analisis kontribusi pajak hiburan terhadap …repository.usd.ac.id/12759/2/132114143_full.pdf ·...
TRANSCRIPT
ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN
ASLI DAERAH (PAD)
STUDI KASUS DI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2013-2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
CAHAYA MELINDA
NIM : 132114143
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN
ASLI DAERAH (PAD)
STUDI KASUS DI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2013-2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
CAHAYA MELINDA
NIM : 132114143
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTO PERSEMBAHAN
Motto:
Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.
(Aristoteles)
Kupersembahkan untuk:
Tuhan Yang Maha Esa
Keluarga Besar di Lampung dan Semarang
Sahabat-sahabat Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI-PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul :
ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN
ASLI DAERAH (PAD)
STUDI KASUS DI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2013-2015
Dan dimajukan untuk diuji pada 13 September 2017 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyampaikan dengan sesungguhnya bahwa dalam
skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya
ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau
simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pikiran dari penulis lain
yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat
bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari
tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut diatas, baik sengaja maupun tidak,
dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil
tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan
tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seola-olah hasil pemikiran saya
sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya
terima.
Yogyakarta, 31 Oktober 2017
Yang membuat pernyataan
Cahaya Melinda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
TIDAK MEMPUBLIKASIAN KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Cahaya Melinda
NIM : 132114143
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul :
ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN
ASLI DAERAH (PAD)
STUDI KASUS DI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2013-2015
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, tidak
mengalihkan dalam bentuk media lain, tidak mengelolanya dalam bentuk
pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan tidak mempublikasikannya
di internet atau media lainnya untuk kepentingan akademis dengan perlu meminta
izin dari saya tanpa memberikan royality kepada saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 31 Oktober 2017
Yang mengatakan,
Cahaya Melinda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Analisis Kontribusi Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Daerah Studi Kasus di
Kabuapten Bantul Tahun 2013-2015” ini dengan baik. Penulisan skripsi ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa terselesainya skripsi ini atas bimbingan dan
dorongan berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan
mengembangkan kepribadian kepada penulis.
2. Albertus Yudi Yuniarto, S.E., M.B.A selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma.
3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Ak., QIA., CA. selaku Ketua Jurusan
Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
4. Dr. FA. Joko Siswanto, M.M., Akt., QIA., selaku dosen pembimbing
akademik.
5. Nicko Kornelius Putra SE., M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah
membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Semua dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang telah
membagikan ilmu dan pengalamannya dalam proses perkuliahan.
7. Kepada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(DPPKAD) di Kabupaten Bantul yang memberikan izin meneliti sehingga
saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
8. Bapak dan ibu yang telah selalu memberikan motivasi dan semangat
selama penyusunan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
9. Semua keluarga yang selalu mendoakanku di selama kuliah di Sanata
Dharma, serta motivasi dan memberikan semangat kepada penulis.
10. Sahabat-sahabatku (Alesia Heni Selviani dan Purna Bagas Ardianto), yang
turut membantu dan memberikan semangat kepada penulis.
11. Teman-teman seperjuangan akuntansi angkatan 2013.
12. Teman-teman MPAT Pak Nicko yang mau berbagi ide serta memberikan
masukan-masukan yang positif dan semangat kepada penulis.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skrispsi ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 31 Oktober 2017
Penulis
Cahaya Melinda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………… …… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………. ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………….. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS………... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS………. vi
HALAMAN KATA PENGANTAR…………………………………… vii
HALAMAN DAFTAR ISI……………………………………………… ix
HALAMAN DAFTAR TABEL………………………………………... xi
ABSTRAK………………………………………………………………. xii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah……………………………... 1
B. Rumusan Masalah……………………………………. 5
C. Batasan Masalah…………………………………….... 5
D. Tujuan Penelitian…………………………………...... 5
E. Manfaat Penulisan ………………………………….... 6
F. Sistematika Penulisan………………………………… 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………… 8
A. Pengertian Pajak……. ..……………………………… 8
1. Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang……… 8
2. Fungsi Pajak….......………………………………. 9
3. Pengelompokan Pajak…………………………… 11
4. Syarat Pemungutan. ……………………………... 13
5. Tata Cara Pemungutan Pajak ..…………………... 14
6. Sistem Pemungutan Pajak……………………….. 16
7. Teori-Teori Yang Mendukung Pemungutan Pajak.. 17
8. Tarif Pajak……………………………………....... 18
B. Pendapatan Asli Daerah (PAD)………………………. 20
1. Pajak Daerah……………………………………... 20
2. Retribusi Daerah…………………………………. 21
3. Bagian Laba Usaha Daerah ……………………... 22
4. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah………………. 22
C. Dana Perimbangan…………………………………... 23
D. Pajak Hiburan………………………………………… 26
1. Pengertian Pajak Hiburan……………………….. 26
2. Dasar Hukum Pajak Hiburan.…………………… 26
3. Objek Pajak Hiburan……………………………… 26
4. Subjek Pajak Hiburan……………………………. 27
5. Dasar Pengenaan Pajak Hiburan………………… 27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
6. Tarif dan Cara Perhitungan Pajak………………… 28
7. Kewajiban………………………………………… 29
8. Masa Pajak dan Saat Terutangnya Pajak…….….. 29
E. Penelitian Terdahulu………………………………… 29
BAB III METODE PENELITIAN……………………………….. 31
A. Jenis Penelitian………………………………………... 31
B. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………. 31
C. Subjek dan Objek Penelitian…………………………. 31
D. Teknik Pengumpulan Data…………………………… 32
1. Wawancara……………………………..………… 32
2. Dokumentasi……………………………………... 32
E. Jenis dan Sumber Data……………………………….. 32
F. Teknik Analisis Data………………………………….. 33
BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANTUL……… 36
A. Sejarah Singkat Kabupaten Bantul……………………. 36
B. Geografis……………………………………………... 38
C. Batas Wilayah………………………………………… 38
D. Keadaan Geografis…………………………………… 39
E. Luas Wilayah………………………………………… 39
F. Kekayaan Alam……………………………………… 40
G. Ekonomi……………………………………………… 46
H. Pendapatan…………………………………………… 47
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN……………… 48
A. Deskripsi Data………………………………………... 48
B. Efektifitas Pajak Hiburan, Kontribusi
Pajak Hiburan Terhadap Pajak Daerah, dan Kontribusi
Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Bantul Tahun 2013 Sampai
Dengan Tahun 2015.………………………………… 49
C. Pembahasan…………………………………………… 53
BAB VI PENUTUP………………………………………………... 59
A. Kesimpulan ………………………………………….... 59
B. Keterbatasan Penelitian……………………………….. 60
C. Saran ………………………………………………….. 60
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 62
LAMPIRAN……………………………………………………................. 64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kriteria kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pajak Daerah.... 34
Tabel 3.2 Kriteria kontribusi Pajak Hiburan terhadap PAD................. 34
Tabel 3.3 Kriteria efektivitas Pajak Hiburan........................................ 35
Tabel 4.1 Jenis Tanah Tahun 2010………………………………….. 41
Tabel 4.2 Populasi Ternak Kabupaten Bantul Tahun 2012 - 2014….. 43
Tabel 4.3 Produksi Daging, Telur dan Susu Tahun 2012 - 2014……. 43
Tabel 4.4 Potensi Energi Terbarukan................................................... 44
Tabel 5.1 Kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pajak Daerah
Kabupaten Bantul tahun 2013 sampai 2015……….……… 49
Tabel 5.2 Kontribusi Pajak Hiburan terhadap PAD
Kabupaten Bantul tahun 2013 sampai 2015……………..... 51
Tabel 5.3 Efektifitas Pajak Hiburan Kabupaten
Bantul tahun 2013 sampai 2015…..……………………… 52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
ABSTRAK
ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI
DAERAH (PAD)
STUDI KASUS DI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2013-2015
Cahaya Melinda
Nim : 132114143
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pajak
Daerah, Pendapatan Asli Daerah (PAD), serta mengetahui efektivitas Pajak Hiburan di
Kabupaten Bantul pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2015. Jenis penelitian adalah studi
kasus.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi, untuk
menjawab permasalahan digunakan analisis kontribusi yaitu dengan cara membandingkan
Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dikalikan 100%. Sedangkan untuk
mengetahui efektivitas Pajak Hiburan yaitu dengan cara membandingkan realisasi Pajak
Hiburan dengan target Pajak hiburan dikalikan 100%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan
yang telah dilakukan di Kabupaten Bantul menunjukan masih kurangnya kontribusi Pajak
Hiburan terhadap Pajak Daerah maupun Pendapatan Asli Daerah (PAD) walaupun efektivitas
Pajak Hiburan selalu mencapai target.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
ABSTRACT
THE ANALYSIS OF ENTERTAINMENT TAX CONTRIBUTION
ON LOCALLY GENERATED (PAD) REVENUE
THE CASE STUDY IN BANTUL FROM 2013-2015
Cahaya Melinda
132114143
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2017
This study aimed to determine the contribution of entertainment tax on local taxes,
locally-generated revenue (PAD), and to know the effectiveness of entertainment tax in
Bantul from 2013 until 2015. This research was a case study.
The data of this study was collected through interviews and documentation. The
contribution analysis was used to answer the research problem by comparing the
entertainment tax to locally-generated revenue then multiplied by 100%. Meanwhile, to know
the effectiveness of entertainment tax, this research compared the realization of entertainment
tax with the target of entertainment tax then multiplied by 100%.
Based on the data analysis results and discussion, the research results showed that the
contribution of entertainment tax toward local taxes and locally- generated revenue was still
low, although the effectiveness of entertainment tax always reached the target.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kota Yogyakarta terkenal sebagai kota pariwisata karena memiliki
banyak sekali obyek-obyek wisata yang tidak hanya dikunjungi oleh
penduduk lokal saja melainkan dari berbagai mancanegara. Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai empat Kabupaten dan satu Kota
Madya. Salah satu Kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul yang
terletak di sebelah selatan kota Yogyakarta (Yuliani, 2015). Kabupaten
Bantul merupakan salah satu pusat wisata, dan mempunyai potensi yang
cukup besar, yang meliputi obyek wisata alam, wisata budaya/sejarah,
pendidikan, taman hiburan dan sentra industri kerajinan. Dengan
keanekaragaman potensi wisata tersebut diharapkan Kabupaten Bantul
dapat secara optimal mendukung pengembangan Daerah Istimewa
Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Pengelolaan
obyek wisata secara profesional akan mendorong tumbuh kembangnya
industri pariwisata secara menyeluruh yang diharapkan dapat
menggerakkan kegiatan perekonomian masyarakat, memperluas dan
memeratakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, mendukung perolehan
Pendapatan Asli Daerah secara optimal, serta membawa citra daerah di
mata masyarakat di luar Daerah Istimewa Yogyakarta (DPPKAD Bantul,
2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Dengan banyaknya tempat hiburan di Kabupaten Bantul, menurut
UU PDRD dapat dikenai pajak, seperti hotel, restoran, hiburan, reklame,
penerangan jalan, dan parkir. Potensi yang ada tersebut jika dikelola secara
maksimal dapat digunakan untuk mencukupi belanja rutin daerah setiap
tahunnya. Menurut.Siahaan (2010:7) pajak adalah pungutan dari
masyarakat oleh negara (pemerintah) berdasarkan undang-undang yang
bersifat dapat dipaksakan dan terutang yang wajib membayarnya dengan
tidak mendapat prestasi kembali (kontraprestasi/balas jasa) secara
langsung yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran Negara
dalam penyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan. Menurut
Undang-undang No. 28 tahun 2009 pasal 2 Pajak Hiburan adalah pajak
atas penyelenggaraan hiburan. Sedangkan definisi hiburan sendiri menurut
peraturan perundangan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan,
permainan dan atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.
