, Ki Hajar menerapkah konsep “Trikon”, yaitu:

“Bahwa dalam mengembangkan dan membina kebudayaan nasional, harus merupakan kelanjutan dari budaya sendiri (kontinuitas) menuju ke arah kesatuan kebudayaan dunia (konvergensi) dan tetap terus mempunyai sifat kepribadian dalam lingkungan kemanusiaan sedunia (konsentrisitas). Dengan demikian, jelas bagi kita bahwa terhadap pengaruh budaya asing, kita harus terbuka, disertai sikap selektif-adaptif dengan Pancasila sebagai tolak ukurnya.” (Djumhur dan Suparta, 1976: 174) Sikap selektif-adaptif berarti dalam mengambil nilai-nilai tersebut

harus memilih yang baik dalam rangka upaya memperkaya kebudayaan sendiri,

kemudian disesuaikan dengan situasi dan kondisi bangsa dengan menggunakan

Pancasila sebaga tolak ukurnya. Sebab, semua nilai budaya asing perlu diamati

secara selektif. Semisal ada unsur kebudayaan asing yang bisa memperindah,

memperhalus dan meningkatkan kualitas kehidupan hendaknya diambil, tetapi

jika unsur budaya asing tersebut berpengaruh sebaliknya, sebaiknya ditolak.

Hal ini bermaksud agar masuknya unsur kebudayaan asing dapat menjadi

penyambung kebudayaan nasional.

42

Page 56: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Betapa gigihnya Ki Hajar Dewantara dalam memperjuangkan dan

mengembangkan kebudayaan bangsanya, sehingga karena jasanya itulah Rektor

Universitas Gajah Mada, Sarjito, menganugerahkan gelar kehormatan Doctor

Honoris Causa (DR-HC) dalam ilmu kebudayaan kepada Ki Hajar Dewantara

pada saat Dies Natalis yang ke-VII tanggal 19 Desember 1956. (Sukowati,

1989: 76).

3. Ki Hajar Dewantara Sebagai Pemimpin Rakyat

Dalam memimpin rakyat, Ki Hajar Dewantara menggunakan teori

kepemimpinan yang dikenal dengan “Trilogi Kepemimpinan” yang

berkembang di masyarakat. Trilogi kepemimpinan tersebut adalah “Ing Ngarsa

Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”, artinya

didepan seorang pemimpin harus dapat menjadi teladan dan contoh bagi anak

buahnya, ditengah (dalam masyarakat) seorang pemimpin harus mampu

membangkitkan semangat dan tekat anak buah dan dibelakang harus mampu

memberikan dorongan dan semangat anak buah (Taman Siswa, 1992: 19-20).

Ki Hajar Dewantara adalah sosok yang demokratis dan mampu

memanusiakan manusia. Ia tidak senang terhadap kesewenang-wenangan dari

seorang pemimpin. Ia selalu bersikap menghargai dan menghormati orang lain

sesuai dengan harkat martabatnya. Ia juga mengajarkan agar menerima segala

kekurangan dan kelebihan orang lain dengan cara saling mengisi, memberi dan

menerima demi sebuah keharmonisan lembaga yang dipimpinnya.

C. Karya-karya Ki Hajar Dewantara

43

Page 57: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Karya-karya Ki Hajar Dewantara telah memberikan sumbangsih

terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia, diantaranya:

1. Buku bagian I tentang pendidikan

Buku ini membicarakan gagasan-gagasan Ki Hajar Dewantara dalam

bidang pendidikan, antara lain: Pendidikan Nasional yang menurut paham

Taman Siswa adalah pendidikan yang berlandaskan garis hidup bangsa

Indonesia (cultureel-nationaal) dan ditujukan untuk keperluan perikehidupan

yang dapat mengangkat derajat rakyat dan negaranya,agar dapat bekerja sama

dengan bangsa lain untuk kemuliaan segenap manusia. tri pusat pendidikan

yang meliputi lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, pendidikan kanak-

kanak, pendidikan sistem pondok, adab dan etika serta pendidikan dan

kesusilaan.

Kemudian, gagasan Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan

dikelompokkan menjadi tujuh bab yaitu bab tentang pendidikan nasional,

politik pendidikan, pendidikan kanak-kanak, pendidikan kesenian, pendidikan

keluarga, ilmu Jawa, ilmu adab dan bahasa. Tiap bab berisi antara 8 sampai 39

judul artikel. Jumlah artikel terbanyak terdapat pada bab politik pendidikan

(Harahap dan Dewantara, 1980: 5).

Pada buku bagian pertama ini dapat diketahui betapa luasnya

penguasaaan Ki Hajar Dewantara terhadap praksis pendidikan. Mulai dari

pembahasan filosofi pendidikan, politik pendidikan, teknis pendidikan anak-

44

Page 58: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

anak di keluarga, pendidikan kesenian, ilmu adab (budi pekerti) dan pendidikan

bahasa.

2. Buku bagian II tentang kebudayaan

Buku ini memuat tulisan-tulisan mengenai kebudayaan dan kesenian,

antara lain: Asosiasi Antara Barat dan Timur, Pembangunan Kebudayaan

Nasional, Perkembangan Kebudayaan di Zaman Merdeka, Kebudayaan

Nasional, Kebudayaan Sifat Pribadi Bangsa, Kesenian Daerah dalam Persatuan

Indonesia, Islam dan Kebudayaan, Ajaran Pancasila dan sebagainya.

Pada buku bagian kedua ini dapat diketahui luasnya minat Ki Hajar

Dewantara terhadap tema-tema budaya. Berdasarkan pada sikap nasionalisme,

beliau berupaya untuk menggagas konsep kesatuan kebudayaan, ungkapnya,

“Untuk menghindari reaksi yang dapat menyukarkan pemulihan kesatuan

kebudayaan, hendaknya janganlah kita menyatukan apa yang tidak mungkin

dan tidak perlu dipersatukan, cukuplah hanya menyatukan pokok-pokoknya

saja (http://pedagogikritis.wordpress.com/2011/12/14/ki-hadjar-dewantara-

peletak-dasar-pendidikan-indonesia diakses pada tanggal 15 Maret 2018 pukul

10.01 WIB).”

45

Page 59: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

BAB III

DESKRIPSI PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA

Sebelum isu pendidikan karakter menjadi tema utama yang dibahas oleh

Kementerian Pendidikan dan Budaya dalam rangka memperingati Hari Pendidikan

Nasional tahun 2010, Ki Hajar Dewantara telah lebih dulu berpikir dalam masalah

pendidikan karakter. Pemikiran tersebut muncul sebagai wujud ketidaksepakatan

terhadap sistem pendidikan yang diwariskan oleh Kolonial Belanda.

Ketidaksepakatan itu muncul karena orientasi sistem pendidikan Kolonial Belanda

hanya menonjol pada segi intelektual tanpa melihat dari segi lainnya, misal dari segi

pendidikan karakter (budi pekerti). Sehingga, generasi yang dihasilkan dari sistem

tersebut dikhawatirkan hanya akan melahirkan manusia yang jumawa dan durjana.

Dengan demikian, pendidikan karakter diharapkan mampu menghasilkan

manusia yang berbudi luhur dan berguna bagi masyarakat. Sebab, kecerdasan

intelektual bukan hal yang utama dalam pendidikan. Akan tetapi, bagaimana

menghasilkan peserta didik yang memiliki karakter mulia. Inilah tujuan utama dari

pendidikan. Oleh karena itu, untuk menumbuh-kembangkan kehalusan karakter (budi

pekerti) Ki Hajar Dewantara mempunyai konsep tentang pendidikan karakter yang

dikembangkan dalam Perguruan Taman Siswa. Konsep tersebut adalah sebagai

berikut:

A. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada Konsep Trikon

1. Pengertian Nilai

46

Page 60: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Segala sesuatu yang ada di dunia ini tidak lepas dari nilai yang

terkandung di dalamnya. Menurut Poerwadarminta (1999: 677) nilai artinya

sifat atau hal yang penting dan berguna bagi manusia. Sedangkan menurut Toha

(1996: 61) nilai merupakan sifat yang melekat pada sesuatu (sistem

kepercayaan) yang telah berhubungan dengan subjek yang memberi arti

(manusia yang meyakini). Fitri (2012: 87-88) turut memperkuat pernyataan dari

dua ahli sebelumnya dengan menyampaikan bahwa nilai adalah suatu prinsip

sosial, tujuan atau standar yang dipakai atau diterima oleh individu, masyarakat

dan lain-lain. Jadi, dapat diketahui bahwa nilai adalah sesuatu yang bermanfaat

dan berguna bagi manusia sebagai acuan tingkah laku.

2. Pendidikan Karakter

a. Pengertian Pendidikan Karakter

Sebelum membahas definisi pendidikan karakter menurut Ki Hajar

Dewantara, peneliti akan membahas definisi pendidikan secara umum

menurut Ki Hajar Dewantara dan beberapa ahli lainnya. Menurut Ki Hajar

Dewantara (1997: 14-15), pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan

bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek) dan

tubuh peserta didik (jasmani). Artinya, pendidikan itu membentuk manusia

yang berbudi pekerti, cerdas dan sehat. Pengertian tersebut dapat dijabarkan

sebagaimana yang dijelaskan oleh Samho dan Yasunari (2010: 28-29):

Pertama, manusia yang berbudi pekerti adalah yang mempunyai

kekuatan batin dan karakter. Artinya, pendidikan diarahkan untuk

47

Page 61: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

meningkatkan citra manusia yang berpendirian teguh pada nilai-nilai

kebenaran.

Kedua, manusia yang berpikiran maju adalah yang cerdas

kognitifnya dan kecerdasan itu membebaskan dirinya dari kebodohan dan

pembodohan dalam segala bentuk. Manusia yang maju pikirannya adalah

manusia yang berani berpikir tentang realitas yang membelenggu

kebebasannya dan berani beroposisi dengan segala bentuk pembodohan.

Ketiga, manusia yang sehat adalah tidak semata secara jasmani

tetapi lebih pada pengetahuan tentang fungsi-fungsi tubuhnya dan

memahami fungsi-fungsi itu untuk memerdekakan dirinya dari segala

dorongan untuk berbuat kejahatan. Dengan dan melalui tubuh yang sehat,

pikiran dan budi pekerti yang maju memperoleh dukungan untuk

mendeklarasikan kemerdekaan diri dari segala bentuk penindasan ego diri

yang pongah dan serakah serta membantu untuk menegaskan eksistensi diri

sebagai manusia yang merdeka.

Definisi yang dikembangkan Ki Hajar Dewantara ini dapat ditarik

kesimpulan bahwa pendidikan merupakan usaha secara sadar dalam rangka

menumbuh-kembangkan segala potensi yang terdapat pada peserta didik.

Lebih tegasnya, pendidikan tidak hanya sekedar alih ilmu pengetahuan saja

(transfer of knowledge) tetapi sekaligus proses transformasi nilai

(transformation of value).

48

Page 62: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Muchtar (2008: 14), pendidikan

adalah segala usaha yang dilakukan untuk mendidik manusia sehingga dapat

tumbuh dan berkembang serta memiliki potensi atau kemampuan

sebagaimana mestinya. Hal ini senada dengan pernyataan dari Marimba

(1989: 19) bahwa pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik

terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju

terbentuknya kepribadian yang utama.

Selanjutnya, Ki Hajar Dewantara menyampaikan, budi pekerti atau

watak atau dalam istilah populernya disebut karakter; budi berarti pikiran,

perasaan dan kemauan. Sedangkan pekerti artinya tenaga. Jadi, budi pekerti

yaitu bersatunya gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan yang

akhirnya menimbulkan tenaga (Dewantara, 1977: 25).

Dari definisi di atas, terdapat dua kata kunci yaitu “pendidikan” dan

“budi pekerti atau karakter”. Ki Hajar Dewantara menyampaikan bahwa

pendidikan karakter adalah usaha kebudayaan yang bermaksud memberi

bimbingan dalam tumbuh-kembang jiwa raga peserta didik, agar dalam

kodrat pribadinya dan pengaruh lingkungannya, mereka memperoleh

kemajuan lahir batin menuju manusia yang beradab (Suratman, 1987: 12).

Adapun pengertian jiwa dalam budaya bangsa yaitu “Tringa” yang terdiri

dari ngerti (mengetahui), ngrasa (memahami) dan nglakoni (melakukan).

Maksudnya adalah pendidikan pada dasarnya meningkatkan pengetahuan

peserta didik tentang apa yang dipelajarinya, mengasah rasa untuk

49

Page 63: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

meningkatkan pemahaman tentang apa yang diketahuinya, serta

meningkatkan kemampuan untuk melaksanakan apa yang dipelajarinya.

Menurut Suharjana seperti yang dikutip oleh Zuchdi (2011: 29) juga

menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus,

yaitu melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling) dan

tindakan (action). Diperkuat lagi oleh Thomas Lickona, pengarang

Educating of Character, yang dikutip oleh Wahab (2011: 69):

Character education as a program that strives to ecompass the following; the cognitive, affectivw and behavioral aspects of morality. Good character consists of knowing the good, desiring the good and doing the good. School must help children to understand the core value, adapt or commit to them and then act upon them in their own live.

Dapat disimpulkan, pendidikan karakter merupakan proses

pemberian bimbingan dan tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi

manusia seutuhnya (insan kamil) yang mampu menginternalisasikan nilai-

nilai karakter dalam dimensi hati, cipta, rasa dan karsa. Sebagaimana firman

Allah swt dalam Q.S. Adz-Dzāriyāt, 51: 56,

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Al-Qur’an dan Terjemahnya Departemen Agama RI, 2005: 523)

Ini menandakan bahwa konsep pendidikan karakter yang

disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara memanglah selaras dengan firman

Allah swt, baik pemikiran (aqli) maupun firman (naqli). Pendidikan karakter

50

Page 64: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

dan firman Allah tersebut memiliki kesamaan tujuan, yaitu menjadikan

manusia yang berakhlak mulia dan beriman secara utuh.

Sebagai manifestasi konsep pendidikan karakter, Ki Hajar

Dewantara menggunakan “Sistem Among” yaitu setiap guru (pamong)

menjadi pemimpin dalam proses pendidikan dan menempatkan peserta didik

sebagai sentral proses pendidikan. Dalam sistem tersebut, setiap guru

(pamong) diwajibkan memiliki sikap: Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya

Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Tiga semboyan ini merupakan konsep

dasar pendidikan karakter, maksudnya yaitu:

1) Ing Ngarsa Sung Tuladha

Menurut Reksodiharjo (1989: 47) ing ngarsa artinya di depan.

