analisis kerusakan jalan akibat beban berlebih (studi
TRANSCRIPT
JurnalTeknikSipil ISSN 2088-9321
UniversitasSyiah Kuala ISSN e-2502-5295
pp. 317- 328
Volume 5, Nomor 3, Mei 2016 - 317
ANALISIS KERUSAKAN JALAN AKIBAT BEBAN BERLEBIH
(STUDI KASUS JALAN BANDA ACEH-MEULABOH KM. 69
S/D KM. 150)
Andris Wandi1, Sofyan M. Saleh
2, M. Isya
3
1)Mahasiswa Magister Teknik Sipil Bidang Manajemen Rekayasa Transportasi, Universitas Syiah Kuala, Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111. Email :
[email protected] 2,3)Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh23111, email: [email protected])
Abstract:The road is one of the main infrastructure connecting one region with other regions. Therefore the roads must be designed in accordance with the load of vehicles that passed the area. National road Banda Aceh Meulaboh had been - designed adjusted to able roughness thickness with a load of vehicles passing on the road so that the age of planned road can match the load of a vehicle that has been calculated based on daily traffic average (ADT). Problems that can be seen from the road – Banda Aceh Meulaboh (km. 69 s/d km. 150) is an excess charge caused trucking. The purpose of the research is to find out how big the power factor haywire vehicles caused by excess charge and how great the influence of overload against age plan roughness highway. This research was conducted directly in field by conducting a survey of heavy goods transport traffic with portable truck scales at KM 148. On the streets of Banda Aceh Meulaboh – total violation of JBI average 45,57% of total transport truck. The results showed that the value of the excess load conditions with the VDF is larger compared to the value of the normal load conditions i.e. VDF amounted to 219%. Based on analysis of CESA overload condition then occurs a decrease in age of 9 years while services based on the formula of equation of effective period of layan layan age pengurunan occurred of 10.77 the year from age 20-year plan. Based on the value of IRI then year 2024 required regular maintenance in the form handler program (overlay). The results of the redesign with the overload of thick results obtainable roughness AC-WC 4 cm, AC-BC 6 cm, Base Coarse 25 cm and Sub Base 32 cm..
Keywords : Overloading, VDF, LHR, Design Life, IRI. Component Analysis Method
Abstrak:Jalan merupakan salah satu infrastruktur utama yang menghubungkan antara satu daerah dengan daerah lainnya. Oleh karena itu jalan harus didesain sesuai dengan beban kendaraan yang melintas pada daerah tersebut. Jalan Nasional Banda Aceh - Meulaboh didesain tebal perkerasan yang direncanakan disesuaikan dengan beban kendaraan yang melintas pada jalan tersebut agar umur jalan yang direncanakan dapat sesuai dengan beban kendaraan yang telah dihitung berdasarkan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR). Permasalahan yang dapat dilihat dari Jalan Nasional Banda Aceh – Meulaboh (KM.69 s/d KM.150) adalah muatan berlebih yang disebabkan angkutan truk. Tujuan penelitian adalah ingin mengetahui seberapa besar faktor daya rusak kendaraan yang diakibatkan oleh muatan berlebih dan seberapa besar pengaruh dari beban berlebih terhadap umur rencana perkerasan jalan raya. Penelitian ini dilakukan secara langsung dilapangan dengan melakukan survei berat lalu lintas angkutan barang dengan timbangan truk portable yang dilakukan pada KM 148. Pada Jalan Nasional Banda Aceh – Meulaboh jumlah total pelanggaran terhadap JBI rata-rata 45,57% dari jumlah total kendaraan angkutan truk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai VDF dengan kondisi beban berlebih lebih besar dibandingkan dengan nilai VDF kondisi beban normal yaitu sebesar 219%. Berdasarkan analisa CESA dengan kondisi beban berlebih maka terjadi penurunan umur layan sebesar 9 tahun sedangkan berdasarkan rumus persamaan efektif masa layan terjadi pengurunan umur layan sebesar 10,77 tahun dari umur rencana 20 tahun. Berdasarkan nilai IRI maka tahun 2024 diperlukan program penangan berupa pemeliharaan berkala (overlay). Hasil desain ulang dengan beban berlebih didapat hasil tebal perkerasan AC-WC 4 cm, AC-BC 6 cm, LPA 25 cm dan LPB 32 cm.
Kata kunci : Beban Berlebih, VDF, LHR, Umur Rencana, IRI, Metode Analisa Komponen.
