studi pinjaman berlebih di indonesia

111
www.pakindo.org Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia “Mengapa Nasabah Mikro Mengambil Banyak Pinjaman?”

Upload: phamkiet

Post on 03-Jan-2017

241 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

w w w . p a k i n d o . o r g

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia “Mengapa Nasabah Mikro Mengambil Banyak Pinjaman?”

Page 2: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Page 3: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Tentang PAKINDOPerkumpulan Akses Keuangan Indonesia (PAKINDO) adalah perkumpulan lembaga keuangan yang inklusif dan beranggotakan lembaga keuangan lintas badan hukum yang fokus pada penye-diaan akses dan layanan keuangan kepada masyarakat. Didirikan oleh para praktisi industri keuan-gan mikro, PAKINDO bertujuan untuk menjadi perkumpulan terkemuka dalam mempromosikan prinsip-prinsip keuangan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan di Indonesia, khususnya dalam pelaksanaan peraturan perlindungan nasabah dan edukasi keuangan, serta pengaturan-sendiri. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi www.pakindo.org.

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Page 4: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

PAKINDO merupakan asosiasi industri keuangan mikro inklusif yang memiliki tujuan untuk meningkatkan akses keuangan bertanggung jawab di Indonesia. Salah satu kegiatan utama PAKINDO adalah membangun kapasitas para anggota asosiasi di dalam menerapkan praktek-praktek keuangan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Kami telah mempelajari bahwa akibat dari pesatnya pertumbuhan kredit mikro di negara-negara lain, hal tersebut telah menyebabkan nasabah memiliki beberapa pinjaman yang mengakibatkan terjadinya pinjaman berlebih. Penetrasi yang tinggi dari kredit mikro telah mendorong terjadinya ketidakmampuan bayar dan krisis keuangan bagi nasabah. Penelitian ini dilakukan guna mengetahui kondisi di Indonesia. Hasil dari studi ini dapat dijadikan referensi bagi lembaga keuangan dalam mengelola risiko dan meminimalisir dampak pinjaman berlebih. Dari sisi organisasi, PAKINDO bekerjasama dengan IFC, anggota dari Kelompok Bank Dunia dan didukung oleh SECO saat ini tengah merumuskan pedoman keuangan bertanggung jawab yang nantinya dapat menjadi acuan bagi industri keuangan mikro di Indonesia. Penelitian ini dapat terlaksana melalui kerjasama dengan MicroSave dan Biro Kredit KBIJ, serta melalui dukungan dari Opportunity International Australia dan FMO, Bank Pembangunan Wirausaha Belanda (Massif Fund). PAKINDO mengucapkan terima kasih atas kontribusi mereka di dalam mendanai penelitian ini. Kami pun mengucapkan terima kasih kepada manajemen dan karyawan Mitra Bisnis Keluarga, serta para individu dan organisasi yang telah memberikan kontribusi aktif pada penelitian ini melalui wawancara dan diskusi, terutama para nasabah perempuan anggota PAKINDO. Akhir kata, semoga hasil studi ini dapat memberikan manfaat bagi kemajuan lembaga keuangan di Indonesia. Salam Hormat,

Slamet RiyadiKetua, PAKINDO

Kata Pengantar

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Page 5: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

“Mengapa Nasabah Mikro Mengambil Banyak

Pinjaman?”

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Page 6: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

1.0 Latar Belakang Tujuan & Metodologi Studi................................................. 121.1 Metodologi Penelitian......................................................................................... 151.2 Instrumen Riset Pasar yang Digunakan dalam Penelitian.................................. 18

2.0 Temuan Tema................................................................................................... 202.1 Profil Nasabah..................................................................................................... 212.2 Sumber dan Penggunaan Pinjaman.................................................................... 232.3 Bukti Nasabah Memiliki Beberapa Pinjaman.................................................... 262.4 Penggunaan Pinjaman......................................................................................... 292.5 Analisis Arus Kas Nasabah................................................................................. 312.6 Pinjaman Joki yang Berkembang Luas.............................................................. 322.7 Pengalaman Nasabah Selama Meminjam dari Lembaga Keuangan.................. 332.8 Hal-Hal yang Tidak Disukai dalam Mendapatkan Pinjaman dari LK............... 34

2.9 Hal yang Diingat oleh Nasabah dari LK............................................................ 372.10 Pengelolaan Beberapa Pinjaman oleh Nasabah.................................................. 372.11 Analisis Nasabah Macet..................................................................................... 402.12 Pengalaman Nasabah dalam Aktivitas Penagihan Pinjaman............................. 44

3.0 Rekomendasi...................................................................................................... 46Lampiran I Jumlah Cabang dari LK Terkemuka di Tiap Provinsi di Pulau Jawa....... 60Lampiran II Studi Kasus – Krisis Keuangan Mikro Andhra Pradesh............................. 64Lampiran III Ringkasan dari Laporan KBIJ....................................................................... 66Lampiran IV Kecamatan Lokasi Penelitian.......................................................................... 68Lampiran V-X Petunjuk Wawancara untuk Penelitian.......................................................... 69

Daftar Isi

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

1

Page 7: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Daftar Tabel

Tabel 1 Jumlah Responden...................................................................................................... 7Tabel 2 Tingkat Kepadatan Cabang Lembaga Keuangan di Pulau Jawa................................ 14Tabel 3 Instrumen Riset Pasar yang Digunakan dalam Penelitian.......................................... 18Tabel 4 Instrumen Riset untuk Mewawancarai Staf MBK dan Anggota PAKINDO............. 19Tabel 5 Analisis Produk dari Penyedia Produk Pinjaman....................................................... 24Tabel 6 Jumlah Rekening per Nasabah.................................................................................... 67Tabel 7 Jumlah LK per Nasabah.............................................................................................. 67

2

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Page 8: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Gambar 1. Pertumbuhan 5 LK Terbesar di Indonesia (2012 - 2015) 13Gambar 2. Metodologi yang Digunakan 15Gambar 3. Lokasi Penelitian 17Gambar 4. Lokasi Responden 21Gambar 5. Umur Responden 21Gambar 6. Jenjang Pendidikan Responden 21Gambar 7. Pekerjaan Responden beserta Pasangannya 21Gambar 8. Tingkat Pendapatan Rumah Tangga dari Responden 22Gambar 9. Jumlah Pengeluaran Rumah Tangga dari Responden 22Gambar 10 Jumlah Angsuran Responden per Bulan 22Gambar 11 Jumlah Nominal Pinjaman Responden 22Gambar 12 Sumber Pinjaman yang Ada di Masyarakat 23Gambar 13 Sumber Pinjaman yang Diakses oleh Responden 23Gambar 14 Jumlah LK dimana Responden Mengambil Pinjaman 26Gambar 15 Alasan Nasabah Memiliki Beberapa Pinjaman 27Gambar 16 Tujuan Mengambil Pinjaman 29Gambar 17 Penggunaan/Utilisasi Pinjaman sesuai Tujuan 29Gambar 18 Analisis Arus Kas 31Gambar 19 Pengguna Pinjaman 32Gambar 20 Pengalaman Nasabah Selama Meminjam dari LK 34Gambar 21 Hal-Hal yang Tidak Disukai 35Gambar 22 Bagaimana Nasabah Mengetahui tentang LK? 36Gambar 23 Apakah Nasabah Mengetahui Nama LK Dimana Mereka Meminjam? 37Gambar 24 Apakah Nasabah Mengenal Semua Anggota yang Ada di Dalam

Kelompoknya?37

Gambar 25 Hal-Hal yang Tidak Disukai Dalam Membayar Beberapa Pinjaman 37Gambar 26 Bagaimana Responden Mengelola Arus Kas untuk Membayar Angsuran

Pinjaman38

Gambar 27 Prioritas Pembayaran Angsuran Apabila Nasabah Memiliki Uang yang Terbatas

40

Gambar 28 Alasan Nasabah Memiliki Pinjaman yang Macet 40

Daftar Gambar

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

3

Page 9: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Gambar 29 Pekerjaan Nasabah Macet 41Gambar 30 Tingkat Pendapatan Rumah Tangga dari Nasabah Macet 41Gambar 31 Pinjaman LK yang Dimiliki Nasabah Macet 41Gambar 32 Jumlah Pinjaman dari Nasabah Macet 42Gambar 33 Berapa Lama Nasabah Macet Telah Mengambil Dari LK 42Gambar 34 Aktivitas Penagihan Pinjaman yang Dilakukan Staf LK 44Gambar 35 Respondents Experience of Recovery Practices 44Gambar 36 Tingkat Konsentrasi Cabank LK di Bangladesh 53Gambar 37 List LK yang Bersedia Berbagi Informasi dengan KBIJ 66

Daftar Gambar

4

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Page 10: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

BAVBPRBTPN SyariahDMSFGD

IDI

IFCPAKINDOIRTKBIJKomidaKTPLKLKMLPGMBKLSMLUC

PNPM

PPTPWKRpRTRWSDSMASMPTRTV

Bina Artha VenturaBank Perkreditan Rakyat Bank Tabungan Pensiunan Nasional SyariahDana Mandiri SejahteraFocus Group Discussion/Diskusi kelompok dengan fokus pembahasan terhadap 1 topikIn-Depth Interview/Wawancara intensif terhadap Responden secara peroranganInternational Finance Corporation, suatu bagian dari World Bank GroupPerkumpulan Akses Keuangan IndonesiaIbu Rumah TanggaKredit Biro Indonesia JayaKoperasi Mitra DhuafaKartu Tanda PendudukLembaga KeuanganLembaga Keuangan Mikro/Microfinance Institutions (MFI)Liquefied Petroleum GasMitra Bisnis KeluargaLembaga Swadaya Masyarakat/Non-Government Organisation (NGO)Loan Utilisation Check, pemeriksaan yang dilakukan oleh LKM terhadap penggunaan pinjamanProgram Nasional Pemberdayaan Masyarakat, sebuah program pemerintah untuk mempercepat pengentasan kemiskinan dan memperluas kesempatan bekerja di daerah pedesaanMicrosoft Power PointPersiapan Wajib KumpulanRupiahRukun TetanggaRukun WargaSekolah DasarSekolah Menengah AtasSekolah Menengah PertamaTanggung Renteng, sebuah bentuk bertanggung jawab bersamaTelevisi

Daftar Singkatan

:::::

:

::::::::::::

:

::::::::::

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

5

Page 11: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

6

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

RINGKASAN EKSKLUSIF

Page 12: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

7

Latar Belakang:

Akses pinjaman melalui lembaga keuangan (LK) formal di Indonesia saat ini masih berada pada tahap yang sangat awal. Bank Dunia (World Bank) memperkirakan baru 13,1% dari penduduk Indonesia yang meminjam di LK formal. LK mengamati kesenjangan ini dan mengembangkan bisnisnya dengan pesat dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia. Lima (5) LK terbesar yaitu MBK Ventura, BAV, DMS, BTPN Syariah dan Komida memiliki tingkat pertumbuhan 143,32% (tahun-ke-tahun) dalam portofolio pinjaman bruto dan 96,96% (tahun-ke-tahun) dalam jumlah nasabah selama empat (4) tahun terakhir. Meskipun demikian, pertumbuhan ini secara umum terbatas pada Pulau Jawa dan lebih khusus di Provinsi Jawa Barat.

Pertumbuhan pesat ini dapat mengarah ke suplai pinjaman yang berlebihan dan mendorong nasabah untuk memiliki pinjaman berlebih. Hal ini dialami di negara lain seperti India, Meksiko, Bosnia, Nikaragua dan lain-lain, dimana penetrasi pinjaman LK sudah terjadi dalam tingkat yang tinggi dan menyebabkan nasabah macet secara masal.

Untuk mencegah hal tersebut, asosiasi LK Indonesia di bawah naungan Indonesian Financial Inclusion Institutions Forum/PAKINDO (Forum Lembaga Keuangan Inklusif Indonesia) mengambil kebijakan untuk melakukan penilaian terhadap situasi dimana nasabah memiliki pinjaman berlebih di pasar Indonesia dan dapat mengambil tindakan intervensi tepat waktu untuk menghindari situasi yang kritis.

Tujuan:

IFC bersama-sama dengan PAKINDO memberi tugas kepada MicroSave untuk melakukan studi ini dengan tujuan sebagai berikut:• Memperoleh pemahaman yang mendalam

terhadap alasan nasabah memiliki beberapa pinjaman dan bagaimana kondisi ini mempengaruhi pembayaran angsuran pinjaman nasabah; dan

• Memberikan rekomendasi yang konkrit kepada LK yang berpartisipasi untuk meminimalkan pinjaman berlebih dan nasabah macet, yang dapat menyebabkan nasabah macet secara masal seperti yang dialami oleh beberapa LK yang memberikan pinjaman kelompok di Indonesia dan di negara lain.

Metodologi dan Sampel Penelitian:Anggota tim berinteraksi dengan 241 responden dengan rincian sesi sebagai berikut:

Tabel 1. Jumlah Responden

Jenis Sesi Interaksi Jml Sesi

Total Responden

FGD – nasabah yang memiliki beberapa pinjaman

6 64

FGD – staf cabang (Account Officer) 2 16

IDI – pemimpin cabang 2 2IDI – nasabah yang memiliki beberapa pinjaman

137 137

IDI – nasabah macet 20 20IDI – tokoh masyarakat (ketua RT) 2 2

Studi Kasus 3Dilakukan bersama FGD/IDI

Total 169 241

Page 13: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

8

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Nasabah dipilih berdasarkan data informasi pinjaman yang diberikan oleh KBIJ, biro kredit lokal. Kami melakukan wawancara kepada nasabah MBK sebagai bagian dari rencana penelitian ini. Penelitian dilakukan di Kabupaten Subang, Sukabumi, Cianjur dan Bogor di Provinsi Jawa Barat, dimana data KBIJ menyatakan bahwa kabupaten-kabupaten ini memiliki nasabah LK dalam jumlah yang besar. Kami juga mendapatkan masukan dari IFC dan PAKINDO juga dalam finalisasi lokasi penelitian.

Profil Responden:Anggota tim melakukan penelitian dengan komposisi yang berimbang di daerah perkotaan (29%), pinggiran kota (25%) dan pedesaan (46%). Sebagian besar responden (43,9%) berada di kelompok usia 41-50 tahun. Secara khusus, 14% dari responden memiliki usia di atas 50 tahun. Hampir 82% dari total responden memiliki usaha sendiri/wirausaha seperti menjual makanan, kebutuhan pokok sehari-hari, baju dan sebagainya. Namun, studi ini juga menemukan bahwa 14% dari responden adalah ibu rumah tangga (IRT) atau tidak memiliki aktivitas ekonomi yang produktif.

Temuan Utama

Sumber Pinjaman: LK (99%), Rentenir (86%), dan Bank (47%) merupakan penyedia utama pinjaman untuk anggota masyarakat. LK memiliki prosentase yang tinggi karena responden utama kami adalah nasabah pinjaman LK. Namun, ada yang perlu diperhatikan yaitu adanya sumber informal seperti rentenir (86%), teman/keluarga (31%) dan Arisan (23%). Pinjaman dari sumber informal ini dapat diperoleh dengan cepat,

mudah dan hanya membutuhkan dokumen yang minimal atau tanpa dokumen sama sekali.

Terdapat Nasabah yang Memiliki Beberapa Pinjaman: Responden yang kami wawancarai adalah nasabah yang memiliki minimal tiga pinjaman mikro. Hampir 54% dari responden memiliki tiga pinjaman atau lebih dimana 16% di antaranya memiliki empat pinjaman. Sebagian besar responden enggan mengungkapkan jumlah pinjaman mereka yang sebenarnya karena mereka khawatir bahwa mereka tidak akan mendapatkan pinjaman lagi di masa yang akan datang (MBK memiliki kebijakan internal untuk tidak memberikan pinjaman kepada nasabah yang sudah memiliki lebih dari dua pinjaman). Selain itu, data kredit biro merupakan data per November 2015 dan para responden mungkin sudah melunasi sebagian pinjaman mereka.

Alasan Nasabah Memiliki Beberapa Pinjaman: Memerlukan modal usaha (87%), pinjaman yang sudah ada tidak lagi mencukupi (59%) dan digunakan untuk membayar kebutuhan rumah tangga sehari-hari (31%)muncul sebagai alasan utama para nasabah ini memiliki beberapa pinjaman, dilihat dari perspektif sisi permintaan. Di sisi suplai, alasan pengajuan pinjaman yang mudah dari LK (39%) dan pengaruh dari teman, tetangga dan anggota kelompok (11%) muncul sebagai alasan yang menonjol.

1. Indeks Keuangan World Bank, 2014: http://datatopics.worldbank.org/financialinclusion/country/indonesia 2. Untuk tujuan penelitian ini, kami mendefinisikan Lembaga Keuangan sebagai sebuah institusi yang menggunakan metodologi pinjaman grameen seperti pinjaman kelompok dengan konsep tanggung renteng. Perusahaan pembiayaan usaha, koperasi, BPR, bank komersial dan bank syariah juga masuk ke dalam kategori ini. 3. Untuk tujuan penelitian ini, kami mendefinisikan nasabah yang memiliki beberapa pinjaman adalah nasabah yang memiliki tiga pinjaman mikro atau lebih

Page 14: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

9

Penggunaan Pinjaman: Meskipun pinjaman tersebut awalnya akan digunakan untuk keperluan produktif yaitu sebagai modal usaha nasabah, hasil penelitian menunjukkan sebagian besar dari pinjaman juga digunakan untuk membayar kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Secara khusus, 39% dari responden menyatakan bahwa mereka menggunakan pinjamannya untuk kebutuhan konsumtif, 31% untuk biaya pendidikan anak, 18% untuk biaya kesehatan, 10% untuk membayar angsuran pinjaman lain dan 19% untuk kebutuhan lain seperti renovasi rumah, acara keluarga dan sebagainya. Kami juga menemukan adanya kondisi dimana nasabah mengajukan pinjaman untuk kemudian digunakan oleh orang lain, atau biasa disebut dengan pinjaman Joki.

Pinjaman Joki: Keberadaan pinjaman joki (pinjaman yang diajukan untuk kemudian diberikan/digunakan oleh orang lain) tidak banyak dan sebagian besar pinjaman tersebut diberikan kepada saudara dekat/teman, bukan kepada makelar/agen. Namun, apabila situasi ini tidak segera dikendalikan, dapat berakibat negatif dan pinjaman joki akan merajalela seperti yang terjadi di negara-negara lain yang mengalami krisis keuangan mikro.

Pengalaman Nasabah Selama Meminjam dari LK: Mayoritas, yaitu 58% dari responden menyatakan bahwa pengalaman mereka selama meminjam dari LK adalah “Baik” dan 36% dari responden menyatakan bahwa pengalamannya adalah “Cukup Baik”. Kenyamanan dalam hal pencairan di dekat rumah mereka, proses persetujuan pinjaman yang cepat dan tingkat suku bunga yang rendah, muncul sebagai faktor utama yang memberikan kontribusi pada pengalaman yang positif.

Hal-Hal yang Tidak Disukai dalam Mendapatkan Pinjaman dari LK: Pertemuan kelompok (39%), tanggung renteng/TR (36%), waktu pemrosesan pinjaman (18%) dan perilaku staf (16%) muncul sebagai hal-hal utama yang tidak disukai dalam mendapatkan pinjaman dari LK. Perilaku staf dalam hal datang terlambat ke pertemuan kelompok dan bersikap buruk ketika berhadapan dengan nasabah macet muncul dalam studi ini! Dengan memiliki kontrak terhadap beberapa pinjaman, responden merasa kesulitan untuk dapat menghadiri pertemuan kelompok di setiap minggunya.

Hal-Hal yang Tidak Disukai Dalam Mengelola Beberapa Pinjaman: Mayoritas (59%) dari responden bermasalah dalam mengelola arus kas untuk memenuhi kewajiban pembayaran angsuran pinjaman. Selain itu, 46% dari responden merasa kesulitan untuk menghadiri pertemuan kelompok setiap LK karena mengganggu usaha mereka. Hampir 30% dari responden juga tidak merasa nyaman untuk membayar TR maupun meminta bantuan anggota kelompoknya untuk membayar TR mereka. Mereka mendapatkan tekanan dan dipermalukan secara sosial oleh anggota kelompok yang lain dan kadang-kadang oleh staf LK. Untuk menghindari hal ini, sebagian nasabah lebih memilih meminjam dari teman, keluarga dan terkadang meminjam dari rentenir daripada meminta anggota kelompoknya membayar TR.

Mengelola Arus Kas untuk Pembayaran Angsuran Pinjaman: Mayoritas responden (79%) menabung secara harian dari hasil usaha untuk membayar angsuran pinjaman. Menabung pun tidak selalu cukup, sehingga nasabah LK juga tergantung pada anggota keluarga dan terutama suami mereka untuk membantu mereka membayar angsuran. Hal ini muncul dalam 57% jawaban para

Page 15: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

10

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

responden selama sesi interaksi. Jumlah responden yang terjebak dalam lilitan hutang semakin meningkat, dimana mereka mengajukan pinjaman baru untuk membayar pinjaman yang lama. Dari 29% responden yang mengajukan/mendapatkan pinjaman baru: 21% mendapatkannya dari tetangga/keluarga dekat, 6% dari rentenir dan 2% dari lembaga keuangan mikro.

Alasan Pinjaman Macet: Tim kami melakukan wawancara terhadap 20 orang nasabah macet dan menemukan bahwa memiliki beberapa pinjaman (atau pinjaman berlebih) dan kegagalan/kebangkrutan usaha merupakan dua alasan utama mereka macet. Banyak usaha nasabah yang tergantung pada kegiatan penambangan emas ilegal dan saat pemerintah menutupnya, semua usaha yang bergantung pada kegiatan penambangan ini mengalami kegagalan/kebrangkutan. Ada temuan menarik yaitu 9 dari 20 nasabah macet hanya memiliki satu atau dua pinjaman, namun tetap saja pinjaman mereka semuanya macet. Ini menunjukkan adanya penyimpangan dalam hal identifikasi nasabah dan uji kelayakan nasabah (due diligence).

Pengalaman terhadap Aktivitas Penagihan: Aktivitas penagihan pinjaman yang dilakukan oleh LK menjadi suatu hal yang dikritik di hampir semua negara yang mengalami pinjaman macet secara masal. Penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa contoh (jika tidak semua) penagihan pinjaman dilakukan secara agresif, termasuk di Indonesia. 42% dari responden memiliki pengalaman “Tidak Baik” dan 32% memiliki pengalaman “Sangat Buruk” terkait dengan penagihan pinjaman dari LK. Aktivitas penagihan ini termasuk mendatangi rumah nasabah saat larut malam untuk menagih, memaksa nasabah untuk meminjam uang dari siapapun yang mereka kenal, dan mengambil persediaan usaha mereka sebagai jaminan.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Meski situasi pinjaman berlebih di Provinsi Jawa Barat tidak se-mengkhawatirkan seperti yang terjadi di India, hal ini tetap membutuhkan tindakan perbaikan sesegera mungkin. Terdapat banyak lembaga yang menawarkan pinjaman dan sebagian besar nasabah memiliki pinjaman dari LK karena prosesnya yang mudah. Hal ini menyebabkan peningkatan tanda-tanda tekanan dari nasabah terkait dengan pembayaran angsuran. LK harus belajar dari pengalaman pasar yang sudah ada dan mencoba untuk menempatkan beberapa sistem dan langkah-langkah perbaikan untuk menghindari macet masal akibat pinjaman berlebih. Rekomendasi utama berdasarkan penemuan dalam studi ini dan praktik terbaik secara internasional yaitu:

Mendirikan Biro Kredit untuk LK: LK harus ditempatkan dalam sebuah mekanisme berbagi informasi pinjaman dalam bentuk sebuah biro kredit, untuk meningkatkan kualitas informasi pinjaman nasabah. Hal ini membantu negara-negara seperti India, Meksiko, Kenya dan Kamboja untuk mengurangi kemacetan akibat pinjaman berlebih dan memperbaiki kualitas portofolio .

Memperbaiki Koordinasi antar LK: LK Indonesia harus membangun asosiasi keuangan mikro yang kuat dan membuat panduan pelaksanaan usaha untuk memeriksa pinjaman lebih dari satu, sehingga mampu mencegah pinjaman berlebih.Indonesia merupakan negara terbesar keempat di dunia, namun tidak memiliki sebuah asosiasi yang kredibel, fungsional dan terList secara hukum yang diakui oleh otoritas keuangan. Asosiasi ini juga dibutuhkan untuk mengelola apabila terdapat potensi risiko politik dan peraturan, serta dapat menunjukkan peran penting LK dalam keuangan inklusif di Indonesia.

4. Promoting Credit Bureaus: The Role of Microfinance Associations

Page 16: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

11

Mengurangi Konsentrasi Geografis: Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi di Indonesia yang memiliki tingkat konsentrasi LK yang sangat tinggi. Ada banyak daerah yang belum terlayani di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa yang dapat ditargetkan oleh LK untuk menghindari konsentrasi berlebihan/terjadinya pinjaman berlebih di Jawa Barat.

Diversifikasi Produk dan Pendapatan: LK yang khusus memberikan pinjaman kelompok umumnya fokus pada satu atau dua produk pinjaman, dimana nasabah justru memerlukan berbagai jenis pinjaman dan produk keuangan lainnya seperti pinjaman renovasi rumah, pinjaman darurat, pinjaman perorangan, asuransi, pembayaran tagihan, dan sebagainya. LK dapat mengeksplorasi pilihan untuk menawarkan produk dan layanan baru, baik dilakukan sendiri atau berkolaborasi dengan pihak luar (misalnya menjadi agen branchless banking untuk bank dan operator jaringan seluler) untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda dari semua nasabah mereka. Hal ini dapat mengurangi ketergantungan LK pada pinjaman dan mampu mengarah ke pertumbuhan yang berkelanjutan.

Memperbaiki Fungsi Manajemen Risiko secara Keseluruhan: Sebagian besar LK hanya fokus pada risiko pinjaman dan keuangan, namun dengan perkembangan industri maka LK perlu memfokuskan diri juga pada risiko kompetisi, peraturan dan politik. Ini berarti LK harus membentuk tim manajemen risiko khusus yang akan melakukan monitoring secara proaktif terhadap berbagai risiko yang dihadapi oleh LK.

Page 17: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

12

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

1. Latar Belakang Tujuan dan Metdologi Studi

Page 18: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

13

1.0 Latar Belakang, Tujuan dan Metodologi Studi

Akses pinjaman melalui lembaga keuangan (LK) formal di Indonesia saat ini masih berada pada tahap yang sangat awal. Sebuah survei terkini dari World Bank menunjukkan bahwa hanya 13,1% dari penduduk Indonesia yang meminjam di LK formal. Dan 41,5% pen-duduk Indonesia meminjam dari keluarga atau teman untuk memenuhi kebutuhan pinjaman mereka, ini merupakan prosentase yang cukup mencengangkan. Penyedia layanan keuangan mikro seperti LK modal ventura, koperasi dan BPR yang menawarkan pinjaman metode grameen termodifikasi, mengamati kesenjan-gan ini dan mengembangkan bisnisnya dengan pesat dalam beberapa tahun terakhir di Indo-nesia.

Beberapa lembaga yang menawarkan produk ini adalah BTPN Syariah, Mitra Bisnis Ke-luarga (MBK) Ventura, Bina Artha Ventura (BAV), Koperasi Mitra Dhuafa (Komida), PT. Dana Mandiri Sejahtera (DMS), dan beberapa LK lokal/kecil. Dalam lima tahun terakhir, lembaga-lembaga ini telah menunjukkan pertumbuhan yang sangat signifikan dalam hal portofolio pinjaman dan jumlah nasabah.Gambar 1. Pertumbuhan 5 LK Terbesar di Indonesia (2012 - 2015)

Lima (5) LK terbesar yaitu BTPN, MBK Ventura, BAV, Komida dan DMS memiliki tingkat pertumbuhan 59,1% (tahun-ke-tahun) dalam portofolio pinjaman bruto dan 48,6% (tahun-ke-tahun) dalam jumlah

Gambar 1. Pertumbuhan 5 LK Terbesar di Indonesia (2012 - 2015)

nasabah selama tiga tahun terakhir. Interaksi dengan LK tersebut mengindikasikan bahwa mereka akan mengalami tingkat pertumbuhan yang sama atau lebih besar di tahun-tahun berikutnya.

Pasar keuangan mikro untuk pinjaman kelom-pok di Indonesia ditandai dengan tingginya tingkat konsentrasi geografis di Provinsi Jawa Barat. Pemilihan provinsi ini terutama karena kepadatan penduduk dan menjadi daerah aktif secara ekonomi untuk sejumlah besar usaha mikro. Lokasinya yang berdekatan dengan Ja-karta – tempat sebagian besar LK berada dan juga salah satu alasan keberadaan LK yang tinggi di provinsi ini. Suatu analisis terhadap keberadaan LK besar di Jawa Barat menunjukkan bahwa terdapat 8,87 cabang per 100.000 populasi masyarakat miskin. Jumlah ini hampir dua kali lipat dari jumlah cabang di provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jumlah ini akan menjadi lebih tinggi apabila dibandingkan dengan provinsi lain

5. Sumber Data: http://www.mbk-ventura.com; http://www.bina-artha.net; and http://mitradhuafa.com6. Angka BTPN Syariah dan DMS hanya tersedia dari tahun 2013 sehingga mengakibatkan penrtumbuhan yang luar biasa dari 2012 ke 2013. Untuk pertumbuhan rata-rata, kami menggunakan data sejak tahun 2013 saja untuk 5 LKM7. Sumber Data: http://www.mbk-ventura.com; http://mitradhuafa.com dan informasi dari LK; Tidak lettngkap8. Perhitungan ini meliputi cabang-cabang MBK, BAV, KOMIDA, DMS, KSB, BAIK, dan BTPN. Data per provinsi untuk keberadaan cabang BTPN tidak tersedia, kami menghitung rata-rata cabang per provinsi, contohnya total cabang (1832) dibagi jumlah provinsi (20). Sumber Data: http://www.btpn.com/assets/InvestorNews/BTPN-Analyst-Meeting-1Q-2016final. pdf9. BPS 2015: data populasi masyarakat miskin

Page 19: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

14

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

di luar pulau Jawa. Tingkat penetrasi Jawa Barat sebanding dengan daerah yang sama di wilayah lain seperti Filipina dan India. Sebagai contohnya , Kabupaten Calabarzon di Filipina memiliki 7,01 cabang dan Provinsi Kanartaka di India memiliki 5,77 cabang.

