analisis laporan keuangan untuk menilai kinerja pada kelompok

112
PENGARUH DIVIDEND PER SHARE DAN RETURN ON EQUITY TERHADAP HARGA SAHAM Studi pada lima perusahaan yang tergabung dalam sektor pertambangan periode 2002-2007 (terdaftar di Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Pada Fakultas Bisnis Dan Manajemen Universitas Widyatama Disusun Oleh: NAMA : Denny NRP : 0202047 FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN UNIVERSITAS WIDYATAMA Terakreditasi (Accredited)- Peringkat “A” SK. Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) Nomor : 010/BAN-PT/AK-X/S1/V/2002 Tanggal 19 Maret 2007 2008

Upload: lycong

Post on 14-Jan-2017

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH DIVIDEND PER SHARE DAN RETURN ON

EQUITY TERHADAP HARGA SAHAM

Studi pada lima perusahaan yang tergabung dalam sektor pertambangan periode 2002-2007

(terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam

Menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Pada

Fakultas Bisnis Dan Manajemen Universitas Widyatama

Disusun Oleh:

NAMA : Denny

NRP : 0202047

FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN

UNIVERSITAS WIDYATAMA Terakreditasi (Accredited)- Peringkat “A”

SK. Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)

Nomor : 010/BAN-PT/AK-X/S1/V/2002

Tanggal 19 Maret 2007

2008

PENGARUH DIVIDEND PER SHARE DAN RETURN ON

EQUITY TERHADAP HARGA SAHAM

Studi pada lima perusahaan yang tergabung dalam sektor pertambangan periode 2002-2007

(terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam

Menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Pada

Fakultas Bisnis Dan Manajemen Universitas Widyatama

Disusun Oleh :

NAMA : Denny

NRP : 0202047

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Lasmanah, S.E., M.Si.

Mengetahui,

Dekan Fakultas Bisnis dan

Manajemen

Sri Astuti Pratniningsih, S.E, M.A.

Ketua Program Studi Bisnis dan

Manajemen

DR. H. Tendi Haruman, S.E., M.M.

SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : DENNY

NRP : 02.02.047

Tempat Tanggal Lahir : Purwakarta, 28 April 1984

Menyatakan dengan ini bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh

Dividend per Share dan Return on Equity Terhadap Harga Saham

Perusahaan yang Tergabung Dalam Sektor Pertambangan Periode

2002-2007”, merupakan hasil pekerjaan saya sendiri. Apabila terbukti

skripsi ini bukan merupakan pekerjaan saya sendiri, saya bersedia

menerima segala sanksi yang telah ditetapkan. Demikian skripsi ini dibuat

sebagaimana mestinya dan benar adanya.

Bandung, 26 September 2008

Penulis,

Denny

ABSTRAK

Harga minyak yang terus melambung tinggi menyebabkan harga si emas

hitam ini terus naik. Negara-negara yang bergantung dari minyak berupaya untuk

mengganti sumbernya dengan energi yang lain. Dengan pergantian tersebut, harga

komoditas pertambangan seperti batubara, gas alam, dan lainnya menjadi naik.

Sehingga terjadi lonjakan pendapatan pada perusahaan pertambangan. Dengan

semakin baik kinerja perusahaan secara otomatis akan meningkatkan pemberian

dividen kepada para pemegang sahamnya. Dengan pemberian dividen yang

meningkat maka harga saham akan naik. Namun kenyataannya harga saham tidak

sesuai dengan apa yang diharapkan. Karena harga saham perusahaan sering

berfluktuasi dari waktu ke waktu. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis

menuangkan dalam skripsi ini dengan judul “Pengaruh dividend per share dan

return on equity terhadap harga saham perusahaan yang tergabung dalam

sektor pertambangan periode 2002-2007”.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan

verifikatif. Metode deskriptif bertujuan untuk melakukan pengujian gambaran

yang cukup jelas mengenai objek. Metode verifikatif bertujuan untuk menguji

hipotesis, yaitu pengaruh variabel X (dalam penelitian ini adalah dividend per

share dan return on equity) terhadap variabel Y (dalam hal ini adalah harga

saham). Untuk pengujian hipotesis menggunakan uji t dan uji F. Uji t digunakan

untuk menguji hipotesis secara parsial, sedangkan uji F digunakan untuk menguji

hipotesis secara simultan. Analisis yang digunakan yaitu dengan menggunakan

regresi linier sederhana, regresi linier berganda, korelasi dan determinasi yang

dilakukan melalui program SPSS v.15

Hasil penelitian diperoleh variabel dividend per share memiliki hubungan

positif dan signifikan dengan harga saham. Adapun tingkat keeratan hubungan

sebesar 0,695 yang berarti hubungan dividend per share dengan harga saham

adalah kuat. Pengujian hipotesis, menunjukkan terdapat pengaruh secara parsial

antara variabel dividend per share terhadap harga saham. Hal ini ditunjukkan dari

nilai thitung yang berada di daerah penolakan Ho dan uji signifikansi yang di bawah

nilai alpha. Hasil penelitian diperoleh variabel return on equity memiliki

hubungan positif dan signifikan dengan harga saham. Adapun tingkat keeratan

hubungan sebesar 0,645 yang berarti hubungan return on equity dengan harga

saham adalah kuat. Pengujian hipotesis, menunjukkan terdapat pengaruh secara

parsial antara variabel return on equity terhadap harga saham. Hal ini ditunjukkan

dari nilai thitung yang berada di daerah penolakan Ho dan uji signifikansi yang di

bawah nilai alpha. Hasil penelitian diperoleh variabel dividend per share dan

return on equity secara simultan memiliki hubungan positif dan signifikan dengan

harga saham. Adapun tingkat keeratan hubungan sebesar 0,805 yang berarti

hubungan dividend per share dan return on equity secara simultan dengan harga

saham adalah sangat kuat. Pengujian hipotesis, menunjukkan terdapat pengaruh

secara simultan antara variabel dividend per share dan return on equity terhadap

harga saham. Hal ini ditunjukkan dari nilai Fhitung yang berada di daerah penolakan

Ho dan uji signifikansi yang di bawah nilai alpha.

KATA PENGANTAR

Bismilahirrahmannirrahim

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala

rahmat dan karunia-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “Pengaruh Dividend per Share dan Return on Equity Terhadap

Harga Saham Perusahaan yang Tergabung Dalam Sektor Pertambangan

Periode 2002-2007”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam

mencapai gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen pada Fakultas Bisnis

dan Manajeman di Universitas Widyatama.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dalam pembuatannya masih terdapat

kekurangan yang jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan

adanya kritik dan saran dan disamping itu penulis berharap skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan

bimbingan, dorongan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis menyampaikan dengan rasa hormat dan ucapan terima

kasih kepada :

1. Ibu Lasmanah, S.E., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu,

membimbing, mengarahkan serta meluangkan waktunya bagi penulis sampai

dengan selesainya skripsi ini.

2. Kedua Orangtua penulis, Mamah dan Bapak tercinta. Terima kasih untuk doa,

motivasi, dorongan, dan hal-hal positif yang telah diberikan kepada penulis.

Terima kasih Mah, Pa...

3. Ibu Prof. Dr. Hj. Koesbandijah Abdoelkadir, M.S., Ak., selaku Ketua

Yayasan Universitas Widyatama.

4. Bpk Dr. H. Mame S. Sutoko, Ir., D.E.A., selaku Rektor Universitas

Widyatama.

5. Ibu Sri Astuti Pratminingsih, S.E., M.A., selaku Dekan Fakultas Bisnis dan

Manajemen Universitas Widyatama.

6. Bpk Nugroho Julistiadi S.E., M.M., Phd , selaku Pembantu Dekan Fakultas

Bisnis dan Manajemen Univesitas Widyatama.

7. Bpk H. Dr. Tendi Haruman, S.E., M.M., selaku Ketua Program Studi

Manajemen S1 dan D3 Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas

Widyatama.

8. Bpk Iwan Ridwansyah, S.E., selaku Sekretaris Program Studi Manajemen S1

Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama.

9. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas

Widyatama.

10. Seluruh Staf Administrasi dan Staf Perpustakaan serta seluruh Karyawan

Universitas Widyatama.

11. Pimpinan Pojok Bursa Efek Universitas Sangga Buana.

12. Kakak dan Adik penulis yang selalu memberikan dorongan dan motivasi.

13. Keluarga besar Bapak Acep Kundrat. Ibu dan Bapak terima kasih buat

segalanya.

14. Teman curhat, berkelahi, dan segalanya bagi penulis. Terima kasih Asti

Martha Aulia SE. Dukungan dan doa sangat berarti bagi penulis.

15. Teman seperjuangan penulis, Raymond. Terima kasih buat belajar

barengnya, buat diskusinya, buat sarannya dan buat dukungannya.

16. Teman-teman kelas B Manajemen, teman-teman di ECOMODA FC, BTP

FC, Futsal Iber FC, Timnas Widyatama, Futsal Widyatama, teman-teman

Manajemen dan Akuntansi lainnya, Unit Bola, Smansa, Kostan Sangkuriang,

komunitas futsal Bandung, teman-teman di Cikampek, Purwakarta dan

Bandung serta teman-teman yang penulis kenal.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang

membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Bandung, 26 September 2008

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perusahaan, fungsi keuangan menempati posisi yang sangat penting

yang akan mempengaruhi perkembangan perusahaan. Adapun fungsi keuangan

dapat dikelompokkan menjadi dua kegiatan, yaitu kegiatan mencari dana dan

kegiatan menggunakan dana. Kegiatan mencari dana harus dilakukan secara

efisien oleh pihak manajemen terutama bagian keuangan. Manajer keuangan harus

mencari dana yang diperlukan dengan pengorbanan biaya yang minimal dan

syarat-syarat yang paling menguntungkan. Oleh karena itu, manajer keuangan

harus mempertimbangkan dengan cermat sifat dan biaya dari masing-masing

sumber dana yang akan dipilih.

Pada prinsipnya pemenuhan kebutuhan dana operasional dan investasi

perusahaan dapat disediakan dari dua sumber, yaitu sumber pendanaan yang

berasal dari dalam perusahaan (modal intern) dan sumber pendanaan yang berasal

dari luar perusahaan (modal ekstern). Sumber pendanaan yang berasal dari dalam

perusahaan antara lain terdiri dari modal sendiri dan laba yang ditahan. Sedangkan

sumber pendanaan yang berasal dari luar perusahaan, antara lain melalui

pinjaman, baik jangka panjang ataupun jangka pendek dan melalui penerbitan

saham dan obligasi.

Perusahaan yang membutuhkan modal investasi atau dana operasional

cenderung memilih sumber pendanaan yang disediakan oleh pasar, yaitu melalui

penerbitan saham perusahaan. Pemilihan alternatif ini dikarenakan untuk

menghindarkan kemungkinan resiko kondisi debt equity ratio yang terlalu tinggi

jika menggunakan pinjaman sehingga membuat cost of capital perusahaan tidak

lagi minimal.

Dalam penerbitan saham dan obligasi, diperlukan suatu tempat untuk

memfasilitasi itu semua, maka keberadaan pasar modal sangat penting. Pasar

modal berfungsi sebagai lembaga perantara antara pihak yang membutuhkan dana

dengan pihak yang memiliki kelebihan dana. Di samping itu pasar modal dapat

mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien, karena pihak investor dapat

memilih alternatif investasi yang memberikan tingkat keuntungan (return) yang

optimal.

Pendapatan yang diperoleh oleh seorang investor apabila mereka

menanamkan modalnya pada suatu perusahaan ataupun membeli saham

perusahaan terdiri dari dua macam, yaitu:

1) Laba karena selisih harga jual dan harga beli saham (capital gain)

2) Dividen (pembagian laba perusahaan)

Capital gain diperoleh ketika harga jual saham lebih tinggi dari harga beli

saham tersebut. Sedangkan dividen adalah bagian keuntungan yang diperoleh

perusahaan yang dibagikan kepada investor berdasarkan laba operasi ataupun

menurut kebijakan perusahaan tersebut. Kebijakan dividen tersebut akan

menetapkan berapa besar bagian laba bersih yang akan dibagikan sebagai dividen

kepada para pemegang saham dan berapa besar bagian dari laba bersih itu yang

akan ditahan kembali (retained earning).

Untuk memperoleh pendapatan yang diinginkan, maka seorang investor

perlu melakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan sebelum membuat

keputusan untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Salah satu

kinerja perusahaan yang dinilai adalah dari aspek keuangan perusahaan. Dan

kinerja keuangan ini dapat diketahui dari laporan keuangan yang dipublikasikan

oleh perusahaan.

Informasi kondisi perusahaan yang ingin diketahui dan dinilai oleh pihak

investor adalah terutama mengenai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

pertumbuhan laba yang cukup stabil sehingga memberikan keuntungan kepada

para investor. Salah satu kinerja keuangan yang banyak dianalisis oleh investor

adalah tingkat profitabilitas perusahaan, karena hal ini berkaitan erat dengan

tingkat keuntungan yang diharapkan investor dalam kepemilikan sahamnya di

perusahaan tersebut.

Menurut Dewi Astuti (2004;36),

“Para investor dan kreditur sangat berkepentingan dalam

mengevaluasi kemampuan perusahaan menghasilkan laba saat ini

maupun di masa yang akan datang.”

Banyak terdapat rasio keuangan yang dapat menunjukkan tingkat kinerja

suatu perusahaan, di antaranya adalah dividend per share (DPS) dan return on

equity (ROE). Dividend per share dipilih dengan pertimbangan, semakin besar

tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan dividen per lembar saham

bagi pemilik, maka akan memberikan koreksi yang positif terhadap harga saham

perusahaan yang berimbas pada indeks harga saham. Hal ini akan mempengaruhi

investor dalam membuat keputusannya di pasar modal. Pendapatan bagi

pemegang saham di lihat dari pembagian dividen. Pendapatan dividen diukur dari

besarnya dividend per share. Dividend per share adalah salah satu indikator

keuangan yang banyak diperhatikan oleh para investor dalam pertimbangan

berinvestasi dalam sebuah perusahaan karena dividend per share menghitung

seberapa besar dividen yang akan diterima oleh investor pada setiap lembar

saham yang dimiliki, dengan alasan inilah dividend per share dipilih menjadi

salah satu variabel dalam penelitian ini.

Adapun alasan pemilihan variabel return on equity dalam penelitian ini

karena return on equity merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat

laba yang dihasilkan dari investasi pemegang saham, dengan demikian return on

equity yang tinggi berarti perusahaan tersebut memiliki kemampuan untuk

memberikan pendapatan bagi para pemegang sahamnya. Tingkat pengembalian

yang tinggi ini memiliki kemungkinan pendapatan yang dibayarkan sebagai

dividen kepada pemegang saham pun akan semakin besar. Oleh karena itu, bagi

investor yang berkepentingan akan menunjukkan perhatian kepada keuntungan

yang akan diperoleh perusahaan dan prospeknya di masa depan.

Dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada

perusahaan yang bergerak dalam sektor pertambangan. Seperti yang kita ketahui,

kinerja perusahaan yang tergabung dalam sektor pertambangan dapat dikatakan

baik. Hal ini dikarenakan perusahaan mengalami peningkatan penjualan yang

berakibat pada peningkatan laba bersih yang cukup signifikan. Peningkatan

penjualan diakibatkan dari semakin meningkatnya harga jual komoditas seperti

batubara, timah, tembaga, nikel, gas alam dan lainnya dimana komoditas seperti

batubara digunakan sebagai energi alternatif pengganti minyak bumi yang

dikhawatirkan cadangannya semakin menipis.

Menurut Sunarsip, Ekonom Kepala The Indonesia Economic Intelligence

dalam jurnalnya yang berjudul “Memperkuat Kinerja Perusahaan Pertambangan”,

dalam situs Bisnis Indonesia.com, saat ini sektor pertambangan (migas dan

nonmigas) dinilai sebagai sektor yang paling bergairah. Penilaian ini memang

tidak keliru. Tingginya harga minyak dunia dan komoditas pertambangan lainnya

turut membentuk citra ini. Tingginya harga komoditas pertambangan ini tentunya

dapat mendongkrak kinerja sektor pertambangan. Euforianya pun sudah terlihat.

Kini, saham-saham dari emiten sektor pertambangan menjadi incaran para

investor yang berburu gain.

Secara mikro, kinerja perusahaan yang tergabung di sektor pertambangan

memang mengalami lonjakan besar. Setidaknya ini dapat dilihat dari pencapaian

laba perusahaan. Pada 2007, kinerja keuangan perusahaan yang bergerak di sektor

pertambangan (BUMN dan swasta) umumnya meningkat dratis dibandingkan

dengan 2006. Dengan perkembangan tersebut, memang pantas bila harga saham

dari para emiten pertambangan mengalami lonjakan. Namun, perlu dilihat

seberapa besar pengaruh faktor fundamental dan sentimen telah membentuk harga

saham tersebut. Berdasarkan pengamatan penulis, faktor sentimen masih cukup

besar mempengaruhi harga saham sektor pertambangan kita, terkait dengan harga

komoditas pertambangan di pasar global. Bank Indonesia telah melansir laporan

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan I 2008. Menarik menganalisis

kinerja NPI dengan kinerja sektor pertambangan kita. Ini mengingat, kinerja

sektor eksternal kita selama 2007-2008 ini tidak lepas dari pengaruh faktor harga

minyak.

Dari sisi volume, ekspor pertambangan pada 2007 juga mengalami

kenaikan 7,8% atau mencapai 245 juta ton. Kenaikan volume ekspor

pertambangan ini terjadi pada komoditas nikel (tumbuh 103,7%), aluminium

(65,5%)dan batubara (7,9%). Namun, kinerja yang diperoleh pada 2007 ini tidak

berlanjut pada triwulan I 2008. Di tengah tingginya harga komoditas dunia, nilai

ekspor sektor pertambangan pada triwulan I 2008 hanya mencapai US$5,5 miliar

(pangsa 20,7%), atau hanya tumbuh 1,5%. Pertumbuhan ini sangat rendah karena

komoditas unggulan seperti tembaga dan batubara, tumbuh negatif masing-masing

27,2%, dan 1,3%. Hanya ekspor komoditas timah (tumbuh 288,5%) dan nikel

(10,3%) yang tumbuh cukup tinggi, terutama didorong oleh tingginya volume

ekspor.

Dengan laba bersih yang meningkat, maka kemampuan perusahaan untuk

memberikan dividen kepada para pemegang sahamnya akan jauh lebih besar. Hal

tersebut berdampak pula pada kemampuan perusahaan yang tinggi untuk

memberikan keuntungan kepada pemegang sahamnya atas modal yang telah

ditanamkannya (modal sendiri). Dengan semakin meningkatnya dividen yang

diberikan kepada pemegang saham, maka saham perusahaan yang bersangkutan

akan diburu oleh para investor, sehingga mengakibatkan harga saham akan naik.

Dengan permintaan yang semakin tinggi namun yang tersedia di pasar terbatas

maka harga saham akan naik dengan sendirinya. Tetapi pada kenyataannya harga

saham tidak selalu meningkat. Bahkan harga saham sering berfluktuasi dari waktu

ke waktu. Hal tersebut dapat dilihat dari sumber yang disediakan oleh

yahoo.finance di mana dapat dilihat bahwa harga saham perusahaan sering

berfluktuasi.

Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

suatu penelitian perkembangan dividend per share dan return on equity serta

dampaknya terhadap harga saham perusahaan yang tergabung dalam sektor

pertambangan dengan judul penelitian “Pengaruh dividend per share dan return

on equity terhadap harga saham perusahaan yang tergabung dalam sektor

pertambangan periode 2002-2007.”

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang penelitian di atas maka masalah yang dapat

diidentifikasi sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan dividend per share dan return on equity perusahaan

yang tergabung dalam sektor pertambangan periode 2002-2007

2. Bagaimana perkembangan harga saham perusahaan yang tergabung dalam

sektor pertambangan periode 2002-2007

3. Bagaimana pengaruh dividend per share dan return on equity secara parsial

maupun simultan terhadap harga saham perusahaan yang tergabung dalam

sektor pertambangan periode 2002-2007

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penyusunan penelitian ini adalah dalam rangka memperoleh

data dan informasi mengenai dividend per share dan return on equity untuk diolah

sekaligus dianalisis serta menghitung pengaruh terhadap harga saham, sedangkan

yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis perkembangan dividend per share dan return on equity pada

perusahaan yang tergabung dalam sektor pertambangan periode 2002-2007

2. Menganalisis perkembangan harga saham perusahaan yang tergabung dalam

sektor pertambangan periode 2002-2007

3. Menganalisis perkembangan dividend per share dan return on equity secara

parsial maupun simultan terhadap harga saham perusahaan yang tergabung

dalam sektor pertambangan periode 2002-2007

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada

pihak-pihak sebagai berikut:

1. Bagi perusahaan yang tergabung dalam sektor pertambangan yang menjadi

unit analisis, semoga hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi

perusahaan dalam menentukan kebijakan dividen perusahaan dan peningkatan

kinerja keuangan perusahaan, sehingga dapat meningkatkan harga saham

2. Bagi penulis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk lebih

memahami bagaimana cara menganalisis dan memecahkan masalah-masalah

yang nyata melalui teori yang didapatkan dalam bangku kuliah

3. Bagi Universitas dan rekan-rekan mahasiswa, khususnya mahasiswa yang

memilih konsentrasi manajemen keuangan, dapat memperoleh tambahan

pengetahuan mengenai pengaruh dividend per share dan return on equity

terhadap harga saham perusahaan

4. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu sudut

pandang baru dalam menilai keadaan perusahaan dalam hubungannya dengan

keputusan memilih saham perusahaan di pasar modal

1.5 Kerangka Pemikiran

Kondisi keuangan suatu perusahaan merupakan faktor yang penting untuk

berinvestasi dalam saham. Kondisi keuangan perusahaan yang baik memberikan

laba yang tinggi bagi perusahaan. Laba yang tinggi akan membawa dampak

positif, investor akan tertarik untuk membeli saham perusahaan karena termotivasi

untuk mendapatkan dividen dari perusahaan yang bersangkutan. Sesuai dengan

hukum permintaan dan penawaran, maka harga saham akan naik seiring dengan

banyaknya permintaan. Perubahan harga saham ini akan memberikan keuntungan

yang tinggi kepada para pemegang sahamnya.

