analisis kepuasan konsumen terhadap pembelian … · sebagai salah satu syarat untuk ... keputusan...
TRANSCRIPT
ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN
TERHADAP PEMBELIAN BELIMBING DEWA
DI KOTA DEPOK
MEGA PERTIWI
H34070099
SKRIPSI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis
Kepuasan Konsumen Terhadap Pembelian Belimbing Dewa di Kota Depok”
adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
tulis yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi
ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, April 2014
Mega Pertiwi
H34070099
ABSTRAK
MEGA PERTIWI. Analisis Kepuasan Konsumen Terhadap Pembelian
Belimbing Dewa di Kota Depok. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NETTI
TINAPRILLA).
Indonesia merupakannegara agraris yangmemiliki berbagai macam
komoditas pertanian yang beraneka ragam. Keanekaragaman komoditas
merupakan aset yang potensial untuk dikembangkan, salah satu subsektor yang
sangat potensial untuk dikembangkan adalah subsektor hortikultura. Berdasarkan
data dari hasil produksi buah-buahan di Indonesia dari tahun 2008 sampai tahun
2012, kita dapat melihat secara keseluruhan dan mengambil kesimpulan bahwa
produksi buah-buahan mengalami peningkatan. Untuk komoditas belimbing, total
produksinya pada tahun 2008 adalah 72,397 ton dan meningkat menjadi 130,762
ton pada tahun 2012. Peningkatan total produksi belimbing menunjukan bahwa
belimbing merupakan komoditas buah yang potensial untuk dikembangkan. Kota
Depok di Jawa Barat merupakan sentra produksi belimbing Dewa, oleh karena itu
diperlukan penelitian untuk mengetahui kepuasan konsumen terhadap pembelian
belimbing Dewa. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis
kepuasan konsumen terhadap pembelian belimbing Dewa di Kota Depok,
penelitian ini menggunakan 60 responden yang merupakan konsumen belimbing
Dewa di wilayah Depok. Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif,
analisis tingkat kepentingan dan kinerja atribut, serta Customer Satisfaction Index
(CSI). Dari hasil analisis menunjukan bahwa para responden dipengaruhi oleh
beberapa faktor dalam proses pembelian belimbing Dewa seperti budaya, anggota
keluarga, situasi dan waktu pembelian, pendapatan, pengetahuan tentang
belimbing Dewa, gaya hidup, dan media informasi. Strategi pemasaran yang tepat
dapat meningkatkan keunggulan kompetitif dan keuntungan penjualan dari
belimbing Dewa, sedangkan rekomendasi dari strategi pemasaran belimbing
Dewa adalah membuat inovasi-inovasi baru dari komoditas belimbing Dewa, tetap
mempertahankan harga belimbing Dewa, mengembangkan saluran distribusi di
Indonesia maupun luar negeri, dan memberikan potongan harga atau diskon untuk
konsumen belimbing Dewa.
Kata kunci: kepuasan konsumen, belimbing Dewa, pembelian, strategi pemasaran.
ABSTRACT
MEGA PERTIWI. Consumers Satisfaction Analysis Towards of The Dewa
Star Fruit Purchasing in Depok City. Undergraduated Essay. Department of
Agribusiness,Faculty of Economic and Management, Bogor Agricultural
University (Supervised by NETTI TINAPRILLA).
Indonesia as an agricultural country having diverse types of agricultural
commodities. Diversity is an asset that has the potential to be developed, one of
the subsectors that have potential is horticultural subsector. Based on data from
the production of fruit crops in Indonesia from 2008 until 2012, we can be seen
that in general the amount of fruit production has increased. For commodity
starfruits, the total production in 2008 was 72,397 tons and increasing up to
130,762 tons in 2012. Increasing in total production of these starfruits showed that
the starfruits is a potential fruit crop to be developed. Depok City in West Java is
one of the Dewa starfruit production center, because of that need the survey for
knowing about the consumers satisfaction towards of the Dewa starfruit
purchasing and its implication to marketing mix strategy. This study is aimed to
review and analyzing consumers satisfaction towards of the Dewa starfruit
purchasing in Depok City. The survey was conduct to 60 respondents of Dewa
starfruit consumers in Depok region. The analysis tools are descriptive analysis,
importance performance analysis, and Customers Satisfaction Index (CSI). The
result of this analysis indicate that the respondents to influence of many factor in
purchasing process of the Dewa starfruit that are the culture, family member,
situation and purchasing time, revenue, knowledge about the Dewa starfruit, life
style, and information media. The marketing mix strategy that should be done to
increase competitive advantages and market share of Dewa starfruit, as well as
recommended the marketing mix strategy are to create inovations from Dewa
starfruit commodity, still preserve the Dewa starfruit price, to develop distribution
channel in Indonesia and other country,and give the discount price for Dewa
starfruit consumers.
Keywords: consumers satisfaction, Dewa starfruit, purchasing,
marketing mix strategy.
ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN
TERHADAP PEMBELIAN BELIMBING DEWA
DI KOTA DEPOK
MEGA PERTIWI
H34070099
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2014
Judul Skripsi : Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian
Belimbing Dewa di Kota Depok.
Nama : Mega Pertiwi
NIM : H34070099
Disetujui oleh,
Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM.
Pembimbing
Diketahui oleh,
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS.
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur Kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkah,
rahmat, kasih sayang, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Analisis Kepuasan Konsumen Terhadap Pembelian
Belimbing Dewa di Kota Depok” dengan baik. Skripsi ini diajukan sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Departemen Agribisnis, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kepuasan konsumen terhadap
pembelian belimbing Dewa di Kota Depok, menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan proses keputusan pembelian
belimbing Dewa di Kota Depok, menganalisis penilaian konsumen terhadap
tingkat kepentingan dan kinerja dari atribut belimbing Dewa di Kota Depok, serta
menyusun rekomendasi kebijakan strategi pemasaran berdasarkan kepuasan
konsumen terhadap pembelian belimbing Dewa di Kota Depok.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Netti Tinaprilla,
MM. selaku dosen pembimbing skripsi, terima kasih kepada Ibu Tintin Sarianti,
SP, MM. selaku dosen penguji utama pada sidang skripsi penulis dan Ibu Ir. Narni
Farmayanti, MSc. selaku dosen penguji wakil Komisi Pendidikan Departemen
Agribisnis, terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Dwi Rachmina, MSi. selaku dosen
pembimbing akademik, serta terima kasih kepada orang tua dan keluarga tercinta
serta semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Namun
demikian, sangat disadari masih terdapat banyak sekali kekurangan karena
keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
memberikan dukungan kontribusi pemikiran bagi semua pihak yang
berkepentingan.
Bogor,April 2014
Mega Pertiwi
H34070099
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 7
Manfaat Penelitian 7
Ruang Lingkup Penelitian 7
TINJAUAN PUSTAKA 8
Kajian Penelitian Mengenai Perilaku Konsumen 8
KERANGKA PEMIKIRAN 10
Kerangka Pemikiran Teoritis 10
Kerangka Pemikiran Operasional 24
METODE PENELITIAN 27
Waktu dan Lokasi Penelitian 27
Jenis dan Sumber Data 27
Metode Pengolahan dan Analisis Data 28
HASIL DAN PEMBAHASAN 32
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 32
Gambaran Umum Pertanian Belimbing di Kota Depok 39
Karakteristik Umum Responden 41
Proses Keputusan Pembelian Konsumen 44
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan
Pembelian Konsumen 46
Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut
Belimbing Dewa 54
Matriks Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut
Belimbing Dewa 67
Analisis Kepuasan Konsumen 72
Rekomendasi Kebijakan Strategi Pemasaran 74
KESIMPULAN DAN SARAN 76
Kesimpulan 76
Saran 78
DAFTAR PUSTAKA 79
LAMPIRAN 82
RIWAYAT HIDUP 84
DAFTAR TABEL
1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Hortikultura di Indonesia
Berdasarkan Harga Berlaku (Milyar Rupiah) Periode 2008-2012 1
2. Perkiraan Permintaan Buah-buahan di Indonesia
pada Tahun 1995-2015 2
3. Tabel Produksi Buah-buahan (Ton) di Indonesia Tahun 2008-2012 2
4. Tabel Produksi Belimbing (Ton) Berdasarkan Provinsi pada
Tahun 2009-2012 3
5. Perkembangan Produksi Buah-buahan Unggulan di Kota Depok
Tahun 2006-2012 4
6. Jumlah Konsumsi Belimbing Dewa (Ton) di Kota Depok
Tahun 2007-2013 5
7. Nilai Bobot Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut 30
8. Kriteria Nilai Customer Satisfaction Index (CSI) 32
9. Sebaran Karakteristik Responden Konsumen
Belimbing Dewa 42
10. Alasan Mengkonsumsi Belimbing Dewa 45
11. Tempat Pembelian Belimbing Dewa 45
12. Pertimbangan Dalam Memilih Tempat Pembelian
Belimbing Dewa 46
13. Waktu Pembelian Belimbing Dewa 46
14. Respon Konsumen Terhadap Kenaikan Harga
Belimbing Dewa 47
15. Pengaruh Budaya Dalam Proses Pengambilan Keputusan
Pembelian Belimbing Dewa 47
16. Pengaruh Status Sosial Dalam Proses Pengambilan Keputusan
Pembelian Belimbing Dewa 48
17. Pengaruh Anggota Keluarga Dalam Proses Pengambilan
Keputusan Pembelian Belimbing Dewa 48
18. Pengaruh Teman atau Kenalan Dalam Proses Pengambilan
Keputusan Pembelian Belimbing Dewa 49
19. Pengaruh Situasi atau Waktu Pembelian Dalam Proses
Pengambilan Keputusan Pembelian Belimbing Dewa 49
20. Pengaruh Pendapatan Dalam Proses Pengambilan Keputusan
Pembelian Belimbing Dewa 50
21. Pengaruh Pekerjaan Dalam Proses Pengambilan Keputusan
Pembelian Belimbing Dewa 51
22. Pengaruh Pengetahuan Komoditas Dalam Proses Pengambilan
Keputusan Pembelian Belimbing Dewa 51
23. Pengaruh Gaya Hidup Dalam Proses Pengambilan Keputusan
Pembelian Belimbing Dewa 52
24. Pengaruh Media Informasi Dalam Proses Pengambilan
Keputusan Pembelian Belimbing Dewa 52
25. Peran Media Informasi Dalam Proses Pengambilan Keputusan
Pembelian Belimbing Dewa 53
26. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Ukuran
Belimbing Dewa 54
27. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Bobot
Belimbing Dewa 55
28. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Warna
Belimbing Dewa 56
29. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Bentuk
Belimbing Dewa 57
30. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Kesegaran
Belimbing Dewa 58
31. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Tekstur
Belimbing Dewa 58
32. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Rasa
Belimbing Dewa 59
33. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Tingkat Kematangan
Belimbing Dewa 60
34. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Nilai Gizi atau Nutrisi
Belimbing Dewa 61
35. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Khasiat
Belimbing Dewa 62
36. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Fungsi Kemasan 63
37. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Tanpa
Bahan Pengawet 63
38. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Aroma
Belimbing Dewa 64
39. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Harga
Belimbing Dewa 65
40. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Ketersediaan
Belimbing Dewa 66
41. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Pemberian Potongan
Harga atau Diskon 67
42. Rata-Rata Skor Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut
Belimbing Dewa 67
43. Perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI) Komoditas
Belimbing Dewa 73
DAFTAR GAMBAR
1. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya 24
2. Tahapan-Tahapan Proses Keputusan Pembelian 24
3. Kerangka Pemikiran Operasional 26
4. Matriks Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut
(Importance Performance Matrix) 29
5. Diagram Kartesius Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut
Belimbing Dewa 68
DAFTAR LAMPIRAN
1. Dokumentasi Penelitian 82
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan
memiliki banyak potensi alam yang dapat terus dikembangkan. Salah satu sektor
yang sangat berkembang di Indonesia adalah sektor pertanian, hal ini disebabkan
karena iklim tropis di Indonesia sangat mendukung untuk berkembangnya sektor
pertanian. Selain itu, sektor pertanian juga merupakan salah satu sumber mata
pencaharian utama bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Salah satu
subsektor dari sektor pertanian yang paling berkembang adalah subsektor
hortikultura. Hortikultura merupakan subsektor pertanian yang di dalamnya
termasuk sayuran, buah-buahan, biofarmaka, dan tanaman hias. Subsektor ini
mempunyai potensi besar dalam peningkatan pendapatan petani dan pertumbuhan
ekonomi nasional, buah-buahan merupakan salah satu komoditas yang
memberikan kontribusi terbesar dalam Produk Domestik Bruto (PDB) di
Indonesia dibandingkan dengan produk hortikultura lainnya. Hal ini disebabkan
karena buah-buahan merupakan bagian yang penting dari pangan karena
mengandung banyak serat, air, vitamin, dan mineral yang sangat bermanfaat bagi
kesehatan. Berikut nilai Produk Domestik Bruto (PDB) hortikultura di Indonesia
yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Hortikultura di Indonesia
Berdasarkan Harga Berlaku (Milyar Rupiah) Periode 2008-2012.
No. Komoditas 2008 2009 2010 2011 2012
1. Buah-buahan 47346 45765 47694 49448 52673
2. Sayuran 30573 31749 32630 34694 37862
3. Tanaman hias 8501 10609 10662 11734 12897
4. Biofarmaka 6565 8722 9806 9762 10116
TOTAL 89985 96845 100792 105638 113548
Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura, 2013.
Dilihat dari tingkat produksinya di Indonesia, subsektor hortikultura
khususnya buah-buahan sangat memberikan kontribusi dalam pengembangan
sektor pertanian.Alasan masyarakat mengkonsumsi buah-buahan disebabkan
karena adanya kesadaran untuk menerapkan pola hidup sehat, seperti yang kita
ketahui buah-buahan banyak mengandung gizi yang sangat baik bagi kesehatan.
Berkembangnya komoditas buah-buahan di Indonesia hingga saat ini dapat dilihat
dari perkiraan permintaan pasar terhadap komoditas buah-buahan yang cukup
tinggi.Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2002
Indonesia memerlukan buah untuk dikonsumsi sebanyak 8,53 juta ton dan selama
periode tahun 2000-2005 diperkirakan terjadi peningkatan konsumsi sekitar 6
persen per tahun. Selain itu, laju peningkatan permintaan buah juga diperkirakan
akan terus bertambah pada tahun-tahun yang akan datang. Berikut data mengenai
2
perkiraan permintaan buah-buahan di Indonesia sampai tahun 2015 yang dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perkiraan Permintaan Buah-buahan di Indonesia pada Tahun 1995-2015.
No. Tahun Populasi
(juta)
Peningkatan
Konsumsi per 5
tahun (%)
Konsumsi
per Kapita
(kg)
Total
Konsumsi
(ton)
1. 1995 200 30 6 000 000
2. 2000 213 30.5 36.76 7 000 000
3. 2005 227 32.5 45.70 10 375 000
4. 2010 240 34.5 57.92 13 900 000
5. 2015 254 44.5 78.74 20 000 000
Sumber: BPS, 2014.
Data dari Tabel 2 tersebut sesuai dengan target Dirjen Hortikultura,
Kementerian Pertanian Republik Indonesia bahwa pada tahun 2014 konsumsi
buah masyarakat Indonesia mencapai 200 gram per kapita per hari. Hal ini akan
memberikan dampak pada peningkatan jumlah konsumsi buah yang sangat besar
di masa yang akan datang, dan pada saat ini target yang ditetapkan oleh Dirjen
Hortikultura tersebut sudah mulai terlihat dampaknya. Tingkat konsumsi buah-
buahan di Indonesia diharapkan selalu mengalami peningkatan, hal tersebut
didukung dengan meningkatnya jumlah produksi buah-buahan di Indonesia dari
tahun ke tahun. Untuk lebih jelasnya, peningkatan produksi buah-buahan di
Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Tabel Produksi Buah-buahan (Ton) di Indonesia Tahun 2008-2012. No. Nama Buah 2008 2009 2010 2011 2012
1. Mangga 2105085 2 243440 1287287 2131139 2446543
2. Jeruk 2467632 2131768 2028904 1818949 2176986
3. Pepaya 717899 772844 675801 958251 961422
4. Pisang 6004615 6373533 5755073 6132695 7243784
5. Nanas 1433133 1558196 1406445 1540626 1642114
6. Durian 682323 797798 492139 883969 923567
7. Manggis 78674 105558 84538 117595 125973
8. Alpukat 244215 257642 224278 275953 296 968
9. Belimbing 72397 72443 69089 80853 130762
10. Jambu 323755 325087 290524 314992 358971
11. Buah-buahan
lainnya 3 332978 3310714 2699035 3358445 4759947
TOTAL 17462706 17949023 15013113 17613467 21067037
Sumber: BPS, 2013.
Pada tahun 2010, total produksi buah-buahan di Indonesia mengalami
penurunan. Hal ini disebabkan karena dalam melakukan budidaya buah-buahan
petani menghadapi risiko yang tidak dapat diprediksi sehingga hasil produksi
3
buah-buahan mengalami fluktuasi. Namun pada tahun 2011, total produksi buah-
buahan mengalami peningkatan kembali hingga tahun 2012. Oleh karena itu,
buah-buahan merupakan salah satu komoditi unggulan dalam agribisnis yang
sangat memiliki peluang yang cukup besar untuk terus dikembangkan dan
ditingkatkan.Produksi buah-buahan di Indonesia mempunyai sentra/lokasi
tersendiri untuk setiap jenis buah-buahan. Artinya, buah-buahan tersebut tidak
diproduksi di setiap wilayah di Indonesia melainkan di beberapa daerah tertentu
terutama untuk jenis komoditas buah-buahan lokal yang sifatnya komersil. Hal
tersebut disebabkan karena setiap wilayah di Indonesia mempunyai karakteristik
yang berbeda-beda sehingga jenis komoditas buah-buahan yang dapat tumbuh pun
berbeda-beda pula.
Seperti yang kita ketahui saat ini, produksi buah-buahan lokal mendapat
persaingan yang cukup tinggi dari buah-buahan impor. Adapun persepsi atau
pandangan yang terbentuk di masyarakat adalah buah-buahan impor mempunyai
nilai kualitas yang jauh lebih baik terutama dari segi rasa, kesegaran, dan warna
apabila dibandingkan dengan buah-buahan lokal. Hal tersebut akan
mempengaruhi perilaku masyarakat (konsumen) dalam memilih jenis buah yang
akan dikonsumsi.
Jawa Barat merupakan salah satu daerah utama yang menjadi sentra
produksi buah-buahan di Indonesia, hal ini dapat terlihat dari beberapa daerah di
Jawa Barat yang menjadi sentra produksi buah-buahan lokal salah satu contohnya
adalah belimbing. Berikutdata mengenai jumlah produksi belimbing berdasarkan
provinsi di Indonesia yang dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Tabel Produksi Belimbing (Ton) Berdasarkan Provinsi
pada Tahun 2009-2012.
No. Nama Provinsi 2009 2010 2011 2012
1. Jawa Barat 18342 20345 22811 25641
2. Jawa Timur 12112 13652 16727 18779
3. Jawa Tengah 7568 9875 11186 14976
4. DKI Jakarta 3886 4102 5616 7842
5. Sumatera Utara 3621 3988 5091 7431
6. Lampung 1557 1853 2074 2982
7. Sulawesi Selatan 1315 1542 1835 2174
8. Kalimantan Selatan 1087 1232 1609 2023
9. Banten 1073 1197 1531 1986
10. Aceh 964 1093 1451 1778
Sumber: BPS, 2013.
Dari data BPS tersebut dapat terlihat bahwa Jawa Barat merupakan daerah
penghasil belimbing tertinggi di Indonesia diikuti oleh Jawa Timur, Jawa Tengah,
DKI Jakarta, dan Sumatera Utara. Hal ini menyebabkan Jawa Barat menjadi
sentra produksi belimbing nomor satu di Indonesia. Kota Depok merupakan salah
satu kota di Jawa Barat yang memiliki letak sangat strategis untuk dijadikan
sebagai salah satu sentra hortikultura khususnya buah-buahan. Kota Depok
merupakan daerah bentangan dengan dataran rendah perbukitan bergelombang
4
lemah dengan ketinggian antara 50-140 meter di atas permukaan laut, sedangkan
kemiringan lerengnya kurang dari 15 persen. Kondisi lahan Kota Depok tergolong
cukup subur untuk kegiatan tanam-menanam, dengan letaknya yang berdekatan
dengan Kota Jakarta menyebabkan Kota Depok berkembang sangat pesat.
Saat ini pemerintah Kota Depok sedang mengarahkan strategi untuk
pembangunan pertanian perkotaan di kota tersebut. Strategi tersebut adalah
pengembangan agribisnis perkotaan yang memiliki daya saing dan memiliki nilai
tambah yang didukung oleh sumberdaya daerah yang dimiliki dan pemanfaatan
teknologi. Pembangunan pertanian Kota Depok juga diarahkan untuk memelihara
dan mengupayakan peningkatan ketersediaan dan keamanan pangan khususnya
mengantisipasi kompetisi dan diversifikasi permintaan pasar yang selalu menuntut
mutu dan keamanan produk. (Dinas Pertanian Kota Depok, 2012).
Perkembangan produksi hortikultura khususnya buah-buahan di Kota
Depok cenderung mengalami fluktuasi, hal ini disebabkan karena tidak semua
perkembangan produksi tanaman buah-buahan di Kota Depok memiliki tren yang
positif. Perkembangan produksi tanaman biasanya dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang tidak bisa diprediksi oleh manusia, salah satu contohnya seperti faktor
alam.Pengaruh musim atau cuaca dapat membuat perkembangan produksi
tanaman menjadi tidak pasti. Berikut perkembangan produksibuah-buahan
unggulan di Kota Depok yang dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Perkembangan Produksi Buah-buahan Unggulan di Kota Depok
Tahun 2006-2012.
No. Komoditi Tahun(Kwintal)
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
1. Belimbing 40473 35956.3 42732 50500 46210 54660 64 350
2. Jambu Biji 31 766 11 621 33213 28632 20161 22458 23 231
3. Pisang 37 546 22920 12253 13140 11215 14774 16 335
4. Pepaya 37546 17 064 18934 17931 18110 19953 20 123
5. Rambutan 12769 23007.5 20252 21225 22679 22980 23 346
6. Mangga 1798 378.5 2842 1572 3456 4507 4 809
7. Nangka 6 909 1168.5 2879 2147 2670 3428 3 993
Sumber: Dinas Pertanian Kota Depok, 2013.
Berdasarkan Tabel 5, terlihat bahwa perkembangan produksi komoditas
belimbing meningkat tajam dibandingkan dengan komoditas hortikultura lainnya.
Perkembangan produksi komoditas belimbing di Kota Depok memberikan
kontribusi yang besar pada subsektor hortikultura khususnya belimbing di Jawa
Barat.Komoditas belimbing memiliki potensi yang sangat besar untuk terus
dikembangkan dibandingkan komoditas buah unggulan Kota Depok lainnya, hal
ini disebabkan karena peningkatan produksi buah belimbing yang sangat
signifikan. Belimbing manis khas Kota Depok dengan varietas Dewa sudah cukup
dikenal masyarakat dengan warna buah yang kuning kemerahan dan rasa buahnya
yang manis serta ukuran buahnya yang besar nampaknya cukup banyak diminati
pasar.
Menurut Dinas Pertanian Kota Depok, tingginya tingkat perkembangan
produksi komoditas belimbing disebabkan beberapa hal. Pertama, belimbing
5
manis merupakan salah satu jenis tanaman potensial yang mudah dibudidayakan.
Kedua, di Kota Depok banyak terjadi alih fungsi lahan yang sebelumnya
merupakan lahan pertanian sawah dan sayuran berubah fungsi menjadi
perkebunan belimbing manis. Ketiga, adanya keputusan Wali Kota Depok No. 18
Tahun 2003 yang berisi tentang peningkatan produktivitas pertanian,
pengembangan kelembagaan pertanian, peningkatan pemasaran produk,
peningkatan pelayanan di sektor pertanian, dan pengembangan potensi unggulan
pertanian pada tingkat pencapaian target suatu produk potensial yang berkembang.
Keputusan ini sangat mendukung perkembangan belimbing manis varietas Dewa
khas Kota Depok karena pemerintah Kota Depok berencana menjadikan
Belimbing Dewa sebagai icon Kota Depok dan pada tahun 2009 rencana tersebut
sudah berhasil dilaksanakan. Selain itu, Kota Depok juga berhasil menjadi sentra
produksi belimbing manis nomor satu di Indonesia sejak tahun 2005 dan buah
belimbing juga merupakan salah satu buah tropika unggulan Indonesia.
Faktor terakhir yang juga berpengaruh terhadap tingkat perkembangan
belimbing manis di Kota Depok adalah karena adanya pergeseran pemahaman
atau perilaku konsumen terhadap komoditas tersebut. Sekarang ini banyak
konsumen yang menjadikan buah belimbing bukan hanya sebagai buah meja atau
makanan untuk pencuci mulut melainkan diminati karena khasiatnya yang sangat
baik untuk kesehatan. Selain bagian buahnya, daun dan bunga belimbing juga
bermanfaat bagi kesehatan. Buah belimbing manis berkhasiat untuk meredakan
rasa sakit, mengatasi radang, mengatasi batuk rejan, mengatasi sariawan,
mengatasi gusi berdarah, mengatasi jerawat, menghilangkan rasa sakit pada gigi
berlubang, menurunkan darah tinggi, menurunkan kolesterol, membantu
memperbaiki pencernaan, serta mengurangi dampak negatif diabetes. Daun
belimbing dapat digunakan untuk mengobati sakit perut, rematik, serta
gondongan. Sedangkan bunga belimbing dapat digunakan untuk mengatasi batuk
dan sariawan.Konsumen buah belimbing manis varietas Dewa rata-rata adalah
golongan ekonomi menengah ke atas, hal ini disebabkan karena belimbing manis
varietas Dewa berbeda dengan belimbing varietas lainnya. Jika dibandingkan
belimbing varietas Dewa ukurannya lebih besar dari belimbing varietas lainnya,
ukuran buahnya yang cukup besar dan panjang buahnya dapat mencapai lebih dari
15 cm dengan diameter lebih dari 10 cm. Berat rata-rata per buah adalah 250
hingga 450 gram bahkan ada yang mencapai hingga 500 gram, rasa manis dan
daging buahnya yang padat juga lebih terasa enak dibandingkan belimbing
varietas lain. Selain itu, belimbing varietas Dewa memiliki tajuk daun yang
rimbun dan kemampuan berbuah yang lebat dibandingkan belimbing varietas lain.
Perumusan Masalah
Konsumen belimbing Dewa di pasar domestik khususnya di Kota Depok
saat ini mulai meningkat, belimbing Dewa yang dikehendaki konsumen saat ini
adalah belimbing Dewa segar yang bermutu dan mempunyai nilai gizi yang tinggi.
Jumlah konsumen yang meningkat ini dapat dilihat dari besarnya konsumsi
belimbing Dewa di Kota Depok yang dapat dilihat pada Tabel 6.
6
Tabel 6. Jumlah Konsumsi Belimbing Dewa (Ton) di Kota Depok
Tahun 2007-2013.
No. Tahun Jumlah Konsumsi
1. 2007 1 789
2. 2008 2 176
3. 2009 2 453
4. 2010 2 788
5. 2011 3 146
6. 2012 3 215
7. 2013 3 352
Sumber: Dinas Pertanian Kota Depok, 2014.
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa tingkat konsumsi belimbing Dewa
di Kota Depok selalu mengalami peningkatan. Hal tersebut juga mendukung
langkah Kementerian Kesehatan dalam target program “Indonesia Sehat 2010”
menganjurkan agar masyarakat mengkonsumsi vitamin dan mineral dari sayuran
dan buah-buahan sebesar 200 gram per kapita per hari, sementara konsumsi saat
ini baru mencapai 5 gram per kapita per hari. Belimbing Dewa merupakan salah
satu jenis buah yang diharapkan mampu menjadi salah satu alternatif pemenuhan
kebutuhan akan vitamin, serat, dan mineral. Dari aspek kesehatan, belimbing
dikenal memiliki khasiat sebagai buah penawar berbagai penyakit degeneratif
seperti darah tinggi, asam urat, dan lain-lain. Buah belimbing pada umumnya
dikonsumsi dalam bentuk segar, namun untuk konsumsi segar konsumen
biasanya menghendaki kondisi mutu buah yang prima pada saat buah tersebut
akan dikonsumsi. Konsumen umumnya menentukan mutu buah berdasarkan
kenampakan (ukuran, bobot, warna, dan bentuk), kondisi (kesegaran dan
kerusakan), tekstur, rasa, serta nilai gizi/nutrisi yang terkandung di dalamnya.
Secara ekonomi kontribusi komoditas belimbing Dewa terhadap
pendapatan asli daerah cukup bisa diandalkan, dengan potensi produksi berkisar
2818-3000 ton per tahun diperkirakan perputaran ekonomi dari komoditas
belimbing Dewa ini berkisar 17-18 milyar Rupiah per tahun. Oleh karena itu,
pemerintah Kota Depok sangat gencar menggalakkan pengembangan budidaya
belimbing Dewa di Kota Depok agar kebutuhan konsumen terhadap belimbing
Dewa dapat terpenuhi dengan baik. Selain itu, pemikiran konsumen yang masih
awam terhadap belimbing Dewa menyebabkan pengembangan usaha belimbing
Dewa ini menjadi terhambat. Saat ini masih banyak pelaku usaha belimbing Dewa
yang tidak mengetahui bagaimana tingkat kepuasan konsumennya dalam
mengkonsumsi belimbing Dewa, mengetahui kepuasankonsumen merupakan hal
yang sangat penting karena para pelaku usaha belimbing Dewa dapat terus
mengembangkan usahanya dengan melakukan perbaikan dan inovasi baik dari
segi kualitas maupun kuantitas sesuai dengan yang diharapkan konsumen. Dengan
begitu konsumen akan merasa lebih puas dalam mengkonsumsi belimbing Dewa
sehingga konsumen akan lebih memilih mengkonsumsi buah-buahan lokal seperti
belimbing Dewa dibandingkan mengkonsumsi buah-buahan impor. Dari
penjelasan di atas, maka didapatkan perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat kepuasan konsumen terhadap pembelian belimbing Dewa
di Kota Depok?
7
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen dalam
melakukan proses keputusan pembelian belimbing Dewa di Kota Depok?
3. Bagaimana penilaian konsumen terhadap tingkat kepentingan dan kinerja dari
atribut belimbing Dewa di Kota Depok?
4. Bagaimana alternatif kebijakan strategi pemasaran yang sesuai berdasarkan
perilaku konsumen terhadap pembelian belimbing Dewa di Kota Depok?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis tingkat kepuasan konsumen terhadap pembelian belimbing
Dewa di Kota Depok.
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen
dalam melakukan proses keputusan pembelian belimbing Dewa di Kota
Depok.
3. Menganalisis penilaian konsumen terhadap tingkat kepentingan dan kinerja
dari atribut belimbing Dewa di Kota Depok.
4. Menyusun rekomendasi kebijakan strategi pemasaran berdasarkan perilaku
konsumen terhadap pembelian belimbing Dewa di Kota Depok.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk
menambah wawasan dan mengaplikasikan teori yang didapatkan dari
perkuliahan. Diharapkan pula penelitian ini dapat menjadi informasi dan
referensi bagi mahasiswa lain untuk penelitian lainnya.
2. Bagi para pelaku usaha belimbing Dewa, penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat dalam memberikan data mengenai pasar potensial dan konsumen
sasaran dari produk utama maupun produk turunan belimbing Dewa.
3. Bagi para petani belimbing Dewa, hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan dalam proses pengambilan keputusan mengenai berbagai hal
tentang budidaya belimbing Dewa.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah mengkaji kepuasan konsumen
terhadap pembelian belimbing Dewa di Kota Depok dengan menggunakan
analisis tingkat kepentingan dan kinerja atribut, Customer Satisfaction Index
(CSI), serta analisis deskriptif yang digunakan untuk menganalisis karakteristik
umum responden, proses keputusan pembelian konsumen, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Sedangkan responden dalam
penelitian ini merupakan konsumen belimbing Dewa yang ada di Kota Depok
khususnya yang membeli belimbing Dewa di Pasar Depok Lama, Toko Buah
Fresh, dan Carrefour Depok.
8
TINJAUAN PUSTAKA
Kajian Penelitian Mengenai Kepuasan Konsumen
Berdasarkan kajian pada penelitian terdahulu, peneliti-peneliti yang
melakukan penelitian dengan topik perilaku konsumen khususnya yang mengkaji
tentang kepuasan dan loyalitas konsumen biasanya ingin mengetahui hubungan
antara kepuasan konsumen dengan loyalitas konsumen serta pengaruh dari
kepuasan dan loyalitas konsumen tersebut terhadap perusahaan. Seperti
Widyaratna, et al. (2001) yang menganalisis tentang kepuasan dan loyalitas
konsumen terhadap tingkat penjualan buah apel lokal di Malang, penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara kepuasan dan loyalitas
konsumen serta pengaruhnya terhadap tingkat penjualan buah apel lokal.
Sedangkan pada penelitian ini yang dilakukan adalah menganalisis kepuasan
konsumen tetapi tidak dikaitkan dengan loyalitas,namun dari segi penarikan
sampel penelitian ini sama dengan penelitian Widyaratna yaitu menggunakan non
random sampling dan menggunakan 60 responden.
Menurut Widyaratnakepuasan konsumen adalah hubungan antara kualitas
atau sesuatu yang diterima konsumen sesuai dengan yang diharapkan konsumen.
Kualitas atau sesuatu yang diterima konsumen tersebut setidaknya sama dengan
atau lebih dari yang diharapkan konsumen.Dalam mengukur tingkat kepuasan dan
loyalitas konsumen para peneliti menggunakan alat analisis seperti Importance
Performance Analysis (IPA), Consumer Satisfaction Index (CSI), Structural
Equation Model (SEM), analisis deskriptif, dan alat analisis lainnya yang
berhubungan dengan kepuasan dan loyalitas konsumen.Widyaratnamelakukan
analisis kepuasan konsumen dengan menggunakan rumus Weighted Mean, rumus
ini digunakan untuk mengetahui atribut apa yang paling disukai oleh konsumen.
Setelah mengetahui atribut apa yang paling disukai oleh konsumen, peneliti
melakukan penyebaran kuesioner ke responden untuk mengetahui keterkaitan
antara kepuasan dan loyalitas konsumen serta untuk mengetahui pengaruh
kepuasan dan loyalitas konsumen terhadap tingkat penjualan apel lokal. Hal
tersebut menjadi acuan bagi penelitian ini untuk mengetahui kepuasan konsumen
terhadap belimbing Dewa. Dari hasil perhitungan rumus Weighted Mean diperoleh
atribut yang paling disukai oleh konsumen secara berturut-turut adalah kesegaran
sebesar 4,4576, rasa 4,3076, tanpa bahan pengawet 4,2058, ukuran 4,1200, dan
warna 4,0434 hal ini menunjukkan bahwa kesegaran merupakan atribut yang
paling disukaii oleh konsumen. Selain itu, penentuan atribut pada penelitian yang
dilakukan oleh Widyaratna juga menjadi acuan sebagai penentuan atribut-atribut
pada penelitian ini.
Samuel, et al. (2005) menganalisis proses keputusan pembelian dan
kepuasan konsumen Restoran Bumbu Desa Bogor, Hasugian (2009) menganalisis
perilaku konsumen terhadap Warung Bakso Cakman Kota Bogor, sedangkan
Mandasari, et al. (2011) menganalisis kepuasan konsumen terhadap Restoran
Waroeng Taman di Kota Bogor. Penelitian-penelitian yang dilakukan ini
bertujuan untuk menganalisis karakteristik dan proses keputusan pembelian,
menganalisis tingkat kepuasan konsumen terhadap kepentingan dan kinerja
9
atribut, dan memberikan alternatif dan rekomendasi strategi bagi restoran. Tujuan
dari penelitian-penelitian tersebut sama dengan tujuan dari penelitian ini dan juga
dijadikan salah satu acuan. Analisis yang dilakukan pada penelitian-penelitian ini
yaitu analisis deskriptif dan alat analisis yang digunakan adalah Importance
Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI).
Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan
karakteristik konsumen serta proses keputusan pembelian konsumen, sedangkan
IPA digunakan untuk menganalisis tingkat kepentingan dan pelaksanaan
perusahaan terhadap atribut yang ada. Kemudian untuk menentukan urutan
prioritas atribut dari kinerja dilakukan pengukuran dengan menggunakan CSI.
Dari hasil IPA pada penelitian Samuel, atribut yang memiliki kinerja baik dan
mampu memberikan kepuasan adalah kesesuaian pesanan dengan yang disajikan,
kecepatan pramusaji mengantarkan pesanan, kebersihan makanan restoran,
keramahan pramusaji restoran, keamanan restoran, dan kebersihan restoran.
Kemudian atribut yang dinilai penting namun kinerja masih rendah adalah
ketanggapan restoran merespon keluhan, area parkir, dan promosi Restoran
Bumbu Desa Bogor. Sedangkan atribut yang memiliki tingkat kepentingan rendah
namun dinilai konsumen terlalu berlebih dan memiliki kinerja tinggi adalah
penampilan fashion pramusaji dan dekorasi ruang etnik. Sedangkan dari hasil IPA
pada penelitian Hasugiandan Mandasari diperoleh terdapat empat atribut yang
perlu diperbaiki yaitu kebersihan ruang tempat konsumen makan (dinning room)
dalam restoran, kebersihan wastafel dan toilet, musik dan sound system, dan
sarana parkir yang memadai.
Pada hasil analisis dengan menggunakan CSI diperoleh hasil sebesar 74
persen dengan rentang skala 60 persen<CSI≤80 persen untuk Restoran Bumbu
Desa Bogor, 72,54 persen untuk Warung Bakso Cakman Kota Bogor dan 72,96
persen untuk Restoran Waroeng Taman di Kota Bogor dengan rentang skala 66
persen<CSI≤80 persen. Dari hasil CSI ini artinya konsumen Restoran Bumbu
Desa, Warung Bakso Cakman Kota Bogor, dan Restoran Waroeng Taman di Kota
Bogor secara keseluruhan menunjukkan bahwa indeks kepuasan konsumen
restoran-restoran tersebut terhadap atribut-atribut yang dianalisis adalah puas.
Berdasarkan analisis tersebut diperoleh beberapa rekomendasi untuk
restoran-restoran tersebut, untuk Restoran Bumbu Desa Bogor rekomendasi yang
dapat diberikan adalah memberikan program potongan harga bagi komunitas
tertentu atau jika komunitas tersebut melakukan pembelian minimal sejumlah
anggota tertentu dengan syarat menunjukkan kartu keanggotaan dari komunitas
tersebut, mempercepat proses penanganan keluhan dengan cara memperbaiki
sistem Guest Comment, dan kemudian bila perlu dapat menambah papan reklame
Restoran Bumbu Desa Bogor agar para konsumen semakin banyak yang tertarik
untuk makan di restoran tersebut. Sedangkan untuk Warung Bakso Cakman dan
Restoran Waroeng Taman di Kota Bogor rekomendasi yang dapat diberikan
adalah meningkatkan kegiatan promosi yang dapat dilakukan melalui media cetak
dan elektronik, pemasangan umbul-umbul dan spanduk di tempat-tempat strategis,
serta pemasangan papan penunjuk yang menunjukkan lokasi keberadaan Warung
Bakso Cakman dan Restoran Waroeng Taman di Kota Bogor agar para konsumen
semakin banyak yang datang ke tempat tersebut.
Kajian penelitian-penelitian terdahulu sangat berguna sebagai acuan bagi
peneliti dalam pemetaan permasalahan yang menjadi latar belakang permasalahan
10
dalam topik penelitian kepuasan konsumen. Pada umumnya penelitian-penelitian
tentang kepuasan konsumen mengangkat permasalahan persaingan, peningkatan
pangsa pasar, dan pengembangan produk untuk dapat merekomendasikan strategi
pemasaran yang tepat berdasarkan perilaku konsumen.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran digunakan untuk menguraikan nalar dan pola pikir
peneliti untuk menjawab tujuan penelitian. Penelitian ini mengambil kerangka
pemikiran teoritis dari berbagai penelusuran teori-teori yang relevan dengan
masalah penelitian yang dilakukan. Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian
ini membahas tentang definisi konsumen, perilaku konsumen, kepuasan
konsumen, karakteristik konsumen, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumen, model keputusan pembelian konsumen, tahap-tahap pengambilan
keputusan pembelian, atribut produk, analisis tingkat kepentingan dan kinerja
atribut, serta Customer Satisfaction Index (CSI).
Definisi Konsumen
Kotler (2002) mendefinisikan konsumen sebagai individu atau kelompok
yang berusaha untuk memenuhi atau mendapatkan barang atau jasa untuk
kehidupan pribadi atau kelompoknya. Konsumen juga dapat didefinisikan sebagai
setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik
dalam kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain
dan tidak untuk diperdagangkan (menurut Undang-Undang Republik Indonesia
No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen). Menurut Sumarwan (2002)
istilah konsumen sering diartikan sebagai dua jenis konsumen yaitu konsumen
individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu membeli barang dan jasa
untuk digunakan sendiri, sedangkan konsumen organisasi meliputi organisasi
bisnis, lembaga sosial, kantor pemerintah, dan lembaga lainnya (sekolah,
perguruan tinggi, rumah sakit, dan lain-lain). Semua organisasi ini harus membeli
produk peralatan dan jasa-jasa lainnya untuk menjalankan seluruh kegiatan
organisasinya. Perilaku konsumen memiliki arti penting terutama dalam kaitannya
dengan bidang pemasaran, pendidikan, dan perlindungan konsumen.
Perilaku Konsumen
Engel, et al. (1994) menjelaskan perilaku konsumen sebagai suatu
tindakan yang terlibat langsungdalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan
menghabiskan barang dan jasa termasuk proses pengambilan keputusan yang
mendahului dan menyusul tindakan tersebut. Menurut The American Marketing
Association, perilaku konsumen adalah interaksi dinamis antara afeksi dan
kognisi, perilaku, serta lingkungan di mana manusia melakukan kegiatan
pertukaran dalam hidup mereka. Perilaku konsumen adalah dinamis, perilaku
11
konsumen mempelajari bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih,
membeli, memakai, serta memanfaatkan barang, jasa, gagasan, atau pengalaman
dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka (Kotler, 2001). Hal ini
menunjukkan bahwa perilaku seorang konsumen, grup konsumen, ataupun
masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu (Setiadi, 2010).
Tujuan mempelajari perilaku konsumen secara spesifik adalah agar kita
dapat mengetahui tingkah laku, kebiasaan, serta karakteristik konsumen. Dengan
memperoleh informasi tersebut kita dapat menyusun strategi dan program untuk
memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Pengukuran
mengenai sikap konsumen digunakan untuk memutuskan efektivitas kegiatan
pemasaran dan membantu aksi evaluasi pasar meskipun belum dilaksanakan.
Selain itu, pengukuran sikap konsumen dapat digunakan untuk mensegmentasi
pasar dan memilih target segmentasi sehingga pengukuran sikap berperan dalam
perumusan strategi pemasaran. Kesesuaian suatu pengukuran sikap konsumen
dengan perilakunya terhadap objek masa mendatang akan menentukan daya ramal
pengukuran sikap tersebut yang akan digunakan sebagai perumusan strategi
pemasaran (Engel et al.,1994).
Kepuasan Konsumen
Kepuasan menurut Kotler (2002) adalah perasaan senang atau kecewa dari
seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi terhadap kinerja
suatu produk dan harapan-harapannya. Jika kinerja berada di bawah harapan,
maka pelanggan tidak akan puas. Sedangkan jika kinerja memenuhi harapan,
maka pelanggan akan puas. Begitu pula apabila kinerja di atas harapan, maka
pelanggan akan amat puas. Kepuasan yang tinggi akan menciptakan kelekatan
emosional terhadap suatu merek/produk tertentu bukan hanya kesukaan/preferensi
rasional yang akan membawa pengaruh pada kesetiaan pelanggan yang tinggi.
Dari aspek manajerial, mempertahankan dan meningkatkan kepuasan
pelanggan adalah hal yang sangat penting. Pelanggan yang merasa puas secara
positif akan mempengaruhi arus kas masa depan perusahaan. Oleh karena itu,
pengusaha harus memandang program-program yang dapat meningkatkan
kepuasan pelanggan sebagai investasi.
Harapan konsumen itu terbentuk dari pengalaman pribadi terdahulu dari
konsumen serta informasi dari teman, kerabat, juga janji dari informasi pemasar
dan para pesaingnya. Namun terkadang konsumen tidak menginginkan harapan
yang terlalu tinggi bahkan terlalu rendah yang ditetapkan oleh pihak perusahaan.
Jika perusahaan menetapkan harapan yang terlalu tinggi konsumen kemungkinan
besar akan kecewa, sebaliknya jika perusahaan menetapkan harapan terlalu rendah
konsumen kemungkinan tidak akan tertarik.
Perusahaan yang berkinerja tinggi akan semakin mengubah perhatian
mereka ke kebutuhan untuk mengelola proses usaha inti seperti mengembangkan
produk baru, menarik dan mempertahankan pelanggan, memenuhi pesanannya,
serta menciptakan tingkat kepuasan karyawan yang tinggi yang mendorong
karyawan untuk bekerja keras sehingga kualitas dan pelayanan karyawan yang
tinggi akan menciptakan kepuasan pelanggan yang tinggi.
Kriteria pelanggan yang sangat puas adalah tetap setia lebih lama,
membeli lebih banyak ketika perusahaan memperkenalkan produk baru dan
12
memperbaharui produk-produk yang ada, membicarakan hal-hal yang baik
tentang perusahaan dan produk-produknya, memberi perhatian yang lebih sedikit
terhadap merek-merek dan iklan-iklan pesaing, kurang peka terhadap harga
pesaing, menawarkan gagasan jasa atau produk kepada perusahaan, biaya untuk
pelayanannya lebih kecil dibandingkan biaya pelayanan pelanggan baru karena
transaksi yang sudah rutin. Kotler (2002) mengidentifikasikan empat metode
untuk mengukur kepuasan pelanggan, yaitu:
1. Sistem keluhan dan saran
Setiap organisasi yang berorientasi pada pelanggan perlu memberikan
kesempatan yang luas kepada para pelanggannya untuk menyampaikan saran,
pendapat, dan keluhan mereka. Metode yang digunakan bisa berupa kotak
saran yang diletakkan di tempat-tempat strategis, kartu komentar, saluran
telepon khusus bebas pulsa, dan lain-lain. Informasi-informasi yang diperoleh
melalui metode ini dapat memberikan ide-ide baru dan masukan berharga
terhadap perusahaan, hal tersebut memungkinkan perusahaan bereaksi dengan
tanggap dan cepat untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul. Akan tetapi,
metode ini bersifat pasif sehingga sulit mendapatkan gambaran lengkap
mengenai kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan.
2. Ghost shopping
Salah satu cara untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan
adalah dengan mempekerjakan beberapa orang (ghost shopper) untuk berperan
atau bersikap sebagai pelanggan atau pembeli potensial produk perusahaan dan
pesaing. Para ghost shopper kemudian melaporkan temuan-temuannya
mengenai kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing.
3. Lost customer analysis
Perusahaan menghubungi para pelanggan yang telah berhenti atau yang telah
berpindah pemasok agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi dan
perusahaan dapat mengambil kebijakan perbaikan atau penyempurnaan
selanjutnya. Peningkatan customer loss rate menunjukkan kegagalan
perusahaan dalam memuaskan pelanggannya.
4. Survei kepuasan pelanggan
Survei kepuasan pelanggan dapat dilakukan melalui pos, telepon, maupun
wawancara pribadi. Melalui survei perusahaan akan memperoleh tanggapan
dan umpan balik (feedback) secara langsung dari pelanggan dan juga
memberikan tanda positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap
pelanggannya. Metode survei kepuasan pelanggan dapat dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain:
a) Directly reported satisfaction
Pengukuran ini dapat dilakukan dengan cara menanyakan secara langsung
tingkat kepuasan yang dirasakan pelanggan.
b) Derived dissatisfaction
Responden diberi pertanyaan mengenai seberapa besar mereka
mengharapkan suatu atribut tertentu dan seberapa besar yang mereka
rasakan.
c) Problem analysis
Responden diminta untuk menuliskan masalah-masalah yang mereka
hadapi berkaitan dengan penawaran dari perusahaan, mereka juga diminta
untuk menuliskan perbaikan-perbaikan yang mereka sarankan.
13
d) Importance performance analysis
Dalam metode ini responden diminta untuk meranking berbagai elemen
(atribut) dari penawaran berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen dan
seberapa baik kinerja perusahaan dalam masing-masing elemen (atribut).
Karakteristik Konsumen
Sumarwan (2002) mengelompokkan karakteristik konsumen menjadi tiga
bagian yaitu karakteristik demografi, ekonomi, dan sosial konsumen.
Karakteristik Demografi Karakteristik demografi menggambarkan karakteristik konsumen dilihat
dari:
Usia konsumen Usia konsumen penting untuk diketahui, karena konsumen yang berbeda
usia akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda pula. Perbedaan ini akan
mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek. Dari sisi
pemasaran, semua penduduk berapapun usianya adalah konsumen. Namun,
pemasar perlu mengetahui dengan pasti apakah usia dijadikan dasar untuk
segmentasi pasar produknya atau tidak.
Pendidikan dan Pekerjaan Pendidikan dan pekerjaan adalah dua karakteristik yang saling
berhubungan, pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh
seorang konsumen. Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi nilai-nilai
yang dianut, cara berfikir, cara pandang, bahkan persepsinya terhadap suatu
masalah. Konsumen yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan sangat
responsif terhadap informasi. Pendidikan juga mempengaruhi konsumen dalam
memilih produk maupun merek.
Lokasi Geografis Lokasi geografis adalah lokasi atau daerah di mana seorang konsumen
tinggal akan mempengaruhi pola konsumsinya. Orang yang tinggal di desa akan
memiliki akses terbatas dalam mengkonsumsi berbagai produk dan jasa.
Sebaliknya, konsumen yang tinggal di kota-kota besar lebih mudah memperoleh
semua barang dan jasa yang dibutuhkan olehnya. Para pemasar harus memahami
di mana konsumen tinggal, agar para pemasar tersebut bisa memfokuskan ke
mana produknya akan dijual.
Karakteristik Ekonomi Karakteristik ekonomi menggambarkan karakteristik konsumen dilihat
dari:
Pendapatan Pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh seorang konsumen dari
pekerjaan yang dilakukan olehnya untuk mencari nafkah. Pendapatan pada
umumnya diterima dalam bentuk uang. Pendapatan adalah sumber daya material
yang sangat penting bagi konsumen, karena dengan pendapatan itulah konsumen
bisa membiayai kegiatan konsumsinya. Jumlah pendapatan akan menggambarkan
besarnya daya beli dari seorang konsumen, daya beli akan menggambarkan
banyaknya produk dan jasa yang bisa di beli dan dikonsumsi oleh seorang
14
konsumen dan seluruh anggota keluarganya. Karena alasan inilah maka para
pemasar perlu mengetahui pendapatan konsumen yang menjadi sasaran pasarnya,
karena pendapatan konsumen akan menjadi indikator penting besarnya jumlah
produk yang bisa dibeli oleh konsumen.
Karakteristik Sosial Karakteristik sosial menggambarkan karakteristik konsumen dilihat dari:
Kelas Sosial Kelas sosial adalah bentuk lain dari pengelompokkan masyarakat ke dalam
kelas atau kelompok yang berbeda. Kelas sosial akan mempengaruhi jenis produk,
jenis jasa, dan merek yang dikonsumsi oleh konsumen. Kelas sosial juga
mempengaruhi pemilihan toko, tempat pendidikan, dan tempat berlibur seorang
konsumen. Konsumen juga sering memiliki persepsi mengenai kaitan antara satu
jenis produk atau sebuah merek dengan kelas sosial konsumen. Perbedaan kelas
atau strata akan menggambarkan perbedaan pendidikan, pendapatan, pemilikan
harta benda, gaya hidup, dan nilai-nilai yang dianut. Perbedaan-perbedaan tersebut
akan mempengaruhi perilaku konsumsi seseorang atau keluarga. Pengetahuan dan
pengalaman konsumen juga menjadi bagian yang penting, pengetahuan
memberikan referensi informasi tentang produk dan pengalaman memberikan
wacana atau opini serta pertimbangan atas kejadian yang telah mereka rasakan
sebelumnya. Oleh karena itu, pemahaman terhadap karakteristik konsumen
mampu memberikan kontribusi dalam membaca suasana pasar yang ada.
Model Keputusan Pembelian Konsumen
Engel, et al. (1994) menyatakan bahwa ada tiga faktor utama yang
mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian produk yaitu
pengaruh lingkungan, perbedaan individu, dan proses psikologis.
Pengaruh Lingkungan Menurut Engel, et al. (1994), konsumen hidup dalam lingkungan yang
kompleks. Perilaku proses keputusan konsumen dipengaruhi oleh budaya, kelas
sosial, pengaruh pribadi, keluarga, dan situasi.
Budaya Budaya adalah kompleks nilai, gagasan, sikap, dan simbol lain yang
bermakna dan digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi, membuat tafsiran,
dan mengevaluasi sebagai anggota masyarakat. Budaya dan nilai-nilai diteruskan
dari generasi ke generasi selanjutnya, budaya merupakan faktor penentu yang
paling penting dan mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Budaya
memberikan tiga pengaruh utama dalam proses keputusan pembelian yaitu budaya
mempengaruhi struktur konsumsi, budaya mempengaruhi pengambilan keputusan
individu, dan budaya adalah variabel utama dalam penciptaan dan komunikasi
produk (Engel, et al. 1994).
Kelas Sosial Kelas sosial adalah pengelompokkan orang yang relatif bertahan lama
(permanen) dan homogen di dalam suatu masyarakat yang tersusun secara hierarki
dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat, dan perilaku yang serupa (Setiadi,
2010). Kelas sosial memungkinkan sekelompok orang tertentu dibandingkan
15
dengan kelompok lain karena sekelompok orang tersebut dibedakan oleh
perbedaan status sosial dan ekonomi yang berjajar dari yang rendah sampai yang
tinggi, status sosial sering menghasilkan bentuk-bentuk perilaku konsumen yang
berbeda-beda. Perkembangan kelas sosial penting dalam memahami konsumsi
konsumen karena konsumen menggunakan gaya hidup yang diisyaratkan dan
diterapkan di dalam kelas sosial konsumen tersebut (Engel, et al. 1994).
Pengaruh Pribadi Pengaruh pribadi memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan
pembelian oleh konsumen, karena pengaruh pribadi berkaitan dengan cara-cara di
mana kepercayaan, sikap, dan perilaku konsumen dipengaruhi oleh orang lain
yang menjadi kelompok acuan dan memberikan pengaruh dalam kehidupan
konsumen tersebut. Pengaruh tersebut diekspresikan dalam bentuk kelompok
acuan dan komunikasi lisan, kelompok acuan merupakan kelompok yang
berfungsi sebagai referensi bagi seseorang dalam keputusan pembelian dan
konsumsi. Kelompok acuan memberikan standar dan nilai yang dapat menjadi
perspektif atau acuan tertentu mengenai bagaimana seseorang berpikir atau
berperilaku.
Hal yang terpenting dalam pengaruh pribadi adalah keterlibatan.
Keterlibatan produk yang tinggi dan pengaruh sosial mempunyai hubungan yang
erat, keterlibatan meningkat bila pilihan yang dibuat oleh konsumen
mempengaruhi status sosial dan penerimaan konsumen tersebut. Selain itu,
keterlibatan yang tinggi sering memunculkan pencarian informasi dari orang yang
dapat dipercaya. Oleh karena itu, pengaruh pribadi merupakan penyebab sekaligus
akibat atau hasil dari keterlibatan yang tinggi dan jarang menjadi sangat penting
bila keterlibatannya rendah. Pemasar dapat memanfaatkan pengaruh pribadi
dengan memonitor komunikasi lisan dan mengendalikan komunikasi yang bersifat
negatif (Engel, et al. 1994).
Keluarga Keluarga adalah kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih yang
dihubungkan melalui ikatan darah, perkawinan, atau adopsi dan tinggal bersama.
Banyak produk dibeli oleh konsumen ganda yang bertindak sebagai unit keluarga
dan keputusan individu sangat dipengaruhi oleh anggota lain dalam keluarganya.
Siklus hidup keluarga menggambarkan tahap-tahap yang dijalani oleh sebuah
keluarga dengan semakin meningkatnya usia anggota keluarga. Setiap tahap
keluarga akan menggambarkan kebutuhan yang berbeda sehingga setiap keluarga
akan membutuhkan produk dan jasa yang berbeda pula (Engel, et al. 1994).
Situasi
Situasi adalah keadaan pada saat tertentu dengan komponen atau bagian
yang mendukung keadaan tersebut. Pengaruh situasi dapat dipandang sebagai
pengaruh yang timbul dari faktor yang khusus untuk waktu dan tempat yang
spesifik, terlepas dari karakteristik konsumen dan karakteristik objek. Situasi
berguna untuk mempertimbangkan dampak potensial dari komunikasi, pembelian,
serta situasi pemakaian. Keefektifan pesan pemasaran tergantung pada latar
komunikasi dan situasi pembelian, hal ini mempengaruhi pengambilan keputusan
konsumen. Konsumen juga sering mengubah pola pembeliannya karena
bergantung pada situasi pemakaian produk atau jasa yang dikonsumsinya (Engel,
et al. 1994).
16
Perbedaan Individu
Perbedaan individu merupakan faktor internal yang menggerakkan dan
mempengaruhi perilaku konsumen. Ada lima komponen yang mendasari
perbedaan setiap individu dalam proses pengambilan keputusan yaitu sumberdaya
konsumen, keterlibatan dan motivasi, pengetahuan, sikap, kepribadian dan gaya
hidup (Engel, et al. 1994).
Sumberdaya Konsumen
Sumberdaya konsumen yang digunakan dalam proses pertukaran yaitu
ekonomi (uang), temporal (waktu), dan kognitif (perhatian). Keputusan konsumen
terhadap produk dan merek sangat dipengaruhi oleh jumlah sumberdaya ekonomi
yang dimiliki sekarang maupun di masa yang akan datang. Pembelian sangat
dipengaruhi oleh pendapatan, karena untuk menjadi konsumen setiap individu
memerlukan uang. Harapan konsumen mengenai pendapatan di masa yang akan
datang menjadi penting dalam meramalkan perilaku konsumen. Waktu menjadi
variabel penting dalam memahami perilaku konsumen karena konsumen
mengalami kemiskinan terhadap waktu. Namun demikian, ada waktu senggang
yang digunakan untuk pribadi yang bisa dimanfaatkan oleh pemasar. Perhatian
dalam mengelola informasi juga harus selektif, karena pada umumnya
sumberdaya yang tersedia memiliki keterbatasan dalam ketersediaan sehingga
diperlukan alokasi sumberdaya yang cermat (Engel, et al. 1994).
Keterlibatan dan Motivasi
Menurut Engel, et al. (1994), keterlibatan adalah faktor penting dalam
memahami motivasi. Motivasi muncul karena adanya kebutuhan yang dirasakan
oleh konsumen, kemudian kebutuhan muncul karena adanya ketidaknyamanan
antara yang seharusnya dirasakan dengan yang sesungguhnya dirasakan. Lalu
kebutuhan yang dirasakan tersebut mendorong seseorang untuk melakukan
tindakan pemenuhan kebutuhan yang disebut dengan motivasi, hal ini
menyebabkan semakin kuat dorongan untuk melakukan tindakan pemenuhan
kebutuhan maka semakin besar respon yang dirasakan.
Antil dalam Engel, et al. (1994) mendefinisikan bahwa keterlibatan
merupakan tingkat kepentingan pribadi yang dirasakan atau minat yang dibangun
oleh stimulus di dalam situasi spesifik. Keterlibatan merupakan refleksi dari
motivasi yang kuat di dalam bentuk relevansi pribadi yang dirasakan dari suatu
produk atau jasa di dalam konteks tertentu.
Pengetahuan
Pengetahuan adalah pemahaman yang dimiliki oleh konsumen.
Pengetahuan konsumen adalah himpunan bagian dari informasi total yang relevan
dengan fungsi konsumen di dalam pasar. Informasi yang dipegang oleh konsumen
mengenai produk akan sangat mempengaruhi pola pembelian konsumen tersebut.
Analisis kesadaran dan citra sangat berguna untuk memahami sifat pengetahuan
produk. Pemasar mempertimbangkan pengetahuan pembelian terkait dengan
kepercayaan konsumen mengenai waktu dan lokasi terjadinya pembelian.
Menurut Engel, et al. (1994), pengetahuan dibedakan menjadi tiga tipe yaitu
pengetahuan produk (product knowledge), pengetahuan pembelian (purchasing
knowledge), dan pengetahuan pemakaian (usage knowledge).
Pengetahuan produk mencakup kesadaran terhadap kategori dan merek
produk dalam kategori produk, terminologi produk, atribut atau ciri produk, serta
kepercayaan tentang kategori produk secara umum dan secara spesifik. Sedangkan
17
pengetahuan pembelian meliputi bermacam potongan informasi yang dimiliki oleh
konsumen yang berkaitan erat dengan pemerolehan produk. Dimensi dasar dari
pengetahuan pembelian meliputi informasi yang berkaitan dengan keputusan
tentang “di mana” produk tersebut harus dibeli dan “kapan” pembelian tersebut
harus terjadi. Pengetahuan pemakaian meliputi informasi yang tersedia dalam
ingatan mengenai bagaimana suatu produk dapat digunakan dan apa yang
diperlukan agar konsumen benar-benar menggunakan produk tersebut.
Pengetahuan dapat diukur secara objektif dan subjektif. Pengukuran
pengetahuan secara objektif adalah pengukuran yang menyadap apa yang benar-
benar di simpan konsumen di dalam ingatan, sedangkan pengetahuan subjektif
adalah pengukuran yang menyadap persepsi konsumen mengenai banyaknya
pengetahuan mereka sendiri.
Sikap
Sikap adalah bentuk evaluasi dari seseorang. Intensitas, dukungan, dan
kepercayaan adalah sifat penting dari sikap. Sikap membantu mengevaluasi
tindakan pemasaran sebelum tindakan pemasaran tersebut dilaksanakan di dalam
pasar. Sikap juga membentuk pangsa pasar dan memilih pangsa target (Engel, et
al. 1994). Menurut Schiffman dan Kanuk (2004), sikap dalam konteks perilaku
konsumen merupakan suatu kecenderungan yang dipelajari dalam berperilaku
dengan cara menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap suatu objek
tertentu. Sikap terdiri dari tiga komponen utama, yaitu:
1. Komponen kognitif
Komponen pertama terdiri dari berbagai kognisi seseorang, yaitu pengetahuan
dan persepsi yang diperoleh berdasarkan kombinasi pengalaman langsung
dengan objek sikap dan informasi yang berkaitan dari berbagai sumber.
Pengetahuan ini dan persepsi yang ditimbulkannya biasanya mengambil
bentuk kepercayaan yaitu kepercayaan konsumen bahwa objek sikap
mempunyai berbagai sifat dan perilaku tertentu akan menimbulkan hasil-hasil
tertentu.
2. Komponen afektif
Emosi atau perasaan konsumen mengenai produk atau merek tertentu
merupakan komponen afektif dari sikap tertentu. Emosi dan perasaan sering
dianggap sangat evaluatif karena mencakup penilaian seseorang terhadap
objek sikap secara langsung dan menyeluruh.
3. Komponen konatif
Komponen konatif berhubungan dengan kemungkinan atau kecenderungan
bahwa individu akan melakukan tindakan khusus atau berperilaku dengan cara
tertentu terhadap objek sikap tertentu. Komponen konatif mungkin mencakup
perilaku sesungguhnya itu sendiri.
Kepribadian, Gaya Hidup, dan Demografi
Kepribadian, gaya hidup, dan demografi merupakan sistem penting yang
memperlihatkan perbedaan dalam konsumsi produk dan preferensi merek.
Kepribadian didefinisikan sebagai respon yang konsisten terhadap stimulus
lingkungan, sedangkan gaya hidup diartikan sebagai pola orang hidup
menggunakan uang dan waktunya mencakup variabel pribadi, sosial, demografi,
dan variabel lainnya. Gaya hidup adalah konsep ringkasan yang mencerminkan
nilai konsumen, selain itu ada juga faktor demografi (karakteristik populasi
18
manusia) yang berperan dalam menentukan gaya hidup dan segmentasi konsumen.
Faktor demografi antara lain mencakup ukuran, pertumbuhan, kepadatan, dan
distribusi yang digunakan dalam penelitian konsumen untuk menjabarkan pangsa
konsumen yang berkaitan dengan usia, pendapatan, dan pendidikan.
Para pemasar berusaha mengetahui kepribadian konsumen dan
pengaruhnya terhadap perilaku konsumen. Pemahaman tersebut sangat penting
agar dapat merancang komunikasi yang sesuai dengan sasaran konsumen yang
dituju sehingga konsumen bisa menerima produk dan jasa tersebut. Pemasar
mengharapkan konsumen menilai bahwa produk tersebut sebagai suatu yang
cocok bagi kepribadiannya sehingga mereka menyukai, membeli, dan
menggunakan produk tersebut (Engel, et al. 1994).
Proses Psikologis Tiga proses sentral psikologis yang membentuk semua aspek motivasi dan
perilaku konsumen terdiri dari pemrosesan informasi, pembelajaran, dan
perubahan sikap dan perilaku (Engel, et al. 1995).
Pemrosesan Informasi
Pemrosesan informasi mencakup tahap pemaparan, perhatian, pemahaman,
penerimaan kembali, dan retensi. Stimulus pembelian menjadi sangat penting
tergantung pada bagaimana stimulus tersebut diproses, karena dari hasil
pemrosesan stimulus tersebut akan membentuk sikap dan perilaku. Pemaparan
yang berhasil akan memunculkan perhatian yang tinggi pada diri konsumen.
Konsumen sangat selektif terhadap hal yang mereka perhatikan, sehingga upaya
mendapatkan perhatian konsumen menjadi sangat penting. Pemahaman
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, motivasi, dan harapan konsumen.
Penerimaan akan bergantung pada respon pikiran yang muncul selama tahap
pemahaman dan emosi yang dihasilkan oleh sebuah stimulus, sedangkan retensi
merupakan pemindahan tafsiran stimulus dalam ingatan jangka panjang (Engel, et
al. 1995).
Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses di mana pengalaman menyebabkan perubahan
dalam pengetahuan sikap dan perilaku. Pembelajaran mencakup pembelajaran
kognitif, pengkondisian klasik, pengkondisian operant, dan pembelajaran
viqarious. Pembelajaran kognitif berkaitan dengan aktivitas yang berkisar dari
pembelajaran informasi hingga pemecahan masalah. Pengkondisian klasik
digunakan untuk mempengaruhi preferensi konsumen, sedangkan pengkondisian
operant menekankan pentingnya pengukuhan sebagai alat untuk mempengaruhi
perilaku konsumen. Pembelajaran viqarious merujuk pada suatu proses yang
berusaha mengubah suatu perilaku dengan meminta individu mengamati tindakan
orang lain (Engel, et al. 1995).
Perubahan Sikap dan Perilaku
Sikap dan perilaku konsumen dapat dipengaruhi oleh komunikasi
persuasif. Selain komunikasi persuasif, sikap dan perilaku konsumen juga dapat
dipengaruhi melalui salah satu teknik modifikasi perilaku. Dorongan permintaan
dapat menjadi alat yang efektif untuk membentuk perilaku. Karakteristik
konsumen maupun produk harus dipertimbangkan dalam pengembangan strategi
komunikasi (Engel, et al. 1995).
19
Dari penjelasan tersebut, perilaku konsumen terhadap proses keputusan
pembelian dipengaruhi dan dibentuk oleh tiga faktor utama yaitu faktor
lingkungan, perbedaan individu, dan proses psikologis. Secara sederhana
hubungan antara ketiga faktor tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan Faktor-
Faktor yang Mempengaruhinya.
Sumber: Engel, et al. (1994).
Tahap-Tahap Pengambilan Keputusan Pembelian
Menurut Engel, et al. (1994) terdapat lima tahap dalam proses
pengambilan keputusan pembelian yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pascapembelian.
Model proses pembelian dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Tahapan-Tahapan Proses Keputusan Pembelian.
Sumber: Engel, et al. (1994).
PENGARUH
LINGKUNGAN
Budaya
Kelas Sosial
Pengaruh Pribadi
Keluarga
Situasi
PROSES
KEPUTUSAN
Pengenalan Kebutuhan
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Pembelian
Hasil
PERBEDAAN
INDIVIDU
Sumberdaya Konsumen
Motivasi dan Keterlibatan
Pengetahuan
Sikap
Kepribadian, Gaya Hidup,
dan Demografi
PROSES
PSIKOLOGIS
Pengolahan Informasi
Pembelajaran
Perubahan Sikap dan
Perilaku
Strategi pemasaran
Pengenalan
kebutuhan
Pencarian
informasi
Evaluasi
alternatif
Keputusan
pembelian
Perilaku
pascapembelian
20
1. Pengenalan kebutuhan
Tahap ini bermula dari konsumen mengenali permasalahan atau kebutuhan.
Pengenalan kebutuhan muncul ketika konsumen menghadapi suatu masalah,
yaitu suatu keadaan di mana terdapat perbedaan antara keadaan yang
diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi. Kebutuhan tersebut dapat
dicetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal. Kebutuhan harus diaktifkan
terlebih dahulu sebelum dapat dikenali. Terdapat faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pengaktifan kebututhan (Engel, et al. 1994):
a) Keadaan yang berubah
Suatu kebutuhan dapat diaktifkan oleh perubahan dalam kehidupan
seseorang. Seorang konsumen dalam sebuah keluarga dengan kehadiran
anak akan memicu kebutuhan yang dimodifikasi untuk makanan, pakaian,
perabot, dan perumahan.
b) Pemerolehan produk
Kepemilikan sebuah produk terkadang mengaktifkan kebutuhan yang lain.
Seorang konsumen yang memiliki rumah baru biasanya akan memerlukan
pembelian produk tambahan.
c) Konsumsi produk
Konsumsi yang aktual itu sendiri dapat mengaktifkan suatu kebutuhan.
Dalam banyak situasi pembelian, suatu kebutuhan dikenali hanya karena
ada situasi kehabisan persediaan. Pengenalan kebutuhan terjadi karena
kebutuhan yang diantisipasi pada masa datang yang tak lama lagi yang
diakibatkan oleh perubahan di dalam situasi yang aktual.
d) Pengaruh pemasaran
Pengaruh pemasaran akan mempengaruhi konsumen untuk menyadari akan
kebutuhannya. Produk yang dipasarkan dengan menarik akan
mempengaruhi konsumen untuk menyadari kebutuhannya dan merasakan
produk tersebut yang hanya dapat memenuhi kebutuhannya.
e) Perbedaan Individu
Terdapat dua tipe konsumen, yaitu tipe keadaan aktual dan tipe keadaan
yang diinginkan. Tipe keadaan aktual merupakan tipe konsumen di mana
pengenalan kebutuhan akan suatu produk hanya ketika produk tersebut
tidak berfungsi dan tidak memuaskan. Sedangkan tipe keadaan yang
diinginkan merupakan tipe konsumen di mana pengenalan kebutuhan
sebagai akibat dari keinginan mereka akan sesuatu yang baru.
2. Pencarian informasi
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari
informasi yang lebih banyak. Menurut Engel, et al. (1995) pencarian informasi
adalah aktivasi termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan
atau pemerolehan informasi dari lingkungan internal dan eksternal. Menurut
Sumarwan (2002) pencarian informasi dilakukan ketika memandang bahwa
kebutuhan tersebut bisa dipenuhi dengan membeli dan mengkonsumsi suatu
produk (pencarian informasi eksternal), pencarian informasi ini dilakukan
konsumen untuk mencari informasi yang tersimpan dalam ingatannya
(pencarian informasi internal). Jika informasi yang didapat dari pencarian
internal ini telah memadai untuk memberikan arah tindakan yang memuaskan,
maka pencarian eksternal tidak diperlukan. Tetapi jika informasi dari pencarian
21
internal belum mencukupi, konsumen mungkin memutuskan untuk
mengumpulkan informasi tambahan dari lingkungan (Engel, et al. 1995).
3. Evaluasi alternatif
Evaluasi alternatif merupakan tahap di mana konsumen mengevaluasi berbagai
alternatif pilihan produk dan merek, dan memilihnya sesuai dengan yang
diinginkan konsumen untuk memenuhi kebutuhan. Pada tahap ini, konsumen
menggunakan kriteria evaluasi sebagai atribut yang digunakan dalam menilai
alternatif-alternatif pilihan sehingga dapat memberikan manfaat yang dicari
dan memuaskan kebututhan tersebut. Kriteria evaluasi dapat berbeda-beda
tergantung pada karakteristik produk yang dibutuhkan oleh konsumen. Cara
konsumen mengevaluasi alternatif pembelian tergantung pada konsumen
pribadi dan situasi pembelian tertentu. Kriteria evaluasi tertentu yang
digunakan oleh konsumen selama pengambilan keputusan akan bergantung
pada beberapa faktor seperti pengaruh situasi, kesamaan alternatif-alternatif
pilihan, motivasi, keterlibatan, dan pengetahuan (Engel, et al. 1995). Untuk itu,
pemasar perlu memahami proses konsumen mengevaluasi pilihan merek untuk
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
4. Keputusan pembelian
Keputusan pembelian merupakan tahap di mana konsumen menentukan
peringkat merek dan membentuk niat pembelian. Preferensi dan niat pembelian
tidak selalu menghasilkan pilihan pembelian yang aktual, karena pada
umumnya keputusan pembelian konsumen adalah membeli merek yang paling
disukai. Namun demikian, dua faktor bisa berada antara niat pembelian dan
keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain, sejauh mana
sikap orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan bergantung
pada dua hal yaitu intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang
disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang
lain. Sikap negatif orang lain dan semakin dekat orang lain tersebut dengan
konsumen, maka konsumen akan semakin mengubah niat pembeliannya.
Preferensi merek tertentu akan meningkat jika orang yang disukai juga sangat
menyukai merek yang sama.
5. Perilaku pascapembelian
Perilaku pascapembelian adalah tahap proses keputusan pembelian di mana
konsumen mengambil tindakan selanjutnya setelah pembelian, berdasarkan
kepuasan atau ketidakpuasan konsumen. Kepuasan didefinisikan sebagai
evaluasi pasca konsumsi bahwa suatu alternatif yang dipilih memenuhi atau
melebihi harapan. Sedangkan ketidakpuasan merupakan harapan yang
diungkapkan secara negatif (Engel, et al. 1995). Kepuasan berfungsi
mengukuhkan loyalitas pembeli, sedangkan ketidakpuasan dapat menyebabkan
keluhan, komunikasi lisan yang negatif, dan upaya untuk menuntut ganti rugi
melalui sarana hukum. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen terhadap suatu
pembelian ditentukan pada hubungan antara ekspektasi konsumen dan kinerja
anggapan produk. Jika produk tidak memenuhi ekspektasi maka konsumen
akan kecewa, begitu juga sebaliknya jika produk memenuhi ekspektasi maka
konsumen akan puas. Selain itu, jika produk melebihi ekspektasi maka
konsumen akan sangat puas.
22
Atribut Produk
Suatu produk yang memiliki keunikan dapat dengan mudah menarik
perhatian konsumen, karena dalam proses pemenuhan kebutuhannya akan suatu
produk seorang konsumen sangat memperhatikan karakteristik atau atribut dari
produk tersebut. Suatu produk biasanya memiliki karakteristik dan atribut yang
unik. Setiap konsumen mempunyai kemampuan yang berbeda dalam
menyebutkan atribut dari suatu produk, hal ini disebabkan karena setiap
konsumen memiliki pengetahuan yang berbeda-beda mengenai suatu produk.
Sebagian konsumen mungkin memiliki informasi yang lengkap mengenai
suatu produk, sehingga konsumen tersebut mampu mendeskripsikan secara detail
berbagai atribut yang dimiliki oleh suatu produk. Oleh karena itu diperlukan
pemahaman yang baik tentang apa yang diketahui konsumen, atribut apa saja yang
dikenal dari suatu produk, serta atribut mana yang dianggap paling penting oleh
konsumen. Pengetahuan mengenai atribut tersebut akan mempengaruhi
pengambilan keputusan konsumen, atribut produk terdiri dari tiga tipe yaitu:
1. Features (ciri-ciri atau rupa) dapat berupa ukuran, karakteristik estetis,
komponen atau bagian-bagiannya, bahan dasar, proses manufaktur, servis atau
jasa, penampilan, harga, susunan, trademark (tanda merek), dan sebagainya.
2. Functions (fungsi) lebih sering diperlakukan sebagai ciri-ciri atau manfaat.
3. Benefits (manfaat) dapat berupa kegunaan, kesenangan yang berhubungan
dengan panca indera, manfaat non material seperti kesehatan dan
penghematan, serta lain-lainnya.
Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut
Analisis tingkat kepentingan dan kinerja atribut (importance and
performance analysis) adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengukur
atribut-atribut atau dimensi-dimensi dari tingkat kepentingan dengan tingkat
pelaksanaan yang diharapkan oleh konsumen dan sangat berguna untuk
pengembangan program strategi pemasaran yang efektif (Simamora 2004).
Tingkat kepentingan dalam importance and performance analysis
merupakan kinerja aktual yang diharapkan oleh konsumen atau seberapa besar
harapan konsumen terhadap kinerja dari suatu atribut. Tingkat kepentingan
mengacu pada kepentingan yang dibutuhkan menurut persepsi konsumen, dari
berbagai persepsi tingkat kepentingan konsumen maka dapat dirumuskan tingkat
kepentingan yang paling dominan. Data yang digunakan untuk mengetahui tingkat
kepentingan secara nyata dari suatu produk adalah dengan menggunakan modus.
Dengan menggunakan konsep tingkat kepentingan ini, dapat ditangkap persepsi
yang lebih jelas mengenai pentingnya suatu variabel di mata konsumen. Setelah
itu, kita dapat mengaitkan pentingnya variabel tersebut dengan kenyataan yang
dirasakan oleh konsumen.
Kelebihan dari analisis ini adalah output atau hasil dari analisis dapat
berguna untuk melihat atribut produk yang perlu ditingkatkan maupun yang perlu
dikurangi oleh produsen, sehingga produsen dapat mengevaluasi atribut
produknya dengan lebih baik. Sedangkan kelemahan dari analisis ini adalah dalam
menganalisis tingkat kepentingan dan kinerja atributnya, peneliti hanya mengukur
kinerja atribut berdasarkan kriteria sangat baik sampai dengan sangat tidak baik
23
untuk semua atributnya sehingga dapat menimbulkan bias di dalam menilai atribut
tersebut.
Customer Satisfaction Index (CSI)
Customer Satisfaction Index (CSI) digunakan untuk menentukan tingkat
kepuasan pelanggan secara menyeluruh dengan pendekatan penilaian kinerja dan
kepentingan dari konsumen yang terbatas pada penilaian atribut yang tidak
mencerminkan kepuasan pelanggan secara langsung. Indeks kepuasan pelanggan
mencerminkan tingkat kepuasan pelanggan yang dihitung dari bobot setiap nilai
rata-rata tingkat kepentingan dan tingkat kinerja atribut produk.
Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran merupakan faktor yang dapat dikendalikan oleh para
pemasar dalam usahanya menginformasikan dan mempengaruhi konsumen.
Faktor strategi pemasaran meliputi variabel produk (product), harga (price),
distribusi (place), dan promosi (promotion) yang menjadi pertimbangan
konsumen untuk mengambil keputusan dalam pembelian. Variabel-variabel
tersebut umumnya dikenal dengan istilah marketing mix atau 4P yang kemudian
dikembangkan setelah pemasar melakukan segmentasi pasar, menetapkan pasar
sasaran, dan memposisikan produk. Bauran pemasaran (marketing mix)
merupakan seperangkat alat pemasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan
pemasarannya dalam pasar sasaran (Kotler, 2002).
Produk (Product)
Variabel bauran pemasaran yang paling mendasar adalah produk. Produk
adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan suatu kebutuhan
dan keinginan. Produk yang ditawarkan oleh perusahaan mencakup
keanekaragaman produk, kualitas, rancangan, bentuk, merek dan kemasan,
ukuran, pelayanan, jaminan, serta pengembalian (Kotler, 2002).
Harga (Price)
Harga merupakan variabel bauran pemasaran yang penting, harga adalah
sejumlah uang yang harus dibayaroleh konsumen atau pelanggan untuk produk
tertentu. Harga harus sebanding dengan nilai penawaran kepada konsumen atau
pelanggan, jika tidak konsumen atau pelanggan akan berpindah ke produk
pesaing. Harga mencakup daftar harga, rabat, potongan, syarat kredit, dan jangka
waktu pembayaran (Kotler, 2002).
Distribusi (Place)
Tempat merupakan salah satu variabel bauran pemasaran yang meliputi
berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat agar produk dapat
diperoleh dan tersedia bagi konsumen atau pelanggan. Perusahaan harus mengerti
berbagai jenis pengecer, pedagang grosir, dan perusahaan distribusi fisik,
perusahaan juga harus mengerti bagaimana para pemasar tersebut membuat
keputusan. Variabel distribusi meliputi saluran, ruang lingkup, penyortiran, tempat
atau lokasi, persediaan, dan pengangkutan (Kotler, 2002).
24
Promosi (Promotion)
Promosi meliputi semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk
mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya kepada pasar sasaran.
Program komunikasi dan promosi yang dilakukan oleh perusahaan terdiri dari
iklan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, serta pemasaran langsung dan
online (Kotler, 2002).
Kerangka Pemikiran Operasional
Kesadaran masyarakat dalam menerapkan pola hidup sehat dilakukan
dengan banyak cara, salah satunya adalah dengan mengkonsumsi buah-buahan.
Semakin maraknya isu tentang buah-buahan impor yang mengandung pengawet
dan disuntik agar terlihat menarik menyebabkan banyak masyarakat yang mulai
mengganti kebiasaan mengkonsumsi buah-buahan impor dengan mengkonsumsi
buah-buahan lokal seperti belimbing. Belimbing manis merupakan salah satu
komoditas unggulan di Jawa Barat khususnya di Kota Depok, hal ini
menyebabkan peningkatan produksi komoditas belimbing manis di Kota Depok
sangat signifikan, sehingga membuat komoditas belimbing manis memiliki
potensi yang sangat besar untuk terus dikembangkan.
Belimbing manis varietas Dewa merupakan belimbing varietas baru yang
merupakan belimbing hasil persilangan antara belimbing varietas Dewi dan
belimbing Bangkok. Belimbing Dewa adalah belimbing yang populer dan banyak
diminati oleh konsumen, hal ini disebabkan karena belimbing Dewa memiliki
banyak kelebihan yaitu ukuran buahnya yang cukup besar dan panjang jika
dibandingkan dengan belimbing varietas lain. Selain itu, belimbing Dewa juga
memiliki daging buah yang padat dan manis dengan sedikit kandungan air. Oleh
karena itu, belimbing Dewa lebih tahan disimpan dalam waktu cukup lama pada
suhu kamar. Saat ini, produsen dan penjual belimbing Dewa di Kota Depok sudah
membaca peluang ini sehingga membuat mereka terus memproduksi belimbing
Dewa sebagai komoditas buah unggulan yang mereka jual.
Berkaitan dengan hal tersebut, produsen dan penjual belimbing Dewa
perlu menciptakan strategi bersaing untuk mendapatkan konsumen baru dan
mempertahankan konsumen lama yang sudah menjadi pelanggan bagi produsen
dan penjual belimbing Dewa tersebut. Salah satu cara untuk menciptakan strategi
bersaing adalah dengan menerapkan strategi pemasaran yang efektif dengan
menganalisis kepuasan konsumen belimbing Dewa tersebut. Analisis kepuasan
konsumen dalam penelitian ini mencakup analisis karakteristik umum konsumen
dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen yang
dianalisis dengan analisis deskriptif, sedangkan atribut data dianalisis
denganCustomer Satisfaction Index (CSI). Untuk menganalisis tingkat
kepentingan dan kinerja atribut belimbing Dewa, datanya diolah dengan metode
Importance and Performance Analysis (IPA).
Hasil dari ketiga analisis tersebut akan ditarik kesimpulan yang
berhubungan dengan implikasi perilaku konsumen terhadap strategi pemasaran
belimbing Dewa yang terdiri dari strategi produk, harga, tempat, dan promosi.
25
Secara skematis kerangka pemikiran untuk analisis perilaku konsumen terhadap
pembelian belimbing Dewa di Kota Depok dapat dilihat pada Gambar 3. Dalam
penelitian ini akan dianalisis 16 atribut yaitu ukuran belimbing Dewa, bobot
belimbing Dewa, warna belimbing Dewa, bentuk belimbing Dewa, kesegaran
belimbing Dewa, tekstur belimbing Dewa, rasa belimbing Dewa, tingkat
kematangan belimbing Dewa, nilai gizi/nutrisi belimbing Dewa, khasiat belimbing
Dewa, fungsi kemasan, tanpa bahan pengawet, aroma belimbing Dewa, harga
belimbing Dewa, ketersediaan, dan potongan harga/diskon.
26
Keterangan: Mempengaruhi/dipengaruhi
Alat analisis
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional.
Kesadaran masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat dengan
mengkonsumsi buah-buahan
Semakin maraknya isu tentang buah-buahan impor yang mengandung pengawet dan disuntik agar
terlihat menarik membuat konsumen mulai mengkonsumsi buah-buahan lokal seperti belimbing
Belimbing varietas Dewa merupakan belimbing varietas baru dan sangat diminati oleh konsumen
Kebutuhan pengetahuan tentang kepuasan konsumen belimbing Dewa
Analisis kepuasan konsumen belimbing Dewa
Analisis kepuasan
konsumen terhadap
atribut
Analisis karakteristik
konsumen,analisis keputusan
pembelian konsumen, dan
analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan
pembelian konsumen
Analisis tingkat
kepentingan dan kinerja
atribut
Analisis deskriptif Customer Satisfaction Index (CSI) IPA
Rekomendasi kebijakan strategi pemasaran (produk, harga, distribusi, dan promosi)
Jenis kelamin, umur,
pendapatan, pekerjaan,
dan lain-lain
Alasan mengkonsumsi,
tempat pembelian,
pertimbangan, alternatif
waktu pembelian, dan
respon konsumen
Pengaruh lingkungan,
perbedaan individu, dan
proses psikologis
Kepentingan Kinerja Kepentingan Kinerja
Atribut belimbing Dewa
Ukuran belimbing Dewa, bobot belimbing Dewa,
warna belimbing Dewa, bentuk belimbing Dewa,
kesegaran belimbing Dewa, tekstur belimbing
Dewa, rasa belimbing Dewa, tingkat kematangan
belimbing Dewa, nilai gizi/nutrisi belimbing Dewa,
khasiat belimbing Dewa, fungsi kemasan, tanpa
bahan pengawet, aroma belimbing Dewa, harga
belimbing Dewa, ketersediaan, dan potongan
harga/diskon.
27
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Depok khususnya dipasar tradisional, toko
buah, dan supermarket yang menjual belimbing Dewa. Penentuan wilayah
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa Kota Depok
merupakan kota yang menjadi sentra produksi belimbing Dewa terbesar di daerah
Jawa Barat sehingga banyak terdapat produsen, pedagang atau penjual pengecer,
dan konsumen belimbing Dewa di kota tersebut.
Pada penelitian ini lokasi yang menjadi tempat penelitian adalahPasar
Depok Lama, Toko Buah Fresh, dan Carrefour Depok. Lokasi-lokasi tersebut
dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan yaitu Pasar Depok Lama
merupakanlokasi penelitian yang tepat karena di pasar tersebut banyak belimbing
Dewa yang dijual oleh pedagang pengecer dan intensitas konsumen dalam
melakukan pembelian belimbing Dewa di pasar tersebut juga cukup sering.
Lokasi kedua yang dipilih adalah Toko Buah Fresh, toko buah tersebut
dipilih sebagai lokasi penelitian karena merupakan salah satu toko buah yang
melakukan kemitraan dengan Asosiasi Petani Belimbing Dewa Depok (APBDD)
sedangkan pemilihan Carrefour Depok sebagai lokasi penelitian yang terakhir
dikarenakan di antara supermarket-supermarket yang ada di Kota Depok lokasi
Carrefour Depok merupakan supermarket yang terdekat dengan Pasar Depok
Lama sehingga di kedua lokasi yang berdekatan tersebut dapat diketahui perilaku
para konsumen belimbing Dewa ketika melakukan pembelian.Dengan
pertimbangan-pertimbangan tersebut diharapkan pemilihan lokasi-lokasi
penelitian tersebut dapat mempermudah peneliti dalam menemukan konsumen
belimbing Dewa. Pengumpulan data dilakukan pada awal bulan September sampai
pertengahan bulan Oktober 2013.
Jenis dan Sumber Data
Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak dari Dinas
Pertanian Kota Depok, penjual belimbing Dewa, danpenyebaran kuesioner kepada
konsumen belimbing Dewa. Sedangkan data sekunder diperoleh dari jurnal,
literatur, buku, laporan penelitian, data-data dari Dinas Pertanian Kota Depok, dan
informasi-informasi dari internet yang berhubungan dengan topik penelitian yang
diteliti.
Sampel penelitian yangdiambil dalam penelitian ini berjumlah 60 orang
responden, penentuan jumlah sampel dipilih berdasarkan jumlah sampel minimum
yaitu 30 responden. Sampel diambil dengan metode accidental sampling yaitu
suatu metode yang digunakan dalam mengambil sampel yang diteliti dengan
mewawancarai responden yang kebetulan sedang berbelanja atau membeli
belimbing Dewa di lokasi penelitian.Kategori usia responden yang dipilih dalam
pengambilan sampel pada penelitian ini adalah responden yang berusia 17 tahun
ke atas, dengan pertimbangan bahwa pada usia minimal 17 tahun umumnya
28
responden bisa berpikiran stabil dan tidak terpengaruh dengan pihak lain dalam
menjawab pertanyaan pada kuesioner.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data-data yang mengenai tentang kepuasan konsumen belimbing Dewa
diolah dengan analisis deskriptif,Customer Satisfaction Index (CSI), dan metode
Importance Performance Analysis (IPA). Sedangkan data-data tentang identitas
konsumen, faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian, dan
pembelian yang dilakukan konsumen belimbing Dewa diolah dengan bantuan
program Microsoft Excel. Metode Importance Performance Analysis (IPA)
digunakan untuk mengetahui tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dari atribut
belimbing Dewa, dalam metode Importance Performance Analysis (IPA) program
yang digunakan untuk mengolah data adalah Microsoft Excel dan SPSS
16,0.Customer Satisfaction Index (CSI) atau indeks kepuasan pelanggan
merupakan salah satu alat ukur yang dapat mendukung analisis IPA, dalam CSI
program yang digunakan adalah Microsoft Excel dan minitab.
Analisis Deskriptif
Data-data yang berhubungan dengan karakteristik umum konsumen dan
faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian belimbing Dewa akan
dikelompokkan dalam bentuk tabel berdasarkan kesamaan jawabannya. Tabel ini
kemudian akan dianalisis berdasarkan faktor-faktor yang dominan dari variabel-
variabel yang diamati.
Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut
Analisis tingkat kepentingan dan kinerja atribut merupakan dasar bagi
manajemen dalam proses pengambilan keputusan mengenai tindakan apa yang
harus dilakukan untuk memperbaiki kinerja perusahaan, produsen, pelaku usaha,
maupun pedagang atau penjual pengecer untuk meningkatkan kepuasaan
konsumen ataupun pelanggan. Dari hasil analisis tingkat kepentingan dan kinerja
atribut ini akan menghasilkan suatu diagram kartesius yang terdiri dari empat
kuadran, strategi yang dapat dilakukan pengambil keputusan berkaitan dengan
posisi dari masing-masing variabel pada keempat kuadran tersebut. Berikut adalah
penjelasan mengenai keempat kuadran tersebut.
1) Kuadran 1 (Prioritas Utama)
Kuadran ini merupakan wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap
penting oleh konsumen maupun pelanggan, namun pada kenyataannya faktor-
faktor ini belum sesuai seperti yang diharapkan oleh konsumen maupun
pelanggan karena tingkat kinerja yang diperoleh masih sangat rendah.
Variabel-variabel yang tergolong dalam kuadran ini harus ditingkatkan lagi
agar kinerja yang terdapat dalam kuadran ini dapat meningkat.
2) Kuadran 2 (Pertahankan Prestasi)
Kuadran ini merupakan wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap
penting oleh konsumen maupun pelanggan, selain itu faktor-faktor tersebut
sudah sesuai dengan yang dirasakan oleh konsumen maupun pelanggan.
Variabel-variabel yang tergolong dalam kuadran ini harus tetap dipertahankan
29
kinerjanya, karena semua variabel tersebut dapat menjadikan suatu produk
atau komoditas menjadi unggul di mata konsumen maupun pelanggan.
3) Kuadran 3 (Prioritas Rendah)
Kuadran ini merupakan wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap
kurang penting oleh konsumen maupun pelanggan dan pada kenyataannya
kinerja dari atribut yang tergolong dalam kuadran ini juga tidak terlalu
istimewa. Peningkatan dari variabel-variabel yang tergolong dalam kuadran
ini dapat dipertimbangkan kembali, karena pengaruhnya terhadap manfaat dari
suatu produk/jasa dirasakan sangat kecil oleh konsumen maupun pelanggan.
4) Kuadran 4 (Berlebihan)
Kuadran ini merupakan wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap
kurang penting oleh konsumen maupun pelanggan dan faktor-faktor tersebut
dirasakan terlalu berlebihan. Variabel-variabel yang tergolong dalam kuadran
ini dapat dikurangi agar perusahaan, produsen, pelaku usaha, maupun
pedagang atau penjual pengecer dapat melakukan penghematan biaya.
Untuk lebih jelasnya, keempat kuadran tersebut dapat dilihat dalam bentuk
diagram kartesius yang terdapat pada Gambar 4.
HIGH
IMPORTANCE
LOW HIGH
PERFORMANCE
Gambar 4. Matriks Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut
(Importance Performance Matrix).
Melalui konsep tingkat kepentingan dan kinerja atribut bagi konsumen,
diharapkan kita dapat menangkap persepsi yang lebih jelas mengenai pentingnya
suatu dimensi di mata konsumen. Sebagai indikator, ukuran skala kuantitatif
menggunakan skala Likert terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut.
Ukuran skala ini digunakan untuk mengukur kepentingan menurut persepsi
KUADRAN 1 KUADRAN 2
(Prioritas Utama) (Pertahankan Prestasi)
KUADRAN 3 KUADRAN 4
(Prioritas Rendah) (Berlebihan)
30
konsumen dan tingkat pelaksanaan atau kinerja secara nyata dari suatu produk
yang biasanya dinyatakan dalam bentuk tanggapan konsumen terhadap kepuasan.
Dalam penelitian ini skala Likert yang digunakan adalah dari skor 1 sampai 4,
penggunaan rentang skor dari 1 sampai 4 ini dilakukan untuk menghindari
jawaban responden yang bersifat netral atau biasa-biasa saja. Nilai pembobotan
untuk tingkat kepentingan dan kinerja atribut dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Nilai Bobot Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut.
No. Skor (Bobot) Tingkat Kinerja (X) Tingkat Kepentingan (Y)
1. 1 Sangat tidak baik Sangat tidak penting
2. 2 Tidak baik Tidak penting
3. 4 Baik Penting
4. 5 Sangat baik Sangat penting
Pengukuran dengan metode Importance Performance Analysis
menggunakan bobot penilaian kinerja produk dan bobot penilaian kepentingan
konsumen yang dirata-ratakan dan diformulasikan ke dalam diagram kartesius.
Masing-masing atribut diposisikan dalam sebuah diagram di mana skor rata-rata
dari penilaian terhadap tingkat kinerja ( ) menunjukkan posisi atribut pada sumbu
X, sedangkan skor rata-rata dari penilaian terhadap tingkat kepentingan konsumen
( ) menunjukkan posisi atribut pada sumbu Y. Berikut rumus untuk mencari skor
rata-rata bagi penilaian tingkat kinerja ( ) dan penilaian tingkat kepentingan
konsumen ( ).
i = i =
Di mana:
Xi = Total skor tingkat kinerja (performance) dari seluruh respon
Yi = Total skor tingkat kepentingan (importance) dari seluruh respon
i = Bobot rata-rata penilaian tingkat kinerja (performance) atribut
i = Bobot rata-rata penilaian tingkat kepentingan (importance) konsumen
n = Jumlah responden
Untuk mengetahui batasan wilayah dalam diagram kartesius yang dibagi
menjadi empat bagian wilayah yang dibatasi oleh dua garis yang berpotongan
tegak lurus pada titik ( , ). Untuk mengetahui kedua titik tersebut dapat dicari
dengan menggunakan rumus berikut.
= =
Di mana:
= Rata-rata dari jumlah rata-rata bobot tingkat pelaksanaan (kinerja)
seluruh atribut
= Rata-rata dari jumlah rata-rata bobot tingkat kepentingan (harapan)
31
seluruh atribut
i = Bobot rata-rata penilaian tingkat kinerja (performance) atribut
i = Bobot rata-rata penilaian tingkat kepentingan (importance) konsumen
K = Banyaknya atribut yang dapat dianalisis
Hasil dari penilaian pembobotan akan menentukan urutan peningkatan
atau perbaikan untuk setiap dimensi pada masing-masing kuadran yang berbeda
sehingga dapat mempengaruhi tanggapan atau respon kepuasan konsumen
terhadap produk atau komoditas yang bersangkutan.
Customer Satisfaction Index (CSI)
Metode Customer Satisfaction Index (CSI) digunakan untuk menentukan
tingkat kepuasan konsumen secara menyeluruh dengan melakukan pendekatan
yang mempertimbangkan tingkat kepentingan dari atribut-atribut yang diukur.
Metode pengukuran CSI meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1. Menentukan Mean Importance Score (MIS), nilai ini berasal dari rata-rata
tingkat kepentingan setiap responden.
MIS=
Keterangan:
n = Jumlah responden
Yi = Nilai kepentingan atribut Y ke-i
2. Membuat Weight Factors (WF), adalah fungsi dari Mean Importance Score
atau nilai rata-rata tingkat kepentingan (MIS-i) per atribut terhadap total MIS
seluruh atribut yang diuji.
WF =
3. Membuat Weight Score (WS), bobot ini merupakan perkalian antara Weight
Factor (WF) dengan rata-rata tingkat kinerja atau Mean Performance Score
(MPS).
WS = MPS x WF
4. Menghitung Customer Satisfaction Index (CSI), yaitu jumlah Weight Average
(WA) dibagi dengan Highest Scale (HS) atau yang dinyatakan dalam bentuk
persentase. Skala maksimum diperoleh dari ukuran skala Likert yang
digunakan dalam pembobotan tingkat kepentingan dan kinerja. Maka dalam
penelitian ini rentang skala yang digunakan adalah empat hal ini dilakukan
untuk menghindari kecenderungan sentral tendensis atau menghindari jawaban
responden yang bersifat netral, hal ini disebabkan karena orang Indonesia
biasanya cenderung menjawab pertanyaan yang biasa-biasa saja (netral).
CSI = x 100 %
32
Tingkat kepuasan responden secara menyeluruh dapat dilihat dari kriteria
tingkat kepuasan konsumen. Penentuan angka indeks pada kriteria nilai CSI
menggunakan skala numerik dengan rumus sebagai berikut:
RS =
Keterangan:
RS = Rentang skala
m = Skor maksimum
n = Skor minimum
b = Jumlah kelas (dalam penelitian ini digunakan 4 skala)
Rentang kepuasan berkisar dari 0%-100%, yaitu kepuasan tertinggi dicapai bila
CSI menunjukkan nilai 100%. Rentang skala pada penelitian ini dihitung
sebagai berikut:
RS = = 20%
Tingkat kepuasan konsumenbelimbing Dewa secara menyeluruh dapat dilihat
dari kriteria tingkat kepuasan konsumen berdasarkan kriteria pada Tabel 8.
Tabel 8. Kriteria Nilai Customer Satisfaction Index (CSI).
No. Angka Indeks Interpretasi
1. 0.00-0.20 Sangat tidak puas
2. 0.21-0.40 Tidak puas
3. 0.61-0.80 Puas
4. 0.81-1.00 Sangat puas
Definisi Operasional
a. Responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pria dan wanita dewasa
yang pernah mengkonsumsi belimbing Dewa.
b. Usia yang dimaksud adalah usia yang sesuai dengan yang tertera dalam KTP.
c. Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan terakhir atau
pendidikan yang sedang ditempuh oleh responden.
d. Status pernikahan yang dimaksud adalah status pernikahan yang sesuai dengan
yang tertera dalam KTP.
e. Pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan yang sesuai dengan yang tertera
dalam KTP.
f. Jumlah keluarga yang dimaksud adalah keluarga inti yaitu orang tua dan anak.
g. Rata-rata pendapatan per bulan merupakan pemasukan uang yang siap
dibelanjakan (disposable income) baik yang berasal dari gaji, hasil usaha,
maupun uang saku per bulan.
33
h. Atribut belimbing Dewa yang dianalisis dalam penelitian ini adalah ukuran
belimbing Dewa, bobot belimbing Dewa, warna belimbing Dewa, bentuk
belimbing Dewa, kesegaran belimbing Dewa, tekstur belimbing Dewa, rasa
belimbing Dewa, tingkat kematangan belimbing Dewa, nilai gizi/nutrisi
belimbing Dewa, khasiat belimbing Dewa, fungsi kemasan, tanpa bahan
pengawet, aroma belimbing Dewa, harga belimbing Dewa, ketersediaan, dan
potongan harga/diskon.
i. Tingkat kepentingan merupakan penilaian responden (konsumen) terhadap
penting atau tidaknya suatu atribut dari belimbing Dewa.
j. Tingkat kinerja merupakan kondisi aktual dari atribut-atribut belimbing Dewa
yang dinilai oleh responden (konsumen).
k. Definisi operasional tingkat kepentingan dan kinerja atribut
belimbing Dewa:
5 = Sangat penting/sangat baik 2 = Tidak penting/tidak baik
4 = Penting/baik 1 = Sangat tidak penting/sangat tidak baik
Ukuran buah belimbing Dewa:
1 = Jika ukuran buah belimbing Dewa sangat kecil.
2 = Jika ukuran buah belimbing Dewa cukup kecil.
4 = Jika ukuran buah belimbing Dewa cukup besar.
5 = Jika ukuran buah belimbing Dewa sangat besar.
Bobot buah belimbing Dewa:
1 = Jika bobot buah belimbing Dewa < 200 gram per buah.
2 = Jika bobot buah belimbing Dewa 200 gram sampai < 300 gram per buah.
4 = Jika bobot buah belimbing Dewa 300 gram sampai < 400 gram per buah.
5 = Jika bobot buah belimbing Dewa ≥ 400 gram per buah.
Warna buah belimbing Dewa:
1 = Jika warna buah belimbing Dewa hijau.
2 = Jika warna buah belimbing Dewa hijau kekuningan.
4 = Jika warna buah belimbing Dewa kuning.
5 = Jika warna buah belimbing Dewa kuning kemerahan.
Bentuk buah belimbing Dewa:
1 = Jika bentuk buah belimbing Dewa sangat tidak sempurna (sangat banyak
bagian yang cacat) sehingga bentuknya sangat tidak sesuai dengan varietas.
2 = Jika bentuk buah belimbing Dewa tidak sempurna (banyak bagian yang
cacat) sehingga bentuknya tidak sesuai dengan varietas.
4 = Jika bentuk buah belimbing Dewa cukup sempurna (sedikit bagian yang
cacat) sehingga bentuknya cukup sesuai dengan varietas.
5 = Jika bentuk buah belimbing Dewa sempurna (tidak ada bagian yang cacat)
sehingga bentuknya sesuai dengan varietas.
Kesegaran buah belimbing Dewa:
1 = Jika buah belimbing Dewa sangat tidak segar.
2 = Jika buah belimbing Dewa tidak segar.
4 = Jika buah belimbing Dewa cukup segar.
5 = Jika buah belimbing Dewa sangat segar.
Tekstur buah belimbing Dewa:
1 = Jika tekstur buah belimbing Dewa sangat keras/sangat lunak.
2 = Jika tekstur buah belimbing Dewa keras/lunak.
34
4 = Jika tekstur buah belimbing Dewa cukup renyah/garing.
5 = Jika tekstur buah belimbing Dewa renyah/garing.
Rasa buah belimbing Dewa:
1 = Jika rasa buah belimbing Dewa sangat asam.
2 = Jika rasa buah belimbing Dewa asam.
4 = Jika rasa buah belimbing Dewa manis.
5 = Jika rasa buah belimbing Dewa sangat manis
Tingkat kematangan buah belimbing Dewa:
1 = Jika buah belimbing Dewa tidak matang/terlalu matang.
2 = Jika buah belimbing Dewa kurang matang.
4 = Jika buah belimbing Dewa cukup matang.
5 = Jika buah belimbing Dewa matang sempurna/merata.
Nilai gizi/nutrisi yang terkandung dalam buah belimbing Dewa:
1 = Jika buah belimbing Dewa tidak mengandung gizi/nutrisi.
2 = Jika buah belimbing Dewa kurang mengandung gizi/nutrisi.
4 = Jika buah belimbing Dewa cukup mengandung gizi/nutrisi.
5 = Jika buah belimbing Dewa banyak mengandung gizi/nutrisi.
Khasiat buah belimbing Dewa bagi kesehatan tubuh:
1 = Jika buah belimbing Dewa sangat tidak baik untuk kesehatan tubuh.
2 = Jika buah belimbing Dewa tidak baik untuk kesehatan tubuh.
4 = Jika buah belimbing Dewa baik untuk kesehatan tubuh.
5 = Jika buah belimbing Dewa sangat baik untuk kesehatan tubuh.
Fungsi kemasan buah belimbing Dewa:
1 = Jika kemasan tidak melindungi buah belimbing Dewa dari polusi lingkungan.
2 = Jika kemasan kurang melindungi buah belimbing Dewa dari polusi lingkungan.
4 = Jika kemasan cukup melindungi buah belimbing Dewa dari polusi lingkungan.
5 = Jika kemasan sangat melindungi buah belimbing Dewa dari polusi lingkungan.
Buah belimbing Dewa yang tanpa bahan pengawet:
1 = Jika buah belimbing Dewa sangat mengandung bahan pengawet sehingga
tidak membusuk selama satu bulan.
2 = Jika buah belimbing Dewa cukup mengandung bahan pengawet sehingga
tidak membusuk selama dua minggu.
4 = Jika buah belimbing Dewa sedikit mengandung bahan pengawet sehingga
tidak membusuk selama tiga hari.
5 = Jika buah belimbing Dewa tidak mengandung bahan pengawet sehingga
sangat mudah membusuk.
Aroma buah belimbing Dewa yang dijual di tempat ini:
1 = Jika aroma buah belimbing Dewa sangat langu.
2 = Jika aroma buah belimbing Dewa cukup langu.
4 = Jika aroma buah belimbing Dewa cukup harum.
5 = Jika aroma buah belimbing Dewa sangat harum.
Harga buah belimbing Dewa yang mahal:
1 = Jika harga buah belimbing Dewa mahal, namun tidak mempunyai/mencerminkan
kualitas lebih jika dibandingkan dengan belimbing varietas lain/buah lain.
2 = Jika harga buah belimbing Dewa mahal, namun hanya mempunyai/mencerminkan
sedikit kualitas jika dibandingkan dengan belimbing varietas lain/buah lain.
4 = Jika harga buah belimbing Dewa mahal, tetapi mempunyai/mencerminkan
kualitas yang cukup jika dibandingkan dengan belimbing varietas lain/buah lain.
35
5 = Jika harga buah belimbing Dewa mahal, tetapi mempunyai/mencerminkan
kualitas yang lebih jika dibandingkan dengan belimbing varietas lain/buah lain. Buah
belimbing Dewa yang mudah ditemukan (di supermarket, di pasar tradisional, di toko
buah, dan lain-lain):
1 = Jika buah belimbing Dewa sangat sulit ditemukan di supermarket, di pasar
tradisional, di toko buah, dan lain-lain.
2 = Jika buah belimbing Dewa cukup sulit ditemukan di supermarket, di pasar
tradisional, di toko buah, dan lain-lain.
4 = Jika buah belimbing Dewa cukup mudah ditemukan di supermarket, di pasar
tradisional, di toko buah, dan lain-lain.
5 = Jika buah belimbing Dewa sangat mudah ditemukan di supermarket, di pasar
tradisional, di toko buah, dan lain-lain.
Pengadaan promosi penjualan buah belimbing Dewa selain iklan (misalnya:
pemberian potongan harga/diskon):
1 = Jika tidak ada pengadaan promosi penjualan selain iklan, seperti pemberian
potongan harga/diskon.
2 = Jika kurang ada pengadaan promosi penjualan selain iklan, seperti pemberian
potongan harga/diskon.
4 = Jika cukup ada pengadaan promosi penjualan selain iklan, seperti pemberian
potongan harga/diskon.
5 = Jika sering ada pengadaan promosi penjualan selain iklan, seperti pemberian
potongan harga/diskon.
Apakah penting ukuran buah belimbing Dewa?
1 = Jika ukuran buah belimbing Dewa tidak menjadi pertimbangan dalam
melakukan pembelian.
2 = Jika ukuran buah belimbing Dewa kurang menjadi pertimbangan dalam
melakukan pembelian.
4 = Jika ukuran buah belimbing Dewa cukup menjadi pertimbangan dalam
melakukan pembelian.
5 = Jika ukuran buah belimbing Dewa sangat menjadi pertimbangan dalam
melakukan pembelian.
Apakah penting bobot buah belimbing Dewa?
1 = Jika bobot buah belimbing Dewa tidak menjadi pertimbangan dalam
melakukan pembelian.
2 = Jika bobot buah belimbing Dewa kurang menjadi pertimbangan dalam
melakukan pembelian.
4 = Jika bobot buah belimbing Dewa cukup menjadi pertimbangan dalam
melakukan pembelian.
5 = Jika bobot buah belimbing Dewa sangat menjadi pertimbangan dalam
melakukan pembelian.
Apakah penting warna buah belimbing Dewa?
1 = Jika warna buah belimbing Dewa tidak menjadi pertimbangan dalam
melakukan pembelian.
2 = Jika warna buah belimbing Dewa kurang menjadi pertimbangan dalam
melakukan pembelian.
4 = Jika warna buah belimbing Dewa cukup menjadi pertimbangan dalam
melakukan pembelian.
5 = Jika warna buah belimbing Dewa sangat menjadi pertimbangan dalam
36
melakukan pembelian.
Apakah penting bentuk buah belimbing Dewa?
1 = Jika bentuk buah belimbing Dewa tidak menjadi pertimbangan dalam
melakukan pembelian.
2 = Jika bentuk buah belimbing Dewa kurang menjadi pertimbangan dalam
melakukan pembelian.
4 = Jika bentuk buah belimbing Dewa cukup menjadi pertimbangan dalam
melakukan pembelian.
5 = Jika bentuk buah belimbing Dewa sangat menjadi pertimbangan dalam
melakukan pembelian.
Apakah penting kesegaran buah belimbing Dewa?
1 = Jika kesegaran buah belimbing Dewa tidak menjadi pertimbangan dalam
melakukan pembelian.
2 = Jika kesegaran buah belimbing Dewa kurang menjadi pertimbangan dalam
melakukan pembelian.
4 = Jika kesegaran buah belimbing Dewa cukup menjadi pertimbangan dalam
melakukan pembelian.
5 = Jika kesegaran buah belimbing Dewa sangat menjadi pertimbangan dalam
melakukan pembelian.
Apakah penting tekstur buah belimbing Dewa?
1 = Jika tekstur buah belimbing Dewa tidak menjadi pertimbangan dalam
melakukan pembelian.
2 = Jika tekstur buah belimbing Dewa kurang menjadi pertimbangan dalam
melakukan pembelian.
4 = Jika tekstur buah belimbing Dewa cukup menjadi pertimbangan dalam
melakukan pembelian.
5 = Jika tekstur buah belimbing Dewa sangat menjadi pertimbangan dalam
melakukan pembelian.
Apakah penting rasa buah belimbing Dewa?
1 = Jika rasa buah belimbing Dewa tidak menjadi pertimbangan dalam
melakukan pembelian.
2 = Jika rasa buah belimbing Dewa kurang menjadi pertimbangan dalam
melakukan pembelian.
4 = Jika rasa buah belimbing Dewa cukup menjadi pertimbangan dalam
melakukan pembelian.
5 = Jika rasa buah belimbing Dewa sangat menjadi pertimbangan dalam
melakukan pembelian.
Apakah penting tingkat kematangan buah belimbing Dewa?
1 = Jika tingkat kematangan buah belimbing Dewa tidak menjadi pertimbangan
dalam melakukan pembelian.
2 = Jika tingkat kematangan buah belimbing Dewa kurang menjadi pertimbangan
dalam melakukan pembelian.
4 = Jika tingkat kematangan buah belimbing Dewa cukup menjadi pertimbangan
dalam melakukan pembelian.
5 = Jika tingkat kematangan buah belimbing Dewa sangat menjadi pertimbangan
dalam melakukan pembelian.
Apakah penting nilai gizi/nutrisi yang terkandung dalam buah belimbing
Dewa?
37
1 = Jika nilai gizi/nutrisi yang terkandung dalam buah belimbing Dewa tidak
menjadi pertimbangan dalam melakukan pembelian.
2 = Jika nilai gizi/nutrisi yang terkandung dalam buah belimbing Dewa kurang
menjadi pertimbangan dalam melakukan pembelian.
4 = Jika nilai gizi/nutrisi yang terkandung dalam buah belimbing Dewa cukup
menjadi pertimbangan dalam melakukan pembelian.
5 = Jika nilai gizi/nutrisi yang terkandung dalam buah belimbing Dewa sangat
menjadi pertimbangan dalam melakukan pembelian.
Apakah penting khasiat buah belimbing Dewa bagi tubuh?
1 = Jika menganggap khasiat buah belimbing Dewa sangat tidak penting
bagi tubuh.
2 = Jika menganggap khasiat buah belimbing Dewa tidak penting bagi tubuh.
4 = Jika menganggap khasiat buah belimbing Dewa penting bagi tubuh.
5 = Jika menganggap khasiat buah belimbing Dewa sangat penting bagi tubuh.
Apakah penting fungsi kemasan buah belimbing Dewa?
1 = Jika menganggap fungsi kemasan buah belimbing Dewa sangat tidak penting.
2 = Jika menganggap fungsi kemasan buah belimbing Dewa tidak penting.
4 = Jika menganggap fungsi kemasan buah belimbing Dewa penting.
5 = Jika Anda menganggap fungsi kemasan buah belimbing Dewa sangat penting.
Apakah penting buah belimbing Dewa yang tanpa bahan pengawet?
1 = Jika buah belimbing Dewa yang tanpa bahan pengawet tidak menjadi
pertimbangan dalam melakukan pembelian.
2 = Jika buah belimbing Dewa yang tanpa bahan pengawet kurang menjadi
Pertimbangan dalam melakukan pembelian.
4 = Jika buah belimbing Dewa yang tanpa bahan pengawet cukup menjadi
pertimbangan dalam melakukan pembelian.
5 = Jika buah belimbing Dewa yang tanpa bahan pengawet sangat menjadi
pertimbangan dalam melakukan pembelian.
Apakah penting aroma buah belimbing Dewa?
1 = Jika aroma buah belimbing Dewa tidak menjadi pertimbangan dalam
melakukan pembelian.
2 = Jika aroma buah belimbing Dewa kurang menjadi pertimbangan dalam
melakukan pembelian.
4 = Jika aroma buah belimbing Dewa cukup menjadi pertimbangan dalam
melakukan pembelian.
5 = Jika aroma buah belimbing Dewa sangat menjadi pertimbangan dalam
melakukan pembelian.
Apakah penting harga dari buah belimbing Dewa?
1 = Jika harga buah belimbing Dewa tidak menjadi pertimbangan dalam
melakukan pembelian.
2 = Jika harga buah belimbing Dewa kurang menjadi pertimbangan dalam
melakukan pembelian.
4 = Jika harga buah belimbing Dewa cukup menjadi pertimbangan dalam
melakukan pembelian.
5 = Jika harga buah belimbing Dewa sangat menjadi pertimbangan dalam
melakukan pembelian.
Apakah penting kemudahan dalam mendapatkan buah belimbing Dewa (di
supermarket, di pasar tradisional, di toko buah, dan lain-lain)?
38
1 = Jika kemudahan dalam mendapatkan buah belimbing Dewa tidak menjadi
pertimbangan dalam melakukan pembelian.
2 = Jika kemudahan dalam mendapatkan buah belimbing Dewa kurang menjadi
pertimbangan dalam melakukan pembelian.
4 = Jika kemudahan dalam mendapatkan buah belimbing Dewa cukup menjadi
pertimbangan dalam melakukan pembelian.
5 = Jika kemudahan dalam mendapatkan buah belimbing Dewa sangat menjadi
pertimbangan dalam melakukan pembelian.
Apakah penting pemberian potongan harga/diskon dalam melakukan
pembelian buah belimbing Dewa?
1 = Jika pemberian potongan harga/diskon tidak menjadi pertimbangan
dalam melakukan pembelian.
2 = Jika pemberian potongan harga/diskon kurangmenjadi pertimbangan
dalam melakukan pembelian.
4 = Jika pemberian potongan harga/diskon cukup menjadi pertimbangan
dalam melakukan pembelian.
5 = Jika pemberian potongan harga/diskon sangat menjadi pertimbangan
dalam melakukan pembelian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Letak dan Keadaan Geografis
Secara geografis, Kota Depok terletak di antara 06°19’ Lintang Selatan-
06°28’ Lintang Selatan dan 106°43’ Bujur Timur-106°55’ Bujur Timur.
Pemerintah Kota Depok merupakan bagian wilayah dari Provinsi Jawa Barat yang
berbatasan dengan tiga kabupaten dan satu provinsi, yaitu:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan DKI Jakarta dan Kecamatan Ciputat,
Kabupaten Tangerang.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi dan
Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor.
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Parung dan Kecamatan Gunung
Sindur, Kabupaten Bogor.
Luas keseluruhan dari Kota Depok adalah 20.504,54 ha atau 200,29 km2
yang mencakup enam kecamatan yaitu Kecamatan Beji, Kecamatan Limo,
Kecamatan Cimanggis, Kecamatan Sawangan, Kecamatan Sukmajaya, dan
Kecamatan Pancoran Mas.
Keadaan Alam
Wilayah Kota Depok termasuk wilayah yang beriklim tropis dengan
perbedaan curahhujan cukup kecil yang dipengaruhi oleh angin muson. Musim
kemarau jatuh pada periode April-September dan musim penghujan jatuh pada
periodeOktober-Maret. Temperatur rata-rata di wilayah Kota Depok adalah 24,3-
33 derajat Celcius, kelembaban udararata-rata 82 persen, penguapan udara rata-
39
rata 3,9 mm/tahun, dan penyinaranmatahari rata-rata 49,8 persen.Sedangkan
banyaknya curah hujan di wilayah Kota Depok sekitar 872 mm/tahun dengan
curah hujan rata-ratasekitar 2,4 mm.
Secara umum topografi wilayah Kota Depok di bagian utaramerupakan
dataran rendah dengan elevasi antara 40-80 meter di atas permukaan laut,
sedangkan dibagian selatan merupakan perbukitan bergelombang lemah dengan
elevasi 80-140 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan hal tersebut, terlihat
bahwa sebagian besar wilayah Kota Depok memiliki kemiringan lereng kurang
dari 15 persen.Bentuk kemiringan wilayah tersebut sangat menentukan jenis
penggunaan lahan, intensitas penggunaan lahan, dan kepadatan bangunan.
Wilayah dengan kemiringan datar hingga sedang digunakan untuk berbagai
keperluan khususnya di bidang pemukiman, industri, dan pertanian. Wilayah Kota
Depok dari segi hidrologis didominasi oleh kelompok litologiendapan lanau,
pasir, kerikil, dan kerakal hasil pengendapan kembali dari endapan vulkanik
kwarter (kipas alluvial muda), konglomerat, dan pasir sungai (endapan alluvial
tua) dengan tingkat intensitas air dari sedang sampai tinggi termasuk akifer
dengan produktivitas tinggi di bagian utara dan akifer dengan produktivitas
sedang di bagian selatan dengan penyebaran akifer luas dengan debit air antara 1
sampai 5 liter/detik. Keadaan ini menunjukkan bahwa Kota Depok memiliki
kandungan air tanah yang cukup baik sehingga wilayah ini sangatlah cocok untuk
digunakan dalam bidang pertanian. Selain sumberdaya air tanah, di Kota Depok
juga terdapat sumberdaya air lain yang berasal dari sumberdaya air permukaan
yang meliputi 30 setu dan 14 sungai yang melintasi Kota Depok.
Gambaran Umum Pertanian Belimbing di Kota Depok
Salah satu potensi pertanian yang cukup potensial di Kota Depok adalah
pertanian belimbing. Belimbing Depok atau yang lebih dikenal dengan sebutan
belimbing Dewa merupakan hasil buah karya petani penangkar di Depok yang
bernama Bapak H. Usman Mubin. Buah yang berwarna orange kuning keemasan
ini mengandung vitamin C dan vitamin A yang cukup tinggi, buah belimbing yang
berukuran besar dapat mencapai 0.8 kg per buah. Rasa manis dipercayai dapat
sebagai obat herbal penurun darah tinggi (hipertensi), kencing manis, nyeri
lambung, dan lain-lain.
Belimbing Dewa sangat prospektif untuk dikembangkan di Kota Depok
dan pada saat ini buah tersebut telah menjadi buah unggulan di Kota Depok, hal
ini disebabkan karena secara komparatif buah belimbing Dewa lebih unggul jika
dibandingkan dengan buah belimbing varietas lainnya yang ada di Indonesia. Pada
setiap penyelenggaraan event lomba buah unggulan dan pameran-pameran buah
nasional serta internasional, buah belimbing Dewa ini lebih unggul dan selalu
menjuarai event-event tersebut salah satunya adalah sebagai buah unggul nasional
versi Majalah Trubus. Potensi pertanian belimbing di Kota Depok sampai tahun
2012 selalu mengalami peningkatan dengan total luas areal 135 ha yang menyebar
di seluruh wilayah Kota Depok. Perkiraan tanaman belimbing yang sudah
produktif dengan umur tanaman lebih dari 4 tahun memiliki kapasitas produksi
per tahun sekitar 100 kg sampai 150 kg per pohon per tahun. Tanaman produktif
ini kurang lebih sekitar 27500 sampai 28000 pohon yang terdapat di Kota Depok
40
sehingga perkiraan total produksi yang dihasilkan dari belimbing Dewa berkisar
antara 2700 ton sampai 3000 ton per tahun. Kapasitas produksi belimbing Dewa
apabila diterapkan budidaya sesuai dengan SOP belimbing Dewa diharapkan
produktivitas per pohon dapat mencapai 300 kg per tahun, dan jika diasumsikan
harga belimbing Dewa dari produsen berkisar antara Rp 4.000,00 sampai Rp
6.000,00 maka omzet penjualan belimbing Dewa setiap tahunnya berkisar Rp 16
miliar sampai Rp 24 miliar per tahun. Nilai ini merupakan nilai yang cukup besar
untuk suatu produk pertanian perkotaan.
Pertanaman belimbing Dewa di Kota Depok banyak dikembangkan di
lahan-lahan masyarakat dan uniknya banyak juga dikembangkan di sepanjang
Sungai Ciliwung, contohnya seperti di Kelurahan Pondok Cina, Kelurahan Tugu,
dan Kelurahan Kelapa Dua. Hal tersebut membuat pemandangan di sepanjang
Sungai Ciliwung menjadi lebih indah dan asri dengan adanya tanaman belimbing
Dewa ini, sehingga kawasan ini berpotensi menjadi kawasan Agrowisata
Belimbing Dewa di Kota Depok dan merupakan suatu potensi sumberdaya alam
yang tidak ternilai harganya di tengah hiruk-pikuknya kemacetan jalan-jalan di
Kota Depok.
Upaya lain dalam meningkatkan nilai tambah dari produk belimbing Dewa
adalah pengolahan produk, walaupun usaha pengolahan produk hortikultura di
Kota Depok masih minim. Akan tetapi sosialisasi pelatihan di bidang pengolahan
produk hortikultura terus dilakukan untuk memotivasi pengusaha-pengusaha
mikro di bidang tersebut dalam memproduksi produk olahan hortikultura
khususnya produk olahan buah-buahan seperti minuman sari buah segar, dodol
buah, keripik buah, dan lain-lain. Sekarang ini mulai banyak pengusaha produk
olahan di Kota Depok yang merintis untuk mengolah produk holtikultura seperti
buah belimbing Dewa dan jambu biji merah. Selain melakukan peningkatan nilai
tambah dari belimbing Dewa, upaya lain yang dilakukan adalah melakukan
kemitraan dalam memasarkan belimbing Dewa. Toko Buah Fresh adalah salah
satu toko buah segar di Kota Depok yang terletak di Jalan Margonda Raya yang
telah melakukan kemitraan dengan Asosiasi Petani Belimbing Dewa Depok
(APBDD) dalam pemasaran buah belimbing, jambu, dan lain-lain. Walaupun
kapasitas penerimaan produk masih rendah yaitu sekitar 15 kg sampai 20 kg per
minggu, akan tetapi para petani belimbing Dewa perlu upaya untuk
mempertahankan kemitraan ini sehingga para petani tersebut memiliki
kemampuan untuk berkomitmen dengan pengusaha-pengusaha ritel buah segar
yang selalu memenuhi syarat 3K (Kapasitas, Kontinuitas, dan Kualitas). Selain
Toko Buah Fresh ada juga yang melakukan kemitraan dalam memasarkan
belimbing Dewa yaitu PT. Sewu Segar. PT. Sewu Segar merupakan supplier buah
belimbing untuk wilayah Jakarta dan Surabaya, PT. Sewu Segar telah membantu
pemasaran belimbing Dewa hingga mencapai 1 ton per bulan, dan kapasitasnya
akan terus ditingkatkan sesuai dengan peningkatan hasil kualitas belimbing Dewa
dari para petani di Kota Depok.
Dalam upaya pemenuhan kualitas produk, para petani belimbing Dewa
mulai menerapkan SOP dan GAP. Hal ini juga dipicu dengan peluang pasar
komoditas belimbing Dewa yang masih cukup besar, peluang pasar belimbing
Dewa untuk kawasan Jabodetabek mencapai angka 6000 ton per tahun. Hal ini
disebabkan karena selain sangat diminati oleh konsumen, komoditas belimbing
Dewa juga memiliki keunggulan spesifik apabila dibandingkan dengan belimbing
41
varietas lain. Kota Depok yang memiliki visi sebagai kota niaga dan jasa yang
nyaman diharapkan dapat menjadi daerah yang memberikan kenyamanan bagi
penduduknya. Kenyamanan tersebut dapat terwujud salah satunya adalah dengan
tetap mempertahankan ruang terbuka hijau dengan memanfaatkan potensi lahan
pertanian belimbing Dewa yang produktif yang menjadi salah satu pilihan dalam
mempertahankan ruang terbuka hijau perkotaan sesuai dengan amanat Undang-
Undang Tata Ruang yaitu ruang terbuka hijau perkotaan harus mencapai 30
persen dari total luas wilayah kota tersebut. Kota Depok diharapkan tetap
memiliki komoditas unggulan yang bernilai kompetitif dan komparatif khususnya
komoditas hortikultura yaitu belimbing Dewa yang merupakan icon kota dan
sumber daya lokal Kota Depok. Keunggulan spesifik yang dimiliki komoditas
belimbing Dewa harus dilestarikan dengan sebaik-baiknya, sehingga di masa
mendatang Kota Depok tetap memiliki kebanggaan akan sumberdaya alam yang
potensial dari hasil pengembangan produk pertanian spesifik wilayah yang
mendukung ruang terbuka hijau di Kota Depok.
Karakteristik Umum Responden
Karakteristik umum responden pada penelitian ini dibedakan berdasarkan
nama, jenis kelamin, usia, jumlah anggota keluarga, pendidikan terakhir atau
pendidikan yang sedang ditempuh, status pernikahan, pekerjaan, rata-rata
pendapatan atau uang saku per bulan, rata-rata konsumsi belimbing Dewa per
bulan, dan rata-rata anggaran belanja belimbing Dewa per bulan. Gambaran
umum responden ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk
melakukan evaluasi maupun penyusunan rekomendasi kebijakan strategi
pemasaran bagi para pelaku usaha belimbing Dewa serta pihak-pihak yang
membutuhkan informasi tentang perilaku konsumen ketika melakukan pembelian
belimbing Dewa.
Definisi responden pada penelitian ini adalah pria dan wanita dewasa
dengan usia 17 tahun ke atas yang mengetahui, mengenal, dan pernah
mengkonsumsi belimbing Dewa dalam tiga bulan terakhir. Jumlah responden
dalam penelitian adalah 60 responden dengan lokasi pengambilan sampel yang
terdiri dari tiga lokasi pemasaran yaitu Pasar Depok Lama, Toko Buah Fresh, dan
Carrefour Depok. Karakteristik responden digunakan sebagai informasi awal
untuk menyusun rekomendasi kebijakan strategi pemasaran. Berikut sebaran
karakteristik responden secara keseluruhan yang diperlihatkan pada Tabel 9.
42
Tabel 9. Sebaran Karakteristik Responden Konsumen Belimbing Dewa.
No. Kriteria Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1. Jenis kelamin Laki-laki 32 53
Perempuan 28 47
2. Usia
17-27 tahun 13 22
28-38 tahun 24 40
39-49 tahun 13 22
≥ 50 tahun 10 16
3. Jumlah anggota
keluarga
≤ 3 orang 8 14
4 orang 14 23
5 orang 23 28
≥ 6 orang 15 25
4.
Pendidikan terakhir
atau yang sedang
ditempuh
SD 0 0
SMP 0 0
SMA 17 28
Diploma/Akademi 0 0
Sarjana (S1) 31 52
Pasca Sarjana (S2/S3) 12 20
5. Status pernikahan Menikah 52 87
Belum menikah 8 13
6. Pekerjaan
Pelajar/mahasiswa 2 3
Pegawai Negeri Sipil (PNS) 11 18
Pegawai Swasta 36 60
Wiraswasta 4 7
Pensiunan 0 0
Ibu Rumah Tangga 7 12
Tidak/belum bekerja 0 0
7.
Rata-rata
pendapatan per
bulan
< Rp 500.000 0 0
Rp 500.000-Rp 1.499.999 3 5
Rp 1.500.000-Rp 2.499.999 6 10
Rp 2.500.000-Rp 3.499.999 15 25
Rp 3.500.000-Rp 4.499.999 22 37
≥ Rp 4.500.000 14 23
8.
Rata-rata konsumsi
belimbing Dewa
per bulan
1 kali 37 62
2 kali 22 37
≥ 3 kali 1 1
9.
Rata-rata anggaran
belanja belimbing
Dewa per bulan
< Rp 50.000 41 68
Rp 50.000-Rp 74.999 18 31
≥ Rp 75.000 1 1
43
Dari tabel di atas, dapat terlihat bahwa konsumen belimbing Dewa lebih
banyak yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 53 persen dari total
responden sedangkan konsumen yang berjenis kelamin perempuan hanya sebesar
47 persen dari total responden. Hal ini disebabkan karena sebagian besar laki-laki
merupakan kepala keluarga yang harus bekerja untuk keluarga sehingga mereka
sangat jarang memperhatikan kesehatan mereka, untuk itu mereka menerapkan
pola hidup sehat dengan cara mengkonsumsi buah-buahan termasuk buah lokal
seperti belimbing Dewa yang banyak mengandung gizi dan berkhasiat bagi
kesehatan tubuh. Dari segi usia, sebagian besar kelompok usia responden pada
penelitian ini berada pada kisaran usia 28-38 tahun yaitu sebesar 40 persen dari
total responden. Hal ini disebabkan karena pada kisaran usia 28-38 tahun orang-
orang mulai memperhatikan kesehatan mereka karena mereka mulai merasakan
bahwa usia mereka sudah tidak muda lagi sehingga mereka perlu untuk
menerapkan pola hidup sehat salah satunya dengan mengkonsumsi buah-buahan
seperti belimbing Dewa yang banyak mengandung gizi dan berkhasiat bagi
kesehatan tubuh, selain itu kisaran usia 28-38 tahun merupakan usia yang
produktif untuk bekerja sehingga orang-orang lebih berkonsentrasi untuk menjaga
kesehatan mereka agar mereka dapat bekerja dengan maksimal walaupun usia
mereka sudah tidak tergolong muda. Sedangkan pada kisaran usia 17-27 tahun
respondennya sebesar 22 persen, jumlah tersebut sama besarnya dengan jumlah
responden pada kisaran usia 39-49 tahun dan sisanya sebesar 16 persen
merupakan responden pada kisaran usia 50 tahun dan di atas 50 tahun.
Dari segi jumlah anggota keluarga, sebagian besar responden konsumen
belimbing Dewa memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak lima orang dengan
persentase sebesar 28 persen dari total responden. Berikutnya adalah responden
yang memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak enam orang atau lebih dari
enam orang dengan persentase sebesar 25 persen, setelah itu sebesar 23 persen
dari total responden memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak empat orang dan
sebesar 14 persen dari total responden yang memiliki jumlah anggota keluarga
kurang atau sama dengan tiga orang.
Dari segi tingkat pendidikan terakhir atau pendidikan yang sedang
ditempuh oleh seluruh responden, menurut besarnya persentase secara berturut-
turut adalah responden yang memiliki tingkat pendidikan terakhir sarjana yaitu
sebesar 52 persen diikuti dengan responden yang memiliki tingkat pendidikan
terakhir SMA yaitu sebesar 28 persen dan sebesar 20 persen yang merupakan
responden dengan tingkat pendidikan terakhir pasca sarjana. Dari data tersebut
dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan konsumen belimbing Dewa cukup
tinggi.
Dari segi status pernikahan, sebesar 87 persen dari total responden
merupakan konsumen yang mempunyai status menikah dan sisanya sebesar 13
persen merupakan konsumen yang mempunyai status belum menikah. Hal ini
disebabkan karena adanya kecenderungan bahwa konsumen yang sudah menikah
lebih memperhatikan kesehatan dirinya sendiri dan juga kesehatan anggota
keluarganya dibandingkan dengan konsumen yang belum menikah. Salah satu
cara yang digunakan adalah dengan mengkonsumsi buah-buahan seperti
belimbing Dewa yang baik untuk kesehatan tubuh karena banyak mengandung
gizi dan berkhasiat bagi kesehatan tubuh.
44
Dari segi pekerjaan, sebesar 60 persen dari total responden merupakan
konsumen belimbing Dewa yang berprofesi sebagai pegawai swasta. Hal ini
disebabkan karena responden yang berprofesi sebagai pegawai swasta lebih keras
dalam bekerja baik dari segi waktu maupun dari segi pekerjaan sehingga mereka
perlu menjaga kesehatan tubuh mereka agar mereka dapat tetap bekerja dengan
baik, salah satu cara yang digunakan untuk menjaga kesehatan tubuh yaitu dengan
mengkonsumsi buah-buahan yang baik untuk kesehatan tubuh mereka.
Selanjutnya diikuti oleh responden yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil
(pns) dengan persentase sebesar 18 persen dari total responden, sisanya sebesar 12
persen berprofesi sebagai ibu rumah tangga, 7 persen berprofesi sebagai
wiraswasta, dan 3 persen berprofesi sebagai mahasiswa.
Dari segi tingkat pendapatan rata-rata per bulan, responden konsumen
belimbing Dewa didominasi oleh responden dengan pendapatan rata-rata yang
berkisar antara Rp 3.500.000-Rp 4.499.999 dengan persentase sebesar 37 persen
dari total responden. Selanjutnya diikuti oleh responden dengan pendapatan rata-
rata yang berkisar antara Rp 2.500.000-Rp 3.499.999 dengan persentase sebesar
25 persen dari total responden. Selain itu, sebesar 23 persen merupakan responden
dengan pendapatan rata-rata lebih dari atau sama dengan Rp 4.500.000 sisanya
sebesar 10 persen merupakan responden dengan pendapatan rata-rata yang
berkisar antara Rp 1.500.000-Rp 2.499.999 dan sebesar 5 persen merupakan
responden dengan pendapatan rata-rata yang berkisar antara Rp 500.000-Rp
1.499.999. Dominasi pada tingkat pendapatan rata-rata responden konsumen
belimbing Dewa disebabkan karena hampir sebagian besar responden merupakan
konsumen yang sudah mempunyai profesi atau pekerjaan tetap, sehingga para
responden tersebut mempunyai pendapatan atau penghasilan tetap dari pekerjaan
mereka. Dari tingkat pendapatan rata-rata per bulan, dapat diketahui bahwa
pendapatan rata-rata responden konsumen belimbing Dewa cukup tinggi.
Dari segi tingkat konsumsi belimbing Dewa, sebesar 62 persen dari total
responden yang mengkonsumsi belimbing Dewa sebanyak satu kali setiap
bulannya. Selanjutnya, sebesar 37 persen dari total responden yang
mengkonsumsi belimbing Dewa sebanyak dua kali setiap bulannya. Sisanya
sebesar 1 persen merupakan responden yang mengkonsumsi belimbing Dewa
sebanyak tiga kali atau lebih setiap bulannya. Sedangkan dari segi rata-rata
anggaran belanja belimbing Dewa per bulan, sebesar 68 persen dari total
responden menghabiskan uang kurang dari Rp 50.000 setiap bulannya untuk
membeli belimbing Dewa. Selanjutnya sebesar 31 persen merupakan responden
yang menghabiskan uang antara Rp 50.000-Rp 74.999 setiap bulannya untuk
membeli belimbing Dewa dan sisanya sebesar 1 persen merupakan responden
yang menghabiskan uang Rp 75.000 atau lebih untuk membeli belimbing Dewa
setiap bulannya.
Proses Keputusan Pembelian Konsumen
Proses keputusan pembelian konsumen merupakan suatu proses di mana
konsumen memutuskan untuk membeli suatu produk atau komoditas tertentu
dengan memperhatikan berbagai aspek seperti alasan mengkonsumsi produk atau
komoditas tersebut, tempat pembelian, pertimbangan dalam memilih tempat
45
pembelian, waktu pembelian, dan respon konsumen terhadap kenaikan harga
produk atau komoditas tersebut. Berikut data mengenai proses keputusan
pembelian konsumen secara keseluruhan yang diperlihatkan pada Tabel 10, Tabel
11, Tabel 12, Tabel 13, dan Tabel 14.
Tabel 10. Alasan Mengkonsumsi Belimbing Dewa.
No. Alasan Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1. Pengganti buah lain 32 53
2. Pemenuhan gizi atau nutrisi 22 37
3. Menyembuhkan penyakit 1 1
4. Sekedar mencoba 5 9
Jumlah 60 100
Dari tabel di atas, sebagian besar responden yaitu sebesar 53 persen
menyatakan bahwa alasan mereka mengkonsumsi belimbing Dewa adalah sebagai
pengganti buah lain. Selanjutnya sebesar 37 persen responden menyatakan alasan
mereka mengkonsumsi belimbing Dewa yaitu untuk pemenuhan gizi atau nutrisi,
sisanya sebesar 9 persen menyatakan mereka hanya sekedar mencoba dan 1
persen menyatakan alasan untuk menyembuhkan penyakit. Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa alasan konsumen membeli belimbing Dewa yaitu
sebagai pengganti buah lain, hal ini dapat disebabkan karena adanya berbagai isu
yang terdengar bahwa sudah banyak buah-buahan impor yang disuntikkan
pengawet agar bisa tahan lama sehingga menyebabkan banyak konsumen yang
memilih untuk mengganti buah-buahan yang mereka konsumsi dari buah-buahan
impor menjadi buah-buahan lokal seperti belimbing Dewa. Dengan beralihnya
konsumen buah-buahan impor menjadi konsumen buah-buahan lokal, diharapkan
hal tersebut dapat meningkatkan angka konsumsi buah-buahan lokal di Indonesia.
Tabel 11. Tempat Pembelian Belimbing Dewa.
No. Tempat Pembelian Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Supermarket 20 33
2. Pasar tradisional 23 38
3. Toko buah 17 29
Jumlah 60 100
Pada penelitian ini, sebesar 38 persen responden memilih membeli
belimbing Dewa di pasar tradisional. Hal ini disebabkan karena harga belimbing
Dewa di pasar tradisional relatif lebih murah jika dibandingkan dengan membeli
di supermarket dan toko buah. Selanjutnya, sebesar 33 persen responden memilih
membeli belimbing Dewa di supermarket dan sisanya sebesar 29 persen memilih
membeli belimbing Dewa di toko buah.
46
Tabel 12. Pertimbangan Dalam Memilih Tempat Pembelian Belimbing Dewa.
No. Pertimbangan Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1. Dekat dengan tempat
tinggal/sekolah/kampus/kantor 34 57
2. Harga yang lebih murah 12 20
3. Tempat yang nyaman 11 18
4. Tidak ada pertimbangan 3 5
Jumlah 60 100
Sebesar 57 persen responden menyatakan bahwa pertimbangan konsumen
ketika memilih tempat pembelian belimbing Dewa karena dekat dengan tempat
tinggal/sekolah/kampus/kantor, selain itu sebesar 20 persen responden
menyatakan karena pertimbangan harga yang lebih murah. Sisanya sebesar 18
persen responden menyatakan karena pertimbangan tempat pembelian yang
nyaman, dan sebesar 5 persen responden menyatakan tidak ada pertimbangan
ketika memilih tempat pembelian belimbing Dewa. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa pertimbangan konsumen ketika memilih tempat pembelian
belimbing Dewa karena alasan tempat pembelian tersebut dekat dengan tempat
tinggal/sekolah/kampus/kantor. Lokasi pembelian belimbing Dewa yang dekat
dengan tempat tinggal/sekolah/kampus/kantor dapat mempermudah konsumen
dalam mendapatkan belimbing Dewa di pasaran.
Tabel 13. Waktu Pembelian Belimbing Dewa.
No. Waktu Ketika Pembelian Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1. Menyediakan waktu khusus untuk
membeli 7 12
2. Membeli sekaligus berbelanja
barang lain 53 88
Jumlah 60 100
Sebesar 88 persen responden menyatakan bahwa pembelian belimbing
Dewa dilakukan sekaligus pada saat konsumen berbelanja barang lain, sisanya
sebesar 12 persen menyatakan bahwa mereka menyediakan waktu khusus untuk
membeli belimbing Dewa. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar responden lebih memilih membeli belimbing Dewa ketika mereka sedang
berbelanja barang lain dibandingkan jika mereka harus menyediakan waktu
khusus untuk membeli belimbing Dewa.
47
Tabel 14. Respon Konsumen Terhadap Kenaikan Harga Belimbing Dewa.
No. Respon Konsumen Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1. Tetap akan membeli 43 72
2. Membeli buah lain yang lebih
murah 16 27
3. Mengurangi porsi pembelian 1 1
Jumlah 60 100
Sebagian besar responden yaitu sebesar 72 persen yang menyatakan bahwa
mereka tetap akan membeli belimbing Dewa walaupun belimbing Dewa
mengalami kenaikan harga. Selanjutnya sebesar 27 persen responden menyatakan
bahwa mereka akan membeli buah lain yang lebih murah apabila belimbing Dewa
mengalami kenaikan harga, dan sisanya sebesar 1 persen menyatakan akan
mengurangi porsi pembelian belimbing Dewa apabila harga belimbing Dewa
mengalami kenaikan. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa konsumen tetap
akan membeli belimbing Dewa walaupun belimbing Dewa mengalami kenaikan
harga di pasaran, hal ini menunjukan bahwa loyalitas konsumen belimbing Dewa
cukup tinggi. Walaupun harga belimbing Dewa di pasaran mengalami kenaikan,
para konsumen tetap akan membelinya.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen antara
lain adalah pengaruh lingkungan, perbedaan individu, dan proses psikologis.
Pengaruh Lingkungan Pengaruh lingkungan yang diteliti pada penelitian ini adalah pengaruh
budaya, pengaruh status sosial, pengaruh anggota keluarga, pengaruh teman atau
kenalan, dan pengaruh situasi atau waktu pembelian. Berikut data mengenai
pengaruh lingkungan secara keseluruhan yang diperlihatkan pada Tabel 15, Tabel
16, Tabel 17, Tabel 18, dan Tabel 19.
Tabel 15. Pengaruh Budaya Dalam Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Belimbing Dewa.
No. Pengaruh Budaya Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Sangat tidak mempengaruhi 7 12
2. Tidak mempengaruhi 22 37
3. Mempengaruhi 31 51
4. Sangat mempengaruhi 0 0
Jumlah 60 100
48
Dari tabel di atas, dapat terlihat bahwa sebesar 51 persen dari total
responden menyatakan bahwa budaya mempengaruhi konsumen dalam proses
pengambilan keputusan pembelian belimbing Dewa. Sedangkan sebesar 37 persen
responden yang menyatakan bahwa budaya tidak mempengaruhi konsumen dalam
proses pengambilan keputusan pembelian belimbing Dewa dan sisanya sebesar 12
persen responden menyatakan bahwa budaya sangat tidak mempengaruhi
konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian belimbing Dewa. Dari
data tersebut dapat disimpulkan bahwa budaya mempunyai pengaruh dalam
proses pengambilan keputusan pembelian belimbing Dewa.
Tabel 16. Pengaruh Status Sosial Dalam Proses Pengambilan Keputusan
Pembelian Belimbing Dewa.
No. Pengaruh Status Sosial Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1. Sangat tidak
mempengaruhi 9 15
2. Tidak mempengaruhi 44 73
3. Mempengaruhi 7 12
4. Sangat mempengaruhi 0 0
Jumlah 60 100
Responden yang menyatakan bahwa status sosial tidak mempengaruhi
konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian yaitu sebesar 73
persen, sedangkan sebesar 15 persen responden menyatakan bahwa status sosial
sangat tidak mempengaruhi konsumen dalam proses pengambilan keputusan
pembelian. Selain itu, sebesar 12 persen responden yang menyatakan bahwa status
sosial mempengaruhi konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian
belimbing Dewa. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa status sosial tidak
mempunyai pengaruh dalam proses pengambilan keputusan pembelian belimbing
Dewa.
Tabel 17. Pengaruh Anggota Keluarga Dalam Proses Pengambilan Keputusan
Pembelian Belimbing Dewa.
No. Pengaruh Anggota
Keluarga Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Sangat tidak mempengaruhi 0 0
2. Tidak mempengaruhi 2 3
3. Mempengaruhi 54 90
4. Sangat mempengaruhi 4 7
Jumlah 60 100
Pada penelitian ini, pengaruh anggota keluarga tidak jauh berbeda dengan
pengaruh budaya dalam proses pengambilan keputusan pembelian belimbing
49
Dewa. Sebesar 90 persen dari total responden menyatakan bahwa anggota
keluarga mempengaruhi konsumen dalam proses pengambilan keputusan
pembelian dan sebesar 7 persen responden menyatakan bahwa anggota keluarga
sangat mempengaruhi proses pengambilan keputusan pembelian, sisanya sebesar
3 persen responden menyatakan bahwa anggota keluarga tidak mempengaruhi
konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian belimbing Dewa. Dari
data tersebut dapat disimpulkan bahwa anggota keluarga mempunyai pengaruh
dalam proses pengambilan keputusan pembelian belimbing Dewa. Hal ini
disebabkan karena anggota keluarga merupakan orang-orang yang terdekat
dengan konsumen sehingga pengaruh anggota keluarga sangat kuat dalam
mempengaruhi konsumen ketika melakukan pembelian belimbing Dewa.
Tabel 18. Pengaruh Teman atau Kenalan Dalam Proses Pengambilan Keputusan
Pembelian Belimbing Dewa.
No. Pengaruh Teman atau
Kenalan
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1. Sangat tidak mempengaruhi 1 1
2. Tidak mempengaruhi 37 62
3. Mempengaruhi 22 37
4. Sangat mempengaruhi 0 0
Jumlah 60 100
Dari tabel tersebut, sebesar 62 persen responden menyatakan bahwa teman
atau kenalan tidak mempengaruhi konsumen dalam proses pengambilan keputusan
pembelian belimbing Dewa. Sedangkan responden yang menyatakan bahwa
teman atau kenalan mempengaruhi konsumen dalam proses pengambilan
keputusan pembelian yaitu sebesar 37 persen, sisanya hanya 1 persen yang
menyatakan bahwa teman atau kenalan sangat tidak mempengaruhi konsumen
dalam proses pengambilan keputusan pembelian belimbing Dewa. Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh teman atau kenalan tidak jauh
berbeda dengan pengaruh status sosial yaitu tidak mempengaruhi konsumen
dalam proses pengambilan keputusan pembelian belimbing Dewa.
Tabel 19. Pengaruh Situasi atau Waktu Pembelian Dalam Proses Pengambilan
Keputusan Pembelian Belimbing Dewa.
No. Pengaruh Situasi atau Waktu
Pembelian
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1. Sangat tidak mempengaruhi 9 15
2. Tidak mempengaruhi 16 27
3. Mempengaruhi 35 58
4. Sangat mempengaruhi 0 0
Jumlah 60 100
50
Pada penelitian ini, sebesar 58 persen responden menyatakan bahwa situasi
atau waktu pembelian mempunyai pengaruh dalam proses pengambilan keputusan
pembelian belimbing Dewa. Sedangkan sebesar 27 persen responden menyatakan
bahwa situasi atau waktu pembelian tidak mempengaruhi konsumen dalam proses
pengambilan keputusan pembelian, sisanya sebesar 15 persen responden yang
menyatakan bahwa situasi atau waktu pembelian sangat tidak mempengaruhi
konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian. Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa situasi atau waktu pembelian mempunyai pengaruh
dalam proses pengambilan keputusan pembelian belimbing Dewa.
Perbedaan Individu
Perbedaan individu yang diteliti pada penelitian ini adalah pendapatan,
pekerjaan, pengetahuan tentang komoditas, dan gaya hidup. Berikut data
mengenai perbedaan individu secara keseluruhan yang diperlihatkan pada Tabel
20, Tabel 21, Tabel 22, dan Tabel 23.
Tabel 20. Pengaruh Pendapatan Dalam Proses Pengambilan Keputusan
Pembelian Belimbing Dewa.
No. Pengaruh Pendapatan Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1. Sangat tidak mempengaruhi 0 0
2. Tidak mempengaruhi 27 45
3. Mempengaruhi 31 52
4. Sangat mempengaruhi 2 3
Jumlah 60 100
Dari tabel di atas, sebesar 52 persen responden menyatakan bahwa
pendapatan mempengaruhi konsumen dalam proses pengambilan keputusan
pembelian belimbing Dewa. Sedangkan sebesar 45 persen responden menyatakan
bahwa pendapatan tidak mempengaruhi proses pengambilan keputusan pembelian,
sisanya sebesar 3 persen dari responden yang menyatakan bahwa pendapatan
sangat mempengaruhi konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian
belimbing Dewa. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pendapatan
mempunyai pengaruh dalam proses pengambilan keputusan pembelian belimbing
Dewa, hal ini disebabkan karena harga belimbing Dewa yang relatif lebih mahal
dibandingkan dengan harga belimbing varietas lain sehingga sebagian besar
responden menyatakan bahwa pendapatan mereka berpengaruh terhadap
pembelian belimbing Dewa.