Sung berasal dari kata asung artinya menjadi. Tuladha artinya teladan.

Jadi, ing ngarsa sung tuladha maknanya adalah jika pendidik berada di

depan, harus menjadi contoh atau teladan yang baik bagi peserta

didiknya.

Berarti guru haurs bisa menjaga tingkah lakunya, baik di dalam

maupun di luar lingkungan sekolah, supaya bisa menjadi teladan. Dalam

pembelajaran, apabila guru mengajar menggunakan metode ceramah,

guru harus benar-benar siap dan tahu bahwa yang diajarkannya itu baik

dan benar. Guru dapat mengambil hikmah keteladanan dari Nabi

Muhammad SAW. Sebagaimana firman Allah swt dalam Q.S. Al-Ahzab,

33: 21

51

Page 65: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”

Berdasarkan ayat di atas dapat dipahami bahwa Nabi Muhammad

SAW merupakan suri teladan bagi seluruh umat manusia, baik sebagai

pemimpin keluarga, pemimpin umat maupun pendidik.

2) Ing Madya Mangun Karsa

Ing madya artinya di tengah-tengah, mangun atau mbangun

artinya membangkitkan. Sedangkan karsa diartikan sebagai kemauan atau

niat (http://silabus.org/ki-hajar-dewantara/amp/ diakses pada tanggal 16

Maret 2018 pukul 05.00 WIB). Jadi, ing madya mangun karsa maknanya

adalah seorang pemimpin di tengah kesibukkannya harus mampu

membangkitkan semangat peserta didik dan menumbuh-kembangkan

minat dan kemauan peserta didik untuk berkreasi.

Berarti guru sebagai pendidik ketika berada di tengah harus

mampu membangkitkan semangat, memberi motivasi, menumbuhkan

daya kreativitas peserta didik dan mampu memberi inovasi baru dalam

52

Page 66: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

pembelajaran. Hal ini dapat diterapkan bila guru menggunakan metode

diskusi. Dalam metode diskusi, guru menjadi nara sumber dan pengarah.

Sehingga, guru dapat memberikan masukan-masukan dan arahan kepada

peserta didik.

3) Tut Wuri Handayani

Tut wuri artinya mengikuti dari belakang. Sedangkan handayani

artinya memberikan dorongan moral atau semangat (http://silabus.org/ki-

hajar-dewantara/amp/ diakses pada tanggal 16 Maret 2018 pukul 05.00

WIB). Menurut Ki Hajar Dewantara, semboyan tersebut maksudnya

adalah jangan menarik-narik dari depan, biarkan mereka mencari jalan

sendiri, kalau peserta didik salah jalan barulah si pamong (guru)

membrikan arahan. Jadi, tut wuri handayani bermakna seorang pendidik

adalah pemimpin yang harus memberikan dorongan moral dan semangat

kepada peserta didiknya dari belakang , tetapi tidak melepaskan peserta

didik dari pengawasan.

Memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mencari jalan

sendiri merupakan ekspresi demokrasi. Pamong (guru) memiliki

kewajiban mengawasi peserta didik.

Jadi, ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri

handayani jika diterjemahkan secara bebas adalah di depan memberi contoh

nyata, di tengah membangun motivasi dan semangat serta di belakang

mendukung agar tercapai cita-cita yang diinginkan.

53

Page 67: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Tiga semboyan di atas menjadi penopang kesuksesan seorang guru

dalam menuntaskan pendidikan karakter di Indonesia. Pendidik diharapkan

menjadi sosok yang mampu mengubah karakter peserta didiknya dari

beringas dan nakal menjadi lemah lembut dan penuh kesantunan (Yamin,

2009: 195).

Konsep dasar pendidikan karakter yang disampaikan oleh Ki Hajar

Dewantara di atas merupakan warisan luhur bangsa yang patut

diimplementasikan dalam perwujudan masyarakat yang berkarakter. Jika

para pendidik sadar bahwa keteladanan adalah upaya nyata dalam

membentuk karakter peserta didik, tentu para pendidik akan terus

mengedepankan keteladanan dalam segala perkataan dan perbuatannya.

Begitu pula jika sadar bahwa berkembangnya karakter peserta didik

memerlukan dorongan dan arahan dari pendidik, sebagai pendidik tentu akan

terus berupaya menjadi motivator dan fasilitator yang baik. Maka nilai-nilai

pendidikan karakter seperti, religius, jujur, toleran, disiplin, kerja keras,

kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta

tanah, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli

sosial dan lingkungan serta bertanggung jawab akan berkembang dengan

baik.

b. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter yang dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara

bertujuan untuk menyokong perkembangan hidup peserta didik-peserta didik

54

Page 68: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

secara lahir dan batin dari sifat kodrati menuju ke peradaban yang sifatnya

lebih umum (Dewantara, 1977: 485). Meskipun dengan susunan kalimat

yang berbeda, namun tujuan pendidikan karakter yang disampaikan oleh Ki

Hajar Dewantara sejalan dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

tentang sistem pendidikan nasional bahwa tujuan pendidikan nasional antara

lain mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan,

kepribadian dan akhlak mulia (Suharjana, 2011: 29).

Dapat dipahami, tujuan pendidikan karakter menurut Ki Hajar

Dewantara adalah memberikan bimbingan bagi peserta didik ke perubahan

yang lebih baik melalui pembentukan karakter secara utuh, dinamis dan

berkesinambungan yang berlandaskan pada jiwa keagamaan agar peserta

didik memiliki budi pekerti yang luhur (akhlaqul karimah) baik berinteraksi

dengan Allah swt, di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Sehingga menjadi manusia yang utuh (insan kamil) yang tidak

terkontaminasi oleh budaya-budaya bangsa lain.

Ki Hajar Dewantara mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan

proses pembudayaan yaitu suatu usaha memberikan nilai-nilai luhur kepada

generasi baru dalam masyarakat dengan maksud memajukan serta

mengembangkan kebudayaan bangsa. Proses pembudayaan tersebut dapat

ditempuh dengan sikap yang dikenal dengan konsep Trikon (Taman Siswa,

1977: 206), yaitu:

55

Page 69: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

1) Kontinuitas: garis hidup kita sekarang harus merupakan lanjutan dari

kehidupan kita pada zaman lampau berikut penguasaan unsur tiruan dari

kehidupan dan kebudayaan bangsa lain.

2) Konvergensi: kita harus menghindari hidup menyendiri, terisolasi dan

mampu menuju ke arah pertemuan antar bangsa dan komunikasi negara

menuju kemakmuran bersama atas dasar saling menghormati, persamaan

hak dan kemerdekaan masing-masing.

3) Konsentrisitas: setelah kita bersatu dan berkomunikasi dengan bangsa-

bangsa lain di dunia, kita jangan kehilangan kepribadian sendiri. Bangsa

Indonesia adalah masyarakat merdeka yang memiliki adat-istiadat dan

kepribadian sendiri. Meskipun bertitik pusat satu, namun dalam lingkaran

yang konsentris masih tetap memiliki lingkaran sendiri yang khas yang

membedakan negara Indonesia dengan negara lainnya.

Adapun nilai-nilai pendidikan karakter sendiri dapat diidentifikasi

dari berbagai sumber, salah satunya yaitu (Hasan, 2010: 8-9):

1) Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena

itu, kehidupan individu, masyarakat dan bangsa selalu didasari pada

ajaran agama dan kepercayaannya. Atas dasar pertimbangan itu, maka

nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada

nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.

2) Pancasila: Negara Kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-

prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila.

56

Page 70: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan dalam

pasal-pasal yang terapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang

terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan

politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya dan pendidikan.

3) Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup

bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui

masyarakat. Nilai-nilai itu menjadi dasar dalam pemberian makna

terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antar anggota

masyarakat. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan

masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam

pendidikan budaya dan karakter bangsa.

4) Tujuan Pendidikan Nasional: tujuan pendidikan nasional menjadi sumber

yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan

karakter bangsa.

Dari sumber-sumber di atas, nilai-nilai pendidikan karakter juga

bersumber dari budaya. Sebagaimana halnya konsep Trikon yang berasal

dari kebudayaan, Zamroni (201: 168-170) bahwa nilai-nilai pendidikan

karakter yang terkandung di dalamnya meliputi:

1) Religius

Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam

melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleransi terhadap

57

Page 71: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

pelaksanaan ibadah agama lain dan hidup rukun dengan pemeluk

agama lain.

Berdasarkan papran biografi Ki Hajar Dewantara pada bab dua,

ditemukan pernyataan bahwa meskipun ia dididik di dalam lingkungan

keraton tetapi ia juga mendapat didikan agama. Hal inilah yang turut

mendasai pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara yang juga menjadi

tujuan pemikirannya yaitu menjadikan kehidupan masyarakat yang

damai, tentram, bahagia dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2) Jujur

Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan

dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,

tindakan dan perbuatan.

3) Toleransi

Toleransi adalalah sikap dan tindakan yang menghargai

perbedaan agama, suku, etnik, pendakat, sikap dan tindakan orang lain

yang berbeda dengan dirinya.

Nilai pendidikan karakter ini disampaikan oleh Ki Hajar

Dewantara dalam rumusan konsep Trikon. Sebagaimana dalam isinya

yang menyuruh masyarakat untuk mengembangkang kebudayaan

(kontinuitas), bergaul dengan bangsa lain (konvergensi) serta

mengambil kebaikan-kebaikan yang ada dan dipadukan dengan

58

Page 72: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

kepribadian bangsa, sehingga masyarakat tidak kehilangan kepribadian

bangsanya sendiri (konsentrisitas).

4) Disiplin

Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan

patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5) Kerja keras

Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-

sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta

menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6) Kreatif

Kreatif adalah berpikir dan melakukan sesuatu untuk

menghasilkan cara atau hasil baru dari apa yang telah dimiliki.

7) Mandiri

Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah

bergantung dengan orang lain dalam menyelesaikan tugas-yugas yang

diberikan kepadanya.

8) Demokratis

Demokratis adalah cara berpikir, bersikap dan bertindak yang

menilai sama hak dan kewajiban dirinya dengan orang lain.

9) Rasa ingin tahu

59

Page 73: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya

untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang telah

dipelajari, dilihat dan didengar.

Setelah menempuh pendidikan di ELS, Ki Hajar Dewantara

semakin tertarik mendalami dunia pendidikan. Hingga akhirnya ia

melanjutkan pendidikan ke sekolah guru (Kweek School) di

Yogyakarta.

10) Semangat kebangsaan

Semangat kebangsaan adalah cara berpikir, bertindak dan

wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas

kepentingan diri sendiri dan kelompok.

Ki Hajar Dewantara telah mempraktekkan nilai pendidikan

karakter ini. Nampak dari rasa kebangsaannya yang semakin

meningkat dan matang saat sudah memperoleh banyak pengalaman

dan wawasan selama dibangku sekolah. Ki Hajar Dewantara semakin

semangat untuk dapat memperbaiki nasib bangsanya.

11) Cinta tanah air

Cinta tanah air adalah cara berpikir, bersikap dan berbuat yang

menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi

terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik

bangsa.

12) Menghargai prestasi

60

Page 74: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Menghargai prestasi adalah sikap dan tindakan yang

mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi

masyarakat, mengakui dan menghargai keberhasilan orang lain.

13) Bersahabat atau komunikatif

Bersahabat atau komunikatif adalah tindakan yang melibatkan

rasa senang berbicara, bergaul dan senang bekerja sama dengan orang

lain.

14) Cinta damai

Cinta damai adalah sikap, perkataan dan tindakan yang

menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadirannya.

15) Gemar membaca

Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk

membaca berbagai bacaan yang memberikan kebaikan untuk dirinya.

16) Peduli lingkungan

Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu

berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya dan

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam

yang sudah terjadi.

17) Peduli sosial

61

Page 75: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalui ingin

memberi bantuan untuk orang lain dan masyarakat yang

membutuhkan.

Nilai pendidikan karakter ini nampak pada diri Ki Hajar

Dewantara saat ia bersama Dr. Douwes Dekker dan Dr. Cipto

Mangunkusumo mendirikan Komite Bumi Putra di Bandung. Tujuan

pendirian komite tersebut adalah untuk menampung isi hati rakyat

yang memprotes pengadaan perayaan memperingati kemerdekaan

Kerajaan Belanda.

18) Bertanggung jawab

Bertanggung jawab adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin

memberi bantuan untuk orang lain dan masyarakat yang membutuhkan

c. Dasar Pendidikan Karakter

Filosofi pendidikan yang dijelaskan Ki Hajar Dewantara bukan

hanya sistem pendidikan, melainkan juga kebudayaan bangsa Indonesia.

Untuk itu, Ki Hajar Dewantara menerapkan sistem among yang berdasarkan

pada azas pendidikan yang dikenal dengan azas 1922, yaitu:

1) Hak seseorang akan mengatur dirinya sendiri dengan mengingati

tertibnya persatuan dalam perikehidupan umum. Tertib dan damai itulah

tujuan kita yang tertinggi. Tidak akan ada ketertiban jika tidak ada

kedamaian. Sebaliknya, tidak akan ada kedamaian selama orang

dirintangi dalam mengembangkan hidupnya yang wajar, mengutamakan

62

Page 76: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

perkembangan diri menurut kodratnya. Oleh karenanya, Ki Hajar

Dewantara menolak paham pendidikan yang sengaja membentuk watak

peserta didik melalui paksaan dan hukuman.

2) Dalam sistem ini, pelajaran berarti mendidik peserta didik menjadi

manusia yang merdeka batinnya, pikirannya dan tenaganya. Dengan

demikian, seorang guru atau pamong tidak hanya memberi pengetahuan

yang perlu dan baik saja, tetapi juga harus mendidik siswa untuk mencari

sendiri pengetahuan itu dan memakainya untuk amal keperluan umum.

Hal ini menunjukkan bahwa ajaran Ki Hajar Dewantara mengutamakan

kemandirian pada diri peserta didik yang dengannya peserta didik akan

memiliki karakter mandiri.

3) Tentang zaman yang akan datang, rakyat kita ada di dalam kebingungan.

Sering kita tertipu oleh keadaan yang kita pandang perlu dan selaras

untuk hidup kita. Padahal itu adalah keperluan bangsa asing yang sulit

didapat dengan alat penghidupan kita sendiri. Demikian seringkali kita

merusak sendiri kedamaian hidup kita. Lagi pula kita sering

mementingkan pengajaran menuju terlepasnya pikiran, padahal

pengajaran itu membawa kita kepada gelombang penghidupan yang tidak

merdeka dan memisahkan orang-orang yang terpelajar dengan rakyatnya.

