analisis miskonsepsi siswa smp kelas vii pada mata pelajaran ipa melalui metode certainty of...

13
Analisis Miskonsepsi Melalui Metode Certainty of Response Index (CRI) ANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMP KELAS VII PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI METODE CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI) Azmi Putri Prianidya 1) , Wisanti 2) , dan Beni Setiawan 3) 1) Program Studi Pendidikan Sains, FMIPA, UNESA. Alamat e-mail: [email protected] 2) Dosen Jurusan Biologi, FMIPA, UNESA. 3) Dosen Program Studi Pendidikan Sains, FMIPA, UNESA. Abstrak Penelitian tentang analisis miskonsepsi melalui metode Certainty of Response Index (CRI) pada mata pelajaran IPA bertujuan untuk mendeskripsikan hasil analisis miskonsepsi yang terjadi pada siswa SMP kelas VII pada mata pelajaran IPA dengan metode CRI dan mendeskripsikan penyebab terjadinya miskonsepsi yang dialami oleh siswa SMP kelas VII pada mata pelajaran IPA. Metode penelitian ini adalah metode deskriptif dan survei. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di SMP Negeri 1 Cikarang Timur, SMP Negeri 2 Cikarang Pusat, dan SMP Negeri 4 Cikarang Utara dengan subyek penelitian sebanyak 113 siswa. Hasil penelitian melalui tes diagnostik menunjukkan persentase miskonsepsi terbesar adalah di SMP Negeri 1 Cikarang Timur yaitu konsep yang menyatakan bahwa suhu air mendidih tergantung dari massa materi ataupun nyala api dengan persentase sebesar 89,2%. Miskonsepsi yang paling kuat yang dialami oleh siswa adalah pada konsep ciri-ciri makhluk hidup dengan rata-rata nilai CRIS sebesar 3,23. Penyebab miskonsepsi menunjukkan bahwa persentase terbesar adalah di SMP Negeri 1 Cikarang Timur menunjukkan bahwa siswa tidak bertanya kepada guru jika tidak memahami konsep yang dijelaskan dengan persentase 100%, hal tersebut dapat menjadi salah satu penyebab miskonsepsi pada siswa. Penyebab miskonsepsi yang terjadi pada siswa dari hasil wawancara dengan guru IPA antara lain adalah pemikiran awal yang dimiliki siswa, konsep awal yang diterima oleh siswa, bahasa yang digunakan guru saat mengajar, pemahaman siswa yang kurang pada suatu konsep, metode yang digunakan oleh guru saat pembelajaran dan guru yang tidak sesuai bidang pada materi yang akan diajarkan kepada siswa. Kata Kunci: miskonsepsi; CRI (Certainty of Response Index); tes diagnostik; dan konsep IPA. Abstract Research on misconceptions analysis through methods Certainty of Response Index (CRI) in science subjects aims to describe the results of the analysis of misconceptions that occur in 1

Upload: alim-sumarno

Post on 16-Dec-2015

80 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : AZMI PUTRI PRIANIDYA

TRANSCRIPT

Paper Title (use style: paper title)

Analisis Miskonsepsi Melalui Metode Certainty of Response Index (CRI)Analisis Miskonsepsi Melalui Metode Certainty of Response Index (CRI)