Objek pajak hiburan menurut Pasal 3 Peraturan Bupati Bantul Nomor 49
Tahun 2010 adalah tontonan film, pagelaran kesenian, musik, tari dan atau
busana, kontes kecantikan, binaraga dan sejenisnya, pameran; diskotik,
karaoke, klab malam dan sejenisnya, sirkus, akrobat dan sulap, permainan
bilyar, golf dan bolling, pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan
ketangkasan, panti pijat, refleksi, mandi uap/spa dan pusat kebugaran
(fitnes centre) dan pertandingan olahraga (Hatmoko, 2015).
Menurut Halim (2004:94), Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah
penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sektor pendapatan daerah
memegang peranan yang sangat penting, karena melalui sektor ini dapat
dilihat sejauh mana suatu daerah dapat membiayai kegiatan pemerintah
dan pembangunan daerah. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
menyebutkan bahwa pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak adalah
kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sesuai dengan
Undang-Undang tersebut pemerintah daerah berwenang untuk mengatur
dan mengurus pemerintahannya menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dengan adanya otonomi daerah, pemerintah diberikan wewenang sendiri
untuk mengatur dan membangun rumah tangganya sendiri untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi daerah. Setelah diberlakukannya sistem
otonomi daerah maka setiap daerah dituntut untuk meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dengan demikian diharapkan pemerintah
daerah dapat memenuhi tanggungjawabnya dalam mengurus rumah
tangganya dan untuk membiayai kegiatan. Oleh karena itu, pemerintah
daerah harus selalu dapat mengupayakan peningkatan penerimaan yang
berasal dari daerah sendiri sehingga akan memperbesar tersedianya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
keuangan daerah yang dapat digunakan untuk pembiayaan pembangunan
daerah (Savitri, 2006).
Dasar pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah uang yang diterima
atau yang seharusnya diterima oleh penyelenggara Hiburan. Jumlah uang
yang seharusnya diterima termasuk potongan harga dan tiket cuma-cuma
diberikan kepada penerima jasa Hiburan. Besaran pokok Pajak Hiburan
yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar
pengenaan pajak. (DPPKAD.Bantul, 2016). Sejalan dengan upaya untuk
meningkatakan Pendapatan Asli Daerah, maka Pemerintah Daerah
Kabupaten Bantul setiap tahunnya berusaha untuk memperbaiki
pemerintahan dan rumah tangganya agar lebih baik lagi. Usaha tersebut
berupa peningkatan serta menggali sumber-sumber penerimaan daerah
terutama penerimaan yang berasal dari daerah sendiri. Hal ini perlu
dilakukan untuk mengurangi ketergantungan pemerintah daerah kepada
pemerintah pusat dalam pembiyaan pembangunan daerah. Karena
pentingnya pajak bagi suatu pemerintah daerah, pajak menjadi faktor
krusial bagi suatu daerah untuk membangun daerahnya sendiri yang
berpotensi disalah gunakan oleh beberapa pihak demi kepentingan sendiri.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HIBURAN
TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) : STUDI
KASUS DI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2013-2015”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pajak Daerah di
Kabupaten Bantul tahun 2013-2015?
2. Bagaimanakah kontribusi Pajak Hiburan terhadap PAD serta
dampaknya di Kabupaten Bantul tahun 2013-2015?
3. Bagaimanakah tingkat efektivitas penerimaan pajak hiburan di
Kabupaten Bantul tahun 2013-2015 ?
C. Batasan Masalah
Menurut lembaga pemungutannya, pajak dibagi menjadi dua yaitu
pajak pusat dan pajak daerah. Pajak daerah meliputi: pajak hotel, pajak
restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak
parkir, pajak air tanah, dan pajak sarang burung walet. Penelitian ini hanya
terbatas pada pajak hiburan yang ada di Kabupaten Bantul Yogyakarta.
D. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui kontribusi dan efektifitas pajak hiburan di
Kabupaten Bantul tahun 2013-2015.
2. Untuk mengetahui penerimaan pajak hiburan terhadap Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Bantul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
E. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diperoleh dalam penulisan ini:
1. Bagi Pemerintah Daerah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk
keputusan khususnya mengenai pendapatan asli daerah yang diperoleh
dari pajak hiburan.
2. Bagi Pembaca
Penelitian ini dapat sebagai bahan informasi dan dapat dijadikan
referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan
dengan analisis pajak hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah.
3. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai pajak daerah
khususnya pajak hiburan dan sebagai sarana untuk mengembangkan
ilmu yang diperoleh saat kuliah.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan ini, sistematika yang digunakan adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah
penelitian, rumusan permasalahan, batasan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi tentang teori-teori dasar yang
mendukung proses penelitian ini serta terdapat hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang
dijadikan bahan acuan dalam penyusunan skripsi ini.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan desain riset, jenis dan sumber data,
teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.
BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANTUL
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai keadaan
Kabupaten Bantul secara umum meliputi keadaan
geografis, sejarah dan perkembangan, kependudukan,
kekayaan alam, keadaan ekonomi, politik, realisasi pajak
daerah terutama pajak hiburan di Kabupaten Bantul
berdasarkan data yang diperoleh.
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan hasil penelitian tentang pajak hiburan
di Kabupaten Bantul dengan menggunakan metode dan
teknik yang dijelaskan di metode penelitian.
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan mengenai proses
pembahasan dan analisis data yang diperoleh dari hasil
penelitian, keterbatasan penulis dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pajak
Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang 1.
Menurut Pasal 1 angka 1 UU No.28 th 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemamakmuran rakyat”.
Menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang perubahan
keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1 berbunyi pajak
adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Berbagai pengertian pajak yang dikemukan oleh berbagai pakar
antara lain sebagai berikut (Nurmantu, 2005) :
a. C.F. Bastable (1993), menyatakan, bahwa pajak adalah : a
compulsary contribution of the wealthof a person or body of
persons for the service of the public powers.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
b. H.C Adams (1898), (1851-1921) seorang ekonom dan filsuf bangsa
Amerika merumuskan pajak sebagai : a contribution from the
citizen to the support of the state.
c. Edwin Robert Seligman (1925), (1861-1939), seorang ekonom,
guru besar, pendiri dan presiden pertama dari American Economic
Association, merumuskan pajak sebagai : a tax is acompulsory
contribution from the person to the government to defray the
expenses incurredin the common interest of all without reference to
special benefits conferred.
d. Prof. Dr. P.J.A. Adriani merumuskan : Pajak adalah iuran
masyarakat pada negara (yang sifatnya dapat dipaksakan) yang
terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-
peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi
kembali yang dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas-tugas negara
untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Fungsi Pajak 2.
The four R adalah istilah populer yang mengacu pada fungsi pajak
yang dipungut oleh negara menurut (Purwono dalam Sitanggang,
2010):
a. Revenue (Penerimaan)
Fungsi penerimaan atau yang dikenal pula dengan istilah Budgetair
(anggaran) adalah fungsi utama dari pemungutan pajak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Seperti telah kita ketahui bersama, dewasa ini pajak menyumbang
hampir lebih dari 70% total pendapatan negara kita. Hal ini tentu
saja menunjukkan partisipasi dominan pajak sebagai penyokong
pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan yang meliputi belanja
rutin pemerintah, belanja pembangunan, belanja untuk keperluaan
legislasi dan yudikas, serta pembiayaan lainnya.
b. Redistribution (Pemerataan)
Pajak yang dipungut oleh negara selanjutnya akan dikembalikan
kepada masyarakat dalam bentuk penyediaan fasilitas publik
diseluruh wilayah negara. Fungsi inilah yang seharusnya lebih
ditonjolkan di negara kita sebagai bukti bahwa hasil pajak yang
dipungut tersebut benar-benar ditujukan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat, sekaligus menghapus kesenjangan sosial yang
tidak dapat dipungkiri terjadi di Indonesia.
c. Repricing (Pengaturan Harga)
Fungsi ini sama pengertiannnya dengan fungsi regulerent
(mengatur) yang lebih sering digunakan dalam literatur perpajakan.
Pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur atau mencapai tujuan
tertentu dibidang ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan dan
keamanan. Contoh dari fungsi ini adalah pemberlakuan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang bertujuan untuk
membatasi konsumsi masyarakat atas barang-barang mewah,
termasuk yang dikenakan pada komoditas minuman keras dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
tujuan untuk mengurangi konsumsi masyarakat atas minuman
keras.
d. Representation (legalitas pemerintahan)
Slogan revolusioner di Inggris yang menyerukan “No taxation
without representation”, dan di Amerika Serikat yang berbunyi
“Taxation without representation is robbery” mengimplikasikan
bahwa pemerintah membebani pajak atas warga negara, dan warga
negara meminta akuntabilitas dari pemerintah sebagai bagian dari
kesepakatan (pengenaan pajak tidak diputuskan secara sepihak
penguasa tetapi merupakan kesepakatan bersama dengan rakyat
melalui perwakilan di parlemen). Beberapa penelitian menunjukan
bahwa pemungutan pajak langsung (seperti Pajak Penghasilan)
memberikan tingkat akuntabilitas yang lebih tinggi dari
perwujudan pemerintahan yang lebih baik dibandingkan dengan
pemungutan pajak yang tidak langsung (seperti Pajak Pertambahan
Nilai).
Pengelompokan Pajak 3.
Berikut ini beberapa pengelompokan pajak menurut (Mardiasmo,
2011 dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007):
a. Menurut golongannya
1) Pajak Langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat
dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung
Wajib Pajak yang bersangkutan. Contoh : Pajak Penghasilan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
2) Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pembebanannya
dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Contoh : Pajak
Pertambahan Nilai.
b. Menurut sifatnya
1) Pajak subjektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan
pada subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya,
dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh :
Pajak Penghasilan
2) Pajak Objektif yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya
tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh : Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
c. Menurut lembaga pemungut dan pengelolanya
1) Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh
: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah, dan Bea Materai.
2) Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah
Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Contoh : Pajak Reklame dan Pajak Hiburan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Syarat Pemungutan 4.