Tabel 2: Tingkat Kepadatan Cabang Lembaga Keuangan di Pulau Jawa

ProvinsiJumlah

Cabang dari LK Terbesar

Populasi Masyarakat

Miskin

Cabang LK/100.000

Jawa Barat 393 4.430.100 8,87

Jawa Timur 218 4.893.000 4,46Jawa Tengah dan Yogyakarta 195 5.353.300 3,64

Banten 128 677.500 18,89Total di Pulau Jawa 934 15.353.900 6,08

Di beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Barat, jumlah cabang LK lebih dari 10 cabang per 100,000 populasi masyarakat miskin (Lampiran I). Ini menunjukkan bahwa konsentrasi keuangan mikro di Jawa Barat sangat tinggi dan hal ini merupakan salah satu penyebab adanya pinjaman berlebih di sini. Provinsi Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur relatif belum banyak terlayani oleh LK. Selain KOMIDA dan BTPN, LK lain belum ada yang mulai melakukan ekspansi bisnis keluar pulau Jawa, dimana terdapat banyak daerah yang belum tersentuh oleh layanan LK.

Pengalaman internasional menunjukkan bahwa pertumbuhan pesat dan penetrasi yang intensif dapat mengarah ke pinjaman berlebih yang akhirnya dapat menyebabkan nasabah keuangan mikro mengalami macet secara masal. Krisis seperti ini telah terjadi di beberapa negara seperti Bosnia , India/Andhra Pradesh (Lampiran II – detail dari Studi Kasus untuk Krisis Keuangan Mikro di India), Meksiko , Nikaragua , Kamboja dan sebagainya.

Filipina

7,01

India5,77

Page 20: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

15

Untuk menghindari situasi yang serupa, sebuah konsorsium dari beberapa LK di bawah naungan Indonesian Access to Finance Forum/PAKINDO (Forum Akses ke Keuangan Indonesia) ingin melakukan asesmen terhadap situasi pinjaman berlebih di pasar Indonesia dan memperoleh rekomendasi yang praktis. PAKINDO bersama IFC menugaskan MicroSave untuk melakukan suatu studi mengenai pinjaman berlebih pada keuangan mikro khususnya di Provinsi Jawa Barat, dan memberikan rekomendasi untuk memitigasi risiko dari pinjaman berlebih. Tujuan dari studi ini adalah sebagai berikut:1. Memperoleh pemahaman yang mendalam terhadap alasan nasabah memiliki beberapa pinjaman dan bagaimana kondisi ini mempengaruhi pembayaran angsuran pinjaman nasabah; dan2. Memberikan rekomendasi yang konkrit kepada LK yang berpartisipasi untuk meminimalkan pinjaman berlebih dan nasabah macet, yang dapat menyebabkan nasabah macet secara masal seperti yang dialami oleh beberapa LK yang memberikan pinjaman kelompok di Indonesia dan di negara lain.

1.1 Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh tim MicroSave yang terdiri dari para ahli dalam bidang keuangan mikro dan riset pasar, dibantu oleh konsultan lokal yang memiliki keahlian dalam penelitian dan kecakapan dalam bahasa Indonesia. Finalisasi untuk alat dan rencana penelitian dilakukan secara intensif bersama anggota PAKINDO. Penelitian ini

menggunakan kombinasi wawancara intensif secara perorangan (in-depth interviews/IDI), diskusi kelompok (focus group discussion/FGD), dan studi kasus. Anggota tim berinteraksi dengan nasabah (nasabah aktif dan macet), staf LK (di kantor pusat dan staf lapangan) dan tokoh masyarakat (Ketua RT), untuk mendapatkan suatu informasi menyeluruh mengenai isu utama yaitu alasan memiliki beberapa pinjaman, mekanisme nasabah dalam melakukan pembayaran pinjaman, strategi LK untuk memitigasi pinjaman macet, dan sebagainya.

Diskusi/wawancara di lapangan dilakukan selama tiga (3) minggu. Kami melakukan analisis secara intensif dan menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi pengalaman nasabah meminjam dari LK, alasan utama mengajukan pinjaman, hal-hal yang

Gambar 2. Metodologi yang Digunakan

10. http://finclusionlab.org/country/Philippines/analytics?title=Supply-and-Demand-Ratio11. http://www.aljazeera.com/focus/2010/01/20101393659573655.html12. https://www.cgap.org/sites/default/files/CGAP-Focus-Note-Andhra-Pradesh-2010-Global-Implications-of-the-Crisis- in-Indian-Microfinance-Nov-2010.pdf dan http://www.microsave.net/files/pdf/AP_FI_Crisis_Report_MicroSave_CMF_ Ghiyazuddin_Gupta.pdf13. http://www.finca.org/files/2014/05/Over-Indebtedness-in-Mexico-Its-Effect-on-Borrowers.pdf14. http://www.cgap.org/publications/growth-and-vulnerabilities-microfinance

Page 21: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

16

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

tidak disukai dalam mengelola arus kas, alasan pinjaman nasabah mengalami macet, dan sebagainya. Selanjutnya, berdasarkan temuan penelitian, tim memberikan rekomendasi yang sesuai untuk memitigasi risiko nasabah LK memiliki pinjaman berlebih. Kami melakukan analisis yang mendalam untuk memastikan bahwa rekomendasi yang diberikan relevan, praktis dan dapat diimplementasikan oleh para LK.

Selama proyek ini berjalan, kami selalu berdiskusi dengan PAKINDO dan IFC melalui pertemuan formal dan interaksi informal untuk meminta masukan dan saran dari mereka. Untuk hasil akhir, kami memberikan sebuah laporan detail yang menyoroti hasil temuan dari penelitian dan rekomendasi relevan. Laporan ini akan menjadi materi dasar yang bermanfaat untuk lokakarya internal bersama anggota PAKINDO dan IFC.

Rencana Penelitian Berikut ini merupakan metodologi dan pendekatan detail yang dilakukan oleh MicroSave dalam melakukan penelitian.

Strategi Pengambilan Sampel Penelitian dilakukan di Provinsi Jawa Barat karena provinsi ini memiliki tingkat penetrasi LK yang sangat tinggi. Tim melakukan analisis terhadap data nasabah yang memiliki beberapa pinjaman dari biro kredit KBIJ dan kabupaten yang cocok menjadi lokasi penelitian di Jawa Barat. Tim memilih empat (4) kabupaten di Jawa Barat sebagai lokasi final untuk penelitian yaitu Subang, Sukabumi, Cianjur dan Bogor. Bogor dipilih karena kabupaten ini memiliki jumlah nasabah macet yang besar. Kami juga meminta masukan dari IFC dan PAKINDO sebelum melakukan finalisasi terhadap lokasi penelitian.

Fase I: Mengulas Literatur dan Desain Penelitian

1. Mengulas studi kuantitatif dari KBIJ 2. Wawancara anggota PAKINDO3. Mempersiapkan rencana dan instrumen penelitian 4. Memperoleh masukan dari PAKINDO untuk rencana dan instrumen penelitian 5. Finalisasi rencana penelitian

2-11 Maret

Hasil:- Ulasan dan analisis laporan penelitian kuantitatif - Rencana penelitian: desain penelitian, metodologi, sampel, lokasi, dan rencana kegiatan lapangan- Instrumen penelitian

Fase II: Penelitian Lapangan

1. FGD: nasabah aktif dan staf cabang MBK2. Wawancara: nasabah aktif, pemimpin masyarakat, nasabah macet, dan Kepala Cabang MBK 3. Studi kasus: pinjaman joki dan nasabah macet

14Maret- 1 April

Hasil:- Rekaman sesi- Foto sesi

Fase III: Konsolidasi dan Analisisa Data

1. Konsolidas dan finalisasi laporan dari lapangan2. Analisis data3. Analisis komprehensif terhadap hasil temuan di lapangan

4-5April

Hasil:Finalisasi laporan lapangan

Fase III: Konsolidasi dan Analisisa Data

1. Konsolidas dan finalisasi laporan dari lapangan2. Analisis data3. Analisis komprehensif terhadap hasil temuan di lapangan

18-19 April

Hasil:- Laporan interim- Laporan akhir mengenai hasil temuan dan rekomendasi- Presentasi hasil temuan penelitian di lapangan kepada para pemangku kepentingan

Fase III: Konsolidasi dan Analisisa Data

1. Konsolidas dan finalisasi laporan dari lapangan2. Analisis data3. Analisis komprehensif terhadap hasil temuan di lapangan

4-5April

Hasil:Finalisasi laporan lapangan

Fase III: Konsolidasi dan Analisisa Data

1. Konsolidas dan finalisasi laporan dari lapangan2. Analisis data3. Analisis komprehensif terhadap hasil temuan di lapangan

18-19 April

Hasil:- Laporan interim- Laporan akhir mengenai hasil temuan dan rekomendasi- Presentasi hasil temuan penelitian di lapangan kepada para pemangku kepentingan

Page 22: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

17

Gambar 3. Lokasi Penelitian

Pada akhirnya, seluruh klien dari 12 kecamatan di Jawa Barat telah diwawancarai (mengacu pada Lampiran IV untuk rinican kecamatan yang menjadi lokasi penelitian). Tim MicroSave berinteraksi hanya dengan nasabah MBK karena MBK memiliki perjanjian

internal dengan nasabahnya, dimana nasabah memperbolehkan perusahaan peneliti eksternal seperti MicroSave untuk mewawancarai mereka.

Berdasarkan data yang diberikan oleh MBK, kami menseleksi nasabah yang memiliki beberapa pinjaman dengan minimal tiga (3) pinjaman dan nasabah macet. Tim melakukan pembagian berimbang untuk memilih lokasi pengambilan sampel yang mewakili daerah pedesaan, pinggiran kota dan perkotaan di empat (4) kabupaten tersebut.

Metodologi Pengambilan Sampel

KBIJ memiliki informasi nasabah pinjaman dari sembilan (9) LK untuk studi pinjaman berlebih. Data dari enam (6) lembaga akhirnya digunakan untuk membantu memahami tingkat pinjaman berlebih (mengacu pada Lampiran II atas Ringkasan laporan KBIJ). Sebanyak 733.090 data nasabah diberikan dari KBIJ, dimana 92.06% dari data tersebut memiliki pinjaman dari satu (1) LK, 5.94% memiliki pinjaman dari dua (2) LK dan 0.14% memiliki pinjaman dari tiga (3) LK.

Untuk studi kualitatif, tim MicroSave mengidentifikasi semua nasabah MBK yang memiliki tiga (3) pinjaman. Bersama staf MBK, kami mengidentifikasi empat (4) kabupaten dan beberapa kecamatan yang memiliki tingkat konsentrasi maksimum dari nasabah yang memiliki tiga (3) pinjaman yaitu kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur dan Subang.

Page 23: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

18

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

1.2 Instrumen Riset Pasar yang Digunakan dalam Penelitian

Berikut ini adalah instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data:

Tabel 3: Instrumen Riset Pasar yang Digunakan dalam Penelitian

No. Instrumen yang Digunakan Obyek Penelitian Jumlah

KelompokJumlah

Responden Tujuan Penggunaan Instrumen

1. Focus Group Discussion (FGD)

Nasabah Aktif yang Memiliki Beberapa Pinjaman

6 64 Untuk memahami tentang:• Sumber pinjaman saat ini dan penggunaan pinjaman,• Alasan nasabah memiliki beberapa pinjaman dari berbagai sumber• Kemampuan untuk memenuhi kewajibannya terkait pinjaman,• Mekanisme nasabah mengatasi beberapa jadwal pembayaran angsuran pinjaman,• Keberadaan “Pinjaman Joki” dan informasi detail terkait pinjaman joki,• Hal-hal yang disukai/tidak disukai dari memiliki pinjaman dari berbagai lembaga,• Persepsi nasabah mengenai lembaga yang menawarkan pinjaman di area tersebut.

2. In-Depth Interviews (IDI)

Nasabah Aktif yang Memiliki Beberapa Pinjaman

137 137

3. IDI Nasabah Macet yang Memiliki Beberapa Pinjaman

20 20 Untuk memahami tentang:• Alasan nasabah memiliki pinjaman macet, • Hubungan antara pinjaman berlebih dengan pinjaman macet, • Mekanisme nasabah dalam mengatasi pinjaman macet.

4. IDI Tokoh Masyarakat (Ketua RT)

2 2 Untuk memahami tentang:• Persepsi terhadap LK/penyedia pinjaman, • Persepsi tentang kegiatan pencairan /penagihan pinjaman yang dilakukan oleh penyedia produk pinjaman,• Rekomendasi untuk meningkatkan kualitas operasional.

5. Studi Kasus Nasabah Aktif dan Nasabah Macet

- - Mengulas hasil temuan menarik di lapangan terkait nasabah macet dan “Pinjaman Joki”.

Total 165 223

Page 24: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

19

Instrumen Riset untuk Staf MBK dan Anggota PAKINDO

Tabel 4: Instrumen Riset untuk Mewawancarai Staf MBK dan Anggota PAKINDO

No. Instrumen yang Digunakan Obyek Penelitian Jumlah

KelompokJumlah

Responden Tujuan Penggunaan Instrumen

1. FGD Staf Cabang MBK 2 16 Untuk memahami tentang:• Operasional di lapangan,• Praktik yang ada di pasar,• Tingkat persaingan,• Kegiatan terkait pinjaman lebih dari satu dari nasabah MBK.

2. IDI Kepala Cabang MBK 2 2

3. IDI Anggota PAKINDO 3 3 Untuk memahami tentang:• Kualitas dan pertumbuhan portofolio pinjaman,• Strategi untuk mengelola pertumbuhan,• Strategi pengelolaan nasabah macet,• Induksi dan pelatihan bagi staf lapangan,• Kebijakan untuk rotasi staf lapangan dan pergantian staf.

Total 7 21

Keterangan untuk Hasil Temuan Penelitian

Hasil temuan dari studi kualitatif dan tren yang muncul selama penelitian telah disajikan dalam bentuk grafik dan diGambarkan sebagai persentase dari total respon yang diterima. Ini dilakukan untuk mempresentasikan hasilnya secara visual dengan baik dan kemudahan memahami tren utama. Untuk studi kualitatif, fokus utama dari laporan ini adalah untuk memahami alasan di balik tren yang muncul dan tidak menyimpulkan persentase tanggapan yang diterima untuk setiap pertanyaan. Kesimpulan yang diambil didasarkan pada tren kualitatif dan pengalaman dari tim peneliti di pasar keuangan mikro lainnya. Demikian pula, karena penelitian ini hanya dilakukan dengan nasabah dan staf MBK, sebagai hasilnya, mungkin ada beberapa bias dalam tanggapan yang diterima. Fokus dari penelitian ini adalah Provinsi Jawa Barat dan temuan mungkin tidak mencerminkan status keuangan mikro di provinsi lain

Page 25: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

20

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

2. Temuan Utama

Page 26: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

21

2.0 Temuan Utama

2.1 Profil Nasabah

Gambar 4. Lokasi Responden

Lokasi: Tim memastikan bahwa ada perwakilan yang berimbang dari daerah pedesaan (46%), perkotaan (29%) dan pinggiran kota (26%). Kami mendefinisikan daerah perkotaan sebagai lokasi yang berada di kota, pinggiran kota sebagai lokasi yang berada di pinggiran kota, dan pedesaan sebagai lokasi yang berada jauh dari pinggir kota.

Gambar 5. Umur Responden

Umur: Semua responden adalah perempuan, dengan mayoritas usia berada di antara 41-50 tahun (43,9%) dan 14% responden memiliki usia di atas 50 tahun.

Gambar 6. Jenjang Pendidikan Responden

Jenjang Pendidikan: Tingkat literasi sangat tinggi yaitu lebih dari 99% responden telah mengenyam pendidikan formal. Mayoritas responden lulus dari SD (56%) and 32% responden lulus dari SMP.

Gambar 7. Pekerjaan Responden beserta Pasangannya

Pekerjaan: Mayoritas responden memiliki kegiatan produktif. Hampir 82% dari total responden memiliki usaha sendiri/wirausaha seperti berjualan makanan, kebutuhan pokok sehari-hari, baju, peralatan rumah tangga secara kredit, dan lain-lain. Hal ini sejalan dengan tujuan penggunaan pinjaman yaitu untuk kegiatan produktif. Namun, penelitian ini juga menemukan bahwa 14% dari responden adalah ibu rumah tangga/IRT atau tidak memiliki kegiatan ekonomi yang produktif.

Selain itu, 12 dari 20 nasabah macet adalah IRT atau tidak memiliki pekerjaan.

Page 27: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

22

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Gambar 8. Tingkat Pendapatan Rumah Tangga dari Responden

Tingkat Pendapatan: Mayoritas responden (lebih dari 86%) memiliki pendapatan di atas Rp. 2 juta per bulan. Tingkat pendapatan ini menunjukkan pendapatan usaha bersih dan hal ini disampaikan sendiri oleh responden. Jumlah ini berada di atas pendapatan rata-rata rumah tangga miskin di Provinsi Jawa Barat yaitu Rp. 1,178 juta per bulan . Gambar 11. Jumlah Nominal Pinjaman Responden

Jumlah Nominal Pinjaman: Dari Gambar 11 di bawah ini, kami menemukan bahwa 17,14% dari responden memiliki pinjaman antara Rp. 5 – 6 juta, kemudian 16,19% memiliki pinjaman antara Rp. 6 – 7 juta, dan 15,24% memiliki pinjaman lebih dari Rp. 10 juta. Kami mendefinisikan nominal pinjaman hanya dari pinjaman kelompok dan berdasarkan jumlah yang dicairkan (bukan outstanding). Nominal pinjaman yang besar mengindikasikan siklus pinjaman yang besar dari mayoritas responden. Hampir 80% responden telah berhubungan dengan LK lebih dari tiga (3) tahun. Kami menemukan

LK seperti BTPN Syariah juga menawarkan nominal pinjaman yang relatif besar meskipun calon nasabah adalah anggota baru, misalnya lebih dari Rp. 10 juta per siklus untuk anggota kelompok tertentu. Gambar 9. Jumlah Pengeluaran Rumah Tangga dari Responden

Tingkat Pengeluaran: Untuk pengeluaran rumah tangga, 46% dari responden menghabiskan Rp. 1 – 2 juta per bulan, 31% menghabiskan Rp. 2 – 3 juta dan 10% menghabiskan kurang dari Rp. 1 juta per bulan. Gambar 6. Jenjang Pendidikan Responden Gambar 10. Jumlah Angsuran Responden per Bula Gambar 10. Jumlah Angsuran Responden per Bulan

Jumlah Angsuran Responden per Bulan: Mayoritas responden (78%) membayar angsuran sampai dengan Rp. 1 juta per bulan, yang terdiri dari: 3% responden membayar angsuran sampai dengan Rp. 250 ribu per bulan; 20% responden

Page 28: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

23

16. Kami mendefinisikan BTPN Syariah sebagai sebuah LK, bukan sebuah Bank dalam analisis kami.

membayar antara Rp. 250.001 – 500.000 per bulan; 31% responden membayar antara Rp. 500.001 – 750.000 dan 24% responden membayar antara Rp. 750.001 – 1.000.000.

2.2 Sumber dan Penggunaan Pinjaman

Gambar 12: Sumber Pinjaman yang Ada di Masyarakat

Anggota masyarakat memiliki akses terhadap berbagai sumber pinjaman, baik formal maupun informal. LK, rentenir, bank dan sumber informal seperti teman dan keluarga serta arisan adalah sumber utama dimana masyarakat umum dapat memperoleh pinjaman. Gambar 12 menjelaskan jumlah sesi dimana responden menyebutkan jenis sumber pinjaman yang ada. Gambar 13 menampilkan sumber pinjaman yang digunakan oleh responden untuk memenuhi kebutuhan pinjaman mereka. LK dan Rentenir adalah respon terbanyak yang disebutkan oleh responden, karena nominal pinjaman dan jenis pinjaman lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat (dapat dilihat pada Table 6 untuk fitur produk dan informasi dari responden terhadap berbagai jenis sumber pinjaman). Namun, responden lebih cenderung untuk meminjam dari rentenir dan teman/keluarga untuk keadaan darurat karena prosesnya cepat dan mudah, dengan dokumen yang minim atau tanpa dokumen sama sekali. Di sisi lain, pinjaman dari LK disukai karena prosesnya yang mudah, tingkat suku bunga rendah, dekat

dengan rumah dan memiliki jumlah angsuran yang kecil.

Gambar 13. Sumber Pinjaman yang Diakses oleh Responden

Keberadaan lembaga penyedia produk pinjaman di seluruh lokasi penelitian cukup padat, didominasi oleh LK, diikuti oleh rentenir dan bank. Hampir 75% responden mengatakan bahwa terdapat minimal 4 LK di lingkungan sekitar mereka. Seperti yang telah diduga, keberadaan LK sedikit lebih banyak di daerah pedesaan yaitu sebanyak 43% responden mengatakan bahwa terdapat minimal 4 LK di daerahnya. Dibandingkan dengan jawaban 30% responden di daerah perkotaan dan 27% di daerah pinggiran kota. Dengan tingkat pasar yang sudah jenuh dan persaingan yang tinggi di daerah tersebut, potensi untuk melakukan ekspansi bisnis ke geografis lain sangat besar.

Page 29: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

24

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Tabel 5: Analisis Produk dari Penyedia Produk Pinjaman

Penyedia Produk Syarat dan Ketentuan Informasi dari Nasabah untuk Setiap Penyedia Produk

LK(Termasuk LK dan bank yang menawarkan pinjaman kelompok – tanggung renteng)

• Nominal pinjaman: Rp. 1 – 15 juta• Nominal pinjaman per siklus:

o Siklus 1: Rp. 1 – 2,5 juta o Siklus 2: Rp. 2 – 3,5 juta o Siklus 3: Rp. 3 – 4,5 juta o Siklus 4: Rp. 4 – 5,5 juta o Siklus 5: Rp. 5 – 6,5 juta o Dan seterusnya, umumnya sampai dengan Rp. 10 juta

• Jangka waktu pinjaman: 1 – 1,25 tahun (atau 25 – 52 minggu. 25 minggu umumnya berlaku untuk pembayaran angsuran secara dua-mingguan)

• Pembayaran angsuran: mingguan / dua-mingguan• Tingkat suku bunga: 1,75% - 2,5% per bulan,

tetap• Jaminan: tidak diperlukan• Biaya administrasi/provisi: tidak ada• Tujuan pinjaman: produktif (utama)• Dana tanggung jawab: 5 – 10% dari pinjaman

(dapat ditarik setelah nasabah menutup/melunasi pinjaman)

• Penalti: beberapa LK memberlakukan penalti apabila nasabah tidak menghadiri pertemuan kelompok.

• Proses dan persyaratannya mudah seperti KTP, dan/atau Kartu Keluarga, memiliki usaha, perempuan, sudah menikah, dan memiliki sebuah rumah di lingkungan setempat.

• Murah (tingkat suku bunga rendah), tidak ada biaya, pembayaran angsuran yang mudah secara mingguan/dua mingguan sehingga nominal angsuran terasa kecil/rendah.

• Nasabah yang baru saja memulai usaha diperbolehkan untuk mengajukan pinjaman, dan hal ini adalah salah satu daya tarik bagi nasabah.

• Analisis pinjaman yang sederhana, proses yang cepat, umumnya membutuhkan waktu hanya 1 – 2 minggu.

• Pertemuan kelompok adalah sarana yang baik untuk para nasabah bersosialisasi dengan teman-teman mereka, namun juga bisa menyebabkan mereka kurang nyaman apabila anggota kelompok mereka banyak.

• Tanggung Renteng (TR) adalah hal yang tidak disukai, khususnya apabila ini terjadi lebih dari 1 – 2 kali.

• Sebagian besar layanan dilakukan di dekat atau di rumah nasabah.

• Tidak semua LK menyediakan penambahan (top up) pinjaman dan/atau menerima pembayaran angsuran di muka/sebelum jadwalnya.

Rentenir • Nominal pinjaman: Rp. 100.000 – 1,5 juta• Jangka waktu pinjaman: 25 hari – 1 bulan• Pembayaran angsuran: harian• Jenis pinjaman: pinjaman perorangan• Tingkat suku bunga: umumnya sekitar 10% per

bulan• Jaminan: tidak diperlukan• Biaya administrasi/provisi: tidak ada• Tujuan pinjaman: dapat digunakan untuk semua

kebutuhan nasabah

• Prosesnya sangat cepat, hanya 1-2 hari. Ini adalah jalan keluar tercepat apabila nasabah membutuhkan dana untuk keadaan darurat, dimana nominal pinjaman pada umumnya tidak besar.

• Dokumen yang dibutuhkan dan analisisnya minimal.

• Pembayaran angsuran dilakukan secara harian, dimulai pada satu hari setelah pinjaman cair, tingkat suku bunga tinggi, dan stafnya tidak profesional (dan terkadang berperilaku tidak sopan).

Bank (pinjaman selain pinjaman kelompok)

• Nominal pinjaman: berdasarkan skala usaha nasabah, nilai jaminan, dan kemampuan bayar nasabah

• Jangka waktu pinjaman: 1 – 3 tahun untuk pinjaman produktif

• Pembayaran angsuran: bulanan• Jenis pinjaman: pinjaman perorangan• Tingkat suku bunga: 1,5 – 2,0% per bulan• Jaminan: diperlukan, seperti tanah/rumah,

kendaraan, atau tabungan/uang tunai. Nasabah harus memiliki dokumen kepemilikan yang legal.

• Prosesnya membutuhkan waktu lama, umumnya dua minggu sampai dengan 1 bulan.

• Persyaratan umumnya lebih kaku, termasuk memerlukan jaminan, dimana banyak nasabah kecil mungkin tidak memilikinya.

• Untuk pinjaman produktif, bank menentukan standard mengenai berapa lama usaha nasabah sudah berjalan (misalnya minimal 2 tahun).

• Nominal pinjaman lebih besar namun angsuran yang dibayarkan besar/tinggi karena dilakukan secara bulanan.

Page 30: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

25

Penyedia Produk Syarat dan Ketentuan Informasi dari Nasabah untuk Setiap Penyedia Produk

• Biaya administrasi/provisi: ada, umumnya sekitar 1% dari nominal pinjaman.

• Tujuan pinjaman: produktif dan konsumtif

• Meskipun tingkat suku bunga yang diberlakukan umumnya lebih rendah daripada LK, namun provisi/biaya admin dan biaya untuk pengikatan jaminan menyebabkan total biaya yang harus dibayar oleh nasabah menjadi terlihat lebih besar/tinggi.

• Pemulihan nasabah macet umumnya lebih ketat dengan menjual asset/jaminan nasabah.

• Pencairan dan pembayaran angsuran pinjaman harus dilakukan di cabang, yang dapat menyulitkan nasabah.

Teman/ Keluarga • Nominal pinjaman: berdasarkan kebutuhan dan/atau ketersediaan uang tunai dari sumber pinjaman, namun secara umum nominalnya tidak besar.

• Jangka waktu pinjaman: tidak ditentukan, namun umumnya beberapa hari atau 1 – 2 minggu.

• Pembayaran angsuran: langsung dibayar tunai sekaligus pada saat nasabah sudah memiliki uang atau berdasarkan perjanjian antara keduanya.

• Jenis pinjaman: pinjaman perorangan• Tingkat suku bunga: umumnya tidak ada bunga• Jaminan: tidak diperlukan• Biaya administrasi/provisi: tidak ada• Tujuan pinjaman: dapat digunakan untuk semua

kebutuhan nasabah

• Prosesnya cepat dan mudah karena berdasarkan hubungan dekat dan kerelaan untuk membantu. Hal ini sudah menjadi kebiasaan di dalam masyarakat.

• Pilihan pertama apabila ada kebutuhan darurat dan/atau kebutuhan musiman, di samping rentenir, seperti untuk biaya kesehatan, pendidikan, upacara, acara keluarga, pengeluaran kebutuhan rumah tangga, dan kadang untuk pembayaran angsuran LK apabila ada jeda waktu antara pendapatan usaha dan jadwal pembayaran angsuran.

• Pembayaran terlambat lebih mudah karena penyedia pinjaman adalah teman/keluarga yang umumnya mengerti kondisi keuangan nasabah.

Leasing • Nominal pinjaman: berdasarkan pendapatan nasabah dan nilai jaminan

• Jangka waktu pinjaman: 1 – 3 tahun• Pembayaran angsuran: bulanan• Jenis pinjaman: pinjaman perorangan• Tingkat suku bunga: 1,5 – 2,0 % per bulan• Jaminan: diperlukan, umumnya berupa barang

yang dibeli, misalnya kendaraan• Biaya administrasi/provisi: ada• Tujuan pinjaman: konsumtif• Pencairan dan pembayaran angsuran: di kantor

cabang atau transfer

• Proses pinjaman cepat umumnya sekitar 1 – 2 minggu.

