“analisis kinerja likuiditas, aktivitas, rentabilitas dan

15
“ANALISIS KINERJA LIKUIDITAS, AKTIVITAS, RENTABILITAS DAN ANALISIS HUBUNGAN MODAL KERJA TERHADAP LABA PERUSAHAAN PADA INDUSTRI OTOMOTIF DI BEI” Niko Nurcahyo Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2009 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kinerja laporan keuangan perusahaan dan mencari hubungan modal kerja dengan laba usaha pada industri otomotif yang ada di BEI untuk tahun 2006, 2007 dan 2008. Data yang diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) di BEI digunakan untuk mengetahui kinerja laporan keuangan perusahaan dengan analisis rasio likuiditas yang terdiri dari current rasio, quick rasio dan cash rasio, kemudian rasio aktivitas yang terdiri dari inventory turnover, receivables turnover dan working capital turnover. Untuk rasio rentabilitas terbagi atas profit margin, operating asset turnover dan earning power. Untuk melihat apakah ada hubungan antara modal kerja dengan laba usaha dilakukan uji statistik. Dari sekian banyak metode yang ada digunakan uji statistik menggunakan Regresi Linier Sederhana. Dari analisis tersebut, maka dapat disimpulan bahwa kinerja kesebelas perusahaan cukup tinggi baik itu dalam rasio likuiditas, aktivitas dan rentabilitas. Dari uji hipotesis didapati bahwa ada hubungan positif antara modal kerja dengan laba usaha yang diperoleh perusahaan. Kata kunci : Rasio Likuiditas, Aktivitas, Rentabilitas , Modal Kerja Dan Laba Usaha PENDAHULUAN Industri otomotif nasional merupakan salah satu motor penggerak perekonomian Indonesia. Industri otomotif memiliki mata rantai bisnis mulai manufaktur komponen, manufaktur kendaraan itu sendiri, jaringan distribusi dan layanan purna jualnya, baik bengkel resmi maupun umum, termasuk jaringan penjualan suku cadang di seluruh Indonesia. Di samping itu industri ini juga mengembangkan industri penunjang lainnya seperti pembiayaan dan asuransi. Dengan demikian mata rantai industri otomotif ini juga menciptakan peluang kerja yang sangat besar bagi masyarakat. Berdasarkan data Gaikindo, industri otomotif berada pada urutan ke-empat penyumbang pajak. Lebih jauh lagi, pesatnya perkembangan industri otomotif nasional akan menarik minat investor asing untuk ikut mengembangkan usahanya di Indonesia. Modal kerja disediakan untuk membiayai secara langsung kegiatan- kegiatan rutin perusahaan setiap hari, antara lain keperluan kas, bank, piutang, persediaan dan lain-lain yang berputar terus selama perusahaan masih berjalan dan berkesinambungan. Oleh karena itu, modal kerja berputar terus sejak perusahaan tersebut didirikan dan akan berakhir pada saat perusahaan itu dilikuidasi atau dibubarkan. Salah satu cara untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang keadaan keuangan suatu perusahaan dapat menggunakan suatu alat pengukur, yaitu

Upload: lamlien

Post on 17-Jan-2017

235 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: “ANALISIS KINERJA LIKUIDITAS, AKTIVITAS, RENTABILITAS DAN

“ANALISIS KINERJA LIKUIDITAS, AKTIVITAS, RENTABILITAS DAN ANALISIS HUBUNGAN MODAL KERJA TERHADAP LABA

PERUSAHAAN PADA INDUSTRI OTOMOTIF DI BEI” Niko Nurcahyo

Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2009

ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kinerja laporan keuangan

perusahaan dan mencari hubungan modal kerja dengan laba usaha pada industri otomotif yang ada di BEI untuk tahun 2006, 2007 dan 2008.

Data yang diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) di BEI digunakan untuk mengetahui kinerja laporan keuangan perusahaan dengan analisis rasio likuiditas yang terdiri dari current rasio, quick rasio dan cash rasio, kemudian rasio aktivitas yang terdiri dari inventory turnover, receivables turnover dan working capital turnover. Untuk rasio rentabilitas terbagi atas profit margin, operating asset turnover dan earning power. Untuk melihat apakah ada hubungan antara modal kerja dengan laba usaha dilakukan uji statistik. Dari sekian banyak metode yang ada digunakan uji statistik menggunakan Regresi Linier Sederhana.

Dari analisis tersebut, maka dapat disimpulan bahwa kinerja kesebelas perusahaan cukup tinggi baik itu dalam rasio likuiditas, aktivitas dan rentabilitas. Dari uji hipotesis didapati bahwa ada hubungan positif antara modal kerja dengan laba usaha yang diperoleh perusahaan.

Kata kunci : Rasio Likuiditas, Aktivitas, Rentabilitas , Modal Kerja Dan Laba Usaha PENDAHULUAN

Industri otomotif nasional merupakan salah satu motor penggerak perekonomian Indonesia. Industri otomotif memiliki mata rantai bisnis mulai manufaktur komponen, manufaktur kendaraan itu sendiri, jaringan distribusi dan layanan purna jualnya, baik bengkel resmi maupun umum, termasuk jaringan penjualan suku cadang di seluruh Indonesia. Di samping itu industri ini juga mengembangkan industri penunjang lainnya seperti pembiayaan dan asuransi. Dengan demikian mata rantai industri otomotif ini juga menciptakan peluang kerja yang sangat besar bagi masyarakat. Berdasarkan data Gaikindo, industri otomotif berada pada urutan ke-empat penyumbang pajak. Lebih jauh lagi,

pesatnya perkembangan industri otomotif nasional akan menarik minat investor asing untuk ikut mengembangkan usahanya di Indonesia.

Modal kerja disediakan untuk membiayai secara langsung kegiatan-kegiatan rutin perusahaan setiap hari, antara lain keperluan kas, bank, piutang, persediaan dan lain-lain yang berputar terus selama perusahaan masih berjalan dan berkesinambungan. Oleh karena itu, modal kerja berputar terus sejak perusahaan tersebut didirikan dan akan berakhir pada saat perusahaan itu dilikuidasi atau dibubarkan.

