analisis metode perhitungan margin murabahah...
TRANSCRIPT
ANALISIS METODE PERHITUNGAN MARGIN MURABAHAH PADA
PRODUK PIUTANG MURABAHAH
(STUDI KASUS BMT AL-FATH IKMI)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
SHUFFAH NURUL QIYAMAH
108046100094
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/ 2015
ANALISIS METODE PERHITUNGAN MARGIN MURABAHAH PADA
PRODUK PIUTANG MURABAHAH
(STUDI KASUS BMT AL.FATH IKMI)
SKRIPSI
Diaiukan Untuk Memenuhi
Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sa{ana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
Shuffah Nurul OivamahI 08046100094
Dibawah bimbingan:
\,24v2,Y
Muh. Fudhail Rahman. Lc. M.A.NIP 19750810 200912 I 001
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
t436t20ts
v
ABSTRAK
Shuffah Nurul Qiyamah. NIM 108046100094. ANALISIS METODE
PERHITUNGAN MARGIN MURABAHAH PADA PRODUK PIUTANG
MURABAHAH STUDI KASUS BMT AL-FATH IKMI. Konsentrasi Perbankan
Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 1436 H/2015.
BMT Al-Fath IKMI merupakan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang
berbentuk koperasi. Fungsi dari BMT sama seperti LKS pada umumnya, yaitu
sebagai lembaga intermediasi untuk menghimpun dana, menyalurkan dana dan
pelayanan jasa. Piutang murabahah merupakan salah satu produk dari kegiatan
menyalurkan dana di BMT. Penentuan harga jual dan tingkat margin yang jelas pada
akad murabahah merupakan hal penting karena untuk menghindari adanya riba dan
ketidakadilan. Oleh karena itu, BMT harus berhati-hati dalam memilih metode
perhitungan margin. Fatwa DSN-MUI no.84//DSN-MUI/XII/2012 dijadikan sebagai
pedoman dalam praktik murabahah. Ada beberapa metode perhitungan margin yang
bisa menjadi referensi dan dipakai oleh kalangan BMT.
Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi
kasus. Jenis data yang digunakan penulis adalah data primer dan data sekunder. Data
primer berupa hasil wawancara dengan pihak BMT, dan data sekunder yang berupa
kontrak akad, fatwa MUI serta kepustakaan. Objek dari penelitian ini adalah metode
perhitungan margin murabahah di BMT terhadap kesesuaian fatwa DSN-MUI
no.84//DSN-MUI/XII/2012.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pada praktiknya, murabahah di BMT
hampir sepenuhnya memenuhi ketentuan fatwa DSN-MUI. Meski begitu, masih ada
sedikit yang perlu dievaluasi, hal ini mengenai penulisan judul dalam draft kontrak
akad yang menggabungkan kata dari dua akad berbeda “Wakalah Murabahah”
sehingga dikhawatirkan menimbulkan ketidakjelasan.
Kata Kunci : Margin Murabahah, Metode perhitungan murabahah, fatwa DSN-MUI
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillahi rabiil ‘aalamin. Segala puji serta syukur senantiasa
dipanjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat, karunia, limpahan kasih sayang,
serta kebahagiaan yang selalu mengiringi. Alhamdulillah atas segala izin dan ridho-
Nya, penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tak lupa pula
senantiasa tercurah untuk Rasulullah saw, yang telah membawa kita semua keluar
dari masa kegelapan.
Tak lupa pula penulis selama melaksanakan penelitian ini mendapat begitu
banyak dukungan, doa, dan bantuan baik secara moril mau pun materiil dari berbagai
pihak. Dalam kesempatan ini, dengan segala hormat, ucapan terimakasih ingin
penulis sampaikan kepada :
1. Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D dan Dr. Euis Amalia, MA. Dekan dan wakil
dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. AM. Hasan Ali, MA dan H. Abdurrauf, Lc, MA. Ketua dan sekretaris
program studi Muamalat, atas waktu, ilmu dan kesempatan menimba ilmu
kepada penulis.
3. Dr. Hj. Azizah, MA, selaku dosen pembimbing akademik PS-C 2008.
vii
4. Muh. Fudhail Rahman, Lc., MA., selaku dosen pembimbing dalam
penyelesaian penelitian ini. Terima kasih atas ilmu, bimbingan, arahan,
nasihat dan keihklasan hati dalam membimbing penulis.
5. BMT Al-Fath IKMI, Bapak Suryadi selaku Kepala bagian operasional yang
telah berbaik hati memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan penelitian di BMT, serta telah bersedia meluangkan waktunya
untuk diwawancarai.
6. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah ikhlas dalam mengajar
dan berbagi ilmunya dengan penulis. Serta seluruh staff dan karyawan
Fakultas Syariah dan Hukum yang sudah banyak membantu administrasi
perkuliahan hingga selesai. Semoga Allah SWT senantiasa membalas jasa-
jasa beliau dengan menjadikan semua kebaikan dan keikhlasan ini sebagai
amal jariyah untuk beliau semua.
7. Keluarga besar tercinta, Bapak Heri dan Mama Dida, orangtua terbaik di
dunia yang sangat saya cintai. Adik-adikku, Madyana Nur Azizah dan
Himayati Salamah. Terima kasih tak terbatas untuk kalian semua atas
limpahan kasih sayang, kesabaran, dan pelajaran hidup yang amat berharga
selama ini telah diberikan. Kalian semua yang terbaik untukku. Love you.
8. Sahabat-sahabat yang ku sayangi Mailani Hajrin, Siti Ma’muroh, Nur dyah,
Annisa Khaerani, Amalia Purdianty, Amelisha. Yang selalu memotivasi, yang
selalu berbagi di kala suka dan suka. Kalian semua my besties.
viii
9. Keluarga besar PISCOK yang paling berkesan, terimakasih atas kenangan
yang begitu indah selama masa perkuliahan. Teman-teman seperjuangan
skripsi, terimakasih semuanya.
10. “Group Millionaire” yang sudah seperti keluarga baru bagi penulis,
terimakasih atas semangat, inspirasi, pelajaran hidup dan banyak hal lainnya.
Semua hal yang dilakukan bersama kalian selalu indah. Masih panjang
perjalanan yang harus kita lalui, masih banyak tempat indah yang belum kita
kunjungi, masih banyak hal yang harus kita hadapi di masa depan. Semoga
kita bisa selalu menjadi sahabat dan menjaga silaturahmi. Love you all guys!
11. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan penelitian ini yang tidak
dapat penulis sebutkan namanya satu per satu, namun tidak mengurangi rasa
hormat penulis. Semoga Allah SWT selalu memberikan keberkahan dalam
hidup. Amin.
Penulis sadar bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, namun besar
harapan penulis dari karya ilmiah yang dibuat ini kelak dapat menjadi ilmu yang
bermanfaat bagi orang lain. Amin.
Jakarta, September 2015
Penulis
ix
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Pokok Masalah .......................................................................................... 6
1. Identifikasi Masalah ............................................................................ 6
2. Pembatasan Masalah ........................................................................... 8
3. Perumusan Masalah ............................................................................ 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 8
D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan .................................................. 9
1. Jenis Penelitian .................................................................................... 9
x
2. Objek Penelitian .................................................................................. 10
3. Jenis Data ............................................................................................ 11
4. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 11
5. Teknik Analisis Data ........................................................................... 12
6. Teknik Penulisan ................................................................................. 13
E. Sistematika Penulisan ............................................................................... 13
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pembiayaan Murabahah ............................................................................ 15
1. Pengertian Murabahah ........................................................................ 15
2. Landasan Hukum ................................................................................ 16
3. Rukun dan Syarat Murabahah ............................................................. 18
4. Jenis Murabahah.................................................................................. 20
5. Aplikasi Murabahah di Perbankan Syariah Indonesia ........................ 22
B. Margin Keuntungan .................................................................................. 25
1. Pengertian Margin ............................................................................... 25
2. Referensi Penetapan Margin Keuntungan ........................................... 26
3. Metode Perhitungan Margin Pada Akad Murabahah .......................... 30
4. Fatwa Dewan Syariah Nomor 84/DSN-MUI/XII/2012 Tentang Metode
Pengakuan Keuntungan Tamwil bi al-Murabahah (Pembiayaan
Murabahah) di Lembaga Keuangan Syariah ...................................... 38
C. Kerangka Konseptual ............................................................................... 41
xi
D. Review Studi Terdahulu ............................................................................ 41
BAB III GAMBARAN UMUM BMT Al-FATH IKMI
A. Sejarah Singkat BMT Al-Fath IKMI ........................................................ 46
B. Produk dan Layana BMT .......................................................................... 48
1. Penghimpun dana (Funding) ............................................................... 48
2. Penyaluran Dana (Lending) ................................................................ 51
C. Kegiatan BMT Al-Fath IKMI ................................................................... 53
D. Struktur Organisasi ................................................................................... 55
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Prosedur Pembiayaan Murabahah di BMT Al-Fath IKMI ....................... 58
B. Praktek Metode Pengakuan Keuntungan Murabahah di BMT Al-Fath IKMI
................................................................................................................... 63
C. Relevansi Metode Penetapan Margin Murabahah di BMT Al-Fath IKMI
dengan Prinsip Syariah Berdasarkan Fatwa Nomor 84/DSN-MUI/XII/2012
................................................................................................................... 72
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 83
B. Saran .......................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 86
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Murabahah Tipe Pertama ...................................................... 22
Gambar 2.2 Skema Murabahah Tipe Kedua ......................................................... 23
Gambar 2.3 Skema Murabahah Tipe Ketiga ......................................................... 24
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Tabel Jadwal Angsuran Murabahah di BMT Al-Fath IKMI
2. Tabel Margin Keuntungan Menurun
3. Tabel Margin Keuntungan Rata-Rata
4. Tabel Margin Keuntungan Annuitas
5. Surat Keterangan Penelitian
6. Draft Kontrak Akad Wakalah Murabahah
7. Draft Kontrak Akad Jual Beli Murabahah
8. Hasil Wawancara Pribadi dengan Staff BMT Al-Fath IKMI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Umat Islam dengan ideologi keislamannya, senantiasa berupaya
menerjemahkan nilai-nilai syariah ke dalam semua aspek kehidupannya tidak
terkecuali dalam aktivitas ekonomi (muamalat) yang diyakini dapat membawa kepada
keadilan dan kesejahteraan (maslahat). Kesadaran masyarakat muslim yang
merupakan mayoritas penduduk Indonesia terhadap kebutuhan jasa dan layanan
keuangan berbasis syariah menjadi salah satu faktor berkembang pesatnya lembaga
keuangan syariah saat ini.
Eksistensi lembaga keuangan syariah khususnya sektor perbankan menempati
posisi yang strategis dalam menghubungkan antara pemilik dana dengan pihak yang
membutuhkan dana. Pada umumnya, produk-produk yang ditawarkan oleh lembaga
keuangan syariah diantaranya produk penyaluran dana (financing), produk
penghimpunan dana (funding), dan produk jasa (service). Produk penyaluran dana
atau pembiayaan dapat dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yakni
pembiayaan dengan prinsip jual-beli, pembiayaan dengan prinsip sewa, pembiayaan
dengan prinsip bagi hasil, dan pembiayaan dengan akad pelengkap1.
1 Karim, Adiwarman Azwar, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Edisi Kedua, (
Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2004), h. 87.
2
Seiring dengan hal tersebut, lembaga keuangan syariah yang ruang lingkupnya
mikro yaitu Baitul mal wattamwil (BMT) juga semakin menunjukkan eksistensinya.
BMT dipandang sebagai lembaga keuangan alternatif yang mampu menjangkau
sektor mikro dalam pembiayaan modal kerja jangka pendek.2
Untuk Indonesia, penelitian tentang microfinance syariah, salah satunya
adalah, Awalil Rizky bekerja sama dengan PT Permodalan BMT telah melakukan
penelitian terhadap sejumlah BMT di Jawa Tengah yang tergabung dalam BMT
Center. Menurutnya, fakta yang paling menonjol dari BMT adalah keberhasilannya
dalam usaha penyaluran dana pembiayaan kepada anggota atau nasabah. BMT
berhasil menjangkau pihak-pihak yang selama ini dikatakan tak mempunyai akses
kepada pembiayaan oleh perbankan (unbankable). Menurutnya, BMT saat ini bukan
saja hanya sebuah komunitas yang dilandasi atas ideologi keislaman dan ghirah
kejamaahan, tetapi telah menjadi sebuah lembaga keuangan profesional yang mampu
menjangkau kelas ekonomi masyarakat paling bawah3.
BMT sebenarnya merupakan konsep aplikasi ekonomi Islam yang bersifat
praktikal dalam mendorong ekonomi pada skala mikro. Dalam aturan hukum di
Indonesia BMT dikelompokkan kedalam koperasi, dimana aturan hukumnya
mengikuti UU koperasi no 17 tahun 2012, meskipun sebenarnya konsep BMT adalah
2 Amalia, Euis, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajagrafindo Persada,
2009), h. 28. 3 Amalia, Euis, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajagrafindo Persada,
2009), h. 28.
3
jauh lebih luas bagi masyarakat. Peran BMT yang beroperasi pada skala pembiayaan
ekonomi mikro (pembiayaan dibawah 50 juta/yang tidak banyak mendapatkan
perhatian dari perbankan pada umumnya), menjadikan karakteristik yang melekat
pada institusi keuangan non-bank ini. Pemerintah Indonesia pada akhirnya
menempatkan BMT sebagai bagian dari koperasi untuk memberikan peranan yang
lebih maksimal pada sektor yang belum digarap oleh lembaga keuangan formal.4
Seperti halnya bank syariah, kegiatan BMT adalah melakukan penghimpunan
(prinsip wadhiah dan mudharabah) dan penyaluran dana (prinsip bagi hasil, jual beli
dan ijarah) kepada masyarakat. Penyaluran dana dengan prinsip jual beli dilakukan
dengan akad murabahah, salam, ataupun istishna. Sedangkan murabahah sendiri
merupakan akad yang paling dominan digunakan dalam transaksi jual beli. Pilihan ini
karena tingkat perputaran modal lebih cepat, risiko rendah, dan margin keuntungan
relatif besar5.
Dari beberapa hasil survey menunjukkan bahwa perbankan syariah
menerapkan produk murabahah kurang lebih tujuh puluh lima persen (75%) dari total
kekayaan mereka. Bahkan bank Islam yang berada di luar Indonesia, seperti Dubai
Islamic Bank dan Islamic Development Bank, ternyata juga menggunakan
4 http://bmtamber.co.id/bmt-sebagai-pendorong-ekonomi-kerakyatan-2/ diakses 8 maret 2015
5 Amalia, Euis, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam, h.28
4
pembiayaan dengan prinsip murabahah meliputi antara 73-82% dari total
pembiayaan6.
Murabahah yang dipraktikkan pada Lembaga Keuangan Syariah (LKS)
kontemporer dikenal dengan murâbahah lil amri bil Syira’, yaitu transaksi jual beli di
mana seorang nasabah datang kepada pihak bank untuk membelikan sebuah
komoditas dengan kriteria tertentu, dan ia berjanji akan membeli komoditas/barang
tersebut secara murabahah, yakni sesuai harga pokok pembelian ditambah dengan
tingkat keuntungan yang disepakati kedua pihak, dan nasabah akan melakukan
pembayaran secara installment (cicilan berkala) sesuai dengan kemampuan finansial
yang dimiliki.7
Praktek murabahah pada perbankan syariah sempat menerima kritikan dari
kalangan ulama. Sebagaimana dikutip oleh Rahmawaty, bahwa Sjahdeini
menjelaskan munculnya kritikan didasarkan pada penerapan murabahah dalam
perbankan syariah yang sama sekali tidak meniadakan bunga dan membagi resiko
6 Rahmawaty, Anita, Ekonomi Syari’ah: Tinjauan Kritis Produk Murabahah dalam
Perbankan Syariah di Indonesia, Jurnal Ekonomi Islam: La Riba. Vol. 1 No. 2, Desember 2007. h.
188-189. 7 Azharuddin, Ah Lathif, Konsep dan Aplikasi Akad Murabahah Pada Perbankan Syariah di
Indonesia, (Jakarta: Jurnal Anggota Komite Bidang Advokasi, Penelitian, dan Pengembangan Hukum
Ekonomi MES), h.5, review buku Sâmi Hasan Hamûd, Tathwîr al-A’mâl al-Mashrafiyah Bimâ
Yattafiq al-Syarî’ah al-Islâmiyah (Aman: Mathba’ah al-Syarq, 1992), h.431
5
kepada nasabah, tetapi tetap mempraktekkan pembebanan bunga dengan
menggunakan label “produk Islami”.8
Murabahah dalam perspektif masyarakat sering dipersepsikan dengan
anggapan bahwa praktik murabahah tidak berbeda dengan kredit berbasis fixed/flat
rate pada Bank konvensional. Hal ini dilihat dari sifat margin murabahah yang fixed
dan juga menurut penulis, besarnya margin yang dipatok bank syariah ternyata sama
atau bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan bank konvensional. Maka dari itu,
dalam penetapan tingkat margin akad pembiayaan murabahah di perbankan syariah
seharusnya tidak hanya menggunakan rujukan suku bunga bank konvensional.9
Dalam perhitungan margin pada bank syariah diakui ataupun tidak sebenarnya
masih mengikuti suku bunga dan inflasi. Suku bunga dan inflasi inilah yang menjadi
benchmark-nya pada saat ini10
. Hal ini dikarenakan perbankan syariah belum
mempunyai acuan tersendiri untuk dijadikan sebagai pedoman penentuan tingkat
margin, dengan kata lain masih mengikuti perbankan konvensional.
Penentuan harga jual dan tingkat margin yang jelas pada akad murabahah
merupakan hal penting karena untuk menghindari adanya ketidakadilan pada satu
8 Rahmawaty, Anita, Ekonomi Syari’ah: Tinjauan Kritis Produk Murabahah dalam
Perbankan Syariah di Indonesia, Jurnal Ekonomi Islam: La Riba. Vol. 1 No. 2, Desember 2007. h.
189. 9 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Edisi Revisi, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN,
2005), h. 126. 10
Rahmawaty, Anita, Ekonomi Syari’ah: Tinjauan Kritis Produk Murabahah dalam
Perbankan Syariah di Indonesia, Jurnal Ekonomi Islam: La Riba. Vol. 1 No. 2, Desember 2007. h.
189.
6
pihak, yaitu pembeli. Padahal, ketidakadilan kegiatan ekonomi merupakan salah satu
aspek yang dilarang dalam Islam. Dalam Islam, harga harus ditentukan sedemikian
rupa sehingga dapat memberikan keadilan bagi kedua belah pihak, yakni pihak
penjual dan pihak pembeli. Harga yang dapat memberikan keadilan bagi kedua belah
pihak adalah yang tidak memberikan keuntungan di atas normal atau tingkat
kewajaran bagi penjual dan harga yang telah disetujui oleh pihak penjual dan
pembeli.11
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengambil rumusan masalah
tentang bagaimanakah metode perhitungan margin akad pembiayaan murabahah
yang ditetapkan oleh manajemen BMT Al-Fath IKMI. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui cara atau metode yang diterapkan oleh manajemen BMT Al-Fath
IKMI dalam perhitungan marjin keuntungan akad pembiayaan murabahah. Dengan
mengangkat judul “Analisis Metode Perhitungan Margin Murabahah pada Produk
Piutang Murabahah (Studi Kasus BMT Al-Fath IKMI)”
B. Pokok Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, penulis akan
mengidentifikasi masalah-masalah yang ada, yaitu :
11 Nuryadin, Birusman, Harga dalam Perspektif Islam. Jurnal Ekonomi Islam: Mazahib.
Vol. 4 No. 1, Juni 2007. h. 86-98.