Investor membutuhkan informasi-informasi keuangan dalam melakukan

analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan sebelum memutuskan untuk

berinvestasi. Salah satu sumber informasi yang dapat dipergunakan oleh investor

dalam mengambil keputusan investasi adalah laporan keuangan.

Laporan keuangan memuat berbagai macam gambaran dari suatu

perusahaan emiten mengenai kondisi performa dan prospek perusahaan tersebut di

masa yang akan datang. Sehingga investor dapat menggunakan berbagai macam

analisis untuk menilai kinerja perusahaan emiten, membandingkannya dengan

perusahaan-perusahaan emiten sejenis sekaligus dapat memutuskan untuk

membeli, menjual atau tetap mempertahankan modalnya dalam kepemilikan

saham tertentu.

Informasi yang berasal dari perusahaan emiten yang pada umumnya

disediakan bagi para pelaku pasar modal dan dipublikasikan dalam bentuk laporan

keuangan adalah terdiri dari neraca, laporan rugi-laba, laporan perubahan modal

dan arus kas. Publikasi laporan keuangan ini sangat penting, seperti yang

diungkapkan oleh:

Rico Lesmana dan Rudy Surjanto (2003;3),

“Tujuan utama dari laporan keuangan adalah menyediakan

informasi-informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta

perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi

sejumlah besar pemakai laporan keuangan dalam mengambil

keputusan secara ekonomi.”

Hasil analisis finansial yang diperoleh dari laporan keuangan tersebut akan

digunakan oleh para investor untuk mengambil keputusan dalam menentukan

saham mana yang akan dibeli, dijual, atau dipertahankan.

Seperti yang telah dikemukakan dalam latar belakang penelitian,

pendapatan yang diperoleh oleh seorang investor yang menanamkan modalnya

pada suatu perusahaan ataupun membeli saham perusahaan, salah satunya adalah

dividen. Dividen merupakan bagian keuntungan bersih setelah pajak yang

dibagikan kepada pemegang saham dibagi dengan jumlah saham yang beredar.

Karena dividen merupakan salah satu potensi keuntungan dari investasi melalui

saham, maka pihak manajemen memperhatikan kebijakan dividen yang akan

diterapkan dalam rangka menarik minat investor untuk menanamkan modalnya

dalam bentuk kepemilikan saham.

Menurut Martono dan Agus Harjito (2007;253),

“Kebijakan dividen (dividen policy) merupakan keputusan apakah

laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada

pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk

menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan

datang.”

Sedangkan menurut Ross, Westerfield dan Jaffe (2002;460),

“Clearly, investors prefer higher dividend to lower dividend at any single

date if the dividend level is held constant every other date. In other

words, if the dividend per share for each other date is held constant, the

stock price will rise.”

Berdasarkan pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa dividen merupakan

faktor yang berpengaruh terhadap harga saham. Pembayaran dividen selalu diikuti

dengan kenaikan harga saham, sedangkan penurunan dividen akan diikuti dengan

penurunan harga saham. Dan ini menunjukkan bahwa investor secara keseluruhan

lebih menyukai pembayaran dividen.

Selain melihat dividen per saham, para investor biasanya juga melihat

tingkat profitabilitas perusahaan, hal ini berkaitan erat dengan tingkat keuntungan

atau pendapatan yang diharapkan investor dari kepemilikan saham. Investor

sangat perlu untuk mengetahui secara baik tingkat profitabilitas perusahaan agar

investor dapat memperoleh pendapatan di masa yang akan datang.

Profitabilitas menurut Dewi Astuti (2004;36),

“Kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba. Satu-

satunya ukuran profitabilitas yang paling penting adalah laba bersih.

Para investor dan kreditur sangat berkepentingan dalam mengevaluasi

kemampuan perusahaan menghasilkan laba saat ini maupun di masa

mendatang.”

Sedangkan menurut Agus Sartono (2001;122),

“Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh

laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun

modal sendiri.”

Kemudian menurut Gibson (2001;285),

“Profitabilitas is the relationship between revenue and cost generated by

using the firm assets-both current and fixed in productivity activity.”

Rasio profitabilitas sendiri memiliki beberapa jenis penilaian yang

penggunaannya tergantung pada keputusan investor di dalam melakukan

perhitungan. Salah satunya adalah rasio pengembalian atas ekuitas saham biasa.

Rasio ini menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihak manajemen dalam

memaksimumkan tingkat hasil pengembalian investasi pemegang saham dan

menekankan pada hasil pendapatan sehubungan dengan jumlah yang

diinvestasikan. Adapun rasio ini terkenal pula dengan sebutan return on equity

(ROE). Analisis ini sering digunakan oleh para investor karena di dalamnya

mencerminkan kemungkinan tingkat laba yang akan diperoleh pemegang saham.

Return on equity dapat dicari dengan pendapatan setelah pajak dibagi dengan total

modal sendiri. Return on equity digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan

yang dihasilkan dari investasi yang menjadi hak pemilik modal sendiri. Rasio ini

sangat umum digunakan oleh para investor karena rasio ini mencerminkan

kemungkinan laba yang dapat diperoleh pemegang saham, karena pemegang

saham berarti sebagai pemilik dari perusahaan. Dengan demikian return on equity

yang tinggi berarti perusahaan tersebut memiliki peluang untuk memberikan

pendapatan yang besar bagi para pemegang saham.

Menurut Susan Irawati (2006;61),

“Return on equity adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari

modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan tersebut.”

Sedangkan menurut Martono dan Agus Harjito (2007;60),

“Return on equity (ROE) atau yang sering disebut dengan rentabilitas

modal sendiri dimaksudkan untuk mengukur seberapa banyak

keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri.”

Dengan demikian return on equity dapat dirumuskan menurut Gitman

(2003;145),

ROE = Net Profit After Tax / Stockholder’s Equity x 100%

Return on equity yang tinggi dapat diartikan bahwa perusahaan akan

memberikan peluang tingkat pengembalian atau pendapatan yang cukup besar

bagi para investor. Tingkat pengembalian yang tinggi memiliki kemungkinan

pendapatan yang diharapkan oleh investor akan naik pula dan hal ini akan

berdampak pada peningkatan harga saham. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

return on equity akan mempengaruhi harga saham.

Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2007;317),

“Jika kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat,

harga saham akan meningkat dengan kata lain profitabilitas akan

meningkatkan harga saham.”

Sedangkan menurut Heru Tjaraka (2008) dalam jurnalnya yang berjudul

“Analisis-analisis fundamental yang berpengaruh terhadap harga saham”,

dalam situs www.google.com, mengemukakan bahwa,

“Return on equity sangat mempengaruhi harga saham perusahaan

yang bersangkutan di samping faktor-faktor yang lain seperti earning

per share, debt equity ratio dan lain-lain.”

Berlakunya hukum permintaan dan penawaran akan mempengaruhi harga

saham. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan perekonomian, kondisi pasar dan

industri. Semakin banyak permintaan, maka semakin tinggi harga saham tersebut.

Dengan demikian dapat disimpulkan apabila suatu perusahaan mampu

memberikan dividen yang cukup tinggi dan menunjukkan tingkat profitabilitas,

dalam hal ini return on equity yang cukup baik, maka investor akan lebih tertarik

dengan saham perusahaan yang bersangkutan. Semakin banyak investor yang

membeli saham, maka harga saham tersebut akan naik.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menggambarkannya dengan

bentuk skema pemikiran sebagai berikut:

Gambar 1.1

Skema Kerangka Pemikiran

Perusahaan

Laporan Keuangan

Neraca

Aktiva Kewajiban Modal

Modal Pinjaman Modal Sendiri

ROE

Laporan Laba/Rugi

Pendapatan Laba Biaya

Retained Earning Dividen

Harga Saham

Keterangan :

Variabel yang diteliti =

Variabel yang tidak diteliti =

Dari kerangka pemikiran di atas dapat ditarik hipotesis penelitian sebagai

berikut:

1. Terdapat pengaruh dari dividend per share dan return on equity secara

simultan terhadap harga saham perusahaan sektor pertambangan periode

2002-2007

2. Terdapat pengaruh secara parsial dari dividend per share terhadap harga

saham perusahaan yang tergabung dalam sektor pertambangan periode 2002-

2007

3. Terdapat pengaruh secara parsial dari return on equity terhadap harga saham

pada perusahaan yang tergabung dalam sektor pertambangan periode 2002-

2007

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penyusunan penelitian

ini adalah metode deskriptif dan metode verifikatif.

Menurut Moch. Nazir (2003;4),

“Metode deskriptif adalah suatu metode yang berusaha

menyimpulkan, menyajikan serta menganalisis data agar cukup

jelas.”

Sedangkan menurut Marzuki (2002;7),

“Metode verifikatif adalah suatu metode yang digunakan untuk

menguji kebenaran suatu pengetahuan.”

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode statistik secara parsial

(uji t) yaitu menggunakan analisis regresi linier sederhana, koefisien korelasi, dan

koefisien determinasi. Sedangkan untuk menguji hipotesis secara simultan

digunakan uji F. Selanjutnya nilai pengujian yang diperoleh dibandingkan dengan

tabel distribusi t dan F.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data secara langsung di

Internet atau dengan mengunjungi pusat referensi pasar modal di Universitas

Sangga Buana. Waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian dari bulan

Juni sampai dengan bulan September 2008.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan adalah salah satu fungsi operasional perusahaan

yang sangat penting di samping fungsi operasional lainnya seperti manajemen

pemasaran, manajemen operasi, manajemen sumber daya manusia, dan lain

sebagainya.

Menurut Susan Irawati (2006;1),

“Manajemen keuangan adalah suatu proses dalam pengaturan

aktivitas atau kegiatan keuangan dalam suatu organisasi, dimana di

dalamnya termasuk kegiatan planning, analisis dan pengendalian

terhadap kegiatan keuangan yang biasanya dilakukan oleh manajer.”

Sedangkan menurut Sutrisno (2003;3),

“Manajemen keuangan adalah semua aktivitas perusahaan yang

berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan

dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan

mengalokasikan dana tersebut secara efisien.”

Penerapan proses manajemen dalam bidang keuangan ini tentunya disertai

dengan tujuan tertentu, yaitu agar berbagai aktivitas yang dilakukan oleh

perusahaan dapat berjalan dengan sebaik-baiknya sehingga manajemen dapat

memaksimalkan kekayaan pemilik perusahaan dan dapat meminimalkan biaya

guna pengambilan keputusan yang efektif dan efisien.

2.2 Laporan Keuangan

Informasi mengenai perusahaan merupakan unsur yang penting bagi

investor untuk membuat keputusan investasi, karena informasi tersebut

memberikan gambaran suatu perusahaan baik mengenai kondisi performa dan

prospek dimasa yang akan datang. Informasi yang berasal dari perusahaan emiten

yang umum tersedia bagi para pelaku pasar dan dipublikasikan adalah laporan

keuangan.

2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan pada hakikatnya merupakan hasil dari proses akuntansi

yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan dengan menyajikan laporan-laporan

periodik berisi data keuangan yang akan digunakan oleh pihak manajemen,

investor, kreditur, dan pihak-pihak lain di luar perusahaan yang berkepentingan

sebagai bahan pertimbangan di dalam pengambilan keputusan-keputusan

ekonomi. Informasi yang tertuang di dalam laporan keuangan adalah mengenai

kekuatan finansial dan kinerja perusahaan pada saat tahun yang berlaku.

Yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah suatu daftar yang

menggambarkan posisi keuangan pada suatu saat tertentu dan suatu daftar yang

menggambarkan hasil operasi suatu perusahaan pada periode tertentu ditambah

dengan laporan keuangan lainnya, biasanya digunakan bermacam-macam

lampiran untuk menambah data yang sudah ada dalam laporan keuangan itu.

Daftar-daftar itu biasanya dianggap sebagai bagian dari laporan keuangan.

Menurut Martono dan Agus Harjito (2007;51),

“Laporan keuangan merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan

suatu perusahaan pada suatu saat tertentu.”

Sedangkan menurut Slamet Sugiri (2001;15),

”Laporan keuangan hasil akhir dari proses akuntansi, laporan

keuangan menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan

keputusan oleh pelbagai pihak (misal: pemilik dan kreditur). Laporan

keuangan yang utama terdiri dari laporan rugi-laba, laporan

perubahan ekuitas dan laporan arus kas.”

Kemudian menurut Munawir (2004;2),

”Laporan Keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses

akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi

antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-

pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan

tersebut.”

Dari kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan

yang pertama terdiri dari neraca dan perhitungan rugi-laba, sedangkan laporan

keuangan lainnya merupakan laporan pelengkap yang sifatnya membantu untuk

memperoleh penjelasan lebih lanjut seperti laporan perubahan modal dan laporan

arus kas. Selain itu, laporan keuangan berisi informasi mengenai posisi keuangan

perusahaan yang dapat digunakan untuk melihat kinerja perusahaan.

Bagi investor yang melakukan analisis perusahaan, informasi laporan

keuangan yang dipublikasikan merupakan salah satu jenis informasi yang paling

mudah dan murah didapatkan dibanding dengan alternatif informasi lainnya. Di

samping itu, informasi laporan keuangan akuntansi sudah cukup menggambarkan

kepada kita sejauhmana perkembangan kondisi perusahaan selama ini dan apa

saja yang telah dicapainya.

Menurut Warren, Reeve, dan Fess (2005;24),

”Laporan keuangan yang utama bagi perusahaan perseorangan

adalah laporan laba-rugi, laporan ekuitas pemilik (laporan

perubahan modal), neraca, dan laporan arus kas.”

Berdasarkan pernyataan di atas maka laporan keuangan yang paling utama

bagi perusahaan perseorangan adalah neraca, laporan rugi-laba, laporan perubahan

ekuitas pemilik, dan laporan arus kas. Apabila terdapat laporan yang lain maka itu

hanya sebagai laporan tambahan.

2.2.2 Tujuan dan Pemakai Laporan Keuangan

Hasil akhir dari suatu proses pencatatan keuangan di antaranya adalah

laporan keuangan. Laporan keuangan ini merupakan pencerminan dari prestasi

manajemen perusahaan pada satu periode tertentu. Pada dasarnya laporan

keuangan dimaksudkan untuk menyediakan informasi keuangan untuk digunakan

oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.

Menurut IAI (2004;4), tujuan laporan keuangan ada tiga yaitu:

1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta

perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah

besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

2. Laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin

dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara

umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan

tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non-keuangan.

3. Laporan keuangan menunjukkan apa yang telah dilaksanakan manajemen

(stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang

dipercayakan kepadanya.

Sedangkan para pemakai laporan keuangan menurut Dwi Prastowo dan Rifka

Julianty (2005;3-5),

1. Investor

Investor sangat berkepentingan terhadap risiko yang ada dan hasil

pengembangan dari investasi yang dilakukannya.

2. Kreditur

Kreditur membutuhkan informasi untuk memutuskan apakah pinjaman serta

bunga dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

3. Pemasok dan kreditur lainnya

Pemasok dan kreditur tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka

untuk memutuskan apakah jumlah terhutang akan dibayar pada saat jatuh

tempo.

4. Shareholders

Para pemegang saham berkepentingan dengan informasi mengenai kemajuan

perusahaan, pembagian keuntungan, dan penambahan modal berikutnya.

5. Pelanggan

Pelanggan berkepentingan terhadap informasi mengenai kelangsungan hidup

perusahaan, terutama apabila terlibat dengan perusahaan lain.

6. Pemerintah

Pemerintah berkepentingan terhadap alokasi sumber daya dan oleh karenanya

berkepentingan dengan aktivitas perusahaan.

7. Karyawan

Karyawan memerlukan informasi untuk melakukan penilaian atas kemampuan

perusahaan dalam memberikan balas jasa.

8. Masyarakat

Laporan keuangan membantu masyarakat dengan menyediakan informasi

kecenderungan dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta

aktivitasnya.

2.2.3 Manfaat Laporan Keuangan

Manfaat dari laporan keuangan itu sendiri terletak pada interpretasi

masing-masing pemakainya. Pemakai dalam konteks ini adalah pihak-pihak yang

berkepentingan. Umumnya secara ekonomis terhadap perusahaan yang

mengeluarkan laporan keuangan yang bersangkutan.

Manfaat internal dari hasil interpretasi laporan keuangan di antaranya

adalah laporan tingkat kesehatan keuangan perusahaan, kondisi keuangan

perusahaan dibandingkan dengan perusahaan pesaing, efektifitas manajemen

dalam pengoperasian perusahaan tersebut, sedangkan secara eksternal dari hasil

interpretasi laporan keuangan di antaranya adalah bagi investor sebagai laporan

untuk menanamkan atau menarik modalnya pada perusahaan, bagi kreditur untuk

membantu pengambilan keputusan dan dalam hal pemberian pinjaman kepada

perusahaan dan sebagainya.

Secara luas manfaat pokok dari laporan keuangan adalah memberikan

informasi mengenai tingkat kesehatan keuangan perusahaan yang mengeluarkan

laporan keuangan, dari hasil analisis tersebut diketahui potensi-potensi dan

kelemahan-kelemahan yang dimiliki perusahaan sehingga pihak-pihak yang

berkepentingan dengan perusahaan dapat mempergunakannya sebagai bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

2.2.4 Analisis Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang paling

penting bagi para pemakai laporan keuangan dalam rangka pengambilan

keputusan ekonomi. Laporan keuangan akan menjadi lebih bermanfaat untuk

pengambilan keputusan ekonomi apabila dengan informasi keuangan tersebut

dapat diprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dengan

mengolah lebih lanjut laporan keuangan melalui proses perbandingan, evaluasi

dan analisis trend akan diperoleh prediksi tentang apa yang mungkin terjadi di

masa yang akan datang. Disinilah arti penting suatu analisis laporan keuangan.

2.2.4.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan adalah penelaahan dengan mempelajari

hubungan-hubungan atau tendensi-tendensi untuk menentukan posisi keuangan

dan hasil operasional serta perkembangan perusahaan menurut laporan keuangan

yang disajikan oleh perusahaan yang bersangkutan. Menurut Aliminsyah dan

Padji MA (2005;166), analisis laporan keuangan adalah:

”Mencari hubungan yang ada antara suatu angka dalam laporan

keuangan dengan angka lain agar dapat diperoleh gambaran yang

lebih jelas mengenai keadaan keuangan dan hasil usaha perusahaan.”

Sedangkan menurut Dewi Astuti (2004;29),

”Analisis laporan keuangan adalah segala sesuatu yang menyangkut

penggunaan informasi akuntansi untuk membuat keputusan bisnis

dan investasi.”

Kemudian menurut Brigham dan Houston (2004;100),

”Financial statement analysis generally begins with asset of financial

ratios designed to reveal a companies strength and weakness as

compared with the other companies in the same industry had to show

weather it’s financial position has been improving or deriorating

overtime .”

Artinya, analisis laporan keuangan pada umumnya dimulai dari aktiva rasio

keuangan yang dibuat untuk menyatakan kekuatan dan kelemahan perusahaan

yang dibandingkan dengan perusahaan sejenis dalam industri yang sama dimana

ditunjukkan dalam posisi keuangan yang sama dalam waktu yang sama .

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan

keuangan adalah membedah dan menguraikan pos-pos laporan keuangan untuk

mencari hubungan antara unsur-unsur dalam laporan keuangan agar dapat

diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai keadaan keuangan dan hasil usaha

perusahaan sehingga informasi tersebut dapat di gunakan dalam membuat

keputusan bisnis dan investasi.

2.2.4.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Tujuan analisis laporan keuangan adalah menggunakan data historis

akuntansi untuk membantu memprediksi bagaimana kinerja perusahaan di masa

mendatang. Hal ini merupakan hal terpenting dari suatu analisis laporan

keuangan. Investor pada prinsipnya sangat memperhatikan tingkat profitabilitas

perusahaan yang akan dapat menjamin tingkat keuntungan yang akan diperoleh.

Sedangkan dari sudut manajemen, analisa laporan keuangan berguna sebagai cara

untuk mengantisipasi keadaan dimasa mendatang.

Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2005;57),

”Tujuan dari analisis laporan keuangan adalah mengurangi

ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni,

terkaan, dan intuisi. Mengurangi dan mempersempit lingkup

ketidakpastian yang tidak bisa dielakkan pada setiap proses

pengambilan keputusan. Analisis laporan keuangan tidaklah berarti

mengurangi kebutuhan akan penggunaan pertimbangan-

pertimbangan melainkan hanya memberikan dasar yang layak dan

sistematis dalam menggunakan pertimbangan-pertimbangan

tersebut.”

Sedangkan menurut Harahap (2004;195-197), tujuan analisis laporan keuangan

adalah:

1. Dapat memberikan informasi yang lebih dalam daripada yang terdapat dari

laporan keuangan biasa.

2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata dari suatu

laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan.

3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.

4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya

dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern

laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari

luar perusahaan.

5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-

model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi dan

peningkatan.

6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan.

Dengan perkataan lain apa yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan

merupakan tujuan analisa laporan keuangan juga antara lain:

a. Dapat menilai prestasi perusahaan

b. Dapat memproyeksi keuangan perusahaan

c. Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek

waktu tertentu:

1) Posisi keuangan (asset, neraca, dan modal)

2) Hasil usaha perusahaan (hasil dan biaya)

3) Likuiditas

4) Solvabilitas

5) Aktivitas

6) Rentabilitas dan profitabilitas

7) Indikator pasar modal

d. Menilai perkembangan dari waktu ke waktu

e. Melihat komposisi struktur keuangan dan arus kas

7. Dapat menentukan peringkat perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah

dikenal dalam dunia bisnis.

8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan

periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal.

9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik

posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya.

10. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa

yang akan datang.

Dengan menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan maka akan

diperoleh semua jawaban yang berhubungan dengan masalah posisi keuangan

perusahaan dan hasil-hasil yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Dari

semua tujuan tersebut, tujuan yang terpenting dari analisis laporan keuangan

adalah untuk mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan

murni, terkaan, dan intuisi serta mengurangi dan mempersempit lingkup

ketidakpastian pada setiap proses pengambilan keputusan.

2.2.5 Analisis Rasio Keuangan

Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analisis

keuangan memerlukan beberapa tolok ukur. Tolok ukur yang sering dipakai

adalah analisis rasio keuangan, yang menghubungkan dua data keuangan yang

satu dengan yang lainnya.