• Analisis pinjaman umumnya tidak sekaku bank, namun lebih kaku dari LK.

• Jenis pinjaman ini lebih menarik bagi nasabah untuk membeli barang seperti kendaraan, dimana sebagian besar penjual (dealer) kendaraan bekerjasama dengan leasing. Penyedia tertentu menawarkan kredit kendaraan di samping leasing.

• Proses pinjaman mudah dan dengan tingkat suku bunga tidak tinggi, dan umumnya menawarkan berbagai program seperti pembayaran angsuran menurun dan/atau memberikan hadiah. Dalam kredit kendaraan: kendaraan tersebut yang menjadi jaminan.

• Pembayaran angsuran secara bulanan menyebabkan nominal angsuran besar, tidak semua orang mampu mengajukan pinjaman ini.

Page 31: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

26

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

2.3 Bukti Nasabah Memiliki Beberapa Pinjaman

Responden utama untuk penelitian ini adalah nasabah yang memiliki minimal tiga (3) pinjaman dari LK (per November 2015) sesuai data dari KBIJ. Namun di lapangan, banyak responden menyebutkan bahwa mereka memiliki pinjaman kurang dari tiga. Hal ini dapat terjadi karena data KBIJ adalah data November 2015 dan beberapa nasabah mungkin sudah menutup/ melunasi pinjaman mereka. Di samping itu, banyak responden yang enggan mengungkapkan jumlah pinjaman yang mereka miliki, karena khawatir MBK tidak akan memberikan pinjaman lagi kepada mereka.

Gambar 14. Jumlah LK dimana Responden Mengambil Pinjaman

Meskipun demikian, sekitar 54% responden mengatakan bahwa mereka memiliki minimal tiga (3) pinjaman dari berbagai LK. Faktanya, seperti yang ditampilkan pada Gambar 14 di atas, meskipun responden telah memiliki pinjaman dari LK, masih terdapat 32% responden yang menyatakan bahwa mereka juga meminjam dari rentenir untuk kebutuhan darurat atau tambahan modal usaha. Kami juga menemukan bahwa hampir 80% responden telah berhubungan dengan LK selama lebih dari tiga tahun. Hal yang menarik untuk diketahui: bahkan nasabah baru yang berhubungan dengan LK kurang dari tiga tahun juga memiliki minimal tiga (3) pinjaman. Kami tidak menemukan perbedaan yang signifikan dalam tingkat pendapatan

atau pekerjaan, antara nasabah yang memiliki minimal tiga (3) pinjaman dengan nasabah yang hanya memiliki satu (1) atau dua (2) pinjaman.

Belum adanya mekanisme untuk berbagi informasi kredit antarLK menyebabkan LK kesulitan untuk mengidentifikasi jumlah pinjaman yang sudah dimiliki oleh calon nasabah. Staf LK mendapatkan informasi ini melalui wawancara dengan calon nasabah, dimana kemungkinan data ini tidak akurat dan hasilnya sangat tergantung pada kemampuan staf yang berbeda-beda. Faktanya, beberapa responden mengkonfirmasi bahwa meskipun staf sudah mengetahui jumlah pinjaman yang dimiliki nasabah, staf tetap menawarkan pinjaman baru kepada nasabah untuk memenuhi target bisnis mereka.

“Staf LK sudah mengetahui bahwa saya memiliki tiga pinjaman, namun dia tetap menawarkan pinjaman baru kepada saya. Dia mengatakan bahwa hal tersebut tidak menjadi masalah baginya. Ini sudah biasa.” Pernyataan dari Ibu Nenah, Sukabumi}

Kemudian, kami mengetahui bahwa istilah “Ini sudah biasa” berarti hal tersebut dilakukan atas dasar saling menguntungkan antara kedua belah pihak, dimana nasabah mendapatkan pinjaman baru dan staf memenuhi target mereka. Penyimpangan ini akan terus terjadi apabila tidak ada metode yang lebih baik untuk melakukan asesmen terhadap pinjaman berlebih dari calon nasabah.

Page 32: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

27

Gambar 15. Alasan Nasabah Memiliki Beberapa Pinjaman

Alasan utama yang disampaikan oleh responden dalam mengajukan pinjaman adalah untuk memenuhi kebutuhan usaha/menambah modal usaha (87%). Banyak nasabah yang membutuhkan modal usaha lebih sering, seperti pedagang/pemilik warung yang harus membeli stok barang dalam interval waktu tertentu dan sering, sehingga mereka memerlukan dana tambahan untuk usaha mereka.

Hal ini juga dialami oleh beberapa rumah tangga yang memiliki beberapa usaha, sehingga mereka memerlukan dana untuk tambahan modal usaha.

Pinjaman yang sudah ada tidak mencukupi (59%) adalah alasan lain yang sering muncul. Untuk sebagian responden, nominal pinjaman yang ditawarkan oleh LK tidak mencukupi kebutuhan mereka. Hal ini mungkin benar dimana pinjaman di siklus I diberikan dalam nominal yang kecil. Namun hal ini tidak benar untuk nasabah yang sudah memiliki siklus tinggi, karena usaha responden yang sudah ada (menjual makanan, sayur, kebutuhan pokok sehari-hari dan sebagainya) adalah usaha yang tidak padat modal. Menggunakan pinjaman yang ada untuk kebutuhan produktif dan non-produktif mungkin alasan utama nasabah merasa bahwa pinjaman yang mereka miliki tidak mencukupi. Responden juga meminjam untuk kebutuhan rumah tangga (31%) dan pengeluaran darurat/musiman (24%). (Bagian berikutnya akan mengulas penggunaan pinjaman lebih detail).

Dari sisi suplai, kenyataan bahwa kemudahan mendapatkan pinjaman dari LK (39%) muncul sebagai alasan nasabah memiliki beberapa pinjaman. Hal yang menarik, 30% dari responden ini adalah IRT atau tidak bekerja, dan 45% di antaranya memiliki tingkat pendapatan kurang dari Rp. 3 juta.

Namun 64% dari responden ini memiliki pinjaman dari minimal tiga (3) LK. Ini menunjukkan bahwa banyak nasabah yang tidak layak ini mengajukan pinjaman karena didorong oleh staf LK melalui penawaran yang intensif. Kemudahan mengajukan pinjaman juga dapat mengarah terhadap penggunaan pinjaman yang tidak tepat guna, dimana 51% dari responden ini menggunakan pinjaman untuk kebutuhan konsumtif. Selain staf LK, hal yang perlu diperhatikan adalah teman/keluarga/anggota kelompok juga memainkan peranan penting dalam mempengaruhi nasabah untuk memiliki beberapa pinjaman dari berbagai sumber.

Page 33: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

28

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Kasus 1. Tokoh Masyarakat: Informasi dari Sandy Yulyana

Sandy Yulyana, 31 tahun, adalah Ketua RT 06 / RW 02 di desa Manyeti, Dawuan, Subang dan bekerja sebagai pegawai di kantor wilayah Departemen Peternakan. Dia memahami kondisi masyarakat di komunitasnya dan bagaimana mereka mengelola arus kas atau mengatur pengeluaran rumah tangga.

Dia sepakat bahwa pengelolaan keuangan rumah tangga terkait erat dengan kebiasaan budaya masyarakat. Sebagai contohnya: keluarga A yang menghadiri acara pernikahan tetangga (keluarga B) umumnya akan memberikan hadiah/sumbangan. Keluarga B kemudian mengirim hadiah/sumbangan dalam jumlah yang sama pada acara keluarga A. Jadi menghabiskan banyak uang untuk membeli hadiah bagi tetangga adalah masalah kehormatan dalam komunitasnya. Hal ini masih dapat dikelola dengan baik untuk seseorang yang memiliki pekerjaan sebagai pegawai dengan gaji tetap. Namun budaya ini telah menyebabkan rumah tangga miskin seperti petani, buruh dan sebagainya menghabiskan banyak uang demi menjaga gengsi di mata masyarakat.

Mereka biasanya meminjam dari LK yang telah tersebar luas di lokasi tempat tinggalnya, untuk memenuhi kebutuhan pemberian hadiah ini. Kenyataan bahwa mengajukan pinjaman sangat mudah menyebabkan kebiasaan masyarakat untuk meminjam menjadi lebih buruk. Dengan pendapatan surplus yang sangat terbatas, mereka mengalami kesulitan untuk melakukan pembayaran angsuran. Sandy kadang melihat ada beberapa orang yang menjual aset mereka saat mereka membutuhkan uang untuk

keadaan darurat/ kebutuhan musiman. Akhir-akhir ini, ia juga mengamati bahwa ketegangan antar anggota masyarakat telah meningkat karena ada anggota kelompok yang mengalami keterlambatan pembayaran/macet dan mengakibatkan tekanan di dalam kelompok. Ia juga mengungkapkan kekecewaannya ketika dia mengetahui bahwa masyarakatnya sudah tidak mau lagi membayar angsuran pinjaman PNPM, namun masih berusaha membayar angsuran pinjamannya di LK. Akibat dari pinjaman PNPM mereka yang macet, pemerintah telah menghentikan program PNPM untuk pembangunan infrastruktur di desa mereka.

Sandy percaya bahwa permasalahan ini tidak akan terjadi apabila pinjaman dari LK murni digunakan untuk kebutuhan produktif/usaha. Dia menyarankan LK untuk lebih bijaksana dan selektif dalam memberikan pinjaman. LK harus memastikan bahwa mereka tidak berlebihan dalam memberikan pinjaman kepada anggota masyarakat dan memastikan bahwa pinjaman tersebut digunakan dengan baik.

Page 34: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

29

2.4 Penggunaan Pinjaman

Gambar 16. Tujuan Mengambil Pinjaman

Meskipun pinjaman dimaksudkan untuk tujuan produktif yaitu memenuhi kebutuhan usaha/menambah modal usaha nasabah, penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dari pinjaman juga digunakan untuk menutupi beberapa pengeluaran rumah tangga. Mayoritas responden (Gambar 17) mengakui bahwa pinjaman tersebut mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan produktif dan konsumtif. Kebutuhan konsumtif meliputi membeli kebutuhan sehari-hari/ makanan (39%), biaya pendidikan anak (31%),

Gambar 17. Penggunaan/Utilisasi Pinjaman

sesuai Tujuan

biaya kesehatan (18%), untuk membayar angsuran pinjaman lain (10%) dan kebutuhan lain (19%) seperti renovasi rumah, acara keluarga dan sebagainya. Memiliki beberapa pinjaman juga menyebabkan nasabah untuk menggunakan pinjaman dalam kebutuhan konsumtif seperti makanan, acara sosial dan sebagainya, seperti yang ditunjukkan dalam kotak berikut ini.

Memiliki Beberapa Pinjaman Mengarahkan Penggunaan Pinjaman

untuk Kebutuhan Konsumtif

Seperti yang ditunjukkan sebelumnya bahwa 54% dari total responden memiliki minimal tiga (3) pinjaman. 47% dari responden tersebut menggunakan pinjaman LK untuk keperluan konsumtif, dibandingkan dengan 29% dari responden yang memiliki pinjaman LK sebanyak dua (2) atau kurang. Ini jelas menunjukkan bahwa memiliki beberapa pinjaman dapat mengarah ke penggunaan pinjaman untuk keperluan konsumtif seperti makanan, acara sosial, dan sebagainya.

Page 35: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

30

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Beberapa kebutuhan konsumtif seperti pendidikan, kesehatan dan sebagainya merupakan penggunaan pinjaman yang dapat diterima alasannya. Kebutuhan ini secara tidak langsung mempengaruhi pendapatan rumah tangga nasabah, bila tidak maka nasabah akan tergantung pada sumber pinjaman informal lain yang lebih mahal untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini. Kebutuhan lain seperti makanan/acara sosial dapat

menyebabkan perilaku boros antar nasabah yang kemudian mengarah ke perangkap hutang.

LK harus mempertimbangkan pelatihan/edukasi nasabah tentang praktik pengelolaan keuangan yang baik, terutama tentang aspek negatif dari pinjaman berlebih.

Entin Srirahayu (42 tahun) adalah seorang Ibu dengan dua orang anak kecil yang tinggal di Subang – Jawa Barat. Dia memiliki usaha berjualan kue keliling dan suaminya memiliki usaha barang bekas. Mereka baru saja memulai usaha baru yaitu peminjaman kursi untuk acara-acara. Pendapatan mereka berdua sekitar Rp. 2 – 2,5 juta per bulan. Saat ini dia memiliki empat pinjaman LK dan satu pinjaman dari rentenir, dengan total pinjaman sebesar Rp. 19,5 juta dan angsuran per bulan sekitar Rp. 1,8 juta. Dia mengakui bahwa dia menggunakan pinjamannya untuk menambah modal usaha dan menutupi pengeluaran rumah tangga, biaya pendidikan anak dan sebagainya.Pengeluaran rumah tangga Ibu Entin

mencapai Rp. 2 – 2,5 juta per bulan. Ini termasuk pengeluaran sehari-hari untuk berbelanja sekitar Rp. 50.000 dan biaya pendidikan anak sekitar Rp. 25.000, dan juga pengeluaran bulanan seperti membayar tagihan listrik (Rp. 50.000) dan membeli pulsa HP (Rp. 20.000). Dengan mengakumulasi semua pengeluaran rumah tangga dan kewajiban pembayaran angsuran pinjaman, Entin sebenarnya memiliki arus kas negatif di beberapa bulan. Untuk mengatasi hal ini, kadang-kadang dua meminjam uang dari rentenir atau memangkas beberapa pos pengeluaran rumah tangganya. Dia menyesal memiliki beberapa pinjaman dan ingin sesegera mungkin untuk menutup/melunasi beberapa pinjamannya.

Arus kas rumah tangga Entin per bulan:Total pendapatan rumah tangga Rp. 2 – 2,5 jutaPengeluaran rumah tangga Rp. 2 – 2,25 jutaTotal angsuran pinjaman per bulan Rp. 1,8 jutaArus kas net (negatif) Rp. 1,8 – 1,55 juta

Utilisasi/Penggunaan Pinjaman dan Analisis Arus Kas

Page 36: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

31

2.5 Analisis Arus Kas Nasabah

Untuk mengetahui beban atas kewajiban pinjaman, kami melakukan sebuah analisis arus kas nasabah untuk memastikan kemampuan bayar nasabah. Kami membandingkan surplus (yaitu perbedaan pendapatan rumah tangga dan pengeluaran) dari rumah tangga responden secara bulanan dengan nominal angsuran per bulan, dan membaginya ke dalam tiga kategori:

- Hijau: mengacu pada nasabah yang masih memiliki surplus cukup untuk memenuhi semua kewajiban pinjaman mereka dengan nyaman dan tidak memiliki beban keuangan yang berat. Untuk para nasabah ini, angsuran bulanan mereka kurang dari 50% surplus rumah tangga bulanan.

- Oranye: mengacu pada nasabah yang dapat memenuhi kewajiban mereka secara cukup, namun apabila ada pinjaman baru akan menyebabkan mereka beban keuangan yang berlebih. Untuk nasabah ini, angsuran bulanan mereka mencapai 50 – 80% dari surplus rumah tangga.

- Merah: mengacu pada nasabah yang memiliki beban keuangan yang berat dan para nasabah ini memiliki angsuran bulanan lebih dari 80% surplus. Nasabah ini akan mengalami kesulitan untuk membayar angsuran bulanan mereka.

Gambar 18. Analisis Arus Kas

Gambar 18. menunjukkan bahwa mayoritas responden (55%) berada di area hijau, ini berarti angsuran bulanan mereka dapat dibayar secara mudah dari aktivitas ekonomi/bisnis mereka. 21% dari responden berada dalam kategori oranye, ini berarti mereka dapat mengelola pembayaran dengan taraf yang cukup, dan 24% responden masuk dalam kategori merah, yang berarti surplus bulanan mereka tidak dapat mencukupi pembayaran angsuran bulanannya. Perhitungan di atas menggunakan informasi yang disampaikan oleh responden dan kami tidak memverifikasi informasi yang diberikan sehingga kondisi rumah tangga yang berada di kelompok hijau mungkin dapat berbeda. Namun, analisis tersebut menunjukkan bahwa sebuah rumah tangga mungkin telah mencapai batas penyerapan kredit mereka dan LK harus berhati-hati apabila akan memberikan pinjaman baru/lebih lanjut untuk rumah tangga ini.

Bagaimana Nasabah Mengatasi Tekanan dari Memiliki Beberapa Pinjaman?Seperti yang telah disebutkan di atas, 24% dari total rumah tangga mengalami tekanan, contohnya lebih dari 80% surplus bulanan rumah tangga mereka digunakan untuk membayar angsuran pinjaman dari LK.Hal yang menarik, 50% dari responden memiliki pinjaman dari 4 LK atau lebih. 54% responden memiliki pinjaman lebih dari Rp. 6 juta meskipun 72% di antara mereka memiliki penghasilan kurang dari Rp. 3 juta. Hal ini mengindikasikan bahwa kombinasi dari pendapatan yang rendah dan memiliki beberapa pinjaman dapat mengarah pada krisis likuiditas. Situasi ini menyebabkan 56% dari responden mengandalkan pinjaman dari pihak lain untuk membayar pinjaman mereka di LK. Hal yang memprihatinkan adalah seperlima dari nasabah yang mendapatkan pinjaman baru ini, telah mengambil pinjaman dari rentenir atau LK lain dengan bunga yang lebih tinggi.

Page 37: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

32

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

2.6 Pinjaman Joki yang Berkembang Luas

Seperti yang dialami di pasar negara lain, pinjaman joki dapat mengarah pada peminjam palsu dan menyebabkan kemacetan secara masal. Di India sebagai contohnya, ada ketua kelompok yang melakukan penelitian pinjaman LK secara masal, kemudian meminta sejumlah biaya kepada nasabah untuk setiap pinjaman yang berhasil dicairkan. Mereka juga meminjam untuk digunakan oleh orang lain yaitu peminjam palsu. Seiring dengan jumlah pinjaman yang meningkat, terjadi pula peningkatan krisis likuiditas dan jumlah pinjaman yang macet tiba-tiba meledak!

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pinjaman joki ada di Jawa Barat dan LK perlu mengambil tindakan sesegera mungkin untuk menghentikan penyebarannya.

Gambar 19. Pengguna Pinjaman

Hampir 98% responden mengatakan bahwa mereka menggunakan pinjaman untuk diri mereka sendiri. Kemudian, 42% di antaranya menyampaikan bahwa pinjaman tersebut juga digunakan oleh suaminya, 33% di antaranya digunakan bersama anggota keluarga mereka yang tinggal bersama mereka (anak dan sebagainya), dan 12% di antaranya digunakan untuk orang lain seperti pinjaman joki. Untuk “membantu” orang lain adalah alasan yang

sering diungkapkan dari responden saat mereka mengajukan pinjaman joki. Pinjaman joki ini dilakukan untuk keluarga laki-laki yang tidak dapat bergabung dalam pinjaman kelompok LK, kenalan mereka yang tidak dapat melakukan pertemuan kelompok karena ada pekerjaan/ aktivitas lain, diberikan kepada anggota kelompok yang lain dan makelar pinjaman joki. Penerima/pengguna pinjaman joki membayar biaya 10-15% dari jumlah yang diterima kepada si joki. Beberapa responden menyampaikan bahwa mereka juga mendapatkan tambahan Rp. 3,000 – 5,000 per pembayaran angsuran. Sebagian besar responden paham konsekuensi yang harus mereka hadapi di masa yang akan datang apabila pengguna pinjaman joki mengalami keterlambatan/gagal membayar angsuran. Namun, mereka tetap memberikan pinjaman joki atas dasar kepercayaan dan hubungan baik dengan si pengguna.

Pinjaman joki adalah pinjaman yang diajukan untuk kemudian sebagian/seluruh pinjaman ini diberikan kepada/digunakan oleh orang lain. Orang lain ini: anggota keluarga yang berada di rumah tangga yang berbeda; teman; tetangga atau makelar. Pada umumnya, pinjaman joki diberikan secara gratis atau untuk mendapatkan keuntungan berupa komisi.

17. http://thewire.in/2016/01/15/why-microfinance-is-becoming-a-bad-word-all-over-again-18937/

Page 38: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

33

Studi Kasus 2. Pinjaman Joki: Informasi dari Astri Ivo

Astri Ivo (20 tahun) di Sukabumi memiliki 2 pinjaman LK dengan total pinjaman sekitar Rp. 4,5 juta. Setiap bulan dia membayar angsuran sebesar Rp. 408.000. Astri mengatakan bahwa dia tidak menggunakan pinjaman tersebut untuk kebutuhan dia sendiri, karena dia tidak membutuhkannya. Sebenarnya dia memberikan salah satu pinjaman tersebut kepada bibinya (Rp. 2,5 juta) dan pinjaman lainnya kepada seorang makelar (Rp. 2 juta). Makelar tersebut mengumpulkan uang pencairan pinjaman dari para nasabah LK, kemudian meminjamkannya kepada orang lain.

Astri mengatakan bahwa dia memberikan pinjaman tersebut hanya untuk membantu orang lain yang membutuhkannya. Dia juga mengatakan bahwa dia memperoleh komisi dari bibi dan makelar, dengan jumlah nominal sekitar 15-20% dari total pinjaman yang dicairkan yaitu sekitar Rp. 300.000 – 500.000. Dia senang mendapatkan komisi sebagai joki dan dia menggunakannya untuk membeli barang-barang yang dia perlukan.

Dia biasanya memperoleh uang untuk pembayaran angsuran (dari bibi dan makelar) 1-2 hari sebelum jadwal pertemuan kelompok. Dia berkata si makelar sangat professional dan tepat waktu dalam memberikan pembayaran angsuran. Hal ini berbeda dengan bibinya yang sering telat memberikan uang pembayaran angsuran dan menyebabkan dia harus meminjam dari tetangganya untuk membayar angsuran kepada LK.

Di kemudian hari, Astri mengetahui bahwa bibinya memiliki beberapa pinjaman yang belum dilunasi, karena ada beberapa penagih hutang yang datang ke rumah bibinya (lokasinya berdekatan dengan rumah Astri) untuk menagih. Astri memiliki kekhawatiran bahwa bibinya – yang memiliki pinjaman berlebih – akan gagal/ macet dalam membayar pinjaman kepadanya.

Astri juga menyampaikan bahwa staf LK mengetahui kondisi pinjaman joki ini, namun mereka tetap memberikan pinjaman kepada para joki!

2.7 Pengalaman Nasabah Selama Meminjam dari Lembaga Keuangan Definisi pengalaman nasabah ini meliputi pengalaman nasabah terhadap seluruh proses, yaitu mulai dari proses pengajuan pinjaman, pencairan dan pembayaran angsuran. Meskipun pengalaman ini bervariasi antara satu LK dengan yang lainnya, secara keseluruhan: pengalaman nasabah tergolong positif.

Mayoritas (58%) dari responden mengatakan bahwa pengalaman mereka dengan LK adalah “Baik” dan 36% dari responden mengatakan “Cukup Baik”. Berikut ini adalah beberapa pengalaman positif dari LK yang dialami oleh nasabah.

Page 39: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

34

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Gambar 20. Pengalaman Nasabah Selama Meminjam dari LK

Kenyamanan: Responden merasa nyaman dalam seluruh proses pinjaman dengan LK, dimana proses pengajuan mudah, pencairan (dari sebagian besar LK) dan pembayaran angsuran dilakukan di dekat rumah mereka. Sebagian besar dari nasabah memiliki usaha sendiri/wirausaha. Nasabah menilai bahwa penawaran jasa keuangan oleh LK dilakukan dengan cara dan sarana yang nyaman bagi mereka. Hal ini membantu nasabah untuk dapat mencurahkan sebagian besar waktu dan sumber daya mereka terhadap usaha mereka. Proses yang Lebih Cepat: Salah satu responden mengajukan pertanyaan retorikal - “Apa gunanya jika saya tidak dapat memperoleh pinjaman di saat saya membutuhkannya?”. Nasabah membutuhkan pinjaman secara cepat dan mudah karena mereka membutuhkannya untuk menambah modal usaha atau keperluan darurat lainnya. LK mampu melayani kebutuhan ini dengan proses persetujuan yang hanya membutuhkan waktu sekitar 5 – 7 hari. Bahkan untuk siklus pinjaman berikutnya, proses ini dilakukan tanpa ada keterlambatan. Praktik yang umum dilakukan adalah: staf lapangan mengumpulkan dan memproses pengajuan pinjaman dalam waktu empat minggu sebelum jadwal pembayaran angsuran terakhir dan segera mencairkan pinjaman baru setelah pinjaman yang sebelumnya selesai dilunasi.

Tingkat Suku Bunga yang Rendah: Kami mengamati bahwa para responden sangat peka terhadap tingkat suku bunga. Mereka memilih

LK dibanding dengan penyedia produk pinjaman lain yang ada di komunitas mereka, seperti rentenir dan penyedia jasa keuangan lainnya. LK menawarkan pinjaman dengan tingkat suku bunga yang rendah yaitu sekitar 1,75%-2,5%, dibandingkan dengan rentenir yang memberikan suku bunga sampai dengan 20-30% untuk pinjaman jangka pendek 1 – 2 bulan (tingkat suku bunga efektif sekitar 10% per bulan).

Tidak Memerlukan Jaminan Fisik: Responden sangat senang bahwa mereka tidak perlu menyediakan jaminan fisik untuk mengajukan pinjaman ke LK, dibandingkan dengan mereka harus mengajukan pinjaman ke bank dan perusahaan leasing yang umumnya membutuhkan jaminan. Beberapa di antara mereka menyampaikan keluhan mereka mengenai jumlah “dana tanggung jawab” yang harus mereka sisihkan dari pinjaman yang cair dan mayoritas dari mereka mengatakan bahwa tanggung renteng (TR) adalah hal yang tidak mereka sukai (akan dibahas di seksi berikutnya).

Hanya 5% dari responden yang mengalami pengalaman buruk dengan LK dan sekitar 1% memiliki pengalaman yang sangat buruk.

2.8 Hal-Hal yang Tidak Disukai dalam Mendapatkan Pinjaman dari LK

Meskipun banyak nasabah yang menyatakan pengalaman positif dengan LK, ada beberapa hal yang tidak mereka sukai dan hal ini perlu menjadi perhatian LK. Gambar berikut ini menyoroti hal-hal yang tidak disukai oleh responden.

Page 40: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

35

Gambar 21. Hal-Hal yang Tidak Disukai

• Pertemuan Kelompok: Mayoritas (39%) dari responden menyampaikan bahwa mereka kesulitan untuk meluangkan waktu dari usaha mereka dan kegiatan rumah tangga untuk menghadiri pertemuan kelompok yang diwajibkan. Mengatur waktu beberapa pertemuan lebih menyulitkan untuk responden yang memiliki beberapa pinjaman. Informasi tambahan terkait dengan pertemuan kelompok, beberapa LK memberlakukan penalti sebesar Rp. 3.000-5.000 apabila nasabah tidak menghadiri pertemuan dan terlambat dalam melakukan pembayaran angsuran, yang membuat kesulitan nasabah menjadi bertambah besar.

“Jika salah satu anggota kelompok tidak hadir dalam pertemuan kelompok, staf LK akan segera mendatangi rumah mereka untuk memeriksa. Hal ini menakutkan bagi kami” – Ibu Nuryati, Cianjur.

• Tanggung Renteng (TR): Hampir 36% responden mengkritisi “TR” sebagai kewajiban kelompok yang disyaratkan oleh LK. Para responden merasa keberatan untuk melakukan pembayaran talangan atas angsuran pinjaman anggota kelompok yang tidak hadir/terlambat membayar. Dalam beberapa kondisi, nasabah LK banyak yang merasa keberatan apabila talangan ini dilakukan lebih dari 2 kali angsuran.

Beberapa kelompok menjalankan skema kontribusi yang disebut dengan “uang kiwir-kiwir atau uang jaga-jaga”. Setiap anggota kelompok membawa Rp. 10,000 di setiap pertemuan untuk persiapan apabila mereka harus melakukan TR untuk anggota kelompok lain.

• Waktu untuk Pemrosesan Pinjaman: 18% dari responden menyatakan bahwa waktu untuk memproses pinjaman adalah salah satu hal yang tidak disukai. Ini adalah sesuatu yang menarik dimana waktu pemrosesan dinyatakan sebagai sesuatu yang positif dari mengajukan pinjaman ke LK dan sebagai hal yang tidak disukai dari nasabah. Waktu dinyatakan sebagai hal yang tidak disukai karena waktu pemrosesan yang dibutuhkan LK ternyata lebih lama dibandingkan dengan waktu pemrosesan dari rentenir, yang mampu menyediakan pinjaman cepat dan dokumen yang minimal. Di samping itu, beberapa responden merasa bahwa durasi pelatihan untuk nasabah (pelatihan wajib kumpulan/PWK) selama 4-5 hari terlalu lama. Beberapa LK juga mewajibkan pelatihan ini untuk perpanjangan pinjaman di siklus berikutnya dan ini dirasakan oleh responden membebani mereka.

Page 41: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

36

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

• Perilaku Staf: Responden menghargai perilaku staf yang professional dan bahkan tidak menerima tawaran air minum saat pertemuan kumpulan. Namun, dalam 16% sesi wawancara kami, responden menyampaikan bahwa perilaku staf adalah hal yang tidak disukai. Keluhan responden di antaranya ketika staf datang terlambat ke pertemuan kelompok dan menyebabkan jadwal pertemuan menjadi mundur melebihi jadwal seharusnya. Mereka juga mengkritisi perilaku staf yang berubah menjadi tidak sopan/tidak pantas saat mereka berhadapan dengan nasabah yang terlambat membayar angsuran/macet.

