analisis kemampuan penalaran generalisasi …

92
ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN GENERALISASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII MTs ANNAJAH PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Gelar Sarjana Pendidikan Disusun oleh: IMAM SUPANDI 1110017000105 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017M/1438H

Upload: others

Post on 15-Mar-2022

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN GENERALISASI

MATEMATIS SISWA KELAS VIII MTs ANNAJAH PADA

MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun oleh:

IMAM SUPANDI

1110017000105

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017M/1438H

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : IMAM SUPANDI

NIM : 1110017000105

Jurusan : Pendidikan Matematika

AngkatanTahun : 2010

Alamat : Jl. Adhi Karya No. 61B Rt. 006/05 Kedoya Selatan,

Kebon Jeruk, Jakarta Barat

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Analisis Kemampuan Penalaran

Generalisasi Matematis Siswa Kelas VIII MTs Annajah Pada Materi

Segitiga dan Segiempat dalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan

dosen:

1. Nama : Dr. Lia Kurniawati, M.Pd

NIP : NIP. 19760521 200801 2 008

Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika

2. Nama : Gusni Satriawati, M.Pd

NIP : NIP 19780809 200801 2 032

Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap

menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa kripsi ini bukan hasil

karya sendiri.

Jakarta, 28 Juli 2017

Yang Menyatakan

Imam Supandi

i

ABSTRAK

IMAM SUPANDI (1110017000105), ”Analisis Kemampuan Penalaran

Generalisasi Matematis Siswa MTs Annajah Pada Materi Segitiga dan

Segiempat”, Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Juli 2017.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kemampuan penalaran

generalisasi matematis siswa. Penelitian ini dilakukan di MTs Annajah Tahun

Ajaran 2017/2018. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

analisis deskriptif, yang melibatkan 100 siswa sebagai subjek penelitian.

Instrumen tes kemampuan penalaran generalisasi matematis siswa yang

digunakan sebanyak 5 soal berbentuk uraian.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa nilai rata-rata hasil tes

kemampuan penalaran generalisasi matematis siswa adalah sebesar 41,80.

Kesimpulan hasil penelitian ini adalah kemampuan penalaran generalisasi

matematis siswa secara keseluruhan masih tergolong rendah dengan rata-rata skor

yaitu 41,80.

Kata kunci: Analisis Kemampuan Penalaran Generalisasi Matematis Siswa

ii

ABSTRACT

IMAM SUPANDI (1110017000105), “The Student’s Mathematical

Generalization Skills Annalysis in MTs Annajah”. Thesis Department of

Mathematics Education, Faculty of Tarbiya and Educational Sciences, Syarif

Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2017.

The purpose of this research is to analyze the students’ mathematical

generalization skills. The research was conducted at MTs Annajah Jakarta

Selatan, for academic year 2017/2018. The method used in this research was

descriptive annalysis, involved 100 students as sample. The instrument of

mathematical representation used was 5 essay test.

The results of research shows that the students’ mathematical

generalization skills mean score is 41,80 The conclusion of this research is that

the students’ mathematical generalization skill still relatively low with an average

score 41,80.

Key words: Annalysis, The Students’ Mathematical Generalization Skills

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang

telah memberikan kemudahan dan kekuatan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat dan salam semoga

tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penyelamat umat, pemberi

syafaat hingga hari kiamat.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari terbatasnya kemampuan

dan pengetahuan penulis. Namun, berkat dorongan serta masukan-masukan yang

positif dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Kadir, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Bapak Dr. Abdul Muin, S.Si, M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan

Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

4. Ibu Dra. Afidah Mas'ud, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu

memotivasi, bimbingan, arahan dan nasihat selama perkuliahan.

5. Ibu Dr. Lia Kurniawati, M.Pd, selaku pembimbing I yang selalu memberikan

bimbingan, pengarahan, waktu, nasihat dan semangat dalam penulisan skripsi

ini.

6. Ibu Gusni Satriawati, M.Pd., selaku pembimbing II yang selalu memberikan

bimbingan, pengarahan, waktu dan semangat dalam penulisan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada

penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu

berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

iv

8. Bapak Drs. H. Sam'unal Ghozi, M.M, selaku kepala sekolah MTs Annajah

Jakarta Selatan, yang telah banyak membantu penulis selama penelitian

berlangsung.

9. Ibu Kurnia Sari, S. Pd, selaku guru pamong tempat penulis mengadakan

penelitian.

10. Siswa dan siswi kelas VIII & IX MTs Annajah Jakarta Selatan yang telah

bersikap kooperatif selama penulis mengadakan penelitian.

11. Keluarga tercinta Ayahanda Mas'ud, Ibunda Imah yang tak henti-hentinya

mendoakan, melimpahkan kasih sayang dan memberikan dukungan moril dan

materil kepada penulis. Kakak tercinta Supriyadi dan Supiyan, serta semua

keluarga yang selalu mendoakan, mendorong penulis untuk tetap semangat

dalam mengejar dan meraih cita-cita.

12. Teman-teman seperjuangan jurusan Pendidikan Matematika Angkatan tahun

2010, kelas A, B, dan C yang selalu memberikan motivasi dan saling bertukar

informasi selama penulisan skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga ditunjukkan kepada semua pihak yang namanya

tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga bantuan, bimbingan, dukungan,

masukan, dan doa yang telah diberikan kepada penulis dapat diterima sebagai

suatu kebaikan yang diberkahi oleh Allah SWT. Aamiin yaa robbal’alamin.

Semoga Allah SWT menerima sebagai amal kebaikan atas jasa baik yang

diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak

terdapat kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari

berbagai pihak sangat dibutuhkan penulis di masa datang. Penulis mengharapkan

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya ataupun

mengkajinya.

Ciputat, 27 Juli 2017

Imam Supandi

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................... i

ABSTRACT ....................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL.............................................................................................. vi

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................... 5

C. Pembatasan Masalah .................................................................. 6

D. Perumusan Masalah ................................................................... 6

E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6

F. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7

BAB II: KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teoritik........................................................................ 8

1. Kemampuan Penalaran Generalisasi Matematis .................... 8

a. Pengertian Penalaran ......................................................... 8

b. Kemampuan Penalaran Generalisasi Matematis ............... 15

2. Pokok Bahasan Segitiga dan Segiempat ................................. 18

a. Segitiga............................................................................... 18

b. Segiempat ........................................................................... 25

B. Hasil Penelitian yang Relevan ..................................................32

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 33

B. Metode dan Desain Penelitian ..................................................... 33

C. Subjek Penelitian ......................................................................... 33

D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 34

E. Instrumen Penelitian ................................................................... 34

F. Teknik Analisis Data .................................................................. 41

v

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ...........................................................................44

B. Penyajian Data ............................................................................44

C. Pembahasan .................................................................................47

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................................57

B. Saran ............................................................................................57

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................59

LAMPIRAN .......................................................................................................61

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Generalisasi

Matematis .................................................................................... 35

Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Instrumen Tes Kemampuan Penalaran

Generalisasi Matematis Siswa .................................................... 36

Tabel 3.3 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Isi Kemampuan Generalisasi

Matematis .................................................................................... 37

Tabel 3.4 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ............................................... 38

Tabel 3.5 Rekapitulasi Reliabilitas Instrumen Tes Kemampuan

Generalisasi Matematis ............................................................... 38

Tabel 3.6 Klasifikasi Taraf Kesukaran pada Uji Coba Terbatas................. 39

Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Taraf Kesukaran pada Uji Coba Terbatas

(N = 34) ....................................................................................... 39

Tabel 3.8 Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda Soal ................................ 40

Tabel 3.9 Rekapitulasi Hasil Daya Pembeda pada Uji Coba Terbatas

(N = 34) ...................................................................................... 40

Tabel 3.10 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen ................................ 41

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kemampuan Penalaran Generalisasi

Matematis .................................................................................... 45

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Penalaran

Generalisasi Matematis .......................................................... 61

Lampiran 2 Pedoman Penskoran .............................................................. 62

Lampiran 3 Soal Intrumen tes ................................................................... 63

Lampiran 4 Kunci Jawaban Soal Instrumen Tes ....................................... 66

Lampiran 5 Hasil Uji Coba Terbatas Validitas Instrumen Tes

Kemampuan Matematis Siswa MTs Dengan Microsoft

Excel 2010 .............................................................................. 69

Lampiran 6 Hasil Uji Coba Terbatas Taraf Kesukaran Instrumen Tes

Kemampuan Penalaran Generalisasi Matematis Siswa

MTs Dengan Microsoft Excel 2010 Tes Kemampuan

Representasi Matematis Siswa ...............................................

.............................................................................................. 71

Lampiran 7 Hasil Uji Coba Terbatas Daya Pembeda Instrumen Tes

Kemampuan Penalaran Generalisasi Matematis Siswa

MTs Dengan Microsoft Excel 2010 Tes Kemampuan

Representasi Matematis Siswa ...............................................

.............................................................................................. 73

Lampiran 8 Hasil Tes Kemampuan Penalaran Generalisasi.................... 75

Lampiran 9 Surat Keterangan Melakukan Penelitian .............................. 78

Lampiran 10 Uji Referensi ........................................................................ 79

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Balakang Masalah

Di dalam Alquran, tepatnya pada surah Albaqarah ayat 30 dinyatakan

bahwa manusia diciptakan oleh Allah Swt. dengan mengemban tugas sebagai

khalifah di bumi. Khalifah dimaknai sebagai wakil Tuhan dalam mengurus

kehidupan di bumi. Seiring berkembangnya zaman semakin banyak dan rumit

problematika yang dihadapi manusia. Sebab itu pendidikan diyakini sebagai

program penyokong yang mampu membekali manusia dalam menghadapi

problem kehidupannya. Trianto mengungkapkan bhwa pendidikan yang mampu

mendukung pembangunan masa mendatang adalah pendidikan yang mampu

mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu

menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya.1 Dengan

demikian diperlukan pelaksanaan pendidikan yang relevan.

Rumusan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun

2003 Pasal 1, berbunyi:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.2

Muatan tersebut menunjukkan bahwa Indonesia sebagai negara kesatuan

yang menjadi bagian dari segenap bangsa di dunia berpartisipasi melaksanakan

agenda pendidikan. Pendidikan nasional yang dijalankan Indonesia fungsinya

sebagai pengembang dan pembentuk watak dan peradaban bangsanya.

1 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Penerbit

Kencana, 2013), h. 1 2 https://kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf (diakses pada 27 juli 2017 pukul

20.45)

2

Pembelajaran di sekolah merupakan bagian dari program penting yang

menjadi bentuk implementasi pendidikan nasional. Salah satu komponen dari

serangkaian mata pelajaran yang diajarkan di sekolah adalah matematika. Sebagai

mata pelajaran yang wajib diajarkan di sekolah mulai tingkat dasar sampai

menegah berdasarkan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Pasal 37, matematika

merupakan salah satu bidang ilmu dasar yang memiliki peranan penting dalam

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagaimana diketahui bahwa

dewasa ini perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dilandasi oleh

perkembangan matematika antaranya teori bilangan, aljabar, analisis rill, teori

peluang dan matematika diskrit. Dengan demikian maka dalam pengembangan

teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Sinaga mengungkapkan bahwa metematika merupakan pengetahuan yang

esensial sebagai dasar untuk bekerja seumur hidup dalam abad globalisasi. Karena

itu penguasaan tingkat tertentu terhadap matematika diperlukan bagi semua siswa

agar kelak dalam hidupnya memungkinkan untuk mendapatkan pekerjaan yang

layak karena abad globalisasi, tiada pekerjaan tanpa matematika. 3

Berangkat dari

ungkapan tersebut penulis berpendapat bahwa matematika merupakan ilmu yang

bersifat universal dan yang mendasari perkembangan teknologi modern yang

berkontribusi penting dalam berbagai bidang kehidupan. Dengan demikian

perkembangan pembelajaran matematika yang dapat memajukan daya nalar

manusia haruslah sejalan dengan kebutuhan masyarakat yang semakin

berkembang,

Opini yang sungguh disayangkan sampai saat ini metematika dikenal

sebagai mata pelajaran yang sukar, tidak menyenangkan bahkan momok yang

menakutkan. Hal tersebut dapat jumpai pada masih banyak siswa yang mengalami

kesulitan-kesulitan dalam mengerjakan soal-soal matematika. Marti

mengungkapkan bahwa meskipun matematika dianggap memiliki tingkat

kesulitan yang tinggi, namun setiap orang harus mempelajarinya karena

3 Yenny Meidawati, "Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP", Jurnal Pendidikan, Vol.

1, 2014, h. 2

3

merupakan sarana untuk memecahkan masalah sehari-hari.4 Oleh karena itu setiap

peserta didik tetap wajib mempelajari matematika walapun berbagai kesulitan

dihadapinya.

Fakta yang menguatkan opini tersebut dapat dilihat melalui hasil studi

TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Studies) yang diadakan

tiap empat tahun sekali, bahwa pada tahun 2011 nilai rata-rata siswa Indonesia

pada pelajaran matematika adalah 386.5 TIMSS mengkategorikan nilai 400 adalah

rendah, itu artinya pada tahun 2011 nilai rata-rata siswa Indonesia pada pelajaran

matematika dalam lingkup Internasional termasuk dalam tahapan rendah. Hal

serupa juga ditemukan dari data PISA (Program for International Student

Assessment) pada tahun 2012 Indonesia menempati urutan ke-64 dari 65 negara

yang ikut serta dengan ratap-rata skor 375, sementara rata-rata skor internasional

adalah 494.6 Hal itu menunjukkan bahwa level kemampuan matematika siswa

Indonesia masih tergolong rendah dalam lingkup Internasional.

