analisis jurnal inovasi
TRANSCRIPT
7/16/2019 ANALISIS JURNAL INOVASI
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-jurnal-inovasi-5634f7cc14d71 1/4
ANALISIS JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
“PENERAPAN PENGAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X2 SMA LABORATORIUM SINGARAJA”
Awal mula penelitian ini dilakukan adalah karena adanya suatu refleksi yang
dilakukan oleh guru biologi kelas X SMA Laboratorium Undiksha Singaraja dan seorang
dosen LPTK terhadap proses pembelajaran biologi di kelas X pada Mei 2006. Dari hasil
refleksi tersebut diperoleh suatu fakta bahwa bahwa permasalahan yang dihadapi oleh SMA
Laboratorium adalah rendahnya kualitas proses dan hasil pembelajaran biologi pada kelas X.
Hal ini didasarkan pada beberapa fakta yaitu sebagai berikut:
a) umumnya partisipasi siswa dalam pembelajaran relatif rendah, sebagian besar siswa
cenderung hanya mampu meniru apa yang dikerjakan guru.
b) siswa tidak mampu menggunakan buku teks secara efektif, mereka cenderung mencatat
kembali konsep-konsep yang sudah ada dalam buku teks, sehingga menghabiskan
banyak waktu dan pembelajaran menjadi tidak efisien.
c) siswa cenderung tidak menunjukkan minat yang baik terhadap pelajaran biologi.
d) motivasi belajar mereka tampak sangat rendah
e) hasil belajar yang ditunjukkan oleh hasil ulangan harian dan tes blok, tergolong rendah
Setelah melakukan diskusi internal antara guru biologi kelas X dan dosen LPTK
didapatkan kesimpulan bahwa permasalahan tersebut dikarenakan metode pembelajaran
yang digunakan guru sangat monoton, yaitu ceramah, menjelaskan, memberi contoh, latihan,
dan kerja rumah. Sekolah tidak memiliki sarana laboratorium yang memadai yang
memungkinkan siswa untuk melaksanakan pembelajaran yang berbasis laboratorium.
Pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak dimulai dari pengamatan fenomena biologi atau
penalaran secara kualitatif dalam pengembangan konsep-konsep/prinsip-prinsip penting. Guru
tidak memahami metode penyelesaian masalah-masalah atau soal-soal secara sistematis, yang
ada di buku yang belum tentu cocok dengan lingkungan siswa. Bentuk-bentuk tes ujian akhir
sekolah/ujian akhir nasional yang umumnya hanya mengukur aspek kognitif siswa, telah
mengilhami guru untuk tidak melaksanakan pembelajaran yang mengembangkan aspek afektif,
dan psikomotor. Guru lebih tertarik pada jawaban siswa yang benar tanpa menganalisis
Dengan adanya uraian masalah di atas yang dialami oleh SMA Laboratorium, maka
guru biologi kelas X dan dosen LPTK sepakat untuk melakukan inovasi pembelajaran dengan
7/16/2019 ANALISIS JURNAL INOVASI
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-jurnal-inovasi-5634f7cc14d71 2/4
tujuan untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan memperbaiki proses pembelajaran
yakni dengan memperbaiki strategi pembelajaran dan strategi pemecahan masalah. Model
pembelajaran yang diterapkan adalah pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based
Instruction). Pembelajaran berdasarkan masalah ini merupakan strategi pembelajaran
kontekstual yang dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir,
pemecahan masalah dan keterampilan intelektual. Dalam pembelajaran ini siswa dilatih
berpikir untuk memecahkan masalah-masalah autentik yang ada di sekitarnya.
Pembelajaran berdasarkan masalah dapat juga meningkatkan kemampuan menjawab
pertanyaan terbuka dengan berbagai jawaban benar dan hal ini dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis berupa peningkatan dari pemahaman ke aplikasi, sintesis, dan
analisis sehingga menjadikan siswa pebelajar mandiri.
Inovasi pembelajaran yang dilakukan di SMA Laboratorium ini adalah pembelajaran
kontekstual berdasarkan masalah. Analisis karakteristik inovasi pembelajaran kontekstual
berdasarkan masalah dilihat dari beberapa aspek, antara lain:
1. Newness (kebaruan)
Dilihat dari aspek kebaruan menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual berbasis
masalah bukan merupakan inovasi pembelajaran yang baru pada saat ini, karena
sudah banyak penelitian-penelitian yang menggunakan model pembelajaran ini. PBI
sudah marak dijadikan model pembelajaran di kelas karena pembelajaran dilakukan
berdasarkan maslah-masalah autentik yang terjadi di sekitar kita.
