analisis mva dan eva
DESCRIPTION
materi analisis mva dan evaTRANSCRIPT
ANALISIS MARKET VALUE ADDED (MVA) DAN
ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)
Selama ini, pengukuran kinerja keuangan jarang menggunakan perhitungan nilai
tambah terhadap biaya modal yang ditanamkan. Pengukuran kinerja keuangan umumnya
dilakukan dengan menganalisa laporan keuangan seperti rasio profitabilitas. Pengukuran
yang hanya menganalisa laporan keuangan memiliki kelemahan utama yaitu mengabaikan
adanya biaya modal, sehingga sulit untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah
berhasil menciptakan nilai atau tidak. Untuk mengatasi kelemahan tersebut telah
dikembangkan konsep baru yaitu EVA (Economic Value Added) dan MVA (Market Value
Added). EVA dan MVA merupakan indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu
investasi. EVA dan MVA dianggap paling memiliki korelasi dengan perubahan dan
penciptaan nilai saham di perusahaan.
Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) dipatenkan oleh
Stewart & Company, sebuah perusahaan konsultan manajemen keuangan terkemuka yang
berkantor pusat di kota New York, Amerika Serikat. EVA dan MVA adalah pengukuran
dengan memperlihatkan secara tepat semua faktor-faktor yang berhubungan dengan
penciptaan nilai (value). EVA mengukur nilai tambah (value creation) yang dihasilkan
suatu perusahaan dengan cara mengurangi biaya modal (cost of capital) yang timbul
sebagai akibat investasi yang dilakukan. MVA merupakan ukuran kumulatif kinerja
keuangan yang menunjukkan seberapa besar nilai tambah terhadap modal yang ditanamkan
investor selama perusahaan berdiri, atau secara jelas MVA merupakan selisih antara nilai
pasar ekuitas (market value of equity) dan nilai buku ekuitas (book value of equity), seperti
yang didefinisikan oleh Stewart (1991).
EVA dan MVA yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai
bagi pasar dan pemilik modal karena perusahaan dapat menghasilkan tingkat pengembalian
yang melebihi tingkat biaya modalnya. Hal ini sejalan dengan tujuan perusahaan yaitu
memaksimalkan nilai perusahaan. Sebaliknya, EVA dan MVA yang negative menunjukkan
nilai perusahaan yang menurun karena tingkat pengembalian lebih rendah dari biaya modal.
1. Market Value Added (MVA)
Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham
yang dilakukan dengan memaksimalkan selisih antara market value of equity dan
jumlah yang ditanamkan investor ke dalam perusahaan. Selisih tersebut disebut sebagai
Market Value Added (MVA). MVA digunakan untuk mengukur seluruh pengaruh
kinerja manajerial sejak perusahaan berdiri hingga sekarang. MVA yang dihasilkan
oleh kinerja manajerial sepanjang umur perusahaan yang di-present value-kan. (Mirza
& Imbuh, 1999).
MVA diperoleh dengan melalui selisih antara nilai pasar ekuity dengan modal
ekuitas yang disetor pemegang saham. Nilai pasar ekuitas diperoleh dengan mengalikan
jumlah saham beredar dengan harga saham, sedangkan modal ekuitas yang disetor
pemegang saham sama dengan total ekuitas perusahaan atau nilai buku ekuitas.
Berdasarkan hal tersebut maka formula MVA dapat ditulis sebaai berikut:
MVA = Nilai Pasar Ekuity – Modal Ekuitas yang Disetor Pemegang Saham
= (Jumlah Saham Beredar) (Harga Saham) – Total Nilai Ekuitas
Contoh:
PT Wisatawan memiliki market value of equity yaitu Rp 150 juta dan nilai modal
yang disetor adalah Rp 10 juta.