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau
perlawanan, terlebih dahulu harus memenuhi syarat – syarat
pemungutan pajak, sebagai berikut (Purwono dalam Sitanggang,
2010:14):
a. Syarat keadilan
Pemungutan pajak dilaksanakan secara adil baik dalam peraturan
maupun realisasi pelaksanaannya.
b. Syarat yuridis
Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang yang
ditujukan untuk menjamin adanya hukum yang menyatakan
keadilan yang tegas, baik untuk negara maupun untuk warganya.
c. Syarat ekonomis
Pemungutan pajak tidak boleh menghambat ekonomi rakyatnya,
artinya pajak tidak boleh dipungut apabila justru menimbulkan
kelesuan perekonomian masyarakat.
d. Syarat finansial
Pemungutan pajak dilaksanakan dengan pedoman bahwa biaya
pemungutan tidak boleh melebihi hasil pemungutannya.
e. Syarat sederhana
Sistem pemungutan pajak harus dirancang sesederhana mungkin
untuk memudahkan pelaksanaan hak dan kewajiban Wajib Pajak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Tata Cara Pemungutan Pajak 5.
Dalam tata cara pemungutan pajak harus diperhatikan tiga garis
besar, yaitu (Mardiasmo, 2011):
a. Stelsel Pajak
Tata cara pemungutan pajak yaitu dapat dilakukan berdasarkan
pada 3 stelsel pajak :
1) Stelsel pajak nyata
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang
nyata), sehingga pemungutan pajak baru dapat dilakukan pada
akhir tahun pajak, yaitu setelah diketahui penghasilan yang
sesungguhnya. Stelsel nyata mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Kebaikan stelsel nyata ini ialah pajak yang
dikenakan lebih realistis, sedangkan kelemahan stelsel pajak ini
adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode (setelah
penghasilan sesungguhnya telah diketahui).
2) Stelsel pajak anggapan
Pengenaan pajak yang didasarkan pada suatu anggapan yang
diatur oleh undang-undang. Contohnya, penghasilan suatu
tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya, sehingga pada
waktu awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan besarnya pajak
yang terutang untuk tahun pajak berjalan. Kebaikan stelsel
pajak anggapan ialah pajak dapat dibayar selama tahun
berjalan, tanpa harus menunggu akhir tahun. Kelemahan stelsel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
pajak anggapan adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan
pada keadaan yang sesungguhnya.
3) Stelsel pajak campuran
Pengenaan pajak campuran ini merupakan kombinasi antara
stelsel pajak nyata dengan stelsel pajak anggapan. Pada awal
tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan,
kemudian pada akhir tahun bersarnya pajak disesuaikan dengan
keadaan yang sebenarnya. Jika besarnya pajak menurut
kenyataan lebih besar dari pada pajak menurut anggapan, maka
si wajib pajak harus menambah. Sebaliknya, jika lebih kecil
kelebihannya dapat diminta kembali.
b. Asas Pemungutan Pajak
1) Asas pajak domisili (asas tempat tinggal)
Dalam tata cara pemungutan pajak harus memperhatikan asas
domisili (asas tempat tinggal). Negara memiliki kewenangan
mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang
bertempat tinggal di wilayahnya, baik itu penghasilan yang
berasal dari dalam maupun luar negeri. Asas pajak domisli
berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.
2) Asas pajak sumber
Dalam tata cara pemungutan pajak harus memperhatikan
sumber pajaknya. Negara berhak mengenakan pajak atas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa
memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.
3) Asas pajak kebangsaan
Dalam tata cara pemungutan pajak harus dihubungkan dengan
kebangsaan suatu negara.
Sistem Pemungutan Pajak (Waluyo, 2010:17) : 6.
a. Official Assessment System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya
pajak terutang. Ciri-ciri: wewenang untuk menentukan berapa
besar pajak terutang yang ada pada fiskus, wajib pajak bersifat
pasif, utang pajak timbul pada saat dikeluarkan surat ketetapan
pajak oleh fiskus.
b. Self Assessment System
Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi
wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak
untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan
sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
c. With Holding System
Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya
pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Teori-Teori Yang Mendukung Pemungutan Pajak 7.
Terdapat beberapa materi yang menjelaskan atau memberikan
justifikasi pemberian hak kepada negara untuk memungut pajak.
Teori-teori tersebut antara lain (Mardiasmo, 2011):
a. Teori Asuransi
Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak
rakyatnya. Oleh karena itu rakyat harus membayar pajak yang
diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena memperoleh
jaminan perlindungan tersebut.
b. Teori Kepentingan
Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada
kepentingan (misalnya perlindungan) masing-masing orang.
Semakin besar kepentingan seseorang terhadap negara, makin
tinggi pajak yang harus dibayar.
c. Teori Daya Pikul
Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak
harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang.
Untuk mengukur daya pikul dapat digunanakan dua pendekatan
yaitu :
1) Unsur objektif, dengan melihat besarnya penghasilan atau
kekayaan yang dimiliki oleh sesorang
2) Unsur subjektif, dengan memperhatikan besarnya kebutuhan
materil yang harus dipenuhi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
d. Teori Bakti
Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat
dengan negaraya. Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat
harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai
suatu kewajiban.
e. Teori Asas Daya Beli
Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya
memungut pajak berarti menarik daya beli dari rumah tangga
masyarakat untuk rumah tangga negara. Selanjutnya negara akan
menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam bentuk
pemeliharaan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian
kepentingan seluruh masyarakat lebih diutamakan.
Tarif Pajak 8.
Pungutan dan penetapan tarif pajak tidak terlepas dari keadilan,
maka keseimbangan sosial yang sangat penting bagi kesejahteraan
masyarakat dapat tercipta. Dalam penghitungan pajak yang tertuang
digunakan tarif pajak. Tarif pajak adalah tarif untuk menghitung
besarnya pajak terutang (pajak yang harus dibayar). Besarnya tarif
pajak dapat dinyatakan dalam persentase. Struktur tarif yang
berhubungan dengan pola persentase tarif pajak dikenal 4 (empat)
macam tarif, antara lain sebagai berikut (Mardiasmo, 2011):
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
a. Tarif Pajak Sebanding/Proporsional
Tarif pajak berupa persentase yang tetap terhadap berapapun nilai
atau jumlah barang yang dikenai pajak terutang yang kemudian
menjadi dasar pengenaan pajak. Contohnya: untuk penyerahan
Barang Kena Pajak di dalam daerah Pabean akan dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai sebesar 10% dari barang tersebut. Jadi semakin
tinggi nilai nominal barang tersebut, maka semakin tinggi pula
nominal pajak terutangnya.
b. Tarif Pajak Tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap beberapapun nilai
atau jumlah barang yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak
yang terutang tetap (tanpa melihat nilai barang dan tanpa
menggunakan persentase apapun). Contohnya: besarnya tarif Bea
Materai untuk cek dan bilyet giro dengan nilai nominal berapapun
adalah Rp 3.000,00.
c. Tarif Pajak Progresif
Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang
dikenai pajak semakin besar. Contohnya: Pasal 17 UU Pajak
Penghasilan untuk Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri.
Menurut kenaikan presentase tarifnya, tarif progresif dibagi
menjadi :
1) Tarif progresif progresif : kenaikan presentase semakin besar
2) Tarif progresif tetap : kenaikan presentase tetap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
3) Tarif progresif degresif : kenaikan presentase semakin kecil
d. Tarif Pajak Degresif
Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang
dikenai pajak semakin besar.
B. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan asli daerah merupakan semua penerimaan daerah yang
berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Menurut Lukman H, dalam
“Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah” Kelompok pendapatan asli
daerah dipisahkan menjadi 4 yaitu:
Pajak Daerah 1.
Pajak Daerah merupakan bagian Pendapatan Asli Daerah (PAD)
yang terbesar, kemudian disusul dengan pendapatan yang berasal
dari retribusi daerah. Adapun yang dimaksud dengan Pajak Daerah
(M. Suparmoko, 2001;56) iuran wajib yang dilakukan oleh orang
pribadi atau badan kepada pemerintah (Daerah) tanpa balas jasa
langsung yang dapat ditunjuk, yang dapat dipaksakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Menurut Lukman H (2006) mengatakan bahwa Pajak adalah:
“Iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada
daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat
dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
daerah dan pembagunan daerah.” Beberapa jenis pajak yang menjadi
sumber pendapatan pemerintah tingkat provinsi :
a. Pajak kendaraan bermotor
b. Bea balik nama kendaraan bermotor
c. Pajak bahan kendaraan bermotor
Selanjutnya macam-macam pajak yang dipungut di daerah
Kabupaten/Kota dan menjadi sumber pendapatan daerah
Kabupaten/Kota diantaranya :
a. Pajak hotel dan restoran
b. Pajak hiburan
c. Pajak reklame
d. Pajak penerangan jalan
e. Pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan
f. Pajak pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan
g. Pajak lainnya asal memenuhi persyaratan untuk menjadi pajak
baru.
Retribusi Daerah 2.
Disamping pajak daerah, sumber pendapatan asli daerah yang
cukup besar peranannya dalam menyumbang pada terbentuknya
pendapatan asli daerah adalah Retribusi Daerah. Retribusi Daerah
(M. Suparmoko, 2001) adalah pungutan daerah sebagai bayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi
atau badan.
Retribusi Daerah (Zain, 2003) yaitu retribusi daerah yang selanjutnya
disebut Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi
atau badan.
Bagian Laba Usaha Daerah 3.
Menurut Halim (2001:65) menyatakan bahwa: “Bagian laba
usaha daerah merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil
perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan. Penerimaan ini antara lain berasal dari BPD, Perusahaan
daerah dan penyertaan modal daerah kepada pihak ketiga”
Lain – Lain Pendapatan Asli Daerah 4.
Lain-lain Pendapatan Asli daerah lainnya adalah lain-lain
pendapatan asli daerah yang juga merupakan pendapatan daerah
yang diterima oleh pemerintah. Menurut Halim (2001;65)
menyatakan bahwa: “Lain-lain pendapatan asli daerah merupakan
penerimaan daerah yang diperoleh pemerintah daerah dari barang
atau jasa yang dimiliki pemerintah”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
C. Dana Perimbangan
Berdasarkan pasal 1 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 104 Tahun 2000 tentang “Dana Perimbangan“ yang dikutip dari
buku yang berjudul “Himpunan Peraturan Pelaksanaan Undang-undang
Otonomi Daerah“, Dana Perimbangan yaitu dana yang bersumber dari
penerimaan anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) yang
dialokasikan kepada pemerintah untuk membiayai kebutuhan daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Dana Perimbangan terdiri dari :
a. Bagian Daerah dari Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, Penerimaan dari Sumber
Daya Alam. Menurut Widjaja (2002) menyatakan bahwa:
“Penerimaan atau Pendapatan Daerah berasal dari pajak hanya
diperoleh dari pajak bumi dan bangunan, serta pungutan atau bea
yang dibayar dalam perolehan hak atas tanah dan bangunan”.
Penerimaan dari pajak itu pembagiannnya adalah sebagai berikut:
1) Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dibagi 10% untuk
Pemerintah Pusat dan 90% untuk Pemerintah Daerah.
2) Penerimaan perolehan atas tanah dan bangunan dibagi 20%
untuk Pemerintah Pusat dan 80% untuk pemerintah daerah.