JurnalTeknikSipil
UniversitasSyiah Kuala
318 - Volume 5, Nomor 3, Mei 2016
IPertumbuhan ekonomi yang cepat menuntut
suatu permintaan pelayanan pada transportasi
jalan yang lebih baik, kenyamanan, keamanan
dan keselamatan pergerakan berlalu lintas.
Tebal struktur suatu perkerasan jalan dalam
menjalankan funginya berkurang sebanding
dengan bertambahnya umur perkerasan jalan
dan bertambahnya beban lalu lintas yang
dipikul diatasnya oleh struktur jalan itu sendiri.
Lalu lintas yang semakin padat dan
berkembang seiring dangan berkembangnya
disegala aspek kehidupan. Umur perkerasan
jalan yang ditetapkan pada umumnya ber-
dasarkan jumlah kumulatif lintasan kendaraan
standar yang diperkirakan melalui perkerasan
jalan tersebut, diperhitungkan dari mulai
perkerasan itu dibuat dan dipakai sampai
dengan perkerasan tersebut dikategorikan
rusak (habis masa pelayanan).
Hal inilah yang membuat jalan Nasional
Banda Aceh-Meulaboh didesain dengan
sedemikian rupa sehingga tebal perkerasan
yang direncanakan disesuaikan dengan beban
kendaraan yang melintas pada jalan tersebut
agar supaya umur jalan yang direncanakan
dapat sesuai beban kendaraan yang telah
dihitung berdasarkan Lalu Lintas Harian Rata-
rata (LHR).
Pada kenyataannya adalah kebanyakan
kendaraan yang melintas terutama truk angku-
tan barang melintasi jalan Nasional Banda
Aceh-Meulaboh dengan beban yang berlebih
sementara dalam perencanaan konstruksi jalan
tidak memperhitungkan faktor beban berlebih.
Hal ini akan menyebabkan kerusakan pada
jalan Nasional Banda Aceh-Meulaboh dan
secara tidak langsung akan mempengaruhi
umur jalan yang telah direncanakan. Pada
titik-titik tertentu malah telah terjadi kerusakan
sebelum masa pemeliharaan jalan berakhir.
Sebagai informasi jalan Nasional Banda Aceh-
Meulaboh ini dikerjakan dengan meng-
gunakan 3 (tiga) sumber dana yaitu : Banda
Aceh-Calang menggunakan dana bantuan
USAID, Calang-Teunom meng-gunakan dana
APBN, dan Teunom-Meulaboh menggunakan
dana MDF (Multi Donor Fund).
Apakah kerusakan jalan sebelum wak-
tunya ini disebabkan karena tidak adanya
timbang truk saat kendaraan angkutan truk
melintasi jalan Nasional Banda Aceh-
Meulaboh? Sehingga kendaraan angkutan truk
dapat dengan leluasa melintasi jalan Nasional
Banda Aceh-Meulaboh dengan beban berlebih.
Oleh karena itu timbul ide dari penulis untuk
melihat umur jalan setelah dibebani beban
oleh kendaraan angkutan truk dengan
mengamati jalur masuk/keluar kendaraan
angkutan truk saat melintasi jalan Nasional
Banda Aceh-Meulaboh.
Gambar 1. Peta lokasi penelitian
JurnalTeknikSipil
UniversitasSyiah Kuala
Volume 5, Nomor 3, Mei 2016 - 319
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Perkerasan Jalan
Perkerasan jalan merupakan lapisan yang
terletak diantara lapisan tanah dasar dan roda
kendaraan, sehingga merupakan lapisan yang
berhubungan langsung dengan kendaraan.
Lapisan ini yang berfungsi memberikan
pelayanan terhadap lalu-lintas dan menerima
beban repetisi lalu-lintas setiap harinya, oleh
karena itu pada waktu penggunaannya
diharapkan tidak mengalami kerusakan-
kerusakan yang dapat menurunkan kualitas
pelayanan lalu-lintas. Pada Gambar 2.
diperlihatkan lapisan-lapisan perkerasan yang
paling atas disebut lapisan permukaan yaitu
kontak langsung dengan roda kendaraan dan
lingkungan sehingga merupakan lapisan yang
cepat rusak terutama akibat air.
Gambar 2. Susunan Konstruksi Perkerasan
Lentur.
