analisis keberlanjutan pengembangan “lorong … · mengurangi dampak sosial-ekonomi pembangunan...

12
55 Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017 ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGEMBANGAN “LORONG GARDEN” (PERTANIAN LORONG) SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PERKOTAAN DI KOTA MAKASSAR Abdullah 1) ; Annas Boceng 2) ; Jufri Latif 3) ; Erni Takwina 4) 1,2 Dosen Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Muslim Indonesia Email: [email protected] 3,4 Mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Muslim Indonesia . ABSTRAK Program Lorong Garden merupakan bentuk revitalisasi sektor pertanian di wilayah perkotaan yang berfungsi menjaga keseimbangan lingkungan, memberikan nilai keindahan, kenyamanan dan mengurangi dampak sosial-ekonomi pembangunan kota. Keberlanjutannya dipengaruhi oleh beberapa komponen yang saling terintegrasi. Penelitian bertujuan menganalisis tingkat keberlanjutan dan faktor- faktor berpengaruh terhadap keberlanjutan program Lorong Garden di kota Makassar. Informasi ini sebagai dasar pertimbangan penyusunan strategi dan kebijakan pengembangan Lorong Garden secara berkelanjutan. Penelitian survei wawancara kuesioner kepada 75 responden masyarakat umum dan 21 pakar/stakeholders di kota Makassar. Analisis indeks dan status keberlanjutan menggunakan metode MDS Rap-Longgar-Maks (Rapid Appraisal for Makassar Lorong Garden). Hasil penelitian menunjukkan secara multidimensi program Lorong Garden cukup berkelanjutan (indeks 54,40%). Secara parsial, empat dimensi cukup berkelanjutan, yaitu: ekologi (indeks 53,64%), sosial (indeks 57,36%), teknologi (indeks 52,68%), kelembagaan (indeks 55,44%), dan satu dimensi kurang berkelanjutan, yakni ekonomi (indeks 48,31%). Dari 48 atribut dianalisis, 16 atribut sensitif berpengaruh terhadap keberlanjutan pengembangan Lorong Garden di kota Makassar. Kata Kunci: Lorong Garden, Indeks Keberlanjutan, MDS Rap -Longgar-Maks 1. PENDAHULUAN Perkembangan kota Makassar dengan laju pembangunan infrastruktur yang cepat dan diiringi peningkatan jumlah penduduk akan membawa konsekuensi terjadinya ekploitasi terhadap lingkungan dan ekosistem yang ada di dalamnya. Akibatnya akan berdampak terhadap kualitas lingkungan dan keseimbangan ekosistem serta kehidupan sosial-ekonomi masyarakat. Satu indikatornya ialah penurunan ruang terbuka hijau secara kuantitatif maupun kualitatif. Data BPS kota Makassar (2014), menun-jukkan bahwa kondisi Ruang Terbuka Hijau (RTH) eksisting kota Makassar hanya 9,2% dan setiap tahun terus mengalami penurunan. Kondisi ini masih jauh dari amanat UU No. 26 Tahun 2007, bahwa penyediaan dan peman-faatan RTH dengan proporsi paling sedikit 30% dari luas wilayah kota. Olehnya itu, pemerintah kota Makassar mengembangkan program Lorong Garden (pertanian lorong). Program ini sebagai bagian dari konsep sistem pertanian perkotaan, yakni satu bentuk revitalisasi sektor pertanian di perkotaan secara proporsional dan kontekstual pada ruang terbuka lorong privat maupun publik dalam perspektif keseimbangan lingkungan, nilai

Upload: vutruc

Post on 15-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

55

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGEMBANGAN “LORONG GARDEN”

(PERTANIAN LORONG) SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI PEMANFAATAN

RUANG TERBUKA PERKOTAAN DI KOTA MAKASSAR

Abdullah1); Annas Boceng2); Jufri Latif3); Erni Takwina4) 1,2 Dosen Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Muslim Indonesia

Email: [email protected] 3,4 Mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Muslim Indonesia

.

ABSTRAK Program Lorong Garden merupakan bentuk revitalisasi sektor pertanian di wilayah perkotaan yang

berfungsi menjaga keseimbangan lingkungan, memberikan nilai keindahan, kenyamanan dan

mengurangi dampak sosial-ekonomi pembangunan kota. Keberlanjutannya dipengaruhi oleh beberapa

komponen yang saling terintegrasi. Penelitian bertujuan menganalisis tingkat keberlanjutan dan faktor-

faktor berpengaruh terhadap keberlanjutan program Lorong Garden di kota Makassar. Informasi ini

sebagai dasar pertimbangan penyusunan strategi dan kebijakan pengembangan Lorong Garden secara

berkelanjutan. Penelitian survei wawancara kuesioner kepada 75 responden masyarakat umum dan 21

pakar/stakeholders di kota Makassar. Analisis indeks dan status keberlanjutan menggunakan metode

MDS Rap-Longgar-Maks (Rapid Appraisal for Makassar Lorong Garden). Hasil penelitian menunjukkan

secara multidimensi program Lorong Garden cukup berkelanjutan (indeks 54,40%). Secara parsial, empat

dimensi cukup berkelanjutan, yaitu: ekologi (indeks 53,64%), sosial (indeks 57,36%), teknologi (indeks

52,68%), kelembagaan (indeks 55,44%), dan satu dimensi kurang berkelanjutan, yakni ekonomi (indeks

48,31%). Dari 48 atribut dianalisis, 16 atribut sensitif berpengaruh terhadap keberlanjutan pengembangan

Lorong Garden di kota Makassar.