Dalam zaman kebingungan ini, seharusnya kita pakai sebagai penunjuk

jalan untuk mencari penghidupan baru yang selaras dengan kodrat kita

dan akan memberi kedamaian dalam kehidupan kita. Hal ini merupakan

63

Page 77: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

bagian penting dalam membangun karakter peserta didik bangsa menjadi

manusia yang tidak kehilangan jati diri sebagai bangsa yang beradab.

4) Pengajaran yang hanya terdapat pada sebagian kecil rakyat Indonesia

tidak berfaidah untuk bangsa. Maka, seharusnya golongan rakyat terbesar

mendapat pengajaran secukupnya. Hal ini mengandung pengertian bahwa

memajukan pengajaran untuk rakyat umum dan kuantitas pendidikan

lebih baik daripada meninggikan pengajaran (kualitas) jika dengan

meninggikan pengajaran malah dapat mengurangi tersebarnya pengajaran.

5) Untuk dapat berusaha menurut azas dengan bebas dan leluasa, maka kita

harus bekerja menurut kekuatan sendiri. Walaupun kita tidak menolak

bantuan dari orang lain, akan tetapi kalau bantuan itu akan mengurangi

kemerdekaan kita lahir atau batin haruslah ditolak. Ini adalah wujud nyata

karakter kemandirian.

6) Keharusan membelanjai diri sendiri segala usaha di Taman Siswa. Usaha

ini terkenal dengan “Zelbedruiping-systeem”. Hal semacam ini sangat

sukar, karena untuk dapat membelanjai diri sendiri tanpa menerima

bantuan orang lain diperlukan keharusan untuk hidup sederhana. Ajaran

ini merekomendasikan kepada kita untuk hidup sederhana atau dengan

kata lain, hidup sederhana sebagai bentuk karakter positif perlu terus

ditradisikan.

7) Dengan tidak terikat lahir atau batin serta kesucian hati, kita harus dekat

dengan peserta didik. Kita tidak meminta suatu hak, akan tetapi

64

Page 78: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

menyerahkan diri untuk membimbing peserta didik. Dengan kata lain,

keikhlasan lahir dan batin untuk mengorbankan segala kepentingan kita

terhadap keselamatan dan kebahagiaan peserta didik.

Kemudian pada tahun 1947 diadakan perbaikan terhadap azas awal

menjadi lebih sederhana. Seperti yang disampaikan oleh Djumhur dan

Suparta, azas atau dasar tersebut meliputi:

1) Kodrat alam

Azas ini dimanfaatkan untuk dapat mengembangkan segenap

bakat, potensi dan kemungkinan yang terdapat dalam diri manusia secara

kodrati. Menurut azas kodrat alam, manusia itu terlahir sama dan

merdeka. Jadi, Ki Hajar Dewantara tidak setuju dan menentang adanya

sikap rasis dan feodalisme meskipun beliau adalah keturunan bangsawan.

Menurut Ki Hajar Dewantara, nilai seseorang bukan karena garis

keturunannya atau hartanya, tetapi ditentukan oleh sumbangsihnya

kepada masyarakat. Sebab, kemuliaan seseorang dapat dilihat dari

perbuatannya. Kodrat alam dalam Islam diartikan sebagai fitrah yang

artinya ciptaan. Sebagaimana firman Allah swt Dalam Q.S. Ar-Rum, 30:

30

Artinya:

65

Page 79: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Al-Qur’an dan Terjemahnya Departemen Agama RI, 2005: 407)

Melalui azas kodrat alam, peneliti dapat memahami bahwa Ki

Hajar Dewantara juga mengakui adanya kekuasaan Allah swt Ki Hajar

Dewantara lebih suka mengemas pemikiran-pemikirannya dengan

bahasa-bahasa budaya, tetapi semua itu tidak bertentangan dengan ajaran

Islam.

2) Kemerdekaan

Kemerdekaan mengandung makna sebagai anugerah Allah swt

kepada semua manusia berupa hak untuk mengatur dirinya sendiri

(independensi individu maupun golongan). Tetapi selalu ingat dengan

syarat-syarat tertib damainya hidup bermasyarakat.

3) Kebudayaan

Azas kebudayaan merupakan landasan yang memiliki peran

penting dalam kemajuan pendidikan karakter. Azas ini digunkan untuk

membimbing peserta didik agar tetap menghargai serta mengembangkan

kebudayaan sendiri. Tujuannya agar dapat menjaga keaslian budaya lokal.

Menurut Ki Hajar Dewantara, kebudayaan lokal dapat

menyokong perkembangan pendidikan nasional. Namun, beliau selalu

bersikap terbuka dan tidak menolak unsur-unsur kebudayaan bangsa lain,

66

Page 80: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

selama bernilai postif, misalnya untuk mengembangkan khazanah

kebudayaan Indonesia.

4) Kebangsaan

Azas kebangsaan seperti yang dicita-citakan oleh Ki Hajar

Dewantara adalah tidak boleh ada permusuhan antar bangsa yang harus

ada adalah rasa saling menghargai dan menghormati. Utamanya,

mengandung persatuan dengan bangsa sendiri demi kedamaian hidup

seluruh bangsa. Sebab, jika menginginkan bangsa Indonesia ini maju

maka, harus mampu bergaul dengan bangsa lain tanpa membenci bangsa

tersebut. Sehingga, apa yang dicita-citakan oleh Ki Hajar Dewantara

dapat tercapai, yaitu terciptanya masyarakat yang mempunyai jiwa

toleransi yang tinggi dan keagungan akhlak.

5) Kemanusiaan

Azas ini dapat dilihat dengan adanya rasa cinta dan kasih

terhadap sesama manusia dan makhluk Allah swt lainnya sebagai

manifestasi dari kemanusiaan.

d. Metode Pendidikan Karakter

Metode yang dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantoro dalam

mengajarkan pendidikan karakter ada tiga, yaitu ngerti, ngrasa, nglakoni.

Dari ketiga metode tersebut sebenarnya tidak ada yang terbaik atau paling

unggul. Karena masing-masing memiliki peran yang sama dalam mencapai

tujuan pendidikan.

67

Page 81: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Metode tersebut memberi pengertian bahwa pendidikan karakter itu

tidak hanya berupa teori-teori saja, tetapi yang lebih penting yaitu dapat

mempraktikkannya. Fakta turut membuktikkan bahwa metode yang

digunakan oleh Ki Hajar Dewantara tidak bertentangan dengan metode

pendidikan dalam Islam. Sebagaimana kita ketahui, metode pendidikan itu

ada banyak, tetapi dalam proses internalisasi pendidikan karakter ada

beberapa metode yang patut untuk diperhatikan, yaitu:

1) Memberi contoh atau keteladanan (voorbeeld)

Pemberian contoh atau keteladanan merupakan metode klasik

bagi keberhasilan tujuan pendidikan karakter. Pemberian contoh itu

dilakukan oleh guru terhadap muridnya (http://filsafatpendidikan2

ciwaru.blogspot.com/2016/12/materi-pokok-pendidikan-kolonial.html

diakses pada tanggal 16 Maret 2018 pukul 06.00 WIB). Sebab, guru atau

pamong dalam Bahasa Jawa memiliki arti digugu lan ditiru (dipercaya

dan dicontoh).

2) Pembiasaan (pakulinan, habit, gewoontevorming)

Metode pembiasaan ini penting untuk diterapkan, karena

pembentukan akhlak (karakter atau budi pekerti) dan rohani serta

pembinaan sosial seseorang tidak cukup hanya dengan teori-teori saja.

Untuk terbiasa hidup teratur, disiplin, gemar tolong-menolong sesama

manusia dalam kehidupan sosial memerlukan latihan yang kontinyu

setiap hari (Toha, 1999: 125). Pembiasaan hendaknya diserta dengan

68

Page 82: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

usaha membangkitkan kesadaran dari tingkah laku yang dibiasakan.

Sebab, pembiasaan digunakan agar peserta didik dapat melakspeserta

didikan segala kebaikan dengan mudah tanpa merasa berat hati.

Pembiasaan secara kontinyu disertai penjelasan dan nasehat-nasehat,

lama-kelamaan akan menimbulkan kesadaran dari peserta didik.

3) Pengajaran (wulang-wuruk)

Sebelum peserta didik mempraktikkan tentang konsep nilai-nilai

tertentu, ada baiknya jika memberikan pemahaman tentang apa itu

kebaikan, keadilan, kemandirian dan sebagainya. Untuk itu, salah satu

unsur penting dalam pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai

keluhuran secara teoritis dan memberikan contoh-contoh dalam

kehidupan nyata (Dewantara, 1977: 28).

4) Pengalaman lahir batin (ngerti, ngrasa, nglakoni)

Pendidikan pada dasarnya meningkatkan pengetahuan peserta

didik tentang apa yang dipelajarinya (ngerti), mengasah rasa untuk

meningkatkan pemahaman tentang apa yang diketahuinya (ngrasa), serta

meningkatkan kemampuan untuk melakspeserta didikan apa yang

dipelajarinya (nglakoni) (Dewantara, 1977: 28).

Metode pendidikan seperti yang disebutkan di atas sangat tepat

untuk membangun karakter peserta didik bangsa. Pemberian contoh yang

69

Page 83: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

disertai pembiasaan sangat tepat untuk menanamkan karakter pada peserta

didik. Begitu juga pengajaran (wulang-wuruk) yang disertai contoh tindakan

akan mempermudah peserta didik dalam menginternalisasi nilai-nilai positif

sebagai bentuk manifestasi karakter. Terlebih, disempurnakan dengan

pengalaman lahir dan batin, maka menjadi sempurna karakter peserta didik.

3. Konsep Trikon

Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa pada perkembangan budaya

yang sangat dinamis memerlukan hubungan dengan budaya-budaya lain dengan

mengambil segala bahan kebudayaan dari luar yang dapat mengembangkan dan

memperkaya budaya sendiri yang sudah ada. Meskipun demikian, ada beberapa

hal yang harus diperhatikan dalam memilih unsur-unsur budaya mana yang

perlu diambil, mana yang tidak perlu, mana yang baik dan mana yang buruk.

Kemudian, disesuaikan dengan perkembangan zaman.

Pemikiran Ki Hajar Dewantara ini diwujudkan dalam konsep

triloginya yang terkenal dengan nama “Trikon”. Konsep ini merupakan hasil

ramuan berdasarkan pengamatannya tentang budaya timur dan barat. Secara

definisi, Trikon dapat diartikan sebagai berikut, “Upaya manusia

menghubungkan budaya luhur bangsa Indonesia (kontinu) dan menyeleksi

datangnya budaya luar dengan memberikan kemungkinan berpadunya budaya

bangsa dengan budaya luar (konvergen) menuju terjadinya budaya baru yang

lebih baik (konsentris)” (Dewantara, 1962: 59).

70

Page 84: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Tidak banyak sumber-sumber yang didapatkan peneliti untuk

menjelaskan bagaimana arti secara spesifik mengenai konsep Trikon ini.

Peneliti berusaha untuk menggali informasi dari berbagai buku atau jurnal

ilmiah. Namun, tidak mudah bagi peneliti untuk mendapatkan informasi yang

berkenaan dengan konsep Trikon tersebut. Peneliti hanya mampu menggali

informasi dari buku-buku karya tulisannya.

Jika dilihat dengan seksama dalam memaknai konsep Trikon, Trikon

sendiri merupakan penggabungan dari dua kata yaitu, tri (tiga) dan kon

(singkatan dari kontinuitas, konvergensi dan konsentrisitas). Penjabaran ketiga

konsep tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kontinuitas

Ki Hajar Dewantara menjelaskan maksud dari konsep kontinuitas

adalah garis hidup kita di zaman sekarang harus merupakan lanjutan dari

hidup kita di zaman silam, jangan tiruan dari bangsa lain (Dewantara, 2011:

228). Dalam melestarikan kebudayaan asli Indonesia harus terus-menerus

dan berkesinambungan. Konsep kebudayaan itu dilaksanakan dengan

memasukkan mata pelajaran muatan lokal, melalukan upacara-upacara adat,

melaksanakan pentas kebudayaan rakyat dan lain lain.

Tilaar (2015: 49) mengemukakan bahwa dalam konsep kontinyu

tidak ada satupun kebudayaan yang statis atau tidak berkembang.

Kebudayaan yang tidak berkembang berarti pemilik kebudayaan itu telah

lelap. Setiap kebudayaan berkembang secara perlahan-lahan atau dengan

71

Page 85: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

cepat. Sebagai pemiliki kebudayaan maka perkembangan seorang peserta

didik manusia dari kandungan sampai dewasa terikat dengan nilai-nilai yang

berlaku dalam kehidupan dimana keluarga itu berada.

Dari pengertian di atas dapt diketahui bahwa kebudayaan itu tidak

statis, tetapi dinamis, harus berkembang secara terus-menerus dan berusaha

maju sesuai garis hidup banga sendiri.

b. Konvergensi

Ki Hajar Dewantara menjelaskan maksud dari konsep konvergensi

adalah keharusan manusia untuk menghindari hidup menyendiri (isolasi)

dari manusia menuju ke arah pertemuan dengan kehidupan bangsa-bangsa

lain sedunia (Dewantara, 2011: 228).

Maksud dari pernyataan di atas adalah upaya menyatukan antara

dua hal yang berbeda dalam segi apapun, manusia tetap saling berhubungan

dan menjadi satu. Jika manusia menginginkan sebuah kebudayaan dapat

maju dan berkembang, maka hal pokok yang harus dilakukan adalah dengan

cara berbaur dengan kebudayaan bangsa lain. Tetapi dalam menyesuaikan

diri dengan kebudayaan lain, manusia harus teguh memegang prinsip agar

tidak terbawa arus kebudayaan lain. Sehingga, nilai-nilai yang dimiliki tetap

terimplementasi dalam setiap aturan kehidupan. Seperti yang dijelaskan

dalam friman Allah swt dalam Q.S. Al-Hujurat, 49: 13

72

Page 86: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Artinya : ìHai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Sesuai ayat di atas, manusia diciptakan menjadi berbangsa-bangsa

dan bersuku-suku. Oleh sebab itu, hendaklah bangsa yang satu dengan

bangsa lainnya saling mengenal agar tercipta kehidupan yang rukun dan

saling menguntungkan.

Menurut Ki Sunarno, konvergensi merupakan upaya

mengembangkan kebudayaan nasional Indonesia harus memadukan dengan

kebudayaan asing yang dipandang dapat memajukan bangsa Indonesia.