Selanjutnya penerimaan daerah yang berasal dari bukan pajak
diantaranya untuk penerimaan yang berkenaan dengan eksploitasi
sumber daya alam seperti sumber daya hutan, pertambangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
umum, perikanan dan khususnya dari pengambilan minyak bumi
dan gas alam. Pembagian penerimaan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah adalah sebagai berikut:
1) Penerimaan Negara yang berasal dari sumber daya alam
(seperti hutan, pertambangan umum, dan perikanan) dibagi
dengan perbandingan 20% untuk Pemerintah pusat dan 80%
untuk pemerintah daerah.
2) Penerimaan Negara dari pertambangan minyak setelah pajak
dibagi dengan perbandingan 85% untuk Pemerintah Pusat dan
15% untuk pemerintah daerah.
3) Penerimaan Negara dari gas alam dibagi dengan 70% untuk
pemerintah pusat dan 30% untuk pemerintah daerah.
Penerimaan pusat dari pajak bumi dan bangunan serta dari bea
perolehan hak atas tanah dan bangunan seluruhnya akan
dibagikan kepada daerah kabupaten dan kota dalam bentuk
dana alokasi umum. Bagian daerah dari penerimaan pajak bumi
dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan dan
penerimaan sumber daya alam merupakanm alokasi yang pada
dasarnya memperhatikan potensi daerah penghasil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
b. Dana Alokasi Umum
Sumber keuangan lainnya untuk Pemerintah daerah berasal
dari Dana Alokasi yang berasal dari pemerintah pusat yang
dulunya disebut sebagai dana subsidi. Dana ini sesungguhnya
berasal dari dana yang dikumpulkan dari bagian hasil penerimaan
pajak bumi dan bangunan dan bea perolehan atas tanah dan
bangunan. Berdasarkan peraturan pemerintah daerah RI nomor 104
Tahun 2000 tentang dana perimbangan pasal 1 ayat 3 yang dikutip
dari buku yang berjudul “Himpunan Peraturan Pelaksanaan
Undang-undang Otonomi Daerah“ menjelaskan definisi Dana
Alokasi Umum yaitu : “Dana yang bersumber dari APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan
antara daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi“.
c. Dana Alokasi Khusus
Berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia
nomor 104 tahun 2000 tentang dana perimbangan, pasal 1 ayat 4
yang dikutip dari buku yang berjudul “Himpunan peraturan
pelaksanaan undang-undang otonomi daerah” menyatakan bahwa:
“Dana yang berasal dari anggaran pendapatan dan belanja Negara
(APBN), yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu
membiayai kebutuhan tertentu”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Dan dalam buku yang berjudul “kumpulan peraturan
tentang otonomi daerah” menjelaskan definisi dana alokasi khusus
adalah: “Dana yang dapat dialokasikan dari anggaran pendapatan
dan belanja Negara (APBN) kepada daerah tertentu untuk
membiayai kebutuhan khusus dengan memperhatikan tersedianya
dana dalam anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN).”
D. Pajak Hiburan
Pengertian Pajak Hiburan 1.
Pajak hiburan merupakan pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan
adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan dan/atau
keramaian yang dinikmati dan dipungut bayaran (Sitanggang, 2014).
Dasar Hukum Pajak Hiburan 2.
a) Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
b) Peraturan Bupati Bantul Nomor 49 Tahun 2010 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pajak Hiburan
Objek Pajak Hiburan 3.
Objek Pajak Hiburan adalah jasa penyelenggaraan Hiburan dengan
dipungut bayaran. Hiburan sebagaimana dimaksud dalam meliputi
(“Pajak Hiburan : Nama, Objek, Subjek, dan Wajib Pajak”, n.d.) :
a. tontonan film;
b. pagelaran kesenian, musik, tari dan/atau busana;
c. kontes kecantikan, binaraga dan sejenisnya;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
d. pameran;
e. diskotik, karaoke, klab malam dan sejenisnya;
f. sirkus, akrobat dan sulap;
g. permainan bilyar, golf dan boling;
h. pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan;
i. panti pijat, refleksi, mandi uap/spa dan pusat kebugaran (fitness
center); dan
j. pertandingan olahraga.
Adapun yang tidak termasuk objek pajak sebagaimana dimaksud di
atas adalah pagelaran kesenian rakyat/tradisional dalam rangka usaha
pelestarian kesenian dan budaya tradisional Daerah dan pagelaran
kesenian yang bernuansa keagamaan (religius).
Subjek Pajak Hiburan 4.
Subjek pajak hiburan adalah orang pribadi atau Badan yang menikmati
hiburan. Sedangkan yang merupakan Wajib Pajak Hiburan adalah
orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan hiburan.
Dasar Pengenaan Pajak Hiburan 5.
Dasar pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah uang yang diterima
atau yang seharusnya diterima oleh penyelenggara Hiburan. Jumlah
uang yang seharusnya diterima termasuk potongan harga dan tiket
cuma-cuma diberikan kepada penerima jasa hiburan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Tarif dan Cara Penghitungan Pajak 6.
Tarif Pajak Hiburan ditetapkan sebagai berikut :
a. tontonan film sebesar 35% (tiga puluh lima perseratus);
b. pagelaran kesenian, musik, tari dan/atau busana sebesar 30% (tiga
puluh perseratus);
c. kontes kecantikan sebesar 30% (tiga puluh perseratus);
d. kontes binaraga dan sejenisnya sebesar 25% (dua puluh lima
perseratus);
e. pameran sebesar 25% (dua puluh lima perseratus);
f. diskotik, karaoke, klab malam dan sejenisnya sebesar 75% (tujuh
puluh lima perseratus);
g. sirkus, akrobat dan sulap sebesar 30% (tiga puluh perseratus);
h. permainan bilyar, golf dan boling sebesar 35% (tiga puluh lima
perseratus);
i. pacuan kuda dan kendaraan bermotor sebesar 30% (tiga puluh
perseratus);
j. permainan ketangkasan sebesar 50% (lima puluh perseratus);
k. panti pijat dan mandi uap/spa sebesar 50% (lima puluh perseratus);
l. refleksi dan pusat kebugaran (fitnes center) sebesar 35% (tiga
puluh lima perseratus); dan
m. pertandingan olah raga sebesar 15% (lima belas perseratus).
Besaran pokok Pajak Hiburan yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Kewajiban (menurut Lukitorini, 2015): 7.
a. Setiap pengusaha hiburan wajib mendaftarkan diri sebagai Wajib
Pajak untuk mendapatkan NPWPD
b. Apabila pengusaha hiburan tidak melaksanakan kewajiban di atas
maka walikota atau pejabat yang ditunjuk menetapkan NPWPD
secara jabatan.
c. Wajib pajak hiburan wajib memasang pengukuhan sebagai wajib
pajak pada tempat yang mudah dilihat dan dibaca oleh umum
ditempat usahanya kecuali Wajib Pajak yang bersifat insidental.
d. Wajib pajak hiburan memasang atau menyediakan informasi daftar
harga di tempat usahanya yang diketahui umum
Masa Pajak dan Saat Terutangnya Pajak (Lukitorini, 2015): 8.
a. Masa pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan
kalender.
b. Dikecualikan dari ketentuan di atas yaitu masa pajak hiburan
insidentil adalah selama penyelenggaraan hiburan berlangsung.
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian pertama dilakukan oleh Arsy, (2013) dengan judul
“Pengaruh Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota
Bandung”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh penerimaan pajak hiburan terhadap pendapatan asli daerah tahun
2008 sampai tahun 2012. Hasil penelitian ini yaitu pajak hiburan
berpengaruh sangat signifikan pada pendapatan asli daerah Kota Bandung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Penelitian yang kedua oleh Lukitorini, (2015) dengan judul
“Pengaruh Pajak Hiburan dan Pajak Hotel Terhadap Pendapatan Asli
Daerah Studi Kasus di Kota Yogyakarta Tahun 2008-2013”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pajak hiburan dan pajak hotel
terhadap pendapatan asli daerah Kota Yogyakarta periode tahun 2008
sampai tahun 2013. Dengan hasil penelitiannya yaitu tidak adanya
pengaruh yang signifikan antara pajak hiburan terhadap Pendapatan Asli
Daerah Yogyakarta periode 2008-2013. Akan tetapi adanya pengaruh yang
signifikan anatar pajak hiburan dan pajak hotel terhadap Pendapatan Asli
Daerah Yogyakarta periode 2008-2013.
Penelitian yang ketiga oleh Hatmoko, (2015) dengan judul
“Optimalisasi Pengaruh Pajak Hiburan Karaoke Dalam Rangka
Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bantul Berdasarkan
Fungsi Regulerend Pajak”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
langkah apa yang dilakukan pemerintah Kabupaten Bantul dalam rangka
mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah dari sektor pajak hiburan.
Dengan hasil penelitiannya yaitu meskipun terdapat cukup banyak tempat
karaoke di Kabupaten Bantul namun realisasinya tidak ada satu pun
tempat yang dipungut pajak atas pajak hiburan karaoke.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kasus pada Dinas Pajak Daerah dan
Pengelolaan Keuangan Kabupaten Bantul. Studi kasus adalah penelitian
yang dilakukan terhadap objek tertentu dengan mengumpulkan data yang
berkaitan dan hasil penelitian serta kesimpulan hanya berlaku pada objek
tertentu (Adi, 2012:26).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian dilaksanakan di Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bantul
2. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari-April 2017
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah orang atau badan yang berhubungan dengan
objek penelitian, dan dapat memberikan informasi tentang objek pajak
penelitian tersebut (Adi, 2012:6). Dalam hal ini subjek penelitian
adalah Pegawai Dinas Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bantul.
2. Objek Penelitian
Menurut Arikunto dalam Sitanggang (2002:96) menjelaskan bahwa
variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
peneliti. Objek penelitian ini adalah Pajak Hiburan serta Pendapatan
Asli Daerah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara adalah komunikasi dua arah untuk mendapatkan data dari
responden (Hartono,2013). Metode ini dilakukan untuk mendapatkan
informasi berupa data-data atau laporan realisasi yang berhubungan
dengan pajak hiburan dan pendapatan asli daerah Kabupaten Bantul.
Wawancara dalam penelitian ini menggunakan semi structured.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mencatat
data dari laporan yang dimiliki. Metode ini dilakukan untuk
memperoleh data laporan realisasi pajak hiburan, pendapatan asli
daerah dan gambaran umum Kabupaten Bantul.
E. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder dan data primer. Menurut Indriantoro (2002) data sekunder
merupakan sumber data yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui
media perantara. Data sekunder dapat berupa bukti, catatan atau laporan
historis dalam arsip. Sedangkan data primer merupakan sumber data
penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli, tidak melalui
perantara. Data primer dapat berupa subyek (orang) baik individu atau
kelompok, hasil observasi suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan
hasil pengujian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Data-data yang diperlukan adalah :
1. Gambaran Umum Kabupaten Bantul
2. Realisasi pajak hiburan Kabupaten Bantul dari tahun 2013 sampai
tahun 2015
3. Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bantul dari tahun 2013
sampai tahun 2015
F. Teknik Analisis Data
Proses analisa data merupakan usaha untuk memperoleh jawaban
permasalahan penelitian. Langkah-langkah yang dapat digunakan dalam
penelitian adalah :
1. Memperoleh jumlah realisasi pajak hiburan tahun 2013-2015
Data realisasi pajak hiburan diperoleh dari laporan realisasi
penerimaan pajak hiburan yang ada di Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Bantul.