Kata Kunci: Lorong Garden, Indeks Keberlanjutan, MDS Rap -Longgar-Maks

1. PENDAHULUAN

Perkembangan kota Makassar dengan laju pembangunan infrastruktur yang cepat dan

diiringi peningkatan jumlah penduduk akan membawa konsekuensi terjadinya ekploitasi

terhadap lingkungan dan ekosistem yang ada di dalamnya. Akibatnya akan berdampak

terhadap kualitas lingkungan dan keseimbangan ekosistem serta kehidupan sosial-ekonomi

masyarakat. Satu indikatornya ialah penurunan ruang terbuka hijau secara kuantitatif maupun

kualitatif.

Data BPS kota Makassar (2014), menun-jukkan bahwa kondisi Ruang Terbuka Hijau (RTH)

eksisting kota Makassar hanya 9,2% dan setiap tahun terus mengalami penurunan. Kondisi ini

masih jauh dari amanat UU No. 26 Tahun 2007, bahwa penyediaan dan peman-faatan RTH

dengan proporsi paling sedikit 30% dari luas wilayah kota.

Olehnya itu, pemerintah kota Makassar mengembangkan program Lorong Garden

(pertanian lorong). Program ini sebagai bagian dari konsep sistem pertanian perkotaan, yakni

satu bentuk revitalisasi sektor pertanian di perkotaan secara proporsional dan kontekstual pada

ruang terbuka lorong privat maupun publik dalam perspektif keseimbangan lingkungan, nilai

56

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

estetika, kenyamanan dan fungsi sosial-ekonomi bagi masyarakat perkotaan. Keberadaannya

dapat dijadikan sebagai bagian penting dari struktur pem-bentuk kota berkelanjutan

Menurut Elliott (2006) landasan filosofis kota berkelanjutan adalah menghadirkan kese-

imbangan antara perkembangan kota, baik fisik maupun sosial-ekonomi, dan daya dukung

lingkungan agar terwujudnya harmo-nisasi kehidupan generasi saat ini dan masa mendatang.

Paradigma pembangunan kota ini dikenal sebagai Eco City, yakni pengem-bangan kota yang

mengacu pada keselarasan lingkungan, berwawasan lingkungan dan meminimalkan dampak

negatif pembangunan fisiknya (Anonim, 2009; Suryandari, 2010). Sejalan dengan UU No. 32

Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH), bahwa

lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia.

Secara implementatif program Lorong Garden sebagai bagian dari pembagunan kota

berkelanjutan, menurut Susanto (2003) harus dilakukan dengan bertumpu kepada empat pilar

keberlanjutan, yaitu: (1) secara ekonomi fisibel(economically feasible), (2) penggunaan teknologi

sepadan (technologically appro-priate), (3) secara lingkungan tidak merusak dan berkelanjutan

(envornmentally sound and sustainnable), (4) secara sosial budaya dapat diterima (socially and

culturally acceptable). Namun demikian, pengembangan Lorong Garden merupakan suatu

permasalahan sistem yang kompleks dengan melibatkan berbagai komponen atau elemen di

dalamnya secara terintegrasi. Keberlanjutannya sangat dipe-ngaruhi oleh tingkah laku

komponen-komponen sistem di dalamnya.

Strategi yang dapat dilakukan dalam peningkatan keberlanjutan Lorong Garden, yakni

strategi pada penanganan rantai hasil (result chain) melalui perbaikan dimensi ke-berlanjutan

pengembangannya, dan strategi penanganan pada rantai sebab (causal chain) berdasarkan

pendekatan sosial-kultural mela-lui perubahan perilaku masyarakat dan kebija-kan

mendukungnya. Peran serta masyarakat menjadi faktor kunci keberhasilan pengemba-ngannya

secara berkelanjutan.

Penelitian ini bertujuan menganalisis nilai indeks dan status keberlanjutan serta faktor-

faktor berpengaruh atas pengembangan program Lorong Garden di Kota Makassar. Informasi

kajian ini dapat menjadi dasar penyusunan strategi dan kebijakan pengem-bangan Lorong

Garden secara berkelanjutan sebagai upaya optimalisasi pemanfaatan ruang terbuka di kota

Makassar.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian survei dilakukan di kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan. Populasi terjangkau

masyarakat di Kecamatan Biringkanaya, Tamalate, Panakkukang, Ujung Pandang, dan

Manggala. Pemilihan sampel responden masyarakat umum dilakukan secara acak probability

sampling sebanyak 75 orang. Responden berusia 18 tahun hingga 60 tahun dari berbagai

tingkat pendidikan, status sosial dan jenis kelamin.

Responden pakar/stakeholders ditentukan secara sengaja (purposive) sebanyak 21 orang.

Pakar/stakeholders terdiri dari pakar sosiologi kemasyarakatan, pertanian, aparat pemerintah

kota (Dinas Pertanian, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Badan Pengendalian Lingkungan

Hidup Daerah, Dinas Ketahanan Pangan, Kepala Kecamatan, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)

Kota Makassar), Kelompok PKK, lembaga swadaya masyarakat (LSM)), dan tokoh masyarakat.

57

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

Penelitian survei wawancara kuesioner kepada responden dan observasi ke lokasi

kelompok sasaran. Pertanyaan kuesioner dikembangkan berdasarkan indikator keber-lanjutan

meliputi: dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan kelembagaan.

Analisis keberlanjutan pengembangan Lorong Garden menggunakan metode Multi-

Dimensional Scaling (MDS) disebut teknik ordinasi Rap-Longgar-Maks (Rapid Appraisal for

Makassar Lorong Garden). Metode ini modifikasi dari program RAPFISH (Rapid Appraisal for

Fisheries) yang dikembangkan Fisheries Center, University of British Columbia,

Kanada(Budiharsono, 2007; Sam-peliling, 2012). Metode MDS merupakan analisis statistik

berbasis komputer menggu-nakan Software RALED-SBH (Rapid Asses-ment Techniques for

Local Economic Deve-lopment-Sugen Budiharsono (Tim Pengem-bangan Ekonomi Lokal,

BAPPENAS, 2007).

Teknik ordinasi MDS Rap-Longgar-Maks dilakukan dalam beberapa tahap (Kavanag, 2001;

Sampeliling et al. 2012; Abdullah et al., 2015): (1) penentuan atribut dari lima dimensi

keberlanjutan mencakup 48 atribut, yakni: 12 atribut dimensi ekologi, 7 atribut dimensi ekonomi,

12 atribut dimensi sosial, 8 atribut dimensi teknologi, dan 9 atribut dimensi kelembagaan; (2)

pembuatan skor penilaian atribut dalam skala ordinal. Rentang skor: 0 (nilai buruk = kondisi

paling tidak mengun-tungkan) hingga 3 (nilai baik = kondisi paling menguntungkan); (3)

analisis ordinari MDS Rap-Longgar-Maks untuk menentukan posisi tingkat keberlanjutan dari

setiap dimensi dan multidimensi. Nilai indeks dan status keberlanjutan dikelompokkan: 0 – 25%

(buruk = tidak berkelanjutan), 26 – 50% (kurang = kurang berkelanjutan), 51 – 75% (cukup =

cukup berkelanjutan), dan 76 – 100% (baik = Sangat berkelanjutan); (4) analisis sensitivitas

(Leverate Analysis) untuk menentukan atribut sensitif berpengaruh terhadap setiap dimensi

keberlanjutan dan diukur melalui perubahan Root Mean Square (RMS). Semakin besar nilai

perubahan RMS, maka semakin besar atau sensitif peranan atribut tersebut terhadap

peningkatan indeks dan status keberlanjutan; (5) Analisis Monte Carlo untuk menduga

pengaruh galat selang kepercayaan 95% dan dibandingkan dengan nilai indeks MDS; dan (6)

Analisis validitas (Goodness of fit) model Rap-Longgar-Maks berdasarkan nilai Stress (S) dan

koefisien determinasi (R2). Model yang baik, jika nilai S < 0,25 dan R2 mendekati 1 (95 - 100%).

3. HASIL PENELITIAN

3.1. Keberlanjutan Secara Multidimensi

Pengamatan di lapangan terhadap kondisi pengembangan Lorong Garden eksisting

menunjukkan bentuk dan pola beragam antar wilayah di kota Makassar. Bentuk-bentuk Lorong

Garden dikembangkan masyarakat berupa: sistem pot/polybag, sistem hidroponik sederhana,

sistem panjatan dan menjalar pada bangunan, sistem vertikultur, taman rumah, dan sistem

tanam langsung. Polanya berupa tanaman campuran yakni kombinasi tanaman pangan, hias,

sayuran, serta tanaman tahunan.

Teknologi yang digunakan relatif masih sederhana dan belum memanfaatkan sistem

pertanian intensif. Tujuan pengembangan Lorong Garden bervariasi mulai dari hanya

hoby/kesenangan, memperindah lingkungan, dan kebutuhan keluarga, serta sebagian kecil

usaha komersial.

Hasil analisis ordinasi MDS Rap.-Longgar-Maks terhadap 48 atribut secara multidimensi,

diperoleh nilai indeks keber-lanjutan sebesar 54,40% dengan status cukup berkelanjutan. Hal ini

58

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

menunjukkan bahwa pengembangan program Lorong Garden kondisi eksisting di wilayah kota

Makassar secara multidimensi cukup memberikan harapan untuk pengembangannya lebih

lanjut. Walupun, secara parsial masih terdapat dimensi statusnya kurang berkelan-jutan yakni

dimensi ekonomi, akan tetapi dimensi ekologi, sosial, teknologi, dan kelembagaan cukup

berkelanjutan (Tabel1.)

3.2. Keberlanjutan Dimensi Ekologi

Hasil ordinasi MDS Rap-Longgar-Maks terhadap 12 atribut dimensi ekologi, diperoleh

nilai indeks keberlanjutan 53,64% dan status cukup berkelanjutan(Tabel 1). Artinya, secara

parsial daya dukung sumberdaya lingkungan pada lorong-lorong perkotaan untuk aktivitas

pertanian masih cukup baik. Kondisi lingkungan ini perlu dipertahankan atau ditingkatkan lebih

lanjut agar peran fungsi-fungsi ekologisnya dapat memberikan dampak lebih menguntungkan

secara berkelanjutan.

Selanjutnya, analisis leverage menunjuk-kan terdapat empat atribut berpengaruh sensitif

terhadap terjadinya perubahan nilai indeks dan status keberlanjutan ekologis pengembangan

Lorong Garden di kota Makassar, yaitu (1) pemilihan jenis tanaman jenis (RMS = 1,456); (2)

tingkat pemanfaatan lahan pekarangan/lorong (RMS = 0,792); (3) luas lahan pekarangan(RMS =

1,102); dan (4) laju peruntukan lahan pekarangan/lorong (RMS = 0.837) (Gambar 1.).

Tabel 1. Nilai indeks dan status keberlanjutan (sustainabilitas) pengembangan Lorong Garden di

kota Makassar, 2017.

Dimensi Indeks

Keberlanjutan

(%)

Status

Keberlanjutan

Lokasi

Ekologis 53.64 Cukup

Berkelanjutan

Kota

Makassar Ekonomi 48.34 Kurang

Berkelanjutan

Sosial 57.36

Cukup

Berkelanjutan

Teknologi 52.68 Cukup

Berkelanjutan

Kelembagaan 55.44 Cukup

Berkelanjutan

Multidimensi 54,40 Cukup

Berkelanjutan

Analisis MDS Rap-Longgar-Maks, 2017

59

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

Gambar 1. Nilai sensitivitas atribut keberlanjutan dimensi ekologi pengembangan program

Lorong Garden di kota Makassar.

3.3. Keberlanjutan Dimensi Ekonomi

Hasil ordinasi metode MDS Rap-Longgar-Maks terhadap tujuh atribut dimensi ekonomi,

diperoleh nilai indeks keberlanjutan 48,31% dan status kurang berkelanjutan (Tabel 1).

Pengembangan program Lorong Garden belum cukup baik memberikan nilai ekonomi bagi

masyarakat lorong perkotaan.

Selanjutnya, analisis leverage terhadap atribut penyusun dimensi ekonomi menunjuk-

kan empat atribut sensitif berpengaruh terha-dap tingkat keberlanjutan pengembangan

program Lorong Garden di kota Makassar, yaitu: (1) modal usaha tani (RMS = 1,819); (2)

pemberian insentif dari pemerintah (RMS = 1,799), (3) kontribusinya terhadap pendapatan

rumah tangga (RMS = 1,608), (4) produk-tivitas tanaman (RMS = 1,256) (Gambar 2). Perubahan

terhadap ke-4 leverage factor ini akan berpengaruh terhadap kenaikan atau penurunan nilai

indeks dan status keber-lanjutan dimensi ekonomi.

Gambar 2. Nilai sensitivitas atribut keberlanjutan dimensi ekonomi pengembangan Program

Lorong Garden di Kota Makassar.

Analisis Leverage Atribut Dimensi Ekologi

0.837

1.102

0.7921

0.057

1.456

0.497

0.638

0.649

0.666

0.755

0.779

0.685

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6

Laju peruntukan lahan pekarangan/lorong perkotaan

Luas lahan pekarangan

Tingkat pemanfaatan lahan pekarangan/lorong

Jenis tanaman tahunan dominan

Jenis tanaman sayuran dominan'

Estetika/penataan lingkungan pekarangan/ lorong

Nilai fungsi ekologis pertanian lorong

Pengolahan dan penggunaan limbah organik rumah tangga lorong

Penggunaan pupuk dan pestisida

Kondisi pengairan

Kondisi iklim

Potensi banjir

Attrib

ute

Perubahan Root Mean Square (RMS) Ordinasi Jika satu Atribut yang Bersangkutan dihilangkan(Skala

Keberlanjutan 0 -100)

Analisis Leverage Dimensi Ekonomi

1.034

1.799

1.256

1.608

1.819

1.028

0.745

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2

Kebutuhan Biaya Sarana Produksi

Pemberian insentif

Produktivitas tanaman

Kontribusi pendapatan

Modal usaha tani

Kontribusi kebutuhan pangan/ gizi keluarga

Perbaikan ekonomi rumah tangga

Att

rib

ute

Perubahan Root Mean Square (RMS) Ordinasi jika Satu Atribut Bersangkutan Dihilangkan

(Skala Keberlanjutan 0 - 100)

60

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

3.4. Keberlanjutan Dimensi Sosial

Hasil ordinasi metode MDS Rap-Longgar-Maks terhadap 12 atribut dimensi sosial,

diperoleh nilai indeks keberlanjutan 57,36% dan kategori status cukup berkelan-jutan (Tabel 1.).

Hal ini menunjukkan bahwa secara sosial keberadaan program Lorong Garden di kota Makassar

dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.

Gambar 3. Nilai sensitivitas atribut keberlanjutan dimensi sosial pengembangan program

Lorong Garden di kota Makassar.

Selanjutnya, analisis leverage terhadap atribut-atribut dimensi sosial menunjukkan ada

tiga atribut sensitif berpengaruh terhadap nilai indeks dan status keberlanjutan dalam

pengembangan Lorong Garden di kota Makassar, yaitu: (1) status kepemilikan lahan/

pekarangan rumah (RMS = 1,626);(2) tekanan penduduk terhadap lahan lorong (RMS = 1,299);

(3) tujuan pengembangan pertanian Lorong Garden (RMS = 0,877) (Gambar 3).

3.5. Keberlanjutan Dimensi Teknologi

Hasil ordinasi metode MDS Rap-Longgar-Maks terhadap 8 atribut dimensi teknologi,

diperoleh nilai indeks keberlanjutan 52,68% dan kategori status cukup berkelan-jutan (Tabel 1.).

Secara teknologi, keter-sediaan dan penerapannya cukup mendukung dalam pengembangan

program Lorong Garden secara berkelanjutan.

Analisis Leverage Dimensi Sosial

0.379

1.626

0.450

0.394

0.361

0.372

0.272

0.189

0.041

1.299

0.877

0.313

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

Pengetahuan masy. tentang pertanian lorong

Status kepemilikan lahan/ pekarangan rumah

Perilaku masyarakat

Partisipasi kaum ibu/remaja

Eksistensi layanan pemerintah

Persepsi masyarakat tentang pertanian lorong

Motivasi dalam pengembangan pertanian lorong

Sikap dalam pengembangan pertanian lorong

Intesitas pembinaan masyarakat

Tekanan penduduk terhadap lahan

Tujuan pengembangan pertanian perkotaan

Peran serta masyarakat dalam pengembangan pertanian lorong

Att

rib

ute

Perubahan Root Mean Square (RMS) Ordinari jika Satu Atribut Bersangkutan Dihilangkan (Skala

Keberlanjutan 0 - 100)

61

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

Gambar 4. Nilai sensitivitas atribut keberlanjutan dimensi teknologi pengembangan pertanian

perkotaan di Kota Makassar.

Selanjutnya, analisis leverage menunjuk-kan terdapat tiga atribut sensitif berpengaruh

terhadap tingkat keberlanjutan dimensi tekno-logi pengembangan Lorong Garden di kota

Makassar, yaitu: (1) penyebaran pengem bangannya (RMS = 4,376); (2) pengetahuan

pemanfaatan teknologi ramah lingkungan (RMS = 2,602); dan (3) teknologi pengolahan

sampah organik (RMS = 2,262)(Gambar 4). Atribut yang paling senstitif adalah penye-baran

pengembangan program Lorong Garden dan erat kaitannya dengan pengetahuan

pemanfaatan teknologi dan teknologi pengolahan sampah/limbah rumah tangga.

3.6. Keberlanjutan Dimensi Kelembagaan

Hasil ordinasi metode MDS Rap-longgar-Maks terhadap 9 atribut dimensi kelembagaan

pengembangan program Lorong Garden di kota Makassar, diperoleh nilai indeks keberlanjutan

55,44% dengan status cukup berkelanjutan (Tabel 1.). Hal ini menunjukkan secara

kelembagaan, pemerintah maupun swasta cukup memberikan dukungan terhadap

pengembangan program Lorong Garden secara berkelanjutan di kota Makassar.

Selanjutnya, analisis leverage menunjukkan terdapat dua atribut sensitif berpengaruh

terhadap tingkat keberlanjutan dimensi kelem-bagaan pengembangan Lorong Garden di kota

Makassar, yaitu: (1) keterlibatan LSM lingkungan (RMS = 1,518), dan (2) peran lembaga swasta

(RMS = 0,831) (Gambar 5.). LSM lingkungan dapat menjadi penggerak pengembangan Lorong

Garden.

Analisisi Leverage Dimensi Teknologi

0.461

0.231

2.262

2.602

4.376

1.671

0.812

0.361

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5

Manajemen pertanian lorong

Jenis Inovasi Teknologi

Teknologi Pengolahan Limbah

Organik

Pengetahuan Pemanfaatan

Teknologi Ramah Lingkungan

Penyebaran penerapan

pertanian lorong

Penerapan Teknologi Ramah

Lingkungan

Informasi teknologi pertanian

lorong

Tingkat penguasaan dan

penerapan teknologi

Att

rib

ute

Perubahan Root Mean Square (RMS) jika Satu Atribut Bersangkutan Dihilangkan (Skala

Keberlanjutan 0 - 100)

62

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

Gambar 5. Nilai sensitivitas atribut keberlanjutan dimensi kelembagaan pengembangan

program Lorong Garden di kota Makassar.

3.7. Validitas dan Ketepatan Model Analisis

Hasil analisis Monte Carlo (taraf keper-cayaan 95%) masing-masing dimensi dan di-

bandingkan hasil MDS Rap-Longgar-Maks memperlihatkan selisih tidak signifikan atau relatif

kecil: 0,16 – 0,50(Tabel 2). Artinya, menurut Kavanagh(2001), simulasi MDS Rap-Longgar-Maks

memiliki validitas tinggi, karena: 1) kesalahan pembu-atan skor setiap atribut relatif kecil, 2)

ragam pemberian skor akibat perbedaan opini relatif kecil, 3) proses analisis secara berulang

relatif stabil, 4) kesalahan pemasukan data dan adanya data hilang dapat dihindari, 5) sistem

yang dikaji mempunyai tingkat kepercayaan tinggi, 6) metode MDS Rap-Longgar-Maks cukup

baik digunakan sebagai alat evaluasi pengem-bangan Lorong Garden di kota Makassar.

Atribut-atribut yang digunakan dalam menentukan tingkat keberlanjutan pengem-

bangan program Lorong Garden di kota Makassar dapat merepresentasikan model goodness of

fit. Hal ini terlihat dari nilai Stress (S = 0,132 – 0,161) < 0,25 dan nilai determinasi (R2 = 0,941 –

0,956) > 80% mendekati 100% dan cukup tinggi (Tabel 2).

Tabel 2. Selisih Nilai Indeks Keberlanjutan dan Nilai Monte Carlo taraf Kepercayaan 95%

Dimensi

Keberlanjutan

Indeks Keberlanjutan (%) Nilai

MDS Monte

Carlo

Perbe daan Stress R2

Ekologi 53.64 53.42 0.22 0.146 0.946

Ekonomi 48.31 47.81 0.50 0.161 0.941

Sosial 57.36 57.31 0.50 0.144 0.949

Teknologi 52.68 52.22 0.46 0.149 0.947

Kelembagaan 55.44 55.26 0.18 0.153 0.945

Multidimensi 54.40 54.24 0.16 0.132 0.956

Sumber: Hasil analisis Rap-Longgar-Maks, 2017.

Analisis Leverage Dimensi Kelembagaan

0.136

0.313

0.347

1.518

0.385

0.517

0.484

0.334

0.8312

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6

Ketersediaan Aturan Pengelolaan Pertanian Lorong

Efektivitas Penataan Ruang

Keterlibatan LSM Lingkungan

Kelembagaan Penyuluhan

Pelatihan dan Penyuluhan Pengembangan Pertanian

Lorong

Keberadaan Otoritas Pengendalian Lingkungan dan

Dinas Pertanian

Organisasi Kew anitaan

Peran Lembaga Sw asta

Peran Tokoh Masyarakat

Att

rib

ute

Perubahan Root Mean Square (RMS) jika Satu Atribut Bersangkutan Dihilangkan

(Skala 0 - 100)

63

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

Hasil validasi tersebut menunjukkan model pendugaan tingkat keberlanjutan lima

dimensi pengembangan Lorong Garden di kota Makassar menggunakan atribut yang baik dan

dapat digunakan, karena mampu menje-laskan >90% dari sistem(Kavanagh 2001).

3.8. Pembahasan

Pengembangan Lorong Garden di kota Makassar dapat memberikan multidampak dan

menjadi komponen pembangunan kota secara berkelanjutan. Pengembangan Lorong Garden

di kota Makassar kondisi eksisting bersifat multidimensi (ekologi, ekonomi, sosial, tekno-logi,

dan kelembagaan) dengan dengan nilai indeks 54,40% dan status cukup berkelanjutan (Tabel

1.). Artinya, dari sisi strength sustainability, pengembangan Lorong Garden di kota Makassar

sudah baik dan cukup berke-lanjutan, walaupun masih ada dimensi penyu-sunnya kurang

berkelanjutan, yakni dimensi ekonomi. Dimensi ekonomi perlu ditingkatkan melalui perbaikan

terhadap atribut-atribut sensitif penyusunnya. Sedangkan dimensi-dimensi yang telah cukup

berkelanjutan perlu dipertahankan atau ditingkatkan lebih lanjut.

Dari 48 atribut penyusun lima dimensi keberlanjutan, masih terdapat 16 atribut sensitif

berpengaruh. Atribut-atribut sensitif ini perlu menjadi perhatian utama, karena mempengaruhi

strength sustainability secara multidimensi. Menurut Sampeliling (2012) intervensi terhadap

atribut-atribut sensitif dari setiap dimensi bertujuan meningkatkan atau mempertahankan

tingkat keberlanjutan pengembangannya di masa akan datang.

Intervensi yang dapat dilakukan melalui pendekatan rantai sebab (causal change) yaitu

perbaikan pada aspek-aspek sosial-budaya melalui peningkatan pengetahuan atau kapa-sitas

masyarakat tentang Lorong Garden dan membentuk perilaku lingkungan masyarakat.

Selain itu, intervensi juga dapat dilakukan pada rantai hasil (Result Change) yaitu

perbaikan untuk mencapai kondisi ideal pengembangan Lorong Garden yakni membe-rikan

keuntungan sosial-ekonomi bagi masyarakat dan menjaga keseimbangan lingkungan kota.

Misalnya berupa dukungan kebijakan teknis, penyediaan sarana dan prasarana dan pemberian

insentif bagi masyarakat yang mengembangkannya.

Hal ini penting dilakukan karena sumber daya lahan dan ruang lorong-lorong di kota

Makassar masih dapat dimanfaatkan secara ekologis, ekonomis, maupun sosial-budaya.

Menurut De Zeeuw (2003) dan Bareja (2010), aktivitas pertanian kota, termasuk Lorong Garden,

mempunyai peranan penting dalam ketahanan pangan dan gizi masyarakat perkotaan,

pembangunan ekonomi lokal, pengentasan kemiskinan dan inklusi sosial dari kelompok

masyarakat kurang beruntung dan menjaga keseimbangan ekosistem kota, serta pengelolaan

lingkungan berkelanjutan di perkotaan. Sedangkan Butler dan Maronel (2002); Lovell (2010)

menyatakan keberadaan pertanian perkotaan, Lorong Garden, perlu dipertahankan dan

ditingkatkan karena mempunyai multifungsi dalam mendukung terlaksananya konsep kota hijau

atau Eco City secara berkelanjutan.

Selanjutnya, secara parsial terhadap dimensi keberlanjutan pengembangan Lorong

Garden menunjukkan bahwa terdapat satu dimensi dalam status kurang berkelanjutan, yaitu

dimensi ekonomi dengan nilai indeks 48,31%. Dimensi ini perlu perbaikan lebih lanjut,

sedangkan dimensi yang telah cukup berkelanjutan perlu dipertahankan, bahkan ditingkatkan

lebih lanjut karena indikator-indikator keberlanjut-annya telah cukup baik (Tabel 1.).

64

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

Pada dimensi ekologis kondisi eksisting menunjukkan sudah cukup baik dan

memberikan fungsi-fungsi ekologis. Demikian halnya, kondisi ekologis kota Makassar cukup

mendukung pengembangan Lorong Garden. Artinya manajemen pengelolaan sumberdaya

lorong untuk aktivitas pertanian saat ini cukup memberikan dampak nyata terhadap perbaikan

fungsi-fungsi ekologis bagi kota Makassar.

Namun demikian, masih ditemukan empat atribut sebagai faktor sensitif (leverage

factor) berpengaruh terhadap tingkat keber-lanjutan secara ekologis, yaitu pemilihan jenis

tanaman yang sesuai, tingkat pemanfaatan lahan pekarangan/lorong, luas lahan pekarang-an,

dan laju peruntukan lahan pekarangan/ lorong(Gambar 1). Atribut sensitif ini perlu menjadi

perhatian bagi pemerintah maupun stakeholders dalam menjaga ataupun mela-kukan tindakan

perbaikan lebih lanjut.

Selanjutnya pada dimensi ekonomi pengembangan Lorong Garden di kota Makassar

termasuk kategori kurang berkelanjutan (indeks 48,31%). Dari aspek dimensi ekonomi, belum

cukup memberikan dampak menguntungkan kepada masyarakat, misalnya untuk perbaikan

ketahanan pangan/gizi dan peningkatan pendapatan masyarakat miskin perkotaan.

Dari dimensi ini ditemukan empat atribut sebagai faktor sensitif berpengaruh terhadap

tingkat keberlanjutan dimensi ekonomi, yaitu: modal usaha tani; pemberian insentif dari

pemerintah; kontribusinya terhadap penda-patan rumah tangga; dan produktivitas tanaman

(Gambar 2). Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah kota Makassar untuk melakukan

intervensi perbaikan, melalui penyediaan permodalan atau insentif kepada masyarakat lorong,

serta peningkatan kegiatan penyuluhan perbaikan manajemen pengelolaan Lorong Garden.

Peningkatan motivasi dan pengetahuan masyarakat dapat menjadi penggerak, karena pada

beberapa lorong menunjukkan antusiasme masyarakat dalam mengembangkan pertanian

lorong.

Secara dimensi sosial program Lorong Garden memberikan dampak positif dan

diterima secara sosial oleh masyarakat. Artinya masyarakat kota Makassar dapat menerima dan

mendukung pengembangannya secara berkelanjutan. Pemanfaatan ruang-ruang sempit lorong

secara optimal akan memberikan manfaat bagi kehidupan sosial masyarakat perkotaan. Namun

demikian, masih ditemukan adanya faktor-faktor sensitif yang berpengaruh, yaitu: status

kepemilikan lahan/pekarangan rumah, tekanan penduduk terhadap lahan lorong, dan tujuan

pengem-bangan pertanian Lorong Garden (Gambar 3). Atribut senstitif yang paling

berpengaruh adalah status kepemilikan lahan/pekarangan rumah dan saling terkait dengan

adanya tekanan penduduk terhadap lahan serta tujuan pengembangan Lorong Garden.

Dari aspek keberlanjutan dimensi teknologi menunjukkan bahwa pengembangan

Lorong Garden di kota Makassar telah mendapatkan dukungan inovasi teknologi yang

memadai sesuai kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan masyarakat. Ketersediaan sarana

teknologi yang tepat dan dapat diterapkan oleh masyarakat akan mendukung keberlanjutan

pengembangannya. Teknologi tepat guna penting artinya, karena berkaitan langsung dengan

aspek produktivitas tanaman dan efektivitas pemanfaatan sumber daya lahan/ruang lorong.

Namun demikian, dalam dimensi teknologi masih terdapat tiga atribut sensitif berpe-ngaruh,

yaitu: penyebaran pengembangannya, pengetahuan pemanfaatan teknologi ramah lingkungan,

dan teknologi pengolahan limbah atau sampah (Gambar 4).

65

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

Dalam manajemen pengelolaan Lorong Garden tidak dapat terpisahkan dengan akses

terhadap perkembangan informasi teknologi, terutama kaitannya dengan teknologi ramah

lingkungan, seperti memanfaatkan sampah organik kota, penggunaan pupuk organik sebagai

upaya pengembangan pertanian sehat dan aman. Menurut Adiyoga (2003) dan Widyawati

(2013) mengacu pada kondisi spesifik wilayah perkotaan (urban), pengem-bangan atau

perancangan model sistem pertanian perkotaan harus memperhatikan dua kriteria, yaitu hemat

lahan dan produk bersih serta aman. Pemanfaatan lahan pekarangan/ lorong secara efisien

dan efektif dapat diintervensi dengan penerapan teknologi ramah lingkungan dan pemilihan

jenis tanaman sesuai kebutuhan masyarakat.

Di kota Makassar dengan rata-rata luas lahan pekarangan/lorong relatif sempit (<25 m2)

menunjukkan bahwa model pertanian lorong yang dapat diterapkan adalah sistem tanam

secara horizontal (sistem pot, hidroponik) maupun vertikal (vertikultur/ tanam bertingkat)

dengan pemilihan jenis tanaman berdasarkan kebutuhan dan kondisi iklim setempat.

Pada aspek keberlanjutan dimensi kelem-bagaan kondisinya cukup berkelanjutan

(indeks 55,44%). Artinya keberadaan program Lorong Garden di kota Makassar cukup

mendapat dukungan secara kelembagaan baik dari pemerintah kota maupun stakeholder

lainnya. Hal ini ini terlihat dari adanya keterlibatan dari instansi pemerintah kota terkait,

Kelompok PKK, maupun LSM lingkungan, serta stakeholder lainnya. Peran yang dilakukan

adalah mengadvokasi dan mengedukasi masyarakat dalam pengembangan Lorong Garden.

4. KESIMPULAN

1. Pengembangan program Lorong Garden di kota Makassar secara multidimensi (ekologi,

ekonomi, sosial, teknologi, dan kelembagaan) kondisi existing dalam status cukup

berkelanjutan (indeks 54,40%).

2. Secara parsial terdapat empat dimensi status cukup berkelanjutan, yakni dimensi ekologi

(indeks 53,64%), sosial (indeks 57,36%), teknologi (indeks 52,68%), dan kelembagaan

(indeks 55,44%), satu dimensi kurang berkelanjutan, yakni dimensi ekonomi (indeks

48,31%).

3. Dari 48 atribut penyusun dimensi keberlanjutan masih terdapat 16 atribut sensitif

berpengaruh dominan terhadap keberlanjutan kinerja sistem pengembangan Lorong

Garden di kota Makassar, sebagai berikut: 1) pemilihan jenis tanaman, 2) tingkat

pemanfaatan lahan pekarangan/ lorong, 3) luas lahan pekarangan, dan 4) laju peruntukan

lahan pekarangan/lorong, 5) status kepemilikan lahan/pekarangan rumah, 6) tekanan

penduduk terhadap lahan lorong, 7) tujuan pengembangan pertanian Lorong Garden, 8)

penyebaran pengem-bangan program Lorong Garden, 9) pengetahuan pemanfaatan

teknologi ramah lingkungan, 10) teknologi pengolahan limbah atau sampah, 11)

keterlibatan LSM lingkungan, 12) peran lembaga swasta, 13) modal usaha tani Lorong

Garden, 14) pemberian insentif dari pemerintah, 15) kontribusinya terhadap pendapatan

rumah tangga, dan 16) produktivitas tanaman.

4. Perlu intervensi perbaikan pada dimensi ekonomi, karena masih kurang berkelan-jutan,

terutama melalui penyediaan modal usaha tani, pemberian insentif, perbaikan sistem

manajemen lorong garden, dan peningkatan produktivitas tanaman.

66

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdullah, G. D. Dirawan and N. Pertiwi 2015. Analysis of Sustainable Development Urban

Farming (a Case Study in Makassar South Sulawesi). Man In India, 95 (3) : 673-684 ©

Serials Publications.

2. Abdullah. 2016. Tingkat Keberlanjutan dan Model Perilaku Berwawasan Lingkungan

Masyarakat dalam Pengembangan Sistem Pertanian Perkotaan (Urban Farming) di Kota.

Laporan Hibah Doktor, Kerjasama LPM UMI dan Direktorat Riset dan Pengabdian

Masyarakat-Kemenristek dikti, Tahun Anggran 2015/2016 (Tidak dipublikasikan).

3. Adiyoga, W. 2003. Prospek pengembangan pertanian urban(perkotaan). Makalah di-

sampaikan pada Diseminasi Prospek Pengembangan Sayuran di Perkotaan, Balai

Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang, Bandung,11-13 Agustus 2003.

4. [Anonim] 2009. Berbagai Upaya Mereduksi Emisi. Harian Republika. Senin, 21 Desember

2009. Hal. 23.

5. Bareja, B.G. 2010. Intensity urban farming in the city by growing crops. Cropsreview. Com

Home page from urban farming.

6. [BPS] Kota Makassar. 2014. Makassar Dalam Angka 2014.

7. Budiharsono, S. 2007. Manual Penentuan Status dan Faktor Pengungkit PEL. Jakarta:

Direktorat Perekonomian Daerah BAPPENAS.

8. Butler L. & D.M. Maronek. 2002 Urban and agricultural communities: Opportunities for

common ground. Council for Agricultural Sci and Technology. Ames Iowa.

9. Elliott,J.A. 2006. An Introduction to Sustain-able Development. 3rded. Routledge. Taylor &

Francis Group. London.

10. De Zeeuw, Henk. 2003. Community Development. p. 212 – 243. In Annotated Bibliography

on Urban and Periurban Agriculture. ETC Netherlands Urban Agriculture Programme.

11. Kavanagh, P. 2001. Rapid Appraisal of Fisheries(Rapfish) Project. Rapfish Software

Description(for Microsoft Exel). University of British Colombia.

12. Listya Cahya, D. 2014. Kajian Peran Pertanian Perkotaan dalam Pembangunan Perkotaan

Berkelanjutan (Studi Kasus: Pertanian Tanaman Obat Keluarga di Kelurahan Slipi, Jakarta

Barat). J. Forum Ilmiah, Vol. 11 No. 3, September 2014.

13. Lovell, S. T.2010. Multifunction urban agriculture for sustainable land use planning in the U

S. Sustainability ; doi:10.3390/su2082499. p: 2500 – 2522.

14. Purwanto, S.A. 2010. Bertani di Kota, Berumah di Desa: Studi Kasus Pertanian Kota di

Jakarta Timur. Disertasi. PPs. Departemen Antropologi UI Jakarta.

15. Sampeliling, S., Santun R.P. Sitorus, Siti Nurisyah, dan Bambang Pramudya. 2012.

Kebijakan Pengembangan Pertanian Kota Berkelanjutan: studi kasus di DKI Jakarta. Jurnal

Analisis Kebijakan. Vol. 10 No.3. September 2012: 257 – 267.

16. Suryandari, R. Y. 2010. Pengembangan Pertanian Perkotaan Impian Mewujudkan Kota

yang Berkelanjutan. Jurnal PLANESATM Volume 1, Nomor 2, November 2010. pp. 106-112.

17. Susanto, S. 2003. Agroekologi sebagai basis dalam pembangunan pertanian berkelan-

jutan. Revitalisasi Pertanian dan Dialog Peradaban.Kompas Press. Hal.:415 – 427.

18. Widyawati, N. 2013. Urban Farming: Gaya bertani spesifik kota. Yogyakarta: Lily Publisher