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMP KELAS VII PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI METODE CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI)Azmi Putri Prianidya 1), Wisanti 2), dan Beni Setiawan 3)1) Program Studi Pendidikan Sains, FMIPA, UNESA. Alamat e-mail: [email protected]) Dosen Jurusan Biologi, FMIPA, UNESA.3) Dosen Program Studi Pendidikan Sains, FMIPA, UNESA.Abstrak Penelitian tentang analisis miskonsepsi melalui metode Certainty of Response Index (CRI) pada mata pelajaran IPA bertujuan untuk mendeskripsikan hasil analisis miskonsepsi yang terjadi pada siswa SMP kelas VII pada mata pelajaran IPA dengan metode CRI dan mendeskripsikan penyebab terjadinya miskonsepsi yang dialami oleh siswa SMP kelas VII pada mata pelajaran IPA. Metode penelitian ini adalah metode deskriptif dan survei. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di SMP Negeri 1 Cikarang Timur, SMP Negeri 2 Cikarang Pusat, dan SMP Negeri 4 Cikarang Utara dengan subyek penelitian sebanyak 113 siswa. Hasil penelitian melalui tes diagnostik menunjukkan persentase miskonsepsi terbesar adalah di SMP Negeri 1 Cikarang Timur yaitu konsep yang menyatakan bahwa suhu air mendidih tergantung dari massa materi ataupun nyala api dengan persentase sebesar 89,2%. Miskonsepsi yang paling kuat yang dialami oleh siswa adalah pada konsep ciri-ciri makhluk hidup dengan rata-rata nilai CRIS sebesar 3,23. Penyebab miskonsepsi menunjukkan bahwa persentase terbesar adalah di SMP Negeri 1 Cikarang Timur menunjukkan bahwa siswa tidak bertanya kepada guru jika tidak memahami konsep yang dijelaskan dengan persentase 100%, hal tersebut dapat menjadi salah satu penyebab miskonsepsi pada siswa. Penyebab miskonsepsi yang terjadi pada siswa dari hasil wawancara dengan guru IPA antara lain adalah pemikiran awal yang dimiliki siswa, konsep awal yang diterima oleh siswa, bahasa yang digunakan guru saat mengajar, pemahaman siswa yang kurang pada suatu konsep, metode yang digunakan oleh guru saat pembelajaran dan guru yang tidak sesuai bidang pada materi yang akan diajarkan kepada siswa.Kata Kunci: miskonsepsi; CRI (Certainty of Response Index); tes diagnostik; dan konsep IPA.AbstractResearch on misconceptions analysis through methods Certainty of Response Index (CRI) in science subjects aims to describe the results of the analysis of misconceptions that occur in seventh grade junior high school students in science subjects with CRI method and describe the cause of the misconception that experienced by junior high school students on a class VII in science subjects. Method in this research is descriptive and survey methods. This study was conducted in April even semester academic year 2014/2015 in SMP Negeri 1 Cikarang Timur, SMPN 2 Cikarang Pusat, and SMP Negeri 4 Cikarang Utara with as many as 113 students study subjects. Results of the study through diagnostic tests showed the largest percentage misconception is in SMP Negeri 1 Cikarang Timur is the concept that the temperature of boiling water depends on the mass of material or the flame with a percentage of 89.2%. The most powerful misconceptions experienced by students is on the concept of the characteristics of living things with an average value of 3.23 CRIS. Causes of misconceptions shows that the largest percentage is in SMP Negeri 1 Cikarang Timur shows that students do not ask the teacher if it does not understand the concepts described with a percentage of 100%, it can be one of the causes of misconceptions in students. Causes of misconceptions that occur in students from interviews with science teachers, among others, are the initial thoughts of the students, the initial concept accepted by the students, the language used when teachers teach, students who lack the understanding of a concept, the method used by the teacher during lessons and teachers who do not fit in the field of material that will be taught to students.Keywords: misconception; CRI (Certainty of Response Index); diagnostic test; and science concept.

