analisis kelayakan usaha perkebunan … perkebunan kelapa sawit pt. terang inti seraya di provinsi...

73
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. TERANG INTI SERAYA DI PROVINSI RIAU RACHMALIA RAMADHANNISSA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Upload: vokien

Post on 03-Mar-2019

276 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN KELAPA

SAWIT PT. TERANG INTI SERAYA

DI PROVINSI RIAU

RACHMALIA RAMADHANNISSA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

2

Page 3: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan

Usaha Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah

benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

Rachmalia Ramadhannissa

NIM H34090117

Page 4: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

2

ABSTRAK

RACHMALIA RAMADHANNISSA. Analisis Kelayakan Usaha Perkebunan

Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau. Dibimbing oleh WAHYU

BUDI PRIATNA.

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang memiliki permintaan

yang tinggi. Pabrik Kelapa Sawit di Riau masih mengalami kekurangan bahan

baku untuk diolah. Kekurangan bahan baku tersebut dapat menjadi peluang bisnis

untuk perkebunan kelapa sawit. Peluang untuk memenuhi kebutuhan bahan baku

tersebut diambil oleh PT. Terang Inti Seraya, Riau. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk menganalisis kelayakan usaha perkebunan kelapa sawit pada PT.

Terang Inti Seraya. Lokasi penelitian dilakukan di kantor PT Terang Inti Seraya di

Pekanbaru dan di perkebunan kelapa sawit di Tenayan, Buluh Nipis, and Ujung

Batu Rokan. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah

metode kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menilai

kelayakan usaha berdasarkan aspek non finansial berupa aspek pasar, aspek

teknis, aspek manajemen dan hukum, dan aspek sosial dan lingkungan. Analisis

kuantitatif digunakan untuk menganalisis kelayakan aspek finansial berdasarkan

kriteria penilaian investasi dan analisis switching value. Hasil analisis yang

diperoleh menunjukkan usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya

layak untuk dijalankan.

Kata kunci: kelayakan, perkebunan kelapa sawit, PT. Terang Inti Seraya.

ABSTRACT

RACHMALIA RAMADHANNISSA. Feasibility Analysis of Palm Oil Plantation

PT. Terang Inti Seraya Provinsi Riau. Supervised by WAHYU BUDI PRIATNA.

Palm Oil is one of agriculture comodity that has a high demand. Palm oil

factories in Riau still have a defisit on its raw material to be processed. The deficit

of raw materials could be a business opportunity for oil palm plantations. That

opportunity to fulfill the raw material needs was taken by PT. Terang Inti Seraya,

Riau. The purpose of this research is to analyze the feasibility of oil palm

plantation business in PT. Terang Inti Seraya. The research was conducted at the

office of PT Terang Inti Seraya at Pekanbaru and Palm Oil Plantation at Tenayan,

Buluh Nipis, and Ujung Batu Rokan. Data analysis method which is used on this

research is qualitative and quantitative method. Qualitative analysis is used to

analyze feasibility based on non-financial aspect such as market aspect, technical

aspect, management and law aspect, and also social and environmental aspect.

Quantitative analysis is used to analyze feasibility of financial aspect based on

investment criteria and switching value analysis. The result of this feasibility

analysis shows that palm oil plantation business in PT. Terang Inti Seraya is

feasible to run.

Keywords: feasibility, palm oil plantation, PT. Terang Inti Seraya

Page 5: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN KELAPA

SAWIT PT. TERANG INTI SERAYA DI PROVINSI RIAU

RACHMALIA RAMADHANNISSA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 6: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

4

Page 7: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang

Inti Seraya di Provinsi Riau

Nama : Rachmalia Ramadhannissa

NIM : H34090117

Disetujui oleh

Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS

Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

Page 8: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

6

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang

Inti Seraya di Provinsi Riau. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir. Zulkarnain

selaku pemilik PT. Terang Inti Seraya, Dr. Ir. Wahyu Budi Priatna, MSi selaku

dosen pembimbing, Anita Primaswari Widhiani, SP. M.Si selaku dosen penguji,

dan Rahmat Yanuar, SP. Msi selaku dosen penguji sekaligus dosen pembimbing

akademik penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dari PT.

Terang Inti Seraya lainnya yang telah membantu selama proses penelitian

berlangsung. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada orangtua,

keluarga, dan teman-teman atas segala doa dan dukungannya.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan

kendala yang dihadapi. Namun demikian, semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak.

Bogor, Juli 2013

Rachmalia Ramadhannissa

Page 9: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 6

Tujuan Penelitian 7

Manfaat Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 8

Perkebunan Kelapa Sawit 8

Kelapa Sawit 9

Tandan Buah Segar 10

Perkembangan Industri Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia 10

KERANGKA PEMIKIRAN 13

Kerangka Pemikiran Teoritis 13

Studi Kelayakan Bisnis 13

Aspek-aspek Analisis Kelayakan 13

Kerangka Pemikiran Operasional 17

METODE PENELITIAN 19

Lokasi dan Waktu Penelitian 19

Jenis dan Sumber Data 19

Metode Pengumpulan Data 19

Metode Pengolahan dan Analisis Data 19

Kriteria Investasi 19

Nilai Pengganti (Switching Value) 21

Asumsi Dasar yang Digunakan 21

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 22

Gambaran Lokasi Penelitian Perkebunan Kelapa Sawit PT. TIS 22

Sejarah dan Perkembangan PT. Terang Inti Seraya 24

HASIL DAN PEMBAHASAN 25

Aspek Non-finansial 25

Aspek Pasar 25

Aspek Teknis 27

Aspek Manajemen dan Hukum 33

Aspek Sosial dan Lingkungan 36

Aspek Finansial 36

Kriteria Investasi 40

Analisis Switching Value 41

SIMPULAN DAN SARAN 42

Simpulan 42

Saran 42

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 44

Page 10: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

8

DAFTAR TABEL

1 Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke duniaa 2

2 Luas lahan perkebunan kelapa sawit di Riaua 5

3 Klasifikasi kelas kesesuaian lahan kelapa sawita 9

4 Luas wilayah Kota Pekanbarua 23

5 Permintaan kebutuhan bahan baku CPO oleh industri olahan Riau

tahun 2011a 26

6 Dosis pupuk NPK pada tanaman kelapa sawit usia 0-4 tahuna 30

7 Rincian biaya operasional tetap PT. TISa 38

8 Pajak PT. TISa 39

9 Proyeksi nilai laba rugia 40

10 Hasil analisis kriteria investasi PT. TIS 40

DAFTAR GAMBAR

1 Jumlah produksi crude palm oil di Indonesia tahun 2000-2010 3

2 Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia tahun 2000-2010 4

3 Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan usaha perkebunan kelapa

sawit PT. Terang Inti Seraya 18

4 Peta Provinsi Riau 23

5 Peralatan yang digunakan dalam proses produksi 30

6 Struktur organisasi PT. Terang Inti Seraya 34

DAFTAR LAMPIRAN

1 Produk turunan kelapa sawit 45

2 Proyeksi penjualan TBS PT. TIS tahun 2013-2033 46

3 Luasan main road, collection road, dan control road 47

4 Layout perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya di Ujung 48

5 Dosis dan harga pupuk 49

6 Jumlah pekerja PT. TIS berdasarkan jabatan 50

7 Jumlah penyusutan dan nilai sisa usaha perkebunan kelapa sawit PT. 51

8 Rincian biaya replanting PT. Terang Inti Seraya 53

9 Proyeksi laba rugi PT. Terang Inti Seraya 59

10 Dokumentasi Penelitian 59

Page 11: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkebunan adalah salah satu subsektor dari sektor pertanian yang

memiliki kontribusi terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) di Indonesia.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik, angka yang disumbangkan subsektor

perkebunan untuk PDB sektor pertanian pada tahun 2010 mencapai angka Rp 136

048 500 000 (13.8 persen). Jumlah tersebut menunjukkan subsektor perkebunan

sebagai penyumbang PDB sektor pertanian ketiga terbesar setelah subsektor

tanaman bahan makanan yaitu Rp 482 377 100 000 (49 persen), dan subsektor

perikanan yaitu Rp 199 383 400 000 (20.2 persen). Penyumbang PDB sektor

pertanian lainnya adalah subsektor peternakan yang menyumbang Rp 119 371 700

000 (12.1 persen) dan subsektor kehutanan yaitu Rp 48 289 800 000 (4.9 persen).

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan baik

di dunia maupun di Indonesia yang mempunyai peranan penting dalam subsektor

perkebunan untuk membangun perekonomian negara. Pembangunan

perekonomian tersebut dapat melalui pembangunan dan pengembangan wilayah

dengan cara membuka wilayah perkebunan yang baru, penyerapan tenaga kerja,

peningkatan kesejahteraan daerah, dan peningkatan pendapatan daerah yang juga

dapat menjadi sumber devisa negara. Perluasan perkebunan ini dipandang akan

meningkatkan pendapatan negara dan juga meningkatkan tenaga kerja dari sektor

perkebunan. Menurut Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI),

pada tahun 2008 perkebunan kelapa sawit mempekerjakan 3.06 juta orang dengan

3.047 juta orang bekerja di perkebunan besar, 308 ribu orang bekerja di PTPN.

Pabrik pengolahan kelapa sawit yang ada di Indonesia yang berjumlah 470 unit

mempekerjakan sebanyak 63 450 orang. Perkebunan-perkebunan kelapa sawit

yang ada di Indonesia saat ini hanya dimiliki oleh beberapa perusahaan, tercatat

10 perusahaan menguasai 67 persen perkebunan sawit Indonesia. Perusahaan

tersebut yaitu Raja Garuda Mas, Wilmar, Sinar Mas Grup, Astra Agro Lestari,

London Sumatra Grup, Bakrie Grup, Guthrie, Socfindo Grup, Cilandra Perkasa

Grup dan Kurnia Grup, melalui anak-anak perusahaannya masing-masing.

Pemerintah di Indonesia sangat mendukung pembangunan-pembangunan

tersebut. Dukungan tersebut dapat dilihat dari kebijakan daerah yang

mempermudah dibangunnya usaha perkebunan kelapa sawit pada daerah tersebut

serta pembentukan lembaga atau badan yang memantau bagaimana perkembangan

usaha perkebunan kelapa sawit tersebut seperti pembentukan tim penetapan harga

yang berfungsi untuk menentukan harga tandan buah segar, dan masih banyak

lembaga atau badan sejenis yang mendukung kegiatan usaha tersebut.

Pemerintahpun sangat mendukung kegiatan perdagangan internasional dengan

mengekspor produk berupa CPO. Ekspor CPO (Crude Palm Oil) Indonesia sebagai hasil dari pengolahan

kelapa sawit semakin meningkat pada dekade terakhir dengan laju 7-8 persen per

tahun (Ditjen Perkebunan, 2011). Bukan hanya ekspor, konsumsi dalam negeri

sawit pada 2011 juga meningkat dari tahun sebelumnya yakni menjadi 6-6,2 juta

ton dari 5,5 juta ton pada 2010. Tahun 2012 konsumsi sawit dalam negeri

diperkirakan meningkat tipis yakni sekitar 6-6,5 juta ton. Pada tahun 2011,

Page 12: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

2

Indonesia menghasilkan 47 persen produksi minyak sawit dunia. Indonesia menjadi

negara produsen dan eksportir CPO terbesar di dunia. Menurut data dari

Kementerian Pertanian, pada tahun 2010 Indonesia menguasai 44.5 persen pasar

sawit dunia dengan volume produksi mencapai 19.1 juta ton. Indonesia

mengungguli Malaysia yang menempati posisi kedua dengan pangsa 41.3 persen

dari volume produksi 17.73 juta ton. Posisi ketiga, yaitu Thailand yang menguasai

2.7 persen pasar sawit dunia, keempat Nigeria dengan pangsa 2 persen dari total

pasar sawit dunia, kemudian Kolombia dengan pangsa 1.9 persen. Total produksi

sawit dunia mencapai 42.9 juta ton. Indonesia menguasai 47 persen pasar minyak

sawit dunia di 2011. Sementara pangsa Malaysia turun menjadi 39 persen di tahun

20111. Produksi maupun ekspor sawit Indonesia 2011 meningkat dibandingkan

2010. Pada 2011 dari produksi sawit Indonesia sebanyak 23,5 juta ton dengan

sekitar 16,6 juta ton diekspor. Ekspor selama 2010 ekspor 15,6 juta ton dari

produksi sawit nasional sekitar 22 juta ton. Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia

ke Dunia dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke duniaa

No Importir Nilai Ekspor

b Trend

2007-2009

Pangsa

2011c

2007 2008 2009 2010 2011

Dunia 7.87 12.38 10.37 13.47 17.26 18.01 100

1 India 2.18 4.11 3.34 4.34 5.26 19.90 30.4

2 China 0.96 1.52 1.63 1.87 2.11 19.56 12.27

3 Malaysia 0.25 0.50 0.72 1.21 1.60 55.20 9.29

4 Bangladesh 0.34 0.48 0.53 0.63 0.89 24.24 5.13

5 Belanda 0.54 1.05 0.81 1.01 0.87 9.32 5.05

6 Mesir 0.26 0.40 0.33 0.41 0.84 26.42 4.87

7 Singapore 0.41 0.49 0.39 0.57 0.78 15.69 4.53

8 Italia 0.13 0.38 0.42 0.52 0.56 37.88 3.24

9 Spanyol 0.07 0.15 0.23 0.27 0.35 44.95 2.05

10 Ukraina 0.20 0.26 0.20 0.30 0.34 12.44 1.96 aSumber: ITC (2012);

bmilyar US$;

cpersen

Beberapa faktor yang menjadikan kelapa sawit sebagai salah satu

komoditas unggulan perkebunan yaitu pertama, karena produk turunannya yang

luas. Produk-produk olahan yang dapat dihasilkan dari kelapa sawit diantaranya

minyak goreng, detergen, kosmetik, sabun, lilin, dan lain-lain. Banyaknya jenis

produk yang dapat dihasilkan dari komoditi kelapa sawit menunjukkan bahwa

pasar untuk produk sawit masih terbuka dan memiliki prospek yang cukup baik.

Produk turunan kelapa sawit secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 1.Faktor

kedua yaitu, kebutuhan minyak nabati yang tiap tahunnya meningkat. Pada tahun

1970-2010, jumlah konsumsi CPO di dunia rata-rata meningkat sebesar 2.5

Metricton setiap tahunnya (UNCTAD 2012). Tren tersebut diperkirakan akan

terus meningkat setiap tahunnya untuk memenuhi kebutuhan industri pangan

(minyak goreng, margarin, dan lain-lain), biofuel, dan lain-lain. Konsumsi minyak

nabati tertinggi adalah minyak kelapa sawit dengan pangsa 22.5 persen pada tahun

2007-2012 (Oil World 2013). Jumlah konsumsi tersebut mengalahkan konsumsi

1 Administrator. 2012. 18 Keunggulan Komoditas Indonesia di Dunia.

http://duniaindustri.com/berita-industri-indonesia/828-18-keunggulan-komoditas-indonesia-di-

dunia.html[30 Juni 2012]

Page 13: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

3

minyak nabati lainnya yaitu minyak kedelai, minyak rape seed, dan minyak bunga

matahari. Ketiga, tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang memiliki long

production life-cycle (25 sampai 30 tahun) sehingga jangka waktu yang

diperlukan untuk melakukan peremajaan tanaman kembali bisa cukup lama. Biaya

yang diperlukan untuk peremajaan kembalipun termasuk dalam low cost

production dibandingkan tanaman perkebunan lainnya.

Faktor-faktor tersebut menunjukkan bahwa prospek pengembangan bisnis

kelapa sawit cukup menjanjikan. Program dan proyek pengembangan kelapa sawit

di Indonesia sendiri telah dilakukan di beberapa daerah terutama di tujuh provinsi

yaitu Riau, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Jambi,

Kalimantan Barat, dan Sumatera Barat karena kondisi geografis daerah tersebut

memang sangat cocok untuk pengembangan kelapa sawit. Bila dilihat dari luas

areal kelapa sawit berdasarkan status pengusahaan rata-rata tahun 1998 sampai

2009 sebanyak 52.23 persen diusahakan oleh Perkebunan Besar Swasta (PBS),

36.70 persen diusahakan oleh Perkebunan Rakyat (PR) dan 11.07 persen

diusahakan oleh Perkebunan Besar Negara (PBN) (Departemen Pertanian 2010).

Kelapa sawit sebagai penghasil Crude Palm Oil (CPO) adalah salah satu

komoditas perkebunan dengan jumlah produksi yang tinggi dikarenakan

kebutuhan produk turunannya tiap tahun terus meningkat dan produktivitas

tanaman tersebut memang tinggi jika dibandingkan dengan tanaman penghasil

minyak nabati lainnya. Peningkatan jumlah penduduk dan industri di Indonesia

juga dapat mempengaruhi permintaan minyak kelapa sawit sehingga para

pengusaha kelapa sawit terus berupaya dalam meningkatkan jumlah produksi baik

dengan peningkatan kualitas, maupun pembukaan lahan perkebunan yang baru.

Peningkatan jumlah produksi di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1.

Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan (2009);

*angka sementara.;

**angka sangat sementara

Gambar 1 Jumlah produksi crude palm oil di Indonesia tahun 2000-2010

Usaha perkebunan kelapa sawit dapat dipisahkan menjadi usaha budidaya

tanaman perkebunan yang terdiri dari usaha pembibitan tanaman dan usaha

pembesaran tanaman kelapa sawit untuk memproduksi tandan buah segar, serta

0

5,000,000

10,000,000

15,000,000

20,000,000

25,000,000

Pro

duksi

(to

n)

Page 14: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

4

usaha industri pengolahan hasil perkebunan. Industri budidaya merupakan hal

penting dari perkembangan produk turunan kelapa sawit dengan menyediakan

pasokan kelapa sawit untuk diolah pada industri hilir kelapa sawit yang semakin

berkembang dan meningkat permintaannya. Industri budidaya pembesaran kelapa

sawit untuk memproduksi tandan buah segar juga merupakan industri kelapa sawit

yang paling berkembang di Indonesia karena adanya potensi lahan yang memadai

serta keadaan geografis yang mendukung tumbuhnya tanaman kelapa sawit.

Hanya sekitar 2 persen dari bagian bumi yang keadaan geografisnya cocok untuk

ditanami tanaman kelapa sawit, salah satunya adalah di Indonesia yang dilalui

garis khatulistiwa dan beriklim tropis. Hal ini dibuktikan dengan adanya

peningkatan perluasan areal perkebunan kelapa sawit setiap tahunnya (Gambar 2).

Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan (2009).;

*angka sementara.;

**angka sangat sementara

Gambar 2 Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia tahun 2000-2010

Sentra produksi utama kelapa sawit Indonesia (dalam wujud minyak

sawit) pada tahun 2011 terdapat di lima provinsi, yaitu Riau, Sumatera Utara,

Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, dan Jambi. Riau merupakan sentra

perkebunan kelapa sawit urutan pertama terbesar dengan kontribusi produksi

sebesar 28.96 persen, Sumatera Utara menempati urutan kedua sentra kelapa sawit

dengan kontribusi sebesar 14.13 persen, ketiga adalah Kalimantan Tengah dengan

kontribusi sebesar 10.29 persen, Sumatera Selatan dengan kontribusi sebesar

10.15 persen, Jambi dengan kontribusi sebesar 6.87 persen, dan 29.61 persen

adalah kontribusi dari provinsi-provinsi lainnya (Departemen Pertanian 2012).

Berdasarkan data statistik dari Dinas Perkebunan Provinsi Riau, luas perkebunan

kelapa sawit di Riau yang paling luas adalah lahan perkebunan kelapa sawit di

Kabupaten Kampar. Luas lahan perkebunan kelapa sawit di Riau menurut

Kabupaten atau Kota dapat dilihat pada tabel 2 berikut.