Dalam memadukan hal itu dilakukan dengan memilih dan memilah

kebudayaan yang sesuai dengan kepribadian Pancasila (selektif) dan

pemaduannya harus secara alami serta tidak dipaksakan (adaptif)

(http://tamansiswajkt.wordpress.com/2013/05/28/teori-Trikon/ diakses pada

tanggal 28 Januari 2018 pukul 10.53 WIB).

c. Konsentrisitas

73

Page 87: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Konsentrisitas yaitu sesudah kita bersatu dengan bangsa-bangsa lain

sedunia, janganlah kita kehilangan kepribadian kita sendiri. Sungguhpun kita

sudah bertitik pusat satu, namun di dalam lingkaran-lingkaran yang

konsentris itu, kita masih mempunyai sirkel sendiri (Dewantara, 2011: 228).

Maksud dari pernyataan di atas adalah setelah bersatu dan

berkomunikasi dengan bangsa lain, bangsa Indonesia jangan sampai

kehilangan kepribadian sendiri. Sebagaimana yang diketahui, bangsa

Indonesia mempunyai adat istiadat dan kepribadian sendiri. Meskipun

bertitik pusat satu, namun dalam lingkaran yang konsentris itu, bangsa

Indonesia masih tetap mempunyai lingkaran sendiri yang khas yang

membedakan dengan bangsa-bangsa lain.

Namun, dalam bergaul dengan bangsa lain tentu banyak pengaruh

positif dan negatif untuk bangsa Indonesia. Pengaruh positif yang

ditimbulkan seperti, kemajuan teknologi, pendidikan yang semakin maju dan

sebagainya. Sedangkan pengaruh negatif yang timbul antara lain, pergaulan

bebas, berpakain mini, minum-minuman keras dan sebagainya. Oleh karena

itu, konsep ketiga ini mempunyai tugas utama yaitu menjaga kepribadian

bangsa sendiri saat adanya kontak dengan kebudayaan bangsa lain.

Sehingga, nilai-nilai bangsa Indonesia akan terus berkembang tanpa

tercampuri nilai-nilai bangsa yang lain.

74

Page 88: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Penjelasan konsep Trikon di atas, setidaknya sedikit memberikan

gambaran tentang upaya yang harus dilakukan oleh manusia yang memiliki

budaya tertentu agar bersikap terbuka dengan kebudayaan lainnya.

B. Pendidikan Agama Islam (PAI)

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI)

Pendidikan dalam praktiknya dapat dipahami sebagai “proses belajar

mengajar”. Sedangkan agama Islam dipahami sebagai objek pembelajaran yang

kita kenal dengan sebutan ilmu. Dewey (t.t: 10) mengemukakan bahwa

Education is a fostering, a nurturing, a cultivating, prosess. All of these words

mean that it implies anttention to the of growth. Pendidikan adalah sebuah

proses perkembangan, pengasuhan dan penanaman. Dari istilah tersebut

menunjukkan bahwa pendidikan sesungguhnya menyangkut kognitf, afektif dan

psikomotorik seseorang. Pendidikan tidak hanya sebagi transfer ilmu

pengetahuan (kognitif), namun juga menyangkut pengasuhan dan penanaman

nilai-nilai baik bagi peserta didik (afektif). Kemudian, dilanjutkan dengan

pengawasan dari pengaplikasian nilai-nilai baik tersebut yang telah diajarkan

(psikomotorik).

Pendidikan merupakan usaha sadar dari orang dewasa terhadap

perkembangan jasmani dan rohani peserta didik untuk meningkatkan dan

menuju kedewasaan. Menurut Isna (2001: 63) pendidikan agama Islam

merupakan usaha yang lebih khusus ditekankan untuk lebih mampu memahami,

menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam. Sedangkan menurut

75

Page 89: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Ramayulis (2005: 21) pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dan

terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,

menghayatu, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran

Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Hadits, melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran, latihan serta pengalaman. Daradjat (2004: 86) turut

menambahkan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan

dan asuhan terhadap peserta didik agar kelak setelah selesai pendidikannya

dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya

sebagai pandangan hidup (way of life).

Dari penjelasan dia atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama

Islam (PAI) adalah usaha atau proses mengembangkan seluruh potensi baik

lahir maupun batin menuju pribadi yang utama (insan kamil) dengan mengacu

pada pokok ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Sehingga nanti peserta

didik bisa menjadi manusia yang bertanggung jawab kepada diri sendiri,

lingkungan (masyarakat) dan tanggung jawab kepada Allah swt.

2. Dasar Pendidikan Agama Islam (PAI)

Dasar pendidikan adalah suatu landasan yang dijadikan pegangan dalam

menyelenggarakan pendidikan (Zuhairini, 1993: 12). Dasar pendidikan Islam

sendiri sudah jelas yaitu firman Allah (Al-Qur’an) dan Hadits. Sebagai

pedoman, Al-Qur’an tidak ada keraguan di dalamnya, seperti firman Allah

dalam Q.S. Al-Baqarah, 1: 2, yaitu:

76

Page 90: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Artinya: “Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.”

Ayat di atas menyampaikan bahwa Al-Qur’an adalah dasar dari segala

hal. Baik itu pendidikan, sosial maupun ekonomi. Al-Qu’ran merupakan

sebenar-benarnya firman Allah yang di dalamnya tidak ada keraguan, artinya

hukum atau ketentuan Allah di dalam Al-Qur’an itu adalah hal yang pasti.

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Menurut Hasan Langgulung (1998: 305) fungsi pendidikan adalah

sebagai pengembangan potensi-potensi yang ada pada individu-individu,

supaya dapat dipergunakan oleh dirinya sendiri dan seterusnya oleh masyarakat

untuk menghadapi tantangan-tantangan yang selalu berubah. Pendidikan

Agama Islam (PAI) mempunyai fungsi yang berbeda dengan subjek pelajaran

yang lain. Karena, fungsi yang diemban tersebut akan menentukan berbagai

aspek pengajaran yang dipilih oleh pendidik agar tujuannya selesai.

Fungsi Pendidikan Agama Islam (PAI) menurut Ramayulis (2005: 21-

22), antara lain:

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik

kepada Allah swt. yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.

Sekolah berfungsi untuk menumbuh-kembangkan lebih lanjut dalam diri

peserta didik melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan

77

Page 91: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan

tingkat perkembangannya.

b. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan peserta didik yang memiliki bakat

khusus di bidang agama agar bakat tersebut dapat berkembang untuk

dirinya sendiri dan orang lain.

c. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan peserta didi

dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalahn ajaran Islam untuk dirinya

sendiri dan orang lain.

d. Pencegahan, yaitu menangkal hal-hal yang negatif dari lingkungannya atau

dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat

perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

e. Penyesuaian, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik

lingkungan fisik maupun sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai

dengan ajaran Islam.

4. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah untuk meningkatkan

keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang

agama Islam. Sehingga, menjadi Muslim yang beriman dan bertakwa kepada

Allah swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara (Ramayulis, 2005: 23). Maka, tujuan Pendidikan

Agama Islam (PAI) di sekolah maupun madrasah juga tidak jauh berbeda

dengan tujuan utama PAI.

78

Page 92: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

5. Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Materi pelajaran berada dalam kurikulum. Kurikulum sendiri merupakan

suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai

seuatu tujuan pendidikan (Daradjat, 2004: 122). Kurikulum merupakan faktor

yang sangat penting dalam proses pendidikan. Segala hal yang harus diketahui

dan dihayati oleh peserta didik dan hal-hal apa saja yang harus diajarkan oleh

pendidik kepada peserta didik, harus ditetapkan di dalam kurikulum.

Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan seperangkat

rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan serta cara pembelajaran

yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar

untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam penelitian ini mengacu pada

kurikulum PAI 2013. Isi dari kurikulum PAI 2013 meliputi kerangka dasar

kurikulum, standar kurikulum, standar isi, stadar proses dan standar penilaian.

a. Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Madrasah

1) Kerangka Dasar Kurikulum Pendidikan Agama Islam

a) Landasan Filosofis

Sebagaimana dalam Permenag No. 912 tahun 2013 tentang

Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

(PAI) dan Bahasa Arab yang memuat filosofi kurikulum Pendidikan

Agama Islam, sebagai berikut:

(1) Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun

kehidupan bagsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini

79

Page 93: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

dikembangkan berdasarkan budaya bangsa yang beragam. Untuk

mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan peserta

didik, kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar

yang memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk

menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di masa

kini dan masa depan. Serta, pada waktu bersamaan tetap

mengembangkan kemampuan mereka sebagai pewaris bduaya

bangsa dan orang yang peduli terhadap permasalahan masyarakat

dan bangsa lain.

(2) Peserta didik adalah pewaris budaya yang kreatif. Menurut

padangan filosofis ini, prestasi anak bangsa di berbagai bidang

kehidupan di masa lampau adalah sesuatu yang harus teruat

dalam isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik. Selain

mengembangkan kemampuan berpikir secara rasional dan

cemerlang dalam akademik, kurikulum 2013 juga memposisikan

keunggulan budaya untuk dapat dipelajari oleh peserta didik.

Sehingga, akan timbul rasa bangga terhadap budaya bangsa

sendiri.

(3) Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan

intelektual dan kecemerlangan akademik melalui pendidikan

disiplin ilmu. Filosofi ini mewajibkan kurikulum untuk memiliki

nama mata pelajaran yang sama dengan nama disiplin ilmu dan

80

Page 94: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

selalu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual

dan kecemerlangan akademik.

(4) Kemampuan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa

depan yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai

kemampuan intelektual, komunikasi, sikap sosial, kepedulian

dan berpartisipasi untuk mengembangkan kehidupan masyarakat

dab bangsa yang lebih baik.

Dengan filosofi ini, kurikulum 2013 bermaksud untuk

mengembangkan potensi peserta didik menjadi mampu berpikir

reflektif dalam menyelesaikan masalah sosial di masyarakat dan

untuk membangun kehidupan masyarakat demokratis yang lebih

baik.

b) Landasan Teoritis

Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan

berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori

kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum).

Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional

sebagai kualitas minimal warga negara yang dirinci menjadi standar

isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan

tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar

pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

81

Page 95: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan

pengalaman belajar seluasluasnya bagi peserta didik dalam

mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan,

berketerampilan, dan bertindak. Kurikulum 2013 menganut: (1)

pembelajaan yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk

proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di

madrasah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar

langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar

belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik.

Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil

belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik

menjadi hasil kurikulum.

c) Landasan Yuridis

Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah:

(1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4301);

(2) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan

82

Page 96: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan

Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5410);

(3) Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang

Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011 (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 141);

(4) Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,

Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan

Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara,

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 142);

(5) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun

2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden

Nomor 5/P Tahun 2013;

83

Page 97: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

(6) Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2013 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian

Agama;

(7) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54

Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan

Dasar dan Menengah;

(8) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64

Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan

Menengah;

(9) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65

Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan

Menengah;

(10) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66

Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan;

(11) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67

Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum

Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;

(12) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68

Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum

Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah;

84

Page 98: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

(13) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69

Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum

Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.

(14) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 A

Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Sekolah

/Madrasah

2) Struktur Kurikulum

a) Kompetensi Inti

Kompetensi inti ibarat anak tangga yang harus ditapakai

peserta didik untuk sampai pada kompetensi lulusan jenjang

Madrasah Aliyah. Kompetensi Inti (KI) meningkat seiring dengan

meningkatnya usia peserta didik yang dinyatakan dengan

meningkatnya kelas. Melalui KI, integrasi vertikal berbagai

kompetensi dasar (KD) pada kelas yang berbeda dapat terjaga.

Rumusan kompetensi inti (KI) menggunakan notasi: 1) KI-1

untuk sikap spiritual, 2) KI-2 untuk sikap sosial, 3) KI-3 untuk

pengetahuan (pemahaman konsep), 4) KI-4 untuk ketrampilan.

Urutan tersebut mengacu pada urutan yang disebutkan dalam UU No.

20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

85

Page 99: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Selanjutnya Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang telah

dirumuskan untuk jenjang satuan pendidikan Madrasah Ibtidaiyah

(MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan MadrasahAliyah (MA)

dipergunakan untuk merumuskan kompetensi dasar (KD) yang

diperlukan untuk mencapainya. Mengingat standar kompetensi

lulusan harus dicapai pada akhirjenjang. Sebagai usaha untuk

memudahkan operasional perumusan kompetensi dasar, diperlukan

tujuan antara yang menyatakan capaian kompetensi pada tiap akhir

jenjang kelaspada setiap jenjang Madrasah Ibtidaiyah (MI),

Madrasah Tsanawiyah (MTs) maupunMadrasah Aliyah (MA).

Capaian kompetensi pada tiap akhir jenjang kelas dari Kelas Isampai

VI, Kelas VII sampai dengan IX, Kelas X sampai dengan Kelas XII

disebut dengan Kompetensi Inti.

Tabel 1 : Contoh Tabel Kompetensi Inti Madrasah Ibtidaiyah (MI)

Kelas I, II, III

Kompetensi Inti Kelas I Kompetensi Inti

Kelas II

Kompetensi Inti

Kelas III

1. Menerima dan

menjalankan ajaran

agama yang

dianutnya.

1. Menerima dan

menjalankan ajaran

agama yang dianutnya.

1. Menerima dan

menjalankan ajaran

agama yang

dianutnya.

2. Memiliki perilaku

jujur, disiplin,

2. Menunjukkan perilaku

jujur, disiplin,

2. Menunjukkan

perilaku jujur,

86

Page 100: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

tanggung jawab,

santun, peduli, dan

percaya diri dalam

berinteraksi dengan

keluarga, teman, dan

guru.

tanggung jawab,

santun, peduli, dan

percaya diri dalam

berinteraksi dengan

keluarga, teman, dan

guru.

disiplin, tanggung

jawab, santun, peduli,

dan percaya diri

dalam berinteraksi

dengan keluarga,

teman, guru dan

tetangganya.

