analisis kemampuan pemecahan masalah matematis ...lib.unnes.ac.id/38918/1/4101416099.pdfdan ilmu...
TRANSCRIPT
Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Ditinjau Dari Adversity Quotient Pada Model
Pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan
Edmodo
Skripsi
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
oleh
Aulia Febliana Chaniago
4101416099
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
iii
RNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas dari plagiat. Apabila dikemudian hari
terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Semarang, Maret 2020
Aulia Febliana Chaniago
4101416099
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya
bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari
sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya
kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (QS. Al-Insyirah: 6-8)
2. Menerima yang terjadi, ketimbang melawannya. Menyadari bahwa meski
seolah berantakan, selalu ada keindahan yang pantas disyukuri. (Adjie
Santosoputro)
PERSEMBAHAN
1. Orang tua tercinta, Bapak Agus Suratman, Ibu
Efflizarti Chaniago yang selalu mendoakan yang
terbaik, memberi semangat serta memberikan kasih
sayang.
2. Untuk kakak-kakak saya, teteh Isrina F Chaniago,
aa’ Wanda Mulia Chaniago yang selalu memberikan
dukungan dan semangat
3. Untuk diri sendiri yang sudah berusaha dan berjuang
untuk menyelesaikan menyusun buku biru ini,
terima kasih sudah sabar dari segala hal yang
mengejar.
4. Sahabat-sahabat saya Himatika Angkatan Super
2016, Pasma 26, dan teman-teman Pendidikan
Matematika angkatan 2016 yang selalu memberikan
support.
vi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Ditinjau dari Adversity Quotient
dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan Edmodo”.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, serta masukan dari
pihak yang terkait. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Sugianto, M.Si., Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang.
3. Dr. Mulyono, M.Si., Ketua Jurusan Matematika.
4. Amidi, S.Si., M.Pd. , Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan dan
bimbingan kepada penulis dalam menyusun skripsi.
5. Dr. Nuriana Rachmani Dewi (Nino Adhi), S.Pd. M.Pd., Dosen Penguji I yang
telah memberikan saran dalam penyusunan skripsi.
6. Dr. Rochmad, M,Si., Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dalam
penyusunan skripsi.
7. Dra. Emi Pujiastuti, M.Pd., Dosen Wali yang telah memberikan motivasi dan
arahan.
8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Matematika Universitas Negeri Semarang yang
telah memberikan bekal pengetahuan kepada penulis dalam perkuliahan
untuk membantu dalam penyusunan skripsi ini.
9. Dr. Siswanto, M.Pd., Kepala SMA Negeri 5 Semarang yang telah
memberikan izin penelitian.
10. Dra Kresni Winarti, Guru Matematika SMA Negeri 5 Semarang yang telah
membantu saat melaksanakan penelitian.
11. Siswa kelas XI SMA Negeri 5 Semarang yang telah berpartisipasi dalam
penelitian ini.
12. Teman-teman Himatika angkatan super yang terus memberikan hiburan dan
semangat.
13. Teman-teman PPL dan KKN internasional UPSI Malaysia, yang memberikan
pengalaman luar biasa.
vii
14. Teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2016 yang telah menemani
perjuangan saat kuliah.
15. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi.
Semoga kebaikan yang kalian berikan, dibalas berlipat ganda oleh Allah
SWT dan mendapatkan berkah yang melimpah. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca. Terima kasih.
Semarang, Maret 2020
Penulis
viii
ABSTRAK
Chaniago, A.F. 2020. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Ditinjau dari Adversity Quotient pada Model Pembelajaran Problem Based
Learning berbantuan Edmodo. Skripsi, Jurusan Matematika Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang, Pembimbing Amidi,
S.Si., M.Pd.
Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan masalah matematis, Adversity Quotient,
PBL berbantuan Edmodo
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui dan mendeskripsikan
perbandingan pembelajaran menggunakan model PBL berbantuan Edmodo
dengan pembelajaran menggunakan PBL; (2) mengetahui dan mendeskripsikan
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan penerapan model
pembelajaran PBL berbantuan Edmodo apakah mencapai KKM; (3) mengetahui
dan mendeskripsikan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa dengan penerapan model pembelajaran PBL berbantuan Edmodo apakah
lebih baik dari peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
dengan penerapan model pembelajaran PBL; (4) mengetahui dan mendeskripsikan
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada model pembelajaran PBL
berbantuan Edmodo lebih baik dari model pembelajaran PBL; (5) mengetahui dan
mendeskripsikan pengaruh antara kemampuan pemecahan masalah dengan
Adversity Quotient dengan pembelajaran model PBL.
Jenis penelitian ini mix method. Populasi siswa kelas XI di salah satu SMA
Negeri di Semarang. Penelitian kuantitatif menggunakan desain Pretest-Posttest
Control Group Design dengan dua macam perlakuan. Penelitian kualitatif
menggunakan purposive sampling. Subjek penelitian 6 siswa dengan rincian 2
siswa dengan tipe climbers atau AQ tinggi, 2 siswa dengan tipe campers atau AQ
sedang, 2 siswa dengan tipe quitters atau AQ rendah.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) rata-rata hasil tes kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran PBL
berbantuan Edmodo mencapai KKM individual; (2) rata-rata hasil kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran PBL
berbantuan Edmodo lebih baik daripada rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan
masalah matematis yang mengikuti pembelajaran PBL; (3) terdapat pengaruh
Adversity Quotient terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
yang mengikuti pembelajaran PBL berbantuan Edmodo; (4) siswa pada kategori
Climbers atau AQ tinggi mampu memenuhi semua indikator pada tahap
kemampuan pemecahan masalah matematis yaitu tahap memahami masalah,
merencanakan penyelesaian masalah, melaksanakan rencana penyelesaian dan
memeriksa kembali; (5) siswa pada kategori Campers atau AQ sedang hanya
mampu memenuhi indikator pada tahap memahami masalah, merencanakan
penyelesaian masalah, dan melaksanakan rencana penyelesaian; (6) siswa pada
kategori Quitters atau AQ rendah hanya mampu memenuhi indikator pada tahap
memahami masalah saja.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................
PERNYATAAN.............................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................
MOTTO DAN PERSEMBAHAN..................................................................
PRAKATA......................................................................................................
ABSTRAK......................................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
DAFTAR TABEL...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
i
iii
iv
v
vi
viii
ix
xiv
xv
xvii
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………….
1.4.1. Bagi peneliti ...........................................................................
1.4.2. Bagi Siswa .............................................................................
1.4.3. Bagi Pendidik .........................................................................
1.4.4. Bagi Sekolah ..........................................................................
8
8
9
9
10
1.5 Penegasan Istilah
1.5.1 Analisis......................................................................................
1.5.2 Problem Based Learning (PBL)…............................................
1.5.3 Edmodo......................................................................................
1.5.4 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis...........................
1.5.5 Adversity Quotient (AQ)............................................................
10
10
10
11
11
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori.................................................................................... 12
x
2.1.1 Teori Belajar...............................................................................
2.1.1.1 Teori Belajar Jean Piaget...............................................
2.1.1.2 Teori Belajar Vygotsky..................................................
2.1.1.3 Teori Belajar David Ausubel........................................
2.1.2 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis............................
2.1.3.1 Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis.....................................................................
2.1.3.2 Langkah-langkah Pemecahan Masalah
Matematis......................................................................
2.1.3 Model Problem Based Learning (PBL).....................................
2.1.4 Media Edmodo...........................................................................
2.1.5 Adversity Quotient (AQ)............................................................
2.1.5.1 Tipe Adversity Quotient (AQ)………..........................
2.1.6 Materi Terkait.............................................................................
2.1.6.1 Barisan dan Deret Aritmatika.……………………......
2.1.6.2 Barisan dan Deret Geometri ………………………....
12
12
13
14
15
15
16
20
23
24
26
29
29
30
2.2 Penelitian yang Relevan...................................................................... 30
2.3 Kerangka Berpikir...............................................................................
2.4 Hipotesis.............................................................................................
32
35
3. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian.................................................................
3.2 Langkah-langkah Penelitian................................................................
36
37
3.3 Latar Penelitian...................................................................................
3.3.1 Lokasi Penelitian....................................................................
3.3.2 Waktu Penelitian....................................................................
3.4 Populasi, Sampel, dan Subjek Penelitian...........................................
3.4.1 Populasi ………………………………..........................……..
3.4.2 Sampel …………………………………..................................
3.4.3 Subjek Penelitian………………………….....……………......
3.5 Variabel Penelitian.............................................................................
3.5.1 Variabel Bebas……………………………….............……......
39
39
39
39
39
39
40
41
41
xi
3.5.2 Variabel Terikat……………………………................…….....
3.5.3 Variabel Kontrol………………........……………………...….
3.6 Data dan Sumber Data Penelitian
3.6.1 Data Penelitian ……..................................................................
3.6.2 Sumber Data Penelitian..............................................................
3.7 Teknik Pengumpulan Data …………........………………………......
3.7.1 Tes..............................................................................................
3.7.2 Wawancara.................................................................................
3.7.3 Kuesioner……...........................................................................
3.7.4 Dokumentasi …………........……………………….................
3.7.5 Tahap Analisis Data …………........………………………......
3.7.6 Tahap Pembuatan Kesimpulan …………........…………….....
3.7.7 Tahap Penyusunan Laporan …………........…………...….......
3.8 Instrumen Penelitian …………........………………………................
3.8.1 Perangkat Pembelajaran.............................................................
3.8.2 Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis............
3.8.3 Angket Klasifikasi Tipe-tipe AQ…..........................................
3.8.4 Pedoman Wawancara …………........………………………...
3.9 Teknik Analisis Data Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis....…………........………………………...........
3.9.1 Uji Validitas...............................................................................
3.9.2 Uji Reliabilitas....... …………........……………………....…...
3.9.3 Taraf Kesukaran…................……………………….................
3.9.4 Daya Pembeda Item …………........…………………....……..
3.10 Analisis Data Kuantitatif …………........……………………...….
3.10.1 Uji Normalitas Awal……………………………………......
3.10.2 Uji Homogenitas Awal…………………………………......
3.10.3 Uji Kesamaan Rata-rata.........................................................
3.10.4 Uji Normalitas Akhir…………………...................…..........
3.10.5 Uji Homogenitas Akhir..........................................................
3.10.6 Uji Hipotesis 1…………………….......................................
41
41
41
41
42
42
42
43
44
45
45
45
45
45
46
46
47
47
47
47
47
48
49
50
51
51
51
51
52
52
53
xii
3.10.5 Uji Hipotesis 2…………………….......................................
3.10.6 Uji Hipotesis 3…………………….......................................
3.10.7 Pengaruh AQ terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis...……………………..........................................