PENDAHULUAN Konsep merupakan dasar berpikir untuk memecahkan masalah dalam proses belajar. Apabila konsep yang dimiliki oleh peserta didik menyimpang bahkan bertentangan dengan konsep ilmiah maka hal ini menyebabkan terjadinya hambatan terhadap penerimaan konsep baru yang akan dipelajari. Pemahaman konsep yang berbeda dengan konsep yang diterima secara ilmiah disebut miskonsepsi (Kose, 2008). Miskonsepsi dalam sains terjadi dari siswa tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) sampai dengan mahasiswa di Perguruan Tinggi (Novak, 1990). Konsep-konsep sains yang bersifat abstrak membuat siswa mengalami kesulitan untuk memahami konsep-konsep tersebut (Viana, 2013).Suparno (2005) menyatakan bahwa kesalahan konsep-konsep yang terjadi mengenai konsep klasifikasi materi. Berg (1991) juga menyatakan miskonsepsi mengenai suhu dan kalor, bahwa sebagian siswa menyamakan definisi dari suhu dan kalor. Selain itu, Kose (2008) mengatakan bahwa siswa sering mengalami miskonsepsi dalam pembelajaran yang berhubungan dengan proses fotosintesis. Simson dan Arnold (1980) dalam Ibrahim (2012) juga menunjukkan bahwa siswa tidak menguasai konsep gas, benda hidup, makanan dan energi, sehingga siswa memiliki miskonsepsi mengenai konsep fotosintesis.

Miskonsepsi tersebut dapat bersumber dari konsep awal yang dimiliki oleh siswa (prakonsepsi) (Suparno, 2005), ketidaktepatan penggunaan bahasa oleh guru dan siswa, representasi visual (fenomena penting dari dalam buku teks atau media lain seperti animasi), pemikiran humanistik, siswa menggabungkan konsep yang sedang dipelajari dengan konsep sebelumnya, penjelasan guru, metode mengajar dan latar pendidikan guru (Michael, 1999). Miskonsepsi ini sangat menghambat pada proses penerimaan pengetahuan-pengetahuan baru dalam diri siswa, sehingga akan menghalangi keberhasilan siswa dalam proses belajar lebih lanjut (Klammer, 1998). Sebelum mengatasi masalah miskonsepsi, terdapat masalah yang lebih mendasar yaitu membedakan antara siswa yang mengalami miskonsepsi dan siswa yang tidak tahu konsep. Jika guru tidak dapat membedakan diantara keduanya, guru akan sulit mengatasi masalah miskonsepsi tersebut. Hal tersebut dikarenakan cara untuk mengatasi siswa yang mengalami miskonsepsi akan berbeda dengan siswa yang tidak tahu konsep. Oleh karena itu, terlebih dahulu guru harus memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk membedakan antara siswa yang mengalami miskonsepsi dan siswa yang tidak tahu konsep (Tayubi, 2005). Salah satu cara untuk membedakan antara siswa yang mengalami miskonsepsi dan siswa yang tidak tahu konsep adalah dengan menggunakan metode Certainty of Response Index (CRI). CRI merupakan ukuran tingkat keyakinan atau kepastian responden dalam menjawab setiap pertanyaan atau soal yang diberikan. Hasan Saleem (1999) dalam jurnalnya yang berjudul Misconceptions and The Certainty of Response Index (CRI) membuktikan bahwa metode CRI sangat efektif dalam mendiagnosis siswa yang tidak paham konsep dan siswa yang mengalami miskonsepsi. Berdasarkan uraian di atas, peneliti perlu untuk menganalisis miskonsepsi melalui metode CRI pada mata pelajaran IPA.

Dalam penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil analisis miskonsepsi yang terjadi pada siswa SMP kelas VII pada mata pelajaran IPA dengan metode CRI dan mendeskripsikan penyebab terjadinya miskonsepsi yang dialami oleh siswa SMP kelas VII pada mata pelajaran IPA.METODEMetode pada penelitian ini adalah metode deskriptif dan survei. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April semester genap Tahun Pelajaran 2014/2015 pada siswa kelas VII.B di SMP Negeri 1 Cikarang Timur yang berjumlah 37 siswa, siswa kelas VII.B di SMP 2 Cikarang Pusat yang berjumlah 34 siswa, dan siswa kelas VII.2 di SMP Negeri 4 Cikarang Utara yang berjumlah 42 siswa. Jumlah seluruh siswa yang dijadikan sasaran penelitian ini adalah 113 siswa.

Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah tes diagnosik miskonsepsi berupa pilihan ganda dengan menggunakan lembar jawaban Certainty of Response Index (CRI) yang diberikan kepada siswa, angket siswa dan wawancara guru IPA untuk mendeskripsikan penyebab terjadinya miskonsepsi yang dialami oleh siswa. Teknik analisis yang digunakan meliputi analisis deskriptif yang dikaji secara kualitatif sehingga data yang diperoleh untuk menjelaskan hasil analisis penyebab miskonsepsi pada siswa yang didapat dari data hasil angket siswa dan hasil wawancara guru serta menjelaskan persentase siswa berdasarkan kelompok kategori paham, miskonsepsi dan tidak paham dari hasil jawaban tes diagnostik menggunakan CRI. Untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada siswa digunakan analisis miskonsepsi yang dikaji secara kuantitatif menggunakan metode Certainty Of Response Index (CRI). Certainty Of Response Index merupakan teknik untuk mengukur miskonsepsi seseorang dengan cara mengukur tingkat keyakinan atau kepastian seseorang dalam menjawab setiap pertanyaan yang diberikan (Hasan, 1999). Certainty Of Response Index yang digunakan untuk memperoleh data dari penelitian ini digunakan skala antara 1 4 (Nursiwin, 2014), dimana 1 adalah sangat tidak yakin, 2 adalah tidak yakin atau ragu-ragu, 3 adalah yakin dan 4 adalah sangat yakin.HASIL DAN PEMBAHASANBerdasarkan dari hasil penelitian tentang analisis miskonsepsi melalui metode Certainty of Response Index (CRI) pada mata pelajaran IPA yang telah peneliti lakukan diperoleh pembahasan sebagai berikut:

a. Hasil Tes DiagnostikBerdasarkan 20 soal yang ditargetkan, persentase siswa yang mengalami miskonsepsi ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Persentase Miskonsepsi SiswaNo SoalKonsepPresentase Miskonsepsi (%)

SMP 1 CIKARANG TIMURSMP 2 CIKARANG PUSATSMP 4 CIKARANG UTARA

1.Proses pernafasan pada tumbuhan83,864,769,0

2. Ciri-ciri makhluk hidup2738,257,1

3. Ciri-ciri pada tumbuhan24,329,421,4

4.Proses pernafasan pada tumbuhan54,15042,9

5.Perbedaan tumbuhan dan hewan45,920,619,0

6.Sifat zat cair43,244,145,2

7.Unsur67,647,169,0

9.Saat terjadinya proses fotosintesis45,926,550,0

10.Letak klorofil dalam tumbuhan yang berperan dalam fotosintesis59,538,259,5

11.Tempat terjadinya proses fotosintesis35,15069,0

12.Hasil proses fotosintesis64,958,869,0

13.Peran klorofil dalam proses fotosintesis62,226,547,6

14.Proses terjadinya fotosintesis43,241,240,5

15.Reaksi kimia sederhana yang terjadi dalam proses fotosintesis29,723,535,7

16.Manfaat proses fotosintesis bagi kehidupan29,720,69,5

17.Suhu dan kalor64,952,959,5

18.Perubahan wujud zat7335,366,7

19.Perubahan zat padat menjadi zat gas16,232,40,0

20.Suhu dan kalor89,258,869,0

Berdasarkan Tabel 1. tentang miskonsepsi di atas hasil analisis sebagai berikut:

a. Berdasarkan hasil analisis miskonsepsi secara individu diketahui bahwa siswa mengalami miskonsepsi pada beberapa materi IPA SMP pada kelas VII.

b. Persentase miskonsepsi terbesar adalah konsep suhu dan kalor yang ditunjukkan pada soal nomor 20 di SMP Negeri 1 Cikarang Timur dengan persentase sebesar 89,2%. Hal ini menunjukkan bahwa pada konsep tersebut, sebagian besar siswa menjawab salah tetapi siswa yakin jawaban tersebut benar dengan memberikan CRI yang tinggi. c. Persentase miskonsepsi terkecil adalah konsep Perubahan zat padat menjadi zat gas yang ditunjukkan pada soal nomor 19 di SMP Negeri 4 Cikarang Utara dengan persentase sebesar 0,0%. Hal ini menunjukkan bahwa pada konsep tersebut, sebagian besar siswa dapat memahami konsep dengan baik.Hasil analisis miskonsepsi yang terjadi pada siswa SMP kelas VII pada mata pelajaran IPA dengan metode CRI yang ditinjau dari tes diagnostik sebanyak 20 soal yang disertai skala CRI 1 4 pada setiap soalnya. Hasil analisis miskonsepsi secara individu yang diperoleh dari tes yang diberikan pada siswa kelas VII.B di SMP Negeri 1 Cikarang Timur yang berjumlah 37 siswa menunjukkan bahwa persentase miskonsepsi terbesar adalah konsep suhu dan kalor ditunjukkan pada soal bernomor 20 yaitu sebesar 89,2%. Hasil analisis miskonsepsi secara individu yang diperoleh dari tes yang diberikan pada siswa kelas VII.B di SMP Negeri 2 Cikarang Pusat yang berjumlah 34 siswa menunjukkan bahwa persentase miskonsepsi terbesar adalah konsep proses pernafasan pada tumbuhan ditunjukkan pada soal bernomor 1 yaitu sebesar 64,7%. Hasil analisis miskonsepsi secara individu yang diperoleh dari tes yang diberikan pada siswa kelas VII.B di SMP Negeri 4 Cikarang Utara yang berjumlah 42 siswa menunjukkan bahwa persentase miskonsepsi terbesar adalah konsep tentang proses pernafasan pada tumbuhan pada soal nomor 1, konsep unsur pada soal nomor 7, tempat terjadinya fotosintesis pada soal nomor 11, hasil proses fotosintesis pada soal nomor 12 serta konsep suhu dan kalor pada soal nomor 20 dengan persentase yang sama yaitu sebesar 69,0%. Hasil analisis miskonsepsi secara individu pada setiap sekolah tersebut menunjukkan bahwa sebagian siswa menjawab tes diagnostik salah tetapi siswa yakin pada jawabannya dengan memberikan skala CRI yang tinggi sehingga menimbulkan miskonsepsi pada siswa. Hasil tes diagnostik tersebut didukung dengan hasil wawancara penelitian awal dengan guru IPA di setiap sekolah bahwa konsep yang paling sulit diajarkan kepada siswa antara lain adalah konsep fotosintesis, klasifikasi materi, perbedaan unsur dan senyawa, ciri-ciri makhluk hidup serta suhu dan kalor.Dari hasil tes diagnostik tersebut membuktikan bahwa siswa mengalami miskonsepsi pada konsep-konsep IPA. Suparno (2005) menyatakan bahwa salah satu kesalahan konsep yang terjadi mengenai konsep suhu dan kalor. Konsep yang banyak menimbulkan miskonsepsi dari hasil tes diagnostik juga menunjukkan bahwa pada konsep suhu dan kalor yang ditunjukkan pada soal nomor 20. Soal nomor 20 pada konsep suhu dan kalor menunjukkan bahwa tabung A dan tabung B berisi air yang sedang mendidih, sehingga kedua tabung memiliki suhu yang sama yaitu sebesar 100oC ketika memperoleh tekanan sebesar 1 atm. Dari jawaban siswa yang telah diperoleh, banyak siswa yang menjawab salah dengan memberikan CRI yang tinggi sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami miskonsepsi pada konsep tersebut. Miskonsepsi yang terjadi pada konsep suhu dan kalor adalah siswa tidak memahami bahwa suhu air mendidih tergantung dari massa materi ataupun nyala api. Kesalahan pada konsep tersebut dapat terjadi karena penguasaan konsep oleh siswa belum lengkap, sederhana dan berbeda (Ibrahim, 2012). Kesalahan konsep yang terjadi pada konsep suhu dan kalor karena pengetahuan yang dimiliki siswa berbeda dengan konsep yang benar, maka siswa dapat menjadi sumber miskonsepsi. Beberapa hal yang dapat menjadi sumber miskonsepsi tersebut diantaranya adalah siswa memiliki keterbatasan informasi sehingga memiliki konsep yang berbeda dengan konsep yang benar (Ibrahim, 2012), sehingga pada konsep suhu dan kalor siswa memiliki konsep yang salah bahwa suhu sebagai variabel ektensif. Konsep yang benar adalah suhu bukan sebagai variabel ektensif yaitu variabel yang besarnya tergantung massa materi yang ditinjau ataupun nyala suatu api untuk mendidihkan air tersebut (Berg, 1991).