3. Memahami

pengetahuan faktual

dengan cara

mengamati

(mendengar, melihat,

membaca) dan

menanya berdasarkan

rasa ingin tahu tentang

dirinya, makhluk

3. Memahami

pengetahuan faktual

dengan cara

mengamati

(mendengar, melihat,

membaca) dan

menanya berdasarkan

rasa ingin tahu tentang

dirinya, makhluk

ciptaan Tuhan dan

benda-benda yang

dijumpainya di rumah

dan di sekolah

3. Memahami

pengetahuan faktual

dengan cara

mengamati

(mendengar, melihat,

membaca) dan

menanya berdasarkan

rasa ingin tahu

tentang dirinya,

makhluk ciptaan

Tuhan dan benda-

benda yang

dijumpainya di rumah

dan di sekolah

4. Mengolah, menalar,

dan menyaji dalam

ranah konkret dan

ranah abstrak terkait

dengan pengembangan

dari yang dipelajarinya

di sekolah secara

4. Mengolah, menalar,

dan menyaji dalam

ranah konkret dan

ranah abstrak terkait

dengan pengembangan

dari yang dipelajarinya

di sekolah secara

4. Mengolah, menalar,

dan menyaji dalam

ranah konkret dan

ranah abstrak terkait

dengan

pengembangan dari

yang dipelajarinya di

87

Page 101: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

mandiri, dan mampu

menggunakan metoda

sesuai kaidah

keilmuan.

mandiri, bertindak

secara efektif dan

kreatif serta mampu

menggunakan metoda

sesuai kaidah

keilmuan.

sekolah secara

mandiri, bertindak

secara efektif dan

kreatif dan mampu

menggunakan metoda

sesuai kaidah

keilmuan.

b) Kompetensi Dasar

Sebagai rangkaian untuk mendukung Kompetensi Inti, capaian

pembelajaran mata pelajaran diuraikan menjadi kompetensi-

kompetensi dasar. Pencapaian Kompetensi Inti adalah melalui

pembelajaran kompetensi dasar yang disampaikan melalui mata

pelajaran. Rumusannya dikembangkan dengan memperhatikan

karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu

mata pelajaran sebagai pendukung pencapaian.

Kompetensi Inti, kompetensi dasar dikelompokkan menjadi

empat sesuai dengan rumusan Kompetensi Inti yang didukungnya,

yaitu: 1). Kelompok kompetensi dasar sikap spiritual (mendukung

KI-1) atau kelompok 1, 2). Kelompok kompetensi dasar sikap sosial

(mendukung KI-2) atau kelompok 2, 3). Kelompok kompetensi

dasar pengetahuan (mendukung KI-3) atau kelompok 3, dan 4).

Kelompok kompetensi dasar keterampilan (mendukung KI-4) atau

kelompok 4.

88

Page 102: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Uraian kompetensi dasar yang rinci ini adalah untuk

memastikan bahwa capaian pembelajaran tidak berhenti sampai

pengetahuan saja, melainkan harus berlanjut ke keterampilan, dan

bermuara pada sikap. Melalui kompetensi inti, tiap mata pelajaran

ditekankan bukan hanya memuat kandungan pengetahuan saja,

tetapi juga memuat kandungan proses yang berguna bagi

pembentukan keterampilannya. Selain itu juga memuat pesan

tentang pentingnya memahami mata pelajaran tersebut sebagai

bagian dari pembentukan sikap. Hal ini penting mengingat

kompetensi pengetahuan sifatnya dinamis karena pengetahuan masih

selalu berkembang.

Kemampuan keterampilan akan bertahan lebih lama dari

kompetensi pengetahuan, sedangkan yang akan terus melekat pada

dan akan dibutuhkan oleh peserta didik adalah sikap. Kompetensi

dasar dalam kelompok Kompetensi Inti sikap (KI-1 dan KI-2)

bukanlah untuk peserta didik karena kompetensi ini tidak diajarkan,

tidak dihafalkan, dan tidak diujikan, tetapi sebagai pegangan bagi

pendidik bahwa dalam mengajarkan mata pelajaran tersebut ada

pesan-pesan sosial dan spiritual sangat penting yang terkandung

dalam materinya.

Dengan kata lain, kompetensi dasar yang berkenaan dengan

sikap spiritual (mendukung KI-1) dan individual-sosial (mendukung

89

Page 103: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

KI-2) dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu

pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (mendukung

KI-3) dan keterampilan (mendukung KI-4).

Untuk memastikan keberlanjutan penguasaan kompetensi,

proses pembelajaran dimulai dari kompetensi pengetahuan,

kemudian dilanjutkan menjadi kompetensi keterampilan, dan

berakhir pada pembentukan sikap. Dengan demikian, proses

penyusunan maupun pemahamannya (dan bagaimana membacanya)

dimulai dari Kompetensi Dasar kelompok 3. Hasil rumusan

Kompetensi Dasar kelompok 3 dipergunakan untuk merumuskan

Kompetensi Dasar kelompok 4. Hasil rumusan Kompetensi Dasar

kelompok 3 dan 4 dipergunakan untuk merumuskan Kompetensi

Dasar kelompok 1 dan 2. Proses berkesinambungan ini untuk

memastikan bahwa pengetahuan berlanjut ke keterampilan dan

bermuara ke sikap sehingga ada keterkaitan erat yang mendekati

linier antara kompetensi dasar pengetahuan, keterampilan dan sikap.

c) Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

Struktur kelompok mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

dan Bahasa Arab dalam kurikulum Madrasah meliputi: 1) Al-Qur’an

Hadis, 2) Akidah Akhlak, 3) Fikih, 4) Sejarah Kebudayaan Islam

(SKI), dan 5) Bahasa Arab. Masing-masing mata pelajaran tersebut

pada dasarnya saling terkait dan melengkapi.

90

Page 104: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

(1) Al-Qur'an-Hadis merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam

arti keduanya merupakan sumber akidah-akhlak, syari’ah/fikih

(ibadah, muamalah), sehingga kajiannya berada di setiap unsur

tersebut.

(2) Akidah merupakan akar atau pokok agama. Syariah/fikih

(ibadah, muamalah) dan akhlakbertitik tolak dari akidah, yakni

sebagai manifestasi dan konsekuensi dari keimanan dan

keyakinan hidup. Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau

kepribadian hidup manusia, yang mengatur hubungan manusia

dengan Allah SWT dan hubungan manusia dengan manusia

lainnya. Hal itu menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup

manusia dalam menjalankan sistem kehidupannya (politik,

ekonomi, sosial, pendidikan, kekeluargaan, kebudayaan/seni,

ilmu pengetahuan dan teknologi olahraga/kesehatan, dan lain-

lain) yang dilandasi oleh akidah yang kokoh.

(3) Fikih (Syari’ah) merupakan sistem atau seperangkat aturan

yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT

(Hablum-Minallah), sesama manusia (Hablum-Minan-nas) dan

dengan makhluk lainnya (Hablum-Ma’al Ghairi).

(4) Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan catatan

perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke

masa dalam beribadah, bermuamalah dan berakhlak serta dalam

91

Page 105: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

mengembangkan sistem kehidupan atau menyebarkan ajaran

Islam yang dilandasi oleh akidah.

(5) Bahasa Arab sebagai bahasa pengantar untuk memahami

ajaran Islam. Dengan Bahasa Arab ajaran Islam dapat dipahami

secara benar dan mendalam dari sumber utamanya, yaitu Al-

Qur’an dan Hadis serta literatur-literatur pendukungnya yang

berbahasa Arab seperti Kitab Tafsir dan Syarah Hadis.

Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Bahasa Arab di Madrasah

memiliki karakteristik sebagai berikut:

(1) Al-Qur'an Hadis, menekankan pada kemampuan baca tulis

yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan

kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam

kehidupan sehari-hari.

(2) Akidah Akhlak menekankan pada kemampuan memahami

keimanan dan keyakinan Islam sehingga memiliki keyakinan

yang kokoh dan mampu mempertahankan keyakinan atau

keimanannya serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai al-

asma’ al-husna. Akhlak menekankan pada pembiasaan untuk

menerapkan dan menghiasi diri akhlak terpuji (mahmudah)

dan menjauhi serta menghindari diri dari akhlak tercela

(madzmumah) dalam kehidupan sehari-hari.

92

Page 106: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

(3) Fikih menekankan pada pemahaman yang benar mengenai

ketentuan hukum dalam Islam serta kemampuan cara

melaksanakan ibadah dan muamalah yang benar dan baik

dalam kehidupan sehari-hari.

(4) Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) menekankan pada

kemampuan mengambil ibrah/hikmah (pelajaran) dari sejarah

Islam, meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya

dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan

seni, dan lain-lain, untuk mengembangkan Kebudayaan dan

peradaban Islam pada masa kini dan masa yang akan datang.

(5) Bahasa Arab merupakan mata pelajaran bahasa yang diarahkan

untuk mendorong, membimbing, mengembangkan dan

membina kemampuan serta menumbuhkan sikap positif

terhasap Bahasa Arab, baik reseptif maupun produktif.

Kemampuan reseptif yaitu kemampuan untuk memahami

pembicaraan orang lain dan memahami bacaan. Kemampuan

produktif yaitu kemampuan menggunakan bahasa sebagai alat

komunikasi baik secara lisan maupun secara tertulis.

Kemampuan berbahasa Arab serta sikap positif terhadap bahasa

Arab tersebut sangat penting dalam membantu memahami

sumber ajaran Islam yaitu Al-Qur'an dan al- Hadis, serta kitab-

kitab berbahasa Arab yang berkenaan dengan Islam bagi

93

Page 107: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

peserta didik. Untuk itu, Bahasa Arab di Madrasah

dipersiapkan untuk pencapaian kompetensi dasar berbahasa,

yang mencakup empat keterampilan berbahasa yang diajarkan

secara integral, yaitu menyimak (mahaaratu al istimaa),

berbicara (mahaaratu al-kalaam), membaca (mahaaratul al

Qiraa’ah), dan menulis (mahaaratu al kitaabah).

b. Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah

Jika merujuk pada Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar

Isi dan No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Kelulusan, maka

kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah dan madrasah tidak

ada perbedaan yang mencolok. Hanya saja, mata pelajaran PAI di madrasah

porsinya lebih banyak dan kurikulum PAI di madrasah harus memperhatikan

Surat Edaran Dirjen Pendidikan Islam No. DJ.II.1/PP.OO/ED/681/2006

tentang pelaksanaan Standar Isi.

Secara redaksional seperti yang disampaikan dalam kurikulum 2004,

tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI) di jenjang SD, SMP dan SMA adalah

sama, yaitu untuk meningkatkan keimanan, ketakwaan, dan berakhlak mulia

baik di dalam kehidupan pribadi, berbangsa maupun bernegara.

94

Page 108: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

BAB IV

PEMBAHASAN

C. Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Karakter pada Konsep Trikon

1. Paparan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada Konsep Trikon Pada bab ini, peneliti akan memaparkan hasil analisis nilai-nilai

pendidikan karakter pada konsep Trikon. Sebelumnya, peneliti melakukan

analisis terhadap riwayat hidup Ki Hajar Dewantara. Hasil yang ditemukan

yaitu terbentuknya nilai-nilai pendidikan karakter tidak lepas dari kondisi

lingkungan yang dialami Ki Hajar Dewantara, diantaranya:

a. Kondisi sosial masyarakat

Meskipun Ki Hajar Dewantara hidup di lingkungan keraton, tetapi

ia menjalani kesehariannya dengan tetap bergaul bersama anak-anak di

kampungnya. Ki Hajar Dewantara juga ikut berlatih menari dan menabuh

gamelan. Hingga dewasa, meski Ki Hajar Dewantara bergaul dengan

teman-teman keturunan Cina, Arab, dan Belanda di bangku sekolah, Ki

Hajar Dewantara tidak lantas kebarat-baratan. Sebaliknya, kecintaannya

terhadap bangsa Indonesia semakin mendalam. Dan, semangat untuk

memperbaiki kehidupan bangsa semakin meningkat.

b. Kondisi budaya dan keagamaan

Menurut silsilah, Ki Hajar Dewantara masih memiliki garis

keturunan dengan Sunan Kalijaga. Maka, sebagai keturunan Keraton

95

Page 109: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Yogyakarta sekaligus ulama’, Ki Hajar Dewantara dibesarkan dan dididik

dalam lingkungan keluarga yang religius dan budaya Jawa yang kental

(Desmon, 2007: 219).

c. Kondisi pendidikan

Ki Hajar Dewantara lebih beruntung dibanding dengan teman-

temannya di kampung. Ki Hajar Dewantara bisa mengenyam pendidikan di

sekolah milik pemerintah Belanda. Peraturan yang ada yaitu yang berhak

mengikuti pendidikan di sekolah milik pemerintah Belanda hanya bagi

anak yang berasal dari keturunan terpandang saja. Karena Suwardi adalah

cucu Paku Alam III, maka beliau dapat masuk di ELS (Europeesche

Legere School) atau sekolah dasar.

Dari kondisi yang demikianlah yang akhirnya membentuk karakter Ki

Hajar Dewantara. Sehingga, karakter-karakter mulia tersebut yang mendorong

munculnya gagasan-gagasan cemerlang dan tentu karakter tersebut juga

termanifestasi di dalam gagasan-gagasan Ki hajar Dewantara. Adapun

gagasan Ki Hajar Dewantara yang menjadi bahan analisis peneliti adalah

konsep Trikon.

Analisis pada bab ini berpedoman pada 18 nilai karakter yang

dikembangkan oleh Diknas, yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja

keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,

cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat.komunikatif, cinta damai,

96

Page 110: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab. Hasil

analisis disesuaikan dengan teks konsep Trikon.

97

Page 111: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Tabel 2 : Paparan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada Konsep Trikon

No. Teks Konsep

Trikon Kata kunci

Nilai pendidikan

karakter

1. Garis hidup kita di

zaman sekarang

harus merupakan

“lanjutan atau

terusan” dari hidup

kita di zaman

lampau, jangan

ulangan atau tiruan

hidup bangsa lain

(kontinuitas)

Menyuruh untuk

mengembangkan

kehidupan dan

tidak

diperbolehkan

meniru dari

bangsa lain

Kreatif

2. Keharusan untuk

menghindari hidup

menyendiri (isolasi)

karena untuk menuju

ke arah pertemuan

hidup dengan

bangsa-bangsa lain

(konvergensi)

Menghindari

hidup menyendiri

1. Toleran

2. Bersahabat/komunikatif

3. Sesudah bersatu

dengan bangsa-

bangsa lain sedunia,

janganlah kita

kehilangan

kepribadian sendiri

(konsentrisitas)

Jangan

kehilangan

kepribadian

sendiri

1. Semangat kebangsaan

2. Cinta tanah air

98

Page 112: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Beberapa hasil analisis di atas, menunjukkan bahwa konsep Trikon

yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara menghendaki peserta didik untuk

memiliki nilai-nilai karakter seperti yang disebutkan di atas. Nilai-nilai

karakter tersebut akan sangat bermanfaat bagi peserta didik sebagai bekal

menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman

2. Pembahasan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada Konsep Trikon

Berdasarkan hasil analisis terhadap konsep Trikon, maka diperoleh

nilai-nilai pendidikan karakter sebagai berikut:

a. Kreatif

Kreatif adalah berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan

cara atau hasil baru dari apa yang telah dimiliki. Menurut Khaliq (2015:

51) kreatif adalah suatu sikap yang mampu menyelesaikan masalah secara

inovatif, luwes, kritis, berani mengambil keputusan dengan cepat dan tepat,

menampilkan hal yang unik, memiliki ide baru, ingin terus berubah, dapat

membaca situasi dan memanfaatkan peluang. Artinya, setiap pribadi harus

memiliki daya kreatifitas supaya kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara menjadi lebih baik dari sebelumnya. Jika diterapkan dalam dunia

pendidikan, baik pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik memang

harus memiliki daya kreatifitas. Karena, untuk mencapai tujuan pendidikan

semua komponen dalam pendidikan harus bergerak bersama membuat

inovasi agar pendidikan di negeri ini menjadi lebih baik dan berkembang.