3.11 Analisis Data Kualitatif …………........………………………......
3.11.1 Reduksi Data …………........………………………............
3.11.2 Penyajian Data …………........……………………….........
3.11.3 Menarik Kesimpulan …………........……………………....
3.12 Keabsahan Data……………………………………………...........
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengambilan Data Penelitian……........……………………....
4.1.1 Pemilihan Sampel....................................................................
4.1.2 Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis...............................................................
4.1.3 Analisis Data Kemampuan Awal ..........................................
4.1.3.1 Uji Normalitas.............................................................
4.1.3.2 Uji Homogenitas.........................................................
4.1.3.3 Uji Kesamaan Rata-rata..............................................
4.1.4 Pelaksanaan Penelitian...............................................................
4.1.5 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis.....................
4.1.6 Analisis Data Akhir....................................................................
4.1.6.1 Uji Normalitas.............................................................
4.1.6.2 Uji Homogenitas..........................................................
4.1.6.3 Uji Hipotesis 1.............................................................
4.1.6.4 Uji Hipotesis 2.............................................................
4.1.6.5 Uji Hipotesis 3.............................................................
4.1.6.6 Uji Hipotesis 4.............................................................
4.1.7 Analisis Data Kualitatif..............................................................
4.1.7.1 Penentuan Subjek Penelitian.......................................
4.1.7.2 Analisis Kemampuan Pemecahan masalah
matematis ditinjau dari Adversity Quotient................
55
56
58
60
60
60
60
61
63
63
64
64
65
65
66
66
67
70
71
71
72
72
74
75
78
79
79
81
xiii
4.1.7.2.1 Tipe Climbers (AQ Tinggi)......................
4.1.7.2.2 Tipe Campers (AQ Sedang).....................
4.1.7.2.3 Tipe Quitters (AQ Rendah)......................
4.2 Pembahasan………………………………………………………...
4.2.1 Pembahasan Kuantitatif..........................................................
4.2.2 Pembahasan Kualitatif............................................................
4.2.2.1 Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta
Didik pada Tipe Climbers (AQ Tinggi).....................
4.2.2.2 Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta
Didik pada Tipe Campers (AQ Sedang)....................
4.2.2.3 Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta
Didik pada Tipe Quitters (AQ Rendah).....................
4.2.2.4 Ringkasan Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta
Didik pada Adversity Quotient..................................
5. PENUTUP
5.1 Simpulan...........................................................................................
5.2 Saran.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
LAMPIRAN...................................................................................................
82
127
171
213
213
219
219
220
221
222
225
226
228
233
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah..........................................
2.2 Langkah-langkah Problem Based Learning...........................................
2.3 Karakteristik masing-masing kategori AQ………....……………….....
3.1 Kriteria Reliabilitas Soal …………………….................……………..
3.2 Tolak Ukur Tingkat Kesukaran………………………….....………….
3.3 Kategori Daya Pembeda …………........................................................
3.4 Kriteria Nilai Gain Ternormalisasi ………............................................
4.1 Analisis Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis...............................................................................................
4.2 Rincian Jadwal Pembelajaran ……………………………...………….
4.3 Penggolongan Peserta didik Berdasarkan Skor Angket AQ…………..
4.4 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ditinjau dari
AQ Tinggi ………………………………………............................…..
4.5 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ditinjau dari
AQ Sedang ………………………………………..........................…..
4.6 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ditinjau dari
AQ Rendah ………………………………………..........................…..
4.7 Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ditinjau dari
Adversity Quotient ................................................................................
19
22
29
49
50
50
57
65
67
80
126
170
210
211
Halaman
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Gambar Kerangka Berfikir……………………………………….......
3.1 Strategi eksplanatoris sekuensial..........................................................
3.2 Desain Pretest-Posttest Control Group Design....................................
4.1 Hasil pekerjaan E-18 pada soal nomor 1……………………………..
4.2 Hasil pekerjaan E-18 pada soal nomor 2..……………………………
4.3 Hasil pekerjaan E-18 pada soal nomor 3..……………………………
4.4 Hasil pekerjaan E-18 pada soal nomor 4..……………………………
4.5 Hasil pekerjaan E-18 pada soal nomor 5..……………………………
4.6 Hasil pekerjaan E-18 pada soal nomor 6..……………………………
4.7 Hasil pekerjaan E-18 pada soal nomor 6……………………………..
4.8 Hasil pekerjaan E-21 pada soal nomor 1……………………………..
4.9 Hasil pekerjaan E-21 pada soal nomor 2..…………………………....
4.10 Hasil pekerjaan E-21 pada soal nomor 3..…………………………....
4.11 Hasil pekerjaan E-21 pada soal nomor 4..…………………………....
4.12 Hasil pekerjaan E-21 pada soal nomor 5..…………………………....
4.13 Hasil pekerjaan E-21 pada soal nomor 6..…………………………....
4.14 Hasil pekerjaan E-21 pada soal nomor 6..………………………..…..
4.15 Hasil pekerjaan E-03 pada soal nomor 1…………………………..…
4.16 Hasil pekerjaan E-03 pada soal nomor 2..……………………………
4.17 Hasil pekerjaan E-03 pada soal nomor 3..……………………………
4.18 Hasil pekerjaan E-03 pada soal nomor 4..……………………………
4.19 Hasil pekerjaan E-03 pada soal nomor 5..……………………………
4.20 Hasil pekerjaan E-03 pada soal nomor 6..……………………………
4.21 Hasil pekerjaan E-26 pada soal nomor 1…..…………………………
4.22 Hasil pekerjaan E-26 pada soal nomor 2..……………………………
4.23 Hasil pekerjaan E-26 pada soal nomor 3..……………………………
4.24 Hasil pekerjaan E-26 pada soal nomor 3..……………………………
4.25 Hasil pekerjaan E-26 pada soal nomor 4..……………………………
34
36
37
82
85
88
92
96
99
99
103
108
111
115
118
122
122
127
131
134
138
141
145
148
152
155
156
159
Halaman
xvi
4.26 Hasil pekerjaan E-26 pada soal nomor 5..……………………………
4.27 Hasil pekerjaan E-26 pada soal nomor 6..……………………………
4.28 Hasil pekerjaan E-10 pada soal nomor 1……………………………..
4.29 Hasil pekerjaan E-10 pada soal nomor 2..……………………………
4.30 Hasil pekerjaan E-10 pada soal nomor 4..……………………………
4.31 Hasil pekerjaan E-10 pada soal nomor 5..……………………………
4.32 Hasil pekerjaan E-10 pada soal nomor 6..……………………………
4.33 Hasil pekerjaan E-28 pada soal nomor 1……………………………..
4.34 Hasil pekerjaan E-28 pada soal nomor 2..……………………………
4.35 Hasil pekerjaan E-28 pada soal nomor 3..……………………………
4.36 Hasil pekerjaan E-28 pada soal nomor 4..……………………………
4.37 Hasil pekerjaan E-28 pada soal nomor 5..……………………………
4.38 Hasil pekerjaan E-28 pada soal nomor 6..……………………………
4.39 Latihan soal 1..……………..........................................………………
4.40 Latihan soal 2..……………………………..........................................
4.41 Bahan Ajar......……………………………..........................................
163
166
171
174
180
183
187
189
193
196
200
203
207
217
217
218
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Daftar Peserta Didik Kelas Uji Coba.....................................................
2. Daftar Peserta Didik Kelas Eksperimen................................................
3. Daftar Peserta Didik Kelas Kontrol.......................................................
4. Nilai Pretest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis...………...
5. Nilai Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis....…….....
6. Hasil Penggolongan Tipe Adversity Quotient Peserta Didik.................
7. Kisi Kisi Soal Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis..............................................................................................
8. Soal Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis..............................................................................................
9. Pedoman Penskoran Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis..............................................................................................
10. Daftar Nilai Kelas Uji Coba..................................................................
11. Analisis Validitas Soal Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis................................................................................
12. Analisis Reliabilitas Soal Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis...............................................................................
13. Analisis Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis.. ………....................................…….
14. Analisis Daya Pembeda Soal Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis...............................................................................
15. Rekapitulasi Analisis Hasil Soal Uji Coba Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis.. …………….....................................
16. Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis........
17. Soal Pre test Kemampuan Pemecahan Masalah..................................
18. Soal Post test Kemampuan Pemecahan Masalah.................................
19. Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis..............................................................................................
233
234
235
236
237
238
240
244
247
257
258
259
260
261
262
263
267
270
273
Halaman
xviii
20. Pedoman Penskroan Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis..............................................................................................
21. Angket Kuesioner Adversity Quotient...................................................
22. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa...................................................
23. Uji Normalitas Tes Awal Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Kelas Eksperimen ...............................................................
24. Uji Normalitas Tes Awal Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Kelas Kontrol......................................................................
25. Uji Homogenitas Tes Awal Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis..............................................................................................
26. Uji Kesamaan Rata-rata awal Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis.............................................................................................
27. Uji Normalitas Tes Akhir Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Kelas Eksperimen................................................................
28. Uji Normalitas Tes Akhir Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Kelas Kontrol......................................................................
29. Uji Homogenitas Tes Akhir Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis..............................................................................................
30. Uji Hipotesis 1.......................................................................................
31. Uji Hipotesis 2.......................................................................................
32. Uji Hipotesis 3......................................................................................
33. Uji Hipotesis 4......................................................................................
34. Penggalan Silabus Pelajaran Matematika.............................................
35. RPP Pelaksanaan Kelas Eksperimen Pertemuan 1................................
36. RPP Pelaksanaan Kelas Eksperimen Pertemuan 2................................
37. RPP Pelaksanaan Kelas Eksperimen Pertemuan 3................................
38. RPP Pelaksanaan Kelas Kontrol Pertemuan 1.......................................
39. RPP Pelaksanaan Kelas Kontrol Pertemuan 2.......................................
40. RPP Pelaksanaan Kelas Kontrol Pertemuan 3.......................................
41. LKPD Pertemuan 1................................................................................
42. LKPD Pertemuan 2................................................................................
275
282
290
291
292
293
294
295
296
297
298
300
302
306
309
325
335
345
354
363
373
382
391
xix
43. LKPD Pertemuan 3................................................................................
44. LTPD Pertemuan 1................................................................................
45. LTPD Pertemuan 2................................................................................
46. LTPD Pertemuan 3................................................................................
47. Bahan Ajar.............................................................................................
48. Latihan Soal 1........................................................................................
49. Latihan Soal 2........................................................................................
50. Latihan Soal 3........................................................................................
51. Keabsahan Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Ditinjau dari Adversity Quotient............................................................
52. Pedoman Wawancara............................................................................
53. Hasil Pengerjaan Subjek.......................................................................
54. Naskah Asli Adversity Quotient............................................................
55. Tampilan Kelas Edmodo.......................................................................
56. Surat Ketetapan Dosen Pembimbing.....................................................
57. Surat Izin Observasi…………………...…………...............................
58. Surat Izin Penelitian dari Universitas………………………….……...
59. Dokumentasi..........................................................................................
401
408
411
414
417
423
424
425
426
433
435
450
459
460
461
462
463
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri atas komponen-komponen
yang saling terkait secara fungsional bagi tercapainya pendidikan yang
berkualitas. Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (2003),
menunjukkan akan peran strategis pendidikan dalam pembentukan SDM yang
berkualitas. Karakter manusia Indonesia yang diharapkan menurut undang-undang
tersebut adalah manusia yang beriman dan bertaqwa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, maju, cerdas, kreatif, terampil, disiplin, profesional, bertanggung
jawab, produktif, serta sehat jasmani dan rohani. Upaya efektif untuk membentuk
karakter manusia seperti ini dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas
pendidikan.
Matematika merupakan salah satu ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang
pendidikan karena matematika memiliki peran penting dalam dimensi kehidupan.
Tujuan pembelajaran matematika menurut kurikulum 2013 yaitu mengembangkan
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa, salah satunya kemampuan
pemecahan masalah matematika. National Council of Teachers of Mathematics
(NCTM, 2000) menetapkan lima standar kemampuan matematis yang harus
dimiliki oleh siswa, yaitu kemampuan pemecahan masalah (problem solving),
2
kemampuan komunikasi (communication), kemampuan koneksi (connection),
kemampuan penalaran (reasoning), dan kemampuan representasi (representation).
Menurut Van De Walle, sebagaimana dikutip oleh Waluya et al. (2019: 1)
Pemecahan masalah memainkan sebuah peran yang penting dalam pendidikan
matematika dan sebagian besar pembelajaran terjadi sebagai hasil dari proses
pemecahan masalah. Pemecahan masalah adalah suatu proses terencana yang
perlu dilaksanakan agar memperoleh penyelesaian tertentu dari sebuah masalah.
Pemecahan masalah adalah salah satu aspek utama dalam kurikulum matematika
yang diperlukan siswa untuk menerapkan dan mengintegrasikan banyak konsep-
konsep matematika dan keterampilan serta membuat keputusan.
Menurut Saefudin sebagaimana dikutip oleh Muqarrobin (2017)
menyatakan bahwa kemampuan guru dalam memerankan dirinya sebagai
pembimbing, motivator, dan fasilitator dalam pembelajaran matematika sangat
berpengaruh terhadap kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah
matematika. Untuk mencapai tujuan yang telah direncakan di awal seorang guru
yang profesional mampu menentukan cara apa yang paling efektif dalam
menerapkan strategi pembelajaran. Pada era kreatif saat ini, seorang guru juga
dituntut untuk mampu memiliki kreativitas tingkat tinggi dalam menginovasi,
mendesain dan melakukan setiap kegiatan pembelajaran dengan materi yang
berbeda-beda pula tentunya.
Agar tercapai pembelajaran secara efektif efisien dan harapannya dapat
ditempuh dengan baik maka diperlukan penentuan strategi pembelajaran yang
tepat. Sehingga siswa yang kurang minat belajar akan merasa cocok karena
3
mereka menjadi lebih paham dengan cara mengajar guru yang baik. Agar semua
itu dapat tercapai, seorang guru atau pengajar setidaknya perlu mempersiapkan
hal-hal berikut ini: 1) mengembangkan tujuan pembelajaran; 2) mengembangkan
kegiatan pembelajaran; 3) memilih metode ataupun model dan teknik yang tepat,
4) memilih media yang tepat; 5) memilih materi ajar yang sesuai dengan
pencapaian kompetensi; 6) memilih sumber belajar yang pas; dan 7) menentukan
instrumen penilaian yang tepat sasaran.
Terdapat banyak model maupun pendekatan pembelajaran yang dapat
dipakai oleh guru untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta
didik, salah satu model pembelajaran adalah pembelajaran Problem Based
Learning (PBL). PBL adalah pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai
dasar bagi peserta didik untuk belajar. Arends sebagaimana dikutip oleh Nurma
(2014) menyatakan bahwa “problem based learning helps students develop their
thinking and problem solving skills, learn authentic adult roles, and become
independent learners.” Maknanya adalah belajar berbasis masalah membantu
peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan
masalah, mempelajari peran-peran orang dewasa, dan menjadi pelajar yang
mandiri. Selain itu menurut Shoenfeld dan Boaler sebagaimana dikutip oleh
Padmavathy dan Mareesh (2013) mengatakan bahwa “Proponents of
mathematical problem solving insist that students become good problem solvers
by learning mathematical knowledge heuristically.” Sehingga model
pembelajaran PBL mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematis pada siswa.
4
Kemampuan pemecahan masalah matematis belum sepenuhnya
mendapatkan hasil yang baik di dunia pendidikan. Data hasil wawancara yang
dilakukan dengan salah satu guru mata pelajaran matematika di SMA Negeri 5
Semarang mengatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
belum optimal terutama pada materi barisan deret aritmatika dan geometri. Hal ini
ditunjukkan saat Ujian Nasional 2019, SMA Negeri 5 Semarang memiliki nilai
daya serap tentang menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan barisan
dan deret aritmatika kurang dari 55%, yaitu sebesar 7,21% untuk indikator
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan barisan/deret aritmatika. Siswa
belum bisa menjawab pertanyaan dengan baik dalam menyelesaikan
permasalahan matematika tersebut.
Dalam menjawab pertanyaan atau menyelesaikan permasalahan matematika,
setiap siswa memiliki tingkat kesulitan serta kemampuan yang berbeda-beda
sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Seseorang dapat menyelesaikan
atau memecahkan masalah yang ada dengan baik apabila didukung oleh
kemampuan menyelesaikan masalah yang baik pula. Kemampuan yang dimiliki
seseorang untuk mengubah dan mengolah suatu permasalahan atau kesulitan yang
terjadi dalam hidupnya dan menjadikan masalah tersebut menjadi suatu tantangan
yang harus diselesaikan dengan sebaik-baiknya dikenal dengan Adversity Quotient
(AQ).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 21
Tahun 2016 tentang Standar Isi (Permendiknas, 2016) menjelaskan siswa harus
menunjukan sikap positif bermatematika: logis, cermat dan teliti, jujur,
5
bertanggung jawab, dan tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan masalah,
sebagai wujud implementasi kebiasaan dalam inkuiri dan eksplorasi matematika.
Hal ini memperkuat aspek psikologis dalam pembelajaran matematika, salah
satu diantara aspek psikologis tersebut adalah kecerdasan seseorang dalam
menghadapi kesulitan yang dikenal dengan nama Adversity Quotient
(Hidayat, 2018: 12).
Menurut Supardi (2015) keberhasilan siswa dalam pembelajaran tergantung
pada bagaimana cara siswa mengatasi kesulitan yang ada. Cara mengatasi
kesulitan setiap orang berbeda-beda. Demikian pula, tingkat kecerdasan seseorang
relatif berbeda. Kecerdasan dalam menghadapi suatu kesulitan termasuk salah
satu jenis AQ. AQ merupakan kecerdasan individu dalam mengatasi setiap
kesulitan yang muncul. AQ sering diindentikkan dengan daya juang untuk
melawan kesulitan. AQ dianggap sangat mendukung keberhasilan siswa dalam
meningkatkan prestasi belajar.
Terciptanya pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah tidak terlepas dari materi yang akan dipelajari dan bagaimana
cara menciptakan dan mengolah materi itu sehingga siswa dapat terlibat aktif
mendayagunakan pikirannya membentuk konsep dalam proses pemecahan
masalah. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran tidak hanya bergantung
pada bagaimana guru mengajar tapi bagaimana guru mengkreasi. Sehingga perlu
adanya upaya inovasi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah.
6
Dari uraian sebelumnya, diketahui bahwa kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa yang penulis jabarkan di SMA Negeri 5 Semarang masih belum
optimal, oleh karena itu perlu dikembangkan media pembelajaran memiliki
peluang untuk mengatasi masalah tersebut. Media yang digunakan yaitu Edmodo.
Media pembelajaran Edmodo sebagai media untuk membantu pendalaman materi
serta latihan soal.
Penelitian ini menggunakan Edmodo sebagai media yang diharapkan
memungkinkan siswa untuk membantu pendalaman materi serta berpartisipasi
dalam kegiatan kelas interaktif menggunakan perangkat seluler mereka untuk
meningkatkan pengalaman belajar. Menurut Embi, sebagaimana yang dikutip oleh
Tavukcu (2018) menyatakan Edmodo adalah salah satu media e-learning yang
digunakan sebagai platform untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran.
SMA Negeri 5 Semarang memiliki fasilitas penunjang yang mendukung serta
jaringan internet sehingga siswa dapat melakukan latihan di dalam kelas pada
perangkat elektronik mereka menggunakan Edmodo.
Pemerintah Indonesia melalui Keppres No. 6/2001 telah mulai melakukan
inisiasi pemanfaatan TIK dalam bidang pendidikan. Untuk mendukung
pelaksanaan Keppres tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas
memfasilitasi pengembangan infrastruktur TIK dan jaringannya bagi lembaga
pendidikan tinggi di Indonesia. Tujuan utama penggunaan teknologi adalah
meningkatkan efisiensi dan efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas
pembelajaran.
7
Oleh karena itu, penelitian tentang “Analisis Kemampuan Pemecahan
masalah matematis Ditinjau dari Adversity Quotient pada Model Pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Edmodo” dilakukan dengan harapan
dapat menghasilkan produk yang bermanfaat dalam pembelajaran matematika.
Sehingga kemampuan pemecahan masalah matematis dapat meningkat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang sebagaimana yang penulis telah paparkan,
masalah yang akan menjadi fokus dalam penelitian yang akan penulis lakukan ini
penulis rumuskan sebagai berikut :
1. Apakah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada model
pembelajaran PBL berbantuan Edmodo mencapai KKM?
2. Apakah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada model
pembelajaran PBL berbantuan Edmodo lebih baik dari model
pembelajaran PBL?
3. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis pada
pembelajaran PBL berbantuan Edmodo lebih baik daripada peningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematis pada pembelajaran PBL?
4. Apakah Adversity Quotient berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematis peserta didik dengan pembelajaran model PBL
berbantuan Edmodo?
5. Bagaimana deskripsi kemampuan pemecahan masalah matematis peserta
didik ditinjau dari Adversity Quotient melalui pembelajaran model PBL
berbantuan Edmodo?
8
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
(1) Mengetahui dan mendeskripsikan perbandingan pembelajaran
menggunakan model PBL berbantuan Edmodo dengan pembelajaran
menggunakan PBL.
(2) Mengetahui dan mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa dengan penerapan model pembelajaran PBL berbantuan
Edmodo apakah mencapai KKM.
(3) Mengetahui dan mendeskripsikan peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa dengan penerapan model pembelajaran PBL
berbantuan Edmodo apakah lebih baik dari peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa dengan penerapan model
pembelajaran PBL.
(4) Mengetahui dan mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa pada model pembelajaran PBL berbantuan Edmodo lebih
baik dari model pembelajaran PBL.
(5) Mengetahui dan mendeskripsikan pengaruh antara kemampuan pemecahan
masalah dengan Adversity Quotient dengan pembelajaran model PBL.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
9
1.4.1. Bagi Peneliti
a. Memperoleh pelajaran dan pengalaman dalam mengamati dan
menganalisis kemampuan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran
matematika melalui model PBL.
b. Menambah pengalaman dalam melaksanakan tugas pembelajaran di
sekolah dan akan memiliki dasar-dasar kemampuan mengajar serta
mengembangkan pembelajaran.
c. Mengetahui penerapan model pembelajaran PBL berbantuan Edmodo
untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika.
1.4.2. Bagi Siswa
a. Dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dalam
pembelajaran matematika.
b. Dapat menumbuhkan rasa kerja keras dalam menyelesaikan soal dalam
pembelajaran matematika
c. Dapat menumbuhkan, membangkitkan, dan memelihara minat belajar
siswa.
1.4.3. Bagi Pendidik
a. Memperoleh pengetahuan yang menunjang pembelajaran melalui media
berbantuan Edmodo.
b. Sebagai bahan referensi atau masukan tentang model pembelajaran yang
dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.
10
1.4.4. Bagi Sekolah
Sekolah dapat meningkatkan kualitas pendidikan dengan usaha perbaikan
pembelajaran salah satunya dengan menggunakan model PBL berbantuan media
Edmodo.
1.5 Penegasan Istilah
1.5.1 Analisis
Analisis dalam penelitian ini adalah penguraian tentang kemampuan siswa
pada aspek pemecahan masalah yang ditinjau dari Adversity Quotient siswa dalam
pembelajaran PBL berbantuan Edmodo. Uraian tentang kemampuan siswa pada
aspek pemecahan masalah didasarkan pada pencapaian setiap indicator
kemampuan siswa pada aspek pemecahan masalah.
1.5.2 Problem Based Learning (PBL)
PBL dalam penelitian ini adalah suatu pembelajaran yang menggunakan
masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara
berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. (Khoiri, 2013)
1.5.3 Edmodo
Edmodo adalah salah satu media e-learning yang digunakan sebagai
platform untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran. Edmodo dapat
diakses melalui laman http://www.edmodo.com. Penerapan Edmodo dalam
penelitian ini adalah pemberian tugas, latihan soal, penyaluran materi ajar dan
media komunikasi antar guru dan siswa belajar.
11
1.5.4 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Menurut Chotimah sebagaimana dikutip oleh Mawaddah (2015)
menyatakan kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan
mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, ditanyakan, dan kecukupan unsur
yang diperlukan, mampu membuat atau menyusun model matematika, dapat
memilih dan mengembangkan strategi pemecahan, mampu menjelaskan dan
memeriksa kebenaran jawaban yang diperoleh. Solusi pemecahan masalah
menurut Polya (1973) memuat empat langkah penyelesaian, yaitu: (1) memahami
masalah (understanding the problem), (2) merencanakan penyelesaian (devising a
plan), (3) melaksanakan rencana (carrying out the paln), dan (4) memeriksa
kembali proses dan hasil (looking back).
1.5.5 Adversity Quotient (AQ)
AQ menunjukkan bagaimana cara untuk memimpin hidup bahkan di
situasi yang kurang baik (Hema & Gupta, 2015). Sedangkan yang dimaksud AQ
dalam penelitian ini adalah kecerdasan siswa dalam mengatasi kesulitan
belajarnya. Stoltz (2007) mengkategorikan AQ menjadi 3, antara lain: (1) AQ
rendah (Quitters), (2) AQ sedang (Campers), (3) AQ tinggi (Climbers)
12
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Belajar
2.1.1.1 Teori Belajar Jean Piaget
Piaget merupakan salah satu tokoh yang disebul-sebut sebagai pelopor
aliran konstruktivisme. Salah satu yang membantah pendapatnya vang banyak
digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu,
yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget,
perkembangan kognitif merupakan proses genetik, yaitu suatu proses yang
didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem saraf. Dengan
bertambahnya umur seseorang, maka susunan sel sarafnya semakin kompleks
sehingga semakin meningkat kemampuannya. Proses belajar akan terjadi jika
mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi. Selanjutnya, Piaget
membagi tahap-tahap perkembangan kognitif menjadi empat tahap yaitu:
1) Tahap sensori motorik (umur 0-2 tahun). Ciri pokok perkembangan pada
tahapan ini didasarkan pada tindakan yang dilakukan selangkah demi
selangkah.
2) Tahap pra operasional (umur 2-7 tahun). Perkembangan pada saat ini
dicirikan dengan penggunaan simbol atau tanda bahasa dan mulai
pengembangannya konsep-korsep intuitif.
13
3) Tahap operasional konkret (umur 7-11 tahun). Ciri dasar perkembangan
pada tahap ini sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan
logis juga ditandai dengan reversibel dan kekekalan.
4) Tahap operasional formal (umur 11-18 tahun). Pada tahap ini, seseorang
individu sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan
pola berpikir kemungkinan.
Keterkaitan teori belajar Piaget dalam penelitian ini adalah penerapan PBL
dalam hal keterampilan siswa dalam memecahkan masalah melalui pola pikir
abstrak dan logis.
2.1.1.2 Teori Belajar Vygotsky
Teori kontruktivisme yang dikembangkan oleh Vygotsky berbeda dengan
teori konstruktivisme menurut Piaget. Vygotsky menyatakan, bahwa daiam
mengonstruksi suatu konsep, siswa perlu
memperhatikan lingkungan sosial. Teori
ini menekankan, bahwa belajar dilakukan dengan adanya interaksi terhadap
lingkungan sosial ataupun fisik seseorang sehingga teori ini dikenal dengan teori
interaksi sosial/konstruktivisme sosial. Terdapat dua konsep penting dalam teori
Vygotsky (Slavin, 1999), yaitu Zone of Proximal Development (ZPD) dan
scaffolding. ZPD merupakan jarak antara tingkat perkembangan sesungguhrya
yang didefinisikan sebagai kemampuan penyelesaian masalah secara mandiri
dengan tingkat perkembangan potensial bimbingan orang dewasa (guru) atau
melalui kerja yang lebih mampu.
14
Keterkaitan teori belajar Vygotsky dalam penelitian ini adalah penerapan
PBL dalam hal mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan yang telah
dimiliki siswa melalui interaksi sosial.
2.1.1.3 Teori Belajar David Ausubel
Menurut Ausubel (2000), belajar seharusnya merupakan asimilasi yang
bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan
dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk struktur kognitif.
Teori ini banyak memusatkan perhatiannya pada konsepsi, bahwa perolehan dan
retensi pengetahuan baru merupakan fungsi dari stuktur kognitif yang telah
dimiliki siswa. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau
informasi baru dapat beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki
seseorang. Teori ini terkenal dengan belajar bemakna dan pentingnya
pengulangan sebelum pembelajaran dimulai. Ausubel membedakan antara belajar
menemukan dan belajar menerima. Dalam belajar menerima, siswa hanya
menerima dan menghapalkan materi, sedangkan pada belajar menemukan, siswa
tidak menerima pelajaran begitu saja, tetapi konsep ditemukan oleh siswa. Teori
ini berpendapat, bahwa materi pelajaran akan lebih mudah dipahami jika materi
itu dirasakan bermakna bagi siswa.
Sejalan dengan teori belajar Ausubel mengenai belajar bermakna, dalam
penelitian ini menggunakan model pembelajaran PBL yang dimulai dengan
memberikan masalah dan mengaitkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki
siswa. Masalah yang disajikan dalam PBL adalah masalah kontekstual sehingga
15
siswa dapat menghubungkan konsep baru yang dipelajari dengan konsep yang
telah dimilikinya.
2.1.2 Kemampuan Pemecahan masalah matematis
2.1.2.1 Pengertian Kemampuan Pemecahan masalah matematis
The National Council of Teacher of Mathematics (NCTM, 2000)
mengatakan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah, guru
harus memperhatikan lima kemampuan matematika yaitu: koneksi (conections),
penalaran (reasoning), komunikasi (communications), pemecahan masalah
(problem solving), dan representasi (representations). Hal tersebut menjelaskan
bahwa pemecahan masalah merupakan salah satu aspek penting dalam kurikulum
matematika. Dengan demikian pemecahan masalah menjadi tujuan utama dari
semua pembelajaran matematika dan merupakan bagian tak terpisahkan dari
semua aktivitas matematika. Ini menunjukkan pemecahan masalah merupakan hal
yang penting dalam pembelajaran matematika.
Menurut Manalu (1980) sebagimana yang dikutip oleh Nugroho
kemampuan pemecahan masalah matematis sangat penting dimiliki setiap orang,
bukan hanya karena sebagian besar kehidupan manusia akan berhadapan dengan
masalah–masalah yang perlu dicari penyelesaiannya, tetapi pemecahan masalah
terutama yang bersifat matematika juga dapat menolong seseorang meningkatkan
daya analitis dan dapat membantu mereka untuk menyelesaikan permasalahan-
permasalahan pada berbagai situasi yang lain. Hal ini selaras dengan yang
dikemukakan Gagne (Anni, 2007) bahwa pemecahan masalah (problem solving)
16
merupakan tipe belajar paling tinggi yang dapat membantu dan mengembangkan
keterampilan intelektual tingkat tinggi yakni penalaran matematik.
Menurut Lester (1994) sebagaimana yang dikutip oleh Waluya kebutuhan
untuk mencari jawaban pertanyaan menyangkut apa sebenarnya terjadi di ruang
kelas yang berpusat pada masalah. Siswa didorong setelah masalah proses
pemecahan karena pemecahan masalah berkontribusi pada penggunaan solusi dan
pengembangan strategi yang berbeda yang digunakan siswa.
Siwi dan Heri (2015) mengemukakan bahwa terdapat dua kelompok
masalah dalam pembelajaran matematika yaitu masalah rutin dan masalah
nonrutin. Masalah rutin dapat dipecahkan dengan metode yang sudah ada.
Masalah rutin dapat membutuhkan satu, dua atau lebih langkah pemecahan.
Masalah rutin memiliki aspek penting dalam kurikulum. Tujuan pembelajaran
matematika yang diprioritaskan terlebih dahulu adalah siswa dapat memecahkan
masalah rutin.
Suherman (2003) sebagaimana yang dikutip oleh Mariya (2013) bahwa
pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat
penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, peserta didik
dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan dan
keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang
bersifat tidak rutin.
2.1.2.2 Langkah Pemecahan masalah matematis
Untuk dapat menyelesaikan suatu masalah dengan baik, maka diperlukan
langkah-langkah dalam memecahkan masalah. Dalam penelitian ini analisis yang
17
digunakan untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah siswa adalah
langkah-langkah pemecahan menurut Polya. Menurut Polya (1973), ada empat
langkah dalam memecahkan suatu masalah, yaitu (1) memahami masalah; (2)
merencanakan penyelesaian; (3) melaksanakan rencana penyelesaian; dan (4)
memeriksa kembali. Adapun penjelasan secara rinci terkait langkah-langlah
pemecahan masalah menurut Polya adalah sebagai berikut.
1) Memahami masalah (understanding the problem)
Langkah pertama dalam menyelesaikan suatu masalah adalah memahami
masalah. Siswa perlu mengidentifikasi apa yang diketahui, apa yang dicari, serta
hubungan apa yang terkait antara apa yang diketahui dengan apa yang akan dicari.
Berikut adalah beberapa saran yang dapat membantu siswa dalam memahami
masalah: (1) mengetahui apa yang diketahui dan dicari, (2) menjelaskan masalah
dengan kalimatnya sendiri, (3) menghubungkannya dengan masalah yang serupa,
(4) fokus pada bagian yang penting dari masalah tersebut, (5) mengembangkan
model, serta (6) menggambar diagram/gambar.
2) Merencanakan penyelesaian (devising a plan)
Langkah merencanakan penyelesaian, siswa perlu menemukan strategi
yang sesuai dengan permasalahan yang diberikan. Semakin sering siswa
menyelesaikan suatu masalah, maka siswa akan semakin mudah menemukan
strategi yang sesuai untuk menyelesaikan masalah yang diberikan.Berikut adalah
hal-hal yang dapat siswa lakukan dalam langkah yang kedua ini. (1) membuat
rencana; (2) mengembangkan sebuah model; (3) menyeketsa diagram; (4)
menyerdehanakan masalah; (5) menentukan rumus; (6) mengidentifikasi pola; (7)
18
membuat tabel/diagram; (8) eksperimen dan simulasi; (9) bekerja terbalik; (10)
menguji semua kemungkinan; (11) mengidentifikasi sub-tujuan; (12) membuat
analogi; (13) mengurutkan data/informasi.
3) Melaksanakan rencana penyelesaian (carrying out the plan)
Pada langkah melaksanakan rencana penyelesaian kegiatan yang dilakukan
yaitu menjalankan rencana yang telah dibuat pada langkah sebelumnya untuk
mendapatkan penyelesaian dari masalah yang diberikan. Langkah ini menekankan
adanya pelaksanaan rencana penyelesaian meliputi: (1) memeriksa setiap langkah
apakah sudah benar atau belum, (2) membuktikan langkah yang dipilih itu sudah
benar, serta (3) melaksanakan perhitungan sesuai dengan rencana yang dibuat.
4) Memeriksa kembali (looking back)
Langkah memeriksa kembali menunjukkan bagaimana cara memeriksa
kebenaran jawaban yang diperoleh. Langkah memeriksa kembali yang dimaksud
dalam pemecahan masalah yaitu: (1) memeriksa kembali perhitungan yang telah
dikerjakan, (2) membuat generalisasi atau kesimpulan dari jawaban yang
diperoleh, (3) dapatkah jawaban itu diselesaikan dengan cara lain, dan (4)
perlukah menyusun strategi baru yang lebih baik.
Menurut Anggo (2011) langkah-langkah pemecahan masalah yang
dikemukakan Polya telah menjadi dasar bagi pengembangan strategi metakognitif,
dan telah banyak dirujuk oleh para peneliti pendidikan, khususnya pendidikan
matematika. Pada pelaksanaannya, aktivitas dan keterampilan tersebut dapat
dicirikan oleh karakteristik metakognisi sebagaimana dikemukakan Buron
(Chrobak, 1999), bahwa metakognisi memiliki empat karakteristik, yaitu:
19
(1) Mengetahui tujuan yang ingin dicapai melalui proses berpikir secara
sungguh-sungguh.
(2) Memilih strategi untuk mencapai tujuan.
(3) Mengamati proses pengembangan pengetahuan diri sendiri, untuk melihat
apakah strategi yang dipilih sudah tepat.
(4) Mengevaluasi hasil untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai.
Sejalan dengan pandangan Brown, Cohors-Fresenborg & Kaune (2007)
mengelompokkan aktivitas metakognisi dalam memecahkan masalah matematika
terdiri atas perencanaan (planning), pemantauan (monitoring), dan refleksi
(reflection). Keterlaksanaan ketiga aktivitas metakognisi ini sangat ditentukan
oleh kesadaran siswa terhadap pengetahuan yang dimilikinya berkaitan dengan
masalah yang dipecahkan serta bagaimana mengatur kesadaran tersebut dalam
memecahkan masalah.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menggunakan indikator kemampuan
pemecahan masalah pada Tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
No Langkah Pemecahan
Masalah
Indikator
1 Memahami masalah Menuliskan hal yang diketahui dan yang
ditanyakan dari soal
2 Merencanakan penyelesaian
masalah
Menuliskan strategi/ rumus yang akan
digunakan dalam penyelesaian masalah
3 Melaksanakan rencana
penyelesaian
Menyelesaikan masalah berdasarkan
rencana yang dipilih
4 Memeriksa kembali Membuat generalisasi atau kesimpulan
dari jawaban yang diperoleh
20
2.1.3 Model Problem Based Learning (PBL)
Menurut Arends sebagaimana yang dikutip oleh Khoiri (2013) bahwa
Problem Based Learning (PBL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar
tentang keterampilan pemecahan masalah. Dalam PBL, masalah yang diajukan
oleh guru adalah permasalahan dunia nyata dan menarik, sehingga siswa dilatih
untuk memecahkan masalah yang membutuhkan pemikiran kreatif (Bilgin et al.,
2009). PBL memberikan tantangan kepada siswa, bekerja bersama dalam suatu
kelompok untuk menyelesaikan permasalahan. Permasalahan ini digunakan untuk
memberikan tantangan kepada siswa tentang keingintahuan dan prakarsa untuk
menyelesaikan suatu masalah.
Menurut Padmavathy (2013) menyatakan tujuan pembelajaran PBL dalam
pendapat berikut:
Problem-based curricula provide students with guided experience in
learning through solving complex, real-world problems. PBL was
designed with several important goals (Barrows and Kelson, 1995)11. It is
designed to help students 1) construct an extensive and flexible knowledge
base; 2) develop effective problem-solving skills; 3) develop self-directed,
lifelong learning skills; 4) become effective collaborators; and 5) become
intrinsically motivated to learn.
Menurut Kosasih (2014: 88-89), “Problem Based Learning adalah model
pembelajaran yang berdasarkan pada masalah-masalah yang dihadapi siswa
terkait dengan KD yang sedang dipelajari siswa”. Adapun
tujuan dari Problem
Based Learning adalah agar siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah serta
sekaligus mengembangkan kemampuan mereka untuk secara aktif membangun
pengetahuan sendiri. Dengan penerapan Problem Based Learning siswa menjadi
21
lebih terampil dalam memecahkan masalah, baik yang berkaitan dengan akademik
ataupun kehidupan mereka sehari-hari. Mereka diharapkan menjadi solusi dari
beragam masalah yang mungkin dihadapi lingkungan dan masyarakatnya adalah
model pembelajaran yang memanfaatkan masalah untuk menimbulkan motivasi
belajar.
PBL merupakan salah satu aplikasi pembelajaran aktif. PBL adalah
pendekatan yang berpusat pada siswa dan berfokus pada keterampilan, belajar
seumur hidup, kemampuan untuk menerapkan pengetahuan, dan keterampilan
dalam pemecahan masalah (Tarhan et al., 2008). Menurut Albanese & Mitchell;
Dolmans & Schmidt, sebagaimana dikutip oleh Selcuk (2010), mengungkapkan
bahwa PBL selain melengkapi siswa dengan pengetahuan, PBL juga bisa
digunakan untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah, kemampuan
berpikir kritis dan kreatif, belajar sepanjang hayat, keterampilan komunikasi,
kerjasama kelompok, adaptasi terhadap perubahan dan kemampuan evaluasi diri.
Menurut Rafli (2018) model PBL juga dapat meningkatkan sikap positif
siswa. Hal ini menunjukkan bahwa siswa telah mengembangkan keterampilan
untuk beradaptasi dengan lingkungan dan dapat memiliki pengendalian diri. Dapat
dilihat dari keberanian siswa yang muncul untuk memberikan pendapat,
kemampuan berpikir positif, dan percaya diri untuk berkomunikasi di kelas.
. Menurut Amir (2009:27) sebagaimana yang dikutip oleh Gunantara,
penerapan model Problem Based Learning memiliki beberapa kelebihan, sebagai
berikut:
1) Fokus kebermakna, bukan fakta (deep versus surface learning)
22
2) Meningkatkan kemampuan siswa untuk berinisiatif
3) Pengembangan keterampilan dan pengetahuan
4) Pengembangan keterampilan interpersonal dan dinamika kelompok
5) Pengembangan sikap self-motivated
6) Tumbuhnya hubungan siswa-fasilitator
7) Jenjang penyampaian pembelajaran dapat ditingkatkan.
Di samping memiliki kekuatan, menurut Nurhadi (2004:110) sebagaimana
yang dikutip oleh Gunantara model Problem Based Learning juga memiliki
beberapa kelemahan, diantaranya sebagai berikut:
1) Pencapaian akademik dari individu siswa
2) Waktu yang diperlukan untuk implementasi
3) Perubahan peran siswa dalam proses
4) Perubahan peran guru dalam proses
5) Perumusan masalah yang baik
Penelitian ini menggunakan langkah-langkah PBL dari Ibrahim, Nur, dan
Ismail sebagaimana dikutip oleh Rusman (2012: 243) sebagai berikut
Tabel 2.2 Langkah-langkah Problem Based Learning
Fase Indikator Tingkah Laku Guru
1 Orientasi siswa pada
masalah
Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistik yang diperlukan, dan memotivasi
siswa terlibat pada aktivitas pemecahan
masalah.
2 Mengorganisasi siswa
untuk belajar
Membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
3 Membimbing
pengalaman
Mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan
23
individu/kelompok eksperimen untuk mendapatkan penjelasan,
dan pemecahan masalah.
4 Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
dan membantu mereka untuk berbagi tugas
dengan temannya.
5 Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Membantu siswa untuk melakukan refleksi
atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka
dan proses yang mereka gunakan.
2.1.4 Media Edmodo
Menurut Balasubramanian (2014) Edmodo adalah jaringan pembelajaran
pendidikan gratis dan aman yang digunakan untuk menyediakan cara sederhana
bagi guru untuk membuat dan mengelola komunitas kelas online serta
memungkinkan siswa untuk terhubung dan bekerja dengan teman sekelas mereka
di mana saja dan kapan saja.
Situs ini menyediakan cara sederhana bagi guru dan siswa untuk terhubung
dan berkolaborasi secara virtual. Misalnya, guru dapat mengirimkan kuis dan
tugas, memberikan umpan balik, menerima tugas, memberikan nilai, menyimpan
dan berbagi konten dalam bentuk file dan tautan, dan melakukan diskusi, serta
mengirim catatan dan peringatan kepada masing-masing siswa atau seluruh kelas.
Siswa juga dapat berbagi konten, menyerahkan pekerjaan rumah, tugas, dan kuis,
menerima umpan balik, catatan, dan peringatan dari guru, serta memberikan suara
pada polling. Fitur-fitur ini sangat mendukung pembelajaran. Selain itu, orang tua
juga dapat melihat kemajuan akademik anak-anak mereka ketika orang tua masuk.
Adapun guru, mereka bisa mendapatkan statistik penilaian segera sehingga
mengurangi waktu yang diambil jika mereka harus menghitungnya secara manual.
24
2.1.5 Adversity Quotient (AQ)
Menurut Pangma, Tayraukham, dan Nuangchalem (2009):
Adversity Quotient begins its first by cognitive development.
Teenagers will learn how to response to the questions to some
problems. These experience of children have been developed with
them since they were born which can be improved or developed,
therefore, the parents propose a good care so that they will grow up
with efficiency.
AQ dimulai pertama kali melalui perkembangan kognitif. Para remaja
akan belajar bagaimana merespon atau menyelesaikan beberapa pertanyaan dari
masalah yang ada. Pengalaman dari anak-anak telah dimulai perkembangannya
sejak mereka lahir dimana mereka dapat memperbaiki atau mengembangkannya.
Oleh karena itu, para orang tua dapat memperhatikan dengan baik anak-anak
mereka sehingga anak-anak tersebut dapat tumbuh dengan baik.
Stoltz (2004) mengemukakan bahwa adversity merupakan kesulitan yang
dihadapi oleh seseorang sehingga tidak sedikit orang patah semangat menghadapi
tantangan tersebut, sedangkan AQ merupakan suatu kegigihan seseorang dalam
menghadapi segala rintangan dalam mencapai keberhasilan. Selain itu Stolz
(2004) juga mengemukakan bahwa AQ memiliki empat dimensi pokok yang
menjadi dasar penyusunan alat ukur AQ, yaitu: (1) pengendalian (Control)
merupakan respon seseorang terhadap kesulitan, baik lambat maupun spontanitas;
(2) kepemilikan (Origin and Ownership) merupakan sejauh mana seseorang
merasa dapat memperbaiki situasi; (3)jangkauan (Reach) merupakan sejauh mana
kesulitan yang dihadapi dalam mempengaruhi kehidupannya; dan (4) daya tahan
(Endurance) mencerminkan bagaimana seseorang mempersepsikan kesulitannya
dan dapat bertahan melalui kesulitan tersebut.
25
AQ menurut Stoltz (2000: 8) dapat menjadi indikator untuk melihat
seberapa kuatkah seseorang dapat terus bertahan dalam suatu masalah yang
sedang dihadapinya. Selain itu juga, AQ dapat menjadi indikator untuk melihat
bagaimanakah seseorang dapat mengatasi masalahnya, apakah mereka dapat
keluar sebagai pemenang, ataukah mereka mundur di tengah jalan, atau bahkan
tidak mau menerima tantangan sedikit pun.
Menurut Stoltz (2007), AQ mempunyai tiga bentuk. Pertama, AQ adalah
suatu kerangka kerja konseptual yang baru untuk memahami dan meningkatkan
semua segi kesuksesan. AQ berlandaskan pada riset yang berbobot dan penting,
yang menawarkan suatu gabungan yang praktis dan baru, yang merumuskan
kembali apa yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan. Kedua, AQ adalah
suatu ukuran untuk mengetahui respon terhadap kesulitan. Selama ini pola-pola
bawah sadar ini sebetulnya sudah dimiliki. Saat ini untuk pertama kalinya
polapola diukur, dipahami, dan diubah. Ketiga, AQ adalah serangkaian peralatan
yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki respon seseorang terhadap
kesulitan, yang akan berakibat memperbaiki efektivitas pribadi dan professional
seseorang secara keseluruhan. Agar kesuksesan menjadi nyata, maka Stoltz
berpendapat bahwa modifikasi dari ketiga unsur tersebut yaitu, pengetahuan baru,
tolak ukur, dan peralatan yang praktis merupakan sebuah kesatuan yang lengkap
untuk memahami dan memperbaiki komponen dasar dalam meraih sukses.
Pada umumnya siswa sering mengalami kesulitan dalam pembelajaran
matematika. Terutama kemampuan dalam memecahkan masalah. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap siswa memiliki karakteristik dan kemampuan yang
26
berbeda, bahkan kecerdasan yang dimiliki pun pasti selalu berbeda-beda.
Perbedaan tersebut bisa dilihat dari pola belajar, ketertarikan pada saat mengikuti
proses pembelajaran, ataupun ketika siswa berpikir setelah dihadapkan pada suatu
permasalahan matematika. Kemampuan berarti kesanggupan siswa untuk
menyelesaikan suatu permasalahan untuk mencari penyelesaian. Jika dikaitkan
dengan kemampuan siswa ketika mengatasi kesulitan dan disinilah Adversity
Quotient (AQ) dianggap memiliki peranan penting dalam kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa ketika menyelesaikan soal cerita. Oleh karena itu,
kemampuan pemecahan masalah matematis yang akan dilihat dalam penelitian ini
ditinjau dari Adversity Quotient (AQ) siswa tersebut.
2.1.5.1 Tipe Adversity Quotient (AQ)
Pada AQ, kelompok atau tipe seseorang dapat dibagi menjadi tiga tipe,
yaitu quitters, campers, dan climbers. Quitters merupakan sekelompok orang
yang berhenti di tengah pendakian. Mereka mudah putus asa, dan mudah
menyerah, cenderung pasif, dan tidak bergairah untuk mencapai puncak
keberhasilan. Campers sekurang-kurangnya telah menanggapi tantangan yang
ada. Campers tidak mencapai puncak dan mudah puas dengan apa yang sudah
dicapai. Mereka masih mengusahakan terpenuhinya kebutuhan rasa aman dan
keamanan serta kebersamaan, serta masih bisa melihat dan merasakan tantangan.
Climbers merupakan sekelompok orang yang selalu berupaya mencapai puncak
kesuksesan, siap menghadapi rintangan yang ada, dan selalu membangkitkan
dirinya pada kesuksesan. AQ yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
27
kecerdasan siswa dalam mengatasi kesulitan belajarnya. Siswa digolongkan
menjadi 3 tipe, sebagai berikut.
Menurut Yansen Marpaung (2005: 6), kelompok quitters memiliki sikap
dan motivasi yang kurang kuat dalam belajar. Kelompok campers memiliki sikap
dan motivasi sedang dalam belajar. Kelompok climbers memiliki sikap dan
motivasi tinggi dalam belajar. Sikap dan motivasi tersebut menimbulkan
dorongan-dorongan yang sesuai dalam diri setiap siswa. Dengan demikian
seorang guru memiliki tugas yang sangat penting dalam proses pembelajaran,
yaitu seorang guru harus bisa menumbuhkan sikap dan motivasi siswa selama
pembelajaran berlangsung.
1) AQ Rendah (Quitters)
Quitters didefinisikan sebagai individu yang tertekan karena telah
menyerah pada impian mereka, seringkali memilih cara yang paling nyaman dan
termudah karena mereka tidak ingin menghadapi tantangan. Mereka juga
digambarkan sebagai merasa benci terhadap orang-orang yang didefinisikan
dalam kategori Campers dan Climbers karena, sebagai lawan dari diri mereka
sendiri, Campers dan Climbers tampaknya mampu mengatasi rintangan dan
bahkan unggul dalam apa yang mereka lakukan. Menurut Stoltz, individu yang
diberi label Quitters adalah cenderung menghindari situasi yang mereka rasa tidak
nyaman, dan ketika kesulitan menghantam mereka, mereka tidak mampu
merespons dengan tepat dan gagal untuk mengatasi setiap tantangan yang
menghadang mereka.
28
2) AQ Sedang (Campers)
Campers dikatakan mirip dengan Quitters, mereka tidak meraih lebih dari
apa yang mereka miliki. Mereka, seperti yang dijelaskan Stoltz, individu yang
tidak lagi mengalami kegembiraan, pembelajaran, pertumbuhan atau energi
kreatif. Tetapi mereka berbeda dari Quitters dalam hal mereka berusaha untuk
melestarikan apa yang mereka miliki. Mereka menjaga keakraban dan apa yang
mereka ketahui sambil percaya bahwa mereka telah mencapai tujuan akhir
mereka. Campers tidak mau bekerja keras lebih lama dari yang diperlukan,
mereka tidak suka mengambil risiko, dan hanya melakukan hal-hal yang
memuaskan dengan investasi yang cukup.
3) AQ Tinggi (Climbers)
Siswa dengan AQ tinggi (climbers) selalu berusaha dengan giat untuk
mendapatkan hasil belajar yang optimal. Kesulitan yang ada dijadikan semangat
untuk menjadi lebih bisa dibandingkan yang lain. Mereka pantang menyerah
dalam menghadapi kesulitan, selalu mencari ilmu baru untuk menambah
wawasannya, mampu melampaui zona aman dan selalu ingin mengabdikan diri
dalam perjuangan untuk berprestasi. bukan jenis orang yang menunggu sesuatu
terjadi, mereka membuat sesuatu terjadi, dan terus mencari cara baru untuk
tumbuh dan berkontribusi. Singkatnya, Climbers adalah orang-orang yang
inovatif.
Untuk lebih jelasnya, karakteristik siswa berdasarkan masing-masing kategori
AQ akan dipaparkan pada tabel berikut.
29
Tabel 2.3 Karakteristik masing-masing kategori AQ
AQ Tinggi atau Climber AQ Sedang atau Camper AQ Rendah atau Quitter
1. Memiliki motivasi
yang tinggi
2. Selalu berusaha
maksimal
3. Tidak mudah
menyerah
4. Aktif dalam
pembelajaran
5. Mampu mengatasi
kesulitan yang
dihadapi
1. Memiliki cukup
motivasi
2. Memiliki usaha cukup
maksimal
3. Mudah merasa puas
4. Cukup mampu
mengendalikan diri
5. Cukup mampu
mengatasi kesulitan
1. Tidak tampak memiliki
motivasi
2. Tidak memiliki
keinginan untuk
berusaha
3. Mudah menyerah
4. Tidak mampu
mengendalikan diri
5. Tidak memiliki
keinginan mengatasi
kesulitan
2.1.6 Materi Terkait
Dalam penelitain ini diambil materi Barisan dan Deret. Materi ini ada di kelas
XI semester ganjil pada kurikulum 2013. Kompetensi Dasar dari materi Barisan
dan Deret kelas XI.
3.6 Menggeneralisasi pola bilangan dan jumlah pada barisan Aritmetika dan
Geometri.
4.6 Menggunakan pola barisan aritmetika atau geometri untuk menyajikan dan
menyelesaikan masalah kontekstual (termasuk pertumbuhan, peluruhan,
bunga majemuk, dan anuitas).
2.1.6.1 Barisan Aritmatika
Jika merupakan suku-suku barisan aritmetika.
Suku ke-n barisan tersebut dinyatakan sebagai berikut.
suku pertama barisan aritmetika, b = beda barisan aritmetika
(Buku Siswa Matematika kelas XI Edisi Revisi Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2017).
30
2.1.6.2 Barisan Geometri
Barisan geometri adalah barisan bilangan yang nilai pembanding (rasio)
antara dua suku yang berurutan selalu tetap. Rasio, dinotasikan merupakan
nilai perbandingan dua suku berdekatan.
Nilai dinyatakan:
Jika merupakan susunan suku-suku barisan
geometri, dengan dan rasio, maka suku ke-n dinyatakan
n adalah bilangan asli (Buku Siswa Matematika kelas XI Edisi Revisi Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017).
2.2 Penelitian yang Relevan
Dalam merencanakan penelitian ini, terdapat beberapa penelitian terdahulu
yang relevan oleh peneliti lain dan dijadikan acuan peneliti untuk melakukan
pengulangan, revisi, modifikasi, dan sebagainya. Penelitian yang relevan dengan
penelitian yang berjudul “Kemampuan pemecahan masalah ditinjau dari Adversity
Quotient dengan model pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan
Edmodo” ini adalah penelitian yang dilakukan oleh:
(1) Penelitian yang dilakukan oleh Tina Sri Sumartini dalam jurnalnya yang
berjudul “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
melalui Pembelajaran Berbasis Masalah” pada yahun 2016, menunjukkan
bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
mendapatkan pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang
mendapatkan pembelajaran konvensional.
31
(2) Penelitian yang dilakukan oleh Pinta Dian Lestari pada tahun 2015 di SMP
Negeri 41 Semarang memberikan simpulan bahwa pembelajaran model
Problem Based Learning (PBL) dengan pendekatan saintifik terhadap
kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VII pada materi segiempat efektif
dan kemandirian belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VII pada materi
segiempat yang menggunakn model PBL dengan pendekatan saintifik.
(3) Penelitian Noviyanti, Sugiharta, dan Farida. (2019) menyatakan bahwa
pembelajaran menggunakan Edmodo dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa.
(4) Penelitian Hidayat, W., & Sariningsih, R. (2018) menyatakan bahwa Adversity
Quotient memiliki pengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa. Berdasarkan penelitian tipe climbers mampu melaksanakan
tahap pemecahan masalah Polya dengan baik karena mampu melaksanakan
semua indikator dalam pemecahan masalah.
32
2.3 Kerangka Berfikir
Supaya mampu bersaing dengan negara-negara lain di dunia, Indonesia
harus meningkatkan sumber daya manusianya, salah satunya adalah meningkatkan
kualitas pendidikan yang ada di Indonesia. Salah satu indikator kemampuan
matematis menurut NCTM (2000) adalah kemampuan pemecahan masalah. Selain
itu, masih perlunya peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa pada
objek yaitu siswa kelas XI SMA Negeri 5 Semarang mendorong diadakannya
penelitian untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah tersebut.
PBL dipandang mampu untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa. Penerapan pembelajaran bermakna dalam PBL telah
terbukti dalam beberapa penelitian mampu meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa.
Selain itu, dalam penelitian ini juga ditinjau pengaruh Adversity Quotient
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Pengaruh AQ ini
ditinjau dengan menggunakan kuesioner yang akan diisi oleh siswa, kemudian
dianalisis oleh peneliti.
Setelah memperoleh hasil kuesioner pengaruh AQ siswa, dilakukan tes
kemampuan awal pemecahan masalah matematis. Tes kemampuan pemecahan
masalah dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah peningkatan kemampuan
pemecahan masalah siswa setelah dikenai pembelajaran dengan model Problem
Based Learning.
Pengelompokan kedudukan siswa berdasarkan kuesioner AQ
menghasilkan tiga kategori kedudukan siswa dalam AQ yaitu tipe quitters,
33
campers, dan climbers. Ketiga kelompok ini masing-masing dipilih 2 subjek
dengan metode purposive sampling pada setiap kedudukan dan kemudian
dilakukan wawancara terkait kemampuan pemecahan masalah matematis pada
kelas yang dikenai pembelajaran Problem Based Learning maupun yang tidak.
Kerangka berpikir sebagaimana diungkapkan diatas ditunjukkan pada
gambar sebagai berikut.
34
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Kemampuan Pemecahan masalah matematis siswa
kelas XI SMA Negeri 5 Semarang belum optimal.
Kemampuan Pemecahan masalah
matematis Siswa mencapai Ketuntasan
Belajar dan meningkat setelah
pembelajaran dengan Model Pembelajaran
PBL berbantuan Edmodo
Deskripsi Kemampuan Pemecahan masalah matematis
Siswa dengan model pembelajaran PBL berbantuan
Edmodo ditinjau dari Adversity Quotient
Tipe
rendah
(Quitters
)
Tipe
sedang
(Campers
)
Tipe
tinggi
(Climbers
)
Adversity Quotient Pembelajaran dengan Problem
Based Learning berbantuan Edmodo
35
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian berikut adalah
1. Kemampuan pemecahan masalah peserta didik dengan pembelajaran PBL
berbantuan Edmodo materi Barisan dan Deret mencapai KKM.
2. Rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada
pembelajaran PBL berbantuan Edmodo lebih baik daripada rata-rata
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada kelas yang
menggunakan PBL.
3. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada
pembelajaran PBL berbantuan Edmodo lebih baik daripada peningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada kelas yang
menggunakan PBL.
4. Adversity Quotient memiliki pengaruh terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa.
225
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh simpulan
mengenai analisis kemampuan pemecahan masalah matematis ditinjau dari
Adversity Quotient pada model PBL berbantuan Edmodo pada materi Barisan
dan Deret. Simpulan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
(1) Rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran PBL berbantuan Edmodo mencapai KKM
individual.
(2) Rata-rata hasil kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran PBL berbantuan Edmodo lebih baik daripada rata-
rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis yang mengikuti
pembelajaran PBL.
(3) Rata-rata peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
yang mengikuti pembelajaran PBL berbantuan Edmodo lebih baik daripada
rata-rata peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis yang
mengikuti pembelajaran PBL.
(4) Terdapat pengaruh Adversity Quotient terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran PBL berbantuan
Edmodo.
226
(5) Deskripsi kemampuan pemecahan masalah matematis siswa berdasarkan
dari Adversity Quotient dengan model pembelajaran PBL berbantuan
Edmodo sebagai berikut.
(a) Siswa pada kategori Climbers atau AQ tinggi mampu memenuhi semua
indikator pada tahap kemampuan pemecahan masalah matematis yaitu
tahap memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah,
melaksanakan rencana penyelesaian dan memeriksa kembali.
(b) Siswa pada kategori Campers atau AQ sedang hanya mampu
memenuhi indikator pada tahap memahami masalah, merencanakan
penyelesaian masalah, dan melaksanakan rencana penyelesaian.
(c) Siswa pada kategori Quitters atau AQ rendah hanya mampu memenuhi
indikator pada tahap memahami masalah saja.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai kemampuan
pemecahan masalah matematis ditinjau dari Adversity Quotient pada model
PBL berbantuan Edmodo, saran yang direkomendasikan peneliti diantaranya
sebagai berikut.
(1) Pembelajaran Problem Based Learning sebaiknya dapat digunakan untuk
melatih kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi
Barisan dan Deret karena tahap belajar individu dan kelompok pada model
Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa digunakan.
227
(2) Media Edmodo sebaiknya dapat digunakan sebagai inovasi dan alternatif,
karena terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa menggunakan media Edmodo, serta dapat membantu peserta didik
memecahkan suatu permasalahan yang ada pada soal pembelajaran.
Dengan adanya media Edmodo dalam lingkup pembelajaran akan
memudahkan peserta didik untuk berintraksi.
(3) Dalam menentukan anggota tiap kelompok tidak hanya
mempertimbangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa,
tetapi juga mempertimbangkan tingkat AQ siswa karena dengan adanya
perbedaan tingkat AQ akan berpengaruh pada kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa.
228
Daftar Pustaka
Anggo, M. (2011). Pelibatan metakognisi dalam pemecahan masalah matematika.
Edumatica: Jurnal Pendidikan Matematika.Tersedia di https://online-
journal.unja.ac.id/edumatica/article/view/188. Diakses pada 18
September 2019.
Angkotasan, Nurma. (2016). Keefektifan model problem-based learning ditinjau
dari kemampuan pemecahan masalah matematis. Delta-Pi: Jurnal
Matematika dan Pendidikan Matematika, 3(1). Tersedia di
http://ejournal.unkhair.ac.id/index.php/deltapi/article/view/122. Diakses
pada 21 Mei 2019.
Arikunto, S. (2016). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Arifin, Z. (2017). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Balasubramanian, K., Jaykumar, V., & Fukey, L. N. (2014). A study on “Student
preference towards the use of Edmodo as a learning platform to create
responsible learning environment”. Procedia-Social and Behavioral
Sciences, 144, 416-422. Tersedia di
https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/. Diakses pada 27
September 2019.
Creswell, J. W. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Depdiknas (2016). Permendiknas No 21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Depdiknas.
Gunantara, G., Suarjana, I. M., & Riastini, P. N. (2014). Penerapan model
pembelajaran problem based learning untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa kelas V. MIMBAR PGSD
Undiksha, 2(1). Tersedia di
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/view/2058
Diakses pada 27 Juni 2019.
Handayani, P., A. Agoestanto & Masrukan. (2013). Pengaruh pembelajaran
berbasis masalah dengan asesmen kinerja terhadap kemampuan
pemecahan masalah. Unnes Journal of Mathematics Education, 2 (1).
Tersedia di
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme/article/view/3322. Diakses
pada 13 September 2019
229
Herman, T. (2007). Pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan
kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa sekolah menengah
pertama. Educationist, 1(1), 47-56. Tersedia di
http://ejournal.sps.upi.edu/index.php/educationist/article/view/28.
Diakses pada 27 Juni 2019
Hema, G. & Gupta, S.M. (2015). Adversity Quotient for Prospective Higher
Education. The International Journal of Indian Psychology, 2(3):49-64.
Tersedia di https://pdfs.semanticscholar.org/edc3/24dd6f8fa574a5da023
5bb4253ef0f342fe7.pdf. Diakses pada 27 Juni 2019
Hidayat, W., & Sariningsih, R. (2018). Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis dan Adversity Quotient Siswa SMP Melalui Pembelajaran
Open Ended. JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika), 2(1), 109-
118. Tersedia di http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/JNPM/article/
view/1027. Diakses pada 16 Juli 2019.
Indrawati, R. (2017). Profil Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau Dari
Perbedaan Gaya Belajar. APOTEMA: Jurnal Program Studi Pendidikan
Matematika, 3(2), 91-100. Tersedi di
http://sinta2.ristekdikti.go.id/journals/detail?id=2381. Diakses pada 27
Juni 2019.
Khoiri, W., Rochmad, R., & Cahyono, A. N. (2013). Problem based learning
berbantuan multimedia dalam pembelajaran matematika untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Unnes Journal of
Mathematics Education, 2(1). Tersedia di
https://journal.unnes.ac.id/sju/index. php/ujme/article/view/3328. Diakses
pada 20 Juli 2019.
Kosasih, E. (2014). Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum
2013. Bandung: Yrama Widya.
Lahinda, Y., & Jailani, J. (2015). Analisis proses pemecahan masalah matematika
siswa sekolah menengah pertama. Jurnal Riset Pendidikan Matematika,
2(1), 148-161.Tersedia di https://journal.uny.ac.id/index.php/jrpm/
article/view/7157. Diakses pada 4 Juni 2019.
Le Thi, E. (2007). Adversity quotient in predicting job performance viewed
through the perspective of the big five (Master's thesis). Tersedia di
https://www.duo.uio.no/handle/10852/18313. Diakses pada 20 Juli 2019.
Lestari, K. E. Yudhanegara, M. R. (2017). Penelitian Pendidikan
Matematika.Bandung: PT Refika Aditama.
230
Manullang, S., Kristianto, A. S., Hutapea, T. A., Sinaga, L. P., Bornok, S.,
Miarianus, M. S., & Sinambela, P. N. J. M. (2017). Matematika. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Mariya, D., Zaenuri, Z., & Pujiastuti, E. (2013). Keefektifan Pembelajaran Model
SAVI Berbantuan Alat Peraga terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah. Unnes Journal of Mathematics Education, 2(2). Tersedia di
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme/article/view/3337. Diakses
pada 20 Juli 2019
Mawaddah, S., & Anisah, H. (2015). Kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa pada pembelajaran matematika dengan menggunakag) di smpn
model pembelajaran generatif (generative learning) di smp. EDU-MAT,
3(2). Tersedia di
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/edumat/article/view/644.
Diakses pada 21 September 2019
Muchlis, E. E. (2012). Pengaruh pendekatan pendidikan matematika realistik
indonesia (PMRI) terhadap perkembangan kemampuan pemecahan
masalah siswa kelas II SD Kartika 1.10 Padang. EXACTA, 10(2), 136-
139. Tersedia di http://repository.unib.ac.id/519/. Diakses pada 13 Juni
2019
Muqarrobin, Firdaus. (2017). Strategi melakukan kegiatan pembelajaran berbasis
pendekatan saintifik. tersedia di
https://www.eurekapendidikan.com/2017/08/strategi-melakukan-
kegiatan.html Diakses pada 21 September 2019.
Murtiyasa, B. (2012). Pemanfaatan Teknologi Informatika dan Komunikasi untuk
meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika. Surakarta: FKIP Univ.
Muhammadiyah Surakarta. Tersedia di
http://jm.ejournal.id/index.php/mendidik/article/view/44. Diakses pada
27 Juni 2019.
NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. United States
of America : The National Council of Teachers of Mathematics, Inc.
Ningrum, E. (2009). Pengembangan sumber daya manusia bidang pendidikan.
Jurnal Geografi GEA, 9(1). Tersedia di
https://ejournal.upi.edu/index.php/gea/article/view/1681. Diakses pada 29
Juni 2019
Noviyanti, F., Sugiharta, I., & Farida, F. (2019). Analisis Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis: Dampak Blended Learning Menggunakan Edmodo.
Desimal: Jurnal Matematika, 2(2), 173-180.
231
Nugroho, A. M., Suyitno, H., & Mashuri, M. (2013). Keefektifan Model
Pembelajaran Teams Games Tournament terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah. Unnes Journal of Mathematics Education, 2(1).
Tersedia di http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme/article/view/332
5. Diakses pada 21 Mei 2019
Nurdyansyah, N. (2018). Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Pelajaran
IPA Materi Komponen Ekosistem. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Tersedia di http://eprints.umsida.ac.id/1611/. Diakses pada 30 Mei 2019
Padmavathy, R. D., & Mareesh, K. (2013). Effectiveness of problem based
learning in mathematics. International Multidisciplinary e-Journal, 2(1),
45-51. Tersedia di
https://pdfs.semanticscholar.org/1d75/16276032eef76476b119
8b63587898864fdd.pdf. Diakses pada 23 September 2019
Publising, K. (2011). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
(SISDIKNAS). Jakarta: SL Media.
Polya, G. (1973). How to solve it 2nd. New Jersey: Princeton University.
Rafli M. R., Edi, S., & Yusnadi. (2018). Influence of Problem Based Learning
Model and Early Mathematics Ability to Mathematical Communication
Skills and Self-Confidence in Junior High School. American Journal of
Educational Research. 6(11). Tersedia di
http://www.sciepub.com/EDUCATION /abstract/9814. Diakses pada 29
Juni 2019
Rusman. (2013). Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: PT Rajawali Pers.
Siagian, R. E. F. (2015). Pengaruh minat dan kebiasaan belajar siswa terrhadap
prestasi belajar matematika. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA,
2(2). Tersedia di
https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/Formatif/article/view/93.
Diakses pada 29 Juni 2019
Stoltz, P. G. (2007). Adversity Quotient Mengubah Hambatan menjadi Peluang.
Translated by Hermaya. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Sudarman. (2012). Adversity Quotient: Kajian Kemungkinan Pengintegrasiannya
dalam Pembelajaran Matematika. AKSIOMA, 1(1): 55–62. Tersedia di
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=111506&val=5154
Diakses pada 28 September 2019
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
CV. Alfabeta
232
Tavukcu, T. (2018). The Impact of Edmodo Assisted Education on Project
Evaluation Achievement Scores and Determination of Opinions for use
in Education. TEM Journal, 7(3), 651-657. Tersedia di
https://www.ceeol.com/search/article-detail?id=691060. Diakses pada 30
Juni 2019
Ulya, H. (2015). Hubungan gaya kognitif dengan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa. Jurnal Konseling GUSJIGANG, 1(2).
Tersedia di https://jurnal.umk.ac.id/index.php/gusjigang/article/view/410.
Diakses pada 29 Juni 2019.
Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional.
Van de Walle, J. A., Karp, K. S., Bay-Williams, J. M., Wray, J. A., & Brown, E.
T. (2007). Elementary and middle school mathematics: Teaching
developmentally.
Waluya, B., Rochmad, R., & Kartono, K. (2019). Pemecahan Masalah dan
Pembelajarannya dalam Matematika. In PRISMA, Prosiding Seminar
Nasional Matematika (Vol. 2, pp. 389-394). Tersedia di
https://journal.unnes.ac.id/. Diakses pada 12 Mei 2019.