Maka MVA PT Wisatawan adalah:
Rp 150 juta – Rp 10 juta = Rp 140 juta
Contoh lain perhitungan MVA adalah sebagai berikut:
PT WISATAWAN
MARKET VALUE ADDED (MVA)
(Rp 000.000)
2011 2012
Perhitungan MVA
Harga per Lembar Saham 23 26
Jumlah Saham Beredar (juta) 50 50
Market Value of Equity 1.150 1.300
Book Value of Equity 896 840
MVA
254 460
(Market Value – Book Value)
MVA PT WISATAWAN tahun 2011 adalah Rp 254 juta dan tahun 2012 adalah Rp
460 juta. Hal tersebut menunjukkan perusahaan berdiri meningkat pada tahun 2011 dan
2012 masing-masing sebesar Rp 254 juta dan Rp 460 juta.
2. Economic Value Added (EVA)
MVA mengukur dampak tindakan manajerial sejak perusahaan berdiri, sementara
Economic Value Added (EVA) adalah ukuran nilai tambah ekonomis yang dihasilkan
perusahaan sebagai akibat dari aktivitas atau strategi manajemen. EVA dapat dihitung
dengan formula sebagai berikut:
EVA = Laba Bersih Operasi Setelah Pajak (NOPAT) – Biaya Modal Setelah
Pajak yang Diperlukan untuk Mendukung Operasi
= EBIT (1-Pajak Perusahaan) – (Biaya Operasi) (Biaya Modal Setelah
Pajak)
Modal operasi atau operating capital merupakan penjumlahan dari hutang, saham
preferen dan saham biasa yang digunakan untuk pengadaan asset operasi bersih atau net
operating asset, yaitu modal kerja operasi bersih atau net operating working capital
ditambah investasi pabrik dan peralatan bersih. Operating asset sama dengan modal
untuk membeli operating asset. EVA mampu menghitung laba ekonomi yang
sebenarnya atau true economic profit suatu perusahaan pada tahun tertentu dan sangat
berbeda jika dibandingkan laba akuntansi. EVA mencerminkan residual income yang
tersisa setelah semua biaya modal, termasuk modal saham, telah dikurangkan.
Sedangkan laba akuntansi dihitung tanpa mengurangkan biaya modal.
EVA menjadi relevan untuk mengukur kinerja berdasarkan nilai ekonomis yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan. Dengan adanya EVA, maka pemilik perusahaan akan
memberikan imbalan aktivitas yang menambah nilai dan membuang fasilitas yang
merusak atau mengurangi nilai keseluruhan suatu perusahaan dan membantu
manajemen dalam hal menentukan tujuan internal perusahaan untuk implikasi jangka
panjang dan bukan jangka pendek saja.
Suatu system pengukuran kinerja dalam perusahaan harus dapat membedakan
aktivitas yang value added dengan aktivitas yang non value added. Pembagian ini
diperlukan sehingga manajemen organisasi dapat fokus untuk mengurangi biaya-biaya
yang timbul akibat aktivitas yang non value added. Dengan mengkomunikasikan secara
awal bahwa tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai bukan laba, sehingga para
manajer menjadi lebih terfokus pada penciptaan nilai dan bukan mengejar laba yang
besar.
EVA memberikan pengukuran yang lebih baik atas nilai tambah yang diberikan
perusahaan kepada pemegang saham. Oleh karena itu manajer yang menitikberatkan
pada EVA dapat diartikan telah beroperasi pada cara-cara yang konsisten untuk
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Perlu dicatat bahwa EVA dapat juga
diterapkan pada tingkat divisi atau subsidiari perusahaan. Dengan demikian, EVA
merupakan salah satu kriteria yang lebih baik dalam pemilihan penilaian kebijakan
manajerial dan kompensasi.
Keunggulan Economic Value Added (EVA)
EVA adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau
aktivitas manajemen selama periode tertentu. Prinsip EVA memberikan sistem pengukuran
yang baik untuk menilai perusahaan karena EVA berhubungan langsung dengan nilai pasar
sebuah perusahaan. Pihak manajemen perusahaan dapat melakukan banyak hal untuk
menciptakan nilai tambah, tetapi pada prinsipnya EVA akan meningkat jika manajemenn
melakukan satu dari tiga hal berikut ini (Stewart 1991) :
1) Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal, berarti manajemen dapat
menggunakan aktiva perusahaan secara efisien untuk mendapatkan keuntungan
yang optimal.