99

Page 113: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Berdasarkan paparan data analisis sebelumnya, konsep kontinuitas

pada konsep Trikon terindikasi mengandung nilai pendidikan karakter

kreatif. Berikut penggalan teks dari konsep Trikon:

“Garis hidup kita di zaman sekarang harus merupakan “lanjutan atau terusan” dari hidup kita di zaman lampau, jangan ulangan atau tiruan hidup bangsa lain (kontinuitas)” Analisis teks : konsep kontinuitas menyimpan pesan bahwa dalam

menjalani kehidupan ini haruslah memiliki daya kreatifitas. Karena, dengan

memiliki karakter kreatif ini manusia dapat mengubah kehidupannya

terlebih kehidupan bangsa menjadi lebih baik. Sebagaimana firman Allah

swt dalam Q.S. Al-Anfal, 8: 53

Artinya: “Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Ayat di atas menegaskan bahwa Allah tidak akan mencabut nikmat

yang telah dilimpahkan-Nya kepada suatu kaum, selama kaum itu tetap taat

dan bersyukur kepada Allah. Nikmat itu bisa berupa kehidupan yang lebih

baik yang diubah oleh manusia itu sendiri.

b. Toleran

100

Page 114: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Toleransi adalalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan

agama, suku, etnik, pendakat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda

dengan dirinya. Berdasarkan paparan data analisis di atas, konsep

konvergensi pada konsep Trikon terindikasi mengandung nilai pendidikan

karakter toleransi. Berikut penggalan teks dari konsep Trikon:

“Keharusan untuk menghindari hidup menyendiri (isolasi) karena untuk menuju ke arah pertemuan hidup dengan bangsa-bangsa lain (konvergensi)” Analisis teks : melalui penggalan teks tersebut, konsep konvergensi

pada konsep Trikon ingin menyampaikan kepada pembaca tentang

pentingnya untuk memiliki sikap toleransi. Karakter toleransi ini menjadi

sangat penting karena dengan saling menghormati kebudayaan bangsa lain,

kehidupan bermasyarakat, bernegara maupun berbangsa akan menjadi

tentram, damai dan harmonis.

c. Bersahabat/komunikatif

Bersahabat atau komunikatif adalah tindakan yang melibatkan rasa

senang berbicara, bergaul dan senang bekerja sama dengan orang lain.

Berdasarkan paparan data analisis di atas, konsep konvergensi pada konsep

Trikon terindikasi mengandung nilai pendidikan karakter

bersahabat/komunikatif. Berikut penggalan teks dari konsep Trikon:

“Keharusan untuk menghindari hidup menyendiri (isolasi) karena untuk menuju ke arah pertemuan hidup dengan bangsa-bangsa lain (konvergensi)” Analisis teks : dalam konsep konvergensi dapat dipahami bahwa

sebagai makhluk sosial, tiap-tiap orang harus saling menjalin komunikasi

101

Page 115: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

dan terbuka dengan kebudayaan dari bangsa lain. Ki Hajar Dewantara

dalah riwayat hidupnya sudah memberikan contoh, bahwa ia selain bergaul

dengan orang-orang pribumi juga bergaul dengan orang-orang dari bangsa

lain. Karena dengan banyak bergaul atau berkumpul dengan orang-orang,

pengalaman, teman dan wawasan juga akan bertambah.

d. Semangat kebangsaan

Semangat kebangsaan adalah cara berpikir, bertindak dan wawasan

yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri

sendiri dan kelompok. Berdasarkan paparan data analisis di atas, konsep

konsentrisitas pada konsep Trikon terindikasi mengandung nilai pendidikan

karakter semangat kebangsaan. Berikut penggalan teks dari konsep Trikon:

“Sesudah bersatu dengan bangsa-bangsa lain sedunia, janganlah kita kehilangan kepribadian sendiri (konsentrisitas)” Analisis teks : konsep konsentrisitas menyatakan bahwa dalam

menjalin hubungan dengan bangsa lain, bangsa Indonesia tidak boleh

sampai kehilangan kepribadian bangsa sendiri. Sebagaimana yang

diketahui, bangsa Indonesia mempunyai adat istiadat dan kepribadian

sendiri. Meskipun telah menyatu dengan bangsa lain, namun dalam

lingkaran yang konsentris itu, bangsa Indonesia masih tetap mempunyai

lingkaran sendiri yang khas yang membedakan dengan bangsa-bangsa lain.

e. Cinta tanah air

102

Page 116: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Cinta tanah air adalah cara berpikir, bersikap dan berbuat yang

menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap

bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa.

Berdasarkan paparan data analisis di atas, konsep konsentrisitas pada

konsep Trikon terindikasi mengandung nilai pendidikan karakter cinta

tanah air. Berikut penggalan teks dari konsep Trikon:

“Sesudah bersatu dengan bangsa-bangsa lain sedunia, janganlah kita kehilangan kepribadian sendiri (konsentrisitas)” Analisis teks : konsep konsentrisitas memiliki makna bahwa ketika

sudah menjalin komunikasi dengan bangsa lain, selain tidak boleh

kehilangan kepribadian bangsa, seharusnya kecintaan terhadap tanah air

semakin meningkat. Karena bangsa Indonesia ini memiliki ciri khas

tersendiri yang membedakan dengan bansga lain.

D. Relevansi Konsep Trikon Menurut Ki Hajar Dewantara Terhadap

Pendidikan Agama Islam (PAI)

Sebagaimana diketahui, konsep Trikon ini telah dipraktikkan oleh Ki

Hajar Dewantara sejak menuntut ilmu di Belanda. Ilmu pendidikan barat

disaringnya dan yang bermanfaat dipakainya tetapi tetap berpijak pada akar

budaya tanah air. Sehingga, konsep tentang Pendidikan Nasional menurut Ki

Hajar Dewantara adalah pendidikan yang berakar pada budaya nusantara.

Konsep isi pendidikannya pun secara umum harus relevan dengan garis hidup

untuk mencerdaskan dan mengangkat martabat bangsa dalam rangka

103

Page 117: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

membangun kerja sama saling menguntungkan dengan bangsa-bangsa lain di

dunia. Untuk memperkuat dinamika pendidikan sebagai penguatan kebangsaan,

maka konsep pengembangan pendidikan harus senafas dnegan nilai-nilai budaya

yang berkembang di masyarakat serta melibatkan unsur masyarakat dalam

pengelolaannya. Karena, out put yang dihasilkan harus menjadi pioner

kebudayaan dan peradaban bangsa yang lebih baik.

Adapun relevansi konsep Trikon terhadap Pendidikan Agama Islam (PAI)

adalah sebagai berikut:

1. Kontinuitas Pendidikan Agama Islam

Dalam sejarah hidup, manusia senantiasa menghadapi masalah-

masalah baru yang lebih rumit. Kerumitan ini yang kemudian menuntut

manusia untuk senantiasa berpikir agar dapat mencari ide yang solutif.

Begitu pula dalam dunia pendidikan, baik peserta didik, pendidik maupun

tenaga kependidikan. Misalnya, dalam desain pengembangan kurikulum

Pendidikan Agama Islam (PAI) harus dilakukan secara terus-menerus dan

dengan perencanaan yang baik. Dengan perencanaan tersebut, maka suatu

tahap yang akan dilanjutkan ke tahap berikutnya harus melalui evaluasi dan

perbaikan yang tepat. Dalam ilmu pendidikan Islam, kurikulum merupakan

komponen yang sangat penting karena memuat bahan-bahan ilmu

pengetahuan yang diproses dalam sistem pendidikan Islam. Di samping itu,

kurikulum dapat berfungsi sebagai alat pencapaian tujuan pendidikan

nasional (Arif, 2002: 79).

104

Page 118: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan itu bersifat dinamis dan akan

terus berkembang baik secara evolutif maupun revolusioner. Sebagaimana

gagasan Ki Hajar Dewantara melalui konsep kontinuitasnya:

“Garis hidup kita di zaman sekarang harus merupakan “lanjutan atau terusan” dari hidup kita di zaman lampau, jangan ulangan atau tiruan hidup bangsa lain (kontinuitas)” Artinya, Ki Hajar Dewantara mengisyaratkan bahwa apa yang

dialami oleh manusia saat ini merupakan lanjutan dari suatu proses yang

tidak akan pernah mengalami keadaan statis. Dalam kenyataannya,

perubahan itu bersifat mutlak, terus berganti mengikuti perkembangan

zaman. Begitu pula dalam desain pengembangan kurikulum PAI. Tentu saja,

perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang membawa manfaat dan

kebaikan.

Islam juga memberikan semangat untuk melakukan pengembangan

dalam hal apapun di kehidupan, termasuk pendidikan demi mengangkat

martabat, kemajuan dan perkembangan hidup manusia di dunia.

Sebagaimana firman Allah swt dalam Q.S. Al-Hasyr, 59: 18

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

105

Page 119: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Ayat di atas membahas tentang orang-orang yang dhalim yang

dinyatakan akan kekal di dalam neraka karena mereka tidak memperhatikan

apa yang telah diperbuatnya untuk hari akhir (akhirat). Padahal, setiap

makhluk senantiasa dianjurkan untuk mempersiapkan dan memperhatikan

perbuatannya untuk bekal di hari akhir agar selamat dari siksa api neraka.

Maka dalam surat Al-Hasyr ayat 18 membahas tentang apa yang harus

dipertimbangkan oleh umat Muslim untuk memperoleh manfaat di masa

yang akan datang. Pesan dalam surat Al Hasyr berkaitan dengan melakukan

suatu kegiatan seperti pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam

(PAI). Hendaknya setiap mengambil keputusan harus benar-benar

diperhitungkan. Karena semua yang hendak dilakukan tersebut akan

mendatangkan manfaat bagi diri sendiri khususnya dan utamanya bagi

bangsa di masa yang akan datang.

Sebagaimana penjelasan di atas, relevansi konsep kontinuitas

terhadap Pendidikan Agama Islam (PAI) terlihat pada desain pengembangan

kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI). Indikasinya adalah dengan

adanya proses evaluasi pada tiap tahap sebelum melanjutkan pada tahap

berikutnya. Ini berarti evaluasi tersebut menekankan adanya perbaikan atau

perubahan pada suatu kurikulum tetapi tidak serta merta mengubah

keseluruhan rancangan kurikulum.

2. Konvergensi Pendidikan Agama Islam

106

Page 120: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Era globalisasi telah menjadikan situasi dunia menjadi sangat

transparan. Globalisasi bagaikan “jendela” untuk melihat kejadian-kejadian

di seluruh penjuru dunia. Apa yang terjadi disalah satu sudut bumi dalam

waktu singkat dapat ditangkap dari berbagai belahan dunia. “Pintu gerbang”

antarnegara semakin terbuka, sekat-sekat budaya menjadi hilang, budaya

antarbangsa semakin membaur, melebur dan saling mempengaruhi. Ki

Hadjar mengemukakan proses peleburan yang terjadi akibat pengaruh dari

budaya lain adalah proses konvergensi sebagaimana tertuang dalam

gagasannya:

“Keharusan untuk menghindari hidup menyendiri (isolasi) karena untuk menuju ke arah pertemuan hidup dengan bangsa-bangsa lain (konvergensi)”

Artinya, Ki Hajar Dewantara mengisyaratkan adanya upaya

penyatuan antar budaya yang berbeda dalam hal apapun, termasuk

pendidikan. Jika manusia menginginkan sebuah kebudayaan bangsa menjadi

maju dan berkembang, maka hal pokok yang harus dilakukan adalah dengan

berbaur dengan kebudayaan dari bangsa lain. Tetapi, dengan tetap

menyesuaikan diri agar tidak terbawa arus kebudayaan lain tersebut.

Sehingga, nilai-nilai yang dimiliki oleh suatu bangsa akan tetap terpatri dan

terimplementasi dalam setiap aturan kehidupan. Sebagaimana firman Allah

swt dalam Q.S. Al-Hujurat,49: 13

107

Page 121: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Kandungan surat Al-Hujurat ayat 13 di atas menyatakan bahwa

manusia terdiri dari laki-laki dan perempuan dan dari dua jenis makhluk

tersebut menjadikan mereka berjumlah banyak. Kemudian, mereka hidup

berbangsa-bangsa dan bersuku-suku dengan tujuan agar mereka saling

mengenal untuk saling membantu demi terciptanya kehidupan yang lebih

baik.

Jika dikaitkan dengan pendidikan, khususnya Pendidikan Agama

Islam (PAI), pengembangan dalam hal Pendidikan Agama Islam dapat

dilakukan dengan mengambil berbagai sumber praktik pendidikan dari

bangsa lain. Seperti yang dilakukan oleh Ki Hajar ketika mempelajari

praktik pendidikan dari Maria Montessori, Froebel dan Rabindranath

Tagore. Praktik-praktik pendidikan tersebut dapat dipelajari oleh pendidik

dan disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Saat ini, teknologi sudah

108

Page 122: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

semakin canggih, sehingga guru atau kepala sekolah dapat mempelajari

berbagai kemajuan pendidikan dari mana saja dan kapan saja.

3. Konsentrisitas Pendidikan Agama Islam

Konsep yang terakhir ini memandang bahwa setelah bergaul dengan

bangsa lain dan menghasilkan perpaduan yang saling mengikat, bukan

berarti harus melebur dan melupakan kepribadian bangsa sendiri. Hendaknya

tetap menjadi bangsa yang memiliki kepribadian sendiri, adat istiadat dan

budaya yang khas yang berbeda dengan bangsa lain. Ada aturan yang

bersifat universal dalam ikatan bangsa-bangsa, namun di tengah bangsa ini

juga memiliki titik konsentris tersendiri yang menjadi penanda sebagai

bangsa yang merdeka.

“Sesudah bersatu dengan bangsa-bangsa lain sedunia, janganlah kita kehilangan kepribadian sendiri (konsentrisitas)” Menurut Ki Hajar Dewantara, perpaduan antar budaya yang saling

menjalin kontak secara masif, tidak lantas kemudian menghilangkan ciri

kepribadian budaya asli bangsa tersebut. Dalam pergaulan dengan bangsa

lain tentu banyak pengaruh positif dan negatifnya untuk bangsa sendiri.