Selain sekelumit data tersebut, peneliti juga menemukan fakta di lapangan.

Peneliti melakukan pra-penelitian berupa observasi dan melakukan wawancara

kepada seorang guru matematika di MTs. Annajah Jakarta Selatan. Berdasarkan

hasil observasi awal dan wawancara kepada seorang guru matematika kelas VII di

sekolah tersebut, peneliti mendapatkan keterangan bahwa kemampuan siswa

dalam pembelajaran mengalami kesulitan dalam hal penalaran generalisasi

matematis pada materi bangun datar segitiga dan segi empat. Selain itu, peneliti

juga diberikan data hasil nilai UAS (Ulangan Akhir Semester) kelas VII sebelum

diadakan remedial, ternyata hasilnya kurang memuaskan. Diketahui hampir

melebihi 50 % jumlah siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM. Dari data

tersebut dapat diasumsikan bahwa kemampuan siswa dalam pembelajaran

matematika masih minim khususnya pada kemampuan penalaran generalisasi.

Berdasarkan yang tercantum dalam Principles and Standards for School

4 Rostina, Media dan Alat peraga Dalam Pembelajaran Matematika, (Bandung: Penerbit

Alfabeta, 2014), h. 2. 5 Ina V. S et ak., TIMSS 2011 International Result in Mathematics, (USA: TIMSS &

PIRLS International Study Center, 2012), h. 56. 6 Angel Gurria, Program for International Student Assessment 2012 Result and Focus:

What 15-Year-Olds Know And They Can Do With What They Know, (Turkey: OECD, 2014), h.7

4

Mathematics (NTCM, 2000), ada lima standar proses pembelajaran matematika

yang harus dimiliki oleh siswa, yaitu: (1) pemecahan masalah (problem solving);

(2) penalaran dan pembuktian (reasoning and proof); (3) koneksi (connections);

(4) komunikasi (communication); (5) representasi (representation).7 Panalaran

adalah salah satu dari lima standar proses pembelajaran tersebut. Dengan

demikian penalaran tipe generalisasi adalah suatu hal yang mesti dikuasai dan

dikembangkan oleh siswa dalam penguasaan mata pelajaran matematika.

Mengenai penalaran matematis, Priatna memperoleh temuan bahwa

kualitas kemampuan penalaran (generalisasi) matematika siswa masih rendah

karena skornya hanya 50% dari skor ideal.8 Sumarmo (1987) juga

mengungkapkan bahwa kemampuan penalaran matematis siswa baik secara

keseluruhan maupun dikelompokkam menurut tahap kognitifnya, skor

kemampuan penalaran matematis siswa masih rendah.9 Berdasarkan uraian

tersebut, bahwa kemampuan penalaran matematis siswa masih tergolong rendah

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tujuan yang ingin

dicapai melalui pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar dan

menengah adalah:10

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep

dan mengaplikasikan konsep atau logaritma secara luwes, akurat,

efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah;

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat 'generalisasi', menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan peryantaan matematika;

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh;

7 The National Council of Teachers of Mathematics, Principles and Standards for School

Mathematics, (USA: NCTM, 2000), h.7. 8 Ira Wulandari, Peningkatan Generalisasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas

Melalui Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing, (repository.upi.edu, 2013) 9 Ibid.,

10 Depdiknas, Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika, (Jakarta: Badan

Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, 2007), h.4.

5

4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media

lain untuk memperjelas keadaan atau masalah;

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam

mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam

pemecahan masalah.

Uraian tersebut secara implisit menyatakan bahwa salah satu orientasi

pembelajaran matematika yang harus diperhatikan adalah kemampuan penalaran

'generalisasi'.

Menurut Hudojo, matematika merupakan kegiatan mental yang tinggi dan

berkenaan dengan ide-ide/konsep-konsep yang tersusun secara hirarkis dan

penalarannya bersifat deduktif.11

Selain itu, Dewanto menyatakan bahwa

matematika adalah suatu kegiatan sosial yang alamiah dalam suatu komunitas

metematikawan, yang terlibat dalam pola-pola yang sistematis berdasarkan

observasi mempelajari dan mencoba, dan kemudian menentukan prinsip-prinsip

dari suatu sistem, mendefinisikan secara aksiomatik, teoritik, atau mengabstraksi

dunia nyata ke dalam model sebuah sistem.12

Uraian tersebut memberikan

kesimpulan bahwa dalam proses pembelajaran matematika peserta didik mesti

terlibat aktif guna mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti terdorong untuk

melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kemampuan Penalaran

Generalisasi Matematis Siswa VIII MTs Annajah pada materi Segitiga dan

Segiempat”.

B. Identifikasi Masalah

Uraian latar belakang masalah tersebut diatas sebagai dasar mengutarakan

berbagai permasalahan yang mana dapat diidentifikasi sebagai berikut:

11

http://eprints.uny.ac.id/52018/3/BAB%20II.pdf 12

Mukhtar, Kemampuan Abstraksi Dan Generalisasi Matematis Siswa Sekolah

Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan Metaphorical thinking,

(respository.upi.edu, 2013)

6

1. Secara umum kompetensi siswa Indonesia pada pelajaran matematika di

tingkat dunia masih terletak pada kategori rendah.

2. Lemahnya kemampuan penalaran tipe generalisasi matematis siswa SMP

pada pemahaman materi segitiga dan segiempat.

C. Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas pemahaman tentang variabel-variabel yang terkait dalam

penelitian ini, maka dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini terbatas pada kemampuan generalisasi matematis siswa pada

materi bangun datar segitiga dan segiempat khususnya terkait menghitung

luas dan keliling.

2. Pembahasan kemampuan penalaran generalisasi matematis siswa pada

setiap soal.

3. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VIII di MTs Annajah Jakarta

Selatan pada semester ganjil yahun ajaran 2017/2018.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, maka dapat

dirumuskan permasalahan pokok yang akan dijadikan bahan kajian dalam karya

tulis ini secara lebih lanjut, yaitu "Bagaimana kemampuan penalaran generalisasi

matematis siswa pada materi bangun datar segitiga dan segiempat?"

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas penulis mengarahkan penelitian ini

untuk memperoleh tujuan yaitu mengetahui dan menganalisis kemampuan

penalaran generalisasi matematis siswa pada materi segitiga dan segiempat

khususunya terkait menghitung luas dan keliling.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak yang terkait, yaitu:

7

a. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat memberikan sumbangsih dalam mengetahui

kemampuan penalaran siswa dalam pembelajaran matematika.

b. Bagi Guru

Penelitian ini sebagai bahan rujukan untuk menentukan alternatif guru

dalam kegiatan pembelajaran matematika yang dapat diterapkan guna

meningkatkan kemampuan penalaran generalisasi matematis siswa.

c. Bagi Siswa

Penelitian ini dapat dapat mengetahui kemampuan penalaran generalisasi

matematis siswa.

d. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan pada penelitian selanjutnya

terkait kemampuan penalaran generalisasi matematis.

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teoritik

1. Kemampuan Penalaran Generalisasi Matematis

a. Pengertian Penalaran

Matematika merupakan ilmu yang di peroleh dengan cara bernalar, hal ini

bukan berarti disiplin ilmu lain dalam memperoleh hasilnya tidak menggunakan

penalaran, namun dalam bidang matematika lebih menekankan penalaran dalam

memperoleh hasil1. Adapun untuk disiplin ilmu yang tidak ada hubungan dengan

matematika, dalam memperoleh hasilnya lebih didapatkan berdasarkan

pengamatan atau observasi.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata "mampu" mempunyai arti

“kuasa, bisa, dapat, dan sanggup untuk melakukan sesuatu”. Sedangkan

„kemampuan‟ yaitu “kesanggupan, kekuatan, dan kecakapan seseorang dalam

melakukan sesuatu”2. Dengan demikian, kemampuan adalah kecakapan seseorang

secara individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan beragam tugas dalam

suatu pekerjaannya.

Seseorang dikatakan memiliki kemampuan jika ia sanggup melakukan

sesuatu yang memang harus dilakukannya. Dalam kehidupan sehari-hari tanpa

disadari kita biasanya menggunakan kemampuan berpikir kita untuk bernalar.

Orang yang bernalar akan taat pada aturan logika. Dalam logika dipelajari aturan-

aturan atau patokan-patokan yang harus diperhatikan untuk berpikir dengan tepat,

teliti dan teratur dalam mencapai kebenaran secara rasional.

1 repo.iain-tulungagung.ac.id/1551/4/BAB%202.docx

2 http://kbbi.web.id/mampu, diakses 4 Agustus 2016 pukul 09.01WIB

9

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera

yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.3 Fajar Shadiq dalam Sri

Wardhani mengemukakan penalaran adalah suatu proses atau suatu aktivitas

berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau proses berpikir dalam rangka

membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasar pada beberapa pernyataan

yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya4.

Menurut Jujun Suriasumantri dalam H.A Kadir penalaran merupakan

suatu proses perpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.

Manusia pada hakikatnya merupakan mahluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan

bertindak.5 Dalam Proses menarik kesimpulan, misalnya menyimpulkan konsep

matematika yang telah dipelajari, maka siswa akan melakukan proses bernalar

sehingga kesimpulan yang didapatkan sesuai dengan pembelajaran yang telah

dilakukan.

Dengan demikian, penalaran matematis merupakan aktivitas berpikir

berdasarkan pengamatan indera untuk menarik suatu kesimpulan atau pernyataan

baru yang benar pada beberapa pernyataan yang telah diuji kebenarannya dan

menghasilkan sebuah pengetahuan baru.

Materi dalam pelajaran matematika sangat erat kaitannya dengan

penalaran. Sebab itu setiap siswa mesti dilatih agar mampu bernalar dengan baik

sehingga dapat memahami materi matematika secara maksimal. Guru dapat

memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang sedang

dipelajari untuk meningkatkan kemampuan penalaran siswa dan memberikan

latihan soal yang dapat mengasah kemampuan penalaran mereka.

NCTM menyatakan bahwa program pembelajaran pada tingkat TK sampai

tingkat 12 hendaknya memungkinkan siswa untuk:

3http://himalogista.ub.ac.id/penalaran-dalam-kehidupan-manusia/ diakses 3 Agustus 2016

pukul 09.39 WIB. 4Sri Wardhani, Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs untuk

Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika, (Yogyakarta: P4TK Matematika, 2008), h. 11 5H.A Kadir Sobur, Logika Dan Penalaran Dalam Perspektif Ilmu Pengetahuan , TAJDID

Vol. XIV, No. 2, Juli-Desember 2015, hal.405

10

a) mengenali penalaran dan pembuktian sebagai aspek yang sangat

mendasar pada matematika (recognize resoning and proof as

fundamental aspects of mathematics);

b) melakukan dan menginvestigasi dugaan-dugaan matematika (make and

investigate mathematical conjectures);

c) mengembangkan dan mengevaluasi argumen dan bukti matematika

(develop and evaluate mathematical arguments and proofs);

d) memilih dan menggunakan berbagai tipe penalaran dan berbagai

metode pembuktian (select and use various types of reasoning and

methods of proof). 6

Adapun Peraturan Dirjen Diksdasmen Depdiknas Nomor

506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2011 menyatakan bahwa indikator

siswa yang memiliki kemampuan penalaran adalah siswa mampu7:

1. Menyajikan pertanyaan secara lisan, tertulis, gambar dan diagram

2. Mengajukan dugaan

3. Melakukan manipulasi matematika

4. Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan tanpa bukti

terhadap kebenaran solusi

5. Menarik kesimpulan dari pernyataan

6. Memeriksa kesahihan suatu argumen

7. Menentukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat

generalisasi.

Pada saat penyampaian materi pembelajaran matematika di kelas, guru

sebaiknya melatih siswanya tidak hanya belajar dari hal-hal umum ke khusus

tetapi juga belajar dari hal-hal khusus ke umum (general). Untuk memberikan

fondasi yang kuat dalam bernalar, pengenalan dan pembelajaran penalaran mulai

6 The National Council of Teachers of Mathematics, Principles and Standards for School

Mathematics, (USA: NCTM, 2000), h.29 7 Sri Wardhani, op. cit., h. 14

11

diperkenalkan dari usia dini. Barody dalam Fatikah menemukan beberapa

keuntungan apabila anak diperkenalkan dengan penalaran, yaitu8:

1. Anak-anak perlu diberi kesempatan dan teratur untuk menggunakan

ketrampilan bernalar dan melakukan pendugaan dalam kemampuan

mengeksplorasi matematika.

2. Mendorong siswa dalam melakukan Guessing. Sering siswa merasa

takut dan cemas apabila ia ditanya oleh gurunya dan tidak mengetahui

pasti apa jawaban yang diajukan.

3. Membantu siswa memahami nilai balikan yang negative (negative

feedback) dalam memutuskan suatu jawaban. Anak dapat memahami

bahwa tebakan yang salah dapat menghilangkan kemungkinan yang

pasti dari berbagai pertimbangan.

4. Secara khusus dalam matematika, anak harus memahami bahwa

penalaran intuisi, penalaran induktif dan pendugaan dan pembuktian

yang logis atau penalaran deduktif memainkan peranan penting,

mereka harus menyadari atau dibuat sadar bahwa intuisi merupakan

dasar untuk kemampuan tingkat tinggi dalam matematika dan juga

ilmu pengetahuan lainnya.

Berdasarkan pembagian jenis penalaran yang dibedakan menjadi dua

macam penalaran, yaitu penalaran deduktif (deduksi) dan induktif (induksi).