Salah satu cara untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang keadaan keuangan suatu perusahaan dapat menggunakan suatu alat pengukur, yaitu

Page 2: “ANALISIS KINERJA LIKUIDITAS, AKTIVITAS, RENTABILITAS DAN

rasio. Rasio ini digunakan untuk menganalisis data keuangan serta pos-pos perhitungan laba/rugi pada laporan keuangan. Analisis atas laporan keuangan tersebut akan menggambarkan kondisi finansial perusahaan, antara lain mengetahui posisi likuiditas, aktivitas dan rentabilitas perusahaan.

Analisis rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang jatuh tempo. Adanya analisis rasio likuiditas akan berguna bagi pihak manajemen untuk menarik kepercayaan para kreditor untuk memberikan kredit atau pinjaman. Selain itu, rasio ini juga dapat digunakan untuk menganalisis penggunaan modal kerja dalam pembiayaan kegiatan operasi perusahaan. Rasio rentabilitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

Hasil analisis tersebut penting artinya bagi pimpinan perusahaan sebagai dasar dalam rangka penyusunan rencana yang lebih baik dan penentuan kebijaksanaan yang lebih tepat di masa yang akan datang. Bagi pihak manajemen akan dapat mengetahui hasil dan perkembangan yang dicapai serta kegagalan yang diderita pada tahun sebelumnya maupun tahun yang sedang berjalan. LANDASAN TEORI Pengertian Modal Dunia usaha berkembang semakin pesat seiring dengan perkembangan zaman. Hal ini menuntut diadakannya penyesuaian, baik oleh pelaku usaha maupun regulator, dalam hal ini pemerintah. Dengan perkembangan teknologi dan makin jauhnya spesialisasi dalam perusahaan serta semakin

banyaknya perusahaan yang berkembang pesat, maka faktor produksi modal mempunyai arti yang lebih menonjol lagi. Pengertian modal yang klasik, di mana artian modal ialah sebagai hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut. Dalam perkembangan selanjutnya, pengertian modal mulai bersifat “non-physical oriented” di mana antara lain pengertian modal ditekankan pada nilai, daya beli atau kekuasaan memakai atau menggunakan yang terkandung dalam barang-barang modal.

Jadi dapat disimpulkan bahwa yang tercatat di sebelah debit dari neraca disebut “modal konkret” dan yang tercatat di sebelah kredit disebut “modal abstrak”. Selain itu pada neraca suatu perusahaan akan terlihat dua gambaran modal, yaitu neraca di satu pihak akan menunjukan modal menurut bentuknya (sebelah debit) dan dilain pihak menurut sumbernya (sebelah kredit). Jadi dapat dikatakan bahwa “modal aktif” ialah modal yang tertera di sebelah debit dari neraca, yang menggambarkan bentuk-bentuk dalam mana seluruh dana yang diperoleh perusahaan ditanamkan, sedangkan pengertian “modal pasif” ialah modal yang tertera di sebelah kredit dari neraca yang menggambarkan sumber-sumber dari mana dana diperoleh. Bila pengertian modal aktif dan pasif dihubungkan dengan pengertian modal abstrak dan konkret di lain pihak, maka dapatlah dikatakan bahwa modal aktif itu termasuk dalam pengertian modal konkret, sedangkan modal pasif termasuk dalam pengertian modal abstrak.

Menurut Djarwanto (1996:85) terdapat dua definisi modal kerja yang lazim dipergunakan, yaitu: Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek dan Modal kerja adalah jumlah dari aktiva

Page 3: “ANALISIS KINERJA LIKUIDITAS, AKTIVITAS, RENTABILITAS DAN

lancar. Disamping dua definisi di atas, menurut Djarwanto masih terdapat pengertian modal kerja menurut konsep fungsional. Menurut konsep ini modal kerja adalah jumlah dana yang digunakan dalam periode akuntansi untuk menghasilkan pendapatan jangka pendek. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja

Menurut Alexandri (2008:80-85) modal kerja yang cukup memang sangat penting bagi suatu perusahaan, tetapi berapakah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan itu? Untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan bukanlah hal yang mudah, karena modal kerja yang dibutuhkan untuk suatu perusahaan tergantung atau dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

1. Sifat atau tipe perusahaan 2. Waktu untuk memproduksi atau

memperoleh barang dagang serta harga persatuan dari barang tersebut.

3. Syarat pembelian bahan atau barang dagang

4. Syarat penjualan 5. Tingkat perputaran persediaan

Perputaran Modal Kerja

Menurut Kasmir (2008:243) modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran modal kerja (working capital turnover period) dimulai dari saat di mana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat di mana kembali lagi menjadi kas.

Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya

(turnover rate-nya). Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung kepada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut. Pengertian Rasio

Menurut Djarwanto (1996:123), rasio dalam analisa laporan keuangan adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Menurut Riyanto (2001:329), rasio hanyalah alat yang dinyatakan dalam “arithmetical terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansiil. Menurut Munawir (2002:64), rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, yang dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan. METODOLOGI PENELITIAN Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data yang diperoleh adalah berupa data sekunder. Data tersebut berupa laporan keuangan emiten industri otomotif periode tahun 2006 sampai tahun 2008 yang diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) pada bagian pelaporan keuangan yang bertempat di Bursa Efek Indonesia (BEI) Lantai 2 Tower II, Jalan Jenderal Sudirman Kav 52-53 Jakarta. Pengumpulan data ini dilakukan selama bulan Juli 2009.