Sumber : Anonim (1996)
Pengertian Beban Berlebih
Iskandar (2008) mengatakan bahwa
beban berlebih (overloading) adalah suatu
kondisi beban gandar (as) kendaraan melam-
paui batas beban maksimum yang diijinkan.
Beban berlebih (overloading) adalah beban
lalu-lintas rencana (jumlah lintasan opera-
sional rencana) tercapai sebelum umur rencana
perkerasan, atau sering disebut dengan
kerusakan dini. Muatan lebih adalah muatan
sumbu kendaraan yang melebihi dari
ketentuan seperti yang tercantum pada
peraturan yang berlaku (Peraturan Pemerintah
No 43, 1993).
Angka ekivalen (AE)
Angka ekivalen kendaraan adalah angka
yang menunjukkan jumlah lintasan dari sumbu
tunggal seberat 8,16 ton yang akan
menyebabkan kerusakan jalan atau penurunan
kinerja perkerasaan berupa penurunan Indeks
Permukaan yang sama apabila kendaraan
tersebut lewat satu kali (Silvia Sukirman,
1999). Gambar 2.4 standar 8,16 ton angka
ekivalen (E)..
Gambar 3. Sumbu Standar 8,16 Ton. Sumber: Silvia Sukirman (1999)
Angka ekivalen (E) masing-masing
golongan beban sumbu (setiap kendaraan)
ditentukan menurut rumus dibawah ini :
4
16,8
PkESA (1)
Dengan :
ESA : Equivalent Standar Axle;
P : Beban Sumbu Kendaraan (ton);
k : 1 untuk sumbu tunggal;
0,0863 untuk sumbu tandem;
0,053 untuk sumbu triple.
Faktor Daya Rusak Kendaraan (VDF)
Sofyan (2009) menyatakan bahwa faktor
daya rusak kendaraan (vehicle damage factor
atau vdf) adalah angka yang memperlihatkan
jumlah lintasan dari sumbu tunggal roda ganda
seberat 18 kips atau 8,16 ton yang akan
menyebabkan kerusakan yang sama atau
penurunan indeks permukaan yang sama
JurnalTeknikSipil
UniversitasSyiah Kuala
320 - Volume 5, Nomor 3, Mei 2016
apabila kendaraan tersebut lewat satu kali.
Setiap jenis kendaraan memiliki konfigurasi
yang berbeda, dengan demikian setiap
kendaraan akan memiliki daya rusak yang
merupakan jumlah angka ekivalen beban
sumbu depan, sumbu tengah, dan sumbu
belakang. Bina Marga Menentukan VDF
adalah :
belakangsbtengahsbdepansb DFDFDFVDF ___ (2)
CESA (Cummulative Equivalent
Standard Axle)
Menurut Anonim Departemen PU
(2005), Pd T-05-2005-B, jumlah lintasan
ekivalen selama umur rencana dapat diketahui
melalui kumulatif ekivalen beban sumbu
standar (CESA, Cummulative Equivalent
Standard Axle). Untuk menentukan kumulatif
ekivalen beban sumbu standar selama umur
rencana dapat ditentukan dengan mengguna-
kan Persamaan 3 berikut:
MP
TrailerTraktor
NxCxExxmCESA 365
(3)
Dengan:
CESA : Kumulatif ekivalen beban sumbu
standar;
m : Jumlah masing-masing jenis
kendaraan;
365 : Jumlah hari dalam satu tahun;
E : Ekivalen beban sumbu;
C : Koefisien distribusi kendaraan;
N : Faktor hubungan umur rencanan yang
sudah disesuiakan dengan perkem-
banganlalu lintas.
Penurunan umur rencana jalan dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan
yang dikemukakan oleh Sofyan (2009) berikut
ini :
xURAE
AEEML
overload
normal (4)
Dimana :
EML = Efektif Masa Layan;
AEnormal = Angka Equivalent pada saat beban
normal;
AEoverload = Angka Equivalent pada saat beban
berlebih;
UR = Umur Rencana.
Formulasi Nilai IRI
Perkerasan jalan mengalami pembebanan
lalu lintas berulang, penuaan aspal, mutu
konstruksi, kondisi iklim, rencana perkerasan
yang tidak cukup dan lain lain memperlihat-
kan distress dalam bentuk roughness, rutting,
cracking dan bentuk lain dari kerusakan
permukaan yang membuat kemampuan
pelayanan jalan berkurang (AASHTO, 1993).
Prediksi IRI dapat dihitung dengan rumus 5 di
bawah ini.