Kurikulum 2004 (Depdiknas dalam Fajar Shadiq) menyatakan sebagai berikut9:

“Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu

konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran

sebelumnya. Sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam

matematika bersift konsisten. Namun demikian, dalamm pembelajaran,

pemahaman konsep sering diawali secara induktif melalui pengalaman

peristiwa nyata atau instuisi”.

8 Fatikah Suryani, Pengaruh Pembelajaran Matematika Dengan Metode Pemodelan

Matematika (Mathematical Modeling) Terhadap Kemampuan Penalaran Generalisasi

Matematika, Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016. h.13.

Tidak dipublikasikan 9 Fajar Shadiq, Penalaran, Pemecahan Masalah dan Komunikasi dalam Pembelajaran

Matematika, (Yogyakarta: PPPG Matematika 2004), h. 2

12

Induksi dan deduksi keduanya merupakan suatu kegiatan dalam berpikir.

Fajar Shadiq mengemukakan bahwa induksi merupakan suatu kegiatan, suatu

proses atau suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan atau pernyataan

baru dari pernyataan atau fakta-fakta yang dianggap benar dengan menggunakan

logika10

.

Sumarmo dalam Gelar mengungkapkan bahwa penalaran induktif dibagi

menjadi tiga bagian, yaitu generalisasi, analogi dan sebab-akibat11

. Sedangkan

menurut Matlin dalam Dina dan Yaya, penalaran deduktif dibagi menjadi dua

bagian yaitu conditional reasoning dan sillogisma12

. Antara penalaran induktif

dan deduktif keduanya merupakan hal yang tidak terpisahkan. Dengan demikian,

untuk mendapat pengetahuan baru, keduanya dapat digunakan secara bersamaan.

Rusefendi dalam Rahayu menyatakan bahwa matematika lebih

menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil

eksperimen atau hasil observasi. Matematika terbentuk karena pikiran-pikiran

manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran13

. Hal itu sejalan

dengan Depdiknas dalam Shadiq, yang menyatakan bahwa materi matematika dan

penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu

matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran dipahami dan dilatih

melalui belajar materi matematika14

. Matematika dan penalaran seperti layaknya

simbiosis mutualisme yang saling memerlukan satu sama lain.

10

Ibid, h. 3 11

Risqi Rahman dan Samsul Maarif, Pengaruh Penggunaan Metode Discovery Terhadap

Kemampuan Analogi Matematis Siswa Smk Al-Ikhsan Pamarican Kabupaten Ciamis Jawa Barat,

Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 3, No.1, Februari 2014,

h.37 12

http://ejournal.upi.edu/index.php/eduhumaniora/article/viewFile/2813/1838 diakses pada 4

agustus 2017 pukul 20:16 13

Rahayu Abd Rahman, Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Pendekatan

Kontekstual pada Pembelajaran Matematika Bilangan Bulat Di Kelas IV SD Negeri 1 Lembang,

Skripsi UPI Bandung, 2011, h.2 14

Sri Wardhani, op. cit., h. 11

13

Menurut Wahyudin, matematika sebagai penalaran adalah sebagai

berikut15

:

1) Ditingkat-tingkat kelas K-4, studi matematika hendaknya menekankan

penalaran sehingga siswa mampu:

a) Menarik konklusi-konklusi logis mengenai matematika.

b) Menggunakan model, menggunakakn fakta, ciri-ciri dan hubungan

yang diketahui untuk menjelaskan pikiran mereka.

c) Menjustifikasi jawaban dan proses pemecahan.

d) Menggunakan pola-pola dan relasi-relasi untuk menganalisis

situasi matematis.

e) Meyakini bahwa matematika dapat dimengerti.

2) Ditingkat-tingkat kelas K 5-8, penalaran akan terserap kedalam

kurikulum matematika sehingga para siswa akan mampu:

a) Mengenali dan menerapkan penalaran deduktif dan induktif.

b) Memahami dan menerapkan proses penalaran, dengan perhatian

khusus pada penalaran ruang dan penalaran dengan proporsi dan

grafik.

c) Membuat dan mengevaluasi dugaan dan argumen matematis.

d) Mengapresiasi manfaat dan daya dari penalaran sebagai bagian dari

matematika.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa matematika dan

penalaran merupakan dua hal yang saling mengaitkan satu sama lain. Matematika

dipahami melalui penalaran dan penalaran dipahami dan dilatih melalui belajar

matematika.

Penalaran induktif adalah proses berpikir yang berusaha menghubungkan

fakta-fakta atau kejadian-kejadian khusus yang sudah diketahui menuju kepada

suatu kesimpulan yang bersifat umum16

. Menurut Fadjar penalaran induktif

merupakan suatu kegiatan, suatu proses atau suatu aktifitas berpikir untuk

15

Wahyudin, Pembelajaran dan Model-model Pembelajaran, (Bandung: IPA ABONG,

2008), h. 64-65 16

Sri Wardhani, op. cit., h. 12

14

menarik suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang bersifat

umum (general) berdasar pada beberapa pernyataan khusus yang diketahui

benar17

. Dari pengertian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa penalaran induktif

ialah kemampuan seseorang dalam menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat

khusus ke hal yang bersifat umum berdasarkan pada fakta-fakta tertentu.

Penalaran induktif terjadi ketika proses berpikir yang berusaha

menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi khusus yang sudah

diketahui menuju kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum (general). Dengan

demikian penalaran induktif diperoleh dari kegiatan percobaan-percobaan untuk

mencari pola dan kesamaan agar dapat disusun menjadi kesimpulan yang bersifat

umum (general).

Kegiatan yang tergolong dalam penalaran induktif diantaranya adalah18

:

a) Transduktif, yaitu menarik kesimpulan dari satu kasus atau sifat

khusus yang satu diterapkan pada yang kasus khusus lainnya.

b) Analogi, yaitu penarikan kesimpulan berdasarkan keserupaan data atau

proses.

c) Generalisasi, yaitu penarikan kesimpulan umum berdasarkan sejumlah

data yang teramati.

d) Memperkirakan jawaban, solusi, atau kecenderungan.

e) Memberi penjelasan terhadap model, fakta, sifat, hubungan, atau pola

yang ada.

f) Menggunakan pola hubungan untuk menganalisis situasi, dan

menyusun konjektur.

Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini penulis membatasi

kemampuan penalaran induktif matematis pada tipe generalisasi.

17

Fadjar Shadiq, op. cit. h.3 18

Utari Sumarmo, Berfikir dan Disposisi Matematik: “Apa, Mengapa, dan Bagaimana

dikembangkan pada peserta didik”, (FMIPA UPI, 2010), h. 6

15

b. Kemampuan Penalaran Generalisasi Matematis

Generalisasi merupakan terjemahan dari generalization yang artinya

pengumuman. Shurter & Pierce mengemukakan bahwa generalisasi adalah proses

penalaran yang berdasarkan hasil pemeriksaan hal secukupnya, kemudian

meperoleh kesimpulan untuk semuanya atau sebagian besar hal-hal tadi19

. Definisi

yang lebih singkat menurut Soekadijo, generalisasi adalah penalaran yang

menyimpulkan suatu konklusi yang bersifat umum dari premis-premis berbentuk

proporsi matematik20

.

Induksi yang menghasilkan kesimpulan umum dinamakan generalisasi21

.

Sedangkan generalisasi berarti proses penalaran yang bertolak dari fenomena

individual menuju kesimpulan umum22

. Dalam KBBI, generalisasi memiliki arti

(1) perihal membentuk gagasan atau simpulan umum dari suatu kejadian, hal, dsb;

(2) perihal membuat suatu gagasan lebih sederhana daripada yang sebenarnya; (3)

perihal membentuk gagasan yang lebih kabur; (4) penyamarataan23

. Sedangkan

Soekadijo menyatakan bahwa generalisasi adalah penalaran yang menyimpulkan

suatu konklusi yang bersifat umum dari premis-premis yang berupa proporsisi

empirik24

. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa generalisasi

adalah proses penarikan kesimpulan dari premis-premis yang bersifat khusus

kepada suatu konklusi yang bersifat umum.

Seokadijo juga berpendapat bahwa prinsip dasar dari penalaran

generalisasi dapat dirumuskan sebagai berikut:

Apa yang beberapa kali terjadi dalam kondisi tertentu, dapat diharapkan

akan selalu terjadi apabila kondisi yang sama terpenuhi.

19

Utari sumarmo, “Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa SMA

dikaitkan dengan Kemampuan Penalaran Logik Siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar

Mengajar”, disertasi Pascasarjana UPI, Bandung, 1987,h.39. tidak dipublikasikan. 20

Fatikah Suryani, op.cit. h.16 21

Yanto Permana dan Utari Sumarmo, Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan Koneksi

Matematik Siswa SMA Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah, Jurnal Educationist Vol. 1 No.

2, Juli 2007, h. 117 22

https://id.wikipedia.org/wiki/Generalisasi, diakses 14 juli 2016 pukul 09.00 WIB 23

http://kbbi.web.id/generalisasi, diakses 14 Juli 2016 pukul 09.00 WIB 24

Soekadijo, Logika Dasar tradisional, simbolik, dan induktif, (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 2003), h. 134

16

Oleh karenanya, di dalam logika induktif (generalisasi dan analogi), tidak

ada konklusi (kesimpulan) yang mempunyai nilai kebenaran, akan tetapi hanya

berupa suatu probabilitas atau peluang. Hasil analisa dan rekontruksi penalaran

induktif itu hanya berupa ketentuan-ketentuan mengenai bentuk induksi yang

menjamin konklusi dengan probabilitas setinggi-tingginya25

.

Kesimpulan dalam generalisasi bersifat probabilistik artinya mungkin

benar atau mungkin juga tidak benar26

. Hal ini berarti hasil generalisasi tidak

berlaku umum untuk semua kasus, karena ada kasus yang mungkin tidak bisa

diselesaikan dengan hasil generalisasi yang telah didapat. Maka dari itu, hasil

generalisasi dapat digunakan untuk suatu kasus akan tetapi belum tentu berlaku

untuk kasus yang lain.

Penalaran induktif matematis tipe generalisasi yang akan diukur pada

penelitian ini adalah dengan melakukan kegiatan mengamati, menduga dari

informasi yang ada untuk merumuskan suatu generalisasi (kesimpulan).

Kemudian untuk mengukur kemampuan penalaran induktif matematis tipe

generalisasi, diperlukan indikator sebagai acuan penilaiannya.

2. Pokok bahasan segitiga dan segiempat

a. Segitiga

1. Mengenal segitiga

Segitiga adalah poligon yang memiliki tiga sisi dan tiga sudut. Jika tiga

buah titik A, B dan C yang tidak segaris saling di hubungkan,dimana titik A

dihubungkan dengan B, titik B dihubungkan dengan titik C, dan titik C

dihubungkan dengan titik A. Sehingga menghasilkan tiga buah ruas garis yang

membentuk sebuah bangun yang disebut segitiga. Jadi segitiga merupakan bentuk

bangun datar yang dibatasi oleh tiga ruas garis.

25

Soekadijo, op.cit, h.134-135 26

Yanto Permana dan Utari Sumarmo, loc. cit.

17

Sisi segitiga ABC diatas adalah AB, BC dan AC. Sedangkan ∠ BAC, ∠

ABC, dan ∠ ACB disebut sudut segitiga ABC. Besar jumlah ketiga sudut tersebut

adalah adalah .

2. Jenis-jenis Segitiga

a) Jenis Segitiga Ditinjau dari Panjang Sisi-sisinya

Segitiga samakaki

Segitiga samakaki adalah segitiga yang memiliki dua sisi sama panjang.

Segitiga Sama kaki merupakan sebuah segitiga yang memiliki dua sisi yang sama

panjang dan sudut-sudut alasnya yang sama besar. Perhatikan gambar segitiga

berikut:

Pada gambar segitiga di atas AC = BC, dan kedua sudut alasanya sama

besar yaitu ∠ BAC dan ∠ ABC. Adapun sifat-sifat segitiga sama kaki adalah:

a. dapat dibentuk dari dua buah segitiga siku-siku yang kongruen;

b. mempunyai dua buah sisi yang sama panjang dan dua buah sudut

yang sama besar;

c. mempunyai satu sumbu simetri dan dapat menempati bingkainya

dengan tepat dalam dua cara.

Segitiga samasisi

Segitiga samasisi adalah segitiha yang ketiga sisinya sama panjang.

Segitiga sama sisi merupakan sebuah bangun segitiga yang memiliki ukuran

panjang sisi-sisinya sama panjang dan semua sudut-sudutnya sama besar.

Perhatikan gambar segitiga berikut:

Pada gambar segitiga di atas AB = BC = AC,dan ∠ ABC = ∠ ACB = ∠

BAC = . Adapun sifat-sifat segitiga sama sisi adalah:

a. mempunyai tiga buah sisi yang sama panjang;

18

b. mempunyai tiga buah sudut yang sama besar ( ) dan jumlah

ketiga sudutnya adalah .

c. mempunyai tiga buah sumbu simetri dan dapat menempati

bingkainya dengan tepat dalam enam cara.

Segitiga sembarang

Segitiga sembarang adalah segitiga yang ketiga sisinya tidak sama

panjang. Segitiga sembarang merupakan suatu bangun segitiga yang ketiga ukuran

panjang sisi-sisinya berbeda atau tidak sama. Pada gambar segitiga di atas sisi AB

≠ BC ≠ AC, dan ∠ ABC ≠ ∠ ACB ≠ ∠ BAC.

3. Jenis Segitiga Ditinjau dari Sudut-sudutnya

a. Segitiga Lancip

Segitiga lancip adalah segitiga yang ketiga sudutnya lancip

(berukuran kurang dari 90o)

b. Segitga Tumpul

Segitiga tumpul adalah segitiga yang salah satu sudutnya tumpul

(berukuran lebih dari 90o)

c. Segitiga Siku-siku

Segitiga siku-siku adalah segitiga yang salah satu sudutnya

berukuran 90o.

3. Sifat-sifat Segitiga

19

a. Suatu segitiga dapat dilukis, jika jumlah panjang setiap dua sisinya

lebih dari panjang sisi lainnya.

a + b > c

a + c > b

b + c > a

b. Sudut terkecil

Sisi di depan sudut terkecil dari suatu segitiga merupakan sisi

terpendek pada segitiga tersebut. Pada segitiga di atas, sudut y

adalah sudut terkecil, maka sisi AC = b adalah sisi terpendek pada

segitiga ABC.

c. Sudut terbesar

Sisi di depan sudut terbesar dari suatu segitiga merupakan sisi

terpanjang pada segitiga tersebut. Pada segitiga di atas, sudut z

adalah sudut terbesar, maka sisi AB = c adalah sisi terpanjang pada

segitiga ABC.

d. Sifat-sifat segitga samakaki

i. Mempunyai dua sisi yang sama panjang AC = BC

ii. Mempunyai dua sudut yang sama besar A = B

iii. Mempunyai sebuah simetri lipat dengan sumbu simetri garis

CD, yang tegak lurus garis AB

iv. Tidak mempunyai simetri putar

A

C

B x

z a b

c

A B

C

D

Sisi yang sama panjang yaitu AC dan

BC disebut kaki ABC dan sisi yang lain

yaitu AB disebut alas ABC

20

v. Mempunyai dua cara untuk dipasangkan menempati

bingkainya

e. Sifat-sifat segitiga samasisi

iii. Mempunyai 6 cara untuk dipasangkan

menempati bingkainya

f. Sifat-sifat segitiga siku-siku

4. Hubungan Sudut Dalam dan Sudut Luar Segitiga

i. Sudut luar suatu segitiga adalah sudut pelurus dari sudut dalam

segitiga tersebut

ii. A2 adalah sudut pelurus dari A1, maka A2 + A1 = 180o

iii. B2 adalah sudut pelurus dari B1, maka B2 + B1 = 180o

iv. C2 adalah sudut pelurus dari C1, maka C2 + C1 = 180o

v. Besarnya sudut luar dari salah satu sudut dalam suatu segitiga,

sama dengan jumlah dua sudut dalam lainnya

A2 = B1 + C1

B2 = A1 + C1

A Q R

i. Mempunyai tiga sisi yang sama panjang AB = BC = CA

ii. Mempunyai tiga sudut sama besar

A = B = C = 60o

iii. Mempunyai 3 simetri putar dan 3 simetri

A B

C

L

i. Mempunyai dua sisi yang saling tegak lurus yaitu AB dan AC

ii. Mempunyai sebuah sudut siku-siku yaitu

A = 90o

iii. Tidak mempunyai simetri lipat iv. Tidak mempunyai simetri putar

B

C

A

2

1 2 1

i. Sudut A1, B1, dan C1 adalah sudut dalam segitiga

ii. Sudut A2, B2, dan C2 adalah sudut luar

segitiga

21

C2 = A1 + B1

5. Keliling dan Luas Segitiga

Keliling adalah jumlah panjang ketiga sisinya.

Keliling ABC = AB + BC + CA

Luas segitiga adalah setengah dari hasil kali alas dengan tingginya.

Luas ABC = ½ x alas x tinggi = ½ x a x t

6. Dalil dan Luas Segitiga

Dalil Pythagoras untuk segitiga ABC di atas dirumuskan menjadi:

(BC)2 = (AC)

2 + (AB)

2 ↔ BC = 22 )AB(+)AC(

Turunan rumus tersebut digunakan untuk menghitung panjang sisi

siku-siku ABC jika panjang hipotenusa dan sisi yang lain diketahui.

7. Tripel Pythagoras

Tripel Pythagoras adalah 3 buah bilangan asli yang memenuhi

sisi-sisi segitiga siku-siku. Misalnya segitiga siku-siku ABC seperti

gambar di atas, maka a2 = b

2 + c

2 dan tripel Pythagorasnya adalah:

L

L

L

t t t

A A A B B B

C

C C

D a a a

A B L

C Gambar di samping adalah segitiga siku-siku ABC.

Sisi AB dan AC adalah sisi siku-siku, sedangkan sisi BC

disebut hipotenusa atau sisi miring

Dalil Pythagoras:

Pada segitiga siku-siku, kuadrat sisi miring

sama dengan jumlah kuadrat sisi siku-sikunya

a b c

22

c b a

3 4 5

5 12 13

7 24 25

8 15 17

11 60 61

20 21 29

8. Garis-garis pada Segitiga

a. Garis Tinggi

Garis tinggi sebuah segitiga adalah garis yang ditarik dari

salah satu sudut segitiga dan tegak lurus sisi di depannya.

b. Garis Bagi

Garis berat sebuah segitiga adalah garis yang ditarik dari salah

satu sudut segitiga dan membagi sudut itu menjadi dua bagian

yang sama besar.

Tripel ini berlaku untuk

kelipatannya.

L A B D

C

Garis CD adalah garis tinggi

ABC

A B

C Garis AP, BQ, CR adalah garis bagi

ABC. Ketiga garis bagi tersebut

berpotongan pada titik O, yang

disebut dengan titik pusat lingkaran

dalam segitiga.

R Q

P •

o

o *

*

23

c. Garis Berat

Garis berat sebuah segitiga adalah garis yang ditarik dari salah

satu sudut segitiga ke tengah sisi di depannya.

d. Garis Sumbu

Garis sumbu sebuah segitiga adalah garis yang ditarik dari titik

tengah sisi segitiga dan tegak lurus sisi tersebut.

Ketiga garis sumbu tersebut berpotongan di titik O, yang

disebut dengan titik pusat lingkaran luar segitiga.

b. Segi Empat

Berikut ini jenis-jenis, pengertian, sifat-sifat, serta cara mengetahui untuk

menghitung luas dan keliling dari setiap bangun segi empat.

1. Persegi Panjang

Persegi panjang adalah segiempat dengan sisi-sisi yang berhadapan

sama panjang dan sejajar, serta sudut-sudutnya 90o.

a. Sifat-sifat Persegi Panjang

Dengan memperhatikan gambar di atas, maka sifat-sifat

persegi panjang adalah sebagai berikut:

B D

C

Garis CD adalah garis berat

ABC, sehingga AD = BD

A B D

Garis OD, OE, dan OF adalah

garis sumbu ABC, masing-masing

tegak lurus garis AB, BC, dan CA,

sehingga AD = BD, BE = CE, dan CF

= AF

/

C

_

_

V

F

O

B A

C D

O

_ _

24

i. Mempunyai 4 sisi yang saling berhadapan sama panjang

dan sejajar

AB = DC dan AB // DC

AD = BC dan AD // BC

ii. Mempunyai 4 sudut siku-siku yaitu A = B = C = D

= 90o

iii. Mempunyai 2 diagonal yang sama panjang dan saling

membagi dua sama panjang

AC = BD dan AO = OC = OB = OD

iv. Mempunyai 2 simetri putar dan 2 simetri lipat

v. Mempunyai 4 cara untuk dipasangkan menempati

bingkainya

b. Keliling dan Luas Persegi Panjang

Keliling suatu bangun adalah jumlah sisi-sisi yang membatasi

bangun tersebut.

Pada gambar di atas, keliling persegi panjang = AB + BC +

CD + DA dengan AB = CD = panjang = p

BC = DA = lebar = ℓ

Jadi, keliling persegi panjang = 2 (p + ℓ)

Luas daerah persegi panjang adalah hasil kali ukuran

panjang dan lebarnya

Jadi, luas persegi panjang = p x ℓ

25

2. Persegi

Persegi adalah persegi panjang yang semua sisinya sama panjang.

a. Sifat-sifat Persegi

Dengan memperhatikan gambar di atas, maka sifat-sifat

persegi adalah sebagai berikut:

i. Mempunyai 4 sisi yang sama panjang dan sisi yang

berhadapan sejajar

AB = BC = CD = DA dan AB // DC, AD // BC

ii. Mempunyai 4 sudut siku-siku yaitu A = B = C = D

= 90o

iii. Mempunyai 2 diagonal yang saling berpotongan tegak lurus

di titik O, yaitu AC dan BD

iv. Kedua diagonal sama panjang dan saling membagi dua

sama panjang

AC = BD dan AO = OC = OB = OD

v. Mempunyai 4 simetri putar dan 4 simetri lipat

vi. Mempunyai 8 cara untuk dipasangkan menempati

bingkainya

b. Keliling dan Luas Persegi

Pada gambar di atas, keliling persegi = AB + BC + CD + DA

dengan AB = CD = BC = DA = sisi = s

Jadi, keliling persegi = 4s

Luas daerah persegi adalah hasil kuadrat dari panjang sisinya

Jadi, luas persegi = s2

A B

C D

_ _

I

I

O

26

3. Jajargenjang

Jajargenjang adalah segiempat dengan sisi-sisi yang berhadapan sama

panjang dan sejajar. Besar semua sudut tidak sama dengan 90o.

a. Sifat-sifat Jajargenjang

Dengan memperhatikan gambar di atas, maka sifat-sifat

jajargenjang adalah sebagai berikut:

i. Mempunyai 4 sisi yang saling berhadapan sama panjang

dan sejajar

AB = DC dan AB // DC

AD = BC dan AD // BC

ii. Mempunyai 4 sudut, dengan sudut-sudut yang berhadapan

sama besar, A = C dan B = D

iii. Jumlah dua sudut yang saling berdekatan 180o

A + B = 180, A + D = 180, C + B = 180, C +

D = 180

iv. Mempunyai 2 diagonal yang tidak sama panjang,

berpotongan di titik O dan saling membagi dua sama

panjang

AC > BD, dengan AO = OC dan OB = OD

v. Mempunyai 2 simetri putar dan tidak mempunyai simetri

lipat

vi. Mempunyai 2 cara untuk dipasangkan menempati

bingkainya

b. Keliling dan Luas Jajargenjang

A B

C D

O _ _

/

/

/

/

27

Pada gambar di atas, keliling jajargenjang = AB + BC + CD +

DA dengan AB = CD = panjang = p

BC = DA = lebar = ℓ

Jadi, keliling jajargenjang = 2 (p + ℓ)

Jajargenjang terdiri atas 2 buah segitiga yang kongruen, yaitu

ABD dan CDB. Luas daerah jajargenjang ABCD = 2 x luas

ABD

Luas ABD = ½ x alas x tinggi = ½ x AB x DD‟

Karena AB = panjang jajargenjang, maka

Luas ABD = ½ x panjang x tinggi

Jadi, luas jajargenjang ABCD = 2 x luas ABD

= 2 x (½ x panjang x tinggi)

= panjang x tinggi

4. Belahketupat

Belahketupat adalah jajargenjang yang semua sisinya sama panjang.

a. Sifat-sifat Belahketupat

Dengan memperhatikan gambar di atas, maka sifat-sifat

belahketupat adalah sebagai berikut:

i. Mempunyai 4 sisi yang sama panjang dan sisi yang berhadapan

sejajar

B

C

D O

A L /

/

\

\

28

AB = BC = CD = DA dan AB // DC, AD // BC

ii. Mempunyai 4 sudut, dengan sudut-sudut yang berhadapan

sama besar, A = C dan B = D

iii. Jumlah dua sudut yang saling berdekatan 180

A + B = 180, A + D = 180, C + B = 180, C +

D = 180

iv. Mempunyai 2 diagonal yang tidak sama panjang, berpotongan

tegak lurus di titik O dan saling membagi dua sama panjang

AC > BD, dengan AO = OC dan OB = OD

v. Mempunyai 2 simetri putar dan 2 simetri lipat

vi. Mempunyai 4 cara untuk dipasangkan menempati bingkainya

b. Keliling dan Luas Belahketupat

Pada gambar di atas, keliling belahketupat = AB + BC + CD +

DA dengan AB = BC = CD = DA = sisi = s

Jadi, keliling belahketupat = 4s

Belah ketupat juga merupakan jajargenjang, maka rumus luas

belahketupat sama dengan jajargenjang yaitu panjang x tinggi.

Karena pada belahketupat diagonal-diagonalnya saling tegak

lurus dan saling membagi dua sama panjang, maka luas

belahketupat adalah setengah dari hasil kali panjang kedua

diagonalnya.

Jadi, luas belahketupat = ½ x diagonal 1 x diagonal 2

= ½ x AC x BD

29

5. Trapesium

Trapesium adalah segiempat dengan sepasang sisi yang berhadapan

sejajar.

a. Macam-macam Trapesium

i. Trapesium siku-siku adalah trapesium yang salah satu sudut

alasnya siku-siku

ii. Trapesium samakaki adalah trapesium yang sisi tidak

sejajarnya sama panjang

iii. Trapesium sembarang adalah trapesium yang sisi tidak

sejajarnya tidak sama panjang dan tidak ada sudut 90o

b. Sifat-sifat Trapesium

i. Pada setiap trapesium, jumlah tiap pasang sudut dalam

sepihak pada sisi yang sejajar adalah 180o

A + D = 180, B + C = 180o,

E + H = 180, F + G = 180o

L + I = 180, K + J = 180

ii. Pada trapesium samakaki, terdapat 2 garis yang sama

panjang dan 2 pasang sudut yang sama besarnya

EG = HF dan E = F, H + G

iii. Pada trapesium siku-siku, terdapat 2 sudut siku-siku

A = D = 90

c. Keliling dan Luas Trapesium

Keliling trapesium adalah jumlah panjang keempat sisinya.

Keliling trapesium = AB + BC + CD + DA

>

>

>

>

>

> L

_

|

D C

E A B

H G

F

L K

J I L

t = =

30

Luas trapesium adalah setengah dari hasil kali jumlah sisi-sisi

yang sejajar dengan tingginya. Tinggi adalah jarak antara dua garis

sejajar.

Jadi, luas trapesium = ½ x (AB + CD) x t

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian Fatikah Suryani dengan judul “Pengaruh Pembelajaran

Matematika dengan metode Pemodelan Matematika ( Mathematical

Modeling ) Terhadap Kemampuan Penalaran Generalisasi Matematika”.

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa Kemampuan Penalaran

Generalisasi Matematik Terhadap Pembelajaran Matematika dengan

metode Pemodelan Matematika ( Mathematical Modeling ) tergolong baik

dan cukup dalam indikator mengajukan dugaan dan menarik kesimpulan.

Penelitian Johana dengan judul “Pengaruh Pendekatan Problem

Posing Tipe Post Solution Terhadap Kemampuan Penalaran Generalisasi

Matematik Siswa. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa Kemampuan

Penalaran Generalisasi Matematik Terhadap siswa yang diberikan

pembelajaran dengan pendekatan Problem Posing Tipe Post Solution

tergolong sedang dan cukup efektif pengaruhnya.

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Annajah Jakarta Selatan.

Sekolah ini beralamat di Jl. Ciledug Raya Rt. 001/004, Petukangan

Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran

2016/2017 pada saat materi Segitiga dan Segiempat telah selesai

diajarkan oleh guru. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 17-18 Juli 2017.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif.

Pada metode deskriptif digunakan statistika desrkriptif untuk mengolah data

yang diperoleh dari hasil penelitian. Statistika deskriptif adalah statistik yang

berkenaan dengan bagaimana cara mendeskripsikan, menggambarkan,

menjabarkan, atau menguraikan data sehingga mudah dipahami.1 Adapun cara

yang digunakan untuk mendiskripsikan, menggambarkan, menjabarkan, atau

menguraikan data dalam penelitian ini adalah dengan menentukan ukuran dari

data seperti nilai modus, rata-rata dan nilai tengah (median) dan menentukan

ukuran variabilitas data seperti variasi (varian), tingkat penyimpangan

(deviasi standar) dan jarak (range). Peneliti juga melakukan wawancara

secara langsung kepada subjek yang diteliti untuk memperkuat data-data yang

diperoleh selain tes.

C. Subjek Penelitian

1 Syofian Siregar, Statistika Deskriptif untuk Penelitian, (Jakarta:Rajawali pers, 2010), h.2

34

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs Annajah Jakarta

Selatan. Subjek dipilih pada semester genap tahun ajaran 2017/2018 sejumlah

100 orang.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang diterakan pada penelitian ini menggunakan

beberapa teknik yaitu tes dan wawancara :

1. Tes tertulis, digunakan untuk memperoleh data primer tentang

kemampuan penalaran generalisasi matematis siswa pada materi

Segitiga dan segiempat. Tes yang digunakan pada penelitian ini adalah

tes berbentuk uraian.

2. Wawancara, digunakan sebagai teknik pendukung di samping tes

untuk memperoleh gambaran dalam menganalisis kemampuan

penalaran generalisasi matematis siswa pada materi Segitiga dan

Segiempat.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah soal tes

kemampuan penalaran generalisasi matematis. Soal tes disusun berupa bentuk

uraian untuk mengukur tingkat kemampuan penalaran generalisasi matematis

siswa. Adapun langkah-langkah yang digunakan oleh peneliti pada

penyusunan soal tes kemampuan penalaran generalisasi matematis, yaitu:

1. Persiapan Pembuatan Instrumen

a. Memperhatikan kurikulum yang berlaku di MTs Annajah

Penyusunan instrumen tes kemampuan penalaran generalisasi

matematis oleh peneliti dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui

materi pelajaran apa saja yang terdapat pada jenjang SMP . Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP dipilih sehubungan dengan

kurikulum yang diterapkan di MTs Annajah Jakarta Selatan adalah

KTSP.

b. Memperhatikan materi yang diajarkan oleh guru

35

Setelah mengetahui materi yang diajarkan, selanjutnya

menentukan materi yang akan digunakan sebagai objek penelitian

yaitu Segitiga dan Segiempat.

c. Memperhatikan kompetensi dasar yang berlaku

Penyusunan instrumen tes ini memperhatikan kompetensi dasar

yang berlaku pada materi tersebut dan merujuk pada buku paket yang

menjadi pegangan.

d. Menyusun kisi-kisi tes

Kisi-kisi instrumen tes kemampuan penalaran generalisasi

matematis digunakan oleh peneliti sebagai acuan dalam pembuatan

soal. Adapun kisi-kisi instrument tes yang digunakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Tes

Kemampuan Penalaran Generasalisasi Matematis

No Indikator Soal

No.

Butir

Soal

Jumlah

Butir

Soal

1. Menggeneralisasikan konsep rumus

hitung luas segitiga 1, 2 2

2. Menggeneralisasikan konsep rumus

hitung luas segiempat 3 1

3. Menggeneralisasikan konsep rumus

hitung keliling segiempat 4, 5 2

Total 5

d. Menyusun pedoman penskoran tes kemampuan penalaran generalisasi

matematis

Pedoman penskoran diperlukan untuk menentukan skor dari

setiap jawaban siswa mengenai kemampuan penalaran generalisasi

matematis yang tertuang dalam bentuk data. Pedoman penskoran

digunakan untuk mengukur kemampuan penalaran generalisasi

36

matematis siswa. Pedoman penskoran pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.2

Pedoman Penskoran Instrumen Tes

Kemampuan Penalaran Generalisasi Matematis Siswa

Indikator Skor Uraian

Menggeneralisasikan

kosep rumus hitung

luas segitiga

3 Menentukan rumusan hitung pola ke-n

2 Menentukan luas bangun yang

ditanyakan

1 Menentukan luas bangun pada setiap pola

yang diketahui

0 Tidak memberikan jawaban atau

memperlihatkan ketidakpahaman

terhadap konsep

Menggeneralisasikan

konsep rumus hitung

luas segiempat

3 Menentukan rumusan hitung pola ke-n

2 Menentukan luas bangun yang

ditanyakan

1 Menentukan luas bangun pada setiap pola

yang diketahui

0 Tidak memberikan jawaban atau

memperlihatkan ketidakpahaman

terhadap konsep

Menggeneralisasikan

konsep rumus hitung

keliling segiempat

3 Menentukan rumusan hitung pola ke-n

2 Menentukan keliling bangun yang

ditanyakan

1 Menentukan keliling bangun pada setiap

pola yang diketahui

0 Tidak memberikan jawaban atau

memperlihatkan ketidakpahaman

terhadap konsep

2. Melakukan Validasi Instrumen

Instrumen kemampuan penalaran generalisasi matematis yang akan

digunakan pada penelitian ini diketahui telah memenuhi persyaratan atau

belum dengan melakukan perhitungan uji validitas dan reliabilitas. Instrumen

penelitian ini dapat dikatakan baik dan layak untuk digunakan jika sudah

37

memenuhi smua persyaratan . Uji validitas butir instrumen tes kemampuan

penalaran generalisasi matematis yang digunakan pada penelitian ini adalah

validitas empiris. Berikut disajikan ketentuan dan langkah perhitungannya:

Validitas Empiris (Terbatas)

Setelah melakukan uji validitas isi, instrument tes kemampuan

penalaran generalisasi matematis diujikan kembali secara terbatas kepada

siswa kelas IX (Sembilan) MTs Annajah Jakarta Selatan dengan jumlah

siswa sebanyak 34 orang. Perhitungan validitas empiris pada penelitian ini

dilakukan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel 2007.

Uji validitas instrumen dilakukan dengan cara membandingkan

hasil perhitungan Pearson Correlation ( ) dengan pada taraf

signifikansi 5% atau dengan membandingkan Sig. (2-tailed), untuk

membandingkan dengan terlebih dahulu menetapkan degrees of

freedom atau derajat kebebasan yaitu dk = n-2 atau dengan

membandingkan p-value pada hasil uji validitas dengan α = 0,05.

Soal dikatakan valid jika nilai > atau p-value < 0,05;

sebaliknya soal dikatakan tidak valid jika nilai ≤ atau p-value >

0,05. Pada penelitian ini n = 34, maka dk = 32, dengan α = 0,05, maka rtabel

nya adalah 0,3008. Hasil rekapitulasi validitas empiris pada uji coba

terbatas instrumen tes kemampuan representasi matematis ditampilkan

pada tabel berikut:

Tabel 3.3

Rekapitulasi Hasil Validitas pada Uji Coba Terbatas (N = 34)

No. Item rhitung Keputusan (α = 0,05)

1 0.601781 Valid

2 0.802157 Valid

3 0.684137 Valid

4 0.687482 Valid

5 0.483227 Valid

38

Uji reliabilitas dilakukan setelah dilakukan uji validitas untuk

mengetahui tingkat keandalan instrument dengan menggunakan perangkat

lunak Microsoft Excel 2010 dengan mengetahui koefisien alpha (alpha

cronbach).

Kriteria koefisien reliabilitas diberikan dalam tabel sebagai

berikut:2

Tabel 3.4

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

r11 Keterangan

0,80 < r11 ≤ 1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi

0,60 < r11 ≤ 0,80 Derajat reliabilitas tinggi

0,40 < r11 ≤ 0,60 Derajat reliabilitas sedang

0,20 < r11 ≤ 0,40 Derajat reliabilitas rendah

0,00 < r11 ≤ 0,20 Derajat reliabilitas sangat rendah

Berdasarkan output pada Microsoft Excel 2007 didapatkan

koefisien alpha (alpha cronbach) sebagai berikut:

Tabel 3.5

Rekapitulasi Reliabilitas pada Uji Coba Terbatas

Variabel Hasil Uji (r11) Keterangan

Kemampuan Penalaran Generalisasi

Matematis 0,663 Derajat Reliabilitas Tinggi

Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas maka dilakukan

perhitungan taraf kesukaran untuk mengetahui tingkat kesukaran instrument

2 Karunia Eka Lestari dan Mokhammad Ridwan Yudhanegara, Penelitian Pendidikan

Matematika, (Bandung: PT Refika Aditama, 2015), h.206

39

dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel 2010. Kriteria untuk

taraf kesukaran adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6

Klasifikasi Koefisien Taraf Kesukaran

Koefisien Taraf Kesukaran Kategori

0,00-0,30 Sukar

0,31-0,70 Sedang

0,71-1,00 Mudah

Berdasarkan output pada Microsoft Excel 2010 didapatkan nilai taraf

kesukaran setiap butir soal sebagai berikut:

Tabel 3.7

Rekapitulasi Hasil Taraf Kesukaran pada Uji Coba Terbatas (N = 34)

No. Item Taraf Kesukaran Keputusan

1 0.588235 Sedang

2 0.745098 Mudah

3 0.745098 Mudah

4 0.696078 Sedang

5 0.666667 Sedang

Hasil perhitungan taraf kesukaran setiap butir soal didapatkan bahwa

butir soal nomor 1, 4, dan 5 adalah termasuk dalam kategori taraf kesukaran

sedang karena koefisien masing-masing butir soal berada di antara 0,31-0,70

. Adapun butir soal nomor 2 dan 3 adalah termasuk dalam kategori taraf

mudah karena masing-masing butir soal berada di antara 0,71-1,00

40

Perhitungan Daya Pembeda dilakukan setelah itu yang bertujuan

untuk mengetahui tingkat kemampuan soal untuk membedakan siswa yang

mampu menyelesaikan soal dengan yang tidak mampu menyelesaikan soal.

Kriteria untuk daya pembeda adalah sebagai berikut :

Tabel 3.8

Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda Soal

Koefisien Daya Pembeda Soal Kriteria

0,00-0,19 Jelek

0,20-0,39 Cukup

0,40-0,69 Baik

0,70-1,00 Baik Sekali

Negatif Tidak Baik, Harus Dibuang

Berdasarkan output pada Microsoft Excel 2010 didapatkan nilai daya

pembeda setiap butir soal sebagai berikut:

Tabel 3.9

Rekapitulasi Hasil Daya Pembeda pada Uji Coba Terbatas (N = 34)

No. Item Taraf Kesukaran Keputusan

1 0,156863 Jelek

2 0,313725 Cukup

3 0,196078 Jelek

4 0,254902 Cukup

6 0,156863 Jelek

Hasil perhitungan daya pembeda soal munjukan bahwa semua butir

soal dengan kriteria cukup yaitu butir soal nomor 1, 2, 3, 4, dan 5 masing-

masing dengan koefisien 0,215686, 0,254902 dan 0,313725.

Berikut rekapitulasi keseluruhan hasil uji validitas instrumen yang

disajikan dalam Tabel 3.13

41

Tabel 3.10

Hasil Uji Validitas Instrumen

No.