2. Reinvention (temuan ulang)
Pembelajaran kontekstual berbasis masalah merupakan suatu modifikasi model
pembelajaran antara pembelajaran kontekstual dan model pembelajaran berbasis
masalah. Pembelajaran kontekstual berbasis masalah memiliki hubungan yang erat
erat dengan masalah autentik di sekitar kita.
3. Specifity (kekhasan)
a) Relative advantage (kegunaan)
Model pembelajaran kontekstual berbasis masalah memiliki nilai kegunaan.
Dalam penelitian ini berguna untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar
siswa.
7/16/2019 ANALISIS JURNAL INOVASI
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-jurnal-inovasi-5634f7cc14d71 3/4
b) Compatibility (kesesuaian)
Ada beberapa aspek yang harus dilihat sehingga model pembejaran kontekstual
berbasis masalah ini dapat dikatakan sesuai, yaitu:
-sasaran penelitian (siswa), siswa SMA kelas X sudah mampu mengamati
permasalahan di lingkungan sekitar dan menemukan solusi pemecahannya.
Jadi berdasarkan sasaran penelitian, pembelajaran kontekstual berbasis
masalah ini sudah sesuai diberikan di kelas X.
- materi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar), kompetensi dasar
yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) mempelajari ruang lingkup
biologi, manfaat dan bahayanya, (2) merumuskan konsep keanekaragaman
hayati melalui kegiatan pengamatan terhadap lingkungan sekitarnya, (3)
mengkomunikasikan wawasan tentang keanekaragaman hayati Indonesia, (4)
mengklasifikasikan keanekaragaman hayati, dan (5) mendeskripsikan ciri-ciri
Kingdom Monera dan mengkomunikasikan peranannya dalam kehidupan.
Pembelajaran kontekstual berbasis masalah sudah sesuai dilakukan pada
kompetensi dasar di atas karena mater-materi pembelajaran pada KD
tersebut sangat erat dengan kehidupan sehari-hari, dapat kita temui dan
amati di lingkungan sekitar kita.
- permasalahan, permasalahan dalam sekolah ini adalah rendahnya kualitas
proses dan hasil belajar siswa. Untuk mewujudkan kualitas proses belajar
siswa yang baik adalah dengan mengajak siswa menemukan permasalahan
autentik di lingkungan sekitar dan kemudian merencanakan solusinya. Hal
ini juga sekaligus dapat meningkatkan pemahaman siswa karena siswa
mengalaminya sendiri dari lingkungan dengan melihat dan mengamati
sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
c) Complexity (kerumitan)
Model pembelajaran kontekstual berbasis masalah tidak terlalu rumit, karena
penerapan pembelajaran diangkat dari masalah-masalah di sekitar kita.
d) Trialability (harus bisa dicoba)
Pembelajaran kontekstual berbasis masalah ini bisa diujicobakan. Sebagai bukti
pada penelitian ini dilakukan uji coba penggunaan model pembelajaran baru dan
7/16/2019 ANALISIS JURNAL INOVASI
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-jurnal-inovasi-5634f7cc14d71 4/4
dapat membuahkan hasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan yaitu
meningkatkan interaksi siswa dan hasil belajar siswa.
e) Observability (dapat diamati)
Evaluasi hasil penerapan model pembelajaran kontekstual berbasis masalah dapat
diamati. Adapun aspek-aspek yang dapat diamati antara lain interaksi siswa dalam
pembelajaran yang meliputi diskusi dan bertanya, hasil belajar siswa yang berupa
aspek kognitif, psikomotor (keterampilan), dan aspek afektif. Aspek kognitif meliputi
penguasaan konsep-konsep dan prinsip-prinsip serta kinerja pemecahan masalah.
Aspek psikomotor berupa keterampilan fisik dalam melakukan
eksperimen/pengamatan. Sedangkan aspek afektif adalah sikap siswa terhadap
pelajaran biologi dan pembelahjaran biologi. Pengamatan ini dilakukan dengan
menggunakan observasi dan tes.
Saran yang diberikan terhadap implementasi penerapan pembelajaran kontekstual
berbasis masalah adalah sebagai berikut:
a. sebaiknya pertanyaan/masalah yang dikemukakan di dalam LKS disesuaikan dengan waktu,
agar pengerjaannya dapat selesai secara efisien
b. jumlah anggota kelompok di dalam diskusi harus diperhitungkan agar tiap siswa memiliki
peran dalam diskusi sehingga pemahaman siswa meningkat c. masalah-masalah yang diajukan untuk dicari pemecahan solusinya hendaknya masalah
yang sedang diperbicangkan pada waktu itu (up date)
d. masalah-masalah tersebut sebaiknya mampu meningkatkan kreatifitas siswa dan
meningkatkan kemampuan kognitifnya