2. Memperoleh jumlah realisasi pendapatan asli daerah tahun 2013-2015
Data realisasi pendapatan asli daerah diperoleh dari laopran realisasi
penerimaan pendapatan asli daerah yang ada di Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten Bantul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
3. Untuk menjawab permasalahan pertama yaitu seberapa besar
kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pajak Daerah di Kabupaten Bantul
tahun 2013-2015 dilakukan dengan rumus:
Kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pajak Daerah (Savitri, 2010):
Tabel 3.1 Kriteria Nilai Kontribusi Pajak Hiburan Terhadap Pajak
Daerah
Presentase Kontribusi Kriteria
0 – 10 % Sangat Kurang
10,10 % - 20 % Kurang
20,20 % - 30 % Cukup
30.10 % - 40 % Sedang
40,10 % - 50 % Baik
50 % Sangat Baik
Sumber : Tim Litbang Depdagri Fisipol UGM, 1991 (dalam Yulia
Anggara Sari, 2011)
4. Untuk menjawab pertanyaan kedua yaitu seberapa besar kontribusi
Pajak Hiburan terhadap PAD dan dampaknya menggunakan rumus
(Savitri, 2010):
Tabel 3.2 Kriteria Nilai Kontribusi Pajak Hiburan Terhadap
Pendapatan Asli Daerah
Presentase Kontribusi Kriteria
O – 10 % Sangat Kurang
10,10 % - 20 % Kurang
20,20 % - 30 % Cukup
30.10 % - 40 % Sedang
40,10 % - 50 % Baik
50 % Sangat Baik
Sumber : Tim Litbang Depdagri Fisipol UGM, 1991 (dalam Yulia
Anggara Sari, 2011)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
5. Untuk menjawab pertanyaan yang ketiga yaitu seberapa efektivitas
Pajak Hiburan menggunakan rumus (Halim, 2008):
Tabel 3.3 Kriteria Efektivitas Pajak Hiburan
Presentase Kontribusi Kriteria
Diatas 100 % Sangat Efektif
90 % - 100 % Efektif
80 % - 90 % Cukup Efektif
60 % - 80 % Kurang Efektif
Kurang dari 60 % Tidak Efektif
Sumber : Tim Litbang Depdagri Fisipol UGM, 1991 (dalam Yuni
Mariana, 2005)
6. Penarikan kesimpulan
Setelah melakukan tahapan-tahapan penelitian dan pengujian maka
peneliti akan melakukan analisis berdasarkan hasil pengolahan dan
pengujian tersebut. Dari uji efektivitas maka kita akan mengetahui
seberapa besar kontribusi dan efektivitas pendapatan pajak hiburan
terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bantul tahun 2013
sampai 2015. Dan penguji akan membandingkan dari ketiga tahun
tersebut dan yang terakhir akan ditarik kesimpulan serta saran-saran
untuk peneliti selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
BAB IV
GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANTUL
A. Sejarah Singkat Kabupaten Bantul
Bantul memang tak bisa dilepaskan dari sejarah Yogyakarta
sebagai kota perjuangan dan sejarah perjuangan Indonesia pada umumnya.
Bantul menyimpan banyak kisah kepahlawanan. Antara lain, perlawanan
Pangeran Mangkubumi di Ambar Ketawang dan upaya pertahanan Sultan
Agung di Pleret. Perjuangan Pangeran Diponegoro di Selarong. Kisah
perjuangan pioner penerbangan Indonesia yaitu Adisucipto, pesawat yang
ditumpanginya jatuh ditembak Belanda di Desa Ngoto. Sebuah peristiwa
yang penting dicatat adalah Perang Gerilya melawan pasukan Belanda
yang dipimpin oleh Jenderal Sudirman (1948) yang banyak bergerak di
sekitar wilayah Bantul. Wilayah ini pula yang menjadi basis, "Serangan
Oemoem 1 Maret" (1949) yang dicetuskan oleh Sri Sultan
Hamengkubuwono IX.
Tolok awal pembentukan wilayah Kabupaten Bantul adalah
perjuangan gigih Pangeran Diponegoro melawan penjajah bermarkas di
Selarong sejak tahun 1825 hingga 1830. Seusai meredam perjuangan
Diponegoro, Pemeritah Hindia Belanda kemudian membentuk komisi
khusus untuk menangani daerah Vortenlanden yang antara lain bertugas
menangani pemerintahan daerah Mataram, Pajang, Sokawati, dan Gunung
Kidul. Kontrak kasunanan Surakarta dengan Yogyakarta dilakukan baik
hal pembagian wilayah maupun pembayaran ongkos perang, penyerahan
pemimpin pemberontak, dan pembentukan wilayah administratif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Tanggal 26 dan 31 Maret 1831 Pemerintah Hindia Belanda dan
Sultan Yogyakarta mengadakan kontrak kerja sama tentang pembagian
wilayah administratif baru dalam Kasultanan disertai penetapan jabatan
kepala wilayahnya. Saat itu Kasultanan Yogyakarta dibagi menjadi tiga
kabupaten yaitu Bantulkarang untuk kawasan selatan, Denggung untuk
kawasan utara, dan Kalasan untuk kawasan timur. Menindaklanjuti
pembagian wilayah baru Kasultanan Yogyakarta, tanggal 20 Juli
1831 atau Rabu Kliwon 10 sapar tahun Dal 1759 (Jawa) secara resmi
ditetapkan pembentukan Kabupaten Bantul yang sebelumnya di kenal
bernama Bantulkarang. Seorang Nayaka Kasultanan Yogyakarata
bernama Raden Tumenggung Mangun Negoro kemudian dipercaya Sri
Sultan Hamengkubuwono V untuk memangku jabatan sebagai Bupati
Bantul.
Tanggal 20 Juli ini lah yang setiap tahunnya diperingati
sebagai Hari Jadi Kabupaten Bantul. Selain itu tanggal 20 Juli tersebut
juga memiliki nilai simbol kepahlawanan dan kekeramatan bagi
masyarakat Bantul mengingat Perang Diponegoro dikobarkan tanggal 20
Juli 1825.Pada masa pendudukan Jepang, pemerintahan berdasarkan
pada Usamu Seirei nomor 13 sedangkan stadsgemente ordonantie dihapus.
Kabupaten Memiliki hak mengelola rumah tangga sendiri (otonom).
Kemudian setelah kemerdekaan, pemerintahan ditangani oleh Komite
Nasional Daerah untuk melaksanakan UU No 1 tahun 1945. Tetapi di
Yogyakarta dan Surakarta undang-undang tersebut tidak diberlakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
hingga dikeluarkannya UU Pokok Pemerintah Daerah No 22 tahun 1948.
dan selanjutnya mengacu UU Nomor 15 tahun 1950 yang isinya
pembentukan Pemerintahan Daerah Otonom di seluruh Indonesia.
Seiring dengan perjalanan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan silih
bergantinya kepemimpinan nasional, kini ini Kabupaten Bantul telah
mengalami kemajuan pesat diberbagai bidang dibawah kepemimpinan
Drs. HM. Idham Samawi yang menjabat sejak akhir tahun 1999 (“Profil
Kabupaten Bantul” n.d).
B. Geografis
Propinsi daerah istimewa yogyakarta mempunyai empat kabupaten dan
satu kota madya diantaranya: Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman,
Kabupaten Gunung Kidul, dan Kabupaten Kulonprogo, dan Kota
Yogyakarta. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07° 44'
04" - 08° 00' 27" Lintang Selatan dan 110° 12' 34" - 110° 31' 08" Bujur
Timur. Di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Gunung Kidul, di
sebelah utara berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman,
di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, dan di
sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia.
C. Batas Wilayah
Kabupaten Bantul terletak di sebelah Selatan Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, berbatasan dengan :
1. Sebelah Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman
2. Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
3. Sebelah Timur : Kabupaten Gunung Kidul
4. Sebelah Barat : Kabupaten Kulon Progo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
D. Keadaan Geografis
Secara garis besar Kabupaten Bantul dialiri 6 sungai yang mengalir
sepanjang tahun dengan panjang 114 km², yaitu :
1. Sungai Oyo : 35,75 km
2. Sungai Opak : 19,00 km
3. Sungai Code : 7,00 km
4. Sungai Winongo : 18,75 km
5. Sungai Bedog : 9,50 km
6. Sungai Progo : 24,00 lm
E. Luas Wilayah
Luas wilayah Kabupaten Bantul 506,85 Km2 (15,90 5 dari Luas
wilayah Propinsi DIY) dengan topografi sebagai dataran rendah 140% dan
lebih dari separonya (60%) daerah perbukitan yang kurang subur, secara
garis besar terdiri dari :
1. Bagian Barat, adalah daerah landai yang kurang serta perbukitan yang
membujur dari Utara ke Selatan seluas 89,86 km2 (17,73 % dari
seluruh wilayah).
2. Bagian Tengah, adalah daerah datar dan landai merupakan daerah
pertanian yang subur seluas 210.94 km2 (41,62 %).
3. Bagian Timur, adalah daerah yang landai, miring dan terjal yang
keadaannya masih lebih baik dari daerah bagian Barat, seluas 206,05
km2 (40,65%).
4. Bagian Selatan, adalah sebenarnya merupakan bagian dari daerah
bagian Tengah dengan keadaan alamnya yang berpasir dan sedikir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
berlagun, terbentang di Pantai Selatan dari Kecamatan Srandakan,
Sanden dan Kretek.
F. Kekayaan Alam
Sumber daya alam yang dimiliki Kabupaten Bantul beraneka ragam.
Dengan demikian sumber daya alam tersebut mampu mengembangkan
sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Bantul tersebut. Kekayaan alam
tersebut adalah:
1. Tanah
Kabupaten Bantul mempunyai tujuh jenis tanah yaitu tanah
Rendzina, Alluvial, Grumosol, Latosol, Mediteran, Regosol, dan
Litosol. Jenis tanah Regosol merupakan jenis tanah yang dominan di
wilayah Kabupaten Bantul. Jenis tanah ini tersebar pada Kecamatan
Kasihan, Sewon, Banguntapan, Jetis, Bantul, dan Bambanglipuro.
Tanah Regosol adalah tanah yang berasal dari material gunung berapi,
bertekstur (mempunyai butiran) kasar bercampur dengan pasir, dengan
solum tebal dan memiliki tingkat kesuburan rendah. Tanah Litosol
berasal dari batuan induk batugamping, batupasir, dan
breksi/konglomerat, tersebar di Kecamatan Pajangan, Kasihan, dan
Pandak. Tanah Mediteran berasal dari batugamping karang,
batugamping berlapis, dan batupasir, tersebar di Kecamatan Dlingo
dan sedikit di Sedayu. Tanah Latosol berasal dari batuan induk breksi,
tersebar di Kecamatan Dlingo, Imogiri, Pundong, Kretek, Piyungan,
dan Pleret. Tanah Grumosol berasal dari batuan induk batugamping
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
berlapis, napal, dan tuff, terdapat di Kecamatan Sedayu, Pajangan,
Kasihan, Pandak, Sanden, Bambanglipuro, dan Srandakan.
