bab v survival strategy pada masyrakat di...

18
61 BAB V SURVIVAL STRATEGY PADA MASYRAKAT DI PEMUKIMAN SUNGAI WANAGON KAMPUNG WAA Limbah Tailings Sebagai Strategi Bertahan Hidup (Survival Strategy) Pada Masyarakat di Pemukiman Sungai Wanagon Kampung Waa Pada bab ini memfokuskan pembahasan tentang dampak limbah tailings yang dimanfaatkan oleh masyarakat di pemukiman sungai Wanagoi sebagai suatu strategy masyarakat dalam bertahan hidup, untuk memperoleh sumber penghidupan ekonominya. Kondisi strategi bertahan hidup ini dapat digambarkan melalui pola; ekonomi, sosiologi, ekologi, kesehatan dan demografi yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat dalam bertahan hidup (live survive). Survival Startegy Pada Masyarakat di Kampung Waa Survival stategy menurut Snel dan Staring, Resmi Setia (2005: 6) mengemukakan bahwa strategi bertahan hidup adalah sebagai rangkaian tindakan yang dipilih secara standar oleh individu dan rumah tangga yang miskin secara sosial ekonomi untuk bertahan hidup 109 . Sedangkan Usman, mendefinisikan strategi adalah hal menciptakan suatu posisi yang unik dan bernilai, yang melibatkan berbagai aktivitas perusahaan. Dari teori diatas ini mengambarkan masyarakat di pemukiman sungai Wanagon, memiliki cara tersendiri dalam bertahan hidup. Aktivitas masyarakat tersebut tidak terlepas 109 . Sugihardjo., dkk, 2012. Strategi Bertahan dan Strategi Adaptasi Petani Samin Terhadap Dunia Luar (Petani Samin Di Kaki Pegunungan Kendeng Di Sukolilo Kabupaten Pati). Staf Pengajar Program Sudi Agribisnis, Fakultas Pertanian UNS. SEPA: Vol. 8 No. 2. ISSN : 1829-9946.

Upload: nguyenhanh

Post on 16-May-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB V SURVIVAL STRATEGY PADA MASYRAKAT DI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12759/5/T2_092013023_BAB V.pdf · berbahaya beracun yang dapat diproses oleh masyarakat dari limbah

61

BAB V

SURVIVAL STRATEGY PADA MASYRAKAT

DI PEMUKIMAN SUNGAI WANAGON

KAMPUNG WAA

Limbah Tailings Sebagai Strategi Bertahan Hidup (Survival

Strategy) Pada Masyarakat di Pemukiman Sungai Wanagon

Kampung Waa

Pada bab ini memfokuskan pembahasan tentang dampak

limbah tailings yang dimanfaatkan oleh masyarakat di pemukiman

sungai Wanagoi sebagai suatu strategy masyarakat dalam bertahan

hidup, untuk memperoleh sumber penghidupan ekonominya. Kondisi

strategi bertahan hidup ini dapat digambarkan melalui pola; ekonomi,

sosiologi, ekologi, kesehatan dan demografi yang dapat mempengaruhi

kehidupan masyarakat dalam bertahan hidup (live survive).

Survival Startegy Pada Masyarakat di Kampung Waa

Survival stategy menurut Snel dan Staring, Resmi Setia (2005:

6) mengemukakan bahwa strategi bertahan hidup adalah sebagai

rangkaian tindakan yang dipilih secara standar oleh individu dan

rumah tangga yang miskin secara sosial ekonomi untuk bertahan

hidup 109 . Sedangkan Usman, mendefinisikan strategi adalah hal

menciptakan suatu posisi yang unik dan bernilai, yang melibatkan

berbagai aktivitas perusahaan. Dari teori diatas ini mengambarkan

masyarakat di pemukiman sungai Wanagon, memiliki cara tersendiri

dalam bertahan hidup. Aktivitas masyarakat tersebut tidak terlepas

109 . Sugihardjo., dkk, 2012. Strategi Bertahan dan Strategi Adaptasi Petani Samin Terhadap Dunia Luar (Petani Samin Di Kaki Pegunungan Kendeng Di Sukolilo Kabupaten Pati). Staf Pengajar Program Sudi Agribisnis, Fakultas Pertanian UNS. SEPA: Vol. 8 No. 2. ISSN : 1829-9946.

Page 2: BAB V SURVIVAL STRATEGY PADA MASYRAKAT DI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12759/5/T2_092013023_BAB V.pdf · berbahaya beracun yang dapat diproses oleh masyarakat dari limbah

62

dengan adanya PT Freeport, kemudian dapat mengundang masyarakat

lokal dari daerah sikitar area penambang perusahaan, untuk masuk

menguasai wilayah pemukiman sungai Wanagon kampung Waa. Usaha

yang dipilih oleh masyarakat di kampung Waa sebagai srategi

bertahan, melalui stategi ekonomi dan strategi sosial dengan

mengandalkan sumberdaya ekologi melalui emas yang didulang oleh

masyarakat. Namun karena limbah tersebut mengandung bahan

berbahaya beracun (B3), maka menjadi permasalahan tersendiri pada

kehidupan sosial masyarakat di kampung Waa. Dengan demikian,

maka kondisi tersebut, dilihat sebagai suatu kondisi yang bertentangan,

melalui limbah tailings yang berbahaya bagi kehidupan masyarakat di

kampung Waa, kemudian masyarakat tetap dapat bertahan hidup

menghadapi limbah tailings tersebut sebagai upaya dalam mensiasai

kehidupan sosial dan ekonomi pada masyarakat. Kondisi ini

digambarkan seperti pada bagan di bawah ini:

Lingkungan (Limbah Tailings) Masyarakat (Melawan untuk bertahan

hidup)

Kondisi ini dilihat sebagai implikasi lingkungan yang

berlimbah tailings, terhadap kehidupan sosial masyarakat di kampung

Waa. Implikasi terhadap kehidupan social lebih mengarah terhadap

permasalahan kesehatan yang kurang mendapatkan perhatian oleh

pihak perusahaan dan pemerintah selama puluhan tahun operasi

perusahaan berjalan, yakni semenjak tahun 1967-1996 dan 1996-2021

yang akan diperpanjang kontrak kerja ketiga sampai pada tahun 2041.

Selama kontrak kerja berjalan Freeport membuang limbah tailings

sebesar 250-300 ton/hari tanpa ada suatu pengolahan ke sistem sungai

Wanagon. Kondisi ini tentu menimbulkan tingkat kerusakan ekologi

yang parah, kemudian, dampaknya terhadap masyarakat secara luas

berbahaya melalui sumber pangan dan air yang dikonsumis oleh

masyarakat yang telah mengandung logam berat beracun.

Page 3: BAB V SURVIVAL STRATEGY PADA MASYRAKAT DI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12759/5/T2_092013023_BAB V.pdf · berbahaya beracun yang dapat diproses oleh masyarakat dari limbah

63

Di kondisi ekologi yang telah rusak parah ini kemudian

masyarakat tetap bertahan hidup dengan mendulang emas dari bahan

berbahaya beracun yang dapat diproses oleh masyarakat dari limbah

tailings. Hal ini tentu memprihatikan, karena masyarakat berada pada

kondisi lingkungan yang tidak sehat dan tidak mendukung bagi

aktivitas mereka. Terkait dengan hal ini menurut Foster, Anderson

(1978) dalam pendangan antropologi kesehatan menjelaskan

permasalahan kesehatan yang berorientasi ke ekologi, menaruh

perhatian pada hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan

alamnya, tingkahlaku penyakitnya dan cara-cara tingkah laku

penyakitnya mempengaruhi kehidupan masyarakat melalui proses

umpan balik (Foster, Anderson, 1978).

Survival Strategy dalam Konteks Pertukaran Ekonomi

Strategi bertahan hidup dalam konteks ekonomi pada

masyarakat di pemukiman sungai Wanagon kampung Waa, dilihat dari

cara masyarakat mendulang emas dengan memproses limbah tailings

untuk memperoleh keuntungan secara ekonomi. Masyarakat di

pemukiman sungai Wanagon, memiliki cara tersendiri secara

tradisional dalam memproses limbah tailing. Hal ini dilihat dari cara

masyarakat mendulang emas seperti pada gambar di bawah ini;

Sumber 110; Sumber111;

Gambar 5.1 Cara Mendulang Emas Dengan Teknologi Tradisional

110. Forum Utama] Akhir Riwayat Wanagon - Majalah FORUMkeadilan ... forumkeadilan.com400 × 266Search by image 111. noenk-cahaya:09/27/11noenkcahyana.blogspot.com470x264Search by image

Page 4: BAB V SURVIVAL STRATEGY PADA MASYRAKAT DI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12759/5/T2_092013023_BAB V.pdf · berbahaya beracun yang dapat diproses oleh masyarakat dari limbah

64

Gambar ini memperlihatkan cara masyarakat mendulang,

mengunakan beberapa peralatan tradisional yang dibuat sendiri oleh

mereka. Cara mendulang masyarakat juga memiliki resiko tinggi,

ketika limbah tersebut berhubungan dengan tubuh dan memiliki

implikasi buruk terhadap permasalahan kesehatan masyarakat. Selain

usaha bertahan di lingkungan yang berlimbah tailings, masyarakat juga

memanfaatkan sumberdaya alam sekitarnya seperti kayu untuk

membuat teknologi tradisional yang digunakan untuk mendulang

emas, air untuk memproses tailings dengan beberapa peralatan

moderent lain yang dibelinya, seperti selimut, kuali dan sikop. Sikop

digunakan untuk mengali pasir tailings dan memindahkan ke tempat

pemisahan pasir agar emas terpisah pasir tailings melalui teknologi

tradisional seperti pada gambar 1. Selimut sebagai pemisa emas dari

pasir yang sudah dialas diatas permukaan teknologi tradisional pada

gambar 1. Setelah pasir tailings pada area yang dibuat oleh masyarakat

habis didulang, maka selimut yang sudah dibantalkan pada kayu akan

dipisahkan ke kuali untuk memisahkan sisa pasir yang tertahan dengan

emas untuk memperoleh kemurnian emas. Kemudian emas tersebut

dapat dijual oleh masyarakat sebagai komoditas produksi masyarakat

yang memiliki nilai jual di pasar. Menurut Koentjaraningrat, cara

produksi masyarakat, teknologi tradisional sistem ekonomi dan sistem

mata pencaharian merupakan unsur pembentuk kebudayaan pada

masyarakat untuk dapat bertahan hidup (Koendjaraningrat; Y.Z.Abidin

& B.A.Saeani, 2014).

Hal ini dikatakan Menurut Marx, setiap komoditas sebetulnya

memiliki nilai-nilai guna komoditas, yaitu ketika barang-barang yang

diproduksi digunakan sendiri atau digunakan orang lain untuk

bertahan hidup. Namun di era kapitalisme, setiap komoditas yang

sengaja dihasilkan untuk dijual ke pasar, produk-produk tersebut tidak

hanya memiliki nilai guna melainkan juga memiliki nilai tukar. Emas

yang diproduksi masyarakat dapat dijual untuk memperoleh uang,

kemudian uang tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan

ekonomi masyarakat. Pertukaran ekonomi ini terjadi dengan adanya

barang atau komoditas yang memiliki nilai jual. Komoditas merupakan

hasil karja manusia yang diproduksi dalam bentuk barang dan jasa

Page 5: BAB V SURVIVAL STRATEGY PADA MASYRAKAT DI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12759/5/T2_092013023_BAB V.pdf · berbahaya beracun yang dapat diproses oleh masyarakat dari limbah

65

untuk dipertukarkan melalui mekanisme pasar yang terjadi secara

langsung (Damsar & Indrayani, 2009112). Masyarakat di kampung Waa

juga dapat memproduksi emas sebagai komoditas yang memiliki nilai

jual, kemudian emas tersebut dapat jual oleh masyarakat melalui

pembeli emas yang tinggal di kampung Waa.

Survival Strategy dalam Konteks Pertukaran Sosial

Strategi bertahan hidup dalam konteks sosiologi pada

masyarakat dipemukiman sungai Wanagon, digambarkan dengan

adanya interaksi sosial pada masyarakat. Interaksi sosial pada

masyarakat di pemukiman sungai Wanagon terjadi dengan adanya

hubungan keluarga, kerabat, kelompok dan suku. Interaksi antar

masyarakat memiliki hubungan kekeluargaan dan solidaritas yang

kuat. Hubungan solidaritas tersebut biasanya terlihat melalui adanya

hubungan saling menyapa dan bersalam apabila bertemu atau

menjumpai dijalan maupun dari jauh. Interaksi masyarakat juga

berlangsung dengan adanya pertukaran sosial, melalui saling

membantu dan menolong yang dilakukan dalam berbagai hal. Hal ini,

biasanya dilakukan melalui hubungan keluarga, yaitu ketika keluarga

mereka dalam masalah maka mereka akan saling menyumbang dan

menolong untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang

membelitnya. Penyelesaian berbagai masalah ini juga biasanya

dilakukan melalui, hubungan saling membantu dan menolong untuk

menyelesaikan beban ekonomi pada keluarga mereka, kemudian untuk

membayar maskawin dari keluarga mereka. Sedangkan dalam rana

suku dan kelompok, biasanya dilihat melalui kekompakan mereka

dalam penyelesaian berbagai masalah seperti penyelesaian perang suku,

upacara adat, pesta untuk menyambut hari besar seperti hari raya natal.

Dalam penyelesaian perang suku, masyarakat akan mendulang emas

sebagai sumber pembiayaan dalam menyelesaikan perang suku dan

kelompok dan untuk penyelesaiaan maskawin. Demikian pula dalam

kegiatan upacara adat dan pesta adat pada masyarakat dipemukiman

sungai Wanagon tetap dapat mengandalkan sumberdaya ekologi

112. Damsar & Indrayani. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi Edisi Ke Dua. Hal;104-107.Kencana Prenamedia Group. Jakarta.

Page 6: BAB V SURVIVAL STRATEGY PADA MASYRAKAT DI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12759/5/T2_092013023_BAB V.pdf · berbahaya beracun yang dapat diproses oleh masyarakat dari limbah

66

dengan mendulang emas untuk mendukung berbagai kehidupan sosial

masyarakat di kampung Waa113.

Dalam penyelesaian pembayaran korban, biasanya masyarakat

akan dibebani sesuai dengan keluarga, suku dan kelompok yang

terlibat dalam perang suku. Masing-masing suku yang terlibat dalam

perang, akan membayar jumlah korban dari kedua pihak masing-

masing dan biasanya dalam satu korban jiwa dapat dibayar sebesar Rp.

500 juta- 1 milir yang tergantung pada permintaan pihak korban.

Sehingga untuk menyelesaikan pembayaran kepala dalam perang ini,

maka masyarakat akan mendulang selama beberapa bulan. Setelah

mereka memperoleh hasil yang setara dari beban yang ada, maka

mereka akan menyelesaikan secara adat dengan membayar jumlah

korban yang dimintanya. Masyarakat dipemukiman sungai Wanagon

juga memiliki hubungan keluarga yang berada diluar seperti daerah

Timika, Ilaga, Beoga dan beberap daerah lainnya. Ketika keluarga

mereka dari luar mengharapkan bantuan untuk menyelesaikan perang

suku dan kelompok, maka mereka akan datang sesuai dengan

hubungan keluarga mereka di kampung Waa untuk meminta bantuan.

Demikian juga untuk membayar maskawin, menyelesaikan berbagai

masalah lainnya114.

Sedangkan untuk hubungan saling membantu dan menolong

ini juga biasanya dilakukan antar sesama masyarakat di kampung Waa,

melalui pembayaran maskawin, pembayaran penyelesaian perang suku

baik daerah Timika dan Tembagapura. Selain itu juga toleransi

kebersamaan masyarakat di kampung Waa sanggat kuat, melalui saling

memberi dan menolong ketika bertemu. Kemudian membantu kerabat

atau keluarga mereka yang datang dari luar baik sebagai masyarakat,

pelajar dan mahasiswa dengan membantu keluhan mereka dan

memulangkannnya. Hal ini sudah menjadi budaya yang terpola pada

masyarakat, sehingga dalam kehidupan keluarga, mereka sangat

terbuka menerima siapa saja yang berkunjung meminta bantuan.

Kemudian hubungan kebersamaan juga biasanya terlihat melalui

113 . Wawancara dan Oberservasai Pada Tangal 3 Maret Tahun 2015 114 . Wawancara Dengan Bapak Elewi Waker Pada Tanggal 4 Maret Tahun 2015

Page 7: BAB V SURVIVAL STRATEGY PADA MASYRAKAT DI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12759/5/T2_092013023_BAB V.pdf · berbahaya beracun yang dapat diproses oleh masyarakat dari limbah

67

kehidupan makan dan minum bersama yang dilakukan dalam berbagai

kehidupan mereka baik dirumah, diluar dan saat dalam acara bakar

batu. Hubungan antar masyarakat di pemukiman sungai Wanagon ini

berlangsung secara timbal balik, dimana diantara mereka ada orang

yang memberikan bentuan dalam kesusahan dan dalam penyelesaian

berbagai hal, maka suatu saat akan dibalasanya tanpa harus diharapkan

pengembaliannya115.

Pola relasi kebersamaa dan toleransi ini dikategorikan sebagai

pertukaran tidak langsung yang dilakukan oleh masyarakat untuk

bertahan hidup (survival strategy)116. Pola semacam ini juga biasanya

terjadi dalam bentuk jaringan sosial melalui para aktor atau kelompok

dalam membangun suatu relasi pada masyarakat. Pola ini dipandang

oleh B.F.Skinner, bahwa pertukaran sosial terjadi melalui adanya

perilaku aktor terhadap lingkungan dan selanjutnya dilihat dampak

dari tanggapan lingkungan terhadap perilaku seorang aktor dalam

tindakan selanjutnya. Maka tanggapan lingkungan terhadap tindakan

seseorang menentukan apakah tindakan yang sama akan diulangi atau

dihentikan pada waktu kemudian.

Pola pertukaran tidak langsung ini sama dengan masyarakat di

kabupaten Bengkalan dengan rendahnya akses terhadap modal

terutama modal finansial merupakan penyebab kemiskinan, dan

menyebabkan nelayan tidak mampu mengakses modal fisik berupa

teknologi penangkapan yang lebih moderen. Kondisi ini semakin

diperparah dengan adanya konflik perebutan sumber daya dengan

nelayan dari daerah lain. Strategi yang dilakukan untuk bertahan

hidup adalah stetegi nafkah yang dilakukan oleh rumah tangga nelayan

miskin melalui strategi ekonomi dan sosial, melalui pola nafkah ganda,

pemanfaatan tenaga kerja rumah tangga dan migrasi, strategi sosial

115. Wancara Dengan Bapak Dinas Alom sebagai Pendulang Emas pada Tangal 5 Maret 2015 116 . Suyanto, B., 2002. Sosiologi Ekonomi (Kapitalisme dan Konsumsi di Era-Masyarakat Post-Modernisme. Hal 18.Kencana Prenada Media Group. Sanderson, S.K. 2003. Makro Sosiologi. Hal; 118. Jakarta; Raja-Grafindo Persada.

Page 8: BAB V SURVIVAL STRATEGY PADA MASYRAKAT DI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12759/5/T2_092013023_BAB V.pdf · berbahaya beracun yang dapat diproses oleh masyarakat dari limbah

68

dengan memanfaatkan ikatan kekerabatan yang ada117. Terkait dengan

masyarakat di pemukiman sungai Wanagon pola pemanfaatan

hubungan keluarga sebagai strategi sosial untuk bertahan hidup,

demikian juga dengan pola imigrasi sama dengan masyarakat di

kampung Waa masuk di sungai Wanagon menjadi pendulang emas

sebagai sumber mata pencaharian (livelihood).

Konflik perebutan sumberdaya alam pada masyarakat

dikabupaten Bengkalan dengan masyarakat luar, hampir sama dengan

masyarakat di kampung Waa konflik perebutan lahan terjadi ketika

masyarakat dari luar masuk menguasai wilayah area sepanjang sungai

Wanagon kampung Waa, yang menyebabkan terjadinya pergeseran

ruang gerak masyarakat dari luar masuk menguasai wilayah sepanjang

sungai Wanagon, dengan mengeserkan masyarakat lokal sekitarnya

dari suku Amungme ke muara sungai bagian bawah. Pergeseran

tersebut terjadi ketika masyarakat mengetahui adanya emas, setelah

pertama mereka melihat dengan adanya emas, masyarakat dari luar

yang tinggal di Tembagapura dan Timika masuk menguasai wilayah

sepanjang sungai Wanagon kampung Waa. Dari penguasaahan tempat

dulang dari masyarakat luar ini, juga menimbulkan kecemburuan sosial

tersendiri bagi masyarakat asli suku Amungme masyarakat suku Dani,

Damal yang mayoritas menetap di kampung Waa distrik Tembagapura.

Dengan adanya kecemburuan sosial ini, beberapa kali terjadi perang

suku antar suku Amungme dan suku Dani di distrik Tembagapura

kampung Waa118.

Salah satunya, yaitu perang suku pada tahun 2007-2008, perang

ini dipicu karena kematian salah seorang pemuda dari suku Dani yang

meninggal dunia setelah mengalami penyiksaan pada tubuh. Korban

mengalami penyiksaan pada saat membuat orasi setelah minum

minuman keras oleh aparat kepolisihan dan sekuriti dari PT Freeport

yang berjaga di Tembagapura kota. Sekuriti yang terlibat dalam pelaku

penyiksaan ini berasal dari suku Amungme. Korban kemudian

117 . Widodo, S., 2011. Trategi Nafkah Berkelanjutan Bagi Rumah Tangga Miskin di Daerah Pesisir. Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo, Bangkalan 69162, Indonesia. Maraka, Sosial Humaniora, Vol. 15, No. 1 118 . Wawancara Pada Tangal 15 Februari 2015.

Page 9: BAB V SURVIVAL STRATEGY PADA MASYRAKAT DI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12759/5/T2_092013023_BAB V.pdf · berbahaya beracun yang dapat diproses oleh masyarakat dari limbah

69

diamankan oleh beberapa sekuriti PT Freeport yang terlibat dalam

penyiksaan ke rumah sakit Tembagapura, namun setelah keesokan

harinya korban meninggal dunia. Hal ini menyebabkan reaksi

kemarahan pada suku Dani yang menyebabkan konflik horizontal

antar suku Dani dan Amungme (W, Hans, 2009). Konflik ini juga

berasal dari reaksi ketidak sukaan antara kedua suku yang terpendam

semenjak masyarakat dari suku Dani, Damal, Moni dan Nduga yang

masuk dan tinggal di Tembagapura. Mayoritas masyarakat dari suku

luar berasal dari suku Dani dan Damal. Setelah masyarakat menguasai

tempat dulang di kampung Waa, maka ada reaksi ketidak sukaan dari

suku Amungme sebagai suku asli di Tembagapura. Selain itu juga

sering terjadi konflik beberapa kali di kabupaten Timika. Konflik-

konflik ini biasanya dapat diselesaikan oleh masyarakat dengan

membayar melalui uang ratusan juta sampai miliaran rupiah. Dalam

penyelesaiannya, masyarakat biasanya mengharapkan dari hasil dulang

di kali kabur (sungai Wanagon) dalam penyelesaiaan perang suku.

Konflik sosial ini merupakan faktor pengaruh bagi masyarakat seperti

dijelaskan oleh (S, Ritohardoyo, 2006) untuk dapat bertahan hidup di

lingkungan yang memprihatinkan.

Dari pernyataan diatas ini diketahui bahwa apa yang dilakukan

masyarakat merupakan suatu bagian dari strategi bertahan hidup,

karena dalam pola hubungan mereka memiliki unsur ketergantungan

antar sesamanya yang mengikat hubungan kebersamaan dan solidaritas

mereka. Hubungan relasi saling memperhatiakan ini digambarkan

sebagai pola pertukaran tidak langsung, karena tidak harus

mengharapkan pengembalikannya atau jika diperlukanpun akan terjadi

di beberapa waktu kemudian. Pola pertukaran seperti ini digambarkan

dalam teori sosial oleh Durheim menyatakan sebagai fakta-fakta sosial

yang bersifat eksternal, tetapi mempengaruhi perilaku individu. Fakta

sosial tersebut merupakan cara-cara bertindak, peripikir, dan

berperasaan yang berada diluar individu, dan mempunyai kekuatan

memaksa yang mengendalikannya. Fakta sosial tersebut tidak hanya

Page 10: BAB V SURVIVAL STRATEGY PADA MASYRAKAT DI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12759/5/T2_092013023_BAB V.pdf · berbahaya beracun yang dapat diproses oleh masyarakat dari limbah

70

bersifat material, tetapi juga non-material, seperti kultur, agama atau

intitusi sosial (Damsar & Indrayani, 2009)119.

Survival Strategy dalam Konteks Kesehatan

Survival strategi dalam konteks kesehatan dilihat dari pola

kehidupan masyarakat yang tidak mempedulikan dampak limbah

tailings yang membahayakan bagi kesehatan mereka. Hal ini dilihat

dari cara perilaku masyarakat dalam mendulang emas dan dampak

permasalahan lingkungan sekitarnya yang membahayakan bagi

kesehatan masyarakat. Terkait dengan hal ini sebagian besar imporman

di pemukiman sungai Wanagon, mengatakam bahwa limbah tailings

tersebut membahayakan bagi kesehatan tetapi, mereka tetap bertahan

untuk mendulang karena, sudah menjadi sumber penghidupan

ekonomi bagi masyarakat. Hal yang memprihatinkan, yaitu pola

kehidupan tidak higenis dalam aktivitas mendulang yang biasa

dilakukan melalui cara makan dan minum sambil mendulang yang

beresiko tinggi terhadap kehidupan masyarakat di kampung Waa.

Kemudian masyarakat tidak mempedulikan dampak limbah tersebut

dan mereka sudah terbiasa di lingkungan tersebut yang dilakukan

dengan berbagai aktivitas mereka yang penuh dengan resiko yang

tinggi120. Masyarakat dapat mengatasi kesehatan mereka ketika apabila

ada yang sakit, namun jika tingkat keracunan logam berat tersebut jika

melampaui tinggi, maka limbah tersebut beresiko terhadap

kelumpuhan dan kematian hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara

dengan Bapak Elewi Waker, bahwa;

“Masyarakat masuk menempati kampung Waa semenjak tahun 1997, semenjak masyarakat mendulang disini jumlah korban yang meninggal akibat keracunan limbah tailings diperkirakan sebesar 1000 jiwa. Sedangkan dampak gejala keracunan logam berat terhadap kesehatan biasanya menyebabkan kerusakan hati, kulit jadi hitam,

119. Damsar & Indrayani, 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi Edisi Ke Dua. Hal;104-107.Kencana Prenamedia Group. Jakarta 120 . Wawancara Pada Tanga 25 Februari Tahun 2015

Page 11: BAB V SURVIVAL STRATEGY PADA MASYRAKAT DI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12759/5/T2_092013023_BAB V.pdf · berbahaya beracun yang dapat diproses oleh masyarakat dari limbah

71

pembengkakan perut, tangan, kaki dan menyebabkan kelumpuhan”121.

Hal ini menunjukkan, bahwa secara pengetahuan masyarakat

mengetahaui dampak berbahaya dari limbah tailings tersebut, tetapi

belum ada kesadaran dari masyarakat untuk terhindar dari dampak

tersebut. Masyarakat kemudian menyadari dan mencari upaya melalui

pengobatan ketika mereka mengalami gejala keracunan, namun gejala

kecarunan tersebut sulit tersembuhkan, karena masyarakat berada di

lingkungan yang tidak memenuhi standar kelayakan bagi kesehatan

masyarakat. Oleh karena itu, untuk terhindari dari gejala keracunan

logam berat tersebut, maka diperlukan upaya pencegahan dibanding

pengobatan. Namun hal ini tentu sebagai persoalan yang rumit, karena

peran perusahaan dan pemerintah dalam hal ini sangat lemah dalam

memberikan kebijakan melalui lapangan kerja baru bagi masyarakat di

kampung Waa dengan memindahkan masyarakat disepanjang sungai

tersebut ke tempat lain yang layak.

Di kondisi lingkungan yang memprihatinkan terhadap

kesehatan masyarakat ini, dari pola hidup dan kebiasaan masyarakat

mendulang juga dilakukan dalam kondisi resiko berbahaya terhadap

permasalahan kesehatan dari pola perilaku kurang memperhatikan dari

faktor-faktor kebiasaan masyarakat yang memperbesar kemungkinan

resiko akumulasi logam berat dalam tubuh. Pola ini dijelaskan menurut

Winardi, (2004), bahwa perilaku pada dasarnya berorientasi pada

tujuan. Dengan perkataan lain, perilaku kita pada umumnya dimotivasi

oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan spesifik

tersebut tidak selalu diketahui secara sadar oleh individu yang

bersangkutan. Demikian juga dengan tujuan pada masyarakat di

kampung Waa masyarakat mendulang emas untuk menunjang

kehidupan sosial ekonomi, sedangkan tujuan spesifik, yaitu

berhubungan dengan bahaya resiko dari limbah tailings terhadap

kesehatan masyarakat yang kurang memperhatikannya.

121. Wawancara Pada Tanggal 5 Februari Tahun 2015

Page 12: BAB V SURVIVAL STRATEGY PADA MASYRAKAT DI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12759/5/T2_092013023_BAB V.pdf · berbahaya beracun yang dapat diproses oleh masyarakat dari limbah

72

Menurut kajian dari Djeky, R., (2002), perilaku dan

pengetahuan kesehatan masyarakat berhubungan dengan masalah

nilai-nilai budaya dan lingkungan masyarakat. Faktor-faktor sosial

psikologi dan faktor budaya sering memainkan peran dalam

mencetuskan penyakit. Sebagai masyarakat yang masih memegang

nilai-nilai budaya, tentunya pola kebiasaan semacam ini bagi mereka

adalah suatu tindakan positif, yang sifatnya mengikat. Walaupun

diakui banyak hal yang tidak dapat diterima oleh akal orang lain.

Dengan demikian masyarakat berpikir dan melakukan tindakan sesuai

pemahaman dan pengalaman yang mereka rasakan (Boedihartono,

1997). Hal ini juga diketahui dari cara pandang masyarakat di

pemukiman sungai Wanagon terhadap limbah tailings, sebagai

sumberdaya ekonomi untuk menunjang berbagai kehidupan mereka.

Namun dari pandangan masyarakat luar, melihat masyarakat semesti

tidak layak untuk hidup di lingkungan beracun yang membahayakan

dan mematikan bagi kehidupan.

Survival Strategy dalam Konteks Lingkungan Ekologi

Survival strategi dalam konteks ekologi, yaitu lingkungan dapat

menyediakan sumber daya ekologi yang diperlukan oleh manusia

untuk dapat bertahan hidup. Emas merupakan salah satu sumberdaya

ekologi yang tergolong tidak dapat diperbaharuhi (nonrewnable),

sehingga keberadaannya dianggap sebagai cadangan atau stok. Apabila

sumberdaya tersebut habis, maka akan berpengaruh terhadap sumber

matapencaharian (livelihood) pada masyarakat di kampung Waa

sebagai pendulang emas. Jika cadangan emas dan tembaga yang

ditambang oleh Freeport berakhir dan habis, maka implikasi negatif

yaitu akan terhenti sumber matapencaharian masyarakat di kampung

Waa. Bahkan implikasi negatif secara luas, terhadap pertumbuhan

ekonomi suatu wilayah dan negara akan terhenti dengan menciptakan

kesenjangan sosial dan kemiskinan dengan terhentinya lapangan kerja

buruh karyawan PT Freeport Indonesia.

Masyarakat di kampung Waa, mendulang emas dengan

memproses limbah tailings yang berbahaya sebagai sumber mata

pencaharian bagi mereka. Meskipun tempat dulang masyarakat, sudah

Page 13: BAB V SURVIVAL STRATEGY PADA MASYRAKAT DI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12759/5/T2_092013023_BAB V.pdf · berbahaya beracun yang dapat diproses oleh masyarakat dari limbah

73

menunjukan larangan bahaya dari resiko keracunan logam berat.

Namun, karena limbah tersebut sudah menjadi lahan hidup bagi

masyarakat, maka mereka tetap dapat bertahan hidup dengan

memanfaatkan limbah tailings tersebut. Masyarakat juga dapat

menyikapi dampak positif dari limbah tailings tersebut, sebagai sumber

ekonomi yang diperolehnya dengan usaha masyarakat untuk tetap

bertahan hidup. Ketergantungan hidup masyarakat terhadap emas ini

juga akan berlangsung terus selama operasi penambangan emas

berjalan. Kecuali apabila limbah tailings tersebut tidak dapat dibuang

melalui sistem sungai Wanagon atau operasi penambangan emas

berakhir, maka masyarakat kemungkinan akan berpindah ke

matapencaharian lain. Emas sebagai salah satu sumberdaya ekologi

yang tergolong tidak dapat diperbaharuhi, oleh karena itu diperlukan

pemanfaatkan secara efektif dan efisiensi agar sumberdaya tersebut

dapat dipergunakan secara berkelanjutan (sustainable), untuk

menjamin keberlangsungan kehidupan kepada generasi masa kini dan

generasi dimasa yang akan datang.