“Jika salah satu anggota kelompok tidak mampu membayar dan anggota kelompok lainnya tidak dapat melakukan TR, si staf akan mengambil mesin penanak nasi (rice cooker) atau peralatan elektronik lain sebagai jaminan, sampai anggota kelompok lainnya dapat mengumpulkan TR” – Rizika, Cianjur

• Pencairan dilakukan di Cabang: Responden merasa tidak nyaman apabila mereka harus datang ke cabang LK untuk menerima pencairan pinjaman dan melakukan pelunasan pinjaman. Beberapa di antara responden mengeluhkan bahwa terkadang mereka harus menunggu lama di cabang, terutama apabila di hari yang sama ada beberapa kelompok yang juga akan menerima pencairan pinjaman dari LK yang sama. Mengunjungi cabang seperti ini bagi responden yang memiliki usaha sendiri, menyebabkan mereka sudah kehilangan waktu untuk menjalankan usaha mereka di hari tersebut. Mereka juga harus mengeluarkan sejumlah biaya untuk datang ke cabang. Dan membawa sejumlah uang tunai dari cabang LK ke rumah mereka juga merupakan suatu

hal yang kurang aman dan berisiko bagi nasabah.

• Frekuensi Pembayaran Angsuran: Sekitar 9% dari responden merasa frekuensi pembayaran angsuran tidak cocok dengan jadwal kapan mereka memiliki uang tunai dari penghasilan usaha/rumah tangga mereka. Mereka menginginkan adanya pilihan yang fleksibel dimana mereka dapat memiliki pembayaran secara mingguan, dua mingguan atau bulanan.

Gambar 22. Bagaimana Nasabah Mengetahui tentang LK?

Di samping hal-hal yang sudah disebutkan di atas, hal yang tidak disukai lainnya oleh responden adalah: memerlukan persetujuan suami untuk mengajukan pinjaman (8%), pelatihan (7%), suku bunga yang tinggi (7%), jangka waktu pinjaman yang lama (6%), nominal pinjaman yang tidak sesuai dengan kebutuhan di siklus pinjaman berikutnya (5%) dan sebagainya. Sebagai catatan positif bagi LK, 9% dari responden mengatakan bahwa mereka tidak memiliki keluhan terhadap pinjaman LK.

Teman, keluarga dan tetangga merupakan orang-orang yang mempengaruhi preferensi responden dalam memilih LK.

Page 42: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

37

Sering kali mereka juga mengajak calon nasabah yang prospektif untuk bergabung dengan mereka membentuk kelompok dan mengajukan pinjaman ke LK.

Mereka juga merupakan orang yang berperan penting dalam mempengaruhi calon nasabah dalam mengajukan pinjaman ke LK dan yang akhirnya berubah menjadi pinjaman macet.

2.9 Hal yang Diingat oleh Nasabah dari LK Gambar 23. Apakah Nasabah Mengetahui Nama LK Dimana Mereka Meminjam?

Gambar 24. Apakah Nasabah Mengenal Semua Anggota yang Ada di Dalam Kelompoknya?

Sebagian besar responden mengetahui nama LK dimana mereka meminjam. Mereka juga mengenal setiap anggota kelompok di dalam kelompok mereka. Kondisi dimana hampir semua responden memiliki tingkat pendidikan SD mendukung tingkat pengetahuan mereka. Hal ini jauh lebih baik daripada di negara lain

seperti India, dimana sebagian besar nasabah hanya mampu mengingat nama LK mereka berdasarkan hari pembayaran angsuran (LK Senin, LK Selasa dan seterusnya).

2.10 Pengelolaan Beberapa Pinjaman oleh Nasabah

Dalam seksi ini, kami akan menyoroti bagaimana memiliki beberapa pinjaman mempengaruhi nasabah dan persepsi/perilaku mereka terhadap lembaga keuangan mikro.

Gambar 25. Hal-Hal yang Tidak Disukai Dalam Membayar Beberapa Pinjaman

Mengelola Jadwal Pertemuan Kelompok: Dengan memiliki beberapa pinjaman, 46% dari responden merasa kesulitan untuk menghadiri pertemuan kelompok. Lebih lanjut, mereka merasa sulit untuk menutup usaha/toko/warung demi menghadiri pertemuan kelompok. Besarnya pinjaman di siklus berikutnya ditentukan oleh tingkat kehadiran mereka saat ini, sehingga mereka merasa tertekan untuk wajib menghadiri pertemuan. Banyak nasabah yang mengalami kesulitan menghadiri pertemuan kelompok, menyarankan agar pembayaran angsuran sebaiknya diubah dari mingguan menjadi bulanan. Kami juga mengamati bahwa banyak pinjaman joki diberikan kepada orang-orang yang tidak dapat mengikuti pertemuan kelompok.

Page 43: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

38

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Mengelola Arus Kas: Dengan arus kas yang terbatas dan beban pengeluaran yang banyak, 59% dari responden berpendapat bahwa mengelola likuiditas terbatas untuk memenuhi kewajiban pembayaran angsuran merupakan suatu tantangan besar bagi mereka. Fenomena ini terjadi khususnya pada nasabah yang memiliki siklus pinjaman dan nominal pinjaman yang besar. Kami akan membahas berbagai cara nasabah mengelola arus kas mereka dalam seksi berikutnya.

TR: Responden (30%) merisaukan mengenai TR, baik saat mereka melakukan TR untuk anggota kelompok lain maupun sebaliknya. Mereka mengalami tekanan kelompok dan dipermalukan secara sosial oleh anggota kelompok lain dan terkadang oleh staf LK. Untuk menghindari situasi ini, banyak nasabah yang memilih untuk meminjam kepada teman, keluarga dan kadang rentenir, daripada meminta kelompok mereka untuk melakukan TR. Nasabah yang melakukan pembayaran tepat waktu juga menderita apabila ada anggota kelompoknya yang tidak melakukan pembayaran angsuran. Salah satu responden mengungkapkan – “Saya membayar pinjaman saya tepat waktu dan membayar TR untuk orang lain. Meskipun demikian, pinjaman saya untuk siklus berikutnya ditolak.”

Sangat Stres/Mengalami Tekanan: Hampir 21% responden merasa sangat stres memiliki beberapa pinjaman. Jika mereka terlambat/tidak dapat membayar angsuran mereka, ketua kelompok dan staf LK akan datang ke rumah mereka dan menagih pembayaran. Dalam beberapa kasus, staf LK datang ke rumah nasabah di larut malam dan meminta untuk dapat berbicara dengan suami nasabah mengenai pembayaran angsuran. Dengan pendapatan yang stabil dan pembayaran tepat waktu, beberapa responden mengakui bahwa mereka sangat stres dalam memikirkan kewajiban pembayaran beberapa pinjaman yang mereka miliki. Kenyataan bahwa mereka mungkin tidak dapat membayar angsuran jika usaha mereka gagal/bangkrut atau mereka

jatuh sakit, selalu menjadi bebank pikiran mereka.

12% dari responden menyatakan bahwa mereka tidak memiliki masalah dengan memiliki beberapa pinjaman.

Ibu Dasinah (46 tahun) adalah seorang IRT dan petani paruh waktu di Dawuan, Subang. Dia memiliki pinjaman dari 3 LK dengan total pinjaman Rp. 9 juta. Ibu Dasinah memberikan 2 dari 3 pinjamannya kepada anaknya yang memiliki usaha menjual baju dan pulsa HP. Ketika kami bertanya mengenai alasan anak-anaknya tidak mengajukan pinjaman sendiri, dia menjawab “Mereka sibuk dengan pekerjaan mereka dan tidak dapat menghadiri pertemuan kelompok. Jadi saya yang mengajukan pinjaman, untuk kepentingan mereka”

Mengelola Arus Kas untuk Pembayaran Angsuran

Gambar 26. Bagaimana Responden Mengelola Arus Kas untuk Membayar Angsuran Pinjaman

Menabung/Menyimpan Uang: Mayoritas responden (79%) menabung uang dari hasil usaha mereka secara harian untuk membayar angsuran pinjaman.

Dibantu oleh Suami: Menabung tidak selalu cukup, jadi nasabah LK mengandalkan anggota keluarga mereka terutama suami

Page 44: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

39

mereka untuk membayar angsuran pinjaman. Hal ini muncul di 57% dari sesi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suami nasabah sangat mempengaruhi keputusan untuk mengajukan, menggunakan dan membayar angsuran pinjaman. Sebagian besar LK mewajibkan suami nasabah untuk menandatangani formulir pengajuan pinjaman sebagai bentuk persetujuan mereka. Hampir 42% responden menyatakan bahwa pengguna pinjaman sebenarnya adalah suami mereka, sehingga nasabah sangat bergantung pada suami mereka untuk membayar komitmen angsuran.

Dibantu oleh Anggota Keluarga (27%): Responden yang masuk dalam kategori ini adalah responden yang tergantung pada keluarga dekat/anggota keluarga (anak, kakak, adik dan sebagainya) untuk membantu pembayaran angsuran atau responden yang megajukan pinjaman untuk diberikan kepada keluarga mereka. Dalam beberapa kasus, responden ada yang meminta bantuan orang tua mereka untuk membayar angsuran pinjaman. Pembayaran ini dilakukan mereka untuk membantu nasabah dan tidak dikenakan bunga.

Mengurangi Pengeluaran Rumah Tangga (25%): Responden merencanakan untuk mengatur pengeluaran rumah tangga mereka

secara bijaksana dan memangkas biaya yang tidak perlu semaksimal mungkin. Contohnya, ada nasabah yang menjual harta benda pribadi mereka seperti perhiasan emas, TV, kompor LPG dan sebagainya untuk membayar angsuran.

Mencari Pinjaman Baru: 29% responden mencari pinjaman baru untuk membayar angsuran/melunasi kewajiban pinjaman yang sudah ada. Tetangga/keluarga (21%), rentenir (6%) dan lembaga keuangan mikro (2%) adalah sumber mereka untuk mendapatkan pinjaman baru. Nasabah meminjam kepada keluarga/tetangga untuk jangka waktu yang pendek yaitu 3-4 hari untuk digunakan membayar angsuran pinjaman mereka. Seringkali pinjaman ini tidak dikenai suku bunga dan kadang nasabah memberikan hadiah kepada keluarga/tetangganya sebagai bentuk terima kasih. Nasabah juga meminjam dari rentenir atau lembaga keuangan harian yang umumnya menawarkan pinjaman cepat tanpa dokumentasi, namun mengenakan tingkat suku bunga yang sangat tinggi. Di sisi lain, dengan meningkatnya keberadaan LK di sekitar masyarakat, banyak nasabah yang menggunakan pinjaman baru dari LK yang satu untuk melunasi pinjaman mereka di LK yang lain.

Ibu Yuhaerah (46 tahun) dari Pagaden menjual perhiasan emasnya ke toko emas setempat. Dia berencana untuk menebusnya kembali jika sudah memiliki uang. Meminjam uang dari keluarga/tetangga dan/atau menjual emasnya (asset) untuk mengumpulkan uang dan membayar angsuran pinjamannya, merupakan solusi yang dia ambil ketika menghadapi kesulitan dalam keuangannya.

Ibu Nenah (42 tahun) dari Cisaat, meminjam uang dari keluarga dan temannya untuk membayar angsuran pinjaman LK. Saat ini dia meminjam Rp. 200.000 dari rentenir, dimana separuh dari pinjaman ini dia gunakan untuk membayar angsuran LK. Dia lebih memilih untuk meminjam dari sumber manapun yang memungkinkan untuk membayar angsuran pinjaman LK karena dia tidak ingin anggota kelompoknya melakukan TR. Dia merasa malu apabila kelompoknya melakukan TR untuknya.

Page 45: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

40

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Gambar 27. Prioritas Pembayaran Angsuran Apabila Nasabah Memiliki Uang yang Terbatas

Ketika nasabah diberikan pertanyaan: apabila mereka memiliki uang terbatas dan mereka harus membayar angsuran mereka hanya di 1 LK, 39% responden menjawab bahwa mereka akan membayar LK yang memiliki jadwal pembayaran paling awal di minggu tersebut dan membiarkan pembayaran di LK lain terlambat/macet. Hal ini menunjukkan kenyataan bahwa nasabah tidak loyal terhadap satu LK. Dengan kata lain, LK belum melakukan diferensiasi produk dan layanan mereka untuk mempertahankan loyalitas nasabah.

Lebih lanjut, 33% responden menyampaikan bahwa mereka akan prioritas untuk membayar angsuran di MBK terlebih dahulu. Tidak dapat dihindari bahwa ada kemungkinan jawaban yang bias disini karena kami hanya mewawancarai nasabah MBK. Selain itu, ada alasan mengapa nasabah memprioritaskan MBK yaitu karena mereka telah lama berhubungan dengan MBK jauh lebih lama daripada LK lain. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Nunung (46 tahun) dari Cisaat – Sukabumi: “Saya mempercayai MBK karena mereka telah berada di sini sejak 7 tahun yang lalu, sedangkan LK yang lain masih tergolong baru disini.”

Di sisi lain, 20% dari responden menyatakan bahwa mereka akan membayar semua kewajiban mereka terhadap semua LK tanpa memprioritaskan salah satu. Hal yang menarik

adalah, beberapa responden menyampaikan bahwa mereka akan memprioritaskan untuk membayar rentenir dan LK yang memiliki praktik penagihan agresif, karena mereka merasa dipermalukan oleh rentenir dan LK ini di depan tetangga-tetangganya.

2.11 Analisis Nasabah Macet

Tim mewawancarai 20 orang nasabah macet di Bogor (19) dan Cianjur (1). Bogor memiliki jumlah nasabah macet yang sangat tinggi dibandingkan di daerah lain yang memiliki tingkat penetrasi LK yang tinggi.

Alasan Nasabah Memiliki Pinjaman Macet

Gambar 28. Alasan Nasabah Memiliki Pinjaman yang Macet

Beberapa Pinjaman: Memiliki beberapa pinjaman adalah salah satu alasan utama dari pinjaman para nasabah ini macet. Hal yang menarik adalah 9 dari 20 nasabah yang macet hanya memiliki satu atau dua pinjaman namun tetap saja pinjaman mereka macet. Hal ini menunjukkan adanya penyimpangan dalam proses identifikasi dan akuisisi nasabah. Dalam analisis kami di Gambar bawah ini, beberapa nasabah teridentifikasi sebagai nasabah “yang tidak layak mendapatkan pinjaman” karena mereka tidak memiliki usaha atau pendapatan rumah tangga mereka sangat rendah.

Page 46: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

41

Gambar 29. Pekerjaan Nasabah Macet

12 orang dari 20 nasabah macet adalah IRT, dimana 7 responden memiliki sebuah usaha di saat awal mereka mengajukan pinjaman. Namun, setelah bisnis mereka gagal/bangkrut, mereka menjadi IRT. Sedangkan 5 responden memang IRT sejak awal mengajukan pinjaman dan mereka menggunakan pinjaman tersebut untuk membantu usaha suami mereka.

Gambar 30. Tingkat Pendapatan Rumah Tangga dari Nasabah Macet

Tampak jelas bahwa rata-rata pendapatan dari nasabah macet lebih kecil daripada nasabah aktif. Lebih dari separuh nasabah macet memiliki tingkat pendapatan kurang dari Rp. 2 juta, jika dibandingkan dengan nasabah aktif yang hanya 11%.

Bisnis Gagal/Bangkrut: Hal menarik yang perlu diperhatikan adalah dampak dari ekonomi lokal terhadap tingkat pembayaran pinjaman. Tim mengunjungi desa Pasirangin di kecamatan Cibungbulang – Bogor, dimana 9 dari 19 nasabah macet berada. Penghidupan dari desa ini sangat bergantung

pada usaha penambangan emas ilegal. Sebagian besar penduduk desa memiliki usaha seperti berjualan ikan/buah/sayur, membuka bengkel kendaraan dan sebagainya untuk melayani kebutuhan para penambang. Mereka menggunakan pinjaman dari LK untuk investasi dalam usahanya. Namun aktivitas penambangan ilegal ini ditutup oleh pemerintah, menyebabkan bisnis mereka mulai surut dan akhirnya jumlah nasabah macet mulai meningkat. Hal tersebut ditunjukkan oleh Gambar 30 yang mengGambarkan tingkat pendapatan nasabah macet saat diwawancarai.

Gambar 31: Pinjaman LK yang Dimiliki Nasabah Macet

Meskipun 11 dari 20 nasabah macet memiliki pinjaman dari 3 LK atau lebih, yang mengindikasikan bahwa memiliki beberapa pinjaman adalah alasan utama mereka untuk macet, namun terdapat jumlah yang signifikan dari nasabah macet ini hanya memiliki 1 atau 2 dari LK.

4 orang nasabah macet hanya memiliki 1 pinjaman LK dan 2 dari 4 nasabah ini memiliki surplus rumah tangga lebih kecil dari total angsuran per bulan mereka. Hal ini mengindikasikan adalah proses seleksi nasabah yang tidak tepat. Salah satu dari 2 nasabah ini memiliki nominal pinjaman sebesar Rp. 6,5 juta dengan siklus pinjaman ke-9, sedangkan 3 nasabah lain adalah nasabah dengan siklus pinjaman pertama. Proses

Page 47: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

42

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

seleksi nasabah yang tidak tepat dan analisis pinjaman yang buruk (terutama untuk kasus nasabah yang memiliki nominal pinjaman yang sudah tinggi) merupakan alasan dari nasabah kategori ini untuk macet.

Gambar 32: Jumlah Pinjaman dari Nasabah Macet

Gambar 33: Berapa Lama Nasabah Macet Telah Mengambil dari LK

Hal tersebut diatas juga divalidasi dengan berapa lama nasabah macet telah berhubungan dengan LK dan outstanding pinjaman mereka. Mayoritas nasabah macet telah berhubungan dengan LK lebih dari 3 tahun dan memiliki outstanding lebih dari Rp. 6 juta. Ini menunjukkan bahwa dengan meningkatnya nominal pinjaman, maka teknik analisis pinjaman dan teknik asesmen terhadap risiko pinjaman yang selama ini digunakan, seperti TR tidak lagi mencukupi.

Page 48: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

43

Studi Kasus 3.Nasabah Macet: Informasi dari Ida Fitria

Ida Fitria (29 tahun) adalah seorang Ibu dari 3 anak yang tinggal di Pongkor – Bogor, dekat dengan pertambangan emas ilegal. Fitria berjualan otak-otak dan suaminya adalah penjual ikan di pasar tradisional di dekat tambang emas. Fitria memiliki pinjaman dari 5 LK dengan total pinjaman sebesar Rp. 15 juta dan angsuran per bulan sebesar Rp. 1,56 juta. Semua pinjaman tersebut digunakan untuk membantu usaha suaminya dan menutup pengeluaran rumah tangganya seperti sembako, biaya pendidikan anak, dan sebagainya. Dia mampu memenuhi semua kewajiban dan melakukan pembayaran tepat waktu saat usaha mereka berjalan dengan lancar.Namun, setelah usaha penambangan ilegal ditutup, usaha mereka pun ikut surut. Semula suaminya mampu memperoleh pendapatan Rp. 3 – 3,5 juta per bulan (atau sekitar US $228–266), namun sekarang penghasilan suaminya turun drastis menjadi hanya Rp. 1,25 – 1,5 juta per bulan (atau sekitar US $95–115). Dengan memiliki 3 orang anak yang masih kecil-kecil, pendapatan suaminya ini lebih kecil daripada pengeluaran rumah tangganya yaitu sekitar Rp. 1,5–1,8 juta per bulan (atau sekitar US $115–137). Akhirnya Fitria mengambil beberapa pinjaman dari LK dan rentenir untuk membayar pinjamannya yang sudah ada, dan terjebak dalam lilitan hutang yang banyak. Setelah semua sumber keuangannya tidak lagi mampu membayar angsuran pinjamannya, dia mulai terlambat membayar dan akhirnya mengalami kemacetan dalam pembayaran pinjaman.

Alasan Lainnya:

1. Anggota Kelompok Lainnya Juga Macet: Responden mengalami macet apabila ketua kelompok atau anggota kelompok yang menerima pinjaman joki juga macet.

2. Masalah Kesehatan: Jika pencari nafkah utama di dalam keluarga jatuh sakit, hal ini dapat menyebabkan pinjaman nasabah menjadi macet. Anggota masyarakat mengalami guncangan likuiditas setiap kali ada masalah kesehatan. Mayoritas dari mereka tidak memiliki asuransi, sehingga mereka lari harus bergerak cepat untuk mendapatkan dana darurat kesehatan.

3. Dipengaruhi oleh Anggota Kelompok Lain untuk Memacetkan Pinjaman Mereka: Beberapa responden memacetkan pinjaman mereka karena anggota kelompok yang lain mendorong mereka untuk melakukan hal tersebut. Pengaruh lokal, lembaga swadaya masyarakat/LSM (Non Government Organisation/NGO) memainkan peranan kunci dalam menentang LK dan mendorong anggota masyarakat untuk menolak pembayaran pinjaman kepada LK/macet. Hal ini terjadi karena beberapa LSM ini merasa bahwa pinjaman dengan mengenakan bunga bertentangan dengan prinsip agama Islam.

Page 49: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

44

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Aktivitas Pemulihan Pinjaman yang Dilakukan oleh LK

Gambar 34. Aktivitas Penagihan Pinjaman yang Dilakukan Staf LK

LK melakukan praktik penagihan secara intensif untuk memulihkan pinjaman nasabah yang macet. Praktik-praktik ini umumnya dilakukan dengan disiplin dan bisa menjadi agresif.

Salah satu LK menawarkan pekerjaan kepada sedikitnya 2 orang nasabah yang macet untuk melakukan pekerjaan mencuci baju (laundry) dan pekerjaan membersihkan kantor cabang mereka kepada salah satu nasabah macet. Sebagian dari pendapatan mereka dipotong oleh LK untuk membayar angsuran pinjaman mereka terhadap LK tersebut.

2.12 Pengalaman Nasabah dalam Aktivitas Penagihan Pinjaman

Gambar 35: Respondents Experience of Recovery Practices

Praktik penagihan untuk pemulihan pinjaman yang dilakukan oleh LK sering dikritisi di negara-negara yang mengalami macet masal. Di India khususnya, telah terjadi kondisi dimana banyak nasabah melakukan bunuh diri yang diakibatkan oleh praktik penagihan yang agresif dari LK . Sehingga sangat penting untuk LK berperilaku secara bertanggung jawab ketika berhadapan dengan nasabah yang macet.

“Dia menjual rumahnya untuk membayar angsuran pinjamannya. Setelah dikurangi pembayaran beberapa pinjaman ke keluarganya, dia menggunakan sisa uang yang ada untuk melunasi pinjamannya ke rentenir, membayar 6 angsuran ke LK A, membayar 5 angsuran ke LK B, membayar 4 angsuran ke LK C dan beberapa LK lain. Dia hanya mampu membayar separuh dari total kewajibannya kepada setiap LK. Dia mampu melunasi 1 pinjaman ke LK, rentenir dan koperasi harian setelah dia menjual rumahnya. Sekarang sisa pinjaman yang ada di LK-LK yang lain telah terlambat 2 bulan pembayaran angsuran.”. ~Enda, Bogor

Page 50: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

45

Mayoritas (53%) dari nasabah macet menyampaikan bahwa mereka mempunyai pengalaman “Baik” dan “Cukup Baik” terkait praktik penagihan pinjaman. Dari 20 nasabah macet, kami bertemu dengan 3 nasabah yang memiliki pengalaman “Buruk” dengan LK, terutama dalam hal penagihan pinjaman. Meskipun secara keseluruhan tidak ditemukan adanya bukti dari praktik penagihan yang koersif, beberapa nasabah mengeluh tentang beberapa praktik penagihan yang dilakukan oleh LK. Antara lain datang ke rumah nasabah di larut malam untuk menagih uang, memaksa nasabah untuk meminjam uang kepada siapapun yang mereka kenal, dan menyita inventori nasabah sebagai jaminan. Berita tentang penyitaan inventori usaha nasabah ini menyebar ke seluruh penduduk desa dan memicu protes dari mereka.

Lebih jauh lagi, kami juga mengamati bahwa beberapa staf LK tidak memberikan bukti pembayaran saat melakukan penagihan, dan ini menimbulkan potensi kecurangan/penipuan.

Si staf datang ke rumah saya jam 10 malam, meminta pelunasan dan memaksa untuk bertemu suami saya. Suami saya sangat marah dan mengajukan keluhan ke Kelurahan, meminta Kelurahan untuk menutup operasi LK di desa mereka. Dia juga mengeluhkan si staf tidak pernah memberikan bukti pembayaran kepada istrinya setiap kali istrinya membayar angsuran.

Tita - Bogor

Si staf berperilaku tidak sopan, memaksa saya untuk melunasi pinjaman saya dengan meminjam ke orang tua dan tetangga saya. Suatu ketika mereka menyita inventori usaha suami saya sebagai jaminan untuk angsuran yang belum dilunasi. Suami saya sangat marah, dia membentak dan memukul muka saya.

Ida Fitria - Bogor

Si staf terus memaksa saya untuk mendapatkan uang bagaimanapun caranya. Saya berteriak dan meminta tolong kepada tetangga saya. Tetangga saya meminta si staf untuk pergi, dan bahkan mereka melempari para staf ini dengan batu saat mereka menolak untuk pergi.

Siti Aisyah - Bogor

Page 51: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

46

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

3. Rekomendasi

Page 52: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

47

3.0 Rekomendasi

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan di LK, baik dari segi operasional (seperti tetap memberikan pinjaman baru meskipun telah mengetahui pinjaman sebelumnya, pertumbuhan yang agresif dan terlibat dalam praktek-praktek kompetisi tidak sehat) maupun dari segi perilaku para nasabah (meningkatnya ketidaksukaan terhadap sistem TR, mengambil pinjaman lebih dari satu dan menggunakan pinjaman untuk tujuan konsumtif karena mudah diperoleh). Pada bagian ini, kami memberikan rekomendasi untuk lembaga-lembaga keuangan di Indonesia untuk memastikan sektor keuangan mikro yang sehat.

Berbagi Informasi Kredit melalui Biro Kredit

Berbagi informasi kredit merupakan suatu cara yang efektif dalam mengelola pinjaman berlebih dan manajemen risiko kredit. Berbagi informasi kredit membawa berbagai manfaat sebagai berikut:

• Memahami posisi pinjaman nasabah dan rumah tangga nasabah,

• Memahami sejarah pinjaman nasabah sebelumnya (identifikasi nasabah baik dan kurang baik),

• Meningkatkan perilaku positif di tingkat nasabah karena mereka mengetahui bahwa pinjaman macet meskipun hanya sekali akan menyebabkan tertutupnya akses ke lembaga-lembaga keuangan yang lain,

• Biro kredit juga menghasilkan laporan-laporan khusus di sektor tersebut misalnya penetrasi lembaga keuangan di suatu wilayah, pertumbuhan industri, pangsa pasar, dan lain-lain. yang dapat membantu lembaga-lembaga keuangan dan para investor membuat keputusan strategis mereka.

Berbagi Informasi Kredit: Pengalaman LK Mikro di India

• Pada Desember 2014, 299 LK Mikro berbagi informasi dengan 2 biro kredit

• Lebih dari 100 juta nasabah tercakup oleh 2 biro kredit terbesar ini dengan jangkauan 98% dari total industri.

• Industri memperkirakan pinjaman bermasalah 50% lebih rendah karena aktivitas berbagi informasi kredit ini

• Manfaat lainnya termasuk: penurunan pinjaman berganda, peningkatan keterbukaan nasabah dan pembayaran tunggakan yang telah lama karena penolakan aplikasi pinjaman dari nasabah.

• Biro kredit telah meningkatkan ketersediaan dan kualitas data di sektor keuangan mikro yang kemudian meningkatkan transparansi

Sumber: Presentasi IFC, Lokakarya OJK 2015 (http://bit.ly/297mtcJ)

Salah satu contoh yang tepat dari berbagi informasi adalah di India dimana para LK pasca krisis keuangan mikro di tahun 2010 mulai berbagi informasi kredit melalui biro-biro kredit yang terakreditasi (mengacu pada Kotak Teks di atas).

Inisiasi yang hampir sama diambil oleh para LK mikro di tingkat regional. Cambodia Credit Bureau (Biro Kredit Kamboja), sebagian dimiliki oleh Cambodia Microfinance Association (Asosiasi Keuangan Mikro Kamboja), menyediakan pemeriksaan informasi kredit untuk lebih dari 30 LKM - sehingga memungkinkan praktek-praktek pinjaman

Page 53: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

48

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

19. https://www.cma-network.org/en/news/signing-ceremony-of-FIs-with-credit-bureau-of-cambodia

yang bertanggung jawab. Di Filipina, tujuh LK Mikro terbesar bekerja sama untuk “Microfinance Data Sharing System (MiDAS)” atau Sistem Berbagi Data Keuangan Mikro – suatu database umum dengan akses yang sama terhadap informasi kredit kepada semua lembaga keuangan yang berpartisipasi.

LK di Indonesia telah menginisiasi proses berbagi informasi kredit dengan biro kredit swasta PT. Kredit Biro Indonesia Jaya (KBIJ) dan 9 LK telah menyerahkan data nasabah mereka dan beberapa LK lainnya diharapkan untuk bergabung (mengacu pada Lampiran III untuk rincian Analisis KBIJ). Meskipun manfaat memiliki biro kredit cukup substansial sehingga perlu membentuk kredit biro yang berfungsi dengan baik dan efektif,

ada beberapa isu yang perlu dipertimbangkan dalam konteks Indonesia:

• Format umum untuk berbagi informasi dengan biro kredit (LK mungkin harus memperkenalkan persyaratan KYC minimum untuk nasabah dan ini dapat berdampak pada perubahan SOP)

• Sangat penting untuk memiliki mekanisme berbagi data yang tepat waktu dan efektif (seperti pengumpulan data yang teratur dan berkala ke biro kredit) namun tidak semua LK memiliki MIS dan sistem internal yang diperlukan (terutama lembaga keuangan yang lebih kecil seperti koperasi atau BPR) untuk mengirimkan data dengan frekuensi yang diinginkan

• Membawa perubahan yang sistemik bagi LK di bidang kebijakan operasional dan SOP yang berkaitan dengan akuisisi nasabah dan analisis kredit untuk menggabungkan dan melembagakan penggunaan informasi kredit sebelum mengambil keputusan kredit.

• Identifikasi dan mengajak LK dengan skala kecil seperti BPR, koperasi kredit, koperasi dan BMT yang aktif di tingkat daerah dapat menjadi suatu tantangan tersendiri. Tantangan yang sebelumnya disebutkan sebelumnya terkait dengan format yang diperlukan dapat menjadi lebih menantang dengan lembaga-lembaga tersebut karena hanya memiliki kemampuan dan infrastruktur teknologi yang sangat dasar.

Page 54: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

49

Isu-isu Strategis dan Rekomendasi yang Diberikan oleh KBIJ

Isu-isu utama dalam menjalankan sistem berbagi informasi kredit dengan benar adalah hambatan-hambatan yang terkait dengan ketersediaan data, pengelolaan sistem informasi dan berbagai kelemahan yang disebabkan oleh ketiadaan sistem perbankan utama (core banking system) yang terpercaya. KBIJ memberikan rekomendasi-rekomendasi berikut untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut:

• Berdasarkan pengalaman dari seluruh anggota, suatu sistem pelaporan data kredit yang terstruktur dan terstandar perlu diterapkan.

• Mengembangkan input/output yang terstandar dengan aplikasi IT yang tersedia secara umum untuk memfasilitasi interoperabilitas antar anggota.

• Penggunaan teknologi dan manajemen sistem informasi yang inovatif harus dikembangkan pada masing-masing anggota untuk memaksimalkan kemampuan IT.

• LK yang telah memiliki sistem perbankan utama (Core Banking System) yang berjalan dengan baik hanya perlu sedikit penyesuaian dalam sistem tersebut sehingga dapat berbagi informasi kredit yang berkualitas. Meskipun demikian, banyak LK yang belum memiliki CBS yang handal, dan mereka perlu

berinvestasi untuk mendapatkan teknologi yang diperlukan sehingga memungkinkan untuk berbagi informasi kredt dengan efisien. LK harus memiliki sumber daya keuangan dan manusia untuk dapat memiliki teknologi yang tepat dan berjalan dengan baik.

• LK yang berpartisipasi harus mencatat perkembangan yang diperlukan dalam lingkungan bisnisnya, terutama di sisi teknis, sehingga manajemen dapat melakukan kontrol yang berarti.

• Untuk memungkinan berbagi informasi kredit yang efisien, LK harus merekrut staf khusus yang perlu ditraining tentang sistem pelaporan informasi kredit sehingga menyampaikan data dengan benar. LK harus menyesuaikan dengan standar pelaporan data yang berkualitas. Data untuk berbagi informasi kredit harus selalu tersedia tepat waktu. Untuk mencapai hal ini, LK harus memutakhirkan database mereka secara berkala dan LK harus memiliki sistem internal untuk memastikannya.

Keterangan: anggota dalam hal ini mengacu kepada para LK Mikro yang berpartisipasi dalam biro kredit KBIJ untuk studi ini.

Sumber: Report of KBIJ on Indonesia Over-Indebtedness Case Study

Page 55: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

50

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Meningkatkan Koordinasi antar LK

Pengalaman dari negara-negara lain menunjukkan bahwa hanya dengan berbagi informasi keuangan mungkin belum cukup mencegah pinjaman berlebih, kecuali terdapat kebijakan yang jelas tertata dan ditegakkan memlaui perjanjian yang saling menguntungkan antar LK Mikro. Pada konteks ini, PAKINDO dapat memainkan peran yang signifikan dalam merancang peraturan dan memastikan bahwa peraturan-peraturan tersebut diikuti oleh seluruh anggota. Asosiasi LK juga memiliki peran sebagai organisasi mandiri (self-regulating organisations/SRO)) di pasar keuangan mikro yang telah matang lainnya India, Kamboja dan Filipina untuk secara aktif mengelola risiko kredit, memastikan kompetisi yang sehat dan praktek-praktek perlindungan pelanggan serta mengelola risiko-risiko politis melalui hubungan yang aktif dengan pemerintah dan pemangku kepentingan yang lain.

PAKINDO dapat melakukan aktivitas-aktivitas tersebut di bawah ini untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan sektor keuangan mikro dengan cara yang berkelanjutan. Hal-hal tersebut termasuk:

Aktivitas Jangka Pendek:

• Menerbitkan pedoman umum terkait dengan berbagi informasi kredit dan koordinasi antara LK

• Mikro untuk menerapkan biro kredit,

• Berbagi informasi terkait dengan nasabah dalam List hitam (blacklist – yang menunggak, penipuan, pinjaman joki)/staff/desa di tingkat pusat maupun regional,

• Menganalisis penetrasi keuangan mikro di seluruh Indonesia.

Aktivitas Jangka Menengah dan Jangka Panjang:

• Menerbitkan laporan sektor untuk menampilkan jangkauan, studi kasus atas dampak dan kinerja sosial dari anggota kepada regulator, lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat umum, untuk memperoleh dukungan (goodwill) dari pemangku kepentingan yang lebih luas.

• Mengembangkan pedoman perlindungan pelanggan dan pedoman kode etik (code of conduct) terhadap pelanggan yang harus diikuti oleh semua anggota. Menyiapkan mekanisme pengaduan pelanggan untuk menyoroti keluhan pelanggan, implementasi atas prinsip-prinsip perlindungan pelanggan, seperti yang dijelaskan dalam kampanye SMART (SMART Campaign).

• Mengembangkan pedoman atas praktek-praktek persaingan tak sehat termasuk menentukan aturan atas pengambilalihan nasabah dan staff.

• Inisiatif pelatihan dan pengembangan kapasitas untuk staf LK seperti yang berhasil dilakukan oleh Asosiasi Keuangan Mikro Kamboja (Cambodia Microfinance Association).

• Sejalan dengan Prinsip-prinsip Perlindungan Pelanggan yang diluncurkan oleh SMART campaign, asosiasi dapat membuat kebijakan-kebijakan untuk mencegah pinjaman berlebih, sebagai contoh menentukan batas atas jumlah dan besaran pinjaman yang diberikan kepada nasabah, dan lain-lain. Memastikan kepatuhannya kepada anggota dapat menjadi tantangan terutama jika belum ada tekanan (dalam bentuk peraturan) untuk mendukungnya dan asosiasi belum cukup kuat untuk menegakkan hukuman kepada LK yang tidak patuh.

Page 56: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

51

Kasus SRO di India: MFIN (Microfinance Institutions Network)

MFIN merupakan suatu asosiasi IKNB (Institusi Keuangan Non Bank/Non-bank Finance Companies - NBFC) LKM di India yang bertindak sebagai lembaga mandiri (self-regulating organisation) untuk sektor keuangan mikro di India. Lembaga ini beranggotakan 48 IKNB LKM terkemuka yang mencakup lebih dari 90% total nasabah lembaga keuangan komersial di India. MFIN dibentuk segera pasca krisis keuangan mikro di India dan kemudian berkembang menjadi asosiasi yang kuat yang telah meningkatkan keuangan yang bertanggung jawab (responsible finance) di antara anggotanya. Tugas utama MFIN dikelompokkan sebagai berikut:

1. Pengawasan (Surveillance): MFIN telah mengembangkan kode etik usaha untuk anggotanya. Kode etik ini mengacu pada pedoman peraturan yang diterbitkan oleh Bank Sentral (regulator untuk LK) dan juga praktek-praktek terbaik atas perlindungan pelanggan dan praktek-praktek anti persaingan yang diakui oleh LK mikro global. Lembaga ini mengevaluasi implementasi kode etik dengan merancang Index Usaha yang Bertanggungjawab (Responsible Business Index)

2. Penyelesaian Sengketa (Dispute Redressal): MFIN melalui komite penegakan berupaya untuk menyelesaikan sengketa apapun antar anggotanya terutama dalam kasus praktek-praktek anti persaingan atau ketidak-patuhan terhadap kode etik.

3. Penyelesaian Keluhan Pelanggan (Customer Grievance Redressal): MFIN juga telah mengembangkan dua lapis metode penyelesaian keluhan pelanggan untuk diikuti oleh seluruh anggota.

MFIN telah berhasil mencapai sukses besar dalam menegakkan pedoman kode etik antar anggotanya dan meningkatkan keuangan yang bertanggung jawab (responsible finance) di India. Pada 2014, MFIN diakui sebagai Organisasi Mandiri (Self- Regulating Organisation) oleh Bank Sentral India (Reserve Bank of India). MFIN menikmati kredibilitas yang substansial di antara para pembuat kebijakan dan regulators dan memainkan peran kunci sebagai penghubung antara sektor dan regulator.

Sumber: Situs web MFIN: http://MFInindia.org/sro/

Page 57: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

52

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Keterlibatan/Hubungan Baik dengan Regulator

Kami menilai meningkatnya visibilitas dan kredibilitas LK di antara manajemen tertinggi OJK harus menjadi tujuan utama dalam berhubungan dengan regulator. Beberapa langkah untuk meningkatkan visibilitas dan keterlibatan dengan regulator yang telah teruji di negara-negara lain antara lain:

• Membuat laporan terkait dengan jangkauan LK-LK anggota di antara masyarakat yang belum berbank (the unbanked) dan kinerja sosial mereka. Menyebarkan laporan-laporan tersebut secara luas melalui media cetak dan juga ke OJK dan pemangku kepentingan lain yang terlibat dalam keuangan inklusif. Di India, MFIN menerbitkan berbagai laporan seperti Micrometer, Microscape, dll. dan telah disebarluaskan. Laporan-laporan tersebut juga membantu MFIN menampilkan nilai tambah LK dalam meningkatkan keuangan inklusif. CEO MFIN melakukan pertemuan dengan Gubernur RBI minimal dua kali dalam setahun untuk memberikan update atas perkembangan sektor dan isu-isu terbaru yang dihadapi oleh sektor tersebut.

• Menampilkan konvergensi dengan agenda keuangan inklusif OJK dengan mempresentasikan studi-studi kasus dan pencapaian kepada manajemen tertinggi OJK. Hal ini dapat dilakukan melalui seminar/loka karya nasional yang diorganisir secara berkala (seperti Inclusive Finance India Summit/MFIN event) dimana manajemen puncak (termasuk Komisioner) OJK wajib diundang. Acara ini juga harus menyoroti keberhasilan/trend terakhir di keuangan mikro komersial dalam memajukan keuangan inklusif di negara-negara lain.

• Melaksanakan aktivitas-aktivitas yang disebutkan diatas diperlukan sumber daya yang khusus. Asosiasi harus menjadi suatu organisasi formal yang mengumpulkan dana sendiri dan dijalankan secara khusus oleh tim yang professional untuk bekerjasama dengan regulator. Nama merek asosiasi harus ditingkatkan dan menjadi organisasi tujuan (“go to organisation”) untuk semua isu-isu keuangan mikro di Indonesia.

Tantangan-tantangan Potensial untuk Menciptakan Forum LK Umum di Indonesia

Lembaga Keuangan terkemuka di Indonesia yang menawarkan pinjaman kelompok terbagi atas tiga (3) badan hukum yang berbeda: koperasi, perusahaan modal ventura dan bank komersial, dimana masing-masing memiliki peraturan yang berbeda. Dengan demikian, penegakan pedoman dapat menjadi sesuatu yang sulit dilakukan karena untuk LK dengan peraturan yang paling lemah/mudah mungkin tidak bersedia/tidak memiliki kapasitas untuk melakukan perubahan-perubahan yang diperlukan terkait dengan proses-proses dan system internal mereka.

Mengurangi Konsentrasi Geografis

Seperti yang diungkapkan pada Tabel 2, ada cakupan yang jelas untuk ekspansi di luar Jawa Barat. Sebagai langkah pertama, LK dapat mempertimbangkan untuk berekspansi ke wilayah-wilayah lain di Pulau Jawa seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selanjutnya, LK dapat berekspansi ke luar Jawa. Pengalaman MicroSave bekerja di Indonesia menunjukkan bahwa ada beberapa provinsi di luar Jawa yang berpotensi untuk pinjaman kelompok, seperti Sumatra Utara, Sulawesi Selatan, Lampung, Sumatra Barat, etc. yang memiliki jumlah penduduk yang besar dan berpotensi menjadi pasar yang bagus untuk pinjaman kelompok. Sebagai contoh Provinsi

Page 58: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

53

Sumatra Utara memiliki populasi 14 juta dibandingkan dengan Kamboja, 15,3 juta . Sampai saat ini, hanya 2 LK terkemuka di pinjaman kelompok, yaitu BTPN Syariah dan KOMIDA yang telah berekspansi ke luar Jawa. Salah satu alasan yang sering dikemukakan oleh LK adalah rendahnya kepadatan penduduk di provinsi-provinsi di luar Jawa untuk dapat mengoperasikan suatu program pinjaman kelompok yang berkesinambungan, namun wilayah-wilayah yang disebutkan tadi juga memberikan kesempatan untuk membebankan bunga/bagi hasil yang lebih tinggi karena suku bunga di pasaran yang berlaku di wilayah tersebut juga lebih tinggi.

Gambar 36: Tingkat Konsentrasi Cabank LK di Bangladesh

Source: http://fspmaps.org/

Pemetaan Geo-spasial Pemetaan geo-spasial memberikan Gambaran yang jelas akan keberadaan titik-titik akses terhadap layanan keuangan formal dalam suatu wilayah geografis. Sebagai langkah menuju transparansi dan pemahaman pasar, LK harus membagi rincian cabang mereka dengan badan industry atau lembaga penyedia data seperti MIX market.

Koordinat-koordinat cabang kemudian dikonsolidasikan dan ditampilkan dalam satu peta. Hal ini akan memberikan indikasi yang jelas akan wilayah-wilayah dengan jumlah LK yang banyak. Informasi ini akan bermanfaat bagi LK dalam merencanakan strategi ekspansinya tanpa membuat wilayah tersebut menjadi jenuh/sesak (overcrowded) yang dapat menimbulkan pinjaman berlebih di antara nasabah. Lebih lanjut, jika keberadaan titik-titik akses tersebut disandingkan dengan indikator-indikator utama lainnya seperti jumlah dan kepadatan penduduk, ketersediaan titik sentuh keuangan lainnya (cabang bank, koperasi, ATM, dll.), cakupan selular, dll. akan memberikan arah yang jelas untuk para pemain pasar maupun pembuat kebijakan untuk menjangkau masyarakat miskin dan yang belum ber-bank (un-banked).

Kegiatan ini merupakan kegiatan yang intensif di bidang sumber daya dan memerlukan investasi dari donor maupun pemangku kepentingan di industri ini. Contoh penting termasuk: FSP Maps, Finclusion Lab ,MIX Maps, FinAccess Geospatial Mapping Survey (Kenya) dll.

Meningkatkan Kelekatan Nasabah melalui Diversifikasi Produk Diversifikasi Produk Pinjaman

Penelitian ini menemukan bahwa kakunya produk pinjaman di pinjaman kelompok ini mendorong beberapa nasabah ke arah pinjaman lebih dari satu (multiple borrowing). Pelanggan LK yang sedang berjalan tidak dapat memperoleh pinjaman lain di tengah-tengah siklus pinjaman dan modal yang dibutuhkan pada saat keadaan darurat, investasi yang lebih besar (seperti perbaikan rumah), peristiwa-peristiwa terkait dengan siklus kehidupan (seperti pernikahan, pendidikan, dll.) atau tambahan modal kerja dipenuhi dengan pinjaman-pinjaman dari LK

20. https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1274 21. http://data.worldbank.org/indicator/SP.POP.TOTL

Page 59: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

54

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

lain atau rentenir. Beberapa produk penting yang dapat ditawarkan berdasarkan hasil penelitian kami adalah:

• Pinjaman darurat/Top-up

• Pinjaman perumahan/perbaikan rumah

• Pinjaman pendidikan untuk biaya sekolah/pendidikan yang lebih tinggi

Pinjaman perseorangan untuk modal kerja yang lebih besar atau modal investasi

Meskipun beberapa produk pinjaman yang disebutkan seperti pinjaman top-up atau perbaikan rumah sederhana (seperti pinjaman untuk membangun toilet atau perbaikan sederhana di rumah) dapat dilakukan di bawah metodologi pinjaman kelompok yang saat ini berjalan, namun untuk beberapa produk lain seperti modal kerja yang lebih besar atau modal investasi LK perlu berpindah ke pinjaman individual menggunakan teknik analisis pinjaman yang lebih kompleks seperti aliran arus kas/agunan fleksibel/skoring berdasar psychometric.

Seperti hasil observasi di lapangan, tekanan dalam kelompok meningkat ketika besaran pinjaman juga meningkat dan ada pinjaman yang menunggak. Untuk pinjaman di atas IDR 10 juta, LK direkomendasikan untuk melakukan analisis kredit lebih detail. Teknik analisis kredit modern seperti pinjaman berdasar psychometric credit scoring dapat dieksplorasi oleh LK di Indonesia.

Diversifikasi Sumber Pendapatan

Sebagai tambahan atas diversifikasi produk pinjaman, LK dapat pula mempertimbangkan untuk mendiversifikasi sumber-sumber pendapatan sehingga dapat menurunkan ketergantungan terhadap pinjaman untuk memperoleh pendapatan. Lembaga keuangan dengan skala yang besar, dengan nasabah lebih dari 100.000 memiliki kesempatan untuk menjual berbagai produk keuangan. Rumah tangga berpendapatan rendah memerlukan lebih dari sekedar pinjaman untuk mengelola kebutuhan keuangan mereka, yang mencakup

berbagai jenis tabungan, asuransi, pembayaran tagihan, pengiriman uang, dll. Meskipun peraturan masih melarang perusahaan modal ventura untuk menawarkan produk tabungan, berpotensi untuk bermitra dengan MNO/bank komersial (sebagai agen branchless banking/laku pandai), menjual produk-produk asuransi dan menawarkan layanan tambahan seperti pembayaran tagihan dan pengiriman uang dapat dipertimbangkan. Cashpor, suatu LKM besar di India, menjadi koresponden bisnis (agen branchless banking) untuk suatu bank swasta komersial dan menawarkan layanan tabungan berdasar biaya/fee dan pembayaran tagihan untuk nasabah-nasabahnya. Hal ini merupakan solusi saling menang (win-win solution) untuk seluruh pihak. Untuk Cashpor, produk ini adalah pendapatan non-bunga tanpa risiko; untuk bank komersial hal ini akan membuka pasar baru untuk memobilisasi tabungan dan untuk nasabah mereka dapat memperoleh berbagai layanan keuangan melalui satu lembaga saja

Beberapa LK di India memperoleh 5-10% pendapatan mereka dari menjual produk-produk tambahan seperti asuransi, lentera surya, dll. Jenis-jenis produk yang dijual tergantung dari kebutuhan dan permintaan setempat dan LK perlu melakukan riset mendalam terkait dengan produk-produk asuransi dan menawarkan layanan tambahan seperti pembayaran tagihan dan pengiriman uang dapat dipertimbangkan. Cashpor, suatu LKM besar di India, menjadi koresponden bisnis (agen branchless banking) untuk suatu bank swasta komersial dan menawarkan layanan tabungan berdasar biaya/fee dan pembayaran tagihan untuk nasabah-nasabahnya. Hal ini merupakan solusi saling menang (win-win solution) untuk seluruh pihak. Untuk Cashpor, produk ini adalah pendapatan non-bunga tanpa risiko; untuk bank komersial hal ini akan membuka pasar baru untuk memobilisasi tabungan dan untuk nasabah mereka dapat memperoleh berbagai layanan keuangan melalui satu lembaga saja.

Page 60: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

55

Beberapa LK di India memperoleh 5-10% pendapatan mereka dari menjual produk-produk tambahan seperti asuransi, lentera surya, dll. Jenis-jenis produk yang dijual tergantung dari kebutuhan dan permintaan setempat dan LK perlu melakukan riset mendalam terkait dengan produk-produk potensial yang dapat memberikan pendapatan non-bunga (fee-based income). Pengalaman kami bekerja di keuangan digital di Indonesia menunjukkan bahwa pembayaran tagihan dan pengiriman uang merupakan layanan keuangan yang penting dan paling diminati oleh masyarakat. Demikian pula, penetrasi asuransi yang rendah membuat produk-produk asuransi berpotensi untuk dijual bagi LK. Diversifikasi pendapatan dapat memberikan dampak yang positif pada pinjaman berlebih karena LK tidak hanya focus pada pertumbuhan kredit sebagai sumber satu-satunya pertumbuhan pendapatan.

Menanamkan Prinsip-prinsip Keuangan Bertanggung Jawab pada Proses-proses Operasional

Menggabungkan prinsip-prinsip keuangan yang bertanggung jawab seperti prinsip-prinsip perlindungan nasabah yang dianjurkan oleh SMART campaign ke dalam proses-proses operasional utama merupakan cara praktis yang terbukti mencegah pinjaman berlebih. Progres telah nampak dibuat dalam aspek ini oleh beberapa LK di Indonesia. MBK telah mendapatkan sertifikasi dari SMART campaign dan dua LK lagi (BAV dan KOMIDA) tengah dalam proses memperoleh sertifikasi dalam waktu dekat. LK lainnya perlu diedukasi dan disadarkan akan adanya isu-isu tersebut dan insentif perlu dikembangkan untuk adopsi oleh berbagai lembaga. Tim Manajemen Risiko Khusus di Kantor Pusat

LK menghadapi risiko-risiko yang sama dengan sektor keuangan. LK terkemuka telah

membentuk sistem yang relatif kuat untuk mengelola risiko keuangan dan operasional (seperti risiko likuiditas, penipuan, risiko suku bunga dll.). Semua LK terkemuka telah memperkenalkan sistem audit internal dan sistem monitoring untuk memeriksa kepatuhan dengan sistem dan proses. Tetapi sistem manajemen risiko yang lebih komprehensif diperlukan untuk menghindari risiko kredit dan risiko politik. Di pasar keuangan mikro yang lebih matang, LK memiliki tim manajemen risiko khusus yang terus memantau risiko yang muncul baik dari internal maupun eksternal dan mengambil langkah-langkah pro-aktif dalam mengelola risiko-risiko ini. Sebagai contoh: tim khusus manajemen risiko dapat melihat wilayah-wilayah operasional LK dimana muncul tanda-tanda peningkatan persaingan

Langkah-langkah untuk memperlambat bisnis di wilayah tersebut dan fokus pertumbuhan di daerah lain. Meskipun contoh yang disebutkan terkait dengan pengelolaan pinjaman lebih dari satu (multiple lending), peran manajer risiko bisa jauh lebih luas dan juga dapat melihat ke dalam berbagai aspek seperti peraturan, risiko politik dan keuangan, dll.

Pelatihan Pelanggan dan Literasi Keuangan

Kami telah mengobservasi bahwa beberapa LK tidak menekankan adanya pelatihan setelah siklus pertama. Bahkan beberapa nasabah merasa tidak perlu melakukan pengulangan pelatihan pelanggan sebelum mulai siklus pinjaman selanjutnya. Namun untuk pinjaman siklus yang lebih tinggi, risiko penyalahgunaan oleh nasabah atas jumlah pinjaman atau membuat pilihan yang salah untuk bisnis menjadi lebih tinggi. Pelatihan pelanggan khusus yang ditawarkan oleh LK sebagian besar berfokus pada pemahaman produk seperti persyaratan pinjaman (besaran pinjaman, suku bunga, dll.), kondisi pembayaran (jumlah angsuran, jangka waktu pinjaman, aturan pelunasan sebelum jatuh

Page 61: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

56

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

tempo, dll.), penjelasan tentang konsep tanggung renteng, dll Untuk siklus yang lebih tinggi, pelatihan pelanggan dapat lebih ditekankan pada penggunaan pinjaman yang efektif dan dapat mencakup topik-topik seperti:

1. Menganalisis arus kas rumah tangga dan bisnis

2. Dampak negatif dari pinjaman berlebih terhadap arus kas bisnis dan rumah tangga

3. Mengantisipasi risiko-risiko bisnis dan merencanakan mitigasinya tanpa mempengaruhi hutang

LK perlu mempertimbangkan menggunakan video pendek dengan target pesan untuk melatih nasabah. Video sangat efektif dan menarik sebagai alat pendidikan/melek keuangan dibandingkan dengan pelatihan di kelas yang dapat membosankan dan terlalu bertele-tele. Staf lini depan (front liner) dapat menggunakan ponsel pintar/Tabelt yang semakin menyebar (tingkat penetasi pengguna smartphone 40-45% ) untuk menjalankan video ini selama pertemuan di kelompok.

Kesempatan Bagi Investor/Donor untuk Memainkan Peran yang Lebih Aktif

Seperti disebutkan sebelumnya, LK di Indonesia diatur oleh regulator yang berbeda yang memiliki standar yang berbeda berdasarkan struktur hukumnya. Sebagian besar peraturan ini tidak spesifik untuk keuangan mikro atau model pinjaman kelompok. Dengan tidak adanya lingkungan peraturan yang kuat, investor dan donor dari lembaga keuangan mikro ini dapat memainkan peran yang lebih pro-aktif dalam memastikan LK untuk mengadopsi beberapa rekomendasi yang disebutkan di atas seperti berbagi informasi kredit, mengadopsi prinsip-

prinsip keuangan yang bertanggung jawab, memastikan diversifikasi wilayah dan produk, dll. Insentif dalam bentuk dana hibah atau bantuan teknis mungkin juga diperlukan oleh beberapa LK untuk melaksanakan rekomendasi di atas yang dapat disediakan oleh investor dan donor.

Meningkatkan Monitoring untuk Melacak Pinjaman Joki

Keberadaan pinjaman joki tidak mengkhawatirkan tetapi kami mengamati bahwa staf secara diam-diam mendukung pinjaman tersebut di lapangan untuk memastikan pencapaian target. Ini perlu lebih diawasi sejak awal melalui sistem pengendalian internal yang lebih baik (seperti kunjungan lapangan oleh Atasan dan Auditor Internal) dengan fokus khusus untuk mengidentifikasi dan memberikan disinsentif bagi staf untuk terlibat dalam perilaku tersebut.

22. http://sptf.info/images/sp_fund_muktinath_eng.pdf , http://www.arpapress.com/volumes/vol11issue1/ijrras_11_1_16.pdf kami melihat berbagai organisasi di Nepal, Uganda dan Mexico menggunakan video untuk melakukan pelatihan ke staff internal dan nasabah. 23. http://www.statista.com/statistics/257046/smartphone-user-penetration-in-indonesia/

Page 62: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

57

Fokus pada Kenyamanan Pelanggan

Meningkatnya persaingan antara LK yang mengarah ke pelanggan yang membedakan LK satu dan lainnya atas kenyamanan yang ditawarkan kepada mereka seperti layanan jemput bola untuk pencairan dan pembayaran angsuran, fleksibilitas dalam menghadiri pertemuan kelompok, serta proses yang lebih cepat dan pendek untuk siklus pinjaman yang lebih tinggi. LK mungkin memiliki alasan yang tepat untuk melanjutkan beberapa proses tersebut dan tidak perlu mengubah proses untuk memenuhi semua permintaan pelanggan. Namun, LK dianjurkan untuk terus-menerus mengevaluasi produk yang ditawarkannya dibandingkan dengan yang ditawarkan oleh pesaing dan memastikan bahwa LKa menawarkan nilai yang jelas yang membedakannya dengan pesaing. Misalnya, pengalaman kami menunjukkan bahwa bahkan jika proses dianggap merepotkan tetapi jika LK memberikan pinjaman dengan jumlah tertinggi atau memberikan berbagai produk ramah pelanggan, maka pelanggan masih akan lebih memilih LK itu.

Memanfaatkan Teknologi untuk Monitoring Operasional

Kemajuan teknologi memberikan kesempatan bagi LK untuk membuat operasionalnya lebih efisien dan tanpa penipuan. Beberapa contoh termasuk:

• Digitalisasi operasi di cabang untuk meningkatkan efisiensi (mengurangi administrasi, lebih banyak waktu dihabiskan untuk monitoring nasabah). Contoh: Musoni-Kenya, Ujjivan - India

• Menggunakan aplikasi GPS untuk melacak pergerakan staff (identifikasi waktu kunjungan). Contoh: Janalakshmi India

• Call centre berbasis SMS dan suara untuk pengelolaan keluhan pelanggan

• Monitoring staff lapangan melalui applikasi pesan media sosial.

Pertemuan Kelompok/ Fekuensi Pembayaran

Menghadiri pertemuan kelompok dalam penelitian ini dinilai sebagai hal yang paling tidak disukai. Pertemuan/pembayaran mingguan menyebabkan jumlah angsuran yang lebih kecil sehingga memiliki risiko kredit yang lebih rendah tetapi terbukti menjadi tidak nyaman untuk nasabah. Selanjutnya, dari perspektif LK - pertemuan mingguan berarti pengawasan lebih dekat atas pembayaran pinjaman tetapi biaya operasional lebih tinggi. Jadi LK dapat mempertimbangkan pertemuan/pembayaran dua mingguan sebagai keseimbangan yang baik antara frekuensi dan jumlah angsuran. Namun, seperti yang diamati pada LK Indonesia, beralih ke dua mingguan mungkin memunculkan beberapa risiko kredit. Tingkat PAR pada LK di Indonesia dengan pembayaran dwi-mingguan lebih tinggi dibandingkan dengan LK dengan pembayaran mingguan.

Page 63: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

58

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Page 64: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

59

Lampiran

Page 65: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

60

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

24. Data collected from MBK, BAV, DMS, Koperasi BAIK, KOMIDA, KSB. For BTPN we do not have Kabupaten wise distribution of branch offices, so we have just divided the total branches of BTPN (1832) with the total provinces where it operates (20 provinces). This can be taken as a conservative estimate of the presence of BTPN branches in West java.

No Kabupaten

Jumlah Cabang POPULASI

(2014)

Cabang/ 100,000 populasi

POPULASI SYARAKAT

MISKIN (2013)

Cabang/ 100,000 poor masyarakat

miskin TOTAL

Jawa Barat1 Kab./Kota Bandung 35 5,941,195 0.59 390,900 8.95

2 Kab. Bandung Barat 7 1,609,512 0.43 209,900 3.33 3 Kab./Kota Bekasi 22 5,765,206 0.38 292,900 7.51 4 Kab./Kota Bogor 48 6,361,869 0.75 535,800 8.96 5 Kab. Ciamis 9 1,162,102 0.77 147,800 6.09 6 Kab. Cianjur 17 2,235,418 0.76 292,200 5.82 7 Kab./Kota Cirebon 8 2,414,172 0.33 344,500 2.32 8 Kab. Garut 26 2,526,186 1.03 315,800 8.23 9 Kab. Indramayu 5 1,682,022 0.30 257,300 1.94 10 Kab. Karawang 29 2,250,120 1.29 245,100 11.83 11 Kab. Kuningan 6 1,049,084 0.57 142,300 4.22 12 Kab. Majalengka 10 1,176,313 0.85 168,600 5.93 13 Kab. Pangandaran - 388,320 - - - 14 Kab. Purwakarta 9 910,007 0.99 85,000 10.59 15 Kab. Subang 15 1,513,093 0.99 185,400 8.09 16 Kab./Kota Sukabumi 26 2,737,114 0.95 260,600 9.98 17 Kab. Sumedang 13 1,131,516 1.15 132,900 9.78 18 Kab./Kota Tasikmalaya 16 2,383,381 0.67 324,500 4.93 19 Kota Banjar 1 180,515 0.55 13,900 7.19 20 Kota Cimahi - 579,015 - 37,700 - 21 Kota Depok - 2,033,508 - 47,000 -

BTPN Syariah 91 Total 393 46,029,668 0.85 4,430,100 8.87

Jawa Timur1 Kab. Bangkalan - 945,821 - 218,300 - 2 Kab. Banyuwangi 6 1,588,082 0.38 152,200 3.94 3 Kab./Kota Blitar 2 1,277,696 0.16 130,400 1.53 4 Kab. Bojonegoro 8 1,232,386 0.65 196,800 4.07

Lampiran ILampiran ILampiran ILampiran I Jumlah Cabang dari LK Terkemuka di Tiap Provinsi di Pulau Jawa

Page 66: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

61

No Kabupaten

Jumlah Cabang POPULASI

(2014)

Cabang/ 100,000 populasi

POPULASI MASYARAKAT MISKIN (2013)

Cabang/ 100,000 poor masyarakat

miskin TOTAL

5 Kab. Bondowoso 2 756,989 0.26 115,300 1.73 6 Kab. Gresik 5 1,241,613 0.40 171,600 2.91 7 Kab. Jember 9 2,394,608 0.38 278,500 3.23 8 Kab. Jombang 8 1,234,501 0.65 137,500 5.82 9 Kab,/Kota Kediri 9 1,817,001 0.50 225,500 3.99 10 Kab. Lamongan 7 1,187,084 0.59 192,000 3.65 11 Kab. Lumajang 4 1,026,378 0.39 124,400 3.22 12 Kab./Kota Madiun 7 848,361 0.83 92,400 7.58 13 Kab. Magetan 1 626,614 0.16 76,300 1.31 14 Kab./Kota Malang 3 3,373,060 0.09 329,600 0.91 15 Kab./Kota Mojokerto 9 1,195,205 0.75 124,900 7.21 16 Kab. Nganjuk 7 1,037,723 0.67 140,800 4.97 17 Kab. Ngawi 2 827,829 0.24 127,500 1.57 18 Kab. Pacitan - 549,481 - 91,700 - 19 Kab. Pamekasan - 836,224 - 153,700 - 20 Kab./Kota Pasuruan 6 1,762,836 0.34 190,300 3.15 21 Kab. Ponorogo 4 865,809 0.46 103,000 3.88 22 Kab./Kota Probolinggo 5 1,359,467 0.37 257,900 1.94 23 Kab. Sampang - 925,911 - 248,200 - 24 Kab. Sidoarjo 5 2,083,924 0.24 138,200 3.62 25 Kab. Situbondo 4 666,013 0.60 90,300 4.43 26 Kab. Sumenep - 1,067,202 - 225,500 - 27 Kab. Trenggalek 1 686,781 0.15 92,800 1.08 28 Kab. Tuban 7 1,147,097 0.61 196,900 3.56 29 Kab. Tulungagung 6 1,015,974 0.59 91,700 6.54 30 Kota Batu - 198,608 - 9,400 - 31 Kota Surabaya - 2,833,924 - 169,400 -

BTPN Syariah 91 Total 218 38,610,202.0 0.56 4,893,000 4.46

Page 67: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

62

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

No Kabupaten

Jumlah Cabang POPULASI

(2014)

Cabang/ 100,000 populasi

POPULASI MASYARAKAT MISKIN (2013)

Cabang/ 100,000 poor masyarakat

miskin TOTAL

Jawa Tengah dan Yogyakarta1 Kab. Banjarnegara 1 895,986 0.11 166,800 0.60

2 Kab. Banyumas 7 1,620,918 0.43 296,800 2.36 3 Kab. Batang 4 736,397 0.54 87,500 4.57 4 Kab. Blora 1 848,369 0.12 123,800 0.81 5 Kab. Boyolali 1 957,857 0.10 126,500 0.79 6 Kab. Brebes 6 1,773,379 0.34 367,900 1.63 7 Kab. Cilacap 3 1,685,573 0.18 255,700 1.17 8 Kab. Demak - 1,106,328 - 172,500 - 9 Kab. Grobogan 6 1,343,960 0.45 199,000 3.02 10 Kab. Jepara 2 1,170,797 0.17 106,900 1.87 11 Kab. Karanganyar 2 848,255 0.24 114,400 1.75 12 Kab. Kebumen 10 1,181,006 0.85 251,100 3.98 13 Kab. Kendal 4 934,643 0.43 117,700 3.40 14 Kab. Klaten 5 1,154,040 0.43 179,500 2.79 15 Kab. Kudus 2 821,136 0.24 70,100 2.85 16 Kab./Kota Magelang 7 1,354,068 0.52 182,800 3.83 17 Kab. Pati 1 1,225,594 0.08 157,900 0.63 18 Kab./Kota Pekalongan 4 1,161,277 0.34 140,600 2.84 19 Kab. Pemalang 4 1,284,236 0.31 246,800 1.62 20 Kab. Purbalingga 2 889,214 0.22 181,100 1.10 21 Kab. Purworejo 2 708,038 0.28 109,000 1.83 22 Kab. Rembang 3 614,087 0.49 128,000 2.34 23 Kab./Kota Semarang 2 2,660,556 0.08 169,900 1.18 24 Kab. Sragen 4 875,600 0.46 139,000 2.88 25 Kab. Sukoharjo 4 856,937 0.47 84,100 4.76 26 Kab./Kota Tegal 5 1,665,130 0.30 171,400 2.92 27 Kab. Temanggung 2 738,915 0.27 91,100 2.20 28 Kab. Wonogiri - 945,817 - 132,200 - 29 Kab. Wonosobo - 773,280 - 170,100 - 30 Kota Salatiga 1 181,193 0.55 11,500 8.70 31 Kota Surakarta - 510,077 - 59,700 -

Page 68: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

63

No Kabupaten

Jumlah Cabang POPULASI

(2014)

Cabang/ 100,000 populasi

POPULASI MASYARAKAT MISKIN (2013)

Cabang/ 100,000 poor masyarakat

miskin TOTAL

32 Kab. Bantul 4 982,384 0.41 156,600 2.55 33 Kab. Gunungkidul 1 707,158 0.14 152,400 0.66 34 Kab. Kulonprogo 2 407,330 0.49 86,500 2.31 35 Kab. Sleman 2 1,162,412 0.17 110,800 1.81 36 Kota Yogyakarta - 407,249 - 35,600 -

BTPN Syariah 91 Total 195 37,189,196 0.52 5,353,300 3.64

Banten1 Kab. Lebak - 1,259,305 - 118,600 - 2 Kab. Pandeglang 3 1,188,405 0.25 121,100 2.48 3 Kab./Kota Serang 4 2,094,195 0.19 109,500 3.65 4 Kab./Kota Tangerang 29 5,264,670 0.55 287,000 10.10 5 Kota Cilegon - 405,303 - 15,900 - 6 Kota Tangerang Selatan 1 1,492,999 0.07 25,400 3.94 BTPN Syariah 91 Total 128 11,704,877 1.09 677,500 18.89 TOTAL CABANG 934 133,533,943 0.70 15,353,900 6.09

Page 69: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

64

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Lampiran II: Studi Kasus – Krisis Keuangan Mikro Andhra Pradesh

Negara bagian Andhra Pradesh (AP) adalah pusat keuangan mikro di India pada tahun 2000-2010 dan lima LK – lembaga keuangan non bank (LKNB) terbesar di India berbasis di sana. Pada bulan November 2010, LK memiliki 9,7 juta orang nasabah dengan total pinjaman luar biasa yaitu Rs. 72 miliar (sekitar Rp. 1,5 miliar). Pertumbuhan yang tidak paralel dari LK, dikombinasi dengan upaya gerakan Self-Help Group (SHG) yang merupakan program pemerintah memberikan pinjaman kepada orang miskin melalui negara dipimpin sistem perbankan, CGAP memperkirakan pada tahun 2010 bahwa rata-rata pinjaman rumah tangga di AP adalah Rs. 65.000 (sekitar Rp. 20,3 juta) dibandingkan dengan rata-rata nasional Rs. 7.700 (Rp. 2,17 juta). Tingginya tingkat pinjaman di negara bagian tersebut, sebagian besar adalah hasil dari beberapa pinjaman yang terjadi di sektor ini. Di saat yang bersamaan, nasabah SHG seringkali menjadi nasabah LK, dan sebaliknya. Banyak nasabah yang menjadi nasabah lebih dari 1 LK.

LK memiliki jadwal pembayaran secara mingguan, lebih disiplin dan sistem pemantauan lapangan yang terorganisir dengan baik. Akibatnya, nasabah lebih memilih untuk membayar angsuran pinjaman LK, bukan pinjaman SHG (yang biasanya memiliki frekuensi pembayaran bulanan dan pemantauan lapangan yang minimal). Hal ini mulai memberikan efek buruk pada disiplin pinjaman di SHG, yang mendorong konflik antara LK (sektor swasta) dengan pemerintah negara bagian. Konflik ini dipicu di salah satu distrik di AP pada tahun 2005-06. Pemerintah distrik Krishna menutup 50 cabang dari empat LK terkemuka di sana karena tuduhan praktik yang tidak etis, seperti pemberian suku bunga yang tinggi, menggunakan praktik penagihan

yang koersif dan mengambil keuntungan dari orang miskin, dalam rangka mengembangkan usaha untuk tumbuh pesat . Krisis ini sebelumnya terjadi di dalam geografi yang lebih kecil sehingga lebih mudah dikontrol dan pelajaran dari kejadian ini dengan cepat dilupakan.

Situasi ini mulai memburuk setelah tahun 2007, dengan masuknya modal swasta ke sektor keuangan mikro. Ambisi LK dan ketersediaan investasi dalam ekuitas besar menyebabkan pertumbuhan lebih cepat lebih dari 100% per tahun dalam beberapa kasus. Para investor swasta juga memiliki ekspektasi pertumbuhan yang sangat tinggi (25-30%) dan ini memberikan tekanan tambahan pada LK untuk tumbuh dan mempertahankan tingkat pertumbuhan .

Fokus pada pertumbuhan, menyebabkan LK mengabaikan isu-isu penting. Sebagai contoh: ada staf yang diberikan pelatihan formal hanya 2 hari dan diminta untuk mengelola 1.000 nasabah dengan portofolio jutaan. LK menawarkan produk pinjaman sederhana, yang akan meningkatkan nominal pinjaman dalam siklus pinjaman berikutnya, dan mengabaikan arus kas rumah tangga nasabah. Tekanan untuk meminimalkan tingkat pinjaman macet dalam rangka menyenangkan investor, justru mendorong praktik penagihan pinjaman pinjaman yang koersif. Kondisi ini dikombinasikan dengan persaingan yang ketat dalam LK (internal) dan beberapa pinjaman yang dihasilkan, menyebabkan hubungan antara LK dengan nasabah mereka memburuk. Di tengah semua ini, LK terbesar di India yaitu SKS meluncurkan IPO pada tahun 2010 yang menyebabkan imbalan keuangan besar bagi promotor dan manajemen senior . Hal ini menyebabkan LK kehilangan kredibilitasnya di mata pemerintah dan muncul anggapan bahwa sebagian besar LK hanya ingin mengambil keuntungan besar dari orang

25. http://www.microsave.net/files/pdf/IFN_55_The_Andhra_Pradesh_Crisis_3_dress_rehearsals_and_then_the_Full_Drama.pdf26. http://www.microsave.net/files/pdf/IFN_42_Microfinance_in_India_Built_on_Sales_Targets_or_Loyal_Clients.pdf27. http://www.cgap.org/blog/sks-ipo-success-and-excess

Page 70: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

65

Hantaman terakhir didorong oleh dugaan nasabah melakukan bunuh diri karena pelecehan yang dilakukan oleh staf lapangan LK saat melakukan penagihan dan pemerintah AP segera bertindak dengan keras terhadap semua LK disana. Pemerintah AP membuat The Microfinance Institution Ordonansi untuk menekan dugaan praktik ini pada bulan Oktober 2010. Ordonansi memberlakukan larangan yang melumpuhkan LK seperti pengajuan pinjaman wajib didampingi otoritas yang ditunjuk; penagihan pinjaman harus dilakukan di dekat kantor pemerintah daerah, dan memaksa LK untuk bergeser ke pembayaran secara bulanan. LK, yang membanggakan tingkat pemulihan pinjaman lebih dari 95%, kemudian menemukan diri mereka hanya mampu melakukan tingkat pengembalian sebesar 10% -15% saja . Sekitar Rs.450 miliar (sekitar Rp. 1 miliar) dari portofolio tidak dapat dikembalikan dan LK harus secara bertahap melakukan hapus buku (write-off) .

28. Mengacu pada: MIX Microfinance World: India: Post-Crisis Results29. Mengacu pada:Banks Turn Away from AP FIS

Page 71: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

66

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Lampiran III: Ringkasan dari Laporan KBIJ

IFC menugaskan Kredit Biro Indonesia Jaya (KBIJ) yaitu sebuah biro kredit swasta untuk menyusun kerangka layanan untuk berbagi informasi pinjaman (credit information sharing) untuk LK di Indonesia. 12 LK telah diajak bergabung untuk berbagi data, dimana 9 LK telah memberikan data dan hanya data dari 6 LK yang digunakan dalam analisis . List 9 LK tersebut adalah sebagai berikut.

Gambar 37: List LK yang Bersedia Berbagi Informasi dengan KBIJ

Sumber: Laporan KBIJ

KBIJ melakukan analisis kuantitatif terhadap data empiris untuk pinjaman berlebih. Informasi yang diberikan adalah data untuk 710,825 nasabah yang memiliki rekening di 6 LK dengan portofolio total outstanding sebesar Rp. 1,05 triliun. Tabel di bawah ini adalah ringkasan dari hasil analisis.

Page 72: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

67

Tabel 6: Jumlah Rekening per NasabahJumlah

RekeningJumlah

Nasabah %

1 666,403 93.75

2 43,434 6.113 988 0.14Total 710,825 100

Tabel 7: Jumlah LK per Nasabah Jumlah

LKJumlah

Nasabah %

1 666,626 93.78

2 43,272 6.093 927 0.13Total 710,825 100

Tabel 7 menunjukkan jumlah rekening pinjaman yang dimiliki tiap nasabah, sedangkan Tabel 8 menunjukkan jumlah LK dimana nasabah memiliki rekening pinjaman. Hampir 6% dari nasabah memiliki rekening di 2 LK, dan o.13% atau 927 nasabah memiliki rekening di 3 LK. Namun, ada pengecualian penting dalam analisis ini yaitu Koperasi Mitra Dhuafa (Komida) dan BTPN Syariah yang merupakan LK besar. Data KOMIDA tidak dapat digunakan karena format dan data yang ada tidak konsisten. Di sisi lain, BTPN Syariah tidak berbagi data untuk digunakan dalam analisis ini. Analisis KBIJ menyimpulkan bahwa terdapat prosentase yang tinggi untuk nasabah memiliki beberapa pinjaman di dalam data yang telah diberikan oleh para LK, yaitu 1 – 26.6%. Untuk mampu menghasilkan informasi yang lebih valid, perlu dilakukan penambahan jumlah data nasabah dari berbagai LK lainnya.

30. PT. Mitra Bisnis Keluarga, PT. Bina Artha Ventura, PT. Dana Mandiri Sejahtera, PT. BPR Dana Mandiri Bogor, Koperasi Kasih Indonesia, Koperasi Tudbirul Ummah

Page 73: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

68

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Lampiran IV: Kecamatan Lokasi Penelitian

No Kabupaten Kecamatan1 Subang Subang

CiaterPagadenDawuan

2 Sukabumi CisaatKadudampitSukabumiSukaraja

3 Cianjur CianjurKarangtengah

4 Bogor CibungbulangLeuwiliang

Page 74: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

69

Lampiran V- X: Petunjuk Wawancara untuk Penelitian

Lampiran V: Petunjuk IDI Untuk Nasabah yang Memiliki Beberapa Pinjaman

Tanggal: Lokasi: Desa/Kota/Semi-Kota *) *) coret yang tidak perlu

Moderator: Asisten Moderator: No. HP.:

Instruksi Kepada Responden

Tujuan Riset:1. Mendapatkan pemahaman yang mendalam akan alasan yang memicu nasabah untuk

mempunyai pinjaman yang banyak (lebih dari satu). 2. Dampak dari pinjaman yang banyak terhadapa kemampuan membayar nasabah.

Moderator:• Terima kasih untuk kesediaanya untuk diwawancarai • Nama Saya …..dan rekan saya ….. Kami dari MicroSave Jakarta, saat ini sedang melakukan

riset untuk meningkatkan layanan keuangan kepada masyarakat. • Tujuan dari diskusi ini adalah untuk memahami akan penggunaan pinjaman dari berbagai

kreditur di daerah ini agar nantinya dapat memberikan layanan yang lebih baik kepada nasabah/masyarakat di masa yang akan datang.

• Informasi yang Ibu sampaikan sangatlah penting buat kami. Tidak ada jawaban salah ataupun benar dari setiap pertanyaan yang akan diajukan. Jadi silahkan untuk dengan bebas menyampaikan ide/informasi/pendapat Bapak.

• Kami juga mohon kesediaannya untuk merekam pembicaraan ini agar nanti kami dapat mengingat dan tidak melewatkan ide/informasi yang disampaikan. Detil dari diskusi ini dan nama dari Ibu akan kami jaga kerahasiaannya – jadi jangan khawatir dan silahkan untuk terbuka menyampaikan informasi/pendapat apapun.

• Sebelum kita mulai, apakah Ibu ada pertanyaan?

Page 75: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

70

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Profil Responden

Nama

Umur

Pendidikan terakhir

Pekerjaan utama

Pekerjaan Suami/Pasangan

Rata-rata total pendapatan rumah tangga (RT) per bulanRata-rata pengeluaran RT per bulanJumlah tanggungan

Jumlah Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yg diikutiTotal pinjaman dari semua LKM (catat jumlah pinjaman dari masing-masing LKM)Total angsuran per bulan

Siklus pinjaman (catat siklus tiap pinjaman)

Page 76: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

71

Pertanyaan Inti Penjajakan/Penyelidikan

I. Apa saja sumber pinjaman untuk masyarakat di komunitas ini?

1. Catat semua sumber pinjaman (kreditur), baik formal (Bank, LKM, Koperasi, multifinance, dll) maupun informal (rentenir, arisan, pinjaman harian/mingguan).

II. Untuk tujuan apa saja Anda meminjam dari banyak kreditur? (baik formal atau informal kreditur)

2. Gali alasan dari banyaknya pinjaman dari sisi: a. Kebutuhan (investasi bisnis, pinjaman saat ini masih kurang nilainya, kebutuhan keluarga/pengeluaran mendasar/rutin RT, kebutuhan musiman/keadaan darurat, dll). b. Ketersediaan (kemudahan mendapatkan pinjaman [skala 1-5, dimana 1 sangat mudah dan 5 sangat sulit], pengaruh dari staff LKM, pengaruh dari anggota kelompok/teman, adanya promosi/ manfaat tambahan lainnya jika mendapat kredit, dll). c. Juga observasi apakah pinjaman digunakan untuk kebutuhan produktif (modal usaha) atau konsumtif (pembelian kendaraan, elektronik, furniture, dll.).3. Gali apakah pinjaman digunakan sesuai dengan tujuan awal (cek tujuan pinjaman awal pada kartu pinjaman jika ada) 4. Gali apakah “pengecekan realisasi penggunaan pinjaman” dilakukan oleh LKM (ditanyakan jika proses ini ada dalam kebijakan LKM tersebut). 5. Gali apakah pinjaman digunakan sendiri oleh nasabah atau oleh keluarga lainnya atau orang lain? {Tujuan dari pertanyaan ini adalah untuk mengetahui pengguna dari pinjaman tersebut, missal untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya Joki pinjaman}

III. Bagaiman pengalaman Anda dalam mendapat pinjaman dari Kreditu? How was your experience of borrowing money from providers? (List down all the sources the respondent has taken loan from. On a scale of 1-5 ask the respondent to score each of the provider with 1 being worst experience and 10 being best experience)

6. Catat semua kredit dimana responden memperoleh pinjaman. Dalam skala 1-5 tanyakan kepada responden untuk memberikan penilaian atas pengalaman mereka akan kreditur yang paling buruk (1) dan paling baik (5).7. Apa saja persoalan yang dirasakan dalam mendapatkan pinjaman dari LKM? (suku bunga, tingkahlaku staff, limit pinjaman, lamanya proses kredit, cara pembayaran angsuran, fleksibilitas angsuran, jaminan, dll). 8. Gali informasi bagaimana responden mengetahui LKM: a. Apakah Anda tahu nama LKM dimana Anda meminjam? b. Siapa yang membantu Anda untuk mendapatkan pinjaman tersebut? c. Siapa yang menghubungi Anda atau yang Anda hubungi untuk menjadi anggota kelompok (untuk mendapatkan pinjaman). d. Apakah Anda kenal anggota lain dalam kelompok Anda? (Ya/ Tidak) {Pertanyaan ini untuk mendapatkan masukan tentang hubungan/perpaduan dalam kelompok}

Page 77: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

72

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Pertanyaan Inti Penjajakan/Penyelidikan

9. Berapa jumlah pinjaman yang Anda dapat dari LKm tersebut? Gali apakah responden mendapatkan semua jumlah pinjaman sesuai dengan perjanjian atau apakah responden membayar sejumlah uang atau komisi untuk mendapatkan pinjaman tersebut kepada seseorang. (Tujuan dari pertanyaan ini adalah untuk mengidentifikasi jika ada Joki pinjaman, contoh Staf LKM mungkin mendapatkan nasabah dari seorang ketua kelompok atau orang berpengaruh di area/komunitas tersebut dan mungkin mengenakan biaya kepada nasabah atas bantuan untuk mendapatkan pinjaman tersebut).

IV. Bagaimana Anda mengatur pembayaran/ pemenuhan semua kewajiban dari seluruh pinjaman yang banyak tersebut?

10. Untuk memahami persoalan yang dirasakan dalam mengatur pembayaran kewajiban yang banyak seperti kewajiban menghadiri pertemuan kelompok, mengatur arus kas, dokumentasi, tekanan kelompok (tanggung renteng), banyaknya biaya-biaya, tingkahlaku staf, konsekuensi dari ketidakhadiran dalam pertemuan kelompok, dll.11. Bagaimana/Kepada siapa Anda membayar angsuran setiap waktu pembayaran? (Gali apakah nasabah membayar langsung kepada staf atau melalui orang lain).

V. Bagaimana Anda mengatur arus kas/keuangan untuk pemenuhan pembayaran angsuran?

12. Gali bagaimana responden mengatur arus kas/keuangan untuk pembayaran angsuran dan kendala yang dirasakan untuk pemenuhan kewajiban tersebut. Contoh, dengan mengajukan pinjaman lain untuk membayar pinjaman yang ada, menjual aset, dibayarkan dahulu oleh anggota kelompok, mengurangi pengeluaran RT, mengatur jadwal pembayaran angsuran tiap pinjaman sedemikian rupa, atau tidak ada kendala karena pendapatan RT masih cukup membayar semua kewajiban. Selanjutnya juga gali bagaimana responden mengatur keuangan dalam hal ada kebutuhan keadaan darurat.13. Gali lebih dalam akan adanya praktik pengajuan pinjaman lain yang bertujuan untuk menutupi kebutuhan pembayaran pinjaman lain/sebelumnya.14. Apakah ada keterlambatan dalam pembayaran angsuran? Ya/Tidak. 15. Apa alasan keterlambatan tersebut? 16. Jika Anda mempunyai uang terbatas dan saat itu Anda harus membayar angsuran kepada semua kreditur, tetapi uang yang ada hanya cukup untuk membayar satu pinjaman, pinjaman mana yang Anda prioritaskan? Kenapa? (Bandingkan seluruh formal atau informal kreditur).17. Gali jika anggota lain dalam kelompok membayar angsuran yang tidak dapat/terlambat dibayar oleh responden (sebagai bagian tanggung renteng).

Page 78: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

73

Pertanyaan Inti Penjajakan/Penyelidikan

VI. Seberapa yakin Anda mampu membayar semua pinjaman Anda?

18. Gali apakah responden paham atau tidak akan risiko dari memiliki banyak pinjaman? Apakah mereka secara mental tertekan untuk memenuhi semua kewajiban pinjaman yang banyak tersebut? 19. Gali dengan dalam jika responden percaya diri/yakin untuk mampu atau tidak mampu membayar seluruh hutangnya. {Gali apakah jawaban responden logis atau tidak. Bandingkan dengan informasi atas total pendapatan RT dengan total kewajiban/hutang responden}.

Page 79: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

74

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Lampiran VI: Petunjuk FGD untuk Nasabah yang Memiliki Beberapa Pinjaman

Tanggal: Lokasi: Desa/Kota/Semi-Kota *) *) coret yang tidak perlu

Moderator: Asisten Moderator: No. HP.:

Instruksi Kepada Responden

Tujuan Riset:

1. Mendapatkan pemahaman yang mendalam akan alasan yang memicu nasabah untuk mempunyai pinjaman yang banyak (lebih dari satu).

2. Dampak dari pinjaman yang banyak terhadapa kemampuan membayar nasabah.

Moderator:

• Terima kasih untuk kesediaanya untuk diwawancarai • Nama Saya …..dan rekan saya ….. Kami dari MicroSave Jakarta, saat ini sedang

melakukan riset untuk meningkatkan layanan keuangan kepada masyarakat. • Tujuan dari diskusi ini adalah untuk memahami akan penggunaan pinjaman dari berbagai

kreditur di daerah ini agar nantinya dapat memberikan layanan yang lebih baik kepada nasabah/masyarakat di masa yang akan datang.

• Informasi yang Ibu sampaikan sangatlah penting buat kami. Tidak ada jawaban salah ataupun benar dari setiap pertanyaan yang akan diajukan. Jadi silahkan untuk dengan bebas menyampaikan ide/informasi/pendapat Bapak.

• Kami juga mohon kesediaannya untuk merekam pembicaraan ini agar nanti kami dapat mengingat dan tidak melewatkan ide/informasi yang disampaikan. Detil dari diskusi ini dan nama dari Ibu akan kami jaga kerahasiaannya – jadi jangan khawatir dan silahkan untuk terbuka menyampaikan informasi/pendapat apapun.

• Selama diskusi mohon untuk berbicara secara bergantian satu-persatu agar dapat saling mendengarkan apa yang disampaikan satu-sama lain.

• Sebelum kita mulai, apakah Ibu ada pertanyaan?