RIt = (RI0 + 725 (1+SNC)-5 . NEt)
e0.0153t (5)
Dimana:
RIt = Kekasaran pada waktu t, IRI (m/km);
RI0 = Kekasaran awal, IRI (m/km);
NEt = Nilai ESAL pada saat t (per 1 juta
ESAL);
SNC = Nilai kekuatan perkerasan (Modified
Structure Number) yang tergantung
pada setiap jenis perkerasan.
RCI adalah skala dari tingkat
kenyamanan atau kinerja jalan yang
ditunjukkan dari kondisi permukaan jalan.
RCI diperoleh melalui pengukuran alat
roughometer ataupun secara visual. Skala
angka bervariasi dari 2-10 dengan kriteria
JurnalTeknikSipil
UniversitasSyiah Kuala
Volume 5, Nomor 3, Mei 2016 - 321
seperti terlihat dalam Tabel 1
Tabel 1. Ketentuan nilai RCI terhadap
perkerasaan jalan secara visual
RCI KONDISI VISUAL
8 – 10 Sangat rata dan halus
7 – 8 Sangatbaik, rata
6 – 7 Baik
5 – 6 Cukup, sedikit/tidak ada lubang,
permukaan tidak rata
4 – 5 Jelek, kadang-kadang berlubang
tidak rata
3 – 4 Rusak, bergelombang, banyaklubang
2 – 3 Rusak berat, banyak lubang, se-
luruhpermukaan hancur
1 – 2 Tidak dapat dilalui kecuali oleh Jeep
4 WD
Sumber : Silvia Sukirman (1999)
Jika pemeriksaan/pengukuran dilakukan
dengan menggunakan alat roughometer akan
diperoleh nilai IRI (International Roughness
Index). Kesetaraan nilai IRI dan RCI dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kesetaraan antar IRI dan RCI
IRI (m/Km) RCI
4 7,6
6 6,4
8 5,3
12 3,5
16 2,3
Sumber : Silvia Sukirman (1999)
METODE PENELITIAN
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini
adalah data primer dan sekunder. Metode yang
digunakan pada penelitian ini dapat dilihat
pada bagan alir Gambar 4.
Gambar 4. Bagan Alir Penelitian
JurnalTeknikSipil
UniversitasSyiah Kuala
322 - Volume 5, Nomor 3, Mei 2016
Pengumpulan data yang dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan data dalam penelitian ini
terdiri dari data primer dan data sekunder yang
nantinya data tersebut akan dianalisa.
Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh
atau dikumpulkan langsung di lapangan. Data
primer tersebut diperoleh dengan melakukan :
a. Pengukuran data muatan truk diperoleh
dengan menggunakan timbangan truk
portable. Pengukuran ini dilakukan selama
1 kali 24 jam. Pengukuran hanya dilakukan
untuk truk atau angkutan barang yang
diperkirakan bermutan lebih atau
melanggar jumlah berat yang diijinkan
(JBI). Pengukuran data kendaraan
angkutan barang dilakukan pada hari rabu
15 April 2015. Jenis kendaraan yang
ditimbang adalah truk ringan, truk sedang,
truk berat, truk gandeng dan trailer. Jumlah
orang yang survei 8 orang yang bergantian
selama 24 jam. Kendaraan ringan
diasumsikan tidak melakukan pelanggaran
terhadap JBI.
b. Data LHR kendaraan ringan selama 1 hari
penuh diperoleh dengan cara mengamatan
langsung di lapangan. Lokasi pos
pengamatan LHR ini berdekatan dengan
lokasi untuk penimbangan angkutan
barang yaitu di depan Terminal Calang
(KM. 148). From survei yang digunakan
mengikuti peraturan survei pencacah lalu
lintas dengan cara manual (Pd T-19-2004-
B). Jumlah orang yang survei 6 orang yang
bergantian selama 24 jam. Pengambilan
data LHR ini dilakukan pada hari yang
sama dengan pengambilan data berat
muatan kendaraan angkutan barang.
Data sekunder diperoleh dari instansi
terkait seperti dari Departemen Pekerjaan
Umum.
Setelah data primer dan sekunder
diperoleh maka tahap selanjutnya melakukan
analisa data dengan menggunakan rumus pada
yang dikemukakan di atas. Untuk mengetahui
faktor daya rusak (VDF) kendaraan
menggunakan rumus Liddle. Berat kendaraan
yang digunakan adalah berat rata-rata
kendaraan angkutan barang dengan beban
berlebih. Pada penelitian ini dibuat 2 skenario
sebagai berikut:
a. Skenario 1 untuk mengetahui nilai CESA
pada akhir umur rencana perkerasan,
dengan menggunakan data LHR berat
kendaraan berdasarkan hasil perencanaan.