Page 4: “ANALISIS KINERJA LIKUIDITAS, AKTIVITAS, RENTABILITAS DAN

Teknik Pengambilan Sampel Populasi penelitian adalah

data laporan keuangan perusahaan industri otomotif pada tahun 2006-2008. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive, syarat yang perlu diperhatikan untuk pengambilan sampel secara purposive didasarkan pada :

1. Informasi yang mendahului (previous knowledge) tentang kondisi populasi dan informasi ini harus akurat.

2. Sampel penelitian tersebut mempunyai keterkaitan yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumya di mana penentuan sampel didasarkan pada kelompok kunci (key areas, key groups, dan key clusters). Bertolak dari pernyataan di

atas, maka secara umum ciri-ciri dan sifat-sifat perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah sebagai berikut :

1. Terdaftar sebagai anggota Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian.

2. Bergerak dalam bidang industri otomotif, yang didefinisikan sebagai industri yang bergerak dalam pembuatan sparepart atau suku cadangnya sampai pembuatan bermacam-macam kendaraan. Dari ciri-ciri umum dan sifat-

sifat perusahaan yang menjadi sampel penelitian, maka didapat sepuluh perusahaan emiten industri otomotif . 1. PT Astra Internasional Tbk 2. PT Astra Otoparts Tbk 3. PT Gajah Tunggal Tbk

4. PT Goodyear Indonesia Tbk 5. PT Hexindo Adiperkasa Tbk 6. PT Multristrada Arah Sarana Tbk 7. PT Nipress Tbk 8. PT Prima Alloy Steel Tbk 9. PT Selamat Sempurna Tbk 10. PT Tunas Ridean Tbk

HASIL DAN PEMBAHASAN Rasio Likuiditas - Current rasio

Dari hasil perhitungan current ratio kesepuluh perusahaan dapat dikatakan baik. Besarnya current ratio dipengaruhi oleh kecilnya kewajiban yang dimiliki oleh perusahaan seperti hutang usaha dan hutang bank. Semakin kecil total kewajiban dibandingkan dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan maka semakin besar current rasionya, begitu juga sebaliknya. Terdapat tiga perusahaan yang mengalami peningkatan setiap tahunnya, dua perusahaan mengalami penurunan setiap tahunnya, dan lima perusahaan mengalami fluktuasi. Tiga perusahaan yang mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu :

1. PT Astra Internasional : peningkatan yang terjadi dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 53,56 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 0,22. Peningkatan terjadi karena pada tahun 2007 kas dan piutang yang dimiliki perusahaan lebih besar dibandingkan dengan tahun 2006, hanya saja pada tahun 2008 kas dan piutang perusahaan tidak mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan

Page 5: “ANALISIS KINERJA LIKUIDITAS, AKTIVITAS, RENTABILITAS DAN

dengan kenaikan hutang perusahaan

2. PT Hexindo Adiperkasa : peningkatan yang terjadi dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 10,94 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 18,31. Dari sisi laporan keuangan, kas dan piutang perusahaan pada tahun 2007 lebih besar dibandingkan tahun 2006, sedangkan pada tahun 2008 piutang dan persediaan perusahaan lebih besar dari tahun 2007, tetapi hutang perusahaan tahun 2008 lebih besar dari tahun 2007.

3. PT Tunas Ridean : peningkatan yang terjadi dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 0,10 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 26,36. Dari sisi laporan keuangan dilihat bahwa hutang bank dan hutang usaha perusahaan lebih kecil ditahun 2007 dibandingkan 2006 dan tahun 2008 hutang perusahaan lebih besar dari tahun 2007.

Dua perusahaan yang mengalami penurunan setiap tahunnya yaitu 1. PT Nipress : penurunan yang

terjadi dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 2,81 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 1,67. Dari sisi laporan keuangan terlihat bahwa hutang yang dimiliki perusahaan tahun 2006 lebih besar dari tahun 2007, dan pada tahun 2008 hutang yang dimiliki perusahaan juga mengalami kenaikan, tetapi tidak sebesar pada tahun 2006 ke 2007.

2. PT Prima Alloy : penurunan yang terjadi dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 2,79 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 4,15. Pada tahun 2007 kas dan piutang yang dimiliki perusahaan lebih kecil

dibandingkan pada tahun 2006, sedangkan pada tahun 2008 hutang usaha dan hutang bank yang dimiliki perusahaan mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2007, sehingga tingkat penurunannya meningkat.

Enam perusahaan yang mengalami fluktuasi yaitu :

1. PT Gajah Tunggal : dari tahun 2006 ke 2007 mengalami peningkatan sebesar 21,05 dan dari tahun 2007 ke 2008 mengalami penurunan sebesar 68,3. Peningkatan terjadi karena pada tahun 2007 kas dan piutang yang dimiliki perusahaan lebih besar dibandingkan dengan tahun 2006, dan penurunan yang terjadi disebabkan pinjaman serta hutang usaha yang dimiliki perusahaan lebih besar dari tahun sebelumnya.

2. PT Astra Otopart : dari tahun 2006 ke 2007 mengalami peningkatan sebesar 44,9 dan dari tahun 2007 ke 2008 mengalami penurunan sebesar 6,32. Peningkatan terjadi karena kas dan piutang yang dimiliki perusahaan pada tahun 2007 lebih besar dibandingkan dengan tahun 2006, sedangkan penurunan terjadi karena pada tahun 2008 terjadi sedikit peningkatan hutang usaha.

3. PT Goodyear Indonesia : dari tahun 2006 ke 2007 mengalami penurunan sebesar 79,95 dan dari tahun 2007 ke 2008 mengalami peningkatan sebesar 13,56. penurunan terjadi karena hutang lain-lain pada perusahaan mengalami peningkatan dari tahun

Page 6: “ANALISIS KINERJA LIKUIDITAS, AKTIVITAS, RENTABILITAS DAN

sebelumnya, dan Peningkatan yang terjadi disebabkan karena unsur dalam aktiva lancar perusahaan pada tahun 2008 lebih besar dibandingkan dengan tahun 2007.