Menurut Harahap (2004;297),

”Analisis rasio keuangan adalah angka yang diperoleh hasil

perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya

yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).”

Sedangkan menurut Susan Irawati (2006;22),

”Rasio keuangan merupakan suatu teknik analisis dalam bidang

manejemen keuangan yang dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisi-

kondisi keuangan suatu perusahaan dalam periode tertentu, ataupun

hasil-hasil usaha dari suatu perusahaan pada setiap periode tertentu

dengan jalan membandingkan dua buah variabel yang diambil dari

laporan keuangan perusahaan, baik daftar neraca maupun rugi-

laba.”

Dari definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa analisis rasio

keuangan merupakan suatu teknik dalam manajemen keuangan yaitu dengan

membandingkan dua buah variabel yang dapat diambil dari neraca ataupun dari

laporan rugi-laba.

2.2.6 Jenis-Jenis Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan merupakan salah satu teknik dalam menganalisa

laporan keuangan yang banyak digunakan untuk menilai kinerja perusahaan

karena penggunaannya yang relatif mudah.

Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2007;70),pengelompokkan

rasio keuangan menurut tujuan pengukuran, yaitu:

1. Rasio Likuiditas, yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.

2. Rasio Leverage, yaitu rasio yang mengukur sejauhmana perusahaan dibiayai

oleh hutang.

3. Rasio Aktivitas, yaitu rasio yang dimaksudkan untuk mengukur tingkat

efektifitas pemanfaatan sumber daya perusahaan.

4. Rasio Profitabilitas, yaitu rasio yang menunjukkan ukuran tingkat efektifitas

manajemen seperti ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan

dari pendapatan investasi.

5. Rasio Pertumbuhan, yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan

dalam mempertahankan posisi ekonomi di tengah pertumbuhan ekonomi dan

sektor usaha.

6. Rasio Penilaian, yaitu rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen

dalam menciptakan nilai pasar usaha di atas biaya investasi.

2.2.6.1 Rasio Profitabilitas

Salah satu rasio yang digunakan dalam menganalisa kinerja keuangan dari

suatu perusahaan adalah rasio profitabilitas.

Menurut Martono dan Agus Harjito (2007;59),

“Rasio profitabilitas terdiri dari dua jenis rasio yang menunjukkan

laba dalam hubungannya dengan penjualan dan rasio yang

menunjukkan laba dalam hubungannya dengan investasi.”

Rasio profitabilitas merupakan hal yang sangat penting, tidak hanya bagi

manajemen sebagai alat ukur kinerja perusahaan, tetapi juga bagi investor dan

kreditur. Kedua rasio ini merupakan efektifitas keseluruhan dari operasi

perusahaan.

Menurut Agus Sartono (2001;122),

”Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba

dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal

sendiri.”

Sedangkan menurut Dewi Astuti (2004;36),

”Profitabilitas adalah suatu kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba. Satu-satunya ukuran profitabilitas yang paling

penting adalah laba bersih. Para investor dan kreditur sangat

berkepentingan dalam mengevaluasi kemampuan perusahaan

menghasilkan laba saat ini maupun di masa mendatang.”

Dengan demikian bagi investor sangat berkepentingan dengan analisa

profitabilitas ini, karena memuat informasi mengenai tingkat keuntungan yang

akan diterimanya.

Menurut Susan Irawati (2006;58), untuk mengukur rasio profitabilitas

digunakan rasio-rasio sebagai berikut:

1. Net Profit Margin (NPM)

2. Gross Profit Margin (GPM)

3. Operating Profit Margin (OPM)

4. Operating Ratio (OR)

5. Return on Assets (ROA)

6. Return on Equity (ROE)

7. Earning per Share (EPS)

8. Return on Investment (ROI)

Dalam penelitian ini yang penulis teliti lebih lanjut adalah mengenai

analisis return on equity (ROE), karena ini berkaitan langsung dengan investasi

dari pemegang saham, sehingga dapat mencerminkan pendapatan yang diterima

oleh pemegang saham.

2.3 Return on Equity

2.3.1 Pengertian Return on Equity

Rentabilitas modal sendiri dalam hal ini adalah pengembalian atas ekuitas

saham biasa digunakan untuk mengukur tingkat laba yang dihasilkan dari

investasi pemegang saham. Investor memandang bahwa return on equity

merupakan indikator profitabilitas yang penting, karena return on equity

merupakan indikator untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam rangka

melakukan tugasnya yakni menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi para

pemilik modal.

Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2007;74),

“Return on equity merupakan rasio untuk mengukur seberapa banyak

keuntungan (laba) yang menjadi hak pemilik modal sendiri.”

Sedangkan menurut Susan Irawati (2006;61),

“Return on equity atau yang sering disebut dengan rate of return on

net worth, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan

suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari modal sendiri

yang digunakan oleh perusahaan tersebut.”

Kemudian menurut Ross, Westerfield, dan Jaffe (2002;37),

“Return on equity is defined as net income (after interest and taxes)

dividend by average common stockholders equity.”

Artinya, return on equity adalah laba bersih yang dibagi (setelah bunga dan pajak)

dengan rata-rata modal sendiri.

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan, bahwa return on equity

adalah rasio yang digunakan oleh para investor untuk melihat sejauhmana

perusahaan dapat memberikan keuntungan di masa yang akan datang. Atau

dengan kata lain, dengan return on equity yang tinggi, perusahaan memiliki

peluang untuk memberikan pendapatan yang besar bagi para pemegang saham.

Dalam hal ini akan berdampak pada peningkatan harga saham.

2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Return on Equity

Banyak hal yang mempengaruhi return on equity berfluktuasi yaitu karena

berbagai faktor yang terjadi, baik itu dalam perusahaan sendiri ataupun karena

faktor dari luar perusahaan.

Menurut Agus Sartono (2001;124),

“Return on equity atau return on net worth dipengaruhi oleh besar

kecilnya hutang perusahaan. Apabila proporsi hutang makin besar

maka rasio ini akan makin besar pula.

Dari pernyataan di atas maka faktor yang mempengaruhi tingkat return on

equity salah satunya adalah tingkat hutang perusahaan. Tingkat hutang perusahaan

yang tinggi maka rasio pengembalian akan tinggi pula. Ini dikarenakan

kemampuan perusahaan untuk memberikan keuntungan yang besar kepada para

pemegang saham. Karena alasan dana yang tersedia cukup besar yaitu dana dari

pinjaman pihak luar, maka perusahaan mampu memberikan keuntungan yang

tinggi bagi para pemegang saham.

2.3.3 Faktor yang Menentukan Return on Equity

Faktor yang menentukan return on equity besar atau kecil sangat

bergantung pada kinerja perusahaan itu sendiri. Kinerja perusahaan yang baik

akan memberikan tingkat return on equity yang baik dan atau sebaliknya.

Menurut Susan Irawati (2006;61),

ROE = Laba Bersih Setelah Pajak / Total Modal Sendiri x 100%

Dari rumus di atas maka dapat dikatakan bahwa faktor yang menentukan

tingkat return on equity adalah jumlah laba bersih setelah pajak dan jumlah total

modal sendiri. Jika jumlah laba bersih yang didapat perusahaan tinggi sementara

jumlah total modal sendiri perusahaan rendah maka tingkat return on equity akan

tinggi. Namun sebaliknya apabila jumlah laba bersih yang didapat perusahaan

rendah sementara jumlah total modal sendiri perusahaan tinggi maka tingkat

return on equity akan rendah.

Menurut Sri Hasnawati (2006) dalam jurnalnya yang berjudul “Penilaian

saham, memahami cara-cara berinvestasi di pasar modal”, dalam situs

www.google.com mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang menentukan

tingkat return on equity, yaitu:

1. Tax (Pajak)

Semakin tinggi pajak yang diberikan oleh perusahaan maka return on equity

akan rendah. Hal ini dikarenakan kas perusahaan yang lebih besar (banyak)

digunakan untuk pembayaran pajak.

2. Profit Margin

Semakin tinggi profit margin yang didapat, maka return on equity akan

semakin tinggi karena tingkat penjualan yang tinggi menunjukkan tingkat

keuntungan yang didapat yang dengan sendirinya jika laba besar maka tingkat

return on equity akan tinggi pula.

3. Asset Turnover

Semakin efisien (tinggi) tingkat perputaran aktiva maka semakin efisien kas

perusahaan sehingga tingkat return on equity akan tinggi pula. Hal ini

dikarenakan kas perusahaan dapat dihemat sehingga kas perusahaan tetap

stabil yang berakibat pada tingkat return on equity pun akan tinggi.

4. Financial Leverage

Semakin tinggi tingkat financial leverage maka semakin rendah tingkat return

on equity. Hal ini dikarenakan dengan semakin tinggi tingkat financial

leverage maka semakin banyak hutang yang digunakan sehingga kas

perusahaan lebih banyak untuk membayar hutang.

2.4 Dividen

2.4.1 Pengertian Dividen

Investasi dalam bentuk saham akan memberikan dua jenis keuntungan

kepada investor, yaitu keuntungan berupa dividen dan capital gain. Capital gain

diperoleh dari selisih harga jual dan beli saham. Sedangkan dividen adalah

pembagian keuntungan perusahaan.

Menurut Tangkilisan dan Hessel (2003;227),

“Dividen adalah bagian dari laba bersih yang dibagikan kepada para

pemegang saham (pemilik modal sendiri, equity).”

Sedangkan menurut Rusdin (2006;73),

”Dividen adalah bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan

kepada pemegang saham.”

Kemudian menurut Watson dan Head (2004;178),

”A dividend is a cash payment made on a quarterly or semi-annual basis

by company to its shareholders. It is a distribution of after tax profit.”

Artinya, dividen adalah pembayaran tunai kepada para pemegang saham yang

dibuat oleh perusahaan yang dilakukan per empat bulan sekali atau setengah tahun

sekali. Dan ini termasuk penyaluran keuntungan perusahaan dari laba setelah

pajak.

Sehingga dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dividen adalah

bagian keuntungan bersih setelah pajak yang dibagikan kepada pemegang saham.

Karena dividen merupakan salah satu potensi keuntungan dari investasi melalui

saham, maka pihak manajemen perusahaan perlu memperhatikan kebijakan

dividen yang akan diterapkan dalam rangka menarik minat investor untuk

menanamkan modalnya dalam perusahaan dalam bentuk kepemilikan saham.

2.4.2 Jenis-Jenis Dividen

Terdapat beberapa jenis dividen yang dapat dibayarkan kepada para

pemegang saham, tergantung pada posisi dan kemampuan perusahaan yang

bersangkutan. Berikut ini adalah jenis-jenis dividen menurut Brigham dan

Houston (2004;95):

1. Cash Dividend (Dividen tunai)

Cash dividend adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk uang tunai. Pada

umumnya cash dividend lebih disukai oleh para pemegang saham dan lebih

sering dipakai perseroan jika dibandingkan dengan jenis dividen yang lain.

2. Stock Dividend (Dividen saham)

Stock dividend adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham, bukan

dalam bentuk uang tunai. Pembayaran stock dividend juga harus disarankan

adanya laba atau surplus yang tersedia, jangan adanya pembayaran dividen

saham ini maka jumlah saham yang beredar meningkat, namun pembayaran

dividen saham ini tidak akan merubah posisi likuiditas perusahaan karena

yang dibayarkan oleh perusahaan bukan merupakan bagian dari arus kas

perusahaan.

3. Property Dividend (Dividen barang)

Property dividend adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk barang

(aktiva selain kas). Property dividend yang dibagikan ini haruslah merupakan

barang yang dapat dibagi-bagi atau bagian-bagian yang homogen serta

penyerahannya kepada pemegang saham tidak akan mengganggu kontinuitas

perusahaan.

4. Scrip Dividend

Scrip dividend adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk surat (scrip)

janji hutang. Perseroan akan membayar sejumlah tertentu dan pada waktu

tertentu, sesuai dengan yang tercantum dalam scrip tersebut. Pembayaran

dalam bentuk ini akan menyebabkan perseroan mempunyai hutang jangka

pendek kepada pemegang scrip.

5. Liquidating Dividend

Liqidating dividend adalah dividen yang dibagikan berdasarkan pengurangan

modal perusahaan, bukan berdasarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan.

2.4.3 Kebijakan Dividen

2.4.3.1 Pengertian Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen merupakan suatu keputusan untuk menginvestasikan

kembali laba yang diperoleh dari hasil operasi perusahaan atau untuk

membagikannya kepada pemegang saham (investor).

Menurut Martono dan Agus Harjito (2007;253),

“Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan apakah

laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada

pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk

menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan

datang.”

Sedangkan menurut Sutrisno (2003;303),

“Kebijakan dividen adalah memutuskan apakah laba yang diperoleh

oleh perusahaan selama satu periode akan dibagi semua atau dibagi

sebagian untuk dividen dan sebagian lagi tidak dibagi dalam bentuk

laba ditahan.”

Kemudian menurut Gitman (2003;553),

“Dividend policy is the firm’s plan action to be followed whenever

dividend decision must be made.”

Artinya, kebijakan dividen adalah kegiatan rencana perusahaan untuk membuat

keputusan apakah dividen akan dibagikan atau tidak.

Dari pengertian kebijakan dividen tersebut di atas dapat disimpulkan

bahwa kebijakan dividen adalah suatu keputusan untuk menginvestasi kembali

laba yang diperoleh dari hasil operasi perusahaan atau untuk membagikannya

kepada para pemegang saham.

2.4.3.2 Teori Kebijakan Dividen

Teori kebijakan dividen menjelaskan bagaimana sifat dari dividen yang

dibagikan kepada pemegang saham. Teori dari Kebijakan dividen ini akan

mempengaruhi harga saham.

Menurut Ridwan Sundjaja dan Inge Barlian (2003;383-387), ada tiga

teori yang membahas tentang kebijakan dividen dan berpengaruh terhadap harga

saham. Ketiga teori tersebut adalah:

a. Teori Residu Dividen

Teori ini menjelaskan bahwa investor lebih senang apabila perusahaan

menahan keuntungannya untuk diinvestasikan kembali daripada jika

keuntungan itu dibayarkan berupa dividen di mana re-investasi akan

menghasilkan lebih banyak dibandingkan saham-saham lain yang risikonya

kira-kira seimbang.

b. Teori Irrelevansi Dividen

Teori ini menjelaskan bahwa kenaikan nilai perusahaan dipengaruhi oleh

kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dari asset

perusahaan.

c. Teori Relevansi Dividen

Teori ini menjelaskan bahwa investor umumnya menghindari risiko dan

dividen yang diterima sekarang mempunyai risiko yang lebih kecil daripada

dividen yang diterima di masa yang akan datang.

2.4.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen yang diambil perusahaan, sangat bergantung pada

berbagai faktor yang terjadi, baik itu yang terjadi di dalam perusahaan maupun

yang terjadi di luar perusahaan.

Menurut Agus Sartono (2001;292-295), faktor-faktor yang

mempengaruhi kebijakan dividen ada lima yaitu:

1. Kebutuhan dana perusahaan

Kebutuhan dana perusahaan merupakan faktor yang harus dipertimbangkan

dalam menentukan kebijakan dividen karena posisi kas perusahaan harus

diperhatikan.

2. Likuiditas perusahaan

Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak

kebijakan dividen karena dividen merupakan kas keluar bagi perusahaan,

maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan

akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

3. Kemampuan meminjam

Perusahaan yang memiliki kemampuan meminjam lebih besar akan memiliki

kemampuan untuk membayar dividen yang lebih besar pula.

4. Keadaan pemegang saham

Jika keadaan pemegang saham lebih besar berorientasi pada capital gain,

maka dividend payout akan rendah, sehingga memungkinkan perusahaan

untuk menahan laba untuk investasi yang profitable.

5. Stabilitas dividen

Bagi para investor faktor stabilitas dividen akan lebih menarik daripada

dividend payout ratio yang tinggi.

2.4.3.4 Jenis-Jenis Kebijakan Dividen

Ada beberapa bentuk pemberian dividen secara tunai atau cash dividend

yang diberikan kepada pemegang saham. Adapun bentuk kebijakan tersebut

menurut Sutrisno (2003;305-307), ada empat yaitu:

1. Kebijakan pemberian dividen yang stabil

Yaitu dividen akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka waktu

tertentu walaupun laba yang diperoleh perusahaan berfluktuasi.

2. Kebijakan dividen yang meningkat

Yaitu perusahaan membayarkan dividen kepada pemegang saham dengan

jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan yang stabil.

3. Kebijakan dividen dengan rasio yang konstan

Yaitu perusahaan memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba

yang diperoleh perusahaan.

4. Kebijakan dividen reguler yang rendah ditambah ekstra

Yaitu perusahaan menentukan jumlah pembayaran dividen per lembar yang

dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen.

2.5 Saham

2.5.1 Pengertian Saham

Saham merupakan salah satu efek yang diperdagangkan di pasar modal.

Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa si pemilik kertas

adalah pemilik perusahaan penerbit kertas tersebut. Dengan demikian jika seorang

investor membeli saham, maka ia akan menjadi pemilik atau pemegang saham

perusahaan yang bersangkutan.

Saham adalah tanda bukti kepemilikan atau keikutsertaan seseorang atau

badan dalam suatu perusahaan terbuka. Bagi perusahaan yang bersangkutan, hasil

yang diterima dari penjualan saham-sahamnya akan tetap tertanam di dalam

perusahaan tersebut selama hidupnya, meskipun bagi pemegang saham itu sendiri

bukanlah merupakan penanaman yang permanen, karena setiap waktu pemegang

saham dapat menjual sahamnya.

Menurut Ardiyos (2001;244),

“Saham adalah bagian dari modal sendiri di dalam perseroan dan

bukti kepemilikannya disebut saham.”

Sedangkan menurut Rusdin (2006;68),

“Saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan atas

suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas

penghasilan dan aktiva perusahaan.”

Saham memberikan indikasi kepemilikan atas perusahaan sehingga para

pemegang saham berhak pula menentukan arah kebijakan perusahaan melalui

rapat umum pemegang saham. Besarnya risiko yang ditanggung pemegang saham

adalah sebesar jumlah saham yang dimiliki apabila perusahaan itu bangkrut.

2.5.2 Jenis-Jenis Saham

Saham yang beredar di masyarakat terdapat dalam berbagai jenis. Adapun

maksud dari pembagian ini adalah hanya untuk membedakan dari karakteristik

saham itu sendiri. Menurut Martono dan Agus Harjito (2007;367-368), saham

dapat dibedakan menjadi:

1. Berdasarkan cara pengalihannya

a. Saham atas unjuk (Bearer stock)

Di atas sertifikat ini tidak dituliskan nama pemiliknya. Dengan pemilikan

saham atas unjuk, seorang pemilik sangat mudah untuk mengalihkan atau

memindahkannya kepada orang lain karena sifatnya mirip dengan uang.

Pemilik saham atas unjuk ini harus berhati-hati membawa dan

menyimpannya, karena jika saham tersebut hilang, maka pemilik tidak

dapat meminta gantinya.

b. Saham atas nama (Registered stock)

Di atas sertifikat saham dituliskan nama pemiliknya. Cara peralihan

dengan dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dalam

buku perusahaan yang khusus memuat daftar nama pemegang saham. Jika

saham tersebut hilang, pemilik dapat meminta gantinya.

2. Berdasarkan manfaatnya

a. Saham biasa (Common stock)

Saham biasa selalu ada dalam struktur modal saham. Jenis-jenis saham

biasa antara lain: saham biasa unggulan, saham biasa yang tumbuh, saham

biasa yang stabil, dan lain-lain.

b. Saham preferen (Prefered stock)

Saham preferen terdiri dari beberapa jenis, antara lain: saham preferen

kumulatif, saham preferen bukan kumulatif, dan lain-lain.

Kelebihan saham biasa adalah kemampuannya memberikan keuntungan

yang cukup besar, bergantung kepada perkembangan perusahaan yang

bersangkutan. Di samping mendapatkan penghasilan dari dividen, pemilik saham

biasanya juga memperoleh keuntungan dari capital gain. Adapun karakteristik

saham biasa yaitu:

1. Saham biasa tidak menjanjikan pendapatan yang bersifat tetap dan pasti.

Pendapatan investasi saham dapat berupa dividen dan capital gain.

Pembayaran dividen kepada investor bergantung pada kebutuhan manajemen

perusahaan yang menyangkut kondisi dan rencana perusahaan di masa yang

akan datang.

2. Pemilik saham biasa mempunyai hak untuk mengikuti rapat umum pemegang

saham yang merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam suatu

perusahaan. Hak suara yang dimiliki pemegang saham adalah sebanding

dengan jumlah saham yang dimilikinya. Dengan demikian setiap pembelian

saham dapat berperan untuk menentukan masa depan perusahaan.

3. Saham biasa tidak memiliki masa jatuh tempo tertentu. Dengan demikian

emiten tidak perlu berkewajiban untuk membayar kembali harga pembelian

saham yang telah diterbitkannya. Berbeda dengan obligasi, perusahaan

memiliki kewajiban unutk mengembalikan baik itu berupa bunga atau

nominalnya.

2.5.3 Harga Saham

2.5.3.1 Pengertian Harga Saham

Karena saham-saham itu diperdagangkan di pasar modal, maka

dibutuhkan suatu sistem penilaian sebagai tolok ukur baik buruknya saham

tersebut dengan pasar saham.

Menurut Rusdin (2006;68), harga pasar saham adalah:

“Harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung, jika bursa

sudah tutup maka harga pasar saham tersebut adalah harga

penutupannya.”

Sedangkan menurut Van Horne dan Wachowicz (2000;5), menyatakan bahwa:

“The market value price serves as a barometer or business performance

it indicates how well management is doing in behalf of its stockholders.

Management is under continuous review stockholders who are

dissatisfied with management performance may sell their stock and

invest in other company. This action, if than by other dissatisfied

stockholders will put downward pressured on market price per share.”

Artinya, nilai harga pasar mencerminkan petunjuk atau kinerja bisnis yang

menandakan bagaimana manajemen telah bekerja dengan baik. Apabila

manajemen tidak bekerja dengan baik, maka para pemegang saham akan menjual

saham mereka dan menginvestasikan pada perusahaan lain. Apabila para

pemegang saham merasa kecewa, maka harga pasar per lembar dengan sendirinya

akan turun.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa harga pasar saham

yang terbentuk di pasar ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Jika

penawaran akan saham tinggi, maka harga saham tersebut akan naik.