Skenario ini diasumsikan menggunkanan
nilai VDF normal.
b. Skenario 2 untuk mengetahui nilai CESA
aktual selama umur rencana, menggunkan
data LHR perencanaan dengan nilai VDF
berdasarkan hasil survei rata-rata berat
kendaraaan beban berlebih. Hasil dari
pengolahan data diketahui sekitar 45,47%
dari kendaraan angkutan barang membawa
beban berlebih. Pada skenario perkalian
data LHR untuk truk diasumsikan 45,47%
angkutan barang menggunakan VDF
aktual (beban berlebih) dan 54,43% sesuai
dengan VDF perencanaan.
c. Setelah didapat nilai ESAL pada
perhitungan CESA maka nilai IRI dapat
dihitung dengan menggunkan Persaman
JurnalTeknikSipil
UniversitasSyiah Kuala
Volume 5, Nomor 3, Mei 2016 - 323
2.7, untuk skenario 1 menggunakan ESAL
normal dan skenario 2 ESAL overload.
d. Selajutnya adalah mendesain tebal
perkerasan menggunakan metode analisa
komponen yang dikeluarkan oleh
Departemen Pekerjaan Umum SKBI-
2.3.26 1987 (Perencanaan Tebal
Perkerasan Lentur Jalan Raya Metode
Analisa Komponen). Untuk perencanaan
tebal perkersaan mengacu pada
Spesikfikasi umum 2010 revisi 2
(dikeluarkan pada 21 November 2012)
oleh Departemen PU.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Volume Lalulintas
Survei volume lalu lintas dilakukan
selama 1 (satu) kali 24 jam, yaitu pada tanggal
15 April 2015 dan lokasi survei berada pada
km 148 (depan terminal Calang). Data hasil
survei volume lalu lintas harian rata-rata dapat
dilihat pada Tabel 3.
Data Berat Kendaraan
Data berat kendaraan dilakukan untuk
mengetahui berat kendaraan dan muatannya.
Rekapitulasi hasil data berat kendaraan
angkutan truk dapat dilihat pada Tabel 4 dan
Gambar 5
Data berat kendaraan diketahui dengan
menggunkan jembatan timbangan yang
dilakukan selama 1 hari yaitu pada tanggal 15
April 2015 berada pada Km 148 depan
terminal Calang.
Tabel 3. Data LHR pada saat perencanaan tahun 2011 dah hasil survei tahun 2015 pada ruas jalan Banda
Aceh – Meulaboh.
No KlasifikasiKendaraan Konfigura-
siSumbu
LHR
Perencanaan
Tahun 2011
(Kend./hari)
LHR Hasil
Survei
Tahun 2015
(Kend./hari)
1 KendaraanRingan 1.1 2831 3002
2 Bus 1.2 5 8 3 Truk Kecil 1.2L 443 107
4 TrukBesar 1.2H 42 90
5 Truk 3 sumbu 1.22 94 128
6 Traktor 2 sumbu + trailer 2 sum-bu
1.2+2.2 0 0
7 Trailer 3 Sumbu 1.2-2 0 0
8 Trailer 4 Sumbu 1.2-22 1 2
Tabel 4. Jumlah kendaraan dengan muatan berlebih pada ruas Jalan Banda Aceh – Meulaboh dan
Sebaliknya
No Klasifikasi
Kendaraan
Jumlah
Kendaraan
(Kend./hari)
JBI
Normal
(Ton)
PelanggaranTerhadap JBI Jumlah
Pelanggaran
(Kend)
Persentase
Pelanggaran
(%)
>0 - <10%
(Kend)
10 - 15%
(Kend)
>15 - 25%
(Kend)
>25 %
(Kend)
1 Truk Kecil 107 8.3 0 5 5 46 56 17.13
2 TrukBesar 90 18.2 11 8 0 1 20 6.12
3 Truk 3 sumbu 128 25 17 37 16 1 71 21.71
4 Traktor 2 sumbu +
trailer 2 sumbu 31.4 0 0 0 0
0.00
5 Trailer 3 Sumbu
26.2 0 0 0 0
0.00
6 Trailer 4 Sumbu 2 42 2 0 0 0 2 0.61
Jumlah 327
30 50 21 48 149 45.57
JurnalTeknikSipil
UniversitasSyiah Kuala
324 - Volume 5, Nomor 3, Mei 2016
Gambar 5. Jumlah kendaraan angkutan barang truk yang melakukan pelanggaran terhadap JBI
Angka Ekivalen Kendaraan atau Vehicle
Demage Factor (VDF)
Angka ekivalen kendaraan atau vehicle
demage factor dihitung dengan menjumlahkan
angka ekivalen masing-masing sumbu
kendaraan.