4. PT Multristrada Arah Sarana : dari tahun 2006 ke 2007 mengalami peningkatan sebesar 75,99 dan dari tahun 2007 ke 2008 mengalami penurunan sebesar 42,73. Pada tahun 2007 kas dan persediaan yang dimiliki perusahaan lebih besar dibanding tahun 2006 sehingga perusahaan mengalami peningkatan dan pada tahun 2008 hutang bank dan hutang pada pihak ketiga lebih besar dibandingkan dengan tahun 2006.

5. PT Selamat Sempurna : dari tahun 2006 ke 2007 mengalami penurunan sebesar 27,94 dan dari tahun 2007 ke 2008 mengalami peningkatan sebesar 10,87. Penurunan terjadi karena pada tahun 2007 hutang bank yang dimiliki perusahaan lebih besar dari tahun 2006, dan pada tahun 2008 kas serta piutang yang dimiliki perusahaan sedikit peningkatan.

Rasio Aktivitas - Perputaran persediaan

Perputaran persediaan di atas menunjukkan seberapa cepat perputaran yang terjadi dalam siklus produksi normal. Tinggi rendahnya tingkat perputaran persediaan dipengaruhi oleh besar kecilnya rata-rata persediaan yang terjadi selama satu periode. Semakin kecil rata-rata persediaan, maka semakin tinggi tingkat persediaan yang

terjadi dan semakin efisien modal yang tertanam dalam persediaan tersebut. Secara keseluruhan terdapat 2 perusahaan yang mengalami peningkatan setiap tahunnya, kemudian ada 2 perusahaan yang mengalami penurunan setiap tahunnya, dan 6 perusahaan yang mengalami fluktuasi.

Dua perusahaan yang mengalami peningkatan yaitu :

1. PT Gajah Tunggal : peningkatan yang terjadi dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 0,9 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 0,35. Dari sisi laporan keuangan dilihat bahwa rata-rata persediaan yang ada pada perusahaan lebih kecil ditahun 2007 dibandingkan 2006 dan tahun 2008 rata-rata persediaan perusahaan lebih besar dari tahun 2007.

2. PT Hexindo Adiperkasa : peningkatan yang terjadi dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 0,47 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 0,03. Dari sisi laporan keuangan, HPP perusahaan pada tahun 2007 lebih besar dibandingkan tahun 2006, sedangkan pada tahun 2008 kenaikan HPP tidak terlalu besar, sedangkan rata-rata persedian perusahaan meningkat.

Dua perusahaan yang mengalami penurunan setiap tahunnya yaitu 1. PT Multristrada Arah Sarana :

penurunan yang terjadi dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 0,59 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 0,78. Dari sisi laporan keuangan terlihat persediaan yang dimiliki perusahaan tahun 2006 lebih besar dari tahun 2007, dan pada tahun 2008 rata-rata persediaan yang dimiliki perusahaan lebih besar lagi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Page 7: “ANALISIS KINERJA LIKUIDITAS, AKTIVITAS, RENTABILITAS DAN

2. PT Prima Alloy : penurunan yang terjadi dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 2,28 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 3,15. Pada tahun 2006 ke 2006 persediaan yang dimiliki perusahaan lebih besar dibandingkan dengan HPP yang dimiliki oleh perusahaan, sedangkan pada tahun 2007 ke 2008 presentase kenaikan persediaan yang ada pada perusahaan semakin meningkat.

Enam perusahaan yang mengalami fluktuasi yaitu :

1. PT Astra Internasional : dari tahun 2006 ke 2007 mengalami peningkatan sebesar 3,0 dan dari tahun 2007 ke 2008 mengalami penurunan sebesar 1,14. Peningkatan terjadi karena pada tahun 2007 HPP perusahaan lebih besar dibandingkan dengan tahun 2006, dan penurunan yang terjadi disebabkan rata-rata persediaan yang dimiliki perusahaan lebih besar dari tahun sebelumnya.

2. PT Astra Otopart : dari tahun 2006 ke 2007 mengalami peningkatan sebesar 1,4 dan dari tahun 2007 ke 2008 mengalami penurunan sebesar 0,02. Peningkatan terjadi karena pada tahun 2007 HPP perusahaan lebih besar dibandingkan dengan tahun 2006, dan penurunan yang terjadi disebabkan rata-rata persediaan yang dimiliki perusahaan lebih besar dari tahun sebelumnya.

3. PT Goodyear Indonesia : dari tahun 2006 ke 2007 mengalami peningkatan sebesar 0,17 dan dari tahun 2007 ke 2008 mengalami penurunan sebesar 0,3. Peningkatan terjadi karena HPP perusahaan lebih besar dibandingkan dengan rata-rata persediaan, dan penurunan yang terjadi disebabkan rata-rata

persediaan yang dimiliki perusahaan lebih besar dari tahun sebelumnya.

4. PT Nipress : dari tahun 2006 ke 2007 mengalami peningkatan sebesar 1,85 dan dari tahun 2007 ke 2008 mengalami penurunan sebesar 1,33. Peningkatan terjadi karena HPP perusahaan lebih besar dibandingkan dengan rata-rata persediaan, dan penurunan yang terjadi disebabkan rata-rata persediaan yang dimiliki perusahaan lebih besar dari tahun sebelumnya.

5. PT Selamat Sempurna : dari tahun 2006 ke 2007 mengalami penurunan sebesar 0,08 dan dari tahun 2007 ke 2008 mengalami peningkatan sebesar 0,05. Penurunan terjadi karena kenaikan rata-rata persedian perusahaan lebih besar dibandingkan dengan HPP perusahaan, dan peningkatan terjadi karena rata-rata kenaikan persediaan tidak begitu besar dari tahun sebelumnya..

6. PT Tunas Ridean : dari tahun 2006 ke 2007 mengalami peningkatan sebesar 8,0 dan dari tahun 2007 ke 2008 mengalami penurunan sebesar 0,06. Tahun 2006 ke 2007 HPP yang dimiliki perusahaan mengalami kenaikan yang cukup besar, dan tahun 2007 ke 2008 persediaan yang ada dalam perusahaan mengalami kenaikan yang cukup besar dibandingkan dengan HPP.

