meminimalkan kredit bermasalah melalui fungsi …/meminimalkan-kredit...bimbingan dan nasehatnya...
TRANSCRIPT
MEMINIMALKAN KREDIT BERMASALAH MELALUI FUNGSI
ANALIS KREDIT SEBAGAI SALAH SATU FUNGSI PENGENDALIAN
INTERN
(Studi Kasus Pada PT. XXX Finance Indonesia, Tbk cabang Solo)
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi
Syarat – Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
TRI HERMAWAN NIM : F 1304315
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi.
Surakarta,
2009
Tim Penguji Skripsi
1. Dra. Evi Gantyowati, M.Si,AK ( ) NIP. 132.125.716
2. Dra. Hj.Falikhatun, M.Si, AK ( ) NIP. 132 086 369
3. Anas Wibawa, SE, M.Si, AK ( ) NIP. 132 282 195
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul:
MEMINIMALKAN KREDIT BERMASALAH MELALUI FUNGSI
ANALIS KREDIT SEBAGAI SALAH SATU FUNGSI PENGENDALIAN
INTERN
(Studi Kasus Pada PT. XXX Finance Indonesia, Tbk cabang Solo)
Surakarta, 2009
Disetujui dan diterima dengan baik oleh
Pembimbing
( Dra. Hj. Falikhatun,M.Si,Ak )
NIP: 132 086 369
MOTTO
Kasihilah Tuhanmu,
Kasihilah Sesamamu seperti kamu mengasihi dirimu sendiri
(Firman Tuhan)
Hidup ini indah, nikmatilah dengan benar sesuai jalan Tuhan
(Penulis)
Be Prepare
(Penulis)
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya kecilku ini kepersembahkan untuk:
ª Tuhanku
ª Bapak Ibuku
ª Diriku dimasa depan.
KATA PENGANTAR
Segala puji-pujian dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan, karena
atas karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun
dalam ragka untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Skripsi ini dapat terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, oleh karena itu penulis ucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com,Ak selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Drs. Jaka Winarna, M.Si,Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ibu Dra.Hj.Falikhatun,M.Si,Ak selaku pembimbing dalam penulisan skripsi
yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan pengarahan
dan masukan untuk penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Uiversitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan ilmu yang berguna bagi penulis.
5. Bapak dan Ibuku tercinta, tidak ada satu katapun yang dapat mewakili
bentuk terimakasihku kepada Bapak Ibuku, atas segala hal yang telah
diberikan kepadaku.
6. Saudara-saudaraku, Mas Agung & Mba Ita, sori mas Lulusku rodo telat
hehehehe….Mas Sigit & Mba Anik, makasih nasehat-nasehatnya. You’re
my Best Big Brother.
7. Bapak Cornelius Sugiarto, Selaku Pimpinan Saya dikantor, terimakasih atas
bimbingan dan nasehatnya selama ini, banyak bermanfaat buat hidup saya.
Dan Pimpinan-pimpinan yang lain yang telah menjadikan sy memiliki
inspirasi menjadi seperti sodara-sodara.
8. Temen-temen angkatan 2004, kalian telah memberikan arti tersendiri dalam
persahabatan kita.
9. Seseorang, EY, yang terus memberikan semangat untuk menyelesaikan
skripsi ini, thanks for all.
10. Temen-temen kantorku, thanks ya atas masukan-masukannya.
11. Semua pihak yang telah berkontribusi baik secara langsung maupun tidak
selama penulis menyelesaikan studi di UNS.
12. Temen-temen kos CK, pren aku lulus pren…..
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan karena terbatasnya waktu dan kemampuan yang penulis
miliki, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna
memperbaiki skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.
Surakarta, 2009
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………..i
HALAMAN ABSTRAK …………………………………………………………ii
HALAMAN ABSTRACT ……………………………………………………….iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………………iv
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………..v
HALAMAN MOTTO ……………………………………...……………………vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………...…vii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….viii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………......x
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………....xii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………….…..xiii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………….1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………….……1
B. Perumusan Masalah ……………………………………………...…6
C. Tujuan Penelitian …………………………………………………...6
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………….7
E. Sistematika Penulisan ………………………………………………7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………...9
A. Pengertian Sistem …………………………………………………..9
B. Sistem Pengendalian Intern ………………………………………..14
C. Kredit ……………………………………………………………...18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………………………………27
A. Desain Penelitian ………………………………………………….27
B. Sumber Data ……………………………………………………….27
C. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………...28
D. Teknik Analisis Data ………………………………………………29
E. Gambaran Umum Objek Penelitian ……………………………….30
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN …………………………………..56
A. Evaluasi Struktur Organisasi Perusahaan …………………………56
B. Identifikasi Mekanisme Pemberian Kredit Yang Baik ……………59
C. Identifikasi Mekanisme Pemberian Kredit yang Telah Berjalan
Pada Perusahaan …………………………………………………..61
D. Perbandingan Mekanisme yang telah Berjalan dengan Mekanisme
yang Telah ditetapkan Pusat ………………………………………63
E. Kelemahan ………………………………………………………...63
F. Perbandingan prosedur pemberian kredit …………………………65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………..68
A. Kesimpulan ………………………………………………………..68
B. Saran ………………………………………………………………69
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………...70
DAFTAR GAMBAR
Gambar III.1 Struktur Organisasi ………………………………………………48
Gambar III.2 Tahapan Umum Pemberian Kredit ………………………………49
Gambar III.3 Bagan Alir Prosedur Pemberian Kredit ………………………….50
Gambar IV.1 Perbandingan Flowchart …………………………………………66
DAFTAR TABEL
Tabel I.1 Perincian Hasil Observasi Awal ………………………………………4
Tabel IV.1 Perbandingan Prosedur Pemberian kredit ………………………...…65
ABSTRACT
TRI HERMAWAN NIM: F 1304315
Reducing Non Performance Loan Through Credit Analyze as a Internal Control Function
(A Case Study On PT. XXX Finance Indonesia, Tbk of Solo Branch) This research is aimed at gathering evidence of Internal Control Function System implementation on loan lending of PT XXX Finance Indonesia, Tbk of Solo branch emphasizing on Credit Analyze. The analysis was conducted to assess the strength and weakness in loan lending system of PT. XXX Finance Indonesia, Tbk in order to reduce non performance loan. The analyze was completed by comparing the current on credit lending process of PT. XXX Finance, Tbk, of Solo Branch using the current mechanism implemented by PT. XXX Finance Indonesia, Tbk. The result of this analysis pertaining to the credit lending has shown weakness on the Credit Analysis Function stage. However in general, every stage of credit lending on PT. XXX Finance Indonesia, Tbk of Solo branchis in accordance to the standard procedure implemented on PT. XXX Finance Indonesia, Tbk.
ABSTRAK
TRI HERMAWAN
NIM: F 1304315
MEMINIMALKAN KREDIT BERMASALAH MELALUI FUNGSI
ANALIS KREDIT SEBAGAI SALAH SATU FUNGSI PENGENDALIAN
INTERN
(Studi Kasus Pada PT. XXX Finance Indonesia, Tbk cabang Solo)
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti tentang pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern pemberian kredit pada PT. XXX Finance Indonesia, Tbk cabang Solo yang berfokus pada fungsi Analis Kredit. Analisis dilakukan dalam rangka menguji kelebihan dan kekurangan sistem pemberian kredit PT. XXX Finance Indonesia, Tbk cabang Solo yang dilakukan dalam rangka meminimalkan kredit bermasalah. Analisis dilakukan dengan membandingkan mekanisme yang telah berjalan pada proses pemberian kredit pada PT. XXX Finance, Tbk cabang Solo dengan mekanisme yang telah ditetapkan oleh PT. XXX Finance Indonesia, Tbk. Hasil analisis terhadap prosedur pemberian kredit menunjukkan terdapat kelemahan pada tahap fungsi Analis Kredit. Namun secara umum setiap tahap pemberian kredit pada PT. XXX Finance Indonesia, Tbk cabang Solo telah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh PT. XXX Finance Indonesia, Tbk.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Organisasi didirikan untuk melakukan aktivitas dalam upaya
untuk mencapai tujuan. Tujuan yang ingin dicapai harus jelas, dan cara
mencapai tujuan tersebut juga harus secara benar. Selain tujuan yang jelas,
cara mencapai tujuan jelas diperlukan juga pelaksanaan yang terarah dan
terkendali, agar tujuan yang ingin dicapai yang telah ditetapkan dapat tercapai
dengan baik dan berdampak pada perkembangan perusahaan yang sehat maka
diperlukan sistem. Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat sesauai
dengan pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan
(Mulyadi, 2001:5).
Perkembangan dunia bisnis perbankkan maupun lembaga
keuangan non bank yang dapat memberikan pinjaman (kredit) semakin hari
semakin pesat, dimana persaingan menjadi sangat ketat, yang menjadikan
setiap perusahaan ingin mengembangkan perusahaannya masing-masing
dengan segala upaya dengan sumberdaya yang dimiliki. Dengan demikian
maka akan timbul sebuah pertanyaan analogi apakah dengan semakin pesatnya
persaingan, akan diikuti pelonggaran aturan dalam menjalankan aktivitas
operasi perusahaan? Setiap aktivitas perusahaan yang bertambah tinggi
intensitasnya maka akan diikuti dengan resiko yang berbanding lurus, karena
resiko tidak dapat dihilangkan dari setiap aktivitas melainkan resiko dapat
dikurangi dengan memahami tentang sistem yang dapat memperkecil resiko
itu sendiri, hal yang perlu dilakukan dalam upaya memperkecil resiko yaitu
dengan Sistem Pengendalian Intern yang baik.
Diperlukan pengawasan terhadap sistem pengendalian intern
pemberian kredit secara intensif demi kelancaran kegiatan operasi perusahaan.
Fungsi pengendalian ini diperlukan disamping untuk kelancaran kegiatan
operasi perusahaan tetapi juga untuk mengurangi kemungkinan penyimpangan
dari prosedur yang telah ditetapkan.
Untuk mengurangi dan mencegah kegagalan pemberian kredit /
kredit bermasalah tersebut diperlukan suatu sistem pengendalian yang baik
dan teratur, khususnya pengendalian intern di bidang pemberian kredit.
Pengendalian yang baik dan teratur dalam memberikan kredit ini merupakan
upaya preventif yaitu dalam rangka menjaga aset lembaga keuangan maupun
upaya represif yaitu usaha menyelamatkan kemungkinan-kemungkinan yang
akan timbul dengan pengendalian tersebut.
Walaupun tidak bisa mencegah sama sekali risiko kegagalan
kredit yang harus dihadapi PT. XXX Finance, paling tidak pengendalian yang
baik mampu meminimalisasi kerugian yang akan timbul. Kondisi ekonomi
yang fluktuatif (naik turun) juga dapat menyebabkan kredit macet, sehingga
PT. XXX Finance harus lebih berhati-hati dalam menyalurkan kreditnya.
PT. XXX Finance Indonesia,Tbk adalah lembaga pembiayaan
non bank yang dapat memberikan pinjaman (kredit) dengan menggunakan
jaminan BPKB kendaraan bermotor. Usaha yang dilakukan PT. XXX Finance
adalah untuk mengembangkan usaha dengan menyalurkan kredit bagi
masyarakat (kredit). Kredit adalah kemampuan untuk mengadakan suatu
pinjaman dengan janji pembayarannya ditangguhkan pada jangka waktu yang
telah disepakati (Widyastuti 2007:13). Jika dilihat dari kegiatan kredit
berdasarkan penggunaanya maka PT. XXX Finance dapat digolongkan
menjadi perusahaan pembiayaan kredit konsumsi. Kredit konsumsi adalah
kredit yang digunakan dalam rangka pengadaan barang atau jasa untuk tujuan
konsumsi (Pudjo Muljono 2001:290-300).
Pemberian kredit mengandung banyak risiko, maka penting bagi
PT. XXX Finance Indonesia,Tbk cabang Solo untuk meningkatkan sistem
pengendalian intern pemberian kredit agar dapat menyalurkan dana kredit
kepada nasabah yang tepat, meningkatkan modal, dan menyediakan informasi
yang berkualitas (valid, reliable, dan tepat waktu).
Keadaan perekonomian yang tidak menentu saat ini sangat
mempengaruhi keadaan debitur, resiko pembayaran angsuran menjadi sangat
rentan menjadi kredit bermasalah (Muafi 2008:3). Selain faktor ektern tersebut
terdapat pula faktor intern yang perlu menjadi perhatian perusahaan dalam
mengurangi kemungkinan kredit bermasalah, yaitu penerapan sistem
pengendalian yang benar yang telah dibuat oleh perusahaan. Faktor kolusi
perlu dijadikan perhatian dalam hal pemberian kredit, karena hal ini menjadi
penyebab utama dalam kredit bermasalah. Kolusi dapat dicegah dengan cara
penerapan sistem pengendalian intern yang dijalankan dengan baik sesuai
dengan tanggungjawab masing-masing fungsi (Widyastuti 2007:20).
Analis kredit merupakan salah satu fungsi pengendalian intern dalam
sistem pemberian kredit di PT. XXX Finance Indonesia, Tbk. Tugas dan
tanggungjawab pokok analis kredit adalah memberikan rekomendasi atas
analisa yang dilakukannya dalam hal pengajuan kredit oleh konsumen. Analis
kredit diharapkan menjadi fungsi pengendalian intern PT. XXX Finance
Indonesia, Tbk yang independen karena fungsi ini tidak dibebani oleh target
penjualan, maka analis kredit ini dapat bekerja secara objektif, sehingga dapat
mengurangi resiko kredit dari akibat penyalahgunaan wewenang pimpinan
untuk kepentingan pribadi (kolusi).
Observasi awal yang dilakukan oleh penulis pada bulan Februari 2009,
ditemukan bahwa pada aplikasi pengajuan kredit pada bulan bulan Oktober
2008 dan November 2008, terdapat pelanggaran / pelompatan fungsi analis
kredit dalam pengajuan kredit sebanyak 1 kali di bulan Oktober dan 2 kali di
bulan November. Perincian hasil observasi sebagai berikut:
Tabel I.1
Aplikasi bln
Oktober
Aplikasi bln
November
Persentasi kredit
bermasalah pada Bln
Februari berdasar bln
Okt & Nov
SK/AMD/SLO-X/03-06
(SK Target Colection Cabang
Solo)
Pelanggaran 1 2
8.500.000 Besar Angsuran 7.850.000
10.650.000
1,35% 97 %
Pelompatan fungsi analis kredit akan berakibat fatal dalam pemberian
kredit, dari penelitian diatas yang dilakukan penulis, penulis menemukan kredit
bermasalah yang cukup materiil akibat dari pelompatan fungsi analis kredit pada
bulan Oktober dan bulan November yang menjadi masalah di bulan Februari
2009. Cabang Solo mengalami kredit bermasalah sebesar 1.35%, dengan cara
perhitungan sebagai berikut:
Angsuran bermasalah bln Oktober + November
Kredit bermasalah bln Februari =
x100
Jumlah Rata-rata Dana yang dikelola cabang per
bln
27.000.000
= x 100
2.000.000.000
= 1,35%
Angka tersebut dinilai materiil karena perhitungan dana yang dikelola
cabang sebesar Rp 2.000.000.000,00 per bulan dibagi nilai kredit bermasalah
tersebut, sehingga dari angka yang bermasalah tersebut mempengaruhi nilai
kolektif cabang sebesar 1,35%, sedangkan cabang dibebankan target kolektion
sebesar 97%/bln. Pelompatan fungsi analis kredit berarti ketidaktaatan
penerapan sistem pengendalian intern yag telah ditetapkan oleh perusahaan,
berarti sistem pengendalian intern kurang dijalankan dengan baik. Hal ini
menarik bagi penulis untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam
penulisan skripsi dengan judul ”MEMINIMALKAN KREDIT
BERMASALAH MELALUI FUNGSI ANALIS KREDIT SEBAGAI
SALAH SATU FUNGSI PENGENDALIAN INTERN (Studi Kasus Pada
PT. XXX Finance Indonesia, Tbk cabang Solo)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang akan menjadi
pokok permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah sistem pengendalian intern pemberian kredit pada PT. XXX
Finance Indonesia,Tbk sudah dijalankan dengan baik?
2. Apakah terdapat kelemahan pada sistem pemberian kredit pada PT.
XXX Finance Indonesia,Tbk Cabang Solo?
3. Upaya apa yang telah dilakukan untuk perbaikan sistem pemberian
kredit pada PT. XXX Finance Indonesia, Tbk cabang Solo?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berdasarkan perumusan masalah di atas adalah
sebagai berikut:
1. Memperoleh bukti tentang pelaksanaan sistem pengendalian intern
pemberian kredit pada PT. XXX Finance Indonesia,Tbk cabang Solo.
2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan dari sistem pengendalian intern
pemberian kredit pada PT. XXX Finance Indonesia,Tbk cabang Solo.
3. Memberikan saran perbaikan yang diperlukan dalam upaya
meningkatkan prosedur pemberian kredit yang lebih baik.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak
berikut ini.
1. Manfaat bagi perusahaan
Hasil penelitian ini bisa dijadikan bahan referensi bagi PT. XXX
Finance Indonesia, Tbk cabang Solo dalam melakukan perbaikan sistem
pemberian kredit.
2. Manfaat bagi akademisi
Penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan referensi untuk jenis
penelitian yang sama di masa yang akan datang.
3. Manfaat bagi peneliti
Sebagai referensi bagi pembaca agar memperoleh gambaran yang
jelas mengenai aplikasi teori dalam perusahaan, dan bermanfaat untuk
menerapkan ilmu yang diperoleh dari bangku perkuliahan.
E. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yang masing-masing
adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Membahas latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penelitian
BAB II Landasan Teori
Bab ini dibahas mengenai pengertian kredit, prinsip-prinsip
kredit, dan manfaat kredit, konsep sistem, komponen
sistem, dan siklus perkreditan.
BAB III Metodologi Penelitian
Pada bab ini dibahas mengenai desian penelitian, sumber
data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, serta
gambaran umum objek penelitian.
BAB IV Analisis Data
Dalam baba ini berisi uraian tentang analisis evaluasi
prosedur pemberian kredit PT. XXX Finance Indonesia,
Tbk cabang Solo, kelemahan serta kelebihan sistem
pemberian kredit pada PT. XXX Finance Indonesia, Tbk
cabang Solo.
BAB V Penutup
Bab ini berisi kesimpulan atas pembahasan skripsi dan
saran-saran kepada manajemen PT. XXX Finance
Indonesia, Tbk cabang Solo yang menurut penulis dianggap
penting.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Sistem
1. Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat sesuai dengan pola
yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan (Mulyadi,
2001:5). Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling
berinteraksi, yang artinya saling bekerjasama membentuk satu kesatuan.
Pengertian sistem menurut Widjajanto (2001:2) adalah sesuatu yang
memiliki bagian-bagian yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan
tertentu melalui tiga tahap, yaitu input, proses, dan output.
Menurut Robert A. Leitch dan K. Roscoe Davis dalam Jogiyanto
(2000:2) sistem adalah suatu kumpulan dari elemen-elemen (orang,
perangkat keras, informasi dan lain-lain) diorganisasikan untuk mencapai
suatu tujuan tertentu.
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian diatas secara terinci
mengenai sistem yaitu sebagai berikut Mulyadi (2001:1):
a. Setiap sistem terdiri dari unsur-unsur.
b. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian terpadu sistem yang
bersangkutan.
c. Unsur sistem tersebut bekerja sama untuk mencapai tujuan sistem.
d. Suatu sistem merupakan bagian dari sistem lain yang lebih besar.
Hal ini berarti bahwa unsur-unsur tersebut merupakan bagian yang
terpadu, dimana sistem saling berkaitan dan bekerjasama dalam mencapai
tujuan dari sistem itu sendiri yang telah ditentukan diawal. Ini berarti suatu
sistem merupakan bagian dari sistem yang lebih besar. Subsistem
menjalankan peran yang lebih terspesifikasi jika dibandingkan dengan peran
sistemnya. Subsistem mempunyai hubungan timbal balik dan diorganisasikan
untuk saling bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan khusus yang telah
ditentukan sebelumnya. Yang berarti, suatu sistem dapat terdiri dari beberapa
subsistem.
2. Komponen sistem
Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi,
yang artinya saling bekerjasama membentuk satu kesatuan. Komponen-
komponen sistem atau elemen-elemen dapat berupa subsistem atau bagian-
bagian dari sistem. Setiap sistem meskipun sistem itu kecil, selalu
mengandung komponen-komponen atau subsistem-subsistem. Setaip
subsistem mempunyai sifat-sifat dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi
tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan. Jadi, dapat
dibayangkan jika dalam suatu sistem ada subsistem yang tidak berjalan
sebagaimana mestinya. Tentunya sistem tersebut tidak akan berjalan mulus
bahkan bisa sampai dikatakan bahwa sistem itu rusak, sehingga dengan
sendirinya tujuan sistem tersebut tidak tercapai. Berikut beberapa komponen
dari sebuah sistem (Jogiyanto dalam Widyastuti 2007).
a Batas sistem (Boundary)
Merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan
sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem
ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai satu kesatuan.
Batas suatu sistem menunjukkan ruang lingkup (scope) dari sistem
tersebut.
b Lingkungan luar sistem (environments)
Adalah apapun diluar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi
sistem. Lingkungan luar sistem dapat bersifat menguntungkan dan
dapat juga bersifat merugikan sistem tersebut. Lingkungan luar yang
menguntungkan merupakan energi dari sistem dan dengan demikian
harus tetap dijaga dan dipelihara. Sedangkan lingkungan luar yang
merugikan harus dicegah dan dikendalikan, kalau tidak maka akan
mengganggu kelangsungan hidup dari sistem.
c Penghubung (interface) sistem
Merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan
subsistem lainnya. Melalui penghubung ini memungkinkan sumber-
sumber daya mengalir dari satu subsistem ke subsistem lainnya.
Keluaran dari satu subsistem akan menjadi masukan untuk
subsistem lainnya melalui penghubung. Dengan penghubung satu
usbsistem dapat berintegrasi dengan subsistem yang lainnya
membentuk satu kesatuan.
d Masukan (input) sistem
Adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan dapat
berupa masukan perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal
(signal input). Masukan perawatan adalah energi yang dimasukkan
supaya sistem tersebut dapat beroperasi. Masukan sinyal adalah
energi yang diproses untuk didapatkan keluaran.
e Keluaran (output) sistem
Adalah hasil dari energi diolah dan diklasifikasikan menjadi
keluaran yang berguna dan sisas pembuangan. Keluaran dapat
merupakan masukan untuk subsistem yang lain atau kepada
supersistem.
f Pengolah (porses) sistem
Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah yang akan
merubah masukan menjadi keluaran. Sistem akuntansi akan
mengolah data-data transaksi menjadi laporan-laporan keuangan dan
laporan-laporan lain yang dibutuhkan oleh manajemen.
3. Karakteristik sistem
Karakteristik yang ada pada sistem secara umum menurut Wilkinson
dalam Widyastuti (2007:12) adalah sebagai berikut ini.
a Setiap sistem berusaha mencapai suatu sasaran atau melebihinya dan
hal itu menjadi daya motivasi untuk sistem.
b Dalam sistem terdapat masukan-proses-keluaran. Input terdiri dari
semua yang berujud yang masuk kedalam sistem serta hal-hal yang
tidak berujud yang merupakan dampak terhadap sistem, output
terdiri dari semua arus keluar atau akibat yang dihasilkan dan proses
merupakan metode yang merupakan alat untuk mengkonversikan
menjadi output.
c Setiap sistem mempunyai lingkungan yang ada disekitarnya.
d Sistem yang sangat kecil sekali terdiri dari subsistem.
e Setiap sistem mengalami ketergantungan berganda. Di satu pihak
sistem mempunyai subsistem yang saling berkaitan, tetapi dilain
pihak menjadi subsistem yang lebih besar. Hubungan subsistem,
sistem, dan supersistem membentuk hierarki sistem.
f Jaringan sistem menunjukkan ketergantungan antar sistem yang
kedudukannya setingkat dalam hierarki.
Pembentukan sistem dimaksudkan untuk mencapai tujuan dengan
efektif dan efisien. Dan berarti pembentukan sistem dibuat dalam
rangka memperkecil kesalahan yang akan terjadi pada aktivitas
operasi. Dalam penelitian ini, upaya penanggulangan kredit
bermasalah pada PT.XXX Finance Indonesia, Tbk cabang Solo akan
difokuskan pada faktor intern yaitu berkaitan dengan sistem
pengendalian intern.
B. Sistem Pengendalian Intern
1. Pengertian Sistem Pengendalian Intern
Menurut Widjajanto (2001:18) pengendalian intern (internal
control) adalah suatu sistem pengendalian yang meliputi struktur
organisasi beserta semua metode dan ukuran yang diterapkan dalam
perusahaan dengan tujuan untuk:
a. Mengamankan aktiva perusahaan,
b. Mengecek kecermatan dan ketelitian data akuntansi,
c. Meningkatkan efisiensi, dan
d. Mendorong agar kebijakan manajemen dipatuhi oleh segenap jajaran
organisasi.
Menurut Mulyadi (2002:180) sistem pengendalian intern adalah
suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan
personel lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai
tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini:
a. Keandalan pelaporan keuangan
b. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
c. Efektivitas dan efisiensi operasi
Definisi pengendalian tersebut terdapat beberapa konsep dasar
berikut ini:
a. Pengendalian intern merupakan suatu proses.
Pengendalian intern merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan
tertentu, bukan tujuan itu sendiri. Pengendalian intern merupakan
suatu rangkaian tindakan yang bersifat pervasif dan menjadi bagian
tidak terpisahkan, bukan hanya sebagai tambahan, dari infrastruktur
entitas.
b. Pengendalian intern dijalankan oleh orang.
Pengendalian intern bukan hanya terdiri dari pedoman kebijakan dan
formulir, namun dijalankan oleh orang dari setiap jenjang
organisasi, yang mencakup dewan komisaris, manajemen, dan
personel lain.
c. Pengendalian intern dapat diharapkan mampu memberikan
keyakinan yang memadai, bukan keyakinan mutlak, bagi
manajemen dan dewan komisaris entitas. Keterbatasan yang
melekat dalam semua sistem pengendalian intern dan pertimbangan
manfaat dan pengorbanan dalam pencapaian tujuan menyebabkan
pengendalian intern tidak dapat memberikan keyakinan mutlak.
d. Pengendalian intern ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling
berkaitan: pelaporan keuangan, kepatuhan dan operasi.
2. Elemen-Elemen Sistem Pengendalian Intern
Sistem pengendalian intern (SPI) yang diterapkan didalam suatu
perusahaan tergantung dari situasi serta jenis perusahaannya. Suatu
konsep umum dari SPI mempunyai elemen-elemen dasar yang berlaku
umum hampir pada semua sistem.
Sistem akan lemah pengendalian internnya apabila elemen-
elemen dasar ini tidak ada atau kurang berfungsi. Menurut Jogiyanto
(2000:381-384) SPI mempunyai beberapa elemen-elemen dasar yaitu:
a. Karyawan yang jujur dan cakap,
b. Adanya pemisahan tugas dengan garis wewenang dan
tanggungjawab yang jelas,
c. Prosedur yang tepat untuk pemberian wewenang,
d. Dokumen dan catatan yang lengkap,
e. Pengawasan fisik yang cukup terhadap aktiva dan catatan,
f. Dilakukannya pencocokan yang independent.
Elemen-elemen SPI menurut Mulyadi (2001:166) adalah sebagai
berikut:
a. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional
secara tegas,
b. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan
perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan
biaya,
c. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit
organisasi,
d. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.
3. Keterbatasan Pengendalian Intern
Pengendalian intern setiap entitas mempunyai keterbatasan
bawaan. Oleh karena itu, pengendalian intern hanya memberikan
keyakinan memadai, bukan mutlak. Menurut Mulyadi (2002:181),
keterbatasan bawaan yang melekat dalam setiap pengendalian intern
adalah sebagai berikut:
a. Kesalahan dalam pertimbangan
Seringkali, manajemen dan personel lain dapat salah dalam
mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil atau dalam
melaksanakan tugas rutin karena tidak memadainya informasi,
keterbatasan waktu, atau tekanan lain.
b. Gangguan
Gangguan dalam pengendalian yang telah diterapkan dapat terjadi
karena personel secara keliru memahami perintah atau membuat
kesalahan karena kelalaian, tidak adanya perhatian, atau kelelahan.
c. Kolusi
Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan disebut
dengan kolusi. Kolusi dapat mengakibatkan bobolnya pengendalian
intern yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan tidak
terungkapnya ketidakberesan atau tidak terdeteksinya kecurangan
oleh pengendalian intern yang dirancang.
d. Pengabaian oleh manajemen
Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur yang telah
ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi
manajemen, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan atau
kepatuhan semu.
e. Biaya lawan manfaat
Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan pengendalian intern
tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian
intern tersebut.
C. Kredit
1. Pengertian Kredit
Kredit berasal dari bahasa yunani “credere” yang artinya “kepercayaan”
atau dalam bahasa latin “creditum” yang artinya “kepercayaan akan
kebenaran”. Seseorang yang dikatakan mempunyai kemampuan kredit
apabila orang itu mempunyai cukup materi, memiliki moral yang tinggi dan
memiliki nama baik dalam masyarakat.
Pengertian kredit dalam praktik sehari-hari selanjutnya berkembang
lebih luas lagi antara lain:
a Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau
mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan
dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati.
b Pengertian yang lebih mapan untuk kegiatan perbankkan/ lembaga
keuangan lainnya di Indonesia, pengertian kredit ini telah dirumuskan
dalam Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang pokok-pokok
perbankan yang merumuskan sebagai berikut:
”Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan”.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa perumusan pengertian
kredit diatas adalah:
a Adanya suatu penyerahan uang/tagihan atau dapat juga barang yang
menimbulkan tagihan tersebut kepada pihak lain, dengan harapan
memberi pinjaman ini lembaga keuangan akan memperoleh suatu
tambahan nilai dari pokok pinjaman tersebut yang berupa bunga sebagai
pendapatan bagi kreditur yang bersangkutan.
b Dari proses kredit itu telah didasarkan pada suatu perjanjian yang saling
mempercayai kedua belah pihak akan mematuhi kewajibannya masing-
masing.
c Dalam pemberian kredit ini terkandung kesepakatan pelunasan utang
dan bunga akan diselesaikan dalam jangka waktu tertentu yang telah
disepakati bersama.
2. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit
Untuk dapat melaksanakan kegiatan perkreditan secara sehat, maka
prinsip-prinsip pemberian kredit harus diterapkan. Menurut Pudjo Muljono
(2001:11-18) prinsip-prinsip pemberian kredit adalah sebagai berikut:
a Character. Character adalah adanya keyakinan dari pihak kreditur
bahwa debitur memiliki moral, watak ataupun sifat-sifat pribadi yang
positif dan kooperatif dan juga mempunyai rasa tanggung jawab baik
dalam kehidupan pribadi sebagai manusia, kehidupan sebagai anggota
masyarakat ataupun dalam menjalankan kegiatan usahanya.
b Capacity. Capacity adalah suatu penilaian kepada calon debitur
mengenai kemampuan melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan
usaha yang dilakukannya atau kegiatan usaha yang akan dilakukannya
dan dibiayai dengan kredit dari kreditur.
c Capital. Capital adalah jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki
oleh calon debitur.
d Collateral. Colateral adalah barang-barang yang akan dijadikan agunan
atau jaminan yang diserahkan peminjam/debitur sebagai jaminan dalam
memperoleh suatu kredit dari kreditur.
e Condition of economy. Condition of economy adalah situasi dan kondisi
politik, sosial, ekonomi, budaya dan lain-lain yang mempengaruhi
keadaan perekonomian pada suatu saat maupun untuk suatu kurun
waktu tertentu yang kemungkinan akan dapat mempengaruhi kelancaran
usaha dari debitur yang memperoleh kredit.
f Constrain. Constrain adalah batasan-batasan atau hambatan-hambatan
yang tidak memungkinkan seseorang melakukan bisnis di suatu tempat.
3. Manfaat Perkreditan
Ada berbagai pihak yang berkepentingan secara langsung (pihak
kreditur, calon debitur itu sendiri) dan secara tidak langsung (pemerintah)
terhadap fasilitas perkreditan yang dipasarkan oleh lembaga-lembaga
pembiayaan/keuangan.
Manfaat perkreditan ditinjau dari masing-masing pihak yang
mempunyai kepentingan terhadap perkreditan adalah:
a Manfaat perkreditan ditinjau dari sudut kepentingan debitur
a Relatif mudah diperoleh apabila usahanya betul-betul feasible dan
jaminan memadai dengan syarat dari lembaga pembiayaan.
b Telah ada lembaga yang kuat dan flexibel di masyarakat yang
menawarkan jasanya di bidang penyediaan dana (kredit).
c Biaya untuk memperoleh kredit (bunga, biaya administrasi) dapat
diperkirakan dengan tepat hingga memudahkan para pengusaha
dalam menyusun rencana kerjanya untuk masa-masa yang akan
datang.
d Rahasia keuangan debitur akan lebih terlindungi.
e Dengan fasilitas kredit memungkinkan para debitur untuk
memperluas dan mengembangkan usahanya dengan lebih leluasa.
f Lembaga pembiayaan telah mempunyai ketentuan-ketentuan
yuridis yang jelas sehingga memperkecil kemungkinan-
kemingkinan suatu risiko sengketa dikemudian hari antara
nasabah dengan krditur sebagai penyedia dana.
b Manfaat perkreditan ditinjau dari sudut kepentingan lembaga
pembiayaan
1. Memperoleh pendapatan bunga kredit yaitu selisih antara bunga
kredit yang diterimanya dari para debitur.
2. Dengan memberikan kredit akan membantu memasarkan jasa-jasa
perbankan komersiil dalam menyalurkan dananya.
3. Pemberian kredit untuk mempertahankan dan mengembangkan
usahanya.
4. Pemberian kredit untuk merebut pasar (market share) dalam
industri pembiayaan.
5. Pemberian kredit akan memungkinkan lembaga pembiayaan
untuk mendidik para stafnya untuk mengenal kegiatan-kegiatan
industri yang lain secara mendetail.
c Manfaat perkreditan ditinjau dari sudut kepentingan pemerintahan
1. Perkreditan dapat digunakan sebagai alat untuk memacu
pertumbuhan ekonomi baik secara umum maupun untuk
pertumbuhan sektor-sektor ekonomi tertentu.
2. Alat untuk mengendalikan kegiatan moneter.
3. Perkreditan sebagai alat untuk menciptakan lapangan
usaha/kegiatan.
4. Pemberian kredit sebagai alat peningkatan dan pemerataan
pendapatan masyarakat.
5. Perkreditan sebagai sumber pendapatan negara.
6. Penciptaan pasar.
d Manfaat perkreditan ditinjau dari sudut kepentingan masyarakat luas
1. Dengan adanya kelancaran dari proses perkreditan diharapkan
akan diperoleh adanya pertumbuhan ekonomi yang pesat dan
membuka lapangan usaha lapangan kerja baru, sehingga akan
menimbulkan kenaikan tingkat pendapatan dan pemerataan
pendapatan di masyarakat.
2. Untuk beberapa golongan profesional seperti konsultan, akuntan
publik, notaris, asset appraisal dan lain-lain akan banyak
menikmati manfaat dalam proses pemberian kredit oleh lembaga
pembiayaan kepada nasabahnya.
3. Dari masyrakat pengusaha akan sangat berkepentingan untuk
memperoleh faktor-faktor produksi dengan cara/ prosedur yang
mudah cepat serta dengan biaya yang relatif murah.
4. Dengan semakin banyaknya proyek dan perusahaan yang dibuka
karena memperoleh fasilitas kredit sudah tentu akan menyerap
banyak tenaga kerja baru.
5. Dengan dibukanya atau didirikannya perusahaan baru akan
menimbulkan tumbuhnya usaha-usaha lain yang mempunyai
kaitan erat dengan perusahaan tersebut.
4. Jenis kredit
a Atas dasar tujuan penggunaan
1. Kredit untuk modal kerja (KMK). KMK adalah kredit yang
diberikan oleh bank kepada debiturnya untuk memenuhi
kebutuhan modal kerjanya.
2. Kredit investasi. Kredit investasi adalah kredit yang digunakan
untuk pengadaan barang modal jangka panjang untuk kegiatan
usaha nasabah.
3. Kredit konsumsi. Kredit konsumsi adalah kredit yang digunakan
dalam rangka pengadaan barang atau jasa untuk tujuan konsumsi.
b Atas dasar cara penarikan dana
1. Cash-Loan. Cash-loan adalah kredit yang memungkinkan
nasabah menarik dana tunai secara langsung tanpa adanya
persyaratan secara khusus.
2. Non-Cash-Loan. Non-Cash-Loan adalah kredit yang tidak
memungkinkan nasabah menarik dana tunai secara langsung
tanpa adanya persyaratan secara khusus tertentu.
c Jaminan kredit
Jaminan kredit (colateral) dalam perkreditan karena berbagai sebab
tetap menduduki posisinya yang penting, terutama dalam fungsinya untuk
pengamanan apabila kredit yang diberikan tersebut mengalami kegagalan.
Menurut Pudjo Muljono (2001:296-300) secara umum wujud dari
jaminan perkreditan dapat dilihat dari berbagai sudut, antara lain:
1. Dari pemilik barang jaminan itu sendiri
a Dapat berupa kekayaan dari si debitur yang bersangkutan.
b Dapat pula berupa kekayaan dari pihak ketiga lainnya yang
digunakan untuk menjamin kredit yang diperoleh si debitur
tersebut.
2. Dari status kekayaan tersebut di dalam suatu perusahaan
a Dapat sebagai current assets.
b Dapat juga sebagai fixed assets.
3. Dari wujud barang jaminan itu sendiri
a Jaminan dalam bentuk tangible assets.
b Jaminan dalam bentuk intangible assets.
4. Dari fungsinya dalam kegiatan perkreditan yang bersangkutan
a Jaminan utama
c Jaminan tambahan
5. Dari jumlah kreditur
a Sebagai jaminan tunggal
b Sebagai jaminan gabungan yang diikat sebagai barang
jaminan oleh beberapa kreditur secara bersama-sama atau
secara sendiri-sendiri oleh masing-masing kreditur yang
bersangkutan.
6. Dari kestabilan nilai barang jaminan
a Akan mengalami penurunan nilai rupiahnya dari waktu ke
waktu.
b Akan mengalami kenaikan nilai rupiahnya dari waktu ke
waktu.
7. Dari penguasaan barang jaminan
a Secara fisik dikuasai oleh bank, dan disimpan dalam
gudang atau dalam khazanah bank.
b Secara fisik dikuasai dan digunakan kembali oleh pihak
debitur.
8. Dari risiko barang jaminan
a Kekayaan yang mengandung risiko tinggi.
d Kekayaan yang tidak mengandung risiko.
9. Dari sudut yuridis
a Jaminan kebendaan
b Jaminan bukan kebendaan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode penelitian ini adalah studi kasus yaitu penulisan dengan
cara mengambil obyek tertentu untuk dianalisis secara mendalam dengan
memfokuskan pada satu masalah. Dengan metode ini, penulis mempelajari
kasus yang berhubungan dengan meminimalkan kredit bermasalah dengan
analis kredit sebagai salah satu fungsi pengendalian intern dalam pemberian
kredit pada PT. XXX Finance Indonesia, Tbk cabang Solo. Penelitian ini akan
berfokus pada proses alur pemberian kredit. Dengan melakukan review
terhadap proses pemberian kredit diharapkan dapat diketahui kelemahan
sistem pemberian kredit, dimana fokus utama pada proses di fungsi analis
kredit dan kemudian memberikan saran perbaikan.
B. Sumber Data
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
individu, kelompok tertentu, juga responden yang telah ditentukan oleh
peneliti yang memiliki data secara spesifik dari waktu ke waktu. Data yang
diperoleh meliputi gambaran umum perusahaan, yaitu mengenai sejarah
berdirinya PT. XXX Finance Indonesia,Tbk, struktur organisasi, dan
deskripsi jabatan, kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan pemberian
kredit, prosedur pemberian kredit, tugas dan wewenang dalm proses
pemberian kredit, dan pengendalian intern dari masing-masing alur
pemberian kredit.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan membaca atau
mempelajari buku-buku literatur dan studi pustaka yang mendukung
penelitian. Data ini diperoleh dari dokumen-dokumen dan telaah literatur
yang berhubungan dengan proses kredit, kualitas kredit, dan administrasi
kredit, dan literatur pendukung lainnya yang dapat menambah pemahaman
penulis dalam melakukan analis dalam memecahkan masalah.
C. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan untuk kepentingan penelitian diperoleh
dengan melakukan:
a. Observasi
Teknik pengumpulan data dimana data primer diperoleh
dengan cara mengamati langsung proses permohonan kredit sampai
dengan pencairan kredit.
b. Wawancara
Wawancara atau interview adalah salah satu cara pengumpulan
data yang bertujuan untuk mencari informasi pada suatu masalah
yang sedang kita teliti (Sekaran, 2000: 222).
Wawancara dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab
secara langsung kepada pihak-pihak yang bersangkutan untuk
mendapatkan data yang diperlukan.
c. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dimana data primer diperoleh
dengan cara mempelajari dokumen yang berhubungan dengan
pengendalian intern pemberian kredit PT. XXX Finance Indonesia,
Tbk cabang Solo.
D. Teknik Analisis Data
Analisis data yang dilaksanakan oleh penulis menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengevaluasi struktur organisasi perusahaan.
b. Mengidentifikasi mekanisme pemberian kredit yang baik.
c. Mengidentifikasi mekanisme pemberian kredit yang telah berjalan
pada PT. XXX Finance Indonesia, Tbk cabang Solo.
d. Membandingkan mekanisme yang telah berjalan dari proses
pemberian kredit pada PT. XXX Finance Indonesia, Tbk cabang Solo
dengan mekanisme yang telah ditetapkan oleh PT. XXX Finance
Indonesia, Tbk.
e. Mengidentifikasi kelemahan sistem pemberian kredit perusahaan
pada masing-masing tahapan pemberian kredit pada PT.XXX Finance
Indonesia, Tbk cabang Solo.
f. Membuat rekomendasi perbaikan pemberian kredit prusahaan.
E. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah perkembangan perusahaan
PT. XXX Finance Indonesia, Tbk (XXX Finance) adalah
perusahaan yang bergerak dibidang pembiayaan, yang menawarkan
kepada para pelanggannya berbagai rangkaian produk jasa keuangan
dalam bentuk sewa guna usaha dan pembiayaan dengan jangkauan layanan
hampir ada diseluruh propinsi di Indonesia. PT. XXX Finance Indonesia,
Tbk (XXX Finance) berdiri sejak 7 April 1982 dengan nama Manufacture
Hanover Leasing Indonesia (perusahaan patungan antara manafaktur
Hanover Leasing Corp dan PT.Arya Upaya Corp), kemudian pada tanggal
17 September 1986 berganti nama menjadi PT. Bunas Intitama Leasing
Indonesia, berganti nama lagi pada 22 November 1989 menjadi PT. Bunas
Finance Indonesia, pada tanggal 26 Maret 1990 telah Go Public, kemudian
pada tanggal 24 Juli 2001 berganti nama lagi menjadi PT. XXX Finance
Indonesia, Tbk.
PT. XXX Finance Indonesia, Tbk berkantor pusat di Menara
Kebon Sirih lt.XX Jl. Kebon sirih no XX – XX Jakarta. Dengan jumlah
kantor cabang sampai dengan saat ini 65 kantor. Untuk kantor cabang Solo
PT. XXX Finance Indonesia, Tbk beralamatkan di Jl.Gajahmada XXX
Solo, berdiri sejak 7 April 2006.
2. Nilai-nilai dasar perusahaan
PT. XXX Finance Indonesia, Tbk (XXX Finance) memiliki nilai-
nilai dasar perusahaan yang menjadi prinsip dasar berusaha yang
dijabarkan menjadi pedoman perilaku yang diharapkan dari setiap
karyawan baik didalam perusahaan maupun diluar perusahaan. Keempat
nilai dasar tersebut meliputi:
1. Saling percaya dan menghormati
Nilai ini didasarkan pada suatu prinsip bahwa kepercayaan dapat
menumbuhkan rasa saling percaya dan saling menghormati. Hal ini
memperlancar komunikasi yang lebih mudah, lebih memahami
perbedaan, dan menyambut pemikiran dan pendapat baru.
2. Kerjasama
Kerjasama dalam suatu perusahaan merupakan suatu hal yang
utama, karena menekankan adanya kebersamaan untuk mencapai
suatu tujuan dengan membangun sinergi diantara karyawan.
3. Memberi yang terbaik
Nilai ini memotivasi karyawan untuk tidak gampang puas dan
tidak hanya untuk memastikan potensi suatu keahlian sesuai
standart tetapi, standart tersebut suatu tantangan untuk dapat
melakukan yang lebih baik lagi. Hal ini dimaskudkan sebagai suatu
perbaikan yang terus-menerus didalam suatu proses bisnis,
pengembangan produk dan cara pengambilan keputusan untuk
memenuhi tuntutan kepuasan pelanggan yang lebih tinggi.
4. Kepuasan pelanggan
Nilai ini diartikan sebagai tuntutan yang terus-menerus untuk
menciptakan kepuasan dalam pelayanan pelanggan baik pelanggan
internal maupun eksternal. Pemikiran ini sangat penting sebagai
pedoman perusahaan dalam hal penyusunan prisnsip kebijakan dan
strategi, aktivitas bisnis dan proses pengambilan keputusan serta
dalam pemberian pelayanan.
3. Visi dan Misi
Selain empat nilai dasar perusahaan tersebut, PT. XXX Finance
juga memiliki Visi dan Misi yaitu:
1. Visi PT. XXX Finance Indonesia, Tbk (XXX Finance)
Menjadi mitra solusi keuangan dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
2. Misi PT. XXX Finance Indonesia, Tbk (XXX Finance)
Memberi masyarakat akses keuangan yang mudah dan terpercaya.
4. Struktur Organisasi Perusahaan
a Pimpinan Cabang
Merupakan fungsi yang bertanggung jawab atas semua yang akan
dijalankan dan yang sudah dijalankan di cabang. Bertugas dan
bertanggung jawab kondisi cabang agar sesuai dengan semua yang
telah ditetapkan oleh Pusat. Diantaranya adalah mengenai pencapaian
target-target yang diberikan dicabang, semua wewenang yang
dijalankan di cabang. Memegang penuh kendali atas cabang dengan
autority cabang sesuai SK yang berlaku untuk cabang Solo.
b Kepala Produk Mobil
Tugas dan tanggung jawab:
1. Mencapai target booking (achievement funding) produk
mobil,
2. Membantu Pimpinan Cabang berperan sebagai HR, merekrut,
membimbing, memberi motivasi, dan mengidentifikasi
kebutuhan training serta memberikan training kepada
bawahannya sesuai kebutuhan,
3. Melakukan implementasi terhadap policy / prosedur yang
telah ditetapkan dan mengkomunikasikan setiap perubahan
policy / prosedur / SK kepada bawahannya serta memberikan
feedback atas policy / prosedur / SK tersebut,
4. Bersama dengan KS mengembangkan dan memaksimalkan
penggunaan databased konsumen (new & RO) untuk
mencapai target booking,
5. Melakukan fungsi koordinasi dan penugasan kepada
Marketing Executive untuk melakukan visit konsumen
berdasarkan sistem cluster sehingga efektif, efisien, dan
optimal untuk mencapai target booking,
6. Memberikan support untuk kegiatan ME di dalam
memberikan penawaran struktur pembiayaan, negosiasi, dan
penjualan kepada konsumen,
7. Mengembangkan potensi pasar di cover area cabang (di
dalam ataupun di luar kota) melalui penugasan kepada
Marketing Executive,
8. Melakukan analisa kredit, credit checking dan memberikan
rekomendasi untuk persetujuan pembiayaan,
9. Memberikan pelayanan konsumen dengan kualitas yang cepat
& professional,
10. Monitoring, dan koordinasi untuk kualitas collection.
c Kepala Sales
Tugas dan tanggung jawab :
1. Memenuhi target booking yang telah ditetapkan,
2. Membuat perencanaan kerja dengan baik serta melakukan
evaluasi terhadap perencanaan kerja tersebut,
3. Mencari, dan merekrut Business Associate ( BA ), baik BA
Aktif maupun BA Pasif,
4. Memberikan training kepada BA,
5. Melakukan fungsi koordinasi, dan supervisi termasuk
mempertahankan loyalitas, memotivasi, dan menjaga
hubungan dengan para BA dalam menjalankan tugasnya,
6. Melakukan support dan controlling promosi pada BA,
7. Membuat laporan yang berhubungan dengan BA,
8. Mencari konsumen-konsumen / prospek baru,
9. Menerima aplikasi konsumen dari BA dan kemudian
diserahkan kepada cabang induk untuk disurvey lebih lanjut /
melakukan koordinasi dengan kantor cabang.
d Kepala Produk Motor
1. Bertanggung jawab terhadap pencapaian target booking,
2. Bertanggung jawab untuk menjaga portfolio motor,
3. Menjalankan program kerja marketing,
4. Koordinasi kerja antar AE,
5. Koordinasi dengan TL KKM dalam memaintain portfolio
kontrak yang ada,
6. Analisa kelayakan survey report,
7. Membantu proses di operation ( tertib administrasi ).
e Kepala kredit kontrol
1. Bertanggung jawab dan merencanakan strategi untuk
mencapai target yang telah ditetapkan serta mengidentifikasi
faktor-faktor yang menyebabkan tidak tercapainya target
kerja, termasuk dalam hal merencanakan kebutuhan man
power kredit kontrol cabang dengan koordinasi langsung
dengan Pimpinan Cabang dan AMD,
2. Mengkoordinasikan semua aktifitas kredit control di cabang
agar berjalan dengan baik sesuai dengan arahan yang
diberikan oleh Pimpinan Cabang dan AMD,
3. Memberikan respon dan melakukan follow up terhadap
masalah-masalah kredit kontrol yang terjadi di cabang
termasuk dalam hal membina hubungan, melakukan
koordinasi dan pengaturan terhadap aktifitas dari pihak
eksternal, seperti prof coll, aparat, pengacara, dll dan
mengkoordinasikannya dengan PC dan AMD,
4. Menganalisa dan bertanggung jawab atas kinerja Team
Leader (jika ada) dan KKE serta memberikan training secara
kontinyu untuk lebih membuat mereka melakukan
pekerjaannya dengan baik.
5. Memberikan teguran yang tegas, baik secara lisan maupun
secara tertulis, terhadap Team Leader (jika ada) dan KKE
yang melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan
Peraturan Perusahaan, serta memberikan rekomendasi ke
Pimpinan Cabang dan AMD bila harus ada tindakan
SP/PHK.,
6. Menjadi perantara komunikasi antara Pimpinan Cabang dan
Team Leader (jika ada) serta KKE,
7. Melakukan pertemuan formal ataupun informal secara rutin
dengan Team Leader (jika ada) dan KKE untuk selalu
memonitor target KPI, problem yang timbul dan
keharmonisan kerja,
8. Melaksanakan tugas lainnya yang secara khusus ditugaskan
oleh Pimpinan Cabang atau AMD.
f Kepala Operasional
1. Bertanggung jawab atas hasil kerja seluruh bawahannya,
2. Bertanggung jawab atas kegiatan operasional cabang yang
meliputi bidang administrasi, accounting, finance, legal
,asuransi, IT, HRD dan support services,
3. Memeriksa dan menganalisa semua laporan (rekonsiliasi)
harian yang dihasilkan, seperti :
- Kasir tunai dan fisik uang
- PDC
- Mutasi BPKB
- Mutasi barang tarikan
- Petty cash
4. Bertanggung jawab atas ketepatan waktu penyelesaian
laporan keuangan,
5. Bertanggung jawab terhadap budget cabang,
6. Mengawasi pengeluaran dana baik untuk keperluan funding
maupun petty cash,
7. Bertanggung jawab atas berjalannya sistem dan prosedur
yang telah ditetapkan oleh perusahaan,
8. Bertanggung jawab atas mekanisme kontrol dan seluruh
transaksi yang dilakukan di cabang,
9. Memeriksa semua transaksi sudah diinput ke dalam sistem
pada hari yang sama,
10. Bertanggung jawab terhadap proses end of day,
11. Bertanggung jawab atas kelancaran & control operasional.
g Analis Kredit
1. Analisa, koordinasi informasi, rekomendasi atau persetujuan
atas pengajuan transaksi,
2. Mengisi log book yang akurat secara harian dengan tujuan
membangun data base portfolio yang kredibel,
3. Membuat laporan tentang industri ataupun isu-isu terkini
terkait dengan daerah di mana CA tersebut bertugas yang
dapat menumbulkan impact baik secara langsung maupun
tidak langsung terhadap portofolio dan kondisi bisnis PT.
XXX,
4. Rekapitulasi dan laporan periodic untuk di review oleh Unit
Head & QAD Dept Head mengenai : Penjualan tarikan vs
harga pasar unit-unit tarikan cabang terkait secara bulanan,
5. Memberikan rekomendasi penambahan atau pengurangan
empowerment yang feasible atas report-report tersebut dari
sisi efektivitas prosedur kerja dan resiko kredit,
6. Melakukan visit konsumen / industri mengetahui kondisi
market dan risk yang ada,
7. Melakukan supervisi atas performance CA Staff di bawahnya
dan membantu dalam penyelesaian masalah yang terjadi di
cabang,
8. Memberikan pelatihan kepada CA Staff dibawahnya demi
membantu pengembangan karir dan pengetahuan individu
terkait.
9. Bertanggungjawab kepada pimpinan cabang dan CA Dept
Head atas rekomendasi persetujuan / penolakan aplikasi
permohonan kredit.
h Audit Lapangan
1. Melakukan pengecekan lapangan atas aplikasi pembiayaan
sesuai permintaan dari Pimpinan Cabang atau Credit Analyst
bila diperlukan,
2. Melakukan pengecekan lapangan atas kontrak-kontrak
bermasalah, untuk mengetahui keberadaan unit dan
konsumen dan penanganan dari Credit Control Eksekutif,
3. Melakukan pengecekan atas pembiayaan konsumen yang
dilakukan oleh suatu Cabang dari segi kebenaran data
konsumen, hasil survey Marketing Executive dengan kondisi
konsumen sebenarnya,
4. Melakukan konfirmasi ke Marketing Executive / Credit
Control Executive jika ada penyimpangan untuk mengetahui
mengapa hal tersebut terjadi,
5. Melakukan pengecekan bagian lain yang ditugaskan oleh
Pimpinan Cabang seperti pengecekan keberadaan unit
konsumen Cabang lain.
i Kasir Tunai
1. Menerima dan mencatat penerimaan uang angsuran dari
konsumen / Credit Control Executive,
2. Menyetor uang hasil penerimaan angsuran dari konsumen ke
Bank Escrow,
3. Membuat pelaporan harian untuk penerimaan uang tunai.
4. Menerima dan mencatat penerimaan PDC dari konsumen /
KKE
5. Melakukan penyetoran ke Bank untuk melakukan kliring
terhadap PDC yang jatuh tempo
6. Melakukan pencatatan atas transfer konsumen lewat Bank
7. Membuat pelaporan harian untuk penerimaan PDC dan
transfer via Bank
j Kasir Petty Cash
1. Bertanggung jawab terhadap semua proses pembayaran rutin
maupun tidak rutin atau pembayaran kepada pihak-pihak
yang berkepentingan sesuai approval dari KBO dan PC,
2. Memeriksa semua transaksi kas kecil, voucher-voucher, bukti
pendukung dan pencatatannya sesuai SOP dan melakukan
reimburse ke Kantor Pusat atas biaya-biaya yang telah
dikeluarkan,
3. Bertanggung jawab dalam memegang kas kecil dan
pengontrolan terhadap saldo kas kecil tersebut untuk
kelancaran operasional Cabang,
4. Membuat laporan penggunaan dana kas kecil setiap hari,
5. Menyiapkan request for funding (permintaan dana) ke Kantor
Pusat,
6. Menyiapkan giro/ PDC untuk diserahkan ke konsumen,
7. Melakukan pengecekan kebenaran bonus Business Assosiate
sesuai Surat Keputusan (SK) yang berlaku,
8. Melakukan input di sistem untuk melakukan pembayaran,
9. Menyiapkan BDV (Bank Disbursment Voucher) untuk
ditandatangani oleh penerima dana sebagai bukti untuk
perusahaan.
k Compliance Mobil dan Motor
1. Melakukan pengecekan terhadap Prior To PO dan Prior To
Funding Mobil,
2. Melakukan inputan dan pengecekan terhadap inputan Data,
3. Memastikan keabsahan pengecekan BPKB,
4. Menyiapkan Cek & Giro Funding,
5. Melakukan pengecekan terhadap Prior To PO dan Prior To
Funding kontrak motor,
6. Melakukan penginputan dan pengecekan terhadap inputan
Data,
7. Membuat rekap pending dokumen sebagai kontrol ke bagian
marketing (daily).
l Customer Service
1. Menangani informasi dan permohonan pembiayaan
2. Penerimaan dan penanganan telepon konsumen
3. Menangani komplain konsumen
4. Menerima dokumen yang berhubungan dengan STNK,
mutasi, dan BBN dan yang dilakukan melalui perusahaan dan
memastikan dokumen tersebut sesuai dengan persyaratan
yang berlaku,
5. Perhitungan prepayment yang bekerjasama dengan kasir dan
staff dokumen
6. Relaese dokumen (kerjasama dengan asset dokumen)
7. Penerimaan dokumen funding dari konsumen dan dokumen
lainnya dan bertanggungjawab atas dokumen tersebut
m Admin (Bartar, Assuransi, Legal)
1. Memeriksa kendaraan tarikan dengan melakukan checklist
kelengkapan barang tarikan termasuk bertanggung jawab
dalam penyimpanan kunci dan STNK (jika ada),
2. Melakukan maintenance barang tarikan,
3. Menerima, mencatat, memeriksa sampai dengan mengajukan
penjualan barang tarikan apabila unit masuk ke dalam
inventory,
4. Melakukan administrasi pencatatan untuk harga penawaran
dari beberapa calon pembeli barang tarikan.
5. Melakukan penutupan asuransi atas kontrak pembiayaan ke
perusahaan asuransi / Kantor Pusat,
6. Mengontrol penerimaan polis asuransi dan melakukan
penginputan pembayaran polis asuransi ke sistem setelah
menerima polis dari perusahaan asuransi / Kantor Pusat,
7. Mengontrol saldo hutang asuransi untuk dimintakan ke
Kantor Pusat,
8. Mengurus klaim yang dilaporkan konsumen ke PT. XXX,
9. Menyiapkan kontrak perjanjian untuk keperluan pembiayaan
dan kontrol pemakaiannya,
10. Menjelaskan isi perjanjian ke konsumen sewaktu pelaksanaan
pengikatan perjanjian,
11. Memeriksa ulang apakah konsumen sudah bertandatangan di
dokumen / form yang sesuai dengan kondisi pembiayaan,
12. Maintenance, filling dan mutasi map aplikasi.
n Business Area Executive
1. Melakukan rekrutmen BA Pasif dan memaintain hubungan
secara berkala
2. Memonitor & men-support seluruh aktivitas BA pasif
(khususnya BA pasif business owner) seperti materi promosi,
kunjungan rutin, dsb
3. Memberikan training mengenai product knowledge, skill dan
motivasi kepada BA khususnya BA pasif
4. Melaksanakan strategi pencapaian booking yang telah
ditetapkan
5. Memonitor & memenuhi target booking dan memonitor
hambatan-hambatan yang dihadapi secara periodik
6. Pelaksanaan job desc BAE dilakukan di masing-masing area
sesuai pembagian cluster.
o Telesales Executive
1. Melakukan follow up database (RO/New) yang diberikan
oleh Kepala Produk menggunakan Telepon dan Direct Mail,
2. Melakukan penawaran produk BFI (Mobil dan Motor),
3. Memenuhi target call per hari,
4. Mencari New Database dengan cara meminta customer
referal yang berasal dari customer yang sedang di follow up,
5. Melakukan validasi data terhadap new database,
6. Melakukan fungsi pelayanan konsumen seperti menampung
saran dan kritik.
p Direct selling executive
1. Melakukan kunjungan ke RO Customer (terutama untuk RO
dengan kategori pembayaran lancar) berdasarkan penugasan
dari Kepala Produk,
2. Menawarkan kembali produk BFI (Mobil, Motor) kepada
konsumen,
3. Melakukan advance (pre) survey untuk up-date kondisi
konsumen secara keseluruhan sebagai dasar pemberian Surat
Penawaran,
4. Melakukan survey dan analisa kelayakan terhadap calon
konsumen serta membuat hasil survey dan analisa dalam
bentuk laporan,
5. Menjaga hubungan baik dengan RO Customer untuk
menimbulkan loyalitas dari konsumen kepada perusahaan,
6. Melakukan fungsi pelayanan konsumen (customer service),
seperti menampung saran & kritik dari konsumen,
7. Melakukan monitor dan bertanggung jawab atas collection
pribadi,
8. Mencari new database baik dari referensi RO Customer atau
direct selling maupun sumber-sumber yang lain.
q Marketing Executive
1. Menjalankan penugasan yang diberikan oleh KP mobil
berdasarkan sistem cluster secara efektif, efisien, dan optimal
untuk mencapai target
2. Melakukan visit New Customer dan RO Customer untuk
memberikan penawaran, struktur pembiayaan, negosiasi dan
penjualan kepada konsumen
3. Mencari konsumen prospect dan mengembangkan potensi
pasar di cluster / area dimana ME ditugaskan (di dalam
ataupun di luar kota)
4. Mengembangkan potensi booking melalui Customer Get
Customer
5. Melakukan Analisa Kredit, Credit Checking dan memberikan
rekomendasi untuk persetujuan pembiayaan
6. Melengkapi persyaratan pembiayaan dan menjalankan proses
pembiayaan sesuai ketentuan yang berlaku
7. Memberikan pelayanan konsumen dengan kualitas yang cepat
& professional
8. Melakukan penagihan dan monitoring kualitas collection
pribadi
9. Mencari, menganalisa dan merekomendasikan calon Business
Associate baru
r Desk Collector
1. Mencapai target individu maupun target collection cabang
2. Bertanggung jawab atas Pas Due 1 – 3 hari
3. Menghandle konsumen komplain yang datang ke kantor
4. Input nama konsumen (reassign) di Supervisor Activity sesuai
area tagih masing-masing KKE dan melakukan pemindahan
nama konsumen (reassign) atas permintaan KKE bila
konsumen pindah alamat
5. Cetak daftar konsumen past due sebagai dasar untuk
mencetak surat SPB, STG, SPT, dan SPU sesuai SOP
6. Membuat Map Of Collection (MOC) harian (per KKE dan
global) dan setiap akhir minggu serta akhir bulan mencetak
MOC untuk past due > 30 hari
7. Mencetak ST (Surat Tugas) dan amortisasi untuk tarik unit
apabila ada permintaan dari Kabag Kredit Kontrol, kemudian
di input ke dalam sistem untuk melakukan kontrol ST yang
sudah keluar baik untuk KKE maupun untuk Proff. Coll.
8. Membuat surat konfirmasi pelunasan untuk konsumen, dan
cek mobil tarikan serta kelengkapan dokumen mobil tarikan
9. Filling dokumen / surat-surat / memo-memo
s Credit control executive
1. Mencapai target individu maupun target collection cabang
2. Menangani seluruh kontrak past due
3. Memonitor konsumen lancar maupun tidak lancar
4. Melakukan identifikasi terhadap masalah-masalah yang ada,
melaporkan dan melakukan koordinasi dengan Pimpinan
Cabang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dapat
mempengaruhi penurunan collection cabang
5. Menangani komplain konsumen yang berhubungan dengan
collection
6. Melakukan dan menangani penagihan via telpon maupun
kunjungan langsung ke konsumen yang menjadi tanggung
jawabnya (sesuai area yang telah ditentukan)
7. Membuat laporan hasil kerja dan penyetoran hasil tagihan ke
kasir
t Account Executive
1. Bertanggung jawab untuk melakukan survey kelayakan
konsumen
2. Menjalankan program kerja marketing yang mana pada
akhirnya akan mencapai target booking
3. Bertanggung jawab atas kualitas seluruh kontrak yang di-
booking dari awal sampai dengan mature
4. Melakukan penagihan terhadap konsumen past due yang
merupakan account milik pribadi AE tersebut
5. AE di produk Motor memiliki tanggung jawab terhadap KPM
Berikut ini struktur organisasi PT. XXX Finance Indonesia, Tbk
cabang Solo
5. Tahapan umum pemberian kredit pada PT. XXX Finance
Indonesia, Tbk cabang Solo
Gambar III.2. Proses umum pemberian pembiayaan
Permohonan pembiayaan
Penelitian berkas dan kelayakan konsumen
Analisis kredit
Ditolak Disetujui
Rekomendasi Pimpinan Cabang
Penandatanganan kontrak
Pada gambar diatas dapat dijelaskan mengenai tahapan pemberian
kredit kepada nasabah dari proses permohonan sampai dengan pengelolaan
yang dilakukan oleh PT. XXX Finance Indonesia, Tbk cabang Solo.
6. Bagan alir prosedur pemberian kredit PT. XXX Finance
Indonesia, Tbk cabang Solo
Gambar III.3 Bagian Kredit (Lapangan)
Disetujui
Konfirmasi ke konsumen Konfirmasi ke konsumen
Pencairan
Pengelolaan
Mulai
Menerima berkas permohonan
kredit
FCJ
1
Analisis Kelayakan Konsumen
3
Menerima penolakan Hasil
AKK
FCJ
TTD Perjanjian Kredit
Kepala Produk
FCI
FCKK
FCBP
Keterangan: FCJ : Fotokopi Jaminan FCI : Fotokopi Identitas FCKK : Fotokopi Kartu Kaluarga FPP : Formulir Permohonan Pembiayaan RL : Rekening Listrik FCBP : Fotokopi Bukti Penghasilan LHS : Laporan Hasil Survey AKK : Analisis Kelayakan Konsumen
RL
Mengunjungi Nasabah / survey
1
Meminta persetujuan KP atas hasil survey
Laporan Hasil Survey
2
2
FCJ
FCI
FCKK
FCBP
RL
FPP
LHS
FCI
FCKK
FCBP
Menyerahkan Berkas
Permohonan
RL FPP
Dikembalikan Kepada Konsumen
Mempertimbangkan Permohonan
Konsumen
Analis Kredit
Disetujui Tidak
Ya
Tanda Tangan di Persetujuan
Analisis Kelayakan Konsumen
4
3 4
Menerima pengajuan
permohonan kredit
FCJ
FCI
FCKK
FCBP
RL
FPP
LHS Persetujuan AKK
dari KP
2
Disetujui
Ya
Tidak
Tanda Tangan di Persetujuan
Analisis Kelayakan Konsumen
Penjelasan Term and Condition
Tanda Tangan di Penolakan Analisis
Kelayakan Konsumen
Penjelasan Term and Condition
Dikembalikan ke Bagian
Kredit (Lapangan)
Pimpinan Cabang
Pengecekan black list konsumen
2
Keterangan: AKK : Analisis Kelayakan Konsumen SPK : Surat Perjanjian Kredit
SPK
Analisa LHS dan
Kelayakan Konsumen
Rekomendasi Kepada
Pimpinan Cabang
5
5
5
Menerima rekomendasi
dari AK
Pengecekan AKK
Disetujui
Tanda Tangan di Penolakan Analisis
Kelayakan Konsumen
Tidak
Bagian Administrasi (Compliance)
Serahkan Map Aplikasi ke
Adm
Penjelasan Term and Condition
3
6
Tanda Tangan di Persetujuan
Analisis Kelayakan Konsumen
6
Minta Tanda tangan PC & KBO di Cek Tunai & TTC
Pengecekan Legalitas
Jaminan ke Samsat
TTDA 1
Permintaan Dana ke
kantor pusat
Melakukan penutupan
asuransi atas jaminan
2
FPA 1
N
Dikirim ke pihak asuransi
Ya
Dikembalikan ke Bagian
Kredit (Lapangan)
6
Kepala Operasinal
Penukaran Jaminan Asli dengan Cek
Tunai
2
1
Ditukar BPKB Asli
Keterangan: FPA : Form penutupan asuransiTTC : Tanda terima cek TTDA : Tanda terima dokumen asliKBO : Kepala bagian operasionalPC : Pimpinan cabang
TTC TT 1 Konsumen
7
7
Menerima TTC TT
Konsumen
Menginput TTC ke sistem
TTC TT Konsumen
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Evaluasi Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian tugas dan
tanggungjawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk
untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan. Adanya pemisahan tugas
dan tanggungjawab fungsional secara tegas diperlukan untuk menjaga
praktek yang sehat dan dapat memberikan perlindungan yang cukup
terhadap kekayaan perusahaan dalam bentuk pinjaman yang diberikan.
Unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam pembagian
tanggungjawab fungsional adalah sebagai berikut:
Meng up load transaksi cabang ke
pusat
Selesai
1. Pemisahan fungsi antara persetujuan kredit harus terpisah dari fungsi
akuntansi.
Fungsi persetujuan kredit di PT. XXX merupakan wewenang
penuh Pimpinan Cabang tetapi sebelum masuk ke Pimpinan Cabang,
persetujuan kredit disaring / dikontrol terlebih dahulu oleh bagian
Kepala Produk dan Analis Kredit. Tetapi, karena pada bagian kepala
produk didalam job desc nya terdapat pencapaian target yang harus
dipenuhi maka fungsi ini tidak akan berfungsi secara maksimal.
Karena secara tidak langsung maka fungsi Kepala Produk dalam hal
menyaring persetujuan kredit akan cenderung memberikan
persetujuan, hal ini mengakibatkan hilangnya fungsi penyaringan /
kontrol pada posisi Kepala Produk, dan hal ini akan menjadi
kelemahan pada perusahaan ini. Posisi yang menjadi pengontrol
jalannya aplikasi yang lebih independent adalah posisi analis kredit.
Fungsi ini akan berperan sangat vital atas proses pemberian kredit.
Posisi ini tidak terpengaruh atas target cabang. Akan tetapi didalam
bagan alir tersebut dapat dilihat bahwa aplikasi yang sudah berada
ditangan analis kredit, baik itu disetujui maupun tidak disetujui oleh
bagian analis kredit, aplikasi ini harus tetap masuk ke bagian
Pimpinan Cabang. Hal inilah yang akan menjadikan fungsi analis
kredit kembali lemah. Karena semua yang terjadi di cabang
merupakan wewenang penuh dipegang oleh Pimpinan Cabang.
Sedangkan Pimpinan Cabang memiliki tanggung jawab mencapai
target. Hal ini menjadi berlawanan antara pilihan menyetujui aplikasi
tersebut karena target atau menolak aplikasi tersebut karena memang
aplikasi tersebut tidak memenuhi standart. Hal inilah yang
menjadikan Pimpinan Cabang menjadi tidak objektif dalam menilai
subuah aplikasi.
Evaluasi untuk pemisahan fungsi persetujuan kredit dengan
fungsi akuntansi adalah sudah baik, karena sudah adanya pemisahan
fungsi diantara keduanya. Yaitu persetujuan kredit dijalankan oleh
fungsi Kepala Produk, Analis Kredit, dan Pimpinan Cabang,
sedangkan fungsi pencatatan berada pada bagian Kepala
Operasional.
2. Pemisahan fungsi antara pengeluaran uang harus terpisah dari fungsi
pencatatan.
Fungsi pengeluaran uang (pencairan) pada PT. XXX Finance
Indonesia, Tbk berada pada posisi Compliance. Sedangkan fungsi
pencatatan kredit berada pada Kepala Bagian Operasional yang akan
di up load langsung kekantor pusat.. Dalam hal pengeluaran uang
(pencairan) PT. XXX Finance Indonesia, Tbk adalah sangat aman,
karena tidak menggunakan uang tunai melainkan menggunakan Cek
Tunai. Dengan demikian maka fungsi pencatatan kredit dapat
berfungsi sebagai pengawas atas pengeluaran uang (pencairan kredit)
dalam transaksi kredit. Dengan demikian dalam hal pemisahan
fungsi pengeluaran uang dan pencatatan sudah berjalan dengan benar
karena sudah adanya pemisahan tugas dan tanggungjawab tersebut.
3. Suatu fungsi tidak boleh diberikan tanggungjawab penuh untuk
melaksanakan semua tahap suatu transaksi.
Fungsi otorisasi pemberian kredit berada pada Pimpinan
Cabang, dimana Pimpinan Cabang bertanggungjawab penuh atas
semua yang terjadi di cabang. Meskipun secara proses alur
pemberian kredit, persetujuannya melalui tiga fungsi yaitu Kepala
Produk, Analis Kredit, dan Pimpinan Cabang, akan tetapi wewenang
penuh berada ditangan Pimpinan Cabang, ini akan menjadi
kelemahan pada sistem pengendalian intern pemberian kredit pada
PT. XXX Finance Indonesia, Tbk. Dalam hal ini seharusnya fungsi
analis kredit merupakan fungsi yang paling independent (tidak
terbebani target) diberikan wewenang untuk menolak aplikasi dan
langsung mengembalikan aplikasi tersebut kepada marketing apabila
analisis kelayakan konsumen tidak memenuhi persyaratan. Analis
kredit merupakan fungsi yang seharusnya paling objektif bila
dibandingkan dengan Kepala Produk dan Pimpinan Cabang. Tetapi
karena wewenang penuh berada pada Pimpinan Cabang maka
objektifitas dari fungsi analis kredit menjadi hilang. Dalam hal ini
PT. XXX Finance Indonesia, Tbk lemah karena hilangnya
independensi dan objektifitas atas penilaian aplikasi oleh fungsi
Analis Kredit.
B. Mengidentifikasi Mekanisme Pemberian Kredit Yang Baik
Pembagian wewenang dan tanggungjawab fungsional akan
berjalan dengan baik dengan diciptakannya cara-cara atau mekanisme
pemberian kredit yang baik untuk mencapai tujuan yaitu menjamin praktek
yang sehat dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan. Cara-cara atau
Mekanisme yang baik yang dijalankan oleh PT. XXX Finance Indonesia,
Tbk cabang Solo adalah sebagai berikut:
1. Pemberian kredit kepada calon nasabah harus medapatkan otorisasi
dari pejabat yang berwenang.
Pemberian kredit pada PT. XXX Finance Indonesia, Tbk
berdasarkan persetujuan yang ditandatangani oleh Pimpinan Cabang,
yang sebelumnya sudah mendapatkan persetujuan yang diberikan
oleh Kepala Produk dan Kredit Analis. Hal ini dinilai sudah baik
karena pemberian kredit kepada calon nasabah sudah dilakukan
melalui otorisasi yang berlaku, dimana pejabat yang melakukan
wewenang otorisasi adalah Pimpinan Cabang.
2. Pengeluaran Dana dari transaksi pemberian kredit harus
mendapatkan otorisasi dari pejabat yang berwenang.
PT. XXX Finance Indonesia, Tbk dalam mengeluarkan dana
pemberian kredit tidak memberikan dana cash dalam bentuk uang
tunai melainkan menggunakan cek tunai, dimana cek tunai tersebut
dapat diuangkan apabila didalam cek terebut terdapat tandatangan
Pimpinan Cabang dan Kepala Bagian Operasional. Apabila hanya
terdapat hanya satu tandatangan saja baik itu hanya Pimpinan
Cabang atau Kepala Operasional saja maka cek tunai tersebut tidak
dapat diuangkan. Persiapan pengeluaran cek dilakukan oleh bagian
Compliance kemudian meminta tanda tangan Kepala Bagian
Operasional dan Pimpinan Cabang.
Otorisasi dari pejabat berwenang dalam pengeluaran dana
pada PT. XXX Finance Indonesia, Tbk sudah dinilai baik, yaitu
melalui dua otorisasi yang berwenang, dan menggunakan cek tunai
dimana cek tunai yang dinilai sangat aman dalam melindungi
kekayaan perusahaan, karena cek tunai tidak dapat dicairkan apabila
tidak terdapat dua tandatangan otorisasi yang berwenang yaitu
Pimpinan Cabang dan Kepala Bagian Operasional.
3. Pencatatan pengeluaran dana dalam transaksi pemberian kredit harus
berdasarkan bukti pengeluaran cek yang telah mendapatkan otorisasi
dari pejabat yang berwenang.
Setiap pengeluaran cek tunai dalam transaksi pemberian
kredit harus disertai dengan tanda terima cek yang ditandatangani
oleh Kepala Bagian Operasional dan Konsumen. Setelah cek
diberikan kepada konsumen, tanda terima cek tersebut salah satu
lembar dikembalikan ke Kepala Bagian Operasional untuk diinput
kesistem yang kemudian dikirimkan ke kantor pusat sebagai bukti
bahwa dana sudah digunakan.
Proses pencatatan dalam transaksi pemberian kredit telah
dijalankan dengan baik yaitu menggunakan otorisasi yang
berwenang, dimana otorisasi tersebut dilakukan oleh Kepala Bagian
Operasional.
C. Mengidentifikasi Mekanisme Pemberian Kredit Yang Telah Berjalan
Pada PT. XXX Finance Indonesia, Tbk Cabang Solo.
Mekanisme pemberian kredit yang dijalankan oleh PT.
XXX Finance Indonesia, Tbk cabang Solo dalam menjamin keamanan
kekayaan perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan transaksi
pemberian kredit antara lain Surat Perjanjian Kredit, Tanda Terima
Cek, dan Tanda Terima Dokumen sudah berjalan dengan baik yaitu
sudah bernomor urut tercetak. Dengan adanya nomor urut tercetak
maka tindakan manipulasi data dapat di minimalkan.
2. Pemeriksaan mendadak yang dilaksanakan tanpa pemberitahuan
terlebih dahulu kepada pihak yang akan diperiksa. Hal ini akan
mendorong karyawan untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan
aturan yang telah ditetapkan. Departemen Audit pusat PT. XXX
Finance Indonesia, Tbk setiap periode (6 bulan sekali) melakukan
pemeriksaan kesetiap bagian yang ada di kantor cabang. Dan selain
itu, perusahaan telah melakukan pemeriksaan setiap hari pada
proses pekerjaan yang dilakukan dilapangan dan juga pengecekan
terhadap kebenaran laporan hasil survey, kebenaran data
konsumen, yang dijalankan oleh departemen audit lapangan
cabang, yang diharapkan setiap hari ada kontrol pekerjaan.
3. Perputaran jabatan yang dilakukan akan dapat menjaga
independensi pejabat dalam melaksanakan tugasnya sehingga
indikasi persekongkolan dapat dihindari. PT. XXX Finance
Indonesia, Tbk telah melakukan perputaran jabatan minimal satu
tahun sekali, selain menghindari indikasi persekongkolan juga
meningkatkan pengetahuan karyawan dilingkungan pekerjaan.
4. Keharusan mengambil cuti bagi karyawan yang berhak, diharapkan
dapat mengungkap apabila terjadi kecurangan dalam depertemen
yang bersangkutan yang akan ditemukan oleh pejabat yang
menggantikan sementara.
5. Perlindungan atas kekayaan perusahaan baik yang berkaitan
dengan pemberian kredit yaitu perlindungan atas jaminan maupun
semua kekayaan perusahaan lainnya termasuk karyawan telah
dilakukan oleh PT. XXX Finance Indonesia, Tbk dengan
mengansuransikan semua kekayaan perusahaan tersebut.
D. Membandingkan Mekanisme yang telah berjalan dari proses
pemberian kredit pada PT. XXX Finance Indonesia, Tbk cabang Solo
dengan mekanisme yang telah ditetapkan PT. XXX Finance
Indonesia, Tbk
Makanisme pemberian kredit pada PT. XXX Finance cabang
Solo secara garis besar sudah dijalankan sesuai dengan yang telah
ditetapkan oleh kantor pusat. Berbagai training yang berguna untuk
meningkatkan pengetahuan dan peningkatan kemampuan serta mutu
karyawan dalam menjalankan tugas selalu di adakan oleh PT. XXX
Finance Indonesia, Tbk, baik dilakukan dicabang maupun yang dilakukan
di kantor pusat.
E. Kelemahan
Unsur pengendalian intern dalam pemberian kredit pada PT.
XXX Finance Indonesia, Tbk cabang Solo barada pada tiga fungsi yaitu
Kepala Produk, Analis Kredit, dan Pimpinan Cabang. Dijadikan perhatian
pada prosedur pemberian kredit PT. XXX Finance Indnesia, Tbk cabang
Solo adalah pada bagian analis kredit, karena analis kredit merupakan
fungsi pengendalian intern yang paling independent (tidak terbebani
target) dimana analis kredit dapat berlaku objektif dalam menganalisis
pengajuan kredit. Kepala Produk dan Pimpinan Cabang akan kehilangan
objektifitasnya karena Kepala Produk dan Pimpinan cabang terbebani
target yang harus dicapai oleh cabang.
Terdapat kelemahan dalam prosedur pemberian kredit pada PT.
XXX Finance Indonesia, Tbk cabang Solo, antara lain:
1. Kepala Produk melaksanakan analisis kredit, sedangkan Kepala
Produk dibebani pencapaian target cabang, sehingga objektifitas
atas analisis kredit berkurang.
2. Analis Kredit kehilangan independensinya karena setiap aplikasi
yang sudah diperiksa baik disetujui oleh Analis Kredit maupun
yang ditolak oleh Analis Kredit harus diberikan kepada Pimpinan
Cabang, dan Pimpinan Cabang memiliki otoritas penuh atas
cabang.
3. Pimpinan Cabang memiliki otoritas penuh atas cabang dan
dibebani target cabang, sehingga analisis yang dilakukan oleh
Analis kredit saat terjadi penolakan oleh Analis Kredit, aplikasi
permohonan kredit tersebut tetap dapat dijalankan oleh Pimpinan
Cabang. Hal ini dapat menciptakan pengendalian intern yang
buruk, karena dengan hal tersebut terdapat kesempatan oleh pejabat
berwenang untuk melakukan konspirasi.
F. Perbandingan Prosedur Pemberian Kredit
Fungsi Alur / Prosedur yang Salah Alur / Prosedur yang Benar
1. Kepala Produk
2. Kredit Analis
3. Pimpinan Cabang
1. Kepala Produk
menganalisis Analisis
Kelayakan Konsumen.
2. Aplikasi Permohonan
kredit yang
ditolak/diterima oleh
Kredit Analis diberikan
ke Pimpinan Cabang
3. Dibrikan otorisasi penuh
atas cabang
1. Kepala Produk Tidak
menganalisis Analisis
Kelayakan Konsumen.
2. Aplikasi Permohonan
kredit yang ditolak oleh
Kredit Analis langsung
dikembalikan ke Bagian
Kredit Lapangan untuk
dikembalikan ke konsumen
3. Dalam hal persetujuan
kredit, aplikasi dapat
dijalankan apabila
mendapat persetujuan
kredit dari ketiga fungsi
yaitu Kepala Produk,
Kredit Analis dan Pimpinan
Cabang.
Perbandingan Flowchart Yang terjadi / Salah
Gambar IV.1 Analis Kredit
4
Menerima pengajuan
permohonan kredit
Pengecekan black list konsumen
FCJ
FCI
FCKK
FCBP
RL
FPP
LHS Persetujuan AKK
dari KP
2
SPK
Disetujui
Ya
Tidak
Tanda Tangan di Persetujuan
Analisis Kelayakan Konsumen
Penjelasan Term and Condition
Rekomendasi Kepada
Pimpinan Cabang
Tanda Tangan di Penolakan Analisis
Kelayakan Konsumen
Penjelasan Term and Condition
5
Flowchart yang Seharusnya
Analis Kredit
2
Keterangan: AKK : Analisis Kelayakan Konsumen SPK : Surat Perjanjian Kredit
Analisa LHS dan
Kelayakan Konsumen
5
4
Menerima pengajuan
permohonan kredit
Pengecekan black list konsumen
FCJ
FCI
FCKK
FCBP
RL
FPP
LHS Persetujuan AKK
dari KP
2
SPK
Disetujui
Ya
Tidak
Tanda Tangan di Persetujuan
Analisis Kelayakan Konsumen
Penjelasan Term and Condition
Rekomendasi Kepada
Pimpinan Cabang
Tanda Tangan di Penolakan Analisis
Kelayakan Konsumen
Penjelasan Term and Condition
Survey ulang oleh Audit Lapangan
Rekomendasi Kepada
Pimpinan Cabang
G. Perbandingan Prosedur Pemberian Kredit
Landasan Teori Praktek Dilapangan Solusi
4. Permohonan kredit
5. Analis Kredit
6. Persetujuan kredit
4. Permohonan kredit
5. Penelitian berkas
permohonan dan
kelayakan konsumen
oleh bagian lapangan.
6. Penandatangan Kontrak
4. Sebaiknya konsumen yang
mengajukan kredit datang
langsung ke kantor dan
tidak dapat diwakilkan.
5. Manganalisis berkas dan
kelayakan konsumen oleh
bagian lapangan melalui
berbagai penilaian kepada
konsumen berdasarkan
prinsip-prinsip pemberian
kredit.
6. Lembaga Pembiayaan
biasanya mendahulukan
tandatangan kontrak agar
lebih efisien.
2
Keterangan: AKK : Analisis Kelayakan Konsumen SPK : Surat Perjanjian Kredit
Analisa LHS dan
Kelayakan Konsumen
5
5
7. Perjanjian kredit
8. Pencairan kredit
9.
7. Rekomendasi kepada
Pimpinan Cabang
8. Pencairan
9.
7. Dalam hal persetujuan
kredit, aplikasi dapat
dijalankan apabila
mendapat persetujuan
kredit dari ketiga fungsi
yaitu Kepala Produk,
Kredit Analis dan Pimpinan
Cabang.
8. Pencairan kredit akan
dilakukan setelah proses
analisis telah selesai
dilakukan.
9.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas sistem
pemberian kredit pada PT. XXX Finance Indonesia, Tbk cabang Solo
dalam mencegah terjadinya kredit bermasalah yang berfokus pada fungsi
Analis Kredit. Hasil review terhadap prosedur pemberian kredit
menunjukkan bahwa setiap tahap pemberian kredit pada PT. XXX Finance
Indonesia, Tbk cabang Solo telah sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan PT. XXX Finance Indonesia, Tbk. Meskipun demikian, dalam
review yang dilakukan penulis ditemukan kelemahan didalam sistem
pemberian kredit dalam perusahaan itu sendiri, yaitu
1. Pimpinan Cabang memiliki wewenang penuh atas cabang,
termasuk memberikan rekomendasi untuk menjalankan aplikasi
permohonan kredit, meskipun fungsi Analis Kredit telah
menganalisis dan menolak aplikasi permohonan kredit tersebut.
2. Fungsi Analis Kredit kehilangan fungsinya dalam menganalisis
aplikasi permohonan kredit karena fungsi Pimpinan Cabang
memiliki wewenang lebih tinggi untuk tetap menjalankan aplikasi
permohonan kredit yang ditolak oleh Analis Kredit.
Sistem pemberian kredit PT. XXX Finance Indonesia, Tbk memiliki
kelemahan akan tetapi penulis menilai bahwa secara keseluruhan prosedur
pemberian kredit pada PT. XXX Finance Indonesia, Tbk cabang Solo
telah dijalankan dengan baik.
B. Saran
Penelitian ini telah menemukan bukti bahwa sistem pemberian kredit
PT. XXX Finance Indonesia, Tbk cabang Solo memiliki beberapa
kelemahan, berdasarkan kelemahan tersebut, maka penulis memberikan
saran perbaikan yang penulis ajukan antara lain:
1. Aplikasi pengajuan kredit yang ditolak oleh Analis Kredit tetapi
Pimpinan Cabang menginginkan aplikasi tersebut tetap dijalankan,
sebaiknya ada satu fungsi yang independen lagi yang akan
memberikan pertimbangan kepada Analis Kredit atas aplikasi
tersebut. Fungsi tersebut adalah fungsi Audit Lapangan. Audit
Lapangan diwajibkan melakukan survey ulang (kunjungan
langsung ke calon konsumen), memastikan semua (termasuk 5p
1c) atas aplikasi tersebut pada hari yang sama sebelum aplikasi
tersebut dijalankan ke proses selanjutnya. Dengan melakukan
survey ulang tersebut diharapkan dapat mengetahui keadaan
sebenarnya yang dilihat dari sudut pandang fungsi yang
independen dan dapat digunakan sebagai pertimbangan ulang atas
rekomendasi Analis Kredit, dan hasil analisis dari Audit Lapangan
tersebut dibuatkan tembusan ke Pimpinan Cabang, sehingga dapat
meminimalkan penyalahgunaan wewenang oleh Pimpinan Cabang.
Keputusan ini dapat dijalankan apabila wewenang keputusan masih
dalam wewenang cabang ( £ Credit Authority Approval Pimpinan
Cabang).
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Jogiyanto.2000. Analisa dan desain sistem informasi. Edisi 2 Yogyakarta:
Andi.
Jusuf, AL Haryono.2001. Dasar-dasar akuntansi. Edisi 6. Yogyakarta.
Muafi, 2008. Manajemen Usahawan Indonesia. Edisi Maret. Lembaga Manajemen
FE UI.
Mulyadi. 2001. Sistem akuntansi. Edisi ketiga.Jakarta:Salemba Empat.
Mulyadi.2002.Auditing.Buku 1.Edisi 6.Jakarta:Salemba Empat.
Sularso, Sri.2004.Metode penelitian akuntansi:sebuah pendekatan
replika.Yogyakarta BPFE.
Widyastuti, Ari.2007. Analisis Sistem Informasi Akuntansi dan Sistem Informasi
Pengendalin Intern Pemberian Kredit (studi kasus Pada PD. Badan Kredit
Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar). Skripsi FE UNS, tidak
dipublikasikan.