Pada skanario 1 menggunakan nilai VDF
beban normal dan skenario 2 menggunakan
perhitungan VDF pada berat masing-masing
kendaraan truk yang melanggar JBI, kemudian
dirata-ratakan menurut jenis kendaraannya.
Kemudian dihitung berat masing-masing
sumbu kendaraan dengan pembagian
persentase. Tabel 5. Perbadingan nilai rata-rata
VDF skenario 1 dan 2.
Analisis Umur Rencana Berdasarkan
Analisis CESA
Umur rencana perkerasan dapat dianalisis
berdasarkan cumulative equivalent standard
axle pada masing-masing skenario. Hasil
perhitungan nilai CESA selama 20 tahun dapat
dilihat pada Tabel 6 dan Gambar 6.
Berdasarkan tabel rakapitulasi nilai
CESA dan Gambar 6, jika diasumsikan nilai
CESA pada akhir umur rencana skenario 1
sebagai akhir masa layan, maka pada ruas
jalan Banda Aceh – Meulaboh (KM.69 s/d
KM.150) skenario 2 dapat diketahui adanya
pengurangan umur layan sebesar 9 tahun.
Diperedikasi umur layan akan berakhir pada
tahun ke-11 (tahun 2021) sejak jalan dibuka.
Analisis Umur Rencana Menggunakan
Persamaan Efektif Masa Layan
Penurunan umur rencana jalan juga dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan di
atas dengan membandingkan angka ekivalen
pada lalu lintas muatan beban normal
(skenario 1) dengan angka ekivalen pada lalu
lintas overload (skenario 2) dan dikalikan
dengan umur rencana yaitu 20 tahun.
AEnormal = 3,69 (rata-rata nilai VDF)
AEoverload = 7,99 (rata-rata nilai VDF)
2099,7
69,3xEML
23,9EML
Prediksi Nilai IRI (International
Roughness Index)
Untuk hasil perhitungan selama 20 tahun
untuk skenario 1 dan skenario 2 dapat dilihat
pada Gambar 7.
Menurut IRMS dalam Sofyan (2010)
menyatakan pemeliharan rutin dilakukan bila
0<IRI<4,5 rutin dan pemeliharaan berkala
dilakukan bila 4,5<IRI<8. Dari Gambar 7
dapat diprediksi nilai iri 4,5 berada pada tahun
JurnalTeknikSipil
UniversitasSyiah Kuala
Volume 5, Nomor 3, Mei 2016 - 325
2024 yaitu pada angkutan menggunakan
beban normal atauskenario 1, sedangkan
apabila lalu lintas angkutan barang mengguna-
kan beban berlebih (overload) dapat diprediksi
nilai IRI 4,5 berada pada tahun 2019.
Perbedaan nilai IRI (International Roughness
Index) antara beban normal dengan beban
berlebih adalah 6 tahun masa layan.
Perencanaan Tebal Perkerasan Skenario
1 Menggunakan VDF Normal
Hasil desain susunan lapisan perkerasan
dengan beban normal dapat di lihat seperti
Gambar 8 di bawah ini.
Dari hasil perhitungan dapat diketahui
tebal lapisan AC-WC 4 cm, AC-BC 6 cm,
lapisan pondasi atas (LPA) 15 cm dan lapisan
pondasi bawah (LPB) 20 cm.
Perencanaan tebal perkerasan skenario
2 menggunakan VDF muatan berlebih
Hasil desain susunan lapisan perkerasan
dengan beban berelebih dapat di lihat seperti
Gambar 9 di bawah ini.
Tabel 5. Perbadingan nilai rata-rata VDF skenario 1 dan 2.