7
a. Bagaimana contoh metode perhitungan pengakuan keuntungan secara
proporsional dan secara anuitas?
b. Apa perbedaan dari metode perhitungan pengakuan keuntungan secara
proporsional dan anuitas?
c. Apa saja yang menjadi faktor penentu besaran presentase margin
murabahah di BMT?
d. Bagaimana akuntansi dalam metode perhitungan margin murabahah yang
diterapkan BMT?
e. Apa perbedaan dari metode perhitungan margin murabahah yang dipakai
oleh BMT dengan metode perhitungan margin pada lembaga keuangan
kovensional?
f. Apa kekurangan dari metode perhitungan margin murabahah yang dipakai
oleh BMT?
g. Bagaimana prosedur pembiayaan murabahah di BMT?
h. Apa saja syarat-syarat untuk mengajukan pembiayaan murabahah di
BMT?
i. Bagaimana kedudukan hukum dari barang jaminan pembiayaan
murabahah?
j. Apa kendala yang dihadapi saat pelaksanaan akad pembiayaan murabahah
di BMT?
8
k. Apakah besaran margin murabahah dan metode perhitungan yang
digunakan oleh BMT sudah sesuai dengan prinsip syariah yang mengacu
kepada fatwa DSN-MUI?
2. Pembatasan Masalah
Untuk membuat skripsi ini menjadi lebih terarah, pembatasan masalah perlu
dilakukan. Masalah yang diangkat dalam skripsi ini terlalu luas jika diteliti secara
menyeluruh. Maka dari itu agar masalah tidak melebar kemana-mana penulis hanya
meneliti tentang metode perhitungan margin yang digunakan pada produk piutang
murabahah kesesuaian dengan fatwa DSN-MUI no.84//DSN-MUI/XII/2012.
3. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dikaji secara spesifik dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana prosedur pembiayaan murabahah di BMT Al-Fath IKMI?
b. Bagaimana metode perhitungan margin murabahah yang digunakan oleh
BMT Al-Fath IKMI?
c. Bagaimana relevansi praktek produk Piutang murabahah dengan prinsip
syariah (ditinjau dari Fatwa DSN-MUI no. 84)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui cara/metode yang digunakan BMT dalam menentukan
margin murabahah pada produk piutang murabahah.
9
2. Untuk mengetahui kesesuaian praktek piutang murabahah dengan prinsip
syariah (Fatwa DSN-MUI).
3. Manfaat penelitian bagi akademisi
a. sebagai bahan referensi bagi mahasiswa dan penelitian-penelitian
lain setelah ini, khususnya yang berkaitan dengan margin
murabahah.
b. Mengenalkan praktek lembaga keuangan mikro syariah di dunia
nyata.
4. Manfaat penelitian bagi praktisi
a. Bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
oleh praktisi perbankan syariah.
b. Mampu memberikan pemahaman baru tentang cara penentuan
margin murabahah pada produk piutang murabahah.
5. Manfaat bagi masyarakat
a. Menambah wawasan masyarakat mengenai KJKS/BMT,
khususnya produk murabahah.
b. Sebagai bahan referensi dan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan untuk menggunakan jasa perbankan syariah.
D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif
dengan pendekatan studi kasus. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian
yang menggambarkan dengan lebih jelas mengenai fenomena-fenomena sosial.
Penelitian ini memusatkan perhatian pada aspek-aspek tertentu dan sering
10
menunjukkan hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya12
. Metode
penelitian kualitatif menurut Sugiyono disebut juga dengan metode artistik karena
proses penelitiannya yang lebih bersifat seni dan disebut metode interpretive karena
data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang
ditemukan di lapangan13
.
Adapun jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan studi kasus (case study) yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara
mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia di dalamnya.
Pendekatan ini dapat dilakukan terhadap seorang individu, sekelompok manusia,
lingkungan hidup manusia, atau lembaga sosial14
. Peneliti menggunakan metode
deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus karena penelitian ini bertujuan
untuk meneliti dan menganalisa untuk kemudian memahami dan menjelaskan konsep
penentuan margin pada suatu transaksi akad murabahah pada BMT Al-Fath IKMI.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah BMT Al-Fath IKMI yang
berlokasi di Jalan Aria Putra Nomor 7 Kedaung, Pamulang Tangerang Selatan.
Penulis memilih BMT Al-Fath IKMI sebagai objek penelitian karena BMT Al-Fath
12
Nasution, S, Metode Research (Penelitian Ilmiah), ( Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h.24. 13
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), (
Bandung: CV Alfabeta, 2008), h. 13. 14
Nasution, S, Metode Research (Penelitian Ilmiah), ( Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 27.
11
IKMI merupakan salah satu lembaga keuangan non-bank yang cukup lama serta
berpengalaman menjalankan usaha berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
3. Jenis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis data, yaitu:
a. Data primer
Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden berupa catatan
tertulis/wawancara di lokasi penelitian atau objek penelitian.15
Dalam hal ini
penulis melakukan wawancara kepada pihak manajemen BMT Al-Fath IKMI
Ciputat.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber
sekunder dari data yang dibutuhkan oleh penulis seperti, lembaga atau
institusi tertentu.16
4. Teknik Pengumpulan Data
Didalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan
menggunakan beberapa teknik tertentu, yaitu:
15
M. Burhan Bungin, “Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya”, (Kencana : Jakarta, 2009), h.122 16
M. Burhan Bungin, “Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya”, (Kencana : Jakarta, 2009), h.122
12
a. Library Research, yaitu suatu metode dengan mengkaji data-data yang
diperoleh dari buku-buku, bahan-bahan presentasi, artikel, brosur, dan
bahan bacaan lainnya yang berkaitan dengan pembahasan skripsi.
b. Field Research (lapangan dan wawancara), yaitu teknis dalam upaya
menghimpun data yang akurat untuk keperluan melakukan proses
pemecahan masalah tertentu sesuai dengan data. Teknik yang
digunakan adalah berupa interview bebas terpimpin yaitu penulis
mengajukan beberapa pertanyaan yang telah dipersiapkan, kemudian
langsung dijawab oleh informan dengan bebas dan terbuka.
5. Teknik Analisis Data
Proses analisa diawali dengan membaca kembali keseluruhan data yang telah
diperoleh baik melalui wawancara dan pengamatan maupun dari dokumen, gambar,
dan foto-foto. Selanjutnya, peneliti mengkategorikan data yang telah diperoleh
berdasarkan pendekatan yang digunakan. Data yang diperoleh diklasifikasikan
kembali apakah data yang didapat berhubungan dengan judul. Kemudian bandingkan
data tersebut dengan melihat pada pendekatan yang digunakan. Karena peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif maka teknik analisanya adalah analisa kualitatif
atau deskriptif analisis yaitu peneliti mencoba mendeskripsikan keseuaian prinsip
syariah dalam metode penetapan margin murabahah di BMT Al-Fath IKMI dengan
menggunakan beberapa teori.
13
6. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penelitian ini adalah menggunakan “Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta” tahun 2012.
E. Sistematika Penulisan
Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah, maka peneliti akan
menyusunnya menjadi beberapa bab yang terdiri dari sub bab yang menjelaskan isi
dari bab tersebut. Adapun sistematika penulisan penelitian yang mengacu pada buku
pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta ini disusun sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, teknik analisis data dan
sistematika penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang akad murabahah yang di
dalamnya terdapat Pengertian Akad Murabahah, Landasan hukum tentang
Murabahah, Mekanisme Akad Murabahah, Pengertian Margin, Mekanisme
Penetapan Margin pada Produk Pembiayaan Murabahah.
14
BAB III GAMBARAN UMUM BMT AL-FATH IKMI
Pada bab ini penulis menguraikan tentang data penelitian yang berisi sejarah
visi dan misi BMT Al-Fath IKMI, jaringan kerja lembaga, berbagai macam
produk pembiayaan dan prosedur aplikasi akad murabahah di BMT Al-Fath
IKMI.
BAB IV ANALISlS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan menganalisis hasil dari wawancara/interview dari
pihak manajemen BMT Al-Fath IKMI, hasil observasi pengamatan terhadap
prakteknya akad murabahah pada produk Piutang Murabahah, contoh
perhitungan margin, dan analisa terhadap metode penetapan margin di BMT
Al-Fath IKMI.
BAB IV ANALISlS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan menganalisis hasil dari wawancara/interview dari
pihak manajemen BMT Al-Fath IKMI, dan hasil observasi pengamatan
terhadap prakteknya akad murabahah pada produk piutang murabahah.
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembiayaan Murabahah
1. Pengertian Murabahah
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 04/DSN-MUI/IV/2000 yang
dimaksud dengan murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga
belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga lebih sebagai
laba17
. Murabahah merupakan akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.18
Murabahah adalah suatu jasa/produk pembiayaan yang diberikan oleh suatu
lembaga keuangan syariah kepada nasabahnya yang membutuhkan dan memesan
suatu barang tertentu. Fasilitas pembiayaan dengan mendasarkan pada pembelian
barang tertentu yang harus dilakukan terlebih dahulu oleh lembaga keuangan syariah
tersebut dari pemasok barang. Setelah secara yuridis kepemilikan barang tersebut
beralih dari tangan pemasok ke tangan lembaga keuangan syariah tersebut, maka
selanjutnya lembaga keuangan syariah tersebut menjual barang tersebut kepada
nasabah. Lembaga keuangan syariah yang bersangkutan menambahkan keuntungan
(Mark-up/margin) tertentu diatas harga beli barang tersebut. Keuntungan tersebut
17
Fatwa DSN-MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000 18
Karim, Adiwarman Azwar, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Edisi Ketiga,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 113.
16
harus disepakati di awal antara lembaga keuangan syariah dan nasabah sebelum
kedua belah pihak membuat akad/perjanjian.19
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan murabahah adalah transaksi jual beli dimana penjual menginformasikan harga
pokok dan keuntugan (margin) yang diharapkan secara transparan dan disepakati oleh
kedua belah pihak (penjual dan pembeli), cara pembayarannya dapat secara tunai atau
angsur. Karakteristik murabahah adalah si penjual harus memberi tahu pembeli
tentang harga pembelian barang dan menambahkan jumlah keuntungan yang
ditambahkan pada biaya tersebut.
2. Landasan Hukum
a. Landasan Hukum Syariah
Landasan Hukum syariah tentang pembiayaan murabahah adalah sebagai
berikut:
... وأحل اهلل البيع وحزم الزبا ...
Artinya: “...Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba..”. (QS
Al-Baqarah (2) : 275).
كن بالباطل إلا أى ت كن يا أيها الذيي آهىا لا تأكلىا أهىالكن بي كىى تجارة عي تزاض ه
فسكن إى الله كاى بكن رحيوا ولا تقتلىاأ
19
Sjahdeini, Sutan Remi, Perbankan Syariah Produk-Produk dan Aspek-Aspek Hukumnya,
(Jakarta: Kencana, 2014), h.194.
17
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS An-Nisa (4) : 29)
Hadist : dari Abu Sa‟id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya
jual beli itu harus dilakukan suka sama suka.” (HR. Al-Baihaqi, Ibnu Majah, dan
shahih menurut Ibnu Hibban).
b. Landasan Hukum Positif
Ada beberapa Fatwa DSN-MUI berkenaan dengan akad murabahah yang
harus dipedomani untuk menentukan keabsahan akad murabahah. Fatwa-fatwa DSN-
MUI yang menyangkut murabahah adalah sebagai berikut:20
a) Fatwa DSN-MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah
b) Fatwa DSN-MUI No. 13/DSN-MUI/IX/2000 tentang Uang Muka dalam
Murabahah
c) Fatwa DSN-MUI No. 16/DSN-MUI/IX/2000 tentang Diskon dalam
Murabahah
d) Fatwa DSN-MUI No. 23/DSN-MUI/III/2002 tentang Potongan Pelunasan
dalam Murabahah
e) Fatwa DSN-MUI No. 46/DSN-MUI/II/2005 tentang Potongan Tagihan
Murabahah (Khashm Fi al-Murabahah)
20
Sjahdeini, Sutan Remi, Perbankan Syariah Produk-Produk dan Aspek-Aspek Hukumnya,
(Jakarta: Kencana, 2014), h.195-200.
18
f) Fatwa DSN-MUI No. 47/DSN-MUI/II/2005 tentang Penyelesaian Piutang
Murabahah Bagi Nasabah Tidak Mampu Membayar
g) Fatwa DSN-MUI No. 48/DSN-MUI/II/2005 tentang Penjadwalan Kembali
Tagihan Murabahah
h) Fatwa DSN-MUI No. 49/DSN-MUI/II/2005 tentang Konversi Akad
Murabahah
3. Rukun dan Syarat Murabahah
Untuk terbentuknya akad pembiayaan murabahah dalam Islam harus lah
memenuhi rukun dan syarat murabahah sebagai berikut:
a. Rukun Murabahah
Menurut mayoritas (jumhur) ahli-ahli hukum Islam, rukun yang membentuk
akad murabahah ada 5 yaitu21
:
1) Adanya penjual (ba’i)
2) Adanya pembeli (musytari)
3) Objek atau barang (mabi’) yang diperjual belikan.
4) Harga (Tsaman) nilai jual barang berdasarkan mata uang.
5) Ijab kabul (sighat) atau formula akad, suatu pernyataan kehendak oleh
masing-masing pihak yang disebut ijab dan kabul.
21
Hendi suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h.70-75
19
b. Syarat Murabahah
Para ulama kontemporer mensyaratkan dalam praktik jual beli murabahah di
lembaga keuangan syariah sebagai berikut:22
1) Jual beli murabahah bukan pinjaman yang diberikan dengan bunga, tetapi
merupakan jual beli komoditas dengan harga tangguh termasuk margin
keuntungan di atas biaya perolehan yang disetujui bersama. Dalam kaitan ini,
bila harga tangguh lebih tinggi dari harga tunai maka sebelum para pihak
berpisah, pilihan harga tersebut harus telah disepakati.
2) Pemberi pembiayaan dalam hal ini bank atau lembaga keuangan syariah
lainnya, harus telah membeli komoditas/barang dan menyimpan dalam
kekuasaannya, atau membeli melalui orang ketiga sebagai agennya sebelum
dijual kepada nasabahnya. Bila tidak demikian maka akan terjadi bai’al-
ma’dûm (menjual belikan sesuatu yang belum ada/dimiliki). Namun
demikian, bila pembelian langsung ke pihak supplier tidak praktis,
diperbolehkan bagi pemberi pembiayaan untuk memanfaatkan nasabah
sebagai agen/wakil dengan menggunakan akad wakalah untuk membeli
komoditas yang diperlukan atas nama pemberi pembiayaan. Dalam kasus
seperti ini, selama barang tersebut belum dibelikan oleh nasabah sebagai agen
22
Azharuddin, Konsep dan Aplikasi Akad Murabahah pada Perbankan Syariah, Tulisan
Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), (April 2014): h. 9-10. review buku Muhammad Taqi Usmani, An
Introduction to Islamic Finance, (Pakistan: Maktaba Ma‟ariful Qur‟an, 2002)
20
maka tidak boleh dilakukan akad jual beli komoditas/barang antara nasabah
dan pihak pemberi pembiayaan. Bahkan bila nasabah sudah membelikan
komoditasnya pun, resiko atas rusak atau hilangnya barang masih ada pada
pihak pemberi pembiayaan hingga dilakukan akad jual beli antara kedua belah
pihak.
3) Pembelian komoditas tidak boleh dari nasabah sendiri (komoditas milik
nasabah) dengan perjanjian buy back (pembelian kembali) karena model
perjanjian seperti ini masuk kategori bai’ inah23
yang diharamkan oleh
sebagian besar ulama.
4. Jenis Murabahah24
a. Murabahah tanpa pesanan
Murabahah tanpa pesanan maksudnya, ada yang pesan atau tidak,ada
yang beli atau tidak, bank syariah menyediakan barang dagangannya.
Penyediaan barang tidak terpengaruh atau terkait langung dengan ada
tidaknya pembeli.
b. Murabahah berdasarkan pesanan.
Murabahah berdasarkan pesanan, maksudnya bank syariah baru akan
melakukan transaksi murabahah atau jual beli apabila ada nasabah yang
23
Contoh: A menjual motor seharga Rp 10 juta secara cicilan kepada B, dengan syarat bahwa
B harus kembali menjual motor tersebut kepada A secara tunai seharga Rp 8 juta.
24 Wiroso, Jual Beli Murabahah, (Yogyakarta : UII Press), 2005. h. 37
21
memesan barang sehingga penyediaan barang baru dilakukan jika ada
pesanan. Pada murabahah ini, pengadaan barang sangat tergantung pada
atau terkait langsung atau pembelian barang tersebut.
5. Aplikasi Murabahah di Perbankan Syariah Indonesia25
Di Indonesia, aplikasi jual beli murabahah pada perbankan syariah di dasarkan
pada Keputusan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia
(MUI) dan Peraturan Bank Indonesia (PBI). Namun demikian, dalam praktiknya
tidak ada keseragaman model penerapan pembiayaan murabahah karena beberapa
faktor yang melatarbelakanginya. Ada beberapa tipe penerapan murabahah dalam
praktik perbankan syariah yang kesemuanya dapat dibagi menjadi tiga kategori besar,
yaitu:
1. Tipe Pertama
Tipe pertama penerapan murabahah adalah tipe konsisten terhadap fiqih
muamalah. Keterangan:
a. Dalam tipe ini bank bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai
pembeli. Kedua pihak melakukan negosiasi dan pihak bank menjelaskan
persyaratan mengenai hal-hal yang terkait dengan pembiayan murabahah
25
Azharuddin, Konsep dan Aplikasi Akad Murabahah pada Perbankan Syariah, Tulisan
Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), (April 2014), h. 13-15.
22
sebelum terjadinya akad, contohnya tentang harga jual dan jangka waktu
pembayaran.
b. Bank membeli dahulu barang yang akan dibeli oleh nasabah ke supplier.
c. Setelah barang dibeli atas nama bank kemudian dijual ke nasabah dengan
harga perolehan ditambah margin keuntungan sesuai kesepakatan.
d. Pembayaran dapat dilakukan secara tunai (cash), atau tangguh baik berupa
angsuran atau sekaligus pada waktu tertentu. Pada umumnya nasabah
membayar secara tangguh. Untuk lebih jelasnya penerapan murabah tipe
pertama dapat dilihat pada gambar alur berikut ini:
Gambar 2.1 : Murabahah Tipe Pertama
1. Negoisasi & Persyaratan
3. Akad Jual Beli
4. Bayar Angsuran
2. Akad Jual Beli
2. Tipe Kedua
Tipe kedua mirip dengan tipe yang pertama, tapi perpindahan kepemilikan
langsung dari supplier kepada nasabah, sedangkan pembayaran dilakukan bank
Bank Nasabah
Supplier/Pemasok
23
langsung kepada penjual pertama/supplier. Nasabah selaku pembeli akhir menerima
barang setelah sebelumnya melakukan perjanjian murabahah dengan bank. Pembelian
dapat dilakukan secara tunai (cash), atau tangguh baik berupa angsuran atau sekaligus
pada waktu tertentu. Pada umumnya nasabah membayar secara tangguh. Transaksi ini
lebih dekat dengan murabahah yang asli, tapi rawan dari masalah legal. Dalam
beberapa kasus ditemukan adanya klaim nasabah bahwa mereka tidak berhutang
kepada bank, tapi kepada pihak ketiga yang mengirimkan barang. Meskipun nasabah
telah menandatangani perjanjian murabahah dengan bank, perjanjian ini kurang
memiliki kekuatan hukum karena tidak ada tanda bukti bahwa nasabah menerima
uang dari bank sebagai bukti pinjaman/hutang. Namun demikian, dari perspektif
syariah model murabahah seperti ini tetap saja berpeluang melanggar ketentuan
syariah jika pihak bank sebagai pembeli pertama tidak pernah menerima barang
(qabdh) atas namanya tetapi langsung atas nama nasabah. Karena dalam prinsip
syariah akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip,
menjadi milik bank. Untuk lebih jelasnya penerapan murabah tipe kedua ini lihat alur
gambar berikut ini:
Gambar 2.2 : Skema Murabahah Tipe Kedua
24
3. Tipe Ketiga
Tipe ini yang paling banyak dipraktekkan oleh bank syariah. Bank melakukan
perjajian murabahah dengan nasabah, dan pada saat yang sama mewakilkan (akad
wakalah) kepada nasabah untuk membeli sendiri barang yang akan dibelinya. Dana
lalu dikredit ke rekening nasabah dan nasabah menandatangi tanda terima uang.