51
Tabel 21. Pengaruh Pekerjaan Dalam Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Belimbing Dewa.
No. Pengaruh Pekerjaan Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1. Sangat tidak mempengaruhi 0 0
2. Tidak mempengaruhi 55 92
3. Mempengaruhi 5 8
4. Sangat mempengaruhi 0 0
Jumlah 60 100
Responden yang menyatakan bahwa pekerjaan tidak mempengaruhi
konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian belimbing Dewa yaitu
sebesar 92 persen dan sisanya sebesar 8 persen menyatakan bahwa pekerjaan
mempengaruhi proses pengambilan keputusan pembelian. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa pekerjaan tidak mempengaruhi konsumen dalam proses
pengambilan keputusan pembelian belimbing Dewa.
Tabel 22. Pengaruh Pengetahuan Komoditas Dalam Proses Pengambilan
Keputusan Pembelian Belimbing Dewa.
No. Pengaruh Pengetahuan
Komoditas
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1. Sangat tidak mempengaruhi 0 0
2. Tidak mempengaruhi 6 10
3. Mempengaruhi 51 85
4. Sangat mempengaruhi 3 5
Jumlah 60 100
Sebesar 85 persen dari total responden menyatakan bahwa pengetahuan
tentang komoditas belimbing Dewa berpengaruh dalam proses pengambilan
keputusan pembelian belimbing Dewa, sedangkan 10 persen dari total responden
menyatakan bahwa pengetahuan tentang komoditas belimbing Dewa tidak
berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan pembelian. Sisanya sebesar 5
persen menyatakan bahwa pengetahuan tentang komoditas belimbing Dewa
sangat mempengaruhi konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang komoditas
belimbing Dewa berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan pembelian
belimbing Dewa, responden cenderung mempelajari dan memahami komoditas
belimbing Dewa terlebih dahulu sebelum melakukan pembelian.
52
Tabel 23. Pengaruh Gaya Hidup Dalam Proses Pengambilan Keputusan
Pembelian Belimbing Dewa.
No. Pengaruh Gaya Hidup Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1. Sangat tidak mempengaruhi 3 5
2. Tidak mempengaruhi 15 25
3. Mempengaruhi 42 70
4. Sangat mempengaruhi 0 0
Jumlah 60 100
Dari tabel tersebut, sebanyak 70 persen dari total responden menyatakan
bahwa gaya hidup mempengaruhi konsumen dalam proses pengambilan keputusan
pembelian belimbing Dewa. Selain itu, responden yang menyatakan bahwa gaya
hidup tidak mempengaruhi proses pengambilan keputusan pembelian yaitu
sebesar 25 persen dan sisanya 5 persen menyatakan bahwa gaya hidup sangat
tidak mempengaruhi konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian
belimbing Dewa. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya hidup
mempunyai pengaruh dalam proses pengambilan keputusan pembelian belimbing
Dewa, hal ini disebabkan karena sebagian besar responden sudah menerapkan
gaya hidup sehat untuk menjaga kesehatan tubuh mereka salah satunya dengan
cara mengkonsumsi buah-buahan seperti belimbing Dewa yang banyak
mengandung gizi dan berkhasiat bagi kesehatan tubuh.
Proses Psikologis
Pada proses psikologis, sebesar 55 persen dari total responden yang
menyatakan bahwa media informasi mempengaruhi konsumen dalam proses
pengambilan keputusan pembelian belimbing Dewa. Sedangkan responden yang
menyatakan bahwa media informasi tidak berpengaruh dalam proses pengambilan
keputusan pembelian yaitu sebesar 39 persen, sisanya sebesar 5 persen
menyatakan bahwa media informasi sangat tidak berpengaruh dalam proses
pengambilan keputusan pembelian dan 1 persen menyatakan bahwa media
informasi sangat mempengaruhi proses pengambilan keputusan pembelian.
Berikut data proses psikologis yang diperlihatkan pada Tabel 24.
Tabel 24. Pengaruh Media Informasi Dalam Proses Pengambilan Keputusan
Pembelian Belimbing Dewa.
No. Pengaruh Media Informasi Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1. Sangat tidak mempengaruhi 3 5
2. Tidak mempengaruhi 23 39
3. Mempengaruhi 33 55
4. Sangat mempengaruhi 1 1
Jumlah 60 100
53
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa media informasi mempunyai
pengaruh dalam proses pengambilan keputusan pembelian belimbing Dewa.
Seperti yang kita ketahui, media informasi mempunyai berbagai macam bentuk
dan manfaat di dalam menginformasikan suatu informasi atau berita. Pada
penelitian ini media informasi yang digunakan adalah media elektronik, media
cetak, dan promosi penjualan. Berikut data peran media informasi dalam proses
pengambilan keputusan pembelian belimbing Dewa yang diperlihatkan pada
Tabel 25.
Tabel 25. Peran Media Informasi Dalam Proses Pengambilan Keputusan
Pembelian Belimbing Dewa.
No. Pengaruh Media Total
Media Informasi
Media
Elektronik
Media
Cetak
Promosi
Penjualan
1. Menginformasikan Jumlah (orang) 27 27 14
Persentase (%) 45 45 23
2. Membuat Tertarik Jumlah (orang) 24 24 35
Persentase (%) 40 40 58
3. Membuat Membeli Jumlah (orang) 1 1 11
Persentase (%) 1 1 19
4. Tidak Ada
Pengaruh
Jumlah (orang) 8 8 0
Persentase (%) 14 14 0
Pada penelitian ini, promosi penjualan seperti pemberian potongan harga
atau diskon merupakan media informasi yang mempunyai peran sangat besar
dalam proses pengambilan keputusan pembelian belimbing Dewa. Sebesar 58
persen responden menyatakan bahwa promosi penjualan membuat responden
tertarik untuk mencoba belimbing Dewa, 19 persen membuat responden membeli
belimbing Dewa dan sisanya 23 persen hanya menginformasikan responden.
Selain promosi penjualan, media elektronik dan media cetak juga merupakan
media informasi yang mempunyai peran penting dalam proses pengambilan
keputusan pembelian belimbing Dewa namun perannya tidak terlalu mendominasi
seperti promosi penjualan.
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa media elektronik dan media cetak
mempunyai peran yang sama dalam proses pengambilan keputusan pembelian, hal
ini terlihat dari besarnya persentase pengaruh media yang sama besar dari kedua
media informasi tersebut. Sebesar 45 persen responden menyatakan bahwa media
elektronik dan media cetak hanya menginformasikan responden saja, 40 persen
membuat responden tertarik mencoba belimbing Dewa, 14 persen responden
menyatakan bahwa kedua media informasi tersebut tidak ada pengaruhnya bagi
responden, dan sisanya 1 persen membuat responden membeli belimbing Dewa.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa ketiga media informasi tersebut
mempunyai peran yang penting dalam proses pengambilan keputusan pembelian
belimbing Dewa khususnya di dalam menginformasikan responden dan membuat
responden tertarik untuk mencoba belimbing Dewa.
54
Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Belimbing Dewa
Pada analisis tingkat kepentingan dan kinerja atribut belimbing Dewa
dapat diketahui sejauh mana tingkat kinerja dari atribut belimbing Dewa dapat
memenuhi kebutuhan responden. Pada penelitian ini atribut yang dibahas ada
sebanyak 16 atribut yaitu ukuran belimbing Dewa, bobot belimbing Dewa, warna
belimbing Dewa, bentuk belimbing Dewa, kesegaran belimbing Dewa, tekstur
belimbing Dewa, rasa belimbing Dewa, tingkat kematangan belimbing Dewa,
nilai gizi/nutrisi belimbing Dewa, khasiat belimbing Dewa, fungsi kemasan, tanpa
bahan pengawet, aroma belimbing Dewa, harga belimbing Dewa, ketersediaan,
dan potongan harga/diskon. Pada penelitian ini, rentang skor yang digunakan
adalah 1 sampai 4. Pemberian rentang skor tersebut dilakukan untuk menghindari
jawaban responden yang bersifat netral atau biasa-biasa saja.
Ukuran Belimbing Dewa
Berdasarkan hasil analisis dari 60 responden diperoleh 85 persen
responden yang menyatakan bahwa ukuran belimbing Dewa sangat penting bagi
responden, dan sebesar 15 persen responden menyatakan bahwa ukuran belimbing
Dewa penting bagi responden. Sedangkan dari hasil penilaian kinerja, sebesar 45
persen responden menyatakan bahwa ukuran belimbing Dewa yang dijual di
lokasi penelitian mempunyai kinerja yang sangat baik dan sisanya sebesar 55
persen menyatakan ukuran belimbing Dewa yang dijual di lokasi penelitian
mempunyai kinerja yang baik. Hal ini disebabkan karena ukuran belimbing Dewa
yang dijual di lokasi penelitian cukup besar sehingga dapat menarik perhatian
konsumen untuk membeli.
Skor rata-rata dari tingkat kepentingan atribut yaitu sebesar 4,85. Skor
tersebut menunjukan bahwa atribut ukuran belimbing Dewa merupakan salah satu
alasan terpenting bagi konsumen untuk mengkonsumsi belimbing Dewa.
Sedangkan skor rata-rata dari tingkat kinerja atribut adalah 4,45. Skor tersebut
menunjukan bahwa atribut ukuran belimbing Dewa mempunyai kinerja yang baik
bagi responden khususnya karena ukuran belimbing Dewa yang cukup besar dapat
membuat konsumen tertarik untuk membeli. Hasil analisis dari penelitian
mengenai atribut ukuran belimbing Dewa berdasarkan tingkat kepentingan dan
tingkat kinerja dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Ukuran Belimbing Dewa.
No. Uraian Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja
5 4 2 1 Total 5 4 2 1 Total
1. Jumlah
(orang) 51 9 0 0 60 27 33 0 0 60
2. Persentase
(%) 85 15 0 0 100 45 55 0 0 100
Skor rata-rata tingkat kepentingan (Y) =
4,85
Skor rata-rata tingkat kinerja
(X) = 4,45
Keterangan:
5 = Sangat penting/sangat baik 2 = Tidak penting/tidak baik
4 = Penting/baik 1 = Sangat tidak penting/sangat tidak baik
55
Bobot Belimbing Dewa Dari hasil analisis 60 responden menunjukan bahwa atribut bobot
belimbing Dewa merupakan atribut yang sangat penting bagi responden, hal ini
terlihat dari persentase responden yaitu sebesar 87 persen yang menyatakan bahwa
bobot belimbing Dewa sangat penting. Sisanya sebesar 13 persen responden
menyatakan bahwa atribut bobot belimbing Dewa penting bagi responden.
Sedangkan dari hasil penilaian kinerja, sebesar 55 persen responden menyatakan
bahwa atribut bobot belimbing Dewa mempunyai kinerja yang baik dan sisanya
sebesar 45 persen menyatakan bahwa atribut bobot belimbing Dewa mempunyai
kinerja yang sangat baik. Hal ini disebabkan karena ukuran belimbing Dewa yang
besar mempunyai bobot yang berat sehingga dapat menarik perhatian konsumen
untuk membeli belimbing Dewa.
Skor rata-rata dari tingkat kepentingan atribut yaitu sebesar 4,87. Skor
tersebut menunjukan bahwa atribut bobot belimbing Dewa merupakan salah satu
alasan terpenting bagi konsumen untuk mengkonsumsi belimbing Dewa.
Sedangkan skor rata-rata dari tingkat kinerja atribut yaitu sebesar 4,45. Skor
tersebut menunjukan bahwa atribut bobot belimbing Dewa mempunyai kinerja
yang baik bagi responden khususnya karena belimbing Dewa mempunyai bobot
yang berat yaitu sekitar 200 gram sampai kurang dari 400 gram per buahnya
sehingga konsumen lebih tertarik untuk membelinya dibandingkan membeli
belimbing varietas lain yang bobotnya lebih ringan. Hasil analisis mengenai
tingkat kepentingan dan kinerja atribut bobot belimbing Dewa dapat dilihat pada
Tabel 27.
Tabel 27. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Bobot Belimbing Dewa.
No. Uraian Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja
5 4 2 1 Total 5 4 2 1 Total
1. Jumlah
(orang) 52 8 0 0 60 27 33 0 0 60
2. Persentase
(%) 87 13 0 0 100 45 55 0 0 100
Skor rata-rata tingkat kepentingan (Y) = 4,87 Skor rata-rata tingkat kinerja
(X) = 4,45
Warna Belimbing Dewa
Hasil analisis dari 60 responden menunjukan bahwa atribut warna
belimbing Dewa merupakan atribut yang penting bagi responden, hal ini terlihat
dari persentase responden yang menyatakan bahwa atribut warna belimbing Dewa
penting yaitu sebesar 93 persen. Sisanya sebesar 6 persen responden menyatakan
bahwa atribut warna belimbing Dewa sangat penting, dan sebesar 1 persen
responden menyatakan bahwa atribut warna belimbing Dewa tidak penting.
Sedangkan dari hasil penilaian kinerja, sebesar 92 persen responden menyatakan
bahwa atribut warna belimbing Dewa mempunyai kinerja yang baik dan sisanya
sebesar 8 persen responden menyatakan bahwa atribut warna belimbing Dewa
mempunyai kinerja yang sangat baik. Hal ini disebabkan karena belimbing Dewa
mempunyai warna yang kuning kemerahan, warna tersebut menunjukan bahwa
56
belimbing Dewa mempunyai rasa yang manis sehingga membuat konsumen
tertarik untuk membelinya.
Skor rata-rata dari tingkat kepentingan atribut warna belimbing Dewa
yaitu sebesar 4,02. Skor tersebut menunjukan bahwa atribut warna belimbing
Dewa merupakan salah satu alasan penting bagi konsumen untuk mengkonsumsi
belimbing Dewa. Sedangkan skor rata-rata dari tingkat kinerja atribut warna
belimbing Dewa yaitu sebesar 4,08. Skor tersebut menunjukan bahwa atribut
warna belimbing Dewa mempunyai kinerja yang baik bagi responden karena dari
segi warna, belimbing Dewa mempunyai warna yang kuning kemerahan. Warna
tersebut menunjukan bahwa belimbing Dewa mempunyai rasa yang manis
sehingga membuat konsumen tertarik untuk membelinya. Hasil analisis mengenai
tingkat kepentingan dan kinerja atribut warna belimbing Dewa dapat dilihat pada
Tabel 28.
Tabel 28. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Warna Belimbing Dewa.
No. Uraian Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja
5 4 2 1 Total 5 4 2 1 Total
1. Jumlah
(orang) 3 56 1 0 60 5 55 0 0 60
2. Persentase
(%) 6 93 1 0 100 8 92 0 0 100
Skor rata-rata tingkat kepentingan (Y) = 4,02 Skor rata-rata tingkat
kinerja (X) = 4,08
Bentuk Belimbing Dewa
Berdasarkan hasil analisis dari 60 responden dapat terlihat bahwa atribut
bentuk belimbing Dewa merupakan atribut yang penting bagi responden, hal ini
terlihat dari persentase responden yaitu sebesar 93 persen responden yang
menyatakan bahwa atribut bentuk belimbing Dewa penting. Sisanya sebesar 6
persen responden menyatakan bahwa atribut bentuk belimbing Dewa merupakan
atribut yang sangat penting bagi responden, dan sebesar 1 persen responden yang
menyatakan bahwa atribut bentuk belimbing Dewa tidak penting. Sedangkan dari
hasil penilaian kinerja, sebesar 95 persen responden menyatakan bahwa atribut
bentuk belimbing Dewa mempunyai kinerja yang baik dan sisanya sebesar 5
persen responden menyatakan bahwa atribut bentuk belimbing Dewa mempunyai
kinerja yang sangat baik. Hal ini disebabkan karena bentuk belimbing Dewa yang
dijual di lokasi penelitian memiliki bentuk yang cukup sempurna dan tidak cacat
sehingga membuat konsumen tidak ragu untuk memilihnya.
Skor rata-rata dari tingkat kepentingan atribut yaitu sebesar 4,02. Skor
tersebut menunjukan bahwa atribut bentuk belimbing Dewa merupakan salah satu
alasan penting bagi konsumen untuk mengkonsumsi belimbing Dewa. Sedangkan
skor rata-rata dari tingkat kinerja atribut yaitu sebesar 4,05 menunjukan bahwa
atribut bentuk belimbing Dewa mempunyai kinerja yang baik bagi responden
karena bentuk belimbing Dewa yang cukup sempurna dan tidak cacat membuat
konsumen tidak ragu untuk memilih buah tersebut. Berikut hasil analisis
57
mengenai tingkat kepentingan dan kinerja atribut bentuk belimbing Dewa yang
dapat dilihat pada Tabel 29.
Tabel 29. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Bentuk Belimbing Dewa.
No. Uraian Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja
5 4 2 1 Total 5 4 2 1 Total
1. Jumlah
(orang) 3 56 1 0 60 3 57 0 0 60
2. Persentase
(%) 6 93 1 0 100 5 95 0 0 100
Skor rata-rata tingkat kepentingan (Y) = 4,02 Skor rata-rata tingkat kinerja
(X) = 4,05
Kesegaran Belimbing Dewa
Dari hasil analisis 60 responden dapat terlihat bahwa atribut kesegaran
belimbing Dewa merupakan atribut yang sangat penting bagi responden, hal ini
terlihat dari persentase responden yang menyatakan bahwa atribut kesegaran
belimbing Dewa sangat penting yaitu sebesar 82 persen dan sisanya sebesar 18
persen responden menyatakan bahwa atribut kesegaran belimbing Dewa penting
bagi responden. Sedangkan dari hasil penilaian kinerja, sebesar 80 persen
responden menyatakan bahwa atribut kesegaran belimbing Dewa mempunyai
kinerja yang sangat baik bagi responden dan sisanya sebesar 20 persen responden
menyatakan bahwa atribut kesegaran belimbing Dewa mempunyai kinerja yang
baik. Hal ini disebabkan karena belimbing Dewa yang dijual di lokasi penelitian
merupakan buah yang dijual dalam keadaan segar sehingga membuat konsumen
tidak ragu untuk membelinya.
Skor rata-rata dari tingkat kepentingan atribut yaitu sebesar 4,82
menunjukan bahwa atribut kesegaran belimbing Dewa merupakan salah satu
alasan terpenting bagi konsumen untuk mengkonsumsi belimbing Dewa.
Sedangkan skor rata-rata dari tingkat kinerja atribut yaitu sebesar 4,80
menunjukan bahwa atribut kesegaran belimbing Dewa mempunyai kinerja yang
sangat baik bagi responden. Buah yang sangat segar merupakan buah yang paling
diminati oleh konsumen, belimbing Dewa yang sangat segar dapat membuat
konsumen tertarik untuk membelinya. Berikut hasil analisis mengenai tingkat
kepentingan dan kinerja atribut kesegaran belimbing Dewa yang dapat dilihat
pada Tabel 30.
58
Tabel 30. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Kesegaran Belimbing Dewa.
No. Uraian Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja
5 4 2 1 Total 5 4 2 1 Total
1. Jumlah
(orang) 49 11 0 0 60 48 12 0 0 60
2. Persentase
(%) 82 18 0 0 100 80 20 0 0 100
Skor rata-rata tingkat kepentingan (Y) = 4,82 Skor rata-rata tingkat kinerja
(X) = 4,80
Tekstur Belimbing Dewa
Hasil analisis dari 60 responden menunjukan bahwa atribut tekstur
belimbing Dewa merupakan atribut yang penting bagi responden, hal ini terlihat
dari persentase responden yaitu sebesar 78 persen yang menyatakan bahwa atribut
tekstur belimbing Dewa penting. Sisanya sebesar 19 persen responden
menyatakan bahwa atribut tekstur belimbing Dewa sangat penting dan sebesar 3
persen responden menyatakan bahwa atribut tekstur belimbing Dewa tidak
penting. Sedangkan dari hasil penilaian kinerja, sebesar 72 persen responden
menyatakan bahwa atribut tekstur belimbing Dewa mempunyai kinerja yang baik
dan sisanya sebesar 28 persen responden menyatakan bahwa atribut tekstur
belimbing Dewa mempunyai kinerja yang sangat baik. Hal ini disebabkan karena
tekstur belimbing Dewa yang dijual di lokasi penelitian cukup renyah dan garing,
tidak terlalu keras dan juga tidak terlalu lembek. Hal ini membuat konsumen lebih
memilih belimbing Dewa karena teksturnya sangat baik.
Skor rata-rata dari tingkat kepentingan atribut yaitu sebesar 4,15
menunjukan bahwa atribut tekstur belimbing Dewa merupakan salah satu alasan
penting konsumen untuk mengkonsumsi belimbing Dewa. Sedangkan skor rata-
rata dari tingkat kinerja atribut yaitu sebesar 4,28 menunjukan bahwa atribut
tekstur belimbing Dewa mempunyai kinerja yang baik bagi responden karena
memiliki tekstur yang renyah dan garing sehingga membuat konsumen lebih
menyukainya. Hasil analisis mengenai tingkat kepentingan dan kinerja atribut
tekstur belimbing Dewa dapat dilihat pada Tabel 31.
Tabel 31. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Tekstur Belimbing Dewa.
No. Uraian Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja
5 4 2 1 Total 5 4 2 1 Total
1. Jumlah
(orang) 11 47 2 0 60 17 43 0 0 60
2. Persentase
(%) 19 78 3 0 100 28 72 0 0 100
Skor rata-rata tingkat kepentingan (Y) = 4,15 Skor rata-rata tingkat
kinerja (X) = 4,28
59
Rasa Belimbing Dewa
Berdasarkan hasil analisis dari 60 responden dapat terlihat bahwa atribut
rasa belimbing Dewa merupakan atribut yang sangat penting bagi responden, hal
ini terlihat dari persentase responden yaitu sebesar 80 persen yang menyatakan
bahwa atribut rasa belimbing Dewa merupakan atribut yang sangat penting.
Sisanya sebesar 20 persen responden menyatakan bahwa atribut rasa belimbing
Dewa merupakan atribut yang penting bagi responden. Sedangkan dari hasil
penilaian kinerja, sebesar 57 persen responden menyatakan bahwa atribut rasa
belimbing Dewa mempunyai kinerja yang sangat baik bagi responden dan sisanya
sebesar 43 persen responden menyatakan bahwa atribut rasa belimbing Dewa
mempunyai kinerja yang baik bagi responden. Hal ini disebabkan karena
belimbing Dewa mempunyai rasa yang sangat manis sehingga membuat
konsumen tertarik untuk membelinya.
Skor rata-rata dari tingkat kepentingan atribut yaitu sebesar 4,80
menunjukan bahwa atribut rasa belimbing Dewa merupakan salah satu alasan
terpenting bagi konsumen untuk mengkonsumsi belimbing Dewa. Sedangkan skor
rata-rata dari tingkat kinerja atribut yaitu sebesar 4,56 menunjukan bahwa atribut
rasa belimbing Dewa mempunyai kinerja yang sangat baik bagi responden karena
belimbing Dewa mempunyai rasa yang sangat manis sehingga membuat
konsumen lebih menyukainya dan tertarik untuk membeli belimbing Dewa
tersebut. Berikut hasil analisis mengenai tingkat kepentingan dan kinerja atribut
rasa belimbing Dewa yang diperlihatkan pada Tabel 32.
Tabel 32. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Rasa Belimbing Dewa.
No. Uraian Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja
5 4 2 1 Total 5 4 2 1 Total
1. Jumlah
(orang) 48 12 0 0 60 34 26 0 0 60
2. Persentase
(%) 80 20 0 0 100 57 43 0 0 100
Skor rata-rata tingkat kepentingan (Y) = 4,80 Skor rata-rata tingkat kinerja
(X) = 4,56
Tingkat Kematangan Belimbing Dewa
Dari hasil analisis 60 responden menunjukan bahwa atribut tingkat
kematangan belimbing Dewa merupakan atribut yang penting bagi responden, hal
ini terlihat dari besarnya persentase responden yang menyatakan bahwa atribut
tingkat kematangan belimbing Dewa merupakan atribut yang penting yaitu
sebesar 93 persen. Sisanya sebesar 7 persen responden menyatakan bahwa atribut
tingkat kematangan belimbing Dewa merupakan atribut yang sangat penting.
Sedangkan dari hasil penilaian kinerja, sebesar 85 persen responden menyatakan
bahwa atribut tingkat kematangan belimbing Dewa mempunyai kinerja yang baik
dan sisanya sebesar 15 persen responden menyatakan bahwa atribut tingkat
kematangan belimbing Dewa mempunyai kinerja yang sangat baik. Hal ini
disebabkan karena belimbing Dewa yang dijual di lokasi penelitian tingkat
60
kematangannya adalah cukup matang, oleh karena itu konsumen lebih tertarik
untuk membeli belimbing Dewa tersebut.
Dari hasil skor rata-rata tingkat kepentingan atribut yaitu sebesar 4,06
menunjukan bahwa atribut tingkat kematangan belimbing Dewa merupakan salah
satu alasan penting bagi konsumen untuk mengkonsumsi belimbing Dewa.
Sedangkan dari hasil skor rata-rata tingkat kinerja atribut, yaitu sebesar 4,15
menunjukan bahwa atribut tingkat kematangan belimbing Dewa mempunyai
kinerja yang baik bagi responden karena belimbing Dewa yang dijual di lokasi
penelitian mempunyai tingkat kematangan yang cukup matang sehingga membuat
konsumen lebih menyukainya dan tertarik untuk membeli belimbing Dewa
tersebut. Berikut hasil analisis mengenai tingkat kepentingan dan kinerja atribut
tingkat kematangan belimbing Dewa yang dapat dilihat pada Tabel 33.
Tabel 33. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Tingkat Kematangan
Belimbing Dewa.
No. Uraian Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja
5 4 2 1 Total 5 4 2 1 Total
1. Jumlah
(orang) 4 56 0 0 60 9 51 0 0 60
2. Persentase
(%) 7 93 0 0 100 15 85 0 0 100
Skor rata-rata tingkat kepentingan (Y) = 4,06 Skor rata-rata tingkat kinerja
(X) = 4,15
Nilai Gizi atau Nutrisi Belimbing Dewa
Hasil analisis dari 60 responden menunjukan bahwa atribut nilai gizi atau
nutrisi belimbing Dewa merupakan atribut yang sangat penting bagi responden,
hal ini terlihat dari besarnya persentase responden yaitu sebesar 84 persen yang
menyatakan bahwa atribut nilai gizi atau nutrisi belimbing Dewa sangat penting
bagi responden. Sisanya sebesar 15 persen responden menyatakan bahwa atribut
nilai gizi atau nutrisi belimbing Dewa merupakan atribut yang penting, dan
sebesar 1 persen responden menyatakan bahwa atribut nilai gizi atau nutrisi
belimbing Dewa merupakan atribut yang tidak penting bagi responden. Sedangkan
dari hasil penilaian kinerja, sebesar 88 persen responden menyatakan bahwa
atribut nilai gizi atau nutrisi belimbing Dewa mempunyai kinerja yang sangat baik
bagi responden, dan sisanya sebesar 12 persen responden menyatakan bahwa
atribut nilai gizi atau nutrisi belimbing Dewa mempunyai kinerja yang baik. Hal
ini disebabkan karena belimbing Dewa mempunyai kandungan gizi dan nutrisi
yang sangat banyak dan baik untuk kesehatan tubuh sehingga membuat konsumen
tidak ragu untuk memilih belimbing Dewa sebagai buah yang mereka konsumsi.
Hasil skor rata-rata dari tingkat kepentingan atribut yaitu sebesar 4,82
menunjukan bahwa atribut nilai gizi atau nutrisi belimbing Dewa merupakan salah
satu alasan terpenting bagi konsumen untuk mengkonsumsi belimbing Dewa.
Sedangkan dari hasil skor rata-rata tingkat kinerja atribut, yaitu sebesar 4,88
menunjukan bahwa atribut nilai gizi atau nutrisi belimbing Dewa mempunyai
kinerja yang sangat baik bagi responden karena belimbing Dewa mempunyai
61
kandungan gizi dan nutrisi yang sangat banyak dan baik untuk kesehatan tubuh
sehingga konsumen tidak ragu untuk memilih belimbing Dewa sebagai buah yang
mereka konsumsi. Berikut hasil analisis mengenai tingkat kepentingan dan kinerja
atribut nilai gizi atau nutrisi belimbing Dewa yang diperlihatkan pada Tabel 34.
Tabel 34. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Nilai Gizi atau Nutrisi
Belimbing Dewa.
No. Uraian Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja
5 4 2 1 Total 5 4 2 1 Total
1. Jumlah
(orang) 50 9 1 0 60 53 7 0 0 60
2. Persentase
(%) 84 15 1 0 100 88 12 0 0 100
Skor rata-rata tingkat kepentingan (Y) = 4,82 Skor rata-rata tingkat kinerja
(X) = 4,88
Khasiat Belimbing Dewa
Berdasarkan hasil analisis dari 60 responden belimbing Dewa dapat
terlihat bahwa atribut khasiat belimbing Dewa merupakan atribut yang sangat
penting bagi responden, hal ini terlihat dari besarnya persentase responden yang
menyatakan bahwa atribut khasiat belimbing Dewa sangat penting yaitu sebesar
84 persen. Sisanya sebesar 15 persen responden menyatakan bahwa atribut khasiat
belimbing Dewa merupakan atribut yang penting bagi responden, dan 1 persen
responden menyatakan bahwa atribut khasiat belimbing Dewa merupakan atribut
yang tidak penting. Sedangkan dari hasil penilaian kinerja, sebesar 92 persen
responden menyatakan bahwa atribut khasiat belimbing Dewa mempunyai kinerja
yang sangat baik bagi responden, dan sisanya sebesar 8 persen responden
menyatakan bahwa atribut khasiat belimbing Dewa mempunyai kinerja yang baik
bagi responden. Hal ini disebabkan karena selain mempunyai kandungan gizi dan
nutrisi yang banyak, belimbing Dewa juga mempunyai banyak khasiat yang baik
bagi kesehatan tubuh dan mampu mencegah berbagai penyakit seperti darah
tinggi, diabetes, sariawan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, konsumen lebih
tertarik untuk mengkonsumsi belimbing Dewa.
Berdasarkan skor rata-rata dari tingkat kepentingan atribut yaitu sebesar
4,82 menunjukan bahwa atribut khasiat belimbing Dewa merupakan salah satu
alasan terpenting bagi konsumen untuk mengkonsumsi belimbing Dewa.
Sedangkan skor rata-rata dari tingkat kinerja atribut yaitu sebesar 4,92
menunjukan bahwa atribut khasiat belimbing Dewa mempunyai kinerja yang
sangat baik bagi responden karena selain mengandung banyak gizi dan nutrisi,
belimbing Dewa juga mempunyai banyak khasiat yang baik bagi kesehatan tubuh
dan mampu mencegah berbagai penyakit sehingga membuat konsumen tidak ragu
memilih buah tersebut dan lebih tertarik untuk mengkonsumsinya. Berikut hasil
analisis mengenai tingkat kepentingan dan kinerja atribut khasiat belimbing Dewa
yang dapat dilihat pada Tabel 35.
62
Tabel 35. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Khasiat Belimbing Dewa.
No. Uraian Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja
5 4 2 1 Total 5 4 2 1 Total
1. Jumlah
(orang) 50 9 1 0 60 55 5 0 0 60
2. Persentase
(%) 84 15 1 0 100 92 8 0 0 100
Skor rata-rata tingkat kepentingan (Y) = 4,82 Skor rata-rata tingkat kinerja
(X) = 4,92
Fungsi Kemasan
Dari hasil analisis 60 responden belimbing Dewa dapat terlihat bahwa
atribut fungsi kemasan merupakan atribut yang penting bagi responden, hal ini
terlihat dari besarnya persentase responden yaitu sebesar 63 persen yang
menyatakan bahwa atribut fungsi kemasan merupakan atribut yang penting bagi
responden. Sisanya sebesar 36 persen responden menyatakan bahwa atribut fungsi
kemasan merupakan atribut yang tidak penting bagi responden, dan sebesar 1
persen responden menyatakan bahwa atribut fungsi kemasan merupakan atribut
yang sangat penting. Sedangkan dari hasil penilaian kinerja, sebesar 75 persen
responden menyatakan bahwa atribut fungsi kemasan mempunyai kinerja yang
baik bagi responden. Sisanya sebesar 24 persen responden menyatakan bahwa
atribut fungsi kemasan mempunyai kinerja yang tidak baik bagi responden, dan
sebesar 1 persen responden menyatakan bahwa atribut fungsi kemasan
mempunyai kinerja yang sangat baik. Dari hasil penilaian tingkat kepentingan dan
kinerja dapat terlihat bahwa ada responden yang menganggap bahwa atribut
fungsi kemasan penting dan ada juga responden yang menganggap bahwa atribut
fungsi kemasan tidak penting, hal ini disebabkan karena responden belimbing
Dewa mempunyai berbagai macam karakter perilaku yang berbeda.
Dari hasil skor rata-rata tingkat kepentingan atribut yaitu sebesar 3,32
menunjukan bahwa atribut fungsi kemasan merupakan salah satu alasan penting
bagi konsumen untuk mengkonsumsi belimbing Dewa. Sedangkan dari hasil skor
rata-rata tingkat kinerja atribut yaitu sebesar 3,55 menunjukan bahwa atribut
fungsi kemasan mempunyai kinerja yang baik bagi responden karena kemasan
berfungsi untuk melindungi buah belimbing Dewa dari polusi udara dan
lingkungan sehingga membuat konsumen tidak takut terkena berbagai macam
penyakit ketika mengkonsumsinya. Namun, pada penelitian ini ada salah satu
lokasi penelitian yaitu Pasar Depok Lama yang menjual belimbing Dewa tanpa
menggunakan kemasan. Hal tersebut menyebabkan beberapa konsumen belimbing
Dewa menganggap bahwa atribut fungsi kemasan merupakan atribut yang tidak
penting bagi konsumen dan mempunyai kinerja yang tidak baik karena buah
belimbing Dewa yang dijual tidak menggunakan kemasan sehingga mudah
tercemar polusi udara dan lingkungan. Berikut hasil analisis mengenai tingkat
kepentingan dan kinerja atribut fungsi kemasan yang dapat dilihat pada Tabel 36.
63
Tabel 36. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Fungsi Kemasan.
No. Uraian Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja
5 4 2 1 Total 5 4 2 1 Total
1. Jumlah (orang) 1 38 21 0 60 1 45 14 0 60
2. Persentase (%) 1 63 36 0 100 1 75 24 0 100
Skor rata-rata tingkat kepentingan (Y) = 3,32 Skor rata-rata tingkat
kinerja (X) = 3,55
Tanpa Bahan Pengawet
Hasil analisis dari 60 responden menunjukan bahwa atribut tanpa bahan
pengawet merupakan atribut yang sangat penting bagi responden, hal ini terlihat
dari besarnya persentase responden yaitu sebesar 88 persen yang menyatakan
bahwa atribut tanpa bahan pengawet merupakan atribut yang sangat penting.
Sisanya sebesar 12 persen responden menyatakan bahwa atribut tanpa bahan
pengawet merupakan atribut yang penting bagi responden. Sedangkan dari hasil
penilaian kinerja, sebesar 87 persen responden menyatakan bahwa atribut tanpa
bahan pengawet mempunyai kinerja yang sangat baik bagi responden dan sisanya
sebesar 13 persen responden menyatakan bahwa atribut tanpa bahan pengawet
mempunyai kinerja yang baik bagi responden. Hal ini disebabkan karena
belimbing Dewa yang tanpa bahan pengawet merupakan buah alami yang baik
bagi kesehatan tubuh sehingga membuat konsumen tidak ragu untuk
mengkonsumsinya.
Hasil skor rata-rata tingkat kepentingan atribut yaitu sebesar 4,88
menunjukan bahwa atribut tanpa bahan pengawet merupakan salah satu alasan
terpenting bagi konsumen untuk mengkonsumsi belimbing Dewa. Sedangkan
hasil skor rata-rata tingkat kinerja atribut yaitu sebesar 4,86 menunjukan bahwa
atribut tanpa bahan pengawet mempunyai kinerja yang sangat baik bagi responden
karena belimbing Dewa yang tanpa bahan pengawet sangat berguna bagi
kesehatan tubuh sehingga membuat konsumen tidak ragu untuk
mengkonsumsinya. Berikut hasil analisis mengenai tingkat kepentingan dan
kinerja atribut tanpa bahan pengawet yang dapat dilihat pada Tabel 37.
Tabel 37. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Tanpa Bahan Pengawet.
No. Uraian Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja
5 4 2 1 Total 5 4 2 1 Total
1. Jumlah
(orang) 53 7 0 0 60 52 8 0 0 60
2. Persentase
(%) 88 12 0 0 100 87 13 0 0 100
Skor rata-rata tingkat kepentingan (Y) =
4,88
Skor rata-rata tingkat
kinerja (X) = 4,86
64
Aroma Belimbing Dewa
Berdasarkan hasil analisis dari 60 responden belimbing Dewa dapat
terlihat bahwa atribut aroma belimbing Dewa merupakan atribut yang penting
bagi responden, hal ini terlihat dari persentase responden yaitu sebesar 87 persen
yang menyatakan bahwa atribut aroma belimbing Dewa merupakan atribut yang
penting. Sisanya sebesar 13 persen responden menyatakan bahwa atribut aroma
belimbing Dewa merupakan atribut yang tidak penting. Sedangkan dari hasil
penilaian kinerja, sebesar 100 persen responden menyatakan bahwa aroma
belimbing Dewa mempunyai kinerja yang baik bagi responden. Hal ini
disebabkan karena belimbing Dewa mempunyai aroma yang cukup harum dan
tidak berbau langu sehingga membuat konsumen tertarik untuk membelinya.
Hasil skor rata-rata dari tingkat kepentingan atribut yaitu sebesar 3,73
menunjukan bahwa atribut aroma belimbing Dewa merupakan salah satu alasan
penting bagi konsumen untuk mengkonsumsi belimbing Dewa. Sedangkan dari
hasil skor rata-rata tingkat kinerja atribut yaitu sebesar 4,00 menunjukan bahwa
atribut aroma belimbing Dewa mempunyai kinerja yang baik bagi responden
karena belimbing Dewa mempunyai aroma yang cukup harum dan tidak berbau
langu sehingga membuat konsumen tertarik untuk membelinya. Berikut hasil
analisis mengenai tingkat kepentingan dan kinerja atribut aroma belimbing Dewa
yang dapat dilihat pada Tabel 38.
Tabel 38. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Aroma Belimbing Dewa.
No. Uraian Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja
5 4 2 1 Total 5 4 2 1 Total
1. Jumlah
(orang) 0 52 8 0 60 0 60 0 0 60
2. Persentase
(%) 0 87 13 0 100 0 100 0 0 100
Skor rata-rata tingkat kepentingan (Y) =
3,73
Skor rata-rata tingkat
kinerja (X) = 4,00
Harga Belimbing Dewa
Dari hasil analisis 60 responden dapat terlihat bahwa atribut harga
belimbing Dewa merupakan atribut yang penting bagi responden, hal ini terlihat
dari besarnya persentase responden yaitu sebesar 75 persen yang menyatakan
bahwa atribut harga belimbing Dewa merupakan atribut yang penting. Sisanya
sebesar 20 persen responden menyatakan bahwa atribut harga belimbing Dewa
merupakan atribut yang tidak penting bagi responden dan sebesar 5 persen
responden menyatakan bahwa atribut harga belimbing Dewa merupakan atribut
yang sangat penting bagi responden. Sedangkan dari hasil penilaian kinerja,
sebesar 90 persen responden menyatakan bahwa atribut harga belimbing Dewa
mempunyai kinerja yang baik bagi responden. Selanjutnya sebesar 9 persen
responden menyatakan bahwa atribut harga belimbing Dewa mempunyai kinerja
yang tidak baik, hal ini disebabkan karena beberapa responden menganggap harga
belimbing Dewa dinilai terlalu mahal. Namun, harga belimbing Dewa yang mahal
tersebut sesungguhnya mencerminkan kualitas belimbing Dewa yang sangat baik
65
jika dibandingkan dengan belimbing varietas lain. Sisanya sebesar 1 persen
responden menyatakan bahwa atribut harga belimbing Dewa mempunyai kinerja
yang sangat baik bagi responden.
Skor rata-rata dari tingkat kepentingan atribut yaitu sebesar 3,65
menunjukan bahwa atribut harga belimbing Dewa merupakan salah satu alasan
penting bagi konsumen untuk mengkonsumsi belimbing Dewa. Sedangkan skor
rata-rata dari tingkat kinerja atribut yaitu sebesar 3,85 menunjukan bahwa atribut
harga belimbing Dewa mempunyai kinerja yang baik bagi responden karena harga
belimbing Dewa yang mahal mencerminkan kualitas yang baik pula sehingga
membuat konsumen tidak ragu untuk membelinya walaupun harga belimbing
Dewa cukup mahal. Berikut hasil analisis mengenai tingkat kepentingan dan
kinerja atribut harga belimbing Dewa yang dapat dilihat pada Tabel 39.
Tabel 39. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Harga Belimbing Dewa.
No. Uraian Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja
5 4 2 1 Total 5 4 2 1 Total
1. Jumlah
(orang) 3 45 12 0 60 1 54 5 0 60
2. Persentase
(%) 5 75 20 0 100 1 90 9 0 100
Skor rata-rata tingkat kepentingan (Y) =
3,65
Skor rata-rata tingkat
kinerja (X) = 3,85
Ketersediaan Belimbing Dewa Dari hasil analisis 60 responden menunjukan bahwa atribut ketersediaan
belimbing Dewa merupakan atribut yang penting bagi responden, hal ini terlihat
dari persentase responden yang menyatakan bahwa atribut ketersediaan belimbing
Dewa merupakan atribut yang penting yaitu sebesar 65 persen. Sisanya sebesar 32
persen responden menyatakan bahwa atribut ketersediaan belimbing Dewa
merupakan atribut yang sangat penting bagi responden, dan sebesar 3 persen
responden menyatakan bahwa atribut ketersediaan belimbing Dewa merupakan
atribut yang tidak penting bagi responden. Sedangkan dari hasil penilaian kinerja,
sebesar 62 persen responden menyatakan bahwa atribut ketersediaan belimbing
Dewa mempunyai kinerja yang baik bagi responden. Sisanya sebesar 37 persen
responden menyatakan bahwa atribut ketersediaan belimbing Dewa mempunyai
kinerja yang sangat baik, dan sebesar 1 persen responden menyatakan bahwa
atribut ketersediaan belimbing Dewa mempunyai kinerja yang tidak baik.
Belimbing Dewa yang selalu tersedia di pasaran membuat konsumen lebih mudah
untuk mendapatkannya baik di pasar tradisional, toko buah, maupun supermarket.
Dari hasil skor rata-rata tingkat kepentingan atribut yaitu sebesar 4,07
menunjukan bahwa atribut ketersediaan belimbing Dewa merupakan salah satu
alasan penting bagi konsumen untuk mengkonsumsi belimbing dewa. Sedangkan
dari hasil skor rata-rata tingkat kinerja atribut yaitu sebesar 4,33 menunjukan
bahwa atribut ketersediaan belimbing Dewa mempunyai kinerja yang baik bagi
responden karena belimbing Dewa selalu tersedia di pasaran sehingga membuat
konsumen lebih mudah untuk mendapatkannya. Berikut hasil analisis mengenai
66
tingkat kepentingan dan kinerja atribut ketersediaan belimbing Dewa yang dapat
dilihat pada Tabel 40.
Tabel 40. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Ketersediaan
Belimbing Dewa.
No. Uraian Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja
5 4 2 1 Total 5 4 2 1 Total
1. Jumlah (orang) 8 50 2 0 60 22 37 1 0 60
2. Persentase (%) 13 84 3 0 100 37 62 1 0 100
Skor rata-rata tingkat kepentingan (Y) = 4,07 Skor rata-rata tingkat
kinerja (X) = 4,33
Pemberian Potongan Harga atau Diskon
Berdasarkan hasil analisis dari 60 responden dapat terlihat bahwa atribut
pemberian potongan harga atau diskon merupakan atribut yang penting bagi
responden, hal ini terlihat dari besarnya persentase responden yang menyatakan
bahwa atribut pemberian potongan harga atau diskon merupakan atribut yang
penting yaitu sebesar 84 persen. Sisanya sebesar 13 persen responden menyatakan
bahwa atribut pemberian potongan harga atau diskon merupakan atribut yang
sangat penting, dan sebesar 3 persen responden menyatakan bahwa atribut
pemberian potongan harga atau diskon merupakan atribut yang tidak penting bagi
responden. Sedangkan dari hasil penilaian kinerja, sebesar 70 persen responden
menyatakan bahwa atribut pemberian potongan harga atau diskon mempunyai
kinerja yang baik. Sisanya sebesar 25 persen responden menyatakan bahwa atribut
pemberian potongan harga atau diskon mempunyai kinerja yang tidak baik, dan
sebesar 5 persen responden menyatakan bahwa atribut pemberian potongan harga
atau diskon mempunyai kinerja yang sangat baik. Dalam penerapan strategi
promosi penjualan harus dicermati apakah promosi penjualan tersebut perlu atau
tidak untuk dilaksanakan. Pemberian potongan harga atau diskon merupakan salah
satu promosi yang dilakukan penjual belimbing Dewa untuk menarik perhatian
konsumen supaya mereka mau mengkonsumsi belimbing Dewa.
Dari hasil skor rata-rata tingkat kepentingan atribut yaitu sebesar 4,07
menunjukan bahwa atribut pemberian potongan harga atau diskon merupakan
salah satu alasan penting bagi konsumen untuk mengkonsumsi belimbing Dewa.
Sedangkan dari hasil skor rata-rata tingkat kinerja atribut yaitu sebesar 3,55
menunjukan bahwa atribut pemberian potongan harga atau diskon mempunyai
kinerja yang baik bagi responden karena dengan adanya promosi pemberian
potongan harga atau diskon diharapkan dapat menarik perhatian konsumen untuk
mengkonsumsi belimbing Dewa. Hasil analisis mengenai tingkat kepentingan dan
kinerja atribut pemberian potongan harga atau diskon dapat dilihat pada Tabel 41.
67
Tabel 41. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Pemberian Potongan Harga
atau Diskon.
No. Uraian Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja
5 4 2 1 Total 5 4 2 1 Total
1. Jumlah
(orang) 8 50 2 0 60 3 42 15 0 60
2. Persentase
(%) 13 84 3 0 100 5 70 25 0 100
Skor rata-rata tingkat kepentingan (Y) = 4,07 Skor rata-rata tingkat kinerja
(X) = 3,55
Matriks Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Belimbing Dewa
Matriks tingkat kepentingan dan kinerja atribut merupakan suatu diagram
kartesius yang dibuat untuk mengetahui posisi kuadran dari masing-masing atribut
belimbing Dewa. Setelah mendapatkan hasil skor rata-rata tingkat kepentingan
dan kinerja dari setiap atribut belimbing Dewa, langkah selanjutnya adalah
menempatkan atau memplotkan skor-skor tersebut ke dalam diagram kartesius.
Berikut skor rata-rata dari tingkat kepentingan dan kinerja atribut belimbing Dewa
secara keseluruhan yang dapat dilihat pada Tabel 42.
Tabel 42. Rata-Rata Skor Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut
Belimbing Dewa.
No. Label Atribut
Rata-Rata Skor
Kepentingan
(Y)
Kinerja
(X)
1. 1 Ukuran Belimbing Dewa 4,85 4,45
2. 2 Bobot Belimbing Dewa 4,87 4,45
3. 3 Warna Belimbing Dewa 4,02 4,08
4. 4 Bentuk Belimbing Dewa 4,02 4,05
5. 5 Kesegaran Belimbing Dewa 4,82 4,80
6. 6 Tekstur Belimbing Dewa 4,15 4,28
7. 7 Rasa Belimbing Dewa 4,80 4,56
8. 8 Tingkat Kematangan Belimbing Dewa 4,06 4,15
9. 9 Nilai Gizi atau Nutrisi Belimbing Dewa 4,82 4,88
10. 10 Khasiat Belimbing Dewa 4,82 4,92
11. 11 Fungsi Kemasan 3,32 3,55
12. 12 Tanpa Bahan Pengawet 4,88 4,86
13. 13 Aroma Belimbing Dewa 3,73 4,00
14. 14 Harga Belimbing Dewa 3,65 3,85
15. 15 Ketersediaan Belimbing Dewa 4,07 4,33
16. 16 Pemberian Potongan Harga atau Diskon 4,07 3,55
Rata-Rata 4,31 4,30
68
Posisi penempatan masing-masing atribut belimbing Dewa dapat dilihat
pada diagram kartesius berikut. Diagram kartesius ini dibagi menjadi empat
kuadran dengan garis tengah pembagi kuadran yang ditentukan oleh nilai total
rata-rata dari tingkat kepentingan atribut (Y) yaitu sebesar 4,31 dan nilai total rata-
rata dari tingkat kinerja atribut (X) yaitu sebesar 4,30. Untuk lebih lengkapnya,
diagram kartesius tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Diagram Kartesius Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut
Belimbing Dewa.
Keterangan:
1 : Ukuran belimbing Dewa 9 : Nilai gizi/nutrisi belimbing Dewa
2 : Bobot belimbing Dewa 10 : Khasiat belimbing Dewa
3 : Warna belimbing Dewa 11 : Fungsi kemasan
4 : Bentuk belimbing Dewa 12 : Tanpa bahan pengawet
5 : Kesegaran belimbing Dewa 13 : Aroma belimbing Dewa
6 : Tekstur belimbing Dewa 14 : Harga belimbing Dewa
7 : Rasa belimbing Dewa 15 : Ketersediaan belimbing Dewa
8 : Tingkat kematangan belimbing Dewa 16 : Pemberian potongan harga/diskon
69
Kuadran I (Prioritas Utama)
Atribut-atribut yang terdapat pada kuadran I menunjukan bahwa atribut-
atribut tersebut dinilai penting di mata responden, namun kinerja dari atribut-
atribut tersebut lebih rendah dari keinginan responden. Oleh karena itu, atribut-
atribut pada kuadran I merupakan atribut prioritas utama yang harus ditingkatkan
lagi oleh para produsen atau petani belimbing Dewa dan para pedagang atau
penjual belimbing Dewa. Pada penelitian ini tidak ada atribut yang termasuk ke
dalam kuadran I, hal ini disebabkan karena belimbing Dewa merupakan
komoditas buah yang dijual secara segar atau merupakan komoditas buah segar
hasil pemetikan langsung dari pohonnya tanpa melalui proses pengolahan produk
lebih lanjut. Para responden juga menilai bahwa belimbing Dewa mempunyai
banyak kelebihan jika dibandingkan dengan belimbing varietas lain, oleh karena
itu pada penelitian ini belum ada atribut-atribut dari belimbing Dewa yang masuk
ke dalam kuadran I dan menjadi prioritas utama bagi para produsen atau petani
belimbing Dewa dan para pedagang atau penjual belimbing Dewa untuk
ditingkatkan lagi kinerjanya. Karena pada penelitian ini tidak ada atribut yang
menjadi prioritas utama untuk ditingkatkan kinerjanya, para produsen atau petani
belimbing Dewa dan para pedagang atau penjual belimbing Dewa dapat
memperbaiki dan meningkatkan kinerja dari atribut-atribut yang dinilai responden
merupakan atribut prioritas rendah yang tergolong ke dalam atribut-atribut yang
berada pada kuadran III.
Kuadran II (Pertahankan Prestasi)
Atribut-atribut yang terdapat pada kuadran II (pertahankan prestasi), jika
dilihat dari kepentingan responden berada pada tingkat kepentingan yang tinggi.
Sedangkan jika dilihat dari kinerjanya, responden menilai atribut-atribut tersebut
berada pada tingkat kinerja yang tinggi juga. Hal tersebut penting bagi para
produsen atau petani belimbing Dewa maupun para pedagang atau penjual
belimbing Dewa untuk mempertahankan kinerja dari atribut-atribut yang terdapat
pada belimbing Dewa, hal ini disebabkan karena apabila para produsen/petani dan
para pedagang/penjual belimbing Dewa mempertahankan kinerja dari atribut-
atribut yang baik tersebut maka para produsen/petani dan para pedagang/penjual
belimbing Dewa akan memperoleh keuntungan yang lebih. Adapun atribut-atribut
yang terletak pada kuadran II (pertahankan prestasi) adalah sebagai berikut:
a) Ukuran belimbing Dewa
Atribut ini merupakan atribut yang penting bagi responden karena belimbing
Dewa mempunyai ukuran buah yang lebih besar jika dibandingkan dengan
belimbing varietas lain, hal ini membuat responden lebih tertarik untuk
mengkonsumsi belimbing Dewa.
b) Bobot belimbing Dewa
Belimbing Dewa mempunyai bobot yang lebih berat jika dibandingkan dengan
belimbing varietas lain, hal ini disebabkan karena belimbing Dewa mempunyai
ukuran yang besar sehingga membuat belimbing Dewa mempunyai bobot yang
lebih berat. Oleh karena itu, responden menilai bahwa atribut bobot belimbing
Dewa merupakan atribut yang penting bagi responden dan membuat responden
lebih tertarik untuk mengkonsumsinya.
70
c) Kesegaran belimbing Dewa
Kesegaran buah merupakan suatu hal yang penting bagi konsumen, begitu juga
dengan belimbing Dewa. Kesegaran belimbing Dewa merupakan atribut yang
penting bagi responden, hal ini disebabkan karena apabila belimbing Dewa
yang dijual di pasaran dalam keadaan segar maka akan membuat responden
lebih tertarik untuk mengkonsumsinya.
d) Rasa belimbing Dewa
Rasa belimbing Dewa yang sangat manis membuat responden lebih memilih
untuk mengkonsumsi belimbing Dewa. Oleh karena itu, responden menilai
bahwa belimbing Dewa merupakan atribut yang penting bagi responden.
e) Nilai gizi atau nutrisi belimbing Dewa
Belimbing Dewa mempunyai banyak kandungan gizi dan nutrisi yang sangat
baik bagi kesehatan tubuh. Hal tersebut menyebabkan responden lebih memilih
mengkonsumsi belimbing Dewa dan menilai bahwa atribut nilai gizi atau
nutrisi belimbing Dewa merupakan atribut yang penting bagi responden.
f) Khasiat belimbing Dewa
Belimbing Dewa mempunyai khasiat yang sangat baik bagi kesehatan tubuh
salah satunya adalah menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti darah
tinggi, diabetes, sariawan, dan lain sebagainya. Atribut khasiat belimbing Dewa
merupakan atribut yang penting bagi responden karena mempunyai khasiat
yang sangat baik bagi kesehatan tubuh sehingga membuat responden lebih
memilih untuk mengkonsumsinya.
g) Tanpa bahan pengawet
Buah yang tanpa bahan pengawet mempunyai arti penting bagi responden, hal
ini disebabkan karena berkembangnya tren dalam masyarakat untuk
menerapkan pola gaya hidup sehat dengan memakan makanan yang tanpa
bahan pengawet. Belimbing Dewa yang tanpa bahan pengawet membuat
responden lebih memilih untuk mengkonsumsi belimbing Dewa dan menilai
atribut tersebut penting bagi responden.
Kuadran III (Prioritas Rendah)
Atribut-atribut yang terdapat pada kuadran III (prioritas rendah)
menunjukan bahwa atribut-atribut tersebut kurang dianggap penting oleh
responden dan pada kenyataannya kinerja dari atribut-atribut yang terdapat pada
kuadran III (prioritas rendah) tidak terlalu istimewa atau baik. Responden
mengabaikan atribut-atribut ini sehingga untuk saat ini para produsen atau petani
maupun para pedagang atau penjual belimbing Dewa tidak perlu melakukan
perbaikan pada atribut-atribut tersebut, perbaikan baru akan perlu dilakukan jika
atribut-atribut yang menjadi prioritas utama sudah ditingkatkan kinerjanya.
Adapun atribut-atribut yang terdapat pada kuadran III (prioritas rendah) adalah
sebagai berikut:
a) Warna belimbing Dewa
Warna belimbing Dewa yang dijual di pasaran ada yang berwarna kuning
seperti warna belimbing pada umumnya karena tidak semua belimbing Dewa
yang dijual berwarna kuning kemerahan. Oleh karena itu, responden lebih
mengutamakan rasa dan ukuran dibandingkan warna dari belimbing Dewa.
Selama rasa belimbing Dewa masih sangat manis dan enak serta ukuran
belimbing Dewa yang cukup besar, maka responden tidak akan menilai bahwa
71
atribut warna belimbing Dewa merupakan atribut yang penting untuk
ditingkatkan kinerjanya.
b) Bentuk belimbing Dewa
Bentuk buah belimbing Dewa yang dihasilkan dari pohonnya tidak dapat
ditentukan secara pasti. Pengaruh alam juga menentukan hasil dari buah
belimbing Dewa yang dipetik, selain itu belimbing Dewa yang dijual di
pasaran tidak semuanya mempunyai bentuk yang sempurna sehingga membuat
responden lebih mengutamakan rasa dan ukuran daripada bentuk belimbing
Dewa. Selama rasa belimbing Dewa masih sangat manis dan enak serta ukuran
belimbing Dewa yang cukup besar, maka responden tidak akan menilai bahwa
atribut bentuk belimbing Dewa merupakan atribut yang penting untuk
ditingkatkan kinerjanya.
c) Tekstur belimbing Dewa
Tidak semua belimbing Dewa mempunyai tekstur yang sama karena tekstur
belimbing Dewa yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh faktor alam. Hal ini
membuat responden menilai bahwa atribut tersebut perlu ditingkatkan
kinerjanya oleh para produsen atau petani belimbing Dewa, karena tekstur
belimbing Dewa yang garing/renyah dapat memudahkan konsumen dalam
mengkonsumsinya.
d) Tingkat kematangan belimbing Dewa
Tidak semua belimbing Dewa yang dijual di pasaran mempunyai tingkat
kematangan yang matang sempurna atau merata, namun responden menilai
bahwa atribut ini perlu ditingkatkan kinerjanya agar atribut ini bisa
memberikan manfaat yang berarti karena biasanya responden lebih
mengutamakan rasa dari belimbing Dewa daripada tingkat kematangan
belimbing Dewa. Selain itu, tingkat kematangan dari belimbing Dewa juga
ditentukan oleh faktor penanaman dan faktor alam yang penanganannya tidak
dapat diprediksi secara pasti.
e) Fungsi kemasan
Responden menilai bahwa kemasan dari buah belimbing Dewa belum
memberikan fungsi yang berarti bagi responden. Kemasan hanya berfungsi
sebagai pembungkus buah belimbing Dewa yang dijual saja, namun sebagian
besar responden lebih mengutamakan rasa dan manfaat dari belimbing Dewa
sehingga responden menilai bahwa atribut ini tidak terlalu penting dan perlu
ditingkatkan kinerjanya agar atribut ini bisa memberikan manfaat yang berarti
bagi konsumen.
f) Aroma Belimbing Dewa
Responden menilai bahwa belimbing Dewa yang dijual di pasaran aromanya
belum bisa menarik perhatian konsumen untuk membelinya, hal ini disebabkan
karena belimbing Dewa mempunyai aroma yang biasa-biasa saja. Aroma
dipercaya dapat meningkatkan nafsu makan dari konsumen, oleh karena itu
diharapkan para produsen atau petani belimbing Dewa dapat meningkatkan lagi
kinerja dari atribut ini supaya dapat membuat konsumen lebih tertarik untuk
mengkonsumsi belimbing Dewa.
g) Harga belimbing Dewa
Responden menilai walaupun belimbing Dewa yang dijual di pasaran harganya
lebih mahal dibandingkan dengan belimbing varietas lain, namun responden
menilai hal tersebut wajar karena melihat dari kelebihan belimbing Dewa yang
72
memberikan banyak manfaat bagi responden. Atribut ini dinilai belum perlu
ditingkatkan kinerjanya.
h) Pemberian potongan harga atau diskon
Responden menilai bahwa pemberian potongan harga atau diskon pada
pembelian belimbing Dewa masih jarang dilakukan, responden lebih melihat
manfaat yang didapatkan dari mengkonsumsi belimbing Dewa daripada
mendapatkan potongan harga atau diskon dari harga yang dibayarkan untuk
membeli belimbing Dewa. Hal tersebut membuat responden menilai bahwa
kinerja dari atribut ini belum perlu untuk ditingkatkan.
Kuadran IV (Berlebihan)
Atribut-atribut yang berada pada kuadran IV (berlebihan), jika dilihat dari
tingkat kepentingan responden berada pada tingkat kepentingan yang rendah
tetapi jika dilihat dari tingkat kinerjanya responden menilai bahwa kinerja dari
atribut-atribut tersebut mempunyai kinerja yang baik atau berada pada tingkat
kinerja yang tinggi. Hal tersebut membuat atribut-atribut yang berada pada
kuadran ini perlu dipertimbangkan kembali karena dinilai terlalu berlebihan. Pada
penelitian ini, hanya ada satu atribut yang berada pada kuadran ini yaitu atribut
ketersediaan belimbing Dewa. Ketersediaan belimbing Dewa dinilai berlebihan
oleh responden karena seperti yang kita ketahui belimbing Dewa selalu tersedia di
pasaran, hal ini disebabkan karena lokasi penelitian yang dipilih adalah Kota
Depok yang merupakan sentra produksi belimbing Dewa sehingga membuat stok
belimbing Dewa di pasaran selalu stabil.
Analisis Kepuasan Konsumen
Indeks Kepuasan Konsumen
Perhitungan atau pengukuran mengenai kepuasan konsumen perlu
dilakukan untuk menentukan tujuan di masa yang akan datang. Selain itu,
perhitungan ini juga dapat digunakan untuk mengetahuitiingkat kinerja dari atribut
apakah sudah memenuhi harapan konsumen atau belum. Dalam perhitungan
tingkat kepuasan konsumen digunakan metode Customer Satisfaction Index (CSI).
Perhitungan dengan metode CSI tersebut memerlukan rata-rata dari tingkat
kepentingan dan skor rata-rata dari tingkat kinerja atribut belimbing Dewa.
Pada Tabel 42 dapat dilihat bahwa nilai Customer Satisfaction Index (CSI)
belimbing Dewa adalah 87 persen. Nilai Customer Satisfaction Index (CSI)
diperoleh dengan membagi nilai Weighted Average dengan skala maksimum yang
digunakan dalam penelitian ini (skala maksimum 5) kemudian dikalikan 100
persen. Berdasarkan indeks kepuasan konsumen, nilai Customer Satisfaction
Index (CSI) sebesar 87 persen berada pada rentang 0,81-1,00 hal tersebut
menunjukkan bahwa indeks kepuasan konsumen belimbing Dewa berada pada
kriteria “sangat puas”.
Nilai Customer Satisfaction Index (CSI) belimbing Dewa sebesar 87
persen juga mengindikasikan bahwa masih ada 13 persen konsumen yang belum
mampu dipuaskan sepenuhnya oleh para pelaku usaha belimbing Dewa. Oleh
karena itu, para pelaku usaha belimbing Dewa perlu mengetahui kepuasan
konsumen terhadad kinerja dari masing-masing atribut yang ada pada komoditas
73
belimbing Dewa, apakah kinerja dari atribut-atribut tersebut telah sesuai dengan
yang diharapkan oleh konsumen atau tidak. Apabila kinerja atribut tidak atau
belum sesuai dengan kepentingan atau harapan konsumen, maka perlu dilakukan
perbaikan atribut untuk meningkatkan kepuasan konsumen. Untuk lebih jelasnya,
perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI) belimbing Dewa dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 43. Perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI) Komoditas
Belimbing Dewa.
No. Variabel
Rata-Rata
Skor
Kepentingan
Weighted
Factor
Rata-Rata
Skor
Kinerja
Weighted
Score
1. Ukuran Belimbing Dewa 4,85 1,125290023 4,45 5,007540603
2. Bobot Belimbing Dewa 4,87 1,129930394 4,45 5,028190255
3. Warna Belimbing Dewa 4,02 0,932714617 4,08 3,805475638
4. Bentuk Belimbing Dewa 4,02 0,932714617 4,05 3,7774942
5. Kesegaran Belimbing
Dewa 4,82 1,118329466 4,80 5,367981439
6. Tekstur Belimbing Dewa 4,15 0,96287703 4,28 4,121113689
7. Rasa Belimbing Dewa 4,80 1,113689095 4,56 5,078422274
8. Tingkat Kematangan
Belimbing Dewa 4,06 0,94199536 4,15 3,909280742
9. Nilai Gizi atau Nutrisi
Belimbing Dewa 4,82 1,118329466 4,88 5,457447796
10. Khasiat Belimbing Dewa 4,82 1,118329466 4,92 5,502180974
11. Fungsi Kemasan 3,32 0,770301624 3,55 2,734570766
12. Tanpa Bahan Pengawet 4,88 1,13225058 4,86 5,502737819
13. Aroma Belimbing Dewa 3,73 0,865429234 4,00 3,461716937
14. Harga Belimbing Dewa 3,65 0,846867749 3,85 3,260440835
15. Ketersediaan Belimbing
Dewa 4,07 0,944315545 4,33 4,088886311
16. Pemberian Potongan
Harga atau Diskon 4,07 0,944315545 3,55 3,352320186
Total 68,95 68,76
Weighted Average 4,340988
Customer Satisfaction Index (CSI) 86,82
Dalam melakukan suatu pembelian, konsumen biasanya harus
memutuskan apakah konsumen tersebut akan membeli barang/jasa tersebut atau
tidak. Konsumen harus melakukan pengenalan kebutuhan, pencarian informasi,
dan evaluasi alternatif terlebih dahulu sebelum melakukan pembelian dan pada
akhirnya mendapatkan hasil dari pembelian tersebut. Pada penelitian ini,
pengenalan kebutuhan dilakukan dengan mengetahui alasan konsumen
mengkonsumsi belimbing Dewa. Sedangkan pencarian informasi dilakukan
dengan mengetahui lokasi atau tempat konsumen membeli belimbing Dewa,
selanjutnya pertimbangan tempat pembelian merupakan evaluasi alternatif bagi
konsumen belimbing Dewa dalam menentukan tempat pembelian belimbing
Dewa. Pembelian belimbing Dewa dilakukan konsumen ketika konsumen
sekaligus berbelanja barang lain, hasil atau respon konsumen terhadap pembelian
belimbing Dewa adalah konsumen tetap akan membeli belimbing Dewa walaupun
belimbing Dewa mengalami kenaikan harga.
74
Keputusan pembelian konsumen dalam membeli belimbing Dewa
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor lingkungan, faktor individu, dan
faktor psikologis. Pada penelitian ini, faktor yang paling dominan mempengaruhi
konsumen dalam melakukan pembelian belimbing Dewa adalah faktor
lingkungan. Selain mengetahui keputusan pembelian konsumen dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya, mengetahui kepuasan dan sikap konsumen terhadap
komoditas belimbing Dewa juga perlu dilakukan karena dengan mengetahui
kepuasan dan sikap konsumennya para pelaku usaha dapat terus mengembangkan
usaha penjualan belimbing Dewa. Dari penilaian kepuasan konsumen belimbing
Dewa secara keseluruhan, menunjukan bahwa konsumen merasa sangat puas
terhadap komoditas belimbing Dewa.
Rekomendasi Kebijakan Strategi Pemasaran
Rekomendasi kebijakan strategi pemasaran dapat dirumuskan dengan
mengacu pada analisis deskriptif, analisis tingkat kepentingan dan kinerja atribut,
dan analisis kepuasan konsumen.
Produk
Dari hasil analisis tingkat kepentingan dan kinerja atribut menunjukkan
bahwa tidak ada atribut belimbing Dewa yang masuk ke dalam kuadran I dan
menjadi prioritas utama yang harus diperbaiki oleh para petani atau produsen
belimbing Dewa dan para pedagang atau penjual belimbing Dewa karena atribut
tersebut dinilai penting oleh responden tetapi kinerjanya belum maksimal, hal ini
disebabkan karena para responden menilai bahwa atribut-atribut belimbing Dewa
untuk saat ini masih mempunyai kinerja yang baik karena belimbing Dewa dinilai
mempunyai banyak kelebihan jika dibandingkan dengan belimbing varietas lain.
Oleh karena itu, akan lebih baik apabila para petani atau produsen belimbing
Dewa dan para pedagang atau penjual belimbing Dewa melakukan perbaikan atau
meningkatkan kinerja dari atribut-atribut yang masuk ke dalam kuadran III
(prioritas rendah) seperti warna belimbing Dewa, bentuk belimbing Dewa, tekstur
belimbing Dewa, tingkat kematangan belimbing Dewa, fungsi kemasan, aroma
belimbing Dewa, harga belimbing Dewa, dan pemberian potongan harga/diskon.
Dengan adanya perbaikan atau peningkatan kinerja dari atribut-atribut tersebut,
diharapkan para konsumen belimbing Dewa akan lebih tertarik dan memilih
belimbing Dewa sebagai buah yang akan mereka konsumsi. Strategi yang perlu
dilakukan untuk mengembangkan atribut-atribut belimbing Dewa seperti ukuran
belimbing Dewa, bobot belimbing Dewa, kesegaran belimbing Dewa, rasa
belimbing Dewa, nilai gizi/nutrisi belimbing Dewa, khasiat belimbing Dewa, dan
tanpa bahan pengawet adalah cukup mempertahankan prestasinya seperti sekarang
ini. Strategi ini diambil dari hasil analisis tingkat kepentingan dan kinerja atribut
yang menempatkan atribut-atribut tersebut ke dalam kuadran II (pertahankan
prestasi), hal tersebut menunjukan bahwa tingkat kepentingan dan kinerja dari
atribut-atribut tersebut dinilai tinggi oleh konsumen. Sedangkan dari segi
kepuasan konsumen, konsumen merasa sangat puas terhadap atribut-atribut
tersebut.
75
Salah satu strategi menarik yang dapat dilakukan adalah memenuhi
kebutuhan ekspor untuk komoditas belimbing Dewa, sehingga dengan begitu
komoditas belimbing Dewa tidak hanya dikenal oleh konsumen dalam negeri
tetapi juga akan dikenal oleh konsumen luar negeri karena dari penilaian tingkat
kepentingan dan kinerja atribut ketersediaan belimbing Dewa berada pada
kuadran IV (berlebihan). Walaupun untuk saat ini kebutuhan belimbing Dewa
untuk dalam negeri masih belum dapat memenuhi permintaan konsumen secara
maksimal, namun diharapkan untuk beberapa tahun ke depan belimbing Dewa
dapat memenuhi permintaan ekspor. Selain itu, strategi menarik lainnya yang
dapat dilakukan adalah membuat inovasi-inovasi produk dari hasil olahan
belimbing Dewa seperti dodol, minuman sari buah segar, keripik, dan lain
sebagainya. Strategi-strategi tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah
dari belimbing Dewa dan dapat memotivasi UMKM-UMKM di bidang
hortikultura yang ada di Kota Depok untuk terus berkembang.
Harga
Atribut harga belimbing Dewa dinilai biasa saja oleh responden, hal ini
diperoleh dari hasil analisis tingkat kepentingan dan kinerja atribut yang
menunjukan bahwa atribut harga belimbing Dewa berada pada kuadran III
(prioritas rendah) yang berarti kinerjanya biasa saja dan responden juga
mengangapnya tidak terlalu penting. Harga belimbing Dewa sebenarnya cukup
mahal jika dibandingkan dengan harga belimbing varietas lain, namun karena
belimbing Dewa mempunyai banyak manfaat lebih responden menilai hal tersebut
wajar. Hal tersebut menjadikan responden mempunyai sikap baik terhadap atribut
harga belimbing Dewa.
Dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa responden cukup setia dengan
belimbing Dewa, sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka tetap akan
membeli belimbing Dewa walaupun belimbing Dewa mengalami kenaikan harga.
Akan tetapi sebaiknya kebijakan kenaikan harga tidak perlu dilakukan karena
harga merupakan salah satu faktor yang cukup sensitif bagi konsumen.
Distribusi
Ketersediaan belimbing Dewa di pasaran dinilai berlebihan oleh
responden, responden dapat membeli belimbing Dewa di berbagai tempat seperti
pasar tradisional, toko buah, supermarket, dan pedagang pengecer. Selain itu,
konsumen juga dapat membeli belimbing Dewa dari petani secara langsung jika
konsumen ingin mendapatkan belimbing Dewa yang segar dari hasil pemetikan
langsung dari pohon. Ketersediaan belimbing Dewa yang ada di Kota Depok
diharapkan dapat memenuhi permintaan konsumen dalam negeri maupun luar
negeri, karena untuk saat ini pemerintah Kota Depok belum dapat memenuhi
permintaan ekspor untuk komoditas belimbing Dewa. Hal ini disebabkan karena
banyaknya lahan penanaman belimbing Dewa yang sudah beralih fungsi menjadi
gedung perkantoran, apartemen, dan perumahan.
Sebelum meningkatkan jaringan distribusi belimbing Dewa ke luar negeri,
akan lebih baik apabila jaringan distribusi dalam negeri sudah lebih dahulu
ditingkatkan. Para pedagang atau penjual belimbing Dewa dapat memanfaatkan
hal tersebut, mereka dapat menjual belimbing Dewa di luar Kota Depok dengan
cara membuka cabang usaha atau mitra bisnis. Dengan adanya peningkatan
76
jaringan distribusi tersebut, diharapkan bisa menjadi alternatif untuk memperkuat
distribusi komoditas belimbing Dewa sehingga komoditas ini dapat terus
dikembangkan dan dikenal di seluruh Indonesia maupun di seluruh dunia.
Promosi
Promosi menjadi suatu hal yang terpenting dalam memasarkan suatu
produk/jasa, karena dengan melalui promosi konsumen dapat memperoleh
informasi tentang suatu produk/jasa ataupun mengenai kebijakan pemasaran yang
dilakukan oleh para pemasar atau para pelaku usaha. Dari data yang diperoleh
didapatkan bahwa media informasi menjadi salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap pembelian belimbing Dewa, media informasi yang dinilai konsumen
mempunyai pengaruh dalam proses keputusan pembelian belimbing Dewa adalah
media elektronik.
Salah satu cara untuk menarik konsumen agar mengkonsumsi belimbing
Dewa adalah dengan adanya promosi pemberian potongan harga/diskon,
konsumen biasanya lebih senang apabila produk/jasa yang mereka inginkan
mendapatkan potongan harga/diskon karena dengan begitu konsumen tidak perlu
mengeluarkan uang sesuai dengan harga normal sehingga konsumen dapat
menghemat pengeluaran tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan, dapat diambil
kesimpulan di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Sebagian besar responden belimbing Dewa berjenis kelamin laki-laki dengan
rentang usia antara 28-38 tahun, memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 5
orang, pendidikan terakhir/yang sedang ditempuh oleh responden adalah
sarjana (S1), status pernikahan responden sebagian besar adalah menikah,
sebagian besar responden bekerja sebagai pegawai swasta dan memiliki
pendapatan rata-rata per bulan antara Rp 3.500.000-Rp 4.499.999, sebagian
besar responden mengkonsumsi belimbing Dewa sebanyak 1 kali setiap
bulannya, dan membeli belimbing Dewa kurang dari Rp 50.000 setiap
bulannya. Pada penelitian ini, responden dipengaruhi oleh budaya, anggota
keluarga, situasi atau waktu pembelian, pendapatan, pengetahuan tentang
belimbing Dewa, gaya hidup, dan media informasi dalam proses pengambilan
keputusan pembelian belimbing Dewa. Promosi penjualan seperti pemberian
potongan harga atau diskon mempunyai peran yang sangat besar dalam
mempengaruhi konsumen untuk mengkonsumsi belimbing Dewa. Alasan
konsumen mengkonsumsi belimbing Dewa adalah sebagai pengganti buah lain,
sebagian besar responden memilih membeli belimbing Dewa di pasar
tradisional. Hal ini disebabkan karena pasar tardisional lokasinya dekat dengan
tempat tinggal/sekolah/kampus/kantor responden, selain itu harga belimbing
Dewa di pasar tradisional relatif lebih murah jika dibandingkan dengan
membeli di supermarket dan toko buah. Sebagian besar responden pergi
77
berbelanja tidak hanya untuk membeli belimbing Dewa tetapi juga berbelanja
barang lain. Jika belimbing Dewa mengalami kenaikan harga, maka responden
memutuskan untuk tetap membeli belimbing Dewa.
2. Berdasarkan hasil analisis tingkat kepentingan dan kinerja atribut, didapatkan
bahwa atribut yang dinilai penting oleh responden dan kinerjanya sudah
memenuhi keinginan responden serta diharapkan dapat dipertahankan
prestasinya adalah ukuran belimbing Dewa, bobot belimbing Dewa, kesegaran
belimbing Dewa, rasa belimbing Dewa, nilai gizi/nutrisi belimbing Dewa,
khasiat belimbing Dewa, dan tanpa bahan pengawet. Sedangkan atribut-atribut
yang dinilai oleh responden kurang terlalu penting dan kinerjanya juga biasa-
biasa saja tidak terlalu istimewa adalah warna belimbing Dewa, bentuk
belimbing Dewa, tekstur belimbing Dewa, tingkat kematangan belimbing
Dewa, fungsi kemasan, aroma belimbing Dewa, harga belimbing Dewa, dan
pemberian potongan harga/diskon. Atribut-atribut yang dinilai kurang terlalu
penting dan kinerjanya tidak terlalu istimewa tersebut merupakan atribut-
atribut yang masuk ke dalam kuadran prioritas rendah. Sisanya yaitu atribut
ketersediaan belimbing Dewa merupakan atribut yang dinilai responden masuk
ke dalam kuadran berlebihan karena responden menilai bahwa ketersediaan
belimbing Dewa di pasaran khususnya di Kota Depok sudah lebih dari cukup.
Pada penelitian ini tidak ada atribut belimbing Dewa yang dinilai responden
masuk ke dalam kuadran prioritas utama, hal ini disebabkan karena responden
menilai bahwa atribut-atribut belimbing Dewa untuk saat ini masih mempunyai
kinerja yang baik dan belimbing Dewa dinilai mempunyai banyak kelebihan
jika dibandingkan dengan belimbing varietas lain.
3. Dari hasil analisis kepuasan konsumen dengan menggunakan Customer
Satisfaction Index (CSI), didapatkan bahwa responden secara keseluruhan
sangat puas terhadap komoditas belimbing Dewa.
4. Rekomendasi kebijakan strategi pemasaran mengacu pada analisis deskriptif,
analisis tingkat kepentingan dan kinerja atribut, dan analisis kepuasan
konsumen. Untuk bauran produk para petani maupun produsen belimbing
Dewa diharapkan dapat melakukan peningkatan pada kinerja dari atribut-
atribut belimbing Dewa yang masuk ke dalam kuadran prioritas rendah dengan
melakukan penelitian lebih lanjut supaya dapat membuat para konsumen
belimbing Dewa lebih tertarik untuk mengkonsumsi belimbing Dewa. Selain
itu, para pemasar/pelaku usaha diharapkan juga dapat melakukan inovasi-
inovasi baru dari pemanfaatan belimbing Dewa seperti membuat dodol,
minuman sari buah segar, keripik, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk
bauran harga, para pemasar/pelaku usaha diharapkan cukup mempertahankan
harga belimbing Dewa saat ini. Untuk bauran distribusi diharapkan para
pemasar/pelaku usaha dapat memenuhi permintaan konsumen dalam negeri
maupun luar negeri, hal ini disebabkan karena ketersediaan belimbing Dewa
dinilai responden sebagai atribut yang masuk ke dalam kuadran berlebihan.
Bauran promosi seperti pemberian potongan harga/diskon perlu ditingkatkan
lagi kinerjanya walaupun tidak menjadi prioritas utama, hal ini disebabkan
karena konsumen biasanya lebih senang jika mereka bisa membeli suatu
produk/jasa tanpa harus mengeluarkan uang sesuai dengan harga normal
produk/jasa tersebut karena dengan begitu mereka dapat menghemat
pengeluaran mereka melalui pemberian potongan harga/diskon tersebut.
78
Saran
Berdasarkan hasil dari analisis penelitian ini, ada beberapa saran yang
dapat dijadikan rekomendasi bagi para pelaku usaha belimbing Dewa, di
antaranya adalah sebagai berikut:
1. Dari segi produk/komoditas disarankan para petani maupun produsen
belimbing Dewa melakukan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan kinerja
dari atribut-atribut belimbing Dewa yang masuk ke dalam kuadran prioritas
rendah, dengan melakukan peningkatan kinerja tersebut diharapkan belimbing
Dewa dapat membuat konsumen lebih tertarik untuk mengkonsumsi belimbing
Dewa. Selain itu, para pemasar/pelaku usaha disarankan dapat terus
mengembangkan dan memanfaatkan belimbing Dewa sebaik mungkin dengan
cara membuat inovasi-inovasi baru seperti membuat dodol belimbing,
minuman sari buah segar, keripik belimbing, dan lain sebagainya. Dengan
melakukan inovasi-inovasi tersebut, diharapkan para pemasar/pelaku usaha
belimbing Dewa dapat memperoleh keuntungan lebih dibandingkan jika
mereka hanya menjual belimbing Dewa dalam bentuk buah segar. Selain itu,
para pemasar/pelaku usaha juga dapat memajukan industri UMKM di bidang
hortikultura dan dapat meningkatkan jumlah pendapatan daerah ataupun
pendapatan negara. Para konsumen juga dapat merasakan keuntungan dari
inovasi-inovasi baru tersebut, konsumen tidak akan cepat merasa bosan dalam
mengkonsumsi belimbing Dewa karena konsumen dapat mengkonsumsi
belimbing Dewa tidak hanya dalam bentuk buah segar tetapi konsumen juga
dapat menikmati belimbing Dewa dalam bentuk berbagai macam produk
seperti dodol, minuman sari buah segar, keripik, dan lain sebagainya. Dengan
adanya inovasi-inovasi produk tersebut konsumen yang tidak suka
mengkonsumsi buah segar juga dapat memperoleh manfaat dari belimbing
Dewa karena belimbing Dewa mempunyai kandungan gizi/nutrisi dan khasiat
yang sangat baik untuk kesehatan tubuh dan mampu menyembuhkan berbagai
macam penyakit seperti darah tinggi, diabetes, sariawan,dan lain sebagainya.
2. Dari segi harga disarankan para pemasar/pelaku usaha belimbing Dewa tetap
mempertahankan harga belimbing Dewa saat ini, hal ini disebabkan karena
harga belimbing Dewa yang dijual di pasaran saat ini sebenarnya sudah
tergolong mahal untuk harga buah lokal. Namun karena belimbing Dewa
banyak mengandung manfaat lebih bagi konsumen, para konsumen tersebut
tidak mempermasalahkannya dan menganggap harga belimbing Dewa yang
mahal tersebut sebagai suatu kewajaran. Walaupun konsumen memutuskan
akan tetap membeli belimbing Dewa meskipun belimbing Dewa mengalami
kenaikan harga, namun ada baiknya apabila para pemasar/pelaku usaha tidak
perlu menaikkan harga karena harga merupakan salah satu faktor yang cukup
sensitif bagi konsumen.
3. Dari segi distribusi disarankan para pemasar/pelaku usaha belimbing Dewa
perlu menjaga kelancaran jaringan distribusi belimbing Dewa saat ini, karena
dengan begitu ketersediaan belimbing Dewa di pasaran dapat terus terjaga dan
stabil. Selain itu, para pemasar/pelaku usaha juga perlu melakukan peningkatan
dan pengembangan jaringan distribusi. Hal ini disebabkan karena ketersediaan
belimbing Dewa di pasaran khususnya di Kota Depok dinilai konsumen sudah
berlebihan. Dengan melakukan peningkatan dan pengembangan jaringan
79
distribusi belimbing Dewa, para pemasar/pelaku usaha dapat memenuhi
permintaan konsumen dalam negeri maupun luar negeri karena dari data yang
didapat sebenarnya belimbing Dewa sudah ada permintaan untuk ekspor ke
luar negeri. Namun karena permintaan dalam negeri belum dapat dipenuhi
seluruhnya, untuk saat ini para pemasar/pelaku usaha belum menyanggupi
permintaan untuk ekspor tersebut. Dengan adanya peningkatan dan
pengembangan jaringan distribusi ke luar negeri, diharapkan belimbing Dewa
dapat meningkatkan pendapatan devisa negara.
4. Dari segi promosi disarankan para pemasar/pelaku usaha belimbing Dewa
dapat mempromosikan belimbing Dewa melalui media elektronik maupun
media cetak, karena untuk saat ini para pemasar/pelaku usaha belimbing Dewa
masih kurang mempromosikan belimbing Dewa dengan menggunakan kedua
media informasi tersebut. Dengan adanya promosi belimbing Dewa di media
informasi manapun, konsumen dapat dengan mudah mengenal belimbing Dewa
dan diharapkan promosi tersebut dapat membuat konsumen tertarik untuk
mengkonsumsi belimbing Dewa. Selain itu, pemberian potongan harga/diskon
juga harus sering dilakukan oleh para pemasar/pelaku usaha belimbing Dewa
karena pemberian potongan harga/diskon merupakan salah satu cara untuk
menarik perhatian konsumen agar konsumen mau mengkonsumsi belimbing
Dewa. Dengan adanya promosi pemberian potongan harga/diskon, konsumen
biasanya lebih senang apabila produk/jasa yang mereka inginkan mendapatkan
potongan harga/diskon karena dengan begitu konsumen tidak perlu
mengeluarkan uang sesuai dengan harga normal sehingga konsumen dapat
menghemat pengeluaran tersebut.
Penelitian mengenai kepuasan konsumen ini melihat strategi pemasaran
dari sudut pandang para produsen/petani belimbing Dewa ataupun para
pemasar/pelaku usaha belimbing Dewa serta penilaian perilaku konsumen
terhadap atribut-atribut belimbing Dewa. Sangat bijak apabila para
produsen/petani dan para pemasar/pelaku usaha belimbing Dewa mau
menyesuaikan kebijakan yang sudah diterapkan dengan hasil penelitian perilaku
konsumen ini. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai brand image atau
persepsi konsumen belimbing Dewa serta kaitannya dengan loyalitas konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
[Anonim] http://agengamat.obat-alami.net/artikel/manfaat-buah-belimbing.html
[diakses pada tanggal 5 September 2012].
[Anonim] http://IkonKotaDepokPortalBeritaResmiPemerintahKotaDepok.html
[diakses pada tanggal 15 April 2013].
[Anonim] http://kitabherba.blogspot.com/2012/03/khasiat-belimbing-manis.html
[diakses pada tanggal 5 September 2012].
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Produksi Belimbing
(Ton)Berdasarkan Provinsi pada Tahun 2009-2012. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Produksi Buah-buahan (Ton) di
Indonesia Tahun 2008-2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
80
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Perkiraan Permintaan Buah-buahan di
Indonesia pada Tahun 1995-2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Dinas Pertanian Kota Depok. 2013. Perkembangan Produksi Buah-buahan
Unggulan di Kota Depok Tahun 2006-2012. Depok: Dinas Pertanian.
Dinas Pertanian Kota Depok. 2014. Jumlah Konsumsi Belimbing Dewa (Ton) di
Kota Depok Tahun 2007-2013. Depok:Dinas Pertanian.
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2013. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB)
Hortikultura di Indonesia Berdasarkan Harga Berlaku (Milyar Rupiah)
Periode 2008-2012. Jakarta: Direktorat Jenderal Hortikultura.
Engel, James F, et al. 1994. Perilaku KonsumenEdisi Keenam Jilid I. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Engel, James F, et al. 1995. Perilaku Konsumen Edisi Keenam Jilid II. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Hasugian, Herry. 2009. Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Warung Bakso
Cakman Kota Bogor Buka 24 Jam [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Edisi Milenium. Jakarta: Indeks.
Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Jilid 2. Edisi Milenium. Jakarta: Indeks.
Mandasari V, Tama Bayu A. 2011. AnalisisKepuasanKonsumen Terhadap
Restoran Waroeng Taman di Kota Bogor. Jurnal Generic Vol. 6, No. 1,
Januari 2011: 25-28.
Nazir, M. 2010. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Rangkuti, F. 2006. Measuring Customer Satisfaction: Teknik Mengukur dan
Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan Plus Analisis Kasus PLN-JP.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Rangkuti, F. 2013. Customer Service Satisfaction and Call Center Berdasarkan
ISO 9001. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Samuel H, Foedjiawati. 2005.Analisis Proses Keputusan Pembelian dan
Kepuasan Konsumen Restoran Bumbu Desa Bogor. Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan Vol. 7, No. 1, Maret 2005: 74-82.
Schiffman, G. Leon dan Kanuk, L. Leslie. 2004. Perilaku Konsumen. Jakarta: PT
Indeks Kelompok Gramedia.
Setiadi, Nugroho J. 2003. Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk
Strategi dan Penelitian Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Setiadi, Nugroho J. 2010. Perilaku Konsumen: Perspektif Kontemporer pada
Motif, Tujuan, dan Keinginan Konsumen. Edisi Revisi. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Simamora, B. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Sumarwan, U. 2002. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
Umar, H. 2003. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Widyaratna T, Danny, Chandra F. 2001. Analisis Kepuasan dan Loyalitas
Konsumen Terhadap Tingkat Penjualan Buah Apel Lokal di Kota Malang.
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol. 3, No. 2, September 2001: 85-
95.
81
Wijaya, Hamid. 2007. Standar Operasional Prosedur Belimbing Dewa Kota
Depok. Depok: Dinas Pertanian Kota Depok.
82
Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian.
a) Carrefour Depok.
b) Pasar Depok Lama.
83
84
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 8 Maret 1989, sebagai anak
ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Hilman (Almarhum) dan Ibu
Rosmala Dewi Handayani.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Serengseng Sawah
04 Pagi Jakarta pada tahun 2001, pendidikan menengah pertama diselesaikan pada
tahun 2004 di SMP Negeri 41 Jakarta, dan pendidikan menengah atas di SMA
Negeri109 Jakarta yang diselesaikan pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis
diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI), dan pada tahun 2007 penulis diterima pada Departemen Agribisnis,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Selama mengikuti pendidikanpenulis tercatat sebagai anggota Himpunan
Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA), staf Penanggung Jawab
Anggota Keluarga (PJAK) pada kegiatan Masa Perkenalan Fakultas Ekonomi dan
Manajemen tahun 2009, staf Penanggung Jawab Anggota Keluarga (PJAK) pada
kegiatan Masa Perkenalan Departemen Agribisnis tahun 2009, dan staf
sponsorship pada kegiatan Agribusiness Management Leadership and
Entrepreneurship Training (Agrimeet) 2009.
79