analisis kointegrasi: keterkaitan jakarta islamic

85
ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC INDEKS DENGAN IHSG DAN SBI DI BURSA EFEK JAKARTA (Periode April 2005 – Juli 2007) TESIS Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat guna memperoleh derajad sarjana S-2 Magister Manajemen Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro Oleh: M. HARRIS MUHAJIR NIM C4A006190 PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008

Upload: vophuc

Post on 17-Jan-2017

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC INDEKS DENGAN IHSG

DAN SBI DI BURSA EFEK JAKARTA (Periode April 2005 – Juli 2007)

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat guna memperoleh derajad sarjana S-2 Magister Manajemen

Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro

Oleh: M. HARRIS MUHAJIR

NIM C4A006190

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG 2008

Page 2: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur sedalam-dalamnya peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul : “Analisis Kointegrasi : Keterkaitan Jakarta Islamic Indeks dengan IHSG dan SBI di Bursa Efek Jakarta. (Periode April 2005 – Juli 2007)” Penyusunan Tesis ini ditujukan untuk melengkapi persyaratan dalam mencapai derajat Pasca Sarjana pada program Magister Manajemen Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang. Sehubungan dengan selesainya penyusunan Tesis ini, peneliti menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih serta penghargaan yang tinggi kepada :

1. Allah SWT ”The Most Gracious, The Most Merciful” karena hanya dengan pertolongan-Nya lah, peneliti dapat menyelesaikan tesis ini.

2. Muhammad, Rasulullah SAW, sang pemberi syafaat, dan suri tauladan kami. Shalawat dan salam kami sampaikan kepadanya.

3. Kedua orangtua yang selalu memberikan doa dan semangat peneliti untuk menyelesaikan tugas ini. Semoga Allah swt membalas kebaikan mereka dengan firdaus-Nya.

4. Ketiga orang saudariku (Cita, Dinda, dan Hana), yang senantiasa selalu mendoakan abangya agar selalu berhasil dan sukses.

5. Bapak Prof. Dr. Sugeng Wahyudi, MM. sebagai Dosen Pembimbing Pertama yang telah banyak memberi pengarahan dan bimbingan serta petunjuk-petunjuk yang berguna kepada peneliti, sehingga penulisan Tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Allah membalas kebaikan Bapak dengan keselamatan dan kesejahteraan. Amin.

6. Drs. Agus Purwanto, Msi, Akt. selaku Dosen pembimbing Kedua yang telah memberikan saran, masukan, ilmu yang sangat membantu dalam perbaikan penulisan tesis ini. Jazakumullah Khairan Katsiran.

7. Para Staf Tata Usaha di MM UNDIP, terima kasih banyak atas bantuannya dan kerendahan hatinya untuk mau direpotkan oleh peneliti.

8. Teman-teman satu angkatan MM UNDIP 27/Malam yang selalu siap saling membantu dalam kesulitan.

9. Teman-teman di Bank Niaga Syariah, mari meraih Mardhatillah!! 10. Pungky Lestari, “teman” di kala susah dan senang yang senantiasa menguatkan

hati dalam menjalani cobaan berat hidup ini, semoga akan menjadi teman hidupku kelak di kemudian hari. Amin

Page 3: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

11. Semua pihak yang telah banyak membantu, yang tidak dapat disebut satu persatu. Terimakasih banyak, “Semoga Rabb Pemilik Semesta selalu meridhai segala sesuatu yang diawali dengan niat baik. Amin”

Kesempurnaan hanyalah milik Allah semata, kekurangan hanyalah milik saya. Peneliti menyadari bahwa penyusunan Tesis ini masih jauh dari sempurna. Karena itu, kritik dan saran dari pihak luar sangat diharapkan demi kesempurnaan Tesis ini. Akhirnya, peneliti berharap semoga karya ini bermanfaat bagi peneliti maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan

Semarang, Maret 2008 Peneliti

Page 4: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

ABSTRACT

This study attempts to analysis Jakarta Islamic Index (JII) using Cointegration Analysis and Vector Error Correction Model (VECM). It explores to compare a parallel and unrestricted counterpart of JII is the Jakarta Composite Index (JCI/IHSG) which tracks the price performance all of the company which is listed in Indonesian stock market. Of that index, there’s only about 30 company meet the Sharia criteria, that construct Jakarta Islamic Index.

Using cointegration techniques, we place JII under analytical scrutiny to find long-term relationship with conventional index which is Jakarta Composite Index (IHSG), furthermore Vector Error Correction Model (VECM) were used to find any short-term causalitiesp of that two index.

Tthe result of study with Sharpe Ratio and statistic description explain that JII more risky and better performance than JCI. Trivariat and bivariat cointegration model, explain how JII was still linked with other variables, like SBI and JCI, but with VECM method that used for tracing causality between variable and a short-term relationship, JII had no short-term causalities with JCI and SBI, that’s proved JII more influenced by broadmarket factors beside interest rate factor.

Keywords: Cointegration method; VECM Analysis; Sharia Principles; JII; IHSG; SBI

Page 5: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

ABSTRAKSI Penelitian ini mencoba menganalisis Jakarta Islamic Indeks (JII) dengan menggunakan Analisis Kointegrasi dan Vector Error Correction Model. Melalui penelitian ini akan dijelaskan bagaimana hubungan antara dua indeks yang bergerak pararel secara bersamaan, namun dengan kriteria yang berbeda satu sama lainnya. Salah satu indeks adalah Jakarta Islamic Indeks yang memegang prinsip Syariah, sedangkan yang lain adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang memuat seluruh pergerakan harga emiten yang terdaftar dalam Bursa Efek Jakarta/Bursa Efek Indonesia. Dari keseluruhan emiten tersebut, hanya 30 emiten yang memenuhi persyaratan yang sesuai prinsip Syariah untuk masuk dalam komposisi JII. Dengan menggunakan teknik kointegrasi, JII dianalisis dengan cermat untuk mencari hubungan dalam jangka panjang dengan IHSG, kemudian untuk mencari hubungan jangka pendek digunakan metode VECM atau Vector Error Correction Model.

Hasil penelitian tersebut menyatakan hasil perhitungan Sharpe Ratio dan Deskripsi Statistik yang menjelaskan bahwa JII lebih berisiko namun mempunyai kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan IHSG. Model trivariat dan bivariat kointegrasi menjelaskan bahwa JII mempunyai hubungan jangka panjang dengan IHSG dan SBI. Namun, dengan menggunakan metode VECM yang menjelaskan hubungan kausalitas dan jangka pendek menyatakan bahwa JII tidak mempunyai hubungan jangka pendek dengan IHSG dan SBI. Hal ini menyimpulkan bahwa JII lebih dipengaruhi faktor lain di pasar modal, selain IHSG dan faktor tingkat bunga yang diwakili oleh Sertifikat Bank Indonesia. Kata kunci: Metode kointegrasi; Analisis VECM; Prinsip Syariah; JII; IHSG; SBI

Page 6: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

Abstraksi……… iDaftar Isi iiDaftar Tabel iiiDaftar Rumus iv

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang………… 11.2 Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian 61.3 Tujuan Penelitian……… 71.4 Kegunaan Penelitian…… 7

1.4.1 Kegunaan Praktis 71.4.2 Kegunaan Akademis………. 8

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN

2.1 Telaah Pustaka………… 92.1.1 Prinsip Syariah dalam Pasar Modal…… 11 2.1.1.1 Instrumen Keuangan Prinsip Syariah dalam Pasar Modal…………………… 12

2.1.1.2 Daftar Efek Syariah 132.1.2 Macam Indeks di Bursa Efek Jakarta… 142.1.3 Sertifikat Bank Indonesia sbg salah satu Instrumen Moneter 22

2.1.3.1 Dasar Pertimbangan SBI 1 bulan sebagai salah satu Variabel Penelitian…….. 252.1.4 Penelitian Terdahulu………. 252.1.5 Korelasi Penelitian Terdahulu dengan Variabel-variabel Penelitian…………………. 312.1.6 Kerangka Pikir…. 332.1.7 Hipotesa Penelitian………… 34

BAB III METODE ANALISIS PENELITIAN3.1 Ruang Lingkup Penelitian………… 363.2 Jenis dan Sumber Data 363.3 Populasi dan Sampling 373.4 Definisi Operasional Variabel…… 373.5 Metodologi Penelitian… 38

3.5.1 Statistik Deskriptif dan Sharpe Ratio… 403.5.2 Uji Akar Unit (Unit Root Test/Augmented Dickey Fuller) 413.5.3 Uji Kointegrasi… 453.5.4 Model Vektor Koreksi Kesalahan (VECM)…….. 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN4.1 Statistik Deskriptif…… 504.2 Analisis Data 52

4.2.1 Uji Unit Root… .. 524.2.2 Menentukan Optimum Lag 544.2.3 Uji Kointegrasi 554.2.4 Vector Error Correction Model (VECM)………. 60

DAFTAR ISI

………………………………………………………………….……………………..………………………

…………………………………………………………………..…………………………………………………………………..…………………………………………………………………..

………………………………………………………..

…………………………………….………………………………………………………………………….

………………………………………………………..……………………………………………..

……………………….

………………………………………………………..

…………………………………………………………………..…………………………………………………………

……………………………………………………….…………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………

………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………….…………………………………..

………………………………………………………………………………………….…………………………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………………………….……………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………..………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………….

Page 7: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan 645.2 Keterbatasan 665.3 Saran-saran 66

Daftar Pustaka vLampiran viii

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………

Page 8: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

Tabel 2.1 29Tabel 4.1 Statistik Deskriptif……………………………………………50Tabel 4.2 Hasil Pengujian Unit Root 53Tabel 4.3 Hasil Pengujian Jumlah Lag Optimal ….…………………………………… 54Tabel 4.4 Hasil Pengujian Kointegrasi Trivariat…………………………………55Tabel 4.5 Vektor Kointegrasi trivariat { IHSG, JII, SBI } 56Tabel 4.6 57Tabel 4.7 Vektor Kointegrasi Bivariat {IHSG,JII}……………………..………… 57Tabel 4.8 58Tabel 4.9 58Tabel 4.10 59Tabel 4.11 59Tabel 4.12 Model Koreksi Kesalahan ……………………………… 60

DAFTAR TABEL

Hasil Pengujian Kointegrasi Bivariat {IHSG,JII}……………

………………………………

Penelitian Terdahulu…………………………………………

Hasil Pengujian Kointegrasi Bivariat {IHSG, SBI}…………Vektor Kointegrasi Bivariat {IHSG,SBI}……………………Hasil Pengujian Kointegrasi Bivariat {JII,SBI}………………Vektor Kointegrasi Bivariat {JII, SBI}………………………

Page 9: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

Rumus 3.1 42Rumus 3.2 Model Regresi Beta 1 42Rumus 3.3 Model regresi Beta 2 43Rumus 3.4 Pure Random Walk 43Rumus 3.5 Pure With Drift 43Rumus 3.6 Pure with Drift and Trend 43Rumus 3.7 45Rumus 3.8 Static Equilibrium 45Rumus 3.9 47Rumus 3.10 48Rumus 3.11 49

DAFTAR RUMUS

Rumus Kointegrasi dua variabel

Model Regresi

Derivasi VECMRepresentasi Vector Error CorrectionVECM

Page 10: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Prinsip syariah merupakan implementasi dari sistem ekonomi Islam yang telah

ada ratusan tahun lampau. Masyarakat Indonesia yang merupakan komunitas muslim

terbesar di dunia karena lebih dari 90% masyarakatnya merupakan penganut agama Islam

, ironisnya ternyata baru mengenal mengenai prinsip syariah pada awal tahun 1990-an.

Sistem ekonomi dengan prinsip syariah, baru mulai hadir di Indonesia pada awal

tahun 90-an, ketika inisiatif Majelis Ulama Indonesia (MUI) berhasil mendorong

berdirinya bank syariah pertama di Indonesia pada tanggal 1 Mei 1992, yaitu Bank

Muamalat. Untuk memberikan arahan dan regulasi, maka juga berdiri lembaga Dewan

Syariah Nasional (DSN) yang berafiliasi pada Majelis Ulama Indonesia (MUI), dimana

fatwanya menjadi acuan dari pelaku ekonomi syariah dalam penerapannya. Fatwa-fatwa

tersebut menjadi landasan syariah puluhan Peraturan Bank Indonesia dan Peraturan

Bapepam-LK.

Dengan berdirinya bank syariah tersebut, hal ini juga ditindaklanjuti dengan

berdirinya berbagai institusi keuangan berlandaskan prinsip syariah, seperti asuransi

syariah, multifinance syariah, serta tidak ketinggalan pada industri pasar modal.

Kemudian, dengan dimotori oleh Bapepam-LK bekerjasama dengan PT. Danareksa

Investment Management, lahirlah Jakarta Islamic Indeks (JII), yang dijadikan sebagai

tolak ukur untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah.

Page 11: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

Jakarta Islamic Indeks (JII) diluncurkan pada tanggal 3 Juli 2000. JII dihitung

mundur hingga tanggal 1 Januari 1995 sebagai hari dasar dengan nilai dasar 100. JII

dimaksudkan untuk menjembatani investor yang ingin menginvestasikan uangnya di

pasar modal pada instrumen keuangan yang halal dan tidak bertentangan dengan hukum

Islam. Sesuai dengan namanya, JII hadir sebagai indeks dari saham-saham emiten yang

kegiatannya dipandang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Sampai saat ini,

jumlah saham perusahaan yang terdaftar dalam JII adalah 30 macam perusahaan.

Sebagaimana juga Islamic Indeks lainnya di dunia,

seperti Dow Jones Islamic Market Indeks, Kuala Lumpur

Islamic Indeks, perusahaan yang sahamnya tercatat di

JII bersikap pasif. Artinya, mereka tidak

mengupayakan agar saham perusahaannya masuk

dalam JII, misalnya dengan menyesuaikan kegiatan

operasional bisnisnya sesuai dengan prinsip syariah.

Sebaliknya JII-lah yang aktif melakukan penyeleksian

saham-saham yang tidak bertentangan dengan syariah.

Secara langsung JII tidak mempengaruhi perilaku

bisnis perusahaan yang sahamnya masuk JII.

Page 12: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

Pada kenyataannya, memang tidak semua aktivitas perdagangan dan usaha

memenuhi ketentuan syariah atau yang layak masuk ke dalam JII. Secara umum, dapat

dikatakan bahwa prinsip syariah menghendaki kegiatan ekonomi yang halal, baik produk

yang menjadi objek, cara perolehannya, maupun cara penggunaannya. Oleh karena itulah,

dapat dipastikan bahwa industri perbankan konvensional dianggap sebagai jenis usaha

yang tidak dapat dimasukkan dalam JII, hal ini karena perbankan konvensional dianggap

sebagai industri yang hidup dari riba, sedangkan riba sendiri dilarang karena tidak sesuai

dengan prinsip syariah.

Indeks yang berada secara pararel dengan JII dan tidak ada ketentuan yang

mengikat untuk emiten yang berada didalamnya adalah Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG). Indeks Harga Saham Gabungan (disingkat IHSG, dalam Bahasa Inggris disebut

juga Jakarta Composite Index, JCI, atau JSX Composite) merupakan salah satu indeks

pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Jakarta (BEJ). Diperkenalkan pertama kali

pada tanggal 1 April 1983, sebagai indikator pergerakan harga saham di BEJ, Indeks ini

mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di

BEJ. Hari Dasar untuk perhitungan IHSG adalah tanggal 10 Agustus 1982. Pada tanggal

tersebut, Indeks ditetapkan dengan Nilai Dasar 100 dan saham tercatat pada saat itu

berjumlah 13 saham.

Sampai sekarang ini, sudah tercatat 346 emiten saham (per 15 Agustus 2007)

yang ada di BEJ, sedangkan hanya 30 emiten yang kriterianya dapat dimuat dalam

Jakarta Islamic Indeks (JII). Dari komposisi tersebut, berarti hanya sekitar 8,7%

perusahaan dari total 346 perusahaan yang memenuhi kriteria untuk dimasukkan ke

dalam JII. Dengan perbandingan jumlah dan komposisi emiten dari kedua indeks

Page 13: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

tersebut (IHSG dan JII), penelitian ini ingin mengamati bagaimana perbedaan kinerja

keduanya serta hubungan yang terjadi diantara kedua indeks yang berbeda tersebut.