2.5.3.2 Nilai Saham

Dalam praktik perdagangan saham, nilai saham dibedakan menurut cara

pengalihan dan manfaat yang diperoleh bagi pemegang saham. Menurut Rusdin

(2006;68), nilai saham terbagi atas tiga jenis yaitu:

1. Nilai Nominal (Nilai pari)

Merupakan nilai yang tercantum dalam sertifikat saham yang bersangkutan, di

Indonesia saham yang diterbitkan harus memiliki nilai nominal dan untuk satu

jenis saham yang sama pada suatu perusahaan harus memiliki satu jenis nilai

nominal.

2. Nilai Dasar

Pada prinsip harga dasar saham ditentukan dari harga perdana saat saham

tersebut diterbitkan, harga dasar ini akan berubah sejalan dengan dilakukannya

berbagai tindakan emiten yang berhubungan dengan saham, antara lain: Right

issue, Stock split, waran, dll.

3. Nilai Pasar

Merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung, jika bursa

sudah tutup maka harga pasar saham tersebut adalah harga penutupannya.

Sedangkan menurut Mustopo Ali Sasongko (2008) dalam jurnalnya yang

berjudul ”Analisa penilaian saham”, dalam situs www.WealthIndonesia.com,

mengemukakan bahwa ada beberapa jenis nilai saham, yaitu:

1. Nilai Nominal

Merupakan nilai per lembar saham yang berkaitan dengan hukum

2. Nilai Buku

Merupakan nilai saham menurut pembukuan perusahaan

3. Nilai Pasar

Merupakan harga saham di bursa efek

4. Nilai Intrinsik

Merupakan nilai sebenarnya dari saham

Dari pernyataan di atas maka dapat ditarik kesimpulan yaitu nilai saham

terdiri dari beberapa jenis yaitu nilai nominal, nilai dasar, nilai buku, nilai pasar

dan nilai intrinsik. Nilai nominal saham tertera pada saham itu sendiri. Nilai dasar

saham adalah harga pertama kali saham diperjualbelikan di pasar perdana. Nilai

buku yaitu harga saham menurut catatan perusahaan. Nilai pasar saham terjadi

ketika penutupan pasar bursa. Sedangkan nilai intrinsik yaitu nilai sebenarnya dari

saham.

2.5.3.3 Jenis-Jenis Harga Saham

Harga saham ditentukan oleh harga yang terjadi pada saat saham tersebut

pertama kali diterbitkan perusahaan yang melakukan IPO (initial public offering)

yaitu di pasar perdana dan pada saat saham tersebut diperjualbelikan di pasar

sekunder.

Menurut Rusdin (2006;109-114),

”Harga saham ada dua yaitu ketika pertama kali di jual yaitu pada

saat perusahaan melakukan IPO (initial public offering) dan yang

kedua yaitu pada saat di jual di pasar sekunder (lantai bursa).”

Sedangkan menurut Dev Group on Research (2008) dalam jurnalnya yang

berjudul ”Indeks saham dan obligasi”, dalam situs www.infovesta.com

mengemukakan bahwa ada beberapa jenis harga saham, yaitu:

1. Harga saham sektoral

Yaitu harga saham yang tergabung dalam sektor-sektor tertentu yang ada di

BEI

2. Harga saham gabungan

Yaitu harga saham semua perusahaan yang terdaftar di BEI

3. Harga saham individual

Yaitu harga saham dari masing-masing saham terhadap harga dasarnya

4. Harga saham LQ-45

Yaitu harga saham dengan 45 saham unggulan yaitu terlikuiditas tinggi dan

kapitalisasi pasar yang tinggi

5. Harga saham JII

Yaitu harga saham perusahaan menurut syariat islam

6. Harga saham kompas 100

Yaitu harga saham perusahaan yang tergabung dalam 100 besar perusahaan

pilihan menurut harian suratkabar kompas

Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat diambil kesimpulan yaitu

harga saham terjadi ketika pertama kali perusahaan melakukan initial public

offering, dimana harga saham ditetapkan oleh perusahaan. Dan yang kedua harga

yang terjadi ketika di pasar sekunder yang terjadi karena kekuatan pasar yaitu

permintaan dan penawaran saham tersebut. Sedangkan pada saat saham tersebut

diperjualbelikan di lantai bursa maka harga saham tersebut dapat bermacam-

macam sesuai dengan jenis saham dari perusahaan tersebut.

2.5.3.4 Faktor yang Menentukan Perubahan Harga Saham

Faktor yang menentukan perubahan harga saham adalah karena jumlah

permintaan dan penawaran akan saham yang terjadi di pasar bursa. Seperti yang

dikemukakan oleh Martono dan Agus Harjito (2007;373),

”Harga saham sebagai komoditas perdagangan, tentu dipengaruhi

oleh penawaran dan permintaan. Pada gilirannya, permintaan dan

penawaran merupakan manifestasi dari kondisi psikologi pemodal.”

Sedangkan menurut Ali Arifin (2004;116-125),

”Faktor yang menentukan perubahan harga saham yaitu kondisi

fundamental emiten, permintaan dan penawaran, tingkat suku bunga,

valuta asing, dana asing, indeks harga saham gabungan, dan rumors.”

Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat ditarik kesimpulan yaitu faktor-

faktor yang menentukan perubahan harga saham sangat beragam. Namun yang

paling utama adalah kekuatan pasar itu sendiri yaitu permintaan dan penawaran

akan saham itu sendiri. Sesuai dengan hukum ekonomi, semakin tinggi

permintaan akan saham tersebut maka harga saham akan naik.

2.6 Pengaruh Dividend per Share dan Return on Equity Terhadap Harga

Saham

Untuk mencapai keuntungan yang diharapkan, perusahaan membutuhkan

dana untuk membiayai kegiatan perusahaan dan dana tersebut dapat diperoleh di

pasar modal. Keuntungan dari penjualan saham dapat ditentukan berdasarkan

tingkat profitabilitas yang dinilai dengan dividend per share dan return on equity

yang dapat dilihat dari hasil publikasi laporan keuangan sebuah perusahaan.

Laporan tersebut selanjutnya dapat menjadi sumber informasi bagi investor untuk

membeli saham. Dengan adanya transaksi saham yang dilakukan oleh investor

dapat menentukan fluktuasi harga pasar saham.

Sebagaimana dikemukakan oleh Van Horne dan Wachowicz (2000;317),

“The objective of a company must be create value its stockholder. Value

is represented by a market price of a company’s common stock, which in

turn is a function of a firm investment, financing, and dividend

decision.”

Artinya, bahwa tujuan suatu perusahaan adalah menciptakan nilai harga saham

pemegang saham. Nilai diwakili oleh harga pasar saham biasa suatu perusahaan,

yang pada gilirannya merupakan suatu fungsi dari investasi perusahaan, keputusan

pembiayaan dan dividen.

Adapun pendapat lain dari Martono dan Agus Harjito (2007;317),

mengatakan bahwa:

“Ketiga keputusan keuangan (keputusan investasi, pendanaan, dan

dividen) diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari untuk

mendapatkan laba. Laba yang diperoleh, diharapkan mampu

meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin pada makin tingginya

harga saham, sehingga kemakmuran para pemegang saham dengan

sendirinya makin bertambah.”

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa jika nilai suatu perusahaan

yang diukur dengan harga saham dapat meningkat maka akan meningkatkan

investasi, pembiayaan dan dividen perusahaan. Untuk meningkatkan harga saham

suatu perusahaan, maka manajemen perusahaan harus dapat meningkatkan kinerja

perusahaan, salah satunya adalah faktor profitabilitas yang dapat diukur dengan

beberapa rasio seperti dividend per share dan return on equity.

2.6.1 Pengaruh Dividend per Share Terhadap Harga Saham

Ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan profitabilitas yang

akan berpengaruh pada harga saham suatu perusahaan dapat diukur dengan

dividend per share. Adapun pendapat yang dikemukakan oleh Ross, Westerfield,

dan Jaffe (2002;460), mengatakan bahwa:

“Clearly, investors prefer higher dividend to lower dividend at any single

date if the dividend level is held constant every other date. In other

words, if the dividend per share for each other date is held constant, the

stock price will rise.”

Artinya, bahwa investor lebih menyukai dividen yang tinggi daripada dividen

yang rendah pada saat waktu yang sama atau pada saat waktu yang berbeda.

Apabila dividen per lembar stabil (tetap sama), maka harga saham akan naik.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa dividen merupakan

faktor yang berpengaruh terhadap harga saham. Pembayaran dividen selalu diikuti

dengan kenaikan saham, sedangkan penurunan dividen akan diikuti dengan

penurunan harga saham dan ini menunjukkan bahwa investor secara keseluruhan

lebih menyukai pembayaran dividen daripada capital gain.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham seperti yang

dikemukakan oleh Weston dan Brigham (2002;26), yang berpendapat bahwa

harga saham perusahaan tergantung pada faktor-faktor berikut:

1. Proyeksi laba per saham

2. Saat diperolehnya laba

3. Tingkat risiko dari proyeksi laba

4. Proporsi utang perusahaan

5. Kebijakan pembagian dividen

Berdasarkan pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa dividen merupakan

faktor yang berpengaruh terhadap harga saham. Dan hal ini ditunjukkan dengan

kenyataan bahwa investor lebih tertarik dengan dividen.

2.6.2 Pengaruh Return on Equity Terhadap Harga Saham

Jika suatu perusahaan mempunyai masa depan yang baik dan dapat

memberikan profitabilitas bagi para investor maka transaksi saham perusahaan

mengalami kenaikan dan tingkat harga saham perusahaan akan mengikuti laju

perkembangan dan kondisi perusahaan tersebut.

Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2007;317),

“Jika kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat,

harga saham akan meningkat dengan kata lain profitabilitas akan

meningkatkan harga saham.”

Sedangkan menurut Heru Tjaraka (2008) dalam jurnalnya yang berjudul

“Analisis-analisis fundamental yang berpengaruh terhadap harga saham”,

dalam situs www.google.com mengemukakan bahwa,

“Return on equity sangat mempengaruhi harga saham perusahaan

yang bersangkutan di samping faktor-faktor yang lain seperti earning

per share, debt equity ratio dan lain-lain.”

Dari kutipan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keberhasilan seorang

manajer dalam menjalankan operasi perusahaan melalui kebijakan-kebijakan yang

ditetapkan dapat dilihat dari keberhasilannya dalam memaksimalkan kekayaan

pemilik. Dengan demikian biasanya seorang investor akan memilih perusahaan

yang dapat memaksimalkan nilai pasar kekayaannya melalui harga saham yang

tinggi dan kemampuan perusahaan memberikan keuntungan berupa return on

equity yang akan mempengaruhi harga saham perusahaan.

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian terhadap perusahaan

go-public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia khususnya yang tergabung

dalam sektor pertambangan. Adapun objek penelitian yang akan diteliti adalah

mengenai dividend per share dan return on equity yang terdapat dalam laporan

keuangan. Untuk periode laporan keuangan ini, penulis menggunakan laporan

keuangan periode tahun 2002 sampai dengan 2007.

3.1.1 Gambaran Umum Perusahaan

Sebelum menganalisis, berikut ini adalah gambaran umum perusahaan

yang akan diteliti, yang menyajikan sejarah singkat perusahaan

1. PT Aneka Tambang, Tbk

PT Aneka Tambang, Tbk adalah pemimpin perusahaan pertambangan dan

mineral di Indonesia. Perusahaan didirikan sejak 5 Juli 1968 yang merupakan

gabungan (merger) dari tujuh perusahaan yaitu PT Nikel Indonesia, PN

Tambang Bauksit Indonesia, PN Logam Mulia, BPU Perusahaan-Perusahaan

Tambang Umum Negara, Proyek Pertambangan Intan Martapura, PN

Tambang Emas Cikotok, dan Proyek Emas Logas, Pakan Baru. Tanggal 21

Mei 1975, menurut Keputusan Departemen Kehakiman Republik Indonesia,

status perusahaan berubah dari semula Perusahaan Negara (PN) kemudian

menjadi perusahaan Terbatas (PT). Selama 30 tahun pengoperasian

perusahaan, Aneka Tambang, Tbk telah membuktikan pencapaian yang

signifikan. Tahun demi tahun, perusahaan secara terus-menerus melakukan

pengembangan-pengembangan mulai dari segi operasi yang dimulai dari

pengembangan operasi perusahaan ataupun dari pengembangan segi

keuangan, hubungan masyarakat dan sumber daya manusia.

2. PT Bumi Resources, Tbk

Bumi Resources, Tbk telah hadir di Indonesia dan beroperasi sejak tahun 1973

dengan nama PT Bumi Modern, Tbk. Fokus bisnis perusahaan yang utama

dan pertama pada saat itu adalah industri perhotelan dan pariwisata.

Perusahaan mempunyai hotel bintang lima yang berlokasi di Surabaya dengan

luas tanah sekitar 1,3 hektar. Pengoperasian hotel tersebut menjadi komersial

dilakukan sejak tahun 1979. Tahun 1994, perusahaan telah memiliki kurang

lebih dari 12 apartemen untuk komunitas bisnis, di mana kepemilikan dari

apartemen tersebut lebih banyak dimiliki oleh kalangan dari luar negeri.

Tahun 2000, manajemen perusahaan memutuskan untuk beralih fokus operasi

perusahaan dari yang semula industri perhotelan dan pariwisata kemudian

menjadi bisnis industri gas alam dan minyak di mana menurut manajemen

perusahaan menawarkan prospek yang lebih cerah. Perpindahan fokus operasi

ini akan mendorong perusahaan untuk lebih mempunyai posisi yang

kompetitif.

3. PT Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk

PT Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk telah beroperasi sejak tanggal 2

Maret 1981 di Tanjung Enim dengan nama perusahaan untuk pertama kali

yaitu Tambang Batubara Bukit Asam. Pertambangan yang dilakukan telah

beroperasi sejak tahun 1919 di bawah Pemerintah Belanda saat itu. Kemudian

pada tahun 1942 diambil alih oleh Pemerintah Jepang, dan tahun 1945 (pada

saat kemerdekaan Republik Indonesia) diambil alih oleh Pemerintah

Indonesia, yang kemudian perusahaan dinasionalisasikan oleh pemerintah

Indonesia. Tanggal 30 Oktober 1990, pemerintah menggabungkan

pengoperasian Perusahaan Umum (Perum) Tambang Batubara di Sawah

Lunto dengan Tambang Batubara Bukit asam. Sejak tahun 1983, perusahaan

dengan pemerintah sepakat untuk fokus pengembangan perusahaan hanya

kepada batubara.

4. PT Tambang Timah, Tbk

PT Tambang Timah, Tbk adalah penggabungan dari 3 perusahaan

pertambangan milik Pemerintah Belanda dengan wilayah pengoperasian yaitu

di Indonesia. Area operasi perusahaan terletak di Kepulauan Bangka,

Kepulauan Riau, dan beberapa wilayah di Sumatera. Tahun 2000 perusahaan

menargetkan untuk menjadi perusahaan yang memproduksi komoditas

beragam. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan memulai dengan

pertambangan di Natal, Sumatera Utara dan Kalimantan dengan investasi awal

kurang lebih Rp 100 milyar. Tahun 1997 Perusahaan memenangkan tender

yang dilakukan pemerintah untuk ekplorasi emas dan batubara di Sumatera,

Kalimantan dan Jawa Timur. Untuk mendukung kegiatan perusahaan tersebut,

maka perusahaan membentuk anak perusahaan yaitu PT Timah Investment

Mineral, PT Kutaraja Tembaga Raya dan PT DOK dan Perkapalan Air

Kantung. Tahun 1998, Rapat Umum Pemegang Saham memutuskan untuk

mengakuisisi PT Berau Coal dan PT Kaltim Prime Coal dan Tambang Emas

Okiral dan menjadikan Tambang timah sebagai induk perusahaan dimana

segala tanggungjawab yang utama untuk perencanaan jangka panjang dan

keseluruhan operasi dari anak perusahaan tersebut berada di Induk

perusahaan.

5. PT Perusahaan Gas Negara, Tbk

PT Perusahaan Gas Negara, Tbk telah beroperasi sejak tahun 1965.

Perusahaan secara terus-menerus melakukan pendistribusian gas alam melalui

pipa-pipa gas yang menghubungkan pemasok dengan pasar. Pada tahun ini,

perusahaan telah membangun pipa untuk distribusi gas kurang lebih sepanjang

4.140 km yang meliputi enam distribusi utama di mana pembangunan ini

ditujukan untuk melayani kepentingan industri, perdagangan, dan sektor

rumah tangga. Perusahaan juga melakukan ekspansi pangsa pasar baru untuk

wilayah domestik dan regional dengan membangun jaringan pipa gas yang

baru. Untuk wilayah Jawa Barat telah terhubungkan untuk pendistribusian gas

sepanjang 636 km. Bahkan di masa yang akan datang, perusahaan berencana

membangun jaringan pipa baru yang menghubungkan Kalimantan dan Jawa

yaitu sepanjang 1.220 km.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif dan metode verifikatif.

Menurut Sugiyono (2006;11),

“Metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa

membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain.”

Sedangkan menurut Marzuki (2002;7),

“Metode verifikatif adalah suatu metode yang digunakan untuk

menguji kebenaran suatu pengetahuan.”

Tujuan metode verifikatif ini adalah dimana penulis melakukan pengujian

hipotesis yang dianalisis dengan metode statistik secara parsial dengan

menggunakan uji t. Sedangkan untuk menguji hipotesis secara simultan digunakan

uji F, selanjutnya nilai pengujian yang diperoleh dibandingkan dengan tabel

distribusi t dan F.

3.2.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

data berupa informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian. Misalnya data

company profile, laporan keuangan yang dipublikasikan, dan harga saham.

Sumber data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat

kuantitatif yaitu data yang dinyatakan dalam angka-angka yang menunjukkan

nilai terhadap besaran atau variabel yang diwakilinya. Sebagian data bersifat

kualitatif yaitu data yang bukan berbentuk angka. Sumber data dalam penelitian

ini merupakan data sekunder dimana data telah tersedia di laporan keuangan yang

terdapat dalam Indonesian Capital Market Directory, BEI, Pojok Bursa, Website.

Informasi-informasi ini diperoleh melalui penelitian ke perpustakaan, yaitu

dengan membaca dan mengkaji buku-buku, koran, jurnal, dan membuka berbagai

situs internet yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Untuk melengkapi dan menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis

menggunakan teknik pengumpulan data dan informasi sebagai berikut:

1. Penelitian Lapangan (Field research)

Yaitu penelitian untuk mendapatkan data dari unit analisis yang akan diteliti

dengan melakukan pengumpulan data secara langsung dengan mengunjungi

pusat referensi pasar modal Pojok Bursa Universitas Sangga Buana (USB).

2. Riset Kepustakaan (Library research)

Yaitu penelitian yang mempelajari literatur, buku-buku, dan media lain yang

mempunyai kaitan langsung dengan masalah yang akan diteliti. Penelitian ini

dimaksudkan untuk mendapatkan teori yang mendukung masalah dalam

penulisan skripsi ini.

3.2.3 Operasionalisasi Variabel

Untuk menguji hipotesis, variabel-variabel yang akan diteliti perlu

diberikan batasan-batasan dan ditentukan indikator-indikatornya. Adapun variabel

-variabel tersebut terdiri dari dua variabel independen dan satu variabel dependen,

yaitu:

1. Variabel independen, yaitu variabel bebas yang keberadaannya tidak

dipengaruhi oleh variabel-variabel lain, antara lain:

a. Dividend per share (DPS) sebagai variabel independen kesatu ( 1 )

Dividend per share merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan kepastian dari modal yang ditanamkannya, yakni berupa

dividen.

b. Return on equity (ROE) sebagai variabel independen kedua ( 2 )

Return on equity merupakan rasio untuk mengukur seberapa banyak

keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri.

2. Variabel dependen yaitu variabel tidak bebas yang keberadaannya dipengaruhi

oleh variabel-variabel lain. Variabel dependen yang digunakan adalah harga

saham sebagai variabel (Y). Harga saham dalam penelitian ini adalah rata-rata

harga saham pada saat closing price.

Adapun operasionalisasi variabel-variabel tersebut ke dalam dimensi-

dimensi dan indikator-indikatornya sebagai berikut:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Varia

bel

Konsep

Variabel

Indikator Formula Ukur

an

Skala

Divide

nd per

Share

(DPS)

Return

on

Equity

(ROE)

Harga

Pasar

Saham

Nilai yang

menunjukkan

jumlah uang

yang dibayarkan

kepada

pemegang

saham

Pengembalian

atas ekuitas

saham biasa

yang digunakan

untuk mengukur

tingkat laba yang

dihasilkan dari

investasi

pemegang

saham

Rata-rata harga

saham pada

saat closing

price.

Perkembangan

dividend per

share

Perkembangan

return on equity

Perkembangan

harga saham

%1001

1 xDPS

DPSDPSDPS

t

tt

%1001

1 xROE

ROEROEROE

t

tt

%1001

1 xP

PPPo

t

tt

Perse

ntase

(%)

Perse

ntase

(%)

Perse

ntase

(%)

Rasio

Rasio

Rasio

Sumber : Data yang tersedia diolah kembali oleh penulis

3.2.4 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian adalah perusahaan-perusahaan pertambangan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2002-2007. Jumlah perusahaan

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 19 perusahaan

dimana metode yang digunakan untuk pengambilan sampel yaitu dengan metode

purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Perusahaan yang tergabung dalam sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia periode 2002-2007.

