analisis jurnal inovasi

4
ANALISIS JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN “PENERAPAN PENGAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X 2  SMA LABORATORIUM SINGARAJA”  Awal mula penelitian ini dilakukan adalah karena adanya suatu refleksi yang dilakukan oleh guru biologi kelas X SMA Laboratorium Undiksha Singaraja dan seorang dosen LPTK terhadap proses pembelajaran biologi di kelas X pada Mei 2006. Dari hasil refleksi tersebut diperoleh suatu fakta bahwa bahwa permasalahan yang dihadapi oleh SMA Laboratorium adalah rendahnya kualitas proses dan hasil pembelajaran biologi pada kelas X. Hal ini didasarkan pada beberapa fakta yaitu sebagai berikut: a) umumnya partisipasi siswa dalam pembelajaran relatif rendah, sebagian besar siswa cenderung hanya mampu meniru apa yang dikerjakan guru. b) siswa tidak mampu menggunakan buku teks secara efektif, mereka cenderung mencatat kembali konsep-konsep yang sudah ada dalam buku teks, sehingga menghabiskan banyak waktu dan pembelajaran menjadi tidak efisien. c) siswa cenderung tidak menunjukkan minat yang baik terhadap pelajaran biologi. d) motivasi belajar mereka tampak sangat rendah e) hasil belajar yang ditunjukkan oleh hasil ulangan harian dan tes blok, tergolong rendah  Setelah melakukan diskusi internal antara guru biologi kelas X dan dosen LPTK didapatkan kesimpulan bahwa permasalahan tersebut dikarenakan metode pembelajaran yang digunakan guru sangat monoton, yaitu ceramah, menjelaskan, memberi contoh, latihan, dan kerja rumah. Sekolah tidak memiliki sarana laboratorium yang memadai yang memungkinkan siswa untuk melaksanakan pembelajaran yang berbasis laboratorium. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak dimulai dari pengamatan fenomena biologi atau penalaran secara kualitatif dalam pengembangan konsep-konsep/prinsip-prinsip penting. Guru tidak memahami metode penyelesaian masalah-masalah atau soal-soal secara sistematis, yang ada di buku yang belum tentu cocok dengan lingkungan siswa. Bentuk-bentuk tes ujian akhir sekolah/ujian akhir nasional yang umumnya hanya mengukur aspek kognitif siswa, telah mengilhami guru untuk tidak melaksanakan pembelajaran yang mengembangkan aspek afektif, dan psikomotor. Guru lebih tertarik pada jawaban siswa yang benar tanpa menganalisis Dengan adanya uraian masalah di atas yang dialami oleh SMA Laboratorium, maka guru biologi kelas X dan dosen LPTK sepakat untuk melakukan inovasi pembelajaran dengan

Upload: etha-comical

Post on 31-Oct-2015

67 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7/16/2019 ANALISIS JURNAL INOVASI

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-jurnal-inovasi-5634f7cc14d71 1/4

ANALISIS JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

“PENERAPAN PENGAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X2 SMA LABORATORIUM SINGARAJA” 

Awal mula penelitian ini dilakukan adalah karena adanya suatu refleksi yang

dilakukan oleh guru biologi kelas X SMA Laboratorium Undiksha Singaraja dan seorang

dosen LPTK terhadap proses pembelajaran biologi di kelas X pada Mei 2006. Dari hasil

refleksi tersebut diperoleh suatu fakta bahwa bahwa permasalahan yang dihadapi oleh SMA

Laboratorium adalah rendahnya kualitas proses dan hasil pembelajaran biologi pada kelas X.

Hal ini didasarkan pada beberapa fakta yaitu sebagai berikut:

a)  umumnya partisipasi siswa dalam pembelajaran relatif rendah, sebagian besar siswa

cenderung hanya mampu meniru apa yang dikerjakan guru.

b) siswa tidak mampu menggunakan buku teks secara efektif, mereka cenderung mencatat

kembali konsep-konsep yang sudah ada dalam buku teks, sehingga menghabiskan

banyak waktu dan pembelajaran menjadi tidak efisien.

c)  siswa cenderung tidak menunjukkan minat yang baik terhadap pelajaran biologi.

d) motivasi belajar mereka tampak sangat rendah

e) hasil belajar yang ditunjukkan oleh hasil ulangan harian dan tes blok, tergolong rendah 

Setelah melakukan diskusi internal antara guru biologi kelas X dan dosen LPTK

didapatkan kesimpulan bahwa permasalahan tersebut dikarenakan metode pembelajaran

yang digunakan guru sangat monoton, yaitu ceramah, menjelaskan, memberi contoh, latihan,

dan kerja rumah. Sekolah tidak memiliki sarana laboratorium yang memadai yang

memungkinkan siswa untuk melaksanakan pembelajaran yang berbasis laboratorium.

Pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak dimulai dari pengamatan fenomena biologi atau

penalaran secara kualitatif dalam pengembangan konsep-konsep/prinsip-prinsip penting. Guru

tidak memahami metode penyelesaian masalah-masalah atau soal-soal secara sistematis, yang

ada di buku yang belum tentu cocok dengan lingkungan siswa. Bentuk-bentuk tes ujian akhir

sekolah/ujian akhir nasional yang umumnya hanya mengukur aspek kognitif siswa, telah

mengilhami guru untuk tidak melaksanakan pembelajaran yang mengembangkan aspek afektif,

dan psikomotor. Guru lebih tertarik pada jawaban siswa yang benar tanpa menganalisis 

Dengan adanya uraian masalah di atas yang dialami oleh SMA Laboratorium, maka

guru biologi kelas X dan dosen LPTK sepakat untuk melakukan inovasi pembelajaran dengan

7/16/2019 ANALISIS JURNAL INOVASI

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-jurnal-inovasi-5634f7cc14d71 2/4

tujuan untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan memperbaiki proses pembelajaran

yakni dengan memperbaiki strategi pembelajaran dan strategi pemecahan masalah. Model

pembelajaran yang diterapkan adalah pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based  

Instruction). Pembelajaran berdasarkan masalah ini merupakan strategi pembelajaran

kontekstual yang dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir,

pemecahan masalah dan keterampilan intelektual. Dalam pembelajaran ini siswa dilatih

berpikir untuk memecahkan masalah-masalah autentik yang ada di sekitarnya.

Pembelajaran berdasarkan masalah dapat juga meningkatkan kemampuan menjawab

pertanyaan terbuka dengan berbagai jawaban benar dan hal ini dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis berupa peningkatan dari pemahaman ke aplikasi, sintesis, dan

analisis sehingga menjadikan siswa pebelajar mandiri.

Inovasi pembelajaran yang dilakukan di SMA Laboratorium ini adalah pembelajaran

kontekstual berdasarkan masalah. Analisis karakteristik inovasi pembelajaran kontekstual

berdasarkan masalah dilihat dari beberapa aspek, antara lain:

1.  Newness (kebaruan)

Dilihat dari aspek kebaruan menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual berbasis

masalah bukan merupakan inovasi pembelajaran yang baru pada saat ini, karena

sudah banyak penelitian-penelitian yang menggunakan model pembelajaran ini. PBI

sudah marak dijadikan model pembelajaran di kelas karena pembelajaran dilakukan

berdasarkan maslah-masalah autentik yang terjadi di sekitar kita.

2.  Reinvention (temuan ulang)

Pembelajaran kontekstual berbasis masalah merupakan suatu modifikasi model

pembelajaran antara pembelajaran kontekstual dan model pembelajaran berbasis

masalah. Pembelajaran kontekstual berbasis masalah memiliki hubungan yang erat

erat dengan masalah autentik di sekitar kita.

3.  Specifity (kekhasan)

a)  Relative advantage (kegunaan)

Model pembelajaran kontekstual berbasis masalah memiliki nilai kegunaan.

Dalam penelitian ini berguna untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar

siswa.

7/16/2019 ANALISIS JURNAL INOVASI

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-jurnal-inovasi-5634f7cc14d71 3/4

b) Compatibility (kesesuaian)

Ada beberapa aspek yang harus dilihat sehingga model pembejaran kontekstual

berbasis masalah ini dapat dikatakan sesuai, yaitu:

-sasaran penelitian (siswa), siswa SMA kelas X sudah mampu mengamati

permasalahan di lingkungan sekitar dan menemukan solusi pemecahannya.

Jadi berdasarkan sasaran penelitian, pembelajaran kontekstual berbasis

masalah ini sudah sesuai diberikan di kelas X.

- materi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar), kompetensi dasar

yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) mempelajari ruang lingkup

biologi, manfaat dan bahayanya, (2) merumuskan konsep keanekaragaman

hayati melalui kegiatan pengamatan terhadap lingkungan sekitarnya, (3)

mengkomunikasikan wawasan tentang keanekaragaman hayati Indonesia, (4)

mengklasifikasikan keanekaragaman hayati, dan (5) mendeskripsikan ciri-ciri

Kingdom Monera dan mengkomunikasikan peranannya dalam kehidupan.

Pembelajaran kontekstual berbasis masalah sudah sesuai dilakukan pada

kompetensi dasar di atas karena mater-materi pembelajaran pada KD

tersebut sangat erat dengan kehidupan sehari-hari, dapat kita temui dan

amati di lingkungan sekitar kita.

- permasalahan, permasalahan dalam sekolah ini adalah rendahnya kualitas

proses dan hasil belajar siswa. Untuk mewujudkan kualitas proses belajar

siswa yang baik adalah dengan mengajak siswa menemukan permasalahan

autentik di lingkungan sekitar dan kemudian merencanakan solusinya. Hal

ini juga sekaligus dapat meningkatkan pemahaman siswa karena siswa

mengalaminya sendiri dari lingkungan dengan melihat dan mengamati

sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

c)  Complexity (kerumitan)

Model pembelajaran kontekstual berbasis masalah tidak terlalu rumit, karena

penerapan pembelajaran diangkat dari masalah-masalah di sekitar kita.

d) Trialability (harus bisa dicoba)

Pembelajaran kontekstual berbasis masalah ini bisa diujicobakan. Sebagai bukti

pada penelitian ini dilakukan uji coba penggunaan model pembelajaran baru dan

7/16/2019 ANALISIS JURNAL INOVASI

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-jurnal-inovasi-5634f7cc14d71 4/4

dapat membuahkan hasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan yaitu

meningkatkan interaksi siswa dan hasil belajar siswa.

e) Observability (dapat diamati)

Evaluasi hasil penerapan model pembelajaran kontekstual berbasis masalah dapat

diamati. Adapun aspek-aspek yang dapat diamati antara lain interaksi siswa dalam

pembelajaran yang meliputi diskusi dan bertanya, hasil belajar siswa yang berupa

aspek kognitif, psikomotor (keterampilan), dan aspek afektif. Aspek kognitif meliputi

penguasaan konsep-konsep dan prinsip-prinsip serta kinerja pemecahan masalah.

Aspek psikomotor berupa keterampilan fisik dalam melakukan

eksperimen/pengamatan. Sedangkan aspek afektif adalah sikap siswa terhadap

pelajaran biologi dan pembelahjaran biologi. Pengamatan ini dilakukan dengan

menggunakan observasi dan tes.

Saran yang diberikan terhadap implementasi penerapan pembelajaran kontekstual

berbasis masalah adalah sebagai berikut:

a.  sebaiknya pertanyaan/masalah yang dikemukakan di dalam LKS disesuaikan dengan waktu,

agar pengerjaannya dapat selesai secara efisien 

 b.  jumlah anggota kelompok di dalam diskusi harus diperhitungkan agar tiap siswa memiliki

peran dalam diskusi sehingga pemahaman siswa meningkat c.  masalah-masalah yang diajukan untuk dicari pemecahan solusinya hendaknya masalah

yang sedang diperbicangkan pada waktu itu (up date) 

d.  masalah-masalah tersebut sebaiknya mampu meningkatkan kreatifitas siswa dan

meningkatkan kemampuan kognitifnya