No. Klasifikasi Kendaraan Konfigurasi
Sumbu
Perbandingan VDF Per Jenis
Kendaraan
Skenario 1 Skenario 2 Perbandingan
1 Kendaraan Ringan 1.1 0.0005 0.0005 100%
2 Bus 1.2 0.3006 0.3006 100%
3 Truk Kecil 1.2L 0.2174 0.8392 386%
4 Truk Besar 1.2H 5.0264 24.0564 479%
5 Truk Truk 3 sumbu 1.22 2.7416 8.0847 295%
6 Traktor 2 sumbu + trailer 2 sumbu 1.2+2.2 4.9230 4.9230 100%
7 Trailer 3 Sumbu 1.2-2 6.1179 6.1179 100%
8 Trailer 4 Sumbu 1.2-22 10.1829 19.5931 192%
Rata-rata 3.6888 7.9894 219%
Tabel 6. Rekapitulasi perhitungan CESA selama 20 tahun Skenario 1 dan 2
No. Tahun CESA
No. Tahun CESA
Skenario 1 Skenario 2 Skenario 1 Skenario 2
1 2011 107,612 246,406 11 2021 1,451,294.74 3,323,118.75 2 2012 219,529 502,668 12 2022 1,616,958.65 3,702,449.57
3 2013 335,922 769,181 13 2023 1,789,249.10 4,096,953.61
4 2014 456,971 1,046,354 14 2024 1,968,431.18 4,507,237.82
5 2015 582,862 1,334,615 15 2025 2,154,780.53 4,933,933.39 6 2016 713,788 1,634,405 16 2026 2,348,583.87 5,377,696.79
7 2017 849,952 1,946,188 17 2027 2,550,139.33 5,839,210.73
8 2018 991,562 2,270,441 18 2028 2,759,757.02 6,319,185.22
9 2019 1,138,837 2,607,665 19 2029 2,977,759.41 6,818,358.69 10 2020 1,292,003 2,958,378 20 2030 3,204,481.90 7,337,499.10
Gambar 6. Perbandingan Nilai CESA selama 20 Tahun
JurnalTeknikSipil
UniversitasSyiah Kuala
326 - Volume 5, Nomor 3, Mei 2016
Gambar 7. Prediksi nilai IRI Skenario 1 dan Skenario 2 selama 20 Tahun
Gambar 8. Susunan Lapisan Perkerasan dengan VDF normal.
Gambar 9. Susunan Lapisan Perkerasan dengan Muatan Berlebih Angukutan Barang Truk.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pada ruas jalan Nasional Banda Aceh –
Meulaboh jumlah total lalu lintas angkutan
barang truk yang melakukan pelanggaran
terhadap JBI rata-rata per hari sebanyak
45,57%. Jenis kendaraan yang cenderung
membawa beban berlebih adalah jenis
kendaraan Truk 3 sumbu sebanyak 71
kendaraan perhari.
2. Berdasarkan hasil perbandingan VDF
skenario 2 dengan skenario 1, menunjuk-
kan adanya perbedaan nilai VDF yang
cukup besar yaitu sebesar 219%.
3. Berdasarkan analisis CESA, nilai CESA
perkerasan didesain dengan beban standar
umur rencana 20 tahun dan menanggung
beban standar. Jika tihitung dengan kondisi
beban berlebih maka hanya mampu
bertahan (umur layan) selama 11 tahun.
4. Berdasarkan hasil analisis CESA yang
memperhitungan lalu lintas angkutan truk
dengan beban berlebih, maka tahun 2021
diperlukan program penangan berupa
JurnalTeknikSipil
UniversitasSyiah Kuala
Volume 5, Nomor 3, Mei 2016 - 327
pemeliharaan berkala (overlay) atau
rekonstruksi perkerasan jalan.
5. Jika dihitung dengan menggunkan
persamaan efektif masa layan, pada Jalan
Nasional Banda Aceh – Meulaboh
(KM.69 s/d KM.150) adalah 9,32 tahun,
terjadi pengurangan umur layan sebesar
10,77 tahun artinya umur perkerasan akan
berakhir pada tahun ke-9 bulan ke-2 sejak
jalan dibuka.
6. Prediksi IRI yang memperhitungkan lalu
lintas angkutan truk dengan beban berlebih,
maka tahun 2024 diperlukan program
penanganan berupa pemeliharaan berkala
(overlay) atau rekonstruksi perkerasan
jalan.
Saran
1. Disarankan untuk pengembangan
penelitian selanjutnya, pengambilan data
volume lalu lintas angkutan barang truk
selama 7 x 24 jam, sehingga hasil yang
diperoleh lebih akurat dan komprehensif.