Tabel 4.1 Jenis Tanah Tahun 2010
No Jenis Tanah Luas
Ha %
1. Redzina 725 1.59
2. Alluvial 1324 2.91
3. Grumosol 3035 6.67
4. Latosol 5964 13.12
5. Mediteranian 1380 3.03
6. Regosol 24792 54.52
7. Litosol 8251 18.74
Jumlah 45471 100.00
Sumber : BPN
2. Geologi
Jenis batuan yang terdapat di Kabupaten Bantul secara umum
terdiri dari tiga jenis batuan yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan
endapan. Berdasarkan sifat sifat batuannya dapat diperinci menjadi
tujuh formasi yaitu Formasi Yogyakarta (46%), Formasi Sentolo
(18%), Formasi Sambipitu (3%), Formasi Semilir Nglanggran (24%),
Formasi Wonosari (8%), dan gumuk pasir (1%). Formasi adalah suatu
susunan batuan yang mempunyai keseragaman ciri-ciri geologis yang
nyata, baik terdiri dari satu macam jenis batuan, maupun perulangan
dari dua jenis batuan atau lebih yang terletak di permukaan bumi atau
di bawah permukaan. Geologi menunjukkan kelompok kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
batuan yang berguna sebagai indikator terdapatnya suatu bahan
tambang. Untuk mengetahui jumlah cadangan bahan galian dan
prospek pengembangannya memerlukan penanganan lebih lanjut dari
dinas/instansi terkait.
3. Ternak
Kabupaten Bantul selain mempunyai potensi pada sektor pertanian
juga unggul pada bidang peternakan. Penyajian data kepadatan ternak
dirinci menurut ternak besar, ternak kecil, dan unggas. Ternak besar
meliputi kerbau, sapi (perah dan potong), dan kuda; sedangkan ternak
kecil meliputi kambing, domba, dan babi. Untuk ternak unggas terdiri
dari ayam buras, ayam ras petelur, ayam ras pedaging, itik, dan burung
puyuh.
Kepadatan ternak diperhitungkan melalui jumlah ternak pada suatu
wilayah dibagi dengan luas wilayahnya. Angka yang diperoleh
merupakan gambaran banyak sedikitnya populasi ternak pada suatu
wilayah. Sebagai bahan perencanaan dalam pengembangan ternak di
masa yang akan datang tentunya dipilih tempat pada wilayah yang
kepadatan ternaknya rendah dan potensi wilayahnya itu sendiri
terutama menyangkut masalah kesiapan lahan, pakan ternak, dan
sumberdaya manusianya serta potensi lainnya .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Tabel 4.2 Populasi Ternak Kabupaten Bantul Tahun 2012 - 2014
No Jenis Ternak 2012 (Ekor) 2013 (Ekor) 2014 (Ekor)
1 Sapi Potong 84.423 51.142 52.564
2 Sapi Perah 230 156 201
3 Kerbau 236 274 374
4 Kuda 1.234 1.387 1.573
5 Babi 4.237 4.498 4.775
6 Kambing 66.081 74.462 84.370
7 Domba 43.563 52.085 61.498
8 Ayam Buras 638.655 719.652 810.922
9 Ayam Ras Petelur 649.903 689.988 732.545
10 Ayam Ras Pedaging 844.999 897.117 952.449
11 Itik 177.587 185.735 198.177
Sumber : Dipertahut, 2014
Tabel 4.3 Produksi Daging, Telur dan Susu Tahun 2012 - 2014
No Komoditas 2012 (Kg) 2012 (Kg) 2014 (Kg)
1 Daging 12.230.565 12.549.141 12.911.302
2 Telur 6.361.707 6.601.460 7.045.296
3 Daging 304.901 243.353 252.780
Sumber : Dipertahut, 2015
4. Pertambangan dan Energi
Salah satu pengembangan energi terbarukan (EBT) di Kabupaten
Bantul adalah Energi Hibrid yang merupakan implementasi Sistem
Inovasi Daerah (SIDa) yaitu pengembangan energi dari bayu/angin
(kincir angin) dan Surya. Pembangunan kincir dilaksanakan oleh
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) dan LAPAN dengan
melibatkan berbagai instansi baik pusat , daerah maupun swasta.
Pembangunan PLTH berlokasi di Pantai Baru Pandansimo karena
memiliki potensi angin dan surya melimpah, disisi lainwilayah tersebut
belum terjangkau jaringan listrik PLN. Tahun 2010, telah terbagun 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
menara turbin angin berdaya listrik 56 kilo watt (KW) dan 218 panel
surya berkapasitas 27 KW sehingga total daya PLTH mencapai 83
KW.
Tabel 4.4 Potensi Energi Terbarukan
No Jenis Energi Lokasi
1 Tenaga Air
(Mikrohidro)
S. Mruwe, Banguntapan; S. Opak, Piyungan; S.
Krusuk; S.Sedayu; S.Code, Jetis; S. Opak,
Imogiri; S. OPak, Kretek;
2 Matahari Pantai Kwaru, Srandakan; Pantai Samas,
Sanden; Pantai Parangtritis, Kretek;
3 Angin Pantai Kwaru, Srandakan; Pantai Samas,
Sanden; Pantai Parangtritis, Kretek;
4 Biomassa sewon, Dlingo, Jetis
5 Sampah Piyungan
6 Biogas Pajangan, Dlingo
7 Panas Bumi Parangtritis, Parangkusumo, Parangwedang
5. Obyek Wisata
Kabupaten Bantul bisa dikenal salah satunya karena obyek wisata
yang dapat memikat para wisatawan. Obyek-obyek Kabupaten Bantul
mempunyai potensi obyek wisata yang cukup besar, yang meliputi
obyek wisata alam, wisata budaya/sejarah, pendidikan, taman hiburan
dan sentra industri kerajinan. Dengan keanekaragaman potensi wisata
tersebut diharapkan Kabupaten Bantul dapat secara optimal
mendukung pengembangan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai
daerah tujuan wisata utama di Indonesia, dimana pada tahun 1996
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menempati urutan ke-3 dalam
hal kunjungan wisatawan mancanegara. Pengelolaan obyek wisata
secara profesional akan mendorong tumbuh kembangnya industri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
pariwisata secara menyeluruh yang diharapkan dapat menggerakkan
kegiatan perekonomian masyarakat, memperluas dan memeratakan
lapangan kerja dan kesempatan berusaha, meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat, mendukung perolehan Pendapatan Asli
Daerah secara optimal, serta membawa citra daerah di mata
masyarakat diluar Daerah Istimewa Yogyakarta.
Untuk mengoptimalkan pengembangan obyek wisata daerah Bantul,
telah ditempuh program diversifikasi (penganekaragaman) produk
wisata. Selain itu juga ditingkatknanya promosi wisata baik domestik
maupun mancanegara dengan tidak henti-hentinya. Adapun berbagai
macam objek wisata di Bantul yang dapat dijadikan pajak hiburan
yaitu:
a. tontonan film
b. pagelaran kesenian, musik, tari dan/atau busana
c. kontes kecantikan, binaraga dan sejenisnya
d. pameran
e. diskotik, karaoke, klab malam dan sejenisnya
f. sirkus, akrobat dan sulap
g. permainan bilyar, golf dan boling
h. pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan
i. panti pijat, refleksi, mandi uap/spa dan pusat kebugaran (fitness
center), dan
j. pertandingan olahraga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Dari obyek wisata diatas, tempat yang paling banyak
dikunjungi wisatawan yaitu pantai parangtritis, gumuk pasir
parangkusumo, dan pantai depok. Selain pantai, di Bantul terdapat
pemandian air panas parang wedang yang bisa dijadikan tempet
rekreasi keluarga. Dan masih masih banyak tempat wisata di
Bantul yang menrik perhatian wisatawan lokal maupun wisatawan
asing.
G. Ekonomi
Faktor-faktor yang mempengaruhi perekonomian Kabupaten Bantul yaitu :
1. Industri
Industri yang terdapat di Kabupaten Bantul merupakan industri kecil,
sedangkan untuk industri besar jumlahnya tidak banyak. Adapun
industrinya adalah kerajinan kulit, mebel kayu, produksi tekstil atau
batik, kerajinan batu dan gerabag, serta kerajinan kertas.
2. Perdagangan
Pemerintah Kabupaten Bantul telah dan tetap berkomitmen untuk lebih
mengedepankan aspek peningkatan daya saing dan pemberdayaan
ekonomi lokal melalui pengembangan pasar tradisional dan toko
tradisional. Dalam upaya menjaga kesinambungan hal tersebut, aspek
permodalan, kelembagaan dan kepemilikan lahan pasar tradisional
menjadi prioritas untuk ditingkatkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
3. Koperasi
Sampai dengan tahun 2010, koperasi yang ada di Kabupaten Bantul
berjumlah 378 unit, semuanya telah berbadan hukum. Jenis usaha yang
digeluti oleh koperasi-koperasi tersebut meliputi perdagangan umum,
simpan pinjam, dan pertokoan.
4. Investasi
Investasi PMA yang berada di wilayah Kabupaten Bantul diantaranya
bergerak pada jenis kegiatan jasa perdagangan, mebel, tekstil, bambu,
rotan, jasa wisata, kerajinan dan kulit.
H. Pendapatan
Pada tahun 2014 realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bantul
meningkat dari tahun sebelumnya yakni sebesar 357.411 juta rupiah. Data
ini didukung dengan pertumbuhan pendapatan pajak daerah yang
meningkat pula pada tahun 2014. Hal ini menunjukkan pajak daerah
sangat berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bantul
untuk membiayai pembangunan di daerah, dan meningkatkan kemampuan
keuangan daerah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Pajak daerah ini berguna untuk membantu pembangunan pada
Kabupaten Bantul salah satunya Pajak Hiburan yang merupakan sumber
PAD Kabupaten Bantul. Tidak hanya Pajak Hiburan saja melainkan
terdapat beberapa pajak yang dipungut oleh Kabupaten Bantul yaitu, Pajak
Hotel, Pajak Reklame, Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan, Pajak
Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, dan
Pajak Sarang Burung Walet yang diatur dalam peraturan daerah no 8 th
2010 tentang pajak daerah.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu Laporan Anggaran
dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah, Pajak Hiburan yang dikelola oleh
Pemerintah Kabupaten Bantul tahun 2013 sampai dengan tahun 2015.
Data-data tersebut dianalisis untuk mengetahui seberapa efektifitas
kontribusi Pajak Hiburan dan dampak penerimaan Pajak Hiburan terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kabupatan Bantul. Data ini diperoleh dari Dinas
Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah tanun 2013-
2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
B. Efektivitas Pajak Hiburan, Kontribusi Pajak Hiburan Terhadap
Pajak Daerah, dan Kontribusi Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan
Asli Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2013 Sampai Dengan Tahun
2015.
Penelitian dan analisis data ini digunakan untuk mengetahui seberapa
besar kontribusi pajak hiburan terhadap pajak daerah, yaitu dengan cara
membandingkan Pajak Hiburan dan Pajak Daerah dan dikalikan 100%.
Sedangkan untuk mengetahui tingkat efektivitas pajak hiburan terhadap
PAD yaitu dengan cara membandingkan realisasi penerimaan pajak
hiburan dengan target penerimaan pajak hiburan serta PAD dan dikalikan
100%.
Perhitungan persentase kontribusi dan presentase efektivitas Pajak
Hiburan terhadap PAD di Kabupaten Bantul mulai tahun anggaran 2013
sampai dengan tahun anggaran 2015 adalah sebagai berikut :
1. Kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pajak Daerah :
Tabel 5.1 Kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pajak Daerah
Kabupaten Bantul tahun 2013 sampai 2015
Tahun Realisasi penerimaan
pajak hiburan
Penerimaan pajak
Daerah
Kontribusi
(%)
2013 474.855.491,60 83.232.017.500,20 0,57
2014 577.695.506,00 99.558.470.705,00 0,58
2015 531.504.236,00 123.305.884.684,63 0,43
Sumber : data sekunder yang diolah 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa kontribusi Pajak
Hiburan terhadap Pajak Daerah tahun 2013 sampai dengan 2015 berkisar
antara 0,43% - 0,57%. Pada tahun 2014 kontribusi pajak hiburan terhadap
Pajak Daerah meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 0,01% yaitu dari
0,57% menjadi 0,58%. Sedangkan pada tahun 2015 kontribusi Pajak
Hiburan mengalami penurunan lebih kecil sebesar 0,15% dari tahun
sebelumnya. Hal ini disebabkan karena penerimaan Pajak Hiburan
mengalami penurunan akan tetapi penerimaan Pajak Daerahnya
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan penerimaan
Pajak Daerah ini tidak bersumber pada pajak hiburan saja akan tetapi
terdapat pajak hotel dan restoran, pajak reklame, pajak penerangan jalan,
pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan, pajak
pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan, dan pajak lainnya asal
memenuhi persyaratan untuk menjadi pajak baru yang dipungut di
Kabupaten/Kota dan menjadi sumber pendapatan di darah tersebut.
Rata-rata kontribusi yang diberikan pajak hiburan terhadap pajak
daerah selama tahun 2013 sampai tahun 2015 adalah 0,52%. Sedangkan
kontribusi pajak hiburan terhadap Pajak Daerah terbesar terjadi pada tahun
2014 dengan kontribusi 0,58% dan kontribusi terkecil terjadi pada tahun
2015 dengan kontribusi 0,43%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
2. Kontribusi Pajak Hiburan terhadap PAD :
Tabel 5.2 Kontribusi Pajak Hiburan terhadap PAD Kabupaten
Bantul tahun 2013 sampai 2015
Tahun Realisasi
penerimaan pajak
hiburan
Penerimaan PAD Kontribusi
(%)
2013 474.855.491,60 224.197.857.443,31 0,21
2014 577.695.506,00 357.271.829.724,21 0,16
2015 531.504.236,00 390.743.330.689,34 0,13
Sumber : data sekunder yang diolah 2017
Hasil perhitungan yang disajikan dalam tabel 5.2 menunjukkan
bahwa kontribusi Pajak Hiburan terhadap PAD tahun 2013 sampai
dengan 2015 berkisar antara 0,13% - 0,21%. Pada tahun 2014 Pajak
Hiburan mengalami peningkatan dalam realisasinya namun kontribusi
yang diberikan mengalami penurunan atau lebih kecil dari tahun
sebelumnya. Hal ini disebabkan karena realisasi Pajak Hiburan diikuti
pula dengan kenaikan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dari kontribusi
yang diberikan pada tahun 2014 sebesar 0,16%, pada tahun 2015 turun
menjadi 0,13 atau berkurang sebesar 0,03% dari tahun sebelumnya.
Rata-rata kontribusi yang diberikan pajak hiburan terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) selama tahun 2013 sampai dengan
tahun 2015 adalah 0,16%. Sedangkan kontribusi Pajak Hiburan
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbesar terjadi pada tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
2013 dengan kontribusi 0,21% dan kontribusi terkecil terjadi pada
tahun 2015 dengan kontribusi 0,13%.
3. Efektivitas :
Tabel 5.3 Efektivitas Pajak Hiburan Kabupaten Bantul tahun
2013 sampai 2015
Tahun Realisasi penerimaan
pajak hiburan
Target
penerimaan pajak
hiburan
Efektivitas
(%)
2013 474.855.491,60 400.000.000 118,71
2014 577.695.506,00 500.000.000 115,54
2015 531.504.236,00 484.000.000 109,81
Sumber : data sekunder yang diolah 2017
Hasil perhitungan yang disajikan dalam tabel 5.3 menunjukkan
bahwa efektivitas Pajak Hiburan tahun 2013 sampai dengan 2015
berkisar antara 109,81% - 118,71%. Pada tahun 2014 Pajak Hiburan
mengalami peningkatan dalam realisasinya namun efektivitas yang
diberikan mengalami penurunan atau lebih kecil dari tahun
sebelumnya. Hal ini disebabkan karena realisasi Pajak Hiburan diikuti
pula dengan kenaikan target penerimaan Pajak Hiburan. Dari
kontribusi yang diberikan pada tahun 2014 sebesar 115,54%, pada
tahun 2015 turun menjadi 109,81% atau berkurang sebesar 5,73% dari
tahun sebelumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Rata-rata efektivitas yang diberikan Pajak Hiburan selama tahun
2013 sampai dengan tahun 2015 adalah 114,68%. Sedangkan
efektivitas Pajak Hiburan terbesar terjadi pada tahun 2013 dengan
efektivitas 118,71% dan kontribusi terkecil terjadi pada tahun 2015
dengan efektifitas 115,54%. Yang berarti efektivitas pajak hiburan
selama tahun 2013 sampai dengan 2015 selalu mencapai target dalam
realisasi pendapatan Pajak Hiburannya.
C. PEMBAHASAN
1. Analisis Kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pajak Daerah
Hasil tabel 5.1 menunjukkan bahwa kontribusi pajak hiburan
terhadap Pajak Daerah Kabupaten Bantul sangat kurang. Ini dapat
dilihat dari tahun 2013 bahwa presentasi kontribusi Pajak Hiburan di
Kabupaten Bantul hanya sebesar 0,57%. Pada tahun 2014 kontribusi
Pajak Hiburan terhadap Pajak Daerah di Kabupaten Bantul mengalami
kenaikan meskipun kenaikannya tidak terlalu besar tetapi kontribusi
pajak hiburan terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Bantul
sebesar 0,58%. Kenaikan pada tahun 2013 ke 2014 sebesar 0,01%.
Pada tahun 2015 kontribusi Pajak Hiburan mengalami penurunan,
maka presentasi kontribusi pajak hiburan terhadap Pajak Daerah di
Kabupaten Bantul sebesar 0,43%.
Pada tahun 2015 kontribusi pajak daerah sangat kurang, sehingga
ini menyebabkan menurunnya kontribusi Pajak Hiburan dalam
membantu Pajak Daerah. Rata-rata kontribusi Pajak Hiburan terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Pajak Daerah di Kabupaten Bantul sebesar 0,52%. Sangat kurangnya
kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pajak Daerah ini disebabkan karena
masih terdapat tempat-tempat hiburan yang belum dikenakan pajak
dan masih kurangnya kesadaran masyarakat sekitar dalam membayar
pajak.
2. Analisis Kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli
Daerah
Hasil table 5.2 menunjukkan bahwa kontribusi pajak hiburan
terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bantul sangat kurang. Ini
dapat dilihat dari tahun 2013 bahwa presentasi kontribusi Pajak
Hiburan di Kabupaten Bantul hanya sebesar 0,21%. Pada tahun 2014
kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pajak Daerah di Kabupaten Bantul
mengalami kenaikan meskipun kenaikannya tidak terlalu besar tetapi
kontribusi pajak hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah di
Kabupaten Bantul sebesar 0,16%. Penurunan pada tahun 2013 ke 2014
sebesar 0,05% ini dikarenakan adanya peningkatan Pendapatan Asli
Daerah.
Pada tahun 2015 kontribusi Pajak Hiburan mengalami penurunan
kembali, maka presentasi kontribusi pajak hiburan terhadap Pajak
Daerah di Kabupaten Bantul hanya sebesar 0,13%. Pada tahun 2015
realisasi penerimaan pajak hiburan menurun dari tahun sebelumnya,
sedangkan Pendapatan Asli Daerahnya terus meningkat. Sehingga rata-
rata kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
di Kabupaten Bantul sebesar 0,16%. Menurut tabel kontribusi yang
ada rata-rata kontribusi Pajak Hiburan terhadap PAD di Kabupaten
Bantul sangat kurang sehingga kontribusi pajak hiburan ini tidak dapat
dijadikan tolak ukur dalam penerimaan Pajak Daerah Kabupaten
Bantul. Hal ini disebabkan karena PAD sektor Pariwisata ini hanya
didapat dari tujuh objek wisata yang ditarik retribusi. Ketujuh objek
wisata yang dimaksud yakni kawasan Pantai Parangtritis, Pantai
Samas, Pantai Goa Cemara, Pantai Baru Pandansimo, Pantai Kwaru,
Goa Selarong, dan Goa Cerme. Sebenarnya jumlah wisatawan yang
datang ke Bantul lebih besar dari data yang dicatat di Dinas Pariwisata,
karena banyak pariwisata di Bantul yang tidak ditarik retribusi, atau
objek pariwisata yang ditarik retribusi tapi tidak dikelola oleh Dinas
Pariwisata seperti Kebun Buah Mangunan (Tribunjogja, 03 Januari
2017).
Dampak pada PAD yaitu semakin tinggi penerimaan Pajak Daerah
terutama Pajak Hiburan maka penerimaan PAD pun akan meningkat.
Dan sebaliknya, jika kontribusi Pajak Hiburan sangat rendah maka
penerimaan PAD pun akan menurun. Hal ini memiliki dampak pada
pembangunan daerahnya dikarenakan Pajak Daerah merupakan
pendapatan daerah yang digunakan untuk membangun daerahnya
seperti pembangunan desa, peningkatan investasi dan penciptaan
peluang kerja, peningkatan kualitas dan pemerataan penyelenggaraan
pendidikan dan kesehatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
3. Efektivitas Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD)
Hasil tabel 5.3 menunjukkan bahwa pendapatan Pajak Hiburan
Kabupaten Bantul untuk target pada tahun 2013 sebesar Rp
400.000.000,00 sedangkan untuk realisasinya sebesar Rp
474.855.491,60. Sehingga jika kita buat sesuai dengan cara
perhitungan diatas maka akan memperoleh hasil realisasi sebesar
118,71%. Pada tahun 2014 mengalami kenaikan target untuk Pajak
Hiburan Kabupaten Bantul Rp 500.000.000,00. Pendapatan pajak
hiburan pada tahun 2014 ini mengalami kenaikan pada realisasi
kenyataan yang ada bahwa pendapatan pajak hiburannya sebesar
577.695.506,00 akan tetapi mengalami penurunan persentase yaitu
hanya 115,54% hal ini dikarenakan adanya peningkatan target
penerimaan Pajak Hiburan Kabupaten Bantul.