2. Kelengkapan data dari perusahaan yang tergabung dalam sektor pertambangan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2002-2007

Berdasarkan kriteria tersebut maka jumlah sampel yang diteliti sebanyak

lima perusahaan yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.2

Sampel Penelitian

No Perusahaan Kode

1

2

3

4

5

PT Aneka Tambang, Tbk

PT Bumi Resources, Tbk

PT Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk

PT Tambang Timah, Tbk

PT Perusahaan Gas Negara, Tbk

ANTM

BUMI

PTBA

TINS

PGAS

Sumber: Indonesian Capital Market Directory

3.2.5 Metode Analisis Data Statistik

Metode analisis yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan

memperhitungkan nilai dan perkembangan dividend per share, return on equity,

dan harga saham. Tahap-tahap analisis data statistik sebagai berikut:

1. Analisis terhadap dividend per share

2. Analisis terhadap return on equity

3. Analisis terhadap harga saham

Data tersebut di atas dapat diketahui melalui laporan keuangan yang

dikeluarkan oleh emiten yang tergolong ke dalam kelompok sektor pertambangan

periode 2002-2007 yang terdapat di Indonesian Capital Market Directory dan

untuk mengetahui pengaruh dari variabel-variabel di atas, maka digunakan

analisis regresi, koefisien korelasi, koefisien determinasi dan pengujian hipotesis

dengan menggunakan software SPSS v.15. Setelah dianalisis kemudian ditarik

kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari perhitungan di atas.

3.2.6 Analisis Statistik

Untuk menguji analisis yang digunakan, dilakukan pengujian secara

verifikatif untuk menghitung apakah terdapat pengaruh dari dividend per share

dan return on equity terhadap harga saham.

3.2.6.1 Uji Normalitas Data

Distribusi normal memegang peranan penting dalam statistik

inferensial,yaitu sebagai model distribusi peluang (probability distribution).

Paling sedikit, ada tiga alasan yang melandasi pentingnya distribusi normal dalam

statistik inferensial (Furqon, 2008;124).

1. Distribusi normal merupakan model yang baik untuk mendekati frekuensi

distribusi fenomenal alam dan sosial jika sampelnya besar. Populasi berbagai

perilaku dan karakteristik alam dan sosial yang berskala interval dan rasio

umumnya diasumsikan berdistribusi normal.

2. Ada hubungan yang kuat antara besarnya sampel dengan distribusi rata-rata

yang diperoleh dari sampel-sampel acak yang diambil dari suatu populasi

yang sama. Semakin besar sampel, distribusi rata-rata sampel semakin

mendekati distribusi normal. Lebih jauh central limit theorm menyatakan

bahwa distribusi rata-rata yang diperoleh dari sampel yang besar (banyak)

cenderung normal (walaupun populasi dari mana sampel itu diambil tidak

normal).

3. Distribusi normal memberikan penghampiran (aproksimasi) yang baik

terhadap distribusi teoritis lainnya yang pada umumnya lebih sulit digunakan.

Untuk memodelkan distribusi peluang ukuran yang digunakan adalah dengan

menggunakan P-Plot yang dapat ditampilkan dengan menggunakan software

SPSS v.15, dimana jika titik-titik yang menunjukkan sampel dekat dengan

garis, maka dapat dikatakan bahwa data tersebut adalah normal.

3.2.6.2 Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi ini digunakan untuk memperkirakan nilai dari variabel

tidak bebas (Y) pada nilai variabel bebas (X) tertentu, sehingga dapat diketahui

berapa besar pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya. Setiap perubahan

variabel bebas (X) akan diimbangi dengan perubahan variabel tidak bebas (Y).

adapun persamaan garis regresi linier sederhana adalah sebagai berikut:

ebxa

Dimana:

a = Intercept (konstanta)

b = Koefisien arah garis linier yang menunjukkan satu satuan X terhadap

perubahan Y

Y = Variabel yang mewakili harga saham sebagai variabel tidak bebas

X = Variabel yang mewakili dividend per share dan return on equity sebagai

variabel bebas

e = Error term

Nilai “a” dapat diperoleh dengan rumus:

22

2

na

Sedangkan nilai “b” dapat diperoleh dengan rumus:

22n

nb

3.2.6.3 Analisis Koefisien Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk menentukan suatu besaran yang

menyatakan bagaimana kuatnya hubungan suatu variabel yang satu dan variabel

yang lain dengan tidak mempersoalkan apakah suatu variabel tertentu tergantung

kepada variabel lain. Ukuran statistik yang biasa digunakan untuk skala

pengukuran data yang berbentuk rasio dan hipotesis yang digunakan bersifat

asosiatif atau hubungan adalah koefisien korelasi least square, yaitu:

2222 nn

nr

Dibawah ini merupakan tabel pedoman untuk memberikan interpretasi

terhadap koefisien korelasi

Tabel 3.3

Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199

0,20 – 0,399

0,40 – 0,599

0,60 – 0,799

0,80 – 1,000

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Kuat

Sangat kuat

Sumber : Sugiyono (Metode penelitian bisnis, 2006;183)

3.2.6.4 Analisis Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari koefisien korelasi

sebelumnya telah dicari. Analisis koefisien determinasi digunakan untuk melihat

seberapa besar variabel dividend per share ( 1 ) dan return on equity ( 2 )

berpengaruh terhadap variabel harga saham (Y). Besarnya koefisien determinasi

terletak antara 0 dan 1 atau 0% sampai dengan 100%. Sebaliknya jika 2r = 0,

model tidak menjelaskan sedikit pun pengaruh variabel X terhadap variabel Y.

Kecocokan model dikatakan lebih baik jika 2r semakin dekat dengan 1. Jadi

untuk batas nilai koefisien determinasi adalah 10 2r dapat dihitung dengan

dasar mengkuadratkan nilai koefisien korelasi (r). Adapun formula koefisien

determinasi yaitu:

%100*2rkd

Dimana:

kd = Koefisien determinasi

r = Koefisien korelasi

3.2.6.5 Pengujian Hipotesis (Uji t)

Pengujian dilakukan dengan uji statistik t dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Menentukan hipotesis statistik

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau

tidaknya pengaruh yang signifikan antara variabel bebas atau independen

(dividend per share dan return on equity) dengan variabel tidak bebas atau

variabel dependen (harga saham).

Apabila hipotesis penelitian tersebut dinyatakan ke dalam hipotesis statistik

sebagai berikut:

1) Hipotesis pertama

H01 : rx1y = 0; menunjukkan variabel 1 (dividend per share) tidak

berpengaruh terhadap variabel Y (harga saham)

H01 : rx1y 0; menunjukkan variabel 1 (dividend per share)

berpengaruh terhadap variabel Y (harga saham)

2) Hipotesis kedua

0: 202 r ; menunjukkan variabel 2 (return on equity) tidak

berpengaruh terhadap variabel Y (harga saham)

0: 202 r ; menunjukkan variabel 2 (return on equity) berpengaruh

terhadap variabel Y (harga saham)

b. Menentukan tingkat signifikansi sebesar 5% ( 05,0 )

c. Mengambil kesimpulan

-ttabel thitung ttabel, maka Ho diterima dan Ha tolak

Gambar 3.1

Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji t)

Tabel (1/2 df)

3.2.6.6 Analisis Hipotesis Secara Simultan (Uji F)

Pengujian secara simultan digunakan untuk mengetahui nilai yang

memberikan kuatnya pengaruh atau hubungan dua variabel atau lebih secara

bersama-sama.

1. Analisis Regresi Linier Berganda

Teknik regresi berganda digunakan untuk mengetahui hubungan

fungsional antara variabel dependen dihubungkan dengan dua atau lebih variabel

independen. Rumus dari regresi linier berganda sebagai berikut:

ebba 2211

Daerah

Penerimaan Ho

Daerah

Penolakan Ho

Daerah

Penolakan Ho

Dimana:

Y = Harga saham

1 = Dividend per share

2 = Return on equity

a = Konstanta

1b = Koefisien korelasi dividend per share

2b = Koefisien korelasi return on equity

e = Error term

Dalam pengujian regresi linier berganda, untuk memperoleh penelitian

yang akurat diperlukan pengujian dengan asumsi klasik, yaitu:

a. Autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang

diurutkan menurut waktu (seperti dalam data deretan waktu) atau ruang

(seperti dalam data cross sectional). Masalah ini timbul karena residual tidak

bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Ada beberapa cara yang dapat

digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi. Pertama, uji Durbin-

Watson (DW test). Kedua, uji Lagrange Multiplier (LM) yaitu statistik

Breusch-Godfrey. Ketiga, uji autokorelasi dengan statistik Q yaitu Box Pearce

dan Ljung Box. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan cara yang

pertama, yaitu uji Durbin-Watson (DW test). Keputusan ada tidaknya

autokorelasi adalah dengan ketentuan sebagai berikut:

1,65 < DW < 2,35 (Tidak autokorelasi)

1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 (Tidak dapat disimpulkan)

DW < 1,21 atau DW > 2,79 (Terjadi autokorelasi)

Jika dalam penelitian ini tidak terbebas dari masalah autokorelasi, maka cara

yang dapat dilakukan adalah:

1) Mengubah bentuk fungsional atau mentransformasikan variabel-variabel

yang dalam model menjadi bentuk yang disebut first difference. Selain itu

dapat dilakukan dengan memperbanyak data. Apabila data yang digunakan

semakin besar, maka standar error cenderung turun

2) Mempertimbangkan Generalized Least Squares, Auto Regressive (AR)

atau Auto Regressive Integrated Moving Average (Arima)

b. Multikolinieritas

Multikolinieritas memiliki arti antara variabel bebas yang satu dengan variabel

bebas yang lain dalam model regresi terjadi hubungan yang mendekati

sempurna. Multikolinieritas hampir selalu ada dalam model persamaan regresi

yang menggunakan lebih dari dua variabel. Pengujian ini ditujukan untuk

lebih mengetahui adanya hubungan yang sempurna antar variabel. Salah satu

cara untuk mendeteksi adanya multikolinieritas adalah dengan melihat Matriks

koefisien korelasi Pearson.

Menurut Cornellius Trihendradi (2005;212),

”Jika nilai korelasi Pearson lebih dari 0,8 maka terjadi multikolinieritas,

dan apabila nilai korelasi Pearson kurang dari 0,8 maka tidak terjadi

multikolinieritas, sehingga model tersebut layak untuk digunakan.”

Jika terdapat korelasi yang sempurna diantara sesama variabel-variabel bebas

sehingga nilai koefisien korelasi diantara sesama variabel bebas ini sama

dengan satu maka konsekuensinya adalah:

1) Koefisien korelasi menjadi tidak bisa ditaksir

2) Nilai standard error setiap koefisen korelasi regresi menjadi tidak

terhingga

3) Probabilitas untuk menerima hipotesis yang salah semakin besar

Beberapa cara untuk mengatasi adanya multikolinieritas yaitu dengan

menggunakan koutsouiamis dengan melakukan langkah berikut:

1) Melakukan regresi variabel terikat atas setiap variabel bebas yang

terkandung dalam suatu model regresi yang sedang diuji.

2) Kemudian dari hasil regresi ini dipilih salah satu model regresi yang

secara apriori dan statis paling meyakinkan. Model regresi yang dipilih

disebut regresi elementar (elementary regression).

3) Selanjutnya variabel-variabel bebas yang lain dimasukkan satu per satu

untuk diregresikan terhadap variabel terikat yang ditentukan. Dari hasil

regresi dapat dilihat nilai koefisien regresi standard error dan 2R .

Berdasarkan variabel-variabel bebas yang dimasukkan dalam percobaan

dapat diklasifikasikan sebagai variabel yang berguna (usefull), tidak

berguna (superfluous), dan merusak hasil (detrimental).

2. Analisis Koefisien Korelasi Ganda

Analisis korelasi ganda merupakan angka yang menunjukkan arah dan

kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih secara bersama-sama dengan

variabel yang lain. Adapun rumus korelasi ganda untuk dua variabel independen

sebagai berikut:

2

2211

2,1

bbR

Tanda (+) dan (-) yang terdapat dalam koefisien korelasi menunjukkan

adanya arah hubungan antara dua variabel tersebut. Tanda (-) menunjukkan

hubungan yang berlawanan arah, yang artinya jika satu variabel naik, maka

variabel yang lainnya turun. Sedangkan tanda (+) menunjukkan hubungan yang

searah, yang artinya jika satu variabel naik, maka variabel yang lainnya naik.

Tabel 3.4

Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199

0,20 – 0,399

0,40 – 0,599

0,60 – 0,799

0,80 – 1,000

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Kuat

Sangat kuat

Sumber : Sugiyono (Metode penelitian bisnis, 2006;183)

3. Analisis Koefisien Determinasi

Analisis koefisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar

variabel dividend per share ( 1 ) dan return on equity ( 2 ) berpengaruh terhadap

variabel harga saham (Y). Besarnya koefisien determinasi terletak antara 0 dan 1

atau 0% sampai dengan 100%. Sebaliknya jika 2r = 0, model tidak menjelaskan

sedikit pun pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Kecocokan model dikatakan

lebih baik jika 2r semakin dekat dengan 1. Jadi untuk batas nilai koefisien

determinasi adalah 10 2r dapat dihitung dengan dasar mengkuadratkan nilai

koefisien korelasi (r) dengan rumus sebagai berikut:

%100*2rkd

Dimana:

kd = Koefisien determinasi

r = Koefisien korelasi

4. Uji Signifikansi F (Simultan)

Uji signifikansi F bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh variabel

1 dan 2 secara simultan terhadap variabel Y signifikan. Pengujian dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan hipotesis statistik

0: 211 RR ; menunjukkan variabel 1 (dividend per share) dan 2

(return on equity) tidak berpengaruh secara simultan

terhadap variabel Y (harga saham)

0: 211 RR ; menunjukkan kedua variabel X1 dan X2 (dividend per

share dan return on equity) berpengaruh secara simultan

terhadap variabel Y (harga saham)

b. Menentukan tingkat signifikansi sebesar %5 atau 0,05

c. Mengambil kesimpulan

Fhitung Ftabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak

Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima

Gambar 3.2

Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji F)

F tabel (a, k, df = n-k-1)

Daerah

Penolakan Ho

Daerah

Penerimaan Ho

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Perkembangan Dividend per Share dan Return on Equity Perusahaan

yang Tergabung Dalam Sektor Pertambangan yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2007

Sebelum membahas pengaruh dividend per share dan return on equity

terhadap harga saham, terlebih dahulu akan dibahas perkembangan dividend per

share, return on equity dan harga saham perusahaan yang tergabung dalam sektor

pertambangan periode tahun 2002-2007.

4.1.1 Perkembangan Dividend per Share Perusahaan yang Tergabung

Dalam Sektor Pertambangan Periode 2002-2007

Dividend per share dapat didefinisikan sebagai bagian pendapatan setelah

pajak yang dibagikan kepada pemegang saham. Dividend per share yang tinggi

diyakini akan dapat meningkatkan harga pasar saham perusahaan. Dividend per

share dapat diperoleh dengan formula sebagai berikut:

Dividends paid to common stockholders

DPS =

Common shares outstanding

Dividend per share yang digunakan dalam penelitian ini, penulis ambil

dari laporan keuangan sehingga tidak perlu lagi dilakukan perhitungan dengan

menggunakan rumus di atas. Adapun perkembangan dividend per share pada lima

perusahaan yang tergabung dalam sektor pertambangan periode 2002-2007 dapat

dilihat pada tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1

Perkembangan Dividend per Share Perusahaan yang Tergabung Dalam Sektor Pertambangan Periode 2002-2007

No Emiten Nilai dan Perkembangan Dividend per Share

2002 2003 % 2003 2004 % 2004 2005 % 2005 2006 % 2006 2007 %

1 ANTM 47 34 -0,28 34 39 0,15 39 128 2,28 128 150 0,17 150 326 1,17

2 BUMI - 2,5 1 2,5 - -1 - 5 1 5 10 1 10 33 2,3

3 PTBA 63 58 -0,08 58 86 0,48 86 87 0,01 87 101 0,16 101 105 0,04

4 TINS 25 68 1,72 68 68 - 68 162 1,38 162 1 -0,99 1 207 206

5 PGAS - 60 1 60 2 -0,97 2 51 24,5 51 105 1,06 105 208 0,98

Jumlah 135 222,5 3,36 222,5 195 -1,34 195 433 29,17 433 367 1,4 367 879 210,5

Rata-rata 27 44,5 0,67 44,5 39 -0,27 39 86,8 5,8 86,8 73,4 0,28 73,4 175,8 42,1

Tertinggi 63 68 1,72 68 86 0,48 86 162 24,5 162 150 1,06 150 326 206

Terendah 25 2,5 -0,28 2,5 2 -1 2 5 0,01 5 1 -0,99 1 33 0,98

Sumber : Data yang telah diolah

Berdasarkan tabel 4.1, dapat dilihat pada tahun 2002, rata-rata dividend

per share dari kelima perusahaan pertambangan sebesar Rp 27 per lembar.

Dividend per share tertinggi pada tahun 2002 adalah PT Tambang Batubara Bukit

Asam, Tbk dengan Rp 63 per lembar. Pada tahun ini, perusahaan memperoleh

laba bersih sebesar Rp 177,955 milyar. Perusahaan berada pada urutan kedua

dengan laba tertinggi untuk tahun 2002 dan laba tertinggi diperoleh PT

Perusahaan Gas Negara, Tbk sebesar Rp 1.115,714 milyar. Adapun dividend per

share terendah diberikan oleh PT Tambang Timah, Tbk yaitu sebesar Rp 25 per

lembar. Laba bersih yang diperoleh perusahaan pada tahun 2002 sebesar Rp

13,431 milyar dan perusahaan berada pada posisi terakhir dengan laba bersih

terendah dibandingkan perusahaan pertambangan lainnya. PT Bumi Resources,

Tbk dan PT Perusahaan Gas Negara, Tbk pada tahun yang sama tidak

memberikan dividend per share.

Untuk tahun 2003, rata-rata dividend per share dari kelima perusahaan

pertambangan sebesar Rp 44,5 per lembar. Dividend per share tertinggi diberikan

oleh PT Tambang Timah, Tbk sebesar Rp 68 per lembar. Laba bersih perusahaan

meningkat sebesar 469% sehingga menjadi Rp 76,372 milyar. Perusahaan pada

tahun sebelumnya merupakan perusahaan dengan tingkat pemberian dividend per

share terendah bila dibandingkan dengan perusahaan lain. Namun untuk tahun

2003, perusahaan memberikan dividend per share yang cukup tinggi dikarenakan

kenaikan laba bersih yang cukup besar. Adapun perusahaan dengan tingkat

dividend per share terendah untuk tahun 2003 adalah PT Bumi Resources, Tbk

dengan Rp 2,5 per lembar. Laba bersih PT Bumi Resources, Tbk untuk tahun

2003 adalah Rp 107,565 milyar naik sebesar 18% dari semula Rp 91,100 milyar.

Perusahaan berada pada urutan keempat dalam hal pencapaian laba tahun 2003.

Laba tertinggi pada tahun ini adalah PT Perusahaan Gas Negara, Tbk dengan Rp

509,481 milyar. Perusahaan mengalami penurunan laba bersih sebesar 54%.

Pada periode 2002-2003, perkembangan dividend per share dapat

dikatakan relatif tidak berfluktuasi signifikan. Hal ini dikarenakan pada periode

ini kelima perusahaan pertambangan tersebut memberikan dividend per share

yang hampir sama yaitu kurang dari Rp 100 per lembar sehingga perkembangan

pun tidak jauh berbeda. Namun pada perusahaan seperti PT Tambang Timah, Tbk,

PT Bumi Resources, Tbk dan PT Perusahaan Gas Negara, Tbk pada periode ini,

mereka mengalami kenaikan dalam hal pemberian dividend per share. Kenaikan

terbesar dialami oleh PT Tambang Timah, Tbk dengan kenaikan sebesar 172%.

Dari semula pemberian dividend per share hanya Rp 25 per lembar pada tahun

2002 menjadi Rp 62 per lembar untuk tahun 2003. Adapun PT Bumi Resources,

Tbk dan PT Perusahaan Gas Negara, Tbk mengalami kenaikan dividend per share

sebesar 100% karena kedua perusahaan pada tahun sebelumnya tidak memberikan

dividend per share. Sementara penurunan tingkat dividend per share terjadi pada

PT Aneka Tambang, Tbk dan PT Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk dengan

penurunan masing-masing sebesar 28% dan 8% pada periode 2002-2003.

Tahun 2004, rata-rata dividend per share dari kelima perusahaan sebesar

Rp 39 per lembar. Adapun PT Bumi Resources, Tbk dalam tahun ini tidak

memberikan dividend per share kepada para pemegang sahamnya. PT Tambang

Batubara Bukit Asam, Tbk memberikan dividend per share Rp 86 per lembar,

tertinggi dibanding perusahaan lain. Pada tahun ini perusahaan memperoleh laba

bersih sebesar Rp 419,802 milyar naik sekitar 99,5% dari semula tahun 2003

mencapai Rp 210,390 milyar yang menjadikan laba tertinggi kedua tahun 2004.

Sementara laba tertinggi diperoleh PT Perusahaan Gas Negara, Tbk sebesar Rp

474,338 milyar. Namun jika dilihat dari pertumbuhan laba bersih, maka PT

Batubara Bukit Asam, Tbk menjadi nomor satu dibanding PT Perusahaan Gas

Negara, Tbk. Sementara untuk dividend per share terendah diberikan oleh PT

Perusahaan Gas Negara, Tbk dengan Rp 2 per lembar. Perusahaan memutuskan

untuk membagikan dividend per share dengan jumlah kecil karena keuntungan

perusahaan yang terus menurun dari tahun ke tahun. Walaupun perusahaan

memperoleh laba tertinggi pada tahun ini dibanding dengan perusahaan

pertambangan lain namun tetap tidak mengubah keputusan pemilik perusahaan

untuk memberikan dividend per share yang kecil.

Untuk periode 2003-2004, relatif sama dengan periode 2002-2003. Pada

periode ini, kelima perusahaan pertambangan memberikan dividend per share

yang relatif tidak jauh berbeda. Kenaikan hanya terjadi pada PT Aneka Tambang,

Tbk dan PT Batubara Bukit Asam, Tbk yaitu masing-masing sebesar 15% dan

48%. Adapun perusahaan lainnya, seperti PT Bumi Resources, Tbk mengalami

penurunan pemberian dividend per share sebesar 100% dan PT Perusahaan Gas

Negara, Tbk sebesar 97%. PT Tambang Timah, Tbk pada periode ini memberikan

dividend per share yang sama dari tahun 2003 sampai tahun 2004 yaitu sebesar

Rp 68, sehingga kenaikan hanya 0%.