- Perputaran piutang

Pada tingkat perputaran piutang, tinggi rendahnya perputaran dipengaruhi oleh besar kecilnya rata-rata piutang dagang perusahaan selama satu periode dibandingkan dengan penjualan kredit bersih. Semakin kecil

Page 8: “ANALISIS KINERJA LIKUIDITAS, AKTIVITAS, RENTABILITAS DAN

rata-rata piutang yang ada pada perusahaan maka semakin cepat perputaran piutang yang terjadi, sehingga modal yang digunakan pada piutang semakin kecil. Terdapat enam perusahaan yang mengalami peningkatan setiap tahunnya, tiga perusahaan yang mengalami penurunan setiap tahunnya dan satu perusahaan yang mengalami fluktuasi.

Enam perusahaan yang mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu :

1. PT Astra Internasional : dari tahun 2006 ke 2007 mengalami peningkatan sebesar 2,1 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 2,27. Dilihat dari sisi akuntansi, peningkatan terjadi karena penjualan perusahaan terus meningkat dari tahun ke tahun.

2. PT Astra Otopart : dari tahun 2006 ke 2007 mengalami peningkatan sebesar 1,22 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 1,69. Dilihat dari sisi akuntansi, peningkatan terjadi karena penjualan perusahaan terus meningkat dari tahun ke tahun.

3. PT Gajah Tunggal : dari tahun 2006 ke 2007 mengalami peningkatan sebesar 0,55 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 1,93. Dilihat dari sisi akuntansi, peningkatan terjadi karena penjualan perusahaan terus meningkat dari tahun ke tahun.

4. PT Goodyear Indonesia : dari tahun 2006 ke 2007 mengalami peningkatan sebesar 0,09 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 2,26. Peningkatan dari tahun 2006 ke 2007 terjadi karena penjualan perusahaan meningkat, dan pada tahun 2007 ke 2008 terjadi peningkatan yang cukup besar

karena penjualan yang terjadi meningkat tajam, sedangkan piutang yang ada lebih kecil.

5. PT Selamat Sempurna : dari tahun 2006 ke 2007 mengalami peningkatan sebesar 0,45 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 0,81. Dilihat dari sisi akuntansi, peningkatan terjadi karena penjualan perusahaan terus meningkat dari tahun ke tahun.

6. PT Tunas Ridean : dari tahun 2006 ke 2007 mengalami peningkatan sebesar 0,18 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 1,02. Dilihat dari sisi akuntansi, peningkatan terjadi karena penjualan perusahaan terus meningkat dari tahun ke tahun.

Tiga perusahaan yang mengalami penurunan setiap tahunnya yaitu :

1. PT Multristrada Arah Sarana : dari tahun 2006 ke 2007 mengalami penurunan sebesar 3,32 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 3,65. Hal ini terjadi karena piutang pada perusahaan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, maupun penjualan dalam perusahaan juga meningkat.

2. PT Nipress : dari tahun 2006 ke 2007 mengalami penurunan sebesar 0,13 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 0,52. Penurunan terjadi karena piutang dalam perusahaan terus meningkat dari tahun ke tahun.

3. PT Prima Alloy : dari tahun 2006 ke 2007 mengalami penurunan sebesar 0,1 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 0,41. Penurunan terjadi karena piutang dalam perusahaan terus meningkat dari tahun ke tahun.

Satu perusahaan yang mengalami fluktuasi adalah PT Hexindo Adi Perkasa, di mana dari tahun 2006 ke 2007 mengalami penurunan sebesar 0,2 dan

Page 9: “ANALISIS KINERJA LIKUIDITAS, AKTIVITAS, RENTABILITAS DAN

dari tahun 2007 ke 2008 mengalami peningkatan sebesar 1,6. Dari sisi akuntansi dapat dilihat bahwa pada tahun 2006 ke 2007 piutang perusahaan sangat besar, dan pada tahun 2007 ke 2008 piutang perusahaan juga mengalami peningkatan, hanya saja penjualan pada perusahaan meningkat sangat tajam dibandingkan dari tahun sebelumnya sehingga perusahaan mengalami peningkatan.

- Perputaran modal kerja Dalam perputaran modal kerja yang mempengaruhi besar kecilnya adalah tingkat modal kerja yang ada pada perusahaan. Jika modal kerja yang ada lebih kecil dibandingkan dengan penjualan bersih, maka tingkat perputaran modal kerjanya semakin tinggi, karena modal yang dimiliki oleh perusahaan digunakan dengan baik dan efisien dalam proses produksi perusahaan sehingga menghasilkan laba yang diinginkan. Terdapat empat perusahaan yang mengalami peningkatan setiap tahunnya, kemudian terdapat satu perusahaan yang mengalami penurunan setiap tahunnya dan lima perusahaan yang mengalami fluktuasi. Empat perusahaan yang mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu :

1. PT Astra Internasional : peningkatan yang terjadi dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 10,29 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 0,93. Pada peningkatan dari tahun 2006 ke 2007 disebabkan karena penjualan perusahaan terjadi peningkatan yang sangat besar, sedangkan aktiva lancar dan hutang lancarnya peningkatan yang terjadi tidak begitu besar. Dari tahun 2007 ke 2008 perusahaan juga mengalami peningkatan akan tetapi cederung

menurun, dikarenakan aktiva lancar dan hutang lancar perusahaan meningkat tajam dibandingkan tahun sebelumnnya.

2. PT Nipress : peningkatan yang terjadi dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 12,23 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 31,02. Tahun 2006 ke 2007 terjadi peningkatan karena penjualan perusahaan mengalami kenaikan yang sangan besar, dan pada tahun 2007 ke 2008 penjualan perusahaan juga mengalami kenaikan, tetapi pada aktiva lancar dan hutang lancarnya hanya sedikit mengalami kenaikan.

3. PT Prima Alloy : peningkatan yang terjadi dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 12,79 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 91,58. Pada Prima Alloy terjadi persentase peningkatan yang sangat besar antara tahun 2006 ke 2007 dengan tahun 2007 ke 2008 sebesar 78,79, hal ini dikarenakan pada tahun 2006 penjualan, aktiva lancar dan hutang lancar perusahaan lebih besar dibandingkan dengan tahun 2007.

4. PT Selamat Sempurna : peningkatan yang terjadi dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 1,11 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 0,01. Pada tahun 2007 ke 2008 peningkatan yang terjadi pada perusahaan cenderung menurun, ini dikarenakan tingkat penjualan tahun 2008 tidak begitu besar dibandingkan dengan tahun 2007, sedangkan aktiva dan hutang lancar perusahaan mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Satu perusahaan yang mengalami penurunan setiap tahunnya yaitu :

1. PT Hexindo Adi Perkasa : penurunan yang terjadi dari tahun

Page 10: “ANALISIS KINERJA LIKUIDITAS, AKTIVITAS, RENTABILITAS DAN

2006 ke 2007 sebesar 9,04 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 2,82. Penurunan terjadi karena presentase kenaikan jumlah aktiva lancar dan hutang lancar lebih besar dari kenaikan penjualan dalam perusahaan.

Lima perusahaan yang mengalami fluktuasi yaitu : 1. PT Astra Otopart : dari tahun 2006

ke 2007 mengalami penurunan sebesar 1,51 dan dari tahun 2007 ke 2008 mengalami peningkatan sebesar 0,79. Penurunan terjadi karena kenaikan aktiva pada perusahaan lebih besar dibandingkan penjualan, sedangkan peningkatan yang terjadi karena penjualan perusahaan mengalami kenaikan yang cukup besar dari tahun sebelumnya.

2. PT Gajah Tunggal : dari tahun 2006 ke 2007 mengalami penurunan sebesar 0,95 dan dari tahun 2007 ke 2008 mengalami peningkatan sebesar 4,48. Penurunan yang terjadi dari tahun 2006 ke 2007 dikarenakan aktiva lancar perusahaan mengalami kenaikan yang sangat besar, dan peningkatan pada tahun 2007 ke 2008 karena jumlah aktiva lancar pada tahun 2008 mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2007.

3. PT Goodyear Indonesia : dari tahun 2006 ke 2007 mengalami peningkatan sebesar 6,79 dan dari tahun 2007 ke 2008 mengalami penurunan sebesar 4,2. Pada tahun 2006 ke 2007 penjualan perusahaan mengalami kenaikan yang cukup besar dibandingkan dengan kenaikan aktivanya, dan pada tahun 2007 ke 2008 aktiva perusahaan mengalami kenaikan yang sangat

besar tetapi tidak diimbangin dengan kenaikan tingkat penjualan, sehingga perusahaan mengalami penurunan.

4. PT Mutristrada Arah Sarana : dari tahun 2006 ke 2007 mengalami peningkatan sebesar 10,43 dan dari tahun 2007 ke 2008 mengalami penurunan sebesar 10,43. Pada tahun 2006 dan 2008 perusahaan tidak memiliki modal kerja, karena jumlah aktiva lancar perusahaan lebih kecil dibandingkan dengan hutang lancar, sedangkan pada tahun 2007 aktiva lancar perusahaan lebih besar dari hutang lancarnya, sehingga perusahaan memiliki modal kerja dan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.

5. PT Tunas Ridean : dari tahun 2006 ke 2007 mengalami peningkatan sebesar 0,22 dan dari tahun 2007 ke 2008 mengalami penurunan sebesar 10,54. Peningkatan terjadi karena presentase kenaikan penjualan lebih besar dibandingkan dengan aktiva lancarnya, sedangkan penurunan terjadi karena aktiva yang tertanam dalam perusahaan lebih besar.

Rasio Rentabilitas - Profit margin

Profit margin di atas menunjukkan efisiensi perusahaan dengan melihat perbandingan antara laba usaha dengan penjualan. Peningkatan yang terjadi pada umumnya disebabkan karena laba usaha perusahaan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, hal ini dikarenakan beban pokok penjualan perusahaan tidak mengalami kenaikan yang signifikan dibandingkan dengan presentase kenaikan pada penjualan.

Page 11: “ANALISIS KINERJA LIKUIDITAS, AKTIVITAS, RENTABILITAS DAN

Terdapat enam perusahaan yang memiliki profit margin meningkat setiap tahunnya, dan empat perusahaan yang mengalami fluktuasi.Enam perusahaan yang mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu : 1. PT Astra Internsional : peningkatan

yang terjadi dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 3,12 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 0,12.

2. PT Hexindo Adi Perkasa : peningkatan yang terjadi dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 2,76 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 7,5.

3. PT Mutristrada Arah Sarana : peningkatan yang terjadi dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 9,59 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 3,13.

4. PT Prima Alloy : peningkatan yang terjadi dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 1,58 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 1,97.

5. PT selamat Sempurna : peningkatan yang terjadi dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 1,0 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 1,28.

6. PT Tunas Ridean : peningkatan yang terjadi dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 2,9 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 0,41.

Empat perusahaan yang mengalami fluktuasi yaitu:

1. PT Astra Otopart : dari tahun 2006 ke 2007 mengalami peningkatan sebesar 3,98 dan dari tahun 2007 ke 2008 mengalami penurunan sebesar 0,21. Peningkatan terjadi karena laba usaha perusahaan mengalami kenaikan yang cukup besar, sedangkan penurunan terjadi karena beban pokok penjualan perusahaan mengalami kenaikan yang cukup besar dibandingkan dengan penjualannya.

2. PT Gajah Tunggal : dari tahun 2006 ke 2007 mengalami peningkatan sebesar 3,31 dan dari tahun 2007 ke 2008 mengalami penurunan sebesar 2,68. Peningkatan terjadi karena penjualan perusahaan mengalami kenaikan yang lebih besar dibadingkan beban pokok penjualan, sehingga laba usaha ikut mengalami kenaikan. Penurunan terjadi karena beban pokok penjualan perusahaan mengalami kenaikan yang cukup besar.

3. PT Goodyear Indonesia : dari tahun 2006 ke 2007 mengalami peningkatan sebesar 1,77 dan dari tahun 2007 ke 2008 mengalami penurunan sebesar 1,9. Peningkatan terjadi karena penjualan perusahaan mengalami kenaikan yang lebih besar dibadingkan beban pokok penjualan, sehingga laba usaha ikut mengalami kenaikan. Penurunan terjadi karena beban pokok penjualan perusahaan mengalami kenaikan yang cukup besar.

4. PT Nipress : dari tahun 2006 ke 2007 mengalami penurunan sebesar 0,58 dan dari tahun 2007 ke 2008 mengalami peningkatan sebesar 0,23. Penurunan terjadi karena beban pokok penjualan perusahaan mengalami kenaikan yang cukup besar. Peningkatan terjadi karena penjualan perusahaan mengalami kenaikan yang lebih besar dibadingkan beban pokok penjualan, sehingga laba usaha ikut mengalami kenaikan.

- Operating asset turnover Peningkatan yang terjadi pada umumnya disebabkan karena penjualan perusahaan lebih besar dibandingkan dengan jumlah aktiva yang tertanam

Page 12: “ANALISIS KINERJA LIKUIDITAS, AKTIVITAS, RENTABILITAS DAN

dalam perusahaan, sehingga dana yang ada digunakan secara efektif dalam proses penjualan dan penurunan yang terjadi dikarenakan total aktiva perusahaan lebih besar dibadingkan dengan tingkat penjualan perusahaan. Hal ini disebabkan banyaknya piutang usaha yang belum tertagih serta banyaknya kas yang tersimpan dalam perusahaan. Terdapat tujuh perusahaan yang memiliki Operating asset turnover yang meningkat setiap tahunnya, dua perusahaan yang mengalami penurunan setiap tahunnya dan satu perusahaan yang mengalami fluktuasi. Tujuh perusahaan yang mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu : 1. PT Astra Internasional :

peningkatan yang terjadi dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 0,15 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 0,1.

2. PT Astra Otopart : peningkatan yang terjadi dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 0,1 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 0,13.

3. PT Gajah Tunggal : peningkatan yang terjadi dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 0,03 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 0,13.

4. PT Hexindo Adi Perkasa : peningkatan yang terjadi dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 0,11 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 0,25.

5. PT Mutristrada Arah Sarana : peningkatan yang terjadi dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 0,1 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 0,07.

6. PT Nipress : peningkatan yang terjadi dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 0,21 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 0,08.

7. PT Selamat Sempurna : peningkatan yang terjadi dari tahun 2006 ke

2007 sebesar 0,06 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 0,17.

Dua perusahaan yang mengalami penurunan setiap tahunnya yaitu :

1. PT Goodyear Indonesia : penurunan yang terjadi dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 0,28 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 0,66.

2. PT Prima Alloy : penurunan yang terjadi dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 0,04 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 0,48.

Satu perusahaan yang mengalami fluktuasi adalah PT Tunas Ridean di mana dari tahun 2006 ke 2007 mengalami penurunan sebesar 0,04 dan dari tahun 2007 ke 2008 mengalami peningkatan sebesar 0,23. Pada tahun 2006 ke 2007 presentase kenaikan total aktiva pada perusahaan lebih besar dibandingkan dengan penjualan yang terjadi, sedangkan pada tahun 2007 ke 2008 tingkat penjualan pada perusahaan mengalami kenaikan yang cukup besar dibadingkan dengan kenaikan pada total aktiva perusahaa.

- Earning power

Peningkatan terjadi karena presentase dari profit margin dan operating asset turnover perusahaan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, sehingga mempengaruhi kenaikan dari earning power tersebut. Pada earning power di atas terdapat delapan perusahaan yang mengalami peningkatan setiap tahunnya, dan dua perusahaan yang mengalami fluktuasi. Delapan perusahaan yang mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu : 1. PT Astra Internasional :

peningkatan yang terjadi dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 4,78 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 1,35.

Page 13: “ANALISIS KINERJA LIKUIDITAS, AKTIVITAS, RENTABILITAS DAN

2. PT Astra Otopart : peningkatan yang terjadi dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 5,29 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 0,84.

3. PT Hexindo Adi Perkasa : peningkatan yang terjadi dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 3,93 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 13,06.

4. PT Mutristrada Arah Sarana peningkatan yang terjadi dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 4,75 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 2,46.

5. PT Nipress : peningkatan yang terjadi dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 0,68 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 0,86.

6. PT Prima Alloy : peningkatan yang terjadi dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 1,23 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 1,91.

7. PT Selamat Sempurna : peningkatan yang terjadi dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 2,07 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 4,77.

8. PT Tunas Ridean : peningkatan yang terjadi dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 3,74 dan dari tahun 2007 ke 2008 sebesar 1,62.

Dua perusahaan yang mengalami fluktuasi yaitu :

1. PT Gajah Tunggal : dari tahun 2006 ke 2007 mengalami peningkatan sebesar 2,78 dan dari tahun 2007 ke 2008 mengalami penurunan sebesar 1,14.

2. PT Goodyear Indonesia : dari tahun 2006 ke 2007 mengalami peningkatan sebesar 2,3 dan dari tahun 2007 ke 2008 mengalami penurunan sebesar 5,85.

Uji Statistik Hubungan Modal Kerja Terhadap Laba Usaha Dari hasil perhitungan statistika di atas menunjukan bahwa modal kerja mempunyai hubungan yang positif terhadap laba usaha. Hal ini dikarenakan elemen pembentuk modal kerja terdiri dari aktiva lancar yaitu kas, persediaan, piutang, dan hutang lancar. Di mana dalam mendapatkan laba, perusahaan membutuhkan aktiva lancar untuk kegiatan operasinya, jika hutang lancar lebih besar dari aktiva lancar maka modal kerjanya minus, yang berakibat laba usaha akan mengalami penurunan. Nilai R square sebesar 0,532 menunjukkan bahwa perubahan laba usaha dipengaruhi oleh modal kerja sebesar 53,2% dan sisanya 46,8% dipengaruhi oleh faktor lain, misalnya tingkat penjualan, pendapatan, beban usaha dan kondisi ekonomi pada saat itu. Dari hasil uji t didapat jika modal kerja mengalami kenaikan 1 satuan, maka akan mempengaruhi kenaikan laba usaha yang diperoleh sebesar 0,910. Hal ini menunjukkan jika aktiva lancar yang terdapata pada perusahaan lebih besar dari hutang lancarnya maka laba perusahaan akan meningkat. PENUTUP Kesimpulan 1. Dari hasil analisis kinerja perusahaan

dengan menggunakan rasio likuiditas, aktivitas dan rentabilitas, dapat diambil kesimpulan : a. Berdasarkan analisis rasio

likuiditas, diperoleh current ratio dan quick ratio dari kesepuluh perusahaan rata-rata diatas 100%. Ini menunjukan bahwa perusahaan dapat memenuhi kewajibannya

Page 14: “ANALISIS KINERJA LIKUIDITAS, AKTIVITAS, RENTABILITAS DAN

untuk membayar hutang-hutangnya.

b. Berdasarkan analisis rasio aktivitas, diperoleh perputaran persediaan yang cukup tinggi dari setiap perusahaan hal ini menunjukan persediaan yang tersimpan digudang tidak terlalu lama, sehingga menghemat biaya penyimpanan. Pada perputaran piutanganya terjadi cukup cepat dalam satu periode. Sedangkan Perputaran modal kerja yang terjadi cukup tinggi. Sehingga secara keseluruhan dana yang ada di perusahaan telah digunakkan secara efektive.

c. Berdasarkan analisis rentabilitas menunjukan bahwa ke sepuluh perusahaan emiten industri otomotif mampu menggunkan operating assetsnya secara efisien sehingga dapat menghasilkan laba usaha yang cukup tinggi.

d. Berdasarkan hasil perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS, diperoleh nilai R hitung sebesar 0,729 yang artinya terdapat hubungan yang kuat dan searah. Ini berarti bahwa modal kerja berhubungan positif dengan laba usaha dimana jika modal kerja tinggi maka laba usaha juga tinggi. Dari hasil uji t didapat persamaan regresi Y = 356437,789 + 0,910X artinya jika modal kerja naik sebesar Rp. 1 maka laba usaha juga naik sebesar Rp. 0,910.

Saran 1. Meskipun jumlah modal kerja yang

dimiliki sebelas perusahaan emiten industri otomotif mencukupi untuk membiayai kegiatan operasionalnya,

sebaiknya tingkat likuiditasnya tidak terlalu tinggi,karena tingkat likuiditas yang terlalu tinggi mencerminkan banyaknya uang kas yang menganggur dan tidak produktif. Ada baiknya bila kelebihan likuiditas tersebut diinvestasikan ke aktiva yang berkaitan langsung dengan proses produksi dan penjulanan sehingga dapat meningkatkan kapasitas produksi dan penjualan yang kemudian akan meningkatakan laba usahanya.

2. Perusahaan sebaiknya jangan hanya mempertahankan likuiditas saja, karena hal ini akan menyebabkan perusahaan tidak dapat mencapai profitabilitas yang maksimal.

3. Modal kerja sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan perusahaan, sebaiknya manajemen keuangan lebih berhati-hati dalam pengambilan keputusan dalam memperoleh modal kerja. Selain itu, penerimaan maupun penggunaan modal kerja sebaiknya direncanakan dan diawasi dengan baik.

4. Saran juga diberikan kepada mahasiswa yang akan mengambil judul ini untuk penulisan skripsinya agar melakukan penelitiian dengan menggunakan data berupa laporan keuangan dari perusahaan yang berbeda jenis, seperti jasa dan perusahaan makanan.

DAFTAR PUSTAKA Alexandri, Moh Benny. 2008.

Manajemen Keuangan Bisnis. Edisi 1. Bandung: Alfabeta.

Ananingsih, Puji. 2007. Analisis Rasio Likuiditas dan Rasio Aktivitas Terhadap Rentabilitas Ekonomi Pada KPRI USP Kabupaten

Page 15: “ANALISIS KINERJA LIKUIDITAS, AKTIVITAS, RENTABILITAS DAN

Temanggung Tahun 2003-2005. Jurnal ekonomi dan bisnis Indonesia.

Djarwanto, PS. 1996. Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan. Edisi 1. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.

Furqon. 2002. Statistika Terapan Untuk Penelitian. Edisi 4. Bandung : Alfabeta.

Handoko, Dwi. 2004. Analisis Hubungan Kebijakan Modal Kerja Terhadap Likuditas dan Rentabilitas pada PT Astra Otopart Tbk. Skripsi (tidak dipublikasikan). Jakarta : Universitas Gunadarma.

Michell, Suharli. 2006. Akuntansi Untuk Bisnis Jasa Dan Dagang. Edisi 1. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Munawir, S. 2002. Akuntansi Keuangan Dan Manajemen. Edisi 1. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.

Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 1. Jakarta : Rajawali Pers.

Lusy. 2004. Analisis Rasio Modal Kerja Serta Peranannya Terhadap Laba Perusahaan Kasus Pada PT. Metro Supermarket Realty Tbk. Skripsi (tidak dipublikasikan). Jakarta : Universitas Gunadarma.

Rekap, Asbar Nangtjik. 2006. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Untuk Menilai Rasio Likuiditas Dalam Rangka Menilai Kinerja Perusahaan (studi survai pada perusahaan industri rokok yang terdaftar di BEJ). Jurnal DSpace.

Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 3.Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.

Subiyakto, H. 1994. Statistika 2. Seri Diktat Kuliah. Jakarta : Gunadarma.