Soal Indikator Validitas Taraf Kesukaran Daya Pembeda

1

Menggeneralisasikan

rumus hitung luas

segitiga

Valid Sedang Jelek

2

Menggeneralisasikan

rumus hitung luas

segitiga

Valid Mudah Cukup

3

Menggeneralisasikan

rumus luas

segiempat

Valid Mudah Jelek

4

Menggeneralisasikan

rumus keliling

segiempat

Valid Sedang Cukup

5

Menggeneralisasikan

rumus keliling

segiempat

Valid Sedang Jelek

Reliabilitas Tinggi

F. Teknik Analisis Data

Tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan penalaran

generalisasi matematis siswa berbentuk uraian, pemberian skor hasil tes siswa

didasarkan pada indikator yang akan dicapai. Skor keseluruhan siswa dan skor

per-indikator dianalisis untuk mengetahui kemampuan penalaran generalisasi

matematis siswa.

Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menentukan ukuran dari data seperti nilai modus, rata-rata dan nilai

tengah (median) dan menentukan ukuran variabilitas data seperti variasi

(varian), tingkat penyimpangan (deviasi standar) dan jarak (range). Berikut

disajikan rumus yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini :

42

1. Rata-rata (Mean)

Dimana :

= nilai rata-rata

∑ = jumlah nilai

∑ = jumlah frekuensi

2. Median

Dimana :

Me = Median

b = batas bawah kelas median (batas bawah – 0,5)

p = panjang kelas

n = banyak data

F = jumlah frekuensi kelas-kelas sebelum kelas median

f = frekuensi kelas median

3. Modus

Dimana :

Mo = Modus

b = batas bawah kelas modus (batas bawah – 0,5)

p = panjang kelas

= selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sebelumnya

= selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas setelahnya

4. Varians

43

5. Simpangan Baku

√∑

6. Persentase Rata-rata

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan penalaran

generalisasi matematis siswa kelas VIII di MTs Annajah Jakarta Selatan pada

materi segitiga dan segiempat. Penelitian ini dilakukan pada siswa yang telah

mempelajari materi tersebut, yaitu kelas VIII yang berjumlah 100 orang sebagai

subjek penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli semester ganjil tahun

ajaran 2017/2018. Pengambilan data dilakukan melalui tes tertulis dan wawancara

selama penelitian berlangsung. Tes tertulis diberikan kepada siswa dalam bentuk

soal uraian dan wawancara lisan kepada guru pengampu mata pelajaran

matematika kelas VIII.

Data hasil penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil tes kemampuan

penalaran generalisasi matematis siswa pada materi segitiga dan segiempat yang

beracuan pada menghitung luas/keliling pada setiap pola yang diketahui,

menentukan luas/keliling yang ditanyakan hingga membuat kesimpulan

generalisasi dalam bentuk rumusan hitung luas/keliling bangun pada pola ke-n.

Ketiga acuan tersebut untuk mengetahui tercapai atau belumnya indikator tunggal

yaitu menggeneralisasikan rumus luas atau keliling bangun datar segitiga atau

segiempat dalam bentuk rumusan hitung luas/bangun pola ke-n. Data yang

diperoleh kemudian dianalisis dan disajikan dalam bentuk deskripsi sebagai

bentuk pemaparan hasil penelitian berdasarkan nomor soal.

Pada penelitian ini kelas yang dijadikan populasi target adalah kelas VIII

sebanyak lima kelas. Sampel masing-masing 20 siswa per kelas sehingga jumlah

sampel terpilih adalah 100 orang siswa.

45

B. Penyajian Data

Data yang diperoleh di lapangan agar mudah dipahami maka

dideskripsikan kedalam berbagai bentuk penyajian. Penyajian data pada penelitian

ini menggunakan tabel distribusi frekuensi. Data hasil penelitian tes kemampuan

penalaran generalisasi matematis siswa secara keseluruhan disajikan dalam bentuk

sebagai berikut.

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Kemampuan Penalaran Generalisasi Matematis

No. Interval Frekuensi Titik

Tengah (xi)

Xi2 fiXi fiXi2 Fi fi(%) Fk

1 22 - 26 1 1.2 1 24 576 24 576

2 27 - 31 5 5.9 6 29 841 145 4205

3 32 - 36 16 18.8 22 34 1156 544 18496

4 37 - 41 26 30.6 48 39 1521 1014 39546

5 42 - 46 29 34.1 77 44 1936 1276 56144

6 47 - 51 16 18.8 93 49 2401 784 38416

7 52 - 56 4 4.7 97 54 2916 216 11664

8 57 - 61 3 3.5 100 59 3481 177 10443

Jumlah 100 117.6 332 14828 4180 179490

Mean 41.80

Median 40.6

Modus 42.44

Varians 48.1414

Simpangan Baku 6.94

Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat statistika kemampuan penalaran

generalisasi matematis siswa kelas VII MTs Annajah Jakarta Selatan secara

keseluruhan. Tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah sampel pada data 100

orang perolehan nilai tertinggi adalah 61, nilai terendah adalah 2. Nilai rata-rata

(mean) yang diperoleh dari data keseluruhan adalah 41,80. Sedangkan median

(Me) adalah 40.60, modus (Mo) adalah 42,44, ragam (varians) adalah 48,1414 dan

simpangan baku adalah 6,94.

Ada tiga hal yang menjadi acuan untuk mengukur kemampuan penalaran

generalisasi matematis siswa dalam indikator tunggal yaitu kemampuan siswa

menghitung luas/keliling bangun yang diketahui. Jumlah siswa yang mampu

46

menentukan luas/keliling bangun yang ditanyakan dengan jawaban yang benar

merupakan jumlah yang tertinggi yaitu sebesar 49,6%. Jumlah siswa yang hanya

mampu menentukan luas/keliling bangun yang diketahui sebanyak 37,8% dari

jumlah sampel. Sedangkan jumlah siswa yang mampu menjawab dengan

menunjukkan bahwa siswa menemukan rumusan hitung luas/keliling bangun pola

ke-n merupakan jumlah yang paling sedikit yaitu hanya sebanyak 5,4%.

Pada umumnya masih banyak siswa yang belum mampu menghitung luas

segitiga samasisi yang diketahui panjang sisinya. Hal tersebut karena siswa

kesulitan menggunakan rumus baku menghitung luas segitiga yang jika diketahui

panjang alas dan tinggi segitiga. Siswa dinyatakan mampu melakukan perhitungan

luas jika menemukan tinggi segitiga dengan menggunakan rumus phytagoras.

Uraian data tersebut menunjukkan bahwa kemampuan penalaran matematis siswa

pada tahapan awal masih rendah.

Pada umumnya siswa menentukan luas/keliling yang ditanyakan dengan

menghitung luas/keliling pada tiap pola secara beruntut hingga pola yang

ditanyakan. Siswa tidak memperlihatkan bahwa ada rumusan hitung untuk setiap

pola. Hal demikian menunjukkan bahwa siswa belum mampu menentukan

bagaimana rumusan untuk menghitung luas atau keliling bangun pada pola ke-n.

C. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan pada siswa yang telah mempelajari materi segitiga

dan segiempat di kelas VII MTs Annajah Jakarta Selatan pada semester genap

yaitu kelas VII pada tahun ajaran 2017/2018 semester ganjil. Pada penelitian ini

bertujuan berapa rata-rata siswa yang mampu menjawab secara tuntas dengan

menunjukkan rumusan hitung luas/keliling bangun pola ke-n. Peneliti

menggunakan soal-soal berbentuk uraian sebanyak 5 soal berkaitan dengan

menghitung luas atau keliling segitiga dan segiempat yang diujikan kepada siswa

untuk mengetahui nilai rata-rata siswa.

Peneliti menganalisis kemampuan penalaran generalisasi matematis siswa

pada materi yang telah dipelajari oleh siswa yaitu bangun datar segitiga dan

47

segiempat terkait khusus menghitung luas dan keliling berdasarkan data hasil

analisis tersebut. Kemampuan penalaran generalisasi matematis siswa.

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi yang disajikan pada Tabel 4.1

diperoleh nilai rata-rata kemampuan penalaran generalisasi matematis siswa kelas

VII MTs Annajah Jakarta Selatan tahun pelajaran 2017/2018 pada materi Segitiga

dan Segiempat adalah 41,80. Berdasarkan nilai rata-rata keseluruhan tahapan

penalaran generalisasi matematis tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa

kemampuan penalaran generalisasi matematis siswa tersebut masih sangat rendah.

Berikut penjelasan jawaban-jawaban siswa kelas VII MTs Annajah Jakarta

Selatan pada setiap soal tes kemampuan penalaran generalisasi matematis pada

materi segitiga dan segiempat khusus terkait menghitung luas dan keliling.

Soal nomor 1:

Perhatikan gambar di bawah ini.

Segitiga samasisi

Gambar 1.

Diketahui segitiga sama sisi dengan terdapat segitiga di dalamnya yang

setiap titik sudutnya di tengah-tengah sisi segitiga luarnya berlanjut terus

menerus.

Berapakah luas daerah yang diarsir bila panjang sisi segitiga samasisi yang

terluar adalah 6 cm ?

Jawaban siswa :

48

Gambar 4.4

Contoh Jawaban Siswa Pada Soal Nomor 1

Berikut ini uraian jawaban-jawaban siswa pada soal nomor 1

Ada 4 siswa saat menjawab soal nomor 1 tidak dapat menentukan

luas segitiga terluar. Hal tersebut dapat dilihat dari cara siswa

menggunakan rumus luas segitiga. Siswa dapat menggunakan rumus luas

segitiga hanya jika diketahui panjang alas dan tinggi segitiga. Hal ini

menunjukkan bahwa kemampuan memahami konsep rumus hitung luas

segitiga masih rendah yang mana dengan demikian bahwa penalaran siswa

masih lemah .

Ada 13 siswa yang menjawab soal nomor 1 dengan menghitung

luas segitiga pada pola berikutnya yaitu segitiga-segitiga di dalamnya.

Siswa kesulitan menentukan bagaimana

Ada 82 siswa menjawab soal nomor 3 dengan menentukan luas

segitigia diarsir yang dimaksud. Perhitungannya keliru dalam

menggunakan rumusan luas segitga-segitiga berikutnya.

49

Soal nomor 2 :

Perhatikan gambar Segitiga sama sisi di bawah ini.

Pola ke-1 pola ke-2 pola ke-3

Gambar 2.

Diketahui panjang sisinya 4 cm

Berapakah luas bangun pada pola ke-6 ?

Jawaban Siswa :

Gambar 4.5

Contoh Jawaban Pada Soal Nomor 2

50

Berikut ini uraian jawaban-jawaban siswa untuk soal nomor 2.

Ada sebanyak 9 siswa yang menjawab soal nomor 2 keliru dalam

menggunakan rumus hitung luas segitiga. Kekeliruannya disebabkan oleh

belum mengertinya siswa

Dalam menjawab soal nomor 2 ada 26 siswa yang keliru

menghitung luas bangun pada pola yang ditanyakan.

Kesalahan lainnya yang dilakukan siswa dalam menjawab soal

nomor 2 adalah dalam menentukan rumusan hitung luas bangun segitiga

pada pola-pola berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya

kemampuan penalaran siswa. Siswa yang menjawab dengan cara seperti

ini sebanyak 68 orang.

Soal nomor 3 :

Perhatikan gambar Persegi di bawah ini.

Gambar 3.

Diketahui panjang sisi persegi terluar adalah 16 cm.

Berapakah luas bangun yang diarsir ?

Jawaban Siswa :

51

Gambar 4.6

Contoh Jawaban Siswa Pada Soal Nomor 3

Berikut uraian terkait jawaban-jawaban soal nomor 3:

Kesalahan siswa dalam menjawab soal nomor 3 adalah pada saat

menentukan luas persegi di dalamnya. Mereka kebanyakan menyatakan

bahwa persegi di dalamnya itu persegi luasnya dari persegi luarnya. Siswa

yang menjawab dengan cara seperti ini sebanyak 57 orang.

Kesalahan siswa dalam menjawab soal nomor 3 adalah pada saat

menentukan luas bangun persegi diarsir yang dimaksud. Mereka sudah

menyatakan dengan benar yaitu bahwa persegi dalam setengah luasnya

dari persegi luarnya. Siswa yang menjawab dengan cara seperti ini

sebanyak 30 orang.

Soal nomor 4 :

Perhatikan gambar Belah ketupat di bawah ini.

Pola ke-1 pola ke-2 pola ke-3

52

Diketahui panjang diagonal-diagonal belahketupat pola ke-1 samadengan 8cm

dan 6cm. Berapakah keliling bangun pada pola ke-6 ?

Jawaban Siswa :

Gambar 4.7

Contoh Jawaban Benar Pada Soal Nomor 4

Berikut jawaban-jawaban soal nomor 4 yang dinilai salah:

Kesalahan siswa dalam menjawab soal nomor 4 adalah pada saat

menentukan panjang sisi belah betupat pada pola ke-1. Siswa tidak

menggunakan rumus phytagoras dari perpotongan diagonal-diogonalnya

untuk menentukan panjang sisi-sisinya. Siswa yang menjawab mirip

dengan cara tersebut sebanyak 4 orang.

Kesalahan siswa dalam menjawab soal nomor 4 adalah siswa tidak

dapat menentukan rumusan keliling bangun pola ke-n. Siswa yang

menjawab dengan cara tersebut ada sebanyak 14 orang.

Kesalahan siswa dalam menjawab soal nomor 4 adalah saat

menentukan keliling bangun pada pola yang diberikan. Mereka keliru atau

tidak teliti dalam melakukan perhitungan.

53

Soal nomor 5 :

1. Perhatikan gambar persegi panjang berikut.

Pola ke-1 pola ke-2 pola ke-3

Gambar 5.