Pada tahun 2015 target dan realisasi pendapatan pajak hiburan di
Kabupaten Bantul mengalami penurunan sebesar Rp 46.191.270,00.
Penurunan pendapatan pajak hiburan pada tahun ini menjadi 5,73%.
Dalam hal ini melihat dari target dan realisasi pendapatan pajak
hiburan menunjukan bahwa rata-rata pendapatan pajak hiburan pada
tahun 2013 sampai tahun 2015 sebesar 114,68%. Jika dilihat dari
keefektivitas pendapatan Pajak Hiburan di Kabupaten Bantul sudah
sangat efektif karena ditiap tahunnya Pajak Hiburan selalu melampaui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
target yang ditetapkan. Akan tetapi, walaupun Pajak Hiburan sudah
sangat efektif dalam realisasinya belum cukup berkontribusi dalam
membangun daerahnya. Maka dari itu, diperlukannya target yang lebih
besar untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten
Bantul. Komponen yang memberikan pengaruh paling besar terhadap
Pajak Hiburan adalah pameran karena banyak sekali pameran yang
diadakan di Kabupaten Bantul tepatnya di JEC (Jogja Expo Center)
seperti pameran komputer dan smarthphone, pameran vapor atau rokok
elektrik, kustomfest, indie clothing carnival, tidak hanya acara
pameran saja bahkan ada beberapa universitas yang menjadikan
gedung ini sebagai acara wisuda.
Adapun kendala yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bantul
dalam melakukan pemungutan Pajak Hiburan adalah kesadaran diri
wajib pajak tersebut misalnya adanya penjualan tiket yang tidak
dilaporkan kepada wajib pajak demi keuntungan pribadi atau
kelompok tersendiri. Pemerintah pun sampai saat ini masih mencari
cara yang tepat bagaimana mengoptimalkan realisasi penerimaan Pajak
Hiburan.
Upaya yang dilakukan pemerintah yaitu dengan meningkatan
pengawasan dilakukan dengan cara penerjunan petugas DPPKAD ke
lapangan untuk melakukan cross check, mengenai kebenaran
penyampaian dan penghitungan hutang pajak. Selain itu, pemerintah
harus terus berupaya meningkatkan dan menggali potensi yang bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
dijadikan tempat-tempat hiburan dan tempat wisata yang menarik
pengunjung seperti dibangunnya tempat karaoke, biliard, SPA, dan
mengefisienkan tempat wisata yang bisa dijadikan objek foto menarik
bagi pengunjung yang dipungut retribusi sehingga dapat meningkatkan
kontribusi pajak hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
Bantul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan di atas, dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Dalam laporan realisasinya, penerimaan Pajak Hiburan Kabupaten
Bantul selama tiga tahun mulai dari tahun 2013 sampai dengan tahun
2015 tidak terus menerus mengalami peningkatan disetiap tahunnya.
Dari tabel 5.1 dan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa penerimaan Pajak
Hiburan tehadap PAD di Kabupaten Bantul tidak begitu besar karena
kontribusi yang diberikan Pajak Hiburan terhadap PAD relatif kecil
atau sangat kurang.
2. Menurut keefektifannya, Pajak Hiburan di Kabupaten Bantul sudah
cukup efektif karena realisasi Pajak Hiburan selalu melebihi target
yang dibuat Kabupaten Bantul.
3. Terdapat beberapa upaya untuk optimalisasi penerimaan pajak hiburan
di Kabupaten Bantul yaitu, Intensifikasi pemungutan pajak hiburan,
Ekstensifikasi sumber-sumber pajak hiburan, Penambahan jumlah
pegawai yang ada di Dinas Pelayanan Pajak dan penyelenggaraan,
Peningkatan pelayanan kepada masyarakat berupa penambahan lokasi
gerai pajak di wilayah kota administrasi, penyelenggaraan sosialisasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
tentang pajak daerah, dan perbaikan manajemen penanganan
pengaduan mengenai pajak daerah.
B. Keterbatasan Penelitian
Dari data yang diperoleh DPPKAD Kabupaten Bantul sudah
sangat lengkap dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015. Akan tetapi,
untuk tahun 2016 penulis tidak mendapatkan datanya dikarenakan
penelitian ini dilakukan pada awal tahun 2017 dan data pada tahun 2016
belum selesai diolah oleh DPPKAD Kabupaten Bantul.
C. Saran
Setelah melakukan penelitian, penulis mencoba memberikan masukan
dan saran yang sekiranya dapat bermanfaat bagi Pemerintah Kabupaten
Bantul khususnya untuk Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah (DPPKAD). Masukan dan saran yang dapat penulis berikan
adalah:
1. Pemerintah sebaiknya melakukan pemeriksaan di setiap kecamatan
yang sekiranya memiliki potensi sebagai sumber penerimaan Pajak
Daerah namun belum terdata dan terdaftar sebagai wajib pajak serta
melakukan evaluasi di setiap kecamatan yang sekiranya telah terdata
dan terdaftar sebagai wajb pajak namun belum atau bahkan tidak
melaksanakan tanggung jawabnya sebagai wajib pajak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
2. Untuk Kantor Pelayanan Pajak Daerah Kabupaten Bantul dituntut
untuk meningkatkan kualitas administrasi dan operasional secara
profesional dan optimal dengan harapan memberikan pelayanan yang
lebih cepat bagi pembayar pajak.
3. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya melakukan pengambilan data di
pertengahan tahun untuk mendapatkan data yang sudah diolah dan
disahkan oleh DPPKAD Kabupaten Bantul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Suryo Andreas. 2012. Analisis Potensi Pajak dan Retribusi Daerah. Skripsi.
Yogyakarta: Sanata Dharma.
Arsy, Lusy Noor. 2013. Pengaruh Penerimaan Pajak Hiburan Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung (Studi Kasus Pada Dinas
Pendapatan Kota Bandung). Skripsi. Bandung: Universitas Widyatama.
Halim, Abdul. (2001). Akuntansi dan Pengendalian Keuangan Daerah.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Halim, Abdul. (2008). Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat.
Hartono, Jogiyanto. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis Salah Kaprah dan
Pengalaman-pengalaman. Edisi 5. BPFE-Yogyakarta.
Hatmoko, Hendra Yadhi Hatmoko. 2015. Optimalisasi Pengaruh Pajak Hiburan
Karaoke Dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Bantul Berdasarkan Fungsi Regulerend Pajak. Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Indriantoro, Nur, Bambang Supomo. 2002. Metode Penelitian Bisnis: Untuk
Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. BPFE-Yogyakarta.
Lukitorini, Lea Sad Dwi Winda Sari Mien. 2015. Pengaruh Pajak Hiburan dan
Pajak Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah. Skripsi. Yogyakarta:
Sanata Dharma.
Lukman H, 2006. “Pengertian Pendapatan Daerah”. http://dominique122.blogspot
.co.id/2015/05/pengertian-pendapatan-daerah-dan.html. Diakses 17 Maret
2017.
M. Suparmoko, 2001. Ekonomi Publik, Untuk Keuangan dan Pembangunan
Daerah, Edisi Pertama. Penerbit: Andi. Yogyakarta.
Mardiasmo. 2011. Perpajakan (Edisi Revisi Tahun 2011). Penerbit CV Andi
Offset, Yogyakarta.
Mariana, Yuni. 2005. Analisis Kontribusi Pajak Parkir Pada Dispenda Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung. Skripsi. Fakultas Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.
Nurmantu, Safri. 2005. Pengantar Perpajakan. Jakarta: Granit.
Pajak Hiburan : Nama, Objek, Subjek, dan Wajib Pajak. (n.d.) http://dppkad.
bantulkab.go.id/hal/pajak-hiburan. Diakses 23 Maret 2017.
Pemerintah Kabupaten Bantul. 2010. Peraturan Daerah Nomor 49 Tahun 2010
tentang Pajak Hiburan. Bantul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana
Perimbangan.
Profil Kabupaten Bantul: Sekilas Kabupaten Bantul. (n.d.) https://www.bantulkab.
go.id/profil/sekilas_kabupaten_bantul.html. Diakses 23 Maret 2017.
Sari, Yulia Anggara. 2011. Analisis Efektivitas dan Kontribusi Penerimaan Pajak
Bumi dan Bangnan terhadap Pendapatan Daerah di Kota Bandung.
Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia.
Savitri, Francisca Adiana. 2006. Kontribusi Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan
Asli Daerah. Skripsi. Yogyakarta: Sanata Dharma.
Siahaan, Marihot Pahala. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Raja
Grafindo Persada: Jakarta.
Sitanggang, Septri. 2014. Pengaruh Pajak Reklame dan Pajak Hiburan Terhadap
Pendapatan Asli Daerah. Skripsi. Yogyakarta: Sanata Dharma.
Sumber Daya Alam : Objek Wisata. (n.d.) https://www.bantulkab.go.id/datapokok
/0702_obyek_wisata.html. Diakses 23 Maret 2017.
Undang-undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Hiburan.
Waluyo. 2010. Perpajakan Indonesia. Edisi 9. Jakarta: Salemba Empat.
Widjaja, HAW. 2002. Otonomi daerah dan Daerah Otonom. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Yuliani, Efi. 2015. Analisis Efektifitas Pajak Reklame dan Kontribusinya
Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bantul. Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Zain, Mohammad. 2003. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Lampiran I
Daftar Pertanyaan Wawancara
Hal: Permohonan Wawancara Yogyakarta,
................... 2016
Kepada Yth.
Bapak/ Ibu/ Sdra/i
Di tempat
Dengan hormat,
Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir sebagai mahasiswi Program
Strata Satu (S1) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, saya:
Nama : Cahaya Melinda
NIM : 132114143
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi
Bermaksud untuk melakukan wawancara di Kantor Pelayanan Pajak Kabupaten
Bantul untuk penyusunan skripsi dengan judul “ANALISIS KONTRIBUSI
PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN DAERAH STUDI KASUS DI
KABUPATEN BANTUL TAHUN 2013-2015”.
Untuk itu saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk
diwawancara. Data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan
penelitian dan tidak digunakan sebagai pendataan di tempat Bapak/Ibu tinggal,
sehingga kerahasiaannya akan saya jaga sesuai dengan etika penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Adapun pertanyaan wawancara sebagai berikut:
1. Apa saja komponen yang termasuk pajak hiburan?
2. Dari komponen tersebut, manakah yang paling berpengaruh terhadap
pajak hiburan?
3. Apakah dampak pajak hiburan terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten
Bantul?
4. Apakah pajak hiburan memberikan kontribusi yang besar terhadap
pendapatan asli daerah?
5. Apakah ada kendala dalam pemungutan pajak hiburan di Kabupaten
Bantul?
Terima kasih untuk waktu dan tempat yang telah diberikan oleh
Bapak/Ibu. Saya akan mengolah data-data tersebut sebagai analisis yang benar
dan dipergunakan sebagaimana mestinya.
Penulis
Cahaya Melinda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Lampiran II
Surat Ijin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Lampiran III
Data Pendapatan Kabupaten Bantul Tahun 2013-2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI