analisis kebutuhan pembangunan iiii..22 dan · pdf filepembangunan rumah susun sewa rusunawa...

55
BAGIAN II Inventarisasi Data dan Analisis RP4D Kabupaten 2-47 Analisis Kebutuhan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah II.2 Terdapat 5 (lima) langkah dalam analisis pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman daerah, yaitu: Langkah 9 Analisis Implikasi Kebijakan Tata Ruang Terhadap Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah Langkah 10 Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Wilayah Langkah 11 Proyeksi Kebutuhan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Langkah 12 Perumusan Persoalan dan Tantangan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Langkah 13 Workshop Tantangan dan Kebutuhan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah Urutan prosedur / tahapan umum dalam setiap analisis pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman adalah sebagai berikut : Gambar 2.3. Urutan Prosedur Dalam Analisis Kebutuhan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah Penggunaan hasil penyusunan profil sebagai input awal analisis Analisis pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman dengan menggunakan metode yang tepat LANGKAH 9 - 13 ANALISIS KEBUTUHAN PEMBANGUNAN & PENGEMBANGAN PERUMAHAN &PERMUKIMAN DAERAH Langkah 9 - 13

Upload: leque

Post on 01-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BBAAGGIIAANN IIII

IInnvveennttaarriissaassii DDaattaa ddaann AAnnaalliissiiss

RRPP44DD KKaabbuuppaatteenn

2-47

AAnnaalliissiiss KKeebbuuttuuhhaann PPeemmbbaanngguunnaann ddaann PPeennggeemmbbaannggaann PPeerruummaahhaann ddaann PPeerrmmuukkiimmaann DDaaeerraahh

IIII..22

Terdapat 5 (lima) langkah dalam analisis pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman daerah, yaitu: Langkah 9 Analisis Implikasi Kebijakan Tata Ruang Terhadap Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah Langkah 10 Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Wilayah Langkah 11 Proyeksi Kebutuhan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Langkah 12 Perumusan Persoalan dan Tantangan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Langkah 13 Workshop Tantangan dan Kebutuhan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah Urutan prosedur / tahapan umum dalam setiap analisis pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman adalah sebagai berikut :

Gambar 2.3. Urutan Prosedur Dalam Analisis Kebutuhan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah

P enggu naan has il

pen yusunan p ro fil sebaga i

inpu t aw a l ana lis is

A na lis is pem bangunan dan

pengem bangan perum ahan

dan perm uk im an dengan

m en ggunakan m etode yang

tepa t

LA N G K AH 9 - 13 A N AL IS IS K E B U TU H A N P E M B A N G U N A N & P E N G E M B A N G A N P ER U M A H A N & P E R M U K IM A N D A E R A H

L an gkah 9 - 13

2-48

Analisis Implikasi Kebijakan Tata Ruang Terhadap Pembangunan dan Pengembangan Permukiman Kabupaten

LLaannggkkaahh 99

Analisis Implikasi Kebijakan Tata Ruang terhadap Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah merupakan kajian atas pengaruh kebijakan tata ruang yang ditetapkan dalam RTRW terhadap permasalahan perumahan dan permukiman yang mungkin timbul dan kebutuhan program yang harus dikembangkan.

TUJUAN

Menentukan pengaruh kebijakan tata ruang yang berimplikasi terhadap permasalahan pembangunan dan perkembangan perumahan dan permukiman yang mungkin timbul, dan program pengembangan perumahan dan permukiman yang harus dilakukan

MANFAAT

Sebagai dasar pengambil keputusan dalam menentukan arahan ruang pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman , serta menjadi input bagi:

• Perumusan Arahan Perkembangan Fisik Kota (Langkah 14a)

• Perumusan arahan struktur perumahan dan permukiman (Langkah 14b)

• Perumusan visi dan misi pembangunan dan pengembangan (Langkah 17)

BBAAGGIIAANN IIII

IInnvveennttaarriissaassii DDaattaa ddaann AAnnaalliissiiss

RRPP44DD KKaabbuuppaatteenn

2-49

Kegiatan yang dilakukan : 9a. Analisis Implikasi Kebijakan Tata Ruang Terhadap Struktur Permukiman Wilayah Kabupaten

Prosedur yang dilakukan: 1. Gunakan data mengenai :

� Peta Rencana Struktur Tata Ruang Kabupaten, yang tercantum dalam RTRW Kabupaten, dari Profil Kebijakan Tata Ruang Daerah yang diperoleh pada langkah 5.

� Kebijakan pengembangan kawasan khusus dan struktur permukiman di kabupaten, dari langkah 5b.

� Data penetapan pusat pengembangan / kegiatan kabupaten dengan fungsi strategis (kawasan agropolitan, perkebunan, pesisir, lindung, dan kawasan lainnya; beserta fungsi khususnya), berupa uraian dan peta, yang diperoleh dari profil kebijakan penataan ruang, RTRW Kabupaten, dari langkah 5.

2. Analisis, melalui penguraian, implikasi rencana struktur tata ruang kabupaten yang menetapkan pusat pengembangan kegiatan kabupaten pada kawasan-kawasan tertentu (perdagangan, industri, pelabuhan, dll) terhadap struktur permukiman di wilayah kabupaten, atas : � Permasalahan permukiman yang mungkin timbul

akibat penetapan pusat pengembangan kegiatan kabupaten

� Kebutuhan program pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman yang diperlukan untuk mendukung pusat pengembangan kegiatan kabupaten, serta menyelesaikan permasalah yang timbul.

3. Analisis, melalui penguraian, implikasi rencana struktur tata ruang kabupaten yang menetapkan pusat pengembangan kegiatan kabupaten pada kawasan-kawasan tertentu (perdagangan, industri, pelabuhan, dll) terhadap permukiman perkotaan di wilayah kabupaten, atas : � Permasalahan permukiman yang mungkin timbul

akibat penetapan pusat pengembangan kegiatan kabupaten

Keluaran:

Implikasi kebijakan tata ruang terhadap:

• Permasalahan permukiman

• Program pembangunan dan pengembangan perumahan

dan permukiman

Implikasi Kebijakan Tata ruang terhadap permukiman perdesaan Kabupaten difokuskan pada kawasan khusus, misalnya kawasan pesisir, nelayan, transmigrasi, dsb, dan ditetapkan arahan umumnya dalam RP4D Kabupaten.

2-50

� Kebutuhan program pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman yang diperlukan untuk mendukung pusat pengembangan kegiatan kabupaten, serta menyelesaikan permasalah yang timbul.

Sebagai gambaran, permasalahan yang mungkin timbul dan kebutuhan program pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman, di wilayah kabupaten secara umum maupun di wilayah perkotaan kabupaten, dapat dilihat pada Contoh 2.49. Prosedur kegiatan 9 ini secara diagramatis dapat dilihat pada gambar 2.4.

9B. Implikasi Kebijakan Tata Ruang Terhadap Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Wilayah Perkotaan Kabupaten

Prosedur yang dilakukan: 1. Gunakan data mengenai :

� Peta Rencana Struktur Tata Ruang Kabupaten, yang tercantum dalam RTRW Kabupaten, dari Profil Kebijakan Tata Ruang Daerah yang diperoleh pada langkah 5.

� Kebijakan pengembangan kawasan khusus dan struktur permukiman di kabupaten, dari langkah 5b.

� Data penetapan pusat pengembangan / kegiatan kabupaten dengan fungsi strategis (kawasan agropolitan, perkebunan, pesisir, lindung, dan kawasan lainnya; beserta fungsi khususnya), berupa uraian dan peta, yang diperoleh dari profil kebijakan penataan ruang, RTRW Kabupaten, dari langkah 5.

� Penetapan wilayah perkotaan kabupaten, dari langkah 5d.

� Data mengenai profil umum perumahan dan permukiman wilayah kabupaten, dari langkah 7a.

� Data mengenai profil perumahan dan permukiman wilayah perkotaan kabupaten, dari langkah 7b.

2. Analisis, melalui penguraian, implikasi rencana struktur tata ruang kabupaten yang menetapkan pusat pengembangan kegiatan kabupaten pada kawasan-kawasan tertentu (perdagangan, industri, pelabuhan, dll) terhadap permukiman perkotaan di wilayah kabupaten, atas :

BBAAGGIIAANN IIII

IInnvveennttaarriissaassii DDaattaa ddaann AAnnaalliissiiss

RRPP44DD KKaabbuuppaatteenn

2-51

� Permasalahan permukiman yang mungkin timbul akibat penetapan pusat pengembangan kegiatan kabupaten

� Kebutuhan program pembangunan dan

pengembangan perumahan dan permukiman yang diperlukan untuk mendukung pusat pengembangan kegiatan kabupaten, serta menyelesaikan permasalah yang timbul.

Sebagai gambaran, permasalahan yang mungkin timbul dan kebutuhan program pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman, di wilayah kabupaten secara umum maupun di wilayah perkotaan kabupaten, dapat dilihat pada Contoh 2.49. Prosedur kegiatan 9 ini secara diagramatis dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4. Prosedur 9 - Analisis Implikasi Tata Ruang Terhadap Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman

Analisis implikasi Kebijakan Penataan Ruang terhadap

Permukiman

Profil kebijakan penataan ruang kota/kabupaten, langkah 5

- Rencana struktur ruang - Kebijakan pengembangan kawasan khusus dan struktur permukiman di kabupaten- kebijakan pusat pengembangan / kegiatan kabupaten dengan fungsi strategis dan khusus

Implikasi Kebijakan Tata Ruang terhadap :

- Permasalahan permukiman yang mungkin timbul - Kebutuhan program pembangunan dan pengembangan perkim Di wilayah kabupaten secara umum dan wilayah perkotaan kabupaten

- Profil umum perkim wilayah kabupaten, dari langkah 7a. - Profil perkim wilayah perkotaan kabupaten, dari langkah 7b.

Penentuan wilayah kabupaten yang termasuk dalam wilayah perkotaan

kabupaten

Wilayah Perkotaan Kabupaten (kecamatan-

kecamatan)

Karakteristik Pemilihan Wilayah Perkotaan

Kabupaten

2-52

Contoh 2.49. Tabel Permasalahan yang Mungkin Timbul dan Kebutuhan Program Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman sebagai Implikasi Kebijakan Tata Ruang di Wilayah Perkotaan dan Wilayah Kabupaten Secara Umum

Kawasan Permukiman Kabupaten No

Implikasi Rencana Struktur Tata Ruang Kabupaten

terhadap :

Kawasan Permukiman Perkotaan Kawasan

Agropolitan / Pertanian

Kawasan Industri Kawasan Nelayan

Kawasan Lindung & Rawan Bencana

1 Permasalahan Permukiman Kabupaten yang mungkin dan atau telah timbul

� Meningkatnya kantong-kantong permukiman kumuh dan ilegal

� Rendahnya pelayanan PSU

� Rendahnya kualitas permukiman perdesaan

� Rendahnya pelayanan PSU

� Tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh

� Rendahnya pelayanan PSU

� Tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh

� Rendahnya pelayanan PSU

� Permukiman kumuh dan ilegal

� Rendahnya pelayanan PSU

2 Kebutuhan Program Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan permukiman Kabupaten

� Pembangunan rumah susun sewa rusunawa

� Pengembangan pusat-pusat kegiatan di wilayah lain kabupaten untuk mengantisipasi arus urbanisasi

� Peningkatan kualitas permukiman

� � Pembangunan rumah susun sewa rusunawa

� Pengembangan KASIBA/LISIBABS

� Peningkatan kualitas lingkungan permukiman

� Peningkatan kualitas lingkungan permukiman nelayan

� Pengendalian dan penataan permukiman pada kawasan lindung dan rawan bencana

BBAAGGIIAANN IIII

IInnvveennttaarriissaassii DDaattaa ddaann AAnnaalliissiiss

RRPP44DD KKaabbuuppaatteenn

2-53

AAnnaalliissiiss DDaayyaa DDuukkuunngg ddaann DDaayyaa TTaammppuunngg WWiillaayyaahh PPeerrkkoottaaaann KKaabbuuppaatteenn

LLaannggkkaahh 1100

Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Wilayah Perkotaan Kabupaten merupakan kajian atas kemampuan fisik wilayah perkotaan kabupaten dalam menampung perkembangan permukiman.

TUJUAN

Menentukan arah perkembangan permukiman yang tidak melanggar wilayah terlarang pembangunan permukiman dan memenuhi kesesuaian lahan fisik kabupaten.

MANFAAT

Sebagai dasar pengambil keputusan dalam menentukan arahan ruang pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman, serta menjadi input bagi:

Kegiatan 10a. Sebagai input/ dasar bagi:

•• Perumusan arahan struktur perumahan dan permukiman (Langkah 14b)

•• Perumusan Konsep Pembangunan dan Pengembangan Rumah Baru (Langkah 15a)

•• Perumusan Konsep Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman (Langkah 15b)

Kegiatan 10b. Sebagai input/ dasar bagi:

• Perumusan Arahan Perkembangan Fisik Kota (Langkah 14a)

• Perumusan arahan struktur perumahan dan permukiman (Langkah 14b)

• Perumusan Konsep Pembangunan dan Pengembangan Rumah Baru (Langkah 15a)

• Perumusan Konsep Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman (Langkah 15b)

• Perumusan Konsep Pembangunan dan Pengembangan

2-54

Kegiatan yang dilakukan : 10a. Analisis wilayah terlarang untuk

pembangunan perumahan (negative list) Prosedur yang dilakukan : 1. Gunakan hasil kompilasi data atas peta kesesuaian

lahan kabupaten, profil kebijakan tata ruang kabupaten (RTRW kabupaten) dari langkah 5.

2. Buat daftar negatif list pengembangan permukiman yang terdiri dari : � guna lahan/kawasan lindung pada peta tersebut,

yang termasuk dalam kawasan negative list yang terlarang bagi pengembangan kawasan permukiman. (kriteria kawasan lindung dapat dilihat pada box di bawah ini)

� kawasan yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah, RTRW, sebagai kawasan dengan fungsi khusus dan strategis, seperti : kawasan agropolitan, kawasan militer, kawasan industri besar,dan lahan dengan penguasaan besar .

3. Sebutkan sebaran lokasi/tempat negative list tersebut. 4. Tunjukkan kawasan/guna lahan negative list dan

sebaran lokasinya pada peta, seperti pada Contoh 2.50. Prosedur kegiatan 10a ini dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Keluaran:

Daftar dan sebaran kawasan atau guna lahan yang termasuk dalam negative list / terlarang untuk dikembangkan menjadi

permukiman

Gambar 2.5

Prosedur 10a - Analisis Negative List Pengembangan Permukiman

Kriteria kawasan lindung yang menjadi negative list pengembangan permukiman, mengacu pada Keppres No. 32 Tahun 1990, mengenai Penetapan Kawasan Lindung, dengan jenis kawasan lindung berikut: 1. Kawasan Hutan Lindung 2. Kawasan Suaka Alam & Cagar Budaya (Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Nasional ) 3. Kawasan rawan bencana alam (rawan letusan gunung api, gempa bumi, tanah longsor, gelombang

pasang dan banjir) 4. Waduk / danau / bendungan dan sekitar mata air 5. Sungai & sempadannya

6. Kawasan pesisir

BBAAGGIIAANN IIII

IInnvveennttaarriissaassii DDaattaa ddaann AAnnaalliissiiss

RRPP44DD KKaabbuuppaatteenn

2-55

CONTOH 2.50.Peta Indikasi Lokasi Negative List, Kawasan yang Dapat Dikembangkan Menjadi Kawasan Permukiman

2-56

10b. Analisis Daya Tampung Perumahan dan

Permukiman Wilayah Perkotaan Kabupaten

Prosedur yang dilakukan: 1. Gunakan data mengenai :

� Data luas dan sebaran (& peta) permukiman eksisting, dari langkah 7

� Data luas dan sebaran (& peta) kesesuaian lahan permukiman yang dapat dikembangkan berdasarkan ketentuan kesesuaian lahan, dari langkah 5

� Ketentuan perbandingan antara luas lahan permukiman dengan PSU, yang terdapat dalam RTRW (bila terdapat ketentuan), dari langkah 5.

� Hasil penetapan delineasi wilayah perkotaan kabupaten dari langkah 9..

2. Luas Lahan bagi perumahan dan permukiman di lahan yang sesuai untuk peruntukan permukiman dan masih belum terbangun per kecamatan, berdasarkan rumus berikut.

3. Petakan wilayah yang disediakan lahan perumahan

dan permukimannya bagi kawasan permukiman baru dan PSU baru di wilayah perkotaan kabupaten seperti pada Contoh 2.51.

4. Hitung perbandingan luas lahan bagi permukiman dan PSU dengan ketentuan komposisi perbandingan, dapat dilakukan dengan asumsi berikut : � Menggunakan ketentuan proporsi perbandingan

sesuai yang ditetapkan dalam RTRW kabupaten, seperti pada Gambar 2.6.

Keluaran:

� Luas dan sebaran lahan bagi pengembangan

kawasasan permukiman & infrastruktur baru

�� Jumlah rumah yang dapat ditampung

Luas Lahan Perumahan & Permukiman = Luas lahan yang sesuai untuk permukiman – Luas lahan permukiman terbangun yang terletak di kawasan yang sesuai untuk

permukiman.....................................................(rumus 1)

BBAAGGIIAANN IIII

IInnvveennttaarriissaassii DDaattaa ddaann AAnnaalliissiiss

RRPP44DD KKaabbuuppaatteenn

2-57

Gambar 2.6 Ketentuan Proporsi Perbandingan Luas Lahan Permukiman Baru dan Luas Lahan PSU dengan Asumsi Perbandingan sesuai Ketetapan RTRW x % : y %

� Bila pada RTRW kabupaten tidak ditentukan asumsi

proporsi tersebut, maka dapat menggunakan proporsi 70 % : 30 % (luas permukiman : luas PSU), seperti pada diagram berikut :

Gambar 2.7 Ketentuan Proporsi Perbandingan Luas Lahan Permukiman Baru danLuas

Lahan PSU dengan Asumsi Perbandingan 70 % : 30 %

Luas lahan bagi permukiman &

infrastruktur baru = 100 %

Luas lahan bagi permukiman baru

= X %

Luas lahan bagi PSU = Y %

Proporsi Luas Lahan

Permukiman 1 : 3 : 6

Luas lahan bagi permukiman dengan

proporsi “1” = X x 10 %

Luas lahan bagi permukiman dengan

proporsi “3” = X x 30 %

Luas lahan bagi permukiman dengan

proporsi “6” = X x 60 %

2-58

CONTOH 2.51. Peta Lokasi Lahan/ Kawasan Daya Tampung Pembangunan Permukiman dan PSU Baru di Wilayah Perkotaan Kabupaten

BBAAGGIIAANN IIII

IInnvveennttaarriissaassii DDaattaa ddaann AAnnaalliissiiss

RRPP44DD KKaabbuuppaatteenn

2-59

5. Hitung daya tampung perumahan dan permukiman,

dengan menghitung jumlah rumah yang dapat dibangun pada lahan yang dapat dikembangkan menjadi permukiman baru dengan asumsi luas lahan berdasarkan proporsi 1 : 3 : 6 sebagai berikut : type kecil 200 m2 (proporsi “6”), menengah 400 m2 (proporsi “3”) dan type besar 600 m2 (proporsi “1”).

6. Tabulasikan hasil hitungan luas lahan dan daya tampung (jumlah rumah baru) tersebut seperti pada Contoh 2.52.

Prosedur pada kegiatan 10c ini dapat dilihat pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Prosedur 10c - Analisis Daya Tampung Perumahan dan Permukiman pada Wilayah

Perkotaan Kabupaten

Data luas dan sebaran (& peta)

permukiman eksisting, dari

langkah 7

Data luas dan sebaran (& peta) kesesuaian lahan permukiman yg

dapat dikembangkan, dari

langkah 5

Hitung luas dan sebaran ketersediaan lahan bagi

permukiman dan infrastruktur baru per kecamatan

Luas lahan bagi permukiman Baru

Rumus perhitungan luas lahan & infrastruktur baru

Luas dan sebaran ketersediaan lahan bagi permukiman dan infrastruktur

baru per kecamatan

Asumsi perbandingan luas lahan permukiman : PSU :

- Ditetapkan RTRW, atau - Luas permukiman : Luas PSU = 70 % : 30 %

Hitung perbandingan luas lahan bagi permukiman dan PSU

dengan ketentuan komposisi perbandingan

Hitung Daya Tampung Perumahan & Permukiman � jumlah rumah baru dengan

ketentuan komposisi perbandingan 1 : 3 : 6

Luas lahan bagi PSU di permukiman baru

Asumsi perbandingan luas rumah : type kecil 200 m2 (proporsi “6”), menengah 400 m2 (proporsi “3”) dan type besar 600 m2 (proporsi

“1”).

Daya tampung perumahan & permukiman � jumlah rumah Baru

2-60

Contoh 2.52 - Format Tabel Daya Tampung Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Baru Kabupaten “Bandung Barat”

Luas Lahan Bagi Permukiman Baru (ha)

NO KECAMATAN Luas Lahan Sesuai untuk Permukiman

(ha)

Luas Lahan Permukiman

Terbangun Yang Terletak Di Kawasan Yang Sesuai Untuk Permukiman (ha)

Luas Lahan Bagi

Permukiman &

Infrastruktur Baru (ha)

Luas Lahan

Bagi PSU (ha)

Proporsi “1”

Proporsi “2”

Proporsi “3”

a b c = a-b d = c x 30 %

e = c x 70% x 10%

f = c x 70% x 30%

g = c x 70% x 60%

1 Lembang 4.176 1.252,8 2.923,2 876,96 204,62 61,39 36,83

2 Ngamprah 1.048 157,2 890,8 267,24 62,36 18,71 11,22

3 Padalarang 688 103,2 584,8 175,44 40,94 12,28 7,37

WILAYAH PERKOTAAN BANDUNG BARAT

5.912 1.513,2 4.398,8 1.319,64 307,92 92,37 55,42

Daya Tampung Perumahan & Permukiman Baru (Jumlah Ru mah) (unit)

NO KECAMATAN Proporsi “1” Proporsi “2” Proporsi “3” Total

h = e x 10.000m : 600m

i = f x 10.000m : 400m

j = g x 10.000m : 200m

h + i + j

1 Lembang 3.410 1.548 1.842 6.800

2 Ngamprah 1.039 468 561 2.068

3 Padalarang 682 307 369 1.358

WILAYAH PERKOTAAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

5.132 2.309 2.771 10.212

BBAAGGIIAANN IIII

IInnvveennttaarriissaassii DDaattaa ddaann AAnnaalliissiiss

RRPP44DD KKaabbuuppaatteenn

2-61

PPrrooyyeekkssii KKeebbuuttuuhhaann PPeemmbbaanngguunnaann ddaann PPeennggeemmbbaannggaann PPeerruummaahhaann ddaann PPeerrmmuukkiimmaann WWiillaayyaahh PPeerrkkoottaaaann KKaabbuuppaatteenn

LLaannggkkaahh 1111

Proyeksi Kebutuhan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman merupakan kajian atas kebutuhan akan perumahan dan permukiman berdasarkan karakter perkembangan penduduk dan kondisi serta permasalahan permukiman yang telah ada di wilayah perkotaan kabupaten.

TUJUAN

Menentukan jumlah kebutuhan dan sebaran rumah dan peningkatan kualitas permukiman berdasarkan kondisi kependudukan dan permasalahan pada wilayah perkotaan kabupaten.

MANFAAT

Sebagai dasar pengambil keputusan dalam menentukan pola penyediaan rumah dan pola penanganan permukiman, serta menjadi input bagi:

Kegiatan 11a. Sebagai input/ dasar bagi:

• Perumusan Arahan Perkembangan Fisik Kota (Langkah 14a)

• Perumusan Arahan Struktur Perumahan dan Permukiman (Langkah 14b)

• Perumusan Rencana Pembangunan Dan Pengembangan (Langkah 18)

• Perumusan Rencana Pengembangan Sumber Daya perumahan dan permukiman Daerah (Langkah 19)

Kegiatan 11b. Sebagai input/ dasar bagi:

• Perumusan Konsep Pembangunan dan Pengembangan Rumah Baru (langkah 15a)

Kegiatan 11c. Sebagai input/ dasar bagi:

• Perumusan Konsep Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman (Langkah 15b)

Kegiatan 11d. Sebagai input/ dasar bagi:

• Perumusan Konsep Pembangunan dan Pengembangan Rumah Baru (langkah 15a)

• Perumusan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Baru (langkah 18a)

2-62

Kegiatan 11e. Sebagai input/ dasar bagi:

• Perumusan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Baru (langkah 18a)

Kegiatan 11f. Sebagai input/ dasar bagi:

• Perumusan Strategi Pembangunan dan Pengembangan Sistem Pembiayaan Perumahan (Langkah 16b)

11a. Proyeksi Kebutuhan berdasarkan

pertumbuhan rumah tangga/ KK dan Backlog

Prosedur yang dilakukan untuk : Perhitungan Laju Pertumbuhan Rumah Tangga / KK 1. Gunakan :

� data jumlah rumah tangga 5 tahun terakhir s.d tahun ke-x (tahun terakhir), pada kecamatan yang telah ditetapkan sebagai wilayah perkotaan dari langkah 6.

� Laju pertumbuhan rumah tangga/ KK, bila tidak terdapat dapat gunakan laju pertumbuhan penduduk, dari langkah 6.

Keluaran:

• Laju pertumbuhan rumah tangga/KK

• jumlah rumah tangga/KK sampai dengan 10 tahun di

muka, akhir tahun perencanaan

• backlog kebutuhan rumah

• Kebutuhan Rumah Akibat Pertumbuhan Penduduk

• Kebutuhan Rumah Total

Ilustrasi Perhitungan dan Sebaran Pemenuhan Kebutuhan Rumah

Analisis Proyeksi Kebutuhan Rumah di Wilayah Kabupaten, didasarkan pada karakteristik masing-masing wilayah. Khusus untuk Kabupaten yang berbatasan dengan wilayah Metropolitan, harus mempertimbangkan “limpahan” kebutuhan rumah dari wilayah Metropolitan di sekitarnya. Dalam hal ini pemenuhan kebutuhan rumah untuk MBR diasumsikan 20% berupa Rumah Susun di Kota inti, dan 80% didistribusikan ke Kota/ Kabupaten sekitarnya, sesuai dengan karakteristik masing-masing.

Kota atau Kabupaten yang berbatasan dengan Kota inti atau Metropolitan harus memperhitungkan “limpahan” kebutuhan rumah dari Kota intinya.

Pemenuhan kebutuhan rumah pada Kota inti dapat disebar ke hinterland-nya, yaitu Kota atau Kabupaten yang berbatasan, sesuai dengan karakteristik tiap Kota/ Kabupaten tersebut. Asumsi:

Perbandingan pemenuhan kebutuhan rumah di Kota inti (PKN Metropolitan): di Kota/Kabupaten hinterland-nya adalah 20% : 80%

BBAAGGIIAANN IIII

IInnvveennttaarriissaassii DDaattaa ddaann AAnnaalliissiiss

RRPP44DD KKaabbuuppaatteenn

2-63

Bila laju pertumbuhan rumah tangga/KK tidak tersedia, maka hitung laju pertumbuhan rumah tangga/KK dalam 5 tahun (gunakan data 10 tahun terakhir, bila data tersedia), dengan rumus berikut : - Bila pertumbuhan rumah tangga/ KK tetap

Pertumbuhan rumah tangga/ KK tetap Bila setiap tahun, pertambahan rumah tangga/KK memiliki jumlah relatif sama. Pertumbuhan rumah tangga/ KK linier Bila pertambahan rumah tangga/KK per tahun tidak relatif sama, tapi tidak menunjukkan lonjakan perkembangan rumah tangga Pertumbuhan rumah tangga/ KK eksponensial Bila setiap tahun, pertambahan rumah tangga/KK memiliki jumlah yang makin lama meningkat, misal 2 kali lipat, 3 kali lipat, dst.

Contoh Perhitungan Jumlah Pertambahan Rumah Tangga Tetap Data terakhir diperoleh : Jumlah KK tahun 2007= 245 KK Jumlah KK tahun 2006 = 230 KK,data tahun-tahun sebelumnya pun memiliki perbedaan yang sama

Pn = P1 =jumlah KK thn 2009 P0 = jumlah KK thn 2006 b = jumlah pertambahan rumah tangga/KK= P2007 – P2006 = 245 –230 = 15

b = Pn – P0 ..................................................(rumus 2) di mana : b = Jumlah pertambahan rumah tangga/ KK per tahun Pn = Jumlah rumah tangga/ KK pada akhir tahun perhitungan Po = Jumlah rumah tangga/ KK pada akhir tahun perhitungan

2-64

- Bila pertumbuhan rumah tangga/KK linier

Perhitungan Tahun Perencanaan

• Tahun Terakhir = tahun penyusunan analisis RP4D = th ke X

• Tahun awal perencanaan = th ke X + 1

• Tahun akhir perencanaan = th ke X + 10

Contoh : Penyusunan RP4D tahun 2007

• Tahun terakhir = th 2007

• Tahun awal perencanaan = th 2008

• Tahun akhir perencanaan = th 2017

b = Pn – P0 ..................................................(rumus 3) n

r = b_____ x k ...................................(rumus 4) ½ (P0 + Pn) di mana : b = Jumlah pertambahan rumah tangga/ KK per tahun Pn = Jumlah rumah tangga/ KK pada akhir tahun perhitungan Po = Jumlah rumah tangga/ KK pada awal tahun perhitungan n = jumlah tahun, 5 atau 10 (tergantung ketersediaan data)

k = konstanta (100)

r = laju pertumbuhan per tahun

Contoh Perhitungan Jumlah Pertumbuhan Rumah Tangga / KK Linier Data terakhir diperoleh : Jumlah KK tahun 2007= 245 KK Jumlah KK tahun 2002 = 192 KK

Pn = P2007 =jumlah KK thn 2007 P0 = P2002 =jumlah KK thn 2002 n = 6 thn, 2002, 2003, 2004, 2005, 2006, 2007

b = Pn – P0 = 245 – 192 = 53 = 8,83 n 6 6

r = b_____ x k = 8,83_________ x 100 = 8,83_ x 100= 0,040 x 100 = 4 % ½ (P0 + Pn) ½ (245+192) 218,5 Jadi laju pertumbuhan rumah tangga/KK per tahun adalah 4 %.

BBAAGGIIAANN IIII

IInnvveennttaarriissaassii DDaattaa ddaann AAnnaalliissiiss

RRPP44DD KKaabbuuppaatteenn

2-65

- Bila pertumbuhan rumah tangga/KK eksponensial

2. Hitung Proyeksi Jumlah Rumah Tangga/KK

� Gunakan hasil laju pertumbuhan rumah tangga/KK dari data yang tersedia atau dari perhitungan di atas.

� Hitung proyeksi jumlah rumah tangga/KK dari th-x, saat ini, s.d th-x + 10, akhir tahun perencanaan, dengan rumus berikut : - Bila pertumbuhan rumah tangga/KK tetap

Pn

r = Ln P0 ......................................................(rumus 5) n di mana : b = Jumlah pertambahan rumah tangga/ KK per tahun Pn = Jumlah rumah tangga/ KK pada akhir tahun perhitungan Po = Jumlah rumah tangga/ KK pada akhir tahun perhitungan n = 5 atau 10 (tergantung ketersediaan data)

k = konstanta (100)

r = laju pertumbuhan per tahun

Contoh Perhitungan Jumlah Pertumbuhan Rumah Tangga / KK Eksponensial Data terakhir diperoleh : Jumlah KK tahun 2007= 245 KK Jumlah KK tahun 2002 = 87 KK

Pn = P2007 =jumlah KK thn 2007 P0 = P2002 =jumlah KK thn 2002 n = 6 thn, 2002, 2003, 2004, 2005, 2006, 2007

Pn 245 r = Ln P0 = Ln 87 = Ln 282 = 5,64 = 0,94 %

n 6 6 6 Jadi laju pertumbuhan rumah tangga/KK per tahun adalah 0,94 %.

2-66

- Bila pertumbuhan rumah tangga/KK linier

Pti = Po + b, .......................................(rumus 6) di mana Pt = Jumlah Rumah Tangga pada tahun t Po = Jumlah Rumah Tangga pada tahun 0 (tahun dasar = th-X) b = pertambahan rumah tangga / KK i = tahun ke 1, 2,....., 10

Contoh Perhitungan Proyeksi Jumlah Rumah Tangga, pertumbuhan Tetap Data terakhir diperoleh : Jumlah KK tahun 2007= 245 KK

b = jumlah pertambahan rumah tangga/KK = 15 KK per tahun Pti = Po + b P2008 = P2007 + 15 = 245 + 15 = 260 P2009 = P2008 + 15 = 260 + 15 = 275 dan seterusnya sampai dengan akhir tahun perencanaan

Pti = Po + nir .................................. (rumus 7) , di mana Pt = Jumlah Rumah Tangga pada tahun t Po = Jumlah Rumah Tangga pada tahun 0 (tahun dasar = th-X) n = jumlah tahun proyeksi

r = laju pertumbuhan rumah

tangga / KK

i = tahun ke 1, 2,....., 10

Contoh Perhitungan Proyeksi Jumlah Rumah Tangga, pertumbuhan Linier Data terakhir diperoleh : Jumlah KK tahun 2007= 245 KK

b = jumlah pertambahan rumah tangga/KK = 4 % per tahun Pti = Po + nir P2017 = P2007 + (10 x 4%)= 245 + (10 x 0,04) = 245 + 4 = 249 Jadi proyeksi jumlah rumah tangga pada thn 2017 adalah 249 KK

BBAAGGIIAANN IIII

IInnvveennttaarriissaassii DDaattaa ddaann AAnnaalliissiiss

RRPP44DD KKaabbuuppaatteenn

2-67

- Bila pertumbuhan rumah tangga/KK eksponensial

3. Tuliskan hasil perhitungan proyeksi dalam seperti

pada Contoh 2.53.

Perhitungan Backlog Kebutuhan Rumah 1. Gunakan data jumlah rumah tangga tahun ke-X

(tahun terakhir), dan jumlah rumah tahun ke-X, untuk kecamatan-kecamatan di wilayah perkotaan kabupaten dari langkah 6.

2. Hitung backlog kebutuhan rumah dengan rumus berikut :

Pti = Po (1+nir).........................(rumus 8)

, di mana Pt = Jumlah Rumah Tangga pada tahun t Po = Jumlah Rumah Tangga pada tahun 0 (tahun dasar = th-X) n = jumlah tahun proyeksi

r = laju pertumbuhan rumah

tangga / KK i = tahun ke 1, 2,....., 10

Contoh Perhitungan Proyeksi Jumlah Rumah Tangga, pertumbuhan Eksponensial Data terakhir diperoleh : Jumlah KK tahun 2006= 245 KK

r = Laju pertumbuhan rumah tangga/KK = 0,94 % per tahun

Pti = Po (1+nir)

P2016 = P2007 (1+100,94) = 245 x (1+100,94) = 245 x (9,71) = 2.134 Jadi proyeksi jumlah rumah tangga pada thn 2017 adalah 2.134 KK/rumah tangga

Backlog = Jumlah Rumah Tangga / KK tahun ke-X – Jumlah Rumah tahun ke-X

……………………………………….........................(rumus 9)

2-68

Perhitungan Kebutuhan Rumah Akibat Pertumbuhan Penduduk 1. Gunakan data jumlah rumah tangga/KK tahun ke-X,

hasil perhitungan hasil proyeksi jumlah rumah tangga/KK tahun ke-X s.d tahun ke-X+10, untuk kecamatan-kecamatan di wilayah perkotaan kabupaten, dari langkah 6.

2. Hitung jumlah kebutuhan rumah sampai th ke x+10, akhir tahun perencanaan, dengan rumus berikut.

Kebutuhan Rumah th ke i = Proyeksi Jumlah Rumah Tangga/KK th ke i – Jumlah Rumah Tangga / KK tahun ke-X

……………………………………….........................(rumus10)

BBAAGGIIAANN IIII

IInnvveennttaarriissaassii DDaattaa ddaann AAnnaalliissiiss

RRPP44DD KKaabbuuppaatteenn

2-69

Contoh 2.53. Format Tabel Proyeksi Jumlah Rumah Tangga/KK

Proyeksi Jumlah Rumah Tangga / KK NO KECAMATAN

ThX 2006

Th X+1 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Th X+10 2016

1 Bontang Selatan 11.481 11.799 12.116 12.433 12.751 13.068 13.386 13.703 14.021 14.338 14.656

.2 Bontang Utara 11.667 11.985 12.302 12.620 12.937 13.255 13.572 13.890 14.207 14.525 14.842

3 Bontang Barat 6.459 6.777 7.094 7.412 7.729 8.047 8.364 8.682 8.999 9.317 9.634

WILAYAH PERKOTAAN KABUPATEN BONTANG

29.608 30.560 31.513 32.465 33.418 34.370 35.322 36.275 37.227 38.180 39.132

Keterangan :

Proyeksi jumlah rumah tangga, menggunakan pertumbuhan rumah tangga linier, dengan Laju pertumbuhan rumah tangga sama dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata = 4,7 % per tahun.

2-70

Perhitungan Kebutuhan Rumah Total 1. Gunakan hasil perhitungan kebutuhan rumah akibat

pertumbuhan penduduk dan backlog, untuk kecamatan-kecamatan di wilayah perkotaan kabupaten, dari hasil perhitungan di atas.

2. Hitung jumlah kebutuhan rumah total (di th ke x+10), akhir tahun perencanaan, dengan rumus berikut.

3. Hitung jumlah demand/kebutuhan rumah

berdasarkan proporsi rumah berimbang 1 : 3 : 6. 4. Tuliskan hasil perhitungan proyeksi seperti pada

Contoh 2.54. Prosedur pada kegiatan 11a ini dapat dilihat pada Gambar 2.9.

11b. Proyeksi Kebutuhan Berdasarkan

Segmentasi Pendapatan

Kegiatan yang dilakukan: 1. Gunakan data jumlah penduduk berdasarkan

segmentasi pendapatan (Miskin, MBR, berpendapatan menengah - atas) tahun ke-x (tahun terakhir), untuk kecamatan-kecamatan di wilayah perkotaan kabupaten, dari langkah 6.

2. Hitung proporsi segmentasi pendapatan penduduk tersebut untuk tiap kecamatan-kecamatan di wilayah perkotaan.

3. Tabulasikan hasil perhitungan proporsi tersebut seperti pada tabel 2.56.

4. Hitung demand rumah di akhir tahun perencanaan pada kawasan perkotaan dan perdesaan berdasarkan segmentasi pendapatan penduduk (miskin, MBR, menengah – atas, yang telah dihitung proporsinya, pada prosedur 3 di atas).

5. Tabulasikan hasil perhitungan proporsi tersebut seperti pada tabel 2.56.

Kebutuhan Rumah Total (Th ke X+10) = Kebutuhan Rumah Akibat Pertumbuhan Penduduk + Backlog

……………………………………….........................(rumus11)

BBAAGGIIAANN IIII

IInnvveennttaarriissaassii DDaattaa ddaann AAnnaalliissiiss

RRPP44DD KKaabbuuppaatteenn

2-71

CONTOH 2.54 Format Tabel Proyeksi Jumlah Rumah Tangga/KK berdasarkan Proporsi Rumah Berimbang

DEMAND RUMAH Th 2016

NO

KECAMATAN

RUMAH TANGGA Th 2007

RUMAH Th 2007

BACKLOG RUMAH Th 2007

RUMAH TANGGA

Th ke 2016

DEMAND RUMAH AKIBAT

PERTUMB. RMH TANGGA

Proporsi “1”

Proporsi “3”

Proporsi “6”

a b c = a-b d e =d-a f = e + c

g = f x 10%

h = f x 30%

i = f x 60%

1 Lembang 11.481 10.564 917 14.656 3.175 4.092 409 1.228 2.455

2 Ngamprah 11.667 10.336 1.331 14.842 3.175 3.506 351 1.052 2.104

3 Padalarang 6.459 4.506 1.935 9.634 3.175 5.110 511 1.533 3.066

WILAYAH PERKOTAAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

29.608 25.406 4.202 39.132 9.525 13.727 1.271 3.813 8.625

2-72

Gambar 2

.9

Prosedur 1

1a – Proyeksi K

ebutuhan

Berdasarkan Proyeksi R

umah Tangga / K

K Dan Backlog

Laju pertumbuhan rumah tangga / KK

Jumlah rumah tangga 5 tahun terakhir s.d tahun ke-

x (tahun terakhir), untuk tiap kecamatan dan total

kota dari langkah 6.

Rumus perhitungan laju pertumbuhan KK/

Rumah Tangga, rumus 2 sd 5

Perhitungan laju pertumbuhan rumah

tangga/KK dalam 5 tahun, bila data laju tidak

terdapat

Perhitungan Proyeksi Jumlah Rumah Tangga/

KK

Rumus perhitungan proyeksi pertumbuhan KK/Rumah Tangga,

rumus 6 sd 8

Laju pertumbuhan rumah tangga/KK, bila tidak

terdapat dapat gunakan laju pertumbuhan penduduk,

dari langkah 6

Jumlah rumah tangga / KK smp akhir th perencanaan

Hitung Backlog Kebutuhan Rumah

Jumlah rumah tangga/KK, Tahun Terakhir, Th ke X,

dari langkah 6

Jumlah rumah , Tahun Terakhir,

Th ke X, dari langkah 6

Rumus perhitungan backlog KK/Rumah Tangga, rumus 9

Backlog kebutuhan rumah tahun ke X

Rumus Kebutuhan Rumah Akibat

Pertumbuhan Rumah Tangga /KK, rumus 10

Hitung Kebutuhan Rumah Akibat Pertumbuhan Rumah Tangga /KK

Jumlah Kebutuhan Rumah Akibat

Pertumbuhan Rumah Tangga /KK

Hitung Kebutuhan Rumah Total

Jumlah Kebutuhan Rumah Total

Proporsi Rumah Berimbang 1 : 3 : 6

Hitung Kebutuhan Rumah Total

Jumlah Kebutuhan Rumah Total dlm Proporsi Rumah Berimbang

BBAAGGIIAANN IIII

IInnvveennttaarriissaassii DDaattaa ddaann AAnnaalliissiiss

RRPP44DD KKaabbuuppaatteenn

2-73

CONTOH 2.55 Format Tabel Perhitungan Proporsi Segmentasi Pendapatan Penduduk Tahun 2006

NO

KECAMATAN

JUMLAH PENDUDUK

Th 2006

PROPORSI SEGMENTASI PENDAPATAN

PENDUDUK (%)

a B

1 Lembang 45.924

MISKIN 26.636 58

MBR 11.481 25

MNG-ATAS 7.807 17

2 Ngamprah 46.668

MISKIN 30.334 65

MBR 10.267 22

MNG-ATAS 6.067 13

3 Padalarang 25.836

MISKIN 12.143 47

MBR 7.234 28

MNG-ATAS 3.100 12

WILAYAH PERKOTAAN KABUPATEN BANDUNG BARAT 118.421

MISKIN 69.113 58

MBR 28.982 24

MNG-ATAS 16.974 14

6. Analisis kemungkinan penanganan yang dapat

dilakukan untuk masing-masing segmen pendapatan dan kawasan/lokasi permukiman, dengan alternatif penanganan seperti pada Tabel 2.4.

7. Prosedur pada kegiatan 11b ini dapat dilihat pada Gambar 2.10.

Penentuan Segmentasi Pendapatan Penduduk Dapat diperoleh dengan pendekatan berikut : • Jumlah Penduduk Miskin = Jumlah Penduduk Pra Sejahtera I

• Jumlah Penduduk MBR = Jumlah Penduduk Pra Sejahtera II

• Jumlah Penduduk berpendapatan menengah – atas = Jumlah Penduduk

Sejahtera

2-75

Tabel 2.4 . Kriteria Kemampuan Penduduk dalam Pembangunan Rumah Baru dan Arahan Penanganan yang Diperlukan

No Segmentasi Pendapatan Penduduk

Proporsi Rumah Berimbang

1 : 3 : 6

Kemampuan dalam Membangun Rumah & Karakteristik Umum Kawasan Perumahan

dan permukiman yang Ditempati Lokasi Kawasan

Arahan Penanganan

1 Miskin 6 • Ketidakmampuan masyarakat membeli rumah

• Rendahnya daya beli dan kemampuan untuk memperbaiki rumah

• Terbatasnya akses ke lembaga keuangan yang menyediakan fasilitas kredit mikro

• Masalah kemiskinann perkabupatenan

• Rumah pada lokasi rawan bencana

• Lingkungan permukiman yang kumuh

Perkabupatenan Pada kawasan khusus perumahan dan permukiman :

• kawasan kumuh perkabupatenan

• kawasan kumuh metropolitan

• kawasan industri

• kawasan pelabuhan

• kawasan khusus lain sesuai karakter Provinsi

Rumah Sewa Rusunawa Penanganan kantong-kantong kemiskinan perkabupatenan (P2KP/ PNPM, NUSSP,

2 Masyarakat Berpendapatan Rendah

6 • Rendahnya daya beli dan kemampuan untuk memperbaiki rumah

• Terbatasnya akses ke lembaga keuangan yang menyediakan fasilitas kredit mikro

• Masalah kemiskinann perkabupatenan

• Rumah pada lokasi rawan bencana

• Lingkungan permukiman yang kumuh

Perdesaan Pada kawasan khusus perumahan dan permukiman :

• pertanian – agropolitan

• pertambangan

• pariwisata

• rawan bencana

• perbatasan

• kawasan kumuh

• nelayan

• kawasan khusus lain sesuai karakter kawasan

Peningkatan kualitas, baik hunian (rumah) maupun lingkungan permukiman (PKP, KTP2D)

BBAAGGIIAANN IIII

IInnvveennttaarriissaassii DDaattaa ddaann AAnnaalliissiiss

RRPP44DD KKaabbuuppaatteenn

2-76

No Segmentasi Pendapatan Penduduk

Proporsi Rumah Berimbang

1 : 3 : 6

Kemampuan dalam Membangun Rumah & Karakteristik Umum Kawasan Perumahan

dan permukiman yang Ditempati Lokasi Kawasan

Arahan Penanganan

Perkabupatenan Pada kawasan khusus perumahan dan permukiman :

• kawasan kumuh perkabupatenan

• kawasan kumuh metropolitan

• kawasan industri

• kawasan pelabuhan

• kawasan khusus lain sesuai karakter kawasan

Rumah Susun, Rumah Sewa Rusunawa peningkatan kualitas, baik hunian (rumah) maupun lingkungan permukiman,

2 Masyarakat Berpendapatan Menengah - Atas

1 dan 3 • Masyarakat memiliki daya beli dan kemampuan membeli rumah

• Masyarakat memiliki akses ke lembaga keuangan yang menyediakan fasilitas kredit

• Perkabupatenan

• Perdesaan

Rumah swadaya Rumah developer (Real Estate)

Keterangan : Arahan kemungkinan penangangan disesuaikan dengan kondisi masing-masing kabupaten dan program penanganan yang telah ditetapkan dalam program pengembangan perumahan dan permukiman kabupaten tersebut.

2-77

Contoh 2.56 Format Tabel Proyeksi Kebutuhan Jumlah Rumah Tangga/KK berdasarkan Segmentasi Pendapatan Penduduk

DEMAND RUMAH

Th 2016 (KK/ Rumah Tangga) NO

KECAMATAN

RUMAH TANGGA Th 2007

RUMAH Th 2007

BACKLOG RUMAH Th 2007

RUMAH TANGGA

Th ke 2016

DEMAND RUMAH AKIBAT

PERTUMB. RMH TANGGA Total Miskin MBR Menengah

Atas

a b c = a-b d e =d-a f = e + c

g h i

1 Lembang 11.481 10.564 917 14.656 3.175 4.092 2373,36 1.023 696

2 Ngamprah 11.667 10.336 1.331 14.842 3.175 3.506 2278,9 771 456

3 Padalarang 6.459 4.506 1.935 9.634 3.175 5.110 2401,7 1.431 613

KABUPATEN BANDUNG BARAT 29.608 25.406 4.202 39.132 9.525 13.727 7.962 3.294 1.922

Keterangan : proporsi demand rumah tahun 2016 (Miskin, MBR, dan Menengah-Atas) diperoleh dari perhitungan pada tabel 2.49.

BBAAGGIIAANN IIII

IInnvveennttaarriissaassii DDaattaa ddaann AAnnaalliissiiss

RRPP44DD KKaabbuuppaatteenn

2-78

Gambar 2.10

Prosedur 11b - Proyeksi Kebutuhan Berdasarkan Segmentasi Pendapatan

11c. Estimasi Kebutuhan Peningkatan Kualitas Permukiman

Prosedur yang dilakukan:

Perhitungan Jumlah Penduduk pada Kawasan Bermasalah 1. Gunakan data permukiman yang bermasalah

berdasarkan jenisnya (padat, kumuh, pesisir, bencana, dll tergantung pada kondisi kabupaten) pada wilayah perkotaan kabupaten, yang diperoleh dari langkah 7.

2. Delineasi (batas) kawasan permukiman yang bermasalah tersebut, kemudian petakan seperti pada Contoh Gambar 2.57.

3. Hitung kebutuhan luas penanganan kawasan permukiman yang bermasalah dengan menghitung luas kawasan tersebut dari peta yang telah dibuat pada gambar 2.57 tersebut.

Data jumlah penduduk

berdasarkan segmentasi

pendapatan, tahun ke-x (tahun

terakhir) per kecamatan, dari

langkah 6

Hitung jumlah

rumah tangga/KK

Asumsi jumlah

jiwa/KK

Jumlah Rumah

Tangga/KK tahun

ke-x (tahun terakhir)

Proyeksikan jumlah rumah

tangga / KK sampai

dengan Tahun ke-X+10

Jumlah rumah tangga / KK

sampai dengan Tahun ke-X

+ 10

Laju pertumbuhan

penduduk

2-79

4. Hitung jumlah penduduk yang bisa dilayani per

kawasan permukiman bermasalah, dengan alternatif cara sebagai berikut : � Perhitungan jumlah penduduk per RW pada

kawasan permukiman bermasalah. � Perhitungan jumlah penduduk dengan

menggunakan pendekatan luas kawasan berdasarkan peta : - hitung jumlah rumah yang terdapat pada

kawasan tersebut - hitung jumlah penduduk dengan

menggunakan asumsi jumlah penduduk per rumah/KK, seperti pada rumus berikut.

Perhitungan Jumlah PSU pada Kawasan Bermasalah 1. Gunakan

� hasil perhitungan jumlah penduduk pada kawasan bermasalah dari perhitungan di atas.

� Standar pelayanan prasarana dan sarana umum seperti pada tabel 2.5

2. Hitung kebutuhan PSU yang diperlukan dengan rumus sebagai berikut.

3. Tabulasikan hasil perhitungan seperti dalam contoh

tabel 2.528. Prosedur kegiatan 11c dapat dilihat pada Gambar 2.11.

Jumlah Penduduk = Jumlah Rumah / KK X Asumsi Jumlah Jiwa per Rumah/KK

………………………..................(rumus12)

Contoh Perhitungan Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah Rumah pada Kawasan Permukiman yang Bermasalah

Data jumlah rumah berdasarkan hasil delineasi = 125 rumah Asumsi jumlah penduduk per KK/rumah tangga = 4 jiwa

Jumlah Penduduk = Jumlah Rumah / KK X Asumsi Jumlah Jiwa per Rumah/KK =

125 rumah X 4 jiwa = 500 jiwa.

Jml PSU = Jumlah Jiwa Standar Jml Penduduk Layanan

……………………….(rusmus 13)

BBAAGGIIAANN IIII

IInnvveennttaarriissaassii DDaattaa ddaann AAnnaalliissiiss

RRPP44DD KKaabbuuppaatteenn

2-80

Contoh 2.57 Peta Sebaran Kawasan Permukiman yang Bermasalah

2-81

Tabel 2.5 Standar Pelayanan Sarana Umum

Jenis fasili-tas Fasilitas yang ada

Jml. Fasili-tas

(2005)

Skala Pelayanan

Standar Penduduk

a b c d e

TK 9 Sub Lingkungan 1.000

SD / Sedrajat 18 Lingkungan 6.000

SLTP / Sederajat 5 Beberapa Lingk. 25.000

SLTA / Sederajat 2 Sebagian Kabupaten

30.000 Pendidikan

Pendidikan Khusus 36 Sebagian Kabupaten

30.000

Puskesmas 0 Lingkungan 120.000

Puskesmas Pembantu

0 Sub Lingkungan 5.000

Poliklinik/B. Pengobatan

3 Sub Lingkungan 3.000

Apotek 5 Sebagian Kabupaten

5.000

Posyandu 5 Sub Lingkungan 500

Kesehatan

Praktek Dokter 1 Sebagian Kabupaten

5.000

Mesjid 43 Lingkungan 25.000

Mushala/Langgar 136 Sub Lingkungan 250

Gereja 0 Kabupaten 25.000

Vihara 0 Kabupaten 25.000 Peribadatan

Pura 0 Kabupaten 25.000

Pasar 0 Regional 25.000

Pertokoan 21 Sebagian Kabupaten

2.500

Warung 447 Sub Lingkungan 250

Perdagangan dan

Jasa

Swalayan 0 Sebagian Kabupaten

25.000

Kantor Pemerintah 9 Kabupaten/Kec./Desa

Bank 0 Kabupaten

Kantor Pos 0 Kabupaten/Kecamatan

Perkantoran

Kantor Polisi 3 Kabupaten/Kecamatan

S a r a n a O Lap. Sepak Bola 15 Lingkungan 2.500

BBAAGGIIAANN IIII

IInnvveennttaarriissaassii DDaattaa ddaann AAnnaalliissiiss

RRPP44DD KKaabbuuppaatteenn

2-82

Jenis fasili-tas Fasilitas yang ada

Jml. Fasili-tas

(2005)

Skala Pelayanan

Standar Penduduk

a b c d e

Lap. Bulu Tangkis 17 Lingkungan 2.500

Lap. Volley 30 Lingkungan 2.500

Lap. Basket 1 Lingkungan 2.500

Lap. Tenis 8 Lingkungan 2.500

Lap. Golf 1 Kabupaten 30.000

Kolam Renang 1 Lingkungan 5.000

Taman Lingkungan 0 Sub Lingkungan 250

Taman Kecamatan 0 Lingkungan 120.000

Contoh Tabel 2.58. Jumlah Sarana Umum dari PSU yang Dibutuhkan

pada Kawasan Permukiman Bermasalah Kebutuhan Fasilitas

(40.068 jiwa) No

Jenis Fasilitas

Penduduk Pendukung

Standar Ruang

(m2) Jumlah Luas

a b c =

40.068:a d = c x b

SARANA PENDIDIKAN

1 TK 1.000 1.200 40 48.000

2 SD 6.000 3.600 7 25.200

3 SLTP 25.000 5.000 2 10.000

4 SLTA 30.000 5.000 2 10.000

5 Pendidikan Keagamaan

30.000 5.000 2 10.000

SARANA KESEHATAN

1 Puskesmas 120.000 1.200 0 -

2 Puskesmas Pembantu

5.000 300 8 2.400

3 Poliklinik / Balai Pengobatan

3.000 300 13 3.900

4 Apotek - - Ada -

5 Posyandu 500 300 80 24.000

6 Praktek Dokter

- - Ada -

2-83

Kebutuhan Fasilitas (40.068 jiwa)

No

Jenis Fasilitas

Penduduk Pendukung

Standar Ruang

(m2) Jumlah Luas

a b c =

40.068:a d = c x b

SARANA PERIBADATAN

1 Mesjid 120.000 4.000 - -

2 Mushala/Langgar

30.000 1.500 1 1.500

3 Gereja 30.000 1.500 1 1.500

4 Vihara 30.000 1.500 1 1.500

5 Pura 30.000 1.500 1 1.500

SARANA PERDAGANGAN DAN JASA

1 Pasar 25.000 5.000 2 10.000

2 Pertokoan 2.500 1.200 16 19.200

3 Warung/Kios 250 400 160 64.000

4 Pusat Perbelanjaan dan Niaga

120.000 5.000 - -

5 Hotel 30.000 2.500 1 2.500

6 Restoran 2.500 1.000 16 16.000

SARANA PERKANTORAN

1 Kantor Desa 9 Desa 1.000 9 9.000

2 Kantor Kecamatan

1 Kec. 3.000 0 -

3 Kantor Polisi 30.000 1.000 1 1.000

4 Kantor Pos Pembantu

30.000 1.000 3 3.000

5 Pemadam Kebakaran

30.000 1.000 0 -

6 Bank Cabang Pembantu

30.000 1.000 0 -

SARANA RTH DAN OLAH RAGA

1 Lap. Sepak Bola

2.500 15.000 15 225.000

2 Lap. Bulu Tangkis

2.500 2.500 17 42.500

3 Lap. Volley 2.500 2.500 30 75.000

4 Lap. Basket 2.500 2.500 1 2.500

5 Gedung 30.000 3.000 8 24.000

BBAAGGIIAANN IIII

IInnvveennttaarriissaassii DDaattaa ddaann AAnnaalliissiiss

RRPP44DD KKaabbuuppaatteenn

2-84

Kebutuhan Fasilitas (40.068 jiwa)

No

Jenis Fasilitas

Penduduk Pendukung

Standar Ruang

(m2) Jumlah Luas

a b c =

40.068:a d = c x b

Olah Raga

6 Taman Lingkungan

250 1.250 1 1.250

7 Taman Kecamatan

120.000 24.000 1 24.000

8 Pemakaman 120.000 50.000 0 -

Gambar 2.11

Prosedur 11c – Proyeksi Kebutuhan Peningkatan Kualitas Permukiman

Data permukiman bermasalah berdasarkan jenisnya (padat, kumuh, pesisir, bencana, dll

tergantung pada kondisi kota/kabupaten) yang diperoleh dari

langkah 7

Delineasi (batas) kawasan

permukiman yang bermasalah

Peta Kawasan – kawasan

permukiman bermasalah

Hitung kebutuhan luas kawasan

permukiman yang bermasalah

Luas kawasan – kawasan

permukiman bermasalah

Hitung jumlah penduduk yang bisa dilayani per kawasan

permukiman bermasalah

Jumlah penduduk yang bisa dilayani

per kawasan permukiman bermasalah

Hitung jumlah PSU per kawasan (untuk setiap jenis PSU) yang diperlukan

Jumlah PSU per kawasan (untuk

setiap jenis PSU)

Asumsi Jumlah Jiwa per KK Standar Pelayanan

PSU

2-85

11d. Proyeksi Kebutuhan Penyediaan Rumah Baru

Kegiatan yang dilakukan: 1. Gunakan hasil proyeksi kebutuhan rumah total

akibat pertumbuhan rumah tangga/KK dan backlog pada tahun ke x + 10, kecamatan-kecamatan di wilayah perkotaan kabupaten, dari kegiatan 11a.

2. Bagi jumlah total rumah ke dalam proporsi hunian berimbang 1 : 3 : 6. � Jumlah rumah pada proporsi “1” = 10 % x

jumlah total kebutuhan rumah � Jumlah rumah pada proporsi “3” = 30 % x

jumlah total kebutuhan rumah � Jumlah rumah pada proporsi “6” = 60 % x

jumlah total kebutuhan rumah 3. Hitung jumlah rumah baru untuk proporsi “1”, “3”,

dan “6” yang akan dibangun secara swadaya dan oleh pengembang dengan proporsi 60 % (secara swadaya), dan 40 % (oleh pengembang).

4. Tuliskan dalam tabel seperti pada Contoh 2.59. Prosedur kegiatan 11d ini dapat dilihat pada Gambar 2.12

BBAAGGIIAANN IIII

IInnvveennttaarriissaassii DDaattaa ddaann AAnnaalliissiiss

RRPP44DD KKaabbuuppaatteenn

2-86

Contoh 2.59. Jumlah Kebutuhan Rumah Baru

Kebutuhan Penyediaan Rumah Baru

Demand Rumah Th 2016 Rumah Menengah ke Atas

(Proporsi “1”) Rumah Menengah

(Proporsi “3”) Rumah Bawah (Proporsi “6”) NO KECAMATAN

Total Proporsi „1“

Proporsi „3“

Proporsi „6“ Swadaya Pengembang Swadaya Pengembang Swadaya

Pengembang (RSH)

a b = a X 10%

c = a X 30%

d = b X 60% e = b x 40% f = b x 60% g = c x 40% h = c x 60% i = d x 40% j = d x 60%

1 Lembang 4.092 409 1.228 2.455 164 115 491 1.137 982 1.473

2 Ngamprah 3.506 351 1.052 2.104 140 211 421 531 842 1.262

3 Padalarang 5.110 511 1.533 3.066 204 307 613 920 1.226 1.840

.

WILAYAH PERKOTAAN KABUPATEN BANDUNG

13.727 1.271 3.813 8.625 508 633 1.543 2.588 3.050 4.575

Keterangan : data berdasarkan contoh 2.54

2-87

Gambar 2.12

Prosedur Langkah 11d - Proyeksi Kebutuhan Penyediaan Rumah Baru

11e. Proyeksi Kebutuhan Layanan Prasarana,

Sarana, dan Utilitas Umum untuk

Pengembangan Rumah Baru

Kegiatan yang dilakukan:

Perhitungan kebutuhan tambahan sarana umum 1. Gunakan :

� hasil perhitungan jumlah tambahan kebutuhan rumah di akhir tahun perencanaan penduduk pada wilayah perkotaan kabupaten, dari langkah 11a.

� standar pelayanan sarana umum seperti pada tabel 2.5.

2. Hitung jumlah penduduk yang dapat ditampung untuk tambahan rumah tersebut dengan menggunakan rumus 12.

3. Hitung kebutuhan tambahan sarana berdasarkan tambahan jumlah penduduk tersebut, dengan menggunakan rumus 13.

4. Tuliskan hasil perhitungan seperti pada Contoh 2.54. Prosedur kegiatan 11e dapat dilihat pada Gambar 2.13.

Keluaran:

Jumlah tambahan kebutuhan PSU

BBAAGGIIAANN IIII

IInnvveennttaarriissaassii DDaattaa ddaann AAnnaalliissiiss

RRPP44DD KKaabbuuppaatteenn

2-88

Contoh Tabel 2.60 Jumlah Tambahan Sarana Umum dari PSU yang

Dibutuhkan pada Kawasan Permukiman Perumahan Baru Kebutuhan Sarana Tambahan

54.908 jiwa (13.727 kk x 4 jiwa) No

Jenis

Fasilitas

Penduduk

Pendukung

Standar

Ruang (m2)

Jumlah (unit) Luas (m2)

a b c = 54.908 : a d = c x b

SARANA PENDIDIKAN

1 TK 1.000 1.200 55 660.000

2 SD 6.000 3.600 9 32.400

3 SLTP 25.000 5.000 3 15.000

4 SLTA 30.000 5.000 2 15.000

5 Pendidikan Keagamaan

30.000 5.000 2 15.000

SARANA KESEHATAN

1 Puskesmas 120.000 1.200 - -

2 Puskesmas Pembantu

5.000 300 11 3.300

3

Poliklinik / Balai Pengobatan

3.000 300 18 5.400

4 Apotek - - - -

5 Posyandu 500 300 110 33.000

6 Praktek Dokter

- - - -

SARANA PERIBADATAN

1 Mesjid 120.000 4.000 - -

2 Mushala/Langgar 30.000 1.500

1

3 Gereja 30.000 1.500 1

4 Vihara 30.000 1.500 1

5 Pura 30.000 1.500 1

PSU (Prasarana dan Sarana Umum) Permukiman terdiri dari : 1. Sarana Umum Permukiman, meliputi sarana pendidikan, kesehatan,

peribadatan, perdagangan dan jasa, perkantoran, RTH dan sarana olah raga.

2. Prasarana Umum Permukiman, meliputi prasarana : air bersih, air

limbah, persampahan, dan jalan.

2-89

SARANA PERDAGANGAN & JASA

1 Pasar 25.000 5.000 2 10.000

2 Pertokoan 2.500 1.200 20 24.000

3 Warung/Kios 250 400 200 80.000

4 Pusat Perbelanjaan dan Niaga

120.000 5.000 - -

5 Hotel 30.000 2.500 2 5.000

6 Restoran 2.500 1.000 20 20.000

SARANA PERKANTORAN

1 Kantor Desa 9 Desa 1.000 - -

2 Kantor Kecamatan

1 Kec. 3.000 -

-

3 Kantor Polisi 30.000 1.000 - -

4 Kantor Pos Pembantu

30.000 1.000 -

-

5 Pemadam Kebakaran

30.000 1.000 -

-

6 Bank Cabang Pembantu

30.000 1.000 -

-

SARANA RTH & OLAH RAGA

1 Lap. Sepak Bola

2.500 15.000 5 75.000

2 Lap. Bulu Tangkis

2.500 2.500 5 12.500

3 Lap. Volley 2.500 2.500 5 12.500

4 Lap. Basket 2.500 2.500 5 12.500

5 Gedung Olah Raga

30.000 3.000 - -

6 Taman Lingkungan

250 1.250 55 68.750

7 Taman Kecamatan

120.000 24.000 - -

8 Pemakaman 120.000 50.000 - -

Sumber : “Standar Perencanaan Kebutuhan Sarana Kota: Cipta Karya Departemen PU”

BBAAGGIIAANN IIII

IInnvveennttaarriissaassii DDaattaa ddaann AAnnaalliissiiss

RRPP44DD KKaabbuuppaatteenn

2-90

Perhitungan kebutuhan tambahan prasarana – utilitas umum 1. Gunakan :

� Jumlah penduduk tambahan dan kk atau rumah tangga tambahan yang dapat ditampung dari perhitungan di atas.

� standar pelayanan prasarana – utilitas umum seperti pada box di bawah ini.

2. Hitung kebutuhan tambahan prasarana-utilitas umum berdasarkan tambahan jumlah penduduk tersebut, dengan menggunakan rumus 15.

3. Tuliskan hasil perhitungan seperti pada Contoh 2.61 sampai dengan Contoh 2.67.

Prosedur kegiatan 11e dapat dilihat pada Gambar 2.13.

Gambar 2.13 Prosedur 11e – Proyeksi Tambahan Sarana Umum dari PSU bagi Permukiman Baru

Jumlah tambahan kebutuhan rumah di akhir

tahun perencanaan penduduk, dari langkah

11a.

Standar pelayanan sarana umum seperti

pada tabel 2.6.

Hitung jumlah penduduk yang dapat

ditampung untuk tambahan rumah

Rumus perhitungan jumlah penduduk dari

jumlah KK/ Rumah Tangga, rumus 14

Jumlah penduduk yg dapat ditampung untuk tambahan rumah

Hitung kebutuhan tambahan PSU

berdasarkan tambahan jumlah penduduk tersebut,

dengan menggunakan rumus 15

Jumlah tambahan PSU untuk rumah baru

Asumsi kebutuhan pelayanan prasarana – utilitas air minum : • Kebutuhan air minum untuk kegiatan perumahan / rumah tangga = 200 liter/hari • Tingkat kebocoran = 15%

2-91

CONTOH Tabel 2.61 Perkiraan Tambahan Kebutuhan Prasarana – Utilitas Air minum

Bagi Permukiman Baru

Kebututuhan Tambahan Air Minum Tahun 2016

No Kecamatan Jumlah Tambahan KK/Rumah Tangga

(unit)

Kebutuhan Air (ltr/hari)

Kebocoran (15%)

Total (ltr/hari)

a b = a x 200 c = b x 15 % d = b + c

1 Lembang 4.092 818.400 122.760 941.160

2 Ngamprah 3.506 701.200 105.180 806.380

3 Padalarang 5.110 1.022.000 153.300 1.175.300

Wilayah Perkotaan

Kabupaten Bandung Barat 13.727 2.745.400 411.810 3.157.210

CONTOH Tabel 2.62

Perkiraan Tambahan Kebutuhan Prasarana – Utilitas Air Limbah Bagi Permukiman Baru

Tambahan Kebutuhan Prasarana – Utilitas Air Limbah Tahun 2016

No Kecamatan

Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah Penduduk Terlayani

(jiwa) Vol Lumpur Tinja (m3/hari)

a b = a x 80 % c = b x 0,000015

1 Lembang 16.368 13.904 0,21

2 Ngamprah 14.024 11.219 0,17

3 Padalarang 20.440 16.352 0,25

Wilayah Perkotaan Kabupaten Bandung Barat 54.980 43.984 0,66

Asumsi kebutuhan pelayanan prasarana – utilitas air limbah : • Pelayanan air limbah menggunakan sistem on-site dengan septic tank dan truk tangki

tinja untuk mengangkut lumpur tinja ke instalasi IPLT.

• Volume tinja domestik (perumahan) = 65 ltr/jiwa/thn atau 0,000015 ltr/jiwa/hari

• Daya tampung 1 unit truk tinja = 8 m3

• Tingkat pelayanan = 80%

BBAAGGIIAANN IIII

IInnvveennttaarriissaassii DDaattaa ddaann AAnnaalliissiiss

RRPP44DD KKaabbuuppaatteenn

2-92

CONTOH Tabel 2.63

Perkiraan Tambahan Kebutuhan Prasarana – Utilitas Persampahan

Perkiraan Tambahan Kebutuhan Prasarana – Utiltas Persampahan

No Kecamatan Jumlah Penduduk

(jiwa Timbulan Sampah

(m3) TPS dg 1 Container

(unit)

a b = a x 2,28 c = b : 10 m3

1 Lembang 16.368 37.319 3.732

2 Ngamprah 14.024 31.975 1.402

3 Padalarang 20.440 46.603 2.044

Wilayah Perkotaan Kabupaten Bandung Barat

54.980 125.354 12.535

Asumsi kebutuhan pelayanan prasarana – utilitas persampahan : • Pola menggunakan pola pengumpulan dan pengangkutan secara komunal

• Timbulan sampah domestik = 2,28 ltr/jiwa/hari • Daya Tampung TPS dengan menggunakan container dengan kapasitas 10 m³.

• Kapasitas gerobak sampah 1 m³

Asumsi kebutuhan pelayanan prasarana – utilitas jaringan jalan : • Berdasarkan standar perencanaan kawasan perumahan, ditetapkan bahwa 30% dari

total lahan suatu kawasan permukiman dialokasikan bagi infrastruktur penunjang, termasuk jaringan pergerakan.

• Luasan jaringan jalan perlu dikonversikan ke dalam perhitungan panjang jalan.

• Untuk keperluan pengukuran panjang jalan tersebut, ditetapkan rata-rata lebar jalan di kawasan permukiman adalah sebesar 5 m.

• Maka ukuran panjang jaringan jalan yang diperlukan adalah (30% dari luas total) / (5 m)

2-93

CONTOH Tabel 2.64 Kebutuhan Tambahan Panjang Jalan untuk Kawasan Permukiman Baru

Hingga Tahun 2016

No Kecamatan Tambahan Luas Lahan

Permukiman (Ha)

Tambahan lahan untuk infrastruktur (30% Luas)

(Ha)

Tambahan Kebutuhan Panjang Jalan (Km)

a b c = b : 5

1 Lembang 2.923,2 876,96 175,39

2 Ngamprah 890,8 267,24 53,45

3 Padalarang 584,8 175,44 35,09

Wilayah Perkotaan Kabupaten Bandung Barat

4.398,8 1.319,64 263,93

Keterangan : luas lahan bagi infrastruktur diperoleh dari langkah 10c.

CONTOH Tabel 2.65

Perkiraan Kebutuhan Tambahan Panjang Drainase untuk Kawasan Permukiman Baru Hingga Tahun 2016

No Kecamatan Tambahan Kebutuhan

Panjang Jalan (Km)

Tambahan Kebutuhan

Drainase (Km)

a b = a x 2

1 Lembang 175,39 150,78

2 Ngamprah 53,45 106,9

3 Padalarang 35,09 70,18

WILAYAH PERKOTAAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

263,93 527,86

Asumsi kebutuhan pelayanan prasarana – utilitas jaringan drainase : • Kebutuhan saluran drainase untuk daerah permukiman didasarkan pada prediksi

kebutuhan jaringan jalan. • Jaringan drainase direncanakan di kedua sisi jalan (2 kali panjang jalan), dengan dimensi

yang disesuaikan dengan kebutuhan dan lokasi setempat (curah hujan, pasang surut, dll).

BBAAGGIIAANN IIII

IInnvveennttaarriissaassii DDaattaa ddaann AAnnaalliissiiss

RRPP44DD KKaabbuuppaatteenn

2-94

CONTOH Tabel 2.66 Perkiraan Kebutuhan Tambahan Daya Listrik untuk Kawasan Permukiman Baru

Hingga Tahun 2016

Tambahan Kebutuhan Rumah Besar (600 m2)

Tambahan Kebutuhan Rumah Sedang (400 m2)

Tambahan Kebutuhan Rumah Kecil (200 m2)

No Kecamatan

Unit Tambahan Daya

Listrik (KVA) Unit

Tambahan Daya Listrik (KVA)

Unit Tambahan Daya

Listrik (KVA)

Total Tambahan Kebutuhan Daya Listrik

(KVA)

a b = a x 1,3 c d = c x 0,9 e f = e x 0,45 g = b + d + f

1 Lembang 409 532 1.228 1.105 2.455 1.105 2.268

2 Ngamprah 351 456 1.052 947 2.104 947 2.350

3 Padalarang 511 664 1.533 1380 3.066 1.380 3.424

WILAYAH PERKOTAAN KABUPATEN

BANDUNG BARAT

1.271 1.652 3.813 3.432 8.625 3.881 5.965

Asumsi kebutuhan pelayanan prasarana – utilitas jaringan listrik : Kebutuhan listrik Kota Bontang untuk kegiatan permukiman dihitung berdasarkan standar kebutuhan pelayanan prasarana dan sarana perumahan perkotaan di Indonesia sebagaimana berikut:

• Permukiman sederhana (kaveling kecil) membutuhkan daya 450 watt = 0,45 kVA

• Permukiman menengah (kaveling sedang) membutuhkan daya 900 watt = 0,9 kVA

• Permukiman besar (kaveling besar) membutuhkan daya 1300 watt = 1,3 kVA

Asumsi kebutuhan pelayanan prasarana – utilitas jaringan telepon : Kebutuhan peningkatan pelayanan telepon akibat meningkatnya pertumbuhan permukiman dapat ditentukan dengan cara mengasumsikan bahwa tingkat pelayanan yang diharapkan mencapai 80%,

sehingga kebutuhan penambahan sambungan telepon di permukiman baru dapat diperkirakan.

2-95

CONTOH Tabel 2.67 Perkiraan Kebutuhan Tambahan Pelayanan Telepon untuk Kawasan Permukiman

Baru hingga Tahun 2016

Kebutuhan Tambahan Pelayanan Telepon Hingga 2016

No Kecamatan

Tambahan Kebutuhan Rumah (unit) Tambahan Pelayanan Telepon (sst)

a b = a x 80 %

1 Lembang 4.092 3.274

2 Ngamprah 3.506 2.805

3 Padalarang 5.110 4.088

WILAYAH PERKOTAAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

13.727 10.167

11f. Analisa Kebutuhan Kelembagaan dan

Pembiayaan

Prosedur yang dilakukan: 1. Gunakan data mengenai :

� profil kelembagaan dan pembiayaan perumahan dan permukiman kabupaten dari langkah 8.

� Hasil analisis implikasi kebijakan daerah terhadap pengembangan permukiman dari kegiatan 9.

� Hasil workshop1, dari langkah 3. 2. Identifikasi kebutuhan pembentukan forum dan atau

peningkatan dan penguatan kelembagaan sesuai kebutuhan.

3. Gunakan data hasil proyeksi kebutuhan rumah pada langkah 11a sampai dengan 11 d.

4. Identifikasi pola-pola pembiayaan yang mungkin dilakukan

Keluaran:

Kebutuhan kelembagaan dan pembiayaan

Kebutuhan pengembangan kelembagaan dapat terdiri dari : 1. Pembentukan lembaga baru, dengan jenis forum atau lembaga lainnya, yang

berfungsi sebagai : � wadah berkoordinasi penyelesaian permasalahan � wadah penyampaian aspirasi � wadah untuk memberikan rekomendasi program.

2. Penguatan lembaga yang sudah ada.

BBAAGGIIAANN IIII

IInnvveennttaarriissaassii DDaattaa ddaann AAnnaalliissiiss

RRPP44DD KKaabbuuppaatteenn

2-96

Gambar 2.13 Prosedur 11e – Proyeksi Kebutuhan Prasarana, Sarana, Dan Utilitas Umum

PPeerruummuussaann PPeerrssooaallaann ddaann TTaannttaannggaann PPeemmbbaanngguunnaann ddaann PPeennggeemmbbaannggaann PPeerruummaahhaann ddaann PPeerrmmuukkiimmaann

LLaannggkkaahh 1122

Perumusan Persoalan dan Tantangan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman merupakan perumusan atas hasil analisis yang telah dilakukan pada langkah-langkah sebelumnya, baik itu yang perlu ditangani dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

TUJUAN

Merumuskan permasalahan yang mendesak ditangani oleh kabupaten dan memerlukan penanganan secara cepat dalam jangka pendek dan perumusan atas permasalahan yang perlu diantisipasi pada masa yang akan datang (jangka panjang).

MANFAAT

Sebagai dasar bagi penetapan konsep rencana dan rencana, serta menjadi input bagi:

• Perumusan Rencana Pembangunan Dan Pengembangan (Langkah 18)

2-97

12. Perumusan Persoalan dan Tantangan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman

Prosedur yang dilakukan: 1. Gunakan :

� hasil Workshop Identifikasi Permasalahan Penyelenggaraan Perumahan dan Permukiman I dari langkah 3.

� Hasil analisis Kebutuhan Pengembangan Perumahan dan permukiman dari langkah 9 sampai dengan langkah 11.

2. Rumuskan permasalahan yang mendesak ditangani, merupakan permasalahan kabupaten yang memerlukan penangangan secara cepat dan dalam jangka pendek, dengan kriteria sebagai berikut : � Permasalahan yang dianggap oleh kabupaten dan

hasil workshop termasuk prioritas penanganan cepat/mendesak untuk diselesaikan.

� Permasalahan-permasalahan pada kawasan-kawasan bermasalah.

3. Rumuskan permasalahan yang perlu diantisipasi, bersifat preventif, dan jangka panjang, dengan kriteria sebagai berikut : � Permasalahan yang dianggap oleh kabupaten dan

hasil workshop termasuk prioritas penanganan preventif untuk jangka panjang.

� Permasalahan-permasalahan yang merupakan akibat logis dari perkembangan penduduk dan terkait dengan penyediaan perumahan baru.

Prosedur langkah 12 ini dapat dilihat pada Gambar 2.15.

Keluaran:

•• ppeerrmmaassaallaahhaann yyaanngg mmeennddeessaakk ddiittaannggaannii

•• ppeerrmmaassaallaahhaann yyaanngg ppeerrlluu ddiiaannttiissiippaassii

BBAAGGIIAANN IIII

IInnvveennttaarriissaassii DDaattaa ddaann AAnnaalliissiiss

RRPP44DD KKaabbuuppaatteenn

2-98

Gambar 2.14

Prosedur Langkah 12 - Perumusan Persoalan dan Tantangan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman

WWoorrkksshhoopp TTaannttaannggaann ddaann KKeebbuuttuuhhaann PPeemmbbaanngguunnaann ddaann PPeennggeemmbbaannggaann PPeerruummaahhaann ddaann PPeerrmmuukkiimmaann

LLaannggkkaahh 1133

Workshop Tantangan dan Kebutuhan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman merupakan kegiatan sosialisasi atas hasil penyusunan profil penyelenggaraan perumahan dan permukiman kabupaten dan hasil analisis kebutuhan pengembangan perumahan permukiman. Selain itu, workshop ini juga merupakan wadah para stakeholder terkait pengembangan perumahan dan permukiman memberikan masukan bagi kebutuhan pengembangan perumahan dan permukiman .

TUJUAN

Menyempurnakan profil penyelenggaraan perumahan dan permukiman dan analisisis kebutuhan pembangunan pengembangan perumahan dan permukiman berdasarkan pengalaman, persepsi, dan kondisi perumahan dan permukiman dari stakeholder terkait.

2-99

MANFAAT

Sebagai dasar penentuan pola penyediaan rumah dan pola penanganan permukiman bagi penyusunan konsep pengembangan, serta menjadi input bagi:

• Perumusan Rencana Pembangunan Dan Pengembangan (Langkah 18)

13. Workshop Tantangan dan Kebutuhan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman

Prosedur yang dilakukan: 1. Gunakan hasil analisis dari langkah 5 sampai dengan

langkah 14 sebagai bahan masukan workshop. 2. Gunakan metode FGD (Focus Group Discussion)

untuk pelaksanaan workshop ini. 3. Undang stakeholder yang terkait dengan

pengembangan perumahan dan permukiman dari pihak pemerintah, swasta, LSM, akademis, forum pengembangan perumahan permukiman, dan pihak lain yang terkait.

4. Selenggarakan workshop, dengan agenda kegiatan : � Sosialisasi hasil penyusunan profil dan analisis

kebutuhan pengembangan perumahan dan permukiman yang telah disusun.

� Pemberian tanggapan dan masukan atas: - Persoalan pembangunan dan pengembangan

perumahan dan permukiman - Konsepsi pembangunan dan pengembangan

permukiman yang dapat diterapkan - Pemilihan program dan prioritas program

pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman yang sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan pengembangan perumahan dan permukiman

- Arahan lokasi bagi prioritas program terpilih.

Prosedur langkah 13 dapat dilihat pada Gambar 2.15.

Keluaran:

MMaassuukkaann aattaass::

•• PPeerrssooaallaann ppeennggeemmbbaannggaann ppeerruummaahhaann

ddaann ppeerrmmuukkiimmaann

•• KKoonnsseeppssii ppeennggeemmbbaannggaann ppeerrmmuukkiimmaann

•• PPrrooggrraamm ddaann pprriioorriittaass pprrooggrraamm ppeemmbbaanngguunnaann ddaann

ppeennggeemmbbaannggaann ppeerruummaahhaann ddaann ppeerrmmuukkiimmaann

•• AArraahhaann llookkaassii bbaaggii pprriioorriittaass pprrooggrraamm tteerrppiilliihh..

BBAAGGIIAANN IIII

IInnvveennttaarriissaassii DDaattaa ddaann AAnnaalliissiiss

RRPP44DD KKaabbuuppaatteenn

2-100

Gambar 2.16 Prosedur Langkah 15 - Workshop Tantangan dan Kebutuhan Pembangunan dan

Pengembangan Perumahan dan Permukiman

2-101

Gambar 2.17. Diagram Keterkaitan antara Langkah dalam Tahap Inventarisasi Data, dengan Langkah Lainnya dalam Tahap Penyusunan RP4D

Langkah – 1 KOORDINASI TIM PEKERJAAN

Langkah - 2PENAJAMAN DAN PENYEPAKATAN

RENCANA KERJA

Langkah - 3SOSIALISASI PEKERJAAN DAN

WORKSHOP IDENTIFIKASI

PERMASALAHAN PERKIM DAERAH

Langkah - 4PERSIAPAN & PELAKSANAAN

SURVEY

Langkah - 5PENYUSUNAN PROFIL KEBIJAKAN

& PROGRAM PEMBANGUNAN &

PENGEMBANGAN PERKIM

Langkah - 6PENYUSUNAN PROFIL KONDISI

SOSIAL-EKONOMI BUDAYA

DAERAH

Langkah - 7PENYUSUNAN PROFIL

PERUMAHAN & PERMUKIMAN

Langkah - 9ANALISIS IMPLIKASI KEBIJAKAN

TATA RUANG THD

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Langkah - 10ANALISIS DAYA DUKUNG & DAYA

TAMPUNG WILAYAH

Langkah - 11PROYEKSI KEBUTUHAN

PEMBANGUNAN &

PENGEMBANGAN PERKIM

Langkah - 12PERUMUSAN PERSOALAN &

TANTANGAN PENGEMBANGAN &

PEMBANGUNAN PERKIM

Langkah - 13WORKSHOP TANTANGAN &

KEBUTUHAN PEMBANGUNAN &

PENGEMBANGAN PERKIM

Langkah - 14PERUMUSAN DASAR-DASAR

PENETAPAN RENCANA

Langkah - 15PERUMUSAN KEBIJAKAN PERKIM

PROPINSI

Langkah - 16PERUMUSAN STRATEGI

PELAKSANAAN PEMBANGUNAN &

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Langkah - 8PENYUSUNAN PROFIL

KELEMBAGAAN & PEMBIAYAAN

PERKIM KOTA/ KABUPATEN

Langkah - 17RUMUSAN VISI & MISI

PEMBANGUNAN &

PENGEMBANGAN PERKIM DAERAH

Langkah - 18PERUMUSAN RENCANA

PEMBANGUNAN &

PENGEMBANGAN PERKIM

Langkah - 20PERUMUSAN INDIKASI PROGRAM

Langkah - 19PERUMUSAN RENCANA

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA

PERKIM

Langkah - 21WORKSHOP