Untuk tahun 2005 rata-rata dividend per share kelima perusahaan

pertambangan adalah sebesar Rp 86,6 per lembar. Untuk dividend per share

tertinggi diberikan oleh PT Tambang Timah, Tbk dengan dividend per share

sebesar Rp 162 per lembar. Sedangkan dividend per share terendah diberikan oleh

PT Bumi Resources, Tbk dengan Rp 5 per lembar. Pada tahun sebelumnya PT

Bumi Resources, Tbk tidak memberikan dividend per share, tetapi untuk tahun

2005, perusahaan memutuskan untuk memberikan dividend per share. Tahun

2005, laba bersih terendah ditempati oleh PT Tambang Timah, Tbk dengan Rp

107,499 milyar. Perusahaan mengalami penurunan laba bersih sebesar 39,5% dari

tahun sebelumnya. Walaupun perusahaan memperoleh laba bersih yang rendah

namun tidak menyebabkan perusahaan untuk tidak mampu membagikan dividend

per share. Hal tersebut dapat dilihat bahwa manajemen perusahaan memutuskan

untuk memberikan dividend per share paling tinggi diantara perusahaan

pertambangan lainnya. Perolehan laba bersih tertinggi tahun 2005 ditempati oleh

PT Perusahaan Gas Negara, Tbk dengan Rp 862,013 milyar. Laba perusahaan

meningkat 82% dari tahun sebelumnya yang semula Rp 474,338 milyar.

Periode 2004-2005 terjadi lonjakan yaitu ketika PT Perusahaan Gas

Negara, Tbk memberikan dividend per share untuk tahun 2005 sebesar Rp 51 dari

semula pada tahun 2004 yaitu sebesar Rp 2 per lembar. Akibat dari pemberian

dividend per share yang tinggi ini menjadikan terjadinya perkembangan dividend

per share sekitar 2450%. Selain itu pada periode ini, kelima perusahaan

pertambangan mengalami kenaikan dalam hal pemberian dividend per share.

Adapun kenaikan PT Aneka Tambang, Tbk sebesar 228%, PT Bumi Resources,

Tbk sebesar 100%, PT Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk sebesar 1% dan PT

Tambang Timah, Tbk sebesar 138%.

Untuk tahun 2006, rata-rata pemberian dividend per share dari kelima

perusahaan pertambangan adalah Rp 73,4 per lembar. Untuk dividend per share

tertinggi diberikan oleh PT Aneka Tambang, Tbk dengan Rp 150 per lembar. Hal

tersebut sangat wajar mengingat pada tahun ini, PT Aneka Tambang, Tbk

memperoleh laba yang sangat signifikan yaitu sebesar Rp 1.552,77 milyar, naik

84% dari tahun sebelumnya dimana laba bersih yang diperoleh sebesar Rp

807,936 milyar. Pada tahun ini juga laba bersih tertinggi diperoleh PT Perusahaan

Gas Negara, Tbk dengan laba bersih Rp 1.892,705 milyar yang menjadikan

perusahaan menempati urutan kedua dalam hal pembagian dividend per share

tertinggi yaitu Rp 105 per lembar. Sedangkan tingkat dividend per share terendah

diberikan oleh PT Tambang Timah, Tbk dengan Rp 1 per lembar. Untuk PT

Tambang Timah, Tbk, perusahaan pada tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2005

adalah pemberi dividend per share tertinggi dibandingkan dengan perusahaan

lainnya. Namun untuk tahun 2006 perusahaan hanya memberikan dividend per

share Rp 1 per lembar sehingga menjadikan perusahaan dengan tingkat terendah

dalam hal pemberian dividend per share kepada para pemegang sahamnya. Pada

tahun ini perusahaan hanya memperoleh laba bersih sebesar Rp 208,147 milyar.

Sangat berbeda jauh bila dibandingkan dengan pencapaian laba bersih perusahaan

pertambangan lain.

Untuk periode 2005-2006, perkembangan kelima perusahaan

pertambangan dapat dikatakan relatif stabil yaitu terjadi kenaikan pada PT Aneka

Tambang, PT Bumi Resources, Tbk, PT Batubara Bukit Asam, Tbk dan PT

Perusahaan Gas Negara, Tbk. Tetapi PT Tambang Timah, Tbk mengalami

penurunan perkembangan dividend per share yang cukup signifikan. Hal ini

dikarenakan pada tahun 2005 perusahaan memberikan dividend per share sebesar

Rp 162 per lembar tetapi pada tahun 2006 perusahaan hanya memberikan

dividend per share sebesar Rp 1 per lembar sehingga terjadi penurunan sebesar

990%.

Untuk tahun 2007, rata-rata jumlah pemberian dividend per share untuk

kelima perusahaan pertambangan sebesar Rp 175,8 per lembar. Perusahaan

dengan tingkat pemberian dividend per share tertinggi adalah PT Aneka

Tambang, Tbk dengan Rp 326 per lembar. Perusahaan tahun ini memperoleh laba

tertinggi diantara perusahaan pertambangan lainnya yaitu sebesar Rp 5.132,460

milyar. Kenaikan laba bersih mencapai 230% dari tahun sebelumnya yaitu Rp

1.552,777 milyar. Adapun tingkat pemberian dividend per share terendah

diberikan oleh PT Bumi Resources, Tbk dengan Rp 33 per lembar. Dari segi laba

bersih yang diperoleh, PT Bumi Resources, Tbk memperoleh laba bersih yang

cukup kecil bila dibandingkan dengan perusahaan pertambangan lainnya. Adapun

tahun 2007, PT Aneka Tambang, Tbk telah dua tahun berturut-turut yaitu tahun

2006 dan 2007 memberikan dividend per share tertinggi. Hal tersebut

dikarenakan pencapaian laba bersih yang sangat tinggi. Dan untuk PT Bumi

Resources, Tbk, selama dua tahun berturut-turut yaitu tahun 2006 dan 2007

menjadi perusahaan dengan tingkat pemberian dividend per share terendah.

Periode 2006-2007 terjadi lonjakan yang sangat signifikan. Hal ini

dikarenakan PT Tambang Timah, Tbk memberikan dividend per share yang

cukup tinggi pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp 207 dari semula Rp 1 per lembar

pada tahun 2006. Akibatnya terjadi lonjakan perkembangan dividend per share

sebesar 2060%. Akibat harga timah yang cukup tinggi menjadikan perusahaan

memperoleh laba bersih yang tinggi yang mengakibatkan kenaikan pula dalam hal

pemberian dividend per share.

Dari uraian di atas, maka perkembangan tingkat dividend per share dapat

digambarkan pada grafik sebagai berikut :

Gambar 4.1

Grafik Perkembangan Dividend per Share Perusahaan yang

Tergabung Dalam Sektor Pertambangan Periode 2002-2007

Sumber : Data yang telah diolah

Berdasarkan gambar grafik tersebut, dapat dilihat pada periode 2002-2003,

umumnya perusahaan memberikan dividend per share yang tidak jauh berbeda.

Hal tersebut dikarenakan laju pertumbuhan laba yang masih kecil pada periode

tersebut. Pada periode 2003-2004, umumnya perusahaan memberikan dividend

per share yang tidak terlalu besar sehingga kenaikan tidak terlalu signifikan.

Periode selanjutnya yaitu 2004-2005, terjadi lonjakan ketika PT perusahaan Gas

Negara, Tbk memberikan dividend per share yang cukup tinggi yaitu sebesar Rp

51 dari semula Rp 1 per lembar sehingga tampak pada gambar, titik perusahaan

tersebut menempati titik paling maksimal. Periode 2005-2006 perusahaan

pertambangan umumnya memberikan dividend per share yang stabil, dimana

dapat terlihat kenaikan dari tahun sebelumnya. Periode 2006-2007, perusahaan

memberikan dividend per share yang lebih tinggi sehingga semua perusahaan

mengalami kenaikan terutama PT Tambang Timah, Tbk.

-50

0

50

100

150

200

250

2002-2003 2003-2004 2004-2005 2005-2006 2006-2007

1 ANTM

2 BUMI

3 PTBA

4 TINS

5 PGAS

4.1.2 Perkembangan Return on Equity Perusahaan yang Tergabung Dalam

Sektor Pertambangan Periode 2002-2007

Return on equity yaitu perbandingan laba setelah dikurangi bunga modal

pinjaman dan pajak dengan modal sendiri yang dipergunakan untuk menghasilkan

laba tersebut. Artinya, profit modal sendiri dapat digunakan untuk mengukur

efisiensi penggunaan modal sendiri yang dioperasionalkan dalam perusahaan.

Return on equity dapat diperoleh melalui formula sebagai berikut:

EAT

ROE = x 100%

Equity

Return on equity yang digunakan dalam penelitian ini, penulis ambil dari

laporan keuangan sehingga tidak perlu lagi dilakukan perhitungan dengan

menggunakan rumus di atas. Adapun perkembangan return on equity pada lima

perusahaan yang tergabung dalam sektor pertambangan periode 2002-2007 dapat

dilihat pada tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2

Perkembangan Return on Equity Perusahaan yang Tergabung Dalam Sektor Pertambangan Periode 2002-2007

No Emiten Nilai dan Perkembangan Return on Equity

2002 2003 % 2003 2004 % 2004 2005 % 2005 2006 % 2006 2007 %

1 ANTM 11% 13% 0,18 13% 33% 1,54 33% 28% -0,15 28% 36% 0,28 36% 59% 0,64

2 BUMI 12% 13% 0,08 13% 83% 5,38 83% 52% -0,37 52% 62% 0,19 62% 70% 0,13

3 PTBA 13% 15% 0,15 15% 25% 0,66 25% 23% -0,08 23% 21% -0,08 21% 27% 0,28

4 TINS 1% 3% 2 3% 12% 3 12% 7% -0,42 7% 12% 0,71 12% 53% 3,42

5 PGAS 50% 16% -0,68 16% 15% -0,06 15% 21% 0,04 21% 34% 0,62 34% 25% 0,26

Jumlah 87% 60% 1,73 60% 168% 10,52 168% 131% -0,62 131% 165% 1,72 165% 234% 4,73

Rata-rata 17,4% 12% 0,35 12% 33,6% 2,10 33,6% 26,2% -0,12 26,2% 33% 0,34 33% 46,8% 0,95

Tertinggi 50% 16% 2 16% 83% 5,38 83% 52% 0,4 52% 62% 0,71 62% 70% 3,42

Terendah 1% 3% -0,68 3% 12% -0,06 12% 7% -0,42 7% 12% -0,08 12% 25% 0,13

Sumber : Data yang telah diolah

Pada tabel 4.2 diatas dapat dilihat untuk tahun 2002 rata-rata return on

equity kelima perusahaan pertambangan sebesar 17,4%. Tingkat return on equity

tertinggi dimiliki oleh PT Perusahaan Gas Negara, Tbk dengan tingkat return on

equity sebesar 50%. Pada tahun ini, perusahaan memiliki jumlah modal sendiri

yang paling besar diantara perusahaan yang lainnya yaitu sebesar Rp 2.248,295

milyar. Dengan modal sendiri yang besar dan laba yang paling besar pada tahun

2002, menjadikan PT Perusahaan Gas Negara, Tbk memberikan return on equity

yang paling tinggi. Adapun return on equity terendah pada tahun 2002 adalah PT

Tambang Timah, Tbk dengan 1%. Perusahaan pada tahun ini memiliki modal

sendiri sebesar Rp 1.318,722 milyar. Adapun untuk laba yang diperoleh,

perusahaan pada tahun yang sama mendapatkan laba yang rendah bila

dibandingkan dengan perusahaan lain.

Untuk tahun 2003, rata-rata tingkat return on equity sebesar 12%.

Perusahaan pertambangan dengan return on equity tertinggi pada tahun 2003

adalah PT Perusahaan Gas Negara, Tbk dengan 16%. Perusahaan pada tahun ini

memiliki jumlah modal sendiri sebesar Rp 3.261,967 milyar yang menjadikan

perusahaan sebagai modal sendiri tertinggi serta dengan laba bersih yang tertinggi

pada saat yang sama. Perusahaan pertambangan dengan return on equity terendah

tahun 2003 adalah PT Tambang Timah, Tbk dengan 3%. Untuk kedua kalinya

perusahaan memberikan return on equity yang rendah. Hal tersebut dikarenakan

laba bersih yang diperoleh perusahaan adalah terendah dibandingkan dengan

perusahaan lainnya.

Pada periode 2002-2003, umumnya perusahaan mengalami tingkat

pertumbuhan return on equity. Pertumbuhan terbesar dialami oleh PT Tambang

Timah, Tbk. Walaupun perusahaan memberikan return on equity paling kecil

namun perkembangan return on equity perusahaan adalah yang tertinggi. Pada

periode ini, PT Tambang Timah, Tbk berada pada titik paling maksimal karena

pada periode ini perusahaan mengalami kenaikan return on equity yang tertinggi

yaitu sebesar 200%. Hal ini dikarenakan laba bersih dari penjualan yang mereka

peroleh cukup besar. Sedangkan modal sendiri yang ada dalam perusahaan sangat

kecil. Sedangkan penurunan tingkat return on equity terjadi pada PT Perusahaan

Gas Negara, Tbk dengan penurunan sebesar 68%. Penurunan diakibatkan adanya

pengurangan jumlah modal sendiri yang disetorkan para pemilik perusahaan.

Tahun 2004, rata-rata tingkat return on equity untuk kelima perusahaan

pertambangan adalah 33,6%. PT Bumi Resources, Tbk memiliki tingkat return on

equity tertinggi yaitu sebesar 83% dibandingkan perusahaan pertambangan

lainnya. PT Bumi Resources, Tbk pada tahun ini memperoleh peningkatan yang

cukup besar yaitu ketika jumlah modal sendiri yang disetorkan bertambah dari

semula Rp 801,761 milyar menjadi Rp 1.453,430 milyar dengan kenaikan sebesar

81%, yang menjadikan perusahaan tertinggi dalam hal tingkat return on equity.

Sedangkan return on equity terendah dimiliki oleh PT Tambang Timah, Tbk

dengan 12%. Dan untuk ketiga kalinya perusahaan memberikan return on equity

terendah bila dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Untuk tahun ini,

perusahaan hanya menambah modal sendiri sebesar Rp 1.509,260 milyar dari

semula Rp 1.392,565 milyar naik 8%.

Periode 2003-2004, kelima perusahaan pertambangan memiliki

perkembangan return on equity yang berbeda. Secara umum pada periode ini

kelima perusahaan pertambangan tersebut mengalami kenaikan tingkat return on

equity dari periode sebelumnya. Hal ini dikarenakan kenaikan laba bersih

perusahaan serta jumlah modal yang disetorkan pemilik perusahaan terbilang

kecil. Namun PT Perusahaan Gas Negara, Tbk pada periode ini tetap mengalami

penurunan dalam hal tingkat return on equity. Penurunan terjadi tidak terlalu

signifikan yaitu hanya 6%. Pada periode ini, PT Bumi Resources, Tbk mengalami

kenaikan return on equity yang tertinggi, yaitu sekitar 538% sehingga tampak dari

grafik tersebut menempati titik paling maksimal. Adapun PT Tambang Timah,

Tbk menempati posisi kedua sebagai perusahaan dengan tingkat kenaikan return

on equity terbesar di samping PT Bumi Resources, Tbk.

Untuk tahun 2005, rata-rata return on equity sebesar 26,2%. Adapun

perusahaan dengan tingkat return on equity tertinggi dimiliki oleh PT Bumi

Resources, Tbk dengan 52%. Perusahaan pada tahun ini mampu mendapatkan

keuntungan yang tinggi sehingga memiliki kemampuan untuk memberikan return

on equity yang tinggi pula dan tambahan modal sendiri yang disetorkan membuat

return on equity semakin tinggi. Adapun perusahaan dengan tingkat return on

equity terendah pada tahun 2005 adalah PT Tambang Timah, Tbk sebesar 7%.

Pada tahun ini perusahaan hanya menambah modal sendiri sebesar Rp 24,770

milyar. Hal tersebut sangat berbeda jauh dengan perusahaan lain dimana mereka

menambah modal sendiri sangat besar.

Periode 2004-2005, umumnya kelima perusahaan pertambangan

mengalami penurunan tingkat return on equity. Penurunan terbesar terjadi pada

PT Tambang Timah, Tbk dengan penurunan sebesar 42%. Adapun penurunan

terbesar kedua yaitu PT Bumi Resources, Tbk dengan 37%. Tetapi pada periode

ini terjadi kenaikan pada PT Perusahaan Gas Negara, Tbk sebesar 4%. Kenaikan

tersebut walaupun sangat tipis namun dibandingkan dengan perusahaan

pertambangan lain yang mengalami penurunan tingkat return on equity pada

periode ini tentu lebih baik. Bagi PT Perusahaan Gas Negara, Tbk hal ini sangat

berarti karena setelah dua periode berturut-turut mereka mengalami penurunan

tingkat return on equity.

Untuk tahun 2006, rata-rata return on equity sebesar 33%. Perusahaan

dengan tingkat return on equity tertinggi dimiliki oleh PT Bumi Resources, Tbk

dengan besar 62%. Untuk kedua kalinya perusahaan mampu memberikan return

on equity yang tinggi dikarenakan pemilik perusahaan menambah modal sendiri

yang ada di perusahaan sehingga modal sendiri bertambah besar dari yang semula

Rp 2.353,460 milyar menjadi Rp 3.599,460 milyar. Untuk perusahaan dengan

return on equity terendah dimiliki oleh PT Tambang Timah, Tbk dengan 12%.

Adapun yang menjadi penyebab karena perusahaan hanya menambah modal

sendiri sangat kecil sehingga kinerja perusahaan tidak berkembang dengan baik.

Periode selanjutnya yaitu 2005-2006, kelima perusahaan mengalami

kenaikan perkembangan return on equity yang sangat kecil sehingga tampak pada

grafik, rata-rata perusahaan tersebut memiliki tingkat return on equity di bawah

100%. Adapun kenaikan return on equity terbesar dialami oleh PT Tambang

Timah, Tbk dengan kenaikan sebesar 71%. Kenaikan terbesar kedua yaitu PT

Perusahaan Gas Negara, Tbk dengan 62%. Penurunan return on equity terjadi

pada PT Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk dengan 8%.

Tahun 2007, rata-rata return on equity untuk kelima perusahaan

pertambangan adalah 46,8%. Perusahaan pertambangan dengan tingkat return on

equity tertinggi adalah PT Bumi Resources, Tbk dengan return on equity sebesar

70%. Kenaikan modal sendiri menjadi penyebab kinerja perusahaan semakin baik.

Dengan penambahan modal sendiri sebesar Rp 7.620,150 menjadikan perusahaan

sebagai perusahaan dengan jumlah modal sendiri tertinggi diantara perusahaan

yang lain dengan kenaikan sebesar 212%. Adapun perusahaan dengan tingkat

return on equity terendah yaitu PT Perusahaan Gas Negara, Tbk dengan 25%.

Perusahaan hanya menambah modal sendiri sebesar Rp 731,945 milyar

Untuk periode periode 2006-2007, dapat dilihat bahwa umumnya kelima

perusahaan pertambangan tersebut mengalami kenaikan tingkat return on equity

sehingga tidak ada yang berada pada titik minus (penurunan return on equity). PT

Tambang Timah, Tbk berada pada titik maksimal pada periode ini karena pada

sebelumnya yaitu tahun 2006 perusahaan memiliki tingkat return on equity yang

sangat kecil namun pada tahun 2007 mengalami lonjakan yang sangat signifikan

yaitu sebesar 342%. Kenaikan return on equity paling kecil pada periode ini

terjadi pada PT Bumi Resources, Tbk yaitu dengan 13%.

Dari uraian di atas, maka perkembangan tingkat return on equity dapat

digambarkan pada grafik sebagai berikut :

Gambar 4.2

Grafik Perkembangan Return on Equity Perusahaan yang Tergabung

Dalam Sektor Pertambangan Periode 2002-2007

Sumber : Data yang telah diolah

Dari gambar 4.2 dapat terlihat perkembangan return on equity, dimana

pada periode 2002-2003 terjadi perkembangan yang berbeda untuk setiap

perusahaan. Adapun kenaikan tertinggi dialami oleh PT Tambang Timah, Tbk.

Periode 2003-2004, umumnya perusahaan mengalami kenaikan return on equity

dikarenakan penambahan modal sendiri dan laba yang diperoleh. Periode 2004-

2005, perusahaan secara keseluruhan berada pada situasi penurunan tingkat return

on equity, hanya PT perusahaan Gas Negara, Tbk yang mengalami kenaikan.

Periode selanjutnya 2005-2006, terjadi kenaikan return on equity dikarenakan

penambahan modal sendiri yang dilakukan perusahaan. Periode terakhir yaitu

2006-2007, terjadi kenaikan dari periode sebelumnya dimana kenaikan tertinggi

dialami oleh PT Tambang Timah, Tbk.

-1

0

1

2

3

4

5

6

2002-2003 2003-2004 2004-2005 2005-2006 2006-2007

1 ANTM

2 BUMI

3 PTBA

4 TINS

5 PGAS

4.2 Perkembangan Harga Saham Perusahaan yang Tergabung Dalam

Sektor Pertambangan Periode 2002-2007

Harga pasar saham adalah harga rata-rata saham pada saat closing price.

Harga saham yang penulis gunakan dalam penelitian ini, diambil dari sumber

Indonesian Capital Market Directory dimana harga saham yang tertera adalah

harga saham perbulan. Kemudian harga saham tersebut di jumlah per bulan

selama setahun setelah itu dibagi dengan 12. Pada tabel 4.3 dapat dilihat rata-rata

harga pasar saham kelima perusahaan yang tergabung dalam sektor

pertambangan.