Manusia dengan perilakunya dalam memanfaatkan lingkungan

alam atau (man and culter dan natural) sekitarnya untuk menunjang

kehidupan sebagai suatu komponen interaksi yang berlangsung dalam

sistem ekologi. Hal ini dapat dikaji oleh Dharmawan, A. H., (2007),

bahwa interaksi manusia dengan ekologi, manusia memerlukan energi,

materi dan impormasi untuk memenuhi kebutuhan. Sedangkan dari

sistem sosial manusia dibangun berdasarkan; organisasi sosial atau

sistem pengendali, kelembagaan, teknologi, populasi (demografi),

norma dan nilai yang dibangun pada masyarakat. Pola ini sama dengan

masyarakat di kampung Waa, dimana masyarakat memanfaatkan emas

sebagai sumberdaya ekologi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi,

kemudian keuntungan ekonomi yang diperoleh ini juga berpengaruh

terhadap organisasi sosial, sistem kelembagaan, norma dan nilai yang

sudah terpolah pada masyarakat di kampung Waa yang dilakukan

melalui hubungan solidaritas dan kebersamaan yang kuat pada

masyarakat. Cara manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

melalui lingkungan dikatakan oleh R, Utina (2009) sebagai suatu sistem

ekosistem. Sistem ekosistem ini jika dikombinasikan dengan

Page 14: BAB V SURVIVAL STRATEGY PADA MASYRAKAT DI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12759/5/T2_092013023_BAB V.pdf · berbahaya beracun yang dapat diproses oleh masyarakat dari limbah

74

masyarakat dikampung Waa, digambarkan dalam hubungan segitika

yaitu, lingkungan memenuhi kebutuhan ekonomi melalui emas,

kemudian hasil ekonomi yang diperoleh oleh masyarakat juga dapat

berperan dalam sistem sosial masyarakat yang terperangkat dalam

unsur-unsur kebudayaan yang dimilikinya seperti kultur, nilai,

matapencaharian yang sudah terpola pada masyarakat.

Cara pemanfaatan sumberdaya alam juga dikenal dengan pola

subsistem masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya alam, konsep

subsistensi ini dikaitkan dengan ekologi kebudayaan, yaitu

berhubungan studi masalah perilaku dan pengetahuan kebudayaan

manusia dalam hubungannya dengan lingkungan atau ekologi

manusia122 . Pola subsistem ini jika dikaitkan dengan masyarakat di

kampung Waa, maka pola hidup masyarakat dalam memanfaatkan

lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup, melalui cara mendulang

dan juga memanfaatkan alam sekitarnya yang mendukung

kehidupannya. Lingkungan berlimbah tailings yang digunakan oleh

masyarakat di kampung Waa untuk mendulang, terlihat seperti pada

gambar dibawah ini;

Sumber; Sungai Wanagon Foto Lapangan Sumber; Foto Lapangan

Gambar 5.2 Sungai Wanagon Yang Digunakan Untuk Mendulang Emas

122. Usman, M., 2008. Ekologi Kebudayaan: Subsistensi Nelayan Suku Bajo Torosiaje Teluk Somini di Provinsi Gorontalo (Studi Kajian Tentang Sumberdaya Alam dan Masyarakat). Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Hasanuddin.

Page 15: BAB V SURVIVAL STRATEGY PADA MASYRAKAT DI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12759/5/T2_092013023_BAB V.pdf · berbahaya beracun yang dapat diproses oleh masyarakat dari limbah

75

Sungai Wangon pada gambar diatas dapat dimanfaatkan oleh

masyarakat untuk mendulang emas. Sedangkan cara masyarakat

mendulang emas terlihat seperti pada gambar diatas ini. Yang menjadi

budaya mula-mula mata-pencaharian masyarakat lokal diantaranya

seperi; meramu (gatherers), bertani, berburuh (hanter) dengan sistem

nomaden atau sistem berpindah dari satu tempat ke-tempat lain untuk

bertahan hidup (life survive) sudah pernah dijalani sebelumnya

mengalih ke mata pencaharian yang baru. Pola subsistem ini yang

dimiliki oleh masyarakat sekitar pemukiman sungai Wanagon adalah

sistem; berkebun, menanam, beternak, berburuh dengan sistem

berkebun dan berburu yang berpindah dahulu kala dijalaninya. Sistem

mata pencaharian inilah yang membentuk masyarakat dari sana

menjadi kuat, bekerja keras, gigih, fair dan gentlemen123. Bahkan sudah

menjadi bagian dari budaya masyarakat dalam beradaptasi dengan

lingkungan alam sekitarnya. Kemungkinan pola hidup yang dimiliki

oleh masyarakat ini, mempengaruhi masyarakat disana untuk tetap

bertahan hidup, bahkan mudah beradaptasi dengan lingkungan alam

sekitarnya dalam mendukung berbagai kehidupan susbsistem melalui

kehidupan bercocok tanam, memperoleh sumber penghidupan dari

lingkungan alam sekitarnya.

Menurut kajian dari Sayogya dalam Dharmawan, A. H., 2007,

bahwa perkembangan sistem penghidupan dan nafka bagi wilayah

pedesaan tidak bisa lepas dari proses sistem sosial ekonomi yang

senantiasa melanda pedesaan. Proses adaptasi ekonomi dan ekologi

dibentuk oleh petani aras individu, rumah tangga (aras kelompok), aras

kelompok serta komunitas lokal aras sistem sosial sebagai upaya

menyelaraskan eksistensi mereka terhadap arus perubahan sosial,

menghasilkan sejumlah gambaran dinamika sistem penghidupan dan

nafka pedesaan124. Demikian juga dengan masyarakat di kampung Waa,

sebagai besar dari mereka adalah karena berasal dari golongan

123 . Ngadisah, 2003. Konflik Pembangunan dan Gerakan Sosial Politik di Papua. Yogyakarta Pusat Saja, 44. 124 . Sayogya, “Bungga Rampai Perekonomian Desa” dalam Dharmawan, A. H (ed), (2007). Sistem Penghidupan Nafkah Pedesaan; Pandangan Sosiologi Nafka (Livelihood Sociology) Mazhab Barat dan Mazhab Bogor. ISSN; 1978 - 4333, Vol. 01, No. 02. Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia, p167 - 192.

Page 16: BAB V SURVIVAL STRATEGY PADA MASYRAKAT DI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12759/5/T2_092013023_BAB V.pdf · berbahaya beracun yang dapat diproses oleh masyarakat dari limbah

76

masyarakat kelas bawah, maka dengan adanya tekanan ekonomi juga

merupakan suatu usaha yang dipilih untuk menjadi pendulang emas di

pemukiman sungai Wanagon.

Survival Strategy dalam Konteks Pemukiman (Demografi)

Survival strategy dalam konteks pemukiman, dilihat dari pola

pemukiman warga di kampung Waa disepanjang sungai Wanagon

merupakan pola pemukiman yang baru ditempati. Masyarakat masuk

dan menguasai pemukiman tersebut, untuk menjadi tempat tinggal

yang dapat memberikan keuntungan kepada mereka. Berdasarkan data

jumlah penduduk (demografi), penduduk di desa Banti dan kampung

Waa pada tahun 2014 adalah 6000 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk

keseluruhan di distrik Tembagapura adalah 18.161 jiwa. Dari

keseluruhan jumlah penduduk ini berdasarkan jumlah penduduknya,

maka 12,161 jiwa bekerja sebagai Buruh karyawan Freeport, Pegawai

pemerintaan, Pengusaha, TNI dan Polri. Sedangkan jumlah penduduk

sebagai petani dan pendulang emas adalah 6000 jiwa125. Dari data ini

diketahui bahwa sebagai besar penduduk kelas bawah di distrik

Tembagapura mayoritas sebagai petani yang menghuni disepanjang

pemukiman sungai Wanagon. Berdasarkan jumlah penduduk tersebut

dari hasil wawancara dilapangan juga diketahui bahwa masyarakat

mulai masuk dan menempati pemukiman sungai Wanagon kampung

Waa dari tahun 1997 dan menjadi tempat pemukiman mereka untuk

mendulang emas 126 . Hal ini diketahui sebagai upaya imigrasi

masyarakat masuk menguasai wilayah pemukiman sungai Wanagon

sebagai strategy masyarakat untuk mencari matapencahariannya. Hal

ini dikatakan Ibrahim, Fouad & Ruppert, Helmut (1991) di Zona

Sahel, mingrasi dari desa-desa ke kota memainkan peranan besar

dibanding migrasi dari kota ke desa dengan adanya pertumbuhan

penduduk dan kekeringan untuk bekerja sebagai buruh ke daerah

selatan basah Darfur. Namun pola imigrasi masyarakat di India dari

Zona Sahel ke Dapur dipengaruhi karena jumlah penduduk dan

kekeringan yang membuat kondisi sulit bagi masyarakat untuk

125. Sumber; BPS Kabupaten Mimika, Mimika Dalam Angka 2013/2014. 126. Wawancara Pada Tanggal 6 Maret Tahun 2015

Page 17: BAB V SURVIVAL STRATEGY PADA MASYRAKAT DI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12759/5/T2_092013023_BAB V.pdf · berbahaya beracun yang dapat diproses oleh masyarakat dari limbah

77

memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga mereka dapat berimigrasi ke

Dafur sebagai lahan yang basa yang dapat menguntungkan mata

pencaharian bagi mereka melalui pekerja buru, karyawan pabrik.

Sedangkan pola imigrasi masyarakat lokal pegunungan tengah

Papua masuk ke tembagapura pada umumnya dipengaruhi karena

adanya aktivitas penambangan di PT Freeport Indonesa yang dapat

membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitarnya untuk

bekerja sebagai karyawan atau buru perusahaan. Namun selain sebagai

besar masyarakat masuk menguasai area pendulang emas di kampung

Waa dan Banti, karena adanya sisa tailings yang dibuang dengan emas

yang dapat memberikan keuntungan tersendiri bagi masyarakat. Hal

ini juga memungkinkan masyarakat untuk tetap bertahan walaupun

kondisi lingkugan tidak memenuhi syarat bagi masyarakat. Dalam

konteks pemukiman masyarakat, karena masyarakat memilik budaya

bercocok tanam mudah beradaptasi dengan lingkungan ekologi. Salah

satu adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat dikampung Waa, yaitu

membuat rumah dalam bentuk kem dan honai untuk tempat tinggal.

Salah satu kem atau honai yang dibuat oleh masyarakat tersebut,

terlihat seperti pada gambar di bawah ini.

Sumber; Foto Lapangan

Gambar 5. 3 Salah Satu Kem atau Honai Pemukiman Masyarakat di Kampung

Waa

Rumah adat ini juga merupakan kebudayaan yang dimiliki oleh

masyarakat, dari sistem pengetahuan dan pola adaptasi masyarakat

dengan lingkungannya. Lingkungan subsisten yang menyediakan ini,

Page 18: BAB V SURVIVAL STRATEGY PADA MASYRAKAT DI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12759/5/T2_092013023_BAB V.pdf · berbahaya beracun yang dapat diproses oleh masyarakat dari limbah

78

dapat memungkinkan aktivitas masyarakat di kampung yang dilakukan

sebagai strategi bertahan hidup dengan memanfaatkan lingkungan

alamnya untuk membuat rumah dan juga bercocok tanam.