Pengaruh positif yang ditimbulkan dari bangsa lain seperti kemajuan

teknologi, pendidikan yang semkain maju dan sebagainya. Sedangkan,

pengaruh negatif yang ditimbulkan seperti pergaulan bebas, judi, berpakaian

mini, tindakan anarkis dan lain-lain. Dengan adanya pengaruh-pengaruh

tersebut, maka sebagai bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai

109

Page 123: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

kebudayaan bangsa Indonesia tentu akan selektif dalam menerima atau

menghindari pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan dari bangsa lain.

Perpaduan antar budaya tersebut menjadi kesempatan untuk mengambil

keuntungan untuk memajukan dan melestarikan kebudayaan bangsa

Indonesia tanpa membawa pengaruh buruk di dalamnya.

Posisi Islam sebagai suatu agama yang merupakan bagian dari

budaya, secara fungsional bersifat elastis yaitu memperbaiki dan mengontrol

budaya-budaya yang secara prinsipil melenceng dari nilai-nilai ke-Islam-an

tanpa phobia atau takut terhadap budaya-budaya yang telah berkembang

sebelumnya. Sebagaimana firman Allah swt dalam Q.S. Al-Maidah, 5: 48

Artinya: “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah

110

Page 124: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,”

Ayat di atas menyatakan bahwa perbedaan syari’at seperti layaknya

perbedaan manusia dalam hal penciptaan yang menjadi lahan untuk ujian

Allah dan jalan untuk menumbuhkan kemampuan, bukan menjadi ajang

perdebatan. Semua orang memiliki kadar kemampuannya masing-masing.

Jadi, ia harus berlomba melaksanakan kebaikan. Bagi Allah, tidak ada suatu

perbuatan pun yang dapat tersembunyi dari penglihatan-Nya.

111

Page 125: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

BAB V

PENUTUP

Bab ini membahas kesimpulan yang mengacu pada fokus masalah dan

tujuan pembahasan skripsi. Penenliti juga memberikan saran-saran yang dirasa

relevan dengan harapan dapat menjadi sebuah kontribusi bagi dunia pendidikan.

A. Kesimpulan

Dari apa yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, peneliti

menyimpulkan bahwa:

1. Nilai-nilai pendidikan karakter pada konsep Trikon meliputi:

a. Dalam konsep kontinuitas mengandung nilai pendidikan karakter

kreatif. Kreatif adalah suatu sikap yang mampu menyelesaikan masalah

secara inovatif, luwes, kritis, berani mengambil keputusan dengan cepat

dan tepat, menampilkan hal yang unik, memiliki ide baru, ingin terus

berubah, dapat membaca situasi dan memanfaatkan peluang. Artinya,

setiap pribadi harus memiliki daya kreatifitas supaya kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara menjadi lebih baik dari

sebelumnya. Jika diterapkan dalam dunia pendidikan, baik pendidik,

tenaga kependidikan dan peserta didik memang harus memiliki daya

kreatifitas. Karena, untuk mencapai tujuan pendidikan semua komponen

dalam pendidikan harus bergerak bersama membuat inovasi agar

pendidikan di negeri ini menjadi lebih baik dan berkembang.

112

Page 126: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

b. Dalam konsep konvergensi mengandung nilai pendidikan karakter

toleran dan bersahabat/komunikatif. Toleransi adalalah sikap dan

tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnik, pendakat,

sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dengan dirinya. Karakter

toleransi ini menjadi sangat penting karena dengan saling menghormati

kebudayaan bangsa lain, kehidupan bermasyarakat, bernegara maupun

berbangsa akan menjadi tentram, damai dan harmonis. Bersahabat atau

komunikatif adalah tindakan yang melibatkan rasa senang berbicara,

bergaul dan senang bekerja sama dengan orang lain. Dalam konsep

konvergensi dapat dipahami bahwa sebagai makhluk sosial, tiap-tiap

orang harus saling menjalin komunikasi dan terbuka dengan kebudayaan

dari bangsa lain. Karena dengan banyak bergaul atau berkumpul dengan

orang-orang, pengalaman, teman dan wawasan juga akan bertambah.

c. Dalam konsep konsentrisitas mengandung nilai pendidikan karakter

semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Semangat kebangsaan adalah

cara berpikir, bertindak dan wawasan yang menempatkan kepentingan

bangsa dan negara di atas kepentingan diri sendiri dan kelompok. Dalam

konsep konsentrisitas menyatakan bahwa dalam menjalin hubungan

dengan bangsa lain, bangsa Indonesia tidak boleh sampai kehilangan

kepribadian bangsa sendiri. Sebagaimana yang diketahui, bangsa

Indonesia mempunyai adat istiadat dan kepribadian sendiri. Meskipun

telah menyatu dengan bangsa lain, namun dalam lingkaran yang

113

Page 127: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

konsentris itu, bangsa Indonesia masih tetap mempunyai lingkaran

sendiri yang khas yang membedakan dengan bangsa-bangsa lain. Cinta

tanah air adalah cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan

kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,

lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa. Dalam

konsep konsentrisitas memiliki makna bahwa ketika sudah menjalin

komunikasi dengan bangsa lain, selain tidak boleh kehilangan

kepribadian bangsa, seharusnya kecintaan terhadap tanah air semakin

meningkat. Karena bangsa Indonesia ini memiliki ciri khas tersendiri

yang membedakan dengan bansga lain.

2. Relevansi konsep Trikon menurut Ki Hajar Dewantara terhadap Pendidikan

Agama Islam (PAI)

a. Kontinuitas

Adanya kegiatan evaluasi dalam pengembangan kurikulum Pendidikan

Agama Islam (PAI) pada tiap tahap sebelum melanjutkan pada tahap

berikutnya. Evaluasi tersebut menekankan adanya perbaikan atau

perubahan pada suatu kurikulum tetapi tidak serta merta mengubah

keseluruhan rancangan kurikulum.

b. Konvergensi

Jika manusia menginginkan sebuah kebudayaan bangsa menjadi maju

dan berkembang, maka hal pokok yang harus dilakukan adalah dengan

berbaur dengan kebudayaan dari bangsa lain. Tetapi, dengan tetap

114

Page 128: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

menyesuaikan diri agar tidak terbawa arus kebudayaan lain tersebut. Jika

dikaitkan dengan pendidikan, khususnya Pendidikan Agama Islam (PAI),

pengembangan dalam hal Pendidikan Agama Islam dapat dilakukan

dengan mengambil berbagai sumber praktik pendidikan dari bangsa lain.

Seperti yang dilakukan oleh Ki Hajar ketika mempelajari praktik

pendidikan dari Maria Montessori, Froebel dan Rabindranath Tagore.

Praktik-praktik pendidikan tersebut dapat dipelajari oleh pendidik dan

disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Saat ini, teknologi sudah

semakin canggih, sehingga guru atau kepala sekolah dapat mempelajari

berbagai kemajuan pendidikan dari mana saja dan kapan saja.

c. Konsentrisistas

Perpaduan antar budaya yang saling menjalin kontak secara masif, tidak

lantas kemudian menghilangkan ciri kepribadian budaya asli bangsa

tersebut. Dalam pergaulan dengan bangsa lain tentu banyak pengaruh

positif dan negatifnya untuk bangsa sendiri. Posisi Islam sebagai suatu

agama yang merupakan bagian dari budaya, secara fungsional bersifat

elastis yaitu memperbaiki dan mengontrol budaya-budaya yang secara

prinsipil melenceng dari nilai-nilai ke-Islam-an tanpa phobia atau takut

terhadap budaya-budaya yang telah berkembang sebelumnya.

B. Saran

1. Bagi Pemerintah

115

Page 129: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Diharapkan pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan-

kebijakan yang mengarah pada pembentukan karakter anak didik dengan

mengacu pada nilai-nilai pendidikan karakter.

2. Bagi Guru

Seorang guru hendaknya dapat menjadi teladan yang baik bagi anak

didik, baik di dalam maupun luar lingkungan sekolah

3. Bagi Masyarakat

Masyarakat hendaknya juga mengetahui nilai-nilai pendidikan

karakter yang wajib ditanamkan pada diri anak didik. Sehingga dapat ikut

serta menghilangkan potensi negatif yang da pada anak didik.

116

Page 130: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

DAFTAR PUSTAKA Buku-buku: Arif, Armey. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta:

Ciputat Press. Al-Qur’an dan Terjemahnya Departemen Agama RI. 2005. Bandung: CV J-Art. Aqib, Zainal. 2012. Pendidikan Karakter di Sekolah Membangun Karakter dan

Kepribadian Anak. Bandung: Yrama Widya. Azzel, Akhmad Muhaimin. 2011. Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia

(Revitalisasi Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan Bangsa). Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Daradjat, Zakiah. 2001. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi

Aksara. Daradjat, Zakiah. 2004. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Denzim, Norman K. dan Yvonna S. Lincoln. 2011. Handbook of Qualitative

Research, 2nd Edition. London: Sage. Desmon, Achmad. 2007. Ensiklopedia Peradaban Dunia. Jakarta: Restu Agung. Dewantara, Bambang Sokawati. 1981. Mereka yang Selalu Hidup Ki Hajar

Dewantara dan Nyi Hajar Dewantara. Jakarta: Roda Pengetahuan. Dewantara, Ki Hadjar. 1962. Karja Bagian I (Pendidikan) cet. II. Yogyakarta:

Majelis Luhur Taman Siswa. Dewantara, Ki Hajar. 1994. Bagian I Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Taman

Siswa. Dewantara, Ki Hajar. 1994. Bagian II Kebudayaan. Yogyakarta: Majelis Luhur

Taman Siswa. Dewantara, Ki Hajar. t.t. Menuju Manusia Merdeka. Yogyakarta: Leutikapro. Dewantara, Ki Hajar. 2011. Karya Ki Hajar Dewantara Bagian Pertama:

Pendidikan, cet. IV. Yogyakarta: Majelis Luhur Taman Siswa.

117

Page 131: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Dewey, John. t.t. Democracy and Education. New York: Macmillan Originally Published.

Djumhur dan Dana Suparta. 1976. Sejarah Pendidikan. Bandung: CV. Ilmu. Ensiklopedia Nasional Indonesia Jilid 4. 1989. Jakarta: Cipta Adi Pustaka. Fitri, Agus Zaenul. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Flick, Uwe. 2013. The SAGE Handbook of Qualitative Data Analysis. London: Sage. Gunawan, 1992. Berjuang Tanpa Henti dan Tak Kenal Lelah: dalam Buku

Peringatan 70 Tahun Taman Siswa. Yoyakarta: Majelis Luhur Taman Siswa. Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung:

Alfabeta. H.A.H. Harahap dan B.S. Dewantara. 1980. Ki Hajar Dewantara. Jakarta: Gunung

Agung. H.A.H. Harahap dan B.S. Dewantara. 1980. Ki Hajar Dewantara dan Kawan-kawan.

Ditangkap, Dipenjarakan dan Diasingkan. Jakarta: Gunung Agung. Hariyadi, Ki. 1989. Ki Hajar Dewantara Sebagai Pendidik, Budayawan, Pemimpin

Rakyat, dalam Buku Ki Hadjar Dewantara dalam Pandangan Para Cantrik dan Mentriknya. Yogyakarta: Majelis Luhur Taman Siswa.

Haryanto. t.t. Pendidikan Karakter Menurut Ki Hadjar Dewantara. Yogyakarta: FIP

UNY. Hasan, Said Hamid dkk. 2010. Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi

Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa; Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Kepala Pusat Kurikulum.

Isna, Mansur. 2001. Diskursus Pendidikan Islam. Yogyakarta: Global Pustaka

Umum. Khaliq, Abdul. 2015. Sosiologi Pendidikan Agama Islam (Suatu Pendekatan Sosio

Religius). Yogyakarta: Awaja Pressindo.

118

Page 132: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Kemdiknas. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan.

Kesuma, Dharma dkk. 2012. Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktek di

Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Langgulung, Hasan. 1998. Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta: Radar Jaya Offset. Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Marimba, D. Ahmad. 1986. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Al-

Ma’arif. Marimba, Ahmad D. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: PT. Al-

Ma’arif. Muslich, Masnur. 2015. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis

Multidimensional. Jakarta: PT Bumi Aksara. Megawangi, Ratna. 2004. Pendidikan Karakter: Solusi yang Tepat untuk Membangun

Bangsa. Bogor: Indonesia Heritage Foundation. Muchtar, Heri Jauhari. 2008. Fikih Pendidikan cet. 2. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya Offset. Mulkhan, Abdul Munir. 1994. Paradigma Intelektual Muslim (Pengantar Filsafat

Pendidikan Islam dan Dakwah). Yogyakarta: Sipress. Musyafa, Haidar. 2015. Sang Guru: Novel Biografi Ki Hajar Dewantara Kehidupan,

Pemikiran dan Perjuangan Pendirian Taman Siswa (1889-1959). Jakarta: Imania.

Permenag No. 912 tahun 2013 tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Bahasa Arab. Poerwadarminta, W.J.S. 1999. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka. Ramayulis. 2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia. Sagimun, M.D. 1974. Mengenal Pahlawan-Pahlawan Nasional Kita; Ki Hajar

Dewantara. Jakarta: Bharata.

119

Page 133: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Sahlan, Asmaun dan Angga Teguh Prastyo. 2017. Desain Pembelajaran Berbasis

Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.s Salahudin, Anas dan Irwanto Alkrienciehie. 2013. Pendidikan Karakter (Pendidikan

Berbasis Agama dan Budaya Bangsa). Bandung: CV Pustaka Setia. Saleh, Abdurrahman. 1976. Didaktik Pendidikan Agama. Jakarta: Bulan Bintang. Salim, Agus. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Jogjakarta: Tiara

Wacana. Samho, Bartolomeus dan Oscar Yasunari. 2010. Konsep Pendidikan Ki Hadjar

Dewantara dan Tantangan-Tantangan Implementasinya di Indonesia Dewasa Ini. Bandung: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan.

Saputra, Bagus Akbar. 2017. Skripsi: Konsep Konvergensi Menurut Ki Hajar

Dewantara dan Relevansinya TerhadapTujuan Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Fakultar Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga.