Diketahui persegi panjang pada pola ke-1 panjangnya samadengan 8 cm

dan lebarnya samadengan 6 cm. Berapakah keliling bangun pada pola ke-

7?

Jawaban Siswa :

Gambar 4.8

Contoh Jawaban Benar Pada Soal Nomor 5

Berikut ini uraian terkait jawaban siswa untuk soal nomor 5:

Kesalahan siswa dalam menjawab soal nomor 5 adalah pada saat

menghitung keliling bangun pada pola kedua dan ketiga. Mereka belum

mengerti konsep rumus keliling persegi panjang. Siswa yang menjawab

dengan cara tersebut sebanyak 26 orang.

54

Kesalahan siswa dalam menjawab soal nomor 5 adalah pada saat

melakukan perhitungan keliling bangun pada pola yang ditanyakan.

Mereka sudah mampu menemukan rumusan keliling bangun pada pola ke-

n, namun mereka tidak teliti saat menggunakan rumusannya. Siswa yang

menjawab dengan cara tersebut sebanyak 33 orang.

Kesalahan siswa dalam menjawab soal nomor 5 adalah tidak

memberikan penjelasan cara menghitung bangun pada pola ke-2 dan ke-3

Pada jawaban seperti ini siswa tidak memperlihatkan kemampuan

penalaran yang baik. Siswa yang menjawab dengan cara tersebut sebanyak

37 orang.

Pengambilan data melalui tes kemampuan generalisasi matematis

peneliti juga melakukan wawancara kepada guru matematika kelas VII

MTs Annajah Jakarta Selatan. Wawancara dilakukan untuk memperoleh

data tambahan mengenai kemampuan penalaran generalisasi matematis

siswa kelas VII MTs Annajah Jakarta Selatan.

Berikut disajikan hasil wawancara guru kelas VII MTs Annajah

Jakarta Selatan mengenai kemampuan penalaran generalisasi matematis

siswa.

1. Bagaimana sikap siswa pada saat kegiatan pembelajaran matematika di

kelas ?

Ada beraneka ragam sikap siswa dalam pembelajaran matematika. Ada

yang antusias memperhatikan dengan baik, yang demikian memang siswa-

siswa berprestasi di kelasnya, ada yang kurang antusiasnya

memperhatikan dan ada juga yang tidak memperhatikan sama sekali. Dari

sekian banyak siswa hanya sedikit saja yang benar-benar memperhatikan

saat pelajaran matematika.

2. Apakah para siswa aktif bertanya ketika mereka mengalami kesulitan

pada saat pembelajaran matematika?

Sebagian dikit saja yang aktif bertanya. Biasanya siswa yang aktif

bertanya adalah siswa-siswa yang memang pandai dan rajin, tapi sebagian

55

lain ada sesekali bertanya yang memang siswa yang percaya diri nya

tinggi meskipun sebenarnya ia tidak pintar dalam artian biasa saja.

3. Apakah siswa masih mengalami kesulitan dalam pembelajaran

matematika, dan kesulitan apa saja yang dialami siswa dalam

pembelajaran matematika?

Ya, masih banyak siswa yang masih merasa kesulitan dalam belajar

matematika. Kesulitan mereka ada bermacam-macam, ada yang kesulitan

dalam menghitung, memahami rumus, memahami konsep matematika,

apalagi bernalar dalam menjawab soal yang memang mesti dijawab

dengan penalaran.

4. Upaya apa saja yang ibu lakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan

tersebut?

Upaya selama ini saya mencoba lebih dekat dengan siswa agar mengetahui

kesulitannya masing-masing, dan terkadang membuat diskusi kelompok

agar antar siswa juga bisa saling mengajari, mungkin ada beberapa siswa

yang tidak malu kalau bertanya ke teman.

5. Metode apa yang biasa ibu gunakan pada saat pembelajaran matematika?

Selama ini saya sering menggunakan metode ceramah, sesekali dengan

diskusi kelompok.

6. Bagaimana kemampuan penalaran generalisasi matematis siswa?

Saya melihat kemampuan penalaran matematis siswa masih amat kurang,

tidak kecuali penalaran tipe generalisasinya. Kebanyakan tidak terlihat

menggunakan nalarnya secara baik dalam menjawab soal.

7. Seberapa penting kemampuan penalaran generalisasi matematis dalam

pembelajaran matematika?

Kemampuan penalaran generalisasi matematis termasuk kemampuan yang

penting dikuasai siswa dalam pembelajaran matematika.

8. Bagaimana menurut ibu tentang metode yang digunakan selama ini?

Apakah sudah cukup untuk meningkatkan kemampuan penalaran

generalisasi matematis siswa?

56

Metode yang saya gunakan masih kurang cukup untuk meningkatkan

kemampuan penalaran generalisasi matematis karena keterbatasan guru

dalam mempelajari metode-metode baru dan tuntutan kurikulum dengan

banyaknya materi yang harus diajarkan dengan alokasi waktu yang masih

sangat terbatas.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti menyimpulkan

bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika masih

belum mencapai maksimal, beberapa hal disebabkan minat siswa dalam

belajar matematika masih kurang dan metode pembelajaran yang

diterapkan masih monoton atau kurang membantu siswa untuk mampu

bernalar dengan baik.

57

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasakan analisis penelitian, secara keseluruhan dapat disimpulkan

bahwa nilai rata-rata kemampuan penalaran generalisasi matematis siswa kelas

VII MTs Annajah pada materi segitiga dan segiempat adalah 41,80. Banyaknya

siswa yang mampu menentukan luas/keliling bangun yang diberikan dalam

menjawab soal penalaran generalisasi matematis mencapai 37,80%, banyaknya

siswa yang mampu menentukan luas/keliling bangun yang ditanyakan namun

belum mampu menemukan rumusan/pola hitungnya dalam menjawab soal

mencapai 49,60%. Berdasarkan data-data tersebut dapat disimpulkan bahwa

kemampuan penalaran generalisasi matematis siswa MTs Annajah masih

tergolong rendah.

B. Saran

Berdasarkan temuan yang penulis temukan dalam penelitian ini, ada

beberapa saran penulis terkait penelitian ini:

1. Bagi siswa

Diharapkan siswa mampu meningkatkan penalarannya dalam latihan

mengerjakan soal–soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari

khususnya materi segitiga dan segiempat.

2. Bagi Guru

Diharapka guru membuat pemetaan terhadap kemampuan tingkat penalaran

siswa diawal tahun pelajaran, melakukan pendampingan kelompok belajar

dengan mempertimbangkan heterogenitas kemampuan penalaran siswa,

meningkatkan penalaran siswa khususnya pada materi prasyarat segitiga dan

segiempat, serta membiasakan memberikan contoh-contoh soal ysng

berkaitan kehidupan sehari-hari guna meningkatkan kemampuan penalaran

generalisasi matematis siswa, terutama pada konsep segitiga dan segi empat.

58

3. Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini, maka disampaikan saran

bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian sejenis yang terkait dengan

kemampuan penalaran generalisasi matematis segitiga dan segi empat

diharapkan dapat meneliti dengan menambah faktor-faktor yang lebih luas.

Seperti penambahan faktor keaktifan siswa, motivasi siswa dan faktor-faktor

lain yang masih mendukung data penelitian.

59

DAFTAR PUSTAKA

Adji, Nahrowi dan Maulana. Pemecahan masalah matematika. Bandung: UPI

Press, 2006.

Depdiknas. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika. Jakarta:

Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, 2007.

Dinarti, Siti. Pelevelan proses Generalisasi Pola Pada Siswa SMP Berdasarkan

taksonomi solo. Prosiding seminar Nasional TEQIP universitas negeri

malang, malang, 1 Desember 2014.

Dwirahayu, Gelar Pengaruh Pendekatan Analogi terhadap Peningkatan

Kemampuan Penalaran Matematika Siswa SMP, Jurnal Algoritma Vol. 1

No. 1, Juni 2006.

Gurria, Angel. Program for International Student Assessment 2012 Result and

Focus: What 15-Year-Olds Know And They Can Do With What They Know.

Turkey: OECD, 2014.

Herman, Tatang. Membangun Pengetahuan Siswa Melalui Pembelajaran

Berbasis Masalah. Seminar Nasional MIPA UNY: 2006.

https://id.wikipedia.org/wiki/Generalisasi,

https://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran

http://kbbi.web.id/generalisasi

http://kbbi.web.id/mampu

http://www.academia.edu/8528755/Penalaran_dan_Definisi

Ina V. S et ak. TIMSS 2011 International Result in Mathematics. USA: TIMSS &

PIRLS International Study Center, 2012.

Lawshe, C. H. A quantitative Approach to Content Validity. Personel Psychology

INC: 1975.

Meidawati, Yenny. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

SMP. Jurnal Pendidikan, Vol. 1: 2014.

Mukhtar. Kemampuan Abstraksi Dan Generalisasi Matematis Siswa Sekolah

Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan

Metaphorical thinking. Respository.upi.edu: 2013.

Mulyasana, Dedy. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2011.

Mulyono, Abdurrahman. Anak Berkesulitan Belajar: Teori, Diagnosis, dan

Remediasinya. Jakarta: Rineka Cipta, 2012.

60

Permana, Yanto dan Utari Sumarmo. Mengembangkan Kemampuan Penalaran

dan Koneksi Matematik Siswa SMA Melalui Pembelajaran Berbasis

Masalah. Jurnal Educationist Vol. 1 No. 2, Juli 2007.

Rostina. Media dan Alat peraga Dalam Pembelajaran Matematika. Bandung:

Penerbit Alfabeta, 2014.

Shadiq, Fajar. Kemahiran Matematika. Yogyakarta: Depdiknas, 2009.

------------------. Penalaran, Pemecahan Masalah dan Komunikasi dalam

Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: PPPG Matematika 2004.

Soekadijo. Logika Dasar: Tradisional, Simbolik, Indukti. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka, 2003.

Suherman, Erman dkk. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Bandung: JICA-UPI, 2001.

Sumarmo, Utari. Berfikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan

Bagaimana dikembangkan pada peserta didik. FMIPA UPI: 2010.

---------------. Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa SMA

dikaitkan dengan Kemampuan Penalaran Logik Siswa dan Beberapa Unsur

Proses Belajar Mengajar. Bandung: Disertasi Pascasarjana UPI, 1987, tidak

dipublikasikan.

Suryono, Makmuri, Soemenar. Penerapan Matematika Sekolah. Jakarta:

Universitas Terbuka, Cet. 2, 2007.

Susanto, Ahmad. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:

Kencana Prenada Media Grup, 2013.

Suwangsih, Erna dan Tiurlina. Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI

PRESS, Cet. I, 2006.

Swaningsih, Eva dan Tiurlina. Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI

Press, 2006.

The National Council of Teachers of Mathematics. Principles and Standards for

School Mathematics. USA: NCTM, 2000.

Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Penerbit

Kencana, 2013.

Wahyudin. Pembelajaran dan Model-model Pembelajaran. Bandung: IPA

ABONG, 2008

Wardhani, Sri. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs untuk

Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Yogyakarta: P4TK

Matematika, 2008.

Wulandari, Ira. Peningkatan Generalisasi Matematis Siswa Sekolah Menengah

Atas Melalui Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing.

Repository.upi.edu: 2013.

Lampiran 1

Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Generalisasi Matematis

No Indikator Soal

No.

Butir

Soal

Jumlah

Butir

Soal

1. Menggeneralisasikan konsep rumus

hitung luas segitiga 1, 2 2

2. Menggeneralisasikan konsep rumus

hitung luas segiempat 3 1

3. Menggeneralisasikan konsep rumus

hitung keliling segiempat 4, 5 2

Total 5

Lampiran 2

Pedoman Penskoran Instrumen Tes

Kemampuan Penalaran Generalisasi Matematis Siswa

Indikator Skor Uraian

Menggeneralisasikan

kosep rumus hitung

luas segitiga

3 Menentukan rumusan hitung lpola ke-n

2 Menentukan luas bangun yang ditanyakan

1 Menentukan luas bangun pada setiap pola

yang diketahui

0 Tidak memberikan jawaban atau

memperlihatkan ketidakpahaman terhadap

konsep

Menggeneralisasikan

konsep rumus hitung

luas segiempat

3 Membuat rumusan hitung luas bangun

pada pola ke-n

2 Menentukan luasa bangun yang

ditanyakan

1 Menentukan luas bangun pada setiap pola

yang diketahui

0 Tidak memberikan jawaban atau

memperlihatkan ketidakpahaman terhadap

konsep

Menggeneralisasikan

konsep rumus hitung

keliling segiempat

3 Menentukan rumusan hitung keliling

bangun pola ke-n

2 Menentukan keliling bangun yang

ditanyakan

1 Menentukan keliling bangun pada setiap

pola yang diketahui

0 Tidak memberikan jawaban atau

memperlihatkan ketidakpahaman terhadap

konsep

Lampiran 3

SOAL INSTRUMEN TES

KEMAMPUAN PENALARAN GENERALISASI MATEMATIS

Waktu :

Petunjuk :

Berdoalah terlebih dahulu sebelum mengerjakannya.

Tulislah nama dan kelas kamu pada lembar jawaban yang telah disediakan.

Selesaikan semua soal sesuai dengan perintah, dan jawablah soal pada lembar

jawaban yang telah disediakan.

Kerjakan terlebih dahulu soal yang kamu anggap mudah.

Periksalah kembali hasil kerjamu sebelum dikumpulkan.

Kerjakan Soal-soal di bawah ini!

1. Perhatikan gambar di bawah ini.

Segitiga samasisi

Gambar 1.

Diketahui segitiga samasisi terdapat segitiga di dalamnya yang setiap titik

sudutnya di tengah-tengah sisi segitiga luarnya.

Berapakah luas daerah yang diarsir bila panjang sisi segitiga samasisi yang

terluar adalah 6 cm ?

2. Perhatikan gambar di bawah ini.

Segitiga samasisi

Pola ke-1 pola ke-2 pola ke-3

Gambar 2.

Diketahui panjang sisinya 4 cm

Berapakah luas bangun pada pola ke-6 ?

3. Perhatikan gambar di bawah ini.

Persegi

Gambar 3.

Diketahui persegi terdapat persegi di dalamnya yang setiap titik sudutnya di

tengah-tengah setiap sisi persegi luarnya.

Panjang sisi persegi terluar adalah 16 cm.

Berapakah luas bangun yang diarsir ?

4. Perhatikan gambar di bawah ini.

Belah ketupat

Pola ke-1 pola ke-2 pola ke-3

Gambar 4

Diketahui panjang diagonal-diagonal belahketupat pola ke-1 samadengan 8cm

dan 6cm.

Berapakah keliling bangun pada pola ke-6 ?

5. Perhatikan gambar 5.

Persegi panjang

Pola ke-1 pola ke-2 pola ke-3

Gambar 5.

Diketahui persegi panjang pada pola ke-1 panjangnya samadengan 8 cm

dan lebarnya samadengan 6 cm.

Berapakah keliling bangun pada pola ke-7 ?

Lampiran 4

JAWABAN SOAL INSTRUMEN TES

1. Mencari tinggi segitiga dengan menggunakan rumus Phytagoras

t √ √ √ √

Luas segitiga

luar

Luas segitiga

Dalam

luas segitiga

luar

Maka,

* Luas segitiga dalam

I

* Luas segitiga dalam

II

* Luas Segitiga dalam

III

>> Jadi, Luas yang diarsir adalah

2. Mencari tinggi segitiga dengan menggunakan rumus Phytagoras

t √ √

√ √

* Luas segitiga pada pola I

* Luas segitiga pada pola II √

* Luas Segitiga pada pola

III √

Dengan demikian rumusan hitung luas pada pola ke – n

Pola I √ √

Pola II √ √

Pola III √ √

Pola ke

– n √

Maka luas bangun pada pola ke – 6 = √ √ √

3. Luas persegi terluar = s x s = 16 x 16 = 256 cm2

Persegi dalam I merupakan setengahnya persegi terluar, maka

Luas Persegi

dalam I

= ½ x Luas persegi terluar

= ½ x 256

= 128 cm2

Luas Persegi dalam II = ½ dari Luas Persegi Dalam I

= ½ x 128 = 64 cm2

Luas yang diarsir = ½ x 16 = 8 cm2

4. Menentukan panjang sisi belah ketupat dengan rumus Phytagoras

= √ √ √

Keliling belah ketupat pola ke = 4 x 5 = 1 x (4x5)

– 1

= 20

Keliling belah ketupat pola ke

– 2 = 8 x 5 = 2 x (4x5)

= 40

Keliling belah ketupat pola ke

– 3 = 12 x 5 = 3 x (4x5)

= 60

Rumusan keliling belah ketupat pola ke – n = n x (4x5)

Maka keliling belah ketupat pada pola ke – 6 = 6 x (4x5) = 120 cm

5. * Keliling persegi panjang pola 1

= 2 x (p x l) = 2 x (8x6) = 28

* Keliling persegi panjang pola 2

= 2 x (2p x 2l)

= 2 x (2 (pxl))

= 2 x 28 = 56

* Keliling persegi panjang pola 3

= 2 x (3p x 3l)

= 2 x (3 (p x l))

= 2 x 3 (p x l)

= 3 x 2 (p x l)

= 3 x 28 = 84

Rumusan keliling persegi panjang pada pola ke-n = n x luas persegi pola ke-1

Maka keliling persegi panjang pola ke-7 = 7 x 28

= 196 cm

Lampiran 5

Hasil Uji Coba Terbatas Validitas Instrumen Tes Kemampuan Penalaran

Generalisasi Matematis Siswa

No Nama Butir Soal Total

1 2 3 4 5

1 A 2 2 3 3 3 13

2 B 2 3 3 2 2 12

3 C 2 3 3 2 2 12

4 D 1 3 3 3 2 12

5 E 2 2 2 3 2 11

6 F 1 2 2 3 2 10

7 G 1 3 3 2 2 11

8 H 2 2 2 3 3 12

9 I 2 2 2 3 2 11

10 J 2 2 2 3 3 12

11 K 1 2 3 0 2 8

12 L 2 2 3 2 2 11

13 M 1 2 3 2 2 10

14 N 1 2 1 1 2 7

15 O 2 2 3 2 1 10

16 P 1 1 0 1 2 5

17 Q 2 3 3 2 2 12

18 R 2 3 3 2 2 12

19 S 2 1 2 0 1 6

20 T 2 2 2 3 2 11

21 U 1 2 2 2 2 9

22 V 1 1 1 1 1 5

23 W 2 3 3 2 2 12

24 X 2 2 2 3 1 10

25 Y 2 3 2 3 2 12

26 Z 1 1 1 2 2 7

27 AA 3 2 3 1 2 11

28 AB 3 3 2 2 2 12

29 AC 2 3 2 2 2 11

30 AD 2 3 2 2 3 12

31 AE 2 3 3 2 2 12

32 AF 1 1 1 1 2 6

33 AG 3 2 2 3 2 12

34 AH 2 3 2 3 2 12

Jumlah 60 76 76 71 68 351

r 0.601781 0.802157 0.684137 0.687482 0.483227

r tabel 0.3008 0.3008 0.3008 0.3008 0.3008

kriteria Valid Valid Valid Valid Valid

Lampiran 6

Hasil Uji Coba Terbatas Taraf Kesukaran Instrumen Tes Kemampuan Penalaran

Generalisasi Matematis Siswa

No Nama Butir Soal Total

1 2 3 4 5

1 A 2 2 3 3 3 13

2 B 2 3 3 2 2 12

3 C 2 3 3 2 2 12

4 D 1 3 3 3 2 12

5 E 2 2 2 3 2 11

6 F 1 2 2 3 2 10

7 G 1 3 3 2 2 11

8 H 2 2 2 3 3 12

9 I 2 2 2 3 2 11

10 J 2 2 2 3 3 12

11 K 1 2 3 0 2 8

12 L 2 2 3 2 2 11

13 M 1 2 3 2 2 10

14 N 1 2 1 1 2 7

15 O 2 2 3 2 1 10

16 P 1 1 0 1 2 5

17 Q 2 3 3 2 2 12

18 R 2 3 3 2 2 12

19 S 2 1 2 0 1 6

20 T 2 2 2 3 2 11

21 U 1 2 2 2 2 9

22 V 1 1 1 1 1 5

23 W 2 3 3 2 2 12

24 X 2 2 2 3 1 10

25 Y 2 3 2 3 2 12

26 Z 1 1 1 2 2 7

27 AA 3 2 3 1 2 11

28 AB 3 3 2 2 2 12

29 AC 2 3 2 2 2 11

30 AD 2 3 2 2 3 12

31 AE 2 3 3 2 2 12

32 AF 1 1 1 1 2 6

33 AG 3 2 2 3 2 12

34 AH 2 3 2 3 2 12

Jumlah 60 76 76 71 68 351

TK 0.588235 0.745098 0.745098 0.696078 0.666667

Kriteria Sedang mudah mudah sedang sedang

Lampiran 7

Hasil Uji Coba Terbatas Daya Pembeda Soal Instrumen Tes Kemampuan

Penalaran Generalisasi Matematis Siswa

No Nama Butir Soal Total

1 2 3 4 5

A 2 2 3 3 3 13

B 2 3 3 2 2 12

C 2 3 3 2 2 12

D 1 3 3 3 2 12

H 2 2 2 3 3 12

J 2 2 2 3 3 12

Q 2 3 3 2 2 12

R 2 3 3 2 2 12

W 2 3 3 2 2 12

Y 2 3 2 3 2 12

AB 3 3 2 2 2 12

AD 2 3 2 2 3 12

AE 2 3 3 2 2 12

AG 3 2 2 3 2 12

AH 2 3 2 3 2 12

E 2 2 2 3 2 11

G 1 3 3 2 2 11

Ba 34 46 43 42 38 203

Ja 51 51 51 51 51

I 2 2 2 3 2 11

L 2 2 3 2 2 11

T 2 2 2 3 2 11

AA 3 2 3 1 2 11

AC 2 3 2 2 2 11

F 1 2 2 3 2 10

M 1 2 3 2 2 10

O 2 2 3 2 1 10

X 2 2 2 3 1 10

U 1 2 2 2 2 9

K 1 2 3 0 2 8

N 1 2 1 1 2 7

Z 1 1 1 2 2 7

S 2 1 2 0 1 6

AF 1 1 1 1 2 6

P 1 1 0 1 2 5

V 1 1 1 1 1 5

Bb 26 30 33 29 30 148

Jb 51 51 51 51 51

D 0.156863 0.313725 0.196078 0.254902 0.156863

Kriteria jelek Cukup Jelek Cukup jelek

Lampiran 8

Hasil Tes Kemampuan Penalaran Generalisasi Matematis Siswa Keseluruhan

No. RESPONDEN SKOR PER SOAL Total

1 2 3 4 5

1 A 2 1 2 3 1 9

2 B 2 1 2 2 1 8

3 C 2 1 1 2 1 7

4 D 2 1 1 2 1 7

5 E 2 1 1 2 0 6

6 F 2 1 2 3 0 8

7 G 2 1 1 2 2 8

8 H 2 1 2 3 2 10

9 I 1 2 1 0 2 6

10 J 1 2 1 0 1 5

11 K 1 1 1 0 2 5

12 L 1 1 1 2 1 6

13 M 1 2 2 2 0 7

14 N 2 2 1 1 0 6

15 O 2 2 1 1 0 6

16 P 2 1 2 2 1 8

17 Q 2 1 1 2 0 6

18 R 2 0 1 2 2 7

19 S 2 1 1 2 2 8

20 T 2 3 1 2 1 9

21 U 2 3 2 2 0 9

22 V 2 3 1 2 0 8

23 W 2 3 2 2 2 11

24 X 2 1 1 2 2 8

25 Y 2 1 1 2 2 8

26 Z 2 2 1 2 2 9

27 AB 2 1 2 1 1 7

28 AC 2 1 1 2 1 7

29 AD 2 1 1 2 1 7

30 AE 2 1 1 2 0 6

31 AF 2 1 2 2 2 9

32 AG 2 1 1 2 2 8

33 AH 2 1 1 2 1 7

34 AI 1 1 2 2 1 7

35 AJ 1 1 1 2 1 6

36 AK 2 1 0 1 1 5

37 AL 3 3 0 2 1 9

38 AM 0 2 0 2 2 6

39 AN 2 1 1 1 2 7

40 AO 2 1 1 2 2 8

41 AP 2 1 1 2 1 7

42 AQ 0 0 1 2 1 4

43 AR 2 3 1 2 2 10

44 AS 2 0 1 1 2 6

45 AT 2 2 1 1 2 8

46 AU 2 0 1 2 2 7

47 AV 2 0 1 2 1 6

48 AW 2 1 1 2 2 8

49 AX 2 0 1 2 2 7

50 AY 2 0 1 2 3 8

51 AZ 2 2 1 2 1 8

52 BC 2 0 1 1 1 5

53 BD 2 0 1 2 1 6

54 BE 2 2 1 2 1 8

55 BF 2 1 1 2 1 7

56 BG 2 2 3 2 0 9

57 BH 2 1 2 2 1 8

58 BI 2 1 2 2 2 9

59 BJ 2 2 3 3 0 10

60 BK 2 1 1 2 0 6

61 BL 2 2 1 1 1 7

62 BM 2 2 1 1 1 7

63 BN 2 3 3 3 0 11

64 BO 2 1 3 2 1 9

65 BP 2 1 2 2 2 9

66 BQ 2 2 1 2 2 9

67 BR 2 2 1 2 1 8

68 BS 2 1 1 2 1 7

69 BT 2 1 2 2 2 9

70 BU 2 1 2 2 1 8

71 BV 2 1 3 2 1 9

72 BW 2 1 2 2 0 7

73 BX 2 1 2 0 0 5

74 BY 2 1 1 2 0 6

75 BZ 2 1 2 2 0 7

76 CA 2 1 3 2 1 9

77 CB 2 1 2 2 0 7

78 CC 2 1 3 2 0 8

79 CD 2 1 3 2 0 8

80 CE 2 1 1 2 0 6

81 CF 2 1 2 2 0 7

82 CG 2 1 3 2 0 8

83 CH 2 1 2 2 0 7

84 CI 2 2 1 2 0 7

85 CJ 2 1 3 2 0 8

86 CK 1 2 2 2 1 8

87 CL 1 2 1 2 2 8

88 CM 1 2 1 2 1 7

89 CN 1 2 2 2 1 8

90 CO 2 2 2 2 1 9

91 CP 0 2 2 1 2 7

92 CQ 1 1 2 1 3 8

93 CR 1 1 1 1 2 6

94 CS 2 1 1 1 3 8

95 CT 2 1 1 2 2 8

96 CU 2 1 1 2 2 8

97 CV 2 2 2 2 3 11

98 CW 0 1 2 2 2 7

99 CX 2 2 1 2 2 9

100 CY 2 2 2 2 2 10