Penelitian dengan obyek prinsip syariah pada pasar modal khususnya di Indonesia

tidak banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Untuk penelitian dari dalam

negeri sendiri. beberapa penelitian dengan obyek prinsip syariah pada pasar modal

dilakukan oleh Aruzzi dan Bandi (2003) serta Hamzah (2005). Penelitian dengan obyek

prinsip syariah pada pasar modal mengenai return dan beta yang dipengaruhi oleh

variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro merupakan hal

yang menarik untuk dilakukan karena sifat dari return dan risiko ini yang akan selalu

melekat pada setiap investasi terutama investasi dalam setiap saham, baik saham biasa

maupun saham yang sesuai dengan kaidah syariah. Kemudian penelitian dari Hardianto

(2005) yang ingin menjelaskan korelasi antara tingkat bunga konvensional yang

mempengaruhi tingkat bagi hasil pada bank syariah. Sedangkan penelitian dari luar

negeri, cukup sedikit yang bisa dijadikan referensi. Salah satu penelitian yang cukup

memberikan inspirasi adalah penelitian dari Hakim dan Rashidian (2002) yang

memperbandingkan kinerja indeks konvensional dengan indeks yang berdasarkan prinsip

syariah, serta meneliti hubungan kausalitas yang terjadi diantara keduanya.

Sedangkan untuk penelitian-penelitian sebelumnya, kebanyakan meneliti faktor-

faktor dan kinerja indeks konvensional secara umum, seperti penelitian yang dilakukan

Wondabio (2006) yang meneliti hubungan antara indeks dalam negeri dengan indeks

regional, Habib (2007) dan Kesuma (2006) yang menjelaskan faktor-faktor yang

mempengaruhi nilai saham, serta West (1998) yang meneliti hubungan antara indeks

yang satu mempengaruhi indeks lainnya.

Page 14: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

Berdasarkan fakta empiris dari penelitian sebelumnya dan dari literatur yang

dipelajari menunjukkan bahwa indeks-indeks dalam pasar modal saling berpengaruh satu

sama lainnya, sedangkan untuk indeks syariah, khususnya di Indonesia, belum banyak

fakta yang mendukungnya. Oleh karena itu, tesis ini hendak meneliti mengenai

bagaimana kinerja kedua indeks yang berbeda prinsip dalam penyusunan komposisinya,

yaitu indeks konvensional dalam hal ini adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

dan indeks syariah, yaitu Jakarta Islamic Indeks (JII), yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia. Kemudian bagaimana hubungan antara keduanya, dan bagaimana variabel lain

yang dianggap instrument investasi bebas risiko (risk-free asset) mempengaruhi kedua

indeks tersebut, dalam hal ini adalah Sertfikat Bank Indonesia (SBI) jangka waktu 1

bulan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Yang dimaksud dengan analisis

jangka pendek adalah suatu analisis terhadap kondisi atau situasi di dunia nyata yang

berlangsung paling lama satu tahun, sedangkan analisis jangka panjang adalah analisis

terhadap kondisi nyata yang berlangsung lebih dari satu tahun (Kusnadi, dkk dalam

Muflihah, 2007 )

Penelitian ini memakai data runtun waktu (time series) berupa angka penutupan

indeks JII dan IHSG, yang didapat dari Bursa Efek Jakarta selama periode penelitian.

Sebagai variabel eksogen, digunakan tingkat bunga SBI jangka waktu 1 bulan, yang

dikeluarkan oleh Bank Indonesia setiap minggunya. Pemakaian tingkat bunga SBI,

dimaksudkan sebagai alternatif investasi selain saham dan tolak ukur investasi yang

bebas risiko dibandingkan kedua variabel lainnya.

Pembuktian tersebut dilakukan dengan melakukan pendekatan analisa kointegrasi

dimana dua atau lebih variabel (series) non-stasioner akan terkointegrasi bila

Page 15: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

kombinasinya juga linier sejalan dengan berjalannya waktu, meskipun bisa terjadi

masing-masing variabelnya bersifat non stasioner, dengan kata lain, hubungan antara

variabel-variabel tersebut berjalan dalam jangka panjang. Kemudian untuk melihat

hubungan dalam jangka pendek yang terjadi diantara kedua indeks tersebut (IHSG dan

JII) digunakan analisa VECM (Vector Error Correction Model).

1.2. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Dari sumber referensi penelitian-penelitian

sebelumnya, serta obyek penelitian yang hendak diteliti

oleh peneliti, memunculkan rumusan masalah sebagai

berikut, yaitu:

“Bagaimanakah perbandingan kinerja kedua

indeks yang berlainan prinsip tersebut, yaitu IHSG

yang mewakili indeks konvensional dan JII yang

merepresentasikan indeks syariah? Dan bagaimana

hubungan antara keduanya dalam jangka pendek

maupun jangka panjang?”

Page 16: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

Dari rumusan masalah tersebut, maka disusun

pertanyaan penelitian sebagai berikut, yaitu:

1) Bagaimanakah perbandingan tingkat risiko antara

kedua indeks, yaitu JII dan IHSG?

2) Bagaimanakah perbandingan kinerja indeks

tersebut dalam hal return, JII versus IHSG?

3) Apakah ada keterkaitan dalam jangka panjang

(terkointegrasi) diantara variabel-variabel

tersebut, yaitu IHSG, JII, dan SBI jangka waktu 1

bulan?

4) Apakah ada hubungan kausalitas dan hubungan

jangka pendek diantara variable-variabel tersebut,

yaitu JII, IHSG dan SBI jangka waktu 1 bulan?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah:

Page 17: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

1) Untuk menganalisis tingkat risiko masing-masing indeks dengan deksripsi

statistik dua indeks yang berbeda landasan prinsip dalam penyusunan komposisi

emitennya, yaitu IHSG dengan prinsip konvensional dan JII dengan prinsip

syariah.

2) Untuk menganalisis kinerja return masing-masing indeks, yaitu indeks

konvensional (IHSG) dibandingkan dengan indeks syariah (JII).

3) Menganalisis adanya keterkaitan secara kointegratif (long-term relationship)

antara indeks yang berbeda-beda (IHSG dan JII) dan instrument bebas risiko dari

Bank Indonesia, yaitu Sertifikat Bank Indonesia.

4) Menganalisis hubungan kausalitas diantara kedua indeks serta short-term

relationship, yaitu IHSG dan JII serta tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia

jangka waktu 1 bulan.

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Praktis

a. Membantu kalangan investor, terutama investor muslim, untuk lebih mengenal JII

sebagai salah satu benchmark indeks di pasar modal Indonesia.

b. Mengetahui efektivitas Jakarta Islamic Indeks dan komposisi emiten yang

terdapat didalamnya sebagai sarana berinvestasi sesuai prinsip syariah.

c. Mengetahui risiko dan imbal hasil yang terdapat dalam Jakarta Islamic Indeks

dibandingkan dengan IHSG.

Page 18: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

1.4.2. Kegunaan Akademis

a. Penelitian ini berguna memunculkan minat akademisi untuk lebih menggali lebih

dalam mengenai investasi berbasis syariah

b. Memperbandingkan indeks yang terdapat di Indonesia, dan diharapkan akan

muncul lagi penelitian mengenai indeks lokal maupun regional terhadap JII di

masa mendatang

c. Memperkenalkan analisa kointegrasi dan VECM sebagai salah satu metode

penelitian untuk melihat hubungan jangka pendek dan jangka panjang antar dua

variable non-stasioner.

Page 19: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

BAB II

TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN

2.1. Telaah Pustaka

Beberapa tahun belakangan ini mulai berkembang prinsip syariah dalam jasa

keuangan, mulai dari perbankan, asuransi dan investasi. Di sektor perbankan, saat ini

banyak bank yang mulai masuk ke prinsip syariah, baik berupa cabang maupun pendirian

perbankan baru. Semua ini tentunya membutuhkan pembelajar konsep ini sehingga tidak

salah dalam memahaminya. Perusahaan asuransi juga mulai melirik prinsip syariah dalam

bisnis yang akan dikembangkannya. Banyak hal yang mengakibatkan ini, terutama

dengan pasar muslim yang jumlahnya banyak di Indonesia, sebagai negara dengan

jumlah penduduk muslim terbanyak.

Sektor perbankan dengan prinsip syariah diawali dengan berdirinya Bank

Muamalat Indonesia pada tahun 1992, dan hingga saat ini perbankan syariah terus

berkembang pesat, bahkan mulai tahun 2007, Direktorat Perbankan Syariah Bank

Indonesia mulai mensosialisasikan pemasangan stiker Islamic Banking untuk

menunjukkan bahwa bank tersebut adalah bank dengan prinsip syariah. Begitu juga

dengan sektor lain, seperti sektor asuransi yang merasakan semakin berat beban

perusahaan dalam menanggung beban risiko yang besar (jaminan proteksi)

mengakibatkan banyaknya perusahaan mulai kedodoran. Dengan janji nilai kepastian dan

menurunnya tingkat suku bunga, hal ini tentunya akan berdampak sangat besar terhadap

industri asuransi secara umum. Perusahaan yang tadinya aman, karena tingkat suku

Page 20: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

bunga bank relatif tinggi, misalkan beberapa tahun lalu, tingkat suku bunga tabungan

masih berada di kisaran 12% dan jaminan tingkat suku bunga yang diberikan oleh

perusahaan asuransi misalkan 8%, maka masih ada keuntungan untuk perusahaan

asuransi. Namun pada masa sekarang ini, tingkat suku bunga hanya 6-7% dan jaminan

asuransi yang diberikan dengan tingkat 8%. Tentunya perusahaan asuransi mengalami

defisit dari selisih tingkat bunga. Hal ini dalam jangka panjang akan sangat berbahaya

bagi kelangsungan industri asuransi, sehingga perusahaan asuransi mulai melirik asuransi

berdasar prinsip syariah, seperti Asuransi Takaful Indonesia dan diikuti beberapa

lembaga asuransi lainnya.

Begitu pula dalam industri pasar modal, prinsip syariah mulai berkembang secara

pesat, terbukti dengan munculnya reksadana-reksadana yang berbasis syariah serta

instrumen keuangan syariah, seperti sukuk, obligasi ijarah dan lain-lain. Dalam hal

transaksi jual beli, saham-saham dalam reksa dana syariah merupakan harta (mal) yang

dibolehkan untuk diperjualbelikan dalam syariah. Transaksi ini juga tidak

memperbolehkan unsur spekulasi, gharar (penipuan), penawaran palsu dan hal-hal yang

berbau spekulan lainnya.

Dalam kaitannya dengan saham-saham yang diperjualbelikan di bursa saham, BEJ

bekerjasama dengan Danareksa dan Bapepam sudah mengeluarkan daftar perusahaan

yang tercantum dalam bursa yang sesuai dengan syariah Islam atau saham-saham yang

tercatat di Jakarta Islamic Index (JII), dan tentunya berdasarkan persetujuan Dewan

Syariah Nasional (DSN) – MUI, yang akan dijelaskan pada sub bagian selanjutnya.

2.1.1. Prinsip Syariah dalam Pasar Modal

Prinsip syariah dalam pasar modal adalah penggunaan prinsip syariah dalam pasar

Page 21: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

modal, di mana setiap perdagangan surat berharga mentaati ketentuan transaksi sesuai

dengan basis syariah. Prinsip syariah dalam pasar modal tidak hanya ada dan berkembang

di Indonesia tetapi juga di negara-negara lain. Lembaga keuangan yang pertama kali

menaruh perhatian di dalam mengoperasikan portofolionya dengan manajemen portofolio

syariah di dalam pasar modal adalah Amanah Income Fund yang didirikan bulan Juni

1986 oleh para anggota The North American Islamic Trust yang bermarkas di Indiana,

Amerika Serikat. Wacana mengenai prinsip syariah dalam pasar modal ini disambut

dengan antusias di seluruh belahan bumi ini mulai dari kawasan Timur Tengah, Eropa,

Asia dan Amerika. Beberapa negara yang proaktif dalam mengembangkan pasar modal

yang berprinsipkan syariah dan konsisten dalam menerapkan syariah Islam dalam sendi

kehidupannya adalah Bahrain Stock di Bahrain, Amman Financial Market di Amman,

Muscat Securities Kuwait Stock Exchange di Kuwait dan Kuala Lumpur Stock Exchange

di Malaysia. Perkembangan prinsip syariah dalam pasar modal di Indonesia secara tidak

langsung juga dipengaruhi pasar modal yang berpegang pada konsep syariah yang

terlebih dahulu dijalankan oleh negara-negara lain. Prinsip syariah dalam pasar modal di

Indonesia diperkenalkan pada bulan Juli 2000 ditandai dengan berdirinya Jakarta Islamic

Index.

2.1.1.1. Instrumen Keuangan Prinsip Syariah dalam Pasar Modal

Investasi keuangan syariah harus disertai dengan kegiatan sektor riil atau transaksi

yang mendasari (underlying transaction) (Auliyah dan Hamzah,2006). Untuk itu,

penciptaan instrumen investasi syariah dalam pasar modal adalah dari sekuritasi

Page 22: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

aset/proyek (asset securitisation) yang merupakan bukti penyertaan, sekuritasi utang

(debt securitisation) atau penerbitan surat utang yang timbul atas transaksi jual beli (al

dayn) atau merupakan sumber pendanaan bagi perusahaan, sekuritasi modal (equity

securitisation), merupakan emisi surat berharga oleh perusahaan emiten yang telah

terdaftar dalam prinsip syariah dalam pasar modal dalam bentuk saham. Adapun

instrumen pasar modal yang sesuai dengan syariah dalam pasar perdana adalah

muqaradah/mudharabah funds, saham biasa (common stock), muqaradah/mudharabah

Bonds. Karena instrumen pasar modal tersebut diperdagangkan di pasar perdana, maka

prinsip dasar pasar perdana adalah semua efek harus berbasis pada harta atau transaksi

riil, tidak boleh menerbitkan efek utang untuk membayar kembali utang (bay al dayn bi

al dayn), dana atau hasil penjualan efek akan diterima oleh perusahaan, hasil investasi

akan diterima pemodal (shohibul maal), tidak boleh memberikan jaminan hasil yang

semata-mata merupakan fungsi dari waktu (Harahap, 2001).

Sedangkan untuk pasar sekunder ada beberapa tambahan dari prinsip dasar pasar

perdana, yaitu tidak boleh membeli efek berbasis trend (indeks), suatu efek dapat

diperjualbelikan namun hasil (manfaat) yang diperoleh dari efek tersebut berupa kupon

atau deviden tidak boleh diperjualbelikan, tidak boleh melakukan suatu transaksi

murabahah dengan menjadikan objek transaksi sebagai jaminan. Adapun jenis instrumen

pasar modal yang jelas diharamkan syariah adalah preferred stock (saham istimewa),

forward contract, option. (Auliyah dan Hamzah, 2006).

2.1.1.2. Daftar Efek Syariah

Daftar inilah yang ditunggu-tunggu oleh para pelaku pasar modal, khususnya

Page 23: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

investor yang menghendaki kepastian dalam menginvestasikan modalnya dalam

instrumen syariah. Pada hari Rabu tanggal 12 September 2007, Bapepam dan LK telah

menerbitkan Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-325/BL/2007 tentang

Daftar Efek Syariah. Dikeluarkannya keputusan tersebut adalah tindak lanjut dari

diterbitkannya Peraturan Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek

Syariah, lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-314/BL/2007.

Menurut peraturan tersebut, Daftar Efek Syariah (DES) merupakan panduan

investasi bagi Reksa Dana Syariah dalam menempatkan dana kelolaannya. Selain itu,

Daftar Efek Syariah ini juga dapat dipergunakan oleh investor yang mempunyai

keinginan untuk berinvestasi pada portofolio Efek Syariah. DES meliputi 20 (dua puluh)

Efek Syariah dengan jenis sukuk/obligasi syariah, 169 (seratus enam puluh sembilan)

Efek Syariah dengan jenis saham yang dikeluarkan oleh Emiten dan 5 (lima) Efek

Syariah dengan jenis saham Perusahaan Publik. (lihat Lampiran 2. Daftar Efek Syariah)

Daftar Efek Syariah disusun oleh sebuah tim yang beranggotakan pejabat dan

pegawai di lingkungan Bapepam dan LK, PT. Bursa Efek Jakarta, PT. Bursa Efek

Surabaya dan anggota Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).

Sumber data yang digunakan sebagai bahan penelaahan dalam penyusunan Daftar Efek

Syariah dimaksud adalah berasal dari Laporan Keuangan Tahunan dan atau Laporan

Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik per 31 Desember 2006 serta data pendukung

lainnya berupa data tertulis yang diperoleh dari Emiten atau Perusahaan Publik maupun

dari pihak–pihak lainnya yang dapat dipercaya.

Secara periodik Bapepam dan LK akan melakukan review atas Daftar Efek

Syariah berdasarkan Laporan Keuangan Tengah Tahunan dan Laporan Keuangan

Page 24: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

Tahunan dari Emiten atau Perusahaan Publik. Review atas Daftar Efek Syariah juga

dilakukan apabila terdapat Emiten atau Perusahaan Publik yang Pernyataan

Pendaftarannya telah menjadi efektif dan memenuhi kriteria Efek Syariah atau apabila

terdapat aksi korporasi, informasi, atau fakta dari Emiten atau Perusahaan Publik yang

dapat menyebabkan terpenuhi atau tidak terpenuhinya kriteria Efek Syariah.

2.1.2. Macam Indeks di Bursa Efek Jakarta

Dalam rangka memberikan informasi yang lengkap tentang perkembangan bursa

kepada publik, BEJ telah menyebarkan data pergerakan harga saham melalui media cetak

dan elektronik. Satu indikator pergerakan harga saham tersebut adalah indeks harga

saham. Adapun macam-macam indeks yang terdapat dalam BEJ tersebut adalah:

(i) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Pada tanggal 1 April 1983, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkenalkan

untuk pertama kalinya sebagai indikator pergerakan harga saham di BEJ. Indeks ini

mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di

BEJ. Hari dasar untuk perhitungan IHSG adalah 10 Agustus 1982. Pada tanggal tersebut,

indeks ditetapkan dengan nilai dasar 100 dan saham tercatat pada saat itu berjulah 13

saham.

Dasar perhitungan IHSG adalah jumlah nilai pasar dari total saham yang tercatat

pada tanggal 10 Agustus 1982. Jumlah nilai pasar adalah total perkalian setiap saham

tercatat (kecuali untuk perusahaan yang berada dalam program restrukturisasi) dengan

harga di BEJ pada hari tersebut.

Page 25: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

Formula perhitungan adalah sebagai berikut:

IHSG = Σ (Harga Penutupan di Pasar Reguler x Jumlah Saham) x 100 Nilai Dasar

Perhitungan indeks dilakukan setiap hari, yaitu setelah penutupan perdagangan

setiap harinya. Dalam waktu dekat, diharapkan perhitungan IHSG dapat dilakukan

beberapa kali atau bahkan dalam beberapa menit, hal ini dapat dilakukan setelah sistem

perdagangan otomasi diimplementasikan dengan baik.

(ii) Indeks Sektoral

Indeks Sektoral merupakan bagian dari IHSG. Semua perusahaan yang tercatat di

BEJ diklasifikasikan ke dalam 9 sektor yang didasarkan pada klasifikasi industri yang

ditetapkan oleh NEJ yang disebut JASICA (Jakarta Stock Exchange Industrial

Classification). Kesembilan sektor tersebut adalah:

A. Sektor Utama (industri yang menghasilkan bahan-bahan baku)

1. Sektor 1, Pertanian

2. Sektor 2, Pertambangan

B. Sektor Kedua (Industri Pengolahan atau Manufaktur)

3. Sektor 3, Industri Dasar dan Kimia

4. Sektor 4, Aneka Industri

5. Sektor 5, Industri Barang Konsumsi

C. Sektor Ketiga (Jasa)

6. Sektor 6, Properti dan Real Estate

7. Sektor 7, Transportasi dan Infrastruktur

8. Sektor 8, Keuangan

Page 26: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

9. Sektor 9, Perdagangan, Jasa dan Investasi

Indeks sektoral diperkenalkan pada tanggal 2 Januari 1996 dengan nilai dasar 100 untuk

setiap sektor dan menggunakan hari dasar 28 Desember 1995.

Disamping kesembilan sektor tersebut, BEJ menghitung indeks industri

manufaktur atau pengolahan yang merepresentasikan kumpulan saham yang diklasifikasi

kedalam sektor 3, sektor 4, dan sektor 5.

(iii) Indeks LQ45

Indeks ini terdiri dari 45 saham yang dipilih setelah melalui beberapa kriteria

sehingga indeks ini terdiri dari saham-saham yang mempunyai likuiditas yang tinggi dan

juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar dari saham-saham tersebut.

LQ 45 menggambarkan sekelompok saham pilihan yang memenuhi kriteria

tertentu. Saham yang berhak masuk dalam kelompok tersebut adalah yang memenuhi

kriteria ranking tinggi pada: (1) total transaksi, (2) nilai transaksi, dan (3) frekuensi

transaksi.” (Sugeng Wahyudi,2004.).

Untuk masuk dalam pemilihan tersebut, sebuah saham harus memenuhi kriteria

tertentu dan lolos dari seleksi utama sebagai berikut:

1. Masuk dalam top 60 dari total transaksi saham di pasar reguler (rata-rata nilai

transaksi selama 12 bulan terakhir).

2. Masuk dalam ranking yang didasarkan pada nilai kapitalisasi pasar (rata-rata

kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir).

3. Telah tercatat di BEJ sekurang-kurangnya 3 bulan

4. Kondisi keuangan perusahaan, prospek pertumbuhan perusahaan, frekuensi dan

Page 27: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

jumlah transaksi di pasar reguler.

BEJ secara terus menerus memantau perkembangan komponen saham yang

masuk dalam perhitungan Indeks LQ45. Setiap 3 bulan, di-review pergerakan ranking

saham yang masuk dalam perhitungan Indeks LQ45. Pergantian saham akan dilakukan

setiap 6 bulan sekali, yaitu pada setiap awal bulan Februari dan Agustus. Bila terdapat

satu saham yang tidak memenuhi kriteria, saham tersebut akan dikeluarkan dari

perhitungan indeks dan digantikan dengan saham yang memenuhi kriteria.

Saham-saham yang masuk dalam kriteria ranking 1-35 dikalkulasikan dengan

cepat dalam perhitungan indeks. Sedangkan saham yang masuk pada ranking 36-45 tidak

perlu dimasukkan dalam perhitungan indeks.

Untuk menjamin kewajaran dalam seleksi saham, BEJ memiliki sebuah Komite

Penasehat yang terdiri dari para ahli di bidang pasar modal yaitu para praktisi, akademisi,

profesional independen di bidang pasar modal.

Indeks LQ45 dihitung mundur hingga tanggal 13 Juli 1994 sebagai hari dasar,

dengan nilai dasar 100. Untuk seleksi awal digunakan data pasar Juli 1993-Juni 1994.

Hasilnya, ke-45 saham tersebut meliputi 72% total market kapitalisasi pasar dan 72.5%

nilai transaksi di pasar reguler.

(iv) Jakarta Islamic Index (JII)

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia no: 40/DSN-

MUI/X/2003, tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di

Bidang Pasar Modal menyatakan bahwa pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan

dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan

Page 28: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

Efek syariah adalah efek sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di

bidang pasar modal yang akad, pengelolaan perusahaan, maupun cara penerbitannya

memenuhi prinsip-prinsip syariah. Emiten atau perusahaan publik yang bermaksud

menerbitkan efek syariah wajib untuk menandatangani dan memenuhi ketentuan akad

yang sesuai dengan syariah atas efek syariah yang dikeluarkan.

Penyusunan emiten yang termuat dalam Jakarta Islamic Index (JII) disusun

berdasarkan prinsip yang berlandaskan syariah. Prinsip ini berdasarkan pada nilai-nilai

yang terdapat dalam ekonomi Islam.

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman bahwa:

“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian berbuat

zalim kepada yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh; dan amat

sedikitlah mereka ini.” (QS. Sad:24).

Menurut Luqman Syuhada (2007), ekonomi Islam adalah “konsep tentang tata

cara mendapatkan harta/kekayaan dan membelanjakannya menurut hukum dan adab yang

terkandung dalam syariat Islam”. Sedangkan, Menurut Merza Gamal (2005), Sistem

ekonomi Islam adalah sebuah sistem perekonomian sunnatullah yang mendorong adanya

aliran investasi (melalui zakat) secara optimal (dengan prinsip anti riba) yang bersifat

produktif (anti judi).

Sebagai salah satu bagian dari syariat Islam, menurut Luqman., ekonomi Islam

mempunyai tujuan, yaitu::

1. Memelihara Dinul Islam

2. Memelihara Jiwa.

Page 29: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

3. Memelihara Akal.

4. Memelihara Keturunan.

5. Memelihara Harta.

Kelima tujuan ini menjadi muara semua elemen syariat. Dalam hal memelihara dinul

Islam, ekonomi memegang peran penting. Bahkan, ada harta yang diberikan kepada

muallaf oleh Rasulullah S.A.W. agar agamanya kuat dan tidak mengganggu Islam.

Dalam hal memelihara jiwa, harta penting. Bahkan harta yang haram sekalipun

bisa didispensasi untuk dimanfaatkan dalam rangka memelihara jiwa. Dalam hal akal,

harta juga penting. Pendidikan merupakan salah satu cara memelihara akal seorang

muslim agar tetap dalam garis fitrahnya.Dalam hal keturunan, menikah membutuhkan

mahar, dan mahar harus bisa diukur secara materi, kecuali dalam kondisi darurat. Adapun

dalam hal memelihara harta, sistem ekonomi Islam bahkan sangat menghargainya.

Larangan riba, mencuri dan menipu merupakan bagian dari perhatian Islam terhadap

pemeliharaan harta seorang muslim.

Emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan efek syariah wajib menjamin

bahwa kegiatan usahanya memenuhi prinsip-prinsip syariah dan memiliki syariah

compliance officer (SCO) yaitu pihak atau pejabat dari suatu perusahaan atau lembaga

yang telah mendapat sertifikasi dari DSN-MUI dalam pemahaman mengenai prinsip-

prinsip syariah di pasar modal.

JII sendiri diluncurkan pada tanggal 3 Juli 2000. JII dihitung mundur hingga

tanggal 1 Januari 1995 sebagai hari dasar dengan nilai dasar 100. JII terdiri dari 30 saham

yang sesuai dengan Syariah Islam. Dewan Pengawas Syariah PT DIM terlibat dalam

menetapkan kriteria saham-saham yang masuk dalam JII.

Page 30: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

Berdasarkan arahan Dewan Pengawas Syariah PT DIM, jenis kegiatan utama

emiten yang bertentangan dengan Syariah adalah:

> Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.

> Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi

konvensional.

> Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan

minuman yang tergolong haram.

> Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan atau meyediakan barang-barang ataupun

jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.

Untuk menetapkan saham-saham yang masuk dalam perhitungan indeks JII

dilakukan dengan urutan sebagai berikut (Auliyah dan Hamzah, 2006):

1. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan

prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali termasuk dalam 10

kapitalisasi besar).

2. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahunan terakhir

yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal sebesar 90%.

3. Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi

pasar (market capitalization) terbesar selama satu tahun terahkir.

4. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai

perdagangan reguler selama satu tahun terakhir. (lihat lampiran 1. Daftar Saham Jakarta

Islamic Index)

Page 31: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

(v) Indeks Papan Utama (Main Board Index/MBX) dan Indeks Papan Pengembangan (Development Board Index/DBX)

Pada tanggal 13 Juli 2000, BEJ meluncurkan peraturan baru di bidang pencatatan:

“Sistem Pencatatan 2 Papan”. Sistem ini diimplementasikan untuk mendorong bursa

Indonesia dan memulihkan kepercayaan publik kepada bursa dengan tata kelola

perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)

Papan Pencatatan tersebut terdiri dari :

> Papan Utama untuk perusahaan besar dengan track record yang baik

> Papan Pengembangan, untuk mengakomodasi perusahaan-perusahaan yang belum bisa

memenuhi persyaratan Papan Utama, tetapi masuk pada kategori perusahaan

berprospek. Disamping itu Papan Pengembangan diperuntukkan bagi perusahaan

yang mengalami restrukturisasi atau pemulihan performa.

Dalam rangka menyediakan indikator untuk mengawasi saham-saham yang masuk

dalam ketegori setiap papan, pada tanggal 8 April 2002, BEJ telah meluncurkan 2 indeks

baru: ‘Indeks Papan Utama dan Indeks Papan Pengembangan.’ Kedua indeks tersebut

menggunakan metode perhitungan seperti indeks lainnya, contohnya menggunakan

pembobotan berdasarkan kapitalisasi pasar.

Hari dasar untuk perhitungan Indeks Papan Utama dan Indeks Papan Pengembangan

adalah tanggal 28 Desember 2001 dengan nilai dasar 100. Pada tanggal tersebut, 24

saham tercatat di Papan Utama dan 287 saham tercatat di Papan Pengembangan dengan

komposisi kapitalisasi pasar untuk kedua indeks tersebut adalah 62% dan 38% berturut-

turut.

Page 32: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

2.1.3 Sertifikat Bank Indonesia sebagai Salah Satu Instrumen Moneter

Dari instrumen BI Rate yang tingkat bunganya ditetapkan Bank Indonesia melalui

Rapat Dewan Gubernur, ditetapkanlah tingkat bunga untuk instrumen yang digunakan

oleh Bank Indonesia dalam memasuki pasar modal di Indonesia, yaitu Sertifikat Bank

Indonesia atau SBI.

Latar belakang hadirnya Sertifikat Bank Indonesia dan instrumen kebijakan

moneter lainnya dari Bank Indonesia merupakan langkah BI sebagai cara untuk

penguatan kebijakan moneter di Indonesia, dan sebagai salah satu dari instrumen dari

kebijakan Operasi Pasar Terbuka Bank Indonesia.

SBI adalah surat berharga sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek

dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dengan sistem diskonto.

Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia berkewajiban memelihara kestabilan nilai

rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal + uang giral di

Bank Indonesia) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan rupiah dan SBI diterbitkan

dan dijual oleh Bank Indonesia untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut. Dasar

hukum penerbitan SBI

adalah Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/67/KEP/DIR tanggal 23 Juli 1998

tentang Penerbitan dan Perdagangan Sertifikat Bank Indonesia serta Intervensi Rupiah.

SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless), dan seluruh kepemilikan maupun

transaksinya dicatat dalam sarana Bank Indonesia BI-SSSS. Pembelian SBI oleh

masyarakat tidak dapat dilakukan secara langsung dengan Bank Indonesia melainkan

harus melalui Bank Umum serta pialang pasar uang dan pasar modal yang ditunjuk oleh

Bank Indonesia. Untuk menjaga keamanan dari kehilangan atau pencurian serta untuk

Page 33: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

menghindari terjadinya pemalsuan, pihak pembeli SBI memperoleh Bilyet Depot

Simpanan (BDS) sebagai bukti atas penyimpanan fisik warkat SBI pada Bank Indonesia.

Penerbitan SBI di pasar perdana dilakukan dengan mekanisme lelang pada setiap

hari Rabu atau hari kerja berikutnya (apabila hari Rabu adalah hari libur nasional); SBI

diterbitkan dengan jangka waktu (tenor) 1 bulan sampai dengan 12 bulan dengan satuan

unit terkecil sebesar Rp1 juta. Saat ini Bank Indonesia menerbitkan SBI dengan tenor 1

bulan dan 3 bulan. Penerbitan SBI tenor 1 bulan dilakukan secara mingguan sedangkan

SBI tenor 3 bulan dilakukan secara triwulanan.

Peserta lelang SBI terdiri dari bank umum dan pialang pasar uang Rupiah

dan Valas. Metode lelang penerbitan SBI dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara

yaitu: (1) Variabel Rate Tender (peserta lelang mengajukan penawaran kuantitas dan

tingkat diskonto SBI), dan (2) Fixed Rate Tender (peserta lelang mengajukan penawaran

kuantitas dengan tingkat diskonto yang ditetapkan oleh Bank Indonesia).

Penawaran minimal pada lelang SBI di pasar perdana ditetapkan sebesar Rp1

miliar dengan kelipatan Rp100 juta. Bank Indonesia mengumumkan rencana lelang SBI

paling lambat pada 1 hari kerja sebelum hari pelaksanaan lelang. Bank Indonesia

mengumumkan pemenang lelang SBI pada hari pelaksanaan lelang. Penyelesaian

transaksi dilakukan 1 (satu) hari kerja berikutnya (one day settlement) melalui sarana BI-

SSSS yang terhubung langsung dengan sistem BI-RTGS.

2.1.3.1 Dasar Pertimbangan SBI 1 Bulan Sebagai Salah Satu Variabel Penelitian

Page 34: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

Sebagai dasar dari pertimbangan mengenai pemilihan Sertifikat Bank Indonesia

sebagai salah satu variabel penelitian, adalah sebagai berikut:

• Instrumen SBI sebagai variabel eksogen yang juga cukup likuid seperti saham dan

merepresentasikan tingkat bunga yang tidak termasuk dalam kriteria halal oleh

prinsip syariah.

• Instrumen SBI dianggap sebagai instrumen keuangan yang bebas risiko karena

dikeluarkan oleh Bank Indonesia, sehingga dipakai sebagai pembanding

(benchmark) risiko dan imbal hasil dari kedua indeks IHSG dan JII.

• SBI merupakan salah satu pilihan atau alternatif investasi bagi investor yang

hendak menanamkan uangnya selain pada instrumen saham yang terdapat pada

Bursa Efek Jakarta.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian dengan obyek prinsip syariah dalam pasar modal atau pasar

modal yang berpegang pada konsep syariah di Indonesia tidak banyak dilakukan. Begitu

pula, penelitian-penelitian yang menggunakan variabel-variabel indeks-indeks yang

terdapat dalam prinsip syariah dalam pasar modal masih jarang dilakukan.

Penelitian dengan obyek prinsip syariah dalam pasar modal dilakukan oleh Aruzzi

dan Bandi (2003). Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

variabel tingkat suku bunga, rasio profitabilitas dan beta akuntansi dapat mempengaruhi

risiko sistematik atau beta saham syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index

(JII) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) secara bersama-sama ataupun secara parsial pada

periode pengamatan yang diambil dalam penelitian tersebut. Adapun obyek yang diteliti

Page 35: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

adalah saham perusahaan yang termasuk ke dalam JII dalam periode Januari 2001 –

Desember 2002.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara bersama-sama maupun

parsial variabel-variabel tingkat suku bunga, rasio profitabilitas dan beta akuntansi tidak

mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap beta saham syariah. Koefisien

determinasi adalah sebesar 7,1% ini berarti variabel-variabel tingkat suku bunga, rasio

profitabilitas dan beta akuntansi hanya dapat menjelaskan beta saham syariah sebesar

7,1%, sedangkan 92,9% dijelaskan oleh variabel-variabel lain.

Hamzah (2005) melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh

variabel-variabel makro ekonomi, industri dan karakteristik perusahaan terhadap beta

saham syariah. Obyek yang diteliti adalah saham perusahaan yang termasuk dalam JII

periode Januari 2001 sampai Desember 2004. jumlah sampel adalah sebanyak 120

perusahaan. Hasil pengujian dengan F-test menunjukkan bahwa variabel-variabel makro

ekonomi, industri dan karakteristik perusahaan mempunyai pengaruh secara signifikan

terhadap beta saham syariah. Nilai koefisien determinasi sebesar 51,8%. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut dalam menjelaskan perubahan beta saham

syariah mempunyai hubungan dan pengaruh yang kuat. Hasil pengujian dengan t-test

menunjukkan pada variabel-variabel makro ekonomi seperti kurs rupiah terhadap dollar

dan Produk Domestik Bruto mempunyai pengaruh signifikan pada level 5% terhadap beta

saham syariah, sedangkan pada variabel-variabel industri tidak mempunyai pengaruh

signfikan terhadap beta saham syariah dan pada variabel-variabel karakteristik

perusahaan hanya leverage dan profitabilitas yang mempunyai pengaruh signifikan pada

level 10% terhadap beta saham syariah.

Page 36: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

Kemudian, penelitian Auliyah dan Hamzah (2006) bertujuan untuk mengetahui

dampak variabel-variabel ekonomi seperti,karakteristik perusahaan, industri dan

makroekonomi terhadap return dan beta dari saham syariah. Sampel dari penelitian

mengambil dari perusahaan yang terdaftar pada Jakarta Islamic Indeks dalam kurun

waktu 2001 – 2005 sebanyak 150 perusahaan.

Hasil pengujian dengan F-test, menunjukkan variabel-variabel karakteristik

perusahaan, industri dan ekonomi makro tidak berpengaruh secara signifikan pada tingkat

5% terhadap return saham syariah tetapi berpengaruh secara signifikan pada tingkat 5%

terhadap beta saham syariah. Pengujian regresi secara parsial dengan t-test menunjukkan

bahwa tidak ada satu pun variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan

ekonomi makro berpengaruh secara signifikan pada return saham syariah, sedangkan

variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro terhadap beta

saham saham yang mempunyai pengaruh signifikan pada tingkat 5% adalah cyclicality,

kurs rupiah terhadap dollar dan Produk Domestik Bruto (PDB).

Penelitian dari Hardianto (2005) sedikit banyak membuka wawasan penelitian ini

dengan penelitiannya mengenai mekanisme transmisi syariah. Penelitian Hardianto

bertujuan menganalisis dampak perubahan tingkat bunga SBI 1 bulan mempengaruhi

tingkat bagi hasil pada perbankan syariah (shariah share). Dengan metode VAR,

penelitian ini membuktikan dua hal penting yaitu: tidak terjadi mekanisme substitusi

antara produk pinjaman sistem konvensional dengan sistem syariah dan kesimpulan yang

kedua adalah pinjaman bank syariah mempunyai pola hubungan yang positif dengan

inflasi. Keseimbangan yang seharusnya terjadi antara sisi moneter dengan sisi riil tidak

Page 37: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

terjadi karena pertumbuhan pada pinjamn bank syariah tidak diikuti pola yang sama di

sisi riil (GDP).

Satu penelitian yang mungkin bisa menjadi acuan adalah penelitian dari Hakim dan

Rashidian (2002) dengan tujuan untuk mengetahui tingkat risiko dan imbal hasil yang

terdapat pada indeks syariah dan indeks konvensional serta hubungan dinamis jangka

panjang terhadap kedua indeks tersebut melalui uji kointegrasi. Obyek yang diteliti

adalah nilai penutupan harian Dow Jones Islamic Market Indeks (DJIMI) dan Wilshire

5000 pada periode 10 Desember 1999 sampai dengan 9 April 2002 dengan sampel

sebanyak 674 data yang diperbandingkan dengan variabel eksogen T-Bill jangka waktu 3

bulan dari Federal Reserves.

Hasil pengujian dengan Sharpe Ratio menunjukkan tingkat risiko yang ditunjukkan

oleh DJIMI lebih rendah apabila dibandingkan dengan indeks Wilshire 5000 (118% vs

194%), kemudian dengan uji kointegrasi menunjukkan tidak ada korelasi dinamis jangka

panjang, yang saling mempengaruhi kedua indeks tersebut, karena itu dapat diartikan

indeks berjalan secara independen satu sama lain. Hal ini dapat diartikan DJIMI tidak

akan banyak terpengaruh oleh fluktuasi yang terjadi pada Wilshire 5000 yang diakibatkan

pergeseran tingkat bunga dan hal-hal lain. Secara singkat digambarkan dalam tabel

berikut ini:

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

Judul Penelitian Variabel Metodologi Hasil Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Rasio Profitabilitas, dan Beta Akuntansi Terhadap Beta Saham Syariah di BEJ oleh

Tingkat suku bunga, rasio profitabilitas,beta akuntansi dan beta saham syariah.

Analisa Determinan

Secara bersama-sama maupun parsial, variabel-variabel tingkat suku bunga,

Page 38: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

Aruzzi, M. Iqbal, dan Bandi, (2003)

rasio profitabilitas dan beta akuntansi tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap beta saham syariah.

Analisa Karakteristik Perusahaan, Industri dan Ekonomi Makro Terhadap Beta Saham Syariah di BEJ oleh Ardi Hamzah (2005)

Variabel makro ekonomi, industri dan karakteristik perusahaan terhadap beta saham syariah

F-test t-test

Variabel-variabel independen, seperti kurs Rp/USD dan PDB mempunyai pengaruh signifikan pada level 5% terhadap beta saham syariah, sedangkan pada variabel-variabel industri tidak mempunyai pengaruh signfikan terhadap beta saham syariah dan pada variabel-variabel karakteristik perusahaan hanya leverage dan profitabilitas yang mempunyai pengaruh signifikan pada level 10% terhadap beta saham syariah.

Mekanisme Transmisi Syariah di Indonesia oleh Erwin Hardianto (2005)

Variabel terdiri dari tingkat suku bunga SBI terhadap tingkat bagi hasil perbankan

Vector Auto Regression (VAR)

Tidak terjadi substitusi antara produk pinjaman sistem konvensional dengan sistem syariah dan pinjaman bank syariah mempunyai pola hubungan yang positif dengan inflasi

Analisa Karakteristik Perusahaan, Industri dan Ekonomi Makro Terhadap Return dan Beta Saham Syariah di BEJ oleh Robiatul Auliyah dan

Variabel terdiri dari makroekonomi, industry dan karakteristik perusahaan, return dan beta saham syariah

Analisa Regressi Variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro tidak berpengaruh secara signifikan pada

Page 39: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

Ardi Hamzah (2006) tingkat 5% terhadap return saham syariah tetapi berpengaruh secara signifikan pada tingkat 5% terhadap beta saham syariah. Sedangkan t-test menunjukkan bahwa tidak satu pun variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro berpengaruh secara signifikan pada return saham syariah, sedangkan variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro terhadap beta saham saham yang mempunyai pengaruh signifikan pada tingkat 5% adalah cyclicality, kurs rupiah terhadap dollar dan Produk Domestik Bruto (PDB).

Risk and Return of Islamic Stock Market Indexes Oleh Sam Hakim dan Manochecr Rashidian (2005)

Variabel terdiri dari Dow Jones Islamic Market Index, T-Bills, dan Wilshire 5000 Index

Uji Kointegrasi Tingkat risiko yang ditunjukkan oleh DJIMI lebih rendah apabila dibandingkan dengan indeks Wilshire 5000 ,kemudian dengan uji kointegrasi menunjukkan tidak ada korelasi dinamis jangka panjang, yang saling mempengaruhi kedua indeks tersebut, karena itu dapat diartikan indeks berjalan secara independen satu sama

Page 40: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

lain 2.2.1. Korelasi Penelitian Terdahulu dengan Variabel-variabel Penelitian Dari rekam jejak penelitian-penelitian terdahulu tersebut, maka dapat ditemukan

keterkaitan variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu Indeks syariah

yang direpresentasikan oleh Jakarta Islamic Indeks, kemudian indeks konvensional yang

diwakili oleh Indeks Harga Saham Gabungan, serta variabel eksogen berupa tingkat

bunga instrumen bebas risiko, yaitu Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Keterkaitan dengan

penelitian terdahulu tersebut, dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Indeks syariah : Merupakan indeks yang berjalan independen dan tidak berkaitan

dengan indeks konvensional, serta tidak ada korelasi jangka pendek maupun

jangka panjang dengan indeks konvensional tersebut (Hakim dan Rashidian,

2005), sedangkan apabila dikaitkan dengan instrumen makroekonomi seperti

tingkat bunga, misalnya SBI tidak berpengaruh signifikan terhadap return dan

beta saham syariah (Auliyah dan Hamzah, 2006), bahkan tingkat bunga SBI

tersebut tidak berkaitan dengan tingkat bagi hasil pada instrumen syariah

(Hardianto, 2005)

2. Indeks konvensional : Merupakan indeks yang dipengaruhi oleh banyak faktor,

misalnya seperti karakteristik perusahaan, instrumen makroekonomi, tingkat suku

bunga dan kurs rupiah terhadap US Dollar, sehingga sangat fluktuatif, dan hal ini

juga berpengaruh terhadap return dan beta (risiko) saham syariah. (Hamzah,2005)

dan (Auliyah dan Hamzah, 2006).

Page 41: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

3. Tingkat suku bunga SBI : Merupakan salah satu instrumen makroekonomi, yang

berfungsi menjadi indikator kebijakan moneter tentang inflasi. Variabel ini dapat

mempengaruhi indikator-indikator perekonomian lain, misalkan seperti indeks

bursa (Hakim dan Rashidian, 2005) serta tingkat suku bunga bank konvensional

(Hardianto, 2005).

4. Kinerja indeks : Dalam penelitian sebelumnya, kinerja indeks dilihat dari faktor

return dan risiko (beta). Hal ini terlihat pada penelitian Aruzzi dan Bandi (2003),

kemudian Hamzah (2004), Auliyah dan Hamzah (2006) serta Hakim dan

Rashidian (2005). Menurut Hakim dan Rashidian, dengan berbagai persyaratan

untuk dapat dimasukkan ke dalam kriteria emiten indeks syariah, menjadikan

indeks tersebut mempunyai kinerja yang lebih baik, dalam sisi return, maupun

risikonya.

2.3 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan ikhtisar dari penelitian-penelitian terdahulu tersebut, maka kerangka

pikir dalam penelitian ini hendak menjelaskan mengenai bagaimana perbandingan kinerja

indeks syariah dan indeks konvensional di Indonesia, yang dalam hal ini

direpresentasikan oleh Jakarta Islamic Indeks (JII) sebagai indeks syariah, kemudian

Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) yang mewakili indeks konvensional.

Perubahan nilai indeks juga dipengaruhi berbagai faktor harga saham di pasar

modal dapat dipengaruhi oleh banyak faktor,seperti yang diungkapkan oleh Mishkin

(1999:108) dalam teori portofolio choice menyatakan faktor yang mempengaruhi

Page 42: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

permintaan surat berharga (saham) adalah wealth, expected return, interest rate, expected

inflation, riskness of bond dan likuiditas dari surat-surat berharga. Sedangkan

penawarannya dipengaruhi oleh expected profitability, expected inflation, dan

government activities. Untuk lebih memfokuskan masalah, penelitian hanya dibatasi pada

faktor tingkat bunga yang direpresentasikan oleh tingkat bunga SBI jangka waktu 1 bulan

sebagai variabel yang dianggap bebas risiko dan salah satu indikator pertumbuhan

ekonomi serta alternatif investasi selain di saham.

Dalam penelitian Hakim dan Rashidian (2005) juga dibahas mengenai hubungan

jangka pendek dan jangka panjang serta kausalitas antara kedua indeks yang berlainan

tersebut (konvensional dan syariah), dimana ternyata ditemukan tidak ada hubungan yang

saling mempengaruhi antara keduanya. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini ingin

mencoba menerapkannya pada indeks syariah di Indonesia, yaitu JII dan IHSG sebagai

indeks konvensional, dan bagaimana keterkaitan, dan kausalitas antara keduanya.

Untuk lebih menjabarkan apa yang menjadi pengamatan penelitian, maka dapat

dijelaskan pada model kerangka pemikiran dibawah ini:

Page 43: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

Gambar 2.1

Model Kerangka Pemikiran

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran serta uraian dan tujuan penelitian ini, maka

dapat dirumuskan hipotesa penelitian yang akan dibuktikan dalam penelitian ini, yaitu

sebagai berikut:

H1 = Terdapat perbedaan tingkat risiko antara JII dengan IHSG dan JII cenderung lebih

tinggi daripada IHSG.

H2 = Kinerja return masing-masing indeks berbeda, meskipun bergerak secara pararel,

JII cenderung mempunyai return yang lebih baik dibandingkan IHSG.

H3 = Terdapat hubungan kointegrasi dan long-term relationship diantara variabel-

variabel penelitian, baik JII vs IHSG; JII vs SBI; IHSG vs SBI dan JII vs IHSG

vs SBI.

H4 = Terdapat hubungan kausalitas dan short-term relationship diantara variabel-

variabel penelitian seperti di atas.

Page 44: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

BAB III

METODE ANALISIS PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif atau dengan

menggunakan prosedur penelitian yang menghasilkan data perhitungan serta interpretasi

hasil analisis dari masalah yang diamati.

Penelitian ini pada dasarnya menganalisis hubungan dinamis antar variabel runtun

waktu, dalam hal ini adalah nilai JII dan IHSG, dalam jangka pendek maupun jangka

panjang dan pengaruh tingkat bunga SBI jangka waktu 1 bulan terhadap kedua variabel

tersebut. Periode pengamatan ditentukan pada periode April 2005 – Juli 2007,

dikarenakan pada periode tersebut terjadi fluktuasi tingkat bunga yang cukup signifikan

dari bulan April 2005 yang hanya 7,53%, kemudian mencapai 12,75% pada awal tahun

2006, untuk kemudian turun lagi di awal tahun 2007. Pemilihan periode ini juga didasari

mulai berkembangnya prinsip syariah dalam pasar modal dan keuangan yang semakin

booming di masyarakat.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Sesuai dengan lingkup dan masalah penelitian ini, maka data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu nilai penutupan JII dan IHSG setiap

harinya serta tingkat bunga SBI jangka waktu 1 bulan yang diterbitkan secara mingguan

oleh Bank Indonesia.

Page 45: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

Data dapat diperoleh dari situs BEJ (www.jsx.go.id) untuk JII dan IHSG,

sedangkan untuk tingkat bunga SBI dapat diperoleh dari rilis situs Bank Indonesia, yaitu

www.bi.go.id.

3.3. Populasi dan Sampling

1) Populasi

Populasi ini meliputi tingkat bunga SBI jangka waktu 1 bulan, dan nilai Jakarta

Islamic Indeks serta IHSG di Bursa Efek Indonesia.

2) Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah nilai penutupan JII dan IHSG selama 3 tahun

setiap harinya mulai bulan April 2005 sampai Juli 2007. Sedangkan sampel untuk SBI

adalah tingkat bunga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia setiap hari Rabu, pada

periode di atas. Sampel yang diambil tersebut dianggap mewakili gambaran mengenai

kondisi perekonomian serta pergerakan arah ekonomi Indonesia pada saat tersebut.

Pemilihan sampel dengan alasan; (1) sampel mewakili nilai dari JII dan IHSG

yang mengambang pada bursa efek pada periode tersebut,(2) data yang digunakan

dalam model Johansen dibutuhkan data yang relatif besar, yatu minimal 28 lag atau

hari perdagangan (Hakim & Rashidian, 2005)

3.4. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan penjelasan operasional dari variabel-variabel

yang akan digunakan dalam penelitian agar didapat gambaran yang jelas mengenai

Page 46: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

permasalahan dan data-data yang digunakan. Berdasarkan pada uraian-uraian

sebelumnya, maka dapat dijelaskan variabel-variabel berikut:

1. Nilai harian Jakarta Islamic Indeks (JII)

Variabel tak bebas berikut ini merupakan nilai penutupan harian dari hari

perdagangan Jakarta Islamic Indeks di BEJ. Nilai ini didapat dari pergerakan

emiten yang menjadi anggota JII, yakni 30 emiten yang telah terseleksi memenuhi

kriteria JII.

2. Nilai harian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Nilai harian IHSG didapat dari nilai penutupan harian dari hari perdagangan

seluruh emiten yang terdapat dalam BEJ, dimana IHSG merupakan indikator

utama pergerakan semua saham yang terdapat di BEJ.

3. Tingkat bunga SBI jangka waktu 1 bulan

Tingkat bunga SBI merupakan tingkat bunga yang ditetapkan oleh BI

melalui mekanisme Rapat Dewan Gubernur BI, yang dijadikan sebagai

benchmark dan tingkat bunga standar bagi bank-bank umum di Indonesia, yang

dikeluarkan setiap minggunya.

3.5. Metodologi Penelitian

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Kointegrasi dan

Model Vektor Koreksi Kesalahan (Vector Error Correction Model) yakni untuk melihat

hubungan antara dua variabel non-stasioner dalam jangka pendek dan jangka panjang.

Data dan model yang digunakan adalah dalam bentuk Ln (semilog), dimana hasil

Page 47: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

estimasi bisa menunjukkan elastisitas. Karena hasil pengukuran dalam satuan yang sama,

yaitu dalam bentuk prosentase, sehingga hubungan antar variabel lebih rasional.

Sebagian besar analisis ekonomi berkaitan dengan analisis runtut waktu (time

series) yang sering diwujudkan oleh hubungan antara perubahan suatu besaran ekonomi

pengaruhnya terhadap gejala dan perilaku ekonomi di saat lain. Hubungan ini dirumuskan

dalam Model Linier Dinamik (MLD), pada dasarnya MLD lebih ditekankan pada struktur

dinamis jangka pendek (short run). Selain itu, teori ekonomi tidak banyak bercerita

tentang model dinamik, tetapi lebih memusatkan pada perilaku variabel jangka panjang.

Di lain pihak, banyak peneliti terkecoh dengan sindrom R2 , dimana tingginya R2 hasil

estimasi adalah warning bahwa hasil estimasi tersebut terkena regresi lancung (spurious

regression). Berhubungan dengan hal tersebut, ada 2 metode untuk menghindari regresi

lancung, yaitu sebagai berikut:

1. Tanpa uji stasioneritas data, yaitu dengan membentuk Model Linier Dinamik

seperti: Model Autoregresif Distributed Lag (Autoregressive Distributed Lag

Model), Model Penyesuaian Parsial (Parsial Adjustment Model), Model Cadangan

Penyangga (Buffer Stock Model) dan lain-lain.

2. Dengan menggunakan uji stasioneritas atau menggunakan pendekatan kointegrasi

(cointegration approach). Pendekatan ini pada dasarnya merupakan uji terhadap

teori dan merupakan bagian penting dalam perumusan dan estimasi MLD.

Dengan dasar teori dan data-data, maka penelitian ini menggunakan beberapa tahapan

analisis, antara lain:

A. Statistik Deskriptif dan Sharpe Ratio.

Page 48: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

Untuk memberikan gambaran atau deksripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-

rata (mean), standar deviasi, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness

(kemencengan distribusi), sedangkan Sharpe Ratio merupakan pengukuran untuk

melihat suatu kinerja portofolio yang telah memperhitungkan risiko sistematik

didalamnya (risk adjusted) atau rasio yang menunjukkan seberapa besar excess return

dari suatu portofolio dibandingkan dengan tingkat risiko yang ditanggungnya

B. Uji akar-akar unit dan derajat integrasi (unit root test).

Untuk menganalisis, apakah data yang yang digunakan mengandung akar unit

atau tidak, hal ini untuk mengetahui data bersifat stasioner atau tidak.

C. Uji Kointegrasi

Untuk mengetahui, apakah variabel-variabel yang diteliti memiliki hubungan satu

sama lain dalam jangka panjang.

D. Analisis Vektor Error Correction Model (VECM).

Untuk menganalisis korelasi dinamis antara variabel dan hubungan jangka pendek

yang terjadi di antara variabel tersebut.

3.5.1. Statistisk Deskriptif dan Sharpe Ratio

Statistik deskriptif adalah cabang dari statistik yang berhubungan dengan

penggambaran atau peringkasan data penelitian, sehingga data tersebut mudah

dipahami. Menurut Purbayu dan Ashari (2000:19), penggambaran data ini bertujuan

untuk memberikan petunjuk yang lebih baik atas data penelitian.

Ukuran-ukuran yang ada pada statistik deskriptif meliputi ukuran pemusatan yang

merupakan ukuran pemusatan data di sekitar pusat data. Ukuran ini terdiri dari rata-

Page 49: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

rata, median, dan modus. Sedangkan ukuran yang lain adalah ukuran penyebaran yang

merupakan ukuran penyebaran data dari pusat data atau rata-rata. Ukuran penyebaran

ini meliputi varian, deviasi standar, range, mean absolute deviation (MAD), mean

absolute percentage error (MAPE).

Pengukuran risiko dalam penelitian ini memakai statistik deskriptif dimana

dipakai ukuran standar deviasi sebagai representasi tingkat risiko masing-masing

variabel, yaitu JII, IHSG dan SBI.

Sedangkan pengukuran dengan memakai Sharpe Ratio bertujuan untuk

memperhitungkan excess return yang didapat sebuah portofolio asset dengan

mempertimbangkan risiko sistematis sebagai tingkat minimum risiko yang dapat

diperoleh bagi suatu portofolio melalui diversifikasi sejumlah besar aktiva yang dipilih

secara acak.

3.5.2. Uji Akar Unit ( Unit Root Test/Augmented Dicket Fuller)

Pengujian terhadap perilaku data runtun waktu (time series) atau integrasinya

dapat dipandang sebagai uji prasyarat bagi uji integrasi. Maka sebelum dilakukan uji

kointegarsi harus diamati perilaku data time series yang digunakan dengan

menggunakan uji akar-akar unit dan uji derajat integrasi agar dapat diketahui apakah

data yang digunakan stasioner atau tidak.

Data dikatakan stasioner jika rata-rata dan varians data tersebut konstan dari

waktu ke waktu dan nilai kovarian diantara dua periode waktu bergantung hanya pada

jarak atau kelambanan antara dua periode waktu tersebut. Selain itu data yang terlalu

besar selama periode observasi dan memiliki kecenderungan mendekati nilai rata-

Page 50: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

ratanya. Jika data yang digunakan tidak stasioner, maka dalam proses regresi akan

dihasilkan regresi yang spurious (lancung/semrawut), selain itu koefisien regresi

penaksir menjadi tidak efisien. Uji stasioneritas dapat menggunakan uji akar unit

Dickey-Fuller yang memiliki tujuan (Aliman,2000), yaitu:

1. Untuk mengindentifikasi apakah data mengandung trend/tidak

2. Untuk mengidentifikasi apakah data yang digunakan stasioner/tidak

Uji akar-akar unit dapat dipandang sebagai uji stasioneritas, karena pada

prinsipnya uji tersebut dimaksudkan untuk mengamati apakah koefisien tertentu dari

model autoregresi yang ditaksir mempunyai nilai satu atau tidak. Ide dasar uji

stasioneritas ini adalah jika ρ=1, maka variabel random (stokastik) Y mempunyai akar

unit (unit root). Jika data time series mempunyai akar unit maka dikatakan data

bergerak secara random (random walk), sehingga data tidak stasioner. Oleh karena itu

jika Ǿ=0 dan ρ=1 data tidak stasioner, tapi jika nilai Ǿ negative maka Y adalah

stasioner.

Model uji stasioner Dickey-Fuller yang digunakan untuk menentukan

stasioner/tidaknya data time series dengan regresi model berikut ini:

∆Yt = ǾYt-1 + еt.............................................................................................(3.1)

∆Yt = β1 + ǾYt-1 + еt......................................................................................(3.2)

∆Yt = β1 + β2t + ǾYt-1 + еt…………………………………………………..(3.3)

Dimana :

∆Yt = Yt – Yt-1; Ǿ = (ρ-1); t = trend

Asumsi dari persamaan diatas adalah residual еt tidak saling berhubungan. Dalam

banyak kasus residual еt seringkali saling berhubungan dan mengandung autokorelasi.

Page 51: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

Dickey-Fuller selanjutnya mengembangkan uji akar unit dengan memasukkan unsur

autokorelasi yang dikenal dengan Augmented Dickey FUler (ADF). Formulasi DF adalah

sebagai berikut:

(Pure Random Walk) ∆Yt = δ1Yt-1 + b1∑=

k

itY

11δ + εt…………………………(3.4)

(Pure With Drift) t

k

ittt YbYaY εδδ +++=∆ ∑

=−−

111111 ……………………………(3.5)

(Pure With Drift and Trend) ∑=

−−− +++++=∆k

itttttt YbYYaaY

111111121 εδδγ …..(3.6)

Dimana:

εt= white noise error, δ = (ρ-1) dan ∆ adalah first difference operator sebagai contoh:

322211 , −−−−−− ∆−=∆∆−=∆ tttttt YYYYYY

Perbedaan dari ketiga persamaan diatas menunjukkan keberadaan trend

deterministik, yaitu a1 dan a2.. Dari persamaan diatas lalu dihitung nilai statistik DF

(Dickey-Fuller) dan ADF (Augmented Dickey Fuller). Kemudian nilai statistik DF dan

ADF dibandingkan dengan nilai kritisnya dengan ketentuan sebagai berikut:

DF(ADF) stat < DF (ADF) kritis : Terima Ho, non stasioner.

DF (ADF) stat > DF (ADF) kritis : Tolak Ho, stasioner.

Jika sebagian atau seluruh data tidak stasioner, maka perlu dilanjutkan pada uji

derajat integrasi. Uji ini dilakukan sebagai konsekuensi dari tidak terpenuhinya asumsi

stasioneritas pada derajat nol atau I(0). Pada uji ini, data didiferensiasikan pada derajat

tertentu sampai semua data menjadi stasioner pada derajat yang sama. Uji ini untuk

mengetahui pada derajat atau order diferensi ke berapa data yang diamati akan stasioner.

Page 52: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

Dari hasil estimasi diatas, data yang stasioner pada derajat integrasi yang sama antara

variabel satu dengan yang lain, memungkinkan untuk saling berkointegrasi.

Dalam pengujian stasioneritas data, uji ADF berdasarkan pada nilai Schwarz

Information Criterion (SIC) yang terbesar. Semakin besar Schwarz Information Criterion

akan didapat model yang semakin signifikan. Model dengan Schwarz Information

Criterion terbesar berarti model tersebut mempunyai lag yang optimum.

Dalam penelitian ini,unit root test dilakukan untuk mengetahui proses non-

stasioner pada ketiga variabel, yaitu JII, IHSG dan SBI. Dengan menunjukkan proses

non-stasioner, pergerakan indeks tersebut terjadi secara random (acak) dan un-

predictable (tidak dapat diprediksi), dalam statistik proses ini disebut white noise. Dalam

penelitian-penelitian sebelumnya, proses non-stasioner menunjukkan efisiensi pasar, dan

secara khusus menunjukkan bagaimana efisiensi indeks JII berjalan untuk melakukan

tahap penelitian selanjutnya, yaitu uji kointegrasi.

3.5.3 Uji Kointegrasi

Pada prinsipnya, pendekatan kointegrasi berkaitan erat dengan pengujian terhadap

kemungkinan adanya hubungan keseimbangan jangka panjang antara variabel-variabel

ekonomi seperti yang dikehendaki oleh teori ekonomi. Dalam konsep kointegrasi, dua

atau lebih variabel (series) non-stasioner akan terkointegrasi bila kombinasinya juga

linier sejalan dengan berjalannya waktu, meskipun bisa terjadi masing-masing

variabelnya bersifat non stasioner. Bila variabel (series) tersebut terkointegrasi maka

terdapat hubungan yang stabil dalam jangka panjang, bila dua seri non stasioner yang

terdiri atas Xt dan Yt terkointegrasi, maka ada representasi khusus sebagai berikut:

εββ ++= tt XY 10 ………………………………………………………….(3.7)

Page 53: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

Sedemikian rupa hingga εt (error term) stasioner, I(0). Adanya kemungkinan dari

kombinasi linier variabel-variabel yang terintegrasi menjadi stasioner, variabel-variabel

tersebut dinyatakan berkointegrasi.

Equilibrium jangka panjang dari himpunan variabel-variabel (static equilibrium),

direpresentasikan dalam persamaan berikut:

tttntntt xeXXX ββββ ==+++ 0...........2211 ……………………………….(3.8)

apabila keseimbangan (equilibrium) baik, maka hal itu pasti merupakan kasus dimana

error stasioner.

Dalam uji kointegrasi diasumsikan bahwa terdapat satu himpunan variabel yang

tersusun secara runtut waktu (time series) berupa variabel Xt, komponen dari vektor Xt,

dikatakan berkointegrasi pada order (d,b) atau ditulis dengan Xt (d,b), apabila:

1. Seluruh komponen dari Xt terintegrasi pada orde d

2. Terdapat vektor β’ yang didapat dari kombinasi linear β’Xt dari orde (d,b),

dimana b>0 (β’ disebut vektor kointegrasi), sehingga jika X=I(1) dan Y=I(2)

maka tidak terkointegrasi.

Jika dua variabel atau lebih mempunyai derajat kointegrasi yang berbeda, maka kedua

variabel tersebut dikatakan tidak berkointegrasi. Dari uraian-uraian tersebut, dapat

diambil beberapa poin kunci dari konsep kointegrasi, antara lain:

(i) Kointegrasi merupakan kombinasi linier dari variabel-variabel yang tidak

stasioner.

(ii) Semua variabel harus terintegrasi dalam order yang sama

(iii)Apabila Xt mempunyai n komponen, maka diduga terdapat n-1 vektor kointegrasi

independent yang berhubungan linier.

Page 54: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

Untuk menguji hipotesa nol tidak adanya kointegrasi, digunakan uji kointegrasi dan

ADF ditaksir dengan regresi kointegrasi dengan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least

Square=OLS) dan kemudian didapatkan residual.

Dalam penelitian ini, uji kointegrasi dimaksudkan untuk hubungan keterkaitan antara

variabel-variabel yang terkointegrasi, hal ini berdasarkan pendapat Engle dan Granger

(1987) dan tahap-tahap penelitian dari metode Johansen dan Juselius (1990). Dengan

metode tersebut, diamati hubungan kointegrasi diantara ketiga variabel, JII, IHSG dan

SBI dalam trivariat dan bivariat, yaitu:

Trivariat : {JII, IHSG, SBI}

Bivariat : {JII, IHSG}, {JII, SBI}, {IHSG,SBI}

Hasil kointegrasi tersebut dibandingkan dengan menggunakan nilai kritis berdasarkan

prosedur Akaike Information Criterium (AIC) yang menyarankan minimal terdapat 28

lag atau hari perdagangan dari ketiga variabel tersebut. Dari metode ini akan terlihat

apakah ada vektor kointegrasi yang menghubungkan variabel tersebut, untuk kemudian

diuji hubungan saling mempengaruhinya dengan memakai tahapan selanjutnya, yaitu

Vektor Error Correction Model (VECM).

3.5.4 Model Vektor Koreksi Kesalahan (Vektor Error Correction Model)

Pendekatan keberadaan kointegrasi ini dilakukan dengan metode Johansen atau

Engel-Granger. Jika variabel-variabel tidak berkointegrasi, kita dapat menerapkan VAR

standar yang hasilnya akan identik dengan OLS, setelah memastikan variabel tersebut

sudah stasioner pada derajat (ordo) yang sama. Jika pengujian membuktikan terdapat

Page 55: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

vektor kointegrasi, maka akan diterapkan ECM untuk single equation atau VECM untuk

system equation.

Derivasi vektor error correction model (VECM) didasarkan pada teorema

Johansen (1988). Misalkan {Z} adalah tingkat derajat VAR ke-p dan Zt = {Y:X}, dimana

Y adalah vektor variabel endogen dan X adalah vektor variabel eksogen. Hal ini dapat

dinyatakan sebagai berikut:

∑∏=

− +∂+Ψ+=p

ittytt WZZ

101 ε …………………………………………...(3.9)

dimana εt = Gaussian error term

Wt = vektor variabel-variabel stasioner

Satu vektor time series Zt mempunyai representasi error correction jika ia dapat

diekspresikan sebagai berikut:

∑ ∏−

=−− +∂+Ψ++∆Γ=∆

1

101

p

ittypttit wZZZ ε ……………………………...(3.10)

Dimana:

ii I ∏++∏+−=Γ ...1 (i=1,2,….p-1)

')...( 1 αβ=∏−−∏−−=∏ pI

Ada dua cara untuk mengestimasi persamaan regresi yakni: Pertama, Johansen

memberikan prosedur unified maximum likelihood yang mana α dan β didapat dari

dekomposisi matrik П. Kedua, Engle dan Granger (1987) mengajukan dua langkah

estimasi menggunakan regresi kointegrasi sehingga β’Zt-1, residual estimasi (estimated

Page 56: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

residual) dimasukkan pada persamaan regresi di atas. Penelitian ini akan mengadopsi

prosedur Johansen.

Satu restriksi yang akan dimasukkan ke dalam model estimasi VEC yakni pada

koefisien jangka panjangnya (β). Model teoritis menunjukkan bahwa β bukan matrik full

rank. DIkarenakan ukuran sampel yang kecil, pemasukan semua variabel-variabel lag

first difference dalam masing-masing persamaan dalam VEC akan mengurangi secara

signifikan degree of freedom. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah tersebut,

prosedur yang akan ditempuh adalah seperti yang disarankan oleh Sugema (1992), yakni

model akan dibagi dalam beberapa blok, selanjutnya variabel-variabel yang dimasukkan

ke dalam model berdasarkan pada model teoritisnya. Berdasarkan pembagian tersebut

maka dibentuk tiga blok dalam VEC yakni JII, IHSG dan SBI. Walaupun demikian titik

tekan analisis adalah pada JII dan IHSG saja dimana SBI dilihat sebagai variabel

eksogenus yang mempengaruhi variabel-variabel yang ada dalam JII dan IHSG. Ketiga

variabel tersebut dirumuskan dengan formula sebagai berikut:

(1) 143210 )()()()( eLECSBILIHSGLJIILJII +∂+∆∂+∆∂+∆∂+∂=∆

(2) 243210 )()()()( eLECbSBILbIHSGLbJIILbbIHSG ++∆+∆+∆+=∆

(3) 343210 )()()()( eLECcSBILcIHSGLcJIILccSBI ++∆+∆+∆+=∆ ….(3.11)

Dimana:

L = operasi lag (LZ= Zt-1), EC adalah koefisien koreksi kesalahan (error correction

term), е adalah koefisien gangguan (disturbance term) dan ∆ merupakan first

difference order yang digunakan untuk mengurangi stasioneritas variabel.

Page 57: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

Tidak seperti prosedur lainnya, metode Johansen mengintegrasikan persamaan

dinamik jangka panjang dan jangka pendek dalam satu kesatuan sekaligus. Pertama,

dengan melihat hubungan kausalitas melalui variabel independen yang di lag (untuk

melihat hubungan jangka pendek) dan hubungan kausalitas tambahan melalui hubungan

koreksi kesalahan (error correction channel), untuk melihat hubungan jangka panjang.

Page 58: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Uji Hipotesis I dan II/ Deskripsi Statistik dan Sharpe Ratio

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kointegrasi dari indeks JII, IHSG dan tingkat suku bunga deposito di pasar

model BEJ. Data yang digunakan adalah data runtut waktu harian yang terhitung sejak tanggal 1 April 2005 hingga 31 Juli

2007 yang diperoleh dari publikasi statistik lembaga-lembaga berikut: Bank Indonesia (BI) dan Bursa Efek Jakarta. Untuk menyamakan satuan pengukuran terhadap ketiga variabel tersebut, maka

untuk indeks JII dan IHSG dirubah dalam bentuk return (dalam persen). Adapun rincian variabel, data yang digunakan, Hasil penghitungan dapat dilihat pada

Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif

Statistik IHSG JII SBI

Annualized Mean 1,68% 1,80% 10.39% Annualized Median 2,64% 2,76% 10.00% Daily Maksimum 5.47% 7.24% 12.75%

Page 59: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

Daily Minimum -6.31% -6.68% 7.44% Annualized Std. Deviasi Sharpe Ratio

4,26% -204,42%

4,92% -174,63%

6,20% -

Tabel 4.1 menunjukkan deskripsi statistik

dari sampel data. Dalam tabel tersebut menunjukkan bahwa return IHSG

terendah adalah sebesar –6,31% dan tertinggi mencapai 5,47%. Sedangkan, pada JII return indeks terendah adalah sebesar –6,68 dan return JII tertinggi

mencapai 7,24%. Sedangkan SBI bulanan selama periode penelitian rata-rata adalah

sebesar 10,39% per tahun dengan SBI terendah sebesar 7,44% dan SBI tertinggi

adalah sebesar 12,75%. Untuk penggambaran deskripsi statistik IHSG

dan JII serta SBI dapat dilihat pada diagram berikut:

-4

0

4

8

12

16

Page 60: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

4.1.1 Pembahasan Uji Hipotesis I dan II

Untuk penghitungan risiko, yang direpresentasikan melalui standar deviasi per tahun (annualized standard deviation), JII terlihat lebih berisiko dibandingkan dengan IHSG, yaitu 4,92% berbanding

4,26%. Hal ini cukup mengejutkan, karena mengingat karakteristik kedua

indeks tersebut, seharusnya diasumsikan IHSG dengan komposisi emiten yang lebih

beragam mempunyai risiko yang lebih besar, ternyata pada kenyataannya JII

yang mempunyai komposisi emiten lebih sedikit mempunyai risiko yang relatif

lebih besar. Dengan hasil penelitian ini, hipotesis pertama yaitu:

Page 61: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

H1= Terdapat perbedaan tingkat risiko antara JII dengan IHSG dan JII

cenderung lebih tinggi daripada IHSG. Hipotesis ini terbukti.

Hasil yang tidak biasa ini didukung juga dengan performa indeks melalui

penghitungan Sharpe Ratio untuk mencari excess return yang dimiliki masing-masing

indeks, semula diperkirakan JII akan lebih rentan terhadap sentiment negatif dan berdampak pada kinerja returnnya.

Namun, statistik mengindikasikan JII lebih kompetitif dibandingkan dengan

IHSG, dengan penghitungan Sharpe Ratio untuk JII -174,63% (hal ini berarti atas 1% risiko yang ditanggung, besarnya

excess return JII yang diterima investor adalah -174,63%) berbanding dengan

IHSG pada angka -204,42%. Penghitungan ini mengindikasikan kinerja JII lebih baik dibandingkan dengan IHSG.

Dengan begitu hipotesis kedua, yaitu: H2 = Kinerja return masing-masing indeks berbeda, meskipun bergerak secara pararel,

JII cenderung mempunyai return yang lebih baik dibandingkan IHSG.

Hipotesis ini terbukti.

Page 62: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

4.2. Analisis Data

4.2.1. Uji Unit Root

Langkah awal dari penelitian data time series adalah dengan menguji stasioneritas dari

masing-masing variabel. Pengujian stasioneritas masing-masing variabel diuji dengan

menggunakan Uji ADF (Augmented Dickey Fuller). Pengujian ini berdasarkan pada nilai

Schwarz Information Criterion (SIC) yang terbesar. Semakin besar Schwarz Information

Criterion akan didapat model yang semakin signifikan. Model dengan Schwarz

Information Criterion terbesar berarti model tersebut mempunyai lag yang optimum.

Langkah selanjutnya adalah membandingkan antara nilai t-statistik dengan nilai kritis

(critical value) 95% dan 99%. Jika nilai t-statistik lebih besar dari critical value maka

data stasioner I(0) berarti dapat dilakukan analisis hanya dengan pendekatan VAR saja

tetapi apabila lebih kecil dari critical value maka data non stasioner. Hasil pengujian unit

root menunjukkan semua variabel yang digunakan dalam model penelitian menunjukkan

stasioner pada I(1). Hasil pengujian unit root dari masing-masing variabel ditunjukkan

pada tabel berikut ini.

Tabel 4.2

Hasil pengujian unit root

Ho : Satu unit root vs H1 : Tidak ada unit root

ADF Test Statistik I(0) I(1)

Page 63: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

First difference

IHSG -22.08992 ** -14.47704 **

JII -21.81302 ** -14.12836 **

SBI -1.269349 -23.82035 **

Critical Value

1% -3.441593 5% -2.866392

Keterangan :

I(0) : Uji unit root pada derajat nol

I(1) : Uji unit root pada derajat 1 (first difference)

* : Signifikan pada 5%

** : Signifikan pada 1%

Hasil pengujian diatas menunjukkan bahwa tidak semua variabel stasioner pada Level nol.

Untuk itu uji unit root dilanjutkan pada level first difference (level 1). Hasil pengujian

unit root pada level 1 menunjukkan bahwa semua variabel signifikan setidaknya pada

5%. Dalam hal ini pengujian kointegrasi akan sangat dibutuhkan untuk mendapatkan

bahwa stasioneritas variabel secara bersama-sama

Untuk melihat apakah data time-series tersebut stokastik, dengan uji unit root

(Augmented Dickey Fuller) yang terlihat pada table 4.2. Sesuai dengan dugaan, hasil

pengujian tersebut menunjukkan bahwa JII merupakan proses non-stasioner, dimana

pergerakan indeks dari waktu ke waktu bergerak secara acak dan tidak dapat

diprediksikan (white noise). Dalam literatur pasar modal, proses ini diterjemahkan

sebagai tanda efisiensi sebuah pasar. Sedangkan untuk IHSG dan SBI, dari beberapa

Page 64: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

pengamatan terdahulu sudah dibuktikan sebagai data stokastik. Untuk ketiga data time-

series indeks (JII, IHSG dan SBI), hasil tes ini menolak hipotesis nol bahwa stasioner

terjadi pada level, namun terjadi setelah data dilakukan first order difference (lag satu)

atau I(1).

4.2.2. Menentukan Optimum Lag

Karena hasil dari uji kointegrasi sensitif terhadap struktur lag yang dipilih, maka

akan ditentukan terlebih dahulu struktur lag yang sesuai. Penentuan optimum lag

menggunakan nilai Akaike Information Criterion (AIC) dari model VAR. Nilai AIC

terendah menunjukkan jumlah lag yang paling optimal untuk penelitian. Hasil pengujian

diperoleh sebagai berikut :

Tabel 4.3

Hasil pengujian jumlah lag optimal

Lag LogL LR FPE AIC SC HQ 0 -2277.799 NA 0.702334 8.160284 8.183502 8.169351 1 -663.8073 3204.886 0.002252* 2.417915*

2.510784*

2.454181* 2 -656.0408 15.33843 0.002262 2.422328 2.584849 2.485794 3 -648.7596 14.30183 0.002276 2.428478 2.660651 2.519143 4 -643.2257 10.81044 0.002305 2.440879 2.742704 2.558743 5 -636.0791 13.88411 0.002320 2.447510 2.818986 2.592574 6 -632.2554 7.387495 0.002364 2.466030 2.907158 2.638293 7 -625.8661 12.27562 0.002386 2.475371 2.986151 2.674833 8 -620.3965 10.45002 0.002416 2.488002 3.068433 2.714663 9 -613.7444 12.63772 0.002437 2.496402 3.146486 2.750263 10 -609.3795 8.245705 0.002478 2.512986 3.232721 2.794046 11 -596.2458

24.66982* 0.002442 2.498196 3.287583 2.806456

12 -592.8505 6.341105 0.002492 2.518249 3.377287 2.853708 * indicates lag order selected by the criterion LR: sequential modified LR test statistik (each test at 5% level)

Page 65: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

FPE: Final prediction error AIC: Akaike information criterion SC: Schwarz information criterion HQ: Hannan-Quinn information criterion

Hasil pengujian menunjukkan bahwa berdasarkan ukuran Akaike Information Criterion

(AIC), Schwarz Information Criterion (SIC) dan Hannan Quinn Information Criteria

(HQ) diperoleh bahwa lag optimum diperoleh pada lag 1.

4.2.3. Uji Hipotesis III/Uji Kointegrasi

Pengujian kointegrasi dilakukan dengan menguji stasioneritas secara bersama

terhadap seluruh variabel penelitian. Pengujian kointegrasi diuji dengan menggunakan

Uji Kointegrasi Johansen Test. Karena penelitian ini menggunakan model trivariat dan

bivariat, maka pengujian dilakukan terhadap masing-masing model.

1. Model Trivariat { IHSG, JII, SBI }

Uji kointegrasi trivariat variabel IHSG, JII dan SBI diperoleh sebagai berikut :

Tabel 4.4

Hasil pengujian kointegrasi trivariat

Ho : Jumlah vektor kointegrasi Hypothesize

d Trace 5 Percent 1 Percent

No. of CE(s) Eigenvalue Statistik Critical Value Critical Value Sistem kointegrasi : { IHSG, JII, SBI }

None ** 0.386348 523.7333 29.68 35.65 At most 1 ** 0.349000 245.8750 15.41 20.04

At most 2 0.002868 1.634106 3.76 6.65 *(**) denotes rejection of the hypothesis at the 5%(1%) level Trace test indicates 2 cointegrating equation(s) at both 5% and 1% levels

Page 66: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

Hipotesis nol (H0) dari pengujian kointegrasi adalah bahwa hubungan antara data-

data time series tersebut adalah spurious.

Tabel 4.5

Vektor Kointegrasi trivariat { IHSG, JII, SBI }

IHSG JII SBI 1.000000 0.000000 -0.016807

(0.02888) 0.000000 1.000000 -0.014383

(0.03369) Keterangan : Angka dalam kurung menunjukkan nilai standar error

Vektor kointegrasi keseimbangan menunjukkan pengaruh antara SBI terhadap

IHSG dan JII.

a. Kenaikan SBI sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan IHSG sebesar 0,0168%

dengan dikontrol oleh JII

b. Kenaikan SBI sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan JII sebesar 0,0144%

dengan dikontrol oleh IHSG.

2. Model Bivariat { IHSG, JII }

Hasil pengujian kointegrasi bivariat variabel IHSG dan JII diperoleh sebagai

berikut :

Tabel 4.6

Hasil pengujian kointegrasi bivariat { IHSG, JII }

Ho : Jumlah vektor kointegrasi Hypothesize

d Trace 5 Percent 1 Percent

No. of CE(s) Eigenvalue Statistik Critical Value Critical Value

Page 67: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

Sistem kointegrasi : { IHSG, JII } None ** 0.385315 520.9981 15.41 20.04

At most 1 ** 0.348835 244.0967 3.76 6.65 *(**) denotes rejection of the hypothesis at the 5%(1%) level Trace test indicates 2 cointegrating equation(s) at both 5% and 1% levels

Tabel 4.7

Vektor Kointegrasi bivariat { IHSG, JII }

JII IHSG

1.000000 -1.171485 (0.01633)

Vektor kointegrasi keseimbangan JII dan IHSG menunjukkan bahwa kenaikan

IHSG sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan JII sebesar 1,1715%.

3. Model Bivariat { IHSG, SBI }

Hasil pengujian kointegrasi bivariat variabel IHSG dan SBI diperoleh sebagai

berikut :

Tabel 4.8

Hasil pengujian kointegrasi bivariat { IHSG, SBI }

Ho : Jumlah vektor kointegrasi Hypothesize

d Trace 5 Percent 1 Percent

No. of CE(s) Eigenvalue Statistik Critical Value Critical Value Sistem kointegrasi : { IHSG, SBI }

None ** 0.349767 246.5373 15.41 20.04 At most 1 0.002853 1.625765 3.76 6.65

Page 68: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

*(**) denotes rejection of the hypothesis at the 5%(1%) level Trace test indicates 1 cointegrating equation(s) at both 5% and 1% levels

Tabel 4.9

Vektor Kointegrasi bivariat { IHSG, SBI }

IHSG SBI

1.000000 -0.016928 (0.02888)

Vektor kointegrasi keseimbangan IHSG dan SBI menunjukkan bahwa kenaikan

SBI sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan IHSG sebesar 0,0169%.

4. Model Bivariat { JII, SBI }

Hasil pengujian kointegrasi bivariat variabel JII dan SBI diperoleh sebagai

berikut :

Tabel 4.10

Hasil pengujian kointegrasi bivariat { JII, SBI }

Ho : Jumlah vektor kointegrasi Hypothesize

d Trace 5 Percent 1 Percent

No. of CE(s) Eigenvalue Statistik Critical Value Critical Value Sistem kointegrasi : { JII, SBI }

None ** 0.349141 245.9956 15.41 20.04

Page 69: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

At most 1 0.002864 1.631674 3.76 6.65 *(**) denotes rejection of the hypothesis at the 5%(1%) level Trace test indicates 1 cointegrating equation(s) at both 5% and 1% levels

Tabel 4.11

Vektor Kointegrasi bivariat { JII, SBI }

JII SBI

1.000000 -0.014483 (0.03369)

Vektor kointegrasi keseimbangan JII dan SBI menunjukkan bahwa kenaikan SBI

sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan JII sebesar 0,0145%.

4.2.3.1 Pembahasan Uji Hipotesis III

Perhitungan uji hipotesis III ini melalui berbagai tahapan, oleh karena itu akan

dijelaskan satu-persatu sebagai berikut:

1. Model Trivariat {JII, IHSG, SBI}

Hasil pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada kasus trivariat, diperoleh

setidaknya terdapat 2 vektor kointegrasi yang menghubungkan ketiga data tersebut.

Implikasi penting yang dapat ditarik dari fenomena ini bahwa setiap perubahan yang

terjadi dalam SBI akan berimbas pada IHSG dan JII dan atau sebaliknya.

2. Model Bivariat {JII, IHSG}

Hasil pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa pada kasus bivariat, diperoleh

setidaknya terdapat 2 vektor kointegrasi yang menghubungkan variabel IHSG dan JII.

Page 70: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

Hal ini berarti bahwa setiap perubahan yang terjadi dalam IHSG juga akan berimbas pada

JII dan atau sebaliknya.

3. Model Bivariat {IHSG, SBI}

Hasil pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa pada kasus bivariat, diperoleh

setidaknya terdapat 1 vektor kointegrasi yang menghubungkan variabel IHSG dan SBI.

Hal ini berarti bahwa setiap perubahan yang terjadi dalam SBI juga akan berimbas pada

IHSG dan atau sebaliknya.

4. Model Bivariat {JII, SBI}

Hasil pada Tabel 4.10 menunjukkan bahwa pada kasus trivariat, diperoleh setidaknya

terdapat 1 vektor kointegrasi yang menghubungkan variabel IHSG dan SBI. Hal ini

berarti bahwa setiap perubahan yang terjadi dalam SBI juga akan berimbas pada JII dan

atau sebaliknya.

Keberadaan kointegrasi antara ketiga data memberikan implikasi bahwa kausalitas

ada diantara ketiga data tersebut. Pengujian terhadap kausalitas akan membantu

menjelaskan apakah perubahan terhadap data dapat dijelaskan oleh dua yang data

lainnya. Berdasarkan pemahaman ini, hal ini menunjukkan bahwa jika ∆Y dan ∆X

adalah dua data stasioner, pengujian kausalitas adalah sama dengan pertanyaan mengenai

apakah ∆X saat ini secara linier informasi terhadap ∆Y masa depan, dimana ∆X disebut

menyebabkan ∆Y. Dalam hal ini nilai lag ∆X akan membantu dalam memperkirakan

nilai ∆Y saat ini. Dengan hasil perhitungan kointegrasi tersebut, maka hipotesis III, yaitu:

H3 = Terdapat hubungan kointegrasi dan long-term relationship diantara variabel-

variabel penelitian, baik JII vs IHSG; JII vs SBI; IHSG vs SBI dan JII vs IHSG

vs SBI.

Page 71: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

Hipotesis ini terbukti.

4.2.4. Uji Hipotesis IV/ Vector Error Correction Model (VECM)

Untuk melakukan uji kausalitas. Masing-masing data disajikan dalam bentuk

vektor autoregresi dan diregresikan terhadap dirinya sendiri dan lag dari variabel lainnya.

Untuk menguji hubungan kausal diantara pasar yang terkointegrasi tersebut, selanjutnya

akan diuji didalam vector error correction model (VECM) dengan mendasarkan pada 3

bentuk model sebagaimana disajikan pada bab III. Dalam hal ini dilakukan pengujian

dengan lag 1 sebagaimana untuk memberikan konsistensi terhadap pengujian

sebelumnya. Hasil pengujian diperoleh sebagai berikut :

Tabel 4.12

Model Koreksi Kesalahan

VECM dan Pengujian Kausalitas Periode: 1/4/2005 - 31/7/2007, N=572, 1 lag

Statistik t untuk setiap variabel Persamaan Kointegrasi

JII = -0,0407 - 1,1781 IHSG + 0,0054 SBI

Variabel D(JII) D(IHSG) D(SBI)

CointEq1 -0.201245 0.778746 0.021377 -0.26637 -0.22781 -0.01479 [-0.75552] [ 3.41834] [ 1.44505]

D(JII(-1)) -0.173247 -0.243046 -0.00123 -0.19124 -0.16356 -0.01062 [-0.90593] [-1.48599] [-0.11579]

D(IHSG(-1)) -0.284572 -0.130237 0.008143 -0.22146 -0.1894 -0.0123 [-1.28500] [-0.68762] [ 0.66209]

Page 72: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

D(SBI(-1)) -0.352249 -0.31502 0.007619 -0.75549 -0.64614 -0.04196 [-0.46625] [-0.48754] [ 0.18159]

C 0.005729 0.004588 0.001853 -0.07376 -0.06309 -0.0041 [ 0.07766] [ 0.07273] [ 0.45231]

Ajd. R2 0.166389 0.191482 0.010253 Keterangan :

Baris pertama : koefisien

Baris kedua : standar error

Baris ketiga : nilai statistik t

Nilai t tabel 10% = 1,64

Nilai t tabel 5% = 1,96

Nilai t tabel 1% = 2,58

Hasil pengujian menunjukkan bahwa model koreksi kesalahan dapat dituliskan

sebagai berikut :

(1) ∆JII = 0,0057 – 0,1732 ∆JIIt-1 – 0,2846 ∆IHSGt-1 – 0,3522 ∆SBIt-1 – 0,2012 EC

(2) ∆IHSG = 0,0046 – 0,2430 ∆JIIt-1 – 0,1302 ∆IHSGt-1 – 0,3150 ∆SBIt-1 + 0,7787 EC

(3) ∆SBI = 0,0018 – 0,0012 ∆JIIt-1 – 0,0081 ∆IHSGt-1 – 0,0076 ∆SBIt-1 – 0,0214 EC

Tabel 4.12 melaporkan nilai t-statistik yang diperoleh dari estimasi model VECM

yang dilakukan untuk persamaan (1) hingga (3). Untuk konsistensi dalam hal ini

dilakukan dengan menggunakan lag yang sama dengan sebelumnya yaitu lag 1.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk model persamaan (1) diperoleh bahwa

JII, IHSG maupun SBI pada 1 hari sebelumnya tidak signifikan dalam menjelaskan JII.

Page 73: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

Hal yang sama juga terjadi untuk model koreksi kesalahannya (EC) yang

menggambarkan pengaruh dari persamaan kointegrasi terhadap perubahan JII harian juga

tidak signifikan. Hasil ini sama dengan penelitian Sam Rashidian (2005) dalam penelitian

terhadap Islamic indeks di bursa Dow Jones New York (DJIMI).

Pengujian pada model persamaan (2) menunjukkan bahwa JII, IHSG maupun SBI

pada 1 hari sebelumnya tidak signifikan dalam menjelaskan IHSG. Namun demikian

model koreksi kesalahannya (EC) yang menggambarkan pengaruh dari persamaan

kointegrasi terhadap perubahan IHSG menunjukkan sebagai variabel yang signifikan (t =

3,418 > 1,96). Hal ini menjelaskan bahwa vektor kointegrasi yang menggambarkan

kesesuaian IHSG terhadap hubungan jangka panjangnya dengan SBI dan JII berpengaruh

signifikan terhadap IHSG.

Kondisi pengujian persamaan (3) menunjukkan sama dengan persamaan (1)

dimana tidak satupun variabel JII, IHSG dan SBI satu hari sebelumnya dan juga koreksi

kesalahan model kointegrasi (EC) yang berpengaruh signifikan terhadap SBI.

4.2.4.1 Pembahasan Uji Hipotesis IV

Jika diambil secara bersama-sama hasil model VECM menunjukkan bahwa JII

tidak memiliki hubungan yang stabil dengan pasar modal di BEJ maupun dengan SBI

rate (proksi bunga bebas risiko). Didasarkan pada bukti tersebut, menjelaskan bahwa

meskipun terdapat korelasi antara JII dengan IHSG maupun dengan SBI, namun

nampaknya hubungan tersebut pasti spurious dan bersifat tidak stabil. Dapat pula

disimpulkan bahwa JII banyak dipengaruh oleh faktor lain.

Page 74: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

Implikasi yang penting berdasarkan penelitian sebelumnya, dimana terdapat

kointegrasi pada indeks konvesional dan indeks syariah menunjukkan bahwa belum

terdapat pembedaan benefit dari investor muslim dengan meletakkan investasi di saham-

saham JII, saham-saham non JII (diproksi dengan IHSG) maupun investasi ke perbankan

dengan mengharapkan tingkat pendapatan bunga. Hasil ini menunjukkan bukti bahwa

hipotesis keempat, yaitu:

H4 = Terdapat hubungan kausalitas dan short-term relationship diantara variabel-

variabel penelitian seperti di atas.

Hipotesis ini tidak terbukti.

Secara teoritis, keberadaan kointegrasi antara JII dengan IHSG maupun JII

dengan SBI menunjukkan tidak adanya perbedaan pengambilan risiko. Hal ini

menunjukkan pula bahwa indeks JII maupun IHSG di BEJ tidaklah saling independen

dalam jangka panjang, sehingga risiko investasi yang terkait dengan hubungan tersebut

(JII – IHSG dan JII – SBI) tidak menghasilkan harga yang berbeda. Hal ini memberikan

bukti sebagaimana pada Tabel 4.1 dimana risiko per unit return dari IHSG tidak berbeda

jauh dengan unit return dari JII.

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

5.1 Kesimpulan

Page 75: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

Mulai diperkenalkan sejak tahun 2000, JII mulai menarik perhatian banyak

investor, terutama investor Muslim di Indonesia. Indeks tersebut hadir sebagai jawaban

dari kebutuhan para investor untuk berinvestasi pada instrumen pasar modal yang sesuai

dengan prinsip syariah, karena sudah menjadi pendapat umum dalam masyarakat awam,

bahwa berinvestasi di pasar modal itu, cenderung mendekati hukum haram dalam Islam,

karena unsur ketidakpastian dan spekulatif yang dilarang dalam Islam.

Selain itu, dengan diluncurkannya indeks JII, investor mempunyai benchmark

untuk melihat kinerja portofolio berbasis syariah, seperti obligasi/sukuk, dan lain-lain.

Namun, berhubung JII masih merupakan hal yang baru, menyebabkan proses stokastik

dalam JII masih jarang dieksplorasi dalam penelitian-penelitian yang melibatkan pasar

modal. Dengan maksud menjembatani masalah itulah, penelitian ini disusun.

Untuk menyusun JII, industri atau emiten yang usahanya bertentangan dengan

prinsip syariah, seperti minuman keras, rokok, tidak dimasukkan dalam indeks, termasuk

didalamnya, industri yang bahan bakunya bertentangan dengan prinsip Islam. Dengan

berbagai kriteria yang membentuk indeks JII tersebut, menyebabkan JII memiliki

karakteristik yang berbeda dengan indeks-indeks lain di Bursa Efek Indonesia. Penelitian

ini dimaksudkan untuk meneliti bagaimana kinerja dan hubungan yang terjadi diantara

indeks lain di BEI.

Penelitian dimulai dengan melihat bagaimana kinerja JII dikaitkan dengan risiko

dan return-nya. Ternyata JII mampu memperlihatkan return yang lebih baik terbukti

dengan penghitungan Sharpe Ratio yang lebih baik dibandingkan dengan IHSG (-

174,63% vs -204,42%), dan risiko yang tinggi (4,92% vs 4,26%). Tahap kedua,

kemudian untuk melihat proses stokastik yang terjadi pada JII, apakah JII bergerak secara

Page 76: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

random dan unpredictable (white noise), seperti IHSG yang selama ini telah terbukti

dengan beberapa penelitian sebelumnya. Hasil penghitungan membuktikan JII ternyata

juga merupakan proses non-stasioner, sehingga tidak terdapat autokorelasi diantara nilai

penutupan yang diteliti selama masa kurun waktu penelitian.

Tahap selanjutnya adalah melihat keterhubungan antara variabel-variabel

penelitian, baik hubungan JII dengan IHSG maupun hubungannya dengan variabel

eksogen yaitu SBI jangka waktu 1 bulan. Hasil penghitungan menunjukkan bahwa

terdapat kointegrasi antara JII dengan IHSG maupun SBI, ini berarti memang terdapat

hubungan dalam jangka panjang antar variabel. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

Hakim dan Rashidian (2005) yang menunjukkan bahwa hanya dalam model trivariat (JII,

IHSG dan SBI) terdapat vektor kointegrasi diantara ketiganya. Sedangkan dengan metode

VECM, terbukti bahwa tidak terdapat short-term relationship dari JII dengan IHSG dan

SBI. Hal ini menunjukkan bahwa IHSG dan SBI tidak signifikan dalam menjelaskan

perubahan nilai JII, berbeda dengan IHSG yang sangat terpengaruh dengan perubahan

SBI. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa JII lebih terpengaruh faktor lain selain

tingkat bunga dalam pergerakannya di pasar dan tidak terdapat hubungan dalam jangka

pendek antar variabel.

5.2 Keterbatasan

Penelitian ini memiliki keterbatasan, antara lain sebagai berikut:

1. Periode penelitian hanya 3 tahun dengan jumlah sampel yang sedikit karena

munculnya Jakarta Islamic Index yang juga masih relatif baru.

Page 77: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

2. Variabel-variabel industri dan ekonomi makro yang digunakan pada penelitian ini

hanya beberapa saja, masih ada variabel-variabel ekonomi makro dan industri yang

lain.

3. Masih kurangnya referensi dari penelitian dalam negeri mengenai Jakarta Islamic

Indeks, sehingga masih sulit untuk menjadi acuan dalam penelitian ini.

5.3 Implikasi Penelitian

5.3.1 Implikasi Teoritis

Implikasi teoritis yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Implikasi dari hasil penelitian ini, apabila dikaitkan dengan hasil penelitian sebelumnya,

memperkuat apa yang pernah diteliti oleh Hakim dan Rashidian (2005) yaitu bahwa

faktor-faktor dari indeks konvensional dan tingkat bunga hanya terjadi dalam hubungan

jangka panjang, namun tidak terjadi dalam hubungan jangka pendek, dan indeks Syariah

lebih dipengaruhi faktor lain yang ada di dalam pasar. Kemudian penelitian ini juga

memperlengkap penelitian dari Hardianto (2005) yang menyatakan bahwa produk syariah

bukan merupakan substitusi dari produk konvensional.

2. Bagi penelitian selanjutnya perlu menambah variabel-variabel ekonomi makro yang

dimungkinkan relevan dengan Jakarta Islamic Indeks serta menambah periode waktu

penelitian

3. Penelitian berikutnya bisa memperbandingkan JII dengan indeks lain yang ada di BEI, atau

menambah perbandingan indeks dengan indeks luar negeri, tidak pada lingkup domestik

saja.

5.3.2 Implikasi Manajerial

Page 78: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

Untuk implikasi manajerial, dapat diambil makna dari hasil penelitian sebagai berikut:

(1) Dari hasil perhitungan Sharpe Ratio dan standar deviasi dapat membantu para

investor untuk mengevaluasi kinerja indeks Islam, yaitu JII dibandingkan dengan

kinerja indeks lainnya, hal ini terlihat dari hasil Sharpe Ratio yang lebih baik

dibandingkan indeks konvensional.

(2) Memotivasi para manajer investasi untuk melihat faktor lain selain tingkat bunga

sebagai penentu pasar (market driven) dan menjelaskan bahwa tingkat bunga

tidak banyak berpengaruh dalam pergerakan indeks Syariah , yaitu Jakarta Islamic

Indeks.

(3) Dengan pertimbangan return dan risiko, ternyata dengan kriteria perusahaan yang

harus dipenuhi untuk masuk ke dalam JII, ternyata kinerja indeks JII cukup

kompetitif bahkan cenderung lebih baik dibandingkan indeks lainnya, seperti

IHSG.

(4) Untuk keputusan investasi jangka pendek, apalagi di tengah kondisi tingkat bunga

yang rentan naik turun, ada baiknya investor lebih memilih portofolio Syariah

dibandingkan portofolio konvensional, karena dari hasil penelitian tidak terbukti

ada hubungan kausalitas dalam jangka pendek.

Page 79: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

BAB V

KESIMPULAN

Jakarta Islamic Indeks yang hadir di Indonesia pada tahun 2000, mulai mendapat

perhatian besar dari kalangan pelaku pasar modal, khususnya para investor di Bursa Efek

Indonesia (dulunya dikenal dengan Bursa Efek Jakarta). Indeks ini menanggapi

kebutuhan dari para investor yang menginginkan adanya produk pasar modal yang

mengakomodasi prinsip syariah didalamnya, sehingga selain bias leluasa dalam

berinvestasi, investor juga tidak diikuti dengan ketakutan melanggar prinsip-prinsip

Islam, terutama dalam masalah ekonomi Islam.

Selain memberikan ranah investasi dengan prinsip syariah, JII juga menjadi suatu

acuan/benchmark untuk melihat kinerja portofolio atau investasi berprinsip syariah,

seperti misalnya sukuk dan surat berharga syariah lainnya. Dan, sampai hari ini, Jakarta

Islamic Indeks beserta instrument pasar modal dengan berlandaskan prinsip syariah terus

berkembang,

Akan tetapi, dengan return dan risiko yang kompetitif dibandingkan dengan

indeks konvensional, penelitian mengenai proses stokastik dalam JII masih belum banyak

dieksplorasi, dan oleh karena itulah penelitian ini dilakukan.

Dalam membentuk indeks Islam, jenis-jenis industry yang bertentangan ataupun

tidak sesuai dengan prinsip Islam dikeluarkan dari indeks tersebut, perusahaan yang

walaupun tidak secara langsung menghasilkan produk atau jasa yang bertentangan

dengan Islam, mungkin saja akan dikeluarkan dari indeks, apabila ditemukan dalam

proses produksinya memakai material atau bahan baku yang dilarang dalam Islam.

Page 80: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

Penelitian ini mencoba menguji bagaimana karakteristik JII, apabila dibandingkan

dengan indeks lainnya melalui beberapa tahapan penelitian, sebagai berikut:

Penelitian dimulai dengan menguji indeks apakah terdapat proses stokastik untuk melihat

stasioneritas data. Dari pengujian tersebut, JII, seperti indeks-indeks lainnya bergerak

dari waktu ke waktu secara acak dan tidak dapat diprediksi.

Pada tahap selanjutnya, penelitian kemudian mencoba menyelidiki hubungan

antara JII dan bursa atau indeks yang lebih luas cakupannya, yang diwakili oleh IHSG.

Dengan menggunakan analisa kointegrasi, ditemukan bahwa tidak ada mata rantai yang

menghubungkan IHSG dan JII dari waktu ke waktu. Kesimpulan yang sama juga dapat

diambil, ketika pengamatan difokuskan pada hubungan antara JII dengan instrumen

bebas risiko yang diwakili oleh SBI jangka waktu 1 bulan. Sebagai pembanding, SBI

mempunyai dampak yang cukup signifikan terhadap IHSG, yang terdapat pada beberapa

penelitian terdahulu.

Untuk menjelaskan hubungan kointegrasi yang terjadi antara JII, IHSG dan SBI,

maka penelitian tahap selanjutnya adalah mengamati kausalitas diantara ketiga variabel

tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa JII memang terpengaruh oleh faktor-faktor

didalam pasar dan tingkat bunga. Namun, korelasi yang terjadi hanyalah bersifat

sementara dan spurious (semu), bukan membentuk korelasi tinggi antara keduanya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa JII menyajikan karakteristik return dan

risiko yang unik, lebih tinggi dibandingkan dengan IHSG, hasil ini cukup mengejutkan

mengingat komposisi emiten IHSG lebih beragam dibandingkan JII. Oleh karena itu,

walaupun dengan kualifikasi dan berbagai persyaratan yang menjadi filter sebuah

Page 81: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

perusahaan agar dapat diperhitungkan untuk masuk dalam JII, ternyata dengan komposisi

tersebut, kinerja JII tetap dapat kompetitif dibandingkan indeks lainnya.

Dari penelitian ini, direkomendasikan tiga hal sebagai langkah implementasi hasil

penelitian, yaitu:

(5) Membantu para investor untuk mengevaluasi kinerja indeks Islam, yaitu JII

dibandingkan dengan kinerja indeks lainnya

(6) Memotivasi para manajer investasi untuk melihat faktor lain selain tingkat bunga

sebagai penentu pasar (market driven) dan menjelaskan bahwa selain tingkat

bunga, masih banyak faktor lainnya yang berperan dalam fluktuasi indeks,

khususnya JII.

(7) Dengan pertimbangan return dan risiko, ternyata dengan kriteria perusahaan yang

harus dipenuhi untuk masuk ke dalam JII, ternyata kinerja indeks JII cukup

kompetitif bahkan cenderung lebih baik dibandingkan indeks lainnya, seperti

IHSG.

Hal-hal diatas mengisyaratkan, bahwa tidak ada yang perlu diragukan bagi investor

Muslim untuk menginvestasikan dananya dalam portofolio indeks Islam, yaitu Jakarta

Islamic Indeks (JII).

Page 82: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

DAFTAR PUSTAKA __________. “Jakarta Islamic Indeks”, Senin, 29 Mei 2006.Republika Online,

www.republika.co.id Al-Qur’an, Surah As- Sad:24 Aliman. 2000. “Modul Ekonometrika Terapan.” PAU Studi Ekonomi Universitas Gajah

Mada. Yogyakarta. Aruzzi, M. Iqbal, dan Bandi. 2003. “Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Rasio Profitabilitas,

dan Beta Akuntansi Terhadap Beta Saham Syariah di Bursa Efek Jakarta.” Jurnal Simposium Nasional Akuntansi VI.

Bapepam. 2007. “Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga

Keuangan Nomor: KEP-325/BL/2007 tentang Daftar Efek Syariah.” Bapepam – Depkeu. Jakarta.

Dedy. 2007. “Risk and Return Reksa Dana Saham.” Laman News Ekonomi dan Bisnis.

Senin, 06/08/2007. Koran SINDO Online. www.seputar-indonesia.com/edisi cetak/ Engle, R. T. and C. W. J. Granger .1987. “Cointegration and Error Correction:

Representation,Estimation and Testing.” Econometrica 55, 251-276. Fulks, Bob. 1998. “The Sharpe Ratio.” Torna Alla Homepage. Gamal, Merza. 2005. “Management Dana Syariah.” Presentasi Manajemen, Bank

Syariah Mandiri. Jakarta. Granger, C. W. J. 1988. “Some Recent Development in the Concept of Causality.”

Journal of Econometrics 16, 199-211. Granger, C.W.J., and P. Newbold. 1974, “Spurious Regressions in Econometrics,“

Journal of Econometrics, 2, hal. 111 – 120. Gujarati, D.N. 1995. “Bank Econometric, 3rd Edition”. Mc Graw-Hill Inc. London.

http://www.w3.org/TR/REC-html40 Habib, Moch. Ludfi. 2007. “Analisa Pengaruh Tingkat Bunga SBI, Dan Nilai Kurs

Dollar AS Terhadap Volume Perdagangan Saham. Studi di Bursa Efek Jakarta, Periode Tahun 2003 – 2005.” Skripsi. Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang.

Page 83: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

Hakim, Sam dan Manochehr Rashidian. 2002. “Risk & Return of Islamic Stock Market Indexes.” Dept of Finance, Seaver College of Business, Pepperdine University, Malibu, CA and Energetix LLP, Los Angeles, CA USA.

Hamzah, Ardi dan Auliyah Robiyatul. 2006. “Analisa Karakteristik Perusahaaan,

Industri dan Ekonomi Makro terhadap Return dan Beta Saham Syariah di Bursa Efek Jakarta.” Jurnal Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang.

Harahap, Sofyan S. 2001. “Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam.” Cetakan Pertama,

Pustaka Quantum. Hardianto, Erwin. 2005. “Mekanisme Transmisi Syariah di Indonesia.” Jurnal Ekonomi

Universitas Airlangga. Surabaya. Harliyani. 2006. “Hubungan IHSG dengan Indeks Saham Negara Lingkar Pasifik

Periode 2001 – 2005.” www.youngstatistician.com Husnan, Suad & Pudjiastuti. Enny. 1998. “Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis

Sekuritas.” Edisi 2. UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Husnan,Suad. 2003. “Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi

Ketiga.” UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Insukindro. 1991. “Regresi Linier Lancung dalam Analisis Ekonomi: Suatu Tinjauan

dengan Satu Studi Kasus di Indonesia.” Jurnal ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 6, No.1, hal. 75 - 88.

Irawan, Andi. 2005. “Analisis Perilaku Instabilitas, Pergerakan Harga, Employment, dan

Investasi di dalam Sektor Pertanian Indonesia: Aplikasi Vector Error Correction Model.” Jurnal Ekonomi IPB. Bogor

Johansen, S. and K. Juselius .1990. “Maximum Likelihood Estimation and Inference on

Cointegration with Application tot he Demand for Money.”Oxford Bulletin of Economics and Statistics 52, 169-210.

Johansen, S. 1988. “Statistical Analysis of Cointegrating Vectors.” Journal of Economic

Dynamics and Control, 12(2): 131-154. Kesuma, Aditya. 2006. “Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Tingkat Bunga

Terhadap Harga Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta).” Skripsi. Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang.

Madura, Jeff. 1997. “Manajemen Keuangan Internasional.” Edisi Keempat, Erlangga.

Jakarta.

Page 84: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

Miskhin, Frederic, 1995. “Financial Markets Institutions and Money.” Harper Collins College. New York.

Muflihah, Nafisatul. 2007. “Analisis Suku Bunga, PDB, dan Nilai Tukar Sebagai

Determinan Investasi di Indonesia (Studi Kasus: 1999:1-2006:3).” Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang.

Mulyono, Sri. 2000, “Peramalan Bisnis dan Ekonometrika,” Edisi Pertama, Yogyakarta:

BPFE. Mulyono, Sugeng. 2000. “Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Tingkat Bunga

Terhadap Harga Saham.” Jurnal Ekonomi dan Manajemen. Vol. 1 No. 2. Pascasarjana Universitas Gajayana, Malang

Nopirin. 1993. “Ekonomi Moneter.” Edisi 4. BPFE- UGM, Yogyakarta. Purbayu, Budi Santosa, Dr, MS dan Ashari, SE, Akt. 2005. “Analisis Statistik dengan

Microsoft Excel & SPSS.” Penerbit ANDI. Yogyakarta. Rini. 2007. “Indeks BEJ.” www.Vibiznews.com Sinungan, M. 1992. “Manajemen Dana Bank. Edisi Ketiga.” Cetakan Kelima. Bumi

Aksara. Jakarta. Sugema, I. 1992. “The Dynamic of Macroeconomy-Trade-Agriculture Linkages in The

Australian Economy: An Application of Error Correction Model to Cointegrated Relation Ship.” The University of New England. Thesis S2. Department of Agricultural Economic and Business Management, New England.

Sunariyah. 2004. “Pengantar Pengetahuan Pasar Modal.” UPP AMP YKPN,

Yogyakarta. Syuhada, Luqman H., Lc. 2007.“Ekonomi Islam Melawan Riba dan Kemiskinan Umat.”.

Makalah Diskusi Ekonomi Syari’ah, Sragen, Jawa Tengah . Wahyudi, Sugeng, “Saham Pilihan Kelompok LQ 45”. Suara Merdeka, Selasa 4 Mei

2004. West, Andrew. 1998. “Do Stock Index Futures Prices Lead The Stock Index?.” SIRCA.

Australia. Wondabio, Ludovicus Sensi. 2006. “Analisa Hubungan Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) Jakarta (JSX), London (FTSE), Tokyo (Nikkei) dan Singapura (SSI), Pendekatan Model Ekonometri – Autocorrelation Condition Heteroscedasticity (ARCH) / Generalized Autocorrelation Condition Heteroscedasticy (GARCH) dan

Page 85: ANALISIS KOINTEGRASI: KETERKAITAN JAKARTA ISLAMIC

Vector Autoregression (VAR) – Suatu Studi Empiris tahun 2000 – 2005.” Jurnal Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang.

www.bi.go.id www.jsx.go.id