Soeratman, Darsiti. 1984. Ki Hajar Dewantara. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Nasional. Suratman, Ki. 1987. Pokok-Pokok Ketamansiswaan. Yogyakarta: Majelis Luhur

Taman Siswa. Suratman, Ki. 1992. Berjuang Tanpa Henti dan Tak Kenal Lelah: dalam Buku

Peringatan 70 Tahun Taman Siswa. Yoyakarta: Majelis Luhur Taman Siswa. Taman Siswa. 1992. Peraturan Besar dan Piagam Persatuan Taman Siswa.

Yogyakarta: Majelis Luhur Taman Siswa. Tilaar, H.A.R. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta. Tilaar, H.A.R. 2015. Pedagogik Teoritis untuk Indonesia. Jakarta: Kompas. Tilman, Diane. 2004. Living Values Activities for Young Adults. Jakarta: Grasindo. Toha, Chabib dkk. 1999. Metodologi Pengajaran Agama. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

120

Page 134: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Wiyani, Novan Ardy. 2013. Membumikan Pendidikan Karakter di SD: Konsep, Praktik dan Strategi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Yamin, Moh. 2009. Menggugat Pendidikan Indonesia: Belajar dari Paulo Freire dan

Ki Hajar Dewantara. Yogyakarta: Ar Ruzz Media. Zuchdi, Darmiyati. 2011. Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Teori dan Praktik.

Yogyakarta: UNY Press. Zuriah, Nurul 2011. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif

Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara. Jurnal: Jinan, Mutohharun dan Muthoifin. 2015. Pendidikan Karakter Ki Hadjar Dewantara:

Studi Kritis Pemikiran Karakter dan Budi Pekerti Dalam Tinjauan Islam, dalam Jurnal Profetika: Studi Islam Vol. 16, No. 2. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Khuluq, Lathiful. 1998. Islamisasi Pada Masa Pemerintahan Sultan Agung (1613-

1646), dalam Jurnal Penelitian Agama Vol. VII, No. 20. Yogyakarta: Balai Penelitian P3M IAIN Sunan Kalijaga.

Kumalasari, Dyah. 2000. Konsep Pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam Pendidikan

Siswa, dalam Jurnal Istoria Vol VIII. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Nafisah, Durrotun. 2016. Peran Pendidikan Muatan LokalTerhadap Pembangunan

Karakter Bangsa, dalam Jurnal Citizenship: Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 4, No. 2. Jawa Timur: IKIP PGRI Madiun.

Rofik. t.t. Budaya Lokal Dalam Pendidikan Agama Islam Sebagai Kurikulum Muatan

Lokal. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. Sudjana, Nana. 2005. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah.

Bandung: Sinar Baru Algesindo. Suparlan, Henricus. 2015. Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan

Sumbangannya Bagi Pendidikan Indonesia, dalam Jurnal Filsafat Vol. 25, No. 1. Yogyakarta: Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa.

Zamroni. 2011. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Teori dan Praktek.

Yogyakarta: UNY Press.

121

Page 135: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Zularwan, dkk. 2017. Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter pada K13 dalam

PAI dan Budi Pekerti di SMP Islam Al Amjad Medan Sunggal, dalam Jurnal Edu Religia Vol. 1, No. 4. Sumatera Utara: UIN Sumatera Utara.

Web: http://wakhidah87.blogspot.co.id/2016/07/konsep-trikon-filsafat-pendidikan.html

http://pendidikan-tepat-guna.blogspot.co.id/2013/11/tamansiswa_8187.html

https://guruppkn.com/nilai-nilai-pendidikan-karakter

http://aris140284.blogspot.co.id/2009/12/konsep-pendidikan-indonesia-menurut-ki.html

http://edukasi.kompas.com/read/2011/04/29/16413291/Hardiknas.dan.Gaung.Pen-didikan.Karakter

http://e-journal.upi.edu/index.php/eduhumaniora/article/view/2795/1824

http://pendidikandankebudayaan.wordpress.com

http://journal. amikom.ac.id/index.php/Koma/article/view/3842/pdf

http://pedagogikritis.wordpress.com/2011/12/14/ki-hadjar-dewantara-peletakdasar -pendidikan-indonesia

http://filsafatpendidikan 2ciwaru.blogspot.com/2016/12/materi-pokok-pendidikan -kolonial. html?m=1

122

Page 136: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Lampiran

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA DIRI

Nama Lengkap : Nadhilla Cahyaning Putri Pembayun

TTL : Boyolali, 14 Juli 1996

Agama : Islam

Alamat : Getas RT 23/RW 05 Sumber Agung, Klego, Boyolali

No. telp : 085879983879 (WA)

Email : [email protected]

[email protected]

Motto : Tak ada alasan untuk mundur dari mengejar cita-cita

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

Formal

Sekolah Tahun Ajaran

SD Negeri 1 Sumber Agung, Klego, Boyolali 2002-2008

SMP BATIK Surakarta 2008-2011

BOARDING SCHOOL MAN 1 Surakarta 2011-2014

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga 2014-sekarang

Nonformal

English course at Genius English Course (GEC) Andong,

Boyolali 2003-2007

English course at Intensive English Course (IEC)

BOARDING SCHOOL MAN 1 Surakarta 2011-2014

Bimbingan Belajar PRIMAGAMA di BOARDING SCHOOL

MAN 1 Surakarta 2011-2014

123

Page 137: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam (PPTI) Al-Falah Salatiga 2014-2017

III. RIWAYAT ORGANISASI

Organisasi Tahun

Sie Kerohanian/Ketaqwaan OSIS SMP BATIK Surakarta 2008-2009

Anggota Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) SMP BATIK

Surakarta 2008-2009

Sie Keagamaan Karang Taruna Pemuda 23 Getas RT 23/RW

05 Sumber Agung, Klego, Boyolali 2012-2014

Departemen Kebersihan (Qism An-Nadhofah) Organisasi

Pelajar Boarding School (OPBS) Putri MAN 1 Surakarta 2012-2013

Anggota Forum Komunikasi Mahasiswa Boyolali (FKMB)

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga 2014-sekarang

Sie keagamaan Forum Komunikasi Mahasiswa Boyolali

(FKMB) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga 2015-2016

Sie Perlengkapan Perpustakaan PPTI AL-FALAH Salatiga 2015-2016

Ketua Perpustakaan PPTI AL-FALAH Salatiga 2016-2017

Sie Jarkominfo Jurnalistik Insantri PPTI AL-FALAH Salatiga 2016-2017

Freelance editor dan content web di web pptialfalahsalati.ga 2016-sekarang

Founder Kelompok Belajar “Baitul Ilmi” 2017-sekarang

Founder “Youth Discussion” 2018-sekarang

Volunteer “Sahabat Beasiswa Pusat” Divisi Konten 2018-sekarang

IV. PENGALAMAN Tahun

Musabaqoh Karya Ilmiah Al-Qur’an (MKQ) dalam acara

Gebyar Seni Qur’ani (GSQ) JQH Al-Furqon IAIN Salatiga 2015

Bahts Ilmil Qur’an (BIQ) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2015

Lomba Cipta Puisi Kategori Pelajar “Festival Sastra” 2016

124

Page 138: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta

Pemateri kajian ke-Islam-an putri di SMK Diponegoro Salatiga 2016-2017

Anggota Forum Lingkar Pena (FLP) Solo 2016

Panitia malam keakraban (MAKRAB) FKMB IAIN Salatiga

(September) 2016

Panitia Haul ke-1 KH Zoemri RWS di PPTI Al-Falah Salatiga

(September) 2016

Volunteer tenaga pengajar pesantren kilat Ramadhan SMPN 3

Getasan 2016

Volunteer tenaga pengajar pesantren kilat Ramadhan SMPN 3

Getasan 2017

Kontributor antologi 100 puisi terbaik mahasiswa IAIN

Salatiga 2017

Volunteer tenaga pengajar TK Pertiwi 2 Sumber Agung, Klego,

Boyolali (September-November) 2017

Juara 2 Lomba Cipta Puisi dalam rangka Harlah KOPRI PC

PMII Komisariat Joko Tingkir IAIN Salatiga ke-50 (29

November 2017)

2017

Peserta Kongres Remaja “Indonesia Young Leader Summit”

UNS Surakarta (02 Desember 2017) 2017

Bimbingan Pertukaran Mahasiswa Luar dan Dalam Negeri “Go

Change” IAIN Salatiga; di bawah bimbingan Mr Miftachudin,

MA.

2017-sekarang

Tentor bimbingan belajar “Tazkia” Salatiga 2018-sekarang

125

Page 139: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

DAFTAR NILAI SKK

NAMA : Nadhilla Cahyaning Putri Pembayun

NIM : 111-14-140

FAKULTAS : Tarbiyah dan Ilmi Keguruan

JURUSAN : Pendidikan Agama Islam

DOSEN PEMBIBING AKADEMIK : Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd.

NO NAMA KEGIATAN PELAKSANAAN KETERANGAN NILAI

1 OPAK STAIN SALATIGA

18-19 Agustus 2014

PESERTA 3

2 OPAK Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga

20-21 Agustus 2014

PESERTA 3

3 Orientasi Dasar Keislaman (ODK)

21 Agustus 2014 PESERTA 2

4 Achievement Motivation Training (AMT)

23 Agustus 2014 PESERTA 2

5

Library User Education (Pendidikan Pemustaka)

28 Agustus 2014 PESERTA 2

6

Talk Show “Ciptakan Karakter Mahasiswa Religius dan Berakhlaq Mulia” Al Khidmah Kampus Kota Salatiga

19 September 2014 PESERTA 2

7

Seminar Nasional “Peran Mahasiswa Dalam Mengawal Masa Depan Indonesia Pasca Pilpres 2014” STAIN Salatiga

25 September 2014 PESERTA 8

126

Page 140: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

8

Bedah Buku “Membidik Bintang” LDK Fathir Ar-Rasyid STAIN Salatiga

01 Oktober 2014 PESERTA 2

9

“Training and TOEFL Test “ Himpunan Mahasiswa Program Studi Perbankan Syariah S1 STAIN Salatiga

30 November 2014 PESERTA 3

10

Seminar Sesorah Bahasa Jawa (SBJ) Milad-XIII LDK Fathir Ar-Rasyid IAIN Salatiga

07 Mei 2015 PESERTA 2

11 Bedah Buku “Muda 7 Warna” HMJ PAI IAIN Salatiga

23 September 2015 PESERTA 2

12

PAB (Penerimaan Anggota Baru) JQH Al-Furqon STAIN Salatiga “Menumbuhkan Karakter Islami dan Qur’ani”

13-14 Desember 2014

PESERTA 2

13

Training Makalah dan Motivasi LDK Fathir Ar-Rasyid IAIN Salatiga

12 September 2015 PESERTA 2

14

Seminar Nasional “Epistemologi Tafsir Kontemporer: Integrasi Hermeneutika Dalam Metode Penafsiran Al-Qur’an” HMJ IAT IAIN Salatiga

25 September 2015 PESERTA 8

15

Dialog Interaktif dan Edukatif “Diaspora Pendidikan Politik: Pancasila Sebagai Landasan Berpolitik,

02 November 2015 PESERTA 2

127

Page 141: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

Berbangsa dan Bernegara” SEMA Institut IAIN Salatiga

16

Lomba “Musabaqoh Karya Ilmiah Qur’ani (MKIQ)” Gebyar Seni Qur’ani (GSQ) JQH Al-Furqon IAIN Salatiga ke-VII tingkat Jawa Tengah

6-8 November 2015

PESERTA 4

17

Seminar Nasional “Peran Media Massa Terhadap Kelestarian Lingkungan Hidup” HMJ KPI IAIN Salatiga

19 November 2015 PESERTA 8

18

“Safari Gerakan Nasional Gemar Membaca” Perpustakaan Nasional RI di Salatiga

28 Maret 2016 PESERTA 8

19

“Seminar dan Sarasehan: Satu Langkah Mengenal Boyolali” oleh Forum Komunikasi Mahasiswa Boyolali (FKMB) IAIN Salatiga

02 April 2016 PESERTA 2

20

Diskusi Terbuka “Degradasi Nasionalisme Akibat Pengaruh Hedonisme” LPM Dinamika IAIN Salatiga

20 April 2016 PESERTA 2

21

Lomba Cipta Puisi Kategori Pelajar “Festival Sastra: Merakyat dengan Sastra dalam Warna-Warni Indonesia” UGM Yogyakarta

21 Mei 2016 PESERTA 2

128

Page 142: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

22

Seminar Nasional “Pendidikan Agama Menjadi Pelopor Kebangkitan Nasional di Era Modern” HMJ PAI IAIN Salatiga

21 Mei 2016 PESERTA 8

23

Seminar Nasional “LGBT dalam Perspektif Psikologi dan Kesehatan” PIK SAHAJASA IAIN Salatiga

26 Mei 2016 PESERTA 8

24

Surat Keputusan Pengesahan Pengurus INSantri PPTI Al-Falah Salatiga

16 Juni 2016 PENGURUS 4

25

Surat Keputusan Pengesahan Pengurus Perpustakaan PPTI Al-Falah Salatiga

16 Juni 2016 PENGURUS 4

26

Dialog Nasional “Peningkatan Konsep Hablum Minannas Melalui Ramadhan” SEMA DEMA Institut IAIN Salatiga

19 Juni 2016 PESERTA 8

27

Dialog Interaktif “Pendidikan Karakter Indonesia” HMJ PAI IAIN Salatiga

15 Oktober 2016 PESERTA 2

28

Malam Kekraban (MAKRAB) Forum Komunikasi Mahasiswa Boyolali (FKMB) IAIN Salatiga

22-23 Oktober 2016

PANITIA 2

29

Public Hearing “Apa Kabar Dunia Pendidikan FTIK IAIN Salatiga?” SEMA FTIK IAIN Salatiga

22 November 2016 PESERTA 2

129

Page 143: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

30 Kajian Islam di SMK Diponegoro

2016-2017 PEMATERI 3

31

“Seminar Festival Sastra” Fakultas Ilmu Budaya UNS Surakarta

08 April 2017 PESERTA 2

32

“Safari Gerakan Nasional Gemar Membaca” Perpustakaan Nasional RI di Salatiga

13 April 2017 PESERTA 8

33

“Antologi 100 Puisi Terbaik “ LPM Dinamika IAIN Salatiga

01 November 2017 KONTRIBUTOR 2

34

Seminar Nasional dan Kongres Remaja “Indonesia Young Leader summit 2017” UNS Surakarta

1-2 Desember 2017 PESERTA 8

Total 132

Salatiga, 20 Maret 2018

Mengetahui,

Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama

Achmad Maimun, M.Ag.

NIP. 19700510 199803 1 003

130

Page 144: ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KONSEP ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3888/1/Cover-lampiran FIX pdf.… · KATA PENGANTAR . Bismillahirrahmanirrahim . Puji

131