Tabel 4.3

Perkembangan Harga Saham Perusahaan yang Tergabung Dalam Sektor Pertambangan Periode 2002-2007

No Emiten Nilai dan Perkembangan Harga Saham

2002 2003 % 2003 2004 % 2004 2005 % 2005 2006 % 2006 2007 %

1 ANTM 810 975 0,20 975 1590 0,63 1590 2460 0,55 2460 4890 0,99 4890 7630 0,56

2 BUMI 30 120 3 120 620 4,17 620 809 0,30 809 816 0,01 816 2800 2,43

3 PTBA 600 675 0,13 675 910 0,35 910 1645 0,81 1645 3000 0,82 3000 6370 1,12

4 TINS 510 1020 1 1020 2120 1,08 2120 1960 -0,07 1960 2160 0,10 2160 14650 5,78

5 PGAS - 1550 1 1550 1400 -0,06 1400 3850 1,75 3850 11200 1,90 11200 11300 0,08

Jumlah 1950 4340 5,33 4340 6640 6,17 6640 10724 3,34 10724 22066 3,82 22066 42750 9,97

Rata-rata 390 868 1,07 868 1328 1,23 1328 2144 0,67 2144 4413 0,76 4413 8550 2

Tertinggi 810 1550 3 1550 2120 4,17 2120 3850 1,75 3850 11200 1,90 11200 14650 5,78

Terendah 30 120 0,20 120 620 -0,06 620 809 -0,07 809 816 0,01 816 2800 0,08

Sumber : Data yang telah diolah

Pada tabel 4.3 dapat dilihat, bahwa perkembangan harga saham pada

perusahaaan yang tergabung dalam sektor pertambangan periode 2002-2007

mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu. Hal tersebut diakibatkan karena faktor

eksternal dan internal perusahaan. Faktor eksternal diantaranya inflasi, suku

bunga, rumors, krisis global dan lain-lain. Adapun faktor internal perusahaan

yaitu kinerja perusahaan itu sendiri ataupun karena faktor psikologis dari para

pemegang saham ketika mereka menjual saham perusahaan pertambangan

tersebut.

Rata-rata harga saham perusahaan pertambangan pada tahun 2002 adalah

Rp 390. Tahun 2002 harga saham tertinggi dimiliki oleh PT Aneka Tambang, Tbk

dengan harga saham sekitar Rp 810. Faktor yang menyebabkan harga saham

perusahaan tinggi adalah tingkat dividend per share yang tinggi dan return on

equity yang tinggi. Akibatnya para investor banyak yang berinvestasi pada saham

perusahaan. Adapun perusahaan dengan harga saham terendah untuk tahun 2002

adalah PT Bumi Resources, Tbk dengan harga saham yaitu Rp 30. Untuk tahun

2002, PT Bumi Resources, Tbk tidak memberikan dividend per share kepada para

pemegang sahamnya. Hal tersebut yang membuat investor tidak tertarik untuk

membeli saham perusahaan ini, sehingga harga saham pun jatuh. Padahal tingkat

return on equity yang diberikan perusahaan cukup tinggi.

Adapun pada tahun 2003 rata-rata harga saham sebesar Rp 868. Tahun

2003, perusahaan dengan harga saham tertinggi adalah PT Perusahaan Gas

Negara, Tbk dengan harga saham sekitar Rp 1550. Dengan tingkat dividend per

share yang tinggi dan return on equity tertinggi pada tahun 2003, menjadikan

saham PT Perusahaan Gas Negara, Tbk sangat menarik bagi investor. Sehingga

pada akhirnya investor pun tertarik untuk membeli saham perusahaan ini.

Sedangkan harga saham terendah pada tahun 2003 yaitu PT Bumi Resources, Tbk

dengan harga Rp 120. Perusahaan pada tahun ini memberikan dividend per share

yang rendah yang menyebabkan saham perusahaan tidak menarik untuk investor.

Pada periode 2002-2003 PT Tambang Timah, Tbk dan PT Perusahaan Gas

Negara, Tbk memiliki tingkat kenaikan yang sama yaitu 100%. Sedangkan PT

Batubara Bukit Asam, Tbk dan PT Aneka Tambang, Tbk tidak jauh berbeda

dengan kenaikan sebesar 13% dan 20%. Sedangkan kenaikan terbesar dialami

oleh PT Bumi Resources, Tbk dengan kenaikan sebesar 300%. Kenaikan sebesar

300% terjadi ketika harga saham yang semula Rp 30 menjadi Rp 120. Kenaikan

tersebut dikarenakan kinerja perusahaan yang cukup baik dan banyaknya investor

yang membeli saham perusahaan.

Tahun 2004 rata-rata harga saham sebesar Rp 1328. Tahun 2004,

perusahaan pertambangan dengan harga saham tertinggi adalah PT Tambang

Timah, Tbk dengan harga saham yaitu Rp 2120. Untuk perusahaan dengan harga

saham terendah pada tahun 2004 adalah PT Bumi Resources, Tbk. Harga saham

PT Tambang Timah melonjak tajam karena pembagian dividend per share yang

cukup besar yang mengakibatkan munculnya sentimen positif dari para pemegang

sahamnya dan para investor lain. Adapun PT Bumi Resources, Tbk pada tahun

2004 tidak memberikan dividend per share sehingga muncul sentimen negatif dari

para pemegang saham perusahaan atau investor lainnya. Saham perusahaan tidak

lagi menarik karena tidak ada pemberian dividend per share kepada para

pemegang sahamnya.

Pada periode 2003-2004, PT Bumi Resources, Tbk membuktikan dengan

kinerja perusahaan yang semakin baik yang dapat dilihat dari kenaikan penjualan

pada tahun 2004 yang berasal dari kenaikan penjualan batu bara. Kinerja tersebut

tercermin dari naiknya harga saham perusahaan. Kenaikan yang cukup besar yaitu

417% dari semula harga saham hanya Rp 120 menjadi Rp 620. Kenaikan cukup

besar terjadi juga pada PT Tambang Timah, Tbk dengan 108%. Sedangkan

perusahaan pertambangan lainnya kenaikan hanya berkisar di antara 35% sampai

dengan 63%. Perusahaan yang mengalami penurunan harga saham adalah PT

Perusahaan Gas Negara, Tbk dengan penurunan sebesar 6%. Penurunan harga

saham dikarenakan penjualan sebagian saham perusahaan yang dilakukan oleh

investor dan para pemegang saham dikarenakan kinerja perusahaan yang relatif

stabil.

Untuk tahun 2005, rata-rata harga saham kelima perusahaan Rp 2144.

Harga saham tertinggi dimiliki oleh PT Perusahaan Gas Negara, Tbk. Harga

saham perusahaan naik tajam karena faktor harga jual gas alam di pasaran

internasional yang tinggi yang mengakibatkan tingkat laba bersih yang diperoleh

perusahaan ikut naik. Dengan laba bersih yang tinggi dapat dikatakan perusahaan

tersebut berkinerja baik sehingga para investor tertarik untuk membeli saham

perusahaan tersebut. Akibatnya harga saham perusahaan naik cukup tinggi. Harga

saham terendah pada tahun 2005 adalah PT Bumi Resources, Tbk dengan harga

saham Rp 809. Harga saham perusahaan tidak berfluktuasi terlalu tinggi,

dikarenakan pemberian dividend per share yang kecil dibandingkan dengan

perusahaan pertambangan lainnya. Dengan dividend per share yang kecil, investor

tidak lagi tertarik dengan saham perusahaan tersebut.

Untuk periode 2004-2005, PT Perusahaan Gas Negara, Tbk mampu

memperbaiki kinerja perusahaan dengan memperbaiki keseluruhan aktivitas

operasi perusahaan sehingga kinerja perusahaan semakin baik. Dan dapat dilihat

dari harga saham yang naik 175%. Manajemen melakukan evaluasi menyeluruh

terhadap perusahaan agar perusahaan dapat memberikan hasil yang optimum bagi

para pemegang sahamnya. Penurunan harga saham dialami oleh PT Tambang

Timah, Tbk sebesar 7%. Sedangkan perusahaan pertambangan lainnya mengalami

kenaikan berkisar 3% sampai dengan 81%.

Tahun 2006, rata-rata harga saham kelima perusahaan pertambangan

sebesar Rp 4413. Pada tahun ini perusahaan pertambangan mengalami

pertumbuhan laba yang signifikan. Harga berbagai komoditas di pasaran

internasional naik dengan cepat seperti batubara, gas alam, tembaga, nikel serta

berbagai komoditas pertambangan lainnya. Harga saham perusahaan pun naik

tajam dengan peningkatan hampir 2%. Kenaikan harga saham tertinggi dialami

oleh PT Perusahaan Gas Negara, Tbk yaitu sekitar 190%. Kenaikan harga saham

ini dipicu oleh harga gas alam di pasaran internasional yang tinggi dan stabil serta

jumlah pasokan gas alam yang terbatas. Kenaikan terendah harga saham pada

tahun 2006 adalah PT Bumi Resources, Tbk. Dengan kenaikan harga batubara

seharusnya laba bersih perusahaan akan naik, karena dengan naiknya laba harga

saham perusahaan akan naik. Laba naik maka saham perusahaan akan diburu oleh

para investor karena investor beranggapan apabila laba naik maka kinerja

perusahaan tersebut sangat baik. Tetapi pada kenyataannya harga saham

perusahaan naik sangat tipis yaitu hanya 1%. Tingkat pemberian dividend per

share yang kecil mengakibatkan harga saham turun karena tidak menarik lagi bagi

investor untuk membeli saham tersebut.

Periode 2005-2006, harga saham PT Perusahaan Gas Negara, Tbk terus

mengalami kenaikan. Kenaikan yang terjadi sebesar 190%. Harga saham

perusahaan yang semula Rp 3850 berubah menjadi Rp 11200. Harga saham

melonjak karena persediaan saham perusahaan yang terbatas di pasaran sedangkan

permintaan terhadap saham perusahaan semakin banyak. Akibatnya harga saham

naik cukup signifikan. Saham perusahaan terus dicari oleh investor karena

investor melihat adanya perbaikan yang menyeluruh yang dilakukan manajemen

sehingga hasilnya dapat dilihat yaitu berupa kenaikan laba bersih dan peningkatan

penjualan. Perusahaan pertambangan lain pada periode ini hanya mengalami

kenaikan berkisar 1% sampai 99%.

Untuk tahun 2007 rata-rata harga saham perusahaan pertambangan sebesar

Rp 8550. Adapun harga saham tertinggi yaitu PT Perusahaan Gas Negara, Tbk

dengan Rp 11300. Dalam dua tahun berturut-turut, harga saham PT Perusahaan

Gas Negara, Tbk tertinggi dibandingkan dengan perusahaan pertambangan

lainnya. Tingkat dividend per share yang tinggi dan return on equity yang tinggi

pula mengakibatkan harga saham perusahaan naik walau kenaikan dari tahun

sebelumnya cukup tipis yaitu berkisar 8%. Apabila PT Perusahaan Gas Negara,

Tbk menempati perusahaan dengan harga saham tertinggi maka PT Bumi

Resources, Tbk menempati posisi sebagai perusahaan dengan harga saham

terendah untuk tahun 2007. Perusahaan tersebut menempati posisi sebagai

perusahaan dengan harga saham terendah dua tahun berturut-turut. Tetapi jika

dilihat dari kenaikan maka harga saham PT Bumi Resources, Tbk menempati

posisi kedua dengan kenaikan sangat signifikan yaitu 248% di bawah PT

Tambang Timah, Tbk dengan kenaikan sebesar 578%. Periode 2006-2007,

umumnya perusahaan mengalami kenaikan harga saham. Kenaikan diakibatkan

karena harga komoditas pertambangan yang semakin mahal sehingga laba

perusahaan bertambah yang berakibat pada munculnya sentimen positif dari para

investor. Kenaikan tertinggi pada periode ini dialami oleh PT Tambang Timah,

Tbk sebesar 578% dari semula harga saham perusahaan Rp 2160 menjadi Rp

14650. Adapun kenaikan terendah dialami oleh PT Perusahaan Gas Negara, Tbk

dengan 8%.

Dari uraian di atas, maka perkembangan harga saham dapat digambarkan

pada grafik sebagai berikut :

Gambar 4.3

Grafik Perkembangan Harga Saham Perusahaan yang Tergabung

Dalam Sektor Pertambangan Periode 2002-2007

Sumber : Data yang telah diolah

Dari gambar 4.3 di atas dapat dilihat perkembangan harga saham

perusahaan pertambangan periode 2002-2007. Pada periode 2002-2003 secara

umum perusahaan mengalami kenaikan harga saham, perusahaan dengan

kenaikan terbesar adalah PT Bumi Resources, Tbk. Periode 2003-2004 secara

umum perusahaan mengalami kenaikan harga saham. Hanya PT Perusahaan Gas

Negara, Tbk pada periode ini yang mengalami penurunan harga saham. Periode

2004-2005, harga saham perusahaan cenderung naik. Namun PT Bumi Resources,

Tbk mengalami penurunan harga saham. Periode 2005-2006, umumnya harga

saham perusahaan naik hanya harga saham PT Bumi Resources, Tbk yang

-1

0

1

2

3

4

5

6

7

2002-2003 2003-2004 2004-2005 2005-2006 2006-2007

1 ANTM

2 BUMI

3 PTBA

4 TINS

5 PGAS

kembali menurun. Periode terakhir, 2006-2007, harga saham cenderung

berfluktuasi.

4.3 Pengaruh Dividend per Share dan Return on Equity Secara Parsial

Maupun Simultan Terhadap Harga Saham Perusahaan yang

Tergabung Dalam Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia Periode 2002-2007

Untuk mengetahui apakah secara statistik terdapat hubungan atau

pengaruh antara dividend per share dan return on equity terhadap harga saham

maka harus dilakukan pengujian statistik baik secara parsial maupun simultan.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji normalitas data, regresi linier

sederhana, regresi berganda, koefisien korelasi, koefisien determinasi serta

pengujian hipotesis baik uji t maupun uji F.

4.3.1 Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan dengan mengamati sebaran titik varian dari

masing-masing variabel yaitu dividend per share, return on equity dan harga

saham atas normal P-Plot of Regression Standar Residual. Grafik normal P-Plot

of Regression Standar Residual menunjukkan tingkat normal atau tidaknya data

terhadap suatu penelitian. Untuk melihat normalitas data pada masing-masing

variabel penelitian yaitu variabel dividend per share, return on equity dan harga

saham dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.4

Diagram Distribusi Normal Dividend per Share Perusahaan yang

Tergabung Dalam Sektor Pertambangan Periode 2002-2007

Pada gambar di atas maka dapat dipastikan data variabel dividend per

share berdistribusi normal. Hal tersebut dapat dilihat dari sebaran titik varian yang

mendekati garis tengah. Jika titik sebaran mendekati garis tengah maka data

tersebut berdistribusi normal. Selanjutnya pada gambar 4.5 adalah gambar

diagram disribusi normal untuk variabel return on equity.

Observed Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Expected Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Normal P-P Plot of dividend per share

Transforms: natural log

Gambar 4.5

Diagram Distribusi Normal Return on Equity Perusahaan yang

Tergabung Dalam Sektor Pertambangan Periode 2002-2007

Pada gambar di atas maka dapat dipastikan data variabel return on equity

berdistribusi normal. Hal tersebut dapat dilihat dari sebaran titik varian yang

mendekati garis tengah. Jika titik sebaran mendekati garis tengah maka data

tersebut berdistribusi normal. Selanjutnya pada gambar 4.6 adalah gambar

diagram disribusi normal untuk variabel harga saham.

Observed Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Expected Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Normal P-P Plot of return on equity

Transforms: natural log

Gambar 4.6

Diagram Distribusi Normal Harga Saham Perusahaan yang

Tergabung Dalam Sektor Pertambangan Periode 2002-2007

Pada gambar di atas maka dapat dipastikan data variabel harga saham

berdistribusi normal. Hal tersebut dapat dilihat dari sebaran titik varian yang

mendekati garis tengah. Jika titik sebaran mendekati garis tengah maka data

tersebut berdistribusi normal. Pada pembahasan selanjutnya akan dibahas

pengaruh dividend per share dan return on equity terhadap harga saham secara

parsial.

Observed Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Expected Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Normal P-P Plot of harga saham

Transforms: natural log

4.3.2 Pengaruh Dividend per Share dan Return on Equity Secara Parsial

Terhadap Harga Saham Perusahaan yang Tergabung Dalam Sektor

Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-

2007

Untuk dapat mengetahui pengaruh masing-masing antara dividend per

share dan return on equity terhadap harga saham, maka perlu menganalisisnya

terlebih dahulu secara parsial.

4.3.2.1 Pengaruh Dividend per Share Secara Parsial Terhadap Harga Saham

Perusahaan yang Tergabung Dalam Sektor Pertambangan Periode

2002-2007

Untuk mengetahui pengaruh dividend per share terhadap harga saham

maka diperlukan pengujian statistik secara parsial sebagai berikut:

1. Regresi Linier Sederhana

Untuk lebih mengetahui hubungan dividend per share terhadap harga

saham maka dilakukan pengujian regresi linier sederhana. Di bawah ini adalah

tabel pengujian variabel dividend per share terhadap harga saham.

Tabel 4.4

Regresi Linier Sederhana Dividend per Share Terhadap Harga Saham

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) ,914 ,213 4,293 ,000

Dividend per Share ,024 ,005 ,695 4,631 ,000

a Dependent Variable: Harga Saham

Dari tabel di atas diperoleh persamaan regresi linier sebagai berikut:

Y = 0,914 + 0,024 X1

Dari persamaan di atas maka dapat dijelaskan bahwa konstanta sebesar

0,914 menyatakan bahwa jika tidak ada perubahan dividend per share maka harga

sahamnya adalah 0,914. Nilai koefisien regresi dari dividend per share bertanda

positif sebesar 0,024. Hal ini mengandung arti bahwa kenaikan variabel dividend

per share sebesar satu unit akan meningkatkan harga saham sebesar 0,024 unit.

2. Koefisien Korelasi

Agar dapat mengetahui keeratan hubungan antara dividend per share

dengan harga saham maka akan diukur dengan koefisien korelasi. Berdasarkan

pengolahan data dengan menggunakan program SPSS v.15, maka diperoleh hasil

koefisien korelasi sebagai berikut:

Tabel 4.5

Koefisien Korelasi Dividend per Share Terhadap Harga Saham

Correlations

Dividend per Share Harga Saham

Dividend per Share Pearson Correlation 1 ,695(**)

Sig. (2-tailed) ,000

N 25 25

Harga Saham Pearson Correlation ,695(**) 1

Sig. (2-tailed) ,000

N 25 25

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa besarnya koefisien korelasi adalah

sebesar 0,695 yang berada antara 0,60 - 0,799, yang artinya dividend per share

memiliki hubungan yang kuat terhadap harga saham.

3. Koefisien Determinasi

Untuk melihat seberapa besar variabel dividend per share berpengaruh

terhadap variabel harga saham maka dihitung dengan menggunakan koefisien

determinasi. Besarnya koefisien determinasi dapat ditentukan dari besarnya

koefisien korelasi (r). Besarnya koefisien determinasi (r 2 ) adalah kuadrat

besarnya koefisien korelasi (r), yaitu:

kd = r2 * 100%

kd = (0,695)2 * 100%

kd = 0,483025 * 100%

kd = 48,3%

Besarnya koefisien determinasi adalah sebesar 48,3%, artinya dapat

dikatakan bahwa pengaruh dividend per share terhadap harga saham hanya

sebesar 48,3% sedangkan sisanya yaitu 51,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4. Pengujian Hipotesis (Uji t)

Agar dapat mengetahui apakah terdapat pengaruh antara dividend per

share terhadap harga saham maka perlu dilakukan pengujian hipotesis. Langkah-

langkah pengujian hipotesis sebagai berikut:

d. Merumuskan hipotesis nol

0: 101 r ; menunjukkan variabel dividend per share (X1) tidak

berpengaruh terhadap harga saham (Y)

0: 101 r ; menunjukkan variabel dividend per share (X1) berpengaruh

terhadap variabel harga saham (Y)

e. Menentukan tingkat signifikansi

Tingkat signifikansi yang diambil untuk penelitian ini adalah 5% atau 0,05

dengan uji 2 pihak sehingga diperoleh nilai t tabel sebesar 2,069. Adapun nilai t

hitung dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.6

Pengujian Hipotesis (Uji t)

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) ,914 ,213 4,293 ,000

Dividend per Share ,024 ,005 ,695 4,631 ,000

a Dependent Variable: Harga Saham

f. Kesimpulan

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan -ttabel thitung ttabel (2,069

4,631 2,069), maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti variabel dividend

per share berpengaruh positif terhadap harga saham. Sedangkan dalam pengujian

tingkat signifikansi, terdapat hubungan yang signifikan antara dividend per share

terhadap harga saham karena dalam penelitian diperoleh hasil tingkat uji

signifikansi dibawah tingkat alpha (0,00 < 0,05). Berdasarkan hasil pengujian

hipotesis, maka penerimaan dan penolakan Ho dapat digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 4.7

Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji t)

-4,631 -2,069 2,069 4,631

4.3.2.2 Pengaruh Return on Equity Secara Parsial Terhadap Harga Saham

Perusahaan yang Tergabung Dalam Sektor Pertambangan Periode

2002-2007

Untuk mengetahui pengaruh return on equity terhadap harga saham maka

diperlukan pengujian statistik secara parsial sebagai berikut:

1. Regresi Linier Sederhana

Untuk lebih mengetahui hubungan return on equity terhadap harga saham

maka dilakukan pengujian regresi linier sederhana. Di bawah ini adalah tabel

pengujian variabel return on equity dan harga saham.

Daerah

Penerimaan Ho Daerah

Penolakan Ho

Daerah

Penolakan Ho

Tabel 4.7

Regresi Linier Sederhana Return on Equity Terhadap Harga Saham

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) ,682 ,248 2,749 ,011

Return on Equity ,653 ,162 ,645 4,043 ,001

a Dependent Variable: Harga Saham

Dari tabel di atas diperoleh persamaan regresi linier sebagai berikut:

Y = 0,682 + 0,653 X2

Dari persamaan di atas maka dapat dijelaskan bahwa konstanta sebesar

0,682 menyatakan bahwa jika tidak ada perubahan return on equity maka harga

sahamnya adalah 0,682. Nilai koefisien regresi dari return on equity bertanda

positif sebesar 0,653. Hal ini mengandung arti bahwa kenaikan variabel return on

equity sebesar satu unit akan meningkatkan harga saham sebesar 0,653 unit.

2. Koefisien Korelasi

Agar dapat mengetahui keeratan hubungan antara return on equity dengan

harga saham maka akan diukur dengan koefisien korelasi. Berdasarkan

pengolahan data dengan menggunakan program SPSS v.15, maka diperoleh hasil

koefisien korelasi sebagai berikut:

Tabel 4.8

Koefisien Korelasi Return on Equity Terhadap Harga Saham

Correlations

Harga Saham Return on Equity

Harga Saham Pearson Correlation 1 ,645(**)

Sig. (2-tailed) ,001

N 25 25

Return on Equity Pearson Correlation ,645(**) 1

Sig. (2-tailed) ,001

N 25 25

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa besarnya koefisien korelasi adalah

sebesar 0,645 yang berada antara 0,60 - 0,799, yang artinya return on equity

memiliki hubungan yang kuat terhadap harga saham.