0

1,000,000

2,000,000

3,000,000

4,000,000

5,000,000

6,000,000

7,000,000

8,000,000

9,000,000

Luas

Are

al (

hek

tar)

Page 15: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

5

Tabel 2 Luas lahan perkebunan kelapa sawit di Riaua

No Kabupaten/

Kota

Tahunb

2005 2006 2007 2008 2009 2010

1 Pekanbaru - - 4 007 7 353 7 464 8 080

2 Kampar 268 037 279 757 291 476 311 137 316 282 353 792

3 Rokan Hulu 227 029 253 790 275 609 262 674 379 969 422 743

4 Rokan Hilir 146 237 148 758 148 879 166 311 206 173 237 745

5 Dumai 19 083 21 933 24 930 27 954 31 022 32 935

6 Siak 166 348 166 418 183 598 184 219 186 819 232 857

7 Bengkalis 120 503 127 078 127 259 147 644 162 415 177 130

8 Pelalawan 181 735 173 699 177 906 182 926 183 400 184 110

9 Kuantan

Singingi

109 883 111 793 121 854 116 527 122 731 121 709

10 Indragiri

Hulu

106 607 107 214 114 582 118 077 118 538 118 538

11 Indragiri

Hilir

79 353 139 702 142 282 148 730 210 529 213 537

Jumlah 1,424,814 1,530,141 1,612,382 1,673,551 1,925,342 2,103,176 aSumber: Dinas Perkebunan Provinsi Riau (2012);

bhektar

Jumlah luas lahan perkebunan kelapa sawit di Riau pada tahun 2010

mencapai 2 103 176 hektar. Luas lahan tersebut meningkat menjadi 2 256 538

hektar pada tahun 2011 (BPS 2012) dengan produksi tandan buah segar sebesar

36 809 252 ton. Namun, angka produksi tandan buah segar yang cukup besar

tersebut belum mampu memenuhi kapasitas pabrik kelapa sawit yang mengolah

tandan buah segar di Riau. Hal tersebut menyebabkan adanya idle capacity dalam

pabrik tersebut. Data Dinas Perkebunan Provinsi Riau tahun 2011 menunjukkan

sebanyak 146 pabrik kelapa sawit di Riau masih membutuhkan bahan baku

berupa tandan buah segar.

Tabel 3 Produksi tandan buah segar dan kapasitas pabrik kelapa sawit di Riaua

No Kabupaten/Kota Produksib

Kapasitas Pabrikc

1 Kampar 7 680 797 10 402 500

2 Rokan Hulu 6 150 819 7 183 200

3 Pelalawan 3 737 648 5 219 500

4 Indragiri Hulu 2 185 196 2 080 500

5 Kuantan Singingi 2 392 285 3 285 000

6 Bengkalis 2 303 132 2 555 000

7 Rokan Hilir 4 639 402 6 679 500

8 Dumai 406 727 438 000

9 Siak 4 035 206 5 000 500

10 Indragiri Hilir 3 097 067 2 810 500

11 Pekanbaru 180 973 -

12 Kepulauan Meranti - -

Total 36 809 252 45 654 200 aSumber: Dinas Perkebunan Riau 2012;

bton per tahun;

cton per tahun

Page 16: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

6

Upaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku

pabrik kelapa sawit tersebut adalah meningkatkan pemeliharaan terhadap kebun-

kebun yang tidak atau belum produktif menjadi produktif, baik melalui

rehabilitasi maupun peremajaan (replanting). Sedangkan upaya perluasan melalui

pembukaan kebun baru hendaknya memperhatikan kemampuan pabrik kelapa

sawit yang ada sehingga produksi tandan buah segar yang dihasilkan nantinya

tidak mengalami kelebihan produksi. Untuk keperluan tersebut, peran Pemerintah

Daerah sangatlah diperlukan dengan melakukan perencanaan pengembangan

perkebunan dan pertanian secara umum (termasuk tanaman pangan) bekerjasama

dengan dinas, lembaga, perbankan, dan asosiasi terkait.

Rumusan Masalah

Usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini telah berkembang

sangat pesat baik dalam hal produksi, teknologi, ataupun manajemen. Salah satu

sentra usaha perkebunan kelapa sawit yang sudah berkembang terletak di Provinsi

Riau. Riau merupakan daerah yang potensial untuk tanaman perkebunan terutama

tanaman kelapa sawit. Selain perkebunan, di Riau juga banyak terdapat Pabrik

Kelapa Sawit yang mengolah Tandan Buah Segar (TBS) yaitu buah yang

dihasilkan oleh pohon kelapa sawit, dan selanjutnya dapat diolah menjadi produk

turunannya yang biasanya berupa minyak mentah yaitu CPO dan PKO.

Sampai tahun 2011, terdapat 146 Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang

beroperasi di Riau. Kapasitas mengolah dari 146 pabrik tersebut adalah 6 254 ton

per jam (Dinas Perkebunan Provinsi Riau 2011). Rata-rata, PKS mampu

beroperasi 20 jam perhari yang artinya, dalam sehari PKS di Riau dapat mengolah

sebanyak 125 080 ton dan dalam setahun mampu mengolah sebanyak 45 654 200

ton. Namun, kapasitas tersebut tidak dapat dipenuhi oleh produksi TBS di Riau.

Produksi TBS tahun 2011 di Riau hanya 36 809 252 ton sehingga kapasitas

mengolah yang tidak terpakai selama setahun adalah sebanyak 8 844 948 ton.

Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku TBS untuk diolah, maka Provinsi

Riau memerlukan TBS yang sudah siap untuk diolah. TBS tersebut bisa

didapatkan dari perkebunan yang sudah ditanami pohon kelapa sawit lebih dari

empat tahun karena pohon kelapa sawit dikatakan Tanaman Menghasilkan (TM)

jika sudah berumur 4 tahun. TBS yang diperlukan untuk memenuhi kapasitas

diutamakan dari perkebunan di Riau karena pertama, sifat TBS yang perishable

sehingga TBS sebaiknya diolah dalam waktu delapan jam setelah panen. Kedua,

perusahaan dapat menekan biaya pengangkutan TBS karena biasanya

pengangkutan menjadi tanggung jawab pihak perkebunan. PT. Terang Inti Seraya (PT. TIS) merupakan salah satu perusahaan yang

memiliki perkebunan kelapa sawit di Riau dan melihat peluang untuk memenuhi

kebutuhan bahan baku yang dibutuhkan oleh PKS. Produk yang dijual PT. TIS

adalah buah kelapa sawit yang masih berbentuk TBS dan dijual kepada pabrik di

sekitar perkebunan. Perusahaan tersebut baru beroperasi selama satu tahun, yaitu

pada April 2012 dengan membeli lahan yang telah ditanami pohon kelapa sawit

sebelumnya. Terdapat tiga lahan perkebunan yang dimiliki oleh PT. TIS, masing-

masing terletak di Desa Buluh Nipis, Kecamatan Ujung Batu Rokan, dan

Kecamatan Tenayan dengan tahun tanam yang berbeda-beda. Perkebunan di Desa

Buluh Nipis memiliki luas lahan 181.64 hektar dan tahun tanam 2001, Kecamatan

Page 17: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

7

Ujung Batu Rokan dengan luas lahan 123.75 hektar dan tahun tanam 1998, dan

Kecamatan Tenayan dengan luas lahan 114.13 hektar dan tahun tanam 2008.

Total luas lahan yang dimiliki PT. TIS adalah 419.52 hektar. Meskipun

perusahaan tersebut baru beroperasi selama satu tahun, tetapi sudah dapat

menghasilkan TBS siap olah karena lahan-lahan tersebut memiliki tahun tanam

lebih dari empat tahun. Umur usaha yang masih muda membuat usaha ini menarik

untuk dilakukan studi kelayakan usaha agar mengetahui bagaimana prospek usaha

ke depan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan masalah yang

berkaitan dengan kelayakan usaha kelapa sawit di PT. Terang Inti Seraya sebagai

berikut:

1. Bagaimana kelayakan usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya

dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta

aspek sosial lingkungan?

2. Bagaimana kelayakan usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya

dilihat dari aspek finansial?

3. Berapa besar perubahan yang dapat ditolerir oleh PT. Terang Inti Seraya jika

terjadi penurunan harga TBS atau kenaikan biaya variabel agar tetap layak

secara finansial?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis kelayakan usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti

Seraya dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum,

serta aspek sosial lingkungan.

2. Menganalisis kelayakan usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti

Seraya dilihat dari aspek finansial.

3. Mengetahui besar perubahan yang dapat ditolerir oleh PT. Terang Inti Seraya

jika terjadi harga TBS atau kenaikan biaya variabel agar tetap layak secara

finansial.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi atau acuan dalam

melakukan pengembangan usaha perkebunan kelapa sawit kepada pemilik

perusahaan yang menjadi objek penelitian serta dapat menjadi rekomendasi dalam

hal kelayakan dan keberlanjutan usaha. Penelitian ini juga diharapkan dapat

bermanfaat bagi calon investor atau pihak yang ingin menanamkan modal sebagai

bahan pertimbangan. Selain itu, peneliti juga mengharapkan penelitian ini

bermanfaat bagi peneliti lainnya serta bagi pemerintah mengenai gambaran usaha

perkebunan kelapa sawit, khususnya di daerah Riau.

Page 18: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

8

TINJAUAN PUSTAKA

Perkebunan Kelapa Sawit

Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera

(Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan

penangkaran kemudian didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera

Utara dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di

Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala

Selangor menggunakan benih dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat

sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran dimulai pada tahun 1910. Hingga

menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok utama

minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang, produksi terus merosot.

Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil (buruh-

militer) yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian

diambil alih Malaysia. Semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman

digalakkan, dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal

perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi

sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi alternatif.

Secara garis besar ada tiga bentuk utama usaha perkebunan, yaitu

perkebunan rakyat, perkebunan besar swasta dan perkebunan besar negara.

Bentuk lain yang relatif baru, yaitu bentuk perusahaan inti rakyat (PIR). Pola PIR-

Bun adalah pola yang pertama kali diterapkan dalam sejarah persawitan di

Indonesia. Pelaksanaan pola ini didasarkan pada kebijakan pemerintah

lewat INPRES nomor 1 tahun 1986. Dalam pelaksanaannya masyarakat (petani

pribumi) dikategorikan sebagai plasma, sementara perusahaan sebagai inti.

Masyarakat atau kaum tani sebagai plasma akan menapatkan bagian masing-

masing kepala keluarga sebanyak 1 kapling atau 2 hektar, sementara sisanya akan

dikuasai oleh perusahaan sebagai inti. Pola pelaksanaan KKPA didasarkan atas

keputusan bersama menteri pertanian dan koprasi dan pembinaan pengusaha kecil

no 73/Kpts/Kb.510/2/1998 dan No 01/SKB .M/11/98. Pola ini sesungguhnya

adalah kelanjutan dari pola PIR. Jika dalam pola PIR-Bun petani plasma akan

mengelola sendiri atau mengerjakan sendiri proses produksi pertaniannya,

sehingga petani plasma dapat melihat sejauh mana hasil produksi pertanianya dan

berapa uang yang harus diterima setiap kali musim panennya. Hal ini menjadi

berbeda dengan pola KKPA. Petani plasma tidak secara langsung lagi mengelola

lahan plasmanya. Pola PSM atau pola bagi hasil atau kemitraan adalah

perkembangan lebih lanjut dari Pola KKPA. Pola ini didasarkan pada peraturan

menteri pertanian tahun 2009. Artinya sejak tahun 2009 seluruh pembangunan

perkebunan akan menggunakan pola satu manajemen. Pelaksanaan pola ini sudah

tidak lagi mengenal inti dan plasma.

Pada lahan tanaman kelapa sawit, terdapat klasifikasi kelas kesesuaian

lahan (tabel 3) yang terbagi menjadi S1, kesesuaian tinggi atau baik (highly

suitable); S2, kesesuaian sedang (moderately suitable); S3, kesesuaian terbatas

atau kurang baik (marginally suitable); dan N, tidak sesuai atau tidak baik (not

suitable).

Page 19: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

9

Tabel 3 Klasifikasi kelas kesesuaian lahan kelapa sawita

Iklim dan

Sifat Fisik

Tanah

Kriteria Lahan

Baik

(kelas I)

Sedang

(kelas II)

Kurang Baik

(kelas III)

Tidak Baik

(kelas IV)

Tinggi

(mdpl) 25-200 200-300 300-400 <25;>400

Topografi Datar-

berombak bergelombang berbukit Curam

Lereng (%) 0-15 16-25 25-36 >36

Solum

(cm) >80 80 60-80 <60

Dalam Air

(cm) >80 60-80 50-60 40-50

Tekstur lempung+liat lempung+pasir pasir+lempung+liat Pasir

Organik

(cm) 5-10 5-10 5-10 <5

Batuan dalam dalam dalam

Menghambat

pertumbuhan

akar

Erosi tidak ada tidak ada tidak ada Sedikit

Drainase baik baik agak baik agak baik

Banjir tidak ada tidak ada tidak ada Sedikit

Pasang

Surut tidak ada tidak ada tidak ada Sedikit

aSumber: Bahan Kuliah Budidaya Kelapa Sawit oleh Sudirman Yahya Suwarto (2011)

Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq) termasuk golongan tumbuhan palma

yang berasal dari Afrika yang kemudian menyebar ke benua Amerika dan Asia

melalui perdagangan maupun kolonialisasi. Tanaman ini menjadi populer setelah

Revolusi Industri pada akhir abad ke-19. Perkebunan kelapa sawit pertama

berlokasi di Aceh dan Deli.

Produktivitas perkebunan kelapa sawit dipengaruhi oleh kelas lahan,

tanaman, umur dan jenis bibit yang digunakan. Lubis (1992) membedakan kelas

lahan pengembangan kelapa sawit ke dalam empat kelas dengan produktivitas

rata-rata untuk kelas I, II, III dan IV pada umur 4 – 25 tahun berturut-turut sebesar

25.10 ton TBS per hektar per tahun; 22.95 ton TBS per hektar per tahun; 20.86

ton TBS per hektar per tahun; dan 17.71 ton TBS per hektar per tahun. Untuk

semua kelas lahan, produktivitasnya akan meningkat pada umur 15-21 tahun, dan

memasuki masa tua pada umur 22 tahun. Berdasarkan data tersebut maka tanaman

kelapa sawit digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu (Lubis 1992):

1. Tanaman belum menghasilkan (TBM) yaitu tanaman berumur 1-3 tahun.

2. Tanaman menghasilkan (TM) yaitu tanaman berumur 4 – 25 tahun:

a. Tanaman remaja menghasilkan (TRM) berumur 4 – 8 tahun.

b. Tanaman dewasa menghasilkan I (TDM I) berumur 9 – 14 tahun.

c. Tanaman dewasa menghasilkan II (TDM II) berumur 15 – 21 tahun.

d. Tanaman tua menghasilkan (TTM) berumur 20 – 25 tahun.

Page 20: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

10

Tandan Buah Segar

Buah kelapa sawit atau Tandan Buah Segar berbentuk seperti telor yang

berbeda panjangnya antara 2-5 cm dan beberapa beratnya antara 3-30 gram.

Masing-masing buah secara normal terdiri dari satu inti tunggal (kernel) yang

dikelilingi oleh pericarp. Pericarp itu terdiri tiga lapisan yakni endocarp keras,

mesocarp yang berbentuk serabut yang mengandung minyak dan kulit luar yang

tipis dan kilat yang dinamakan exocarp.

Pohon kelapa sawit senantiasa menghasilkan tandan buah yang

mengandung salah satu dari tiga jenis buah yang berbeda yang dengan mudah

dapat dikenal dari bentuknya yang berbeda. Bentuk ini dikenal masing-masing

sebagai dura, tenera dan pisifera. Biji dari buah bentuk dura memiliki kulit/

cangkang yang relatif tebal (antara 2-8 mm). Biji dari buah berbentuk tenera

umumnya memiliki cangkang yang tipis dari dura. Ketebalan cangkang berkisar

0.5-4 mm.Buah berbentuk pisifera tidak memiliki inti (kernel) atau cangkang.

Buah ini sepenuhnya dari material mesocarp berdaging yang mengandung

minyak.

Buah individu pada setiap tandan (apapun jenisnya) tidak ada yang persis

sama bentuknya. Buah bagian dalam adalah lebih rata, lebih kecil dan kurang

pigment-nya jika dibandingkan dengan buah bagian luar. Biasanya terdapat

sebagian buah parthenocarpic yakni buah yang tumbuh seperti kurang dipupuk.

Buah ini biasanya selain rendemen minyak kurang, tidak mengandung endosperm

dan embrio dan bagian pusat dari buah biasanya padu.

Bentuk susunan, dan komposisi tandan sangat ditentukan oleh jenis tanaman

dan kesempurnaan penyerbukan. Buah sawit yang berukuran 12-18 gram per

butir, dapat dipanen setelah berumur enam bulan terhitung sejak penyerbukan

(Mangoensoekarjo 2003).

Perkembangan Industri Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia

Kelapa sawit sebagai penghasil minyak sawit dan inti sawit telah menjadi

salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjanjikan. Pemerintah juga

memberikan perhatian lebih untuk tanaman perkebunan ini mengingat pendapatan

dari sektor devisa non migas sangat besar dan Indonesia merupakan salah satu

negara penghasil CPO terbesar di dunia. Upaya perluasan areal pengembangan

industri kelapa sawit terus dilakukan. Terlihat dari data telah terjadi peningkatan

luas areal perkebunan kelapa sawit sebesar 2 350 000 juta hektar, yaitu dari 606

780 hektar pada tahun 1986 menjadi hampir 3 000 000 hektar pada tahun 1999.

Berkembangnya sub-sektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak

lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai insentif,

terutama kemudahan dalam hal perijinan dan bantuan subsidi investasi untuk

pembangunan perkebunan rakyat dan dalam pembukaan wilayah baru untuk areal

perkebunan besar swasta.

Seiring dengan semakin meluasnya lahan perkebunan kelapa sawit, maka

CPO yang dihasilkan berbanding lurus. Berdasarkan data total produksi minyak

sawit Indonesia meningkat tajam, yaitu dari 1 710 000 ton pada tahun 1988

menjadi 5 380 000 ton pada tahun 1997. Pada tahun 1998, sehubungan dengan

terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, produksi minyak sawit turun menjadi 5

Page 21: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

11

000 000 ton, namun demikian, pada tahun 1999 produksinya kembali meningkat

menjadi 5 660 000 ton.

Wakil menteri Perdagangan RI, M. Siregar (2010), mengatakan selama

Januari sampai Agustus 2010 nilai ekspor sawit Indonesia mencapai US$6.7

miliar atau naik dari periode yang sama tahun lalu yang hanya US$5.6 miliar

dengan volume ekspor 4 000 000 ton CPO. Sementara pertumbuhan sub-sektor

industri perkebunan kelapa sawit telah menghasilkan manfaat ekonomi yang

penting, pengembangan areal perkebunan kelapa sawit ternyata menyebabkan

meningkatnya ancaman terhadap keberadaan hutan alam tropis Indonesia. Para

investor lebih suka untuk membangun perkebunan kelapa sawit pada kawasan

hutan konversi karena mereka mendapatkan keuntungan besar berupa kayu

IPK (Izin Pemanfaatan Kayu) dari areal hutan alam yang dikonversi menjadi areal

perkebunan kelapa sawit. Kayu IPK sangat dibutuhkan oleh industri perkayuan di

Indonesia, terutama industri pulp dan kertas, khususnya setelah produksi kayu

bulat yang berasal dari hutan alam produksi, yaitu produksi kayu bulat

berdasarkan Rencana Karya Tahunan (RKT) HPH, semakin berkurang dari tahun

ke tahun.

Menurut data dari Direktorat Jenderal Inventarisasi dan Tataguna Hutan

(1998), luas kawasan hutan yang dikonversi untuk tujuan pembangunan

perkebunan tahap persetujuan pelepasan seluas 8 204 524 hektar, dan yang sudah

mendapat SK Pelepasan seluas 4 012 946 hektar meliputi kawasan Hutan

Produksi Terbatas seluas 166 532 hektar, Hutan Produksi Tetap seluas 455 009

hektar, Hutan Produksi Konversi seluas 3 262 715 hektar dan Areal Penggunaan

Lahan seluas 129 449 hektar. Kawasan hutan yang telah mendapat SK pelepasan,

status kawasannya berubah dari kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan.

Menurut mantan Menteri Kehutanan dan Perkebunan, Nasution (2000), realisasi

pembangunan perkebunan kelapa sawit sejauh ini hanya 16.1 persen dari total

areal hutan konversi yang sudah mendapatkan SK pelepasannya.

Penelitian Terdahulu

Hasil dari pengkajian terhadap penelitian tentang kelapa sawit terdahulu

dapat diketahui alat analisis yang digunakan serupa, yaitu analisis kelayakan non

finansial (aspek pasar, teknis, manajemen, sosial dan lingkungan), analisis

kelayakan finansial (kriteria investasi: NPV, IRR, Net B/C ratio, Payback Period)

dan analisis switching value. Mukti (2009), dan Demiyati (2012) menggunakan

analisis switching value untuk mengukur perubahan biaya variabel, harga,

maupun kapasitas produksi maksimal yang bisa ditolerir objek penelitian. Berbeda

dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramdan (2011) dan Budiasa (2000),

penelitian menggunakan analisis sensitivitas untuk mengukur kepekaan biaya.

Pada analisis kelayakan non finansial sering tidak ditemukan masalah sehingga

dianggap layak secara non finansial.

Analisis kelayakan juga dapat dilakukan pada pabrik pengolah seperti

penelitian yang dilakukan Mukti (2009), yaitu analisis terhadap investasi

pengadaan pabrik kelapa sawit (PKS) di Kabupaten Aceh Utara, Nanggroe Aceh

Darussalam dengan menggunakan dua skenario (dana sendiri atau pinjaman).

Analisis sensitivitas yang dilakukan adalah peningkatan biaya produksi dan

penurunan kapasitas produksi. Hasil penelitian menunjukkan skenario 1 (dana

Page 22: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

12

sendiri) menghasilkan kriteria investasi yang lebih baik. Berdasarkan hasil uji

kelayakan, pembangunan PKS kapasitas 30 ton TBS per jam layak untuk

dilaksanakan. Secara finansial berdasarkan asumsi yang digunakan, skenario I

(dana sendiri) dengan discount factor 7 persen, kegiatan investasi PKS kapasitas

30 ton TBS per jam layak untuk dilaksanakan ditinjau dari semua kriteria

investasi yang digunakan. Nilai NPV sebesar Rp 106 698 657 000; IRR sebesar

22.34 persen; Net B/C sebesar 2.30; dan Payback Period selama 3 tahun 8 bulan.

Skenario II (pinjaman) dengan discount factor 15 persen, kegiatan investasi

pabrik kelapa sawit tidak layak dilaksanakan. Nilai NPV yang diperoleh sebesar

(Rp 30 727 367 000); IRR sebesar 9.03; Net B/C sebesar 0.63; dan Payback

Period selama 6 tahun 4 bulan. Hasil analisis sensitivitas PKS kapasitas 30 ton

TBS per jam, pada indikator kenaikan biaya produksi sebesar 10 persen dan

penurunan kapasitas produksi 10 persen pada skenario I masih layak untuk

dilaksanakan sementara pada skenario II tidak layak untuk dilaksanakan.

Berbeda dengan usaha pengolahan, Demiyati (2012) melakukan penelitian

kelayakan investasi dengan sistem bagi hasil pada perkebunan rakyat di Desa

Budi Asih, Sumatera Selatan. Penelitian ini menggunakan analisis finansial

dengan dua sudut pandang berbeda yaitu, dari sudut pandang investor dan pemilik

lahan. Berdasarkan analisis kelayakan finansial pada analisis kriteria investasi,

investor memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan bagi pemilik lahan. Kriteria

investasi bagi pemilik lahan dihasilkan NPV>0 sebesar Rp 983.132.527,25; Net

B/C>1 sebesar 2,15; IRR>DR sebesar 13,74 persen; dan payback period<25 tahun

selama 13,038 sehingga layak untuk dilaksanakan. Kriteria investasi investor

dihasilkan NPV>0 sebesar Rp 1.425.349.441,46; Net B/C>1 sebesar 3,70;

IRR>DR sebesar 21,13 persen; dan payback period<25 tahun selama 9,133

sehingga layak untuk dilaksanakan. Analisis nilai pengganti bagi pemilik lahan

dan investor dihasilkan penurunan perkiraan produktivitas dan harga jual TBS

lebih sensitif dibandingkan peningkatan biaya variabel maksimal. Penurunan

perkiraan produktivitas dan harga jual TBS maksimal bagi pemilik lahan adalah

26,92 persen dan peningkatan biaya variabel maksimal adalah 50,76 persen.

Penurunan perkiraan produktivitas dan harga jual TBS maksimal bagi investor

adalah 38,31 persen dan peningkatan biaya variabel maksimal adalah 80,83

persen.

Penelitian yang dilakukan Ramdan (2011), yaitu analisis pengembangan

usaha CPO di PT Tapian Nadenggan, Kabupaten Padang Lawas Utara, Provinsi

Sumatera Utara, dilakukan dengan dua skenario. Pada tingkat diskonto 8 persen,

dihasilkan kriteria investasi yang lebih baik pada skenario 2, yaitu dengan

peremajaan kelapa sawit seluas 9500 ha dan perluasan lahan 5500 ha tanpa

pembangunan usaha CPO berupa pengadaan PKS berkapasitas 60 ton TBS

perjam. Pada penelitian ini, dilakukan analisis sensitivitas terhadap peningkatan

biaya dan penurunan kapasitas produksi sebesar 10 persen yang menunjukkan

usaha masih layak dilaksanakan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Budiasa (2000) mengenai Studi

Kelayakan Proyek Perkebunan Kelapa Sawit PT. Henrison Inti Persada, Papua,

menunjukkan rencana pembangunan proyek perkebunan kelapa sawit model PIR-

Bun di Propinsi Papua yang diprakarsai oleh PT. Henrison Inti Persada

merupakan rencana investasi yang layak terutama didasarkan atas analisis

finansial, di samping didukung pula oleh aspek pemasaran, teknis, manajemen

Page 23: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

13

operasional, dan aspek ekonomis (sosial). Analisis rasio keuangan menunjukkan,

bahwa ternyata proyek ini cukup profitable, liquid, solvent, dan efficient; dan

rencana proyek perkebunan kelapa sawit di Propinsi Papua ini menunjukan

kepekaan (sensitivity) yang tinggi (terutama pada kebun inti) bila dilihat dari nilai

IRR sama dengan 18.07 persen yang hanya sedikit lebih besar terhadap social

discount rate 18 persen. Tetapi, pada kebun plasma proyek ini tidak begitu

sensitif, karena IRR yang besarnya 22.37 persen jauh lebih besar daripada social

discount rate yang disarankan sebesar 14 persen.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Studi Kelayakan Bisnis

Studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang apakah

suatu kegiatan investasi memberikan manfaat manfaat atau hasil bila dilaksanakan

(Nurmalina et al 2010). Studi kelayakan bisnis dapat menjadi tolok ukur yang

sangat berguna sebagai dasar penilaian keberhasilan suatu rencana bisnis atau

usaha. Penilaian dalam studi kelayakan bisnis dilakukan secara menyeluruh dari

berbagai aspek. Studi kelayakan bisnis dilaksanakan dengan beberapa tujuan,

yaitu: (1) menghindari risiko kerugian; (2) memudahkan perencanaan; (3)

memudahkan pelaksanaan pekerjaan; (4) Memudahkan pengawasan dan

pengendalian usaha.

Aspek-aspek Analisis Kelayakan

Menganalisis dan merencanakan suatu proyek harus mempertimbangkan

banyak aspek yang secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan

yang dapat diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu. Masing-masing

aspek saling berhubungan dan saling mempengaruhi dengan yang lainnya.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2003) aspek-aspek tersebut terdiri dari aspek pasar,

aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek ekonomi dan sosial, serta

aspek finansial. Pada penelitian ini aspek yang dipertimbangkan dan dianalisis

yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum dan manajemen, aspek sosial dan

lingkungan, dan aspek keuangan/finansial.

1. Aspek Non Finansial

a. Aspek Pasar

Pasar menurut Stanton dalam Umar (Studi Kelayakan Bisnis) adalah

merupakan kumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk

puas, uang untuk belanja, dan kemauan untuk membelanjakannya.

Aspek pasar merupakan aspek yang memiliki prioritas utama dari

suatu studi kelayakan proyek, hal ini dikarenakan banyak proyek yang

mengalami kegagalan karena tidak tersedianya pasar yang potensial

untuk memasarkan produknya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan

dalam aspek pasar antara lain bagaimana potensial pasar dari produk

tersebut dan rencana pemasaran yang digunakan. Aspek pasar sendiri

Page 24: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

14

menurut Jumingan (2009) menyatakan bahwa suatu usaha dapat

dikatakan layak, apabila produknya terjual karena memiliki

permintaan.

b. Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses

pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah

proyek tersebut selesai dibangun (Husnan dan Suwarsono 1997). Aspek teknis berkaitan dengan pemilihan lokasi usaha, fasilitas

pendukung serta teknologi yang digunakan untuk produksi, dan proses

produksi.

c. Aspek Hukum dan Manajemen

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek hukum yaitu

bentuk badan usaha yang akan digunakan, izin usaha dari pemerintah

setempat, tersedianya kelengkapan surat-surat seperti sertifikat tanah,

dan jaminan-jaminan yang dapat diberikan apabila hendak meminjam

modal. Kemudian terdapat juga peraturan pemerintah baik pusat

ataupun daerah yang membatasi ruang gerak perusahaan.

Aspek manajemen yang perlu diperhatikan adalah bentuk badan usaha

yang digunakan, jenis pekerjaan yang diperlukan untuk menjalankan

perusahaan tersebut, struktur organisasi yang digunakan, dan

penyediaan tenaga kerja yang dibutuhkan (Husnan dan Suwarsono

2000). Kelayakan dapat dilihat dari bentuk badan usaha yang legal

agar status hukum jelas serta apakah jenis pekerjaan yang dibutuhkan

terpenuhi oleh tenaga kerja.

d. Aspek Sosial dan Lingkungan

Analisis sosial berkaitan dengan kebiasaan-kebiasaan dan implikasi

sosial yang lebih luas dari investasi yang diusulkan, dimana

pertimbangan-pertimbangan sosial harus dipikirkan secara cermat agar

dapat menentukan apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap

(responsive) terhadap keadaan sosial (Gittinger 1986). Sejauh mana

proyek dapat memberi manfaat secara implisit dan eksplisit terhadap

pendistribusian pendapatan serta penciptaan lapangan pekerjaan.

Selain itu analisis juga perlu mempertimbangkan pengaruh negatif

dari pelaksanaan proyek terhadap dampak sosial seperti kehilangan

pekerjaan akibat adopsi teknologi atau penerapan alat-alat mekanis

yang mengurangi keterlibatan tenaga kerja manusia.

Kualitas hidup masyarakat haruslah merupakan bagian dari rancangan

proyek. Analisis proyek juga harus mempertimbangkan dampak

lingkungan yang merugikan dari proyek yang direncanakan.

Pembangunan proyek mungkin saja akan merusak sumber-sumber air

bersih dari limbah yang dihasilkan oleh proyek. Lokasi pelaksanaan

proyek harus dipilih dan ditinjau secara langsung untuk menghindari

rusaknya kelestarian lingkungan.

Analisis kelayakan sosial dan lingkungan dapat dilihat dari bagaimana

respon perusahaan terhadap lingkungan sekitar baik lingkungan alam

maupun masyarakat sekitar. Perusahaan harus memberikan dampak

positif dan tidak merugikan lingkungan sampai batas yang dapat

ditolerir masing-masing daerah.

Page 25: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

15

2. Aspek Finansial

Aspek finansial dalam analisis kelayakan usaha memiliki tujuan

utama untuk menilai kondisi finansial (keuangan) perusahaan secara

keseluruhan. Menurut Kasmir dan Jakfar (2010), penilaian terhadap aspek

keuangan meliputi sumber dana yang diperoleh, kebutuhan biaya investasi,

estimasi pendapatan dan biaya investasi yang dibutuhkan selama umur

bisnis, proyeksi aliran kas (cashflow) dan laporan laba/rugi, serta kriteria

penilaian investasi

Cash flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di

perusahaan dalam suatu periode tertentu. Cash flow menggambarkan

berapa uang yang masuk (cash in) dan jenis-jenis pemasukan tersebut.

Cash flow juga menggambarkan berapa uang yang keluar (cash out) serta

jenis-jenis biaya yang dikeluarkan (Kasmir dan Jakfar 2010). Komponen

yang terdapat di dalam arus kas antara lain arus penerimaan (inflow), arus

pengeluaran (outflow), dan manfaat bersih (net benefit). Arus penerimaan

terdiri dari nilai produksi, pinjaman, hadiah atau hibah, dan nilai sisa. Arus

pengeluaran terdiri dari biaya investasi, biaya operasional, pinjaman dan

bunga pinjaman, serta pembayaran pajak. Manfaat bersih merupakan hasil

pengurangan antara arus penerimaan dengan arus pengeluaran.

Laporan laba/rugi menggambarkan tentang total penerimaan dari

penjualan dan pengeluaran serta kondisi keuntungan yang diperoleh

perusahaan pada masing-masing tahun produksi. Laporan laba/rugi juga

menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya

selama periode tertentu dan untuk menaksir pajak yang akan dimasukkan

ke dalam cashflow. Komponen yang terdapat pada laporan laba/rugi

meliputi pendapatan dari penjualan produk barang atau jasa, beban

produksi (biaya operasional), beban administrasi dan pemasaran (biaya

untuk kegiatan pemasaran dan biaya administrasi), dan beban keuangan

seperti bunga dari modal pinjaman. Komponen biaya investasi tidak

dimasukkan dalam laporan laba/rugi, biaya yang terkait dengan investasi

yang dimasukkan hanya biaya penyusutan barang-barang investasi yang

ada (Nurmalina et al 2010).

a. Kriteria Penilaian Investasi

Kriteria penilaian investasi merupakan salah satu metode yang

dapat digunakan untuk menilai apakah suatu kegiatan investasi dalam

suatu bisnis layak atau tidak untuk dilaksanakan dilihat pada aspek

finansialnya. Kriteria penilaian investasi mempertimbangkan time value of

money atau pengaruh waktu terhadap nilai uang dan dalam

penghitungannya digunakan discount factor agar dapat menghitung jumlah

uang pada masa sekarang bila diketahui sejumlah uang pada masa yang

akan datang (Nurmalina et al 2010). Dalam analisis ini kriteria investasi

yang digunakan adalah net present value (NPV), internal rate return

(IRR), serta Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio), dan payback

period.

i. Net Present Value (NPV)

Menurut Nurmalina et al (2010), suatu bisnis dapat dinyatakan

layak jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya

Page 26: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

16

yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut dengan

manfaat bersih atau arus kas bersih. Net Present Value atau nilai

kini manfaat bersih adalah selisih antara total present value

manfaat dengan total present value biaya, atau jumlah present

value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Nilai yang

dihasilkan oleh perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang

rupiah (Nurmalina et al 2010).

ii. Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio)

Net B/C Ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai

positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata

lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan

terhadap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut. Suatu bisnis atau

kegiatan investasi dapat dikatakan layak apabila Net B/C lebih

besar dari satu, dan dikatakan tidak layak bila Net B/C lebih kecil

dari satu (Nurmalina et al 2010).

iii. Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Nurmalina et al (2010), kelayakan bisnis juga dinilai dari

seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang

ditanamkan. Hal ini ditunjukkan dengan mengukur besaran Internal

Rate of Return (IRR). IRR adalah tingkat discount rate (DR) yang

menghasilkan NPV sama dengan nol. Besaran yang dihasilkan dari

perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Suatu bisnis

dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari opportunity cost

of capital-nya (DR). Pada umumnya dalam menghitung tingkat

IRR dilakukan dengan mengunakan metoda interpolasi di antara

tingkat discount rate yang lebih rendah (yang menghasilkan NPV

positif) dengan tingkat discount rate yang lebih tinggi (yang

menghasilkan NPV negatif) (Nurmalina et al 2010).

iv. Payback Period (PP)

Payback period atau tingkat pengembalian investasi adalah salah

satu metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan

untuk mengukur periode jangka waktu pengembalian modal.

Semakin cepat modal itu dapat kembali, semakin baik suatu proyek

untuk diusahakan karena modal yang kembali dapat dipakai untuk

membiayai kegiatan lain (Husnan dan Suwarsono 2000).

Kelemahan dari metode ini adalah diabaikannya nilai waktu uang

(time value of money) dan cash flow setelah payback period.

Metode ini hanya metode pelengkap penilaian investasi (Nurmalina

et al 2009).

b. Nilai Pengganti (Switching Value)

Metode ini digunakan untuk mencoba mengukur berapa besar

perubahan yang masih dapat ditoleransi jika terdapat perubahan persentase

perkiraan nilai produksi (produktivitas dan harga), serta salah satu biaya

variabel yang bisa ditoleransi terhadap kelayakan finansial pada objek

penelitian ini agar tetap layak (Nurmalina et al 2009). Perhitungan ini

mengacu pada seberapa besar perubahan yang terjadi sampai nilai NPV

mendekati nol.

Page 27: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

17

Kerangka Pemikiran Operasional

Kebutuhan TBS yang menjadi bahan baku untuk produk turunan kelapa

sawit di Riau masih belum terpenuhi. Riau memiliki 146 Pabrik Kelapa Sawit

yang rata-rata beroperasi selama 20 jam perharinya (Syahza 2012). Produksi TBS

di Riau pada tahun 2011 adalah 36 809 252 ton sedangkan 146 PKS di riau

memiliki kapasitas sebanyak 45 654 200 ton tiap tahunnya (Dinas Perkebunan

Provinsi Riau 2011). Berarti, PKS masih mampu mengolah 8 844 948 ton setiap

tahunnya. Hal ini menjadi potensi bagi perkebunan kelapa sawit untuk menyuplai

bahan baku bagi PKS di Riau. Bahan baku untuk diolah oleh PKS di Riau

diutamakan berasal dari perkebunan di Riau sebab pertama, sifat TBS yang

perishable sehingga TBS sebaiknya diolah dalam waktu delapan jam setelah

panen. Menurut Syahza (2012), apabila TBS diolah lebih dari delapan jam, maka

akan mengurangi kualitas hasil olahan tersebut. Kedua, perusahaan dapat

menekan biaya pengangkutan TBS karena biasanya pengangkutan menjadi

tanggung jawab pihak perkebunan. Apabila produk dijual keluar daerah Riau,

tentunya akan menambah biaya pengangkutan.

Tahun 2012, PT. TIS melihat peluang tersebut dan membuka usaha yang

bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit yang sudah siap panen dan memiliki

perkebunan kelapa sawit seluas 419.52 hektar dengan modal sendiri sebesar Rp 25

777 900 000 dan pinjaman bank dari Bank Rakyat Indonesia Syariah sebesar Rp

15 000 000 000 dengan jangka waktu pengembalian delapan tahun dan bunga

sebesar 11 persen. Usaha tersebut memerlukan biaya investasi dan operasional

yang cukup besar. Analisis kelayakan usaha perlu dilakukan agar mengetahui

apakah usaha perkebunan kelapa sawit PT. TIS layak untuk dilanjutkan atau perlu

dilakukan perbaikan. Analisis kelayakan yang dilakukan meliputi aspek pasar,

aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan lingkungan, dan

aspek finansial. Pada aspek finansial, dilakukan penilaian terhadap kriteria

investasi yaitu NPV, Net B/C ratio, IRR, dan Payback Period. Analisis kelayakan

pada aspek finansial dilanjutkan dengan analisis nilai pengganti (switching value).

Hasil dari analisis ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan bagi PT. TIS

untuk melanjutkan atau melakukan perbaikan jika ada aspek yang tidak layak.

Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 3.

Page 28: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

18

Gambar 3 Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan usaha

perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya

Layak Tidak Layak

Analisis Switching Value

Perbaikan

Kebutuhan bahan baku produk turunan kelapa sawit

berupa Tandan Buah Segar pada pabrik kelapa sawit di

Riau masih belum terpenuhi

PT. TIS merupakan perusahaan yang menyediakan

suplai bahan baku bagi pabrik kelapa sawit di Riau

Analisis Kelayakan Usaha

Aspek Finansial

NPV

IRR

Net B/C

Payback Period

Aspek Non Finansial

aspek pasar

aspek teknis

aspek manajemen

dan hukum

aspek sosial dan

lingkungan

Lanjutkan

Investasi yang telah dilakukan oleh PT. Terang Inti Seraya

Page 29: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

19

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Terang Inti Seraya yang terletak di Kota

Pekanbaru, Provinsi Riau. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja

(purposive) dengan pertimbangan bahwa di Provinsi Riau merupakan daerah

perkebunan kelapa sawit terluas di Indonesia. Pengambilan data di lapangan

berlangsung dari tanggal 20 Februari 2013 sampai dengan 24 Februari 2013.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dengan tanya jawab kepada pihak manajemen

perusahaan dengan bantuan daftar pertanyaan untuk mengetahui kondisi

perusahaan. Data sekunder diperoleh dari literatur yang relevan baik berasal dari

dokumen perusahaan, buku, media masa, internet, dan penelitian terdahulu. Jenis

data yang dikumpulkan selama penelitian berupa data kuantitatif dan data

kualitatif yang berhubungan dengan perusahaan untuk mendukung penelitian.

Metode Pengumpulan Data

Lokasi pengumpulan data yaitu di perkebunan kelapa sawit PT. Terang

Inti Seraya. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab

dengan pemilik dan pihak manajemen PT. Terang Inti Seraya. Sedangkan untuk

data sekunder, data profil Provinsi Riau, profil PT. Terang Inti Seraya dan laporan

perusahaan diperoleh dari dokumen perusahaan dan dengan cara studi literatur

dan internet.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diolah dan dianalisis pada penelitian ini bersifat kualitatif dan

kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif dianalisis untuk mengkaji aspek non

finansial, yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum dan

aspek sosial. Data yang bersifat kualitatif dinilai berdasarkan kriteria kelayakan

tiap aspek yang harus dipenuhi. Data yang bersifat kuantitatif diolah untuk

mengkaji aspek kelayakan finansial berdasarkan kriteria penilaian investasi yaitu

NPV, IRR, Net B/C, PP, dan dilakukan analisis switching value untuk mengetahui

persentase perubahan produksi dan biaya variabel terhadap kelayakan finansial

yang masih dapat ditoleransi dalam bisnis yang diolah dengan menggunakan

software Microsoft Excel serta kalkulator.

Kriteria Investasi

1. Net Present Value

Net Present Value (NPV) adalah selisih present value (PV) arus benefit

dengan PV arus cost. NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima selama

umur proyek pada tingkat discount rate tertentu. Dalam metode NPV terdapat tiga

kriteria kelayakan investasi, yaitu :

Page 30: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

20

a. NPV>0, artinya usaha dinyatakan layak untuk dilaksanakan.

b. NPV=0, artinya usaha mampu mengembalikan persis sebesar social

opportunity cost faktor produksi modal.

c. NPV<0, artinya usaha tidak layak dilaksanakan.

NPV dinyatakan dalam rumus:

( ) ∑

( )

( )

Keterangan : NPV = nilai bersih sekarang (rupiah)

Bt = Manfaat pada tahun ke-t (rupiah)

Ct = biaya pada tahun ke-t (rupiah)

i = tingkat diskonto (%)

n = umur proyek (thun)

t = tahun

2. Internal Rate of Return

Internal Rate of Return (IRR) adalah nilai discount rate yang membuat

NPV benilai nol. Discount rate adalah tingkat bunga yang dikenakan bank sentral

atas pinjaman yang diberikan kepada bank umum atau yang biasa dikenal sebagai

bunga pinjaman. IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan bagi

perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Dalam

metode IRR terdapat tiga kriteria kelayakan investasi yaitu :

a. Jika IRR > tingkat discount rate, maka usaha layak

b. Jika IRR = tingkat discount rate, maka usaha tidak menguntungkan namun

juga tidak merugikan

c. Jika IRR < tingkat discount rate, maka usaha tidak layak

IRR dapat dirumuskan sebagai berikut:

( )

Keterangan : IRR = Tingkat internal hasil (%)

NPV1 = nilai bersih sekarang bernilai positif (rupiah)

NPV2 = nilai bersih sekarang bernilai negatif (rupiah)

i1 = tingkat diskonto menghasilkan NPV positif (%)

i2 = tingkat diskonto menghasilkan PV negatif (%)

Hasil analisis IRR lebih besar dari bunga bank (tingkat diskonto) yang

berlaku, menunjukkan proyek tersebut layak untuk dilakukan, sebalikanya bila

IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga bank maka usaha tersebut tidak layak

untuk dilakukan.

3. Net Benefit Cost Ratio

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan angka perbandingan antara

jumlah present value yang positif (sebagai pembilang) dengan jumlah present

Page 31: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

21

value yang negatif (sebagai penyebut). Dalam metode Net B/C terdapat tiga

kriteria kelayakan investasi yaitu :

1. Jika Net B/C = 1, maka NPV=0, usaha dikatakan layak, namun keuntungan

yang diperoleh hanya sebesar opportunity cost nya.

2. Jika Net B/C > 1, maka NPV>0, usaha dikatakan layak.

3. Jika Net B/C < 1, maka NPV<0, usaha dikatakan tidak layak.

Rumus yang digunakan dalam menghitung Net B/C adalah sebagai berikut :

( )

∑ ( )

( )

( )⁄

Keterangan : Bt = total penerimaan pada tahun ke-t

Ct = total biaya pada tahun ke-t

i = tingkat diskonto yang berlaku

n = umur ekonomis proyek

4. Payback Period

Payback Period (PBP) adalah suatu periode yang diperlukan untuk

menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas. Metode

Payback Period ini merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode)

pengembalian investasi suatu usaha. Perhitungan ini dapat dilihat dari perhitungan

benefit bersih yang diperoleh setiap tahun. Semakin cepat waktu pengembalian,

semakin baik untuk diusahakan.

Rumus yang digunakan untuk menghitung payback period adalah sebagai

berikut:

keterangan : I = Biaya investasi yang dikeluarkan

Ab = Manfaat bersih yang diperoleh setiap tahunnya

Nilai Pengganti (Switching Value)

Metode ini digunakan untuk mencoba mengukur berapa besar risiko yang

mungkin terjadi jika terdapat perubahan persentase perkiraan produktivitas dan

harga Tandan Buah Segar (TBS) serta seluruh biaya variabel yang bisa ditolerir

terhadap kelayakan finansial perkebunan kelapa sawit pada objek penelitian ini.

Asumsi Dasar yang Digunakan

Asumsi dasar yang digunakan sebagai dasar didalam perhitungan

kelayakan finansial analisis kelayakan usaha adalah sebagai berikut :

1. Umur ekonomis tanaman kelapa sawit adalah 25 tahun berdasarkan pada

masa produktif kelapa sawit dimulai dari tahun ke-0.

2. Umur proyek yang dianalisis adalah 22 tahun, umur tersebut digunakan

berdasarkan umur ekonomis dikurangi umur tanaman termuda.

3. Luas lahan yang diperhitungkan adalah 419.52 hektar.

Page 32: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

22

4. Pajak pendapatan yang digunakan adalah sebesar 25 persen berdasarkan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2 a,

yang merupakan perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 7 tahun

1983 tentang pajak penghasilan dan berlaku flat hingga akhir bisnis.

5. Biaya tenaga kerja yang digunakan dalam pemanenan dan pengangkutan

disesuaikan dengan jumlah produksi yaitu per kilogram TBS.

6. Angka produksi yang disajikan dan diasumsikan merupakan angka produksi

bersih, diluar brondolan (TBS yang tercecer pada masa panen).

7. Angka proyeksi produksi yang disajikan merupakan angka proyeksi dari

perusahaan (lampiran 1).

8. Hasil panen pada tahun 2013 dijual kepada dua perusahaan dengan harga Rp

1 470 perkilogram, diperoleh dari rata-rata fluktuasi harga yang berkisar

antara Rp 1 003 – Rp 1 937. Harga tersebut diperoleh dari data perusahaan

dan pada tahun-tahun selanjutnya naik sebesar 5 persen di tiap tahunnya.

9. Analisis nilai pengganti (switching value) dilakukan untuk menganalisis

penurunan maksimal pada perkiraan produktivitas rata-rata TBS per tahun

dan harga TBS serta peningkatan maksimal pada biaya variabel.

10. Komponen biaya variabel yang digunakan dalam analisis switching value

adalah biaya perawatan karena paling berpengaruh dalam biaya variabel.

11. Semua benda yang mengalami penyusutan kecuali lahan dibeli pada awal

2012 sehingga pada awal tahun 2013 penyusutan sudah masuk periode satu

tahun.

12. Perhitungan penyusutan menggunakan metode garis lurus, yaitu:

13. Tingkat discount rate (DR) yang digunakan adalah sebesar 11 persen

berdasarkan besarnya suku bunga pinjaman pada Bank Rakyat Indonesia

Syariah dan diasumsikan konstan hingga umur proyek bisnis berakhir.

14. Modal pinjaman dari bank adalah sebesar Rp 15 000 000 000 dengan bunga

11 persen dan jangka waktu pengembalian delapan tahun.

15. Nilai lahan pada saat perusahaan membeli kepada pemilik adalah Rp 40 777

900 000.

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambaran Lokasi Penelitian Perkebunan Kelapa Sawit PT. TIS

Riau merupakan salah satu provinsi yang ada di Pulau Sumatera. Luas

Wilayah Provinsi Riau adalah 107 932.71 kilometer2 yang membentang dari

lereng Bukit Barisan hingga Selat Malaka, ini membuat provinsi riau berada pada

jalur yang sangat strategis karena terletak pada jalur perdagangan Regional dan

Internasional di kawasan ASEAN. Memiliki Luas daratan 89 150.15 kilometer2

dan luas lautan 18 782.56 kilometer2. Provinsi Riau memiliki infrastruktur berupa

jalan penghubung dalam Kota, antar kota, antar Kabupaten, jembatan, jalan

layang (fly over) hingga jalan bebas hambatan (tol), listrik dan infrastruktur

Page 33: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

23

kepentingan publik lainnya. Aksesibilitas untuk mendukung potensi wilayah

provinsi riau telah tersedia jaringan jalan nasional sepanjang 1 126.11 kilometer2

dan jalan kabupaten sepanjang 17 971.16 kilometer2. Pertumbuhan dan Struktur

Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Perekonomian Riau yang diukur berdasarkan

besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2012 mencapai Rp 123 371.15

milyar.

Kota Pekanbaru merupakan ibukota Provinsi Riau yang menjadi salah satu

kota besar di pulau Sumatera. Letaknya berada di jalur lalu lintas angkutan lintas

timur sumatera dan di simpul segitiga pertumbuhan Indonesia-Malaysia-

Singapura. Luas wilayah Kota Pekanbaru adalah 632.26 km2 (tabel 4) yang terdiri

dari 12 kecamatan dan 58 kelurahan dengan topografi yang bervariasi, yaitu

landai dengan tingkat kelandaian 85 persen, berombak sampai bergelombang (15

persen).

Tabel 4 Luas wilayah Kota Pekanbarua

No Kecamatan Luasb

1 Tampan 108.84

2 Bukit Raya 299.08

3 Lima Puluh 4.04

4 Sail 3.26

5 Pekanbaru Kota 2.26

6 Sukajadi 5.10

7 Senapelan 6.65

8 Rumbai 203.26

Total 632.26 aSumber: Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru (2001);

bkilometer

2

Batas wilayah Kota Pekanbaru bagian utara adalah Kabupaten Bengkalis,

bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Kampar, bagian Timur berbatasan

dengan Kabupaten Bengkalis, dan bagian barat berbatasan dengan Kabupaten

Kampar. Lokasi Kota Pekanbaru dapat dilihat pada peta Provinsi Riau (Gambar

4).

Sumber: www.simply-sunday.blogspot.com

Gambar 4 Peta Provinsi Riau

Page 34: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

24

Pekanbaru diproyeksikan menjadi kota jasa. Sehingga konsekuensinya

kota harus membenahi diri dengan meningkatkan fasilitas penunjang perkotaan.

Saat ini, Pekanbaru sudah memiliki fasilitas penunjang yang cukup memadai.

Selain perusahaan jasa seperti perbankan, asuransi, perusahaan perdagangan

valuta asing, serta jasa industri lainnya, banyak pula perusahaan besar membuka

kantor pusat dan kantor cabang di sini. Semua itu menjadi faktor pendukung misi

kota jasa. Selain itu banyak perusahaan PMA seperti PT Caltex Pacific Indonesia,

perusahaan minyak terbesar di Indonesia, atau PT Indah Kiat Pulp and Paper yang

bergerak di bidang usaha pulp dan kertas, dan di bidang kehutanan yaitu PT Surya

Dumai dan PT Siak Raya. Sektor yang memberikan kontribusi terbesar bagi

PDRB Kota Pakanbaru adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran yaitu

sebesar 26 persen dari PDRB. Sektor yang juga berkontribusi besar lainnya adalah

sektor keuangan, sewa, dan jasa sebesar 20 persen. Sektor angkutan dan

komunikasi sebesar 18 persen.

Objek penelitian dilakukan di perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti

Seraya yang berada pada 3 lokasi yaitu Desa Buluh Nipis yang berjarak 45 km

dari Kota Pekanbaru, Ujung Batu Rokan yang berjarak 100 km dari Kota

Pekanbaru, dan Tenayan yang berjarak 30 km dari Kota Pekanbaru. Luas lahan

perkebunan kelapa sawit yang diteliti di Desa Buluh Nipis, Ujung Batu Rokan,

dan Tenayan masing-masing memiliki luas 181.64 ha, 123.75 ha, dan 114.13 ha.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru tahun 2006, Pekanbaru

memiliki 710 999 penduduk dengan mayoritas mata pencaharian penduduknya

adalah pedagang baik produk maupun jasa. Areal pada ketiga perkebunan 10

sampai 15 persennya memiliki tanah bergelombang. Ketinggian pada perkebunan

adalah 100 sampai 200 meter diatas permukaan laut, sementara curah hujan

minimal 100 mm perbulan. Jenis tanah perkebunan pada kebun di Buluh Nipis

dan Ujung Batu Rokan adalah pedsolik merah kuning, sedangkan pada kebun

Tenayan terdiri dari podsolik merah kuning dan tanah liat berpasir.

Sejarah dan Profil PT. Terang Inti Seraya

PT. TIS merupakan perusahaan yang bergerak di bidang usaha perkebunan

kelapa sawit. PT. TIS didirikan pada tanggal 23 April 2012 dengan pemilik Ir.

Zulkarnain dan mulai beroperasi pada April 2012. Kantor utama PT. TIS terletak

di Kota Pekanbaru, sementara perkebunannya terletak di tiga daerah yaitu

Tenayan, Ujung Batu Rokan, dan Buluh Nipis. Awalnya, usaha tersebut belum

berbentuk perseroan terbatas melainkan milik perorangan atau pribadi sampai

kemudian pemilik timbul inisiatif untuk menjadikan usaha tersebut menjadi

sebuah PT mengingat usia perkebunan yang sudah matang dan manajemen usaha

sudah cukup baik. Ketika dijadikan Perseroan Terbatas, saham PT. TIS dipegang

oleh Ir. Zulkarnain dan Yoki Wira Kristantio, masing-masing memegang saham

sebesar 50 persen dengan banyaknya saham 2 500 lembar saham dan nilai

nominal saham adalah Rp 1 000 000.

Pemilik membeli perkebunan tersebut tidak dalam bentuk lahan kosong

yang harus dilakukan penanaman bibit, tetapi dalam keadaan kebun sudah

ditanami pohon yang menghasilkan. Total pohon kelapa sawit yang ada pada

perkebunan PT. TIS adalah 403 pohon. Jumlah pekerja yang berada pada PT. TIS

adalah sebanyak 132 orang mulai dari direksi, hingga tenaga kerja buruh. PT. TIS

Page 35: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

25

memiliki fasilitas perusahaan beupa kendaraan untuk direksi dan karyawan, serta

mess karyawan untuk karyawan sebanyak tiga unit. PT. TIS juga memiliki

fasilitas bengkel, gudang, dan mushola untuk dipakai oleh karyawan.

Tandan Buah Segar PT. TIS saat ini baru dijual kepada dua perusahaan

saja, yaitu PT. Sawit Asahan Indah yang berada di Desa Sungai Kuning

Kecamatan Rambah Sarmo Kabupaten Rokan Hulu dan PT. Bangun Tenera Riau

yang terletak di Desa Pantai Raja Kecamatan Perhentian Raja Kabupaten Kampar

Riau yang memiliki jarak kurang lebih 25 kilometer dari kebun. Pada awalnya

pihak perusahaan menghubungi pabrik tersebut dan menawarkan apakah pabrik

tertarik untuk membeli hasil panen perusahaan tersebut. Harga yang ditawarkan

oleh tiap pabrik akan berbeda, tetapi masih tetap mengacu pada harga yang telah

ditetapkan oleh Tim Penetapan Harga pemerintah daerah setempat.

Perjalanan dari kota Pekanbaru ke perkebunan di Buluh Nipis dan Ujung

Batu Rokan akan memakan waktu satu hingga dua jam. Akses jalan dari kota

menuju gerbang perkebunan sudah berupa aspal, tetapi pada perkebunan jalan

yang digunakan adalah pasir batu. Jalan yang dibuat dari pasir batu dimaksudkan

agar jalan tidak mudah rusak dan longsor karena tanah perkebunan merupakan

tanah pedsolik merah kuning dan tanah liat berpasir.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aspek Non-finansial

Aspek Pasar

Aspek pasar merupakan aspek yang memiliki prioritas utama dari suatu

studi kelayakan proyek, hal ini dikarenakan banyak proyek yang mengalami

kegagalan karena tidak memperhatikan pasar potensial dan pangsa pasar. Untuk

memasarkan produknya, maka perusahaan harus dapat memastikan hal tersebut.

1. Potensi Pasar Kelapa Sawit di Riau.

Kelapa Sawit merupakan produk yang dapat diolah menjadi berbagai

produk turunan. Salah satu produk yang dihasilkan oleh buah kelapa sawit

adalah minyak, yaitu adalah CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel

Oil). PT. TIS merupakan perusahaan yang menjual tandan buah segar (TBS)

saja, TBS tersebut sampai saat ini telah dijual langsung kepada dua pabrik

pengolah kelapa sawit yaitu PT. Sawit Asahan Indah dan PT. Bangun Tenera

Riau.

Sampai dengan akhir tahun 2012, terdapat sekitar 146 pabrik kelapa sawit

di Provinsi Riau. Hingga tahun 2011, kebutuhan bahan baku CPO untuk

pabrik olahan masih belum terpenuhi. Produksi TBS di Riau pada tahun 2011

adalah 36 809 252 ton sedangkan 146 PKS di riau memiliki kapasitas

sebanyak 6 254 perjamnya. Pabrik kelapa sawit pada umumnya mampu

beroperasi 20 jam setiap harinya. Berarti, PKS di Riau mampu mengolah 45

654 200 ton TBS tiap tahunnya (Dinas Perkebunan Provinsi Riau 2011).

Berarti, PKS masih mampu mengolah 8 844 948 ton setiap tahunnya. Hal ini

dapat menjadi peluang bagi PT. TIS untuk memenuhi permintaan pasar.

Page 36: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

26

Tabel 5 Permintaan kebutuhan bahan baku CPO oleh industri olahan Riau tahun

2011a

Kabupaten/Kota Kapasitas PKS

Unit Ton/jam

Kampar 35 1 425

Rokan Hulu 22 984

Pelalawan 17 715

Indragiri Hulu 8 285

Kuantan Singingi 10 450

Bengkalis 8 350

Rokan Hilir 22 915

Dumai 1 60

Siak 15 685

Indragiri Hilir 8 385

Pekanbaru - -

Kepulauan Meranti - -

Total 146 6 254 aSumber: Dinas Perkebunan Provinsi Riau, 2011

Potensi untuk ruang lingkup internasional dapat dilihat dari kebutuhan

impor CPO tahun 2013 yang meningkat (GAPKI 2013). Bulan April sampai

dengan Mei 2013, kebutuhan impor CPO negara India meningkat sebesar

8.17 persen, China sebesar 14.14 persen, dan Amerika sebesar 265.9 persen.

Sementara untuk potensi domestik, angka produksi biodiesel domestik

berbahan dasar CPO tahun 2013 diperkirakan akan meningkat 20 persen, dari

669 000 kiloliter menjadi 800 000 kiloliter (Tjakrawan 2013).

2. Rencana Pemasaran dan Pangsa Pasar

Target pasar yang dituju oleh PT. TIS adalah Pabrik Kelapa Sawit yang

berada di Riau. PT. TIS belum ingin menjual hasil panennya keluar daerah

Riau disebabkan hasil panen yang bersifat perishable sehingga harus cepat

diolah. Selain itu, untuk menekan biaya pengangkutan yang biasanya

ditanggung oleh pihak perkebunan. Tetapi, hingga saat ini PT. TIS baru

mampu menyuplai bahan baku ke dua perusahaan yaitu PT. Sawit Asahan

Indah yang berada di Desa Sungai Kuning Kecamatan Rambah Sarmo

Kabupaten Rokan Hulu dan PT. Bangun Tenera Riau yang terletak di Desa

Pantai Raja Kecamatan Perhentian Raja Kabupaten Kampar Riau yang

memiliki jarak kurang lebih 25 kilometer dari kebun.

Pangsa pasar merupakan persentase dari penjualan perusahaan terhadap

seluruh hasil penjualan dalam industri yang bersangkutan di daerah tertentu.

Tahun 2012, PT. TIS mampu memproduksi TBS sebanyak 5 420 ton.

Keseluruhan produksi di daerah Riau pada tahun 2012 adalah 5 840 880 ton.

Kontribusi PT. TIS dalam produksi TBS di Riau adalah sebesar 0.092 persen.

Persentase dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Page 37: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

27

=0.092%

Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan aspek untuk menilai kesiapan perusahaan dalam

menjalankan hal-hal teknis atau operasional. Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu

lokasi perkebunan, fasilitas pendukung serta teknologi yang digunakan untuk

produksi, layout, dan proses produksi.

1. Lokasi Perkebunan

Perkebunan PT. Terang Inti Seraya terletak di tiga tempat, yaitu Desa Buluh

Nipis (181.64 hektar), Ujung Batu Rokan (123.75 hektar), dan Tenayan

(114.13 hektar) dengan total luas 419.52 ha yang sebagian besar tanahnya

berjenis podsolik dan tanah liat berpasir. Lokasi tersebut dipilih berdasarkan

kedekatan dengan letak pasar yang dituju, supply tenaga kerja, dan

infrastruktur yang mendukung fasilitas transportasi.

Usaha yang dijalankan oleh PT.TIS merupakan perdagangan hasil

perkebunan. Pasar yang dituju oleh PT. TIS adalah pabrik kelapa sawit yang

mengolah TBS, yaitu PT. Sawit Asahan Indah yang berada di Desa Sungai

Kuning Kecamatan Rambah Sarmo Kabupaten Rokan Hulu dan PT. Bangun

Tenera Riau yang terletak di Desa Pantai Raja Kecamatan Perhentian Raja

Kabupaten Kampar Riau yang memiliki jarak kurang lebih 25 kilometer dari

kebun. Lokasi perkebunan dekat dengan pasar jika dibandingkan dengan

harus menjual ke pabrik yang lebih jauh lagi selain dari kedua pabrik tersebut.

Jalan utama yang dilalui jika dilakukan pengangkutan ke pabrik tersebut

adalah jalan aspal sehingga tidak memakan waktu dan biaya yang cukup

banyak.

Tenaga kerja yang bekerja pada perkebunan PT. TIS berasal dari suku Nias,

Jawa, dan Batak. Tenaga kerja tersebut masih memiliki hubungan darah

dengan pemilik atau para staff di PT. TIS. Hal tersebut dikarenakan PT. TIS

lebih mempercayai tenaga kerja yang memiliki hubungan darah tersebut

dibandingkan harus mendatangkan tenaga kerja dari Riau tetapi tidak

memiliki hubungan darah. Jumlah tenaga kerja panen adalah 27 orang, tenaga

kerja perawatan adalah 65 orang, dan tenaga kerja umum adalah satu orang.

Proses pengangkutan hasil kebun dari collection road menggunakan truk

milik PT. TIS, sedangkan untuk kendaraan operasional direksi dan karyawan,

PT. TIS memberikan fasilitas mobil dan motor. Infrastruktur dari jalan utama

menuju perkebunan cukup baik karena jalan menggunakan pasir batu untuk

menutupi tanah liat berpasir agar tanah tersebut tidak turun dan longsor.

2. Fasilitas pendukung yang dimiliki oleh PT. TIS adalah:

a. Lahan Perkebunan

PT. TIS memiliki lahan seluas 419.52 hektar yang terletak di tiga

daerah di Pekanbaru. Lahan perkebunan ini menjadi tempat operasional

Page 38: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

28

untuk memproduksi buah dari pohon kelapa sawit. Lahan tersebut telah

ditanami pohon kelapa sawit yang sudah termasuk ke dalam kategori

tanaman menghasilkan. Jenis lahan yang dimiliki PT. TIS adalah

kategori S-I yang berarti jenis lahan tersebut sangat cocok untuk

ditanami tanaman kelapa sawit.

b. Kantor

PT. TIS memiliki tiga bangunan kantor. Pertama, terletak di Jl.

Ronggowarsito Komplek Ronggo Town House Kavling 7, Pekanbaru.

Kantor tersebut merupakan hasil sewa dari PT. TIS seluas 246 meter2.

Kantor kedua dan ketiga terletak di perkebunan yaitu di Buluh Nipis

dan Ujung Batu Rokan, masing-masing seluas 140 meter2 dan 180

meter2. Kedua kantor tersebut adalah milik PT. TIS sendiri. Bangunan

kantor tersebut berfungsi sebagai tempat karyawan untuk melakukan

pencatatan administrasi dari keseluruhan kegiatan produksi di

perkebunan, seperti jumlah TBS yang akan dipanen dan dijual,

pembelian peralatan untuk operasional, dan lain-lain.

c. Bengkel

Bengkel PT. TIS terletak pada masing-masing perkebunan. Bengkel ini

berfungsi untuk memperbaiki kendaraan operasional, khususnya

kendaraan pengangkut sawit (truk). Bengkel ini dibangun sebagai

fasilitas agar perusahaan dapat menekan biaya perbaikan kendaraan

mengingat kendaraan yang digunakan untuk mengangkut memiliki

risiko dan potensi rusak yang sangat besar karena produk yang diangkut

bermuatan besar dan jalan yang dilalui pun tidak semulus jalan aspal.

d. Mess Karyawan

PT. TIS memiliki tiga mess karyawan yang berada pada masing-masing

area perkebunan yang diperuntukan bagi karyawan PT.TIS yang

pekerjaannya harus berada di kebun setiap harinya. Mess karyawan di

kebun Buluh Nipis seluas 800 meter2, di kebun Ujung Batu Rokan

seluas 648 meter2, dan di kebun Tenayan seluas 876 meter

2. Mess

karyawan tersebut ada yang terdiri dari rumah panggung, dan ada juga

yang sudah menggunakan tembok.

e. Kendaraan

Kendaraan yang dimiliki PT. TIS memiliki fungsi yang berbeda-beda.

Tiga unit truk Toyota Dyna dan satu unit truk Mitsubishi PS 120 untuk

mengangkut hasil panen menuju PKS yang akan membeli hasil panen,

tiga unit mobil Taft Rocky dan lima unit Daihatsu Taft untuk keperluan

kegiatan kantor, dua unit mobil Ford Everest untuk operasional direksi,

serta enam unit motor untuk keperluan operasional karyawan.

f. Jalan

Jalan yang berada pada daerah perkebunan merupakan jalan yang

dibuat dari pasir dan batu (sirtu) karena sifat tanah yang mudah turun,

sehingga perusahaan berinisiatif menggunakan sirtu agar mudah

perawatannya. Di dalam perkebunan sendiri, terdapat tiga jenis jalan

yaitu, main road atau jalan utama yang sering dilalui untuk proses

pengangkutan TBS ke truk, collection road yaitu jalan yang berfungsi

sebagai sarana untuk mengangkut produksi TBS dari tempat

pengumpulan hasil (TPH) dan dapat dilalui truk, jalan ini terdapat

Page 39: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

29

diantara blok dan berhubungan dengn jalan utama. Terakhir adalah

control road, yaitu jalan yang terdapat di dalam setiap blok, berfungsi

untuk memudahkan pengontrolan areal pada tiap blok dan sebagai batas

pemisah antar blok tanaman. Panjang main road pada perkebunan

adalah sepanjang 4 114 meter, collection road sepanjang 13 704 meter,

dan control road sepanjang 2 387 meter. Rincian luasan main road,

collection road, dan control road dapat dilihat pada lampiran 2.

g. Supply air dan listrik

Sumber listrik yang diperoleh berasal dari genset yang menggunakan

bahan bakar minyak solar, sedangkan sumber air diperoleh dari pompa

air. Genset yang dimiliki PT. TIS pada kantor di Pekanbaru sebanyak

satu unit, di kebun buluh nipis sebanyak tiga unit, di kebun Ujung Batu

Rokan sebanyak dua unit, dan di kebun Tenayan sebanyak dua unit.

Mesin pompa air yang dimiliki PT. TIS pada kantor di Pekanbaru

sebanyak satu unit, di kebun buluh nipis sebanyak dua unit, di kebun

Ujung Batu Rokan sebanyak dua unit, dan di kebun Tenayan sebanyak

dua unit.

Teknologi atau peralatan yang digunakan dalam proses produksi

adalah:

a. Dodos (alat pemanen sawit untuk tanaman dengan ketinggian dibawah dua

meter)

b. Pisau egrek (alat pemanen sawit untuk tanaman dengan ketinggian diatas

dua meter)

c. Gancu (alat pengangkat TBS)

d. Batu asah (untuk mengasah mata pisau)

e. Kereta sorong (untuk mengangkut TBS dari pohon ke tempat

pengumpulan hasil)

(a) (b)

(c)

Page 40: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

30

(d) (e)

Gambar 5 Peralatan yang digunakan dalam proses produksi

3. Layout

Layout perkebunan PT. TIS dapat dilihat pada lampiran 1. Pohon kelapa

sawit yang ditanam diberi jarak tanam 7.8 m x 9 m dan 9.2 m x 9.2 m agar

sinar matahari dapat masuk dengan baik dan tanaman tidak berebut nutrisi.

Layout tersebut terdiri atas blok dan disertai dengan nomor blok agar

memudahkan dalam pengontrolan serta pembagian tugas pemanenan dan

perawatan. Layout perkebunan dapat dilihat pada lampiran 3.

4. Proses Produksi

a. Pembibitan

Tanaman kelapa sawit yang berada di perkebunan Buluh Nipis dan

Ujung Batu Rokan menggunakan DxP Marihat, sedangkan yang berada

di Tenayan menggunakan DxP Topaz. Kebun di Tenayan memiliki

pohon 143 perhektar, di Ujung Batu Rokan 118 pohon perhektar, dan di

Buluh Nipis pohon 142 perhektar. Pembibitan tersebut dilakukan

sebelum perusahaan membeli perkebunan, yaitu perkebunan di Buluh

Nipis dengan tahun tanam 2002, perkebunan di Ujung Batu Rokan

dengan tahun tanam 1998, dan perkebunan di Tenayan dengan tahun

tanam 2008. Penanaman bibit yang dilakukan oleh PT. TIS ketika

replanting yaitu pada tahun ke-13 dan ke-17 dengan cara membuat

lubang agar tanaman kokoh. Setelah proses penanaman selesai,

Pemupukan dilakukan dengan memberikan pupuk NPK (Urea dan TSP)

sebanyak tiga kali dalam setahun dengan dosis pada tabel berikut (tabel

5)

Tabel 6 Dosis pupuk NPK pada tanaman kelapa sawit usia 0-4 tahuna

No Bulan ke Jenis Dosis

1 1 Urea 0,5

2 2 Urea 0,75

3 4 TSP 0,75

4 8 Urea 0,75

5 12 Urea 0,75

6 16 TSP 0,75

7 20 Urea 0,75

8 24 Urea 0,75

9 28 TSP 1

10 32 Urea 1

11 36 Urea 1

12 40 TSP 1

a

Sumber: Sihombing M (2013)

Page 41: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

31

b. Persiapan Lahan

Lahan perkebunan sewaktu perusahaan membeli sudah dalam keadaan

bersih dan terawat. Hanya saja dibutuhkan perbaikan dan perawatan

khusus untuk parit yang memisahkan lahan dengan main road. Parit

tersebut berfungsi untuk mencegah genangan air ketika hujan karena

genangan air tersebut dapat menyebabkan tanaman membusuk. Jumlah

parit yang telah dibuat pada persiapan lahan adalah 10 288 meter.

Jarak tanam tiap pohon di tiap kebun kelapa sawit berbeda-beda. Kebun

Buluh Nipis dan Tenayan memiliki jarak tanam 7,8 meter x 9 meter,

sedangkan kebun di Ujung Batu Rokan memiliki jarak tanam 9,2 meter

x 9,2 meter. Jarak tanam tersebut menyebabkan satu hektar kebun dapat

ditanami 118 sampai dengan 143 pohon. Penanaman pohon yang diberi

jarak akan membuat sinar matahari dapat masuk dengan baik dan

tanaman tidak berebut nutrisi. Untuk replanting, persiapan lahan

dilakukan land clearing dengan cara penumbangan pohon.

c. Pemeliharaan Tanaman

Kegiatan yang dilakukan selama proses pemeliharaan tanaman adalah

sensus pokok, penyulaman, pemupukan, pengendalian HPT, piringan,

pemotongan pelepah, dan pemanfaatan limbah.

i. Sensus Pokok

Sensus pokok berfungsi untuk mengetahui jumlah pohon di

perkebunan. Tujuannya agar memudahkan mengukur dosis dalam

proses pemberian pupuk dan obat-obatan. Selain itu, sensus

pokok dapat mempermudah pekerja untuk mengetahui berapa

pohon yang terkena penyakit atau mati. Sensus pokok dilakukan

oleh mandor perawatan dan mandor panen.

ii. Penyulaman

Penyulaman adalah penggantian tanaman yang mati atau tumbuh

kurang baik. Penyulaman dilakukan dengan bibit baru yang telah

dipersiapkan sebelumnya dari mulai penanaman sampai tanaman-

tanaman sawit mencapai umur 3 tahun. Penyulaman biasanya

hanya mencapai dua sampai 3 persen jika penanaman dilakukan

dengan baik, pengelolaan lahan dan bibit yang baik pula.

iii. Pemupukan

Jenis pupuk yang umumnya digunakan adalah pupuk Urea, Rock

Phosphate, MOP KCl dan Dolomite, tetapi pada perkebunan PT.

TIS hanya menggunakan pupuk NPK yaitu Urea dan TSP. Dosis

dan harga pupuk yang digunakan dapat dilihat pada lampiran 4.

iv. Pengendalian Gulma dan HPT

Pengendalian gulma juga bertujuan untuk mempermudah kegiatan

panen dan menghindari terjadinya persaingan antara tanaman

kelapa sawit dengan gulma dalam pemanfaatan unsur hara, air

dan cahaya. Gulma yang ada di perkebunan ini adalah rumput liar

yang tinggi. Pengendalian yang dilakukan untuk mengatasi

rumput liar ini adalah dengan menyemprotkan herbisida berupa

racun rumput (Herbisida) dan menebasnya dengan mesin

pemotong rumput maupun parang.

Page 42: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

32

Penyakit tanaman yang sering muncul pada perkebunan adalah

busuk tandan yang disebabkan oleh cendawan Marasmius

palmivorus sharples. Penyakit ini menyerang buah yang matang

dan dapat menembus daging buah, sehingga menurunkan kualitas

minyak sawit. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan

melakukan penyerbukan buatan dan sanitasi kebun terutama pada

musim hujan serta membuang semua bunga dan buah yang

membusuk dan membakar tandan buah yang terserang. Obat

herbisida yang digunakan adalah Roundup dengan dosis dua kali

penyemprotan dalam satu tahun.

v. Piringan

Piringan adalah pembersihan gulma disekitar pohon yang

umumnya memiliki jari-jari 1-2 meter. Piringan bertujuan untuk

mengurangi kompetisi penyerapan unsur hara dengan tanaman

kelapa sawit, terutama pada TBM yang perakarannya masih halus

dan terkonsentrasi dalam piringan atau dekat batangnya. Selain

itu juga dimaksudkan untuk mempermudah kontrol pemupukan,

atau pengutipan brondolan di areal TM.

vi. Pemotongan Pelepah

Pemotongan pelepah atau pruning merupakan kegiatan

pemotongan pelepah daun tua atau daun yang tidak produktif

dengan tujuan menjaga standar jumlah pelepah tiap pohon kelapa

sawit. Pada perkebunan ini, pemotongan dilakukan hingga

sanggahan dua yang artinya pelepah disisakan dua buah dibawah

buah agar dapat menyanggah berat buah.

vii. Pemanfaatan Limbah

Limbah pada perkebunan berbentuk sampah pelepah yang telah

dipotong. Limbah tersebut diletakan pada gawangan. Gawangan

adalah daerah yang memisahkan antara satu pohon dengan pohon

lainnya dan biasanya berbentuk vertikal. Misalnya ada tiga pohon,

maka jarak antara pohon A ke B merupakan gawangan yang tidak

bisa dilewati, sementara antara pohon B ke pohon C bukan

gawangan, yang artinya bisa dilewati para pekerja. Gawangan

yang terdapat pada perkebunan ini adalah gawangan mati.

d. Pemanenan

Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah tiga tahun Umur tiga

tahun tanaman dapat dipanen tetapi produksi belum maksimal. Pada

perkebunan ini semua umur pohon diatas tiga tahun, masing-masing

telah memasuki umur 4, 11, dan 14 tahun pada tahun 2012. Waktu

panen buah kelapa sawit sangat mempengaruhi jumlah dan mutu

minyak yang dihasilkan. Waktu panen yang tepat akan diperoleh

kandungan minyak maksimal, tetapi pemanenan buah kelewat matang

akan meningkatkan asam lemak bebas (ALB), sehingga dapat

merugikan karena sebagian kandungan minyaknya akan berubah

menjadi ALB dan menurunkan mutu minyak. Pemanenan pada PT. TIS

dilakukan pada saat menjelang siang hari.

Pemanenan dilakukan dengan cara pemotongan pangkal tandan buah

segar berjarak sekitar 2 centimeter dari ujung pangkal, lalu tandan dan

Page 43: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

33

brondolan yang tercecer diletakkan dan dikumpulkan di piringan

tanaman, selanjutnya dibawa ke tempat pengumpulan hasil

menggunakan kereta sorong. Ciri tandan yang telah matang terdapat 10

brondolan yang jatuh dari tandan yang beratnya 10 kilogram. Tanaman

yang matang dapat ditandai dengan brondolan yang jatuh sebanyak 10

butir apabila umur tanaman kurang dari 10 tahun. Tetapi jika umur

tanaman lebih dari 10 tahun maka kematangan dapat ditandai dengan

banyaknya brondolan yang jatuh sekitar 15-20 butir.

Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek manajemen berkaitan dengan pengelolaan SDM yang dimiliki oleh

perusahaan. Pelaksanaan pengelolaan tersebut perlu memperhatikan bagaimana

struktur organisasi, deskripsi jabatan, dan jumlah tenaga kerja. Sedangkan aspek

hukum berkaitan dengan status perusahaan dengan melihat bagaimana badan

hukumnya dan bagaimana kelengkapan dokumen untuk izin usahanya.

1. Kelengkapan dan Dokumen Izin Usaha

PT. Terang Inti Seraya merupakan usaha perkebunan kelapa sawit yang

diresmikan pada tanggal 23 April 2012 oleh notaris Tito Utoyo, SH. PT. TIS

memperoleh surat pengesahan kehakiman yang merupakan keputusan

pengesahan menjadi bentuk perseroan dengan nomor daftar perseroan AHU

0042220.AH.01.09 tahun 2012. PT. TIS terdaftar dalam Direktorat Jenderal

Pajak Departemen Keuangan Republik Indonesia dengan Nomor Pokok

Wajib Pajak (NPWP) 026933242-211.000. Surat Izin Usaha Perdagangan

Menengah (SIUP) yang dimiliki PT. TIS dikeluarkan pada tanggal 5

Oktober 2012 dengan nomor 2215/BPT 04.01/X/2012. Tanggal 5 Oktober

2012 PT. TIS juga memperoleh Tanda Daftar Perusahaan Perseroan

Terbatas dengan nomor 040114606539. Perkebunan yang dimiliki PT. TIS

sudah memiliki Hak Guna Usaha yang dikeluarkan pada tahun 2005. Hak

Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung

oleh negara dalam jangka waktu tertentu kepada badan hukum untuk usaha

di bidang pertanian. Kelengkapan dokumen dan perizinan tersebut

menjadikan PT. TIS sebagai perusahaan dengan bentuk perseroan terbatas

yang sah secara hukum, dengan kegiatan perdagangan hasil perkebunan.

Salah satu dokumen penting yang perlu dimiliki perusahaan ini adalah

SIUP. SIUP dapat diajukan dengan melengkapi dokumen Akta Pendirian

Perusahaan, Nomor Pokok Wajib Pajak, surat keterangan domisili,

rekomendasi kesesuaian untuk IUP yang diterbitkan oleh gubernur, izin

lokasi dari bupati atau walikota yang dilengkapi dengan peta calon lokasi,

rencana kerja pembangunan kebun, hasil AMDAL sesuai dengan peraturan

yang berlaku, pernyataan perusahaan belum menguasai lahan melebihi batas

maksimum, pernyataan kesanggupan memiliki sarana-prasarana dan sistem

untuk melakukan pengendalian OPT, dan pernyataan kesediaan dan rencana

kerja kemitraan. Dokumen tersebut dapat diserahkan kepada bupati atau

walikota atau gubernur dalam jangka waktu paling lama 30 hari kerja

terhitung sejak tanggal permohonan diterima, dan harus diberikan jawaban

oleh pihak pemerintah apakah diterima, ditunda, atau ditolak.

Page 44: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

34

2. Organisasi Perusahaan

Organisasi dalam perusahaan memegang peranan penting agar usaha dapat

berjalan dengan baik. Perusahaan yang memiliki manajemen dengan baik

umumnya memiliki data jumlah tenaga kerja, struktur organisasi, serta

pembagian tugas yang jelas. Struktur organisasi pada PT. TIS terdiri dari

komisaris, direktur, administrasi, agronomi, pimpinan kebun, pengawas,

mandor panen, kerani, mandor perawatan, mekanik, driver atau operator,

keamanan, tenaga kerja panen, tenaga kerja perawatan, tenaga kerja umum.

Struktur organisasi PT. TIS dapat dilihat pada Gambar 5.

Deskripsi pekerjaan dari masing-masing jabatan adalah:

a) Komisaris

Bertugas dalam melakukan pengawasan dan memberikan pengarahan atau

nasihat kepada Direksi dalam mengelola perusahaan. Komisaris disini adalah

pemilik perusahaan yaitu Ir. Zulkarnain.

Gambar 6 Struktur organisasi PT. Terang Inti Seraya

Komisaris

Direktur Direktur

Mekanik

Mandor Perawatan Kerani Mandor Panen

Driver/Operator

Tenaga Kerja Umum

Pengawas

Pimpinan Kebun

Agronomi Keamanan

Page 45: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

35

b) Direktur

Memiliki wewenang penuh dalam pengambilan keputusan perusahaan yang

telah disepakati bersama Dewan Komisaris sekaligus berperan sebagai

penanggung jawab dalam seluruh kegiatan bisnis yang dijalankan.

c) Administrasi

Melaksanakan kegiatan pelayanan kantor, seperti pencatatan, penyediaan

fasilitas dan layanan administrasi perkantoran, sesuai ketentuan yang berlaku.

d) Pimpinan Kebun

Tugas pimpinan kebun adalah memimpin seluruh kegiatan kebun, mengontrol

pelaksanaan kegiatan yang di lakukan oleh bawahannya, membuat rencana

kerja, dan keuangan perusahaan.

e) Bagian Agronomi

Memiliki tugas membantu memberikan informasi kepada pengawas kebun

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan teknis perkebunan seperti dosis

pupuk dan herbisida yang digunakan, bagaimana tingkat kematangan buah

yang baik ketika dipanen, dan lain-lain.

f) Pengawas

Bertugas membantu pimpinan kebun dalam mengawasi mandor perawatan,

mandor panen, dan kerani dalam bertugas.

g) Mandor Panen

Bertanggung jawab langsung kepada pekerja panen dan mengatur bagian

kebun mana saja yang akan dipanen, serta melakukan sensus pokok.

h) Mandor Perawatan

Bertanggung jawab langsung kepada tenaga kerja perawatan dan membagi

bagian mana saja yang akan dilakukan perawatan tanaman, serta melakukan

sensus pokok.

i) Kerani

Bertugas sebagai pencatat hasil panen kebun. Kerani bekerja dengan cara

beerkeliling kebun dengan menumpang truk mengelilingi collection road.

Hasil panen yang dicatat adalah hasil panen perjanjang TBS yang ditimbang

oleh operator.

j) Driver atau Operator

Bertugas dalam pengangkutan dan membantu kerani dalam pencatatan hasil

panen. Serta menyetir truk mengantarkan kerani berkeliling untuk mencatat.

k) Keamanan

Bertugas menjaga keamanan area perkebunan dari hewan pengganggu

ataupun orang yang tidak berkepentingan dalam kebun.

l) Tenaga Kerja Umum

Bertugas sebagai pelayan dalam membantu kegiatan di kantor jika ada tamu

kantor, keperluan kantor yang memerlukan mobilisasi, dan lain-lain.

m) Tenaga Kerja Perawatan

Bertugas dalam kegiatan perawatan tanaman yaitu pemberian pupuk,

pembersihan hama dan gulma tanaman, penyulaman, pembuatan piringan,

dan pemotongan pelepah.

n) Tenaga Kerja Panen

Bertugas dalam kegiatan pemanenan hasil tanaman dan pengumpulan hasil

panen sampai ke collection road.

Page 46: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

36

Total direksi, karyawan, dan tenaga kerja yang bekerja pada PT. TIS adalah

132 orang. Rincian jumlah masing-masing pekerja berdasarkan jabatan dapat

dilihat pada Lampiran 5.

Aspek Sosial dan Lingkungan

Analisis aspek sosial dan lingkungan dapat dilihat dari dampak positif yang

ditimbulkan oleh kegiatan usaha PT. TIS terutama untuk lingkungan sekitar.

Usaha yang didirikan pada lingkungan masyarakat ini dapat memberikan fasilitas

kepada masyarakat. Awalnya, di daerah perkebunan PT. TIS belum ada sarana

seperti listrik, sumber air yang memadai, serta sarana peribadatan. Pendirian PT.

TIS juga dapat membuka isolasi wilayah yang awalnya akses menuju daerah

tersebut sulit dikarenakan infrastruktur jalan yang masih belum baik. PT. TIS

berinisiatif untuk memperbaiki dan kegiatan perdagangan kebutuhan sehari-hari

seperti warung pun menjadi banyak karena mudahnya akses ke daerah tersebut.

Pemerintah daerah setempat juga memperoleh dampak positif dari usaha

perkebunan kelapa sawit PT. TIS karena PT. TIS juga membayar retribusi untuk

peningkatan pendapatan pemerintah Pekanbaru.

Limbah dari kegiatan usaha perkebunan kelapa sawit ini adalah pelepah-

pelepah dan daun tanaman kelapa sawit. Limbah tersebut dibuang ke area antara

pohon yang satu dengan pohon lainnya atau yang biasa disebut gawangan.

Limbah tersebut sekaligus berguna sebagai penyubur tanah karena limbah tersebut

bersifat organik dan dapat didaur ulang dan tidak mencemari lingkungan.

Aspek Finansial

Tujuan dari analisis finansial adalah untuk menilai kelayakan keuangan

perusahaan secara keseluruhan. Alat ukur untuk menentukan kelayakan suatu

usaha berdasarkan kriteria investasi dapat dilakukan melalui pendekatan net

benefit, net B/C, IRR, serta payback periodnya. Kriteria investasi tersebut dapat

diketahui dengan memproyeksikan arus kas (cashflow) dan laporan laba/rugi.

Setelah itu dapat dilakukan analisis switching value.

Arus kas merupakan jumlah uang yang masuk dan keluar dalam suatu

perusahaan berkaitan dengan kegiatan investasi. Pihak perusahaan perlu untuk

mengetahui berapa kas bersih yang diterima dari uang yang diinvestasikan dalam

suatu usaha. Komponen penyusun cash flow antara lain inflow dan outflow dari

kegiatan investasi, net benefit, serta inflow dan outflow dari aktifitas bisnis

tambahan jika ada. Umur ekonomis dari tanaman kelapa sawit adalah 25 tahun,

tetapi proyeksi arus kas dilakukan selama 21 tahun karena tahun tanam masing-

masing kebun dari tiga perkebunan berbeda, dan yang paling baru tahun tanamnya

adalah perkebunan di tenayan dengan tahun tanam 2008 sehingga umur tanaman

ketika pembelian lahan sudah mencapai empat tahun. Selisih antara arus

penerimaan dan arus pengeluaran merupakan manfaat atau biaya yang diterima

dari kegiatan bisnis perkebunan kelapa sawit.

Arus penerimaan pada PT. TIS berasal dari hasil penjualan produk,

pinjaman, pendapatan bunga jasa giro, dan nilai sisa. Penerimaan penjualan

diperoleh dari hasil penjualan TBS. Hasil penjualan TBS tergantung pada

produksi yang dihasilkan tanaman kelapa sawit. Penjualan TBS pada tahun ke-1

usaha diperoleh dari data historis PT. TIS. Proyeksi mulai dilakukan pada tahun

Page 47: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

37

ke-2 sampai tahun ke-22 usaha. Pada tahun ke-13 (2024) dan tahun ke-16

(2027), perusahaan melakukan re-investasi atau replanting. Proyeksi penjualan

dari tahun 2012 sampai dengan 2033 dapat dilihat pada lampiran 2.

Dasar jumlah produksi yang digunakan pada proyeksi tersebut diambil

dari data proyeksi perusahaan. Harga jual yang digunakan adalah Rp 1 470

perkilogram, diperoleh dari rata-rata fluktuasi harga yang berkisar antara Rp 1

003 – Rp 1 937. Harga tersebut pada tahun-tahun selanjutnya naik sebesar 5

persen di tiap tahunnya.

Selain penerimaan pokok, terdapat penerimaan berupa bunga jasa giro

yang besarannya tergantung kepada jumlah kas yang disimpan di giro. Pada

awal tahun usaha mulai berjalan, perusahaan juga memperoleh modal yang

berasal dari bank. Bank yang memberikan modal pinjaman kepada perusahaan

adalah Bank Rakyat Indonesia Syariah dengan modal pinjaman yang diberikan

adalah sebesar Rp 15 000 000 000. Bunga pinjaman yang ditentukan sebesar 11

persen dengan jangka waktu pengembalian delapan tahun.

Penerimaan perusahaan yang terakhir adalah diperoleh dari nilai sisa. Nilai

sisa merupakan Merupakan taksiran nilai atau potensi arus kas masuk apabila

aktiva tersebut dijual pada saat penarikan/penghentian (retirement) aktiva. Nilai

residu tidak selalu ada, ada kalanya suatu aktiva tidak memiliki nilai residu karena

aktiva tersebut tidak dijual pada masa penarikannya2. Jumlah nilai sisa yang

diperoleh PT. TIS pada tahun 2033 sebesar Rp 21 400 203 500 dapat dilihat pada

lampiran 6.

Komponen pengeluaran terdiri dari biaya investasi, biaya operasional

(variabel dan tetap), biaya pembayaran pinjaman dan bunga, serta biaya pajak.

Biaya investasi diperoleh dari kegiatan investasi sedangkan biaya operasional

diperoleh dari kegiatan operasional. Biaya pembayaran pinjaman dan bunga

diperoleh berdasarkan ketentuan pihak bank tergantung pada besar bunga

pinjaman dan lama masa pengembalian. Biaya pajak pada cash flow diasumsikan

sebesar 25 persen. Manfaat bersih (net benefit) diperoleh dari selisih antara

komponen inflow dan outflow.

1. Biaya Investasi

Biaya investasi yang dikeluarkan PT. TIS terdiri dari replanting, pembelian

lahan yang didalamnya sudah termasuk tanaman kelapa sawit, bangunan

kantor, sarana penunjang, perlengkapan kantor, mesin dan peralatan, dan

kendaraan. Khusus biaya bibit, tidak dikeluarkan pada tahun pertama, tetapi

pada tahun ke-13 dan ke-16 karena merupakan bentuk replanting atau re-

investasi. Rincian biaya replanting dapat dilihat pada lampiran 7. Jumlah

biaya yang harus dikeluarkan untuk replanting adalah Rp 4 419 936 940 dan

Rp 3 100 370 625. Biaya tersebut terdiri dari pembelian bibit, penumbangan

pohon, upah tanam, upah perawatan, pupuk, dan herbisida selama empat

tahun. Total biaya investasi pada tahun pertama yang dikeluarkan oleh PT.

TIS sebesar Rp 28 540 406 200. Biaya investasi terbesar dikeluarkan untuk

membeli lahan.

2 administrator. 2013. Metode Penyusutan Aktiva Tetap. http://keuanganlsm.com/article/artikel-

akuntansi/penyusutan-depresiasi-aktiva-tetap/[02 Juli 2013]

Page 48: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

38

2. Biaya Operasional

Biaya operasional dibagi menjadi dua komponen yaitu biaya variabel dan

biaya tetap. Biaya operasional variabel merupakan biaya yang dikeluarkan

dalam kegiatan operasional yang bersifat dapat dikendalikan dan bergantung

kepada perkembangan jumlah produksi atau jumlah penjualan dalam satu

periode. Komponen biaya operasional variabel pada PT. TIS adalah biaya

panen, biaya perawatan, biaya pengangkutan, dan pajak bunga jasa giro.

Pajak bunga jasa giro termasuk kepada biaya variabel karena jumlahnya

yang dapat berubah sesuai dengan persediaan kas. Biaya operasional tetap

adalah biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh perkembangan jumlah

produksi atau jumlah penjualan dalam satu periode. Komponen biaya

operasional tetap PT. TIS adalah biaya sewa bangunan, biaya gaji, biaya

listrik, air, telepon, dan benda pos, biaya pemeliharaan atau perbaikan, biaya

perjalanan dinas, biaya ATK dan rumah tangga kantor, biaya perizinan dan

retribusi, biaya karyawan, biaya kebersihan dan keamanan, biaya konsultan,

pajak reklame, PPH 21, serta PBB. Total biaya operasional tetap

pertahunnya sebesar Rp 740 905 932. Rincian biaya operasional tetap dapat

dilihat pada tabel 7.

Tabel 7 Rincian biaya operasional tetap PT. TISa

No Biaya Tetap Jumlahb

1. Biaya Sewa Bangunan 48.000.000

2. Biaya Gaji 402.296.335

3. Biaya Listrik, Air, Telephone, dan Benda Pos 12.910.500

4. Biaya Pemeliharaan/perbaikan 2.059.800

5. Biaya Perjalanan Dinas 8.194.147

6. Biaya ATK dan Rumah Tangga Kantor 7.792.000

7. Biaya Perizinan dan Retrebusi 19.034.300

8. Biaya Karyawan 1.002.950

9. Biaya Kebersihan dan Keamanan 526.400

10. Biaya Konsultan 207.570.000

11. Biaya Pajak Daerah Lainnya ( pajak reklame ) 763.500

12. Pajak PPH 21 2.000.000

13. PBB 28.756.000

Total Biaya Tetap 740.905.932 aSumber: data sekunder PT. TIS (diolah);

brupiah

3. Biaya Pembayaran Pinjaman dan Bunga

Jumlah dana pinjaman PT. TIS kepada Bank Rakyat Indonesia Syariah

adalah sebesar Rp 15 000 000 000. Dana tersebut mempunyai jangka waktu

pengembalian delapan tahun dengan bunga 11 persen. Pembayaran yang

disepakati menggunakan capital recovery 11 persen dengan jumlah cicilan

yang harus dibayarkan tiap tahunnya Rp 2 910 000 000. Pembayaran

pinjaman dilakukan mulai dari tahun 2013 hingga 2020.

4. Pajak

Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36

tahun 2008 pasal 17 ayat 2a, bahwa Tarif Pajak Penghasilan (PPh) yang

digunakan untuk menghitung penghasilan kena pajak adalah sebesar 25

Page 49: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

39

persen dari laba yang dihasilkan. Pajak yang dibayarkan oleh PT. TIS dapat

dilihat pada tabel 8 berikut

Tabel 8 Pajak PT. TISa

No Tahun Pajakb

1. 2012 90 992 162

2. 2013 286 742 556

3. 2014 480 055 234

4. 2015 705 296 331

5. 2016 899 826 296

6. 2017 1 038 537 616

7. 2018 1 089 457 031

8. 2019 1 166 176 578

9. 2020 1 652 202 342

10. 2021 1 722 091 762

11. 2022 1 736 196 337

12. 2023 1 190 268 929

13. 2024 1 198 930 329

14. 2025 1 169 089 817

15. 2026 139 670 762

16. 2027 403 452 113

17. 2028 883 539 635

18. 2029 1 663 792 712

19. 2030 2 779 385 970

20. 2031 4 059 208 392

21. 2032 4 827 059 255

22. 2033 14 481 177 766 aSumber: data sekunder PT. TIS (diolah);

brupiah

Laporan laba rugi adalah laporan yang menunjukan jumlah pendapatan yang

diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam suatu periode tertentu. Laporan

laba rugi dapat menggambarkan kinerja perusahaan dalam suatu periode tertentu.

Komponen laba rugi terdiri dari penjualan (pendapatan), harga pokok penjualan,

laba kotor, biaya operasional yang termasuk biaya penyusutan, laba kotor

operasional, pendapatan lainnya, bunga, serta beban pajak. Komponen dalam laba

rugi yang tidak tercantum dalam arus kas adalah biaya penyusutan yang diperoleh

dari kegiatan investasi yang dilakukan perusahaan. Rincian biaya penyusutan

dapat dilihat pada lampiran 3.

Laba bersih yang diperoleh PT. TIS bernilai negatif pada tahun ke-1. Hal

tersebut dikarenakan jumlah penjualan yang masih sedikit. Rincian laba rugi dapat

dilihat pada Lampiran 8 dan hasil analisis proyeksi nilai laba rugi pertahun dapat

diihat pada Tabel 9.

Page 50: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

40

Tabel 9 Proyeksi nilai laba rugia

No Tahun Nilai Laba Rugi (Rp)

1. 2012 (1 873 120 514)

2. 2013 272 976 487

3. 2014 860 227 667

4. 2015 1 440 165 701

5. 2016 2 115 888 992

6. 2017 2 699 478 888

7. 2018 3 115 612 848

8. 2019 3 268 371 093

9. 2020 3 498 529 733

10. 2021 4 956 607 026

11. 2022 5 166 275 285

12. 2023 5 208 589 011

13. 2024 3 570 806 786

14. 2025 3 596 790 986

15. 2026 3 507 269 450

16. 2027 419 012 285

17. 2028 1 210 356 339

18. 2029 2 650 618 904

19. 2030 4 991 378 136

20. 2031 8 338 157 910

21. 2032 12 177 625 177

22. 2033 14 481 177 766 aSumber: Data primer (diolah)

Kriteria Investasi

Kelayakan suatu usaha dapat dinilai dengan kriteria investasi. Kriteria

investasi tersebut terdiri dari net present value (NPV), net benefit-cost ratio (Net

B/C), internal rate of return (IRR), payback period (PP). Discount Factor juga

digunakan untuk mencari nilai sekarang dan nilai di masa yang akan datang.

Analisis-analisis tersebut menggunakan laporan arus kas yang dapat dilihat pada

lampiran 9. Hasil analisis kriteria investasi PT. TIS dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10 Hasil analisis kriteria investasi PT. TIS

No. Kriteria kelayakan Hasil penilaian pada DF 11%

1 NPV Rp 26 057 938 182

2 Net B/C 3.58

3 IRR 31 persen

4 PP 7.58 tahun aSumber: Data primer (diolah)

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value merupakan nilai manfaat bersih sekarang. Nilai tersebut

didapat dari selisih antara total PV manfaat dengan PV biaya. Hasil analisis

menunjukan NPV positif sebesar Rp 26 057 938 182. Suatu usaha dapat dikatakan

layak jika NPV nya lebih dari nol. Usaha perkebunan kelapa sawit PT. TIS layak

dari segi NPV karena NPV lebih besar dari nol.

Page 51: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

41

2. Net B/C

Net B/C merupakan rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif (PV

+) dengan manfaat bersih yang bernilai negatif (PV -) atau manfaat bersih yan

menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap satu satuan kerugian dari bisnis

tersebut. Nilai B/C yang diperoleh adalah 3.58 yang berarti setiap tambahan biaya

yang dikeluarkan sebesar Rp 1 akan menghasilkan tambahan manfaat bersih bagi

PT. TIS sebesar Rp 3.58. Hasil analisis menunjukkan bahwa Net B/C bernilai

lebih besar dari 1. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa usaha memiliki manfaat

bersih yang menguntungkan terhadap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut

sehingga layak untuk dilaksanakan.

3. Internal Rate of Return

Analisis Internal Rate of return bertujuan untuk mengetahui seberapa

besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Nilai IRR

mencerminkan besarnya discount rate yang apabila digunakan untuk

mendiskontokan seluruh kas masuk akan menghasilkan jumlah kas yang sama

dengan jumlah kas keluar. Discount Rate yang digunakan pada analisis adalah 11

persen. Hasil analisis menunjukan nilai IRR sebesar 31 persen. Usaha perkebunan

kelapa sawit PT. TIS layak untuk djalankan karena nilai IRR tersebut lebih besar

dari discount rate yang digunakan.

4. Payback Period (PP)

Analisis payback period bertujuan untuk mengetahui jangka waktu

pengembalian dari investasi yang telah dilakukan. Payback Period yang diperoleh

selama 7.58 tahun atau 7 tahun 6 bulan menunjukan jangka waktu pengembalian

investasi yang dilakukan lebih cepat dari umur bisnis yaitu 22 tahun. Usaha

perkebunan kelapa sawit PT. TIS layak untuk dijalankan karena jangka waktu

pengembalian investasi lebih cepat dari umur proyek.

Analisis Switching Value

Analisis switching value dilakukan untuk mengukur berapa besar toleransi

terhadap perubahan pada komponen penting dari usaha yang dijalankan.

Perubahan pada komponen tersebut juga dapat mengukur kepekaan perusahaan

terhadap perubahan tersebut. Persentase perubahan yang lebih rendah

menunjukkan bahwa komponen tersebut lebih peka dibanding komponen lain

yang persentase toleransi perubahannya lebih besar. Komponen penting pada

usaha perkebunan kelapa sawit PT. TIS adalah penjualan TBS (produktivitas dan

harga) dan biaya variabel (biaya perawatan). Komponen tersebut dipilih

berdasarkan komponen dari inflow dan outflow yang paling berpengaruh terhadap

keuntungan yang akan didapatkan perusahaan.

Hasil analisis penurunan perkiraan nilai produksi adalah sebesar 25.5

persen. Artinya, nilai tersebut merupakan batas penurunan produktivitas dan harga

jual maksimal agar usaha perkebunan tetap layak untuk dilaksanakan secara

finansial. Hasil analisis untuk peningkatan biaya variabel yaitu biaya perawatan

maksimal sebesar 131.56 persen. Berdasarkan hasil analisis tersebut, kelayakan

usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya lebih peka terhadap

penurunan nilai produksi dibanding kenaikan biaya variabel.

Page 52: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

42

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Simpulan yang diperoleh dari penelitian mengenai analisis kelayakan usaha

perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya yaitu berdasarkan hasil analisis

kelayakan usaha aspek non finansial, usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang

Inti Seraya layak untuk dijalankan. Berdasarkan hasil analisis kelayakan usaha

aspek finansial, usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya layak

untuk dijalankan. Hasil analisis switching value pada dua komponen yang dinilai

paling berpengaruh dalam usaha perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya

yaitu penjualan TBS dan biaya perawatan menunjukkan bahwa komponen

penjualan TBS lebih peka terhadap perubahan dibanding komponen biaya

perawatan.

Saran

Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai aspek ekonomi agar dapat

mengetahui pengaruh usaha pada skala perekonomian nasional dan melakukan

evaluasi agar sumberdaya yang digunakan dapat berkontribusi pada pendapatan

nasional.

DAFTAR PUSTAKA

[BPS]. 2013. PDB Sektor Pertanian 2010 [internet]. [diunduh 2013 Juli 22].

Tersedia pada: http://www.bps.go.id/pdb.php

[BPS]. 2012. Luas Areal Perkebunan menurut Jenis Tanaman 2007-2011

[internet]. [diunduh 2013 Juli 23]. Tersedia pada:

http://riau.bps.go.id/attachments/tabel%206.2.2.pdf

Budiasa IW. 2000. Studi Kelayakan Proyek Perkebunan Kelapa Sawit PT.

Henrison Inti Persada Papua. Working paper. Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Denpasar-Bali.

Demiyati T. 2011. Analisis Kelayakan Investasi Perkebunan Kelapa Sawit dengan

Sistem Bagi Hasil (Studi kasus : Perkebunan Rakyat di Desa Budi Asih,

Kecamatan Pulau Rimau, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan)

[skripsi]. Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

[Departemen Pertanian]. 2010. Luas Areal Berdasarkan Status Kepengusahaan.

Jakarta (ID): Departemen Pertanian.

[Departemen Pertanian]. 2011. Produk Domestik Bruto Indonesia [Internet].

[diunduh 2013 Juni 18]. Tersedia pada:

http://www.deptan.go.id/Indikator/tabel-12-PDB-berlaku.pdf

[Departemen Pertanian]. 2012. Informasi Ringkas Komoditas Perkebunan

[Internet]. [diunduh 2013 Juli 23]. Tersedia pada:

http://pusdatin.setjen.deptan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/A1_Jan_Klp_Sa

wit.pdf

Page 53: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

43

[Dinas Perkebunan Provinsi Riau]. 2012. Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit

Riau [Internet]. [diunduh 2013 Juni 18]. Tersedia pada:

http://disbun.riau.go.id/index.php/luas-pekebunan

[Direktorat Jenderal Perkebunan]. 2009. Area and Production by Categoriy of

Producers. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Perkebunan.

[Direktorat Tanaman Tahunan]. 2011. Pengelolaan Perkebunan Pekanbaru

[Internet]. [diunduh 2013 Juni 10]. Tersedia pada

ditjenbun.deptan.go.id/budtanan/

[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2011. Diskusi “Industri Sawit Pasca

Moratorium, Mau Kemana?” [Internet]. [diunduh 2013 Juni 30]. Tersedia

pada

http://ditjenbun.deptan.go.id/budtanan/index.php?option=com_content&vi

ew=article&id=84:diskusi-industri-sawit-pasca-moratorium-mau-

kemana&catid=15:home&Itemid=1

Gittinger JP. 1986. Analisis Ekonomi Proyek Pertanian. Jakarta (ID): Universitas

Indonesia Press.

Husnan S, Suwarsono. 1997. Studi Kelayakan Proyek : Konsep, Teknik, dan

Penyusunan Laporan. Jakarta (ID): BPPE.

Husnan S, Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek : Konsep, Teknik, dan

Penyusunan Laporan. Jakarta (ID): AMP.

[ITC]. 2012. Market Brief ITPC Osaka. [Internet]. [diunduh 2013 Juni 30].

Tersedia pada: http://itpc.or.jp/wp-content/uploads/2012/05/Market-Brief-

ITPC-Osaka-Mei-2012-Minyak-Kelapa-Sawit1.pdf

Jumingan. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): Bumi Aksara

Kasmir, Jakfar. 2010. Studi Kelayakan Bisnis Edisi Kedua. Jakarta (ID): Kencana

Lubis AU. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat

Penelitian Perkebunan Marihat-Bandar Kuala. Sumatera Utara. 435 hal.

Mangoensoekarjo S, Semangun H. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.

Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Miranti. 2010. Kontribusi CPO Indonesia [internet]. [diunduh 2013 Juni 10].

Tersedia pada:

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/hhandl/123456789/46536/BAB%20I%

20Pendahuluan_%202011dba.pdf?sesequen=4

Mukti. 2009. Analisis Kelayakan Investasi Pabrik Kelapa Sawit (Studi Kasus

Kabupaten Aceh Utara, Nanggroe Aceh Darussalam) [skripsi]. Program

Sarjana Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID):

Departemen Agribisnis FEM IPB

[Statistik Kelapa Sawit Indonesia]. 2009. Kontribusi Kelapa Sawit Indonesia

[Internet]. [diunduh 2013 Mei 30]. Tersedia pada

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60839/BAB%20I.

%20PENDAHULUAN.pdf?sequence=1

Ramdan B. 2011. Kelayakan Pengembangan Usaha Crude palm Oil (CPO) Pada

PT Tapian Nadenggan Kabupaten Padang Lawas Utara Provinsi Sumatera

Utara [skripsi]. Program Sarjana Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Siregar M. 2010. Perkembangan Perkebunan Industri Kelapa Sawit Indonesia

[Internet]. [diunduh 2013 Mei 5]. Tersedia pada:

Page 54: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

44

http://disbun.kaltimprov.go.id/berita2-796-didera-kampanye-hitam-ekspor-

sawit-ri-masih-kencang.html

Suwarto SY.2011. Budidaya Kelapa Sawit. Bahan Kuliah. Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor.

Syahza A. 2012. Potensi Pengembangan Industri Kelapa Sawit. Lembaga

Penelitian Universitas Riau [Internet]. [diunduh 2013 April 24]. Tersedia

pada: http://almasdi.staff.unri.ac.id/files/2012/09/Potensi-PKS-di-Riau.pdf

[Terang Inti Seraya] PT Terang Inti Seraya. 2013. Laporan keuangan tahun 2012.

Jakarta (ID): Terang Inti Seraya

[UNCTAD]. 2012. Konsumsi CPO Indonesia [Internet]. [diunduh 2013 Mei 12].

Tersedia pada: http://www.unctad.info/en/Infocomm/AACP-

Products/Palm-oil/

Umar H. 2007. Studi Kelayakan Bisnis Edisi 3: Teknik Menganalisis Kelayakan

Rencana Bisnis secara Komprehensif. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka

Utama

Page 55: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

45

Lampiran 1 Produk turunan kelapa sawita

aSumber: sawitakasima.net

Page 56: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

46

Lampiran 2 Proyeksi penjualan TBS PT. TIS tahun 2013-2033a

Tahun Total

produksib Penerimaan

c Tahun

Total

produksib Penerimaan

c

2013 7 283 529 10 706 788 292 2024 4 776 325 12 008 629 772

2014 7 477 279 11 541 180 075 2025 4 538 066 11 980 079 467

2015 7 622 023 12 352 822 887 2026 4 251 483 11 784 704 139

2016 7 819 259 13.306 102 242 2027 2 039 161 5 934 976 127

2017 7 893 404 14.103 888 208 2028 2 590 486 7 916 588 730

2018 7 800 071 14 633 977 864 2029 3 108 399 9 974 310 265

2019 7 490 327 14 755 498 789 2030 3 274 605 11 033 017 315

2020 7 251 364 14 998 994 414 2031 3 440 696 15 539 444 566

2021 7 012 278 15 229 682 086 2032 5 724 549 21 264 504 292

2022 6 773 133 15 445 809 025 2033 6 276 988 24 482 437 159

2023 6 436 922 15 413 050 560 aSumber: Proyeksi penjualan TBS PT. TIS (diolah);

bTotal produksi (kg);

cPenerimaan (Rp)

Page 57: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

47

Lampiran 3 Luasan main road, collection road, dan control roada

No Uraian

Kebun

Buluh

Nipisb

Kebun

Ujung Batu

Rokanb

Kebun

Tenayanb

1. Jalan Utama ( Main Road ) 1.736 1.237 1.141

2. Jalan Koleksi ( Collection Road ) 5.782 4.121 3.801

3. Jalan Kontrol ( Control Road ) 1.007 718 662

aSumber: Data Sekunder Perusahaan (diolah);

bmeter

Page 58: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

48

Lampiran 4 Layout perkebunan kelapa sawit PT. Terang Inti Seraya di Ujung

Batu Rokan

Keterangan:

A dan B : blok

1, 2, 3, dst : nomor blok

Page 59: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

49

Lampiran 5 Dosis dan harga pupuka

No Bulan ke Dosisb

Jenis Hargac

1 1 0,5 Urea 5 000

2 2 0,75 Urea 5 000

3 4 0,75 TSP 2 000

4 8 0,75 Urea 5 000

5 12 0,75 Urea 5 000

6 16 0,75 TSP 2 000

7 20 0,75 Urea 5 000

8 24 0,75 Urea 5 000

9 28 1 TSP 2 000

10 32 1 Urea 5 000

11 36 1 Urea 5 000

12 40 1 TSP 2 000

13 44 1 Urea 5 000

14 48 1 Urea 5 000 aSumber: Sihombing M (2013);

bkilogram;

crupiah

Page 60: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

50

Lampiran 6 Jumlah pekerja PT. TIS berdasarkan jabatana

No Jabatan

Unit perdivisi Jumlah

Tenaga

Kerjab Pekanbaru

b Buluh

Nipisb

Ujung

Batu

Rokanb

Tenayanb

1. Komisaris 1 - - - 1

2. Direktur 2 - - - 2

3. Administrasi 2 1 1 - 4

4. Agronomi 1 - - - 1

5. Pimpinan Kebun - 1 1 1 3

6. Pengawas - 1 - - 1

7. Mdr. Panen - 2 1 1 4

8. Krani. Cek Buah - 1 1 1 3

9. Mdr. Perawatan - 1 - 1 2

10. Mekanik - 3 - - 3

11. Driver/Operator 1 4 3 3 11

12. Keamanan/Security - 2 1 1 4

13.

Tenaga Kerja

Panen - 14 7 6 27

14.

Tenaga Kerja

Perawatan - 29 10 26 65

15.

Tenaga Kerja

Umum 1 - - - 1

Total 8 59 25 40 132

aSumber: Data Sekunder Perusahaan;

borang

Page 61: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

51

Lampiran 7 Jumlah penyusutan dan nilai sisa usaha perkebunan kelapa sawit PT.

Terang Inti Serayaa

No Uraian Nilai Awal

Umur

Ekonomis

Penyusutan

Pertahun Sisa Umur Nilai Sisa

I. MESIN – MESIN

1 Mesin Genset Yanmar TS230 35,000,000 5 7,000,000 2 14,000,000

2 Mesin Genset Yanmar TS230 12,000,000 5 2,400,000 2 4,800,000

3 Mesin Genset Yanmar TS230 17,500,000 5 3,500,000 2 7,000,000

4 Mesin Genset Misaka 4,500,000 5 900,000 2 1,800,000

5 Mesin Genset Dongfeng 3,500,000 5 700,000 2 1,400,000

6 Mesin Genset Fortebel Firman 2,500,000 5 500,000 2 1,000,000

7 Mesin Pompa Air Firman 2,500,000 5 500,000 2 1,000,000

8 Mesin Pompa Air Robyn 2,500,000 5 500,000 2 1,000,000

9 Mesin Pompa Air Robyn 2,500,000 5 500,000 2 1,000,000

10 Mesin Pompa Air Federolo 1,750,000 5 350,000 2 700,000

11 Mesin Pompa Air Robyn 2,500,000 5 500,000 2 1,000,000

12 Mesin Pompa Air Kama 2,500,000 5 500,000 2 1,000,000

13 Mesin Las 4,500,000 5 900,000 2 1,800,000

14 Mesin Chain Saw JSKY 1,150,000 5 230,000 2 460,000

15 Panel Uk. 30 x 40 x 10 1,250,000 5 250,000 2 500,000

16 Mesin Pompa Air Federolo 2,435,000 5 487,000

2 974,000

Jumlah Mesin - Mesin 98,585,000 19,717,000

II. BANGUNAN KANTOR KEBUN

1 Kantor 77,700,000 10 7,770,000 2 15,540,000

2 Musholla 19,500,000 10 1,950,000 2 3,900,000

3 Bengkel 16,100,000 10 1,610,000 2 3,220,000

4 Mes Karyawan - 1 405,000,000 10 40,500,000 2 81,000,000

5 Mes Karyawan - 2 160,000,000 10 16,000,000 2 32,000,000

6 Mes Karyawan - 3 120,000,000 10 12,000,000 2 24,000,000

7 Gudang 12,800,000 10 1,280,000 2 2,560,000

Jumlah Bangunan 811,100,000 81,110,000

III PERALATAN DAN

PERLENGKAPAN KANTOR

1 Meja Direktur 8,076,000 4 2,019,000 2 4,038,000

2 Meja Kerja 4,000,000 4 1,000,000 2 2,000,000

3 Meja Kerja 1/2 Biro 9,000,000 4 2,250,000 2 4,500,000

4 Kursi Kerja 1,400,000 4 350,000 2 700,000

5 Kursi Tamu (Sofa) 5,000,000 4 1,250,000 2 2,500,000

6 Kursi Kerja 1,350,000 4 337,500 2 675,000

7 Meja Rapat 2,050,000 4 512,500 2 1,025,000

8 Meja computer 1,550,000 4 387,500 2 775,000

9 Lemari Arsip Besi 2,200,000 4 550,000 2 1,100,000

10 Filling Kabinet 550,000 4 137,500 2 275,000

11 AC Merk Sanyo Merek SAP KQ6GL 3,300,000 4 825,000 2 1,650,000

12 AC Merk LG Neo Plasma 3,300,000 4 825,000 2 1,650,000

Page 62: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

52

13 AC Merk Mitshubishi 3,300,000 4 825,000 2 1,650,000

14 Computer PC Merk Digital + UPS

ICA CE 1200

3,550,000 4 887,500

2 1,775,000

15 Computer PC Merk Accer 2,000,000 4 500,000 2 1,000,000

16 Computer PC + UPS Merk Nexus 2,750,000 4 687,500 2 1,375,000

17 Printer Merek Canon Pixma MP2770 450,000 4 112,500

2 225,000

18 Printer Merek Canon Pixma MP256 750,000 4 187,500 2 375,000

19 Printer Merek Epson LQ 2090 900,000 4 225,000 2 450,000

20 Mesin Fax Merek Panasonik KX-

FP342

400,000 4 100,000

2 200,000

21 Pesawat Telephone Merek Sahitel 200,000 4 50,000 2 100,000

22 Meja Kerja busa ( FUTURA ) 1,498,200 4 374,550 2 749,100 23 Lemari Arsip Besi Merk LION 5,791,500 4 1,447,875 2 2,895,750

24 Meja Direktur 6,800,000 4 1,700,000 2 3,400,000

25 Rak buku rendah 3,200,000 4 800,000 2 1,600,000

26 Kursi Direktur 4,284,500 4 1,071,125 2 2,142,250

Jumlah Peralatan & Perlengkapan 77,650,200

19,412,550

IV KENDERAAN KEBUN

1 Dump Truck Toyota Dyna BM 8709

TC

250,000,000 5 50,000,000 2 100,000,000

2 Dump Truck Toyota Dyna BM 8112

TE

278,208,000 5 55,641,600 2 111,283,200

3 Dump Truck Toyota Dyna BM 8113

TE

278,208,000 5 55,641,600 2 111,283,200

4 Truck Mitshubishi FE349 BM 9033

LM

230,000,000 5 46,000,000 2 92,000,000

5 Jeep Ford Everest BM 168 MY 250,000,000 5 50,000,000 2 100,000,000

6 Jeep Ford Everest BM 1932 DJ 175,000,000 5 35,000,000 2 70,000,000

7 Jeep Daihatsu Taft Rocky BM 1352

A

54,000,000 5 10,800,000 2 21,600,000

8 Jeep Daihatsu Taft Rocky BM 1614

RE

65,000,000 5 13,000,000 2 26,000,000

9 Pickup Daihatsu BM 1875 LV 37,851,666 5 7,570,333 2 15,140,666

10 Pickup Daihatsu B 2403 VL 30,000,000 5 6,000,000 2 12,000,000

11 Pickup Daihatsu L 1067 GV 35,051,666 5 7,010,333 2 14,020,666

12 Pickup Daihatsu W 1621 XE 33,551,668 5 6,710,334 2 13,420,667

13 Sepeda Motor Honda BM 3485 MJ 5,500,000 5 1,100,000 2 2,200,000

14 Sepeda Motor Yamaha Jupiter Z BM

6594 JC

14,400,000 5 2,880,000 2 5,760,000

15 Sepeda Motor Yamaha Jupiter Z BM

6865 OB

9,000,000 5 1,800,000 2 3,600,000

16 Sepeda Motor Yamaha Jupiter Z BM

3775 Q

10,400,000 5 2,080,000 2 4,160,000

17 Sepeda Motor Honda BM 3917 MB 5,500,000 5 1,100,000 2 2,200,000

18 Sepeda Motor Bajaj BM 3497 JD 13,500,000 5 2,700,000 2 5,400,000

Jumlah Kenderaan 1,775,171,00

0

355,034,200

V TANAMAN MENGHASILKAN

1 Tanaman 123,76 Ha Thn 1998. 11,844,600,0

00

25 473,784,000 15 7,106,760,0

00 2 Tanaman 173,64 Ha Thn 2001. 18,531,800,0

00

25 741,272,000 18 13,342,896,

000 3 Tanaman 114,13 Ha Thn 2008. 10,401,500,0

00

25 416,060,000 0 -

Jumlah Tanaman Menghasilkan 40,777,900,0

00

1,631,116,000

Penyusutan pertahun 2,106,389,750 Total nilai

sisa

21,400,203,

500

Page 63: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

53

Lampiran 8 Rincian biaya replanting PT. Terang Inti Serayaa

Uraian Satuan Replanting tahun ke-13 (Ujung Batu Rokan) Replanting tahun ke-16 (Buluh Nipis)

Unit Biaya per unit Jumlah biaya Unit Biaya per unit

Jumlah

biaya

Bibit pohon 21434 30000 643005600 17573 30000 527175000

Tumbang

pohon hektar 181,64 5000000 908200000 123,75 5000000 618750000

Upah

tanam hektar 181,64 2000000 363280000 123,75 2000000 247500000

Perawatan

hektar

pertahun 181,64 1500000 1089840000 123,75 1500000 742500000

Pupuk pohon 300069 2000 dan 5000 1034167340 204435 2000 dan 5000 704570625

Herbisida

hektar

perbulan 181,64 175000 381444000 123,75 175000 259875000 aSumber: Data Primer PT. TIS (diolah)

Page 64: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

54

Lampiran 9 Laporan arus kas PT Terang Inti Serayaa

No Uraian

Tahun

1 2 3 4 5 6

2012 2013 2014 2015 2016 2017

I INFLOW

Penjualan TBS 6,291,433,804 10,706,788,292 11,541,180,075 12,352,822,887 13,306,102,242 14,103,888,208

Pendapatan Bunga Jasa Giro 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202

Penerimaan pinjaman 15,000,000,000

Nilai sisa (salvage value)

TOTAL INFLOW 21,294,786,006 10,710,140,494 11,544,532,277 12,356,175,089 13,309,454,444 14,107,240,410

II OUTFLOW

1. Biaya Investasi

Replanting

Lahan sawit 25,777,900,000

Bangunan Kantor 77,700,000

Sarana Penunjang 733,400,000

Perlengkapan dan Peralatan Kantor 77,650,200

77,650,200

Mesin 98,585,000

98,585,000

Kendaraan 1,775,171,000

1,775,171,000

Total Biaya Investasi 28,540,406,200 0 0 0 77,650,200 1,873,756,000

2. Biaya Operasional

2.1. Biaya Variabel

Biaya Panen 793,335,407 1,065,941,009 1,094,296,156 1,115,479,445 1,144,344,836 1,155,195,839

Biaya Perawatan 2,645,106,313 2,645,106,313 2,645,106,313 2,645,106,313 2,645,106,313 2,645,106,313

Biaya Overhead 644,487,262 865,945,722 888,980,785 906,189,597 929,639,171 938,454,274

Pajak Bunga Jasa Giro 670,440 670,440 670,440 670,440 670,440 670,440

Total Biaya Variabel 4,083,599,422 4,577,663,484 4,629,053,694 4,667,445,795 4,719,760,761 4,739,426,866

2.2. Biaya Tetap

Biaya Sewa Bangunan 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000

Biaya Gaji 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335

Biaya Listrik, Air, Telephone, dan Benda Pos 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500

Biaya Pemeliharaan/perbaikan 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800

Biaya Perjalanan Dinas 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147

Biaya ATK dan Rumah Tangga Kantor 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000

Biaya Perizinan dan Retrebusi 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300

Biaya Karyawan 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950

Biaya Kebersihan dan Keamanan 526,400 526,400 526,400 526,400 526,400 526,400

Biaya Konsultan 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000

Biaya Pajak Daerah Lainnya ( pajak reklame )

763,500 763,500 763,500 763,500 763,500

Pajak PPH 21

2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000

PBB

28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000

Total Biaya Tetap 709,386,432 740,905,932 740,905,932 740,905,932 740,905,932 740,905,932

Total Biaya Operasional 4,792,985,854 5,318,569,416 5,369,959,626 5,408,351,727 5,460,666,693 5,480,332,798

3. Biaya Pembayaran Pinjaman dan Bunga

2,910,000,000 2,910,000,000 2,910,000,000 2,910,000,000 2,910,000,000

4. Biaya Pajak

90,992,162 286,742,556 480,055,234 705,296,331 899,826,296

TOTAL OUTFLOW 33,333,392,054 8,319,561,579 8,566,702,182 8,798,406,961 9,153,613,223 11,163,915,094

54

Page 65: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

55

No Uraian

Tahun

7 8 9 10 11 12

2018 2019 2020 2021 2022 2023

I INFLOW

Penjualan TBS 14,633,977,864 14,755,498,789 14,998,994,414 15,229,682,086 15,445,809,025 15,413,050,560

Pendapatan Bunga Jasa Giro 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202

Penerimaan pinjaman -

Nilai sisa (salvage value)

TOTAL INFLOW 14,637,330,066 14,758,850,991 15,002,346,616 15,233,034,288 15,449,161,227 15,416,402,762

II OUTFLOW

1. Biaya Investasi

Replanting

Lahan sawit

Bangunan Kantor

77,700,000

Sarana Penunjang

733,400,000

Perlengkapan dan Peralatan Kantor

77,650,200

Mesin

98,585,000

Kendaraan

1,775,171,000

Total Biaya Investasi 0 0 77,650,200 0 2,684,856,000 0

2. Biaya Operasional

2.1. Biaya Variabel

Biaya Panen 1,141,536,635 1,096,205,699 1,061,233,633 1,026,243,455 991,244,806 942,040,486

Biaya Perawatan 2,645,106,313 2,645,106,313 2,645,106,313 2,645,106,313 2,645,106,313 2,645,106,313

Biaya Overhead 927,357,854 890,532,054 862,121,559 833,696,352 805,264,262 765,291,815

Pajak Bunga Jasa Giro 670,440 670,440 670,440 670,440 670,440 670,440

Total Biaya Variabel 4,714,671,242 4,632,514,507 4,569,131,945 4,505,716,560 4,442,285,820 4,353,109,053

2.2. Biaya Tetap

Biaya Sewa Bangunan 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000

Biaya Gaji 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335

Biaya Listrik, Air, Telephone, dan Benda Pos 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500

Biaya Pemeliharaan/perbaikan 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800

Biaya Perjalanan Dinas 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147

Biaya ATK dan Rumah Tangga Kantor 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000

Biaya Perizinan dan Retrebusi 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300

Biaya Karyawan 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950

Biaya Kebersihan dan Keamanan 526,400 526,400 526,400 526,400 526,400 526,400

Biaya Konsultan 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000

Biaya Pajak Daerah Lainnya ( pajak reklame ) 763,500 763,500 763,500 763,500 763,500 763,500

Pajak PPH 21 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000

PBB 28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000

Total Biaya Tetap 740,905,932 740,905,932 740,905,932 740,905,932 740,905,932 740,905,932

Total Biaya Operasional 5,455,577,174 5,373,420,439 5,310,037,877 5,246,622,492 5,183,191,752 5,094,014,985

3. Biaya Pembayaran Pinjaman dan Bunga 2,910,000,000 2,910,000,000 2,910,000,000

4. Biaya Pajak 1,038,537,616 1,089,457,031 1,166,176,578 1,652,202,342 1,722,091,762 1,736,196,337

TOTAL OUTFLOW 9,404,114,790 9,372,877,470 9,463,864,655 6,898,824,834 9,590,139,514 6,830,211,322

55

Page 66: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

56

No Uraian

Tahun

13 14 15 16 17 18

2024 2025 2026 2027 2028 2029

I INFLOW

Penjualan TBS 12,008,629,772 11,980,079,467 11,784,704,139 5,934,976,127 7,916,588,730 9,974,310,265

Pendapatan Bunga Jasa Giro 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202

Penerimaan pinjaman

Nilai sisa (salvage value)

TOTAL INFLOW 12,011,981,974 11,983,431,669 11,788,056,341 5,938,328,329 7,919,940,932 9,977,662,467

II OUTFLOW

1. Biaya Investasi

Replanting 4,419,936,940

3,100,370,625

Lahan sawit

Bangunan Kantor

Sarana Penunjang

Perlengkapan dan Peralatan Kantor 77,650,200

77,650,200

Mesin

98,585,000

Kendaraan

1,775,171,000

Total Biaya Investasi 4,497,587,140 0 0 4,974,126,625 77,650,200 0

2. Biaya Operasional

2.1. Biaya Variabel

Biaya Panen 699,012,788 664,143,712 622,202,499 298,430,183 379,116,384 454,912,681

Biaya Perawatan 1,864,852,913 1,864,852,913 1,864,852,913 719,598,550 1,499,851,949 1,499,851,949

Biaya Overhead 567,861,757 539,534,929 505,462,862 242,437,750 307,985,346 369,560,499

Pajak Bunga Jasa Giro 670,440 670,440 670,440 670,440 670,440 670,440

Total Biaya Variabel 3,132,397,899 3,069,201,995 2,993,188,714 1,261,136,923 2,187,624,119 2,324,995,569

2.2. Biaya Tetap

Biaya Sewa Bangunan 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000

Biaya Gaji 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335

Biaya Listrik, Air, Telephone, dan Benda Pos 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500

Biaya Pemeliharaan/perbaikan 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800

Biaya Perjalanan Dinas 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147

Biaya ATK dan Rumah Tangga Kantor 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000

Biaya Perizinan dan Retrebusi 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300

Biaya Karyawan 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950

Biaya Kebersihan dan Keamanan 526,400 526,400 526,400 526,400 526,400 526,400

Biaya Konsultan 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000

Biaya Pajak Daerah Lainnya ( pajak reklame ) 763,500 763,500 763,500 763,500 763,500 763,500

Pajak PPH 21 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000

PBB 28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000

Total Biaya Tetap 740,905,932 740,905,932 740,905,932 740,905,932 740,905,932 740,905,932

Total Biaya Operasional 3,873,303,831 3,810,107,927 3,734,094,646 2,002,042,855 2,928,530,051 3,065,901,501

3. Biaya Pembayaran Pinjaman dan Bunga

4. Biaya Pajak 1,190,268,929 1,198,930,329 1,169,089,817 139,670,762 403,452,113 883,539,635

TOTAL OUTFLOW 9,561,159,899 5,009,038,255 4,903,184,463 7,115,840,241 3,409,632,364 3,949,441,136

56

Page 67: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

57

No Uraian 19 20 21 22

2030 2031 2032 2033

I INFLOW

Penjualan TBS 11,033,017,315 15,539,444,566 21,264,504,292 24,482,437,159

Pendapatan Bunga Jasa Giro 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202

Penerimaan pinjaman

-

Nilai sisa (salvage value)

21,400,203,500

TOTAL INFLOW 11,036,369,517 15,542,796,768 21,267,856,494 45,885,992,861

II OUTFLOW

1. Biaya Investasi

Replanting

Lahan sawit

Bangunan Kantor

77,700,000

Sarana Penunjang

733,400,000

Perlengkapan dan Peralatan Kantor

77,650,200

Mesin

98,585,000

Kendaraan

1,775,171,000

Total Biaya Investasi 0 811,100,000 1,951,406,200 0

2. Biaya Operasional

2.1. Biaya Variabel

Biaya Panen 479,236,812 503,544,241 837,784,915 918,634,227

Biaya Perawatan 1,499,851,949 1,499,851,949 1,499,851,949 1,499,851,949

Biaya Overhead 389,320,858 409,067,648 680,597,010 746,277,113

Pajak Bunga Jasa Giro 670,440 670,440 670,440 670,440

Total Biaya Variabel 2,369,080,059 2,413,134,278 3,018,904,314 3,165,433,729

2.2. Biaya Tetap

Biaya Sewa Bangunan 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000

Biaya Gaji 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335

Biaya Listrik, Air, Telephone, dan Benda Pos 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500

Biaya Pemeliharaan/perbaikan 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800

Biaya Perjalanan Dinas 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147

Biaya ATK dan Rumah Tangga Kantor 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000

Biaya Perizinan dan Retrebusi 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300

Biaya Karyawan 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950

Biaya Kebersihan dan Keamanan 526,400 526,400 526,400 526,400

Biaya Konsultan 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000

Biaya Pajak Daerah Lainnya ( pajak reklame ) 763,500 763,500 763,500 763,500

Pajak PPH 21 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000

PBB 28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000

Total Biaya Tetap 740,905,932 740,905,932 740,905,932 740,905,932

Total Biaya Operasional 3,109,985,991 3,154,040,210 3,759,810,246 3,906,339,661

3. Biaya Pembayaran Pinjaman dan Bunga

4. Biaya Pajak 1,663,792,712 2,779,385,970 4,059,208,392 4,827,059,255

TOTAL OUTFLOW 4,773,778,703 6,744,526,180 9,770,424,838 8,733,398,917

57

Page 68: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

58

Uraian

Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Net Benefit -12038606048 2390578915 2977830095 3557768129 4155841220 2943325316 5233215276 5385973521 5538481961 8334209454

DF 0.900900901 0.811622433 0.731191381 0.658730974 0.593451328 0.534640836 0.481658411 0.433926496 0.390924771 0.352184479

PV Net Benefit -10845591034 1940247476 2177363700 2343612065 2466289491 1573621908 2520622154 2337116619 2165129795 2935179213

PV Benefit 19184491897 8692590288 8441262502 8139395253 7898513415 7542306808 7050193139 6404256500 5864788922 5364838241

PV Biaya 30030082932 6752342812 6263898802 5795783188 5432223924 5968684900 4529570985 4067139881 3699659127 2429659028

PV (+) 36138433774

PV (-) -10080495591

NPV 26057938182

Net B/C 3.58

Net Benefit Rata-rata pertahun 6013901061

IRR 31%

Payback Period 7.57 90.92172612 7 tahun 6 bulan

Tahun

11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033

5859021713 8586191439 2450822074 6974393414 6884871878 -1177511912 4510308567 6028221332 6262590814 8798270588 11497431655 37152593944

0.317283314 0.285840824 0.257514256 0.231994825 0.209004347 0.188292204 0.169632616 0.152822177 0.137677637 0.124033907 0.111742259 0.100668701

1858969827 2454284033 631121621.9 1618023178 1438968149 -221716313.4 765095443 921245906.9 862218703.9 1091283877 1284748982 3740103389

4901761076 4406637263 3093256595 2780094130 2463755014 1118140930 1343480302 1524808099 1519461275 1927833810 2376518321 4619283317

3042791249 1952353230 2462134973 1162070952 1024786865 1339857244 578384858.9 603562192 657242570.8 836549933.6 1091769339 879179928.4

asumber: Data sekunder diolah (2013)

58

Page 69: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

59

Lampiran 10 Proyeksi laba rugi PT. Terang Inti Serayaa

Komponen

Tahun

1 2 3 4 5 6

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Penjualan 6,291,433,804 10,706,788,292 11,541,180,075 12,352,822,887 13,306,102,242 14,103,888,208 Biaya operasional-variabel

1. biaya panen 793,335,407 1,065,941,009 1,094,296,156 1,115,479,445 1,144,344,836 1,155,195,839

2. biaya perawatan 2,645,106,313 2,645,106,313 2,645,106,313 2,645,106,313 2,645,106,313 2,645,106,313

3. biaya overhead 644,487,262 865,945,722 888,980,785 906,189,597 929,639,171 938,454,274

total biaya operasional-variabel 4,082,928,982 4,576,993,044 4,628,383,254 4,666,775,355 4,719,090,321 4,738,756,426

Margin Kotor 2,208,504,822 6,129,795,247 6,912,796,821 7,686,047,532 8,587,011,921 9,365,131,782 Biaya operasional-tetap

Biaya Gaji 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335

Biaya Listrik/Air/Telephone/Benda Pos 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500 Biaya Pemeliharaan/perbaikan 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800

Biaya Perjalanan Dinas 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 Biaya Administrasi Kantor 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000

Biaya adm dan Bunga Bank Pihak ke Tiga 1,268,530,916 1,268,530,916 1,268,530,916 1,268,530,916 1,268,530,916 1,268,530,916

Biaya Perizinan/Retrebusi 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 Biaya Karyawan 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950

Biaya Kebersihan/keamanan 526,400 526,400 526,400 526,400 526,400 526,400

Biaya Penyusutan 2,106,389,750 2,106,389,750 2,106,389,750 2,106,389,750 2,106,389,750 2,106,389,750 Biaya Konsultan 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000

Biaya Pajak PPH 21

2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000

PBB

28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000 Biaya Pajak daerah lainnya ( pajak reklame )

763,500 763,500 763,500 763,500 763,500

Biaya sewa bangunan 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000

Total biaya operasional-tetap 4,084,307,098 4,115,826,598 4,115,826,598 4,115,826,598 4,115,826,598 4,115,826,598

Laba Rugi Operasional (1,875,802,276) 2,013,968,649 2,796,970,223 3,570,220,934 4,471,185,323 5,249,305,184

Pendapatan lain-lain

Pendapatan Bunga Jasa Giro 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202 Pajak Bunga Jasa Giro 670,440 670,440 670,440 670,440 670,440 670,440

Jumlah Pendapatan Lain-lain 2,681,762 2,681,762 2,681,762 2,681,762 2,681,762 2,681,762

EBIT (Laba Kotor) (1,873,120,514) 2,013,968,649 2,796,970,223 3,570,220,934 4,471,185,323 5,249,305,184

Bunga 11%

1,650,000,000 1,650,000,000 1,650,000,000 1,650,000,000 1,650,000,000

Laba Sebelum Pajak (1,873,120,514) 363,968,649 1,146,970,223 1,920,220,934 2,821,185,323 3,599,305,184

Tax 25%

90,992,162 286,742,556 480,055,234 705,296,331 899,826,296

Laba setelah Pajak (1,873,120,514) 272,976,487 860,227,667 1,440,165,701 2,115,888,992 2,699,478,888

59

Page 70: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

60

Tahun

7 8 9 10 11 12 13 14

2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025

14,633,977,864 14,755,498,789 14,998,994,414 15,229,682,086 15,445,809,025 15,413,050,560 12,008,629,772 11,980,079,467

1,141,536,635 1,096,205,699 1,061,233,633 1,026,243,455 991,244,806 942,040,486 699,012,788 664,143,712

2,645,106,313 2,645,106,313 2,645,106,313 2,645,106,313 2,645,106,313 2,645,106,313 1,864,852,913 1,864,852,913

927,357,854 890,532,054 862,121,559 833,696,352 805,264,262 765,291,815 567,861,757 539,534,929 4,714,000,802 4,631,844,067 4,568,461,505 4,505,046,120 4,441,615,380 4,352,438,613 3,131,727,459 3,068,531,555

9,919,977,062 10,123,654,722 10,430,532,909 10,724,635,966 11,004,193,645 11,060,611,947 8,876,902,313 8,911,547,913

402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500

2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800

8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000

1,268,530,916 1,268,530,916 1,268,530,916 1,268,530,916 1,268,530,916 1,268,530,916 1,268,530,916 1,268,530,916

19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950

526,400 526,400 526,400 526,400 526,400 526,400 526,400 526,400

2,106,389,750 2,106,389,750 2,106,389,750 2,106,389,750 2,106,389,750 2,106,389,750 2,106,389,750 2,106,389,750 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000

2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000

28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000 763,500 763,500 763,500 763,500 763,500 763,500 763,500 763,500

48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000

4,115,826,598 4,115,826,598 4,115,826,598 4,115,826,598 4,115,826,598 4,115,826,598 4,115,826,598 4,115,826,598

5,804,150,464 6,007,828,124 6,314,706,311 6,608,809,368 6,888,367,047 6,944,785,349 4,761,075,715 4,795,721,315

3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202

670,440 670,440 670,440 670,440 670,440 670,440 670,440 670,440

2,681,762 2,681,762 2,681,762 2,681,762 2,681,762 2,681,762 2,681,762 2,681,762

5,804,150,464 6,007,828,124 6,314,706,311 6,608,809,368 6,888,367,047 6,944,785,349 4,761,075,715 4,795,721,315

1,650,000,000 1,650,000,000 1,650,000,000 4,154,150,464 4,357,828,124 4,664,706,311 6,608,809,368 6,888,367,047 6,944,785,349 4,761,075,715 4,795,721,315

1,038,537,616 1,089,457,031 1,166,176,578 1,652,202,342 1,722,091,762 1,736,196,337 1,190,268,929 1,198,930,329

3,115,612,848 3,268,371,093 3,498,529,733 4,956,607,026 5,166,275,285 5,208,589,011 3,570,806,786 3,596,790,986

60

Page 71: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

61

Tahun

15 16 17 18 19 20 21 22

2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033

11,784,704,139 5,934,976,127 7,916,588,730 9,974,310,265 11,033,017,315 15,539,444,566 21,264,504,292 24,482,437,159

622,202,499 298,430,183 379,116,384 454,912,681 479,236,812 503,544,241 837,784,915 918,634,227

1,864,852,913 719,598,550 1,499,851,949 1,499,851,949 1,499,851,949 1,499,851,949 1,499,851,949 1,499,851,949

505,462,862 242,437,750 307,985,346 369,560,499 389,320,858 409,067,648 680,597,010 746,277,113

2,992,518,274 1,260,466,483 2,186,953,679 2,324,325,129 2,368,409,619 2,412,463,838 3,018,233,874 3,164,763,289

8,792,185,864 4,674,509,645 5,729,635,051 7,649,985,136 8,664,607,696 13,126,980,728 18,246,270,418 21,317,673,870

402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335 402,296,335

12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500 12,910,500

2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800 2,059,800

8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147 8,194,147

7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000 7,792,000

1,268,530,916 1,268,530,916 1,268,530,916 1,268,530,916 1,268,530,916 1,268,530,916 1,268,530,916 1,268,530,916

19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300 19,034,300

1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950 1,002,950

526,400 526,400 526,400 526,400 526,400 526,400 526,400 526,400

2,106,389,750 2,106,389,750 2,106,389,750 2,106,389,750 0 0 0 0

207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000 207,570,000

2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000

28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000 28,756,000

763,500 763,500 763,500 763,500 763,500 763,500 763,500 763,500

48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000 48,000,000

4,115,826,598 4,115,826,598 4,115,826,598 4,115,826,598 2,009,436,848 2,009,436,848 2,009,436,848 2,009,436,848

4,676,359,266 558,683,047 1,613,808,453 3,534,158,538 6,655,170,848 11,117,543,880 16,236,833,570 19,308,237,022

3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202 3,352,202

670,440 670,440 670,440 670,440 670,440 670,440 670,440 670,440

2,681,762 2,681,762 2,681,762 2,681,762 2,681,762 2,681,762 2,681,762 2,681,762

4,676,359,266 558,683,047 1,613,808,453 3,534,158,538 6,655,170,848 11,117,543,880 16,236,833,570 19,308,237,022

4,676,359,266 558,683,047 1,613,808,453 3,534,158,538 6,655,170,848 11,117,543,880 16,236,833,570 19,308,237,022

1,169,089,817 139,670,762 403,452,113 883,539,635 1,663,792,712 2,779,385,970 4,059,208,392 4,827,059,255

3,507,269,450 419,012,285 1,210,356,339 2,650,618,904 4,991,378,136 8,338,157,910 12,177,625,177 14,481,177,766 asumber: Data sekunder diolah (2013)

61

Page 72: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

62

Fasilitas bengkel yang dimiliki oleh PT. TIS Proses penimbangan dan pengangkutan TBS

TBS hasil panen PT. TIS

Jalan pasir batu dalam perkebunan PT. TIS Salah satu mess karyawan PT. TIS

Lampiran 9 Dokumentasi Penelitian

Page 73: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERKEBUNAN … Perkebunan Kelapa Sawit PT. Terang Inti Seraya di Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

63

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 26 November 1991 dari

pasangan Arif Nurachman dan Susi Emilia. Penulis adalah anak pertama dari

tiga bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Nasional I pada tahun 2003

dan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Cileungsi pada tahun 2006.

Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Cileungsi dan pada tahun

yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui

jalur Ujian Talenta Mandiri IPB dan diterima di Departemen Agribisnis,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif dalam organisasi

kampus dan kepanitiaan. Pada tahun 2010, penulis merupakan anggota UKM

Panahan IPB. Pada tahun 2010-2011, penulis menjabat sebagai bendahara umum

Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA) dan mengikuti

kepanitiaan One Day No Rice serta Agrination.