Tanda terima uang ini menjadi dasar bagi bank untuk menghindari klaim bahwa
nasabah tidak berhutang kepada bank karena tidak menerima uang sebagai sarana
pinjaman. Untuk lebih jelasnya penerapan murabah tipe ketiga ini lihat alur gambar
berikut ini:
Gambar 2.3 : Skema Murabahah Tipe Ketiga
1. Negosiasi & Persyaratan
2. Akad Wakalah untuk Beli Barang
3. Akad Jual Beli
4. Bayar Angsuran
Berbagai tipe praktek jual beli murabahah di atas dilatar belakangi motivasi
yang bermacam-macam. Ada kalanya untuk lebih menyederhanakan prosedur
sehingga bank tidak perlu repot-repot membeli barang yang dibutuhkan nasabah
tetapi cukup dengan menunjuk atau menghubungi supplier agar menyediakan barang
dan langsung mengirimkan ke nasabah sekaligus dengan atas nama nassabah (Tipe
Bank Nasabah
25
II). Atau dengan cara bank langsung memberikan uang ke nasabah kemudian nasabah
membeli sendiri barang yang dibutuhkan dengan melaporkan nota pembelian kepada
pihak bank (tipe III).
B. Margin Keuntungan
1. Pengertian Margin
Pengertian margin berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
adalah sebagai berikut: “Margin adalah laba kotor atau tingkat selisih antara biaya
produksi dan harga jual di pasar”.26
Margin keuntungan adalah persentase tertentu yang ditetapkan per tahun
perhitungan margin keuntungan secara harian, maka jumlah hari dalam setahun
ditetapkan 360 hari; perhitungan margin keuntungan secara bulanan, maka setahun
ditetapkan 12 bulan.
Margin adalah kenaikan bersih dari aset bersih sebagai akibat dari me-megang
aset yang mengalami pening-katan nilai selama periode yang dipilih oleh pernyataan
pendapatan. Keuntun-gan juga bisa diperoleh dari peminda-han saling tergantung
insidental yang sah dan yang tidak saling tergantung, kecuali transfer yang tidak
26
Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama,
Edisi Revisi 2008), h.879
26
saling ter-gantung dengan pemegang saham, atau pemegang- pemegang rekening
investasi tak terbatas dan yang setara dengannya.27
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa margin adalah tingkat
selisih atau kenaikan nilai dari aset yang mengalami peningkatan nilai dari biaya
produksi dan harga jual.
2. Referensi Penetapan Margin Keuntungan
Referensi margin keuntungan adalah margin keuntungan yang ditetapkan
dalam rapat Asset/Liability Management Committee (ALCO) Bank Syariah. Tim
ALCO berasal dari internal perusahaan itu sendiri dan hanya terdapat di kantor pusat,
pejabat tim Alco terdiri dari Direktur Utama, Kepala Bagian Keuangan dan Akunting,
Kepala Divisi Kredit, Manajer Investasi, Kepala Bagian Deposit dan fungsi liabilitas,
ekonom dan supervisi kebijakan kredit.
Fokus manajemen aset & liabilitas adalah mengkoordinasikan portofolio
aset/liabilitas bank dalam rangka memaksimalkan profit bagi bank dan hasil yang
dibagikan kepada para pemegang saham dalam jangka panjang dengan
memperhatikan kebutuhan likuiditas dan kehati-hatian.28
Secara umum, tanggung
27
Sri Dewi Anggadini, Penerapan Margin Pembiayaan Murabahah pada BMT As-Salam
Pacet-Cianjur, Majalah Ilmiah UNIKOM. Vol. 9, No. 2. h. 190
28 Muhammad syafi‟i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Prkatek, (Jakarta: Gema Insani,
2001), h.177-178, review buku Gerald O. Hatler, Bank Investment and Fund Management,
(Washington DC: American Bankers Association, 1991), h.30-31
27
jawab ALCO adalah mengelola posisi dan alokasi dana-dana bank agar tersedia
likuiditas yang cukup, memaksimalkan profitabilitas, dan meminimalkan risiko.
Penetapan margin keuntungan pembiayaan berdasarkan rekomendasi tim
ALCO Bank Syariah, dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut:29
a. Direct Competitot’s Market Rate (DCMR)
Direct Competitor’s Market Rate (DCMR) adalah tingkat marjin
keuntungan rata-rata perbankan syariah, atau tingkat marjin keuntungan
rata-rata beberapa bank syariah yang ditetapkan dalam rapat ALCO
sebagai kelompok kompetitor langsung atau tingkat marjin keuntungan
bank syariah, tertentu yang ditetapkan dalam rapat ALCO sebagai
kompetitor langsung terdekat.
b. Inderect Competitor’s Market Rate (ICMR)
Inderect Competitor’s Market Rate (ICMR) adalah tingkat suku bunga
rata-rata perbankan konvensional, atau tingkat rata-rata suku bunga
beberapa bank konvensional yang dalam rapat ALCO ditetapkan sebagai
kelompok kompetitor tidak langsung, atau tingkat rata-rata suku bunga
bank konvensional tertentu yang dalam rapat ALCO ditetapkan sebagai
kompetitor tidak langsung yang terdekat.
c. Expected Competitive Return for Investors (ECRI)
29
Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Pres,
2009), h.280-281.
28
Expected Competitive Return for Investors (ECRI) adalah target bagi hasil
kompetitif yang diharapkan dapat diberikan kepada dana pihak ketiga.
d. Acquiring Cost
Acquiring Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank yang langsung
terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga.
e. Overhead Cost
Overhead Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank yang tidak
langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga.
Ada faktor-faktor lain yang perlu ditetapkan dalam penetapan margin dan bagi
hasil antara lain:30
a. Komposisi pendanaan
Bagi bank syariah yang pendanaannya sebagian besar diperoleh dari dana
giro dan tabungan, yang nota-bene nisbah nasabah tidak setinggi pada
deposan (apalagi bonus untuk giro cukup rendah karena disarankan
sepenuhnya pada kebijakan bank syariah yang bersangkutan), maka
penentuan keuntungan (margin atau bagi hasil bank) akan lebih kompetitif
jika dibandingkan suatu bank yang pendanaannya porsi tebesar berasal
dari deposito.
b. Tingkat persaingan
30
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2005), h. 205-206
29
Jika tingkat kompetisi ketat, porsi keuntungan bank tipis, sedangkan pada
tingkat persaingan masing-masing bank longgar dapat mengambil
keuntungan lebih tinggi.
c. Risiko pembiayaan
Untuk pembiayaan yang berisiko lebih tinggi, bank dapat mengambil
keuntungan lebih tinggi dibanding yang berisiko sedang apalagi kecil.
d. Jenis nasabah
Yang dimaksud adalah nasabah prima dan nasabah biasa. Bagi nasabah
prima misal usahanya besar dan kuat bank cukup mengambil keuntungan
tipis, sedangkan untuk pembiayaan kepada para nasabah biasa diambil
keuntungan yang lebih tinggi.
e. Kondisi perekonomian
Siklus ekonomi meliputi kondisi: revival, boom/peak-puncak, resesi, dan
depresi. Jika perekonomian secara umum berada pada dua kondisi
pertama, dimana usaha berjalan lancar, maka bank dapat mengambil
kebijakan pengambilan keuntungan yang lebih longgar. Namun pada
kondisi (resesi dan depresi) bank tidak merugi pun sudah bagus,
keuntungan sangat tipis.
f. Tingkat keuntungan yang diharapkan bank
30
Secara kondisional, hal ini (spread bank) terkait dengan masalah keadaan
perekonomian pada umumnya dan juga risiko atas suatu sektor
pembiayaan, atau pembiayaan terhadap debitur yang dimaksud. Namun
demikian, apapun kondisinya serta siapa pun debiturnya, bank dalam
operasionalnya, setiap tahun tentu telah menetapkan berapa besar
keuntungan yang dianggarkan. Anggaran keuntungan inilah yang akan
berpengaruh pada kebijakan penentuan besarnya margin ataupun nisbah
bagi hasil untuk bank.
3. Metode Perhitungan Margin Pada Akad Murabahah
a. Metode Perhitungan Pengakuan Angsuran Harga Jual
Angsuran harga jual terdiri dari angsuran harga beli/harga pokok dan angsuran
margin keuntungan. Pengakuan nagsuran dapat dihitung dengan menggunakan empat
metode, yaitu:31
i. Metode Margin Keuntungan Menurun (Sliding)
Margin keuntungan menurun adalah perhitungan margin keuntungan yang
semakin menurun sesuai dengan menurunnya harga pokok sebagai akibat
adanya cicilan atau angsuran harga pokok, jumlah angsuran (harga pokok
dan margin keuntungan) yang dibayar nasabah setiap bulan semakin
menurun.
31
Adiwarman, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan , h. 281-282
31
Contoh
a. Nasabah dengan plafond , PLFN = Rp. 100,000,000.00
b. Jangka waktu pembiyaan 1 tahun
c. tingkat marjin keuntungan setahun. MRJ = 16%
Maka jadwal angsuran pembiayaan adalah sebagai berikut :
*Angsuran harga pokok perbulan, APPB = (PLFN/12) = Rp. 8,333,333.33
*Pencairan 05-03-2000 sejumlah Rp. 100,000,000.00
no. Tanggal Pokok Marjin Keuntugan
1. 05/04/2000 APPB ((PLFN-((No-1)*APPB))*MRJ)/12
2. 05/05/2000 APPB ((PLFN-((No-1)*APPB))*MRJ)/12
3. 05/06/2000 APPB ((PLFN-((No-1)*APPB))*MRJ)/12
12. 05/04/2001 APPB ((PLFN-((No-1)*APPB))*MRJ)/12
Sumber : Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan
Jadi untuk menghitung angsuran ke 2 maka:
APPB = Pokok = 8,333,333,.33
((PLFN-((No-1)*APPB))*MRJ)/12) = Marjin keuntungan =
((100,000,000-((2-1)*8,333,333.33))*0.16)/12 = Rp. 1,222,222.22
Angsuran (2)
Angsuran Harga Pokok = RP. 8,333,333.33
Angsuran Marjin Keuntungan = Rp. 1,222,222.22
RP. 9,555,555.55
32
Angsuran (5)
APPB = Pokok = 8,333,333.33
((100,000,000-((5-1)*8,333,333.33))*0.16)/12 = Rp. 888.888,88
Angsuran harga pokok = Rp. 8,333,333.33
Angsuran Marjin Keuntungan = Rp. 888,888,88
Rp. 9,222,222.22
ii. Metode Margin Keuntungan Rata-Rata
Margin Keuntungan Rata-Rata adalah margin keuntungan menurun yang
perhitungannya secara tetap dan jumlah angsuran (harga pokok dan margin
keuntungan) dibayar nasabah tetap setiap bulan.
Contoh
*Nasabah dengan plafond, PLFN = Rp. 100,000,000.00
*Jangka Waktu pembiyaan dalam bulan JWK = 12, atau 1 tahun.
*Tingkat marjin keuntungan setahun, MRJ = 16%.
Maka jadwal angsuran pembiyaan adalah sebagai berikut :
*Pencairan 05-03-2000 sejumlah Rp. 100,000,000.00
*APPB = PLFN/12 (1Tahun - 12 Bulan)
*Marjin keuntungan = ((JWK+1)/(2*JWK))*PLFN*(MRJ/12)
33
no. Tanggal Pokok Marjin Keuntugan
1. 05/04/2000 APPB ((JWK+1)/(2*JWK))*PLFN*(MRJ/12)
2. 05/05/2000 APPB ((JWK+1)/(2*JWK))*PLFN*(MRJ/12)
3. 05/06/2000 APPB ((JWK+1)/(2*JWK))*PLFN*(MRJ/12)
12. 05/04/2001 APPB ((JWK+1)/(2*JWK))*PLFN*(MRJ/12)
Sumber : Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan
Maka rumusnya adalah:
Angsuran (i) = Harga pokok (i) + Marjin Keuntungan (i), untuk i = 1 s/d JWK
Angsuran harga pokok (i) = APPB = 100,000,000.00/12 = Rp. 8,333,333.33
Angsuran margin
keuntungan (i) =
((JWK + 1)/(2*JWK))
* PLFN * (MRJ/12)
((12+1)/(2*12)) *
100,000,000 * (0.16/12)
= Rp. 720,000.00
Total = Rp. 9,053,333.33
iii. Metode Margin Keuntungan Flat
Margin Keuntungan Flat adalah perhitungan margin keuntungan terhadap
nilai harga pokok pembiayaan secara tetap dari satu periode ke periode
lainnya, walaupun debetnya menurun sebagai akibat dari adanya angsuran
harga pokok.
34
Contoh
*Nasabah dengan plafond, PLFN = Rp. 100,000,000.00
*Jangka waktu pembiayaan dalam bulan JWK = 12, atau 1 tahun
*Tingkat marjin keuntungan setahun, MRJ = 16%
*k = Angsuran ke 1,2,3,…,…dan seterusnya
Maka jadwal Angsuran pembiyaan adalah sebagai berikut :
*Pencairan 05-03-2000 sejumlah Rp. 100,000,000.00
*APPB(k) = Harga Pokok (k) = PLFN/JWK
*APMB(k) = marjin keuntungan (k) = (PLFN/JWK)*(MRJ/12)
Maka Angsuran ke 5 :
Angsuran harga pokok (5) = (100,000,000/12) = Rp. 8,333,333.33
Angsuran marjin keuntungan (5) = (100,000,000/12)*(0.16/12) =Rp. 444,444.44
Total =Rp. 8,777,777.77
iv. Metode Margin Keuntungan Annuitas
Margin Keuntungan Annuitas adalah margin keuntungan yang diperoleh
dari perhitungan secara annuitas. Perhitungan annuitas adalah suatu cara
pengembalian pembiayaan dengan pembayaran angsuran harga pokok dan
margin keuntungan secara tetap. Perhitungan ini akan menghasilkan pola
35
angsuran harga pokok yang semakin membesar dan margin keuntungan
yang semakin menurun.
Contoh
*Nasabah dengan plafond, PLFN = Rp. 100,000,000.00
*Jangka waktu pembiayaan dalam bulan JWK = 12, atau 1 tahun
*Tingkat marjin keuntungan setahun, MRJ = 16%
*k = Angsuran ke 1,2,3,…,…dan seterusnya
no. Tanggal Pokok Marjin Keuntugan
1. 05/04/2000 APPB(No) AMPB(No)
2. 05/05/2000 APPB(2) AMPB(No)
3. 05/06/2000 APPB(3) AMPB(3)
12. 05/04/2001 APPB(12) AMPB(12)
Di mana angsuran (k) =
APPB (k) = Harga Pokok (k) = (1+(MRJ/12))(k - 1)
X PLFN X (MRJ/12)
(1+(MRJ/12))(JWK – 1)
AMPB (k) = Margin Keuntungan (k) =
(1+(MRJ/12))(JWK)
-1
X Harga Pokok (k)
(1+(MRJ/12))(k – 1)
Misalnya kita ingin mengetahui angsuran ke-3 :
36
Angsuran Harga Pokok (3) =
(1+0.0133)(3 - 1)
X 100,000,000.00 X 0.0133 = Rp. 7,948,478.09
(1+(0.133)(12 – 1)
Angsuran Margin Keuntungan (3) =
(1+0.0133)(12)
- 1
X 7,948,478.09 = RP. 1,122,447.72
(1+0.0133)(3 - 1)
Total Angsuran ke-3 = RP. 9,070,925.81
b. Metode Perhitungan Margin Lain32
Dalam menentukan harga penjualan yaitu menjelaskan secara transparan
berapa harga belinya, berapa biaya yang dikeluarkan untuk setiap komoditas serta
berapa keuntungan wajar yang diinginkan, sehingga dalam menentukan harga jual
barang pada akad murabahah hanya dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu harga
dasar pembelian dari penyalur utama, biaya yang harus ditutupi, serta keuntungan
wajar yang disepakati pihak bank dan nasabah.
Untuk menentukan harga jual (p) barang pada akad murabahah yang
dilakukan oleh perbankan syari‟ah seharusnya hanya dipengaruhi oleh tiga faktor
32
Turmudi, Muhamad, Penentuan Margin Ba’i Al-murabahah Pada Program Pembiayaan
Perbankan Syari’ah di Indonesia, Jurnal Studi Ilmu Hukum Islam dan Pranata Sosial : Al-„Adl , Vol. 7
No. 1 Januari 2014, h.25-27
Harga Pokok +
Margin Keuntungan
37
utama yaitu, harga dasar pembelian dari penyalur utama (x), biaya yang harus
tertutupi (y), dan keuntungan wajar yang disepakati oleh pihak bank dan nasabah (z).
Biaya yang harus tertutupi (y), atau nilai yang dikeluarkan untuk
menghadirkan barang tersebut sampai kepada nasabah, didapatkan dari perhitungan
rasio antara harga dasar pembelian (x) dan total target pembiayaan tahun berjalan
yang dianggarkan oleh bank syari‟ah (v) yang kemudian dikalikan dengan biaya
operasional rata-rata tahun berjalan yang telah dianggarkan (c). Besarnya nilai total
target pembiayaan tahun berjalan (v) dan rata-rata biaya operasional tahun berjalan
(c) bisa didapatkan dari hasil Rapat Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) bank
syari‟ah pada tahun terkait. Sehingga :
P = x + x * c + z
v
Berdasarkan rumusan tersebut di atas, margin (m) yang dapat diterima oleh
bank adalah :
m = x * c + z
v
Sehingga komponen yang mempengaruhi besar kecilnya margin yang akan
diterima oleh bank (m) adalah harga dasar pembelian (x), total target pembiayaan
tahun berjalan yang dianggarkan oleh bank syari‟ah (v), biaya operasional rata-rata
tahun berjalan yang telah dianggarkan (c), dan keuntungan wajar yang disepakati oleh
pihak bank dan nasabah (z). Nilai v dan c adalah tetap selama tahun berjalan, dimana
besarnya nilai v dan c didapatkan dari hasil Rapat Kerja dan Anggaran Perusahaan
(RKAP) bank syari‟ah pada tahun terkait.
38
Contoh :
Harga dasar pembelian (x) = Rp. 10.000.000,-
Biaya operasional rata-rata tahun berjalan (c) = Rp. 20.000.000,-
Total target pembiayaan tahun berjalan (v) = Rp. 200.000.000,-
Keuntungan yang disepakati (z) = 10 %
1) Perhitungan harga jual (P)
10.000.000 + ((10.000.000 / 200.000.000) * 20.000.000) + 1.000.000
10.000.000 + 1.000.000 + 1.000.000
P = 12.000.000
2) Perhitungan Margin (m)
((10.000.000 / 200.000.000) * 20.000.000) + 1.000.000
m = 2.000.000
4. Fatwa Dewan Syariah Nomor 84/DSN-MUI/XII/2012 Tentang Metode
Pengakuan Keuntungan Tamwil bi al-Murabahah (Pembiayaan
Murabahah) di Lembaga Keuangan Syariah
Pertama : Ketentuan Umum
Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan:
a) Metode Proporsional (Thariqah Mubasyirah) adalah pengakuan
keuntungan yang dilakukan secara proporsional atas jumlah piutang (harga
jual, tsaman) yang berhasil ditagih dengan mengalikan persentase
keuntungan terhadap jumlah piutang yang berhasil ditagih (al-atsman al-
muhashshalah);
39
b) Metode Anuitas (Thariqah al-Hisab al-Tanazuliyyah/Thariqah al-
Tanaqushiyyah) adalah pengakuan keuntungan yang dilakukan secara
proporsional atas jumlah sisa harga pokok yang belum ditagih dengan
mengalikan persentase keuntungan terhadap jumlah sisa harga pokok yang
belum ditagih (al-atsman al-mutabaqqiyah);
c) Murabahah adalah akad jual-beli dengan menegaskan harga belinya
kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih
sebagai keuntungan;
d) At-Tamwil bi al-Murabahah (Pembiayaan Murabahah) adalah murabahah
di Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dengan cara LKS membelikan
barang sesuai dengan pesanan nasabah, kemudian LKS menjualnya kepada
nasabah --setelah barang menjadi milik LKS-- dengan pembayaran secara
angsuran
e) Harga Jual (tsaman) adalah harga pokok ditambah keuntungan;
f) Al-Mashlahah (ashlah)adalah suatu keadaan yang dianggap paling banyak
mendatangkan manfaat bagi pertumbuhan Lembaga Keuangan Syariah
yang sehat.
Kedua : Ketentuan Hukum
a) Metode pengakuan keuntungan Murabahah dan Pembiayaan Murabahah
boleh dilakukan secara proporsional dan secara anuitas dengan mengikuti
ketentuan-ketentuan dalam fatwa ini.
40
Ketiga : Ketentuan Khusus
a) Pengakuan keuntungan murabahah dalam bisnis yang dilakukan oleh para
pedagang (al-tujjar), yaitu secara proporsional boleh dilakukan selama
sesuai dengan ‘urf (kebiasaan) yang berlaku di kalangan para pedagang;
b) Pengakuan keuntungan al-Tamwil bi al-Murabahah dalam bisnis yang
dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) boleh dilakukan secara
Proporsional dan secara Anuitas selama sesuai dengan ‘urf (kebiasaan)
yang berlaku di kalangan LKS;
c) Pemilihan metode pengakuan keuntungan al-Tamwil bi al- Murabahah
pada LKS harus memperhatikan mashlahah LKS bagi pertumbuhan LKS
yang sehat;
d) Metode pengakuan keuntungan at-Tamwil bi al-Murabahah yang ashlah
dalam masa pertumbuhan LKS adalah metode Anuitas;
e) Dalam hal LKS menggunakan metode pengakuan keuntungan at-Tamwil bi
al-Murabahah secara anuitas, porsi keuntungan harus ada selama jangka
waktu angsuran; keuntungan at-tamwil bi al-murabahah (pembiayaan
murabahah) tidak boleh diakui seluruhnya sebelum pengembalian piutang
pembiayaan murabahah berakhir/lunas dibayar.
41
C. Kerangka Konseptual
Alur Kerangka Penelitian
D. Review Studi Terdahulu
Uraian berikut ini akan memaparkan sebuah penelitian yang sudah dilakukan,
sehingga menjadi jelas bagaimana posisi penelitian ini, relevan serta penting
dilakukan.
1. Skripsi Tuti Hartanti, S1 Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Tahun
2010. Dengan judul skripsi “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Penetapan Margin Murabahah untuk Produk Pembiayaan Rumah (Studi
Kasus BTN Syariah)”. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif
dengan metode analisis yang digunakan yaitu analisis regresi linear berganda.
Analisis Metode Perhitungan Margin murabahah di BMT Al-Fath IKMI
Teori-teori mengenai metode perhitungan margin murabahah sesuai prinsip syariah
(DSN-MUI No. 84/DSN-MUI/XII/2012)
Tidak mengandung
Bunga
Tidak keluar dari
prinsip syariah
Tidak mengandung
ketidakjelasan
Relevansi teori dengan metode perhitungan margin
murabahah di BMT Al-Fath IKMI
42
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap penetapan margin murabahah. Dalam skripsi ini
membahas empat faktor yang mempengaruhi penetapan margin yaitu biaya
overhead, dana pihak ketiga, tingkat bunga dan profit target. Penentuan
margin dalam hal ini ditujukan hanya pada produk pembiayaan kepemilikan
rumah.
Hasil penelitian ini bahwa biaya overhead, dana pihak ketiga, tingkat
bunga dan profit target secara bersama-sama mempengaruhi margin tetapi
secara parsial hanya variabel tingkat bunga yang tidak berpengaruh.
2. Skripsi Ruri Siti Nurziah, S1 Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah
Tahun 2013. Dengan judul skripsi “Kesesuaian Akad Murabahah ditinjau
dari Fatwa DSN-MUI dan Peraturan Terkait”. Jenis penelitian dari skripsi
ini merupakan jenis kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui kesesuaian penerapan fatwa DSN-MUI dan
peraturan terkait pada akad pembiayaan murabahah di Bank BCA Syariah.
Kesimpulan dari skripsi ini adalah masih terdapat ketidaksesuaian pada
struktur kontrak yang dibuat oleh Bank BCA Syariah. Begitu pula pada
prakteknya, pembiayaan murabahah di Bank BCA Syariah masih ada
ketidaksesuaian dengan peraturan (Fatwa DSN-MUI dan PBI), hal ini terkait
tentang denda dalam murabahah.
3. Skripsi Afni Nursepti Nauri, S1 Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah
Tahun 2013. Dengan judul skripsi “Metode Penetapan Margin Murabahah
43
dalam Produk Implan di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Cikarang”. Pada skripsi ini menggunakan metode kualitatif normatif. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui prosedur pembiayaan murabahah dan
mengetahui bagaimana tinjauan teori murabahah terhadap penetapan margin
pada produk pembiayaan implan di Bank Syariah Mandiri KC Cikarang.
Kesimpulan dari skripsi ini, dalam prosedur pembiayaan Implan terlihat
bahwa penggunaan dana pembiayaan yang diberikan oleh pihak Bank kepada
nasabah tidak digunakan untuk pembelian suatu barang tetapi untuk
pembiayaan multiguna seperti modal kerja/investasi, hal ini tidak sesuai
dengan konsep murabahah yang sebenarnya karena model pembiayaan seperti
ini sudah ada dalam konsep teori mudharabah dan qard/qardul hasan. Dalam
penetapan margin, pihak Bank Syariah Mandiri telah menentukan sendiri
besaran tingkat margin tanpa kesepakatan antara kedua belah pihak.
Sedangkan menurut teori murabahah penetapan margin keuntungan dari
produk murabahah adalah harus adanya kesepakatan margin antara pihak
Bank dengan nasabah. Artinya, penetapan margin murabahah pada produk
Implan di Bank Syariah Mandiri tidak sesuai dengan teori murabahah.
4. Skripsi Ria Meilani, S1 Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Tahun
2014. Dengan judul skripsi “Analisis Kesesuain Aplikasi Pembiayaan Akad
Murabahah dengan Prinsip Syariah pada PT. BPRS Mulia Berkah
Abadi”. Pada skripsi ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
analisis deskriptif. Tujuan penelitin ini adalah untuk mengetahui penerapan
44
pembiayaan akad murabahah pada PT BPRS Berkah Mulia Abadi dan
mengetahui kesesuaian akad pembiayaan murabahah dengan prinsip syariah
berdasarkan fatwa DSN No.04/DSN-MUI/IV/2000.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembiayaan akad
murabahah di BPRS Mulia Berkah Abadi sebagian besar telah sesuai dengan
prinsip syariah berdasarkan fatwa DSN No.04. namun terdapat beberapa
penerapan yang belum sesuai pada pembiayaan murabahah tersebut, yaitu :
mengenai syarat murabahah dalam kepemilikan barang, bahwa akad
murabahah dilaksanakan sebelum barang secara prinsip menjadi milik penjual
(bank). Akad murabahah dilaksanakan bersamaan dengan akad wakalah.
Seharusnya akad murabahah dapat dilaksanakan setelah akad wakalah selesai
dan objek murabahah tersebut secara prinsip telah menjadi milik bank.
Dengan kata lain, pembiayaan murabahah yang dilaksanakan oleh BPRS
Mulia Berkah Abadi lebih tepat dikatakan sebagai akad pinjaman atau utang
kepada nasabah untuk membantu nasabah menutup kekurangan atas modal
awal.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
menganalisis relevansi akad murabahah dengan prinsip-prinsip syariah serta
mengetahui bagaimana penerapan akad murabahah dalam kegiatan
operasional Lembaga Keuangan Syariah (LKS).
Perbedaan penelitian ini dari penelitian-penelitian sebelumnya terletak
pada perbedaan isu hukum. Pada penelitian sebelumnya menganalisis tentang
45
penerapan akad murabahah dalam kegiatan operasional LKS dan faktor-faktor
yg berpengaruh terhadap penentuan margin murabahah, sedangkan dalam
penelitian ini menganalisis relevansi metode perhitungan margin murabahah
yang digunakan dalam kegiatan operasional LKS dengan prinsip-prinsip
syariah berdasarkan fatwa DSN-MUI.
46
BAB III
GAMBARAN UMUM BMT AL-FATH IKMI
A. Sejarah Singkat BMT Al-Fath IKMI
Awal mula berdirinya koperasi BMT Al-Fath IKMI ini didasari oleh idealisme
yang kuat untuk turut andil dalam membantu saudara-saudara yang bergerak di
bidang usaha, tetapi sulit untuk berkembang dikarenakan banyaknya praktek rentenir,
sistem ekonomi liberal yang melahirkan kaum kapitalis sehingga distribusi
pendapatan tidak merata.
Disamping itu keinginan mengembangkan pola dakwah yang selama ini lebih
banyak di bidang dakwah sehingga diharapkan besar di masa mendatang sistem
ekonomi yang Islami dapat diterapkan di Indonesia. Atas dasar itulah sehingga pada
tanggal 13 Oktober 1996 didirikanlah koperasi BMT Al-Fath IKMI yang pada waktu
itu terdiri oleh 25 orang pendiri dengan modal awal Rp. 400.000,- per pendiri.
Pada tahun 1998, BMT Al-Fath IKMI resmi mendaftarkan diri pada
departemen koperasi untuk mendapatkan badan hukum. Maka BMT Al-Fath IKMI
mendapatkan legal hukum dengan nomor: 650/BH/kwk.10/IV/1998 dengan nama
“Koperasi Simpan Pinjam Pamulang”.
Pada tahun 2005, berdasarkan hasil kesepakatan RAT tahun 2004, BMT Al-
Fath IKMI mengajukan perubahan badan hukum, maka lahirlah akte perubahan
47
dengan nomor: 518/BH/PAD/Koperasi/2005 dengan nama “Koperasi BMT Al-Fath
IKMI”
Pada tahun-tahun berikutnya jumlah pendiri ditambah sesuai dengan
kesepakatan sampai dengan tahun 2010 sebanyak 35 orang dan 2 lembaga mitra dari
BMT Al-Fath IKMI yaitu TK/TPA Al-Fath dan IKMI (Ikatan Masjid Indonesia)33
Visi
Meningkatkan kualitas keimanan anggota dan mitra binaan sehingga mampu
berperan aktif sebagai khalifah Allaah Subhanahu Wa Ta'ala.
Misi
Menerapkan prinsip-prinsip syari'at dalam kegiatan ekonomi, memberdayakan
pengusaha kecil dan menengah, dan membina kepedulian aghniyaa (orang mampu)
kepada dhuafaa (kurang mampu) secara terpola dan berkesinambungan.
Fungsi
Menjalin Ukhuwah Islamiyah (Persaudaraan Islam) melalui pemungutan dan
penyaluran Zakat, Infaq, dan Shadaqah serta memasyarakatkannya, dan menunjang
pemberdayaan ummat melalui program pemberian modal bagi pedagang ekonomi
lemah, pemberian bea siswa dan santunan bagi kaum dhu'afa.
33
Suryadi, Kepala Bagian Operasional BMT Al-Fath IKMI, Wawancara, Pamulang, 29 Juni
2015, pukul 16:15
48
Tujuan
Meningkatkan kesejahteraan jasmani dan rohani serta mempunyai posisi tawar
(daya saing) anggota dan mitra binaan juga masyarakat pada umumnya melalui
kegiatan pendukung lainnya.
B. Produk dan Layanan BMT34
1. Penghimpun dana (Funding)
a) Prinsip Titipan (Wadiah)
i) TAWAKAL (Tabungan Wadiah BMT Al-Fath) merupakan simpanan
dari mitra yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat. Tabungan
ini menggunakan prinsip wadiah /titipan, dimana anggota menitipkan
dananya. Dana anggota akan dijaga keamanannya. Dalam tabungan ini
BMT AL FATH tidak wajib memberikan hasil kepada penabung.
BMT AL FATH boleh memberikan bonus setiap bulan sesuai dengan
kebijakan BMT AL FATH.
b) Prinsip Bagi Hasil
i) TABAH (Tabungan berjangka Al-Fath)
Merupakan tabungan/ investasi dengan menggunakan prinsip
mudharabah mutlaqah yang penarikannya dapat dilakukan sesuai
dengan jangka waktu yang dikehendaki. Pilihan jangka waktu yang
dapat dipilih adalah: 3 Bulan dengan nisbah 25% (mitra): 75% (BMT),
34
Brosur dan website BMT Al-Fath IKMI
49
6 Bulan dengan Nisbah 30% mitra: 70% (BMT), 9 Bulan dengan
nisbah 35%(mitra): 65% (BMT) dan 12 bulan dengan nisbah 40%
(mitra): 60% (BMT).
ii) SIDIK (Simpanan Pendidikan)
Yaitu bentuk simpanan yang alokasi dananya diperuntukan untuk dana
pendidikan bagi putra-putri mitra. Penarikan dapat dilakukan dua kali
dalam satu tahun, pertama pada saat ajaran baru, kedua pada saat
semester. Simpanan dengan prinsip mudharabah mutlaqah ini akan
mendapat bagi hasil setiap bulan dengan nisbah 20% (mitra): 80%
(BMT).
iii) Simpanan Idul Fitri
Yaitu simpanan yang direncanakan untuk keperluan idul fitri seperti
mudik. Penarikan dilakukan satu kali menjelang idul fitri. Simpanan
ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan
mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20%
(mitra): 80% (BMT).
iv) Simpanan Qurban
Yaitu simpanan yang diperuntukan untuk keperluan pembelian hewan
qurban. Penarikan dilakukan satu kali menjelang ibadah qurban.
Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga
50
akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20%
(mitra): 80% (BMT).
v) Simpanan Nikah
Yaitu simpanan yang diperuntukan bagi mereka yang merencanakan
pernikahan atau bagi anggota yang akan menikahkan putra/putrinya.
Penarikan dilakukan satu kali, satu bulan menjelang pernikahan.
Simpanan ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga
akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20%
(mitra): 80% (BMT).
vi) Simpanan Haji
Yaitu simpanan yang diperuntukan bagi mereka yang merencanakan
untuk menunaikan haji. Penarikan dilakukan satu kali. Simpanan ini
menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan
mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20%
(mitra): 80% (BMT).
Untuk mendapatkan layanan produk-produk simpanan di BMT Al-Fath IKMI
maka syarat dan ketentuannya adalah sebagai berikut:
a) Mengisi formulir keanggotaan
b) Menyerahkan foto copy identitas diri yang masih berlaku
c) Setoran awal minimal Rp 20.000,-
51
d) Administrasi buka tabungan Rp 5.000,-
e) Setoran selanjutnya minimal Rp 10.000,- kecuali Haji/Umroh minimal
Rp 100.000,-
f) Untuk setoran Tabah minimal Rp 500.000,-
g) Biaya tutup rekening Rp 10.000,-
h) Saldo minimal mengendap Rp 10.000,-
i) Saldo tabungan yang diperhitungkan bagi hasil adalah yang memiliki
saldo rata-rata minimal Rp 100.000,-
2. Penyaluran Dana (Lending)
a) Pembiayaan Mudharabah
Yaitu akad kerjasama antara BMT selaku pemilik modal (Shahibul Maal)
dengan mitra selaku pengelola usaha (mudharib) untuk mengelola usaha yang
produktif dan halal. Dan hasil keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang
disepakati kedua belah pihak.
b) Pembiayaan Musyarakah
Yaitu akad kerjasama usaha produktif dan halal antara BMT dengan mitra
dimana sumber modalnya dari kedua belah pihak. Keuntungan dibagi sesuai
dengan nisbah yang disepakati kedua belah pihak. Sedangkan kerugian
ditanggung kedua belah Pihak sesuai dengan porsi modal masing-masing.
c) Piutang Murabahah
52
Yaitu akad jual beli barang antara mitra dengan BMT AL FATH dengan
menyatakan harga perolehan/harga beli/ harga pokok ditambah
keuntungan/margin yang disepakati kedua belah pihak. BMT membelikan
barang-barang yang dibutuhkan mitra atau BMT memberi kuasa kepada mitra
untuk membeli barang-barang kebutuhan mitra atas nama BMT. Lalu barang
tersebut dijual kepada mitra dengan harga pokok ditambah dengan
keuntungan yang diketahui dan disepakati bersama dan diangsur selama
jangka waktu tertentu.
d) Piutang Ijarah
Yaitu akad sewa menyewa barang atau jasa antara BMT AL FATH dan mitra.
BMT AL FATH menyewakan jasa atau barang kepada mitra dengan harga
sewa yang telah disepakati dan diangsur selama jangka waktu tertentu.
Selain produk-produk diatas, BMT Al-Fath IKMI juga sudah menggunakan
layanan online sistem. Hal ini memudahkan para Mitra/Nasabah untuk bertransaksi.
Berbagai transaksi yang dapat BMT Al-Fath IKMI layani adalah sebagai berikut:
1. Pembayaran listrik dan listrik token
2. Pembayaran telepon, Speedy, Telkom Vision
3. Transfer online antar Bank
4. Pembayaran angsuran motor; FIF, BAF, Mega Finance
5. Pembayaran asuransi Alianz dan Prudential
6. Jasa Pengiriman ekspres
53
C. Kegiatan BMT Al-Fath IKMI35
1. Program Anak Asuh Baitul Maal BMT Al-Fath IKMI
BMT Al-Fath IKMI memberikan beasiswa sekolah kepada anak-anak
sekolah setingkat SMP-SMA (bahkan ada beberapa yang merupakan
mahasiswa/mahasiswi) yang ada di sekitar BMT Al-Fath. Hingga kini
terdapat sekitar lima puluhan anak asuh yang mendapat beasiswa dari BMT
Al Fath. Insya Allah jumlah ini akan bertambah lagi. Bukan hanya beasiswa,
dalam acara tertentu Baitul Maal BMT Al-Fath IKMI juga memberikan
santunan sembako kepada anak asuh, dan melakukan pembinaan kepada anak
asuh seperti pengajian tiap Sabtu malam.
2. Program Pengobatan Massal
Dengan bantuan BAZNAS dan team medis dari Rumah Sehat Masjid
Sunda Kelapa, Baitul Maal telah dapat melaksanakan pengobatan massal
untuk kaum dhuafa yang berdomisili di sekitar wilayah, Ciputat,Kedaung dan
Pamulang. Secara berkesinambungan setiap hari Selasa pekan Ke III,
pelaksanaan pengobatan massal berlangsung sejak bulan Oktober 2011,yang
awalnya diperuntukan untuk pasien penyakit umum dengan terget 100
(seratus) orang.
Untuk mengetahui effektivitas dan manfaat dari penyelenggaraan
pengobatan massal tersebut, maka sejak bulan Juni 2011 pelaksanaan
35
Website BMT Al-Fath IKMI
54
pengobatan massal dikhususkan bagi para manula yang mengidap penyakit
diabetes dan hypertensi.
Setiap pasien diberikan obat untuk 1(satu) bulan dan untuk mmengetahui
kemajuan kesehatannya maka tiap pasien dibuatkan buku kontrol, dan buku
tersebut harus dibawa setiap bulan pada ssat pasien menghadiri pengbobatan
massal.
Pada tahun 2015, kegiatan ini masih berjalan dan tetap diadakan hari
Selasa ke-3 setiap bulannya di Kantor Pusat BMT Al-Fath IKMI.
3. Bantuan Pembiayaan Usaha Kecil Mikro
Sejak tahun 2006, Baitul Maal BMT Al-Fath memberikan pembiayaan
kepada beberapa orang mitra untuk tambahan modal usaha UKM.
4. Program Bantuan Langsung kepada Dhuafa
Selain memberikan pembiayaan, Baitul Maal BMT Al-Fath juga
mempunyai program bantuan langsung kepada Dhuafa, yaitu dengan
memberikan bantuan berupa uang atau barang sesuai dengan yang Dhuafa
butuhkan. Pada tahun 2015 ini Baitul Maal memberikan bantuan uang kepada
satu keluarga di Pamulang, nafkah dan biaya hidup mereka dari hasil
menjaring ikan di empang, uang diberikan untuk membeli perahu supaya
keluarga tersebut tidak perlu menyewa perahu lagi. Sebelum ini Baitul Maal
BMT Al-Fath juga menyalurkan bantuan kaki palsu kepada penderita diabetes
kronis supaya dapat kembali beraktivitas.
55
5. Khitanan Massal 2015
Berkat kerjasama dengan Yayasan Baitul Maal BRI Pusat, BRI Medika,
serta bantuan dana dari para donatur, BMT AL-FATH IKMI telah dapat
melaksanakan khitanan massal gratis bagi anak-anak kaum dhuafa disekitar
wilayah Ciputat, Kedaung, Pamulang, Jombang, dan Serpong, pada hari Ahad
tanggal 26 Juli 2015 dengan jumlah peserta sebanyak 33 anak. Alhamdulillah
acara khitanan massal berjalan dengan lancar. setiap anak yang dikhitan
diberikan seperangkat santunan berupa : Tas Sekolah, Satu Stel baju koko,
Celana Panjang, Peci, Sarung, Sajadah, dan terjemah Mushaf Al-Qur'an,
berikut uang transport dan uang santunan sebesar Rp.200.000,- (Dua Ratus
Ribu Rupiah) ditambah dengan obat antibiotik dan obat pengurang rasa sakit.
D. Struktur Organisasi 2012-2015
Nama : KJKS BMT Al Fath IKMI
Pendirian :13 Oktober 1996
Badan Hukum : 650/BH/KWK.10/VI/1998
Akte Perubahan : 518/BH/PAD/Koperasi/2005
NPWP : 02.021.735-2.411.000
SIUP : 1086/10-04/PK/XII/2000
Dewan Pengawas
Ketua : Drs. Mustakim Kurdi, MA
Anggota : H. Faried Hidayat
56
H. Kapsulani, SE, MM
Dewan Pengurus
Ketua : Drs. Budiyono, M.Pd.
Wakil Ketua :
Bidang Pendanaan dan Umum : H. Z. Arifin Listanto
Bidang Pembiayaan dan Pembinaan Mitra : H. Abdul Rahim
Sekretaris : Drs.Prastowo Sidhi,SH,MH
Bendahara : H. Djaelani, SE
Pengelola Kantor Pusat
Manager Tamwil : Saimin, SE
Manajer Maal : H.Imam Turmudzi Ms.
Kabag Operasional : Suryadi, ST
Kabag Marketing : Opan Sopyan Sauri, S.Ag
Account Officer : Naufal Safiq, SE
Parjan
Toni Hidayat Sidik, SE.Sy
Muhammad Erwin
Setyo Budi Utomo, S.Ag
Surveyor : Hedy Rusmantoro
Kolektor : Budi Santoso
57
Funding Officer : Aldiyansyah
Imron Rosadi
Abdurrahman Hakim
IT : Muhammad Yusuf S.Kom
Pembukuan : Neneng Syarifah, Amd
Head Teller : Harum Sulistio Rini, SE
Teller : Arum Setianingsih
Nuraini
Customer Service : Silfia Herlena
Staff Adm Legal : Muhammad Saman
Staff Baitul Maal : Khosirun, SE
Staff Administrasi : Aditya Saputra
58
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Prosedur Pembiayaan Murabahah di BMT Al-Fath IKMI38
Prosedur pembiayaan murabahah yang ditetapkan di BMT Al-Fath IKMI
terbagi ke dalam beberapa tahap yang merupakan satu kesatuan prosedur. Ada
persyaratan yang harus dipenuhi oleh nasabah untuk mengajukan permohonan
pembiayaan, yaitu mengisi formulir permohonan pembiayaan dengan melampirkan:
1. Persyaratan
a. Foto copy KTP/SIM Suami dan istri & Fotocopy Kartu Keluarga
b. Foto copy surat nikah/cerai
c. Pas foto 3x4 suami dan istri
d. Foto copy laporan keuangan usaha
e. Foto copy jaminan BPKB & STNK masih berlaku; SHM/SHGB/AJB &
SPPT PBB tahun terakhir + bukti lunas PBB
Persyaratan Tambahan Bagi Karyawan
a. Slip gaji terakhir stempel perusahaan
b. Foto copy rekening bank 3 bulan terakhir
c. Foto copy SK pegawai/karyawan
38
Suryadi, Kepala Bagian Operasional BMT Al-Fath IKMI, Wawancara, Pamulang, 29 Juni
2015, pukul 16:15
59
2. Prosedur
Tahapan atau prosedur pembiayaan murabahah di BMT Al-Fath IKMI
melalui beberapa proses yaitu:
1) Calon nasabah/mitra pembiayaan harus menjadi mitra/nasabah di BMT
Al-Fath IKMI dengan membuka rekening tabungan awal dengan
pembukuan rekening tabungan dengan membayar Rp. 25.000-. Dengan
rincian masing-masing Rp. 10.000- untuk simpanan pokok dan simpanan
wajib, serta Rp. 5000 untuk biaya administrasi pembukaan rekening awal.
2) Setelah menjadi nasabah/mitra BMT Al-Fath IKMI langkah selanjutnya
adalah:
a. Nasabah menyampaikan tujuan meminta bantuan untuk membeli suatu
barang yang dibutuhkan. Menjelaskan tujuan penggunaan barang
tersebut serta sumber dana dan cara untuk melunasi pembelian barang
tersebut. Disini nasabah bisa melakukan negosiasi dengan pihak BMT
untuk mendapat kesepakatan harga barang yang dibutuhkan. Jadi, ada
transaksi tawar menawar sebelum terjadinya akad murabahah.
b. Mengisi formulir permohonan pengajuan pembiayaan dengan identitas
lengkap nasabah. Serta melampirkan persyaratan-persyaratan yang
telah disebutkan di atas.
60
c. Mengisi tabel RAB (Rencana Anggaran Belanja). Disini nasabah
menuliskan rincian rencana penggunaan dana pembiayaan. Sekaligus
melampirkan informasi barang yang dibutuhkan yaitu tipe, jumlah,
warna, ukuran serta penjual atau supplier barang tersebut.
3) Selanjutnya Customer Service dan Account Officer BMT Al-Fath IKMI
melakukan pemeriksaan kelengkapan berkas.
a. Jika berkas belum lengkap maka BMT Al-Fath IKMI mempersilakan
mitra untuk melengkapinya terlebih dahulu.
b. Jika berkas yang disertakan lengkap dan sesuai persyaratan maka tim
BMT Al-Fath IKMI melakukan survey kepada mitra.
4) Account Officer (AO) melakukan survey kepada mitra dengan melakukan
tinjauan lapangan kepada mitra pembiayaan untuk memperoleh informasi
lebih lengkap dan melihat langsung aset yang akan dijadikan jaminan oleh
mitra pembiayaan. Pada tahap survey ini juga dilakukan analisis kelayakan
usaha mitra menggunakan Formulir Permohonan Pembiayaan, Rancangan
Anggaran Belanja Mitra, dan berkas-berkas kelengkapan. Analisis tersebut
dilakukan berdasarkan faktor-faktor penilaian pembiayaan yang
berpedoman pada prinsip 5-C.
5) Setelah analisa dilakukan, kemudian menyerahkan hasil analisa untuk
dibahas dalam rapat komite pembiayaan;
61
a. Jika hasil analisis tidak layak maka permohonan pembiayaan ditolak
dan semua berkas/dokumen nasabah dikembalikan lagi kepada yang
bersangkutan.
b. Jika hasil analisis layak maka langsung diserahkan ke bagian
operasional untuk disiapkan akad pembiayaannya.
6) Kemudian bagian operasional menyiapkan akad pembiayaan dan jadwal
pencairan dana.
7) Setelah jadwal pencairan dana dibuat maka pihak BMT Al-Fath IKMI
menginformasikannya kepada nasabah
8) Nasabah datang sesuai jadwal yang ditentukan sambil menyerahkan
jaminan. Disini jaminan di cek keasliannya apakah sudah sesuai dengan
berkas yang dilampirkan pada saat pengajuan surat permohonan
pembiayaan.
9) Setelah itu kedua belah pihak yaitu BMT Al-Fath IKMI dan nasabah
melakukan akad pembiayaan/pengikatan antara kedua belah pihak
10) Setelah ada pengikatan antara kedua belah pihak, kemudian BMT dan
nasabah melakukan transaksi jual beli barang. Dalam tahap
pemesanan/pembelian barang ini dibagi menjadi 2 cara yaitu;
62
a. Jika pemesanan barang dalam transaksi pembelian barang dapat
diwakilkan kepada nasabah untuk membeli sendiri barang yang
diperlukan, maka BMT membayarkan dana kepada nasabah untuk
pembelian barang tersebut kepada supplier (penjual barang). Disini
nasabah harus menandatangani akad wakalah terlebih dahulu.
b. Jika pemesanan barang langsung kepada supplier oleh BMT maka
tidak perlu ada penandatangan akad wakalah. BMT dapat melakukan
pembayaran harga beli barang langsung kepada supplier.
c. Setelah menerima pembayaran, supplier akan menyerahkan tanda
terima uang oleh supplier.
d. Supplier mengirimkan barang pada nasabah dengan melampirkan surat
pengiriman barang pada nasabah.
11) Saat penerimaan barang;
a. Jika menggunakan akad wakalah terlebih dahulu, setelah menerima
barang maka nasabah harus menyerahkan bukti pembelian barang dan
penerimaan barang dari supplier kepada BMT.
b. Jika langsung dengan menggunakan akad murabahah, maka setelah
barang diterima oleh nasabah harus menyerahkan pada BMT surat
tanda terima barang.
63
12) Setelah menerima barang sesuai dengan spesifikasi yang diminta,
selanjutnya sesuai ketentuan dalam persetujuan murabahah pelunasan
harga jual barang kepada BMT dilaksanakan oleh nasabah sesuai dengan
jangka waktu yang disepakati.
13) Nasabah melakukan pelunasan, baik sekaligus ataupun diangsur.
Hasil analisis penulis terkait prosedur pembiayaan murabahah di BMT Al-Fath IKMI
dapat dikatakan sudah baik karena tahapan-tahapan akad murabahah dilaksanakan
sesuai ketentuan muamalah. Hal ini berfungsi untuk menghindari penyimpangan
dalam transaksi pembiayaan murabahah.
B. Praktek Metode Perhitungan Keuntungan Murabahah di BMT Al-Fath
IKMI
Produk pembiayaan murabahah menjadi produk perbankan syariah yang
dominan dipilih masyarakat daripada produk-produk pembiayaan lainnya. Hal ini
karena prosedurnya yang sederhana dan mudah dipahami oleh masyarakat.
Dalam transaksi murabahah, bank memikul risiko yang mungkin timbul atas
pembelian suatu barang selama barang itu dalam kekuasannya sebelum akhirnya
dijual kepada pihak lain dengan menambahkan suatu keuntungan (mark-up).
Keuntungan ini dianggap merupakan imbalan atas kemungkinan risiko yang menjadi
tanggungjawab bank, baik berupa kehilangan atau kerusakan, sebelum barang itu
akhirnya dijual kepada nasabah. Jadi, sudah sepatutnya apabila bank memperoleh
64
keuntungan atas transaksi penjualan yang dilakukannya kepada nasabah39
. Bank yang
terlibat dalam pembelian dan penjualan memikul risiko tertentu, biaya untuk memikul
risiko inilah yang dapat dimasukan dalam perhitungan penentuan mark-up.
Idealnya, selain dituntut untuk mematuhi aturan-aturan syariah, lembaga
keuangan syariah juga diharapkan mampu memberikan bagi hasil kepada dana pihak
ketiga minimal sama dengan, atau bahkan lebih besar daripada suku bunga yang
berlaku di bank konvensional serta menerapkan margin keuntungan pembiayaan yang
lebih rendah daripada suku bunga kredit bank konvensional.
Mekanisme pembiayaan BMT Al-Fath IKMI yaitu pihak BMT sebagai
penjual barang yang telah tersedia di BMT yang dibutuhkan nasabah, dan nasabah
sebagai pembeli dengan cara pembayaran diangsur atau dicicil. Dalam transaksi
pembelian barang-barang tertentu misalnya laptop, BMT dapat mewakilkan kepada
nasabah untuk membeli sendiri laptop yang diperlukan dan membayarkan dana untuk
pembelian laptopnya kepada supplier (penjual barang). Dalam contoh kasus ini,
mekanisme yang diterapkan BMT Al-Fath IKMI adalah nasabah menandatangani
akad wakalah terlebih dahulu, karena BMT mewakilkan kepada nasabah untuk
membeli laptopnya sendiri. Setelah selesai akad wakalah maka akad murabahah bisa
dilaksanakan untuk pembayaran laptop tersebut, baik secara tunai ataupun dicicil.
39
Sjahdeini Sutan Remi, Perbankan Syariah Produk-Produk dan Aspek-Aspek Hukumnya,
(Jakarta: Kencana, 2014), h. 192.
65
Berikut adalah praktek penetapan margin murabahah di BMT Al-Fath IKMI :
Jadwal Angsuran Akad Murabahah40
Nama Nasabah : -
Fasilitas Pembiayaan : Pembiayaan Pemilikan Laptop
Tujuan Pembiayaan :Pembelian Laptop
Plafond Pembiayaan :Rp. 10.000.000
Jangka Waktu :24 bulan
Margin :Rp. 184.000 (2,3%)
Tanggal cair :16 Juni 2013
Tanggal jatuh tempo :16 Juni 2015
Angsuran/bulan : -
Margin :
(Harga beli – DP) x 2,3%
Harga Pokok:
Harga beli – DP
Jangka Waktu
Angsuran cicilan per bulan = Margin + Harga Pokok
40
Lihat Lampiran
66
Harga beli laptop : Rp. 10.000.000
DP : Rp. 2.000.000 –
Jumlah yang BMT biayai :Rp. 8.000.000 (Harga Pokok)
Margin :Rp. 8.000.000 x 2,3% = Rp. 184.000/bulan
Jumlah margin dalam 24 bulan (jangka waktu) = Rp. 4.416.000
Jumlah angsuran per bulan dari BMT Al-Fath IKMI:
Jumlah yang BMT biayai + jumlah margin dalam 24 bulan
Rp. 8.000.000 + Rp. 4.416.000 = Rp. 12.416.000 : 24 bulan = Rp. 517.333/ bulan
Penentuan margin murabahah akan berpengaruh terhadap harga jual
murabahah, oleh karena itu penetapan margin murabahah merupakan faktor yang
sangat penting agar terciptanya harga jual yang adil bagi kedua belah pihak (BMT
dan nasabah). Harga jual yang mendorong kemaslahatan BMT tetapi tidak
mengeksploitasi nasabah. Dari hasil perhitungan diatas, dapat disimpulkan bahwa
penetapan margin murabahah di BMT Al-Fath IKMI, memakai cara perhitungan
margin dengan mengikuti persaingan yang berkembang pada lembaga-lembaga
keuangan umumnya.
Dilihat dari kasus di atas, maka penulis akan menganalisis relevansi antara
metode perhitungan keuntungan yang digunakan BMT Al-Fath IKMI dengan metode
67
yang sudah dibahas pada bab II yaitu, empat metode perhitungan margin keuntungan
murabahah :41
1. Margin Keuntungan Menurun
Contoh
a. Nasabah dengan plafond , PLFN = Rp. 8,000,000.00
b. Jangka waktu pembiyaan 24 bulan atau 2 tahun
c. Tingkat marjin keuntungan 2 tahun. MRJ = 55,2%
Maka jadwal angsuran pembiayaan adalah sebagai berikut :
*Angsuran harga pokok perbulan, APPB = (PLFN/24) = Rp. 333,333.33
*Pencairan 16-06-2013 sejumlah Rp. 8,000,000.00
Jadi untuk menghitung angsuran ke 2 maka:
APPB = Pokok = 333,333,.33
((PLFN-((No-1)*APPB))*MRJ)/24) = Marjin keuntungan =
((8,000,000-((2-1)*333,333.33))*0.552)/24 = Rp. 176,333.34
Angsuran (2)
Angsuran Harga Pokok = RP. 333,333.33
Angsuran Marjin Keuntungan = Rp. 176,333.34
RP. 509,666.67
2. Margin Keuntungan Rata-rata
Contoh
*Nasabah dengan plafond, PLFN = Rp. 8,000,000.00
41
Tabel hasil perhitungan dari masing-masing metode lihat di lampiran
68
*Jangka Waktu pembiyaan dalam bulan JWK = 24, atau 2 tahun.
*Tingkat marjin keuntungan 2 tahun, MRJ = 55,2%.
Maka jadwal angsuran pembiyaan adalah sebagai berikut :
*Pencairan 16-06-2013 sejumlah Rp. 8,000,000.00
*APPB = PLFN/24
*Marjin keuntungan = ((JWK+1)/(2*JWK))*PLFN*(MRJ/24)
Maka perhitungannya adalah:
Angsuran (i) = Harga pokok (i) + Marjin Keuntungan (i), untuk i = 1 s/d JWK
Angsuran harga pokok (i) = APPB = 8,000,000.00/24 = Rp. 333,333.33
Angsuran margin
keuntungan (i) =
((JWK + 1)/(2*JWK))
*PLFN *(MRJ/12)
((2+1)/(2*2)) * 8,000,000
* (0.552/24)
= Rp. 138,000
Total = Rp. 471,333
3. Margin Keuntungan Flat
Contoh
*Nasabah dengan plafond, PLFN = Rp. 8,000,000.00
*Jangka waktu pembiayaan dalam bulan JWK = 24, atau 2 tahun
*Tingkat marjin keuntungan 2 tahun, MRJ = 55,2%
*k = Angsuran ke 1,2,3,…,…dan seterusnya
Maka jadwal Angsuran pembiyaan adalah sebagai berikut :
*Pencairan 16-06-2013 sejumlah Rp. 8,000,000.00
69
*APPB(k) = Harga Pokok (k) = PLFN/JWK
*APMB(k) = marjin keuntungan (k) = (PLFN/JWK)*(MRJ/24)
Maka Angsuran ke 5 :
Angsuran harga pokok (5) = (8,000,000/24) = Rp. 333,333.33
Angsuran marjin keuntungan (5) = (8,000,000/24)*(0.552/24) =Rp. 7,666
Total =Rp. 340,999
4. Margin Keuntungan Anuitas
Di mana angsuran (k) =
APPB (k) = Harga Pokok (k) = (1+(MRJ/24))(k - 1)
X PLFN X (MRJ/24)
(1+(MRJ/24))(JWK) –
1
AMPB (k) = Margin Keuntungan (k) =
(1+(MRJ/24))(JWK)
-1
X Harga Pokok (k)
(1+(MRJ/24))(k – 1)
Misalnya kita ingin mengetahui angsuran ke-3 :
Angsuran Harga Pokok (3) =
(1+0.023)(3 - 1)
X 8,000,000.00 X 0.023 = Rp. 265,273
(1+0.023)(24)
-1
Harga Pokok +
Margin Keuntungan
70
Angsuran Margin Keuntungan (3) =
(1+0.023)(24)
- 1
X 265,273 = RP. 183,999
(1+0.023)(3 - 1)
Total Angsuran ke-3 = RP. 449,272
Dari berbagai metode perhitungan margin keuntungan murabahah di atas,
metode yang digunakan oleh BMT Al-Fath IKMI cenderung sama dengan metode
margin keuntungan flat. Dimana perhitungan margin keuntungan terhadap nilai harga
pokok pembiayaan secara tetap dari satu periode ke periode lainnya. Meskipun model
perhitungannya hampir sama tetapi selisih jumlah besaran angsuran yang dihasilkan
ternyata berbeda jauh. Jumlah angsuran yang dihasilkan dari metode perhitungan
BMT adalah Rp. 517,333 per bulan, sedangkan jumlah angsuran yang dihasilkan dari
metode keuntungan rata-rata adalah Rp 340,999 per bulan. Selisih jumlah besaran
angsuran adalah sebesar Rp. 176,334.
Sebaiknya, penetapan harga jual murabahah dapat dilakukan dengan cara
Rasulullah ketika berdagang. Dalam menentukan harga penjualan, Rasul secara
transparan menjelaskan berapa harga belinya, berapa biaya yang dikeluarkan untuk
setiap komoditas dan berapa keuntungan yang wajar yang diinginkan. Cara yang
dilakukan oleh Rasulullah ini dapat dipakai sebagai salah satu metode Bank/BMT
dalam menentukan harga jual produk murabahah. Dengan demikian, secara
71
matematis harga jual barang oleh bank kepada calon nasabah pembiayaan murabahah
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Harga jual = harga beli + cost recovery + keuntungan
Cost recovery = Proyeksi biaya operasional tahunan X Harga beli
Target Volume Pembiayaan
Margin dalam presentase = Cost recovery + keuntungan X 100%
Harga beli Bank
Cost Recovery = 8.000.000 X 80.000.000 / 500.000.000 = Rp. 1.280.000
Keuntungan = 27,6% X 8.000.000 = Rp 2.208.000
Harga Jual = Rp. 8,000,000.00 + 1.280.000 + Rp. 2.208.000
= RP. 11.488.000
Biaya yang dikeluarkan harus dikembalikan (cost recovery) bisa didekati
dengan membagi proyeksi biaya opersional. Angka-angka tersebut dapat diperoleh
dari Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP). Angka yang diperoleh
kemudian ditambahkan dengan harga beli dari pemasok dan keuntungan yang
diinginkan, sehingga didapatkan harga jual. Margin dalam konteks ini adalah cost
recovery ditambah dengan keuntungan BMT. Apabila margin yang ingin dihitung
persentasenya tinggal dibagi dengan harga beli barang dikali 100%.
Setelah angka-angka tersebut didapat, barulah persentase margin ini
dibandingkan dengan suku bunga. Jadi suku bunga hanya dijadikan benchmark. Agar
72
pembiayaan murabahah kompetitif, margin murabahah tadi harus lebih kecil dari
bunga pinjaman. Jika masih relatif besar, maka yang harus dimainkan adalah dengan
memperkecil cost recovery dan keuntungan yang diharapkan.42
C. Relevansi Metode Perhitungan Margin Murabahah di BMT Al-Fath
IKMI dengan Prinsip Syariah Berdasarkan Fatwa Nomor 84/DSN-
MUI/XII/2012
Sebagai lembaga keuangan syariah, maka segala kegiatan yang dilakukan oleh
BMT Al-Fath IKMI hendaknya berpegang teguh terhadap prinsip dan ketentuan
syariah yang berlaku. Dalam hal ini Fatwa Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama
Indonesia (DSN-MUI).
Dari praktek metode penetapan margin murabahah di BMT Al-Fath IKMI
yang telah diuraikan di atas, penulis hendak melakukan analisis terhadap metode
penerapan margin murabahah yang digunakan. Apakah sudah sesuai dengan aturan-
aturan yang telah ditentukan dalam Fatwa DSN-MUI mengenai metode pengakuan
keuntungan pembiayaan murabahah ini.
Dalam Fatwa ini terdapat 3 ketentuan, yaitu ketentuan umum, ketentuan
hukum dan ketentuan khusus.
1. Ketetentuan Umum
a. Metode Proporsional (Thariqah Mubasyirah) adalah pengakuan
keuntungan yang dilakukan secara proporsional atas jumlah piutang
42
Muhammad, manajemen dana bank syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2005) h.140-141
73
(harga jual, tsaman) yang berhasil ditagih dengan mengalikan persentase
keuntungan terhadap jumlah piutang yang berhasil ditagih (al-atsman al-
muhashshalah);
Jika kita lihat dari metode perhitungan margin yang digunakan BMT,
maka menurut pandangan penulis, metode perhitungan margin yang
dipakai oleh BMT Al-Fath IKMI mirip dengan perhitungan keuntungan
flat dimana besaran angsuran pokok dan margin nya tetap sehingga
menghasilkan jumlah angsuran tetap per bulan. Artinya, metode
perhitungan margin murabahah di BMT Al-Fath IKMI menggunakan
metode proporsional.
b. Metode Anuitas (Thariqah al-Hisab al-Tanazuliyyah/Thariqah al-
Tanaqushiyyah) adalah pengakuan keuntungan yang dilakukan secara
proporsional atas jumlah sisa harga pokok yang belum ditagih dengan
mengalikan persentase keuntungan terhadap jumlah sisa harga pokok yang
belum ditagih (al-atsman al-mutabaqqiyah);
BMT Al-Fath IKMI tidak menggunakan metode anuitas dalam
perhitungan keuntungan tetapi menggunakan metode proporsional. Dalam
hal ini, BMT harus tetap berhati-hati dalam memilih dan menggunakan
metode perhitungan keuntungan murabahah.
74
c. Murabahah adalah akad jual-beli dengan menegaskan harga belinya
kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih
sebagai keuntungan;
Dalam premis akad pasal 2 poin (1) dan (2) dengan jelas menyebutkan
jumlah harga pokok/harga beli, jumlah margin keuntungan dan jumlah harga
jual yang diberikan kepada nasabah.43
Sesuai dengan definisi dari akad
murabahah itu sendiri, murabahah adalah penjualan barang oleh seseorang
kepada pihak lain dengan pengaturan bahwa penjual berkewajiban untuk
mengungkapkan kepada pembeli harga pokok dari barang dan marjin
keuntungan yang dimasukkan ke dalam harga jual barang tersebut.44
Tetapi penjelasan mengenai definisi murabahah tidak disebutkan dalam
premis akad45
. Menurut penulis, dalam melakukan akad antara dua pihak atau
lebih, penting bagi seluruh pihak mendapatkan informasi mengenai akad yang
akan dilakukan. Karena kurang lengkapnya informasi rentan terjadi
kesalahpahaman yang bisa saja berakibat mencederai akad. Kelengkapan
informasi bagi seluruh pihak yang melakukan akad juga diperlukan agar
menjaga hak dan kewajiban masing-masing pihak dapat tercapai.
d. At-Tamwil bi al-Murabahah (Pembiayaan Murabahah) adalah murabahah
di Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dengan cara LKS membelikan
43
Lihat lampiran 44
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta : RajaGrafindo Persada) ,2007:h.164 45
Lihat lampiran
75
barang sesuai dengan pesanan nasabah, kemudian LKS menjualnya
kepada nasabah – setelah barang menjadi milik LKS-- dengan pembayaran
secara angsuran;
Ketentuan ini menjelaskan bahwa LKS dalam hal ini BMT, melakukan
akad murabahah berdasarkan pesanan. Dalam murabahah berdasarkan
pesanan, BMT melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari
nasabah. Dalam jual beli biasa, misalnya seseorang ingin membeli barang
tertentu dengan spesifikasi tertentu, sedangkan barang tersebut belum ada
pada saat pemesanan, maka si penjual akan mencari dan membeli barang yang
sesuai dengan spesifikasinya, kemudian menjualnya kepada si pemesan.
Transaksi murabahah dengan pesanan ini adalah sah dalam fiqh islam46
.
Dalam akad jual-beli murabahah di BMT Al-Fath IKMI, tidak
menyebutkan secara khusus premis akad mengenai murabahah berdasarkan
pemesanan.47
Tetapi untuk membeli barang yang diinginkan oleh nasabah
dalam praktiknya di BMT, hal ini ditinjau lagi dari jenis objek/barang pesanan
nasabah tersebut. Jika jenis objek/barang mudah pengadaannya, maka BMT
yang akan membelikan barang pesanan. Tetapi jika jenis barang tersebut agak
sulit pengadaannya, maka nasabah ditugaskan oleh BMT untuk membeli
sendiri barang yang dimaksud demi efektifitas dan efisiensi serta kemudahan
46
Karim, Adiwarman Azwar, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan h.115 47
Lihat lampiran
76
semua pihak. Misal, jika nasabah memesan pakaian (untuk dijual kembali)
sebagai objek murabahah maka akan lebih mudah jika nasabah sendiri yang
membeli pakaian tersebut.48
BMT dan nasabah menggunakan akad wakalah terlebih dulu sebelum
melakukan akad murabahah. Akad wakalah berasal dari kata tawkil yang
berarti menunjuk seseorang untuk menjaga sesuatu dan juga untuk
melimpahkan tugas kepada orang lain49
. Dalam hal ini BMT melimpahkan
tugas kepada nasabah untuk membeli sendiri barang yang dimaksud nasabah.
Isi perjanjian akad wakalah yang dibuat oleh BMT menyebutkan secara
khusus tugas yang diberikan kepada nasabah, hal ini untuk menghindari
sengketa di belakang hari. Penulisan judul akad wakalah dalam perjajian ini
seharusnya tidak digabungkan dengan kata murabahah karena kedua akad ini
memang sangat berbeda, baik secara harfiah, secara praktik maupun secara
hukumnya. Jika penulisan judul dari perjanjian wakalah digabungkan menjadi
“Akad Wakalah Murabahah”50
maka khawatir terjadi kesalahpahaman dan
48
Suryadi, Kepala Bagian Operasional BMT Al-Fath IKMI, Wawancara, Pamulang, 29 Juni
2015, pukul 16:15 49
Sjahdeini Sutan Remi, Perbankan Syariah Produk-Produk dan Aspek-Aspek Hukumnya,
(Jakarta: Kencana, 2014),, h. 393 50
Lihat lampiran
77
tercipta kondisi dimana suatu transaksi di wadahi oleh dua akad sekaligus51
sehingga menimbulkan gharar / terjadi ketidakpastian.
Setelah nasabah selesai melakukan tugas yang diberikan BMT untuk
membeli barang pesanan, maka saat itu juga akad wakalah berakhir. Barang
tersebut secara kepemilikan adalah milik BMT. Artinya, barang tersebut
sepenuhnya dalam kuasa BMT. BMT boleh memakai, memberikan, termasuk
menjual kembali barang tersebut. Dengan berakhirnya akad wakalah maka
kedua belah pihak boleh melakukan akad lain, dalam hal ini akad murabahah.
Dalam ketentuan umum ini juga disebutkan aturan tentang membayar
pembiayaan secara angsuran. Hal ini tertulis secara jelas di pasal 3 akad ini52
.
Pasal tersebut mengatur tentang jumlah angsuran yang harus dibayar oleh
nasabah atas pembiayaan yang diajukan. Angsuran tersebut ditetapkan dengan
jelas di dalam akad beserta jangka waktunya yang menjadi kesepakatan kedua
belah pihak. Jumlah angsuran yang harus dibayarkan oleh nasabah jumlahnya
tetap hingga akhir akad dan sampai dinyatakan lunas. Ini juga berarti bahwa
jumlah angsuran tidak dapat diubah, tanpa sepengetahuan dan persetujuan
kedua belah pihak.
51
Contoh : transaksi lease and purchase (sewa-beli). Dalam transaksi ini, terjadi gharar
dalam akad, karena ada ketidakjelasan akad mana yang berlaku : akad beli atau akad sewa. Dalam
terminologi fiqh, kejadian ini disebut dengan shafqatain fi al-shafqah. 52
Lihat lampiran
78
e. Harga Jual (tsaman) adalah harga pokok ditambah keuntungan;
Dalam pasal 2 akad murabahah ini menyebutkan dengan jelas mengenai
objek/barang, harga pokok/harga beli, margin keuntungan dan harga jual
kepada nasabah53
. Maka, ketentuan dalam fatwa ini sudah dipenuhi dalam
akad murabahah ini.
Kepastian dan kesepakatan diawal mengenai harga barang yang akan
dibeli oleh nasabah merupakan syarat bagi sahnya transaksi murabahah.
Apabila harga tidak dapat dipastikan sebelumnya, maka jual beli tersebut
batal54
. Penetapan harga jual ini dilakukan setelah memperoleh referensi
margin keuntungan. Transparansi dalam akad murabahah ini menghindari
sengketa di kemudian hari dan terciptanya muamalah yang ‘antaraadhi
minkum, yaitu atas dasar saling ridho, saling suka sama suka di antara kedua
belah pihak, sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
f. Al-Mashlahah (ashlah) adalah suatu keadaan yang dianggap paling
banyak mendatangkan manfaat bagi pertumbuhan Lembaga Keuangan
Syariah yang sehat.
Arti Mashlahah berasal dari kata shalaha yang berarti baik. Pengertian
mashlahah dalam bahasa arab adalah perbuatan-perbuatan yang mendorong
53
Lihat lampiran 54
Sjahdeini Sutan Remi, Perbankan Syariah Produk-Produk dan Aspek-Aspek Hukumnya,
h.209
79
kepada kebaikan manusia. Dalam artinya yang umum adalah setiap segala
sesuatu yang bermanfaat bagi manusia, imam ghazali juga menjelaskan yaitu
mengambil manfaat dan menolak kemudharatan dalam rangka memelihara
tujuan-tujuan syara’.55
Artinya bahwa penetapan suatu hukum itu tiada lain
kecuali untuk menerapkan kemaslahatan umat manusia, yakni menarik suatu
manfaat, menolak bahaya atau menghilangkan kesulitan umat manusia.56
2. Ketentuan Hukum
Metode pengakuan keuntungan Murabahah dan Pembiayaan Murabahah
boleh dilakukan secara proporsional dan secara anuitas dengan mengikuti
ketentuan-ketentuan dalam fatwa ini.
Ketentuan hukum ini dengan jelas membolehkan metode pengakuan
keuntungan murabahah dilakukan secara proporsional dan secara anuitas,
sekaligus menegaskan bahwa seluruh kegiatan operasional Lembaga
Keuangan Syariah (LKS) harus berdasarkan ketentuan dalam fatwa ini. Hal ini
untuk menjaga konsistensi LKS dalam menerapkan prinsip syariah, sehingga
terhindar dari pelanggaran hukum syariah.
55
Nasrun Haroen, Ushul Fiqh, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1996), h. 114. 56
https://uswatunanis.wordpress.com/agama/ diakses 28 Juni 2015
80
3. Ketentuan Khusus
a. Pengakuan keuntungan murabahah dalam bisnis yang dilakukan oleh para
pedagang (al-tujjar), yaitu secara proporsional boleh dilakukan selama
sesuai dengan ‘urf (kebiasaan) yang berlaku di kalangan para pedagang;
Secara istilah, al-'urf bermakna apa yang menjadi kebiasaan manusia dan
mereka melawati kehidupan dan muamalat mereka dengan hal itu, baik berupa
perkataan, perbuatan atau hal yang ditinggalkan. Para ulama sepakat bahwa
'urf shahih dapat dijadikan dasar dalam menetapkan hukum yang berkaitan
dengan mu’amalah dan selama tidak bertentangan dengan syara'.57
Perhitungan keuntungan secara proporsional ini lah yang dipakai oleh BMT
Al-Fath IKMI untuk menghitung margin murabahah.
b. Pengakuan keuntungan al-Tamwil bi al-Murabahah dalam bisnis yang
dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) boleh dilakukan secara
Proporsional dan secara Anuitas selama sesuai dengan ‘urf (kebiasaan)
yang berlaku di kalangan LKS;
Metode pengakuan keuntungan yang digunakan oleh BMT Al-Fath IKMI
adalah metode proporsional, berarti BMT telah menerapkan ketentuan dalam
fatwa DSN ini.
57
http://www.rumahfiqih.com/x.php?id=1391071809&=tentang-urf-dan-tradisi.htm di akses
28 Juni 2015
81
c. Pemilihan metode pengakuan keuntungan al-Tamwil bi al- Murabahah
pada LKS harus memperhatikan mashlahah LKS bagi pertumbuhan LKS
yang sehat;
Dalam memilih metode pengakuan keuntungan murabahah, LKS harus
berhati-hati serta memperhatikan kemashlahatan bagi semua pihak. Hal ini
demi keberlangsungan dan menciptakan pertumbuhan LKS yang sehat. BMT
Al-Fath IKMI sebagai LKS menggunakan metode perhitungan keuntungan
secara proporsional, metode proporsional merupakan salah satu metode yang
boleh digunakan menurut fatwa DSN ini.
d. Metode pengakuan keuntungan at-Tamwil bi al-Murabahah yang ashlah
dalam masa pertumbuhan LKS adalah metode Anuitas;
Dalam praktik perbankan, biasanya margin dihitung dengan
menggunakan metode anuitas, makin lama jangka waktu pembiayaan, makin
besar margin yang dikenakan pada nasabah. Dalam ekonomi syariah,
pembolehan konsep tersebut dikarenakan konsep anuitas hanya digunakan
sebagai dasar perhitungan margin. Setelah margin ditentukan, nilai angsuran
tersebut bersifat tetap dan tidak berubah.58
Pada metode pengakuan keuntungan secara anuitas, pengembalian
pembiayaan murabahah dilakukan dengan pembayaran angsuran tetap yang
58
Rizal yaya, dkk. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktek Kontemporer, (Jakarta :
Salemba Empat), h. 187
82
merupakan hasil dari pejumlahan harga pokok dan margin keuntungan. Pada
angsuran itu, porsi margin yang diterima oleh LKS besar di awal kemudian
semakin mengecil pada angsuran berikutnya hingga berakhirnya akad.
Sedangkan porsi pengembalian harga pokok berbanding terbalik, yaitu kecil di
awal lalu semakin membesar pada angsuran berikutnya hingga berakhirnya
akad.
Metode pengakuan keuntungan secara anuitas ini tidak digunakan oleh
BMT Al-Fath IKMI dalam menentukan jumlah angsuran per bulan. Metode
yang digunakan oleh BMT dalam menentukan angsuran per bulan adalah
metode proporsional.
e. Dalam hal LKS menggunakan metode pengakuan keuntungan at-Tamwil
bi al-Murabahah secara anuitas, porsi keuntungan harus ada selama
jangka waktu angsuran; keuntungan at-tamwil bi al-murabahah
(pembiayaan murabahah) tidak boleh diakui seluruhnya sebelum
pengembalian piutang pembiayaan murabahah berakhir/lunas dibayar.
BMT Al-Fath IKMI tidak menggunakan metode pengakuan keuntungan
secara anuitas. Sedangkan isi dari ketentuan khusus ini diperuntukan khusus
bagi LKS yang menggunakan metode pengakuan keuntungan secara anuitas,
jadi ketentuan khusus pada hal ini tidak dijelaskan oleh penulis.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai
analisis metode perhitungan margin murabahah yang digunakan pada BMT Al-
Fath IKMI, terdapat beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Prosedur pembiayaan murabahah di BMT Al-Fath IKMI sudah cukup baik,
semua langkah dan tahapan dalam pengajuan permohonan pembiayaan
sudah diatur dengan baik. Karena BMT ini merupakan LKS-non bank,
maka nasabah yang menjadi mitra di BMT ini kebanyakan adalah
masyarakat sekitar yang berwirausaha dalam lingkup UKM. Barang/objek
yang biasa dipakai dalam pembiayaan murabahah di sini seringnya adalah
barang yang digunakan untuk modal kerja atau menghasilkan nilai
ekonomi bagi nasabah itu sendiri. Seperti untuk pembelian bahan-bahan
untuk warung sembako, pembelian pakaian (untuk dijual kembali),
pembelian mesin foto copy dan lain sebagainya. Besarnya pembiayaan
yang diberikan sesuai dengan besaran jaminan yang akan dijaminkan.
Antara pihak BMT dengan nasabah dapat melakukan negosiasi mengenai
harga pada saat pengajuan pembiayaan. Transparansi dalam penyebutan
84
harga beli, margin keuntungan, harga jual dan besaran angsuran yang harus
dibayar oleh nasabah.
2. Metode perhitungan margin murabahah yang digunakan oleh BMT adalah
metode proporsional yang disebutkan dalam fatwa DSN no.84. Hanya
perhitungan sederhana, yaitu harga pokok dikalikan dengan presentase
margin kemudian dibagi dengan jumlah bulan/lamanya jangka waktu
angsuran. Margin yang ditetapkan di BMT, merupakan hasil rapat Komite
Pembiayaan di BMT. Pertimbangan yang berpengaruh dalam menentukan
besaran margin keuntungan adalah hal-hal yang juga termasuk dalam
ketetapan ALCO Syariah, yaitu : DCMR, ICMR, ECRI, Acquiring Cost
dan Overhead Cost.
3. Mengenai relevansi metode perhitungan margin murabahah di BMT Al-
dengan fatwa DSN-MUI No.84//DSN-MUI/XII/2012 masih ada beberapa
ketentuan-ketentuan dalam fatwa yang belum dipenuhi. Seperti akad
wakalah yang dalam isi klausul akad masih digabungkan dengan akad
murabahah serta mengenai ketidakjelasan keberadaan dan kepemilikan
objek dalam murabahah.
85
B. Saran
Dari kesimpulan di atas, maka penulis memiliki pandangan atau saran yang
mungkin dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk perkembangan yang
lebih baik bagi BMT Al-Fath IKMI, beberapa saran sebagai berikut :
1. Sebaiknya akad wakalah dan murabahah dibuat terpisah dalam penulisan
masing-masing akad, karena jika digabungkan khawatir menimbulkan
ketidakjelasan pada saat pelaksanaan akad.
2. Metode perhitungan margin keuntungan sebaiknya mengacu kepada
referensi margin keuntungan yang ditetapkan oleh ALCO Syariah. Hal ini
dalam penerapannya untuk menghindari terjadinya penyimpangan dan
keluar dari prinsip syariah.
3. Dewan Pengawas Syariah (DPS) hendaknya selalu mengontrol baik
terhadap standar operasional prosedur (SOP) maupun pelaksanaan kegiatan
operasional LKS.
86
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman Azwar Karim. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Edisi Kedua,
Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2004.
Amalia, Euis. Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam. Jakarta: Rajagrafindo
Persada, 2009.
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta : RajaGrafindo Persada ,2007.
Azharuddin, Ah Lathif. Konsep dan Aplikasi Akad Murabahah Pada Perbankan
Syariah di Indonesia. Jakarta: Jurnal Anggota Komite Bidang Advokasi,
Penelitian, dan Pengembangan Hukum Ekonomi MES
_____________. Konsep dan Aplikasi Akad Murabahah pada Perbankan Syariah.
Tulisan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), 2014.
Fatwa DSN-MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000
Fatwa DSN-MUI No.84/DSN-MUI/XII/2012
Hendi suhendi. Fiqh Muamalah. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.
M. Burhan Bungin. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Kencana : Jakarta, 2009.
Madjid, Nazori. Nuansa Konvensional dalam Perbankan Syariah, Jurnal Kajian
Ekonomi Islam dan Kemasyarakatan : Nalar Fiqh. Vol. 3 No. 1, Juni 2011.
87
Muhammad Syafi’i Antonio. Bank Syariah dari Teori ke Prkatek. Jakarta: Gema
Insani, 2001.
Muhammad. Manajemen Bank Syariah. Edisi Revisi, Yogyakarta: UPP STIM YKPN,
2005.
_________. Manajemen Dana Bank Syariah. Yogyakarta: Ekonisia, 2005.
Nasrun Haroen. Ushul Fiqh. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1996.
Nasution, S. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara, 2001.
Nuryadin, Birusman. Harga dalam Perspektif Islam. Jurnal Ekonomi Islam:
Mazahib. Vol. 4 No. 1, Juni 2007.
Rahmawaty, Anita. Ekonomi Syari’ah: Tinjauan Kritis Produk Murabahah dalam
Perbankan Syariah di Indonesia. Jurnal Ekonomi Islam: La Riba. Vol. 1 No.
2, Desember 2007.
Rizal yaya, dkk. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktek Kontemporer.
Jakarta : Salemba Empat.
Saidi, Zaim. Tidak Syariahnya Bank Syariah, Cet ke-5. Yogyakarta: Delokomotif,
2015.
Sjahdeini Sutan Remi. Perbankan Syariah Produk-Produk dan Aspek-Aspek
Hukumnya. Jakarta: Kencana, 2014.
88
Sri Dewi Anggadini. Penerapan Margin Pembiayaan Murabahah pada BMT As-
Salam Pacet-Cianjur. Majalah Ilmiah UNIKOM. Vol. 9, No. 2
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
Bandung: CV Alfabeta, 2008.
Turmudi, Muhamad. Penentuan Margin Ba’i Al-murabahah Pada Program
Pembiayaan Perbankan Syari’ah di Indonesia. Jurnal Studi Ilmu Hukum
Islam dan Pranata Sosial : Al-‘Adl , Vol. 7 No. 1 Januari 2014.
Wiroso, Jual Beli Murabahah. Yogyakarta : UII Press, 2005.
Website BMT Al-Fath IKMI, www.bmtalfath.com
http://bmtamber.co.id/bmt-sebagai-pendorong-ekonomi-kerakyatan-2/ diakses 8 maret 2015
http://fossei.org/2013/01/menilik-perkembangan-koperasi-syariah-dan-potensinya-dalam-perbaikan-
kesejahteraan-masyarakat/
no. Tanggal Pokok Margin
Jumlah
Angsuran Sisa Pokok
Sisa
Margin
1. 6/16/2013 333333 184000 517333 7999992 4416000
2. 7/16/2013 333333 184000 517333 7666659 4232000
3 8/16/2013 333333 184000 517333 7333326 4048000
4 9/16/2013 333333 184000 517333 6999993 3864000
5 10/16/2013 333333 184000 517333 6666660 3680000
6 11/16/2013 333333 184000 517333 6333327 3496000
7 12/16/2013 333333 184000 517333 5999994 3312000
8 1/16/2014 333333 184000 517333 5666661 3128000
9 2/16/2014 333333 184000 517333 5333328 2944000
10 3/16/2014 333333 184000 517333 4999995 2760000
11 4/16/2014 333333 184000 517333 4666662 2576000
12 5/16/2014 333333 184000 517333 4333329 2392000
13 6/16/2014 333333 184000 517333 3999996 2208000
14 7/16/2014 333333 184000 517333 3666663 2024000
15 8/16/2014 333333 184000 517333 3333330 1840000
16 9/16/2014 333333 184000 517333 2999997 1656000
17 10/16/2014 333333 184000 517333 2666664 1472000
18 11/16/2014 333333 184000 517333 2333331 1288000
19 12/16/2014 333333 184000 517333 1999998 1104000
20 1/16/2015 333333 184000 517333 1666665 920000
21 2/16/2015 333333 184000 517333 1333332 736000
22 3/16/2015 333333 184000 517333 999999 552000
23 4/16/2015 333333 184000 517333 666666 368000
24 5/16/2015 333333 184000 517333 333333 184000
7999992 4416000 12415992 0 0Total
Tabel Jadwal Angsuran Murabahah di BMT Al-Fath IKMI
no. Tanggal Pokok Marjin Keuntugan Angsuran per Bulan
1. 6/16/2013 333333 184000 517333
2. 7/16/2013 333333 176333 509666
3. 8/16/2013 333333 168666 501999
4. 9/16/2013 333333 161000 494333
5. 10/16/2013 333333 153333 486666
6. 11/16/2013 333333 145666 478999
7. 12/16/2013 333333 138000 471333
8. 1/16/2014 333333 130333 463666
9. 2/16/2014 333333 122666 455999
10. 3/16/2014 333333 115000 448333
11. 4/16/2014 333333 107333 440666
12. 5/16/2014 333333 99666 432999
13. 6/16/2014 333333 92000 425333
14. 7/16/2014 333333 84333 417666
15. 8/16/2014 333333 76666 409999
16. 9/16/2014 333333 69000 402333
17. 10/16/2014 333333 61333 394666
18. 11/16/2014 333333 53666 386999
19. 12/16/2014 333333 46000 379333
20. 1/16/2015 333333 38333 371666
21. 2/16/2015 333333 30666 363999
22. 3/16/2015 333333 23000 356333
23. 4/16/2015 333333 15333 348666
24. 5/16/2015 333333 7666 340999
7999992 2299992 10299984Total
Tabel Margin Keuntungan Menurun
no. Tanggal Pokok Margin Jumlah Angsuran
1. 6/16/2013 333333 184000 517333
2. 7/16/2013 333333 138000 471333
3 8/16/2013 333333 122666 455999
4 9/16/2013 333333 115000 448333
5 10/16/2013 333333 110400 443733
6 11/16/2013 333333 107333 440666
7 12/16/2013 333333 105142 438475
8 1/16/2014 333333 103500 436833
9 2/16/2014 333333 102222 435555
10 3/16/2014 333333 101200 434533
11 4/16/2014 333333 100363 433696
12 5/16/2014 333333 99666 432999
13 6/16/2014 333333 99076 432409
14 7/16/2014 333333 98571 431904
15 8/16/2014 333333 98133 431466
16 9/16/2014 333333 97750 431083
17 10/16/2014 333333 97411 430744
18 11/16/2014 333333 97111 430444
19 12/16/2014 333333 96842 430175
20 1/16/2015 333333 96600 429933
21 2/16/2015 333333 96380 429713
22 3/16/2015 333333 96181 429514
23 4/16/2015 333333 96000 429333
24 5/16/2015 333333 95833 429166
7999992 2555380 10555372Total
Tabel Margin Keuntungan Rata-Rata
no. Tanggal Pokok Margin Jumlah Angsuran
1. 6/16/2013 333333 7666 340999
2. 7/16/2013 333333 7666 340999
3 8/16/2013 333333 7666 340999
4 9/16/2013 333333 7666 340999
5 10/16/2013 333333 7666 340999
6 11/16/2013 333333 7666 340999
7 12/16/2013 333333 7666 340999
8 1/16/2014 333333 7666 340999
9 2/16/2014 333333 7666 340999
10 3/16/2014 333333 7666 340999
11 4/16/2014 333333 7666 340999
12 5/16/2014 333333 7666 340999
13 6/16/2014 333333 7666 340999
14 7/16/2014 333333 7666 340999
15 8/16/2014 333333 7666 340999
16 9/16/2014 333333 7666 340999
17 10/16/2014 333333 7666 340999
18 11/16/2014 333333 7666 340999
19 12/16/2014 333333 7666 340999
20 1/16/2015 333333 7666 340999
21 2/16/2015 333333 7666 340999
22 3/16/2015 333333 7666 340999
23 4/16/2015 333333 7666 340999
24 5/16/2015 333333 7666 340999
7999992 183984 8183976Total
Tabel Margin Keuntungan Flat
no. Tanggal Pokok Margin Jumlah Angsuran Sisa Pokok Sisa Margin
7999991 2782558.53
1. 6/16/2013 253479 195793.8971 449272.8971 7746512 2586764.633
2. 7/16/2013 259309 189963.8971 449272.8971 7487203 2396800.736
3 8/16/2013 265273 183999.8971 449272.8971 7221930 2212800.839
4 9/16/2013 271374 177898.8971 449272.8971 6950556 2034901.942
5 10/16/2013 277616 171656.8971 449272.8971 6672940 1863245.045
6 11/16/2013 284001 165271.8971 449272.8971 6388939 1697973.148
7 12/16/2013 290533 158739.8971 449272.8971 6098406 1539233.251
8 1/16/2014 297215 152057.8971 449272.8971 5801191 1387175.353
9 2/16/2014 304051 145221.8971 449272.8971 5497140 1241953.456
10 3/16/2014 311044 138228.8971 449272.8971 5186096 1103724.559
11 4/16/2014 318198 131074.8971 449272.8971 4867898 972649.6622
12 5/16/2014 325517 123755.8971 449272.8971 4542381 848893.7651
13 6/16/2014 333004 116268.8971 449272.8971 4209377 732624.868
14 7/16/2014 340663 108609.8971 449272.8971 3868714 624014.9709
15 8/16/2014 348498 100774.8971 449272.8971 3520216 523240.0738
16 9/16/2014 356513 92759.89709 449272.8971 3163703 430480.1767
17 10/16/2014 364713 84559.89709 449272.8971 2798990 345920.2796
18 11/16/2014 373102 76170.89709 449272.8971 2425888 269749.3825
19 12/16/2014 381683 67589.89709 449272.8971 2044205 202159.4854
20 1/16/2015 390462 58810.89709 449272.8971 1653743 143348.5884
21 2/16/2015 399442 49830.89709 449272.8971 1254301 93517.69127
22 3/16/2015 408630 40642.89709 449272.8971 845671 52874.79418
23 4/16/2015 418028 31244.89709 449272.8971 427643 21629.89709
24 5/16/2015 427643 21629.89709 449272.8971 0 0
7999991 2782558.53 10782549.53Total
Tabel Margin Keuntungan Annuitas
AKAD WAKALAH MURABAHAH NO : 1982/WKL/BMT-AF/CBU/VIII/2015
Dengan memohon petunjuk dan ridho Allah Subhanahu Wata’ala, pada hari Kamis, tanggal 13/08/2015
(Tiga belas Agustus Tahun Dua Ribu Lima Belas) bertempat di Kedaung Pamulang Tangerang Selatan,
bahwa kami yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama : Saimin
Jabatan : Manager Tamwil,
Bertindak untuk dan atas nama KBMT AL-FATH IKMI, Suatu badan hukum Koperasi yang berkedudukan di
Jl.Aria Putra No. 7 Kedaung Pamulang Tangerang Selatan, selanjutnya disebut PIHAK I.
2. Nama : DIDING
Tempat,Tgl Lahir :
Alamat :
Pekerjaan : Wiraswasta
NIK :
Bertindak untuk dan atas nama pribadi, Selanjutnya disebut Pihak II.
Kedua belah Pihak telah sepakat melakukan akad Wakalah dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Pihak I memberikan uang kepada Pihak II sebesar Rp 20.000.000,- (Dua puluh juta rupiah) dan sekaligus
memberikan kuasa penuh untuk Membeli Pisang sebanyak 10 Ton / 1300 tandan seharga Rp 20.000.000,-
(Dua puluh juta rupiah) dari Penjual
2. Pihak II telah menerima dari Pihak I uang sebesar Rp 20.000.000,- (Dua puluh juta rupiah) untuk
menjalankan kuasa sebagai mana tersebut pada point 1(satu).
Demikian akad wakalah ini dibuat dan ditanda tangani Kedua belah pihak, untuk dapat dijalankan dengan
semestinya.
Yang Mengadakan akad
Pihak I Pihak II
SAIMIN DIDING
AKAD JUAL BELI MURABAHAH No: 1983/MBH/BMT-AF/CBU/VIII/2015
Bismillahirahmanirrahim Allah berfirman:
“ Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad perjanjian “ (Qs Al Maidah:1)
Rasulullah bersabda:
““Siapa yang berhutang dan dia bertekad untuk membayarnya niscaya Allah akan memudahkannya
untuk melunasi hutangnya. Dan siapa yang berhutang tidak bertekad untuk membayar hutangnya
niscaya Allah akan membinasakannya” (HR. Bukhari).
Dengan memohon petunjuk dan ridho Allah Subhanahu Wata’ala, pada hari Kamis, tanggal 13/08/2015
(Tiga belas Agustus Tahun Dua Ribu Lima Belas) bertempat di Kedaung Pamulang Tangerang Selatan,
bahwa kami yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama : Saimin
Jabatan : Manager Tamwil,
Bertindak untuk dan atas nama KBMT AL-FATH IKMI, Suatu badan hukum Koperasi yang berkedudukan di
Jl.Aria Putra No. 7 Kedaung Pamulang Tangerang Selatan, selanjutnya disebut PIHAK I.
2. Nama : DIDING
Tempat,Tgl Lahir :
Alamat :
Pekerjaan : Wiraswasta
NIK :
Bertindak untuk dan atas nama pribadi, Selanjutnya disebut Pihak II.
PIHAK I dan PIHAK II telah sepakat mengadakan akad perjanjian jual beli (Murabahah) yang terikat dengan
ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut:
Pasal 1
DASAR AKAD
Akad ini dilaksanakan dengan didasari oleh ketaqwaan kepada Allah, Kepercayaan, Amanah, dan bertanggung
jawab.
Pasal 2
OBJEK BARANG DAN HARGA JUAL BELI
(1) PIHAK I Menjual kepada PIHAK II Pisang sebanyak 10 Ton / 1300 tandan (sesuai RAB) seharga pokok Rp
20.000.000,- dan Margin Rp 4.800.000,- total harga jual Rp 24.800.000,-(Dua puluh empat juta delapan
ratus ribu rupiah).
(2) PIHAK II telah membeli dari PIHAK I Pisang sebanyak 10 Ton / 1300 tandan (sesuai RAB) seharga Pokok
Rp. 20.000.000,- dan Margin Rp 4.800.000,- total harga beli Rp 24.800.000,-(Dua puluh empat juta delapan
ratus ribu rupiah).
Pasal 3
SISTEM DAN JANGKA WAKTU PEMBAYARAN KEMBALI
(1) Sistem pembayaran adalah dengan cara angsuran selama 12 (Dua belas) kali angsuran.
(2) Jangka waktu akad adalah 12 (Dua belas) bulan sejak ditandatanganinya akad ini sampai dengan jatuh
tempo tanggal 13 Agustus 2016.
(3) Pembayaran angsuran sebagai mana dimaksud pada pasal 3 ayat (1) dilakukan mulai tanggal 13 September
2015 dan selanjutnya setiap tanggal 13 (Tiga belas) dengan cara diantar ke Kantor KJKS BMT AL FATH
IKMI.
(4) Besar pembayaran angsuran perbulan sebesar Rp 2.066.667,- (Dua juta enam puluh enam ribu enam ratus
enam puluh tujuh rupiah) sampai dengan dinyatakan lunas.
Pasal 4
KUASA DEBET TABUNGAN
Jika kewajiban angsuran sebagaimana tertuang dalam pasal 3 (Tiga) ayat 3 (Tiga) dan tenggang waktu yang di
berikan sesuai pasal 6 (Enam) ayat 1 (Satu) telah habis, Pihak II belum melakukan pembayaran angsuran, maka
Pihak II memberikan kuasa penuh kepada Pihak I untuk mendebet saldo tabungan Pihak II dengan No. Rekening
10013000.22289 Atas nama DIDING sebagai pembayaran angsuran kepada Pihak I.
Pasal 5
PERNYATAAN JAMINAN
Untuk menjamin keamanan dan terpenuhinya kewajiban Pihak II, maka dengan ini Pihak II menjaminkan barang
dalam bentuk 1 (satu) Unit Mobil dengan spesifikasi : No. BPKB D 0728206 G, Nopol B 1234 AB, Merk
SUZUKI PIC UP, Tahun 2007, Warna BIRU, No. NIK / Rangka MHYESL4154J152748, No. Mesin G15A-IA-
152269, Atas Nama DIDING. Harga Taksasi Rp. 26.250.000,-
Pasal 6
PERISTIWA CEDERA JANJI
(1) Pihak II dianggap cedera janji apabila tidak dapat memenuhi kewajiban angsuran lebih dari 3(tiga) kali
sesuai dengan jadwal waktu yang ditetapkan, dan oleh karenanya Pihak I berhak untuk membatalkan akad
pembiayaan ini, dan Pihak II berkewajiban mengembalikan seluruh sisa kewajibannya kepada Pihak I tanpa
menunggu masa perjanjian berakhir.
(2) Apabila Pihak II cedera janji sebagaimana tersebut pada ayat (1) dan / atau apabila setelah satu pekan dari
jatuh tempo Pihak II belum melunasi seluruh kewajibannya kepada Pihak I, maka terhadap hal ini Pihak I
berhak mengambil tindakan sebagai berikut:
Mendebet simpanan Pihak II yang ada pada Pihak I untuk melunasi sisa angsuran.
Bila dari simpanan tidak mencukupi, maka Pihak I akan Mengambil alih, menguasai dan menjual barang
yang dijaminkan kepada Pihak I. Bila dari hasil penjualan barang jaminan tersebut nilainya di bawah sisa
Pembiayaan Pihak II, maka Pihak II masih berkewajiban melunasi sisa Pembiayaan tersebut. Bila nilai
penjualan barang jaminan tersebut diatas nilai Pembiayaan Pihak II, maka Pihak I akan mengembalikan
sisa tersebut pada Pihak II.
Pasal 7
ASURANSI
Pembiayaan ini diikutsertakan dalam program Asuransi Jiwa Syariah dengan ketentuan:
(1) Asuransi jiwa memberikan manfaat jika dalam masa pembiayaan ini takdir Allah mendahului Pihak II
meninggal dunia maka segala kewajiban Pihak II diluar tunggakan angsuran Akan ditagihkan ke Pihak
Asuransi Syariah.
(2) Persetujuan atau penolakan atas klaim sepenuhnya menjadi wewenang Perusahaan Asuransi Syariah.
(3) Masa Asuransi Jiwa Syariah ini berlaku sejak kepesertaan disetujui oleh pihak Perusahaan Asuransi Syariah
sampai berakhirnya masa pembiayaan ini.
(4) Jika karena satu dan lain hal permohonan klaim Asuransi tersebut ditolak oleh Pihak Asuransi Syariah
karena tidak memenuhi syarat sebagaimana diatur dalam polis asuransi, maka kewajiban pelunasan manjadi
tanggungjawab Pihak II dan ahli waris.
(5) Jika terdapat tunggakan angsuran, maka tunggakan tersebut menjadi tanggung jawab ahli waris untuk
pelunasannya.
(6) Biaya Premi asuransi menjadi tanggungjawab Pihak II.
Pasal 8
AHLI WARIS
Ahli Waris yang ditunjuk oleh Pihak II adalah:
Nama : NURHAYATI
Hubungan : Istri
Alamat KTP :
Pasal 9
BIAYA-BIAYA
Terhadap akad ini Pihak II dikenakan biaya administrasi dan Premi Asuransi sebesar Rp. 170.900,-
Pasal 10
ADDENDUM
Pihak I dan Pihak II telah sepakat bahwa segala sesuatu yang belum diatur dalam akad ini, akan diatur dalam
addendum-addendum dan /atau surat-surat dan/atau lampiran-lampiran yang akan dibuat dan menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dengan perjanjian ini.
Pasal 11
DOMISILI HUKUM
Tentang akad ini dan segala akibatnya, Pihak I dan Pihak II sepakat memilih domisili hukum yang tetap dan
umum dikantor kepaniteraan Pengadilan Agama Tangerang.
Pasal 12
PASAL TAMBAHAN
Perjanjian ini ditandatangani diatas materai yang cukup, dan dibuat dalam rangkap 2(dua) dan mempunyai
kekuatan pembuktian yang sama, ditanda tangani oleh Para Pihak dengan sukarela tanpa paksaan dari Pihak
manapun dan dalam kondisi sehat jasmani dan rohani.
PARA PIHAK YANG MENGADAKAN AKAD
PIHAK I PIHAK II PERSETUJUAN ISTRI
SAIMIN DIDING NURHAYATI
Lampiran
Pedoman Wawancara
Daftar Wawancara Pada BMT Al-Fath IKMI
Jl. Aria Putra No. 7
Kedaung Tangerang Selatan
Nama Narasumber : Suryadi
Jabatan : Kepala Bagian Operasional
Hari/Tanggal : Senin, 29 Juni 2015
Waktu Wawancara : 16.15 – 16.50
Tempat Wawancara : BMT Al-Fath IKMI (Kantor Pusat)
1. Bagaimana sejarah berdirinya BMT Al-Fath IKMI?
Jawab : Awal mula berdirinya koperasi BMT Al-Fath IKMI ini dari IKMI
(Ikatan Masjid Indonesia) kalau sekarang diganti jadi Idaroh Kemakmuran
Masjid Indonesia, Idaroh itu artinya manajemen. Didasari oleh idealisme
yang kuat untuk turut andil dalam membantu saudara-saudara yang
bergerak di bidang usaha, tetapi sulit untuk berkembang dikarenakan
banyaknya praktek rentenir, sistem ekonomi liberal yang melahirkan kaum
kapitalis sehingga distribusi pendapatan tidak merata.
Disamping itu keinginan mengembangkan pola dakwah yang selama ini
lebih banyak di bidang dakwah sehingga diharapkan besar di masa
mendatang sistem ekonomi yang Islami dapat diterapkan di Indonesia.
Atas dasar itulah sehingga pada tanggal 13 Oktober 1996 didirikanlah
koperasi BMT Al-Fath IKMI yang pada waktu itu terdiri oleh 25 orang
pendiri dengan modal awal Rp. 400.000,- per pendiri. Letak kantor
pertama yaitu di gang swadaya berupa kontrakan kecil. Sekarang BMT Al-
Fath IKMI memiliki sebuah kantor pusat yang berada di kedaung, dan 4
kantor cabang lainnya yang berada di daerah Arya Putra, Legoso, Jombang
dan Pondok Aren.
Pada tahun 1998, BMT Al-Fath IKMI resmi mendaftarkan diri pada
departemen koperasi untuk mendapatkan badan hukum. Maka BMT Al-
Fath IKMI mendapatkan legal hukum dengan nomor:
650/BH/kwk.10/IV/1998 dengan nama “Koperasi Simpan Pinjam
Pamulang”.
Pada tahun 2005, berdasarkan hasil kesepakatan RAT tahun 2004, BMT
Al-Fath IKMI mengajukan perubahan badan hukum, maka lahirlah akte
perubahan dengan nomor: 518/BH/PAD/Koperasi/2005 dengan nama
“Koperasi BMT Al-Fath IKMI”
2. Apa visi dan misi BMT Al-Fath IKMI?
Jawab : Visinya, Meningkatkan kualitas keimanan anggota dan mitra
binaan sehingga mampu berperan aktif sebagai khalifah Allah Subhanahu
Wa Ta'ala. Sedangkan misinya adalah Menerapkan prinsip-prinsip syari'at
dalam kegiatan ekonomi, memberdayakan pengusaha kecil dan menengah,
dan membina kepedulian aghniyaa (orang mampu) kepada dhuafaa
(kurang mampu) secara terpola dan berkesinambungan.
3. Apa saja jenis pelayanan (pembiayaan dan penghimpunan dana) yg
disediakan BMT?
Jawab : Pembiayaan terdiri dari; pembiayaan mudharabah, pembiayaan
musyarakah, piutang murabahah dan piutang ijarah. Untuk penghimpunan
dana, ada yang memakai prinsip wadiah yaitu Tawakal (Tabungan wadiah
BMT Al-Fath). Ada juga yang menggunakan prinsip bagi hasil seperti;
Tabah (Tabungan berjangka Al-Fath), Sidik (Simpanan Pendidikan),
Simpanan Idul Fitri, Simpanan Qurban, Simpanan Nikah dan Simpanan
Haji.
4. Bagaimana dengan mitra BMT saat ini? Siapa saja mitra BMT saat ini?
Menjalin kerjasama dengan lembaga apa saja?
Jawab : Sudah banyak menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga,
terutama dengan lembaga keuangan syariah seperti BTN Syariah, Bank
Muamalat, dll.
5. Berapa kisaran pembiayaan yang diberikan BMT? Berapa batas plafond
pembiayaan murabahah?
Jawab : Kisaran Rp. 500.000 – Rp. 50.000.000 , tapi terkadang kami juga
bisa menerima sampai Rp. 100.000.000. Tergantung dari hasil analisa 5C
nasabah yang bersangkutan.
6. Bagaimana syarat pengajuan pembiayaan murabahah di BMT?
Jawab : Untuk mengajukan pembiayaan murabahah, ada beberapa syarat
yang harus dipenuhi yaitu :
a. Menjadi anggota/nasabah BMT dengan membuka rekening awal
sebesar Rp. 25.000. Rinciannya itu, untuk simpanan pokok sebesar Rp.
10.000 , saldo awal Rp. 10.000 dan administrasi pembukuan Rp. 5.000
b. Setelah jadi anggota/nasabah mengisi formulir permohonan
pembiayaan dengan data diri yang lengkap :
a) Foto copy KTP/SIM Suami dan istri & Fotocopy Kartu Keluarga
b) Foto copy surat nikah/cerai
c) Pas foto 3x4 suami dan istri
d) Foto copy laporan keuangan usaha
e) Foto copy jaminan BPKB & STNK masih berlaku;
SHM/SHGB/AJB & SPPT PBB tahun terakhir + bukti lunas PBB
Persyaratan Tambahan Bagi Karyawan
a) Slip gaji terakhir stempel perusahaan
b) Foto copy rekening bank 3 bulan terakhir
c) Foto copy SK pegawai/karyawan
7. Bagaimana tahap-tahap prosedur pembiayaan murabahah di BMT?
Jawab : Tahapan atau prosedur pembiayaan murabahah di BMT Al-Fath
IKMI melalui beberapa proses yaitu:
1) Calon nasabah/mitra pembiayaan harus menjadi mitra/nasabah di BMT
Al-Fath IKMI dengan membuka rekening tabungan awal.
2) Setelah menjadi nasabah/mitra BMT Al-Fath IKMI langkah
selanjutnya adalah:
a. Nasabah menyampaikan tujuan meminta bantuan untuk membeli
suatu barang yang dibutuhkan. Menjelaskan tujuan penggunaan
barang tersebut serta sumber dana dan cara untuk melunasi
pembelian barang tersebut. Disini nasabah bisa melakukan
negosiasi dengan pihak BMT untuk mendapat kesepakatan harga
barang yang dibutuhkan. Jadi, ada transaksi tawar menawar
sebelum terjadinya akad murabahah.
b. Mengisi formulir permohonan pengajuan pembiayaan dengan
identitas lengkap nasabah. Serta melampirkan persyaratan-
persyaratan yang telah disebutkan di atas.
c. Mengisi tabel RAB (Rencana Anggaran Belanja). Disini nasabah
menuliskan rincian rencana penggunaan dana pembiayaan.
Sekaligus melampirkan informasi barang yang dibutuhkan yaitu
tipe, jumlah, warna, ukuran serta penjual atau supplier barang
tersebut.
3) Selanjutnya Customer Service dan Account Officer BMT Al-Fath
IKMI melakukan pemeriksaan kelengkapan berkas.
a. Jika berkas belum lengkap maka BMT Al-Fath IKMI
mempersilakan mitra untuk melengkapinya terlebih dahulu.
b. Jika berkas yang disertakan lengkap dan sesuai persyaratan maka
tim BMT Al-Fath IKMI melakukan survey kepada mitra.
4) Account Officer (AO) melakukan survey kepada mitra dengan
melakukan tinjauan lapangan kepada mitra pembiayaan untuk
memperoleh informasi lebih lengkap dan melihat langsung aset yang
akan dijadikan jaminan oleh mitra pembiayaan. Pada tahap survey ini
juga dilakukan analisis kelayakan usaha mitra menggunakan Formulir
Permohonan Pembiayaan, Rancangan Anggaran Belanja Mitra, dan
berkas-berkas kelengkapan. Analisis tersebut dilakukan berdasarkan
faktor-faktor penilaian pembiayaan yang berpedoman pada prinsip 5-
C.
5) Setelah analisa dilakukan, kemudian menyerahkan hasil analisa untuk
dibahas dalam rapat komite pembiayaan;
a. Jika hasil analisis tidak layak maka permohonan pembiayaan
ditolak dan semua berkas/dokumen nasabah dikembalikan lagi
kepada yang bersangkutan.
b. Jika hasil analisis layak maka langsung diserahkan ke bagian
operasional untuk disiapkan akad pembiayaannya.
6) Kemudian bagian operasional menyiapkan akad pembiayaan dan
jadwal pencairan dana.
7) Setelah jadwal pencairan dana dibuat maka pihak BMT Al-Fath IKMI
menginformasikannya kepada nasabah
8) Nasabah datang sesuai jadwal yang ditentukan sambil menyerahkan
jaminan. Disini jaminan di cek keasliannya apakah sudah sesuai
dengan berkas yang dilampirkan pada saat pengajuan surat
permohonan pembiayaan.
9) Setelah itu kedua belah pihak yaitu BMT Al-Fath IKMI dan nasabah
melakukan akad pembiayaan/pengikatan antara kedua belah pihak
10) Setelah ada pengikatan antara kedua belah pihak, kemudian BMT dan
nasabah melakukan transaksi jual beli barang. Dalam tahap
pemesanan/pembelian barang ini dibagi menjadi 2 cara yaitu;
a. Jika pemesanan barang dalam transaksi pembelian barang dapat
diwakilkan kepada nasabah untuk membeli sendiri barang yang
diperlukan, maka BMT membayarkan dana kepada nasabah untuk
pembelian barang tersebut kepada supplier (penjual barang). Disini
nasabah harus menandatangani akad wakalah terlebih dahulu.
b. Jika pemesanan barang langsung kepada supplier oleh BMT maka
tidak perlu ada penandatangan akad wakalah. BMT dapat
melakukan pembayaran harga beli barang langsung kepada
supplier.
c. Setelah menerima pembayaran, supplier akan menyerahkan tanda
terima uang oleh supplier.
d. Supplier mengirimkan barang pada nasabah dengan melampirkan
surat pengiriman barang pada nasabah.
11) Saat penerimaan barang;
a. Jika menggunakan akad wakalah terlebih dahulu, setelah menerima
barang maka nasabah harus menyerahkan bukti pembelian barang
dan penerimaan barang dari supplier kepada BMT.
b. Jika langsung dengan menggunakan akad murabahah, maka setelah
barang diterima oleh nasabah harus menyerahkan pada BMT surat
tanda terima barang.
12) Setelah menerima barang sesuai dengan spesifikasi yang diminta,
selanjutnya sesuai ketentuan dalam persetujuan murabahah pelunasan
harga jual barang kepada BMT dilaksanakan oleh nasabah sesuai
dengan jangka waktu yang disepakati.
13) Nasabah melakukan pelunasan, baik sekaligus ataupun diangsur.
8. Langkah-langkah apa yang dilakukan BMT sebelum permohonan
pembiayaan tersebut disetujui?
Jawab : Hal ini masih masuk ke dalam tahapan prosedur permohonan
pembiayaan, dengan cara :
a. Account Officer (AO) melakukan survey kepada mitra dengan
melakukan tinjauan lapangan kepada mitra pembiayaan untuk
memperoleh informasi lebih lengkap dan melihat langsung aset
yang akan dijadikan jaminan oleh mitra pembiayaan. Pada tahap
survey ini juga dilakukan analisis kelayakan usaha mitra
menggunakan Formulir Permohonan Pembiayaan, Rancangan
Anggaran Belanja Mitra, dan berkas-berkas kelengkapan. Analisis
tersebut dilakukan berdasarkan faktor-faktor penilaian pembiayaan
yang berpedoman pada prinsip 5-C.
b. Setelah analisa dilakukan, kemudian menyerahkan hasil analisa
untuk dibahas dalam rapat komite pembiayaan;
a) Jika hasil analisis tidak layak maka permohonan pembiayaan
ditolak dan semua berkas/dokumen nasabah dikembalikan lagi
kepada yang bersangkutan.
b) Jika hasil analisis layak maka langsung diserahkan ke bagian
operasional untuk disiapkan akad pembiayaannya.
9. Berapa persen margin yang diberikan BMT dalam pembiayaan
murabahah? Adakah ketentuan tertentu sesuai besaran pinjaman atau
barang pesanan (misal, kendaraan bermotor)?
Jawab : Margin kami per bulan nya 2%. Ketentuan tertentu tidak ada, tapi
biasanya misalkan jangka waktu < 1 tahun, maka margin nya 2,3%. Kalau
jangka waktu 2 tahun maka margin nya 2,2%. Semakin lama jangka
waktu, maka persen margin nya kami kurangi, tapi memang meskipun > 3
tahun batas margin hanya 2%.
10. Bagaimana cara atau metode perhitungan margin yang diterapkan pada
pembiayaan murabahah di BMT?bagaimana contoh perhitungannya?
Jawab : Kami menggunakan perhitungan dengan metode angsuran tetap.
Misalkan, nasabah memohon pembiayaan untuk membeli laptop seharga
Rp. 10.000.000 dalam waktu 24 bulan. Maka : Margin = (harga beli – DP)
x 2,3%. Harga pokok = (Harga beli – DP) / Jangka waktu.
Angsuran cicilan per bulan = Margin + Harga Pokok
Harga beli laptop : Rp. 10.000.000
DP : Rp. 2.000.000 –
Jumlah yang BMT biayai :Rp. 8.000.000 (Harga Pokok)
Margin :Rp. 8.000.000 x 2,3% = Rp. 184.000/bulan
Jumlah margin dalam 24 bulan (jangka waktu) = Rp. 4.416.000
Jumlah angsuran per bulan dari BMT Al-Fath IKMI:
Jumlah yang BMT biayai + jumlah margin dalam 24 bulan
Rp. 8.000.000 + Rp. 4.416.000 = Rp. 12.416.000 : 24 bulan = Rp.
517.333/ bulan
11. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi atau menjadi bahan
pertimbangan dalam penetapan margin? Faktor manakah yang paling
dominan mempengaruhi dan dipertimbangkan saat penerapan margin?
Jawab : Jangka waktu, BI rate, dan persaingan pasar.
12. Apakah perhitungan penerapan margin murabahah mengacu pada rapat
ALCO syariah?
Jawab : Iya, saat mengadakan rapat dengan Komite pembiayaan, tentang
penerapan margin di sini (BMT) mengacu kepada referensi margin
keuntungan yang ditetapkan ALCO syariah.
13. Apakah ada sistem negosiasi antara pihak BMT dan nasabah sebelum
mendapatkan kesepakatan pembiayaan murabahah?
Jawab : Iya, ada negosiasi, tapi meskipun ada negosiasi, margin yang kami
berikan 2% saja. dan penyebutan harga pokok dan harga jual (harga yang
sudah ditambah dengan margin), jadi nasabah mengetahui besaran margin
yang kami berikan.
14. Apakah ada penandatangan wakalah pada pembiayaan murabahah?
Jawab : “Iya, ada. Untuk beberapa kasus pembiayaan murabahah
memerlukan akad wakalah dulu, seperti pembiayaan murabahah untuk
modal membeli pakaian yang akan dijual nasabah, kalau kami yang
membelikan pakaian „kan repot.” Kalau untuk permohonan pembiayaan
barang yang diinginkan nasabah sudah tersedia pada kami, maka tidak
perlu menggunakan akad wakalah terlebih dahulu.
15. Dari prosedur dan margin yang sudah diperhitungkan, apa kendala yang
didapat BMT dalam pembiayaan murabahah?