3. Koefisien Determinasi

Untuk melihat seberapa besar variabel return on equity berpengaruh

terhadap variabel harga saham maka dihitung dengan menggunakan koefisien

determinasi. Besarnya koefisien determinasi dapat ditentukan dari besarnya

koefisien korelasi (r). Besarnya koefisien determinasi (r 2 ) adalah kuadrat

besarnya koefisien korelasi (r), yaitu:

kd = r2 * 100%

kd = (0,645)2 * 100%

kd = 0,416025 * 100%

kd = 41,6%

Besarnya koefisien determinasi adalah sebesar 41,6%, artinya dapat

dikatakan bahwa pengaruh return on equity terhadap harga saham hanya sebesar

41,6% sedangkan sisanya yaitu 58,4% adalah pengaruh dari faktor-faktor lain

yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4. Pengujian Hipotesis (Uji t)

Agar dapat mengetahui apakah terdapat pengaruh antara return on equity

terhadap harga saham maka perlu dilakukan pengujian hipotesis. Langkah-

langkah pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

a. Merumuskan hipotesis nol

0: 202 r ; menunjukkan variabel return on equity (X2) tidak

berpengaruh terhadap harga saham (Y)

0: 202 r ; menunjukkan variabel return on equity (X2) berpengaruh

terhadap variabel harga saham (Y)

b. Menentukan tingkat signifikansi

Tingkat signifikansi yang diambil untuk penelitian ini adalah 5% atau 0,05

dengan uji 2 pihak, sehingga diperoleh nilai t tabel sebesar 2,069. Adapun nilai t

hitung dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.9

Pengujian Hipotesis (Uji t)

Coefficients(a)

Model Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) ,682 ,248 2,749 ,011

Return on Equity ,653 ,162 ,645 4,043 ,001

a Dependent Variable: Harga Saham

c. Kesimpulan

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan -ttabel thitung ttabel (-2,069

4,043 2,069) maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti variabel return on

equity berpengaruh positif terhadap harga saham. Sedangkan dalam pengujian

tingkat signifikansi, terdapat hubungan yang signifikan antara return on equity

terhadap harga saham karena dalam penelitian diperoleh hasil tingkat uji

signifikansi dibawah tingkat alpha (0,00 < 0,05). Berdasarkan hasil pengujian

hipotesis, maka penerimaan dan penolakan Ho dapat digambarkan sebagai berikut

Gambar 4.8

Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji t)

-4,043 -2,069 2,069 4,043

4.3.3 Pengaruh Dividend per Share dan Return on Equity Secara Simultan

Terhadap Harga Saham Perusahaan yang Tergabung Dalam Sektor

Pertambangan Periode 2002-2007

Untuk dapat mengetahui pengaruh dividend per share dan return on equity

terhadap harga saham secara simultan, maka kita perlu menganalisisnya dengan

melakukan uji statistika secara simultan yaitu dengan regresi linier berganda,

koefisien korelasi berganda, koefisien determinasi dan pengujian hipotesis (uji F).

4.3.3.1 Uji Asumsi Klasik

Agar memperoleh penelitian yang akurat maka dilakukan uji asumsi klasik

sebagai berikut:

1. Auto korelasi

Auto korelasi digunakan untuk melihat apakah ada pengaruh dari variabel-

variabel dalam modelnya melalui selang waktu. Ukuran dalam pengujian

autokorelasi adalah sebagai berikut:

1,65 < DW < 2,35 (Tidak autokorelasi)

1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 (Tidak dapat disimpulkan)

Daerah

Penolakan Ho

Daerah

Penolakan Ho

Daerah

Penerimaan Ho

DW < 1,21 atau DW > 2,79 (Terjadi autokorelasi)

Untuk mengetahui terdapat autokorelasi atau tidak pada variabel dividend per

share dan return on equity terhadap harga saham dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut:

Tabel 4.10

Autokorelasi Dividend per Share dan Return on Equity

Terhadap Harga Saham

Model Summary(b)

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 ,805(a) ,647 ,615 ,87380 1,897

a Predictors: (Constant), dividend per share, return on equity

b Dependent Variable: harga saham

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai Durbin-Watson (D-W)

sebesar 1,897 yang berada 1,65 < DW < 2,35 yang artinya tidak terjadi

autokorelasi.

2. Multikolinieritas

Uji multikolinieritas ditujukan untuk lebih mengetahui adanya hubungan

yang sempurna atau pasti di antara beberapa atau semua variabel independen dari

model regresi. Caranya dengan melihat tolerance value dari variance inflation

fantor (VIF). Bila nilai tolerance value < 0,1 atau VIF untuk variabel bebas >10,

maka terjadi multikolinieritas.

Tabel 4.11

Multikolinieritas Dividend per Share dan Return on Equity

Terhadap Harga Saham

Coefficients(a) a Dependent Variable: harga saham

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Tolerance VIF B

Std. Error

1 (Constant) ,652 ,197 3,307 ,003

return on equity ,449 ,139 ,442 3,222 ,004 ,850 1,176

dividend per share ,018 ,005 ,522 3,802 ,001 ,850 1,176

Dari hasil perhitungan pada tabel diatas, di dapat hasil tolerance value di

atas 0,1 dan VIF di bawah 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

multikolinieritas di antara variabel bebas.

4.3.3.2 Regresi Linier Berganda

Teknik regresi berganda digunakan untuk mengetahui hubungan

fungsional antara variabel dependen yang dihubungkan dengan dua atau lebih

variabel independen. Setelah melakukan uji asumsi klasik selanjutnya adalah

dengan melakukan pengujian regresi linier berganda. Untuk lebih jelasnya sebagai

berikut:

Tabel 4.12

Regresi Linier Berganda Dividend per Share dan Return on Equity

Terhadap Harga Saham

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) ,653 ,197 3,320 ,003

Return on Equity ,448 ,139 ,442 3,225 ,004

Dividend per Share ,018 ,005 ,524 3,820 ,001

a Dependent Variable: Harga Saham

Dari tabel di atas diperoleh persamaan regresi linier sebagai berikut:

Y = 0,653 + 0,018 X1 + 0,448 X2

Dari persamaan di atas maka dapat dijelaskan bahwa konstanta sebesar

0,653 menyatakan bahwa jika tidak ada perubahan dividend per share dan return

on equity maka harga sahamnya adalah 0,653. Penjelasan berikutnya yaitu

dividend per share memiliki koefisien korelasi regresi bertanda positif sebesar

0,018. Hal ini mengandung arti bahwa perubahan variabel dividend per share

sebesar satu unit akan meningkatkan harga saham sebesar 0,142 unit. Sedangkan

untuk return on equity memiliki koefisien korelasi regresi bertanda positif sebesar

0,448. Hal ini mengandung arti bahwa perubahan variabel return on equity

sebesar satu unit akan meningkatkan harga saham sebesar 0,084 unit.

4.3.3.3 Koefisien Korelasi Berganda

Korelasi ganda merupakan angka yang menunjukkan arah kuat hubungan

antara dua variabel secara bersama-sama atau lebih dengan variabel yang lain.

Hubungan korelasi secara simultan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.13

Koefisien Korelasi Berganda dan Koefisien Determinasi Dividend per

Share dan Return on Equity Terhadap Harga Saham

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 ,805(a) ,649 ,617 ,87219

a Predictors: (Constant), Dividend per Share, Return on Equity

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa besarnya koefisien korelasi ganda

adalah sebesar 0,805 yang berada antara 0,80 - 1,000 yang artinya dividend per

share dan return on equity secara simultan memiliki hubungan yang sangat kuat

terhadap harga saham.

4.3.3.4 Koefisien Determinasi

Analisis koefisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar

variabel dividend per share dan return on equity berpengaruh terhadap variabel

harga saham. Untuk koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 4.13 yaitu

sebesar 0,649 atau 64,9%, artinya dapat dikatakan bahwa pengaruh dividend per

share dan return on equity secara simultan terhadap harga saham sebesar 64,9%

sedangkan sisanya yaitu 35,1% adalah pengaruh dari faktor-faktor lain yang tidak

diteliti dalam penelitian ini.

4.3.3.5 Pengujian Hipotesis (Uji F)

Agar dapat mengetahui apakah terdapat pengaruh antara dividend per

share dan return on equity terhadap harga saham secara simultan maka perlu

dilakukan pengujian hipotesis. Langkah-langkah pengujian hipotesis adalah

sebagai berikut:

a. Merumuskan hipotesis nol

0: 211 RR ; menunjukkan variabel 1 (dividend per share) dan 2

(return on equity) tidak berpengaruh secara simultan

terhadap variabel Y (harga saham)

0: 211 RR ; menunjukkan kedua variabel X1 dan X2 (dividend per share

dan return on equity) berpengaruh secara simultan terhadap

variabel Y (harga saham)

b. Menentukan tingkat signifikansi sebesar %5 atau 0,05

Tingkat signifikansi yang diambil untuk penelitian ini adalah 5% atau 0,05

dengan uji 2 pihak, sehingga diperoleh nilai F tabel sebesar 3,44. Adapun nilai F

hitung dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.14

Pengujian Hipotesis (Uji F)

ANOVA(b)

Model Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 30,889 2 15,444 20,302 ,000(a)

Residual 16,736 22 ,761

Total 47,624 24

a Predictors: (Constant), Dividend per Share, Return on Equity

b Dependent Variable: Harga Saham

c. Kesimpulan

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan Fhitung > Ftabel (20,302 > 3,44),

maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti variabel dividend per share dan

return on equity berpengaruh positif terhadap harga saham. Sedangkan dalam

pengujian tingkat signifikansi, terdapat hubungan yang signifikan antara dividend

per share dan return on equity terhadap harga saham karena dalam penelitian

diperoleh hasil tingkat uji signifikansi dibawah tingkat alpha (0,00 < 0,05).

Berdasarkan uji hipotesis dapat digambarkan daerah penolakan dan penerimaan

Ho sebagai berikut :

Gambar 4.9

Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji F)

3,44 20,302

Daerah

Penolakan Ho

Daerah

Penerimaan Ho

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan pembahasan yang telah

dilakukan pada bab IV maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Perkembangan dividend per share dan return on equity dari lima perusahaan

yang tergabung dalam sektor pertambangan periode 2002-2007.

a. Perkembangan dividend per share

Dapat disimpulkan bahwa dividend per share pada lima perusahaan yang

tergabung dalam sektor pertambangan periode 2002-2007 cenderung

berfluktuasi. Hal ini disebabkan oleh naik turunnya laba bersih sehingga

berpengaruh terhadap pembagian dividend per share.

b. Perkembangan return on equity

Dapat disimpulkan bahwa return on equity pada lima perusahaan yang

tergabung dalam sektor pertambangan periode 2002-2007 cenderung

berfluktuasi. Hal ini disebabkan karena peningkatan rata-rata laba bersih

lebih kecil dari peningkatan jumlah modal sendiri.

2. Perkembangan harga saham lima perusahaan yang tergabung dalam sektor

pertambangan periode 2002-2007.

Dapat disimpulkan bahwa harga saham lima perusahaan yang tergabung

dalam sektor pertambangan periode 2002-2007 cenderung meningkat.

Kenaikan ini disebabkan karena meningkatnya faktor-faktor pada perusahaan

yang tergabung dalam sektor pertambangan, seperti kinerja perusahaan yang

baik yaitu dengan peningkatan laba bersih yang signifikan sehingga para

investor tertarik untuk membeli saham perusahaan pertambangan dikarenakan

kemampuan perusahaan untuk memberikan dividend per share dan return on

equity yang maksimal.

3. Pengaruh dividend per share dan return on equity secara parsial maupun

secara simultan terhadap harga saham perusahaan yang tergabung dalam

sektor pertambangan periode 2002-2007.

a. Hasil penelitian diperoleh bahwa variabel dividend per share memiliki

hubungan positif dan signifikan dengan harga saham. Adapun tingkat

keeratan hubungan sebesar 0,695 yang berarti hubungan dividend per

share dengan harga saham adalah kuat. Hasil pengujian hipotesis,

menunjukkan terdapat pengaruh secara parsial antara variabel dividend per

share terhadap harga saham. Hal ini ditunjukkan dari nilai thitung yang

berada di daerah penolakan Ho serta dalam uji tingkat signifikansi yang di

bawah nilai alpha.

b. Hasil penelitian diperoleh bahwa variabel return on equity memiliki

hubungan positif dan signifikan dengan harga saham. Adapun tingkat

keeratan hubungan sebesar 0,645 yang berarti hubungan return on equity

dengan harga saham adalah kuat. Hasil pengujian hipotesis, menunjukkan

terdapat pengaruh secara parsial antara variabel return on equity terhadap

harga saham. Hal ini ditunjukkan dari nilai thitung yang berada di daerah

penolakan Ho serta dalam uji tingkat signifikansi yang di bawah nilai

alpha.

c. Hasil penelitian diperoleh bahwa variabel dividend per share dan return on

equity secara simultan memiliki hubungan positif dan signifikan dengan

harga saham. Adapun tingkat keeratan hubungan sebesar 0,805 yang

berarti hubungan dividend per share dan return on equity secara simultan

dengan harga saham adalah sangat kuat. Hasil pengujian hipotesis,

menunjukkan terdapat pengaruh secara simultan antara variabel dividend

per share dan return on equity terhadap harga saham. Hal ini ditunjukkan

dari nilai Fhitung yang berada di daerah penolakan Ho serta dalam uji

tingkat signifikansi yang di bawah nilai alpha.

5.2 Saran

Dengan melihat hasil penelitian pada bab IV maka penulis memberikan

saran yang mungkin akan berguna baik untuk investor maupun pihak-pihak lain.

Saran-saran tersebut sebagai berikut :

1. Dalam hal memilih saham, sebaiknya investor melakukan analisis terlebih

dahulu seperti melakukan analisis fundamental perusahaan (analisis internal

perusahaan) yaitu salah satunya dengan melakukan analisis terhadap tingkat

dividend per share dan return on equity, karena berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan adanya pengaruh terhadap harga saham.

2. Bagi peneliti lain dapat meneliti variabel-variabel lain seperti emiten dari

sektor lainnya yang berbeda dengan jumlah data yang lebih banyak agar

memberikan hasil yang lebih baik.

3. Bagi manajemen perusahaan, sebaiknya lebih meningkatkan kinerja

perusahaan karena dengan kinerja yang semakin baik maka investor akan

tertarik untuk membeli saham perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Sartono., 2001, Manajemen Keuangan (Teori dan Aplikasi), Edisi

Keempat, Yogyakarta, BPFE

Ali Arifin., 2004, Membaca Saham, Yogyakarta, Andi

Aliminsyah dan Padji MA., 2005, Kamus Istilah Akuntansi, Cetakan Kedua,

Bandung, CV. Yrama Widya

Ardiyos., 2001, Kamus Ekonomi, Cetakan Pertama, Jakarta, Citra Harta Prima

Brigham, Eugene F. and Houston, Joel., 2004, Fundamentals of Financial

Management, Tenth Edition, Thomson South Western

Cornelius Trihendradi., 2005, Analisis Data Statistik, Yogyakarta, Andi

Dev Group on Research., 2008, Indeks Saham dan Obligasi, dalam situs

www.google.com

Dewi Astuti., 2004, Manajemen Keuangan Perusahaan, Cetakan Ketiga,

Jakarta, Ghalia Indonesia

Dwi Prastowo dan Rifka Julianty., 2005, Analisis Laporan Keuangan (Konsep

dan Aplikasi), Edisi kedua, Yogyakarta, UPP AMP YKPN

Furqon., 2008, Metodologi Untuk Penelitian Bisnis, Bandung, Alfabeta

Gibson, Charles H., 2001, Financial Reporting Analysis, 8th ed, South Western

College Publishing

Gitman, Lawrence J., 2003, Principles of Management Finance, Tenth Edition,

Addison Wesley, Boston

Heru Tjaraka., 2008, Analisis-analisis Fundamental yang Berpengaruh

Terhadap Harga Saham, dalam situs www.google.com

Ikatan Akuntan Indonesia., 2004, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta,

Salemba Empat

Martono dan Agus Harjito., 2007, Manajemen Keuangan, Edisi Pertama,

Cetakan Keenam, Yogyakarta, Ekonisia

Marzuki., 2002, Metodologi Riset, Yogyakarta, PT Prasetya Widya Pratama

Moch. Nazir., 2003, Metode Penelitian, Jakarta , Ghalia Indonesia

Munawir., 2004, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keemapt, Cetakan

Ketigabelas, Yogyakarta, Liberty

Mustopo Ali Sasongko., 2008, Analisa Penilaian Saham, dalam situs

www.WealthIndonesia.com

Rico Lesmana dan Rudi Surjanto., 2003, Financial Performance Analyzing,

Jakarta, Elex Media komputindo

Riduwan., 2008, Dasar-Dasar Statistika, Cetakan Keenam, Bandung, Alfabeta

Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian., 2003, Manajemen Keuangan, Edisi

Keempat, Jakarta, Literata Lintas Media

Ross, Westerfield, Jaffe., 2002, Corporate Finance, 5th, Mc Graw-Hill

Rusdin., 2006, Pasar Modal, Cetakan Kesatu, Bandung, Alfabeta

Slamet Sugiri., 2001, Sistem Pengawasan Manajemen, Yogyakarta, UPP AMP

YKPN

Sofyan Syafri Harahap., 2004, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan,

Cetakan Keempat, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada

Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti., 2007, Manajemen Keuangan, Edisi Kelima,

UPP AMP YKPN

Sugiyono., 2006, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Keenam, Bandung, Alfabeta

Sunarsip., 2008, Memperkuat Kinerja Perusahaan Pertambangan, dalam situs

www.google.com

Sri Hasnawati., 2006, Penilaian Saham, Memahami Cara-cara Berinvestasi di

Pasar Modal, dalam situs www.google.com

Susan Irawati., 2006, Manajemen Keuangan, Cetakan Kesatu, Bandung, Pustaka

Sutrisno., 2003, Manajemen Keuangan, Cetakan Ketiga, Yogyakarta, Ekonisia

Tangkilisan dan Nogi Hessel., 2003, Manajemen Keuangan Bagi Analisis

Kredit Perbankan, Yogyakarta, Balairuna dan Co

Van Horne, James. and Wachowicz, John M., 2000, Published Under The

Financial Times, Twelfth Edition, Madrid, Spain

Warren, Carl S., Reeve, James M., Fess, Philip E., 2005, Accounting (Edisi

Bahasa Indonesia), Edisi Ke 21, Jakarta, Salemba Empat

Watson, Denzil. and Head, Anthony., 2004, Corporate Reporting Analysis, 8th

ed, South Western College Publishing

Weston, J Fred. and Brigham, F Eugene., 2002, Essentials Of Managerial

Finance, The Dryden Press

www.google.com

www.infovesta.com

www.WealthIndonesia.com

TABEL DISTRIBUSI NILAI t

α untuk uji dua pihak (two tail test)

0.50 0.20 0.10 0.05 0.02 0.01

α untuk uji satu pihak (one tail test)

dk 0.25 0.10 0.05 0.03 0.01 0.01

1 1.000 3.078 6.314 12.706 31.821 63.657

2 0.816 1.886 2.920 4.303 6.965 9.925

3 0.765 1.638 2.353 3.182 4.541 5.841

4 0.741 1.533 2.132 2.776 3.747 4.604

5 0.727 1.476 2.015 2.571 3.365 4.032

6 0.718 1.440 1.943 2.447 3.143 3.707

7 0.711 1.415 1.895 2.365 2.998 3.499

8 0.706 1.397 1.860 2.306 2.896 3.355

9 0.703 1.383 1.833 2.262 2.821 3.250

10 0.700 1.372 1.812 2.228 2.764 3.169

11 0.697 1.363 1.796 2.201 2.718 3.106

12 0.695 1.356 1.782 2.179 2.681 3.055

13 0.692 1.350 1.771 2.160 2.650 3.012

14 0.691 1.345 1.761 2.145 2.624 2.977

15 0.690 1.341 1.753 2.131 2.602 2.947

16 0.689 1.337 1.746 2.120 2.583 2.921

17 0.688 1.333 1.740 2.110 2.567 2.898

18 0.688 1.330 1.734 2.101 2.552 2.878

19 0.687 1.328 1.729 2.093 2.539 2.861

20 0.687 1.325 1.725 2.086 2.528 2.845

21 0.686 1.323 1.721 2.080 2.518 2.831

22 0.686 1.321 1.717 2.074 2.508 2.819

23 0.685 1.319 1.714 2.069 2.500 2.807

24 0.685 1.318 1.711 2.064 2.492 2.797

25 0.684 1.316 1.708 2.060 2.485 2.787

26 0.684 1.315 1.706 2.056 2.479 2.779

27 0.684 1.314 1.703 2.052 2.473 2.771

28 0.683 1.313 1.701 2.048 2.467 2.763

29 0.683 1.311 1.699 2.045 2.462 2.756

30 0.683 1.310 1.697 2.042 2.457 2.750

40 0.681 1.303 1.684 2.021 2.423 2.704

60 0.679 1.296 1.671 2.000 2.390 2.660

120 0.677 1.289 1.658 1.980 2.358 2.617

∞ 674.000 1.282 1.645 1.960 2.326 2.576

TABEL DISTRIBUSI NILAI F

untuk α = 0.05

dk Penyebut dk Pembilang

1 2 3 4 5

1 161 200 216 225 230

2 18.51 19.00 19.16 19.25 19.30

3 10.13 9.55 9.28 9.12 9.01

4 7.71 6.94 6.59 6.39 6.26

5 6.61 5.79 5.41 5.19 5.05

6 5.99 5.14 4.76 4.53 4.39

7 5.59 4.74 4.35 4.14 3.97

8 5.32 4.46 4.07 3.84 3.69

9 5.12 4.26 3.86 3.63 3.48

10 4.96 4.10 3.71 3.48 3.33

11 4.84 3.98 3.59 3.36 3.20

12 4.75 3.88 3.49 3.26 3.11

13 4.67 3.80 3.41 3.18 3.02

14 4.60 3.74 3.34 3.11 2.96

15 4.54 3.68 3.29 3.06 2.90