2. Survei angkutan barang untuk kendaraan
ringan seperti mobil pick up dan mobil box
atau mobil angkutan barang kendaraan
ringan.
3. Diharapkan kepada Pemerintah selaku
pemilik jalan dapat membuat kebijakan
terhadap pembatasan meuatan kendaraan
untuk tidak melebihi kapasitas muatan
jalan yang direncanakan.
4. Penggunaan jenis perkerasan rigid
pavement yang secara konstruksi lebih
mahal dan memiliki tingkat pelaksanaan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan
flexsibel pavement, namun membutuhkan
biaya perawatan yang murah dalam jangka
panjang.
5. Disarankan kepada perencana untuk
mendesain tebal perkerasan jalan dengan
beban aktual sehingga dapat mengurangi
dampak beban berlebih terhadap umur
rencana perkerasan jalan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Anonim, 1997, Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI), Direktorat
Jenderal Bina Marga, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum. 2005,
Pedoman Perencanaan Tebal
Perkerasan Lentur Dengan Metode
Lendutan (Pd T-05-2005-B),
Direktorat Jenderal Bina Marga,
Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum. 2002,
Pedoman Perencanaan Tebal
Perkerasan Lentur (Pt T-01-2002-B),
Direktorat Jenderal Bina Marga,
Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum. 1987,
Pedoman Perencanaan Tebal Lapis
Tambah Perkerasan Lentur dengan
Metode Lendutan, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum. 1987,
Petunjuk Perencanaan Tebal
Perkerasan dengan Metode Analisa
Komponen, Yayasan Penerbit PU,
Jakarta.
Garber, J. Nicholas and Hoel, A. Lester,
1996, Traffic and Highway
Engineering, Departement of Civil
JurnalTeknikSipil
UniversitasSyiah Kuala
328 - Volume 5, Nomor 3, Mei 2016
Engineering University of Virginia,
Virginia.
Iskandar, H., 2008, Jurnal Perencanaan
Volume Lalu Lintas Angkutan
Jalan,Universitas Diponegoro,
Semarang.
Keputusan Menteri Perhubungan No. 5.
1995, Penyelenggaraan
Penimbangan Kendaraan Bermotor
di Jalan, Jakarta.
Morosiuk G, A B Sterling and S. Mahmud,
(1999), Roughness progressions and
appropriate maintenance strategies
for inter-urban roads in Indonesia,
XX1st World Road Congress,
PIARC, Kuala Lumpur, Malaysia.
Pardosi, R., 2010, Studi Pengaruh Beban
Berlebih (Overload) terhadap
Pengurangan Umur Rencana,
Universitas Sumatera Utara.
Paterson W.D.O dan B. Attoh-Okine, 1992.
Summary Models of Paved Road
Deterioration Based on HDM-III.
Transportation Research Record
1344, pp 99-105, TRB, National
Research Council, Washington, DC.
Peraturan Pemerintah No 42. 1993.
Pemeriksaan Kendaraan Bermotor
di Jalan, Jakarta.
Peraturan Pemerintah No 43. 1993,
Prasarana dan Lalu Lintas Jalan,
Jakarta.
Peraturan Pemerintah No 25. 2000.
Program Pembangunan Nasional,
Jakarta.
Peraturan Pemerintah No 34. 2006. Jalan,
Jakarta.
Saleh, S. M., 2009, Kebijakan Sistem
Transportasi Barang Multimoda
untuk Mengurangi Kerusakan Jalan
Akibat Beban Berlebih (Studi Kasus:
Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam). Fakultas Teknik Sipil
danLingkungan Institut Teknologi
Bandung.
Saleh, S. M., Tamin, O, Z., Sjafruddin, A.,
Frazila, R, B., 2010, Kebijakan
Sistem Transportasi Barang
Multimoda di Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam,
JurnalTransportasi, 10 (1); 65-76.
Silalahi, S, Prediksi Perkembangan
Ketidakrataan Jalan, 2011, Fakultas
Teknik Sipil Universitas Sumatera
Utara.
Sukirman, S., 1999, Perkerasan Lentur
Jalan Raya, Nova, Jakarta.
Sutrisno, A. 2011, Analisa Tebal
Perkerasan Lentur dengan Metode
Analisa Komponen, AASHTO 1993,
dan AUSTROAD 1992 (Studi Kasus:
Jalan Ruas KM. 35 – Pulang Pisau),
Universitas Gadjah Mada.