Page 80: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

75

Respondents Profile

No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Jumlah Pinjaman

Pendapatan per Bulan

Pengeluaran per Bulan

Jumlah Tanggungan

Total Angsuran

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Pertanyaan Inti Penjajakan/Penyelidikan

I. Apa saja sumber pinjaman untuk masyarakat di komunitas ini?

1. Catat semua sumber pinjaman (kreditur), baik formal (Bank, LKM, Koperasi, multifinance, dll) maupun informal (rentenir, arisan, pinjaman harian/mingguan).

II. Untuk tujuan apa saja Anda meminjam dari banyak kreditur? (baik formal atau informal kreditur)

2. Gali alasan dari banyaknya pinjaman dari sisi: a. Kebutuhan (investasi bisnis, pinjaman saat ini masih kurang nilainya, kebutuhan keluarga/pengeluaran mendasar/rutin RT, kebutuhan musiman/keadaan darurat, dll). b. Ketersediaan (kemudahan mendapatkan pinjaman [skala 1-5, dimana 1 sangat mudah dan 5 sangat sulit], pengaruh dari staff LKM, pengaruh dari anggota kelompok/teman, adanya promosi/manfaat tambahan lainnya jika mendapat kredit, dll). c. Juga observasi apakah pinjaman digunakan untuk kebutuhan produktif (modal usaha) atau konsumtif (pembelian kendaraan, elektronik, furniture, dll.).

Page 81: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

76

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Pertanyaan Inti Penjajakan/Penyelidikan

3. Gali apakah pinjaman digunakan sesuai dengan tujuan awal (cek tujuan pinjaman awal pada kartu pinjaman jika ada) 4. Gali apakah “pengecekan realisasi penggunaan pinjaman” dilakukan oleh LKM (ditanyakan jika proses ini ada dalam kebijakan LKM tersebut). 5. Gali apakah pinjaman digunakan sendiri oleh nasabah atau oleh keluarga lainnya atau orang lain? {Tujuan dari pertanyaan ini adalah untuk mengetahui pengguna dari pinjaman tersebut, missal untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya Joki pinjaman}

III. Bagaiman pengalaman Anda dalam mendapat pinjaman dari Kreditu? How was your experience of borrowing money from providers? (List down all the sources the respondent has taken loan from. On a scale of 1-5 ask the respondent to score each of the provider with 1 being worst experience and 10 being best experience)

6. Catat semua kredit dimana responden memperoleh pinjaman. Dalam skala 1-5 tanyakan kepada responden untuk memberikan penilaian atas pengalaman mereka akan kreditur yang paling buruk (1) dan paling baik (5).7. Apa saja persoalan yang dirasakan dalam mendapatkan pinjaman dari LKM? (suku bunga, tingkahlaku staff, limit pinjaman, lamanya proses kredit, cara pembayaran angsuran, fleksibilitas angsuran, jaminan, dll). 8. Gali informasi bagaimana responden mengetahui LKM: a. Apakah Anda tahu nama LKM dimana Anda meminjam? b. Siapa yang membantu Anda untuk mendapatkan pinjaman tersebut? c. Siapa yang menghubungi Anda atau yang Anda hubungi untuk menjadi anggota kelompok (untuk mendapatkan pinjaman). d. Apakah Anda kenal anggota lain dalam kelompok Anda? (Ya/Tidak) {Pertanyaan ini untuk mendapatkan masukan tentang hubungan/perpaduan dalam kelompok}9. Berapa jumlah pinjaman yang Anda dapat dari LKm tersebut? Gali apakah responden mendapatkan semua jumlah pinjaman sesuai dengan perjanjian atau apakah responden membayar sejumlah uang atau komisi untuk mendapatkan pinjaman tersebut kepada seseorang. (Tujuan dari pertanyaan ini adalah untuk mengidentifikasi jika ada Joki pinjaman, contoh Staf LKM mungkin

Page 82: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

77

Pertanyaan Inti Penjajakan/Penyelidikan

mendapatkan nasabah dari seorang ketua kelompok atau orang berpengaruh di area/komunitas tersebut dan mungkin mengenakan biaya kepada nasabah atas bantuan untuk mendapatkan pinjaman tersebut).

IV. Bagaimana Anda mengatur pembayaran/ pemenuhan semua kewajiban dari seluruh pinjaman yang banyak tersebut?

10. Untuk memahami persoalan yang dirasakan dalam mengatur pembayaran kewajiban yang banyak seperti kewajiban menghadiri pertemuan kelompok, mengatur arus kas, dokumentasi, tekanan kelompok (tanggung renteng), banyaknya biaya-biaya, tingkahlaku staf, konsekuensi dari ketidakhadiran dalam pertemuan kelompok, dll.11. Bagaimana/Kepada siapa Anda membayar angsuran setiap waktu pembayaran? (Gali apakah nasabah membayar langsung kepada staf atau melalui orang lain).

V. Bagaimana Anda mengatur arus kas/keuangan untuk pemenuhan pembayaran angsuran?

12. Gali bagaimana responden mengatur arus kas/keuangan untuk pembayaran angsuran dan kendala yang dirasakan untuk pemenuhan kewajiban tersebut. Contoh, dengan mengajukan pinjaman lain untuk membayar pinjaman yang ada, menjual aset, dibayarkan dahulu oleh anggota kelompok, mengurangi pengeluaran RT, mengatur jadwal pembayaran angsuran tiap pinjaman sedemikian rupa, atau tidak ada kendala karena pendapatan RT masih cukup membayar semua kewajiban. Selanjutnya juga gali bagaimana responden mengatur keuangan dalam hal ada kebutuhan keadaan darurat. 13. Gali lebih dalam akan adanya praktik pengajuan pinjaman lain yang bertujuan untuk menutupi kebutuhan pembayaran pinjaman lain/sebelumnya.14. Apakah ada keterlambatan dalam pembayaran angsuran? Ya/Tidak. 15. Apa alasan keterlambatan tersebut? 16. Jika Anda mempunyai uang terbatas dan saat itu Anda harus membayar angsuran kepada semua kreditur, tetapi uang yang ada hanya cukup untuk membayar satu pinjaman, pinjaman mana yang Anda prioritaskan? Kenapa? (Bandingkan seluruh formal atau informal kreditur).

Page 83: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

78

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Pertanyaan Inti Penjajakan/Penyelidikan

17. Gali jika anggota lain dalam kelompok membayar angsuran yang tidak dapat/terlambat dibayar oleh responden (sebagai bagian tanggung renteng).

VI. Seberapa yakin Anda mampu membayar semua pinjaman Anda?

18. Gali apakah responden paham atau tidak akan risiko dari memiliki banyak pinjaman? Apakah mereka secara mental tertekan untuk memenuhi semua kewajiban pinjaman yang banyak tersebut? 19. Gali dengan dalam jika responden percaya diri/yakin untuk mampu atau tidak mampu membayar seluruh hutangnya. {Gali apakah jawaban responden logis atau tidak. Bandingkan dengan informasi atas total pendapatan RT dengan total kewajiban/hutang responden}.

Page 84: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

79

Lampiran VII: Petunjuk IDI untuk Pemimpin Masyarakat

Tanggal: Lokasi: Desa/Kota/Semi-Kota *) *) coret yang tidak perlu

Moderator: Asisten Moderator: No. HP.:

Instruksi Kepada Responden

Tujuan Riset:

1. Mendapatkan pemahaman yang mendalam akan alasan yang memicu nasabah untuk mempunyai pinjaman yang banyak (lebih dari satu).

2. Dampak dari pinjaman yang banyak terhadapa kemampuan membayar nasabah.

Moderator:

• Terima kasih untuk kesediaanya untuk diwawancarai • Nama Saya …..dan rekan saya ….. Kami dari MicroSave Jakarta, saat ini sedang

melakukan riset untuk meningkatkan layanan keuangan kepada masyarakat. • Tujuan dari diskusi ini adalah untuk memahami akan penggunaan pinjaman dari berbagai

kreditur di daerah ini agar nantinya dapat memberikan layanan yang lebih baik kepada nasabah/masyarakat di masa yang akan datang.

• Informasi yang Ibu sampaikan sangatlah penting buat kami. Tidak ada jawaban salah ataupun benar dari setiap pertanyaan yang akan diajukan. Jadi silahkan untuk dengan bebas menyampaikan ide/informasi/pendapat Bapak.

• Kami juga mohon kesediaannya untuk merekam pembicaraan ini agar nanti kami dapat mengingat dan tidak melewatkan ide/informasi yang disampaikan. Detil dari diskusi ini dan nama dari Ibu akan kami jaga kerahasiaannya – jadi jangan khawatir dan silahkan untuk terbuka menyampaikan informasi/pendapat apapun.

• Selama diskusi mohon untuk berbicara secara bergantian satu-persatu agar dapat saling mendengarkan apa yang disampaikan satu-sama lain.

• Sebelum kita mulai, apakah Ibu ada pertanyaan?

Page 85: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

80

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Profil Responden

Nama :

Jenis Kelamin :

Usia :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Posisi dalam Masyarakat :

Pengenalan akan MFI (punya pinjaman/tidak) : Ya/Tidak

Jika Punya, Jumlah MFI yang terlibat dan sejak kapan :

Nomor Telepon/HP :

Panduan Wawancara

Pertanyaan Inti Penjajakan/Penyelidikan

1. Untuk keperluan apa saja rata-rata pengeluaran rumah tangga (RT) masyarakat di wilayah ini?

• Gali akan kebutuhan rutin RT dan musiman (yang utama) dari masyarakat. Contoh, regular – belanja bulanan, utilitas, biaay sekolah, pulsa, dll. Satu kali/musiman – pernikahan anak/keluarga, kelahiran, kematian, kesehatan, perayaan, dll.

2. Bagaimana menurut Anda masyarakat mengatur arus kas/ keuangannya? – Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi?

• Untuk memahami perilaku masyarakat untuk memenuhi kebutuhan rutin dan tidak rutin (jika ada), untuk mengidentifikasi apakah pinjaman (kredit) merupakan jawaban yang lazim terjadi sebagai sumber dana untuk pemenuhan kebutuhan tersebut.

3. Apa saja sumber untuk memperoleh pinjaman/ kredit bagi masyarakat disini?

• Catat semua sumber kredit/pinjaman baik formal maupun informal.

4. Apa pendapat Anda tentang dampak dari keberadaan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) disini?

• Pro-Kontra atas peran LKM dalam menyediakan layanan keuangan (pinjaman) kepada masyarakat.

• Gali apakah ada dampak yang mempengaruhi gaya hidup masyarakat akibat mudahnya memperoleh pinjaman dari LKM.

Page 86: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

81

Panduan Wawancara

Pertanyaan Inti Penjajakan/Penyelidikan

5. Apa pendapat Anda akan cara LKM dalam mendapatkan nasabahnya dan dalam pelaksaan proses kredit.

• Untuk memahai bagaimana LKM mendapatkan nasabah dan tingkat kemudahan mendapatkan pinjaman bagi nasabah (skala 1-5 untuk mengetahui tingkat kemudahan mendapatkan pinjaman dimana 1 sangat mudah dan 5 sangat sulit).

• Pendapat/yang disukai/tidak disukai dalam proses kredit yang dilakukan oleh LKM seperti dalam analisis/pencairan kredit, penagihan, dll.

• Pendapat akan perlindungan nasabah yang dilakukan oleh LKM seperti apakah staf LKM menjelaskan dengan lengkap akan fitur produk pinjaman kepada nasabah, syarat-syarat, kewajiban, dll.

• Apakah ada contoh-contoh implementasi yang jelek/kurang baik?

6. Apakah menurut Anda masyarakat disini memiliki lebih dari 2 pinjaman rata-rata? Mengapa?

• Ya/Tidak, berapa banyak (perkiraan) dan mengapa mengatakan seperti itu?

• Untuk memahami praktik pinjaman yang banyak oleh masyarakat.

• Untuk memahami alasan mengapa hal tersebut terjadi, baik dari sisi permintaan maupun suplai dari LKM.

6. Apakah menurut Anda masyarakat disini memiliki lebih dari 2 pinjaman rata-rata? Mengapa?

• Ya/Tidak, berapa banyak (perkiraan) dan mengapa mengatakan seperti itu?

• Untuk memahami praktik pinjaman yang banyak oleh masyarakat.

• Untuk memahami alasan mengapa hal tersebut terjadi, baik dari sisi permintaan maupun suplai dari LKM.

7. Apa pendapat Anda akan dampak dari memiliki pinjaman yang banyak?

• Untuk memahami akan tingkat pemahaman masyarakat akan risiko dan kemampuan membayar dengan memiliki banyak pinjaman.

Page 87: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

82

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Panduan Wawancara

Pertanyaan Inti Penjajakan/Penyelidikan

8. Apakah ada banyak kasus pinjaman melebih kapasitas/ kemampuan masyarakat sebagai akibat kesulitan mengatur pinjaman dalam masyarakat?

• Untuk memahami berapa banyak kasus pinjaman berlebihan dari kemampuan yang terjadi di masyarakat dan untuk mendapatkan contohnya.

9. Bagaimana menurut Anda masyarakat memecahkan persoalan tunggakan pinjaman?

• Untuk memahami jika ada contoh kasus dimana masyarakat mengambil pinjaman baru untuk menyelesaikan pinjaman bermasalah, menjual aset, dll.

• Juga gali pendapatan ybs. atas cara-cara yang dilakukan oleh LKM dalam menyelesaikan kredit bermasalah [contoh melakukan penagihan insentif, restrukturisasi, menjual aset/harta, tanggung renteng, ditawarkan pinjaman lain oleh LKM tsb, tidak melakukan apa-apa, dll.] {Tujuan dari pertanyaan ini adlaah untuk memahami jika LKM tsb melakukan hal-hal yang kurang etis/pantas untuk penyelesaian kredit bermasalah. Juga untuk memahami jika proses penagihan kredit bermasalah mempunyai dampak negative kepada nasabah}.

10. Apa usulan Anda untuk membuat operasional LKM menjadi lebih baik

• Untuk memahami LKM/operasional LKM yang baik dari sisi/perspektif masyarakat/nasabah.

Page 88: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

83

Lampiran VIII: Petunjuk IDI untuk Nasabah Macet

Tanggal: Lokasi: Desa/Kota/Semi-Kota *) *) coret yang tidak perlu

Moderator: Asisten Moderator: No. HP.:

Instruksi Kepada Responden

Tujuan Riset:

1. Mendapatkan pemahaman yang mendalam akan alasan yang memicu nasabah untuk mempunyai pinjaman yang banyak (lebih dari satu).

2. Dampak dari pinjaman yang banyak terhadapa kemampuan membayar nasabah.

Moderator:

• Terima kasih untuk kesediaanya untuk diwawancarai • Nama Saya …..dan rekan saya ….. Kami dari MicroSave Jakarta, saat ini sedang

melakukan riset untuk meningkatkan layanan keuangan kepada masyarakat. • Tujuan dari diskusi ini adalah untuk memahami akan penggunaan pinjaman dari berbagai

kreditur di daerah ini agar nantinya dapat memberikan layanan yang lebih baik kepada nasabah/masyarakat di masa yang akan datang.

• Informasi yang Ibu sampaikan sangatlah penting buat kami. Tidak ada jawaban salah ataupun benar dari setiap pertanyaan yang akan diajukan. Jadi silahkan untuk dengan bebas menyampaikan ide/informasi/pendapat Bapak.

• Kami juga mohon kesediaannya untuk merekam pembicaraan ini agar nanti kami dapat mengingat dan tidak melewatkan ide/informasi yang disampaikan. Detil dari diskusi ini dan nama dari Ibu akan kami jaga kerahasiaannya – jadi jangan khawatir dan silahkan untuk terbuka menyampaikan informasi/pendapat apapun.

• Selama diskusi mohon untuk berbicara secara bergantian satu-persatu agar dapat saling mendengarkan apa yang disampaikan satu-sama lain.

• Sebelum kita mulai, apakah Ibu ada pertanyaan?

Page 89: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

84

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Profil Responden

Nama :

Umur :

Pendidikan terakhir :

Pekerjaan utama :

Pekerjaan Suami/Pasangan :

Rata-rata total pendapatan rumah tangga (RT) per bulan :

Rata-rata pengeluaran RT per bulan :

Jumlah tanggungan :

Jumlah Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yg diikuti :

Total pinjaman dari semua LKM (catat jumlah pinjaman dari masing-masing LKM)

:

Total angsuran per bulan :

Siklus pinjaman (catat siklus tiap pinjaman) :

Pertanyaan Inti Penjajakan/Penyelidikan

I. Apa saja sumberpinjaman untuk masyarakat di komunitas ini?

1. Catat semua sumber pinjaman (kreditur), baik formal (Bank, LKM, Koperasi, multifinance, dll) maupun informal (rentenir, arisan, pinjaman harian/mingguan).

II. Untuk tujuan apa saja Anda meminjam dari banyak kreditur? (baik formal atau informal kreditur)

2. Gali alasan dari banyaknya pinjaman dari sisi: a. Kebutuhan (investasi bisnis, pinjaman saat ini masih kurang nilainya, kebutuhan keluarga/pengeluaran mendasar/rutin RT, kebutuhan musiman/keadaan darurat, dll). b. Ketersediaan (kemudahan mendapatkan pinjaman [skala 1-5, dimana 1 sangat mudah dan 5 sangat sulit], pengaruh dari staff LKM, pengaruh dari anggota kelompok/teman, adanya promosi/manfaat tambahan lainnya jika mendapat kredit, dll). c. Juga observasi apakah pinjaman digunakan untuk kebutuhan produktif (modal usaha) atau konsumtif (pembelian kendaraan, elektronik, furniture, dll.).3. Gali apakah pinjaman digunakan sesuai dengan tujuan awal (cek tujuan pinjaman awal pada kartu pinjaman jika ada)

Page 90: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

85

Pertanyaan Inti Penjajakan/Penyelidikan

4. Gali apakah “pengecekan realisasi penggunaan pinjaman” dilakukan oleh LKM (ditanyak jika proses ini ada dalam kebijakan LKM tersebut). 5. Gali apakah pinjaman digunakan sendiri oleh nasabah atau oleh keluarga lainnya atau orang lain? {Tujuan dari pertanyaan ini adalah untuk mengetahui pengguna dari pinjaman tersebut, missal untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya Joki pinjaman}

III. Bagaiman pengalaman Anda dalam mendapat pinjaman dari Kreditu? How was your experience of borrowing money from providers? (List down all the sources the respondent has taken loan from. On a scale of 1-5 ask the respondent to score each of the provider with 1 being worst experience and 10 being best experience)

6. Catat semua kredit dimana responden memperoleh pinjaman. Dalam skala 1-5 tanyakan kepada responden untuk memberikan penilaian atas pengalaman mereka akan kreditur yang paling buruk (1) dan paling baik (5).7. Apa saja persoalan yang dirasakan dalam mendapatkan pinjaman dari LKM? (suku bunga, tingkahlaku staff, limit pinjaman, lamanya proses kredit, cara pembayaran angsuran, fleksibilitas angsuran, jaminan, dll). 8. Gali informasi bagaimana responden mengetahui LKM: a. Apakah Anda tahu nama LKM dimana Anda meminjam? b. Siapa yang membantu Anda untuk mendapatkan pinjaman tersebut? c. Siapa yang menghubungi Anda atau yang Anda hubungi untuk menjadi anggota kelompok (untuk mendapatkan pinjaman). d. Apakah Anda kenal anggota lain dalam kelompok Anda? (Ya/Tidak) {Pertanyaan ini untuk mendapatkan masukan tentang hubungan/perpaduan dalam kelompok}9. Berapa jumlah pinjaman yang Anda dapat dari LKm tersebut? Gali apakah responden mendapatkan semua jumlah pinjaman sesuai dengan perjanjian atau apakah responden membayar sejumlah uang atau komisi untuk mendapatkan pinjaman tersebut kepada seseorang. (Tujuan dari pertanyaan ini adalah untuk mengidentifikasi jika ada Joki pinjaman, contoh Staf LKM mungkin mendapatkan nasabah dari seorang ketua kelompok atau orang berpengaruh di area/komunitas tersebut dan

Page 91: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

86

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Pertanyaan Inti Penjajakan/Penyelidikan

mungkin mengenakan biaya kepada nasabah atas bantuan untuk mendapatkan pinjaman tersebut).

IV. Bagaimana Anda mengatur pembayaran/ pemenuhan semua kewajiban dari seluruh pinjaman yang banyak tersebut?

10. Untuk memahami persoalan yang dirasakan dalam mengatur pembayaran kewajiban yang banyak seperti kewajiban menghadiri pertemuan kelompok, mengatur arus kas, dokumentasi, tekanan kelompok ( tanggung renteng), banyaknya biaya-biaya, tingkahlaku staf, konsekuensi dari ketidakhadiran dalam pertemuan kelompok, dll.11. Bagaimana/Kepada siapa Anda membayar angsuran setiap waktu pembayaran? (Gali apakah nasabah membayar langsung kepada staf atau melalui orang lain).

V. Bagaimana Anda mengatur arus kas/ keuangan untuk pemenuhan pembayaran angsuran?

12. Gali bagaimana responden mengatur arus kas/keuangan untuk pembayaran angsuran dan kendala yang dirasakan untuk pemenuhan kewajiban tersebut. Contoh, dengan mengajukan pinjaman lain untuk membayar pinjaman yang ada, menjual aset, dibayarkan dahulu oleh anggota kelompok, mengurangi pengeluaran RT, mengatur jadwal pembayaran angsuran tiap pinjaman sedemikian rupa, atau tidak ada kendala karena pendapatan RT masih cukup membayar semua kewajiban. Selanjutnya juga gali bagaimana responden mengatur keuangan dalam hal ada kebutuhan keadaan darurat. 13. Gali lebih dalam akan adanya praktik pengajuan pinjaman lain yang bertujuan untuk menutupi kebutuhan pembayaran pinjaman lain/sebelumnya.14. Apakah ada keterlambatan dalam pembayaran angsuran? Ya/Tidak. 15. Apa alasan keterlambatan tersebut? 16. Jika Anda mempunyai uang terbatas dan saat itu Anda harus membayar angsuran kepada semua kreditur, tetapi uang yang ada hanya cukup untuk membayar satu pinjaman, pinjaman mana yang Anda prioritaskan? Kenapa? (Bandingkan seluruh formal atau informal kreditur).

Page 92: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

87

Pertanyaan Inti Penjajakan/Penyelidikan

17. Gali jika anggota lain dalam kelompok membayar angsuran yang tidak dapat/terlambat dibayar oleh responden (sebagai bagian tanggung renteng).

VI. Bagaimana status semua pinjaman Anda dari berbagai MFI saat ini?

18. Apa status seluruh pinjaman responden? Apakah ada yang menunggak? Jika ada, gali informasi penyebab tunggakan/macet. 19. Gali akan alasan mengapa pinjaman pada LKM tertentu tertunggak tetapi ditempat lain tidak (jika ada seperti ini). 20. Jika pinjaman Anda sudah menunggak pada sekian LKM, apakah sumber pinjaman/dana Anda yang lain saat ini/jika diperlukan? 21. Juga gali praktek penagihan tunggakan yang dilakukan oleh LKM dan bagaimana pengalaman responden dalam menghadapi praktik penagihan tunggakan tersebut [contoh penagihan secara intensif, restrukturisasi, menjual aset, tanggung renteng kelompok, ditawarkan pinjaman baru untuk menutupi pinjaman lama, tidak ada, dll.] {Tujuan dari pertanyaan ini adalah untuk memahmi apakah operasional yang dilakukan LKM dalam mengatasi tunggakan menggunakan praktik yang kurang/tidak etis. Juga untuk memahami jika praktik penagihan tunggakan memberikan dampak negative/merugikan nasabah}.

Page 93: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

88

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Lampiran IX: Petunjuk IDI untuk Kepala Cabang MBK

Tanggal: Lokasi: Desa/Kota/Semi-Kota *) *) coret yang tidak perlu

Moderator: Asisten Moderator: No. HP.:

Instruksi Kepada Responden

Tujuan Riset:

1. Mendapatkan pemahaman yang mendalam akan alasan yang memicu nasabah untuk mempunyai pinjaman yang banyak (lebih dari satu).

2. Dampak dari pinjaman yang banyak terhadapa kemampuan membayar nasabah.

Moderator:

• Terima kasih untuk kesediaanya untuk diwawancarai • Nama Saya …..dan rekan saya ….. Kami dari MicroSave Jakarta, saat ini sedang

melakukan riset untuk meningkatkan layanan keuangan kepada masyarakat. • Tujuan dari diskusi ini adalah untuk memahami akan penggunaan pinjaman dari berbagai

kreditur di daerah ini agar nantinya dapat memberikan layanan yang lebih baik kepada nasabah/masyarakat di masa yang akan datang.

• Informasi yang Ibu sampaikan sangatlah penting buat kami. Tidak ada jawaban salah ataupun benar dari setiap pertanyaan yang akan diajukan. Jadi silahkan untuk dengan bebas menyampaikan ide/informasi/pendapat Bapak.

• Kami juga mohon kesediaannya untuk merekam pembicaraan ini agar nanti kami dapat mengingat dan tidak melewatkan ide/informasi yang disampaikan. Detil dari diskusi ini dan nama dari Ibu akan kami jaga kerahasiaannya – jadi jangan khawatir dan silahkan untuk terbuka menyampaikan informasi/pendapat apapun.

• Selama diskusi mohon untuk berbicara secara bergantian satu-persatu agar dapat saling mendengarkan apa yang disampaikan satu-sama lain.

• Sebelum kita mulai, apakah Ibu ada pertanyaan?

Page 94: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

89

Profil Responden

Nama LKM :

Nama Responden :

Jenis Kelamin :

Usia :

Pendidikan :

Jabatan :

Sejak :

Jabatan Sebelumnya :

Pengalaman di LKM ini : tahun/bulan

Jumlah Bawahan :

No. Telepon/HP :

Informasi Bisnis Cabang

Nama Cabang :

Cakupan Kerja Area :

Total Portofolio Pinjaman : Rp.

• Pinjaman Kelompok : Rp.

• Pinjaman Individu : Rp.

Target Pertumbuhan Pinjaman (bulan/tahun) :

Informasi Produk : Pinjaman Kelompok / Individu

• Limit Pinjaman (per Siklus) :

• Tenor/Jangka Waktu :

• Jaminan :

• Kebijakan (Analisis) Kapasitas untuk Pengembalian Pinjaman

: tahun/bulan

• Kewenangan Memutus :

Total NPL (data NPL bisa didapat per kategori jika ada, contoh per tujuan pinjaman, per jenis produk pinjaman, per limit pinjaman, pemutus kredit, dll.)

: Rp.

Page 95: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

90

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Panduan Wawancara

Pertanyaan Inti Penjajakan/Penyelidikan

1. Apa target bisnis Anda? • Apa saja komponen target bisnis dan bobotnya? Gali/fokus pada target penambahan nasabah/kredit dan manajemen.

• Siapa yang menetapkan target?• Bagaimana proses keputusan pemberian target (angka)

tersebut?

2. Bagaimana pendapat Anda terkait pertumbuhan target pinjaman di cabang Anda ini?

• Persepsi Kacab atas target bisnis yang diberikan (bisa dicapai/terlalu tinggi/terlalu rendah/dll)? Mengapa Anda berkata demikian?

3. Bagaimana persaingan pasar saat ini?

• Jumlah kompetiror di pasar?• Apa yang ditawarkan oleh kompetitor ke nasabah (contoh-

contoh di lapangan)?• Bagaimana Anda membandingkan LKM Anda dengan

kompetitor dalam hal cara mendapatkan nasabah dan manajemen?

• Mengapa Anda berkata demikian?

4. Apa strategi Anda untuk mencapai target Anda?

• Gali informasi seperti fokus pada segmen/pasar yang baru, mengakuisisi nasabah LKM lain, menurunkan persyaratan kredit, dll.

5. Bagaimana Anda memilih nasabah?

• Apa kriteria pemilihan nasabah yang ada?• Bagaimana Anda melihat/menghitung kemampuan membayar

dari nasabah untuk pinjaman baru/perpanjangan?

6. Bagaimana Anda mengidentifikasi kemungkinan adanya pinjaman ganda/berlipat dari nasabah?

• Apakah ada contoh-contoh praktik kepemilikan pinjaman yang banyak/berlipat oleh nasabah?

• Apakah Anda bertanya (secara informal) untuk mendapatkan informasi nasabah kepada rekan LKM lain sebelum mengakuisisi nasabah?

Page 96: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

91

Panduan Wawancara

Pertanyaan Inti Penjajakan/Penyelidikan

7. Apakah Anda mempunyai kebijakan/ strategi atas nasabah yang memiliki pinjaman yang banyak?

• Kebijakan seperti: penolakan (misal jika sudah punya dua atau lebih pinjaman), batasan limit pinjaman, tambahan bunga atau provisi, dll.

8. Apa pendapat Anda tentang kepemilikan pinjaman yang berlipat/ banyak oleh nasabah?

• Pendapat Kacab akan risiko dengan banyaknya pinjaman yang dimiliki?

• Alasan kenapa nasabah punya pinjaman yang banyak diberbagai tempat?

• Mengapa Anda berkata demikian?

9. Apa alasan utama dari kredit macet (biasanya)?

• 3-5 alasan yang umum terjadi dari kredit macet atau tunggakan oleh nasabah?

10. Apa pendapat Anda tentang pinjaman yang berlebihan/ melebih kapasitas nasabah?

• Apakah ada contoh-contoh kasus kredit macet karena kelebihan pinjaman?

• Risiko dari kelebihan pinjaman?• Mengapa Anda berkata demikian?

