analisis kemampuan keuangan daerah terhadap …

114
ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PEMBANGUNAN DAERAH PADA PEMERINTAHAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Disusun dan diusulkan oleh KAMARUDDIN ORON TEWA Nomor Stambuk: 10564 340 08 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015

Upload: others

Post on 09-May-2022

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PEMBANGUNAN DAERAH PADA PEMERINTAHAN

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Disusun dan diusulkan oleh

KAMARUDDIN ORON TEWA

Nomor Stambuk: 10564 340 08

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

Page 2: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PEMBANGUNAN DAERAH PADA PEMERINTAHAN

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan diajukan oleh

KAMARUDDIN ORON TEWA

Nomor Stambuk: 10564 340 08

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

Page 3: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …
Page 4: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …
Page 5: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Kamaruddin Oron Tewa

Nomor Stambuk : 10564 340 08

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa

bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan

plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian

hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima saksi akademik

sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 27 Desember 2015

Yang menyatakan

Kamaruddin Oron Tewa

Page 6: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

iv

ABSTRAK

KAMARUDDIN ORON TEWA. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah Terhadap Pembangunan Daerah (Studi Pada Pemerintahan Provinsi Nusa Tenggara Timur). Dibimbing oleh Rosdianti Razak dan Rudi hardi.

Kemampuan keuangan daerah adalah salah satu variabel yang mempengaruhi pelaksanaan otonomi daerah yang baik. Berdasarkan hal tersebut, peneliti terdorong untuk meneliti tentang jumlah transfer pusat (dana perimbangan), jumlah kendaraan roda 2 dan roda 4 dan jumlah investasi sebagai faktor-faktor yang mendukung kemampuan keuangan daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Penelitian ini untuk mengetahui tingkat perkembangan kemampuan keuangan Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi daerah dan kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun Anggaran 2008-2013.

Jenis penelitian adalah kuantitatif-kualitatif (mixed method). Dimana penelitian kuantitatif menggunakan beberapa rasio keuangan, yaitu: rasio kemandirian keuangan daerah, rasio derajat desentralisasi fiscal, rasio indeks kemampuan rutin, rasio keserasian dan rasio pertumbuhan, sedangkan penelitian kualitatif membantu interpretasi hubungan antara variabel yang mengungkapkan alas an bagi hubungan-hubungan itu serta menjelaskan faktor-faktor yang mendasari hubungan yang terbangun.

Tipe penelitian adalah deskriptif komparatif di mana akan diuraikan dan dianalisis permasalahan penelitian. Peneliti berusaha memaparkan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatiannya, kemudian peristiwa tersebut dideskripsikan menggunakan indeks kemampuan keuangan sebagai alat analisis.

Hasil penelitian, rasio kemandirian keuangan daerah yang memperoleh hasil rata-rata sebesar 0,25% atau berada pada skala interval 0,00%-0,25%. Rasio derajat desentralisasi fiscal dan rasio indeks kemampuan rutin yang menunjukan kemampuan keuangan daerah yang masih kurang, yaitu sebesar 21,62% dan 38,52%. Pada rasio keserasian, pengeluaran belanja rutin lebih besar dibandingkan dengan belanja pembangunan dengan gap sebesar 0,68%. Rasio pertumbuhan secara keseluruhan mengalami pertumbuhan yang negatif karena peningkatan Pendapatan Asli daerah dan total pendapatan daerah tidak dikuti oleh pertumbuhan belanja pembangunan, tetapi diikuti oleh belanja rutin. Kontribusi PAD terhadap APBD, masih kurang yaitu sebesar 25,30%. Dengan melihat hasil analisi tersebut, perkembangan kemampuan keuangan daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dianggap masih kurang.

Page 7: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Skripsi yang berjudul “Analisis Kemampuan Keuangan Daerah Terhadap

Pembangunan Daerah Pada Pemerintaahan Provinsi Nusa Tenggara Timur

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat

dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan Pada Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pada kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada semua

pihak yang telah memberikan bantuan, baik dukungan data, pemikiran dan

pemahaman serta bimbingan sehingga tulisan ini dapat tersusun, terutama kepada:

1. Ibu Dr. Andi Rosdianti Razak selaku Pembimbing I dan Bapak Rudi Hardi,

S.Sos, M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya

membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat di

selesaikan

2. Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Muhammdiyah Makassar

3. Bapak A. Luhur Prianto, S.IP. M.si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar

4. Bapak dan Ibu Dosen Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan

pengetahuan kepada penulis selama menuntut ilmu di Universitas

Muhammadiyah Makassar

Page 8: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

vi

5. Bapak Kepala Biro Keuangan Sekretariat Daerah Provinsi Nusa Tenggara

Timur

6. Bapak Kepala Bagian Akuntansi pada Biro Keungan Sekretariat Daerah

Provinsi Nusa Tenggara Timur

7. Bapak Kepada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur

8. Bapak Kepala Bidang Pajak dan Retribusi pada Dinas Pendapatan Daerah

Provinsi Nusa Tenggara Timur

9. Bapak Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur

10. Ayahanda Mahmud Laga Oron dan Ibunda Kamria Borot Hali yang telah

memberikan doa dan Restu sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan

11. Yang istimewah Yoanista Trifonia Tokan, buah diranting nan permai dapat

kutuai karena engkau telah melerai gulma dan menyirami pestisida beraroma

sugesti

12. Rekan-rekan FKPPM-BTT Flotim Makassar, Bedake, Om Bob, Boy Ama,

Juan Muda, Dhan, Ambeda, Indar, Israel, Arab,Cimeng, Ovan, Pipit, Ama

Ade, Ama Meang, Rolin Muda, , Ola, Lolon Pehan,Ama Lado, Jawa Rebon,

Putra, Yam Manuk, Hafiat Anu, Ida Laila,Fendi dan Spesial buat Idiotku serta

semua teman-teman yang tidak bias disebutkan satu persatu, ungkapan moral

kalian adalah semangat ekstra untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat

kekurangan-kekurangan, meskipun sudah diupayakan semaksimal mungkin

mengingat keterbatasan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Sehubungan

Page 9: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

vii

dengan hal tersebut, segala kritik dan saran terhadap tulisan ini dengan senang hati

diterima demi penyempurnaan penulisan dikemudian hari.

Makassar, 29 Desember 2015

Kamaruddin Oron Tewa

Page 10: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

viii

DAFTAR ISI

Halaman Pengajuan Skripsi ......................................................................... i

Halaman Persetujuan .................................................................................... ii

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ............................................. iii

Abstrak ........................................................................................................... iv

Kata Pengantar .............................................................................................. v

Daftar Isi ......................................................................................................... viii

Daftar Tabel ................................................................................................... x

Daftar Lampiran ............................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................... 1B. Rumusan Masalah .................................................................... 6C. Tujuan Penelitian...................................................................... 7 D. Manfaat Penelitian.................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Otonomi Daerah ........................................................................ 8B. Pengelolaan Keuangan Daerah yang Berorientasi Pada

Kepentingan Publik ................................................................... 12 C. Otonomi Daerah dan Sistem Desentralisasi .............................. 22D. Desentralisasi Fiskal Daerah ..................................................... 25E. Sumber Penerimaan Daerah ...................................................... 29F. Pajak .......................................................................................... 30G. Retribusi .................................................................................... 36H. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah ................................................................... 37I. Kerangka Pikir........................................................................... 39J. Defenisi Operasional ................................................................. 41

BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................... 45a. Waktu penelitian................................................................. 45b. Lokasi penelitian ................................................................ 45

B. Jenis dan Tipe Penelitian .......................................................... 45a. Jenis penelitian ................................................................... 45b. Tipe penelitian .................................................................... 45

C. Informan Penelitian .................................................................. 46D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 47

Page 11: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

ix

E. Teknik Analisis Data ................................................................ 47

BAB IV PEMBAHASAN

A. Deskripsi APBD Provinsi Nusa Tenggara Timur....................... 55a. Perkembangan APBD Nusa Tenggara Timur....................... 56b. Kontribusi PAD Terhadap APBD Nusa Tenggara Timur .... 57c. Kontribusi Transfer Terhadap APBD Provinsi Nusa

Tenggara Timur .................................................................... 58B. Kemampuan Keuangan Daerah Dalam Mendukung Pembangunan

Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur ...................................... 60a. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah.................................. 62b. Analisis Derajat Desentralisasi Fiskal Provinsi Nusa

Tenggara Timur .................................................................... 67c. Analisis Indeks Kemampuan Rutin Provinsi Nusa

Tenggara Timur .................................................................... 73d. Analisis Rasio Keserasian Provinsi Nusa Tenggara Timur .. 77e. Analisis Rasio Pertumbuhan Provinsi

Nusa Tenggara Timur ........................................................... 82C. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Penerimaan PAD Provinsi

Nusa Tenggara Timur ................................................................. 79a. Jumlah Transfer Pemerintah Pusat (Dana Perimbangan) ..... 79b. Jumlah Kendaraan Roda 2 dan Roda 4 atau Lebih............... 81c. Pengaruh Variabel Investasi Daerah..................................... 84

BAB V PENUTUPA. Kesimpulan .......................................................................................... 86B. Saran .................................................................................................... 88

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 91

Page 12: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Skala Interval Derajat Desentralisasi Fiskal .................................... 51

Tabel 1.2 Skala Interval Indeks Kemampuan Rutin ........................................ 52

Tabel 1.3 Pertumbuhan APBD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun Anggaran

2008-2013........................................................................................ 57

Tabel 1.4 Kontribusi PAD Terhadap APBD Provinsi Nusa Tenggara Timur

Tahun Anggaran 2008-2013............................................................ 58

Tabel 1.5 Kontribusi Transfer Pusat Terhadap APBD Provinsi Nusa Tenggara

Timur Tahun Anggaran 2008-2013................................................. 59

Tabel 1.6 Data Pendapatan dan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Provinsi

Nusa Tenggara Timur Tahun Anggaran 2008-2013 ....................... 65

Tabel 1.7 Derajat Desentralisasi Fiskal Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun

Anggaran 2008-2013 ....................................................................... 68

Tabel 1.8 Perhitungan Rasio Indeks Kemampuan Rutin ................................. 72

Tabel 1.9 Rasio Keserasian Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun Anggaran

2008-2013........................................................................................ 75

Tabel 1.10 Perhitungan Rasio Pertumbuhan Provinsi Nusa Tenggara Timur

Tahun Anggaran 2008-2013............................................................ 78

Tabel 1.11 Kontribusi Transfer Pusat Terhadap APBD Provinsi Nusa

Tenggara Timur Tahun Anggaran 2008-2013................................ 79

Tabel 1.12 Daftar Jumlah Kendaraan Bermotor di Nusa Tenggara Timur

Tahun 2008-2013 ......................................................................... 81

Page 13: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

xi

Tabel 1.13 Daftar Pertumbuhan Kendaraan Bermotor di Nusa Tenggara Timur

Tahun 2008-2013............................................................................. 82

Tabel 1.14 Kontrubis PKB Terhadap PAD Provinsi Nusa Tenggara Timur

Tahun 2008-2013 .......................................................................... 83

Tabel 1.15 Kontribusi Penyertaan Modal (Deviden) Terhadap PAD Provinsi Nusa

Tenggara Timur Tahun 2008-2013................................................ 84

Page 14: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hakekat pembangunan nasional menurut Propenas adalah rencana

pembangunan yang berskala nasional serta merupakan konsekuensi dan

kornitmen bersama masyarakat Indonesia mengenai pencapaian visi dan misi

bangsa. Dengan demikian, fungsi Propenas adalah untuk menyatukan pandangan

dan derap langkah seluruh lapisan masyarakat dalam melaksanakan prioritas

pembangunan selarna lima tahun ke depan. (Propenas 2000-2004)

Pembangunan Ekonomi adalah merupakan salah satu upaya dalam rangka

mendukung pelaksanaan salah satu prioritas yang tercantum dalam Prioritas

Pembangunan Nasional, yaitu mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat

landasan pembangunan ekonomi berkelanjutan dan berkeadilan berdasarkan

sistem kerakyatan. Penetapan prioritas tersebut mendasarkan pada masalah dan

tantangan yang dihadapi serta arah kebijakan dalam pembangunan ekonomi, baik

pembangunan jangka pendek maupun jangka menengah (Propenas 2002-2004).

Sejak timbulnya krisis ekonomi yang dipicu oleh krisis moneter

pertengahan 1997, pembangunan di Indonesia terhenti karena ketidakmampuan

pemerintah dalam membiayai proyek-proyek pembangunan yang disebabkan

pendapatan pernerintah berkurang, khususnya dari sektor pajak dan retribusi.

Krisis ekonomi telah berhasil memunculkan kepermukaan beberapa kelemahan

perekonomian nasional. Berbagai distorsi yang terjadi pada masa lalu telah

Page 15: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

2

melemahkan ketahanan ekonomi nasional dalam menghadapi krisis,

menimbulkan berbagai bentuk kesenjangan sosial dan menghambat kemampuan

untuk mengatasi krisis dengan cepat. Kurang meratanya penyebaran pelaksanaan

pembangunan membuat kesenjangan pertumbuhan antar daerah, antara perkotaan

dan pedesaan, antar kawasan seperti kawasan barat dan kawasan timur Indonesia,

maupun antar golongan masyarakat sehingga gejolak sosial menjadi sangat

mudah terjadi.

Salah satu alasan penyelenggaraan otonomi daerah adalah agar

pembangunan di daerah berjalan seiring dengan pembangunan pusat. Ini

merupakan bentuk koreksi atas pelaksanaan pembangunan ekonomi yang selama

ini menitik beratkan pembangunan di pusat dan kurang memperhatikan

perkembangan pembangunan daerah. Dengan kebijakan yang sentralistik ini

menyebabkan terjadinya disparitas dan ketidakseimbangan pelaksanaan

pembangunan di pusat dan daerah. Akibatnya hampir seluruh potensi ekonomi di

daerah tersedot ke pusat sehingga daerah tidak mampu berkembang secara

memadai. Jadi dengan otonomi daerah terkandung maksud untuk memeperbaiki

kekeliruan selama ini dengan cara memberikan peluang kepada daerah untuk

mendapatkan dana lebih besar dan kebebasan untuk mengelolanya sendiri.

Dalam sistem otonomi bertingkat berdasarkan UU No. 5 tahun 1974,

rendahnya pendapatan asli daerah (PAD) sebagai sumber pembiayaan

pembangunan atau realisasi APBD bukan merupakan masalah besar, karena

pemerintah pusat mengalokasikan dana untuk belanja pegawai, pengeluaran rutin

Page 16: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

3

dan pembangunan daerah. Istilah "bukan masalah besar" tersebut merujuk pada

kenyataan bahwa otonomi yang dikembangkan, diimplementasikan dengan

penyerahan urusan pusat pada daerah

Munculnya Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan.

Daerah dan Undang-undang nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangann

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, adalah jawaban atas

permasalahan tersebut, Dengan demikian ideologi politik dan struktur

pemerintahan negara akan lebih bersifat desentralisasi dibanding dengan struktur

pemerintahan sebelumnya yang bersifat sentralisasi. Maka sudah saatnya bagi

pemerintah Indonesia untuk melaksanakan sistem pemerintahan yang meletakkan

peranan pemerintah daerah pada posisi yang sangat krusial dalam meningkatkan

kesejahteraan warganya. Pemberian kewenangan yang luas, nyata dan

bertanggungjawab yang tersirat dalam perundangan tersebut, adalah pencerminan

proses demokratisasi dalam pelaksanaan otonomi daerah untuk membantu

pernerintah pusat dalam menyelenggarakan pemerintahan di daerah dengan titik

berat kepada pemerintah kabupaten/kota. Secara yuridis, pelaksanaan otonomi

yang luas dan nyata tersebut bukan merupakan kelanjutan. Tetapi secara faktual

empiris, merupakan kesinambungan dari pelaksanaan otonomi daerah

berdasarkan UU nomor 5 tahun 1974 dan bahkan peraturan sebelumnya. Jadi

tujuan kebijakan desentralisasi adalah mewujudkan keadilan antara kemampuan

dan hak daerah; peningkatan pendapatan asli daerah dan pengurangan subsidi dari

Page 17: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

4

pusat; mendorong pembangunan daerah sesuai dengan aspirasi masing-masing

daerah.

Menghadapi implementasi undang-undang tersebut, salah satu hal yang

perlu dipersiapkan adalah penentuan kekhasan daerah yang merupakan unggulan

dengan potensi sumber daya manusia, kelembagaan dan sumber daya fisik lokal

sebagai modal untuk peningkatan kegiatan ekonomi. Pemerintah daerah dituntut

untuk siap menerima beban dan tangungjawab yang berkaitan dengan potensi

yang dimilikinya dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.

Artinya bahwa daerah provinsi perlu didorong dan harus mampu meningkatkan

kemampuan dalam memanfaatkan peluang yang ada, serta menggali sumber-

sumber baru yang potensial untuk meningkatkan penerimaan daerah.

Sebaliknya dengan sistem otonomi baru yang nyata dan luas (UU Nomor

22 tahun 1999), dengan rendahnya PAD maka daerah dihadapkan pada

permasalahan yang rumit. Di samping harus meningkatkan penerimaan, daerah

juga harus memacu produktivitas pemerintah daerah dengan membangun sarana

dan prasarana penunjang bagi tumbuh dan berkembangnya investasi yang

merupakan penggerak dalam proses pembangunan ekonomi di suatu daerah.

Otonomi fiskal daerah merupakan salah satu aspek penting dari otonomi

daerah secara keseluruhan, karena pengertian otonomi fiskal daerah

menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam meningkatkan PAD

seperti pajak, retribusi dan lain-lain. Namun harus diakui bahwa derajat otonomi

fiskal daerah di Indonesia masih rendah, artinya daerah belum mampu membiayai

Page 18: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

5

pengeluaran rutinnya. Karena itu otonomi daerah bisa diwujudkan hanya apabila

disertai keuangan yang efektif. Pemerintah daerah secara finansial harus bersifat

independen terhadap pemerintah pusat dengan jalan sebanyak mungkin menggali

sumber-sumber PAD (Radianto, 1997,42 ; A Halim , 2001,348).

Realitas hubungan fiskal antara daerah dan pusat, ditandai dengan

tingginya kontrol pusat terhadap proses pembangunan daerah. Ini terlihat jelas

dari rendahnya PAD terhadap total pendapatan dibandingkan dengan total subsidi

yang didrop dari pusat. Selama ini sumber dana PAD di Provinsi Nusa Tenggara

Timur mencerminkan ketergantungan daerah kepada pemerintah pusat masih

sangat dominan.

Keleluasaan dalam usaha menggali sumber-sumber penerimaan tersebut,

banyak daerah yang memikirkan bagaimana meningkatkan tarif pajak dan

retribusi daerah serta obyek-obyek pajak dan retribusi yang baru. Hal ini

menimbulkan keresahan di daerah, karena rakyat khawatir akan membayar pajak

lebih banyak dibanding sebelum adanya otonomi daerah.

Dalam UU No. 34 tahun 2000 pasal 2 ayat (4) disebutkan bahwa dengan

Peraturan daerah dapat ditetapkan jenis pajak kabupaten/kota selain yang

ditetapkan dalam ayat (2). Sedangkan dalam ayat (2) dinyatakan jenis-jenis pajak

yaitu pajak hotel, restoran, hiburan, reklame, penerangan jalan, pengambilan

bahan galian golongan C, dan pajak parkir. Kenyataan ini berpotensi untuk

mendorong pemerintah daerah saling berlomba dalam menerbitkan Peraturan

Daerah (Perda) dengan mengesampingkan kriteria maupun prinsip perpajakan.

Page 19: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

6

Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 dan Undang-Undang nomor 25

tahun 1999 yang sebenarnya dimaksudkan untuk mengurangi ketergantungan

daerah terhadap pemerintah pusat, justru berimplikasi menciptakan horizontal

imbalance, disamping mengurangi vertical imbalance (FX. Sugiyanto, 2000: 4).

B. Rumusan Masalah

Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi terletak pada kesiapan dan

kemampuan daerah untuk menerima beban dan tanggungjawab yang dimilikinya

dalam mengatur serta mengurus rumah tangganya sendiri. Artinya, pemerintah

daerah provinsi Nusa tenggara Timur harus mampu meningkatkan PADnya

melalui berbagai potensi yang dimiliki. Penerimaan yang berasal dari PAD

Provinsi Nusa Tenggara Timur jumlahnya masih lebih rendah dibandingkan

dengan provinsi lain di Indonesia, sehingga untuk membiayai kebutuhan

daerahnya ,Provinsi Nusa Tenggara Timur masih sangat tergantung pada

penerimaan dari pernerintah pusat. Dengan kata lain, PAD Provinsi Nusa

Tenggara Timur masih rendah dan selama daerah masih memiliki ketergantungan

yang tinggi terhadap pusat, maka selain akan meningkatkan beban anggaran

pemerintah pusat, otonomi yang diharapkan dapat menciptakan kemandirian

tersebut akan sulit untuk dilaksanakan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaan penelitian yang

diajukan adalah sebagai berikut :

a. Sejauh mana kemampuan fiskal daerah dalam mendukung pembangunan

daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur?

Page 20: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

7

b. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam penerimaan PAD Provinsi

Nusa Tenggara Timur?

C. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis kemampuan keuangan daerah dalam mendukung Pembangunan

daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah

(PAD) Provinsi Nusa Tenggara Timur

D. Kegunaan Penelitian

Sedangkan manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

a. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang memerlukan, terutama

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur terkait dengan pemanfaatan dan

peningkatan potensi peneriman PAD.

b. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan guna peningkatan

PAD.

c. Sebagai bahan masukan bagi penelitian lebih lanjut.

Page 21: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

8

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Otonomi Daerah

Pemberian otonomi daerah diharapkan dapat meningkatkan

efisiensi,efektivitas, dan akuntabilitas sektor publik di Indonesia. Dengan

otonomi, Daerah dituntut untuk mencari alternatif sumber pembiayaan

pembangunan tanpa mengurangi harapan masih adanya bantuan dan bagian

(sharing) dari Pemerintah Pusat dan menggunakan dana publik sesuai dengan

prioritas dan aspirasi masyarakat (Mardiasmo, 1999).

Dengan kondisi seperti ini, peranan investasi swasta dan perusahaan milik

daerah sangat diharapkan sebagai pemacu utama pertumbuhan dan pembangunan

ekonomi daerah (enginee of growth). Daerah juga diharapkan mampu menarik

investor untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah serta menimbulkan efek

multiplier yang besar (Bastin dan Smoke, 1992 dalam Shah, et.al., 1994).

Pemberian otonomi daerah diharapkan dapat memberikan keleluasaan

kepada daerah dalam pembangunan daerah melalui usaha-usaha yang sejauh

mungkin mampu meningkatkan partisipasi aktif masyarakat, karena pada

dasarnya terkandung tiga misi utama sehubungan dengan pelaksanaan otonomi

daerah tersebut, yaitu (Shah, 1997) adalah (1)Menciptakan efisiensi dan

efektivitas pengelolaan sumber daya daerah (2) Meningkatkan kualitas pelayanan

umum dan kesejahteraan masyarakat (4) Memberdayakan dan menciptakan ruang

bagi masyarakat untuk ikut serta (berpartisipasi) dalam proses pembangunan.

Page 22: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

9

Untuk mencapai tujuan agar dapat mewujudkan masyarakat yang sejahtera

baik secara regional maupun nasional, sebagai langkah awal perlu meningkatkan

efisiensi dan produktivitas, dan melakukan perubahan yang struktural untuk

memperkuat kedudukan dan peran ekonomi rakyat dalam perekonomian nasional

(Shah, 1997).

Perubahan struktural adalah perubahan dari ekonomi tradisional yang

subsistem menuju ekonomi modern yang berorientasi pada pasar. Untuk

mendukung perubahan struktural dari ekonomi tradisional yang subsistem menuju

ekonomi modern diperlukan pengalokasian sumberdaya, penguatan

kelembagaan, penguatan teknologi dan pembangunan sumber daya manusia.

Langkah-langkah yang perlu diambil dalam mewujudkan kebijakan tersebut

adalah sebagai berikut (Sumodiningrat, 1999) :

1. Pemberian peluang atau akses yang lebih besar kepada aset produksi, yang

paling mendasar adalah akses pada dana.

2. Memperkuat posisi transaksi dan kemitraan usaha ekonomi rakyat.

3. Meningkatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan dalam rangka kualitas

sumber daya manusia, disertai dengan upaya peningkatan gizi.

4. Kebijakan pengembangan industri harus mengarah pada penguatan industri

rakyat yang terkait dengan industri besar. Industri rakyat yang berkembang

menjadi industri-industri kecil dan menengah yang kuat harus menjadi tulang

punggung industri nasional.

5. Kebijakan ketenagakerjaan yang mendorong tumbuhnya tenaga kerja mandiri

Page 23: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

10

sebagai cikal bakal wirausaha baru yang nantinya berkembang menjadi

wirausaha kecil dan menengah yang kuat dan saling menunjang.

6. Pemerataan pembangunan antar daerah. Ekonomi rakyat tersebut tersebar di

seluruh penjuru tanah air, oleh karena itu pemerataan pembangunan daerah

diharapkan mempengaruhi peningkatan pembangunan ekonomi rakyat.

Sejalan dengan upaya untuk memantapkan kemandirian Pemerintah

Daerah yang dinamis dan bertanggung jawab, serta mewujudkan pemberdayaan

dan otonomi daerah dalam lingkup yang lebih nyata, maka diperlukan upaya-

upaya untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan profesionalisme sumber

daya manusia dan lembaga-lembaga publik di daerah dalam mengelola sumber

daya daerah. Upaya-upaya untuk meningkatkan pengelolaan sumber daya daerah

harus dilaksanakan secara komprehensif dan terintegrasi mulai dari aspek

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sehingga otonomi yang diberikan kepada

daerah akan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Anggito dan

Kuncoro, 1995).

Dari aspek perencanaan, Daerah sangat membutuhkan aparat daerah (baik

eksekutif maupun legislatif) yang berkualitas tinggi, bervisi strategik dan mampu

berpikir strategik, serta memiliki moral yang baik sehingga dapat mengelola

pembangunan daerah dengan baik. Partisipasi aktif dari semua elemen yang ada

di daerah sangat dibutuhkan agar perencanaan pembangunan daerah benar-benar

mencerminkan kebutuhan daerah dan berkaitan langsung dengan permasalahan

yang dihadapi daerah (Prasetyantono, 1996).

Page 24: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

11

Dari aspek pelaksanaan, Pemerintah Daerah dituntut mampu menciptakan

sistem manajemen yang mampu mendukung operasionalisasi pembangunan

daerah. Salah satu aspek dari pemerintahan daerah yang harus diatur secara hati-

hati adalah masalah pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah.

Anggaran Daerah atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

merupakan instrument kebijakan yang utama bagi Pemerintah Daerah. Sebagai

instrumen kebijakan, APBD menduduki posisi sentral dalam upaya

pengembangan kapabilitas dan efektivitas pemerintah daerah. APBD digunakan

sebagai alat untuk menentukan besarnya pendapatan dan pengeluaran, membantu

pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, otorisasi pengeluaran di

masa-masa yang akan datang, sumber pengembangan ukuran-ukuran standar

untuk evaluasi kinerja, alat untuk memotivasi para pegawai dan alat koordinasi

bagi semua aktivitas dari berbagai unit kerja (Sudarsono, 1990 dalam Mardiasmo,

2002).

Dalam kaitan dengan ini proses penyusunan dan pelaksanaan APBD

hendaknya difokuskan pada upaya pelaksanaan program dan aktivitas yang

menjadi preferensi daerah yang bersangkutan. Untuk memperlancar pelaksanaan

program dan aktivitas yang telah direncanakan dan mempermudah pengendalian,

pemerintah daerah dapat membentuk pusat-pusat pertanggungjawaban

(responsibility center) sebagai unit pelaksana (Abimanyu dan Koncoro, 1990).

Untuk memastikan bahwa pengelolaan dana publik (public money) telah

dilakukan sebagaimana mestinya (sesuai konsep value for money), perlu

Page 25: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

12

dilakukan evaluasi terhadap hasil kerja pemerintah daerah. Evaluasidapat

dilakukan oleh pihak internal yang dapat dilakukan oleh internal auditor maupun

oleh eksternal auditor, misalnya auditor independen. Untuk menciptakan

transparansi dan akuntabilitas publik, pemerintah daerah perlu membuat Laporan

Keuangan yang disampaikan kepada publik. Pengawasan dari semua lapisan

masyarakat dan khususnya dari DPRD mutlak diperlukan agar otonomi yang

diberikan kepada daerah tidak “kebablasan” dan dapat mencapai tujuannya

(Juoro, 1990 dalam Mardiasmo, 2002).

B. Pengelolaan Keuangan Daerah yang Berorientasi Pada Kepentingan Publik

Secara garis besar, pengelolaan (manajemen) keuangan daerah dapat

dibagi menjadi dua bagian yaitu manajemen penerimaan daerah dan manajemen

pengeluaran daerah. Kedua komponen tersebut akan sangat menentukan

kedudukan suatu pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan otonomi daerah.

Konsekuensi logis pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan UU No. 22 tahun

1999 dan UU No. 25 tahun 1999 menyebabkan perubahan dalam manajemen

keuangan daerah. Perubahan tersebut antara lain adalah perlunya dilakukan

budgeting reform atau reformasi anggaran.

Aspek utama budgeting reform adalah perubahan dari traditional budget

ke performance budget. Secara garis besar terdapat dua pendekatan utama yang

memiliki perbedaan mendasar. Kedua pendekatan tersebut adalah: (a) Anggaran

tradisional atau anggaran konvensional; dan (b) Pendekatan baru yang

Page 26: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

13

seringdikenal dengan pendekatan New Public Management (Osborne dan

Gaebler, 1992 dalam Mardiasmo, 2002).

1. Anggaran Tradisional

Anggaran tradisional merupakan pendekatan yang paling banyak digunakan di

negara berkembang dewasa ini. Terdapat dua ciri utama dalam pendekatan ini,

yaitu: (a) cara penyusunan anggaran yang didasarkan atas pendekatan

incrementalism dan (b) struktur dan susunan anggaran yang bersifat line-item.

Ciri lain yang melekat pada pendekatan anggaran tradisional tersebut adalah:

(c) cenderung sentralistis; (d) bersifat spesifikasi; (e) tahunan; dan (f)

menggunakan prinsip anggaran bruto. Struktur anggaran tradisional dengan

ciri-ciri tersebut tidak mampu mengungkapkan besarnya dana yang

dikeluarkan untuk setiap kegiatan, dan bahkan anggaran tradisional tersebut

gagal dalam memberikan informasi tentang besarnya rencana kegiatan. Oleh

karena tidak tersedianya berbagai informasi tersebut, maka satu-satunya tolok

ukur yang dapat digunakan untuk tujuan pengawasan hanyalah tingkat

kepatuhan penggunaan anggaran.

Masalah utama anggaran tradisional adalah terkait dengan tidak adanya

perhatian terhadap konsep value for money. Konsep ekonomi, efisiensi dan

efektivitas seringkali tidak dijadikan pertimbangan dalam penyusunan

anggaran tradisional. Dengan tidak adanya perhatian terhadap konsep value

for money ini, seringkali pada akhir tahun anggaran terjadi kelebihan anggaran

Page 27: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

14

yang pengalokasiannya kemudian dipaksakan pada aktivitas-aktivitas yang

sebenarnya kurang penting untuk dilaksanakan.

Dilihat dari berbagai sudut pandang, metode penganggaran tradisional

memiliki beberapa kelemahan, antara lain (Mardiasmo, 2002):

a. Hubungan yang tidak memadai (terputus) antara anggaran tahunan dengan

rencana pembangunan jangka panjang.

b. Pendekatan incremental menyebabkan sejumlah besar pengeluaran tidak

pernah diteliti secara menyeluruh efektivitasnya.

c. Lebih berorientasi pada input daripada output. Hal tersebut menyebabkan

anggaran tradisional tidak dapat dijadikan sebagai alat untuk membuat

kebijakan dan pilihan sumber daya, atau memonitor kinerja. Kinerja

dievaluasi dalam bentuk apakah dana telah habis dibelanjakan, bukan

apakah tujuan tercapai.

d. Sekat-sekat antar departemen yang kaku membuat tujuan nasional secara

keseluruhan sulit dicapai. Keadaan tersebut berpeluang menimbulkan

konflik, overlapping, kesenjangan, dan persaingan antar departemen.

e. Proses anggaran terpisah untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran

modal/investasi.

f. Anggaran tradisional bersifat tahunan. Anggaran tahunan tersebut

sebenarnya terlalu pendek, terutama untuk proyek modal dan hal tersebut

dapat mendorong praktik-praktik yang tidak diinginkan (korupsi dan

kolusi).

Page 28: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

15

g. Sentralisasi penyiapan anggaran, ditambah dengan informasi yang tidak

memadai menyebabkan lemahnya perencanaan anggaran. Sebagai

akibatnya adalah munculnya budget padding atau budgetary slack.

h. Persetujuan anggaran yang terlambat, sehingga gagal memberikan

mekanisme pengendalian untuk pengeluaran yang sesuai, seperti

seringnya dilakukan revisi anggaran dan ’manipulasi anggaran.’

i. Aliran informasi (sistem informasi finansial) yang tidak memadai yang

menjadi dasar mekanisme pengendalian rutin, mengidentifikasi masalah

dan tindakan.

Beberapa kelemahan anggaran tradisional di atas sebenarnya lebih banyak

merupakan kelemahan pelaksanaan anggaran, bukan bentuk anggaran

tradisional.

2. Era New Publik Manajemen (NPM)

Reformasi sektor publik yang salah satunya ditandai dengan munculnya era

New Public Management telah mendorong usaha untuk mengembangkan

pendekatan yang lebih sistematis dalam perencanaan anggaran sektor publik.

Seiring dengan perkembangan tersebut, muncul beberapa teknik

penganggaran sektor publik, misalnya adalah teknik anggaran kinerja

(performance budgeting), Zero Based Budgeting (ZBB), dan Planning,

Programming, and Budgeting System (PPBS). Pendekatan baru dalam sistem

anggaran publik tersebut cenderung memiliki karakteristik umum antara lain

komprehensif/komparatif, terintegrasi dan lintas departemen, proses

Page 29: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

16

pengambilan keputusan yang rasional, berjangka panjang, spesifikasi tujuan

dan perangkingan prioritas, analisis total cost dan benefit (termasuk

opportunity cost), berorientasi input, output, dan outcome (value for money),

bukan sekedar input, adanya pengawasan kinerja.

Traditional budget didominasi oleh penyusunan anggaran yang bersifat line-

item dan incrementalism, yaitu proses penyusunan anggaran yang hanya

mendasarkan pada besarnya realisasi anggaran tahun sebelumnya,

konsekuensinya tidak ada perubahan mendasar atas anggaran baru. Hal ini

seringkali bertentangan dengan kebutuhan riil dan kepentingan masyarakat.

Dengan basis seperti ini, APBD masih terlalu berat menahan arahan, batasan,

serta orientasi subordinasi kepentingan pemerintah atasan. Hal tersebut terlalu

dominannya peranan pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah. Besarnya

dominasi ini sering kali mematikan inisiatif prakarsa pemerintah daerah

sehingga memunculkan fenomena pemenuhan petunjuk pelaksanaan dan

petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dari pemerintah pusat.

Performance budget pada dasarnya adalah sistem penyusunan dan

pengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau

kinerja. Kinerja tersebut harus mencerminkan efisiensi dan efektivitas

pelayanan publik, yang berarti harus berorientsi pada kepentingan publik.

Merupakan kebutuhan masyarakat daerah untuk menyelenggarakan otonomi

secara luas, nyata dan bertanggung jawab dan otonomi daerah harus dipahami

sebagai hak atau kewenangan masyarakat daerah untuk mengelola dan

Page 30: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

17

mengatur urusannya sendiri. Aspek atau peran pemerintah daerah tidak lagi

merupakan alat kepentinganpemerintah pusat belaka melainkan alat untuk

memperjuangkan aspirasi dan kepentingan daerah.

Perubahan dalam pengelolaan keuangan daerah harus tetap berpegang pada

prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah (anggaran) yang baik. Prinsip

manajemen keuangan daerah yang diperlukan untuk mengontrol kebijakan

keuangan daerah tersebut meliputi:

a. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah prinsip pertanggungjawaban publik yang berarti

bahwa proses penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan dan

pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan dan

dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan masyarakat. Akuntabilitas

mensyaratkan bahwa pengambil keputusan berperilaku sesuai dengan

mandat yang diterimanya. Untuk ini, perumusan kebijakan, bersama-sama

dengan cara dan hasil kebijakan tersebutharus dapat diakses dan

dikomunikasikan secara vertikal maupun horizontaldengan baik.

b. Value for money

Value for money berarti diterapkannya tiga prinsip dalam proses

penganggaran yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Ekonomi berkaitan

dengan pemilihan dan penggunaan sumber daya dalam jumlah dan

kualitas tertentu pada harga yang paling murah. Efisiensi berarti bahwa

penggunaan dana masyarakat (public money) tersebut dapat menghasilkan

Page 31: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

18

output yang maksimal (berdaya guna). Efektivitas berarti bahwa

penggunaan anggaran tersebut harus mencapai target-target atau tujuan

kepentingan publik. Dalam konteks otonomi daerah, value for money

merupakan jembatan untuk menghantarkan pemerintah daerah mencapai

good governance. Value for money tersebut harus dioperasionalkan dalam

pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah. Untuk mendukung

dilakukannya pengelolaan dana publik (public money) yang mendasarkan

konsep value for money, maka diperlukan pengelolaan keuangan dan

anggaran yang baik. Hal tersebut dapat tercapai apabila pemerintah daerah

memiliki sitstem akutansi yang baik

c. Kejujuran dalam pengelolaan keuangan publik (Probity)

Pengelolaan keuangan daerah harus dipercayaakan kepada staf yang

memiliki integritas dan kejujuran yang tinggi, sehingga kesempatan untuk

korupsi dapat diminimalkan.

d. Transparansi

Transparansi adalah keterbukan pemerintah dalam membuat kebijakan-

kebijakan keuangan daerah sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh

DPRD dan masyarakat. Transparansi pengelolaan keuangan daerah pada

akhirnya akan menciptakan horizontal accountability antara pemrintah

daerah dengan masyarakatnya sehingga tercipta pemerintahan daerah yang

bersih, efektif dan efisien, akuntabel dan responsif terhadap aspirasi dan

kepentingan masyarakat.

Page 32: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

19

e. Pengendalian

Penerimaan dan pengeluaran daerah (APBD) harus selalu dimonitor, yaitu

dibanding antara yang dianggarkan dengan yang dicapai. Untuk itu perlu

dilakukan analisis varians (selisih) terhadap penerimaan dan pengeluaran

daerah agar dapat sesegera mungkin dicari penyebab timbulnya varians

dan tindakan antisipasi ke depan.

Prinsip-prinsip yang mendasari pengelolaan keuangan daerah tersebut harus

senantiasa dipegang teguh dan dilaksanakan oleh penyelenggara

pemerintahan, karena pada dasarnya masyarakat (publik) memiliki hak dasar

terhadap pemerintah yaitu:

1. Hak untuk mengetahui (right to know) yaitu mengetahui kebijakan

pemerintah, mengetahui keputusan yang diambil pemerintah, mengetahui

alas an dilakukan suatu kebijakan dan keputusan tertentu

2. Hak untuk diberi informasi (right to be informated) yaitu meliputi hak

untuk diberi penjelasan secara terbuka atas permasalahan-permasalahan

tertentu yang menjadi perdebatan publik.

3. Hak untuk didengar aspirasinya (right to br heard and listened to).

Dalam upaya pemberdayaan pemerintah daerah, maka perspektif

perubahan yang di inginkan dalam pengelolaan keuangan dan anggaran

daerah adalah sebagai berikut:

1) Pengelolaan keuangan daerah harus bertumpu pada kepentingan publik

(publik orinted). Hal ini tidak saja terlihat pada besarnya porsi

Page 33: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

20

pengalokasian anggaran untuk kepentingan publik, tetapi terlihat pada

besarnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan

pengawasan/ pengendalian keuangan daerah.

2) Kejelasan tentang misi pengelolaan keuangan daerah pada umumnya

dan anggaran daerah pada khususnya.

3) Desentralisasi pengelolaan keuangan dan kejelasan peran para

partisipan yang terkait pada pengelolaan anggaran, seperti DPRD,

KDH, Sekda dan perangkat daerah lainnnya.

4) Kerangka hokum bagi administrasi bagi pembiayaan, investasi dan

pengelolaan keuangan daerah berdasarkan kaidah mekanisme pasar

(value for money).

5) Kejelasan tentang kedudukan keuangan DPRD, KDH dan PNS-

Daerah, baik ratio maupun dasar pertimbangan.

6) Ketentuan tentang bentuk dan struktur anggaran, anggaran kinerja, dan

anggaran multi-tahunan.

7) Prinsip pengelolaan barang daerah yang lebih professional

8) Standar dan sistem akuntansi keuangan daerah, laporan keuangan,

peran akuntan independen dalam pemeriksaan, pemberian opini dan

rating kinerja anggaran, dan transparansi informasi anggaran kepada

publik.

Page 34: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

21

9) Aspek pembinaan dan pengaawasan yang meliputi batasan pembinaan,

peran asosiasi dan peran anggota masyarakat guna pengembangan

profesionalisme aparat pemerintah daerah.

10) Pengembangan sistem informasi keuangan daerah untuk menyediakan

informasi anggaran yang akurat dan pengembangan komitmen

pemerintah daerah terhadap penyebarluasan informasi sehingga

memudahkan pelaporan dan pengedalian serta mempermudahkan

mendapatkan informasi.

Secara lebih spesifik, paradigma anggaran daerah yang diperlukan di era

otonomi daerah adalah sebagai beikut:

1) Anggaran daerah harus bertumpu pada kepentingan publik.

2) Anggaran daerah harus dikelola dengan hasil yang baik dan biaya rendah

(work better and cost less).

3) Anggaran daerah harus mampu memberikan transparansi dan akuntabilitas

secara rasional untuk keseluruhan siklus anggaran.

4) Anggaran daerah harus dikelolah dengan pendekatan kinerja (performance

oriented)

5) Anggaran daerah harus mampu menumbuhkan profesionalisme kerja di

setiap organisasi yang terkait.

Page 35: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

22

C. Otonomi Daerah dan Sistem Desentralisasi

Otonomi daerah menurut UU Nomor 22 Tahun 1999, adalah hak

masyarakat daerah untuk mengelolah dan mengatur rumah tangganya sendiri serta

mengembangkan potensi dan sumber daya daerah. Penyelenggaraan otonomi

dimaksudkan agar dapat mendorong pemberdayaan masyarakat, menumbuhkan

prakarsa dan kreativitas, meniingkatkan peran masyarakat serta mengembangkan

peran dan fungsi DPRD. Dengan pemberian otonomi kepada daerah, maka sistem

yang dianut daerah adalah sistem desentralisasi.

Tujuan otonomi daerah menurut Smith dalam analisa CSIS yang

dikemukan oleh Syarif Hidayat (Yuliati;2000) dibedakan dari dua sisi

kepentingan yaitu kepentingan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dari

kepentingan pemerintah pusat tujuan utamanya adalah pendidikan politik,

pelatihan kepemimpinan, menciptakan stabilitas politik dan mewujudkan

demokratisasi sistem pemerintahan di daerah. Sementara bila dilihat dari sisi

kepentinga pemerintah daerah ada tiga yaitu:

a) Untuk mewujudkan apa yang disebut sebagai political equality artinya melalui

otonomi daerah diharapkan akan lebih membukan kesempatan bagi

masyarakat untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas politik di tingkat

lokal atau daerah

b) Untuk menciptakan local accountability artinya dengan otonomi daerah akan

meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan hak-

hak masyarakat.

Page 36: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

23

c) Untuk mewujudkan local responsiveness artinya dengan otonomi daerah

diharapkan akan mempermudah antisipasi berbagai masalah yang muncul dan

sekaligus meningkatkan akselerasi pembanguan sosial dan ekonomi daerah.

Selanjutnya tujuan otonomi daerah daerah menurut UU Nomor 22 Tahun

1999 pada dasarnya adalah sama yaitu otonomi diarahkan untuk memacuh

pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, meningkatkan kesejahteraan rakyat,

menggalakan prakarsa dan peran serta aktif masyarakat serta peningkatan potensi

pembangunan daerah secara optimal dan terpadu secara nyata, dinamis dan

bertanggung jawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa,

mengurangi beban pemerintah pusat dan campur tangan di daerah yang akan

memberikan peluang untuk koordinasi tingkat lokal.

Nyata berarti pemberian otonomi pada daerah didasarkan pada faktor-

faktor perhitungan tindakan dan kebijaksanaan yang benar-benar menjamin

daerah yang bersangkutan dapat mengurus rumah tangganya sendiri. Sedangkan

dinamis didasarkan pada kondisi dan perkembangan pembangunan. Kemudian

bertanggung jawab adalah pemberian otonomi yang diupayakan memperlancar

pembanguan di pelosok tanah air.

Uraian di atas merupakan tujuan ideal dari otonomi daerah. Pencapaian

tujuan tersebut tentunya tergantung dari kesiapan masing-masing daerah yang

akan menyangkut ketersedian sumber daya atau potensi daerah terutama adalah

sumber daya manusia yang tentunya akan berperan dan berfungsi sebagai motor

penggerak jalannya pemerintah daerah.

Page 37: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

24

Sedangkan desentralisasi menurut UU Nomor 22 Tahun 1999 adalah

penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom

dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Agar daerah otonom

tersebut mampu mengurus dan mengatur rumah tangga yang telah diserahkan,

maka daerah harus memiliki bermacam-macam kemampuan antara lain keuangan,

aparatur, ekonomi, dan lain sebagainya.

Menurut Dennis Rodinelli dkk. (Didit Pontjowonoto,1991) keberhasilan

kebijakan desentralisasi pada Negara sedang berkembang sangat dipengaruh oleh

faktor-faktor politik, ekonomi dan budaya seperti:

1. Sampai berapa jauh pimpinan politik pusat dan birokrasi mendukung

desentralisasi dan organisasi yang mendapat pelimpahan tanggung jawab.

2. Sampai berapa jauh perilaku, sikap dan budaya yang ada mendorong

terciptanya desentralisasi dan pengambilan keputusan dan pemerintahan.

3. Kebijakan dan program yang memadai untuk mendorong desentralisasi

pengambilan keputusan dan manajemen pembangunan.

4. Sampai seberapa jauh tersedianya sumber daya keuangan, manusia dan

prasarana fisik yang memadai bagi organisasi yang mendapat pelimpahan

tanggung jawab.

Keempat faktor tersebut mempunyai derajat kepentingan yang sama dan

dalam banyak hal sangat relevan dalam kebijakan desentralisasi di Indonesia.

Atas desakan yang cukup kuat dan semakin beratnya beban pusat untuk

mengatasi sendiri beban pembangunan yang semakin komleks, timbul kesadaran

Page 38: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

25

baru bahwa penyelenggaraan pemerintahan harus lebih demokratis,mendorong

partisipasi, kemajuan dan kemandirian daerah. Secara konseptual hal ini tercermin

dari kemauan pusat untuk menempatkan daerah kabupaten/kota dengan

wewenang yang luas (Turtiantoro, 2000).

D. Desentralisasi Fiskal Daerah

Desentralisasai fiskal menunjuk seberapa besar ketergantungan

pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat dalam membiayai pembangunan.

Untuk mengetahui seberapa besar tingkat ketergantungan tersebut maka

dilakukan dengan menggunakan ukuran apa yang disebut Derajat Desentralisasi

Fiskal dengan berbagai proxy (Sukanto Reksohadiprojo, 1999) sebagaimana

berikut:

a) Pendapatan Asli Daerah (PAD) X 100 %

Total Penerimaan Daerah (TPD)

b) Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak untuk Daerah (BHPBP)X 100%

Total Penerimaan Daerah (TPD)

c) Sumbangan Daerah (SB)X 100%

Total Penerimaan Daerah (TPD)

Berdasarkan kriteria yang dibuat oleh badan Litbang Depdagri dan Fisipol

UGM (1991), maka kriteria derajat fiskal tersebut adalah sebagai beikut:

a) 0,00% s/d 10% : sangat kurang

b) 10,1% s/d 20% : kurang

c) 20,1% s/d 30% : cukup

Page 39: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

26

d) 30,1 s/d 40% : baik

e) 40,1% s/d 50% : sangat baik

f) > 50% : memuaskan

Menurut Abdul Halim (2004) desentralisasi fiskal memiliki berbagai

keuntungan, yakni (1) meningkatkan demokrasi akar rumput, (2) perlindungan

atas kebebasan dan hak asasi manusia, (3) meningkatkan efisiensi melalui

pendelegasian wewenang, (4) meningkatkan kualitas pelayanan dan (5)

meningkatkan pembangunan ekonomi dan sosial.

Kemandirian fiskal daerah merupakan salah satu aspek yang sangat

penting dari otonomi daerah secara keseluruhan. Menurut Mardiasmo (1999)

disebutkan bahwa manfaat adanya kemandirian fiskal adalah:

a) Mendorong peningkatan partisipasi prakarsa dan kreativitas masyarakat dalam

pembangunan serta mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan

(keadilan) di seluruh daerah dengan memanfaatkan sumber daya serta potensi

yang tersedia di daerah.

b) Memperbaiki alokasi sumber daya produktif melalui pergeseran pengambilan

keputusan publik ke tingkat pemerintahan yang lebih rendah yang memiliki

informasi lebih lengkap.

Dari hal tersebut di atas kemandirian fiskal daerah menggambarkan

kemampuan pemerintah daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah

(PAD) seperti pajak daerah, retribusi dan lain-lain. Karena itu otonomi daerah dan

pembangunan daerah bisa diwujudkan hanya apabila disertai kemandirian fiskal

Page 40: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

27

yang efektif. Ini berarti bahwa pemerintah daerah secara finansial harus bersifat

independen terhadap pemerintah pusat dengan jalan sebanyak mungkin menggali

sumber-sumber PAD seperti pajak, retribusi dan sebagainya (Elia Radianto,

1997).

Kemudian untuk mengukur seberapa besar kemampuan fiskal suatu

daerah digunakan ukuran Derajat Kemandirian Fiskal Daerah / Derajat Otonomi

Fiskal Daerah (DKFD/DOFD) yaitu rasio antara PAD dengan total penerimaan

APBD pada tahun yang sama, tidak termasuk tranfer dari pemerintah pusat (Elia

Radianto, 1997).

Sementara itu Machfud Sidik (2004) menyatakan bahwa desentralisasi

memiliki peran yang strategis sebagai salah satu piranti kebijakan fiskal

pemerintah, yang ditujukan untuk (1) menyelaraskan dengan kebijakan ketahanan

fiskal yang berkesimbangungan dalam konteks kebijakan ekonomi makro, (2)

memperkecil ketimpangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, (3)

mengoreksi ketimpangan antar daerah dalam kemampuan keuangan, (4)

meningkatkan akuntabilitas, efektifitas dan efisiensi dalam rangka peningkatan

kinerja pemerintah daerah, (5) meningkatkan kualitas pelayanan kepada

masyarakat serta, (6) meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan

keputusan di sektor publik.

Salah satu aspek penting dari otonomi daerah secara keseluruhan adalah

desentralisasi fiskal daerah (otonomi fiskal). Pengertian otonomi fiskal daerah

menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam meningkatkan pendapatan

Page 41: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

28

asli daerah seperti pajak, retribusi dan lain-lain. Karena itu pemerintah daerah

secara finansial harus bersifat independen terhadap pemerintah pusat dengan jalan

sebanyak mungkin menggali sumber-sumber PAD (Radianto, 1997:42).

Menurut Radianto kemampuan daerah dalam membiayai pembangunan

masih sering mengalami kendala berupa rendahnya kemampuan daerah dalam

meningkatkan PADnya. Indikator rendahnya kemampuan daerah ini dapat dilihat

dari indeks kemampuan rutin (IKR) daerah, yang diperoleh dari besarnya

perubahan PAD terhadap pengeluaran rutin daerah dalam persentase tahun yang

sama.

Realitas hubungan fiskal antara pemerintah pusat dengan pemerintah

daerah ditandai dengan tingginya kontrol pusat terhadap pembangunan daerah.

Hal ini terlihat jelas dari rendanya PAD terhadap total pendapatan daerah

dibandingkan dengan total subsidi yang didrop dari pusat. Indikator

desentrasilisasi fiskal adalah rasio antara PAD dengan total pendapatan daerah

(Kuncoro,1997,408).

Menurut Sugiyanto (2000, 2), ukuran yang digunakan adalah

perbandingan antara PAD terhadap pengeluaran kota/kabupaten. Rumusan

perhitunngan adalah R/E (R = PAD dan E = anggaran pengeluaran). Apabila

rasio tersebut makin tinggi, berarti kecendrungan tingkat kemandirian tersebut

akan semakin besar.

Page 42: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

29

E. Sumber Penerimaan Daerah

Dalam konteks ekonomi daerah di Indonesia, proses pengelolaan anggaran

miliki implikasi yang luas terhadap pelaksanaan berbagai kebijakan pemerintah

daerah, baik secara ekonomis maupun politis. Setiap daerah memiliki masalah

proporsi kebijakan keuangan yang berbeda, dengan mempertimbangkan berbagai

kemampuan keuangan daerah, struktur sosial dan ekonomi penduduk, budaya,

politis dan aturan yang berlaku dari pemerintah pusat (Abdul Halim, 2004).

Faktor keuangan merupakan hal penting dalam setiap kegiatan

pemerintahan, karena hamper tidak ada kegiatan pemerintahan yang tidak

membutuhkan biaya (Kaho, 1997, 61; Suparmoko, 2002, 16). Sehubungan dengan

posisi keuangan ini, ditegaskan bahwa pemerintah daerah tidak akan dapat

melaksanakan tugasnya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk

memberikan pelayanan terhadap masyarakat dan melaksanakan pembangunan.

Sumber-sumber penerimaan di dalam APBD terdiri dari lima komponen

besar yaitu: PAD, bagi hasil pajak dan bukan pajak, sumbangan/bantuan

pemerintah pusat, pinjaman daerah, dan sisa lebih tahun sebelumnya. PAD terdiri

dari penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba dari perusahaan atau

BUMD, dan pendapatan lain-lain. Penerimaan lain-lain mencakup penerimaan

dari hasil penjualan barang bekas dan sisa, bunga simpanan di bank dan

sebagainya (Nazara, 1997, 20). Menurut pasal 79 UU nomor 22 tahun 1999

tentang pemerintahan daerah sumber pendapatan terdiri atas (1) Pendapatan asli

daerah yaitu hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik

Page 43: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

30

daerah, dan hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain

pendapatan asli daerah yang sah (2) Dana perimbangan (3) Pinjaman daerah dan

(4) Lain-lain pendapatan daerah yang sah

Sedangkang menurut Davey (1998), sumber pendapatan pemerintah regional

adalah (1)Alokasi dari pemerintah pusat terdiri atas anggaran pusat (votes),

bantuan Pusat (grants), bagi-bagi pajak, pinjaman, Penyertaan modal

(2)Perpajakan (3) Retribusi (charging) (4) Pinjaman (5)Perusahaan (badan usaha)

F. Pajak

Pajak merupakan hak prerogative pemerintah berupa pungutan yang

didasarkan pada undang-undang dan dapat dipaksakan subyeknya tanpa batas

yang langsung ditunjukan (Guritno, 2001, 181). Hal terpenting menurut Guritno,

belum tentu si pembayar pajak adalah pihak yang akhirnya menderita beban pajak

tersebut. Karena kemungkinan pajak tersebut dapat dilimpahkan kepada pihak

lain. Sedangkan pihak yang menderita karena membayar pajak disebut tax impact.

Hal-hal semacam ini disebut teori insidens pajak (tax incidence theory) yang

umum dibagi dalam tiga konsep beban pajak yaitu:

a. Absolute, analisisnya hanya manfaat pengaruh suatu jenis pajak terhadap

distribusi pendapatan masyarakat tanpa melihat efek distribusi jenis pajak

lainnnya atau akibat suatu program pemerintah.

b. Anggaran berimbang, menganalisis pengaruh distribusi pajak terhadap

pengeluaran pemerintah yang berasal dari pajak dalam jumlah yang sama.

Page 44: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

31

c. Diferensial, menganalisis berbagai alternatif pembiayaan dengan pajak

terhadap suatu program pemerintah dalam jumlah yang sama.

Dari sudut pandang ekonomi publik, defenisi ekonomi (direct tax maupun

indirect tax) tersebut kurang tepat karena terjadinya pergeseran suatu pajak

tergantung pada empat faktor ekonomi yaitu; elastisitas penawaran, elastisitas

permintaan, bentuk pembayaran dan motivasi pengusaha.

Hukum pajak, sebagai bagian dari hukum publik, diatur secara khusus

dengan menganut paham imperatif yang artinya bahwa pelaksanaannya tidak

dapat ditunda. Sebagaimana fungsi pajak dalam mengatur hubungan antara

pemerintah dengan wajib pajak, maka hukum pajak dibagi menjadi dua macam:

a. Materiil, bermuatan norma-norma antara lain keadaan, perbuatan, obyek,

subyek, tarif, segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya pajak dan hubungan

hukum antara pemerintah dan wajib pajak.

b. Formil, memuat tata cara dalam norma materiil yang mencakup prosedur,

hak-hak dan kewajiban wajib pajak.

Dalam kapasitasnya sebagai sumber dana dalam negeri, pajak memiliki

dua fungsi:

a. Budgetair yaitu untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran Negara

b. Mengatur yaitu untuk melaksanakan kebijakan sosial dan ekonomi. Misalnya

untuk barang-barang konsumsi yang menggangu kesehatan, gaya hidup

konsumtif, bea masuk untuk proteksi produk-produk lokal dan lain-lain.

Page 45: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

32

Beberapa teori yang memberikan hak kepada Negara untuk pemungutan pajak

antara lain:

a) Teori asuransi, yaitu melindungi kesalamatan jiwa, harta benda, dan hak-

hak rakyat, sehingga pajak diibaratkan sebagao premi asuransi.

b) Teori kepentingan, pembebanan didasarkan pada kepetingan masing-

masing individu yang hubungan searah.

c) Teori daya pikul, yang disesuaikan dengan kemampuan tiap individu baik

secara obyektif (penghasilan/kekayaan) maupun subyektif (kebutuhan

yang harus dipenuhi)

d) Teori bakti, mendasarkan pada kesadaran rakyat akan kewajiban

membayar pajak.

e) Teori asas daya beli, yaitu dampak terhadap pemungutan. Pajak dari

rakyat ke Negara dan dikembalikan lagi dalam bentuk pemeliharaan

kesejahteraan masyarakat.

Menurut A. Smith (Guritno, 2001) dan para ahli keuangan lainnya, sistem

pajak yang baik harus memenuhi kriteria: (1) Distribusi beban pajak yang adil,

sesuai dengan bagian yang wajar (2) Sedikit mungkin mencampuri mekanisme

pasar (3)Mampu memperbaiki inefisiensi sector swasta (4) Struktur pajak harus

mampu digunakan dalam kebijakan fiskal (5) Sistemnya harus dimengerti oleh

wajib pajak (6) Administrasi dan biaya pelaksanaan harus minimal (7) Bersifat

pasti, dapat dilaksanakan dan dapat diterima

Page 46: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

33

Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau

badan daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk

membiayai penyelenggaran pemerintahan dan pembangunan daerah (simanjuntak,

2001, 98).

Menurut Davey (1988, 39) perpajakan dapat diartikan sebagai

a. Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dengan peraturan dari daerah

sendiri, pajak yang dipungut berdasarkan peraturan nasional tetapi penetapan

tarif dilakukan oleh pemerintah daerah

b. Pajak yang ditetapkan dan atau dipungut oleh pemerintah daerah.

c. Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah pusat tetapi hasil

pungutan diberikan, dibagikan dengan, atau dibebani pungutan tambahan

(opsen) oleh pemerintah daerah.

Penilaian potensi pajak sebagai penerimaan daerah, ada lima kriteria yaitu:

a. Kecukupan dan elastisitas, ini menyangkut apakah hasil yang diperoleh

sebanding dengan biaya pelayanan yang dikeluarkan.

b. Keadilan, prinsipnya adalah beban pengeluaran pemerintah haruslah dipikul

oleh semua golongan dalam masyarakat sesuai dengan kekayaan dan

kesanggupan masing-masng golongan. Keadilan ini mempunyai tiga dimensi

yaitu pemerataan secara vertical, horizontal dan keadilan secara geografis.

c. Kemampuan administrasi yang berkaitan dengan perbedaan jumlah

pendapatan, integritasnya dan keputusan yang diperlukan

Page 47: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

34

d. Kesepakatan politis, menyangkut sensivitas dalam pengenaan pajak, struktur

tarif siapa yang akan membayar dan bagaimana pajak tersebut ditetapkan,

memungut pajak secara fisik dan memaksakan sanksi.

e. Kecocokan, apakah sebagai pajak pusat atau daerah

Sedangkan menurut Davey (1989, 61-62) tolak ukur untuk menilai

berbagai pajak daerah yang ada menggunakan serangkaian ukuran:

a. Hasil (yield), memadai tidaknya hasil suatu pajak dalam kaitannya dengan

berbagai layanan yang dibiayainya, stabilitas dan mudah tidaknya

memperkirakan besar hasil itu dan elastisitas hasil pajak terhadap inflasi,

pertumbuhan penduduk dan sebagainya, juga perbandingan hasil pajak dengan

biaya pungut.

b. Keadilan (equity), dasar pajak dan kewajiban membayar harus jelas dan tidak

sewenang-wenang, pajak bersangkutan harus adil secara horizontal, artinya

beban pajak haruslah sama besar antara berbagai kelompok yang berbeda

tetapi dengan kedudukan ekonomi yang sama., harus adil secara vertikal,

artinya kelompok yang memiliki sumber daya ekonomi yang lebih besar

memberikan sumbangan yang lebih besar, dan pajak itu harus adil dari tempat

ke tempat, artinya hendaknya tidak ada perbedaaan yang besar dan sewenang-

wenang dalam beban pajak satu daerah ke daerah lain, kecuali jika perbedaan

ini mencerminkan perbedaan dalam cara menyediakan layanan masyarakat.

c. Daya guna ekonomi (economic efficiency), pajak hendaknya mendorong (atau

setikdak-tidaknya menghambat) penggunaan sumber daya secara berdaya

Page 48: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

35

guna dalam kehidupan ekonomi, mencegah jangan sampai pilihan konsumen

dan produsen menjadi salah arah atau orang menjadi segan bekerja atau

menabung dan memperkecil “beban lebih” pajak.

d. Kemapuan melaksanakan (ability to implement), suatu pajak dapat

dilaksanakan, dari sudut kemauan politik dan kemauan tata usaha. Kecocokan

sebagai sumber penerimaan daerah (suitability as a local revenue source),

artinya harus jelas kepada daerah mana suatu pajak harus dibayarkan dan

tempat memungut pajak sedapat mungkin sama dengan tempat akhir beban

pajak dari suatu daerah ke daerah lain, pajak daerah hendaknya jangan

mempertajam perbedaan-perbedaan antara daerah dari segi potensi masing-

masing, dan pajak hendaknya tidak menimbulkan beban yang lebih besar dari

kemampuan tata usaha pajak daerah.

Seiring dengan perkembangan pengeluaran pemerintah yang semakin

besar dari tahun ke tahun, maka dibutuhkan toleransi masyarakat dalam

membayar pajak untuk membiayai pengeluaran pemerintah tersebut. Tingkat

toleransi tersebut merupakan kendala bagi pemerintah untuk menarik pungutan

pajak. Dalam teori Peacock dan Wiseman (Guritno, 2001, 173) mengatakan

bahwa “perkembangan ekonomi menyebabkan pungutan pajak yang semakin

meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah dan meningkatnya penerimaan

pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga meningkat. Oleh karena itu

dalam keadaan normal, meningkatnya GNP menyebabkan penerimaan pemerintah

juga semakin besar, begitu juga pengeluaran pemerintah menjadi semakin besar”.

Page 49: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

36

Sesuai Undang-Undang nomor 34 tahun 2000 tentang perubahan atas

Undang-Undang nomor 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah ,

jenis pajak provinsi terdiri dari pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas

air, bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air, pajak bahan

bakar kendaraan bermotor, pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah

dan air permukaan

G. Retribusi

Retribusi adalah pemungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau

pemberian ijin tertentu khusus yang disediakan dan atau diberikan oleh

pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan (UU nomor 34

tahun 2000 jo. UU nomor 18 tahun 1997). Retribusi daerah dibagi atas tiga

golongan yaitu: (a) Retribusi jasa umum, (b) Retribusi jasa usaha dan (c)

Retribusi perijinan tertentu.

Menurut Davey (1988, 30), retribusi adalah suatu pembayaran langsung

oleh mereka yang menikmati suatu pelayanan dari pemerintah. Pembayaran

tersebut biasanya dimaksudkan untuk menutup seluruh atau sebagian dari biaya

pelayanan. Sedangkan menurut Davey (1989, 95), kebijakan memungut bayaran

untuk barang dan layanan yang disediakan pemerintah berpangkal pada

pnegertian efisiensi ekonomi. Menurutnya seseorang bebas untuk menentukan

besar layanan tertentu yang hendak dinikmatinya.

Lebih lanjut dikatakan, bahwa dalam teori ekonomi, harga barang atau

layanan yang disediakan pemerintah hendaknya didasarkan pada biaya tambahan

Page 50: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

37

(marginal cost) yaitu biaya untuk melayani konsumen terakhir. Karena sebagian

besar layanan pemerintah merupakan hak monopoli, maka manfaat ekonomi

tertinggi untuk masyarakat adalah jika penetapan harga layanan tersebut

diumpamakan adanya suatu persaingan pasar. Dengan demikian pemerintah akan

memproduksi jasa tersebut pada titik tempat biaya tambahan sama dengan

penerimaan tambahan (marginal revenue).

H. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Perubahan dalam bentuk pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dan

implikasinya terhadap pengelolaan keuangan daerah telah melahirkan berbagai

persepsi. Sementara pihak meragukan kemampuan daerah, baik dari segi kesiapan

sumber daya manusia maupun perangkat pendukungnya, sementara yang lain

berpandangan bahwa saat pemerintah daerah bias menunjukan kemampuannya

sebagai pelayan masyarakat dengan lebih baik disbanding sebelumnya. Ekses lain

adalaj keterbukaan atas informasi yang semakin luas sehingga kebijakan yang

dikeluarkan oleh pemerintah daerah dapat diamati oleh masyarakat, terutama

melalui peran media masa dan LSM (Abdul Halim,2004).

Sebagaimana diketahui bahwa salah satu tugas pemerintah adalah

menyediakan barang publik yang pembiayaannya melalui berbagai sumber,

khususnya pajak. Dengan kondisi kemampuan keuangan antar daerah berbeda,

maka adanya sistem keuangan Negara menjamin kelancaran pemerintahan dan

pembangunan secara menyeluruh.

Page 51: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

38

Alokasi tugas tersebut membawa konsekuensi pada perimbangan

keuangan pemerintah pusat dan daerah, terkait dengan kenyataan pada derajat

otonomi yang tinggi (Suparmoko, 2002, 37-38).

Berhubung dengan pembiayaan pemerintahan daerah, maka perlu

diketahui pendapatan yang pasti agar ada kepastian mengenai pelaksanaan dan

keinginan kegiatan pemerintahan daerah. Perimbangan keuangan ini merupakan

suatu sistem pembiayaan dalam kerangka Negara kesatuan yang mencakup

pembagian keuangan pemerintah pusat dan daerah. Selain itu juga merupakan

pemerataan antar daerah secara proporsional, demokratis, adil dan transparan

dengan memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah sejalan dengan

kewajiban dan pembagian kewenangan serta tata cara penyelenggaraan

kewenangan tersebut, termasuk golongan dan pengawasan keuangannya.

Melalui dana perimbangan, pemerintah daerah akan memperoleh alokasi

dana besar sebagai konsekeunsi otonomi daerah. Tuags-tugas yang selama ini

secara sentralistik menjadi tugas pemerintah pusat kini menjadi tugas pemerintah

daerah. Oleh karena itu pembiayaan untuk pelaksanaan tugas-tugas tersebut harus

juga dialokasikan ke daerah melalui mekanisme perimbangan keuangan tersebut.

Artinya pemerintah daerah harus meningkatkan mutu pengelolaan keuanggan.

Menurut UU No. 25 tahun 1999 pasal 6 dinyatakan bahwa dana

perimbangan terdiri dari: (a) Bagian daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB),

Page 52: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

39

penerimaan dari Sumber Daya Alam, (b) Dana Alokasi Umun (DAU), dan (c)

Dana Alokasi Khusus (DAK).

I. Kerangka Pikir

Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini adalah pada era otonomi

daerah yang dimulai pada awal tahun 2001 dapat memberdayakan daerah untuk

mengembangkan sumberdaya yang dimiliki, sehingga dapat berkembang dan

mandiri dalam menentukan arah kebijakan yang diambil oleh daerah tetapi masih

dalam koridor Neraga Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Untuk mewujudkan kemandirian daerah, pemerintah daerah harus mampu

menggali potensi daerah guna menunjang PAD, dan mencari faktor–faktor yang

berpengaruh secara signifikan terhadap PAD. Sebagai upaya peningkatan PAD

perlu diambil langkah kebijakan efisiensi di dalam pelaksanaan anggaran yang

tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), sehinga ada

saving yang dapat dimanfaatkan untuk investasi daerah yang dialokasikan pada

badan usaha baik milik daerah sendiri maupun swasta yang mau diajak

bekerjasama agar mendapatkan hasil yang lebih bermanfaat untuk menambah

penerimaan daerah selain dari sektor pajak dan retribusi daerah serta dari transfer

pemerintah pusat melalui pengalokasian DAU atau dana perimbangan.

untuk memastikan apakah DAU yang selama ini diterima oleh daerah

memang signifikan/dipengaruhi oleh variabel-variabel dalam penelitian, maka

perlu dilakukan analisis realokasi anggaran. Adapun variabel-variabel yang

digunakan yaitu :

Page 53: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

40

1. Kebutuhan daerah, yang diwakill oleh jumlah penduduk daerah yang

bersangkutan (Lains, 1985, 53), Semakin banyak penduduk suatu daerah,

makin besar pula jumlah dana yang diterima untuk pembiayaan terhadap jasa-

jasa lokal dan jasa teknis yang diperlukan penduduk setempat. Hal ini dapat

digambarkan pada alokasi transfer dari pemerintah pusat yang diterima

dengan total belanja daerah dalam APBD.

2. Berapa besar penerimaan dari sektor pajak, khususnya pajak kendaraan

bermotor yang merupakan sumber penerimaan yang sangat dominan.

3. Seberapa besar pengaruh di investasi Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara

Timur dapat menunjang peningkatan PAD, serta sektor lain yang mungkin

berpengaruh terhadap PAD Provinsi Nusa Tenggara Timur

Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar beikut ini:

Page 54: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

41

Gambar 1: Bagan Kerangka Pikir

J. Definisi Operasional

Variabel Dependen dalam penelitian ini yang masuk dalam variable

dependen adalah pendapatan asli daerah ( PAD ). PAD adalah merupakan suatu

pendapatan yang menunjukkan kemampuan suatu daerah untuk menghimpun

sumber– sumber dana untuk membiayai kegiatan daerah. Jadi pengertian PAD

dapat dikatakan sebagai pendapatan rutin dari usaha – usaha pemerintah daerah

Analisis Kemampuan Keuangan Daerah Terhadap Pembangunan Daerah Pada Pemerintahan Provinsi Nusa

Tenggara Timur

Kemampuan Keuangan Daerah

1. Kemampuan terhadap pembangunan infrastrutur

2. Kemampuan pembangunan suprastruktur

3. Kemampuan membiayai kebutuhan Rutin

Faktor-faktor

1. Transfer Pusat

2. Jumlah Kendaraan Roda 2

3. Jumlah Kendaraan Roda 4/lebih

4. Investasi Daerah

Keuangan Daerah

Page 55: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

42

dalam memanfaatkan potensi-potensi sumber-sumber keuangan untuk

membiayai tugas– tugas dan tanggung jawabnya ( Sutrisno PH, 1982 ).

Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu komponen penting dalam

pembangunan ekonomi daerah, karena pendapatan asli daerah digunakan untuk

membiayai kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pembangunan ekonomi

di suatu daerah, oleh karena itu pendapatan asli daerah sangat diperlukan dalam

pembangunan ekonomi daerah, jika pendapatan asli daerah meningkat maka

dapat pula mempengaruhi produksi nasional, pendapatan asli daerah diperoleh

dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Bagian Laba dari BUMD (Hasil Investasi)

Variabel pendapatan asli daerah dinotasikan dengan simbol ( Y ).

Variabel-variabel independen yang dipakai dalam penelitian ini dapat dijelaskan

sebagai berikut :

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan suluruh penerimaan daerah yang

masuk ke Kas Daerah baik yang bersumber dari pajak daerah maupun

retribusi daerah, sumbangan pihak ketiga dan hasil usaha daerah serta

penerimaan lainnya yang menjadi hak daerah dan merupakan potensi daerah.

2. Transfer dari pemerintah pusat yaitu penerimaan yang bersumber dari

pemerintah pusat guna pelaksanaan pemerintahan di daerah sebagai

perpanjangan tangan dalam melaksanakan sebagian urusan pemerintah pusat

yang diserahkan kepada daerah. Transfer dari pemerintah pusat terdiri dari :

Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Bagi Hasil Pajak

dan Bukan Pajak serta penerimaan lainnya yang sah (Dana Penyeimbang).

Page 56: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

43

Transfer dari pemerintah pusat atau disebut juga dengan perimbangan

keuangan ini merupakan suatu sistem pembiayaan dalam kerangka negara

kesatuan yang mencakup pembagian keuangan pemerintah pusat dan daerah.

Selain itu juga merupakan pemerataan antar daerah secara proporsional,

demokratis, adil dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi dan

kebutuhan daerah sejalan dengan kewajiban dan pembagian kewenangan

serta tata cara penyelenggaraan kewenangan tersebut.

3. Yang dimaksud dengan Jumlah kendaraan roda 4 atau lebih yaitu jumlah

kendaraan roda 4 atau lebih yang domisili pemiliknya berada di wilayah

otonomi Pemerintah Provins Nusa Tenggara Timur. Hal ini terkait dengan

pajak atas kepemilikan kendaraan roda 4 atau lebih yang dipungut oleh

pemerintah daerah dan masuk ke Kas Daerah baik yang bersumber dari pajak

kendaraan bermotor, pajak bea balik nama kendaraan bermotor atau pajak

bahan bakar kendaraan bermotor dan sumbangan pihak ketiga dealer atas

kendaraan roda 4 atau lebih yang baru.

4. Yang dimaksud dengan jumlah kendaraan roda 2 yaitu jumlah kendaraan roda

2 yang domisili pemiliknya berada di wilayah otonomi Pemerintah Provinsi

Nusa Tenggara Timur. Hal ini terkait dengan pajak atas kepemilikan

kendaraan roda 2 yang dipungut oleh pemerintah daerah dan masuk ke Kas

Daerah baik yang bersumber dari pajak kendaraan bermotor, pajak bea balik

nama kendaraan bermotor atau pajak bahan bakar kendaraan bermotor dan

sumbangan pihak ketiga dealer atas kendaraan roda 2 yang baru.

Page 57: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

44

5. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah yaitu dana pemerintah daerah yang

dialokasikan kepada badan usaha baik milik pemerintah maupun swasta yang

diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pemerintah daerah melalui

bagian labanya

Page 58: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

45

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

a. Waktu penelitian

Penelitian dilakukan kurang lebih selama satu bulan, yaitu bulan

Maret-April 2015

b. Lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Pemerintahan Provinsi Nusa Tenggara

Timur

B. Jenis dan Tipe Penelitian

a. Jenis penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif komparatif. Deskriptif komparatif adalah suatu jenis metode

penelitian yang ingin mencari jawab secara mendasar tentang sebab akibat

dengan menganalisis faktor-faktor terjadinya atau munculnya fenomena

tertentu (Mohammad Nazir, 2003:58).

b. Tipe penelitian

Untuk mengumpulkan data dalam pembahasan penulisan karya ilmiah

(skripsi) ini, maka ada dua jenis data yang dipakai oleh penulis yaitu :

1. Data kuantitatif: yakni data yang diperoleh penulis dalam bentuk angka

misalnya data penerimaan pendapatan daerah maupun laporan keuangan.

Page 59: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

46

2. Data kualitatif: yakni data yang diperoleh penulis berupa referensi baik

lisan maupun literature yang menunjang penelitian.

Sumber data yang dipakai oleh penulis dalam penelitian ini adalah :

1) Primary Data (Data Primer)

Data primer adalah data yang diproleh langsung dari lapangan (objek)

penelitian pengelolaan keuangan daerah terhadap pembangunan daerah.

Data primer merupakan hasil dari berbagai wawancara yang dilakukan oleh

penulis dengan pejabat di bagian pendapatan dan pengelola asset daerah

yang tentunya berhubungan pengelolaan keuangan daerah.

2) Secondary Data (Data sekunder)

Data sekunder adalah data yang merupakan hasil penelitian pustaka

berupa buku-buku yang berkaitan dengan judul ini.

C. Informan Penelitian

Dalam penelitian ini terlebih dahulu dijelaskan mengenai informan penelitian

yang akan diteliti di Pemerintahan Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu:

a. Pegawai Biro Keuangan Sekretariat daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur

sebanyak 3 orang

b. Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur sebanyak

4 orang

c. Pegawai Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur sebanyak 2

orang

Page 60: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

47

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Metode wawancara (interview) adalah suatu proses interaksi dan komunikasi.

Penelitian ini menggunakan interview bebas terpimpin, di mana peneliti

membawa kerangka pertanyaan untuk disajikan dan bersifat longgar tanpa

keluar dari pedomaan yang dipakai. Wawancara tidak terstruktur yaitu hanya

memuat garis-garis besar yang ingin dipertanyakan.

2. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan studi

kepustakaan. Studi pustaka adalah metode pengumpulan data yang dapat

dilakukan dengan cara melakukan pengamatan data dari literatur – literatur

dan buku – buku yang mendukung. Dalam penelitian ini pengumpulan data

dilakukan dengan cara :

a. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS)

b. Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2008

– 2013.

c. Data atau infomasi yang diperoleh dari buku referensi, jurnal, majalah,

surat kabar yang berkaitan dengan penelitian ini.

E. Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif kuantitatif

(mixed). Metode kualitatif dan kuantitaf dapat digabungkan bahkan mempunyai

kelebihan-kelebihan jika dibandingkan dengan menggunaka satu metode saja.

Peneliti dapat menggunakan kekuatan-kekuatan metode tambahan untuk

mengatasi kelemahan metode lainnya. Selain itu menggunakan metode lebih dari

Page 61: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

48

satu dimaksudkan sebagai sarana konfirmasi , jika hanya dengan satu metode

peneliti menganggap temuan riset kurrang valid, maka perlu ada metode lain

untuk konformasi lebih lanjut sehingga menghasilakan temuan-temuan riset yang

lebih valid.

Bryman dan Brannen (1996), menjelaskan sejumlah cara penggabungan

penelitian kualitatif dan kuantitatif yang telah dilakukan diperolah kesimpulan

tentang pendekatan-pendekatan yang terindentifikasi, yaitu:

a. Logika ‘triangulasi’. Temuan-temuan dari suatu jenis studi dapat dicek pada

temuan-temuan yang diperoleh dari jenis studi yang lain, misalnya hasil-hasil

penelitian kuanlitatif dapat dicek pada studi kuantitatif. Tujuannya secara

umum adalah untuk memperkuat kesahian temuan-temuan.

b. Penelitian kualitatif membantu penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif

dapat membantu memberikan informasi dasar tentang konteks dan subyek dan

membantu konstruksi skala.

c. Penelitian kuantitatif membantu penelitian kualitatif. Biasa ini berarti

penelitian kuantitaif membantu dalam hal pemilihan subyek bagi penelitian

kualitatif.

d. Penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif digabungkan untuk memberikan

gambaran umum. Penelitian kuantitatif dapat digunakan untuk mengisi

kesenjangan-kesenjangan yang muncul dalam studi kualitatif.

e. Struktur dan proses. Penelitian kuantitatif terutama efisien pada penelusuran

ciri-ciri ‘struktural’ kehidupan sosial, sementara studi kualitatif biasanya lebih

Page 62: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

49

kuat dalam aspek-aspek operasional. Kekuatan ini dapat dihadirkan bersama-

sama dalam satu studi.

f. Masalah kegeneralisasian. Kelebihan beberapa fakta kuantitatif dalam

membantu menyederhanakan fakta ketika seringkali tidak ada kemungkinan

untuk menggeneralisasi (dalam arti statistik) temuan-temuan yang diperoleh

dari penelitian kualitatif.

g. Penelitian kualitatif dapat membantu interpretasi hubungan antara variabel.

Penelitian kuantitatif dengan mudah memberi jalan bagi peneliti untuk

menentukakn hubungan antara variabel, tetapi sering kali lemah ketika ia

hadir untuk mengungkapkan alasan-alasan bagi hubungan-hubungan itu. Studi

kuantitatif dapat digunakan untuk membantu menjelaskan faktor-fakor yang

mendasari hubungan terbangun.

Data-data yang diperoleh dilapangan kemudian dianalisis dengan menggunakan

rasio keuangan daerah yang diukur dengan menggunakan rumus perhitungan

sebagai berikut :

1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah menunjukkan tingkat

kemampuan suatu daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah,

pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak

dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Rasio

kemandirian ditunjukkan oleh besarnya pendapatan asli daerah dibandingkan

dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain (pihak

Page 63: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

50

ekstern) antara lain : Bagi hasil pajak, Bagi hasil Bukan Pajak Sumber Daya

Alam, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus, Dana Darurat

(Widodo, 2001 : 262).

Rumus yang digunakan untuk menghitung Rasio Kemandirian adalah:

Rasio kemandirian : Pendapatan Asli Daerah

Sumber Pendapatan Pihak Ekstern

Rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber

dana ekstern. Semakin tinggi resiko kemandirian mengandung arti bahwa

tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern semakin rendah

dan demikian pula sebaliknya. Rasio kemandirian juga menggambarkan

tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi

rasio kemandirian, semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar

pajak dan retribusi daerah yang merupakan komponen utama pendapatan asli

daerah. Semakin tinggi masyarakat membayar pajak dan retribusi daerah

menggambarkan bahwa timgkat kesejahteraan masyarakat semakin tinggi.

2. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal

Derajat Desentralisasi Fiskal atau otonomi Fiskal Daerah adalah

kemampuan pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli

Daerah guna membiayai pembangunan. Derajat Desentralisasi Fiskal,

khususnya komponen PAD dibandingkan dengan TPD, menurut hasil

Page 64: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

51

penelitian Tim Fisipol UGM menggunakan skala interval sebagaimana terlihat

dalam tabel adalah sebagai berikut (Adhidian Fajar Sakti, 2007:23):

Tabel 1.1

Skala Interval Derajat Desentralisasi Fiskal

Persentase (%) Kemampuan KeuanganDaerah

0,00-10,00 Sangat Kurang

10,01-20,00 Kurang

20,01-30,00 Cukup

30,01-40,00 Sedang

40,01-50,00 Baik

>50,00 SangatBaik

Sumber : Adhidian fajar sakti (2007: 22)

Derajat Desentralisasi Fiskal dapat dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

DDF : t

t

TPD

PAD

x 100 %

Keterangan :

DDF : Derajat Desentralisasi Fiskal

PADt : Total PAD Tahun t

TPDt : Total Pendapatan Daerah Tahun t

3. Rasio Indeks Kemampuan Rutin

Indeks Kemampuan Rutin yaitu : Proporsi antara PAD dengan

pengeluaran rutin tanpa transfer dari pemerintah pusat (kuncoro, 1997 : 9).

Sedangkan dalam menilai menilai Indeks Kemampuan Rutin (IKR) dengan

Page 65: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

52

menggunakan skala menurut Tumilar (1997 : 15) sebagaimana yang terlihat

dalam table sebagai berikut (Anita W, 2001 : 22)

Tabel 1.2

Skala Interval Indeks Kemampuan Rutin

Persentase % Kemampuan Keuangan Daerah

0,00-20,00 Sangat Kurang

20,01-40,00 Kurang

40,01-60,00 Cukup

60,01-80,00 Baik

80,01-100 Sangat Baik

Sumber : Anita Wulandari (2001: 22)

Indeks Kemampuan Rutin dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :

IKR : %100xRutinnPengeluaraTotal

PAD

Keterangan :

IKR : Indeks Kemampuan Rutin

PAD : Pendapatan Asli Daerah

4. Rasio Keserasian

Keserasian ini menggambarkan bagaimana pemerintah daerah

memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin dan belanja

pembangunan secara optimal. Semakin tinggi presentase dana yang

dialokasikan untuk belanja rutin berarti presentase belanja pembangunan yang

Page 66: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

53

digunakan untuk menyediakan sarana prasarana ekonomi masyarakat

cenderung semakin kecil. Secara`sederhana rasio keserasian ini dapat

diformulasikan sebagai berikut (Widodo, 2001 : 262) :

Rasio Belanja Rutin : BDBelanja APTotal

RutinBelanjaTotal

Rasio Belanja Pembangunan : APBDBelanjaTotal

nPembangunaBelanjaTotal

5. Rasio Pertumbuhan

Rasio pertumbuhan menggambarkan seberapa besar kemampuan

pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan

yang dicapai dari periode ke periode lainnya. Pertumbuhan APBD dilihat dari

berbagai komponen penyusun APBD yang terdiri dari Pendapatan Asli

Daerah, total pendapatan, belanja rutin dan belanja pembangunan (Widodo,

2001 : 270) :

Rumus yang digunakan adalah :

r : %100x

Po

PoPn

Keterangan :

Pn : Data yang dihitung pada tahun ke-n

Po : Data yang dihitung pada tahun ke-0

r : Pertumbuhan

Apabila semakin tinggi nilai PAD , TPD dan Belanja Pembangunan yang

diikuti oleh semakin rendahnya Belanja Rutin, maka pertumbuhannya adalah

Page 67: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

54

positif. Artinya bahwa daerah yang bersangkutan telah mampu

mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhannya dari periode satu ke

periode yang berikutnya. Selanjutnya jika semakin tinggi nilai PAD, TPD, dan

Belanja Rutin yang diikuti oleh semakin rendahnya Belanja Pembangunan,

maka pertumbuhannya adalah negatif. Artinya bahwa daerah yang

bersangkutan belum mampu mempertahankan dan meningkatkan

pertumbuhannya dari periode yang satu ke periode yang berikutnya.

Page 68: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

55

BAB IVPEMBAHASAN

A. Deskripsi APBD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2008 -2013

Anggaran Pendapatan dan Belanja dan Daerah (APBD) merupakan

instrument kebijakan fiskal yang utama bagi pemerintah daerah. Dalam APBD

termuat prioritas-prioritas pembangunan, terutama prioritas kebijakan dan target

yang akan dicapai melalui pelaksanaan belanja daerah sesuai sumber daya yang

tersedia baik yang didapatkan melalui skema transfer maupun perpajakan daerah

dan retribusi daerah.

Penetapan prioritas-prioritas tersebut beserta upaya pencapaiannya

merupakan konsekuensi dari meningkatnya peran dan tanggung jawab pemerintah

daerah dalam mengelola pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakatnya. Dengan demikian, daerah bertanggungjawab sepenuhnya agar

pengelolaan sumber daya dapat dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dapat

mendorong penigkatan kualitas belanja daerah (quality spending), dengan

memastikan dana tersebut benar-benar dimanfaatkan untuk program dan kegiatan

yang memiliki nilai tambah besar bagi masyarakat.

Salah satu faktor yang mempengaruhi pelaksanaan otonomi daerah adalah

faktor keuangan yang baik. Istilah keuangan disini mengandung arti setiap hak

yang berhubungan dengan masalah uang, yang antara lain berupa sumber

pendapatan, jumlah uang yang cukup, dan pengelolaan keuangan yang sesuai

dengan tujuan dan peraturan yang berlaku.

Page 69: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

56

Faktor keuangan penting dalam setiap kegiatan pemerintahan, karena

hampir tidak ada kegiatan pemerintahan yang tidak membutuhkan biaya. Makin

besar jumlah uang yang tersedia, makin banyak pula kemungkinan kegiatan atau

pekerjaan yang dapat dilakasanakan. Demikian juga semakin baik pengelolaannya

semakin berdaya guna pemakaian uang tersebut.

Perwujudan pelayanan publik di daerah tentunya berkorelasi erat dengan

kebijakan belanja daerah. Belanja daerah merupakan seluruh pengeluaran yang

dilakukan oleh pemerintah daerah untuk mendanai seluruh program/kegiatan yang

berdampak langsung atau tidak langsung terhadap pelayanan publik di daerah.

a. Perkembangan APBD Provinsi Nusa Tenggara Timur

Pertumbuhan APBD Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun anggaran

2008 sampai dengan tahun 2013 mengalami peningkatan setiap tahun rata-rata

sebesar 15,52% yaitu dari Rp.946.026,75 juta pada tahun 2008 meningkat

menjadi Rp.2.393.070,44 juta pada tahun 2013. Dilihat dari pertumbuhannya

APBD Provinsi Nusa Tenggara Timur selalu mengalami kenaikan setiap

tahunnya. Pada tahun 2009 sebesar Rp.62.044,7 juta; tahun 2010 sebesar

Rp.15.434,23 juta; tahun 2011 sebesar Rp.301.255,45 juta, tahun 2012 sebesar

Rp.916.780,92 juta dan tahun 2013 sebesar Rp.151.528,33 juta.

Meskipun pertumbuhan masing-masing tahun tidak sama, namun

kecenderungannya selalu meningkat. Gambaran tentang perkembangan rata-

rata pertumbuhan APBD Provinsi Nusa Tenggara Timur dari tahun 2008

sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 1.3:

Page 70: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

57

Tabel 1.3Pertumbuhan APBD Provinsi Nusa Tenggara Timur

2008-2013 (dalam jutaan Rupiah)

No. TA Jumlah APBD (Jutaan Rupiah) Pertumbuhan Persentase

1. 2008 946. 026,75 -

2. 2009 1 .008. 071,45 62.044,7 6,15

3. 2010 1 .023. 505,68 15.434,23 1,51

4. 2011 1.324.761,13 301.255,45 22,75

5. 2012 2.241.542,05 916.780,92 40,90

6. 2013 2.393.070,44 151.528,33 6,33

Rata-rata pertumbuhan 289.408,72 15,52

Sumber: Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur, Data diolah 2015

b. Kontribusi PAD Terhadap APBD Provinsi Nusa TenggaraTimur

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu sumber utama

keuangan daerah untuk membiayai pembanngunan daerah, dan diharapkan

selalu meningkat tiap tahunnnya. Hal ini penting artinya apalagi setelah

otonomi daerah diberlakukan, maka daerah harus mampu membiayai

pelaksanaan pembangunan daerahnya sendiri dan tidak mengharapkan

bantuan dari pemerintah pusat, sehingga daerah membangun daerahnya

sendiri dengan mengutamakan potensi unggulan daerah.

Adapun besarnya kontribusi PAD terhadap APBD Provinsi Nusa

Tenggara Timur dapat dilihat pada tabel 1.4 berikut:

Page 71: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

58

Tabel 1.4Kontribusi PAD terhadap APBD Provinsi Nusa Tenggara Timur

No Tahun Jumlah APBD (Jutaan Rp) Jumlah PAD (Jutaan Rp) Kontribusi PAD(%)

1. 2008 946. 026,75 237. 286,16 25,08%

2. 2009 1.008.071.45 298.154,33 29,57%

3. 2010 1.023,505,58 255.674,61 24,98%

4. 2011 1.324.761,13 392.119,69 29,59%

5. 2012 2.241.542,05 459.657,18 20,50%

6. 2013 2.393.070,44 528.832,13 22,09%

Sumber: Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur, data diolah,

2015

Dari tabel 1.4 di atas dapat diketahui bahwa selama kurun waktu 6

tahun terakhir sejak tahun 2008 sampai tahun 2013 kontribusi PAD terhadap

APBD rata-rata 25,30 atau sumber PAD mampu membiayai sebesar 25,30

dari pelaksanaan APBD.

HLE (Kepala Biro Keuangan Sekretaris Daerah Provinsi Nusa

Tenggara Timur) mengatakan bahwa:

“Kontribusi sudah cukup baik tetapi apabila dibandingkan dengan Provinsi lain, kontribusi PAD Provinsi Nusa Tenggara Timur masih kalah atau masih lebih rendah, sehingga untuk menjaga supaya disparatis pembangunan antar provinsi di Indonesia tidak terlalu besar maka pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur harus lebih mampu meningkatkan PADnya untuk mengejar ketertinggalan tersebut” (Wawancara HLE, 22 April 2015).

c. Kontribusi Transfer Terhadap APBD Provinsi Nusa Tenggara Timur

Transfer dalam penerimaan daerah yang bersumber dari pemerintah pusat

antara lain dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Bagi

Hasil Pajak dan Bukan Pajak. Adapun kontribusi transfer dari pemerintah pusat

Page 72: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

59

yang dialokasikan ke Provinsi Nusa Tenggara Timur dapat dilihat pada tabel 1.5

berikut ini:

Tabel 1.5Kontribusi Transfer Pemerintah Pusat Terhadap APBD Provinsi Nusa

Tenggara Timur 2008-2013(dalam jutaan rupiah)

No Tahun Jumlah APBD JumlahTransfer Kontribusi Transfer (%)

1. 2008 946. 026,75 708.740,58 74,91

2. 2009 1 .008. 071,45 773.795,61 76,75

3. 2010 1.023.505.68 767.566,61 74,99

4. 2011 1.324.761,13 887.291,43 66,97

5. 2012 2.241.542,05 1.098.619,86 49,01

6. 2013 2.393.070,44 1.165.848,62 48,71

Sumber: Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur

Dari tabel 1.5 di atas bahwa selama kurun waktu 6 tahun terakhir

sejak tahun 2008 sampai dengan 2013 kontribusi Transfer terhadap APBD

rata-rata sebesar 65,22%. Dilihat dari prosentase kontribusi tersebut

menggambarkan bahwa dalam menjalankan pemerintahan dan melaksanakan

pembangunan daerah, provinsi Nusa Tenggara Timur masih membutuhkan

bantuan dari pemerintah pusat sebesar 65,22%. Transfer dari pemerintah pusat

harus ada dan selalu ada, karena hal ini dimaksudkan untuk menjaga adanya

ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat guna menghindari

perpecahan daerah (disintegrasi) dalam rangka menjaga persatuan dan

kesatuan NKRI.

Page 73: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

60

JAM (Kepala Sub Bagian Akuntansi pada Biro Keuangan Sekretaris

Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur) mengungkapkan bahwa:

“Apabila daerah diberi kebebasan untuk memanfaatkan potensi daerah secara keseluruhan dan tidak ada ketentuan mengenai perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, hal ini dimungkinkan bagi daerah yang sumber daya alamnya besar dan mampu membiayai kebutuhan di dalam penyelenggaraan pembangunan daerahnya, dapat diprediksi daerah tersebut akan memisahkan diri dan menjadi Negara sendiri (disintegrasi). Oleh karena itu walaupun otonomi daerah yang mana daerah diberi kewenangan besar untuk mengurus rumah tangganya sendiri, tetapi tetap ada keterkaitan dengan pemerintah pusat melalui perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah” (Wawancara JAM, 23 April 2015).

B. Kemampuan Fiskal Daerah Dalam Mendukung Pembangunan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur

Analisis rasio keuangan terhadap realisasi APBD dilakukan untuk

meningkatkan kemampuan keuangan daerah. Disamping meningkatkan kualitas

pengelolaan keuangan daerah, analisis rasio terhadap realisasi APBD juga dapat

digunakan sebagai alat untuk menilai efektifitas pelaksanaan otonomi daerah.

Sebab kebijkan ini yang memberikan keleluasan bagi pemerintah daerah untuk

mengelolah daerahnya yang seharusnya dapat meningkatakn kemampuan dan

kinerja keuangan daerah yang bersangkutan.

Rasio yang digunakan dalam pembahasan ini adalah rasio-rasio yang

merupakan penjabaran dari indeks kemampuan keuangan (Bappenas:2003), yang

terdiri atas , rasio kemandirian keuangan daerah, rasio derajat desentralisasi fiskal,

rasio indeks kemampuan rutin, rasio keserasian dan rasio pertumbuhan keuangan

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun anggaran 2008-2013, sehingga

Page 74: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

61

dapat diketahui bagaiman kecendrungan yang terjadi tiap tahunnya dalam kurun

waktu enam tahun terakhir.

Data yang digunakan adalah data yang berasal dari arsip dokumen pada

bagian verifikasi dan pembukuan kantor Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara

Timur yang berupa Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD), Laporan

Realisasi Anggaran (LRA), untuk tahun anggaran 2008-2013. Dari hasil APBD

dan LRA tersebut nantinya akan diketahui bagaimana kinerja dan kemampuan

keuangan daerah Provinsi Nusa Tenggara Timurrselama enam tahun terkahir.

APBD merupakan rencana pelaksanaan semua pendapatan dan semua

belanja daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi fiskal dalam tahun

anggaran tertentu. Dengan demikian pemungutan semua penerimaan daerah

dalam rangka desentralisasi bertujuan untuk memenuhi target yang ditetapkan

dalam APBD.

Laporan Realisasi Anggaran Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan

laporan yang mengungkapkan kegiatan keuagan pemerintah provinsi yang

menunjukan ketaatan terhadap APBD. Laporan realisasi anggaran menyajikan

ikstisar sumber, aplikasi dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola

oleh pemerintah provinsi dalam satu periode pelaporan. Dalam Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pedomaan Pengelolaan Keuanga

Daerah, disebut unsur yang dicakup dalam Laporan Realisasi Anggaran terdiri

dari:

Page 75: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

62

a. Pendapatan adalah semua penerimaan kas daerah yang menambah ekuitas

dana dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang mejadi tanggung

jawab pemerintah daerah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah

daerah.

b. Belanja adalah semua pengeluaran kas daerah yang mengurangi ekuitas dana

dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak akan diperoleh

kembali pembayaran oleh pemerintah daerah

c. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau

pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang

bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya yang dalam

penganggaran pemerintah daerah terutama dimaksudkan untuk menutupi

defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.

Hasil perhitungan dan analisis beberapa rasio keuangan terhadap APBD

Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun anggaran 2008-2013:

1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Konsekuensi pembebanan tugas dan tanggung ke daerah yang semakin

besar, kepada daerah telah diserahkan sumber pendanaan yang terus

meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun, melalui skema transfer. Hal

ini dapat dilihat berdasarkan hasil perhitungan sumber pendapatan dari pihak

ekstern yaitu berupa bantuan dari pemerintah pusat ditambah dengan

pinjaman.

Page 76: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

63

Kemandirian keuangan daerah merupakan kemampuan pemerintah

daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) seperti pajak

daerah, retribusi dan lain-lain. Oleh karena itu, otonomi daerah dan

pembangunan daerah bisa diwujudkan hanya apabila disertai kemandirian

keuangan yang efektif. Ini berarti bahwa pemerintah daerah secara finansial

harus bersifat independen terhadap pemerintah pusat dengan jalan sebanyak

mungkin menggali sumber-sumber PAD seperti pajak, retribusi dan

sebagainya serta mengoptimalkan sumber-sumber PAD yang telah ada.

Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah:

Rasio kemandirian : Pendapatan Asli Daerah

Sumber Pendapatan Pihak Ekstern

Nordiawan (2008:48) mengemukan bahwa dana perimbangan dana

yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah

untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

Latar belakang lain adanya transfer dana pusat ke daerah ini mengatasi

ketimpangan fiskal vertikal (antara pusat dan daerah), mengatasi ketimpangan

fiskal horizontal, serta guna mencapai standar pelayanan untuk masyarakat.

Ketimpangan fiskal horizontal muncul akibat tidak seimbangnya

kapasitas fiskal daerah dengan kebutuhan fiskalnya. Dengan kata lain,

kemampuan daerah untuk menghasilkan pendapatan asli daerah tidak mampu

menutupi kebutuhan belanja daerah. Sesuai dengan PP No 55 tahun 2005

pasal 2, “Dana perimbangan mencakup Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi

Page 77: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

64

Umum, dan Dana Alokasi Khusus”. Jumlah dana perimbangan ditetapkan

setiap tahun dalam APBN.

Pembagian dana bagi hasil berdasarkan daerah penghasil cendrung

menimbulkan ketimpangan antar daerah dengan mempertimbangkan

kebutuhan daerah dan potensi daerah. Alokasi DAU bagi daerah yang potensi

fiskalnya besar namun kebutuhan fiskalnya kecil akan memperoleh potensi

fiskalnya relatif kecil. Sebaliknya daerah yang memiliki potensi fiskalnya

kecil namun kebutuhan fiskalnya besar akan memperoleh alokasi DAU yang

relatif besar. Dengan maksud melihat kemampuan APBD dalam membiayai

kebutuhan-kebutuhan daerah dalam rangka pembangunan daerah yang

dicerminkan dari penerimaan umum APBD dikurangi dengan belanja

pegawai.

Ketimpangan ekonomi antara satu provinsi dengan provinsi lain tidak

dapat dihindari dengan adanya desentralisasi fiskal. Disebabkan oleh

minimnya sumber pajak dan Sumber Daya Alam yang kurang dapat digali

oleh pemerintah daerah. Untuk menanggulangi ketimpangan tersebut,

pemerintah pusat berinisiatif untuk memberikan subsidi berupa DAU kepada

daerah. Bagi daerah yang tingkat kemiskinannya lebih tinggi, akan diberi

DAU lebih besar dibanding daerah yang kaya begitu juga sebaliknya.

Hasil perhitungan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah dapat dilihat

pada tabel 1.6

Page 78: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

65

Tabel 1.6Data Pendapatan Dan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Provinsi Nusa

Tenggara Timur

No Tahun PAD Perimbangan Lain-lain Pendapatan Rasio kemandirian

1. 2008 237. 286,16 708.740,58 690.000,00 0,16

2. 2009 298.154,33 773.795,61 264.450,00 0,28

3 2010 255.674,61 767.566,61 161.215,42 0,27

4. 2011 392.119,69 887.291,43 423.000,00 0,29

5. 2012 459.657,18 1.098.619,86 683.264,99 0,25

6 2013 528.832,13 1.165.848,62 698.389,68 0,28

Sumber: Data dari Dinas Pendapatan Daerah, data diolah 2015

Dengan melihat hasil analisis rasio kemandirian keuangan daerah di

atas maka dapat disimpulkan bahwa rasio kemandirian keuangan daerah

masih sangat rendah, hal ini dapat di lihat dari rasio kemandirian yagn

dihasilkan masih berkisar antara 0,00%-25,00%. Rasio keuangan yang masih

rendah mengakibatkan kemampuan keuangan daerah Provinnsi Nusa

Tenggara Timur dalam membiayai pemerintahan dan pembangunan masih

sangat tergantung terhadap pemerintah pusat.

Kemandirian keuangan daerah menjadi sangat penting, baik dari sisi

pendapatan (reneveu) maupun dari sisi pengeluaran (expenditure) agar

pemerintah memiliki kemampuan yang lebih kuat untuk mendesain dan

melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bersifat stimulan bagi peningkatan

kesejahteraan rakyat sesuai dengan aspirasi dan karakterristik masyarakatnya

masing-masing.

Page 79: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

66

Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah Provinsi Nusa Tenggara

Timur harus terus menerus menggiatkan upaya mengoptimalkan

peningkatkan pendapatan daerah, khususnya Pendapatan Asli Daerah (PAD),

karena manajemen pemungutan PAD berada di dalam ranah kebijakan

pemerintah daerah sendiri, berbeda dengan Dana Perimbangan yang

kebijakannya merupakan domaian Pemerintah Pusat.

OT (Kepala Dinas Pendapatan dan Aset Daerah Provinsi Nusa

Tenggara Timur) menjelaskan bahwa:

“Rasio kemandirian yang masih sangat rendah dapat disebabkan pada sumber penerimaan daerah dan dasar pengenaan biaya, tampaknya pendapatan asli daerah masih belum dapat diandalkan bagi daerah untuk otonomi daerah, karena relatif rendahnya basis pajak/retribusi yang ada di daerah dan kurangnya potensi Pendapatan Asli Daerah yang dapat digali oleh pemerintah daerah. Hal ini dikarenakan sumber-sumber potensial untuk menambah Pendapatan Asli Daerah masih dikuasai oleh pemerintah pusat, yang di dalam pemungutan/pengenaannya berdasarkan undang-undang/peraturan pemerintah, dan daerah hanya menjalankan serta akan menerima bagian dalam bentuk dana perimbangan. Dana perimbangan itu sendiri terdiri dari; bagi hasil pajak, bagi hasil bukan pajak/Sumber Daya Alam, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan penerimaan lainnnya”.(Wawancara OT, 27April 2015).

EK (Kepala Sub Bagian Keuangan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi

Nusa Tenggara Timur) mengatakan bahwa:

”Meningkatnya sumber pendapatan dari bantuan pusat berupa dana transfer atau dana perimbangan didasarkan pada indikator penentuan besarnya penerimaan yang diterima oleh suatu daerah. Indikatornya, salah satunya yaitu jumlah penduduk. Penduduknya Provinsi Nusa Tenggara Timur tiap tahun terus bertambah, ruas wilayah walaupun tidak bertambah tetap dimasukan dalam komponen perhitungan pemberian dana perimbangan, ada juga yang memasukan pulau-pulau yang dimiliki daerah, berapa jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) karena sebagian besar dana perimbangan atau dana transfer yang diterima dari pemerintah pusat yang dibelanjakan daerah untuk membayar gaji PNS”. Jadi kalau gaji PNS bertambah, otomatis biasanya ada juga penambahan terkait dengan dana transfer dari pemerintah pusat. Jadi kalau trendnya bertambah, iya pasti. Trendnya bertambah bisa juga

Page 80: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

67

mengindikasihkan bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap pusat tidak lepas. Tetapi sedapat mungkin, kedepannya pemerintah provinsi berharap ketergantungan tersebut dapat berkurang dan juga pasti menjadi harapan pemerintah pusat. Besarnya dana transfer ke daerah, artinya daerah itu masih membutuhkan pemerintah pusat dalam pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan rutinnnya”. (Wawancara EK, 28 April 2015).

Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah daerah harus mampu

mengoptimalkan penerimaan dari potensi pendapatannya yang telah ada.

Inisiatif dan kemauan pemerintah daerah sangat diperlukan dalam upaya

meningkatkan PAD. Pemerintah daerah harus mencari alternatif-alternatif

yang memungkinkan untuk dapat mengatasi kekurangan pembiayaannya, dan

hal ini memerlukan kreatifitas dari aparat pelaksanan keuangan daerah untuk

mencari sumber-sumber pembiayaan baru, baik melalui program kerjasama

pembiayaan dengan pihak swasta dan juga program peningkatan PAD

misalnya pendirian BUMD sektor potensial maupun penyertaan modal ke

perusahaan daerah dengan mendapatkan imbalan berupa deviden.

2. Analisis rasio derajat desentralisasi fiskal Provinsi Nusa Tenggara Timur

Desentralisasi fiskal daerah menunjukan seberapa besar

ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat dalam

membiayai pembangunan. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat

ketergantungan tersebut maka di lakukan dengan menggunakan ukuran apa

yang disebut Derajat Desentralisasi Fiskal.

Derajat Desentralisasi Fiskal dapat dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut :

Page 81: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

68

DDF : t

t

TPD

PAD

x 100 %Keterangan :DDF : Derajat Desentralisasi Fiskal

PADt : Total PAD Tahun t

TPDt : Total Pendapatan Daerah Tahun t

Hasil perhitungan rasio derajat desentralisasi fiskal dapat dilihat pada tabel

1.7 berikut ini:

Tabel 1.7Derajat Desentralisasi Fiskal Provinsi Nusa Tenggara Timur

No Tahun PAD TPP DDF Prov NTT KKD Prov NTT1. 2008 237. 286,16 946. 026,75 25,08% Cukup

2. 2009 298.154,33 1.023,505,58 24,98% Cukup

3. 2010 255.674,61 1.088.071.45 29,57% Cukup

4. 2011 392.119,69 1.324.761,13 29,59% Cukup

5. 2012 459.657,18 2.241.542,05 20,50% Cukup

6. 2013 528.832,13 2.393.070,44 22,09% Cukup

Sumber: Biro Keuangan Prov Nusa Tenggara Timur, Data diolah 2015

Kemampuan keuangan daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur

berdasarkan hasil perhitungan derajat desentralisasi fiskal menunjukan masih

kurangnya penerimaan yang diperoleh berdasarkan pendapatan asli daerah

apabila dibandingkan dengan total pendapatan daerah (TPD). Hal ini dilihat

pada tabel 1.7, kemampuan keuangan berdasarkan derajat desentralisasi fiskal

pada tahun 2008-2013 dianggap cukup karena berada pada skala interval

20,01%- 30,00% . Berdasarkan jumlah rata-rata rasio derajat desentalisasi

Page 82: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

69

fiskal, kemampuan keuangan Provinsi Nusa Tenggara Timur berada pada

tingkat kemampuan yang cukup yaitu 21,62% dan berada dikisaran 20,01%-

30,00%.

OT (Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi

Nusa Tenggara Timur), mengatakan bahwa:

“Rendahnya perolehan persentase yang dimiliki oleh Provinsi Nusa Tenggara Timur menunjukan bahwa pemerintah Provinsi belum mampu membiayai pengeluaran sendiri, dengan kata lain masih sangat tergantung pada pemerintah pusat apabila hasil dari derajat desentralisasi fiskal ini dipadukan dengan hasil rasio kemandirian, maka akan terlihat jelas bahwa kontribusi PAD terhadap total pendapatan daerah secara keseluruhan masih relatif kecil, maka kinerja keuangan dinilai masih sangat rendah” (Wawancara OT, 29 April 2015).

Kemandirian fiskal daerah merupakan salah satu aspek yang sangat

penting dari otonomi daerah secara keseluruhan. Manfaat dari kemandirian

adalah mendorong partisipasi prakarsa dan kreatifitas masyarakat dalam

pembangunan serta akan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan

(keadilan) di seluruh daerah dengan memanfaatkan sumber daya serta potensi

yang tersedia di daerah.

Dari hal tersebut di atas kemandirian fiskal daerah menggambarkan

kemampuan pemerintah daerah dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) seperti pajak daerah, retribusi dan lain-lain. Karena itu otonomi daerah

dan pembangunan daerah bisa diwujudkan hanya apabila disertai

kemandirian fiskal yang efektif. Ini berarti pemerintah daerah secara finansial

haru bersifat independen terhadap pemerintah pusat dengan jalan sebanyak

Page 83: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

70

mungkin menggali sumber-sumber PAD seperti pajak, retribusi dan

sebagainya.

3. Analisis Rasio Indeks Kemampuan Rutin Provinsi Nusa Tenggara Timur

Indeks Kemampuan Rutin dapat dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

IKR : %100x

RutinnPengeluaraTotal

PAD

Keterangan : IKR : Indeks Kemampuan Rutin

PAD : Pendapatan Asli Daerah

Dalam penelitian ini, pengeluaran ruti atau belanja rutin diperoleh dari

bagian belanja operasi. Hal ini dikarenakan adanya perubahan peraturan

mengenai kelompok belanja dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13

Tahun 2006 yang kemudian diubah kedalam Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Pedomaan Pengelolaan Keuangan Daerah.

Dalam Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas

Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedomaan Pengelolaan Keuangan

Daerah, diungkapkan pengertian belanja daerah, yaitu “belanja daerah adalah

kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurangan nilai kekayaan

bersih”. Dari pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa belanja daerah

adalah semua pengeluaran pemerintah daerah pada satu periode anggaran berupa

arus kas aktiva keluar.

Page 84: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

71

Dengan telah diberi kewenangan untuk mengelolah keuangan daerah,

maka belanja rutin diprioritaskan pada optimalisasi fungsi dan tugas rutin

perangkat daerah, termasuk perangkat dinas-dinas yang telah dan akan

dilimpahkan kepada pemerintah daerah.

Merujuk pada hasil wawancara dengan ZM selaku Kepala Sub Bagian

Verifikasi dan Pembukuan pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Nusa

Tenggara Timur yang berpendapat:

“Dampak dari masih tingginya belanja rutin dikarenakan untuk pemerintahan provinsi belum ada remunerasi atau tambahan gaji lainnya. Remunerasi adalah imbalan atau gaji. Dalam konteks Reformasi Birokrasi Pengertian Remunerasi adalah penataan sistem penggajian yang dikaitkan dengan sistem penilaian kinerja. Selain itu, terjadi kecendrungan disetiap SKPD atau satuan kerja lebih memperbanyak kegiatan. Dari kegiatan tersebut terdapat honor sehingga menyebabkan pemerintah Provinsi menghabiskan anggaran lebih banyak untuk belanja pegawai daripada belanja pembangunan atau belanja modal dikarenakan hal itu. Sebenarnya untuk lebih teknisnya BAPPEDA lebih mengetahuinya. Karena kami dikeuangan dapat menyimpulkan seperti itu karena melihat Daftar Pelaksanaan Anggaran yang dianggarkan , terdapat banyak kegiatan yang diprogramkan oleh SKPD dalam upaya mendapat honor atau tambahan gaji”(Wawancara ZM, 30 April 2015).

Senada dengan Pendapat ZM, HLE (Kepala Biro Keuangan Pada Biro

Umum Setda Prov NTT):

“Kalau kita berpikir jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 14.000 orang, yang kemudian perhitungan gaji yang diberikan sebanyak 13 (tiga belas) bulan, karena adanya gaji 13 (tiga belas). Kalau tidak salah belanja pegawai mencapai 773.000.000.000-1.590.000.000.000”(Wawancara HLE, 1 Mei 2015)

Berikut adalah hasil perhitungan Rasio Indeks Kemampuan Rutin (IKR) Provinsi

Nusa Tenggara Timur Tahun Anggaran 2008-2013:

Page 85: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

72

Tabel 1.8Perhitungan Rasio Indeks Kemampuan Rutin

No Tahun PAD TPR IKR KKD Prov NTT

1. 2008 237. 286,16 773.353,79 30,68 Kurang

2. 2009 298.154,33 739.731,30 40,30 Cukup

3. 2010 255.674,61 963.426,63 26,53 Kurang

4. 2011 392.119,69 572.612,93 68,47 Baik

5. 2012 459.657,18 1.439.363,82 31,93 Kurang

6. 2013 528.832,13 1.590.293.,92 33,25 Kurang

Sumber: Biro Keuangan Prov Nusa Tenggara Timur, Data diolah 2015

Kemampuan daerah dalam membiayai pembangunan masih sering

mengalami kendala berupa rendahnya kemampuan daerah dalam meningkatkan

PADnya. Indikator rendahnya kemapuan daerah ini dapat dilihat dari Indeks

Kemampuan Rutin (IKR) daerah, yang diperoleh dari besarnya perubahan PAD

terhadap pengeluarn rutin daerah dalam persentase tahun yang sama.

Dari tabel 1.8 dapat disimpulkan bahwa Indeks Kemampuan Rutin selama

enam tahun terakhir pada pemerintahan Provinsi Nusa Tenggara Timur masih

dalam skala yang kurang, karena masih berada dalam skala interval antara

20,01%-40,00% yaitu sebesar 38,52% (rata-rata IKR) dan ini berarti bahwa

pendapatan asli daerah (PAD) mempunyai kemampuan yang kurang untuk

membiayai pengeluaran rutin, hal ini terjadi karena PAD Provinsi Nusa Tenggara

Page 86: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

73

Timur sangat kecil jika dibandingkan dengan nilai belanja rutin, dan selama ini

lebih banyak tergantung pada sumber keuangan pemerintah pusat.

Menurut HLE (Kepala Biro Keuangan Sekretaris Daerah Provinsi Nusa

Tenggara Timur):

“Trend PAD terus meningkat, meskipun pemerintah provinsi belum mampu secara penuh dari PAD untuk menutup seluruh belanja daerah. Karena kalau tidak salah untuk belanja pegawai sudah mencapai 773.000.000.000-1.590.000.000.000, sedangkan PAD Provinsi Nusa Tenggara Timur masih berkisar di angka 528.000.000.000. Untuk menutup gaji pegawai saja belum mampu, apalagi untuk membangun jalan, belanja kantor. Jadi kita masih mengharapkan ada sumber-sumber pendapatan lain di luar PAD, seperti dana dari alokasi umum yang diberikan oleh pemerintah pusat untuk menutup belanja pegawai, sehingga PAD digunakan untuk belanja modal, pembangunan jalan” (Wawancara HLE, 1 Mei 2015).

Dari kedua hasil wawancara di atas, maka pemerintah Provinsi Nusa

Tenggara Timur perlu mengupayahkan penghematan untuk Belanja Rutin non

Pegawai, dengan cara memprioritaskan pembiayaan terhadap belanja yang benar-

benar urgen disertai dengan peningkatan disiplin anggaran untuk menekan

tingginya belanja rutin.

4. Analisis rasio keserasian Provinsi Nusa Tenggara Timur

Secara sederhana rasio keserasian ini dapat diformulasikan sebagai

berikut (Widodo, 2001 : 262) :

Rasio Belanja Rutin :DBelanjaAPBTotal

RutinBelanjaTotal

Rasio Belanja Pembangunan : APBDBelanjaTotal

nPembangunaBelanjaTotal

Belanja operasional yang kemudian dalam Permendagri Nomor 59

Tahun 2007 disebut sebagai belanja rutin, yang telah dibahas pada rasio

Page 87: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

74

Indeks Kemampuan Rutin (IKR), dan belanja modal yang kemudian diubah

menjadi belanja pembangunan.

Belanja pembangunan disusun atas dasar kebutuhan nyata masyarakat

sesuai tuntutan dan dinamika yang berkembang untuk meningkatkan

pelayanan dan kesejateraan masyarakat yabg lebih baik. Dalam pembangunan

daerah, masyarakat perlu dilibatkan dalam proses perencanaan, sehingga

kebutuhan mereka dapat dijabarkan dalam kebijakan-kebijakan yang akan

ditetapkan berdasarkan prioritas dan kemampuan daerah..

Belanja pembangunan terdiri dari komponen, yaitu:

1. Belanja barang dan dan jasa. Belanja ini merupakan semua pengeluaran

Pemerintah Daerah, yang tidak berhubungan langsung dengan aktivitas

atau pelayanan publik. Kelompok belanja barang dan jasa terdiri atas,

belanja barang dan belanja pemeliharaan yang merupakan pengeluaran

pemerintah daerah untuk penyedian barang dan jasa dan pemeliharaan

barang daerah yang tidak berhubungan langsung dengan pelayanan publik.

2. Belanja Modal merupaakn pengeluaran Pemerintah daerah yang

manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah asset atau

kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja seperti biaya

operasi dan pemeliharaan

Berikut adalah hasil perhitungan Rasio Keserasian Provinsi Nusa

Tenggara Timur Tahun Anggaran 2008-2013:

Page 88: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

75

Tabel 1.9Rasio Keserasian Provinsi Nusa Tenggara Timur

Tahun Anggaran 2008-2013

No Tahun Ttl B Rutin Tot Be Pembangunan Ttl B APBD RBR RBP

1. 2008 773.353.796.253 202.721.741.546 984.233.460.799 0,78 0,20

2. 2009 739.731.308.682 205.249.529.399 1.025.445.818.359 0,72 0,20

3. 2010 963.426.638.742 176.558.921.397 1.148.082.398.719 0,83 0,15

4. 2011 572.612.934.351 659.269.778.759 1.231.882.713.110 0,46 0,53

5. 2012 1.439.363.824.682 724. 991.767.124 2.164.355.591.806 0,66 0,33

6. 2013 1.590.293.920.199 791.017.155.965 2.381.311.076.164 0,67 0,33

Sumber: Biro Keuangan Prov Nusa Tenggara Timur, Data diolah 2015

Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 dan 33 Tahun 2004, implikasi

dari pemberian kewenangan otonomi daerah untuk melaksanakan

pembangunan disegala bidang, terutaman untuk pembanguan sarana dan

prasarana publik (publik services). Pembangunan tersebut diharapak

dilakukan secara mandiri oleh daerah baik dari sisi perencanaan,

pembangunan, serta pembiayaannya. Pembangunan yang dilaksanakan akan

banyak memberikan manfaat bagi daerah, di antaranya:

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan masyarakat

2. Mendorong perkembangan ekonomi daerah

3. Mendorong peningkatan pembangunan daerah di segala bidang

4. Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat

5. Meningkatkan pendapatan asli daerah

Page 89: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

76

6. Mendorong kegiatan investasi

Banyaknya manfaat yang diperoleh apabila pelaksanaan belanja

pembangunan dapat dilaksanakan secara mandiri ternyata belum mampu

dirasakan oleh pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hal ini terbukti

dengan perhitungan rasio keserasian provinsi Nusa Tenggara Timur tahun

anggaran 2008-2013 yang meunjukan masih rendahnya rasio belanja

pembangunan apabila dibandingkan dengan rasio belanja rutin. Di mana hasil

rata-rata dari rasio belanja pembangunan sebesar 0,29% dan rata-rata rasio

belanja rutin sebesar 0,68%, terdapat gap sebesar 0,39%.

Pendapat BK (Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara

Timur) setelah melihat ketimpangan yang terlihat:

“Ketimpangan yang terjadi antara belanja rutin dan belanja pembangunan disebabkan tingginya belanja pegawai terutama dikarenakan banyaknya kegiatan dari dinas-dinas dan belanja pegawai untuk gaji PNS. Untuk belanja modal atau pembangunan memang terbatas, hanya difokuskan pada bidang pendidikan, pekerjaan umum, dan kesehatan yang dibiayai dari Dana Alokasi Umum (DAK)” (Wawancara BK, 4 Mey 2015).

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 pasal 10

disebutkan bahwa yang menjadi sumber-sumber pembiayaan untuk

pembangunan daerah (capital investment) antara lain berasal dari PAD dan

Dana Perimbangan yangditerima oleh daerah-daerah dari Pemerintah Pusat.

Dana Perimbangan itu sendiri terdiri dari Dana bagi Hasil, Dana Alokasi

Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), selain itu ada juga sumber lain

yang berasal dari pembiayaan berupa pinjaman daerah.

Page 90: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

77

Meskipun terdapat banyak sumber-sumber pembiayaan untuk

pembangunan daerah berdasarkan UU No 33 Tahun 2004 pasal 10, namun

faktanya pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur yang lebih condong pada

ekonomi kerakyatan belum memperhatikan pembangunan daerah, walaupun

belanja pembangunan naik meskipun relatif kecil. Hal ini dikarenakan

pemerintah kota lebih berkosentrasi pada pemenuhan belanja rutin yang

mengakibatkan belanja pembangunan untuk pemerintah provinsi Nusa

Tenggara Timur kecil atau belum terpenuhi.

5. Analisis rasio pertumbuhan Provinsi Nusa Tenggara Timur

Rasio pertumbuhan (growth ratio) mengukur seberapa

kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan

meningkatkan keberhasilan yang telah dicapai dari periode ke periode

berikutnya.

Rumus yang digunakan adalah dalam menghitung rasio pertumbuhan

adalah sebagai berikut:

r : %100xPo

PoPn

Keterangan :Pn : Data yang dihitung pada tahun ke-n

Po : Data yang dihitung pada tahun ke-0

r : Pertumbuhan

Page 91: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

78

Tabel 1.10Perhitungan Rasio Pertumbuhan

Provinsi Nusa Tenggara Timur TahunAnggaran 2008-2013

No. Tahun Pendapatan Rasio Pertumbuhan

1. 2007 875.624.703.684 -

2. 2008 946. 026.751.848 7,44

3. 2009 1.023.505.680.974 7,56

4. 2010 1.088.071.458.777 5,93

5. 2011 1.324.761.137.198 17,86

6. 2012 2.241.542.051.286 40,89

7. 2013 2.393.070.440.431 6,33

Sumber:DISPENDA, Data diolah 2015

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 10 kondisi pertumbuhan APBD

Provinsi Nusa Tenggara Timur dapat disimpulkan bahwa APBD pada tahun

anggaran 2008-2013 pertumbuhan rata-rata yang negative. Hal ini diakibatkan

pertumbuhan nilai PAD dan total pendapatan daerah tidak diikuti oleh

pertumbuhan belanja pembangunan. Artinya pemerintah Provinsi Nusa Tenggara

Timur belum mampu mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan dari

periode yang satu ke periode berikutnya yang disebabkan masih fluktuatifnya

pertumbuhan belanja pembangunan, dan belanja rutin yang terus bertambah.

AS (Kepala Sub Bagian Tata Usaha BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur)

mengungkapkan:

Page 92: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

79

“Dengan mengetahui pertumbuhan masing-masing komponen sumber pendapatan dan pengeluaran, maka dapat dievaluasi terdapat potensi-potensi daerah yang perlu mendapatkan perhatian. Semakin tinggi persentase pertumbuhan setiap komponen pendapatan dan pengeluaran, maka semakin besar kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang dicapai dari setiap periode”(Wawancara AS, 5 Mey 2015).

C. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Dalam Penerimaan PAD Provinsi Nusa Tenggara Timur

a. Jumlah Transfer Pemerintah Pusat (Dana Perimbangan)

Transfer dalam penerimaan daerah yang bersumber dari pemerintah pusat

antara lain dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK),

Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak. Adapun kontribusi transfer dari

pemerintah pusat yang dialokasikan ke Provinsi Nusa Tenggara Timur dapat

dilihat pada tabel 1.11 berikut ini:

Tabel 1.11Kontribusi Transfer Pemerintah Pusat Terhadap PAD Provinsi Nusa

Tenggara Timur (dalam jutaan rupiah)

No Tahun Total Pendapatan JumlahTransfer Kontribusi Transfer (%)

1. 2008 946. 026,75 708.740,58 74,91

2. 2009 1 .008. 071,45 773.795,61 76,75

3. 2010 1.023.505.68 767.566,61 74,99

4. 2011 1.324.761,13 887.291,43 66,97

5. 2012 2.241.542,05 1.098.619,86 49,01

6. 2013 2.393.070,44 1.165.848,62 48,71

Sumber: Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur, Data diolah 2015

Dari tabel 1.11 di atas bahwa selama kurun waktu 6 tahun terakhir

sejak tahun 2008 sampai dengan 2013 kontribusi Transfer terhadap APBD

Page 93: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

80

rata-rata sebesar 65,22%. Dilihat dari prosentase kontribusi tersebut

menggambarkan bahwa dalam menjalankan pemerintahan dan melaksanakan

pembangunan daerah, provinsi Nusa Tenggara Timur masih membutuhkan

bantuan dari pemerintah pusat sebesar 65,22%. Transfer dari pemerintah pusat

harus ada dan selalu ada, karena hal ini dimaksudkan untuk menjaga adanya

ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat guna menghindari

perpecahan daerah (disintegrasi) dalam rangka menjaga persatuan dan

kesatuan NKRI.

Apabila daerah diberi kebebasan untuk memanfaatkan potensi daerah

secara keseluruhan dan tidak ada ketentuan mengenai perimbangan keuangan

antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, hal ini dimungkinkan bagi

daerah yang sumber daya alamnya besar dan mampu membiayai kebutuhan di

dalam penyelenggaraan pembangunan daerahnya, dapat diprediksi daerah

tersebut akan memisahkan diri dan menjadi Negara sendiri (disintegrasi).

Oleh karena itu walaupun otonomi daerah yang mana daerah diberi

kewenangan besar untuk mengurus rumah tangganya sendiri, tetapi tetap ada

keterkaitan dengan pemerintah pusat melalui perimbangan keuangan antara

pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang diatur di dalam Undang-

Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara

pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

EK (Kepala Sub Bagian Keuangan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi

Nusa Tenggara Timur) mengungkapkan bahwa:

Page 94: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

81

“Pengaruh yang paling dominan antara jumlah transfer pemerintah pusat terhadap pendapatan asli daerah menunjukan hasil signifikan secara tidak langsung, khususnya transfer yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan aktivitas ekonomi sehingga mendorong kegiatan perekonomian di Nusa Tenggara Timur sehingga dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal ini dibuktikan dengan masih besarnya jumlah transfer pusat terhadap pemerintah provinsi Nusa Tenggara Timur”(Wawancara EK, 6 Mey 2015) .

Hal ini menjelaskan bahwa semakin tinggi jumlah pendapatan asli

daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur menyebabkan tingkat kemandirian

daerah dalam pembangunan semakin baik, karena semakin tinggi PAD,

transfer yang dialokasikan dalan APBD semakin kecil dibanding dengan

PAD.

b. Jumlah Kendaran Roda 2 dan Roda 4 atau Lebih

Berikut ini digambarkan tabel 1.12 menunjukan jumlah kendaraan bermotor

baik roda dua maupun roda empat yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur,

dimana pajak kendaraan bermotor memberikan kontribusi terbesar terhadap

PAD Provinsi Nusa Tenggara Timur

Tabel 1.12Daftar Jumlah Kendaraan Bermotor di Nusa Tenggara Timur

Tahun 2008 Sampai Dengan Tahun 2013No Tahun Roda 2 Roda 4/lebih Jumlah Kendaraan

1. 2008 117.119 17.923 135.051

2. 2009 173.535 27.733 201.268

3. 2010 194.056 30.431 224.487

4. 2011 233.891 37.015 270.906

5. 2012 335.081 43.053 378.134

6. 2013 392.345 47.487 439.832

Sumber data: Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur

Page 95: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

82

Dari di atas dapat diketahui bahwa jumlah kendaraan bermotor di

Provinsi Nusa Tenggara Timur baik roda dua maupun roda empat setiap tahun

cukup besar, sehingga peningkatan PAD dari Pajak Kendaraan Bermotor juga

meningkat tiap tahunnya. Pertumbuhan kendaraan roda dua dan roda empat

dapat dilihat pada tabel 1.13 berikut ini:

Tabel 1.13Daftar Pertumbuhan Kendaraan Bermotor Roda 2 dan Roda 4

di Nusa Tenggara Timur Tahun 2008 Sampai Dengan Tahun 2013

No Tahun Roda 2 Roda 4/lebih Jumlah Kendaraan1. 2008 35.895 5.376 41.271

2. 2009 56.416 9.810 66.226

3. 2010 20.521 2.698 23.219

4. 2011 39.835 6.584 46.419

5. 2012 101.190 6.038 208.418

6. 2013 57.264 4434 61.698

Sumber data: Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur,Data diolah 2015

Dilihat dari daftar di atas, pada tahun 2012 jumlah kendaraan roda 2

mengalami pertumbuhan yaitu sebesar 254,02% dari tahun sebelumnya. Hal

ini disebabkan masuknya kendaraan roda 2 buatan China yang harganya

relatif lebih murah dibandingkan dengan kendaraan roda 2 buatan Jepang.

Sedangkan pada tahun 2013 pertumbuhan kendaraan di Nusa Tenggara Timur

sedikit menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu kendaraan roda

2 hanya mencapai 56,59% dan roda 4 sebesar 73,43%.

Page 96: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

83

Pajak kendaraan bermotor adalah penerimaan pajak yang dikenakan pada

pemilik kendaraan bermotor, baik roda 2 maupun roda 4 yang berdomisili di

Nusa Tenggara Timur dan masuk ke kas daerah.

Penerimaan pajak kendaraan bermotor merupakan penyumbang terbesar bagi

PAD Provinsi Nusa Tenggara Timur. Adapun besarnya kontribusi pajak

kendaraan bermotor terhadap PAD dan dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini:

Tabel 1.14Kontribusi PKB terhadap PAD

(dalam jutaan rupiah)

No Tahun Jumlah PAD Jumlah PKB Kontribusi PKB Terhadap PAD (%)

1. 2008 237. 286,16 44.338,21 18,68

2. 2009 298.154,33 47.697,92 15,99

3. 2010 255.674,61 57.599,89 22,52

4. 2011 392.119,69 70.898,10 18,08

5. 2012 459.657,18 82.441,17 17,93

6. 2013 528.832,13 97.337,48 18,40

Sumber data: Laporan Keuangan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Data diolah 2015

BL (Kepala Sub Bagian Pajak dan Retribusi pada Dinas Pendapatan

Daerah) mengatakaan bahwa:

“Jumlah kendaraan roda 2 dan roda 4 atau lebih menjadi faktor yang paling dominan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Hal ini ditunjukan dengan semakin bertambahnya jumlah kendaraan baik roda 2 dan 4 atau lebih setiap tahunnya. Dengan bertambahnya jumlah kendaraan akan berdampak terdapat bertambahnya Pendapatan Asli Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur, karena pajak kendaraan roda 2 dan 4 atau lebih disetor ke daerah semakin besar” (Wawancara BL, 7 Mei 2015).

Page 97: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

84

OT menambahkan bahwa:

“Ada dua faktor yang sangat berpengaruh terhadap bertambahnya jumlah kendaraan bermotor roda 2 dan 4 atau lebih antara lain, pertama, adanya kebijakan pemerintah provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2002 tentang Pembebasan tarif BBNKB sehingga masyarakat di Nusa Tenggara Timur bergairah membeli kendaraan bermotor dari luar Nusa Tenggara Timur yang harga pasarannya lebih rendah untuk dimutasikan ke Nusa Tenggara Timur, Kedua, masuknya kendaraan roda 2 buatan China yang harga relatif lebih murah dibandingkan kendaraan roda 2 buatan jepang” (Wawancara OT, 7 Mei 2015).

c. Pengaruh Investasi Daerah

Penyertaan modal Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan investasi

pemerintah daerah pada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) ataupun swasta.

Penyertaan modal ini diharapkan dapat membantu penerimaan pemerintah

daerah dalam rangka meningkatkan PAD. Adapun kontribusi penyertaan

modal (deviden) Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur dapat dilihat pada

stabel 1.15 berikut ini:

Tabel 1.15Kontribusi Hasil Penyertaan Modal (Deviden) terhadap PAD

(dalam jutaan rupiah)No Tahun Jumlah PAD Penyertaan Modal (Deviden) Kontribusi PenyertaanModal

1. 2008 237. 286,16 12.707,32 5,35

2. 2009 298.154,33 11.452,76 3,84

3. 2010 255.674,61 19.826,43 7.75

4. 2011 392.119,69 33.862,76 8,63

5. 2012 459.657,18 42.740,30 9,29

6. 2013 528.832,13 53.317,24 10,08

Sumber Data:Laporan Keuangan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2008-2012.Data diolah 2015

Page 98: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

85

TB (Kepala Sub Bagian BUMD, Penyertaan Modal dan Pinjaman Daerah

pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur) mengatakan

bahwa:

“Terdapat pengaruh positif antara investasi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur, Hal ini menjelaskan bahwa semakin tinggi investasi daerah akan berdampak terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Nusa Tenggara Timur atau dapat dikatakan jika semakin banyak investasi daerah yang dialokasikan ke APBD, maka Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh Provinsi Nusa Tenggara Timur akan semakin besar, karena deviden dari hasil investasi daerah yang disetor ke kas daerah akan semakin besar”(Wawancara TB,11 Mei 2015)

Page 99: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

86

BAB VPENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan analisis data dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Tingkat kemampuan keuangan daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur

dalam pelaksanaan otonomi daerah tahun anggaran 2008-2013 dianggap

masih kurang. Hal ini dapat dilihat berrdasarkan hasil perhitungan rasio:

a. Rasio kemandirian keuangan daerah selama enam tahun terakhir yang

menghasilkan jumlah rata-rata sebesar 0,25% dengan skala interval

0,00%-25,00%. Dari hasil tersebut, tergambar dengan jelas masih besarnya

ketergantungan pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur terhadap

sumber-sumber dana bantuan dari pihak ekstern, dengan komponen

bantuan terbesar adalah Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana

Penyesuaian.

b. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal, selama enam tahun menunjukan angka

rata-rata sebesar 21,62% dengan kemampuan keuangan yang tergolong

kurang. Hasil ini menunjukan bahwa pemerintah Provinsi Nusa Tenggara

Timur belum mampu membiayai pengeluarannya sendiri. Pemerintah

Provinsi Nusa Tenggara Timur masih tergantung kepada pemerintah pusat

dalam hal pembiayaan pengeluaran.Berdasarkan kemampuan PAD untuk

membiayai pengeluaran rutin daerah, yang juga disebut dengan rasio

Indeks Kemampuan Rutin (IKR) rata-rata hanya sebesar 38,52% dengan

pola kemampuan keuangan masih dalam interval 20,01%-40,00% yang

Page 100: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

87

dinilai kurang. Artinya PAD Provinsi Nusa Tenggara Timur belum mampu

membiayai belanja rutin yang dilakukan oleh pemerintah

provinsi.Berdasarkan hasil perhitungan rasio keserasian, pemerintah

Provinsi Nusa Tenggara Timur masih lebih memprioritaskan belanja rutin

daripada belanja pembangunan. Hasil rata-rata rasio pembangunan sebesar

0,29% dan rasio belanja rutin sebesar 0,68%. Angka ini menunjukan

bahwa pemerintah Provinsi belum memperhatikan pembangunan daerah.

Hal ini disebabkan keterbatasan dana yang dimiliki oleh pemerintah

Provinsi Nusa Tenggara Timur sehingga pemerintah lebih berkonsentrasi

pada pemenuhan belanja rutin dan penghematan pada belanja lainnya.

c. Berdasarkan rasio pertumbuhan (growth ratio), Provinsi Nusa Tenggara

Timur mengalami pertumbuhan ditiap periode tahun anggaran (2008-

2013). Total pendapatan juga mengalami pertumbuhan pada tiga tahun

terkahir 2011, 2012,2013, sama halnya dengan belanja rutin yang

mengalami pertumbuhan pada tahun 2012,2013 namun belanja

pembangunan mengalami penurunan pada tahun 2011 yang kemudian

mengamali kenaikan pada tahun 2012, 2013. Dari hasil perhitungan

tersebut, dapat disimpulkan bahwa kondisi pertumbuhan APBD Provinsi

Nusa Tenggara Timur menunjukan rata-rata yang negatif, karena

pertumbuhan PAD dan TPD tidak diikuti oleh pertumbuhan belanja

pembangunan, melainkan diikuti oleh belanja rutin. Berdasarkan rasio

pertumbuhan, secara keseluruhan kontribusi Pendapatan Asli Daerah

Provinsi Nusa Tenggara Timur terhadap Anggaran Pendapatan Belanja

Page 101: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

88

Daerah tahun anggaran 2008-2013. Dinilai masih sangat rendah, yaitu

25,30%

2. Faktor-faktor yang menunjang kemampuan keuangan daerah Provinsi

Nusa Tenggara Timur adalah:

a. Jumlah transfer pemerintah pusat terhadap daerah

b. Jumlah kendaraan roda 2 dan roda 4 atau lebih

c. Jumlah hasil penyertaan modal (Deviden)

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan tentang kinerja keuangan

pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur, penulis mencoba mengajukan

beberapa saran. Saran-saran tersebut antara lain:

a. Pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana dinyatakan dalam Undang-

undang Nomor 32 tahun 2004 sebagai revisi dari Unndang-undang Nomor

22 tahun 1999, sangat diperlukan kemandirian keuangan daerah agar

tingkat ketergantungan keuangan daerah kepada pemerintah pusat melalui

intensifikasi Pendapatan Asli Daerah yang dilakukan masing-masing

daerah

b. Pemerintah daerah agar berusaha untuk mendapatkan bagi hasil dari

pusat terkait sumber daya daerah yang penerimaannya disetor seluruhnya

ke pusat, sebagai contoh bagi hasil cukai yang semuanya merupakan

penerimaan pemerintah pusat.

c. Pemerintah daerah agar membuat kebijakan tentang pembebasan

BBNKB dari luar Provinsi Nusa Tenggara Timur yang berlaku

Page 102: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

89

selamanya tidak temporer, sehingga kendaraan dari luar Nusa Tenggara

Timur yang mutasi ke Nusa Tenggara Timur semakin meningkat.

d. Membantu masyarakat dalam pengurusan dokumen kendaraan bermotor

khususnya kendaraan bekas, sehingga semua kendaraan terdaftar dengan

baik dan masyarakat bergairah untuk memiliki kendaraan bermotor yang

harganya terjangkau walaupun bekas, sehingga dengan meningkatnya

pemilik kendaraan bermotor akan berpengaruh pada penerimaan pajak

kendaraan bermotor juga meningkat dan dengan demikian PAD juga akan

meningkat.

e. Perlu ditingkatkannya sarana dan prasarana pembayaran pajak kendaraan

bermotor, atau menambah jumlah outlet pembayaran pajak kendaraan

bermotor dan memanfaatkan jasa perbankan dalam pembayaran

kendaraan bermotor.

f. Dengan banyaknya outlet pembayaran pajak kendaraan bermotor, akan

mempengaruhi wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya, sehingga

penerimaan dari sektor pajak kendaraan bermotor dapat secara efektif

dapat diterimah oleh kas daerah.

g. Melaksanaakn investasi pada usaha-usaha yang mempunyai nilai

ekonomis yang tinggi, dan berpartisipasi pada mega proyek yang ada di

daerahnya sehingga dapat menambah penerimaan daerah.

h. Mengingat terbatasnya jumlah dan jenis sumber-sumber ketergantungan

Pendapatan Asli Daerah, maka diperlukan penyerahan beberapa sumber

Page 103: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

90

keuangan nasional yang potensial untuk dikelola dan dipungut sendiri

oleh daerah yang menjadi penerimaan PAD.

i. Penelitian ini hanya menganalisis beberapa komponen dalam

perkembangan APBD, diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat

menganalisis seluruh komponen yang terdapat dalam APBD sehingga

akan lebih lengkap.

j. Penelitian ini hanya menggunakan beberapa model analisis rasio

keuangan, untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan

seluruh model analisis rasio keuanggan sehingga hasil analisisnya lebih

lengkap dan menyeluruh.

k. Penelitian ini hanya dilakukan pada tahun anggaran 2008-2013 di

Provinsi Nusa Tenggara Timur saja, diharapkan penelitian selanjutnya

obyek penelitian dilakukan di beberapa Provinsi sehingga perbandingan

antara provinsi yang satu dengan yang lainnya

Page 104: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

91

DAFTAR PUSTAKA

Anggito dan Kuncoro.1995.Sektor-Sektor ekonomi Potensial dan Pembiayaan Pembangunan Dalam Rangka Otonomi Daerah.DIY.UGM Yogyakarta

Abimayu dan Koncoro.1995.Desentralisasi dan Otonomi Daerah Desentralisasi, Demokratisasi dan Akuntabilitas Pemerintahan Daerah.Jakarta LIPI Press

Badan Pusat Statistik.2008.Nusa Tenggara Timur Dalam Angka 2008.NTT. Badan Pusat Statistik NTT

………………………2009.Nusa Tenggara Timur Dalam Angka.NTT 2009. Badan Pusat Statistik NTT

……………………..2010.Nusa Tenggara Timur Dalam Angka 2010.NTT. Badan Pusat Statistik NTT

……………………2011.Nusa Tenggara Timur Dalam Angka 201.NTT. Badan Pusat Statistik NTT

……………………2012.Nusa Tenggara Timur Dalam Angka 2012.NTT. Badan Pusat Statistik NTT

……………………..2013.Nusa Tenggara Timur Dalam Angka 2013.NTT. Badan Pusat Statistik NTT

Bastian, Indra.2006. Akuntansi Sektor Publik, Suatu Pengantar. Jakarta. Erlangga

Djaenuri, Aries, dkk.2003.Sistem Pemerintahan Daerah. Jakarta. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

Devas, Nick, dkk. 1989. Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia.Jakarta: UI- Press

Engleni, Rita.2005. Pentingnya Penyusunan Rencana Penerimaan PAD Jangka Menengah Dalam Menunjang Akuntansi Manajemen Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Padang, Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah.Yogyakarta. UPP AMP YKPN

Guritno, Mangkoesoebroto, 2001. Ekonomi Publik. Yogyakarta. BPFE

Halim, Abdul. 2001. Anggaran Daerah dan Fiskal Stress. Sebuah Studi Kasus pada Anggaran Daerah Provinsi di Indonesia. Yogyakarta: JEBI

Page 105: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

92

……………….2002. Akuntansi dan Pengendalian Keuangan Daerah, Seri Bunga Rampai Keuangan Daerah.Yogyakarta. UPP AMP YKPN

………………2004.Manajemen Keuangan Daerah.Yogyakarta.UPP AMP YKPN……………….2007. Akuntansi Sektor Publik, Akuntansi Keuangan

Daerah.Jakarta. Selemba Empat

………………2009.Problem Desentralisasi dan Keuangan Pemerintahan Pusat-Daerah Peluang dan Tantangan Dalam Pengelolan Sumber Daya Daerah. Yogyakarta. Sekolah Pascasarjana UGM

Hariadi, Pramono dkk. 2010. Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat

Haris, Syamsudin.2007. Desentralisasi dan Otonomi Daerah; Desentralisasi, Demokratisasi, dan Akuntabilitas Pemerintahan Daerah. Jakarta. LIPPI Press

Kaho, Josef Riwu.1997. Prospek Otonomi Daerah di Republik Indonesia. Jakarta: Rajawali Press

…………………..2010.Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia (Indentifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyelenggaraan Otonomi daerah).Jakarta.Raja Grafindo Persada

Kuncoro, Mudrajat.1997. Otonomi Daerah Dalam Transisi. Pada Seminar Nasional Manajemen Keuangan Daerah dalam Era Global, 12 April, Yogyakarta

Kuncoro, Mudrajat. 1995. Desentralisasi Fiskal di Indonesia: Dilema Otonomi dan Ketergantungan. Jakarta. PRISMA

Kuncoro, Mudrajat 1997. Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan. Yogyakarta. UPP AMP YKPN Mardiasmo, 2004. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Yogyakarta: Andi

Mahmudi.2010. Buku Seri Membudayakan Akuntabilitas Publik; Analisis Laporan Keuangan Pemerintahan Daerah Panduan Bagi Eksekutif, DPRD, dan Masyarakat Dalam Pengambilan Keputusan Ekonomi, sosial, dan Politik.Yogyakarta.Unit Penerbit dan Pencetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN

Mardiasmo.2004.Otonomi Daerah Sebagai Upaya Memperkokoh Basis Perekonomian Daerah. Yogyakarta.Andi Offset.

Page 106: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

93

Mardiasmo dan Kirana Jaya, Wihana.1999. Pengelolaan Keuangan Daerah yang Berorientasi pada Kepentingan Publik. Yogyakarta. KOMPAK STIE YO

Muluk, Khairul.2009.Peta Konsep Desentralisasi dan Pemerintahan Daerah.Malang.ITS Press

Nordiawan, Deddi.2008.Akuntansi Sektor Publik.Jakarta.Salemba Empat.Nota Perhitungan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Nusa Tenggara Timur

Tahun Anggaran 2008s/d2013

Prasetyantono.1996.Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktek.Jakarta.Erlangga

Program Pembangunan Nasional Tahun 2000-2004 (PROPERNAS)

Radianto, Elia. 1997. Otonomi Daerah, Keuangan Tingkat II Suatu Studi di Maluku. Jakarta. Prisma

Rosidin, Utang.2010.Otonomi Daerah dan Desentralisasi.Bandung.CV Pustaka Setia

Saragih, Juli Panglima.2003. Desentalisasi Fiskal dan Keungan Daerah dalam Otonomi. Jakarta. Ghalia Indonesia.

Shah.1994. Pendanaan Pemerintah Pusat Dalam Pengeluaran Pembangunan Pemerintah Daerah.Jakarta.Prisma

Shah.1997. Pembangunan Daerah dan Peluang Pemerataan Pembangunan Antar Daerah.Jakarta.Prisma

Sarwano, Jonathan.2011.Mixed Method; Cara Menggabung Riset Kuantitatif dan Riset Kualitatif Secara Benar.Jakarta. Alex Media Komputindo

Sidik, Machfud. 2004. Bunga Rampai Desentralisasi Fiskal. Jakarta. Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah

Sugiyanto FX.2000. Kemandirian dan Otonomi Daerah.Jakarta. Media dan Ekonomi Bisnis

Sumodiningrat.1999.Kemiskinan: Teori, Fakta dan Kebijakan.Jakarta.IMPAC

Suparmoko, 2002. Ekonomi Publik: Untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah. Yogyakarta. Andi

Turtiantoro. 2000. Otonomi Daerah Dalam Perspektif Administrasi Pembangunan. Jakarta. Media Ekonomi dan Bisnis

Page 107: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

94

Ulum, Ihyaul.2009. Audit Sektor Publik Suatu Pengantar.Malang.Bumi Aksara

Wijaya, H.A.W.,2001. Otonomi Daerah dan Daerah Otonomi.Jakarta: Rajawaji.

Yuliati.2001.Analisis Kemampuan Keuangan Daerah dalam Menghadapi Otonomi Daerah, Manajemen Keuangan Daerah.Yogyakarta.UPPYKPN

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Daerah Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah

.Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak dan Retribusi

Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun2001 Tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 Tentang Dana Perimbangan

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peratutan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedomaan Pengelolaan Keuangan Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2006 Tentang Pedomaan Penyusunan APBD Tahun 2007

Peraturan Daerah, Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Di atas air

Page 108: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Jalan Sultan Alauddin KM. 7 Telp. 0411-86697 90221

Bapak/Ibu yang sama hormati,

Saya atas nama Kamaruddin Oron Tewa, Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas

Ilmu sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Makassar. Dalam hal ini saya

sedang mengadakan penelitian tugas akhir yang berhubungan dengan Pengelolaan Keuangan

Daerah Terhadap Pembangunan Daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dimana Penelitian

ini hanya untuk kepentingan ilmiah yaitu untuk menyusun tugas akhir sebagai syarat untuk

memperoleh gelar sarjana.

Atas bantuan, kesedian waktu dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih

WAWANCARA DENGAN INFORMAN

Hari/Tanggal :…………………………………………...

Lokasi :…………………………………………...

A. Identitas Informan

1. Nama :

2. Alamat :

3. Jenis Kelamin :

4. Agama :

5. Jabatan :

Page 109: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Jalan Sultan Alauddin KM. 7 Telp. 0411-86697 90221

B. Deskripsi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur

Pertanyaan Wawancara

1. Bagaimana tingkat kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap Anggaran Pendapatan

Belanja Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur?

Jawaban:

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

2. Menurut Bapak, Mengapa Pemerintah daerah dalam konteks otonomi daerah tidak

diberi kewenangan secara penuh untuk mengelolah sumber daya potensial yang

dimiliki daerah?

Jawaban:

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

C. Kemampuan Fiskal Daerah dalam Mendukung Pembangunan daerah Provinsi

Nusa Tenggara Timur

1. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab rendahnya rasio kemandirian keuangan

daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam mendukung pembangunan daerah?

Jabawan:

Page 110: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Jalan Sultan Alauddin KM. 7 Telp. 0411-86697 90221

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

2. Apa saja yang menjadi indikator untuk menentukan besarnya nominal dana

transfer/dana perimbangan yang diberikan pusat kepada suatu daerah?

Jawaban:

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

3. Bagaimana kemampuan keuangan daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur apabila hasil

derajat desentralisasi fiskal dipadukan dengan rasio kemandirian?

Jawaban:

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

4. Apa saja menjadi penyebab tingginya belanja rutin dibandingkan dengan belanja

pembangunan pada pemerintahan Provinsi Nusa Tenggara Timur?

Jawaban:

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

5. Bisakah bapak memberikan sedikit gambaran tentang besarnya belanja rutin bila

dibandingkan dengan jumlah pegawai?

Page 111: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Jalan Sultan Alauddin KM. 7 Telp. 0411-86697 90221

Jawaban:

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

6. Bagaimana Kemampuan Pendapatan Asli Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur

untuk mendukung seluruh belanja daerah?

Jawaban:

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

7. Apa kegunaan mengkaji tingkat pertumbuhan pendapatan dan pengeluaran suatu

daerah?

Jawaban:

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

D. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Penerimaan PAD Provinsi Nusa Tenggara

Timur

1. Bagaimana gambaran pengaruh jumlah transfer pemerintah pusat terhadap

Pendapatan Asli Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur?

Jawaban:

Page 112: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Jalan Sultan Alauddin KM. 7 Telp. 0411-86697 90221

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

2. Bagaimana hubungan jumlah kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat

atau lebih terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur?

Jawaban:

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

3. Faktor apa saja yang berpengaruh terhadap bertambahnya jumlah kendaraan bermotor

baik roda dua maupun roda empat atau lebih di Provinsi Nusa Tenggara Timur?

Jawaban:

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

4. Bagaimana pengaruh investasi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi

Nusa Tenggara Timur?

Jawaban:

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

Page 113: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

DAFTAR NAMA-NAMA INFORMAN

No Nama Inisial Umur Jabatan/Pekerjaan Ket

1. Drs. Hali Lanan Elias HLE 56 Kepala Biro Keuangan

Sekretarias Daerah

Provinsi Nusa Tenggara

Timur

22 April

2015, 1

Mey

2015

2. Dr. Drs. Jelamu A. Marianus, M.Si JAM 52 Kepala Subag Akuntansi

Pada Biro Keuangan

Sekretaris Daerah Provinsi

Nusa Tenggara Timur

23 April

2015

3. Drs. Zakaria Moruk, MM ZM 49 Kepala Subag Verifikasi

dan Pembukuan pada Biro

Keuangan Setda NTT

30 April

2015

4. Drs. Obaldus Toda, MM OT 54 Kepala Dinas Pendapatan

dan Aset Daerah Provinsi

Nusa Tenggara Timur

27 April

2015, 29

April

2015

5. Emanuel Kara, SH EK 47 Kepala Subag Keuangan

pada DISPENDA NTT

28 April,

6 Mey

2015

6. Drs Benyamin Lola, M.Pd BL 52 Kepala Subag Pajak dan

Retribusi DISPENDA

7Mei

2015

Page 114: ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP …

NTT

7. Thomas Bengke, SE, M.Si TB 46 Kepala Subag BUMD,

Penyertaan Modal dan

Pinjaman pada

DISPENDA NTT

11 Mey

2015

8. Drs. Bruno Kopuk BK 53 Kepala BPS Provinsi NTT 4 Mey

2015

9. Ir Alexander Sena AS 54 Kepala Subab Tata Usaha

BPS NTT

5 Mey