2) Menginvestasikan modal baru ke dalam proyek yang mendapatkan return lebih
besar daripada biaya modal yang ada.
3) Menarik modal dari aktivitas-aktivitas usaha yang tidak menguntungkan.
Govindarajan, penerjemah Kurniawan (2002), mengungkapkan kunggulan EVA
sebagai pengukuran kinerja keuangan perusahaan meliputi :
1) Dengan EVA, seluruh unit usaha memiliki sasaran laba untuk perbandingan
investasi yang sama. Dengan meningkatnya EVA maka investasi-investasi akan
menghasilkan laba diatas biaya modal sehingga akan lebih menarik para manajernya
untuk berinvestasi dalam perusahaan tersebut.
2) Adanya tingkat suku bunga yang berbeda dapat digunakan untuk jenis asset yang
berbeda pula.
3) EVA memiliki korelasi positif yang kuat terhadap perubahan-perubahan nilai pasar
perusahaan.
Keunggulan EVA menurut Teuku Mirza (1997) yaitu EVA memfokuskan penilaiannya
pada nilai tambah dengan memperhatikan beban biaya modal sebagai konsekuensi
investasi. Dengan diperhitungkannya biaya modal maka dapat diketahui apakah
perusahaan dapat menciptakan nilai tambah atau tidak. Kelebihan EVA adalah dapat
digunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding.
Kelemahan Economic Value Added (EVA)
Disamping beberapa keunggulan diatas, EVA juga memiliki kelemahan yaitu EVA
hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu periode tahun tertentu. Padahal nilai
perusahaan merupakan akumulasi EVA selama umur perusahaan. Sehingga suatu
perusahaan mempunyai nilai EVA pada priode tertentu positif tetapi nilai perusahaan
tersebut rendah karena nilai EVA dimasa lalunya negatif.
Selain EVA sebagai ukuran kinerja juga mempunyai beberapa keterbatasan antara
lain :
1) Sebagai ukuran kinerja masa lampau EVA tidak mampu memprediksi dampak
strategi yang kini diterapkan untuk masa depan perusahaan.
2) Sifat pengukurannya merupakan potret jangka pendek, sehingga manajemen
cenderung enggan berinvestasi jangka panjang, karena bisa mengakibatkan
penurunan nilai EVA dalam periode yang bersangkutan. Hal ini bisa mengakibatkan
turunnya daya saing perusahaan di masa depan.
3) EVA mengabaikan kinerja non keuangan yang sebenarnya bisa meningkatkan
kinerja keuangan. Menurut Kaplan dan Norton (2001), tanpa balanced scorecard,
stratgi value based management memang dapat menurunkan biaya dan
meningkatkan intensitas aktiva tetapi akan kehilangan kesempatan menciptakan
tambahan nilai, yaitu strategi pertumbuhan pendapatan jangka panjang melalui
investasi pelanggan, inovasi, perbaikan proses, teknologi informasi dan kemampuan
karyawan.
4) Tidak cocok diterapkan pada industri tertentu. Penggunaan EVA untuk
mengevaluasi kinerja keuangan mungkin tidak tepat untuk beberapa perusahaan,
misalkan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi seperti pada sektor
teknologi.
5) Tidak bisa diterapkan pada masa inflasi. The Villiers (1997) mengindikasikan
bagaimana inflasi akan mengakibatkan distorsi pada EVA dan menunjukkan bahwa
EVA tidak dapat digunakan selama periode inflasi untuk mengestimasi profitabilitas
aktual.
6) Memerlukan tambahan biaya. Wood (2000) mengatakan bahwa penggunaa EVA
mungkin akan meningkatkan auditing fees dan bisa menimbulkan potential
litigation costs.
Contoh perhitungan EVA adalah sebagai berikut :
PT WISTAWAN
ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)
(Rp 000.000)
2011 2012
Perhitungan EVA
EBIT
Pajak (t)
NOPAT = EBIT (1-t)
Total Investor Supplied Operating Working
Capital
Biaya Modal Setelah Pajak
Biaya Modal (Rp)
283
40%
169,80
1.800
11%
198
263
40%
157,80
1.455
10,8%
157,10
EVA = NOPAT –Biaya Modal (28,20) 0,70
EVA tahun 2012 positif yaitu Rp 0,70 juta sedangkan tahun 2011 negatif Rp 28,20
juta. NOPAT mengalami penurunan namun EVA mengalami peningkatan. Hal ini
disebabkan karena penurunan NOPAT 8% lebih kecil dari pada tingkat penurunan rupiah
biaya modal 26% sehingga penurunan biaya modal tersebut akan mengakibatkan EVA
meningkat.
Berdasarkan perhitungan MVA dan EVA yang telah diuraikan dapat dinyatakan dua
pengamatan yaitu :
1) Berdasarkan perhitungan MVA dan EVA PT Wistawan tahun 2011 dan 2012,
terlihat terjadi kombinasi antara peningkatan harga saham Rp 23 ke Rp 26 juta, dan
kenaikan nilai buku modal dari Rp 1.150 menjadi Rp 1.300, sehingga menyebabkan
peningkatan MVA, sehingga terjadi peningkatan nilai kemakmuran pemegang
saham sebesar Rp 460 – Rp 254 = Rp 206 juta.
Ada hubungan antara MVA dan EVA namun sifatnya tidak selalu searah. Jika suatu
perusahaan memiliki EVA negative, maka MVA mungkin saja akan bernilai negatif
atau sebaliknya jika suatu perusahaan memiliki EVA positif, maka MVA akan
bernilai positif. Harga saham sebagai salah satu komponen MVA akan lebih banyak
ditentukan oleh kinerja masa depan dan bukan kinerja masa lalunya. Sehingga
perusahaan dengan EVA negatif dapat saja memiliki MVA positif jika investor
memiliki harapan akan perubahan yang lebih baik pada perusahaan di masa depan.
2) EVA secara umum lebih bermanfaat disbanding MVA untuk mengevaluasi kinerja
manajerial dengan alasan :
1. EVA menunjukan value added yang terjadi pada tahun tertentu.
2. EVA dapat diterapkan pada tingkat divisi atau unit dari perusahaan besar
secara individual, sedangkan MVA harus diterapkan untuk perusahaan
secara keseluruhan. Karena alasan ini MVA lebih banyak digunakan untuk
mengevaluasi kinerja top manajemen selama jangka waktu yang panjang.
Penutup
EVA ( Economic Value Added ) dan MVA ( Market Value Added ) merupakan
indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi. EVA dan MVA dianggap
paling memiliki korelasi dengan perubahan dan penciptaan nilai saham di perusahaan.
EVA dan MVA yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pasar
dan pemilik modal karena perusahaan dapat menghasilkan tingkat pengembalian yang
melebihi tingkat biaya modalnya. Hal ini sejalan dengan tujuan perusahaan yaitu
memaksimalkan nilai perusahaan. Sebaliknya EVA dan MVA yang negatif menunjukkan
nilai perusahaan yang menurun karena tingkat pengembalian lebih rendah dari biaya modal.
MVA digunakan untuk mengukur seluruh pengaruh kinerja manajerial sejak
perusahaan berdiri hingga sekarang. MVA yang dihasilkan oleh kinerja manajerial
sepanjang umur perusahaan yang di-present value-kan. MVA diperoleh dengan melalui
selisih antara nilai pasar ekuity dengan modal ekuitas yang disetor pemegang saham.
EVA adalah ukuran nilai tambah ekonomis yang dihasilkan perusahaan sebagai
akibat dari aktifitas atau strategi manajemen. EVA diperoleh melalui selisih laba bersih
operasi setelah pajak dengan biaya modal setelah pajak yang diperlukan untuk mendukung
operasi perusahaan.