11. Apa yang Anda lakukan dalam mengatasi tunggakan?

• Untuk memahami kebijakan penyelesaian tunggakan oleh LKM dan implementasi & cara cabang mengatasi kredit bermasalah (untuk mencari tahu jika ada indikasi praktik (pengaruh dari LKM) pengajuan pinjaman baru untuk penyelesaian kredit bermasalah anggota dari kreditur lain, dll)

12. Apa kebijakan terkait pertemuan nasabah/ kelompok?

• Frekuensi pertemuan?• Konsekuensi kepada anggota yang tidak menghadiri

pertemuan?

13. Bagaimana pendapat Anda tentang implementasi pertemuan kelompok?

• Untuk memahami bagaimana implementasi sebenarnya di lapangan? Seberapa tegas/ketat kebijakan dilakukan? Mengapa Anda berkata demikian?

Page 97: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

92

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Panduan Wawancara

Pertanyaan Inti Penjajakan/Penyelidikan

14. Bagaimana Anda memonitor staf Anda?

• Untuk memahami bagaimana Kacab memonitor semua staf dibawahnya.

• Monitoring harian?• Evaluasi performa/kinerja staf?• Frekuensi evaluasi kinerja?

15. Bagaimana tingkat perputaran tenaga kerja?

• Jumlah staf yang keluar per tahun?

16. Seberapa sering rotasi/ mutase staf dilakukan?

• Alasan rotasi/mutase staf?

17. Bagaiman proses proses induksi (pegawai baru) dan pelatihan kepada staf dilakukan?

• Siapa yang meberikan pelatihan?• Berapa lama pelatihan diberikan?• Agenda/materi pelatihan apa saja?

18. Bagaimana skema insentif Anda/staf?

• Untuk memahami apa yang memotivasi staf (Kacab dan staf) untuk mencapai target.

• Untuk memahami jika ada control risiko dalam skema insentif, dan juga apakah hal tersebut dipertimbangkan oleh staf atau tidak.

19. Bagaiman proses audit (terkait kredit) dilakukan?

• Untuk memahami control/monitor atas proses pemutusan kredit dilakukan oleh cabang.

• Seberapa sering audit dilakukan?• Apa yang biasanya diperiksa oleh Audit dan dampak hasil

temuan Audit seperti apa?

20. Apa pendapat Anda akan kualitas sistem/ MIS dan mekanisme pelaporan kredit/bisnis?

• Untuk memahami kualitas MIS dalam menyediakan informasi nasabah seperti untuk analisis kredit, memantau kredit & eveluasi, dll.

Page 98: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

93

Lampiran X: Petunjuk FGD untuk Staf Cabang MBK

Detil Sesi

Tanggal: Lokasi: Desa/Kota/Semi-Kota *) *) coret yang tidak perlu

Moderator: Asisten Moderator: No. HP.:

Instruksi Kepada Responden

Tujuan Riset:

1. Mendapatkan pemahaman yang mendalam akan alasan yang memicu nasabah untuk mempunyai pinjaman yang banyak (lebih dari satu).

2. Dampak dari pinjaman yang banyak terhadapa kemampuan membayar nasabah.

Moderator:

• Terima kasih untuk kesediaanya untuk diwawancarai • Nama Saya …..dan rekan saya ….. Kami dari MicroSave Jakarta, saat ini sedang

melakukan riset untuk meningkatkan layanan keuangan kepada masyarakat. • Tujuan dari diskusi ini adalah untuk memahami akan penggunaan pinjaman dari berbagai

kreditur di daerah ini agar nantinya dapat memberikan layanan yang lebih baik kepada nasabah/masyarakat di masa yang akan datang.

• Informasi yang Ibu sampaikan sangatlah penting buat kami. Tidak ada jawaban salah ataupun benar dari setiap pertanyaan yang akan diajukan. Jadi silahkan untuk dengan bebas menyampaikan ide/informasi/pendapat Bapak.

• Kami juga mohon kesediaannya untuk merekam pembicaraan ini agar nanti kami dapat mengingat dan tidak melewatkan ide/informasi yang disampaikan. Detil dari diskusi ini dan nama dari Ibu akan kami jaga kerahasiaannya – jadi jangan khawatir dan silahkan untuk terbuka menyampaikan informasi/pendapat apapun.

• Selama diskusi mohon untuk berbicara secara bergantian satu-persatu agar dapat saling mendengarkan apa yang disampaikan satu-sama lain.

• Sebelum kita mulai, apakah Ibu ada pertanyaan?

Page 99: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

94

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Profil Responden

Nama LKM / Cabang :

No Nama Usia P/L Pendidikan Jabatan Pengalaman Kerja

1

2

3

4

5

6

Panduan Wawancara

Pertanyaan Inti Penjajakan/Penyelidikan

1. Apa target bisnis Anda? • Apa saja komponen target bisnis dan bobotnya? Gali/fokus pada target penambahan nasabah/kredit dan manajemen.

• Siapa yang menetapkan target?• Bagaimana proses keputusan pemberian target (angka)

tersebut?

2. Bagaimana pendapat Anda terkait pertumbuhan target pinjaman di cabang Anda ini?

• Persepsi Kacab atas target bisnis yang diberikan (bisa dicapai/terlalu tinggi/terlalu rendah/dll)? Mengapa Anda berkata demikian?

3. Bagaimana persaingan pasar saat ini?

• Jumlah kompetiror di pasar?• Apa yang ditawarkan oleh kompetitor ke nasabah (contoh-

contoh di lapangan)?• Bagaimana Anda membandingkan LKM Anda dengan

kompetitor dalam hal cara mendapatkan nasabah dan manajemen?

• Mengapa Anda berkata demikian?

Page 100: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

95

Panduan Wawancara

Pertanyaan Inti Penjajakan/Penyelidikan

4. Apa strategi Anda untuk mencapai target Anda?

• Gali informasi seperti fokus pada segmen/pasar yang baru, mengakuisisi nasabah LKM lain, menurunkan persyaratan kredit, dll.

5. Bagaimana Anda memilih nasabah?

• Apa kriteria pemilihan nasabah yang ada?• Bagaimana Anda melihat/menghitung kemampuan membayar

dari nasabah untuk pinjaman baru/perpanjangan?

6. Bagaimana Anda mengidentifikasi kemungkinan adanya pinjaman ganda/berlipat dari nasabah?

• Apakah ada contoh-contoh praktik kepemilikan pinjaman yang banyak/berlipat oleh nasabah?

• Apakah Anda bertanya (secara informal) untuk mendapatkan informasi nasabah kepada rekan LKM lain sebelum mengakuisisi nasabah?

7. Apa pendapat Anda tentang kepemilikan pinjaman yang berlipat/ banyak oleh nasabah?

• Pendapat Kacab akan risiko dengan banyaknya pinjaman yang dimiliki?

• Alasan kenapa nasabah punya pinjaman yang banyak diberbagai tempat?

• Mengapa Anda berkata demikian?

8. Apa alasan utama dari kredit macet (biasanya)?

• 3-5 alasan yang umum terjadi dari kredit macet atau tunggakan oleh nasabah?

9. Apa pendapat Anda tentang pinjaman yang berlebihan/melebih kapasitas nasabah?

• Apakah ada contoh-contoh kasus kredit macet karena kelebihan pinjaman?

• Risiko dari kelebihan pinjaman?• Mengapa Anda berkata demikian?

10. Apa yang Anda lakukan dalam mengatasi tunggakan?

• Untuk memahami kebijakan penyelesaian tunggakan oleh LKM dan implementasi & cara cabang mengatasi kredit bermasalah (untuk mencari tahu jika ada indikasi praktik (pengaruh dari LKM) pengajuan pinjaman baru untuk penyelesaian kredit bermasalah anggota dari kreditur lain, dll)

Page 101: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

96

Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Panduan Wawancara

Pertanyaan Inti Penjajakan/Penyelidikan

13. Bagaimana Kacab memonitor kinerja Anda?

• Untuk memahami bagaimana Kacab memonitor semua staf dibawahnya.

• Monitoring harian?• Evaluasi performa/kinerja staf?• Frekuensi evaluasi kinerja?

14. Bagaimana pendapat Anda atas skema insentif Anda?

• Untuk memahami apa yang memotivasi staf untuk mencapai target.

• Untuk memahami jika ada control risiko dalam skema insentif, dan juga apakah hal tersebut dipertimbangkan oleh staf atau tidak.

15. Apakah Anda mendapatkan pelatihan saat bergabung dengan LKM ini?

• Untuk memahami pelatihan yang diberikan kepada mereka (frekuensi, selama awal masuk, topik/materi pelatihan, kualitas pelatihan, dll.)

Page 102: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

StudiKasusPinjamanBerlebihdiIndonesia(Ringkasan)DilaporkankepadaPerkumpulanAksesKeuanganIndonesia(PAKINDO)

PT. Kredit Biro Indonesia Jaya

SebuahpenilaianterhadappinjamanbergandadanpinjamandilembagakeuanganmikrodiIndonesiadengan

menggunakandatabirokredit.

Studi Kasus Pinjaman Berlebih di Indonesia (Ringkasan) Dilaporkan kepada Perkumpulan Akses Keuangan Indonesia (PAKINDO)

PT. Kredit Biro Indonesia Jaya

Page 103: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ....................................................................................................................................................... 2

METODOLOGI.......................................................................................................................................................... 2

KARAKTERISTIK KESELURUHAN LKM YANG BERPARTISIPASI ........................................................... 3

RINGKASAN PENELITIAN .................................................................................................................................... 4

MANFAAT DARI MEMBAGIKAN INFORMASI KREDIT ................................................................................ 5

REKOMENDASI ........................................................................................................................................................ 6

Page 104: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

2

PENDAHULUAN Industri keuangan mikro telah mengalami pertumbuhan yang baik dalam beberapa tahun terakhir. Hanya dalam waktu 4 tahun, portofolio pinjaman bruto dari lembaga keuangan mikro (LKM) papan atas tumbuh pada tingkat rata-rata 57,84% dan jumlah klien meningkat rata-rata 39,75%. Secara global keuangan mikro meningkat pesat, terutama di pasar yang sedang tumbuh dan negara-negara berkembang. Di Indonesia keuangan mikro ditawarkan oleh berbagai lembaga, di antaranya koperasi simpan pinjam, Bank Perkreditan Rakyat (BPR), perusahaan penyedia modal, lembaga keuangan bank desa informal, bank-bank cabang dari bank komersial seperti BRI, BTPN, Danamon, dan Mandiri. Sebagai sebuah industri yang sedang berkembang di pasar global dan di Indonesia, kita harus menempuh langkah-langkah yang diperlukan untuk mempertimbangkan risiko dari pinjaman berlebih untuk melindungi peminjam dan pemberi pinjaman mikro. Di seluruh dunia, biro kredit yang dikelola dengan baik telah terbukti berkontribusi langsung terhadap pembangunan ekonomi melalui kemitraan dengan lembaga keuangan mikro. Transparansi keuangan dan pengetahuan kredit meningkatkan akses terhadap kredit dan secara bersamaan menjaga peminjam dan pemberi pinjaman menjaga akuntabilitasnya masing-masing. PT. Kredit Biro Indonesia Jaya (KBIJ) percaya dengan kekuatan informasi. Kami berupaya untuk menggunakan informasi multi dimensi untuk mengidentifikasi masalah-masalah dan menciptakan peluang bagi para organisasi.Penelitian ini mengeksplorasi pola peminjaman silang di antara LKM yang turut serta dalam studi ini dengan menggunakan analisis kuantitatif yang dilakukan oleh sistem pelaporan biro kredit PT. Kredit Biro Indonesia Jaya (KBIJ). METODOLOGI Pada awalnya proyek ini dimulai dengan 12 lembaga keuangan mikro. Sembilan LKM kemudian memberikan data mereka untuk dianalisis secara kuantitatif. Sayangnya, kami harus mengeliminasi tiga LKM karena permasalahan data sehingga hanya tersisa enam LKM yang datanya dimasukkan ke dalam studi. LKM yang berpartisipasi dalam studi ini adalah berikut (diurutkan menurut jumlah terbanyak pinjaman konsumen): PT. Mitra Bisnis Keluarga Ventura, PT. Bina Artha Ventura, PT. Dana Mandiri Sejahtera, PT. BPR Dana Mandiri Bogor, Koperasi Kasih Indonesia, dan Tadbiirul Ummah. Data dikumpulkan dalam bentuk tiga berkas dengan menggunakan format standar antarmuka (interface) yang biasa digunakan dalam pelaporan sistem informasi debitur (SID). Data dari tiga LKM, yakni Koperasi Sejahtera Bangsaku, Koperasi Mitra Dhuafa, dan Koperasi Baytul Ikhtiar tidak dapat disertakan ke dalam studi. Beberapa masalah utama terkait data dari lembaga-lembaga ini: � Informasi yang hilang

Page 105: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

3

o Tidak ada fasilitas yang disediakan di antara debitur X referensi - sehingga tidak bisa menghubungkan fasilitas dengan debitur terkait.

! Tidak ada kredit/x informasi referensi yang tersedia ! Identitas (ID) debitur tidak tersedia ! Identitas (ID) yang tidak unik untuk nomor fasilitas

o Isu-isu struktur berkas/data ! Berkas tidak memiliki kolom bagian atas ! Isu-isu Limiter/delimiter ! Format: kombinasi bulan/tahun yang tidak konsisten ! Kekurangan data standar secara signifikan menyulitkan dilakukannya

analisis kuantitatif KARAKTERISTIK KESELURUHAN LKM YANG BERPARTISIPASI (a) Jangkauan

Nama LKM LKM ID

Format yang tersedia

Status Kredit Debitur Fasilitas X

Debitur PT. Bina Artha Ventura 9586 excel file (.xlsx) Selesai. 8.433 8.431 8.433 Selesai 170.642 170.642 170.642 PT. Dana Mandiri Sejahtera

9597 Text file(.txt) Selesai 33.276 44.074 33.204

BPR Dana Mandiri Bogor

9589 excel file (.xlsx) Selesai 32.478 32.478 32.478

Koperasi Sejahtera Bangsaku

9591 excel file (.xlsx) Selesai 0 2.701 0

Koperasi Kasih Indonesia

9596 excel file (.xlsx) Own fmt (9flds)

Selesai 7.773 0 0

Mitra Bisnis Keluarga Ventura

9587 excel file (.xlsx) Selesai 512.340 512.340 512.340

Koperasi Mitra Dhuafa 9588 CSV file(.csv) Selesai 261.825 251.567 254.261 Koperasi Baytul Ikhtiar 9590 excel file(.xlsx) Selesai 12.745 12.745 0 Koperasi Tudbirul Ummah

9594 excel file(.xlsx) Selesai 519 5.760 0 (519)

(B) Partisipasi dalam Biro Kredit dan Penggunaan Sistem Perbankan Inti

Nama LKM SID (Bank

Indonesia)Anggota?

Sistem Perbankan Inti?

PT. Mitra Bisnis Keluarga N Y

Koperasi Mitra Dhuafa N Y

PT. Bina Artha Ventura Y Y

PT. Dana Mandiri Sejahtera N Y

PT. BPR Dana Mandiri Bogor Y Y

Koperasi Baytul Ikhtiar N N

Koperasi Sejahtera Bangsaku N N

Page 106: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

4

Koperasi Kasih Indonesia N N

Koperasi Tudbirul Ummah N N

RINGKASAN PENELITIAN (a) Rintangan 1. Sampel dari partisipan relatif kecil, sehingga diperlukan kehati-hatian dalam

menggunakan hasil penelitian untuk keseluruhan industri LKM. 2. Selain itu, kami tidak bisa membandingkan data dengan data Biro Kredit Bank Indonesia

selaku Bank Sentral dari Indonesia (SID) karena belum disediakan oleh biro di Indonesia. Dengan demikian, sulit untuk memahami sifat alami dari peminjaman silang potensial dan risiko potensial dari keterjeratan utang.

3. Data pinjaman berlebih tidak tersedia sehingga seseorang hanya bisa mengambil kesimpulan dari risiko pinjaman berlebih dari data peminjaman silang dari sampel yang diinvestigasi.

(b) Keselurahan TingkatBerbagai Pinjaman di antara LKM Partisipan Kriteria pencocokan berikut digunakan di mana kecocokan terjadi saat: 1. Identitas (ID)/Tanggal lahir (DOB)/Nama (Name)sangat cocok atau 2. Identitas(ID)/Tanggal lahir (DOB)sangat cocok, Nama (Name)hampir cocok atau 3. Identitas(ID)/Nama (Name)sangat cocok, Tanggal lahir(DOB)hampir cocok

Jumlah Akun Jumlah Entitas % 0 13.949 1,90 1 674.616 92,02 2 43.523 5,94 3 1.002 0,14

TOTAL 733.090 100,00 Catatan: Data tidak menyertakan konsumen dari tiga LKM (karena kekurangan data) dan nasabah bank yang melaporkan kepada Biro Kredit Bank Indonesia (termasuk penyedia terbesar pinjaman berkelompok di Indonesia, Bank BTPN Syariah dengan sekitar 2 juta klien mikro). Lihat catatan untuk hambatan dan metodologi. Tabel di atas menunjukkan ketumpangtindihan berdasarkan akun: � 13.949 entitas tidak memiliki satupun akun (2%) � 674.616 entitas hanya memiliki satu akun (92%) � 43.523 entitas memiliki dua akun (6%) � 1.002 entitas memiliki tiga akun (0,1%)

Jumlah LKM Jumlah Entitas % 0 13.949 1,90 1 674.877 92,06 2 43.337 5,91 3 927 0,13

TOTAL 733.090 100,00 Catatan: Data tidak menyertakan konsumen dari tiga LKM (karena kekurangan data) dan nasabah bank yang melaporkan kepada Biro Kredit Bank Indonesia (termasuk penyedia terbesar pinjaman berkelompok di Indonesia, Bank BTPN Syariah dengan sekitar 2 juta klien mikro). Lihat catatan untuk hambatan dan metodologi.

Page 107: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

5

Tabel di atas menunjukkan ketumpangtindihan menurut LKM: � 13.949 entitas tidak memiliki satupun akun (2%) � 674.877 entitas memiliki satu akun dengan satu LKM (92%) � 43.337 entitas memiliki akun-akun dengandua LKM (6%) � 927 entitas memiliki akun-akun dengantiga LKM (0.1%) (c) Tingkat Berbagai Pinjaman di antara LKM Partisipan (%)

Total konsumen

0 selain LKM (konsumen loyal)

1 selain LKM 2 selain LKM

Bina Artha Ventura 170.448 82,7 16,7 0,6 Dana Mandiri Sejahtera 33.197 70,6 26,6 2,8 BPR Dana Mandiri Bogor 32.420 77,0 22,9 0,1 Koperasi Kasih Indonesia 7.096 99,9 0,1 - Mitra Bisnis Keluarga 512.322 91,7 8,1 0,2 Koperasi Tadbiirul Ummah 468 98,3 1,1 0,6 Catatan: Data tidak menyertakan konsumen dari tiga LKM (karena kekurangan data) dan nasabah bank yang melaporkan kepada Biro Kredit Bank Indonesia (termasuk penyedia terbesar pinjaman berkelompok di Indonesia, Bank BTPN Syariah dengan sekitar 2 juta klien mikro). Lihat catatan untuk hambatan dan metodologi. Dapat dilihat dari hasil-hasil sebelumnya bahwa ada bukti beberapa persentase yang cukup tinggi dari pinjaman berganda di antara partisipan studi, dengan nilai kurang dari 1% hingga 26,6% untuk partisipan sekarang. Jika persentase tersebut direplikasi ke industri yang lebih luas, hal ini dapat memberikan pemahaman terkait risiko dari peminjaman silang di antara konsumen LKM – merujuk kepada catatan di bawah terkait dampak peminjaman silang dan sugesti untuk mengatasi isu ini. Dengan jumlah sampel yang terbatas, direkomendasikan untuk mengadakan investigasi lebih lanjut untuk mengkonfirmasi penemuan dari laporan ini untuk industri LKM yang lebih luas. Sebagai tambahan, rekomendasi berikut penting untuk diperhatikan: � Berdasarkan pengalaman dari para peserta, sebuah sistem pelaporan kredit yang

terstruktur dan terstandardisasi harus segera diimplementasikan. � Inovasi pemakaian teknologi dan sistem managemen informasi wajib dikembangkan di

setiap LKM untuk memaksimalkan kemampuan IT. � Ketersediaan sistem perbankan inti yang teruji untuk setiap LKM partisipan harus

dikembangkan. � LKM partisipan harus mencatat pengembangan yang diperlukan di dalam lingkungan

bisnis, khususnya di sisi teknis sehingga managemen bisa melakukan kontrol yang tepat. MANFAAT DARI MEMBAGIKAN INFORMASI KREDIT Pelaporan Kredit atau Pembagian Informasi Kredit adalah sebuah proses di mana penyedia kredit, seperti LKM, menukar informasi tentang jumlah uang muka (advances) dan pinjaman, termasuk limit pinjaman dan baik pengembalian terkini maupun keterlambatan dari para peminjam mereka.

Page 108: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

6

Secara teoritis, Pelaporan Kredit atau Pembagian Informasi Kredit meningkatkan pengetahuan LKM terhadap karakteristik peminjaman aplikan dan memberikan prediksi yang lebih akurat atas peluang pengembalian pinjaman. Pelaporan Kredit atau Pembagian Informasi Kredit juga menghapuskan insentif (kemampuan?) peminjam untuk terjerat utang melalui pengajuan pinjaman secara simultan dari banyak LKM tanpa sepengetahuan mereka. LKM di Indonesia biasanya merupakan bagian dari komunitas dan secara umum memiliki pengetahuan yang baik atas klien mereka. Mereka tidak menggunakan Pelaporan Kredit atau Pembagian Informasi Kredit secara formal, tetapi mereka mengumpulkan informasi terkait sejarah kredit klien melalui jejaring sosial dan hubungan pribadi dengan para peminjam. Mereka juga menggunakan kode etik tertentu untuk tidak meminjamkan calon peminjam yang sedang berutang kepada LKM. Bagaimanapun, dengan pasar menjadi semakin kompetitif, metodologi peminjaman dengan pendekatan khusus didasari pengetahuan atas konsumen yang biasa dilakukan LKM di Indonesia tidak cukup untuk mencegah risiko terjadi pinjaman berlebih. Manfaat dari ikut serta dalam Pelaporan Kredit atau Pembagian Informasi Kredit seringkali tidak terlihat jelas sampai peminjaman silang di antara konsumen LKM menjadi nyata. Hal ini telah menjadi bukti di beberapa negara secara global. Bila LKM di Indonesia tidak belajar dari sejarah di pentas dunia, mereka akan mengulanginya kembali. Industri keuangan mikro di beberapa negara, seperti di India, Bosnia, dan Guatemala telah mengalami berbagai masalah utang dan keterjeratan utang. Krisis Bosnia:

Sebelum terjadinya krisis di Bosnia, tidak ada LKM yang diwajibkan untuk melapor kepada biro kredit. Bagaimanapun, saat terjadi krisis di tahun 2008, Bank Sentral mewajibkan semua lembaga kuangan yang diatur, termasuk LKM, untuk mengaplikasikan sistem biro kredit. Di bulan Desember 2008, terdapat 392.703 pinjaman aktif dan 554,6 juta euro dalam portofolio.Untuk saat ini, ada 12 LKM di Bosnia dengan 249.000 kliendan kurang lebih 265 juta euro di portofolio. Portofolio 30 hari memiliki risiko 5,8%. Krisis pun berakhir.

Krisis Guatemala:

Di krisis Guatemala ditemukan bahwa setelah LKM mulai menggunakan databasepelaporan kredit, persentase rata-rata pinjaman individu dengan minimal satu kali pembayaran terlambat berkurang dari 67,2% untuk pelaporan pinjaman sebelum kredit menjadi 52,8% untuk pelaporan pinjaman setelah kredit. REKOMENDASI Klien dari LKM di Indonesia khususnya terancam terhadap peminjaman silang dan berujung pada pinjaman berlebih karena latar belakang sosial-ekonomi mereka, dan oleh karena itu LKM memiliki tanggung jawab untuk melindungi klien tersebut dan menghindari untuk mendorong mereka ke posisi yang lebih buruk, terutama terhadap peminjaman berganda dan menghindari pinjaman berlebih.

Page 109: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

7

LKM di Indonesia perlu untuk mempertimbangkan pengurangan terjadinya pinjaman berganda, terutama di pasar yang sudah jenuh. LKM di Indonesia harus memastikan bahwa implementasi alat-alat manajemen risiko diperlukan untuk menilai risiko kredit perorangan. Saat ini berkembang sebuah konsensus terkait praktik untuk mengurangi risiko pinjaman berganda dan/atau pinjaman berlebih melalui praktik Pelaporan Kredit atau Pembagian Informasi Kredit dengan biro-biro kredit yang berfungsi baik. Biro-biro Kredit Swasta atau beberapa bentuk lainnya dari Pelaporan Kredit atau Pembagian Informasi Kredit adalah esensial untuk mencegah terjadinya pinjaman berganda menjadi pinjaman berlebih dengan cara memberikan sinyal kepada LKM terkait potensi pinjaman berganda dan/atau pinjaman berlebih dari klien-klien prospektif. LKM di Indonesia perlu mengubah operasional mereka. Mereka akan memperlukan sistem baru atau terbarukan yang membuat mereka mampu untuk menukar informasi dengan Biro-biro Kredit. Staf khusus perlu dipekerjakan ataudiberikan pelatihan menggunakan Sistem Pelaporan Kredit dan mampu mengkomunikasikan data dengan pantas. LKM perlu untuk mematuhi standar kualitas, karena menyerahkan data dengan kualitas buruk akan berdampak besar. Dengan bergantung kepada rencana LKM menggunakan produk dan jasa biro kredit, mereka mungkin perlu mengganti metodologi pemberian pinjaman dan operasional lainnya. Data dari Pelaporan Kredit atau Pembagian Informasi Kredit harus disediakan secara runtut waktu. Keruntutan waktu ini mewajibkan LKM untuk memperbarui database secara teratur dan sering (misalnya dalam waktu beberapa hari setelah munculnya sebuah peristiwa tertentu yang relevan, atau pada saat akhir siklus pembukuan). Data yang terbarukan wajib disediakan secara sistematis, biasanya sesusai dengan jadwal yang disepakati. Membangun kapasitas dari persyaratan di atas membutuhkan sumber-sumber daya finansial dan manusia. LKM-LKM tersebut haruslah cukup besar dan canggih untuk menjalankan program perbankan inti sekaligus memiliki sistem informasi managemen (SIM) yang diperlukan dan sumber daya manusia (SDM) terlatih untuk ambil bagian dalam Pelaporan Kredit atau Pembagian Informasi Kredit. LKM-LKM itu dengan SIM termuktahir dan staf untuk mengoperasikannya, mungkin membutuhkan sedikit lebih banyak penyesuaian kembali agar mampu ikut serta dalam Pelaporan Kredit atau Pembagian Informasi Kredit. Akan tetapi, diperlukan pemeriksaan substansial dari sistem mereka sebelumnya dan pembaruan mekanisme pemrosesan back-end, hardware dan software agar mereka memiliki kapasitas dan kecepatan pemrosesan yang dibutuhkan untuk ikut serta di dalam sebuah kredit biro. Untuk LKM-LKM yang bekerja secara semi otomatis atau masih menggunakan sistem manual, diperlukan investasi tambahan di dalam SIM dan SDM untuk pengoperasiannya. Bagaimanapun, hal ini akan menghasilkan peningkatan operasi LKM secara keseluruhan terkait efisiensi, produktivitas, efektifitas biaya, analisis risiko, dan jangkauan klien. Hasil observasi membuktikan bahwa LKM-LKM di Indonesia secara berkelanjutan berada di belakang negara-negara seperti India, Kenya, dan Filipina dalam pemberdayaan teknologi untuk mengoptimalkan operasi-operasi. Solusi perbankan inti di belakang meja atau sistem informasi yang digunakan LKM untuk mengelola dan melacak transaksi tingkat klien dan akuntansi keuangan seringkali bekerja dengan baik, tetapi pelayanan front-end tetap menggunakan kertas. Sangat sedikit LKM yang menggunakan teknologi front-end.

Page 110: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

8

Teknologi front-end menyertakan penggunaan alat yang nyaman digenggam untuk mengubah arus informasi menjadi bentuk digital dan memperbarui pencatatan langsung kepada solusi perbankan inti. Teknologi back-end dan front-end ini telah meningkat menjadi mudah diperoleh akhir-akhir ini. Beberapa vendor sering menawarkan produk mereka dengan shared-basis untuk teknologi back-end. LKM tidak harus berinvestasi besar untuk peralatan. Mereka juga menawarkan klien mereka teknologi front-end dengan basis “Pay As You Grow”.

Pelepasan tanggung jawab: Perkumpulan Akses Keuangan Indonesia (PAKINDO) mengajukan studi ini untuk menginvestigasi skala pinjaman berlebih bagi klien kredit mikro di Indonesia. Laporan sementara ini telah dikompilasi untuk menyediakan informasi penting mengenai jumlah entitas yang memiliki peminjaman berlipat antar-LKM. Setiap upaya telah dilakukan untuk memastikan informasi akurat sesuai data yang diberikan LKM yang berpartisipasi. Rekomendasi dalam laporan ini sebatas informasi dan tidak dimaksudkan sebagai saran teknis atau hukum. Tidak ada kewajiban untuk menggunakan studi ini sebagai landasan untuk mengambil kebijakan hukum, bisnis, atau kebijakan penting lainnya.

Page 111: Studi Pinjaman Berlebih di Indonesia

Publikasi ini disusun oleh:

atas kerjasama dengan: