analisis kasus berdasarkan teori etika hlm 93-96

7
Analisis kasus berdasarkan teori hlm 93- 96 1.teori biaya sosial (TBS) “……Pada 7 Juni 2006, Badan Pupuk dan Obat-obatan Departemen Pertanian melakukan inspeksi mendadak di PT Megasari Makmur. Pada inspeksi tersebut ditemukan bahwa produsen pembasmi nyamuk HIT ini menggunakan pestisida berbahan aktif klorpirifos dan diklorvos…..” “…..Deptan menerbitkan larangan pemakaian pestisida jenis klorpirifos dan diklorvos sesuai surat edaran Komisi Pestisida Nomor 166 Tahun 2004. Kedua zat ini dapat menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Kedua insektisida ini (Diklorvos dan Chlorpyrifos)merupakan golongan pestisida organofosfat yang sangat beracun…..” “…..Dichlorvos merupakan insektisida yang merupakan cairan tak berwarna, aroma manis dan mudah bercampur dengan air. Jika terkena paparan zat ini dalam jangka panjang, menyebabkan kerusakan syaraf, mengganggu pernafasan, jantung, sistem reproduksi, dan memicu kanker.Sedangkan klorpirifos adalah organofosfat , dengan efek neurologis pada janin dan anak-anak bahkan pada jumlah yang sedikit. Jika klorpirifos yang terpapar pada konsentrasi tinggi maka akibat yang dapat ditimbulkan berupa paralisis, serangan jantung, pingsan, dan menyebabkan kematian. Efek pada sistem saraf pusat mencakup kebingungan, mengantuk, depresi, susah berkonsentrasi, gagap dalam berbicara, insomnia, mimpi buruk, dan menjadi gila……” Berdasarkan kutipan diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa produsen obat nyamuk HIT harus dianggap bertanggung jawab atas

Upload: handy-handy

Post on 15-Sep-2015

221 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

konsumenetika terapan

TRANSCRIPT

Analisis kasus berdasarkan teori hlm 93-961.teori biaya sosial (TBS) Pada 7 Juni 2006, Badan Pupuk dan Obat-obatan Departemen Pertanian melakukan inspeksi mendadak di PT Megasari Makmur. Pada inspeksi tersebut ditemukan bahwa produsen pembasmi nyamuk HIT ini menggunakan pestisida berbahan aktif klorpirifos dan diklorvos....Deptan menerbitkan larangan pemakaian pestisida jenis klorpirifos dan diklorvos sesuai surat edaran Komisi Pestisida Nomor 166 Tahun 2004. Kedua zat ini dapat menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Kedua insektisida ini (Diklorvos dan Chlorpyrifos)merupakan golongan pestisida organofosfat yang sangat beracun....Dichlorvos merupakan insektisida yang merupakan cairan tak berwarna, aroma manis dan mudah bercampur dengan air. Jika terkena paparan zat ini dalam jangka panjang, menyebabkan kerusakan syaraf, mengganggu pernafasan, jantung, sistem reproduksi, dan memicu kanker.Sedangkan klorpirifos adalah organofosfat , dengan efek neurologis pada janin dan anak-anak bahkan pada jumlah yang sedikit. Jika klorpirifos yang terpapar pada konsentrasi tinggi maka akibat yang dapat ditimbulkan berupa paralisis, serangan jantung, pingsan, dan menyebabkan kematian. Efek pada sistem saraf pusat mencakup kebingungan, mengantuk, depresi, susah berkonsentrasi, gagap dalam berbicara, insomnia, mimpi buruk, dan menjadi gilaBerdasarkan kutipan diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa produsen obat nyamuk HIT harus dianggap bertanggung jawab atas terjadinya kerusakan syaraf, paralisis, serangan jantung, gangguan pernafasan , sistem reproduksi, dan kanker yang dialami oleh pengguna obat nyamuk Hit. Disini jelas bahwa teori yang digunakan adalah Teori biaya sosial (TBS) dimana prosusen bertanggung jawab atas semu kekurangan produk dan seetiap kerugian yang dialami konsumen. Pendukung teori ini beranggapan bahwa semua akibat negative dari produk (social cost) harus dibebankan kepada produsen, ini merupakan satu satunya cara agar para produsen membuat produk-produk yang aman.Sekilas teori ini paling menguntungkan bagi konsumen. Tetapi sebetulnya pandangan teori ini sulit untuk dipertahankan karena salah satu kerugian yang ditimbulkan adalah TBS sangat merugikan konsumen dimana jika akibat yang ditimbulkan oleh obat nyamuk HIT terjadi pada konsumen lalu konsumen itu menuntut ke pengadilan kemudia gugatan konsumen tersebut diterima dan ia menerima ganti rugi dari produsen. Akibat dari banyaknya tuntutan ganti rugi, harga HIT Menjadi semakin mahal. Teori ini juga ternyata kurang memerhatikan tanggung jawab konsumen sendiri, disamping terlalu berat sebelah dengan membebankan segala tanggung jawab kepada produsen, konsumen harus beranggung jawab juga contohnya dengan menggunakan obaat nyamuk HIT sesuai dengan aturan pemakaiannya.

2.kualitas produkPada 7 Juni 2006, Badan Pupuk dan Obat-obatan Departemen Pertanian melakukan inspeksi mendadak di PT Megasari Makmur. Pada inspeksi tersebut ditemukan bahwa produsen pembasmi nyamuk HIT ini menggunakan pestisida berbahan aktif klorpirifos dan diklorvos....Deptan menerbitkan larangan pemakaian pestisida jenis klorpirifos dan diklorvos sesuai surat edaran Komisi Pestisida Nomor 166 Tahun 2004. Kedua zat ini dapat menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Kedua insektisida ini (Diklorvos dan Chlorpyrifos)merupakan golongan pestisida organofosfat yang sangat beracun.. Dari sini bisa ditarik kesimpulan bahwa dengan penggunaan pestisida berbahan aktif klorpirifos dan diklorvos telah menyebabkan kualitas produk tersebut jadi diragukan dan tidak bermutu karena tidak aman dan membahayakan kesehatan/ keselamatan pemakai. Konsumen berhak atas produk yang berkualitas, karena ia membayar untuk itu. Kualitas produk bukan sekedar tuntutan etis semata, melainkan juga syarat untuk mencapai sukses dalam bisnis. Kesuksesan tersebut berasal melalui rasa percaya yang didapat dari konsumen ketika menggunakan produk tersebut. Aspek kualitas menjamin agar produk tersebut sesuai dengan apa yang dijanjikan pleh produsen dan apa yang secara wajar diharapkan oleh konsumen, misalnya HIT ternya bisa diandalkan dimana berfungsi secara semestinya dalam memberantas nyamuk dan serangga-serangga lainnya yang sejenis, dapat digunakan selama periode waktu yang diharapkan, dapat dipelihara/diperbaiki bila rusak, dan aman serta tidak membahayakan kesehatan/ keselamatan pemakai.

3.hargaAgar menjadi adil, harga tidak boleh merupakan buah hasil pasar murni. Mengapa ? karena :1. Pasar praktis tidak pernah sempurna. Kuasa ekonomi seringkali berkonsentrasi dalam tangan beberapa pengusaha.2. Para konsumen seringkali dalam posisis lemah untuk membandingkan harga serta menganalisis semua faktor yang turut menentukan harga.3. Mengakibatkan fluktuasi harga (terlalu besar). Hal itu merugikan baik pihak konsumen maupun produsen.Menurut Thomas G Garret dan Richard J Klonoski, harga menjadi tidak adil karena 4 faktor berikut :a. Penipuanb. Ketidaktahuanc. Penyalahgunaan kekuasaan, dand. Manipulasi emosi Sesuai dengan apa yang dikatakan didalam kasus : (Obat nyamuk HIT memang sudah cukup populer di kalangan masyarakat. Hal ini dikarenakan selain harganya yang murah, pemasaran obat nyamuk ini pun cukup bagus di pasar terutama melalui slogannya Ada yang lebih bagus dari HIT? Yang lebih mahal banyak). Hal ini jelas memenuhi prinsip HARGA YANG ADIL. Harga bisa diangggap adil karena dietujui oleh semua pihak yang terlibat dalam proses pembentukannya. Disini pengaruh pasar menjadi prinsip etis yang paling menentukan harga.

4.pengemasan dan pemberian label Pengemasan dan pemberian label bertujuan untuk melindungi produk dan memungkinkan penggunaan produk dengan mudah, serta mempromosikan dan memberi informasi tentang produk. Pengemasan dan pemberian label dapat menimbulkan masalah etis. Pertama, informasi yang ada pada kemasan haruslah benar, jelas dan mudah dimengerti, contohnya ketika produk HIT menggunakan aroma terbaru yaitu, natural fragrance orange, informasi semacam itu haruslah benar bahwa produk HIT itu mengeluarkan aroma rasa jeruk. Informasi yang kurang benar atau tidak pasti akan merugikan konsumen. Kedua, pengemasan tidak boleh menyesatkan konsumen misalnya kemasan durancang tinggi bear untuk memberi kesan bahwa isinya banyak ( contohnya : ketikaHIT mengeluarkan produk yang Gratis 20%), tapi pada kenyataannya isinya tidak lebih banyak dari kemasan (HIT) yang lain.