No SoalKonsepPresentase Miskonsepsi (%)

SMP 1 CIKARANG TIMURSMP 2 CIKARANG PUSATSMP 4 CIKARANG UTARA

1.Proses pernafasan pada tumbuhan2,942,922,82

2. Ciri-ciri makhluk hidup3,333,133,23

3. Ciri-ciri pada tumbuhan2,792,923,11

4.Proses pernafasan pada tumbuhan

3,292,862,88

Miskonsepsi yang terjadi ditunjukkan pada soal nomor 1 yaitu mengenai konsep proses pernafasan pada tumbuhan. Pada soal tersebut siswa yakin bahwa jawaban yang diberikan oleh siswa benar, tetapi sebenarnya jawabannya salah sehingga siswa mengalami miskonsepsi. Menurut Ibrahim (2012) miskonsepsi dapat terjadi karena siswa tidak menguasai konsep prasyarat dari suatu konsep tertentu. Hasil angket siswa juga membuktikan bahwa persentase sebesar 85,7% siswa SMP Negeri 4 Cikarang Utara kelas VII.B menyatakan siswa tidak dapat menjawab suatu soal dikarenakan siswa kurang memahami konsep IPA yang terkait pada soal tersebut. Hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru IPA di setiap sekolah juga menunjukkan bahwa salah satu penyebab miskonsepsi adalah pemahaman siswa yang kurang pada suatu konsep. Konsep prasyarat pada pernafasan makhluk hidup adalah konsep ciri-ciri makhluk hidup. Siswa telah mendapatkan konsep ciri-ciri makhluk hidup tersebut pada jenjang Sekolah Dasar (SD), tetapi siswa tidak memahami konsep tersebut dengan benar. Siswa tidak memahami konsep ciri-ciri makhluk hidup sehingga siswa mengalami miskonsepsi pada konsep lain yaitu konsep pernafasan makhluk hidup contohnya pernafasan pada tumbuhan yang telah dibuktikan pada soal tes diagnostik. Salah satu ciri-ciri makhluk hidup adalah bernafas. Semua makhluk hidup bernafas pada waktu siang maupun malam. Tumbuhan juga merupakan makhluk hidup yang mengalami proses pernafasan pada setiap saat. Makhluk hidup mungkin dapat bertahan tidak makan atau minum beberapa hari, tetapi makhluk hidup tidak akan dapat bertahan jika tidak bernafas hanya beberapa menit saja (Ibrahim, 2012). Siswa tidak memahami konsep prasyarat tersebut sehingga siswa mengalami miskonsepsi.

Konsep unsur yang ditunjukkan pada soal nomor 7 juga terjadi miskonsepsi. Hal ini terjadi karena siswa tidak dapat memahami atribut atau ciri-ciri yang dimiliki oleh suatu konsep (Ibrahim, 2012). Unsur merupakan zat tunggal yang tidak dapat dibagi lagi menjadi bagian yang lebih sederhana dan akan tetap mempertahankan karakteristik asli dari unsur tersebut. Bagian terkecil dari suatu unsur disebut atom. Sebagian siswa tidak memahami atribut atau ciri-ciri pada konsep unsur sehingga siswa tidak memahami bahwa bagian terkecil dari suatu unsur disebut atom.

Kose (2008) mengatakan bahwa siswa sering mengalami miskonsepsi dalam pembelajaran yang berhubungan dengan proses fotosintesis. Dari hasil tes diagnostik juga menunjukkan terjadinya miskonsepsi pada konsep tempat terjadinya fotosintesis pada soal nomor 11 dan hasil proses fotosintesis pada soal nomor 12. Pada konsep tempat terjadinya fotosintesis, siswa menyatakan bahwa proses fotosintesis hanya terjadi pada daun tumbuhan. Konsep yang benar adalah proses fotosintesis terjadi pada semua bagian tumbuhan yang mengandung kloroplas. Tempat terjadinya fotosintesis merupakan konsep awal yang menjadi landasan untuk terbentuknya konsep lain yang berhubungan dengan konsep fotosintesis. Salah satu penyebab terjadinya miskonsepsi adalah konsep awal yang dimiliki siswa (Suparno, 2005). Pada konsep fotosintesis tersebut, siswa mengalami miskonsepsi pada konsep tempat terjadinya fotosintesis, sehingga siswa juga bingung untuk memahami konsep lain yang berhubungan dengan proses fotosintesis. Salah satu konsep yang berhubungan adalah hasil proses fotosintesis, sehingga siswa juga mengalami miskonsepsi pada konsep hasil proses fotosintesis yang ditunjukkan pada soal nomor 12. Salah satu penyebab miskonsepsi menurut Suparno (2005) juga dibuktikan dengan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPA di setiap sekolah tersebut yang menunjukkan bahwa salah satu penyebab miskonsepsi yang terjadi pada siswa antara lain adalah konsep awal yang diterima oleh siswa dan pemikiran awal yang dimiliki siswa.Dalam menentukan konsep yang paling kuat miskonsepsinya maka perlu diidentifikasi secara kelompok. Analisis miskonsepsi siswa secara kelompok dapat diketahui berdasarkan rata-rata nilai CRI yang menjawab benar dan yang menjawab salah serta fraksi siswa yang menjawab benar. Rata-rata nilai (CRIS) dapat dilihat pada Tabel 2.Tabel 2. Rata-rata Nilai CRIS Siswa

No SoalKonsepPresentase Miskonsepsi (%)

SMP 1 CIKARANG TIMURSMP 2 CIKARANG PUSATSMP 4 CIKARANG UTARA

5.Perbedaan tumbuhan dan hewan3,002,702,78

6.Sifat zat cair2,712,623,04

7.Unsur2,912,392,79

8.Perbedaan unsur dan senyawa2,752,383,06

9.Saat terjadinya proses fotosintesis2,952,323,00

10.Letak klorofil dalam tumbuhan yang berperan dalam fotosintesis3,002,522,90

11.Tempat terjadinya proses fotosintesis2,572,632,97

12.Hasil proses fotosintesis2,842,623,06

13.Peran klorofil dalam proses fotosintesis2,742,142,65

14.Proses terjadinya fotosintesis2,752,702,84

15.Reaksi kimia sederhana yang terjadi dalam proses fotosintesis2,382,132,70

16.Manfaat proses fotosintesis bagi kehidupan3,002,052,71

17.Suhu dan kalor3,272,522,97

18.Perubahan wujud zat3,092,393,13

19.Perubahan zat padat menjadi zat gas2,542,812,00

20.Suhu dan kalor3,192,732,87

Berdasarkan Tabel 2. diperoleh hasil analisis yang menyatakan bahwa miskonsepsi terjadi jika rata-rata nilai 2,5